Analisis Kelayakan Pengembangan Biogas Sebagai Energi Alternatif Berbasis Individu Dan Kelompok Peternak ABSTRACT

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "Analisis Kelayakan Pengembangan Biogas Sebagai Energi Alternatif Berbasis Individu Dan Kelompok Peternak ABSTRACT"

Transkripsi

1 Manajemen IKM, Sepember 2009 ( ) Vol. 4 No. 2 ISSN Analisis Kelayakan Pengembangan Biogas Sebagai Energi Alernaif Berbasis Individu Dan Kelompok Peernak Sri Wahyuni * 1, Suryahadi 2 dan Amiruddin Saleh 3 1 PT. Media Inovasi Transfer 2 Deparemen Ilmu Nurisi dan Teknologi Pakan, Fakulas Peernakan Insiu Peranian Bogor 3 Deparemen Komunikasi dan Pengembangan Masyaraka, Fakulas Ekologi Manusia Insiu Peranian Bogor ABSTRACT Implemenaion of inegraed cow sysem wih biogas echnology approach is one of efficien echnology for cow wase reamen. The echnology is using available naural microorganism o compose and process various organic maers on anaerobe condiion. This will produce mehane gas (CH 4 ) and carbon dioxide (CO 2 ) and qualified liquid and solid organic manure. The mehane gas (CH 4 ) can be use as gas fuel (BBG). Biogas producion may conribue o susainable agriculure as renewable resources and environmenal friendly. The research was aimed o analyze feasibiliy of biogas as alernaive energy sources on farmer s individual and group basis. Paricularly, he research s objecives are : (a) o sudy wase reamen performance wih biogas insallaion a research s sie; (b) o analyze feasibiliy of biogas developmen as alernaive energy sources on farmer s individual and group basis; (c) o analyze sensiiviy of biogas developmen on cos componen and he benefi o rea wase a four differen sies; (d) o idenify inern and exern affecing ha affec of biogas insallaion; and (e) o deermine appropriae alernaive sraegy in he biogas insallaion developmen for farmer. The biogas reacor can be consruced boh by cemen and fiberglass. Biogas reacor from fiberglass is more effecive and produces higher and beer gas. Sudy a he four locaions boh on individual and group basis by using liquid and solid organic manure are conribue o increase farmer s income. Resul of financial feasibiliy analysis wih biogas digeser capaciy 5 m 3 and 17 m3 and ineres rae 17% shows ha biogas insallaion projec is feasible o be implemened and developed. Invesmen cos o consruc biogas insallaion is Rp Financial feasibiliy crieria for NPV individual biogas and 30 years projec life are Rp , B/C raio (2,018) and IRR (31%). Feasibiliy crieria for NPV group biogas and 30 years projec life is Rp , B/C raio (3,787) and IRR (60%). According o he calculaion of swiching value, he projec is sensiive on variable cos and selling price changing in he revenue. Key words: Biogas, alernaive energy sources, financial feasibiliy, NPV, B/C raio, IRR, sraegy PENDAHULUAN Sumber daya energi mempunyai peran yang sanga pening bagi pembangunan ekonomi nasional. Energi diperlukan unuk perumbuhan kegiaan indusri, jasa, perhubungan dan rumah angga (Widodo, dkk, 2005). Peran energi akan lebih berkembang khususnya guna mendukung perumbuhan sekor indusri dan kegiaan lain yang erkai. Meskipun Indonesia adalah salah sau negara penghasil minyak dan gas, namun berkurangnya cadangan minyak, penghapusan subsidi menyebabkan harga minyak naik dan muu lingkungan menurun akiba penggunaan bahan bakar fosil yang berlebihan. Oleh karena iu, pemanfaaan sumber-sumber energi alernaif yang erbarukan dan ramah lingkungan menjadi pilihan. Pemanfaaan dan penanggulangan permasalahan pencemaran lingkungan dan sekaligus pemberdayaan peani/peernak dapa dilakukan * Korespondensi: Jl. Cikeri No. 20 Ciomas, Bogor Telp ; swenirans@yahoo.com dengan sisem peernakan erpadu. Pada umumnya peani/peernak adalah peani yang memiliki lahan peranian dengan jumlah ernak 1-10 ekor. Selama ini peernak belum memanfaakan limbah sebagai inpu usaha secara maksimal. Penerapan sisem peernakan erpadu memungkinkan pemanfaaan sumber daya lokal dapa diingkakan, dimana oupu dari suau kegiaan merupakan inpu bagi kegiaan lainnya. Dengan sisem ini, konsep peranian yang berdasarkan Low exernal inpu susainable agriculure (LEISA) dapa dierapkan, sehingga dapa meningkakan pendapaan peani/peernak (Soehadji, 1992). Penerapan sisem peernakan erpadu dengan pendekaan eknologi biogas merupakan salah sau eknologi epa guna unuk mengolah limbah peernakan. Teknologi ini memanfaakan mikroorganisme yang ersedia di alam unuk merombak dan mengolah berbagai limbah organik yang diempakan pada ruang kedap udara (anaerob). Hasil proses perombakan ersebu dapa menghasilkan pupuk organik cair dan pada bermuu berupa gas yang erdiri dari gas meana (CH 4 ) dan gas karbon dioksida (CO 2 ). Gas ersebu dapa dimanfaakan menjadi bahan

2 218 Analisis Kelayakan Pengembangan Biogas bakar gas (BBG) yang biasa disebu dengan biogas (Simamora dkk, 2006). Energi biogas adalah salah sau dari banyak macam sumber energi erbarukan, karena energi biogas dapa diperoleh dari air buangan rumah angga, kooran cair dari peernakan ayam, sapi, babi, sampah organik dari pasar, indusri makanan dan limbah buangan lainnya. Produksi biogas memungkinkan peranian berkelanjuan dengan sisem proses erbarukan dan ramah lingkungan. Pada umumnya, biogas erdiri aas gas meana sekiar 55-80%, dimana gas meana diproduksi dari kooran hewan yang mengandung energi Kcal/m 3, sedangkan gas meana murni mengandung energi Kcal/m 3. Sisem produksi biogas mempunyai beberapa keunung-an, yaiu (a) mengurangi pengaruh gas rumah kaca, (b) mengurangi polusi bau yang idak sedap, (c) sebagai pupuk, (d) produksi daya dan panas. Kegiaan peernakan sapi dapa memberikan dampak posiif erhadap pembangunan, yaiu peningkaan pendapaan peernak, perluasan kesempaan kerja, peningkaan keersediaan pangan dan penghemaan devisa. Namun anpa dilakukan pengolahan limbah yang epa, kegiaan ini menimbulkan permasalahan lingkungan. Usaha unuk mengurangi bahkan mengeliminasi dampak negaif dari kegiaan usaha peernakan sapi ini erhadap lingkungan erganung pada beberapa fakor seperi kebijakan pemerinah dan keersediaan eknologi pengolahan limbah. Oleh sebab iu, dengan adanya invesasi insalasi biogas ini memberikan dampak posiif pada peernakan sapi perah dari aspek ekonomi dan kebersihan lingkungan seperi bahan bakar gas, pupuk organik pada dan cair dengan kandungan unsur hara Nirogen-Phospa- Kalium (NPK) yang dibuuhkan anaman cukup ersedia. Selain iu, eknologi biogas memiliki keunggulan sanga prakis, bahan baku lokal cukup ersedia dan eknologinya mudah diaplikasikan. Namun demikian, pengembangan insalasi biogas sebagai energi alernaif perlu dielaah lebih lanju apakah layak aau idak dalam penerapan skala individu maupun kelompok peernak. Analisis krieria invesasi digunakan unuk meliha bagaimana invesasi yang dianamkan erhadap biaya yang elah dikeluarkan, sehingga dapa memberikan manfaa kepada peernak, baik manfaa finansial dan manfaa-manfaa lainnya. Menuru Giinger (1986), aspek kelayakan seperi aspek eknis, aspek pasar, aspek insiusional-organisasimanajerial, aspek finansial dan aspek sosial merupakan krieria yang perlu dikaji dalam menilai kelayakan pengembangan biogas sebagai energi alernaif. Aspek-aspek ersebu dijabarkan secara deskripif unuk mendukung kelayakan. Tujuan umum kajian ini unuk menganalisa kelayakan pengembangan biogas sebagai energi alernaif berbasis individu dan kelompok peernak, sera secara khusus: (1) mengeahui keragaan pengelolaan limbah dengan insalasi biogas di lokasi peneliian, (2) menganalisis ingka kelayakan pengembangan biogas sebagai energi alernaif berbasis individu dan kelompok peernak, (3) menganalisis kepekaan kelayakan pengembangan biogas sebagai energi alernaif berbasis individu dan kelompok peernak erhadap perubahan komponen biaya dan manfaa dalam mengelola limbah di empa lokasi peneliian, (4) mengidenifikasi fakor inernal dan eksernal yang mempengaruhi pengembangan insalasi biogas dan (5) menenukan alernaif sraegi yang epa dalam pengembangan insalasi biogas bagi peernak. METODOLOGI Peneliian dilaksanakan di kelompok peernakan sapi di Bangka Tengah, Propinsi Bangka Beliung, Kelompok Peernakan Sapi di Cisarua, Kab. Bogor, sera lokasi Peneliian secara individu dilaksanakan di peernak sapi perah di kelurahan Kelapa Dua Wean Jakara Timur dan peernak sapi di desa Kaba wean Kab. Kepahiang, Propinsi Bengkulu. Peneliian ini dilakukan pada bulan Mei sampai bulan Juli Daa yang dikumpulkan berupa daa primer dan daa sekunder. 1. Pengumpulan daa primer dilakukan dengan cara wawancara langsung dengan peani/ peernak di Bangka Tenggah, Propinsi bangka Beliung, Kelompok Peernakan Sapi di Casarua, Kab. Bogor, sera lokasi Peneliian secara individu dilaksanakan di peernak sapi perah di kelurahan Kelapadua Wean Jakara Timur dan peernak sapi di desa Kabawean Kab. Kepahiang, Propinsi Bengkulu. Sebanyak 4 (empa) uni digeser biogas. 2. Daa sekunder diperoleh melalui sudi pusaka dan dokumen berupa caaan-caaan yang berkaian dengan peneliian ini, sera dari insansi erkai. Krieria finansial dianalisis dengan: a. Analisis Biaya Analisis biaya digunakan unuk mengeahui jumlah biaya yang dikeluarkan oleh peernak dan pemulung. Analisis biaya inernal: TC = TFC + TVC Keerangan: TC = Toal Cos (Biaya Toal) TFC = Toal Fixed Cos (Biaya Teap Toal) TVC = Toal Variable Cos (Biaya Variabel Toal) WAHYUNI DKK Manajemen IKM

3 Analisis Kelayakan Pengembangan Biogas 219 b. Analisis Finansial Analisis ini digunakan unuk meliha kelayakan suau kegiaan yang dilakukan. Secara finansial, aspek penilaian kelayakan diliha melalui nilai Ne Presen Value (NPV), Ne Benefi-Cos Raio (Ne B/C) dan Inernal Rae of Reurn (IRR). 1) Ne Presen Value (NPV) NPV n i B C 1 i Keerangan: B = Manfaa yang diperoleh iap bulan C = Biaya yang dikeluarkan iap bulan i = Tingka bunga (diskono) = 1, 2,..., n n = Jumlah ahun 2) Ne Benefi-Cos Raio (Ne B/C) Ne B / C n i n i B C posiif 1 i B C negaif 1 i Keerangan: B = Manfaa yang diperoleh iap bulan C = Biaya yang dikeluarkan iap bulan i = Tingka bunga (diskono) = 1, 2,..., n n = Jumlah ahun 3) Inernal Rae of Reurn (IRR) IRR i 1 i 2 i 1 NPV1 NPV NPV Keerangan: NPV 1 = NPV yang bernilai posiif NPV 2 = NPV yang bernilai negaive I 1 = Tingka bunga yang menghasilkan NPV 1 i 2 = Tingka bunga yang menghasilkan NPV 2 HASIL DAN PEMBAHASAN Dalam pembuaan insalasi biogas ada beberapa aspek yang harus dianalisis selain aspek finansial. Aspek-aspek ersebu merupakan aspek penunjang dalam penilaian kelayakan usaha yang melipui aspek eknis, aspek pasar, aspek manajemen dan aspek sosial. Kajian ini membahas enang pengembangan biogas berbasis kelompok (Bangka Tengah dan Cisarua Bogor) dan individu (Jakara Timur dan Kepahiang). 1 2 a. Aspek Penilaiaan Kelayakan Usaha 1) Aspek Teknis Aspek eknis merupakan aspek yang berkenaan dengan proses pembangunan proyek secara eknis dan pengoperasiannya seelah proyek ersebu selesai dibangun (Husnan dan Suwarsono, 2000). Keberhasilan pembangunan insalasi biogas didukung oleh fakor lokasi dan aspek eknis yang diaplikasikan dalam pembuaan insalasi ersebu. Lokasi yang dipilih unuk proyek insalasi biogas berada di Bangka Tengah, Provinsi Bangka Beliung, Kelompok Peernakan Sapi di Cisarua, Bogor, Provinsi Jawa Bara, sedangkan unuk lokasi kajian secara individu dilaksanakan di peernak sapi perah di kelurahan Kelapa Dua Wean Jakara Timur, Provinsi DKI Jakara dan peernak sapi di desa Kaba Wean Kabupaen Kepahiang, Provinsi Bengkulu. Berdasarkan perimbangan fakor penenu lokasi, lokasi ersebu sanga sraegik karena merupakan senra peernakan sapi perah. Di lokasi ersebu bahan baku yang dibuuhkan banyak ersedia dan berkelanjuan. 2) Aspek Pasar i. Karakerisik Produk Produk yang dihasilkan dari pengolahan limbah ernak adalah gas dan sludge. Ampas aau sludge sebagai produk sampingan jika diolah lebih lanju akan menghasilkan pupuk organik dengan muu sanga baik. Sebenarnya anpa pengolahan, ampas dapa digunakan sebagai pupuk organik. Teapi unuk pemasarannya, ampas aau sludge ersebu harus diproses erlebih dahulu agar dapa dipasarkan. Gas yang dihasilkan dari insalasi biogas ini idak dijual, eapi dimanfaakan langsung oleh rumah-angga (RT) peernak. Dalam analisis finansial, harga jual biogas dihiung berdasarkan hasil konversi dengan minyak anah yang dipakai RT peernak sebelum menggunakan biogas. ii. Pupuk Organik Salah sau jenis pupuk organik adalah kompos. Kompos adalah bahanbahan organik (sampah organik) yang elah mengalami proses pelapukan karena adanya ineraksi anara mikroorganisme (bakeri pembusuk) yang bekerja di dalamnya. Bahan-bahan organik ersebu seperi dedaunan, kooran ernak, rumpu, jerami dan lainlain. Bahan baku kompos yang berasal dari sampah merupakan limbah pada yang dianggap idak berguna lagi dan harus dibuang aau dikelola agar idak Vol. 4 No. 2

4 220 Analisis Kelayakan Pengembangan Biogas mencemari lingkungan dan membahayakan kesehaan. Penggunaan kompos sebagai pupuk sanga baik, karena dapa memberikan beberapa manfaa. Penggunaan berbagai pupuk organik di lahan peranian erbuki dapa meningkakan produksi. Pupuk cair dan pupuk pada yang berasal dari insalasi biogas di empa wilayah kajian disebu juga sebagai pupuk organik, karena berasal dari kooran ernak yang elah difermenasikan. Pupuk ini diproses secara berbeda dan menghasil-kan dua produk yaiu pupuk pada dan pupuk cair. Unuk pupuk pada, peernak hanya menjual dengan kemasan 1 kg/bungkus. Sedangkan unuk pupuk cair peernak hanya menghasilkan pupuk dengan ukuran 1 l per bool. Namun demikian pada analisis finansial pupuk pada dijual dalam benuk menah/belum diolah. iii. Gas Bio Gas yang dihasilkan dari insalasi biogas disebu juga dengan isilah gas rawa (gas-bio). Gas ini memiliki perbedaan dengan gas lainnya, perbedaan yang uama adalah dari sisi molekul kimianya. Gas-bio bukan merupakan gas murni, karena masih memiliki unsur lainnya selain meana yang jumlahnya sanga kecil. Sedang-kan gas lain seperi gas LPG merupakan gas murni yang idak ada unsur lain di dalamnya selain meana walaupun berbeda dengan gas LPG, biogas juga memiliki fungsi seperi gas lainnya memiliki kadar meana sebesar 54% dan dapa digunakan sebagai bahan bakar. iv. Pemasaran Produk Saluran pemasaran merupakan serangkaian lembaga yang dapa erliba selama proses penyampaian barang dan jasa ke konsumen dari produsen, pedagang besar, pengecer, agen pengangkuan perusahaan penyimpanan, biro periklanan dan sebagainya (Limbong dan Siorus, 1987). Saluran pemasaran yang erdapa dalam pengelolahan limbah ernak ini sanga sederhana. Gas yang dihasilkan di dalam pengolahan limbah idak dijual, melainkan digunakan sendiri. Gas yang dihasilkan dari insalasi biogas langsung dikonsumsi oleh RT peernak, karena iu unuk biogas idak dapa digambarkan bagaimana saluran pemasarannya. Berdasarkan hasil wawancara unuk pupuk pada dan cair, peernak biasanya memasarkan pupuk melalui agen yang memasarkan dan menampung produk dari peernak. Peernak juga melakukan sisem pemasaran langsung, dimana bagi konsumen yang ingin langsung membeli pupuk organik dapa langsung mendaangi empa produksi dan membeli secara langsung kepada peernak. Pangsa pasar pupuk organik saa ini sanga menjanjikan, erlebih dengan pendapa "back o naure" elah membua sebagian orang berlomba-lomba unuk kembali menggunakan produk yang ramah lingkungan, seha, segar dan alamiah, ermasuk dalam penggunaan pupuk. Pupuk organik yang memiliki banyak keunggulan dirasa cukup aman digunakan, eruama unuk produk anaman sayuran dan buah-buahan. Tanaman yang menggunakan pupuk organik cukup aman unuk dikonsumsi, karena erbebas dari bahan kimia yang berbahaya. Munculnya berbagai penyaki dan kelainan geneik menuru beberapa ahli medis disebabkan pola konsumsi yang kurang baik. Oleh karena iu, pangsa pasar pupuk organik dipasikan akan erus meningka seiring dengan peningkaan kebuuhan masyaraka modern akan kesehaan. 3) Aspek Insiusional-Organisasi-Manajerial Aspek manajemen dilakukan unuk mengkaji srukur organisasi yang sesuai dengan program yang direncanakan, sehingga dikeahui jumlah, kualifikasi dan deskripsi ugas individu unuk melaksanakan program pembuaan insalasi biogas. Program pembuaan insalasi biogas dalam mengelolah limbah ernak sapi perah memiliki srukur organisasi dalam penguaan kelompok erdiri dari Keua, Sekrearis dan Bendahara. Srukur organisasi ersebu merupakan srukur organisasi lini (line organizaion) yang dirasa sanga efekif. Sifa srukur lini yang sederhana mudah dimengeri dan jelas baasan wewenangnya unuk mempermudah pengambilan kepuusan. Pengarahan dalam sruur ersebu juga dapa dilakukan dengan cepa (Haeruman, 1979). 4) Aspek Sosial Suau proyek yang dilaksanakan harus memperhaikan dampak yang diimbulkan dan pengaruhnya erhadap lingkungan, masyaraka dan negara. Proyek insalasi biogas dalam mengelolah limbah ernak sapi perah di empa wilayah kajian memberikan pengaruh erhadap lingkungan, masyaraka dan negara. Beriku ini diuraikan secara lebih rinci mengenai dampak yang diimbulkan akiba dari adanya proyek insalasi biogas. WAHYUNI DKK Manajemen IKM

5 Analisis Kelayakan Pengembangan Biogas 221 i. Lingkungan Perkembangan usaha peernakan yang sejalan dengan peningkaan populasi sapi menyebabkan meningkanya jumlah kooran sapi (limbah). Peningkaan jumlah penduduk yang idak dibarengi dengan peningkaan luas anah menyebabkan kepadaan di wilayah pemukiman menjadi dilema bagi kelesarian lingkungan di empa wilayah kajian. Usaha peernakan sapi perah di empa wilayah kajian adalah sumber uama penghasil susu erbesar di wilayah ersebu, eapi di sisi lain mencipakan lingkungan yang seha dan bebas dari polusi yang merupakan anggungjawab semua pihak. Biogas mempunyai beberapa keunggulan erhadap lingkungan dibandingkan dengan BBM yang berasal dari fosil. Sifanya yang ramah lingkungan dan dapa diperbaharui merupakan keunggulan dari biogas dibandingkan dengan bahan bakar fosil. Bahan bakar fosil selama ini diisukan menjadi penyebab dari pemanasan global. Bahan bakar fosil yang pembakarannya idak sempurna dapa menyebabkan gas CO 2 naik kepermukaan bumi dan menjadi penghalang pemanulan panas bumi. Hal ersebu menyebabkan ingginya suhu di aas permukaan bumi seperi yang erjadi beberapa ahun ke belakang. Biogas sebagai salah sau energi alernaif dipasikan dapa mengganikan bahan bakar fosil yang keberadaannya semakin hari semakin erbaas. Biogas yang dihasilkan dari insalasi secara idak langsung elah banyak membawa manfaa erhadap lingkungan. Limbah yang awalnya dibuang ke sungai, dengan dibangunnya insalasi biogas dapa ermanfaakan dengan baik. Limbah ersebu diproses di dalam insalasi yang idak menimbulkan bau menyenga. Ampas aau sludge ersebu diproses kembali menjadi pupuk organik yang dapa dimanfaakan. Biogas yang elah ada minimal dapa mengurangi limbah yang dibuang ke sungai sehingga ingka pencemaran sungai akiba limbah dari peernakan dapa dikurangi. ii. Masyaraka Program pengembangan biogas dapa mencipakan lapangan kerja baru bagi masyaraka sekiar. Adanya insalasi biogas dan hasil sampingannya dapa memberdayakan sumber daya manusia (SDM) yang berpendidik-an menengah unuk diberdayakan secara opimal. Ampas biogas yang diolah menjadi pupuk organik memberikan dua keunungan sekaligus kepada para peernak. Perama ercipanya lapangan kerja dan yang kedua dihasilkannya manfaa dari penjualan pupuk organik. Biogas sebagai sumber energi alernaif memberikan manfaa yang cukup besar kepada rumah angga peernak. Selama ini RT peernak menggunakan minyak anah sebagai bahan bakar dalam memasak. Minyak anah yang langka dipasaran dan harganya yang relaif meningka lima ahun erakhir ini menyebabkan keberadaan biogas, khususnya di wilayah senra peernak-an sanga diperimbangkan. iii. Negara Pembuaan insalasi biogas diharapkan dapa membanu pemerinah dalam mencari solusi dari masalah kelangkaan BBM dan pencipaan lapangan kerja baru. Kelangkaan BBM di daerah, eruama pedesaan sebagai akiba erlambanya pasokan BBM dari pusa dapa diminimalkan dengan adanya sumber energi alernaif. Sumber energi alernaif yang dapa dikembangkan selain biogas, di anaranya biodiesel. Pengembangan sumber energi alernaif sejenis dapa lebih mengacu kepada daerah, dimana bahan baku ersedia berlimpah. Oleh karena iu, pemerinah harus menggali poensi negara dengan memberdayakan sumber energi yang selama ini erabaikan. b. Analisis Finansial Pengembangan Biogas Analisis finansial berujuan unuk mengeahui jumlah modal, jenis-jenis penggunaannya dalam pendirian dan pelaksanaan operasional biogas. Aliran kas dalam pengembangan biogas erdiri dari aliran kas masuk dan aliran kas ke luar. Aliran kas masuk (inflow) berasal dari penerimaan penjualan pupuk organik dan biogas yang diusahakan. Arus kas ke luar (ouflow) berasal dari pengeluaran biaya invesasi dan biaya operasional. Selisih besaran anara arus kas masuk dengan arus kas ke luar merupakan suau keunungan aau kerugian dari pengembangan insalasi biogas. 1) Arus Penerimaan (inflow) Manfaa aau penerimaan proyek insalasi biogas bersumber dari penjualan pupuk organik dan biogas yang dihasilkan. Besarnya penerimaan sanga berganung oleh banyaknya rumen segar (limbah ernak) yang dimasukkan ke dalam insalasi biogas. Biogas yang dihasilkan dalam insalasi ini digunakan oleh RT peernak, maka unuk mendapakan harga jual dari biogas, harga gas dikonversikan dengan harga pemakaian minyak anah yang dikeluarkan oleh RT Vol. 4 No. 2

6 222 Analisis Kelayakan Pengembangan Biogas peernak selama ini. Dengan asumsi pemakaian minyak anah oleh RT peernak selama ini dapa dikeahui harga jual biogas selama seahun Rp ,- merupakan penerimaan RT peernak berbasis individu dan kelompok Rp ,-. Unuk penerimaan pupuk organik berbeda anara pupuk pada dan pupuk cair. Penerimaan unuk pupuk organik hanya didapakan per ahun. Unuk pupuk cair dan pada dengan hasil produksi per ahun diperoleh penerimaan individu Rp dan kelompok Rp Toal penerimaan keseluruhan insalasi biogas Rp berbasis individu dan Rp unuk kelompok. 2) Arus Pengeluaran (ouflow) Arus pengeluaran dalam analisis kelayakan pengembangan insalasi biogas erdiri dari biaya invesasi dan biaya operasional. Arus biaya mencerminkan pengeluaran-pengeluaran yang erjadi selama masa pengembangan insalasi biogas. i. Biaya Invesasi Pada program pengembangan biogas, biaya invesasi dikeluarkan pada awal proyek secara keseluruhan. Umur ekonomis dari insalasi biogas adalah 30 ahun. Hal ini diliha dari kondisi bangunan dan peralaan yang dipakai diperkirakan dapa berahan 30 ahun. Biaya invesasi insalasi biogas erdiri dari biaya invesasi bangunan, anah, peralaan dan insalasi lainnya. Biaya invesasi bangunan mencakup biaya enaga kerja yang digunakan. Rincian biaya invesasi yang dikeluarkan pada proyek pembuaan insalasi biogas dapa diliha pada Tabel 1 dan 2. Tabel 1. Rincian biaya invesasi insalasi biogas secara individu kapasias 5 M 3 di DKI Jakara No Uraian Sauan Invesasi bangunan biogas (individu) Invesasi anah 5 (m 3 ) Harga (Rp) Harga Toal (Rp) (m 3 ) Toal Biaya Tabel 2. Rincian biaya invesasi insalasi biogas secara kelompok kapasias 17 M 3 di Cisarua Bogor No Uraian Sauan Harga (Rp) Invesasi bangunan biogas (kelompok) Invesasi Tanah 17 (m 3 ) Harga Toal (Rp) (m 3 ) Toal Biaya ii. Biaya Teap Biaya eap yang dikeluarkan pada proyek insalasi biogas erdiri dari perawaan dan penyusuan. Pengeluaran unuk perawaan pada individu per ahun Rp , dengan biaya penyusuan per ahun Rp ,67. Sedangkan unuk kelompok Rp dengan biaya perawaan dan biaya penyusuan Rp ,- iii. Biaya Variabel Biaya variabel dalam insalasi biogas melipui biaya rumen segar (limbah ernak) dan mikroorganisme sarer. Jumlah biaya variabel pada ahun ke ahun diasumsikan sama dengan biaya ahun perama. Jumlah biaya variabel yang dikeluarkan dalam sau ahun kegiaan operasional insalasi biogas dan pengolahan limbah unuk individu Rp , dengan biaya pembelian rumen segar Rp ,- pada kelompok Rp ,- dan rumen segar Rp ,- iv. Krieria Kelayakan Finansial Analisis krieria kelayakan finansial digunakan unuk menilai kelayakan proyek. Dalam peneliian ini digunakan beberapa krieria kelayakan usaha, yaiu NPV, Ne B/C dan IRR. Analisis kelayakan finansial dilakukan dengan menggunakan ingka suku bunga 17% yang merupakan ingka raaan suku bunga di beberapa Bank Pemerinah selama periode Juli 2007-Juni Krieria ini dilakukan unuk meliha sejauhmana kelayakan proyek ersebu, jika peernak menggunakan modal pinjaman dari Bank Pemerinah yang ada. Dengan arus unai (cash flow) pada ingka suku bunga 17% dianalisis kelayakan finansial berdasarkan krieria-krieria yang elah dienukan. Tabel 3 menunjukkan hasil analisis kelayakan finansial usaha program pengembangan biogas pada ingka suku bunga 17%. Tabel 3. Hasil analisis kelayakan finansial pengembangan biogas No Indikaor kelayakan NPV IRR B/C Raio Nilai (Individu) Rp % 2,14 Nilai (Kelompok) Rp % 39,02 Tabel 3 menunjukkan bahwa nilai NPV yang dihasilkan dari proyek insalasi biogas adalah Rp unuk individu dan kelompok Rp unuk kelompok. Arinya bahwa nilai sekarang (presen value) dari pendapaan yang dierima bernilai posiif selama 30 ahun pada ingka suku bunga 17%. Dengan hasil analisis NPV ersebu ernyaa pengembangan biogas dalam WAHYUNI DKK Manajemen IKM

7 Analisis Kelayakan Pengembangan Biogas 223 mengelola limbah ernak ini dinyaakan sanga layak unuk dilaksanakan. Ne B/C yang dihasilkan pada ingka diskono 17%, yaiu 2,14 (individu) dan kelompok (50,13). Nilai ersebu menunjukkan bahwa seiap pengeluaran biaya Rp. 1,00 akan menghasilkan manfaa Rp. 2,14 dan 50,13 aau dapa disebukan bahwa pendapaan bersih yang diperoleh 2,14 dan 50,13 kali dari biaya yang dikeluarkan. Hasil analisis ersebu juga menunjukkan bahwa nilai IRR yang diperoleh 34% (individu) dan 90% (kelompok). Nilai ini menunjukkan bahwa pemerinah idak akan`rugi, jika dana yang dimiliki digunakan unuk invesasi erhadap biogas. Kemampuan proyek unuk mengembalikan modal yang digunakan lebih besar dari discoun facor (DF) yang digunakan 17%. Dengan kaa lain diinjau dari krieria IRR, proyek ini elah memenuhi krieria kelayakan finansial. v. Analisis Swiching Value (Nilai Penggani) Analisis swiching value dinilai karena erdapa perubahan-perubahan, baik dari arus manfaa maupun pada arus biaya. Unuk meliha kepekaan hasil analisis kelayakan proyek bila erjadi perubahan dalam perhiunganya, maka perlu dilakukan analisis swiching value erhadap arus manfaa dan arus biaya. Analisis swiching value dilakukan dengan asumsi dasar, yaiu semua manfaa dan biaya selain biaya variabel dan nilai penjualan diasumsikan konsan (caeris peribus). Analisis swiching value yang dilakukan secara coba-coba erhadap nilai penjualan dan kenaikan biaya variabel dapa diliha pada Tabel 4. Tabel 4. Hasil analisis swiching value proyek Biogas No. Parameer Persenase (%) 1. Penurunan nilai penjualan 5 biogas dan pupuk 2. Peningkaan biaya variabel 5 Secara finansial pada ingka diskono 17%, usaha proyek insalasi biogas memperoleh keunungan normal, jika biaya variabel naik maksimal 5% dan nilai penjualan urun maksimal 5%. Berdasarkan hasil perhiungan analisis swiching value dikeahui bahwa proyek ini sanga sensiif erhadap perubahan biaya variabel dan perubahan harga jual dalam penerimaan. Kenaikan biaya variabel melebihi 5% aau penurunan nilai penjualan melebihi 5% menyebabkan proyek insalasi biogas ini menjadi idak layak unuk dilaksanakan. vi. Analisis SWOT Berdasarkan informasi yang diperoleh dari hasil wawancara dan pengamaan langsung di lokasi indusri biogas, dapa diidenifikasikan bahwa fakor-fakor sraegik inernal, yaiu kekuaan dan kelemahan pengembang-an biogas; sera fakor-fakor sraegik eksernal, yaiu peluang dan ancaman yang dihadapi dalam pengembangan biogas. Fakor-fakor sraegik ersebu kemudian dianalisis dengan mariks analisis SWOT yang menghasilkan sraegi SO, sraegi WO, sraegi ST dan sraegi WT yang secara deskripif disajikan pada Tabel 5. Tabel 5. Mariks SWOT pengembangan biogas Fakor Eksernal Fakor Inernal PELUANG (O) O1 Dapa menggani energi dan sumber lain O2 Mengurangi keerganungan erhadap pupuk anorganik O3 Meningkakan pendapaan masyaraka O4 Dapa mendorong berkembangnya sekor peernakan ANCAMAN (T) T1 Sikap masyaraka kurang peduli T2 Menurunnya populasi ernak T3 Kandang koloni jauh dari pemukiman T4 Adanya produk penggani KEKUATAN (S) S1 Muu produk baik S2 Koninuias sebagai sumber energi S3 Harga murah dibanding BBM lain S4 Dapa mengurangi pencemaran lingkungan S5 Besarnya dukungan pemerinah Sraegi SO 1. Meningkakan produkivias (O1,O2,O4; S1,S2) 2. Memperluas jaringan pemasaran (O1,O3,O4; S1, S2, S4, S5) Sraegi ST 1. Memperahankan dan menjaga muu produk yang dihasilkan (T2,T3; S1,S2,S4) 2. Penguaan anggoa peernak dengan kelompok (T1,T2,T3; S1,S3,S5) KELEMAHAN (W) W1 Belum memasyaraka/kurang sosialisasi W2 SDM erampil masih kurang W3 Keerbaasan modal W4 Pemasaran belum opimal W5 Pemeliharaan ernak masih eksensif Sraegi WO 1. Memanfaakan jasa perbankan unuk pengembangan usaha (O1,O4; W3,W5) 2. Meningkakan pengeahuan manajemen usaha (O3,O4; W2,W3,W5) Sraegi WT 1. Memasyarakakan biogas sebagai energi alernaif (T1,T4;W1,W4) 2. Meningkakan eknologi produksi dan muu produk (T2,T3, T4; W2,W3,W5) Vol. 4 No. 2

8 224 Analisis Kelayakan Pengembangan Biogas Kesimpulan KESIMPULAN DAN SARAN a. Insalasi pengolahan limbah (reakor biogas) erbua dari semen dan fiber glass, karena lebih efekif dan hasil produksi gasnya lebih baik. b. Hasil peneliian di empa wilayah, baik secara individu maupun kelompok, dapa memanfaakan pupuk organik cair maupun pada unuk meningkakan pendapaan peernak. c. Hasil analisis kelayakan finansial dengan kapasias biodigeser 5 m 3 dan 17 m 3 pada ingka suku bunga 17% menunjukkan proyek pengembangan insalasi biogas layak dilaksanakan dan dikembangkan. d. Hasil Idenifikasi fakor inernal dan eksernal pengembangan usaha biogas adalah : (1) Meningkakan produkivias, (2) Memperluas jaringan pemasaran, (3) Memanfaakan jasa perbankan unuk pengembangan usaha, (4) Meningkakan pengeahuan manajemen usaha, (5) Memperahankan dan menjaga muu produk yang dihasilkan, (6) Penguaan anggoa peernak dengan kelompok, (7) Memasyarakakan biogas sebagai energi alernaif, (8) Meningkakan eknologi produksi dan muu produk, (9) Hasil perhiungan analisis swiching value menunjukkan bahwa proyek ini sanga sensiif erhadap perubahan biaya variabel dan perubahan harga jual biodigeser dalam penerimaan, (10) kenaikan biaya variabel melebihi 5% aau penurunan nilai penjualan melebihi 5% menyebabkan proyek insalasi biogas menjadi idak layak unuk dilaksanakan. e. Alernaif Sraegi yang epa unuk pengembangan insalasi biogas bagi peernak adalah harga reakor yang murah, kua dan mudah didapa, ringan dan mudah dipindahkan, perawaan dan operasional biodigeser lebih efekif dan mudah dilakukan, pemasangan insalasi biodigeser lebih mudah, koninuias sebagai sumber energi alernaif, dapa mengurangi pencemaran lingkungan, mudah dilaksanakan dengan eknologi sederhana, mempunyai nilai ambah lain (pupuk organik) dan besarnya dukungan pemerinah. Saran a. Pengembangan proyek insalasi biogas perlu dilakukan, khususnya di senra peernakan, karena didapakan manfaa finansial dan lainnya b. Peernak sebagai pihak yang langsung erliba dalam operasional biogas sebaiknya lebih anggap dalam mensikapi kerusakan maupun masalah dalam operasional insalasi sehari-hari. c. Pengolahan ampas biogas menjadi pupuk organik diharapkan erus dilakukan oleh peernak agar limbah dari usaha peernakan dapa seluruhnya ermanfaakan dengan baik. DAFTAR PUSTAKA Giinger, J.P Analisis Ekonomi Proyek Peranian (Terjemahan). Universias Indonesia Press, Jakara. Haeruman, H Perencanan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup. Program Pasca Sarjana IPB, Bogor. Husnan, S dan Suwarsono Sudi Kelayakan Proyek: Konsep, Teknik dan Penyusunan Laporan. BPFE, Jakara. Limbong, W.H. dan Siorus Penganar Taaniaga Peranian. Modul Dikla Jurusan Ilmu-Ilmu Sosial Ekonomi Peranian. Insiu Peranian Bogor, Bogor. Simamora, S., Salundik, S. Wahyuni dan Sarajudin Membua Biogas Penggani Bahan Bakar Minyak dan Gas dari Kooran Ternak. Agromedia Pusaka, Jakara. Soehadji Kebijaksanaan Pemerinah dalam Pengembangan Indusri Peernakan dan Penanganan Limbah Peernakan. Direkora Jenderal Peernakan Deparemen Peranian, Jakara. Widodo, T.W., A. Asari, A. Nurhasanah and E. Rahmaresia Biogas Technology Developmen for Small Scale Cale Farm Level in Indonesia. Inernaional Seminar on Developmen in Biofuel Producion and Biomass Technology. Jakara. WAHYUNI DKK Manajemen IKM

IV. METODE PENELITIAN

IV. METODE PENELITIAN IV. METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waku Peneliian Peneliian ini dilakukan di Dafarm, yaiu uni usaha peernakan Darul Fallah yang erleak di Kecamaan Ciampea, Kabupaen Bogor, Jawa Bara. Pemilihan lokasi

Lebih terperinci

IV. METODE PENELITIAN

IV. METODE PENELITIAN IV. METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waku Peneliian Peneliian ini dilaksanakan di PT Panafil Essenial Oil. Lokasi dipilih dengan perimbangan bahwa perusahaan ini berencana unuk melakukan usaha dibidang

Lebih terperinci

IV. METODE PENELITIAN

IV. METODE PENELITIAN IV. METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waku Peneliian Peneliian ini dilaksanakan pada kasus pengolahan ikan asap IACHI Peikan Cia Halus (PCH) yang erleak di Desa Raga Jaya Kecamaan Ciayam, Kabupaen Bogor,

Lebih terperinci

III METODE PENELITIAN

III METODE PENELITIAN III METODE PENELITIAN 3.1 Waku dan Tempa Peneliian Peneliian mengenai konribusi pengelolaan huan rakya erhadap pendapaan rumah angga dilaksanakan di Desa Babakanreuma, Kecamaan Sindangagung, Kabupaen Kuningan,

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Usahatani belimbing karangsari adalah kegiatan menanam dan mengelola. utama penerimaan usaha yang dilakukan oleh petani.

III. METODE PENELITIAN. Usahatani belimbing karangsari adalah kegiatan menanam dan mengelola. utama penerimaan usaha yang dilakukan oleh petani. III. METODE PENELITIAN A. Konsep Dasar dan Definisi Operasional Usahaani belimbing karangsari adalah kegiaan menanam dan mengelola anaman belimbing karangsari unuk menghasilkan produksi, sebagai sumber

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN

III. METODOLOGI PENELITIAN III. METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Kerangka Pemikiran Peneliian Keinginan Kelompok Tani Duma Lori yang erdapa di Desa Konda Maloba dan masyaraka sekiar akan berdirinya penggilingan gabah di daerahnya, elah

Lebih terperinci

IV. METODE PENELITIAN

IV. METODE PENELITIAN IV. METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waku Peneliian mengenai kelayakan pengusahaan pupuk kompos dilaksanakan pada uni usaha Koperasi Kelompok Tani (KKT) Lisung Kiwari yang menjalin mira dengan Lembaga

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. yang digunakan untuk mengetahui dan pembahasannya mengenai biaya - biaya

METODE PENELITIAN. yang digunakan untuk mengetahui dan pembahasannya mengenai biaya - biaya III. METODE PENELITIAN A. Meode Dasar Peneliian Meode yang digunakan dalam peneliian ini adalah meode kuaniaif, yang digunakan unuk mengeahui dan pembahasannya mengenai biaya - biaya usaha melipui biaya

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN III. METODE PENELITIAN 3.1. Kerangka Pemikiran Poensi sumberdaya perikanan, salah saunya dapa dimanfaakan melalui usaha budidaya ikan mas. Budidaya ikan mas yang erus berkembang di masyaraka, kegiaan budidaya

Lebih terperinci

IV METODE PENELITIAN

IV METODE PENELITIAN IV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waku Peneliian Peneliian ini dilaksanakan di Tempa Pelayanan Koperasi (TPK) Cibedug, Kecamaan Lembang, Kabupaen Bandung, Jawa Bara. Pemilihan lokasi dilakukan secara

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Konsep dasar dan definisi operasional merupakan pengertian dan petunjuk yang

III. METODE PENELITIAN. Konsep dasar dan definisi operasional merupakan pengertian dan petunjuk yang III. METODE PENELITIAN A. Konsep Dasar dan Definisi Operasional Konsep dasar dan definisi operasional merupakan pengerian dan peunjuk yang digunakan unuk menggambarkan kejadian, keadaan, kelompok, aau

Lebih terperinci

Bab II Dasar Teori Kelayakan Investasi

Bab II Dasar Teori Kelayakan Investasi Bab II Dasar Teori Kelayakan Invesasi 2.1 Prinsip Analisis Biaya dan Manfaa (os and Benefi Analysis) Invesasi adalah penanaman modal yang digunakan dalam proses produksi unuk keunungan suau perusahaan.

Lebih terperinci

III. KERANGKA PEMIKIRAN

III. KERANGKA PEMIKIRAN III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Teoriis 3.1.1 Daya Dukung Lingkungan Carrying capaciy aau daya dukung lingkungan mengandung pengerian kemampuan suau empa dalam menunjang kehidupan mahluk hidup secara

Lebih terperinci

post facto digunakan untuk melihat kondisi pengelolaan saat ini berdasarkan

post facto digunakan untuk melihat kondisi pengelolaan saat ini berdasarkan 3. METODE PENELITIAN 3.1. Pendekaan dan Meode Peneliian Jenis peneliian yang digunakan adalah jenis peneliian kualiaif dengan menggunakan daa kuaniaif. Daa kualiaif adalah mengeahui Gambaran pengelolaan

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Industri pengolahan adalah suatu kegiatan ekonomi yang melakukan kegiatan

III. METODE PENELITIAN. Industri pengolahan adalah suatu kegiatan ekonomi yang melakukan kegiatan 40 III. METODE PENELITIAN A. Konsep Dasar dan Baasan Operasional Konsep dasar dan baasan operasional pada peneliian ini adalah sebagai beriku: Indusri pengolahan adalah suau kegiaan ekonomi yang melakukan

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN 23 III. METODE PENELITIAN 3.1 Waku dan Lokasi Peneliian dilaksanakan di iga empa berbeda. Unuk mengeahui ingka parisipasi masyaraka penelii mengambil sampel di RT 03/RW 04 Kelurahan Susukan dan RT 05/RW

Lebih terperinci

APLIKASI MODEL ANALISIS KELAYAKAN EKONOMI

APLIKASI MODEL ANALISIS KELAYAKAN EKONOMI APLIKASI MODEL ANALISIS KELAYAKAN EKONOMI Oleh: YUDI WAHYUDIN, S.Pi., M.Si. Pelaihan Analisis Kelayakan Ekonomi Kegiaan Capaciy Building Program Pendanaan Kompeisi-Indeks Pembangunan Manusia (PPK-IPM)

Lebih terperinci

Analisis kelayakan finansial perluasan tambak budidaya udang vaname di Cantigi Indramayu

Analisis kelayakan finansial perluasan tambak budidaya udang vaname di Cantigi Indramayu Jurnal Akuakulur Indonesia 9 (1), 77 83 (2010) Available : hp://journal.ipb.ac.id/index.php/jai hp://jurnalakuakulurindonesia.ipb.ac.id Analisis kelayakan finansial perluasan ambak budidaya udang vaname

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Kerangka Pemikiran Teoriis Pengerian proyek menuru Arifin yang dikuip dari Mariyanne (2006) adalah suau akivias di mana dikeluarkannya uang dengan harapan unuk mendapakan hasil

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI. Produksi padi merupakan suatu hasil bercocok tanam yang dilakukan dengan

BAB 2 LANDASAN TEORI. Produksi padi merupakan suatu hasil bercocok tanam yang dilakukan dengan BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1. Produksi Produksi padi merupakan suau hasil bercocok anam yang dilakukan dengan penanaman bibi padi dan perawaan sera pemupukan secara eraur sehingga menghasilkan suau produksi

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. tahun 1990-an, jumlah produksi pangan terutama beras, cenderung mengalami

BAB 1 PENDAHULUAN. tahun 1990-an, jumlah produksi pangan terutama beras, cenderung mengalami 11 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Laar Belakang Keahanan pangan (food securiy) di negara kia ampaknya cukup rapuh. Sejak awal ahun 1990-an, jumlah produksi pangan eruama beras, cenderung mengalami penurunan sehingga

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. Kawasan Pesisir Kabupaten Kulon Progo. Pemanfaatan/Penggunaan Lahan Saat Ini

METODE PENELITIAN. Kawasan Pesisir Kabupaten Kulon Progo. Pemanfaatan/Penggunaan Lahan Saat Ini METODE PENELITIAN Kerangka Pendekaan Sudi Penaagunaan lahan kawasan pesisir di Kabupaen Kulon Progo didasarkan pada karakerisik fisik, finansial usaha ani dan pemanfaaan saa ini. Karakerisik fisik adalah

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Laar Belakang Perumbuhan ekonomi merupakan salah sau ukuran dari hasil pembangunan yang dilaksanakan khususnya dalam bidang ekonomi. Perumbuhan ersebu merupakan rangkuman laju-laju

Lebih terperinci

ANALISI KELAYAKAN FINANSIAL USAHA AGROINDUSTRI TAHU STUDI KASUS DI KELURAHAN LABUH BARU BARAT KECAMATAN PAYUNG SEKAKI KOTA PEKANBARU

ANALISI KELAYAKAN FINANSIAL USAHA AGROINDUSTRI TAHU STUDI KASUS DI KELURAHAN LABUH BARU BARAT KECAMATAN PAYUNG SEKAKI KOTA PEKANBARU ANALISI KELAYAKAN FINANSIAL USAHA AGROINDUSTRI TAHU STUDI KASUS DI KELURAHAN LABUH BARU BARAT KECAMATAN PAYUNG SEKAKI KOTA PEKANBARU Muhammad Irfan Asrori, Yusmini, dan Shorea Khaswarina Fakulas Peranian

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN 19 BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Waku dan Lokasi Peneliian Peneliian ini dilakukan pada bulan Juni hingga Juli 2011 yang berlokasi di areal kerja IUPHHK-HA PT. Mamberamo Alas Mandiri, Kabupaen Mamberamo

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Capial Expendiure (Belanja Modal) Capial Expendiure aau juga dikenal dengan nama belanja modal adalah pengeluaran yang dilakukan perusahaan unuk mendapakan aau memperbarui ase

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Sumber Daya Alam (SDA) yang tersedia merupakan salah satu pelengkap alat

BAB 1 PENDAHULUAN. Sumber Daya Alam (SDA) yang tersedia merupakan salah satu pelengkap alat BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Laar Belakang Sumber Daya Alam (SDA) yang ersedia merupakan salah sau pelengkap ala kebuuhan manusia, misalnya anah, air, energi lisrik, energi panas. Energi Lisrik merupakan Sumber

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Laar Belakang Masalah Dalam sisem perekonomian suau perusahaan, ingka perumbuhan ekonomi sanga mempengaruhi kemajuan perusahaan pada masa yang akan daang. Pendapaan dan invesasi merupakan

Lebih terperinci

BAB 2 URAIAN TEORI. waktu yang akan datang, sedangkan rencana merupakan penentuan apa yang akan

BAB 2 URAIAN TEORI. waktu yang akan datang, sedangkan rencana merupakan penentuan apa yang akan BAB 2 URAIAN EORI 2.1 Pengerian Peramalan Peramalan adalah kegiaan memperkirakan aau memprediksi apa yang erjadi pada waku yang akan daang, sedangkan rencana merupakan penenuan apa yang akan dilakukan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Laar Belakang Masalah persediaan merupakan masalah yang sanga pening dalam perusahaan. Persediaan mempunyai pengaruh besar erhadap kegiaan produksi. Masalah persediaan dapa diaasi

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Pertumbuhan ekonomi merupakan salah satu ukuran dari hasil pembangunan yang

BAB 1 PENDAHULUAN. Pertumbuhan ekonomi merupakan salah satu ukuran dari hasil pembangunan yang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Laar Belakang Perumbuhan ekonomi merupakan salah sau ukuran dari hasil pembangunan yang dilaksanakan khususnya dalam bidang ekonomi. Perumbuhan ersebu merupakan rangkuman laju perumbuhan

Lebih terperinci

HUMAN CAPITAL. Minggu 16

HUMAN CAPITAL. Minggu 16 HUMAN CAPITAL Minggu 16 Pendahuluan Invesasi berujuan unuk meningkakan pendapaan di masa yang akan daang. Keika sebuah perusahaan melakukan invesasi barang-barang modal, perusahaan ini akan mengeluarkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tepat rencana pembangunan itu dibuat. Untuk dapat memahami keadaan

BAB I PENDAHULUAN. tepat rencana pembangunan itu dibuat. Untuk dapat memahami keadaan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Laar Belakang Dalam perencanaan pembangunan, daa kependudukan memegang peran yang pening. Makin lengkap dan akura daa kependudukan yang esedia makin mudah dan epa rencana pembangunan

Lebih terperinci

MODUL III ANALISIS KELAYAKAN INVESTASI

MODUL III ANALISIS KELAYAKAN INVESTASI ANALISIS KELAYAKAN INVESTASI 3.. Tujuan Ö Prakikan dapa memahami perhiungan alokasi biaya. Ö Prakikan dapa memahami analisis kelayakan invesasi dalam pendirian usaha. Ö Prakikan dapa menyusun proyeksi/proforma

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN 26 III. METODE PENELITIAN 3.1. Kerangka Pemikiran Penilaian perkembangan kinerja keuangan PT. Goodyear Indonesia Tbk dilakukan dengan maksud unuk mengeahui sejauh mana perkembangan usaha perusahan yang

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Kabupaten Labuhan Batu merupakan pusat perkebunan kelapa sawit di Sumatera

BAB 1 PENDAHULUAN. Kabupaten Labuhan Batu merupakan pusat perkebunan kelapa sawit di Sumatera BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Laar Belakang Kabupaen Labuhan Bau merupakan pusa perkebunan kelapa sawi di Sumaera Uara, baik yang dikelola oleh perusahaan negara / swasa maupun perkebunan rakya. Kabupaen Labuhan

Lebih terperinci

ANALISIS KELAYAKAN FINANSIAL BUDIDAYA IKAN NILA WANAYASA PADA KELOMPOK PEMBUDIDAYA MEKARSARI

ANALISIS KELAYAKAN FINANSIAL BUDIDAYA IKAN NILA WANAYASA PADA KELOMPOK PEMBUDIDAYA MEKARSARI Analisis Jurnal Akuakulur Kelayakan Finansial Indonesia, Budidaya 6(1): 97 102 Ikan Nila (2007) Wanayasa Available : hp://journal.ipb.ac.id/index.php/jai 97 hp://jurnalakuakulurindonesia.ipb.ac.id Bulan

Lebih terperinci

Kelayakan Finansial Budidaya Jamur Tiram di Desa Sugihan, Kecamatan Tengaran, Kabupaten Semarang

Kelayakan Finansial Budidaya Jamur Tiram di Desa Sugihan, Kecamatan Tengaran, Kabupaten Semarang Kelayakan Finansial Budidaya Jamur Tiram di Desa Sugihan, Kecamaan Tengaran, Kabupaen Semarang Nugraheni Renaningsih Fakulas Peranian Universias Veeran Bangun Nusanara Sukoharjo, Jl. Lejen S. Humardani

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI. Metode Peramalan merupakan bagian dari ilmu Statistika. Salah satu metode

BAB 2 LANDASAN TEORI. Metode Peramalan merupakan bagian dari ilmu Statistika. Salah satu metode 20 BAB 2 LADASA TEORI 2.1. Pengerian Peramalan Meode Peramalan merupakan bagian dari ilmu Saisika. Salah sau meode peramalan adalah dere waku. Meode ini disebu sebagai meode peramalan dere waku karena

Lebih terperinci

KELAYAKAN FINANSIAL INVESTASI PABRIK KELAPA SAWIT DI KABUPATEN ACEH UTARA. Asrida Dosen Program Studi Ekonomi Pembangunan Universitas Almuslim ABSTRAK

KELAYAKAN FINANSIAL INVESTASI PABRIK KELAPA SAWIT DI KABUPATEN ACEH UTARA. Asrida Dosen Program Studi Ekonomi Pembangunan Universitas Almuslim ABSTRAK KELAYAKAN FINANSIAL INVESTASI PABRIK KELAPA SAWIT DI KABUPATEN ACEH UTARA Asrida Dosen Program Sudi Ekonomi Pembangunan Universias Almuslim ABSTRAK Kelapa sawi merupakan salah sau primadona anaman perkebunan

Lebih terperinci

STUDI KELAYAKAN FINANSIAL PUPUK ORGANIK RESIDU BIOGAS DARI DIVERSIFIKASI USAHA TERNAK

STUDI KELAYAKAN FINANSIAL PUPUK ORGANIK RESIDU BIOGAS DARI DIVERSIFIKASI USAHA TERNAK HABITAT Volume XXII, No. 1, Bulan April 2011 ISSN: 0853-5167 STUDI KELAYAKAN FINANSIAL PUPUK ORGANIK RESIDU BIOGAS DARI DIVERSIFIKASI USAHA TERNAK (FINANCIAL FEASIBILITY STUDIES OF ORGANIC FERTILIZER FROM

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. Peramalan (Forecasting) adalah suatu kegiatan yang mengestimasi apa yang akan

BAB II LANDASAN TEORI. Peramalan (Forecasting) adalah suatu kegiatan yang mengestimasi apa yang akan BAB II LADASA TEORI 2.1 Pengerian peramalan (Forecasing) Peramalan (Forecasing) adalah suau kegiaan yang mengesimasi apa yang akan erjadi pada masa yang akan daang dengan waku yang relaif lama (Assauri,

Lebih terperinci

Tuanku Zakaria 1, Zakiah 1, Indra 1 * 1 Program Studi Agribisnis, Fakultas Pertanian, Universitas Syiah Kuala

Tuanku Zakaria 1, Zakiah 1, Indra 1 * 1 Program Studi Agribisnis, Fakultas Pertanian, Universitas Syiah Kuala Jurnal Ilmiah Mahasiswa Peranian Unsyiah PROSPEK PENGEMBANGAN USAHA PENGGEMUKANN SAPI POTONG SECARA INTENSIF ( STUDI KASUS PADA UD.NIWATORI DI GAMPONG MEUNASAH KRUENG KECAMATAN INGIN JAYA KABUPATEN ACEH

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS. dari bahasa Yunani yang berarti Demos adalah rakyat atau penduduk,dan Grafein

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS. dari bahasa Yunani yang berarti Demos adalah rakyat atau penduduk,dan Grafein BAB 2 TINJAUAN TEORITIS 2.1 Pengerian Demografi Keadaan penduduk sanga era kaiannya dengan demografi. Kaa demografi berasal dari bahasa Yunani yang berari Demos adalah rakya aau penduduk,dan Grafein adalah

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LADASA TEORI 2.1 Pengerian Peramalan Peramalan (forecasing) adalah suau kegiaan yang memperkirakan apa yang akan erjadi pada masa yang akan daang. Meode peramalan merupakan cara unuk memperkirakan

Lebih terperinci

JIIA, VOLUME 4 No. 1, JANUARI 2016

JIIA, VOLUME 4 No. 1, JANUARI 2016 ANALISIS FINANSIAL USAHA TERNAK AYAM PROBIOTIK : STUDI KASUS: KPA BERKAT USAHA BERSAMA, KOTA METRO (Financial Analysis Of Probioic Chickens Farming : Case Sudy: KPA Berka Usaha Bersama, Mero Ciy) Bayu

Lebih terperinci

JIIA, VOLUME 2, No. 1, JANUARI 2014

JIIA, VOLUME 2, No. 1, JANUARI 2014 ANALISIS KELAYAKAN USAHA AGROINDUSTRI KOPI LUWAK DI KECAMATAN BALIK BUKIT KABUPATEN LAMPUNG BARAT (The Financial Feasibiliy Analysis of Luwak Coffee Agroindusry a Balik Buki Disric of Wes Lampung Regency)

Lebih terperinci

KELAYAKAN INDUSTRI KERUPUK JAMUR TIRAM DI KABUPATEN BOGOR ABSTRACT

KELAYAKAN INDUSTRI KERUPUK JAMUR TIRAM DI KABUPATEN BOGOR ABSTRACT KELAYAKAN INDUSTRI KERUPUK JAMUR TIRAM DI KABUPATEN BOGOR Purwoko dan Yandra Arkeman Deparemen Teknologi Indusri Peranian, Fakulas Teknologi Peranian, IPB ABSTRACT Oyser mushroom can be processed ino various

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS. Kegiatan untuk memperkirakan apa yang akan terjadi pada masa yang akan datang

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS. Kegiatan untuk memperkirakan apa yang akan terjadi pada masa yang akan datang BAB 2 TINJAUAN TEORITIS 2.1 Pengerian dan Manfaa Peramalan Kegiaan unuk mempeirakan apa yang akan erjadi pada masa yang akan daang disebu peramalan (forecasing). Sedangkan ramalan adalah suau kondisi yang

Lebih terperinci

III KERANGKA PEMIKIRAN

III KERANGKA PEMIKIRAN III KERANGKA PEMIKIRAN 3.1 Teori Risiko Produksi Dalam eori risiko produksi erlebih dahulu dijelaskan mengenai dasar eori produksi. Menuru Lipsey e al. (1995) produksi adalah suau kegiaan yang mengubah

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Dalam pelaksanaan pembangunan saat ini, ilmu statistik memegang peranan penting

BAB 1 PENDAHULUAN. Dalam pelaksanaan pembangunan saat ini, ilmu statistik memegang peranan penting BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Laar Belakang Dalam pelaksanaan pembangunan saa ini, ilmu saisik memegang peranan pening baik iu di dalam pekerjaan maupun pada kehidupan sehari-hari. Ilmu saisik sekarang elah melaju

Lebih terperinci

ANALISIS DIRECT SELLING COST DALAM MENINGKATKAN VOLUME PENJUALAN Studi kasus pada CV Cita Nasional.

ANALISIS DIRECT SELLING COST DALAM MENINGKATKAN VOLUME PENJUALAN Studi kasus pada CV Cita Nasional. JURNAL ILMIAH RANGGAGADING Volume 7 No. 1, April 7 : 3-9 ANALISIS DIRECT SELLING COST DALAM MENINGKATKAN VOLUME PENJUALAN Sudi kasus pada CV Cia Nasional. Oleh Emmy Supariyani* dan M. Adi Nugroho *Dosen

Lebih terperinci

BAB 2 DASAR TEORI. Studi mengenai aspek teknis dan produksi ini sifatnya sangat strategis, sebab

BAB 2 DASAR TEORI. Studi mengenai aspek teknis dan produksi ini sifatnya sangat strategis, sebab 13 BAB 2 DASAR TEORI 2.1 Aspek Teknis Sudi mengenai aspek eknis dan produksi ini sifanya sanga sraegis, sebab berkaian dengan kapasias proyek, lokasi, aa leak ala produksi, kajian aas bahan dan sumbernya,

Lebih terperinci

3 METODE PENELITIAN. Gambar 5 Peta lokasi penelitian. PETA PENELITIAN DI KABUPATEN ACEH JAYA. Lokasi sampel. Lokasi Penelitian

3 METODE PENELITIAN. Gambar 5 Peta lokasi penelitian. PETA PENELITIAN DI KABUPATEN ACEH JAYA. Lokasi sampel. Lokasi Penelitian 3 METODE PENELITIAN 3.1 Tempa dan Waku Peneliian Peneliian ini dilaksanakan di pesisir Kabupaen Aceh Jaya di Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam. Peneliian ini dilaksanakan pada bulan Agusus 2008 sampai

Lebih terperinci

ANALISA SENSITIVITAS KELAYAKAN USAHA PT. JASA MARINA INDAH DENGAN BEROPERASINYA GRAVING DOCK DWT

ANALISA SENSITIVITAS KELAYAKAN USAHA PT. JASA MARINA INDAH DENGAN BEROPERASINYA GRAVING DOCK DWT ANALISA SENSITIVITAS KELAYAKAN USAHA PT. JASA MARINA INDAH DENGAN BEROPERASINYA GRAVING DOCK 18.000 DWT Sukano Jamiko, Imam Pujo M Program Sudi S1 Teknik Perkapalan Fakulas Teknik Universias Diponegoro

Lebih terperinci

INFORMASI KEPUSTAKAAN PRIMA TANI JAWA BARAT

INFORMASI KEPUSTAKAAN PRIMA TANI JAWA BARAT INFORMASI KEPUSTAKAAN PRIMA TANI JAWA BARAT Dian Firdaus dan Saefudin Balai Pengkajian Teknologi Peranian Jawa Bara, Jalan Kayuambon No. 80, Lembang 40391 ABSTRAK Program Rinisan dan Akselerasi Pemasyarakaan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Laar Belakang Pada dasarnya peramalan adalah merupakan suau dugaan aau perkiraan enang erjadinya suau keadaan di masa depan. Akan eapi dengan menggunakan meodemeode erenu peramalan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. universal, disemua negara tanpa memandang ukuran dan tingkat. kompleks karena pendekatan pembangunan sangat menekankan pada

BAB I PENDAHULUAN. universal, disemua negara tanpa memandang ukuran dan tingkat. kompleks karena pendekatan pembangunan sangat menekankan pada BAB I PENDAHULUAN A. Laar Belakang Disparias pembangunan ekonomi anar daerah merupakan fenomena universal, disemua negara anpa memandang ukuran dan ingka pembangunannya. Disparias pembangunan merupakan

Lebih terperinci

KAJIAN AGRIBISNIS TAHU (Studi Kasus di Kabupaten Biak Numfor)

KAJIAN AGRIBISNIS TAHU (Studi Kasus di Kabupaten Biak Numfor) 57 Buana Sains Vol 8 No 1: 57-66, 2008 KAJIAN AGRIBISNIS TAHU (Sudi Kasus di Kabupaen Biak Numfor) I Made Suaryadana 1,2) dan Eri Yusnia Arviani 2) 1) Dinas Peranian Kabupaen Biak Numfor 2) Program Pascasarjana,

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Laar Belakang Air merupakan kebuuhan pokok bagi seiap makhluk hidup di dunia ini ermasuk manusia. Air juga merupakan komponen lingkungan hidup yang pening bagi kelangsungan hidup

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN TEORITIS

BAB II TINJAUAN TEORITIS BAB II TIJAUA TEORITIS 2.1 Peramalan (Forecasing) 2.1.1 Pengerian Peramalan Peramalan dapa diarikan sebagai beriku: a. Perkiraan aau dugaan mengenai erjadinya suau kejadian aau perisiwa di waku yang akan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Pengembangan Usaha Agribisnis Perdesaan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Pengembangan Usaha Agribisnis Perdesaan BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pengembangan Usaha Agribisnis Perdesaan Pengembangan Usaha Agribisnis Perdesaan (PUAP) merupakan program sraegis Kemenerian Peranian dalam rangka mengurangi ingka kemiskinan,

Lebih terperinci

KELAYAKAN PENGUSAHAAN PALA DI JAWA BARAT

KELAYAKAN PENGUSAHAAN PALA DI JAWA BARAT KELAYAKAN PENGUSAHAAN PALA DI JAWA BARAT Bedy Sudjarmoko Balai Peneliian Tanaman Rempah dan Aneka Tanaman Indusri Indonesian Spice and Indusrial Crop Research Insiue ABSTRAK Jawa Bara merupakan salah sau

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. yang akan datang. Peramalan menjadi sangat penting karena penyusunan suatu

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. yang akan datang. Peramalan menjadi sangat penting karena penyusunan suatu BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengerian Peramalan Peramalan adalah kegiaan memperkirakan apa yang erjadi pada waku yang akan daang sedangkan rencana merupakan penenuan apa yang akan dilakukan pada waku yang

Lebih terperinci

Analisis Finansial Usaha Penggemukan Sapi Peranakan Friesian Holstein (PFH) Jantan di Kecamatan Selo Kabupaten Boyolali

Analisis Finansial Usaha Penggemukan Sapi Peranakan Friesian Holstein (PFH) Jantan di Kecamatan Selo Kabupaten Boyolali Tropical Animal Husbandry Vol. 1 (1), Okober 2012:43-51 ISSN 2301-9921 Analisis Finansial Usaha Penggemukan Sapi Peranakan Friesian Holsein (PFH) Janan di Kecamaan Selo Kabupaen Boyolali N. Diamojo, S.

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI. Pengangguran atau tuna karya merupakan istilah untuk orang yang tidak mau bekerja

BAB 2 LANDASAN TEORI. Pengangguran atau tuna karya merupakan istilah untuk orang yang tidak mau bekerja BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Pengerian Pengangguran Pengangguran aau una karya merupakan isilah unuk orang yang idak mau bekerja sama sekali, sedang mencari kerja, bekerja kurang dari dua hari selama seminggu,

Lebih terperinci

20 Peneliian ini berujuan merumuskan sraegi pada model pengelolaan yang cocok unuk keberlanjuan perikanan angkap di daerah ersebu. Daa yang diambil be

20 Peneliian ini berujuan merumuskan sraegi pada model pengelolaan yang cocok unuk keberlanjuan perikanan angkap di daerah ersebu. Daa yang diambil be 19 3 METODOLOGI 3.1 Tempa dan Waku Peneliian Peneliian berjudul Model Pengelolaan Perikanan Pelagis secara Berkelanjuan di PPN Prigi, Trenggalek, Jawa Timur ini dilakukan di PPN Prigi, Kabupaen Trenggalek,

Lebih terperinci

Perencanaan Sistem Pendukung Keputusan Untuk Peningkatan Produktivitas

Perencanaan Sistem Pendukung Keputusan Untuk Peningkatan Produktivitas Perencanaan Sisem Pendukung Kepuusan Unuk Peningkaan Produkivias Abdurrozzaq Hasibuan Jurusan Teknik Indusri, Fakulas Teknik, UISU Jln. Sisingamangaraja Telp. 7869920 Teladan Medan Email : rozzaq@uisu.ac.id

Lebih terperinci

Vol. 1, No. 2, September 2011

Vol. 1, No. 2, September 2011 ISSN 2252-5491 Vol. 1, No. 2, Sepember 2011 Forum Agribisnis Agribusiness Forum Fakor-Fakor yang Mempengaruhi Realisasi dan Pengembalian Kredi Usaha Rakya Anna Maria Lubis dan Dwi Rachmina Analisis Kepuasan

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI. Peramalan adalah kegiatan untuk memperkirakan apa yang akan terjadi di masa yang

BAB 2 LANDASAN TEORI. Peramalan adalah kegiatan untuk memperkirakan apa yang akan terjadi di masa yang BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Pengerian Peramalan Peramalan adalah kegiaan unuk memperkirakan apa yang akan erjadi di masa yang akan daang. Sedangkan ramalan adalah suau aau kondisi yang diperkirakan akan erjadi

Lebih terperinci

MODEL OPTIMASI PENGGANTIAN MESIN PEMECAH KULIT BERAS MENGGUNAKAN PEMROGRAMAN DINAMIS (PABRIK BERAS DO A SEPUH)

MODEL OPTIMASI PENGGANTIAN MESIN PEMECAH KULIT BERAS MENGGUNAKAN PEMROGRAMAN DINAMIS (PABRIK BERAS DO A SEPUH) Journal Indusrial Servicess Vol. No. Okober 0 MODEL OPTIMASI PENGGANTIAN MESIN PEMECAH KULIT BERAS MENGGUNAKAN PEMROGRAMAN DINAMIS (PABRIK BERAS DO A SEPUH) Abdul Gopar ) Program Sudi Teknik Indusri Universias

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN 39 III. METODE PENELITIAN 3.1 Waku dan Meode Peneliian Pada bab sebelumnya elah dibahas bahwa cadangan adalah sejumlah uang yang harus disediakan oleh pihak perusahaan asuransi dalam waku peranggungan

Lebih terperinci

ANALISIS FINANSIAL PENGOLAHAN SURIMI DENGAN SKALA MODERN DAN SEMI MODERN. Financial Analysis of Surimi Processing by Modern and Semi-Modern Scale

ANALISIS FINANSIAL PENGOLAHAN SURIMI DENGAN SKALA MODERN DAN SEMI MODERN. Financial Analysis of Surimi Processing by Modern and Semi-Modern Scale ANALISIS FINANSIAL PENGOLAHAN SURIMI DENGAN SKALA MODERN DAN SEMI MODERN Financial Analysis of Surimi Processing by Modern and Semi-Modern Scale Nazori Djazuli 1*, Mia Wahyuni, Daniel Moninja, Ari Purbayano

Lebih terperinci

JIIA, VOLUME 5 No. 2, MEI 2017

JIIA, VOLUME 5 No. 2, MEI 2017 KELAYAKAN FINANSIAL UNIT USAHA JASA SEWA POMPA AIR UNTUK IRIGASI AIR PERMUKAAN DI DESA MEKAR MULYA KECAMATAN PALAS KABUPATEN LAMPUNG SELATAN (Financial Feasibiliy of Waer Pump Renal Services Business Uni

Lebih terperinci

PERANCANGAN SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN DENGAN METODE BOBOT UNTUK MENILAI KENAIKAN GOLONGAN PEGAWAI

PERANCANGAN SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN DENGAN METODE BOBOT UNTUK MENILAI KENAIKAN GOLONGAN PEGAWAI Seminar Nasional Informaika PERANCANGAN SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN DENGAN METODE BOBOT UNTUK MENILAI KENAIKAN GOLONGAN PEGAWAI Evri Ekadiansyah Program Sudi D Manajemen Informaika, STMIK Poensi Uama evrie9@gmail.com

Lebih terperinci

VARIABEL-VARIABEL YANG MEMPENGARUHI ACTUAL SYSTEM USAGE (ASU) PADA PEMANFAATAN STUDENTSITE

VARIABEL-VARIABEL YANG MEMPENGARUHI ACTUAL SYSTEM USAGE (ASU) PADA PEMANFAATAN STUDENTSITE VARIABEL-VARIABEL YANG MEMPENGARUHI ACTUAL SYSTEM USAGE (ASU) PADA PEMANFAATAN STUDENTSITE Indra Nurhadi Program Sudi Manajemen Ekonomi, Fakulas Ekonomi, Universias Gunadarma Jl. Akses Kelapa Dua Cimanggis,

Lebih terperinci

PENGARUH PENGEMBANGAN KARYAWAN TERHADAP MOTIVASI DAN PRESTASI KERJA KARYAWAN (Studi pada karyawan tetap PT PG Tulangan Sidoarjo)

PENGARUH PENGEMBANGAN KARYAWAN TERHADAP MOTIVASI DAN PRESTASI KERJA KARYAWAN (Studi pada karyawan tetap PT PG Tulangan Sidoarjo) PENGARUH PENGEMBANGAN KARYAWAN TERHADAP MOTIVASI DAN PRESTASI KERJA KARYAWAN (Sudi pada karyawan eap PT PG Tulangan Sidoarjo) Niken Dwi Okavia Heru Susilo Moehammad Soe`oed Hakam Fakulas Ilmu Adminisrasi

Lebih terperinci

MODEL PENGANGKUTAN SAMPAH DI KOTA BANGLI

MODEL PENGANGKUTAN SAMPAH DI KOTA BANGLI MODEL PENGANGKUTAN SAMPAH DI KOTA BANGLI Pande N. Sari Saraswai 1, I G. B. Sila Dharma 2, I Gs. Keu Sudipa 2 Absrak : Pengangkuan sampah di Koa Bangli saa ini menggunakan pola individual langsung (door

Lebih terperinci

PERANCANGAN SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN DENGAN METODE BOBOT UNTUK MENILAI KENAIKAN GOLONGAN PEGAWAI

PERANCANGAN SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN DENGAN METODE BOBOT UNTUK MENILAI KENAIKAN GOLONGAN PEGAWAI Seminar Nasional Informaika 24 PERANCANGAN SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN DENGAN METODE BOBOT UNTUK MENILAI KENAIKAN GOLONGAN PEGAWAI Evri Ekadiansyah Program Sudi D3 Manajemen Informaika, STMIK Poensi Uama

Lebih terperinci

JIIA, VOLUME 2 No. 2, APRIL Yunica Safitri, Zainal Abidin, Novi Rosanti ABSTRACT

JIIA, VOLUME 2 No. 2, APRIL Yunica Safitri, Zainal Abidin, Novi Rosanti ABSTRACT KINERJA DAN NILAI TAMBAH AGROINDUSTRI SABUT KELAPA PADA KAWASAN USAHA AGROINDUSTRI TERPADU (KUAT) DI KECAMATAN PESISIR SELATAN KABUPATEN PESISIR BARAT (Performance And Added Value of CocoFiber Agroindusry

Lebih terperinci

BAB 3 METODOLOGI PEMECAHAN MASALAH

BAB 3 METODOLOGI PEMECAHAN MASALAH BAB 3 METODOLOGI PEMECAHAN MASALAH 3.1 Tahapan Pemecahan Masalah Tahapan pemecahan masalah berfungsi unuk memudahkan dalam mencari jawaban dalam proses peneliian yang dilakukan agar sesuai dengan arah

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. yang akan datang. Peramalan menjadi sangat penting karena penyusunan suatu

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. yang akan datang. Peramalan menjadi sangat penting karena penyusunan suatu BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengerian Peramalan Peramalan adalah kegiaan memperkirakan apa yang erjadi pada waku yang akan daang sedangkan rencana merupakan penenuan apa yang akan dilakukan pada waku yang

Lebih terperinci

SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN DALAM PEMILIHAN TEMPAT KOST DENGAN METODE PEMBOBOTAN ( STUDI KASUS : SLEMAN YOGYAKARTA)

SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN DALAM PEMILIHAN TEMPAT KOST DENGAN METODE PEMBOBOTAN ( STUDI KASUS : SLEMAN YOGYAKARTA) SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN DALAM PEMILIHAN TEMPAT KOST DENGAN METODE PEMBOBOTAN ( STUDI KASUS : SLEMAN YOGYAKARTA) I Wayan Supriana Program Pascasarjana Ilmu Kompuer Fakulas MIPA Universias Gadjah Mada

Lebih terperinci

ADOPSI REGRESI BEDA UNTUK MENGATASI BIAS VARIABEL TEROMISI DALAM REGRESI DERET WAKTU: MODEL KEHILANGAN AIR DISTRIBUSI DI PDAM SUKABUMI

ADOPSI REGRESI BEDA UNTUK MENGATASI BIAS VARIABEL TEROMISI DALAM REGRESI DERET WAKTU: MODEL KEHILANGAN AIR DISTRIBUSI DI PDAM SUKABUMI ADOPSI REGRESI BEDA UNTUK MENGATASI BIAS VARIABEL TEROMISI DALAM REGRESI DERET WAKTU: MODEL KEHILANGAN AIR DISTRIBUSI DI PDAM SUKABUMI Yusep Suparman Universias Padjadjaran yusep.suparman@unpad.ac.id ABSTRAK.

Lebih terperinci

JIIA, VOLUME 5 No. 2, MEI 2017

JIIA, VOLUME 5 No. 2, MEI 2017 KELAYAKAN USAHA DAN NILAI TAMBAH AGROINDUSTRI TEMPE (The Feasibiliy and Added Value of Tempe Agroindusry) Winani Puspa Arum, Sudarma Widjaya, Lina Marlina Jurusan Agribisnis, Fakulas Peranian, Universias

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dalam pembicaraan sehari-hari, bank dikenal sebagai lembaga keuangan yang

BAB I PENDAHULUAN. Dalam pembicaraan sehari-hari, bank dikenal sebagai lembaga keuangan yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Laar Belakang Dalam pembicaraan sehari-hari, bank dikenal sebagai lembaga keuangan yang kegiaan uamanya menerima simpanan giro, abungan dan deposio. Kemudian bank juga dikenal sebagai

Lebih terperinci

BAB III METODE PEMULUSAN EKSPONENSIAL TRIPEL DARI WINTER. Metode pemulusan eksponensial telah digunakan selama beberapa tahun

BAB III METODE PEMULUSAN EKSPONENSIAL TRIPEL DARI WINTER. Metode pemulusan eksponensial telah digunakan selama beberapa tahun 43 BAB METODE PEMUUAN EKPONENA TRPE DAR WNTER Meode pemulusan eksponensial elah digunakan selama beberapa ahun sebagai suau meode yang sanga berguna pada begiu banyak siuasi peramalan Pada ahun 957 C C

Lebih terperinci

372 ZIRAA AH, Volume 41 Nomor 3, Oktober 2016 Halaman ISSN ELEKTRONIK

372 ZIRAA AH, Volume 41 Nomor 3, Oktober 2016 Halaman ISSN ELEKTRONIK 372 REVITALISASI INDUSTRI KEHUTANAN DALAM PENGELOLAAN HUTAN TANAMAN RAKYAT UNTUK PEMBERDAYAAN KELUARGA PETANI DAN MENDUKUNG INDUSTRI PLYWOOD DI PROVINSI KALIMANTAN TIMUR (Revializaion Of The Foresry Indusry

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang merupakan kemajuan kearah yang dicapai. Seperti yang terdapat pada

BAB I PENDAHULUAN. yang merupakan kemajuan kearah yang dicapai. Seperti yang terdapat pada BAB I PENDAHULUAN I.1 LATAR BELAKANG MASALAH Pembangunan pada umumnya adalah perubahan secara erus menerus yang merupakan kemajuan kearah yang dicapai. Seperi yang erdapa pada rumusan GBHN, yaiu mewujudkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dibandingkan dengan perkotaan, baik secara ekonomi maupun dalam hal

BAB I PENDAHULUAN. dibandingkan dengan perkotaan, baik secara ekonomi maupun dalam hal BAB I PENDAHULUAN 1.1. Laar Belakang Pedesaan di Indonesia biasanya memiliki ciri agak eringgal bila dibandingkan dengan perkoaan, baik secara ekonomi maupun dalam hal aspek lainnya, seperi: pembangunan,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Perekonomian dunia telah menjadi semakin saling tergantung pada

BAB I PENDAHULUAN. Perekonomian dunia telah menjadi semakin saling tergantung pada BAB I PENDAHULUAN A. Laar Belakang Masalah Perekonomian dunia elah menjadi semakin saling erganung pada dua dasawarsa erakhir. Perdagangan inernasional merupakan bagian uama dari perekonomian dunia dewasa

Lebih terperinci

KLASIFIKASI DATA PRODUKSI PADI PULAU JAWA MENGGUNAKAN ALGORITMECLASSIFICATION VERSION 4.5 (C4.5)

KLASIFIKASI DATA PRODUKSI PADI PULAU JAWA MENGGUNAKAN ALGORITMECLASSIFICATION VERSION 4.5 (C4.5) KLASIFIKASI DATA PRODUKSI PADI PULAU JAWA MENGGUNAKAN ALGORITMECLASSIFICATION VERSION 4.5 (C4.5) Dwi Seyowai, Yuliana Susani, Supriyadi Wibowo Program Sudi Maemaika Fakulas Maemaika dan Ilmu Pengeahuan

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Defenisi Persediaan Persediaan adalah barang yang disimpan unuk pemakaian lebih lanju aau dijual. Persediaan dapa berupa bahan baku, barang seengah jadi aau barang jadi maupun

Lebih terperinci

KAJIAN KELAYAKAN FINANSIAL PENGEMBANGAN ANGKUTAN WISATA DI KOTA DENPASAR

KAJIAN KELAYAKAN FINANSIAL PENGEMBANGAN ANGKUTAN WISATA DI KOTA DENPASAR Konferensi Nasional Teknik Sipil 10 Universias Ama Jaya Yogyakara, 26-27 Okober 2016 KAJIAN KELAYAKAN FINANSIAL PENGEMBANGAN ANGKUTAN WISATA DI KOTA DENPASAR Puu Ali Suhanaya 1, Dyah Ayu Lesari 1, 1 Jurusan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Propinsi Sumatera Utara merupakan salah satu propinsi yang mempunyai

BAB 1 PENDAHULUAN. Propinsi Sumatera Utara merupakan salah satu propinsi yang mempunyai BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Laar Belakang Propinsi Sumaera Uara merupakan salah sau propinsi yang mempunyai perkembangan yang pesa di bidang ransporasi, khususnya perkembangan kendaraan bermoor. Hal ini dapa

Lebih terperinci

PENERAPAN METODE TRIPLE EXPONENTIAL SMOOTHING UNTUK MENGETAHUI JUMLAH PEMBELI BARANG PADA PERUSAHAAN MEBEL SINAR JEPARA TANJUNGANOM NGANJUK.

PENERAPAN METODE TRIPLE EXPONENTIAL SMOOTHING UNTUK MENGETAHUI JUMLAH PEMBELI BARANG PADA PERUSAHAAN MEBEL SINAR JEPARA TANJUNGANOM NGANJUK. PENERAPAN METODE TRIPLE EXPONENTIAL MOOTHING UNTUK MENGETAHUI JUMLAH PEMBELI BARANG PADA PERUAHAAN MEBEL INAR JEPARA TANJUNGANOM NGANJUK. ii Rukayah*), Achmad yaichu**) ABTRAK Peneliian ini berujuan unuk

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis dan Pendekaan Peneliian Jenis peneliian yang digunakan dalam peneliian ini adalah peneliian evaluasi dan pendekaannya menggunakan pendekaan kualiaif non inerakif (non

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Konsep Proses Die Casing Dasar dari die casing proses erdiri dari injeksi logam cair dalam ekanan yang inggi ke dalam ceakan yang disebu die dan dibiarkan membeku. Tipe Mesin die

Lebih terperinci

BAB III METODE DEKOMPOSISI CENSUS II. Data deret waktu adalah data yang dikumpulkan dari waktu ke waktu

BAB III METODE DEKOMPOSISI CENSUS II. Data deret waktu adalah data yang dikumpulkan dari waktu ke waktu BAB III METODE DEKOMPOSISI CENSUS II 3.1 Pendahuluan Daa dere waku adalah daa yang dikumpulkan dari waku ke waku unuk menggambarkan perkembangan suau kegiaan (perkembangan produksi, harga, hasil penjualan,

Lebih terperinci

DAMPAK KERUSAKAN EKOSISTEM HUTAN BAKAU (MANGROVE) TERHADAP PENDAPATAN MASYARAKAT PANTAI DI KECAMATAN SECANGGANG, KABUPATEN LANGKAT

DAMPAK KERUSAKAN EKOSISTEM HUTAN BAKAU (MANGROVE) TERHADAP PENDAPATAN MASYARAKAT PANTAI DI KECAMATAN SECANGGANG, KABUPATEN LANGKAT DAMPAK KERUSAKAN EKOSISTEM HUTAN BAKAU (MANGROVE) TERHADAP PENDAPATAN MASYARAKAT PANTAI DI KECAMATAN SECANGGANG, KABUPATEN LANGKAT Agus Purwoko Absrak Peneliian ini berujuan unuk unuk mengkaji dampak yang

Lebih terperinci