BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Pengembangan Usaha Agribisnis Perdesaan

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Pengembangan Usaha Agribisnis Perdesaan"

Transkripsi

1 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pengembangan Usaha Agribisnis Perdesaan Pengembangan Usaha Agribisnis Perdesaan (PUAP) merupakan program sraegis Kemenerian Peranian dalam rangka mengurangi ingka kemiskinan, difokuskan unuk mempercepa pengembangan usaha ekonomi produkif yang diusahakan para peani di perdesaan. Dalam Pedoman Umum PUAP ahun 2011 disebukan bahwa komponen uama pola dasar pengembangan PUAP erdiri dari gapokan, pendamping gapokan (penyuluh pendamping dan mira ani), sera pelaihan bagi peani/pengurus gapokan dan penyaluran dana Banuan Langsung Masyaraka (BLM) yang dilaksanakan oleh Kemenerian Peranian. Adapun sraegi operasional PUAP erdiri dari pemberdayaan masyaraka, opimalisasi poensi agribisnis, fasiliasi usaha bagi peani kecil, dan penguaan kelembagaan gapokan. Organisasi pelaksanaan PUAP dilakukan secara berjenjang mulai dari ingka desa sampai dengan pusa. Pada ingka desa erdapa penyuluh pendamping dan penyelia mira ani (PMT) yang berhubungan dengan gapokan secara langsung unuk melakukan pembinaan. Selain iu, pada ingka desa pun dibenuk komie pengarah yang dieapkan oleh kepala desa yang erdiri dari okoh masyaraka, penyuluh pendamping, PMT, dan perwakilan gapokan (Kemenan, 2011). Dalam pelaksanaan penyaluran dan pemanfaaan dana BLM-PUAP, berdasarkan Pedoman Teknis Verifikasi dan Penyaluran Dana BLM-PUAP ahun 2011 (Kemenan, 2011), dieapkan beberapa jenis laporan yang harus dibua baik oleh kelompok ani, gapokan, maupun im eknis. Laporan-laporan ersebu berupa laporan penyaluran dana ke kelompok ani, laporan penyaluran dana ke peani anggoa, laporan perkembangan usaha gapokan, laporan perkembangan usaha kelompok ani, laporan ahunan gapokan, sera laporan rekapiulasi Rencana Usaha Bersama gapokan ingka kabupaen/koa dan provinsi. Forma laporan-laporan ersebu disajikan pada Lampiran 1 sampai 6. Laporan penyaluran dana ke kelompok ani disampaikan secara bulanan yang mencakup penyaluran dana BLM-PUAP dan jenis usaha produkif yang dilaksanakan oleh kelompok yang dibiayai dengan dana BLM-PUAP. Laporan ersebu dikirimkan oleh gapokan ke penyuluh pendamping unuk selanjunya dikompilasi oleh PMT menjadi formulir elekronik unuk dikirim ke operaion room Kemenan dan menjadi bahan laporan im eknis kabupaen/koa (Kemenan, 2011). Laporan penyaluran dana ke peani anggoa disampaikan secara bulanan yang mencakup penyaluran dana BLM-PUAP dan jenis usaha yang dilakukan oleh peani anggoa yang dibiayai melalui dana BLM-PUAP. Laporan ersebu dikirim oleh keua kelompok ani kepada gapokan unuk selanjunya dikompilasi menjadi laporan gapokan (Kemenan, 2011). Dalam Peunjuk Teknis Verifikasi dan Penyaluran Dana PUAP 2011, laporan perkembangan usaha gapokan disampaikan secara bulanan mencakup modal usaha awal, nilai usaha akhir, dan pendapaan. Laporan ersebu

2 7 disampaikan ke PMT melalui penyuluh pendamping. Laporan perkembangan usaha kelompok ani disampaikan secara bulanan dan merupakan dasar penyusunan laporan perkembangan usaha gapokan. Laporan ahunan gapokan melipui realisasi penyaluran dana BLM-PUAP, jenis-jenis usaha produkif, perkembangan usaha agribisnis gapokan, permasalahan yang dihadapi, dan saran indak lanju. Laporan ersebu disampaikan kepada im eknis kabupaen/koa seelah disahkan oleh rapa anggoa (Kemenan, 2011). Dalam pelaksanaan PUAP, penyaluran dana kepada anggoa kelompok ani dilakukan melalui pola pinjaman dengan ingka bunga erenu. Jangka waku pinjaman berkisar anara 4, 6, sampai dengan 12 bulan, disesuaikan dengan jenis usaha yang dilakukan oleh peani. Pengembalian dari anggoa pada umumnya dengan cara pengembalian pokok dan bunga seluruhnya pada akhir masa pinjaman aau membayar bunga pinjaman pada seiap akhir periode dan membayar pokok pada akhir masa pinjaman. B. Sisem Penunjang Kepuusan sera Pendekaan Sisem dan Tahapannya Sisem adalah suau kesauan usaha yang erdiri dari bagian-bagian yang berkaian sau sama lain yang berusaha mencapai suau ujuan dalam suau lingkungan kompleks. Hal ini menunjukkan kompleksias dari sisem yang melipui kerja sama anar bagian yang inerdependen sau sama lain, berineraksi dan erorganisasi unuk mencapai ujuan (Marimin, 2009). Dalam Marimin (2009), sifa-sifa dasar dari suau sisem anara lain pencapaian ujuan, kesauan usaha, keerbukaan erhadap lingkungan, ransformasi, hubungan anar bagian, sisem, dan mekanisme pengendalian. Adapun bila diinjau dari komponen inpu, proses, dan oupu, suau sisem dapa diklasifikasikan dalam iga kaegori yaiu, sisem analis, sisem desain, dan sisem konrol. Sisem informasi manajemen adalah suau sisem berbasis kompuer yang mendukung fungsi-fungsi manajemen melalui penyediaan informasi yang efekif dan efisien sesuai yang dibuuhkan (Marimin, 2008). Sisem informasi manajemen merupakan bagian dari sisem informasi pada aaran operasional, akik, sampai dengan aaran sraegis. Menuru O Brien dalam Kornkaew (2012), erdapa lima langkah proses yang disebu dengan siklus pengembangan sisem informasi, yang erdiri dari invesigasi, analisa, desain, implemenasi, dan pemeliharaan. Langkah perama invesigasi siem aau konsepsi sisem yang berujuan unuk menenukan bagaimana mengembangkan perencanaan manajemen proyek dan memperoleh perseujuan manajemen. Analisa berfokus pada idenifikasi kebuuhan informasi dan pengembangan kebuuhan fungsional dari sebuah sisem. Desain merupakan perencanaan eknis, pengembangan spesifikasi unuk hardware, sofware, daa, personal, dan jaringan. Implemenasi erdiri dari pendisribusian sisem, pengujian sisem, pelaihan personil pengguna sisem, dan penerapan pada sisem bisnis baru. Pemeliharaan merupakan proses pembuaan perubahan yang dibuuhkan unuk fungsi sisem informasi.

3 8 Sisem Penunjang Kepuusan (SPK) aau Decision Suppor Sysem (DSS) merupakan sisem berbasis kompuer yang mendukung pengambilan kepuusan dengan cara membanu pengambil kepuusan dalam organisasi melalui informasi dan pemodelan hasil (Sauer, 2010). SPK mengelola dan memproses permasalahan idak-ersrukur aau semi-ersrukur dalam rangka mendukung proses pengambilan kepuusan (Mohemad e al., 2010). Adapun menuru McLeod (2005), DSS berujuan unuk membanu manajer membua kepuusan memcahkan masalah semi ersrukur, mendukung penilaian manajer bukan mencoba mengganikannya, dan meningkakan efekifias pengambilan kepuusan daripada efsiensi. Menuru Levin e al. (2002), konfigurasi SPK erdiri dari sumber-sumber daa inernal; sumber-sumber daa eksernal; landasan daa bagi SPK; analisis daa; pembaharuan, sinesis, dan revisi ilmu manajemen; model dasar ilmu manajemen unuk menunjang kepuusan; evaluasi model; penggambaran dukungan kepuusan dan konrolnya; sera pembua kepuusan. Secara grafis, konfigurasi ersebu dapa diliha pada Gambar 2. Sumber-sumber daa eksernal Pembaharuan, sinesis, dan revisi IM/OR Sumber-sumber daa inernal Akunansi Perilaku Keuangan Pemasaran Operasi produksi Landasan daa bagi SPK Model dasar IM/OR unuk menunjang kepuusan Analisis daa Evaluasi model Penggambaran dukungan kepuusan dan konrolnya Pembua kepuusan Gambar 2. Konfigurasi sisem penunjang kepuusan Sauer (2010) menyaakan SPK memberikan kesempaan unuk meningkakan pengumpulan daa dan analisis proses yang erkai dengan pengambilan kepuusan. Mengambil logika sau langkah lebih maju, SPK memberikan kesempaan unuk meningkakan kualias dan daya anggap pengambilan kepuusan dan meningkakan kesempaan unuk pengelolaan perusahaan. Dengan kaa lain, SPK memberi kemampuan kepada pembua kepuusan unuk mengeksplorasi bisnis inelijen dengan cara yang efekif dan epa waku.

4 9 Terdapa iga karakerisik dari SPK, yaiu mengakses daa dari berbagai sumber; memfasiliasi pengembangan dan evaluasi model dalam proses pemilihan alernaif, dalam ari memungkinkan pengguna mengubah besar jumlah daa menjadi informasi yang membanu pengguna membua kepuusan yang baik; sera menyediakan pengguna suau inerface yang baik dimana pengguna dapa dengan mudah bernavigasi dan berineraksi (Sauer, 2010). Desain dasar SPK erdiri dari sisem dialog (user inerface), manajemen daa, dan manajemen berbasis model (Mohemad e al., 2010). Menuru Shim e al. dalam Mohemad e al. (2010) keiga komponen ersebu mempunyai fungsi beriku. 1. Subsisem dialog, berfungsi unuk mendukung komunikasi langsung anara pembua kepuusan dengan sisem. 2. Manajemen daa, ermasuk didalamnya yaiu daabase yang berisi daa yang berhubungan dengan sisem dan pada umumnya diolah menggunakan perangka lunak yang disebu sisem manajemen basis daa. Manajemen daa pun berfungsi unuk menyimpan dan mengakses daa inernal dan eksernal. 3. Manajemen model, berfungsi unuk mendukung sisem dengan kemampuan analisis daa melalu formulasi daa. Sisem manajemen basis daa (SMBD) melakukan iga fungsi dasar, yaiu penyimpanan daa dalam basis daa, menerima daa dari basis daa, dan pengendali basis daa. SMBD harus bersifa inerakif dan luwes dalam ari mudah dilakukan perubahan erhadap ukuran, isi, dan srukur elemen-elemen daa (Marimin, 2008). Sisem manajemen basis model (SMBM) merupakan perangka lunak yang mempunyai empa fungsi. Fungsi ersebu yaiu perancang model, perancang forma keluaran model (laporan-laporan), memperbaharui dan merubah model, sera memanipulasi daa (Marimin, 2008). Sisem manajemen dialog merupakan subsisem unuk berkomunikasi dengan pengguna. Tugas sisem ini yaiu unuk menerima masukan dan memberikan keluaran yang dikehendaki pengguna (Marimin, 2008). Menuru Marimin (2008), selain keiga sisem ersebu, erdapa sisem pengolah problemaika yang berfungsi sebagai koordinaor dan pengendali. Sisem ini menerima inpu dari keiga sisem lainnya dalam benuk baku, sera menyerahkan oupu ke sisem yang dikehendaki dalam benuk baku pula. Sisem ini berfungsi sebagai penyangga unuk menjamin masih adanya kererkaian anara sisem. Secara grafis hubungan keempa sisem ersebu dalam membenuk srukur dasar SPK ersaji pada Gambar 3. Pendekaan sisem yaiu meode pemecahan masalah yang ahapannya dimulai dengan idenifikasi kebuuhan dan diakhiri dengan suau hasil sisem operasi yang efekif dan efisien. Tahapan pendekaan sisem melipui analisa, rekayasa model, implemenasi rancangan, implemenasi, dan operasi sisem ersebu (Marimin, 2009). Menuru Marimin (2009), meodologi sisem pada prinsipnya melalui enam ahap analisa yang melipui analisa kebuuhan, idenifikasi sisem, formulasi masalah, pembenukan alernaive sisem, deerminasi dari realisasi fisik, sosial poliik, sera penenuan kelayakan ekonomi dan keuangan. Secara ringkas, ahapan ersebu dapa diliha pada Gambar 4.

5 10 Daa Model Sisem Manajemen Basis Daa (SMBD) Sisem Manajemen Basis Model (SMBM) Sisem Pengolahan Problemaik Sisem Pengolahan Dialog Pengguna Gambar 3. Srukur dasar SPK MULAI ANALISA KEBUTUHAN FORMULASI PERMASALAHAN IDENTIFIKASI SISTEM PERMODELAN SISTEM PEMBUATAN PROGRAM KOMPUTER VERIFIKASI MODEL SESUAI IMPLEMENTASI EVALUASI PERIODIK SESUAI SELESAI Gambar 4. Tahapan pendekaan sisem (Manesch dan Park dalam Febriani, 2003)

6 11 Pada Gambar 4 erliha bahwa analisa kebuuhan merupakan langkah awal pengkajian dari suau sisem. Analisa ini akan dinyaakan dalam kebuuhankebuuhan yang ada, baru kemudian dilakukan ahapan pengembangan erhadap kebuuhan-kebuuhan yang dideskripsikan. Analisa kebuuhan selalu menyangku ineraksi anara respon yang imbul dari seorang pengambil kepuusan erhadap jalannya sisem (Marimin, 2009). C. Model Penilaian Menuru Marimin (2008), erdapa empa model penilaian, yaiu menggunakan nilai numerik, menggunakan skala ordinal, menggunakan nilai perbandingan berpasangan, dan menggunakan preferensi fuzzy. 1. Penilaian dengan skala ordinal Skala ordinal digunakan unuk penilaian dengan krieria kompleks dan melibakan persepsi, misalnya unuk kemudahan operasional, rasa kopi, dan suasana kerja. 2. Perbandingan berpasangan menggunakan Proses Hierarki Analiik Proses Hierarki Analiik aau Analyic Hierarchy Process (AHP), merupakan penilaian dengan perbandingan berpasangan. AHP membandingkan suau kondisi erenu dengan kondisi lainnya (Marimin, 2008). Menuru Trianaphyllou dan Mann (1995), AHP merupakan pendekaan pengambilan kepuusan muli krieria yang dapa digunakan unuk mengaasi permasalahan pengambilan kepuusan yang kompleks. AHP menggunakan muli-level srukur hirarki dari ujuan, krieria, sub-krieria, dan alernaifalernaif. Daa diperoleh melalui perbandingan berpasangan. Perbandingan ini digunakan unuk memperoleh bobo kepeningan dari krieria kepuusan dan mengukur kinerja relaif dari alernaif-alernaif berkaian dengan masing-maing krieria kepuusan. Dalam Marimin (2008), ide dasar prinsip kerja AHP, yaiu. a. Penyusunan hirarki Hirarki merupakan srukur yang erdiri dari ujuan, krieria, dan alernaif. Persoalan yang akan diselesaikan (ujuan) diuraikan menjadi unsurunsurnya, yaiu krieria dan alernaifnya. Selanjunya keiga hal ersebu disusun menjadi srukur hierarki. b. Penilaian krieria dan alernaif Krieria dan alernaif dinilai melalui perbandingan berpasangan. Menuru Saay dalam Marimin (2008) unuk berbagai persoalan, skala 1 sampai 9 merupakan skala erbaik dalam mengekspresikan pendapa. Nilai dan definisi pendapa kualiaif dari skala perbandingan Saay, disajikan dalam Tabel 1. c. Penenuan priorias Peringka relaif dari seluruh alernaif dienukan berdasarkan hasil pengolahan nilai-nilai perbandingan relaif. d. Konsisensi logis Semua elemen dikelompokkan secara logis dan diperingkakan secara konsisen sesuai dengan suau krieria yang logis.

7 12 Tabel 1. Skala perbandingan Saay Nilai Keerangan 1 Krieria/alernaif A sama pening dengan krieria/alernaif B 3 A sediki lebih pening dari B 5 A jelas lebih pening dari B 7 A sanga jelas lebih pening dari B 9 A mulak lebih pening dari B 2,4,6,8 Apabila ragu-ragu anara dua nilai berdekaan D. Pengambilan Kepuusan Pada prinsipnya erdapa dua basis dalam pengambilan kepuusan, yaiu pengambilan kepuusan berdasarkan inuisi dan pengambilan kepuusan rasional, berdasarkan hasil analisis kepuusan (Mangkusubroo dan Trisnadi, 1985 dalam Marimin, 2008). Skema pengambilan dengan inuisi dan analisis disajikan pada Gambar 5 dan 6. Gambar 5. Skema pengambilan kepuusan dengan inuisi Gambar 6. Skema pengambilan kepuusan dengan analisis

8 13 Pengambilan kepuusan dengan inuisi sanga dipengaruhi oleh inuisi seseorang aau dengan kaa lain, inuisi seseorang mengambil peran yang besar. Dalam pengambilan kepuusan secara inuisi, logika bahwa suau kepuusan elah diambil, idak dapa diperiksa secara logis. Pengambilan kepuusan dengan analisis dapa dilakukan dengan beberapa meode anara lain dengan eknik perbandingan indeks kinerja (Comparaive Performance Index, CPI), Meoda Bayes, dan Meoda Perbandingan Eksponensial (Marimin, 2008). Dalam Marimin (2008) disebukan bahwa CPI merupakan indeks gabungan yang dapa digunakan unuk menenukan aas peringka dari berbagai alernaif (i) berdasarkan beberapa crieria (j). Formula yang digunakan dalam eknik CPI, yaiu dimana Prosedur penyelesaian CPI dimulai dari idenifikasi krieria ren posiif (semakin inggi nilaianya semakin baik) dan ren negaif (semakin rendah nilainya semakin baik). Unuk krieria ren posiif, nilai minimum pada seiap krieria diransformasi ke seraus, sedangkan nilai lainnya diransformasi secara proporsional lebih inggi. Adapun unuk krieria ren negaif, nilai minimum pada seiap krieria diransformasi ke seraus, sedangkan nilai lainnya diransformasi secara proporsional lebih rendah. Perhiungan selanjunya mengikui prosedur Bayes. Meode Bayes merupakan salah sau eknis yang dapa digunakan unuk melakukan analisis dalam pengambilan kepuusan erbaik dari sejumlah alernaif

9 14 dengan ujuan menghasilkan perolehan yang opimal. Pembuaan kepuusan dengan Meode Bayes dilakukan melalui upaya pengkuanifikasian kemungkinan erjadinya suau kejadian dan dinyaakan dengan suau bilangan anara 0 dan 1. Persamaan Bayes sebagai beriku (Marimin, 2008). dimana: Dalam Marimin (2008) disebukan bahwa meode perbandingan eksponensial (MPE) merupakan salah sau meode unuk menenukan uruan priorias alernaiuf kepuusan dengan krieria jamak. Teknik ini digunakan sebagai pembanu bagi individu pengambilan kepuusan unuk menggunakan rancang bangun model yang elah erdefinisi dengan baik pada ahapan proses. Formula yang digunakan unk perhiungan skor, sebagai beriku dimana

10 15 E. Analisa Kelayakan Usaha Analisa kelayakan usaha dilakukan melalui analisa finansial dan analisa kepekaan. Analisa finansial melipui Ne Presen Value (NPV), Inernal Rae of Reurn (IRR), dan Ne Benefi-Cos Raio (Ne B/C). 1. Ne Presen Value (NPV) NPV merupakan meode yang dengan cara membandingkan nilai sekarang dari arus kas masuk bersih dengan nilai sekarang dari biaya pengeluaran suau invesasi (Suliyano, 2010) aau dengan kaa lain merupakan selisih anara presen value dari penerimaan dengan presen value dari pengeluaran (Shina dan Ainiyah, 2010). Suau usaha dikaakan berunung apabila nilai NPV posiif. NPV dihiung dengan menggunakan persamaan (Shina dan Ainiyah, 2010). NPV = B - C (1 i) di mana B : penerimaan usahaani pada ahun ke- C : biaya usahaani pada ahun ke- i : ingka suku bunga yang berlaku : ahun ke- (0,1,2,3, ds) 2. Inernal Rae of Reurn (IRR) Analisa ini digunakan unuk mengeahui ingka bunga yang menghasilkan NPV sama dengan nol (Shina dan Ainiyah, 2010). Persamaan yang digunakan unuk menghiung IRR, yaiu n 1 B C ( 1 IRR) = 0 di mana B : penerimaan usahaani pada ahun ke- C : biaya usahaani pada ahun ke- : ahun ke- (1,2,3, ds) 3. Ne Benefi-Cos Raio (Ne B/C) Analisa ini digunakan unuk mengeahui sejauh mana ingka perbandingan penerimaan dengan ingka biaya yang digunakan (Shina, A dan Ainiyah, R., 2010). Persamaan yang digunakan unuk menghiung Ne B/C), yaiu Ne B/C = n 1 n 1 B C ( 1 i) ( 1 i) B C (Unuk semua NPV B-C posiif) (Unuk semua NPV B-C negaif)

11 16 di mana B : penerimaan usahaani pada ahun ke- C : biaya usahaani pada ahun ke- i : ingka suku bunga yang berlaku : ahun ke- (0,1,2,3, ds) F. Wawancara Mendalam Wawancara mendalam aau dikenal juga sebagai wawancara idak ersrukur, yaiu jenis wawancara yang dilakukan oleh penelii unuk memperoleh informasi dalam rangka mendapakan pengerian aau pemahaman yang lengkap dari sudu pandang responden, wawancara ini pun dapa digunakan unuk menelusuri area-area yang menarik unuk peneliian lebih lanju. Jenis wawancara ini, menggunakan peranyaan erbuka kepada responden, dan menelurusi lebih jauh apabila diperlukan unuk memperoleh daa yang dibuuhkan oleh penelii. Wawancara ini sering menggunakan daa kualiaif, sehingga disebu juga sebagai wawancara kualiaif (Berry, 1999). Wawancara mendalam berguna keika diperlukan informasi rinci enang pikiran seseorang dan perilaku aau diinginkan unuk mengekplorasi isu-isu baru secara mendalam. Wawancara ini seringkali digunakan unuk menyediakan koneks bagi daa lain (seperi daa hasil/oucome) dan memberikan gambaran lebih lengkap enang apa dan kenapa sesuau erjadi dalam suau program (Boyce dan Neale, 2006). Proses dalam melaksanakan wawancara mendalam mengikui proses umum yang sama dengan peneliian lainnya, yaiu perencanaan, penyiapan insrumen, pengumpulan daa, analisa daa, dan penyebaran emuan. Perencanaan dimulai dari idenifikasi sakeholder yang akan erliba, idenifikasi informasi yang dibuuhkan dan dari siapa informasi ersebu diperoleh, sera menyusun dafar sakeholder yang akan diwawancarai. Penyiapan insrumen berupa insruksi yang diikui pada seiap wawancara, unuk memasikan konsisensi anar wawancara, sehingga meningkakan kehandalan dari emuan yang diperoleh (Boyce dan Neale, 2006).

III. KERANGKA PEMIKIRAN

III. KERANGKA PEMIKIRAN III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Teoriis 3.1.1 Daya Dukung Lingkungan Carrying capaciy aau daya dukung lingkungan mengandung pengerian kemampuan suau empa dalam menunjang kehidupan mahluk hidup secara

Lebih terperinci

IV. METODE PENELITIAN

IV. METODE PENELITIAN IV. METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waku Peneliian Peneliian ini dilaksanakan di PT Panafil Essenial Oil. Lokasi dipilih dengan perimbangan bahwa perusahaan ini berencana unuk melakukan usaha dibidang

Lebih terperinci

IV. METODE PENELITIAN

IV. METODE PENELITIAN IV. METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waku Peneliian Peneliian ini dilakukan di Dafarm, yaiu uni usaha peernakan Darul Fallah yang erleak di Kecamaan Ciampea, Kabupaen Bogor, Jawa Bara. Pemilihan lokasi

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN III. METODE PENELITIAN 3.1. Kerangka Pemikiran Poensi sumberdaya perikanan, salah saunya dapa dimanfaakan melalui usaha budidaya ikan mas. Budidaya ikan mas yang erus berkembang di masyaraka, kegiaan budidaya

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Usahatani belimbing karangsari adalah kegiatan menanam dan mengelola. utama penerimaan usaha yang dilakukan oleh petani.

III. METODE PENELITIAN. Usahatani belimbing karangsari adalah kegiatan menanam dan mengelola. utama penerimaan usaha yang dilakukan oleh petani. III. METODE PENELITIAN A. Konsep Dasar dan Definisi Operasional Usahaani belimbing karangsari adalah kegiaan menanam dan mengelola anaman belimbing karangsari unuk menghasilkan produksi, sebagai sumber

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. yang digunakan untuk mengetahui dan pembahasannya mengenai biaya - biaya

METODE PENELITIAN. yang digunakan untuk mengetahui dan pembahasannya mengenai biaya - biaya III. METODE PENELITIAN A. Meode Dasar Peneliian Meode yang digunakan dalam peneliian ini adalah meode kuaniaif, yang digunakan unuk mengeahui dan pembahasannya mengenai biaya - biaya usaha melipui biaya

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN

III. METODOLOGI PENELITIAN III. METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Kerangka Pemikiran Peneliian Keinginan Kelompok Tani Duma Lori yang erdapa di Desa Konda Maloba dan masyaraka sekiar akan berdirinya penggilingan gabah di daerahnya, elah

Lebih terperinci

IV. METODE PENELITIAN

IV. METODE PENELITIAN IV. METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waku Peneliian Peneliian ini dilaksanakan pada kasus pengolahan ikan asap IACHI Peikan Cia Halus (PCH) yang erleak di Desa Raga Jaya Kecamaan Ciayam, Kabupaen Bogor,

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI. Produksi padi merupakan suatu hasil bercocok tanam yang dilakukan dengan

BAB 2 LANDASAN TEORI. Produksi padi merupakan suatu hasil bercocok tanam yang dilakukan dengan BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1. Produksi Produksi padi merupakan suau hasil bercocok anam yang dilakukan dengan penanaman bibi padi dan perawaan sera pemupukan secara eraur sehingga menghasilkan suau produksi

Lebih terperinci

III METODE PENELITIAN

III METODE PENELITIAN III METODE PENELITIAN 3.1 Waku dan Tempa Peneliian Peneliian mengenai konribusi pengelolaan huan rakya erhadap pendapaan rumah angga dilaksanakan di Desa Babakanreuma, Kecamaan Sindangagung, Kabupaen Kuningan,

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Konsep dasar dan definisi operasional merupakan pengertian dan petunjuk yang

III. METODE PENELITIAN. Konsep dasar dan definisi operasional merupakan pengertian dan petunjuk yang III. METODE PENELITIAN A. Konsep Dasar dan Definisi Operasional Konsep dasar dan definisi operasional merupakan pengerian dan peunjuk yang digunakan unuk menggambarkan kejadian, keadaan, kelompok, aau

Lebih terperinci

IV. METODE PENELITIAN

IV. METODE PENELITIAN IV. METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waku Peneliian mengenai kelayakan pengusahaan pupuk kompos dilaksanakan pada uni usaha Koperasi Kelompok Tani (KKT) Lisung Kiwari yang menjalin mira dengan Lembaga

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN 19 BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Waku dan Lokasi Peneliian Peneliian ini dilakukan pada bulan Juni hingga Juli 2011 yang berlokasi di areal kerja IUPHHK-HA PT. Mamberamo Alas Mandiri, Kabupaen Mamberamo

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS. Kegiatan untuk memperkirakan apa yang akan terjadi pada masa yang akan datang

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS. Kegiatan untuk memperkirakan apa yang akan terjadi pada masa yang akan datang BAB 2 TINJAUAN TEORITIS 2.1 Pengerian dan Manfaa Peramalan Kegiaan unuk mempeirakan apa yang akan erjadi pada masa yang akan daang disebu peramalan (forecasing). Sedangkan ramalan adalah suau kondisi yang

Lebih terperinci

Bab II Dasar Teori Kelayakan Investasi

Bab II Dasar Teori Kelayakan Investasi Bab II Dasar Teori Kelayakan Invesasi 2.1 Prinsip Analisis Biaya dan Manfaa (os and Benefi Analysis) Invesasi adalah penanaman modal yang digunakan dalam proses produksi unuk keunungan suau perusahaan.

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Laar Belakang Pada dasarnya peramalan adalah merupakan suau dugaan aau perkiraan enang erjadinya suau keadaan di masa depan. Akan eapi dengan menggunakan meodemeode erenu peramalan

Lebih terperinci

IV METODE PENELITIAN

IV METODE PENELITIAN IV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waku Peneliian Peneliian ini dilaksanakan di Tempa Pelayanan Koperasi (TPK) Cibedug, Kecamaan Lembang, Kabupaen Bandung, Jawa Bara. Pemilihan lokasi dilakukan secara

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Kerangka Pemikiran Teoriis Pengerian proyek menuru Arifin yang dikuip dari Mariyanne (2006) adalah suau akivias di mana dikeluarkannya uang dengan harapan unuk mendapakan hasil

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. Kawasan Pesisir Kabupaten Kulon Progo. Pemanfaatan/Penggunaan Lahan Saat Ini

METODE PENELITIAN. Kawasan Pesisir Kabupaten Kulon Progo. Pemanfaatan/Penggunaan Lahan Saat Ini METODE PENELITIAN Kerangka Pendekaan Sudi Penaagunaan lahan kawasan pesisir di Kabupaen Kulon Progo didasarkan pada karakerisik fisik, finansial usaha ani dan pemanfaaan saa ini. Karakerisik fisik adalah

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Industri pengolahan adalah suatu kegiatan ekonomi yang melakukan kegiatan

III. METODE PENELITIAN. Industri pengolahan adalah suatu kegiatan ekonomi yang melakukan kegiatan 40 III. METODE PENELITIAN A. Konsep Dasar dan Baasan Operasional Konsep dasar dan baasan operasional pada peneliian ini adalah sebagai beriku: Indusri pengolahan adalah suau kegiaan ekonomi yang melakukan

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN 23 III. METODE PENELITIAN 3.1 Waku dan Lokasi Peneliian dilaksanakan di iga empa berbeda. Unuk mengeahui ingka parisipasi masyaraka penelii mengambil sampel di RT 03/RW 04 Kelurahan Susukan dan RT 05/RW

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. Peramalan (Forecasting) adalah suatu kegiatan yang mengestimasi apa yang akan

BAB II LANDASAN TEORI. Peramalan (Forecasting) adalah suatu kegiatan yang mengestimasi apa yang akan BAB II LADASA TEORI 2.1 Pengerian peramalan (Forecasing) Peramalan (Forecasing) adalah suau kegiaan yang mengesimasi apa yang akan erjadi pada masa yang akan daang dengan waku yang relaif lama (Assauri,

Lebih terperinci

HUMAN CAPITAL. Minggu 16

HUMAN CAPITAL. Minggu 16 HUMAN CAPITAL Minggu 16 Pendahuluan Invesasi berujuan unuk meningkakan pendapaan di masa yang akan daang. Keika sebuah perusahaan melakukan invesasi barang-barang modal, perusahaan ini akan mengeluarkan

Lebih terperinci

SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN DALAM PEMILIHAN TEMPAT KOST DENGAN METODE PEMBOBOTAN ( STUDI KASUS : SLEMAN YOGYAKARTA)

SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN DALAM PEMILIHAN TEMPAT KOST DENGAN METODE PEMBOBOTAN ( STUDI KASUS : SLEMAN YOGYAKARTA) SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN DALAM PEMILIHAN TEMPAT KOST DENGAN METODE PEMBOBOTAN ( STUDI KASUS : SLEMAN YOGYAKARTA) I Wayan Supriana Program Pascasarjana Ilmu Kompuer Fakulas MIPA Universias Gadjah Mada

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LADASA TEORI 2.1 Pengerian Peramalan Peramalan (forecasing) adalah suau kegiaan yang memperkirakan apa yang akan erjadi pada masa yang akan daang. Meode peramalan merupakan cara unuk memperkirakan

Lebih terperinci

MODUL III ANALISIS KELAYAKAN INVESTASI

MODUL III ANALISIS KELAYAKAN INVESTASI ANALISIS KELAYAKAN INVESTASI 3.. Tujuan Ö Prakikan dapa memahami perhiungan alokasi biaya. Ö Prakikan dapa memahami analisis kelayakan invesasi dalam pendirian usaha. Ö Prakikan dapa menyusun proyeksi/proforma

Lebih terperinci

2 TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Pengertian Sistem

2 TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Pengertian Sistem 8 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengerian Sisem Sisem didefinisikan sebagai seperangka elemen aau sekumpulan eniy yang saling berkaian, yang dirancang dan diorganisir unuk mencapai sau aau beberapa ujuan (Manesch

Lebih terperinci

BAB 2 URAIAN TEORI. waktu yang akan datang, sedangkan rencana merupakan penentuan apa yang akan

BAB 2 URAIAN TEORI. waktu yang akan datang, sedangkan rencana merupakan penentuan apa yang akan BAB 2 URAIAN EORI 2.1 Pengerian Peramalan Peramalan adalah kegiaan memperkirakan aau memprediksi apa yang erjadi pada waku yang akan daang, sedangkan rencana merupakan penenuan apa yang akan dilakukan

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI. Metode Peramalan merupakan bagian dari ilmu Statistika. Salah satu metode

BAB 2 LANDASAN TEORI. Metode Peramalan merupakan bagian dari ilmu Statistika. Salah satu metode 20 BAB 2 LADASA TEORI 2.1. Pengerian Peramalan Meode Peramalan merupakan bagian dari ilmu Saisika. Salah sau meode peramalan adalah dere waku. Meode ini disebu sebagai meode peramalan dere waku karena

Lebih terperinci

BAB 2 DASAR TEORI. Studi mengenai aspek teknis dan produksi ini sifatnya sangat strategis, sebab

BAB 2 DASAR TEORI. Studi mengenai aspek teknis dan produksi ini sifatnya sangat strategis, sebab 13 BAB 2 DASAR TEORI 2.1 Aspek Teknis Sudi mengenai aspek eknis dan produksi ini sifanya sanga sraegis, sebab berkaian dengan kapasias proyek, lokasi, aa leak ala produksi, kajian aas bahan dan sumbernya,

Lebih terperinci

PERANCANGAN SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN DENGAN METODE BOBOT UNTUK MENILAI KENAIKAN GOLONGAN PEGAWAI

PERANCANGAN SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN DENGAN METODE BOBOT UNTUK MENILAI KENAIKAN GOLONGAN PEGAWAI Seminar Nasional Informaika PERANCANGAN SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN DENGAN METODE BOBOT UNTUK MENILAI KENAIKAN GOLONGAN PEGAWAI Evri Ekadiansyah Program Sudi D Manajemen Informaika, STMIK Poensi Uama evrie9@gmail.com

Lebih terperinci

PERANCANGAN SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN DENGAN METODE BOBOT UNTUK MENILAI KENAIKAN GOLONGAN PEGAWAI

PERANCANGAN SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN DENGAN METODE BOBOT UNTUK MENILAI KENAIKAN GOLONGAN PEGAWAI Seminar Nasional Informaika 24 PERANCANGAN SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN DENGAN METODE BOBOT UNTUK MENILAI KENAIKAN GOLONGAN PEGAWAI Evri Ekadiansyah Program Sudi D3 Manajemen Informaika, STMIK Poensi Uama

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI. Peramalan adalah kegiatan untuk memperkirakan apa yang akan terjadi di masa yang

BAB 2 LANDASAN TEORI. Peramalan adalah kegiatan untuk memperkirakan apa yang akan terjadi di masa yang BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Pengerian Peramalan Peramalan adalah kegiaan unuk memperkirakan apa yang akan erjadi di masa yang akan daang. Sedangkan ramalan adalah suau aau kondisi yang diperkirakan akan erjadi

Lebih terperinci

post facto digunakan untuk melihat kondisi pengelolaan saat ini berdasarkan

post facto digunakan untuk melihat kondisi pengelolaan saat ini berdasarkan 3. METODE PENELITIAN 3.1. Pendekaan dan Meode Peneliian Jenis peneliian yang digunakan adalah jenis peneliian kualiaif dengan menggunakan daa kuaniaif. Daa kualiaif adalah mengeahui Gambaran pengelolaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. universal, disemua negara tanpa memandang ukuran dan tingkat. kompleks karena pendekatan pembangunan sangat menekankan pada

BAB I PENDAHULUAN. universal, disemua negara tanpa memandang ukuran dan tingkat. kompleks karena pendekatan pembangunan sangat menekankan pada BAB I PENDAHULUAN A. Laar Belakang Disparias pembangunan ekonomi anar daerah merupakan fenomena universal, disemua negara anpa memandang ukuran dan ingka pembangunannya. Disparias pembangunan merupakan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Laar Belakang Masalah persediaan merupakan masalah yang sanga pening dalam perusahaan. Persediaan mempunyai pengaruh besar erhadap kegiaan produksi. Masalah persediaan dapa diaasi

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. tahun 1990-an, jumlah produksi pangan terutama beras, cenderung mengalami

BAB 1 PENDAHULUAN. tahun 1990-an, jumlah produksi pangan terutama beras, cenderung mengalami 11 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Laar Belakang Keahanan pangan (food securiy) di negara kia ampaknya cukup rapuh. Sejak awal ahun 1990-an, jumlah produksi pangan eruama beras, cenderung mengalami penurunan sehingga

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tepat rencana pembangunan itu dibuat. Untuk dapat memahami keadaan

BAB I PENDAHULUAN. tepat rencana pembangunan itu dibuat. Untuk dapat memahami keadaan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Laar Belakang Dalam perencanaan pembangunan, daa kependudukan memegang peran yang pening. Makin lengkap dan akura daa kependudukan yang esedia makin mudah dan epa rencana pembangunan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Laar Belakang Perumbuhan ekonomi merupakan salah sau ukuran dari hasil pembangunan yang dilaksanakan khususnya dalam bidang ekonomi. Perumbuhan ersebu merupakan rangkuman laju-laju

Lebih terperinci

Analisis Model dan Contoh Numerik

Analisis Model dan Contoh Numerik Bab V Analisis Model dan Conoh Numerik Bab V ini membahas analisis model dan conoh numerik. Sub bab V.1 menyajikan analisis model yang erdiri dari analisis model kerusakan produk dan model ongkos garansi.

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Peneliian Jenis peneliian kuaniaif ini dengan pendekaan eksperimen, yaiu peneliian yang dilakukan dengan mengadakan manipulasi erhadap objek peneliian sera adanya konrol.

Lebih terperinci

MENINGKATKAN KEMAMPUAN MEMECAHKAN MASALAH SISWA MELALUI PEMBELAJARAN PEMBERIAN TUGAS LEMBARAN KERJA SECARA KELOMPOK. Oleh: Yoyo Zakaria Ansori

MENINGKATKAN KEMAMPUAN MEMECAHKAN MASALAH SISWA MELALUI PEMBELAJARAN PEMBERIAN TUGAS LEMBARAN KERJA SECARA KELOMPOK. Oleh: Yoyo Zakaria Ansori MENINGKATKAN KEMAMPUAN MEMECAHKAN MASALAH SISWA MELALUI PEMBELAJARAN PEMBERIAN TUGAS LEMBARAN KERJA SECARA KELOMPOK Oleh: Yoyo Zakaria Ansori Peneliian ini dilaarbelakangi rendahnya kemampuan memecahkan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Laar Belakang Masalah Dalam sisem perekonomian suau perusahaan, ingka perumbuhan ekonomi sanga mempengaruhi kemajuan perusahaan pada masa yang akan daang. Pendapaan dan invesasi merupakan

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN 26 III. METODE PENELITIAN 3.1. Kerangka Pemikiran Penilaian perkembangan kinerja keuangan PT. Goodyear Indonesia Tbk dilakukan dengan maksud unuk mengeahui sejauh mana perkembangan usaha perusahan yang

Lebih terperinci

BAB III METODE PEMULUSAN EKSPONENSIAL TRIPEL DARI WINTER. Metode pemulusan eksponensial telah digunakan selama beberapa tahun

BAB III METODE PEMULUSAN EKSPONENSIAL TRIPEL DARI WINTER. Metode pemulusan eksponensial telah digunakan selama beberapa tahun 43 BAB METODE PEMUUAN EKPONENA TRPE DAR WNTER Meode pemulusan eksponensial elah digunakan selama beberapa ahun sebagai suau meode yang sanga berguna pada begiu banyak siuasi peramalan Pada ahun 957 C C

Lebih terperinci

BAB 3 LANDASAN TEORI

BAB 3 LANDASAN TEORI BAB 3 LANDASAN TEORI 3.1. Deskripsi Teori 3.1.1. Pengerian Peramalan Unuk membanu ercapainya suau kepuusan yang efisien unuk penjualan produknya, perusahaan memerlukan suau cara yang epa, sisemais dan

Lebih terperinci

APLIKASI MODEL ANALISIS KELAYAKAN EKONOMI

APLIKASI MODEL ANALISIS KELAYAKAN EKONOMI APLIKASI MODEL ANALISIS KELAYAKAN EKONOMI Oleh: YUDI WAHYUDIN, S.Pi., M.Si. Pelaihan Analisis Kelayakan Ekonomi Kegiaan Capaciy Building Program Pendanaan Kompeisi-Indeks Pembangunan Manusia (PPK-IPM)

Lebih terperinci

BAB 4 ANALISIS DAN PEMBAHASAN

BAB 4 ANALISIS DAN PEMBAHASAN BAB 4 ANALISIS DAN EMBAHASAN 4.1 Karakerisik dan Obyek eneliian Secara garis besar profil daa merupakan daa sekunder di peroleh dari pusa daa saisik bursa efek Indonesia yang elah di publikasi, daa di

Lebih terperinci

BAB IV METODE PENELITIAN. dimana peneliti adalah sebagai instrument kunci, pengambilan sample sumber dan

BAB IV METODE PENELITIAN. dimana peneliti adalah sebagai instrument kunci, pengambilan sample sumber dan BAB IV METODE PENELITIAN 4.1 Pendekaan Peneliiaan Peneliian sudi kasus ini menggunakan peneliian pendekaan kualiaif. menuru (Sugiono, 2009:15), meode peneliian kualiaif adalah meode peneliian ang berlandaskan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN TEORITIS

BAB II TINJAUAN TEORITIS BAB II TIJAUA TEORITIS 2.1 Peramalan (Forecasing) 2.1.1 Pengerian Peramalan Peramalan dapa diarikan sebagai beriku: a. Perkiraan aau dugaan mengenai erjadinya suau kejadian aau perisiwa di waku yang akan

Lebih terperinci

BAB III METODE DEKOMPOSISI CENSUS II. Data deret waktu adalah data yang dikumpulkan dari waktu ke waktu

BAB III METODE DEKOMPOSISI CENSUS II. Data deret waktu adalah data yang dikumpulkan dari waktu ke waktu BAB III METODE DEKOMPOSISI CENSUS II 3.1 Pendahuluan Daa dere waku adalah daa yang dikumpulkan dari waku ke waku unuk menggambarkan perkembangan suau kegiaan (perkembangan produksi, harga, hasil penjualan,

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI. Pengangguran atau tuna karya merupakan istilah untuk orang yang tidak mau bekerja

BAB 2 LANDASAN TEORI. Pengangguran atau tuna karya merupakan istilah untuk orang yang tidak mau bekerja BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Pengerian Pengangguran Pengangguran aau una karya merupakan isilah unuk orang yang idak mau bekerja sama sekali, sedang mencari kerja, bekerja kurang dari dua hari selama seminggu,

Lebih terperinci

Gambar 2. Letak Geografis Kota Tangerang

Gambar 2. Letak Geografis Kota Tangerang METODOLOGI Lokasi dan Waku Peneliian Peneliian dilakukan di wilayah adminisrasi Koa Tangerang, Propinsi Banen. Proses peneliian dimulai dengan pengumpulan daa, analisis dan diakhiri dengan penyusunan laporan,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dalam pembicaraan sehari-hari, bank dikenal sebagai lembaga keuangan yang

BAB I PENDAHULUAN. Dalam pembicaraan sehari-hari, bank dikenal sebagai lembaga keuangan yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Laar Belakang Dalam pembicaraan sehari-hari, bank dikenal sebagai lembaga keuangan yang kegiaan uamanya menerima simpanan giro, abungan dan deposio. Kemudian bank juga dikenal sebagai

Lebih terperinci

ASSESSMENT TECHNOLOGY DI DEPARTEMEN WORKSHOP PADA PT.TRIPANDU JAYA DENGAN METODE TEKNOMETRIK

ASSESSMENT TECHNOLOGY DI DEPARTEMEN WORKSHOP PADA PT.TRIPANDU JAYA DENGAN METODE TEKNOMETRIK ASSESSMENT TECHNOLOGY DI DEPARTEMEN WORKSHOP PADA PT.TRIPANDU JAYA DENGAN METODE TEKNOMETRIK Reno Indriariningias, Nachnul Anshori, dan R.Andi Surya Kusuma Teknik Indusri Universias Trunojoyo Madura Email:

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis dan Pendekaan Peneliian Jenis peneliian yang digunakan dalam peneliian ini adalah peneliian evaluasi dan pendekaannya menggunakan pendekaan kualiaif non inerakif (non

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Pertumbuhan ekonomi merupakan salah satu ukuran dari hasil pembangunan yang

BAB 1 PENDAHULUAN. Pertumbuhan ekonomi merupakan salah satu ukuran dari hasil pembangunan yang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Laar Belakang Perumbuhan ekonomi merupakan salah sau ukuran dari hasil pembangunan yang dilaksanakan khususnya dalam bidang ekonomi. Perumbuhan ersebu merupakan rangkuman laju perumbuhan

Lebih terperinci

Bab IV Pengembangan Model

Bab IV Pengembangan Model Bab IV engembangan Model IV. Sisem Obyek Kajian IV.. Komodias Obyek Kajian Komodias dalam peneliian ini adalah gula pasir yang siap konsumsi dan merupakan salah sau kebuuhan pokok masyaraka. Komodias ini

Lebih terperinci

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN PROBLEM SOLVING TERHADAP HASIL BELAJAR FISIKA SISWA KELAS VIII DI SMPN 5 LINGSAR TAHUN PELAJARAN 2012/2013

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN PROBLEM SOLVING TERHADAP HASIL BELAJAR FISIKA SISWA KELAS VIII DI SMPN 5 LINGSAR TAHUN PELAJARAN 2012/2013 Jurnal Lensa Kependidikan Fisika Vol. 1 Nomor 1, Juni 13 ISSN: 338-4417 PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN PROBLEM SOLVING TERHADAP HASIL BELAJAR FISIKA SISWA KELAS VIII DI SMPN 5 LINGSAR TAHUN PELAJARAN 1/13

Lebih terperinci

APLIKASI PEMULUSAN EKSPONENSIAL DARI BROWN DAN DARI HOLT UNTUK DATA YANG MEMUAT TREND

APLIKASI PEMULUSAN EKSPONENSIAL DARI BROWN DAN DARI HOLT UNTUK DATA YANG MEMUAT TREND APLIKASI PEMULUSAN EKSPONENSIAL DARI BROWN DAN DARI HOLT UNTUK DATA YANG MEMUAT TREND Noeryani 1, Ely Okafiani 2, Fera Andriyani 3 1,2,3) Jurusan maemaika, Fakulas Sains Terapan, Insiu Sains & Teknologi

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Capial Expendiure (Belanja Modal) Capial Expendiure aau juga dikenal dengan nama belanja modal adalah pengeluaran yang dilakukan perusahaan unuk mendapakan aau memperbarui ase

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Peramalan Peramalan adalah kegiaan memperkirakan apa yang akan erjadi pada masa yang akan daang. Ramalan adalah sesuau kegiaan siuasi aau kondisi yang diperkirakan akan erjadi

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN TEORI

BAB 2 TINJAUAN TEORI 7 BAB 2 TINJAUAN TEORI 2.1 Pengerian Peramalan Peramalan adalah kegiaan unuk memperkirakan apa yang akan erjadi di masa yang akan daang. Sedangkan ramalan adalah suau siuasi aau kondisi yang diperkirakan

Lebih terperinci

MODEL OPTIMASI PENGGANTIAN MESIN PEMECAH KULIT BERAS MENGGUNAKAN PEMROGRAMAN DINAMIS (PABRIK BERAS DO A SEPUH)

MODEL OPTIMASI PENGGANTIAN MESIN PEMECAH KULIT BERAS MENGGUNAKAN PEMROGRAMAN DINAMIS (PABRIK BERAS DO A SEPUH) Journal Indusrial Servicess Vol. No. Okober 0 MODEL OPTIMASI PENGGANTIAN MESIN PEMECAH KULIT BERAS MENGGUNAKAN PEMROGRAMAN DINAMIS (PABRIK BERAS DO A SEPUH) Abdul Gopar ) Program Sudi Teknik Indusri Universias

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. yang akan datang. Peramalan menjadi sangat penting karena penyusunan suatu

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. yang akan datang. Peramalan menjadi sangat penting karena penyusunan suatu BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengerian Peramalan Peramalan adalah kegiaan memperkirakan apa yang erjadi pada waku yang akan daang sedangkan rencana merupakan penenuan apa yang akan dilakukan pada waku yang

Lebih terperinci

KLASIFIKASI DOKUMEN TUGAS AKHIR MENGGUNAKAN ALGORITMA K-MEANS. Wulan Fatin Nasyuha¹, Husaini 2 dan Mursyidah 3 ABSTRAK

KLASIFIKASI DOKUMEN TUGAS AKHIR MENGGUNAKAN ALGORITMA K-MEANS. Wulan Fatin Nasyuha¹, Husaini 2 dan Mursyidah 3 ABSTRAK KLASIFIKASI DOKUMEN TUGAS AKHIR MENGGUNAKAN ALGORITMA K-MEANS Wulan Fain Nasyuha¹, Husaini 2 dan Mursyidah 3 1,2,3 Teknologi Informasi dan Kompuer, Polieknik Negeri Lhokseumawe, Jalan banda Aceh-Medan

Lebih terperinci

SUPLEMEN 3 Resume Hasil Penelitian: Analisis Respon Suku Bunga dan Kredit Bank di Sumatera Selatan terhadap Kebijakan Moneter Bank Indonesia

SUPLEMEN 3 Resume Hasil Penelitian: Analisis Respon Suku Bunga dan Kredit Bank di Sumatera Selatan terhadap Kebijakan Moneter Bank Indonesia SUPLEMEN 3 Resume Hasil Peneliian: Analisis Respon Suku Bunga dan Kredi Bank di Sumaera Selaan erhadap Kebijakan Moneer Bank Indonesia Salah sau program kerja Bank Indonesia Palembang dalam ahun 2007 adalah

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI 35 BAB LANDASAN TEORI Meode Dekomposisi biasanya mencoba memisahkan iga komponen erpisah dari pola dasar yang cenderung mencirikan dere daa ekonomi dan bisnis. Komponen ersebu adalah fakor rend (kecendrungan),

Lebih terperinci

BAB 3 LANDASAN TEORI. 3.1 Pengertian dan Kegunaan Peramalan (Forecasting)

BAB 3 LANDASAN TEORI. 3.1 Pengertian dan Kegunaan Peramalan (Forecasting) BAB 3 LANDAAN TEORI 3.1 Pengerian dan Kegunaan Peramalan (Forecasing) Dalam melakukan analisis dibidang ekonomi, sosial dan sebagainya, kia memerlukan suau perkiraan apa yang akan erjadi aau gambaran enang

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS. dari bahasa Yunani yang berarti Demos adalah rakyat atau penduduk,dan Grafein

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS. dari bahasa Yunani yang berarti Demos adalah rakyat atau penduduk,dan Grafein BAB 2 TINJAUAN TEORITIS 2.1 Pengerian Demografi Keadaan penduduk sanga era kaiannya dengan demografi. Kaa demografi berasal dari bahasa Yunani yang berari Demos adalah rakya aau penduduk,dan Grafein adalah

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN

III. METODOLOGI PENELITIAN III. METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Kerangka Pemikiran Ekosisem lau memiliki banyak manfaa ekonomi, baik yang selama ini elah erkuanifikasikan maupun manfaa-manfaa yang belum erhiung, dikarenakan nilainya

Lebih terperinci

III KERANGKA PEMIKIRAN

III KERANGKA PEMIKIRAN III KERANGKA PEMIKIRAN 3.1 Teori Risiko Produksi Dalam eori risiko produksi erlebih dahulu dijelaskan mengenai dasar eori produksi. Menuru Lipsey e al. (1995) produksi adalah suau kegiaan yang mengubah

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Dalam pelaksanaan pembangunan saat ini, ilmu statistik memegang peranan penting

BAB 1 PENDAHULUAN. Dalam pelaksanaan pembangunan saat ini, ilmu statistik memegang peranan penting BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Laar Belakang Dalam pelaksanaan pembangunan saa ini, ilmu saisik memegang peranan pening baik iu di dalam pekerjaan maupun pada kehidupan sehari-hari. Ilmu saisik sekarang elah melaju

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang 11 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Laar Belakang Salah sau masalah analisis persediaan adalah kesulian dalam menenukan reorder poin (iik pemesanan kembali). Reorder poin diperlukan unuk mencegah erjadinya kehabisan

Lebih terperinci

20 Peneliian ini berujuan merumuskan sraegi pada model pengelolaan yang cocok unuk keberlanjuan perikanan angkap di daerah ersebu. Daa yang diambil be

20 Peneliian ini berujuan merumuskan sraegi pada model pengelolaan yang cocok unuk keberlanjuan perikanan angkap di daerah ersebu. Daa yang diambil be 19 3 METODOLOGI 3.1 Tempa dan Waku Peneliian Peneliian berjudul Model Pengelolaan Perikanan Pelagis secara Berkelanjuan di PPN Prigi, Trenggalek, Jawa Timur ini dilakukan di PPN Prigi, Kabupaen Trenggalek,

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS. Peramalan adalah kegiatan untuk memperkirakan apa yang akan terjadi di masa

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS. Peramalan adalah kegiatan untuk memperkirakan apa yang akan terjadi di masa BAB 2 TINJAUAN TEORITI 2.1. Pengerian-pengerian Peramalan adalah kegiaan unuk memperkirakan apa yang akan erjadi di masa yang akan daang. edangkan ramalan adalah suau siuasi aau kondisi yang diperkirakan

Lebih terperinci

Perbandingan Metode Winter Eksponensial Smoothing dan Metode Event Based untuk Menentukan Penjualan Produk Terbaik di Perusahaan X

Perbandingan Metode Winter Eksponensial Smoothing dan Metode Event Based untuk Menentukan Penjualan Produk Terbaik di Perusahaan X JURAL SAIS DA SEI ITS Vol. 6, o.1, (2017) 2337-3520 (2301-928X Prin) A 1 Perbandingan Meode Winer Eksponensial Smoohing dan Meode Even Based unuk Menenukan Penjualan Produk Terbaik di Perusahaan X Elisa

Lebih terperinci

PENGARUH PENGEMBANGAN KARYAWAN TERHADAP MOTIVASI DAN PRESTASI KERJA KARYAWAN (Studi pada karyawan tetap PT PG Tulangan Sidoarjo)

PENGARUH PENGEMBANGAN KARYAWAN TERHADAP MOTIVASI DAN PRESTASI KERJA KARYAWAN (Studi pada karyawan tetap PT PG Tulangan Sidoarjo) PENGARUH PENGEMBANGAN KARYAWAN TERHADAP MOTIVASI DAN PRESTASI KERJA KARYAWAN (Sudi pada karyawan eap PT PG Tulangan Sidoarjo) Niken Dwi Okavia Heru Susilo Moehammad Soe`oed Hakam Fakulas Ilmu Adminisrasi

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Produksi Akivias produksi sebagai suau bagian dari fungsi organisasi perusahaan yang beranggung jawab erhadap pengolahan bahan baku menjadi produksi jadi yang dapa dijual. Terdapa

Lebih terperinci

LANDASAN TEORI. Untuk membantu tercapainya suatu keputusan yang efisien, diperlukan adanya

LANDASAN TEORI. Untuk membantu tercapainya suatu keputusan yang efisien, diperlukan adanya BAB 3 LANDASAN TEORI 3.1 Pengerian Peramalan Unuk membanu ercapainya suau kepuusan yang efisien, diperlukan adanya suau cara yang epa, sisemais dan dapa diperanggungjawabkan. Salah sau ala yang diperlukan

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini adalah penelitian Quasi Eksperimental Design dengan

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini adalah penelitian Quasi Eksperimental Design dengan BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Jenis dan Desain Peneliian Peneliian ini adalah peneliian Quasi Eksperimenal Design dengan kelas eksperimen dan kelas conrol dengan desain Prees -Poses Conrol Group Design

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. Persediaan dapat diartikan sebagai barang-barang yang disimpan untuk digunakan atau

BAB II LANDASAN TEORI. Persediaan dapat diartikan sebagai barang-barang yang disimpan untuk digunakan atau BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Pengerian Persediaan Persediaan dapa diarikan sebagai barang-barang yang disimpan unuk digunakan aau dijual pada masa aau periode yang akan daang. Persediaan erdiri dari bahan

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Pengerian Supply Chain Managemen Supply chain managemen merupakan pendekaan aau meode dalam memanajemen hubungan perusahaan dengan supplier dan konsumen yang erjadi pada pengendalian

Lebih terperinci

BAB 3 METODOLOGI PEMECAHAN MASALAH

BAB 3 METODOLOGI PEMECAHAN MASALAH BAB 3 METODOLOGI PEMECAHAN MASALAH 3.1 Tahapan Pemecahan Masalah Tahapan pemecahan masalah berfungsi unuk memudahkan dalam mencari jawaban dalam proses peneliian yang dilakukan agar sesuai dengan arah

Lebih terperinci

Sekilas Pandang. Modul 1 PENDAHULUAN

Sekilas Pandang. Modul 1 PENDAHULUAN Modul 1 Sekilas Pandang Drs. Irlan Soelaeman, M.Ed. S PENDAHULUAN uau hari, saya dan keluarga berencana membawa mobil pergi ke Surabaya unuk mengunjungi salah seorang saudara. Sau hari sebelum keberangkaan,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Suatu negara yang memutuskan untuk menempuh kebijakan hutang

BAB I PENDAHULUAN. Suatu negara yang memutuskan untuk menempuh kebijakan hutang BAB I PENDAHULUAN A. Laar Belakang Masalah Suau negara yang memuuskan unuk menempuh kebijakan huang luar negeri biasanya didasari oleh alasan-alasan yang dianggap rasional dan pening. Huang luar negeri

Lebih terperinci

LATIHAN SOAL KWU XII

LATIHAN SOAL KWU XII LATIHAN SOAL KWU XII A. Pilihan Ganda Pilihlah jawaban yang paling epa dengan memilih huruf a, b, c, d aau e dalam lembar jawab online. 1. Seorang wirausahawan bersedia menyerahkan pengelolaan bisnisnya

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Defenisi Persediaan Persediaan adalah barang yang disimpan unuk pemakaian lebih lanju aau dijual. Persediaan dapa berupa bahan baku, barang seengah jadi aau barang jadi maupun

Lebih terperinci

Bab II LANDASAN TEORI

Bab II LANDASAN TEORI 5 Bab II LANDASAN TEORI 2.1 Pengerian Peramalan Menuru Sofjan Assauri (1984, p1), kegiaan unuk memperkirakan apa yang akan erjadi pada masa yang akan daang, kia kenal dengan apa yang disebu peramalan (forecasing).

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Laar Belakang Air merupakan kebuuhan pokok bagi seiap makhluk hidup di dunia ini ermasuk manusia. Air juga merupakan komponen lingkungan hidup yang pening bagi kelangsungan hidup

Lebih terperinci

B a b 1 I s y a r a t

B a b 1 I s y a r a t TKE 305 ISYARAT DAN SISTEM B a b I s y a r a Indah Susilawai, S.T., M.Eng. Program Sudi Teknik Elekro Fakulas Teknik dan Ilmu Kompuer Universias Mercu Buana Yogyakara 009 BAB I I S Y A R A T Tujuan Insruksional.

Lebih terperinci

PENGARUH STRATEGI PEMBELAJARAN GENIUS LEARNING TERHADAP HASIL BELAJAR FISIKA SISWA

PENGARUH STRATEGI PEMBELAJARAN GENIUS LEARNING TERHADAP HASIL BELAJAR FISIKA SISWA ISSN 5-73X PENGARUH STRATEGI PEMBELAJARAN GENIUS LEARNING TERHADAP HASIL BELAJAR ISIKA SISWA Henok Siagian dan Iran Susano Jurusan isika, MIPA Universias Negeri Medan Jl. Willem Iskandar, Psr V -Medan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN A III METODE PEELITIA Salah sau komponen peneliian yang mempunyai ari pening dalam kaiannya dengan proses sudi secara komprehensif adalah komponen meode peneliian. Meode peneliian menjelaskan bagaimana

Lebih terperinci

BAB III RUNTUN WAKTU MUSIMAN MULTIPLIKATIF

BAB III RUNTUN WAKTU MUSIMAN MULTIPLIKATIF BAB III RUNTUN WAKTU MUSIMAN MULTIPLIKATIF Pada bab ini akan dibahas mengenai sifa-sifa dari model runun waku musiman muliplikaif dan pemakaian model ersebu menggunakan meode Box- Jenkins beberapa ahap

Lebih terperinci

Aplikasi Metode Seismik 4D untuk Memantau Injeksi Air pada Lapangan Minyak Erfolg

Aplikasi Metode Seismik 4D untuk Memantau Injeksi Air pada Lapangan Minyak Erfolg Aplikasi Meode Seismik 4D unuk Memanau Injeksi Air pada Lapangan Minyak Erfolg Prillia Aufa Adriani, Gusriyansyah Mishar, Supriyano Absrak Lapangan minyak Erfolg elah dieksploiasi sejak ahun 1990 dan sekarang

Lebih terperinci

BAB 4 METODOLOGI PENELITIAN

BAB 4 METODOLOGI PENELITIAN BAB 4 METODOLOGI PENELITIAN 4.1. Model Rumusan Masalah dan Pengambilan Kepuusan Model rumusan masalah dan pengambilan kepuusan yang digunakan dalam menyelesaikan skripsi ini dimulai dari observasi lapangan

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS. bahasa Yunani yang berarti Demos adalah rakyat atau penduduk, dan Grafein adalah

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS. bahasa Yunani yang berarti Demos adalah rakyat atau penduduk, dan Grafein adalah 37 BAB 2 TINJAUAN TEORITIS 2.1 Pengerian-pengerian Kependudukan sanga era kaiannya dengan demgrafi. Kaa demgrafi berasal dari bahasa Yunani yang berari Dems adalah rakya aau penduduk, dan Grafein adalah

Lebih terperinci

BAB 2 KINEMATIKA. A. Posisi, Jarak, dan Perpindahan

BAB 2 KINEMATIKA. A. Posisi, Jarak, dan Perpindahan BAB 2 KINEMATIKA Tujuan Pembelajaran 1. Menjelaskan perbedaan jarak dengan perpindahan, dan kelajuan dengan kecepaan 2. Menyelidiki hubungan posisi, kecepaan, dan percepaan erhadap waku pada gerak lurus

Lebih terperinci

Perencanaan Sistem Pendukung Keputusan Untuk Peningkatan Produktivitas

Perencanaan Sistem Pendukung Keputusan Untuk Peningkatan Produktivitas Perencanaan Sisem Pendukung Kepuusan Unuk Peningkaan Produkivias Abdurrozzaq Hasibuan Jurusan Teknik Indusri, Fakulas Teknik, UISU Jln. Sisingamangaraja Telp. 7869920 Teladan Medan Email : rozzaq@uisu.ac.id

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI. matematika, age-structured epidemic model, basic reproduction rate, teori interaksi

BAB 2 LANDASAN TEORI. matematika, age-structured epidemic model, basic reproduction rate, teori interaksi BAB 2 LANDASAN TEORI Pada bab ini akan dijelaskan mengenai penyaki demam berdarah, pemodelan maemaika, age-srucured epidemic model, basic reproducion rae, eori ineraksi manusia dan kompuer, rekayasa perangka

Lebih terperinci