Analisis Finansial Usaha Penggemukan Sapi Peranakan Friesian Holstein (PFH) Jantan di Kecamatan Selo Kabupaten Boyolali

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "Analisis Finansial Usaha Penggemukan Sapi Peranakan Friesian Holstein (PFH) Jantan di Kecamatan Selo Kabupaten Boyolali"

Transkripsi

1 Tropical Animal Husbandry Vol. 1 (1), Okober 2012:43-51 ISSN Analisis Finansial Usaha Penggemukan Sapi Peranakan Friesian Holsein (PFH) Janan di Kecamaan Selo Kabupaen Boyolali N. Diamojo, S. Emawai dan A. I. Sari Jurusan Peernakan, Fakulas Peranian, Universias Sebelas Mare Jl. Ir. Suami No. 36A Keningan, Surakara shani_uns@yahoo.co.id ABSTRAK Tujuan dari peneliian adalah unuk mengeahui kelayakan finansial dan Break Even Poin pada usaha penggemukan sapi PFH janan. Peneliian dilaksanakan di Kecamaan Selo Kabupaen Boyolali selama dua bulan. Meode yang digunakan dalam peneliian ini adalah meode survei. Pengambilan sampel peneliian dienukan secara purposive sampling sebanyak 60 responden. Analisis kelayakan finansial usaha penggemukan sapi PFH janan menggunakan krieria invesasi anara lain Ne Presen Value, Benefi Cos Raio, Inernal Rae of Reurn dan Payback Period of Credi berdasarkan invesasi selama 6 ahun dengan discoun facor 12% per ahun. Hasil analisis menunjukkan bahwa usaha penggemukan sapi PFH janan di Kecamaan Selo memiliki nilai NPVsebesar Rp ,83; BCR sebesar 1,9; IRR sebesar 46,3%; PPC selama 1,61 ahun dan nilai BEP berdasarkan penjualan sebesar Rp ,00 dan berdasarkan uni ernak sebesar 6,26 ekor. Kesimpulan yang dapa diambil dari peneliian yaiu usaha penggemukan sapi PFH janan di Kecamaan Selo Kabupaen Boyolali layak unuk diusahakan dan peernak akan memperoleh keunungan apabila memelihara lebih dari 7 ekor. Kaa kunci: penggemukan, PFH janan, analisis finansial, BEP Financial Analysis of Faening Male Friesian Holsein Cross breed (FHC) Farm in Selo, Boyolali ABSTRACT The purpose of sudy is o deermine he financial feasibiliy and Break Even Poin in male FHC feedlo farm. The research is conduced in Selo, Boyolali for wo monhs. The mehod used in his research is survey mehod. Sampling is deermined by purposive sampling sudy of 60 respondens. Financial feasibiliy analysis of male FHC feedlo farm uses some invesmen crieria such as Ne Presen Value, Benefi Cos Raio, Inernal Rae of Reurn and Payback Period of Credi based on 6 years invesmen wih 12% per year of discoun facor. The analysis shows ha male FHC feedlo farm in Selo has resuls as following: NPV of IDR ,83; BCR of 1,9; IRR of 4.63%; PPC over 1.61 year and BEP which is based on sales of IDR ,00 and based on uni by 6,26 cale. The research conclusion is male FHC feedlo farm in Selo, Boyolali deserved an effor and farmers will ge benefis for mainaining more han 7 cale. Key words: feedlo, male FHC, financial analysis, BEP 43

2 PENDAHULUAN Bidang peernakan sebagai subsekor dari peranian merupakan bidang yang sanga pening dalam kehidupan manusia erkai dalam penyediaan bahan pangan hewani. Pemenuhan kebuuhan proein hewani masyaraka berkaian era dengan pemenuhan daging di dalam negeri. Kebuuhan daging sapi di Indonesia saa ini dipenuhi dari iga sumber yaiu ernak sapi lokal, hasil penggemukan sapi impor, dan impor daging dari luar negeri. Impor sapi hidup dan daging beku merupakan salah sau upaya agar idak erjadi kesenjangan anara produksi dan ingka konsumsi daging sapi di dalam negeri (Yuliano dan Saparino, 2011). Usaha peernakan sapi di Indonesia umumnya berskala kecil sebagai usaha sampingan dan masih bersifa radisional. Usaha penggemukan sapi memberikan keunungan ganda seperi perambahan bera badan sera hasil limbah berupa kooran ernak aau lebih dikenal dengan pupuk kandang, selain iu ernak diusahakan sebagai abungan dan memberikan kesempaan kerja (Sugeng, 2003). Selo adalah kecamaan di Kabupaen Boyolali, Propinsi Jawa Tengah, yang erleak di kaki Gunung Merapi sebelah imur. Wilayah Selo merupakan daerah yang subur dan melimpah keersediaan hijauan makanan ernak sehingga Kecamaan Selo merupakan salah sau wilayah yang berpoensi unuk pengembangan ernak sapi (BPS Boyolali, 2011). Usaha penggemukan sapi memerlukan modal besar maka perlu dilakukan analisis kelayakan usaha unuk memperhiungkan invesasi. Invesasi aau modal merupakan fakor yang pening dalam usaha peernakan (Mubyaro, 1994). Niisemio dan Burhan (1995) menyaakan bahwa analisis finansial dalam usaha sanga perlu diperhaikan unuk menenukan ingka keunungan usaha ernak sapi dalam kaian kelayakan usaha ernak, dan analisis BEP unuk mengeahui berapa minimal seorang peernak mengusahakan ernak sapi dan unuk menghindarkan keerlanjuan invesasi pada usaha yang idak mengunungkan. Berdasarkan pada kondisi di aas maka penulis erarik unuk melakukan peneliian enang kelayakan finansial dan BEP pada usaha penggemukan ernak sapi PFH janan di Kecamaan Selo, Kabupaen Boyolali. MATERI DAN METODE Peneliian dilaksanakan selama 2 bulan. Peneliian menggunakan meode survei (survey mehod). Meode survei yaiu suau meode pengumpulan daa dari sejumlah uni aau individu dalam waku aau jangka waku yang bersamaan dengan menggunakan beberapa dafar peranyaan berbenuk kuesioner (Surakhmad, 1994). Dafar peranyaan dianaranya mengenai idenias responden, jumlah ernak yang diusahakan, pengalaman beernak, jumlah keluarga dan aa laksana pemeliharaan. Daa peneliian yang didapakan dianalisis secara deskripif kuaniaif (quaniaive descripive analysis) yang merupakan peneliian yang berusaha unuk menuurkan pemecahan masalah yang ada sekarang berdasarkan daa-daa dan hasil pengolahan daa selanjunya dipaparkan dalam benuk angka-angka (Praseyo dan Lina, 2010). Lokasi peneliian dilakukan di iga desa yaiu Desa Jeruk, Desa Selo, dan Desa Lencoh, dengan perimbangan bahwa di lokasi ersebu memiliki jumlah peernak sapi perah inggi sebesar 181 orang, sedang sebesar 118 orang, dan rendah sebesar 87 orang (Dinas Peernakan dan Perikanan Kabupaen Boyolali, 2010). Meode pengambilan sampel peernak secara sengaja (purposive sampling) yaiu peernak yang memiliki sapi PFH janan minimal dua ekor dan elah memelihara ernak sapi minimal sau ahun. Jumlah sampel dalam peneliian ini adalah 60 responden. Analisis Daa Kelayakan invesasi usaha penggemukan sapi poong secara finansial 44 Tropical Animal Husbandry Vol. 1 (1) 2012

3 dapa dikeahui dengan perhiungan sebagai beriku: Ne Presen Value (NPV) Ne Presen Value suau proyek adalah selisih PV arus benefi dengan PV arus biaya. NVP dihiung dengan rumus: NPV = B n = C ( i ) Keerangan : B : Jumlah penerimaan koor dari usaha pada ahun C : Jumlah pengeluaran koor dari usaha pada ahun n : Umur ekonomis i : Bunga poongan (Discoun rae) (Gray e al., 2002). Inernal Rae of Reurn (IRR) Inernal Rae of Reurn (IRR) adalah suau ingka bunga yang akan menjadikan nilai NPV suau proyek sama dengan nol. Nilai IRR menunjukkan kemampuan suau proyek unuk menghasilkan reurn of capial (kembali modal) aau ingka keunungan yang dapa dicapainya. Inernal Rae of Reurn dihiung dengan rumus: IRR = i NPV i NPV1 NPV2 x( i ) 1 Keerangan: NPV 1 = Presen Value posiif NPV 2 = Presen Value negaif i 1 = Discoun rae yang digunakan yang menghasilkan Presen Value posiif i 2 = Discoun rae yang digunakan yang menghasilkan Presen Value negaif (Gray e al., 2002). Benefi Cos Raio (BCR) BCR merupakan perbandingan anara gross benefi yang elah dipresen valuekan dengan oal cos yang elah dipresenvaluekan. BCR pada prinsipnya daa yang dipeningkan adalah besarnya manfaa. Krieria yang dipakai adalah usaha ani dikaakan memberikan manfaa bila BCR lebih besar dari sau (Soekarawi, 2002). Secara maemais dirumuskan: BCR n = 0 = n = 0 B ( 1 + i ) C ( 1 + i ) Keerangan : B = Benefi koor pada ahun ke- C = Biaya koor pada ahun ke- n = Umur ekonomis perusahan/proyek i = Bunga poongan (discoun rae) = Umur usaha ernak pada ahun ke- (Niisemio dan Burhan, 1995). Payback Period Payback Period adalah suau periode yang diperlukan unuk mengembalikan semua biaya-biaya yang elah dikeluarkan di dalam invesasi suau proyek. Meode Payback Period ini merupakan eknik penilaian erhadap jangka waku aau periode pengembalian invesasi suau usaha. Perhiungan ini dapa diliha dari perhiungan benefi bersih yang diperoleh seiap ahun. Secara maemais dirumuskan: Payback Period = Keerangan : I = Besarnya biaya invesasi usaha yang diperlukan Ab = Manfaa (benefi) bersih yang dapa diperoleh usaha pada seiap ahunnya (Pudjosumaro, 2002). Break Even Poin (BEP) Analisis BEP adalah suau cara yang digunakan unuk mengeahui pada volume penjualan dan volume produksi berapakah perusahaan yang bersangkuan idak menderia keunungan dan idak pula memperoleh laba. Analisis BEP dirumuskan: Analisis Finansial Usaha Penggemukan Sapi... (Diamojo e al) 45

4 Tabel 1. Karakerisik responden usaha penggemukan sapi PFH janan di Kecamaan Selo Karakerisik Jumlah (Orang) Persenase (%) Umur >61 Pengalaman Beernak >20 Anggoa Keluarga 2-3 orang 4-5 orang >5 orang Pendidikan SD SLTP Pekerjaan Peani Pedagang , ,33 26, , ,3 1,7 BEP( rupiah) = 1 BiayaTeap BiayaVariabel Penjualan BEP ( penjualan ) BEP ( uni ) = PenjualanS api / ekor (Sigi, 1979). HASIL DAN PEMBAHASAN Karakerisik Responden Karakerisik responden hasil wawancara dengan responden peernak sapi PFH janan di Kecamaan Selo Kabupaen Boyolali dapa diliha pada Tabel 1. Umur Peernak Umur responden di Kecamaan Selo paling banyak adalah umur ahun sebanyak 21 responden aau 35% dari jumlah keseluruhan. Raa-raa umur responden dalam peneliian ini digolongkan dalam usia produkif aau usia kerja. Tenaga kerja poensial yang dapa bekerja yaiu yang berumur ahun (Daniel, 2002). Usia produkif akan lebih opimal dalam pengelolaan usaha peernakan, peernak dapa lebih cepa menyerap dan mengikui eknologi. Pengalaman beernak Pengalaman beernak responden paling banyak di aas 20 ahun, sebanyak 26 orang aau 43,33%. Pengalaman beernak memberikan pengeahuan, kemampuan dan keahlian dalam melaksanakan usahanya. Pengalaman merupakan fakor yang dapa menenukan maju mundurnya suau kegiaan usaha (Suharsih, 1998). Pengalaman beernak merupakan lamanya seseorang elah memelihara ernak sapi. Semakin lama seseorang memelihara ernak semakin banyak pula pengalamannya dan akan berpengaruh erhadap hasil produksi. Jumlah anggoa keluarga Semakin banyak jumlah anggoa keluarga yang produkif maka semakin banyak pula enaga kerja dalam keluarga unuk mengusahakan usaha ernaknya. Jumlah anggoa keluarga responden yang erliba dalam usaha penggemukan sapi PFH janan erbanyak adalah anara 4 5 orang yaiu 24 responden aau 40%. 46 Tropical Animal Husbandry Vol. 1 (1) 2012

5 Tabel 2. Raa-raa biaya operasional usaha penggemukan sapi PFH janan skala 4 ekor/ahun Uraian Biaya (Rp) Bakalan ,62 Pakan ,46 Tenaga kerja ,70 Kesehaan ,22 Perbaikan kandang 67083,33 Peralaan ,67 Pajak lisrik ,00 Pendidikan Tingka pendidikan responden paling banyak adalah SD yaiu 48 orang aau 48% dari jumlah keseluruhan. Tingka pendidikan peernak di Kecamaan Selo rendah, dengan ingka pendidikan yang rendah maka berpengaruh erhadap pola aau sisem usaha penggemukan sapi PFH janan yang dijalankan. Sisem yang dierapkan dalam pemeliharaan ernak adalah dengan sisem radisional. Marono (1995), menyaakan bahwa ingka pendidikan akan berpengaruh erhadap pola pikir sera kemampuan seseorang dalam mengelola suau usaha sera dapa mengubah dan menerima seiap perubahan aau inovasi yang ada sera bagaimana menerapkannya. Pekerjaan Hampir semua responden mempunyai pekerjaan pokok sebagai peani yaiu 59 orang aau 98,3%. Mengusahakan ernak merupakan usaha sampingan, namun mengusahakan ernak sapi memiliki keerkaian yang sanga era dengan maa pencaharian pokok, karena usaha sapi menjadi pendukung uama dari usaha ani mereka yaiu sebagai penghasil pupuk kandang dan sebagai modal anam. Vink (1984), menyaakan bahwa ernak sangalah pening bagi modal peranian, unuk konsumsi dan unuk dijual. Aspek Ekonomi Usaha Penggemukan Sapi PFH Janan Modal invesasi Modal invesasi pada usaha penggemukan sapi PFH janan di Kecamaan Selo adalah pembuaan kandang dan pembelian peralaan. Raa-raa invesasi unuk pembuaan kandang sebesar Rp ,00. Raa-raa invesasi pembelian peralaan sebesar Rp ,00. Biaya Operasional Biaya operasional dalam usaha penggemukan sapi PFH janan di Kecamaan Selo berupa bakalan, biaya pakan, kesehaan, enaga kerja, pembelian ala, perbaikan kandang sera pajak lisrik dapa diliha pada Tabel 2. Sapi bakalan yang digemukkan di Kecamaan Selo yaiu sapi PFH janan yang berumur anara 1,5-2 ahun dengan lama pemeliharaan yang dilakukan raa-raa 158 hari. Persyaraan pemilihan bakalan unuk digemukkan yaiu sapi yang berumur lebih dari 1,5 ahun, karena pada umur ersebu sapi sudah dewasa ubuh sehingga pakan yang diberikan idak digunakan unuk perumbuhan kerangka aau ulang eapi dimanfaakan sepenuhnya unuk perumbuhan daging (Deparemen Peranian, 2001). Raa-raa pemeliharaan ernak sapi PFH janan di Kecamaan Selo dalam sau ahun adalah 4 ekor. Raa-raa biaya pembelian bakalan sebesar Rp ,62/ahun. Pakan yang diberikan adalah berupa pakan hijauan dan pakan ambahan. Pakan hijauan pada umumnya diberikan dalam jumlah 10% dari bobo badan sedangkan pakan ambahan diberikan dalam jumlah 1% dari bobo badan (Sugeng, 2003). Raa-raa biaya pakan usaha penggemukan sapi PFH janan sebesar Rp ,46/ahun. Analisis Finansial Usaha Penggemukan Sapi... (Diamojo e al) 47

6 Kesehaan ernak sanga perlu diperhaikan dalam usaha peernakan. Pemeriksaan kesehaan ernak oleh doker hewan hanya dilakukan pada saa ernak saki dan idak dapa diangani sendiri oleh peernak. Penanganan penyaki oleh peernak dilakukan dengan memberikan ramuan aau jamu radisional yang diambil dari alam sekiar. Hasil peneliian menunjukkan bahwa biaya kesehaan usaha penggemukan sapi PFH janan raa-raa sebesar Rp ,22/ahun. Annas (2011) menyaakan bahwa enaga kerja yang diperunukkan dalam usaha ani pada umumnya adalah enaga kerja keluarga. Tenaga kerja dalam peneliian ini adalah enaga kerja keluarga yang dicurahkan unuk usaha penggemukan sapi PFH janan seperi halnya unuk memberi pakan dan membersihkan kandang. Hasil peneliian diperoleh raa-raa biaya enaga kerja sebesar Rp ,70/ahun. Waku yang dicurahkan unuk bekerja dalam usaha ernak sapi PFH janan raa-raa 1,5 jam/hari. Perhiungan biaya enaga kerja berdasarkan upah harian enaga kerja di daerah peneliian yaiu Rp ,00/hari dan waku bekerja 8 jam unuk pekerjaan buruh ani. Raa-raa biaya peralaan dalam usaha penggemukan sapi PFH janan di Kecamaan Selo sebesar Rp ,67. Biaya peralaan melipui pembelian ala yang digunakan dalam usaha ernak, dalam hal ini adalah peralaan yang habis pakai dalam waku kurang dari sau ahun. Perbaikan kandang dilakukan saa erjadi kerusakan pada kandang, misalnya menggani gening yang pecah, dinding yang rusak aau pagar yang rusak. Besarnya biaya perbaikan kandang pada usaha penggemukan sapi PFH janan di Kecamaan Selo sebesar Rp ,33/ahun. Lisrik digunakan unuk penerangan kandang. Air kebanyakan berasal dari maa air pegunungan yang sudah disalurkan ke bak penampungan. Pengambilan air dari bak penampungan dengan menggunakan ember dan ada yang menggunakan mesin pompa air unuk menyalurkan air ke rumah. Biaya penggunaan lisrik adalah unuk pemakaian lampu kandang dan pompa air. Hasil peneliian menunjukkan raa-raa biaya lisrik sebesar Rp ,00/ahun. Penerimaan Penerimaan disebu juga dengan pendapaan koor yang dirumuskan sebagai beriku: Pr = Y x Py Keerangan: Pr = Penerimaan Y = Jumlah Produksi Py = Harga Per Sauan (Suraiyah, 2006). Penerimaan usaha ernak sapi PFH janan di Kecamaan Selo berupa penjualan sapi hidup dan pupuk dari kooran ernak. Hasil peneliian menunjukkan bahwa penjualan ernak dengan raa-raa kepemilikan 4 ekor/ahun sebesar Rp ,88 dengan pemeliharaan 2 kali periode per ahun. Harga ernak diasumsikan dengan umur dan nilai ernak pada saa peneliian. Penerimaan dari kooran ernak berupa pupuk kandang yang elah kering. penerimaan dihiung berdasarkan nilai cash dari hasil penjualan secara cash dan non cash. Pupuk kandang digunakan sendiri oleh peernak dan selebihnya dijual dengan harga Rp 500,00/kg. Hasil peneliian menunjukkan jumlah pupuk kandang kering raa-raa 2.022,616 kg/ahun dan raa-raa penjualan pupuk kandang per ahun sebesar Rp ,02. Pendapaan Pendapaan merupakan selisih anara penerimaan dengan biaya yang dikeluarkan yang dirumuskan sebagai beriku: PdU = PrU Bm Keerangan: PdU = Pendapaan usahaani PrU = Penerimaan usahaani Bm = Biaya Toal usahaani (Suraiyah, 2006). Penerimaan usaha penggemukan sapi PFH janan di Kecamaan Selo Kabupaen Boyolali sebesar Rp ,00/ahun. 48 Tropical Animal Husbandry Vol. 1 (1) 2012

7 Tabel 3. Cash flow usaha penggemukan sapi PFH janan di Kecamaan Selo Uraian Tahun 0 Tahun 1 Tahun 2 Tahun 3 Tahun 4 Tahun 5 Tahun 6 Periode pemeliharaan/ahun jml ernak A. Cash inflow penjualan ernak , , , , , ,88 penjualan kooran , , , , , ,02 nilai sisa kandang ,00 jumlah 0, , , , , , ,90 B. Cash ouflow 1. Invesasi kandang ,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 peralaan ,33 0,00 0, ,33 0,00 0, ,33 jumlah ,33 0,00 0, ,33 0,00 0, ,33 2. Biaya operasional bakalan , , , , , , ,62 pakan , , , , , ,46 kesehaan , , , , , ,22 enaga kerja , , , , , ,70 perbaikan kandang 0,00 0,00 0,00 0, ,00 0,00 pembelian ala , , , , , ,67 pajak lisrik , , , , , ,00 jumlah , , , , , , ,67 Jumlah , , , , , , ,00 C. Ne cash flow , , , , , , ,90 D. Cummulaif NCF , , , , , , ,82 Analisis Finansial Usaha Penggemukan Sapi... (Diamojo e al) 49

8 Tabel 4. Hasil analisis invesasi usaha penggemukan sapi PFH janan di Kecamaan Selo Uraian Hasil Ne Presen Value (NPV) Rp ,83 Inernal Rae of Reurn (IRR) 46,3% Ne Benefi Cos Raio (BCR) 1,9 Payback Period of Credi (PPC) 1,61 ahun Biaya operasional yang dikeluarkan unuk usaha penggemukan sebesar Rp ,00/ahun. Pendapaan dari usaha peernakan sapi PFH janan sebesar Rp ,00/ahun. Analisis Finansial Usaha Penggemukan Sapi PFH Janan Cash flow usaha penggemukan sapi PFH janan di Kecamaan Selo invesasi selama 6 ahun dapa diliha pada Tabel 3. Pemeliharaan ernak dalam seiap periode raa-raa 158 hari. Biaya penyusuan kandang dalam analisis dimasukkan dalam biaya perbaikan kandang. Nilai NPV, IRR, BCR dan PPC berdasarkan invesasi selama 6 ahun dengan discoun facor 12% per ahun dapa diliha pada Tabel 4. Nilai NPV sebesar Rp ,83. Usaha penggemukan sapi PFH janan di Kecamaan Selo layak unuk diusahakan karena NPV > 0 aau posiif. Menuru Pudjosumaro (2002) krieria bahwa NPV > 0 proyek dapa dierima aau layak unuk dijalankan, jika suau proyek NPV < 0 maka idak akan dipilih aau idak layak unuk dijalankan. Hasil analisis nilai IRR > 12% yaiu 46,3%, maka usaha penggemukan sapi PFH janan di Kecamaan Selo layak unuk diusahakan. IRR menunjukkan kemampuan suau proyek unuk menghasilkan reurns aau ingka keunungan yang dapa dicapainya. Krieria invesasi IRR ini memberikan pedoman bahwa usaha akan dipilih apabila IRR lebih besar dari social discoun rae dan sebaliknya, apabila IRR lebih kecil dari social discoun rae maka usaha idak akan dipilih (Pudjosumaro, 2002). Hasil analisis nilai BCR yang diperoleh pada peneliian 1,9. Nilai BCR ini menunjukkan bahwa usaha penggemukan sapi PFH janan layak unuk dijalankan. Niisemio dan Burhan (1995) menyaakan bahwa proyek dinyaakan layak dan dipilih apabila ne B/C >1, sebaliknya bila proyek memberi hasil ne B/C < 1, proyek idak layak dan idak akan dierima. Payback Period of Credi merupakan jangka waku periode yang diperlukan unuk mengembalikan semua biaya-biaya yang elah dikeluarkan di dalam invesasi suau proyek (Pudjosumaro, 2002). Hasil peneliian Payback Period of Credi penggemukan sapi PFH janan di Kecamaan Selo adalah 1,61 arinya jangka waku pengembalian invesasi adalah 1,61 ahun. BEP Usaha Penggemukan Sapi PFH Janan BEP penggemukan sapi PFH janan di Kecamaan Selo berdasarkan penjualan ernak yaiu sebesar Rp ,48 pada nilai penjualan ini peernak idak mengalami unung dan juga idak mengalami kerugian. Nilai BEP berdasarkan uni ernak yaiu sebesar 6,26 ekor, hal ini berari peernak akan mendapakan keunungan apabila peernak memelihara lebih dari 7 ekor. SIMPULAN Berdasarkan hasil peneliian dan pembahasan yang elah dilakukan aas invesasi usaha eernak sapi PFH janan di Kecamaan Selo Kabupaen Boyolali dengan menggunakan umur invesasi 6 ahun discoun facor 12% memiliki nilai NPV, IRR, BCR dan PPC beruru-uru sebesar: Rp ,83; 46,3 %, 1,9 dan 1,61 50 Tropical Animal Husbandry Vol. 1 (1) 2012

9 ahun. Berdasarkan hasil ersebu menunjukkan bahwa usaha ernak sapi PFH janan di Kecamaan Selo Kabupaen Boyolali layak unuk diusahakan. Nilai BEP usaha penggemukan sapi PFH janan di Kecamaan Selo Kabupaen Boyolali berdasarkan uni ernak sebesar 6,26 ekor, hal ini berari peernak akan memperoleh keunungan apabila memelihara sapi lebih dari 7 ekor. DAFTAR PUSTAKA Annas, A.A.S Analisis Finansia Usaha Penggemukan Sapi Poong Peranakan Simenal di Kecamaan Polokaro Kabupaen Sukoharjo. Skripsi. Fakulas Peranian. UNS. Surakara. Badan Pusa Saisik Kecamaan Selo Dalam Angka. BPS Boyolali. Boyolali. Daniel, M Penganar Ekonomi Peranian. Bumi Aksara, Jakara. Deparemen Peranian Teknologi Usaha Penggemukan Sapi Poong. BPTP. Jawa engah. Dinas Peernakan dan Perikanan Kabupaen Boyolali Daa Saisik. Dinas Peernakan dan Perikanan Kabupaen Boyolali. Boyolali. Gray, C., P. Simanjuak, L.K. Sabur, P.F.L. Maspaiella dan R.C.G Varley Penganar Evaluasi Proyek. Gramedia Pusaka Uama, Jakara. Marono, S Pengembangan Sumberdaya Manusia dan Produkivias. Dua Rimba, Jakara. Mubyaro Penganar Ekonomi Peranian. LP3ES, Jakara. Niisemio, A.S. dan U. Burhan Wawasan Sudi Kelayakan dan Evaluasi Proyek. Bumi Aksara, Jakara. Praseyo, S. dan M. J. Lina, Meode Peneliian Kuaniaif: Teori dan Aplikasi. Rajawali Press, Jakara. Pudjosumaro, M Evaluasi Proyek Uraian Singka dan Soal Jawaban. Libery, Yogyakara. Sigi, S Analisis Break Even. Fakulas Ekonomi. UGM. Yogyakara. Soekarawi Prinsip Dasar Ekonomi Peranian. Raja Grafindo Persada, Jakara. Sugeng, Y.B Sapi Poong. Penebar Swadaya, Jakara. Suharsih Analisis Finansial Usaha Sapi Perah Kredi Banuan Peusahaan Lisrik Negara. Skripsi. Fakulas Peernakan. UGM. Yogyakara. Surakhmad, W Peneliian Ilmiah, Dasar, Meode, dan Teknik. Tarsio, Bandung. Suraiyah, K Ilmu Usahaani. Penebar Swadaya, Jakara. Vink, G.J Dasar-dasar Usaha Tani di Indonesia. Yayasan Obor Indonesia, Jakara. Yuliano. P. dan C. Saparino Penggemukan Sapi Poong Hari per Hari. Penebar Swadaya, Jakara. Analisis Finansial Usaha Penggemukan Sapi... (Diamojo e al) 51

IV. METODE PENELITIAN

IV. METODE PENELITIAN IV. METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waku Peneliian Peneliian ini dilakukan di Dafarm, yaiu uni usaha peernakan Darul Fallah yang erleak di Kecamaan Ciampea, Kabupaen Bogor, Jawa Bara. Pemilihan lokasi

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Usahatani belimbing karangsari adalah kegiatan menanam dan mengelola. utama penerimaan usaha yang dilakukan oleh petani.

III. METODE PENELITIAN. Usahatani belimbing karangsari adalah kegiatan menanam dan mengelola. utama penerimaan usaha yang dilakukan oleh petani. III. METODE PENELITIAN A. Konsep Dasar dan Definisi Operasional Usahaani belimbing karangsari adalah kegiaan menanam dan mengelola anaman belimbing karangsari unuk menghasilkan produksi, sebagai sumber

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. yang digunakan untuk mengetahui dan pembahasannya mengenai biaya - biaya

METODE PENELITIAN. yang digunakan untuk mengetahui dan pembahasannya mengenai biaya - biaya III. METODE PENELITIAN A. Meode Dasar Peneliian Meode yang digunakan dalam peneliian ini adalah meode kuaniaif, yang digunakan unuk mengeahui dan pembahasannya mengenai biaya - biaya usaha melipui biaya

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Konsep dasar dan definisi operasional merupakan pengertian dan petunjuk yang

III. METODE PENELITIAN. Konsep dasar dan definisi operasional merupakan pengertian dan petunjuk yang III. METODE PENELITIAN A. Konsep Dasar dan Definisi Operasional Konsep dasar dan definisi operasional merupakan pengerian dan peunjuk yang digunakan unuk menggambarkan kejadian, keadaan, kelompok, aau

Lebih terperinci

IV. METODE PENELITIAN

IV. METODE PENELITIAN IV. METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waku Peneliian Peneliian ini dilaksanakan pada kasus pengolahan ikan asap IACHI Peikan Cia Halus (PCH) yang erleak di Desa Raga Jaya Kecamaan Ciayam, Kabupaen Bogor,

Lebih terperinci

IV. METODE PENELITIAN

IV. METODE PENELITIAN IV. METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waku Peneliian Peneliian ini dilaksanakan di PT Panafil Essenial Oil. Lokasi dipilih dengan perimbangan bahwa perusahaan ini berencana unuk melakukan usaha dibidang

Lebih terperinci

III METODE PENELITIAN

III METODE PENELITIAN III METODE PENELITIAN 3.1 Waku dan Tempa Peneliian Peneliian mengenai konribusi pengelolaan huan rakya erhadap pendapaan rumah angga dilaksanakan di Desa Babakanreuma, Kecamaan Sindangagung, Kabupaen Kuningan,

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN III. METODE PENELITIAN 3.1. Kerangka Pemikiran Poensi sumberdaya perikanan, salah saunya dapa dimanfaakan melalui usaha budidaya ikan mas. Budidaya ikan mas yang erus berkembang di masyaraka, kegiaan budidaya

Lebih terperinci

IV METODE PENELITIAN

IV METODE PENELITIAN IV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waku Peneliian Peneliian ini dilaksanakan di Tempa Pelayanan Koperasi (TPK) Cibedug, Kecamaan Lembang, Kabupaen Bandung, Jawa Bara. Pemilihan lokasi dilakukan secara

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Industri pengolahan adalah suatu kegiatan ekonomi yang melakukan kegiatan

III. METODE PENELITIAN. Industri pengolahan adalah suatu kegiatan ekonomi yang melakukan kegiatan 40 III. METODE PENELITIAN A. Konsep Dasar dan Baasan Operasional Konsep dasar dan baasan operasional pada peneliian ini adalah sebagai beriku: Indusri pengolahan adalah suau kegiaan ekonomi yang melakukan

Lebih terperinci

post facto digunakan untuk melihat kondisi pengelolaan saat ini berdasarkan

post facto digunakan untuk melihat kondisi pengelolaan saat ini berdasarkan 3. METODE PENELITIAN 3.1. Pendekaan dan Meode Peneliian Jenis peneliian yang digunakan adalah jenis peneliian kualiaif dengan menggunakan daa kuaniaif. Daa kualiaif adalah mengeahui Gambaran pengelolaan

Lebih terperinci

IV. METODE PENELITIAN

IV. METODE PENELITIAN IV. METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waku Peneliian mengenai kelayakan pengusahaan pupuk kompos dilaksanakan pada uni usaha Koperasi Kelompok Tani (KKT) Lisung Kiwari yang menjalin mira dengan Lembaga

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN

III. METODOLOGI PENELITIAN III. METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Kerangka Pemikiran Peneliian Keinginan Kelompok Tani Duma Lori yang erdapa di Desa Konda Maloba dan masyaraka sekiar akan berdirinya penggilingan gabah di daerahnya, elah

Lebih terperinci

III. KERANGKA PEMIKIRAN

III. KERANGKA PEMIKIRAN III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Teoriis 3.1.1 Daya Dukung Lingkungan Carrying capaciy aau daya dukung lingkungan mengandung pengerian kemampuan suau empa dalam menunjang kehidupan mahluk hidup secara

Lebih terperinci

Bab II Dasar Teori Kelayakan Investasi

Bab II Dasar Teori Kelayakan Investasi Bab II Dasar Teori Kelayakan Invesasi 2.1 Prinsip Analisis Biaya dan Manfaa (os and Benefi Analysis) Invesasi adalah penanaman modal yang digunakan dalam proses produksi unuk keunungan suau perusahaan.

Lebih terperinci

ANALISI KELAYAKAN FINANSIAL USAHA AGROINDUSTRI TAHU STUDI KASUS DI KELURAHAN LABUH BARU BARAT KECAMATAN PAYUNG SEKAKI KOTA PEKANBARU

ANALISI KELAYAKAN FINANSIAL USAHA AGROINDUSTRI TAHU STUDI KASUS DI KELURAHAN LABUH BARU BARAT KECAMATAN PAYUNG SEKAKI KOTA PEKANBARU ANALISI KELAYAKAN FINANSIAL USAHA AGROINDUSTRI TAHU STUDI KASUS DI KELURAHAN LABUH BARU BARAT KECAMATAN PAYUNG SEKAKI KOTA PEKANBARU Muhammad Irfan Asrori, Yusmini, dan Shorea Khaswarina Fakulas Peranian

Lebih terperinci

APLIKASI MODEL ANALISIS KELAYAKAN EKONOMI

APLIKASI MODEL ANALISIS KELAYAKAN EKONOMI APLIKASI MODEL ANALISIS KELAYAKAN EKONOMI Oleh: YUDI WAHYUDIN, S.Pi., M.Si. Pelaihan Analisis Kelayakan Ekonomi Kegiaan Capaciy Building Program Pendanaan Kompeisi-Indeks Pembangunan Manusia (PPK-IPM)

Lebih terperinci

Tuanku Zakaria 1, Zakiah 1, Indra 1 * 1 Program Studi Agribisnis, Fakultas Pertanian, Universitas Syiah Kuala

Tuanku Zakaria 1, Zakiah 1, Indra 1 * 1 Program Studi Agribisnis, Fakultas Pertanian, Universitas Syiah Kuala Jurnal Ilmiah Mahasiswa Peranian Unsyiah PROSPEK PENGEMBANGAN USAHA PENGGEMUKANN SAPI POTONG SECARA INTENSIF ( STUDI KASUS PADA UD.NIWATORI DI GAMPONG MEUNASAH KRUENG KECAMATAN INGIN JAYA KABUPATEN ACEH

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Kerangka Pemikiran Teoriis Pengerian proyek menuru Arifin yang dikuip dari Mariyanne (2006) adalah suau akivias di mana dikeluarkannya uang dengan harapan unuk mendapakan hasil

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. Kawasan Pesisir Kabupaten Kulon Progo. Pemanfaatan/Penggunaan Lahan Saat Ini

METODE PENELITIAN. Kawasan Pesisir Kabupaten Kulon Progo. Pemanfaatan/Penggunaan Lahan Saat Ini METODE PENELITIAN Kerangka Pendekaan Sudi Penaagunaan lahan kawasan pesisir di Kabupaen Kulon Progo didasarkan pada karakerisik fisik, finansial usaha ani dan pemanfaaan saa ini. Karakerisik fisik adalah

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN 23 III. METODE PENELITIAN 3.1 Waku dan Lokasi Peneliian dilaksanakan di iga empa berbeda. Unuk mengeahui ingka parisipasi masyaraka penelii mengambil sampel di RT 03/RW 04 Kelurahan Susukan dan RT 05/RW

Lebih terperinci

Kelayakan Finansial Budidaya Jamur Tiram di Desa Sugihan, Kecamatan Tengaran, Kabupaten Semarang

Kelayakan Finansial Budidaya Jamur Tiram di Desa Sugihan, Kecamatan Tengaran, Kabupaten Semarang Kelayakan Finansial Budidaya Jamur Tiram di Desa Sugihan, Kecamaan Tengaran, Kabupaen Semarang Nugraheni Renaningsih Fakulas Peranian Universias Veeran Bangun Nusanara Sukoharjo, Jl. Lejen S. Humardani

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN 19 BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Waku dan Lokasi Peneliian Peneliian ini dilakukan pada bulan Juni hingga Juli 2011 yang berlokasi di areal kerja IUPHHK-HA PT. Mamberamo Alas Mandiri, Kabupaen Mamberamo

Lebih terperinci

Analisis kelayakan finansial perluasan tambak budidaya udang vaname di Cantigi Indramayu

Analisis kelayakan finansial perluasan tambak budidaya udang vaname di Cantigi Indramayu Jurnal Akuakulur Indonesia 9 (1), 77 83 (2010) Available : hp://journal.ipb.ac.id/index.php/jai hp://jurnalakuakulurindonesia.ipb.ac.id Analisis kelayakan finansial perluasan ambak budidaya udang vaname

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI. Produksi padi merupakan suatu hasil bercocok tanam yang dilakukan dengan

BAB 2 LANDASAN TEORI. Produksi padi merupakan suatu hasil bercocok tanam yang dilakukan dengan BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1. Produksi Produksi padi merupakan suau hasil bercocok anam yang dilakukan dengan penanaman bibi padi dan perawaan sera pemupukan secara eraur sehingga menghasilkan suau produksi

Lebih terperinci

ANALISIS KELAYAKAN FINANSIAL BUDIDAYA IKAN NILA WANAYASA PADA KELOMPOK PEMBUDIDAYA MEKARSARI

ANALISIS KELAYAKAN FINANSIAL BUDIDAYA IKAN NILA WANAYASA PADA KELOMPOK PEMBUDIDAYA MEKARSARI Analisis Jurnal Akuakulur Kelayakan Finansial Indonesia, Budidaya 6(1): 97 102 Ikan Nila (2007) Wanayasa Available : hp://journal.ipb.ac.id/index.php/jai 97 hp://jurnalakuakulurindonesia.ipb.ac.id Bulan

Lebih terperinci

JIIA, VOLUME 4 No. 1, JANUARI 2016

JIIA, VOLUME 4 No. 1, JANUARI 2016 ANALISIS FINANSIAL USAHA TERNAK AYAM PROBIOTIK : STUDI KASUS: KPA BERKAT USAHA BERSAMA, KOTA METRO (Financial Analysis Of Probioic Chickens Farming : Case Sudy: KPA Berka Usaha Bersama, Mero Ciy) Bayu

Lebih terperinci

JIIA, VOLUME 2, No. 1, JANUARI 2014

JIIA, VOLUME 2, No. 1, JANUARI 2014 ANALISIS KELAYAKAN USAHA AGROINDUSTRI KOPI LUWAK DI KECAMATAN BALIK BUKIT KABUPATEN LAMPUNG BARAT (The Financial Feasibiliy Analysis of Luwak Coffee Agroindusry a Balik Buki Disric of Wes Lampung Regency)

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Capial Expendiure (Belanja Modal) Capial Expendiure aau juga dikenal dengan nama belanja modal adalah pengeluaran yang dilakukan perusahaan unuk mendapakan aau memperbarui ase

Lebih terperinci

MODUL III ANALISIS KELAYAKAN INVESTASI

MODUL III ANALISIS KELAYAKAN INVESTASI ANALISIS KELAYAKAN INVESTASI 3.. Tujuan Ö Prakikan dapa memahami perhiungan alokasi biaya. Ö Prakikan dapa memahami analisis kelayakan invesasi dalam pendirian usaha. Ö Prakikan dapa menyusun proyeksi/proforma

Lebih terperinci

HUMAN CAPITAL. Minggu 16

HUMAN CAPITAL. Minggu 16 HUMAN CAPITAL Minggu 16 Pendahuluan Invesasi berujuan unuk meningkakan pendapaan di masa yang akan daang. Keika sebuah perusahaan melakukan invesasi barang-barang modal, perusahaan ini akan mengeluarkan

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN 26 III. METODE PENELITIAN 3.1. Kerangka Pemikiran Penilaian perkembangan kinerja keuangan PT. Goodyear Indonesia Tbk dilakukan dengan maksud unuk mengeahui sejauh mana perkembangan usaha perusahan yang

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Laar Belakang Perumbuhan ekonomi merupakan salah sau ukuran dari hasil pembangunan yang dilaksanakan khususnya dalam bidang ekonomi. Perumbuhan ersebu merupakan rangkuman laju-laju

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. universal, disemua negara tanpa memandang ukuran dan tingkat. kompleks karena pendekatan pembangunan sangat menekankan pada

BAB I PENDAHULUAN. universal, disemua negara tanpa memandang ukuran dan tingkat. kompleks karena pendekatan pembangunan sangat menekankan pada BAB I PENDAHULUAN A. Laar Belakang Disparias pembangunan ekonomi anar daerah merupakan fenomena universal, disemua negara anpa memandang ukuran dan ingka pembangunannya. Disparias pembangunan merupakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tepat rencana pembangunan itu dibuat. Untuk dapat memahami keadaan

BAB I PENDAHULUAN. tepat rencana pembangunan itu dibuat. Untuk dapat memahami keadaan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Laar Belakang Dalam perencanaan pembangunan, daa kependudukan memegang peran yang pening. Makin lengkap dan akura daa kependudukan yang esedia makin mudah dan epa rencana pembangunan

Lebih terperinci

KELAYAKAN FINANSIAL INVESTASI PABRIK KELAPA SAWIT DI KABUPATEN ACEH UTARA. Asrida Dosen Program Studi Ekonomi Pembangunan Universitas Almuslim ABSTRAK

KELAYAKAN FINANSIAL INVESTASI PABRIK KELAPA SAWIT DI KABUPATEN ACEH UTARA. Asrida Dosen Program Studi Ekonomi Pembangunan Universitas Almuslim ABSTRAK KELAYAKAN FINANSIAL INVESTASI PABRIK KELAPA SAWIT DI KABUPATEN ACEH UTARA Asrida Dosen Program Sudi Ekonomi Pembangunan Universias Almuslim ABSTRAK Kelapa sawi merupakan salah sau primadona anaman perkebunan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Sumber Daya Alam (SDA) yang tersedia merupakan salah satu pelengkap alat

BAB 1 PENDAHULUAN. Sumber Daya Alam (SDA) yang tersedia merupakan salah satu pelengkap alat BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Laar Belakang Sumber Daya Alam (SDA) yang ersedia merupakan salah sau pelengkap ala kebuuhan manusia, misalnya anah, air, energi lisrik, energi panas. Energi Lisrik merupakan Sumber

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Pertumbuhan ekonomi merupakan salah satu ukuran dari hasil pembangunan yang

BAB 1 PENDAHULUAN. Pertumbuhan ekonomi merupakan salah satu ukuran dari hasil pembangunan yang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Laar Belakang Perumbuhan ekonomi merupakan salah sau ukuran dari hasil pembangunan yang dilaksanakan khususnya dalam bidang ekonomi. Perumbuhan ersebu merupakan rangkuman laju perumbuhan

Lebih terperinci

ANALISIS ECONOMIC ENGINEERING PADA INVESTASI HOTEL GRAND CENTRAL KOTA PEKANBARU. Arifal Hidayat

ANALISIS ECONOMIC ENGINEERING PADA INVESTASI HOTEL GRAND CENTRAL KOTA PEKANBARU. Arifal Hidayat ANALISIS ECONOMIC ENGINEERING PADA INVESTASI HOTEL GRAND CENTRAL KOTA PEKANBARU Arifal Hidaya Analisis Economic Engineering ABSTRAK Tujuan uama dari peneliian ini adalah unuk menganalisa invesasi pembangunan

Lebih terperinci

JIIA, VOLUME 2 No. 2, APRIL Yunica Safitri, Zainal Abidin, Novi Rosanti ABSTRACT

JIIA, VOLUME 2 No. 2, APRIL Yunica Safitri, Zainal Abidin, Novi Rosanti ABSTRACT KINERJA DAN NILAI TAMBAH AGROINDUSTRI SABUT KELAPA PADA KAWASAN USAHA AGROINDUSTRI TERPADU (KUAT) DI KECAMATAN PESISIR SELATAN KABUPATEN PESISIR BARAT (Performance And Added Value of CocoFiber Agroindusry

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Laar Belakang Masalah Dalam sisem perekonomian suau perusahaan, ingka perumbuhan ekonomi sanga mempengaruhi kemajuan perusahaan pada masa yang akan daang. Pendapaan dan invesasi merupakan

Lebih terperinci

JIIA, VOLUME 5 No. 2, MEI 2017

JIIA, VOLUME 5 No. 2, MEI 2017 KELAYAKAN FINANSIAL UNIT USAHA JASA SEWA POMPA AIR UNTUK IRIGASI AIR PERMUKAAN DI DESA MEKAR MULYA KECAMATAN PALAS KABUPATEN LAMPUNG SELATAN (Financial Feasibiliy of Waer Pump Renal Services Business Uni

Lebih terperinci

KAJIAN AGRIBISNIS TAHU (Studi Kasus di Kabupaten Biak Numfor)

KAJIAN AGRIBISNIS TAHU (Studi Kasus di Kabupaten Biak Numfor) 57 Buana Sains Vol 8 No 1: 57-66, 2008 KAJIAN AGRIBISNIS TAHU (Sudi Kasus di Kabupaen Biak Numfor) I Made Suaryadana 1,2) dan Eri Yusnia Arviani 2) 1) Dinas Peranian Kabupaen Biak Numfor 2) Program Pascasarjana,

Lebih terperinci

ANALISIS FINANSIAL PENGOLAHAN SURIMI DENGAN SKALA MODERN DAN SEMI MODERN. Financial Analysis of Surimi Processing by Modern and Semi-Modern Scale

ANALISIS FINANSIAL PENGOLAHAN SURIMI DENGAN SKALA MODERN DAN SEMI MODERN. Financial Analysis of Surimi Processing by Modern and Semi-Modern Scale ANALISIS FINANSIAL PENGOLAHAN SURIMI DENGAN SKALA MODERN DAN SEMI MODERN Financial Analysis of Surimi Processing by Modern and Semi-Modern Scale Nazori Djazuli 1*, Mia Wahyuni, Daniel Moninja, Ari Purbayano

Lebih terperinci

STUDI KELAYAKAN FINANSIAL PUPUK ORGANIK RESIDU BIOGAS DARI DIVERSIFIKASI USAHA TERNAK

STUDI KELAYAKAN FINANSIAL PUPUK ORGANIK RESIDU BIOGAS DARI DIVERSIFIKASI USAHA TERNAK HABITAT Volume XXII, No. 1, Bulan April 2011 ISSN: 0853-5167 STUDI KELAYAKAN FINANSIAL PUPUK ORGANIK RESIDU BIOGAS DARI DIVERSIFIKASI USAHA TERNAK (FINANCIAL FEASIBILITY STUDIES OF ORGANIC FERTILIZER FROM

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. tahun 1990-an, jumlah produksi pangan terutama beras, cenderung mengalami

BAB 1 PENDAHULUAN. tahun 1990-an, jumlah produksi pangan terutama beras, cenderung mengalami 11 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Laar Belakang Keahanan pangan (food securiy) di negara kia ampaknya cukup rapuh. Sejak awal ahun 1990-an, jumlah produksi pangan eruama beras, cenderung mengalami penurunan sehingga

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Dalam pelaksanaan pembangunan saat ini, ilmu statistik memegang peranan penting

BAB 1 PENDAHULUAN. Dalam pelaksanaan pembangunan saat ini, ilmu statistik memegang peranan penting BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Laar Belakang Dalam pelaksanaan pembangunan saa ini, ilmu saisik memegang peranan pening baik iu di dalam pekerjaan maupun pada kehidupan sehari-hari. Ilmu saisik sekarang elah melaju

Lebih terperinci

BAB 2 URAIAN TEORI. waktu yang akan datang, sedangkan rencana merupakan penentuan apa yang akan

BAB 2 URAIAN TEORI. waktu yang akan datang, sedangkan rencana merupakan penentuan apa yang akan BAB 2 URAIAN EORI 2.1 Pengerian Peramalan Peramalan adalah kegiaan memperkirakan aau memprediksi apa yang erjadi pada waku yang akan daang, sedangkan rencana merupakan penenuan apa yang akan dilakukan

Lebih terperinci

ANALISIS DIRECT SELLING COST DALAM MENINGKATKAN VOLUME PENJUALAN Studi kasus pada CV Cita Nasional.

ANALISIS DIRECT SELLING COST DALAM MENINGKATKAN VOLUME PENJUALAN Studi kasus pada CV Cita Nasional. JURNAL ILMIAH RANGGAGADING Volume 7 No. 1, April 7 : 3-9 ANALISIS DIRECT SELLING COST DALAM MENINGKATKAN VOLUME PENJUALAN Sudi kasus pada CV Cia Nasional. Oleh Emmy Supariyani* dan M. Adi Nugroho *Dosen

Lebih terperinci

BAB 2 DASAR TEORI. Studi mengenai aspek teknis dan produksi ini sifatnya sangat strategis, sebab

BAB 2 DASAR TEORI. Studi mengenai aspek teknis dan produksi ini sifatnya sangat strategis, sebab 13 BAB 2 DASAR TEORI 2.1 Aspek Teknis Sudi mengenai aspek eknis dan produksi ini sifanya sanga sraegis, sebab berkaian dengan kapasias proyek, lokasi, aa leak ala produksi, kajian aas bahan dan sumbernya,

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS. Kegiatan untuk memperkirakan apa yang akan terjadi pada masa yang akan datang

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS. Kegiatan untuk memperkirakan apa yang akan terjadi pada masa yang akan datang BAB 2 TINJAUAN TEORITIS 2.1 Pengerian dan Manfaa Peramalan Kegiaan unuk mempeirakan apa yang akan erjadi pada masa yang akan daang disebu peramalan (forecasing). Sedangkan ramalan adalah suau kondisi yang

Lebih terperinci

III KERANGKA PEMIKIRAN

III KERANGKA PEMIKIRAN III KERANGKA PEMIKIRAN 3.1 Teori Risiko Produksi Dalam eori risiko produksi erlebih dahulu dijelaskan mengenai dasar eori produksi. Menuru Lipsey e al. (1995) produksi adalah suau kegiaan yang mengubah

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Laar Belakang Masalah persediaan merupakan masalah yang sanga pening dalam perusahaan. Persediaan mempunyai pengaruh besar erhadap kegiaan produksi. Masalah persediaan dapa diaasi

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Laar Belakang Air merupakan kebuuhan pokok bagi seiap makhluk hidup di dunia ini ermasuk manusia. Air juga merupakan komponen lingkungan hidup yang pening bagi kelangsungan hidup

Lebih terperinci

3 METODE PENELITIAN. Gambar 5 Peta lokasi penelitian. PETA PENELITIAN DI KABUPATEN ACEH JAYA. Lokasi sampel. Lokasi Penelitian

3 METODE PENELITIAN. Gambar 5 Peta lokasi penelitian. PETA PENELITIAN DI KABUPATEN ACEH JAYA. Lokasi sampel. Lokasi Penelitian 3 METODE PENELITIAN 3.1 Tempa dan Waku Peneliian Peneliian ini dilaksanakan di pesisir Kabupaen Aceh Jaya di Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam. Peneliian ini dilaksanakan pada bulan Agusus 2008 sampai

Lebih terperinci

PENGARUH PENGEMBANGAN KARYAWAN TERHADAP MOTIVASI DAN PRESTASI KERJA KARYAWAN (Studi pada karyawan tetap PT PG Tulangan Sidoarjo)

PENGARUH PENGEMBANGAN KARYAWAN TERHADAP MOTIVASI DAN PRESTASI KERJA KARYAWAN (Studi pada karyawan tetap PT PG Tulangan Sidoarjo) PENGARUH PENGEMBANGAN KARYAWAN TERHADAP MOTIVASI DAN PRESTASI KERJA KARYAWAN (Sudi pada karyawan eap PT PG Tulangan Sidoarjo) Niken Dwi Okavia Heru Susilo Moehammad Soe`oed Hakam Fakulas Ilmu Adminisrasi

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN TEORITIS

BAB II TINJAUAN TEORITIS BAB II TIJAUA TEORITIS 2.1 Peramalan (Forecasing) 2.1.1 Pengerian Peramalan Peramalan dapa diarikan sebagai beriku: a. Perkiraan aau dugaan mengenai erjadinya suau kejadian aau perisiwa di waku yang akan

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LADASA TEORI 2.1 Pengerian Peramalan Peramalan (forecasing) adalah suau kegiaan yang memperkirakan apa yang akan erjadi pada masa yang akan daang. Meode peramalan merupakan cara unuk memperkirakan

Lebih terperinci

JIIA, VOLUME 5 No. 2, MEI 2017

JIIA, VOLUME 5 No. 2, MEI 2017 KELAYAKAN USAHA DAN NILAI TAMBAH AGROINDUSTRI TEMPE (The Feasibiliy and Added Value of Tempe Agroindusry) Winani Puspa Arum, Sudarma Widjaya, Lina Marlina Jurusan Agribisnis, Fakulas Peranian, Universias

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Peneliian Jenis peneliian kuaniaif ini dengan pendekaan eksperimen, yaiu peneliian yang dilakukan dengan mengadakan manipulasi erhadap objek peneliian sera adanya konrol.

Lebih terperinci

372 ZIRAA AH, Volume 41 Nomor 3, Oktober 2016 Halaman ISSN ELEKTRONIK

372 ZIRAA AH, Volume 41 Nomor 3, Oktober 2016 Halaman ISSN ELEKTRONIK 372 REVITALISASI INDUSTRI KEHUTANAN DALAM PENGELOLAAN HUTAN TANAMAN RAKYAT UNTUK PEMBERDAYAAN KELUARGA PETANI DAN MENDUKUNG INDUSTRI PLYWOOD DI PROVINSI KALIMANTAN TIMUR (Revializaion Of The Foresry Indusry

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI. Metode Peramalan merupakan bagian dari ilmu Statistika. Salah satu metode

BAB 2 LANDASAN TEORI. Metode Peramalan merupakan bagian dari ilmu Statistika. Salah satu metode 20 BAB 2 LADASA TEORI 2.1. Pengerian Peramalan Meode Peramalan merupakan bagian dari ilmu Saisika. Salah sau meode peramalan adalah dere waku. Meode ini disebu sebagai meode peramalan dere waku karena

Lebih terperinci

ANALISA SENSITIVITAS KELAYAKAN USAHA PT. JASA MARINA INDAH DENGAN BEROPERASINYA GRAVING DOCK DWT

ANALISA SENSITIVITAS KELAYAKAN USAHA PT. JASA MARINA INDAH DENGAN BEROPERASINYA GRAVING DOCK DWT ANALISA SENSITIVITAS KELAYAKAN USAHA PT. JASA MARINA INDAH DENGAN BEROPERASINYA GRAVING DOCK 18.000 DWT Sukano Jamiko, Imam Pujo M Program Sudi S1 Teknik Perkapalan Fakulas Teknik Universias Diponegoro

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS. dari bahasa Yunani yang berarti Demos adalah rakyat atau penduduk,dan Grafein

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS. dari bahasa Yunani yang berarti Demos adalah rakyat atau penduduk,dan Grafein BAB 2 TINJAUAN TEORITIS 2.1 Pengerian Demografi Keadaan penduduk sanga era kaiannya dengan demografi. Kaa demografi berasal dari bahasa Yunani yang berari Demos adalah rakya aau penduduk,dan Grafein adalah

Lebih terperinci

KELAYAKAN INDUSTRI KERUPUK JAMUR TIRAM DI KABUPATEN BOGOR ABSTRACT

KELAYAKAN INDUSTRI KERUPUK JAMUR TIRAM DI KABUPATEN BOGOR ABSTRACT KELAYAKAN INDUSTRI KERUPUK JAMUR TIRAM DI KABUPATEN BOGOR Purwoko dan Yandra Arkeman Deparemen Teknologi Indusri Peranian, Fakulas Teknologi Peranian, IPB ABSTRACT Oyser mushroom can be processed ino various

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. Peramalan (Forecasting) adalah suatu kegiatan yang mengestimasi apa yang akan

BAB II LANDASAN TEORI. Peramalan (Forecasting) adalah suatu kegiatan yang mengestimasi apa yang akan BAB II LADASA TEORI 2.1 Pengerian peramalan (Forecasing) Peramalan (Forecasing) adalah suau kegiaan yang mengesimasi apa yang akan erjadi pada masa yang akan daang dengan waku yang relaif lama (Assauri,

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI. Peramalan adalah kegiatan untuk memperkirakan apa yang akan terjadi di masa yang

BAB 2 LANDASAN TEORI. Peramalan adalah kegiatan untuk memperkirakan apa yang akan terjadi di masa yang BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Pengerian Peramalan Peramalan adalah kegiaan unuk memperkirakan apa yang akan erjadi di masa yang akan daang. Sedangkan ramalan adalah suau aau kondisi yang diperkirakan akan erjadi

Lebih terperinci

KAJIAN KELAYAKAN FINANSIAL PENGEMBANGAN ANGKUTAN WISATA DI KOTA DENPASAR

KAJIAN KELAYAKAN FINANSIAL PENGEMBANGAN ANGKUTAN WISATA DI KOTA DENPASAR Konferensi Nasional Teknik Sipil 10 Universias Ama Jaya Yogyakara, 26-27 Okober 2016 KAJIAN KELAYAKAN FINANSIAL PENGEMBANGAN ANGKUTAN WISATA DI KOTA DENPASAR Puu Ali Suhanaya 1, Dyah Ayu Lesari 1, 1 Jurusan

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI 35 BAB LANDASAN TEORI Meode Dekomposisi biasanya mencoba memisahkan iga komponen erpisah dari pola dasar yang cenderung mencirikan dere daa ekonomi dan bisnis. Komponen ersebu adalah fakor rend (kecendrungan),

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Laar Belakang Pada dasarnya peramalan adalah merupakan suau dugaan aau perkiraan enang erjadinya suau keadaan di masa depan. Akan eapi dengan menggunakan meodemeode erenu peramalan

Lebih terperinci

MODEL OPTIMASI PENGGANTIAN MESIN PEMECAH KULIT BERAS MENGGUNAKAN PEMROGRAMAN DINAMIS (PABRIK BERAS DO A SEPUH)

MODEL OPTIMASI PENGGANTIAN MESIN PEMECAH KULIT BERAS MENGGUNAKAN PEMROGRAMAN DINAMIS (PABRIK BERAS DO A SEPUH) Journal Indusrial Servicess Vol. No. Okober 0 MODEL OPTIMASI PENGGANTIAN MESIN PEMECAH KULIT BERAS MENGGUNAKAN PEMROGRAMAN DINAMIS (PABRIK BERAS DO A SEPUH) Abdul Gopar ) Program Sudi Teknik Indusri Universias

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. Penelitian dilakukan pada bulan Februari-April 2015, bertempat di

METODE PENELITIAN. Penelitian dilakukan pada bulan Februari-April 2015, bertempat di III. METODE PENELITIAN 3.1 Waku dan Tempa Peneliian Peneliian dilakukan pada bulan Februari-April 2015, berempa di Laboraorium Perikanan Program Sudi Budidaya Perairan Fakulas Peranian Universias Lampung.

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN A III METODE PEELITIA Salah sau komponen peneliian yang mempunyai ari pening dalam kaiannya dengan proses sudi secara komprehensif adalah komponen meode peneliian. Meode peneliian menjelaskan bagaimana

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis dan Pendekaan Peneliian Jenis peneliian yang digunakan dalam peneliian ini adalah peneliian evaluasi dan pendekaannya menggunakan pendekaan kualiaif non inerakif (non

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Kabupaten Labuhan Batu merupakan pusat perkebunan kelapa sawit di Sumatera

BAB 1 PENDAHULUAN. Kabupaten Labuhan Batu merupakan pusat perkebunan kelapa sawit di Sumatera BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Laar Belakang Kabupaen Labuhan Bau merupakan pusa perkebunan kelapa sawi di Sumaera Uara, baik yang dikelola oleh perusahaan negara / swasa maupun perkebunan rakya. Kabupaen Labuhan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dalam pembicaraan sehari-hari, bank dikenal sebagai lembaga keuangan yang

BAB I PENDAHULUAN. Dalam pembicaraan sehari-hari, bank dikenal sebagai lembaga keuangan yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Laar Belakang Dalam pembicaraan sehari-hari, bank dikenal sebagai lembaga keuangan yang kegiaan uamanya menerima simpanan giro, abungan dan deposio. Kemudian bank juga dikenal sebagai

Lebih terperinci

BAB 4 ANALISIS DAN PEMBAHASAN

BAB 4 ANALISIS DAN PEMBAHASAN BAB 4 ANALISIS DAN EMBAHASAN 4.1 Karakerisik dan Obyek eneliian Secara garis besar profil daa merupakan daa sekunder di peroleh dari pusa daa saisik bursa efek Indonesia yang elah di publikasi, daa di

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Perekonomian dunia telah menjadi semakin saling tergantung pada

BAB I PENDAHULUAN. Perekonomian dunia telah menjadi semakin saling tergantung pada BAB I PENDAHULUAN A. Laar Belakang Masalah Perekonomian dunia elah menjadi semakin saling erganung pada dua dasawarsa erakhir. Perdagangan inernasional merupakan bagian uama dari perekonomian dunia dewasa

Lebih terperinci

KELAYAKAN PENGUSAHAAN PALA DI JAWA BARAT

KELAYAKAN PENGUSAHAAN PALA DI JAWA BARAT KELAYAKAN PENGUSAHAAN PALA DI JAWA BARAT Bedy Sudjarmoko Balai Peneliian Tanaman Rempah dan Aneka Tanaman Indusri Indonesian Spice and Indusrial Crop Research Insiue ABSTRAK Jawa Bara merupakan salah sau

Lebih terperinci

20 Peneliian ini berujuan merumuskan sraegi pada model pengelolaan yang cocok unuk keberlanjuan perikanan angkap di daerah ersebu. Daa yang diambil be

20 Peneliian ini berujuan merumuskan sraegi pada model pengelolaan yang cocok unuk keberlanjuan perikanan angkap di daerah ersebu. Daa yang diambil be 19 3 METODOLOGI 3.1 Tempa dan Waku Peneliian Peneliian berjudul Model Pengelolaan Perikanan Pelagis secara Berkelanjuan di PPN Prigi, Trenggalek, Jawa Timur ini dilakukan di PPN Prigi, Kabupaen Trenggalek,

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini adalah penelitian Quasi Eksperimental Design dengan

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini adalah penelitian Quasi Eksperimental Design dengan BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Jenis dan Desain Peneliian Peneliian ini adalah peneliian Quasi Eksperimenal Design dengan kelas eksperimen dan kelas conrol dengan desain Prees -Poses Conrol Group Design

Lebih terperinci

USULAN PENERAPAN METODE KOEFISIEN MANAJEMEN (BOWMAN S) SEBAGAI ALTERNATIF MODEL PERENCANAAN PRODUKSI PRINTER TIPE LX400 PADA PT X

USULAN PENERAPAN METODE KOEFISIEN MANAJEMEN (BOWMAN S) SEBAGAI ALTERNATIF MODEL PERENCANAAN PRODUKSI PRINTER TIPE LX400 PADA PT X USULAN ENERAAN METODE KOEISIEN MANAJEMEN (BOMAN S) SEBAGAI ALTERNATI MODEL ERENCANAAN RODUKSI RINTER TIE LX400 ADA T X Hendi Dwi Hardiman Jurusan Teknik Manajemen Indusri - Sekolah Tinggi Manajemen Indusri

Lebih terperinci

III METODOLOGI 3.1 Waktu dan Tempat 3.2 Metode Penelitian 3.3 Metode Pengumpulan Data

III METODOLOGI 3.1 Waktu dan Tempat 3.2 Metode Penelitian 3.3 Metode Pengumpulan Data III METODOLOGI 3. Waku dan Tempa Peneliian dilakukan pada Bulan Mare sampai dengan Bulan April 007. Lokasi peneliian berada di Pelabuhan Perikanan Nusanara Pemangka Kabupaen Sambas, Provinsi Kalimanan

Lebih terperinci

3 METODOLOGI. 3.1 Waktu dan Tempat

3 METODOLOGI. 3.1 Waktu dan Tempat 23 3 METODOLOGI 3. Waku dan Tempa Peneliian dilakukan pada bulan Mei 200 sampai Mei 20. Pengambilan daa dilakukan di Perairan Selaan Prigi dan Pelabuhan Perikanan Nusanara (PPN) Prigi, Trenggalek, Jawa

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Propinsi Sumatera Utara merupakan salah satu propinsi yang mempunyai

BAB 1 PENDAHULUAN. Propinsi Sumatera Utara merupakan salah satu propinsi yang mempunyai BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Laar Belakang Propinsi Sumaera Uara merupakan salah sau propinsi yang mempunyai perkembangan yang pesa di bidang ransporasi, khususnya perkembangan kendaraan bermoor. Hal ini dapa

Lebih terperinci

PENERAPAN METODE TRIPLE EXPONENTIAL SMOOTHING UNTUK MENGETAHUI JUMLAH PEMBELI BARANG PADA PERUSAHAAN MEBEL SINAR JEPARA TANJUNGANOM NGANJUK.

PENERAPAN METODE TRIPLE EXPONENTIAL SMOOTHING UNTUK MENGETAHUI JUMLAH PEMBELI BARANG PADA PERUSAHAAN MEBEL SINAR JEPARA TANJUNGANOM NGANJUK. PENERAPAN METODE TRIPLE EXPONENTIAL MOOTHING UNTUK MENGETAHUI JUMLAH PEMBELI BARANG PADA PERUAHAAN MEBEL INAR JEPARA TANJUNGANOM NGANJUK. ii Rukayah*), Achmad yaichu**) ABTRAK Peneliian ini berujuan unuk

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Pengembangan Usaha Agribisnis Perdesaan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Pengembangan Usaha Agribisnis Perdesaan BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pengembangan Usaha Agribisnis Perdesaan Pengembangan Usaha Agribisnis Perdesaan (PUAP) merupakan program sraegis Kemenerian Peranian dalam rangka mengurangi ingka kemiskinan,

Lebih terperinci

BAB III. Pada bab ini akan dijelaskan mengenai tahapan perhitungan untuk menilai

BAB III. Pada bab ini akan dijelaskan mengenai tahapan perhitungan untuk menilai BAB III PENILAIAN HARGA WAJAR SAHAM PAA SEKTOR INUSTRI BATUBARA ENGAN MENGGUNAKAN TRINOMIAL IVIEN ISCOUNT MOEL 3.. Pendahuluan Pada bab ini akan dijelaskan mengenai ahapan perhiungan unuk menilai harga

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN 39 III. METODE PENELITIAN 3.1 Waku dan Meode Peneliian Pada bab sebelumnya elah dibahas bahwa cadangan adalah sejumlah uang yang harus disediakan oleh pihak perusahaan asuransi dalam waku peranggungan

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS. Peramalan adalah kegiatan untuk memperkirakan apa yang akan terjadi di masa

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS. Peramalan adalah kegiatan untuk memperkirakan apa yang akan terjadi di masa BAB 2 TINJAUAN TEORITI 2.1. Pengerian-pengerian Peramalan adalah kegiaan unuk memperkirakan apa yang akan erjadi di masa yang akan daang. edangkan ramalan adalah suau siuasi aau kondisi yang diperkirakan

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Paprika adalah salah satu komoditas sayuran yang memiliki nilai

II. TINJAUAN PUSTAKA. Paprika adalah salah satu komoditas sayuran yang memiliki nilai II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Gambaran Umum Budidaya Paprika Paprika adalah salah sau komodias sayuran yang memiliki nilai ekonomis yang inggi, dimana sebagian besar hasil panennya diekspor ke luar negeri.

Lebih terperinci

MODEL PENGANGKUTAN SAMPAH DI KOTA BANGLI

MODEL PENGANGKUTAN SAMPAH DI KOTA BANGLI MODEL PENGANGKUTAN SAMPAH DI KOTA BANGLI Pande N. Sari Saraswai 1, I G. B. Sila Dharma 2, I Gs. Keu Sudipa 2 Absrak : Pengangkuan sampah di Koa Bangli saa ini menggunakan pola individual langsung (door

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dibandingkan dengan perkotaan, baik secara ekonomi maupun dalam hal

BAB I PENDAHULUAN. dibandingkan dengan perkotaan, baik secara ekonomi maupun dalam hal BAB I PENDAHULUAN 1.1. Laar Belakang Pedesaan di Indonesia biasanya memiliki ciri agak eringgal bila dibandingkan dengan perkoaan, baik secara ekonomi maupun dalam hal aspek lainnya, seperi: pembangunan,

Lebih terperinci

Kajian Pengembangan Usaha Budidaya Jangkrik Sebagai Bahan Baku Industri (Studi Kasus Di Daerah Istimewa Yogyakarta) Abstract

Kajian Pengembangan Usaha Budidaya Jangkrik Sebagai Bahan Baku Industri (Studi Kasus Di Daerah Istimewa Yogyakarta) Abstract Kajian Pengembangan Usaha Budidaya Jangkrik Sebagai Bahan Baku Indusri (Sudi Kasus Di Daerah Isimewa Yogyakara) Siswoyo 1, Illah Sailah 2 dan Ani Suryani 2 Absrac Since 1998, cicada has been ineresing

Lebih terperinci

MENINGKATKAN KEMAMPUAN MEMECAHKAN MASALAH SISWA MELALUI PEMBELAJARAN PEMBERIAN TUGAS LEMBARAN KERJA SECARA KELOMPOK. Oleh: Yoyo Zakaria Ansori

MENINGKATKAN KEMAMPUAN MEMECAHKAN MASALAH SISWA MELALUI PEMBELAJARAN PEMBERIAN TUGAS LEMBARAN KERJA SECARA KELOMPOK. Oleh: Yoyo Zakaria Ansori MENINGKATKAN KEMAMPUAN MEMECAHKAN MASALAH SISWA MELALUI PEMBELAJARAN PEMBERIAN TUGAS LEMBARAN KERJA SECARA KELOMPOK Oleh: Yoyo Zakaria Ansori Peneliian ini dilaarbelakangi rendahnya kemampuan memecahkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Suatu negara yang memutuskan untuk menempuh kebijakan hutang

BAB I PENDAHULUAN. Suatu negara yang memutuskan untuk menempuh kebijakan hutang BAB I PENDAHULUAN A. Laar Belakang Masalah Suau negara yang memuuskan unuk menempuh kebijakan huang luar negeri biasanya didasari oleh alasan-alasan yang dianggap rasional dan pening. Huang luar negeri

Lebih terperinci

BAB 3 METODOLOGI PEMECAHAN MASALAH

BAB 3 METODOLOGI PEMECAHAN MASALAH BAB 3 METODOLOGI PEMECAHAN MASALAH 3.1 Tahapan Pemecahan Masalah Tahapan pemecahan masalah berfungsi unuk memudahkan dalam mencari jawaban dalam proses peneliian yang dilakukan agar sesuai dengan arah

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS. bahasa Yunani yang berarti Demos adalah rakyat atau penduduk, dan Grafein adalah

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS. bahasa Yunani yang berarti Demos adalah rakyat atau penduduk, dan Grafein adalah 37 BAB 2 TINJAUAN TEORITIS 2.1 Pengerian-pengerian Kependudukan sanga era kaiannya dengan demgrafi. Kaa demgrafi berasal dari bahasa Yunani yang berari Dems adalah rakya aau penduduk, dan Grafein adalah

Lebih terperinci

VARIABEL-VARIABEL YANG MEMPENGARUHI ACTUAL SYSTEM USAGE (ASU) PADA PEMANFAATAN STUDENTSITE

VARIABEL-VARIABEL YANG MEMPENGARUHI ACTUAL SYSTEM USAGE (ASU) PADA PEMANFAATAN STUDENTSITE VARIABEL-VARIABEL YANG MEMPENGARUHI ACTUAL SYSTEM USAGE (ASU) PADA PEMANFAATAN STUDENTSITE Indra Nurhadi Program Sudi Manajemen Ekonomi, Fakulas Ekonomi, Universias Gunadarma Jl. Akses Kelapa Dua Cimanggis,

Lebih terperinci

BAB 2 KINEMATIKA. A. Posisi, Jarak, dan Perpindahan

BAB 2 KINEMATIKA. A. Posisi, Jarak, dan Perpindahan BAB 2 KINEMATIKA Tujuan Pembelajaran 1. Menjelaskan perbedaan jarak dengan perpindahan, dan kelajuan dengan kecepaan 2. Menyelidiki hubungan posisi, kecepaan, dan percepaan erhadap waku pada gerak lurus

Lebih terperinci