BUPATI PACITAN. i PERATURAN BUPATI PACITAN ; NOMOR 5" TAHUN 2008 TENTANG

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BUPATI PACITAN. i PERATURAN BUPATI PACITAN ; NOMOR 5" TAHUN 2008 TENTANG"

Transkripsi

1 BUPAT PACTAN PERATURAN BUPAT PACTAN ; NOMOR 5" TAHUN 2008 TENTANG PETUNJUK PELAKSANAAN PERATURAN DAERA KABUPATEN PACTAN NOMOR 25 TAHUN 2007 TENTANG ORGAN DAN KEPEGAWAAN PERUSAHAAN DAERAH AR MNUM j KABUPATEN PACTAN DENGAN RAHMATTUHAN YANG MAHA ESA Menmbang J BUPAT PACTAN '' ' 1 : bahwa guna melaksanakan Perauran Daerah Kabupaen Pacan Nomor 25 Tahun 2007 lenang Organ dan Kepegawaan Perusahaan Daerah Ar Mnum, Kabupaen Pacan. perlu meneapkan Peunjuk Pelaksanaan. Perauran Daerah dmaksud dengan menuangkanhya dalam suau; Perauran. Mengnga Undang-undang Nomor 12 Tahun 1950 enang Pembenukan Daerah-daerah Kabupaen Dalam Lngkungan Propns Jawa Tmur Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1962 enang Perusahaan Daerah : (Lembaran Negara Republk ndonesa Tahun 1962 Nomor 10, ' Tambahan Lembaran Negara Republk ndonesa Nomor 2387); Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 enang Pemernahan Daerah (Lembaran Negara Republk ndonesa Tahun 2004 Nomor 125, Tambahan Lembaran Negara Republk ndonesa Nomor 4437) sebagamana elah dubah dengan Undang-Undang Nomor 8 Tahun 2005 enang Peneapan Perauran Pemernah Penggan Undang- Undang Nomor 3 Talun 2005 enang Perubahan Aas Undang- Undang Nomor 32 Tahun 2004 enang Pemernahan Daerah Menjad Undang-Undang (Lembaran Negara Republk ndonesa Tahun 2005 Nomor 108, Tambahan Lembaran Negara Republk ndonesa Nomor 4493); * Undang-Undang Nomor 7 Tahun 2004 enang Sumber Daya Ar (Lembaran Negara Republk ndonesa Tahun 2004 Nomor 32, Tambahan Lembaran Negara Republk ndonesa Nomor 4377); Undang-undang Nomor 10 Tahun 2004 enjng Pembenukan Perauran Pcrundang-undangan (Lembaran Negara R Tahun 2004 Nomor 53, Tambahan Lembaran Negara R Nomor 4389);

2 ^ f * BAB H SUSUNAN ORGANSAS DAN TATA KERJA PDAM \ Bagan Perama Umum 1 ; Pasal 2 1 V (1) Susunan Organsas PDAM erdr dar: a. Dewan Pengawas; b.! Unsur Pmpnan, yau Dreks; c. 1 Unsur Slaf, yalu Bagan; d. Unsur Pelaksana. yau un cabang. * (2) Benuk Organsas PDAM jumah pelanggannya sampa dengan adalah sebaga berku: a.. 1 (salu) drekur; b. ; 2 (dua) kepala bagan yang membdang bagan Admnsras dan, ; keuangan dan bagan eknk; c. Masng-masng bagan dapa memlk maksmal 5 (lma) Sub' : Bagan/seks.! ] (3) Benuk Organsas PDAM jumah pelanggannya sebanyak sampa dengan adalah sebaga berku: a. (sau) drekur; b. 13 (ga) kepala bagan yang membdang bagan admnsras dan ; keuangan, bagan eknk, dan bagan hubungan pelanggan; c. J Masng-masng bagan dapa memlk maksmal 5 (lma) Sub : Bagan/seks; d. : Unuk m cabang dkepala oleh seorang kepala un sengka ; Kepala Bagan dan beranggung jawab langsung kepada drekur. (4) Benuk Organsas PDAM jumah pelanggannya sebanyak sampa dengan adalah sebaga berku: a.!palng banyak 3 orang dreks yang erdr dar: 1 (sau) drekur uama dan 2 (dua) drekur yau drekur admnsras dan, keuangan, dan drekur eknk; b. 6 (enam) kepala bagan yang membdang bagan keuangan, bagan perencanaan eknk, bagan hubungan pelanggan, bagan umum, bagan produks, bagan ransms dan dsrbus; c. Masng-masng bagan dapa memlk maksmal 5 (lma) Sub Bagan/seks; d. Unuk un cabang dkepala oleh seorang kepala un sengka Kepala Bagan dan beranggung jawab langsung kepada drekur. (5) Benuk Organsas PDAM jumah pelanggannya sebanyak sampa dengan adalah sebaga berku: a. Palng banyak 3 orang dreks yang erdr dar: 1 (sau) drekur uama dan 2 (dua) drekur yau drekur admnsras dan keuangan, dan drekur eknk; r

3 b. " 7 (ujuh) kepala bagan yang membdang bagan keuangan, bagan perencanaan eknk, bagan hubungan pelanggan, bagan j umum, bagan produks, bagan ransms dan dsrbus, bagan perawaan. c. Masng-masng bagan dapa memlk maksmal 5 (lma) Sub Bagan/seks; d. ; Unuk un cabang dkepala oleh seorang kepala un sengka 1 Kepala Bagan dan beranggung jawab langsung kepada drekur. (6) Benuk Organsas PDAM jumah pelanggannya lebh dar 100,000 dapa mengembangkan srukur Organsas sendr dengan permbangan erdr dar palng banyak 4 Dreks yang erdr dar: 1 (sau) Drekur Uama, dan 3 (ga) Drekur. Pasal 3 (1) Susunan Organsas dan Taa Kerja PDAM Sebagamana dmaksud pada pasal 2 deapkan oleh Dreks dalam suau Perauran. (2) Susunan Organsas dan Taa Kerja PDAM Sebagamana dmaksud pada aya (1) hams mendapakan perseujuan Dewan Pengawas dan Bupa. j Pasal 4 (1) Rancangan Perauran Dreks enang Susunan Organsas dan Taa Kerja PDAM Sebagamana dmaksud pada pasal 3 dajukan kepada Dewan Pengawas unuk dseuju. (2) Dewan pengawas wajb memberkan perseujuan aau penolakan aas Rancangan Perauran Dreks sebagamana dmaksud pada aya (1) dalam jangka waku 15 (lma belas) har kerja sejak dermanya Rancangan Perauran Dreks ersebu dengan menuangkannya dalam suau Kepuusan Dewan Pengawas. (3) Penolakan sebagamana dmaksud pada aya (2) hams dsera alasanalasan, dan saran guna perbakan. (4) Dreks segera melakukan perbakan aas Rancangan Perauran Dreks sesua dengan saran Dewan Pengawas sebagamana dmaksud pada aya (3). (5) Dalam hal seelah 15 (lma belas) har kerja, Dewan Pengawas dak mengeluarkan Kepuusan sebagamana dmaksud pada aya (2), maka Dewan Pengawas danggap elah memberkan perseujuan. Pasal 5 (1) Seelah mendapakan perseujuan sebagamana dmaksud dalam pasal 4 aya (2) dan aya (4), Rancangan Perauran Dreks dajukan kepada Bupa unuk mendapa perseujuan dsera dengan Sura Perseujuan Dewan Pengawas.. (2) Perseujuan Bupa sebagamana dmaksud pada aya (1) deapkan dalam suau Kepuusan. (3) Penolakan Bupa aas Rancangan Perauran Dreks sebagamana dmaksud pada aya (1) ) hams dsera alasan-alasan, dan saran guna perbakan.

4 1 (4) Dreks segera melakukan perbakan aas Rancangan Perauran Dreks sesua dengan saran Bupa sebagamana dmaksud pada aya (3). (6) Seelah mendapakan perseujuan sebagamana dmaksud pada aya (2), Rancangan Perauran Dreks deapkan menjad Perauran Dreks. \ Bagan Kedua [ Dewan Pengawas Pasal 6 (1) Dewan Pengawas berasal dar unsur pejaba pemernah daerah, profesonal dan/aau masyaraka konsumen yang dangka oleh Bupa. (2) Masa jabaan anggoa Dewan Pengawas palng lama 3 (ga) ahun dan dapa dangka kembal unuk 1 (sau) kal masa jabaan. (3) Baas usa Dewan Pengawas palng ngg 65 (enam puluh lma) ahm. (4) Pengangkaan kembal anggoa Dewan Pengawas sebagamana dmaksud pada aya (2) dbukkan dengan knerja dalam melakukan pengawasan erhadap pelaksanaan kegaan Dreks dan kemampuan PDAM dalam menngkakan knerja pelayanan ar mnum kepada masyaraka. (5) Pengangkaan sebagamana dmaksud pada aya (1) duangkan dalam suau Kepuusan. Pasal 7 (1) Calon anggoa Dewan Pengawas memenuh persyaraan; a. menguasamanajemenpdam; b. ' menyedakan waku yang cukup unuk melaksanakan ugasnya; dan c. dak erka hubungan keluarga dengan Bupa/Wakl Bupa ^aau Dewan Pengawas yang lan aau Dreks sampa deraja 'kega bak menuru gars lurus aau kesampng ermasuk menanu dan par. (2) Pengangkaan anggoa Dewan Pengawas sebagamana dmaksud, pada aya (1) deapkan dengan Kepuusan Bupa. 1 Pasal 8 (1) Jumah anggoa Dewan Pengawas deapkan berdasarkan jumah pelanggan dengan keenuan: a. palng banyak 3 (ga) orang unuk jumah pelanggan sampa dengan ; dan b. palng banyak 5 (lma) orang unuk jumah pelanggan d aas (2) Penenuan jumah Dewan Pengawas sebagamana dmaksud pada aya (1) dlakukan berdasarkan asas efsens pengawasan dan efekvas pengamblan kepuusan. (3) Anggoa Dewan Pengawas sebagamana dmaksud pada aya (1) r

5 dangka seorang sebaga Keua merangkap anggoa dan seorang sebaga Sekrears merangkap anggoa dengan Kepuusan Bupa. * Bagan Kega Dreks \ Pasal 9 (1) Dreks dangka oleh Bupa aas usul Dewan Pengawas. (2) Usulan pengangkaan sebagamana dmaksud pada aya (1) dlakukan selamba-lambanya 30 (Tga Puluh) Har Kerja sebelum masa jabaan Dreks habs. (3) Pengangkaan Dreks sebagamana dmaksud pada aya (1) deapkan dengan Kepuusan Bupa. Pasal 10 (1) Bams usa Dreks yang berasal dar luar PDAM pada saa dangka, perama kal berumur palng ngg 50 (lma puluh) ahun. (2) Baas usa Dreks yang berasal dar PDAM pada saa dangka perama kal berumur palng ngg 55 (lma puluh lma) ahun. (3) Masa jabaan Dreks selama 4 (empa) ahun dan dapa dangka kembal unuk l(sau) kal masa jabaan. (4) Jabaan Dreks berakhr pada saa yang bersangkuan berumur palng, ngg 60 (enam puluh) ahun. (5) Pengangkaan kembal sebagamana dmaksud pada aya (3) dlakukan apabla Dreks erbuk mampu menngkakan knerja PDAM dan pelayanan kebuuhan ar mnum kepada masyaraka seap ahun. ; Pasal 11 (1) Pelanlkan dan pengamblan sumpah Dreks dlakukan oeh Bupa aau pejaba lan yang dunjuk. (2) Susunan kaa-kaa sumpalujanj Dreks PDAM adalah sebaga berku: "DEM ALLAH (TUHAN), SAYA BERSUMPAH / BERJANJ BAHWA SAYA AKAN MEMENUH KEWAJBAN SAYA SELAKU DREKTUR PDAM KABUPATEN PACTAN' DENGAN SEBAK-BAKNYA. SEJUJUR-JUJURNYA, DAN SEADL-ADLNYA; \ BAHWA SAYA AKAN SELALU MENGUTAMAKAN PELAYANAN DEM TERCAPANYA KESEJAHTERAAN RAKYAT BAHWA SAYA AKAN SELALU TAAT DALAM MENGAMALKAN DAN MEMPERTAHANKAN PANCASLA SEBAGA DASAR NEGARA; DAN UNDANG-UNDANG, DASAR 1945 SERTA MELAKSANAKAN SEGALA PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN DENGAN SELURUS-LURUSNYA YANG BERLAKU BAG PERUSAHAAN, DAERAH, DAN NEGARA KESATUAN REPUBLK NDONESA"

6 Pasal12 (1) Apabla sampa berakhmya masa jabaan sebagamana dmaksud pada pasal 8, pengangkaan Dreks bam mash dalam proses penyelesaan, Bupa dapa menunjuk/mengangka Dreks yang lama 'aau seorang Pejaba Smkural PDAM sebaga penjaba semenara. (2) Pengangkaan penjaba semenara sebagamana dmaksud pada aya (1) deapkan dengan Kepuusan. (3) Masa Jabaan Penjaba semenara sebagamana dmaksud pada aya (1) palng lama 6 (enam) bulan sejak anggal penerban Kepuusan. (4) Penjaba semenara sebagamana dmaksud pada aya () dak dlakukan pelankan dan pengamblan sumpah jabaan. (5) Pejaba semenara sebagamana dmaksud pada aya (1) dalam melaksanakan ugasnya dak boleh mengambl kebjakan yang bersfa sraegs. 1! Bagan Keempa Bagan, Sub Bagan/Seks, dan Un Cabang Pasal13 (1) Bagan dpmpn oleh seorang Kepala Bagan. (2) Kepala Bagan dangka oleh Dreks aas permbangan Dewan Pengawas. ' Pasal 14 ( (1) Bagan erdr aas Sub Bagan aau Seks. (2) Sub Bagan aau Seks dpmpn oleh Kepala Sub Bagan aau Kepala Seks.. (3) Kepala Sub Bagan aau Kepala Seks dangka oleh Dreks aas permbangan dewan pengawas ; Pasal 15 (1) Guna mempermudah akses pelayanan kepada konsumen, PDAM dapa membenuk Un Cabang. (2) Un Cabang dkepala oleh Kepala Un sengka Kepala Bagan. (3) Kepala Un dangka oleh Dreks aas permbangan dewan pengawas. 4! Bagan Kelma J Kepegawaan ; Pasal 16 (1) Pengangkaan pegawa PDAM dlakukan oleh Dreks dengan suau Kepuusan. (2) Pengangkaan pegawa sebagamana dmaksud pada aya (1) harus dengan perseujuan dewan pengawas dan Bupa.

7 : Pasal 17 (1) Pengangkaan pegawa honorer aau enaga konrak PDAM dlakukan oleh Dreks dengan suau Kepuusan. (2) Pengangkaan pegawa sebagamana dmaksud pada aya (!) harus dengan perseujuan dewan pengawas. > Pasal18 (1) Rancangan Kepuusan Dreks enang Pengangkaan Pegawa PDAM Sebagamana dmaksud pada pasal 16, aau Rancangan Kepuusan Dreks enang Pengangkaan Pegawa Honorer PDAM Sebagamana dmaksud pada pasal 17, dajukan kepada Dewan Pengawas unuk dseuju. (2) Dewan pengawas wajb memberkan perseujuan aau penolakan aas Rancangan Kepuusan Dreks sebagdmana dmaksud pada aya () dalam jangka waku 15 (lma belas) har kerja sejak dermanya Rancangan Perauran Dreks ersebu dengan menuangkannya dalam suau Kepuusan Dewan Pengawas. (3) Penolakan sebagamana dmaksud pada aya (2)'harus dsera alasanalasan, dan saran guna perbakan. (4) Dreks segera melakukan perbakan aas Rancangan Kepuusan Dreks sesua dengan saran Dewan Pengawas sebagamana dmaksud pada aya (3). (5) Dalam hal seelah 15 (lma belas) har kerja, Dewan Pengawas dak mengeluarkan Kepuusan sebagamana dmaksud pada aya (2), maka Dewan Pengawas danggap elah memberkan perseujuan. Pasal 19 4 (1) Seelah mendapakan perseujuan sebagamana dmaksud dalam pasal 18 aya (2) dan aya (4), Rancangan Kepuusan enang Pengangkaan Pegawa PDAM sebagamana dmaksud dalam pasal 18 aya (1), Dreks dajukan kepada Bupa unuk mendapa perseujuan dsera dengan Sura Perseujuan Dewan Pengawas.. (2) Perseujuan Bupa sebagamana dmaksud pada aya () deapkan dalam suau Kepuusan. (3) Penolakan Bupa aas Rancangan Kepuusan Dreks sebagamana dmaksud pada aya (1)) harus dsera alasan-alasan, dan saran guna perbakan. (4) Dreks segera melakukan perbakan aas Rancangan Kepuusan Dreks sesua dengan saran Bupa sebagamana dmaksud pada aya (3).! (5) Seelah mendapakan perseujuan sebagamana dmaksud pada aya (2), Rancangan Kepuusan Dreks deapkan menjad Kepuusan Dreks. T 1

8 ; BAB CUT! f \ Bagan Perama 1 Umum \ Pasal 20 (1) Pegawa memperoleh hak cu melpu: a. cu ahunan; b. cu besar; c. ' cu sak; d. cu karena alasan panng aau cu unuk menunakan badah haj; e. ; cu nkah; {. j cu bersaln; dan g.; cu d luar anggungan PDAM. (2) Pegawa yang menjalankan cu sebagamana dmaksud pada: aya (1) eap dberkan penghaslan penuh, kecual cu d luar anggungan PDAM. > Bagan Kedua \ Cu Pegawa PDAM f Paragraf 1 Cu Tahunan ; Pasal 21 F (1) Pegawa PDAM yang elah bekerja sekarang-kurangnya 1 (sau) ahun secara erus-menerus berhak aas cu ahunan. (2) Larnanya cu ahunan adalah 12 (dua belas) har kerja. (3) Cu ahunan dak dapa dpecah-pecah hngga jangka waku yang kurang dar 3 (ga) har kerja. (4) Unuk mendapakan cu ahunan Pegawa PDAM yang bersangkuan megajukan permnaan secara eruls kepada Dreks. (5) Cu ahunan dberkan secara eruls oleh Dreks. \ Pasal 22 Cu ahunan yang akan djalankan d empa yang suh perhubungannya, maka jangka waku cu ahunan ersebu dapa dambah unuk palng lama 14 (empa belas) har. 1 Pasal 23 1 (1) Cu ahunan yang dak dambl dalam ahun yang bersangkuan, dapa dambl dalam ahun berkunya unuk palng lama 18 (delapan belas) har kerja ermasuk cu ahunan dalam ahun yang sedang berjalan.

9 (2) Cu ahunan yang dak dambl lebh dar 2 (dua) ahun beruruuru, dapa dambl dalam ahun berkunya unuk palng lama 24 (dua puluh empa) har kerja ermasuk cu ahunan dalam ahun yang sedang berjalan. \ Pasal24 f» (1) Cu! ahunan dapa dangguhkan pelaksanaannya oleh Dreks unuk palng lama 1 (sau) ahun, apabla kepenngan dnas mendesak. (2) Cu ahunan yang danggdkan sebagamana dmaksud dalam aya (1) dapa dambl dalam ahun berkunya selama 24 (dua puluh empa) har keja ermasuk cu ahunan dalam ahun yang sedang berjalan. j Paragraf 2 Cu Besar \ Pasal 25 (1) Pegawa PDAM yang elah bekerja sekurang-kurangnya 6 (enam) ahun secara erus-menerus berhak aas cu besar yang lamanya 3 (ga) bulan. (2) Pegawa PDAM yang menjalan cu besar dak berhak lag aas cu ahunannya dalam ahun yang bersangkuan. (3) Unuk mendapakan cu besar, Pegawa PDAM yang bersangkuan mengajukan permnaan secara eruls kepada Dreks. (4) Cu besar dberkan secara eruls oleh Dreks. Pasal 26 Cu besar dapa dangguhkan pelaksanaannya oleh Dreks unuk palng lama 2 (dua) ahun, apabla kepenngan dnas mendesak.! Paragraf 3 \ Cu Sak 4 \ \ Pasal 27 Seap Pegawa PDAM yang mendera sak berhak aas cu sak. Pasal 28 ) \ (1) Pegawa PDAM yang sak selama 1 (sau) aau 2 (dua) bar! berhak aas cu sak, dengan keenuan, bahwa a harus memberahukan kepada aasannya langsung. (2) Pegawa PDAM yang sak lebh dar 2 (dua) har sampa dengan 14 (empa belas) har berhak aas cu sak, dengan keenuan bahwa Pegawa PDAM yang bersangkuan harus mengajukan permnaan secara eruls kepada Dreks dengan melamprkan sura keerangan doker. (3) Pegawa PDAM yang mendera sak lebh dar 14 (empa belas) Har berhak cu sak, dengan keenuan bahwa Pegawa PDAM yang bersangkuan harus mengajukan permnaan secara eruls kepada Dreks dengan melamprkan sura keerangan doker Rumah Sak Pemernah.

10 (4) Sura keerangan doker sebagamana dmaksud dalam aya (3) anara an menyaakan enang perlunya dberkan cu, lamanya cu dan keerangan an yang dpandang perlu. (5) Cu sak sebagamana dmaksud dalam aya (3) dberkan unuk waku palng lama 1 (sau) ahun. (6) Jangka waku cu sak sebagamana dmaksud dalam aya (5) dapa dambah unuk palng lama 6 (enam) bulan apabla dpandang perlu berdasarkan sura keerangan doker Rumah Sak Pemernah. (7) Pegawa PDAM yang dak sembuh dar penyakmya dalam jangka Waku sebagamana dmaksud dalam aya (5) dan aau aya (6), harus Duj kembal kesehaannya oleh doker Rumah Sak Pemernah. (8) Apabla berdasarkan basl pengujan kesehaan sebagamana dmaksud dalam aya (7) Pegawa PDAM yang bersangkuan belum sembuh dar penyaknya, maka a dberhenkan dengan horma dar jabaannya karena sak dengan mendapa uang unggu berdasarkan perauran perundang-undangan yang berlaku. ' Pasal 29 (1) Pegawa PDAM wana yang mengalam gugur kandung berhak aas cu sak unuk palng lama 1,5 (sau seengah) bulan. (2) Unuk mendapakan cu sak sebagamana dmaksud dalam aya (1), Pegawa PDAM wana yang bersangkuan mengajukan permnaan secara eruls kepada Dreks dengan melamprkan sura keerangan doker aau bdan. ; Pasal 30 f Pegawa PDAM yang mengalam kecelakaan dalam dan oleh karena menjalankan ugas kewajbannya sehngga a perlu mendapa perawaan, berhak aas cu sak sampa a sembuh dar penyaknya. j Pasal 31 (1) Cu sak sebagamana dmaksud pada pasal 28 aya (1) dberkan secara eruls oleh aasan langsung. (2) Cu sak sebagamana dmaksud pada pasal 28 aya (2), (3), Pasal 23, dan Pasal 24 dberkan secara eruls oleh Dreks. Paragraf 4 Cu Karena Alasan Penng aau unuk menunakan badah haj j Pasal 32 Yang dmaksud dengan cu karena alasan penng aau unuk menunakan badah haj adalah cu karena: a. bu,' bapak, ser/suam, anak, adk, kakak, merua, aau menanu sak keras aau mennggal duna; b. salah seorang anggoa keluarga yang dmaksud dalam huruf a, mennggal duna dan menuru keenuan hukum yang berlaku ' Pegawa PDAM yang bersangkuan harus mengurus hak-hak dar anggoa keluarganya yang mennggal duna u;- c. menunakan badah haj aau kepenngan agama lannya.

11 Pasal 33 (1) Pegawa PDAM berhak alas cu karena alasan penng aau unuk menunakan badah haj. (2) Lamanya cu karena alasan penng aau unuk menunakan badah haj denukan oleh Dreks unuk palng lama 2 (dua) bulan. : Pasal 34 (1) Unuk mendapakan cu karena alasan penng aau unuk menunakan badah haj, Pegawa PDAM yang bersangkuan mengajukan permnaan secara eruls dengan menyebukan alasanalasannya kepada Dreks. (2) Cu karena alasan penng aau unuk menunakan badah haj dberkan secara eruls oleh Dreks. (3) Dalam hal yang mendesak, sehngga Pegawa PDAM yang bersangkuan dsjc dapa menunggu kepuusan dar Dreks, maka aasan langsung Pegawa PDAM yang bersangkuan dapa memberkan zn semenara unuk menjalankan cu karena alasan penng aau unuk menunakan badah haj. (4) Pemberan zn semenara sebagamana dmaksud dalam aya (3) harus segera dberahukan kepada Dreks oleh aasan langsung sebagamana dmaksud pada aya (3). (5) Dreks seelah menerma pemberahuan sebagamana dmaksud dalam aya (4) memberkan cu! karena alasan penng aau unuk menunakan badah haj kepada Pegawa PDAM yang bersangkuan. ', Paragraf 5! Cu Nkah Pasal 35 (1) Pegawa PDAM berhak aas cu Nkah. (2) Lamanya cu Nkah denukan oleh Dreks unuk palng lama 1 (sau) bulan. Pasal 36 (1) Unuk mendapakan cu Nkah, Pegawa PDAM yang bersangkuan mengajukan permnaan secara eruls kepada Dreks. (2) Cu Nkah dberkan secara eruls oleh Dreks. (3) Dalam hal yang mendesak, sehngga Pegawa PDAM yang bersangkuan dak dapa menunggu kepuusan dar Dreks, maka aasan langsung Pegawa PDAM yang bersangkuan dapa memberkan zn semenara unuk menjalankan cu Nkah. (4) Pemberan zn semenara sebagamana dmaksud dalam aya (3) hams segera dberahukan kepada Dreks oleh aasan langsung sebagamana dmaksud pada aya (3). (5) Dreks seelah menerma pemberahuan sebagamana dmaksud dalam aya (4) memberkan cu Nkah kepada Pegawa PDAM yang bersangkuan. \

12 1 J j Paragraf 6 Cu Bersaln Pasal 37 ) (1) Unuk persalnan anaknya yang perama, kedua, dan kega, Pegawa PDAM wana berhak aas cu bersaln. (2) Unuk persalnan anaknya yang keempa dan seerusnya, kepada Pegawa PDAM wana dberkan cu d luar anggungan PDAM. (3) Lamanya cu-cul bersaln ersebu dalam aya () dan (2) adalah (sau) bulan sebelum dan 2 (dua) bulan sesudah persalnan. Pasal 38 (1) Unuk mendapakan cu bersaln, Pegawa PDAM wana yang bersangkuan mengajukan permnaan secara eruls kepada Dreks. (2) Cu bersaln dberkan secara eruls oleh Dreks. { Paragraf? Cu D Luar Tanggungan PDAM. Pasal 39 (1) Kepada Pegawa PDAM yang elah bekerja sekurang-kurangnya 5 (lma) ahun secara ens-menerus, karena alasan-alasan prbad yang penng dan mendesak dapa dberkan cu d luar anggungan PDAM. (2) Cu d uar anggungan PDAM dapa dberkan - palng lama 3 (ga) ahun. (3) Jangka waku cu! d luar anggungan PDAM sebagamana dmaksud dalam aya (2) dapa dpcrpanjang palng lama 1 (sau) ahun apabla ada alasan-alasan yang penng unuk memperpanjangnya. J { Pasal 40 (1) Cu d luar anggungan PDAM mengakbakan Pegawa PDAM yang bersangkuan dbebaskan dar jabaannya, kecual cu d luar anggungan PDAM sebagamana dmaksud dalam Pasal 31 aya (2). (2) Jabaan yang menjad lowong karena pemberan cu d luar anggungan PDAM dengan segera dapa ds. ; Pasal 41 j (1) Unuk mendapakan cu d luar anggungan PDAM, Pegawa PDAM yang bersangkuan mengajukan permnaan secara eruls kepada Dreks dsera dengan alasan-alasannya. (2) Cu d luar anggungan PDAM hanya dapa dberkan dengan sura kepuusan Dreks sebagamana dmaksud dalam Pasal 2 aya (1) seelah mendapa perseujuan dar Dewan Pengawas.! Pasal 42 (1) Selama menjalankan cu d luar anggungan PDAM, Pegawa PDAM yang bersangkuan dak berhak menerma penghaslan. (2) Selama menjalankan cu d luar anggungan PDAM dak dperhungkan sebaga masa kerja Pegawa PDAM.

13 Pasal43 (1) Pegawa PDAM yang sedang menjalankan cu ahunan, cu besar, dan cu karena alasan penng, dapa dpanggl kembal bekerja apabla kepenngan dnas mendesak. (2) Dalam hal erjad sebaga dmaksud dalam aya (1), maka jangka waku cu yang belum djalankan u eap menjad hak Pegawa PDAM yang bersangkuan. ^! Bagan Kega Cu Dreks Pasal 44 (1) Dreks memperoleh hak cu melpu: ^ a. cu ahunan; b. cu besar; c. cu sak; d. cu karena alasan penng aau cu unuk menunakan badah haj; e. cu nkah; f. cu bersaln; dan g. cu d luar anggungan PDAM. <. (2) Dreks yang menjalankan cu sebagamana dmaksud pada aya (1) eap dberkan penghaslan penuh, kecual cu d luar anggungan PDAM. <^ (3) Pelaksanaan cu bag! Dreks PDAM berlaku keenuan umum mengena cu! pegawa PDAM sebagamana daur dalam perauran daerah n.^ (4) Dalam hal cu Dreks PDAM, permohonan cu dsampakan eruls kepada Bupa dsera alasannya. <^ (5) Cu bag Dreks PDAM dberkan secara eruls oleh Bupa aau pejaba yang dunjuk. ^ BAB V ; KETENTUAN PERALAN < Pasal 45 (1) Pada saa Perauran n berlaku, Dreks dan Dewan Pengawas PDAM eap melaksanakan ugas sampa berakhr masa jabaannya^ (2) Pegawa PDAM yang pada saa berlakunya Perauran n sedang menjalankan cu berdasarkan perauran lama, danggap menjalankan cu berdasarkan Perauran n. ^ (3) Dreks PDAM segera membua Susunan Organsas dan Taa Kerja PDAM Kabupaen Pacan dengan menuangkannya dalam Perauran ^ Dreks selamba-lambanya 3 bulan sejak deapkannya Perauran n. *

14 BAB V KETENTUAN PENUTUP Pasal 46 Dengan berlakunya Perauran n maka Kepuusan Kepala Daerah Tngka Pacan Nomor 363 ahun 1993 enang Susunan Organsas dan Taa Kerja PDAM dnyaakan dcabu dan dak berlaku lag. \ Pasal 47 Perauran n mula berlaku sejak anggal deapkan. Agar seap orang dapa mengeahunya, memernahkan pengundangan Perauran Bupa n dengan penempaannya dalam Bera Daerah Kabupaen Pacan. Deapkan d Pacan Pada anggal 1 A 2008 BUPAT PACTAN H. SUJONO

\ DANA ALOKASI DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

\ DANA ALOKASI DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA y BUPAT PACTAN PERATURAN BUPAT PACTAN : NOMOR 55" TAHUN 20 ; TENTANG \ DANA ALOKAS DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPAT PACTAN, Menmbang : a. bahwa dalam rangka penngkaan penyelenggaraan pemernahan,

Lebih terperinci

BUPAH PAOTAN PERATURAN BUPATI PACITAN NOMOR 30 TAHUN 2013 TENTANG TATA CARA PENYESUAIAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH

BUPAH PAOTAN PERATURAN BUPATI PACITAN NOMOR 30 TAHUN 2013 TENTANG TATA CARA PENYESUAIAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH r BUPAH PAOTAN PERATURAN BUPAT PACTAN NOMOR 30 TAHUN 2013 TENTANG TATA CARA PENYESUAAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA! BUPAT PACTAN, Menglnga a. bahwa guna kelancaran

Lebih terperinci

' PERATURAN BUPATI PACITAN I NOMOR 4 TAHUN 2012 PEMBERIAN BANTUAN PERALATAN DAN/ATAU MESIN BAGI INDUSTRI KECIL DAN MENENGAH KABUPATEN PACITAN

' PERATURAN BUPATI PACITAN I NOMOR 4 TAHUN 2012 PEMBERIAN BANTUAN PERALATAN DAN/ATAU MESIN BAGI INDUSTRI KECIL DAN MENENGAH KABUPATEN PACITAN j BUPAT PACTAN ' PERATURAN BUPAT PACTAN NOMOR 4 TAHUN 2012 TENTANG PEMBERAN BANTUAN PERALATAN DAN/ATAU MESN BAG NDUSTR KECL DAN MENENGAH KABUPATEN PACTAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPAT PACTAN

Lebih terperinci

! BUPATI PACriAN j PERATURAN BUPATI PACITAN NOMOR 18 TAHUN 2013

! BUPATI PACriAN j PERATURAN BUPATI PACITAN NOMOR 18 TAHUN 2013 ! BUPAT PACrAN j PERATURAN BUPAT PACTAN NOMOR 18 TAHUN 2013 TENTANG PEDOMAN PENYUSUNAN LAPORAN DEWAN PENGAWAS BADAN LAYANAN UMUM DAERAH PADA RUMAH SAKT UMUM DAERAH KABUPATEN PACTAN DENGAN RAHMAT TUHAN

Lebih terperinci

BUPATl PACITAN. I PERATURAN BUPATl PACITAN \ NOMOR IS TAIIUN 2008 TENTANG

BUPATl PACITAN. I PERATURAN BUPATl PACITAN \ NOMOR IS TAIIUN 2008 TENTANG BUPATl PACTAN PERATURAN BUPATl PACTAN \ NOMOR S TAUN 2008 TENTANG STRUKTUR ORGANSAS DAN TATA KERJA SEKRE l ARAT DEWAN PENGURUS KABUPATEN KORPS PEGAWA REPUBMK NDONESA KABUPATEN PACTAN BUPATl PACTAN Menmbang

Lebih terperinci

BUPATI PACITAN. I PERATURAN BUPATI PACITAN \ NOMOR ;i6tahun 2010

BUPATI PACITAN. I PERATURAN BUPATI PACITAN \ NOMOR ;i6tahun 2010 3 1 BUPAT PACTAN PERATURAN BUPAT PACTAN \ NOMOR ;6TAHUN 2010 TENTANG PENYELENGGARAAN SSTEM PENGENDALAN NTERN PEMERNTA D LNGKUNGAN PEMERNTAH KABUPATEN PACTAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPAT PACTAN,

Lebih terperinci

BERITA DAERAH KABUPATEN PACITAN PERATURAN BUPATI PACITAN 1 NOMOR 16 TAHUN 2010 TENTANG

BERITA DAERAH KABUPATEN PACITAN PERATURAN BUPATI PACITAN 1 NOMOR 16 TAHUN 2010 TENTANG BERTA DAERAH KABUPATEN PACTAN TAHUN 200 NOMOR 7 PERATURAN BUPAT PACTAN NOMOR 6 TAHUN 200 TENTANG PERUBAHAN KETGA ATAS PERATURAN BUPAT PACTAN NOMOR 28 TAUN 2009 TENTANG PENJABARAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN

Lebih terperinci

i BUPATI PACITAN 1 I PERATURAN BUPATI PACITAN I NOMOR 5 TAHUN 2014 i

i BUPATI PACITAN 1 I PERATURAN BUPATI PACITAN I NOMOR 5 TAHUN 2014 i ( BUPAT PACTAN PERATURAN BUPAT PACTAN NOMOR 5 TAHUN 204 TENTANG PETUNJUK PELAKSANAAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN PACTAN NOMOR 8 TAHUN 20 TENTANG RETRBUS TEMPAT PELELANGAN KAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA

Lebih terperinci

PERATURAN BUPATI PACITAN i NOMOR 13 TAHUN 2012 t I TENTANG PEDOMAN PENYELENGGARAAN PELELANGAN IKAN DI TEMPAT PELELANGAN IKAN KABUPATEN PACITAN

PERATURAN BUPATI PACITAN i NOMOR 13 TAHUN 2012 t I TENTANG PEDOMAN PENYELENGGARAAN PELELANGAN IKAN DI TEMPAT PELELANGAN IKAN KABUPATEN PACITAN f BUEAn PACrAN J PERATURAN BUPAT PACTAN NOMOR 13 TAHUN 2012 TENTANG PEDOMAN PENYELENGGARAAN PELELANGAN KAN D TEMPAT PELELANGAN KAN KABUPATEN PACTAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA 1 r BUPAT PACTAN. Menmbang:

Lebih terperinci

BUPATI PACITAN. PERATURAN BUPATI PACITAN NOMOR i TAHUN 2011 TENTANG. PETUNJUK PELAKSANAAN KEGIATAN INSEMINASI BUATAN j DI KABUPATEN PACITAN

BUPATI PACITAN. PERATURAN BUPATI PACITAN NOMOR i TAHUN 2011 TENTANG. PETUNJUK PELAKSANAAN KEGIATAN INSEMINASI BUATAN j DI KABUPATEN PACITAN BUPAT PACTAN PERATURAN BUPAT PACTAN NOMOR TAHUN 20 TENTANG PETUNJUK PELAKSANAAN KEGATAN NSEMNAS BUATAN j D KABUPATEN PACTAN DENGAN RAHMAT TUAN YANG MAHA ESA Menmbang : a. b. BUPAT PACTAN, bahwa guna kelancaran

Lebih terperinci

\ PERATURAN BUPATI PACITAN I NOMOR 5 TAHUN 2009 TENTANG DISIPLIN JAM KERJA BAG! PEGAWAI NEGERI SIPIL DI LINGKUNGAN PEMERINTAH KABUPATEN PACITAN

\ PERATURAN BUPATI PACITAN I NOMOR 5 TAHUN 2009 TENTANG DISIPLIN JAM KERJA BAG! PEGAWAI NEGERI SIPIL DI LINGKUNGAN PEMERINTAH KABUPATEN PACITAN BUPAT PACTAN \ PERATURAN BUPAT PACTAN NOMOR 5 TAHUN 2009 TENTANG DSPLN JAM KERJA BAG! PEGAWA NEGER SPL D LNGKUNGAN PEMERNTAH KABUPATEN PACTAN j DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPAT PACTAN Menmbang :

Lebih terperinci

Tahun L976 tentang Cuti Pegawai Negeri Sipil dart

Tahun L976 tentang Cuti Pegawai Negeri Sipil dart SATNA{ BUPNl BTTUTE PROVNS KEPU,AUAN BANGKA BELTUNG KEPUTUSAN BUPAT BELTUNG NOMOR : 88./ 98/KEP/BKPPD/0 TENTANG PENDELEGASAN WEWENANG PEMBERAN CUT PEGAWA NEGER SPL D LNGKUNGAN PEMERNTAH GBUPATEN BELTUNG

Lebih terperinci

i PERATURAN BUPATI PACITAN j NOMOR 14 TAHUN 2012 i

i PERATURAN BUPATI PACITAN j NOMOR 14 TAHUN 2012 i BXJPAT PACTAN PERATURAN BUPAT PACTAN j NOMOR 4 TAHUN 202 \ TENTANG PELMPAHAN SEBAGAN KEWENANGAN PENGELOLAAN BDANG PERZNAN KEPADA KEPALA KANTOR PELAYANAN PERZNAN KABUPATEN PACTAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG

Lebih terperinci

BUPATI PACITAN PROVINSI JAWA TIBIUR. = PERATURAN BUPATI PACITAN j NOMOR 36 TAHUN 2014

BUPATI PACITAN PROVINSI JAWA TIBIUR. = PERATURAN BUPATI PACITAN j NOMOR 36 TAHUN 2014 BUPAT PACTAN PROVNS JAWA TBUR = PERATURAN BUPAT PACTAN j NOMOR 36 TAHUN 2014 j TENTANG POLA TARF LAYANAN KESEHATAN PADA RUMAH SAKT UMUM DAERAH KABUPATEN PACTAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG BAHA ESA BUPAT PACTAN,

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN PACITAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN PACITAN : NOMOR 18 TAHUN 2001

PEMERINTAH KABUPATEN PACITAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN PACITAN : NOMOR 18 TAHUN 2001 I I PEMERINTAH KABUPATEN PACITAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN PACITAN : NOMOR 18 TAHUN 2001 \ TENTANG PEMBERDAYAAN, PELESTARIAN DAN PENGEMBANGAN ADAT ISTIADAT DAN LEMBAGA ADAT DENGAN RAHMAT TAHUN YANG MAHA

Lebih terperinci

PERATURAN BUPATI PACITAN NOMOR (9 TAHUN 2006 TENTANG PEDOMAN PENGELOLAAN KEUANGAN BADAN LAYANAN UMUM RUMAH SAKIT DAERAH BUPATI PACITAN

PERATURAN BUPATI PACITAN NOMOR (9 TAHUN 2006 TENTANG PEDOMAN PENGELOLAAN KEUANGAN BADAN LAYANAN UMUM RUMAH SAKIT DAERAH BUPATI PACITAN BUPAT PACTAN PERATURAN BUPAT PACTAN NOMOR (9 TAHUN 2006 TENTANG PEDOMAN PENGELOLAAN KEUANGAN BADAN LAYANAN UMUM RUMAH SAKT DAERAH BUPAT PACTAN Menmbang: a. bahwa sehubungan elah deapkannya Badan Rumah

Lebih terperinci

PERATURAN BUPATI PACITAN NOMOR 7 TAHUN2008 TENTANG

PERATURAN BUPATI PACITAN NOMOR 7 TAHUN2008 TENTANG BUPAT PACTAN PERATURAN BUPAT PACTAN NOMOR 7 TAHUN2008 TENTANG UNT AKUNTANS PEMBANTU PENGGUNA ANGGARAN/BARANG WLAYAH TUGAS PEMBANTUAN (UAPPA/B-WTP) KABUPATEN PACTAN DENGAN RAMAT TUHAN YANG MAHA ESA! BUPAT

Lebih terperinci

5 PERATURAN BUPATI PACITAN ' NOMOR 13 TAHUN 2010 i

5 PERATURAN BUPATI PACITAN ' NOMOR 13 TAHUN 2010 i > 1! BERITA DAERAH ' KABUPATEN PACITAN TAHUN 2010 ' NOMOR 14 J 1 5 PERATURAN ' NOMOR 13 TAHUN 2010 TENTANG PEDOMAN PENYUSUNAN PAKTA INTEGRITAS TERHADAP PEJABAT STRUKTURAL DAN PEJABAT BADAN USAHA MILIK

Lebih terperinci

PERATURAN BUPATI PACITAN j NOMOR. 9 TAHUN 2006 j TENTANG PEDOMAN PEMBENTUKAN BATUAN POLISI PAMONG PRAJA PADA DINAS/BADAN/KANTOR/INSTANSI DI LINGKUNGAN

PERATURAN BUPATI PACITAN j NOMOR. 9 TAHUN 2006 j TENTANG PEDOMAN PEMBENTUKAN BATUAN POLISI PAMONG PRAJA PADA DINAS/BADAN/KANTOR/INSTANSI DI LINGKUNGAN BUPAT PACTAN PERATURAN BUPAT PACTAN j NOMOR. 9 TAHUN 2006 j TENTANG PEDOMAN PEMBENTUKAN BATUAN POLS PAMONG PRAJA PADA DNAS/BADAN/KANTOR/NSTANS D LNGKUNGAN PEMERNTAH KABUPATEN PACTAN. ( J * BUPAT PACTAN

Lebih terperinci

PACITAN PERATURAN BUPATI PACITAN NOMOR 9 TAHUN 2014 PEDOMAN TATA CARA PENGADAAN BARANG/JASA DI DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PACITAN PERATURAN BUPATI PACITAN NOMOR 9 TAHUN 2014 PEDOMAN TATA CARA PENGADAAN BARANG/JASA DI DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA bupat PACTAN j PERATURAN BUPAT PACTAN NOMOR 9 TAHUN 204 TENTANG PEDOMAN TATA CARA PENGADAAN BARANG/JASA D DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA ; BUPAT PACTAN. Menlznbang : a. bahwa unuk kelancaran dan

Lebih terperinci

< < < < ry14 < < < +i- -9 -g. 1. Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2003 tentang Badan Usaha

< < < < ry14 < < < +i- -9 -g. 1. Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2003 tentang Badan Usaha lha ry rq 9 g rrq hq rr! L, +, : F L ah{ _ L.{ b.{ PRATURAN DRKS PRUSAHAAN UMUM PRUM) JAMNAN KRDTT NDONSA NOMOR : 2 /PerDrp{ll2ml TNTANG STANDARD OPRATNG PROCD,R (SOP) PMAMNAN KRDT UMUM BRBASS RJSKO PRUSAHAAN

Lebih terperinci

; BUEAn EAOTAN PERATURAN BUPATI PACITAN ; NOMOR 31 TAHUN 2013 TATA CARA PELAKSANAAN TENDER KERJASAMA PEMANFAATAN KAWASAN WISATA PANTAI TELENG RIA

; BUEAn EAOTAN PERATURAN BUPATI PACITAN ; NOMOR 31 TAHUN 2013 TATA CARA PELAKSANAAN TENDER KERJASAMA PEMANFAATAN KAWASAN WISATA PANTAI TELENG RIA ; BUEAn EAOTAN PERATURAN BUPAT PACTAN ; NOMOR 31 TAHUN 2013 TENTANO TATA CARA PELAKSANAAN TENDER KERJASAMA PEMANFAATAN KAWASAN WSATA PANTA TELENG RA DENGAN RAHBfAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPAT PACTAN, f Menmbang

Lebih terperinci

I PERATURAN BUPATI PACITAN i NOMOR S3 TAHUN 2010 t. TENTANG t

I PERATURAN BUPATI PACITAN i NOMOR S3 TAHUN 2010 t. TENTANG t Menmbang Mengnga BUPAT PACTAN PERATURAN BUPAT PACTAN NOMOR S3 TAHUN 2010 - TENTANG PEDOMAN REKRUTMEN PEGAWA NON PEGAWA NEGER SPL D RUMAH SAKT UMUM DAERAH KABUPATEN PACTAN SEBAGA BADAN LAYANAN UMUM DAERAH

Lebih terperinci

BUPATI PACITAN PERATURAN BUPATI PAOTAN NOMOR TAHUN 2010 TENTANG

BUPATI PACITAN PERATURAN BUPATI PAOTAN NOMOR TAHUN 2010 TENTANG BUPAT PACTAN PERATURAN BUPAT PAOTAN NOMOR TAHUN 2010 TENTANG ORGANSAS BADAN PENANGGULANGAN BENCANA DAERAH KABUPATEN PACTAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPAT PACTAN Membang : a. b. bahwa sesua dengan

Lebih terperinci

BUPATI-7PACrrAN PERATURAN BUPATI PACITAN NOMOR^-TAHUN 2008;:

BUPATI-7PACrrAN PERATURAN BUPATI PACITAN NOMOR^-TAHUN 2008;: BUPAT-7PACrrAN PERATURAN BUPAT PACTAN NOMOR^-TAHUN 2008;: \ TENTANG ^ PEDOMAN PEMBENTUKAN DAN PEMBNAAN HPPAM : D KABUPATEN PACTAN BUPAT PACTAN Memmbang : a. bahwa ar mnum menpakan kebuuhan pokok manusa

Lebih terperinci

BUPATI PACITAN! PERATURAN BUPATI PACITAN I NOMOR 1^ TAHUN 2014 TENTANG TATA CARA PEMBERIAN PENGURANGAN, KERINGANAN, DAN PEMBEBASAN

BUPATI PACITAN! PERATURAN BUPATI PACITAN I NOMOR 1^ TAHUN 2014 TENTANG TATA CARA PEMBERIAN PENGURANGAN, KERINGANAN, DAN PEMBEBASAN BUPAT PACTAN! PERATURAN BUPAT PACTAN NOMOR 1^ TAHUN 2014 TENTANG TATA CARA PEMBERAN PENGURANGAN, KERNGANAN, DAN PEMBEBASAN RETRBUS PELAYANAN PASAR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPAT PACTAN Menlmbang

Lebih terperinci

, PEMERINTAH PROVINSI NUSA TENGGARA^TIMUR

, PEMERINTAH PROVINSI NUSA TENGGARA^TIMUR NOTAKESEPAHAMAN BADAN PEMERIKSA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DENGAN PEMERINTAH PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR MnMOR414/NK/X-Xm.2/7/2011 NOMORHK.14TAHUN2011 TENTANG PENGEMBANGAN DAN PENGELOLAAN S.STEM.NFORMAS.

Lebih terperinci

BAB 8 PERSAMAAN DIFERENSIAL BIASA

BAB 8 PERSAMAAN DIFERENSIAL BIASA Maa kulah KOMPUTASI ELEKTRO BAB 8 PERSAMAAN DIFERENSIAL BIASA Persamaan dferensal dapa dbedakan menjad dua macam erganung pada jumlah varabel bebas. Apabla persamaan ersebu mengandung hana sau varabel

Lebih terperinci

MENTERIKEUANGAN REPUBLIK INDONESIA SALINAN.

MENTERIKEUANGAN REPUBLIK INDONESIA SALINAN. MENTERKEUANGAN REPUBLK NDONESA SALNAN. PERATURAN MENTER! KEUANGAN REPUBLK NDONE.S.A NOMOR 253/PMK. 08/2015 TENTANG TATA CARA PELAKSANAAN PEMBERAN JAMNAN UNTUK PERCEPATAN PROYEK PEMBANGUNAN JALAN TOL D

Lebih terperinci

i PERATURAN RUPATI PACITAN j NOMOR 16 TAIIUN 2009

i PERATURAN RUPATI PACITAN j NOMOR 16 TAIIUN 2009 BUPAT PACTAN PERATURAN RUPAT PACTAN j NOMOR 16 TAUN 2009 j TENTANG PETUNJUK PELAKSANAAN PEUTURAN DAERAl NOMOR 4 TAUN 2009 TENTANG PERUBAAN ATAS PERATURAN DAERAH KABUPATEN PACTAN NOMOR 12 TAUN 2000 TENTANG

Lebih terperinci

t#-- Y. Ariandi Sireoar b) dt, PT. waskita KARvA (persero) rbk 1. Direksi PT Bursa Efek Indonesia 2. Direksi PT Waskita Karya (Persero) Tbk

t#-- Y. Ariandi Sireoar b) dt, PT. waskita KARvA (persero) rbk 1. Direksi PT Bursa Efek Indonesia 2. Direksi PT Waskita Karya (Persero) Tbk d, PT. waskta KARvA (persero) rbk wasxt,a NDUSTR KONSTRUKS KANTOR PUSAT Gedung Wa3ka, Jl. M.T. Haryono Kav. No 10 Cawang - Jakarla 1 330. Telp. (021 ) 850 851 0, 850 8520. Faks. (021 ) 850 8506. waska@waska.co.

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Pertumbuhan ekonomi merupakan salah satu ukuran dari hasil pembangunan yang

BAB 1 PENDAHULUAN. Pertumbuhan ekonomi merupakan salah satu ukuran dari hasil pembangunan yang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Laar Belakang Perumbuhan ekonomi merupakan salah sau ukuran dari hasil pembangunan yang dilaksanakan khususnya dalam bidang ekonomi. Perumbuhan ersebu merupakan rangkuman laju perumbuhan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Laar Belakang Perumbuhan ekonomi merupakan salah sau ukuran dari hasil pembangunan yang dilaksanakan khususnya dalam bidang ekonomi. Perumbuhan ersebu merupakan rangkuman laju-laju

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN 39 III. METODE PENELITIAN 3.1 Waku dan Meode Peneliian Pada bab sebelumnya elah dibahas bahwa cadangan adalah sejumlah uang yang harus disediakan oleh pihak perusahaan asuransi dalam waku peranggungan

Lebih terperinci

BAB IV METODA RUNGE-KUTTA ORDE 4 PADA MODEL ALIRAN FLUIDA YANG TERGANGGU

BAB IV METODA RUNGE-KUTTA ORDE 4 PADA MODEL ALIRAN FLUIDA YANG TERGANGGU BAB IV METODA RUNGE-KUTTA ORDE 4 PADA MODEL ALIRAN FLUIDA YANG TERGANGGU Pada bab III, ka elah melakukan penguan erhadap meoda Runge-Kua orde 4 pada persamaan panas. Haslnya, solus analk persamaan panas

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN PACITAN

PEMERINTAH KABUPATEN PACITAN s 1 PEMERNTAH KABUPATEN PACTAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN PACTAN NOMOR 11 TAHUN 2001 TENTANG TATA CARA PENCALONAN, PENGANGKATAN, PEMLHAN, PELANTKAN DAN PEMBERHENTAN PERANGKAT DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG

Lebih terperinci

BAB 5 ENTROPI PADA MATRIKS EMISI MODEL MARKOV TERSEMBUNYI

BAB 5 ENTROPI PADA MATRIKS EMISI MODEL MARKOV TERSEMBUNYI BAB ETROPI PADA MATRIKS EMISI MODEL MARKOV TERSEMBUYI Model Markov Tersembuny (Hdden Markov Model, MMT) elah banyak daplkaskan dalam berbaga bdang seper pelafalan bahasa (speeh reognon) dan klasfkas (luserng).

Lebih terperinci

KEPUTUSAN KEPALA DINAS PENDIDIKAN KOTA YOGYAKARTA NOMOR : 188/909 TENTANG 1 PERUBAHAN KEDUA

KEPUTUSAN KEPALA DINAS PENDIDIKAN KOTA YOGYAKARTA NOMOR : 188/909 TENTANG 1 PERUBAHAN KEDUA PEMERNTAH KOTA YOGYAKARTA, DNAS PENDDKAN Jl. Hayam Wuruk N. 11 Ygyakara Kde Ps : 55212 Telepn (0274) 512956, 563078, 515865, 562682; Fax : (0274) 512956 E MAL : penddkan@jgjaka.g.d HOT LNE SMS : 08122780001

Lebih terperinci

BUPATI PACITAN PERATURAN BUPATI PACITAN NOMOR 3 TAHUN 2010 TENTANG

BUPATI PACITAN PERATURAN BUPATI PACITAN NOMOR 3 TAHUN 2010 TENTANG Menmbang BUPAT PACTAN PERATURAN BUPAT PACTAN NOMOR 3 TAHUN 2010 TENTANG PETUNJUK OPERASONAL UNT LAYANAN PENGADAAN SECARA ELEKTRONK (LPSE) KABUPATEN PACTAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA - a- c. BUPAT

Lebih terperinci

Created by Simpo PDF Creator Pro (unregistered version)

Created by Simpo PDF Creator Pro (unregistered version) Creaed by Smpo PDF Creaor Pro (unregsered verson) hp://www.smpopdf.com Sask Bsns : BAB 8 VIII. ANALISIS DATA DERET BERKALA (TIME SERIES) 8.1 Pendahuluan Daa Berkala (Daa Dere waku) adalah daa yang dkumpulkan

Lebih terperinci

TENTANG PENERBITAN SURAT TANDA KEBANGSAAN KAPAL DAN SERTIFIKAT KESEMPURNAAN KAPAL DENGAN RAIIMAT TUHAN YANG MAIIA ESA

TENTANG PENERBITAN SURAT TANDA KEBANGSAAN KAPAL DAN SERTIFIKAT KESEMPURNAAN KAPAL DENGAN RAIIMAT TUHAN YANG MAIIA ESA 1 BUPAT PACTAN ^ \ PERATURAN BUPAT PACTAN ; NOMOR 31 TAUN2009 TENTANG PENERBTAN SURAT TANDA KEBANGSAAN KAPAL DAN SERTFKAT KESEMPURNAAN KAPAL DENGAN RAMAT TUHAN YANG MAA ESA \ BUPAT PACTAN Menmbang : a.

Lebih terperinci

ANaLISIS - TRANSIEN. A B A B A B A B V s V s V s V s. (a) (b) (c) (d) Gambar 1. Proses pemuatan kapasitor

ANaLISIS - TRANSIEN. A B A B A B A B V s V s V s V s. (a) (b) (c) (d) Gambar 1. Proses pemuatan kapasitor ANaISIS - TANSIEN. Kapasor dalam angkaan D Sebuah kapasor akan ermua bla erhubung ke sumber egangan dc seper yang dperlhakan pada Gambar. Pada Gambar (a), kapasor dak bermuaan yau pla A dan pla B mempunya

Lebih terperinci

TENTANG PEDOMAN PELAKSANAAN ALOKASI DANA DESA KABUPATEN PACITAN ( DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PACITAN

TENTANG PEDOMAN PELAKSANAAN ALOKASI DANA DESA KABUPATEN PACITAN ( DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PACITAN 1 BUPAT PACTAN PERATURAN BUPAT PACTAN NOMOR S TAHUN 2012 TENTANG PEDOMAN PELAKSANAAN ALOKAS DANA DESA KABUPATEN PACTAN ( DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPAT PACTAN Menmbang Bahwa dalam rangka tertb

Lebih terperinci

PERATURAN BUPATI PACITAN ; NOMOR 41 TAHUN 2010 I! TENTANG

PERATURAN BUPATI PACITAN ; NOMOR 41 TAHUN 2010 I! TENTANG NOMOR 44 BERTA DAERAH KABUPATEN PACTAN TAHUN 200 PERATURAN BUPAT PACTAN ; NOMOR 4 TAHUN 200! TENTANG STANDAR PELAYANAN PUBLK (SPP) DAN STANDAR OPERASONAL PROSEDUR (SOP) PELAKSANAAN BANTUAN LANGSUNG ALOKAS

Lebih terperinci

TENTANG PETUNJuk PELAKSANAAN PERATURAN DAERAH NOMOR 21 TAHUN 2010 TENTANG RETRIBUSI TEMPAT REKREASI DAN OLAH RAGA

TENTANG PETUNJuk PELAKSANAAN PERATURAN DAERAH NOMOR 21 TAHUN 2010 TENTANG RETRIBUSI TEMPAT REKREASI DAN OLAH RAGA BUPAT PACTAN PERATURAN BUPAT PACTAN NOMOR TAHUN 2011 TENTANG PETUNJuk PELAKSANAAN PERATURAN DAERAH NOMOR 21 TAHUN 2010 TENTANG RETRBUS TEMPAT REKREAS DAN OLAH RAGA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPAT

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI. Produksi padi merupakan suatu hasil bercocok tanam yang dilakukan dengan

BAB 2 LANDASAN TEORI. Produksi padi merupakan suatu hasil bercocok tanam yang dilakukan dengan BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1. Produksi Produksi padi merupakan suau hasil bercocok anam yang dilakukan dengan penanaman bibi padi dan perawaan sera pemupukan secara eraur sehingga menghasilkan suau produksi

Lebih terperinci

BUPATI PACITAN PERATURAN BUPATI PACITAN NOMOR 17 TAHUN 2008 TENTANG JAMINAN KESUNGGUHAN DAN JAMINAN REKLAMASI I PERTAMBANGAN UMUM

BUPATI PACITAN PERATURAN BUPATI PACITAN NOMOR 17 TAHUN 2008 TENTANG JAMINAN KESUNGGUHAN DAN JAMINAN REKLAMASI I PERTAMBANGAN UMUM BUPAT PACTAN PERATURAN BUPAT PACTAN NOMOR 7 TAHUN 2008 TENTANG JAMNAN KESUNGGUHAN DAN JAMNAN REKLAMAS PERTAMBANGAN UMUM DENGAN RAHMAT TUAN YANG MAHA ESA BUPAT PACTAN Menmbang Mengngat a. bahwa guna mendukung

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN PACITAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN PACITAN ; NOMOR 8 TAHUN 2001 SUSUNAN ORGANISASI DAN TATA KERJA!

PEMERINTAH KABUPATEN PACITAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN PACITAN ; NOMOR 8 TAHUN 2001 SUSUNAN ORGANISASI DAN TATA KERJA! PEMERNTAH KABUPATEN PACTAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN PACTAN ; NOMOR 8 TAHUN 200 ; TENTANG SUSUNAN ORGANSAS DAN TATA KERJA! PEMERNTAH DESA t DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA. BUPAT PACTAN ESA Menmbang : a,

Lebih terperinci

Jurusan Statistika, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) (2)

Jurusan Statistika, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) (2) JURNAL SAINS DAN SENI ITS Vol. 5, No.1, (016) 337-350 (301-98X Prn) D-17 Analss Kurva Survval Kaplan Meer pada Pasen HIV/AIDS dengan Anrerovral Therapy (ART) d RSUD Prof. Dr. Soekandar Kabupaen Mojokero

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LADASA TEORI 2.1 Pengerian Peramalan Peramalan (forecasing) adalah suau kegiaan yang memperkirakan apa yang akan erjadi pada masa yang akan daang. Meode peramalan merupakan cara unuk memperkirakan

Lebih terperinci

PERATURAN BUPATI PACITAN NOMOR \i TAHUN 2006 TENTANG

PERATURAN BUPATI PACITAN NOMOR \i TAHUN 2006 TENTANG BUPATI PACITAN PERATURAN BUPATI PACITAN NOMOR \ TAHUN 2006 TENTANG PENGELOLAAN. PENGAMBILAN DAN PEMBUDIDAYAAN RUMPUT LAUT Dl WILAYAH PERAIRAN PANTAI SELATAN KABUPATEN PACITAN BUPATI PACITAN Menmbang bahwa

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Sumber Daya Alam (SDA) yang tersedia merupakan salah satu pelengkap alat

BAB 1 PENDAHULUAN. Sumber Daya Alam (SDA) yang tersedia merupakan salah satu pelengkap alat BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Laar Belakang Sumber Daya Alam (SDA) yang ersedia merupakan salah sau pelengkap ala kebuuhan manusia, misalnya anah, air, energi lisrik, energi panas. Energi Lisrik merupakan Sumber

Lebih terperinci

BUPATI PACITAN. PERATURAN BUPATI PACITAN ; NOMOR g TAHUN 2006

BUPATI PACITAN. PERATURAN BUPATI PACITAN ; NOMOR g TAHUN 2006 BUPATI PACITAN PERATURAN BUPATI PACITAN ; NOMOR g TAHUN 2006 ' TENTANG PENETAPAN BESARNYA PREMI ASURANSI KESEHATAN BAGI PIMPINAN DAN ANGGOTA DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH! KABUPATEN PACITAN > BUPATI PACITAN

Lebih terperinci

BUEAn PACriAN. i PERATURAN BUPATI PACITAN NOMOR 49 TAHUN 2012 TENTANG URAIAN TUGAS, FUNGSI DAN TATA KERJA KECAMATAN KABUPATEN PACITAN

BUEAn PACriAN. i PERATURAN BUPATI PACITAN NOMOR 49 TAHUN 2012 TENTANG URAIAN TUGAS, FUNGSI DAN TATA KERJA KECAMATAN KABUPATEN PACITAN BUEAn PACrAN PERATURAN BUPAT PACTAN NOMOR 49 TAHUN 2012 TENTANG URAAN TUGAS, FUNGS DAN TATA KERJA KECAMATAN KABUPATEN PACTAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG BAHA ESA BUPAT PACTAN Menmbang: a. bahwa dengan bcrlakunya

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN PACITAN

PEMERINTAH KABUPATEN PACITAN t PEMERNTAH KABUPATEN PACTAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN PACTAN NOMOR 17 TAHUN 2001 [ TENTANG LEMBAGA KEMASYARAKATAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPAT PACTAN Menmbang : bahwa untuk meaksanakan

Lebih terperinci

PERSAMAAN GERAK VEKTOR SATUAN. / i / = / j / = / k / = 1

PERSAMAAN GERAK VEKTOR SATUAN. / i / = / j / = / k / = 1 PERSAMAAN GERAK Posisi iik maeri dapa dinyaakan dengan sebuah VEKTOR, baik pada suau bidang daar maupun dalam bidang ruang. Vekor yang dipergunakan unuk menenukan posisi disebu VEKTOR POSISI yang diulis

Lebih terperinci

FISIKA. Kelas X GLB DAN GLBB K13 A. GERAK LURUS BERATURAN (GLB)

FISIKA. Kelas X GLB DAN GLBB K13 A. GERAK LURUS BERATURAN (GLB) K3 Kelas X FISIKA GLB DAN GLBB TUJUAN PEMBELAJARAN Seelah mempelajari maeri ini, kamu diharapkan memiliki kemampuan beriku.. Memahami konsep gerak lurus berauran dan gerak lurus berubah berauran.. Menganalisis

Lebih terperinci

APLIKASI STRUKTUR GRUP YANG TERKAIT DENGAN KOMPOSISI TRANSFORMASI PADA BANGUN GEOMETRI. Mujiasih a

APLIKASI STRUKTUR GRUP YANG TERKAIT DENGAN KOMPOSISI TRANSFORMASI PADA BANGUN GEOMETRI. Mujiasih a APLIKASI STRUKTUR GRUP ANG TERKAIT DENGAN KOMPOSISI TRANSFORMASI PADA BANGUN GEOMETRI Mujash a a Program Sud Maemaka Jurusan Tadrs Fakulas Tarbah IAIN Walsongo Jl. Prof. Dr. Hamka Kampus II Ngalan Semarang

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode

BAB III METODE PENELITIAN. Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode BAB III METODE PENELITIAN 3. Meode Penelan Meode penelan yang dgunakan dalam penelan n adalah meode deskrpf anals. Wnarno Surakhmad (990:40) mengemukakan bahwa meode deskrpf mempunya cr-cr sebaga berku:.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tepat rencana pembangunan itu dibuat. Untuk dapat memahami keadaan

BAB I PENDAHULUAN. tepat rencana pembangunan itu dibuat. Untuk dapat memahami keadaan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Laar Belakang Dalam perencanaan pembangunan, daa kependudukan memegang peran yang pening. Makin lengkap dan akura daa kependudukan yang esedia makin mudah dan epa rencana pembangunan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN FASILKOM-UDINUS T.SUTOJO RANGKAIAN LISTRIK HAL 1

BAB I PENDAHULUAN FASILKOM-UDINUS T.SUTOJO RANGKAIAN LISTRIK HAL 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Defns Rangkaan Lsrk Rangkaan Lsrk adalah sambungan dar beberapa elemen lsrk ( ressor, kapasor, ndukor, sumber arus, sumber egangan) yang membenuk mnmal sau lnasan eruup yang dapa

Lebih terperinci

BUPATI PACITAN PROVINSI JAWA TIMUR. j PERATURAN BUPATI PACITAN ; NOMOR 3 TAHUN 2015 TENTANG

BUPATI PACITAN PROVINSI JAWA TIMUR. j PERATURAN BUPATI PACITAN ; NOMOR 3 TAHUN 2015 TENTANG BUPATI PACITAN PROVINSI JAWA TIMUR j PERATURAN BUPATI PACITAN ; NOMOR 3 TAHUN 2015 TENTANG TATACARA PERHITUNGAN DAN PENYALURAN DANA BAGI HASIL PAJAK DAERAH KABUPATEN PACITAN KEPADA PEMERINTAH DESA t T

Lebih terperinci

BUPATI PACITAN PROVINSI JAWA TIHUR. PERATURAN BUPATI PACITAN i NOMOR;i-i Jl TAHUN 2014 TENTANG

BUPATI PACITAN PROVINSI JAWA TIHUR. PERATURAN BUPATI PACITAN i NOMOR;i-i Jl TAHUN 2014 TENTANG J BUPAT PACTAN PROVNS JAWA THUR PERATURAN BUPAT PACTAN NOMOR;- Jl TAHUN 204 TENTANG TATA CARA PEMBATALAN KETETAPAN PAJAK BUM DAN BANGUNAN PERDESAAN DAN PERKOTAAN DENGAN RAHBfAT TUHAN YANG MAHA ESA! BUPAT

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. Peramalan (Forecasting) adalah suatu kegiatan yang mengestimasi apa yang akan

BAB II LANDASAN TEORI. Peramalan (Forecasting) adalah suatu kegiatan yang mengestimasi apa yang akan BAB II LADASA TEORI 2.1 Pengerian peramalan (Forecasing) Peramalan (Forecasing) adalah suau kegiaan yang mengesimasi apa yang akan erjadi pada masa yang akan daang dengan waku yang relaif lama (Assauri,

Lebih terperinci

BUPATI PACITAN PERATURAN BUPATI PACITAN NOMOR /3 TAIIUN 2007 TENTANG

BUPATI PACITAN PERATURAN BUPATI PACITAN NOMOR /3 TAIIUN 2007 TENTANG 1 [ BUPATI PACITAN PERATURAN BUPATI PACITAN NOMOR /3 TAIIUN 2007 TENTANG BESARAN TUNJANGAN KOMUNIKASI INTENSIF (TKI) BAGI PIMPINAN DAN ANGGOTADEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH DAN BELANJA PENUNJANG OPERASIONAL

Lebih terperinci

post facto digunakan untuk melihat kondisi pengelolaan saat ini berdasarkan

post facto digunakan untuk melihat kondisi pengelolaan saat ini berdasarkan 3. METODE PENELITIAN 3.1. Pendekaan dan Meode Peneliian Jenis peneliian yang digunakan adalah jenis peneliian kualiaif dengan menggunakan daa kuaniaif. Daa kualiaif adalah mengeahui Gambaran pengelolaan

Lebih terperinci

IV. METODE PENELITIAN

IV. METODE PENELITIAN IV. METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waku Peneliian Peneliian ini dilakukan di Dafarm, yaiu uni usaha peernakan Darul Fallah yang erleak di Kecamaan Ciampea, Kabupaen Bogor, Jawa Bara. Pemilihan lokasi

Lebih terperinci

BUPATI OGAN KOMERING ULU SELATAN

BUPATI OGAN KOMERING ULU SELATAN BUPAT OGAN KOMERNG ULU SELATAN PERATURAN BUPAT OGAN KOMERNG ULU SELATAN NOMOR 10 TAHUN 2015 TENTANG PERUBAHAN KETGA ATAS PERATURAN BUPAT OGAN KOMERNG ULU SELATAN NOMOR 24 TAHUN 2014 TENTANG PENJABARAN

Lebih terperinci

Mcnimbang. Mengingat. Menetapkan. i i

Mcnimbang. Mengingat. Menetapkan. i i Mcnmbang Mengngat Menetapkan PERATURAN NOMOR 14 TAHUN 2007 TENTANG PENDAFTARAN ULANG IZIN USAHA INDUSTRI PRIMER I HASIL HUTAN KAYU (luiphhk ) DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA 1 bahwa berdasarkan Keputusan

Lebih terperinci

Jumlah kasus penderita penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) di Kota Surabaya tahun

Jumlah kasus penderita penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) di Kota Surabaya tahun Baasan Masalah Jumlah kasus pendera penyak Demam Berdarah Dengue (DBD d Koa Surabaya ahun - Varabel Explanaory (Varabel penjelas yang dgunakan dalam penelan adalah varabel Iklm (Curah hujan, Suhu, Kelembaban

Lebih terperinci

NOMOFT io renurt 2P1l

NOMOFT io renurt 2P1l BUPAT KATNGAN PERATURAN BUPAT KATNGAN ') NOMOFT o renurt 2P1l TENTANG PEDOMAN PENGGUNAAN DANA PERCEPATAN PEMBANGUNAN NFRASTRUKTUR DAERAH (DPPD) TAHUN ANGGARAN 2011 DENGAN R*HTUNT TUHAN YANG MAHA ESA BUPAT

Lebih terperinci

BAB 2 KINEMATIKA. A. Posisi, Jarak, dan Perpindahan

BAB 2 KINEMATIKA. A. Posisi, Jarak, dan Perpindahan BAB 2 KINEMATIKA Tujuan Pembelajaran 1. Menjelaskan perbedaan jarak dengan perpindahan, dan kelajuan dengan kecepaan 2. Menyelidiki hubungan posisi, kecepaan, dan percepaan erhadap waku pada gerak lurus

Lebih terperinci

BUPATI PACITAN PERATURAN BUPATI PACITAN NOMOR TAHUN 2011 TENTANG

BUPATI PACITAN PERATURAN BUPATI PACITAN NOMOR TAHUN 2011 TENTANG BUPAT PACTAN PERATURAN BUPAT PACTAN NOMOR TAHUN 2011 TENTANG PEDOMAN UMUM TATA CARA PELAPORAN DAN PERTANGGUNGJAWABAN PENYELENGGARAAN PEMERNTAHAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA Menmbang Mengngat

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Kabupaten Labuhan Batu merupakan pusat perkebunan kelapa sawit di Sumatera

BAB 1 PENDAHULUAN. Kabupaten Labuhan Batu merupakan pusat perkebunan kelapa sawit di Sumatera BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Laar Belakang Kabupaen Labuhan Bau merupakan pusa perkebunan kelapa sawi di Sumaera Uara, baik yang dikelola oleh perusahaan negara / swasa maupun perkebunan rakya. Kabupaen Labuhan

Lebih terperinci

Bab II Dasar Teori Kelayakan Investasi

Bab II Dasar Teori Kelayakan Investasi Bab II Dasar Teori Kelayakan Invesasi 2.1 Prinsip Analisis Biaya dan Manfaa (os and Benefi Analysis) Invesasi adalah penanaman modal yang digunakan dalam proses produksi unuk keunungan suau perusahaan.

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN III. METODE PENELITIAN 3.1. Kerangka Pemikiran Poensi sumberdaya perikanan, salah saunya dapa dimanfaakan melalui usaha budidaya ikan mas. Budidaya ikan mas yang erus berkembang di masyaraka, kegiaan budidaya

Lebih terperinci

BUPATI PACITAN TENTANG PARTISIPASI MASYARAKAT DALAM PEMBANGUNAN INFRASTRUKTUR DI KABUPATEN PACITAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BUPATI PACITAN TENTANG PARTISIPASI MASYARAKAT DALAM PEMBANGUNAN INFRASTRUKTUR DI KABUPATEN PACITAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA } BUPAT PACTAN PERATURAN BUPAT PACTAN j NOMOR 1 ^. TAHUN 2009 TENTANG PARTSPAS MASYARAKAT DALAM PEMBANGUNAN NFRASTRUKTUR D KABUPATEN PACTAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPAT PACTAN. Menmbang : a.

Lebih terperinci

BUPATI PACITAN I PERATURAN BUPATI PACITAN \ NOMOR 15 TAHUN 20U TENTANG

BUPATI PACITAN I PERATURAN BUPATI PACITAN \ NOMOR 15 TAHUN 20U TENTANG s BUPAT PACTAN PERATURAN BUPAT PACTAN \ NOMOR 15 TAHUN 20U TENTANG PERUBAHANKEDUAATAS PERATURAN BUPAT PACTAN NOMOR 30 TAHUN 2010 TENTANG PENJABARAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH TAHUN ANGGARAN

Lebih terperinci

PENGEMBANGAN MODEL MATEMATIS UNTUK OPTIMASI PERENCANAAN PRODUKSI MINUMAN MARIMAS

PENGEMBANGAN MODEL MATEMATIS UNTUK OPTIMASI PERENCANAAN PRODUKSI MINUMAN MARIMAS PENGEMBANGAN MODEL MATEMATIS UNTUK OPTIMASI PERENCANAAN PRODUKSI MINUMAN MARIMAS Mra Puspasar, Snggh Sapad, Dana Puspasar Absraks PT Ulam Tba Halm merupakan salah sau ndusr mnuman serbuk d Indonesa, dmana

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN TEORITIS

BAB II TINJAUAN TEORITIS BAB II TIJAUA TEORITIS 2.1 Peramalan (Forecasing) 2.1.1 Pengerian Peramalan Peramalan dapa diarikan sebagai beriku: a. Perkiraan aau dugaan mengenai erjadinya suau kejadian aau perisiwa di waku yang akan

Lebih terperinci

BUPATI PACITAN I PERATURAN BUPATI PACITAN \ NOMOR A I TAHUN 2011

BUPATI PACITAN I PERATURAN BUPATI PACITAN \ NOMOR A I TAHUN 2011 BUPAT PACTAN PERATURAN BUPAT PACTAN \ NOMOR A TAHUN 20 PETUNJUK PELAKSANAAN PERATURAN DAERAH NOMOR 22 TAHUN 200 TENTANG RETRBUS PELAYANAN KESEHATAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA t BUPAT PACTAN* Menmbang

Lebih terperinci

RANK DARI MATRIKS ATAS RING

RANK DARI MATRIKS ATAS RING Dela-Pi: Jurnal Maemaika dan Pendidikan Maemaika ISSN 089-855X ANK DAI MATIKS ATAS ING Ida Kurnia Waliyani Program Sudi Pendidikan Maemaika Jurusan Pendidikan Maemaika dan Ilmu Pengeahuan Alam FKIP Universias

Lebih terperinci

BUPATI PACITAN TENTANO PENTELENGGARAAN PENDIDIKAN INKLUSIF DI KABUPATEN PACITAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA I

BUPATI PACITAN TENTANO PENTELENGGARAAN PENDIDIKAN INKLUSIF DI KABUPATEN PACITAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA I BUPAT PACTAN PERATURAN BUPAT PACTAN NOMOR 3g TAHUN 2012 TENTANO PENTELENGGARAAN PENDDKAN NKLUSF D KABUPATEN PACTAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPAT PACTAN Menmbang a. bahwa peseta ddk yang memlk

Lebih terperinci

IV. METODE PENELITIAN

IV. METODE PENELITIAN IV. METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waku Peneliian Peneliian ini dilaksanakan pada kasus pengolahan ikan asap IACHI Peikan Cia Halus (PCH) yang erleak di Desa Raga Jaya Kecamaan Ciayam, Kabupaen Bogor,

Lebih terperinci

BUPATI PACriAN. PERATURAN BUPATI PACITAN t NOHOR 25 A TAHUN 2013 TENTANG

BUPATI PACriAN. PERATURAN BUPATI PACITAN t NOHOR 25 A TAHUN 2013 TENTANG BUPAT PACrAN PERATURAN BUPAT PACTAN t NOHOR 25 A TAHUN 2013 TENTANG PEDOBSAN PENANGANAN PENGADUAN NTERNAL {WHSTLEBLOWER STSTEM ATAS TNDAK PDANA KORUPS D LNGKUNGAN PEMERNTAH KABUPATEN PACTAN 1 DENGAN RAHBAT

Lebih terperinci

BAB III METODE PEMULUSAN EKSPONENSIAL TRIPEL DARI WINTER. Metode pemulusan eksponensial telah digunakan selama beberapa tahun

BAB III METODE PEMULUSAN EKSPONENSIAL TRIPEL DARI WINTER. Metode pemulusan eksponensial telah digunakan selama beberapa tahun 43 BAB METODE PEMUUAN EKPONENA TRPE DAR WNTER Meode pemulusan eksponensial elah digunakan selama beberapa ahun sebagai suau meode yang sanga berguna pada begiu banyak siuasi peramalan Pada ahun 957 C C

Lebih terperinci

> BUPATI PACITAN ^ PERATURAN BUPATI PACITAN ; NOMOR 16 TAHUN 2014 TENTANG

> BUPATI PACITAN ^ PERATURAN BUPATI PACITAN ; NOMOR 16 TAHUN 2014 TENTANG > BUPATI PACITAN ^ PERATURAN BUPATI PACITAN ; NOMOR 16 TAHUN 2014 TENTANG TATA CARA PENGAJUAN DAN PENYELESAIAN KEBERATAN PAJAK BUMI DAN BANGUNAN PERDESAAN DAN PERKOTAAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Lebih terperinci

BAB 2 URAIAN TEORI. waktu yang akan datang, sedangkan rencana merupakan penentuan apa yang akan

BAB 2 URAIAN TEORI. waktu yang akan datang, sedangkan rencana merupakan penentuan apa yang akan BAB 2 URAIAN EORI 2.1 Pengerian Peramalan Peramalan adalah kegiaan memperkirakan aau memprediksi apa yang erjadi pada waku yang akan daang, sedangkan rencana merupakan penenuan apa yang akan dilakukan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dalam pembicaraan sehari-hari, bank dikenal sebagai lembaga keuangan yang

BAB I PENDAHULUAN. Dalam pembicaraan sehari-hari, bank dikenal sebagai lembaga keuangan yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Laar Belakang Dalam pembicaraan sehari-hari, bank dikenal sebagai lembaga keuangan yang kegiaan uamanya menerima simpanan giro, abungan dan deposio. Kemudian bank juga dikenal sebagai

Lebih terperinci

j PERATURAN BUPATI PACITAN NOMOR TAHUN 2012

j PERATURAN BUPATI PACITAN NOMOR TAHUN 2012 j! BUPATI PACITAN j PERATURAN BUPATI PACITAN NOMOR TAHUN 2012 ' TENTANG KUALITAS PIUTANG SATUAN KERJA PERANGKAT DAERAH DAN PENYISIHAN PIUTANG TIDAK TERTAGIH DI KABUPATEN PACITAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG

Lebih terperinci

Nomor : W16-U/ 1969 IHK / Xll I Periha! : Penyusunan Laporan Tahunan Laporan Tahunan Tahun 2015 tersebut diserahkan kepada Badan

Nomor : W16-U/ 1969 IHK / Xll I Periha! : Penyusunan Laporan Tahunan Laporan Tahunan Tahun 2015 tersebut diserahkan kepada Badan PENGADLAN TNGG PALANGKA RAYA JL. RTA MLONO NO. 9 TELP. 3221853-3221854 FAX. 3221854 Webse : hp:l/www.p-palangkaraya.go.d, e-mal : pkaleng@p-palangkaraya.go.d PALANGKA RAYA Nomor : W16-U/ 1969 HK / Xll

Lebih terperinci

Faradina GERAK LURUS BERATURAN

Faradina GERAK LURUS BERATURAN GERAK LURUS BERATURAN Dalam kehidupan sehari-hari, sering kia jumpai perisiwa yang berkaian dengan gerak lurus berauran, misalnya orang yang berjalan kaki dengan langkah yang relaif konsan, mobil yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1. Laar Belakang Masalah Knerja pembangunan ekonom Indonesa bsa dkaakan sanga membanggakan dengan ngka perumbuhan ekonom selama beberapa dekade erakhr n sangalah ngg, walaupun mengalam

Lebih terperinci

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 40 TAHUN 2009 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 51 TAHUN 2008 TENTANG PAJAK PENGHASILAN ATAS PENGHASILAN DARI USAHA JASA KONSTRUKSI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA

Lebih terperinci

Sudaryatno Sudirham. Analisis Rangkaian Listrik Di Kawasan Waktu

Sudaryatno Sudirham. Analisis Rangkaian Listrik Di Kawasan Waktu Sudaryano Sudrham nalss Rangkaan Lsrk D Kawasan Waku BB 12 nalss Transen d Kawasan Waku Rangkaan Orde Perama Yang dmaksud dengan analss ransen adalah analss rangkaan yang sedang dalam keadaan peralhan

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI. 2.1 Model Persediaan Model Deterministik

BAB 2 LANDASAN TEORI. 2.1 Model Persediaan Model Deterministik 6 BAB LANDASAN TEORI. Model Persedaan.. Model Deermnsk Model Deermnsk adalah model yang menganggap nla-nla parameer elah dkeahu dengan pas. Model n dbedakan menjad dua: a. Deermnsk Sas. D dalam model n

Lebih terperinci

BAB 2 RESPONS FUNGSI STEP PADA RANGKAIAN RL DAN RC. Ir. A.Rachman Hasibuan dan Naemah Mubarakah, ST

BAB 2 RESPONS FUNGSI STEP PADA RANGKAIAN RL DAN RC. Ir. A.Rachman Hasibuan dan Naemah Mubarakah, ST BAB ESPONS FUNGSI STEP PADA ANGKAIAN DAN C Oleh : Ir. A.achman Hasbuan dan Naemah Mubarakah, ST . Persamaan Dferensal Orde Sau Adapun benuk yang sederhana dar suau persamaan dferensal orde sau adalah:

Lebih terperinci

BAB III ANALISIS INTERVENSI. Analisis intervensi dimaksudkan untuk penentuan jenis respons variabel

BAB III ANALISIS INTERVENSI. Analisis intervensi dimaksudkan untuk penentuan jenis respons variabel BAB III ANALISIS INTERVENSI 3.1. Pendahuluan Analisis inervensi dimaksudkan unuk penenuan jenis respons variabel ak bebas yang akan muncul akiba perubahan pada variabel bebas. Box dan Tiao (1975) elah

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Laar Belakang Masalah persediaan merupakan masalah yang sanga pening dalam perusahaan. Persediaan mempunyai pengaruh besar erhadap kegiaan produksi. Masalah persediaan dapa diaasi

Lebih terperinci

Relasi LOGIK FUNGSI AND, FUNGSI OR, DAN FUNGSI NOT

Relasi LOGIK FUNGSI AND, FUNGSI OR, DAN FUNGSI NOT 2 Relasi LOGIK FUNGSI ND, FUNGSI OR, DN FUNGSI NOT Tujuan : Seelah mempelajari Relasi Logik diharapkan dapa,. Memahami auran-auran relasi logik unuk fungsi-fungsi dasar ND, OR dan fungsi dasar NOT 2. Memahami

Lebih terperinci