BAB IV METODA RUNGE-KUTTA ORDE 4 PADA MODEL ALIRAN FLUIDA YANG TERGANGGU

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB IV METODA RUNGE-KUTTA ORDE 4 PADA MODEL ALIRAN FLUIDA YANG TERGANGGU"

Transkripsi

1 BAB IV METODA RUNGE-KUTTA ORDE 4 PADA MODEL ALIRAN FLUIDA YANG TERGANGGU Pada bab III, ka elah melakukan penguan erhadap meoda Runge-Kua orde 4 pada persamaan panas. Haslnya, solus analk persamaan panas dapa dhampr oleh solus numerk dengan menggunakan meoda Runge-Kua orde 4. Dengan berolak pada hasl ersebu, pada bab n, ka akan menggunakan meoda Runge-Kua orde 4 unuk mencar solus numerk dar suau ssem persamaan dferensal parsal yang merupakan model lner masalah alran fluda dmana solus analknya dak mudah unuk denukan. Pada bab n, ka akan membahas model alran fluda yang akan dnau unuk memberkan gambaran fssnya dan akan dbahas pula bagamana menerapkan meoda Runge-Kua orde 4 dalam mencar solus analknya. 4. Model Alran Fluda Model alran fluda yang akan dnau d sn berhubungan dengan model alran fluda dmens sau. Pada suau saluran erbuka dengan dasarnya erdapa suau gundukan kecl. Mula-mula, sebelum alrannya menabrak gundukan, alrannya adalah seragam yau smpangan permukaan dan kecepaannya konsan. Pada saa Alran fluda esebu mengalam gangguan yang dsebabkan oleh adanya gundukan kecl pada dasar saluran, maka alrannya menad dak seragam lag. Hal n dapa dama dar smpangan yang erbenuk pada permukaan bebas fluda seper pada Wryano [3]. Msalkan, ka plh ssem koordna karesus dengan sumbu horsonal x sepanang permukaan bebas dar fluda, maka smpangan fluda dapa dnyaakan ( ) sebaga y = η ( x, ) dan dasar saluran sebaga y = h + h( x) d mana adalah varabel waku, h adalah kedalaman dasar saluran dan h( x ) adalah benuk opograf gundukan. U adalah kecepaan raa-raa awal alran fluda, yang mewakl kecepaan fluda d k-k yang berada pada sau gars verkal yang sama, pada 3

2 k-k pengamaan sebelum gundukan. Gambar 4. berku merupakan skesa dar konds d aas. y =η ( x, ) y = U a b ( ( )) y = h + h x y = h Gambar 4. Skesa konds alran fluda Berdasarkan paper Wryano [3], model maemaka hasl perumusan konds fss ersebu adalah suau ssem persamaan dferensal parsal yang mempunya benuk dengan u( x, ) ( ) η + Fux + εf uη + u x xh = Fh (3) x u + Fu + x x F η = (3) adalah kecepaan raa-raa alran fluda yang merupakan raa-raa dar kecepaan fluda d k-k yang berada pada poss x yang sama pada saa erenu. Sehngga, pada saa erenu, kecepaan fluda yang berada pada poss x yang sama ( ) dwakl u x,. a ε = adalah suau besaran erka dengan ampludo a dan h kedalaman dasar saluran h. Sedangkan, parameer blangan Froude ddefnskan sebaga U gh, dengan g adalah percepaan gravas. Dalam skrps n, konds fss yang akan dpelaar adalah konds dmana awalnya alran fluda, sebelum menabrak gundukan, adalah seragam yau kecepaan 4

3 dan smpangan permukaan fludanya konsan. Sedangkan, konds pada baas-baas daerah pengamaan dsamakan dengan konds awalnya. 4. Prosedur Numerk Pada bab sebelumnya, ka elah membahas formula Runge-Kua orde 4 unuk persamaan dferensal basa. Karena pada bab n ka akan mencar solus numerk dar suau ssem persamaan dferensal, maka berku n akan dberkan benuk umum dar formula Runge-Kua orde 4 unuk ssem persamaan dferensal basa. Msalkan dkeahu suau ssem persamaan dferensal basa y z / / (,, ) = f y z, (,, ) = g y z. Maka, formula Runge-Kua orde 4 unuk ssem daas adalah y = n y + + n ( k k k3 k 4 ) (33) zn+ = zn + ( l+ l + l3+ l4) (34) 6 dmana ( ) k = hf, y, z n n n ( ) l = hg, y, z n n n h k l k = hf n +, yn +, zn + h k l l = hg n +, yn +, zn + h k l k3 = hf n +, yn +, zn + h k l l3 = hg n +, yn +, zn + (,, ) k4 = hf n + h yn + k3 zn + l 3 (,, ) l = hg + h y + k z + l 4 n n 3 n 3. 5

4 Solus numerk yang akan ka car d sn adalah solus numerk dar model lner alran fluda d aas. Model lner ersebu dperoleh dengan mengabakan sukusuku pada persamaan (3) dan (3) yang memua ε yang ka anggap nlanya sanga kecl. Secara fss, konds ersebu dapa dnerpreaskan bahwa besarnya smpangan maksmum dar permukaan fluda sanga kecl ka dbandngkan dengan kedalaman dar dasar saluran. Sehngga, model lner alran fluda d aas mempunya benuk η + Fux = Fh x (35) u + Fu + x x F η = (36) Konds-konds yang dberkan unuk mencar solus numerk dar model lner d aas x, u x, =. anara lan smpangan awal η ( ) =, dan kecepaan awal ( ) dengan Unuk memudahkan dalam penelasan meoda yang dgunakan, ka ulskan ( η, ) η = G u ( η, ) u = H u ( ) G η u = Fu Fh (37), x x H( η, u) = Fux ηx. (38) F Msalkan nerval [,5 ] adalah doman pengamaan dar model lner alran fluda dan waku pengamaan adalah menad m buah k dskr dengan sep sze dbag menad n buah k dskr dengan sep sze dan >. Doman pengamaan ersebu dbag Δ x dan nerval waku pengamaan Δ. Ka ulskan x = x + Δx = + Δ unuk seap =,,..., n dan =,,..., m. Selanunya, ka nyaakan smpangan permukaan dan kecepaan fluda d k (, ) sebaga η η( x, dan u u( x, ) ). x beruru-uru Turunan parsal erhadap varabel x dhampr dengan menggunakan meode beda pusa. Hampran beda pusa unuk η x adalah η η dan hampran beda pusa unuk u x adalah u u x x η + Δx u + Δx. 6

5 Berdasarkan dskrsas doman, ka nyaakan G G( u) Maka, benuk persamaan (37) dan (38) menad ( η, ) dan H H u. H u + u G = F + h x (39) Δx u u η η = F + Δx F Δx + +. (4) Selanunya, urunan parsal erhadap varabel pada persamaan (35) dan (36) dhampr dengan menggunakan meoda Runge-Kua orde 4. Maka, nla η dan, unuk =,,..., n dan =,,..., m, denukan dengan menggunakan formula dengan k =Δ G u =Δ G ( ) ( η ) η + = η + ( k+ k + k3+ k4) (4) 6 u + = u + ( l+ l + l3+ l4). (4) 6 l H u H =Δ, =Δ k l =Δ G u + k l l =Δ H η +, u + k 3 l =Δ G u + k l l3 =Δ H η +, u + ( ) k =Δ G u + l 4 3 ( η ) l =Δ H + k u + l , Berku n, dberkan conoh perhungan unuk menenukan nla dan l. l l k =Δ G u + =Δ G( u) + G, u k 7

6 dmana l G = G Δ ( H ) = Δ G ( H ). Jad, k =Δ G + ΔG( H ). k l k l l =Δ H η +, u + =Δ H ( η, u) +,. Karena H lner, maka k l l =Δ H( η, u) + H, dmana k l H, = H k, l ( ) = H ΔG Δ H = Δ H G (, ) (, H ) Jad, l =Δ H + ΔH G H (, ). Dengan cara yang sama, ka peroleh ( ) Δ k3 =Δ G + G( H ) + ΔG H( G, H ) ( ) l3 H Δ =Δ + H G, H + Δ H G H, H G H ( ) ( ) (, ) ( ) ( ) ( ( ) (, )) Δ ( ) (, Δ k =Δ G G H G H G H ) G H G H, H G H 4 +Δ + + 8

7 ( ( ) Δ l4 =Δ H +Δ H( G, H ) + H G( H ), H( G, H ) + Δ H ( G ( H ( G, H ) ), H ( G ( H ), H ( G, H ) ). Jka ka perhakan, pada perhungan, fungs, u + η, dan η +. Pada perhungan H G H akan melbakan nla- nla,,, u u u + ( ( ) ( )) η, H G H, H G, H akan melbakan u 3 η + 3. Pada perhungan l, fungs l akan melbakan nla-nla H l, fungs (, ) u, η, dan η +. Pada perhungan l 3, fungs u, u +, u + 3, η 3, η, η +, dan, ( (, ), ( ( ), (, ))) H G H G H H G H H G H akan 4 ( ) melbakan nla-nla u,,, 4 u u u +, u + 4, η 4, η, Sehngga, unuk ndeks waku =,, n-, perhungan η, η + dan η + 4. η + dan u + akan melbakan semblan buah nla pada ndeks waku sebelumnya. Unuk lebh elasnya, gambar 4. berku n merupakan sencl dar persamaan (4) dan (4). +,, -4, -3, -, -,, +, +, +3, +4 Gambar 4. Sencl dar skema Runge-Kua orde 4 unuk masalah alran fluda Jka ka lha dar sencl d aas maka unuk menghung nla η + akan melbakan empa buah nla d sebelah kr dan kanan dar η. Hal yang sama uga berlaku unuk menghung nla u +. Hal ersebu akan menmbulkan masalah ka ka akan menghung nla-nla pada baas kr dan kanan dar doman pengamaan aau nla-nla dengan ndeks = dan = m. Unuk mengaas masalah ersebu, ka gunakan ar fss dar model alran fluda yau dengan meneapkan unuk nlanla d luar doman pengamaan. Hal n berar bahwa keadaannya seragam dak ada pengaruh dar gangguan. 9

8 erhadap: Sehngga, solus numerk yang akan ka car adalah solus dar η + = η + ( k+ k + k3+ k4) unuk =,,, n- dan =,,, m. 6 u + = u + ( l+ l + l3+ l4) unuk =,,, n- dan =,,, m. 6 konds awal η =, unuk =,,, m u =, unuk =,,, m konds baas η =, unuk =,,, n- dan = -3, -, -,, m +, m +, m + 3, dan m + 4 u =, unuk =,,, n- dan = -3, -, -,, m +, m +, m + 3, dan m Hasl Numerk Pada sub bab n, skema numerk yang elah ka benuk dgunakan unuk mengama erbenuknya gelombang pada permukaan bebas fluda akba adanya gundukan pada dasar saluran. Hasl-hasl numerk yang akan damplkan d sn menggunakan gundukan berbenuk h( x) [ ] =. ( x ) 8 + yang dempakan pada,35, Δ x =. dan Δ =.. Gambar 4.3, 4.4 dan 4.5 berku n merupakan plo smpangan permukaan fluda pada seap k beruru-uru unuk F =.3, F =.6 dan F =.5. Unuk beberapa nla, plo smpangan permukaan dleakan pada koordna yang sama dengan menggeser ke aas plo smpangan permukaan unuk level waku yang lebh ngg. 3

9 Gambar 4.3 Plo permukaan fluda unuk F =.3 Gambar 4.4 Plo permukaan Fluda unuk F =.6 3

10 Gambar 4.5 Plo permukaan Fluda unuk F =.5 Dar pengamaan kega plo d aas, mula-mula dak ada gelombang pada permukaan fluda. Kemudan seelah beberapa saa, ga buah gelombang erbenuk pada permukaan fluda dengan masng-masng arah perambaannya berbeda. Gelombang sebelah kr meramba ke kr, gelombang yang d engah cenderung dam, dan gelombang sebelah kanan meramba ke kanan Unuk selanunya, ka akan menenukan secara kuanaf kecepaan dan ampludo masng-masng gelombang sera membahas bagamana hubungannya dengan blangan Froude F Analsa Kuanaf Pengaruh Perubahan Parameer Blangan Froude F Terhadap Ampludo Gelombang Pada plo solus sebelumnya, ka ka perhakan pada awalnya gelombang belum erbenuk. Serng berambahnya waku, masng-masng gelombang erbenuk dengan ampludo yang berubah-ubah. Gambar 4.6 dan 4.7 berku n beruru-uru merupakan plo waku erhadap ampludo gelombang kr dan gelombang engah unuk nla F =.3. 3

11 gelombang kr ampludo Gambar 4.6 Plo ampludo gelombang kr unuk F =.3. gelombang engah.9.85 ampludo Gambar 4.7 Plo ampludo gelombang engah unuk F =.3. Dar kedua plo d aas, ampludo gelombang yang meramba ke kr asmok ke.96, sedangkan ampludo gelombang yang d engah asmok ke.9. Dengan cara yang sama, abel 4. berku n merupakan abel unuk nla asmok dar ampludo gelombang kr dan gelombang engah unuk beberapa nla F. Gelombang kr Gelombang engah F Ampludo F Ampludo

12 Tabel 4. Nla asmok dar ampludo gelombang kr dan engah unuk beberapa nla F. Dar abel d aas, semakn besar nla F maka ampludo gelombang yang meramba ke kr dan yang berada d engah akan semakn besar pula. Hal ersebu dapa dlha uga dar rendlne yang erbenuk seper pada gambar 4.8 dan 4.9 berku n. gelombang kr.5. ampludo F Gambar 4.8 Trendlne ampludo gelombang kr. 34

13 gelombang engah.5. ampludo F Gambar 4.9 Trendlne ampludo gelombang engah. Unuk gelombang yang meramba ke kanan, unuk seap nla F, ampludo gelombang akan semak kecl serng dengan beralannya waku. Hal n dapa dlha dar plo ampludo erhadap waku. Sebaga conoh, Gambar 4. dan gambar 4. berku n beruru-uru merupakan plo ampludo gelombang yang meramba ke kanan erhadap waku unuk nla F =.4 dan F =.8. gelombang kanan ampludo Gambar 4. Plo ampludo gelombang kanan unuk F =.4. 35

14 gelombang kanan ampludo Gambar 4. Plo ampludo gelombang kanan unuk F = Analsa Kuanaf Pengaruh Perubahan Parameer Blangan Froude F Terhadap Kecepaan Gelombang Pada plo solus numerk sebelumnya, ka msalkan masng-masng gelombang dar kega gelombang yang erbenuk adalah kurva dar suau fungs. Dengan berambahnya nla, masng-masng kurva bergeser sepanang sumbu horsonal dar poss sebelumnya, maka masng-masng kurva ersebu dapa dnyaakan sebaga fungs erhadap x c = k dengan c dan k adalah konsana sebarang. Secara fss, c merepresenaskan kecepaan dar masng-masng gelombang. Sehngga, unuk mencar kecepaan dar masng-masng gelombang, ka akan menggunakan regres lner unuk menenukan kemrngan gars dar persamaan gars yang menghubungkan poss ampludo gelombang x erhadap waku. sebaga conoh, Gambar 4., 4.3 dan 4.4 berku n merupakan plo dar poss ampludo masng-masng gelombang erhadap waku besera persamaan gars hasl regres lner unuk F =.3. Regres lner ersebu dperoleh dengan menggunakan perangka lunak Excel. 36

15 gelombang kr 8 = -.8x x Gambar 4. Plo poss ampludo gelombang kr erhadap waku. gelombang engah 4 = -3.8x x Gambar 4.3 Plo poss ampludo gelombang engah erhadap waku. 37

16 gelombang kanan =.8776x x Gambar 4.4 Plo poss ampludo gelombang kanan erhadap waku. Dar grafk d aas, kecepaan c masng-masng gelombang dperoleh dar c =. Sehngga, kecepaan gelombang kr cl, gelombang engah graden c M, dan gelombang kanan c R beruru-uru adalah -.877, -.333, dan.395. Dengan cara yang sama, ka peroleh kecepaan masng-masng gelombang unuk beberapa nla F seper pada abel 4. berku. Gelombang kr Gelombang engah Gelombang kanan F Kecepaan F Kecepaan F Kecepaan Tabel 4. Kecepaan masng-masng gelombang unuk beberapa nla F. 38

17 Dar abel 4. dapa ka lha, kecepaan gelombang yang meramba ke kr akan semakn kecl dengan berambahnya nla F. Kecepaan gelombang yang meramba ke kanan akan semakn besar dengan berambahnya nla F. Sedangkan, gelombang yang berada d engah relaf dak berubah dengan berambahnya nla F. Hal ersebu dapa uga dama dar rendlne yang erbenuk berdasarkan abel 4. seper pada gambar 4.5, 4.6 dan 4.7 berku n. gelombang kr c F Gambar 4.5 Trendlne kecepaan gelombang kr erhadap parameer blangan Froude. 39

18 gelombang engah c F Gambar 4.6 Trendlne kecepaan gelombang engah erhadap parameer blangan Froude. gelombang kanan c F Gambar 4.7 Trendlne kecepaan gelombang kanan erhadap parameer blangan Froude Analsa Kuanaf Pengaruh Perubahan Kenggan Gundukan Terhadap Ampludo Gelombang Analsa kuanaf pengaruh perubahan kenggan gundukan erhadap ampludo gelombang dapa dlakukan dengan erlebh dahulu menenukan nla asmok unuk seap gelombang. Nla-nla asmok ersebu dapa ka peroleh 4

19 dar plo ampludo gelombang erhadap waku unuk seap kenggan gundukan dengan blangan Froude F erenu. Karena benuk gundukan yang ka gunakan d sn, yau h( x) =. (( x 8) + ), mempunya kenggan., maka kenggan gundukan lannya dperoleh dengan cara menghung ngg maksmum dar kelpaan konsana posf erenu benuk gundukan semula. Sebaga conoh, gambar 4.8 dan 4.9 berku n merupakan plo ampludo gelombang erhadap waku dengan F =.3 unuk kenggan gundukan.5. gelombang kr.3.5 ampludo Gambar 4.8 Plo ampludo gelombang kr erhadap waku unuk F =.3 dan kenggan gundukan.5. 4

20 gelombang engah ampludo Gambar 4.9 Plo ampludo gelombang engah erhadap waku unuk F =.3 dan kenggan gundukan.5. Dar kedua gambar d aas, ampludo gelombang kr asmok ke.9, sedangkan ampludo gelombang engah asmok ke.3. Dengan cara yang sama, abel 4.3 berku n merupakan abel unuk nla asmok dar ampludo gelombang kr dan gelombang engah, dengan F =.3, unuk beberapa kenggan gundukan. Gelombang kr Gelombang engah Kenggan gundukan AmpludoKenggan gundukan Ampludo Tabel 4.3 Nla asmok ampludo gelombang kr dan engah, dengan F =.3, unuk beberapa kenggan gundukan. 4

21 Dar abel d aas, semakn ngg gundukannya maka ampludo gelombang kr dan gelombang engah akan semakn besar pula. Hal n dapa ka ama uga dar rendlne yang erbenuk berdasarkan abel 4.3, seper pada gambar 4. dan 4. berku. gelombang kr.5.4 ampludo kenggan gundukan Gambar 4. Trendlne ampludo gelombang kr erhadap kenggan gundukan unuk F =.3. gelombang engah. ampludo kenggan gundukan Gambar 4. Trendlne ampludo gelombang kanan erhadap kenggan gundukan unuk F =.3. Unuk gelombang yang meramba ke kanan, unuk seap kenggan gundukan, ampludo gelombang akan semak kecl serng dengan beralannya waku. 43

22 Hal n dapa dlha dar plo ampludo erhadap waku. Sebaga conoh, gambar 4. dan 4.3 berku n beruru-uru merupakan plo ampludo gelombang yang meramba ke kanan erhadap waku unuk nla kenggan gundukan. dan.5. gelombang kanan ampludo Gambar 4. Plo ampludo gelombang erhadap waku unuk F =.3 dengan kenggan gundukan.. gelombang kanan ampludo Gambar 4.3 Plo ampludo gelombang erhadap waku unuk F =.3 dengan kenggan gundukan.5. 44

23 4.3.4 Analsa Kuanaf Pengaruh Perubahan Kenggan Gundukan Terhadap Kecepaan Gelombang Dengan cara yang sama seper dalam pembahasan sub bab 4.3. sebelumnya, kecepaan gelombang dapa ka peroleh dengan erlebh dahulu membua plo waku erhadap poss ampludo gelombang unuk F erenu dan kenggan gundukan erenu. Sehngga, kecepaan gelombang dapa dperoleh dengan menghung graden gars hasl regres lner dar plo ersebu. Sebaga conoh, gambar 4.4, 4.5 dan 4.6 berku n merupakan plo waku erhadap poss ampludo besera persamaan gars hasl regres lner beruru-uru unuk gelombang kr, gelombang engah dan gelombang kanan, dengan F =.3 dan kenggan gundukan.5. gelombang kr y = -.8x x Gambar 4.4 Plo waku erhadap poss ampludo gelombang kr unuk F =.3 dengan kenggan gundukan.5. 45

24 gelombang engah 4 y = -3.8x x Gambar 4.5 Plo waku erhadap poss ampludo gelombang engah unuk F =.3 dengan kenggan gundukan.5. gelombang kanan y =.869x x Gambar 4.6 Plo waku erhadap poss ampludo gelombang kanan unuk F =.3 dengan kenggan gundukan.5. Sehngga, dar gambar d aas, kecepaan gelombang kr adalah.877, kecepaan gelombang kanan adalah.333 dan kecepaan gelombang engah adalah.57. Dengan cara yang sama, ka peroleh kecepaan masng-masng gelombang unuk beberapa nla F seper pada abel 4.4 berku. 46

25 Kenggan gundukan Kecepaan gelombang kr Kecepaan gelombang engah Kecepaan gelombang kanan Tabel 4.4 Kecepaan masng-masng gelombang unuk beberapa kenggan gundukan, dengan F =.3. Berdasarkan abel 4.4, ka dapa membenuk rendlne yang memperlhakan hubungan anara pengaruh perubahan kenggan gundukan dengan kecepaan masngmasng gelombang seper pada gambar 4.7, 4.8 dan 4.9 berku. gelombang kr kecepaan kenggan gundukan Gambar 4.7 Trendlne kecepaan gelombang kr erhadap kenggan gundukan unuk F =.3. 47

26 gelombang engah kecepaan kenggan gundukan Gambar 4.8 Trendlne kecepaan gelombang engah erhadap kenggan gundukan unuk F =.3. gelombang kanan kecepaan kenggan gundukan Gambar 4.9 Trendlne kecepaan gelombang kanan erhadap kenggan gundukan unuk F =.3. Dar rendlne d aas, dapa ka ama, kecepaan masng-masng gelombang dak berubah serng dengan berubahnya kenggan gundukan. 48

BAB 8 PERSAMAAN DIFERENSIAL BIASA

BAB 8 PERSAMAAN DIFERENSIAL BIASA Maa kulah KOMPUTASI ELEKTRO BAB 8 PERSAMAAN DIFERENSIAL BIASA Persamaan dferensal dapa dbedakan menjad dua macam erganung pada jumlah varabel bebas. Apabla persamaan ersebu mengandung hana sau varabel

Lebih terperinci

BAB 2 RESPONS FUNGSI STEP PADA RANGKAIAN RL DAN RC. Ir. A.Rachman Hasibuan dan Naemah Mubarakah, ST

BAB 2 RESPONS FUNGSI STEP PADA RANGKAIAN RL DAN RC. Ir. A.Rachman Hasibuan dan Naemah Mubarakah, ST BAB ESPONS FUNGSI STEP PADA ANGKAIAN DAN C Oleh : Ir. A.achman Hasbuan dan Naemah Mubarakah, ST . Persamaan Dferensal Orde Sau Adapun benuk yang sederhana dar suau persamaan dferensal orde sau adalah:

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN FASILKOM-UDINUS T.SUTOJO RANGKAIAN LISTRIK HAL 1

BAB I PENDAHULUAN FASILKOM-UDINUS T.SUTOJO RANGKAIAN LISTRIK HAL 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Defns Rangkaan Lsrk Rangkaan Lsrk adalah sambungan dar beberapa elemen lsrk ( ressor, kapasor, ndukor, sumber arus, sumber egangan) yang membenuk mnmal sau lnasan eruup yang dapa

Lebih terperinci

Created by Simpo PDF Creator Pro (unregistered version)

Created by Simpo PDF Creator Pro (unregistered version) Creaed by Smpo PDF Creaor Pro (unregsered verson) hp://www.smpopdf.com Sask Bsns : BAB 8 VIII. ANALISIS DATA DERET BERKALA (TIME SERIES) 8.1 Pendahuluan Daa Berkala (Daa Dere waku) adalah daa yang dkumpulkan

Lebih terperinci

ANaLISIS - TRANSIEN. A B A B A B A B V s V s V s V s. (a) (b) (c) (d) Gambar 1. Proses pemuatan kapasitor

ANaLISIS - TRANSIEN. A B A B A B A B V s V s V s V s. (a) (b) (c) (d) Gambar 1. Proses pemuatan kapasitor ANaISIS - TANSIEN. Kapasor dalam angkaan D Sebuah kapasor akan ermua bla erhubung ke sumber egangan dc seper yang dperlhakan pada Gambar. Pada Gambar (a), kapasor dak bermuaan yau pla A dan pla B mempunya

Lebih terperinci

( ) STUDI KASUS. ò (, ) ( ) ( ) Rataan posteriornya adalah = Rataan posteriornya adalah (32)

( ) STUDI KASUS. ò (, ) ( ) ( ) Rataan posteriornya adalah = Rataan posteriornya adalah (32) 8 Raaan poserornya adalah E m x ò (, ) f ( x) m f x m f f m ddm (32) Dalam obseras basanya dgunakan banyak daa klam. Msalkan saja erdr dar grup daa klam dengan masng-masng grup ke unuk seap, 2,..., yang

Lebih terperinci

Sudaryatno Sudirham. Analisis Rangkaian Listrik Di Kawasan Waktu

Sudaryatno Sudirham. Analisis Rangkaian Listrik Di Kawasan Waktu Sudaryano Sudrham nalss Rangkaan Lsrk D Kawasan Waku BB 12 nalss Transen d Kawasan Waku Rangkaan Orde Perama Yang dmaksud dengan analss ransen adalah analss rangkaan yang sedang dalam keadaan peralhan

Lebih terperinci

BAB 5 ENTROPI PADA MATRIKS EMISI MODEL MARKOV TERSEMBUNYI

BAB 5 ENTROPI PADA MATRIKS EMISI MODEL MARKOV TERSEMBUNYI BAB ETROPI PADA MATRIKS EMISI MODEL MARKOV TERSEMBUYI Model Markov Tersembuny (Hdden Markov Model, MMT) elah banyak daplkaskan dalam berbaga bdang seper pelafalan bahasa (speeh reognon) dan klasfkas (luserng).

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI 5 BAB II LANDASAN TEORI Pada bab n akan dbahas beberapa eor dasar yang kelak akan dgunakan dalam penurunan formula penenuan harga Asan Opon, bak secara analk pada Bab III maupun secara numerk pada Bab

Lebih terperinci

Jumlah kasus penderita penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) di Kota Surabaya tahun

Jumlah kasus penderita penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) di Kota Surabaya tahun Baasan Masalah Jumlah kasus pendera penyak Demam Berdarah Dengue (DBD d Koa Surabaya ahun - Varabel Explanaory (Varabel penjelas yang dgunakan dalam penelan adalah varabel Iklm (Curah hujan, Suhu, Kelembaban

Lebih terperinci

KONSEP DASAR. Latar belakang Metode Numerik Ilustrasi masalah numerik Angka signifikan Akurasi dan Presisi Pendekatan dan Kesalahan

KONSEP DASAR. Latar belakang Metode Numerik Ilustrasi masalah numerik Angka signifikan Akurasi dan Presisi Pendekatan dan Kesalahan KONSEP DASAR Laar belakang Meode Numerk Ilusras masalah numerk Angka sgnfkan Akuras dan Press Pendekaan dan Kesalahan Laar Belakang Meode Numerk Tdak semua permasalahan maemas dapa dselesakan dengan mudah,

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI 5 BAB II LANDAAN TEORI Pada bab n akan dbahas beberapa eor maemaka keuangan dan saska yang mendukung dalam penurunan formula Lookback Opons pada Bab III dan pembuaan program pada Bab IV. Teor-eor yang

Lebih terperinci

APLIKASI STRUKTUR GRUP YANG TERKAIT DENGAN KOMPOSISI TRANSFORMASI PADA BANGUN GEOMETRI. Mujiasih a

APLIKASI STRUKTUR GRUP YANG TERKAIT DENGAN KOMPOSISI TRANSFORMASI PADA BANGUN GEOMETRI. Mujiasih a APLIKASI STRUKTUR GRUP ANG TERKAIT DENGAN KOMPOSISI TRANSFORMASI PADA BANGUN GEOMETRI Mujash a a Program Sud Maemaka Jurusan Tadrs Fakulas Tarbah IAIN Walsongo Jl. Prof. Dr. Hamka Kampus II Ngalan Semarang

Lebih terperinci

9. TEKNIK PENGINTEGRALAN

9. TEKNIK PENGINTEGRALAN 9. TEKNIK PENGINTEGRALAN 9. Inegral Parsal Formula Inegral Parsal : Cara : plh u yang urunannya lebh sederhana Conoh : Hung u dv uv v du e d msal u =, maka du=d dv e d v e d e sehngga e d e e d e e C INF8

Lebih terperinci

1. Mistar A. BESARAN DAN SATUAN

1. Mistar A. BESARAN DAN SATUAN A. BESARAN DAN SATUAN Teor Sngka : D dalam Fska gejala alam dama melalu pengukuran. Pengukuran adalah membandngkan suau besaran dengan besaran sejens yang dsepaka sebaga paokan (sandar). Besaran adalah

Lebih terperinci

Hidden Markov Model. Oleh : Firdaniza, Nurul Gusriani dan Akmal

Hidden Markov Model. Oleh : Firdaniza, Nurul Gusriani dan Akmal Hdden Markov Model Oleh : Frdanza, urul Gusran dan Akmal Dosen Jurusan Maemaka FMIPA Unversas Padjadjaran Jl. Raya Bandung Sumedang Km 2, Janangor, Jawa Bara elp. / Fax : 022 7794696 Absrak Hdden Markov

Lebih terperinci

PERSAMAAN GERAK VEKTOR SATUAN. / i / = / j / = / k / = 1

PERSAMAAN GERAK VEKTOR SATUAN. / i / = / j / = / k / = 1 PERSAMAAN GERAK Posisi iik maeri dapa dinyaakan dengan sebuah VEKTOR, baik pada suau bidang daar maupun dalam bidang ruang. Vekor yang dipergunakan unuk menenukan posisi disebu VEKTOR POSISI yang diulis

Lebih terperinci

BAB III THREE STAGE LEAST SQUARE. Sebagaimana telah disinggung pada bab sebelumnya, salah satu metode

BAB III THREE STAGE LEAST SQUARE. Sebagaimana telah disinggung pada bab sebelumnya, salah satu metode BAB III THREE STAGE LEAST SQUARE Sebagamana elah dsnggung pada bab sebelumnya, salah sau meode penaksran parameer pada persamaan smulan yau meode Three Sage Leas Square (3SLS. Sebelum djelaskan lebh lanju

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN. Latar Belakang Matematka sebaga bahasa smbol yang bersfat unversal memegang peranan pentng dalam perkembangan suatu teknolog. Matematka sangat erat hubungannya dengan kehdupan nyata.

Lebih terperinci

PROSES STOKASTIK KELAHIRAN-KEMATIAN DENGAN DUA JENIS KELAMIN SECARA KELOMPOK PADA PROSES YULE- FURRY. Samsuryadi

PROSES STOKASTIK KELAHIRAN-KEMATIAN DENGAN DUA JENIS KELAMIN SECARA KELOMPOK PADA PROSES YULE- FURRY. Samsuryadi JURNAL MATEMATIKA DAN KOMUTER Vol. 4. No. - Agusus ISSN : 4-858 ROSES STOKASTIK KELAHIRAN-KEMATIAN DENAN DUA JENIS KELAMIN SECARA KELOMOK ADA ROSES YULE- FURRY Samsuryad Jurusan Maemaka FMIA Unversas Srwaya

Lebih terperinci

BAB III MINIMUM COVARIANCE DETERMINANT. Sebagaimana telah disinggung pada bab sebelumnya, salah satu metode

BAB III MINIMUM COVARIANCE DETERMINANT. Sebagaimana telah disinggung pada bab sebelumnya, salah satu metode BAB III MINIMUM COVARIANCE DETERMINANT Sebagamana elah dsnggung pada bab sebelumnya, salah sau meode robus unuk mendeeks penclan (ouler) dalam analss komponen uama robus yau meode Mnmum Covarance Deermnan

Lebih terperinci

NILAI TOTAL TAK TERATUR TOTAL DARI GABUNGAN TERPISAH GRAF RODA DAN GRAF BUKU SEGITIGA

NILAI TOTAL TAK TERATUR TOTAL DARI GABUNGAN TERPISAH GRAF RODA DAN GRAF BUKU SEGITIGA Jurnal Ilmu Maemaka dan Terapan Desember 015 Volume 9 Nomor Hal. 97 10 NILAI TOTAL TAK TERATUR TOTAL DARI GABUNGAN TERPISAH GRAF RODA DAN GRAF BUKU SEGITIGA R. D. S. Rahangmean 1, M. I. Tlukay, F. Y. Rumlawang,

Lebih terperinci

BAB III SKEMA NUMERIK

BAB III SKEMA NUMERIK BAB III SKEMA NUMERIK Pada bab n, akan dbahas penusunan skema numerk dengan menggunakan metoda beda hngga Forward-Tme dan Centre-Space. Pertama kta elaskan operator beda hngga dan memberkan beberapa sfatna,

Lebih terperinci

x 4 x 3 x 2 x 5 O x 1 1 Posisi, perpindahan, jarak x 1 t 5 t 4 t 3 t 2 t 1 FI1101 Fisika Dasar IA Pekan #1: Kinematika Satu Dimensi Dr.

x 4 x 3 x 2 x 5 O x 1 1 Posisi, perpindahan, jarak x 1 t 5 t 4 t 3 t 2 t 1 FI1101 Fisika Dasar IA Pekan #1: Kinematika Satu Dimensi Dr. Pekan #1: Kinemaika Sau Dimensi 1 Posisi, perpindahan, jarak Tinjau suau benda yang bergerak lurus pada suau arah erenu. Misalnya, ada sebuah mobil yang dapa bergerak maju aau mundur pada suau jalan lurus.

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di SMP Negeri 7 Gorontalo pada tahun ajaran 2012/2013

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di SMP Negeri 7 Gorontalo pada tahun ajaran 2012/2013 3. Lokas dan Waku Penelan 3.. Lokas Penelan BAB III METODOLOGI PENELITIAN Penelan n dlaksanakan d SMP Neger 7 Goronalo pada ahun ajaran 0/03 3.. Waku Penelan Penelan n d laksanakan pada semeser genap ahun

Lebih terperinci

PENDUGAAN STATISTIK AREA KECIL DENGAN METODE EMPIRICAL CONSTRAINED BAYES 1

PENDUGAAN STATISTIK AREA KECIL DENGAN METODE EMPIRICAL CONSTRAINED BAYES 1 PENDUGAAN SAISIK AREA KECIL DENGAN MEODE EMPIRICAL CONSRAINED AYES Ksmann Jurusan Penddkan Maemaka FMIPA Unversas Neger Yogyakara Absrak Meode emprcal ayes (E merupakan meode yang lebh aplkaf pada pendugaan

Lebih terperinci

PENENTUAN EOQ TERHADAP PRODUK AVTUR DI LANUD HUSEIN SASTRANEGARA BANDUNG

PENENTUAN EOQ TERHADAP PRODUK AVTUR DI LANUD HUSEIN SASTRANEGARA BANDUNG INDEPT, Vol., No. 3, Okober 01 ISSN 087 945 PENENTUAN EOQ TERHADAP PRODUK AVTUR DI LANUD HUSEIN SASTRANEGARA BANDUNG Samsul Budaro, ST., MT Dosen Teap Teknk Indusr, Wakl Dekan III akulas Teknk, Unversas

Lebih terperinci

Kresnanto NC. Model Sebaran Pergerakan

Kresnanto NC. Model Sebaran Pergerakan Kresnano C Moel Sebaran Pergerakan Kresnano C Tujuan Uama: Mengeahu pola pergerakan alam ssem ransporas serng jelaskan alam benuk arus pergerakan (kenaraan, penumpang, an barang) yang bergerak ar zona

Lebih terperinci

3 Kondisi Fisik Dermaga A I Pelabuhan Palembang

3 Kondisi Fisik Dermaga A I Pelabuhan Palembang Bab 3 3 Konds Fsk Dermaga A I Pelabuhan Palembang Penanganan Kerusakan Dermaga Sud Kasus Dermaga A I Pelabuhan Palembang 3.1 Pengolahan Daa Pasang Suru 3.1.1 Meode Leas Square Meode n menjelaskan bahwa

Lebih terperinci

Penerapan Statistika Nonparametrik dengan Metode Brown-Mood pada Regresi Linier Berganda

Penerapan Statistika Nonparametrik dengan Metode Brown-Mood pada Regresi Linier Berganda Jurnal EKSPONENSIAL Volume 7, Nomor, Me 6 ISSN 85-789 Penerapan Saska Nonparamerk dengan Meode Brown-Mood pada Regres Lner Berganda Applcaon of Nonparamerc Sascs, wh Brown-Mood Mehod on Mulple Lnear Regresson

Lebih terperinci

BAB III FUNGSI MAYOR DAN MINOR. Pada bab ini akan dibahas konsep-konsep dasar dari fungsi mayor dan fungsi

BAB III FUNGSI MAYOR DAN MINOR. Pada bab ini akan dibahas konsep-konsep dasar dari fungsi mayor dan fungsi BAB III FUNGSI MAYOR DAN MINOR Pada bab n akan dbahas konsep-konsep dasar dar fungs mayor dan fungs mnor dar suatu fungs yang terdefns pada suatu nterval tertutup. Pendefnsan fungs mayor dan mnor tersebut

Lebih terperinci

BAB III MODEL PERTUMBUHAN EKONOMI DUA SEKTOR

BAB III MODEL PERTUMBUHAN EKONOMI DUA SEKTOR 15 BAB III MODEL PERTUMBUHA EKOOMI DUA SEKTOR 3.1 Aum dan oa Model perumbuhan dua ekor n merupakan model perumbuhan dengan dua komod yang dhalkan, yau barang modal dan barang konum. Kedua barang n dproduk

Lebih terperinci

SOLUSI SISTEM PERSAMAAN DIFFERENSIAL NON LINEAR MENGGUNAKAN METODE EULER BERBANTUAN PROGRAM MATLAB SKRIPSI

SOLUSI SISTEM PERSAMAAN DIFFERENSIAL NON LINEAR MENGGUNAKAN METODE EULER BERBANTUAN PROGRAM MATLAB SKRIPSI SOLUSI SISTEM PERSAMAAN DIFFERENSIAL NON LINEAR MENGGUNAKAN METODE EULER BERBANTUAN PROGRAM MATLAB SKRIPSI oleh: RILA DWI RAHMAWATI NIM: 0350050 JURUSAN MATEMATIKA FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI UNIVERSITAS

Lebih terperinci

Di bidang ekonomi tidak semua informasi dapat diukur secara kuantitatif. Peubah dummy digunakan untuk memperoleh informasi yang bersifat kualitatif

Di bidang ekonomi tidak semua informasi dapat diukur secara kuantitatif. Peubah dummy digunakan untuk memperoleh informasi yang bersifat kualitatif Regres Dummy D bdang ekonom dak semua nformas dapa dukur secara kuanaf Peubah dummy dgunakan unuk memperoleh nformas yang bersfa kualaf Conoh pada daa cross secon: Gender: sebaga penenu jumlah pendapaan

Lebih terperinci

BAB III RUNTUN WAKTU MUSIMAN MULTIPLIKATIF

BAB III RUNTUN WAKTU MUSIMAN MULTIPLIKATIF BAB III RUNTUN WAKTU MUSIMAN MULTIPLIKATIF Pada bab ini akan dibahas mengenai sifa-sifa dari model runun waku musiman muliplikaif dan pemakaian model ersebu menggunakan meode Box- Jenkins beberapa ahap

Lebih terperinci

PENGEMBANGAN MODEL MATEMATIS UNTUK OPTIMASI PERENCANAAN PRODUKSI MINUMAN MARIMAS

PENGEMBANGAN MODEL MATEMATIS UNTUK OPTIMASI PERENCANAAN PRODUKSI MINUMAN MARIMAS PENGEMBANGAN MODEL MATEMATIS UNTUK OPTIMASI PERENCANAAN PRODUKSI MINUMAN MARIMAS Mra Puspasar, Snggh Sapad, Dana Puspasar Absraks PT Ulam Tba Halm merupakan salah sau ndusr mnuman serbuk d Indonesa, dmana

Lebih terperinci

BAB 3 PENYELESAIAN NUMERIK MODEL ADVEKSI-DISPERSI DENGAN IMPLEMENTASI SPREADSHEET

BAB 3 PENYELESAIAN NUMERIK MODEL ADVEKSI-DISPERSI DENGAN IMPLEMENTASI SPREADSHEET BAB PENYELESAIAN NUMERIK MODEL ADVEKSI-DISPERSI DENGAN IMPLEMENTASI SPREADSHEET MENGENAI METODE NUMERIK Persoalan yang melbaan model maemaa banya munul dalam berbaga lmu pengeahuan seper halnya dalam asus

Lebih terperinci

BAB 4 PERHITUNGAN NUMERIK

BAB 4 PERHITUNGAN NUMERIK Mata kulah KOMPUTASI ELEKTRO BAB PERHITUNGAN NUMERIK. Kesalahan error Pada Penelesaan Numerk Penelesaan secara numers dar suatu persamaan matemats kadang-kadang hana memberkan nla perkraan ang mendekat

Lebih terperinci

DINAMIKA INTERAKSI DARI SPEKULASI DAN DIVERSIFIKASI PADA SAHAM DARWISAH

DINAMIKA INTERAKSI DARI SPEKULASI DAN DIVERSIFIKASI PADA SAHAM DARWISAH DINAMIKA INTERAKSI DARI SPEKULASI DAN DIVERSIFIKASI PADA SAHAM DARWISAH DEPARTEMEN MATEMATIKA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 009 ABSTRACT DARWISAH. Dynamcs

Lebih terperinci

BAB III ANALISIS INTERVENSI. Analisis intervensi dimaksudkan untuk penentuan jenis respons variabel

BAB III ANALISIS INTERVENSI. Analisis intervensi dimaksudkan untuk penentuan jenis respons variabel BAB III ANALISIS INTERVENSI 3.1. Pendahuluan Analisis inervensi dimaksudkan unuk penenuan jenis respons variabel ak bebas yang akan muncul akiba perubahan pada variabel bebas. Box dan Tiao (1975) elah

Lebih terperinci

FIsika KTSP & K-13 KINEMATIKA. K e l a s A. VEKTOR POSISI

FIsika KTSP & K-13 KINEMATIKA. K e l a s A. VEKTOR POSISI KTSP & K-13 FIsika K e l a s XI KINEMATIKA Tujuan Pembelajaran Seelah mempelajari maeri ini, kamu diharapkan mampu menjelaskan hubungan anara vekor posisi, vekor kecepaan, dan vekor percepaan unuk gerak

Lebih terperinci

1.4 Persamaan Schrodinger Bergantung Waktu

1.4 Persamaan Schrodinger Bergantung Waktu .4 Persamaan Schrodinger Berganung Waku Mekanika klasik aau mekanika Newon sanga sukses dalam mendeskripsi gerak makroskopis, eapi gagal dalam mendeskripsi gerak mikroskopis. Gerak mikroskopis membuuhkan

Lebih terperinci

FISIKA. Kelas X GLB DAN GLBB K13 A. GERAK LURUS BERATURAN (GLB)

FISIKA. Kelas X GLB DAN GLBB K13 A. GERAK LURUS BERATURAN (GLB) K3 Kelas X FISIKA GLB DAN GLBB TUJUAN PEMBELAJARAN Seelah mempelajari maeri ini, kamu diharapkan memiliki kemampuan beriku.. Memahami konsep gerak lurus berauran dan gerak lurus berubah berauran.. Menganalisis

Lebih terperinci

Faradina GERAK LURUS BERATURAN

Faradina GERAK LURUS BERATURAN GERAK LURUS BERATURAN Dalam kehidupan sehari-hari, sering kia jumpai perisiwa yang berkaian dengan gerak lurus berauran, misalnya orang yang berjalan kaki dengan langkah yang relaif konsan, mobil yang

Lebih terperinci

JURNAL MATEMATIKA DAN KOMPUTER Vol. 4. No. 1, 23-32, April 2001, ISSN :

JURNAL MATEMATIKA DAN KOMPUTER Vol. 4. No. 1, 23-32, April 2001, ISSN : JRNAL MATEMATIKA DAN KOMPTER Vol 4 No 1, 3-3, Aprl 1, ISSN : 141-51 KAJIAN DISKRETISASI DENGAN METODE GALERKIN SEMI DISKRET TERHADAP EFISIENSI SOLSI MODEL RAMBATAN PANAS TANPA SK KONVEKSI Suhartono dan

Lebih terperinci

NILAI AKUMULASI DARI SUATU CASH FLOW DENGAN TINGKAT BUNGA BERUBAH BERDASARKAN FORMULA FISHER

NILAI AKUMULASI DARI SUATU CASH FLOW DENGAN TINGKAT BUNGA BERUBAH BERDASARKAN FORMULA FISHER ILAI AKUMULASI DARI SUATU CASH FLOW DEGA TIGKAT BUGA BERUBAH BERDASARKA FORMULA FISHER Devs Apranda, Johannes Kho, Sg Sugaro Mahasswa rogram S Maemaka Dosen Jurusan Maemaka Fakulas Maemaka dan Ilmu engeahuan

Lebih terperinci

( L ). Matriks varians kovarians dari

( L ). Matriks varians kovarians dari LIVIA PUSPA T 677 9.3 METODE KOMPONEN UTAMA Informas yang dbuuhkan daam eknk komponen uama suau daa ddapa dar marks varans kovarans, aau marks koreasnya. Meode komponen uama n, beruuan unuk menaksr parameer

Lebih terperinci

BAB 3 PEMBAHASAN. 3.1 Prosedur Penyelesaian Masalah Program Linier Parametrik Prosedur Penyelesaian untuk perubahan kontinu parameter c

BAB 3 PEMBAHASAN. 3.1 Prosedur Penyelesaian Masalah Program Linier Parametrik Prosedur Penyelesaian untuk perubahan kontinu parameter c 6 A PEMAHASA Pada bab sebelumnya telah dbahas teor-teor yang akan dgunakan untuk menyelesakan masalah program lner parametrk. Pada bab n akan dperlhatkan suatu prosedur yang lengkap untuk menyelesakan

Lebih terperinci

Bab 2 AKAR-AKAR PERSAMAAN

Bab 2 AKAR-AKAR PERSAMAAN Analsa Numerk Bahan Matrkulas Bab AKAR-AKAR PERSAMAAN Pada kulah n akan dpelajar beberapa metode untuk mencar akar-akar dar suatu persamaan yang kontnu. Untuk persamaan polnomal derajat, persamaannya dapat

Lebih terperinci

\ DANA ALOKASI DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

\ DANA ALOKASI DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA y BUPAT PACTAN PERATURAN BUPAT PACTAN : NOMOR 55" TAHUN 20 ; TENTANG \ DANA ALOKAS DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPAT PACTAN, Menmbang : a. bahwa dalam rangka penngkaan penyelenggaraan pemernahan,

Lebih terperinci

MODEL PERSAMAAN DIFERENSIAL ELEKTROKARDIOGRAM DENGAN INTERVAL DENYUT BERDISTRIBUSI GAMMA

MODEL PERSAMAAN DIFERENSIAL ELEKTROKARDIOGRAM DENGAN INTERVAL DENYUT BERDISTRIBUSI GAMMA Prosdng Semnar Nasonal Sans dan Penddkan Sans IX, Fakulas Sans dan Maemaka, UKSW Salaga, Jun 4, Vol 5, No., ISSN :87-9 MODEL PERSAMAAN DIFERENSIAL ELEKTROKARDIOGRAM DENGAN INTERVAL DENYUT BERDISTRIBUSI

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LADASA TEORI 2.1 Pengerian Peramalan Peramalan (forecasing) adalah suau kegiaan yang memperkirakan apa yang akan erjadi pada masa yang akan daang. Meode peramalan merupakan cara unuk memperkirakan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. membahas analisis deret waktu, diagram kontrol Shewhart, Average Run Length

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. membahas analisis deret waktu, diagram kontrol Shewhart, Average Run Length BAB II TINJAUAN PUSTAKA Pendahuluan Dalam enulsan maer okok dar skrs n derlukan beberaa eor-eor yang mendukung, yang menjad uraan okok ada bab n Uraan dmula dengan membahas analss dere waku, dagram konrol

Lebih terperinci

Kajian Model Markov Waktu Diskrit Untuk Penyebaran Penyakit Menular Pada Model Epidemik SIR

Kajian Model Markov Waktu Diskrit Untuk Penyebaran Penyakit Menular Pada Model Epidemik SIR JURAL TEKK POT Vol, o, (0) -6 Kajan odel arkov Waku Dskr Unuk Penyebaran Penyak enular Pada odel Epdemk R Rafqaul Hasanah, Laksm Pra Wardhan, uhud Wahyud Jurusan aemaka, Fakulas PA, nsu Teknolog epuluh

Lebih terperinci

Peramalan Jumlah Penumpang Kereta Api Kelas Ekonomi Kertajaya Menggunakan ARIMA dan ANFIS

Peramalan Jumlah Penumpang Kereta Api Kelas Ekonomi Kertajaya Menggunakan ARIMA dan ANFIS JURNAL SAINS DAN SENI ITS Vol. 4 No. (05) 33-350 (30-9X Prn) D-3 Peramalan Jumlah Penumpang Kerea Ap Kelas Ekonom Keraaya Menggunakan ARIMA dan ANFIS Ilaf Andala dan Irhamah Jurusan Saska Fakulas Maemaka

Lebih terperinci

Penerapan Metode Runge-Kutta Orde 4 dalam Analisis Rangkaian RLC

Penerapan Metode Runge-Kutta Orde 4 dalam Analisis Rangkaian RLC Penerapan Metode Runge-Kutta Orde 4 dalam Analss Rangkaan RLC Rka Favora Gusa JurusanTeknk Elektro,Fakultas Teknk,Unverstas Bangka Beltung rka_favora@yahoo.com ABSTRACT The exstence of nductor and capactor

Lebih terperinci

BAB 2 KINEMATIKA. A. Posisi, Jarak, dan Perpindahan

BAB 2 KINEMATIKA. A. Posisi, Jarak, dan Perpindahan BAB 2 KINEMATIKA Tujuan Pembelajaran 1. Menjelaskan perbedaan jarak dengan perpindahan, dan kelajuan dengan kecepaan 2. Menyelidiki hubungan posisi, kecepaan, dan percepaan erhadap waku pada gerak lurus

Lebih terperinci

PERBAIKAN ASUMSI KLASIK

PERBAIKAN ASUMSI KLASIK BAHAN AJAR EKONOMETRI AGUS TRI BASUKI UNIVERSITAS MUHAMMADIAH OGAAKARTA PERBAIKAN ASUMSI KLASIK 6.. Mulkolnearas Jka model ka mengandung mulkolneras yang serus yakn korelas yang ngg anar varabel ndependen,

Lebih terperinci

APLIKASI INVERSI NON LINIER DENGAN PENDEKATAN LINIER UNTUK MENENTUKAN HIPOSENTER (CONTOH KASUS DI G. KELUD)

APLIKASI INVERSI NON LINIER DENGAN PENDEKATAN LINIER UNTUK MENENTUKAN HIPOSENTER (CONTOH KASUS DI G. KELUD) Alkas Iners Non Lner Dengan Pendekaan Lner Unuk Menenukan Hosener Conoh Kasus d G. Kelud) Cece Sulaeman) APLIKASI INVERSI NON LINIER DENGAN PENDEKATAN LINIER UNTUK MENENTUKAN HIPOSENTER CONTOH KASUS DI

Lebih terperinci

PERENCANAAN PERSEDIAAN DAN PENGENDALIAN BAHAN BAKU DI PABRIK PRODUK BETON PT WIJAYA KARYA BETON, BOGOR

PERENCANAAN PERSEDIAAN DAN PENGENDALIAN BAHAN BAKU DI PABRIK PRODUK BETON PT WIJAYA KARYA BETON, BOGOR B-5-1 PERENCANAAN PERSEDIAAN DAN PENGENDALIAN BAHAN BAKU DI PABRIK PRODUK BETON PT WIJAYA KARYA BETON, BOGOR Wsnu Bud Sunaryo, Haryono ITS Surabaya ABSTRAK Dalam duna konsruks saa n pemakaan produk beon

Lebih terperinci

Analisis Jalur / Path Analysis

Analisis Jalur / Path Analysis Analss Jalur / Pah Analyss Analss jalur adalah salah sau benuk model SEM yang dak mengandung varable laen. Tenu saja model n lebh sederhana dbandngkan dengan model SEM lengka. Analss jalur sebenarnya meruakan

Lebih terperinci

UJIAN NASIONAL TP 2010/2011

UJIAN NASIONAL TP 2010/2011 UJIAN NASIONAL TP 21/211 1. Sebuah benda bergerak dengan lnasan seper grafk berku. erhen -5 Y (m) -5 A. Mula bergerak 1 x(m) Perpndahan yang dalam benda sebesar... a. 2 m b. 21 m c. 19 m d. 17 m e. 15

Lebih terperinci

PENERAPAN MODEL GSTAR(1,1) UNTUK DATA CURAH HUJAN

PENERAPAN MODEL GSTAR(1,1) UNTUK DATA CURAH HUJAN Bulen Ilmah Mah. Sa. dan Terapannya (Bmaser) Volume 6, o. 03 (017), hal 159 166. PEERAPA MODEL GSTAR(1,1) UTUK DATA CURAH HUJA Ism Adam, Dadan Kusnandar, Hendra Perdana ITISARI Model Generalzed Space Tme

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB LANDAAN EORI. njauan Pusaka.. Peramalan Peramalan (forecasng) merupakan ala banu yang penng dalam perencanaan yang efekf dan efsen khususnya dalam bdang ekonom. Dalam organsas modern mengeahu keadaan

Lebih terperinci

Relasi LOGIK FUNGSI AND, FUNGSI OR, DAN FUNGSI NOT

Relasi LOGIK FUNGSI AND, FUNGSI OR, DAN FUNGSI NOT 2 Relasi LOGIK FUNGSI ND, FUNGSI OR, DN FUNGSI NOT Tujuan : Seelah mempelajari Relasi Logik diharapkan dapa,. Memahami auran-auran relasi logik unuk fungsi-fungsi dasar ND, OR dan fungsi dasar NOT 2. Memahami

Lebih terperinci

BAB III METODE PEMULUSAN EKSPONENSIAL TRIPEL DARI WINTER. Metode pemulusan eksponensial telah digunakan selama beberapa tahun

BAB III METODE PEMULUSAN EKSPONENSIAL TRIPEL DARI WINTER. Metode pemulusan eksponensial telah digunakan selama beberapa tahun 43 BAB METODE PEMUUAN EKPONENA TRPE DAR WNTER Meode pemulusan eksponensial elah digunakan selama beberapa ahun sebagai suau meode yang sanga berguna pada begiu banyak siuasi peramalan Pada ahun 957 C C

Lebih terperinci

Pembayaran harapan yang berkaitan dengan strategi murni pemain P 2. Pembayaran Harapan bagi Pemain P1

Pembayaran harapan yang berkaitan dengan strategi murni pemain P 2. Pembayaran Harapan bagi Pemain P1 Lecture : Mxed Strategy: Graphcal Method A. Metode Campuran dengan Metode Grafk Metode grafk dapat dgunakan untuk menyelesakan kasus permanan dengan matrks pembayaran berukuran n atau n. B. Matrks berukuran

Lebih terperinci

Pengenalan Aksara Pallawa dengan Model Hidden Markov

Pengenalan Aksara Pallawa dengan Model Hidden Markov Pengenalan Aksara Pallawa dengan Model Hdden Markov Wwen Wdyasu Teknk Elekro, Fakulas Sans dan Teknolog, Unversas Sanaa Dharma Emal: wwen@usd.ac.d Absrak Aksara Pallawa aau kadangkala duls sebaga Pallava

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Sumber Daya Alam (SDA) yang tersedia merupakan salah satu pelengkap alat

BAB 1 PENDAHULUAN. Sumber Daya Alam (SDA) yang tersedia merupakan salah satu pelengkap alat BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Laar Belakang Sumber Daya Alam (SDA) yang ersedia merupakan salah sau pelengkap ala kebuuhan manusia, misalnya anah, air, energi lisrik, energi panas. Energi Lisrik merupakan Sumber

Lebih terperinci

BAB III METODE DEKOMPOSISI CENSUS II. Data deret waktu adalah data yang dikumpulkan dari waktu ke waktu

BAB III METODE DEKOMPOSISI CENSUS II. Data deret waktu adalah data yang dikumpulkan dari waktu ke waktu BAB III METODE DEKOMPOSISI CENSUS II 3.1 Pendahuluan Daa dere waku adalah daa yang dikumpulkan dari waku ke waku unuk menggambarkan perkembangan suau kegiaan (perkembangan produksi, harga, hasil penjualan,

Lebih terperinci

TUGAS ANALISIS MATRIKS APLIKASI TEOREMA PERRON FROBENIUS PADA MODEL MATRIKS POPULASI LESLIE

TUGAS ANALISIS MATRIKS APLIKASI TEOREMA PERRON FROBENIUS PADA MODEL MATRIKS POPULASI LESLIE TUGAS ANALISIS MATRIKS APLIKASI TEOREMA PERRON FROBENIUS PADA MODEL MATRIKS POPULASI LESLIE Fan Puspasar 201 16019 Program Sud Magser Maemaa Faulas Maemaa dan Ilmu Pengeahuan Alam Insu Tenolog Bandung

Lebih terperinci

SIMULASI GRANULAR DYNAMICS DIMENSI DUA PARTIKEL DENGAN UKURAN BERVARIASI

SIMULASI GRANULAR DYNAMICS DIMENSI DUA PARTIKEL DENGAN UKURAN BERVARIASI rosdng Semnar Nasonal enelan, enddkan dan enerapan MIA, Fakulas MIA, Unversas Neger Yogyakara, 14 Me 2011 SIMULASI GRANULAR DYNAMIS DIMENSI DUA ARTIKEL DENGAN UKURAN BERVARIASI Moh. Hasan Jurusan Maemaka

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI. Universitas Sumatera Utara

BAB 2 LANDASAN TEORI. Universitas Sumatera Utara BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Pengertan Analsa Regres Dalam kehdupan sehar-har, serng kta jumpa hubungan antara satu varabel terhadap satu atau lebh varabel yang lan. Sebaga contoh, besarnya pendapatan seseorang

Lebih terperinci

B a b 1 I s y a r a t

B a b 1 I s y a r a t TKE 305 ISYARAT DAN SISTEM B a b I s y a r a Indah Susilawai, S.T., M.Eng. Program Sudi Teknik Elekro Fakulas Teknik dan Ilmu Kompuer Universias Mercu Buana Yogyakara 009 BAB I I S Y A R A T Tujuan Insruksional.

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI. 2.1 Model Persediaan Model Deterministik

BAB 2 LANDASAN TEORI. 2.1 Model Persediaan Model Deterministik 6 BAB LANDASAN TEORI. Model Persedaan.. Model Deermnsk Model Deermnsk adalah model yang menganggap nla-nla parameer elah dkeahu dengan pas. Model n dbedakan menjad dua: a. Deermnsk Sas. D dalam model n

Lebih terperinci

B a b 1 I s y a r a t

B a b 1 I s y a r a t 9 TKE 35 ISYARAT DAN SISTEM B a b I s y a r a (bagian 2) Indah Susilawai, S.T., M.Eng. Program Sudi Teknik Elekro Fakulas Teknik dan Ilmu Kompuer Universias Mercu Buana Yogyakara 29 2.4. Isyara Periodik

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Laar Belakang Pada dasarnya peramalan adalah merupakan suau dugaan aau perkiraan enang erjadinya suau keadaan di masa depan. Akan eapi dengan menggunakan meodemeode erenu peramalan

Lebih terperinci

Modifikasi Penaksir Robust dalam Pelabelan Outlier Multivariat

Modifikasi Penaksir Robust dalam Pelabelan Outlier Multivariat Vol. 14, No. 1, 46-53, Jul 2017 Modfkas Penaksr Robus dalam Pelabelan Ouler Mulvara Erna Tr Herdan Absrak Ouler adalah suau observas yang polanya dak mengku mayoras daa. Ouler dalam kasus mulvara sanga

Lebih terperinci

BAB 2 RESPONS FUNGSI STEP PADA RANGKAIAN RL DAN RC. Adapun bentuk yang sederhana dari suatu persamaan diferensial orde satu adalah: di dt

BAB 2 RESPONS FUNGSI STEP PADA RANGKAIAN RL DAN RC. Adapun bentuk yang sederhana dari suatu persamaan diferensial orde satu adalah: di dt BAB ESPONS FUNGSI STEP PADA ANGKAIAN DAN C. Persamaan Diferensial Orde Sau Adapun benuk yang sederhana dari suau persamaan ferensial orde sau adalah: 0 a.i a 0 (.) mana a o dan a konsana. Persamaan (.)

Lebih terperinci

U J I A N A K H I R S E M E S T E R M A T E M A T I K A T E K N I K

U J I A N A K H I R S E M E S T E R M A T E M A T I K A T E K N I K Isaro Elevas Jurusan Ten Spl dan Lngungan FT UGM U J I A N A K H I R S E M E S T E R M A T E M A T I K A T E K N I K SABTU JULI OPE N BOOK WAKTU ME NIT PETUNJUK ) Saudara bole menggunaan ompuer unu mengerjaan

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS. Kegiatan untuk memperkirakan apa yang akan terjadi pada masa yang akan datang

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS. Kegiatan untuk memperkirakan apa yang akan terjadi pada masa yang akan datang BAB 2 TINJAUAN TEORITIS 2.1 Pengerian dan Manfaa Peramalan Kegiaan unuk mempeirakan apa yang akan erjadi pada masa yang akan daang disebu peramalan (forecasing). Sedangkan ramalan adalah suau kondisi yang

Lebih terperinci

PENGURUTAN DATA. A. Tujuan

PENGURUTAN DATA. A. Tujuan PENGURUTAN DATA A. Tuuan Pembahasan dalam bab n adalah mengena pengurutan data pada sekumpulan data. Terdapat beberapa metode untuk melakukan pengurutan data yang secara detl akan dbahas ddalam bab n.

Lebih terperinci

BAB III HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Permasalahan Nyata Penyebaran Penyakit Tuberculosis

BAB III HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Permasalahan Nyata Penyebaran Penyakit Tuberculosis BAB III HASIL DAN PEMBAHASAN A. Permasalahan Nyaa Penyebaran Penyaki Tuberculosis Tuberculosis merupakan salah sau penyaki menular yang disebabkan oleh bakeri Mycobacerium Tuberculosis. Penularan penyaki

Lebih terperinci

BAB IV PERHITUNGAN NUMERIK

BAB IV PERHITUNGAN NUMERIK BAB IV PERHITUNGAN NUMERIK Dengan memperhaikan fungsi sebaran peluang berahan dari masingmasing sebaran klaim, sebagai mana diulis pada persamaan (3.45), (3.70) dan (3.90), perhiungan numerik idak mudah

Lebih terperinci

Penggunaan Metode Modified Unit Decommitment (MUD) untuk Penjadwalan Unit-Unit Pembangkit Pada Sistem Kelistrikan Jawa - Bali

Penggunaan Metode Modified Unit Decommitment (MUD) untuk Penjadwalan Unit-Unit Pembangkit Pada Sistem Kelistrikan Jawa - Bali Penggunaan Meode Modfed Un Decommmen (MUD) unuk Penjadwalan Un-Un Pembangk Pada Ssem Kelsrkan Jawa - Bal Ars Her Andrawan,2, Onoseno Penangsang ) Jurusan Teknk Elekro TS, Surabaya 60, ndonesa 2) Jurusan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI Landasan Teor 6 BAB II LADASA TEORI. PERAMALA PERMITAA Peramalan adalah suau proses dalam menggunakan daa hsores yang elah dmlk unuk dproyekskan ke dalam suau model dan menggunakan model n unuk memperkrakan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB PENDAHULUAN. Latar Belakang Dalam kehdupan sehar-har, serngkal dumpa hubungan antara suatu varabel dengan satu atau lebh varabel lan. D dalam bdang pertanan sebaga contoh, doss dan ens pupuk yang dberkan

Lebih terperinci

PENGGUNAAN METODE MODIFIED UNIT DECOMMITMENT (MUD) UNTUK PENJADWALAN UNIT-UNIT PEMBANGKIT PADA SISTEM KELISTRIKAN JAWA - BALI

PENGGUNAAN METODE MODIFIED UNIT DECOMMITMENT (MUD) UNTUK PENJADWALAN UNIT-UNIT PEMBANGKIT PADA SISTEM KELISTRIKAN JAWA - BALI Prosdng Semnar Nasonal Manajemen Teknolog X Program Sud MMT-TS, Surabaya 6 Pebruar 2010 PENGGUNAAN METODE MODFED UNT DECOMMTMENT (MUD) UNTUK PENJADWALAN UNT-UNT PEMBANGKT PADA SSTEM KELSTRKAN JAWA - BAL

Lebih terperinci

Space-time Models. MA5282 Topik dalam Statistika II 21 April 2015 Utriweni Mukhaiyar

Space-time Models. MA5282 Topik dalam Statistika II 21 April 2015 Utriweni Mukhaiyar Space-me Models MA58 opk dalam Saska II Aprl 5 Urwen Mukhayar Analss Sask Box&Jenkns Ieraon Posulae General Class of Models ACF, PACF, dff Daa Analyss on-paramerc Analyss Sochasc Processes Mulvarae Analyss

Lebih terperinci

=====O0O===== Gerak Vertikal Gerak vertikal dibagi menjadi 2 : 1. GJB 2. GVA. A. GERAK Gerak Lurus

=====O0O===== Gerak Vertikal Gerak vertikal dibagi menjadi 2 : 1. GJB 2. GVA. A. GERAK Gerak Lurus A. GERAK Gerak Lurus o a Secara umum gerak lurus dibagi menjadi 2 : 1. GLB 2. GLBB o 0 a < 0 a = konsan 1. GLB (Gerak Lurus Berauran) S a > 0 a < 0 Teori Singka : Perumusan gerak lurus berauran (GLB) Grafik

Lebih terperinci

PEMODELAN KALIBRASI PEUBAH GANDA DENGAN PENDEKATAN REGRESI SINYAL P-SPLINE TONAH

PEMODELAN KALIBRASI PEUBAH GANDA DENGAN PENDEKATAN REGRESI SINYAL P-SPLINE TONAH PEMODELAN KALIBRASI PEUBAH GANDA DENGAN PENDEKATAN REGRESI SINYAL P-SPLINE TONAH SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 006 PERNYATAAN MENGENAI TESIS DAN SUMBER INFORMASI Dengan n saya menyaakan

Lebih terperinci

GERAK LURUS BESARAN-BESARAN FISIKA PADA GERAK KECEPATAN DAN KELAJUAN PERCEPATAN GLB DAN GLBB GERAK VERTIKAL

GERAK LURUS BESARAN-BESARAN FISIKA PADA GERAK KECEPATAN DAN KELAJUAN PERCEPATAN GLB DAN GLBB GERAK VERTIKAL Suau benda dikaakan bergerak manakalah kedudukan benda iu berubah erhadap benda lain yang dijadikan sebagai iik acuan. Benda dikaakan diam (idak bergerak) manakalah kedudukan benda iu idak berubah erhadap

Lebih terperinci

BAB 4 ENTROPI PADA PROSES STOKASTIK RANTAI MARKOV

BAB 4 ENTROPI PADA PROSES STOKASTIK RANTAI MARKOV BAB 4 ENTROPI PADA PROSES STOKASTIK RANTAI MARKOV 4. Proses Sokask Dalam kehdupa yaa, sergkal orag g megama keerkaa sau kejada dega kejada la dalam suau erval waku ereu, yag merupaka suau barsa kejada.

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB PEDAHULUA. Latar Belakang Rsko ddentfkaskan dengan ketdakpastan. Dalam mengambl keputusan nvestas para nvestor mengharapkan hasl yang maksmal dengan rsko tertentu atau hasl tertentu dengan rsko yang

Lebih terperinci

MODUL PERTEMUAN KE 3. MATA KULIAH : FISIKA TERAPAN (2 sks)

MODUL PERTEMUAN KE 3. MATA KULIAH : FISIKA TERAPAN (2 sks) Polieknik Negeri Banjarmasin 4 MODUL PERTEMUAN KE 3 MATA KULIAH : ( sks) MATERI KULIAH: Jarak, Kecepaan dan Percepaan; Gerak Lurus Berauran, Percepaan; Gerak Lurus Berauran, Gerak Lurus Berubah Berauran

Lebih terperinci

' PERATURAN BUPATI PACITAN I NOMOR 4 TAHUN 2012 PEMBERIAN BANTUAN PERALATAN DAN/ATAU MESIN BAGI INDUSTRI KECIL DAN MENENGAH KABUPATEN PACITAN

' PERATURAN BUPATI PACITAN I NOMOR 4 TAHUN 2012 PEMBERIAN BANTUAN PERALATAN DAN/ATAU MESIN BAGI INDUSTRI KECIL DAN MENENGAH KABUPATEN PACITAN j BUPAT PACTAN ' PERATURAN BUPAT PACTAN NOMOR 4 TAHUN 2012 TENTANG PEMBERAN BANTUAN PERALATAN DAN/ATAU MESN BAG NDUSTR KECL DAN MENENGAH KABUPATEN PACTAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPAT PACTAN

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI. Teori Galton berkembang menjadi analisis regresi yang dapat digunakan sebagai alat

BAB 2 LANDASAN TEORI. Teori Galton berkembang menjadi analisis regresi yang dapat digunakan sebagai alat BAB LANDASAN TEORI. 1 Analsa Regres Regres pertama kal dpergunakan sebaga konsep statstk pada tahun 1877 oleh Sr Francs Galton. Galton melakukan stud tentang kecenderungan tngg badan anak. Teor Galton

Lebih terperinci

Bab 3 Beberapa Skema Pembagian Rahasia

Bab 3 Beberapa Skema Pembagian Rahasia 9 Ba 3 Beeraa Skema Pemagan Rahasa Skema emagan rahasa adalah meode unuk memag rahasa K d anara anggoaanggoa suau hmunan arsan P {P,P, P n } sedemkan sehngga ka arsan ada suhmunan A P yang derolehkan mengeahu

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Kabupaten Labuhan Batu merupakan pusat perkebunan kelapa sawit di Sumatera

BAB 1 PENDAHULUAN. Kabupaten Labuhan Batu merupakan pusat perkebunan kelapa sawit di Sumatera BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Laar Belakang Kabupaen Labuhan Bau merupakan pusa perkebunan kelapa sawi di Sumaera Uara, baik yang dikelola oleh perusahaan negara / swasa maupun perkebunan rakya. Kabupaen Labuhan

Lebih terperinci

3. Kinematika satu dimensi. x 2. x 1. t 1 t 2. Gambar 3.1 : Kurva posisi terhadap waktu

3. Kinematika satu dimensi. x 2. x 1. t 1 t 2. Gambar 3.1 : Kurva posisi terhadap waktu daisipayung.com 3. Kinemaika sau dimensi Gerak benda sepanjang garis lurus disebu gerak sau dimensi. Kinemaika sau dimensi memiliki asumsi benda dipandang sebagai parikel aau benda iik arinya benuk dan

Lebih terperinci