CROP LAND SUITABILITY FOR CLOVE (Eugenia aromatica L.) BASED ON AGRO-CLIMATE ASPECTS AND ECONOMIC FEASIBILITY (CASE STUDY : SOUTH SULAWESI PROVINCE)

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "CROP LAND SUITABILITY FOR CLOVE (Eugenia aromatica L.) BASED ON AGRO-CLIMATE ASPECTS AND ECONOMIC FEASIBILITY (CASE STUDY : SOUTH SULAWESI PROVINCE)"

Transkripsi

1 Available online a: hp://journal.ipb.ac.id/index.php/agrome J.Agrome 24 (2) : 39-47, 2010 ISSN: KAJIAN KESESUAIAN LAHAN TANAMAN CENGKEH (Eugenia aromaica L.) BERDASARKAN ASPEK AGROKLIMAT DAN KELAYAKAN EKONOMI (Sudi kasus Provinsi Sulawesi Selaan) CROP LAND SUITABILITY FOR CLOVE (Eugenia aromaica L.) BASED ON AGRO-CLIMATE ASPECTS AND ECONOMIC FEASIBILITY (CASE STUDY : SOUTH SULAWESI PROVINCE) Anisa Isnaeni dan Yon Sugiaro * Laboraorium Agromeeorologi, Dep. Geofisika dan Meeorologi IPB Gedung FMIPA Wing 19 Lv. 4 Kampus IPB Darmaga, Bogor * Corresponding Auhor. yons@ipb.ac.id Penyerahan Naskah: 15 Juni 2010 Dierima unuk dierbikan: 22 november 2010 ABSTRACT Indonesian planaions are increasingly expanding and making progress so as o suppor he governmen programs in Indonesia Agriculural developmen is necessary, especially he planaion area of clove planaions which have many benefis and uses for he communiy.the aims of his sudy is o find ou he suiabiliy of he clove crop land in Souh Sulawesi province and he level of effeciveness in invesing land. Mehodology used is based on suiabiliy area for agroclimae parameers and economical feasibiliy.the resuls of analysis shown ha Souh Sulawesi Provinve are poenial for exension based on he suiabiliy of clove plans Agro-climae and he closure of is land in he amoun of km 2.There are hree land suiabiliy classes, highly suiable areas or S1 (1.897 km 2 ), moderaely suiable areas or S2 ( km 2 ) and marginally suiable areas or S3 (990 km 2 ). In addiion, he region sill has he poenial areas of land for planaion developmen is a form of fores land wih an area of km 2.These hree land suiabiliieshave feasibiliy of invesmen ne profi in he S1 field wih he presen value of Rp /ha, 30,1% IRR, and BCR of 2,16.Ne profi in he land S2 is Rp /ha, 24% IRR, and BCR of 1,73%, while ne profi on he land S3 is Rp /ha.Areas of land which became he main developmen prioriies wih highprioriy land presen in six disrics namely Wajo, Jenepono, Sinjai, Bulukumba, Barru, and Bone. Keywords: clove, suiabiliy of land, Souh Sulawesi PENDAHULUAN Cengkeh (Eugenia aromaica L.) merupakan salah sau komodias peranian yang memiliki nilai ekonomi inggi. Komodias Cengkeh banyak digunakan di bidang indusri sebagai bahan pembuaan rokok kreek (Suherman 2008) baku pembuaan vanilin, kosmeik, farmasi sera pemanfaaannya pada eknologi pangan sebagai agen animikroba alami (Gupa e al. 2009)Cengkeh merupakan sau dari 17 komodias yang menjadi priorias pembangunan peranian di Indonesia sampai ahun Berkaian dengan iu sudah selayaknya revialisasi juga dilaksanakan dalam agrinisnis cengkeh. Selain memiliki banyak kegunaan, cengkeh juga memiliki peranan dalam penyediaan lapangan pekerjaan, mulai dari perkebunan hingga indusri yang menggunakan komodias ersebu sebagai bahan baku sehingga hal iu dapa meningkakan pendapaan negara (Rori 2008). Prospek cengkeh yang baik ini harus diimbangi dengan pengelolaan yang baik pula. Salah sau benuk pengelolaan ersebu dapa berupa kebijakan penenuan wilayah yang epa dalam pembudidayaan anaman cengkeh. Bila diinjau dari sejarah cengkeh, seringkali diemukan kejadian dimana kebuuhan masyaraka dalam negeri eruama cengkeh melebihi jumlah produksi yang erjadi di dalam negeri. Kondisi ini yang menjadi salah sau penyebab perkebunan cengkeh harus dikembangkan. Pengembangan cengkeh dapa dilakukan dengan cara memperluas area perkebunan pada daerah yang belum dimanfaakan secara opimal. Indonesia

2 40 Isnaeni dan Sugiaro merupakan negara yang kaya akan rempah-rempah dan Indonesia juga memiliki sumber daya lahan yang sanga luas unuk pengembangan berbagai komodias peranian. Berdasarkan daa ahun 2005, luas lahan peranian Indonesia sekiar 70,2 jua ha dan sebagian besar berupa lahan perkebunan (18,5 jua ha), egalan 14,6 jua ha, lahan idur 11,3 jua ha, dan sawah 7,9 jua ha (Mulyani dan Las 2008). Wilayah peranian khususnya perkebunan di Indonesia pada umumnya berada pada daerah bagian bara Indonesia sedangkan pada wilayah bagian imur Indonesia masih sanga sediki lahan yang digunakan unuk area perkebunan, padahal pada wilayah ersebu juga memiliki poensi yang cukup besar dalam bidang perkebunan. Kondisi ini memungkinkan unuk pengusahaan berbagai jenis anaman, ermasuk komodias perkebunan yang masih belum opimal dalam pemanfaaannya seperi cengkeh. Salah sau daerah yang diperkirakan memiliki poensi dalam pengembangan perkebunan cengkeh di wilayah Indonesia bagian imur adalah daerah provinsi Sulawesi Selaan karena kondisi iklim dan opografinya yang sesuai unuk komodias cengkeh. Sulawesi Selaan juga merupakan sau dari 12 Provinsi yang merupakan senra produksi cengkeh di Indonesia (Rori 2008). Fakor iklim merupakan fakor yang cukup besar pengaruhnya erhadap perumbuhan, pembungaan maupun produkivias pada anaman cengkeh (Ruhnaya dan Wahid 1997). Menuru Hadiwijaya (1983), kualias cengkeh yang umbuh di daerah yang beriklim basah lebih rendah dibandingkan dengan kualias cengkeh yang umbuh pada daerah beriklim kering. Suhu udara yang ideal unuk perumbuhan anaman cengkeh berkisar anara 25 o 28 o C dan curah hujannya sebesar mm/ahun (Djaenudin e al. 2003). Berdasarkan daa ahun 2006, Provinsi Sulawesi Selaan berkonribusi sebesar 15% dari oal produksi cengkeh Indonesia (BPS 2008). Konribusi ini dapa erus diingkakan, sehingga poensi pengembangan perkebunan cengkeh di Provinsi Sulawesi Selaan sebaiknya juga didukung dengan peneliian lebih mendalam. Oleh karena iu perlu dilakukan peneliian mengenai perwilayahan komodias cengkeh pada daerah ersebu dan pengkajian mengenai kelayakan dalam melakukan invesasi. Hal ini perlu dilakukan agar pemerinah dapa mengeahui dan mengopimalkan wilayahwilayah yang berpoensi besar unuk perkebunan cengkeh sehingga dapa meningkakan pendapaan daerah dan penyediaan lapangan kerja. Peneliian ini berujuan unuk mengeahui ingka kesesuaian lahan dan kelayakan ekonomi sera priorias wilayah pengembangan anaman cengkeh di Provinsi Sulawesi Selaan. METODE PENELITIAN Peneliian ini dilakukan dengan menggunakan enam ahapan analisis yaiu penenuan ingka kesesuaian iklim, penenuan kesesuaian anah, penenuan kesesuaian agroklima, penenuan kesesuaian penuupan lahan, penenuan kesesuaian kelayakan ekonomi/usaha dan penenuan wilayah poensi pengembangan. Daa sekunder yang digunakan erdiri aas: 1. Daa CH bulanan dari 67 sasiun hujan di Sulawesi Selaan periode (sumber : BMKG) 2. Daa suhu udara raa-raa bulanan (sumber : BMKG) 3. Daa inpu (bibi, enaga kerja, perlengkapan pemeliharaan) dan oupu (produksi dan harga jual komodias cengkeh) selama 30 ahun (BPS, 2008) 4. Pea adminisrasi Provinsi Sulawesi Selaan skala 1: (sumber : Bakosuranal 5. Pea opografi Provinsi Sulawesi Selaan skala 1:50000 ahun 1998 (sumber : Bakosuranal) 6. Pea kedalaman anah Provinsi Sulawesi Selaan skala 1: ahun 2008 (sumber : Puslianak) 7. Pea pengunaan lahan Provinsi Sulawesi Selaan ahun 2008 Tabel 1. Krieria kesesuaian agroklima anaman cengkeh Persyaraan Kelas Kesesuaian Lahan S1 S2 S3 N Suhu ( o C) > < Curah Hujan(mm) < >4.000 Kedalaman Tanah (cm) < >100 Kelerengan (%) >30

3 Kajian Kesesuaian Lahan Tanaman Cengkeh 41 Analisis KesesuaianAgroklima Analisis kesesuian agroklima merupakan hasil inegrasi anara pea kesesuaian iklim dan pea kesesuain anah. Klasifikasi unuk menenukan krieria kesesuaian agroklima anaman cengkeh dilakukan berdasarkan krieria dalam Djaenudin e al. (2003) pada Tabel 1. Kelas S1 menunjukan suau wilayah memiliki kesesuaian yang inggi (highly suiable), S2 menunjukkan kesesuaian sedang (moderaely suiable) dan S3 menunjukkan kesesuaian yang rendah (marginally suiable). Sedangkan N menunjukkan krieria wilayah yang idak sesuai dengan nilai persyaraan yang ada (unsuiable). Analisis yang dilakukan menggunakan bobo unuk masing-masing parameer persyaraan kesesuaian lahan di aas dengan nilai masing-masing curah hujan (30%), suhu udara (30%), kedalaman anah (25%) dan kelerengan (15%). Penenuan kesesuaian lahan dilakukan dengen menginegrasikan hasil kesesuaian agroklima dengan kondisi penggunaan lahan saa ini. Analisis Kelayakan Ekonomi/Usaha Analisis kelayakan usaha dilakukan dengan menggunakan analisis finansial berdasarkan indikaor Ne Presen Value (NPV), Inernal Rae of Reurn (IRR), dan B/C Raio (BCR). Menuru Soeharo (1997), indikaor invesasi ersebu dapa diperoleh dengan menggunakan persamaan sebagai beriku: n ( C) ( Co) NPV : (1) (1 i n n ( C) ( Co) IRR : (2) (1 i) (1 i ( PV) B BCR : (3) ( PV) C (C) (Co) n i (PV)B (PV)C 0 ) 0 0 ) : Aliran kas masuk ahun ke- : Aliran kas keluar ahun ke- : umur uni usaha hasil invesasi : waku : arus pengembalian (diskono) :nilai sekarang benefi : nilai sekarang biaya Analisis yang digunakan pada fakor ekonomi dibaasi dengan nilai ekonomi yang bersifa dinamis sera menggunakan asumsi unuk beberapa harga barang yang berhubungan dengan pembiayaan perkebunan cengkeh berdasarkan BPS (2008). Penenuan wilayah priorias pengembangan cengkeh di Sulawesi Selaan dieapkan berdasarkan kesesuaian agroklima dan penuupan lahan besera akses pendukung di iap kabupaen seperi keersedian akses jalan dan pelabuhan unuk mendukung disribusi hasil panen secara opimal. HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Iklim dan Tanah Provinsi Sulawesi Selaan Sulawesi Selaan merupakan daerah bagian paling selaan dari pulau Sulawesi yang erhampar luas di sepanjang koordina 0 o 12 8 o Linang Selaan dan 116 o o 36 Bujur Timur. Luas wilayah Provinsi Sulawesi Selaan berdasarkan daa BPS ahun 2006 adalah Ha. Penggunaan lahan paling luas didominasi oleh huan (57,59%), sawah (9,01%), perkebunan (9,85%), rawa (1,65%), danau, ambak (2,84%), perikanan (1,07%) dan lainlain (8,74%). Daa di aas memperlihakan bahwa lahan yang digunakan unuk budidaya peranian (sawah dan perkebunan) mencakup Ha aau mencakup 19% dari luas wilayah. Provinsi Sulawesi Selaan memiliki keragaman curah hujan yang inggi dengan iga pola curah hujan yaiu monsunal, equaorial dan lokal (Sugiaro 2009). Curah hujan raa-raa ahunan sekiar mm/ahun. Hal ini menunjukkan bahwa penyebaran curah hujan di Sulawesi Selaan cukup beragam, mulai dari daerah yang memiliki curah hujan rendah seperi di daerah sekiar pos hujan Malanroe,Kabupaen Soppeng hingga daerah dengan curah hujan inggi seperi di daerah sekiar pos hujan Malino,Kabupaen Gowa. Walaupun memiliki iga pola, curah hujan raaraa bulanan yang erjadi pada wilayah Sulawesi Selaan pada umumnya didominasi pola curah hujan monsunal. Tipe curah hujan ini bersifa unimodial (sau puncak musim hujan, DJF musim hujan, JJA musim kemarau). Bulan-bulan lainnya disebu sebagai musim peralihan. Maju aau mundurnya musim hujan dan musim kemarau sanga di pengaruh oleh berbagai fenomena meeorologi dianaranya El Nino dan La Nina (Sugiaro 2009). Suhu raa-raa ahunan yang erdapa di Provinsi Sulawesi Selaan berkisar anara 22 o C hingga 28 o C. Perbedaan suhu ini disebabkan oleh opografi yang erdapa di Sulawesi Selaan. Suhu di pegunungan akan lebih rendah dibandingkan dengan suhu di pesisir panai. Pada bulan Desember dan Januari yang memiliki nilai curah hujan yang inggi, suhu udara yang erjadi cukup rendah sedangkan pada bulan Agusus-Okober yang memiliki curah hujan yang rendah memiliki suhu udara yang inggi (Gambar 1).

4 CH (mm) Suhu (oc) 42 Isnaeni dan Sugiaro Jan Feb Mar Apr May Jun Jul Aug Sep Oc Nov Dec Waku (bulan) Gambar 1 CH dan suhu raa-raa bulanan di Sulawesi Selaan ahun (sumber daa : BMKG). Karakerisik anah yang akan dikaji dalam peneliian adalah kedalaman anah dan kelerengan lahan. Kedalaman anah yang erdapa di daerah Sulawesi Selaan cukup beragam, mulai dari kedalaman anah dibawah 50 cm hingga di aas 200 cm. Selain iu, kelerengan lahan yang erdapa di provinsi ini juga cukup beragam, mulai dari daerah dengan kelerengan 0 % hingga 70 %. Hal ini menunjukkan bahwa opografi yang erdapa di Sulawesi Selaan juga cukup beragam, yaiu mulai dari daaran yang daar hingga buki dan pegunungan. Idenifikasi Kesesuaian Iklim Kelas kesesuaian iklim diurunkan dari inegrasi kelas kesesuaian curah hujan dan suhu udara CH Suhu Penyebaran iklim yang cocok unuk anaman cengkeh di Sulawesi Selaan cukup beragam, dengan kelas kesesuaian iklim yang melipui kesesuaian iklim S1 (sanga sesuai), S2 (cukup sesuai), dan S3 (sesuai marginal). Kesesuaian iklim yang dominan erdapa di Provinsi Sulawesi Selaan adalah kesesuaian iklim S2 dengan luas wilayah sebesar km 2 aau 70 % dari luas Provinsi Sulawesi Selaan.Luas kesesuaian iklim S1 yang erdapa pada daerah ini sebesar km 2 dan luas S3 sebesar km 2. Kesesuaian iklim yang erdapa pada wilayah Sulawesi Selaan dapa dikaakan baik karena idak erdapa kelas lahan yang idak sesuai (Gambar 2). Kabupaen yang memiliki luas wilayah S1 paling besar berdasarkan kesesuaian iklimnya adalah Kabupaen Bone dengan luas lahan S1 sebesar km 2 aau 67% dari luas kabupaennya aau 4,7% dari luas Sulawesi Selaan. Hal ini menunjukkan bahwa di wilayah Kabupaen Bone memiliki poensi besar unuk dianami cengkeh berdasarkan iklimnya. Kabupaen lainnya yang sanga berpoensi besar dalam memiliki luasan lahan yang sanga sesuai (S1) adalah Kabupaen Luwu dan Wajo. Kabupaen Wajo merupakan kabupaen yang memiliki iklim yang paling baik bila dikaji berdasarkan kesesuaian iklim anaman cengkeh karena sebesar km 2 aau 93% dari oal luas kabupaennya merupakan lahan S1. Gambar 2 Pea kesesuaian iklim anaman cengkeh.

5 Kajian Kesesuaian Lahan Tanaman Cengkeh 43 Idenifikasi Kesesuaian Tanah Kelas kesesuaian anah diurunkan dari inegrasi kelas kesesuaian kondisi kedalaman anah dan kelerengan. Tanah merupakan fakor yang cukup berpengaruh erhadap perumbuhan anaman cengkeh. Menuru Djaenudin e al. (2003), kedalaman anah yang sanga sesuai (S1) unuk diumbuhi anaman cengkeh minimal 100 cm. Kedalaman ersebu baik unuk perumbuhan akar anaman cengkeh, selain akar idak akan ergenang keika musim hujan, pergerakan akar dalam mencari unsur hara juga dapa bebas bergerak. Berdasarkan hasil analisis yang dilakukan, daerah yang sesuai unuk diumbuhi anaman cengkeh berdasarkan aspek kesesuaian kedalaman anahnya adalah wilayah di sekiar kabupaen Luwu, Wajo, Bone, Mamuju, Sindenreng Rappang, Soppeng, Pinrang, Takalar, Barru, dan Maros. Sedangkan wilayah yang sanga sesuai (S1) unuk dianami cengkeh bila diinjau dari kelerengannya hampir ersebar di seluruh bagian Provinsi Sulawesi Selaan. Pea kesesuaian anah unuk anaman cengkeh menunjukkan bahwa pada wilayah di Provinsi Sulawesi Selaan yang memiliki kesesuaian anah paling dominan adalah wilayah dengan poensi lahan S2 yang mencapai luas wilayah sebesar km 2 aau 66 % dari luas Sulawesi Selaan. Wilayah lainnya seperi S1, S3 dan N juga cukup ersebar, namun wilayah yang dimiliki idak sebesar wilayah S2. Luas wilayah S1 di Sulawesi Selaan berdasarkan kesesuaian anahnya yaiu sebesar km 2, luas S3 nya sebesar 761 km 2, dan luas N sebesar km 2 (Gambar 3). Kabupaen yang memiliki wilayah dengan klasifikasi idak sesuai (N) yang paling luas adalah Kabupaen Luwu seluas km 2 aau 6% dari luas Provinsi Sulawesi Selaan aau 20% dari luas Kabupaen Luwu. Wilayah kabupeen lainnya yang juga memiliki klasifikasi idak sesuai (N) unuk anah adalah Kabupaen Mamuju, dengan luas km 2. Kedua kabupaen ersebu masih memiliki kemungkinan unuk dijadikan lahan sesuai dengan menggunakan eknologi. Selain iu, kedua wilayah ersebu juga memiliki luas wilayah yang besar sehingga bila erdapa wilayah yang kurang sesuai unuk anaman cengkeh berdasarkan aspek anahnya maka masih erdapa luas lahan lainnya yang cukup besar dan berpoensi unuk dianami cengkeh. Luas wilayah kesesuaian anah bila dikaji dari lingkup luas iap kabupaennya maka kabupaen yang memiliki luas kesesuaian anah S1 paling besar yaiu KabupaenWajo dengan luas 744 km 2 aau 31 % dari oal luas kabupaennya, sedangkan kabupaen yang memiliki luas kesesuaian anah S2 paling besar yaiu Kabupaen Bulukumba dengan luas sebesar km 2 aau 97% dari luas oal kabupaennya, sedangkan bila dikaji dari oal luas provinsi lebih besar Kabupaen Luwu. Luas kesesuaian anah S3 erbesar erdapa pada Kabupaen Bone yaiu dengan nilai sebesar 497 km 2 aau 11% dari luas kabupaen dan luas kesesuaian anah N erbesar erdapa pada Kabupaen Majene dengan 37% dari luas kabupaen aau 396 km 2. Gambar 3 Pea kesesuaian anah anaman cengkeh.

6 44 Isnaeni dan Sugiaro Idenifikasi Kesesuaian Agroklima Kelas kesesuaian agroklima diurunkan dari inegrasi kelas kesesuaian iklim dan kelas kesesuaian anah. Hasil analisis kesesuaian agroklima anaman cengkeh menunjukkan bahwa di Provinsi Sulawesi Selaan erdapa poensi wilayah penanaman cengkeh sebesar 61,826 km 2 aau 98% dari oal wilayah Provinsi Sulawesi Selaan, dengan luas S1 sebesar km 2 aau 4,8%, luas S2 sebesar km 2 aau 86%, luas S3 sebesar km 2 aau 7,5% (Gambar 4). Wilayah dengan ingka kesesuaian agroklima inggi (S1) unuk anaman cengkeh di Provinsi Sulawesi Selaan idak erlalu luas. Wilayah ersebu erdapa pada beberapa kabupaen, dianaranya yaiu Kabupaen Luwu, Bone, Sindenreng Rappang, Barru, Polewali Mamasa, Enrekang, Pinrang, Wajo, dan Soppeng. Luas S1 erbesar yang erdapa pada Provinsi Sulawesi Selaan berada pada wilayah Kabupaen Wajo yaiu dengan luas wilayah sebesar 682 km 2 aau 28% dari luas kabupaen aau 1% dari luas Provinsi Sulawesi Selaan. Hal ini menunjukkan bahwa pada wilayah Kabupaen Wajo erdapa poensi lahan yang cukup unuk pengembangan anaman cengkeh. Hasil penginegrasian anara pea agroklima dengan penuupan lahan saa ini menunjukkan bahwa poensi lahan unuk eksensifikasi anaman cengkeh yang ada di Provinsi Sulawesi Selaan masih cukup besar bila dikaji dari lahan yang dapa dikonversi. Keersediaan lahan yang dapa dikonversi unuk lahan perkebunan cengkeh, lahan yang idak dapa dikonversi dan daerah kawasan huan dapa diliha pada Gambar 5. Lahan-lahan yang dapa dikonversi masih ersedia secara luas baik di pesisir panai bara maupun imur eruama di bagian selaan dari Provinsi Sulawesi Selaan. Luas lahan di Provinsi Sulawesi Selaan yang memiliki poensi unuk ekensifikasi perkebunan cengkeh(berupa ladang, kebun, anah erbuka, dan semak belukar) yaiu sebesar km 2. Luas ersebu erbagi menjadi iga bagian yaiu luas S1 sebesar km 2, luas S2 sebesar km 2, dan luas S3 sebesar 990 km 2. Luas ersebu belum ermasuk lahan huan produksi yang masih memiliki poensi unuk dapa dikonversi. Gambar 4 Pea kesesuaian agroklima anaman cengkeh.

7 Kajian Kesesuaian Lahan Tanaman Cengkeh 45 Gambar 5 Pea poensi lahan pengembangan anaman cengkeh di Provinsi Sulawesi Selaan. Idenifikasi Kelayakan Ekonomi Kajian kelayakan ekonomi yang digunakan pada peneliian ini menggunakan baasan analisis kelayakan invesasi dengan iga indikaor, dianaranya yaiu NPV (Ne Presen Value), IRR (Inernal Rae of Reurn), dan BCR (Benefi Cos Raio). Suau usaha dikaakan layak unuk dilakukan invesasi apabila nilai NPV > 0, IRR > ingka discoun rae, dan BCR>1. Berdasarkan hasil perhiungan, penilaian kelayakan invesasi unuk perkebunan cengkeh pada lahan S1 (sanga sesuai) memiliki nilai yang sanga baik yaiu nilai NPV sebesar Rp , IRR sebesar 30,1 %, dan BCR sebesar 2,16 (Tabel 2). Hal ini menunjukkan bahwa apabila pada saa ini, lahan kesesuaian S1 dianami anaman cengkeh pada lahan sau hekar dan suku bunga pinjaman yang berlaku sebesar 15,5 % maka keunungan yang akan didapa pada 30 ahun mendaang bernilai Rp pada nilai uang saa ini. Usaha perkebunan ini masih dapa dikaakan layakkarena nilai IRR (30,1%) melebihi nilai sukubunga pinjaman yang berlaku saa ini (15,5%). Nilai BCR yang dihasilkan pada lahan S1 bernilai 2,16. Hal ini menunjukkan bahwa seiap 1 sauan biaya yang dikeluarkan akan menghasilkan benefi sebesar 2,16. Tabel 2. Nilai ekonomi pada iap kesesuaian lahan anaman cengkeh di Provinsi Sulawesi Selaan Kesesuaian lahan Indikaor Ekonomi NPV IRR BCR S1 Rp ,1% 2,16 S2 Rp ,0% 1,73 S3 Rp ,9 % 1,12 Cengkeh yang akan dianami pada lahan kesesuaian S2 juga masih dapa dikaakan baik, walau idak sebaik pada lahan S1. Keunungan yang dapa diperoleh per hekarnya bila usaha ini dilakukan adalah Rp pada nilai sekarangnya. Nilai ini merupakan 63% dari oal keunungan S1. Nilai suku bunga maksimal yang erdapa pada lahan ini juga dikaakan baik karena nilai IRR (24,0%) yang dihasilkan lahan S2 melebihi nilai suku bunga pinjaman bank. Cengkeh yang dianam pada lahan kesesuaian S3 sudah kurang baik dan hasil yang diperoleh jauh dari keunungan budidaya cengkeh yang dianam di lahan S1 dan S2. Fakor pembaas yang dimiliki lahan ini lebih besar dibandingkan lahan S1 dan S2 sehingga hasil yang diperoleh juga lebih kecil, yaiu keunungan maksimal yang akan diperoleh pada masa produkif anaman cengkeh ini (NPV) sebesar Rp dan perkebunan ini ermasuk kaegori kurang layak digunakan karena nilai IRR yang dihasilkansebesar 5,9% dan nilai ini dibawah nilai suku bunga pinjaman bank yang berlaku. Wilayah Priorias Lahan Pengembangan Cengkeh Hasil analisis keersediaan sarana jalan yang menjadi hal pening dalam pengembangan anaman cengkeh menunjukkan bahwa keersediaan panjang jalan per luas kabupaen di daerah uara Provinsi Sulawesi Selaan kurang baik, berbeda dengan wilayah bagian Selaan Provinsi yang lebih baik. Wilayah yang memiliki panjang jalan yang baik erdapa pada area di sekiar Kabupaen Sinjai, Jenepono, Gowa, dan Takalar.

8 46 Isnaeni dan Sugiaro Tabel 3. Priorias wilayah pengembangan cengkeh di Sulawesi Selaan berdasarkan kesesuaian agroklima dan penuupan lahan besera akses pendukung di iap kabupaen Kabupaen Luas (km 2 ) Akses Priorias Pelabuhan S1 S2 S3 N Huan Jalan Pengembangan Banaeng baik ada Sedang Barru cukup ada Tinggi Bone cukup ada Tinggi Bulukumba baik ada Tinggi Enrekang cukup idak Sedang Gowa baik idak Sedang Jenepono sanga baik ada Tinggi Luwu no daa kurang ada Sedang Majene no daa kurang idak Rendah Mamuju no daa kurang ada Sedang Maros cukup ada Sedang Pangkajene Kep cukup ada Sedang Pinrang kurang ada Sedang Polewali Mamasa no daa kurang ada Sedang Selayar cukup ada Sedang Sindenreng Rappang kurang idak Rendah Sinjai sanga baik ada Tinggi Soppeng cukup idak Sedang Takalar sanga baik idak Sedang Tana Toraja cukup idak Rendah Wajo cukup ada Tinggi Toal Keersediaan akses jalan yang cukup baik dibandingkan dengan wilayah kabupaen lainnya mendukung wilayah priorias pengembangan cengkeh dominan pada bagian selaan Provinsi Sulawesi Selaan. Keersediaan akses dan infrasrukur lain membua mobilisasi yang erdapa pada wilayah di bagian selaan Provinsi Sulawesi Selaan cukup baik sehingga bila dilakukan usaha pengembangan anaman cengkeh di wilayah ersebu dapa mengunungkan peani khususnya dalam proses pemasaran cengkeh. Fakor pendukung lainnya yang dapa digunakan dalam proses penenuan lahan pengembangan cengkeh yaiu leak pelabuhan. Pelabuhan merupakan suau media peranara anara peani cengkeh dengan pembeli sehingga berhasil aau idaknya pemasaran cengkeh salah saunya dienukan dengan keberadaan pelabuhan. Wilayah yang deka dengan pelabuhan akan lebih mengunungkan dibandingkan dengan wilayah yang jauh dari pelabuhan karena dapa menghema biaya ransporasi pemasaran cengkeh. Wilayah-wilayah yang menjadi priorias lahan pengembangan anaman cengkeh di Provinsi Sulawesi Selaan berdasarkan aspek agroklima, penuupan lahan, sera didukung oleh akses jalan dan kedekaan dari pelabuhannyaerdapa di enam kabupaen di Sulawesi Selaan yaiu Kabupaen Barru, Bone, Bulukumba, Jenepono, Sinjai, dan Wajo (Tabel 3). KESIMPULAN Provinsi Sulawesi Selaan memiliki iga klasifikasi kesesuaian lahan dalam pengembangan anaman cengkeh. Kesesuaian lahan S1 dengan luas km 2 memiliki poensi keunungan bersih Rp /ha, IRR sebesar 30,1%, dan BCR sebesar 2,16. Kesesuaian lahan S2 dengan luas km 2 dapa menghasilkan poensi keunungan Rp /ha, IRR sebesar24,0%, dan IRR sebesar 1,73. Kesesuaian lahan S3 dengan luas 990 km 2 memiliki poensi keunungan Rp /ha dengan IRR sebesar 5,9%, dan BCR 1,12. Kabupaen yang menjadi wilayah priorias pengembangan anaman cengkeh di Sulawesi Selaan erbagi menjadi iga macam yaiu priorias uama, priorias sedang, dan priorias rendah. Kabupaen yang menjadi priorias uama dalam pengembangan cengkeh yaiu Kabupaen Wajo, Sinjai, Bulukumba, Bone, Barru, dan Jenepono.

9 Kajian Kesesuaian Lahan Tanaman Cengkeh 47 DAFTAR PUSTAKA [BMKG] Badan Meeorologi Klimaologi dan Geofisika Daa Curah Hujan Tahunan. Badan Peneliian dan Pengembangan Peranian Kesesuaian Tanaman di Sulawesi. Prosiding. [BPS] Badan Pusa Saisik Provinsi Sulawesi Selaan dalam Angka. Tabel Jumlah Peani Tanaman Cengkeh. Djaenudin e al Krieria Kesesuaian Lahan unuk Komodias Peranian. Bogor : Pusa Peneliian Tanah dan Agroklima. Badan Peneliian dan Pengembangan Peranian. Djaenudin e al Peunjuk Teknis Evaluasi Lahan unuk Komodias Peranian. Balai Peneliian Tanah, Puslibanganak. Badan Peneliian dan Pengembangan Peranian. Dinas Peranian. Bogor. Gupa C., A.P. Garg, R.C. Uniyal, S. Gupa Comparison Of Animicrobial Aciviies Of Clove Oil & Is Exrac On Some Food Borne Microbes. The Inerne Journal of Microbiology, 7(1). Hadipoenyani E Tipe dan Karakerisik Cengkeh. Monograf Tanaman Cengkeh. Bogor : Balai Peneliian Tanaman Rempah dan Oba. Hadiwijaya T Cengkeh, Daa dan Peunjuk ke arah Swasembada.Jakara: PT Gunung Agung. Mulyani A. dan I. Las Poensi Sumber Daya Lahan dan Opimalisasi Pengembangan Komodias Penghasil Bioenergidi Indonesia. [www. pusaka depan.go.id/publikasi/p pdf] Ruhnaya A Memprodukifkan Cengkih,Tanaman Tua dan Tanaman Terlanar. Jakara : Penebar Swadaya. Ruhnaya A dan P Wahid Aspek Iklim erhadap Perumbuhan, Pembungaan, dan Produksi Cengkeh. Monograf Tanaman Cengkeh. Bogor: Balai Peneliian Tanaman Rempah dan Oba. Soeharo I Manajemen Proyek: dari Konsepual sampai Operasional/Iman Soeharo; edior, Yai Sumihari.--Ce.3.-- Jakara: Erlangga. Suherman C Perumbuhan bibi cengkeh yang diberi Mikoriza Arbuskula dan pupuk majemuk NPK. J. Agrivigor 8(1): Sugiaro Y. dan Kurniawan D Analisis Dampak ENSO erhadap ingka kekeringan anaman pangan dan palawija di Sulawesi Selaan. J. Agrome Indonesia 23(2) : Rori Y.P Revialiasi usaha agribisnis cengkeh di Sulawesi Uara. Pacific Journal. 1(3): Tarigan D.D Persemaian dan Pembibian Tanaman Cengkeh. Monograf Tanaman Cengkeh. Bogor : Badan Peneliian Tanaman Rempah dan Oba.

III METODE PENELITIAN

III METODE PENELITIAN III METODE PENELITIAN 3.1 Waku dan Tempa Peneliian Peneliian mengenai konribusi pengelolaan huan rakya erhadap pendapaan rumah angga dilaksanakan di Desa Babakanreuma, Kecamaan Sindangagung, Kabupaen Kuningan,

Lebih terperinci

IV. METODE PENELITIAN

IV. METODE PENELITIAN IV. METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waku Peneliian Peneliian ini dilaksanakan di PT Panafil Essenial Oil. Lokasi dipilih dengan perimbangan bahwa perusahaan ini berencana unuk melakukan usaha dibidang

Lebih terperinci

Tabel 8. Luas wilayah Sulawesi Selatan di tiap kabupaten berdasarkan peta dasarnya IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

Tabel 8. Luas wilayah Sulawesi Selatan di tiap kabupaten berdasarkan peta dasarnya IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 24 IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Keadaan Umum Daerah Sulawesi Selatan Sulawesi Selatan merupakan daerah bagian paling selatan dari pulau Sulawesi yang terhampar luas di sepanjang koordinat 0 o 12 8 o Lintang

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. Kawasan Pesisir Kabupaten Kulon Progo. Pemanfaatan/Penggunaan Lahan Saat Ini

METODE PENELITIAN. Kawasan Pesisir Kabupaten Kulon Progo. Pemanfaatan/Penggunaan Lahan Saat Ini METODE PENELITIAN Kerangka Pendekaan Sudi Penaagunaan lahan kawasan pesisir di Kabupaen Kulon Progo didasarkan pada karakerisik fisik, finansial usaha ani dan pemanfaaan saa ini. Karakerisik fisik adalah

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. yang digunakan untuk mengetahui dan pembahasannya mengenai biaya - biaya

METODE PENELITIAN. yang digunakan untuk mengetahui dan pembahasannya mengenai biaya - biaya III. METODE PENELITIAN A. Meode Dasar Peneliian Meode yang digunakan dalam peneliian ini adalah meode kuaniaif, yang digunakan unuk mengeahui dan pembahasannya mengenai biaya - biaya usaha melipui biaya

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Usahatani belimbing karangsari adalah kegiatan menanam dan mengelola. utama penerimaan usaha yang dilakukan oleh petani.

III. METODE PENELITIAN. Usahatani belimbing karangsari adalah kegiatan menanam dan mengelola. utama penerimaan usaha yang dilakukan oleh petani. III. METODE PENELITIAN A. Konsep Dasar dan Definisi Operasional Usahaani belimbing karangsari adalah kegiaan menanam dan mengelola anaman belimbing karangsari unuk menghasilkan produksi, sebagai sumber

Lebih terperinci

IV. METODE PENELITIAN

IV. METODE PENELITIAN IV. METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waku Peneliian Peneliian ini dilaksanakan pada kasus pengolahan ikan asap IACHI Peikan Cia Halus (PCH) yang erleak di Desa Raga Jaya Kecamaan Ciayam, Kabupaen Bogor,

Lebih terperinci

IV. METODE PENELITIAN

IV. METODE PENELITIAN IV. METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waku Peneliian Peneliian ini dilakukan di Dafarm, yaiu uni usaha peernakan Darul Fallah yang erleak di Kecamaan Ciampea, Kabupaen Bogor, Jawa Bara. Pemilihan lokasi

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN

III. METODOLOGI PENELITIAN III. METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Kerangka Pemikiran Peneliian Keinginan Kelompok Tani Duma Lori yang erdapa di Desa Konda Maloba dan masyaraka sekiar akan berdirinya penggilingan gabah di daerahnya, elah

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN III. METODE PENELITIAN 3.1. Kerangka Pemikiran Poensi sumberdaya perikanan, salah saunya dapa dimanfaakan melalui usaha budidaya ikan mas. Budidaya ikan mas yang erus berkembang di masyaraka, kegiaan budidaya

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Konsep dasar dan definisi operasional merupakan pengertian dan petunjuk yang

III. METODE PENELITIAN. Konsep dasar dan definisi operasional merupakan pengertian dan petunjuk yang III. METODE PENELITIAN A. Konsep Dasar dan Definisi Operasional Konsep dasar dan definisi operasional merupakan pengerian dan peunjuk yang digunakan unuk menggambarkan kejadian, keadaan, kelompok, aau

Lebih terperinci

III. KERANGKA PEMIKIRAN

III. KERANGKA PEMIKIRAN III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Teoriis 3.1.1 Daya Dukung Lingkungan Carrying capaciy aau daya dukung lingkungan mengandung pengerian kemampuan suau empa dalam menunjang kehidupan mahluk hidup secara

Lebih terperinci

IV. METODE PENELITIAN

IV. METODE PENELITIAN IV. METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waku Peneliian mengenai kelayakan pengusahaan pupuk kompos dilaksanakan pada uni usaha Koperasi Kelompok Tani (KKT) Lisung Kiwari yang menjalin mira dengan Lembaga

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. tahun 1990-an, jumlah produksi pangan terutama beras, cenderung mengalami

BAB 1 PENDAHULUAN. tahun 1990-an, jumlah produksi pangan terutama beras, cenderung mengalami 11 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Laar Belakang Keahanan pangan (food securiy) di negara kia ampaknya cukup rapuh. Sejak awal ahun 1990-an, jumlah produksi pangan eruama beras, cenderung mengalami penurunan sehingga

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Industri pengolahan adalah suatu kegiatan ekonomi yang melakukan kegiatan

III. METODE PENELITIAN. Industri pengolahan adalah suatu kegiatan ekonomi yang melakukan kegiatan 40 III. METODE PENELITIAN A. Konsep Dasar dan Baasan Operasional Konsep dasar dan baasan operasional pada peneliian ini adalah sebagai beriku: Indusri pengolahan adalah suau kegiaan ekonomi yang melakukan

Lebih terperinci

Bab II Dasar Teori Kelayakan Investasi

Bab II Dasar Teori Kelayakan Investasi Bab II Dasar Teori Kelayakan Invesasi 2.1 Prinsip Analisis Biaya dan Manfaa (os and Benefi Analysis) Invesasi adalah penanaman modal yang digunakan dalam proses produksi unuk keunungan suau perusahaan.

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Kabupaten Labuhan Batu merupakan pusat perkebunan kelapa sawit di Sumatera

BAB 1 PENDAHULUAN. Kabupaten Labuhan Batu merupakan pusat perkebunan kelapa sawit di Sumatera BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Laar Belakang Kabupaen Labuhan Bau merupakan pusa perkebunan kelapa sawi di Sumaera Uara, baik yang dikelola oleh perusahaan negara / swasa maupun perkebunan rakya. Kabupaen Labuhan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Pertumbuhan ekonomi merupakan salah satu ukuran dari hasil pembangunan yang

BAB 1 PENDAHULUAN. Pertumbuhan ekonomi merupakan salah satu ukuran dari hasil pembangunan yang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Laar Belakang Perumbuhan ekonomi merupakan salah sau ukuran dari hasil pembangunan yang dilaksanakan khususnya dalam bidang ekonomi. Perumbuhan ersebu merupakan rangkuman laju perumbuhan

Lebih terperinci

Analisis kelayakan finansial perluasan tambak budidaya udang vaname di Cantigi Indramayu

Analisis kelayakan finansial perluasan tambak budidaya udang vaname di Cantigi Indramayu Jurnal Akuakulur Indonesia 9 (1), 77 83 (2010) Available : hp://journal.ipb.ac.id/index.php/jai hp://jurnalakuakulurindonesia.ipb.ac.id Analisis kelayakan finansial perluasan ambak budidaya udang vaname

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN 19 BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Waku dan Lokasi Peneliian Peneliian ini dilakukan pada bulan Juni hingga Juli 2011 yang berlokasi di areal kerja IUPHHK-HA PT. Mamberamo Alas Mandiri, Kabupaen Mamberamo

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Laar Belakang Perumbuhan ekonomi merupakan salah sau ukuran dari hasil pembangunan yang dilaksanakan khususnya dalam bidang ekonomi. Perumbuhan ersebu merupakan rangkuman laju-laju

Lebih terperinci

IV METODE PENELITIAN

IV METODE PENELITIAN IV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waku Peneliian Peneliian ini dilaksanakan di Tempa Pelayanan Koperasi (TPK) Cibedug, Kecamaan Lembang, Kabupaen Bandung, Jawa Bara. Pemilihan lokasi dilakukan secara

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Laar Belakang Pada dasarnya peramalan adalah merupakan suau dugaan aau perkiraan enang erjadinya suau keadaan di masa depan. Akan eapi dengan menggunakan meodemeode erenu peramalan

Lebih terperinci

HUMAN CAPITAL. Minggu 16

HUMAN CAPITAL. Minggu 16 HUMAN CAPITAL Minggu 16 Pendahuluan Invesasi berujuan unuk meningkakan pendapaan di masa yang akan daang. Keika sebuah perusahaan melakukan invesasi barang-barang modal, perusahaan ini akan mengeluarkan

Lebih terperinci

post facto digunakan untuk melihat kondisi pengelolaan saat ini berdasarkan

post facto digunakan untuk melihat kondisi pengelolaan saat ini berdasarkan 3. METODE PENELITIAN 3.1. Pendekaan dan Meode Peneliian Jenis peneliian yang digunakan adalah jenis peneliian kualiaif dengan menggunakan daa kuaniaif. Daa kualiaif adalah mengeahui Gambaran pengelolaan

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI. Produksi padi merupakan suatu hasil bercocok tanam yang dilakukan dengan

BAB 2 LANDASAN TEORI. Produksi padi merupakan suatu hasil bercocok tanam yang dilakukan dengan BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1. Produksi Produksi padi merupakan suau hasil bercocok anam yang dilakukan dengan penanaman bibi padi dan perawaan sera pemupukan secara eraur sehingga menghasilkan suau produksi

Lebih terperinci

JIIA, VOLUME 2, No. 1, JANUARI 2014

JIIA, VOLUME 2, No. 1, JANUARI 2014 ANALISIS KELAYAKAN USAHA AGROINDUSTRI KOPI LUWAK DI KECAMATAN BALIK BUKIT KABUPATEN LAMPUNG BARAT (The Financial Feasibiliy Analysis of Luwak Coffee Agroindusry a Balik Buki Disric of Wes Lampung Regency)

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Kerangka Pemikiran Teoriis Pengerian proyek menuru Arifin yang dikuip dari Mariyanne (2006) adalah suau akivias di mana dikeluarkannya uang dengan harapan unuk mendapakan hasil

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN 23 III. METODE PENELITIAN 3.1 Waku dan Lokasi Peneliian dilaksanakan di iga empa berbeda. Unuk mengeahui ingka parisipasi masyaraka penelii mengambil sampel di RT 03/RW 04 Kelurahan Susukan dan RT 05/RW

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Sumber Daya Alam (SDA) yang tersedia merupakan salah satu pelengkap alat

BAB 1 PENDAHULUAN. Sumber Daya Alam (SDA) yang tersedia merupakan salah satu pelengkap alat BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Laar Belakang Sumber Daya Alam (SDA) yang ersedia merupakan salah sau pelengkap ala kebuuhan manusia, misalnya anah, air, energi lisrik, energi panas. Energi Lisrik merupakan Sumber

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Capial Expendiure (Belanja Modal) Capial Expendiure aau juga dikenal dengan nama belanja modal adalah pengeluaran yang dilakukan perusahaan unuk mendapakan aau memperbarui ase

Lebih terperinci

III KERANGKA PEMIKIRAN

III KERANGKA PEMIKIRAN III KERANGKA PEMIKIRAN 3.1 Teori Risiko Produksi Dalam eori risiko produksi erlebih dahulu dijelaskan mengenai dasar eori produksi. Menuru Lipsey e al. (1995) produksi adalah suau kegiaan yang mengubah

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Laar Belakang Masalah Dalam sisem perekonomian suau perusahaan, ingka perumbuhan ekonomi sanga mempengaruhi kemajuan perusahaan pada masa yang akan daang. Pendapaan dan invesasi merupakan

Lebih terperinci

Kelayakan Finansial Budidaya Jamur Tiram di Desa Sugihan, Kecamatan Tengaran, Kabupaten Semarang

Kelayakan Finansial Budidaya Jamur Tiram di Desa Sugihan, Kecamatan Tengaran, Kabupaten Semarang Kelayakan Finansial Budidaya Jamur Tiram di Desa Sugihan, Kecamaan Tengaran, Kabupaen Semarang Nugraheni Renaningsih Fakulas Peranian Universias Veeran Bangun Nusanara Sukoharjo, Jl. Lejen S. Humardani

Lebih terperinci

APLIKASI MODEL ANALISIS KELAYAKAN EKONOMI

APLIKASI MODEL ANALISIS KELAYAKAN EKONOMI APLIKASI MODEL ANALISIS KELAYAKAN EKONOMI Oleh: YUDI WAHYUDIN, S.Pi., M.Si. Pelaihan Analisis Kelayakan Ekonomi Kegiaan Capaciy Building Program Pendanaan Kompeisi-Indeks Pembangunan Manusia (PPK-IPM)

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tepat rencana pembangunan itu dibuat. Untuk dapat memahami keadaan

BAB I PENDAHULUAN. tepat rencana pembangunan itu dibuat. Untuk dapat memahami keadaan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Laar Belakang Dalam perencanaan pembangunan, daa kependudukan memegang peran yang pening. Makin lengkap dan akura daa kependudukan yang esedia makin mudah dan epa rencana pembangunan

Lebih terperinci

ANALISI KELAYAKAN FINANSIAL USAHA AGROINDUSTRI TAHU STUDI KASUS DI KELURAHAN LABUH BARU BARAT KECAMATAN PAYUNG SEKAKI KOTA PEKANBARU

ANALISI KELAYAKAN FINANSIAL USAHA AGROINDUSTRI TAHU STUDI KASUS DI KELURAHAN LABUH BARU BARAT KECAMATAN PAYUNG SEKAKI KOTA PEKANBARU ANALISI KELAYAKAN FINANSIAL USAHA AGROINDUSTRI TAHU STUDI KASUS DI KELURAHAN LABUH BARU BARAT KECAMATAN PAYUNG SEKAKI KOTA PEKANBARU Muhammad Irfan Asrori, Yusmini, dan Shorea Khaswarina Fakulas Peranian

Lebih terperinci

372 ZIRAA AH, Volume 41 Nomor 3, Oktober 2016 Halaman ISSN ELEKTRONIK

372 ZIRAA AH, Volume 41 Nomor 3, Oktober 2016 Halaman ISSN ELEKTRONIK 372 REVITALISASI INDUSTRI KEHUTANAN DALAM PENGELOLAAN HUTAN TANAMAN RAKYAT UNTUK PEMBERDAYAAN KELUARGA PETANI DAN MENDUKUNG INDUSTRI PLYWOOD DI PROVINSI KALIMANTAN TIMUR (Revializaion Of The Foresry Indusry

Lebih terperinci

KELAYAKAN PENGUSAHAAN PALA DI JAWA BARAT

KELAYAKAN PENGUSAHAAN PALA DI JAWA BARAT KELAYAKAN PENGUSAHAAN PALA DI JAWA BARAT Bedy Sudjarmoko Balai Peneliian Tanaman Rempah dan Aneka Tanaman Indusri Indonesian Spice and Indusrial Crop Research Insiue ABSTRAK Jawa Bara merupakan salah sau

Lebih terperinci

Gambar 2. Letak Geografis Kota Tangerang

Gambar 2. Letak Geografis Kota Tangerang METODOLOGI Lokasi dan Waku Peneliian Peneliian dilakukan di wilayah adminisrasi Koa Tangerang, Propinsi Banen. Proses peneliian dimulai dengan pengumpulan daa, analisis dan diakhiri dengan penyusunan laporan,

Lebih terperinci

Tuanku Zakaria 1, Zakiah 1, Indra 1 * 1 Program Studi Agribisnis, Fakultas Pertanian, Universitas Syiah Kuala

Tuanku Zakaria 1, Zakiah 1, Indra 1 * 1 Program Studi Agribisnis, Fakultas Pertanian, Universitas Syiah Kuala Jurnal Ilmiah Mahasiswa Peranian Unsyiah PROSPEK PENGEMBANGAN USAHA PENGGEMUKANN SAPI POTONG SECARA INTENSIF ( STUDI KASUS PADA UD.NIWATORI DI GAMPONG MEUNASAH KRUENG KECAMATAN INGIN JAYA KABUPATEN ACEH

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS. Kegiatan untuk memperkirakan apa yang akan terjadi pada masa yang akan datang

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS. Kegiatan untuk memperkirakan apa yang akan terjadi pada masa yang akan datang BAB 2 TINJAUAN TEORITIS 2.1 Pengerian dan Manfaa Peramalan Kegiaan unuk mempeirakan apa yang akan erjadi pada masa yang akan daang disebu peramalan (forecasing). Sedangkan ramalan adalah suau kondisi yang

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Laar Belakang Masalah persediaan merupakan masalah yang sanga pening dalam perusahaan. Persediaan mempunyai pengaruh besar erhadap kegiaan produksi. Masalah persediaan dapa diaasi

Lebih terperinci

KELAYAKAN FINANSIAL INVESTASI PABRIK KELAPA SAWIT DI KABUPATEN ACEH UTARA. Asrida Dosen Program Studi Ekonomi Pembangunan Universitas Almuslim ABSTRAK

KELAYAKAN FINANSIAL INVESTASI PABRIK KELAPA SAWIT DI KABUPATEN ACEH UTARA. Asrida Dosen Program Studi Ekonomi Pembangunan Universitas Almuslim ABSTRAK KELAYAKAN FINANSIAL INVESTASI PABRIK KELAPA SAWIT DI KABUPATEN ACEH UTARA Asrida Dosen Program Sudi Ekonomi Pembangunan Universias Almuslim ABSTRAK Kelapa sawi merupakan salah sau primadona anaman perkebunan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. universal, disemua negara tanpa memandang ukuran dan tingkat. kompleks karena pendekatan pembangunan sangat menekankan pada

BAB I PENDAHULUAN. universal, disemua negara tanpa memandang ukuran dan tingkat. kompleks karena pendekatan pembangunan sangat menekankan pada BAB I PENDAHULUAN A. Laar Belakang Disparias pembangunan ekonomi anar daerah merupakan fenomena universal, disemua negara anpa memandang ukuran dan ingka pembangunannya. Disparias pembangunan merupakan

Lebih terperinci

BAB 2 URAIAN TEORI. waktu yang akan datang, sedangkan rencana merupakan penentuan apa yang akan

BAB 2 URAIAN TEORI. waktu yang akan datang, sedangkan rencana merupakan penentuan apa yang akan BAB 2 URAIAN EORI 2.1 Pengerian Peramalan Peramalan adalah kegiaan memperkirakan aau memprediksi apa yang erjadi pada waku yang akan daang, sedangkan rencana merupakan penenuan apa yang akan dilakukan

Lebih terperinci

BAB 2 DASAR TEORI. Studi mengenai aspek teknis dan produksi ini sifatnya sangat strategis, sebab

BAB 2 DASAR TEORI. Studi mengenai aspek teknis dan produksi ini sifatnya sangat strategis, sebab 13 BAB 2 DASAR TEORI 2.1 Aspek Teknis Sudi mengenai aspek eknis dan produksi ini sifanya sanga sraegis, sebab berkaian dengan kapasias proyek, lokasi, aa leak ala produksi, kajian aas bahan dan sumbernya,

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS. dari bahasa Yunani yang berarti Demos adalah rakyat atau penduduk,dan Grafein

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS. dari bahasa Yunani yang berarti Demos adalah rakyat atau penduduk,dan Grafein BAB 2 TINJAUAN TEORITIS 2.1 Pengerian Demografi Keadaan penduduk sanga era kaiannya dengan demografi. Kaa demografi berasal dari bahasa Yunani yang berari Demos adalah rakya aau penduduk,dan Grafein adalah

Lebih terperinci

MODEL OPTIMASI PENGGANTIAN MESIN PEMECAH KULIT BERAS MENGGUNAKAN PEMROGRAMAN DINAMIS (PABRIK BERAS DO A SEPUH)

MODEL OPTIMASI PENGGANTIAN MESIN PEMECAH KULIT BERAS MENGGUNAKAN PEMROGRAMAN DINAMIS (PABRIK BERAS DO A SEPUH) Journal Indusrial Servicess Vol. No. Okober 0 MODEL OPTIMASI PENGGANTIAN MESIN PEMECAH KULIT BERAS MENGGUNAKAN PEMROGRAMAN DINAMIS (PABRIK BERAS DO A SEPUH) Abdul Gopar ) Program Sudi Teknik Indusri Universias

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN 26 III. METODE PENELITIAN 3.1. Kerangka Pemikiran Penilaian perkembangan kinerja keuangan PT. Goodyear Indonesia Tbk dilakukan dengan maksud unuk mengeahui sejauh mana perkembangan usaha perusahan yang

Lebih terperinci

KLASIFIKASI DATA PRODUKSI PADI PULAU JAWA MENGGUNAKAN ALGORITMECLASSIFICATION VERSION 4.5 (C4.5)

KLASIFIKASI DATA PRODUKSI PADI PULAU JAWA MENGGUNAKAN ALGORITMECLASSIFICATION VERSION 4.5 (C4.5) KLASIFIKASI DATA PRODUKSI PADI PULAU JAWA MENGGUNAKAN ALGORITMECLASSIFICATION VERSION 4.5 (C4.5) Dwi Seyowai, Yuliana Susani, Supriyadi Wibowo Program Sudi Maemaika Fakulas Maemaika dan Ilmu Pengeahuan

Lebih terperinci

3 METODE PENELITIAN. Gambar 5 Peta lokasi penelitian. PETA PENELITIAN DI KABUPATEN ACEH JAYA. Lokasi sampel. Lokasi Penelitian

3 METODE PENELITIAN. Gambar 5 Peta lokasi penelitian. PETA PENELITIAN DI KABUPATEN ACEH JAYA. Lokasi sampel. Lokasi Penelitian 3 METODE PENELITIAN 3.1 Tempa dan Waku Peneliian Peneliian ini dilaksanakan di pesisir Kabupaen Aceh Jaya di Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam. Peneliian ini dilaksanakan pada bulan Agusus 2008 sampai

Lebih terperinci

JIIA, VOLUME 2 No. 2, APRIL Yunica Safitri, Zainal Abidin, Novi Rosanti ABSTRACT

JIIA, VOLUME 2 No. 2, APRIL Yunica Safitri, Zainal Abidin, Novi Rosanti ABSTRACT KINERJA DAN NILAI TAMBAH AGROINDUSTRI SABUT KELAPA PADA KAWASAN USAHA AGROINDUSTRI TERPADU (KUAT) DI KECAMATAN PESISIR SELATAN KABUPATEN PESISIR BARAT (Performance And Added Value of CocoFiber Agroindusry

Lebih terperinci

ANALISIS KELAYAKAN FINANSIAL BUDIDAYA IKAN NILA WANAYASA PADA KELOMPOK PEMBUDIDAYA MEKARSARI

ANALISIS KELAYAKAN FINANSIAL BUDIDAYA IKAN NILA WANAYASA PADA KELOMPOK PEMBUDIDAYA MEKARSARI Analisis Jurnal Akuakulur Kelayakan Finansial Indonesia, Budidaya 6(1): 97 102 Ikan Nila (2007) Wanayasa Available : hp://journal.ipb.ac.id/index.php/jai 97 hp://jurnalakuakulurindonesia.ipb.ac.id Bulan

Lebih terperinci

BAB III METODE DEKOMPOSISI CENSUS II. Data deret waktu adalah data yang dikumpulkan dari waktu ke waktu

BAB III METODE DEKOMPOSISI CENSUS II. Data deret waktu adalah data yang dikumpulkan dari waktu ke waktu BAB III METODE DEKOMPOSISI CENSUS II 3.1 Pendahuluan Daa dere waku adalah daa yang dikumpulkan dari waku ke waku unuk menggambarkan perkembangan suau kegiaan (perkembangan produksi, harga, hasil penjualan,

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Laar Belakang Air merupakan kebuuhan pokok bagi seiap makhluk hidup di dunia ini ermasuk manusia. Air juga merupakan komponen lingkungan hidup yang pening bagi kelangsungan hidup

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LADASA TEORI 2.1 Pengerian Peramalan Peramalan (forecasing) adalah suau kegiaan yang memperkirakan apa yang akan erjadi pada masa yang akan daang. Meode peramalan merupakan cara unuk memperkirakan

Lebih terperinci

MODUL III ANALISIS KELAYAKAN INVESTASI

MODUL III ANALISIS KELAYAKAN INVESTASI ANALISIS KELAYAKAN INVESTASI 3.. Tujuan Ö Prakikan dapa memahami perhiungan alokasi biaya. Ö Prakikan dapa memahami analisis kelayakan invesasi dalam pendirian usaha. Ö Prakikan dapa menyusun proyeksi/proforma

Lebih terperinci

ANALISIS ECONOMIC ENGINEERING PADA INVESTASI HOTEL GRAND CENTRAL KOTA PEKANBARU. Arifal Hidayat

ANALISIS ECONOMIC ENGINEERING PADA INVESTASI HOTEL GRAND CENTRAL KOTA PEKANBARU. Arifal Hidayat ANALISIS ECONOMIC ENGINEERING PADA INVESTASI HOTEL GRAND CENTRAL KOTA PEKANBARU Arifal Hidaya Analisis Economic Engineering ABSTRAK Tujuan uama dari peneliian ini adalah unuk menganalisa invesasi pembangunan

Lebih terperinci

IV. METODE PENELITIAN

IV. METODE PENELITIAN 54 IV. METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waku Peneliian Peneliian dilakukan di kabupaen Siubondo, Lumajang dan Jember di Jawa Timur. Pemilihan Jawa Timur dilakukan secara purposive dengan perimbangan bahwa

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. Peramalan (Forecasting) adalah suatu kegiatan yang mengestimasi apa yang akan

BAB II LANDASAN TEORI. Peramalan (Forecasting) adalah suatu kegiatan yang mengestimasi apa yang akan BAB II LADASA TEORI 2.1 Pengerian peramalan (Forecasing) Peramalan (Forecasing) adalah suau kegiaan yang mengesimasi apa yang akan erjadi pada masa yang akan daang dengan waku yang relaif lama (Assauri,

Lebih terperinci

PEMODELAN NILAI TUKAR RUPIAH TERHADAP $US MENGGUNAKAN DERET WAKTU HIDDEN MARKOV SATU WAKTU SEBELUMNYA 1. PENDAHULUAN

PEMODELAN NILAI TUKAR RUPIAH TERHADAP $US MENGGUNAKAN DERET WAKTU HIDDEN MARKOV SATU WAKTU SEBELUMNYA 1. PENDAHULUAN PEMODELAN NILAI UKAR RUPIAH ERHADAP $US MENGGUNAKAN DERE WAKU HIDDEN MARKOV SAU WAKU SEBELUMNYA BERLIAN SEIAWAY, DIMAS HARI SANOSO, N. K. KUHA ARDANA Deparemen Maemaika Fakulas Maemaika dan Ilmu Pengeahuan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Dalam pelaksanaan pembangunan saat ini, ilmu statistik memegang peranan penting

BAB 1 PENDAHULUAN. Dalam pelaksanaan pembangunan saat ini, ilmu statistik memegang peranan penting BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Laar Belakang Dalam pelaksanaan pembangunan saa ini, ilmu saisik memegang peranan pening baik iu di dalam pekerjaan maupun pada kehidupan sehari-hari. Ilmu saisik sekarang elah melaju

Lebih terperinci

(T.6) PENDEKATAN INDEKS SIKLUS PADA METODE DEKOMPOSISI MULTIPLIKATIF

(T.6) PENDEKATAN INDEKS SIKLUS PADA METODE DEKOMPOSISI MULTIPLIKATIF Seminar Nasional Saisika 12 November 2011 Vol 2, November 2011 (T.6) PENDEKATAN INDEKS SIKLUS PADA METODE DEKOMPOSISI MULTIPLIKATIF Gumgum Darmawan, Sri Mulyani S Saf Pengajar Jurusan Saisika FMIPA UNPAD

Lebih terperinci

ANALISIS FINANSIAL PENGUSAHAAN MINYAK KAYU PUTIH TRADISIONAL DI TAMAN NASIONAL WASUR, PAPUA

ANALISIS FINANSIAL PENGUSAHAAN MINYAK KAYU PUTIH TRADISIONAL DI TAMAN NASIONAL WASUR, PAPUA ANALISIS FINANSIAL PENGUSAHAAN MINYAK KAYU PUTIH TRADISIONAL DI TAMAN NASIONAL WASUR, PAPUA (Financial Analysis of Tradiional Cajupu Oil Refinery in Wasur Naional Park, Papua ) Oleh/By: Yonky Indrajaya,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang merupakan kemajuan kearah yang dicapai. Seperti yang terdapat pada

BAB I PENDAHULUAN. yang merupakan kemajuan kearah yang dicapai. Seperti yang terdapat pada BAB I PENDAHULUAN I.1 LATAR BELAKANG MASALAH Pembangunan pada umumnya adalah perubahan secara erus menerus yang merupakan kemajuan kearah yang dicapai. Seperi yang erdapa pada rumusan GBHN, yaiu mewujudkan

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI 35 BAB LANDASAN TEORI Meode Dekomposisi biasanya mencoba memisahkan iga komponen erpisah dari pola dasar yang cenderung mencirikan dere daa ekonomi dan bisnis. Komponen ersebu adalah fakor rend (kecendrungan),

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Peneliian Jenis peneliian kuaniaif ini dengan pendekaan eksperimen, yaiu peneliian yang dilakukan dengan mengadakan manipulasi erhadap objek peneliian sera adanya konrol.

Lebih terperinci

Economic Rent Analysis of Timber Estate Log Production in Indonesia

Economic Rent Analysis of Timber Estate Log Production in Indonesia ANALISIS PUNGUTAN RENTE EKONOMI KAYU BULAT HUTAN TANAMAN INDUSTRI DI INDONESIA Economic Ren Analysis of Timber Esae Log Producion in Indonesia Oleh/By: Transoo Handadhari, Achmad Sumiro, Sofyan P. Warsio

Lebih terperinci

ANALISIS FINANSIAL PENGOLAHAN SURIMI DENGAN SKALA MODERN DAN SEMI MODERN. Financial Analysis of Surimi Processing by Modern and Semi-Modern Scale

ANALISIS FINANSIAL PENGOLAHAN SURIMI DENGAN SKALA MODERN DAN SEMI MODERN. Financial Analysis of Surimi Processing by Modern and Semi-Modern Scale ANALISIS FINANSIAL PENGOLAHAN SURIMI DENGAN SKALA MODERN DAN SEMI MODERN Financial Analysis of Surimi Processing by Modern and Semi-Modern Scale Nazori Djazuli 1*, Mia Wahyuni, Daniel Moninja, Ari Purbayano

Lebih terperinci

ADOPSI REGRESI BEDA UNTUK MENGATASI BIAS VARIABEL TEROMISI DALAM REGRESI DERET WAKTU: MODEL KEHILANGAN AIR DISTRIBUSI DI PDAM SUKABUMI

ADOPSI REGRESI BEDA UNTUK MENGATASI BIAS VARIABEL TEROMISI DALAM REGRESI DERET WAKTU: MODEL KEHILANGAN AIR DISTRIBUSI DI PDAM SUKABUMI ADOPSI REGRESI BEDA UNTUK MENGATASI BIAS VARIABEL TEROMISI DALAM REGRESI DERET WAKTU: MODEL KEHILANGAN AIR DISTRIBUSI DI PDAM SUKABUMI Yusep Suparman Universias Padjadjaran yusep.suparman@unpad.ac.id ABSTRAK.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Perekonomian dunia telah menjadi semakin saling tergantung pada

BAB I PENDAHULUAN. Perekonomian dunia telah menjadi semakin saling tergantung pada BAB I PENDAHULUAN A. Laar Belakang Masalah Perekonomian dunia elah menjadi semakin saling erganung pada dua dasawarsa erakhir. Perdagangan inernasional merupakan bagian uama dari perekonomian dunia dewasa

Lebih terperinci

Bab 2 Tinjauan Pustaka 2.1 Penelitian Sebelumnya

Bab 2 Tinjauan Pustaka 2.1 Penelitian Sebelumnya 5 Bab 2 Tinjauan Pusaka 2.1 Peneliian Sebelumnya Dalam skripsi peneliian yang berjudul Pemodelan dinamis pola anam berbasis meode LVQ (Learning Vecor Quanizaion) (Bursa, 2010), menghasilkan sisem informasi

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI. Metode Peramalan merupakan bagian dari ilmu Statistika. Salah satu metode

BAB 2 LANDASAN TEORI. Metode Peramalan merupakan bagian dari ilmu Statistika. Salah satu metode 20 BAB 2 LADASA TEORI 2.1. Pengerian Peramalan Meode Peramalan merupakan bagian dari ilmu Saisika. Salah sau meode peramalan adalah dere waku. Meode ini disebu sebagai meode peramalan dere waku karena

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Pengembangan Usaha Agribisnis Perdesaan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Pengembangan Usaha Agribisnis Perdesaan BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pengembangan Usaha Agribisnis Perdesaan Pengembangan Usaha Agribisnis Perdesaan (PUAP) merupakan program sraegis Kemenerian Peranian dalam rangka mengurangi ingka kemiskinan,

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Propinsi Sumatera Utara merupakan salah satu propinsi yang mempunyai

BAB 1 PENDAHULUAN. Propinsi Sumatera Utara merupakan salah satu propinsi yang mempunyai BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Laar Belakang Propinsi Sumaera Uara merupakan salah sau propinsi yang mempunyai perkembangan yang pesa di bidang ransporasi, khususnya perkembangan kendaraan bermoor. Hal ini dapa

Lebih terperinci

KAJIAN AGRIBISNIS TAHU (Studi Kasus di Kabupaten Biak Numfor)

KAJIAN AGRIBISNIS TAHU (Studi Kasus di Kabupaten Biak Numfor) 57 Buana Sains Vol 8 No 1: 57-66, 2008 KAJIAN AGRIBISNIS TAHU (Sudi Kasus di Kabupaen Biak Numfor) I Made Suaryadana 1,2) dan Eri Yusnia Arviani 2) 1) Dinas Peranian Kabupaen Biak Numfor 2) Program Pascasarjana,

Lebih terperinci

BAB III METODE PEMULUSAN EKSPONENSIAL TRIPEL DARI WINTER. Metode pemulusan eksponensial telah digunakan selama beberapa tahun

BAB III METODE PEMULUSAN EKSPONENSIAL TRIPEL DARI WINTER. Metode pemulusan eksponensial telah digunakan selama beberapa tahun 43 BAB METODE PEMUUAN EKPONENA TRPE DAR WNTER Meode pemulusan eksponensial elah digunakan selama beberapa ahun sebagai suau meode yang sanga berguna pada begiu banyak siuasi peramalan Pada ahun 957 C C

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS. bahasa Yunani yang berarti Demos adalah rakyat atau penduduk, dan Grafein adalah

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS. bahasa Yunani yang berarti Demos adalah rakyat atau penduduk, dan Grafein adalah 37 BAB 2 TINJAUAN TEORITIS 2.1 Pengerian-pengerian Kependudukan sanga era kaiannya dengan demgrafi. Kaa demgrafi berasal dari bahasa Yunani yang berari Dems adalah rakya aau penduduk, dan Grafein adalah

Lebih terperinci

1.1. Latar Belakang 1.2. Maksud, Tujuan, Manfaat dan Sasaran 1.3. Ruang Lingkup Kegiatan 1.4. Sistematika Penulisan

1.1. Latar Belakang 1.2. Maksud, Tujuan, Manfaat dan Sasaran 1.3. Ruang Lingkup Kegiatan 1.4. Sistematika Penulisan .. Laar Belakang.2. Maksud, Tujuan, Manfaa dan Sasaran.3. Ruang Lingkup Kegiaan.4. Sisemaika Penulisan Penyusunan Incremenal Capial Oupu Raio Kabupaen Sinang 2008-203 PENDAHULUAN.. Laar Belakang Pembangunan

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI. Peramalan adalah kegiatan untuk memperkirakan apa yang akan terjadi di masa yang

BAB 2 LANDASAN TEORI. Peramalan adalah kegiatan untuk memperkirakan apa yang akan terjadi di masa yang BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Pengerian Peramalan Peramalan adalah kegiaan unuk memperkirakan apa yang akan erjadi di masa yang akan daang. Sedangkan ramalan adalah suau aau kondisi yang diperkirakan akan erjadi

Lebih terperinci

SISTEM PERSEDIAAN KOMPONEN PADA MESIN CETAK BERDASARKAN LAJU KERUSAKAN DI PT KARYA KITA

SISTEM PERSEDIAAN KOMPONEN PADA MESIN CETAK BERDASARKAN LAJU KERUSAKAN DI PT KARYA KITA Reka Inegra ISSN: 2338-5081 Jurusan Teknik Indusri Ienas No.03 Vol.03 Jurnal Online Insiu Teknologi Nasional Juli 2015 SISTEM PERSEDIAAN KOMPONEN PADA MESIN CETAK BERDASARKAN LAJU KERUSAKAN DI PT KARYA

Lebih terperinci

KELAYAKAN INDUSTRI KERUPUK JAMUR TIRAM DI KABUPATEN BOGOR ABSTRACT

KELAYAKAN INDUSTRI KERUPUK JAMUR TIRAM DI KABUPATEN BOGOR ABSTRACT KELAYAKAN INDUSTRI KERUPUK JAMUR TIRAM DI KABUPATEN BOGOR Purwoko dan Yandra Arkeman Deparemen Teknologi Indusri Peranian, Fakulas Teknologi Peranian, IPB ABSTRACT Oyser mushroom can be processed ino various

Lebih terperinci

BAB 4 ANALISIS DAN PEMBAHASAN

BAB 4 ANALISIS DAN PEMBAHASAN BAB 4 ANALISIS DAN EMBAHASAN 4.1 Karakerisik dan Obyek eneliian Secara garis besar profil daa merupakan daa sekunder di peroleh dari pusa daa saisik bursa efek Indonesia yang elah di publikasi, daa di

Lebih terperinci

STUDI KELAYAKAN FINANSIAL PUPUK ORGANIK RESIDU BIOGAS DARI DIVERSIFIKASI USAHA TERNAK

STUDI KELAYAKAN FINANSIAL PUPUK ORGANIK RESIDU BIOGAS DARI DIVERSIFIKASI USAHA TERNAK HABITAT Volume XXII, No. 1, Bulan April 2011 ISSN: 0853-5167 STUDI KELAYAKAN FINANSIAL PUPUK ORGANIK RESIDU BIOGAS DARI DIVERSIFIKASI USAHA TERNAK (FINANCIAL FEASIBILITY STUDIES OF ORGANIC FERTILIZER FROM

Lebih terperinci

PEMODELAN NILAI TUKAR RUPIAH TERHADAP $US MENGGUNAKAN DERET WAKTU HIDDEN MARKOV HAMILTON*

PEMODELAN NILAI TUKAR RUPIAH TERHADAP $US MENGGUNAKAN DERET WAKTU HIDDEN MARKOV HAMILTON* PEMODELAN NILAI TUKAR RUPIAH TERHADAP $US MENGGUNAKAN DERET WAKTU HIDDEN MARKOV HAMILTON* BERLIAN SETIAWATY DAN HIRASAWA Deparemen Maemaika Fakulas Maemaika dan Ilmu Pengeahuan Alam Insiu Peranian Bogor

Lebih terperinci

20 Peneliian ini berujuan merumuskan sraegi pada model pengelolaan yang cocok unuk keberlanjuan perikanan angkap di daerah ersebu. Daa yang diambil be

20 Peneliian ini berujuan merumuskan sraegi pada model pengelolaan yang cocok unuk keberlanjuan perikanan angkap di daerah ersebu. Daa yang diambil be 19 3 METODOLOGI 3.1 Tempa dan Waku Peneliian Peneliian berjudul Model Pengelolaan Perikanan Pelagis secara Berkelanjuan di PPN Prigi, Trenggalek, Jawa Timur ini dilakukan di PPN Prigi, Kabupaen Trenggalek,

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN TEORITIS

BAB II TINJAUAN TEORITIS BAB II TIJAUA TEORITIS 2.1 Peramalan (Forecasing) 2.1.1 Pengerian Peramalan Peramalan dapa diarikan sebagai beriku: a. Perkiraan aau dugaan mengenai erjadinya suau kejadian aau perisiwa di waku yang akan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. Persediaan dapat diartikan sebagai barang-barang yang disimpan untuk digunakan atau

BAB II LANDASAN TEORI. Persediaan dapat diartikan sebagai barang-barang yang disimpan untuk digunakan atau BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Pengerian Persediaan Persediaan dapa diarikan sebagai barang-barang yang disimpan unuk digunakan aau dijual pada masa aau periode yang akan daang. Persediaan erdiri dari bahan

Lebih terperinci

JIIA, VOLUME 5 No. 2, MEI 2017

JIIA, VOLUME 5 No. 2, MEI 2017 KELAYAKAN USAHA DAN NILAI TAMBAH AGROINDUSTRI TEMPE (The Feasibiliy and Added Value of Tempe Agroindusry) Winani Puspa Arum, Sudarma Widjaya, Lina Marlina Jurusan Agribisnis, Fakulas Peranian, Universias

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dalam pembicaraan sehari-hari, bank dikenal sebagai lembaga keuangan yang

BAB I PENDAHULUAN. Dalam pembicaraan sehari-hari, bank dikenal sebagai lembaga keuangan yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Laar Belakang Dalam pembicaraan sehari-hari, bank dikenal sebagai lembaga keuangan yang kegiaan uamanya menerima simpanan giro, abungan dan deposio. Kemudian bank juga dikenal sebagai

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. yang akan datang. Peramalan menjadi sangat penting karena penyusunan suatu

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. yang akan datang. Peramalan menjadi sangat penting karena penyusunan suatu BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengerian Peramalan Peramalan adalah kegiaan memperkirakan apa yang erjadi pada waku yang akan daang sedangkan rencana merupakan penenuan apa yang akan dilakukan pada waku yang

Lebih terperinci

PENERAPAN METODE TRIPLE EXPONENTIAL SMOOTHING UNTUK MENGETAHUI JUMLAH PEMBELI BARANG PADA PERUSAHAAN MEBEL SINAR JEPARA TANJUNGANOM NGANJUK.

PENERAPAN METODE TRIPLE EXPONENTIAL SMOOTHING UNTUK MENGETAHUI JUMLAH PEMBELI BARANG PADA PERUSAHAAN MEBEL SINAR JEPARA TANJUNGANOM NGANJUK. PENERAPAN METODE TRIPLE EXPONENTIAL MOOTHING UNTUK MENGETAHUI JUMLAH PEMBELI BARANG PADA PERUAHAAN MEBEL INAR JEPARA TANJUNGANOM NGANJUK. ii Rukayah*), Achmad yaichu**) ABTRAK Peneliian ini berujuan unuk

Lebih terperinci

Analisis Finansial Usaha Penggemukan Sapi Peranakan Friesian Holstein (PFH) Jantan di Kecamatan Selo Kabupaten Boyolali

Analisis Finansial Usaha Penggemukan Sapi Peranakan Friesian Holstein (PFH) Jantan di Kecamatan Selo Kabupaten Boyolali Tropical Animal Husbandry Vol. 1 (1), Okober 2012:43-51 ISSN 2301-9921 Analisis Finansial Usaha Penggemukan Sapi Peranakan Friesian Holsein (PFH) Janan di Kecamaan Selo Kabupaen Boyolali N. Diamojo, S.

Lebih terperinci

ANALISIS DIRECT SELLING COST DALAM MENINGKATKAN VOLUME PENJUALAN Studi kasus pada CV Cita Nasional.

ANALISIS DIRECT SELLING COST DALAM MENINGKATKAN VOLUME PENJUALAN Studi kasus pada CV Cita Nasional. JURNAL ILMIAH RANGGAGADING Volume 7 No. 1, April 7 : 3-9 ANALISIS DIRECT SELLING COST DALAM MENINGKATKAN VOLUME PENJUALAN Sudi kasus pada CV Cia Nasional. Oleh Emmy Supariyani* dan M. Adi Nugroho *Dosen

Lebih terperinci

PERHITUNGAN VALUE AT RISK (VaR) DENGAN SIMULASI MONTE CARLO (STUDI KASUS SAHAM PT. XL ACIATA.Tbk)

PERHITUNGAN VALUE AT RISK (VaR) DENGAN SIMULASI MONTE CARLO (STUDI KASUS SAHAM PT. XL ACIATA.Tbk) Jurnal UJMC, Volume 3, Nomor 1, Hal. 15-0 pissn : 460-3333 eissn : 579-907X ERHITUNGAN VAUE AT RISK (VaR) DENGAN SIMUASI MONTE CARO (STUDI KASUS SAHAM T. X ACIATA.Tbk) Sii Alfiaur Rohmaniah 1 1 Universias

Lebih terperinci

PEMANFAATAN LADANG GAS MARGINAL UNTUK SUPLAI SEKTOR TRANSPORTASI DI WILAYAH PANTURA

PEMANFAATAN LADANG GAS MARGINAL UNTUK SUPLAI SEKTOR TRANSPORTASI DI WILAYAH PANTURA J.Tek.Ling Edisi. Khusus Hal. 79-85 Jakara, Juli. 2006 ISSN 1441 318x PEMANFAATAN LADANG GAS MARGINAL UNTUK SUPLAI SEKTOR TRANSPORTASI DI WILAYAH PANTURA Irawan Rahardjo Penelii pada Pusa Teknologi Konversi

Lebih terperinci

Jurnal Edik Informatika Penelitian Bidang Komputer Sains dan Pendidikan Informatika V1.i1(64-69)

Jurnal Edik Informatika Penelitian Bidang Komputer Sains dan Pendidikan Informatika V1.i1(64-69) Jurnal Edik Informaika Peneliian Bidang Kompuer Sains dan Pendidikan Informaika Peramalan Penjualan Pada Usaha Kecil Menengah (UKM) Roi Sania Dengan Menggunakan Program POM QM Henny Yulius 1, Yadi Prawinaa

Lebih terperinci

BAB 3 METODOLOGI PEMECAHAN MASALAH

BAB 3 METODOLOGI PEMECAHAN MASALAH BAB 3 METODOLOGI PEMECAHAN MASALAH 3.1 Tahapan Pemecahan Masalah Tahapan pemecahan masalah berfungsi unuk memudahkan dalam mencari jawaban dalam proses peneliian yang dilakukan agar sesuai dengan arah

Lebih terperinci

Jurusan Teknik Informatika Fakultas Teknik Universitas Muhammadiyah Jember ABSTRAK

Jurusan Teknik Informatika Fakultas Teknik Universitas Muhammadiyah Jember ABSTRAK PERBANDINGAN METODE DES (DOUBLE EXPONENTIAL SMOOTHING) DENGAN TES (TRIPLE EXPONENTIAL SMOOTHING) PADA PERAMALAN PENJUALAN ROKOK (STUDI KASUS TOKO UTAMA LUMAJANG) 1 Fajar Riska Perdana (1110651142) 2 Daryano,

Lebih terperinci