KELAYAKAN PENGUSAHAAN PALA DI JAWA BARAT

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "KELAYAKAN PENGUSAHAAN PALA DI JAWA BARAT"

Transkripsi

1 KELAYAKAN PENGUSAHAAN PALA DI JAWA BARAT Bedy Sudjarmoko Balai Peneliian Tanaman Rempah dan Aneka Tanaman Indusri Indonesian Spice and Indusrial Crop Research Insiue ABSTRAK Jawa Bara merupakan salah sau senra produksi pala nasional disamping Kepulauan Maluku, Nangroe Aceh Darussalam, Sulawesi Uara, Sulawesi Selaan, dan Sumaera Bara. Mengeahui ingka kelayakan pengusahaan anaman pala di Jawa Bara pening dilakukan karena akan menjadi fakor penenu unuk invesasi guna pengembangan lebih lanju. Peneliian ini berujuan unuk menganalisis ingka kelayakan pengusahaan pala. Analisis daa menggunakan meode Discouned Cash Flow. Hasil peneliian menunjukkan bahwa pengusahaan pala di Jawa Bara memiliki ingka kelayakan yang sanga inggi, sehingga memiliki peluang unuk invesasi dan pengembangan anaman pala yang lebih besar lagi. Agar ingginya ingka kelayakan usaha pala ini dapa diimplemenasikan menjadi invesasi, maka dibuuhkan dukungan dari pemerinah daerah seempa. Dukungan ersebu berupa perbaikan infrasrukur, informasi pasar, penyediaan lembaga keuangan unuk sumber modal kerja peani, pembinaan kelembagaan, sera regulasi yang berpihak kepada peani pala. Kaa kunci: Myrisica fragrans Hou, finansial, analisis, Jawa Bara ABSTRACT Financial Feasibiliy of Numeg Farming in Wes Java Wes Java is one of he naional numeg producion ceners in addiion o he Maluku, Nanggroe Aceh Darussalam, Norh Sulawesi, Souh Sulawesi and Wes Sumara. Analyzing he feasibiliy of numeg farming in Wes Java is necessary o provide reference o invesor o furher developmen. The research aims o analyze financial feasibiliy of numeg farming. Daa analyzed by Discouned Cash Flow. The resuls showed ha he numeg farming in Wes Java has high feasibiliy, so opporuniy o be developed. In order o he high feasibiliy can be implemened ino he invesmen, i needs suppor from local governmens like improvemens in infrasrucure, marke informaion, provision of financial insiuions for working capial sources, insiuional developmen, and pro numeg farmers regulaion. Keywords: Myrisica fragrans Hou, financial, analysis, Wes Java PENDAHULUAN Indonesia adalah salah sau negara penghasil pala (Myrisica fragrans Hou) erbesar di dunia selain Grenada, India, Sri Lanka dan Papua Nugini. Dalam perekonomian nasional dan daerah, konribusi komodias pala dalam pencipaan lapangan kerja di bidang perkebunan, perdagangan dan indusri sera peningkaan pendapaan peani sanga pening. Indonesia memasok sekiar 60% dari oal kebuuhan pasar pala dunia seiap ahunnya. Negara pesaing pala Indonesia yang erbesar adalah Grenada dan beberapa negara lain di benua Afrika (Dijenbun, 2008; Busaman, 2007). Pada ahun 2008, luas areal pengusahaan pala adalah hekar dengan produksi sebesar on dan raa raa produkivias anaman 242 kg/ha (Dijenbun, 2009). Sedangkan ekspor nasional secara umum mengalami ren peningkaan, baik dalam volume maupun nilai ekspor. Pada ahun 2006, oal ekspor pala Indonesia ke seluruh dunia berbenuk fuli ercaa sebesar kg dengan nilai US$ Bulein RISTRI Vol. 1 (5)

2 dan biji pala sebesar kg dengan nilai US$ (Efnizon, 2007; Busaman, 2008). Pada ahun 2008, masing-masing meningka menjadi kg dengan nilai US$ (fuli) dan kg dengan nilai US$ Negara ujuan ekspor pala dalam benuk gelondongan (numeg in shell) adalah Malaysia, Singapura, Vienam, Hongkong; biji (numeg shelled) Vienam, Belanda, Singapura; fuli (mace) Singapura, Vienam dan Belanda. Jawa Bara merupakan salah sau daerah senra produksi pala disamping Maluku, Maluku Uara, Maluku Tengah, Nangroe Aceh Darussalam, Sulawesi Uara, Sulawesi Selaan, dan Sumaera Bara. Pada ahun 2008, luas areal anaman pala di Jawa Bara ercaa hekar dengan produksi 778 on dan raa-raa produkivias anaman 359 kg/hekar. Produkivias anaman pala di Jawa Bara ini lebih inggi dibanding produkivias anaman pala nasional. Kabupaen Sukabumi dan Bogor merupakan yang erbesar, baik dari segi produksi maupun luasan areal. Luas areal anaman pala di Kabupaen Sukabumi adalah sebesar hekar dengan produksi 518 on, sedangkan Kabupaen Bogor menempai peringka kedua dengan luas areal sebesar 766 ha dan produksi sebesar 136 on (Disbun Jabar, 2009). Walaupun secara nasional luas areal anaman pala di daerah ini bukan yang erbesar, namun Jawa Bara eap dijadikan sebagai pusa pala nasional karena indusri pengolahan pala berkembang lebih pesa dibanding daerah lainnya. Dua produk uama yang dihasilkan dari komodias pala di Jawa Bara adalah minyak pala (asiri) dan manisan pala. Minyak pala umumnya diekspor oleh para eksporir, sedangkan manisan pala umumnya dijual sebagai buah angan khas dari daerah Jawa Bara, khususnya unuk kawasan Bogor, Sukabumi dan Cianjur (Bappeda Jabar, 2007). Menuru daa Dinas Perkebunan Propinsi Jawa Bara, Kabupaen Sukabumi dan Bogor merupakan yang erbesar, baik dari segi produksi maupun luasan areal. Pada ahun 2008, luas areal pala di Kabupaen Sukabumi adalah sebesar hekar dengan produksi sebanyak 518 on, sedangkan Kabupaen Bogor menempai peringka kedua dengan luas areal sebesar 766 ha dan produksi sebesar 136 on (Disbun Jabar, 2009). Unuk wilyah Kabupaen Bogor dan Sukabumi, seidaknya ada 10 produsen minyak pala yang berproduksi sejak puluhan ahun silam. Masyaraka sekiar secara urun emurun banyak yang mengusahakan anaman pala dan menjadikan usahaani pala sebagai ulang punggung perekonomian keluarga. Namun pengembangan pala masih eringgal jauh dari pengembangan komodias perkebunan lainnya. Secara umum masalah yang dihadapi oleh dua daerah ini adalah produkivias anaman yang masih rendah dibanding poensi yang seharusnya dicapai. Hal ini disebabkan oleh: 1) banyaknya anaman ua dan rusak akiba erserang hama penyaki; 2) sebagian besar peani pala belum mengaplikasikan eknik budidaya sesuai sandar eknis; 3) penerapan pengendalian hama erpadu belum opimal; 4) kelembagaan peani sebagai wadah yang dapa menampung aspirasi anggoa belum berkembang dengan baik; 5) posisi awar peani rendah dan kemiraan usaha belum erjalin secara opimal; 6) muu produk yang dihasilkan belum sesuai SNI (Sandar Nasional Indonesia) akiba pemanenan yang kurang selekif dan pengolahan yang masih bersifa radisional; 7) keadaan permodalan masih erbaas; dan 8) ranai aa niaga belum efisien yang 218 Bulein RISTRI Vol. 1 (5) 2010

3 mengakibakan harga yang dierima peani masih rendah (Hadad, e al., 2006; Busaman, 2007). Fakor uama yang menjadi penenu bagi peani dalam melakukan invesasi pengembangan usaha adalah keunungan usaha iu sendiri. Oleh karena iu, menganalisis ingka kelayakan pengusahaan anaman pala unuk dijadikan sebagai dasar pengembangan usaha anaman pala bagi peani. METODOLOGI PENELITIAN Kerangka Pemikiran Usaha perkebunan pada dasarnya dimulai dari kegiaan invesasi baik oleh peani perorangan aau, perusahaan. Kegiaan ersebu akan menggunakan sejumlah sumberdaya dan mengeluarkan sejumlah biaya (cos), dengan harapan unuk memperoleh hasil pada waku yang akan daang. Kegiaan ersebu merupakan kegiaan yang harus direncanakan dan dilaksanakan sebagai suau uni usaha. Perencanaan dan pelaksanaan kegiaan biasanya erdiri dari aspek eknis, adminisraif, organisasi, komersial, finansial, dan ekonomi. Sifa dasar dari usaha perkebunan adalah usaha jangka panjang. Dalam sebuah usaha jangka panjang seperi perkebunan pala, arus uang kas sudah dimulai pada saa invesasi dilakukan dalam benuk biaya invesasi. Semenara iu, arus penerimaan baru diperoleh beberapa ahun kemudian pada saa anaman sudah berproduksi. Karena arus kasi biaya dan penerimaan erjadi dalam waku yang berbeda, agar dapa dibandingkan maka pengaruh waku erhadap nilai uang harus diperhiungkan. Teknik yang digunakan adalah mencari nilai kini (presen value) dengan memperhiungkan ingka diskono (discoun facor). Teknik ini umum dilakukan unuk menilai invesasi di bidang perkebunan (Giinger, 1986; Square dan van der Tak; 1989; Sugden and Williams; 1996; Husnan dan Muhammad, 2000). Dalam menilai ingka kelayakan usaha, biasanya dilakukan dua macam analisis, yaiu analisis finansial dan analisis ekonomi. Dalam analisis finansial, suau invesasi diliha dari sudu pandang sebuah badan aau perorangan yang melakukannya aau yang berkepeningan langsung dalam invesasi ersebu. Dalam analisis finansial, fakor erpening yang harus diperhaikan adalah hasil unuk modal yang dikeluarkan (equiy capial). Hasil finansial biasanya seringkali disebu sebagai privae reurns. Analisis finansial ini pening arinya dalam memperhiungkan rangsangan (incenive) bagi pelaksana invesasi. Sebab idak ada gunanya melaksanakan invesasi yang mengunungkan dari sudu perekonomian secara keseluruhan, bila pelaku yang invesasi idak merasakan manfaa aau keunungan apapun. Sedangkan dalam analisis ekonomi, invesasi diliha dari sudu perekonomian secara keseluruhan. Dalam analisis ekonomi yang diperhaikan adalah hasil oal, produkivias aau keunungan yang diperoleh dari semua sumberdaya yang digunakan, anpa meliha siapa yang menyediakan sumberdaya dan siapa yang menerima hasil invesasi ersebu. Hasil ini biasanya disebu sebagai social reurns aau economic reurns dari suau invesasi (Husnan dan Muhammad, 2000). Dalam hubungannya dengan pengusahaan dan pengembangan anaman pala, karena pelaku uamanya sebagian besar adalah peani secara perorangan aau sebuah badan usaha, maka analisis yang epa unuk Bulein RISTRI Vol. 1 (5)

4 dilakukan adalah analisis finansial. Hasil penilaian kelayakan usaha ersebu akan menjadi insenif bagi peani unuk melakukan pengembangan komodias pala di masa yang akan daang, baik bagi peani yang bersangkuan maupun bagi peani aau badan usaha lainnya yang bermaksud unuk mengusahakan anaman pala. Lokasi dan Waku Peneliian Peneliian dilakukan pada Mei Okober 2009 di Kabupaen Bogor dan Sukabumi. Pemilihan lokasi dilakukan dengan perimbangan bahwa kedua daerah ersebu merupakan senra uama pala di Jawa Bara. Survei dilakukan erhadap peani pala dengan mewawancarai peani pala dengan banuan kuesioner yang elah disiapkan. Jumlah responden yang diwawancarai adalah 56 orang erdiri aas 36 orang di Kabupaen Bogor dan 20 orang di Kabupaen Sukabumi. Disamping iu, diambil juga sau uni pabrik pengolah minyak pala di Kabupaen Bogor sebagai responden peneliian. Jenis dan Sumber Daa Daa yang dikumpulkan erdiri aas daa primer dan daa sekunder. Daa primer diperoleh dari hasil wawancara dengan peani menggunakan kuesioner bersrukur yang elah disiapkan. Daa primer yang dikumpulkan erdiri aas idenias peani, biaya usahaani, penerimaan usahaani, keragaan usahaani, profil peani, sera daa pendukung usahaani lainnya. Daa sekunder (perkembangan luas areal anaman, produkifias anaman, dan harga produk) dikumpulkan dari beberapa insaansi, yaiu Dinas Kehuanan dan Perkebunan, Dinas Perindusrian dan Perdagangan, Bappeda seempa dan sumber-sumber lain yang. Analisis Daa Unuk menghiung ingka kelayakan finansial usaha pala, maka daa dianalisis menggunakan meode discouned cash flow. Meode ini pada dasarnya dilakukan dengan cara memperhiungkan pengaruh waku erhadap nilai uang. Beberapa asumsi yang digunakan sebagai dasar perhiungan adalah: 1) sesuai dengan keersediaan daa, periode analisis dilakukan unuk pengusahaan selama 10 ahun; 2) sandar luas lahan sau ha yang erdiri dari 100 anaman; 3) sandar harga produk dan inpu pada ahun 2008; 4) ingka bunga diskono sebesar 18%. a. Analisis Kelayakan Invesasi Berdasarkan meode ersebu, kelayakan pengusahaan anaman pala di Jawa Bara dihiung dengan menggunakan beberapa indikaor kelayakan invesasi. Krieria kelayakan invesasi yang digunakan yaiu Ne Presen Value (NPV), Inernal Rae of Reurn (IRR), Ne Benefi Cos Raio (Ne B/C Raio) dan masa pengembalian invesasi (Payback Period). NPV adalah selisih anara nilai kini (presen value) dari benefi/manfaa dengan nilai kini (presen value) dari coss/biaya (Persamaan 1): NPV = TR TC...(1) dimana : NPV = nilai kini pendpaan bersih TR = oal pendapaan pada ahun ke- TC = oal biaya pada ahun ke- i = ingka diskono n = umur invesasi Invesasi dari usahaani dikaakan layak unuk dilaksanakan apabila NPV bernilai posiif. IRR adalah adalah suau ingka diskono (discoun rae) yang dapa membua besarnya NPV sama dengan 0, aau yang dapa 220 Bulein RISTRI Vol. 1 (5) 2010

5 membua besarnya nilai B/C-Raio sama dengan 1 (Persamaan 2): IRR = NPV 1 í x 1 i2 i1 NPV 1 NPV 2..(2) dimana : I 1 = ingka diskono yang menyebabkan NPV bernilai posiif i 2 = ingka diskono yang menyebabkan NPV bernilai negaif NPV 1 = NPV dengan ingka bunga i 1 NPV 2 = NPV dengan ingka bunga i 2 Jika IRR lebih besar dari ingka suku bunga yang berlaku, maka invesasi layak unuk dilaksanakan, dan sebaliknya. Ne B/C raio merupakan perbandingan anara jumlah nilai kini (presen value) arus manfaa bersih yang bernilai posiif dengan jumlah nilai kini arus manfaa bersih yang bernilai negaif (Persamaan 3). Ne B raio= k C k n 1 TR TR TC TC ( 1 i) '...(3) ' (1 ' i) dimana : TR = manfaa yang diperoleh iap ahun TC = biaya yang dikeluarkan iap ahun T = 1,2, n N = jumlah ahun I = ingka bunga (diskono) K = ahun akhir invesasi Jika Ne B/C raio lebih besar daripada sau maka invesasi layak unuk dilaksanakan dan sebaliknya. Masa pengembalian invesasi (payback period) dihiung sejak invesasi elah mulai menghasilkan sampai seluruh biaya eruup oleh ne cash inflow yang dierima (Persamaan 4) : PBP = n k TR k 1 TC TC n... (4) Invesasi layak unuk dilaksanakan bila PBP dapa dicapai dengan cepa. b. Analisis Sensiivias Semakin inggi resiko suau invesasi, maka akan semakin inggi juga ingka keunungan yang dimina oleh para pemilik modal yang akan melakukan invesasi. Resiko invesasi dapa erjadi akiba adanya perubahanperubahan aas sejumlah rencana yang elah dieapkan. Unuk mengukur besarnya resiko ersebu, biasanya dilakukan dengan meliha analisis sensiivias. Dalam peneliian ini, analisis sensiivias dilakukan dengan menggunakan dua macam perubahan, yaiu: 1) harga produk pala urun sebesar 10%, dan 2) produksi pala urun sebesar 10%. HASIL DAN PEMBAHASAN Biaya dan Penerimaan Usahaani Pala Biaya usahaani anaman pala diklasifikasikan menjadi biaya invesasi dan biaya operasional. Biaya invesasi merupakan biaya yang harus dikeluarkan oleh peani unuk biaya awal pengusahaan selama anaman belum menghasilkan hingga anaman menghasilkan. Komponen dari biaya invesasi ini melipui persiapan dan pengolahan lahan, penanaman dan pemeliharaan anaman belum menghasilkan. Sedangkan biaya operasional merupakan biaya yang harus dikeluarkan oleh pemeliharaan anaman, pengolahan anaman menghasilkan dan pemasaran hasil. Berdasarkan komposisi ersebu di aas, maka biaya invesasi pala selama 4 ahun pengusahaan cenderung menurun sedangkan biaya operasional cenderung meningka (Tabel 1). Bulein RISTRI Vol. 1 (5)

6 Tabel 1. Biaya, Penerimaan dan Pendapaan Bersih Usahaani Pala di Jabar, 2009 Table 1. Cos, Revenue, and Ne Income of Numeg Farming in Wes Java, 2009 Tahun/ Years Biaya (Rp)/ Cos (Rp) Penerimaan (Rp)/ Revenue (Rp) ( ) ( ) ( ) ( ) ( ) Pendapaan Bersih (Rp)/ Ne Income (Rp) Penerimaan usahaani pala dimulai pada ahun kelima, yaiu saa panen awal dan erus berlanju sampai dengan masa produkif anaman. Karena keerbaasan daa, maka penerimaan usahaani hanya dihiung selama 10 ahun periode pengusahaan. Penerimaan usahaani cenderung meningka. Pendapaan bersih yang diperoleh dari pengusahaan anaman pala unuk periode invesasi bernilai negaif sebesar biaya karena anaman belum menghasilkan. Analisis Finansial Pengusahaan Tanaman Pala Berdasarkan srukur biaya dan penerimaan usahaani pala ersebu, dengan menggunakan beberapa asumsi perhiungan yang elah dieapkan, maka hasil analisis menunjukkan bahwa pengusahaan pala di Jawa Bara secara finansial sanga layak unuk diusahakan (Tabel 2). Berdasarkan hasil analisis yang elah dilakukan, dalam periode pengusahaan selama sepuluh ahun, anaman pala memberikan nilai NPV sebesar Rp ,46. Hal ini menunjukkan bahwa usahaani pala sanga layak unuk dilakukan karena memiliki nilai posiif sebagaimana yang disyarakan dalam menilai kelayakan finansial. Begiu juga dengan nilai Ne B/C Raio (2,07) dan IRR (42,27%). Masa pengembalian invesasi (PBP) ercapai pada ahun keenam, waku yang ergolong sanga singka bagi invesasi di bidang perkebunan. Dari uraian yang diunjukkan oleh beberapa indikaor di aas, pengusahaan anaman pala di Jawa Bara memiliki peluang yang sanga besar unuk dikembangkan menginga poensi keunungan yang dapa diperoleh. Apalagi jika dilakukan beberapa perbaikan-perbaikan seperi penyediaan inpu, pengolahan/pasca panen, perbaikan sisem pemasaran, sera pemanfaaan eknologi dalam budidaya pala oleh peani. Hal ini mengindikasikan bahwa upaya diseminasi eknologi kepada peani pala sera pembinaan yang berkesinambungan oleh pihak-pihak yang berwenang sanga perlu unuk erus dilakukan. Analisis Sensiivias Pengusahaan Tanaman Pala Turunnya harga oupu dan produksi anaman yang dapa dicapai adalah resiko yang sering dihadapi dalam mengusahakan anaman perkebunan seperi pala. Bila dua benuk resiko ersebu erjadi dengan besaran masing-masing 10%, ernyaa hasil analisis memperlihakan bahwa 222 Bulein RISTRI Vol. 1 (5) 2010

7 usahaani pala eap layak unuk dilaksanakan (Tabel 3). Baik erjadinya penurunan harga produk maupun ingka produksi anaman, semua krieria analisis (NPV, Ne B/C Raio, IRR, dan PBP), menunjukkan bahwa invesasi pengusahaan anaman pala di Jawa Bara masih eap layak unuk dilaksanakan. Namun demikian dari indikaor ersebu dapa juga diliha bahwa urunnya harga jual produk memberikan dampak sensiivias yang lebih besar dibanding urunnya produksi anaman. Kelayakan Usaha dan Pengembangan Pala Berdasarkan hasil analisis dikeahui bahwa ingka kelayakan pengusahaan pala di Jawa Bara ergolong sanga inggi. Hal ini dicerminkan oleh semua indikaor yang dihasilkan dari semua krieria kelayakan yang digunakan. Dengan demikian, maka peluang peani pala di Jawa Bara unuk melakukan invesasi yang bersumber dari abungan hasil usahaaninya menjadi lebih besar. Invesasi merupakan fakor erpening sebagai moor pendorong perumbuhan ekonomi, eruama dalam periode jangka panjang. Begiu juga dalam program pengembangan pala, fungsi invesasi yang langsung dilakukan oleh peani pala sebagai pelaku uama menjadi sanga pening. Secara mikro, ada beberapa fakor yang menjadi penenu ingka ingka invesasi, yaiu: ingka keunungan usaha, ingka bunga, kemajuan eknologi, dan prediksi keadaan ekonomi di masa depan (Mankiew, 2000; Herlambang, e al. 2001). Sedangkan secara makro, Mankiew (2000) menambahkan ingka pendapaan nasional dan perubahanperubahannya sebagai fakor penenu invesasi. Akan eapi, mereka sepaka bahwa fakor uama yang menjadi penenu unuk melakukan invesasi adalah keunungan usaha iu sendiri. Masalahnya adalah mengapa dengan ingka keunungan usaha yang sanga inggi ersebu, idak mengundang mina peani unuk melakukan invesasi lebih lanju dalam rangka mengembangkan anaman pala. Bahkan erkesan pemerinah daerah juga kehilangan moivasi unuk memajukan peaninya melalui keunggulan ekonomi anaman pala di daerahnya. Hal ini dicerminkan oleh relaif sagnannya perumbuhan luas areal, produksi dan produkivias anaman pala. Semenara iu informasi yang disampaikan oleh para pelaku pasar lainnya, khususnya pabrik pengolah minyak pala, mereka sanga kekurangan bahan baku sehingga erpaksa harus mendaangkan dari daerah lain yang dampaknya akan menambah biaya produksi dan harga pokok produk. Bahkan upaya unuk mengalihkan sebagian nilai ambah pengolahan produk pala yang selama ini hanya dinikmai oleh segelinir pelaku kepada peani sebagai pelaku uama usahaani, erkesan idak berhasil. Tabel 2. Hasil Analisis Finansial Pengusahaan Tanaman Pala di Jawa Bara, 2009 Table 2. Finacial Analysis Resuls of Numeg Farming in Wes Java, 2009 Krieria/ Crieria Sauan/ Uni Nilai/ Value NPV Rp 13,149, Ne B/C-Raio IRR % PBP ahun 6 Bulein RISTRI Vol. 1 (5)

8 Tabel 3. Hasil Analisis Sensiivias Pengusahaan Tanaman Pala di Jawa Bara, 2009 Table 3. Sensiiviy Analysis Resuls of Numeg Farming in Wes Java, 2009 Krieria/ Crieria Sauan/ Uni Harga Produk Turun 10%/ Produc Price Decrease 10% Produksi Turun 10%/ Producion Decrease 10% NPV Rp 10,365, ,027, Ne B/C-Raio IRR % PBP ahun 7 7 Oleh karena iu, agar ingka keunungan usahaani pala yang inggi ersebu dapa diimplemenasikan menjadi sumber riil penggerak invesasi dan menjadi moor penggerak perumbuhan ekonomi daerah, maka diperlukan beberapa syara yang harus dipenuhi, anara lain: 1. Pengusahaan pala harus mampu menghadapi erjadinya gejolak alam (perubahan iklim, eksplosi hama dan penyaki); sera gejolak ekonomi (flukuasi harga produk dan meningkanya harga inpu), sehingga mampu menjadi penopang uama (back bone) bagi perumbuhan perekonomian daerah 2. Usaha pala juga harus memiliki keunggulan komparaif dan kompeiif, berbasis pada kemampuan sumberdaya domesik dan oleran erhadap perubahanperubahan yang erjadi 3. Dapa umbuh secara berkelanjuan, berumpu pada perumbuhan produkifias oal fakor produksi (bukan peningkaan oal fakor produksi) agar idak menimbulkan efek negaif erhadap lingkungan 4. Memiliki keerkaian anar sekoral (dengan indusri makanan dan indusri minyak asiri) yang era dan luas sehingga dampak penggandanya (impac muliplier) besar dan ersebar secara luas (disperse). usahaani pala iu sendiri. Sedang unuk iga syara lainnya, maka dukungan konkri dari pemerinah daerah seempa sanga diperlukan. Dukungan ersebu dapa berupa perbaikan infrasrukur, informasi pasar, penyediaan lembaga keuangan unuk sumber modal kerja peani,pembinaan kelembagaan, sera regulasi yang berpihak kepada peani pala. KESIMPULAN DAN SARAN Pengusahaan pala di Jawa Bara memiliki kelayakan bagi peani unuk melakukan invesasi melalui abungan hasil usahaaninya, eapi peluang ersebu belum dapa dimanfaakan baik oleh peani maupun oleh pemerinah daerah seempa. Bagi peani, rendahnya mina melakukan invesasi diduga berkaian era dengan lemahnya kondisi sosial ekonomi, bukan karena rendahnya ingka keunungan usaha. Agar ingginya ingka keunungan usaha pala dapa diimplemenasikan menjadi sumber invesasi, maka dibuuhkan dukungan dari pemerinah daerah seempa. Dukungan ersebu berupa perbaikan infrasrukur, informasi pasar, penyediaan lembaga keuangan unuk sumber modal kerja peani, pembinaan kelembagaan, sera regulasi yang berpihak kepada peani pala. Unuk syara perama, secara endogenous relaif dapa dipenuhi secara inernal oleh sifa anaman dan 224 Bulein RISTRI Vol. 1 (5) 2010

9 DAFTAR PUSTAKA Bappeda Propinsi Jawa Bara Profil Daerah Jawa Bara Tahun Bappeda Propinsi Jawa Bara, Bandung. Busaman, S Prospek dan Sraegi Pengembangan Pala di Maluku. Perspekif Vol. No. 2, Desember Puslibangbun, hal , Bogor. Busaman, S Prospek Pengembangan Minyak Pala Banda Sebagai Komodias Ekspor Maluku. Jurnal Libang Peranian, 27(3), hal , Bogor. Dinas Perkebunan Propinsi Jawa Bara Rekapiulasi Luas, Produksi dan Produkivias Tanaman Perkebunan Provinsi Jawa Bara Menuru Kabupaen Tahun hp:// ndex.php/submenu/500. Diakses anggal 30 Desember Direkora Jenderal Perkebunan Saisik Perkebunan: Pala. Direkora Jenderal Perkebunan, Jakara. Direkora Jenderal Perkebunan Saisik Perkebunan: Pala. Direkora Jenderal Perkebunan, Jakara. Efnizon, Prospek Ekspor Pala Organik dan Pengembangannya di Dalam Negeri. Prosiding Seminar Nasional Rempah. Bogor, 21 Agusus Pusa Peneliian dan Pengembangan Perkebunan, Badan Peneliian dan Pengembangan Peranian, Deparemen Peranian, Bogor. Giinger, J.P Analisis Ekonomi Proyek-Proyek Peranian (Terjemahan). Universias Indonesia Press, Jakara. Hadad, E.A., E. Randriani, dan N. Heryana Saus Tenologi Tanaman Pala.. Prosiding Saus Tenologi Tanaman Rempah dan Aneka Tanaman Indusri, Sukabumi, 26 Sepember Pusa Peneliian dan Pengembangan Perkebunan, Badan Peneliian dan Pengembangan Peranian, Deparemen Peranian, Bogor. Herlambang, T., Sugiaro, Basoro dan S, Kelana Ekonomi Makro. Teori, Analisis dan Kebijakan. Gramedia Pusaka Uama. Jakara Husnan, S. dan S. Muhammad Sudi Kelayakan Proyek. Edisi Keempa. UPP AMP YKPN, Yogyakara. Mankiew, N. G Teori Makro Ekonomi. Edisi IV. Penerbi Erlangga. Jakara.. Bulein RISTRI Vol. 1 (5)

10 Square, L. dan H. G. van der Tak Analisis ekonomi Proyek Proyek Pembangunan. The Inernaional Bank for Reconsrucion and Developmen. Washingon D. C U.S.A. Sugden, R. and A. Williams The Principles of Pracical Cos- Benefi Analysis. Oxford Universiy Press. 226 Bulein RISTRI Vol. 1 (5) 2010

IV. METODE PENELITIAN

IV. METODE PENELITIAN IV. METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waku Peneliian Peneliian ini dilakukan di Dafarm, yaiu uni usaha peernakan Darul Fallah yang erleak di Kecamaan Ciampea, Kabupaen Bogor, Jawa Bara. Pemilihan lokasi

Lebih terperinci

IV. METODE PENELITIAN

IV. METODE PENELITIAN IV. METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waku Peneliian Peneliian ini dilaksanakan di PT Panafil Essenial Oil. Lokasi dipilih dengan perimbangan bahwa perusahaan ini berencana unuk melakukan usaha dibidang

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Usahatani belimbing karangsari adalah kegiatan menanam dan mengelola. utama penerimaan usaha yang dilakukan oleh petani.

III. METODE PENELITIAN. Usahatani belimbing karangsari adalah kegiatan menanam dan mengelola. utama penerimaan usaha yang dilakukan oleh petani. III. METODE PENELITIAN A. Konsep Dasar dan Definisi Operasional Usahaani belimbing karangsari adalah kegiaan menanam dan mengelola anaman belimbing karangsari unuk menghasilkan produksi, sebagai sumber

Lebih terperinci

III METODE PENELITIAN

III METODE PENELITIAN III METODE PENELITIAN 3.1 Waku dan Tempa Peneliian Peneliian mengenai konribusi pengelolaan huan rakya erhadap pendapaan rumah angga dilaksanakan di Desa Babakanreuma, Kecamaan Sindangagung, Kabupaen Kuningan,

Lebih terperinci

IV. METODE PENELITIAN

IV. METODE PENELITIAN IV. METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waku Peneliian Peneliian ini dilaksanakan pada kasus pengolahan ikan asap IACHI Peikan Cia Halus (PCH) yang erleak di Desa Raga Jaya Kecamaan Ciayam, Kabupaen Bogor,

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN III. METODE PENELITIAN 3.1. Kerangka Pemikiran Poensi sumberdaya perikanan, salah saunya dapa dimanfaakan melalui usaha budidaya ikan mas. Budidaya ikan mas yang erus berkembang di masyaraka, kegiaan budidaya

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. yang digunakan untuk mengetahui dan pembahasannya mengenai biaya - biaya

METODE PENELITIAN. yang digunakan untuk mengetahui dan pembahasannya mengenai biaya - biaya III. METODE PENELITIAN A. Meode Dasar Peneliian Meode yang digunakan dalam peneliian ini adalah meode kuaniaif, yang digunakan unuk mengeahui dan pembahasannya mengenai biaya - biaya usaha melipui biaya

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN

III. METODOLOGI PENELITIAN III. METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Kerangka Pemikiran Peneliian Keinginan Kelompok Tani Duma Lori yang erdapa di Desa Konda Maloba dan masyaraka sekiar akan berdirinya penggilingan gabah di daerahnya, elah

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Konsep dasar dan definisi operasional merupakan pengertian dan petunjuk yang

III. METODE PENELITIAN. Konsep dasar dan definisi operasional merupakan pengertian dan petunjuk yang III. METODE PENELITIAN A. Konsep Dasar dan Definisi Operasional Konsep dasar dan definisi operasional merupakan pengerian dan peunjuk yang digunakan unuk menggambarkan kejadian, keadaan, kelompok, aau

Lebih terperinci

IV. METODE PENELITIAN

IV. METODE PENELITIAN IV. METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waku Peneliian mengenai kelayakan pengusahaan pupuk kompos dilaksanakan pada uni usaha Koperasi Kelompok Tani (KKT) Lisung Kiwari yang menjalin mira dengan Lembaga

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Industri pengolahan adalah suatu kegiatan ekonomi yang melakukan kegiatan

III. METODE PENELITIAN. Industri pengolahan adalah suatu kegiatan ekonomi yang melakukan kegiatan 40 III. METODE PENELITIAN A. Konsep Dasar dan Baasan Operasional Konsep dasar dan baasan operasional pada peneliian ini adalah sebagai beriku: Indusri pengolahan adalah suau kegiaan ekonomi yang melakukan

Lebih terperinci

IV METODE PENELITIAN

IV METODE PENELITIAN IV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waku Peneliian Peneliian ini dilaksanakan di Tempa Pelayanan Koperasi (TPK) Cibedug, Kecamaan Lembang, Kabupaen Bandung, Jawa Bara. Pemilihan lokasi dilakukan secara

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Laar Belakang Perumbuhan ekonomi merupakan salah sau ukuran dari hasil pembangunan yang dilaksanakan khususnya dalam bidang ekonomi. Perumbuhan ersebu merupakan rangkuman laju-laju

Lebih terperinci

Bab II Dasar Teori Kelayakan Investasi

Bab II Dasar Teori Kelayakan Investasi Bab II Dasar Teori Kelayakan Invesasi 2.1 Prinsip Analisis Biaya dan Manfaa (os and Benefi Analysis) Invesasi adalah penanaman modal yang digunakan dalam proses produksi unuk keunungan suau perusahaan.

Lebih terperinci

III. KERANGKA PEMIKIRAN

III. KERANGKA PEMIKIRAN III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Teoriis 3.1.1 Daya Dukung Lingkungan Carrying capaciy aau daya dukung lingkungan mengandung pengerian kemampuan suau empa dalam menunjang kehidupan mahluk hidup secara

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Pertumbuhan ekonomi merupakan salah satu ukuran dari hasil pembangunan yang

BAB 1 PENDAHULUAN. Pertumbuhan ekonomi merupakan salah satu ukuran dari hasil pembangunan yang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Laar Belakang Perumbuhan ekonomi merupakan salah sau ukuran dari hasil pembangunan yang dilaksanakan khususnya dalam bidang ekonomi. Perumbuhan ersebu merupakan rangkuman laju perumbuhan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. tahun 1990-an, jumlah produksi pangan terutama beras, cenderung mengalami

BAB 1 PENDAHULUAN. tahun 1990-an, jumlah produksi pangan terutama beras, cenderung mengalami 11 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Laar Belakang Keahanan pangan (food securiy) di negara kia ampaknya cukup rapuh. Sejak awal ahun 1990-an, jumlah produksi pangan eruama beras, cenderung mengalami penurunan sehingga

Lebih terperinci

APLIKASI MODEL ANALISIS KELAYAKAN EKONOMI

APLIKASI MODEL ANALISIS KELAYAKAN EKONOMI APLIKASI MODEL ANALISIS KELAYAKAN EKONOMI Oleh: YUDI WAHYUDIN, S.Pi., M.Si. Pelaihan Analisis Kelayakan Ekonomi Kegiaan Capaciy Building Program Pendanaan Kompeisi-Indeks Pembangunan Manusia (PPK-IPM)

Lebih terperinci

Analisis kelayakan finansial perluasan tambak budidaya udang vaname di Cantigi Indramayu

Analisis kelayakan finansial perluasan tambak budidaya udang vaname di Cantigi Indramayu Jurnal Akuakulur Indonesia 9 (1), 77 83 (2010) Available : hp://journal.ipb.ac.id/index.php/jai hp://jurnalakuakulurindonesia.ipb.ac.id Analisis kelayakan finansial perluasan ambak budidaya udang vaname

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Kerangka Pemikiran Teoriis Pengerian proyek menuru Arifin yang dikuip dari Mariyanne (2006) adalah suau akivias di mana dikeluarkannya uang dengan harapan unuk mendapakan hasil

Lebih terperinci

ANALISI KELAYAKAN FINANSIAL USAHA AGROINDUSTRI TAHU STUDI KASUS DI KELURAHAN LABUH BARU BARAT KECAMATAN PAYUNG SEKAKI KOTA PEKANBARU

ANALISI KELAYAKAN FINANSIAL USAHA AGROINDUSTRI TAHU STUDI KASUS DI KELURAHAN LABUH BARU BARAT KECAMATAN PAYUNG SEKAKI KOTA PEKANBARU ANALISI KELAYAKAN FINANSIAL USAHA AGROINDUSTRI TAHU STUDI KASUS DI KELURAHAN LABUH BARU BARAT KECAMATAN PAYUNG SEKAKI KOTA PEKANBARU Muhammad Irfan Asrori, Yusmini, dan Shorea Khaswarina Fakulas Peranian

Lebih terperinci

KELAYAKAN FINANSIAL INVESTASI PABRIK KELAPA SAWIT DI KABUPATEN ACEH UTARA. Asrida Dosen Program Studi Ekonomi Pembangunan Universitas Almuslim ABSTRAK

KELAYAKAN FINANSIAL INVESTASI PABRIK KELAPA SAWIT DI KABUPATEN ACEH UTARA. Asrida Dosen Program Studi Ekonomi Pembangunan Universitas Almuslim ABSTRAK KELAYAKAN FINANSIAL INVESTASI PABRIK KELAPA SAWIT DI KABUPATEN ACEH UTARA Asrida Dosen Program Sudi Ekonomi Pembangunan Universias Almuslim ABSTRAK Kelapa sawi merupakan salah sau primadona anaman perkebunan

Lebih terperinci

JIIA, VOLUME 2, No. 1, JANUARI 2014

JIIA, VOLUME 2, No. 1, JANUARI 2014 ANALISIS KELAYAKAN USAHA AGROINDUSTRI KOPI LUWAK DI KECAMATAN BALIK BUKIT KABUPATEN LAMPUNG BARAT (The Financial Feasibiliy Analysis of Luwak Coffee Agroindusry a Balik Buki Disric of Wes Lampung Regency)

Lebih terperinci

post facto digunakan untuk melihat kondisi pengelolaan saat ini berdasarkan

post facto digunakan untuk melihat kondisi pengelolaan saat ini berdasarkan 3. METODE PENELITIAN 3.1. Pendekaan dan Meode Peneliian Jenis peneliian yang digunakan adalah jenis peneliian kualiaif dengan menggunakan daa kuaniaif. Daa kualiaif adalah mengeahui Gambaran pengelolaan

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. Kawasan Pesisir Kabupaten Kulon Progo. Pemanfaatan/Penggunaan Lahan Saat Ini

METODE PENELITIAN. Kawasan Pesisir Kabupaten Kulon Progo. Pemanfaatan/Penggunaan Lahan Saat Ini METODE PENELITIAN Kerangka Pendekaan Sudi Penaagunaan lahan kawasan pesisir di Kabupaen Kulon Progo didasarkan pada karakerisik fisik, finansial usaha ani dan pemanfaaan saa ini. Karakerisik fisik adalah

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN 19 BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Waku dan Lokasi Peneliian Peneliian ini dilakukan pada bulan Juni hingga Juli 2011 yang berlokasi di areal kerja IUPHHK-HA PT. Mamberamo Alas Mandiri, Kabupaen Mamberamo

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS. dari bahasa Yunani yang berarti Demos adalah rakyat atau penduduk,dan Grafein

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS. dari bahasa Yunani yang berarti Demos adalah rakyat atau penduduk,dan Grafein BAB 2 TINJAUAN TEORITIS 2.1 Pengerian Demografi Keadaan penduduk sanga era kaiannya dengan demografi. Kaa demografi berasal dari bahasa Yunani yang berari Demos adalah rakya aau penduduk,dan Grafein adalah

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Dalam pelaksanaan pembangunan saat ini, ilmu statistik memegang peranan penting

BAB 1 PENDAHULUAN. Dalam pelaksanaan pembangunan saat ini, ilmu statistik memegang peranan penting BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Laar Belakang Dalam pelaksanaan pembangunan saa ini, ilmu saisik memegang peranan pening baik iu di dalam pekerjaan maupun pada kehidupan sehari-hari. Ilmu saisik sekarang elah melaju

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Laar Belakang Masalah Dalam sisem perekonomian suau perusahaan, ingka perumbuhan ekonomi sanga mempengaruhi kemajuan perusahaan pada masa yang akan daang. Pendapaan dan invesasi merupakan

Lebih terperinci

HUMAN CAPITAL. Minggu 16

HUMAN CAPITAL. Minggu 16 HUMAN CAPITAL Minggu 16 Pendahuluan Invesasi berujuan unuk meningkakan pendapaan di masa yang akan daang. Keika sebuah perusahaan melakukan invesasi barang-barang modal, perusahaan ini akan mengeluarkan

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS. Kegiatan untuk memperkirakan apa yang akan terjadi pada masa yang akan datang

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS. Kegiatan untuk memperkirakan apa yang akan terjadi pada masa yang akan datang BAB 2 TINJAUAN TEORITIS 2.1 Pengerian dan Manfaa Peramalan Kegiaan unuk mempeirakan apa yang akan erjadi pada masa yang akan daang disebu peramalan (forecasing). Sedangkan ramalan adalah suau kondisi yang

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Capial Expendiure (Belanja Modal) Capial Expendiure aau juga dikenal dengan nama belanja modal adalah pengeluaran yang dilakukan perusahaan unuk mendapakan aau memperbarui ase

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI. Produksi padi merupakan suatu hasil bercocok tanam yang dilakukan dengan

BAB 2 LANDASAN TEORI. Produksi padi merupakan suatu hasil bercocok tanam yang dilakukan dengan BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1. Produksi Produksi padi merupakan suau hasil bercocok anam yang dilakukan dengan penanaman bibi padi dan perawaan sera pemupukan secara eraur sehingga menghasilkan suau produksi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tepat rencana pembangunan itu dibuat. Untuk dapat memahami keadaan

BAB I PENDAHULUAN. tepat rencana pembangunan itu dibuat. Untuk dapat memahami keadaan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Laar Belakang Dalam perencanaan pembangunan, daa kependudukan memegang peran yang pening. Makin lengkap dan akura daa kependudukan yang esedia makin mudah dan epa rencana pembangunan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Sumber Daya Alam (SDA) yang tersedia merupakan salah satu pelengkap alat

BAB 1 PENDAHULUAN. Sumber Daya Alam (SDA) yang tersedia merupakan salah satu pelengkap alat BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Laar Belakang Sumber Daya Alam (SDA) yang ersedia merupakan salah sau pelengkap ala kebuuhan manusia, misalnya anah, air, energi lisrik, energi panas. Energi Lisrik merupakan Sumber

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN 23 III. METODE PENELITIAN 3.1 Waku dan Lokasi Peneliian dilaksanakan di iga empa berbeda. Unuk mengeahui ingka parisipasi masyaraka penelii mengambil sampel di RT 03/RW 04 Kelurahan Susukan dan RT 05/RW

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Laar Belakang Pada dasarnya peramalan adalah merupakan suau dugaan aau perkiraan enang erjadinya suau keadaan di masa depan. Akan eapi dengan menggunakan meodemeode erenu peramalan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Kabupaten Labuhan Batu merupakan pusat perkebunan kelapa sawit di Sumatera

BAB 1 PENDAHULUAN. Kabupaten Labuhan Batu merupakan pusat perkebunan kelapa sawit di Sumatera BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Laar Belakang Kabupaen Labuhan Bau merupakan pusa perkebunan kelapa sawi di Sumaera Uara, baik yang dikelola oleh perusahaan negara / swasa maupun perkebunan rakya. Kabupaen Labuhan

Lebih terperinci

Kelayakan Finansial Budidaya Jamur Tiram di Desa Sugihan, Kecamatan Tengaran, Kabupaten Semarang

Kelayakan Finansial Budidaya Jamur Tiram di Desa Sugihan, Kecamatan Tengaran, Kabupaten Semarang Kelayakan Finansial Budidaya Jamur Tiram di Desa Sugihan, Kecamaan Tengaran, Kabupaen Semarang Nugraheni Renaningsih Fakulas Peranian Universias Veeran Bangun Nusanara Sukoharjo, Jl. Lejen S. Humardani

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. universal, disemua negara tanpa memandang ukuran dan tingkat. kompleks karena pendekatan pembangunan sangat menekankan pada

BAB I PENDAHULUAN. universal, disemua negara tanpa memandang ukuran dan tingkat. kompleks karena pendekatan pembangunan sangat menekankan pada BAB I PENDAHULUAN A. Laar Belakang Disparias pembangunan ekonomi anar daerah merupakan fenomena universal, disemua negara anpa memandang ukuran dan ingka pembangunannya. Disparias pembangunan merupakan

Lebih terperinci

Tuanku Zakaria 1, Zakiah 1, Indra 1 * 1 Program Studi Agribisnis, Fakultas Pertanian, Universitas Syiah Kuala

Tuanku Zakaria 1, Zakiah 1, Indra 1 * 1 Program Studi Agribisnis, Fakultas Pertanian, Universitas Syiah Kuala Jurnal Ilmiah Mahasiswa Peranian Unsyiah PROSPEK PENGEMBANGAN USAHA PENGGEMUKANN SAPI POTONG SECARA INTENSIF ( STUDI KASUS PADA UD.NIWATORI DI GAMPONG MEUNASAH KRUENG KECAMATAN INGIN JAYA KABUPATEN ACEH

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN 26 III. METODE PENELITIAN 3.1. Kerangka Pemikiran Penilaian perkembangan kinerja keuangan PT. Goodyear Indonesia Tbk dilakukan dengan maksud unuk mengeahui sejauh mana perkembangan usaha perusahan yang

Lebih terperinci

ANALISIS KELAYAKAN FINANSIAL BUDIDAYA IKAN NILA WANAYASA PADA KELOMPOK PEMBUDIDAYA MEKARSARI

ANALISIS KELAYAKAN FINANSIAL BUDIDAYA IKAN NILA WANAYASA PADA KELOMPOK PEMBUDIDAYA MEKARSARI Analisis Jurnal Akuakulur Kelayakan Finansial Indonesia, Budidaya 6(1): 97 102 Ikan Nila (2007) Wanayasa Available : hp://journal.ipb.ac.id/index.php/jai 97 hp://jurnalakuakulurindonesia.ipb.ac.id Bulan

Lebih terperinci

MODUL III ANALISIS KELAYAKAN INVESTASI

MODUL III ANALISIS KELAYAKAN INVESTASI ANALISIS KELAYAKAN INVESTASI 3.. Tujuan Ö Prakikan dapa memahami perhiungan alokasi biaya. Ö Prakikan dapa memahami analisis kelayakan invesasi dalam pendirian usaha. Ö Prakikan dapa menyusun proyeksi/proforma

Lebih terperinci

ANALISIS DIRECT SELLING COST DALAM MENINGKATKAN VOLUME PENJUALAN Studi kasus pada CV Cita Nasional.

ANALISIS DIRECT SELLING COST DALAM MENINGKATKAN VOLUME PENJUALAN Studi kasus pada CV Cita Nasional. JURNAL ILMIAH RANGGAGADING Volume 7 No. 1, April 7 : 3-9 ANALISIS DIRECT SELLING COST DALAM MENINGKATKAN VOLUME PENJUALAN Sudi kasus pada CV Cia Nasional. Oleh Emmy Supariyani* dan M. Adi Nugroho *Dosen

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dibandingkan dengan perkotaan, baik secara ekonomi maupun dalam hal

BAB I PENDAHULUAN. dibandingkan dengan perkotaan, baik secara ekonomi maupun dalam hal BAB I PENDAHULUAN 1.1. Laar Belakang Pedesaan di Indonesia biasanya memiliki ciri agak eringgal bila dibandingkan dengan perkoaan, baik secara ekonomi maupun dalam hal aspek lainnya, seperi: pembangunan,

Lebih terperinci

KELAYAKAN INDUSTRI KERUPUK JAMUR TIRAM DI KABUPATEN BOGOR ABSTRACT

KELAYAKAN INDUSTRI KERUPUK JAMUR TIRAM DI KABUPATEN BOGOR ABSTRACT KELAYAKAN INDUSTRI KERUPUK JAMUR TIRAM DI KABUPATEN BOGOR Purwoko dan Yandra Arkeman Deparemen Teknologi Indusri Peranian, Fakulas Teknologi Peranian, IPB ABSTRACT Oyser mushroom can be processed ino various

Lebih terperinci

ANALISIS FINANSIAL PENGOLAHAN SURIMI DENGAN SKALA MODERN DAN SEMI MODERN. Financial Analysis of Surimi Processing by Modern and Semi-Modern Scale

ANALISIS FINANSIAL PENGOLAHAN SURIMI DENGAN SKALA MODERN DAN SEMI MODERN. Financial Analysis of Surimi Processing by Modern and Semi-Modern Scale ANALISIS FINANSIAL PENGOLAHAN SURIMI DENGAN SKALA MODERN DAN SEMI MODERN Financial Analysis of Surimi Processing by Modern and Semi-Modern Scale Nazori Djazuli 1*, Mia Wahyuni, Daniel Moninja, Ari Purbayano

Lebih terperinci

JIIA, VOLUME 4 No. 1, JANUARI 2016

JIIA, VOLUME 4 No. 1, JANUARI 2016 ANALISIS FINANSIAL USAHA TERNAK AYAM PROBIOTIK : STUDI KASUS: KPA BERKAT USAHA BERSAMA, KOTA METRO (Financial Analysis Of Probioic Chickens Farming : Case Sudy: KPA Berka Usaha Bersama, Mero Ciy) Bayu

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LADASA TEORI 2.1 Pengerian Peramalan Peramalan (forecasing) adalah suau kegiaan yang memperkirakan apa yang akan erjadi pada masa yang akan daang. Meode peramalan merupakan cara unuk memperkirakan

Lebih terperinci

BAB 2 DASAR TEORI. Studi mengenai aspek teknis dan produksi ini sifatnya sangat strategis, sebab

BAB 2 DASAR TEORI. Studi mengenai aspek teknis dan produksi ini sifatnya sangat strategis, sebab 13 BAB 2 DASAR TEORI 2.1 Aspek Teknis Sudi mengenai aspek eknis dan produksi ini sifanya sanga sraegis, sebab berkaian dengan kapasias proyek, lokasi, aa leak ala produksi, kajian aas bahan dan sumbernya,

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Propinsi Sumatera Utara merupakan salah satu propinsi yang mempunyai

BAB 1 PENDAHULUAN. Propinsi Sumatera Utara merupakan salah satu propinsi yang mempunyai BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Laar Belakang Propinsi Sumaera Uara merupakan salah sau propinsi yang mempunyai perkembangan yang pesa di bidang ransporasi, khususnya perkembangan kendaraan bermoor. Hal ini dapa

Lebih terperinci

372 ZIRAA AH, Volume 41 Nomor 3, Oktober 2016 Halaman ISSN ELEKTRONIK

372 ZIRAA AH, Volume 41 Nomor 3, Oktober 2016 Halaman ISSN ELEKTRONIK 372 REVITALISASI INDUSTRI KEHUTANAN DALAM PENGELOLAAN HUTAN TANAMAN RAKYAT UNTUK PEMBERDAYAAN KELUARGA PETANI DAN MENDUKUNG INDUSTRI PLYWOOD DI PROVINSI KALIMANTAN TIMUR (Revializaion Of The Foresry Indusry

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Suatu negara yang memutuskan untuk menempuh kebijakan hutang

BAB I PENDAHULUAN. Suatu negara yang memutuskan untuk menempuh kebijakan hutang BAB I PENDAHULUAN A. Laar Belakang Masalah Suau negara yang memuuskan unuk menempuh kebijakan huang luar negeri biasanya didasari oleh alasan-alasan yang dianggap rasional dan pening. Huang luar negeri

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. Peramalan (Forecasting) adalah suatu kegiatan yang mengestimasi apa yang akan

BAB II LANDASAN TEORI. Peramalan (Forecasting) adalah suatu kegiatan yang mengestimasi apa yang akan BAB II LADASA TEORI 2.1 Pengerian peramalan (Forecasing) Peramalan (Forecasing) adalah suau kegiaan yang mengesimasi apa yang akan erjadi pada masa yang akan daang dengan waku yang relaif lama (Assauri,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang merupakan kemajuan kearah yang dicapai. Seperti yang terdapat pada

BAB I PENDAHULUAN. yang merupakan kemajuan kearah yang dicapai. Seperti yang terdapat pada BAB I PENDAHULUAN I.1 LATAR BELAKANG MASALAH Pembangunan pada umumnya adalah perubahan secara erus menerus yang merupakan kemajuan kearah yang dicapai. Seperi yang erdapa pada rumusan GBHN, yaiu mewujudkan

Lebih terperinci

STUDI KELAYAKAN FINANSIAL PUPUK ORGANIK RESIDU BIOGAS DARI DIVERSIFIKASI USAHA TERNAK

STUDI KELAYAKAN FINANSIAL PUPUK ORGANIK RESIDU BIOGAS DARI DIVERSIFIKASI USAHA TERNAK HABITAT Volume XXII, No. 1, Bulan April 2011 ISSN: 0853-5167 STUDI KELAYAKAN FINANSIAL PUPUK ORGANIK RESIDU BIOGAS DARI DIVERSIFIKASI USAHA TERNAK (FINANCIAL FEASIBILITY STUDIES OF ORGANIC FERTILIZER FROM

Lebih terperinci

Analisis Finansial Usaha Penggemukan Sapi Peranakan Friesian Holstein (PFH) Jantan di Kecamatan Selo Kabupaten Boyolali

Analisis Finansial Usaha Penggemukan Sapi Peranakan Friesian Holstein (PFH) Jantan di Kecamatan Selo Kabupaten Boyolali Tropical Animal Husbandry Vol. 1 (1), Okober 2012:43-51 ISSN 2301-9921 Analisis Finansial Usaha Penggemukan Sapi Peranakan Friesian Holsein (PFH) Janan di Kecamaan Selo Kabupaen Boyolali N. Diamojo, S.

Lebih terperinci

BAB 4 ANALISIS DAN PEMBAHASAN

BAB 4 ANALISIS DAN PEMBAHASAN BAB 4 ANALISIS DAN EMBAHASAN 4.1 Karakerisik dan Obyek eneliian Secara garis besar profil daa merupakan daa sekunder di peroleh dari pusa daa saisik bursa efek Indonesia yang elah di publikasi, daa di

Lebih terperinci

III KERANGKA PEMIKIRAN

III KERANGKA PEMIKIRAN III KERANGKA PEMIKIRAN 3.1 Teori Risiko Produksi Dalam eori risiko produksi erlebih dahulu dijelaskan mengenai dasar eori produksi. Menuru Lipsey e al. (1995) produksi adalah suau kegiaan yang mengubah

Lebih terperinci

INFORMASI KEPUSTAKAAN PRIMA TANI JAWA BARAT

INFORMASI KEPUSTAKAAN PRIMA TANI JAWA BARAT INFORMASI KEPUSTAKAAN PRIMA TANI JAWA BARAT Dian Firdaus dan Saefudin Balai Pengkajian Teknologi Peranian Jawa Bara, Jalan Kayuambon No. 80, Lembang 40391 ABSTRAK Program Rinisan dan Akselerasi Pemasyarakaan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Laar Belakang Air merupakan kebuuhan pokok bagi seiap makhluk hidup di dunia ini ermasuk manusia. Air juga merupakan komponen lingkungan hidup yang pening bagi kelangsungan hidup

Lebih terperinci

JIIA, VOLUME 2 No. 2, APRIL Yunica Safitri, Zainal Abidin, Novi Rosanti ABSTRACT

JIIA, VOLUME 2 No. 2, APRIL Yunica Safitri, Zainal Abidin, Novi Rosanti ABSTRACT KINERJA DAN NILAI TAMBAH AGROINDUSTRI SABUT KELAPA PADA KAWASAN USAHA AGROINDUSTRI TERPADU (KUAT) DI KECAMATAN PESISIR SELATAN KABUPATEN PESISIR BARAT (Performance And Added Value of CocoFiber Agroindusry

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. yang akan datang. Peramalan menjadi sangat penting karena penyusunan suatu

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. yang akan datang. Peramalan menjadi sangat penting karena penyusunan suatu BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengerian Peramalan Peramalan adalah kegiaan memperkirakan apa yang erjadi pada waku yang akan daang sedangkan rencana merupakan penenuan apa yang akan dilakukan pada waku yang

Lebih terperinci

KAJIAN AGRIBISNIS TAHU (Studi Kasus di Kabupaten Biak Numfor)

KAJIAN AGRIBISNIS TAHU (Studi Kasus di Kabupaten Biak Numfor) 57 Buana Sains Vol 8 No 1: 57-66, 2008 KAJIAN AGRIBISNIS TAHU (Sudi Kasus di Kabupaen Biak Numfor) I Made Suaryadana 1,2) dan Eri Yusnia Arviani 2) 1) Dinas Peranian Kabupaen Biak Numfor 2) Program Pascasarjana,

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI. Metode Peramalan merupakan bagian dari ilmu Statistika. Salah satu metode

BAB 2 LANDASAN TEORI. Metode Peramalan merupakan bagian dari ilmu Statistika. Salah satu metode 20 BAB 2 LADASA TEORI 2.1. Pengerian Peramalan Meode Peramalan merupakan bagian dari ilmu Saisika. Salah sau meode peramalan adalah dere waku. Meode ini disebu sebagai meode peramalan dere waku karena

Lebih terperinci

Economic Rent Analysis of Timber Estate Log Production in Indonesia

Economic Rent Analysis of Timber Estate Log Production in Indonesia ANALISIS PUNGUTAN RENTE EKONOMI KAYU BULAT HUTAN TANAMAN INDUSTRI DI INDONESIA Economic Ren Analysis of Timber Esae Log Producion in Indonesia Oleh/By: Transoo Handadhari, Achmad Sumiro, Sofyan P. Warsio

Lebih terperinci

1.1. Latar Belakang 1.2. Maksud, Tujuan, Manfaat dan Sasaran 1.3. Ruang Lingkup Kegiatan 1.4. Sistematika Penulisan

1.1. Latar Belakang 1.2. Maksud, Tujuan, Manfaat dan Sasaran 1.3. Ruang Lingkup Kegiatan 1.4. Sistematika Penulisan .. Laar Belakang.2. Maksud, Tujuan, Manfaa dan Sasaran.3. Ruang Lingkup Kegiaan.4. Sisemaika Penulisan Penyusunan Incremenal Capial Oupu Raio Kabupaen Sinang 2008-203 PENDAHULUAN.. Laar Belakang Pembangunan

Lebih terperinci

JIIA, VOLUME 5 No. 2, MEI 2017

JIIA, VOLUME 5 No. 2, MEI 2017 KELAYAKAN USAHA DAN NILAI TAMBAH AGROINDUSTRI TEMPE (The Feasibiliy and Added Value of Tempe Agroindusry) Winani Puspa Arum, Sudarma Widjaya, Lina Marlina Jurusan Agribisnis, Fakulas Peranian, Universias

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN TEORITIS

BAB II TINJAUAN TEORITIS BAB II TIJAUA TEORITIS 2.1 Peramalan (Forecasing) 2.1.1 Pengerian Peramalan Peramalan dapa diarikan sebagai beriku: a. Perkiraan aau dugaan mengenai erjadinya suau kejadian aau perisiwa di waku yang akan

Lebih terperinci

BAB 2 URAIAN TEORI. waktu yang akan datang, sedangkan rencana merupakan penentuan apa yang akan

BAB 2 URAIAN TEORI. waktu yang akan datang, sedangkan rencana merupakan penentuan apa yang akan BAB 2 URAIAN EORI 2.1 Pengerian Peramalan Peramalan adalah kegiaan memperkirakan aau memprediksi apa yang erjadi pada waku yang akan daang, sedangkan rencana merupakan penenuan apa yang akan dilakukan

Lebih terperinci

SUPLEMEN 3 Resume Hasil Penelitian: Analisis Respon Suku Bunga dan Kredit Bank di Sumatera Selatan terhadap Kebijakan Moneter Bank Indonesia

SUPLEMEN 3 Resume Hasil Penelitian: Analisis Respon Suku Bunga dan Kredit Bank di Sumatera Selatan terhadap Kebijakan Moneter Bank Indonesia SUPLEMEN 3 Resume Hasil Peneliian: Analisis Respon Suku Bunga dan Kredi Bank di Sumaera Selaan erhadap Kebijakan Moneer Bank Indonesia Salah sau program kerja Bank Indonesia Palembang dalam ahun 2007 adalah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Perekonomian dunia telah menjadi semakin saling tergantung pada

BAB I PENDAHULUAN. Perekonomian dunia telah menjadi semakin saling tergantung pada BAB I PENDAHULUAN A. Laar Belakang Masalah Perekonomian dunia elah menjadi semakin saling erganung pada dua dasawarsa erakhir. Perdagangan inernasional merupakan bagian uama dari perekonomian dunia dewasa

Lebih terperinci

PENELUSURAN EMPIRIS KETERKAITAN PASAR KEUANGAN DAN KOMPONEN PERTUMBUHAN EKONOMI INDONESIA,

PENELUSURAN EMPIRIS KETERKAITAN PASAR KEUANGAN DAN KOMPONEN PERTUMBUHAN EKONOMI INDONESIA, PENELUSURAN EMPIRIS KETERKAITAN PASAR KEUANGAN DAN KOMPONEN PERTUMBUHAN EKONOMI INDONESIA, 2004-2008 Banoon Sasmiasiwi, Program MSi FEB UGM Malik Cahyadin, FE UNS Absraksi Perkembangan ekonomi akhir-akhir

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Laar Belakang Masalah persediaan merupakan masalah yang sanga pening dalam perusahaan. Persediaan mempunyai pengaruh besar erhadap kegiaan produksi. Masalah persediaan dapa diaasi

Lebih terperinci

KAJIAN KELAYAKAN FINANSIAL PENGEMBANGAN ANGKUTAN WISATA DI KOTA DENPASAR

KAJIAN KELAYAKAN FINANSIAL PENGEMBANGAN ANGKUTAN WISATA DI KOTA DENPASAR Konferensi Nasional Teknik Sipil 10 Universias Ama Jaya Yogyakara, 26-27 Okober 2016 KAJIAN KELAYAKAN FINANSIAL PENGEMBANGAN ANGKUTAN WISATA DI KOTA DENPASAR Puu Ali Suhanaya 1, Dyah Ayu Lesari 1, 1 Jurusan

Lebih terperinci

3 METODE PENELITIAN. Gambar 5 Peta lokasi penelitian. PETA PENELITIAN DI KABUPATEN ACEH JAYA. Lokasi sampel. Lokasi Penelitian

3 METODE PENELITIAN. Gambar 5 Peta lokasi penelitian. PETA PENELITIAN DI KABUPATEN ACEH JAYA. Lokasi sampel. Lokasi Penelitian 3 METODE PENELITIAN 3.1 Tempa dan Waku Peneliian Peneliian ini dilaksanakan di pesisir Kabupaen Aceh Jaya di Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam. Peneliian ini dilaksanakan pada bulan Agusus 2008 sampai

Lebih terperinci

JIIA, VOLUME 5 No. 2, MEI 2017

JIIA, VOLUME 5 No. 2, MEI 2017 KELAYAKAN FINANSIAL UNIT USAHA JASA SEWA POMPA AIR UNTUK IRIGASI AIR PERMUKAAN DI DESA MEKAR MULYA KECAMATAN PALAS KABUPATEN LAMPUNG SELATAN (Financial Feasibiliy of Waer Pump Renal Services Business Uni

Lebih terperinci

IV. METODE PENELITIAN

IV. METODE PENELITIAN 54 IV. METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waku Peneliian Peneliian dilakukan di kabupaen Siubondo, Lumajang dan Jember di Jawa Timur. Pemilihan Jawa Timur dilakukan secara purposive dengan perimbangan bahwa

Lebih terperinci

PERANCANGAN SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN DENGAN METODE BOBOT UNTUK MENILAI KENAIKAN GOLONGAN PEGAWAI

PERANCANGAN SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN DENGAN METODE BOBOT UNTUK MENILAI KENAIKAN GOLONGAN PEGAWAI Seminar Nasional Informaika PERANCANGAN SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN DENGAN METODE BOBOT UNTUK MENILAI KENAIKAN GOLONGAN PEGAWAI Evri Ekadiansyah Program Sudi D Manajemen Informaika, STMIK Poensi Uama evrie9@gmail.com

Lebih terperinci

PENGARUH PENGEMBANGAN KARYAWAN TERHADAP MOTIVASI DAN PRESTASI KERJA KARYAWAN (Studi pada karyawan tetap PT PG Tulangan Sidoarjo)

PENGARUH PENGEMBANGAN KARYAWAN TERHADAP MOTIVASI DAN PRESTASI KERJA KARYAWAN (Studi pada karyawan tetap PT PG Tulangan Sidoarjo) PENGARUH PENGEMBANGAN KARYAWAN TERHADAP MOTIVASI DAN PRESTASI KERJA KARYAWAN (Sudi pada karyawan eap PT PG Tulangan Sidoarjo) Niken Dwi Okavia Heru Susilo Moehammad Soe`oed Hakam Fakulas Ilmu Adminisrasi

Lebih terperinci

PERANCANGAN SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN DENGAN METODE BOBOT UNTUK MENILAI KENAIKAN GOLONGAN PEGAWAI

PERANCANGAN SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN DENGAN METODE BOBOT UNTUK MENILAI KENAIKAN GOLONGAN PEGAWAI Seminar Nasional Informaika 24 PERANCANGAN SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN DENGAN METODE BOBOT UNTUK MENILAI KENAIKAN GOLONGAN PEGAWAI Evri Ekadiansyah Program Sudi D3 Manajemen Informaika, STMIK Poensi Uama

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI. Peramalan adalah kegiatan untuk memperkirakan apa yang akan terjadi di masa yang

BAB 2 LANDASAN TEORI. Peramalan adalah kegiatan untuk memperkirakan apa yang akan terjadi di masa yang BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Pengerian Peramalan Peramalan adalah kegiaan unuk memperkirakan apa yang akan erjadi di masa yang akan daang. Sedangkan ramalan adalah suau aau kondisi yang diperkirakan akan erjadi

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Pengembangan Usaha Agribisnis Perdesaan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Pengembangan Usaha Agribisnis Perdesaan BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pengembangan Usaha Agribisnis Perdesaan Pengembangan Usaha Agribisnis Perdesaan (PUAP) merupakan program sraegis Kemenerian Peranian dalam rangka mengurangi ingka kemiskinan,

Lebih terperinci

CROP LAND SUITABILITY FOR CLOVE (Eugenia aromatica L.) BASED ON AGRO-CLIMATE ASPECTS AND ECONOMIC FEASIBILITY (CASE STUDY : SOUTH SULAWESI PROVINCE)

CROP LAND SUITABILITY FOR CLOVE (Eugenia aromatica L.) BASED ON AGRO-CLIMATE ASPECTS AND ECONOMIC FEASIBILITY (CASE STUDY : SOUTH SULAWESI PROVINCE) Available online a: hp://journal.ipb.ac.id/index.php/agrome J.Agrome 24 (2) : 39-47, 2010 ISSN: 0126-3633 KAJIAN KESESUAIAN LAHAN TANAMAN CENGKEH (Eugenia aromaica L.) BERDASARKAN ASPEK AGROKLIMAT DAN

Lebih terperinci

ANALISIS INTEGRASI VERTIKAL PADA INDUSTRI MINYAK GORENG SAWIT DI INDONESIA DAN FAKTOR- FAKTOR YANG MEMPENGARUHINYA OLEH HENI SULISTYOWATI H

ANALISIS INTEGRASI VERTIKAL PADA INDUSTRI MINYAK GORENG SAWIT DI INDONESIA DAN FAKTOR- FAKTOR YANG MEMPENGARUHINYA OLEH HENI SULISTYOWATI H ANALISIS INTEGRASI VERTIKAL PADA INDUSTRI MINYAK GORENG SAWIT DI INDONESIA DAN FAKTOR- FAKTOR YANG MEMPENGARUHINYA OLEH HENI SULISTYOWATI H14104084 DEPARTEMEN ILMU EKONOMI FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS. bahasa Yunani yang berarti Demos adalah rakyat atau penduduk, dan Grafein adalah

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS. bahasa Yunani yang berarti Demos adalah rakyat atau penduduk, dan Grafein adalah 37 BAB 2 TINJAUAN TEORITIS 2.1 Pengerian-pengerian Kependudukan sanga era kaiannya dengan demgrafi. Kaa demgrafi berasal dari bahasa Yunani yang berari Dems adalah rakya aau penduduk, dan Grafein adalah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dalam pembicaraan sehari-hari, bank dikenal sebagai lembaga keuangan yang

BAB I PENDAHULUAN. Dalam pembicaraan sehari-hari, bank dikenal sebagai lembaga keuangan yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Laar Belakang Dalam pembicaraan sehari-hari, bank dikenal sebagai lembaga keuangan yang kegiaan uamanya menerima simpanan giro, abungan dan deposio. Kemudian bank juga dikenal sebagai

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Peneliian Jenis peneliian kuaniaif ini dengan pendekaan eksperimen, yaiu peneliian yang dilakukan dengan mengadakan manipulasi erhadap objek peneliian sera adanya konrol.

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI 35 BAB LANDASAN TEORI Meode Dekomposisi biasanya mencoba memisahkan iga komponen erpisah dari pola dasar yang cenderung mencirikan dere daa ekonomi dan bisnis. Komponen ersebu adalah fakor rend (kecendrungan),

Lebih terperinci

STRATEGI PEMILIHAN PRODUK UNGGULAN DAN KELAYAKAN FINANSIAL AGROINDUSTRI WIJEN

STRATEGI PEMILIHAN PRODUK UNGGULAN DAN KELAYAKAN FINANSIAL AGROINDUSTRI WIJEN STRATEGI PEMILIHAN PRODUK UNGGULAN DAN KELAYAKAN FINANSIAL AGROINDUSTRI WIJEN The Sraegy For Selecing The Excellen Produc and Financial Analysis of Sesame Agroindusry Luluk Sulisiyo Budi 1, M. Syamsul

Lebih terperinci

ANALISA SENSITIVITAS KELAYAKAN USAHA PT. JASA MARINA INDAH DENGAN BEROPERASINYA GRAVING DOCK DWT

ANALISA SENSITIVITAS KELAYAKAN USAHA PT. JASA MARINA INDAH DENGAN BEROPERASINYA GRAVING DOCK DWT ANALISA SENSITIVITAS KELAYAKAN USAHA PT. JASA MARINA INDAH DENGAN BEROPERASINYA GRAVING DOCK 18.000 DWT Sukano Jamiko, Imam Pujo M Program Sudi S1 Teknik Perkapalan Fakulas Teknik Universias Diponegoro

Lebih terperinci

Analisis Kelayakan Pengembangan Biogas Sebagai Energi Alternatif Berbasis Individu Dan Kelompok Peternak ABSTRACT

Analisis Kelayakan Pengembangan Biogas Sebagai Energi Alternatif Berbasis Individu Dan Kelompok Peternak ABSTRACT Manajemen IKM, Sepember 2009 (217-224) Vol. 4 No. 2 ISSN 2085-8418 Analisis Kelayakan Pengembangan Biogas Sebagai Energi Alernaif Berbasis Individu Dan Kelompok Peernak Sri Wahyuni * 1, Suryahadi 2 dan

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. yang akan datang. Peramalan menjadi sangat penting karena penyusunan suatu

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. yang akan datang. Peramalan menjadi sangat penting karena penyusunan suatu BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengerian Peramalan Peramalan adalah kegiaan memperkirakan apa yang erjadi pada waku yang akan daang sedangkan rencana merupakan penenuan apa yang akan dilakukan pada waku yang

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI. Pengangguran atau tuna karya merupakan istilah untuk orang yang tidak mau bekerja

BAB 2 LANDASAN TEORI. Pengangguran atau tuna karya merupakan istilah untuk orang yang tidak mau bekerja BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Pengerian Pengangguran Pengangguran aau una karya merupakan isilah unuk orang yang idak mau bekerja sama sekali, sedang mencari kerja, bekerja kurang dari dua hari selama seminggu,

Lebih terperinci

PENERAPAN METODE TRIPLE EXPONENTIAL SMOOTHING UNTUK MENGETAHUI JUMLAH PEMBELI BARANG PADA PERUSAHAAN MEBEL SINAR JEPARA TANJUNGANOM NGANJUK.

PENERAPAN METODE TRIPLE EXPONENTIAL SMOOTHING UNTUK MENGETAHUI JUMLAH PEMBELI BARANG PADA PERUSAHAAN MEBEL SINAR JEPARA TANJUNGANOM NGANJUK. PENERAPAN METODE TRIPLE EXPONENTIAL MOOTHING UNTUK MENGETAHUI JUMLAH PEMBELI BARANG PADA PERUAHAAN MEBEL INAR JEPARA TANJUNGANOM NGANJUK. ii Rukayah*), Achmad yaichu**) ABTRAK Peneliian ini berujuan unuk

Lebih terperinci

Vol. 1, No. 2, September 2011

Vol. 1, No. 2, September 2011 ISSN 2252-5491 Vol. 1, No. 2, Sepember 2011 Forum Agribisnis Agribusiness Forum Fakor-Fakor yang Mempengaruhi Realisasi dan Pengembalian Kredi Usaha Rakya Anna Maria Lubis dan Dwi Rachmina Analisis Kepuasan

Lebih terperinci

Bab IV Pengembangan Model

Bab IV Pengembangan Model Bab IV engembangan Model IV. Sisem Obyek Kajian IV.. Komodias Obyek Kajian Komodias dalam peneliian ini adalah gula pasir yang siap konsumsi dan merupakan salah sau kebuuhan pokok masyaraka. Komodias ini

Lebih terperinci

USULAN PENERAPAN METODE KOEFISIEN MANAJEMEN (BOWMAN S) SEBAGAI ALTERNATIF MODEL PERENCANAAN PRODUKSI PRINTER TIPE LX400 PADA PT X

USULAN PENERAPAN METODE KOEFISIEN MANAJEMEN (BOWMAN S) SEBAGAI ALTERNATIF MODEL PERENCANAAN PRODUKSI PRINTER TIPE LX400 PADA PT X USULAN ENERAAN METODE KOEISIEN MANAJEMEN (BOMAN S) SEBAGAI ALTERNATI MODEL ERENCANAAN RODUKSI RINTER TIE LX400 ADA T X Hendi Dwi Hardiman Jurusan Teknik Manajemen Indusri - Sekolah Tinggi Manajemen Indusri

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Paprika adalah salah satu komoditas sayuran yang memiliki nilai

II. TINJAUAN PUSTAKA. Paprika adalah salah satu komoditas sayuran yang memiliki nilai II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Gambaran Umum Budidaya Paprika Paprika adalah salah sau komodias sayuran yang memiliki nilai ekonomis yang inggi, dimana sebagian besar hasil panennya diekspor ke luar negeri.

Lebih terperinci