BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah"

Transkripsi

1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Laar Belakang Masalah Knerja pembangunan ekonom Indonesa bsa dkaakan sanga membanggakan dengan ngka perumbuhan ekonom selama beberapa dekade erakhr n sangalah ngg, walaupun mengalam penurunan d masa krss. Teap ngka perumbuhan yang ngg ersebu mash menysakan sejumlah persoalan danaranya kemsknan dan rendahnya pembangunan manusa. Menuru BPS angka kemsknan d Indonesa pada ahun 2006 mencapa 39,5 jua lebh ngg darpada angka kemsknan ahun 2005 yang mencapa 35,1 jua. Bsa dpaskan jumlah penduduk mskn yang besar ersebu adalah uma Islam, mengnga Islam adalah agama mayoras d Indonesa. Dengan demkan masalah kemsknan merupakan masalah yang dhadap uma Islam saa n. Dalam Islam kemsknan merupakan masalah yang sanga serus. Jka kemsknan merajarela maka a akan menjad kemsknan yang mansyyan (mampu membuanya lupa akan Allah dan kemanusannya). Ia bagakan seorang kaya yang apabla erlalu meraja, maka a akan menjad kekayaan mahgyyan ( mampu membua seseorang zalm kepada Allah maupun manusa lannya). Dalam hal n Rasulullah sendr pernah ber-awwudz (memohon lndungan Allah) dar kemsknan. Arnya, apabla kemsknan u dak berbahaya, maka Rasulullah dak perlu beraawudz aasnya, mengnga kemsknan akan mendekakan seseorang kepada kekufuran. D sampng dhadapkan pada angka kemsknan yang cukup ngg, Indonesa juga dhadapkan pada masalah lannya yang sanga serus, yau mash rendahnya pembangunan manusa. Rendahnya pembangunan manusa ercermn dar ndeks pembangunan manusa (IPM) aau dkenal dengan Human Developmen Index (HDI) yang dkeluarkan oleh Uned Naons Developmen Programme (UNDP). Dalam Indeks yang dkeluarkan erakhr oleh UNDP

2 poss Indonesa berada 107 dar 177 negara d duna. Konds n menempakan Indonesa berada pada ksaran negara-negara sedang berkembang dengan ngka pembangunan manusa level menengah. Poss n eap berahan sejak UNDP mengeluarkan HDI pada ahun 1990 hngga ahun erakhr Jka dbandngkan dengan negara eangga lannya seper halnya Sngapura rangkng Indonesa jauh d bawah Sngapura, begu juga dengan Malaysa dan Thaland. Padahal pembangunan manusa merupakan salah sau ndkaor bag kemajuan suau negara. Suau negara dkaakan maju bukan saja dhung dar pendapaan domesk bruo saja eap juga mencakup aspek harapan hdup sera penddkan masyarakanya. Hal n sejalan dengan paradgma pembangunan yang berkembang pada ahun 90-an yau paradgma pembangunan yang berpusa pada manusa (human cenered developmen). Secara konsep, pembangunan manusa adalah upaya yang dlakukan unuk memperluas peluang penduduk unuk mencapa hdup layak, yang secara umum dapa dlakukan melalu penngkaan kapasas dasar dan daya bel. Pada aaran praks penngkaan kapasas dasar adalah upaya menngkakan produkvas penduduk melalu penngkaan pengeahuan dan deraja kesehaan. Dengan demkan sekurangnya ada dua sekor yang perlu dperhakan oleh pemernah sehubungan dengan upaya memperluas penduduk unuk mencapa hdup layak yau penddkan dan kesehaan.dalam hal n bsa erwujud melalu alokas pengeluaran pemernah d sekor penddkan dan kesehaan. Dengan menngkanya alokas pengeluaran pemernah d sekor publk ersebu maka akan menngkakan produkvas penduduk sehngga bsa menngkakan pembangunan manusa yang pada akhrnya bsa mengurang kemsknan. Dar beberapa hasl penelan pun menunjukkan bahwa pengeluaran d sekor publk sanga bermanfaa unuk menngkakan pembangunan manusa dan mengurang penduduk mskn, seper penelan yang elah dlakukan anara lan Fan e. Al (2000), Gomanee a.al (2003), Braa (2005) dan Chemngu (2007).

3 Kenyaaannya serngkal erjadnya rade off anara pengeluaran d sekor publk (kesehaan dan penddkan) dengan pengeluaran unuk nfrasrukur ekonom (fsk). Hal nlah yang serngkal erjad dalam manajemen anggaran pemernah. Menuru Braa (2005), pengeluaran nvesas nfrasrukur dbuuhkan unuk memfaslas perumbuhan ekonom, dss lan dperlukan juga nvesas unuk menngkakan kualas sumber daya manusa. Hal nlah yang lupu dar perhaan selama n, penyedaan nfrasrukur ekonom unuk nvesas swasa kemungknan besar elah mengorbankan nvesas pembangunan manusa. Pembangunan manusa yang berhasl sebeulnya juga memberkan manfaa posf bag perumbuhan ekonom melalu ersedanya enaga kerja yang berkualas. Keka erjad krss ekonom, pengeluaran pemernah pada sekor publk mengalam penurunan. Pengeluaran publk n sebaga ala ukur (proxy) nvesas publk. Dar oal nvesas ahun 1996, nvesas sekor publk maupun swasa mencapa angka 27 persen dar PDB, dmana sekor publk hanya mencapa 6,5 persen dar PDB, presenase ersebu menurun ajam pada ahun 2000 menjad 4 persen, eap pada ahun 2005 mula mengalam penngkaan kembal, sama dengan perode sebelum krss yau 6,5 persen dar PDB (World Bank, 2007). Dengan demkan ngka nvesas publk d Indonesa mash merupakan yang erendah danara negara-negara berpenghaslan menengah. Selanjunya World Bank (2007) mengemukakan bahwa Indonesa elah melampau perode pasca krss, kn elah memlk sumberdaya keuangan yang memada unuk memenuh kegaan pembangunan. Kebjakan unuk menekan defs anggaran, merupakan hal yang sanga penng dalam pemulhan ekonom. Kn saanya unuk mengambl langkah-langkah penngkaan sesua dengan apa yang elah dcapa beberapa ahun belakangan n sera menggunakan sumber-sumber keuangan negara secara efekf dan efsen unuk memperbak layanan penddkan, perluasan layanan kesehaan, menuup kesenjangan nfrasrukur yang sanga penng, semuanya unuk menanggulang kemsknan dan membangun ekonom yang kompef.

4 1. 2. Rumusan Masalah dan Peranyaan Penelan Masalah yang dhadap uma Islam d Indonesa saa n erka dengan masalah rendahnya pembangunan manusa dan nggnya angka kemsknan. Pada masa kejayaan Islam erdahulu, nsrumen yang bsa dgunakan unuk mengaas hal ersebu adalah nsrumen zaka. Insrumen zaka saa u merupakan salah sau nsrumen ssem keuangan publk yang dkelola negara. Ssem ersebu elah ercaa mampu mensejaherakan uma saa u. Dalam ssem fskal saa n d Indonesa, zaka bukanlah sumber penermaan negara yang dperunukkan unuk mengaas persoalan uma Islam erka dengan rendahnya pembangunan manusa dan nggnya kemsknan. Dengan erhapusnya zaka dalam ssem keuangan publk ersebu elah membua uma Islam kehlangan mnmal dua hal ( Nasuon dkk, 2006: 206) yau menghlangnya spr relgosas (dsebabkan pandangan sekularsme) dan kehlangan mekansme ekns yang bermanfaa (dak dgunakannya berbaga mekansme yang berbau Islam elah menghlangkan meode mensejaherakan rakya). Dengan erhapusnya zaka dalam ssem keuangan publk ersebu, maka saa n yang bsa dlakukan pemernah unuk mengaas berbaga permasalahan uma Islam hanya erumpu pada sumber penermaan negara yang erbaas. Dengan sumber penermaan yang erbaas ersebu menyebabkan pengeluaran pemernah unuk membaya sekor publk pun relaf rendah. Menuru World Bank (2007), ngka nvesas publk d Indonesa mash merupakan yang erendah danara negara-negara berpenghaslan menengah. Bahkan sejak erjad krss ekonom nvesas pada sekor publk n cenderung menurun. Rendahnya ngka nvesas publk d Indonesa ersebu ercermn dar rendahnya alokas pengeluaran pemernah unuk sekor ersebu. Danara sekor publk yang krusal bag pembangunan kualas sumber daya manusa yang ercermn dar ndeks pembangunan manusa adalah nvesas pada sekor penddkan dan kesehaan, yang pada akhrnya mempunya pengaruh erhadap kemsknan. Dalam amandemen Undang-

5 Undang Dasar 1945 pasal 34 Aya 1 menyebukan, Pemernah harus memproraskan anggaran penddkan sekurang-kurangnya 20% dar oal anggaran. Teap sampa saa n anggaran yang ada belum mencapa angka 20%. Bahkan, dbandngkan dengan negara-negara eangga erdeka yau Malaysa, Thaland, dan Flpna, alokas pengeluaran d sekor penddkan d Indonesa mash relaf rendah. Rendahnya alokas pengeluaran d sekor penddkan erjad juga pada sekor kesehaan. Keernggalan Indonesa dalam sekor kesehaan ersebu erlha dar beberapa ndkaor uama erhadap pencapaan d sekor kesehaan seper ngka kemaan bay, kemaan bala dan kemaan bu. Saa n pengeluaran unuk sekor kesehaan mash d bawah 1 persen dar PDB.Dengan demkan erlha adanya kesenjangan anara kengnan unuk menngkakan pembangunan manusa dan pengurangan kemsknan, semenara dar ss alokas anggaran unuk sekor publk (penddkan dan kesehaan) mash relaf rendah. Dsampng u permasalahan yang krusal sehubungan dengan pengelolaan keuangan publk erka dengan ssem nla. Nla-nla Islam yang banyak danu masyaraka d Indonesa, yang seharusnya derapkan dalam seluruh aspek kehdupan, ermasuk dalam pengelolaan keuangan publk juseru elah dhlangkan. Berdasarkan rumusan permasalahan d aas, maka peranyaan yang akan djawab dalam penelan n adalah: 1. Apakah ada pengaruh pengeluaran pemernah d sekor publk (sekor penddkan dan kesehaan) erhadap pembangunan manusa? 2. Apakah ada pengaruh pengeluaran pemernah d sekor publk (sekor penddkan dan kesehaan) erhadap pengurangan kemsknan d Indonesa? 3. Apakah ada pengaruh pembangunan manusa erhadap angka kemsknan? 4. Bagamanakah nla-nla Islam mengaas persoalan uma erka dengan kemsknan?

6 1.3. Tujuan Penelan Berdasarkan rumusan masalah d aas, maka ujuan yang ngn djawab dalam penelan n, yau: 1. Menganalss pengaruh pengeluaran pemernah d sekor publk (sekor penddkan dan kesehaan) erhadap pembangunan manusa d Indonesa. 2. Menganalss pengaruh pengeluaran pemernah d sekor publk (sekor penddkan dan kesehaan) erhadap pengurangan kemsknan. 3. Menganalss pengaruh pembangunan manusa erhadap angka kemsknan d Indonesa. 4. Mengkaj nla-nla Islam dalam mengaas persoalan uma erka kemsknan Baasan Masalah Baasan masalah dalam penelan ess n adalah sebaga berku: a. Alokas anggaran d sekor publk hanya dbaas d dua sekor yau sekor penddkan dan kesehaan. Hal n sesua dengan arah pembangunan manusa dmana pembangunan dak hanya berorenas pada pendapaan eap juga akses erhadap yang lannya dalam hal n penddkan dan kesehaan. b. Indeks pembangunan manusa merupakan proxy dar pembangunan manusa. Dengan ndeks ersebu akan dgambarkan poss suau negara apakah ermasuk kaegor maju, berkembang aau negara mskn. c. Daa kemsknan, daa pengeluaran pemernah ddapa dar daa yang dkeluarkan oleh BPS, semenara daa ndeks pembangunan manusa merupakan daa yang dkeluarkan aas kerjasama BPS, Bappenas dan UNDP. Daa yang del adalah daa dalam lngkup anar propns dengan daa ga ahunan yau ahun 1996, 1999, 2002 dan d. Kajan Islam dalam mengaas permasalahan uma erka dengan masalah kemsknan akan dkaj berdasarkan sud pusaka.

7 1.6. Kerangka Pemkran Permasalahan besar yang dhadapa uma Islam saa n d Indonesa erka dengan rendahnya pembangunan manusa dan nggnya angka kemsknan. Salah sau hal yang basa dlakukan pemernah saa n dengan melakukan nvesas pada sekor publk. Invesas sekor publk ersebu bsa dproxy dar pengeluaran pemernah. Danara sekor publk yang bermanfaa bag penngkaan pembangunan manusa dan pengurangan kemsknan adalah sekor penddkan dan kesehaan. Penddkan merupakan elemen val erpenng dalam memberanas kemsknan. Seseorang yang memperoleh penddkan akan memperoleh kesempaan yang lebh bak dan bsa memperbak sandar hdupnya. Pengaruh penddkan dak hanya mempengaruh kemampuan ndvdu unuk mendapakan ngka upah maupun pendapaan yang ngg, eap juga erhadap perlaku dan pengamblan kepuusan, yang akan menngkakan kemungknan sukses dalam menjangkau kebuuhan pokok, bahkan penddkan akan membua seseorang erhndar dar konds mskn (Zuluaga). Dalam eor Human Capal, Schulz (1961) dan Becker (1964) mengemukakan bahwa penddkan erlha sebaga nvesas sumberdaya saa n unuk mendapakan reurn d masa depan. Schulz berargumenas bahwa pengeahuan dan skll adalah benuk dar kapal, yang akan menghaslkan delberae nvesmen. Invesas dalam penddkan formal, ranng, dan kesehaan akan menngkakan kesempaan dan plhan bag ndvdu, yang akan mempengaruh kemampuan unuk melakukan pekerjaan yang produkf. Seper halnya dengan penddkan, kesehaan pun mempunya keerkaan dengan kemsknan. Amawkara mengemukakan bahwa adanya hubungan keerkaan anara kesehaan dengan kemsknan. Ada berbaga ndkaor kesehaan d negara-negara berpendapaan rendah dan menengah jka dbandngkan dengan negara-negara berpendapaan ngg, memperlhakan bahwa angka kesakan dan kemaan secara kua berkorelas erbalk dengan pendapaan

8 Apabla kualas sumberdaya manusa ersebu rendah yang ercermn dar ngka penddkan dan kesehaan yang rendah maka akan berpengaruh erhadap ndeks pembangunan manusa. Indeks pembangunan manusa adalah ndeks kompos dar harapan hdup, melek huruf dewasa, raa-raa lama sekolah, dan pengeluaran per kapa. pada ahun 2005 Indonesa berdasarkan ndeks pembangunan manusa ersebu menempa poss 107 dar 177 negara d duna. Konds n menempakan Indonesa sebaga negara sedang berkembang dengan ngka pembangunan manusa level menengah. Jka Indonesa dak memperhakan masalah pembangunan manusa n, bukan dak mungkn akan menurunkan ndeks pembangunan manusa sehngga akhrnya memposskan Indonesa pada negara mskn aau ngka pembangunan manusa yang rendah. Dar paparan d aas erungkap bahwa dengan semakn besarnya alokas anggaran d sekor penddkan dan kesehaan yang menyebabkan semakn luasnya masyaraka unuk mendapa akses erhadap penddkan dan kesehaan. Seper yang erungkap dar pernyaaan Amarya Sen (1985), masalah kemsknan dak hanya masalah ncome semaa melankan erka dengan kapablas-kapablas yang harus dmlk oleh seseorang dalam hal n salah saunya menyangku masalah akses-akses, bak erhadap penddkan, kesehaan dan kesempaan kerja. Dengan demkan penanganan kemsknan akan lebh komprehensf. Pendekaan penanganan kemsknan yang komprehensf ersebu sebenarnya elah dawarkan oleh Islam jauh lebh dahulu dar pendekaan yang dawarkan oleh ekonom konvensonal akhr-akhr n. Insrumen keuangan publk yang dgunakan dalam penangan kemsknan ersebu adalah zaka. Dalam Islam dkemukakan bahwa dalam mengenaskan kemsknan dengan mengenaskan penyebabnya (Qaradhaw, 2005) a. Kemsknan yang dsebabkan kelemahan fsk (anak-anak, erlalu ua, penyak, caca) sehngga menghalang unuk memperoleh penghaslan unuk u berhak memperoleh zaka. Zaka yang dperunukkan bagnya dkarenakan kelemahan fsk dan juga rasa empa aas kekurangan yang ada padanya hngga a dak harus selalu menjad beban masyaraka.

9 b. Kemsknan yang dsebabkan oleh kedakmampuan unuk mencar pekerjaan, walaupun mereka elah mengusahakan sekua enaganya. Solusnya daas seper yang dlakukan dalam menghadap pengangguran Jabarah. Kelompok pengangguran jabaryah perlu mendapakan banuan dar pemernah agar mereka dapa bekerja. Banuan yang dberkan u perlu dsesuakan dengan apa yang mereka buuhkan unuk memula suau usaha yang produkf, bukan hanya banuan dalam benuk uang aau bahan makanan yang cepa habs. Berdasarkan hal ersebu, penanganan kemsknan dalam Islam dak sekedar berbass ncome saja, yang langsung memberkan fakr mskn sekedar semangkuk bj-bjan aau drham, sebagamana yang dkra khalayak umum. Teap jauh lebh komprehensf yang dsesuakan dengan akar permasalahan kemsknan u sendr. Hal ersebu sejalan dengan pendapa dar Para ahl fqh dalam Qardhaw (2005) menyebukan pembahasan kebuuhan mendasar kaum muslm anara lan menghlangkan kebodohan dan penyak pada masa n. Kebodohan akan membunuh peradaban dan membnasakan kehdupan. Dalam hal n perlunya menyekolahkan generas muda ke ngka yang lebh ngg sera memberkan kesempaan bag yang berpresas unuk bsa memperdalam lmunya. Semenara u erka dengan masalah kesehaan adalah mempermudah dan mempercepa pengobaan dengan dak membarkan suau penyak menyerang perahanan ubuh dan membnasakan suau ndvdu, keluarga, maupun masyaraka. Berdasarkan uraan ersebu d aas maka alur pkr penelan enang pengaruh pengeluaran pemernah d sekor publk erhadap penngkaan pembangunan manusa dan pengurangan kemsknan adalah sebaga berku:

10 Gambar 1.1. Alur Pkr Penelan Pengaruh Pengeluaran Pemernah D Sekor Publk Terhadap Penngkaan Pembangunan Manusa Dan Pengurangan Kemsknan. Pengeluaran Sekor Publk (Penddkan & Kesehaan) Penngkaan Pembangunan Manusa Pengurangan Kemsknan Nla- Nla Islam 1.7. Hpoess Penelan Berdasarkan kerangka pemkran dan hasl sud sebelumnya, maka dapa dark berbaga hpoess awal, yau: 1. H0: β = 0, dak ada pengaruh pengeluaran pemernah d sekor publk (penddkan dan kesehaan) erhadap pembangunan manusa H1: β 0, Ada pengaruh pengeluaran pemernah d sekor publk (penddkan dan kesehaan) erhadap pembangunan manusa. 2. H0: β = 0, Tdak ada pengaruh pengeluaran pemernah d sekor publk (penddkan dan kesehaan) erhadap angka kemsknan. H1: β 0, Ada pengaruh pengeluaran pemernah d sekor publk (penddkan dan kesehaan) erhadap angka kemsknan

11 3. H0: β = 0, Tdak ada pengaruh pembangunan manusa erhadap angka kemsknan H1: β 0, Ada pengaruh pembangunan manusa erhadap angka kemsknan 1.8. Meode Penelan Unuk menjawab ujuan dar penelan n, maka langkah-langkah yang dempuh adalah mengumpulkan daa dan nformas dengan sud leraur. Daa sekunder ersebu akan ddapa dar hasl pengumpulan-pengumpulan daa maupun nformas dar nsans yang erka aaupun dengan cara searchng d nerne. Kegaan n dlakukan supaya penuls mendapa daa pengeluran pemernah d sekor penddkan maupun kesehaan, ndeks pembangunan manusa, dan angka kemsknan regonal (anar propns) d Indonesa unuk ahun 1996, 1999, 2002 dan 2005 dengan daa panel. Penggunaan daa panel n dkarenakan keerbaasan dalam daa sehngga perlu dgabungkan anara daa me seres dan daa cross secon. Tme seres adalah daa yang dkumpulkan dar waku ke waku (dalam penelan n daa me seres ga ahunan) erhadap sau ndvdu (msal daa kemsknan ga ahunan). Daa cross secon adalah daa yang dkumpulkan dalam sau waku erhadap banyak ndvdu (msal, ndeks pembangunan manusa 33 daerah propns d Indonesa unuk daa ga ahunan erenu). Pengumpulan daa ersebu sebaga pelengkap dalam melakukan pembukan emprs mengena pengaruh pengeluaran pemernah khususnya dalam sekor penddkan dan kesehaan erhadap pembangunan manusa dan pengurangan kemsknan. Hasl sud n dharapkan mampu memberkan dukungan emprs mengena penngnya nvesas d sekor publk ersebu. Kemudan daa akan danalss dengan menggunakan meode kuanaf. Meode kuanaf adalah ala analss yang menggunakan model maemak, sask dan ekonomerka aau model ekonom lannya. Penggunaan meode kuanaf dengan ekonomerka ersebu dlakukan unuk membua model

12 regres dalam rangka menjawab permasalahan dalam penelan dan membukkan hpoess penelan. Adapun model regres ersebu yang selanjunya akan desmas dengan meode erenu. Meode analss unuk menjawab permasalahan dgunakan model persamaan regres sederhana dengan daa panel sebaga berku: 1. PM = α + βpsp + U = 1,2,...N ; = 1,2,...,T (1.1) 2. K = α + βpsp + U = 1,2,...N ; = 1,2,...,T... (1.2) 3. K = α + βpm + U = 1,2,...N ; = 1,2,...,T... (1.3) Dmana: K = kemsknan unuk un coss secon PSPX = pengeluaran sekor publk unuk un cross secon PMX = pembangunan manusa unuk un cross secon u = Error N T = banyaknya observas = banyaknya waku N x T = banyaknya daa panel Seelah dpeoleh model regres dar daa panel ersebu, maka akan dlakukan esmas dengan meode PLS, efek eap dan meode efek random. Selanjunya baru dlakukan pengujan aas model ersebu dengan uj Chow, Hausman dan uj LM. Seelah deapkan model yang epa dengan uj ersebu, dlakukan pengujan kelayakan model aksran sehngga dperoleh sfa BLUE. Selan menggunakan meode kuanaf, penelan n juga menggunakan eknk analss dengan meode analss kualaf, yang akan lebh banyak ddasarkan pada model descrpve analyss. Meode kualaf n dgunakan unuk mengkaj dan menggambarkan permasalahan yang erka dengan kemsknan dalam njauan Islam berdasarkan sud pusaka. Unuk memperoleh gambaran penelan yang lebh jelas, penuls melakukan langkah-langkah sebaga berku:

13 1. Daa yang dgunakan adalah daa kemsknan, daa pembangunan manusa dan pengeluaran pemernah d sekor publk (bdang penddkan dan kesehaan) dar ahun 1996, 1999, 2002 dan 2005 d 33 provns d Indonesa. 2. Analss daa dlakukan dengan banuan Evews dan Mcrosof Excel dengan langkah-langkah sebaga berku: a. Mengumpulkan daa pengeluaran pemernah d bdang penddkan dan kesehaan. Daa pengeluaran pemernah dbdang penddkan, dan kesehaan yau erlha dar sekor 11 dan 13 dalam pengeluaran pembangunan d APBN djumlah erlebh dahulu. Hasl penjumlahan kedua pengeluaran dsebu pengeluaran publk. Selanjunya pengeluaran sekor publk ersebu perlu dlakukan konvers. Hal n dsebabkan daa pengeluaran pemernah dalam APBN sebelum ahun 2000 mash dsajkan menuru ahun anggaran, baru ahun 2000 menjad ahun kalender. b. Daa ahun anggaran dkonverskan menjad ahun kalender dengan menggunakan rumus sederhana berku, msalnya unuk ahun 1996 dperoleh dar perhungan (25% x pengeluaran pemernah d sekor penddkan juga kesehaan ahun 1995/96) + (75% x pengeluaran pemernah d sekor penddkan juga kesehaan ahun 1996/97. Dengan demkan, secara mpls mengasumskan bahwa pengeluaran unuk sau ahun anggaran erdsrbus meraa unuk seluruh bulan (Braa, 2005). Seelah ddapa angka pengeluaran pemernah unuk kedua sekor ersebu kemudan dpersenaskan dengan oal pengeluaran. Daa Kemsknan ddapa dar persenase angka penduduk mskn erhadap jumlah penduduk. Seper halnya dengan pengeluaran pemernah d sekor publk berbenuk persenase maka daa kemsknan

14 pun berbenuk persenase pula. Semenara u, daa pembangunan manusa ddapa dar ndeks pembangunan manusa. Indeks pembangunan manusa n merupakan prox dar pembangunan manusa. c. Tabulas daa menjad daa panel d. Regres daa dengan program Evews e. Menenukan model f. Regres daa dengan Evews menggunakan meode OLS, Meode Efek Teap dan Meode Efek Random g. Pengujan model dengan Chow Tes, Hausman dan LM Tes. h. Menaksr parameer dan sandar error-nya dalam model regres lner. Pemerksaan model sesua dengan eor j. Mengukur Goodness of F (R 2 ) k. Melakukan uj unuk mengeahu apakah koefsen regres sgnfkan aau dak l. Melakukan nerpreas daa. m. Seelah dperoleh gambaran dar hasl penelan ersebu maka akan dlakukan kajan erka kemsknan yang sesua dengan nla-nla Islam Ssemaka Penulsan Dalam penelan n erdr dar lma bab, dengan ssemaka penulsan sebaga berku: Bab I Bers pendahuluan yang akan menganarkan beapa penngnya penelan mengena Pengaruh Pengeluaran Pemernah d Sekor Publk Terhadap Penngkaan Pembangunan Manusa Dan Pengurangan Kemsknan sera bers rencana yang akan dlakukan sehubungan dengan penelan ersebu. Dengan demkan pada bagan n akan dbahas enang laar belakang penelan, perumusan masalah penelan, ujuan penelan, manfaa penelan sera gambaran sngka enang baasan masalah, kerangka eors,

15 hpoess dan meode penelan. Bab I n dakhr oleh ssemaka penulsan ess. Bab II menyajkan Landasan Teor dan Sud Leraur. Bab n akan membahas mengena eor-eor yang akan dgunakan dalam penelan, dalam hal n eor yang erka dengan peran pemernah dalam mengalokaskan anggaran sekor publk, pembangunan manusa dan kemsknan berdasarkan njauan ekonom konvensonal maupun ekonom Islam. Selanjunya juga akan dulas mengena hasl sud erdahulu erka dengan judul penelan. Dar hasl sud erdahulu ersebu akan dlakukan perbandngan mengena meodolog penelan yang dgunakan dar berbaga penelan ersebu sehngga dapa dkeahu benang merah dar penelan ersebu. Juga akan dbahas enang penerapan eor aau konsep dalam pemecahan masalah BAB III menyajkan meodolog penelan yang merupakan langkahlangkah ssemas dalam rangka menjawab peranyaan penelan. Bab n erdr dar penganar, varabel penelan, daa dan sumber daa, eknk dan model yang dgunakan, dan akan duup dengan flowchar proses penelan. Bab IV menyajkan analss dan pembahasan. Bagan n merupakan n dar penelan yang dlakukan karena bers enang hasl-hasl pengujan yang elah dlakukan, yang mana hasl pengujan ersebu akan dbahas sau persau secara rngkas dan jelas. Kemudan dar hasl penelan ersebu akan danalss sesua dengan nla-nla Islam dalam mengaas permasalahan kemsknan. Bab V merupakan bab penuup yang bers kesmpulan dan saran. Pada bagan kesmpulan akan menjawab peranyaan penelan yang ddasarkan pada daa dan hasl emuan yang ada. Seelah menark kesmpulan, balah pada ahapan membua rekomendas (saran) guna menenukan langkah-langkah praks selanjunya.

' PERATURAN BUPATI PACITAN I NOMOR 4 TAHUN 2012 PEMBERIAN BANTUAN PERALATAN DAN/ATAU MESIN BAGI INDUSTRI KECIL DAN MENENGAH KABUPATEN PACITAN

' PERATURAN BUPATI PACITAN I NOMOR 4 TAHUN 2012 PEMBERIAN BANTUAN PERALATAN DAN/ATAU MESIN BAGI INDUSTRI KECIL DAN MENENGAH KABUPATEN PACITAN j BUPAT PACTAN ' PERATURAN BUPAT PACTAN NOMOR 4 TAHUN 2012 TENTANG PEMBERAN BANTUAN PERALATAN DAN/ATAU MESN BAG NDUSTR KECL DAN MENENGAH KABUPATEN PACTAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPAT PACTAN

Lebih terperinci

BAB 8 PERSAMAAN DIFERENSIAL BIASA

BAB 8 PERSAMAAN DIFERENSIAL BIASA Maa kulah KOMPUTASI ELEKTRO BAB 8 PERSAMAAN DIFERENSIAL BIASA Persamaan dferensal dapa dbedakan menjad dua macam erganung pada jumlah varabel bebas. Apabla persamaan ersebu mengandung hana sau varabel

Lebih terperinci

BAB IV METODA RUNGE-KUTTA ORDE 4 PADA MODEL ALIRAN FLUIDA YANG TERGANGGU

BAB IV METODA RUNGE-KUTTA ORDE 4 PADA MODEL ALIRAN FLUIDA YANG TERGANGGU BAB IV METODA RUNGE-KUTTA ORDE 4 PADA MODEL ALIRAN FLUIDA YANG TERGANGGU Pada bab III, ka elah melakukan penguan erhadap meoda Runge-Kua orde 4 pada persamaan panas. Haslnya, solus analk persamaan panas

Lebih terperinci

Created by Simpo PDF Creator Pro (unregistered version)

Created by Simpo PDF Creator Pro (unregistered version) Creaed by Smpo PDF Creaor Pro (unregsered verson) hp://www.smpopdf.com Sask Bsns : BAB 8 VIII. ANALISIS DATA DERET BERKALA (TIME SERIES) 8.1 Pendahuluan Daa Berkala (Daa Dere waku) adalah daa yang dkumpulkan

Lebih terperinci

\ DANA ALOKASI DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

\ DANA ALOKASI DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA y BUPAT PACTAN PERATURAN BUPAT PACTAN : NOMOR 55" TAHUN 20 ; TENTANG \ DANA ALOKAS DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPAT PACTAN, Menmbang : a. bahwa dalam rangka penngkaan penyelenggaraan pemernahan,

Lebih terperinci

! BUPATI PACriAN j PERATURAN BUPATI PACITAN NOMOR 18 TAHUN 2013

! BUPATI PACriAN j PERATURAN BUPATI PACITAN NOMOR 18 TAHUN 2013 ! BUPAT PACrAN j PERATURAN BUPAT PACTAN NOMOR 18 TAHUN 2013 TENTANG PEDOMAN PENYUSUNAN LAPORAN DEWAN PENGAWAS BADAN LAYANAN UMUM DAERAH PADA RUMAH SAKT UMUM DAERAH KABUPATEN PACTAN DENGAN RAHMAT TUHAN

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di SMP Negeri 7 Gorontalo pada tahun ajaran 2012/2013

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di SMP Negeri 7 Gorontalo pada tahun ajaran 2012/2013 3. Lokas dan Waku Penelan 3.. Lokas Penelan BAB III METODOLOGI PENELITIAN Penelan n dlaksanakan d SMP Neger 7 Goronalo pada ahun ajaran 0/03 3.. Waku Penelan Penelan n d laksanakan pada semeser genap ahun

Lebih terperinci

BAB 5 ENTROPI PADA MATRIKS EMISI MODEL MARKOV TERSEMBUNYI

BAB 5 ENTROPI PADA MATRIKS EMISI MODEL MARKOV TERSEMBUNYI BAB ETROPI PADA MATRIKS EMISI MODEL MARKOV TERSEMBUYI Model Markov Tersembuny (Hdden Markov Model, MMT) elah banyak daplkaskan dalam berbaga bdang seper pelafalan bahasa (speeh reognon) dan klasfkas (luserng).

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Pertumbuhan dan kestabilan ekonomi, adalah dua syarat penting bagi kemakmuran

BAB 1 PENDAHULUAN. Pertumbuhan dan kestabilan ekonomi, adalah dua syarat penting bagi kemakmuran BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pertumbuhan dan kestablan ekonom, adalah dua syarat pentng bag kemakmuran dan kesejahteraan suatu bangsa. Dengan pertumbuhan yang cukup, negara dapat melanjutkan pembangunan

Lebih terperinci

BERITA DAERAH KABUPATEN PACITAN PERATURAN BUPATI PACITAN 1 NOMOR 16 TAHUN 2010 TENTANG

BERITA DAERAH KABUPATEN PACITAN PERATURAN BUPATI PACITAN 1 NOMOR 16 TAHUN 2010 TENTANG BERTA DAERAH KABUPATEN PACTAN TAHUN 200 NOMOR 7 PERATURAN BUPAT PACTAN NOMOR 6 TAHUN 200 TENTANG PERUBAHAN KETGA ATAS PERATURAN BUPAT PACTAN NOMOR 28 TAUN 2009 TENTANG PENJABARAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN

Lebih terperinci

Di bidang ekonomi tidak semua informasi dapat diukur secara kuantitatif. Peubah dummy digunakan untuk memperoleh informasi yang bersifat kualitatif

Di bidang ekonomi tidak semua informasi dapat diukur secara kuantitatif. Peubah dummy digunakan untuk memperoleh informasi yang bersifat kualitatif Regres Dummy D bdang ekonom dak semua nformas dapa dukur secara kuanaf Peubah dummy dgunakan unuk memperoleh nformas yang bersfa kualaf Conoh pada daa cross secon: Gender: sebaga penenu jumlah pendapaan

Lebih terperinci

PENGEMBANGAN MODEL MATEMATIS UNTUK OPTIMASI PERENCANAAN PRODUKSI MINUMAN MARIMAS

PENGEMBANGAN MODEL MATEMATIS UNTUK OPTIMASI PERENCANAAN PRODUKSI MINUMAN MARIMAS PENGEMBANGAN MODEL MATEMATIS UNTUK OPTIMASI PERENCANAAN PRODUKSI MINUMAN MARIMAS Mra Puspasar, Snggh Sapad, Dana Puspasar Absraks PT Ulam Tba Halm merupakan salah sau ndusr mnuman serbuk d Indonesa, dmana

Lebih terperinci

( ) STUDI KASUS. ò (, ) ( ) ( ) Rataan posteriornya adalah = Rataan posteriornya adalah (32)

( ) STUDI KASUS. ò (, ) ( ) ( ) Rataan posteriornya adalah = Rataan posteriornya adalah (32) 8 Raaan poserornya adalah E m x ò (, ) f ( x) m f x m f f m ddm (32) Dalam obseras basanya dgunakan banyak daa klam. Msalkan saja erdr dar grup daa klam dengan masng-masng grup ke unuk seap, 2,..., yang

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN PACITAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN PACITAN : NOMOR 18 TAHUN 2001

PEMERINTAH KABUPATEN PACITAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN PACITAN : NOMOR 18 TAHUN 2001 I I PEMERINTAH KABUPATEN PACITAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN PACITAN : NOMOR 18 TAHUN 2001 \ TENTANG PEMBERDAYAAN, PELESTARIAN DAN PENGEMBANGAN ADAT ISTIADAT DAN LEMBAGA ADAT DENGAN RAHMAT TAHUN YANG MAHA

Lebih terperinci

BAB III THREE STAGE LEAST SQUARE. Sebagaimana telah disinggung pada bab sebelumnya, salah satu metode

BAB III THREE STAGE LEAST SQUARE. Sebagaimana telah disinggung pada bab sebelumnya, salah satu metode BAB III THREE STAGE LEAST SQUARE Sebagamana elah dsnggung pada bab sebelumnya, salah sau meode penaksran parameer pada persamaan smulan yau meode Three Sage Leas Square (3SLS. Sebelum djelaskan lebh lanju

Lebih terperinci

BUPATI PACITAN. I PERATURAN BUPATI PACITAN \ NOMOR ;i6tahun 2010

BUPATI PACITAN. I PERATURAN BUPATI PACITAN \ NOMOR ;i6tahun 2010 3 1 BUPAT PACTAN PERATURAN BUPAT PACTAN \ NOMOR ;6TAHUN 2010 TENTANG PENYELENGGARAAN SSTEM PENGENDALAN NTERN PEMERNTA D LNGKUNGAN PEMERNTAH KABUPATEN PACTAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPAT PACTAN,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. universal, disemua negara tanpa memandang ukuran dan tingkat. kompleks karena pendekatan pembangunan sangat menekankan pada

BAB I PENDAHULUAN. universal, disemua negara tanpa memandang ukuran dan tingkat. kompleks karena pendekatan pembangunan sangat menekankan pada BAB I PENDAHULUAN A. Laar Belakang Disparias pembangunan ekonomi anar daerah merupakan fenomena universal, disemua negara anpa memandang ukuran dan ingka pembangunannya. Disparias pembangunan merupakan

Lebih terperinci

ANaLISIS - TRANSIEN. A B A B A B A B V s V s V s V s. (a) (b) (c) (d) Gambar 1. Proses pemuatan kapasitor

ANaLISIS - TRANSIEN. A B A B A B A B V s V s V s V s. (a) (b) (c) (d) Gambar 1. Proses pemuatan kapasitor ANaISIS - TANSIEN. Kapasor dalam angkaan D Sebuah kapasor akan ermua bla erhubung ke sumber egangan dc seper yang dperlhakan pada Gambar. Pada Gambar (a), kapasor dak bermuaan yau pla A dan pla B mempunya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Semakin tinggi penerimaan Pajak di Indonesia, semakin tinggi pula kualitas

BAB I PENDAHULUAN. Semakin tinggi penerimaan Pajak di Indonesia, semakin tinggi pula kualitas BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Pajak merupakan sumber penermaan terpentng d Indonesa. Oleh karena tu Pemerntah selalu mengupayakan bagamana cara menngkatkan penermaan Pajak. Semakn tngg penermaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN FASILKOM-UDINUS T.SUTOJO RANGKAIAN LISTRIK HAL 1

BAB I PENDAHULUAN FASILKOM-UDINUS T.SUTOJO RANGKAIAN LISTRIK HAL 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Defns Rangkaan Lsrk Rangkaan Lsrk adalah sambungan dar beberapa elemen lsrk ( ressor, kapasor, ndukor, sumber arus, sumber egangan) yang membenuk mnmal sau lnasan eruup yang dapa

Lebih terperinci

BUPAH PAOTAN PERATURAN BUPATI PACITAN NOMOR 30 TAHUN 2013 TENTANG TATA CARA PENYESUAIAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH

BUPAH PAOTAN PERATURAN BUPATI PACITAN NOMOR 30 TAHUN 2013 TENTANG TATA CARA PENYESUAIAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH r BUPAH PAOTAN PERATURAN BUPAT PACTAN NOMOR 30 TAHUN 2013 TENTANG TATA CARA PENYESUAAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA! BUPAT PACTAN, Menglnga a. bahwa guna kelancaran

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tepat rencana pembangunan itu dibuat. Untuk dapat memahami keadaan

BAB I PENDAHULUAN. tepat rencana pembangunan itu dibuat. Untuk dapat memahami keadaan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Laar Belakang Dalam perencanaan pembangunan, daa kependudukan memegang peran yang pening. Makin lengkap dan akura daa kependudukan yang esedia makin mudah dan epa rencana pembangunan

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Hpotess Peneltan Berkatan dengan manusa masalah d atas maka penuls menyusun hpotess sebaga acuan dalam penulsan hpotess penuls yatu Terdapat hubungan postf antara penddkan

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN III. METODE PENELITIAN 3.1 Jens dan Sumber Daa Daa ang dgunakan dalam penelan n merupakan daa sekunder ang berasal dar berbaga nsans pemernah eruama Badan Pusa Sask. Daa ang dgunakan anara lan angka kemsknan,

Lebih terperinci

Kresnanto NC. Model Sebaran Pergerakan

Kresnanto NC. Model Sebaran Pergerakan Kresnano C Moel Sebaran Pergerakan Kresnano C Tujuan Uama: Mengeahu pola pergerakan alam ssem ransporas serng jelaskan alam benuk arus pergerakan (kenaraan, penumpang, an barang) yang bergerak ar zona

Lebih terperinci

KONSEP DASAR. Latar belakang Metode Numerik Ilustrasi masalah numerik Angka signifikan Akurasi dan Presisi Pendekatan dan Kesalahan

KONSEP DASAR. Latar belakang Metode Numerik Ilustrasi masalah numerik Angka signifikan Akurasi dan Presisi Pendekatan dan Kesalahan KONSEP DASAR Laar belakang Meode Numerk Ilusras masalah numerk Angka sgnfkan Akuras dan Press Pendekaan dan Kesalahan Laar Belakang Meode Numerk Tdak semua permasalahan maemas dapa dselesakan dengan mudah,

Lebih terperinci

Jumlah kasus penderita penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) di Kota Surabaya tahun

Jumlah kasus penderita penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) di Kota Surabaya tahun Baasan Masalah Jumlah kasus pendera penyak Demam Berdarah Dengue (DBD d Koa Surabaya ahun - Varabel Explanaory (Varabel penjelas yang dgunakan dalam penelan adalah varabel Iklm (Curah hujan, Suhu, Kelembaban

Lebih terperinci

PROPOSAL SKRIPSI JUDUL:

PROPOSAL SKRIPSI JUDUL: PROPOSAL SKRIPSI JUDUL: 1.1. Latar Belakang Masalah SDM kn makn berperan besar bag kesuksesan suatu organsas. Banyak organsas menyadar bahwa unsur manusa dalam suatu organsas dapat memberkan keunggulan

Lebih terperinci

BAB 2 RESPONS FUNGSI STEP PADA RANGKAIAN RL DAN RC. Ir. A.Rachman Hasibuan dan Naemah Mubarakah, ST

BAB 2 RESPONS FUNGSI STEP PADA RANGKAIAN RL DAN RC. Ir. A.Rachman Hasibuan dan Naemah Mubarakah, ST BAB ESPONS FUNGSI STEP PADA ANGKAIAN DAN C Oleh : Ir. A.achman Hasbuan dan Naemah Mubarakah, ST . Persamaan Dferensal Orde Sau Adapun benuk yang sederhana dar suau persamaan dferensal orde sau adalah:

Lebih terperinci

BAB III HIPOTESIS DAN METODOLOGI PENELITIAN

BAB III HIPOTESIS DAN METODOLOGI PENELITIAN BAB III HIPOTESIS DAN METODOLOGI PENELITIAN III.1 Hpotess Berdasarkan kerangka pemkran sebelumnya, maka dapat drumuskan hpotess sebaga berkut : H1 : ada beda sgnfkan antara sebelum dan setelah penerbtan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB 1 ENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Manusa dlahrkan ke duna dengan ms menjalankan kehdupannya sesua dengan kodrat Illah yakn tumbuh dan berkembang. Untuk tumbuh dan berkembang, berart setap nsan harus

Lebih terperinci

Peramalan Penjualan Sepeda Motor Tiap Jenis di Wilayah Surabaya dan Blitar dengan Model ARIMA Box-Jenkins dan Vector Autoregressive (VAR)

Peramalan Penjualan Sepeda Motor Tiap Jenis di Wilayah Surabaya dan Blitar dengan Model ARIMA Box-Jenkins dan Vector Autoregressive (VAR) JURNAL SAINS DAN SENI POMITS Vol. 3, No., (04) 337-350 (30-98X Prn) D-36 Peramalan Penjualan eda Moor Tap Jens d Wlayah Surabaya dan Blar dengan Model ARIMA Box-Jenkns dan Vecor Auoregressve (VAR) Ade

Lebih terperinci

PERENCANAAN PERSEDIAAN DAN PENGENDALIAN BAHAN BAKU DI PABRIK PRODUK BETON PT WIJAYA KARYA BETON, BOGOR

PERENCANAAN PERSEDIAAN DAN PENGENDALIAN BAHAN BAKU DI PABRIK PRODUK BETON PT WIJAYA KARYA BETON, BOGOR B-5-1 PERENCANAAN PERSEDIAAN DAN PENGENDALIAN BAHAN BAKU DI PABRIK PRODUK BETON PT WIJAYA KARYA BETON, BOGOR Wsnu Bud Sunaryo, Haryono ITS Surabaya ABSTRAK Dalam duna konsruks saa n pemakaan produk beon

Lebih terperinci

Jurusan Statistika, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) (2)

Jurusan Statistika, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) (2) JURNAL SAINS DAN SENI ITS Vol. 5, No.1, (016) 337-350 (301-98X Prn) D-17 Analss Kurva Survval Kaplan Meer pada Pasen HIV/AIDS dengan Anrerovral Therapy (ART) d RSUD Prof. Dr. Soekandar Kabupaen Mojokero

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Pada penelitian ini, penulis memilih lokasi di SMA Negeri 1 Boliyohuto khususnya

BAB III METODE PENELITIAN. Pada penelitian ini, penulis memilih lokasi di SMA Negeri 1 Boliyohuto khususnya BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Tempat dan Waktu Peneltan 3.1.1 Tempat Peneltan Pada peneltan n, penuls memlh lokas d SMA Neger 1 Bolyohuto khususnya pada sswa kelas X, karena penuls menganggap bahwa lokas

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Pertumbuhan ekonomi merupakan salah satu ukuran dari hasil pembangunan yang

BAB 1 PENDAHULUAN. Pertumbuhan ekonomi merupakan salah satu ukuran dari hasil pembangunan yang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Laar Belakang Perumbuhan ekonomi merupakan salah sau ukuran dari hasil pembangunan yang dilaksanakan khususnya dalam bidang ekonomi. Perumbuhan ersebu merupakan rangkuman laju perumbuhan

Lebih terperinci

BUPATI PACITAN. i PERATURAN BUPATI PACITAN ; NOMOR 5" TAHUN 2008 TENTANG

BUPATI PACITAN. i PERATURAN BUPATI PACITAN ; NOMOR 5 TAHUN 2008 TENTANG BUPAT PACTAN PERATURAN BUPAT PACTAN ; NOMOR 5" TAHUN 2008 TENTANG PETUNJUK PELAKSANAAN PERATURAN DAERA KABUPATEN PACTAN NOMOR 25 TAHUN 2007 TENTANG ORGAN DAN KEPEGAWAAN PERUSAHAAN DAERAH AR MNUM j KABUPATEN

Lebih terperinci

PENDUGAAN STATISTIK AREA KECIL DENGAN METODE EMPIRICAL CONSTRAINED BAYES 1

PENDUGAAN STATISTIK AREA KECIL DENGAN METODE EMPIRICAL CONSTRAINED BAYES 1 PENDUGAAN SAISIK AREA KECIL DENGAN MEODE EMPIRICAL CONSRAINED AYES Ksmann Jurusan Penddkan Maemaka FMIPA Unversas Neger Yogyakara Absrak Meode emprcal ayes (E merupakan meode yang lebh aplkaf pada pendugaan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. tahun 1990-an, jumlah produksi pangan terutama beras, cenderung mengalami

BAB 1 PENDAHULUAN. tahun 1990-an, jumlah produksi pangan terutama beras, cenderung mengalami 11 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Laar Belakang Keahanan pangan (food securiy) di negara kia ampaknya cukup rapuh. Sejak awal ahun 1990-an, jumlah produksi pangan eruama beras, cenderung mengalami penurunan sehingga

Lebih terperinci

Line Transmisi. Oleh: Aris Heri Andriawan ( )

Line Transmisi. Oleh: Aris Heri Andriawan ( ) ANALISIS APLIKASI PENJADWALAN UNIT-UNIT PEMBANGKIT PADA SISTEM KELISTRIKAN JAWA-BALI DENGAN MENGGUNAKAN UNIT COMMITMENT, UNIT DECOMMITMENT DAN MODIFIED UNIT DECOMMITMENT Oleh: Ars Her Andrawan (07000)

Lebih terperinci

Analisis Jalur / Path Analysis

Analisis Jalur / Path Analysis Analss Jalur / Pah Analyss Analss jalur adalah salah sau benuk model SEM yang dak mengandung varable laen. Tenu saja model n lebh sederhana dbandngkan dengan model SEM lengka. Analss jalur sebenarnya meruakan

Lebih terperinci

KERTAS KERJA RKA-KL RENCANA KINERJA SATUAN KERJA TAHUN ANGGARAN 2013

KERTAS KERJA RKA-KL RENCANA KINERJA SATUAN KERJA TAHUN ANGGARAN 2013 KEMEN/LEMB UNT ORG SATUAN KERJA PROPNS LOKAS () KERTAS KERJA RKA-KL RENANA KNERJA SATUAN KERJA TAHUN ANGGARAN 20 : (08) BADAN STANDARSAS NASONAL! (0) BADAN STANDARSAS NASONAL (60) SEKRETARAT UTAMA BADAN

Lebih terperinci

IV. METODOLOGI PENELITIAN

IV. METODOLOGI PENELITIAN IV. METODOLOGI PENELITIN 4.. Obek Penelan Obek penelan adalah Provns Sulawes Tengah, yang ddasarkan aas beberapa permbangan. Perama, Provns Sulawes Tengah memlk sumberdaya sekor peranan dan ndusr pengolahan

Lebih terperinci

Pemodelan Penyerapan Tenaga Kerja Sektor Industri di Indonesia Dengan Pendekatan Regresi Data Panel Dinamis

Pemodelan Penyerapan Tenaga Kerja Sektor Industri di Indonesia Dengan Pendekatan Regresi Data Panel Dinamis JURAL SAIS DA SEI ITS Vol. 5 o. 2 (2016) 2337-3520 (2301-928X Prn) D-217 Pemodelan Penyerapan Tenaga Kerja Sekor Indusr d Indonesa Dengan Pendekaan Regres Daa Panel Dnams Avolla Terza Damalana dan Seawan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Ketahanan pangan adalah ketersedaan pangan dan kemampuan seseorang untuk mengaksesnya. Sebuah rumah tangga dkatakan memlk ketahanan pangan jka penghunnya tdak berada

Lebih terperinci

Penerapan Statistika Nonparametrik dengan Metode Brown-Mood pada Regresi Linier Berganda

Penerapan Statistika Nonparametrik dengan Metode Brown-Mood pada Regresi Linier Berganda Jurnal EKSPONENSIAL Volume 7, Nomor, Me 6 ISSN 85-789 Penerapan Saska Nonparamerk dengan Meode Brown-Mood pada Regres Lner Berganda Applcaon of Nonparamerc Sascs, wh Brown-Mood Mehod on Mulple Lnear Regresson

Lebih terperinci

ε adalah error random yang diasumsikan independen, m X ) adalah fungsi

ε adalah error random yang diasumsikan independen, m X ) adalah fungsi BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Analss regres merupakan suatu metode yang dgunakan untuk menganalss hubungan antara dua atau lebh varabel. Pada analss regres terdapat dua jens varabel yatu

Lebih terperinci

PERBAIKAN ASUMSI KLASIK

PERBAIKAN ASUMSI KLASIK BAHAN AJAR EKONOMETRI AGUS TRI BASUKI UNIVERSITAS MUHAMMADIAH OGAAKARTA PERBAIKAN ASUMSI KLASIK 6.. Mulkolnearas Jka model ka mengandung mulkolneras yang serus yakn korelas yang ngg anar varabel ndependen,

Lebih terperinci

BAB III METODELOGI PENELITIAN. metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif

BAB III METODELOGI PENELITIAN. metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif BAB III METODELOGI PENELITIAN 3.1 Desan Peneltan Metode peneltan mengungkapkan dengan jelas bagamana cara memperoleh data yang dperlukan, oleh karena tu metode peneltan lebh menekankan pada strateg, proses

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode

BAB III METODE PENELITIAN. Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode BAB III METODE PENELITIAN 3. Meode Penelan Meode penelan yang dgunakan dalam penelan n adalah meode deskrpf anals. Wnarno Surakhmad (990:40) mengemukakan bahwa meode deskrpf mempunya cr-cr sebaga berku:.

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB LANDAAN TEORI. Tnjauan Pusaka.. Uj Keseragaman Daa Tujuan uama pengukuran uj keseragaman daa adalah unuk mendapakan da yang seragam. Kedak seragaman daa dapa daang anpa dsadar, maka dperlukan suau

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB LANDAAN EORI. njauan Pusaka.. Peramalan Peramalan (forecasng) merupakan ala banu yang penng dalam perencanaan yang efekf dan efsen khususnya dalam bdang ekonom. Dalam organsas modern mengeahu keadaan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Laar Belakang Perumbuhan ekonomi merupakan salah sau ukuran dari hasil pembangunan yang dilaksanakan khususnya dalam bidang ekonomi. Perumbuhan ersebu merupakan rangkuman laju-laju

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI 5 BAB II LANDASAN TEORI Pada bab n akan dbahas beberapa eor dasar yang kelak akan dgunakan dalam penurunan formula penenuan harga Asan Opon, bak secara analk pada Bab III maupun secara numerk pada Bab

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Sebelum dilakukan penelitian, langkah pertama yang harus dilakukan oleh

BAB III METODE PENELITIAN. Sebelum dilakukan penelitian, langkah pertama yang harus dilakukan oleh BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Desan Peneltan Sebelum dlakukan peneltan, langkah pertama yang harus dlakukan oleh penelt adalah menentukan terlebh dahulu metode apa yang akan dgunakan dalam peneltan. Desan

Lebih terperinci

Analisis Indikator Makroekonomi Negara Tujuan Ekspor terhadap Kinerja Ekspor Non Migas Indonesia: Studi Kasus Lima Negara Tujuan Utama Ekspor

Analisis Indikator Makroekonomi Negara Tujuan Ekspor terhadap Kinerja Ekspor Non Migas Indonesia: Studi Kasus Lima Negara Tujuan Utama Ekspor Analss Indkator Makroekonom Negara Tujuan Ekspor terhadap Knerja Ekspor Non Mgas Indonesa: Stud Kasus Lma Negara Tujuan Utama Ekspor Skrps Dajukan Sebaga Kelengkapan dan Syarat Untuk Menyelesakan Program

Lebih terperinci

5 PERATURAN BUPATI PACITAN ' NOMOR 13 TAHUN 2010 i

5 PERATURAN BUPATI PACITAN ' NOMOR 13 TAHUN 2010 i > 1! BERITA DAERAH ' KABUPATEN PACITAN TAHUN 2010 ' NOMOR 14 J 1 5 PERATURAN ' NOMOR 13 TAHUN 2010 TENTANG PEDOMAN PENYUSUNAN PAKTA INTEGRITAS TERHADAP PEJABAT STRUKTURAL DAN PEJABAT BADAN USAHA MILIK

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Kabupaten Labuhan Batu merupakan pusat perkebunan kelapa sawit di Sumatera

BAB 1 PENDAHULUAN. Kabupaten Labuhan Batu merupakan pusat perkebunan kelapa sawit di Sumatera BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Laar Belakang Kabupaen Labuhan Bau merupakan pusa perkebunan kelapa sawi di Sumaera Uara, baik yang dikelola oleh perusahaan negara / swasa maupun perkebunan rakya. Kabupaen Labuhan

Lebih terperinci

EL NINO, LA NINA, DAN PENAWARAN PANGAN DI JAWA, INDONESIA

EL NINO, LA NINA, DAN PENAWARAN PANGAN DI JAWA, INDONESIA Jurnal Ekonom Pembangunan Volume 1, Nomor, Desember 011, hlm.57-71 EL NINO, LA NINA, DAN PENAWARAN PANGAN DI JAWA, INDONESIA Arn Wahyu Uam, Jamhar, dan Suhamn Hardyasu Jurusan Sosal Ekonom Peranan, Fakulas

Lebih terperinci

PERATURAN BUPATI PACITAN NOMOR (9 TAHUN 2006 TENTANG PEDOMAN PENGELOLAAN KEUANGAN BADAN LAYANAN UMUM RUMAH SAKIT DAERAH BUPATI PACITAN

PERATURAN BUPATI PACITAN NOMOR (9 TAHUN 2006 TENTANG PEDOMAN PENGELOLAAN KEUANGAN BADAN LAYANAN UMUM RUMAH SAKIT DAERAH BUPATI PACITAN BUPAT PACTAN PERATURAN BUPAT PACTAN NOMOR (9 TAHUN 2006 TENTANG PEDOMAN PENGELOLAAN KEUANGAN BADAN LAYANAN UMUM RUMAH SAKT DAERAH BUPAT PACTAN Menmbang: a. bahwa sehubungan elah deapkannya Badan Rumah

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Sumber Daya Alam (SDA) yang tersedia merupakan salah satu pelengkap alat

BAB 1 PENDAHULUAN. Sumber Daya Alam (SDA) yang tersedia merupakan salah satu pelengkap alat BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Laar Belakang Sumber Daya Alam (SDA) yang ersedia merupakan salah sau pelengkap ala kebuuhan manusia, misalnya anah, air, energi lisrik, energi panas. Energi Lisrik merupakan Sumber

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. sebuah fenomena atau suatu kejadian yang diteliti. Ciri-ciri metode deskriptif menurut Surakhmad W (1998:140) adalah

BAB III METODE PENELITIAN. sebuah fenomena atau suatu kejadian yang diteliti. Ciri-ciri metode deskriptif menurut Surakhmad W (1998:140) adalah BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Metode Peneltan Metode yang dgunakan dalam peneltan n adalah metode deskrptf. Peneltan deskrptf merupakan peneltan yang dlakukan untuk menggambarkan sebuah fenomena atau suatu

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Dalam pelaksanaan pembangunan saat ini, ilmu statistik memegang peranan penting

BAB 1 PENDAHULUAN. Dalam pelaksanaan pembangunan saat ini, ilmu statistik memegang peranan penting BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Laar Belakang Dalam pelaksanaan pembangunan saa ini, ilmu saisik memegang peranan pening baik iu di dalam pekerjaan maupun pada kehidupan sehari-hari. Ilmu saisik sekarang elah melaju

Lebih terperinci

BUPATI PACITAN PROVINSI JAWA TIBIUR. = PERATURAN BUPATI PACITAN j NOMOR 36 TAHUN 2014

BUPATI PACITAN PROVINSI JAWA TIBIUR. = PERATURAN BUPATI PACITAN j NOMOR 36 TAHUN 2014 BUPAT PACTAN PROVNS JAWA TBUR = PERATURAN BUPAT PACTAN j NOMOR 36 TAHUN 2014 j TENTANG POLA TARF LAYANAN KESEHATAN PADA RUMAH SAKT UMUM DAERAH KABUPATEN PACTAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG BAHA ESA BUPAT PACTAN,

Lebih terperinci

Sudaryatno Sudirham. Analisis Rangkaian Listrik Di Kawasan Waktu

Sudaryatno Sudirham. Analisis Rangkaian Listrik Di Kawasan Waktu Sudaryano Sudrham nalss Rangkaan Lsrk D Kawasan Waku BB 12 nalss Transen d Kawasan Waku Rangkaan Orde Perama Yang dmaksud dengan analss ransen adalah analss rangkaan yang sedang dalam keadaan peralhan

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI. Produksi padi merupakan suatu hasil bercocok tanam yang dilakukan dengan

BAB 2 LANDASAN TEORI. Produksi padi merupakan suatu hasil bercocok tanam yang dilakukan dengan BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1. Produksi Produksi padi merupakan suau hasil bercocok anam yang dilakukan dengan penanaman bibi padi dan perawaan sera pemupukan secara eraur sehingga menghasilkan suau produksi

Lebih terperinci

PENILAIAN EFISIENSI UNIVERSITAS LPTK DI INDONESIA DENGAN MENGGUNAKAN DATA ENVELOPMENT ANALYSIS

PENILAIAN EFISIENSI UNIVERSITAS LPTK DI INDONESIA DENGAN MENGGUNAKAN DATA ENVELOPMENT ANALYSIS Jurnal Elecroncs, Informacs, and Vocaonal Educaon (ELINVO), Volume 1, Nomor 1, November 215 PENILAIAN EFISIENSI UNIVERSITAS LPTK I INONESIA ENGAN MENGGUNAKAN ATA ENVELOPMENT ANALYSIS Handaru Ja Program

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN 45 BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Spesfkas Model Berdasarkan ujuan penelan seper dsebukan dalam bab pendahuluan maka ada dua hal mendasar yang akan del yau pengaruh volalas nla ukar rl erhadap volalas

Lebih terperinci

BUPATl PACITAN. I PERATURAN BUPATl PACITAN \ NOMOR IS TAIIUN 2008 TENTANG

BUPATl PACITAN. I PERATURAN BUPATl PACITAN \ NOMOR IS TAIIUN 2008 TENTANG BUPATl PACTAN PERATURAN BUPATl PACTAN \ NOMOR S TAUN 2008 TENTANG STRUKTUR ORGANSAS DAN TATA KERJA SEKRE l ARAT DEWAN PENGURUS KABUPATEN KORPS PEGAWA REPUBMK NDONESA KABUPATEN PACTAN BUPATl PACTAN Menmbang

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI. Metode Peramalan merupakan bagian dari ilmu Statistika. Salah satu metode

BAB 2 LANDASAN TEORI. Metode Peramalan merupakan bagian dari ilmu Statistika. Salah satu metode 20 BAB 2 LADASA TEORI 2.1. Pengerian Peramalan Meode Peramalan merupakan bagian dari ilmu Saisika. Salah sau meode peramalan adalah dere waku. Meode ini disebu sebagai meode peramalan dere waku karena

Lebih terperinci

ANALISIS DATA DERET BERKALA DENGAN METODE TREND SEKULER UNTUK MENENTUKAN MODEL PERTUMBUHAN PENDUDUK MISKIN JAWA BARAT

ANALISIS DATA DERET BERKALA DENGAN METODE TREND SEKULER UNTUK MENENTUKAN MODEL PERTUMBUHAN PENDUDUK MISKIN JAWA BARAT ANALISIS DATA DERET BERKALA DENGAN METODE TREND SEKULER UNTUK MENENTUKAN MODEL PERTUMBUHAN PENDUDUK MISKIN JAWA BARAT ANALSIS OF TIME SERIES USING SECULAR TREND METHOD TO DETERMINE POPULATION GROWTH MODEL

Lebih terperinci

PERATURAN BUPATI PACITAN i NOMOR 13 TAHUN 2012 t I TENTANG PEDOMAN PENYELENGGARAAN PELELANGAN IKAN DI TEMPAT PELELANGAN IKAN KABUPATEN PACITAN

PERATURAN BUPATI PACITAN i NOMOR 13 TAHUN 2012 t I TENTANG PEDOMAN PENYELENGGARAAN PELELANGAN IKAN DI TEMPAT PELELANGAN IKAN KABUPATEN PACITAN f BUEAn PACrAN J PERATURAN BUPAT PACTAN NOMOR 13 TAHUN 2012 TENTANG PEDOMAN PENYELENGGARAAN PELELANGAN KAN D TEMPAT PELELANGAN KAN KABUPATEN PACTAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA 1 r BUPAT PACTAN. Menmbang:

Lebih terperinci

Kajian Model Markov Waktu Diskrit Untuk Penyebaran Penyakit Menular Pada Model Epidemik SIR

Kajian Model Markov Waktu Diskrit Untuk Penyebaran Penyakit Menular Pada Model Epidemik SIR JURAL TEKK POT Vol, o, (0) -6 Kajan odel arkov Waku Dskr Unuk Penyebaran Penyak enular Pada odel Epdemk R Rafqaul Hasanah, Laksm Pra Wardhan, uhud Wahyud Jurusan aemaka, Fakulas PA, nsu Teknolog epuluh

Lebih terperinci

Bab 1 PENDAHULUAN Latar Belakang

Bab 1 PENDAHULUAN Latar Belakang 11 Bab 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Perbankan adalah ndustr yang syarat dengan rsko. Mula dar pengumpulan dana sebaga sumber labltas, hngga penyaluran dana pada aktva produktf. Berbaga kegatan jasa

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS. Kegiatan untuk memperkirakan apa yang akan terjadi pada masa yang akan datang

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS. Kegiatan untuk memperkirakan apa yang akan terjadi pada masa yang akan datang BAB 2 TINJAUAN TEORITIS 2.1 Pengerian dan Manfaa Peramalan Kegiaan unuk mempeirakan apa yang akan erjadi pada masa yang akan daang disebu peramalan (forecasing). Sedangkan ramalan adalah suau kondisi yang

Lebih terperinci

IV. METODE PENELITIAN

IV. METODE PENELITIAN IV. METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waku Peneliian Peneliian ini dilaksanakan di PT Panafil Essenial Oil. Lokasi dipilih dengan perimbangan bahwa perusahaan ini berencana unuk melakukan usaha dibidang

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Laar Belakang Air merupakan kebuuhan pokok bagi seiap makhluk hidup di dunia ini ermasuk manusia. Air juga merupakan komponen lingkungan hidup yang pening bagi kelangsungan hidup

Lebih terperinci

PENERAPAN MODEL GSTAR(1,1) UNTUK DATA CURAH HUJAN

PENERAPAN MODEL GSTAR(1,1) UNTUK DATA CURAH HUJAN Bulen Ilmah Mah. Sa. dan Terapannya (Bmaser) Volume 6, o. 03 (017), hal 159 166. PEERAPA MODEL GSTAR(1,1) UTUK DATA CURAH HUJA Ism Adam, Dadan Kusnandar, Hendra Perdana ITISARI Model Generalzed Space Tme

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang I ENDHULUN. Latar elakang Mengambl keputusan secara aktf memberkan suatu tngkat pengendalan atas kehdupan spengambl keputusan. lhan-plhan yang dambl sebenarnya membantu dalam penentuan masa depan. Namun

Lebih terperinci

i BUPATI PACITAN 1 I PERATURAN BUPATI PACITAN I NOMOR 5 TAHUN 2014 i

i BUPATI PACITAN 1 I PERATURAN BUPATI PACITAN I NOMOR 5 TAHUN 2014 i ( BUPAT PACTAN PERATURAN BUPAT PACTAN NOMOR 5 TAHUN 204 TENTANG PETUNJUK PELAKSANAAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN PACTAN NOMOR 8 TAHUN 20 TENTANG RETRBUS TEMPAT PELELANGAN KAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA

Lebih terperinci

BAB III MINIMUM COVARIANCE DETERMINANT. Sebagaimana telah disinggung pada bab sebelumnya, salah satu metode

BAB III MINIMUM COVARIANCE DETERMINANT. Sebagaimana telah disinggung pada bab sebelumnya, salah satu metode BAB III MINIMUM COVARIANCE DETERMINANT Sebagamana elah dsnggung pada bab sebelumnya, salah sau meode robus unuk mendeeks penclan (ouler) dalam analss komponen uama robus yau meode Mnmum Covarance Deermnan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. Peramalan (Forecasting) adalah suatu kegiatan yang mengestimasi apa yang akan

BAB II LANDASAN TEORI. Peramalan (Forecasting) adalah suatu kegiatan yang mengestimasi apa yang akan BAB II LADASA TEORI 2.1 Pengerian peramalan (Forecasing) Peramalan (Forecasing) adalah suau kegiaan yang mengesimasi apa yang akan erjadi pada masa yang akan daang dengan waku yang relaif lama (Assauri,

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Laar Belakang Masalah Dalam sisem perekonomian suau perusahaan, ingka perumbuhan ekonomi sanga mempengaruhi kemajuan perusahaan pada masa yang akan daang. Pendapaan dan invesasi merupakan

Lebih terperinci

IV. METODE PENELITIAN

IV. METODE PENELITIAN IV. METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waku Peneliian Peneliian ini dilakukan di Dafarm, yaiu uni usaha peernakan Darul Fallah yang erleak di Kecamaan Ciampea, Kabupaen Bogor, Jawa Bara. Pemilihan lokasi

Lebih terperinci

BAB III METODE PEMULUSAN EKSPONENSIAL TRIPEL DARI WINTER. Metode pemulusan eksponensial telah digunakan selama beberapa tahun

BAB III METODE PEMULUSAN EKSPONENSIAL TRIPEL DARI WINTER. Metode pemulusan eksponensial telah digunakan selama beberapa tahun 43 BAB METODE PEMUUAN EKPONENA TRPE DAR WNTER Meode pemulusan eksponensial elah digunakan selama beberapa ahun sebagai suau meode yang sanga berguna pada begiu banyak siuasi peramalan Pada ahun 957 C C

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. yang digunakan meliputi: (1) PDRB Kota Dumai (tahun ) dan PDRB

BAB III METODE PENELITIAN. yang digunakan meliputi: (1) PDRB Kota Dumai (tahun ) dan PDRB BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Jens dan Sumber Data Jens data yang dgunakan dalam peneltan n adalah data sekunder. Data yang dgunakan melput: (1) PDRB Kota Duma (tahun 2000-2010) dan PDRB kabupaten/kota

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian yang dipakai adalah penelitian kuantitatif, dengan

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian yang dipakai adalah penelitian kuantitatif, dengan BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Pendekatan dan Jens Peneltan Jens peneltan yang dpaka adalah peneltan kuanttatf, dengan menggunakan metode analss deskrptf dengan analss statstka nferensal artnya penuls dapat

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Peneliian Jenis peneliian kuaniaif ini dengan pendekaan eksperimen, yaiu peneliian yang dilakukan dengan mengadakan manipulasi erhadap objek peneliian sera adanya konrol.

Lebih terperinci

PENENTUAN EOQ TERHADAP PRODUK AVTUR DI LANUD HUSEIN SASTRANEGARA BANDUNG

PENENTUAN EOQ TERHADAP PRODUK AVTUR DI LANUD HUSEIN SASTRANEGARA BANDUNG INDEPT, Vol., No. 3, Okober 01 ISSN 087 945 PENENTUAN EOQ TERHADAP PRODUK AVTUR DI LANUD HUSEIN SASTRANEGARA BANDUNG Samsul Budaro, ST., MT Dosen Teap Teknk Indusr, Wakl Dekan III akulas Teknk, Unversas

Lebih terperinci

Reliabilitas. A. Pengertian

Reliabilitas. A. Pengertian Relablas A. Pengean Relablas adalah sejauh mana hasl ujan sswa eap aau konssen da posedu penlaan (Nko, 007:66). Menuu Ellen, suau es dkaakan elabel jka sko obsevas nla awal behubungan dengan sko yang sebenanya.

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN TEORITIS

BAB II TINJAUAN TEORITIS BAB II TIJAUA TEORITIS 2.1 Peramalan (Forecasing) 2.1.1 Pengerian Peramalan Peramalan dapa diarikan sebagai beriku: a. Perkiraan aau dugaan mengenai erjadinya suau kejadian aau perisiwa di waku yang akan

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Pengertan Regres Regres pertama kal dpergunakan sebaga konsep statstka oleh Sr Francs Galton (1822 1911). Belau memperkenalkan model peramalan, penaksran, atau pendugaan, yang

Lebih terperinci

BAB 2 URAIAN TEORI. waktu yang akan datang, sedangkan rencana merupakan penentuan apa yang akan

BAB 2 URAIAN TEORI. waktu yang akan datang, sedangkan rencana merupakan penentuan apa yang akan BAB 2 URAIAN EORI 2.1 Pengerian Peramalan Peramalan adalah kegiaan memperkirakan aau memprediksi apa yang erjadi pada waku yang akan daang, sedangkan rencana merupakan penenuan apa yang akan dilakukan

Lebih terperinci

SOLUSI SISTEM PERSAMAAN DIFFERENSIAL NON LINEAR MENGGUNAKAN METODE EULER BERBANTUAN PROGRAM MATLAB SKRIPSI

SOLUSI SISTEM PERSAMAAN DIFFERENSIAL NON LINEAR MENGGUNAKAN METODE EULER BERBANTUAN PROGRAM MATLAB SKRIPSI SOLUSI SISTEM PERSAMAAN DIFFERENSIAL NON LINEAR MENGGUNAKAN METODE EULER BERBANTUAN PROGRAM MATLAB SKRIPSI oleh: RILA DWI RAHMAWATI NIM: 0350050 JURUSAN MATEMATIKA FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI UNIVERSITAS

Lebih terperinci

APLIKASI STRUKTUR GRUP YANG TERKAIT DENGAN KOMPOSISI TRANSFORMASI PADA BANGUN GEOMETRI. Mujiasih a

APLIKASI STRUKTUR GRUP YANG TERKAIT DENGAN KOMPOSISI TRANSFORMASI PADA BANGUN GEOMETRI. Mujiasih a APLIKASI STRUKTUR GRUP ANG TERKAIT DENGAN KOMPOSISI TRANSFORMASI PADA BANGUN GEOMETRI Mujash a a Program Sud Maemaka Jurusan Tadrs Fakulas Tarbah IAIN Walsongo Jl. Prof. Dr. Hamka Kampus II Ngalan Semarang

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode

BAB III METODE PENELITIAN. Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode BAB III METODE PENELITIAN Desan Peneltan Metode peneltan yang dgunakan dalam peneltan n adalah metode deskrptf analts dengan jens pendekatan stud kasus yatu dengan melhat fenomena permasalahan yang ada

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN 26 III. METODE PENELITIAN 3.1. Kerangka Pemikiran Penilaian perkembangan kinerja keuangan PT. Goodyear Indonesia Tbk dilakukan dengan maksud unuk mengeahui sejauh mana perkembangan usaha perusahan yang

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Konsep dasar dan definisi operasional merupakan pengertian dan petunjuk yang

III. METODE PENELITIAN. Konsep dasar dan definisi operasional merupakan pengertian dan petunjuk yang III. METODE PENELITIAN A. Konsep Dasar dan Definisi Operasional Konsep dasar dan definisi operasional merupakan pengerian dan peunjuk yang digunakan unuk menggambarkan kejadian, keadaan, kelompok, aau

Lebih terperinci

PENERAPAN FUZZY MULTI CRITERIA DECISION MAKING UNTUK MENENTUKAN PEMBERIAN BEASISWA

PENERAPAN FUZZY MULTI CRITERIA DECISION MAKING UNTUK MENENTUKAN PEMBERIAN BEASISWA Semnar Nasonal Teknolog Informas dan Mulmeda 2015 STMIK AMIKOM Yogyakara, 6-8 Februar 2015 PENERAPAN FUZZY MULTI CRITERIA DECISION MAKING UNTUK MENENTUKAN PEMBERIAN BEASISWA Yeffransjah Salm STMIK Indonesa

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara BAB 1 ENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Secara umum dapat dkatakan bahwa mengambl atau membuat keputusan berart memlh satu dantara sekan banyak alternatf. erumusan berbaga alternatf sesua dengan yang sedang

Lebih terperinci