KELAYAKAN INDUSTRI KERUPUK JAMUR TIRAM DI KABUPATEN BOGOR ABSTRACT

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "KELAYAKAN INDUSTRI KERUPUK JAMUR TIRAM DI KABUPATEN BOGOR ABSTRACT"

Transkripsi

1 KELAYAKAN INDUSTRI KERUPUK JAMUR TIRAM DI KABUPATEN BOGOR Purwoko dan Yandra Arkeman Deparemen Teknologi Indusri Peranian, Fakulas Teknologi Peranian, IPB ABSTRACT Oyser mushroom can be processed ino various cooking and snack, such as crisps, pikel, and crispy. Oyser mushroom chips are uncommon and brand new secondary produc. Nowadays oyser mushroom chips sill have no found in Bogor ye. The analysis of marke and markeing showed ha he producion of chips in Indonesia was sill under he limi of producion and appropriae o produce in he fuure. I was showed from he uiliy rae, which was sill under 100%. Cisarua Bogor is he opimum locaion o develop he chips facory and need 29 employees. This indusry required invesmen Rp ,00 consis of working capial and fix capial. Pay back period during 1.7 years. Ne presen value is Rp ,00, inernal rae of reurn is 37 % and ne benefi-cos raio is 1.9. This means ha projec is feasible o be applied. Based on he sensiiviy analysis for he decreasing selling price unil 15 % and sensiiviy analysis for he increasing raw maerial price unil 20 %. PENDAHULUAN Jamur Tiram (Pleurous sp) merupakan salah sau jenis jamur, yang pengusahaannya cukup mengunungkan karena relaif idak memerlukan lahan yang luas, modal yang cukup rendah dan periode anam sampai produksi relaif idak memerlukan lahan yang luas. Rasa yang enak sera kandungan gizi yang cukup inggi dibandingkan dengan jamur lain yang dimiliki jamur iram, dapa memancing mina masyaraka unuk mengkonsumsi produk olahan jamur iram, sehingga indusri pengolahan jamur iram mempunyai poensi yang baik unuk dikembangkan. Tanaman jamur mendaangkan manfaa yang idak sediki pada masyaraka karena memberikan nilai gizi yang inggi eruama kandungan proein. Kandungan gizi beberapa jenis jamur dapa diliha pada Tabel 1. Tabel 1. Kandungan gizi beberapa jenis jamur Komposisi Leninus edodes (Jamur Shiake) Pleurous florida (Jamur Tiram Puih) Pleurous cycsidiosus (Jamur Tiram Cokla) Dengan meliha pasar jamur iram yang masih erbaas pada golongan menengah ke aas yang biasanya menunu kualias barang dan penampilan lebih baik maka perlu diperhaikan penanganan khusus sebelum dipasarkan dalam benuk produk hasil olahan jamur. Sehubungan dengan hal ersebu di aas unuk mengeahui peluang pasar akan kerupuk jamur iram maka diperlukan analisis sudi kelayakan enang pendirian indusri kerupuk jamur iram ersebu. Dengan sudi ini diharapkan dapa memberikan gambaran dasar kepada pihak-pihak pemilik modal unuk memanfaakan peluang bisnis ini. Di lain pihak, diharapkan hasil-hasil indusri dapa diserap oleh masyaraka sehingga selain memberikan keunungan finansial juga dapa memberikan perluasan kesempaan kerja dan lapangan kerja sera menambah pendapaan daerah dari sekor pajak. Tujuan dari peneliian ini adalah unuk mengkaji peluang pendirian indusri kerupuk jamur iram, memperkirakan dan memperhiungkan keunungan yang akan diperoleh dari adanya indusri kerupuk jamur iram dan menyediakan informasi bagi para invesor yang erarik pada indusri ersebu. Proein (% db) 17.5 Lemak (% db) METODOLOGI Karbohidra (% db) 70.7 Sera (% db) 8 Abu (% db) 7 Kalori (Kkal) 392 Sumber : Cahyana, e al (1999) Kajian kelayakan indusri kerupuk jamur iram ini dilakukan di kabupaen Bogor, sedangkan eknik yang dilakukan dalam kajian kelayakan indusri kerupuk jamur iram adalah dengan mengumpulkan daa yang diperlukan, baik daa primer maupun daa sekunder. Daa yang dikumpulkan diabulasikan kemudian dianalisis berdasarkan aspek J. Tek. Ind. Per. Vol. 13(3),

2 Kelayakan Indusri Kerupuk Jamur Tiram.. eknis eknologis, pasar dan pemasaran, manajemen operasional, finansial dan yuridis. Analisis yang digunakan dalam peneliian ini anara lain : Analisis Pasar dan Pemasaran Analisis Pasar dan Pemasaran berpedoman pada Husnan dan Suwarsono (1997), yang menyaakan bahwa aspek pasar dan pemasaran mempelajari enang : 1) Perminaan produk sera proyeksi perminaan produk ersebu pada masa yang akan daang. 2) Supply yang berasal dari dalam negeri aaupun impor dan perkembangannya, sera fakor yang mempengaruhi supply seperi produk saingan. 3) Harga produk dan perbandingannnya dengan barang-barang impor aau produksi dalam negeri lainnya, sera kecenderungan harga ersebu. 4) Program pemasaran yang melipui sraegi pemasaran yang akan dipergunakan. Analisis Teknis dan Teknologis Analisis Teknis dan Teknologis ini melipui pemilihan eknologi, penenuan kapasias produksi, pemilihan lokasi pabrik dan aa leak mesin dan ruangan. Pemilihan lokasi yang paling opimal dilakukan dengan menggunakan Meode Perbandingan Eksponensial (MPE) dengan dukungan daa keersediaan bahan baku, leak pasar yang diuju, penyediaan enaga kerja dan fasilias ransporasi. Kapasias produksi pabrik dienukan dari hasil analisis aspek pemasaran. Kebuuhan ruang dan aa leak dienukan dengan menggunakan konsep layou produk (layou garis) dimana mesin dan peralaan disusun berdasarkan uruan operasi pembuaan produk. Analisis Manajemen Operasional Menuru Umar (2000), kajian erhadap aspek manajemen operasional melipui : 1) Rencana srukur organisasi yang sesuai Organisasi perusahaan harus disrukurkan menjadi formal, srukur formal organisasi dapa membanu menjelaskan wewenang, ugas dan anggung jawab manajemen, 2) Deskripsi ugas masing-masing jabaan Keerangan enang ugas aau kewajiban dalam suau pekerjaan berdasarkan fungsi jabaan. Deskripsi ugas ini menjabarkan jenis-jenis pekerjaan dan kewajiban yang diperlukan unuk mengendalikan perusahaan agar dapa beroperasional dengan baik, 3) Kebuuhan enaga kerja dan spesifikasinya, Unuk seiap enaga kerja dibuuhkan persyaraan erenu diinjau dari pendidikan, pengalaman, keerampilan kesehaan dan lain sebagainya. Analisis Finansial Krieria-krieria yang digunakan dalam melakukan suau evaluasi erhadap invesasi proyek adalah : Ne Presen Value (NPV) Ne Presen Value (NPV) adalah meode unuk menghiung selisih anara nilai sekarang invesasi dengan nilai sekarang penerimaan-penerimaan kas bersih (operasional maupun erminal cash flow) di masa yang akan daang (Husnan dan Suwarsono, 1997). Menuru Gray e al. (1993), formula yang digunakan unuk menghiung NPV adalah : n B C NPV ( i) dimana : B = benefi sosial bruo pada ahun C = biaya sosial bruo sehubungan dengan proyek pada ahun i = ingka suku bunga pada periode i = periode invesasi ( = 0,1,2,3,.,n) Inernal Rae of Reurn (IRR) Inernal Rae of Reurn (IRR) adalah ingka diskono pada saa NPV sama dengan nol dan dinyaakan dalam persen. Menuru Kadariah e al. (1978), rumus IRR adalah sebagai beriku : NPV IRR = i (i i ) NPV NPV dimana : i 1 = discoun rae yang menghasilkan NPV posiif i 2 = discoun rae yang menghasilkan NPV negaif NPV 1 = NPV yang bernilai posiif NPV 2 = NPV yang bernilai negaif Ne Benefi Cos Raio (Ne B/C) Ne Benefi Cos Raio merupakan angka perbandingan anara jumlah PV yang bernilai posiif dengan jumlah PV yang bernilai negaif. Menuru Gray e al. (1993), formulasi maemaik dirumuskan sebagai beriku : 84 J. Tek. Ind. Per. Vol. 13(3), 83-91

3 Ne B/C = n n B C ( i) B C ( i), unuk B C > 0 dimana : B = pendapaan proyek pada ahun erenu C = biaya proyek pada ahun erenu n = umur proyek i = ingka bunga = ahun Krieria kelayakan proyek adalah jika Ne B/C lebih besar sama dengan sau dan idak layak jika Ne B/C kurang dari sau. Break Even Poin (BEP) dan Pay Back Period (PBP) Jumlah hasil penjualan minimal yang harus dilampaui dapa dihiung dengan mempergunakan persamaan beriku : BEP Toal Ongkos Teap Toal Ongkos Variabel Toal Penerimaan Pay back period merupakan krieria ambahan dalam analisis kelayakan unuk meliha periode waku yang diperlukan dalam melunasi seluruh pengeluaran invesasi. Rumus yang dipergunakan unuk menilai PBP adalah sebagai beriku : PBP = n m B n C n dimana : n = periode invesasi pada saa nilai komulaif B C negaif yang erakhir m = nilai komulaif B C negaif yang erakhir Analisis Sensiivias, unuk B C < 0 Menuru Giinger (1986), analisis sensiivias dilakukan unuk menelii kembali suau analisis kelayakan proyek, agar dapa meliha pengaruh yang akan erjadi akiba keadaan yang berubah-ubah aau ada sesuau kesalahan dalam dasar-dasar perhiungan biaya-manfaa. Dalam analisis sensiivias, seiap kemungkinan harus dicoba yang berari bahwa seiap kali harus dilakukan analisis kembali. Hal ini perlu, karena analisis proyek biasanya didasarkan pada proyeksi-proyeksi yang mengandung banyak keidakpasian dan perubahan yang akan erjadi dimasa mendaang. Pada sekor peranian, proyek dapa berubah-ubah sebagai akiba empa permasalahan uama yaiu perubahan harga jual produk, keerlambaan pelaksanaan proyek, kenaik-an biaya dan perubahan volume produksi. HASIL DAN PEMBAHASAN Analisis Bahan Baku Poensi dan Keersedian Bahan Baku Bahan baku uama yang digunakan dalam indusri pengolahan kerupuk jamur iram adalah jamur iram. Kabupaen Bogor merupakan senra produksi jamur iram di Jawa Bara. Pada ahun 2001 produksi jamur iram di Kabupaen Bogor kg, dari jumlah jamur iram melipui produksi wilayah kecamaan maupun kelompok ani binaan masyaraka. Daerah penghasil uama jamur iram di Kabupaen Bogor adalah kecamaan Cisarua, Mega Mendung dan Ciawi. Kecamaan Cisarua sebagai penghasil jamur iram erbanyak, memberikan konribusi erhadap produksi jamur iram sebanyak 144 ribu kg aau sebesar 54.7 persen dari oal produksi jamur iram di Kabupaen Bogor pada ahun Produksi jamur iram pada umumnya diusahakan oleh kelompok ani, baik iu merupakan kelompok ani binaan dinas kehuanan dan perkebunan Kabupaen Bogor maupun kelompok ani binaan rakya yang dilakukan secara mandiri. Taa Niaga Ranai aa niaga jamur iram di Kabupaen Bogor memiliki dua pola yang sanga sederhana. Secara garis besar pola ranai aa niaga di Kabupaen Bogor dapa diliha pada Gambar 1. Gambar 1. Pedagang Pengecer Peani Produsen Konsumen - Pedagang Pengecer - Hoel - Swalayan - Resoran Ranai aa niaga jamur iram di Kabupaen Bogor. Pola aa niaga perama lebih pendek dibanding pola aa niaga kedua. Pola aa niaga ini hanya J. Tek. Ind. Per. Vol. 13(3),

4 Kelayakan Indusri Kerupuk Jamur Tiram.. unuk pemasaran jamur iram unuk konsumsi lokal di Kabupaen Bogor sedangkan pola aa niaga kedua unuk wilayah pemasaran di Jakara dan sekiarnya. Analisis Pasar Dan Pemasaran Perminaan dan Penawaran Berdasarkan daa yang diperoleh dari Depperindag (Tabel 2) dikeahui bahwasanya produksi kerupuk mengalami penurunan produksi sebesar on diahun 1999/2000 dari ahun 1998/1999 dengan perminaan akan produk kerupuk eap aau konsan sebesar on. Hal ini berari adanya penurunan ingka pemanfaaan produk kerupuk di ahun 1999/2000 dari ahun 1998/1999 sebesar 56 persen menjadi 21 persen. Padahal produksi kerupuk di Indonesia belum mengalami kelebihan produksi dan masih mengunungkan diproduksi unuk masa yang akan daang, diunjukkan dengan ingka pemanfaaan masih dibawah 100 persen. Tabel 2. Perminaan dan produksi kerupuk di Indonesia Uraian 1998/ /2000 Perminaan (on) Produksi (on) Tingka pemanfaaan (%) Perkembangan Harga Bahan Baku (Jamur Tiram) Perkembangan harga jamur iram Kabupaen Bogor dapa diliha pada Tabel 3. Tabel 3. Harga (Rp) jamur iram raa-raa per kg di Kabupaen Bogor pada ahun Tahun Peani Pengecer maksimum minimum , , , , , , , , ,- Sumber : Kelompok Tani Nelayan Andalan (2002) Dalam peneapan harga bahan baku, diambil harga bahan baku erendah (minimum) yang dierima oleh pengecer. Dengan demikian, peneapan harga bahan baku sebesar Rp 9 000,- per kg akan dapa dierima oleh peani dengan baik. Produk (Kerupuk Jamur Tiram) Kerupuk jamur iram yang akan dipasarkan langsung kepada konsumen dikemas dalam kemasan plasik. Harga yang dieapkan bagi konsumen sebesar Rp ,- per kg yang dienukan berdasarkan perhiungan oal biaya produksi dan raa-raa kapasias produksinya, dengan margin 40 persen. Berdasarkan hasil perhiungan yang elah dilakukan, oal biaya produksi kerupuk jamur iram adalah Rp ,- dengan raa-raa kapasias produksinya sebesar kg per ahun. Menuru daa ersebu, maka harga pokok pabrik adalah mendekai sebesar Rp 6 200,- per kg. Preferensi Konsumen Preferensi erhadap produk jamur iram seperi jamur segar/jamur sayur, kerupuk jamur, crispy jamur dan pikel jamur elah dilakukan oleh Sailah, dkk (2001), Meode yang digunakan unuk mengeahui ingka keerarikan konsumen ini meode AHP. Hasil peneliian menunjukkan bahwa kerupuk jamur iram merupakan produk yang paling disukai dengan nilai (37 %), kemudian diikui dengan crispy jamur (33 %), jamur sayur dengan nilai 0.71 (15 %) dan yang erakhir pikel jamur dengan nilai (14 %). Sraegi Pemasaran Segmenasi, Targeing dan Posiioning (STP) Pada perencanaan indusri ini, sasaran pasar yang coba diraih adalah konsumen rumah angga. Targe pasar yang coba diraih adalah anak-anak usia 6-11 ahun, remaja usia ahun dan orang dewasa usia ahun. Penenuan arge pasar pada anak-anak, remaja dan orang dewasa ini diasumsikan mereka sudah mengeahui dan sadar akan makanan seha dan bergizi, selain kerupuk juga merupakan makanan ringan yang enak dikonsumsi oleh segala usia. Posiioning dilakukan unuk menempakan produk dalam benak konsumen. Unuk produk kerupuk jamur iram ini perlu diposisikan cira produk kerupuk yang seha dan bergizi dan berkualias inggi karena menggunakan bahan baku jamur iram yang merupakan produk makanan yang memiliki nilai gizi yang inggi. Bauran Pemasaran Bauran Produk Keunggulan produk kerupuk jamur iram ini di bandingkan dengan produk kerupuk lain erleak pada bahan bakunya. Jamur iram memiliki nilai gizi yang sanga inggi sebagai bahan bakunya. Perbandingan nilai gizi kerupuk jamur iram dengan kerupuk lainnya dapa diliha pada Tabel J. Tek. Ind. Per. Vol. 13(3), 83-91

5 Tabel 3. Kandungan nilai gizi beberapa jenis kerupuk per 100 gram Komposisi Kerupuk Kerupuk Jamur Udang Proein (g) Lemak (g) Karbohidra (g) Sera (g) Kalori (kkal) Sumber: Hasil analisis Laboraorium Kerupuk Ikan Hal ini merupakan keunggulan produk yang harus dikomunikasikan kepada konsumen, sehingga konsumen erarik unuk mencoba, erarik unuk membeli dan akhirnya menjadi langganan yang seia erhadap produk ersebu. Bauran Harga Peneapan harga dilakukan berdasarkan analisis biaya produksi kerupuk jamur iram puih. Biaya produksi adalah biaya yang dibuuhkan unuk memproduksi suau produk sampai produk ersebu siap dipasarkan. Perhiungan biaya produksi erganung pada beberapa variabel, anara lain biaya bahan baku ermasuk bahan kemasan, enaga kerja dan peralaan produksi (invesasi ala). Bauran Tempa dan Disribusi Sisem disribusi kerupuk jamur iram direncanakan menggunakan sisem disribusi yang inensif erkendali, arinya penyaluran mulai dari produsen ke konsumen merupakan rangkaian yang idak erpuus. Saluran disribusi yang dapa dierapkan disajikan pada Gambar 2. Produsen Agen Gambar 2. Sisem Disribusi Pemasaran Kerupuk Jamur Dalam hal ini empa pemasaran didisribusikan melalui pasar radisonal dan supermarke yang berada di Kabupaen Bogor dan daerah-daerah yang inggi akivias perdagangannya dan banyak jumlah penduduknya. Bauran Promosi dan Iklan Pengecer Konsumen Unuk lebih mempublikasikan produk perlu dilakukan promosi melalui iku akif dalam berbagai macam pameran dan promosi melalui siaran radio. Pemberian label usaha pada kemasan dan pencanuman nilai gizi dari produk meningkakan nilai jual dari produk. Saingan Usaha Produk kerupuk sudah banyak dijual di pasar baik di pasar swalayan maupun oko-oko pengecer. Di wilayah Kabupaen Bogor erdapa delapan perusahan kerupuk yang memproduksi kerupuk dengan kapasias yang masih rendah, raa-raa kg per ahun. Kelemahan dari perusahaan-perusahaan ersebu adalah saluran disribusi pemasaran yang idak luas. Perusahaan idak melakukan periklanan dan promosi produknya secara inensif, sera produksi yang masih di bawah kapasias produksi. Analisis Teknis Teknologis Penenuan Lokasi Penenuan Lokasi pada indusri ini dengan menggunakan Meode Perbandingan Eksponensial (MPE). Penenuan lokasi ini di dasarkan pada beberapa fakor yang dijadikan sebagai krieria kepuusan dalam pemilihan lokasi. Dari hasil perhiungan Kecamaan Cisarua merupakan daerah erpilih unuk pendirian indusri kerupuk jamur iram puih ini. Dari daa yang elah disebukan sebelumnya, Kecamaan Cisarua merupakan penghasil produksi jamur iram yang paling besar di Kabupaen Bogor, sehingga jarak indusri dengan bahan baku lebih deka, hal ini dapa mengurangi biaya ransporasi. Perencanaan Kapasias Diinjau dari pendugaan perminaan pasar, pendirian indusri pengolahan kerupuk jamur iram ini memiliki peluang yang besar. Apabila diasumsikan perminaan raa-raa kerupuk di Kabupaen Bogor adalah 14 persen dari perminaan nasional maka seiap ahunnya diperlukan kg kerupuk. Jumlah ini merupakan pasar poensial yang dapa dimasuki oleh produk kerupuk jamur iram, sehingga diinjau dari segi pasar dan pemasaran indusri ini layak unuk didirikan. Kabupaen Bogor sebagai daerah uama pemasaran dari produk kerupuk ini, elah erdapa delapan perusahaan kerupuk dengan oal produksi kg per ahun. Dari hasil analisis diperoleh pangsa pasar unuk produk kerupuk ini sebesar kg per ahun ( ). Dari pangsa pasar yang cukup besar ini, indusri ini direncanakan hanya akan mengisi sebanyak 8 persen dari pangsa pasar yang ada, yaiu kg perahun aau sama dengan 364 kg per hari dengan 264 hari kerja seahun. J. Tek. Ind. Per. Vol. 13(3),

6 Kelayakan Indusri Kerupuk Jamur Tiram.. Teknologi Proses Produksi Proses pembuaan jamur iram erdiri dari penghancuran, pengadukan, pencampuran, pengadukan adonan, penceakan, pengukusan, pendinginan, pengirisan, penjemuran dan pengemasan. Diagram alir proses produksi selengkapnya dapa diliha pada Gambar 3. Kebuuhan Ruangan Ruangan yang dibuuhkan oleh indusri pengolahan kerupuk jamur iram erdiri aas ruangan produksi dan ruangan non produksi. Ruangan produksi adalah ruangan empa dilakukannya proses pengolahan bahan baku menjadi kerupuk, dan ruangan non produksi adalah ruangan unuk akifias yang mendukung kegiaan produksi. Jamur Tiram 100 g Perencanaan Taa Leak T. apioka Garam Lada B. merah Penghancuran Pengadukan Pencampuran Air panas Taa leak fasilias indusri pengolahan kerupuk jamur iram, yang erdiri aas ruangan produksi dan non produksi dibua berdasarkan analisis keerkaian anar akifias. Ruang produksi berhubungan dengan ruang penjemuran dan pengemasan. Dalam indusri kerupuk jamur iram ini posisi seiap akifias dienukan berdasarkan perimbangan uruan kerja, penggunaan peralaan, ruang dan pekerja yang sama, efisiensi dan efekifias kerja. Bubur kerupuk Analisis Manajemen Operasional Tepung apioka Pengadukan Adonan Penceakan Pengukusan C, 15 meni Pendinginan + 12 jam Pelaksanaan kegiaan sehari-hari indusri kerupuk jamur iram dipimpin oleh seorang direkur yang membawahi empa orang kepala bidang, yaiu kepala bidang personalia, kepala bidang usaha, kepala bidang pemasaran, dan kepala bidang adminisrasi/keuangan. Sisem pelaporan yang direncanakan akan dilakukan di indusri pengolahan kerupuk jamur iram ini dikelompokkan menjadi laporan harian dan laporan bulanan. Pelaporan ini merupakan benuk peranggungjawaban suau level manajemen kepada level manajemen diaasnya, dan juga akan sanga berguna dalam pemanauan kegiaan perusahaan. Kualifikasi enaga kerja yang dibuuhan indusri kerupuk jamur iram ini dapa diliha pada Tabel 4. Tenaga kerja ersebu diharapkan orang yang memegangnya dapa melakukan ugasnya dengan baik. pengirisan Tabel 4. Kualifikasi dan jumlah enaga kerja yang dibuuhkan. penjemuran Kerupuk Jamur Gambar 3. Proses Produksi Kerupuk Jamur Tiram Jabaan Jumlah Kualifikasi Sarjana pada disiplin Kepala 4 ilmu yang sesuai Bagian dengan bagiannya Saf/eknisi 8 SMU/SMEA/STM Operaor/enag apelaksana 12 SD/SMP 88 J. Tek. Ind. Per. Vol. 13(3), 83-91

7 Analisis Finansial Analisis finansial pendirian indusri kerupuk jamur iram dilakukan dengan menggunakan asumsiasumsi yang disesuaikan dengan kondisi pada saa sudi kelayakan dilaksanakan. Asumsi-asumsi yang digunakan adalah sebagai beriku : 1. Harga yang digunakan dalam perhiungan adalah harga konsan pada ahun perama. 2. Produksi ahun perama 65 persen dan produksi ahun kedua 75 persen dari oal produksi yang direncanakan, pada ahun keiga dan seerusnya produksi mencapai 100 persen. 3. Penyusuan dihiung dengan menggunakan meode garis lurus, dengan nilai sisa unuk fasilias dan peralaan sebesar 25 persen dari nilai awal. 4. Masa enggang waku pembayaran kredi invesasi adalah sau ahun seelah kredi diambil dengan cicilan yang besarnya sama seiap ahun. 5. Perbandingan anara modal sendiri dengan modal pinjaman adalah 40 persen modal sendiri dan 60 persen modal pinjaman. 6. Fakor diskono didasarkan pada ingka suku bunga invesasi Bank BNI yaiu sebesar 20 persen. 7. Nilai anah diasumsikan eap seiap ahun. 8. Biaya pemeliharaan sebesar 2 persen dari nilai invesasi. Biaya invesasi merupakan biaya yang dikeluarkan unuk memulai suau usaha. Kegiaan invesasi melipui biaya anah dan penyiapannya, biaya gedung dan bangunan, penyediaan peralaan unuk pengolahan jamur iram menjadi kerupuk jamur iram, ala ransporasi, perlengkapan kanor, dan biaya pra operasi. Biaya invesasi indusri kerupuk jamur iram adalah Rp ,00. Penenuan kelayakan suau proyek diukur dengan krieria yang disebu krieria invesasi. Krieria kelayakan invesasi pada indusri kerupuk jamur iram diliha dari nilai NPV, IRR, Ne B/C raio, dan BEP. Nilai-nilai ersebu diperoleh dari analisis finansial kelayakan invesasi yang membandingkan anara manfaa dengan biaya. Berdasarkan cash flow pada dapa dianalisis kelayakan invesasi indusri kerupuk jamur iram yang melipui NPV, Ne B/C Raio, IRR. Ne Presen Value (NPV) merupakan selisih anara presen value benefi dan presen value biaya. Nilai NPV indusri kerupuk jamur iram dengan discoun fakor 20 persen adalah sebesar Rp ,00 nilai ini menunjukkan bahwa hasil bersih (ne benefi) yang dierima selama 5 ahun mendaang, jika diukur dengan nilai sekarang adalah sebesar Rp ,00 NPV menunjukkan angka posiif, sehingga indusri dinyaakan layak. Ne Benefi Cos Raio (Ne B/C) merupakan nilai perbandingan anara NPV yang bernilai posiif dengan NPV yang bernilai negaif. Apabila nilai Ne B/C > 1, maka NPV > 0 sehingga proyek layak unuk dilaksanakan. Nilai ne B/C indusri kerupuk jamur iram ini adalah sebesar 1.9sehingga proyek dinyaakan layak. Inernal Rae of Reurn (IRR) adalah suu nilai suku bunga yang membua NPV proyek sama dengan nol, aau ingka bunga yang menunjukkan jumlah nilai sekarang neo (NPV) sama dengan jumlah seluruh ongkos invesasi proyek. Nilai IRR indusri kerupuk jamur iram adalah sebesar 37 persen. Nilai ini lebih inggi dari suku bunga yang berlaku, yaiu 20 persen, sehingga proyek dinyaakan layak. Tiik pulang pokok (BEP) indusri kerupuk jamur iram pada kapasias produksi adalah sebesar Rp aau sebesar 36.4 persen dari nilai penjualan. Hal ini berari 63.6 persen pendapaan merupakan keunungan bagi perusahaan. Tiik ini ercapai pada saa produksi sebesar kg per ahun. Berdasarkan perhiungan krieria-krieria invesasi pada, diperoleh kesimpulan bahwa proyek layak dilaksanakan. Namun walaupun demikian, perlu pula dikaji kelayakan proyek apabila erjadi perubahan pada beberapa parameernya, seperi harga jual, dan biaya eksploiasinya. Pengkajian ersebu diuangkan dalam analisis sensiivias. Analisis sensiivias dilakukan erhadap penurunan harga jual dan peningkaan biaya masing-masing sebesar 5 persen,10 persen, 15 persen dan 20 persen. Nilai-niai krieria invesasi yang diperoleh dari analisis sensiivias dapa diliha pada Tabel 5. Tabel 5. Skenario Kenaikan bahan baku dan inpu 5 % Penurunan harga jual 5 % Kenaikan bahan baku dan inpu 10 % Penurunan harga jual 10 % Kenaikan bahan baku dan inpu 15 % Penurunan harga jual 15 % Kenaikan bahan baku dan inpu 20 % Penurunan harga jual 20 % Nilai krieria invesasi dari analisis sensiivias NPV Krieria Invesasi IRR Ne B/C PBP h h h h h h h Dari daa-daa ersebu menunjukkan bahwa kenaikkan biaya bahan baku dan inpu sebesar 5 persen,10 persen, 15 persen dan 20 persen sera penurunan harga jual sebesar 5 persen,10 persen, 15 J. Tek. Ind. Per. Vol. 13(3),

8 Kelayakan Indusri Kerupuk Jamur Tiram.. persen indusri eap layak dijalankan. Pada penurunan harga jual sebesar 20 persen indusri idak lagi layak unuk dijalankan. Analisis Yuridis Benuk perusahaan yang sesuai unuk indusri pengolahan kerupuk jamur iram ini adalah perseroan erbaas. Pemilihan ini dilakukan dengan alasan modal invesasi yang dibuuhkan relaif cukup besar dibandingkan dalam benuk Persekuuan Komandier (CV). Unuk mendirikan suau indusri, menuru Ariyoo (1980), minimal diperlukan ijin-ijin dan persyaraan yuridis sebagai beriku : 1) Perseujuan prinsip mendirikan indusri. 2) Sura Ijin Umum Perusahaan (SIUP). 3) Tanda Dafar Perusahaan (TDP). 4) Aka Pendirian Perusahaan. Berdasarkan Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 1 ahun 1995 enang Perseroan Terbaas, pasal delapan menyaakan bahwa aka pendirian memua Aggaran Dasar dan keerangan lain, sekurang-kurangnya : a. Nama lengkap, empa dan anggal lahir, pekerjaan, empa inggal dan kewarganegaraan pendiri. b. Susunan, nama lengkap, empa dan anggal lahir, pekerjaan, empa inggal, dan kewarganegaraan anggoa direksi dan komisaris yang perama kali diangka. c. Nama pemegang saham yang mengambil bagian saham pada saa pendirian. Angaran Dasar perseroan memua sekurangkurangnya : a. Nama dan empa kedudukan perseroan. b. Maksud dan ujuan sera kegiaan usaha perseroan. c. Jangka waku berdirinya perseroan. d. Besarnya jumlah modal. e. Susunan, jumlah dan nama anggoa direksi dan komisaris. f. Taa cara penggunaan laba dan pembagian dividen. Selain iu, berdasarkan Undang-Undang Republik Indonesia Nomor iga ahun 1982 enang Wajib Dafar Perusahaan, direksi perseroan wajib mendafarkan perusahaan. Unuk mendirikan suau indusri juga diperlukan ijin lokasi usaha, unuk memperoleh ijin lokasi pemohon menyampaikan permohonan secara erulis kepada Gubernur Kepala Daerah melalui Kanwil BPN dengan dilengkapi berbagai keenuan persyaraan yang elah dieapkan. Indusri pengolahan kerupuk jamur iram yang direncanakan ini bila sampai direalisasikan idak erlepas dari kewajiban pajak yang dibebankan, sesuai dengan Undang-undang No. 7 ahun 1994 enang pajak penghasilan yang menyaakan bahwa yang menjadi subyek pajak adalah badan yang erdiri dari Perseroan Terbaas, Perseroan Komandier, BUMN dan BUMD, perseroan/perkumpulan lainnya, Firma, Kongsi, Koperasi, Yayasan/Lembaga dan benuk usaha eap. Pajak keunungan yang diberlakukan pada indusri pengolahan kerupuk jamur iram ini berdasarkan Undang-Undang Perpajakan ahun 1994 adalah 10 persen unuk keunungan sampai Rp 25 jua, 15 persen unuk keunungan Rp 25 jua sampai 50 jua dan 30 persen unuk keunungan selebihnya. KESIMPULAN Jamur iram merupakan salah sau jenis anaman horikulura yang memiliki nilai gizi yang inggi, diserai dengan kesadaran masyaraka akan peningnya nilai gizi maka jamur iram baik digunakan sebagai bahan baku makananan olahan. Kabupaen Bogor merupakan senra produksi jamur di Jawa Bara disamping Kabupaen Bandung, dan sanga poensial unuk dijadikan sebagai empa pengembangan indusri kerupuk jamur iram. Pada ahun 2001 produksi jamur iram di Kabupaen Bogor adalah kg. Analisis erhadap aspek pasar dan pemasaran menunjukkan bahwa produksi kerupuk di Indonesia belum mengalami kelebihan produksi sehingga masih mengunungkan unuk diproduksi dimasa yang akan daang. Indusri direncanakan akan didirikan di Kecamaan Cisarua. Pemilihan lokasi yang deka dengan bahan baku. Indusri pengolahan kerupuk jamur iram ini dapa menyerap 29 orang enaga kerja, yang erdiri dari 17 orang enaga kerja idak langsung dan 12 orang enaga kerja langsung. Kapasias produksi yang direncanakan sebesar kg per ahun aau sama dengan 364 kg per hari. Unuk menghasilkan kg ini diperlukan bahan baku jamur iram sebesar kg per ahun. Dana invesasi indusri ersebu adalah Rp yang diperoleh dari modal sendiri sebanyak 40 persen dan pinjaman Bank sebesar 60 persen. Kredi invesasi seluruhnya diberikan pada ahun ke-0 dengan masa pinjaman selama 5 ahun. Modal kerja awal unuk iga bulan produksi adalah Rp Krieria invesasi menunjukkan kemampuan indusri unuk menghasilkan laba adalah sebagai beriku : 1) Ne Presen Value (NPV) : Rp ,00 pada ingka suku bunga 20 persen per ahun. Nilai NPV ini lebih besar daripada nol, arinya proyek layak unuk didirikan. 90 J. Tek. Ind. Per. Vol. 13(3), 83-91

9 2) Inernal Rae of Reurn (IRR) proyek sebesar 37 persen, lebih besar dari ingka suku bunga yang berlaku, sehingga proyek dinyakan layak. 3) Ne B/C proyek sebesar 1.9, nilai ini lebih besar dari 1, hal ini menunjukkan perbandingan benefi proyek yang jauh lebih besar dari biaya yang dibuuhkan. 4) Pay Back Period (PBP) menunjukkan bahwa proyek akan balik modal dalam waku sau ahun ujuh bulan. 5) Analisis sensiivias menunjukkan bahwa peningkaan harga bahan baku dan inpu dan menurunkan harga jual sampai sebesar 15 persen masih menunjukkan NPV lebih besar daripada nol. Hal ini menunjukkan jika proyek masih eap layak unuk dijalankan. Benuk badan usaha yang akan didirikan adalah Perseroan Terbaas (PT). Hasil analisis erhadap aspek yuridis menunjukkan bahwa idak ada kesulian eknis dalam perizinan indusri jika semua persyaraan dapa erpenuhi. Dari hasil analisis erhadap bahan baku sampai dengan analisis yuridis, dapa diarik kesimpulan bahwa pendirian indusri pengolahan kerupuk jamur iram di Kabupaen Bogor layak unuk diimplemenasikan. DAFTAR PUSTAKA Apple, J.M Taa Leak Pabrik dan Pemindahan Bahan. Terjemahan. Penerbi ITB, Bandung. Ariyoo, K Feasibiliy Sudy. Penerbi Muiara, Jakara. Assauri, S Manajemen Produksi dan Operasi. Lembaga Penerbi Fakulas Ekonomi Universias Indonesia, Jakara. Biro Pusa Saisik Bogor Dalam Angka. Kanor Saisik Kabupaen Bogor, Jawa Bara. Cahyana, Muchrodji dan Bakrun Jamur Tiram. Pembibian, Pembudidayaan dan Analisis Usaha. Penebar Swadaya, Jakara. Deparemen Perindusrian Laporan Tahunan. Kanor Deparemen Perindusrian, Jakara. Djamin, Z Perencanaan dan Analisa Proyek. Lembaga Peneliian Fakulas Ekonomi UI. Jakara. Edris, M Penunun Menyusun Sudi Kelayakan Proyek. Sinar Baru, Bandung. Giinger, J.P Analisa Ekonomi Proyekproyek Peranian. Edisi Kedua. Jakara : UI- Press. Gray, C. e.al Penganar Evaluasi Proyek. Gramedia Pusaka Uama. Jakara. Husnan, S, dan Suwarsono Sudi Kelayakan Proyek. UPP AMP YKPN. Ceakan Kedua. Yogyakara. Ibrahim, Y Sudi Kelayakan Bisnis. PT Rineka Cipa. Jakara. Kadariah, e al Penganar Evaluasi Proyek. Lembaga Penerbi Fakulas Ekonomi Universias Indonesia, Jakara. Kelompok Tani Nelayan Andalan Laporan Tahunan. Kelompok Tani Kaliwung Kalimuncar Kabupaen Bogor, Jawa Bara. Koler, P Manajemen Pemasaran. Analisis, Perencanaan, Implemenasi, dan Pengendalian. Jilid sau dan dua. Penerbi Salemba Empa, Jakara. Machfud dan Y. Agung Perencanaan Taa Leak pada Indusri Pangan. PAU Pangan dan Gizi IPB, Bogor. Rangkui, F Rise Pemasaran. PT Gramedia Pusaka Uama, Jakara. Rangkui, F Business Plan. Teknik Membua PerencanaanBisnis dan Analisa Kasus. PT Gramedia Pusaka Uama, Jakara. Sailah, I., Purwoko, Muslih dan I. Yuliasih Laporan Akhir, Pengembangan Usaha Budidaya Jamur Tiram dan Diversifikasi Produk Olahannya di Kabupaen Bogor. Saay, T.L Pengambilan Kepuusan Bagi Para Pemimpin. PT. Pusaka Binaman Presindo, Jakara. Singarimbun, M. dan S. Effendi Meode Peneliian Survey. LP3ES, Jakara. Siaw, C. L., A. Z. Idrus dan S. Y Yu Inermediae Technology for Fis Cracker Producion. J. Food Tech. 20 : Sulisyowai, A Beragam Makananan Kerupuk. Puspa Swara. Jakara. Suprano, J Teknik Rise Pemasaran dan Penjualan. Rhineka Cipa, Jakara. Suojo, S Sudi Kelayakan Proyek, Teori dan Prakek. Gramedia, Jakara. Suriawiria, Unus Sukses Beragrobisnis Jamur Kayu, Shiiake, Kuping, Tiram. Penebar Swadaya. Jakara. Umar, H Sudi Kelayakan Bisnis, Manajemen, Meode dan Kasus. PT Gramedia Pusaka Uama, Jakara. Wibowo, S Peunjuk Mendirikan Perusahaan Kecil. Penebar Swadaya. Jakara. Widjaya, R Hukum Perusahaan. Kesain Blanc, Jakara. Wiriano, H Mekanisasi dan Teknologi Pembuaan Kerupuk. Balai Pengembangan Makanan dan Phyo-kimia. Balai Peneliian dan Pengembangan Indusri Deparemen Indusri. J. Tek. Ind. Per. Vol. 13(3),

IV. METODE PENELITIAN

IV. METODE PENELITIAN IV. METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waku Peneliian Peneliian ini dilakukan di Dafarm, yaiu uni usaha peernakan Darul Fallah yang erleak di Kecamaan Ciampea, Kabupaen Bogor, Jawa Bara. Pemilihan lokasi

Lebih terperinci

IV. METODE PENELITIAN

IV. METODE PENELITIAN IV. METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waku Peneliian Peneliian ini dilaksanakan pada kasus pengolahan ikan asap IACHI Peikan Cia Halus (PCH) yang erleak di Desa Raga Jaya Kecamaan Ciayam, Kabupaen Bogor,

Lebih terperinci

IV. METODE PENELITIAN

IV. METODE PENELITIAN IV. METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waku Peneliian Peneliian ini dilaksanakan di PT Panafil Essenial Oil. Lokasi dipilih dengan perimbangan bahwa perusahaan ini berencana unuk melakukan usaha dibidang

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Usahatani belimbing karangsari adalah kegiatan menanam dan mengelola. utama penerimaan usaha yang dilakukan oleh petani.

III. METODE PENELITIAN. Usahatani belimbing karangsari adalah kegiatan menanam dan mengelola. utama penerimaan usaha yang dilakukan oleh petani. III. METODE PENELITIAN A. Konsep Dasar dan Definisi Operasional Usahaani belimbing karangsari adalah kegiaan menanam dan mengelola anaman belimbing karangsari unuk menghasilkan produksi, sebagai sumber

Lebih terperinci

III METODE PENELITIAN

III METODE PENELITIAN III METODE PENELITIAN 3.1 Waku dan Tempa Peneliian Peneliian mengenai konribusi pengelolaan huan rakya erhadap pendapaan rumah angga dilaksanakan di Desa Babakanreuma, Kecamaan Sindangagung, Kabupaen Kuningan,

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN III. METODE PENELITIAN 3.1. Kerangka Pemikiran Poensi sumberdaya perikanan, salah saunya dapa dimanfaakan melalui usaha budidaya ikan mas. Budidaya ikan mas yang erus berkembang di masyaraka, kegiaan budidaya

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. yang digunakan untuk mengetahui dan pembahasannya mengenai biaya - biaya

METODE PENELITIAN. yang digunakan untuk mengetahui dan pembahasannya mengenai biaya - biaya III. METODE PENELITIAN A. Meode Dasar Peneliian Meode yang digunakan dalam peneliian ini adalah meode kuaniaif, yang digunakan unuk mengeahui dan pembahasannya mengenai biaya - biaya usaha melipui biaya

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Konsep dasar dan definisi operasional merupakan pengertian dan petunjuk yang

III. METODE PENELITIAN. Konsep dasar dan definisi operasional merupakan pengertian dan petunjuk yang III. METODE PENELITIAN A. Konsep Dasar dan Definisi Operasional Konsep dasar dan definisi operasional merupakan pengerian dan peunjuk yang digunakan unuk menggambarkan kejadian, keadaan, kelompok, aau

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN

III. METODOLOGI PENELITIAN III. METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Kerangka Pemikiran Peneliian Keinginan Kelompok Tani Duma Lori yang erdapa di Desa Konda Maloba dan masyaraka sekiar akan berdirinya penggilingan gabah di daerahnya, elah

Lebih terperinci

IV METODE PENELITIAN

IV METODE PENELITIAN IV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waku Peneliian Peneliian ini dilaksanakan di Tempa Pelayanan Koperasi (TPK) Cibedug, Kecamaan Lembang, Kabupaen Bandung, Jawa Bara. Pemilihan lokasi dilakukan secara

Lebih terperinci

IV. METODE PENELITIAN

IV. METODE PENELITIAN IV. METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waku Peneliian mengenai kelayakan pengusahaan pupuk kompos dilaksanakan pada uni usaha Koperasi Kelompok Tani (KKT) Lisung Kiwari yang menjalin mira dengan Lembaga

Lebih terperinci

III. KERANGKA PEMIKIRAN

III. KERANGKA PEMIKIRAN III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Teoriis 3.1.1 Daya Dukung Lingkungan Carrying capaciy aau daya dukung lingkungan mengandung pengerian kemampuan suau empa dalam menunjang kehidupan mahluk hidup secara

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Industri pengolahan adalah suatu kegiatan ekonomi yang melakukan kegiatan

III. METODE PENELITIAN. Industri pengolahan adalah suatu kegiatan ekonomi yang melakukan kegiatan 40 III. METODE PENELITIAN A. Konsep Dasar dan Baasan Operasional Konsep dasar dan baasan operasional pada peneliian ini adalah sebagai beriku: Indusri pengolahan adalah suau kegiaan ekonomi yang melakukan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Kerangka Pemikiran Teoriis Pengerian proyek menuru Arifin yang dikuip dari Mariyanne (2006) adalah suau akivias di mana dikeluarkannya uang dengan harapan unuk mendapakan hasil

Lebih terperinci

Bab II Dasar Teori Kelayakan Investasi

Bab II Dasar Teori Kelayakan Investasi Bab II Dasar Teori Kelayakan Invesasi 2.1 Prinsip Analisis Biaya dan Manfaa (os and Benefi Analysis) Invesasi adalah penanaman modal yang digunakan dalam proses produksi unuk keunungan suau perusahaan.

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI. Produksi padi merupakan suatu hasil bercocok tanam yang dilakukan dengan

BAB 2 LANDASAN TEORI. Produksi padi merupakan suatu hasil bercocok tanam yang dilakukan dengan BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1. Produksi Produksi padi merupakan suau hasil bercocok anam yang dilakukan dengan penanaman bibi padi dan perawaan sera pemupukan secara eraur sehingga menghasilkan suau produksi

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. Kawasan Pesisir Kabupaten Kulon Progo. Pemanfaatan/Penggunaan Lahan Saat Ini

METODE PENELITIAN. Kawasan Pesisir Kabupaten Kulon Progo. Pemanfaatan/Penggunaan Lahan Saat Ini METODE PENELITIAN Kerangka Pendekaan Sudi Penaagunaan lahan kawasan pesisir di Kabupaen Kulon Progo didasarkan pada karakerisik fisik, finansial usaha ani dan pemanfaaan saa ini. Karakerisik fisik adalah

Lebih terperinci

ANALISI KELAYAKAN FINANSIAL USAHA AGROINDUSTRI TAHU STUDI KASUS DI KELURAHAN LABUH BARU BARAT KECAMATAN PAYUNG SEKAKI KOTA PEKANBARU

ANALISI KELAYAKAN FINANSIAL USAHA AGROINDUSTRI TAHU STUDI KASUS DI KELURAHAN LABUH BARU BARAT KECAMATAN PAYUNG SEKAKI KOTA PEKANBARU ANALISI KELAYAKAN FINANSIAL USAHA AGROINDUSTRI TAHU STUDI KASUS DI KELURAHAN LABUH BARU BARAT KECAMATAN PAYUNG SEKAKI KOTA PEKANBARU Muhammad Irfan Asrori, Yusmini, dan Shorea Khaswarina Fakulas Peranian

Lebih terperinci

Kelayakan Finansial Budidaya Jamur Tiram di Desa Sugihan, Kecamatan Tengaran, Kabupaten Semarang

Kelayakan Finansial Budidaya Jamur Tiram di Desa Sugihan, Kecamatan Tengaran, Kabupaten Semarang Kelayakan Finansial Budidaya Jamur Tiram di Desa Sugihan, Kecamaan Tengaran, Kabupaen Semarang Nugraheni Renaningsih Fakulas Peranian Universias Veeran Bangun Nusanara Sukoharjo, Jl. Lejen S. Humardani

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. tahun 1990-an, jumlah produksi pangan terutama beras, cenderung mengalami

BAB 1 PENDAHULUAN. tahun 1990-an, jumlah produksi pangan terutama beras, cenderung mengalami 11 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Laar Belakang Keahanan pangan (food securiy) di negara kia ampaknya cukup rapuh. Sejak awal ahun 1990-an, jumlah produksi pangan eruama beras, cenderung mengalami penurunan sehingga

Lebih terperinci

Analisis kelayakan finansial perluasan tambak budidaya udang vaname di Cantigi Indramayu

Analisis kelayakan finansial perluasan tambak budidaya udang vaname di Cantigi Indramayu Jurnal Akuakulur Indonesia 9 (1), 77 83 (2010) Available : hp://journal.ipb.ac.id/index.php/jai hp://jurnalakuakulurindonesia.ipb.ac.id Analisis kelayakan finansial perluasan ambak budidaya udang vaname

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN 19 BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Waku dan Lokasi Peneliian Peneliian ini dilakukan pada bulan Juni hingga Juli 2011 yang berlokasi di areal kerja IUPHHK-HA PT. Mamberamo Alas Mandiri, Kabupaen Mamberamo

Lebih terperinci

APLIKASI MODEL ANALISIS KELAYAKAN EKONOMI

APLIKASI MODEL ANALISIS KELAYAKAN EKONOMI APLIKASI MODEL ANALISIS KELAYAKAN EKONOMI Oleh: YUDI WAHYUDIN, S.Pi., M.Si. Pelaihan Analisis Kelayakan Ekonomi Kegiaan Capaciy Building Program Pendanaan Kompeisi-Indeks Pembangunan Manusia (PPK-IPM)

Lebih terperinci

post facto digunakan untuk melihat kondisi pengelolaan saat ini berdasarkan

post facto digunakan untuk melihat kondisi pengelolaan saat ini berdasarkan 3. METODE PENELITIAN 3.1. Pendekaan dan Meode Peneliian Jenis peneliian yang digunakan adalah jenis peneliian kualiaif dengan menggunakan daa kuaniaif. Daa kualiaif adalah mengeahui Gambaran pengelolaan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Laar Belakang Perumbuhan ekonomi merupakan salah sau ukuran dari hasil pembangunan yang dilaksanakan khususnya dalam bidang ekonomi. Perumbuhan ersebu merupakan rangkuman laju-laju

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Capial Expendiure (Belanja Modal) Capial Expendiure aau juga dikenal dengan nama belanja modal adalah pengeluaran yang dilakukan perusahaan unuk mendapakan aau memperbarui ase

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Dalam pelaksanaan pembangunan saat ini, ilmu statistik memegang peranan penting

BAB 1 PENDAHULUAN. Dalam pelaksanaan pembangunan saat ini, ilmu statistik memegang peranan penting BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Laar Belakang Dalam pelaksanaan pembangunan saa ini, ilmu saisik memegang peranan pening baik iu di dalam pekerjaan maupun pada kehidupan sehari-hari. Ilmu saisik sekarang elah melaju

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN 23 III. METODE PENELITIAN 3.1 Waku dan Lokasi Peneliian dilaksanakan di iga empa berbeda. Unuk mengeahui ingka parisipasi masyaraka penelii mengambil sampel di RT 03/RW 04 Kelurahan Susukan dan RT 05/RW

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Pertumbuhan ekonomi merupakan salah satu ukuran dari hasil pembangunan yang

BAB 1 PENDAHULUAN. Pertumbuhan ekonomi merupakan salah satu ukuran dari hasil pembangunan yang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Laar Belakang Perumbuhan ekonomi merupakan salah sau ukuran dari hasil pembangunan yang dilaksanakan khususnya dalam bidang ekonomi. Perumbuhan ersebu merupakan rangkuman laju perumbuhan

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LADASA TEORI 2.1 Pengerian Peramalan Peramalan (forecasing) adalah suau kegiaan yang memperkirakan apa yang akan erjadi pada masa yang akan daang. Meode peramalan merupakan cara unuk memperkirakan

Lebih terperinci

JIIA, VOLUME 2, No. 1, JANUARI 2014

JIIA, VOLUME 2, No. 1, JANUARI 2014 ANALISIS KELAYAKAN USAHA AGROINDUSTRI KOPI LUWAK DI KECAMATAN BALIK BUKIT KABUPATEN LAMPUNG BARAT (The Financial Feasibiliy Analysis of Luwak Coffee Agroindusry a Balik Buki Disric of Wes Lampung Regency)

Lebih terperinci

HUMAN CAPITAL. Minggu 16

HUMAN CAPITAL. Minggu 16 HUMAN CAPITAL Minggu 16 Pendahuluan Invesasi berujuan unuk meningkakan pendapaan di masa yang akan daang. Keika sebuah perusahaan melakukan invesasi barang-barang modal, perusahaan ini akan mengeluarkan

Lebih terperinci

KELAYAKAN FINANSIAL INVESTASI PABRIK KELAPA SAWIT DI KABUPATEN ACEH UTARA. Asrida Dosen Program Studi Ekonomi Pembangunan Universitas Almuslim ABSTRAK

KELAYAKAN FINANSIAL INVESTASI PABRIK KELAPA SAWIT DI KABUPATEN ACEH UTARA. Asrida Dosen Program Studi Ekonomi Pembangunan Universitas Almuslim ABSTRAK KELAYAKAN FINANSIAL INVESTASI PABRIK KELAPA SAWIT DI KABUPATEN ACEH UTARA Asrida Dosen Program Sudi Ekonomi Pembangunan Universias Almuslim ABSTRAK Kelapa sawi merupakan salah sau primadona anaman perkebunan

Lebih terperinci

MODUL III ANALISIS KELAYAKAN INVESTASI

MODUL III ANALISIS KELAYAKAN INVESTASI ANALISIS KELAYAKAN INVESTASI 3.. Tujuan Ö Prakikan dapa memahami perhiungan alokasi biaya. Ö Prakikan dapa memahami analisis kelayakan invesasi dalam pendirian usaha. Ö Prakikan dapa menyusun proyeksi/proforma

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN 26 III. METODE PENELITIAN 3.1. Kerangka Pemikiran Penilaian perkembangan kinerja keuangan PT. Goodyear Indonesia Tbk dilakukan dengan maksud unuk mengeahui sejauh mana perkembangan usaha perusahan yang

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Sumber Daya Alam (SDA) yang tersedia merupakan salah satu pelengkap alat

BAB 1 PENDAHULUAN. Sumber Daya Alam (SDA) yang tersedia merupakan salah satu pelengkap alat BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Laar Belakang Sumber Daya Alam (SDA) yang ersedia merupakan salah sau pelengkap ala kebuuhan manusia, misalnya anah, air, energi lisrik, energi panas. Energi Lisrik merupakan Sumber

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI. Metode Peramalan merupakan bagian dari ilmu Statistika. Salah satu metode

BAB 2 LANDASAN TEORI. Metode Peramalan merupakan bagian dari ilmu Statistika. Salah satu metode 20 BAB 2 LADASA TEORI 2.1. Pengerian Peramalan Meode Peramalan merupakan bagian dari ilmu Saisika. Salah sau meode peramalan adalah dere waku. Meode ini disebu sebagai meode peramalan dere waku karena

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Kabupaten Labuhan Batu merupakan pusat perkebunan kelapa sawit di Sumatera

BAB 1 PENDAHULUAN. Kabupaten Labuhan Batu merupakan pusat perkebunan kelapa sawit di Sumatera BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Laar Belakang Kabupaen Labuhan Bau merupakan pusa perkebunan kelapa sawi di Sumaera Uara, baik yang dikelola oleh perusahaan negara / swasa maupun perkebunan rakya. Kabupaen Labuhan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tepat rencana pembangunan itu dibuat. Untuk dapat memahami keadaan

BAB I PENDAHULUAN. tepat rencana pembangunan itu dibuat. Untuk dapat memahami keadaan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Laar Belakang Dalam perencanaan pembangunan, daa kependudukan memegang peran yang pening. Makin lengkap dan akura daa kependudukan yang esedia makin mudah dan epa rencana pembangunan

Lebih terperinci

BAB 2 URAIAN TEORI. waktu yang akan datang, sedangkan rencana merupakan penentuan apa yang akan

BAB 2 URAIAN TEORI. waktu yang akan datang, sedangkan rencana merupakan penentuan apa yang akan BAB 2 URAIAN EORI 2.1 Pengerian Peramalan Peramalan adalah kegiaan memperkirakan aau memprediksi apa yang erjadi pada waku yang akan daang, sedangkan rencana merupakan penenuan apa yang akan dilakukan

Lebih terperinci

KAJIAN AGRIBISNIS TAHU (Studi Kasus di Kabupaten Biak Numfor)

KAJIAN AGRIBISNIS TAHU (Studi Kasus di Kabupaten Biak Numfor) 57 Buana Sains Vol 8 No 1: 57-66, 2008 KAJIAN AGRIBISNIS TAHU (Sudi Kasus di Kabupaen Biak Numfor) I Made Suaryadana 1,2) dan Eri Yusnia Arviani 2) 1) Dinas Peranian Kabupaen Biak Numfor 2) Program Pascasarjana,

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Laar Belakang Masalah persediaan merupakan masalah yang sanga pening dalam perusahaan. Persediaan mempunyai pengaruh besar erhadap kegiaan produksi. Masalah persediaan dapa diaasi

Lebih terperinci

JIIA, VOLUME 4 No. 1, JANUARI 2016

JIIA, VOLUME 4 No. 1, JANUARI 2016 ANALISIS FINANSIAL USAHA TERNAK AYAM PROBIOTIK : STUDI KASUS: KPA BERKAT USAHA BERSAMA, KOTA METRO (Financial Analysis Of Probioic Chickens Farming : Case Sudy: KPA Berka Usaha Bersama, Mero Ciy) Bayu

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Laar Belakang Masalah Dalam sisem perekonomian suau perusahaan, ingka perumbuhan ekonomi sanga mempengaruhi kemajuan perusahaan pada masa yang akan daang. Pendapaan dan invesasi merupakan

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS. Kegiatan untuk memperkirakan apa yang akan terjadi pada masa yang akan datang

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS. Kegiatan untuk memperkirakan apa yang akan terjadi pada masa yang akan datang BAB 2 TINJAUAN TEORITIS 2.1 Pengerian dan Manfaa Peramalan Kegiaan unuk mempeirakan apa yang akan erjadi pada masa yang akan daang disebu peramalan (forecasing). Sedangkan ramalan adalah suau kondisi yang

Lebih terperinci

ANALISIS DIRECT SELLING COST DALAM MENINGKATKAN VOLUME PENJUALAN Studi kasus pada CV Cita Nasional.

ANALISIS DIRECT SELLING COST DALAM MENINGKATKAN VOLUME PENJUALAN Studi kasus pada CV Cita Nasional. JURNAL ILMIAH RANGGAGADING Volume 7 No. 1, April 7 : 3-9 ANALISIS DIRECT SELLING COST DALAM MENINGKATKAN VOLUME PENJUALAN Sudi kasus pada CV Cia Nasional. Oleh Emmy Supariyani* dan M. Adi Nugroho *Dosen

Lebih terperinci

ANALISIS KELAYAKAN FINANSIAL BUDIDAYA IKAN NILA WANAYASA PADA KELOMPOK PEMBUDIDAYA MEKARSARI

ANALISIS KELAYAKAN FINANSIAL BUDIDAYA IKAN NILA WANAYASA PADA KELOMPOK PEMBUDIDAYA MEKARSARI Analisis Jurnal Akuakulur Kelayakan Finansial Indonesia, Budidaya 6(1): 97 102 Ikan Nila (2007) Wanayasa Available : hp://journal.ipb.ac.id/index.php/jai 97 hp://jurnalakuakulurindonesia.ipb.ac.id Bulan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. Peramalan (Forecasting) adalah suatu kegiatan yang mengestimasi apa yang akan

BAB II LANDASAN TEORI. Peramalan (Forecasting) adalah suatu kegiatan yang mengestimasi apa yang akan BAB II LADASA TEORI 2.1 Pengerian peramalan (Forecasing) Peramalan (Forecasing) adalah suau kegiaan yang mengesimasi apa yang akan erjadi pada masa yang akan daang dengan waku yang relaif lama (Assauri,

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Laar Belakang Air merupakan kebuuhan pokok bagi seiap makhluk hidup di dunia ini ermasuk manusia. Air juga merupakan komponen lingkungan hidup yang pening bagi kelangsungan hidup

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. universal, disemua negara tanpa memandang ukuran dan tingkat. kompleks karena pendekatan pembangunan sangat menekankan pada

BAB I PENDAHULUAN. universal, disemua negara tanpa memandang ukuran dan tingkat. kompleks karena pendekatan pembangunan sangat menekankan pada BAB I PENDAHULUAN A. Laar Belakang Disparias pembangunan ekonomi anar daerah merupakan fenomena universal, disemua negara anpa memandang ukuran dan ingka pembangunannya. Disparias pembangunan merupakan

Lebih terperinci

JIIA, VOLUME 5 No. 2, MEI 2017

JIIA, VOLUME 5 No. 2, MEI 2017 KELAYAKAN USAHA DAN NILAI TAMBAH AGROINDUSTRI TEMPE (The Feasibiliy and Added Value of Tempe Agroindusry) Winani Puspa Arum, Sudarma Widjaya, Lina Marlina Jurusan Agribisnis, Fakulas Peranian, Universias

Lebih terperinci

Tuanku Zakaria 1, Zakiah 1, Indra 1 * 1 Program Studi Agribisnis, Fakultas Pertanian, Universitas Syiah Kuala

Tuanku Zakaria 1, Zakiah 1, Indra 1 * 1 Program Studi Agribisnis, Fakultas Pertanian, Universitas Syiah Kuala Jurnal Ilmiah Mahasiswa Peranian Unsyiah PROSPEK PENGEMBANGAN USAHA PENGGEMUKANN SAPI POTONG SECARA INTENSIF ( STUDI KASUS PADA UD.NIWATORI DI GAMPONG MEUNASAH KRUENG KECAMATAN INGIN JAYA KABUPATEN ACEH

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN TEORITIS

BAB II TINJAUAN TEORITIS BAB II TIJAUA TEORITIS 2.1 Peramalan (Forecasing) 2.1.1 Pengerian Peramalan Peramalan dapa diarikan sebagai beriku: a. Perkiraan aau dugaan mengenai erjadinya suau kejadian aau perisiwa di waku yang akan

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Defenisi Persediaan Persediaan adalah barang yang disimpan unuk pemakaian lebih lanju aau dijual. Persediaan dapa berupa bahan baku, barang seengah jadi aau barang jadi maupun

Lebih terperinci

LATIHAN SOAL KWU XII

LATIHAN SOAL KWU XII LATIHAN SOAL KWU XII A. Pilihan Ganda Pilihlah jawaban yang paling epa dengan memilih huruf a, b, c, d aau e dalam lembar jawab online. 1. Seorang wirausahawan bersedia menyerahkan pengelolaan bisnisnya

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. yang akan datang. Peramalan menjadi sangat penting karena penyusunan suatu

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. yang akan datang. Peramalan menjadi sangat penting karena penyusunan suatu BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengerian Peramalan Peramalan adalah kegiaan memperkirakan apa yang erjadi pada waku yang akan daang sedangkan rencana merupakan penenuan apa yang akan dilakukan pada waku yang

Lebih terperinci

BAB 3 METODOLOGI PEMECAHAN MASALAH

BAB 3 METODOLOGI PEMECAHAN MASALAH BAB 3 METODOLOGI PEMECAHAN MASALAH 3.1 Tahapan Pemecahan Masalah Tahapan pemecahan masalah berfungsi unuk memudahkan dalam mencari jawaban dalam proses peneliian yang dilakukan agar sesuai dengan arah

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS. dari bahasa Yunani yang berarti Demos adalah rakyat atau penduduk,dan Grafein

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS. dari bahasa Yunani yang berarti Demos adalah rakyat atau penduduk,dan Grafein BAB 2 TINJAUAN TEORITIS 2.1 Pengerian Demografi Keadaan penduduk sanga era kaiannya dengan demografi. Kaa demografi berasal dari bahasa Yunani yang berari Demos adalah rakya aau penduduk,dan Grafein adalah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dalam pembicaraan sehari-hari, bank dikenal sebagai lembaga keuangan yang

BAB I PENDAHULUAN. Dalam pembicaraan sehari-hari, bank dikenal sebagai lembaga keuangan yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Laar Belakang Dalam pembicaraan sehari-hari, bank dikenal sebagai lembaga keuangan yang kegiaan uamanya menerima simpanan giro, abungan dan deposio. Kemudian bank juga dikenal sebagai

Lebih terperinci

ANALISIS FINANSIAL PENGOLAHAN SURIMI DENGAN SKALA MODERN DAN SEMI MODERN. Financial Analysis of Surimi Processing by Modern and Semi-Modern Scale

ANALISIS FINANSIAL PENGOLAHAN SURIMI DENGAN SKALA MODERN DAN SEMI MODERN. Financial Analysis of Surimi Processing by Modern and Semi-Modern Scale ANALISIS FINANSIAL PENGOLAHAN SURIMI DENGAN SKALA MODERN DAN SEMI MODERN Financial Analysis of Surimi Processing by Modern and Semi-Modern Scale Nazori Djazuli 1*, Mia Wahyuni, Daniel Moninja, Ari Purbayano

Lebih terperinci

BAB 2 DASAR TEORI. Studi mengenai aspek teknis dan produksi ini sifatnya sangat strategis, sebab

BAB 2 DASAR TEORI. Studi mengenai aspek teknis dan produksi ini sifatnya sangat strategis, sebab 13 BAB 2 DASAR TEORI 2.1 Aspek Teknis Sudi mengenai aspek eknis dan produksi ini sifanya sanga sraegis, sebab berkaian dengan kapasias proyek, lokasi, aa leak ala produksi, kajian aas bahan dan sumbernya,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Perekonomian dunia telah menjadi semakin saling tergantung pada

BAB I PENDAHULUAN. Perekonomian dunia telah menjadi semakin saling tergantung pada BAB I PENDAHULUAN A. Laar Belakang Masalah Perekonomian dunia elah menjadi semakin saling erganung pada dua dasawarsa erakhir. Perdagangan inernasional merupakan bagian uama dari perekonomian dunia dewasa

Lebih terperinci

III KERANGKA PEMIKIRAN

III KERANGKA PEMIKIRAN III KERANGKA PEMIKIRAN 3.1 Teori Risiko Produksi Dalam eori risiko produksi erlebih dahulu dijelaskan mengenai dasar eori produksi. Menuru Lipsey e al. (1995) produksi adalah suau kegiaan yang mengubah

Lebih terperinci

BAB 4 ANALISIS DAN PEMBAHASAN

BAB 4 ANALISIS DAN PEMBAHASAN BAB 4 ANALISIS DAN EMBAHASAN 4.1 Karakerisik dan Obyek eneliian Secara garis besar profil daa merupakan daa sekunder di peroleh dari pusa daa saisik bursa efek Indonesia yang elah di publikasi, daa di

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Propinsi Sumatera Utara merupakan salah satu propinsi yang mempunyai

BAB 1 PENDAHULUAN. Propinsi Sumatera Utara merupakan salah satu propinsi yang mempunyai BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Laar Belakang Propinsi Sumaera Uara merupakan salah sau propinsi yang mempunyai perkembangan yang pesa di bidang ransporasi, khususnya perkembangan kendaraan bermoor. Hal ini dapa

Lebih terperinci

3 METODE PENELITIAN. Gambar 5 Peta lokasi penelitian. PETA PENELITIAN DI KABUPATEN ACEH JAYA. Lokasi sampel. Lokasi Penelitian

3 METODE PENELITIAN. Gambar 5 Peta lokasi penelitian. PETA PENELITIAN DI KABUPATEN ACEH JAYA. Lokasi sampel. Lokasi Penelitian 3 METODE PENELITIAN 3.1 Tempa dan Waku Peneliian Peneliian ini dilaksanakan di pesisir Kabupaen Aceh Jaya di Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam. Peneliian ini dilaksanakan pada bulan Agusus 2008 sampai

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. Persediaan dapat diartikan sebagai barang-barang yang disimpan untuk digunakan atau

BAB II LANDASAN TEORI. Persediaan dapat diartikan sebagai barang-barang yang disimpan untuk digunakan atau BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Pengerian Persediaan Persediaan dapa diarikan sebagai barang-barang yang disimpan unuk digunakan aau dijual pada masa aau periode yang akan daang. Persediaan erdiri dari bahan

Lebih terperinci

372 ZIRAA AH, Volume 41 Nomor 3, Oktober 2016 Halaman ISSN ELEKTRONIK

372 ZIRAA AH, Volume 41 Nomor 3, Oktober 2016 Halaman ISSN ELEKTRONIK 372 REVITALISASI INDUSTRI KEHUTANAN DALAM PENGELOLAAN HUTAN TANAMAN RAKYAT UNTUK PEMBERDAYAAN KELUARGA PETANI DAN MENDUKUNG INDUSTRI PLYWOOD DI PROVINSI KALIMANTAN TIMUR (Revializaion Of The Foresry Indusry

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Peneliian Jenis peneliian kuaniaif ini dengan pendekaan eksperimen, yaiu peneliian yang dilakukan dengan mengadakan manipulasi erhadap objek peneliian sera adanya konrol.

Lebih terperinci

1.1. Latar Belakang 1.2. Maksud, Tujuan, Manfaat dan Sasaran 1.3. Ruang Lingkup Kegiatan 1.4. Sistematika Penulisan

1.1. Latar Belakang 1.2. Maksud, Tujuan, Manfaat dan Sasaran 1.3. Ruang Lingkup Kegiatan 1.4. Sistematika Penulisan .. Laar Belakang.2. Maksud, Tujuan, Manfaa dan Sasaran.3. Ruang Lingkup Kegiaan.4. Sisemaika Penulisan Penyusunan Incremenal Capial Oupu Raio Kabupaen Sinang 2008-203 PENDAHULUAN.. Laar Belakang Pembangunan

Lebih terperinci

MENINGKATKAN KEMAMPUAN MEMECAHKAN MASALAH SISWA MELALUI PEMBELAJARAN PEMBERIAN TUGAS LEMBARAN KERJA SECARA KELOMPOK. Oleh: Yoyo Zakaria Ansori

MENINGKATKAN KEMAMPUAN MEMECAHKAN MASALAH SISWA MELALUI PEMBELAJARAN PEMBERIAN TUGAS LEMBARAN KERJA SECARA KELOMPOK. Oleh: Yoyo Zakaria Ansori MENINGKATKAN KEMAMPUAN MEMECAHKAN MASALAH SISWA MELALUI PEMBELAJARAN PEMBERIAN TUGAS LEMBARAN KERJA SECARA KELOMPOK Oleh: Yoyo Zakaria Ansori Peneliian ini dilaarbelakangi rendahnya kemampuan memecahkan

Lebih terperinci

DAMPAK KERUSAKAN EKOSISTEM HUTAN BAKAU (MANGROVE) TERHADAP PENDAPATAN MASYARAKAT PANTAI DI KECAMATAN SECANGGANG, KABUPATEN LANGKAT

DAMPAK KERUSAKAN EKOSISTEM HUTAN BAKAU (MANGROVE) TERHADAP PENDAPATAN MASYARAKAT PANTAI DI KECAMATAN SECANGGANG, KABUPATEN LANGKAT DAMPAK KERUSAKAN EKOSISTEM HUTAN BAKAU (MANGROVE) TERHADAP PENDAPATAN MASYARAKAT PANTAI DI KECAMATAN SECANGGANG, KABUPATEN LANGKAT Agus Purwoko Absrak Peneliian ini berujuan unuk unuk mengkaji dampak yang

Lebih terperinci

PENERAPAN METODE TRIPLE EXPONENTIAL SMOOTHING UNTUK MENGETAHUI JUMLAH PEMBELI BARANG PADA PERUSAHAAN MEBEL SINAR JEPARA TANJUNGANOM NGANJUK.

PENERAPAN METODE TRIPLE EXPONENTIAL SMOOTHING UNTUK MENGETAHUI JUMLAH PEMBELI BARANG PADA PERUSAHAAN MEBEL SINAR JEPARA TANJUNGANOM NGANJUK. PENERAPAN METODE TRIPLE EXPONENTIAL MOOTHING UNTUK MENGETAHUI JUMLAH PEMBELI BARANG PADA PERUAHAAN MEBEL INAR JEPARA TANJUNGANOM NGANJUK. ii Rukayah*), Achmad yaichu**) ABTRAK Peneliian ini berujuan unuk

Lebih terperinci

PENGARUH PENGEMBANGAN KARYAWAN TERHADAP MOTIVASI DAN PRESTASI KERJA KARYAWAN (Studi pada karyawan tetap PT PG Tulangan Sidoarjo)

PENGARUH PENGEMBANGAN KARYAWAN TERHADAP MOTIVASI DAN PRESTASI KERJA KARYAWAN (Studi pada karyawan tetap PT PG Tulangan Sidoarjo) PENGARUH PENGEMBANGAN KARYAWAN TERHADAP MOTIVASI DAN PRESTASI KERJA KARYAWAN (Sudi pada karyawan eap PT PG Tulangan Sidoarjo) Niken Dwi Okavia Heru Susilo Moehammad Soe`oed Hakam Fakulas Ilmu Adminisrasi

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Laar Belakang Pada dasarnya peramalan adalah merupakan suau dugaan aau perkiraan enang erjadinya suau keadaan di masa depan. Akan eapi dengan menggunakan meodemeode erenu peramalan

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI. Peramalan adalah kegiatan untuk memperkirakan apa yang akan terjadi di masa yang

BAB 2 LANDASAN TEORI. Peramalan adalah kegiatan untuk memperkirakan apa yang akan terjadi di masa yang BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Pengerian Peramalan Peramalan adalah kegiaan unuk memperkirakan apa yang akan erjadi di masa yang akan daang. Sedangkan ramalan adalah suau aau kondisi yang diperkirakan akan erjadi

Lebih terperinci

Analisis Finansial Usaha Penggemukan Sapi Peranakan Friesian Holstein (PFH) Jantan di Kecamatan Selo Kabupaten Boyolali

Analisis Finansial Usaha Penggemukan Sapi Peranakan Friesian Holstein (PFH) Jantan di Kecamatan Selo Kabupaten Boyolali Tropical Animal Husbandry Vol. 1 (1), Okober 2012:43-51 ISSN 2301-9921 Analisis Finansial Usaha Penggemukan Sapi Peranakan Friesian Holsein (PFH) Janan di Kecamaan Selo Kabupaen Boyolali N. Diamojo, S.

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. yang akan datang. Peramalan menjadi sangat penting karena penyusunan suatu

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. yang akan datang. Peramalan menjadi sangat penting karena penyusunan suatu BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengerian Peramalan Peramalan adalah kegiaan memperkirakan apa yang erjadi pada waku yang akan daang sedangkan rencana merupakan penenuan apa yang akan dilakukan pada waku yang

Lebih terperinci

PERANCANGAN SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN DENGAN METODE BOBOT UNTUK MENILAI KENAIKAN GOLONGAN PEGAWAI

PERANCANGAN SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN DENGAN METODE BOBOT UNTUK MENILAI KENAIKAN GOLONGAN PEGAWAI Seminar Nasional Informaika PERANCANGAN SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN DENGAN METODE BOBOT UNTUK MENILAI KENAIKAN GOLONGAN PEGAWAI Evri Ekadiansyah Program Sudi D Manajemen Informaika, STMIK Poensi Uama evrie9@gmail.com

Lebih terperinci

PERANCANGAN SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN DENGAN METODE BOBOT UNTUK MENILAI KENAIKAN GOLONGAN PEGAWAI

PERANCANGAN SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN DENGAN METODE BOBOT UNTUK MENILAI KENAIKAN GOLONGAN PEGAWAI Seminar Nasional Informaika 24 PERANCANGAN SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN DENGAN METODE BOBOT UNTUK MENILAI KENAIKAN GOLONGAN PEGAWAI Evri Ekadiansyah Program Sudi D3 Manajemen Informaika, STMIK Poensi Uama

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN 39 III. METODE PENELITIAN 3.1 Waku dan Meode Peneliian Pada bab sebelumnya elah dibahas bahwa cadangan adalah sejumlah uang yang harus disediakan oleh pihak perusahaan asuransi dalam waku peranggungan

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI. Pengangguran atau tuna karya merupakan istilah untuk orang yang tidak mau bekerja

BAB 2 LANDASAN TEORI. Pengangguran atau tuna karya merupakan istilah untuk orang yang tidak mau bekerja BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Pengerian Pengangguran Pengangguran aau una karya merupakan isilah unuk orang yang idak mau bekerja sama sekali, sedang mencari kerja, bekerja kurang dari dua hari selama seminggu,

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Pengembangan Usaha Agribisnis Perdesaan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Pengembangan Usaha Agribisnis Perdesaan BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pengembangan Usaha Agribisnis Perdesaan Pengembangan Usaha Agribisnis Perdesaan (PUAP) merupakan program sraegis Kemenerian Peranian dalam rangka mengurangi ingka kemiskinan,

Lebih terperinci

STRATEGI PEMILIHAN PRODUK UNGGULAN DAN KELAYAKAN FINANSIAL AGROINDUSTRI WIJEN

STRATEGI PEMILIHAN PRODUK UNGGULAN DAN KELAYAKAN FINANSIAL AGROINDUSTRI WIJEN STRATEGI PEMILIHAN PRODUK UNGGULAN DAN KELAYAKAN FINANSIAL AGROINDUSTRI WIJEN The Sraegy For Selecing The Excellen Produc and Financial Analysis of Sesame Agroindusry Luluk Sulisiyo Budi 1, M. Syamsul

Lebih terperinci

KELAYAKAN PENGUSAHAAN PALA DI JAWA BARAT

KELAYAKAN PENGUSAHAAN PALA DI JAWA BARAT KELAYAKAN PENGUSAHAAN PALA DI JAWA BARAT Bedy Sudjarmoko Balai Peneliian Tanaman Rempah dan Aneka Tanaman Indusri Indonesian Spice and Indusrial Crop Research Insiue ABSTRAK Jawa Bara merupakan salah sau

Lebih terperinci

ANALISA SENSITIVITAS KELAYAKAN USAHA PT. JASA MARINA INDAH DENGAN BEROPERASINYA GRAVING DOCK DWT

ANALISA SENSITIVITAS KELAYAKAN USAHA PT. JASA MARINA INDAH DENGAN BEROPERASINYA GRAVING DOCK DWT ANALISA SENSITIVITAS KELAYAKAN USAHA PT. JASA MARINA INDAH DENGAN BEROPERASINYA GRAVING DOCK 18.000 DWT Sukano Jamiko, Imam Pujo M Program Sudi S1 Teknik Perkapalan Fakulas Teknik Universias Diponegoro

Lebih terperinci

ANALISIS ECONOMIC ENGINEERING PADA INVESTASI HOTEL GRAND CENTRAL KOTA PEKANBARU. Arifal Hidayat

ANALISIS ECONOMIC ENGINEERING PADA INVESTASI HOTEL GRAND CENTRAL KOTA PEKANBARU. Arifal Hidayat ANALISIS ECONOMIC ENGINEERING PADA INVESTASI HOTEL GRAND CENTRAL KOTA PEKANBARU Arifal Hidaya Analisis Economic Engineering ABSTRAK Tujuan uama dari peneliian ini adalah unuk menganalisa invesasi pembangunan

Lebih terperinci

KAJIAN KELAYAKAN FINANSIAL PENGEMBANGAN ANGKUTAN WISATA DI KOTA DENPASAR

KAJIAN KELAYAKAN FINANSIAL PENGEMBANGAN ANGKUTAN WISATA DI KOTA DENPASAR Konferensi Nasional Teknik Sipil 10 Universias Ama Jaya Yogyakara, 26-27 Okober 2016 KAJIAN KELAYAKAN FINANSIAL PENGEMBANGAN ANGKUTAN WISATA DI KOTA DENPASAR Puu Ali Suhanaya 1, Dyah Ayu Lesari 1, 1 Jurusan

Lebih terperinci

JIIA, VOLUME 2 No. 2, APRIL Yunica Safitri, Zainal Abidin, Novi Rosanti ABSTRACT

JIIA, VOLUME 2 No. 2, APRIL Yunica Safitri, Zainal Abidin, Novi Rosanti ABSTRACT KINERJA DAN NILAI TAMBAH AGROINDUSTRI SABUT KELAPA PADA KAWASAN USAHA AGROINDUSTRI TERPADU (KUAT) DI KECAMATAN PESISIR SELATAN KABUPATEN PESISIR BARAT (Performance And Added Value of CocoFiber Agroindusry

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Konsep Proses Die Casing Dasar dari die casing proses erdiri dari injeksi logam cair dalam ekanan yang inggi ke dalam ceakan yang disebu die dan dibiarkan membeku. Tipe Mesin die

Lebih terperinci

Bab IV Pengembangan Model

Bab IV Pengembangan Model Bab IV engembangan Model IV. Sisem Obyek Kajian IV.. Komodias Obyek Kajian Komodias dalam peneliian ini adalah gula pasir yang siap konsumsi dan merupakan salah sau kebuuhan pokok masyaraka. Komodias ini

Lebih terperinci

Economic Rent Analysis of Timber Estate Log Production in Indonesia

Economic Rent Analysis of Timber Estate Log Production in Indonesia ANALISIS PUNGUTAN RENTE EKONOMI KAYU BULAT HUTAN TANAMAN INDUSTRI DI INDONESIA Economic Ren Analysis of Timber Esae Log Producion in Indonesia Oleh/By: Transoo Handadhari, Achmad Sumiro, Sofyan P. Warsio

Lebih terperinci

Oleh : Debrina Puspita Andriani Teknik Industri Universitas Brawijaya /

Oleh : Debrina Puspita Andriani Teknik Industri Universitas Brawijaya   / 4 Oleh : Debrina Puspia Andriani Teknik Indusri Universias Brawijaya e-mail : debrina@ub.ac.id / debrina.ub@gmail.com www.debrina.lecure.ub.ac.id O. Dasar perhiungan depresiasi 2. Meode-meode depresiasi.

Lebih terperinci

Bab 2 Landasan Teori

Bab 2 Landasan Teori Bab 2 Landasan Teori 2.1 Keseimbangan Lini 2.1.1 Definisi Keseimbangan Lini Penjadwalan dari pekerjaan lini produksi yang menyeimbangkan kerja yang dilakukan pada seiap sasiun kerja. Keseimbangan lini

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN A III METODE PEELITIA Salah sau komponen peneliian yang mempunyai ari pening dalam kaiannya dengan proses sudi secara komprehensif adalah komponen meode peneliian. Meode peneliian menjelaskan bagaimana

Lebih terperinci

BAB 2 KINEMATIKA. A. Posisi, Jarak, dan Perpindahan

BAB 2 KINEMATIKA. A. Posisi, Jarak, dan Perpindahan BAB 2 KINEMATIKA Tujuan Pembelajaran 1. Menjelaskan perbedaan jarak dengan perpindahan, dan kelajuan dengan kecepaan 2. Menyelidiki hubungan posisi, kecepaan, dan percepaan erhadap waku pada gerak lurus

Lebih terperinci

VARIABEL-VARIABEL YANG MEMPENGARUHI ACTUAL SYSTEM USAGE (ASU) PADA PEMANFAATAN STUDENTSITE

VARIABEL-VARIABEL YANG MEMPENGARUHI ACTUAL SYSTEM USAGE (ASU) PADA PEMANFAATAN STUDENTSITE VARIABEL-VARIABEL YANG MEMPENGARUHI ACTUAL SYSTEM USAGE (ASU) PADA PEMANFAATAN STUDENTSITE Indra Nurhadi Program Sudi Manajemen Ekonomi, Fakulas Ekonomi, Universias Gunadarma Jl. Akses Kelapa Dua Cimanggis,

Lebih terperinci

BAB 2 DASAR TEORI. Dewasa ini dengan meningkatnya pertumbuhan industri industri baik

BAB 2 DASAR TEORI. Dewasa ini dengan meningkatnya pertumbuhan industri industri baik BAB 2 DASAR TEORI 2.1 Tujuan Perusahaan Dewasa ini dengan meningkanya perumbuhan indusri indusri baik manufakur aaupun non manufakur menunu banyak pihak eruama pihak pihak yang berhubungan langsung dengan

Lebih terperinci

BAB III METODE PEMULUSAN EKSPONENSIAL TRIPEL DARI WINTER. Metode pemulusan eksponensial telah digunakan selama beberapa tahun

BAB III METODE PEMULUSAN EKSPONENSIAL TRIPEL DARI WINTER. Metode pemulusan eksponensial telah digunakan selama beberapa tahun 43 BAB METODE PEMUUAN EKPONENA TRPE DAR WNTER Meode pemulusan eksponensial elah digunakan selama beberapa ahun sebagai suau meode yang sanga berguna pada begiu banyak siuasi peramalan Pada ahun 957 C C

Lebih terperinci

BAB II MATERI PENUNJANG. 2.1 Keuangan Opsi

BAB II MATERI PENUNJANG. 2.1 Keuangan Opsi Bab II Maeri Penunjang BAB II MATERI PENUNJANG.1 Keuangan.1.1 Opsi Sebuah opsi keuangan memberikan hak (bukan kewajiban) unuk membeli aau menjual sebuah asse di waku yang akan daang dengan harga yang disepakai.

Lebih terperinci