KAJIAN KELAYAKAN FINANSIAL PENGEMBANGAN ANGKUTAN WISATA DI KOTA DENPASAR

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "KAJIAN KELAYAKAN FINANSIAL PENGEMBANGAN ANGKUTAN WISATA DI KOTA DENPASAR"

Transkripsi

1 Konferensi Nasional Teknik Sipil 10 Universias Ama Jaya Yogyakara, Okober 2016 KAJIAN KELAYAKAN FINANSIAL PENGEMBANGAN ANGKUTAN WISATA DI KOTA DENPASAR Puu Ali Suhanaya 1, Dyah Ayu Lesari 1, 1 Jurusan Teknik Sipil, Universias Udayana, Jl. Kampus Buki Jimbaran, Bali suhanaya@rock .com ABSTRAK Pariwisaa merupakan sekor uama pendukung perekonomian di Koa Denpasar. Diperlukan unuk meningkakan fasilias pelayanan wisaawan menuju ke objek wisaa yang ada di Koa Denpasar, salah saunya dengan menyediakan angkuan wisaa. Tujuan dari peneliian ini adalah unuk menganalisis kelayakan finansial pengembangan angkuan wisaa di Koa Denpasar. Survei lapangan yang dilakukan melipui pengukuran jarak dan waku empuh. Daa jumlah kunjungan wisaawan diperoleh dari Dinas Pariwisaa Koa Denpasar. Selanjunya dilakukan analisis biayamanfaa. Parameer kelayakan finansial melipui NPV (Ne Presen Value), BCR (Benefi Cos Raio), dan IRR (Inernal Rae of Reurn). Dari hasil analisis diperoleh bahwa poensi demand angkuan wisaa di Koa Denpasar diperkirakan mencapai orang pada ahun Alernaif pake wisaa melipui wisaa reguler ciy our dan charer ciy our. Angkuan wisaa beroperasi dengan waku pelayanan 8 jam dari pukul s/d wia unuk reguler dan 4,5 jam-5,5 jam unuk pake charer. Headway dieapkan 30 meni. Hasil analisis kelayakan finansial menunjukkan bahwa unuk pake reguler ciy our angkuan bus sedang: NPV = Rp , BCR = , IRR = 21%, minibus : NPV = Rp , BCR = , IRR = 24%. Unuk pake wisaa charer ciy our unuk angkuan bus sedang: NPV = Rp , BCR = , IRR = 26%, minibus: NPV = Rp , BCR = , IRR = 23%. Secara finansial invesasi adalah layak, namun analisis sensiivias menunjukkan bahwa invesasi ersebu sensiif erhadap perubahan manfaa dan biaya. Kaa kunci: angkuan wisaa, sisem operasional, BOK, kelayakan finansial 1. PENDAHULUAN Sebagai Ibukoa Provinsi Bali, Koa Denpasar memiliki empa-empa wisaa yang menarik yang sering dikunjungi oleh wisaawan domesik maupun asing seperi Pasar Seni Kumbasari, Museum Bali, Taman Budaya Ar Cener, Monumen Bajra Sandhi sera Panai Sanur. wisaawan yang berkunjung ke Koa Denpasar unuk wisaawan domesik orang dan wisaawan asing sejumlah orang dengan oal kunjungan orang (Disparda Provinsi Bali, 2014). Menuru daa Direkori Kepariwisaaan Denpasar (Dinas Pariwisaa Koa Denpasar, 2014), jumlah biro perjalanan wisaa di Denpasar Selaan sebanyak 94 usaha, Denpasar Timur sebanyak 41 usaha, Denpasar Bara sebanyak 37 usaha, dan jumlah biro perjalanan di Denpasar Uara sebanyak 4 usaha. Dengan banyaknya usaha yang bergerak di bidang pariwisaa, maka banyak pula erjadi pergerakan angkuan wisaa yang memiliki konribusi erhadap permasalahan ransporasi yang ada di Koa Denpasar. Pada saa ini wisaawan sering memilih unuk menyewa mobil (rencar) maupun menyewa moor dikarenakan mudahnya mendapakan kendaraan sewa, sera lebih efisien dalam mobiliasnya. Menuru Mirzaee (2014) pengembangan sarana dan prasarana ransporasi memiliki konsribusi pening unuk meningkakan kepariwisaaan. Toh, dkk (2014) mengkaji peranan ransporasi dalam kepariwisaaan di Negara Eropa. Mereka menemukan bahwa aksesibilias memiliki peranan pening dalam peningkaan kepariwisaaan. Sebagai koa ujuan wisaa, Koa Denpasar perlu melakukan perbaikan dan peningkaan fasiliasnya, dimana salah saunya adalah dengan pengadaan angkuan wisaa unuk melayani pergerakan wisaawan menuju ke objek wisaa di Koa Denpasar. Pengadaan angkuan wisaa yang diperlukan yaiu dengan memberikan keunggulan erhadap fasilias angkuan umum dari segi keamanan, kenyamanan, efisiensi biaya, kemudahaan wisaawan mendapakan angkuan dan juga informasi mengenai jadwal dan rue yang akan dilalui. Pelayanan angkuan pariwisaa di Koa Denpasar saa ini hanya ersedia melalui ravel agen, sehingga unuk wisaawan domesik maupun mancanegara yang ingin berwisaa di Koa Denpasar idak ada pilihan selain menyewa kendaraan aaupun menggunakan biro perjalanan karena belum adanya fasilias angkuan wisaa yang bergerak secara reguler. 377

2 Bali sebagai desinasi wisaawan mancanegara dan Koa Denpasar sebagai baromeer kepariwisaaan Bali memberi dampak pada pembangunan di Koa Denpasar, namun inovasi dalam sekor pariwisaa di Bali masih eringgal dibandingkan koa-koa lainnya. Bandung, Jogja dan Solo elah memiliki fasilias angkuan wisaa yang khusus bergerak secara reguler unuk melayani wisaawan, sedangkan di Bali belum ersedia fasilias angkuan wisaa yang bergerak secara reguler. Unuk meningkakan dan memperbaiki fasilias angkuan wisaa di Koa Denpasar sebagai salah sau desinasi unggulan, peneliian ini dilakukan unuk mengkaji kelayakan finansial angkuan wisaa ciy our dengan dua alernaif layanan yaiu reguler dan sewa (charer). 2. KAJIAN PUSTAKA Pada dasarnya analisis finansial proyek dikembangkan dalam usaha mencari suau ukuran yang menyeluruh yang dapa menggambarkan ingka kelayakan proyek. Secara umum ada beberapa meode yang sering digunakan yaiu: Benefi Cos Raio (BCR), Ne Presen Value (NPV) dan Inernal Rae of Reurn (IRR) (Giaman, 2011). Benefi cos raio (BCR) Benefi Cos Raio diperoleh dengan cara membandingkan semua manfaa (benefi) yang diperoleh dengan semua biaya (cos) yang dikeluarkan sepanjang umur layanan dimana manfaa dan biaya harus dikonversi dalam nilai uang yang sama. Besaran BCR dapa berupa BCR<1, BCR=1 aau BCR>1. Semakin besar nilai BCR maka kondisi ersebu semakin baik (Giaman, 2011). a. BCR<1 : manfaa yang dierima lebih kecil dari biaya yang dikeluarkan. b. BCR=1 : besarnya manfaa seimbang dengan biaya yang dikeluarkan. c. BCR>1 : manfaa yang dierima lebih besar daripada biaya yang dikeluarkan. Secara sisemais dirumuskan sebagai beriku: n ( B( 0 (1 i) BCR n ( C( 0 (1 i) (1) dimana: B() = besaran oal dari komponen manfaa proyek pada ahun ke (Rp.) C() = besaran oal dari komonen biaya pada ahun ke- (Rp.) i = ingka bunga yang diperhiungkan (%) = periode ahun Suau proyek dikaakan layak bila BCR > 1 aau NPV > 0. Sebaliknya bila BCR < 1, NPV < 0, maka proyek dikaakan idak layak. Ne presen value (NPV) Ne Presen Value diperoleh dari selisih semua manfaa dengan semua biaya selama umur layanan dimana manfaa dan biaya harus dikonversi dengan nilai uang yang sama (LPKM-ITB, 1997). Dalam hal ini acuan yang dipergunakan adalah besaran ne saa ini (ne persen value), arinya semua besaran komponen didefinisikan sebagai selisih anara persen value dari komponen manfaa dan persen value dari komponen biaya. Besarnya nilai NPV dapa berupa : NPV<0 (-), NPV=0, dan NPV>0 (+). a. NPV<0 aau negaif (-) : biaya yang dikeluarkan lebih besar daripada manfaa yang diperoleh. b. NPV=0 : manfaa yang diperoleh seimbang dengan biaya yang dikeluarkan. c. NPV>0 aau posiif: manfaa yang diperoleh melebihi biaya yang dikeluarkan. Secara sisemais rumusnya sebagai beriku: n ( B( n ( C( NVP - (2) 0 0 (1 i) (1 i ) dimana: B() NVP 0 ( B( ) (1 n C( i) = besaran oal dari komponen manfaa proyek pada ahun ke (Rp.) (3) 378

3 C() = besaran oal dari komonen biaya pada ahun ke- (Rp.) i = ingka bunga yang diperhiungkan (%) = periode ahun Dengan menggunakan krieria ini maka proyek erenu dikaakan layak jika NPV > 0, sedangkan jika NPV = 0, maka proyek ersebu mengembalikan persis sebesar Opporuniy Cos of Capial dan jika NPV < 0, maka proyek dikaakan idak layak. Inernal rae of reurn (IRR) Inernal rae of reurn aau IRR merupakan parameer kelayakan yang berupa ingka pengembalian modal dan dinyaakan dalam persen (%). Besarnya IRR diperoleh dengan cara rial and error erhadap cashflow. Mula-mula dieapkan suku bunga (i) yang diperkirakan mendekai IRR. Jika perhiungan ini memberikan nilai NPV yang negaif berari nilai i sudah lebih besar dari IRR. Kalau hal ini sudah ercapai selanjunya diadakan inerpolasi anara discoun rae yang eringgi yang masih memberikan nilai NPV posiif dan discoun rae rendah yang memberikan nilai NPV negaif sehingga diperoleh NPV sebesar nol. Krieria unuk meneapakan kelayakan suau proyek ialah bila IRR lebih besar dari discoun rae (ingka bunga), aau IRR >i. dimana: i 1 i 2 NPV IRR i ( i i 2 1) 1 (4) NPV NPV 1 = ingka suku bunga perama saa NPV posiif (%) = ingka suku bunga kedua saa NPV negaif (%) 2 3. METODE Lokasi pada peneliian ini adalah kawasan pariwisaa Koa Denpasar yang erdiri dari 4 kecamaan, baik Denpasar Uara, Denpasara Selaan, Denpasar Timur sera Denpasar Bara. Pada peneliian ini dilakukan pengumpulan daa dengan menggunakan daa sekunder maupun daa primer. Daa primer didapa langsung pada objek peneliian, adapun cara dalam mendapakan daa primer dengan mewancarai showroom kendaraan dan bengkel suku cadang unuk mengeahui daa harga suku cadang kendaraan. Daa erkai pajak kendaraan diperoleh melalui wawancara dengan operaor angkuan pariwisaa. Selain iu daa primer juga didapa dari survei yang dilakukan langsung oleh penelii unuk mendapakan panjang linasan, waku, rue, dimana dalam survei kecepaan menggunakan v=20 km/jam sesuai dengan kecepaan sandar angkuan umum. Daa sekunder melipui layanan pariwisaa, lokasi objek wisaa dan jumlah kunjungan wisaawan diperoleh dari Dinas Pariwisaa Daerah Provinsi Bali (2014) dan Dinas Pariwisaa Koa Denpasar (2014), daa ingka inflasi di Koa Denpasar diperoleh dari Badan Pusa Saisik (2015). Poensi penumpang (demand) wisaawan yang beralih menggunakan angkuan wisaa dalam peneliian ini menggunakan jumlah wisaawan yang didapa pada daa sekunder dari insansi Kepariwisaaan erkai. Daa jumlah pariwisaa yang diambil menggunakan jumlah kunjungan wisaawan kunjungan objek eringgi pada ahun 2009 sampai dengan ahun 2013 dengan perumbuhan wisaawan 2,6% (Badan Pusa Saisik, 2015). Kemudian dilakukan esimasi ke ahun rencana pada ahun 2017 dengan asumsi 30% dari oal kunjungan wisaawan merupakan poensi demand (wisaawan yang beralih menggunakan angkuan wisaa ciy our). Selanjunya dienukan linasan aau rue layanan angkuan wisaa sesuai dengan lokasi objek wisaa berdasarkan daa kunjungan eringgi iap ahunnya. Adapun pemilihan linasan dikelompokkan sesuai dengan daya arik iap objek wisaa dan kebuuhan wisaawan kedalam pake wisaa. Pada Gambar 1 dapa diliha rue angkuan wisaa yang direncanakan unuk melayani wisaawan yang akan berkunjung ke objek wisaa dalam koa. Adapun objek wisaa yang akan dikunjungi adalah : Taman Budaya Ar Cenre, Museum Lukisan Sidik Jari, Monumen Bajra Sandhi, Pasar Kumbasari, Pasar Badung, Museum Bali. Jarak empuh km dengan kecepaan raa-raa kendaraan 20km/jam didapa waku empuh per roundrip meni. Perencanaan operasional anguan wisaa dan perhiungan Biaya Operasional Kendaraan (BOK) dilakukan berdasarkan Deparemen Perhubungan (1996a, 1996b dan 2002) dan Idwan (1996). 379

4 Gambar 1. Rencana rue ciy our di Koa Denpasar Umur rencana pada peneliian ini menggunakan umur ekonomis kendaraan yaiu selama 7 ahun, dengan ahun rencana Analisis selama umur rencana pada peneliian ini menggunakan proyeksi nilai inflasi Koa Denpasar sebesar 0,34% (Badan Pusa Saisik, 2015). Adapun skenario invesasi pada peneliian ini adalah dengan pengadaan angkuan wisaa yang bergerak secara reguler maupun charer ke objek wisaa yang ada di Koa Denpasar. Dalam peneliian ini, analisis finansial dilakukan dengan krieria invesasi yang melipui: Ne Presen Value, Benefi Cos Raio, dan Inernal Rae of Reurn. 4. HASIL DAN PEMBAHASAN Analisis poensi demand calon penumpang yang dimaksud dalam peniliian ini adalah jumlah kunjungan yang erdapa pada objek wisaa di Koa Denpasar yang dilalui oleh rayek angkuan wisaa yang elah direncanakan, dengan asumsi 30% dari oal kunjungan merupakan wisaawan yang beralih menggunakan angkuan wisaa. poensi demand kunjungan ke objek wisaa di Koa Denpasar dapa diliha pada Tabel 1. Tabel 1. Poensi demand angkuan pariwisaa Koa Denpasar No Objek Wisaa Kunjungan per Tahun (Org) Hari Kunjungan per Tahun (Hari) Kunjungan Raa-Raa Harian (Org) 1 Museum lukis sidik jari Museum Bali Taman Budaya Pulau Serangan Prasasi Blanjong Pasar Kumbasari Pasar Badung Desa Budaya Keralangu Monumen Perjuangan Rakya Bali Mangrove Load fakor Dalam peneliian ini, perencanaan angkuan wisaa pake reguler ciy our menggunakan 2 jenis angkuan yaiu bus sedang dan minibus. Angkuan wisaa bergerak secara reguler melayani wisaawan yang akan berkunjung ke objek wisaa dalam Koa Denpasar. Objek wisaa yang akan dilayani adalah : Museum Lukis Sidik Jari, Museum Bali, Taman Budaya, Monumen Perjuangan Rakya Bali, Prasasi Blanjong, Pasar Kumbasari, Pasar Badung. Angkuan 380

5 wisaa bergerak secara reguler selama waku operasional dari pukul wia sampai dengan pukul wia. Tabel 2 memperlihakan kebuuhan armada dan perkiraan nilai load fakor. Tahun Kendaraan Bus (JK) (uni) Tabel 2. Kebuuhan kendaraan bus sedang dan minibus (reguler ciy our) Kendaraan (JK) (uni) Sea Bus Sea Kapasias (C) Bus (sea) Kapasias (C) (sea) Penumpang (org) Load Fakor (LF) Bus (%) Load Fakor (LF) (%) a b c d e=a*c f=b*d g h=(g/e)100% i=(g/f)*100% kan unuk Ciy Tour dengan sisem charer, direncanakan menggunakan angkuan wisaa baik bus maupun minibus yang dapa disewa selama 5,5 jam unuk melakukan pake perjalanan ciy our (objek wisaa dalam Koa Denpasar). Objek wisaa yang akan dilayani adalah : Museum Lukis Sidik Jari, Museum Bali, Taman Budaya, Monumen Perjuangan Rakya Bali, Prasasi Blanjong, Pasar Kumbasari dan Pasar Badung. Biaya operasional angkuan wisaa (reguler ciy our) Daa yang digunakan dalam menghiung biaya operasional angkuan wisaa sesuai dengan jenis angkuan wisaa yang digunakan, yaiu bus sedang 35 seas dan minibus 17 seas. Biaya operasional kendaraan yang dihiung melipui biaya langsung dan biaya idak langsung. Toal BOK bus sedang dengan ambahan keunungan/margins 15 % unuk operaor yaiu Rp ,05,- /ahun dan Rp ,- per km. Besarnya BOK pada ahun ke-1 unuk 4 armada bus sedang sebesar Rp ,- dan meningka per ahunnya berdasarkan nilai inflasi Koa Denpasar sebesar 0.34 % (Badan Pusa Saisik, 2015). Toal pengeluaran unuk mengoperasikan angkuan wisaa dengan menggunakan 4 buah bus sedang selama ujuh ahun pengoperasian bus sebesar Rp ,-. Toal BOK minibus dengan ambahan keunungan/margins 15 % unuk operaor yaiu Rp ,25,-/ahun dan Rp ,- per km. Besarnya BOK pada ahun ke-1 unuk 5 armada minibus sebesar Rp ,- dan meningka per ahunnya dengan menggunakan proyeksi nilai inflasi Koa Denpasar sebesar 0.34 % (Badan Pusa Saisik, 2015). Toal pengeluaran unuk mengoperasikan angkuan wisaa dengan menggunakan 5 buah minibus selama ujuh ahun pengoperasian bus sebesar Rp ,-. Biaya operasional angkuan wisaa (charer ciy our) Daa yang digunakan dalam menghiung biaya operasional kendaraan adalah unuk jenis kendaraan bus sedang 35 seas dan minibus 17 seas. Biaya operasional kendaraan yang diperhiungkan melipui biaya langsung dan biaya idak langsung. Toal BOK bus sedang dengan ambahan keunungan/margins 15 % unuk operaor yaiu Rp ,05,-/ahun dan Rp ,- per km. Besarnya BOK pada ahun ke-1 unuk 8 armada bus sedang sebesar Rp ,- dan meningka per ahunnya dengan menggunakan proyeksi nilai inflasi Koa Denpasar sebesar 0.34 % (Badan Pusa Saisik, 2015). armada berambah 1 uni per 2 ahun sesuai dengan peningkaan jumlah pake yaiu sebesar 5% per ahun. Jadi oal pengeluaran unuk mengoperasikan angkuan wisaa dengan menggunakan bus sedang selama ujuh ahun pengoperasian bus sebesar Rp ,-. Toal BOK minibus dengan ambahan keunungan/margins 15 % unuk operaor yaiu Rp ,89,-/ahun dan Rp ,- per km. Besarnya BOK pada ahun ke-1 unuk 16 armada minibus sebesar Rp ,- dan meningka per ahunnya dengan menggunakan proyeksi nilai inflasi Koa Denpasar sebesar 0.34 % (Badan Pusa Saisik, 2015). armada berambah sesuai dengan jumlah pake wisaa yang berambah 5% iap ahun. Toal pengeluaran unuk mengoperasikan angkuan wisaa dengan menggunakan minibus selama ujuh ahun pengoperasian bus sebesar Rp ,-. Esimasi pendapaan angkuan wisaa (reguler ciy our) Pada Tabel 3 dapa diliha esimasi pendapaan angkuan wisaa unuk pake reguler ciy our selama 7 ahun. Tarif yang digunakan yaiu unuk bus sedang Rp ,- dan arif minibus sebesar Rp ,- dan akan dinaikkan sebesar Rp.1.000,- seiap 2 ahun sekali. penumpang yang digunakan dalam perhiungan adalah berdasarkan kunjungan wisaawan yang dilalui oleh angkuan wisaa yang bergerak secara reguler ke objek wisaa dalam Koa 381

6 Denpasar dengan asumsi ingka perumbuhan 2.6% per ahun. Pendapaan bus sedang pada ahun 2017 diperkirakan sebesar Rp ,- dan pendapaan unuk minibus sebesar Rp ,- Tabel 3. Easimasi pendapaan angkuan wisaa (reguler ciy our) Tahun Tarif Pendapaan Tarif Bus Pendapaan penumpang penumpang Bus (Rp) (orang/h) (Rp/h) (Rp) (orang/hari) (Rp/h) 240 a b c d e= d*240 f=b*e g=c*e Toal Esimasi pendapaan angkuan wisaa (charer ciy our) Besarnya arif unuk charer angkuan wisaa ciy our unuk armada bus sedang yaiu sebesar Rp ,- per hari per pake, sedangkan unuk armada minibus dikenakan biaya Rp ,- per hari per pake. Angkuan wisaa sisem charer diasumsikan sebagai pake wisaa eksklusif yang dilengkapi dengan kendaraan angkuan wisaa bus sedang dan minibus, supir dan pramusaja. Angkuan pariwisaa charer dapa menjadi pilihan bagi wisaawan yang berkunjung bergroup maupun pribadi. Perhiungan pendapaan dapa diliha pada Tabel 4. Pada peneliian ini diasumsikan jumlah pake per ahun naik 5% (Wirasuama, 2014). Harga pake angkuan bus dan minibus diasumsikan naik Rp ,- per 2 ahun. Dengan jumlah waku operasi 240 hari per ahun, pendapaan pake charer ciy our pada ahun 2017 adalah Rp ,- unuk bus sedang dan Rp ,- unuk minibus. Tahun Tarif Bus (Rp) Tarif (Rp) Tabel 4. Esimasi pendapaan angkuan wisaa charer ciy our round rip Pake (5%) (bh) penumpang bus (pake/h) 240 f= d*e Pendapaan Bus (Rp/h) Pendapaan (Rp/h) e a b c d Bus Mini g=b*f h=c*f Bus bus Toal Analisis kelayakan finansial angkuan wisaa reguler ciy our Unuk pengoperasian angkuan wisaa Ciy Tour reguler, biaya invesasi unuk uang muka (25%) pengadaan 4 uni armada bus sedang pada ahun perama sebesar Rp ,- dengan masa pinjaman selama 4 ahun dengan biaya cicilan Rp ,- yang dibayar pada ahun berikunya. Berdasarkan hasil analisis kelayakan, diperoleh besarnya nilai NPV= , BCR=1.0123, IRR=21%. Besarnya NPV didapa dari perbandingan nilai pengeluaran dengan nilai manfaa yang elah dipengaruhi discoun facor sebesar 17%. Selanjunya, analisis kelayakan finansial unuk angkuan wisaa Ciy Tour dengan menggunakan armada minibus, biaya invesasi yang dikeluarkan sebagai modal awal uang muka (25%) adalah sebesar Rp ,- dan unuk 4 ahun berikunya 382

7 sebesar Rp ,- unuk pengadaan 5 buah armada minibus. Dari analisis kelayakan finansial diperoleh besarnya nilai NPV= , BCR= , IRR=24%. Analisis kelayakan finansial angkuan wisaa charer ciy our Unuk pengoperasian Ciy Tour dengan sisem charer, biaya invesasi unuk uang muka (25%) unuk pengadaan 8 uni armada bus sedang pada ahun perama sebesar Rp ,- dengan masa pinjaman selama 4 ahun dan berambah 1 uni unuk ahun ke-3, ke-5 dan ke-7 sesuai dengan peningkaan pake yang erjual. Dalam analisis ini ingka perumbuhan diasumsikan sebesar 5%. Berdasarkan hasil analisis kelayakan finansial, diperoleh besarnya nilai NPV= , BCR=1.0161, IRR=26%. Unuk angkuan wisaa charer Ciy Tour dengan menggunakan armada minibus, biaya invesasi yang dikeluarkan sebagai modal awal adalah uang muka (25%) sebesar Rp ,- unuk pengadaan 16 buah armada minibus dan berambah iap ahunnya 1 uni sesuai dengan jumlah pake yang erjual. Biaya ahun berikunya adalah biaya pinjaman sera bunga (17%). Hasil analisis kelayakan finansial menunjukkan besarnya nilai NPV= , BCR= , IRR=23%. Analisis sensiivias Nilai-nilai parameer yang elah dihiung dalam analisis kelayakan finansial enunya idak bisa lepas dari fakor kesalahan baik dalam prediksi maupun fakor eksernal yang idak dapa diperkirakan sebelumnya. Jadi nilai manfaa maupun biaya yang erealisasi mungkin lebih besar aau lebih kecil dari yang elah diperkiraakan, sehingga mengakibakan perubahan pada analisis kelayakan yang elah dilakukan. Dari perhiungan sensiivias angkuan wisaa yang bergerak secara reguler, dengan menaikkan biaya 20%, manfaa eap dengan menggunakan dua asumsi yaiu menggunakan armada bus sedang dan minibus, hasilnya menunjukkan sensiif erhadap perubahan karena menghasilkan nilai NPV negaif dan nilai BCR < 1. Secara umum hasil analisis sensiivias menunjukkan bahwa invesasi ini sensiif erhadap perubahan. 5. KESIMPULAN Berdasarkan analisis yang dilakukan dapa disimpulkan bahwa jumlah wisaawan yang berkunjung ke Koa Denpasar selama ahun 2013 adalah sebanyak orang dan diperkirakan menjadi orang pada ahun 2017 dengan kenaikan raa-raa 2.6% dengan poensi demand pake wisaa ciy our 273 orang. Jenis angkuan wisaa yaiu dengan menggunakan bus sedang dengan kapasias 35 penumpang dan minibus dengan kapasias 17 penumpang. Waku pelayanan yang direncanakan unuk angkuan wisaa di Koa Denpasar dibagi berdasarkan rue pelayanan dan disesuaikan dengan jam kunjungan. Unuk angkuan wisaa yang melayani pake reguler ciy our direncanakan beroperasi dari pukul wia sampai dengan pukul wia. Unuk angkuan charer ciy our beroperasi selama 5.5 jam. Berdasarkan analisis kelayakan finansial yang elah dilakukan diemukan bahwa unuk pake reguler ciy our angkuan bus sedang: NPV = Rp , BCR = , IRR = 21%, minibus: NPV = Rp , BCR = , IRR = 24%. Analisis kelayakan finansial unuk pake wisaa charer ciy our unuk angkuan bus sedang: NPV = Rp , BCR = , IRR = 26%, minibus: NPV = Rp , BCR = , IRR = 23%. Hasil analisis kelayakan finansial unuk kedual alernaif adalah layak, namun analisis sensiivias menunjukkan bahwa kedua alernaif ersebu sensiif erhadap perubahan manfaa dan biaya. Berdasarkan kondisi ersebu, perlu kiranya Pemerinah Koa Denpasar memberikan subsidi dalam benuk invesasi awal pengadaan angkuan wisaa sedangkan operasionalnya dijalankan oleh pihak swasa dengan bekerjasama dengan PHRI (Perhimpunan Hoel dan Resoran Indonesia), ASITA (Associaion of Indoneasian Travel Agen), dan organisasi kepariwisaaan lainnya. DAFTAR PUSTAKA Badan Pusa Saisik. (2015). Proyeksi Nilai Inflasi Koa Denpasar Sepember Denpasar. Deparemen Perhubungan. (1996a). Kepuusan Direkur Jenderal Perhubungan Dara No. HK. 105/DRJD/1996, Pedoman Teknis Penyelenggaraan Angkuan Umum Penumpang di Wilayah Perkoaan Dalam Trayek Teap dan Teraur. Direkora Jenderal Perhubungan Dara. Jakara Deparemen Perhubungan. (1996b). Penenuan Armada dan Penjadwalan. Badan Pendidikan dan Laihan Perhubungan Pusa Pendidikan dan Laihan Perhubungan Dara. Jakara. Deparemen Perhubungan. (2002). Menuju Terib Lalu Linas dan Angkuan Jalan. Badan Pendidikan dan Laihan Perhubungan Pusa Pendidikan dan Laihan Perhubungan Dara. Jakara. Dinas Pariwisaa Daerah provinsi Bali. (2014). Daa Kunjungan Wisaawan. Pemerinah Provinsi Bali. Dinas Pariwisaa Koa Denpasar. (2014). Daa Pariwisaa Koa Denpasar. Denpasa. Dinas Pariwisaa. Denpasar Giaman. (2011). Ekonomi Teknik. Rajawali Press. Jakara. 383

8 Idwan, S. (1996). Perencanaan Prasarana Angkuan Umum. Pusa Sudi Transporasi dan Komunikasi Insiu Teknologi Bandung, Bandung. LPKM ITB. (1997). Sudi Kelayakan Proyek Transporasi. Bandung: Lembaga Pengabdian Masyaraka ITB bekerjasama dengan Kelompok Bidang Keahlian Rekayasa Transporasi Jurusan Teknik Sipil ITB. Bandung. Mirzaee, D. (2014). The Impac od he Transporaion Indusry on Developmen of Tourism. Visi Jurnal Akademik Vol. 4, pp Pemerinah Koa Solo. (2014). Bus Tingka werkudara.[ visied : 2015 April14]. Available from : URL : hp://surakara.go.id Sayui, R. (2014). Elf NQR 71 Medium Bus.[ visied : 2015 April14]. Available from : URL : hp://asra-isuzulampung.blogspo.co.id Toh, G., David, L.D. and Vasa, L. (2014). The Role of Transpor in European Tourism Flows. Aca Geographica Slovenia 54 (2), pp Wirasuama, P. (2015). Analisis Kelayakan Finansial Angkuan Pariwisaa di Provinsi Bali (Sudi Kasus Pada PT.GD Bali Transpor dan PT. Amanda Legian Tours (esis). Universias Udayana. Bali Wisaa Bandung. (2014). Info Bandung.[ visied : 2015 April14]. Available from : URL : hp://wisaabdg.com 384

IV. METODE PENELITIAN

IV. METODE PENELITIAN IV. METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waku Peneliian Peneliian ini dilaksanakan di PT Panafil Essenial Oil. Lokasi dipilih dengan perimbangan bahwa perusahaan ini berencana unuk melakukan usaha dibidang

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Usahatani belimbing karangsari adalah kegiatan menanam dan mengelola. utama penerimaan usaha yang dilakukan oleh petani.

III. METODE PENELITIAN. Usahatani belimbing karangsari adalah kegiatan menanam dan mengelola. utama penerimaan usaha yang dilakukan oleh petani. III. METODE PENELITIAN A. Konsep Dasar dan Definisi Operasional Usahaani belimbing karangsari adalah kegiaan menanam dan mengelola anaman belimbing karangsari unuk menghasilkan produksi, sebagai sumber

Lebih terperinci

IV. METODE PENELITIAN

IV. METODE PENELITIAN IV. METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waku Peneliian Peneliian ini dilaksanakan pada kasus pengolahan ikan asap IACHI Peikan Cia Halus (PCH) yang erleak di Desa Raga Jaya Kecamaan Ciayam, Kabupaen Bogor,

Lebih terperinci

IV. METODE PENELITIAN

IV. METODE PENELITIAN IV. METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waku Peneliian Peneliian ini dilakukan di Dafarm, yaiu uni usaha peernakan Darul Fallah yang erleak di Kecamaan Ciampea, Kabupaen Bogor, Jawa Bara. Pemilihan lokasi

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Konsep dasar dan definisi operasional merupakan pengertian dan petunjuk yang

III. METODE PENELITIAN. Konsep dasar dan definisi operasional merupakan pengertian dan petunjuk yang III. METODE PENELITIAN A. Konsep Dasar dan Definisi Operasional Konsep dasar dan definisi operasional merupakan pengerian dan peunjuk yang digunakan unuk menggambarkan kejadian, keadaan, kelompok, aau

Lebih terperinci

III METODE PENELITIAN

III METODE PENELITIAN III METODE PENELITIAN 3.1 Waku dan Tempa Peneliian Peneliian mengenai konribusi pengelolaan huan rakya erhadap pendapaan rumah angga dilaksanakan di Desa Babakanreuma, Kecamaan Sindangagung, Kabupaen Kuningan,

Lebih terperinci

III. KERANGKA PEMIKIRAN

III. KERANGKA PEMIKIRAN III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Teoriis 3.1.1 Daya Dukung Lingkungan Carrying capaciy aau daya dukung lingkungan mengandung pengerian kemampuan suau empa dalam menunjang kehidupan mahluk hidup secara

Lebih terperinci

IV METODE PENELITIAN

IV METODE PENELITIAN IV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waku Peneliian Peneliian ini dilaksanakan di Tempa Pelayanan Koperasi (TPK) Cibedug, Kecamaan Lembang, Kabupaen Bandung, Jawa Bara. Pemilihan lokasi dilakukan secara

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN III. METODE PENELITIAN 3.1. Kerangka Pemikiran Poensi sumberdaya perikanan, salah saunya dapa dimanfaakan melalui usaha budidaya ikan mas. Budidaya ikan mas yang erus berkembang di masyaraka, kegiaan budidaya

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. yang digunakan untuk mengetahui dan pembahasannya mengenai biaya - biaya

METODE PENELITIAN. yang digunakan untuk mengetahui dan pembahasannya mengenai biaya - biaya III. METODE PENELITIAN A. Meode Dasar Peneliian Meode yang digunakan dalam peneliian ini adalah meode kuaniaif, yang digunakan unuk mengeahui dan pembahasannya mengenai biaya - biaya usaha melipui biaya

Lebih terperinci

IV. METODE PENELITIAN

IV. METODE PENELITIAN IV. METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waku Peneliian mengenai kelayakan pengusahaan pupuk kompos dilaksanakan pada uni usaha Koperasi Kelompok Tani (KKT) Lisung Kiwari yang menjalin mira dengan Lembaga

Lebih terperinci

Bab II Dasar Teori Kelayakan Investasi

Bab II Dasar Teori Kelayakan Investasi Bab II Dasar Teori Kelayakan Invesasi 2.1 Prinsip Analisis Biaya dan Manfaa (os and Benefi Analysis) Invesasi adalah penanaman modal yang digunakan dalam proses produksi unuk keunungan suau perusahaan.

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Kerangka Pemikiran Teoriis Pengerian proyek menuru Arifin yang dikuip dari Mariyanne (2006) adalah suau akivias di mana dikeluarkannya uang dengan harapan unuk mendapakan hasil

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Industri pengolahan adalah suatu kegiatan ekonomi yang melakukan kegiatan

III. METODE PENELITIAN. Industri pengolahan adalah suatu kegiatan ekonomi yang melakukan kegiatan 40 III. METODE PENELITIAN A. Konsep Dasar dan Baasan Operasional Konsep dasar dan baasan operasional pada peneliian ini adalah sebagai beriku: Indusri pengolahan adalah suau kegiaan ekonomi yang melakukan

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. Kawasan Pesisir Kabupaten Kulon Progo. Pemanfaatan/Penggunaan Lahan Saat Ini

METODE PENELITIAN. Kawasan Pesisir Kabupaten Kulon Progo. Pemanfaatan/Penggunaan Lahan Saat Ini METODE PENELITIAN Kerangka Pendekaan Sudi Penaagunaan lahan kawasan pesisir di Kabupaen Kulon Progo didasarkan pada karakerisik fisik, finansial usaha ani dan pemanfaaan saa ini. Karakerisik fisik adalah

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN 19 BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Waku dan Lokasi Peneliian Peneliian ini dilakukan pada bulan Juni hingga Juli 2011 yang berlokasi di areal kerja IUPHHK-HA PT. Mamberamo Alas Mandiri, Kabupaen Mamberamo

Lebih terperinci

APLIKASI MODEL ANALISIS KELAYAKAN EKONOMI

APLIKASI MODEL ANALISIS KELAYAKAN EKONOMI APLIKASI MODEL ANALISIS KELAYAKAN EKONOMI Oleh: YUDI WAHYUDIN, S.Pi., M.Si. Pelaihan Analisis Kelayakan Ekonomi Kegiaan Capaciy Building Program Pendanaan Kompeisi-Indeks Pembangunan Manusia (PPK-IPM)

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN

III. METODOLOGI PENELITIAN III. METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Kerangka Pemikiran Peneliian Keinginan Kelompok Tani Duma Lori yang erdapa di Desa Konda Maloba dan masyaraka sekiar akan berdirinya penggilingan gabah di daerahnya, elah

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN 23 III. METODE PENELITIAN 3.1 Waku dan Lokasi Peneliian dilaksanakan di iga empa berbeda. Unuk mengeahui ingka parisipasi masyaraka penelii mengambil sampel di RT 03/RW 04 Kelurahan Susukan dan RT 05/RW

Lebih terperinci

post facto digunakan untuk melihat kondisi pengelolaan saat ini berdasarkan

post facto digunakan untuk melihat kondisi pengelolaan saat ini berdasarkan 3. METODE PENELITIAN 3.1. Pendekaan dan Meode Peneliian Jenis peneliian yang digunakan adalah jenis peneliian kualiaif dengan menggunakan daa kuaniaif. Daa kualiaif adalah mengeahui Gambaran pengelolaan

Lebih terperinci

MODUL III ANALISIS KELAYAKAN INVESTASI

MODUL III ANALISIS KELAYAKAN INVESTASI ANALISIS KELAYAKAN INVESTASI 3.. Tujuan Ö Prakikan dapa memahami perhiungan alokasi biaya. Ö Prakikan dapa memahami analisis kelayakan invesasi dalam pendirian usaha. Ö Prakikan dapa menyusun proyeksi/proforma

Lebih terperinci

KELAYAKAN FINANSIAL INVESTASI PABRIK KELAPA SAWIT DI KABUPATEN ACEH UTARA. Asrida Dosen Program Studi Ekonomi Pembangunan Universitas Almuslim ABSTRAK

KELAYAKAN FINANSIAL INVESTASI PABRIK KELAPA SAWIT DI KABUPATEN ACEH UTARA. Asrida Dosen Program Studi Ekonomi Pembangunan Universitas Almuslim ABSTRAK KELAYAKAN FINANSIAL INVESTASI PABRIK KELAPA SAWIT DI KABUPATEN ACEH UTARA Asrida Dosen Program Sudi Ekonomi Pembangunan Universias Almuslim ABSTRAK Kelapa sawi merupakan salah sau primadona anaman perkebunan

Lebih terperinci

HUMAN CAPITAL. Minggu 16

HUMAN CAPITAL. Minggu 16 HUMAN CAPITAL Minggu 16 Pendahuluan Invesasi berujuan unuk meningkakan pendapaan di masa yang akan daang. Keika sebuah perusahaan melakukan invesasi barang-barang modal, perusahaan ini akan mengeluarkan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Propinsi Sumatera Utara merupakan salah satu propinsi yang mempunyai

BAB 1 PENDAHULUAN. Propinsi Sumatera Utara merupakan salah satu propinsi yang mempunyai BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Laar Belakang Propinsi Sumaera Uara merupakan salah sau propinsi yang mempunyai perkembangan yang pesa di bidang ransporasi, khususnya perkembangan kendaraan bermoor. Hal ini dapa

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS. dari bahasa Yunani yang berarti Demos adalah rakyat atau penduduk,dan Grafein

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS. dari bahasa Yunani yang berarti Demos adalah rakyat atau penduduk,dan Grafein BAB 2 TINJAUAN TEORITIS 2.1 Pengerian Demografi Keadaan penduduk sanga era kaiannya dengan demografi. Kaa demografi berasal dari bahasa Yunani yang berari Demos adalah rakya aau penduduk,dan Grafein adalah

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Pertumbuhan ekonomi merupakan salah satu ukuran dari hasil pembangunan yang

BAB 1 PENDAHULUAN. Pertumbuhan ekonomi merupakan salah satu ukuran dari hasil pembangunan yang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Laar Belakang Perumbuhan ekonomi merupakan salah sau ukuran dari hasil pembangunan yang dilaksanakan khususnya dalam bidang ekonomi. Perumbuhan ersebu merupakan rangkuman laju perumbuhan

Lebih terperinci

ANALISI KELAYAKAN FINANSIAL USAHA AGROINDUSTRI TAHU STUDI KASUS DI KELURAHAN LABUH BARU BARAT KECAMATAN PAYUNG SEKAKI KOTA PEKANBARU

ANALISI KELAYAKAN FINANSIAL USAHA AGROINDUSTRI TAHU STUDI KASUS DI KELURAHAN LABUH BARU BARAT KECAMATAN PAYUNG SEKAKI KOTA PEKANBARU ANALISI KELAYAKAN FINANSIAL USAHA AGROINDUSTRI TAHU STUDI KASUS DI KELURAHAN LABUH BARU BARAT KECAMATAN PAYUNG SEKAKI KOTA PEKANBARU Muhammad Irfan Asrori, Yusmini, dan Shorea Khaswarina Fakulas Peranian

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN 26 III. METODE PENELITIAN 3.1. Kerangka Pemikiran Penilaian perkembangan kinerja keuangan PT. Goodyear Indonesia Tbk dilakukan dengan maksud unuk mengeahui sejauh mana perkembangan usaha perusahan yang

Lebih terperinci

JIIA, VOLUME 2, No. 1, JANUARI 2014

JIIA, VOLUME 2, No. 1, JANUARI 2014 ANALISIS KELAYAKAN USAHA AGROINDUSTRI KOPI LUWAK DI KECAMATAN BALIK BUKIT KABUPATEN LAMPUNG BARAT (The Financial Feasibiliy Analysis of Luwak Coffee Agroindusry a Balik Buki Disric of Wes Lampung Regency)

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Laar Belakang Masalah Dalam sisem perekonomian suau perusahaan, ingka perumbuhan ekonomi sanga mempengaruhi kemajuan perusahaan pada masa yang akan daang. Pendapaan dan invesasi merupakan

Lebih terperinci

MODEL PENGANGKUTAN SAMPAH DI KOTA BANGLI

MODEL PENGANGKUTAN SAMPAH DI KOTA BANGLI MODEL PENGANGKUTAN SAMPAH DI KOTA BANGLI Pande N. Sari Saraswai 1, I G. B. Sila Dharma 2, I Gs. Keu Sudipa 2 Absrak : Pengangkuan sampah di Koa Bangli saa ini menggunakan pola individual langsung (door

Lebih terperinci

BAB 4 ANALISIS DAN PEMBAHASAN

BAB 4 ANALISIS DAN PEMBAHASAN BAB 4 ANALISIS DAN EMBAHASAN 4.1 Karakerisik dan Obyek eneliian Secara garis besar profil daa merupakan daa sekunder di peroleh dari pusa daa saisik bursa efek Indonesia yang elah di publikasi, daa di

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. tahun 1990-an, jumlah produksi pangan terutama beras, cenderung mengalami

BAB 1 PENDAHULUAN. tahun 1990-an, jumlah produksi pangan terutama beras, cenderung mengalami 11 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Laar Belakang Keahanan pangan (food securiy) di negara kia ampaknya cukup rapuh. Sejak awal ahun 1990-an, jumlah produksi pangan eruama beras, cenderung mengalami penurunan sehingga

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Laar Belakang Perumbuhan ekonomi merupakan salah sau ukuran dari hasil pembangunan yang dilaksanakan khususnya dalam bidang ekonomi. Perumbuhan ersebu merupakan rangkuman laju-laju

Lebih terperinci

Jurnal Spektran Vol. 1. No. 2, Juli 2013 ANALISIS KELAYAKAN FINANSIAL PEMBANGUNAN JALAN TOL BENOA-BANDARA-NUSA DUA

Jurnal Spektran Vol. 1. No. 2, Juli 2013 ANALISIS KELAYAKAN FINANSIAL PEMBANGUNAN JALAN TOL BENOA-BANDARA-NUSA DUA Jurnal Spekran Vol. 1. No. 2, Juli 2013 ANALISIS KELAYAKAN FINANSIAL PEMBANGUNAN JALAN TOL BENOA-BANDARA-NUSA DUA A.A. Asri Dewi 1, P Ali Suhanaya 2 dan D. M. Priyanha Wedagama 2 Absrak: Ruas jalan By

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS. Kegiatan untuk memperkirakan apa yang akan terjadi pada masa yang akan datang

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS. Kegiatan untuk memperkirakan apa yang akan terjadi pada masa yang akan datang BAB 2 TINJAUAN TEORITIS 2.1 Pengerian dan Manfaa Peramalan Kegiaan unuk mempeirakan apa yang akan erjadi pada masa yang akan daang disebu peramalan (forecasing). Sedangkan ramalan adalah suau kondisi yang

Lebih terperinci

ANALISIS DIRECT SELLING COST DALAM MENINGKATKAN VOLUME PENJUALAN Studi kasus pada CV Cita Nasional.

ANALISIS DIRECT SELLING COST DALAM MENINGKATKAN VOLUME PENJUALAN Studi kasus pada CV Cita Nasional. JURNAL ILMIAH RANGGAGADING Volume 7 No. 1, April 7 : 3-9 ANALISIS DIRECT SELLING COST DALAM MENINGKATKAN VOLUME PENJUALAN Sudi kasus pada CV Cia Nasional. Oleh Emmy Supariyani* dan M. Adi Nugroho *Dosen

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Capial Expendiure (Belanja Modal) Capial Expendiure aau juga dikenal dengan nama belanja modal adalah pengeluaran yang dilakukan perusahaan unuk mendapakan aau memperbarui ase

Lebih terperinci

Tuanku Zakaria 1, Zakiah 1, Indra 1 * 1 Program Studi Agribisnis, Fakultas Pertanian, Universitas Syiah Kuala

Tuanku Zakaria 1, Zakiah 1, Indra 1 * 1 Program Studi Agribisnis, Fakultas Pertanian, Universitas Syiah Kuala Jurnal Ilmiah Mahasiswa Peranian Unsyiah PROSPEK PENGEMBANGAN USAHA PENGGEMUKANN SAPI POTONG SECARA INTENSIF ( STUDI KASUS PADA UD.NIWATORI DI GAMPONG MEUNASAH KRUENG KECAMATAN INGIN JAYA KABUPATEN ACEH

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Dalam pelaksanaan pembangunan saat ini, ilmu statistik memegang peranan penting

BAB 1 PENDAHULUAN. Dalam pelaksanaan pembangunan saat ini, ilmu statistik memegang peranan penting BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Laar Belakang Dalam pelaksanaan pembangunan saa ini, ilmu saisik memegang peranan pening baik iu di dalam pekerjaan maupun pada kehidupan sehari-hari. Ilmu saisik sekarang elah melaju

Lebih terperinci

ANALISIS ECONOMIC ENGINEERING PADA INVESTASI HOTEL GRAND CENTRAL KOTA PEKANBARU. Arifal Hidayat

ANALISIS ECONOMIC ENGINEERING PADA INVESTASI HOTEL GRAND CENTRAL KOTA PEKANBARU. Arifal Hidayat ANALISIS ECONOMIC ENGINEERING PADA INVESTASI HOTEL GRAND CENTRAL KOTA PEKANBARU Arifal Hidaya Analisis Economic Engineering ABSTRAK Tujuan uama dari peneliian ini adalah unuk menganalisa invesasi pembangunan

Lebih terperinci

3 METODE PENELITIAN. Gambar 5 Peta lokasi penelitian. PETA PENELITIAN DI KABUPATEN ACEH JAYA. Lokasi sampel. Lokasi Penelitian

3 METODE PENELITIAN. Gambar 5 Peta lokasi penelitian. PETA PENELITIAN DI KABUPATEN ACEH JAYA. Lokasi sampel. Lokasi Penelitian 3 METODE PENELITIAN 3.1 Tempa dan Waku Peneliian Peneliian ini dilaksanakan di pesisir Kabupaen Aceh Jaya di Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam. Peneliian ini dilaksanakan pada bulan Agusus 2008 sampai

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI. Produksi padi merupakan suatu hasil bercocok tanam yang dilakukan dengan

BAB 2 LANDASAN TEORI. Produksi padi merupakan suatu hasil bercocok tanam yang dilakukan dengan BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1. Produksi Produksi padi merupakan suau hasil bercocok anam yang dilakukan dengan penanaman bibi padi dan perawaan sera pemupukan secara eraur sehingga menghasilkan suau produksi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. universal, disemua negara tanpa memandang ukuran dan tingkat. kompleks karena pendekatan pembangunan sangat menekankan pada

BAB I PENDAHULUAN. universal, disemua negara tanpa memandang ukuran dan tingkat. kompleks karena pendekatan pembangunan sangat menekankan pada BAB I PENDAHULUAN A. Laar Belakang Disparias pembangunan ekonomi anar daerah merupakan fenomena universal, disemua negara anpa memandang ukuran dan ingka pembangunannya. Disparias pembangunan merupakan

Lebih terperinci

Analisis kelayakan finansial perluasan tambak budidaya udang vaname di Cantigi Indramayu

Analisis kelayakan finansial perluasan tambak budidaya udang vaname di Cantigi Indramayu Jurnal Akuakulur Indonesia 9 (1), 77 83 (2010) Available : hp://journal.ipb.ac.id/index.php/jai hp://jurnalakuakulurindonesia.ipb.ac.id Analisis kelayakan finansial perluasan ambak budidaya udang vaname

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI 35 BAB LANDASAN TEORI Meode Dekomposisi biasanya mencoba memisahkan iga komponen erpisah dari pola dasar yang cenderung mencirikan dere daa ekonomi dan bisnis. Komponen ersebu adalah fakor rend (kecendrungan),

Lebih terperinci

JIIA, VOLUME 4 No. 1, JANUARI 2016

JIIA, VOLUME 4 No. 1, JANUARI 2016 ANALISIS FINANSIAL USAHA TERNAK AYAM PROBIOTIK : STUDI KASUS: KPA BERKAT USAHA BERSAMA, KOTA METRO (Financial Analysis Of Probioic Chickens Farming : Case Sudy: KPA Berka Usaha Bersama, Mero Ciy) Bayu

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN TEORITIS

BAB II TINJAUAN TEORITIS BAB II TIJAUA TEORITIS 2.1 Peramalan (Forecasing) 2.1.1 Pengerian Peramalan Peramalan dapa diarikan sebagai beriku: a. Perkiraan aau dugaan mengenai erjadinya suau kejadian aau perisiwa di waku yang akan

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. yang akan datang. Peramalan menjadi sangat penting karena penyusunan suatu

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. yang akan datang. Peramalan menjadi sangat penting karena penyusunan suatu BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengerian Peramalan Peramalan adalah kegiaan memperkirakan apa yang erjadi pada waku yang akan daang sedangkan rencana merupakan penenuan apa yang akan dilakukan pada waku yang

Lebih terperinci

FEASIBILITY STUDY of PENGAMBENGAN-PENGRAGOAN HIGHWAY

FEASIBILITY STUDY of PENGAMBENGAN-PENGRAGOAN HIGHWAY STUDI KELAYAKAN JALAN TOL PENGAMBENGAN-PENGRAGOAN A.A.G. Agung Yana 1, Keu Swijana 1, dan Saniari Dewi 2 Absrak: Ruas jalan Gilimanuk-Tabanan-Denpasar merupakan sau-saunya jalan areri primer yang menghubungkan

Lebih terperinci

JIIA, VOLUME 5 No. 2, MEI 2017

JIIA, VOLUME 5 No. 2, MEI 2017 KELAYAKAN FINANSIAL UNIT USAHA JASA SEWA POMPA AIR UNTUK IRIGASI AIR PERMUKAAN DI DESA MEKAR MULYA KECAMATAN PALAS KABUPATEN LAMPUNG SELATAN (Financial Feasibiliy of Waer Pump Renal Services Business Uni

Lebih terperinci

BAB 2 DASAR TEORI. Studi mengenai aspek teknis dan produksi ini sifatnya sangat strategis, sebab

BAB 2 DASAR TEORI. Studi mengenai aspek teknis dan produksi ini sifatnya sangat strategis, sebab 13 BAB 2 DASAR TEORI 2.1 Aspek Teknis Sudi mengenai aspek eknis dan produksi ini sifanya sanga sraegis, sebab berkaian dengan kapasias proyek, lokasi, aa leak ala produksi, kajian aas bahan dan sumbernya,

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Kabupaten Labuhan Batu merupakan pusat perkebunan kelapa sawit di Sumatera

BAB 1 PENDAHULUAN. Kabupaten Labuhan Batu merupakan pusat perkebunan kelapa sawit di Sumatera BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Laar Belakang Kabupaen Labuhan Bau merupakan pusa perkebunan kelapa sawi di Sumaera Uara, baik yang dikelola oleh perusahaan negara / swasa maupun perkebunan rakya. Kabupaen Labuhan

Lebih terperinci

ANALISIS FINANSIAL PENGOLAHAN SURIMI DENGAN SKALA MODERN DAN SEMI MODERN. Financial Analysis of Surimi Processing by Modern and Semi-Modern Scale

ANALISIS FINANSIAL PENGOLAHAN SURIMI DENGAN SKALA MODERN DAN SEMI MODERN. Financial Analysis of Surimi Processing by Modern and Semi-Modern Scale ANALISIS FINANSIAL PENGOLAHAN SURIMI DENGAN SKALA MODERN DAN SEMI MODERN Financial Analysis of Surimi Processing by Modern and Semi-Modern Scale Nazori Djazuli 1*, Mia Wahyuni, Daniel Moninja, Ari Purbayano

Lebih terperinci

Kelayakan Finansial Budidaya Jamur Tiram di Desa Sugihan, Kecamatan Tengaran, Kabupaten Semarang

Kelayakan Finansial Budidaya Jamur Tiram di Desa Sugihan, Kecamatan Tengaran, Kabupaten Semarang Kelayakan Finansial Budidaya Jamur Tiram di Desa Sugihan, Kecamaan Tengaran, Kabupaen Semarang Nugraheni Renaningsih Fakulas Peranian Universias Veeran Bangun Nusanara Sukoharjo, Jl. Lejen S. Humardani

Lebih terperinci

Gambar 2. Letak Geografis Kota Tangerang

Gambar 2. Letak Geografis Kota Tangerang METODOLOGI Lokasi dan Waku Peneliian Peneliian dilakukan di wilayah adminisrasi Koa Tangerang, Propinsi Banen. Proses peneliian dimulai dengan pengumpulan daa, analisis dan diakhiri dengan penyusunan laporan,

Lebih terperinci

Jurnal Spektran Vol. 1, No. 1, Januari 2013

Jurnal Spektran Vol. 1, No. 1, Januari 2013 ANALISIS KELAYAKAN FINANSIAL PENGOPERASIAN ANGKUTAN ANTAR JEMPUT SISWA SEKOLAH PADA KORIDOR JALAN GUNUNG AGUNG DENPASAR D. A. Nyoman Sriasui 1, I G. Puu Suparsa 2, D. M. Priyanha Wedagama 2 Absrak : Peningkaan

Lebih terperinci

BAB 2 URAIAN TEORI. waktu yang akan datang, sedangkan rencana merupakan penentuan apa yang akan

BAB 2 URAIAN TEORI. waktu yang akan datang, sedangkan rencana merupakan penentuan apa yang akan BAB 2 URAIAN EORI 2.1 Pengerian Peramalan Peramalan adalah kegiaan memperkirakan aau memprediksi apa yang erjadi pada waku yang akan daang, sedangkan rencana merupakan penenuan apa yang akan dilakukan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dalam pembicaraan sehari-hari, bank dikenal sebagai lembaga keuangan yang

BAB I PENDAHULUAN. Dalam pembicaraan sehari-hari, bank dikenal sebagai lembaga keuangan yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Laar Belakang Dalam pembicaraan sehari-hari, bank dikenal sebagai lembaga keuangan yang kegiaan uamanya menerima simpanan giro, abungan dan deposio. Kemudian bank juga dikenal sebagai

Lebih terperinci

ANALISA SENSITIVITAS KELAYAKAN USAHA PT. JASA MARINA INDAH DENGAN BEROPERASINYA GRAVING DOCK DWT

ANALISA SENSITIVITAS KELAYAKAN USAHA PT. JASA MARINA INDAH DENGAN BEROPERASINYA GRAVING DOCK DWT ANALISA SENSITIVITAS KELAYAKAN USAHA PT. JASA MARINA INDAH DENGAN BEROPERASINYA GRAVING DOCK 18.000 DWT Sukano Jamiko, Imam Pujo M Program Sudi S1 Teknik Perkapalan Fakulas Teknik Universias Diponegoro

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tepat rencana pembangunan itu dibuat. Untuk dapat memahami keadaan

BAB I PENDAHULUAN. tepat rencana pembangunan itu dibuat. Untuk dapat memahami keadaan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Laar Belakang Dalam perencanaan pembangunan, daa kependudukan memegang peran yang pening. Makin lengkap dan akura daa kependudukan yang esedia makin mudah dan epa rencana pembangunan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. Peramalan (Forecasting) adalah suatu kegiatan yang mengestimasi apa yang akan

BAB II LANDASAN TEORI. Peramalan (Forecasting) adalah suatu kegiatan yang mengestimasi apa yang akan BAB II LADASA TEORI 2.1 Pengerian peramalan (Forecasing) Peramalan (Forecasing) adalah suau kegiaan yang mengesimasi apa yang akan erjadi pada masa yang akan daang dengan waku yang relaif lama (Assauri,

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LADASA TEORI 2.1 Pengerian Peramalan Peramalan (forecasing) adalah suau kegiaan yang memperkirakan apa yang akan erjadi pada masa yang akan daang. Meode peramalan merupakan cara unuk memperkirakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dibandingkan dengan perkotaan, baik secara ekonomi maupun dalam hal

BAB I PENDAHULUAN. dibandingkan dengan perkotaan, baik secara ekonomi maupun dalam hal BAB I PENDAHULUAN 1.1. Laar Belakang Pedesaan di Indonesia biasanya memiliki ciri agak eringgal bila dibandingkan dengan perkoaan, baik secara ekonomi maupun dalam hal aspek lainnya, seperi: pembangunan,

Lebih terperinci

BAB 2 KINEMATIKA. A. Posisi, Jarak, dan Perpindahan

BAB 2 KINEMATIKA. A. Posisi, Jarak, dan Perpindahan BAB 2 KINEMATIKA Tujuan Pembelajaran 1. Menjelaskan perbedaan jarak dengan perpindahan, dan kelajuan dengan kecepaan 2. Menyelidiki hubungan posisi, kecepaan, dan percepaan erhadap waku pada gerak lurus

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS. bahasa Yunani yang berarti Demos adalah rakyat atau penduduk, dan Grafein adalah

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS. bahasa Yunani yang berarti Demos adalah rakyat atau penduduk, dan Grafein adalah 37 BAB 2 TINJAUAN TEORITIS 2.1 Pengerian-pengerian Kependudukan sanga era kaiannya dengan demgrafi. Kaa demgrafi berasal dari bahasa Yunani yang berari Dems adalah rakya aau penduduk, dan Grafein adalah

Lebih terperinci

ANALISIS KELAYAKAN FINANSIAL BUDIDAYA IKAN NILA WANAYASA PADA KELOMPOK PEMBUDIDAYA MEKARSARI

ANALISIS KELAYAKAN FINANSIAL BUDIDAYA IKAN NILA WANAYASA PADA KELOMPOK PEMBUDIDAYA MEKARSARI Analisis Jurnal Akuakulur Kelayakan Finansial Indonesia, Budidaya 6(1): 97 102 Ikan Nila (2007) Wanayasa Available : hp://journal.ipb.ac.id/index.php/jai 97 hp://jurnalakuakulurindonesia.ipb.ac.id Bulan

Lebih terperinci

ANALISIS ANTRIAN ANGKUTAN UMUM BUS ANTAR KOTA REGULER DI TERMINAL ARJOSARI

ANALISIS ANTRIAN ANGKUTAN UMUM BUS ANTAR KOTA REGULER DI TERMINAL ARJOSARI Achmadi, Analisis Anrian Angkuan Umum Bus Anar Koa Reguler di Terminal ANALISIS ANTRIAN ANGKUTAN UMUM BUS ANTAR KOTA REGULER DI TERMINAL ARJOSARI Seno Achmadi Absrak : Seiring dengan berkembangnya aku,

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Sumber Daya Alam (SDA) yang tersedia merupakan salah satu pelengkap alat

BAB 1 PENDAHULUAN. Sumber Daya Alam (SDA) yang tersedia merupakan salah satu pelengkap alat BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Laar Belakang Sumber Daya Alam (SDA) yang ersedia merupakan salah sau pelengkap ala kebuuhan manusia, misalnya anah, air, energi lisrik, energi panas. Energi Lisrik merupakan Sumber

Lebih terperinci

BAB III METODE DEKOMPOSISI CENSUS II. Data deret waktu adalah data yang dikumpulkan dari waktu ke waktu

BAB III METODE DEKOMPOSISI CENSUS II. Data deret waktu adalah data yang dikumpulkan dari waktu ke waktu BAB III METODE DEKOMPOSISI CENSUS II 3.1 Pendahuluan Daa dere waku adalah daa yang dikumpulkan dari waku ke waku unuk menggambarkan perkembangan suau kegiaan (perkembangan produksi, harga, hasil penjualan,

Lebih terperinci

Peramalan Penjualan Sepeda Motor di Jawa Timur dengan Menggunakan Model Dinamis

Peramalan Penjualan Sepeda Motor di Jawa Timur dengan Menggunakan Model Dinamis JURNAL SAINS DAN NI POMITS Vol. 3, No. 2, (2014) ISSN: 2337-3539 (2301-9271 Prin) D-224 Peramalan Penjualan Sepeda Moor di Jawa Timur dengan Menggunakan Model Dinamis Desy Musika dan Seiawan Jurusan Saisika,

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Laar Belakang Air merupakan kebuuhan pokok bagi seiap makhluk hidup di dunia ini ermasuk manusia. Air juga merupakan komponen lingkungan hidup yang pening bagi kelangsungan hidup

Lebih terperinci

372 ZIRAA AH, Volume 41 Nomor 3, Oktober 2016 Halaman ISSN ELEKTRONIK

372 ZIRAA AH, Volume 41 Nomor 3, Oktober 2016 Halaman ISSN ELEKTRONIK 372 REVITALISASI INDUSTRI KEHUTANAN DALAM PENGELOLAAN HUTAN TANAMAN RAKYAT UNTUK PEMBERDAYAAN KELUARGA PETANI DAN MENDUKUNG INDUSTRI PLYWOOD DI PROVINSI KALIMANTAN TIMUR (Revializaion Of The Foresry Indusry

Lebih terperinci

ADOPSI REGRESI BEDA UNTUK MENGATASI BIAS VARIABEL TEROMISI DALAM REGRESI DERET WAKTU: MODEL KEHILANGAN AIR DISTRIBUSI DI PDAM SUKABUMI

ADOPSI REGRESI BEDA UNTUK MENGATASI BIAS VARIABEL TEROMISI DALAM REGRESI DERET WAKTU: MODEL KEHILANGAN AIR DISTRIBUSI DI PDAM SUKABUMI ADOPSI REGRESI BEDA UNTUK MENGATASI BIAS VARIABEL TEROMISI DALAM REGRESI DERET WAKTU: MODEL KEHILANGAN AIR DISTRIBUSI DI PDAM SUKABUMI Yusep Suparman Universias Padjadjaran yusep.suparman@unpad.ac.id ABSTRAK.

Lebih terperinci

ANALISIS PRAKELAYAKAN UNTUK MENCAPAI WISATA AGRO BERKELANJUTAN: Studi Kasus Agrowisata Bina Darma di Kabupaten Ogan Ilir Provinsi Sumatera Selatan

ANALISIS PRAKELAYAKAN UNTUK MENCAPAI WISATA AGRO BERKELANJUTAN: Studi Kasus Agrowisata Bina Darma di Kabupaten Ogan Ilir Provinsi Sumatera Selatan ANALISIS PRAKELAYAKAN UNTUK MENCAPAI WISATA AGRO BERKELANJUTAN: Sudi Kasus Agrowisaa Bina Darma di Kabupaen Ogan Ilir Provinsi Sumaera Selaan Eka Mulyana 1), Eka Inan Kumala Puri 2), Seia Hadi 2) 1) Dosen

Lebih terperinci

3 METODE PENELITIAN 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian 3.2 Pengumpulan Data 3.3 Pengolahan dan Analisis Data Analisis catch per unit effort

3 METODE PENELITIAN 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian 3.2 Pengumpulan Data 3.3 Pengolahan dan Analisis Data Analisis catch per unit effort 3 METODE PENELITIAN 3. Waku dan Tempa Peneliian Peneliian dilaksanakan selama dua bulan dari bulan Agusus sampai Sepember 2008. Tempa yang dadikan obyek peneliian adalah Pelabuhan Perikanan Nusanara (PPN)

Lebih terperinci

20 Peneliian ini berujuan merumuskan sraegi pada model pengelolaan yang cocok unuk keberlanjuan perikanan angkap di daerah ersebu. Daa yang diambil be

20 Peneliian ini berujuan merumuskan sraegi pada model pengelolaan yang cocok unuk keberlanjuan perikanan angkap di daerah ersebu. Daa yang diambil be 19 3 METODOLOGI 3.1 Tempa dan Waku Peneliian Peneliian berjudul Model Pengelolaan Perikanan Pelagis secara Berkelanjuan di PPN Prigi, Trenggalek, Jawa Timur ini dilakukan di PPN Prigi, Kabupaen Trenggalek,

Lebih terperinci

BAB III METODE PEMULUSAN EKSPONENSIAL TRIPEL DARI WINTER. Metode pemulusan eksponensial telah digunakan selama beberapa tahun

BAB III METODE PEMULUSAN EKSPONENSIAL TRIPEL DARI WINTER. Metode pemulusan eksponensial telah digunakan selama beberapa tahun 43 BAB METODE PEMUUAN EKPONENA TRPE DAR WNTER Meode pemulusan eksponensial elah digunakan selama beberapa ahun sebagai suau meode yang sanga berguna pada begiu banyak siuasi peramalan Pada ahun 957 C C

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Suatu negara yang memutuskan untuk menempuh kebijakan hutang

BAB I PENDAHULUAN. Suatu negara yang memutuskan untuk menempuh kebijakan hutang BAB I PENDAHULUAN A. Laar Belakang Masalah Suau negara yang memuuskan unuk menempuh kebijakan huang luar negeri biasanya didasari oleh alasan-alasan yang dianggap rasional dan pening. Huang luar negeri

Lebih terperinci

KELAYAKAN INDUSTRI KERUPUK JAMUR TIRAM DI KABUPATEN BOGOR ABSTRACT

KELAYAKAN INDUSTRI KERUPUK JAMUR TIRAM DI KABUPATEN BOGOR ABSTRACT KELAYAKAN INDUSTRI KERUPUK JAMUR TIRAM DI KABUPATEN BOGOR Purwoko dan Yandra Arkeman Deparemen Teknologi Indusri Peranian, Fakulas Teknologi Peranian, IPB ABSTRACT Oyser mushroom can be processed ino various

Lebih terperinci

JIIA, VOLUME 5 No. 2, MEI 2017

JIIA, VOLUME 5 No. 2, MEI 2017 KELAYAKAN USAHA DAN NILAI TAMBAH AGROINDUSTRI TEMPE (The Feasibiliy and Added Value of Tempe Agroindusry) Winani Puspa Arum, Sudarma Widjaya, Lina Marlina Jurusan Agribisnis, Fakulas Peranian, Universias

Lebih terperinci

USULAN PENERAPAN METODE KOEFISIEN MANAJEMEN (BOWMAN S) SEBAGAI ALTERNATIF MODEL PERENCANAAN PRODUKSI PRINTER TIPE LX400 PADA PT X

USULAN PENERAPAN METODE KOEFISIEN MANAJEMEN (BOWMAN S) SEBAGAI ALTERNATIF MODEL PERENCANAAN PRODUKSI PRINTER TIPE LX400 PADA PT X USULAN ENERAAN METODE KOEISIEN MANAJEMEN (BOMAN S) SEBAGAI ALTERNATI MODEL ERENCANAAN RODUKSI RINTER TIE LX400 ADA T X Hendi Dwi Hardiman Jurusan Teknik Manajemen Indusri - Sekolah Tinggi Manajemen Indusri

Lebih terperinci

BAB 3 GAMBARAN UMUM BADAN PUSAT STATISTIK Sejarah Singkat BPS (Badan Pusat Statistik) A. Masa Pemerintahan Hindia Belanda

BAB 3 GAMBARAN UMUM BADAN PUSAT STATISTIK Sejarah Singkat BPS (Badan Pusat Statistik) A. Masa Pemerintahan Hindia Belanda BAB 3 GAMBARAN UMUM BADAN PUAT TATITIK 3.. ejarah ingka BP (Badan Pusa aisik) A. Masa Pemerinahan Hindia Belanda Pada bulan Februari 920, Kanor aisik perama kali didirikan oleh Direkur peranian, Kerajinan

Lebih terperinci

JIIA, VOLUME 2 No. 2, APRIL Yunica Safitri, Zainal Abidin, Novi Rosanti ABSTRACT

JIIA, VOLUME 2 No. 2, APRIL Yunica Safitri, Zainal Abidin, Novi Rosanti ABSTRACT KINERJA DAN NILAI TAMBAH AGROINDUSTRI SABUT KELAPA PADA KAWASAN USAHA AGROINDUSTRI TERPADU (KUAT) DI KECAMATAN PESISIR SELATAN KABUPATEN PESISIR BARAT (Performance And Added Value of CocoFiber Agroindusry

Lebih terperinci

SUPLEMEN 3 Resume Hasil Penelitian: Analisis Respon Suku Bunga dan Kredit Bank di Sumatera Selatan terhadap Kebijakan Moneter Bank Indonesia

SUPLEMEN 3 Resume Hasil Penelitian: Analisis Respon Suku Bunga dan Kredit Bank di Sumatera Selatan terhadap Kebijakan Moneter Bank Indonesia SUPLEMEN 3 Resume Hasil Peneliian: Analisis Respon Suku Bunga dan Kredi Bank di Sumaera Selaan erhadap Kebijakan Moneer Bank Indonesia Salah sau program kerja Bank Indonesia Palembang dalam ahun 2007 adalah

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI. Peramalan adalah kegiatan untuk memperkirakan apa yang akan terjadi di masa yang

BAB 2 LANDASAN TEORI. Peramalan adalah kegiatan untuk memperkirakan apa yang akan terjadi di masa yang BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Pengerian Peramalan Peramalan adalah kegiaan unuk memperkirakan apa yang akan erjadi di masa yang akan daang. Sedangkan ramalan adalah suau aau kondisi yang diperkirakan akan erjadi

Lebih terperinci

3 METODOLOGI. 3.1 Waktu dan Tempat

3 METODOLOGI. 3.1 Waktu dan Tempat 23 3 METODOLOGI 3. Waku dan Tempa Peneliian dilakukan pada bulan Mei 200 sampai Mei 20. Pengambilan daa dilakukan di Perairan Selaan Prigi dan Pelabuhan Perikanan Nusanara (PPN) Prigi, Trenggalek, Jawa

Lebih terperinci

1.1. Latar Belakang 1.2. Maksud, Tujuan, Manfaat dan Sasaran 1.3. Ruang Lingkup Kegiatan 1.4. Sistematika Penulisan

1.1. Latar Belakang 1.2. Maksud, Tujuan, Manfaat dan Sasaran 1.3. Ruang Lingkup Kegiatan 1.4. Sistematika Penulisan .. Laar Belakang.2. Maksud, Tujuan, Manfaa dan Sasaran.3. Ruang Lingkup Kegiaan.4. Sisemaika Penulisan Penyusunan Incremenal Capial Oupu Raio Kabupaen Sinang 2008-203 PENDAHULUAN.. Laar Belakang Pembangunan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Peneliian Jenis peneliian kuaniaif ini dengan pendekaan eksperimen, yaiu peneliian yang dilakukan dengan mengadakan manipulasi erhadap objek peneliian sera adanya konrol.

Lebih terperinci

Oleh : Debrina Puspita Andriani Teknik Industri Universitas Brawijaya /

Oleh : Debrina Puspita Andriani Teknik Industri Universitas Brawijaya   / 4 Oleh : Debrina Puspia Andriani Teknik Indusri Universias Brawijaya e-mail : debrina@ub.ac.id / debrina.ub@gmail.com www.debrina.lecure.ub.ac.id O. Dasar perhiungan depresiasi 2. Meode-meode depresiasi.

Lebih terperinci

BAB 3 SEJARAH SINGKAT TEMPAT RISET. Pertanian, Kerajinan dan Perdagangan (Directure Vand Landbow Nijeverheiden

BAB 3 SEJARAH SINGKAT TEMPAT RISET. Pertanian, Kerajinan dan Perdagangan (Directure Vand Landbow Nijeverheiden 17 BAB 3 SEJARAH SINGKAT TEMPAT RISET 3.1 Masa Pemerinahan Hindia Belanda Pada bulan Februari 1920, Kanor Saisik perama kali didirikan oleh Direkur Peranian, Kerajinan dan Perdagangan (Direcure Vand Landbow

Lebih terperinci

BAB III HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Permasalahan Nyata Penyebaran Penyakit Tuberculosis

BAB III HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Permasalahan Nyata Penyebaran Penyakit Tuberculosis BAB III HASIL DAN PEMBAHASAN A. Permasalahan Nyaa Penyebaran Penyaki Tuberculosis Tuberculosis merupakan salah sau penyaki menular yang disebabkan oleh bakeri Mycobacerium Tuberculosis. Penularan penyaki

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN 39 III. METODE PENELITIAN 3.1 Waku dan Meode Peneliian Pada bab sebelumnya elah dibahas bahwa cadangan adalah sejumlah uang yang harus disediakan oleh pihak perusahaan asuransi dalam waku peranggungan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Laar Belakang Peran pasar obligasi dipandang oleh pemerinah sebagai sarana sraegis sumber pembiayaan alernaif selain pembiayaan perbankan dalam benuk pinjaman (loan). Kondisi anggaran

Lebih terperinci

PENGARUH GAJI, UPAH, DAN TUNJANGAN KARYAWAN TERHADAP KINERJA KARYAWAN PADA PT. XYZ

PENGARUH GAJI, UPAH, DAN TUNJANGAN KARYAWAN TERHADAP KINERJA KARYAWAN PADA PT. XYZ PENGARUH GAJI, UPAH, DAN TUNJANGAN KARYAWAN TERHADAP KINERJA KARYAWAN PADA PT. XYZ Khairunnisa aubara 1, Ir. Sugiharo Pujangkoro, MM 2, uchari, ST, M.Kes 2 Deparemen Teknik Indusri, Fakulas Teknik, Universias

Lebih terperinci

Pengaruh variabel makroekonomi..., 24 Serbio Harerio, Universitas FE UI, 2009Indonesia

Pengaruh variabel makroekonomi..., 24 Serbio Harerio, Universitas FE UI, 2009Indonesia BAB 3 DATA DAN METODOLOGI 3.1 Variabel-Variabel Peneliian 3.1.1 Variabel dependen Variabel dependen yang digunakan adalah reurn Indeks Harga Saham Gabungan yang dihiung dari perubahan logarima naural IHSG

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. yang akan datang. Peramalan menjadi sangat penting karena penyusunan suatu

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. yang akan datang. Peramalan menjadi sangat penting karena penyusunan suatu BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengerian Peramalan Peramalan adalah kegiaan memperkirakan apa yang erjadi pada waku yang akan daang sedangkan rencana merupakan penenuan apa yang akan dilakukan pada waku yang

Lebih terperinci

Analisis Finansial Usaha Penggemukan Sapi Peranakan Friesian Holstein (PFH) Jantan di Kecamatan Selo Kabupaten Boyolali

Analisis Finansial Usaha Penggemukan Sapi Peranakan Friesian Holstein (PFH) Jantan di Kecamatan Selo Kabupaten Boyolali Tropical Animal Husbandry Vol. 1 (1), Okober 2012:43-51 ISSN 2301-9921 Analisis Finansial Usaha Penggemukan Sapi Peranakan Friesian Holsein (PFH) Janan di Kecamaan Selo Kabupaen Boyolali N. Diamojo, S.

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI. Metode Peramalan merupakan bagian dari ilmu Statistika. Salah satu metode

BAB 2 LANDASAN TEORI. Metode Peramalan merupakan bagian dari ilmu Statistika. Salah satu metode 20 BAB 2 LADASA TEORI 2.1. Pengerian Peramalan Meode Peramalan merupakan bagian dari ilmu Saisika. Salah sau meode peramalan adalah dere waku. Meode ini disebu sebagai meode peramalan dere waku karena

Lebih terperinci

3. Kinematika satu dimensi. x 2. x 1. t 1 t 2. Gambar 3.1 : Kurva posisi terhadap waktu

3. Kinematika satu dimensi. x 2. x 1. t 1 t 2. Gambar 3.1 : Kurva posisi terhadap waktu daisipayung.com 3. Kinemaika sau dimensi Gerak benda sepanjang garis lurus disebu gerak sau dimensi. Kinemaika sau dimensi memiliki asumsi benda dipandang sebagai parikel aau benda iik arinya benuk dan

Lebih terperinci