STUDI KELAYAKAN FINANSIAL PUPUK ORGANIK RESIDU BIOGAS DARI DIVERSIFIKASI USAHA TERNAK

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "STUDI KELAYAKAN FINANSIAL PUPUK ORGANIK RESIDU BIOGAS DARI DIVERSIFIKASI USAHA TERNAK"

Transkripsi

1 HABITAT Volume XXII, No. 1, Bulan April 2011 ISSN: STUDI KELAYAKAN FINANSIAL PUPUK ORGANIK RESIDU BIOGAS DARI DIVERSIFIKASI USAHA TERNAK (FINANCIAL FEASIBILITY STUDIES OF ORGANIC FERTILIZER FROM BIOGAS RESIDUE LIVESTOCK DIVERSIFICATION) Rini Dwiasui 1, Hermano 1, Noren Seyawan 1 1) Jurusan Sosial Ekonomi Peranian, Universias Brawijaya, Jl. Veeran Malang dwiasui.fpub@yahoo.com ABSTRACT Manure is no used will cause polluion in he surrounding environmen. Wih biogas echnology, he livesock wase ha is considered disurbing he environmen can be an alernaive o mee energy needs. While he use of energy, biogas residues also have resuls ha can be used for liquid and solid organic ferilizer. The purpose of his sudy are: (1) analyze cash flow (cash flow) he business of making o rganic ferilizer derived from he calculaion of revenue, oal coss and benefis, (2) analyze he financial feasibiliy of he business of making organic ferilizer derived from he calculaion of NPV, IRR, B / C Raio, Payback Period, and (3) o analyze he sensiiviy by looking a changes in coss and prices of producion. From he analysis of organic ferilizer business is found he oal cos is Rp. 48,847,867, -. For he cos of revenues (benefis) received in he amoun of Rp million for liquid organic ferilizer is no solid organic ferilizers Rp million. The advanages of organic ferilizer for (ne benefis) Rp. 47,366,133. Based on he crieria - he crieria of eligibiliy obained resul ha his business is worh running. The value of he NPV of Rp. 6,330,766, -, The value of he IRR of 3.83% while is Ne B / C of Pay Back Period in he business of making hese biogas residues of organic ferilizer ha is for 6 monhs 3 weeks. Based on he sensiiviy analysis, his business is no affeced o he sensiiviy increase and decrease in producion and price variables he selling price of producion. Keywords: Biogas, Organic Ferilizer, Cash Flow, Feasibiliy Analysis, Sensiiviy Analysis. ABSTRAK Kooran ernak yang idak dimanfaakan akan menimbulkan pencemaran di lingkungan sekiarnya. Dengan eknologi biogas maka limbah ernak yang selama ini dianggap mengganggu lingkungan dapa dijadikan alernaif unuk memenuhi kebuuhan energi. Selain pemanfaaan energi, biogas juga mempunyai hasil residu yang dapa dimanfaakan unuk pupuk organik cair maupun pada. Tujuan dari peneliian ini adalah: (1) Menganalisis arus uang unai ( cash flow) usaha pembuaan pupuk organik yang didapa dari perhiungan penerimaan, oal biaya dan keunungan, (2) Menganalisis kelayakan finansial usaha pembuaan pupuk organik yang didapa dari perhiungan NPV, IRR, B/C Raio, Payback Period dan (3) Menganalisis ingka sensiifias dengan meliha perubahan biaya dan harga produksi. Dari hasil analisis usaha pupuk organik ersebu didapakan oal biaya adalah sebesar Rp ,-.Unuk besarnya biaya penerimaan (benefi) yang dierima yaiu sebesar Rp unuk pupuk organik cair sedang kan pupuk organik pada sebesar Rp Keunungan (ne benefi) dari pupuk organik sebesar Rp Berdasarkan krieria krieria kelayakan didapakan hasil bahwa usaha ini layak dijalankan. Nilai dari NPV adalah sebesar Rp ,-, Nilai dari IRR sebesar 3,83% Sedangkan nilai Ne B/C sebesar

2 72 HABITAT Volume XXII, No. 1, Bulan April ,17. Pay Back Period pada usaha pembuaan pupuk organik residu biogas ini yaiu selama 6 bulan 3 minggu. Berdasarkan analisis sensiivias, usaha ini idak erpengaruh erhadap sensiivias peningkaan dan penurunan variabel harga produksi maupun harga jual produksi. Kaa kunci: Biogas, Pupuk Organik, Cash Flow, Analisis Kelayakan, Analisis Sensiivias. PENDAHULUAN Memasuki era pasar bebas, elah dieapkan sandar erenu dalam seiap produk yang dipasarkan ermasuk produk peranian. Pemberlakuan sandar ISO dan Eco-Labelling mensyarakan produksi yang ramah lingkungan. Dalam hal ini sekor peranian Indonesia mendapakan anangan agar eap mampu bersaing di dunia inernasional. Penggunaan bahan organik yang recycleable dan ramah lingkungan dalam produksi peranian agar diupayakan unuk eap memperahankan produkivias lahan (Hoesin, 2009). Berdasarkan Sinar Tani (2008) pemerinah elah mencanangkan program GO ORGANIC Ini adalah merupakan program yang dicanangkan pemerinah unuk menunjang program keahanan dan kemandirian dibidang peranian. Maksudnya adalah agar para peani mau kembali pada cara bercocok anam organik dan mulai meninggalkan sisem cara cara berani konvensional. Dengan bercocok anam secara organik peani diharapkan mampu unuk memanfaakan sumberdaya yang ada disekiarnya. Sehingga peani dapa mandiri walaupun anpa penggunaan za za kimia dan beralih ke-alami. Sisem bercocok anam konvensional menimbulkan persoalan kerusakan lahan peranian. Penggunaan pupuk kimia yang erusmenerus menjadi penyebab menurunnya kesuburan lahan bila idak diimbangi dengan penggunaan pupuk organik dan pupuk hayai (Rusdayano, 2009). Rusdayano (2009) dari hasil peneliian Puslianah enang saus C-organik lahan sawah di Indonesia, eruama di daerah Sumara Bara, Sumara Selaan, Jawa Bara, Jawa Tengah, Jawa Timur, Kalimanan, NTB, dan Sulawesi Selaan menunjukkan bahwa poensi kebuuhan pupuk organik yang sanga besar. Unuk anaman pangan di daerah-daerah ersebu, dengan luas lahan sekiar 5,9 jua hekar, membuuhkan sekiar 3 jua on, sedangkan unuk anaman horikulura dengan luas lahan sekiar hekar membuuhkan pupuk organik on. Semenara serapan pupuk organik unuk saa ini yaiu sebesar on dengan jumlah produksi on di ahun 2009 melampaui arge yang elah dieapkan pemerinah (Agroindonesia, 2010). Apabila meliha poensi kebuuhan pupuk organik di beberapa daerah di Indonesia maka kebuuhan bahan organik dari kooran hewan juga dapa kia liha. Dalam peneliian ini kooran sapi menjadi bahan baku uama dari pupuk organik. Jika diliha dari populasi sapi perah di Indonesia yang erus meningka. Dari ekor pada ahun 1997 menjadi ekor pada ahun Sau ekor sapi dengan bobo badan kg dapa menghasilkan kooran pada dan cair sebesar 23,5-30 kg/ekor/hari (Depan, 2006). Daa dari Deparemen Peranian menyebukan bahwa populasi sapi perah di Jawa Timur pada ahun 2003 sebesar ekor dan menjadi ekor pada ahun Sedangkan unuk sapi poong pada ahun 2003 berjumlah ekor dan pada ahun 2007 menjadi ekor. Dalam hal ini daerah Pasuruan mempunyai jumlah populasi sapi perah sebanyak ekor pada ahun 2007 unuk sapi perah dan ekor unuk sapi poong (Depan, 2008). Kooran sapi merupakan salah sau bahan baku yang dapa dimanfaakan sebagai pupuk organik. Selain digunakan langsung unuk pupuk, kooran sapi ini juga dapa dimanfaakan sebagai sumber energi penghasil biogas yang nani hasil akhirnya dapa berupa sisa kooran yang bisa dimanfaakan sebagai pupuk organik. Pupuk organik yang berasal dari residu Biogas

3 Rini Dwiasui Sudi Kelayakan Financial Pupuk Organik ini, yaiu berupa residu berbenuk pada maupun residu berbenuk cair. Karena berasal dari residu Biogas maka komposisi dari kooran sapi ersebu dinilai lebih baik, disebabkan proses fermenasi sewaku di dalam digeser Biogas. Apabila meliha poensi dari hasil samping biogas ersebu maka erdapa peluang pengembangan usaha unuk memproduksi pupuk organik. Karena saa ini pupuk organik sanga dibuuhkan peani unuk mengembalikan kesuburan anah lahan mereka yang kriis, Disamping iu bahan bakunya pun mudah didapakan oleh peani. Peneliian ini berujuan unuk: (1) Menganalisis arus uang unai (c ash flow) usaha pembuaan pupuk organik yang didapa dari perhiungan penerimaan, oal biaya dan keunungan, (2) Menganalisis kelayakan finansial usaha pembuaan pupuk organik yang didapa dari perhiungan NPV, IRR, B/C Raio, Payback Period dan (3) Menganalisis ingka sensiifias dengan meliha perubahan biaya dan harga produksi. METODE PENELITIAN Peneliian ini dilakukan secara sengaja (purposive) di Dusun Rejoso Desa Sumberejo Kecamaan Purwosari Kabupaen Pasuruan. Dengan perimbangan di daerah ersebu raa raa para peani mempunyai ernak dan di daerah ersebu erdapa usaha yang merinis pembuaan pupuk organik yang berasal dari residu biogas. Peneliian ini sendiri dilakukan di uni usaha milik Keua Kelompok Tani Karya Mulia yang mengembangkan pupuk organik berjenis pada dan cair. Daa primer, diperoleh melalui wawancara dengan peani dan menggunakan kuisioner sera observasi lapang unuk mengeahui fakor-fakor indikaor/peneliian yang erjadi di daerah peneliian. Daa primer yang diambil anara lain: daa invesasi awal, daa produksi, biaya produksi, penerimaan dan keunungan peani. Daa sekunder merupakan daa pelengkap yang mempunyai hubungan dengan peneliian yang dilakukan. Fungsinya adalah unuk melengkapi aau memperkua daa primer yang diperoleh oleh penelii. Dalam peneliian ini daa sekunder bisa didapakan dari keerangan keerangan, majalah, inerne, selain iu daa sekunder dapa juga dari lembaga lembaga erkai yang berhubungan dengan peneliian yang dilakukan. Daa daa ersebu diperlukan unuk meliha sejauh mana usaha pembuaan pupuk organik elah berjalan. Meode analisis daa yang dipakai dalam peneliian ini adalah analisis kualiaif deskripif dan kuaniaif. Analisis deskripif berguna unuk menganalisis daa daa yang menggambarkan suau keadaan aau fenomena yang digambarkan melaui kaa kaa sesuai dengan kondisi dilapang. Analisis kuaniaif merupakan analisis yang digunakan unuk menganalisis finansial dan menganalisis aliran arus uang unai. Analisis finansial digunakan unuk mengeahui kelayakan usaha pembuaan pupuk organik, sedangkan analisis arus uang unai digunakan unuk mengeahui besarnya biaya, penerimaan, dan keunungan yang diperoleh dari usaha pembuaan pupuk organik. 1. Analisis Cash Flow Digunakan unuk mengeahui enang aliran kas dalam usaha pembuaan pupuk, baik aliran masuk maupun aliran keluar dalam periode waku erenu. Dalam analisis Cash Flow juga unuk meliha seberapa besar biaya invesasi yang dibuuhkan, biaya produksi yang dikeluarkan, penerimaan dan pendapaan yang dapa diperoleh selama proses produksi. Biaya produksi, secara maemais dapa dirumuskan sebgai beriku: TCj TFCj TVCj

4 74 HABITAT Volume XXII, No. 1, Bulan April 2011 Keerangan: TCj = biaya oal semua jenis produk Pupuk ke-j (Rp/kg/lier/bulan) TFCj = Toal Fixed Cos (biaya eap oal) pupuk pada dan pupuk cair (Rp/kg/lier/bulan) erdiri dari: - Penyusuan peralaan (Rp/ahun) TVCj = Toal Variable Cos (biaya variabel oal) pupuk pada dan cair (Rp/kg/lier/bulan) erdiri dari: - Residu Pada (Rp/ahun) - Tepung Beras (Rp/ahun) - Tees Tebu (Rp/ahun) - Cairan Rumen (Rp) - Residu pada (Rp/ahun) - Kemasan (Rp/ahun) - Tenaga Kerja (Rp/ahun) j = Jenis pupuk (j=1;pupuk pada dan j=2;pupuk cair) Penerimaan usahaani, secara maemais dapa dirumuskan sebgai beriku: TRj Pj. Qj Keerangan : TRj = oal penerimaan dari semua jenis produk Pupuk yang diproduksi pada bulan ke- (Rp/kg/lier/bulan) Qj = jumlah produksi/oupu pada semua produk Pupuk yang dihasilkan pada bulan ke(rp/kg/lier/bulan) Pj = harga oupu pada Pupuk ke j (Rp/kg/lier) Pendapaan usahaani, secara maemais dapa dirumuskan sebagai beriku: j TRj TCj Keerangan : Πj = pendapaan usaha pembuaan produk Pupuk ke-j pada bulan ke- (Rp/kg/lier/bulan) TRj = oal penerimaan usaha pembuaan produk Pupuk ke-j pada bulan ke- (Rp/kg/lier/bulan) TCj = oal biaya produksi produk Pupuk ke-j pada bulan ke(rp/kg/lier/bulan) j = Jenis pupuk (j=1;pupuk pada dan j=2;pupuk cair) 2. Analisis Kelayakan Ne Presen Value (NPV) Bp Cp NPV 12 T T 1 (1 r) Keerangan : Bp = benefi koor pada usaha pembuaan produk Pupuk pada bulan ke-. (Rp/kg/lier/bulan) Cp = biaya koor pada usaha pembuaan produk Pupuk pada bulan ke-, baik biaya modal maupun biaya produksi (Rp/kg/lier/bulan) r = ingka suku bunga pada bulan diadakannya peneliian (% / bulan) T = lamanya pelaksanaan usaha (12 bulan)

5 Rini Dwiasui Sudi Kelayakan Financial Pupuk Organik Inernal Rae of Rae (IRR) Keerangan : IRR = Inernal Rae of Reurn r1 =ingka suku bunga yang menghasilkan NPV1. (Rp / % / ahun) r2 =ingka suku bunga yang menghasilkan NPV2. (Rp / % / ahun) NPV 1 =nilai perhiungan NPV usaha pembuaan pupuk, percobaan yang perama. NPV 2 =nilai perhiungan NPV usaha pembuaan pupuk, percobaan yang kedua. Ne Benefi Cos Raio (Ne B/C raio) 12 T 1 Bp Cp T (1 r) Ne B Keerangan : C Raio 12 T 1 12 T 1 ( Bp Cp ) 0 Bp Cp T (1 r) Bp Cp (1 r) T ( Bp ( Bp Cp ) 0 Cp ) 0 = ne benefi yang elah didiscoun posiif. 12 T 1 Bp Cp T (1 r) ( Bp Cp ) 0 = ne benefi yang elahdidiscoun negaif. 3. Analisis Payback Period Analisis payback period digunakan unuk mengeahui berapakah jangka waku pengembalian modal invesasi yang digunakan pada usaha pengembangan pembuaan Pupuk. Perhiungan payback period adalah sebagai beriku : I m Bicm 1 PBP Tm 1 Bm Keerangan : PBP = Pay Back Period Tm-1 =bulan sebelum nilai invesasi awal kembali (bulan) Im = jumlah invesasi usaha Pupuk yang elah didiskon (Rp) Bicm-1 = jumlah ne benefi yang elah didiskon sebelum payback period (Rp) Bm = jumlah benefi yang elah didiskon pada payback period berada (Rp) 4. Analisis Sensiivias Analisis sensiivias ujuannya adalah unuk mengeahui kemungkinan yang akan erjadi dengan hasil analisis proyek jika ada suau kesalahan aau perubahan dalam dasar-dasar perhiungan biaya aau benefi. Pada peneliian ini perhiungan analisis sensiivias dilakukan pada dua hal, yaiu: a. Analisis sensiivias erhadap perubahan biaya produksi yang erjadi pada peneliian ini yaiu peningkaan harga ees ebu. Pada peneliian ini sensiivias perubahan harga ees ebu dihiung berdasarkan peningkaan harga yang erjadi sewaku peneliian. Perkiraan

6 76 HABITAT Volume XXII, No. 1, Bulan April 2011 peningkaan harga yang erjadi anara 20%-40% dari harga normal dan mempunyai kecenderungan erus meningka. b. Analisis sensiivias erhadap perubahan harga pada peneiliian ini adalah perubahan kenaikan harga jual pupuk cair sebesar 50%. Hal ini didasarkan pada harga pupuk organik cair sejenis dipasaran yang harganya dua kali lipa dari pupuk cair residu biogas. Unuk meliha sejauh mana ingka sensiivias perubahan harga, maka diuji sampai sejauh mana sensiivias erhadap penurunan harga jual dengan menurunkan harga jual pupuk cair sebesar 20% HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 1. Proses Produksi Residu Biogas Tahap perama adalah proses Biogas yang digunakan unuk memproduksi gas dan residu biogas seperi yang elah dijelaskan diaas, kemudian baru ahap proses pengambilan gas. Yang dilakukan perama-ama adalah proses pencampuran kooran, air, besera urin dalam bak penampungan kooran. Kemudian air yang elah bercampur dengan kooran sera urin adi dipisahkan dari pasir aau kooran-kooran lain agar campuran adi mudah difermenasi oleh bakeri. Selain iu kooran aau sera-sera yang kasar akan dapa menyebabkan residu di dasar digeser. Proses yang kedua merupakan pemrosesan kooran yang elah bercampur air adi oleh bakeri yang naninya akan menghasilkan gas. Proses ini erjadi pada saa kooran difermenasi oleh bakeri didalam digeser. Biasanya proses ini memakan waku kurang lebih selama 4 minggu. Unuk proses ini kooran diampung dalam wadah yang diberi nama Digeser. Ala ini berfungsi sebagai empa pemrosesan kooran yang naninya akan menampung gas. Proses ini berlangsung secara anaerob (anpa ada udara). Selanjunya gas akan diproduksi dan disalurkan melalui pipa-pipa paralon yang elah disiapkan dan diampung dalam plasik ukuran jumbo (plasik UV). Kemudian dari plasik UV ersebu diberi selang unuk mengalirkan gas ke kompor yang elah dimodifikasi unuk biogas. Pada sisem digeser biogas ini menganu sisem bejana berhubungan, jadi apabila kooran yang baru dimasukkan, maka kooran yang lama akan keluar dengan sendirinya. Koorankooran yang erdapa di dalam Digeser yang elah keluar diampung dalam bak penampungan akhir dan masih berupa sludge (lumpur). Dan kooran yang keluar inilah yang disebu dengan residu Biogas. 2. Proses Produksi Pupuk Residu Biogas Residu ini erdiri dari kooran yang berupa padaan maupun cairan. Dalam proses ini yang berupa padaan dijemur hingga kering kemudian dijadikan pupuk dan sebagian, diproses kembali unuk dijadikan pakan ikan. Sedangkan residu Biogas yang berupa cairan disaring dan dijadikan pupuk cair. a. Pupuk Pada Residu Biogas Beriku ini proses pembuaan pupuk pada residu biogas: Ala : Saringan 2x2 m, sekop Bahan: Residu pada Residu pada yang diampung dalam bak penampungan akhir diambil dengan sekop unuk disaring, agar cairan dan padaan nya dapa erpisah. Residu yang berupa padaan ini dijemur dibawah erik maahari sampai benar-benar kering. Seelah kering residu pada ersebu elah berupa buiran-buiran halus dan dapa digunakan.

7 Rini Dwiasui Sudi Kelayakan Financial Pupuk Organik b. Pupuk Cair Residu Biogas Beriku ini proses pembuaan pupuk cair residu biogas: Ala : Saringan 2x2 m, 3 Tong@125 lier, Timba, Kran Bahan: Residu cair, Tepung beras, Cairan rumen, Tees ebu, air Perama-ama cairan yang berasal dari residu biogas disaring agar erpisah dari kooran. Cairan ersebu dikumpulkan dalam ong fermenasi dan diberi akivaor agar erjadi proses fermenasi. Akivaor berasal dari cairan rumen sapi yang diendapkan kemudian diambahkan epung beras dan ees ebu. Akivaor ini diambahkan ke masing masing ong fermenasi sebanyak 1 lier. Proses fermenasi anara cairan residu Biogas dengan akivaor berlangsung selama kurang lebih 2 minggu. Seelah cairan ersebu benar-benar elah erfermenasi, maka residu cair ersebu dapa dikemas dalam wadah berukuran sau lieran. Unuk proses pengemasan idak erlalu susah karena pada ong fermenasi elah disediakan kran agar proses pemasukan ke dalam kemasan mudah. Unuk proses yang erakhir adalah proses pelabelan. Pengemasan pupuk organik cair residu biogas ini diserai dengan pelabelan dengan nama pupuk organik Bioak. 3. Analisis Arus Uang Tunai (Cash Flow) Pada Pembuaan Pupuk Organik Cair dan Pupuk Organik Pada Residu Biogas a. Biaya Invesasi Beriku adalah abel perincian biaya invesasi awal dalam pembuaan pupuk organik, yaiu:. Tabel 1. Biaya Invesasi Pembuaan Pupuk Organik Residu Biogas Tahun 2009 Uraian Jumlah Biaya Toal Persenase Lahan 16 m2 Rp. 0 0 % Bangunan 1 bangunan Rp ,31 % Ternak 5 ekor Rp ,13 % Peralaan 1 Sekop 2 buah Rp ,09 % 2 Garu 1 buah Rp ,06 % 3 Timba 3 buah Rp ,04 % Tong 3 4 Fermenasi buah Rp ,34 % 5 Kran 3 buah Rp ,01 % 6 Saringan 2x2 meer Rp ,02 % Jumlah Biaya Invesasi Rp % Sumber: Daa Primer diolah, 2010 Berdasarkan abel diaas oal biaya invesasi keseluruhan adalah sebesar Rp ,-. Biaya invesasi banyak dikeluarkan unuk pembelian ernak yaiu sebesar Rp ,- dengan nilai persenase sebesar 84,13% menduduki biaya eringgi. Unuk biaya yang erkecil adalah dari lahan sebesar 0% dikarenakan lahan ini adalah milik peani sendiri bukan lahan sewa. b. Biaya Produksi Beriku ini merupakan biaya produksi yang diperlukan dalam proses pembuaan pupuk organik residu biogas. Beriku ini akan disajikan rincian biaya produksi oal selama 1 ahun produksi dalam proses pembuaan pupuk organik yaiu dapa diliha pada abel dibawah ini :

8 78 HABITAT Volume XXII, No. 1, Bulan April 2011 Tabel 2. Biaya Produksi Selama 1 Tahun Proses Produksi Pupuk Organik Residu Biogas Tahun 2009 Uraian Jumlah persenase A. Biaya Teap 1. Biaya penyusuan Rp ,34 % B. Biaya Variabel 1. Residu cair Rp. 0 0 % 2. Tepung Beras Rp ,36 % 3. Tees ebu Rp ,05 % 4. Cairan rumen Rp ,02 % 5. Kemasan dan label Rp ,95 % 6. Residu Pada Rp. 0 0 % 7. Biaya enaga kerja Rp ,29 % Jumlah Rp % Sumber: Daa Primer diolah, 2010 Dari abel diaas oal biaya produksi dari pembuaan pupuk organik residu biogas adalah sebesar Rp ,-. Terdiri dari biaya eap berupa penyusuan ala dengan persenase sebesar 2,34%. Unuk biaya variabel biaya yang eringgi berasal dari biaya enaga kerja dengan persenase sebesar 50,29%, hal ini disebabkan karena pada awal insalasi biogas membuuhkan enaga kerja yang banyak. Kemudian biaya kemasan & label menduduki persenase kedua yaiu sebesar 46,95%. 4. Benefi dan Ne Benefi Pada Pembuaan Pupuk Organik Residu Biogas a. Penerimaan pupuk organik Jika diliha dari pembuaan pupuk organik maka penerimaan dapa diperoleh dari hasil perkalian anara jumlah produksi pupuk organik yang dihasilkan dengan harga jual yang berlaku pada ingka peani responden. Berdasarkan hasil peneliian harga jual yang biasa dieapkan oleh peani responden adalah sebesar Rp ,- / lier unuk pupuk organik cair dan Rp. 300/kg unuk pupuk organik pada. Beriku merupakan penerimaan kegiaan pembuaan pupuk organik yang disajikan pada abel 3 dibawah ini, yaiu : Tabel 3. Penerimaan Yang Didapakan Dari Kegiaan Pembuaan Pupuk Organik Residu Biogas Selama Sau Tahun, Tahun 2009 Bulan () Oupu pupuk cair Oupu pupuk pada Penerimaan pupuk Cair Penerimaan pupuk pada L 517,5 Kg Rp Rp L 517,5 Kg 0 Rp L 517,5 Kg Rp Rp L 517,5 Kg 0 Rp L 517,5 Kg Rp Rp L 517,5 Kg 0 Rp

9 Rini Dwiasui Sudi Kelayakan Financial Pupuk Organik Tabel 3. Lanjuan Oupu Bulan () pupuk cair Oupu pupuk pada Penerimaan pupuk Cair Penerimaan pupuk pada L 517,5 Kg Rp Rp L 517,5 Kg 0 Rp L 517,5 Kg Rp Rp L 517,5 Kg 0 Rp L 517,5 Kg Rp Rp L 517,5 Kg 0 Rp Toal 2250 L 6210 Kg Rp Rp Sumber: Daa Primer diolah, 2010 Berdasarkan abel diaas maka dapa disimpulkan bahwa jumlah oupu pupuk cair yang dihasilkan perbulannya idak berlangsung secara koninyu. Dapa diliha pada Tabel 3 bahwa proses produksi berlangsung 2 bulan sekali. Peani responden idak akan memproduksi pupuk cair ersebu apabila persediaan pupuknya belum benar-benar habis erjual ke konsumen. Jumlah oupu iap proses produksinya sama dikarenakan jumlah maksimal dari produksi pupuk organik cair yang dapa dihasilkan oleh responden adalah sebesar 375 lier per proses produksi. Sedangkan unuk oupu pupuk pada dapa dikeahui perbulan dengan asumsi bahwa iap hari ernak sapi menghasilkan kooran ± 23 Kg/hari yang pada akhirnya menghasilkan residu sebesar 3,45 kg/hari. Dalam sau bulan maka akan erkumpul sejumlah kooran sapi dengan jumlah ernak sebanyak 5 ekor dengan oal 517,5 Kg. b. Pendapaan pupuk organik Dari hasil penerimaan ersebu, maka dapa diperoleh pendapaan dari kegiaan pembuaan pupuk organik cair ersebu. Hasil dari pendapaan ersebu dapa diliha pada abel di bawah ini, yaiu: Tabel 4. Pendapaan Yang Didapakan Dari Kegiaan Pembuaan Pupuk Organik Residu Biogas Selama Sau Tahun. Tahun 2009 Toal Oupu pupuk Bulan () Oupu pupuk cair Pendapaan pada pupuk organik L 517,5 Kg Rp L 517,5 Kg Rp L 517,5 Kg Rp L 517,5 Kg Rp L 517,5 Kg Rp L 517,5 Kg Rp L 517,5 Kg Rp L 517,5 Kg Rp

10 80 HABITAT Volume XXII, No. 1, Bulan April 2011 Tabel 4. Lanjuan Bulan () Oupu pupuk cair Oupu pupuk pada Toal Pendapaan pupuk organik L 517,5 Kg Rp L 517,5 Kg Rp L 517,5 Kg Rp L 517,5 Kg Rp Toal 2250 L 6210 Kg Rp Sumber: Daa Primer diolah, 2010 Berdasarkan abel diaas maka dapa disimpulkan bahwa pendapaan per proses dari proses produksi pupuk organik ersebu iap bulan menunjukkan peningkaan dan penurunan yang hampir sama. Hal ini dikarenakan pengaruh dari perubahan biaya variabel dan penyusuan. Kondisi ersebu dapa diarikan bahwa semakin besar penerimaan dengan biaya yang eap maka semakin inggi pula pendapaan yang dapa diperoleh. Sebaliknya semakin kecil penerimaan dengan biaya yang eap maka semakin rendah pula pendapaan yang dapa diperoleh. Apabila meliha dari abel ersebu maka hasil yang diperoleh peani sebesar Rp merupakan usaha yang sanga mengunungkan, diliha dari segi pendapaan. 5. Kebuuhan Pupuk Organik Residu Biogas Terhadap Suau Lahan Padi Kebuuhan pupuk organik residu biogas erhadap lahan padi merupakan jumlah pupuk yang diaplikasikan erhadap suau lahan padi/sawah. Pada peneliian ini 5 ekor sapi raa raa dapa menghasilkan pupuk pada residu sebanyak 517,5 kg/bulan. Pada pupuk cair residu dalam sekali proses produksi dapa menghasilkan pupuk cair sejumlah 375 lier iap 2 bulan sekali. Unuk pengaplikasian pada suau lahan padi, pupuk pada membuuhkan kurang lebih 2 3 on/ha, sedangkan unuk pupuk cair dalam sau 1 hekar membuuhkan kurang lebih 10 lier (Yasa dkk, 2006). Dari hasil produksi pupuk pada residu dan pupuk cair residu yang dihasilkan 5 ekor sapi, maka kebuuhan pupuk yang dapa dipenuhi sebanyak 2,07 on pupuk pada residu dan 750 lier pupuk cair residu per musim anam padi. Kebuuhan ini diasumsikan diaplikasikan pada lahan padi unuk sau masa periode anam (4 bulan) yang sedikinya dibuuhkan 1 kali penggunaan pupuk pada dan 8 kali penggunaan pupuk cair per musim anam (Firiana, 2010). Jika meliha pemenuhan kebuuhan pupuk pada lahan padi yang didapakan dari 5 ekor sapi, kebuuhan pupuk pada residu dan pupuk cair residu elah dapa mencukupi penggunaan 100% pupuk residu biogas di lahan. Namun unuk pupuk cair residu mempunyai sisa produksi yang berlebih, sehingga pupuk cair ersebu masih dapa di manfaakan peani unuk dijual. Pada pengaplikasian pupuk residu biogas dilahan padi milik peani responden, komposisi yang digunakan adalah 50% unuk pupuk residu biogas + 50% unuk pupuk kimia. Dengan aplikasi pupuk cair 8 kali permusim anam dibuuhkan 1,6 lier bibi pupuk cair residu. Apabila seiap 0,2 lier bibi pupuk cair residu diencerkan dengan 15 lier air maka didapakan hasil sebanyak 120 lier pupuk cair unuk 1 ha lahan padi. Unuk pengunaan pupuk pada pada 1 ha lahan padi milik peani responden dibuuhkan 1 on pupuk pada residu. Meliha hasil ersebu, maka unuk 1 ha lahan padi dibuuhkan seidaknya 120 lier pupuk cair residu dan 1 on pupuk pada residu yang dipenuhi dari 2-3 ekor sapi.

11 Rini Dwiasui Sudi Kelayakan Financial Pupuk Organik Jika meliha kebuuhan pupuk pada lahan padi milik peani responden maka erdapa sisa hasil produksi pupuk pada residu sebanyak 1 on dan 748,4 lier bibi pupuk cair residu per musim anam yang dihasilkan dari 5 ekor sapi. Oleh sebab iu sisa dari pupuk residu ini dapa dimanfaakan peani unuk diolah dan dijual kembali. 6. Analisis Kelayakan Finansial Pembuaan Pupuk Organik Residu Biogas a. NPV (Ne Presen Value), IRR (Inernal Rae of Reurn), Ne B/C (Ne Benefi/Cos) Beriku merupakan hasil analisis kelayakan finansial, yaiu: Tabel 5. Analisis kelayakan finansial pembuaan pupuk organik residu biogas Indikaor Nilai Krieria Kelayakan 20 % 30 % 40 % NPV Rp Rp Rp Layak IRR 3,83% 3,83% 3,83% Layak Ne B/C 1,17 1,17 1,17 Layak Sumber: Daa Primer diolah, 2010 Pada abel 5 diaas, pembuaan pupuk organik cair residu biogas layak unuk dikembangkan pada ingka suku bunga 1,08 % per bulan. Sedangkan unuk indikaor NPV bernilai Rp ,- kemudian IRR bernilai 3,83% dan Ne B/C bernilai 1,17. Dari hasil ersebu semua indikaor kelayakannya mempunyai krieria layak unuk dikembangkan. 7. Waku Pengembalian Modal (Pay Back Period) Berdasarkan hasil penghiungan payback period unuk pembuaan pupuk organik residu biogas dikeahui bahwa jangka waku pengembalian modal invesasi pembuaan pupuk organik ini adalah selama 6 bulan 3 minggu. Hasil ini menunjukkan bahwa pada ingka suku bunga 1,08%, usaha pembuaan pupuk organik ini masih layak unuk dikembangkan karena payback period-nya idak melebihi umur ekonomisnya, yaiu 1 ahun aau 12 bulan. Semakin pendek payback period-nya berari suau invesasi semakin layak unuk diusahakan dan dikembangkan lebih lanju. Hal ini dapa memudahkan para invesor unuk menanamkan modalnya jika elah mengeahui waku pengembalian modal dari pembuaan pupuk organik residu biogas ini. 8. Analisis Sensiivias Kegiaan Pengembangan Pembuaan Pupuk Organik Residu Biogas Analisis sensiivias dilakukan unuk mengeahui yang akan erjadi erhadap hasil analisis kelayakan invesasi yang elah dilakukan perhiungan. Hal ini mencegah jika erjadi perubahan aau kesalahan dalam dasar-dasar perhiungan biaya aau benefi. a. Analisis Sensiivias Pada Pembuaan Pupuk Organik Residu Biogas Terhadap Peningkaan Biaya Tees Tebu Sebesar 20%, 30%, dan 40% Tabel 6. Analisis sensiivias pengembangan pembuaan pupuk organik erhadap peningkaan biaya ees ebu sebesar 20%, 30% dan 40% Indikaor Kelayakan Nilai Krieria NPV Rp Layak IRR 3,83% Layak Ne B/C 1,17 Layak Sumber: Daa Primer diolah, 2010

12 82 HABITAT Volume XXII, No. 1, Bulan April 2011 Berdasarkan abel diaas, menunjukkan bahwa pada saa biaya ees ebu meningka sebesar 20 % maka nilai NPV adalah sebesar Rp ,- kemudian pada saa meningka sebesar 30 % maka nilai NPV adalah sebesar Rp dan pada saa meningka sebesar 40 % maka nilai NPV adalah sebesar Rp Unuk nilai dari IRR dari keiganya adalah sebesar 3,83 % sera Ne B/C bernilai 1,17. Dari semua indikaor ersebu menyaakan bahwa indikaor-indikaor ersebu memiliki krieria yang layak. Peningkaan biaya ees ebu sebesar 20%, 30%, 40% ini dikarenakan pada saa peneliian berlangsung harga ees ebu menunjukkan ren peningkaan yang erus menerus. b. Analisis sensiivias pembuaan pupuk organik residu biogas erhadap peningkaan harga jual produk pupuk organik cair residu biogas sebesar 50 % Tabel 7. Analisis Sensiivias Pengembangan Pembuaan Pupuk Organik Residu Biogas Terhadap Peningkaan Harga Jual Produk Pupuk Organik Cair Residu Biogas Sebesar 50 % Indikaor kelayakan Nilai Krieria NPV Rp ,- Layak IRR 10,04 % Layak Ne B/C 1,58 Layak Sumber: Daa Primer diolah, 2010 Berdasarkan abel diaas, dapa diliha bahwa seluruh indikaor kelayakan menyaakan krieria layak unuk dikembangkan. NPV yang dihasilkan pada saa harga jual meningka sebesar 50 % adalah Rp ,-. c. Analisis sensiivias pembuaan pupuk organik residu biogas erhadap penurunan harga jual produk pupuk organik cair residu biogas sebesar 20 % Tabel 8. Analisis Sensiivias Pengembangan Pembuaan Pupuk Organik Residu Biogas Terhadap Penurunan Harga Jual Produk Pupuk Organik Cair Residu Biogas Sebesar 20 % Indikaor kelayakan Nilai Krieria NPV Rp Tidak Layak IRR -9,73 % Tidak Layak Ne B/C 0,61 Tidak Layak Sumber: Daa Primer diolah, 2010 Pada abel diaas, dikeahui nilai dari NPV adalah sebesar Rp ,- sera IRR sebesar -9,73 % dan Ne B/C adalah sebesar 0,61. Dari keiga indikaor ersebu seluruhnya menyaakan krieria idak layak unuk dikembangkan. KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan Dari hasil analisis usaha pupuk organik ersebu didapakan oal biaya adalah sebesar Rp ,-.Unuk besarnya biaya penerimaan (benefi) yang dierima yaiu sebesar Rp unuk pupuk organik cair sedang kan pupuk organik pada sebesar Rp

13 Rini Dwiasui Sudi Kelayakan Financial Pupuk Organik Keunungan dari pupuk organik sebesar (ne benefi) yaiu Rp Berdasarkan krieria krieria kelayakan didapakan hasi l bahwa usaha ini layak dijalankan. Nilai dari NPV adalah sebesar Rp ,-, Nilai dari IRR sebesar 3,83% Sedangkan nilai Ne B/C sebesar 1,17. Pay Back Period pada usaha pembuaan pupuk organik residu biogas ini yaiu selama 6 bulan 3 minggu. Berdasarkan analisis sensiivias, usaha ini idak erpengaruh erhadap sensiivias peningkaan dan penurunan variabel harga produksi maupun hargajualproduksi. Saran Seelah meliha hasil analisis kelayakan diaas maka perlu diperimbangkan bahwa keerbaasan dana bagi para peani unuk merinis usaha ini disebabkan erlalu besarnya anggaran invesasi awal pembuaan yang memakan biaya yang idak sediki. Biaya yang besar ersebu menyebabkan produksi pupuk organik residu biogas ini juga kurang maksimal karena erbaas nya enaga kerja dan kapasias produksi. Maka peran sera pemerinah dalam pemberian banuan baik secara inelekual maupun finansial diharapkan dapa mendukung ercipanya masyaraka peani yang mandiri. DAFTAR PUSTAKA BPATP Insalasi Biogas Pupuk Orgaik Cair dan Bahan Pakan. hp:// Diakses anggal Deparemen Peranian Pengembangan Biogas Ternak Bersama Masyaraka (BATAMAS). Direkora Budidaya Ternak Ruminansia,Jakara. hp:// Diakses anggal Fiirana, N Analisis Kelayakan Finansial Pengembangan Pembuaan Mol (Mikro Organisme Lokal). Skripsi, program S1. Ps Agribisnis. Jurusan Sosial Ekonomi. Fakulas Peranian. Universias Brawijaya. Malang Hoesin, H Memahami Peranian yang Berkelanjuan. Blog diposing anggal, hp://ahoesein.blogspo.com/2009_08_01_archive.hml. Diakses anggal Rusdayano, Falik Poensi Pasar Peranian Organik. hp://newspaper.pikiranrakya.com. Diakses anggal Sinar Tani Program Go Organik 2010 Gerakan Mempercepa Peranian Organik. hp:// Diakses anggal Yasa, I.M.R. I.N. Adijaya, I.K. Mahapura, I.A. Parwai Perumbuhan Sapi Bali yang Diggemukan di Lahan Kering Desa Sanggalangi Kecamaan Gerokgak Buleleng. Makalah Seminar Nasional. BPTP NTB.

III. METODE PENELITIAN. Usahatani belimbing karangsari adalah kegiatan menanam dan mengelola. utama penerimaan usaha yang dilakukan oleh petani.

III. METODE PENELITIAN. Usahatani belimbing karangsari adalah kegiatan menanam dan mengelola. utama penerimaan usaha yang dilakukan oleh petani. III. METODE PENELITIAN A. Konsep Dasar dan Definisi Operasional Usahaani belimbing karangsari adalah kegiaan menanam dan mengelola anaman belimbing karangsari unuk menghasilkan produksi, sebagai sumber

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. yang digunakan untuk mengetahui dan pembahasannya mengenai biaya - biaya

METODE PENELITIAN. yang digunakan untuk mengetahui dan pembahasannya mengenai biaya - biaya III. METODE PENELITIAN A. Meode Dasar Peneliian Meode yang digunakan dalam peneliian ini adalah meode kuaniaif, yang digunakan unuk mengeahui dan pembahasannya mengenai biaya - biaya usaha melipui biaya

Lebih terperinci

IV. METODE PENELITIAN

IV. METODE PENELITIAN IV. METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waku Peneliian Peneliian ini dilaksanakan di PT Panafil Essenial Oil. Lokasi dipilih dengan perimbangan bahwa perusahaan ini berencana unuk melakukan usaha dibidang

Lebih terperinci

IV. METODE PENELITIAN

IV. METODE PENELITIAN IV. METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waku Peneliian Peneliian ini dilakukan di Dafarm, yaiu uni usaha peernakan Darul Fallah yang erleak di Kecamaan Ciampea, Kabupaen Bogor, Jawa Bara. Pemilihan lokasi

Lebih terperinci

IV. METODE PENELITIAN

IV. METODE PENELITIAN IV. METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waku Peneliian Peneliian ini dilaksanakan pada kasus pengolahan ikan asap IACHI Peikan Cia Halus (PCH) yang erleak di Desa Raga Jaya Kecamaan Ciayam, Kabupaen Bogor,

Lebih terperinci

III METODE PENELITIAN

III METODE PENELITIAN III METODE PENELITIAN 3.1 Waku dan Tempa Peneliian Peneliian mengenai konribusi pengelolaan huan rakya erhadap pendapaan rumah angga dilaksanakan di Desa Babakanreuma, Kecamaan Sindangagung, Kabupaen Kuningan,

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN III. METODE PENELITIAN 3.1. Kerangka Pemikiran Poensi sumberdaya perikanan, salah saunya dapa dimanfaakan melalui usaha budidaya ikan mas. Budidaya ikan mas yang erus berkembang di masyaraka, kegiaan budidaya

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Konsep dasar dan definisi operasional merupakan pengertian dan petunjuk yang

III. METODE PENELITIAN. Konsep dasar dan definisi operasional merupakan pengertian dan petunjuk yang III. METODE PENELITIAN A. Konsep Dasar dan Definisi Operasional Konsep dasar dan definisi operasional merupakan pengerian dan peunjuk yang digunakan unuk menggambarkan kejadian, keadaan, kelompok, aau

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN

III. METODOLOGI PENELITIAN III. METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Kerangka Pemikiran Peneliian Keinginan Kelompok Tani Duma Lori yang erdapa di Desa Konda Maloba dan masyaraka sekiar akan berdirinya penggilingan gabah di daerahnya, elah

Lebih terperinci

IV METODE PENELITIAN

IV METODE PENELITIAN IV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waku Peneliian Peneliian ini dilaksanakan di Tempa Pelayanan Koperasi (TPK) Cibedug, Kecamaan Lembang, Kabupaen Bandung, Jawa Bara. Pemilihan lokasi dilakukan secara

Lebih terperinci

IV. METODE PENELITIAN

IV. METODE PENELITIAN IV. METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waku Peneliian mengenai kelayakan pengusahaan pupuk kompos dilaksanakan pada uni usaha Koperasi Kelompok Tani (KKT) Lisung Kiwari yang menjalin mira dengan Lembaga

Lebih terperinci

Bab II Dasar Teori Kelayakan Investasi

Bab II Dasar Teori Kelayakan Investasi Bab II Dasar Teori Kelayakan Invesasi 2.1 Prinsip Analisis Biaya dan Manfaa (os and Benefi Analysis) Invesasi adalah penanaman modal yang digunakan dalam proses produksi unuk keunungan suau perusahaan.

Lebih terperinci

post facto digunakan untuk melihat kondisi pengelolaan saat ini berdasarkan

post facto digunakan untuk melihat kondisi pengelolaan saat ini berdasarkan 3. METODE PENELITIAN 3.1. Pendekaan dan Meode Peneliian Jenis peneliian yang digunakan adalah jenis peneliian kualiaif dengan menggunakan daa kuaniaif. Daa kualiaif adalah mengeahui Gambaran pengelolaan

Lebih terperinci

III. KERANGKA PEMIKIRAN

III. KERANGKA PEMIKIRAN III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Teoriis 3.1.1 Daya Dukung Lingkungan Carrying capaciy aau daya dukung lingkungan mengandung pengerian kemampuan suau empa dalam menunjang kehidupan mahluk hidup secara

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Industri pengolahan adalah suatu kegiatan ekonomi yang melakukan kegiatan

III. METODE PENELITIAN. Industri pengolahan adalah suatu kegiatan ekonomi yang melakukan kegiatan 40 III. METODE PENELITIAN A. Konsep Dasar dan Baasan Operasional Konsep dasar dan baasan operasional pada peneliian ini adalah sebagai beriku: Indusri pengolahan adalah suau kegiaan ekonomi yang melakukan

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI. Produksi padi merupakan suatu hasil bercocok tanam yang dilakukan dengan

BAB 2 LANDASAN TEORI. Produksi padi merupakan suatu hasil bercocok tanam yang dilakukan dengan BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1. Produksi Produksi padi merupakan suau hasil bercocok anam yang dilakukan dengan penanaman bibi padi dan perawaan sera pemupukan secara eraur sehingga menghasilkan suau produksi

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. Kawasan Pesisir Kabupaten Kulon Progo. Pemanfaatan/Penggunaan Lahan Saat Ini

METODE PENELITIAN. Kawasan Pesisir Kabupaten Kulon Progo. Pemanfaatan/Penggunaan Lahan Saat Ini METODE PENELITIAN Kerangka Pendekaan Sudi Penaagunaan lahan kawasan pesisir di Kabupaen Kulon Progo didasarkan pada karakerisik fisik, finansial usaha ani dan pemanfaaan saa ini. Karakerisik fisik adalah

Lebih terperinci

Analisis kelayakan finansial perluasan tambak budidaya udang vaname di Cantigi Indramayu

Analisis kelayakan finansial perluasan tambak budidaya udang vaname di Cantigi Indramayu Jurnal Akuakulur Indonesia 9 (1), 77 83 (2010) Available : hp://journal.ipb.ac.id/index.php/jai hp://jurnalakuakulurindonesia.ipb.ac.id Analisis kelayakan finansial perluasan ambak budidaya udang vaname

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN 19 BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Waku dan Lokasi Peneliian Peneliian ini dilakukan pada bulan Juni hingga Juli 2011 yang berlokasi di areal kerja IUPHHK-HA PT. Mamberamo Alas Mandiri, Kabupaen Mamberamo

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN 23 III. METODE PENELITIAN 3.1 Waku dan Lokasi Peneliian dilaksanakan di iga empa berbeda. Unuk mengeahui ingka parisipasi masyaraka penelii mengambil sampel di RT 03/RW 04 Kelurahan Susukan dan RT 05/RW

Lebih terperinci

APLIKASI MODEL ANALISIS KELAYAKAN EKONOMI

APLIKASI MODEL ANALISIS KELAYAKAN EKONOMI APLIKASI MODEL ANALISIS KELAYAKAN EKONOMI Oleh: YUDI WAHYUDIN, S.Pi., M.Si. Pelaihan Analisis Kelayakan Ekonomi Kegiaan Capaciy Building Program Pendanaan Kompeisi-Indeks Pembangunan Manusia (PPK-IPM)

Lebih terperinci

ANALISI KELAYAKAN FINANSIAL USAHA AGROINDUSTRI TAHU STUDI KASUS DI KELURAHAN LABUH BARU BARAT KECAMATAN PAYUNG SEKAKI KOTA PEKANBARU

ANALISI KELAYAKAN FINANSIAL USAHA AGROINDUSTRI TAHU STUDI KASUS DI KELURAHAN LABUH BARU BARAT KECAMATAN PAYUNG SEKAKI KOTA PEKANBARU ANALISI KELAYAKAN FINANSIAL USAHA AGROINDUSTRI TAHU STUDI KASUS DI KELURAHAN LABUH BARU BARAT KECAMATAN PAYUNG SEKAKI KOTA PEKANBARU Muhammad Irfan Asrori, Yusmini, dan Shorea Khaswarina Fakulas Peranian

Lebih terperinci

HUMAN CAPITAL. Minggu 16

HUMAN CAPITAL. Minggu 16 HUMAN CAPITAL Minggu 16 Pendahuluan Invesasi berujuan unuk meningkakan pendapaan di masa yang akan daang. Keika sebuah perusahaan melakukan invesasi barang-barang modal, perusahaan ini akan mengeluarkan

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN 26 III. METODE PENELITIAN 3.1. Kerangka Pemikiran Penilaian perkembangan kinerja keuangan PT. Goodyear Indonesia Tbk dilakukan dengan maksud unuk mengeahui sejauh mana perkembangan usaha perusahan yang

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. tahun 1990-an, jumlah produksi pangan terutama beras, cenderung mengalami

BAB 1 PENDAHULUAN. tahun 1990-an, jumlah produksi pangan terutama beras, cenderung mengalami 11 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Laar Belakang Keahanan pangan (food securiy) di negara kia ampaknya cukup rapuh. Sejak awal ahun 1990-an, jumlah produksi pangan eruama beras, cenderung mengalami penurunan sehingga

Lebih terperinci

ANALISIS KELAYAKAN FINANSIAL BUDIDAYA IKAN NILA WANAYASA PADA KELOMPOK PEMBUDIDAYA MEKARSARI

ANALISIS KELAYAKAN FINANSIAL BUDIDAYA IKAN NILA WANAYASA PADA KELOMPOK PEMBUDIDAYA MEKARSARI Analisis Jurnal Akuakulur Kelayakan Finansial Indonesia, Budidaya 6(1): 97 102 Ikan Nila (2007) Wanayasa Available : hp://journal.ipb.ac.id/index.php/jai 97 hp://jurnalakuakulurindonesia.ipb.ac.id Bulan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Kerangka Pemikiran Teoriis Pengerian proyek menuru Arifin yang dikuip dari Mariyanne (2006) adalah suau akivias di mana dikeluarkannya uang dengan harapan unuk mendapakan hasil

Lebih terperinci

JIIA, VOLUME 2, No. 1, JANUARI 2014

JIIA, VOLUME 2, No. 1, JANUARI 2014 ANALISIS KELAYAKAN USAHA AGROINDUSTRI KOPI LUWAK DI KECAMATAN BALIK BUKIT KABUPATEN LAMPUNG BARAT (The Financial Feasibiliy Analysis of Luwak Coffee Agroindusry a Balik Buki Disric of Wes Lampung Regency)

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Laar Belakang Perumbuhan ekonomi merupakan salah sau ukuran dari hasil pembangunan yang dilaksanakan khususnya dalam bidang ekonomi. Perumbuhan ersebu merupakan rangkuman laju-laju

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Laar Belakang Masalah Dalam sisem perekonomian suau perusahaan, ingka perumbuhan ekonomi sanga mempengaruhi kemajuan perusahaan pada masa yang akan daang. Pendapaan dan invesasi merupakan

Lebih terperinci

Kelayakan Finansial Budidaya Jamur Tiram di Desa Sugihan, Kecamatan Tengaran, Kabupaten Semarang

Kelayakan Finansial Budidaya Jamur Tiram di Desa Sugihan, Kecamatan Tengaran, Kabupaten Semarang Kelayakan Finansial Budidaya Jamur Tiram di Desa Sugihan, Kecamaan Tengaran, Kabupaen Semarang Nugraheni Renaningsih Fakulas Peranian Universias Veeran Bangun Nusanara Sukoharjo, Jl. Lejen S. Humardani

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Capial Expendiure (Belanja Modal) Capial Expendiure aau juga dikenal dengan nama belanja modal adalah pengeluaran yang dilakukan perusahaan unuk mendapakan aau memperbarui ase

Lebih terperinci

JIIA, VOLUME 4 No. 1, JANUARI 2016

JIIA, VOLUME 4 No. 1, JANUARI 2016 ANALISIS FINANSIAL USAHA TERNAK AYAM PROBIOTIK : STUDI KASUS: KPA BERKAT USAHA BERSAMA, KOTA METRO (Financial Analysis Of Probioic Chickens Farming : Case Sudy: KPA Berka Usaha Bersama, Mero Ciy) Bayu

Lebih terperinci

372 ZIRAA AH, Volume 41 Nomor 3, Oktober 2016 Halaman ISSN ELEKTRONIK

372 ZIRAA AH, Volume 41 Nomor 3, Oktober 2016 Halaman ISSN ELEKTRONIK 372 REVITALISASI INDUSTRI KEHUTANAN DALAM PENGELOLAAN HUTAN TANAMAN RAKYAT UNTUK PEMBERDAYAAN KELUARGA PETANI DAN MENDUKUNG INDUSTRI PLYWOOD DI PROVINSI KALIMANTAN TIMUR (Revializaion Of The Foresry Indusry

Lebih terperinci

JIIA, VOLUME 5 No. 2, MEI 2017

JIIA, VOLUME 5 No. 2, MEI 2017 KELAYAKAN FINANSIAL UNIT USAHA JASA SEWA POMPA AIR UNTUK IRIGASI AIR PERMUKAAN DI DESA MEKAR MULYA KECAMATAN PALAS KABUPATEN LAMPUNG SELATAN (Financial Feasibiliy of Waer Pump Renal Services Business Uni

Lebih terperinci

KELAYAKAN FINANSIAL INVESTASI PABRIK KELAPA SAWIT DI KABUPATEN ACEH UTARA. Asrida Dosen Program Studi Ekonomi Pembangunan Universitas Almuslim ABSTRAK

KELAYAKAN FINANSIAL INVESTASI PABRIK KELAPA SAWIT DI KABUPATEN ACEH UTARA. Asrida Dosen Program Studi Ekonomi Pembangunan Universitas Almuslim ABSTRAK KELAYAKAN FINANSIAL INVESTASI PABRIK KELAPA SAWIT DI KABUPATEN ACEH UTARA Asrida Dosen Program Sudi Ekonomi Pembangunan Universias Almuslim ABSTRAK Kelapa sawi merupakan salah sau primadona anaman perkebunan

Lebih terperinci

MODUL III ANALISIS KELAYAKAN INVESTASI

MODUL III ANALISIS KELAYAKAN INVESTASI ANALISIS KELAYAKAN INVESTASI 3.. Tujuan Ö Prakikan dapa memahami perhiungan alokasi biaya. Ö Prakikan dapa memahami analisis kelayakan invesasi dalam pendirian usaha. Ö Prakikan dapa menyusun proyeksi/proforma

Lebih terperinci

JIIA, VOLUME 2 No. 2, APRIL Yunica Safitri, Zainal Abidin, Novi Rosanti ABSTRACT

JIIA, VOLUME 2 No. 2, APRIL Yunica Safitri, Zainal Abidin, Novi Rosanti ABSTRACT KINERJA DAN NILAI TAMBAH AGROINDUSTRI SABUT KELAPA PADA KAWASAN USAHA AGROINDUSTRI TERPADU (KUAT) DI KECAMATAN PESISIR SELATAN KABUPATEN PESISIR BARAT (Performance And Added Value of CocoFiber Agroindusry

Lebih terperinci

BAB 2 URAIAN TEORI. waktu yang akan datang, sedangkan rencana merupakan penentuan apa yang akan

BAB 2 URAIAN TEORI. waktu yang akan datang, sedangkan rencana merupakan penentuan apa yang akan BAB 2 URAIAN EORI 2.1 Pengerian Peramalan Peramalan adalah kegiaan memperkirakan aau memprediksi apa yang erjadi pada waku yang akan daang, sedangkan rencana merupakan penenuan apa yang akan dilakukan

Lebih terperinci

Analisis Finansial Usaha Penggemukan Sapi Peranakan Friesian Holstein (PFH) Jantan di Kecamatan Selo Kabupaten Boyolali

Analisis Finansial Usaha Penggemukan Sapi Peranakan Friesian Holstein (PFH) Jantan di Kecamatan Selo Kabupaten Boyolali Tropical Animal Husbandry Vol. 1 (1), Okober 2012:43-51 ISSN 2301-9921 Analisis Finansial Usaha Penggemukan Sapi Peranakan Friesian Holsein (PFH) Janan di Kecamaan Selo Kabupaen Boyolali N. Diamojo, S.

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. Penelitian dilakukan pada bulan Februari-April 2015, bertempat di

METODE PENELITIAN. Penelitian dilakukan pada bulan Februari-April 2015, bertempat di III. METODE PENELITIAN 3.1 Waku dan Tempa Peneliian Peneliian dilakukan pada bulan Februari-April 2015, berempa di Laboraorium Perikanan Program Sudi Budidaya Perairan Fakulas Peranian Universias Lampung.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tepat rencana pembangunan itu dibuat. Untuk dapat memahami keadaan

BAB I PENDAHULUAN. tepat rencana pembangunan itu dibuat. Untuk dapat memahami keadaan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Laar Belakang Dalam perencanaan pembangunan, daa kependudukan memegang peran yang pening. Makin lengkap dan akura daa kependudukan yang esedia makin mudah dan epa rencana pembangunan

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LADASA TEORI 2.1 Pengerian Peramalan Peramalan (forecasing) adalah suau kegiaan yang memperkirakan apa yang akan erjadi pada masa yang akan daang. Meode peramalan merupakan cara unuk memperkirakan

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI. Peramalan adalah kegiatan untuk memperkirakan apa yang akan terjadi di masa yang

BAB 2 LANDASAN TEORI. Peramalan adalah kegiatan untuk memperkirakan apa yang akan terjadi di masa yang BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Pengerian Peramalan Peramalan adalah kegiaan unuk memperkirakan apa yang akan erjadi di masa yang akan daang. Sedangkan ramalan adalah suau aau kondisi yang diperkirakan akan erjadi

Lebih terperinci

BAB 4 ANALISIS DAN PEMBAHASAN

BAB 4 ANALISIS DAN PEMBAHASAN BAB 4 ANALISIS DAN EMBAHASAN 4.1 Karakerisik dan Obyek eneliian Secara garis besar profil daa merupakan daa sekunder di peroleh dari pusa daa saisik bursa efek Indonesia yang elah di publikasi, daa di

Lebih terperinci

BAB 3 METODOLOGI PEMECAHAN MASALAH

BAB 3 METODOLOGI PEMECAHAN MASALAH BAB 3 METODOLOGI PEMECAHAN MASALAH 3.1 Tahapan Pemecahan Masalah Tahapan pemecahan masalah berfungsi unuk memudahkan dalam mencari jawaban dalam proses peneliian yang dilakukan agar sesuai dengan arah

Lebih terperinci

Analisis Kelayakan Pengembangan Biogas Sebagai Energi Alternatif Berbasis Individu Dan Kelompok Peternak ABSTRACT

Analisis Kelayakan Pengembangan Biogas Sebagai Energi Alternatif Berbasis Individu Dan Kelompok Peternak ABSTRACT Manajemen IKM, Sepember 2009 (217-224) Vol. 4 No. 2 ISSN 2085-8418 Analisis Kelayakan Pengembangan Biogas Sebagai Energi Alernaif Berbasis Individu Dan Kelompok Peernak Sri Wahyuni * 1, Suryahadi 2 dan

Lebih terperinci

Tuanku Zakaria 1, Zakiah 1, Indra 1 * 1 Program Studi Agribisnis, Fakultas Pertanian, Universitas Syiah Kuala

Tuanku Zakaria 1, Zakiah 1, Indra 1 * 1 Program Studi Agribisnis, Fakultas Pertanian, Universitas Syiah Kuala Jurnal Ilmiah Mahasiswa Peranian Unsyiah PROSPEK PENGEMBANGAN USAHA PENGGEMUKANN SAPI POTONG SECARA INTENSIF ( STUDI KASUS PADA UD.NIWATORI DI GAMPONG MEUNASAH KRUENG KECAMATAN INGIN JAYA KABUPATEN ACEH

Lebih terperinci

JIIA, VOLUME 5 No. 2, MEI 2017

JIIA, VOLUME 5 No. 2, MEI 2017 KELAYAKAN USAHA DAN NILAI TAMBAH AGROINDUSTRI TEMPE (The Feasibiliy and Added Value of Tempe Agroindusry) Winani Puspa Arum, Sudarma Widjaya, Lina Marlina Jurusan Agribisnis, Fakulas Peranian, Universias

Lebih terperinci

ANALISA SENSITIVITAS KELAYAKAN USAHA PT. JASA MARINA INDAH DENGAN BEROPERASINYA GRAVING DOCK DWT

ANALISA SENSITIVITAS KELAYAKAN USAHA PT. JASA MARINA INDAH DENGAN BEROPERASINYA GRAVING DOCK DWT ANALISA SENSITIVITAS KELAYAKAN USAHA PT. JASA MARINA INDAH DENGAN BEROPERASINYA GRAVING DOCK 18.000 DWT Sukano Jamiko, Imam Pujo M Program Sudi S1 Teknik Perkapalan Fakulas Teknik Universias Diponegoro

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Pertumbuhan ekonomi merupakan salah satu ukuran dari hasil pembangunan yang

BAB 1 PENDAHULUAN. Pertumbuhan ekonomi merupakan salah satu ukuran dari hasil pembangunan yang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Laar Belakang Perumbuhan ekonomi merupakan salah sau ukuran dari hasil pembangunan yang dilaksanakan khususnya dalam bidang ekonomi. Perumbuhan ersebu merupakan rangkuman laju perumbuhan

Lebih terperinci

MODEL OPTIMASI PENGGANTIAN MESIN PEMECAH KULIT BERAS MENGGUNAKAN PEMROGRAMAN DINAMIS (PABRIK BERAS DO A SEPUH)

MODEL OPTIMASI PENGGANTIAN MESIN PEMECAH KULIT BERAS MENGGUNAKAN PEMROGRAMAN DINAMIS (PABRIK BERAS DO A SEPUH) Journal Indusrial Servicess Vol. No. Okober 0 MODEL OPTIMASI PENGGANTIAN MESIN PEMECAH KULIT BERAS MENGGUNAKAN PEMROGRAMAN DINAMIS (PABRIK BERAS DO A SEPUH) Abdul Gopar ) Program Sudi Teknik Indusri Universias

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Sumber Daya Alam (SDA) yang tersedia merupakan salah satu pelengkap alat

BAB 1 PENDAHULUAN. Sumber Daya Alam (SDA) yang tersedia merupakan salah satu pelengkap alat BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Laar Belakang Sumber Daya Alam (SDA) yang ersedia merupakan salah sau pelengkap ala kebuuhan manusia, misalnya anah, air, energi lisrik, energi panas. Energi Lisrik merupakan Sumber

Lebih terperinci

BAB 2 DASAR TEORI. Studi mengenai aspek teknis dan produksi ini sifatnya sangat strategis, sebab

BAB 2 DASAR TEORI. Studi mengenai aspek teknis dan produksi ini sifatnya sangat strategis, sebab 13 BAB 2 DASAR TEORI 2.1 Aspek Teknis Sudi mengenai aspek eknis dan produksi ini sifanya sanga sraegis, sebab berkaian dengan kapasias proyek, lokasi, aa leak ala produksi, kajian aas bahan dan sumbernya,

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Peneliian Jenis peneliian kuaniaif ini dengan pendekaan eksperimen, yaiu peneliian yang dilakukan dengan mengadakan manipulasi erhadap objek peneliian sera adanya konrol.

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Laar Belakang Pada dasarnya peramalan adalah merupakan suau dugaan aau perkiraan enang erjadinya suau keadaan di masa depan. Akan eapi dengan menggunakan meodemeode erenu peramalan

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI. Metode Peramalan merupakan bagian dari ilmu Statistika. Salah satu metode

BAB 2 LANDASAN TEORI. Metode Peramalan merupakan bagian dari ilmu Statistika. Salah satu metode 20 BAB 2 LADASA TEORI 2.1. Pengerian Peramalan Meode Peramalan merupakan bagian dari ilmu Saisika. Salah sau meode peramalan adalah dere waku. Meode ini disebu sebagai meode peramalan dere waku karena

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. Peramalan (Forecasting) adalah suatu kegiatan yang mengestimasi apa yang akan

BAB II LANDASAN TEORI. Peramalan (Forecasting) adalah suatu kegiatan yang mengestimasi apa yang akan BAB II LADASA TEORI 2.1 Pengerian peramalan (Forecasing) Peramalan (Forecasing) adalah suau kegiaan yang mengesimasi apa yang akan erjadi pada masa yang akan daang dengan waku yang relaif lama (Assauri,

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Laar Belakang Masalah persediaan merupakan masalah yang sanga pening dalam perusahaan. Persediaan mempunyai pengaruh besar erhadap kegiaan produksi. Masalah persediaan dapa diaasi

Lebih terperinci

ANALISIS FINANSIAL PENGOLAHAN SURIMI DENGAN SKALA MODERN DAN SEMI MODERN. Financial Analysis of Surimi Processing by Modern and Semi-Modern Scale

ANALISIS FINANSIAL PENGOLAHAN SURIMI DENGAN SKALA MODERN DAN SEMI MODERN. Financial Analysis of Surimi Processing by Modern and Semi-Modern Scale ANALISIS FINANSIAL PENGOLAHAN SURIMI DENGAN SKALA MODERN DAN SEMI MODERN Financial Analysis of Surimi Processing by Modern and Semi-Modern Scale Nazori Djazuli 1*, Mia Wahyuni, Daniel Moninja, Ari Purbayano

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN TEORITIS

BAB II TINJAUAN TEORITIS BAB II TIJAUA TEORITIS 2.1 Peramalan (Forecasing) 2.1.1 Pengerian Peramalan Peramalan dapa diarikan sebagai beriku: a. Perkiraan aau dugaan mengenai erjadinya suau kejadian aau perisiwa di waku yang akan

Lebih terperinci

Economic Rent Analysis of Timber Estate Log Production in Indonesia

Economic Rent Analysis of Timber Estate Log Production in Indonesia ANALISIS PUNGUTAN RENTE EKONOMI KAYU BULAT HUTAN TANAMAN INDUSTRI DI INDONESIA Economic Ren Analysis of Timber Esae Log Producion in Indonesia Oleh/By: Transoo Handadhari, Achmad Sumiro, Sofyan P. Warsio

Lebih terperinci

III KERANGKA PEMIKIRAN

III KERANGKA PEMIKIRAN III KERANGKA PEMIKIRAN 3.1 Teori Risiko Produksi Dalam eori risiko produksi erlebih dahulu dijelaskan mengenai dasar eori produksi. Menuru Lipsey e al. (1995) produksi adalah suau kegiaan yang mengubah

Lebih terperinci

ANALISIS DIRECT SELLING COST DALAM MENINGKATKAN VOLUME PENJUALAN Studi kasus pada CV Cita Nasional.

ANALISIS DIRECT SELLING COST DALAM MENINGKATKAN VOLUME PENJUALAN Studi kasus pada CV Cita Nasional. JURNAL ILMIAH RANGGAGADING Volume 7 No. 1, April 7 : 3-9 ANALISIS DIRECT SELLING COST DALAM MENINGKATKAN VOLUME PENJUALAN Sudi kasus pada CV Cia Nasional. Oleh Emmy Supariyani* dan M. Adi Nugroho *Dosen

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. universal, disemua negara tanpa memandang ukuran dan tingkat. kompleks karena pendekatan pembangunan sangat menekankan pada

BAB I PENDAHULUAN. universal, disemua negara tanpa memandang ukuran dan tingkat. kompleks karena pendekatan pembangunan sangat menekankan pada BAB I PENDAHULUAN A. Laar Belakang Disparias pembangunan ekonomi anar daerah merupakan fenomena universal, disemua negara anpa memandang ukuran dan ingka pembangunannya. Disparias pembangunan merupakan

Lebih terperinci

3 METODE PENELITIAN. Gambar 5 Peta lokasi penelitian. PETA PENELITIAN DI KABUPATEN ACEH JAYA. Lokasi sampel. Lokasi Penelitian

3 METODE PENELITIAN. Gambar 5 Peta lokasi penelitian. PETA PENELITIAN DI KABUPATEN ACEH JAYA. Lokasi sampel. Lokasi Penelitian 3 METODE PENELITIAN 3.1 Tempa dan Waku Peneliian Peneliian ini dilaksanakan di pesisir Kabupaen Aceh Jaya di Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam. Peneliian ini dilaksanakan pada bulan Agusus 2008 sampai

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN

III. METODOLOGI PENELITIAN III. METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Kerangka Pemikiran Ekosisem lau memiliki banyak manfaa ekonomi, baik yang selama ini elah erkuanifikasikan maupun manfaa-manfaa yang belum erhiung, dikarenakan nilainya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Perekonomian dunia telah menjadi semakin saling tergantung pada

BAB I PENDAHULUAN. Perekonomian dunia telah menjadi semakin saling tergantung pada BAB I PENDAHULUAN A. Laar Belakang Masalah Perekonomian dunia elah menjadi semakin saling erganung pada dua dasawarsa erakhir. Perdagangan inernasional merupakan bagian uama dari perekonomian dunia dewasa

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS. dari bahasa Yunani yang berarti Demos adalah rakyat atau penduduk,dan Grafein

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS. dari bahasa Yunani yang berarti Demos adalah rakyat atau penduduk,dan Grafein BAB 2 TINJAUAN TEORITIS 2.1 Pengerian Demografi Keadaan penduduk sanga era kaiannya dengan demografi. Kaa demografi berasal dari bahasa Yunani yang berari Demos adalah rakya aau penduduk,dan Grafein adalah

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Paprika adalah salah satu komoditas sayuran yang memiliki nilai

II. TINJAUAN PUSTAKA. Paprika adalah salah satu komoditas sayuran yang memiliki nilai II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Gambaran Umum Budidaya Paprika Paprika adalah salah sau komodias sayuran yang memiliki nilai ekonomis yang inggi, dimana sebagian besar hasil panennya diekspor ke luar negeri.

Lebih terperinci

PENGARUH PENGEMBANGAN KARYAWAN TERHADAP MOTIVASI DAN PRESTASI KERJA KARYAWAN (Studi pada karyawan tetap PT PG Tulangan Sidoarjo)

PENGARUH PENGEMBANGAN KARYAWAN TERHADAP MOTIVASI DAN PRESTASI KERJA KARYAWAN (Studi pada karyawan tetap PT PG Tulangan Sidoarjo) PENGARUH PENGEMBANGAN KARYAWAN TERHADAP MOTIVASI DAN PRESTASI KERJA KARYAWAN (Sudi pada karyawan eap PT PG Tulangan Sidoarjo) Niken Dwi Okavia Heru Susilo Moehammad Soe`oed Hakam Fakulas Ilmu Adminisrasi

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS. Kegiatan untuk memperkirakan apa yang akan terjadi pada masa yang akan datang

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS. Kegiatan untuk memperkirakan apa yang akan terjadi pada masa yang akan datang BAB 2 TINJAUAN TEORITIS 2.1 Pengerian dan Manfaa Peramalan Kegiaan unuk mempeirakan apa yang akan erjadi pada masa yang akan daang disebu peramalan (forecasing). Sedangkan ramalan adalah suau kondisi yang

Lebih terperinci

BAB 2 KINEMATIKA. A. Posisi, Jarak, dan Perpindahan

BAB 2 KINEMATIKA. A. Posisi, Jarak, dan Perpindahan BAB 2 KINEMATIKA Tujuan Pembelajaran 1. Menjelaskan perbedaan jarak dengan perpindahan, dan kelajuan dengan kecepaan 2. Menyelidiki hubungan posisi, kecepaan, dan percepaan erhadap waku pada gerak lurus

Lebih terperinci

Perencanaan Sistem Pendukung Keputusan Untuk Peningkatan Produktivitas

Perencanaan Sistem Pendukung Keputusan Untuk Peningkatan Produktivitas Perencanaan Sisem Pendukung Kepuusan Unuk Peningkaan Produkivias Abdurrozzaq Hasibuan Jurusan Teknik Indusri, Fakulas Teknik, UISU Jln. Sisingamangaraja Telp. 7869920 Teladan Medan Email : rozzaq@uisu.ac.id

Lebih terperinci

SUPLEMEN 3 Resume Hasil Penelitian: Analisis Respon Suku Bunga dan Kredit Bank di Sumatera Selatan terhadap Kebijakan Moneter Bank Indonesia

SUPLEMEN 3 Resume Hasil Penelitian: Analisis Respon Suku Bunga dan Kredit Bank di Sumatera Selatan terhadap Kebijakan Moneter Bank Indonesia SUPLEMEN 3 Resume Hasil Peneliian: Analisis Respon Suku Bunga dan Kredi Bank di Sumaera Selaan erhadap Kebijakan Moneer Bank Indonesia Salah sau program kerja Bank Indonesia Palembang dalam ahun 2007 adalah

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI 35 BAB LANDASAN TEORI Meode Dekomposisi biasanya mencoba memisahkan iga komponen erpisah dari pola dasar yang cenderung mencirikan dere daa ekonomi dan bisnis. Komponen ersebu adalah fakor rend (kecendrungan),

Lebih terperinci

BAB III METODE PEMULUSAN EKSPONENSIAL TRIPEL DARI WINTER. Metode pemulusan eksponensial telah digunakan selama beberapa tahun

BAB III METODE PEMULUSAN EKSPONENSIAL TRIPEL DARI WINTER. Metode pemulusan eksponensial telah digunakan selama beberapa tahun 43 BAB METODE PEMUUAN EKPONENA TRPE DAR WNTER Meode pemulusan eksponensial elah digunakan selama beberapa ahun sebagai suau meode yang sanga berguna pada begiu banyak siuasi peramalan Pada ahun 957 C C

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini adalah penelitian Quasi Eksperimental Design dengan

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini adalah penelitian Quasi Eksperimental Design dengan BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Jenis dan Desain Peneliian Peneliian ini adalah peneliian Quasi Eksperimenal Design dengan kelas eksperimen dan kelas conrol dengan desain Prees -Poses Conrol Group Design

Lebih terperinci

PENGARUH GAJI, UPAH, DAN TUNJANGAN KARYAWAN TERHADAP KINERJA KARYAWAN PADA PT. XYZ

PENGARUH GAJI, UPAH, DAN TUNJANGAN KARYAWAN TERHADAP KINERJA KARYAWAN PADA PT. XYZ PENGARUH GAJI, UPAH, DAN TUNJANGAN KARYAWAN TERHADAP KINERJA KARYAWAN PADA PT. XYZ Khairunnisa aubara 1, Ir. Sugiharo Pujangkoro, MM 2, uchari, ST, M.Kes 2 Deparemen Teknik Indusri, Fakulas Teknik, Universias

Lebih terperinci

KAJIAN AGRIBISNIS TAHU (Studi Kasus di Kabupaten Biak Numfor)

KAJIAN AGRIBISNIS TAHU (Studi Kasus di Kabupaten Biak Numfor) 57 Buana Sains Vol 8 No 1: 57-66, 2008 KAJIAN AGRIBISNIS TAHU (Sudi Kasus di Kabupaen Biak Numfor) I Made Suaryadana 1,2) dan Eri Yusnia Arviani 2) 1) Dinas Peranian Kabupaen Biak Numfor 2) Program Pascasarjana,

Lebih terperinci

Gambar 2. Letak Geografis Kota Tangerang

Gambar 2. Letak Geografis Kota Tangerang METODOLOGI Lokasi dan Waku Peneliian Peneliian dilakukan di wilayah adminisrasi Koa Tangerang, Propinsi Banen. Proses peneliian dimulai dengan pengumpulan daa, analisis dan diakhiri dengan penyusunan laporan,

Lebih terperinci

KELAYAKAN PENGUSAHAAN PALA DI JAWA BARAT

KELAYAKAN PENGUSAHAAN PALA DI JAWA BARAT KELAYAKAN PENGUSAHAAN PALA DI JAWA BARAT Bedy Sudjarmoko Balai Peneliian Tanaman Rempah dan Aneka Tanaman Indusri Indonesian Spice and Indusrial Crop Research Insiue ABSTRAK Jawa Bara merupakan salah sau

Lebih terperinci

PERANCANGAN SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN DENGAN METODE BOBOT UNTUK MENILAI KENAIKAN GOLONGAN PEGAWAI

PERANCANGAN SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN DENGAN METODE BOBOT UNTUK MENILAI KENAIKAN GOLONGAN PEGAWAI Seminar Nasional Informaika PERANCANGAN SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN DENGAN METODE BOBOT UNTUK MENILAI KENAIKAN GOLONGAN PEGAWAI Evri Ekadiansyah Program Sudi D Manajemen Informaika, STMIK Poensi Uama evrie9@gmail.com

Lebih terperinci

ANALISIS ECONOMIC ENGINEERING PADA INVESTASI HOTEL GRAND CENTRAL KOTA PEKANBARU. Arifal Hidayat

ANALISIS ECONOMIC ENGINEERING PADA INVESTASI HOTEL GRAND CENTRAL KOTA PEKANBARU. Arifal Hidayat ANALISIS ECONOMIC ENGINEERING PADA INVESTASI HOTEL GRAND CENTRAL KOTA PEKANBARU Arifal Hidaya Analisis Economic Engineering ABSTRAK Tujuan uama dari peneliian ini adalah unuk menganalisa invesasi pembangunan

Lebih terperinci

BAB III METODE DEKOMPOSISI CENSUS II. Data deret waktu adalah data yang dikumpulkan dari waktu ke waktu

BAB III METODE DEKOMPOSISI CENSUS II. Data deret waktu adalah data yang dikumpulkan dari waktu ke waktu BAB III METODE DEKOMPOSISI CENSUS II 3.1 Pendahuluan Daa dere waku adalah daa yang dikumpulkan dari waku ke waku unuk menggambarkan perkembangan suau kegiaan (perkembangan produksi, harga, hasil penjualan,

Lebih terperinci

x 4 x 3 x 2 x 5 O x 1 1 Posisi, perpindahan, jarak x 1 t 5 t 4 t 3 t 2 t 1 FI1101 Fisika Dasar IA Pekan #1: Kinematika Satu Dimensi Dr.

x 4 x 3 x 2 x 5 O x 1 1 Posisi, perpindahan, jarak x 1 t 5 t 4 t 3 t 2 t 1 FI1101 Fisika Dasar IA Pekan #1: Kinematika Satu Dimensi Dr. Pekan #1: Kinemaika Sau Dimensi 1 Posisi, perpindahan, jarak Tinjau suau benda yang bergerak lurus pada suau arah erenu. Misalnya, ada sebuah mobil yang dapa bergerak maju aau mundur pada suau jalan lurus.

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. yang akan datang. Peramalan menjadi sangat penting karena penyusunan suatu

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. yang akan datang. Peramalan menjadi sangat penting karena penyusunan suatu BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengerian Peramalan Peramalan adalah kegiaan memperkirakan apa yang erjadi pada waku yang akan daang sedangkan rencana merupakan penenuan apa yang akan dilakukan pada waku yang

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Laar Belakang Air merupakan kebuuhan pokok bagi seiap makhluk hidup di dunia ini ermasuk manusia. Air juga merupakan komponen lingkungan hidup yang pening bagi kelangsungan hidup

Lebih terperinci

B a b 1 I s y a r a t

B a b 1 I s y a r a t TKE 305 ISYARAT DAN SISTEM B a b I s y a r a Indah Susilawai, S.T., M.Eng. Program Sudi Teknik Elekro Fakulas Teknik dan Ilmu Kompuer Universias Mercu Buana Yogyakara 009 BAB I I S Y A R A T Tujuan Insruksional.

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. yang akan datang. Peramalan menjadi sangat penting karena penyusunan suatu

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. yang akan datang. Peramalan menjadi sangat penting karena penyusunan suatu BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengerian Peramalan Peramalan adalah kegiaan memperkirakan apa yang erjadi pada waku yang akan daang sedangkan rencana merupakan penenuan apa yang akan dilakukan pada waku yang

Lebih terperinci

PERHITUNGAN VALUE AT RISK (VaR) DENGAN SIMULASI MONTE CARLO (STUDI KASUS SAHAM PT. XL ACIATA.Tbk)

PERHITUNGAN VALUE AT RISK (VaR) DENGAN SIMULASI MONTE CARLO (STUDI KASUS SAHAM PT. XL ACIATA.Tbk) Jurnal UJMC, Volume 3, Nomor 1, Hal. 15-0 pissn : 460-3333 eissn : 579-907X ERHITUNGAN VAUE AT RISK (VaR) DENGAN SIMUASI MONTE CARO (STUDI KASUS SAHAM T. X ACIATA.Tbk) Sii Alfiaur Rohmaniah 1 1 Universias

Lebih terperinci

3 METODOLOGI. 3.1 Waktu dan Tempat

3 METODOLOGI. 3.1 Waktu dan Tempat 23 3 METODOLOGI 3. Waku dan Tempa Peneliian dilakukan pada bulan Mei 200 sampai Mei 20. Pengambilan daa dilakukan di Perairan Selaan Prigi dan Pelabuhan Perikanan Nusanara (PPN) Prigi, Trenggalek, Jawa

Lebih terperinci

PERANCANGAN SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN DENGAN METODE BOBOT UNTUK MENILAI KENAIKAN GOLONGAN PEGAWAI

PERANCANGAN SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN DENGAN METODE BOBOT UNTUK MENILAI KENAIKAN GOLONGAN PEGAWAI Seminar Nasional Informaika 24 PERANCANGAN SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN DENGAN METODE BOBOT UNTUK MENILAI KENAIKAN GOLONGAN PEGAWAI Evri Ekadiansyah Program Sudi D3 Manajemen Informaika, STMIK Poensi Uama

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Dalam pelaksanaan pembangunan saat ini, ilmu statistik memegang peranan penting

BAB 1 PENDAHULUAN. Dalam pelaksanaan pembangunan saat ini, ilmu statistik memegang peranan penting BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Laar Belakang Dalam pelaksanaan pembangunan saa ini, ilmu saisik memegang peranan pening baik iu di dalam pekerjaan maupun pada kehidupan sehari-hari. Ilmu saisik sekarang elah melaju

Lebih terperinci

PENGGUNAAN KONSEP FUNGSI CONVEX UNTUK MENENTUKAN SENSITIVITAS HARGA OBLIGASI

PENGGUNAAN KONSEP FUNGSI CONVEX UNTUK MENENTUKAN SENSITIVITAS HARGA OBLIGASI PENGGUNAAN ONSEP FUNGSI CONVEX UNU MENENUAN SENSIIVIAS HARGA OBLIGASI 1 Zelmi Widyanuara, 2 Ei urniai, Dra., M.Si., 3 Icih Sukarsih, S.Si., M.Si. Maemaika, Universias Islam Bandung, Jl. amansari No.1 Bandung

Lebih terperinci

Aplikasi Metode Seismik 4D untuk Memantau Injeksi Air pada Lapangan Minyak Erfolg

Aplikasi Metode Seismik 4D untuk Memantau Injeksi Air pada Lapangan Minyak Erfolg Aplikasi Meode Seismik 4D unuk Memanau Injeksi Air pada Lapangan Minyak Erfolg Prillia Aufa Adriani, Gusriyansyah Mishar, Supriyano Absrak Lapangan minyak Erfolg elah dieksploiasi sejak ahun 1990 dan sekarang

Lebih terperinci

Vol. 1, No. 2, September 2011

Vol. 1, No. 2, September 2011 ISSN 2252-5491 Vol. 1, No. 2, Sepember 2011 Forum Agribisnis Agribusiness Forum Fakor-Fakor yang Mempengaruhi Realisasi dan Pengembalian Kredi Usaha Rakya Anna Maria Lubis dan Dwi Rachmina Analisis Kepuasan

Lebih terperinci

BAB III. Pada bab ini akan dijelaskan mengenai tahapan perhitungan untuk menilai

BAB III. Pada bab ini akan dijelaskan mengenai tahapan perhitungan untuk menilai BAB III PENILAIAN HARGA WAJAR SAHAM PAA SEKTOR INUSTRI BATUBARA ENGAN MENGGUNAKAN TRINOMIAL IVIEN ISCOUNT MOEL 3.. Pendahuluan Pada bab ini akan dijelaskan mengenai ahapan perhiungan unuk menilai harga

Lebih terperinci

Oleh : Debrina Puspita Andriani Teknik Industri Universitas Brawijaya /

Oleh : Debrina Puspita Andriani Teknik Industri Universitas Brawijaya   / 4 Oleh : Debrina Puspia Andriani Teknik Indusri Universias Brawijaya e-mail : debrina@ub.ac.id / debrina.ub@gmail.com www.debrina.lecure.ub.ac.id O. Dasar perhiungan depresiasi 2. Meode-meode depresiasi.

Lebih terperinci

KELAYAKAN INDUSTRI KERUPUK JAMUR TIRAM DI KABUPATEN BOGOR ABSTRACT

KELAYAKAN INDUSTRI KERUPUK JAMUR TIRAM DI KABUPATEN BOGOR ABSTRACT KELAYAKAN INDUSTRI KERUPUK JAMUR TIRAM DI KABUPATEN BOGOR Purwoko dan Yandra Arkeman Deparemen Teknologi Indusri Peranian, Fakulas Teknologi Peranian, IPB ABSTRACT Oyser mushroom can be processed ino various

Lebih terperinci