BAB IV PENGOLAHAN DATA
|
|
- Yulia Tanuwidjaja
- 7 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 BAB IV PENGOLAHAN DATA 4.1 Sber Data Peodelan dispersi poltan dari cerobong asap pabrik dengan Gassian Ple Model akan diterapkan pada kondisi nata dengan data ang diperoleh dari PT. KL. Pabrik tersebt bergerak di bidang indstri pebatan kertas di daerah Probolinggo, Jawa Tir. Cerobong asap ang ada di pabrik tersebt berfngsi sebagai salran pebangan poltan hasil pebakaran bat bara. Bat bara dibakar ntk enggerakkan trbin ang berfngsi sebagai peasok listrik di kawasan pabrik, perahan, asjid, sekolah dan fasilitas lain di sekitarna ilik PT. KL. Oleh karena it cerobong asap bekerja selaa 24 ja sehari. Berikt adalah foto dara PT. KL dan kawasan sekitarna ang diabil dari Google Earth. Dari gabar di bawah ini, terlihat bahwa topografi di sekitar cerobong asap adalah daerah rban. 54
2 Gabar 4.1. Foto dara PT. KL dan kawasan sekitarna dengan Google Earth Pada Gabar 4.1 lokasi cerobong asap ditandai dengan lingkaran erah. Berikt adalah perbesaran dari lokasi cerobong asap ang diaati. Gabar 4.2. Perbesaran lokasi cerobong asap 55
3 Data ang diperoleh dari PT. KL. Lokasi Pengkran : Cerobong Ketel No. 2 Tinggi (h) : 20 eter Diaeter (d) : 2 eter Wakt Pengkran : Selasa, 1 Mei 2007 Pkl WIB Hasil Pengkran : 1. Faktor Kiia No. Paraeter Rata-rata Kadar Terkr ( ρ : assa jenis) 1. Nitrogen dioksida 42 (NO 2 ) 2. Slfr dioksida (SO 2 ) 28. Total partikel 4 Tabel 4.1. Hasil pengkran assa jenis poltan ang dibang Satan g 2. Faktor Fisik No. Paraeter Sibol Hasil Pengkran Satan 1. Kecepatan aliran gas v pc 16,26 2. Sh gas T pc 160 Celcis. Sh dara T 28 2 Celcis 4. Kecepatan angin * 1,6 2,9 5. Arah angin - Tir Lat - Tabel 4.2. Hasil pengkran karakteristik fisik poltan dan kondisi eteorologis sekitar pabrik (*) Dikr pada ketinggian 10 eter Dari hasil pengkran di atas terlihat bahwa askan ntk persaaan Gassian Ple Model dan persaaan bel sea terpenhi, ait laj eisi poltan ata aliran assa poltan ang dibang per satan wakt (Q) dan tekanan dara sekitar (P a ). Nilai Q dapat diperoleh dari aliran vole poltan ang dibang per satan wakt (V) ang dinatakan dengan V = Av pc (5.1) 56
4 Q sedangkan V dapat dinatakan dengan V =, sehingga diperoleh ρ dengan A adalah las penapang kelarna poltan = Q = Aρv pc (5.2) 1 4 d. π 2 2 ( ) Dari data pada Tabel 4.1, terlihat bahwa kadar partikel deb ang dibang sangat kecil sehingga diassikan kran partikel deb saa dengan kran olekl-olekl gas. Selain it, diassikan pla bahwa tidak ada reaksi kiia ang terjadi pada poltan selaa berdispersi di dara ang dapat enebabkan jlah poltan berbah. Laj eisi poltan berdasarkan data adalah Q = Q + Q + Q NO2 SO2 partikel ( ) = Av ρ + ρ + ρ =,8 pc NO SO partikel gr 2 2 Tekanan dara di atosfer adalah fngsi dari ketinggian dari perkaan lat. Tekanan akan berkrang dengan bertabahna ketinggian. Tekanan dara pada perkaan lat adalah 101 ilibar dan tekanan dara di atosfer pada ketinggian tertent dapat diperoleh dengan aproksiasi berikt: a = 101 0,96 ( ilibar) (5.) Pa ( ) dengan a adalah ketinggian dari perkaan lat per 1000 kaki ata 04,8 eter. Tekanan dara sebagai askan pada persaaan dikr pada tinggi fisik cerobong asap (h = 20 eter). Seentara it, PT. KL terletak pada ketinggian 48 eter dari perkaan lat sehingga ketinggian 68 eter. Perhitngan dengan (5.) eberikan P a akan dihitng pada Pa ( ) 68 04,8 = 101 0,96 = 1004,5 ilibar 4.2 Lokasi Pengaatan Lokasi pengaatan ang dipilih ntk ditentkan konsentrasina adalah pekian penddk ang paling dekat dengan cerobong asap, pekian penddk di selatan cerobong asap ntk ewakili kondisi di siang hari, dan pekian penddk di sebelah tara cerobong asap ntk ewakili kondisi di ala hari. 57
5 4.2.1 Pekian Penddk Terdekat dengan Cerobong Asap Kass 1: Kondisi sebenarna Misalkan pekian penddk terdekat dengan cerobong asap disebt dengan Pekian 1. Jarak Pekian 1 (P 1 ) dengan lokasi cerobong asap (O) adalah 140 ang ditandai dengan garis erah seperti pada gabar berikt. Gabar 4.. Pekian penddk terdekat dengan cerobong asap (1) Keterangan: : sb-x positif (OX) : sb- positif (OY) : garis ang enghbngkan cerobong asap dengan pekian penddk (OP 1 = 140 eter) XOP 1 : sdt antara OX dan OP 1 (112 ) YOP 1 : sdt antara OY dan OP 1 (22 ) Pada saat pengkran, angin bertip ke arah tir lat sehingga sb-x positif beripit dengan arah tir lat ang ditandai dengan garis bir dan sb- positif beripit dengan arah barat lat ang ditandai 58
6 dengan garis hija. Lokasi Pekian 1 ang dinatakan dengan koordinat Cartesis adalah: x OP ( XOP ) ( ) = cos = 140 cos 112 = 52, OP ( YOP ) ( ) = cos = 140 cos 22 = 129,8 1 1 = 0 (karena berada pada perkaan tanah) Berdasarkan data pada Tabel 4.2, dipilih angin berkecepatan 2,2 bertip ke arah tir lat saat intensitas radiasi sinar atahari adalah sedang (kelas kestabilan B) dan sh dara sekitar pabrik adalah 0 C. Data hasil penghitngan adalah: = 16,61 = 12,91 h = 2,44 h : kecepatan angin pada tinggi fisik cerobong asap ntk enghitng ple rise Besarna ple rise akan dihitng dengan persaaan dan. Tabel perbandingan hasil penghitngan dengan keda persaaan tersebt adalah: Δ H,5 41,52 H 5,5 61,52 H 2,8 C 2, g 2,89 1, g H : kecepatan angin pada tinggi efektif cerobong asap ntk enghitng konsentrasi poltan dengan Gassian Ple Model Dari tabel di atas terlihat bahwa konsentrasi poltan di Pekian 1 sangat kecil. Hal ini disebabkan oleh lokasi Pekian 1 ang berlawanan arah dan sangat jah dari pergerakan poltan, ait sepanjang sb-x ang ditandai dengan garis bir pada Gabar 4.. Oleh karena it, konsentrasi poltan di Pekian 1 dapat diabaikan. 59
7 Kass 2: Arah angin dirbah Misalkan arah angin dirbah sehingga Pekian 1 berada pada kondisi terbrk, ait berada paling dekat dengan lintasan pergerakan poltan. Arah angin dirbah enjadi barat lat seperti pada gabar berikt. Gabar 4.4. Pekian penddk terdekat dengan cerobong asap (2) Lokasi Pekian 1 dala koordinat Cartesis adalah x OP ( XOP ) ( ) = cos = 140 cos 22 = 129,8 1 1 OP ( YOP ) ( ) = cos = 140 cos 68 = 52, = 0 Untk angin ang bertip ke barat lat, diperoleh = 40,5 =,11 h = 2,44 Tabel perbandingan hasil penghitngan dengan persaaan dan adalah: 60
8 Δ H 61,02 41,52 H 81,02 61,52 H,01 C 6, g 2,89 2, g Nilai x ang berbeda eberikan koefisien dispersi ang berbeda pla. Dari tabel di atas terlihat bahwa ple rise dengan persaaan enjadi lebih besar karena x ang bertabah (ple rise versi adalah fngsi dari x). Hal ini enebabkan tinggi efektif cerobong asap dan kecepatan angin pada H jga enjadi lebih besar. Untk angin ang bertip ke barat lat, konsentrasi poltan enjadi jah lebih besar. Kass : Kelas kestabilan atosfer dirbah Data kecepatan angin pada Tabel 4.2 ennjkkan bahwa kelas kestabilan atosfer ang ngkin terjadi pada saat pengkran adalah kelas A, B, ata C seperti pada Tabel 1.1. Pada da kass sebelna, konsentrasi poltan ditentkan pada kelas kestabilan B. Pada Kass, akan dicoba kelas kestabilan C ntk kondisi ang saa dengan Kass 2 kecali angin bertip dengan kecepatan 2,5 penghitngan adalah: = 27,84 = 25,96 h = 2,87. Data hasil Tabel perbandingan hasil penghitngan dengan persaaan dan adalah: Δ H 51,86 5,29 H 71,86 55,29 H,71 C 1, g,52 8,.1-6 g 61
9 Dari tabel di atas, terlihat bahwa konsentrasi poltan enjadi lebih kecil pada kondisi atosfer ang lebih stabil. Selanjtna akan dilihat konsentrasi poltan di Pekian 1 pada ala hari ntk kondisi ang saa dengan Kass 2 tetapi dengan kelas kestabilan F (perhatikan kebali Tabel 1.1) dan sh dara sekitar pabrik adalah 25 C, karena sh dara di ala hari relatif lebih kecil. Data hasil penghitngan adalah: = 1,92 = 9,5 h =,79 Tabel perbandingan hasil penghitngan dengan persaaan dan adalah: Δ H 9,8 27,28 H 59,8 47,28 H 7,1 C 2, g 6,5 4, g Dengan sh dara sekitar ang lebih kecil, selisih antara sh poltan dan sh dara sekitar enjadi lebih besar sehingga poltan akan bergerak naik lebih jah ata ple rise lebih besar. Walapn begit, kondisi atosfer ang lebih stabil eberikan ple rise, nilai koefisien dispersi, tinggi efektif cerobong asap, dan konsentrasi poltan ang lebih kecil. Walapn penghitngan ple rise dengan persaaan tidak eperhitngkan kelas kestabilan atosfer, ple rise versi tidak eberikan hasil ang saa ntk Kass 2 dan Kass. Hal ini dikarenakan konversi kecepatan angin dari ketinggian 10 eter ke tinggi fisik cerobong asap elibatkan kelas kestabilan atosfer. Selain it, kondisi atosfer ang lebih stabil eberikan konversi kecepatan angin enjadi lebih besar dengan bertabahna ketinggian. Hal ini terlihat dari tinggina kecepatan angin pada kelas kestabilan F walapn tinggi efektif cerobong asap pada kelas ini lebih kecil daripada kelas kestabilan C. 62
10 Kass 4: Kecepatan angin dirbah Pada Kass 4, angin dipilih bertip dengan kecepatan 2,9 dan kondisi lainna saa dengan Kass 2. Data hasil penghitngan adalah: = 40,5 =,11 h =,22 Tabel perbandingan hasil penghitngan dengan persaaan dan adalah: Δ H 46,29 1,5 H 66,29 51,5 H,85 C 1, g,71, g Kecepatan angin ang lebih besar eberikan nilai koefisien dispersi tetap (jelas karena koefisien dispersi adalah fngsi dari x dan kelas kestabilan atosfer). Seentara it, ple rise enjadi lebih kecil karena angin ang lebih kencang akan lebih cepat ebelokkan poltan ang bergerak naik setelah kelar dari cerobong asap. Dengan ple rise ang lebih kecil, pergerakan poltan akan lebih dekat dengan perkaan tanah sehingga konsentrasi poltan di pekian enjadi lebih besar. Kass 5: Sh dara sekitar dirbah Pada Kass 5, sh dara sekitar dipilih sebesar 7 C dengan kondisi lainna saa dengan Kass 2. Sebenarna sh dara tersebt tidak terdapat dala data. Akan tetapi jika dipilih sh seperti dala data, kass ini tidak akan eberikan hasil ang signifikan pada konsentrasi poltan. Data hasil penghitngan adalah: = 40,5 =,11 h = 2,44 Tabel perbandingan hasil penghitngan dengan persaaan dan adalah: 6
11 Δ H 59,9 40,6 H 79,9 60,6 H 2,88 C 7, g 2, g Sh dara ang lebih besar eberikan nilai koefisien dispersi tetap (jelas karena koefisien dispersi adalah fngsi dari x dan kelas kestabilan atosfer). Seentara it, ple rise enjadi lebih kecil karena selisih antara sh poltan dan sh dara lebih kecil, dengan kata lain sh dara ang lebih besar akan engrangi efek sh tinggi poltan saat kelar dari cerobong asap. Dengan ple rise ang lebih kecil, pergerakan poltan akan lebih dekat dengan perkaan tanah sehingga konsentrasi poltan di pekian enjadi lebih besar Pekian Penddk di Sebelah Utara Cerobong Asap Misalkan pekian penddk di sebelah tara cerobong asap disebt dengan Pekian 2. Pengaatan di Pekian 2 ini dilakkan ntk ewakili konsentrasi poltan di sat pekian penddk pada ala hari karena pada ala hari angin bertip dari darat ke lat. Letak PT. KL sendiri ckp dekat dengan lat, kira-kira di sebelah selatan Lat Jawa. Selanjtna akan dilihat konsentrasi poltan di Pekian 2 pada ala hari jika angin bertip ke tara dengan kecepatan g dan sh dara sekitar pabrik adalah 2 C dengan kondisi atosfer pada kelas kestabilan F. Kecepatan angin ang tinggi dan sh dara ang rendah diabil ntk ewakili kondisi eteorologis di ala hari. Jarak Pekian 2 (P 2 ) dengan lokasi cerobong asap (O) adalah 416 ang ditandai dengan garis erah seperti pada gabar berikt. 64
12 Gabar 4.5. Pekian penddk di sebelah tara cerobong asap Lokasi Pekian 2 dala koordinat Cartesis adalah: X OP ( XOP ) ( ) = cos = 416 cos 0 = Y OP ( YOP ) ( ) Z = cos = 416 cos 90 = 0 = Untk kondisi eteorologis di atas, diperoleh = 42,7 = 26,12 h = 4,54 Tabel perbandingan hasil penghitngan dengan persaaan dan adalah: Δ H 72,46 22,91 H 92,46 42,91 H 11,9 C 1, g 7,19, g 65
13 Perhatikan bahwa ple rise versi pada kass ini sangat besar dibandingkan ple rise versi. Hal ini dikarenakan eperhitngkan jarak sepanjang sb-x ntk enentkan ple rise, selain eperhitngkan kelas kestabilan atosfer. Berbeda dengan Pekian 1, selisih antara ple rise versi dan tidak terlal besar karena jarak Pekian 1 dengan cerobong asap tidak sebesar Pekian 2. Seentara it, konsentrasi poltan antara dan eberikan hasil ang berlawanan jika dibandingkan dengan Kass 2. Konsentrasi poltan dengan ple rise versi enjadi lebih kecil seentara dengan ple rise versi konsentrasi enjadi lebih besar. Selanjtna akan dilihat jika atosfer berada dala kelas kestabilan D. Data hasil penghitngan adalah: = 61,6 = 54,91 h =,56 Tabel perbandingan hasil penghitngan dengan persaaan dan adalah: Δ H 92,5 29,2 H 112,5 49,2 H 5,49 C 7, g 4,47 5,.10-5 g Pada kondisi atosfer ang lebih stabil, ple rise akan lebih kecil karena pergolakan dara ang endorong poltan ntk bergerak naik setelah kelar dari cerobong asap lebih sedikit. Selain it, konversi kecepatan angin jga lebih besar. Akan tetapi, keda hal tersebt tidak eberikan konsentrasi poltan ang lebih besar karena ang lebih penting adalah dengan pergolakan dara ang lebih sedikit, tingkat dispersi poltan lebih kecil ata koefisien dispersina lebih kecil. 66
14 4.2. Pekian Penddk di Sebelah Selatan Cerobong Asap Misalkan pekian penddk di sebelah selatan cerobong asap disebt dengan Pekian. Pengaatan di Pekian ini dilakkan ntk ewakili konsentrasi poltan di sat pekian penddk pada siang hari karena pada siang hari angin bertip dari lat ke darat ata dari tara ke selatan. Akan dilihat konsentrasi poltan di Pekian pada siang hari jika angin bertip ke selatan dengan kecepatan 2,2 g dan sh dara sekitar pabrik adalah 0 C dengan kondisi atosfer pada kelas kestabilan A. Perhatikan kass ini tidak jah berbeda dengan Kass 2. Jarak Pekian (P ) dengan lokasi cerobong asap (O) adalah 440 ang ditandai dengan garis erah seperti pada gabar berikt. Gabar 4.6. Pekian penddk di sebelah selatan cerobong asap Lokasi Pekian dala koordinat Cartesis adalah: x OP ( XOP ) ( ) = cos = 440 cos 0 = 440 OP ( YOP ) ( ) = cos = 440 cos 90 = 0 = 0 67
15 Untk kondisi eteorologis di atas diperoleh = 129,84 = 126,72 h = 2,44 Tabel perbandingan hasil penghitngan dengan persaaan dan adalah: Δ H 17,68 41,52 H 157,68 61,52 H, C 1, g 2,89 2, g Selanjtna akan dilihat jika atosfer berada dala kelas kestabilan C. Data hasil penghitngan adalah: = 89,26 = 88 h = 2,5 Tabel perbandingan hasil penghitngan dengan persaaan dan adalah: Δ H 12,99 40,1 H 152,99 60,1 H,8 C 8, g,15, g Dari tabel di atas terlihat bahwa konsentrasi poltan dengan ple rise versi lebih besar pada kondisi atosfer ang lebih stabil. Hal ini kontradiksi dengan pebahasan sebelna dan ennjkkan keleahan persaaan ang tidak eperhitngkan kelas kestabilan atosfer dan lokasi pada sb-x. Keleahan ini jga ditnjkkan oleh kass berikt. 68
16 4.2.4 Perbahan Kondisi Topografi di Sekitar Cerobong Asap Pada ketiga pekian di atas, akan dilihat konsentrasi poltan jika diisalkan daerah di sekitar cerobong asap adalah daerah rral. Pekian 1 Dengan kondisi ang serpa pada Kass 2, diperoleh = 2,94 = 1,20 h = 2,9 Tabel perbandingan hasil penghitngan dengan persaaan dan adalah Δ H 62, 42,9 H 82, 62,9 H 2,8 C 4, g 2,74 1, g Dari tabel di atas terlihat bahwa konsentrasi poltan di daerah rral lebih kecil daripada konsentrasi poltan di daerah rban. Pekian 2 Dengan kondisi ang serpa dengan Pekian 2 pada kelas kestabilan D, diperoleh data hasil penghitngan adalah = 0,4 = 15,54 h =,8 Tabel perbandingan hasil penghitngan dengan persaaan dan adalah Δ H 97,61 0,87 H 117,61 50,87 H 4,56 C g,96, g 69
17 Dari tabel di atas terlihat bahwa konsentrasi poltan di daerah rral lebih kecil daripada konsentrasi poltan di daerah rban. Pekian Dengan kondisi ang serpa dengan Pekian pada kelas kestabilan A, diperoleh data hasil penghitngan adalah = 102,22 = 89,09 h = 2,7 Tabel perbandingan hasil penghitngan dengan persaaan dan adalah Δ H 141,55 42,68 H 161,55 62,68 H 2,99 C 8, g 2,69, g Jika ple rise dihitng dengan persaaan, konsentrasi poltan seakin kecil tetapi jika dengan persaaan konsentrasi poltan seakin besar. Seharsna konsentrasi poltan pada daerah rral lebih kecil. Hal ini dikarenakan pergolakan dara di daerah rban lebih besar akibat tabrakan dengan bangnan-bangnan sehingga kondisi atosfer enjadi lebih tidak stabil dibandingkan di daerah rral. Dengan kata lain, tingkat dispersi poltan di daerah rral lebih rendah sehingga nilai di daerah rral akan lebih kecil dan konsentrasi poltan pada daerah tersebt enjadi lebih kecil. Hal ini kontradiksi dengan konsentrasi poltan dengan ple rise versi. Jadi kass ini jga ennjkkan keleahan persaaan. 4. Perbandingan Persaaan dan epblikasikan persaaan ntk enentkan ple rise sekitar tahn Persaaan tersebt sederhana dan dah dignakan sehingga telah banak dignakan. Akan tetapi, tidak eperhitngkan kestabilan 70
18 atosfer dan jarak sepanjang sb-x. Kestabilan atosfer epengarhi sejah ana poltan ap bergerak naik setelah kelar dari cerobong asap. Untk atosfer ang stabil, poltan lebih lelasa bergerak naik sehingga lintasan pergerakan poltan akan seakin jah dari perkaan tanah. Seentara it, dengan seakin besar x aka poltan akan bergerak lebih tinggi lagi sebel encapai tinggi aksina dan bergerak horiontal bersaa angin. Seiring berjalanna wakt, engidentifikasi faktor-faktor ang epengarhi ple rise seperti ang dijelaskan pada Bab III. Mlai tahn 1969, encoba engajkan persaaan penentan ple rise ntk entpi kekrangan dengan eperhitngkan kestabilan atosfer dan jarak sepanjang sb-x. Setelah elali serangkaian proses revisi, pada tahn 1972 epblikasikan seperangkat persaaan penentan ple rise ang lebih teliti. Persaaan ini lebih rit dan akan lebih dah dignakan dengan progra kopter karena lebih banak paraeter ang diperhitngkan. Dari berbagai kass penentan konsentrasi sebelna, diperoleh bahwa persaaan dan tidak eberikan ple rise ang saa. Pada berbagai kass di Pekian 1 perbedaanna dapat encapai 20. Hal ini dikarenakan kondisi ang dipilih pada pekian tersebt enangkt kecepatan angin dan kelas kestabilan atosfer. Seentara it, di Pekian 2 dan Pekian perbedaanna encapai 70. Hal ini dikarenakan pekian tersebt berada jah dari cerobong asap. Perbedaan ple rise versi dan akan seakin signifikan ntk jarak ang seakin jah dari cerobong asap dan ntk kondisi atosfer ang lebih tidak stabil. Persaaan eang lebih dah dignakan tetapi lebih aan ntk jarak sepanjang sb-x ang dekat dengan cerobong asap dan pada kondisi atosfer ang stabil. Seentara it, persaaan dapat dignakan pada berbagai kass tetapi lebih rit dan eerlkan tingkat ketelitian an tinggi sehingga akan lebih dah dignakan jika dibat dala progra kopter. Oleh karena it, progra penentan konsentrasi ang dibat dengan MATLAB akan enggnakan persaaan ntk enentkan ple rise. 71
19 4.4 Konsentrasi Maksi di Sepanjang Lokasi Pengaatan Konsentrasi aksi di sepanjang lintasan pergerakan poltan ang elewati Pekian 1 dengan angin ang bertip ke barat lat, di Pekian 2, dan di Pekian akan ditentkan dengan progra penentan konsentrasi. Selain it, lokasi terjadina konsentrasi aksi jga dapat diketahi sehingga akan terlihat apakah ketiga lokasi pengaatan tersebt erasakan konsentrasi aksi poltan hasil dispersi cerobong asap pabrik. Berikt adalah gabar tapilan progra penentan konsentrasi ang dibat dengan GUI MATLAB tersebt. Gabar 4.7. Tapilan progra penentan konsentrasi dengan GUI MATLAB Cara penggnaan progra tersebt adalah sebagai berikt. 1. Pada panel Kondisi Sekitar Pabrik dan Kestabilan Atosfer pilih tipe daerah dan kelas kestabilan atosfer pada lokasi pengaatan dengan easkkan angka ang sesai. 2. Pada panel Karakteristik Poltan askkan assa jenis poltan (rho), kecepatan poltan (v_pc) dan sh poltan (T_pc) saat kelar dari cerobong asap.. Pada panel Karakterisitik Cerobong askkan tinggi fisik (h) dan diaeter (d) cerobong asap. 72
20 4. Pada panel Karakteristik Atosfer askkan sh dara sekitar (T_) dan kecepatan angin (). 5. Pada panel Lokasi askkan jarak cerobong asap dengan lokasi pengaatan ang dipilih (Jarak), sdt antar sb-x dan garis ang enghbngkan cerobong asap dengan lokasi pengaatan (alpha), sdt antar sb- dan garis ang enghbngkan cerobong asap dengan lokasi pengaatan (beta), dan ketinggian lokasi pengaatan dari perkaan tanah (). 6. Tekan tobol Tentkan Lokasi, kedian akan ncl lokasi pengaatan dala koordinat Cartesis. 7. Tekan tobol Hitng, kedian akan ncl besarna ple rise (delta_h), tinggi efektif cerobong asap (H), koefisien dispersi pada sb dan sb- (Siga_ dan Siga_), dan besarna konsentrasi poltan di lokasi pengaatan tersebt. 8. Untk ebat grafik ple rise terhadap x (grafik sebelah kiri) dan konsentrasi poltan terhadap x (grafik sebelah kanan), askkan titik akhir dan interval antar tiap titik kedian tekan tobol Plot. Selain grafik, pada panel Maksi akan ncl konsentrasi aksi dan lokasi terjadina konsentrasi aksi. Selanjtna akan dilihat konsentrasi aksi poltan dan lokasi terjadina konsentrasi aksi sepanjang garis ang enghbngkan cerobong asap dan pekian penddk di ketiga pekian penddk ang dipilih. Kass ang dipilih adalah kass ang eberikan konsentrasi poltan ang paling besar, ait Kass 4 ntk Pekian 1, kelas kestabilan D ntk Pekian 2, dan kelas kestabilan A ntk pekian. 7
21 Gabar 4.8. Grafik ple rise dan konsentrasi poltan terhadap x di Pekian 1 ntk Kass 4 Selain digabarkan dengan grafik, progra penentan konsentrasi ini jga enentkan konsentrasi aksi dan lokasi terjadina konsentrasi aksi sepanjang pergerakan poltan ang elali Pekian 1, ait C ax = 1, g x ax = 150 Seentara it, Pekian 1 terletak pada lokasi 129,8 sepanjang lintasan pergerakan poltan. Jadi lokasi Pekian 1 ckp dekat dengan lokasi terjadina konsentrasi aksi dan akan erasakan pengarh konsentrasi aksi tersebt. Apalagi ditabah dengan kenaikan konsentrasi poltan ag ckp taja seperti pada Gabar
22 Gabar 4.9. Grafik ple rise dan konsentrasi poltan terhadap x di Pekian 2 ntk kelas kestabilan D Konsentrasi aksi dan lokasi terjadina konsentrasi aksi sepanjang lintasan pergerakan poltan ang elali Pekian 2 adalah C ax = 8, g x ax = 50 Seentara it, Pekian 2 terletak pada lokasi 416 sepanjang lintasan pergerakan poltan ang ckp jah dari lokasi terjadina konsentrasi aksi. Oleh karena it, Pekian 2 tidak erasakan konsentrasi aksi poltan tersebt. Perhatikan bahwa ntk kelas kestabilan D ata kondisi atosfer ang netral, grafik konsentrasi poltan terhadap x akan engalai penrnan kedian akan bertabah lagi seperti pada Gabar 4.9. Akan tetapi secara, profil konsentrasi poltan sepanjang sb-x adalah seperti pada Gabar.10 75
23 Gabar Grafik ple rise dan konsentrasi poltan terhadap x di Pekian ntk kelas kestabilan A Konsentrasi aksi dan lokasi terjadina konsentrasi aksi sepanjang lintasan pergerakan poltan ang elali Pekian 2 adalah C ax = 1, g x ax = 200 Seentara it, Pekian terletak pada lokasi 440 sepanjang lintasan pergerakan poltan ang ckp jah dari lokasi terjadina konsentrasi aksi. Oleh karena it, Pekian tidak erasakan konsentrasi aksi poltan tersebt. Selanjtna, akan ditentkan konsentrasi aksi dan lokasi terjadina konsentrasi aksi sepanjang sb-x dengan etode seperti ang dijelaskan pada sbbab.4 dengan (.45) dan (.46) ntk ebandingkan dengan hasil di atas. (.45) dignakan ntk eperoleh sebagai fngsi dari H, kedian dari dapat diperoleh x dan. Selanjtna konsentrasi aksi poltan dapat diperoleh dengan (.46). Pada Pekian dengan kelas kestabilan D, diperoleh H = 49,2. Dengan etode di atas, diperoleh konsentrasi aksi dan lokasi terjadina konsentrasi aksi sepanjang lintasan pergerakan poltan ang elali Pekian 2 adalah 76
24 C ax = 1, g x ax = 258 Seentara it pada Pekian dengan kelas kestabilan A, diperoleh H = 61,52. Selanjtna konsentrasi aksi dan lokasi terjadina konsentrasi aksi sepanjang lintasan pergerakan poltan ang elali Pekian adalah C ax = 1, g x ax = 167 Perhatikan bahwa keda hasil di atas ennjkkan sat kontradiksi. Keda hasil tersebt ennjkkan bahwa konsentrasi aksi ang terjadi di sepanjang lintasan pergerakan poltan ang elali Pekian 2 dan Pekian jstr lebih kecil dari konsentrasi poltan di Pekian 2 dan Pekian dengan kelas stabilitas ang dipilih. Hal ini dapat terjadi akibat assi bahwa rasio dan adalah konstan, tidak dapat diterapkan pada kass ini. Akan tetapi kontradiksi ini dapat pla terjadi akibat keleahan persaaan ang tidak eperhitngkan kelas stabilitas atosfer dan jarak x ntk enentkan ple rise. Berbeda dengan penentan konsentrasi aksi dan lokasina elali progra di atas ang eanfaatkan persaaan ntk enentkan ple rise. Jadi hal ini sekali lagi ennjkkan bahwa persaaan lebih dapat dipercaa. 77
MODEL MATEMATIKA WAKTU PENGOSONGAN TANGKI AIR
Prosiding Seinar Nasional Penelitian, Pendidikan dan Penerapan MIPA Fakltas MIPA, Universitas Negeri Yogakarta, 6 Mei 9 MODEL MATEMATIKA WAKTU PENGOSONGAN TANGKI AIR Irawati, Kntjoro Adji Sidarto. Gr SMA
Lebih terperinciPENENTUAN PANJANG LENGAN MESIN STANDAR TORSI DEADWEIGHT SEARAH JARUM JAM DAN BERLAWANAN ARAH JARUM JAM MENGGUNAKAN METODE KESETIMBANGAN LENGAN
PENENTUAN PANJANG ENGAN MESIN STANDAR TORSI DEADWEIGHT SEARAH JARUM JAM DAN BERAWANAN ARAH JARUM JAM MENGGUNAKAN METODE KESETIMBANGAN ENGAN Hafid Psat Penelitian Kalibrasi, Instrentasi dan Metrologi IPI
Lebih terperinciBAB III 3. METODOLOGI PENELITIAN
BAB III 3. METODOLOGI PENELITIAN 3.1. PROSEDUR ANALISA Penelitian ini merpakan sebah penelitian simlasi yang menggnakan bantan program MATLAB. Adapn tahapan yang hars dilakkan pada saat menjalankan penlisan
Lebih terperinciBAB III LIMIT DAN FUNGSI KONTINU
BAB III LIMIT DAN FUNGSI KONTINU Konsep it mempnyai peranan yang sangat penting di dalam kalkls dan berbagai bidang matematika. Oleh karena it, konsep ini sangat perl ntk dipahami. Meskipn pada awalnya
Lebih terperinciBAB RELATIVITAS Semua Gerak adalah Relatif
BAB RELATIVITAS. Sema Gerak adalah Relatif Sat benda dikatakan bergerak bila keddkan benda it berbah terhadap sat titik aan ata kerangka aan. Seorang penmpang kereta api yang sedang ddk di dalam kereta
Lebih terperinciPenerapan Masalah Transportasi
KA4 RESEARCH OPERATIONAL Penerapan Masalah Transportasi DISUSUN OLEH : HERAWATI 008959 JAKA HUSEN 08055 HAPPY GEMELI QUANUARI 00890 INDRA MOCHAMMAD YUSUF 0800 BAB I PENDAHULUAN.. Pengertian Riset Operasi
Lebih terperinciPersamaan gerak dalam bentuk vektor diberikan oleh: dv dt dimana : (1) v = gaya coriolis. = gaya gravitasi
1 ARUS LAUT Ada gaa ang berperan dalam ars ait: gaa-gaa primer dan gaa-gaa seknder. Gaa primer berperan dalam menggerakkan ars dan menentkan kecepatanna, gaa primer ini antara lain adalah: stress angin,
Lebih terperinciKAJIAN PENGGUNAAN KOMPRESOR AKSIAL
Jrnal Dinamis Vol. II, No. 6, Janari 00 ISSN 06-749 KAJIAN PENGGUNAAN KOMPRESOR AKSIAL Tekad Sitep Staf Pengajar Departemen Teknik Mesin Fakltas Teknik Universitas Smatera Utara Abstrak Tlisan ini mencoba
Lebih terperinciPergerakan Tanah Pada Lembah Tertimbun Yang Dipengaruhi Gelombang Permukaan Datar
Vol. 3, o., 53-59, Janari 7 Pergerakan Tanah Pada Lebah Tertibn Yang Dipengarhi Gelobang Perkaan Datar Jeffry Ksa Abstrak Tlisan ini ebahas engenai pergerakan tanah pada lebah tertibn yang dipengarhi gelobang
Lebih terperinciPENYELESAIAN LUAS BANGUN DATAR DAN VOLUME BANGUN RUANG DENGAN KONSEP DETERMINAN
Bletin Ilmiah Math. Stat. dan Terapannya (Bimaster) Volme xx, No. x (tahn), hal xx xx. PENYELESAIAN LUAS BANGUN DATAR DAN VOLUME BANGUN RUANG DENGAN KONSEP DETERMINAN Doni Saptra, Helmi, Shantika Martha
Lebih terperinciEKONOMETRIKA PERSAMAAN SIMULTAN
EKONOMETRIKA PERSAMAAN SIMULTAN OLEH KELOMPOK 5 DEKI D. TAPATAB JUMASNI K. TANEO MERSY C. PELT DELFIANA N. ERO GERARDUS V. META ARMY A. MBATU SILVESTER LANGKAMANG FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS NUSA CENDANA
Lebih terperinciXIV. TEORI RELATIVITAS KHUSUS
XIV - 1 XIV. TEORI RELATIVITAS KHUSUS 14.1 Pendahlan. Dala bab ini akan dikaji teori relatiitas khss yang bersaaan dengan teori kant Plank telah ebawa sejlah perbahan besar yang sangat endasar dala enelaah
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. segi kuantitas dan kualitasnya. Penambahan jumlah konsumen yang tidak di ikuti
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Air erupakan kebutuhan yang penting bagi kehidupan anusia. Manusia tidak dapat elanjutkan kehidupannya tanpa penyediaan air yang cukup dala segi kuantitas dan kualitasnya.
Lebih terperinciPERPINDAHAN KALOR KONVEKSI DAN ALAT PENUKAR KALOR
Diktat Mata Kliah PERPINDAHAN KALOR KONVEKSI DAN ALA PENUKAR KALOR Dignakan Khss Di Lingkngan Program Stdi eknik Mesin S-1 Universitas Mhammadiah Yogakarta Oleh: EDDY NURCAHYADI, S, MEng (1979010600310
Lebih terperinciURUNAN PARSIAL. Definisi Jika f fungsi dua variable (x dan y) maka: atau f x (x,y), didefinisikan sebagai
6 URUNAN PARSIAL Deinisi Jika ngsi da ariable maka: i Trnan parsial terhadap dinotasikan dengan ata dideinisikan sebagai ii Trnan parsial terhadap dinotasikan dengan ata dideinisikan sebagai Tentkan trnan
Lebih terperinciPENELUSURAN LINTASAN DENGAN JARINGAN SARAF TIRUAN
Bab 4 PENELUSURAN LINTASAN DENGAN JARINGAN SARAF TIRUAN Tgas mendasar dari robot berjalan ialah dapat bergerak secara akrat pada sat lintasan (trajectory) yang diberikan Ata dengan kata lain galat antara
Lebih terperinciIII PEMODELAN SISTEM PENDULUM
14 III PEMODELAN SISTEM PENDULUM Penelitian ini membahas keterkontrolan sistem pendlm, dengan menentkan model matematika dari beberapa sistem pendlm, dan dilakkan analisis dan menyederhanakan permasalahan
Lebih terperinciTUGAS TERSTRUKTUR KALKULUS PEUBAH BANYAK. Dari Buku Kalkulus Edisi Keempat Jilid II James Stewart, Penerbit Erlangga.
TUGAS TERSTRUKTUR KALKULUS PEUBAH BANYAK Dari Bk Kalkls Edisi Keempat Jilid II James Steart Penerbit Erlangga Dissn ole : K i r b a n i M5 JURUSAN MATEMATIKA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
Lebih terperinciKEPUTUSAN INVESTASI (CAPITAL BUDGETING) MANAJEMEN KEUANGAN 2 ANDRI HELMI M, S.E., M.M.
KEPUTUSAN INVESTASI (CAPITAL BUDGETING) MANAJEMEN KEUANGAN 2 ANDRI HELMI M, S.E., M.M. Penganggaran Modal (Capital Bdgeting) Modal (Capital) mennjkkan aktiva tetap yang dignakan ntk prodksi Anggaran (bdget)
Lebih terperinciPRAKTIKUM OPERASI TEKNIK KIMIA II MODUL 5 BILANGAN REYNOLD
PRAKTIKUM OPERASI TEKNIK KIMIA II MODUL 5 BILANGAN REYNOLD LABORATORIUM RISET DAN OPERASI TEKNIK KIMIA PROGRAM STUDI TEKNIK KIMA FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI UPN VETERAN JAWA TIMUR SURABAYA BILANGAN REYNOLD
Lebih terperinciBAB III PEMODELAN DISPERSI POLUTAN
BAB III PEMODELAN DISPERSI POLUTAN Salah satu faktor utama ang mempengaruhi dispersi polutan adalah kecenderungan molekul-molekul polutan untuk berdifusi. Pada Bab II telah dijelaskan bahwa proses difusi
Lebih terperinciAnalisis Peluruhan Flourine-18 menggunakan Sistem Pencacah Kamar Pengion Capintec CRC-7BT S/N 71742
Prosiding Perteman Ilmiah XXV HFI Jateng & DIY 63 Analisis Pelrhan Florine-18 menggnakan Sistem Pencacah Kamar Pengion Capintec CRC-7BT S/N 717 Wijono dan Pjadi Psat Teknologi Keselamatan dan Metrologi
Lebih terperinciBAB 4 KAJI PARAMETRIK
Bab 4 Kaji Paraetrik BAB 4 Kaji paraetrik ini dilakukan untuk endapatkan suatu grafik yang dapat digunakan dala enentukan ukuran geoetri tabung bujursangkar yang dibutuhkan, sehingga didapatkan harga P
Lebih terperinciTUGAS MAKALAH FISIKA. Disusun Oleh: : Fauzan Fakhrul Arifin. Kelas : X-6. No. Absen : 12
TUGAS MAKALAH FISIKA GLOMANG LKTROMAGNTIK Dissn Oleh: Naa : Fazan Fakhrl Arifin Kelas : X-6 No. Absen : 1 SMAN 1 SIDOARJO 11/1 I. Pendahlan Keajan teknologi saat ini seakin eningkat berikt dala penggnaan
Lebih terperinciBAB 2 LANDASAN TEORI
8 BAB LANDASAN TEORI. Pasar.. Pengertian Pasar Pasar adalah sebah tempat mm yang melayani transaksi jal - beli. Di dalam Peratran Daerah Khss Ibkota Jakarta Nomor 6 Tahn 99 tentang pengrsan pasar di Daerah
Lebih terperinciFisika Ebtanas
isika Ebtanas 1996 1 1. Di bawah ini yang merpakan kelompok besaran trnan adalah A. momentm, wakt, kat ars B. kecepatan, saha, massa C. energi, saha, wakt ptar D. wakt ptar, panjang, massa E. momen gaya,
Lebih terperinci(x, f(x)) P. x = h. Gambar 4.1. Gradien garis singgung didifinisikan sebagai limit y/ x ketika x mendekati 0, yakni
Diktat Klia TK Matematika BAB TURUNAN Graien Garis Singgng Tinja seba krva = f() seperti iperliatkan paa Gambar Garis ang melali titik P(, f( )) an Q( +, f( + )) isebt tali bsr Graien tali bsr tersebt
Lebih terperinciUntuk pondasi tiang tipe floating, kekuatan ujung tiang diabaikan. Pp = kekuatan ujung tiang yang bekerja secara bersamaan dengan P
BAB 3 LANDASAN TEORI 3.1 Mekanisme Pondasi Tiang Konvensional Pondasi tiang merpakan strktr yang berfngsi ntk mentransfer beban di atas permkaan tanah ke lapisan bawah di dalam massa tanah. Bentk transfer
Lebih terperinciModel Hidrodinamika Pasang Surut Di Perairan Pulau Baai Bengkulu
Jrnal Gradien Vol. No.2 Jli 2005 : 5-55 Model Hidrodinamika Pasang Srt Di Perairan Pla Baai Bengkl Spiyati Jrsan Fisika, Fakltas Matematika dan Ilm Pengetahan Alam, Universitas Bengkl, Indonesia Diterima
Lebih terperinciALJABAR LINEAR (Vektor diruang 2 dan 3) Disusun Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Aljabar Linear Dosen Pembimbing: Abdul Aziz Saefudin, M.
ALJABAR LINEAR (Vektor dirang 2 dan 3) Dissn Untk Memenhi Tgas Mata Kliah Aljabar Linear Dosen Pembimbing: Abdl Aziz Saefdin, M.Pd Dissn Oleh : Kelompok 3/3A4 1. Nrl Istiqomah 14144100130 2. Ambar Retno
Lebih terperinciVEKTOR. Oleh : Musayyanah, S.ST, MT
VEKTOR Oleh : Msayyanah, S.ST, MT . ESRN SKLR DN VEKTOR Sifat besaran fisis : esaran Skalar Skalar Vektor esaran yang ckp dinyatakan oleh besarnya saja (besar dinyatakan oleh bilangan dan satan). Contoh
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dewasa ini, bumi tempat tinggal manusia telah tercemar oleh polutan. Polutan adalah segala sesuatu yang berbahaya bagi kehidupan makhluk hidup dan lingkungan. Udara
Lebih terperinciKorelasi Pasar Modal dalam Ekonofisika
Korelasi Pasar Modal dalam Ekonofisika Yn Hariadi Dept. Dynamical System Bandng Fe Institte yh@dynsys.bandngfe.net Pendahlan Fenomena ekonomi sebagai kondisi makro yang merpakan hasil interaksi pada level
Lebih terperinciBAB III PENDEKATAN TEORI
9 BAB III PENDEKAAN EORI 3.1. eknik Simlasi CFD Comptational Flid Dnamics (CFD) adalah ilm ang mempelajari cara memprediksi aliran flida, perpindahan panas, rekasi kimia, dan fenomena lainna dengan menelesaikan
Lebih terperinciBAB II TEORI DASAR. Bumi kita tersusun oleh beberapa lapisan yang mempunyai sifat yang
BAB II TEORI DASAR. Strktr Dalam Bmi Bmi kita terssn oleh beberapa lapisan ang mempnai sifat ang berbeda-beda. Lapisan bmi ang paling lar adalah kerak bmi, ang memiliki kedalaman sekitar Kerak bmi (crst)
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA.1 Small Area Estimation Small Area Estimation (SAE) adalah sat teknik statistika ntk mendga parameter-parameter sb poplasi yang kran sampelnya kecil. Sedangkan, area kecil didefinisikan
Lebih terperinciTEKANAN TANAH PADA DINDING PENAHAN METODA RANKINE
TEKAA TAAH PADA DIDIG PEAHA METODA RAKIE Moda kernthan F Gaya F dapat disebabkan oleh: gesekan pada dasar (gravity retaining walls) masknya dinding ke dalam tanah (sheet retaining walls) angker dan penahan
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA Asap atau polutan yang dibuang melalui cerobong asap pabrik akan menyebar atau berdispersi di udara, kemudian bergerak terbawa angin sampai mengenai pemukiman penduduk yang berada
Lebih terperinciHASIL KALI TITIK DAN PROYEKSI ORTOGONAL SUATU VEKTOR (Aljabar Linear) Oleh: H. Karso FPMIPA UPI
HASIL KALI TITIK DAN PROYEKSI ORTOGONAL SUATU VEKTOR (Aljabar Linear) Oleh: H. Karso FPMIPA UPI A. Hasil Kali Titik (Hasil Kali Skalar) Da Vektor. Hasil Kali Skalar Da Vektor di R Perkalian diantara da
Lebih terperinciFAKULTAS DESAIN dan TEKNIK PERENCANAAN
Wiryanto Dewobroto ---------------------------------- Jrsan Teknik Sipil - Universitas elita Harapan, Karawaci FAKULTAS DESAIN dan TEKNIK ERENCANAAN UJIAN TENGAH SEMESTER ( U T S ) GENA TAHUN AKADEMIK
Lebih terperinciPengenalan Pola. Ekstraksi dan Seleksi Fitur
Pengenalan Pola Ekstraksi dan Seleksi Fitr PTIIK - 4 Corse Contents Collet Data Objet to Dataset 3 Ekstraksi Fitr 4 Seleksi Fitr Design Cyle Collet data Choose featres Choose model Train system Evalate
Lebih terperinciPENDEKATAN TEORITIS. Prinsip Kerja Oven Surya
PENDEKATAN TEORITIS Prinsip Kerja Oen Sra Prinsip kerja en sra sebagai berikt: Iradiasi sra akan mask ke dalam rang en dengan da cara, ait secara langsng ata dipantlkan melali reflektr ang mengelilingi
Lebih terperinciBAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. mendorong pengembangan yang sukses, dan suatu desain didasarkan kepada
BAB TIJAUA PUSTAKA.. Pendahlan Disain prodk merpakan proses pengembangan konsep aal ntk mencapai permintaan dan kebthan dari konsmen. Sat desain prodk ang baik dapat mendorong pengembangan ang skses, dan
Lebih terperinciPemodelan Dinamika Gelombang dengan Mengerjakan Persamaan Kekekalan Energi. Syawaluddin H 1)
tahaean Vol. 4 No. Janari 007 rnal TKNIK SIPIL Pemodelan Dinamika Gelombang dengan Mengerjakan Persamaan Kekekalan nergi Syaalddin ) Abstrak Paper ini menyajikan pengerjaan hkm kekekalan energi pada pemodelan
Lebih terperinciBab 5 RUANG HASIL KALI DALAM
Bab 5 RUANG HASIL KALI DALAM 5 Hasil Kali Dalam Untk memotiasi konsep hasil kali dalam diambil ektor di R dan R sebagai anak panah dengan titik awal di titik asal O = ( ) Panjang sat ektor x di R dan R
Lebih terperinciOptimasi Multi Response Surface pada Industri Kemasan Botol Plastik dengan Pendekatan Fuzzy Programming
JURNAL SAINS DAN SENI POMITS Vo. 3, No., (04) ISSN: 337-3539 (30-97 Print) D-06 Optiasi Mti Response Srface pada Indstri Keasan Boto Pastik dengan Pendekatan Fzzy Prograing Lea Devi Meyina dan Sony Snaryo
Lebih terperinciGETARAN PEGAS SERI-PARALEL
1 GETARAN PEGAS SERI-PARALEL I. Tujuan Percobaan 1. Menentukan konstanta pegas seri, paralel dan seri-paralel (gabungan). 2. Mebuktikan Huku Hooke. 3. Mengetahui hubungan antara periode pegas dan assa
Lebih terperinciBAB 4. HASIL DAN PEMBAHASAN
BAB 4. HASIL DAN PEMBAHASAN Analisa pelat lantai gedung rawat inap RSUD Surodinawan Kota Mojokerto dengan enggunakan teori garis leleh ebutuhkan beberapa tahap perhitungan dan analsis aitu perhitungan
Lebih terperinciBAB III LANDASAN TEORI
BAB III LANDASAN TEORI A. Perencanaan Strktr Atap Atap merpakan strktr ang paling atas dari sat bangnan gedng. Direncanakan strktr atap ang dignakan adalah strktr baja. Alasan penggnaan baja sebagai bahan
Lebih terperinciBAB 2 LANDASAN TEORI. Pada bab ini akan dibahas tentang teori-teori dan konsep dasar yang mendukung pembahasan dari sistem yang akan dibuat.
BAB 2 LANDASAN TEORI Pada bab ini akan dibahas tentang teori-teori dan konsep dasar yang mendkng pembahasan dari sistem yang akan dibat. 2.1. Katalog Perpstakaan Katalog perpstakaan adalah sat media yang
Lebih terperinciDaya Dukung Tanah LAPORAN TUGAS AKHIR (KL-40Z0) Bab 7
LAPORAN UGAS AKHIR (KL-40Z0) Perancangan Dermaga dan restle ipe Deck On Pile di Pelabhan Garongkong, Propinsi Slawesi Selatan Bab 7 Daya Dkng anah Bab 7 Daya Dkng anah Laporan gas Akhir (KL-40Z0) Perancangan
Lebih terperincilim 0 h Jadi f (x) = k maka f (x)= 0 lim lim lim TURUNAN/DIFERENSIAL Definisi : Laju perubahan nilai f terhadap variabelnya adalah :
TURUNAN/DIFERENSIAL Deinisi : Laj perbaan nilai teradap ariabelnya adala : y dy d lim = lim = 0 0 d d merpakan ngsi bar disebt trnan ngsi ata perbandingan dierensial, proses mencarinya disebt menrnkan
Lebih terperinciANALISIS KECEPATAN ALIRAN UDARA PADA GEDUNG BERTINGKAT KARENA PENGARUH PENGHALANG DI DEPANNYA. Joni Susanto 19, Dafik 20, Arif 21
ANALISIS KECEATAN ALIRAN UDARA ADA GEDUNG BERTINGKAT KARENA ENGARUH ENGHALANG DI DEANNYA Joni Ssanto 19, Dafik, Arif 1 Abstract. The air flow elocit is one of man factor which shold be considered in bilding
Lebih terperinciNAMA : KELAS : theresiaveni.wordpress.com
1 NAMA : KELAS : teresiaeni.wordpress.com TURUNAN/DIFERENSIAL Deinisi : Laj perbaan nilai teradap ariabelnya adala : y dy d ' = = d d merpakan ngsi bar disebt trnan ngsi ata perbandingan dierensial, proses
Lebih terperinciSession 18 Heat Transfer in Steam Turbine. PT. Dian Swastatika Sentosa
Session 8 Heat Transfer in Steam Trbine PT. Dian Sastatika Sentosa DSS Head Offie, 3 Oktober 008 Otline. Pendahlan. Skema keepatan, gaya tangensial. 3. Daya yang dihasilkan trbin, panas jath. 4. Trbin
Lebih terperinciSIMULASI PADA MODEL PENYEBARAN PENYAKIT TUBERKULOSIS SRI REJEKI PURI WAHYU PRAMESTHI DOSEN PENDIDIKAN MATEMATIKA IKIP WIDYA DARMA SURABAYA
SIMULASI PADA MODEL PENYEBARAN PENYAKIT TUBERKULOSIS SRI REJEKI PURI WAHYU PRAMESTHI DOSEN PENDIDIKAN MATEMATIKA IKIP WIDYA DARMA SURABAYA Abstrak TBC penyebab kematian nomor tiga setelah penyakit kardioaskler
Lebih terperinci1. Pada ganbar di bawah, komponen vektor gaya F menurut sumbu x adalah A. ½ 3 F B. ½ 2 F C. ½ F D. ½ F E. ½ 3 F
1 1. Pada ganbar di bawah, komponen vektor gaya F menrt smb x adalah A. ½ 3 F B. ½ F C. ½ F D. ½ F E. ½ 3 F. Benda jath bebas adalah benda yang memiliki: (1) Kecepatan awal nol () Percepatan = percepatan
Lebih terperinciBab 5 RUANG HASIL KALI DALAM
Bab 5 RUANG HASIL KALI DALAM 5 Hasil Kali Dalam Untk memotiasi konsep hasil kali dalam diambil ektor di R dan R sebagai anak panah dengan titik awal di titik asal O ( ) Panjang sat ektor x di R dan R dinamakan
Lebih terperinciSolusi Sistem Persamaan Linear Fuzzy
Jrnal Matematika Vol. 16, No. 2, November 2017 ISSN: 1412-5056 / 2598-8980 http://ejornal.nisba.ac.id Diterima: 14/08/2017 Disetji: 20/10/2017 Pblikasi Online: 28/11/2017 Solsi Sistem Persamaan Linear
Lebih terperinciANALISIS KECEPATAN ALIRAN UDARA PADA GEDUNG BERTINGKAT KARENA PENGARUH PENGHALANG DI DEPANNYA. Joni Susanto 19, Dafik 20, Arif 21
ANALISIS KECEPATAN ALIRAN UDARA PADA GEDUNG BERTINGKAT KARENA PENGARUH PENGHALANG DI DEPANNYA Joni Ssanto 19, Dafik, Arif 1 Abstract. The air flow elocit is one of man factor which shold be considered
Lebih terperinciMODUL PERKULIAHAN. Kalkulus. Fakultas Program Studi Tatap Muka Kode MK Disusun Oleh
MODUL PERKULIAHAN Modl Standar ntk dignakan dalam Perkliahan di Universitas Merc Bana Fakltas Program Stdi Tatap Mka Kode MK Dissn Oleh Ilm Kompter Teknik Informatika 9 Abstract Matakliah Menjadi Dasar
Lebih terperinciMA1201 MATEMATIKA 2A Hendra Gunawan
MA1201 MATEMATIKA 2A Hendra Gnawan Semester II, 2016/2017 3 Maret 2017 Kliah yang Lal 10.1-2 Parabola, Elips, dan Hiperbola 10.4 Persamaan Parametrik Kra di Bidang 10.5 Sistem Koordinat Polar 11.1 Sistem
Lebih terperinciBAB V HASIL DAN PEMBAHASAN. Kecepatan Angin Awal untuk Berputar (m/s)
BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN 5.. Pegarh Baha Kicir Terhadap Kecepa Pr kicir Pegarh baha pebat kicir (blade terhadap kecepa pr kicir pak dala gabar 5.. Dala gabar 5., pak bahwa dega berbedaya aterial blade,
Lebih terperinciBUKU AJAR METODE ELEMEN HINGGA
BUKU AJA ETODE EEEN HINGGA Diringkas oleh : JUUSAN TEKNIK ESIN FAKUTAS TEKNIK STUKTU TUSS.. Deinisi Umm Trss adalah strktr yang terdiri atas batang-batang lrs yang disambng pada titik perpotongan dengan
Lebih terperinciFEEDFORWARD FEEDBACK CONTROL SEBAGAI PENGONTROL SUHU MENGGUNAKAN PROPORSIONAL - INTEGRAL BERBASIS MIKROKONTROLLER ATMEGA 8535
FEEDFORWARD FEEDBACK CONTROL SEBAGAI PENGONTROL SUHU MENGGUNAKAN PROPORSIONAL - INTEGRAL BERBASIS MIKROKONTROLLER ATMEGA 8535 Makalah Seminar Tgas Akhir Jnanto Prihantoro 1, Trias Andromeda. 2, Iwan Setiawan
Lebih terperinciBAB III METODE ELEMEN HINGGA. Gambar 3. 1 Tegangan-tegangan elemen kubus dalam koordinat lokal (SAP Manual) (3.1)
5 BAB III MTOD LMN HINGGA 3. Tegangan Tegangan adalah gaa per nit area pada sat material sebagai reaksi akibat gaa lar ang dibebankan pada strktr. Pada Gambar 3.. diperlihatkan elemen kbs dalam koordiant
Lebih terperinciCHAPTER 6. INNER PRODUCT SPACE
CHAPTER 6. INNER PRODUCT SPACE Inner Prodcts Angle and Orthogonality in Inner Prodct Spaces Orthonormal Bases; Gram-Schmidt Process; QR-Decomposition Best Approximation; Least Sqares Orthogonal Matrices;
Lebih terperinciAnalisa Performasi Kolektor Surya Terkonsentrasi Dengan Variasi Jumlah Pipa Absorber Berbentuk Spiral
Jrnal Ilmiah EKNIK DESAIN MEKANIKA Vol6 No1, Janari 2017 (11-16) Analisa Performasi Kolektor Srya erkonsentrasi Dengan Variasi Jmlah Pipa Absorber Berbentk Spiral I Gsti Ngrah Agng Aryadinata, Made Scipta
Lebih terperinciBAB III PEMODELAN SISTEM DINAMIK PLANT. terbuat dari acrylic tembus pandang. Saluran masukan udara panas ditandai dengan
BAB III PEMODELAN SISTEM DINAMIK PLANT 31 Kriteria rancangan plant Diensi plant yang dirancang berukuran 40cx60cx50c, dinding terbuat dari acrylic tebus pandang Saluran asukan udara panas ditandai dengan
Lebih terperinciSeminar Nasional Aplikasi Teknologi Informasi 2004 Yogyakarta, 19 Juni 2004
Seminar asional Aplikasi Teknologi Informasi 004 Yogyakarta 9 Jni 004 Analisis Efisiensi dengan Bantan Sistem Pendkng Keptsan (SPK) Carles Sitompl Jrsan Teknik Indstri Uniersitas Katolik Parahyangan Jl.
Lebih terperinciHasil Kali Titik. Dua Operasi Vektor. Sifat-sifat Hasil Kali Titik. oki neswan (fmipa-itb)
oki neswan (fmipa-itb) Da Operasi Vektor Hasil Kali Titik Misalkan OAB adalah sebah segitiga, O (0; 0) ; A (a 1 ; a ) ; dan B (b 1 ; b ) : Maka panjang sisi OA; OB; dan AB maing-masing adalah q joaj =
Lebih terperinciWALIKOTA BANJARMASIN
/ WALIKOTA BANJARMASIN PERATURAN WALIKOTA BANJARMASIN NOMOR TAHUN2013 TENTANG PEDOMAN STANDAR KINERJA INDIVIDU PEGAWAI NEGERI SIPIL DILINGKUNGAN PEMERINTAH KOTA BANJARMASIN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA
Lebih terperinciBAB 3 ANALISIS DAN SIMULASI MODEL HODGKIN-HUXLEY
BAB 3 ANALISIS DAN SIMULASI MODEL HODGKIN-HUXLEY 3.1 Analisis Dinaika Model Hodgkin Huxley Persaaan Hodgkin-Huxley berisi epat persaaan ODE terkopel dengan derajat nonlinear yang tinggi dan sangat sulit
Lebih terperinciHendra Gunawan. 5 Maret 2014
MA101 MATEMATIKA A Hendra Gnawan Semester II, 013/014 5 Maret 014 Kliah yang Lal 10.1 Parabola, aboa, Elips, danhiperbola a 10.4 Persamaan Parametrik Kra di Bidang 10.5 Sistem Koordinat Polar 11.1 Sistem
Lebih terperinciPENGGUNAAN ALGORITMA KUHN MUNKRES UNTUK MENDAPATKAN MATCHING MAKSIMAL PADA GRAF BIPARTIT BERBOBOT
PENGGUNAAN ALGORITMA KUHN MUNKRES UNTUK MENDAPATKAN MATCHING MAKSIMAL PADA GRAF BIPARTIT BERBOBOT oleh GURITNA NOOR AINATMAJA M SKRIPSI ditlis dan diajkan ntk memenhi sebagian persyaratan memperoleh gelar
Lebih terperinciPENGARUH VARIASI TABUNG UDARA TERHHADAP DEBIT PEMOMPAAN POMPA HIDRAM
25 PENGARUH VARIASI TABUNG UDARA TERHHADAP DEBIT PEMOMPAAN POMPA HIDRAM Budi Hartono Fakultas Teknik, Universitas Ibnu Chaldun, Jl. Raya Serang Cilegon K.5, Serang Banten. Telp. 254-82357 / Fax. 254-82358
Lebih terperinciDISTRIBUSI DUA PEUBAH ACAK
0 DISTRIBUSI DUA PEUBAH ACAK Dala hal ini akan dibahas aca-aca fungsi peluang atau fungsi densitas ang berkaitan dengan dua peubah acak, aitu distribusi gabungan, distribusi arginal, distribusi bersarat,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dalam skala prioritas pembangunan nasional dan daerah di Indonesia
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pebangunan ekonoi erupakan asalah penting bagi suatu negara, untuk itu sejak awal pebangunan ekonoi endapat tepat penting dala skala prioritas pebangunan nasional
Lebih terperinciSOAL OLIMPIADE SAINS NASIONAL (OSN) 2007 Bidang studi : FISIKA Tingkat : SMA Waktu : 4 jam
Dapatkan soal-soal lainnya di http://foru.pelatihan-osn.co SOAL OLIPIADE SAINS NASIONAL (OSN) 007 Bidang studi : FISIKA Tingkat : SA Waktu : 4 ja 1. (nilai 0) A. Sebuah obil bergerak enuruni suatu jalan
Lebih terperinciPENDUGAAN JUMLAH PENDUDUK MISKIN DI KOTA SEMARANG DENGAN METODE SAE
Vale Added, Vol. 11, No. 1, 015 PENDUGAAN JUMLAH PENDUDUK MISKIN DI KOTA SEMARANG DENGAN METODE SAE 1 Moh Yamin Darsyah, Ujang Malana 1, Program Stdi Statistika FMIPA Universitas Mhammadiyah Semarang Email:
Lebih terperinciBAB III METODE ANALISIS
BAB III METODE ANALISIS 3.1 Penyajian Laporan Dala penyajian bab ini dibuat kerangka agar eudahkan dala pengerjaan laporan. Berikut ini adalah diagra alir tersebut : Studi Pustaka Model-odel Eleen Struktur
Lebih terperinciJURNAL TEKNIK SIPIL USU
JURNAL TEKNIK SIPIL USU ANALISIS DAYA DUKUNG PONDASI KELOMPOK TIANG TEKAN IDROLIS PADA PROYEK PEMBANGUNAN GEDUNG LABORATORIUM AKADEMI TEKNIK KESELAMATAN PENERBANGAN MEDAN Inda Yfina 1, Rdi Iskandar 2 1
Lebih terperinciKontrol Optimum pada Model Epidemik SIR dengan Pengaruh Vaksinasi dan Faktor Imigrasi
Jrnal Matematika Integratif ISSN 4-684 Volme No, Oktober 05, pp - 8 Kontrol Optimm pada Model Epidemik SIR dengan Pengarh Vaksinasi dan Faktor Imigrasi N. Anggriani, A. Spriatna, B. Sbartini, R. Wlantini
Lebih terperinciby Emy 1 IMAGE RESTORATION by Emy 2
Copyright @ 2007 by Emy 1 IMAGE RESTORATION Copyright @ 2007 by Emy 2 1 Kompetensi Mamp membedakan proses pengolahan citra mengnakan image enhancement dengan image restoration Mamp menganalisis citra yang
Lebih terperinciBAB II KAJIAN PUSTAKA
BAB II KAJIA PUSTAKA Dalam merencanakan strktr sebah bangnan diperlkan langkah-langkah ang mendasar dan sistematis ntk menjelaskan apakah bangnan tersebt memenhi sarat keamanan sehingga dapat dignakan
Lebih terperinciPENGARUH MODEL TURBULENSI DAN PRESSURE-VELOCITY COPLING TERHADAP HASIL SIMULASI ALIRAN MELALUI KATUP ISAP RUANG BAKAR MOTOR BAKAR
PENGARUH MODEL TURBULENSI DAN PRESSURE-VELOCITY COPLING TERHADAP HASIL SIMULASI ALIRAN MELALUI KATUP ISAP RUANG BAKAR MOTOR BAKAR Naarddin Sinaga Laboratorim Efisiensi dan Konserasi Energi, Jrsan Mesin
Lebih terperinciPEMODELAN KEBOCORAN TANGKI TEKAN DENGAN PERANGKAT LUNAK MATLAB
PEMODELAN KEBOCORAN ANGKI EKAN DENGAN PERANGKA LUNAK MALAB Cokorda Prapti Mahandari Jurusan eknik Mesin Fakultas eknologi Industri Universitas Gunadara Jl. Margonda Raa, Depok Jawa Barat Indonesia 6424
Lebih terperinciAljabar Linear Elementer
Aljabar Linear Elementer MA SKS Silabs : Bab I Matriks dan Operasinya Bab II Determinan Matriks Bab III Sistem Persamaan Linear Bab IV Vektor di Bidang dan di Rang Bab V Rang Vektor Bab VI Rang Hasil Kali
Lebih terperinciPertemuan IX, X, XI IV. Elemen-Elemen Struktur Kayu. Gambar 4.1 Batang tarik
Perteman IX, X, XI IV. Elemen-Elemen Strktr Kay IV.1 Batang Tarik Gamar 4.1 Batang tarik Elemen strktr kay erpa atang tarik ditemi pada konstrksi kdakda. Batang tarik merpakan sat elemen strktr yang menerima
Lebih terperinciDAFTAR ISI. BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang dan Permasalahan Tujuan Penelitian Manfaat Penelitian 2
DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL HALAMAN PENGESAHAN HALAMAN PERNYATAAN HALAMAN PERSEMBAHAN KATA PENGANTAR DAFTAR ISI DAFTAR GAMBAR DAFTAR TABEL DAFTAR LAMPIRAN INTISARI ABSTRACT i ii iii iv v vii ix x xi xii xiii
Lebih terperinci(x- x 1. Contoh soal: jawab: x 2 + y 2 = 2 2 x 2 + y 2 = 4. x 2 + y 2 = 4. jawab: (x 5) 2 + (y 2) 2 = 4 2
LINGKRN (x- x ) (x- x ) + (y- y ) (y- y ) = 0 Contoh soal: Pengertian : Lingkaran adalah tepat kedudukan titik-titik yang berjarak konstan/saa terhadap sebuah titik tertentu. Sebuah titik tertentu itu
Lebih terperinciMAKALAH SEMINAR KERJA PRAKTEK DESAIN SISTEM KONTROL PESAWAT UDARA MATRA LONGITUDINAL DENGAN METODE POLE PLACEMENT (TRACKING PROBLEM)
MAKALAH SEMINAR KERJA PRAKTEK DESAIN SISTEM KONTROL PESAWAT UDARA MATRA LONGITUDINAL DENGAN METODE POLE PLACEMENT (TRACKING PROBLEM) Aditya Eka Mlyono, Smardi 2 Jrsan Teknik Elektro, Fakltas Teknik, Universitas
Lebih terperinciGERAK SATU DIMENSI. Sugiyanto, Wahyu Hardyanto, Isa Akhlis
GERAK SATU DIMENSI Sugiyanto, Wahyu Hardyanto, Isa Akhlis Bahan Ajar Mata Kuliah Koputasi Fisika A. Gerak Jatuh Bebas Tanpa Habatan Sebuah benda dijatuhkan dari ketinggian tertentu dengan besar kecepatan
Lebih terperinciDEFERENSIAL Bab 13. u u. u 2
DEFERENSIAL Bab Laj perbahan nilai f : f() pada = a ata trnan f pada = a adalah Limit ini disebt deriatif ata trnan f pada = a dan dinyatakan dengan f (a) f (a) = f ( a h) f ( a ) lim it h 0 h secara mm
Lebih terperinci1. Grafik di samping menyatakan hubungan antara jarak (s) terhadap waktu (t) dari benda yang bergerak.
1 1. Grafik di samping menyatakan hbngan antara jarak (s) terhadap wakt (t) dari benda yang bergerak. Bila s dalam m, dan t dalam sekon, maka kecepatan rata-rata benda A. 0,60 m/s D. 3,00 m/s B. 1,67 m/s
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. pembangunan di bidang-bidang lain, seperti sosial, politik, dan budaya. perbedaan antara yang kaya dengan yang miskin.
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pebangunan ekonoi erupakan asalah penting bagi suatu negara, untuk itu sejak awal pebangunan ekonoi endapat tepat penting dala skala prioritas pebangunan nasional
Lebih terperinciPERTEMUAN-2. Persamaan Diferensial Homogen. Persamaan diferensial yang unsur x dan y tidak dapat dipisah n. Contoh: 1.
PERTEMUAN- Persamaan Diferensial Homogen Persamaan diferensial ang nsr dan tidak daat diisah n semana. F t, t) t. F, ) Contoh:. F, ) 7 F t, t) t F t, t) t t t 7t 7. F, ) Homogen derajat ). F, ) F t, t)
Lebih terperinciBUPATI SIDOARJO PERATURAN BUPATI SIDOARJO NOMOR 1 TAHUN 2014 TENTANG DISIPLIN KERJA PEGA WAI NEGERI SIPIL DI LINGKUNGAN PEMERINTAH KABUPATEN SIDOARJO
BUPATI SIDOARJO PERATURAN BUPATI SIDOARJO NOMOR 1 TAHUN 2014 TENTANG DISIPLIN KERJA PEGA WAI NEGERI SIPIL DI LINGKUNGAN PEMERINTAH KABUPATEN SIDOARJO DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SIDOARJO,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. memberikan dampak negatif bagi kesehatan. Hal ini disebabkan oleh potensi
BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Perkembangan Industri yang pesat di Indonesia tidak hanya memberikan dampak positif bagi pendapatan negara dan kesejahteraan rakyat, tetapi juga memberikan dampak negatif
Lebih terperinci1. Perhatikan gambar percobaan vektor gaya resultan dengan menggunakan 3 neraca pegas berikut ini
1 1. Perhatikan gambar percobaan vektor gaya resltan dengan menggnakan 3 neraca pegas berikt ini Yang sesai dengan rms vektor gaya resltan secara analitis adalah gambar A. (1), (2) dan (3) D. (1), dan
Lebih terperinci