JIIA, VOLUME 5 No. 2, MEI 2017

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "JIIA, VOLUME 5 No. 2, MEI 2017"

Transkripsi

1 KELAYAKAN USAHA DAN NILAI TAMBAH AGROINDUSTRI TEMPE (The Feasibiliy and Added Value of Tempe Agroindusry) Winani Puspa Arum, Sudarma Widjaya, Lina Marlina Jurusan Agribisnis, Fakulas Peranian, Universias Lampung, Jl. Prof. Dr. Soemanri Brodjonegoro No.1 Bandar Lampung 35145, Telp , ABSTRACT The purpose of his research is o evaluae he feasibiliy and he added value of empe agroindusry. This research uses a case sudy mehod on Barkah s agroindusry (big producion scale) and Muklisin s agroindusry (medium producion scale) a Podomoro village and Hamsin s agroindusry (small producion scale) a Souh Pringsewu village in Pringsewu Subdisric, Pringsewu Regency. Research locaion is chosen purposively based on he quaniy of producion and same age of agroindusry. Analysis daa uses quaniaive and qualiaive descripive. The resul of his research showed ha empe agroindusry a various scales of producion (big, medium, small) in general was profiable and feasible o be developed. Tempe agroindusry in his research provided high enough added value, alhough sill using relaively simple echnology and limied capial. Key words: added value, agroindusry, feasibiliy, empe PENDAHULUAN Kedelai adalah salah sau komodias pangan uama disamping padi dan jagung. Kedelai memiliki ren konsumsi yang inggi dibanding jenis kacang lainnya. Konribusi kacang kedelai hampir 12 kali lipa dibanding raa-raa konsumsi kacang anah, dan hampir 6 kali lipa dibanding raa-raa konsumsi kacang hijau (Badan Keahanan Pangan 2012). Sebagian besar kedelai dikonsumsi oleh indusri makanan olahan. Produk kedelai yang paling dikenal oleh masyaraka adalah empe. Sebanyak 50 persen konsumsi kedelai Indonesia dilakukan dalam benuk empe, 40 persen dalam benuk ahu, dan 10 persen dalam benuk produk lain (Komalasari 2008). Sekor indusri pengolahan ermasuk agroindusri empe juga menjadi salah sau sekor pening dalam pembangunan di Provinsi Lampung. Hal ini erliha dari konribusi agroindusri aau indusri pengolahan erhadap Produk Domesik Regional Bruo (PDRB) di mana indusri pengolahan menempai uruan ke dua seelah sekor peranian, perikanan dan kehuanan (Badan Pusa Saisik Provinsi Lampung 2015). Kabupaen Pringsewu merupakan kabupaen di Provinsi Lampung yang memiliki poensi usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM). Hal ini erliha dari jumlah UMKM Kabupaen Pringsewu yang menepai uruan keiga di Provinsi Lampung (Dinas Koperasi dan UMKM Provinsi Lampung 2014) di mana UMKM pengolahan hasil peranian (agroindusri) erbanyak di Kabupaen Pringsewu adalah agroindusri empe, oleh sebab iu agroindusri empe memiliki poensi menjadi agroindusri andalan Kabupaen Pringsewu. Senra agroindusri empe di Kabupaen Pringsewu berada di Kecamaan Pringsewu (Dinas Koperasi, UMKM, Perindusrian dan Perdagangan Kabupaen Pringsewu 2014). Berdasarkan pra survei agroindusri empe milik Barkah, Muklisin, dan Hamsin merupakan agroindusri empe dengan jumlah produksi eringgi, menengah, dan erendah di Kecamaan Pringsewu yang jumlah produksi perharinya raa-raa konsan sera ahun berdiri keiga agroindusri ersebu sama yaiu 10 ahun sehingga dapa dikaakan keiga agroindusri ersebu sudah memiliki pengalaman yang cukup. Agroindusri empe adalah agroindusri unggulan di Kabupaen Pringsewu. Perminaan akan empe cukup besar. Perminaan pasar yang besar ini idak diimbangi dengan produksi yang maksimal khususnya pada agroindusri empe milik Barkah, Muklisin, dan Hamsin. Hal ini disebabkan karena erdapa kendala dalam menjalankan agroindusri empe. Kendala-kendala ersebu anara lain yaiu keerbaasan modal. Selama ini pengrajin empe masih menggunakan modal sendiri yang erbaas dan masih sulinya mendapakan modal pinjaman dari pihak lain. Keerbaasan modal ersebu membua jumlah produksi masih erbaas sera sarana dan prasarana 124

2 yang digunakan dalam proses produksi raa-raa masih bereknologi sederhana. Kendala selanjunya yaiu erkai keesediaan kedelai sebagai bahan baku pembuaan empe. Taryono (2014) menyaakan ingginya impor kedelai di Provinsi Lampung disebabkan karena produksi lokal idak mampu memenuhi semua perminaan dan kualias produksinya masih rendah jika dibandingkan dengan kedelai impor. Kedelai lokal memiliki ukuran buiran yang kurang besar dan kurang seragam, sera kadar airnya masih erlalu banyak sehingga kurang cocok unuk bahan dasar pembuaan empe. Semua produsen empe di Kecamaan Pringsewu ak erkecuali agroindusri empe Barkah, Muklisin, dan Hamsin menggunakan kedelai impor dalam proses produksi empe, oleh karena iu mereka sanga keerganungan dengan kedelai impor yang harga dan keersediaanya dipanau oleh pemerinah. Harga kedelai erkadang diawarkan erlalu inggi dan keersediaanya erbaas menyebabkan peluang pengrajin empe mendapakan keunungan semakin kecil sehingga berpoensi mengalami kerugian. Kerugian yang berkelanjuan menyebabkan agroindusri empe idak layak diusahakan aau dilanjukan. Permasalahan lainnya adalah rendahnya kualias sumberdaya manusia (SDM) dalam bidang manajerial yang disebabkan karena laar belakang pendidikan rendah sera kurangnya pelaihan yang pernah diikui erkai manajemen usaha. Pengrajin empe idak mempunyai pembukuan keuangan yang baku, belum memiliki pembagian ugas yang jelas, dan masih suli unuk memanajemen risiko seperi risiko menghasilkan produk gagal akiba cuaca hujan dan erhambanya proses produksi akiba mai lisrik. Hal ini menyebabkan biaya produksi yang dikeluaran kurang efekif. Permasalahan-permasalahan yang elah disebukan berdampak juga pada kurang sabilnya nilai ambah yang dihasilkan. Agroindusri empe milik Barkah, Muklisin, dan Hamsin memiliki prospek yang baik unuk dikembangkan, namun permasalahan yang ada menyebabkan adanya keraguan unuk melakukan pengembangan usaha. Oleh sebab iu peneliian ini berujuan unuk (1) mengkaji evaluasi kelayakan agroindusri empe dan (2) menganalisis nilai ambah yang dihasilkan agroindusri empe unuk meliha seberapa besar keunungan yang diperoleh sehingga peneliian ini dapa menjadi perimbangan dasar sebelum dilakukan pengembangan usaha. METODE PENELITIAN Peneliian ini dilaksanakan pada agroindusri empe milik Barkah dan agroindusri empe milik Muklisin yang erleak di Pekon (Desa) Podomoro sera agroindusri milik Hamsin yang erleak di Kelurahan Pringsewu Selaan, Kecamaan Pringsewu, Kabupaen Pringsewu. Penenuan lokasi dilakukan secara sengaja aau purposive. Perimbangan pemilihan empa didasarkan karena ahun berdiri keiga agroindusri yang sama yaiu ahun 2006, agroindusri elah berdiri selama 10 ahun sehingga diasumsikan elah memiliki pengalaman usaha yang cukup dan apabila dihiung kapasias produksi semua agroindusri empe di Kecamaan Pringsewu, agroindusri empe milik Barkah ermasuk agroindusri skala besar, agroindusri empe milik Muklisin ermasuk skala menengah, dan agroindusri milik Hamsin ermasuk skala kecil, sehingga pada peneliian ini juga akan dibandingkan bagaimana evaluasi kelayakan dan nilai ambah dari agroindusri empe dengan kaegori skala produksi besar (agroindusri Barkah) dengan raa-raa produksi 100 kg kedelai per hari, skala produksi menengah (agroindusri Muklisin) dengan raa-raa produksi 50 kg kedelai per hari, dan skala produksi kecil (agroindusri Hamsin) dengan raa-raa produksi 15 kg kedelai per hari. Daa yang dikumpulkan erdiri dari daa primer dan daa sekunder. Daa primer diperoleh melalui pengamaan dan wawancara langsung dengan responden menggunakan kuesioner. Daa sekunder diperoleh dari sudi lieraur, pusaka lainnya, sera lembaga/insansi yang erkai seperi Badan Pusa Saisik Provinsi Lampung, Dinas Koperasi, UMKM, Perindusrian dan Perdagangan Kabupaen Pringsewu, sera beberapa insansi lain yang erkai. Meode analisis daa yang digunakan dalam peneliian adalah sebagai beriku: 1. Evaluasi Kelayakan Evaluasi kelayakan pada peneliian ini mengacu pada enam aspek menuru Kasmir dan Jakfar (2012) yaiu aspek keuangan, aspek pasar, aspek eknis, aspek organisasi dan manajemen, aspek sosial dan lingkungan, sera aspek hukum. Aspek keuangan dielii secara kuaniaif dengan krieria invesasi menuru Kadariah (2001) yang dihiung 125

3 selama 20 ahun aas dasar umur ekonomis invesasi erlama yang digunakan dalam produksi. a. Inernal Rae of Reurn (IRR) IRR yaiu nilai ingka suku bunga yang membua Ne Presen Value (NPV) dari suau proyek sama dengan nol, dengan rumus: NPV 1 IRR i1 i2 i1.... (1) NPV1 NPV2 Keerangan: i 1 = Tingka suku bunga eringgi yang masih memberi NPV posiif i 2 = Tingka suku bunga erendah yang masih memberi NPV negaive NPV 1 = NPV posiif NPV 2 = NPV negaif Krieria penilaian IRR: 1) Jika IRR > i usaha dinyaakan layak 2) Jika IRR < i usaha dinyaakan idak layak b. Ne Presen Value (NPV) NPV yaiu selisih anara kas penerimaan dengan arus kas pengeluaran dengan ingka suku bunga erenu. Rumusnya yaiu: NPV n 0 1 B C i Keerangan: B = Benefi (penerimaan) ahun C = Cos (biaya) pada ahun i = Tingka suku bunga n = Umur proyek (ahun) = Tahun (waku ekonomis)..... (2) Krieria penilaian NPV: 1) NPV > 0 dinyaakan layak 2) NPV < 0 dinyaakan idak layak 3) Jika NPV = 0 dinyaakan dalam posisi impas c. Gross Benefi Cos Raio (Gross B/C Raio) Gross B/C Raio adalah perbandingan penerimaan dari invesasi dengan biaya yang elah dikeluarkan, rumus yang digunakan adalah sebagai beriku: Gross B/C 0 i n n 0 B 1... (3) C 1 i Keerangan: B = Benefi (penerimaan) ahun C = Cos (biaya) pada ahun i = Tingka suku bunga n = Umur proyek (ahun) = Tahun (waku ekonomis) Krieria penilaian Gross B/C adalah: 1) Jika Gross B/C > 1 usaha layak 2) Jika Gross B/C < 1 usaha idak layak 3) Jika Gross B/C = 1 usaha dalam posisi impas d. Ne Benefi Cos Raio (Ne B/C Raio) Ne B/C Raio merupakan perbandingan anara presen value ne benefi yang bernilai posiif dengan presen value ne benefi yang bernilai negaif dengan rumus: Ne B/C n 0 n 0 B C 1 i 1 i (4) C B Keerangan: B = Benefi (penerimaan) ahun C = Cos (biaya) pada ahun i = Tingka suku bunga = Tahun (waku ekonomis) Krieria penilaian adalah: 1) Jika Ne B/C > 1 usaha layak 2) Jika Ne B/C < 1 usaha idak layak 3) Jika Ne B/C = 1 usaha dalam posisi impas e. Payback Period (PP) Payback Period digunakan unuk menganalisis lamanya waku pengembalian dari invesasi usaha. Payback Period dapa dirumuskan: PP = x ahun (5) Keerangan: K o = Invesasi awal Ab = Manfaa (benefi) yang diperoleh seiap periode 126

4 Krieria penilaian PP: 1) Jika Payback Period lebih pendek dari umur ekonomis usaha, usaha dinyaakan layak 2) Jika Payback Period lebih lama dari umur ekonomis usaha, usaha dinyaakan idak layak Aspek pasar, aspek eknis, aspek organisasi dan manajemen, aspek sosial dan lingkungan, sera aspek hukum dielii dengan menggunakan meode deskripif kualiaif. Aspek pasar menelii bauran pemasaran (produk, harga, lokasi dan disribusi sera promosi) agroindusri empe. Aspek eknis berujuan unuk menenukan lokasi sera eknologi yang digunakan oleh agroindusri (Novia, Zakaria, dan Lesari 2013). Aspek manajemen dan operasi menelii organisasi dan enaga kerja yang diperlukan dalam menjalankan agroindusri empe erkai fungsi-fungsi manajemen. Aspek sosial dan lingkungan menelii pengaruh agroindusri empe erhadap masyaraka dan lingkungan di sekiar agroindusri. Aspek hukum meliha enang dokumen yang dimiliki oleh agroindusri. 2. Analisis Nilai Tambah Nilai ambah yang dihasilkan dari proses produksi kedelai menjadi empe pada agroindusri empe dihiung dengan meode Hayami (Agusina, Ismono, dan Nugraha 2015) yang dapa diliha pada Tabel 1. Tabel 1. Prosedur perhiungan nilai ambah dengan meode Hayami No Variabel Nilai 1. Oupu (bungkus/hari) A 2. Bahan baku (kg/hari) B 3. Tenaga kerja (HOK/hari) C 4. Fakor konversi D = A/B 5. Koefisien enaga kerja E = C/B (HOK/kg) 6. Harga oupu (Rp/bungkus) F 7. Upah raa-raa enaga kerja G (Rp/HOK) Pendapaan dan keunungan 8. Harga bahan baku (Rp/kg) H 9. Sumbangan inpu lain (Rp/kg) I 10. Nilai oupu (Rp/kg) J = D x F 11. a. Nilai ambah (Rp/kg) K = J I H b. Rasio nilai ambah (%) L = (K/J) x 100% 12. a. Imbalan enaga kerja M = E x G (Rp/kg) b. Bagian enaga kerja (%) N = (M/K)x100% 13. a. Keunungan (Rp./kg) O = K M b. Tingka keunungan (%) P = (O/K) x100% Balas jasa unuk fakor produksi 14. Margin Q = J H a. Keunungan (%) R = O/Q x 100% b. Tenaga kerja (%) S = M/Q x 100% c. Inpu lain (%) T = I/Q x 100% Sumber : Hayami dalam Agusina, Ismono, dan Nugraha (2015) Keerangan: A = Oupu yang dihasilkan agroindusri empe B = Inpu/bahan baku yang digunakan unuk memproduksi empe C = Tenaga kerja unuk memproduksi empe dihiung dalam benuk HOK (Hari Orang Kerja) dalam sau periode analisis F = Harga produk yang berlaku pada sau periode analisis G = Jumlah upah raa-raa yang dierima oleh pekerja dalam seiap sau periode produksi yang dihiung berdasarkan per HOK H = Harga inpu bahan baku uama yaiu kedelai per kilogram pada saa periode analisis I = Sumbangan aau biaya inpu lainnya yang erdiri dari biaya bahan baku penolong, biaya penyusuan Krieria nilai ambah (NT) adalah : a. Jika NT > 0, berari pengembangan agroindusri empe memberikan nilai ambah (posiif) b. Jika NT < 0, berari pengembangan agroindusri empe idak memberikan nilai ambah (negaif) HASIL DAN PEMBAHASAN Proses Produksi Tempe pada Agroindusri Tempe Langkah awal memproduksi empe yaiu membeli bahan baku dan bahan lainnya. Proses selanjunya yaiu sorasi dan pencucian. Kedelai yang sudah dicuci dan kondisinya sudah benar-benar bersih direbus. Kedelai direndam selama semalam dan didiamkan pada suhu ruang. Proses selanjunya yaiu pengupasan kuli ari kedelai dari bijinya. Agroindusri Barkah sudah menggunakan mesin giling kedelai, semenara agroindusri Muklisin dan Hamsin masih menggunakan cara radisional dengan diinjak-injak. Kedelai yang elah bersih dari kuli ari kemudian dicuci dan direbus kembali selama 30 meni, seelah iu diiriskan dan didinginkan. Proses berikunya pemberian ragi. Pemberian ragi diberikan dengan akaran 3 sendok makan ragi per 15 kg kedelai, seelah diberi ragi kedelai siap dikemas. Pengemasan empe pada agroindusri Barkah yaiu empe plasik kecil dan plasik besar, agroindusri Muklisin mengemas empe menjadi 3 macam yaiu empe daun, empe plasik kecil dan empe plasik besar, semenara agroindusri empe Hamsin hanya memproduksi empe plasik kecil. Kedelai yang elah dibungkus disusun rapi di rak fermenasi selama 24 sampai 48 jam, seelah proses fermenasi, empe siap dipasarkan. Evaluasi Kelayakan Agroindusri Tempe 1. Aspek Keuangan Keiga agroindusri empe sudah berdiri sejak ahun Umur ekonomis usaha pada peneliian 127

5 ini dieapkan 20 ahun berdasarkan pada umur ekonomis invesasi erlama yang digunakan dalam produksi, sehingga perhiungan aspek keuangan dimulai sejak ahun 2006 sampai ahun Pengeluaran biaya invesasi erbesar adalah agroindusri empe milik Barkah sebesar Rp ,00, kemudian agroindusri Hamsin Rp ,00 dan agroindusri Muklisin Rp ,00. Biaya invesasi agroindusri Muklisin merupakan yang erkecil karena agroindusri Muklisin belum memiliki invesasi bangunan. Penerimaan raa-raa erbesar yaiu agroindusri Barkah Rp ,00 per ahun, diikui agroindusri Muklisin sebesar Rp ,00 per ahun dan erkecil adalah agroindusri Hamsin Rp ,00 per ahun. Aspek keuangan dielii menggunakan krieria invesasi (IRR, NPV, Gross B/C, Ne B/C, dan PP). Krieria invesasi dielii pada ingka suku bunga Kredi Usaha Rakya (KUR) mikro Bank Rakya Indonesia pada Mei 2016 (9%). Hasil perhiungan krieria invesasi agroindusri empe pada peneliian ini dapa diliha pada Tabel 2. a) Inernal Rae of Reurn (IRR) Berdasarkan Tabel 2 hasil perhiungan nilai IRR agroindusri empe Barkah sebesar 40,67 persen, agroindusri Muklisin sebesar 56,18 persen, dan agroindusri Hamsin sebesar 38,38 persen. Hasil ersebu melebihi ingka suku bunga berlaku sehingga dapa disimpulkan usaha ini layak unuk dikembangkan menuru krieria IRR. b) Ne Presen Value (NPV) Nilai NPV yang diperoleh pada Tabel 2 yaiu Rp pada agroindusri Barkah, Rp pada agroindusri Muklisin, dan Rp pada agroindusri Hamsin. Nilai NPV bernilai posiif yang menunjukkan bahwa penerimaan bersih keiga agroindusri lebih besar dari oal biaya dikeluarkan, sehingga agroindusri empe pada peneliian ini layak diusahakan dan dikembangkan. c) Gross Benefi Cos Raio (Gross B/C) sau sehingga keiga agroindusri layak diusahakan dan dikembangkan. d) Ne Benefi Cos Raio (Ne B/C) Nilai Ne B/C yang diperoleh keiga agroindusri berari bahwa seiap Rp1,00 nilai invesasi yang dianamkan akan memberikan pendapaan sebesar Rp6,76 unuk agroindusri Barkah, Rp10,55 unuk agroindusri Muklisin dan Rp3,89 unuk agroindusri Hamsin. Nilai Ne B/C yang lebih dari sau membukikan bahwa keiga agroindusri layak unuk dikembangkan. e) Payback Periode (PP) Masa pengembalian biaya invesasi agroindusri Barkah dapa dikembalikan dalam jangka waku 7 ahun, 5 hari, sedangkan Muklisin dapa dikembalikan dalam jangka waku 10 ahun, 8 bulan dan 7 hari. Perhiungan PP kedua agroindusri lebih pendek dari umur ekonomis usaha, sehingga layak diusahakan. Masa pengembalian modal agroindusri Hamsin lebih dari umur ekonomis usaha sehingga disimpulkan agroindusri empe Hamsin idak layak dilanjukan menuru krieria PP. Berdasarkan perhiungan krieria invesasi, keiga agroindusri empe pada peneliian ini secara keseluruhan layak diusahakan dan dikembangkan karena menuru peneliian Rakhmawai (2014) enang analisis usaha agribisnis indusri empe kedelai rumah angga di Kabupaen Jember, agroindusri empe layak unuk diusahakan apabila hasil krieria NPV, B/C raio, dan IRR memenuhi krieria layak pada ingka suku bunga berlaku. Tabel 2. Krieria Invesasi Hasil perhiungan krieria invesasi agroindusri empe Agroindusri Tempe Barkah Muklisin Hamsin IRR (%) 40,67 56,18 38,38 NPV (Rp) Gross B/C 1, ,14 Ne B/C 6,76 10,55 3,89 PP (ahun) 7,05 10,87 - Nilai Gross B/C yang diperoleh pada Tabel 2 menunjukkan bahwa seiap Rp1,00 biaya yang dikeluarkan akan menghasilkan penerimaan sebesar Rp1,22 pada agroindusri Barkah, Rp1,17 pada agroindusri Muklisin dan Rp1,14 pada agroindusri Hamsin. Nilai Gross B/C lebih dari 128

6 2. Aspek Pasar Perminaan empe raa-raa orang Indonesia sekiar 6,45 kg per ahun, karena iu produsen empe berusaha mencukupi perminaan ersebu, hal ini erbuki dengan pencapaian Indonesia sebagai negara produsen empe erbesar dunia (Komalasari 2008). Hal iu sejalan dengan kondisi pasar empe di Kecamaan Pringsewu, di mana perminaan empe di Kecamaan Pringsewu juga banyak karena iu jumlah produsen empe semakin meningka sehingga menjadikan agroindusri empe sebagai agroindusri erbanyak di Kabupaen Pringsewu. Berdasarkan kondisi iu dapa dikaakan bahwa agroindusri empe memiliki pasar yang baik. Produk yang paling banyak diminai konsumen adalah empe plasik kecil, karena harga dan ukurannya paling sesuai dengan perminaan konsumen pada umumnya. Raa-raa harga empe idak pernah berflukuasi. Sraegi yang sering dilakukan adalah mengecilkan ukuran produk saa harga bahan baku naik anpa menaikan harga produk. Cara pemasaran dengan berjualan di pasar, berkeliling dengan sepeda moor, dan menjual langsung di lokasi agroindusri. Kegiaan promosi dilakukan dari mulu ke mulu. 3. Aspek Teknis Lokasi agroindusri jaraknya erjangkau dari pasar yang menjual bahan baku dan fakor produksi lainnya, sera idak suli mencari enaga kerja di sekiar lokasi. Thamrin dan Nasuion (2014) mengaakan semakin inggi eknologi, semakin banyak empe yang dihasilkan dengan waku yang relaif singka. Agroindusri empe pada peneliian ini masih menggunakan eknologi sederhana karena erbaasnya modal, sehingga sediki suli menaikan kapasias produksi. Kapasias produksi pada agroindusri Barkah yaiu dapa mengolah kedelai 100 kg per hari, Muklisin 50 kg per hari, dan Hamsin 15 kg per hari. Keika harga kedelai meningka ajam aau saa keersediaanya langka, pengusaha empe memilih unuk menurunkan produksinya aau berheni memproduksi empe unuk semenara. Perminaan empe akan selalu ada karena selain semakin banyaknya indusri pengolahan yang berbahan dasar empe, empe juga berguna unuk memenuhi kebuuhan proein konsumen dengan harga yang relaif murah. 4. Aspek Organisasi dan Manajemen Kasmir dan Jakfar (2012) mengaakan bahwa rencana agroindusri akan lebih mudah ercapai apabila melakukan fungsi-fungsi manajemen. Fungsi-fungsi manajemen yang dierapkan pada keiga agroindusri empe belum diaplikasikan sebagaimana mesinya. Hal ini karena kurangnya pengeahuan dan pelaihan erkai manajemen usaha. Pembagian ugas dalam memproduksi empe masih umpang indih. Pemerinah sebenarnya sudah mencanangkan program unuk mengadakan pelaihan erkai manajemen usaha erhadap para pengusaha agroindusri ak erkecuali agroindusri empe. Minimnya penyebaran informasi membua sebagian pelaku agroindusri empe idak mengeahui pelaihan ersebu. Sebagian lainnya mengeahui informasi ersebu eapi idak mau mengikui pelaihan karena aku agroindusrinya akan dikenakan pajak, namun unuk saa ini agroindusri masih dapa berjalan meskipun belum menerapkan fungsifungsi manajemen sepenuhnya. 5. Aspek Sosial dan Lingkungan Dampak posiif bagi pengusaha empe yaiu keberadaan agroindusri empe mendaangkan penghasilan. Bagi pemerinah daerah yaiu agroindusri empe adalah agroindusri erbanyak di Kecamaan Pringsewu bahkan di Kabupaen Pringsewu, sehingga agroindusri empe mampu memberikan konribusi bagi perekonomian. Agroindusri empe ramah lingkungan. Hasil peneliian Anam (2015) menyaakan limbah agroindusri empe dimanfaakan sebagai pakan ernak. Hal ersebu juga berlaku pada keiga agroindusri empe pada peneliian ini di mana limbah pada digunakan unuk pakan ernak sedangkan limbah cairnya dibuang ke daerah persawahan sehingga idak mengganggu warga sekiar. Keberadaan agroindusri juga sanga bermanfaa unuk memenuhi perminaan masyaraka ak erkecuali unuk pengusaha yang memiliki usaha berbahan baku empe seperi keripik empe. 6. Aspek Hukum Keiga agroindusri belum memiliki izin usaha. Hal ini menyulikan unuk mendapakan pinjaman, subsidi bahan baku, dan pelaihan agroindusri yang lebih baik. Pemerinah melalui Dinas Koperasi, Perindusrian, dan Perdagangan Kabupaen Pringsewu sudah menyarankan agar 129

7 membua perizinan usaha, namun mereka eap idak bersedia karena aku dikenakan pajak usaha. Keiga agroindusri empe mungkin masih dapa berahan walaupun belum melegalkan usahanya saa ini, namun sebaiknya pemilik agroindusri melegalkan usahanya agar agroindusrinya dapa dikembangkan lebih maju lagi. Nilai Tambah Agroindusri Tempe Analisis nilai ambah empe keiga agroindusri empe pada peneliian ini dapa diliha di Tabel 3 Pada Tabel 3 dapa diliha jumlah empe yang dihasilkan dan jumlah bahan baku kedelai yang digunakan, diperoleh nilai konversi pada agroindusri Barkah sebesar 17 dan 15. Nilai konversi ersebu berari bahwa seiap sau kilogram kedelai yang diolah menghasilkan 17 bungkus empe plasik kecil dan sau kilogram lainnya menghasilkan 15 bungkus empe plasik besar. Agroindusri Muklisin memperoleh nilai konversi yaiu 10, 18, dan 15, arinya 10 bungkus empe daun, 18 bungkus empe plasik kecil, dan 15 bungkus empe plasik besar masing-masing berasal dari sau kilogram kedelai. Nilai konversi pada agroindusri Hamsin yaiu 17 arinya seiap sau kilogram kedelai dapa menghasilkan 17 bungkus empe plasik kecil. Koefisien enaga kerja agroindusri Barkah dan Hamsin lebih kecil dibanding Muklisin, hal ini menunjukkan peran enaga kerja pada agroindusri Muklisin dalam proses produksi empe lebih besar dibanding lainnya. Nilai ambah yaiu selisih nilai produk dengan harga bahan baku dan sumbangan inpu lain, idak ermasuk enaga kerja (Psikiari, Sudarma, dan Nurmayasari 2015). Nilai ambah proses produksi empe kecil per kilogram bahan baku agroindusri Barkah sebesar Rp3.577,00, pada agroindusri Muklisin sebesar Rp4.227,00 dan pada agroindusri Hamsin sebesar Rp3.428,00. Agroindusri empe Barkah memberikan peningkaan nilai ambah unuk empe plasik kecil sebesar 26,30 persen, agroindusri Muklisin sebesar 29,35 persen, dan agroindusri Hamsin sebesar 25,21 persen dari nilai produk. Nilai ambah dari proses produksi empe besar per kilogram kedelai agroindusri Barkah sebesar Rp5.257,00 dan agroindusri Muklisin sebesar Rp5.247,00. Peningkaan nilai ambah empe plasik besar pada agroindusri Barkah sebesar 35,04 persen sedangkan pada agroindusri Muklisin sebesar 34,98 persen dari nilai produk. Produk empe daun pada peneliian ini hanya dihasilkan agroindusri Muklisin yang memperoleh hasil nilai ambah per kilogram kedelai Rp10.847,00 dengan peningkaan nilai ambah dari nilai produk sebesar 54,23 persen. Berdasarkan perhiungan dapa disimpulkan bahwa produk empe daun yang diproduksi agroindusri Muklisin adalah produk yang memiliki nilai ambah di aas harga bahan baku dan merupakan produk dengan nilai ambah eringgi pada peneliian ini. Hasil dari peneliian Giska, Negara, dan Rahmana (2012) menunjukkan bahwa pengolahan kedelai menjadi ahu cina di agroindusri ahu di Koa Medan memberikan nilai ambah bagi produk olahannya sebesar Rp2.284,816 per kg, dengan rasio nilai ambah sebesar 22,83 persen. Berdasarkan hasil peneliian ersebu dapa disimpulkan bahwa nilai ambah pengolahan kedelai menjadi empe pada peneliian ini lebih inggi inggi dibandingkan dengan nilai ambah pengolahan kedelai menjadi ahu cina pada indusri ahu di Koa Medan. Nilai imbalan enaga kerja pada agroindusri Barkah unuk produk empe plasik kecil dan plasik besar masing-masing 33,55 persen dan 11,41 persen, nilai ersebu menunjukkan bahwa dalam seiap Rp100,00 nilai ambah yang diperoleh erdapa sebesar Rp33,55 dan Rp11,41 unuk imbalan enaga kerja. Pada agroindusri Muklisin nilai imbalan enaga kerja unuk empe daun, empe plasik kecil, dan empe plasik besar masing-masing yaiu 13,83 persen, 35,49 persen, 28,59 persen yang berari dalam seiap Rp100,00 nilai ambah yang diperoleh erdapa Rp13,83 pada empe daun, Rp35,49 pada empe plasik kecil, sera Rp28,59 pada empe plasik besar unuk imbalan enaga kerja. Imbalan enaga kerja agroindusri Hamsin yaiu 29,17 persen yang berari dalam seiap Rp100,00 nilai ambah yang diperoleh dari empe plasik kecil erdapa Rp29,17 unuk imbalan enaga kerja. Tingka keunungan merupakan perbandingan keunungan dan nilai ambah unuk sau kali proses produksi. Tingka keunungan yang diperoleh dari proses produksi empe pada agroindusri empe di peneliian ini sudah di aas 50 persen arinya ingka keunungannya cukup inggi. Marjin keunungan erbesar peneliian ini yaiu produk empe daun pada agroindusri Muklisin. 130

8 Tabel 3. Analisis nilai ambah agroindusri empe JIIA, VOLUME 5 No. 2, MEI 2017 Uraian Nilai Besar Menengah Kecil Oupu, inpu dan harga Oupu (bungkus/hari) A a 100 b c Bahan baku (kg/hari) B a 10 b c Tenaga kerja (HOK/hari) C Fakor konversi D = A/B a 10 b c Koefisien enaga kerja (HOK/kg) E = C/B a 0,30 0,07 b 0,06 0,12 c 0,06 0,20 Harga oupu (Rp/bungkus) F a b c Upah raa-raa enaga kerja (Rp/HOK) G a b c Pendapaan dan nilai ambah Harga bahan baku (Rp/kg) H a b c Sumbangan inpu lain (Rp/kg) I a b 2.823, c 2.543, Nilai oupu (Rp/kg) J = D x F a b c a. Nilai ambah (Rp/kg) K = J I H a b c b. Rasio nilai ambah (%) L = (K/J)x100% a 54,23 b 26,30 29,35 25,21 c 35,04 34,98 a. Imbalan enaga kerja (Rp/kg) M = E x G a b c b. Bagian enaga kerja (%) N = (M/K)x100% a 13,83 b 33,55 35,49 29,17 c 11,41 28,59 a. Keunungan (Rp/kg) O = K M a b c b. Tingka keunungan (%) P = (O/K)x100% a 86,17 b 66,45 64,51 70,83 c 88,59 71,41 Balas jasa unuk fakor produksi Margin keunungan (Rp/kg) Q = J H a b c a. Keunungan (%) R = O/Q x 100% a 73,02 b 37,14 37,87 37,94 c 59,70 48,03 b. Tenaga kerja (%) S = M/Q x 100% a 11,72 b 18,75 20,83 15,63 c 7,69 19,23 c. Inpu lain (%) T = I/Q x 100% a 15,26 b 44,11 41,30 46,44 c 32,61 32,74 Keerangan : a. Tempe daun b. Tempe plasik kecil c. Tempe plasik besar 131

9 Hal ini menunjukkan proses pengolahan kedelai menjadi empe daun paling mengunungkan karena harga jualnya cukup inggi walaupun proses pengemasannya erkesan lebih rumi. Nilai marjin ersebu didisribusikan kepada keunungan agroindusri empe, imbalan enaga kerja, dan sumbangan inpu lain. Disribusi persenase keunungan yang paling inggi adalah produk empe daun pada agroindusri Muklisin. Hal iu dikarenakan agroindusri ini mampu menghasilkan nilai ambah yang cukup inggi dengan rasio nilai ambah di aas 50 persen. Raa-raa persenase disribusi enaga kerja agroindusri Barkah erendah dibanding lainnya. Hal ini karena penggunan mesin penggiling kedelai mampu mempersingka waku produksi empe dan menghema biaya enaga kerja. Persenase disribusi inpu lain yang paling besar adalah empe plasik kecil pada agroindusri Hamsin. Hasil perhiungan marjin keunungan dapa disimpulkan bahwa disribusi imbalan enaga kerja yang lebih kecil dibandingkan keunungan keiga agroindusri menunjukkan agroindusri empe pada peneliian ini merupakan agroindusri yang masih pada modal bukan pada karya. KESIMPULAN Agroindusri empe pada berbagai skala produksi (besar, menengah, kecil) secara keseluruhan mengunungkan dan layak unuk dikembangkan. Agroindusri empe pada peneliian ini memberikan nilai ambah yang cukup besar walaupun masih menggunakan eknologi yang ergolong sederhana dan modal erbaas. DAFTAR PUSTAKA Agusina DR, Ismono RH, dan Nugraha A Harga pokok produksi, nilai ambah, dan prospek pengembangan agroindusri marning di Kecamaan Gedong Taaan Kabupaen Pesawaran. JIIA 3 (2) : hp://jurnal. fp.unila.ac.id/index.php/jia/aricle/view/1034 /939. [1 Sepember 2016]. Anam C Fakor-Fakor yang Mempengaruhi Produksi dan Prospek Pengembagan Agroindusri Tempe di Kecamaan Geneng. Skripsi. Jurusan Agribisnis Fakulas Peranian Universias Jember. Jember. Badan Keahanan Pangan Kemenrian Peranian RI Roadmap Diversifikasi Pangan bkp.peranian.go.id. [7 Januari 2016]. Bank Rakya Indonesia Kredi Usaha Rakya BRI. hp:// [6 Mei 2016]. BPS [Badan Pusa Saisik] Provinsi Lampung PDRB aas Dasar Harga Konsan Menuru Lapangan Usaha Provinsi Lampung BPS Provinsi Lampung. Bandar Lampung. Dinas Koperasi, UMKM, Perindusrian dan Perdagangan Kabupaen Pringsewu Daa Produk Indusri Kecil, Menengah Kabupaen Pringsewu. Dinas Koperasi, UKM, Perindusrian dan Perdagangan Kabupaen Pringsewu. Pringsewu. Dinas Koperasi dan UMKM Provinsi Lampung Rekap UMKM Provinsi Lampung Dinas Koperasi dan UMKM Provinsi Lampung. Bandar Lampung. Giska, Negara S, dan Rahmana Analisis nilai ambah dan sraegi pemasaran usaha indusri ahu di Koa Medan. Jurnal USU: 1-14.jurnal.usu.ac.id/index.php/ceress/aricle/do wnload/1737/981. [12 Juli 2016]. Kadariah Evaluasi Proyek : Analisis Ekonomis. Lembaga Penerbian Fakulas Ekonomi Universias Indonesia. Jakara. Kasmir dan Jakfar Sudi Kelayakan Bisnis Edisi Revisi. Kencana. Jakara. Komalasari WB Prediksi penawaran dan perminaan kedelai dengan analisis dere waku. Jurnal informaika peranian 7 (2) : a-ip/pdf-file/4.wiea_ipvol pdf. [10 Sepember 2016]. Ilmu Peranian 9 (2) : [29 Juli 2016]. Novia W, Zakaria WA, dan Lesari DAH Analisis nilai ambah dan kelayakan pengembangan agroindusri beras siger. JIIA 1 (3) : hp://jurnal.fp.unila.ac.id/ind ex.php/jia/aricle/view/562/524. [1 November 2015]. Psikiari A, Widjaya S, dan Nurmayasari I Tingka pendapaan dan nilai ambah usahaani padi pada peani pesera program pascapanen di Kabupaen Lampung Timur. JIIA 3 (1) : hp://jurnal.fp.unila.ac. id/index.php/jia/aricle/view/1019/924. [8 Sepember 2015]. Rakhmawai R Analisis usaha agribisnis indusri empe kedelai rumah angga di Kabupaen Jember. Jurnal Ekonomi : hp://jurnal.sie-mandala.ac.id/index. php/relasi/aricle/view/32/20. [10 Okober 2016]. 132

10 Taryono Defisi Kedelai di Lampung Capai 85 jua kg. Tribun Lampung, 21 November. hp://lampung.ribunnews.com. [7 Januari 2016]. Thamrin M dan Nasuion RA Prospek agribisnis indusri rumah angga empe di Koa Medan. Jurnal Umsu 18 (3) : hp://jurnal.umsu.ac.id/index.php/agrium/ari cle/view/205. [15 Okober 2016]. 133

III. METODE PENELITIAN. Usahatani belimbing karangsari adalah kegiatan menanam dan mengelola. utama penerimaan usaha yang dilakukan oleh petani.

III. METODE PENELITIAN. Usahatani belimbing karangsari adalah kegiatan menanam dan mengelola. utama penerimaan usaha yang dilakukan oleh petani. III. METODE PENELITIAN A. Konsep Dasar dan Definisi Operasional Usahaani belimbing karangsari adalah kegiaan menanam dan mengelola anaman belimbing karangsari unuk menghasilkan produksi, sebagai sumber

Lebih terperinci

IV. METODE PENELITIAN

IV. METODE PENELITIAN IV. METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waku Peneliian Peneliian ini dilakukan di Dafarm, yaiu uni usaha peernakan Darul Fallah yang erleak di Kecamaan Ciampea, Kabupaen Bogor, Jawa Bara. Pemilihan lokasi

Lebih terperinci

IV. METODE PENELITIAN

IV. METODE PENELITIAN IV. METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waku Peneliian Peneliian ini dilaksanakan pada kasus pengolahan ikan asap IACHI Peikan Cia Halus (PCH) yang erleak di Desa Raga Jaya Kecamaan Ciayam, Kabupaen Bogor,

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. yang digunakan untuk mengetahui dan pembahasannya mengenai biaya - biaya

METODE PENELITIAN. yang digunakan untuk mengetahui dan pembahasannya mengenai biaya - biaya III. METODE PENELITIAN A. Meode Dasar Peneliian Meode yang digunakan dalam peneliian ini adalah meode kuaniaif, yang digunakan unuk mengeahui dan pembahasannya mengenai biaya - biaya usaha melipui biaya

Lebih terperinci

IV. METODE PENELITIAN

IV. METODE PENELITIAN IV. METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waku Peneliian Peneliian ini dilaksanakan di PT Panafil Essenial Oil. Lokasi dipilih dengan perimbangan bahwa perusahaan ini berencana unuk melakukan usaha dibidang

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Konsep dasar dan definisi operasional merupakan pengertian dan petunjuk yang

III. METODE PENELITIAN. Konsep dasar dan definisi operasional merupakan pengertian dan petunjuk yang III. METODE PENELITIAN A. Konsep Dasar dan Definisi Operasional Konsep dasar dan definisi operasional merupakan pengerian dan peunjuk yang digunakan unuk menggambarkan kejadian, keadaan, kelompok, aau

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Industri pengolahan adalah suatu kegiatan ekonomi yang melakukan kegiatan

III. METODE PENELITIAN. Industri pengolahan adalah suatu kegiatan ekonomi yang melakukan kegiatan 40 III. METODE PENELITIAN A. Konsep Dasar dan Baasan Operasional Konsep dasar dan baasan operasional pada peneliian ini adalah sebagai beriku: Indusri pengolahan adalah suau kegiaan ekonomi yang melakukan

Lebih terperinci

III METODE PENELITIAN

III METODE PENELITIAN III METODE PENELITIAN 3.1 Waku dan Tempa Peneliian Peneliian mengenai konribusi pengelolaan huan rakya erhadap pendapaan rumah angga dilaksanakan di Desa Babakanreuma, Kecamaan Sindangagung, Kabupaen Kuningan,

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN III. METODE PENELITIAN 3.1. Kerangka Pemikiran Poensi sumberdaya perikanan, salah saunya dapa dimanfaakan melalui usaha budidaya ikan mas. Budidaya ikan mas yang erus berkembang di masyaraka, kegiaan budidaya

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN

III. METODOLOGI PENELITIAN III. METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Kerangka Pemikiran Peneliian Keinginan Kelompok Tani Duma Lori yang erdapa di Desa Konda Maloba dan masyaraka sekiar akan berdirinya penggilingan gabah di daerahnya, elah

Lebih terperinci

IV. METODE PENELITIAN

IV. METODE PENELITIAN IV. METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waku Peneliian mengenai kelayakan pengusahaan pupuk kompos dilaksanakan pada uni usaha Koperasi Kelompok Tani (KKT) Lisung Kiwari yang menjalin mira dengan Lembaga

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. tahun 1990-an, jumlah produksi pangan terutama beras, cenderung mengalami

BAB 1 PENDAHULUAN. tahun 1990-an, jumlah produksi pangan terutama beras, cenderung mengalami 11 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Laar Belakang Keahanan pangan (food securiy) di negara kia ampaknya cukup rapuh. Sejak awal ahun 1990-an, jumlah produksi pangan eruama beras, cenderung mengalami penurunan sehingga

Lebih terperinci

IV METODE PENELITIAN

IV METODE PENELITIAN IV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waku Peneliian Peneliian ini dilaksanakan di Tempa Pelayanan Koperasi (TPK) Cibedug, Kecamaan Lembang, Kabupaen Bandung, Jawa Bara. Pemilihan lokasi dilakukan secara

Lebih terperinci

III. KERANGKA PEMIKIRAN

III. KERANGKA PEMIKIRAN III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Teoriis 3.1.1 Daya Dukung Lingkungan Carrying capaciy aau daya dukung lingkungan mengandung pengerian kemampuan suau empa dalam menunjang kehidupan mahluk hidup secara

Lebih terperinci

JIIA, VOLUME 2, No. 1, JANUARI 2014

JIIA, VOLUME 2, No. 1, JANUARI 2014 ANALISIS KELAYAKAN USAHA AGROINDUSTRI KOPI LUWAK DI KECAMATAN BALIK BUKIT KABUPATEN LAMPUNG BARAT (The Financial Feasibiliy Analysis of Luwak Coffee Agroindusry a Balik Buki Disric of Wes Lampung Regency)

Lebih terperinci

Bab II Dasar Teori Kelayakan Investasi

Bab II Dasar Teori Kelayakan Investasi Bab II Dasar Teori Kelayakan Invesasi 2.1 Prinsip Analisis Biaya dan Manfaa (os and Benefi Analysis) Invesasi adalah penanaman modal yang digunakan dalam proses produksi unuk keunungan suau perusahaan.

Lebih terperinci

post facto digunakan untuk melihat kondisi pengelolaan saat ini berdasarkan

post facto digunakan untuk melihat kondisi pengelolaan saat ini berdasarkan 3. METODE PENELITIAN 3.1. Pendekaan dan Meode Peneliian Jenis peneliian yang digunakan adalah jenis peneliian kualiaif dengan menggunakan daa kuaniaif. Daa kualiaif adalah mengeahui Gambaran pengelolaan

Lebih terperinci

JIIA, VOLUME 2 No. 2, APRIL Yunica Safitri, Zainal Abidin, Novi Rosanti ABSTRACT

JIIA, VOLUME 2 No. 2, APRIL Yunica Safitri, Zainal Abidin, Novi Rosanti ABSTRACT KINERJA DAN NILAI TAMBAH AGROINDUSTRI SABUT KELAPA PADA KAWASAN USAHA AGROINDUSTRI TERPADU (KUAT) DI KECAMATAN PESISIR SELATAN KABUPATEN PESISIR BARAT (Performance And Added Value of CocoFiber Agroindusry

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Pertumbuhan ekonomi merupakan salah satu ukuran dari hasil pembangunan yang

BAB 1 PENDAHULUAN. Pertumbuhan ekonomi merupakan salah satu ukuran dari hasil pembangunan yang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Laar Belakang Perumbuhan ekonomi merupakan salah sau ukuran dari hasil pembangunan yang dilaksanakan khususnya dalam bidang ekonomi. Perumbuhan ersebu merupakan rangkuman laju perumbuhan

Lebih terperinci

ANALISI KELAYAKAN FINANSIAL USAHA AGROINDUSTRI TAHU STUDI KASUS DI KELURAHAN LABUH BARU BARAT KECAMATAN PAYUNG SEKAKI KOTA PEKANBARU

ANALISI KELAYAKAN FINANSIAL USAHA AGROINDUSTRI TAHU STUDI KASUS DI KELURAHAN LABUH BARU BARAT KECAMATAN PAYUNG SEKAKI KOTA PEKANBARU ANALISI KELAYAKAN FINANSIAL USAHA AGROINDUSTRI TAHU STUDI KASUS DI KELURAHAN LABUH BARU BARAT KECAMATAN PAYUNG SEKAKI KOTA PEKANBARU Muhammad Irfan Asrori, Yusmini, dan Shorea Khaswarina Fakulas Peranian

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Laar Belakang Perumbuhan ekonomi merupakan salah sau ukuran dari hasil pembangunan yang dilaksanakan khususnya dalam bidang ekonomi. Perumbuhan ersebu merupakan rangkuman laju-laju

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI. Produksi padi merupakan suatu hasil bercocok tanam yang dilakukan dengan

BAB 2 LANDASAN TEORI. Produksi padi merupakan suatu hasil bercocok tanam yang dilakukan dengan BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1. Produksi Produksi padi merupakan suau hasil bercocok anam yang dilakukan dengan penanaman bibi padi dan perawaan sera pemupukan secara eraur sehingga menghasilkan suau produksi

Lebih terperinci

BAB 2 URAIAN TEORI. waktu yang akan datang, sedangkan rencana merupakan penentuan apa yang akan

BAB 2 URAIAN TEORI. waktu yang akan datang, sedangkan rencana merupakan penentuan apa yang akan BAB 2 URAIAN EORI 2.1 Pengerian Peramalan Peramalan adalah kegiaan memperkirakan aau memprediksi apa yang erjadi pada waku yang akan daang, sedangkan rencana merupakan penenuan apa yang akan dilakukan

Lebih terperinci

HUMAN CAPITAL. Minggu 16

HUMAN CAPITAL. Minggu 16 HUMAN CAPITAL Minggu 16 Pendahuluan Invesasi berujuan unuk meningkakan pendapaan di masa yang akan daang. Keika sebuah perusahaan melakukan invesasi barang-barang modal, perusahaan ini akan mengeluarkan

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. Kawasan Pesisir Kabupaten Kulon Progo. Pemanfaatan/Penggunaan Lahan Saat Ini

METODE PENELITIAN. Kawasan Pesisir Kabupaten Kulon Progo. Pemanfaatan/Penggunaan Lahan Saat Ini METODE PENELITIAN Kerangka Pendekaan Sudi Penaagunaan lahan kawasan pesisir di Kabupaen Kulon Progo didasarkan pada karakerisik fisik, finansial usaha ani dan pemanfaaan saa ini. Karakerisik fisik adalah

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Kerangka Pemikiran Teoriis Pengerian proyek menuru Arifin yang dikuip dari Mariyanne (2006) adalah suau akivias di mana dikeluarkannya uang dengan harapan unuk mendapakan hasil

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN 23 III. METODE PENELITIAN 3.1 Waku dan Lokasi Peneliian dilaksanakan di iga empa berbeda. Unuk mengeahui ingka parisipasi masyaraka penelii mengambil sampel di RT 03/RW 04 Kelurahan Susukan dan RT 05/RW

Lebih terperinci

JIIA, VOLUME 5 No. 2, MEI 2017

JIIA, VOLUME 5 No. 2, MEI 2017 KELAYAKAN FINANSIAL UNIT USAHA JASA SEWA POMPA AIR UNTUK IRIGASI AIR PERMUKAAN DI DESA MEKAR MULYA KECAMATAN PALAS KABUPATEN LAMPUNG SELATAN (Financial Feasibiliy of Waer Pump Renal Services Business Uni

Lebih terperinci

BAB 4 ANALISIS DAN PEMBAHASAN

BAB 4 ANALISIS DAN PEMBAHASAN BAB 4 ANALISIS DAN EMBAHASAN 4.1 Karakerisik dan Obyek eneliian Secara garis besar profil daa merupakan daa sekunder di peroleh dari pusa daa saisik bursa efek Indonesia yang elah di publikasi, daa di

Lebih terperinci

APLIKASI MODEL ANALISIS KELAYAKAN EKONOMI

APLIKASI MODEL ANALISIS KELAYAKAN EKONOMI APLIKASI MODEL ANALISIS KELAYAKAN EKONOMI Oleh: YUDI WAHYUDIN, S.Pi., M.Si. Pelaihan Analisis Kelayakan Ekonomi Kegiaan Capaciy Building Program Pendanaan Kompeisi-Indeks Pembangunan Manusia (PPK-IPM)

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Laar Belakang Air merupakan kebuuhan pokok bagi seiap makhluk hidup di dunia ini ermasuk manusia. Air juga merupakan komponen lingkungan hidup yang pening bagi kelangsungan hidup

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tepat rencana pembangunan itu dibuat. Untuk dapat memahami keadaan

BAB I PENDAHULUAN. tepat rencana pembangunan itu dibuat. Untuk dapat memahami keadaan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Laar Belakang Dalam perencanaan pembangunan, daa kependudukan memegang peran yang pening. Makin lengkap dan akura daa kependudukan yang esedia makin mudah dan epa rencana pembangunan

Lebih terperinci

BAB 2 DASAR TEORI. Studi mengenai aspek teknis dan produksi ini sifatnya sangat strategis, sebab

BAB 2 DASAR TEORI. Studi mengenai aspek teknis dan produksi ini sifatnya sangat strategis, sebab 13 BAB 2 DASAR TEORI 2.1 Aspek Teknis Sudi mengenai aspek eknis dan produksi ini sifanya sanga sraegis, sebab berkaian dengan kapasias proyek, lokasi, aa leak ala produksi, kajian aas bahan dan sumbernya,

Lebih terperinci

Kelayakan Finansial Budidaya Jamur Tiram di Desa Sugihan, Kecamatan Tengaran, Kabupaten Semarang

Kelayakan Finansial Budidaya Jamur Tiram di Desa Sugihan, Kecamatan Tengaran, Kabupaten Semarang Kelayakan Finansial Budidaya Jamur Tiram di Desa Sugihan, Kecamaan Tengaran, Kabupaen Semarang Nugraheni Renaningsih Fakulas Peranian Universias Veeran Bangun Nusanara Sukoharjo, Jl. Lejen S. Humardani

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Kabupaten Labuhan Batu merupakan pusat perkebunan kelapa sawit di Sumatera

BAB 1 PENDAHULUAN. Kabupaten Labuhan Batu merupakan pusat perkebunan kelapa sawit di Sumatera BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Laar Belakang Kabupaen Labuhan Bau merupakan pusa perkebunan kelapa sawi di Sumaera Uara, baik yang dikelola oleh perusahaan negara / swasa maupun perkebunan rakya. Kabupaen Labuhan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Laar Belakang Masalah Dalam sisem perekonomian suau perusahaan, ingka perumbuhan ekonomi sanga mempengaruhi kemajuan perusahaan pada masa yang akan daang. Pendapaan dan invesasi merupakan

Lebih terperinci

Analisis kelayakan finansial perluasan tambak budidaya udang vaname di Cantigi Indramayu

Analisis kelayakan finansial perluasan tambak budidaya udang vaname di Cantigi Indramayu Jurnal Akuakulur Indonesia 9 (1), 77 83 (2010) Available : hp://journal.ipb.ac.id/index.php/jai hp://jurnalakuakulurindonesia.ipb.ac.id Analisis kelayakan finansial perluasan ambak budidaya udang vaname

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Dalam pelaksanaan pembangunan saat ini, ilmu statistik memegang peranan penting

BAB 1 PENDAHULUAN. Dalam pelaksanaan pembangunan saat ini, ilmu statistik memegang peranan penting BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Laar Belakang Dalam pelaksanaan pembangunan saa ini, ilmu saisik memegang peranan pening baik iu di dalam pekerjaan maupun pada kehidupan sehari-hari. Ilmu saisik sekarang elah melaju

Lebih terperinci

JIIA, VOLUME 4 No. 1, JANUARI 2016

JIIA, VOLUME 4 No. 1, JANUARI 2016 ANALISIS FINANSIAL USAHA TERNAK AYAM PROBIOTIK : STUDI KASUS: KPA BERKAT USAHA BERSAMA, KOTA METRO (Financial Analysis Of Probioic Chickens Farming : Case Sudy: KPA Berka Usaha Bersama, Mero Ciy) Bayu

Lebih terperinci

KELAYAKAN FINANSIAL INVESTASI PABRIK KELAPA SAWIT DI KABUPATEN ACEH UTARA. Asrida Dosen Program Studi Ekonomi Pembangunan Universitas Almuslim ABSTRAK

KELAYAKAN FINANSIAL INVESTASI PABRIK KELAPA SAWIT DI KABUPATEN ACEH UTARA. Asrida Dosen Program Studi Ekonomi Pembangunan Universitas Almuslim ABSTRAK KELAYAKAN FINANSIAL INVESTASI PABRIK KELAPA SAWIT DI KABUPATEN ACEH UTARA Asrida Dosen Program Sudi Ekonomi Pembangunan Universias Almuslim ABSTRAK Kelapa sawi merupakan salah sau primadona anaman perkebunan

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. yang akan datang. Peramalan menjadi sangat penting karena penyusunan suatu

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. yang akan datang. Peramalan menjadi sangat penting karena penyusunan suatu BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengerian Peramalan Peramalan adalah kegiaan memperkirakan apa yang erjadi pada waku yang akan daang sedangkan rencana merupakan penenuan apa yang akan dilakukan pada waku yang

Lebih terperinci

MODUL III ANALISIS KELAYAKAN INVESTASI

MODUL III ANALISIS KELAYAKAN INVESTASI ANALISIS KELAYAKAN INVESTASI 3.. Tujuan Ö Prakikan dapa memahami perhiungan alokasi biaya. Ö Prakikan dapa memahami analisis kelayakan invesasi dalam pendirian usaha. Ö Prakikan dapa menyusun proyeksi/proforma

Lebih terperinci

ANALISIS DIRECT SELLING COST DALAM MENINGKATKAN VOLUME PENJUALAN Studi kasus pada CV Cita Nasional.

ANALISIS DIRECT SELLING COST DALAM MENINGKATKAN VOLUME PENJUALAN Studi kasus pada CV Cita Nasional. JURNAL ILMIAH RANGGAGADING Volume 7 No. 1, April 7 : 3-9 ANALISIS DIRECT SELLING COST DALAM MENINGKATKAN VOLUME PENJUALAN Sudi kasus pada CV Cia Nasional. Oleh Emmy Supariyani* dan M. Adi Nugroho *Dosen

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. Peramalan (Forecasting) adalah suatu kegiatan yang mengestimasi apa yang akan

BAB II LANDASAN TEORI. Peramalan (Forecasting) adalah suatu kegiatan yang mengestimasi apa yang akan BAB II LADASA TEORI 2.1 Pengerian peramalan (Forecasing) Peramalan (Forecasing) adalah suau kegiaan yang mengesimasi apa yang akan erjadi pada masa yang akan daang dengan waku yang relaif lama (Assauri,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. universal, disemua negara tanpa memandang ukuran dan tingkat. kompleks karena pendekatan pembangunan sangat menekankan pada

BAB I PENDAHULUAN. universal, disemua negara tanpa memandang ukuran dan tingkat. kompleks karena pendekatan pembangunan sangat menekankan pada BAB I PENDAHULUAN A. Laar Belakang Disparias pembangunan ekonomi anar daerah merupakan fenomena universal, disemua negara anpa memandang ukuran dan ingka pembangunannya. Disparias pembangunan merupakan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Laar Belakang Pada dasarnya peramalan adalah merupakan suau dugaan aau perkiraan enang erjadinya suau keadaan di masa depan. Akan eapi dengan menggunakan meodemeode erenu peramalan

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI. Peramalan adalah kegiatan untuk memperkirakan apa yang akan terjadi di masa yang

BAB 2 LANDASAN TEORI. Peramalan adalah kegiatan untuk memperkirakan apa yang akan terjadi di masa yang BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Pengerian Peramalan Peramalan adalah kegiaan unuk memperkirakan apa yang akan erjadi di masa yang akan daang. Sedangkan ramalan adalah suau aau kondisi yang diperkirakan akan erjadi

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LADASA TEORI 2.1 Pengerian Peramalan Peramalan (forecasing) adalah suau kegiaan yang memperkirakan apa yang akan erjadi pada masa yang akan daang. Meode peramalan merupakan cara unuk memperkirakan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Propinsi Sumatera Utara merupakan salah satu propinsi yang mempunyai

BAB 1 PENDAHULUAN. Propinsi Sumatera Utara merupakan salah satu propinsi yang mempunyai BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Laar Belakang Propinsi Sumaera Uara merupakan salah sau propinsi yang mempunyai perkembangan yang pesa di bidang ransporasi, khususnya perkembangan kendaraan bermoor. Hal ini dapa

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN 19 BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Waku dan Lokasi Peneliian Peneliian ini dilakukan pada bulan Juni hingga Juli 2011 yang berlokasi di areal kerja IUPHHK-HA PT. Mamberamo Alas Mandiri, Kabupaen Mamberamo

Lebih terperinci

III KERANGKA PEMIKIRAN

III KERANGKA PEMIKIRAN III KERANGKA PEMIKIRAN 3.1 Teori Risiko Produksi Dalam eori risiko produksi erlebih dahulu dijelaskan mengenai dasar eori produksi. Menuru Lipsey e al. (1995) produksi adalah suau kegiaan yang mengubah

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Laar Belakang Masalah persediaan merupakan masalah yang sanga pening dalam perusahaan. Persediaan mempunyai pengaruh besar erhadap kegiaan produksi. Masalah persediaan dapa diaasi

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. yang akan datang. Peramalan menjadi sangat penting karena penyusunan suatu

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. yang akan datang. Peramalan menjadi sangat penting karena penyusunan suatu BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengerian Peramalan Peramalan adalah kegiaan memperkirakan apa yang erjadi pada waku yang akan daang sedangkan rencana merupakan penenuan apa yang akan dilakukan pada waku yang

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN 26 III. METODE PENELITIAN 3.1. Kerangka Pemikiran Penilaian perkembangan kinerja keuangan PT. Goodyear Indonesia Tbk dilakukan dengan maksud unuk mengeahui sejauh mana perkembangan usaha perusahan yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Perekonomian dunia telah menjadi semakin saling tergantung pada

BAB I PENDAHULUAN. Perekonomian dunia telah menjadi semakin saling tergantung pada BAB I PENDAHULUAN A. Laar Belakang Masalah Perekonomian dunia elah menjadi semakin saling erganung pada dua dasawarsa erakhir. Perdagangan inernasional merupakan bagian uama dari perekonomian dunia dewasa

Lebih terperinci

SUPLEMEN 3 Resume Hasil Penelitian: Analisis Respon Suku Bunga dan Kredit Bank di Sumatera Selatan terhadap Kebijakan Moneter Bank Indonesia

SUPLEMEN 3 Resume Hasil Penelitian: Analisis Respon Suku Bunga dan Kredit Bank di Sumatera Selatan terhadap Kebijakan Moneter Bank Indonesia SUPLEMEN 3 Resume Hasil Peneliian: Analisis Respon Suku Bunga dan Kredi Bank di Sumaera Selaan erhadap Kebijakan Moneer Bank Indonesia Salah sau program kerja Bank Indonesia Palembang dalam ahun 2007 adalah

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Sumber Daya Alam (SDA) yang tersedia merupakan salah satu pelengkap alat

BAB 1 PENDAHULUAN. Sumber Daya Alam (SDA) yang tersedia merupakan salah satu pelengkap alat BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Laar Belakang Sumber Daya Alam (SDA) yang ersedia merupakan salah sau pelengkap ala kebuuhan manusia, misalnya anah, air, energi lisrik, energi panas. Energi Lisrik merupakan Sumber

Lebih terperinci

KAJIAN AGRIBISNIS TAHU (Studi Kasus di Kabupaten Biak Numfor)

KAJIAN AGRIBISNIS TAHU (Studi Kasus di Kabupaten Biak Numfor) 57 Buana Sains Vol 8 No 1: 57-66, 2008 KAJIAN AGRIBISNIS TAHU (Sudi Kasus di Kabupaen Biak Numfor) I Made Suaryadana 1,2) dan Eri Yusnia Arviani 2) 1) Dinas Peranian Kabupaen Biak Numfor 2) Program Pascasarjana,

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Peneliian Jenis peneliian kuaniaif ini dengan pendekaan eksperimen, yaiu peneliian yang dilakukan dengan mengadakan manipulasi erhadap objek peneliian sera adanya konrol.

Lebih terperinci

Tuanku Zakaria 1, Zakiah 1, Indra 1 * 1 Program Studi Agribisnis, Fakultas Pertanian, Universitas Syiah Kuala

Tuanku Zakaria 1, Zakiah 1, Indra 1 * 1 Program Studi Agribisnis, Fakultas Pertanian, Universitas Syiah Kuala Jurnal Ilmiah Mahasiswa Peranian Unsyiah PROSPEK PENGEMBANGAN USAHA PENGGEMUKANN SAPI POTONG SECARA INTENSIF ( STUDI KASUS PADA UD.NIWATORI DI GAMPONG MEUNASAH KRUENG KECAMATAN INGIN JAYA KABUPATEN ACEH

Lebih terperinci

KELAYAKAN INDUSTRI KERUPUK JAMUR TIRAM DI KABUPATEN BOGOR ABSTRACT

KELAYAKAN INDUSTRI KERUPUK JAMUR TIRAM DI KABUPATEN BOGOR ABSTRACT KELAYAKAN INDUSTRI KERUPUK JAMUR TIRAM DI KABUPATEN BOGOR Purwoko dan Yandra Arkeman Deparemen Teknologi Indusri Peranian, Fakulas Teknologi Peranian, IPB ABSTRACT Oyser mushroom can be processed ino various

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS. Kegiatan untuk memperkirakan apa yang akan terjadi pada masa yang akan datang

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS. Kegiatan untuk memperkirakan apa yang akan terjadi pada masa yang akan datang BAB 2 TINJAUAN TEORITIS 2.1 Pengerian dan Manfaa Peramalan Kegiaan unuk mempeirakan apa yang akan erjadi pada masa yang akan daang disebu peramalan (forecasing). Sedangkan ramalan adalah suau kondisi yang

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS. dari bahasa Yunani yang berarti Demos adalah rakyat atau penduduk,dan Grafein

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS. dari bahasa Yunani yang berarti Demos adalah rakyat atau penduduk,dan Grafein BAB 2 TINJAUAN TEORITIS 2.1 Pengerian Demografi Keadaan penduduk sanga era kaiannya dengan demografi. Kaa demografi berasal dari bahasa Yunani yang berari Demos adalah rakya aau penduduk,dan Grafein adalah

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI. Metode Peramalan merupakan bagian dari ilmu Statistika. Salah satu metode

BAB 2 LANDASAN TEORI. Metode Peramalan merupakan bagian dari ilmu Statistika. Salah satu metode 20 BAB 2 LADASA TEORI 2.1. Pengerian Peramalan Meode Peramalan merupakan bagian dari ilmu Saisika. Salah sau meode peramalan adalah dere waku. Meode ini disebu sebagai meode peramalan dere waku karena

Lebih terperinci

Bab IV Pengembangan Model

Bab IV Pengembangan Model Bab IV engembangan Model IV. Sisem Obyek Kajian IV.. Komodias Obyek Kajian Komodias dalam peneliian ini adalah gula pasir yang siap konsumsi dan merupakan salah sau kebuuhan pokok masyaraka. Komodias ini

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Capial Expendiure (Belanja Modal) Capial Expendiure aau juga dikenal dengan nama belanja modal adalah pengeluaran yang dilakukan perusahaan unuk mendapakan aau memperbarui ase

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN TEORITIS

BAB II TINJAUAN TEORITIS BAB II TIJAUA TEORITIS 2.1 Peramalan (Forecasing) 2.1.1 Pengerian Peramalan Peramalan dapa diarikan sebagai beriku: a. Perkiraan aau dugaan mengenai erjadinya suau kejadian aau perisiwa di waku yang akan

Lebih terperinci

372 ZIRAA AH, Volume 41 Nomor 3, Oktober 2016 Halaman ISSN ELEKTRONIK

372 ZIRAA AH, Volume 41 Nomor 3, Oktober 2016 Halaman ISSN ELEKTRONIK 372 REVITALISASI INDUSTRI KEHUTANAN DALAM PENGELOLAAN HUTAN TANAMAN RAKYAT UNTUK PEMBERDAYAAN KELUARGA PETANI DAN MENDUKUNG INDUSTRI PLYWOOD DI PROVINSI KALIMANTAN TIMUR (Revializaion Of The Foresry Indusry

Lebih terperinci

(T.6) PENDEKATAN INDEKS SIKLUS PADA METODE DEKOMPOSISI MULTIPLIKATIF

(T.6) PENDEKATAN INDEKS SIKLUS PADA METODE DEKOMPOSISI MULTIPLIKATIF Seminar Nasional Saisika 12 November 2011 Vol 2, November 2011 (T.6) PENDEKATAN INDEKS SIKLUS PADA METODE DEKOMPOSISI MULTIPLIKATIF Gumgum Darmawan, Sri Mulyani S Saf Pengajar Jurusan Saisika FMIPA UNPAD

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI. Pengangguran atau tuna karya merupakan istilah untuk orang yang tidak mau bekerja

BAB 2 LANDASAN TEORI. Pengangguran atau tuna karya merupakan istilah untuk orang yang tidak mau bekerja BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Pengerian Pengangguran Pengangguran aau una karya merupakan isilah unuk orang yang idak mau bekerja sama sekali, sedang mencari kerja, bekerja kurang dari dua hari selama seminggu,

Lebih terperinci

1.1. Latar Belakang 1.2. Maksud, Tujuan, Manfaat dan Sasaran 1.3. Ruang Lingkup Kegiatan 1.4. Sistematika Penulisan

1.1. Latar Belakang 1.2. Maksud, Tujuan, Manfaat dan Sasaran 1.3. Ruang Lingkup Kegiatan 1.4. Sistematika Penulisan .. Laar Belakang.2. Maksud, Tujuan, Manfaa dan Sasaran.3. Ruang Lingkup Kegiaan.4. Sisemaika Penulisan Penyusunan Incremenal Capial Oupu Raio Kabupaen Sinang 2008-203 PENDAHULUAN.. Laar Belakang Pembangunan

Lebih terperinci

ADOPSI REGRESI BEDA UNTUK MENGATASI BIAS VARIABEL TEROMISI DALAM REGRESI DERET WAKTU: MODEL KEHILANGAN AIR DISTRIBUSI DI PDAM SUKABUMI

ADOPSI REGRESI BEDA UNTUK MENGATASI BIAS VARIABEL TEROMISI DALAM REGRESI DERET WAKTU: MODEL KEHILANGAN AIR DISTRIBUSI DI PDAM SUKABUMI ADOPSI REGRESI BEDA UNTUK MENGATASI BIAS VARIABEL TEROMISI DALAM REGRESI DERET WAKTU: MODEL KEHILANGAN AIR DISTRIBUSI DI PDAM SUKABUMI Yusep Suparman Universias Padjadjaran yusep.suparman@unpad.ac.id ABSTRAK.

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis dan Pendekaan Peneliian Jenis peneliian yang digunakan dalam peneliian ini adalah peneliian evaluasi dan pendekaannya menggunakan pendekaan kualiaif non inerakif (non

Lebih terperinci

ANALISIS KELAYAKAN FINANSIAL BUDIDAYA IKAN NILA WANAYASA PADA KELOMPOK PEMBUDIDAYA MEKARSARI

ANALISIS KELAYAKAN FINANSIAL BUDIDAYA IKAN NILA WANAYASA PADA KELOMPOK PEMBUDIDAYA MEKARSARI Analisis Jurnal Akuakulur Kelayakan Finansial Indonesia, Budidaya 6(1): 97 102 Ikan Nila (2007) Wanayasa Available : hp://journal.ipb.ac.id/index.php/jai 97 hp://jurnalakuakulurindonesia.ipb.ac.id Bulan

Lebih terperinci

ANALISIS FINANSIAL PENGOLAHAN SURIMI DENGAN SKALA MODERN DAN SEMI MODERN. Financial Analysis of Surimi Processing by Modern and Semi-Modern Scale

ANALISIS FINANSIAL PENGOLAHAN SURIMI DENGAN SKALA MODERN DAN SEMI MODERN. Financial Analysis of Surimi Processing by Modern and Semi-Modern Scale ANALISIS FINANSIAL PENGOLAHAN SURIMI DENGAN SKALA MODERN DAN SEMI MODERN Financial Analysis of Surimi Processing by Modern and Semi-Modern Scale Nazori Djazuli 1*, Mia Wahyuni, Daniel Moninja, Ari Purbayano

Lebih terperinci

STUDI KELAYAKAN FINANSIAL PUPUK ORGANIK RESIDU BIOGAS DARI DIVERSIFIKASI USAHA TERNAK

STUDI KELAYAKAN FINANSIAL PUPUK ORGANIK RESIDU BIOGAS DARI DIVERSIFIKASI USAHA TERNAK HABITAT Volume XXII, No. 1, Bulan April 2011 ISSN: 0853-5167 STUDI KELAYAKAN FINANSIAL PUPUK ORGANIK RESIDU BIOGAS DARI DIVERSIFIKASI USAHA TERNAK (FINANCIAL FEASIBILITY STUDIES OF ORGANIC FERTILIZER FROM

Lebih terperinci

PENERAPAN METODE TRIPLE EXPONENTIAL SMOOTHING UNTUK MENGETAHUI JUMLAH PEMBELI BARANG PADA PERUSAHAAN MEBEL SINAR JEPARA TANJUNGANOM NGANJUK.

PENERAPAN METODE TRIPLE EXPONENTIAL SMOOTHING UNTUK MENGETAHUI JUMLAH PEMBELI BARANG PADA PERUSAHAAN MEBEL SINAR JEPARA TANJUNGANOM NGANJUK. PENERAPAN METODE TRIPLE EXPONENTIAL MOOTHING UNTUK MENGETAHUI JUMLAH PEMBELI BARANG PADA PERUAHAAN MEBEL INAR JEPARA TANJUNGANOM NGANJUK. ii Rukayah*), Achmad yaichu**) ABTRAK Peneliian ini berujuan unuk

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. Persediaan dapat diartikan sebagai barang-barang yang disimpan untuk digunakan atau

BAB II LANDASAN TEORI. Persediaan dapat diartikan sebagai barang-barang yang disimpan untuk digunakan atau BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Pengerian Persediaan Persediaan dapa diarikan sebagai barang-barang yang disimpan unuk digunakan aau dijual pada masa aau periode yang akan daang. Persediaan erdiri dari bahan

Lebih terperinci

BAB 2 KINEMATIKA. A. Posisi, Jarak, dan Perpindahan

BAB 2 KINEMATIKA. A. Posisi, Jarak, dan Perpindahan BAB 2 KINEMATIKA Tujuan Pembelajaran 1. Menjelaskan perbedaan jarak dengan perpindahan, dan kelajuan dengan kecepaan 2. Menyelidiki hubungan posisi, kecepaan, dan percepaan erhadap waku pada gerak lurus

Lebih terperinci

Jurnal Edik Informatika Penelitian Bidang Komputer Sains dan Pendidikan Informatika V1.i1(64-69)

Jurnal Edik Informatika Penelitian Bidang Komputer Sains dan Pendidikan Informatika V1.i1(64-69) Jurnal Edik Informaika Peneliian Bidang Kompuer Sains dan Pendidikan Informaika Peramalan Penjualan Pada Usaha Kecil Menengah (UKM) Roi Sania Dengan Menggunakan Program POM QM Henny Yulius 1, Yadi Prawinaa

Lebih terperinci

MODEL OPTIMASI PENGGANTIAN MESIN PEMECAH KULIT BERAS MENGGUNAKAN PEMROGRAMAN DINAMIS (PABRIK BERAS DO A SEPUH)

MODEL OPTIMASI PENGGANTIAN MESIN PEMECAH KULIT BERAS MENGGUNAKAN PEMROGRAMAN DINAMIS (PABRIK BERAS DO A SEPUH) Journal Indusrial Servicess Vol. No. Okober 0 MODEL OPTIMASI PENGGANTIAN MESIN PEMECAH KULIT BERAS MENGGUNAKAN PEMROGRAMAN DINAMIS (PABRIK BERAS DO A SEPUH) Abdul Gopar ) Program Sudi Teknik Indusri Universias

Lebih terperinci

Analisis Finansial Usaha Penggemukan Sapi Peranakan Friesian Holstein (PFH) Jantan di Kecamatan Selo Kabupaten Boyolali

Analisis Finansial Usaha Penggemukan Sapi Peranakan Friesian Holstein (PFH) Jantan di Kecamatan Selo Kabupaten Boyolali Tropical Animal Husbandry Vol. 1 (1), Okober 2012:43-51 ISSN 2301-9921 Analisis Finansial Usaha Penggemukan Sapi Peranakan Friesian Holsein (PFH) Janan di Kecamaan Selo Kabupaen Boyolali N. Diamojo, S.

Lebih terperinci

x 4 x 3 x 2 x 5 O x 1 1 Posisi, perpindahan, jarak x 1 t 5 t 4 t 3 t 2 t 1 FI1101 Fisika Dasar IA Pekan #1: Kinematika Satu Dimensi Dr.

x 4 x 3 x 2 x 5 O x 1 1 Posisi, perpindahan, jarak x 1 t 5 t 4 t 3 t 2 t 1 FI1101 Fisika Dasar IA Pekan #1: Kinematika Satu Dimensi Dr. Pekan #1: Kinemaika Sau Dimensi 1 Posisi, perpindahan, jarak Tinjau suau benda yang bergerak lurus pada suau arah erenu. Misalnya, ada sebuah mobil yang dapa bergerak maju aau mundur pada suau jalan lurus.

Lebih terperinci

MENINGKATKAN KEMAMPUAN MEMECAHKAN MASALAH SISWA MELALUI PEMBELAJARAN PEMBERIAN TUGAS LEMBARAN KERJA SECARA KELOMPOK. Oleh: Yoyo Zakaria Ansori

MENINGKATKAN KEMAMPUAN MEMECAHKAN MASALAH SISWA MELALUI PEMBELAJARAN PEMBERIAN TUGAS LEMBARAN KERJA SECARA KELOMPOK. Oleh: Yoyo Zakaria Ansori MENINGKATKAN KEMAMPUAN MEMECAHKAN MASALAH SISWA MELALUI PEMBELAJARAN PEMBERIAN TUGAS LEMBARAN KERJA SECARA KELOMPOK Oleh: Yoyo Zakaria Ansori Peneliian ini dilaarbelakangi rendahnya kemampuan memecahkan

Lebih terperinci

KELAYAKAN PENGUSAHAAN PALA DI JAWA BARAT

KELAYAKAN PENGUSAHAAN PALA DI JAWA BARAT KELAYAKAN PENGUSAHAAN PALA DI JAWA BARAT Bedy Sudjarmoko Balai Peneliian Tanaman Rempah dan Aneka Tanaman Indusri Indonesian Spice and Indusrial Crop Research Insiue ABSTRAK Jawa Bara merupakan salah sau

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dalam pembicaraan sehari-hari, bank dikenal sebagai lembaga keuangan yang

BAB I PENDAHULUAN. Dalam pembicaraan sehari-hari, bank dikenal sebagai lembaga keuangan yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Laar Belakang Dalam pembicaraan sehari-hari, bank dikenal sebagai lembaga keuangan yang kegiaan uamanya menerima simpanan giro, abungan dan deposio. Kemudian bank juga dikenal sebagai

Lebih terperinci

Gambar 2. Letak Geografis Kota Tangerang

Gambar 2. Letak Geografis Kota Tangerang METODOLOGI Lokasi dan Waku Peneliian Peneliian dilakukan di wilayah adminisrasi Koa Tangerang, Propinsi Banen. Proses peneliian dimulai dengan pengumpulan daa, analisis dan diakhiri dengan penyusunan laporan,

Lebih terperinci

BAB III METODE DEKOMPOSISI CENSUS II. Data deret waktu adalah data yang dikumpulkan dari waktu ke waktu

BAB III METODE DEKOMPOSISI CENSUS II. Data deret waktu adalah data yang dikumpulkan dari waktu ke waktu BAB III METODE DEKOMPOSISI CENSUS II 3.1 Pendahuluan Daa dere waku adalah daa yang dikumpulkan dari waku ke waku unuk menggambarkan perkembangan suau kegiaan (perkembangan produksi, harga, hasil penjualan,

Lebih terperinci

PENGARUH PENGEMBANGAN KARYAWAN TERHADAP MOTIVASI DAN PRESTASI KERJA KARYAWAN (Studi pada karyawan tetap PT PG Tulangan Sidoarjo)

PENGARUH PENGEMBANGAN KARYAWAN TERHADAP MOTIVASI DAN PRESTASI KERJA KARYAWAN (Studi pada karyawan tetap PT PG Tulangan Sidoarjo) PENGARUH PENGEMBANGAN KARYAWAN TERHADAP MOTIVASI DAN PRESTASI KERJA KARYAWAN (Sudi pada karyawan eap PT PG Tulangan Sidoarjo) Niken Dwi Okavia Heru Susilo Moehammad Soe`oed Hakam Fakulas Ilmu Adminisrasi

Lebih terperinci

3 METODE PENELITIAN. Gambar 5 Peta lokasi penelitian. PETA PENELITIAN DI KABUPATEN ACEH JAYA. Lokasi sampel. Lokasi Penelitian

3 METODE PENELITIAN. Gambar 5 Peta lokasi penelitian. PETA PENELITIAN DI KABUPATEN ACEH JAYA. Lokasi sampel. Lokasi Penelitian 3 METODE PENELITIAN 3.1 Tempa dan Waku Peneliian Peneliian ini dilaksanakan di pesisir Kabupaen Aceh Jaya di Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam. Peneliian ini dilaksanakan pada bulan Agusus 2008 sampai

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini adalah penelitian Quasi Eksperimental Design dengan

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini adalah penelitian Quasi Eksperimental Design dengan BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Jenis dan Desain Peneliian Peneliian ini adalah peneliian Quasi Eksperimenal Design dengan kelas eksperimen dan kelas conrol dengan desain Prees -Poses Conrol Group Design

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang merupakan kemajuan kearah yang dicapai. Seperti yang terdapat pada

BAB I PENDAHULUAN. yang merupakan kemajuan kearah yang dicapai. Seperti yang terdapat pada BAB I PENDAHULUAN I.1 LATAR BELAKANG MASALAH Pembangunan pada umumnya adalah perubahan secara erus menerus yang merupakan kemajuan kearah yang dicapai. Seperi yang erdapa pada rumusan GBHN, yaiu mewujudkan

Lebih terperinci

KLASIFIKASI DATA PRODUKSI PADI PULAU JAWA MENGGUNAKAN ALGORITMECLASSIFICATION VERSION 4.5 (C4.5)

KLASIFIKASI DATA PRODUKSI PADI PULAU JAWA MENGGUNAKAN ALGORITMECLASSIFICATION VERSION 4.5 (C4.5) KLASIFIKASI DATA PRODUKSI PADI PULAU JAWA MENGGUNAKAN ALGORITMECLASSIFICATION VERSION 4.5 (C4.5) Dwi Seyowai, Yuliana Susani, Supriyadi Wibowo Program Sudi Maemaika Fakulas Maemaika dan Ilmu Pengeahuan

Lebih terperinci

Jurnal Edik Informatika. Peramalan Kebutuhan Manajemen Logistik Pada Usaha Depot Air Minum Isi Ulang Al-Fitrah

Jurnal Edik Informatika. Peramalan Kebutuhan Manajemen Logistik Pada Usaha Depot Air Minum Isi Ulang Al-Fitrah Jurnal Edik Informaika Peneliian Bidang Kompuer Sains dan Pendidikan Informaika V.i(5-4) Peramalan Kebuuhan Manajemen Logisik Pada Usaha Depo Air Minum Isi Ulang Al-Firah Henny Yulius, Islami Yei Universias

Lebih terperinci

Pemodelan Data Runtun Waktu : Kasus Data Tingkat Pengangguran di Amerika Serikat pada Tahun

Pemodelan Data Runtun Waktu : Kasus Data Tingkat Pengangguran di Amerika Serikat pada Tahun Pemodelan Daa Runun Waku : Kasus Daa Tingka Pengangguran di Amerika Serika pada Tahun 948 978. Adi Seiawan Program Sudi Maemaika, Fakulas Sains dan Maemaika Universias Krisen Saya Wacana, Jl. Diponegoro

Lebih terperinci

BAB III METODE PEMULUSAN EKSPONENSIAL TRIPEL DARI WINTER. Metode pemulusan eksponensial telah digunakan selama beberapa tahun

BAB III METODE PEMULUSAN EKSPONENSIAL TRIPEL DARI WINTER. Metode pemulusan eksponensial telah digunakan selama beberapa tahun 43 BAB METODE PEMUUAN EKPONENA TRPE DAR WNTER Meode pemulusan eksponensial elah digunakan selama beberapa ahun sebagai suau meode yang sanga berguna pada begiu banyak siuasi peramalan Pada ahun 957 C C

Lebih terperinci

Economic Rent Analysis of Timber Estate Log Production in Indonesia

Economic Rent Analysis of Timber Estate Log Production in Indonesia ANALISIS PUNGUTAN RENTE EKONOMI KAYU BULAT HUTAN TANAMAN INDUSTRI DI INDONESIA Economic Ren Analysis of Timber Esae Log Producion in Indonesia Oleh/By: Transoo Handadhari, Achmad Sumiro, Sofyan P. Warsio

Lebih terperinci

Bab 2 Landasan Teori

Bab 2 Landasan Teori Bab 2 Landasan Teori 2.1 Keseimbangan Lini 2.1.1 Definisi Keseimbangan Lini Penjadwalan dari pekerjaan lini produksi yang menyeimbangkan kerja yang dilakukan pada seiap sasiun kerja. Keseimbangan lini

Lebih terperinci

KAJIAN KELAYAKAN FINANSIAL PENGEMBANGAN ANGKUTAN WISATA DI KOTA DENPASAR

KAJIAN KELAYAKAN FINANSIAL PENGEMBANGAN ANGKUTAN WISATA DI KOTA DENPASAR Konferensi Nasional Teknik Sipil 10 Universias Ama Jaya Yogyakara, 26-27 Okober 2016 KAJIAN KELAYAKAN FINANSIAL PENGEMBANGAN ANGKUTAN WISATA DI KOTA DENPASAR Puu Ali Suhanaya 1, Dyah Ayu Lesari 1, 1 Jurusan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dibandingkan dengan perkotaan, baik secara ekonomi maupun dalam hal

BAB I PENDAHULUAN. dibandingkan dengan perkotaan, baik secara ekonomi maupun dalam hal BAB I PENDAHULUAN 1.1. Laar Belakang Pedesaan di Indonesia biasanya memiliki ciri agak eringgal bila dibandingkan dengan perkoaan, baik secara ekonomi maupun dalam hal aspek lainnya, seperi: pembangunan,

Lebih terperinci