JIIA, VOLUME 2 No. 2, APRIL Yunica Safitri, Zainal Abidin, Novi Rosanti ABSTRACT

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "JIIA, VOLUME 2 No. 2, APRIL Yunica Safitri, Zainal Abidin, Novi Rosanti ABSTRACT"

Transkripsi

1 KINERJA DAN NILAI TAMBAH AGROINDUSTRI SABUT KELAPA PADA KAWASAN USAHA AGROINDUSTRI TERPADU (KUAT) DI KECAMATAN PESISIR SELATAN KABUPATEN PESISIR BARAT (Performance And Added Value of CocoFiber Agroindusry In Kawasan Usaha Agroindusri Terpadu (KUAT) A Pesisir Selaan Sub-Disric of Pesisir Bara Disric) Yunica Safiri, Zainal Abidin, Novi Rosani Program Sudi Agribisnis, Fakulas Peranian, Universias Lampung, Jalan Prof. Dr. Soemanri Brojonegoro No.1 Bandar Lampung 35141, Telp , yunicasafiri29@gmail.com ABSTRACT The research aims o analyze (1) he performance (physic and financially) of cocofiber agroindusry, (2) added value of coco fiber agroindusry. The research was conduced in Kawasan Usaha Agroindusri Terpadu(KUAT) a Pesisir Selaan Sub-Disric of Pesisir Bara Disric and he locaion was choosen purposively. Research locaion was chosen purposively based on he quaniy of workers. Daa were analyzed using descripive quaniaive mehod. The resuls showed ha (1) performance of coco fiber agroindusry was profiable wih amoun of produciviy of business agroindusry 2.50, he produciviy of labor 76,56 kg/hok and he capaciy 67 %, whereas he coco fiber agroindusry financially feasible as shown wih he NPV value of Rp 1,224, , IRR 36.58%, Ne B/C 2.77, Gross B/C 1.21 and Payback period for 5.51 years, (2) he coco fiber agroindusry gives added value of Rp /kg wih he raio 57.55%. Key words: added value, agroindusry, coco fiber, financial, performance. PENDAHULUAN Di Provinsi Lampung anaman kelapa merupakan anaman perkebunan yang memiliki luas areal, produksi dan produkivias yang cukup inggi dan berpoensi unuk memajukan pembangunan ekonomi dengan meningkakan produksi kelapa. Senra produksi anaman kelapa ersebar di beberapa kabupaen di Provinsi Lampung, salah saunya berada di Kabupaen Pesisir Bara yang merupakan hasil pemekaran dari Kabupaen Lampung Bara dengan produkivias erbesar keiga di Provinsi Lampung (Dinas Perkebunan Provinsi Lampung 2012). Sebagai senra anaman kelapa, produksi kelapa yang berlimpah sanga berpoensi unuk dikembangkannya agroindusri berbahan baku kelapa salah saunya adalah agroindusri sabu kelapa dengan konsep pengembangan wilayah berbasis komodias unggulan yaiu komodias anaman kelapa. Pengembangan wilayah berbasis komodias unggulan diharapkan dapa memacu perumbuhan suau wilayah yang pada akhirnya dapa meningkakan pendapaan masyaraka. Model pengembangan wilayah berbasis komodias unggulan yang saa ini sedang dikembangkan oleh beberapa wilayah adalah komodias anaman kelapa salah saunya berada di Kabupaen Lampung Bara dengan Program Kawasan Usaha Agro Terpadu (KUAT) berbasis Komodias Kelapa (Basmar 2008). Menuru Dinas Koperasi Perindusrian Perdagangan dan Pasar Kabupaen Lampung Bara (2009), KUAT merupakan suau kawasan yang erkai dengan fungsi yang memiliki nilai sraegis bagi perumbuhan dan perkembangan wilayah Lampung Bara. Agroindusri sabu kelapa yang ada di Kecamaan Pesisir Selaan ermasuk dalam program KUAT yang merupakan salah sau sraegi Pemerinahan Kabupaen Lampung Bara dalam pengembangan komodias unggulan melalui klaser agroindusri. Sebelum adanya agroindusri sabu kelapa para peani kelapa hanya memanfaakan buah kelapa saja. Peani kelapa beranggapan bahwa limbah 166

2 sabu kelapa idak dapa dimanfaakan dan peani sering kali membakar limbah sabu kelapa ersebu. Agroindusri sabu kelapa dapa memberikan nilai ambah dan pendapaan erhadap peani kelapa, sera mampu menyerap sumber daya manusia yang ada di sekiar agroindusri sabu kelapa. Agroindusri ini membuuhkan modal, invesasi dan biaya produksi yang besar, namun hingga saa ini belum pernah dilakukan pengukuran erhadap kinerja baik secara fisik maupun secara finansial. Kinerja agroindusri secara fisik akan memberikan gambaran mengenai produkivias dan kapasias, sedangkan kinerja secara finansial akan menggambarkan pendapaan agroindusri yang diukur menggunakan analisis kelayakan finansial unuk mengeahui apakah agroindusri sabu kelapa layak aau idak layak unuk dikembangkan. Berdasarkan hal ersebu maka perlu dilakukan peneliian yang diujukan unuk (1) menganalisis kinerja (fisik dan finansial) agroindusri sabu kelapa, (2) mengeahui nilai ambah agroindusri sabu kelapa pada KUAT di Kecamaan Pesisir Selaan Kabupaen Pesisir Bara. METODE PENELITIAN Peneliian ini menggunakan meode sudi kasus. Peneliian dilakukan pada agroindusri sabu kelapa yang ada di Kecamaan Pesisir Selaan Pesisir Bara. Pemilihan lokasi dilakukan secara sengaja (purposive) dengan perimbangan bahwa di Kecamaan Pesisir Selaan merupakan senra agroindusri sabu kelapa dan ermasuk dalam program Kawasan Usaha Agroindusri Terpadu (KUAT). Daa yang digunakan dalam peneliian ini adalah daa primer dan daa sekunder. Teknik pengumpulan daa primer diperoleh melalui wawancara langsung dengan pihak agroindusri menggunakan dafar peranyaan (kuisioner). Daa sekunder diperoleh dari berbagai lieraur dan insansi erkai dalam peneliian ini. Meode analisis daa yang digunakan dalam peneliian ini adalah analisis kuaniaif. Waku peneliian dilaksanakan pada Bulan Juni 2013 sampai dengan bulan Juli Populasi peneliian adalah pelaku agroindusri sabu kelapa di Kecamaan Pesisir Selaan Kabupaen Pesisir Bara yang berjumlah 3 orang. Oleh karena i, seluruh populasi dijadikan responden peneliian (sensus). Arikuno (2002), berpendapa bahwa apabila subjek peneliian kurang dari 100, maka lebih baik diambil semua sehingga peneliiannya merupakaan peneliian populasi. Analisi Kinerja Usaha Kinerja agroindusri sabu kelapa erdiri dari kinerja secara fisik dan kinerja secara finansial. Kinerja secara fisik diliha dari aspek produkivias dan kapasias. Dimana produkivias erdiri dari produkivias enaga kerja agroindusri dan produkivias usaha agroindusri. Kinerja secara finansial diliha dari aspek pendapaan yang dihiung menggunakan analisis finansial 1) Kinerja Secara Fisik Kinerja secara fisik agroindusri sabu kelapa diliha dari produkivias dan kapasias. Produkivias dari agroindusri dihiung dari uni yang diproduksi (oupu) dengan masukan yang digunakan (inpu). Produkivias dari agroindusri sabu kelapa erdiri dari produkivias enaga kerja agroindusri dan produkivias usaha agroindusri, sedangkan kapasias yaiu suau ukuran yang menyangku kemampuan dari oupu dari suau proses yang dirumuskan sebagai beriku (Praseya dan Firi 2009): uni yang diproduksi (kg) Produkivias TK..(1) masukan yang digunakan (HOK) Produkivi uni yang diproduksi (Rp) as Usaha.( 2 masukan yang digunakan (Rp) ) Acual Oupu Kapasias Design Capaciy...(3) Acual oupu = oupu yang diproduksi (kg) Design capaciy = kapasias erpasang (kg) Krieria pengukuran kapasias adalah: a) Jika kapasias e 50%, maka agroindusri sabu kelapa elah berproduksi secara baik. b) Jika kapasias < 50%, maka agroindusri sabu kelapa berproduksi kurang baik. 2) Kinerja Secara Finansial Kinerja secara finansial dianalisis menggunakan analisis kelayakan finansial. Analisis kelayakan finansial dihiung selama sepuluh ahun aas dasar umur ekonomis bangunan dan mesin dari agroindusri sabu kelapa. Tingka suku bunga yang 167

3 digunakan dalam peneliian ini adalah ingka suku bunga pinjaman Kredi Usaha Rakya (KUR) yang dieapkan Bank Rakya Indonesia yaiu sebesar 14% (KUR reail) (Bank Rakya Indonesia 2013). Menuru Kadariah (2001), ada beberapa meode yang biasa diperimbangkan unuk dipakai dalam analisis kelayakan finansial, yaiu Ne Presen Value (NPV), Inernal Rae of Reurn (IRR), Gross Benefi Cos Raio (Gross B/C), Ne Benefi Cos Raio (Ne B/C), dan Payback Period (PP). (a) Ne presen value (NPV) NPV n B C 1 1 i NPV IRR i 1 1 i2 i1 NPV1 NPV2...(4) NVP = ne presen value B = benefi (penerimaan) bersih ahun C = cos (biaya) pada ahun I = ingka bunga (%) N = umur ekonomis (ahun) Krieria pengukuran ne presen value adalah: a) Jika NPV > 0, maka kegiaan usaha layak unuk dilaksanakan. b) Jika NPV < 0, maka kegiaan usaha idak layak unuk dilaksanakan. c) Jika NPV = 0, maka kegiaan usaha dalam keadaan break even poin. (b) Inernal rae of reurn (IRR) NPV 1 = ne presen value posiif NPV 2 = ne presen value negaif i 1 = ingka discoun rae yang menghasilkan NPV 1 i 2 = ingka discoun rae yang menghasilkan NPV 2...(5) Krieria pengukuran Inernal rae of reurn adalah: a) Jika IRR > i, maka kegiaan usaha layak unuk dilaksanakan. b) Jika IRR < i, maka kegiaan usaha idak layak unuk dilaksanakan. c) Jika IRR = i, maka kegiaan usaha dalam keadaan break even poin. (c) Gross benefi cos raio (Gross B/C raio) GrossB / C...(6) GrossB/C = gross benefi cos raio B = benefi (penerimaan) bersih ahun C = cos (biaya) pada ahun I = ingka bunga (%) N = umur ekonomis (ahun) Krieria pada pengukuran gross B/C raio adalah: a) Jika gross B/C > 1, maka kegiaan usaha layak unuk dilaksanakan. b) Jika gross B/C < 1, maka kegiaan usaha idak layak unukdilaksanakan. c) Jika gross B/C= 1, maka kegiaan usaha dalam keadaan break even poin. (d) Ne benefi cos raio (Ne B/C raio NeB / C n 0 n 0 0 n 0 B C /(1 i) C B /(1 i)...(7) Ne B/C = ne benefi cos raio B = benefi (penerimaan) bersih ahun C = cos (biaya) pada ahun i = ingka bunga (%) n = umur ekonomis (ahun) Krieria pada pengukuran ne benefi cos raio adalah: a) Jika ne B/C > 1, maka kegiaan usaha layak unuk dilaksanakan. b) Jika ne B/C < 1, maka kegiaan usaha idak layak unuk dilaksanakan. c) Jika ne B/C = 1, maka kegiaan usaha dalam keadaan break even poin. (e) Payback period (PP) Ko PP x1ahun Ab n B /(1 i) C /(1 i)...(8) di mana : PP = payback period K 0 = invesasi awal Ab = manfaa bersih yang diperoleh dari seiap periode 168

4 Krieria pada pengukuran payback period adalah: a) Jika payback period lebih pendek dari umur ekonomis usaha, maka proyek ersebu layak unuk dijalankan. b) Jika payback period lebih lama dari umur ekonomis usaha, maka proyek ersebu idak layak unuk dijalankan. Analisis Nilai Tambah Analisis nilai ambah digunakan unuk mengeahui peningkaan nilai ambah dari pengolahan sabu kelapa. Analisis ini menggunakan meode nilai ambah Hayami (1987) yang dapa diliha pada Tabel 1. Tabel 1. Prosedur perhiungan meode nilai ambah Hayami Variabel Oupu, Inpu dan Harga Oupu (kg/minggu) Bahan baku (kg/minggu) Tenaga kerja (HOK/minggu) Fakor konversi Koefisien enaga kerja (HOK/kg) Harga oupu (Rp/kg) Upah raa-raa enaga kerja (Rp/HOK) Pendapaan dan nilai ambah Harga bahan baku (Rp/kg) Sumbangan inpu lain (Rp/kg) Nilai oupu (Rp/kg) Nilai ambah (Rp/kg) Rasio nilai ambah (%) Imbalan enaga kerja (Rp/kg) Bagian enaga kerja (%) Keunungan (Rp/kg) Bagian keunungan (%) Balas Jasa unuk Fakor Produksi Margin keunungan (Rp/kg) Keunungan (%) Tenaga kerja (%) Inpu lain (%) Kode A B C D = A/B E = C/B F G H I J = D x F K = J I H L = (K/J)x100% M = E x G N = (M/K)x100% O = K M P= (O/K)x100% Q = J H R = O/Q x 100% S = M/Q x 100% T=I/Q x 100 % Keerangan : A = Oupu aau oal produksi sera kelapa yang dihasilkan olehagroindusri sabu kelapa. B = Inpu aau bahan baku yang digunakan unuk memproduksi sera kelapa. C = Tenaga kerja yang digunakan dalam memproduksi sera kelapa dihiung dalam benuk HOK (Hari Orang Kerja) dalam sau periode analisis. F = Harga produk yang berlaku pada sau periode análisis. G = Jumlah upah raa-raa yang dierima oleh pekerja dalam seiap sau periode produksi yang dihiung berdasarkan per HOK (Hari Orang Kerja). H = Harga inpu bahan baku uama yaiu sabu kelapaper kilogram pada saa periode analisis. I = Sumbangan aau biaya inpu lainnya yang erdiri dari biaya bahan baku penolong, biaya penyusuan. Krieria penilaian nilai ambah sebagai beriku: a) Jika nilai ambah > 0, berari agroindusri sabu kelapamemberikan nilai ambah (posiif). b) Jika nilai ambah < 0, berari agroindusri sabu kelapa idak memberikan nilai ambah (negaif). HASIL DAN PEMBAHASAN Gambaran Umum KUAT Kawasan Usaha Agroindusri Terpadu (KUAT), merupakan suau kawasan yang erkai dengan fungsi yang memiliki nilai sraegis bagi perumbuhan dan perkembangan wilayah Lampung Bara. Kawasan ersebu merupakan kawasan indusri yang diharapkan mampu unuk meningkakan daya saing bagi komodias unggulan daerah, meningkakan nilai ambah produk, dan meningkakan kesejaheraan masyaraka. Program KUAT merupakan salah sau sraegi Pemerinah Kabupaen Lampung Bara dalam pengembangan komodias unggulan melalui pendekaan klaser agroindusri. Pengembangan wilayah berbasis komodias unggulan melalui program KUAT diharapkan dapa memacu perumbuhan wilayah Lampung Bara. Program KUAT yang ada di Kabupaen Lampung Bara mulai dilaksanakan pada ahun 2009, aas dukungan Dinas Koperasi Perindusrian Perdagangan dan Pasar Kabupaen Lampung Bara yang bekerjasama dengan PT. Mahligai Indococo Fibre. Agroindusri yang ada pada program KUAT adalah agroindusri sabu kelapa. Para pelaku agroindusri sabu kelapa yang berada pada program KUAT mendapa binaan, banuan mesin-mesin yang digunakan unuk memulai kegiaan agroindusri berupa mesin pengurai, mesin pengayak, dan mesin pres sera pemasaran hasil produksi oleh Dinas Koperasi Perindusrian Perdagangan dan Pasar Kabupaen Lampung Bara. Para pelaku agroindusri sabu kelapa dan Pemerinah Daerah Kabupaen Lampung Bara juga memiliki hak dan kewajibannya masing-masing sebagaimana elah diaur oleh Pemkab Lampung Bara nomor 536/16/Pemkab-LB/II.06/2009 dan 023/IX/EXP-PK/2009. Pemerinah Daerah Kabupaen Lampung Bara berhak menerima pembagian keunungan aas pendapaan oal agroindusri sabu kelapa sebesar 35 persen per ahun dan berkewajiban menjamin kepasian hukum aas areal kerja pengelolaan KUAT, sedangkan para pelaku agroindusri sabu 169

5 kelapa berhak menerima pembagian keunungan aas pendapaan oal agroindusri sabu kelapa sebesar 65 persen per ahun dan berkewajiban menyiapkan dana aas pembelian bahan baku dan biaya-biaya yang dikeluarkan selama proses produksi diluar dari banuan yang diberikan Dinas Koperasi Perindusrian Perdagangan dan Pasar Kabupaen Lampung Bara. Karakerisik Responden Responden dalam peneliian berjumlah 3 orang pelaku agroindusri sabu kelapa. Dimana umur para pelaku agroindusri sabu kelapa berkisar anara ahun. Tingka pendidikan masingmasing pelaku agroindusri yaiu Sekolah Dasar (SD), Sekolah Menengah Perama (SMP), dan Sekolah Lanju Tingka Aas (SLTA). Jumlah anggungan keluarga masing-masing sebanyak iga orang dan pengalaman berusaha anara 4-5 ahun. Proses Produksi Pada Agroindusri Sabu Kelapa Proses produksi sabu kelapa menjadi sera kelapa pada agroindusri sabu kelapa sudah menggunakan eknologi yang modern. Proses produksi pada agroindusri sabu kelapa dilakukan seiap hari kecuali hari minggu, dalam sau bulan agroindusri sabu kelapa mampu memproduksi sebanyak 25 kali proses produksi. Langkah per ama yang dilakukan adalah pengupasan sabu kelapa. Sabu kelapa yang elah dikupas, kemudian dimasukan kedalam mesin pengurai unuk memisahkan anara sera kelapa dengan sebuk kelapa dan kemudian sera kelapa dijemur. Penjemuran merupakan proses yang sanga pening dalam proses produksi sabu kelapa karena dapa menenukan kualias hasil sera kelapa. Penjemuran berujuan unuk mengurangi kadar air sehingga idak mengalami serangan jamur. Seelah sera kelapa dijemur dan kadar air sudah idak ada, kemudian diayak menggunakan mesin pengayak. Pengayakan ini berujuan unuk membersihkan sera kelapa dari kooran sera debu yang menempel pada saa proses penjemuran. Tahap akhir proses produksi dari agroindusri sabu kelapa adalah pengepresan. Seelah sera kelapa benar-benar bersih dari kooran dan debu yang menempel seelah diayak, sera kelapa kemudian dimasukan kedalam mesin pengepres unuk dikemas dan dibenuk banalan sera kelapa. Kinerja Usaha Agroindusri Sabu Kelapa Kinerja Secara Fisik Kinerja secara fisik agroindusri sabu kelapa erdiri dari produkivias dan kapasias, dimana produkivias dari agroindusri sabu kelapa dibagi menjadi produkivias usaha agroindusri dan produkivias enaga kerja. Produkivias usaha agroindusri sabu kelapa sebesar 2,50, hal ini berari bahwa seiap Rp1 biaya inpu yang dikeluarkan oleh agroindusri akan menghasilkan penerimaan oupu sebesar Rp 2,50. Produkivias enaga kerja sebesar 76,56 kilogram/hok, hal ini berari seiap sau HOK pada agroindusri sabu kelapa mampu memproduksi sebesar 76,56 kilogram sera kelapa. Kapasias agroindusri sabu kelapa sebesar 0,67 aau 67 persen, nilai kapasias lebih besar dari 50 persen, sehingga dapa dikaakan bahwa agroindusri sabu kelapa sudah berproduksi dengan baik. Kinerja Secara Finansial Agroindusri sabu kelapa elah berjalan sejak ahun Agroindusri sabu kelapa memiliki umur ekonomis usaha sekiar 10 ahun berdasarkan umur ekonomis pabrik dan mesin agroindusri. Tahun peneliian dimulai pada ahun Biaya invesasi yang dikeluarkan oleh agroindusri sabu kelapa adalah biaya invesasi pabrik dan peralaan yaiu sebesar Rp invesasi erbesar pada agroindusri sabu kelapa adalah invesasi bangunan pabrik. Mesin pengurai, mesin ayakan, mesin pres, gerobak kerja dan dinamo merupakan banuan yang diberikan oleh Dinas Koperasi Perindusrian Perdagangan dan Pasar Kabupaen Lampung Bara sehingga biaya invesasi idak dikeluarkan secara unai. Invesasi peralaan yang dikeluar kan secara unai oleh pelaku agroindusri sabu kelapa, yaiu gense, mesin las dan blender, pisau, sekop, plasik jemur, imbangan mekanik, jerigen besar, dan imbangan duduk. Biaya operasional adalah biaya yang dikeluarkan unuk membeli aau membayar kebuuhan proses produksi dan habis dipakai dalam waku kurang dari aau selama sau ahun. Biaya operasional agroindusri sabu kelapa erdiri dari biaya eap dan biaya variabel. Biaya eap pada agroindusri sabu kelapa adalah biaya pajak dan biaya penyusuan. Biaya pajak yang dikeluarkan oleh agroindusri sabu kelapa yaiu sebesar Rp / 170

6 ahun dan biaya penyusuan sebesar Rp / ahun. Biaya variabel yang dikeluarkan agroindusri sabu kelapa melipui biaya bahan baku, biaya bahan penunjang dan biaya enaga kerja. Biaya bahan baku yang dikeluarkan oleh agroindusri sabu kelapa yaiu sebesar Rp /ahun, biaya bahan penunjang sebesar Rp /ahun, dan biaya enaga kerja sebesar Rp /ahun. Sehingga oal biaya operasional agroindusri sabu kelapa adalah sebesar Rp /ahun. Jumlah produksi agroindusri sabu kelapa yaiu sebesar kilogram/ahun sera kelapa dengan harga jual sera kelapa sebesar Rp1.638/ kilogram. Besarnya penerimaan yang diperoleh agroindusri sabu kelapa yaiu sebesar Rp /ahun. Pendapaan merupakan penerimaan dikurangi dengan biaya yang dikeluarkan selama proses produksi dalam sau kali periode produksi. Pendapaan yang diperoleh agroindusri sabu kelapa pada Kawasan Usaha Agroinduri Terpadu (KUAT) dibagi menjadi pendapaan agroindusri dan fee pemerinah. Dimana pendapaan agroindusri sebesar 65 persen dan fee pemerinah sebesar 35 persen. Fee pemerinah merupakan pembagian keunungan yang dikeluarkan aau dibayarkan oleh agroindusri sabu kelapa kepada pemerinah daerah seempa aas oal pendapaan yang diperoleh agroindusri sabu kelapa. Dimana pembagian fee pemerinah ini diberikan sesuai dengan hak yang harus dierima oleh pemerinah daerah seempa, sebagaimana elah diaur oleh Pemkab Lampung Bara nomor 536/16/Pemkab-LB/II.06/2009 dan 023/IX/EXP- PK/2009. Pendapaan dari agroindusri sabu kelapa pada Kawasan Usaha Agroinduri Terpadu (KUAT) dapa diliha pada Tabel 2. Analisis kelayakan finansial agroindusri sabu kelapa dilakukan unuk mengeahui kelayakan usaha agroindusri sabu kelapa pada Kawasan Usaha Agroindusri Terpadu (KUAT) di Kecamaan Pesisir Selaan Kabupaen Pesisir Bara. Nilai NPV agroindusri sabu kelapa dengan ingka suku bunga 14% (KUR reail) yaiu sebesar Rp , NPV bernilai posiif aau lebih besar dari nol. Nilai NPV menunjukkan bahwa penerimaan bersih agroindusri lebih besar dibandingkan oal Tabel 2. Pendapaan per ahun agroindusri sabu kelapa, ahun 2013 Tahun Agroindusri (65%) Pendapaan (Rp/ahun) Pemerinah (35%) biaya yang dikeluarkan. Hal ini berari bahwa agroindusri sabu kelapa secara keuangan layak unuk dikembangkan aau diusahakan. Nilai IRR yang diperoleh agroindusri sabu kelapa lebih besar dari ingka suku bunga yang berlaku yaiu 14% sehingga agroindusri sabu kelapa layak unuk diusahakan. Agroindusri sabu kelapa akan eap layak unuk diusahakan apabila ingka suku bunga yang berlaku lebih kecil dari 36,58%. Nilai Gross B/C yang diperoleh agroindusri sabu kelapa pada ingka suku bunga sebesar 14% menunjukkan bahwa seiap Rp1 biaya yang dikeluarkan akan menghasilkan penerimaan sebesar Rp1,21. Nilai Gross B/C agroindusri sabu kelapa menunjukkan bahwa agroindusri ersebu layak unuk dikembangkan. Nilai Ne B/C yang diperoleh agroindusri sabu kelapa berari bahwa seiap Rp1 yang dikeluarkan akan menghasilkan ne benefi sebesar Rp2,77. Nilai Ne B/C yang lebih dari sau membukikan bahwa agroindusri sabu kelapa layak unuk dikembangkan. Payback Period (PP) agroindusri sabu kelapa selama 5,51 ahun lebih pendek dari umur ekonomis usaha (10 ahun). Nilai PP yang dihasilkan menunjukkan bahwa biaya invesasi agroindusri sabu kelapa dapa dikembalikan dalam jangka waku 5,51 ahun oleh keunungan bersih agroindusri sabu kelapa. Hasil analisis kelayakan finansial agroindusri sabu kelapa dapa diliha pada Tabel 3. Pada peneliian Lidiani (2007), yang menelii enang analisis kelayakan pengembangan agroindusri serbuk kelapa dan sera kelapadi Desa Taman Negeri Kecamaan Way Bungur Kabupaen 171

7 Tabel 3. Analisis finansial agroindusri sabu kelapa dengan ingka suku bunga 14%, ahun 2013 Krieria Nilai Hasil NPV (Rp) > 0 = Layak IRR (%) 36,58 >14 = Layak Ne B/C (Rp) 2,77 >1 = Layak Gross B/C (Rp) 1,21 >1 = Layak PP (ahun) 5,51 <10 = Layak Lampung Timur merupakan uni usaha yang mengunungkan secara finansial dan layak unuk dikembangkan. Pada inggi suku bunga berlaku 18%, didapa NPV sebesar Rp , Ne B/ C sebesar 1,45, IRR sebesar 32,40%, dan Payback Period selama 3,9 ahun. Berdasarkan hasil peneliian ersebu dapa dikeahui bahwa nilai NPV, IRR, Ne B/C agroindusri sabu kelapa pada Kawasan Usaha Agroindusri Terpadu (KUAT) di Kecamaan Pesisir Selaan Kabupaen Pesisir Bara lebih inggi dengan Payback Period lebih lama dibanding agroindusri serbuk kelapa dan sera kelapa di Desa Taman Negeri Kecamaan Way Bungur Kabupaen Lampung Timur. Nilai Tambah Agroindusri Sabu Kelapa Prosedur perhiungan nilai ambah pada agroindusri sabu kelapa menggunakan meode nilai ambah Hayami. Berdasarkan prosedur perhiungan meode nilai ambah Hayami, raa-raa bahan baku sabu kelapa yang digunakan oleh agroindusri per bulan sebanyak kilogram sabu kelapa dan menghasilkan oupu sebesar kilogram. Dari jumlah bahan baku yang digunakan sera jumlah produk yang dihasilkan diperoleh nilai konversi sebesar 0,20. Hal ini berari unuk seiap sau kilogram sabu kelapa yang diolah, agroindusri sabu kelapa akan menghasilkan 0,20 kilogram sera kelapa. Nilai konversi ersebu menunjukkan bahwa erjadi penyusuan sabu kelapa pada saa pengolahan, penyusuan disebabkan karena beberapa hal dianaranya hilangnya kuli, serbuk dan juga kadar air yang erdapa dalam sabu kelapa. Penggunaan mesin penggilingan, mesin pengayak, dan mesin press juga berpengaruh erhadap nilai konversi yang diperoleh agroindusri. Tenaga kerja yang digunakan oleh agroindusri sabu kelapa adalah sebesar 475 HOK per bulan dengan koefisien enaga kerja sebesar 0,003. Nilai koefisien enaga kerja ersebu menunjukkan bahwa jumlah HOK yang dibuuhkan unuk pengolahan sau kilogram sabu kelapa menjadi sera kelapa adalah 0,003 HOK. Hal ini dikarenakan agroindusri sudah menggunakan peralaan yang modernsehingga proses produksi idak memerlukan waku yang lama. Hasil analisis nilai ambah agroindusri sabu kelapa dapa diliha pada Tabel 4. Nilai ambah merupakan selisih anara nilai produk dengan harga bahan baku dan sumbangan inpu lain, idak ermasuk enaga kerja. Nilai ambah yang diperoleh dari pengolahan sau kilogram sabu kelapa menjadi sera kelapa yaiu sebesar Rp189,04/kilogram bahan baku aau 11,81 kali harga bahan baku. Rasio nilai ambah erhadap nilai produk adalah 57,55 persen, arinya unuk seiap Rp100 nilai produk akan diperoleh nilai ambah sebesar Rp 57,55. Keunungan yang diperoleh dari proses pengolahan sabu kelapa menjadi sera kelapa adalah sebesar Rp105,04 dengan ingka keunungan sebesar 55,06 persen dari nilai produk. Nilai keunungan ersebu merupakan selisih dari nilai ambah dengan imbalan enaga kerja. Besarnya margin keunungan pengolahan sabu kelapa menjadi sera kelapa diperoleh dari analisis nilai ambah dimana besarnya nilai oupu dikurangi dengan harga bahan baku adalah sebesar Rp311,67 dari seiap sau kilogram sabu kelapa yang diolah menjadi sera kelapa. Balas jasa dari fakor produksi unuk keunungan adalah sebesar 33,56 persen dan balas jasa yang diperoleh unuk fakor produksi enaga kerja adalah Tabel 4. Analisis nilai ambah pada agroindusri sabu kelapa, ahun 2013 Variabel Kode Nilai Oupu, Inpu dan Harga Oupu (kg/bulan) Bahan baku (kg/ bulan) Tenaga kerja (HOK/ bulan) Fakor konversi Koefisien enaga kerja (HOK/kg) Harga oupu (Rp/kg) Upah raa-raa enaga kerja (Rp/HOK) Pendapaan dan Nilai Tambah Harga bahan baku (Rp/kg) Sumbangan inpu lain (Rp/kg) Nilai oupu (Rp/kg) Nilai ambah (Rp/kg) Rasio nilai ambah (%) Imbalan enaga kerja (Rp/kg) Bagian enaga kerja (%) Keunungan (Rp/kg) Bagian keunungan (%) Balas Jasa unuk Fakor Produksi Margin keunungan (Rp/kg) Keunungan (%) Tenaga kerja (%) Inpu lain (%) A B C D=A/B E=C/B F G H I J=D x F K=J-H-I L=K/J M=E x G N=M/K O=K-M P=O/K Q=J-H R=O/Q S=M/Q T=I/Q ,20 0, ,62 327,67 189,04 57, ,94 105,04 55,06 311,67 33,56 26,95 39,50 172

8 sebesar 26,95 persen dimana balas jasa enaga kerja ersebu merupakan imbalan erhadap enaga kerja aau pendapaan enaga kerja. Balas jasa yang diperoleh unuk fakor produksi dari sumbangan inpu lain adalah sebesar 39,50 persen. KESIMPULAN Berdasarkan hasil peneliian yang elah dilakukan, maka dapa disimpulkan bahwa kinerja agroindusri sabu kelapa pada Kawasan Usaha Agroindusri Terpadu (KUAT) di Kecamaan Pesisir Selaan Kabupaen Pesisir Bara secara fisik sudah berproduksi dengan baik dengan nilai produkivias usaha agroindusri sebesar 2,50, produkivias enaga kerja agroindusri sebesar 76,56 kilogram/ HOK dan kapasias sebesar 67% dan secara finansial sudah layak unuk dijalankan dengan nilai Ne Presen Value (NPV) sebesar Rp , Inernal Rae of Reurn (IRR) sebesar 36,58 %, Ne Benefi Cos Raio (Ne B/ C) sebesar 2,77, Gross Benefi Cos Raio (Gross B/C) sebesar 1,21 dan Payback Period (PP) selama 5,51 ahun. Sabu kelapa yang elah diolah menjadi sera kelapa oleh agroindusri sabu kelapa pada Kawasan Usaha Agroindusri Terpadu (KUAT) di Kecamaan Pesisir Selaan Kabupaen Pesisir Bara memberikan nilai ambah sebesar Rp189,04/kilogram dengan rasio nilai ambah sebesar 57,55 DAFTAR PUSTAKA Arikuno S Prosedur Peneliian Suau Pendekaan Pendek. Rineka Cipa. Jakara BPS [Badan Pusa Saisik] Provinsi Lampung Lampung Dalam Angka BPS Provinsi Lampung. Bandar Lampung. Bank Rakya Indonesia Kredi Usaha Rakya BRI. hp:// Diakses Tanggal 15 Mei Basmar A Arahan Pengembangan Kawasan Usaha Agro Terpadu Berbasis Komodias Kelapa di Kabupaen Lampung Bara. Tesis. Sekolah Pascasarjana Insiu Peranian Bogor. Bogor. Dinas Koperasi Perindusrian Perdagangan dan Pasar Kabupaen Lampung Bara Pengelolaan Kawasan Usaha Agroindusri Terpadu (KUAT). Diskoperindagsar Kabupaen Lampung Bara. Liwa Dinas Perkebunan Provinsi Lampung Luas areal, produksi, produkivias anaman kelapa per Kabupaen di Provinsi Lampung Disbun Provinsi Lampung. Bandar Lampung. Hapsari H, Endah D dan Tui K Peningkaan Nilai Tambah dan Sraegi Pengembangan Usaha Pengolahan Salak Manonjaya. Jurnal Agrikulura Vol.19, No.3 Tahun hp: //jurnal. unpad. ac.id/agrikulura/aricle/viewfile/ 1005/ Diakses Tanggal 10 Desember 2013 Hayami Y, Toshihiko K, Yoshimori M, M Asjidin Agriculural markeing and Processing In Upland Java: A Perspekif From A Sunda Vilage. The CGPRT Cener. Bogor. hp://reposiory. ipb.ac.id/bisream/ handle/ / Diakses Tanggal 13 Desember Kadariah Evaluasi Proyek Analisis Ekonomis; Edisi LPFEUI. Jakara. Lidiani N Analisis Kelayakan Pengembangan Agroindusri Serbuk Kelapa (Cocopea) dan Sera Kelapa (Cocofiber) di Desa Taman Negeri Kecamaan Way Bungur Kabupaen Lampung Timur. Skripsi. Sosial Ekonomi Peranian Fakulas Peranian Universias Lampung. Bandar Lampung. Preseya H, Firi L Manajemen Operasi. Media Pressindo. Yogyakara. 173

III. METODE PENELITIAN. Usahatani belimbing karangsari adalah kegiatan menanam dan mengelola. utama penerimaan usaha yang dilakukan oleh petani.

III. METODE PENELITIAN. Usahatani belimbing karangsari adalah kegiatan menanam dan mengelola. utama penerimaan usaha yang dilakukan oleh petani. III. METODE PENELITIAN A. Konsep Dasar dan Definisi Operasional Usahaani belimbing karangsari adalah kegiaan menanam dan mengelola anaman belimbing karangsari unuk menghasilkan produksi, sebagai sumber

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Konsep dasar dan definisi operasional merupakan pengertian dan petunjuk yang

III. METODE PENELITIAN. Konsep dasar dan definisi operasional merupakan pengertian dan petunjuk yang III. METODE PENELITIAN A. Konsep Dasar dan Definisi Operasional Konsep dasar dan definisi operasional merupakan pengerian dan peunjuk yang digunakan unuk menggambarkan kejadian, keadaan, kelompok, aau

Lebih terperinci

IV. METODE PENELITIAN

IV. METODE PENELITIAN IV. METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waku Peneliian Peneliian ini dilaksanakan pada kasus pengolahan ikan asap IACHI Peikan Cia Halus (PCH) yang erleak di Desa Raga Jaya Kecamaan Ciayam, Kabupaen Bogor,

Lebih terperinci

IV. METODE PENELITIAN

IV. METODE PENELITIAN IV. METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waku Peneliian Peneliian ini dilakukan di Dafarm, yaiu uni usaha peernakan Darul Fallah yang erleak di Kecamaan Ciampea, Kabupaen Bogor, Jawa Bara. Pemilihan lokasi

Lebih terperinci

IV. METODE PENELITIAN

IV. METODE PENELITIAN IV. METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waku Peneliian Peneliian ini dilaksanakan di PT Panafil Essenial Oil. Lokasi dipilih dengan perimbangan bahwa perusahaan ini berencana unuk melakukan usaha dibidang

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Industri pengolahan adalah suatu kegiatan ekonomi yang melakukan kegiatan

III. METODE PENELITIAN. Industri pengolahan adalah suatu kegiatan ekonomi yang melakukan kegiatan 40 III. METODE PENELITIAN A. Konsep Dasar dan Baasan Operasional Konsep dasar dan baasan operasional pada peneliian ini adalah sebagai beriku: Indusri pengolahan adalah suau kegiaan ekonomi yang melakukan

Lebih terperinci

III METODE PENELITIAN

III METODE PENELITIAN III METODE PENELITIAN 3.1 Waku dan Tempa Peneliian Peneliian mengenai konribusi pengelolaan huan rakya erhadap pendapaan rumah angga dilaksanakan di Desa Babakanreuma, Kecamaan Sindangagung, Kabupaen Kuningan,

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN III. METODE PENELITIAN 3.1. Kerangka Pemikiran Poensi sumberdaya perikanan, salah saunya dapa dimanfaakan melalui usaha budidaya ikan mas. Budidaya ikan mas yang erus berkembang di masyaraka, kegiaan budidaya

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. yang digunakan untuk mengetahui dan pembahasannya mengenai biaya - biaya

METODE PENELITIAN. yang digunakan untuk mengetahui dan pembahasannya mengenai biaya - biaya III. METODE PENELITIAN A. Meode Dasar Peneliian Meode yang digunakan dalam peneliian ini adalah meode kuaniaif, yang digunakan unuk mengeahui dan pembahasannya mengenai biaya - biaya usaha melipui biaya

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN

III. METODOLOGI PENELITIAN III. METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Kerangka Pemikiran Peneliian Keinginan Kelompok Tani Duma Lori yang erdapa di Desa Konda Maloba dan masyaraka sekiar akan berdirinya penggilingan gabah di daerahnya, elah

Lebih terperinci

IV. METODE PENELITIAN

IV. METODE PENELITIAN IV. METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waku Peneliian mengenai kelayakan pengusahaan pupuk kompos dilaksanakan pada uni usaha Koperasi Kelompok Tani (KKT) Lisung Kiwari yang menjalin mira dengan Lembaga

Lebih terperinci

III. KERANGKA PEMIKIRAN

III. KERANGKA PEMIKIRAN III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Teoriis 3.1.1 Daya Dukung Lingkungan Carrying capaciy aau daya dukung lingkungan mengandung pengerian kemampuan suau empa dalam menunjang kehidupan mahluk hidup secara

Lebih terperinci

IV METODE PENELITIAN

IV METODE PENELITIAN IV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waku Peneliian Peneliian ini dilaksanakan di Tempa Pelayanan Koperasi (TPK) Cibedug, Kecamaan Lembang, Kabupaen Bandung, Jawa Bara. Pemilihan lokasi dilakukan secara

Lebih terperinci

JIIA, VOLUME 2, No. 1, JANUARI 2014

JIIA, VOLUME 2, No. 1, JANUARI 2014 ANALISIS KELAYAKAN USAHA AGROINDUSTRI KOPI LUWAK DI KECAMATAN BALIK BUKIT KABUPATEN LAMPUNG BARAT (The Financial Feasibiliy Analysis of Luwak Coffee Agroindusry a Balik Buki Disric of Wes Lampung Regency)

Lebih terperinci

JIIA, VOLUME 5 No. 2, MEI 2017

JIIA, VOLUME 5 No. 2, MEI 2017 KELAYAKAN USAHA DAN NILAI TAMBAH AGROINDUSTRI TEMPE (The Feasibiliy and Added Value of Tempe Agroindusry) Winani Puspa Arum, Sudarma Widjaya, Lina Marlina Jurusan Agribisnis, Fakulas Peranian, Universias

Lebih terperinci

ANALISI KELAYAKAN FINANSIAL USAHA AGROINDUSTRI TAHU STUDI KASUS DI KELURAHAN LABUH BARU BARAT KECAMATAN PAYUNG SEKAKI KOTA PEKANBARU

ANALISI KELAYAKAN FINANSIAL USAHA AGROINDUSTRI TAHU STUDI KASUS DI KELURAHAN LABUH BARU BARAT KECAMATAN PAYUNG SEKAKI KOTA PEKANBARU ANALISI KELAYAKAN FINANSIAL USAHA AGROINDUSTRI TAHU STUDI KASUS DI KELURAHAN LABUH BARU BARAT KECAMATAN PAYUNG SEKAKI KOTA PEKANBARU Muhammad Irfan Asrori, Yusmini, dan Shorea Khaswarina Fakulas Peranian

Lebih terperinci

post facto digunakan untuk melihat kondisi pengelolaan saat ini berdasarkan

post facto digunakan untuk melihat kondisi pengelolaan saat ini berdasarkan 3. METODE PENELITIAN 3.1. Pendekaan dan Meode Peneliian Jenis peneliian yang digunakan adalah jenis peneliian kualiaif dengan menggunakan daa kuaniaif. Daa kualiaif adalah mengeahui Gambaran pengelolaan

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. Kawasan Pesisir Kabupaten Kulon Progo. Pemanfaatan/Penggunaan Lahan Saat Ini

METODE PENELITIAN. Kawasan Pesisir Kabupaten Kulon Progo. Pemanfaatan/Penggunaan Lahan Saat Ini METODE PENELITIAN Kerangka Pendekaan Sudi Penaagunaan lahan kawasan pesisir di Kabupaen Kulon Progo didasarkan pada karakerisik fisik, finansial usaha ani dan pemanfaaan saa ini. Karakerisik fisik adalah

Lebih terperinci

Bab II Dasar Teori Kelayakan Investasi

Bab II Dasar Teori Kelayakan Investasi Bab II Dasar Teori Kelayakan Invesasi 2.1 Prinsip Analisis Biaya dan Manfaa (os and Benefi Analysis) Invesasi adalah penanaman modal yang digunakan dalam proses produksi unuk keunungan suau perusahaan.

Lebih terperinci

APLIKASI MODEL ANALISIS KELAYAKAN EKONOMI

APLIKASI MODEL ANALISIS KELAYAKAN EKONOMI APLIKASI MODEL ANALISIS KELAYAKAN EKONOMI Oleh: YUDI WAHYUDIN, S.Pi., M.Si. Pelaihan Analisis Kelayakan Ekonomi Kegiaan Capaciy Building Program Pendanaan Kompeisi-Indeks Pembangunan Manusia (PPK-IPM)

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. tahun 1990-an, jumlah produksi pangan terutama beras, cenderung mengalami

BAB 1 PENDAHULUAN. tahun 1990-an, jumlah produksi pangan terutama beras, cenderung mengalami 11 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Laar Belakang Keahanan pangan (food securiy) di negara kia ampaknya cukup rapuh. Sejak awal ahun 1990-an, jumlah produksi pangan eruama beras, cenderung mengalami penurunan sehingga

Lebih terperinci

KELAYAKAN FINANSIAL INVESTASI PABRIK KELAPA SAWIT DI KABUPATEN ACEH UTARA. Asrida Dosen Program Studi Ekonomi Pembangunan Universitas Almuslim ABSTRAK

KELAYAKAN FINANSIAL INVESTASI PABRIK KELAPA SAWIT DI KABUPATEN ACEH UTARA. Asrida Dosen Program Studi Ekonomi Pembangunan Universitas Almuslim ABSTRAK KELAYAKAN FINANSIAL INVESTASI PABRIK KELAPA SAWIT DI KABUPATEN ACEH UTARA Asrida Dosen Program Sudi Ekonomi Pembangunan Universias Almuslim ABSTRAK Kelapa sawi merupakan salah sau primadona anaman perkebunan

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN 19 BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Waku dan Lokasi Peneliian Peneliian ini dilakukan pada bulan Juni hingga Juli 2011 yang berlokasi di areal kerja IUPHHK-HA PT. Mamberamo Alas Mandiri, Kabupaen Mamberamo

Lebih terperinci

Analisis kelayakan finansial perluasan tambak budidaya udang vaname di Cantigi Indramayu

Analisis kelayakan finansial perluasan tambak budidaya udang vaname di Cantigi Indramayu Jurnal Akuakulur Indonesia 9 (1), 77 83 (2010) Available : hp://journal.ipb.ac.id/index.php/jai hp://jurnalakuakulurindonesia.ipb.ac.id Analisis kelayakan finansial perluasan ambak budidaya udang vaname

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI. Produksi padi merupakan suatu hasil bercocok tanam yang dilakukan dengan

BAB 2 LANDASAN TEORI. Produksi padi merupakan suatu hasil bercocok tanam yang dilakukan dengan BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1. Produksi Produksi padi merupakan suau hasil bercocok anam yang dilakukan dengan penanaman bibi padi dan perawaan sera pemupukan secara eraur sehingga menghasilkan suau produksi

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN 23 III. METODE PENELITIAN 3.1 Waku dan Lokasi Peneliian dilaksanakan di iga empa berbeda. Unuk mengeahui ingka parisipasi masyaraka penelii mengambil sampel di RT 03/RW 04 Kelurahan Susukan dan RT 05/RW

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Kerangka Pemikiran Teoriis Pengerian proyek menuru Arifin yang dikuip dari Mariyanne (2006) adalah suau akivias di mana dikeluarkannya uang dengan harapan unuk mendapakan hasil

Lebih terperinci

Kelayakan Finansial Budidaya Jamur Tiram di Desa Sugihan, Kecamatan Tengaran, Kabupaten Semarang

Kelayakan Finansial Budidaya Jamur Tiram di Desa Sugihan, Kecamatan Tengaran, Kabupaten Semarang Kelayakan Finansial Budidaya Jamur Tiram di Desa Sugihan, Kecamaan Tengaran, Kabupaen Semarang Nugraheni Renaningsih Fakulas Peranian Universias Veeran Bangun Nusanara Sukoharjo, Jl. Lejen S. Humardani

Lebih terperinci

JIIA, VOLUME 5 No. 2, MEI 2017

JIIA, VOLUME 5 No. 2, MEI 2017 KELAYAKAN FINANSIAL UNIT USAHA JASA SEWA POMPA AIR UNTUK IRIGASI AIR PERMUKAAN DI DESA MEKAR MULYA KECAMATAN PALAS KABUPATEN LAMPUNG SELATAN (Financial Feasibiliy of Waer Pump Renal Services Business Uni

Lebih terperinci

HUMAN CAPITAL. Minggu 16

HUMAN CAPITAL. Minggu 16 HUMAN CAPITAL Minggu 16 Pendahuluan Invesasi berujuan unuk meningkakan pendapaan di masa yang akan daang. Keika sebuah perusahaan melakukan invesasi barang-barang modal, perusahaan ini akan mengeluarkan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Laar Belakang Perumbuhan ekonomi merupakan salah sau ukuran dari hasil pembangunan yang dilaksanakan khususnya dalam bidang ekonomi. Perumbuhan ersebu merupakan rangkuman laju-laju

Lebih terperinci

Tuanku Zakaria 1, Zakiah 1, Indra 1 * 1 Program Studi Agribisnis, Fakultas Pertanian, Universitas Syiah Kuala

Tuanku Zakaria 1, Zakiah 1, Indra 1 * 1 Program Studi Agribisnis, Fakultas Pertanian, Universitas Syiah Kuala Jurnal Ilmiah Mahasiswa Peranian Unsyiah PROSPEK PENGEMBANGAN USAHA PENGGEMUKANN SAPI POTONG SECARA INTENSIF ( STUDI KASUS PADA UD.NIWATORI DI GAMPONG MEUNASAH KRUENG KECAMATAN INGIN JAYA KABUPATEN ACEH

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN 26 III. METODE PENELITIAN 3.1. Kerangka Pemikiran Penilaian perkembangan kinerja keuangan PT. Goodyear Indonesia Tbk dilakukan dengan maksud unuk mengeahui sejauh mana perkembangan usaha perusahan yang

Lebih terperinci

JIIA, VOLUME 4 No. 1, JANUARI 2016

JIIA, VOLUME 4 No. 1, JANUARI 2016 ANALISIS FINANSIAL USAHA TERNAK AYAM PROBIOTIK : STUDI KASUS: KPA BERKAT USAHA BERSAMA, KOTA METRO (Financial Analysis Of Probioic Chickens Farming : Case Sudy: KPA Berka Usaha Bersama, Mero Ciy) Bayu

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Pertumbuhan ekonomi merupakan salah satu ukuran dari hasil pembangunan yang

BAB 1 PENDAHULUAN. Pertumbuhan ekonomi merupakan salah satu ukuran dari hasil pembangunan yang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Laar Belakang Perumbuhan ekonomi merupakan salah sau ukuran dari hasil pembangunan yang dilaksanakan khususnya dalam bidang ekonomi. Perumbuhan ersebu merupakan rangkuman laju perumbuhan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Dalam pelaksanaan pembangunan saat ini, ilmu statistik memegang peranan penting

BAB 1 PENDAHULUAN. Dalam pelaksanaan pembangunan saat ini, ilmu statistik memegang peranan penting BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Laar Belakang Dalam pelaksanaan pembangunan saa ini, ilmu saisik memegang peranan pening baik iu di dalam pekerjaan maupun pada kehidupan sehari-hari. Ilmu saisik sekarang elah melaju

Lebih terperinci

Analisis Finansial Usaha Penggemukan Sapi Peranakan Friesian Holstein (PFH) Jantan di Kecamatan Selo Kabupaten Boyolali

Analisis Finansial Usaha Penggemukan Sapi Peranakan Friesian Holstein (PFH) Jantan di Kecamatan Selo Kabupaten Boyolali Tropical Animal Husbandry Vol. 1 (1), Okober 2012:43-51 ISSN 2301-9921 Analisis Finansial Usaha Penggemukan Sapi Peranakan Friesian Holsein (PFH) Janan di Kecamaan Selo Kabupaen Boyolali N. Diamojo, S.

Lebih terperinci

ANALISIS KELAYAKAN FINANSIAL BUDIDAYA IKAN NILA WANAYASA PADA KELOMPOK PEMBUDIDAYA MEKARSARI

ANALISIS KELAYAKAN FINANSIAL BUDIDAYA IKAN NILA WANAYASA PADA KELOMPOK PEMBUDIDAYA MEKARSARI Analisis Jurnal Akuakulur Kelayakan Finansial Indonesia, Budidaya 6(1): 97 102 Ikan Nila (2007) Wanayasa Available : hp://journal.ipb.ac.id/index.php/jai 97 hp://jurnalakuakulurindonesia.ipb.ac.id Bulan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Laar Belakang Masalah Dalam sisem perekonomian suau perusahaan, ingka perumbuhan ekonomi sanga mempengaruhi kemajuan perusahaan pada masa yang akan daang. Pendapaan dan invesasi merupakan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Laar Belakang Masalah persediaan merupakan masalah yang sanga pening dalam perusahaan. Persediaan mempunyai pengaruh besar erhadap kegiaan produksi. Masalah persediaan dapa diaasi

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Kabupaten Labuhan Batu merupakan pusat perkebunan kelapa sawit di Sumatera

BAB 1 PENDAHULUAN. Kabupaten Labuhan Batu merupakan pusat perkebunan kelapa sawit di Sumatera BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Laar Belakang Kabupaen Labuhan Bau merupakan pusa perkebunan kelapa sawi di Sumaera Uara, baik yang dikelola oleh perusahaan negara / swasa maupun perkebunan rakya. Kabupaen Labuhan

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Capial Expendiure (Belanja Modal) Capial Expendiure aau juga dikenal dengan nama belanja modal adalah pengeluaran yang dilakukan perusahaan unuk mendapakan aau memperbarui ase

Lebih terperinci

ANALISIS FINANSIAL PENGOLAHAN SURIMI DENGAN SKALA MODERN DAN SEMI MODERN. Financial Analysis of Surimi Processing by Modern and Semi-Modern Scale

ANALISIS FINANSIAL PENGOLAHAN SURIMI DENGAN SKALA MODERN DAN SEMI MODERN. Financial Analysis of Surimi Processing by Modern and Semi-Modern Scale ANALISIS FINANSIAL PENGOLAHAN SURIMI DENGAN SKALA MODERN DAN SEMI MODERN Financial Analysis of Surimi Processing by Modern and Semi-Modern Scale Nazori Djazuli 1*, Mia Wahyuni, Daniel Moninja, Ari Purbayano

Lebih terperinci

372 ZIRAA AH, Volume 41 Nomor 3, Oktober 2016 Halaman ISSN ELEKTRONIK

372 ZIRAA AH, Volume 41 Nomor 3, Oktober 2016 Halaman ISSN ELEKTRONIK 372 REVITALISASI INDUSTRI KEHUTANAN DALAM PENGELOLAAN HUTAN TANAMAN RAKYAT UNTUK PEMBERDAYAAN KELUARGA PETANI DAN MENDUKUNG INDUSTRI PLYWOOD DI PROVINSI KALIMANTAN TIMUR (Revializaion Of The Foresry Indusry

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Sumber Daya Alam (SDA) yang tersedia merupakan salah satu pelengkap alat

BAB 1 PENDAHULUAN. Sumber Daya Alam (SDA) yang tersedia merupakan salah satu pelengkap alat BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Laar Belakang Sumber Daya Alam (SDA) yang ersedia merupakan salah sau pelengkap ala kebuuhan manusia, misalnya anah, air, energi lisrik, energi panas. Energi Lisrik merupakan Sumber

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Laar Belakang Air merupakan kebuuhan pokok bagi seiap makhluk hidup di dunia ini ermasuk manusia. Air juga merupakan komponen lingkungan hidup yang pening bagi kelangsungan hidup

Lebih terperinci

KINERJA USAHA AGROINDUSTRI KELANTING DI DESA KARANG ANYAR KECAMATAN GEDONGTATAAN KABUPATEN PESAWARAN

KINERJA USAHA AGROINDUSTRI KELANTING DI DESA KARANG ANYAR KECAMATAN GEDONGTATAAN KABUPATEN PESAWARAN KINERJA USAHA AGROINDUSTRI KELANTING DI DESA KARANG ANYAR KECAMATAN GEDONGTATAAN KABUPATEN PESAWARAN (Business Performance of Kelanting Agroindustry in Karang Anyar Village, Gedongtataan District, Pesawaran

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tepat rencana pembangunan itu dibuat. Untuk dapat memahami keadaan

BAB I PENDAHULUAN. tepat rencana pembangunan itu dibuat. Untuk dapat memahami keadaan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Laar Belakang Dalam perencanaan pembangunan, daa kependudukan memegang peran yang pening. Makin lengkap dan akura daa kependudukan yang esedia makin mudah dan epa rencana pembangunan

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Konsep dasar dan definisi operasional mencakup pengertian yang

III. METODE PENELITIAN. Konsep dasar dan definisi operasional mencakup pengertian yang III. METODE PENELITIAN A. Konsep Dasar dan Definisi Operasional Konsep dasar dan definisi operasional mencakup pengertian yang dipergunakan untuk mendapatkan dan menganalisis data sesuai dengan tujuan

Lebih terperinci

KELAYAKAN INDUSTRI KERUPUK JAMUR TIRAM DI KABUPATEN BOGOR ABSTRACT

KELAYAKAN INDUSTRI KERUPUK JAMUR TIRAM DI KABUPATEN BOGOR ABSTRACT KELAYAKAN INDUSTRI KERUPUK JAMUR TIRAM DI KABUPATEN BOGOR Purwoko dan Yandra Arkeman Deparemen Teknologi Indusri Peranian, Fakulas Teknologi Peranian, IPB ABSTRACT Oyser mushroom can be processed ino various

Lebih terperinci

KAJIAN AGRIBISNIS TAHU (Studi Kasus di Kabupaten Biak Numfor)

KAJIAN AGRIBISNIS TAHU (Studi Kasus di Kabupaten Biak Numfor) 57 Buana Sains Vol 8 No 1: 57-66, 2008 KAJIAN AGRIBISNIS TAHU (Sudi Kasus di Kabupaen Biak Numfor) I Made Suaryadana 1,2) dan Eri Yusnia Arviani 2) 1) Dinas Peranian Kabupaen Biak Numfor 2) Program Pascasarjana,

Lebih terperinci

STUDI KELAYAKAN FINANSIAL PUPUK ORGANIK RESIDU BIOGAS DARI DIVERSIFIKASI USAHA TERNAK

STUDI KELAYAKAN FINANSIAL PUPUK ORGANIK RESIDU BIOGAS DARI DIVERSIFIKASI USAHA TERNAK HABITAT Volume XXII, No. 1, Bulan April 2011 ISSN: 0853-5167 STUDI KELAYAKAN FINANSIAL PUPUK ORGANIK RESIDU BIOGAS DARI DIVERSIFIKASI USAHA TERNAK (FINANCIAL FEASIBILITY STUDIES OF ORGANIC FERTILIZER FROM

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. universal, disemua negara tanpa memandang ukuran dan tingkat. kompleks karena pendekatan pembangunan sangat menekankan pada

BAB I PENDAHULUAN. universal, disemua negara tanpa memandang ukuran dan tingkat. kompleks karena pendekatan pembangunan sangat menekankan pada BAB I PENDAHULUAN A. Laar Belakang Disparias pembangunan ekonomi anar daerah merupakan fenomena universal, disemua negara anpa memandang ukuran dan ingka pembangunannya. Disparias pembangunan merupakan

Lebih terperinci

BAB 4 ANALISIS DAN PEMBAHASAN

BAB 4 ANALISIS DAN PEMBAHASAN BAB 4 ANALISIS DAN EMBAHASAN 4.1 Karakerisik dan Obyek eneliian Secara garis besar profil daa merupakan daa sekunder di peroleh dari pusa daa saisik bursa efek Indonesia yang elah di publikasi, daa di

Lebih terperinci

MODEL OPTIMASI PENGGANTIAN MESIN PEMECAH KULIT BERAS MENGGUNAKAN PEMROGRAMAN DINAMIS (PABRIK BERAS DO A SEPUH)

MODEL OPTIMASI PENGGANTIAN MESIN PEMECAH KULIT BERAS MENGGUNAKAN PEMROGRAMAN DINAMIS (PABRIK BERAS DO A SEPUH) Journal Indusrial Servicess Vol. No. Okober 0 MODEL OPTIMASI PENGGANTIAN MESIN PEMECAH KULIT BERAS MENGGUNAKAN PEMROGRAMAN DINAMIS (PABRIK BERAS DO A SEPUH) Abdul Gopar ) Program Sudi Teknik Indusri Universias

Lebih terperinci

BAB 2 URAIAN TEORI. waktu yang akan datang, sedangkan rencana merupakan penentuan apa yang akan

BAB 2 URAIAN TEORI. waktu yang akan datang, sedangkan rencana merupakan penentuan apa yang akan BAB 2 URAIAN EORI 2.1 Pengerian Peramalan Peramalan adalah kegiaan memperkirakan aau memprediksi apa yang erjadi pada waku yang akan daang, sedangkan rencana merupakan penenuan apa yang akan dilakukan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Perekonomian dunia telah menjadi semakin saling tergantung pada

BAB I PENDAHULUAN. Perekonomian dunia telah menjadi semakin saling tergantung pada BAB I PENDAHULUAN A. Laar Belakang Masalah Perekonomian dunia elah menjadi semakin saling erganung pada dua dasawarsa erakhir. Perdagangan inernasional merupakan bagian uama dari perekonomian dunia dewasa

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS. dari bahasa Yunani yang berarti Demos adalah rakyat atau penduduk,dan Grafein

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS. dari bahasa Yunani yang berarti Demos adalah rakyat atau penduduk,dan Grafein BAB 2 TINJAUAN TEORITIS 2.1 Pengerian Demografi Keadaan penduduk sanga era kaiannya dengan demografi. Kaa demografi berasal dari bahasa Yunani yang berari Demos adalah rakya aau penduduk,dan Grafein adalah

Lebih terperinci

3 METODE PENELITIAN. Gambar 5 Peta lokasi penelitian. PETA PENELITIAN DI KABUPATEN ACEH JAYA. Lokasi sampel. Lokasi Penelitian

3 METODE PENELITIAN. Gambar 5 Peta lokasi penelitian. PETA PENELITIAN DI KABUPATEN ACEH JAYA. Lokasi sampel. Lokasi Penelitian 3 METODE PENELITIAN 3.1 Tempa dan Waku Peneliian Peneliian ini dilaksanakan di pesisir Kabupaen Aceh Jaya di Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam. Peneliian ini dilaksanakan pada bulan Agusus 2008 sampai

Lebih terperinci

ANALISIS DIRECT SELLING COST DALAM MENINGKATKAN VOLUME PENJUALAN Studi kasus pada CV Cita Nasional.

ANALISIS DIRECT SELLING COST DALAM MENINGKATKAN VOLUME PENJUALAN Studi kasus pada CV Cita Nasional. JURNAL ILMIAH RANGGAGADING Volume 7 No. 1, April 7 : 3-9 ANALISIS DIRECT SELLING COST DALAM MENINGKATKAN VOLUME PENJUALAN Sudi kasus pada CV Cia Nasional. Oleh Emmy Supariyani* dan M. Adi Nugroho *Dosen

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Peneliian Jenis peneliian kuaniaif ini dengan pendekaan eksperimen, yaiu peneliian yang dilakukan dengan mengadakan manipulasi erhadap objek peneliian sera adanya konrol.

Lebih terperinci

KELAYAKAN PENGUSAHAAN PALA DI JAWA BARAT

KELAYAKAN PENGUSAHAAN PALA DI JAWA BARAT KELAYAKAN PENGUSAHAAN PALA DI JAWA BARAT Bedy Sudjarmoko Balai Peneliian Tanaman Rempah dan Aneka Tanaman Indusri Indonesian Spice and Indusrial Crop Research Insiue ABSTRAK Jawa Bara merupakan salah sau

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Propinsi Sumatera Utara merupakan salah satu propinsi yang mempunyai

BAB 1 PENDAHULUAN. Propinsi Sumatera Utara merupakan salah satu propinsi yang mempunyai BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Laar Belakang Propinsi Sumaera Uara merupakan salah sau propinsi yang mempunyai perkembangan yang pesa di bidang ransporasi, khususnya perkembangan kendaraan bermoor. Hal ini dapa

Lebih terperinci

ANALISIS ECONOMIC ENGINEERING PADA INVESTASI HOTEL GRAND CENTRAL KOTA PEKANBARU. Arifal Hidayat

ANALISIS ECONOMIC ENGINEERING PADA INVESTASI HOTEL GRAND CENTRAL KOTA PEKANBARU. Arifal Hidayat ANALISIS ECONOMIC ENGINEERING PADA INVESTASI HOTEL GRAND CENTRAL KOTA PEKANBARU Arifal Hidaya Analisis Economic Engineering ABSTRAK Tujuan uama dari peneliian ini adalah unuk menganalisa invesasi pembangunan

Lebih terperinci

KAJIAN KELAYAKAN FINANSIAL PENGEMBANGAN ANGKUTAN WISATA DI KOTA DENPASAR

KAJIAN KELAYAKAN FINANSIAL PENGEMBANGAN ANGKUTAN WISATA DI KOTA DENPASAR Konferensi Nasional Teknik Sipil 10 Universias Ama Jaya Yogyakara, 26-27 Okober 2016 KAJIAN KELAYAKAN FINANSIAL PENGEMBANGAN ANGKUTAN WISATA DI KOTA DENPASAR Puu Ali Suhanaya 1, Dyah Ayu Lesari 1, 1 Jurusan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Laar Belakang Pada dasarnya peramalan adalah merupakan suau dugaan aau perkiraan enang erjadinya suau keadaan di masa depan. Akan eapi dengan menggunakan meodemeode erenu peramalan

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini adalah penelitian Quasi Eksperimental Design dengan

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini adalah penelitian Quasi Eksperimental Design dengan BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Jenis dan Desain Peneliian Peneliian ini adalah peneliian Quasi Eksperimenal Design dengan kelas eksperimen dan kelas conrol dengan desain Prees -Poses Conrol Group Design

Lebih terperinci

BAB 2 DASAR TEORI. Studi mengenai aspek teknis dan produksi ini sifatnya sangat strategis, sebab

BAB 2 DASAR TEORI. Studi mengenai aspek teknis dan produksi ini sifatnya sangat strategis, sebab 13 BAB 2 DASAR TEORI 2.1 Aspek Teknis Sudi mengenai aspek eknis dan produksi ini sifanya sanga sraegis, sebab berkaian dengan kapasias proyek, lokasi, aa leak ala produksi, kajian aas bahan dan sumbernya,

Lebih terperinci

III KERANGKA PEMIKIRAN

III KERANGKA PEMIKIRAN III KERANGKA PEMIKIRAN 3.1 Teori Risiko Produksi Dalam eori risiko produksi erlebih dahulu dijelaskan mengenai dasar eori produksi. Menuru Lipsey e al. (1995) produksi adalah suau kegiaan yang mengubah

Lebih terperinci

MODUL III ANALISIS KELAYAKAN INVESTASI

MODUL III ANALISIS KELAYAKAN INVESTASI ANALISIS KELAYAKAN INVESTASI 3.. Tujuan Ö Prakikan dapa memahami perhiungan alokasi biaya. Ö Prakikan dapa memahami analisis kelayakan invesasi dalam pendirian usaha. Ö Prakikan dapa menyusun proyeksi/proforma

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LADASA TEORI 2.1 Pengerian Peramalan Peramalan (forecasing) adalah suau kegiaan yang memperkirakan apa yang akan erjadi pada masa yang akan daang. Meode peramalan merupakan cara unuk memperkirakan

Lebih terperinci

PENGARUH PENGEMBANGAN KARYAWAN TERHADAP MOTIVASI DAN PRESTASI KERJA KARYAWAN (Studi pada karyawan tetap PT PG Tulangan Sidoarjo)

PENGARUH PENGEMBANGAN KARYAWAN TERHADAP MOTIVASI DAN PRESTASI KERJA KARYAWAN (Studi pada karyawan tetap PT PG Tulangan Sidoarjo) PENGARUH PENGEMBANGAN KARYAWAN TERHADAP MOTIVASI DAN PRESTASI KERJA KARYAWAN (Sudi pada karyawan eap PT PG Tulangan Sidoarjo) Niken Dwi Okavia Heru Susilo Moehammad Soe`oed Hakam Fakulas Ilmu Adminisrasi

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN

III. METODOLOGI PENELITIAN III. METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Kerangka Pemikiran Ekosisem lau memiliki banyak manfaa ekonomi, baik yang selama ini elah erkuanifikasikan maupun manfaa-manfaa yang belum erhiung, dikarenakan nilainya

Lebih terperinci

3 METODE PENELITIAN 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian 3.2 Pengumpulan Data 3.3 Pengolahan dan Analisis Data Analisis catch per unit effort

3 METODE PENELITIAN 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian 3.2 Pengumpulan Data 3.3 Pengolahan dan Analisis Data Analisis catch per unit effort 3 METODE PENELITIAN 3. Waku dan Tempa Peneliian Peneliian dilaksanakan selama dua bulan dari bulan Agusus sampai Sepember 2008. Tempa yang dadikan obyek peneliian adalah Pelabuhan Perikanan Nusanara (PPN)

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. Peramalan (Forecasting) adalah suatu kegiatan yang mengestimasi apa yang akan

BAB II LANDASAN TEORI. Peramalan (Forecasting) adalah suatu kegiatan yang mengestimasi apa yang akan BAB II LADASA TEORI 2.1 Pengerian peramalan (Forecasing) Peramalan (Forecasing) adalah suau kegiaan yang mengesimasi apa yang akan erjadi pada masa yang akan daang dengan waku yang relaif lama (Assauri,

Lebih terperinci

BAB 3 METODOLOGI PEMECAHAN MASALAH

BAB 3 METODOLOGI PEMECAHAN MASALAH BAB 3 METODOLOGI PEMECAHAN MASALAH 3.1 Tahapan Pemecahan Masalah Tahapan pemecahan masalah berfungsi unuk memudahkan dalam mencari jawaban dalam proses peneliian yang dilakukan agar sesuai dengan arah

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis dan Pendekaan Peneliian Jenis peneliian yang digunakan dalam peneliian ini adalah peneliian evaluasi dan pendekaannya menggunakan pendekaan kualiaif non inerakif (non

Lebih terperinci

ANALISA SENSITIVITAS KELAYAKAN USAHA PT. JASA MARINA INDAH DENGAN BEROPERASINYA GRAVING DOCK DWT

ANALISA SENSITIVITAS KELAYAKAN USAHA PT. JASA MARINA INDAH DENGAN BEROPERASINYA GRAVING DOCK DWT ANALISA SENSITIVITAS KELAYAKAN USAHA PT. JASA MARINA INDAH DENGAN BEROPERASINYA GRAVING DOCK 18.000 DWT Sukano Jamiko, Imam Pujo M Program Sudi S1 Teknik Perkapalan Fakulas Teknik Universias Diponegoro

Lebih terperinci

3 METODOLOGI. 3.1 Waktu dan Tempat

3 METODOLOGI. 3.1 Waktu dan Tempat 23 3 METODOLOGI 3. Waku dan Tempa Peneliian dilakukan pada bulan Mei 200 sampai Mei 20. Pengambilan daa dilakukan di Perairan Selaan Prigi dan Pelabuhan Perikanan Nusanara (PPN) Prigi, Trenggalek, Jawa

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS. Kegiatan untuk memperkirakan apa yang akan terjadi pada masa yang akan datang

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS. Kegiatan untuk memperkirakan apa yang akan terjadi pada masa yang akan datang BAB 2 TINJAUAN TEORITIS 2.1 Pengerian dan Manfaa Peramalan Kegiaan unuk mempeirakan apa yang akan erjadi pada masa yang akan daang disebu peramalan (forecasing). Sedangkan ramalan adalah suau kondisi yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dibandingkan dengan perkotaan, baik secara ekonomi maupun dalam hal

BAB I PENDAHULUAN. dibandingkan dengan perkotaan, baik secara ekonomi maupun dalam hal BAB I PENDAHULUAN 1.1. Laar Belakang Pedesaan di Indonesia biasanya memiliki ciri agak eringgal bila dibandingkan dengan perkoaan, baik secara ekonomi maupun dalam hal aspek lainnya, seperi: pembangunan,

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS. bahasa Yunani yang berarti Demos adalah rakyat atau penduduk, dan Grafein adalah

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS. bahasa Yunani yang berarti Demos adalah rakyat atau penduduk, dan Grafein adalah 37 BAB 2 TINJAUAN TEORITIS 2.1 Pengerian-pengerian Kependudukan sanga era kaiannya dengan demgrafi. Kaa demgrafi berasal dari bahasa Yunani yang berari Dems adalah rakya aau penduduk, dan Grafein adalah

Lebih terperinci

JIIA, VOLUME 4 No. 3 AGUSTUS 2016 DAYA SAING USAHATANI KARET RAKYAT DI DESA KEMBANG TANJUNG KECAMATAN ABUNG SELATAN KABUPATEN LAMPUNG UTARA

JIIA, VOLUME 4 No. 3 AGUSTUS 2016 DAYA SAING USAHATANI KARET RAKYAT DI DESA KEMBANG TANJUNG KECAMATAN ABUNG SELATAN KABUPATEN LAMPUNG UTARA DAYA SAING USAHATANI KARET RAKYAT DI DESA KEMBANG TANJUNG KECAMATAN ABUNG SELATAN KABUPATEN LAMPUNG UTARA (Compeiiveness of he Rubber Farming in he Village of Kembang Tanjung of Souh Abung Subdisric, Norh

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN 39 III. METODE PENELITIAN 3.1 Waku dan Meode Peneliian Pada bab sebelumnya elah dibahas bahwa cadangan adalah sejumlah uang yang harus disediakan oleh pihak perusahaan asuransi dalam waku peranggungan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dalam pembicaraan sehari-hari, bank dikenal sebagai lembaga keuangan yang

BAB I PENDAHULUAN. Dalam pembicaraan sehari-hari, bank dikenal sebagai lembaga keuangan yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Laar Belakang Dalam pembicaraan sehari-hari, bank dikenal sebagai lembaga keuangan yang kegiaan uamanya menerima simpanan giro, abungan dan deposio. Kemudian bank juga dikenal sebagai

Lebih terperinci

MODEL PENGANGKUTAN SAMPAH DI KOTA BANGLI

MODEL PENGANGKUTAN SAMPAH DI KOTA BANGLI MODEL PENGANGKUTAN SAMPAH DI KOTA BANGLI Pande N. Sari Saraswai 1, I G. B. Sila Dharma 2, I Gs. Keu Sudipa 2 Absrak : Pengangkuan sampah di Koa Bangli saa ini menggunakan pola individual langsung (door

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. yang akan datang. Peramalan menjadi sangat penting karena penyusunan suatu

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. yang akan datang. Peramalan menjadi sangat penting karena penyusunan suatu BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengerian Peramalan Peramalan adalah kegiaan memperkirakan apa yang erjadi pada waku yang akan daang sedangkan rencana merupakan penenuan apa yang akan dilakukan pada waku yang

Lebih terperinci

BAB III. METODOLOGI PENELITIAN. Konsep dasar merupakan pengertian yang digunakan untuk memperoleh

BAB III. METODOLOGI PENELITIAN. Konsep dasar merupakan pengertian yang digunakan untuk memperoleh 22 BAB III. METODOLOGI PENELITIAN A. Konsep Dasar Konsep dasar merupakan pengertian yang digunakan untuk memperoleh dan menganalisis data sehubungan dengan tujuan penelitian. Agroindustri gula aren dan

Lebih terperinci

VARIABEL-VARIABEL YANG MEMPENGARUHI ACTUAL SYSTEM USAGE (ASU) PADA PEMANFAATAN STUDENTSITE

VARIABEL-VARIABEL YANG MEMPENGARUHI ACTUAL SYSTEM USAGE (ASU) PADA PEMANFAATAN STUDENTSITE VARIABEL-VARIABEL YANG MEMPENGARUHI ACTUAL SYSTEM USAGE (ASU) PADA PEMANFAATAN STUDENTSITE Indra Nurhadi Program Sudi Manajemen Ekonomi, Fakulas Ekonomi, Universias Gunadarma Jl. Akses Kelapa Dua Cimanggis,

Lebih terperinci

ANALISIS FINANSIAL PEMBUATAN SAPU GLAGAH DI KABUPATEN PURBALINGGA (Studi Kasus Pada Industri Kecil Sapu Glagah)

ANALISIS FINANSIAL PEMBUATAN SAPU GLAGAH DI KABUPATEN PURBALINGGA (Studi Kasus Pada Industri Kecil Sapu Glagah) ANALISIS FINANSIAL PEMBUATAN SAPU GLAGAH DI KABUPATEN PURBALINGGA (Sudi Kasus Pada Indusri Kecil Sapu Glagah) Financial Analyses on Business of Glagah Broom Making in Purbalingga Regency (A Case of Glagah

Lebih terperinci

20 Peneliian ini berujuan merumuskan sraegi pada model pengelolaan yang cocok unuk keberlanjuan perikanan angkap di daerah ersebu. Daa yang diambil be

20 Peneliian ini berujuan merumuskan sraegi pada model pengelolaan yang cocok unuk keberlanjuan perikanan angkap di daerah ersebu. Daa yang diambil be 19 3 METODOLOGI 3.1 Tempa dan Waku Peneliian Peneliian berjudul Model Pengelolaan Perikanan Pelagis secara Berkelanjuan di PPN Prigi, Trenggalek, Jawa Timur ini dilakukan di PPN Prigi, Kabupaen Trenggalek,

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Pengembangan Usaha Agribisnis Perdesaan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Pengembangan Usaha Agribisnis Perdesaan BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pengembangan Usaha Agribisnis Perdesaan Pengembangan Usaha Agribisnis Perdesaan (PUAP) merupakan program sraegis Kemenerian Peranian dalam rangka mengurangi ingka kemiskinan,

Lebih terperinci

BAB III METODE DEKOMPOSISI CENSUS II. Data deret waktu adalah data yang dikumpulkan dari waktu ke waktu

BAB III METODE DEKOMPOSISI CENSUS II. Data deret waktu adalah data yang dikumpulkan dari waktu ke waktu BAB III METODE DEKOMPOSISI CENSUS II 3.1 Pendahuluan Daa dere waku adalah daa yang dikumpulkan dari waku ke waku unuk menggambarkan perkembangan suau kegiaan (perkembangan produksi, harga, hasil penjualan,

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN TEORITIS

BAB II TINJAUAN TEORITIS BAB II TIJAUA TEORITIS 2.1 Peramalan (Forecasing) 2.1.1 Pengerian Peramalan Peramalan dapa diarikan sebagai beriku: a. Perkiraan aau dugaan mengenai erjadinya suau kejadian aau perisiwa di waku yang akan

Lebih terperinci

SUPLEMEN 3 Resume Hasil Penelitian: Analisis Respon Suku Bunga dan Kredit Bank di Sumatera Selatan terhadap Kebijakan Moneter Bank Indonesia

SUPLEMEN 3 Resume Hasil Penelitian: Analisis Respon Suku Bunga dan Kredit Bank di Sumatera Selatan terhadap Kebijakan Moneter Bank Indonesia SUPLEMEN 3 Resume Hasil Peneliian: Analisis Respon Suku Bunga dan Kredi Bank di Sumaera Selaan erhadap Kebijakan Moneer Bank Indonesia Salah sau program kerja Bank Indonesia Palembang dalam ahun 2007 adalah

Lebih terperinci

1.1. Latar Belakang 1.2. Maksud, Tujuan, Manfaat dan Sasaran 1.3. Ruang Lingkup Kegiatan 1.4. Sistematika Penulisan

1.1. Latar Belakang 1.2. Maksud, Tujuan, Manfaat dan Sasaran 1.3. Ruang Lingkup Kegiatan 1.4. Sistematika Penulisan .. Laar Belakang.2. Maksud, Tujuan, Manfaa dan Sasaran.3. Ruang Lingkup Kegiaan.4. Sisemaika Penulisan Penyusunan Incremenal Capial Oupu Raio Kabupaen Sinang 2008-203 PENDAHULUAN.. Laar Belakang Pembangunan

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. Penelitian dilakukan pada bulan Februari-April 2015, bertempat di

METODE PENELITIAN. Penelitian dilakukan pada bulan Februari-April 2015, bertempat di III. METODE PENELITIAN 3.1 Waku dan Tempa Peneliian Peneliian dilakukan pada bulan Februari-April 2015, berempa di Laboraorium Perikanan Program Sudi Budidaya Perairan Fakulas Peranian Universias Lampung.

Lebih terperinci

Vol. 1, No. 2, September 2011

Vol. 1, No. 2, September 2011 ISSN 2252-5491 Vol. 1, No. 2, Sepember 2011 Forum Agribisnis Agribusiness Forum Fakor-Fakor yang Mempengaruhi Realisasi dan Pengembalian Kredi Usaha Rakya Anna Maria Lubis dan Dwi Rachmina Analisis Kepuasan

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN III. METODE PENELITIAN A. Definisi dan Batasan Operasional Untuk memperjelas dan menghindari kesalahpamaham mengenai pengertian tentang istlah-istilah dalam penelitian ini maka dibuat definisi dan batasan

Lebih terperinci

IV. METODE PENELITIAN

IV. METODE PENELITIAN 54 IV. METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waku Peneliian Peneliian dilakukan di kabupaen Siubondo, Lumajang dan Jember di Jawa Timur. Pemilihan Jawa Timur dilakukan secara purposive dengan perimbangan bahwa

Lebih terperinci