MODEL PERSAMAAN DIFERENSIAL ELEKTROKARDIOGRAM DENGAN INTERVAL DENYUT BERDISTRIBUSI GAMMA

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "MODEL PERSAMAAN DIFERENSIAL ELEKTROKARDIOGRAM DENGAN INTERVAL DENYUT BERDISTRIBUSI GAMMA"

Transkripsi

1 Prosdng Semnar Nasonal Sans dan Penddkan Sans IX, Fakulas Sans dan Maemaka, UKSW Salaga, Jun 4, Vol 5, No., ISSN :87-9 MODEL PERSAMAAN DIFERENSIAL ELEKTROKARDIOGRAM DENGAN INTERVAL DENYUT BERDISTRIBUSI GAMMA Suryasarya Trhandaru Program Sud Fska (Meds) Unversas Krsen Saya Wacana Jl. Dponegoro 5-6 Salaga ABSTRAK Model maemaka denyu janung aau elekrokardogram basanya berupa berupa ssem (ga bars) persamaan dferensal basa orde sau. Dar model ersebu dbua model yang lebh sederhana, yau hanya mengandung sebuah persamaan dferensal orde sau. Model n dselesakan dengan meoda numerk, yau Runge Kua. Inerval denyu janung yang berdsrbus gamma dapa dpasang pada model dengan cara mengubah nla peroda unuk sau peroda gelombang berkunya. Hasl smulas danalss kembal dsrbusnya, dan menghaslkan nerval denyu janung dengan dsrbus yang mrp. Dengan demkan model dnamka yang hanya berupa sebuah persamaan dferensal orde sau n bsa merepresenaskan dnamka janung yang real. Kaa-kaa kunc: elekrokardogram, pemodelan maemaka, persamaan dferensal, Runge Kua PENDAHULUAN Snyal elekrokardogram (EKG) adalah snyal yang menggambarkan alran arus onk yang menyebabkan janung berkonraks dan berelaksas. Snyal EKG dperoleh dengan merekam perbedaan poensal anara beberapa elekroda yang dleakkan d kul manusa. Sebuah peroda normal EKG erdr dar puncakpuncak yang basanya dlambangkan dengan huruf P, Q, R, S dan T. Dalam sau peroda n erdapa perswa depolarsas/repolarsas dar arum dan venrkel. penng. Salah sau model EKG sness yang sanga mendeka benuk nyaa EKG adalah yang dberkan oleh McSharry dkk [], yang benuknya berupa ssem ga persamaan dferensal basa. Dalam makalah n bagan arakor (dua persamaan) dadakan, dan dgan suau fungs, sehngga dnamkanya hanya dhaslkan dar sebuah persamaan dferensal. Walaupun dak mengandung arakor dalam benuk persamaan dferensal, dnamka model EKG dperkaya dengan cara memperkenalkan peroda yang berganung waku secara pecewse connue, yang varasnya mengku dsrbus gamma. EKG berkaan era dengan duna kedokeran, karena nformas enang penyak yang ddera pasen salah saunya bsa dperlhakan dar benuk snyal EKG. Usaha-usaha yang dkembangkan unuk membanu doker unuk mendagnosa pasen melalu EKG dak hanya menjad ranah kedokeran, namun juga merambah ke dspln lmu lan, msalnya dspln eknk elekonka dan maemaka. D sampng masalah akuss daa EKG yang basanya mengandung banyak derau sehngga analsa daanya memerlukan berbaga meoda, pemodelan maemaka EKG juga 7 Beberapa hasl smulas damplkan d makalah n. Dengan npu daa peroda τ yang berdsrbus gamma, hasl smulas juga memperlhakan bahwa nerval RR juga memlk dsrbus yang mrp, walaupun parameer dsrbusnya berubah. Bahkan ampludo R juga bervaras walaupun d seap perode, npu ampludo unuk P, Q, R, S dan T (a ) dbua konsan.

2 Prosdng Semnar Nasonal Sans dan Penddkan Sans IX, Fakulas Sans dan Maemaka, UKSW Salaga, Jun 4, Vol 5, No., ISSN :87-9 TINJAUAN PUSTAKA Gambar. Profl sau sklus EKG. Ar dan baas-baas normal dberkan d makalah. Dalam bukunya [], Soeopo menjelaskan ar penng bagan-bagan EKG yang smbolnya dapa dlha pada Gb. Gelombang P menggambarkan akvas depolarsas ara. Gelombang Q menggambarkan awal dar fase depolarsas venrkel. Gelombang R dan S menggambarkan fase depolarsas venrkel, Gelombang Q, R dan S secara bersama dsebu sebaga kompleks QRS. Gelombang T menggambarkan repolarsas venrkel. Selan gelombang P, Q, R, S dan T mash ada gelombang T a yang menggambarkan proses repolarsas ara, namun erlalu kecl dan eruup oleh kompleks QRS. Gelombang U ada seelah T namun juga kecl. Beberapa nla nerval unuk manusa normal dalam dek damplkan pada Tabel berku n. Tabel. Nla-nla normal nerval EKG Inerval Baas normal Keerangan (dek) PR,-, QRS <, Terganung usa dan Segmen ST,7-,4 sklus janung (RR) QT Lha Tabel Inerval QT lebh serng dgunakan unuk nerpreas meds dbandng RR [3]. Basanya yang djadkan acuan adalah nerval QT erkoreks QT c yang dberkan oleh rumus Bae, yau QT c QT / RR. Nla normal unuk QT c dberkan [3] pada Tabel. Tabel. Nla QT c yang drekomendaskan unuk mendagnosa QT c panjang Kaagor 5 ahun (dek) Lak-lak dewasa Perempuan dewasa (dek) (dek) Normal <,44 <,43 <,45 Baas,44-,46,43-,45,45-,47 Panjang >,46 >,45 >,47 Dunjukkan juga pada [3] bahwa hubungan RR dan QT cukup lnear. D makalah [3] ersebu dbedakan anara normal dan dak abnormal hanya dengan melha Tabel. Abnormal jka QT c masuk dalam kaagor panjang. Dnamka snyal EKG sness dmodelkan oleh McSharyy dkk [], yang benuknya erdr dar ga persamaan dferensal basa, yau x x y y y x P, Q, R, S, T a dengan x y, exp ( ) b )mod dan arcan( y, x). ( () Kecepaan sudu dberkan oleh dan fungs kurva dasar merupakan efek pernafasan dengan frekuens f yang berbenuk ( ) Asn(f ) () Bagan perama dan kedua Persamaan () membenuk rayekor yang mengar sebuah arakor dengan jar-jar x,y. Dalam sau sklus dmodelkan snyal elekrokardogram yang berbenuk sandar PQRST oleh bagan kega (). Gambar (a) menunjukkan kurva arakor yang dbenuk oleh Persamaan () bagan kesau dan kedua. Gambar (b) menunjukkan rayekor lengkap dalam dmens (x,y,) yang dsmulaskan dalam dua kal perode. Gambar (c) menunjukkan snyal sness EKG. Pada smulas n dambl =. 7

3 Prosdng Semnar Nasonal Sans dan Penddkan Sans IX, Fakulas Sans dan Maemaka, UKSW Salaga, Jun 4, Vol 5, No., ISSN :87-9 PEMODELAN MATEMATIKA y x (a) Dar benuk rayekor arakor yang berupa spral dan mengarah pada benuk lngkaran ( Gambar (a)), maka d sn dasumskan benuk arakor yang sederhana, yau lngkaran berjar-jar yang bsa dwakl dengan persamaan lngkaran sebaga berku x sn( ) () y sn( ) (3) Dengan benuk lngkaran sempurna () dan (3) maka berbenuk fungs gg gergaj seper pada Gambar y T S τ R Q RR (b) (c) Gambar. Smulas Runge Kua dar Persamaan (). (a) adalah benuk rayekor bagan kesau dan kedua; (b) adalah kurva (x,y,); (c) adalah represnas EKG sness. P x Gambar 3. Kurva (,θ) dengan arcan( y, x), x dan y dberkan oleh Persamaan () dan (3). Benuk fungs gg gergaj seper pada Gb dapa duls dengan cara lan, d sn duls secara ( ) ( )mod( ) (4) Jad, dengan arakor berupa lngkaran dan fungs gg gergaj (4) maka dperoleh model persamaan dferensal EKG yang erdr dar sebuah persamaan dferensal saja, yau exp a ( ) P, Q, R, S, T b (5) dengan ( )mod( ). Selanjunya, agar model yang sederhana n eap melbakan arakor yang dnams maka dperkenalkan frekuens sudu yang bervaras erhadap waku. Jad, walaupun arakor sudah dubah menjad lngkaran berjar-jar sau, namun

4 Prosdng Semnar Nasonal Sans dan Penddkan Sans IX, Fakulas Sans dan Maemaka, UKSW Salaga, Jun 4, Vol 5, No., ISSN :87-9 waku unuk menempuh lngkaran ersebu bsa berubah. Unuk u dperkenalkan varas nerval τ yang mempunya dsrbus gamma [4], dan nlanya dbua konnyu paah-paah ( pecewse connue), enunya gagasan n bsa dkembangkan unuk parameer lan. Nla dberkan oleh (6) dengan nerval τ yang mempunya dsrbus gamma sebaga berku a exp b p( ; a, b) (7) a b ( a) Pada ahap mplemenas, nla τ adalah konsan sepanjang sau peroda. Pada peroda berkunya nla τ berubah mengku dsrbus gamma namun konsan sepanjang sau peroda. Demkan seerusnya sampa sampa dperoleh banyak peroda. Seelah beberapa perode dperoleh (dalam smulas n adalah ) kemudan dhung nerval RR yang dsebu sebaga nerval denyu janung. Perbedaaan τ dan RR dapa dlha pada Gambar (c). Meoda solus Persamaan (5) adalah dengan Runge Kua orde empa. Pada =, dambl nla awal =, pada saa perganan peroda nla dbua konnyu. HASIL DAN PEMBAHASAN Pada smulas dgunakan parameer yang konsan nlanya seper pada Tabel 3. dan ernyaa parameernya menjad ( a;b)=(95;,3). Ampludo R juga bervaras dengan dsrbus gamma ( a;b)=(48;,6), lha Gambar (a) (b) RR Gambar 4. Hsogram nla nerval RR. (a) Daa npu RR dengan a=54 dan b=.6. (b) Sebaran RR seelah smulas, dhaslkan a=95 dan b=, Gambar 5. Hasl smulas Persamaan (5) dengan Tabel 3 dan parameer gamma (a;b)=(54;,6). Tabel 3. Parameer unuk Persamaan (5) P Q R S T a b,5,6,6,6,8 θ -,53,57 -,943 -,68,57 Inerval τ mempunya parameer npu gamma (a;b)=(54;,6), dan sebarannya dapa dlha pada hsogram Gambar 4(a). Hasl smulas () dapa dlha pada Gambar 5, yang hanya memperlhakan peroda dar peroda yang dsmulaskan. Seelah smulas, nerval RR dhung dan dcocokkan dengan dsrbus gamma Ampludo R Gambar 6. Sebaran ampludo R seelah smulas, menghaslkan dsrbus gamma dengan (a;b)=(48;,6).

5 KESIMPULAN Prosdng Semnar Nasonal Sans dan Penddkan Sans IX, Fakulas Sans dan Maemaka, UKSW Salaga, Jun 4, Vol 5, No., ISSN :87-9 Telah dpaparkan pemodelan maemaka EKG yang hanya erdr dar sebuah persamaan dferensal basa orde sau yang dperkaya dengan memvaras peroda sklus EKG sesua dengan dsrbus gamma. Juga dpaparkan hasl-hasl numerk berupa snyal sness EKG, sebaran nerval RR dan sebaran ampludo R. Semoga paparan n berguna unuk pengembangan sans. DAFTAR PUSTAKA [] Parck E. McSharry, Gar Clfford, Lonel Tarassenko and Leonard A. Smh. A dynamcal model for generang synhec elecrocardogram sgnals. IEEE Transacon on Bomedcal Engneerng, Vol. 5, No. 3. March 3. [] Soeopo Wdjaja. 99. EKG Praks. Bnarupa Aksara, PO BOX 69, Grogol, Jakara Bara, Indonesa. [3] Ilan Goldenberg, M.D., Arhur J. Moss, M.D., And Wojcech Zareba, M.D., Ph.D. QT Inerval: How o Measure I and Wha Is Normal. Journal of Cardovascular Elecrophysology, Vol.7, No. 3, March 6. Page [4] Herlna, Hanna Arn Parhusp, Suryasarya Trhandaru, Bambang Susano. 4. Pola dsrbus nerval denyu janung dengan memanfaakan fungs Gauss yang dopmas secara Nelder Mead Smplex. Subm ke Prosdng Semnar Nasonal FSM UKSW

6 Prosdng Semnar Nasonal Sans dan Penddkan Sans IX, Fakulas Sans dan Maemaka, UKSW Salaga, Jun 4, Vol 5, No., ISSN :87-9 MODEL PERSAMAAN DIFERENSIAL ELEKTROKARDIOGRAM DENGAN INTERVAL DENYUT BERDISTRIBUSI GAMMA Suryasarya Trhandaru Program Sud Fska (Meds) Unversas Krsen Saya Wacana Jl. Dponegoro 5-6 Salaga ABSTRAK Model maemaka denyu janung aau elekrokardogram basanya berupa berupa ssem (ga bars) persamaan dferensal basa orde sau. Dar model ersebu dbua model yang lebh sederhana, yau hanya mengandung sebuah persamaan dferensal orde sau. Model n dselesakan dengan meoda numerk, yau Runge Kua. Inerval denyu janung yang berdsrbus gamma dapa dpasang pada model dengan cara mengubah nla peroda unuk sau peroda gelombang berkunya. Hasl smulas danalss kembal dsrbusnya, dan menghaslkan nerval denyu janung dengan dsrbus yang mrp. Dengan demkan model dnamka yang hanya berupa sebuah persamaan dferensal orde sau n bsa merepresenaskan dnamka janung yang real. Kaa-kaa kunc: elekrokardogram, pemodelan maemaka, persamaan dferensal, Runge Kua PENDAHULUAN Snyal elekrokardogram (EKG) adalah snyal yang menggambarkan alran arus onk yang menyebabkan janung berkonraks dan berelaksas. Snyal EKG dperoleh dengan merekam perbedaan poensal anara beberapa elekroda yang dleakkan d kul manusa. Sebuah peroda normal EKG erdr dar puncakpuncak yang basanya dlambangkan dengan huruf P, Q, R, S dan T. Dalam sau peroda n erdapa perswa depolarsas/repolarsas dar arum dan venrkel. penng. Salah sau model EKG sness yang sanga mendeka benuk nyaa EKG adalah yang dberkan oleh McSharry dkk [], yang benuknya berupa ssem ga persamaan dferensal basa. Dalam makalah n bagan arakor (dua persamaan) dadakan, dan dgan suau fungs, sehngga dnamkanya hanya dhaslkan dar sebuah persamaan dferensal. Walaupun dak mengandung arakor dalam benuk persamaan dferensal, dnamka model EKG dperkaya dengan cara memperkenalkan peroda yang berganung waku secara pecewse connue, yang varasnya mengku dsrbus gamma. EKG berkaan era dengan duna kedokeran, karena nformas enang penyak yang ddera pasen salah saunya bsa dperlhakan dar benuk snyal EKG. Usaha-usaha yang dkembangkan unuk membanu doker unuk mendagnosa pasen melalu EKG dak hanya menjad ranah kedokeran, namun juga merambah ke dspln lmu lan, msalnya dspln eknk elekonka dan maemaka. D sampng masalah akuss daa EKG yang basanya mengandung banyak derau sehngga analsa daanya memerlukan berbaga meoda, pemodelan maemaka EKG juga 7 Beberapa hasl smulas damplkan d makalah n. Dengan npu daa peroda τ yang berdsrbus gamma, hasl smulas juga memperlhakan bahwa nerval RR juga memlk dsrbus yang mrp, walaupun parameer dsrbusnya berubah. Bahkan ampludo R juga bervaras walaupun d seap perode, npu ampludo unuk P, Q, R, S dan T (a ) dbua konsan.

7 Prosdng Semnar Nasonal Sans dan Penddkan Sans IX, Fakulas Sans dan Maemaka, UKSW Salaga, Jun 4, Vol 5, No., ISSN :87-9 TINJAUAN PUSTAKA Gambar. Profl sau sklus EKG. Ar dan baas-baas normal dberkan d makalah. Dalam bukunya [], Soeopo menjelaskan ar penng bagan-bagan EKG yang smbolnya dapa dlha pada Gb. Gelombang P menggambarkan akvas depolarsas ara. Gelombang Q menggambarkan awal dar fase depolarsas venrkel. Gelombang R dan S menggambarkan fase depolarsas venrkel, Gelombang Q, R dan S secara bersama dsebu sebaga kompleks QRS. Gelombang T menggambarkan repolarsas venrkel. Selan gelombang P, Q, R, S dan T mash ada gelombang T a yang menggambarkan proses repolarsas ara, namun erlalu kecl dan eruup oleh kompleks QRS. Gelombang U ada seelah T namun juga kecl. Beberapa nla nerval unuk manusa normal dalam dek damplkan pada Tabel berku n. Tabel. Nla-nla normal nerval EKG Inerval Baas normal Keerangan (dek) PR,-, QRS <, Terganung usa dan Segmen ST,7-,4 sklus janung (RR) QT Lha Tabel Inerval QT lebh serng dgunakan unuk nerpreas meds dbandng RR [3]. Basanya yang djadkan acuan adalah nerval QT erkoreks QT c yang dberkan oleh rumus Bae, yau QT c QT / RR. Nla normal unuk QT c dberkan [3] pada Tabel. Tabel. Nla QT c yang drekomendaskan unuk mendagnosa QT c panjang Kaagor 5 ahun (dek) Lak-lak dewasa Perempuan dewasa (dek) (dek) Normal <,44 <,43 <,45 Baas,44-,46,43-,45,45-,47 Panjang >,46 >,45 >,47 Dunjukkan juga pada [3] bahwa hubungan RR dan QT cukup lnear. D makalah [3] ersebu dbedakan anara normal dan dak abnormal hanya dengan melha Tabel. Abnormal jka QT c masuk dalam kaagor panjang. Dnamka snyal EKG sness dmodelkan oleh McSharyy dkk [], yang benuknya erdr dar ga persamaan dferensal basa, yau x x y y y x P, Q, R, S, T a dengan x y, exp ( ) b )mod dan arcan( y, x). ( () Kecepaan sudu dberkan oleh dan fungs kurva dasar merupakan efek pernafasan dengan frekuens f yang berbenuk ( ) Asn(f ) () Bagan perama dan kedua Persamaan () membenuk rayekor yang mengar sebuah arakor dengan jar-jar x,y. Dalam sau sklus dmodelkan snyal elekrokardogram yang berbenuk sandar PQRST oleh bagan kega (). Gambar (a) menunjukkan kurva arakor yang dbenuk oleh Persamaan () bagan kesau dan kedua. Gambar (b) menunjukkan rayekor lengkap dalam dmens (x,y,) yang dsmulaskan dalam dua kal perode. Gambar (c) menunjukkan snyal sness EKG. Pada smulas n dambl =. 7

8 Prosdng Semnar Nasonal Sans dan Penddkan Sans IX, Fakulas Sans dan Maemaka, UKSW Salaga, Jun 4, Vol 5, No., ISSN :87-9 PEMODELAN MATEMATIKA y x (a) Dar benuk rayekor arakor yang berupa spral dan mengarah pada benuk lngkaran ( Gambar (a)), maka d sn dasumskan benuk arakor yang sederhana, yau lngkaran berjar-jar yang bsa dwakl dengan persamaan lngkaran sebaga berku x sn( ) () y sn( ) (3) Dengan benuk lngkaran sempurna () dan (3) maka berbenuk fungs gg gergaj seper pada Gambar y T S τ R Q RR (b) (c) Gambar. Smulas Runge Kua dar Persamaan (). (a) adalah benuk rayekor bagan kesau dan kedua; (b) adalah kurva (x,y,); (c) adalah represnas EKG sness. P x Gambar 3. Kurva (,θ) dengan arcan( y, x), x dan y dberkan oleh Persamaan () dan (3). Benuk fungs gg gergaj seper pada Gb dapa duls dengan cara lan, d sn duls secara ( ) ( )mod( ) (4) Jad, dengan arakor berupa lngkaran dan fungs gg gergaj (4) maka dperoleh model persamaan dferensal EKG yang erdr dar sebuah persamaan dferensal saja, yau exp a ( ) P, Q, R, S, T b (5) dengan ( )mod( ). Selanjunya, agar model yang sederhana n eap melbakan arakor yang dnams maka dperkenalkan frekuens sudu yang bervaras erhadap waku. Jad, walaupun arakor sudah dubah menjad lngkaran berjar-jar sau, namun

9 Prosdng Semnar Nasonal Sans dan Penddkan Sans IX, Fakulas Sans dan Maemaka, UKSW Salaga, Jun 4, Vol 5, No., ISSN :87-9 waku unuk menempuh lngkaran ersebu bsa berubah. Unuk u dperkenalkan varas nerval τ yang mempunya dsrbus gamma [4], dan nlanya dbua konnyu paah-paah ( pecewse connue), enunya gagasan n bsa dkembangkan unuk parameer lan. Nla dberkan oleh (6) dengan nerval τ yang mempunya dsrbus gamma sebaga berku a exp b p( ; a, b) (7) a b ( a) Pada ahap mplemenas, nla τ adalah konsan sepanjang sau peroda. Pada peroda berkunya nla τ berubah mengku dsrbus gamma namun konsan sepanjang sau peroda. Demkan seerusnya sampa sampa dperoleh banyak peroda. Seelah beberapa perode dperoleh (dalam smulas n adalah ) kemudan dhung nerval RR yang dsebu sebaga nerval denyu janung. Perbedaaan τ dan RR dapa dlha pada Gambar (c). Meoda solus Persamaan (5) adalah dengan Runge Kua orde empa. Pada =, dambl nla awal =, pada saa perganan peroda nla dbua konnyu. HASIL DAN PEMBAHASAN Pada smulas dgunakan parameer yang konsan nlanya seper pada Tabel 3. dan ernyaa parameernya menjad ( a;b)=(95;,3). Ampludo R juga bervaras dengan dsrbus gamma ( a;b)=(48;,6), lha Gambar (a) (b) RR Gambar 4. Hsogram nla nerval RR. (a) Daa npu RR dengan a=54 dan b=.6. (b) Sebaran RR seelah smulas, dhaslkan a=95 dan b=, Gambar 5. Hasl smulas Persamaan (5) dengan Tabel 3 dan parameer gamma (a;b)=(54;,6). Tabel 3. Parameer unuk Persamaan (5) P Q R S T a b,5,6,6,6,8 θ -,53,57 -,943 -,68,57 Inerval τ mempunya parameer npu gamma (a;b)=(54;,6), dan sebarannya dapa dlha pada hsogram Gambar 4(a). Hasl smulas () dapa dlha pada Gambar 5, yang hanya memperlhakan peroda dar peroda yang dsmulaskan. Seelah smulas, nerval RR dhung dan dcocokkan dengan dsrbus gamma Ampludo R Gambar 6. Sebaran ampludo R seelah smulas, menghaslkan dsrbus gamma dengan (a;b)=(48;,6).

10 KESIMPULAN Prosdng Semnar Nasonal Sans dan Penddkan Sans IX, Fakulas Sans dan Maemaka, UKSW Salaga, Jun 4, Vol 5, No., ISSN :87-9 Telah dpaparkan pemodelan maemaka EKG yang hanya erdr dar sebuah persamaan dferensal basa orde sau yang dperkaya dengan memvaras peroda sklus EKG sesua dengan dsrbus gamma. Juga dpaparkan hasl-hasl numerk berupa snyal sness EKG, sebaran nerval RR dan sebaran ampludo R. Semoga paparan n berguna unuk pengembangan sans. DAFTAR PUSTAKA [] Parck E. McSharry, Gar Clfford, Lonel Tarassenko and Leonard A. Smh. A dynamcal model for generang synhec elecrocardogram sgnals. IEEE Transacon on Bomedcal Engneerng, Vol. 5, No. 3. March 3. [] Soeopo Wdjaja. 99. EKG Praks. Bnarupa Aksara, PO BOX 69, Grogol, Jakara Bara, Indonesa. [3] Ilan Goldenberg, M.D., Arhur J. Moss, M.D., And Wojcech Zareba, M.D., Ph.D. QT Inerval: How o Measure I and Wha Is Normal. Journal of Cardovascular Elecrophysology, Vol.7, No. 3, March 6. Page [4] Herlna, Hanna Arn Parhusp, Suryasarya Trhandaru, Bambang Susano. 4. Pola dsrbus nerval denyu janung dengan memanfaakan fungs Gauss yang dopmas secara Nelder Mead Smplex. Subm ke Prosdng Semnar Nasonal FSM UKSW

BAB IV METODA RUNGE-KUTTA ORDE 4 PADA MODEL ALIRAN FLUIDA YANG TERGANGGU

BAB IV METODA RUNGE-KUTTA ORDE 4 PADA MODEL ALIRAN FLUIDA YANG TERGANGGU BAB IV METODA RUNGE-KUTTA ORDE 4 PADA MODEL ALIRAN FLUIDA YANG TERGANGGU Pada bab III, ka elah melakukan penguan erhadap meoda Runge-Kua orde 4 pada persamaan panas. Haslnya, solus analk persamaan panas

Lebih terperinci

BAB 8 PERSAMAAN DIFERENSIAL BIASA

BAB 8 PERSAMAAN DIFERENSIAL BIASA Maa kulah KOMPUTASI ELEKTRO BAB 8 PERSAMAAN DIFERENSIAL BIASA Persamaan dferensal dapa dbedakan menjad dua macam erganung pada jumlah varabel bebas. Apabla persamaan ersebu mengandung hana sau varabel

Lebih terperinci

ANaLISIS - TRANSIEN. A B A B A B A B V s V s V s V s. (a) (b) (c) (d) Gambar 1. Proses pemuatan kapasitor

ANaLISIS - TRANSIEN. A B A B A B A B V s V s V s V s. (a) (b) (c) (d) Gambar 1. Proses pemuatan kapasitor ANaISIS - TANSIEN. Kapasor dalam angkaan D Sebuah kapasor akan ermua bla erhubung ke sumber egangan dc seper yang dperlhakan pada Gambar. Pada Gambar (a), kapasor dak bermuaan yau pla A dan pla B mempunya

Lebih terperinci

BAB 5 ENTROPI PADA MATRIKS EMISI MODEL MARKOV TERSEMBUNYI

BAB 5 ENTROPI PADA MATRIKS EMISI MODEL MARKOV TERSEMBUNYI BAB ETROPI PADA MATRIKS EMISI MODEL MARKOV TERSEMBUYI Model Markov Tersembuny (Hdden Markov Model, MMT) elah banyak daplkaskan dalam berbaga bdang seper pelafalan bahasa (speeh reognon) dan klasfkas (luserng).

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN FASILKOM-UDINUS T.SUTOJO RANGKAIAN LISTRIK HAL 1

BAB I PENDAHULUAN FASILKOM-UDINUS T.SUTOJO RANGKAIAN LISTRIK HAL 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Defns Rangkaan Lsrk Rangkaan Lsrk adalah sambungan dar beberapa elemen lsrk ( ressor, kapasor, ndukor, sumber arus, sumber egangan) yang membenuk mnmal sau lnasan eruup yang dapa

Lebih terperinci

KONSEP DASAR. Latar belakang Metode Numerik Ilustrasi masalah numerik Angka signifikan Akurasi dan Presisi Pendekatan dan Kesalahan

KONSEP DASAR. Latar belakang Metode Numerik Ilustrasi masalah numerik Angka signifikan Akurasi dan Presisi Pendekatan dan Kesalahan KONSEP DASAR Laar belakang Meode Numerk Ilusras masalah numerk Angka sgnfkan Akuras dan Press Pendekaan dan Kesalahan Laar Belakang Meode Numerk Tdak semua permasalahan maemas dapa dselesakan dengan mudah,

Lebih terperinci

Sudaryatno Sudirham. Analisis Rangkaian Listrik Di Kawasan Waktu

Sudaryatno Sudirham. Analisis Rangkaian Listrik Di Kawasan Waktu Sudaryano Sudrham nalss Rangkaan Lsrk D Kawasan Waku BB 12 nalss Transen d Kawasan Waku Rangkaan Orde Perama Yang dmaksud dengan analss ransen adalah analss rangkaan yang sedang dalam keadaan peralhan

Lebih terperinci

APLIKASI STRUKTUR GRUP YANG TERKAIT DENGAN KOMPOSISI TRANSFORMASI PADA BANGUN GEOMETRI. Mujiasih a

APLIKASI STRUKTUR GRUP YANG TERKAIT DENGAN KOMPOSISI TRANSFORMASI PADA BANGUN GEOMETRI. Mujiasih a APLIKASI STRUKTUR GRUP ANG TERKAIT DENGAN KOMPOSISI TRANSFORMASI PADA BANGUN GEOMETRI Mujash a a Program Sud Maemaka Jurusan Tadrs Fakulas Tarbah IAIN Walsongo Jl. Prof. Dr. Hamka Kampus II Ngalan Semarang

Lebih terperinci

BAB 2 RESPONS FUNGSI STEP PADA RANGKAIAN RL DAN RC. Ir. A.Rachman Hasibuan dan Naemah Mubarakah, ST

BAB 2 RESPONS FUNGSI STEP PADA RANGKAIAN RL DAN RC. Ir. A.Rachman Hasibuan dan Naemah Mubarakah, ST BAB ESPONS FUNGSI STEP PADA ANGKAIAN DAN C Oleh : Ir. A.achman Hasbuan dan Naemah Mubarakah, ST . Persamaan Dferensal Orde Sau Adapun benuk yang sederhana dar suau persamaan dferensal orde sau adalah:

Lebih terperinci

PENDUGAAN STATISTIK AREA KECIL DENGAN METODE EMPIRICAL CONSTRAINED BAYES 1

PENDUGAAN STATISTIK AREA KECIL DENGAN METODE EMPIRICAL CONSTRAINED BAYES 1 PENDUGAAN SAISIK AREA KECIL DENGAN MEODE EMPIRICAL CONSRAINED AYES Ksmann Jurusan Penddkan Maemaka FMIPA Unversas Neger Yogyakara Absrak Meode emprcal ayes (E merupakan meode yang lebh aplkaf pada pendugaan

Lebih terperinci

Jumlah kasus penderita penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) di Kota Surabaya tahun

Jumlah kasus penderita penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) di Kota Surabaya tahun Baasan Masalah Jumlah kasus pendera penyak Demam Berdarah Dengue (DBD d Koa Surabaya ahun - Varabel Explanaory (Varabel penjelas yang dgunakan dalam penelan adalah varabel Iklm (Curah hujan, Suhu, Kelembaban

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI 5 BAB II LANDASAN TEORI Pada bab n akan dbahas beberapa eor dasar yang kelak akan dgunakan dalam penurunan formula penenuan harga Asan Opon, bak secara analk pada Bab III maupun secara numerk pada Bab

Lebih terperinci

( ) STUDI KASUS. ò (, ) ( ) ( ) Rataan posteriornya adalah = Rataan posteriornya adalah (32)

( ) STUDI KASUS. ò (, ) ( ) ( ) Rataan posteriornya adalah = Rataan posteriornya adalah (32) 8 Raaan poserornya adalah E m x ò (, ) f ( x) m f x m f f m ddm (32) Dalam obseras basanya dgunakan banyak daa klam. Msalkan saja erdr dar grup daa klam dengan masng-masng grup ke unuk seap, 2,..., yang

Lebih terperinci

Created by Simpo PDF Creator Pro (unregistered version)

Created by Simpo PDF Creator Pro (unregistered version) Creaed by Smpo PDF Creaor Pro (unregsered verson) hp://www.smpopdf.com Sask Bsns : BAB 8 VIII. ANALISIS DATA DERET BERKALA (TIME SERIES) 8.1 Pendahuluan Daa Berkala (Daa Dere waku) adalah daa yang dkumpulkan

Lebih terperinci

Fisika Modern. Persamaan Schroodinger dan Fingsi Gelombang

Fisika Modern. Persamaan Schroodinger dan Fingsi Gelombang Fska Modern Persaaan Schroodnger dan Fngs Gelobang Apa Persaaan unuk Gelobang Maer? De Brogle eberkan posula bahwa seap parkel elk hubungan: h/ p Golobang aer ala n dkonfras oleh percobaan dfraks elekron,

Lebih terperinci

BAB III THREE STAGE LEAST SQUARE. Sebagaimana telah disinggung pada bab sebelumnya, salah satu metode

BAB III THREE STAGE LEAST SQUARE. Sebagaimana telah disinggung pada bab sebelumnya, salah satu metode BAB III THREE STAGE LEAST SQUARE Sebagamana elah dsnggung pada bab sebelumnya, salah sau meode penaksran parameer pada persamaan smulan yau meode Three Sage Leas Square (3SLS. Sebelum djelaskan lebh lanju

Lebih terperinci

PENENTUAN EOQ TERHADAP PRODUK AVTUR DI LANUD HUSEIN SASTRANEGARA BANDUNG

PENENTUAN EOQ TERHADAP PRODUK AVTUR DI LANUD HUSEIN SASTRANEGARA BANDUNG INDEPT, Vol., No. 3, Okober 01 ISSN 087 945 PENENTUAN EOQ TERHADAP PRODUK AVTUR DI LANUD HUSEIN SASTRANEGARA BANDUNG Samsul Budaro, ST., MT Dosen Teap Teknk Indusr, Wakl Dekan III akulas Teknk, Unversas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN. Latar Belakang Matematka sebaga bahasa smbol yang bersfat unversal memegang peranan pentng dalam perkembangan suatu teknolog. Matematka sangat erat hubungannya dengan kehdupan nyata.

Lebih terperinci

\ DANA ALOKASI DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

\ DANA ALOKASI DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA y BUPAT PACTAN PERATURAN BUPAT PACTAN : NOMOR 55" TAHUN 20 ; TENTANG \ DANA ALOKAS DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPAT PACTAN, Menmbang : a. bahwa dalam rangka penngkaan penyelenggaraan pemernahan,

Lebih terperinci

Solusi Numerik Model Umum Epidemik Susceptible, Infected, Recovered (SIR) dengan Menggunakan Metode Modified Milne-Simpson

Solusi Numerik Model Umum Epidemik Susceptible, Infected, Recovered (SIR) dengan Menggunakan Metode Modified Milne-Simpson JURNAL SAINTIFIK VOL. NO. JULI 0 Slus Numerk Mdel Umum Epdemk Suscepble Ineced Recvered SIR denan Menunakan Mede Mded Mlne-Smpsn Wayudn Nur Nurul Muklsa Abdal Prram Sud Maemaka FMIPA Unversas Sulawes Bara

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI. 2.1 Model Persediaan Model Deterministik

BAB 2 LANDASAN TEORI. 2.1 Model Persediaan Model Deterministik 6 BAB LANDASAN TEORI. Model Persedaan.. Model Deermnsk Model Deermnsk adalah model yang menganggap nla-nla parameer elah dkeahu dengan pas. Model n dbedakan menjad dua: a. Deermnsk Sas. D dalam model n

Lebih terperinci

Kajian Model Markov Waktu Diskrit Untuk Penyebaran Penyakit Menular Pada Model Epidemik SIR

Kajian Model Markov Waktu Diskrit Untuk Penyebaran Penyakit Menular Pada Model Epidemik SIR JURAL TEKK POT Vol, o, (0) -6 Kajan odel arkov Waku Dskr Unuk Penyebaran Penyak enular Pada odel Epdemk R Rafqaul Hasanah, Laksm Pra Wardhan, uhud Wahyud Jurusan aemaka, Fakulas PA, nsu Teknolog epuluh

Lebih terperinci

APLIKASI INVERSI NON LINIER DENGAN PENDEKATAN LINIER UNTUK MENENTUKAN HIPOSENTER (CONTOH KASUS DI G. KELUD)

APLIKASI INVERSI NON LINIER DENGAN PENDEKATAN LINIER UNTUK MENENTUKAN HIPOSENTER (CONTOH KASUS DI G. KELUD) Alkas Iners Non Lner Dengan Pendekaan Lner Unuk Menenukan Hosener Conoh Kasus d G. Kelud) Cece Sulaeman) APLIKASI INVERSI NON LINIER DENGAN PENDEKATAN LINIER UNTUK MENENTUKAN HIPOSENTER CONTOH KASUS DI

Lebih terperinci

NILAI AKUMULASI DARI SUATU CASH FLOW DENGAN TINGKAT BUNGA BERUBAH BERDASARKAN FORMULA FISHER

NILAI AKUMULASI DARI SUATU CASH FLOW DENGAN TINGKAT BUNGA BERUBAH BERDASARKAN FORMULA FISHER ILAI AKUMULASI DARI SUATU CASH FLOW DEGA TIGKAT BUGA BERUBAH BERDASARKA FORMULA FISHER Devs Apranda, Johannes Kho, Sg Sugaro Mahasswa rogram S Maemaka Dosen Jurusan Maemaka Fakulas Maemaka dan Ilmu engeahuan

Lebih terperinci

Hidden Markov Model. Oleh : Firdaniza, Nurul Gusriani dan Akmal

Hidden Markov Model. Oleh : Firdaniza, Nurul Gusriani dan Akmal Hdden Markov Model Oleh : Frdanza, urul Gusran dan Akmal Dosen Jurusan Maemaka FMIPA Unversas Padjadjaran Jl. Raya Bandung Sumedang Km 2, Janangor, Jawa Bara elp. / Fax : 022 7794696 Absrak Hdden Markov

Lebih terperinci

Peramalan Dengan Model SVAR Pada Data Inflasi Indonesia Dan Nilai Tukar Rupiah Terhadap Dolar Amerika Dengan Menggunakan Metode Bootstrap

Peramalan Dengan Model SVAR Pada Data Inflasi Indonesia Dan Nilai Tukar Rupiah Terhadap Dolar Amerika Dengan Menggunakan Metode Bootstrap Peramalan Dengan Model SVR Pada Daa Inflas Indonesa Dan Nla Tukar Ruah Terhada Dolar merka Dengan Menggunakan Meode Boosra Dav S Wardan, d Seawan 2, Dd B Nugroho 3 PS Maemaka, Fak Sans dan Maemaka, UKSW

Lebih terperinci

1. Mistar A. BESARAN DAN SATUAN

1. Mistar A. BESARAN DAN SATUAN A. BESARAN DAN SATUAN Teor Sngka : D dalam Fska gejala alam dama melalu pengukuran. Pengukuran adalah membandngkan suau besaran dengan besaran sejens yang dsepaka sebaga paokan (sandar). Besaran adalah

Lebih terperinci

Modifikasi Penaksir Robust dalam Pelabelan Outlier Multivariat

Modifikasi Penaksir Robust dalam Pelabelan Outlier Multivariat Vol. 14, No. 1, 46-53, Jul 2017 Modfkas Penaksr Robus dalam Pelabelan Ouler Mulvara Erna Tr Herdan Absrak Ouler adalah suau observas yang polanya dak mengku mayoras daa. Ouler dalam kasus mulvara sanga

Lebih terperinci

BUPATI PACITAN. i PERATURAN BUPATI PACITAN ; NOMOR 5" TAHUN 2008 TENTANG

BUPATI PACITAN. i PERATURAN BUPATI PACITAN ; NOMOR 5 TAHUN 2008 TENTANG BUPAT PACTAN PERATURAN BUPAT PACTAN ; NOMOR 5" TAHUN 2008 TENTANG PETUNJUK PELAKSANAAN PERATURAN DAERA KABUPATEN PACTAN NOMOR 25 TAHUN 2007 TENTANG ORGAN DAN KEPEGAWAAN PERUSAHAAN DAERAH AR MNUM j KABUPATEN

Lebih terperinci

BAB III METODE PEMULUSAN EKSPONENSIAL TRIPEL DARI WINTER. Metode pemulusan eksponensial telah digunakan selama beberapa tahun

BAB III METODE PEMULUSAN EKSPONENSIAL TRIPEL DARI WINTER. Metode pemulusan eksponensial telah digunakan selama beberapa tahun 43 BAB METODE PEMUUAN EKPONENA TRPE DAR WNTER Meode pemulusan eksponensial elah digunakan selama beberapa ahun sebagai suau meode yang sanga berguna pada begiu banyak siuasi peramalan Pada ahun 957 C C

Lebih terperinci

PERENCANAAN PERSEDIAAN DAN PENGENDALIAN BAHAN BAKU DI PABRIK PRODUK BETON PT WIJAYA KARYA BETON, BOGOR

PERENCANAAN PERSEDIAAN DAN PENGENDALIAN BAHAN BAKU DI PABRIK PRODUK BETON PT WIJAYA KARYA BETON, BOGOR B-5-1 PERENCANAAN PERSEDIAAN DAN PENGENDALIAN BAHAN BAKU DI PABRIK PRODUK BETON PT WIJAYA KARYA BETON, BOGOR Wsnu Bud Sunaryo, Haryono ITS Surabaya ABSTRAK Dalam duna konsruks saa n pemakaan produk beon

Lebih terperinci

Muthmainnah PROGRAM STUDI MATEMATIKA FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 2007 M/1428 H

Muthmainnah PROGRAM STUDI MATEMATIKA FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 2007 M/1428 H PERBANDINGAN MODEL COX PROPORTIONAL HAZARD DAN MODEL PARAMETRIK BERDASARKAN ANALISIS RESIDUAL (Sud Kasus pada Daa Kanker Paru-Paru yang Dperoleh dar Conoh Daa pada Sofware S-Plus 2000 dan Smulas unuk Dsrbus

Lebih terperinci

BAB III MINIMUM COVARIANCE DETERMINANT. Sebagaimana telah disinggung pada bab sebelumnya, salah satu metode

BAB III MINIMUM COVARIANCE DETERMINANT. Sebagaimana telah disinggung pada bab sebelumnya, salah satu metode BAB III MINIMUM COVARIANCE DETERMINANT Sebagamana elah dsnggung pada bab sebelumnya, salah sau meode robus unuk mendeeks penclan (ouler) dalam analss komponen uama robus yau meode Mnmum Covarance Deermnan

Lebih terperinci

' PERATURAN BUPATI PACITAN I NOMOR 4 TAHUN 2012 PEMBERIAN BANTUAN PERALATAN DAN/ATAU MESIN BAGI INDUSTRI KECIL DAN MENENGAH KABUPATEN PACITAN

' PERATURAN BUPATI PACITAN I NOMOR 4 TAHUN 2012 PEMBERIAN BANTUAN PERALATAN DAN/ATAU MESIN BAGI INDUSTRI KECIL DAN MENENGAH KABUPATEN PACITAN j BUPAT PACTAN ' PERATURAN BUPAT PACTAN NOMOR 4 TAHUN 2012 TENTANG PEMBERAN BANTUAN PERALATAN DAN/ATAU MESN BAG NDUSTR KECL DAN MENENGAH KABUPATEN PACTAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPAT PACTAN

Lebih terperinci

PENGEMBANGAN MODEL MATEMATIS UNTUK OPTIMASI PERENCANAAN PRODUKSI MINUMAN MARIMAS

PENGEMBANGAN MODEL MATEMATIS UNTUK OPTIMASI PERENCANAAN PRODUKSI MINUMAN MARIMAS PENGEMBANGAN MODEL MATEMATIS UNTUK OPTIMASI PERENCANAAN PRODUKSI MINUMAN MARIMAS Mra Puspasar, Snggh Sapad, Dana Puspasar Absraks PT Ulam Tba Halm merupakan salah sau ndusr mnuman serbuk d Indonesa, dmana

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI 5 BAB II LANDAAN TEORI Pada bab n akan dbahas beberapa eor maemaka keuangan dan saska yang mendukung dalam penurunan formula Lookback Opons pada Bab III dan pembuaan program pada Bab IV. Teor-eor yang

Lebih terperinci

Pengenalan Aksara Pallawa dengan Model Hidden Markov

Pengenalan Aksara Pallawa dengan Model Hidden Markov Pengenalan Aksara Pallawa dengan Model Hdden Markov Wwen Wdyasu Teknk Elekro, Fakulas Sans dan Teknolog, Unversas Sanaa Dharma Emal: wwen@usd.ac.d Absrak Aksara Pallawa aau kadangkala duls sebaga Pallava

Lebih terperinci

PENGGUNAAN METODE MODIFIED UNIT DECOMMITMENT (MUD) UNTUK PENJADWALAN UNIT-UNIT PEMBANGKIT PADA SISTEM KELISTRIKAN JAWA - BALI

PENGGUNAAN METODE MODIFIED UNIT DECOMMITMENT (MUD) UNTUK PENJADWALAN UNIT-UNIT PEMBANGKIT PADA SISTEM KELISTRIKAN JAWA - BALI Prosdng Semnar Nasonal Manajemen Teknolog X Program Sud MMT-TS, Surabaya 6 Pebruar 2010 PENGGUNAAN METODE MODFED UNT DECOMMTMENT (MUD) UNTUK PENJADWALAN UNT-UNT PEMBANGKT PADA SSTEM KELSTRKAN JAWA - BAL

Lebih terperinci

BAB 3 PEMBAHASAN. 3.1 Prosedur Penyelesaian Masalah Program Linier Parametrik Prosedur Penyelesaian untuk perubahan kontinu parameter c

BAB 3 PEMBAHASAN. 3.1 Prosedur Penyelesaian Masalah Program Linier Parametrik Prosedur Penyelesaian untuk perubahan kontinu parameter c 6 A PEMAHASA Pada bab sebelumnya telah dbahas teor-teor yang akan dgunakan untuk menyelesakan masalah program lner parametrk. Pada bab n akan dperlhatkan suatu prosedur yang lengkap untuk menyelesakan

Lebih terperinci

Analisis Jalur / Path Analysis

Analisis Jalur / Path Analysis Analss Jalur / Pah Analyss Analss jalur adalah salah sau benuk model SEM yang dak mengandung varable laen. Tenu saja model n lebh sederhana dbandngkan dengan model SEM lengka. Analss jalur sebenarnya meruakan

Lebih terperinci

(Cormen 2002) III PEMBAHASAN. yt : pendapatan rumah tangga pada periode t, dengan yt 0.

(Cormen 2002) III PEMBAHASAN. yt : pendapatan rumah tangga pada periode t, dengan yt 0. 5 Vaabel s dsebu vaabel slak enambahan vaabel slak beujuan unuk mengubah peaksamaan yang mengandung anda menjad sebuah pesamaan eaksamaan () bena jka dan hanya jka pesamaan (2) dan peaksamaan (3) bena

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di SMP Negeri 7 Gorontalo pada tahun ajaran 2012/2013

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di SMP Negeri 7 Gorontalo pada tahun ajaran 2012/2013 3. Lokas dan Waku Penelan 3.. Lokas Penelan BAB III METODOLOGI PENELITIAN Penelan n dlaksanakan d SMP Neger 7 Goronalo pada ahun ajaran 0/03 3.. Waku Penelan Penelan n d laksanakan pada semeser genap ahun

Lebih terperinci

! BUPATI PACriAN j PERATURAN BUPATI PACITAN NOMOR 18 TAHUN 2013

! BUPATI PACriAN j PERATURAN BUPATI PACITAN NOMOR 18 TAHUN 2013 ! BUPAT PACrAN j PERATURAN BUPAT PACTAN NOMOR 18 TAHUN 2013 TENTANG PEDOMAN PENYUSUNAN LAPORAN DEWAN PENGAWAS BADAN LAYANAN UMUM DAERAH PADA RUMAH SAKT UMUM DAERAH KABUPATEN PACTAN DENGAN RAHMAT TUHAN

Lebih terperinci

PENAKSIRAN PELUANG KESEMBUHAN

PENAKSIRAN PELUANG KESEMBUHAN Prosdng SNaPP2011 Sans, Teknolog, dan Kesehaan ISSN:2089-3582 PENAKSIRAN PELUANG KESEMBUHAN DENGAN KEKAMBUHAN BERDISTRIBUSI EKSPONENSIAL 1 Abdul Kudus, 2 R. Dachlan Muchls, dan 3 Tk Respa 1,2 Jurusan Saska,

Lebih terperinci

SIMULASI GRANULAR DYNAMICS DIMENSI DUA PARTIKEL DENGAN UKURAN BERVARIASI

SIMULASI GRANULAR DYNAMICS DIMENSI DUA PARTIKEL DENGAN UKURAN BERVARIASI rosdng Semnar Nasonal enelan, enddkan dan enerapan MIA, Fakulas MIA, Unversas Neger Yogyakara, 14 Me 2011 SIMULASI GRANULAR DYNAMIS DIMENSI DUA ARTIKEL DENGAN UKURAN BERVARIASI Moh. Hasan Jurusan Maemaka

Lebih terperinci

PROSES STOKASTIK KELAHIRAN-KEMATIAN DENGAN DUA JENIS KELAMIN SECARA KELOMPOK PADA PROSES YULE- FURRY. Samsuryadi

PROSES STOKASTIK KELAHIRAN-KEMATIAN DENGAN DUA JENIS KELAMIN SECARA KELOMPOK PADA PROSES YULE- FURRY. Samsuryadi JURNAL MATEMATIKA DAN KOMUTER Vol. 4. No. - Agusus ISSN : 4-858 ROSES STOKASTIK KELAHIRAN-KEMATIAN DENAN DUA JENIS KELAMIN SECARA KELOMOK ADA ROSES YULE- FURRY Samsuryad Jurusan Maemaka FMIA Unversas Srwaya

Lebih terperinci

SOLUSI SISTEM PERSAMAAN DIFFERENSIAL NON LINEAR MENGGUNAKAN METODE EULER BERBANTUAN PROGRAM MATLAB SKRIPSI

SOLUSI SISTEM PERSAMAAN DIFFERENSIAL NON LINEAR MENGGUNAKAN METODE EULER BERBANTUAN PROGRAM MATLAB SKRIPSI SOLUSI SISTEM PERSAMAAN DIFFERENSIAL NON LINEAR MENGGUNAKAN METODE EULER BERBANTUAN PROGRAM MATLAB SKRIPSI oleh: RILA DWI RAHMAWATI NIM: 0350050 JURUSAN MATEMATIKA FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI UNIVERSITAS

Lebih terperinci

TUGAS ANALISIS MATRIKS APLIKASI TEOREMA PERRON FROBENIUS PADA MODEL MATRIKS POPULASI LESLIE

TUGAS ANALISIS MATRIKS APLIKASI TEOREMA PERRON FROBENIUS PADA MODEL MATRIKS POPULASI LESLIE TUGAS ANALISIS MATRIKS APLIKASI TEOREMA PERRON FROBENIUS PADA MODEL MATRIKS POPULASI LESLIE Fan Puspasar 201 16019 Program Sud Magser Maemaa Faulas Maemaa dan Ilmu Pengeahuan Alam Insu Tenolog Bandung

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LADASA TEORI 2.1 Pengerian Peramalan Peramalan (forecasing) adalah suau kegiaan yang memperkirakan apa yang akan erjadi pada masa yang akan daang. Meode peramalan merupakan cara unuk memperkirakan

Lebih terperinci

Di bidang ekonomi tidak semua informasi dapat diukur secara kuantitatif. Peubah dummy digunakan untuk memperoleh informasi yang bersifat kualitatif

Di bidang ekonomi tidak semua informasi dapat diukur secara kuantitatif. Peubah dummy digunakan untuk memperoleh informasi yang bersifat kualitatif Regres Dummy D bdang ekonom dak semua nformas dapa dukur secara kuanaf Peubah dummy dgunakan unuk memperoleh nformas yang bersfa kualaf Conoh pada daa cross secon: Gender: sebaga penenu jumlah pendapaan

Lebih terperinci

BAB III RUNTUN WAKTU MUSIMAN MULTIPLIKATIF

BAB III RUNTUN WAKTU MUSIMAN MULTIPLIKATIF BAB III RUNTUN WAKTU MUSIMAN MULTIPLIKATIF Pada bab ini akan dibahas mengenai sifa-sifa dari model runun waku musiman muliplikaif dan pemakaian model ersebu menggunakan meode Box- Jenkins beberapa ahap

Lebih terperinci

BAB III METODE DEKOMPOSISI CENSUS II. Data deret waktu adalah data yang dikumpulkan dari waktu ke waktu

BAB III METODE DEKOMPOSISI CENSUS II. Data deret waktu adalah data yang dikumpulkan dari waktu ke waktu BAB III METODE DEKOMPOSISI CENSUS II 3.1 Pendahuluan Daa dere waku adalah daa yang dikumpulkan dari waku ke waku unuk menggambarkan perkembangan suau kegiaan (perkembangan produksi, harga, hasil penjualan,

Lebih terperinci

Line Transmisi. Oleh: Aris Heri Andriawan ( )

Line Transmisi. Oleh: Aris Heri Andriawan ( ) ANALISIS APLIKASI PENJADWALAN UNIT-UNIT PEMBANGKIT PADA SISTEM KELISTRIKAN JAWA-BALI DENGAN MENGGUNAKAN UNIT COMMITMENT, UNIT DECOMMITMENT DAN MODIFIED UNIT DECOMMITMENT Oleh: Ars Her Andrawan (07000)

Lebih terperinci

BAB 2 KINEMATIKA. A. Posisi, Jarak, dan Perpindahan

BAB 2 KINEMATIKA. A. Posisi, Jarak, dan Perpindahan BAB 2 KINEMATIKA Tujuan Pembelajaran 1. Menjelaskan perbedaan jarak dengan perpindahan, dan kelajuan dengan kecepaan 2. Menyelidiki hubungan posisi, kecepaan, dan percepaan erhadap waku pada gerak lurus

Lebih terperinci

Penggunaan Metode Modified Unit Decommitment (MUD) untuk Penjadwalan Unit-Unit Pembangkit Pada Sistem Kelistrikan Jawa - Bali

Penggunaan Metode Modified Unit Decommitment (MUD) untuk Penjadwalan Unit-Unit Pembangkit Pada Sistem Kelistrikan Jawa - Bali Penggunaan Meode Modfed Un Decommmen (MUD) unuk Penjadwalan Un-Un Pembangk Pada Ssem Kelsrkan Jawa - Bal Ars Her Andrawan,2, Onoseno Penangsang ) Jurusan Teknk Elekro TS, Surabaya 60, ndonesa 2) Jurusan

Lebih terperinci

NILAI TOTAL TAK TERATUR TOTAL DARI GABUNGAN TERPISAH GRAF RODA DAN GRAF BUKU SEGITIGA

NILAI TOTAL TAK TERATUR TOTAL DARI GABUNGAN TERPISAH GRAF RODA DAN GRAF BUKU SEGITIGA Jurnal Ilmu Maemaka dan Terapan Desember 015 Volume 9 Nomor Hal. 97 10 NILAI TOTAL TAK TERATUR TOTAL DARI GABUNGAN TERPISAH GRAF RODA DAN GRAF BUKU SEGITIGA R. D. S. Rahangmean 1, M. I. Tlukay, F. Y. Rumlawang,

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB LANDAAN TEORI. Tnjauan Pusaka.. Uj Keseragaman Daa Tujuan uama pengukuran uj keseragaman daa adalah unuk mendapakan da yang seragam. Kedak seragaman daa dapa daang anpa dsadar, maka dperlukan suau

Lebih terperinci

PERBANDINGAN MODEL DATA RESPON BERGANDA BERULANG DARI SEBARAN NORMAL BAKU, LOGNORMAL, DAN GAMMA

PERBANDINGAN MODEL DATA RESPON BERGANDA BERULANG DARI SEBARAN NORMAL BAKU, LOGNORMAL, DAN GAMMA Prosdng Semnar Nasonal Sans dan Penddkan Sans IX, Fakultas Sans dan Matematka, UKSW Salatga, 21 Jun 2014, Vol 5, No.1, ISSN :2087-0922 PERBANDINGAN MODEL DATA RESPON BERGANDA BERULANG DARI SEBARAN NORMAL

Lebih terperinci

SOLUSI SISTEM PERSAMAAN DIFERENSIAL PARSIAL DENGAN MENGGUNAKAN METODE PERTURBASI HOMOTOPI DAN METODE DEKOMPOSISI ADOMIAN

SOLUSI SISTEM PERSAMAAN DIFERENSIAL PARSIAL DENGAN MENGGUNAKAN METODE PERTURBASI HOMOTOPI DAN METODE DEKOMPOSISI ADOMIAN SOLUSI SISTEM PERSAMAAN DIFERENSIAL PARSIAL DENGAN MENGGUNAKAN METODE PERTURBASI HOMOTOPI DAN METODE DEKOMPOSISI ADOMIAN Ita Rahmadayan 1, Syamsudhuha 2, Asmara Karma 2 1 Mahasswa Program Stud S1 Matematka

Lebih terperinci

BAB 4 ENTROPI PADA PROSES STOKASTIK RANTAI MARKOV

BAB 4 ENTROPI PADA PROSES STOKASTIK RANTAI MARKOV BAB 4 ENTROPI PADA PROSES STOKASTIK RANTAI MARKOV 4. Proses Sokask Dalam kehdupa yaa, sergkal orag g megama keerkaa sau kejada dega kejada la dalam suau erval waku ereu, yag merupaka suau barsa kejada.

Lebih terperinci

PEMODELAN NILAI TUKAR RUPIAH TERHADAP $US MENGGUNAKAN DERET WAKTU HIDDEN MARKOV SATU WAKTU SEBELUMNYA 1. PENDAHULUAN

PEMODELAN NILAI TUKAR RUPIAH TERHADAP $US MENGGUNAKAN DERET WAKTU HIDDEN MARKOV SATU WAKTU SEBELUMNYA 1. PENDAHULUAN PEMODELAN NILAI UKAR RUPIAH ERHADAP $US MENGGUNAKAN DERE WAKU HIDDEN MARKOV SAU WAKU SEBELUMNYA BERLIAN SEIAWAY, DIMAS HARI SANOSO, N. K. KUHA ARDANA Deparemen Maemaika Fakulas Maemaika dan Ilmu Pengeahuan

Lebih terperinci

Perancangan Pengendali dengan Umpan Balik Keadaan untuk Networked Control Systems

Perancangan Pengendali dengan Umpan Balik Keadaan untuk Networked Control Systems Perancangan Pengendal dengan Umpan Balk Keadaan unuk Neworked Conrol Sysems Asep Najmurrokhman, Yuda Bak Zanal, Sunubroo, Safren Candra Sar Jurusan eknk Elekro Unversas Jenderal Achmad Yan, Cmah, 40533

Lebih terperinci

PENERAPAN MODEL GSTAR(1,1) UNTUK DATA CURAH HUJAN

PENERAPAN MODEL GSTAR(1,1) UNTUK DATA CURAH HUJAN Bulen Ilmah Mah. Sa. dan Terapannya (Bmaser) Volume 6, o. 03 (017), hal 159 166. PEERAPA MODEL GSTAR(1,1) UTUK DATA CURAH HUJA Ism Adam, Dadan Kusnandar, Hendra Perdana ITISARI Model Generalzed Space Tme

Lebih terperinci

3 Kondisi Fisik Dermaga A I Pelabuhan Palembang

3 Kondisi Fisik Dermaga A I Pelabuhan Palembang Bab 3 3 Konds Fsk Dermaga A I Pelabuhan Palembang Penanganan Kerusakan Dermaga Sud Kasus Dermaga A I Pelabuhan Palembang 3.1 Pengolahan Daa Pasang Suru 3.1.1 Meode Leas Square Meode n menjelaskan bahwa

Lebih terperinci

BAB 3 PENYELESAIAN NUMERIK MODEL ADVEKSI-DISPERSI DENGAN IMPLEMENTASI SPREADSHEET

BAB 3 PENYELESAIAN NUMERIK MODEL ADVEKSI-DISPERSI DENGAN IMPLEMENTASI SPREADSHEET BAB PENYELESAIAN NUMERIK MODEL ADVEKSI-DISPERSI DENGAN IMPLEMENTASI SPREADSHEET MENGENAI METODE NUMERIK Persoalan yang melbaan model maemaa banya munul dalam berbaga lmu pengeahuan seper halnya dalam asus

Lebih terperinci

x 4 x 3 x 2 x 5 O x 1 1 Posisi, perpindahan, jarak x 1 t 5 t 4 t 3 t 2 t 1 FI1101 Fisika Dasar IA Pekan #1: Kinematika Satu Dimensi Dr.

x 4 x 3 x 2 x 5 O x 1 1 Posisi, perpindahan, jarak x 1 t 5 t 4 t 3 t 2 t 1 FI1101 Fisika Dasar IA Pekan #1: Kinematika Satu Dimensi Dr. Pekan #1: Kinemaika Sau Dimensi 1 Posisi, perpindahan, jarak Tinjau suau benda yang bergerak lurus pada suau arah erenu. Misalnya, ada sebuah mobil yang dapa bergerak maju aau mundur pada suau jalan lurus.

Lebih terperinci

Faradina GERAK LURUS BERATURAN

Faradina GERAK LURUS BERATURAN GERAK LURUS BERATURAN Dalam kehidupan sehari-hari, sering kia jumpai perisiwa yang berkaian dengan gerak lurus berauran, misalnya orang yang berjalan kaki dengan langkah yang relaif konsan, mobil yang

Lebih terperinci

FIsika KTSP & K-13 KINEMATIKA. K e l a s A. VEKTOR POSISI

FIsika KTSP & K-13 KINEMATIKA. K e l a s A. VEKTOR POSISI KTSP & K-13 FIsika K e l a s XI KINEMATIKA Tujuan Pembelajaran Seelah mempelajari maeri ini, kamu diharapkan mampu menjelaskan hubungan anara vekor posisi, vekor kecepaan, dan vekor percepaan unuk gerak

Lebih terperinci

PENERAPAN FUZZY MULTI CRITERIA DECISION MAKING UNTUK MENENTUKAN PEMBERIAN BEASISWA

PENERAPAN FUZZY MULTI CRITERIA DECISION MAKING UNTUK MENENTUKAN PEMBERIAN BEASISWA Semnar Nasonal Teknolog Informas dan Mulmeda 2015 STMIK AMIKOM Yogyakara, 6-8 Februar 2015 PENERAPAN FUZZY MULTI CRITERIA DECISION MAKING UNTUK MENENTUKAN PEMBERIAN BEASISWA Yeffransjah Salm STMIK Indonesa

Lebih terperinci

Penerapan Metode Runge-Kutta Orde 4 dalam Analisis Rangkaian RLC

Penerapan Metode Runge-Kutta Orde 4 dalam Analisis Rangkaian RLC Penerapan Metode Runge-Kutta Orde 4 dalam Analss Rangkaan RLC Rka Favora Gusa JurusanTeknk Elektro,Fakultas Teknk,Unverstas Bangka Beltung rka_favora@yahoo.com ABSTRACT The exstence of nductor and capactor

Lebih terperinci

CONTOH SOAL #: PENYELESAIAN PERSAMAAN DIFERENSIAL BIASA. dx dengan nilai awal: y = 1 pada x = 0. Penyelesaian: KASUS: INITIAL VALUE PROBLEM (IVP)

CONTOH SOAL #: PENYELESAIAN PERSAMAAN DIFERENSIAL BIASA. dx dengan nilai awal: y = 1 pada x = 0. Penyelesaian: KASUS: INITIAL VALUE PROBLEM (IVP) PENYELESAIAN PERSAMAAN DIFERENSIAL BIASA KASUS: INITIAL VALUE PROBLEM (IVP) by: st dyar kholsoh Mater Kulah: Pengantar; Metode Euler; Perbakan Metode Euler; Metode Runge-Kutta; Penyelesaan Sstem Persamaan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN TEORITIS

BAB II TINJAUAN TEORITIS BAB II TIJAUA TEORITIS 2.1 Peramalan (Forecasing) 2.1.1 Pengerian Peramalan Peramalan dapa diarikan sebagai beriku: a. Perkiraan aau dugaan mengenai erjadinya suau kejadian aau perisiwa di waku yang akan

Lebih terperinci

BAB III ANALISIS INTERVENSI. Analisis intervensi dimaksudkan untuk penentuan jenis respons variabel

BAB III ANALISIS INTERVENSI. Analisis intervensi dimaksudkan untuk penentuan jenis respons variabel BAB III ANALISIS INTERVENSI 3.1. Pendahuluan Analisis inervensi dimaksudkan unuk penenuan jenis respons variabel ak bebas yang akan muncul akiba perubahan pada variabel bebas. Box dan Tiao (1975) elah

Lebih terperinci

Analisis Kecepatan Dan Percepatan Mekanisme Empat Batang (Four Bar Lingkage) Fungsi Sudut Crank

Analisis Kecepatan Dan Percepatan Mekanisme Empat Batang (Four Bar Lingkage) Fungsi Sudut Crank ISSN 907-0500 Analss Kecepatan Dan Percepatan Mekansme Empat Batang (Four Bar ngkage Fungs Sudut Crank Nazaruddn Fak. Teknk Unverstas Rau nazaruddn.unr@yahoo.com Abstrak Pada umumnya analss knematka dan

Lebih terperinci

IV. UKURAN SIMPANGAN, DISPERSI & VARIASI

IV. UKURAN SIMPANGAN, DISPERSI & VARIASI IV. UKURAN SIMPANGAN, DISPERSI & VARIASI Pendahuluan o Ukuran dspers atau ukuran varas, yang menggambarkan derajat bagamana berpencarnya data kuanttatf, dntaranya: rentang, rentang antar kuartl, smpangan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis dan Pendekaan Peneliian Jenis peneliian yang digunakan dalam peneliian ini adalah peneliian evaluasi dan pendekaannya menggunakan pendekaan kualiaif non inerakif (non

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN PACITAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN PACITAN : NOMOR 18 TAHUN 2001

PEMERINTAH KABUPATEN PACITAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN PACITAN : NOMOR 18 TAHUN 2001 I I PEMERINTAH KABUPATEN PACITAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN PACITAN : NOMOR 18 TAHUN 2001 \ TENTANG PEMBERDAYAAN, PELESTARIAN DAN PENGEMBANGAN ADAT ISTIADAT DAN LEMBAGA ADAT DENGAN RAHMAT TAHUN YANG MAHA

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN A III METODE PEELITIA Salah sau komponen peneliian yang mempunyai ari pening dalam kaiannya dengan proses sudi secara komprehensif adalah komponen meode peneliian. Meode peneliian menjelaskan bagaimana

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS. Kegiatan untuk memperkirakan apa yang akan terjadi pada masa yang akan datang

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS. Kegiatan untuk memperkirakan apa yang akan terjadi pada masa yang akan datang BAB 2 TINJAUAN TEORITIS 2.1 Pengerian dan Manfaa Peramalan Kegiaan unuk mempeirakan apa yang akan erjadi pada masa yang akan daang disebu peramalan (forecasing). Sedangkan ramalan adalah suau kondisi yang

Lebih terperinci

1.4 Persamaan Schrodinger Bergantung Waktu

1.4 Persamaan Schrodinger Bergantung Waktu .4 Persamaan Schrodinger Berganung Waku Mekanika klasik aau mekanika Newon sanga sukses dalam mendeskripsi gerak makroskopis, eapi gagal dalam mendeskripsi gerak mikroskopis. Gerak mikroskopis membuuhkan

Lebih terperinci

JURNAL MATEMATIKA DAN KOMPUTER Vol. 5. No. 3, , Desember 2002, ISSN :

JURNAL MATEMATIKA DAN KOMPUTER Vol. 5. No. 3, , Desember 2002, ISSN : JURNAL MATEMATIKA AN KOMPUTER Vol. 5. No. 3, 161-167, esember 00, ISSN : 1410-8518 PENGARUH SUATU ATA OBSERVASI ALAM MENGESTIMASI PARAMETER MOEL REGRESI Hern Utam, Rur I, dan Abdurakhman Jurusan Matematka

Lebih terperinci

SOAL UN 2011/2012. m/s 2 ) jika papan licin, maka percepatan gerak system adalah

SOAL UN 2011/2012. m/s 2 ) jika papan licin, maka percepatan gerak system adalah SOL UN 2011/2012 m/s 2 ) jka papan lcn, maka percepaan gerak sysem 1. Tebal suau pela dukur dengan mcromeer sekrup dan haslnya erlha seper gambar d sampng. Tebal pela ersebu 7,40 mm b. 7,54 mm c. 7,90

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1. Laar Belakang Masalah Knerja pembangunan ekonom Indonesa bsa dkaakan sanga membanggakan dengan ngka perumbuhan ekonom selama beberapa dekade erakhr n sangalah ngg, walaupun mengalam

Lebih terperinci

B a b 1 I s y a r a t

B a b 1 I s y a r a t TKE 305 ISYARAT DAN SISTEM B a b I s y a r a Indah Susilawai, S.T., M.Eng. Program Sudi Teknik Elekro Fakulas Teknik dan Ilmu Kompuer Universias Mercu Buana Yogyakara 009 BAB I I S Y A R A T Tujuan Insruksional.

Lebih terperinci

BERITA DAERAH KABUPATEN PACITAN PERATURAN BUPATI PACITAN 1 NOMOR 16 TAHUN 2010 TENTANG

BERITA DAERAH KABUPATEN PACITAN PERATURAN BUPATI PACITAN 1 NOMOR 16 TAHUN 2010 TENTANG BERTA DAERAH KABUPATEN PACTAN TAHUN 200 NOMOR 7 PERATURAN BUPAT PACTAN NOMOR 6 TAHUN 200 TENTANG PERUBAHAN KETGA ATAS PERATURAN BUPAT PACTAN NOMOR 28 TAUN 2009 TENTANG PENJABARAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN

Lebih terperinci

DINAMIKA INTERAKSI DARI SPEKULASI DAN DIVERSIFIKASI PADA SAHAM DARWISAH

DINAMIKA INTERAKSI DARI SPEKULASI DAN DIVERSIFIKASI PADA SAHAM DARWISAH DINAMIKA INTERAKSI DARI SPEKULASI DAN DIVERSIFIKASI PADA SAHAM DARWISAH DEPARTEMEN MATEMATIKA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 009 ABSTRACT DARWISAH. Dynamcs

Lebih terperinci

BAB III HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Permasalahan Nyata Penyebaran Penyakit Tuberculosis

BAB III HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Permasalahan Nyata Penyebaran Penyakit Tuberculosis BAB III HASIL DAN PEMBAHASAN A. Permasalahan Nyaa Penyebaran Penyaki Tuberculosis Tuberculosis merupakan salah sau penyaki menular yang disebabkan oleh bakeri Mycobacerium Tuberculosis. Penularan penyaki

Lebih terperinci

PROFIL SURJA HUBUNG KARENA PROSES ENERGIZED (PEMBERIAN TENAGA) PADA SALURAN TRANSMISI 500 KV

PROFIL SURJA HUBUNG KARENA PROSES ENERGIZED (PEMBERIAN TENAGA) PADA SALURAN TRANSMISI 500 KV POFIL SUJA HUBUNG KAENA POSES ENEGIZED (PEMBEIAN TENAGA) PADA SALUAN TANSMISI 500 K Yunaro Program Sud Dploma III Teknk Elekro Fakulas Teknk Unversas Dponegoro Absrac Yunaro, n hs paper eplan ha ransen

Lebih terperinci

SISTEM REKOMENDASI NILAI MATA KULIAH MENGGUNAKAN METODE CONTENT-BASED FILTERING

SISTEM REKOMENDASI NILAI MATA KULIAH MENGGUNAKAN METODE CONTENT-BASED FILTERING Semnar Nasonal Informaka 00 (semnasif 00) ISSN: 979-38 UPN Veeran Yogyakara, Me 00 SISTEM REKOMENDASI NILAI MATA KULIAH MENGGUNAKAN METODE CONTENT-BASED FILTERING Puspanngyas Sanjoyo A ) ) Teknk Informaka,

Lebih terperinci

BUPATI PACITAN. I PERATURAN BUPATI PACITAN \ NOMOR ;i6tahun 2010

BUPATI PACITAN. I PERATURAN BUPATI PACITAN \ NOMOR ;i6tahun 2010 3 1 BUPAT PACTAN PERATURAN BUPAT PACTAN \ NOMOR ;6TAHUN 2010 TENTANG PENYELENGGARAAN SSTEM PENGENDALAN NTERN PEMERNTA D LNGKUNGAN PEMERNTAH KABUPATEN PACTAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPAT PACTAN,

Lebih terperinci

Peramalan Penjualan Sepeda Motor Tiap Jenis di Wilayah Surabaya dan Blitar dengan Model ARIMA Box-Jenkins dan Vector Autoregressive (VAR)

Peramalan Penjualan Sepeda Motor Tiap Jenis di Wilayah Surabaya dan Blitar dengan Model ARIMA Box-Jenkins dan Vector Autoregressive (VAR) JURNAL SAINS DAN SENI POMITS Vol. 3, No., (04) 337-350 (30-98X Prn) D-36 Peramalan Penjualan eda Moor Tap Jens d Wlayah Surabaya dan Blar dengan Model ARIMA Box-Jenkns dan Vecor Auoregressve (VAR) Ade

Lebih terperinci

Sekilas Pandang. Modul 1 PENDAHULUAN

Sekilas Pandang. Modul 1 PENDAHULUAN Modul 1 Sekilas Pandang Drs. Irlan Soelaeman, M.Ed. S PENDAHULUAN uau hari, saya dan keluarga berencana membawa mobil pergi ke Surabaya unuk mengunjungi salah seorang saudara. Sau hari sebelum keberangkaan,

Lebih terperinci

IV. METODE PENELITIAN

IV. METODE PENELITIAN IV. METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waku Peneliian Peneliian ini dilakukan di Dafarm, yaiu uni usaha peernakan Darul Fallah yang erleak di Kecamaan Ciampea, Kabupaen Bogor, Jawa Bara. Pemilihan lokasi

Lebih terperinci

JURNAL MATEMATIKA DAN KOMPUTER Vol. 4. No. 1, 23-32, April 2001, ISSN :

JURNAL MATEMATIKA DAN KOMPUTER Vol. 4. No. 1, 23-32, April 2001, ISSN : JRNAL MATEMATIKA DAN KOMPTER Vol 4 No 1, 3-3, Aprl 1, ISSN : 141-51 KAJIAN DISKRETISASI DENGAN METODE GALERKIN SEMI DISKRET TERHADAP EFISIENSI SOLSI MODEL RAMBATAN PANAS TANPA SK KONVEKSI Suhartono dan

Lebih terperinci

PRESENTASI TUGAS AKHIR

PRESENTASI TUGAS AKHIR Penerapan PID Predcve Ar-Rao Conroller Pada Mesn Mobl Msubsh Type 4G63 Unu Memnmuman Ems Gas Buang Oleh Hendre Angga P 10 105 03 PRESENTASI TUGAS AKHIR Mesn-mesn oomof saa n dunu unu menghaslan performa

Lebih terperinci

Penerapan Statistika Nonparametrik dengan Metode Brown-Mood pada Regresi Linier Berganda

Penerapan Statistika Nonparametrik dengan Metode Brown-Mood pada Regresi Linier Berganda Jurnal EKSPONENSIAL Volume 7, Nomor, Me 6 ISSN 85-789 Penerapan Saska Nonparamerk dengan Meode Brown-Mood pada Regres Lner Berganda Applcaon of Nonparamerc Sascs, wh Brown-Mood Mehod on Mulple Lnear Regresson

Lebih terperinci

SISTEM LINEAR MAX-PLUS KABUR WAKTU INVARIANT AUTONOMOUS

SISTEM LINEAR MAX-PLUS KABUR WAKTU INVARIANT AUTONOMOUS SISTEM LINEAR MAX-PLUS KABUR WAKTU INVARIANT AUTONOMOUS A8 M. Andy Rudhto 1 1 Program Stud Penddkan Matematka FKIP Unverstas Sanata Dharma Kampus III USD Pangan Maguwoharjo Yogyakarta 1 e-mal: arudhto@yahoo.co.d

Lebih terperinci

IV. PERANCANGAN DAN IMPLEMENTASI SISTEM

IV. PERANCANGAN DAN IMPLEMENTASI SISTEM IV. PERANCANGAN DAN IMPLEMENTASI SISTEM Perancangan Sstem Sstem yang akan dkembangkan adalah berupa sstem yang dapat membantu keputusan pemodal untuk menentukan portofolo saham yang dperdagangkan d Bursa

Lebih terperinci

FISIKA. Kelas X GLB DAN GLBB K13 A. GERAK LURUS BERATURAN (GLB)

FISIKA. Kelas X GLB DAN GLBB K13 A. GERAK LURUS BERATURAN (GLB) K3 Kelas X FISIKA GLB DAN GLBB TUJUAN PEMBELAJARAN Seelah mempelajari maeri ini, kamu diharapkan memiliki kemampuan beriku.. Memahami konsep gerak lurus berauran dan gerak lurus berubah berauran.. Menganalisis

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI. Produksi padi merupakan suatu hasil bercocok tanam yang dilakukan dengan

BAB 2 LANDASAN TEORI. Produksi padi merupakan suatu hasil bercocok tanam yang dilakukan dengan BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1. Produksi Produksi padi merupakan suau hasil bercocok anam yang dilakukan dengan penanaman bibi padi dan perawaan sera pemupukan secara eraur sehingga menghasilkan suau produksi

Lebih terperinci