Bab 2 Konsep Relativitas

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "Bab 2 Konsep Relativitas"

Transkripsi

1 Bab 2 Konsep Relativitas 2.1 Deskripsi Teori relativitas memeriksa bagaimana pengukuran kuantitas fisis bergantung pada pengamat seperti juga pada peristiwa yang diamati. Dari relativitas muncul mekanika baru yang menyiratkan kaitan yang sangat erat antara ruang dan waktu, massa dan energy, kelistrikan dan kemagnetan, tanpa kaitan itu kita tidak mungkin mengerti dunia fisika. Untuk keseluruhannya konsep relativitas dijelaskan dengan menerapkan matematika sederhana, yaitu dengan memilih suatu kerangka acuan (kerangka inersia) sebagai perbandingan pengamatan dengan peristiwa sebenarnya. Konsep relativitas meliputi gerak relative, transformasi Galileo, postulat relativitas khusus, postulat relativitas umum, eksperimen Michelson- Morley, konsekuensi relativitas khusus : dilatasi waktu, kontraksi panjang, paradoks anak kembar ; transformasi Lorentz, momentum relativistik, energi relativistik, massa sebagai ukuran energi, hukum kekekalan momentum relativistik, massa dan energi. 2.2 Relevansi Bab ini merupakan kajian paling dasar mengawali fisika kuantum sebagai pengembangan fisika klasik, serta sebagai perkenalan kajian teori kuantum modern. Keterkaitan antara bab ini dengan bab-bab selanjutnya adalah sebagai landasan atau dasar konsep kajian relativistic. 2.3 Tujuan Instruksional Khusus (TIK) Setelah mempelajari Bab ini mahasiswa diharapkan dapat: 1. Menjelaskan konsep kerangka inersia dan gerak relatif 2. Menjelaskan rumusan-rumusan prinsip relativitas khusus, serta fenomenanya meliputi pemuaian waktu, pengerutan panjang, efek Doppler, paradox kembar. 3. Memahami menurunkan transformasi Lorentz dan transformasi baliknya serta akibatakibat dari trasformasi Lorentz. 4. Memahami momentum relativisttik dan hukum kekekalannya. 19

2 2.4 Uraian Materi Gerak Relatif Suatu benda dikatakan bergerak bila kedudukan benda itu berubah terhadap suatu titik acuan atau kerangka acuan. Seorang penumpang kereta api yang sedang duduk di dalam kereta api yang bergerak meninggalkan stasiun dikatakan diam bila titik acuannya adalah kereta api, sedangkan bila titik acuannya adalah stasiun penumpang tersebut dikatakan bergerak. Pengertian diam dan bergerak di sini bersifat relatif tergantung titik acuannya. Stasiun kita anggap diam, padahal stasiun bersama bumi bergerak mengelilingi matahari, matahari bersama bumi bergerak terhadap galaksi, bintang, dan seterusnya. Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa tidak ada benda yang bergerak mutlak, yang ada hanyalah gerak relatif. Relativitas merupakan subjek yang penting berkaitan dengan pengukuran (pengamatan) tentang di mana dan kapan suatu kejadian terjadi dan bagaimana kejadian tersebut dianalisa (diukur) menurut suatu kerangka acuan yang bergerak relative terhadap kerangka yang lain. Topik tentang relativitas sebenarnya ada 2 bagian yaitu Relativitas Khusus (Special Relativity) dan Relativitas Umum (General Relativity). Dalam Teori Relativitas Khusus subjek yang menjadi fokus adalah kerangka acuan yang inersial. Ingat pengertian tentang kerangka acuan yang inersial, yaitu kerangka acuan yang padanya hukum gerak Newton berlaku. Sedangkan Teori Relativitas Umum berkaitan dengan situasi yang lebih rumit dimana kerangka acuan mengalami percepatan gravitasi. Teori Relativitas Khusus didasari pada postulat Einstein, yang mengubah pemahaman klasik tentang relativitas. Pemahaman klasik tentang relativitas didasari konsep Galileo (ingat kembali pembahasan tentang relativitas gerak) RELATIVITAS NEWTON Kajian kinematika dari partikel didasarkan pada teori medan kuantum (teori relativitas khusus dan mekanika kuantum). Teori medan kuantum adalah alat untuk mempelajari partikel yang didasarkan atas obyek-obyek yang dapat menciptakan partikel dan merusak partikel. Obyek tersebut adalah medan-medan dari teori medan kuantum. Medan-medan kuantum adalah obyek-obyek yang menyerap dimensi ruang-waktu. Partikel-partikel dapat dihasilkan atau dirusak dimana-mana dan pada setiap waktu. Sebagai contoh, sebuah elektron atau foton 20

3 dapat tampak atau tidak tampak dimana-mana di dalam ruang, sesuai dengan tafsiran probabilistik. Proses-proses kuantum mengijinkan sejumlah partikel-partikel bermuatan di alam semesta untuk berubah melalui penciptaan atau perusakan partikel. Masing-masing partikel diciptakan atau dirusak oleh medan-medan. Berbeda dengan teori elektromagnetik, dalam teori medan kuantum gaya dan interaksinya digambarkan dalam ungkapan medan-medan yang terjadi pada setiap titik dalam ruang-waktu. Konsep ruang-waktu, ruang dan waktu tidak dapat ditinjau secara bebas, berasal dari perumusan relativitas khusus Einstein untuk menggambarkan kecepatan, energi dan momentum dari partikel yang sangat tinggi, kecepatannya mendekati kecepatan cahaya. Meskipun ruang dan waktu tidak sama, ruang dan waktu jelas berbeda, pengukuran kedua besaran tersebut berdasarkan pada kecepatan dimana sistem bergerak relatif satu sama lain. Sebagai contoh, dalam dilatasi waktu (time dilation), waktu yang dialami oleh obyek-obyek yang bergerak cepat adalah berbeda. Pengukuran dilatasi waktu digunakan untuk mempelajari partikel-partikel elementer yang dihasilkan ketika bertumbukan dan bergerak pada kecepatan relativistik. Hukum pertama Newton (hukum Inersia) tidak membedakan antara partikel yang diam dan partikel yang bergerak dengan kecepatan konstan. Jika tidak terdapat gaya luar-bersih yang bekerja, partikel tersebut tetap akan berada pada keadaan awalnya-diam atau bergerak dengan kecepatan awalnya (lembam). Sebuah koin dijatuhkan oleh seseorang yang berada dalam sebuah mobil yang sedang bergerak. Pada kerangka acuan S (pengemudi mobil), ketika koin dijatuhkan terlihat kion jatuh vertikal ke bawah. Sedangkan dalam kerangka acuan S (Pengamat yang diam diluar mobil) koin mengikuti suatu kurva lintasan parabola karena koin tersebut memiliki kecepatan awal V ke kanan. Berdasarkan ilustrasi tersebut dapat disimpulkan bahwa Hukum Newton baerlaku untuk kerangka acuan S dan S. Kerangka acuan dimana hukum Newton berlaku disebut kerangka acuan Inersia. Kerangka acuan inersia adalah suatu kerangka acuan yang berada dalam keadaan diam atau bergerak terhadap acuan lainya dengan kecepatan konstan pada suatu garis lurus. Kerangka acuan inersia tidak mengalami percepatan dan tidak berotasi. Jika kita memiliki kerangka acuan inersia yang bergerak dengan kecepatan konstan relatif terhadap yang lainya seperti S dan S, tidak ada percobaan mekanika yang dapat memberitahu kita bagian mana yang diam dan bagian mana yang sedang bergerak atau 21

4 keduanya bergerak. Hasil ini dikenal dengan prinsip relativitas Newton, yaitu hukum-hukum Newton tentang gerak dan persamaan gerak sutu benda tetap sama dalam semua kerangka acuan inersia, sedangkan kecepatan benda tidak mutlak tapi bersifat relatif. Prinsip ini dikenal oleh Galileo, Newton dan yang lainya pada abad ke 17. Akan tetapi, pada akhir abad ke 19. Pandangan ini telah berubah. Sejak itu umumnya dipikirkan bahwa relativitas Newton tidak berlaku lagi dan gerak mutlak dapat dideteksi dalam prinsip pengukuran kecepatan cahaya. Kegagalan Relativitas Klasik Pandangan tentang alam, yang berasal dari Galileo mengatakan bahwa : Ruang dan waktu adalah mutlak Setiap percobaan yang dilakukan dalam kerangka acuan (pengamatan) kita barulah bermakna fisika apabila dapat dikaitkan dengan percobaan serupa yang dilakukan dalam kerangka acuan.mutlak, yaitu suatu sistem koordinat kartesius semesta yang padanya tercantumkan jam-jam mutlak. Contoh pada azas kelembaman (inersia) Galileo, mengatakan bahwa sebuah benda yang diam cenderung diam kecuali jika padanya dikenakan gaya luar. Bila kita mencoba menguji asas ini dalam sebuah kerangka acuan yang mengalami percepatan, seperti sebuah mobil yang berhenti secara mendadak, atau sebuah komidi putar yang berputar dengan sangat cepat, kita akan dapati bahwa azas ini tidak berlaku (dilanggar). Jadi hukum I Newton (kelembaman), tidak berlaku dalam kerangka acuan yang mengalami percepatan, kecuali dalam kerangka acuan yang bergerak dengan kecepatan konstan. Kerangka acuan yang bergerak dengan kecepatan konstan disebut kerangka acuan lembam (inersial). Peristiwa-peristiwa yang diamati dari berbagai kerangka lembam dapat tampak berbeda bagi masing-masing pengamat dalam tiap kerangka itu. Perbandingan pengamatan-pengamatan yang dilakukan dalam berbagai kerangka lembam memerlukan sebuah perumusan yang disebut transformasi Galileo, yang mengatakan bahwa kecepatan (relatif terhadap tiap kerangka lembam) mematuhi aturan jumlah yang paling sederhana. 22

5 2.4.3 Transformasi Galileo Dalam membahas teori relativitas diperlukan suatu kerangka acuan inersial yaitu kerangka acuan di mana hukum pertama Newton berlaku. Kerangka acuan inersial adalah suatu kerangka acuan yang berada dalam keadaan diam atau bergerak terhadap acuan lainnya dengan kecepatan konstan pada suatu garis lurus. Misalkan kejadian fisika berlangsung di dalam sebuah kerangka acuan inersial, maka lokasi dan waktu kejadian dapat dinyatakan dengan koordinat (x, y, z, t) dengan t adalah waktu. Kita dapat memindahkan koordinat ruang dan waktu suatu kejadian yang berlangsung di dalam sebuah kerangka acuan inersial ke dalam kerangka acuan lain yang bergerak dengan kecepatan relatif yang konstan melaui transformasi Galileo. Pada gambar 2.1 terdapat dua kerangka acuan inersial S dan S. S diam dan S bergerak dengan kecepatan v terhadap S sepanjang sumbu x positif. Gambar 2.1 kerangka acuan inersial S dan S. S diam dan S bergerak dengan kecepatan v terhadap S 1 Bayangkanlah S sebagai stasiun dan S sebagai kereta api yang bergerak dengan kecepatan konstan v. Mula-mula S dan S berimpit lalu setelah t sekon, S sudah menempuh jarak d = vt. Seorang penumpang P di dalam kereta api terhadap kerangka acuan S bergerak dengan kecepatan tetap u x searah dengan v. Pada saat t sekon, P mempunyai koordinat P(x, y, z) terhadap kerangka acuan S dan mempunyai koordinat P(x, y, z ) terhadap kerangka acuan S dengan hubungan : ; ; ; (2.1) Persamaan (2.1) disebut sebagai transformasi Galileo. Untuk menentukan kecepatan, Persamaan (2.1) diturunkan terhadap waktu t. karena menurut transformasi Galileo, t = t, maka diperoleh : 23

6 Bentuk adalah kecepatan P terhadap S dan bentuk adalah kecepatan P terhadap S. Dengan demikian, Persamaan (2.1) menjadi : ; ; (2.2) Untuk mendapatkan percepatan, Persamaan (2.2) diturunkan terhadap waktu. Karena v konstan, maka 0, sehingga berlaku hubungan : ; ; (2.3) Menurut Persamaan (2.3), jika a = a sedangkan massa P di kerangka acuan S sama dengan massa P di kerangka acuan S. Dengan demikian, hukum Newton, adalah sama atau F = F. F=ma dengan F =ma, Teori Relativitas Khusus Teori relativitas muncul sebagai hasil analisis konsekuensi fisis yang tersirat oleh ketiadaan kerangjka acuan universal. Teori relativitas khusus yang dikembangkan oleh Einstein tahun 1905 adalah salah satu teori sangat penting yang merupakan deviasi dramatik dari fisika klasik dan sangat esensial dalam perkembangan teori relativitas umum dan teori medan kuantum yang mempersoalkan kerangka acuan universal. Kerangka acuan ini bergerak dengan kecepatan tetap (yaitu, kecepatan tetap dan arah tetap) terhadap kerangka lainnya. Teori ini didasarkan atas dua postulat : (1) Hukum-hukum fisika adalah sama dalam semua kerangka inersia. (2) Laju cahaya, c, adalah sama dalam setiap kerangka inersia. Pada postulat pertama dinyatakan ketiadaan kerangka acuan yang universal. Bila hukum-hukum fisika berbeda untuk kerangka acuan yang berbeda dalam keadaan gerak relatif, maka kita dapat menentukan mana yang dalam keadaan diam dan mana yang bergerak dari perbedaan tersebut. Namun, karena tidak terdapat kerangka acuan universal, perbedaan tersebut tidak terdapat, sehingga muncul postulat di atas. Postulat ini mengikuti konsep intuitif mengenai ruang dan waktu yang kita bentuk dalam kehidupan sehari-hari. 24

7 Teori relativitas umum, diusulkan oleh Einstein sepuluh tahun kemudian, mempersoalkan kerangka yang dipercepat satu terhadap yang lainnya. Seorang pengamat dalam laboratorium yang terisolasi dapat mendeteksi percepatan. Setiap orang yang pernah naik elevator atau komedi putar dapat membuktikan pernyataan tersebut dari pengalamannya. Contoh yang sederhana, kita mempunyai dua buah kapal, A dan B. Kapal A diam di atas air sedangkan kapal B bergerak dengan kecepatan tetap v r. daerah tersebut diliputi kabut sehingga kedua pengamat pada masing-masing kapal tidak bisa mengetahui kapal mana yang bergerak. Pada saat B berdampingan dengan A, api dinyalakan untuk sesaat. Menurut postulat kedua dari relativitas khusus, cahaya api akan merambat ke segala arah dengan kelajuan tetap. Pengamat pada masing-masing kapal mendapatkan bola cahaya dengan ia sebagai pusat, walaupun salah satu pengamat berubah kedudukannya terhadap tempat padamnya api tersebut. Jadi, kalau kita menempatkan kerangka acuan pada masing-masing kapal maka pengamat pada kedua kapal akan melihat peristiwa yang sama karena kelajuan cahaya sama dalam kedua kerangka acuan tesebut. Dua postulat Einsten tersebut kemudian menjadi dasar dari teori relativitas khusus. Jika kita menyakini atau setuju dengan kedua postulat tersebut, ada beberapa akibat dari postulat tersebut: 1. Waktu tidak universal. 2. Simultanitas adalah relatif. 3. Dilatasi waktu: gerak jam berjalan lambat. 4. Kontraksi panjang: benda yang bergerak akan mengkerut dalam arah geraknya. 5. Massa dan energi adalah ekuivalen Percobaan Michelson-Morley Menurut teori gelombang Huygens, cahaya memerlukan medium untuk merambat. Jadi, cahaya dapat mencapai Bumi dari Matahari karena di ruang hampa yang dilalui cahaya ada medium perambatan gelombang cahaya yang disebut eter. Namun, belum ada bukti langsung akan keberadaan eter tersebut. Pada tahun 1887, Michelson dan Morley, ilmuwan fisika berkebangsaan Amerika melakukan percobaan untuk mengukur kelajuan eter dengan alat yang dinamakan interferometer. Percobaan itu berdasarkan prinsip penjumlahan vector kecepatan. Pada gambar 25

8 2.2 perahu A dan B bergerak dengan kecepatan c terhadap Bumi sedangkan kecepatan aliran air terhadap Bumi adalah u. Kita akan membandingkan waktu yang diperlukan perahu A bergerak bolak-balik memotong arus sungai dengan waktu yang diperlukan perahu B bolakbalik searah arus sungai untuk jarak yang sama, d, seperti pada gambar. Gambar 2.2 Prinsip Penjumlahan KecepatanPerahu dengan Kecepatan Air Sungai Agar resultan kecepatan perahu A tegak lurus pada aliran sungai, maka saat berangkat kecepatan perahu harus sesuai dengan diagram dan saat kembali juga harus sesuai dengan diagram seperti yang tampak pada gambar 2.2. Besar kecepatan resultannya adalah sama, yaitu v 2 = c 2 u 2 sehingga waktu bolak-balik perahu A adalah : / / (2.4) Untuk perahu B, kelajuan saat pergi adalah v 1 = c + u dan kelajuan saat kembali adalah v 2 = c u. waktu bolak-balik yang dibutuhkan oleh perahu B adalah : / / (2.5) Perbandingan t A dengan t B adalah : 1 / (2.6) Bila kecepatan c sama dengan kecepatan cahaya dan perbandingan waktu t A /t B dapat diukur, maka kecepatan aliran sungai u dapat dihitung. Michelson dan Morley menggunakan prinsip di atas untuk percobaan yang menggunakan interferometer seperti pada gambar 2.3. Andaikan eter itu ada, maka gerak Bumi mengelilingi Matahari mengakibatkan gerak eter 26

9 relatif terhadap Bumi sama dengan kecepatan Bumi mengelilingi Matahari yaitu 3 x 10 4 m/s. Gerak eter ini analog dengan aliran air sungai pada ilustrasi gerak perahu. Gambar 2.3 Bagan Percobaan Michelson-Morley Sinar Matahari yang jatuh pada gelas setengah cermin, sebagian diteruskan ke cermin I dan sebagian dipantulkan ke cermin II hingga akhirnya sinar itu sampai di layar pengamat seperti pada gambar. Sinar yang menuju cermin I segaris dengan aliran eter sehingga analog dengan perahu B. Sedangkan sinar yang menuju cermin II tegak lurus dengan aliran eter sehingga analog dengan perahu A. Hasil pengamatan yang telah dilakukan berkali-kali untuk posisi dan waktu yang berbeda menunjukkan bahwa tidak ada perbedaan waktu antara t A dan t B. Persamaan (2.6) tidak dipenuhi. Dengan demikian dapat disimpulkan : 1) hipotesis tentang eter tidak benar; ternyata eter tidak ada, 2) kecepatan cahaya adalah besaran mutlak, tidak bergantung pada kerangka acuan inersial Transformasi Lorentz Transformasi Galileo, yaitu Persamaan (2.1) dan (2.2) hanya berlaku untuk kecepatankecepatan yang jauh lebih kecil dari kecepatan cahaya, c. Untuk peristiwa yang lebih luas hingga kecepatan yang menyamai kecepatan cahaya diperlukan suatu transformasi baru sehingga diperoleh bahwa kecepatan cahaya adalah vakum merupakan besaran mutlak. Untuk memasukkan konsep relativitas Einstein, maka selang waktu menurut kerangka acuan bergerak t tidak sama dengan selang waktu menurut kerangka acuan bergerak t. Karenanya, hubungan transformasi mengandung suatu pengali γ, yang disebut tetapan 27

10 transformasi. Dengan demikian bila transformasi ini dianggap linear, maka Persamaan (2.1) menjadi : (2.7) Jika kerangka acuan S terhadap kerangka acuan S bergerak ke kanan dengan kecepatan tetap v, maka kerangka acuan S terhadap S dapat dianggap bergerak relatif ke kiri dengan kecepatan v. Hubungan x terhadap x menjadi : (2.8) Substitusi nilai x dari Persamaan (2.7) ke dalam Persamaan (2.8) menghasilkan (2.9) Misalkan kecepatan P terhadap kerangka acuan S adalah kecepatan cahaya u x =c, maka menurut Einstein kecepatan cahaya terhadap kerangka acuan S sama besarnya yaitu u x =c. Dari sini diperoleh hubungan x=ct dan x =ct sehingga Persamaan (2.7) menjadi ct =γ(x vt). Kemudian dengan menggunakan nilai t dari Persamaan (2.9) diperoleh : Faktor yang mengandung x dikumpulkan di sebelah kiri sehingga : Atau : Karena x = ct maka haruslah : 1 atau atau (2.10) Akhirnya dapat kita tulis hasil transformasi Lorentz sebagai : 28

11 ; ; ; (2.11a) (2.11b) Sekarang kita perhatikan kedua persamaan di atas, persamaan (2.11a) dan (2.11b). Ada beberapa hal yang dapat kita pahami : 1. bila kita mengambil v / c cukup kecil atau c atau v 0 sehingga γ 1, maka kita akan memperoleh persamaan transformasi Galileo, 2. koordinat ruang dan waktu tidak dipisahkan (x,t), 3. persamaannya tidak berubah bentuk dari satu kerangka acuan dengan kerangka acuan yang lain. Berarti persamaannya mengikuti postulat Einstein yang pertama. 4. hanya ada kecepatan relatif. Kerangka acuan S memiliki kecepatan relatif (-v) terhadap S atau sebaliknya. Di sini kita lihat bahwa relativitas Einstein, ruang dan waktu adalah relatif sedangkan relativitas Newton, ruang dan waktu adalah mutlak. Transformasi Lorentz akan tereduksi menjadi tambahan transformasi Galileo apabila kelajuan v jauh lebih kecil dari kelajuan cahaya (v << c). Transformasi Lorentz untuk kecepatan Kecepatan dapat kita peroleh dari turunan pertama fungsi kedudukan terhadap waktu. ; ; ; ; ; Dari persamaan (2.11) diperoleh hasil diferensiasi : atau (2.12) 29

12 Persamaan (2.12) menjadi : 1 atau (2.13) Dengan cara yang sama, nilai u y dan u z adalah : (2.14a) (2.14b) Contoh 2.1 Sebuah pesawat tempur yang bergerak dengan kecepatan 0,8 c relatif terhadap bumi menembakkan roket dengan kecepatan 0,6 c. Berapakah kecepatan roket tersebut menurut pengamat yang diam di bumi? Penyelesaian : Diketahui : v = 0,8 c v x = 0,6 c Ditanyakan : v x =? Akibat-akibat dari transformasi Lorentz a. Relativitas Simultan Misalkan kita tinjau dua buah titik ruang-waktu (x 1, t 1 ) dan (x 2, t 2 ) dalam kerangka acuan S. Andaikan keduanya adalah simultan, sehingga dalam kerangka acuan S, t 1 = t 2. 30

13 Akankah keduanya teramati juga simultan dalam kerangka S? Untuk transformasi waktu dalam S, transformasi Lorentznya diberikan oleh : dan Maka interval waktu dalam S antara dua peristiwa diberikan oleh : (2.15) Sebagaimana t 1 = t 2, yakni peristiwa adalah simultan dalam S, maka simultanitas dalam S tidak mengakibatkan simultanitas dalam S. Kecuali, jika kedua peristiwa berada pada tempat yang sama, yaitu dalam kasus x 1 = x 2, maka interval waktu antara dua peristiwa adalah nol. Demikian pula, jika v / c adalah kecil, yaitu v sangat kecil dibandingkan dengan laju cahaya, dua peristiwa adalah simultan dalam kedua kerangka acuan. b. Dilatasi Waktu Sekarang kita menggunakan postulat relativitas khusus untuk menyelidiki bagaimana gerak relative mempengaruhi pengukuran selang waktu. Kita ingin mengukur waktu pada dua kerangka acuan yang berbeda. Misalkan kita menempatkan sebuah jam pada kerangka acuan S di x' dan andaikan bahwa t 1 dan t 2 adalah dua waktu berturutan (yaitu t 1 < t 2 ), diukur oleh seorang pengamat dalam kerangka acuan S. Sehingga interval waktu yang berhubungan dalam kerangka acuan S adalah : (2.16) Selanjutnya, seorang pengamat di dalam kerangka acuan S mengukur waktu tersebut sebagai t 1 dan t 2. Waktu ini dihubungkan dengan pengukuran dalam kerangka acuan S melalui transformasi balik Lorentz yaitu : (2.17) Karena itu, interval waktu menurut pengamat di S, adalah beda antara dua waktu yang diukur dalam S: atau dapat ditulis kembali menjadi, (2.18) 31

14 Jadi dapat disimpulkan bahwa sebuah jam yang bergerak pada laju v dalam kerangka acuan S berjalan lebih lambat terhadap seorang pengamat yang diam pada kerangka acuan S. Akibat dari transformasi Lorentz ini dinamakan dilatasi waktu. Sebuah lonceng yang bergerak terhadap pengamat kelihatannya berdetak lebih lambat daripada jika lonceng itu diam terhadapnya. Ini berarti, jika seorang pengamat dalam suatu roket mendapatkan selang waktu antara dua kejadian dalam roket itu t 0, orang dibumi mendapatkan bahwa selang waktu tersebut lebih panjang, yaitu t. Kuantitas t 0 yang ditentukan oleh kejadian yang terdapat pada tempat yang sama dalam kerangka acuan pengamatnya disebut selang waktu proper antara kejadian itu. Bila diamati dari bumi, kejadian yang menandai permulaan dan akhir selang waktu itu terjadi pada tempat yang berbeda, dan mengakibatkan selang waktunya kelihatan lebih panjang dari waktu proper. Efek ini disebut pemuaian waktu (memuai adalah bertambah besar). Untuk melihat asal pemuaian waktu itu, marilah kita lihat cara kerja lonceng sederhana yang terdiri dari tongkat yang panjangnya L 0 dengan cermin pada ujung dan pangkalnya. Suatu pulsa cahaya dipantulkan bolak-balik antara kedua cermin itu, dan piranti khusus dipasang pada salah satu cermin untuk menimbulkan suatu tik setiap kali pulsa cahaya menumbuknya. Piranti semacam itu dapat berbentuk permukaan fotosensitif pada cermin yang diatur untuk memberi sinyal listrik jika pulsa cahaya tiba. Satu lonceng yang diam ditempatkan dalam laboratorium di bumi sedangkan yang satu lagi dalam pesawat ruang angkasa yang bergerak dengan kelajuan relative terhadap bumi. Seorang pengamat dalam laboratorium mengamati kedua lonceng tadi, dapatkah pengamat tadi mencari tik kedua lonceng itu pada laju yang sama? Jika selang waktu antara setiap tik adalah t 0, waktu yang dibutuhkan untuk pulsa cahaya untuk menjalankan cermin dengan kelajuan cahaya c adalah t 0 /2; jadi t 0 /2=L 0 /c sehingga t 0 =(2L 0 /c). Gambar 2.4 memperlihatkan lonceng yang bergerak dengan cerminnya tegak lurus dengan arah gerak relative ke bumi. Slang waktu antara tik itu adalah t. Selama perjalanan pulang-pergi ini seluruh bagian lonceng dalam roket dalam keadaan gerak yang berarti bahwa pulsa cahaya seperti terlihat dari bumi mengikuti lintasan zigzag. Dalam perjalanannya dari cermin-bawah ke cermin-atas dalam waktu t/2, pulsa cahaya menempuh jarak horizontal vt/2 dan jarak total ct/2. Karena L 0 menyatakan jarak vertical antara cermin, 32

15 Karena t 0 =(2L 0 /c) maka dengan : t 0 = selang waktu pada lonceng yang diam relative terhadap pengamat. t = selang waktu pada lonceng dalam keadaan gerak relative terhadap pengamat v = kelajuan gerak relative c = kelajuan cahaya (3x10 8 m/s) 0 t/2 t ct/2 L 0 v v vt/2 Gambar 2.4 Lonceng cahaya dalam roket seperti yang terlihat oleh pengamat yang diam di bumi. Cerminnya sejajar dengan arah gerak roket. Dial merepresentasikan lonceng konvensional pada bumi Karena kuantitas 1 selalu lebih kecil dari 1 dan untuk benda yang bergerak, t selalu lebih besar dari t 0, lonceng yang bergerak dalam roket kelihatannya berdetak lebih lambat dari lonceng yang diam di bumi untuk pengamat yang ada di bumi. Analisis yang sama berlaku untuk pengukuran lonceng di bumi oleh pengamat dalam roket. Untuk pengamat itu, pulsa cahaya di bumi menempuh lintasan zigzag yang memerlukan waktu total t untuk pergi-pulang, sedangkan untuk loncengnya yang diam dalam roket berdetak dalam selang waktu t 0. Ia juga memperoleh waktu yang sama, sehingga efektifnya timbale balik. Setiap pengamat mendapatkan bahwa lonceng yang bergerak relative terhadapnya berdetak lebih lambat terhadap lonceng yang diam. 33

16 Dalam hal ini kita telah mengambil anggapan v lebih kecil dari c. Jika v lebih besar dari c, nilai 1 menjadi kuantitas khayal yang menyatakan bahwa loncengnya tidak bekerja baik dalam keadaan seperti itu. Sesungguhnya jika v >> c lonceng itu tidak bekerja, pulsa cahaya yang meninggalkan salah satu cermin tidak pernah sampai pada cermin lainnya. Tetapi sebetulnya keadaan seperti itu tidak pernah terjadi karena seperti yang akan diperlihatkan kemudian, tidak ada benda yang dapat bergerak lebih cepat dari cahaya atau secepat cahaya. Pembahasan kita didasarkan atas lonceng khusus yang menggunakan pulsa cahaya yang dipantulkan bolak-balik antara dua cermin. Apakah kesimpulan yang sama berlaku untuk lonceng konvensional yang memakai mesin pegas, garpu tala, vibrasi Kristal quartz, atau lainnya untuk menimbulkan tik pada selang waktu yang tetap? Jawabannya harus ya, karena jika lonceng cermin dan lonceng konvensional cocok satu dengan lainnya di bumi tetapi jika dalam roket yang bergerak tidak cocok, maka ketakcocokannya dapat dipakai untuk menentukan kelajuan roket tanpa mengacu pada benda lain ini bertentangan dengan prinsip bahwa gerak harus relative. Walaupun waktu merupakan kuantitas relative, tidak seluruh pengertian waktu yang dibentuk oleh pengalaman sehari-hari salah. Misalnya, waktu tidak berjalan mundur untuk setiap pengamat; urutan kejadian yang terjadi di suatu tempat t 2 -t 1, t 3 -t 2, antara kedua kejadian. Demikian juga, tak ada pengamat di tempat jauh, tak tergantung dari keadaan geraknya yang dapat mengamati kejadian yang belum terjadi atau tepat lagi, sebelum pengamat di tempat yang dekat melihatnya hal ini disebabkan oleh keberhinggan kelajuan cahaya dan sinyal yang memerlukan periode minimum L/c untuk menjalar sejarak L. Tidak ada cara untuk mengintip ke masa depan, walaupun perspektif waktu (dan juga ruang) dari kejadian masa lampau dapat kelihatan berbeda terhadap pengamat yang berbeda. Contoh 2.2. Berapa kelajuan pesawat ruang angkasa yang bergerak relatif terhadap bumi supaya 2 jam didalam pesawat sama dengan 1 jam di bumi. Jawab: Diketahui: t 0 = 1 jam t = 2 jam Kelajuan pesawat dapat dicari dengan menggunakan rumus (2.18) : 34

17 Jadi, kelajuan pesawat ruang angkasa adalah 0,86c. Contoh 2.3 Sebuah partikel berumur 10-7 s jika diukur dalam keadaan diam. Berapa jauh partikel itu bergerak sebelum meluruh jika kelajuannya 0.9c ketika partikel tersebut tercipta? Penyelesaian : Diketahui : t o = 10-7 s c = ms -1 v = 0,9 c Ditanyakan : x =...? (jarak yang ditempuh partikel) Jawab : Karena partikel bergerak dengan kecepatan 0,9 c maka umur partikel tersebut adalah : Jadi partikel tersebut bergerak sejauh : 35

18 c. Kontraksi Panjang Lorentz. Pengukuran panjang seperti juga selang waktu dipengaruhi oleh gerak relative. Panjang L benda bergerak terhadap pengamat kelihatannya lebih pendek dari panjang L 0 bila diukur dalam keadaan diam terhadap pengamat, gejala ini dikenal sebagai pengerutan Lorentz Fitz Gerald. Pengerutan serupa itu hanya terjadi dalam arah gerak relative. Panjang L 0 suatu benda dalam kerangka diamnya disebut panjang proper. Pengerutan Lorentz dapat diturunkan dengan berbagai cara. Pendekatan kita akan didasarkan atas pemuaian waktu dan prinsip relativitas. Kita akan meninjau apa yang terjadi pada partikel takstabil yang disebut muon yang tercipta pada tempat tinggi oleh partikel cepat dalam sinar-kosmik (sebagian besar proton) yang dating dari angkasa luar sewaktu terjadi tumbukan dengan inti atom dalam atmosfir bumi. Muon bermassa 207 kali massa electron dan dapat bermuatan e atau +e, muon meluruh menjadi electron atau positron setelah umur ratarat sekitar 2µs. Muon dalam sinar-kosmik berkelajuan sekitar 2,994x10 8 m/s (0,998 c) dan mencapai permukaan laut dalam jumlah besar muon menembus tiap satu sentimeter persegi permukaan bumi rata-rata lebih satu kali tiap menit. Tetapi dalam t 0 =2µs, umur rata-rata muon jarak yang dapat ditempuhnya sebelum meluruh hanya : 2, Sedangkan muon tercipta pada ketinggian 6000 m atau lebih. Muon yang bergerak berumur lebih panjang, sedangkan umur muon yang didapat oleh pengamat dalam keadaan diam sebesar 2µs. Umur muon memanjang terhadap kerangka acuan kita dengan pemuaian waktu menjadi :, 31,610 Muon yang bergerak mempunyai umur 16 kali lebih panjang daripada dalam keadaan diam. Dalam selang waktu 31,6µs, sebuah muon berkelajuan 0,998c dapat menempuh jarak : 2, , Walaupun umurnya hanya t 0 =2µs terhadap kerangka acuannya, muon dapat mencapai tanah dari ketinggian 9500 m karena dalam kerangka acuan diukurnya ketinggian tersebut, umur muon adalah 31,6µs. Apakah yang terjadi jika ada pengamat yang ikut dengan muon 36

19 turun dengan kelajuan v=0,998c, sehingga terhadapnya muon dalam keadaan diam? Pengamat dan muonnya sekarang beradadalam kerangka acuan yang sama, dalam kerangka ini umur muon 2µs. Terhadap pengamat ini muon hanya dapat menempuh jarak 600 m sebelum peluruhan. Satu-satunya cara untuk menerangkan pencapaian tanah oleh muon ialah dengan menyatakan bahwa jarak yang ditempunya diamati oleh pengamat dalam kerangka bergerak menjadi lebih pendek karena pergerakan itu. Prinsip relativitas menyatakan besarnya pengerutan harus sama dengan 1 sesuai dengan pemuaian waktu terhadap pengamat diam. Jadi kita dapat menyimpulkan bahwa ketinggian h 0 yang kita ukur harus menjadi jauh lebih kecil dalam kerangka acuan muon, menjadi : 1 Dalam kerangka acuan kita, muon menempuh jarak h 0 =9.500 m karena pemuaian waktu. Dalam kerangka acuan muon, di mana tidak terdapat pemuaian waktu jaraknya mengerut menjadi : 95001, 600 seperti kita ketahui jarak tersebut ditempuh muon yang berkelajuan 0,998c dalam waktu 2 µs. Jika kita ingin melakukan suatu pengukuran pada panjang dari sebuah objek dalam kerangka acuan yang berbeda. Panjang yang dimaksud adalah jarak dari satu titik ujung ke titik ujung yang lainnya dari sebuah objek. Misalnya, kita tinjau sebuah batang yang diam dalam kerangka acuan lembam S, berada sejajar dengan sumbu-x. Satu ujungnya memiliki koordinat 1 (x,0,0) dan ujung yang lain dengan koordinat 2 (x,0,0). Maka dalam kerangka S, kita memiliki panjang batang adalah : disini L 0 dinamakan dengan panjang proper yaitu jarak antara dua titik yang diukur pada keadaan diam, panjang yang diukur pada kerangka acuan diam. Seorang pengamat berada dalam kerangka acuan S, akan mengamati batang bergerak dengan laju v. Pada waktu yang sama t juga akan mengamati panjang batang dengan beda koordinat (x 2 - x 1 ) antara kedua ujungnya. Koordinat-koordinat x 2 dan x 1 dihubungkan dengan x 2, x 1 dan t melalui transformasi Lorentz, adalah : 37

20 dan Maka beda koordinatnya adalah : 1 (2.19) disini L = x 2 x 1 adalah panjang batang dalam S. Jadi untuk v > 0, persamaan (2.19) memperlihatkan bahwa L < L 0. Akibat ini dinamakan dengan konstraksi panjang Lorentz. Seperti pemuaian waktu, pengerutan Lorentz merupakan efek yang timbale-balik. Terhadap orang dalam roket, benda di bumi terlihat lebih pendek dibandingkan dengan yang diamatinya jika ia berada di bumi 1 sama dengan factor memendeknya roket itu terhadap orang di bumi. Panjang proper L 0 dalam kerangka diam merupakan panjang maksimum yang dapat di amati. Sebagaimana dijelaskna sebelumnya, hanya panjang dalam arah gerak yang berlaku pada pengerutan. Jadi pengamat dalam roket pesawat tadi lebih pendek dibandingkan bila ia melihatnya dari bumi,namun tidak terlalau deteksi. Contoh 2.4. Seorang astronot yang tingginya tepat 180 cm di bumi, berbaring sejajar dengan sumbu pesawat angkasa yang bergerak dengan kelajuan 0,8c relatif terhadap bumi. Berapakah tinggi astronot jika diukur oleh pengamat dalam pesawat tersebut? Pertanyaan yang serupa, tetapi diukur oleh pengamat di bumi.? Jawab: Diketahui: L 0 = 180 cm ; v = 0,8c Menurut pengamat yang ada di pesawat angkasa astronaut itu diam jadi tingginya tetap 180 cm (panjang proper). Tetapi menurut pengamat di bumi dia bergerak dengan laju 0,8c maka Jadi, tinggi astronot menurut pengamat di dalam pesawat adalah 180 cm sedangkan tinggi astronot menurut pengamat di bumi adalah 108 cm. 38

21 Contoh 2.5 Sebuah pesawat panjangnya 10 meter dalam keadaan diam. Apabila pesawat tersebut bergerak searah dengan panjangnya dengan kecepatan 0,6c. Berapakah panjang pesawat tersebut saat bergerak? Penyelesaian : Diketahui : L o = 10 m v = 0,6 c Ditanyakan : L =...? c. Penjumlahan Kecepatan Misalkan suatu partikel bergerak pada arah x dengan laju u' terhadap S. Berapakah laju u terhadap S? Partikel tersebut menempuh jarak x =γ( x '+ v t ') dalam selang waktu t =γ[ t '+ (v / c 2 ) x'], karena x / t = u dan x '/ t ' = u ' maka (2.20) Persamaan (2.20) dinamakan hukum penjumlahan kecepatan relativistik. Apabila v/c<<1 dan u'/c<<1, maka u=u '+ v, berhubungan dengan limit klasik. Persamaan (2.20) jelas merupakan tafsiran dari postulat (ii) relativitas khusus, yaitu dengan mengambil u'=c maka u=c, laju cahaya adalah sama dalam sistem inersia. Namun bila salah satu kecepatannya mendekati c, maka penyimpangan atau koreksi relativistic kecepatan akan menjadi penting. Persamaan (2.20) dapat ditulis dalam bentuk : 1 // (2.21) Dengan ungkapan ini jelas bahwa u tidak mungkin akan sama atau lebih besar daripada c, asalkan baik v dan u' lebih kecil dari c. 39

22 2.4.8 Efek Doppler Dalam kehidupan sehari-hari, kita sering menjumpai bunyi yang kita dengar akan terdengar berbeda apabila antara sumber bunyi dan pendengar terjadi gerakan relatif. Misalnya pada saat kita menaiki sepeda motor di jalan raya berpapasan dengan mobil ambulan atau mobil patroli yang membunyikan sirine. Bunyi sirine yang terdengar akan makin keras saat kita bergerak saling mendekati dan akan semakin lemah pada saat kita bergerak saling menjauhinya. Peristiwa ini disebut efek Doppler yaitu peristiwa terjadinya perubahan frekuensi bunyi yang diterima oleh pendengar akan berubah jika terjadi gerakan relatif antara sumber bunyi dan pendengar. Keras dan lemahnya bunyi yang terdengar bergantung pada frekuensi yang diterima pendengar. Besar kecil perubahan frekuensi yang terjadi bergantung pada cepat rambat gelombang bunyi dan perubahan kecepatan relatif antara pendengar dan sumber bunyi. Peristiwa ini pertama kali dikemukakan oleh Christian Johan Doppler pada tahun 1942 dan secara eksperimen dilakukan oleh Buys Ballot pada tahun Cara lain untuk memikirkan efek Doppler ialah membayangkan seorang pendengar yang berjalan mendekati sumber bunyi. Semakin dekat ia mendatangi lonceng, semakin cepat muka-muka gelombang mencapainya, dan semakin tinggi nada bunyi lonceng itu dalam pendengarannya. Gambar 2.5 Perubahan muka gelombang dalam Efek Doppler Sebagai contoh sumber bunyi mengeluarkan bunyi dengan frekuensi f s dan bergerak dengan kecepatan v s dan pendengar bergerak dengan kecepatan v p dan kecepatan rambat gelombang bunyi adalah v maka frekuensi bunyi yang diterima oleh pendengar apabila terjadi gerakan relatif antara sumber bunyi dengan pendengar dapat dirumuskan : (2.22) 40

23 dengan : f p = frekuensi bunyi yang diterima pendengar (Hz) f s = frekuensi sumber bunyi (Hz) v = cepat rambat bunyi di udara (ms -1 ) v p = kecepatan pendengar (ms -1 ) v s = kecepatan sumber bunyi (ms -1 ) Aturan penulisan kecepatan : vp berharga positif jika pendengar bergerak mendekati sumber bunyi dan sebaliknya vp berharga negatif jika pendengar bergerak menjauhi sumber bunyi. vs berharga positif jika sumber bunyi menjauhi pendengar dan sebaliknya berharga negatif jika sumber bunyi bergerak mendekati pendengar. Gambar 2.6 Aturan tanda untuk sumber bunyi dan pengamat Contoh 2.6 : Sebuah mobil patroli polisi bergerak dengan kelajuan 72 km/jam sambil membunyikan sirine yang mempunyai frekuensi 800 Hz. Tentukan berapa frekuensi bunyi sirine yang diterima oleh seseorang yang diam di pinggir jalan pada saat mobil tersebut bergerak mendekatinya! Apabila diketahui cepat rambat gelombang bunyi di udara 340 m/s. Penyelesaian: Diketahui : v s = 72 km/jam = 20 m/s ; f s = 800 Hz ; v p = 0 ; v = 340 m/s Ditanyakan : f p =? Jawab : 41

24 Jadi, frekuensi bunyi sirine yang diterima pendengar adalah 850 Hz Efek Doppler untuk bunyi, jelas berubah bergantung dari apakah sumbernya, atau pengamatnya atau keduanya bergerak yang seakan-akan bertentangan dengan prinsip relativitas. Semuanya hanya bergantung dari gerak relative antara sumber dengan pengamat. Tetapi gelombang bunyi hanya terjadi dalam medium seperti udara atau air, dan mediumnya itu sendiri merupakan kerangka acuan; terhadap kerangka ini gerak sumber dan pengamat dapat diamati dan diukur. Jadi tidak ada kontradiksi. Dalam kasus cahaya, tidak berkaitan dengan medium dan hanya gerak relative antara sumber dengan pengamat saja yang berarti. Jadi efek Doppler dalam cahaya harus berbeda dengan efek tersebut dalam bunyi. Kita dapat menganalisis efek Doppler dalam cahaya dengan memandang sumber cahaya sebagai lonceng yang berdetak v 0 kali per sekon dan memancarkan cahaya pada setiap tik. Efek Doppler cahaya merupakan alat yang penting dalam astronomi. Bintang-bintang memancarkan cahaya dengan frekuensi karakteristik tertentu dan gerak bintang mendekati atau menjauhi bumi terlihat sebagai pergeseran Doppler dalam daerah frekuensi itu. Garis spectral galaksi yang jauh semuanya tergeser kea rah frekuensi rendah sehingga biasanya disebut pergeseran merah. Pergeseran semacam itu menunjukkan bahwa galaksi-galaksi menjauhi kita dan saling menjauhi satu terhadap lainnya. Kelajuan menjauhinya teramati berbanding lurus dengan jarak, hal ini menimbulkan dugaan bahwa seluruh semesta mengembang. Data yang didapat pada saat ini sesuai dengan pengembangan yang dimulai sekitar 15 biliun tahun yang lalu dengan meledaknya massa mampat dahulu kala( the big bang ), jika gaya gravitasi akan memperlambat pengembangan dan dapat berhenti. Jika hal itu terjadi semesta dapat menciut diikuti dengan big bang yang lain. Sebaliknya jika tak terhenti pengembangan akan berlangsung sepanjang jaman. 42

25 2.4.9 Paradoks Kembar Dalam fisika, paradoks kembar (bahasa Inggris: twin paradox) adalah eksperimen bayangan dalam relativitas khusus, dimana seorang dari dua orang saudara kembar yang melakukan perjalanan dengan roket kecepatan tinggi dan kemudian kembali lagi ke bumi akan menemukan bahwa saudara kembarnya yang tetap di bumi lebih tua dari dirinya sendiri. Hal ini dianggap aneh menurut dasar berikut: Masing-masing dari saudara kembar, baik yang naik roket maupun yang tinggal di bumi, bisa menganggap bahwa saudaranyalah yang melakukan perjalanan; dan menurut teori relativitas khusus, masing-masing akan melihat bahwa saudaranya yang melakukan perjalanan akan mengalami waktu yang lebih pendek daripada dirinya sendiri. Hal ini dikatakan sebagai paradoks karena sebuah efek absolut (seorang dari saudara kembar benar-benar terlihat lebih tua dari yang lainnya) bisa dihasilkan dari pergerakan relatif. Namun kenyataannya, tidak ada kontradiksi dan eksperimen bayangan tersebut dapat dijelaskan dalam lingkup dasar dari relativitas khusus. Efek ini telah dibuktikan pada Eksperimen Hafele-Keating yang menggunakan jam yang diletakkan pada pesawat terbang dan membandingkannya dengan jam yang tetap di bumi. Dimulai oleh Paul Langevin pada 1911, sudah banyak penjelasan mengenai paradoks ini, yang semuanya didasarkan pada kenyataan bahwa tidak ada kontradiksi karena tidak pernah ada kesimetrian -- hanya seorang dari saudara kembar yang mengalami percepatan dan perlambatan. Sebuah versi dari argumen asimetrsis diajukkan oleh Max von Laue pada 1913, yang menyatakan bahwa saudara kembar yang menaiki roket menggunakan dua kerangka inersia yang berbeda: ketika pergi mengarah ke atas dan ketika pulang mengarah ke bawa. Perpindahan dari satu kerangka ke kerangka lainnya inilah yang menyebabkan perbedaan, dan bukan percepatan atau perlambatan. Penjelasan lainnya menggunakan efek dari percepatan. Einstein, Born dan Møller mengajukkan Pemelaran waktu gravitasi untuk menjelaskan penuaan berdasarkan efek dari percepatan. [4] Sementara pemelaran waktu gravitasi dan relativitas khusus diperlukan untuk menjelaskan pemelaran waktu pada Eksperimen Hafele-Keating. Paradoks kembar (atau paradoks jam) adal ah satu persoalan yang cukup membingungkan dalam relativitas khusus. Kasus paradoks kembar dapat dinyatakan sebagai berikut : Misalkan kita punya dua orang kembar : John dan Mary. John diputuskan tetap 43

26 tinggal di bumi, sementara Mary menjadi astronot yang akan mengadakan perjalan ruang angkasa menuju sebuah bintang. Mary mengendarai pesawat ruang angkasa dan terbang menuju bintang tersebut dengan kecepatan V (diasumsikan agar nampak efek relativitas, nilai V dalam orde c) dan sesudah sesaat tiba di bintang, Mary kembali ke bumi dan bertemu dengan John dengan kecepatan yang sama. Teori relativitas khusus menyatakan bahwa jika Mary bergerak terhadap John, maka selang waktu dalam kerangka inersial Mary mengalami dilatasi sebesar g yang dirumuskan : 1 (2.23) Jadi pada akhir perjalanan Mary, dia lebih muda daripada John. Paradoks muncul dari kenyataan bahwa (dengan mengabaikan selang waktu saat Mary bergerak dipercepat dan diperlambat), Mary berada dalam kerangka inersial, dan selanjutnya dari prinsip relativitas, Mary dapat mengklaim bahwa Johnlah yang bergerak, bukan dia. Kalau demikian selang waktu John seharusnya yang mengalami dilatasi, bukan Mary, sehingga saat Mary kembali, ia menjumpai saudara kembarnya itu lebih muda daripadanya. Manakah yang benar? Untuk menyederhanakan kasus ini, diasumsikan perjalanan Mary terjadi saat ia lahir (yang juga berarti saat John lahir). Pada saat itu, berarti waktu lokal T=0 dan posisi X =0. Selanjutnya akan dibandingkan jarak bumi-bintang menurut kedua orang tersebut. Jarak antara bumi dan bintang diukur oleh pengamat yang stasioner di bumi (John) adalah D J. Jarak bumi - bintang yang diukur oleh Mary adalah : D M = D J / γ (2.24) Perumusan ini disebabkan oleh adanya kontraksi Lorentz. Indeks J dan M berturut-turut menunjukkan pengukuran menurut John dan Mary. Akan diukur umur relative John dan Mary. Caranya, pertama dengan melakukan penghitungan dalam kerangka John dan selanjutnya penghitungan dikerjakan dalam kerangka Mary. Nanti akan ditunjukkan bahwa dua penghitungan tersebut akan memperoleh hasil yang sama. Kesamaan ini menunjukkan tidak adanya perbedaan antara dua kerangka inersial yang ditinjau. Sekarang penghitungan dilakukan dalam kerangka John. Mary menempuh perjalanan total (menuju bintang dan kembali ke bumi) sejauh 2D J dengan kecepatan V (-V saat kembali). Perjalanan bumi-bintang bolak-baik ini memakan waktu D J V. Transformasi Lorentz untuk 44

27 waktu memberikan hubungan antara waktu yang ditunjukkan oleh jam milik John ( T J ) dan waktu yang ditunjukkan oleh Mary (T M ) sebagai (2.25) dengan X J adalah jarak antara mereka. Selama perjalanan Mary menuju ke bintang, berlaku persamaan : X J =V T J (2.26) Substitusi persamaan di atas ke dalam pers. (2.25), diperoleh Dalam bentuk penulisan selang waktu, (2.27) (2.28) Persamaan ini menunjukkan bahwa jam Mary bergerak lebih lambat daripada jam milik John dengan faktor 1/γ. Di sini perlu diingat bahwa γ >= 1. Dengan cara yang sama dapat ditunjukkan pula bahwa hal tersebut berlaku pula untuk perjalanan Mary pulang ke bumi. Saat kembali ke bumi dengan kecepatan yang sama, jam milik Mary juga bergerak lebih lambat dari jam milik John dengan faktor yang sama : 1/γ. Maka selama perjalanan total, umur John adalah : sedangkan umur Mary adalah : (2.29) (2.30) Tampak bahwa umur John lebih besar daripada umur Mary, atau dengan kata lain dalam kerangka John, saat Mary kembali ke bumi, John lebih tua. Selisih umur mereka adalah (2.31) Bagaimanakah penghitungan dalam kerangka Mary? Seluruh besaran yang tadinya dihitung pada kerangka John, sekarang diukur oleh Mary. Transformasi Lorentz memberikan hubungan antara waktu milik jam John dan waktu milik jam Mary sebagai : 45 (2.32)

28 dan dengan penurunan selanjutnya dapat ditunjukkan kaitan untuk selang waktu masingmasing jam sebagai : (2.33) yang berarti jam milik John bergerak lebih lambat daripada jam milik Mary dengan faktor 1/γ. Sekilas nampak adanya paradoks atau kontradiksi dengan ungkapan sebelumnya yang menyatakan bahwa jam Mary bergerak lebih lambat daripada John. Namun demikian yang sebenarnya tidak demikian, karena hal ini disebabkan relativitas khusus menyatakan bahwa kita tidak dapat menghubungkan waktu yang ditunjukkan oleh jam pada tempat yang berbeda (yang dalam hal ini umur orang kembar yang terpisah) sampai kemudian kedua orang tersebut bertemu kembali. Ketika mereka berdua bertemu kembali, baru tampaklah siapa yang lebih tua atau lebih muda dengan cara membandingkan selang waktu yang ditunjukkan oleh jam masing-masing. Menurut Mary, perjalanannya memakan waktu 2D M V/, sehingga selama perjalanan, umur Mary adalah : (2.34) Perlu diingat bahwa telah diasumsikan bahwa waktu untuk mempercepat dan memperlambat roket telah diabaikan. Karena jam John bergerak lebih lambat dengan faktor 1/γ, John berumur (2.35) Jika dilatasi waktu menjadi satu-satunya faktor dalam penghitungan, Mary dapat mengklaim bahwa dirinya berusia lebih tua dari John dengan selisih umur mereka adalah : (2.36) dan dijumpai adanya ketidakcocokan dengan hasil sebelumnya. Bagaimana caranya memecahkan masalah ini? Di sini terdapat faktor lain yang dapat menyelesaikan ketidakcocokan tersebut. Ketika Mary sampai ke bintang dan kemudian kembali, dia mengubah kerangka inersialnya. Sebelum Mary tiba di bintang, hubungan antara jam John dan jam Mary yang diukur oleh Mary adalah 46 (2.37)

29 Sesaat setelah ia meninggalkan bintang menuju bumi, relasi antara jam keduanya adalah : (2.38) Dua persamaan terakhir di atas menunjukkan adanya kontradiksi dalam waktu/jam milik John yang diukur oleh Mary, sesaat setelah Mary berganti keadaan (dari menuju bintang menjadi meninggalkan bintang). Selisih pengukuran waktu milik John ini menurut Mary adalah : (2.39) Selisih ini terjadi akibat terjadinya perubahan kerangka inersial Mary. Dengan demikian dalam kerangka Mary, selisih antara umur John dengan Mary adalah selisih umur yang telah dihitung pada pers. (2.36) ditambah dengan selisih umur mereka akibat terjadinya perubahan kerangka inersial Mary. Akhirnya selisih umur Mary dengan John adalah : Karena (2.40) Maka : (2.41) (2.42) Ternyata dalam kerangka Mary, selisih umur antara John dan Mary juga sama seperti yang telah dihitung pada kerangka John. Dari dua penghitungan tersebut ditunjukkan bahwa setelah kembali ke bumi, Mary yang menempuh perjalanan berusia lebih muda daripada saudara kembarnya, John Relativitas Massa Menurut teori fisika klasik atau mekanika Newton bahwa massa benda konstan, massa benda tidak tergantung pada kecepatan benda. Akan tetapi menurut teori relativitas Einstein, massa benda adalah besaran relatif yang besarnya dipengaruhi kecepatan benda. Massa benda 47

30 yang bergerak dengan kecepatan v relatif terhadap pengamat menjadi lebih besar daripada ketika benda itu dalam keadaan diam. Massa benda yang bergerak dengan kecepatan v secara teori relativitas dinyatakan : di mana : (2.43) m o = massa benda dalam keadaan diam m = massa relativitas v = kecepatan benda relatif terhadap pengamat c = kecepatan cahaya Dari persamaan (2.43) tersebut di atas, kecepatan benda makin besar maka makin besar pula massa kelembaman benda. Jika nilai v jauh di bawah nilai c, maka nilai akan mendekati nilai 0 sehingga nilai 1 1 maka m = m o, tetapi jika nilai v mendekati nilai c maka nilai akan mendekati nilai 1 sehingga nilai 1 mendekati 0, akibatnya nilai m menjadi tak terhingga. Akibatnya makin sulit benda itu dipercepat, sehingga kecepatan benda itu akan mencapai nilai yang konstan. Sehingga tidak ada benda/partikel yang bergerak dengan kecepatan melebihi kecepatan cahaya. Contoh 2.7 Tentukan berapa kecepatan benda bergerak ketika massa relativitasnya 25 % lebih besar dari massa diamnya! Penyelesaian : Diketahui : m = 125 % m o Ditanyakan : v =...? 48

31 Jadi kecepatan benda adalah 0,6 c Hubungan antara Massa dan Energi Relativitas Usaha yang dikerjakan oleh sebuah gaya sebesar F pada sebuah benda yang mula-mula diam sehingga menjadi bergerak dengan kecepatan v dinyatakan sama dengan perubahan energi kinetik benda tersebut atau sama dengan perubahan momentum yang terjadi pada benda. Dalam teori relativitasnya bahwa massa benda bersifat relatif, maka penulisan rumus untuk hukum Newton ke dua Newton perlu disempurnakan menjadi : (2.44) Jika F menyatakan gaya yang bekerja pada benda dalam arah perpindahan ds dan s menyatakan jarak yang ditempuh selama gaya itu bekerja, maka besarnya energi kinetik benda dapat dinyatakan : (2.45) Apabila persamaan integral tersebut diselesaikan akan mendapat : (2.46) Dengan mc 2 menyatakan energi total benda yang dilambangkan E dan m o c 2 menyatakan energi yang dimiliki benda saat diamnya yang dilambangkan E o, maka dapat dituliskan menjadi : E = E 0 + Ek Dimana : E = Energi total benda = E o = Energi diam benda = m o c 2 49

32 Ek = Energi kinetik benda Contoh 2.8 Hitunglah energi kinetik sebuah elektron yang bergerak dengan kecepatan 0,6 c, bila diketahui mo = kg, c = m/s. Penyelesaian : Diketahui : m o = kg v = m/s c = m/s Ditanyakan : Ek =...? Jadi, energy kinetic electron tersebut sama dengan 0,13 MeV. 2.5 Latihan Soal 1. Sebuah kereta api bergerak dengan kecepatan 75 mil/jam melewati sebuah stasiun pada pukul Selang 30 detik kemudian petir menyambar rel kereta api, 2 mil dari stasiun 50

Relativitas Khusus Prinsip Relativitas (Kelajuan Cahaya) Eksperimen Michelson & Morley Postulat Relativitas Khusus Konsekuensi Relativitas Khusus

Relativitas Khusus Prinsip Relativitas (Kelajuan Cahaya) Eksperimen Michelson & Morley Postulat Relativitas Khusus Konsekuensi Relativitas Khusus RELATIVITAS Relativitas Khusus Prinsip Relativitas (Kelajuan Cahaya) Eksperimen Michelson & Morley Postulat Relativitas Khusus Konsekuensi Relativitas Khusus Transformasi Galileo Transformasi Lorentz Momentum

Lebih terperinci

BAB 26. RELATIVITAS EINSTEIN

BAB 26. RELATIVITAS EINSTEIN DAFTAR ISI DAFTAR ISI...1 BAB 6. RELATIVITAS EINSTEIN... 6.1 Gerak Relatif di Fisika Klasik... 6. Keepatan Cahaya dan Postulat Einstein... 6.3 Delatasi Waktu dan Panjang...5 6.4 Quis 6...11 1 BAB 6. RELATIVITAS

Lebih terperinci

BAB 8 Teori Relativitas Khusus

BAB 8 Teori Relativitas Khusus Berkelas BAB 8 Teori Relativitas Khusus Standar Kompetensi: Menganalisis berbagai besaran fisis pada gejala kuantum dan batas-batas berlakunya relativitas Einstein dalam paradigma fisika modern. Kompetensi

Lebih terperinci

PENDAHULUAN 27/01/2014. Gerak bersifat relatif. Gerak relatif/semu. Nurun Nayiroh, M. Si. Gerak suatu benda sangat bergantung pada titik acuannya

PENDAHULUAN 27/01/2014. Gerak bersifat relatif. Gerak relatif/semu. Nurun Nayiroh, M. Si. Gerak suatu benda sangat bergantung pada titik acuannya Pertemuan Ke- Nurun Nayiroh, M. Si Sub Pokok Bahasan Pendahuluan Postulat Einstein Ayat-ayat al-qur an tentang Relativitas Relativitas Al-Kindi Konsekuensi Postulat Einstein Momentum & Massa relativistik

Lebih terperinci

RELATIVITAS. B. Pendahuluan

RELATIVITAS. B. Pendahuluan RELATIVITAS A. Tujuan Pembelajaran 1. Memahami pentingnya kerangka auan. Menyebutkan dua postulat Einstein 3. Menjelaskan transformasi Lorentz 4. Menjelaskan konsekuensi transformasi Lorentz yaitu : dilatasi

Lebih terperinci

Teori Relativitas Khusus

Teori Relativitas Khusus Teori Relativitas Khusus Agus Suroso Fisika Teoretik Energi Tinggi dan Instrumentasi, Institut Teknologi Bandung agussuroso102.wordpress.com, agussuroso@fi.itb.ac.id 19 April 2017 Daftar Isi 1 Relativitas,

Lebih terperinci

KEMBAR IDENTIK TAPI USIA TAK SAMA

KEMBAR IDENTIK TAPI USIA TAK SAMA KEMBAR IDENTIK TAPI USIA TAK SAMA Nuril Tsalits Uswatun Nafilah Program Studi Pendidikan Fisika Sekolah Tinggi Keguruan dan Ilmu Pendidikan Surya Abstrak Jurnal ini membahas mengenai postulat pertama pada

Lebih terperinci

PENDAHULUAN 25/02/2014. Gerak bersifat relatif. Gerak relatif/semu. Nurun Nayiroh, M. Si. Gerak suatu benda sangat bergantung pada titik acuannya

PENDAHULUAN 25/02/2014. Gerak bersifat relatif. Gerak relatif/semu. Nurun Nayiroh, M. Si. Gerak suatu benda sangat bergantung pada titik acuannya Pertemuan Ke- Nurun Nayiroh, M. Si Sub Pokok Bahasan Pendahuluan Postulat Einstein Ayat-ayat al-qur an tentang Relativitas Relativitas Al-Kindi Konsekuensi Postulat Einstein Momentum & Massa relativistik

Lebih terperinci

EINSTEIN DAN TEORI RELATIVITAS

EINSTEIN DAN TEORI RELATIVITAS EINSTEIN DAN TEORI RELATIVITAS Freddy Permana Zen, M.Sc., D.Sc. Laboratorium Fisika Teoretik, THEPI Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam INSTITUT TEKNOLOGI BANDUNG I. PENDAHULUAN Fisika awal abad

Lebih terperinci

RELATIVITAS Arif hidayat

RELATIVITAS Arif hidayat RELATIVITAS Arif hidayat Gerak suatu benda hanya berarti jika dipandang terhadap kerangka acuan tertentu. Tidak ada gerak yang mutlak, semua gerak bersifat relatif. Contohnya, seorang penumpang kereta

Lebih terperinci

Bahan Minggu XV Tema : Pengantar teori relativitas umum Materi :

Bahan Minggu XV Tema : Pengantar teori relativitas umum Materi : Bahan Minggu XV Tema : Pengantar teori relativitas umum Materi : Teori Relativitas Umum Sebelum teori Relativitas Umum (TRU) diperkenalkan oleh Einstein pada tahun 1915, orang mengenal sedikitnya tiga

Lebih terperinci

BAB III GERAK LURUS. Gambar 3.1 Sistem koordinat kartesius

BAB III GERAK LURUS. Gambar 3.1 Sistem koordinat kartesius BAB III GERAK LURUS Pada bab ini kita akan mempelajari tentang kinematika. Kinematika merupakan ilmu yang mempelajari tentang gerak tanpa memperhatikan penyebab timbulnya gerak. Sedangkan ilmu yang mempelajari

Lebih terperinci

Pertanyaan Final (rebutan)

Pertanyaan Final (rebutan) Pertanyaan Final (rebutan) 1. Seseorang menjatuhkan diri dari atas atap sebuah gedung bertingkat yang cukup tinggi sambil menggenggam sebuah pensil. Setelah jatuh selama 2 sekon orang itu terkejut karena

Lebih terperinci

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP)

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP) Sekolah RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP) Mata Pelajaran Kelas / Semester : SMA Negeri 16 Surabaya : Fisika : XII IA / (Dua) Alokasi Waktu : 4 x 45 Menit ( 4 Jam Pelajaran ) Standar Kompetensi: 9.

Lebih terperinci

SOAL UN FISIKA DAN PENYELESAIANNYA 2005

SOAL UN FISIKA DAN PENYELESAIANNYA 2005 2. 1. Seorang siswa melakukan percobaan di laboratorium, melakukan pengukuran pelat tipis dengan menggunakan jangka sorong. Dari hasil pengukuran diperoleh panjang 2,23 cm dan lebar 36 cm, maka luas pelat

Lebih terperinci

FISIKA MODERN. Staf Pengajar Fisika Departemen Fisika,, FMIPA, IPB

FISIKA MODERN. Staf Pengajar Fisika Departemen Fisika,, FMIPA, IPB FISIKA MODERN Staf Pengajar Fisika Departemen Fisika,, FMIPA, IPB 1 MANFAAT KULIAH Memberikan pemahaman tentang fenomena alam yang tidak dapat dijelaskan melalui fisika klasik Fenomena alam yang berkaitan

Lebih terperinci

SOAL DAN PEMBAHASAN FINAL SESI I LIGA FISIKA PIF XIX TINGKAT SMA/MA SEDERAJAT PAKET 1

SOAL DAN PEMBAHASAN FINAL SESI I LIGA FISIKA PIF XIX TINGKAT SMA/MA SEDERAJAT PAKET 1 SOAL DAN PEMBAHASAN FINAL SESI I LIGA FISIKA PIF XIX TINGKAT SMA/MA SEDERAJAT PAKET 1 1. Terhadap koordinat x horizontal dan y vertikal, sebuah benda yang bergerak mengikuti gerak peluru mempunyai komponen-komponen

Lebih terperinci

4. Sebuah mobil bergerak dengan kecepatan konstan 72 km/jam. Jarak yang ditempuh selama selang waktu 20 sekon adalah...

4. Sebuah mobil bergerak dengan kecepatan konstan 72 km/jam. Jarak yang ditempuh selama selang waktu 20 sekon adalah... Kelas X 1. Tiga buah vektor yakni V1, V2, dan V3 seperti gambar di samping ini. Jika dua kotak mewakili satu satuan vektor, maka resultan dari tiga vektor di atas adalah. 2. Dua buah vektor A dan, B masing-masing

Lebih terperinci

LATIHAN UJIAN NASIONAL

LATIHAN UJIAN NASIONAL LATIHAN UJIAN NASIONAL 1. Seorang siswa menghitung luas suatu lempengan logam kecil berbentuk persegi panjang. Siswa tersebut menggunakan mistar untuk mengukur panjang lempengan dan menggunakan jangka

Lebih terperinci

D. 75 cm. E. 87 cm. * Pipa organa terbuka :

D. 75 cm. E. 87 cm. * Pipa organa terbuka : 1. Pada suatu hari ketika laju rambat bunyi sebesar 345 m/s, frekuensi dasar suatu pipa organa yang tertutup salah satu ujungnya adalah 220 Hz. Jika nada atas kedua pipa organa tertutup ini panjang gelombangnya

Lebih terperinci

PR ONLINE MATA UJIAN: FISIKA (KODE A07)

PR ONLINE MATA UJIAN: FISIKA (KODE A07) PR ONLINE MATA UJIAN: FISIKA (KODE A07) 1. Gambar di samping ini menunjukkan hasil pengukuran tebal kertas karton dengan menggunakan mikrometer sekrup. Hasil pengukurannya adalah (A) 4,30 mm. (D) 4,18

Lebih terperinci

FISIKA IPA SMA/MA 1 D Suatu pipa diukur diameter dalamnya menggunakan jangka sorong diperlihatkan pada gambar di bawah.

FISIKA IPA SMA/MA 1 D Suatu pipa diukur diameter dalamnya menggunakan jangka sorong diperlihatkan pada gambar di bawah. 1 D49 1. Suatu pipa diukur diameter dalamnya menggunakan jangka sorong diperlihatkan pada gambar di bawah. Hasil pengukuran adalah. A. 4,18 cm B. 4,13 cm C. 3,88 cm D. 3,81 cm E. 3,78 cm 2. Ayu melakukan

Lebih terperinci

UJIAN SEKOLAH 2016 PAKET A. 1. Hasil pengukuran diameter dalam sebuah botol dengan menggunakan jangka sorong ditunjukkan pada gambar berikut!

UJIAN SEKOLAH 2016 PAKET A. 1. Hasil pengukuran diameter dalam sebuah botol dengan menggunakan jangka sorong ditunjukkan pada gambar berikut! SOAL UJIAN SEKOLAH 2016 PAKET A 1. Hasil pengukuran diameter dalam sebuah botol dengan menggunakan jangka sorong ditunjukkan pada gambar berikut! 2 cm 3 cm 0 5 10 Dari gambar dapat disimpulkan bahwa diameter

Lebih terperinci

D. 80,28 cm² E. 80,80cm²

D. 80,28 cm² E. 80,80cm² 1. Seorang siswa melakukan percobaan di laboratorium, melakukan pengukuran pelat tipis dengan menggunakan jangka sorong. Dari hasil pengukuran diperoleh panjang 2,23 cm dan lebar 36 cm, maka luas pelat

Lebih terperinci

Fisika Ujian Akhir Nasional Tahun 2003

Fisika Ujian Akhir Nasional Tahun 2003 Fisika Ujian Akhir Nasional Tahun 2003 UAN-03-01 Perhatikan tabel berikut ini! No. Besaran Satuan Dimensi 1 Momentum kg. ms 1 [M] [L] [T] 1 2 Gaya kg. ms 2 [M] [L] [T] 2 3 Daya kg. ms 3 [M] [L] [T] 3 Dari

Lebih terperinci

TUJUAN :Mahasiswa memahami konsep ilmu fisika, penerapan besaran dan satuan, pengukuran serta mekanika fisika.

TUJUAN :Mahasiswa memahami konsep ilmu fisika, penerapan besaran dan satuan, pengukuran serta mekanika fisika. MATA KULIAH : FISIKA DASAR TUJUAN :Mahasiswa memahami konsep ilmu fisika, penerapan besaran dan satuan, pengukuran serta mekanika fisika. POKOK BAHASAN: Pendahuluan Fisika, Pengukuran Dan Pengenalan Vektor

Lebih terperinci

Antiremed Kelas 12 Fisika

Antiremed Kelas 12 Fisika Antiremed Kelas 12 Fisika Persiapan UAS 1 Doc. Name: AR12FIS01UAS Version: 2016-09 halaman 1 01. Sebuah bola lampu yang berdaya 120 watt meradiasikan gelombang elektromagnetik ke segala arah dengan sama

Lebih terperinci

SOAL REMEDIAL KELAS XI IPA. Dikumpul paling lambat Kamis, 20 Desember 2012

SOAL REMEDIAL KELAS XI IPA. Dikumpul paling lambat Kamis, 20 Desember 2012 NAMA : KELAS : SOAL REMEDIAL KELAS XI IPA Dikumpul paling lambat Kamis, 20 Desember 2012 1. Sebuah partikel mula-mula dmemiliki posisi Kemudian, partikel berpindah menempati posisi partikel tersebut adalah...

Lebih terperinci

Xpedia Fisika DP SNMPTN 05

Xpedia Fisika DP SNMPTN 05 Xpedia Fisika DP SNMPTN 05 Doc. Name: XPFIS9910 Version: 2012-06 halaman 1 Sebuah bola bermassa m terikat pada ujung sebuah tali diputar searah jarum jam dalam sebuah lingkaran mendatar dengan jari-jari

Lebih terperinci

Pertanyaan berhubungan dengan gambar di bawah ini serta pilihan yang ada.

Pertanyaan berhubungan dengan gambar di bawah ini serta pilihan yang ada. Pertanyaan 01-03 berhubungan dengan gambar di bawah ini serta pilihan yang ada. 01. Sebuah proyektil diluncurkan pada sebuah sudut dari arah horizontal. Asumsikan hambatan udara bisa diabaikan. Mana yang

Lebih terperinci

Makalah Fisika Modern. Pembuktian keberadaan Postulat Relativitas Khusus Einstein. Dosen pengampu : Dr.Parlindungan Sinaga, M.Si

Makalah Fisika Modern. Pembuktian keberadaan Postulat Relativitas Khusus Einstein. Dosen pengampu : Dr.Parlindungan Sinaga, M.Si Makalah Fisika Modern Pembuktian keberadaan Postulat Relativitas Khusus Einstein Disusun untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Fisika Modern Dosen pengampu : Dr.Parlindungan Sinaga, M.Si Disusun

Lebih terperinci

Teori Relativitas Khusus

Teori Relativitas Khusus Teori Relativitas Khusus Agus Suroso (agussuroso@fi.itb.ac.id) Fisika Teoretik Energi Tinggi dan Instrumentasi, Institut Teknologi Bandung agussuroso102.wordpress.com 18 April 2017 Agus Suroso (FTETI-ITB)

Lebih terperinci

Prinsip relativtas (pestulat pertama): Hukum-hukum fisika adalah sma untuk setiap kerangka acuan

Prinsip relativtas (pestulat pertama): Hukum-hukum fisika adalah sma untuk setiap kerangka acuan Konsep teori relativitas Teori relativitas khusus Einstein-tingkah laku benda yang terlokalisasi dalam kerangka acuan inersia, umumnya hanya berlaku pada kecepatan yang mendekati kecepatan cahaya. Transforasi

Lebih terperinci

Albert Einstein and the Theory of Relativity

Albert Einstein and the Theory of Relativity Albert Einstein and the Theory of Relativity 1 KU1101 Konsep Pengembangan Ilmu Pengetahuan Bab 07 Great Idea: Semua pengamat, tidak peduli apa kerangka referensinya, mengamati hukum alam yang sama 1. Pendahuluan

Lebih terperinci

FISIKA MODERN UNIT. Radiasi Benda Hitam. Hamburan Compton & Efek Fotolistrik. Kumpulan Soal Latihan UN

FISIKA MODERN UNIT. Radiasi Benda Hitam. Hamburan Compton & Efek Fotolistrik. Kumpulan Soal Latihan UN Kumpulan Soal Latihan UN UNIT FISIKA MODERN Radiasi Benda Hitam 1. Suatu benda hitam pada suhu 27 0 C memancarkan energi sekitar 100 J/s. Benda hitam tersebut dipanasi sehingga suhunya menjadi 327 0 C.

Lebih terperinci

Kinematika Sebuah Partikel

Kinematika Sebuah Partikel Kinematika Sebuah Partikel oleh Delvi Yanti, S.TP, MP Bahan Kuliah PS TEP oleh Delvi Yanti Kinematika Garis Lurus : Gerakan Kontiniu Statika : Berhubungan dengan kesetimbangan benda dalam keadaan diam

Lebih terperinci

D. 30 newton E. 70 newton. D. momentum E. percepatan

D. 30 newton E. 70 newton. D. momentum E. percepatan 1. Sebuah benda dengan massa 5 kg yang diikat dengan tali, berputar dalam suatu bidang vertikal. Lintasan dalam bidang itu adalah suatu lingkaran dengan jari-jari 1,5 m Jika kecepatan sudut tetap 2 rad/s,

Lebih terperinci

Rira/ Resume paper Albert Einstein: On the Electrodynamics of Moving Bodies 1) Kinematika a. Pendefinisian Kesimultanan

Rira/ Resume paper Albert Einstein: On the Electrodynamics of Moving Bodies 1) Kinematika a. Pendefinisian Kesimultanan Rira/10204002 Resume paper Albert Einstein: On the Electrodynamics of Moving Bodies Dalam papernya, Einstein membuka dengan mengemukakan fenomena elektrodinamika Maxwell. Saat diterapkan pada benda-benda

Lebih terperinci

Mata Pelajaran : FISIKA

Mata Pelajaran : FISIKA Mata Pelajaran : FISIKA Kelas/ Program : XII IPA Waktu : 90 menit Petunjuk Pilihlah jawaban yang dianggap paling benar pada lembar jawaban yang tersedia (LJK)! 1. Hasil pengukuran tebal meja menggunakan

Lebih terperinci

Wardaya College. Tes Simulasi Ujian Nasional SMA Berbasis Komputer. Mata Pelajaran Fisika Tahun Ajaran 2017/2018. Departemen Fisika - Wardaya College

Wardaya College. Tes Simulasi Ujian Nasional SMA Berbasis Komputer. Mata Pelajaran Fisika Tahun Ajaran 2017/2018. Departemen Fisika - Wardaya College Tes Simulasi Ujian Nasional SMA Berbasis Komputer Mata Pelajaran Fisika Tahun Ajaran 2017/2018-1. Hambatan listrik adalah salah satu jenis besaran turunan yang memiliki satuan Ohm. Satuan hambatan jika

Lebih terperinci

D. I, U, X E. X, I, U. D. 5,59 x J E. 6,21 x J

D. I, U, X E. X, I, U. D. 5,59 x J E. 6,21 x J 1. Bila sinar ultra ungu, sinar inframerah, dan sinar X berturut-turut ditandai dengan U, I, dan X, maka urutan yang menunjukkan paket (kuantum) energi makin besar ialah : A. U, I, X B. U, X, I C. I, X,

Lebih terperinci

Jenis dan Sifat Gelombang

Jenis dan Sifat Gelombang Jenis dan Sifat Gelombang Gelombang Transversal, Gelombang Longitudinal, Gelombang Permukaan Gelombang Transversal Gelombang transversal merupakan gelombang yang arah pergerakan partikel pada medium (arah

Lebih terperinci

BAB RELATIVITAS. Htung kecepatan rudal pada Contoh 10.1 berdasarkan relativitas Einstein.

BAB RELATIVITAS. Htung kecepatan rudal pada Contoh 10.1 berdasarkan relativitas Einstein. BAB RELATIVITAS Contoh. Sebuah pesawat antariksa bergerak dengan kelajuan,5. Seorang awak dalam pesawat tersebut menembakkan sebuah rudal dengan kelajuan,35 searah dengan gerak pesawat. Berapa keepatan

Lebih terperinci

GERAK LURUS Kedudukan

GERAK LURUS Kedudukan GERAK LURUS Gerak merupakan perubahan posisi (kedudukan) suatu benda terhadap sebuah acuan tertentu. Perubahan letak benda dilihat dengan membandingkan letak benda tersebut terhadap suatu titik yang diangggap

Lebih terperinci

3. (4 poin) Seutas tali homogen (massa M, panjang 4L) diikat pada ujung sebuah pegas

3. (4 poin) Seutas tali homogen (massa M, panjang 4L) diikat pada ujung sebuah pegas Soal Multiple Choise 1.(4 poin) Sebuah benda yang bergerak pada bidang dua dimensi mendapat gaya konstan. Setelah detik pertama, kelajuan benda menjadi 1/3 dari kelajuan awal benda. Dan setelah detik selanjutnya

Lebih terperinci

D. 6,25 x 10 5 J E. 4,00 x 10 6 J

D. 6,25 x 10 5 J E. 4,00 x 10 6 J 1. Besarnya usaha untuk menggerakkan mobil (massa mobil dan isinya adalah 1000 kg) dari keadaan diam hingga mencapai kecepatan 72 km/jam adalah... (gesekan diabaikan) A. 1,25 x 10 4 J B. 2,50 x 10 4 J

Lebih terperinci

SOAL FISIKA UNTUK TINGKAT PROVINSI Waktu: 180 menit Soal terdiri dari 30 nomor pilihan ganda, 10 nomor isian dan 2 soal essay

SOAL FISIKA UNTUK TINGKAT PROVINSI Waktu: 180 menit Soal terdiri dari 30 nomor pilihan ganda, 10 nomor isian dan 2 soal essay SOAL FISIKA UNTUK TINGKAT PROVINSI Waktu: 180 menit Soal terdiri dari 30 nomor pilihan ganda, 10 nomor isian dan 2 soal essay A. PILIHAN GANDA Petunjuk: Pilih satu jawaban yang paling benar. 1. Grafik

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN LOMBOK UTARA DINAS PENDIDIKAN PEMUDA DAN OLAHRAGA MUSYAWARAH KERJA KEPALA SEKOLAH (MKKS) SMA TRY OUT UJIAN NASIONAL 2010

PEMERINTAH KABUPATEN LOMBOK UTARA DINAS PENDIDIKAN PEMUDA DAN OLAHRAGA MUSYAWARAH KERJA KEPALA SEKOLAH (MKKS) SMA TRY OUT UJIAN NASIONAL 2010 PEMERINTAH KABUPATEN LOMBOK UTARA DINAS PENDIDIKAN PEMUDA DAN OLAHRAGA MUSYAWARAH KERJA KEPALA SEKOLAH (MKKS) SMA TRY OUT UJIAN NASIONAL 200 Mata Pelajaran : Fisika Kelas : XII IPA Alokasi Waktu : 20 menit

Lebih terperinci

CHAPTER ii GERAK RELATIV

CHAPTER ii GERAK RELATIV CHAPTER ii GERAK RELATIV Mekanika Newton gagal menjelaskan fenomena gerak dengan keepatan tinggi mendekati keepatan ahaya. Contoh pada perobaan yang dilakukan dengan memberikan beda potensial yang sangat

Lebih terperinci

Bab 1. Teori Relativitas Khusus

Bab 1. Teori Relativitas Khusus Bab. Teori Relatiitas Khusus. PENDAHULUAN Sebuah benda dikatakan:. Bergerak relatif terhadap benda lain jika dalam selang waktu tertentu kedudukan relatif benda tersebut berubah.. Tidak bergerak jika kedudukan

Lebih terperinci

Doc. Name: UNSMAIPA2016FIS999 Doc. Version :

Doc. Name: UNSMAIPA2016FIS999 Doc. Version : UN SMA 2016 - Fisika Soal Doc. Name: UNSMAIPA2016FIS999 Doc. Version : 2016-10 halaman 1 01. Sebuah benda diukur diameternya menggunakan mikrometer sekrup. Dari hasil pengukuran tersebut diperoleh data

Lebih terperinci

Antiremed Kelas 12 Fisika

Antiremed Kelas 12 Fisika Antiremed Kelas 12 Fisika Persiapan UAS 2 Doc. Name: AR12FIS02UAS Version : 2016-09 halaman 1 01. Batas ambang frekuensi dari seng untuk efek fotolistrik adalah di daerah sinar ultraviolet. Manakah peristiwa

Lebih terperinci

1. Hasil pengukuran yang ditunjukkan oleh alat ukur dibawah ini adalah.

1. Hasil pengukuran yang ditunjukkan oleh alat ukur dibawah ini adalah. 1. Hasil pengukuran yang ditunjukkan oleh alat ukur dibawah ini adalah. 1 A. 5, 22 mm B. 5, 72 mm C. 6, 22 mm D. 6, 70 mm E. 6,72 mm 5 25 20 2. Dua buah vektor masing-masing 5 N dan 12 N. Resultan kedua

Lebih terperinci

C20 FISIKA SMA/MA IPA. 1. Hasil pengukuran diameter suatu benda menggunakan jangka sorong ditunjukkan oleh gambar berikut.

C20 FISIKA SMA/MA IPA. 1. Hasil pengukuran diameter suatu benda menggunakan jangka sorong ditunjukkan oleh gambar berikut. 1 1. Hasil pengukuran diameter suatu benda menggunakan jangka sorong ditunjukkan oleh gambar berikut. Rentang hasil pengkuran diameter di atas yang memungkinkan adalah. A. 5,3 cm sampai dengan 5,35 cm

Lebih terperinci

GERAK PADA GARIS LURUS

GERAK PADA GARIS LURUS GERAK PADA GARIS LURUS Perpindahan, Waktu dan Kecepatan rata rata Perpindahan, perubahan posisi benda terhadap titik asal A X AB = X B - X A B A X BA = X A - X B B Proses perpindahan atau perubahan posisi

Lebih terperinci

Prediksi 1 UN SMA IPA Fisika

Prediksi 1 UN SMA IPA Fisika Prediksi UN SMA IPA Fisika Kode Soal Doc. Version : 0-06 halaman 0. Dari hasil pengukuran luas sebuah lempeng baja tipis, diperoleh, panjang = 5,65 cm dan lebar 0,5 cm. Berdasarkan pada angka penting maka

Lebih terperinci

Uji Kompetensi Semester 1

Uji Kompetensi Semester 1 A. Pilihlah jawaban yang paling tepat! Uji Kompetensi Semester 1 1. Sebuah benda bergerak lurus sepanjang sumbu x dengan persamaan posisi r = (2t 2 + 6t + 8)i m. Kecepatan benda tersebut adalah. a. (-4t

Lebih terperinci

Xpedia Fisika. Kapita Selekta - Set 01 no Pertanyaan berhubungan dengan gambar di bawah ini serta pilihan yang ada.

Xpedia Fisika. Kapita Selekta - Set 01 no Pertanyaan berhubungan dengan gambar di bawah ini serta pilihan yang ada. Xpedia isika Kapita Selekta - Set 01 no 01-20 Doc. Name: XPIS9901 Doc. Version : 2012-07 halaman 1 Pertanyaan 01-03 berhubungan dengan gambar di bawah ini serta pilihan yang ada. 01. Sebuah proyektil diluncurkan

Lebih terperinci

SNMPTN 2011 FISIKA. Kode Soal Gerakan sebuah mobil digambarkan oleh grafik kecepatan waktu berikut ini.

SNMPTN 2011 FISIKA. Kode Soal Gerakan sebuah mobil digambarkan oleh grafik kecepatan waktu berikut ini. SNMPTN 2011 FISIKA Kode Soal 999 Doc. Name: SNMPTN2011FIS999 Version: 2012-10 halaman 1 01. Gerakan sebuah mobil digambarkan oleh grafik kecepatan waktu berikut ini. Percepatan ketika mobil bergerak semakin

Lebih terperinci

Dibuat oleh invir.com, dibikin pdf oleh

Dibuat oleh invir.com, dibikin pdf oleh 1. Energi getaran selaras : A. berbanding terbalik dengan kuadrat amplitudonya B. berbanding terbalik dengan periodanya C. berbanding lurus dengan kuadrat amplitudonya. D. berbanding lurus dengan kuadrat

Lebih terperinci

Fisika UMPTN Tahun 1986

Fisika UMPTN Tahun 1986 Fisika UMPTN Tahun 986 UMPTN-86-0 Sebuah benda dengan massa kg yang diikat dengan tali, berputar dalam suatu bidang vertikal. Lintasan dalam bidang itu adalah suatu lingkaran dengan jari-jari, m. Jika

Lebih terperinci

Benda B menumbuk benda A yang sedang diam seperti gambar. Jika setelah tumbukan A dan B menyatu, maka kecepatan benda A dan B

Benda B menumbuk benda A yang sedang diam seperti gambar. Jika setelah tumbukan A dan B menyatu, maka kecepatan benda A dan B 1. Gaya Gravitasi antara dua benda bermassa 4 kg dan 10 kg yang terpisah sejauh 4 meter A. 2,072 x N B. 1,668 x N C. 1,675 x N D. 1,679 x N E. 2,072 x N 2. Kuat medan gravitasi pada permukaan bumi setara

Lebih terperinci

SOAL SELEKSI PENERIMAAN MAHASISWA BARU (BESERA PEMBAHASANNYA) TAHUN 1993

SOAL SELEKSI PENERIMAAN MAHASISWA BARU (BESERA PEMBAHASANNYA) TAHUN 1993 SOAL SELEKSI PENERIMAAN MAHASISWA BARU (BESERA PEMBAHASANNYA) TAHUN 1993 BAGIAN KEARSIPAN SMA DWIJA PRAJA PEKALONGAN JALAN SRIWIJAYA NO. 7 TELP (0285) 426185) 1. Peluru ditembakkan condong ke atas dengan

Lebih terperinci

SANGAT RAHASIA. 30 o. DOKUMEN ASaFN 2. h = R

SANGAT RAHASIA. 30 o. DOKUMEN ASaFN 2. h = R DOKUMEN ASaFN. Sebuah uang logam diukur ketebalannya dengan menggunakan jangka sorong dan hasilnya terlihat seperti pada gambar dibawah. Ketebalan uang tersebut adalah... A. 0,0 cm B. 0, cm C. 0, cm D.

Lebih terperinci

Kegiatan Belajar 3 MATERI POKOK : JARAK, KECEPATAN DAN PERCEPATAN

Kegiatan Belajar 3 MATERI POKOK : JARAK, KECEPATAN DAN PERCEPATAN Kegiatan Belajar 3 MATERI POKOK : JARAK, KECEPATAN DAN PERCEPATAN A. URAIAN MATERI: Suatu benda dikatakan bergerak jika benda tersebut kedudukannya berubah setiap saat terhadap titik acuannya (titik asalnya).

Lebih terperinci

LATIHAN SOAL MENJELANG UJIAN TENGAH SEMESTER STAF PENGAJAR FISIKA TPB

LATIHAN SOAL MENJELANG UJIAN TENGAH SEMESTER STAF PENGAJAR FISIKA TPB LATIHAN SOAL MENJELANG UJIAN TENGAH SEMESTER STAF PENGAJAR FISIKA TPB Soal No. 1 Seorang berjalan santai dengan kelajuan 2,5 km/jam, berapakah waktu yang dibutuhkan agar ia sampai ke suatu tempat yang

Lebih terperinci

SOAL SELEKSI PENERIMAAN MAHASISWA BARU (BESERA PEMBAHASANNYA) TAHUN 1984

SOAL SELEKSI PENERIMAAN MAHASISWA BARU (BESERA PEMBAHASANNYA) TAHUN 1984 SOAL SELEKSI PENERIMAAN MAHASISWA BARU (BESERA PEMBAHASANNYA) TAHUN 1984 BAGIAN KEARSIPAN SMA DWIJA PRAJA PEKALONGAN JALAN SRIWIJAYA NO. 7 TELP (0285) 426185) 1. Besarnya usaha untuk menggerakkan mobil

Lebih terperinci

D. 30 newton E. 70 newton. D. momentum E. percepatan

D. 30 newton E. 70 newton. D. momentum E. percepatan 1. Sebuah benda dengan massa 5 kg yang diikat dengan tali, berputar dalam suatu bidang vertikal. Lintasan dalam bidang itu adalah suatu lingkaran dengan jari-jari 1,5 m Jika kecepatan sudut tetap 2 rad/s,

Lebih terperinci

UN SMA IPA 2011 Fisika

UN SMA IPA 2011 Fisika UN SMA IPA 2011 Fisika Kode Soal Doc. Name: UNSMAIPA2011FIS999 Doc. Version : 2012-12 halaman 1 1. Sebuah benda bergerak dengan lintasan seperti grafik berikut : Perpindahan yang dialami benda sebesar.

Lebih terperinci

TEST KEMAMPUAN DASAR FISIKA

TEST KEMAMPUAN DASAR FISIKA TEST KEMAMPUAN DASAR FISIKA Jawablah pertanyaan-pertanyaan di bawah ini dengan pernyataan BENAR atau SALAH. Jika jawaban anda BENAR, pilihlah alasannya yang cocok dengan jawaban anda. Begitu pula jika

Lebih terperinci

BAB MOMENTUM DAN IMPULS

BAB MOMENTUM DAN IMPULS BAB MOMENTUM DAN IMPULS I. SOAL PILIHAN GANDA 0. Dalam sistem SI, satuan momentum adalah..... A. N s - B. J s - C. W s - D. N s E. J s 02. Momentum adalah.... A. Besaran vektor dengan satuan kg m B. Besaran

Lebih terperinci

2. Seorang siswa berlari di sebuah lapangan seperti pada gambar berikut ini.

2. Seorang siswa berlari di sebuah lapangan seperti pada gambar berikut ini. 1. Pada pengukuran benda dengan neraca ohauss, kedudukan skala diperlihatkan gambar berikut Hasil pengukuran benda tersebut adalah. A. 330 garm B. 334 gram C. 343 gram D. 430 gram E. 433 gram 2. Seorang

Lebih terperinci

1 Soal latihan UTS Ganjil IPA-Fisika kelas VIII Semester 1 A. Pilihlah salah satu jawaban yang paling benar! 1. Perhatikan beberapa pernyataan berikut: 1) Dapat merubah kecepatan benda 2) Dapat berupa

Lebih terperinci

C21 FISIKA SMA/MA IPA. 1. Seorang siswa mengukur panjang dan lebar suatu plat logam menggunakan mistar dan jangka sorong sebagai berikut.

C21 FISIKA SMA/MA IPA. 1. Seorang siswa mengukur panjang dan lebar suatu plat logam menggunakan mistar dan jangka sorong sebagai berikut. 1 1. Seorang siswa mengukur panjang dan lebar suatu plat logam menggunakan mistar dan jangka sorong sebagai berikut. Panjang Lebar (menggunakan mistar) (menggunakan jangka sorong) Luas plat logam di atas

Lebih terperinci

UN SMA IPA 2009 Fisika

UN SMA IPA 2009 Fisika UN SMA IPA 009 isika Kode Soal P88 Doc. Version : 0-06 halaman 0. itria melakukan perjalanan napak tilas dimulai dari titik A ke titik B : 600 m arah utara; ke titik C 400 m arah barat; ke titik D 00 m

Lebih terperinci

UN SMA IPA 2008 Fisika

UN SMA IPA 2008 Fisika UN SMA IPA 008 Fisika Kode Soal P67 Doc. Version : 0-06 halaman 0. Tebal pelat logam diukur dengan mikrometer skrup seperti gambar Tebal pelat logam adalah... (A) 4,8 mm (B) 4,90 mm (C) 4,96 mm (D) 4,98

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA.1 Atom Pion Atom pion sama seperti atom hidrogen hanya elektron nya diganti menjadi sebuah pion negatif. Partikel ini telah diteliti sekitar empat puluh tahun yang lalu, tetapi

Lebih terperinci

138 Ilmu Pengetahuan Alam SMP dan MTs Kelas VII

138 Ilmu Pengetahuan Alam SMP dan MTs Kelas VII Gerak Lurus 137 138 Ilmu Pengetahuan Alam SMP dan MTs Kelas VII V Gerak Lurus Jika kamu berada di dalam mobil yang sedang berjalan dan memandang sebuah pohon di pinggir jalan, kamu akan melihat seolah-olah

Lebih terperinci

Teori Relativitas Khusus

Teori Relativitas Khusus (agussuroso@fi.itb.ac.id) Fisika Teoretik Energi Tinggi dan Instrumentasi, Institut Teknologi Bandung 12 April 2017 Materi 1 Relativitas, Galileo vs Einstein 2 Relativitas Simultanitas 3 Relativitas Waktu

Lebih terperinci

2. Sebuah partikel bergerak lurus ke timur sejauh 3 cm kemudian belok ke utara dengan sudut 37 o dari arah timur sejauh 5 cm. Jika sin 37 o = 3 5

2. Sebuah partikel bergerak lurus ke timur sejauh 3 cm kemudian belok ke utara dengan sudut 37 o dari arah timur sejauh 5 cm. Jika sin 37 o = 3 5 1 1. Hasil pengukuran diameter suatu benda menggunakan jangka sorong ditunjukkan oleh gambar berikut. Diameter minimum benda sebesar. A. 9,775 cm B. 9,778 cm C. 9,782 cm D. 9,785 cm E. 9,788 cm 2. Sebuah

Lebih terperinci

C. Kunci : E Penyelesaian : Diket mobil massa = m Daya = P f s = 0 V o = 0 Waktu mininiumyang diperlukan untuk sampai kecepatan V adalah :

C. Kunci : E Penyelesaian : Diket mobil massa = m Daya = P f s = 0 V o = 0 Waktu mininiumyang diperlukan untuk sampai kecepatan V adalah : 1. Sebuah mobil bermassa m memiliki mesin berdaya P. Jika pengaruh gesekan kecil, maka waktu minimum yang diperlukan mobil agar mencapai kecepatan V dari keadaan diam adalah... A. B. D. E. C. Diket mobil

Lebih terperinci

FISIKA UNTUK UNIVERSITAS JILID I ROSYID ADRIANTO

FISIKA UNTUK UNIVERSITAS JILID I ROSYID ADRIANTO i FISIKA UNTUK UNIVERSITAS JILID I ROSYID ADRIANTO Departemen Fisika Universitas Airlangga, Surabaya E-mail address, P. Carlson: i an cakep@yahoo.co.id URL: http://www.rosyidadrianto.wordpress.com Puji

Lebih terperinci

1. Persamaan keadaan gas ideal ditulis dalam bentuk = yang tergantung kepada : A. jenis gas B. suhu gas C. tekanan gas

1. Persamaan keadaan gas ideal ditulis dalam bentuk = yang tergantung kepada : A. jenis gas B. suhu gas C. tekanan gas 1. Persamaan keadaan gas ideal ditulis dalam bentuk = yang tergantung kepada : jenis gas suhu gas tekanan gas D. volume gas E. banyak partikel 2. Seorang anak duduk di atas kursi pada roda yang berputar

Lebih terperinci

UM UGM 2017 Fisika. Soal

UM UGM 2017 Fisika. Soal UM UGM 07 Fisika Soal Doc. Name: UMUGM07FIS999 Version: 07- Halaman 0. Pada planet A yang berbentuk bola dibuat terowongan lurus dari permukaan planet A yang menembus pusat planet dan berujung di permukaan

Lebih terperinci

RELATIVITAS. Oleh: Yusman Wiyatmo Jurdik Fisika FMIPA UNY. A. Pendahuluan

RELATIVITAS. Oleh: Yusman Wiyatmo Jurdik Fisika FMIPA UNY. A. Pendahuluan A. Pendahuluan RELATIVITAS Oleh: Yusman Wiyatmo Jurdik Fisika FMIPA UNY Apakah dunia fisis yang bebas dari pengaruh inderawi benar-benar ada? Apakah gunung-gunung, pohon-pohon, ladang, lautan, dan awan

Lebih terperinci

Fisika EBTANAS Tahun 1996

Fisika EBTANAS Tahun 1996 Fisika EBTANAS Tahun 1996 EBTANAS-96-01 Di bawah ini yang merupakan kelompok besaran turunan A. momentum, waktu, kuat arus B. kecepatan, usaha, massa C. energi, usaha, waktu putar D. waktu putar, panjang,

Lebih terperinci

KINEMATIKA STAF PENGAJAR FISIKA IPB

KINEMATIKA STAF PENGAJAR FISIKA IPB KINEMATIKA STAF PENGAJAR FISIKA IPB KINEMATIKA Mempelajari gerak sebagai fungsi dari waktu tanpa mempedulikan penyebabnya Manfaat Perancangan suatu gerak: Jadwal kereta, pesawat terbang, dll Jadwal pits

Lebih terperinci

USAHA, ENERGI & DAYA

USAHA, ENERGI & DAYA USAHA, ENERGI & DAYA (Rumus) Gaya dan Usaha F = gaya s = perpindahan W = usaha Θ = sudut Total Gaya yang Berlawanan Arah Total Gaya yang Searah Energi Kinetik Energi Potensial Energi Mekanik Daya Effisiensi

Lebih terperinci

MOMENTUM LINEAR DAN IMPULS MOMENTUM LINEAR DAN IMPULS

MOMENTUM LINEAR DAN IMPULS MOMENTUM LINEAR DAN IMPULS 5 MOMENTUM LINEAR DAN IMPULS Setelah mempelajari materi "Momentum Linear dan Impuls" diharapkan Anda dapat merumuskan konsep impuls dan momentum, keterkaitan antarkeduanya serta aplikasinya dalam kehidupan.

Lebih terperinci

D. 85 N E. 100 N. Kunci : E Penyelesaian : Kita jabarkan ketiga Vektor ke sumbu X dan dan sumbu Y, lihat gambar di bawah ini :

D. 85 N E. 100 N. Kunci : E Penyelesaian : Kita jabarkan ketiga Vektor ke sumbu X dan dan sumbu Y, lihat gambar di bawah ini : 1. Tiga buah vektor gaya masing-masing F 1 = 30 N, F 2 = 70 N, dan F 3 = 30 N, disusun seperti pada gambar di atas. Besar resultan ketiga vektor tersebut adalah... A. 0 N B. 70 N C. 85 N D. 85 N E. 100

Lebih terperinci

KERJA DAN ENERGI. 4.1 Pendahuluan

KERJA DAN ENERGI. 4.1 Pendahuluan IV KERJA DAN ENERGI Kompetensi yang ingin dicapai setelah mempelajari bab ini adalah kemampuan memahami, menganalisis dan mengaplikasikan konsep-konsep kerja dan energi pada kehidupan sehari-hari ataupun

Lebih terperinci

Antiremed Kelas 11 FISIKA

Antiremed Kelas 11 FISIKA Antiremed Kelas FISIKA Persiapan UAS - Latihan Soal Doc. Name: K3ARFIS0UAS Version : 205-02 halaman 0. Jika sebuah partikel bergerak dengan persamaan posisi r= 5t 2 +, maka kecepatan rata -rata antara

Lebih terperinci

Pelatihan Ulangan Semester Gasal

Pelatihan Ulangan Semester Gasal Pelatihan Ulangan Semester Gasal A. Pilihlah jawaban yang benar dengan menuliskan huruf a, b, c, d, atau e di dalam buku tugas Anda!. Perhatikan gambar di samping! Jarak yang ditempuh benda setelah bergerak

Lebih terperinci

UN SMA IPA 2008 Fisika

UN SMA IPA 2008 Fisika UN SMA IPA 008 Fisika Kode Soal P44 Doc. Name: UNSMAIPA008FISP44 Doc. Version : 011-06 halaman 1 01. Berikut ini disajikan diagram vektor F 1 dan F! Persamaan yang tepat untuk resultan R = adalah... (A)

Lebih terperinci

3. Sebuah sinar laser dipancarkan ke kolam yang airnya tenang seperti gambar

3. Sebuah sinar laser dipancarkan ke kolam yang airnya tenang seperti gambar 1. Pembacaan jangka sorong di samping yang benar adalah. cm a. 1,05 c. 2, 05 b. 1,45 d. 2, 35 2. Adi berangkat ke sekolah pukul 06.15. Jarak rumah Ardi dengan sekolah 1.8 km. Sekolah dimulai pukul 07.00.

Lebih terperinci

UN SMA IPA 2008 Fisika

UN SMA IPA 2008 Fisika UN SMA IPA 2008 Fisika Kode Soal P67 Doc. Name: UNSMAIPA2008FISP67 Doc. Version : 2011-06 halaman 1 01. Tebal pelat logam diukur dengan mikrometer skrup seperti gambar Tebal pelat logam adalah... (A) 4,85

Lebih terperinci

BAB V HUKUM NEWTON TENTANG GERAK

BAB V HUKUM NEWTON TENTANG GERAK BAB V HUKUM NEWTON TENTANG GERAK Ilmuwan yang sangat berjasa dalam mempelajari hubungan antara gaya dan gerak adalah Isaac Newton, seorang ilmuwan Inggris. Newton mengemukakan tiga buah hukumnya yang dikenal

Lebih terperinci

Jika massa jenis benda yang tercelup tersebut kg/m³, maka massanya adalah... A. 237 gram B. 395 gram C. 632 gram D.

Jika massa jenis benda yang tercelup tersebut kg/m³, maka massanya adalah... A. 237 gram B. 395 gram C. 632 gram D. 1. Perhatikan gambar. Jika pengukuran dimulai pada saat kedua jarum menunjuk nol, maka hasil pengukuran waktu adalah. A. 38,40 menit B. 40,38 menit C. 38 menit 40 detik D. 40 menit 38 detik 2. Perhatikan

Lebih terperinci

UJIAN MASUK BERSAMA PERGURUAN TINGGI (UMB - PT) Mata Pelajaran : Fisika Tanggal : 07 Juni 2009 Kode Soal : 220 220 Daftar konstanta alam sebagai pelengkap soal-soal fisika g = 0 m s -2 (kecuali m e = 9,

Lebih terperinci

PREDIKSI UN FISIKA V (m.s -1 ) 20

PREDIKSI UN FISIKA V (m.s -1 ) 20 PREDIKSI UN FISIKA 2013 1. Perhatikan gambar berikut Hasil pengukuran yang bernar adalah. a. 1,23 cm b. 1,23 mm c. 1,52mm d. 1,73 cm e. 1,73 mm* 2. Panjang dan lebar lempeng logam diukur dengan jangka

Lebih terperinci