1.1. Latar Belakang 1.2. Maksud, Tujuan, Manfaat dan Sasaran 1.3. Ruang Lingkup Kegiatan 1.4. Sistematika Penulisan

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "1.1. Latar Belakang 1.2. Maksud, Tujuan, Manfaat dan Sasaran 1.3. Ruang Lingkup Kegiatan 1.4. Sistematika Penulisan"

Transkripsi

1 .. Laar Belakang.2. Maksud, Tujuan, Manfaa dan Sasaran.3. Ruang Lingkup Kegiaan.4. Sisemaika Penulisan

2 Penyusunan Incremenal Capial Oupu Raio Kabupaen Sinang PENDAHULUAN.. Laar Belakang Pembangunan wilayah merupakan bagian inegral dari pembangunan nasional yang berujuan unuk meningkakan araf hidup dan kesejaheraan masyaraka.pembangunan ersebu harus dilaksanakan secara serasi, selaras dan seimbang pada wilayah perkoaan maupun perdesaan.selain iu, keerpaduan anar sekor pembangunan harus diupayakan secara opimal oleh perencana daerah agar menghasilkan suau sinergi kekuaan yang efekif berfungsi mencapai kemandirian perekonomian. Berkaca kepada pengalaman kejadian krisis muli dimensi ahun 2007, Indonesia harus siap unuk menghadapi dan menganisipasi daangnya kembali krisis ekonomi dengan penguaan indusri dalam negeri.demikian halnya pula unuk Provinsi Kalimanan Bara yang berbaasan langsung secara dara dengan Negara bagian Sarawak di Malaysia.Langkah yang dapa dilakukan unuk menguakan indusri dalam negeri dianaranya adalah dengan melakukan pembaasan impor barang konsumsi dan penguaan indusri unggulan dalam negeri yang memiliki pasar ekspor aaupun unuk memenuhi perminaan dalam negeri luar provinsi. Sejalan dengan perkembangan pembangunan yang semakin pesa dan kompleks, perencanaan yang maang dan erarah sanga diperlukan.salah sau bidang yang memiliki ari pening dalam perencanaan baik pada ingka nasional maupun regional adalah bidang ekonomi. Penyusunan perencanaan pembangunan khususnya di bidang ekonomi salah sau ujuannya adalah unuk meningkakan perumbuhan ekonomi dengan eap memperhaikan aspek pemeraaan pendapaan masyaraka.invesasi merupakan salah sau komponen pening dalam rangka mencapai ujuan ersebu. Unuk dapa mengeahui besaran kebuuhan invesasi yang diperlukan dalam rangka mencapai arge perumbuhan ekonomi, diperlukan ala analisis. ICOR merupakan salah sau ala analisis unuk menggambarkan besaran ambahan BAPPEDA Kabupaen Sinang 2

3 Penyusunan Incremenal Capial Oupu Raio Kabupaen Sinang invesasi/ pembenukan modal eap bruo unuk mencapai perumbuhan ekonomi yang diargekan. Besaran ICOR yang dihiung berdasarkan daa hisoris juga menunjukkan ingka efisiensi penanaman modal yang dilakukan selama ini. Pembenukan modal eap bruo dapa dilakukan oleh pihak pemerinah, swasa (PMDN aau PMA) maupun oleh rumah angga (ekonomi kerakyaan). Mencermai peningnya ICOR sebagai salah sau ala analisis dalam perencanaan pembangunan, Bappeda melalui pihak ke-3 mengusulkan kegiaan penyusunan ICOR Kabupaen Sinang Tahun Maksud, Tujuan, Manfaa dan Sasaran a) Maksud Adapun maksud Penyusunan Incremenal Capial Oupu Raio Kabupaen Sinang adalah unuk menggambarkan kondisi perkembangan dan dampak invesasi erhadap perumbuhan ekonomi. b) Tujuan Adapun secara umum ujuan/manfaa penyusunan ICOR Kabupen Sinang dianaranya sebagai beriku : a) Bahan masukan dalam peneapan skala priorias kebijakan pembangunan sekoral mengacu pada kebuuhan invesasi sekor ersebu. b) Melalui ICOR sekoral juga dapa menunjukkan ingka efisiensi invesasi sekoral diinjau dari besaran ICOR masing-masing sekor ersebu. c) Membanu pemerinah daerah dalam penyusunan arah dan kebijakan pembangunan berbasis pada kebuuhan invesasi dan peningkaan pendapaan masyaraka. d) Sebagai bahan evaluasi erhadap perencanaan dan kebijakan sera hasilhasil pembangunan sekoral yang elah dicapai, khususnya diliha dari ingka efesiensi invesasi aau pembenukan modal. e) Bahan pendukung erhadap peneliian yang lebih spesifik, misalnya rencana deail pengembangan invesasi berdasarkan komodii uama, peneliian lebih erinci erhadap pengembangan sekor/komodii poensi BAPPEDA Kabupaen Sinang 3

4 Penyusunan Incremenal Capial Oupu Raio Kabupaen Sinang yang memberi daya dukung erhadap perumbuhan ekonomi dan peningkaan pendapaan masyaraka dan manfaa lainnya. c) Manfaa - Manfaa dari hasil Penyusunan ICOR dan analisis ekonomi makro adalah sebagai kerangka dasar dalam perencanaan dan analisis ekonomi makro eruama yang berkaian dengan nilai pembenukan modal eap bruo dan kaiannya erhadap Oupu aau Nilai Tambah. - Unuk pihak swasa dapa mengeahui seberapa kemampuan invesasi mempengaruhi perekonomian dan besaran profi yang akan mungkin diperoleh apabila melakukan invesasi pada sekor ini. - Bagi Pemerinah Kabupaen Sinang eruama BAPPEDA akan dapa memperoleh manfaa berupa perencanaan apa yang sebaiknya dilakukan guna mendukung percepaan peningkaan sekor indusri pengolahan, kebijakan perencanaan apa yang semesinya di bua dan akan diimplemenasikan ke depan guna mempercepa pembangunan ekonomi. - Peneliian ini dapa dijadikan bahan evaluasi sekoral yang akan membawa dampak makro bagi perekonomian Kabupaen Sinang dan Kalimanan Bara. - Peneliian ini juga diharapkan dapa menjadi bahan rujukan bagi pemerinah Kabupaen Sinang dalam pengambilan kebijakan d) Sasaran Sasaran kegiaan Penyusunan Incremenal Capial Oupu Raio (ICOR) Kabupaen Sinang ahun adalah ersusunnya angka ICOR dalam perekonomian Kabupaen Sinang.Demikian pula dampak sekor indusri erhadap oupu, pendapaan, dan enaga kerja di Kabupaen Sinang..3. Ruang Lingkup Kegiaan Ruang lingkup dari peneliian ini menggunakan analisis ICOR. BAPPEDA Kabupaen Sinang 4

5 Penyusunan Incremenal Capial Oupu Raio Kabupaen Sinang Sisemaika Penulisan Penulisan dalam publikasi ini dibagi dalam enam bab, yaiu : BAB I, menjelaskan enang laar belakang penulisan, ujuan penulisan, dasar hukum, ruang lingkup dan sisemaika penulisan publikasi ini; BAB II, menjelaskan enang pengerian ICOR beriku eori yang melandasinya, pengerian dan konsep enang kapial, invesasi, Pembenukan Modal Teap Bruo (PMTB), oupu dan nilai ambah; BAB III, menjelaskan enang meode-meode penghiungan ICOR dan penyesuaian-penyesuaian yang harus dilakukan sebelum penghiungan ICOR; BAB IV, memberikan gambaran wilayah peneliian melipui kondisi geografis, penduduk, enaga kerja dan kondisi perkeonomian Bab V, memua enang pembahasan ICOR menuru lag invesasinya dan ingkaan ICOR; dan BAB VI, memua enang kesimpulan hasil pembahasan ICOR dan saran. BAPPEDA Kabupaen Sinang 5

6 2.. Pengerian Incremenal Capial Oupu Raio 2.2. Pengerian Capial dan Invesasi 2.3. Pengerian Oupu 2.4. Pengerian Nilai Tambah 2.5. Kerangka Pemikiran Analiis

7 Penyusunan Incremenal Capial Oupu Raio Kabupaen Sinang PENGERTIAN ICOR 2.. Pengerian Incremenal Capial Oupu Raio Incremenal Capial Oupu Raio (ICOR) adalah suau besaran yang menunjukkan besarnya ambahan kapial (invesasi) baru yang dibuuhkan unuk menaikkan/menambah sau uni oupu.besaran ICOR diperoleh dengan membandingkan besarnya ambahan kapial dengan ambahan oupu. Karena uni kapial benuknya berbeda-beda dan beraneka ragam semenara uni oupu relaif idak berbeda, maka unuk memudahkan penghiungan keduanya dinilai dalam benuk uang (nominal). Pengkajian mengenai ICOR menjadi sanga menarik karena ICOR dapa merefleksikan besarnya produkivias kapial yang pada akhirnya menyangku besarnya perumbuhan ekonomi yang bisa dicapai.secara eoriis hubungan ICOR dengan perumbuhan ekonomi dikembangkan perama kali oleh R. F. Harrod dan Evsey Domar (939 dan 947).Namun karena kedua eori ersebu banyak kesamaannya, maka kemudian eori ersebu lebih dikenal sebagai eori Harrod-Domar.Pada ininya eori ini menunjukkan adanya hubungan anara peningkaan sok kapasias produksi dan kemampuan masyaraka unuk menghasilkan oupu. Semakin inggi peningkaan kapasias produksi, semakin inggi pula oupu yang dapa dihasilkan. Pada dasarnya eori enang ICOR dilandasi oleh dua macam konsep Rasio Modal-Oupu yaiu: (i) Rasio Modal-Oupu aau Capial Oupu Raio (COR) aau yang sering disebu sebagai Average Capial Oupu Raio (ACOR), yaiu perbandingan anara kapial yang digunakan dengan oupu yang dihasilkan pada suau periode erenu. COR aau ACOR ini bersifa sais karena hanya menunjukkan besaran yang menggambarkan perbandingan modal dan oupu. BAPPEDA Kabupaen Sinang 7

8 Penyusunan Incremenal Capial Oupu Raio Kabupaen Sinang (ii) Rasio Modal-Oupu Marginal aau Incremenal Capial Oupu Raio (ICOR) yaiu suau besaran yang menunjukkan besarnya ambahan kapial (invesasi) baru yang dibuuhkan unuk menaikkan/menambah sau uni oupu baik secara fisik maupun secara nilai (uang). Konsep ICOR ini lebih bersifa dinamis karena menunjukkan perubahan kenaikan/penambahan oupu sebagai akiba langsung dari penambahan kapial. Dari pengerian pada buir (ii), maka ICOR bisa diformulasikan sebagai beriku: ICOR = K / Y... () di mana: K = perubahan kapial Y = perubahan oupu Dari rumus () didapakan pengerian bahwa ICOR merupakan saisik yang menunjukkan kebuuhan perubahan sok kapial unuk menaikkan sau uni oupu. Dalam perkembangannya, daa yang digunakan unuk menghiung ICOR bukan lagi hanya penambahan barang modal baru aau perubahan sok kapial melainkan invesasi (I) yang dianam baik oleh swasa maupun pemerinah, sehingga rumusan ICOR dimodifikasi menjadi: ICOR = I / Y... (2) di mana: I = invesasi Y = perubahan oupu BAPPEDA Kabupaen Sinang 8

9 Penyusunan Incremenal Capial Oupu Raio Kabupaen Sinang Rumus (2) dapa diarikan sebagai banyaknya kebuuhan invesasi yang diperlukan unuk mendapakan sau uni oupu. Sebagai conoh, misalnya besarnya invesasi pada suau ahun di Kabupaen Sinang adalah sebesar Rp. 00 milliar, sedangkan ambahan oupu yang diperoleh dari hasil penanaman invesasi iu adalah sebesar Rp. 20 milliar, maka nilai ICOR Kabupaen Sinang adalah sebesar 5 (Rp. 00 milliar / Rp. 20 milliar). Angka ini menunjukkan bahwa unuk menaikkan sau uni oupu diperlukan invesasi sebesar 5 uni. Pada kenyaaannya penambahan oupu bukan hanya disebabkan oleh invesasi, eapi juga oleh fakor-fakor lain di luar invesasi seperi pemakaian enaga kerja, penerapan eknologi dan kemampuan kewiraswasaan. Dengan demikian unuk meliha peranan invesasi erhadap oupu berdasarkan konsep ICOR, maka peranan fakor-fakor selain invesasi diasumsikan konsan (ceeris paribus) Pengerian Kapial dan Invesasi Secara umum kapial aau yang sering disebu sebagai Gross Capial Sock merupakan akumulasi/penumpukan pembenukan modal bruo dari ahun ke ahun yang digunakan unuk menghasilkan produk baru. Kapial secara fisik adalah seluruh barang modal yang digunakan dalam proses produksi seperi mesin, bangunan, kendaraan dan lainnya. Dalam sisem pembukuan neraca perusahaan, yang dimaksud dengan kapial adalah hara eap (fixed asses) suau badan usaha. Semenara iu menuru konsep ekonomi nasional yang mengacu pada A Sysem of Naional Accoun (UN, 968) invesasi adalah selisih anara sok kapial pada ahun () dikurangi dengan sok kapial pada ahun (-).Sehingga seiap erjadi penambahan aau penimbunan kapial (modal) selalu dianggap sebagai invesasi. Oleh karena iu besarnya invesasi secara fisik yang direalisasikan pada suau ahun erenu yang dicerminkan oleh besarnya Pembenukan Modal Teap Bruo (PMTB) yang mencakup pengadaan, pembuaan dan pembelian barang modal baru dari dalam negeri dan pembuaan dan pembelian barang modal baru maupun bekas dari luar negeri. Termasuk BAPPEDA Kabupaen Sinang 9

10 Penyusunan Incremenal Capial Oupu Raio Kabupaen Sinang dalam PMTB ini adalah perbaikan besar barang modal yang mengakibakan menambah umur pemakaian aau meningkakan kemampuan barang modal ersebu, dikurangi dengan penjualan barang modal bekas. Konsep barang modal sendiri adalah seluruh peralaan dan prasarana fisik yang digunakan di dalam proses produksi. Ciri-ciri barang modal anara lain: Umur kegunaannya lebih dari sau ahun aau mempunyai unsur ekonomis lebih dari sau ahun; Nilai belinya relaif besar; Manfaanya akan dirasakan dalam jangka panjang aau dapa digunakan berulang kali di dalam proses produksi. Dalam penghiungan ICOR, konsep invesasi yang digunakan mengacu pada konsep ekonomi nasional.pengerian invesasi yang dimaksud di sini adalah pembenukan barang modal eap (Fixed Capial Formaion) yang erdiri dari anah, gedung/konsruksi, mesin dan perlengkapannya, kendaraan dan barang modal lainnya. Semenara iu nilai yang diperhiungkan mencakup: Pembelian barang baru/bekas; Pembuaan/perbaikan besar yang dilakukan pihak lain; Pembuaan/perbaikan besar yang dilakukan sendiri; Penjualan barang modal bekas. Toal nilai invesasi diperoleh dari penjumlahan seluruh pembelian barang modal baru/bekas, pembuaan/perbaikan besar yang dilakukan oleh pihak lain dan sendiri dikurangi oleh penjualan barang modal bekas Pengerian Oupu Oupu adalah hasil yang diperoleh dari pendayagunaan seluruh fakor produksi baik berbenuk barang aau jasa seperi anah, enaga kerja, modal dan kewiraswasaan. Dari segi ekonomi nasional, oupu merupakan nilai dari seluruh BAPPEDA Kabupaen Sinang 0

11 Penyusunan Incremenal Capial Oupu Raio Kabupaen Sinang barang dan jasa yang dihasilkan oleh fakor-fakor domesik dalam negeri dalam suau periode erenu. Dari segi perusahaan, oupu mencakup nilai barang (komodii) jadi yang dihasilkan selama suau periode erenu diambah nilai perubahan sok barang (komodii) yang masih dalam proses. Oupu yang dimaksud adalah: Barang-barang yang dihasilkan; Tenaga lisrik yang dijual; Selisih nilai sok seengah jadi. Oupu ini dihiung aas dasar harga produsen, yaiu harga yang dierima oleh produsen pada ingka ransaksi perama. Karena masih mengandung nilai penyusuan barang modal, oupu ini masih bersifa bruo. Unuk mendapakan oupu neo aas dasar harga pasar, oupu bruo aas dasar harga pasar harus dikurangi dengan penyusuan barang modal. Dalam pengerian ICOR, yang dimaksud dengan oupu adalah ambahan produk dari hasil kegiaan ekonomi pada suau periode erenu aau nilai-nilai yang merupakan hasil pendayagunaan fakor produksi. Oupu ini merupakan seluruh nilai ambah aas dasar biaya fakor produksi yang dihasilkan dari seluruh kegiaan usaha Pengerian Nilai Tambah Nilai ambah adalah suau ambahan nilai inpu anara yang digunakan dalam proses menghasilkan barang/jasa. Penambahan nilai inpu anara ini erjadi karena inpu anara ersebu elah mengalami proses produksi yang mengubahnya menjadi barang yang nilainya lebih inggi. Inpu anara sendiri mencakup nilai seluruh komodii yang habis aau dianggap habis dalam suau proses produksi, seperi: bahan baku, bahan bakar, pemakaian lisrik dan sebagainya. Barang yang digunakan sebagai ala dalam suau proses produksi dan umurnya kurang dari sau ahun dan habis dipakai dimasukkan sebagai inpu anara bukan barang modal. BAPPEDA Kabupaen Sinang

12 Penyusunan Incremenal Capial Oupu Raio Kabupaen Sinang Nilai ambah dapa berupa nilai ambah bruo maupun nilai ambah neo. Nilai ambah bruo dari suau uni produksi dihiung dari oupu bruo aas dasar harga produsen dikurangi inpu anara aas dasar harga pasar. Sedangkan nilai ambah neo aas dasar harga pasar dihiung dari nilai ambah bruo aas dasar harga pasar dikurangi pajak ak langsung dan penyusuan. Karena keerbaasan daa penyusuan dan pajak ak langsung, maka konsep nilai ambah yang digunakan dalam penghiungan ICOR dalam publikasi ini adalah nilai ambah bruo aas dasar harga pasar Kerangka Pemikiran Analiis Pembangunan di Sinang menunjukkan bahwa selama beberapa dasawarsa, sekor peranian masih menjadi umpuan harapan sebagai penggerak ekonomi, eruama kemampuannya dalam menyerap enaga kerja.poensi agraris yang demikian besar menjanjikan hasil yang sanga menggiurkan jika diolah dan diangani dengan benar, kondisi sosial-eknologi yang masih dalam araf seperi sekarang ini memberikan hasil yang kurang maksimal dari sekor peranian.penebangan huan liar, pencurian hasil lau oleh nelayan asing dan berbagai masalah lainnya iku sera di dalam menurunkan hasil dari sekor peranian. Seelah sekian ahap pembangunan dilaksanakan, perkembangan menunjukkan bahwa sekor peranian eap dijadikan dasar umpuan sumber pendapaan karena ernyaa konribusi sekor ini dalam perekonomian Kabupaen Sinang masih relaif besar, walaupun secara rend konribusi menunjukkan kecenderungan yang menurun. Pemerinah Kabupaen Sinang dalam visi misi pembangunannya dengan cara memberdayakan poensi usaha ekonomi kerakyaan yang mengarah pada kemampuan produksi dan pemasaran dan melaksanakan pembangunan daerah yang serasi dan seimbang dengan memacu perumbuhan ekonomi dan didukung dengan percepaan pembangunan infrasrukur. Pemerinah Kabupaen Sinang membua program aksi yang dinamakan Gerbang Emas (Gerakan Pembangunan Ekonomi Masyaraka) yang merupakan suau upaya yang dilakukan pemerinah bersama-sama masyaraka BAPPEDA Kabupaen Sinang 2

13 Penyusunan Incremenal Capial Oupu Raio Kabupaen Sinang unuk mendukung peningkaan kapasias, dalam bidang ekonomi, sosial, dan lingkungan fisik, dan kemampua memanfaakan poensi yang dimiliki secara opimal. Unuk mencapai Sinang sejahera, Gerbang Emas diuangkan dalam program Jakara Selaan, yakni Jalan-Kare-Tanaman, Pangan-Sekolah- Kesehaan (hp:// globalreview.com/keuangan/invesasi-daerah/2- invesasi-daerah/39-kabupaen-sinang.hml) Seiring dengan kebuuhan berbagai kebijakan dari Pemerinah Kabupaen Sinang, pemda Sinang melakukan pembenahan infrasrukur eruama jalan, hal ini dikarenakan jalan merupakan simbol infrasrukur yang harus dibangun dan diperbaikisera dibenahi secara kualias dan kuanias, sehingga dapa memperlancar arus kepeningan barang dan jasa. Komodias kare sebagai simbol perkebunan dan kehuanan.pembenahan sekor perkebunan adalah pada sekor perkebunan rakya melalui penerapan eknologi dan bibi unggul perkebunan yang berorienasi pasar dengan memperimbangkan aspek agroekosisem dan budaya lokal dengan mendorong pengembangan agribisnis kare rakya, sawi rakya dan buah-buahan lokal ermasuk di dalamnya adalah dikembangkannya sekor pangan.sedangkan unuk pengembangan sekor pangan dikarenakan merupakan kebuuhan sanga mendasar bagi manusia, yang wajib disediakan.pangan merupakan pemenuhan hak asasi seiap individu, yang wajib hukumnya unuk kia sediakan.pangan juga sanga menenukan kualias sumber daya manusia, arinya pemenuhan pangan sanga menenukan kualias suau bangsa. Pemerinah kabupaen aau koa dan desa, melaksanakan kebijakan dan beranggung jawab erhadap penyelenggaraan keahanan pangan di wilayah kerjanya masing-masing. Peani wajib menguasai eknologi epa guna dan menguasai manajemen dan pemasaran. Peani wajib menguasai eknologi epa guna, karena sebagai mana kia keahui bahwa keberhasilan peani hanya akan mampu diperahankan dan diingkakan. Tanaman pangan adalah simbol peranian secara umum, seperi anaman padi, palawija, perikanandan peernakan.cara yang ingin dicapai dengan meningkakan produksi peranian anaman pangan, meningkakan produksi perikanan, meningkanya produksi kehewanan dan peernakan rakya skala ekonomi berbasis sumber daya lokal.kemudian meningkakan daya saing dan nilai ambah produk peranian dan perikanan melalui program pengembangan agribisnis.. BAPPEDA Kabupaen Sinang 3

14 Penyusunan Incremenal Capial Oupu Raio Kabupaen Sinang PDRB Sekor Perekonomian Invesasi Analisis ICOR ICOR Lag ahun ICOR Lag 2 Tahun ICOR Lag 4 ahun Unuk mempercepa perumbuhan ekonomi di Kabupaen Sinang, salah sau sraegi pembangunan yang dilakukan adalah sraegi perluasan invesasi (Invesmen Developmen Sraegy) yang erfokus pada upaya pembangunan invesasi daerah pada sekor erenu yang poensial guna memacu perkembangan dan kemajuan.sraegi ini di diarahkan unuk memacu perekonomian daerah melalui perluasan kegiaan invesasi di sekor perkebunan dan perambangan. Sehubungan dengan penjelasan diaas, bagaimanakah perekonomian di Kabupaen Sinang yang ergambarkan dalam Produk Domesik regional Bruo (PDRB) menuru sekor-sekor perekonomian dapa dikembangkan sera diingkakan dengan moor invesasi Pembenukan Modal Teap Bruo (PMTB) dan berapakah besaran invesasi PMTB yang sebaiknya dianamkan diseiap sekor perekonomian sehingga akan mempercepa laju perumbuhan ekonomi di Kabupaen Sinang. BAPPEDA Kabupaen Sinang 4

15 3.. Sumber Daa dan Keerbaasannya 3.2. Rumus dan Asumsi yang Digunakan 3.3. Tahap-Tahap Penyusunan ICOR

16 Penyusunan Incremenal Capial Oupu Raio Kabupaen Sinang METODOLOGI PENELITIAN Pada bab II elah dijelaskan beberapa konsep yang digunakan dalam penyusunan ICOR. Penjelasan ersebu masih sanga eoriis dengan anggapan bahwa daa yang ersedia sesuai dengan kebuuhan unuk penghiungan.namun pada kenyaaannya idak semua asumsi erpenuhi sehingga perlu dilakukan adjusmen aau penyesuaian erhadap daa yang digunakan. Pada bab III ini dijelaskan enang daa dan keerbaasannya, rumus-rumus yang digunakan dan meode penghiungannya. 3.. Sumber Daa dan Keerbaasannya Daa yang digunakan unuk penyusunan ICOR bersumber dari : Kanor Badan Penanaman Modal Kabupaen Sinang, berupa daa realisasi invesasi di Kabupaen Sinang aaupun dari Buku Tahunan Realisasi Invesasi dari Badan Penanaman Modal dan Pelayanan Terpadu Sau Pinu (BPMPTSP) ; Pemerinah Daerah Kabupaen Sinang, berupa daa realisasi Anggaran Pendapaan dan Belanja Daerah (APBD); Bank pemerinah maupun swasa di Kabupaen Sinang, berupa daa posisi kredi yang disalurkan yang digunakan unuk invesasi; BPS Kabupaen Sinang, berupa hasil penghiungan PDRB Sekoral dan survei-survei khusus lainnya. Daa invesasi dari Kanor Penanaman Modal merupakan daa realisasi invesasi yang diseujui, yang jumlah dan polanya berbeda dengan realisasi yang ada di lapangan. Hal ini dimungkinkan karena invesasi yang dilakukan oleh swasa/masyaraka idak seluruhnya ercaa pada kanor ersebu. Namun, BAPPEDA Kabupaen Sinang 6

17 Penyusunan Incremenal Capial Oupu Raio Kabupaen Sinang sanga suli unuk mendapakan daa invesasi secara lengkap unuk semua sekor sesuai dengan rincian yang ada di PDRB sekoral. Kesulian ini karena idak ersedianya daa invesasi secara lengkap apabila kia mengumpulkan melalui insansi erkai. Walaupun demikian, unuk mengaasi hal ersebu, dapa digunakan daa perkiraan invesasi secara oal (idak dirinci menuru sekor/sub sekor ekonomi) yang diperoleh melalui hasil penghiungan PDRB menuru penggunaan yang dilakukan oleh BPS Kabupaen Sinang. Selanjunya, unuk menghiung besarnya invesasi yang dirinci menuru sekor/sub sekor ekonomi diperlukan berbagai daa pendukung lainnya. Daa pendukung yang dimaksud anara lain adalah nilai penyusuan yang dirinci menuru sekor/sub sekor ekonomi yang diperoleh dari pengolahan hasil survei-survei khusus yang dilakukan oleh BPS Kabupaen Sinang. Demikian juga dilakukan pengolahan daa dari laporan kegiaan/proyek pembangunan pemerinah unuk mengeahui besarnya invesasi yang dilakukan oleh pemerinah Rumus dan Asumsi yang Digunakan Secara maemais rumus yang digunakan unuk menghiung nilai ICOR adalah: K ICOR =... () Y di mana: K Y = penambahan barang modal baru/kapasias erpasang = perubahan/penambahan oupu BAPPEDA Kabupaen Sinang 7

18 Penyusunan Incremenal Capial Oupu Raio Kabupaen Sinang Dalam prakek, daa yang diperoleh bukan merupakan penambahan barang modal baru aau kapasias erpasang melainkan besarnya invesasi yang dianamkan. Sehingga dengan mengasumsikan K = I (Invesasi) maka rumus () dapa dimodifikasi menjadi: ICOR =... (2) Y I di mana: I = invesasi Y = perubahan oupu Rumus ke (2) di aas disebu Gross ICOR yaiu suau rasio yang menunjukkan besarnya ambahan uni kapial yang diperlukan unuk memperoleh ambahan sau uni oupu pada suau periode erenu. Karena keersediaan daa yang diperlukan unuk rumus ini lebih lengkap, maka rumus ini lebih sering dipakai dalam penghiungan ICOR Rumus Sandar Pada kenyaaannnya, invesasi yang dianamkan kadang-kadang memerlukan waku yang cukup lama unuk dapa menghasilkan oupu yang diinginkan. Lama waku yang dibuuhkan unuk memperoleh oupu dari invesasi yang dianamkan disebu lag. Dengan memperimbangkan periode waku ini dan karena daa yang digunakan adalah ime series daa, maka unuk BAPPEDA Kabupaen Sinang 8

19 Penyusunan Incremenal Capial Oupu Raio Kabupaen Sinang memperoleh suau nilai ICOR yang mewakili dilakukan penghiungan simple average (raa-raa sederhana). Rumus penghiungan ICOR dapa diperluas menjadi 5 persamaan sandar yang dibua berdasarkan prinsip raa-raa sederhana. Kelima belas rumus sandar ersebu adalah sebagai beriku: a. Rumus dalam persamaan sampai 5 mengasumsikan bahwa penambahan oupu pada ahun erenu erjadi karena adanya invesasi yang dianamkan selama sau ahun. Persamaan ICOR 0 = = = 2 I di mana: n = 2 ( ) n Y Y - Ari dari rumus ini adalah invesasi yang dianamkan pada ahun ke (I ) akan menghasilkan oupu pada ahun ke juga. Dengan demikian idak diperlukan waku (lag ime) sampai invesasi dapa memberikan ambahan oupu. Persamaan 2 ICOR = = = 2 I di mana: n = 2 ( ) n Y + Y Rumus ini berari bahwa invesasi yang dianamkan pada ahun ke (I ) baru akan menghasilkan ambahan oupu pada ahun ke +. Dengan demikian erdapa lag sau ahun sampai invesasi yang dianamkan menghasilkan ambahan oupu. BAPPEDA Kabupaen Sinang 9

20 Penyusunan Incremenal Capial Oupu Raio Kabupaen Sinang Persamaan 3 2 ICOR = = = di mana: n = 2 ( ) 2 n I Y +2 Y + Ari dari rumus ini adalah invesasi yang dianamkan pada ahun ke (I ) akan menghasilkan ambahan oupu pada ahun ke +2. Hal ini berari bahwa invesasi yang dianamkan pada ahun ke baru akan menghasilkan ambahan oupu seelah 2 ahun kemudian (+2). Persamaan 4 ICOR 3 = = = 2 I di mana: n = 2 ( ) n Y +3 Y +2 Ari dari rumus ini adalah invesasi yang dianamkan pada ahun ke (I ) akan menghasilkan oupu pada ahun ke +3. Dengan demikian diperlukan waku 3 ahun sampai invesasi yang dianamkan bisa menghasilkan ambahan oupu. Persamaan 5 ICOR 4 = = = 2 I di mana: n = 2 ( ) n Y +4 Y +3 BAPPEDA Kabupaen Sinang 20

21 Penyusunan Incremenal Capial Oupu Raio Kabupaen Sinang Ari dari rumus ini adalah invesasi yang dianamkan pada ahun ke (I ) akan menghasilkan oupu pada ahun ke +4. Hal ini berari bahwa invesasi ahun ke baru akan menghasilkan ambahan oupu pada ahun +4. b. Rumus lain yang digunakan dalam penghiungan ICOR adalah dengan memodifikasi invesasi (I ) menjadi bagian-bagian invesasi ahun ke - dan ahun ke. Modifikasi ini dapa diliha dalam persamaan 6 sampai 0. Dalam hal ini diasumsikan bahwa ambahan oupu pada ahun erenu merupakan hasil penanaman invesasi ahun ke dan ahun ke - dengan proporsi 0, unuk ahun ke - dan 0,9 unuk ahun ke. Hal ini erjadi bila invesasi yang dianamkan pada ahun ke - belum dimanfaakan secara opimal, maka invesasi iu bisa dimanfaakan unuk ahun berikunya aau bahwa invesasi pada ahun ke - belum full capaciy sehingga masih bisa dimanfaakan unuk ahun berikunya. Persamaan 6 ICOR 2 0 = = = 2 0,I - + 0,9I di mana: n = 2 ( ) n Y Y - Rumus ini berari bahwa selain invesasi yang dianamkan pada ahun ke, invesasi yang dianamkan pada ahun - (I - ) masih mempunyai konribusi pada ambahan oupu ahun. Hal ini erjadi karena invesasi ahun - (I - ) pada ahun - idak full capaciy, sehingga keika pada ahun mencapai full capaciy I - ersebu masih bisa menambah oupu ahun. BAPPEDA Kabupaen Sinang 2

22 Penyusunan Incremenal Capial Oupu Raio Kabupaen Sinang Persamaan 7 ICOR 2 = = = di mana: n = 2 ( ) 2 n 0,I - + 0,9I Y + Y Rumus ini berari bahwa ambahan oupu pada ahun erenu dienukan oleh invesasi yang dianamkan dua ahun sebelumnya secara beruru-uru. Hal ini erjadi karena invesasi yang dianamkan pada ahun - dan belum mencapai kapasias penuh sehingga masih memberikan konribusi pada oupu ahun +. Persamaan 8 ICOR 2 2 = = = 2 0,I - + 0,9I n Y +2 Y + di mana: n = 2 ( ) Rumus ini berari bahwa invesasi yang dianamkan pada ahun ke dan ahun - (I - ) masih mempunyai konribusi pada ambahan oupu ahun +2. Hal ini erjadi karena invesasi ahun - (I - ) pada ahun - idak full capaciy, sehingga keika pada ahun mencapai full capaciy I - ersebu masih bisa menambah oupu ahun. Persamaan 9 ICOR 2 3 = = = 2 0,I - + 0,9I di mana: n = 2 ( ) n Y +3 Y +2 BAPPEDA Kabupaen Sinang 22

23 Penyusunan Incremenal Capial Oupu Raio Kabupaen Sinang Rumus ini berari bahwa invesasi yang dianamkan pada ahun ke dan ahun - (I - ) masih mempunyai konribusi pada ambahan oupu ahun +3. Hal ini erjadi karena invesasi ahun - (I - ) pada ahun - idak full capaciy, sehingga keika pada ahun mencapai full capaciy I - ersebu masih bisa menambah oupu ahun. Persamaan 0 ICOR 2 4 = = = 2 0,I - + 0,9I di mana: n = 2 ( ) n Y +4 Y +3 Rumus ini berari bahwa invesasi yang dianamkan pada ahun ke dan ahun - (I - ) masih mempunyai konribusi pada ambahan oupu ahun +4. Hal ini erjadi karena invesasi ahun - (I - ) pada ahun - idak full capaciy, sehingga keika pada ahun mencapai full capaciy I - ersebu masih bisa menambah oupu ahun. c. Modifikasi rumus ICOR berikunya adalah dengan memodifikasi invesasi menjadi bagian-bagian invesasi ahun ke -2, - dan. Rumus-rumus ini dapa diliha dalam persamaan sampai 5. Dalam rumus ini diasumsikan bahwa penambahan oupu ahun erenu merupakan hasil dari penanaman invesasi iga ahun beruru-uru (ahun ke -2, ahun - dan ahun ). Besarnya proporsi invesasi ahun -2, - dan beruru-uru diasumsikan sebesar 0,; 0,2 dan 0,7. Persamaan ICOR 3 0 = = = 2 0,I ,2I - + 0,7I di mana: n = 2 ( ) n Y Y - BAPPEDA Kabupaen Sinang 23

24 Penyusunan Incremenal Capial Oupu Raio Kabupaen Sinang Rumus ini berari bahwa idak ada lag sampai suau invesasi bisa menghasilkan karena sebagian invesasi yang dianamkan pada ahun akan menghasilkan ambahan oupu pada ahun juga. Selain iu ambahan oupu pada ahun ke juga dipengaruhi oleh invesasi yang dianamkan pada ahun ke - (I - ) dan ke -2 (I -2 ). Persamaan 2 ICOR 3 = = = 2 0,I ,2I - + 0,7I n Y + Y di mana: n = 2 ( ) Rumus ini berari bahwa sebagian invesasi yang dianamkan pada ahun ke baru bisa menghasilkan ambahan oupu pada ahun +. Selain iu ambahan oupu pada ahun + juga merupakan hasil dari invesasi yang dianamkan pada ahun - dan -2. Persamaan 3 ICOR 3 2 = = = 2 n 0,I ,2I - + 0,7I Y +2 Y + di mana: n = 2 ( ) Rumus ini berari bahwa selain invesasi yang dianamkan pada ahun (I ), invesasi yang dianamkan pada ahun - (I - ) dan -2 (I -2 ) masih mempunyai konribusi pada ambahan oupu ahun +2. Dengan demikian diperlukan waku sedikinya dua ahun sampai suau invesasi bisa menambah BAPPEDA Kabupaen Sinang 24

25 Penyusunan Incremenal Capial Oupu Raio Kabupaen Sinang oupu. Karena idak semua invesasi yang dianamkan bisa dimanfaakan secara penuh pada ahun iu juga. Persamaan 4 ICOR 3 3 = = = 2 0,I ,2I - + 0,7I n Y +3 Y +2 di mana: n = 2 ( ) Rumus ini berari bahwa selain invesasi yang dianamkan pada ahun, invesasi yang dianamkan pada ahun + (I - ) dan -2 (I -2 ) masih mempunyai konribusi pada ambahan oupu ahun +3. Persamaan 5 ICOR 3 4 = = = 2 0,I ,2I - + 0,7I n Y +4 Y +3 di mana: n = 2 ( ) Rumus ini berari bahwa selain invesasi yang dianamkan pada ahun, invesasi yang dianamkan pada ahun + (I - ) dan -2 (I -2 ) masih mempunyai konribusi pada ambahan oupu ahun Rumus Akumulasi Invesasi Penghiungan dengan kelima belas rumus di aas menerapkan prinsip raa-raa sederhana sehingga dimungkinkan erjadinya bias yang disebabkan karena flukuasi yang cukup eksrim pada ahun erenu. Unuk iu sebagai pembanding dilakukan juga penghiungan ICOR menggunakan meode akumulasi invesasi yang menerapkan prinsip raa-raa erimbang, dengan BAPPEDA Kabupaen Sinang 25

26 Penyusunan Incremenal Capial Oupu Raio Kabupaen Sinang digunakannya raa-raa erimbang, maka koefisien ICOR eksrim yang erjadi pada ahun-ahun erenu bisa dihindari. Pendekaan penghiungan ICOR dengan meode akumulasi berdasarkan suau anggapan bahwa imbulnya peningkaan oupu selama periode waku sampai dengan n disebabkan oleh karena adanya akumulasi invesasi selama periode waku sampai dengan n ersebu. Perumusan ICOR dengan meode ini adalah rasio anara akumulasi invesasi erhadap akumulasi peningkaan oupu selama periode waku sampai dengan n yang secara maemais diuliskan sebagai beriku: ICOR I n = n I Y n Y di mana : I Y = invesasi = nilai ambah = ahun Asumsi Dasar Dalam penghiungan ICOR dengan meode sandar maupun akumulasi invesasi erdapa asumsi bahwa perubahan oupu semaa-maa hanya disebabkan oleh perubahan kapial/adanya invesasi. Fakor-fakor lain di luar invesasi seperi pemakaian enaga kerja, penerapan eknologi dan kemampuan kewiraswasaan diasumsikan konsan. BAPPEDA Kabupaen Sinang 26

27 Penyusunan Incremenal Capial Oupu Raio Kabupaen Sinang Tahap-ahap Penyusunan ICOR Penyusunan nilai ICOR dilakukan dalam beberapa ahap melipui penyesuaian oupu, penyesuaian daa invesasi dan penyesuaian harga konsan Penyesuaian Oupu Dalam kegiaan ekonomi, oupu suau kegiaan bisa menjadi inpu unuk kegiaan ekonomi lainnya (inpu anara). Sehingga unuk menghindari double couning, dalam penghiungan ICOR ini idak digunakan nilai oupu melainkan nilai ambah. Nilai ambah yang dihiung di sini adalah nilai oupu dikurangi biaya anara aau sering juga disebu nilai ambah bruo. Namun karena ICOR hanya memperhiungkan komponen nilai ambah yang dihasilkan dari pendayagunaan barang modal, maka dilakukan beberapa penyesuaian yaiu komponen nilai ambah yang bukan merupakan pendayagunaan barang modal dikeluarkan dari seluruh nilai ambah. Dengan demikian, komponen nilai ambah yang dicakup hanya melipui barang yang dihasilkan, lisrik yang dijual dan selisih sok barang seengah jadi Penyesuaian Daa Invesasi Dalam konsep ICOR, invesasi yang dimaksud adalah fixed capial formaion aau pembenukan barang modal eap. Nilai oal invesasi diperoleh dari penjumlahan seluruh pembelian barang modal/perbaikan besar dikurangi penjualan barang modal bekas. Sebenarnya nilai invesasi ini masih merupakan invesasi bruo karena belum dikurangi nilai penyusuan. Namun karena adanya beberapa keerbaasan mengenai daa penyusuan, maka daa penyusuan idak digunakan. BAPPEDA Kabupaen Sinang 27

28 Penyusunan Incremenal Capial Oupu Raio Kabupaen Sinang Keerbaasan perama adalah pada umumnya perusahaan cenderung melebihkan nilai penyusuan dengan alasan pajak. Semenara yang perlu kia perhiungkan di sini adalah nilai penyusuan riil aas barang modal. Di samping iu, daa penyusuan yang ada merupakan nilai akumulasi, semenara daa invesasi yang digunakan adalah ambahan invesasi yang erjadi pada ahun yang bersangkuan. Akibanya, apabila nilai penyusuan diperhiungkan, maka nilainya bisa jauh lebih besar dari invesasi iu sendiri Penyesuaian Harga Konsan Nilai oupu dan invesasi dalam buir dan di aas masih merupakan nilai yang berdasarkan pada harga berlaku. Unuk mendapakan nilai oupu dan nilai invesasi (pembenukan modal eap bruo) yang erlepas dari pengaruh harga (menuru harga konsan), maka nilai aas dasar berlaku harus di deflae dengan suau indeks, yang dalam hal ini digunakan Indeks Harga Implisi Perkembangan riil dari nilai ambah pada masing-masing sekor anar waku (series daa) dapa diliha dari nilai ambah menuru harga konsan. Unuk mendapakan nilai ambah menuru harga konsan dilakukan dengan mendeflae nilai ambah harga berlaku dengan indeksnya. Demikian juga unuk mendapakan nilai invesasi menuru harga konsan dihiung dengan mendeflae nilai invesasi menuru harga berlaku dengan menggunakan indeksnya unuk barang modal. Selanjunya, dengan diperoleh nilai oupu dan nilai invesasi berdasarkan harga konsan, maka penghiungan besaran ICOR dapa dilakukan. BAPPEDA Kabupaen Sinang 28

29 4.. Gambaran Wilayah 4.2. Perkembangan Penduduk 4.3. Perkembangan Perekonomian 4.4. Perumbuhan Ekonomi

30 Penyusunan Incremenal Capial Oupu Raio Kabupaen Sinang GAMBARAN UMUM WILAYAH PENELITIAN 4.. Gambaran Wilayah Secara umum Kabupaen Sinang erleak dibagian imur Provinsi Kalimanan Bara yang secara garis Linang erleak anara 0 05 Linang Uara sampai dengan Linang Selaan dan Bujur Timur sera Bujur Timur. Sehingga dengan demikian wilayah Kabupaen Sinang dilewai oleh Garis Khaulisiwa. Baas Wilayah adminisrasi Kabupaen Sinang yaiu: Uara Selaan Timur Bara : Kabupaen Kapuas Hulu dan Malaysia Timur (Serawak) : Provinsi Kalimanan Tengah, Kabupaen Melawi dan Keapang : Kalimanan Tengah, Melawi dan Kapuas Hulu : Kab. Sanggau, Melawi dan Sekadau Kabupaen Sinangmerupakan kabupaen yang memiliki luas wilayah keiga erbesar di Provinsi Kalimanan Bara seelah Kabupaen Keapang dan Kabupaen Kapuas Hulu. Luas wilayah Kabupaen Sinang yaiu km 2 dengan wilayah erluas erdapa di Kecamaan Ambalau yaiu 6.386,40 km 2 aau sebesar 29,52 persen, sedangkan Kecamaan Sinang merupakan kecamaan yang paling kecil dengan luas wilayahnya yaiu 277,05 km 2 aau hanya sebesar,28 persen. Dari luas ersebu, sebagian besar merupakan wilayah perbukian dengan luas sekiar 3.573,75 km 2 aau 62,74 persen Perkembangan Penduduk Perkembangan penduduk yang cukup pesa merupakan sau fenomena yang menjadi perhaian serius pemerinah pusa maupun pemerinah daerah, permasalahan yang paling pening adalah yang berkaian dengan penyediaan lapangan kerja/usaha sera penyediaan bahan pangan. Fakor yang sanga umum yang mempengaruhi perumbuhan penduduk di suau daerah anara lain adalah angka kelahiran, angka kemaian dan angka migrasi BAPPEDA Kabupaen Sinang 30

31 Penyusunan Incremenal Capial Oupu Raio Kabupaen Sinang (migrasi daang dan migrasi masuk). Kejadian ini biasa disebu dengan kejadian vial penduduk. Para pemakai daa penduduk, khususnya para perencana, pengambil kebijaksanaan dan penelii sanga membuuhkan daa penduduk yang berkesinambungan dari ahun ke ahun. Semenara sumber daa yang menghasilkan daa penduduk yang dapa dipakai dan dipercaya hanya menyediakan secara periodik lima ahunan, yaiu sensus penduduk pada ahun-ahun yang berakhiran angka nol dan survei penduduk anar sensus pada perengahan dua sensus beruruan. Walaupun ada sumber daa kependudukan yang lain yaiu regisrasi penduduk, eapi cakupan pencaaannya masih kurang baik sehingga angka ini belum dapa digunakan unuk perencanaan pembangunan. Sehingga unuk mengeahui keadaan jumlah penduduk di luar ahun sensus dibualah angka proyeksi aau esimasi penduduk. No. TABEL 4.. PENDUDUK KABUPATEN SINTANG MENURUT KECAMATAN dan JENIS KELAMIN2 0 3 Kecamaan Laki-laki Perempuan Jumlah [] [2] [3] [4] [5]. S e r a w a i A m b a l a u Kayan Hulu S e p a u k Tempunak Sungai Tebelian S i n a n g D e d a i Kayan Hilir Kelam Permai Binjai Hulu Keungau Hilir Keungau Tengah Keungau Hulu *) Sumber : Badan Pusa Saisik Kabupaen Sinang *) hasil proyeksi BPS Provinsi Kalimanan Bara BAPPEDA Kabupaen Sinang 3

32 Penyusunan Incremenal Capial Oupu Raio Kabupaen Sinang Pada ahun 200 lalu, BPS Kabupaen Sinang elah melaksanakan Sensus Penduduk 200, yang hasilnya elah dimasukkan kedalam Kabupaen Sinang Dalam Angka 20, sedangkan unuk daa Jumlah Penduduk Tahun sebelumnya elah di backcasing dari hasil SP200 ini. Di dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Kabupaen Sinang, kebijaksanaan kependudukan diarahkan pada pengembangan penduduk sebagai sumber daya manusia yang dapa menunjang jalannya pembangunan Daerah dan Nasional. Berdasarkan hasil proyeksi Penduduk 203, penduduk Kabupaen Sinang berjumlah dengan raa-raa jumlah penduduk per desa/kelurahan sebanyak 945 jiwa. Jika dibandingkan dengan hasil proyeksi ahun sebelumnya raa-raa jumlah penduduk per desa/kelurahan mengalami penurunan, hal ini diakibakan jumlah desa yang berambah menjadi 407 desa/kelurahan. Kepadaan penduduk seperi ersebu maka daerah Kabupaen Sinang dikaakan mempunyai penduduk yang masih jarang. Laju perumbuhan penduduk Kabupaen Sinang selama kurun waku ercaa raa-raa,66 persen. Angka ini lebih inggi jika dibandingkan dengan laju perumbuhan penduduk pada ahun sebelumnya ( ) yang besarnya raaraa,62 persen per ahun. Penyebaran penduduk Kabupaen Sinang idak meraa anar kecamaan yang sau dengan kecamaan lainnya. Kecamaan Sinang memiliki jumlah penduduk eringgi yaiu jiwa dengan laju perumbuhan penduduk 3,54 persen selama kurun waku , sedangkan yang menjadi posisi kedua yaiu Kecamaan Sepauk dengan penduduk sebanyak jiwa dan laju perumbuhan penduduk sebesar,77 persen, yang menjadi uruan keiga adalah kecamaan Sungai Tebelian dengan jumlah penduduk jiwa sera lpp sebesar,38 persen Perkembangan Perekonomian Salah sau indikaor makro ekonomi yang banyak digunakan berbagai kalangan adalah Produk Domesik Regional Bruo (PDRB). Beberapa indikaor urunannya dapa memberikan informasi lebih rinci mengenai perekonomian daerah seperi perumbuhan ekonomi, srukur ekonomi, dan pendapaan per kapia. Berdasarkan daa PDRB aas BAPPEDA Kabupaen Sinang 32

33 Penyusunan Incremenal Capial Oupu Raio Kabupaen Sinang dasar harga berlaku (PDRB nominal) anara lain dapa diurunkan indikaor ekonomi makro seperi srukur perekonomian dan pendapaan aau PDRB per kapia. Sedangkan dari daaa PDRB harga konsan (PDRB riil) anara lain dapa diurunkan indikaor perumbuhan ekonomi. Beberapa indikaor ekonomi makro lain yang juga dapa diurunkan dari angka PDRB dan daa lainnya yaiu inflasi aas dasar harga produsen dan indikaor lainnya. Pada ahun 202, PDRB Kabupaen Sinang aas dasar harga berlaku mencapai 4,97 riliun rupiah, kemudian pada ahun 203 meningka menjadi5,65 riliun rupiah. Demikian pula PDRB aas dasar harga konsan 2000 pada ahun 202 mencapai2,33riliun rupiah kemudian meningka menjadi 2,48riliun rupiah pada ahun 203. Grafik 4.. Srukur Perekonomian Kabupaen SinangTahun203 Keuangan 3% Angkn & Kom 4% Jasa-jasa 0% Peranian 34% PHR 27% Bangunan 8% Sumber: BPS Kabupaen Sinang (204) LGA 0% Tambang & Gali Indsri Olah 4% 0% Diinjau aas dasar harga berlaku, sekor ekonomi yang memiliki nilai ambah erbesar pada ahun 203 adalah sekor peranian sebesar,9riliun rupiah, kemudian sekor perdagangan, hoel dan resoran sebesar,53 riliun rupiah, disusul oleh sekor indusri pengolahan sebesar 545,4 miliar rupiah. Pada penghiungan PDRB aas dasar harga konsan 2000, nilai ambah yang dihasilkan masih didominasi oleh sekor peranian sebesar892,43miliar rupiah, BAPPEDA Kabupaen Sinang 33

34 Penyusunan Incremenal Capial Oupu Raio Kabupaen Sinang kemudian sekor perdagangan,hoel dan resoran sebesar605,68miliar rupiah, dan sekor jasa-jasa sebesar 262,52miliar rupiah Perumbuhan Ekonomi Perumbuhan ekonomi Kabupaen Sinang mencapai 6,34 persen pada ahun 203, perumbuhan ini lebih inggi dibandingkan ahun 202 yang mencapai 5,82 persen. Dengan perumbuhan yang cukup inggi ini, perumbuhan ekonomi Kabupaen Sinang ahun 203 lebih inggi dari pada perumbuhan ekonomi Provinsi Kalimanan Bara yaiu sebesar 6,08 persen. Selama ahun 203, semua sekor ekonomi yang membenuk PDRB Kabupaen Sinang mengalami peumbuhan posiif. Perumbuhan eringgi dihasilkan oleh sekor bangunan yang meningka cukup besar yaiu sebesar,49 persen, kemudian sekor Pengangkuan dan Komunikasi sebesar 0,45 persen, disusul sekor keuangan, persewaan dan jasa perusahaan sebesar 8,22 persen. Sedangkan perumbuhan erendah dihasilkan sekor peranian sebesar 4,48 persen. Tabel 4.2. Perumbuhan Ekonomi Kabupaen Sinang Menuru Sekor Tahun (Persen) No. Sekor PerumbuhanEkonomi *) 203**) () (2) (3) (4) (5) (6) (7). Peranian 4,89 3,54 3,44 3,42 4,48 2. PerambangandanPenggalian 4,55 5,04 5,0 5,99 6,2 3. IndusriPengolahan 4,8 3,09 3,92 4,93 5,04 4. Lisrik, Gas dan Air Bersih 5,94 3,48 4,85 5,88 7,42 5. Bangunan 7,32 8,33 9,08,24,49 6. Perdagangan, Hoel danresoran 5,50 6,63 6,87 7,06 7,05 7. PengangkuandanKomunikasi 8,20 9,5 9,33 0,34 0,45 Keuangan, Persewaan dan Jasa 8. 7,07 6,75 7,42 7,66 8,22 Perusahaan 9. Jasa jasa 5,05 6,40 6,68 6,35 6,40 Ke : *) Angkasemenara **) Angka Sanga Semenara PDRB 5,38 5,9 5,45 5,82 6,34 BAPPEDA Kabupaen Sinang 34

35 Penyusunan Incremenal Capial Oupu Raio Kabupaen Sinang Di ahun 203 sekor bangunan umbuh salah saunya disebabkan adanya pembangunan bandara baru di Kecamaan Sungai Tebelian. Selain iu selama ahun 203, banyak dilakukan pembangunan berupa bangunan unuk empa inggal, ruko, dan beberapa ruas jalan. Selain iu juga erdapa pembangunan gedung kanor baik iu pembangunan gedung kanor pemerinah maupun kanor swasa. Jika diliha secara keseluruhan persekor, perumbuhan ekonomi di Kabupaen Sinang dapa diliha pada abel di bawah ini. Di sekor pengangkuan, perumbuhan erbesar erjadi di angkuan udara. Angkuan udara di ahun 203 meningka sebesar 44,20 persen. Peningkaan yang cukup besar ini salah saunya disebabkan karena kenaikan jumlah penumpang yang menggunakan moda ransporasi ini. Selain iu, moda ransporasi udara merupakan salah sau alernaif ransporasi yang dapa diandalkan unuk kelancaran kegiaan masyaraka. Sekor keuangan, persewaan dan jasa perusahaan mempunyai perumbuhan yang inggi karena di dukung oleh ingginya perumbuhan sub sekor bank sebesar,36 persen dan sub sekor lembaga keuangan anpa bank sebesar,25 persen. Perumbuhan kedua sub sekor ini yang cukup inggi dikarenakan pada ahun 203 erdapa penambahan bank baru, semakin banyaknya Credi Union (CU) yang beroperasi di kecamaan-kecamaan, dan meningkanya kepercayaan masyaraka pada lembaga keuangan yang ada di Sinang. Sekor-sekor yang mengalami perumbuhan cukup inggi ernyaa idak selalu memberikan konribusi yang signifikan dalam mencipakan laju perumbuhan ekonomi. Sekor pengangkuan dan komunikasi misalnya, dengan perumbuhan 0,45 persen ernyaa hanya memberikan sumbangan 0,39 persen erhadap laju perumbuhan ekonomi Kabupaen Sinang. Semenara iu, sekor perdagangan, hoel dan resoran yang umbuh 7,05 persen mampu menyumbang,87 persen bagi perumbuhan ekonomi, disusul sekor peranian yang menyumbang,59 persen. Dengan demikian, sekor-sekor yang berkembang di Kabupaen Sinang umumnya belum mampu mendorong aau memberikan efek ganda erhadap perumbuhan ekonomi secara luas di Kabupaen Sinang. Sekor pengangkuan dan komunikasi misalnya walaupun memiliki perumbuhan yang relaif cukup inggi, namun benefi ekonominya sanga kecil erhadap perekonomian Kabupaen Sinang. Hal ini disebabkan karena pemilik sekor ini sebagian besar berada di luar Kabupaen BAPPEDA Kabupaen Sinang 35

36 Penyusunan Incremenal Capial Oupu Raio Kabupaen Sinang Sinang, sehingga manfaa ekonomi yang dihasilkan oleh sekor ini idak erakumulasi di Kabupaen Sinang eapi ersebar di daerah-daerah lain di luar Kabupaen Sinang. Semenara iu sekor perdagangan, hoel dan resoran, sekor peranian dan sekor jasa-jasa masih cukup kua memberikan konribusi erhadap perumbuhan ekonomi lokal, karena manfaa ekonomi ini idak bergerak keluar namun erakumulasi di Kabupaen Sinang. BAPPEDA Kabupaen Sinang 36

37 5.. Perkembangan Invesasi 5.2. Koefisien ICOR Toal Seluruh Sekor Ekonomi 5.3. Koefisien ICOR Menuru Sekor Ekonomi 5.4. Perkiraan Kebuuhan Invesasi Tahun

38 Penyusunan Incremenal Capial Oupu Raio Kabupaen Sinang PEMBAHASAN 5.. Perkembangan Invesasi Seperi yang elah dikemukakan di bab III, penghiungan ICOR menggunakan daa perkiraan invesasi secara oal (idak dirinci menuru sekor/sub sekor ekonomi) yang diperoleh melalui hasil penghiungan PDRB menuru penggunaan Kabupaen Sinang. Dalam proses kegiaan ekonomi, invesasi merupakan salah sau komponen yang sangadiperlukan. Hal ini karena invesasi berkaian era dengan kegiaan menanamkan uang denganharapan mendapakan keunungan aau peningkaan kapasias sisem produksi pada masa yangakan daang. Sebagai conoh menambah kapasias produksi dengan membeli mesin/peralaan,meningkakan kualias sisem produksi, dan sebagainya. Tahun Tabel 5. : Nilai Invesasi (Pembenukan Modal Teap Bruo) Kabupaen Sinang Tahun (Jua Rupiah) Invesasi Aas Dasar Harga Berlaku Invesasi Aas Dasar Harga Konsan Tahun , , , , , , , , , , , ,3 Tabel 5. menyajikan daa mengenai invesasi (Pembenukan Modal Teap Bruo) aasdasar harga berlaku dan konsan 2000 yang erjadi di BAPPEDA Kabupaen Sinang 38

39 Penyusunan Incremenal Capial Oupu Raio Kabupaen Sinang Kabupaen Sinangselama Secara konsep, invesasi adalah oal Pembenukan Modal Teap Bruo (PMTB) danperubahan Sok (PS). Perubahan sok (PS) selama ini diaksir sebagai residual, yaiu ProdukDomesik Regional Bruo yang elah dihiung menuru lapangan usaha dikurangi dengankonsumsi rumahangga, konsumsi lembaga swasa nirlaba, konsumsi pemerinah, PMTB danekspor neo. Pada saa ini, penghiungan invesasi didasarkan pada pembenukan modal eapbruo (PMTB) dengan mengabaikan perubahan sok yang angkanya selalu berubah-ubah karenamerupakan angka diskrepansi saisik (residual). Gambar5. : Nilai Invesasi (Pembenukan Modal Teap Bruo) Kabupaen Sinang Tahun (Jua Rupiah) Nilai Invesasi (PMTB),400,000.00,200,000.00,000, , , , , ADHK ADHB Tahun Nilai invesasi yang dianamkan di Kabupaen Sinang selama periode aas dasar harga berlaku erliha perkembangan yang cukup menggembirakan, di mana padaahun 2008 ercaa sebesar ,26jua rupiah dan menjadi ,87jua rupiah padaahun Pada ahun 200 nilai invesasi yang dianamkan ercaa sebesar ,6juarupiah, kemudian erus meningka menjadi ,63jua rupiah pada ahun 202, dan pada ahun 203 menjadi ,63jua. Perkembangan invesasi (aas dasar harga konsan) di Kabupaen Sinang selama lima ahun erakhir (ahun ) umbuh secara raa-raa BAPPEDA Kabupaen Sinang 39

40 Penyusunan Incremenal Capial Oupu Raio Kabupaen Sinang sebesar 4,65 persen per ahun. Perumbuhan invesasi seperi iu elah memberikan dampak erhadap perumbuhan ekonomi di Kabupaen Sinang secara raa-raa 4,4 persen per ahun. Diliha dari invesasinya, pada ahun 2008 oal invesasi (aas dasar harga konsan 2000) yang dianamkan di berbagai sekor ekonomi di Kabupaen Sinang sebesar Rp. 422,3milyar kemudian meningka menjadi Rp. 446,60milyar pada ahun 2009 aau naik sebesar 5,77 persen dari ahun Dengan adanya penambahan invesasi ersebu akan mendorong perminaan barang modal dan enunya membuka lapangan pekerjaan baru dengan ujuan unuk memacu peningkaan kapasias produksi ersebu. Peningkaan produksi berari meningkakan pendapaan yang pada gilirannya akan meningkakan perminaan sehingga akan meningkakan perumbuhan ekonomi. Tabel 5.2 : Nilai PDRB dan Invesasi Aas Dasar Harga Konsan Tahun 2000 Kabupaen Sinang Tahun (Jua Rupiah) Tahun PDRB Aas Dasar Harga Konsan Tahun 2000 Invesasi Aas Dasar Harga Konsan Tahun 2000 Persenase Invesasi Terhadap PDRB , ,09 22, , ,04 22, , ,05 22, , ,66 22, , ,29 22, , ,3 22,57 Diliha dari besarnya porsi invesasi dalam sau periode (ahun ) dibandingkan dengan besarnya PDRB seiap ahunnya sekiar 2,33 persen sampai BAPPEDA Kabupaen Sinang 40

BAB 1 PENDAHULUAN. tahun 1990-an, jumlah produksi pangan terutama beras, cenderung mengalami

BAB 1 PENDAHULUAN. tahun 1990-an, jumlah produksi pangan terutama beras, cenderung mengalami 11 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Laar Belakang Keahanan pangan (food securiy) di negara kia ampaknya cukup rapuh. Sejak awal ahun 1990-an, jumlah produksi pangan eruama beras, cenderung mengalami penurunan sehingga

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Pertumbuhan ekonomi merupakan salah satu ukuran dari hasil pembangunan yang

BAB 1 PENDAHULUAN. Pertumbuhan ekonomi merupakan salah satu ukuran dari hasil pembangunan yang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Laar Belakang Perumbuhan ekonomi merupakan salah sau ukuran dari hasil pembangunan yang dilaksanakan khususnya dalam bidang ekonomi. Perumbuhan ersebu merupakan rangkuman laju perumbuhan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. universal, disemua negara tanpa memandang ukuran dan tingkat. kompleks karena pendekatan pembangunan sangat menekankan pada

BAB I PENDAHULUAN. universal, disemua negara tanpa memandang ukuran dan tingkat. kompleks karena pendekatan pembangunan sangat menekankan pada BAB I PENDAHULUAN A. Laar Belakang Disparias pembangunan ekonomi anar daerah merupakan fenomena universal, disemua negara anpa memandang ukuran dan ingka pembangunannya. Disparias pembangunan merupakan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Laar Belakang Perumbuhan ekonomi merupakan salah sau ukuran dari hasil pembangunan yang dilaksanakan khususnya dalam bidang ekonomi. Perumbuhan ersebu merupakan rangkuman laju-laju

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tepat rencana pembangunan itu dibuat. Untuk dapat memahami keadaan

BAB I PENDAHULUAN. tepat rencana pembangunan itu dibuat. Untuk dapat memahami keadaan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Laar Belakang Dalam perencanaan pembangunan, daa kependudukan memegang peran yang pening. Makin lengkap dan akura daa kependudukan yang esedia makin mudah dan epa rencana pembangunan

Lebih terperinci

BAB 2 URAIAN TEORI. waktu yang akan datang, sedangkan rencana merupakan penentuan apa yang akan

BAB 2 URAIAN TEORI. waktu yang akan datang, sedangkan rencana merupakan penentuan apa yang akan BAB 2 URAIAN EORI 2.1 Pengerian Peramalan Peramalan adalah kegiaan memperkirakan aau memprediksi apa yang erjadi pada waku yang akan daang, sedangkan rencana merupakan penenuan apa yang akan dilakukan

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. yang akan datang. Peramalan menjadi sangat penting karena penyusunan suatu

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. yang akan datang. Peramalan menjadi sangat penting karena penyusunan suatu BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengerian Peramalan Peramalan adalah kegiaan memperkirakan apa yang erjadi pada waku yang akan daang sedangkan rencana merupakan penenuan apa yang akan dilakukan pada waku yang

Lebih terperinci

IV. METODE PENELITIAN

IV. METODE PENELITIAN IV. METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waku Peneliian Peneliian ini dilaksanakan pada kasus pengolahan ikan asap IACHI Peikan Cia Halus (PCH) yang erleak di Desa Raga Jaya Kecamaan Ciayam, Kabupaen Bogor,

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI. Produksi padi merupakan suatu hasil bercocok tanam yang dilakukan dengan

BAB 2 LANDASAN TEORI. Produksi padi merupakan suatu hasil bercocok tanam yang dilakukan dengan BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1. Produksi Produksi padi merupakan suau hasil bercocok anam yang dilakukan dengan penanaman bibi padi dan perawaan sera pemupukan secara eraur sehingga menghasilkan suau produksi

Lebih terperinci

III METODE PENELITIAN

III METODE PENELITIAN III METODE PENELITIAN 3.1 Waku dan Tempa Peneliian Peneliian mengenai konribusi pengelolaan huan rakya erhadap pendapaan rumah angga dilaksanakan di Desa Babakanreuma, Kecamaan Sindangagung, Kabupaen Kuningan,

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Laar Belakang Masalah Dalam sisem perekonomian suau perusahaan, ingka perumbuhan ekonomi sanga mempengaruhi kemajuan perusahaan pada masa yang akan daang. Pendapaan dan invesasi merupakan

Lebih terperinci

IV. METODE PENELITIAN

IV. METODE PENELITIAN IV. METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waku Peneliian Peneliian ini dilaksanakan di PT Panafil Essenial Oil. Lokasi dipilih dengan perimbangan bahwa perusahaan ini berencana unuk melakukan usaha dibidang

Lebih terperinci

IV. METODE PENELITIAN

IV. METODE PENELITIAN IV. METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waku Peneliian Peneliian ini dilakukan di Dafarm, yaiu uni usaha peernakan Darul Fallah yang erleak di Kecamaan Ciampea, Kabupaen Bogor, Jawa Bara. Pemilihan lokasi

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. yang akan datang. Peramalan menjadi sangat penting karena penyusunan suatu

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. yang akan datang. Peramalan menjadi sangat penting karena penyusunan suatu BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengerian Peramalan Peramalan adalah kegiaan memperkirakan apa yang erjadi pada waku yang akan daang sedangkan rencana merupakan penenuan apa yang akan dilakukan pada waku yang

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Kabupaten Labuhan Batu merupakan pusat perkebunan kelapa sawit di Sumatera

BAB 1 PENDAHULUAN. Kabupaten Labuhan Batu merupakan pusat perkebunan kelapa sawit di Sumatera BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Laar Belakang Kabupaen Labuhan Bau merupakan pusa perkebunan kelapa sawi di Sumaera Uara, baik yang dikelola oleh perusahaan negara / swasa maupun perkebunan rakya. Kabupaen Labuhan

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS. dari bahasa Yunani yang berarti Demos adalah rakyat atau penduduk,dan Grafein

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS. dari bahasa Yunani yang berarti Demos adalah rakyat atau penduduk,dan Grafein BAB 2 TINJAUAN TEORITIS 2.1 Pengerian Demografi Keadaan penduduk sanga era kaiannya dengan demografi. Kaa demografi berasal dari bahasa Yunani yang berari Demos adalah rakya aau penduduk,dan Grafein adalah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Perekonomian dunia telah menjadi semakin saling tergantung pada

BAB I PENDAHULUAN. Perekonomian dunia telah menjadi semakin saling tergantung pada BAB I PENDAHULUAN A. Laar Belakang Masalah Perekonomian dunia elah menjadi semakin saling erganung pada dua dasawarsa erakhir. Perdagangan inernasional merupakan bagian uama dari perekonomian dunia dewasa

Lebih terperinci

IV. METODE PENELITIAN

IV. METODE PENELITIAN IV. METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waku Peneliian mengenai kelayakan pengusahaan pupuk kompos dilaksanakan pada uni usaha Koperasi Kelompok Tani (KKT) Lisung Kiwari yang menjalin mira dengan Lembaga

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Dalam pelaksanaan pembangunan saat ini, ilmu statistik memegang peranan penting

BAB 1 PENDAHULUAN. Dalam pelaksanaan pembangunan saat ini, ilmu statistik memegang peranan penting BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Laar Belakang Dalam pelaksanaan pembangunan saa ini, ilmu saisik memegang peranan pening baik iu di dalam pekerjaan maupun pada kehidupan sehari-hari. Ilmu saisik sekarang elah melaju

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Sumber Daya Alam (SDA) yang tersedia merupakan salah satu pelengkap alat

BAB 1 PENDAHULUAN. Sumber Daya Alam (SDA) yang tersedia merupakan salah satu pelengkap alat BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Laar Belakang Sumber Daya Alam (SDA) yang ersedia merupakan salah sau pelengkap ala kebuuhan manusia, misalnya anah, air, energi lisrik, energi panas. Energi Lisrik merupakan Sumber

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang merupakan kemajuan kearah yang dicapai. Seperti yang terdapat pada

BAB I PENDAHULUAN. yang merupakan kemajuan kearah yang dicapai. Seperti yang terdapat pada BAB I PENDAHULUAN I.1 LATAR BELAKANG MASALAH Pembangunan pada umumnya adalah perubahan secara erus menerus yang merupakan kemajuan kearah yang dicapai. Seperi yang erdapa pada rumusan GBHN, yaiu mewujudkan

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN 26 III. METODE PENELITIAN 3.1. Kerangka Pemikiran Penilaian perkembangan kinerja keuangan PT. Goodyear Indonesia Tbk dilakukan dengan maksud unuk mengeahui sejauh mana perkembangan usaha perusahan yang

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. Peramalan (Forecasting) adalah suatu kegiatan yang mengestimasi apa yang akan

BAB II LANDASAN TEORI. Peramalan (Forecasting) adalah suatu kegiatan yang mengestimasi apa yang akan BAB II LADASA TEORI 2.1 Pengerian peramalan (Forecasing) Peramalan (Forecasing) adalah suau kegiaan yang mengesimasi apa yang akan erjadi pada masa yang akan daang dengan waku yang relaif lama (Assauri,

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Laar Belakang Masalah persediaan merupakan masalah yang sanga pening dalam perusahaan. Persediaan mempunyai pengaruh besar erhadap kegiaan produksi. Masalah persediaan dapa diaasi

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Konsep dasar dan definisi operasional merupakan pengertian dan petunjuk yang

III. METODE PENELITIAN. Konsep dasar dan definisi operasional merupakan pengertian dan petunjuk yang III. METODE PENELITIAN A. Konsep Dasar dan Definisi Operasional Konsep dasar dan definisi operasional merupakan pengerian dan peunjuk yang digunakan unuk menggambarkan kejadian, keadaan, kelompok, aau

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Kerangka Pemikiran Teoriis Pengerian proyek menuru Arifin yang dikuip dari Mariyanne (2006) adalah suau akivias di mana dikeluarkannya uang dengan harapan unuk mendapakan hasil

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN III. METODE PENELITIAN 3.1. Kerangka Pemikiran Poensi sumberdaya perikanan, salah saunya dapa dimanfaakan melalui usaha budidaya ikan mas. Budidaya ikan mas yang erus berkembang di masyaraka, kegiaan budidaya

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS. Kegiatan untuk memperkirakan apa yang akan terjadi pada masa yang akan datang

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS. Kegiatan untuk memperkirakan apa yang akan terjadi pada masa yang akan datang BAB 2 TINJAUAN TEORITIS 2.1 Pengerian dan Manfaa Peramalan Kegiaan unuk mempeirakan apa yang akan erjadi pada masa yang akan daang disebu peramalan (forecasing). Sedangkan ramalan adalah suau kondisi yang

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Usahatani belimbing karangsari adalah kegiatan menanam dan mengelola. utama penerimaan usaha yang dilakukan oleh petani.

III. METODE PENELITIAN. Usahatani belimbing karangsari adalah kegiatan menanam dan mengelola. utama penerimaan usaha yang dilakukan oleh petani. III. METODE PENELITIAN A. Konsep Dasar dan Definisi Operasional Usahaani belimbing karangsari adalah kegiaan menanam dan mengelola anaman belimbing karangsari unuk menghasilkan produksi, sebagai sumber

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI. Metode Peramalan merupakan bagian dari ilmu Statistika. Salah satu metode

BAB 2 LANDASAN TEORI. Metode Peramalan merupakan bagian dari ilmu Statistika. Salah satu metode 20 BAB 2 LADASA TEORI 2.1. Pengerian Peramalan Meode Peramalan merupakan bagian dari ilmu Saisika. Salah sau meode peramalan adalah dere waku. Meode ini disebu sebagai meode peramalan dere waku karena

Lebih terperinci

BAB III METODE DEKOMPOSISI CENSUS II. Data deret waktu adalah data yang dikumpulkan dari waktu ke waktu

BAB III METODE DEKOMPOSISI CENSUS II. Data deret waktu adalah data yang dikumpulkan dari waktu ke waktu BAB III METODE DEKOMPOSISI CENSUS II 3.1 Pendahuluan Daa dere waku adalah daa yang dikumpulkan dari waku ke waku unuk menggambarkan perkembangan suau kegiaan (perkembangan produksi, harga, hasil penjualan,

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI. Peramalan adalah kegiatan untuk memperkirakan apa yang akan terjadi di masa yang

BAB 2 LANDASAN TEORI. Peramalan adalah kegiatan untuk memperkirakan apa yang akan terjadi di masa yang BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Pengerian Peramalan Peramalan adalah kegiaan unuk memperkirakan apa yang akan erjadi di masa yang akan daang. Sedangkan ramalan adalah suau aau kondisi yang diperkirakan akan erjadi

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Laar Belakang Pada dasarnya peramalan adalah merupakan suau dugaan aau perkiraan enang erjadinya suau keadaan di masa depan. Akan eapi dengan menggunakan meodemeode erenu peramalan

Lebih terperinci

SUPLEMEN 3 Resume Hasil Penelitian: Analisis Respon Suku Bunga dan Kredit Bank di Sumatera Selatan terhadap Kebijakan Moneter Bank Indonesia

SUPLEMEN 3 Resume Hasil Penelitian: Analisis Respon Suku Bunga dan Kredit Bank di Sumatera Selatan terhadap Kebijakan Moneter Bank Indonesia SUPLEMEN 3 Resume Hasil Peneliian: Analisis Respon Suku Bunga dan Kredi Bank di Sumaera Selaan erhadap Kebijakan Moneer Bank Indonesia Salah sau program kerja Bank Indonesia Palembang dalam ahun 2007 adalah

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LADASA TEORI 2.1 Pengerian Peramalan Peramalan (forecasing) adalah suau kegiaan yang memperkirakan apa yang akan erjadi pada masa yang akan daang. Meode peramalan merupakan cara unuk memperkirakan

Lebih terperinci

III. KERANGKA PEMIKIRAN

III. KERANGKA PEMIKIRAN III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Teoriis 3.1.1 Daya Dukung Lingkungan Carrying capaciy aau daya dukung lingkungan mengandung pengerian kemampuan suau empa dalam menunjang kehidupan mahluk hidup secara

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Laar Belakang Air merupakan kebuuhan pokok bagi seiap makhluk hidup di dunia ini ermasuk manusia. Air juga merupakan komponen lingkungan hidup yang pening bagi kelangsungan hidup

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN

III. METODOLOGI PENELITIAN III. METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Kerangka Pemikiran Peneliian Keinginan Kelompok Tani Duma Lori yang erdapa di Desa Konda Maloba dan masyaraka sekiar akan berdirinya penggilingan gabah di daerahnya, elah

Lebih terperinci

IV METODE PENELITIAN

IV METODE PENELITIAN IV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waku Peneliian Peneliian ini dilaksanakan di Tempa Pelayanan Koperasi (TPK) Cibedug, Kecamaan Lembang, Kabupaen Bandung, Jawa Bara. Pemilihan lokasi dilakukan secara

Lebih terperinci

HUMAN CAPITAL. Minggu 16

HUMAN CAPITAL. Minggu 16 HUMAN CAPITAL Minggu 16 Pendahuluan Invesasi berujuan unuk meningkakan pendapaan di masa yang akan daang. Keika sebuah perusahaan melakukan invesasi barang-barang modal, perusahaan ini akan mengeluarkan

Lebih terperinci

ADOPSI REGRESI BEDA UNTUK MENGATASI BIAS VARIABEL TEROMISI DALAM REGRESI DERET WAKTU: MODEL KEHILANGAN AIR DISTRIBUSI DI PDAM SUKABUMI

ADOPSI REGRESI BEDA UNTUK MENGATASI BIAS VARIABEL TEROMISI DALAM REGRESI DERET WAKTU: MODEL KEHILANGAN AIR DISTRIBUSI DI PDAM SUKABUMI ADOPSI REGRESI BEDA UNTUK MENGATASI BIAS VARIABEL TEROMISI DALAM REGRESI DERET WAKTU: MODEL KEHILANGAN AIR DISTRIBUSI DI PDAM SUKABUMI Yusep Suparman Universias Padjadjaran yusep.suparman@unpad.ac.id ABSTRAK.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Suatu negara yang memutuskan untuk menempuh kebijakan hutang

BAB I PENDAHULUAN. Suatu negara yang memutuskan untuk menempuh kebijakan hutang BAB I PENDAHULUAN A. Laar Belakang Masalah Suau negara yang memuuskan unuk menempuh kebijakan huang luar negeri biasanya didasari oleh alasan-alasan yang dianggap rasional dan pening. Huang luar negeri

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Propinsi Sumatera Utara merupakan salah satu propinsi yang mempunyai

BAB 1 PENDAHULUAN. Propinsi Sumatera Utara merupakan salah satu propinsi yang mempunyai BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Laar Belakang Propinsi Sumaera Uara merupakan salah sau propinsi yang mempunyai perkembangan yang pesa di bidang ransporasi, khususnya perkembangan kendaraan bermoor. Hal ini dapa

Lebih terperinci

Gambar 2. Letak Geografis Kota Tangerang

Gambar 2. Letak Geografis Kota Tangerang METODOLOGI Lokasi dan Waku Peneliian Peneliian dilakukan di wilayah adminisrasi Koa Tangerang, Propinsi Banen. Proses peneliian dimulai dengan pengumpulan daa, analisis dan diakhiri dengan penyusunan laporan,

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Industri pengolahan adalah suatu kegiatan ekonomi yang melakukan kegiatan

III. METODE PENELITIAN. Industri pengolahan adalah suatu kegiatan ekonomi yang melakukan kegiatan 40 III. METODE PENELITIAN A. Konsep Dasar dan Baasan Operasional Konsep dasar dan baasan operasional pada peneliian ini adalah sebagai beriku: Indusri pengolahan adalah suau kegiaan ekonomi yang melakukan

Lebih terperinci

Bab II Dasar Teori Kelayakan Investasi

Bab II Dasar Teori Kelayakan Investasi Bab II Dasar Teori Kelayakan Invesasi 2.1 Prinsip Analisis Biaya dan Manfaa (os and Benefi Analysis) Invesasi adalah penanaman modal yang digunakan dalam proses produksi unuk keunungan suau perusahaan.

Lebih terperinci

BAB 2 KINEMATIKA. A. Posisi, Jarak, dan Perpindahan

BAB 2 KINEMATIKA. A. Posisi, Jarak, dan Perpindahan BAB 2 KINEMATIKA Tujuan Pembelajaran 1. Menjelaskan perbedaan jarak dengan perpindahan, dan kelajuan dengan kecepaan 2. Menyelidiki hubungan posisi, kecepaan, dan percepaan erhadap waku pada gerak lurus

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN TEORITIS

BAB II TINJAUAN TEORITIS BAB II TIJAUA TEORITIS 2.1 Peramalan (Forecasing) 2.1.1 Pengerian Peramalan Peramalan dapa diarikan sebagai beriku: a. Perkiraan aau dugaan mengenai erjadinya suau kejadian aau perisiwa di waku yang akan

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Defenisi Persediaan Persediaan adalah barang yang disimpan unuk pemakaian lebih lanju aau dijual. Persediaan dapa berupa bahan baku, barang seengah jadi aau barang jadi maupun

Lebih terperinci

BAB 4 ANALISIS DAN PEMBAHASAN

BAB 4 ANALISIS DAN PEMBAHASAN BAB 4 ANALISIS DAN EMBAHASAN 4.1 Karakerisik dan Obyek eneliian Secara garis besar profil daa merupakan daa sekunder di peroleh dari pusa daa saisik bursa efek Indonesia yang elah di publikasi, daa di

Lebih terperinci

MODUL III ANALISIS KELAYAKAN INVESTASI

MODUL III ANALISIS KELAYAKAN INVESTASI ANALISIS KELAYAKAN INVESTASI 3.. Tujuan Ö Prakikan dapa memahami perhiungan alokasi biaya. Ö Prakikan dapa memahami analisis kelayakan invesasi dalam pendirian usaha. Ö Prakikan dapa menyusun proyeksi/proforma

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI. Pengangguran atau tuna karya merupakan istilah untuk orang yang tidak mau bekerja

BAB 2 LANDASAN TEORI. Pengangguran atau tuna karya merupakan istilah untuk orang yang tidak mau bekerja BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Pengerian Pengangguran Pengangguran aau una karya merupakan isilah unuk orang yang idak mau bekerja sama sekali, sedang mencari kerja, bekerja kurang dari dua hari selama seminggu,

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. Kawasan Pesisir Kabupaten Kulon Progo. Pemanfaatan/Penggunaan Lahan Saat Ini

METODE PENELITIAN. Kawasan Pesisir Kabupaten Kulon Progo. Pemanfaatan/Penggunaan Lahan Saat Ini METODE PENELITIAN Kerangka Pendekaan Sudi Penaagunaan lahan kawasan pesisir di Kabupaen Kulon Progo didasarkan pada karakerisik fisik, finansial usaha ani dan pemanfaaan saa ini. Karakerisik fisik adalah

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. yang digunakan untuk mengetahui dan pembahasannya mengenai biaya - biaya

METODE PENELITIAN. yang digunakan untuk mengetahui dan pembahasannya mengenai biaya - biaya III. METODE PENELITIAN A. Meode Dasar Peneliian Meode yang digunakan dalam peneliian ini adalah meode kuaniaif, yang digunakan unuk mengeahui dan pembahasannya mengenai biaya - biaya usaha melipui biaya

Lebih terperinci

post facto digunakan untuk melihat kondisi pengelolaan saat ini berdasarkan

post facto digunakan untuk melihat kondisi pengelolaan saat ini berdasarkan 3. METODE PENELITIAN 3.1. Pendekaan dan Meode Peneliian Jenis peneliian yang digunakan adalah jenis peneliian kualiaif dengan menggunakan daa kuaniaif. Daa kualiaif adalah mengeahui Gambaran pengelolaan

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Capial Expendiure (Belanja Modal) Capial Expendiure aau juga dikenal dengan nama belanja modal adalah pengeluaran yang dilakukan perusahaan unuk mendapakan aau memperbarui ase

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis dan Pendekaan Peneliian Jenis peneliian yang digunakan dalam peneliian ini adalah peneliian evaluasi dan pendekaannya menggunakan pendekaan kualiaif non inerakif (non

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS. bahasa Yunani yang berarti Demos adalah rakyat atau penduduk, dan Grafein adalah

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS. bahasa Yunani yang berarti Demos adalah rakyat atau penduduk, dan Grafein adalah 37 BAB 2 TINJAUAN TEORITIS 2.1 Pengerian-pengerian Kependudukan sanga era kaiannya dengan demgrafi. Kaa demgrafi berasal dari bahasa Yunani yang berari Dems adalah rakya aau penduduk, dan Grafein adalah

Lebih terperinci

ANALISIS DIRECT SELLING COST DALAM MENINGKATKAN VOLUME PENJUALAN Studi kasus pada CV Cita Nasional.

ANALISIS DIRECT SELLING COST DALAM MENINGKATKAN VOLUME PENJUALAN Studi kasus pada CV Cita Nasional. JURNAL ILMIAH RANGGAGADING Volume 7 No. 1, April 7 : 3-9 ANALISIS DIRECT SELLING COST DALAM MENINGKATKAN VOLUME PENJUALAN Sudi kasus pada CV Cia Nasional. Oleh Emmy Supariyani* dan M. Adi Nugroho *Dosen

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI 35 BAB LANDASAN TEORI Meode Dekomposisi biasanya mencoba memisahkan iga komponen erpisah dari pola dasar yang cenderung mencirikan dere daa ekonomi dan bisnis. Komponen ersebu adalah fakor rend (kecendrungan),

Lebih terperinci

BAB III METODE PEMULUSAN EKSPONENSIAL TRIPEL DARI WINTER. Metode pemulusan eksponensial telah digunakan selama beberapa tahun

BAB III METODE PEMULUSAN EKSPONENSIAL TRIPEL DARI WINTER. Metode pemulusan eksponensial telah digunakan selama beberapa tahun 43 BAB METODE PEMUUAN EKPONENA TRPE DAR WNTER Meode pemulusan eksponensial elah digunakan selama beberapa ahun sebagai suau meode yang sanga berguna pada begiu banyak siuasi peramalan Pada ahun 957 C C

Lebih terperinci

III KERANGKA PEMIKIRAN

III KERANGKA PEMIKIRAN III KERANGKA PEMIKIRAN 3.1 Teori Risiko Produksi Dalam eori risiko produksi erlebih dahulu dijelaskan mengenai dasar eori produksi. Menuru Lipsey e al. (1995) produksi adalah suau kegiaan yang mengubah

Lebih terperinci

ANALISIS SEKTOR EKONOMI UNGGULAN KABUPATEN BENGKALIS DENGAN PENDEKATAN SEKTOR PEMBENTUKAN PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO

ANALISIS SEKTOR EKONOMI UNGGULAN KABUPATEN BENGKALIS DENGAN PENDEKATAN SEKTOR PEMBENTUKAN PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO ANALISIS SEKTOR EKONOMI UNGGULAN KABUPATEN BENGKALIS DENGAN PENDEKATAN SEKTOR PEMBENTUKAN PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO ANALYSIS OF LEADING ECONOMIC SECTOR BY SECTOR APPROACH BENGKALIS DISTRICTS FORMING

Lebih terperinci

t I I I I I t I I t I I Benarkah Bantuan Luar Negeri Berdampak Negatif terhadap Pertumbuhan? Oleh : Bambang Prijambodo

t I I I I I t I I t I I Benarkah Bantuan Luar Negeri Berdampak Negatif terhadap Pertumbuhan? Oleh : Bambang Prijambodo l: l,' Benarkah Banuan Luar Negeri Berdampak Negaif erhadap Perumbuhan? Oleh : Bambang Prijambodo Hubungan anara huang luar negeri pemerinah dengan perumbuhan ekonomi dapa negaif aau posiif. Bagaimana

Lebih terperinci

PENELUSURAN EMPIRIS KETERKAITAN PASAR KEUANGAN DAN KOMPONEN PERTUMBUHAN EKONOMI INDONESIA,

PENELUSURAN EMPIRIS KETERKAITAN PASAR KEUANGAN DAN KOMPONEN PERTUMBUHAN EKONOMI INDONESIA, PENELUSURAN EMPIRIS KETERKAITAN PASAR KEUANGAN DAN KOMPONEN PERTUMBUHAN EKONOMI INDONESIA, 2004-2008 Banoon Sasmiasiwi, Program MSi FEB UGM Malik Cahyadin, FE UNS Absraksi Perkembangan ekonomi akhir-akhir

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN 19 BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Waku dan Lokasi Peneliian Peneliian ini dilakukan pada bulan Juni hingga Juli 2011 yang berlokasi di areal kerja IUPHHK-HA PT. Mamberamo Alas Mandiri, Kabupaen Mamberamo

Lebih terperinci

Elastisitas Penyerapan Tenaga Kerja Pada Sektor Sektor Perekonomian Di Kabupaten Muaro Jambi

Elastisitas Penyerapan Tenaga Kerja Pada Sektor Sektor Perekonomian Di Kabupaten Muaro Jambi ELASTISITAS PENYERAPAN TENAGA KERJA PADA SEKTOR SEKTOR PEREKONOMIAN DI KABUPATEN MUARO JAMBI Azizah 1 Absrac Regional economic developmen has he main purpose of ha is o increase and expand job opporuniies

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN 23 III. METODE PENELITIAN 3.1 Waku dan Lokasi Peneliian dilaksanakan di iga empa berbeda. Unuk mengeahui ingka parisipasi masyaraka penelii mengambil sampel di RT 03/RW 04 Kelurahan Susukan dan RT 05/RW

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. Persediaan dapat diartikan sebagai barang-barang yang disimpan untuk digunakan atau

BAB II LANDASAN TEORI. Persediaan dapat diartikan sebagai barang-barang yang disimpan untuk digunakan atau BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Pengerian Persediaan Persediaan dapa diarikan sebagai barang-barang yang disimpan unuk digunakan aau dijual pada masa aau periode yang akan daang. Persediaan erdiri dari bahan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Peneliian Jenis peneliian kuaniaif ini dengan pendekaan eksperimen, yaiu peneliian yang dilakukan dengan mengadakan manipulasi erhadap objek peneliian sera adanya konrol.

Lebih terperinci

Kelayakan Finansial Budidaya Jamur Tiram di Desa Sugihan, Kecamatan Tengaran, Kabupaten Semarang

Kelayakan Finansial Budidaya Jamur Tiram di Desa Sugihan, Kecamatan Tengaran, Kabupaten Semarang Kelayakan Finansial Budidaya Jamur Tiram di Desa Sugihan, Kecamaan Tengaran, Kabupaen Semarang Nugraheni Renaningsih Fakulas Peranian Universias Veeran Bangun Nusanara Sukoharjo, Jl. Lejen S. Humardani

Lebih terperinci

Aplikasi Metode Seismik 4D untuk Memantau Injeksi Air pada Lapangan Minyak Erfolg

Aplikasi Metode Seismik 4D untuk Memantau Injeksi Air pada Lapangan Minyak Erfolg Aplikasi Meode Seismik 4D unuk Memanau Injeksi Air pada Lapangan Minyak Erfolg Prillia Aufa Adriani, Gusriyansyah Mishar, Supriyano Absrak Lapangan minyak Erfolg elah dieksploiasi sejak ahun 1990 dan sekarang

Lebih terperinci

Bab IV Pengembangan Model

Bab IV Pengembangan Model Bab IV engembangan Model IV. Sisem Obyek Kajian IV.. Komodias Obyek Kajian Komodias dalam peneliian ini adalah gula pasir yang siap konsumsi dan merupakan salah sau kebuuhan pokok masyaraka. Komodias ini

Lebih terperinci

PENERAPAN METODE TRIPLE EXPONENTIAL SMOOTHING UNTUK MENGETAHUI JUMLAH PEMBELI BARANG PADA PERUSAHAAN MEBEL SINAR JEPARA TANJUNGANOM NGANJUK.

PENERAPAN METODE TRIPLE EXPONENTIAL SMOOTHING UNTUK MENGETAHUI JUMLAH PEMBELI BARANG PADA PERUSAHAAN MEBEL SINAR JEPARA TANJUNGANOM NGANJUK. PENERAPAN METODE TRIPLE EXPONENTIAL MOOTHING UNTUK MENGETAHUI JUMLAH PEMBELI BARANG PADA PERUAHAAN MEBEL INAR JEPARA TANJUNGANOM NGANJUK. ii Rukayah*), Achmad yaichu**) ABTRAK Peneliian ini berujuan unuk

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN TEORI

BAB 2 TINJAUAN TEORI 7 BAB 2 TINJAUAN TEORI 2.1 Pengerian Peramalan Peramalan adalah kegiaan unuk memperkirakan apa yang akan erjadi di masa yang akan daang. Sedangkan ramalan adalah suau siuasi aau kondisi yang diperkirakan

Lebih terperinci

Peramalan Penjualan Sepeda Motor di Jawa Timur dengan Menggunakan Model Dinamis

Peramalan Penjualan Sepeda Motor di Jawa Timur dengan Menggunakan Model Dinamis JURNAL SAINS DAN NI POMITS Vol. 3, No. 2, (2014) ISSN: 2337-3539 (2301-9271 Prin) D-224 Peramalan Penjualan Sepeda Moor di Jawa Timur dengan Menggunakan Model Dinamis Desy Musika dan Seiawan Jurusan Saisika,

Lebih terperinci

BAB 3 LANDASAN TEORI

BAB 3 LANDASAN TEORI BAB 3 LANDASAN TEORI 3.1. Deskripsi Teori 3.1.1. Pengerian Peramalan Unuk membanu ercapainya suau kepuusan yang efisien unuk penjualan produknya, perusahaan memerlukan suau cara yang epa, sisemais dan

Lebih terperinci

BAB III RUNTUN WAKTU MUSIMAN MULTIPLIKATIF

BAB III RUNTUN WAKTU MUSIMAN MULTIPLIKATIF BAB III RUNTUN WAKTU MUSIMAN MULTIPLIKATIF Pada bab ini akan dibahas mengenai sifa-sifa dari model runun waku musiman muliplikaif dan pemakaian model ersebu menggunakan meode Box- Jenkins beberapa ahap

Lebih terperinci

BAB 2 DASAR TEORI. Studi mengenai aspek teknis dan produksi ini sifatnya sangat strategis, sebab

BAB 2 DASAR TEORI. Studi mengenai aspek teknis dan produksi ini sifatnya sangat strategis, sebab 13 BAB 2 DASAR TEORI 2.1 Aspek Teknis Sudi mengenai aspek eknis dan produksi ini sifanya sanga sraegis, sebab berkaian dengan kapasias proyek, lokasi, aa leak ala produksi, kajian aas bahan dan sumbernya,

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS. Peramalan adalah kegiatan untuk memperkirakan apa yang akan terjadi di masa

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS. Peramalan adalah kegiatan untuk memperkirakan apa yang akan terjadi di masa BAB 2 TINJAUAN TEORITI 2.1. Pengerian-pengerian Peramalan adalah kegiaan unuk memperkirakan apa yang akan erjadi di masa yang akan daang. edangkan ramalan adalah suau siuasi aau kondisi yang diperkirakan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN A III METODE PEELITIA Salah sau komponen peneliian yang mempunyai ari pening dalam kaiannya dengan proses sudi secara komprehensif adalah komponen meode peneliian. Meode peneliian menjelaskan bagaimana

Lebih terperinci

ANALISIS INTEGRASI VERTIKAL PADA INDUSTRI MINYAK GORENG SAWIT DI INDONESIA DAN FAKTOR- FAKTOR YANG MEMPENGARUHINYA OLEH HENI SULISTYOWATI H

ANALISIS INTEGRASI VERTIKAL PADA INDUSTRI MINYAK GORENG SAWIT DI INDONESIA DAN FAKTOR- FAKTOR YANG MEMPENGARUHINYA OLEH HENI SULISTYOWATI H ANALISIS INTEGRASI VERTIKAL PADA INDUSTRI MINYAK GORENG SAWIT DI INDONESIA DAN FAKTOR- FAKTOR YANG MEMPENGARUHINYA OLEH HENI SULISTYOWATI H14104084 DEPARTEMEN ILMU EKONOMI FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA

UNIVERSITAS INDONESIA UNIVERSITAS INDONESIA ANALISIS HUBUNGAN PERTUMBUHAN EKONOMI, PERDAGANGAN INTERNASIONAL, DAN FOREIGN DIRECT INVESTMENT DI INDONESIA (PERIODE 1990:Q1 2010:Q4) TESIS Diajukan sebagai salah sau syara unuk

Lebih terperinci

IV. METODE PENELITIAN

IV. METODE PENELITIAN 54 IV. METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waku Peneliian Peneliian dilakukan di kabupaen Siubondo, Lumajang dan Jember di Jawa Timur. Pemilihan Jawa Timur dilakukan secara purposive dengan perimbangan bahwa

Lebih terperinci

III. KERANGKA PEMIKIRAN

III. KERANGKA PEMIKIRAN 29 III. KERANGKA PEMIKIRAN Dalam usaha unuk memenuhi kebuuhan hidupnya manusia berupaya mengeksploiasi sumberdaya alam yang ada di sekiarnya. Keerganungan manusia erhadap sumberdaya alam elah erjadi sejak

Lebih terperinci

PEMODELAN PRODUKSI SEKTOR PERTANIAN

PEMODELAN PRODUKSI SEKTOR PERTANIAN Seminar Nasional Saisika IX Insiu Teknologi Sepuluh Nopember, 7 November 2009 PEMODELAN PRODUKSI SEKTOR PERTANIAN Brodjol Suijo Jurusan Saisika ITS Surabaya ABSTRAK Pada umumnya daa ekonomi bersifa ime

Lebih terperinci

ANALISIS ANTRIAN ANGKUTAN UMUM BUS ANTAR KOTA REGULER DI TERMINAL ARJOSARI

ANALISIS ANTRIAN ANGKUTAN UMUM BUS ANTAR KOTA REGULER DI TERMINAL ARJOSARI Achmadi, Analisis Anrian Angkuan Umum Bus Anar Koa Reguler di Terminal ANALISIS ANTRIAN ANGKUTAN UMUM BUS ANTAR KOTA REGULER DI TERMINAL ARJOSARI Seno Achmadi Absrak : Seiring dengan berkembangnya aku,

Lebih terperinci

Jurusan Teknik Informatika Fakultas Teknik Universitas Muhammadiyah Jember ABSTRAK

Jurusan Teknik Informatika Fakultas Teknik Universitas Muhammadiyah Jember ABSTRAK PERBANDINGAN METODE DES (DOUBLE EXPONENTIAL SMOOTHING) DENGAN TES (TRIPLE EXPONENTIAL SMOOTHING) PADA PERAMALAN PENJUALAN ROKOK (STUDI KASUS TOKO UTAMA LUMAJANG) 1 Fajar Riska Perdana (1110651142) 2 Daryano,

Lebih terperinci

(Indeks Rata-rata Harga Relatif, Variasi Indeks Harga, Angka Indeks Berantai, Pergeseran waktu dan Pendeflasian) Rabu, 31 Desember 2014

(Indeks Rata-rata Harga Relatif, Variasi Indeks Harga, Angka Indeks Berantai, Pergeseran waktu dan Pendeflasian) Rabu, 31 Desember 2014 ANGKA NDEKS (ndeks Raa-raa Harga Relaif, Variasi ndeks Harga, Angka ndeks Beranai, Pergeseran waku dan Pendeflasian) Rabu, 31 Desember 2014 NDEKS RATA-RATA HARGA RELATF Rumus, 1 P 100% n P,0 = indeks raa-raa

Lebih terperinci

x 4 x 3 x 2 x 5 O x 1 1 Posisi, perpindahan, jarak x 1 t 5 t 4 t 3 t 2 t 1 FI1101 Fisika Dasar IA Pekan #1: Kinematika Satu Dimensi Dr.

x 4 x 3 x 2 x 5 O x 1 1 Posisi, perpindahan, jarak x 1 t 5 t 4 t 3 t 2 t 1 FI1101 Fisika Dasar IA Pekan #1: Kinematika Satu Dimensi Dr. Pekan #1: Kinemaika Sau Dimensi 1 Posisi, perpindahan, jarak Tinjau suau benda yang bergerak lurus pada suau arah erenu. Misalnya, ada sebuah mobil yang dapa bergerak maju aau mundur pada suau jalan lurus.

Lebih terperinci

ANALISIS PENGARUH VARIABEL EKONOMI TERHADAP PERTUMBUHAN EKONOMI DI KABUPATEN HALMAHERA TIMUR. Hilman Duko Paulus A.Pangemanan Theodora M.

ANALISIS PENGARUH VARIABEL EKONOMI TERHADAP PERTUMBUHAN EKONOMI DI KABUPATEN HALMAHERA TIMUR. Hilman Duko Paulus A.Pangemanan Theodora M. Agri-SosioEkonomiUnsra,ISSN 1907 4298, Volume 14 Nomor 1,Januari 2018 : 95-108 ANALISIS PENGARUH VARIABEL EKONOMI TERHADAP PERTUMBUHAN EKONOMI DI KABUPATEN HALMAHERA TIMUR Hilman Duko Paulus A.Pangemanan

Lebih terperinci

PENGARUH STRATEGI PEMBELAJARAN GENIUS LEARNING TERHADAP HASIL BELAJAR FISIKA SISWA

PENGARUH STRATEGI PEMBELAJARAN GENIUS LEARNING TERHADAP HASIL BELAJAR FISIKA SISWA ISSN 5-73X PENGARUH STRATEGI PEMBELAJARAN GENIUS LEARNING TERHADAP HASIL BELAJAR ISIKA SISWA Henok Siagian dan Iran Susano Jurusan isika, MIPA Universias Negeri Medan Jl. Willem Iskandar, Psr V -Medan

Lebih terperinci

Kombinasi Fitting Sinusoids dan Metode Dekomposisi dalam Memprediksi Besar Permintaan Kredit

Kombinasi Fitting Sinusoids dan Metode Dekomposisi dalam Memprediksi Besar Permintaan Kredit Kombinasi Fiing Sinusoids dan Meode Dekomposisi dalam Memprediksi Besar Perminaan Kredi (Sudi Kasus: Koperasi Simpan Pinjam X Salaiga, Jawa Tengah) Rahayu Prihanini Fakulas Teknologi Informasi Universias

Lebih terperinci

IV METODE PENELITIAN

IV METODE PENELITIAN IV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waku Peneliian Peneliian yang dilakukan mengenai analisis perencanaan pengadaan una berdasarkan ramalan ime series volume ekspor una loin beku di PT Tridaya Eramina

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Peramalan Peramalan adalah kegiaan memperkirakan apa yang akan erjadi pada masa yang akan daang. Ramalan adalah sesuau kegiaan siuasi aau kondisi yang diperkirakan akan erjadi

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN 39 III. METODE PENELITIAN 3.1 Waku dan Meode Peneliian Pada bab sebelumnya elah dibahas bahwa cadangan adalah sejumlah uang yang harus disediakan oleh pihak perusahaan asuransi dalam waku peranggungan

Lebih terperinci

Jurnal Edik Informatika. Peramalan Kebutuhan Manajemen Logistik Pada Usaha Depot Air Minum Isi Ulang Al-Fitrah

Jurnal Edik Informatika. Peramalan Kebutuhan Manajemen Logistik Pada Usaha Depot Air Minum Isi Ulang Al-Fitrah Jurnal Edik Informaika Peneliian Bidang Kompuer Sains dan Pendidikan Informaika V.i(5-4) Peramalan Kebuuhan Manajemen Logisik Pada Usaha Depo Air Minum Isi Ulang Al-Firah Henny Yulius, Islami Yei Universias

Lebih terperinci

Proyeksi Penduduk Provinsi Riau Menggunakan Metode Campuran

Proyeksi Penduduk Provinsi Riau Menggunakan Metode Campuran Saisika, Vol. 10 No. 2, 129 138 Nopember 2010 Proyeksi Penduduk Provinsi Riau 2010-2015 Menggunakan Meode Campuran Ari Budi Uomo, Yaya Karyana, Tei Sofia Yani Program Sudi Saisika, Universias Islam Bandung

Lebih terperinci

Bab 2 Landasan Teori

Bab 2 Landasan Teori Bab 2 Landasan Teori 2.1 Keseimbangan Lini 2.1.1 Definisi Keseimbangan Lini Penjadwalan dari pekerjaan lini produksi yang menyeimbangkan kerja yang dilakukan pada seiap sasiun kerja. Keseimbangan lini

Lebih terperinci

RPSEP-47 PENDIDIKAN PERBANKAN SYARIAH DI INDONESIA DALAM PERSPEKTIF PENINGKATAN KUALITAS SUMBERDAYA INSANI

RPSEP-47 PENDIDIKAN PERBANKAN SYARIAH DI INDONESIA DALAM PERSPEKTIF PENINGKATAN KUALITAS SUMBERDAYA INSANI RPSEP-47 PENDIDIKAN PERBANKAN SYARIAH DI INDONESIA DALAM PERSPEKTIF PENINGKATAN KUALITAS SUMBERDAYA INSANI Nadia Sri Damajani (dini@u.ac.id) IN Baskara Rini Febriani Fakulas Ekonomi Universias Terbuka

Lebih terperinci