IV. METODE PENELITIAN

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "IV. METODE PENELITIAN"

Transkripsi

1 54 IV. METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waku Peneliian Peneliian dilakukan di kabupaen Siubondo, Lumajang dan Jember di Jawa Timur. Pemilihan Jawa Timur dilakukan secara purposive dengan perimbangan bahwa sebagian besar produksi gula Indonesia bersumber dari Jawa Timur dan Kabupaen yang dipilih mewakili keberadaan PG besar dan kecil sera memiliki jumlah peani rakya yang cukup banyak. Peneliian berlangsung dari November 2007 Februari Jenis dan Sumber Daa Daa yang diambil erdiri dari dua jenis daa yaiu daa primer dan sekunder. Daa primer diperoleh dari hasil wawancara dengan peani ebu, pengelola pabrik gula, penelii P3GI, keua APTRI, AGI, dan imporir. Daa sekunder diperoleh dari Badan Pusa Saisik, Kemenrian Peranian, Pusa Peneliian dan Pengembangan Sosial Ekonomi Peranian, Bulog, dan Sekrearia Dewan Gula Indonesia. 4.3 Meode Pengambilan Conoh Peani reponden di masing-masing lokasi dipilih berdasarkan jenis bibi dan jenis lahan dengan menggunakan meode (purposive sampling). Pemilihan responden peani yang dipilih berdasarkan dari agroklima lahan (lahan sawah dan egalan) dan juga jenis bibi bibi (bibi PC, kepras1, kepras 2 dan kepras 3). Toal, ada 16 peani responden, yang 4 dianaranya juga menanam di lahan sawah dan lahan egalan. Responden peani yang diwawancara di Siubondo oal

2 55 sebanyak 8 peani dan 6 peani di Jember dan 2 di Lumajang. Selain responden peani, daa yang didapa dari peani responden diverifikasi oleh beberapa responden ahli dianaranya keua APTR, penelii P3GI, Adminisraur PG dan saf, unuk mendapa nilai yang umum (cenral endencies). Pemilihan pabrik gula dan imporir gula dilakukan secara porpusive dengan perimbangan PG yang dipilih mewakili keadaan umum PG besar dan kecil. PG besar yang dipilih yaiu PG Semboro yang memliki kapasias giling on ebu per hari (h) dan PG kecil diwakili oleh PG Wringin Anom dengan kapasias giling h. Pemilihan kedua PG ersebu juga didasarikan oleh PG yang masih menggiling ebunya sehingga dapa diamai proses penggilingan ebunya. Pelabuhan yang dijadikan acuan adalah pelabuhan Tanjung Perak, Surabaya. 4.4 Meode Analisis Meode analisis yang digunakan dalam peneliian ini adalah Policy Analysis Marix (PAM) unuk menganalisis efisiensi ekonomi dan besarnya inervensi pemerinah sera dampaknya pada usahaani ebu, pengolahan ebu dan pemasaran ebu dan gula secara keseluruhan dengan sisemais. Analisis daya saing komparaif didapakan dari perhiungan Rasio Sumberdaya Domesik (DRC), sedangkan keunggulan kompeiif didapa dari perhiungan Rasio Biaya Priva (PCR). Seelah analisis PAM dilakukan maka akan erliha dari usahaani ebu yang sebaiknya dilakukan srucural adjusmen Policy Analysis Marix (PAM) Model aau kerangka analisis ekonomi yang lebih lengkap unuk menganalisis keadaan ekonomi dari pemilik diinjau dari sudu usaha swasa

3 56 (privae profi) dan sekaligus memberi ukuran ingka efisiensi ekonomi usaha aau keunungan sosial (social profi) adalah dengan menggunakan model Mariks Analisis Kebijakan (Policy Analysis Marix, PAM). Menuru Monke dan Pearson (1989), model PAM dapa memberikan pemahaman lebih lengkap dan konsisen erhadap semua pengaruh kebijakan dan kegagalan pasar pada penerimaan (revenue), biaya-biaya (coss), dan keunungan (profi) dalam produksi sekor peranian secara luas. Asumsi yang digunakan dalam analisis PAM adalah: 1. Harga pasar adalah harga yang benar-benar dierima peani yang di dalamnya erdapa kebijakan pemerinah (disorsi pasar). 2. Harga bayangan adalah harga pada kondisi pasar persaingan sempurna yang mewakili biaya imbangan sosial yang sesungguhnya. Pada komodias radable, harga bayangan adalah harga yang erjadi di pasar dunia. 3. Oupu bersifa radable, sedangkan inpu dapa dipisah berdasarkan fakor asing dan fakor domesik. 4. Eksernalias diasumsikan idak ada. Menuru Monke and Pearson (1989), konruksi model PAM disajikan pada Tabel 3. Terdapa iga isu yang menyangku prinsip-prinsip yang dapa dielaah dengan model PAM, yaiu : 1. Dampak kebijakan erhadap daya saing (compeiiveness) dan ingka profiabiliy pada ingka usahaani. 2. Pengaruh kebijakan invesasi pada ingka efesiensi ekonomi dan keunggulan komparaif (comparaive advanage). 3. Pengaruh kebijakan peneliian peranian pada perbaikan eknologi.

4 57 Model PAM merupakan produk dari dua idenias perhiungan. Perama, ingka keunungan aau profiabilias (profiabiliy) yang merupakan perbedaan anara penerimaan dan biaya-biaya. Kedua, pengaruh penyimpangan aau divergensi (disorsi kebijakan dan kegagalan pasar) yang merupakan perbedaan anara parameer-parameer yang diobservasi dan parameer yang seharusnya erjadi jika divergensi ersebu dihilangkan. Analisis kebijakan pemerinah dilakukan dengan pendekaan penggunaan sumberdaya domesik dan inpu radable. Meode analisis yang digunakan adalah PAM yang merupakan ala analisis yang digunakan unuk mengeahui efisiensi ekonomi dan besarnya insenif aau dampak inervensi dalam pengusahaan berbagai akivias usahaani secara keseluruhan dan sisemais. PAM dapa digunakan unuk mengesimasi biaya, pendapaan dan daya saing komodias usahaani di ingka peani dalam ari keunggulan komparaif sera idenifikasi dampak kebijakan pemerinah. Tabel 3. Konruksi Model Policy Analysis Marix Komponen Harga Priva (Privae prices) Harga Sosial (Social prices) Pengaruh divergensi (Effecs divergensces) Sumber: Monke and Pearson (1989) Biaya (cos) Inpu Fakor Tradable Domesik A B C D 1 Penerimaan (Revenues) Keerangan : 1. Keunungan priva (D) = A - B - C, 2. Keunungan Sosial (H) = E - F- G, 3. Transfer Oupu (I) = A E, 4. Transfer Inpu (J) = B F, 5. Transfer Fakor (K) = C G, dan 6. Transfer Bersih (L) = D H = I J = K. Keunungan (Profis) E F G H 2 I 3 J 4 K 5 L 6

5 58 Tahapan dalam menggunakan meode PAM adalah: 1. Idenifikasi inpu dan oupu secara lengkap dari usahaani. 2. Penenuan harga bayangan (shadow price) dari inpu dan oupu usahaani. 3. Pemilahan biaya ke dalam kelompok radable dan domesik, 4. Penghiungan penerimaan dari usahaani. 5. Penghiungan dan analisis berbagai indikaor yang bisa dihasilkan PAM Idenifikasi Inpu dan Oupu Usahaani Tebu Inpu dalam usahaani ebu adalah bibi ebu, pupuk, lahan, enaga kerja, dan pesisida. Lahan dalam peneliian ini dibagi menjadi lahan sawah dan lahan egalan. Jenis bibi dibagi menjadi dua yaiu bibi planaion cane (PC) dan bibi yang berasal dari keprasan (kepras.) Oupu dalam dalam usahaani ebu ini adalah gula Penenuan Harga Bayangan Seiap inpu dan oupu pada peneliian ini dieapkan dua ingka harga, yaiu harga pasar dan harga bayangan. Harga pasar adalah ingka harga pasar yang dierima pengusaha dalam penjualan hasil produksinya aau ingka harga yang dibayar dalam pembelian fakor produksi. Menuru Giinger (1986), harga bayangan merupakan harga yang erjadi dalam perekonomian pada keadaan persaingan sempurna dan kondisi keseimbangan. Kondisi biaya imbangan sama dengan harga pasar suli diemukan, maka unuk memperoleh nilai yang mendekai biaya imbangan aau harga sosial perlu dilakukan penyesuaian erhadap harga pasar yang berlaku. Perhiungan harga bayangan dalam peneliian ini menggunakan penyesuaian seperi dilakukan Giinger (1986). Harga bayangan secara umum dienukan

6 59 dengan mengeluarkan disorsi akiba adanya kebijaksanaan pemerinah seperi subsidi, pajak, penenuan upah minimum, kebijakan harga, dan lain-lain. Dalam peneliian ini unuk komodias yang diperdagangkan akan didekai dengan harga baas (border price). Unuk komodias yang selama ini diekspor digunakan harga Free On Board (FOB) dan unuk komodii yang diimpor digunakan harga Cos Insurance Freigh (CIF). 1. Harga Bayangan Oupu. Harga bayangan oupu adalah harga oupu yang erjadi di pasar dunia apabila diberlakukan pasar bebas. Harga bayangan oupu unuk komodii ekspor aau berpoensi ekspor digunakan harga perbaasan yaiu harga FOB. Sedangkan harga bayangan oupu unuk komodii impor digunakan sebagai harga perbaasan yaiu harga CIF. Gula di Indonesia merupakan komodii impor maka di gunakan harga CIF. 2. Harga Bayangan Sarana Produksi Peranian. Perhiungan harga bayangan saproan dan peralaan yang radable sama dengan perhiungan harga bayangan oupu, yaiu dengan menggunakan harga perbaasan (border price), yaiu unuk komodii ekspor digunakan harga FOB, dan unuk komodii impor digunakan sebagai harga perbaasan yaiu harga CIF. 3. Harga Bayangan Tenaga Kerja. Menuru Gienger (1986) dalam pasar persaingan sempurna ingka upah pasar mencerminkan nilai produkivias marjinalnya. Harga bayangan enaga kerja erdidik dihiung sama dengan harga privanya, sedangkan harga bayangan enaga kerja idak erdidik dihiung berdasarkan harga priva yang

7 60 disesuaikan dengan nilai produkivias marjinalnya. Tenaga kerja padsa usahani ebu umumnya enaga kerja idak erdidik, maka harga bayangan enaga kerja dilakukan penyesuaian melalui pendekaan perhiungan enaga kerja yang dilakukan Suryana (1980) dalam Emilya (2001) yaiu sebesar 80 persen dari ingka upah yang berlaku di daerah peneliian. 4. Harga Bayangan Lahan. Penenuan harga bayangan lahan dapa didekai melalui iga cara; perama pendapaan bersih usahaani anaman alernaif erbaik yang biasa dianam pada lahan ersebu, kedua nilai sewa yang berlaku di daerah seempa, dan keiga nilai anah yang hilang karena proyek. Giinger (1986), menenukan harga bayangan lahan dengan pendekaan nilai sewanya. Dalam peneliian ini harga bayangan lahan akan dipakai seperi yang diusulkan Giinger (1986), yakni dengan nilai sewanya. 5. Harga Bayangan Modal Penenuan harga bayangan modal di dekai berdasarkan nilai suku bunga pinjaman komersil di Bank seempa. Saa peneliian dilakukan dikeahui nialai suku bunga adalah sebesar 16% akan eapi dilakukan penyesuaian karena modal yang dierima peani idak bersifa langsung eapi dierima secara berahap berdasarkan ahapan penanaman. Oleh karena iu harga bayangan didapa sebesar 12%. 6. Harga Bayangan Nilai Maa Uang. Harga bayangan nilai ukar uang adalah harga uang domesik dalam kaiannya dengan maa uang asing yang erjadi pada pasar nilai ukar uang pada kondisi bersaing sempurna. Salah sau pendekaan unuk menghiung harga bayangan

8 61 nilai ukar uang adalah harga bayangan harus berada pada ingka keseimbangan nilai ukar uang. Keseimbangan erjadi apabila dalam pasar uang, semua pembaas dan subsidi erhadap ekspor dan impor dihilangkan. Keseimbangan nilai ukar uang dapa didekai dengan menggunakan Sandard Conversion Facor (SCF) sebagai fakor koreksi erhadap nilai ukar resmi yang berlaku (Rosegran (1987) dalam Okaviani (1991). OER SER SCF, dimana SCF X M ( X TX ) ( M TM ) dimana: SER SCF X M TM = nilai ukar bayangan ahun (Rp/US$) = sandard conversion facor (fakor konversi sandar) ahun = nilai ekspor Indonesia ahun (Rp) = nilai impor Indonesia ahun (Rp) = pajak impor dan bea masuk ahun (Rp) Berdasarkan perhiungan, pada musim anam 2006/2007 diperoleh nilai raaraa official exchange rae (Rp/US$) sebesar dan Fakor Konversi baku SCF sebesar 0.991, sehingga nilai ukar bayangan (SER) sebesar Rp Alokasi Komponen Biaya Domesik dan Asing Inpu yang digunakan dalam proses produksi dapa dipisahkan menjadi radable goods dan domesic facor (non radable goods). Tradable goods adalah inpu yang dapa diperdagangkan di pasar inernasional, sedangkan domesic facor adalah inpu yang idak dapa diperdagangkan di pasar inernasional. Selain iu ada barang-barang yang idak diperdagangkan (non radable) api di dalamnya erdapa komponen asing (indirecly raded) seperi peralaan.

9 62 Inpu yang paling dominan dalam usahaani adalah lahan dan enaga kerja. Kedua inpu ini digolongkan ke dalam inpu yang idak diperdagangkan, sehingga dimasukkan ke dalam komponen biaya domesik 100 persen. Bibi ebu yang di gunakan dapa berupa bibi baru aau ebu keprasan. Bibi digolongkan ke dalam inpu domesik karena menanam dari bibi yang dikembangkan sendiri oleh PG aau P3GI, kemudian bibi yang digunakan berasal dari ebu keprasan maka digolongkan dalam komponen biaya domesik. Pesisida, herbisida, bahan bakar dan pupuk merupakan barang yang diperdagangkan oleh karena iu dimasukkan dalam komponen inpu radable Perhiungan dan Analisis PAM Krieria analisis kebijakan yang dihasilkan PAM adalah sebagai beriku: 1. Rasio Biaya Priva (Privae Cos Raio) = C/(A B) Rasio biaya priva adalah rasio biaya domesik erhadap nilai ambah dalam harga priva. Nilai PCR menunjukkan berapa banyak sisem produksi usahaani ebu dapa menghasilkan unuk membayar semua fakor domesik yang digunakannya, dan eap dalam kondisi kompeiif. Keunungan maksimal akan diperoleh jika sisem produksi usahaani ebu mampu meminimumkan nilai PCR, dengan cara meminimumkan biaya fakor domesik. Apabila nilai PCR < 1 dan nilainya makin kecil, berari sisem produksi usahaani ebu mampu membiayai fakor domesiknya pada harga priva. 2. Domesic Resources Cos (DRC) = G/(E F)

10 63 Merupakan rasio biaya domesik erhadap nilai ambah pada harga sosialnya, dalam maa uang asing (US$). Nilai DRC merupakan salah sau krieria kemampuan sisem usahaani dalam membiayai fakor domesik pada harga sosialnya aau krieria dari efisiensi ekonomi relaif dari suau sisem produksi. Nilai DRC merupakan krieria keunggulan komparaif dari usahaani ebu. DRC > 1 sisem produksi usahaani ebu dinilai idak mampu berahan anpa subsidi pemerinah, sehingga lebih baik melakukan impor saja daripada memproduksi sendiri, karena sisem produksi usahaani dinilai akan memboroskan sumberdaya yang langka. DRC < 1 dan nilainya makin kecil, berari sisem produksi usahaani ebu makin efisien dan memiliki daya saing di pasar dunia, sehingga dinilai memiliki peluang ekspor yang makin besar. 3. Transfer oupu (OT) = A E Transfer oupu adalah selisih anara penerimaan yang dihiung berdasarkan harga priva dengan penerimaan yang dihiung berdasarkan harga sosial. Nilai OT menunjukkan adanya kebijakan pemerinah yang dierapkan pada oupu priva dengan harga oupu sosial. OT > 0 besarnya ransfer dari konsumen kepada produsen, arinya produsen akan menerima harga jual yang lebih inggi dari harga yang seharusnya sehingga konsumen dirugikan. OT < 0 konsumen menerima insenif dari produsen dan dalam hal ini peani aau produsen yang dirugikan. 4. Nominal Proecion Coefficien of Oupu (NPCO) = A / E

11 64 Koefisien proeksi nominal erhadap oupu merupakan rasio anara penerimaan yang dihiung berdasarkan harga priva dengan penerimaan yang dihiung berdasarkan harga sosial dan merupakan indikasi adanya ransfer oupu. NPCO menunjukkan besarnya dampak kebijakan pemerinah yang mengakibakan divergensi anara harga priva dan harga sosial aau oupu. NPCO >1 peani ebu menerima subsidi aas oupu di pasar domesik di aas harga efisiennya (harga pasar dunia). NPCO <1 erjadi pengurangan penerimaan peani akiba kebijakan oupu, seperi adanya pajak. 5. Inpu Transfer (IT) = B F Transfer inpu adalah selisih anara inpu radable pada harga priva dengan biaya inpu non radable pada harga sosial. Nilai IT menunjukkan adanya kebijakan pemerinah yang dierapkan pada inpu radable. IT > 0 harga sosial inpu asing lebih rendah akiba arif impor, akibanya peani harus membayar lebih mahal IT < 0 ada subsidi pemerinah erhadap inpu asing, sehingga peani idak membayar secara penuh korbanan sosial yang harusnya dibayar oleh peani. 6. Nominal Proecion Coefficien of Inpu (NPCI) = B/F Koefisien proeksi nominal erhadap inpu merupakan rasio anara biaya inpu radable yang dihiung berdasarkan harga priva dengan biaya inpu radable yang dihiung berdasarkan hara sosial, dan merupakan indikasi ransfer inpu.

12 65 NPCI menunjukkan adanya kebijakan pemerinah yang menyebabkan divergensi anara harga priva dan harga sosial unuk inpu asing NPCI>1 pemerinah menaikkan harga inpu asing di pasar domesik di aas harga efesiennya (harga dunia). NPCI<1 peani menerima subsidi aas inpu asing 7. Facors Transfer (FT) = C G Nilai ransfer fakor merupakan perbedaan harga anara harga priva dan harga sosial yang dierima produsen unuk membayar inpu non radable. Nilai FT menunjukkan adanya kebijakan pemerinah (biasanya dalam benuk kebijakan subsidi) erhadap produsen inpu domesik. FT > 0 ada kebijakan pemerinah yang melindungi produsen inpu domesik 8. Koefisien proeksi efekif (EPC) = (A B)/(E F) Koefisien proeksi efekif merupakan analisis gabungan anara koefisien proeksi oupu nominal dengan koefisien inpu nominal. Nilai EPC menggambarkan sejauh mana kebijakan pemerinah bersifa melindungi aau menghamba produksi domesik dan merupakan ransfer kebijakan dari pasar produk dan inpu radable. EPC > 1 dampak kebijakan pemerinah memberi dukungan dengan menaikan harga oupu dan aau inpu radable di aas harga efisien. EPC < 1 kebijakan pemerinah idak berjalan efekif. 9. Transfer bersih (NT) = D H

13 66 Transfer bersih merupakan selisih anara keunungan bersih priva dengan keunungan bersih sosialnya. Nilai NT mencerminkan dampak kebijakan pemerinah secara keseluruhan erhadap penerimaan peani. NT > 0 erdapa ambahan surplus produsen yang disebabkan penerapan kebijakan pada inpu dan oupu NT < 0 erdapa penurunan surplus produsen yang disebabkan penerapan kebijakan pada inpu dan oupu. 10. Koefisien profiabilias (PC) = D/H Koefisien keunungan adalah perbandingan anara keunungan bersih priva dengan keunungan bersih sosial dan merupakan indikasi yang menunjukkan dampak insenif dari semua kebijakan oupu, inpu asing dan inpu domesik PC > 1 secara keseluruhan kebijakan pemerinah memberikan insenif kepada produsen PC < 1 kebijakan pemerinah mengakibakan keunungan yang dierima peani produsen lebih kecil jika dibandingkan dengan anpa kebijakan. 11. Rasio subsidi bagi produsen (SRP) = L/E SRP merupakan proporsi dari penerimaan oal pada harga sosial yang diperlukan apabila subsidi yang digunakan sebagai sau-saunya kebijakan unuk mengganikan seluruh kebijakan komodii dan ekonomi makro. SRP menunjukkan besarnya proporsi penerimaan dalam harga dunia yang dapa meng-cover subsidi aau pajak.

14 67 SRP < 1 kebijakan pemerinah menyebabkan peani ebu mengeluarkan biaya produksi lebih besar dari biaya sosialnya. SRP > 1 kebijakan pemerinah menyebabkan peani ebu mengeluarkan biaya produksi lebih kecil dari biaya sosialnya Analisis Sensiivias Analisis sensiivias aas parameer-parameer yang pening seringkali ama membanu dalam melakukan analisis sebuah sisem usahaani. Perubahan yang erjadi pada harga inpu akan mempunyai pengaruh yang kecil erhadap keunungan dibandingkan dengan perubahan harga oupu. Hal ini disebabkan oleh karena inpu erenu hanya merupakan bagian kecil dari oal biaya, sedangkan perubahan harga oupu akan mempengaruhi pendapaan secara keseluruhan. Analisis sensiivias yang dilakukan pada peneliian ini adalah dengan mengubah nilai oupu gula dan juga perubahan pada beberapa inpu seperi rendemen, produkivias, dan kredi. Berdasarkan perubahan nilai ersebu kemudian dianalisis perubahannya erhadap nilai rasio PAM.

III METODE PENELITIAN

III METODE PENELITIAN III METODE PENELITIAN 3.1 Waku dan Tempa Peneliian Peneliian mengenai konribusi pengelolaan huan rakya erhadap pendapaan rumah angga dilaksanakan di Desa Babakanreuma, Kecamaan Sindangagung, Kabupaen Kuningan,

Lebih terperinci

ANALISIS DAYA SAING USAHATANI KELAPA SAWIT DI KECAMATAN WAWAY KARYA KABUPATEN LAMPUNG TIMUR

ANALISIS DAYA SAING USAHATANI KELAPA SAWIT DI KECAMATAN WAWAY KARYA KABUPATEN LAMPUNG TIMUR ANALISIS DAYA SAING USAHATANI KELAPA SAWIT DI KECAMATAN WAWAY KARYA KABUPATEN LAMPUNG TIMUR (Analysis of Compeiiveness of Palm Oil Farming in Waway Karya Sub-Disric, Lampung Timur Disric) Ni Wayan Hermayani,

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Usahatani belimbing karangsari adalah kegiatan menanam dan mengelola. utama penerimaan usaha yang dilakukan oleh petani.

III. METODE PENELITIAN. Usahatani belimbing karangsari adalah kegiatan menanam dan mengelola. utama penerimaan usaha yang dilakukan oleh petani. III. METODE PENELITIAN A. Konsep Dasar dan Definisi Operasional Usahaani belimbing karangsari adalah kegiaan menanam dan mengelola anaman belimbing karangsari unuk menghasilkan produksi, sebagai sumber

Lebih terperinci

IV. METODE PENELITIAN

IV. METODE PENELITIAN IV. METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waku Peneliian Peneliian ini dilaksanakan di PT Panafil Essenial Oil. Lokasi dipilih dengan perimbangan bahwa perusahaan ini berencana unuk melakukan usaha dibidang

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Konsep dasar dan definisi operasional merupakan pengertian dan petunjuk yang

III. METODE PENELITIAN. Konsep dasar dan definisi operasional merupakan pengertian dan petunjuk yang III. METODE PENELITIAN A. Konsep Dasar dan Definisi Operasional Konsep dasar dan definisi operasional merupakan pengerian dan peunjuk yang digunakan unuk menggambarkan kejadian, keadaan, kelompok, aau

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. yang digunakan untuk mengetahui dan pembahasannya mengenai biaya - biaya

METODE PENELITIAN. yang digunakan untuk mengetahui dan pembahasannya mengenai biaya - biaya III. METODE PENELITIAN A. Meode Dasar Peneliian Meode yang digunakan dalam peneliian ini adalah meode kuaniaif, yang digunakan unuk mengeahui dan pembahasannya mengenai biaya - biaya usaha melipui biaya

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. tahun 1990-an, jumlah produksi pangan terutama beras, cenderung mengalami

BAB 1 PENDAHULUAN. tahun 1990-an, jumlah produksi pangan terutama beras, cenderung mengalami 11 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Laar Belakang Keahanan pangan (food securiy) di negara kia ampaknya cukup rapuh. Sejak awal ahun 1990-an, jumlah produksi pangan eruama beras, cenderung mengalami penurunan sehingga

Lebih terperinci

IV. METODE PENELITIAN

IV. METODE PENELITIAN IV. METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waku Peneliian Peneliian ini dilaksanakan pada kasus pengolahan ikan asap IACHI Peikan Cia Halus (PCH) yang erleak di Desa Raga Jaya Kecamaan Ciayam, Kabupaen Bogor,

Lebih terperinci

IV. METODE PENELITIAN

IV. METODE PENELITIAN IV. METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waku Peneliian Peneliian ini dilakukan di Dafarm, yaiu uni usaha peernakan Darul Fallah yang erleak di Kecamaan Ciampea, Kabupaen Bogor, Jawa Bara. Pemilihan lokasi

Lebih terperinci

IV METODOLOGI PENELITIAN

IV METODOLOGI PENELITIAN IV METODOLOGI PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan pada petani tebu di wilayah kerja Pabrik Gula Sindang Laut Kabupaten Cirebon Propinsi Jawa Barat. Pemilihan lokasi penelitian

Lebih terperinci

post facto digunakan untuk melihat kondisi pengelolaan saat ini berdasarkan

post facto digunakan untuk melihat kondisi pengelolaan saat ini berdasarkan 3. METODE PENELITIAN 3.1. Pendekaan dan Meode Peneliian Jenis peneliian yang digunakan adalah jenis peneliian kualiaif dengan menggunakan daa kuaniaif. Daa kualiaif adalah mengeahui Gambaran pengelolaan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Kabupaten Labuhan Batu merupakan pusat perkebunan kelapa sawit di Sumatera

BAB 1 PENDAHULUAN. Kabupaten Labuhan Batu merupakan pusat perkebunan kelapa sawit di Sumatera BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Laar Belakang Kabupaen Labuhan Bau merupakan pusa perkebunan kelapa sawi di Sumaera Uara, baik yang dikelola oleh perusahaan negara / swasa maupun perkebunan rakya. Kabupaen Labuhan

Lebih terperinci

III KERANGKA PEMIKIRAN

III KERANGKA PEMIKIRAN III KERANGKA PEMIKIRAN 3.1 Teori Risiko Produksi Dalam eori risiko produksi erlebih dahulu dijelaskan mengenai dasar eori produksi. Menuru Lipsey e al. (1995) produksi adalah suau kegiaan yang mengubah

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN

III. METODOLOGI PENELITIAN III. METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Kerangka Pemikiran Peneliian Keinginan Kelompok Tani Duma Lori yang erdapa di Desa Konda Maloba dan masyaraka sekiar akan berdirinya penggilingan gabah di daerahnya, elah

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Pertumbuhan ekonomi merupakan salah satu ukuran dari hasil pembangunan yang

BAB 1 PENDAHULUAN. Pertumbuhan ekonomi merupakan salah satu ukuran dari hasil pembangunan yang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Laar Belakang Perumbuhan ekonomi merupakan salah sau ukuran dari hasil pembangunan yang dilaksanakan khususnya dalam bidang ekonomi. Perumbuhan ersebu merupakan rangkuman laju perumbuhan

Lebih terperinci

IV. METODE PENELITIAN

IV. METODE PENELITIAN IV. METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waku Peneliian mengenai kelayakan pengusahaan pupuk kompos dilaksanakan pada uni usaha Koperasi Kelompok Tani (KKT) Lisung Kiwari yang menjalin mira dengan Lembaga

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI. Produksi padi merupakan suatu hasil bercocok tanam yang dilakukan dengan

BAB 2 LANDASAN TEORI. Produksi padi merupakan suatu hasil bercocok tanam yang dilakukan dengan BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1. Produksi Produksi padi merupakan suau hasil bercocok anam yang dilakukan dengan penanaman bibi padi dan perawaan sera pemupukan secara eraur sehingga menghasilkan suau produksi

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN III. METODE PENELITIAN 3.1. Kerangka Pemikiran Poensi sumberdaya perikanan, salah saunya dapa dimanfaakan melalui usaha budidaya ikan mas. Budidaya ikan mas yang erus berkembang di masyaraka, kegiaan budidaya

Lebih terperinci

Bab II Dasar Teori Kelayakan Investasi

Bab II Dasar Teori Kelayakan Investasi Bab II Dasar Teori Kelayakan Invesasi 2.1 Prinsip Analisis Biaya dan Manfaa (os and Benefi Analysis) Invesasi adalah penanaman modal yang digunakan dalam proses produksi unuk keunungan suau perusahaan.

Lebih terperinci

III. KERANGKA PEMIKIRAN

III. KERANGKA PEMIKIRAN III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Teoriis 3.1.1 Daya Dukung Lingkungan Carrying capaciy aau daya dukung lingkungan mengandung pengerian kemampuan suau empa dalam menunjang kehidupan mahluk hidup secara

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Industri pengolahan adalah suatu kegiatan ekonomi yang melakukan kegiatan

III. METODE PENELITIAN. Industri pengolahan adalah suatu kegiatan ekonomi yang melakukan kegiatan 40 III. METODE PENELITIAN A. Konsep Dasar dan Baasan Operasional Konsep dasar dan baasan operasional pada peneliian ini adalah sebagai beriku: Indusri pengolahan adalah suau kegiaan ekonomi yang melakukan

Lebih terperinci

JIIA, VOLUME 4 No. 3 AGUSTUS 2016 DAYA SAING USAHATANI KARET RAKYAT DI DESA KEMBANG TANJUNG KECAMATAN ABUNG SELATAN KABUPATEN LAMPUNG UTARA

JIIA, VOLUME 4 No. 3 AGUSTUS 2016 DAYA SAING USAHATANI KARET RAKYAT DI DESA KEMBANG TANJUNG KECAMATAN ABUNG SELATAN KABUPATEN LAMPUNG UTARA DAYA SAING USAHATANI KARET RAKYAT DI DESA KEMBANG TANJUNG KECAMATAN ABUNG SELATAN KABUPATEN LAMPUNG UTARA (Compeiiveness of he Rubber Farming in he Village of Kembang Tanjung of Souh Abung Subdisric, Norh

Lebih terperinci

Bab IV Pengembangan Model

Bab IV Pengembangan Model Bab IV engembangan Model IV. Sisem Obyek Kajian IV.. Komodias Obyek Kajian Komodias dalam peneliian ini adalah gula pasir yang siap konsumsi dan merupakan salah sau kebuuhan pokok masyaraka. Komodias ini

Lebih terperinci

IV METODE PENELITIAN

IV METODE PENELITIAN IV METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di Desa Cilembu (Kecamatan Tanjungsari) dan Desa Nagarawangi (Kecamatan Rancakalong) Kabupaten Sumedang, Propinsi Jawa Barat.

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. Kawasan Pesisir Kabupaten Kulon Progo. Pemanfaatan/Penggunaan Lahan Saat Ini

METODE PENELITIAN. Kawasan Pesisir Kabupaten Kulon Progo. Pemanfaatan/Penggunaan Lahan Saat Ini METODE PENELITIAN Kerangka Pendekaan Sudi Penaagunaan lahan kawasan pesisir di Kabupaen Kulon Progo didasarkan pada karakerisik fisik, finansial usaha ani dan pemanfaaan saa ini. Karakerisik fisik adalah

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. untuk mendapatkan data yang akan dianalisis sehubungan dengan tujuan

III. METODE PENELITIAN. untuk mendapatkan data yang akan dianalisis sehubungan dengan tujuan 33 III. METODE PENELITIAN A. Definisi Operasional dan Konsep Dasar Konsep dasar dan batasan operasional ini mencakup pengertian yang digunakan untuk mendapatkan data yang akan dianalisis sehubungan dengan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Laar Belakang Perumbuhan ekonomi merupakan salah sau ukuran dari hasil pembangunan yang dilaksanakan khususnya dalam bidang ekonomi. Perumbuhan ersebu merupakan rangkuman laju-laju

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS. Kegiatan untuk memperkirakan apa yang akan terjadi pada masa yang akan datang

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS. Kegiatan untuk memperkirakan apa yang akan terjadi pada masa yang akan datang BAB 2 TINJAUAN TEORITIS 2.1 Pengerian dan Manfaa Peramalan Kegiaan unuk mempeirakan apa yang akan erjadi pada masa yang akan daang disebu peramalan (forecasing). Sedangkan ramalan adalah suau kondisi yang

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN 26 III. METODE PENELITIAN 3.1. Kerangka Pemikiran Penilaian perkembangan kinerja keuangan PT. Goodyear Indonesia Tbk dilakukan dengan maksud unuk mengeahui sejauh mana perkembangan usaha perusahan yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. universal, disemua negara tanpa memandang ukuran dan tingkat. kompleks karena pendekatan pembangunan sangat menekankan pada

BAB I PENDAHULUAN. universal, disemua negara tanpa memandang ukuran dan tingkat. kompleks karena pendekatan pembangunan sangat menekankan pada BAB I PENDAHULUAN A. Laar Belakang Disparias pembangunan ekonomi anar daerah merupakan fenomena universal, disemua negara anpa memandang ukuran dan ingka pembangunannya. Disparias pembangunan merupakan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Laar Belakang Pada dasarnya peramalan adalah merupakan suau dugaan aau perkiraan enang erjadinya suau keadaan di masa depan. Akan eapi dengan menggunakan meodemeode erenu peramalan

Lebih terperinci

Analisis Model dan Contoh Numerik

Analisis Model dan Contoh Numerik Bab V Analisis Model dan Conoh Numerik Bab V ini membahas analisis model dan conoh numerik. Sub bab V.1 menyajikan analisis model yang erdiri dari analisis model kerusakan produk dan model ongkos garansi.

Lebih terperinci

BAB 2 URAIAN TEORI. waktu yang akan datang, sedangkan rencana merupakan penentuan apa yang akan

BAB 2 URAIAN TEORI. waktu yang akan datang, sedangkan rencana merupakan penentuan apa yang akan BAB 2 URAIAN EORI 2.1 Pengerian Peramalan Peramalan adalah kegiaan memperkirakan aau memprediksi apa yang erjadi pada waku yang akan daang, sedangkan rencana merupakan penenuan apa yang akan dilakukan

Lebih terperinci

IV METODE PENELITIAN

IV METODE PENELITIAN IV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waku Peneliian Peneliian ini dilaksanakan di Tempa Pelayanan Koperasi (TPK) Cibedug, Kecamaan Lembang, Kabupaen Bandung, Jawa Bara. Pemilihan lokasi dilakukan secara

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Laar Belakang Masalah Dalam sisem perekonomian suau perusahaan, ingka perumbuhan ekonomi sanga mempengaruhi kemajuan perusahaan pada masa yang akan daang. Pendapaan dan invesasi merupakan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Kerangka Pemikiran Teoriis Pengerian proyek menuru Arifin yang dikuip dari Mariyanne (2006) adalah suau akivias di mana dikeluarkannya uang dengan harapan unuk mendapakan hasil

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN 19 BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Waku dan Lokasi Peneliian Peneliian ini dilakukan pada bulan Juni hingga Juli 2011 yang berlokasi di areal kerja IUPHHK-HA PT. Mamberamo Alas Mandiri, Kabupaen Mamberamo

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Perekonomian dunia telah menjadi semakin saling tergantung pada

BAB I PENDAHULUAN. Perekonomian dunia telah menjadi semakin saling tergantung pada BAB I PENDAHULUAN A. Laar Belakang Masalah Perekonomian dunia elah menjadi semakin saling erganung pada dua dasawarsa erakhir. Perdagangan inernasional merupakan bagian uama dari perekonomian dunia dewasa

Lebih terperinci

BAB 4 ANALISIS DAN PEMBAHASAN

BAB 4 ANALISIS DAN PEMBAHASAN BAB 4 ANALISIS DAN EMBAHASAN 4.1 Karakerisik dan Obyek eneliian Secara garis besar profil daa merupakan daa sekunder di peroleh dari pusa daa saisik bursa efek Indonesia yang elah di publikasi, daa di

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tepat rencana pembangunan itu dibuat. Untuk dapat memahami keadaan

BAB I PENDAHULUAN. tepat rencana pembangunan itu dibuat. Untuk dapat memahami keadaan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Laar Belakang Dalam perencanaan pembangunan, daa kependudukan memegang peran yang pening. Makin lengkap dan akura daa kependudukan yang esedia makin mudah dan epa rencana pembangunan

Lebih terperinci

BAB III METODE DEKOMPOSISI CENSUS II. Data deret waktu adalah data yang dikumpulkan dari waktu ke waktu

BAB III METODE DEKOMPOSISI CENSUS II. Data deret waktu adalah data yang dikumpulkan dari waktu ke waktu BAB III METODE DEKOMPOSISI CENSUS II 3.1 Pendahuluan Daa dere waku adalah daa yang dikumpulkan dari waku ke waku unuk menggambarkan perkembangan suau kegiaan (perkembangan produksi, harga, hasil penjualan,

Lebih terperinci

HUMAN CAPITAL. Minggu 16

HUMAN CAPITAL. Minggu 16 HUMAN CAPITAL Minggu 16 Pendahuluan Invesasi berujuan unuk meningkakan pendapaan di masa yang akan daang. Keika sebuah perusahaan melakukan invesasi barang-barang modal, perusahaan ini akan mengeluarkan

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS. dari bahasa Yunani yang berarti Demos adalah rakyat atau penduduk,dan Grafein

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS. dari bahasa Yunani yang berarti Demos adalah rakyat atau penduduk,dan Grafein BAB 2 TINJAUAN TEORITIS 2.1 Pengerian Demografi Keadaan penduduk sanga era kaiannya dengan demografi. Kaa demografi berasal dari bahasa Yunani yang berari Demos adalah rakya aau penduduk,dan Grafein adalah

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. Peramalan (Forecasting) adalah suatu kegiatan yang mengestimasi apa yang akan

BAB II LANDASAN TEORI. Peramalan (Forecasting) adalah suatu kegiatan yang mengestimasi apa yang akan BAB II LADASA TEORI 2.1 Pengerian peramalan (Forecasing) Peramalan (Forecasing) adalah suau kegiaan yang mengesimasi apa yang akan erjadi pada masa yang akan daang dengan waku yang relaif lama (Assauri,

Lebih terperinci

METODOLOGI PENELITIAN

METODOLOGI PENELITIAN 28 IV. METODOLOGI PENELITIAN 4.1. Waktu dan Lokasi Penelitian Penelitian ini dilakukan dari Bulan Pebruari sampai April 2009, mengambil lokasi di 5 Kecamatan pada wilayah zona lahan kering dataran rendah

Lebih terperinci

ANALISIS DIRECT SELLING COST DALAM MENINGKATKAN VOLUME PENJUALAN Studi kasus pada CV Cita Nasional.

ANALISIS DIRECT SELLING COST DALAM MENINGKATKAN VOLUME PENJUALAN Studi kasus pada CV Cita Nasional. JURNAL ILMIAH RANGGAGADING Volume 7 No. 1, April 7 : 3-9 ANALISIS DIRECT SELLING COST DALAM MENINGKATKAN VOLUME PENJUALAN Sudi kasus pada CV Cia Nasional. Oleh Emmy Supariyani* dan M. Adi Nugroho *Dosen

Lebih terperinci

BAB III METODE PEMULUSAN EKSPONENSIAL TRIPEL DARI WINTER. Metode pemulusan eksponensial telah digunakan selama beberapa tahun

BAB III METODE PEMULUSAN EKSPONENSIAL TRIPEL DARI WINTER. Metode pemulusan eksponensial telah digunakan selama beberapa tahun 43 BAB METODE PEMUUAN EKPONENA TRPE DAR WNTER Meode pemulusan eksponensial elah digunakan selama beberapa ahun sebagai suau meode yang sanga berguna pada begiu banyak siuasi peramalan Pada ahun 957 C C

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI 35 BAB LANDASAN TEORI Meode Dekomposisi biasanya mencoba memisahkan iga komponen erpisah dari pola dasar yang cenderung mencirikan dere daa ekonomi dan bisnis. Komponen ersebu adalah fakor rend (kecendrungan),

Lebih terperinci

Bab 5 Penaksiran Fungsi Permintaan. Ekonomi Manajerial Manajemen

Bab 5 Penaksiran Fungsi Permintaan. Ekonomi Manajerial Manajemen Bab 5 Penaksiran Fungsi Perminaan 1 Ekonomi Manajerial Manajemen Peranyaan Umum Tenang Perminaan Seberapa besar penerimaan perusahaan akan berubah seelah adanya peningkaan harga? Berapa banyak produk yang

Lebih terperinci

SUPLEMEN 3 Resume Hasil Penelitian: Analisis Respon Suku Bunga dan Kredit Bank di Sumatera Selatan terhadap Kebijakan Moneter Bank Indonesia

SUPLEMEN 3 Resume Hasil Penelitian: Analisis Respon Suku Bunga dan Kredit Bank di Sumatera Selatan terhadap Kebijakan Moneter Bank Indonesia SUPLEMEN 3 Resume Hasil Peneliian: Analisis Respon Suku Bunga dan Kredi Bank di Sumaera Selaan erhadap Kebijakan Moneer Bank Indonesia Salah sau program kerja Bank Indonesia Palembang dalam ahun 2007 adalah

Lebih terperinci

III. KERANGKA PEMIKIRAN

III. KERANGKA PEMIKIRAN III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Teoriis 3.1.1. Analisis Penawaran Gula Model penawaran dan perminaan merupakan salah sau dari persamaan simulan. Penawaran dan perminaan secara bersama-sama

Lebih terperinci

IV. METODE PENELITIAN

IV. METODE PENELITIAN 45 IV. METODE PENELITIAN 4.1. Waktu dan Lokasi Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Kepulauan Tanakeke, Kabupaten Takalar, Provinsi Sulawesi Selatan. Pemilihan daerah tersebut dilakukan secara purposive

Lebih terperinci

BAB III RUNTUN WAKTU MUSIMAN MULTIPLIKATIF

BAB III RUNTUN WAKTU MUSIMAN MULTIPLIKATIF BAB III RUNTUN WAKTU MUSIMAN MULTIPLIKATIF Pada bab ini akan dibahas mengenai sifa-sifa dari model runun waku musiman muliplikaif dan pemakaian model ersebu menggunakan meode Box- Jenkins beberapa ahap

Lebih terperinci

MODUL III ANALISIS KELAYAKAN INVESTASI

MODUL III ANALISIS KELAYAKAN INVESTASI ANALISIS KELAYAKAN INVESTASI 3.. Tujuan Ö Prakikan dapa memahami perhiungan alokasi biaya. Ö Prakikan dapa memahami analisis kelayakan invesasi dalam pendirian usaha. Ö Prakikan dapa menyusun proyeksi/proforma

Lebih terperinci

MODEL OPTIMASI PENGGANTIAN MESIN PEMECAH KULIT BERAS MENGGUNAKAN PEMROGRAMAN DINAMIS (PABRIK BERAS DO A SEPUH)

MODEL OPTIMASI PENGGANTIAN MESIN PEMECAH KULIT BERAS MENGGUNAKAN PEMROGRAMAN DINAMIS (PABRIK BERAS DO A SEPUH) Journal Indusrial Servicess Vol. No. Okober 0 MODEL OPTIMASI PENGGANTIAN MESIN PEMECAH KULIT BERAS MENGGUNAKAN PEMROGRAMAN DINAMIS (PABRIK BERAS DO A SEPUH) Abdul Gopar ) Program Sudi Teknik Indusri Universias

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Dalam pelaksanaan pembangunan saat ini, ilmu statistik memegang peranan penting

BAB 1 PENDAHULUAN. Dalam pelaksanaan pembangunan saat ini, ilmu statistik memegang peranan penting BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Laar Belakang Dalam pelaksanaan pembangunan saa ini, ilmu saisik memegang peranan pening baik iu di dalam pekerjaan maupun pada kehidupan sehari-hari. Ilmu saisik sekarang elah melaju

Lebih terperinci

IV METODE PENELITIAN

IV METODE PENELITIAN IV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waku Peneliian Peneliian yang dilakukan mengenai analisis perencanaan pengadaan una berdasarkan ramalan ime series volume ekspor una loin beku di PT Tridaya Eramina

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI. Pengangguran atau tuna karya merupakan istilah untuk orang yang tidak mau bekerja

BAB 2 LANDASAN TEORI. Pengangguran atau tuna karya merupakan istilah untuk orang yang tidak mau bekerja BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Pengerian Pengangguran Pengangguran aau una karya merupakan isilah unuk orang yang idak mau bekerja sama sekali, sedang mencari kerja, bekerja kurang dari dua hari selama seminggu,

Lebih terperinci

PEMODELAN NILAI TUKAR RUPIAH TERHADAP $US MENGGUNAKAN DERET WAKTU HIDDEN MARKOV SATU WAKTU SEBELUMNYA 1. PENDAHULUAN

PEMODELAN NILAI TUKAR RUPIAH TERHADAP $US MENGGUNAKAN DERET WAKTU HIDDEN MARKOV SATU WAKTU SEBELUMNYA 1. PENDAHULUAN PEMODELAN NILAI UKAR RUPIAH ERHADAP $US MENGGUNAKAN DERE WAKU HIDDEN MARKOV SAU WAKU SEBELUMNYA BERLIAN SEIAWAY, DIMAS HARI SANOSO, N. K. KUHA ARDANA Deparemen Maemaika Fakulas Maemaika dan Ilmu Pengeahuan

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. yang akan datang. Peramalan menjadi sangat penting karena penyusunan suatu

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. yang akan datang. Peramalan menjadi sangat penting karena penyusunan suatu BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengerian Peramalan Peramalan adalah kegiaan memperkirakan apa yang erjadi pada waku yang akan daang sedangkan rencana merupakan penenuan apa yang akan dilakukan pada waku yang

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Propinsi Sumatera Utara merupakan salah satu propinsi yang mempunyai

BAB 1 PENDAHULUAN. Propinsi Sumatera Utara merupakan salah satu propinsi yang mempunyai BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Laar Belakang Propinsi Sumaera Uara merupakan salah sau propinsi yang mempunyai perkembangan yang pesa di bidang ransporasi, khususnya perkembangan kendaraan bermoor. Hal ini dapa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Suatu negara yang memutuskan untuk menempuh kebijakan hutang

BAB I PENDAHULUAN. Suatu negara yang memutuskan untuk menempuh kebijakan hutang BAB I PENDAHULUAN A. Laar Belakang Masalah Suau negara yang memuuskan unuk menempuh kebijakan huang luar negeri biasanya didasari oleh alasan-alasan yang dianggap rasional dan pening. Huang luar negeri

Lebih terperinci

BAB III. Pada bab ini akan dijelaskan mengenai tahapan perhitungan untuk menilai

BAB III. Pada bab ini akan dijelaskan mengenai tahapan perhitungan untuk menilai BAB III PENILAIAN HARGA WAJAR SAHAM PAA SEKTOR INUSTRI BATUBARA ENGAN MENGGUNAKAN TRINOMIAL IVIEN ISCOUNT MOEL 3.. Pendahuluan Pada bab ini akan dijelaskan mengenai ahapan perhiungan unuk menilai harga

Lebih terperinci

IV. METODE PENELITIAN. Kelurahan Kencana, Kecamatan Tanah Sareal, Kota Bogor. Pemilihan lokasi

IV. METODE PENELITIAN. Kelurahan Kencana, Kecamatan Tanah Sareal, Kota Bogor. Pemilihan lokasi IV. METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Studi kasus penelitian ini dilaksanakan di Kelurahan Sukaresmi dan Kelurahan Kencana, Kecamatan Tanah Sareal, Kota Bogor. Pemilihan lokasi dilakukan secara purpossive

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI. Metode Peramalan merupakan bagian dari ilmu Statistika. Salah satu metode

BAB 2 LANDASAN TEORI. Metode Peramalan merupakan bagian dari ilmu Statistika. Salah satu metode 20 BAB 2 LADASA TEORI 2.1. Pengerian Peramalan Meode Peramalan merupakan bagian dari ilmu Saisika. Salah sau meode peramalan adalah dere waku. Meode ini disebu sebagai meode peramalan dere waku karena

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN TEORITIS

BAB II TINJAUAN TEORITIS BAB II TIJAUA TEORITIS 2.1 Peramalan (Forecasing) 2.1.1 Pengerian Peramalan Peramalan dapa diarikan sebagai beriku: a. Perkiraan aau dugaan mengenai erjadinya suau kejadian aau perisiwa di waku yang akan

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LADASA TEORI 2.1 Pengerian Peramalan Peramalan (forecasing) adalah suau kegiaan yang memperkirakan apa yang akan erjadi pada masa yang akan daang. Meode peramalan merupakan cara unuk memperkirakan

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN VI HASIL DAN PEMBAHASAN 6.1 Analisis Daya Saing Analisis keunggulan komparatif dan keunggulan kompetitif digunakan untuk mempelajari kelayakan dan prospek serta kemampuan komoditi susu sapi lokal dalam

Lebih terperinci

IDENTIFIKASI POLA DATA TIME SERIES

IDENTIFIKASI POLA DATA TIME SERIES IDENTIFIKASI POLA DATA TIME SERIES Daa merupakan bagian pening dalam peramalan. Beriku adalah empa krieria yang dapa digunakan sebagai acuan agar daa dapa digunakan dalam peramalan.. Daa harus dapa dipercaya

Lebih terperinci

BAB 3 METODOLOGI PEMECAHAN MASALAH

BAB 3 METODOLOGI PEMECAHAN MASALAH BAB 3 METODOLOGI PEMECAHAN MASALAH 3.1 Tahapan Pemecahan Masalah Tahapan pemecahan masalah berfungsi unuk memudahkan dalam mencari jawaban dalam proses peneliian yang dilakukan agar sesuai dengan arah

Lebih terperinci

Kelayakan Finansial Budidaya Jamur Tiram di Desa Sugihan, Kecamatan Tengaran, Kabupaten Semarang

Kelayakan Finansial Budidaya Jamur Tiram di Desa Sugihan, Kecamatan Tengaran, Kabupaten Semarang Kelayakan Finansial Budidaya Jamur Tiram di Desa Sugihan, Kecamaan Tengaran, Kabupaen Semarang Nugraheni Renaningsih Fakulas Peranian Universias Veeran Bangun Nusanara Sukoharjo, Jl. Lejen S. Humardani

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Peneliian Jenis peneliian kuaniaif ini dengan pendekaan eksperimen, yaiu peneliian yang dilakukan dengan mengadakan manipulasi erhadap objek peneliian sera adanya konrol.

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN TEORI

BAB 2 TINJAUAN TEORI 7 BAB 2 TINJAUAN TEORI 2.1 Pengerian Peramalan Peramalan adalah kegiaan unuk memperkirakan apa yang akan erjadi di masa yang akan daang. Sedangkan ramalan adalah suau siuasi aau kondisi yang diperkirakan

Lebih terperinci

V. HASIL DAN PEMBAHASAN

V. HASIL DAN PEMBAHASAN V. HASIL DAN PEMBAHASAN Seperi yang elah dijelaskan pada Bab IV, model yang dirumuskan adalah model linear persamaan simulan, dengan meode pendugaan wo sage leas squares mehod (2SLS). Pada bagian ini akan

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI. Peramalan adalah kegiatan untuk memperkirakan apa yang akan terjadi di masa yang

BAB 2 LANDASAN TEORI. Peramalan adalah kegiatan untuk memperkirakan apa yang akan terjadi di masa yang BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Pengerian Peramalan Peramalan adalah kegiaan unuk memperkirakan apa yang akan erjadi di masa yang akan daang. Sedangkan ramalan adalah suau aau kondisi yang diperkirakan akan erjadi

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN 26 III. METODE PENELITIAN A. Konsep Dasar dan Definisi Operasional Konsep dasar dan batasan operasional merupakan pengertian dan petunjuk mengenai variabel yang akan diteliti untuk memperoleh dan menganalisis

Lebih terperinci

PEMODELAN PRODUKSI SEKTOR PERTANIAN

PEMODELAN PRODUKSI SEKTOR PERTANIAN Seminar Nasional Saisika IX Insiu Teknologi Sepuluh Nopember, 7 November 2009 PEMODELAN PRODUKSI SEKTOR PERTANIAN Brodjol Suijo Jurusan Saisika ITS Surabaya ABSTRAK Pada umumnya daa ekonomi bersifa ime

Lebih terperinci

1.1. Latar Belakang 1.2. Maksud, Tujuan, Manfaat dan Sasaran 1.3. Ruang Lingkup Kegiatan 1.4. Sistematika Penulisan

1.1. Latar Belakang 1.2. Maksud, Tujuan, Manfaat dan Sasaran 1.3. Ruang Lingkup Kegiatan 1.4. Sistematika Penulisan .. Laar Belakang.2. Maksud, Tujuan, Manfaa dan Sasaran.3. Ruang Lingkup Kegiaan.4. Sisemaika Penulisan Penyusunan Incremenal Capial Oupu Raio Kabupaen Sinang 2008-203 PENDAHULUAN.. Laar Belakang Pembangunan

Lebih terperinci

BAB IV METODE PENELITIAN

BAB IV METODE PENELITIAN BAB IV METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di Kabupaten Karangasem dengan lokasi sampel penelitian, di Desa Dukuh, Kecamatan Kubu. Penentuan lokasi penelitian dilakukan

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian

METODE PENELITIAN. 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian IV METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian dilaksanakan di Kecamatan Cikajang, Kabupaten Garut, Jawa Barat. Pemilihan lokasi dilakukan secara sengaja (purposive) dengan pertimbangan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang merupakan kemajuan kearah yang dicapai. Seperti yang terdapat pada

BAB I PENDAHULUAN. yang merupakan kemajuan kearah yang dicapai. Seperti yang terdapat pada BAB I PENDAHULUAN I.1 LATAR BELAKANG MASALAH Pembangunan pada umumnya adalah perubahan secara erus menerus yang merupakan kemajuan kearah yang dicapai. Seperi yang erdapa pada rumusan GBHN, yaiu mewujudkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dalam pembicaraan sehari-hari, bank dikenal sebagai lembaga keuangan yang

BAB I PENDAHULUAN. Dalam pembicaraan sehari-hari, bank dikenal sebagai lembaga keuangan yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Laar Belakang Dalam pembicaraan sehari-hari, bank dikenal sebagai lembaga keuangan yang kegiaan uamanya menerima simpanan giro, abungan dan deposio. Kemudian bank juga dikenal sebagai

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Defenisi Persediaan Persediaan adalah barang yang disimpan unuk pemakaian lebih lanju aau dijual. Persediaan dapa berupa bahan baku, barang seengah jadi aau barang jadi maupun

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Sumber Daya Alam (SDA) yang tersedia merupakan salah satu pelengkap alat

BAB 1 PENDAHULUAN. Sumber Daya Alam (SDA) yang tersedia merupakan salah satu pelengkap alat BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Laar Belakang Sumber Daya Alam (SDA) yang ersedia merupakan salah sau pelengkap ala kebuuhan manusia, misalnya anah, air, energi lisrik, energi panas. Energi Lisrik merupakan Sumber

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Laar Belakang Masalah persediaan merupakan masalah yang sanga pening dalam perusahaan. Persediaan mempunyai pengaruh besar erhadap kegiaan produksi. Masalah persediaan dapa diaasi

Lebih terperinci

III. KERANGKA PEMIKIRAN

III. KERANGKA PEMIKIRAN III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Teoreis Rehabiliasi huan dan lahan dimaksudkan unuk memulihkan fungsi kawasan huan negara dan lahan milik yang rusak sera idak produkif, dan menumbuhkan kegiaan perekonomian

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis dan Pendekaan Peneliian Jenis peneliian yang digunakan dalam peneliian ini adalah peneliian evaluasi dan pendekaannya menggunakan pendekaan kualiaif non inerakif (non

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN. Konsep dasar dan definisi operasional ini mencakup pengertian yang. jagung per musim tanam yang, diukur dalam satuan ton.

III. METODOLOGI PENELITIAN. Konsep dasar dan definisi operasional ini mencakup pengertian yang. jagung per musim tanam yang, diukur dalam satuan ton. III. METODOLOGI PENELITIAN A. Konsep Dasar dan Definisi Operasional Konsep dasar dan definisi operasional ini mencakup pengertian yang digunakan untuk mendapatkan data dan melakukan analisis terhadap tujuan

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. A. Metode Dasar Penelitian

METODE PENELITIAN. A. Metode Dasar Penelitian II. METODE PENELITIAN A. Metode Dasar Penelitian Metode dasar yang digunakan dalam penelitian ini merupakan metode deskriptif analitis. Menurut Nazir (2014) Metode deskriptif adalah suatu metode dalam

Lebih terperinci

BAB II LA DASA TEORI

BAB II LA DASA TEORI 9 BAB II LA DASA TEORI.7 Daa Mining Yang dimaksud dengan Daa Mining adalah proses menghasilkan informasi yang valid, komprehensif, dan dapa diolah kembali dari daabase yang massive, dan menggunakannya

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN III. METODE PENELITIAN 3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Kecamatan Pasir Penyu dan Kecamatan Rengat, Kabupaten Indragiri Hulu, Provinsi Riau. Kabupaten Indragiri Hulu terdiri

Lebih terperinci

BAB III ANALISIS INTERVENSI. Analisis intervensi dimaksudkan untuk penentuan jenis respons variabel

BAB III ANALISIS INTERVENSI. Analisis intervensi dimaksudkan untuk penentuan jenis respons variabel BAB III ANALISIS INTERVENSI 3.1. Pendahuluan Analisis inervensi dimaksudkan unuk penenuan jenis respons variabel ak bebas yang akan muncul akiba perubahan pada variabel bebas. Box dan Tiao (1975) elah

Lebih terperinci

Oleh : Debrina Puspita Andriani Teknik Industri Universitas Brawijaya /

Oleh : Debrina Puspita Andriani Teknik Industri Universitas Brawijaya   / 4 Oleh : Debrina Puspia Andriani Teknik Indusri Universias Brawijaya e-mail : debrina@ub.ac.id / debrina.ub@gmail.com www.debrina.lecure.ub.ac.id O. Dasar perhiungan depresiasi 2. Meode-meode depresiasi.

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Laar Belakang Air merupakan kebuuhan pokok bagi seiap makhluk hidup di dunia ini ermasuk manusia. Air juga merupakan komponen lingkungan hidup yang pening bagi kelangsungan hidup

Lebih terperinci

Gambar 2. Letak Geografis Kota Tangerang

Gambar 2. Letak Geografis Kota Tangerang METODOLOGI Lokasi dan Waku Peneliian Peneliian dilakukan di wilayah adminisrasi Koa Tangerang, Propinsi Banen. Proses peneliian dimulai dengan pengumpulan daa, analisis dan diakhiri dengan penyusunan laporan,

Lebih terperinci

PENGGUNAAN KONSEP FUNGSI CONVEX UNTUK MENENTUKAN SENSITIVITAS HARGA OBLIGASI

PENGGUNAAN KONSEP FUNGSI CONVEX UNTUK MENENTUKAN SENSITIVITAS HARGA OBLIGASI PENGGUNAAN ONSEP FUNGSI CONVEX UNU MENENUAN SENSIIVIAS HARGA OBLIGASI 1 Zelmi Widyanuara, 2 Ei urniai, Dra., M.Si., 3 Icih Sukarsih, S.Si., M.Si. Maemaika, Universias Islam Bandung, Jl. amansari No.1 Bandung

Lebih terperinci

PENGUJIAN HIPOTESIS. pernyataan atau dugaan mengenai satu atau lebih populasi.

PENGUJIAN HIPOTESIS. pernyataan atau dugaan mengenai satu atau lebih populasi. PENGUJIAN HIPOTESIS 1. PENDAHULUAN Hipoesis Saisik : pernyaaan aau dugaan mengenai sau aau lebih populasi. Pengujian hipoesis berhubungan dengan penerimaan aau penolakan suau hipoesis. Kebenaran (benar

Lebih terperinci

Proyeksi Penduduk Provinsi Riau Menggunakan Metode Campuran

Proyeksi Penduduk Provinsi Riau Menggunakan Metode Campuran Saisika, Vol. 10 No. 2, 129 138 Nopember 2010 Proyeksi Penduduk Provinsi Riau 2010-2015 Menggunakan Meode Campuran Ari Budi Uomo, Yaya Karyana, Tei Sofia Yani Program Sudi Saisika, Universias Islam Bandung

Lebih terperinci

PERHITUNGAN VALUE AT RISK (VaR) DENGAN SIMULASI MONTE CARLO (STUDI KASUS SAHAM PT. XL ACIATA.Tbk)

PERHITUNGAN VALUE AT RISK (VaR) DENGAN SIMULASI MONTE CARLO (STUDI KASUS SAHAM PT. XL ACIATA.Tbk) Jurnal UJMC, Volume 3, Nomor 1, Hal. 15-0 pissn : 460-3333 eissn : 579-907X ERHITUNGAN VAUE AT RISK (VaR) DENGAN SIMUASI MONTE CARO (STUDI KASUS SAHAM T. X ACIATA.Tbk) Sii Alfiaur Rohmaniah 1 1 Universias

Lebih terperinci

PERHITUNGAN PARAMETER DYNAMIC ABSORBER

PERHITUNGAN PARAMETER DYNAMIC ABSORBER PERHITUNGAN PARAMETER DYNAMIC ABSORBER BERBASIS RESPON AMPLITUDO SEBAGAI KONTROL VIBRASI ARAH HORIZONTAL PADA GEDUNG AKIBAT PENGARUH GERAKAN TANAH Oleh (Asrie Ivo, Ir. Yerri Susaio, M.T) Jurusan Teknik

Lebih terperinci