JIIA, VOLUME 4 No. 1, JANUARI 2016

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "JIIA, VOLUME 4 No. 1, JANUARI 2016"

Transkripsi

1 ANALISIS FINANSIAL USAHA TERNAK AYAM PROBIOTIK : STUDI KASUS: KPA BERKAT USAHA BERSAMA, KOTA METRO (Financial Analysis Of Probioic Chickens Farming : Case Sudy: KPA Berka Usaha Bersama, Mero Ciy) Bayu Suci C. Sunarya, Zainal Abidin, Umi Kalsum Jurusan Agribisnis, Fakulas Peranian, Universias Lampung, Jl. Prof. Dr. Soemanri Brojonegoro No. 1, Bandar Lampung 35145, Telp , bayusucics@gmail.com ABSTRACT This research aims o deermine he financial feasibiliy of probioic chickens farming, and analyze he sensiiviy of he feasibiliy of probioic chickens farming a KPA Berka Usaha Bersama in he even of price increases in DOC, feed, and decrease of producion. This research is a case sudy a KPA Berka Usaha Bersama a Village of Yosomulyo 21, Disric of Mero Cener, in Mero Ciy. KPA Berka Usaha Bersama was seleced on purpose as he research locaion. The daa was aken from June o July The number of sample were 23 chicken farmers and 1 chairman of KPA Berka Usaha Bersama. The analyical ool used NPV, Ne B / C Raio, Gross B / C raio, IRR, Payback Period, ROI, he sensiiviy analysis was also used in his sudy. The resuls showed ha wih 1000 birds populaion of probioic chickens farming could generae ne income Rp per season and he resuls of he financial analysis using six crieria for invesmen in probioic chickens farming was feasible and profiable. The value of NPV was Rp ,93, Ne B/C Raio was 1,41, Gross B/C Raio was 1,02, IRR was 24 percen, PP was 1,04 years, and ROI was 48 percen. In he even of a decrease producion in he amoun of 5 percen and an increase in feed prices by 6 percen, he feasibiliy and profiabiliy of probioic chickens farming could affec hese changes. However, in case of DOC price increase of 6 percen, he feasibiliy and profiabiliy had no effec on hese changes. I could be concluded ha he probioic chickens farming a KPA Berka Usaha Bersama was feasible o be developed, bu if here is a change in feed prices by 6 percen, and if here is a decrease in producion by 5 percen, he feasibiliy and profiabiliy of probioic chickens farming could affec hese changes. Key words: financial analysis, probioic chickens farming, sensiiviy PENDAHULUAN Peningkaan pembangunan perekonomian di Indonesia sebagian besar dipengaruhi oleh peumbuhan di sekor indusri dan sekor peranian. Sekor indusri dan sekor peranian saling berkaian sebab bahan baku dalam proses indusri didapakan dari sekor peranian, maka sekor peranian memiliki peranan pening dalam perekonomian di Indonesia. Sekor peranian idenik dengan sisem agribisnis dengan berbagai subsekornya yakni anaman pangan dan horikulura, perkebunan, kehuanan dan peernakan. Subsekor peernakan merupakan bagian dari pembangunan keseluruhan yang berujuan unuk menyediakan pangan hewani berupa daging, susu, sera elur yang bernilai gizi inggi, meningkakan pendapaan peani peernak, sera menambah devisa dan memperluas kesempaan kerja. Usaha peernakan di Indonesia erdiri aas usaha ernak sapi perah, kerbau, kuda, kambing, domba, babi, ayam buras, ayam ras peelur, ayam ras pedaging, dan iik. Salah sau komodias peernakan yang paling populer di dunia usaha peernakan adalah ayam ras pedaging (broiler). Usaha ernak ayam broiler memiliki prospek yang cerah karena mina masyaraka unuk mengkonsumsi ayam broiler cukup inggi (Seyono dan Ulfah 2012). Seiring dengan meningkanya kesadaran masyaraka erhadap pola hidup seha sebagaimana dikeahui, ren pangan organik dalam negeri secara umum direspon posiif, mulai dari beras organik, sayuran organik, hingga broiler organik/probioik. Sehingga menuru keerangan ersebu perminaan ayam probioik saa ini meningka. Fakor yang mempengaruhi perminaan ayam probioik adalah harga ayam probioik, harga ayam broiler non probioik, harga ayam buras, jumlah anggoa keluarga, dan pengeahuan enang kesehaan (Hadi, Ismono, dan Yanfika 2015). Ayam probioik adalah ayam broiler yang dipelihara secara organik, yakni dengan menggunakan probioik dan herbal jamu sebagai ambahan pakan dan anibioik. Sehingga idak erdapa residu bahan kimia dalam ubuh ayam, 15

2 sera menghasilkan daging ayam yang seha sehingga aman dikonsumsi dan baik bagi kesehaan (Dirjen PPHP 2014). Provinsi Lampung merupakan salah sau penghasil ayam probioik. Usaha ernak ayam probioik di Lampung berada di Koa Mero. Koa Mero merupakan daerah senra usaha ernak yang memiliki usaha ernak ayam probioik sau-saunya di Lampung yang diprakarsai oleh Kelompok Peernak Ayam (KPA) Berka Usaha Bersama (BeUBe) (Dirjen PPHP 2014). Oleh sebab iu, lokasi dan komodias ersebu dipilih unuk dielii. Jumlah penjualan dan perminan karkas ayam probioik KPA BeUBe selalu mengalami peningkaan per ahunnya. Namun hal ersebu belum dapa erpenuhi sebab jumlah produksi ayam probioik lebih rendah dari jumlah perminaannya. Unuk meningkakan jumlah produksi ayam probioik KPA BeUBe dapa mengembangkan usahanya dengan menambah jumlah populasi ayam aau menambah anggoa peernak. Namun, sebagaimana dengan usahausaha lainnya, usaha ernak ayam probioik juga menghadapi keidakpasian karena dipengaruhi perubahan-perubahan, baik dari sisi pengeluaran maupun pemasukan yang akhirnya akan mempengaruhi ingka kelayakan suau usaha. Menuru peneliian Daud (2005) ernak yang diberi penambahan probioik dan prebioik baik digunakan unuk mengganikan anibioik dalam ransum karena idak menimbulkan residu meabolik dalam jaringan ernak. Sehingga hal ini menjelaskan bahwa dengan adanya ambahan probioik pada ransum ayam ras pedaging belum enu dapa membanu mengurangi konsumsi pakan sehingga dapa menekan pengeluaran biaya operasional produksi ayam probiik. Oleh sebab iu peneliian ini berujuan unuk mengeahui kelayakan finansial usaha ernak ayam probioik KPA Berka Usaha Bersama dan menganalisis bagaimanakah ingka sensiivias kelayakan usaha apabila erjadi kenaikan harga DOC, harga pakan, dan penurunan produksi. METODE PENELITIAN Peneliian ini dilaksanakan di Kecamaan Mero Pusa, Koa Mero pada bulan Juni Daerah peneliian dienukan secara sengaja (purposive) dengan perimbangan bahwa di Kecamaan Mero Pusa Koa Mero memiliki kelompok peernak ayam probioik yakni KPA Berka Usaha Bersama, dalam hal ini merupakan kelompok peernak ayam probioik unggal di Lampung. Peneliian ini dilakukan dengan eknik sudi kasus karena menggunakan individu aau kelompok sebagai bahan sudinya. Daa yang digunakan dalam peneliian ini adalah daa primer dan sekunder. Daa primer adalah daa yang diperoleh dari wawancara peernak menggunakan kuesioner yang elah disiapkan. Daa sekunder diperoleh dari lembaga/insansi erkai. Teknik pengambilan sampel dilakukan dengan meode sensus karena jumlah populasi kurang dari 30 orang maka jumlah sampel adalah semuanya (Sugiyono 2011), dalam hal ini populasinya adalah keua dan anggoa peernak KPA BeUBe sehingga sampel berjumlah 24 orang. Analisis daa yang digunakan unuk menjawab ujuan perama yaiu menggunakan analisis finansial dengan krieria invesasi NPV, Ne B/C Raio, Gross B/C Raio, IRR, PP, dan ROI, sedangkan unuk menjawab ujuan ke dua adalah dengan menggunakan analisis sensiivias. Analisis finansial dilakukan secara kuaniaif yang erdiri aas beberapa krieria invesasi yakni NPV, Ne B/C Raio, Gross B/C Raio, IRR, PP dan ROI. Di mana uni analisis yang dielii adalah ekor ayam probioik per musim selama umur ekonomis kandang (15 ahun) yang dihiung dengan menggunakan compound facor pada ingka bunga 17 persen mulai ahun ke-1 hingga ke-7 (sebab usaha ernak ini elah dimulai sejak ahun 2008, maka saa ini usaha baru berjalan 8 ahun), sedangkan ahun ke-8 yakni 2015 dipresen value-kan dan pada ahun ke-9 sampai ke-15 menggunakan discoun facor dengan ingka bunga 17 persen. Tingka suku bunga berdasarkan ingka suku bunga pinjaman Bank Perkredian Rakya (BPR) Koa Mero. Ne Presen Value (NPV) NPV merupakan selisih nilai sekarang anara jumlah penerimaan koor (benefi) dan jumlah pengeluaran koor aau biaya (cos) pada ingka discoun rae erenu. Unuk memperoleh nilai NPV maka menuru Giinger (2008) dengan menggunakan rumus sebagai beriku: Bila menggunakan discoun facor : n 1 B C (1) (1 i) Bila menggunakan compound facor : 16

3 n 1 B C(1 1).. (2) Keerangan: B = Penerimaan koor (benefi) usaha pada ahun ke-1 s/d ke-15 C = Biaya (cos) usaha pada ahun ke-1 s/d ke- 15 n = Umur usaha, pada peneliian ini umur usaha adalah umur ekonomis bangunan kandang yakni 15 ahun i = Tingka suku bunga ke-1 s/d ke-15, pada peneliian ini menggunakan ingka suku bunga sebesar 17% dari BPR selaku invesor KPA. BeUBe = Tahun (ahun ke-1 s/d 15) Indikasi: NPV = Posiif, maka usulan proyek dierima NPV = Negaif, usulan proyek diolak karena idak mengunungkan NPV = 0, berari neral, arinya usaha ersebu mengembalikan modal sama dengan biaya yang dikeluarkan Ne Benefi Cos Raio (Ne B/C) Adalah perbandingan anara jumlah NPV posiif dengan jumlah NPV negaif. Ne B/C digunakan unuk mengeahui berapakalikah besarnya benefi erhadap besarnya biaya dan invesasi unuk memperoleh suau manfaa. Rumus Ne B/C dapa diliha seperi sebagai beriku (Kadariah dan Gray 1999): Bila menggunakan discoun facor : Ne B/C Raio n 0 n 0 (B C) (DF).(3) (C - B) (DF) Bila menggunakan compound facor : n (B C) (CF) Ne B/C Raio. (4) aau, 0 n 0 (C - B) (CF) n (NPV)( ) Ne B/C Raio (5) 0 n 0 (NPV)(-) Keerangan: B = Penerimaan koor (benefi) usaha pada ahun ke-1 s/d ke-15 C = Biaya (cos) usaha pada ahun ke-1 s/d ke- 15 n = Umur usaha, pada peneliian ini umur usaha adalah umur ekonomis bangunan kandang yakni 15 ahun i = Tingka suku bunga ke-1 s/d ke-15, pada peneliian ini menggunakan ingka suku bunga sebesar 17% dari BPR selaku invesor KPA. BeUBe = Tahun (ahun ke-1 s/d 15) Indikasi : - Ne B/C > 1 maka usaha mengunungkan - Ne B/C < 1 maka usaha idak mengunungkan - Ne B/C = 1 maka usaha ersebu berada pada iik impas Gross Benefi Cos Raio Gross Benefi cos raio dihiung dengan rumus (Giinger, 2008): Bila menggunakan discoun facor : n 1 n 1 B (1 i) C (1 i) (6) Bila menggunakan compound facor : n 1 n 1 aau, n 1 n 1 B (1 i) C (1 i) B (CF aau DF) C (CF aau DF). (7). (8) 17

4 Keerangan: B = Penerimaan koor (benefi) usaha pada ahun ke-1 s/d ke-15 C = Biaya (cos) usaha pada ahun ke-1 s/d ke- 15 n = Umur usaha, pada peneliian ini umur usaha adalah umur ekonomis bangunan kandang yakni 15 ahun i = Tingka suku bunga ke-1 s/d ke-15, pada peneliian ini menggunakan ingka suku bunga sebesar 17% dari BPR selaku invesor KPA. BeUBe = Tahun (ahun ke-1 s/d 15) Indikasi : - Gross B/C Raio> 1 usaha ersebu layakdilaksanakan - Gross B/C Raio= 1 usaha ersebu impas - Gross B/C Raio < 1 usaha ersebu diolak karena idak mengunungkan Inernal Rae of Reurn (IRR) IRR merupakan krieria invesasi yang menunjukkan ingka kemmapuan suau proyek dalam mengembalikan modal pinjaman. Nilai IRR diperoleh melalui rumus inerpolasi sebagai beriku (Kadariah dan Gray 1999). NPV IRR i ' (i '' i '' ) (9) NPV ' NPV '' Keerangan: i = Tingka suku bunga percobaan perama (%) i = Tingka suku bunga percobaan kedua (%) NPV = Nilai NPV dari percobaan perama NPV = Nilai NPV dari percobaan kedua Indikasi : - IRR> ingka suku bunga yang berlaku, maka usulan proyek layak unuk dibiayai perbankkan - IRR< ingka suku bunga yang berlaku, maka usulan proyek idak layak unuk dibiayai Payback Period (PP) Adalah jangka waku yang diperlukan unuk mengembalikan modal invesasi, yang dihiung dari pendapaan. Pendapaan adalah selisih anara penerimaan (koor) dan pengeluaran (biaya) perahun. Payback Period biasanya dinyaakan dalam jangka waku per ahun. Beriku rumusnya (Soeharo 2001): I 0 PP (10) Ab Keerangan: I 0 = Invesasi awal aau biaya awal Ab = Pendapaan yang diperoleh per ahun Apabila periode yang diperlukan unuk menuup kembali pengeluaran invesasi lebih kecil dari periode yang diargekan maka layak unuk dikembangkan. Reurn on Invesmen (ROI) Pengembalian aas invesasi aau ROI adalah perbandingan anara pendapaan (income) per ahun erhadap dana invesasi yang memberikan indikasi profiabilias suau invesasi. Rumusnya adalah (Soeharo 2001): Pendapaan per ahun ROI x 100%... (11) Raa raa invesasi Rasio ini menunjukkan kemampuan dari modal yang diinvesasikan dalam keseluruhan akiva unuk menghasilkan keunungan neo. Semakin besar rasio ini semakin bagus. Analisis sensiivias digunakan unuk mengganalisis kelayakan usaha ernak ayam probioik jika erdapa perubahan pada dalam perubahan biaya aau penerimaan. Hal ini perlu dilakukan karena analisa proyek biasanya didasarkan pada proyeksi-proyeksi yang mengandung keidak pasian dan perubahan yang akan erjadi dimasa mendaang. Perubahan yang dielii seperi pada peneliian pada umunya yakni perubahan erhadap penurunan jumlah produksi, dan perubahan biaya. Namun dalam peneliian ini perubahan biaya hanya pada kenaikan harga pakan dan DOC sebab menuru Siregar (2008) biaya DOC mencapai 21 persen dari oal biya produksi. Sedangkan biaya pakan menuru Susano (2002) merupakan komponen yang paling inggi biayanya, yaiu mencapai persen. Presenase perubahan penurunan jumlah produksi adalah 5 persen (angka berdasarkan raa-raa jumlah kemaian ayam probioik pada KPA BeUBe), harga DOC 6 persen (angka berdasarkan daa inflasi BI ), dan pakan 6 persen (angka berdasarkan daa inflasi BI ). Secara sisemais analisis sensiifias menggunakan rumus sebagai beriku (Kasmir & Jakfar 2003). 18

5 X 1 X X Laju Kepekaan. (13) Y Y 1 Y Keerangan: X 1 = NPV aau IRR aau Ne B/C aau Gross B/C seelah erjadi perubahan X 0 = NPV aau IRR aau Ne B/C aau Gross B/C sebelum erjadi perubahan X 0 0 = Raa-raa perubahan NPV aau IRR aau Ne B/C aau Gross B/C Y 1 = Harga DOC, harga pakan aau jumlah produksi seelah erjadi perubahan Y 0 = Harga DOC, harga pakan aau jumlah produksi sebelum erjadi perubahan Y = Raa raa perubahan harga DOC, harga pakan, aau jumlah produksi Indikasi : - Jika laju kepekaan > 1, sensiif - Jika laju kepekaan < 1, idak sensiif HASIL DAN PEMBAHASAN Keadaan Umum Responden Responden pada peneliian ini merupakan keua dan anggoa peernak ayam probioik KPA Berka Usaha Bersama (BeUBe). Sebagian besar peernak berumur lebih dari 40 ahun (43,48 persen), dan sebagian besar peernak memiliki ingka pendidikan akhir SMA (69,57 persen). Berdasarkan pengalaman berusahaani eringgi adalah 1-2 ahun dengan presenase sebesar 43,48 persen. Luas kandang dan jumlah populasi DOC yang dibudidaya peernak ayam probioik KPA BeUBe adalah beragam. Sesuai dengan AD/ART yang dieapkan oleh KPA BeUBe peernak dapa membudidayakan DOC dengan jumlah anara ekor per peernak. Sebaran peernak menuru luas kandang dan populasi DOC yang budidayakan erbanyak presenase 65 persen adalah dengan jumlah populasi ekor dengan luas kandang m 2. Usaha Ternak Ayam Probioik Pola budidaya ayam probioik pada KPA Berka Usaha Bersama selama sau ahun sebanyak 7 musim dengan pola roasi anar peernak supaya seiap bulan KPA BeUBe dapa melakukan proses pascapanen dan dapa memenuhi perminaan seiap bulannya. Selain iu, KPA BeUBe melakukan bimbingan eknik budidaya dan meneapkan sandar operasional pekerjaan ayam probioik kepada anggoa peernaknya supaya mendapakan produksi yang diinginkan. Usaha ernak ayam probioik didaerah peneliian merupakan usaha skala mikro, jumlah raa-raa populasi yang dibudidayakan sebanyak ekor dengan jumlah raa-raa produksi sebesar kg ekor ayam per musim, selain iu dalam usaha ernak ayam probioik memiliki penerimaan ambahan yang berasal dari pupuk kandangnya dengan raa-raa jumlah produksi sebesar 50 karung per musimnya. Harga jual ayam probioik sebesar Rp per kilo, sedangkan harga jual pupuk kandang sebesar Rp per karung, sehingga dalam semusim peernak dapa menerima pendapaan sebesar Rp dengan oal penerimaan sebesar Rp per musim yang berasal dari penerimaan penjualan ayam dan pupuk kandang, dan oal biaya Rp Pada ahun ke-2 hingga ke-15 idak erdapa pengeluaran biaya invesasi seperi pada ahun ke-1, hanya erdapa biaya penggani unuk peralaan yang elah habis umur ekonomisnya, sehingga hal ini dapa mempengaruhi naik urunnya penerimaan. Analisis Finansial Usaha Ternak Ayam Probioik 1. Cash flow Usaha Ternak Ayam Proboik Cashflow digunakan unuk mengeahui jumlah arus kas masuk dan keluar usaha ernak ayam probioik per ahunnya selama umur usaha. Pada usaha ernak ayam probioik arus cashflow selama 15 ahun idak linier arinya seiap ahunnya mengalami perubahan yang diakibakan oleh jumlah biaya dan penerimaannya. Hal ini dapa diliha pada gambar 1. Daa Gambar 1 menunjukkan bahwa biaya yang dikeluarkan oleh peernak dengan jumlah populasi ekor per musim hampir linier. Hanya saja pada ahun ke-1 jumlah biaya lebih inggi dari jumlah penerimaan, hal ini disebabkan pada ahun ke-1 merupakan ahun awal invesasi dan awal produksi sehingga hasil penerimaan belum dapa menuupi biaya-biaya yang elah dikeluarkan pada ahun ke-1 ersebu. Sejak ahun ke-2 hingga ahun ke-15 penerimaan usaha ernak ayam probioik mengalami naik urun aau flukuaif. a. Biaya Invesasi Biaya invesasi adalah biaya awal sebagai penanaman modal dari suau usaha hingga 19

6 berproduksi. Biaya invesasi pada usaha ernak ayam probioik hanya berupa bangunan kandang, dan peralaan kandang dengan ukuran 122 m 2 per ekor. Biaya yang dikeluarkan unuk bangunan kandang Rp dengan umur ekonomis kandang selama 15 ahun dan peralaan Rp yang erdiri aas gallon minum, empa makan, lampu bohlam, kabel, selang air, pipa air, kran air, drum air, brooder aau pemanas, blower aau kipas, sekop, sprayer, dan erpal dengan umur ekonomis peralaan yang berbedabeda. Maka oal invesasi yang dikeluarkan adalah sebesar Rp Gambar 1. Cashflow usaha ernak ayam probioik selama 15 ahun dengan populasi 1000 ekor per musim Biaya pembelian peralaan pada ahun perama usaha dimasukkan kedalam biaya invesasi. Biaya pembelian peralaan pada ahun ke-2 dan seerusnya dimasukkan ke dalam biaya penggani sesuai dengan umur ekonomis seiap peralaan. waku pembelian kembali erjadi keika umur ekonomis peralaan habis (diasumsikan peralaan dapa digunakan sampai umur ekonomisnya habis). b. Biaya Operasional Penerimaan Biaya Biaya operasional adalah biaya yang besarnya dipengaruhi oleh besarnya produksi suau usaha dan akan habis dalam sau kali produksi. Biaya produksi mencakup biaya pembelian DOC, pakan, vaksin, jamu, susu, sekam, dan probioik. Raaraa oal biaya produksi usaha ernak ayam probioik sebesar Rp per ahun dengan jumlah populasi ekor per musim aau ekor per ahun. c. Biaya Tambahan Biaya ambahan adalah biaya yang harus dikeluarkan seiap bulannya dalam jumlah yang eap. Biaya ini erdiri aas biaya iuran wajib anggoa KPA BeUBe sebesar Rp50.000, dan biaya lisrik yang diasumsikan Rp perbulan. Sehingga oal biaya ambahan selama seahun adalah sebesar Rp Bila dihiung dalam sauan musim maka masing-masing dari biaya ersebu adalah Rp d. Penerimaan Usaha Ternak Ayam Probioik Penerimaan usaha ernak ayam probioik diperoleh dari penjualan ayam dan penjualan kooran ayam (pupuk kandang) seiap musimnya. Harga jual yang digunakan pada peneliian ini adalah harga pada ahun peneliian yakni unuk harga jual ayam Rp per kilo, dan unuk pupuk kandang adalah Rp per karung. Pada ahun-ahun erenu usaha ernak dapa mengalami peningkaan penerimaan, dan penurunan (bahkan defisi) hal ini dapa diakibakan karena jumlah penerimaan pada saa iu lebih kecil dibandingkan dengan jumlah biaya yang dikeluarkan. Usaha ernak ayam proioik mengalami defisi pada ahun ke-1-3 yakni ahun , sedangkan keunungannnya erjadi pada ahun ke-4, 5, 6, 7, 8, 9, 10, 11, 13, 14, dan 15 dengan jumlah penerimaan dan keunungan erbesar pada ahun ke-7 yakni ahun 2014 dan diproyeksikan akan erjadi kembali pada ahun ke- 13 yakni ahun 2020 dengan besar keunungan Rp Analisis Finansial Analisis finansial digunakan unuk menunjukkan nilai keuungan dan kelayakan suau usaha. Suau usaha dikaakan unung dan layak unuk dikembangkan apabila elah memenuhi syara unung dan syara layak sesuai dengan krieria invesasinya yakni NPV, Ne B/C Raio, Gross B/C Raio, IRR, PP, dan ROI. Hasil analisis finansial diunjukkan Tabel 1. Daa pada Tabel 1 menunjukkan bahwa analisis finansial erdiri aas beberapa krieria invesasi yakni NPV, Ne B/C Raio, Gross B/C Raio, IRR, PP dan ROI. Nilai yang diperoleh dari NPV, Ne B/C Raio, Gross BC Raio, PP, dan ROI secara finansial mengunungkan sehingga layak unuk dikembangkan.

7 Tabel 1. Nilai evaluasi proyek usaha ernak ayam probioik per ekor per musim dengan umur usaha selama 15 ahun pada suku bunga berlaku 17 % Krieria Invesasi Nilai Keerangan 1. NPV (Rp) ,93 Layak 2. Ne B/C Raio 1,41 Layak 3. Gross B/C Raio 1,02 Layak 4. IRR (%) 24 Layak 5. PP (Tahun) 1,04 Layak 6. ROI (%) 48 Layak Pada pengukuran NPV bernilai posiif, Ne B/C Raio bernilai lebih besar dari 1, Gross B/C Raio bernilai lebih besar dari 1, IRR bernilai lebih besar dari suku bunga yang berlaku, PP bernilai lebih kecil dari umur ekonomis usaha, dan ROI bernilai lebih besar dari 0 persen. a. Analisis NPV Analisis NPV digunakan unuk mengeahui selisih nilai sekarang anara jumlah penerimaan koor (benefi) dan jumlah pengeluaran koor aau biaya (cos) pada ingka suku bunga erenu, apabila nilai NPV suau usaha bernilai posiif maka usaha ersebu dinyaakan layak dan mengunungkan. Hasil peneliian menunjukkan nilai NPV usaha ernak ayam probioik sebesar Rp ,93 maka hal ini menunjukkan bahwa usaha ernak ayam probioik yang elah berjalan selama 8 ahun dinyaakan layak dan memberikan keunungan selama 15 ahun sehingga layak unuk dikembangkan. b. Analisis Ne B/C Raio Analisis Ne B/C digunakan unuk mengeahui berapakah besarnya benefi aau penerimaan erhadap besarnya biaya dan invesasi unuk memperoleh suau manfaa, apabila nilai Ne B/C Raio suau usaha lebih besar dari 1 (sau) maka usaha ersebu dinyaakan layak. Pada hasil peneliian diperoleh nilai Ne B/C Raio usaha ernak ayam probioik lebih besar dari 1 (sau) yakni sebesar 3,08 yang arinya seiap biaya yang dikeluarkan oleh peernak sebesar Rp1.000 akan mendapakan benefi sebesar Rp Dengan demikian usaha ernak ayam probioik KPA Berka Usaha Bersama dinyaakan mengunungkan sehingga layak unuk dikembangkan. c. Analisis Gross B/C Raio Analisis Gross B/C Raio digunakan unuk mengeahui keunungan suau usaha yang dihiung melalui perbandingan jumlah nilai benefi aau penerimaan dan nilai oal biaya yang elah di presen value-kan dalam suku bunga erenu. Apabila nilai Gross B/C Raio lebih besar dari 1 (sau) maka usaha ersebu dinilai mengunungkan. Berdasarkan perhiungan nilai Gross B/C Raio usaha ernak ayam probioik lebih besar dari 1 (sau) yakni sebesar 1,02. Hal ini berari usaha ernak ayam probioik KPA Berka Usaha Bersama selama 15 ahun berjalan elah mengunungkan sehingga layak unuk dikembangkan. d. Analisis IRR Analisis IRR digunakan unuk menunjukkan ingka kemampuan suau proyek usaha dalam mengembalikan modal pinjaman. Apabila nilai IRR > dari suku bunga yang berlaku maka usaha ersebu dinyaakan layak unuk dibiayai perbankan. Pada Tabel 1 dikeahui nilai IRR usaha ernak ayam probioik lebih besar dari nilai suku bunga yang berlaku yakni sebesar 55 persen per ahun. Hal ini berari bahwa ingka suku bunga yang dibawah 24 persen akan memberikan keunungan bagi peernak sehingga layak unuk dikembangkan dan layak unuk dibiayai oleh perbankan. e. Analisis Payback Periode Analisis payback periode digunakan unuk mengeahui jangka waku yang diperlukan dalam mengembalikan modal invesasi, yang dihiung dari pendapaan. Pendapaan adalah selisih anara penerimaan (koor) dan pengeluaran (biaya) perahun. Payback period biasanya dinyaakan dalam jangka waku per ahun. Apabila nilai payback period lebih kecil dari umur usaha maka dinyaakan layak, dimana semakin kecil nilai payback period maka akan semakin baik. Pada hasil peneliian ini diperoleh nilai payback period sebesar 1,04 ahun aau seara 1 ahun 14 hari yang arinya pada usaha ernak ayam probioik peernak sudah mampu mengembalikan modal invesasinya sebelum umur usaha habis, maka usaha ernak ayam probioik layak unuk dikembangkan. f. Analisis ROI Rasio ini digunakan unuk menunjukkan kemampuan modal yang diinvesasikan dalam keseluruhan akiva unuk menghasilkan keunungan bersih. Semakin besar rasio ini maka semakin bagus. Pada hasil peneliian ini diperoleh nilai ROI sebesar 48 persen arinya modal yang diinvesasikan dalam usaha ernak ayam probioik 21

8 selama 15 ahun mampu menghasilkan 48 persen laba aau keunungan bersih per ahun. Sehingga usaha ernak ayam probioik KPA Berka Usaha Bersama adalah mengunungkan dan layak unuk dikembangkan. Analisis Sensiivias Probioik Usaha Ternak Ayam Analisis sensiivias digunakan unuk mengeahui pengaruh kelayakan usaha ernak ayam probioik erhadap perubahan. Daa pada Tabel 2 (erlampir) akan menunjukkan pengaruh kemungkinan penurunan jumlah produksi 5 persen, kenaikan harga pakan 6 persen, dan kenaikan harga DOC 6 persen. Kelayakan usaha ernak ayam probioik akan dikaakan sensiif erhadap perubahan apabila laju kepekaan yang diperoleh bernilai lebih dari sau ( > 1), dan sebaliknya. Daa Tabel 2 menunjukkan bahwa dengan penurunan jumlah produksi 5 persen akan mempengaruhi keunungan dan kelayakan usaha ernak ayam probioik. Hal ini dibukikan dengan adanya penurunan nilai krieria invesasi dan berindikasi idak layak. Pada pengukuran laju kepekaan penurunan produksi 5 persen menunjukkan bahwa nilai NPV, IRR, dan PP > 1 yakni sebesar 6,16, 1,32, dan 1,36 yang berari kelayakan dan keunungan usaha ernak ayam probioik sensiif erhadap penurunan jumlah produksi 5 persen. Maka sebelum hal ini erjadi, KPA BeUBe sebaikanya melakukan kegiaan anisipasi. Pada kenaikan harga pakan 6 persen kelayakan dan keunungan usaha ernak ayam probioik sensiiv erhadap perubahan karena nilai laju kepekaan pada NPV, IRR, dan PP > 1 yakni sebesar 9,04, 1,22, dan 1,21. Dengan demikian kelayakan dan keunungan usaha ernak ayam probioik sensiif erhadap perubahan. Maka sebelum hal ini erjadi KPA BeUBe sebaiknya melakukan kegiaan anisipasi seperi mulai membua pakan secara mandiri, aau mengubah eknik budidaya yang dapa mengurangi pengeluaran unuk biaya pakan sebab biaya pakan memenuhi 70 persen biaya opersional usaha. Pada perubahan kenaikan harga DOC 6 persen dikeahui kelayakan dan keunungan usaha ernak ayam probioik idak sensiif erhadap perubahan karena nilai laju kepekaan pada seiap krieria invesasi < 1, dan secara finansial nilai krieria invesasi masih berindikasi layak, dimana nilai NPV adalah posiif, Ne B/C > 1, Gross B/C > 1, IRR > suku bunga, PP < umur proyek, dan ROI > 0 persen. Secara umum kelayakan usaha ernak ayam probioik sensiif erhadap perubahan, apabila erjadi penurunan produksi 5 persen, dan kenaikan harga pakan 6 persen. Namun apabila erjadi kenaikan harga DOC 6 persen usaha ernak ayam probioik idak berpengaruh erhadap perubahan aau masih dinilai layak dan mengunungkan unuk diusahakan. KESIMPULAN Berdasarkan hasil analisis daa dan pembahasan maka dapa disimpulkan bahwa usaha ernak ayam probioik dengan populasi ekor per musim pada KPA. BeUBe dinyaakan layak dan mengunungkan. Apabila erjadi penurunan jumlah produksi 5 persen dan erjadi kenaikan harga pakan 6 persen, maka kelayakan dan keunungan usaha ernak ayam probioik akan berpengaruh (sensiif) erhadap perubahan. Namun dengan kenaikan harga DOC 6 persen, idak mempengaruhi kelayakan dan keunungan ersebu. DAFTAR PUSTAKA Daud M Performan ayam pedaging yang diberi probioik dan prebioik dalam ransum (Performances of Broilers Tha Given Probioics and Prebioics in he Raion). Jurnal Ilmu Ternak: 5 (2), Dirjen PPHP Beria Ayam Probioik unuk Hidup Lebih Seha. hp://pphpdepan.org. [ 15 November 2014]. Giinger JP Analisa Ekonomi Proyek- Proyek Peranian ED Ke-2 ISBN Penerbi UI Press. Jakara. Hadi A, Ismono RH, dan Yanfika H Analisis Harga Pokok Produksi, Laba Usaha, dan Perminaan Ayam Ras Pedaging Probioik dan Non Probioik di Koa Mero. Skripsi. Bandar Lampung; Jurusan Agribisnis, Fakulas Peranian, Universias Lampung. Kadariah KL dan Gray C Penganar Evaluasi Proyek. Fakulas Ekonomi Universias Indonesia. Jakara. Kasmir J Sudi Kelayakan Bisnis. Kencana Prenada Media. Jakara. Seyono DJ dan Ulfah Jurus Sukses Menjadi Peernak Ayam Ras Pedaging. Penebar Swadaya. Jakara. Siregar GWM Opimalisasi Usaha Produksi Ayam Ras Pedaging. Skripsi. Program Sarjana Eksensi Agribisnis Manajemen Agribisnis IPB. Bogor. 22

9 Soeharo I Sudi Kelayakan Proyek Indusri. Penerbi Erlangga. Jakara. Sugiyono Meode Peneliian Kuaniaif, Kualiaif, dan R&D. CV ALFABETA. Bandung. Susano K dan Reni W Memelihara Ikan Bersama Ayam. Ceakan ke-xx. Penebar Swadaya. Jakara. Tabel 2. Laju kepekaan usaha ernak ayam probioik erhadap penurunan jumlah produksi 5%, harga pakan 6%, dan harga DOC 6% Variabel Perubahan Sebelum Perubahan Seelah Perubahan Laju Kepekaan Ke Penurunan Jumlah Produksi 5% NPV(Rp) , ,99 6,16 Sensiif Ne B/C Raio 1,41 0,50 0,87 Tidak Sensiif Gross B/C 1,02 0,97 0,05 Tidak Sensiif IRR(%) ,32 Sensiif PP(ahun) 1,04 1,10 1,36 Sensiif ROI(%) ,05 Tidak Sensiif Kenaikan Harga Pakan 6% NPV(Rp) , ,63 9,04 Sensiif Ne B/C Raio 1,41 0,56 0,89 Tidak Sensiif Gross B/C 1,02 0,92 0,11 Tidak Sensiif IRR(%) ,22 Sensiif PP(ahun) 1,04 1,09 1,21 Sensiif ROI(%) ,04 Tidak Sensiif Kenaikan Harga DOC 6% NPV(Rp) , ,93 0,68 Tidak Sensiif Ne B/C Raio 1,41 1,19 0,17 Tidak Sensiif Gross B/C 1,02 1,01 0,01 Tidak Sensiif IRR(%) ,17 Tidak Sensiif PP(ahun) 1,04 1,05 0,15 Tidak Sensiif ROI(%) ,00 Tidak Sensiif 23

III. METODE PENELITIAN. Usahatani belimbing karangsari adalah kegiatan menanam dan mengelola. utama penerimaan usaha yang dilakukan oleh petani.

III. METODE PENELITIAN. Usahatani belimbing karangsari adalah kegiatan menanam dan mengelola. utama penerimaan usaha yang dilakukan oleh petani. III. METODE PENELITIAN A. Konsep Dasar dan Definisi Operasional Usahaani belimbing karangsari adalah kegiaan menanam dan mengelola anaman belimbing karangsari unuk menghasilkan produksi, sebagai sumber

Lebih terperinci

IV. METODE PENELITIAN

IV. METODE PENELITIAN IV. METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waku Peneliian Peneliian ini dilakukan di Dafarm, yaiu uni usaha peernakan Darul Fallah yang erleak di Kecamaan Ciampea, Kabupaen Bogor, Jawa Bara. Pemilihan lokasi

Lebih terperinci

IV. METODE PENELITIAN

IV. METODE PENELITIAN IV. METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waku Peneliian Peneliian ini dilaksanakan di PT Panafil Essenial Oil. Lokasi dipilih dengan perimbangan bahwa perusahaan ini berencana unuk melakukan usaha dibidang

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Konsep dasar dan definisi operasional merupakan pengertian dan petunjuk yang

III. METODE PENELITIAN. Konsep dasar dan definisi operasional merupakan pengertian dan petunjuk yang III. METODE PENELITIAN A. Konsep Dasar dan Definisi Operasional Konsep dasar dan definisi operasional merupakan pengerian dan peunjuk yang digunakan unuk menggambarkan kejadian, keadaan, kelompok, aau

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. yang digunakan untuk mengetahui dan pembahasannya mengenai biaya - biaya

METODE PENELITIAN. yang digunakan untuk mengetahui dan pembahasannya mengenai biaya - biaya III. METODE PENELITIAN A. Meode Dasar Peneliian Meode yang digunakan dalam peneliian ini adalah meode kuaniaif, yang digunakan unuk mengeahui dan pembahasannya mengenai biaya - biaya usaha melipui biaya

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN III. METODE PENELITIAN 3.1. Kerangka Pemikiran Poensi sumberdaya perikanan, salah saunya dapa dimanfaakan melalui usaha budidaya ikan mas. Budidaya ikan mas yang erus berkembang di masyaraka, kegiaan budidaya

Lebih terperinci

III METODE PENELITIAN

III METODE PENELITIAN III METODE PENELITIAN 3.1 Waku dan Tempa Peneliian Peneliian mengenai konribusi pengelolaan huan rakya erhadap pendapaan rumah angga dilaksanakan di Desa Babakanreuma, Kecamaan Sindangagung, Kabupaen Kuningan,

Lebih terperinci

IV. METODE PENELITIAN

IV. METODE PENELITIAN IV. METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waku Peneliian Peneliian ini dilaksanakan pada kasus pengolahan ikan asap IACHI Peikan Cia Halus (PCH) yang erleak di Desa Raga Jaya Kecamaan Ciayam, Kabupaen Bogor,

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Industri pengolahan adalah suatu kegiatan ekonomi yang melakukan kegiatan

III. METODE PENELITIAN. Industri pengolahan adalah suatu kegiatan ekonomi yang melakukan kegiatan 40 III. METODE PENELITIAN A. Konsep Dasar dan Baasan Operasional Konsep dasar dan baasan operasional pada peneliian ini adalah sebagai beriku: Indusri pengolahan adalah suau kegiaan ekonomi yang melakukan

Lebih terperinci

IV METODE PENELITIAN

IV METODE PENELITIAN IV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waku Peneliian Peneliian ini dilaksanakan di Tempa Pelayanan Koperasi (TPK) Cibedug, Kecamaan Lembang, Kabupaen Bandung, Jawa Bara. Pemilihan lokasi dilakukan secara

Lebih terperinci

III. KERANGKA PEMIKIRAN

III. KERANGKA PEMIKIRAN III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Teoriis 3.1.1 Daya Dukung Lingkungan Carrying capaciy aau daya dukung lingkungan mengandung pengerian kemampuan suau empa dalam menunjang kehidupan mahluk hidup secara

Lebih terperinci

Bab II Dasar Teori Kelayakan Investasi

Bab II Dasar Teori Kelayakan Investasi Bab II Dasar Teori Kelayakan Invesasi 2.1 Prinsip Analisis Biaya dan Manfaa (os and Benefi Analysis) Invesasi adalah penanaman modal yang digunakan dalam proses produksi unuk keunungan suau perusahaan.

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN

III. METODOLOGI PENELITIAN III. METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Kerangka Pemikiran Peneliian Keinginan Kelompok Tani Duma Lori yang erdapa di Desa Konda Maloba dan masyaraka sekiar akan berdirinya penggilingan gabah di daerahnya, elah

Lebih terperinci

JIIA, VOLUME 2, No. 1, JANUARI 2014

JIIA, VOLUME 2, No. 1, JANUARI 2014 ANALISIS KELAYAKAN USAHA AGROINDUSTRI KOPI LUWAK DI KECAMATAN BALIK BUKIT KABUPATEN LAMPUNG BARAT (The Financial Feasibiliy Analysis of Luwak Coffee Agroindusry a Balik Buki Disric of Wes Lampung Regency)

Lebih terperinci

post facto digunakan untuk melihat kondisi pengelolaan saat ini berdasarkan

post facto digunakan untuk melihat kondisi pengelolaan saat ini berdasarkan 3. METODE PENELITIAN 3.1. Pendekaan dan Meode Peneliian Jenis peneliian yang digunakan adalah jenis peneliian kualiaif dengan menggunakan daa kuaniaif. Daa kualiaif adalah mengeahui Gambaran pengelolaan

Lebih terperinci

APLIKASI MODEL ANALISIS KELAYAKAN EKONOMI

APLIKASI MODEL ANALISIS KELAYAKAN EKONOMI APLIKASI MODEL ANALISIS KELAYAKAN EKONOMI Oleh: YUDI WAHYUDIN, S.Pi., M.Si. Pelaihan Analisis Kelayakan Ekonomi Kegiaan Capaciy Building Program Pendanaan Kompeisi-Indeks Pembangunan Manusia (PPK-IPM)

Lebih terperinci

ANALISI KELAYAKAN FINANSIAL USAHA AGROINDUSTRI TAHU STUDI KASUS DI KELURAHAN LABUH BARU BARAT KECAMATAN PAYUNG SEKAKI KOTA PEKANBARU

ANALISI KELAYAKAN FINANSIAL USAHA AGROINDUSTRI TAHU STUDI KASUS DI KELURAHAN LABUH BARU BARAT KECAMATAN PAYUNG SEKAKI KOTA PEKANBARU ANALISI KELAYAKAN FINANSIAL USAHA AGROINDUSTRI TAHU STUDI KASUS DI KELURAHAN LABUH BARU BARAT KECAMATAN PAYUNG SEKAKI KOTA PEKANBARU Muhammad Irfan Asrori, Yusmini, dan Shorea Khaswarina Fakulas Peranian

Lebih terperinci

IV. METODE PENELITIAN

IV. METODE PENELITIAN IV. METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waku Peneliian mengenai kelayakan pengusahaan pupuk kompos dilaksanakan pada uni usaha Koperasi Kelompok Tani (KKT) Lisung Kiwari yang menjalin mira dengan Lembaga

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN 19 BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Waku dan Lokasi Peneliian Peneliian ini dilakukan pada bulan Juni hingga Juli 2011 yang berlokasi di areal kerja IUPHHK-HA PT. Mamberamo Alas Mandiri, Kabupaen Mamberamo

Lebih terperinci

Analisis kelayakan finansial perluasan tambak budidaya udang vaname di Cantigi Indramayu

Analisis kelayakan finansial perluasan tambak budidaya udang vaname di Cantigi Indramayu Jurnal Akuakulur Indonesia 9 (1), 77 83 (2010) Available : hp://journal.ipb.ac.id/index.php/jai hp://jurnalakuakulurindonesia.ipb.ac.id Analisis kelayakan finansial perluasan ambak budidaya udang vaname

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN

III. METODOLOGI PENELITIAN 46 III. METODOLOGI PENELITIAN A. Konsep Dasar dan Batasan Operasional Konsep dan batasan operasional merupakan pengertian dan petunjuk mengenai variabel yang akan diteliti untuk memperoleh dan menganalisis

Lebih terperinci

HUMAN CAPITAL. Minggu 16

HUMAN CAPITAL. Minggu 16 HUMAN CAPITAL Minggu 16 Pendahuluan Invesasi berujuan unuk meningkakan pendapaan di masa yang akan daang. Keika sebuah perusahaan melakukan invesasi barang-barang modal, perusahaan ini akan mengeluarkan

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN 26 III. METODE PENELITIAN 3.1. Kerangka Pemikiran Penilaian perkembangan kinerja keuangan PT. Goodyear Indonesia Tbk dilakukan dengan maksud unuk mengeahui sejauh mana perkembangan usaha perusahan yang

Lebih terperinci

ANALISIS KELAYAKAN FINANSIAL BUDIDAYA IKAN NILA WANAYASA PADA KELOMPOK PEMBUDIDAYA MEKARSARI

ANALISIS KELAYAKAN FINANSIAL BUDIDAYA IKAN NILA WANAYASA PADA KELOMPOK PEMBUDIDAYA MEKARSARI Analisis Jurnal Akuakulur Kelayakan Finansial Indonesia, Budidaya 6(1): 97 102 Ikan Nila (2007) Wanayasa Available : hp://journal.ipb.ac.id/index.php/jai 97 hp://jurnalakuakulurindonesia.ipb.ac.id Bulan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Kerangka Pemikiran Teoriis Pengerian proyek menuru Arifin yang dikuip dari Mariyanne (2006) adalah suau akivias di mana dikeluarkannya uang dengan harapan unuk mendapakan hasil

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. tahun 1990-an, jumlah produksi pangan terutama beras, cenderung mengalami

BAB 1 PENDAHULUAN. tahun 1990-an, jumlah produksi pangan terutama beras, cenderung mengalami 11 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Laar Belakang Keahanan pangan (food securiy) di negara kia ampaknya cukup rapuh. Sejak awal ahun 1990-an, jumlah produksi pangan eruama beras, cenderung mengalami penurunan sehingga

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN 23 III. METODE PENELITIAN 3.1 Waku dan Lokasi Peneliian dilaksanakan di iga empa berbeda. Unuk mengeahui ingka parisipasi masyaraka penelii mengambil sampel di RT 03/RW 04 Kelurahan Susukan dan RT 05/RW

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS. dari bahasa Yunani yang berarti Demos adalah rakyat atau penduduk,dan Grafein

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS. dari bahasa Yunani yang berarti Demos adalah rakyat atau penduduk,dan Grafein BAB 2 TINJAUAN TEORITIS 2.1 Pengerian Demografi Keadaan penduduk sanga era kaiannya dengan demografi. Kaa demografi berasal dari bahasa Yunani yang berari Demos adalah rakya aau penduduk,dan Grafein adalah

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. Kawasan Pesisir Kabupaten Kulon Progo. Pemanfaatan/Penggunaan Lahan Saat Ini

METODE PENELITIAN. Kawasan Pesisir Kabupaten Kulon Progo. Pemanfaatan/Penggunaan Lahan Saat Ini METODE PENELITIAN Kerangka Pendekaan Sudi Penaagunaan lahan kawasan pesisir di Kabupaen Kulon Progo didasarkan pada karakerisik fisik, finansial usaha ani dan pemanfaaan saa ini. Karakerisik fisik adalah

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Capial Expendiure (Belanja Modal) Capial Expendiure aau juga dikenal dengan nama belanja modal adalah pengeluaran yang dilakukan perusahaan unuk mendapakan aau memperbarui ase

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. industri dan sektor pertanian saling berkaitan sebab bahan baku dalam proses

I. PENDAHULUAN. industri dan sektor pertanian saling berkaitan sebab bahan baku dalam proses 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Peningkatan dalam pembangunan perekonomian di Indonesia sebagian besar dipengaruhi oleh petumbuhan di sektor industri dan sektor pertanian. Sektor industri dan sektor

Lebih terperinci

MODUL III ANALISIS KELAYAKAN INVESTASI

MODUL III ANALISIS KELAYAKAN INVESTASI ANALISIS KELAYAKAN INVESTASI 3.. Tujuan Ö Prakikan dapa memahami perhiungan alokasi biaya. Ö Prakikan dapa memahami analisis kelayakan invesasi dalam pendirian usaha. Ö Prakikan dapa menyusun proyeksi/proforma

Lebih terperinci

Kelayakan Finansial Budidaya Jamur Tiram di Desa Sugihan, Kecamatan Tengaran, Kabupaten Semarang

Kelayakan Finansial Budidaya Jamur Tiram di Desa Sugihan, Kecamatan Tengaran, Kabupaten Semarang Kelayakan Finansial Budidaya Jamur Tiram di Desa Sugihan, Kecamaan Tengaran, Kabupaen Semarang Nugraheni Renaningsih Fakulas Peranian Universias Veeran Bangun Nusanara Sukoharjo, Jl. Lejen S. Humardani

Lebih terperinci

JIIA, VOLUME 5 No. 2, MEI 2017

JIIA, VOLUME 5 No. 2, MEI 2017 KELAYAKAN FINANSIAL UNIT USAHA JASA SEWA POMPA AIR UNTUK IRIGASI AIR PERMUKAAN DI DESA MEKAR MULYA KECAMATAN PALAS KABUPATEN LAMPUNG SELATAN (Financial Feasibiliy of Waer Pump Renal Services Business Uni

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Laar Belakang Perumbuhan ekonomi merupakan salah sau ukuran dari hasil pembangunan yang dilaksanakan khususnya dalam bidang ekonomi. Perumbuhan ersebu merupakan rangkuman laju-laju

Lebih terperinci

BAB 2 URAIAN TEORI. waktu yang akan datang, sedangkan rencana merupakan penentuan apa yang akan

BAB 2 URAIAN TEORI. waktu yang akan datang, sedangkan rencana merupakan penentuan apa yang akan BAB 2 URAIAN EORI 2.1 Pengerian Peramalan Peramalan adalah kegiaan memperkirakan aau memprediksi apa yang erjadi pada waku yang akan daang, sedangkan rencana merupakan penenuan apa yang akan dilakukan

Lebih terperinci

Analisis Finansial Usaha Penggemukan Sapi Peranakan Friesian Holstein (PFH) Jantan di Kecamatan Selo Kabupaten Boyolali

Analisis Finansial Usaha Penggemukan Sapi Peranakan Friesian Holstein (PFH) Jantan di Kecamatan Selo Kabupaten Boyolali Tropical Animal Husbandry Vol. 1 (1), Okober 2012:43-51 ISSN 2301-9921 Analisis Finansial Usaha Penggemukan Sapi Peranakan Friesian Holsein (PFH) Janan di Kecamaan Selo Kabupaen Boyolali N. Diamojo, S.

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Dalam pelaksanaan pembangunan saat ini, ilmu statistik memegang peranan penting

BAB 1 PENDAHULUAN. Dalam pelaksanaan pembangunan saat ini, ilmu statistik memegang peranan penting BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Laar Belakang Dalam pelaksanaan pembangunan saa ini, ilmu saisik memegang peranan pening baik iu di dalam pekerjaan maupun pada kehidupan sehari-hari. Ilmu saisik sekarang elah melaju

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI. Produksi padi merupakan suatu hasil bercocok tanam yang dilakukan dengan

BAB 2 LANDASAN TEORI. Produksi padi merupakan suatu hasil bercocok tanam yang dilakukan dengan BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1. Produksi Produksi padi merupakan suau hasil bercocok anam yang dilakukan dengan penanaman bibi padi dan perawaan sera pemupukan secara eraur sehingga menghasilkan suau produksi

Lebih terperinci

Tuanku Zakaria 1, Zakiah 1, Indra 1 * 1 Program Studi Agribisnis, Fakultas Pertanian, Universitas Syiah Kuala

Tuanku Zakaria 1, Zakiah 1, Indra 1 * 1 Program Studi Agribisnis, Fakultas Pertanian, Universitas Syiah Kuala Jurnal Ilmiah Mahasiswa Peranian Unsyiah PROSPEK PENGEMBANGAN USAHA PENGGEMUKANN SAPI POTONG SECARA INTENSIF ( STUDI KASUS PADA UD.NIWATORI DI GAMPONG MEUNASAH KRUENG KECAMATAN INGIN JAYA KABUPATEN ACEH

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Laar Belakang Masalah Dalam sisem perekonomian suau perusahaan, ingka perumbuhan ekonomi sanga mempengaruhi kemajuan perusahaan pada masa yang akan daang. Pendapaan dan invesasi merupakan

Lebih terperinci

ANALISIS ECONOMIC ENGINEERING PADA INVESTASI HOTEL GRAND CENTRAL KOTA PEKANBARU. Arifal Hidayat

ANALISIS ECONOMIC ENGINEERING PADA INVESTASI HOTEL GRAND CENTRAL KOTA PEKANBARU. Arifal Hidayat ANALISIS ECONOMIC ENGINEERING PADA INVESTASI HOTEL GRAND CENTRAL KOTA PEKANBARU Arifal Hidaya Analisis Economic Engineering ABSTRAK Tujuan uama dari peneliian ini adalah unuk menganalisa invesasi pembangunan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Pertumbuhan ekonomi merupakan salah satu ukuran dari hasil pembangunan yang

BAB 1 PENDAHULUAN. Pertumbuhan ekonomi merupakan salah satu ukuran dari hasil pembangunan yang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Laar Belakang Perumbuhan ekonomi merupakan salah sau ukuran dari hasil pembangunan yang dilaksanakan khususnya dalam bidang ekonomi. Perumbuhan ersebu merupakan rangkuman laju perumbuhan

Lebih terperinci

JIIA, VOLUME 2 No. 2, APRIL Yunica Safitri, Zainal Abidin, Novi Rosanti ABSTRACT

JIIA, VOLUME 2 No. 2, APRIL Yunica Safitri, Zainal Abidin, Novi Rosanti ABSTRACT KINERJA DAN NILAI TAMBAH AGROINDUSTRI SABUT KELAPA PADA KAWASAN USAHA AGROINDUSTRI TERPADU (KUAT) DI KECAMATAN PESISIR SELATAN KABUPATEN PESISIR BARAT (Performance And Added Value of CocoFiber Agroindusry

Lebih terperinci

BAB 4 ANALISIS DAN PEMBAHASAN

BAB 4 ANALISIS DAN PEMBAHASAN BAB 4 ANALISIS DAN EMBAHASAN 4.1 Karakerisik dan Obyek eneliian Secara garis besar profil daa merupakan daa sekunder di peroleh dari pusa daa saisik bursa efek Indonesia yang elah di publikasi, daa di

Lebih terperinci

JIIA, VOLUME 5 No. 2, MEI 2017

JIIA, VOLUME 5 No. 2, MEI 2017 KELAYAKAN USAHA DAN NILAI TAMBAH AGROINDUSTRI TEMPE (The Feasibiliy and Added Value of Tempe Agroindusry) Winani Puspa Arum, Sudarma Widjaya, Lina Marlina Jurusan Agribisnis, Fakulas Peranian, Universias

Lebih terperinci

372 ZIRAA AH, Volume 41 Nomor 3, Oktober 2016 Halaman ISSN ELEKTRONIK

372 ZIRAA AH, Volume 41 Nomor 3, Oktober 2016 Halaman ISSN ELEKTRONIK 372 REVITALISASI INDUSTRI KEHUTANAN DALAM PENGELOLAAN HUTAN TANAMAN RAKYAT UNTUK PEMBERDAYAAN KELUARGA PETANI DAN MENDUKUNG INDUSTRI PLYWOOD DI PROVINSI KALIMANTAN TIMUR (Revializaion Of The Foresry Indusry

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN TEORITIS

BAB II TINJAUAN TEORITIS BAB II TIJAUA TEORITIS 2.1 Peramalan (Forecasing) 2.1.1 Pengerian Peramalan Peramalan dapa diarikan sebagai beriku: a. Perkiraan aau dugaan mengenai erjadinya suau kejadian aau perisiwa di waku yang akan

Lebih terperinci

STUDI KELAYAKAN FINANSIAL PUPUK ORGANIK RESIDU BIOGAS DARI DIVERSIFIKASI USAHA TERNAK

STUDI KELAYAKAN FINANSIAL PUPUK ORGANIK RESIDU BIOGAS DARI DIVERSIFIKASI USAHA TERNAK HABITAT Volume XXII, No. 1, Bulan April 2011 ISSN: 0853-5167 STUDI KELAYAKAN FINANSIAL PUPUK ORGANIK RESIDU BIOGAS DARI DIVERSIFIKASI USAHA TERNAK (FINANCIAL FEASIBILITY STUDIES OF ORGANIC FERTILIZER FROM

Lebih terperinci

KELAYAKAN FINANSIAL INVESTASI PABRIK KELAPA SAWIT DI KABUPATEN ACEH UTARA. Asrida Dosen Program Studi Ekonomi Pembangunan Universitas Almuslim ABSTRAK

KELAYAKAN FINANSIAL INVESTASI PABRIK KELAPA SAWIT DI KABUPATEN ACEH UTARA. Asrida Dosen Program Studi Ekonomi Pembangunan Universitas Almuslim ABSTRAK KELAYAKAN FINANSIAL INVESTASI PABRIK KELAPA SAWIT DI KABUPATEN ACEH UTARA Asrida Dosen Program Sudi Ekonomi Pembangunan Universias Almuslim ABSTRAK Kelapa sawi merupakan salah sau primadona anaman perkebunan

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LADASA TEORI 2.1 Pengerian Peramalan Peramalan (forecasing) adalah suau kegiaan yang memperkirakan apa yang akan erjadi pada masa yang akan daang. Meode peramalan merupakan cara unuk memperkirakan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Propinsi Sumatera Utara merupakan salah satu propinsi yang mempunyai

BAB 1 PENDAHULUAN. Propinsi Sumatera Utara merupakan salah satu propinsi yang mempunyai BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Laar Belakang Propinsi Sumaera Uara merupakan salah sau propinsi yang mempunyai perkembangan yang pesa di bidang ransporasi, khususnya perkembangan kendaraan bermoor. Hal ini dapa

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS. Kegiatan untuk memperkirakan apa yang akan terjadi pada masa yang akan datang

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS. Kegiatan untuk memperkirakan apa yang akan terjadi pada masa yang akan datang BAB 2 TINJAUAN TEORITIS 2.1 Pengerian dan Manfaa Peramalan Kegiaan unuk mempeirakan apa yang akan erjadi pada masa yang akan daang disebu peramalan (forecasing). Sedangkan ramalan adalah suau kondisi yang

Lebih terperinci

BAB 2 DASAR TEORI. Studi mengenai aspek teknis dan produksi ini sifatnya sangat strategis, sebab

BAB 2 DASAR TEORI. Studi mengenai aspek teknis dan produksi ini sifatnya sangat strategis, sebab 13 BAB 2 DASAR TEORI 2.1 Aspek Teknis Sudi mengenai aspek eknis dan produksi ini sifanya sanga sraegis, sebab berkaian dengan kapasias proyek, lokasi, aa leak ala produksi, kajian aas bahan dan sumbernya,

Lebih terperinci

ANALISA SENSITIVITAS KELAYAKAN USAHA PT. JASA MARINA INDAH DENGAN BEROPERASINYA GRAVING DOCK DWT

ANALISA SENSITIVITAS KELAYAKAN USAHA PT. JASA MARINA INDAH DENGAN BEROPERASINYA GRAVING DOCK DWT ANALISA SENSITIVITAS KELAYAKAN USAHA PT. JASA MARINA INDAH DENGAN BEROPERASINYA GRAVING DOCK 18.000 DWT Sukano Jamiko, Imam Pujo M Program Sudi S1 Teknik Perkapalan Fakulas Teknik Universias Diponegoro

Lebih terperinci

ANALISIS DIRECT SELLING COST DALAM MENINGKATKAN VOLUME PENJUALAN Studi kasus pada CV Cita Nasional.

ANALISIS DIRECT SELLING COST DALAM MENINGKATKAN VOLUME PENJUALAN Studi kasus pada CV Cita Nasional. JURNAL ILMIAH RANGGAGADING Volume 7 No. 1, April 7 : 3-9 ANALISIS DIRECT SELLING COST DALAM MENINGKATKAN VOLUME PENJUALAN Sudi kasus pada CV Cia Nasional. Oleh Emmy Supariyani* dan M. Adi Nugroho *Dosen

Lebih terperinci

ANALISIS FINANSIAL PENGOLAHAN SURIMI DENGAN SKALA MODERN DAN SEMI MODERN. Financial Analysis of Surimi Processing by Modern and Semi-Modern Scale

ANALISIS FINANSIAL PENGOLAHAN SURIMI DENGAN SKALA MODERN DAN SEMI MODERN. Financial Analysis of Surimi Processing by Modern and Semi-Modern Scale ANALISIS FINANSIAL PENGOLAHAN SURIMI DENGAN SKALA MODERN DAN SEMI MODERN Financial Analysis of Surimi Processing by Modern and Semi-Modern Scale Nazori Djazuli 1*, Mia Wahyuni, Daniel Moninja, Ari Purbayano

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Laar Belakang Masalah persediaan merupakan masalah yang sanga pening dalam perusahaan. Persediaan mempunyai pengaruh besar erhadap kegiaan produksi. Masalah persediaan dapa diaasi

Lebih terperinci

KAJIAN KELAYAKAN FINANSIAL PENGEMBANGAN ANGKUTAN WISATA DI KOTA DENPASAR

KAJIAN KELAYAKAN FINANSIAL PENGEMBANGAN ANGKUTAN WISATA DI KOTA DENPASAR Konferensi Nasional Teknik Sipil 10 Universias Ama Jaya Yogyakara, 26-27 Okober 2016 KAJIAN KELAYAKAN FINANSIAL PENGEMBANGAN ANGKUTAN WISATA DI KOTA DENPASAR Puu Ali Suhanaya 1, Dyah Ayu Lesari 1, 1 Jurusan

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. yang akan datang. Peramalan menjadi sangat penting karena penyusunan suatu

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. yang akan datang. Peramalan menjadi sangat penting karena penyusunan suatu BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengerian Peramalan Peramalan adalah kegiaan memperkirakan apa yang erjadi pada waku yang akan daang sedangkan rencana merupakan penenuan apa yang akan dilakukan pada waku yang

Lebih terperinci

KELAYAKAN INDUSTRI KERUPUK JAMUR TIRAM DI KABUPATEN BOGOR ABSTRACT

KELAYAKAN INDUSTRI KERUPUK JAMUR TIRAM DI KABUPATEN BOGOR ABSTRACT KELAYAKAN INDUSTRI KERUPUK JAMUR TIRAM DI KABUPATEN BOGOR Purwoko dan Yandra Arkeman Deparemen Teknologi Indusri Peranian, Fakulas Teknologi Peranian, IPB ABSTRACT Oyser mushroom can be processed ino various

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI. Peramalan adalah kegiatan untuk memperkirakan apa yang akan terjadi di masa yang

BAB 2 LANDASAN TEORI. Peramalan adalah kegiatan untuk memperkirakan apa yang akan terjadi di masa yang BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Pengerian Peramalan Peramalan adalah kegiaan unuk memperkirakan apa yang akan erjadi di masa yang akan daang. Sedangkan ramalan adalah suau aau kondisi yang diperkirakan akan erjadi

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Peneliian Jenis peneliian kuaniaif ini dengan pendekaan eksperimen, yaiu peneliian yang dilakukan dengan mengadakan manipulasi erhadap objek peneliian sera adanya konrol.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dalam pembicaraan sehari-hari, bank dikenal sebagai lembaga keuangan yang

BAB I PENDAHULUAN. Dalam pembicaraan sehari-hari, bank dikenal sebagai lembaga keuangan yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Laar Belakang Dalam pembicaraan sehari-hari, bank dikenal sebagai lembaga keuangan yang kegiaan uamanya menerima simpanan giro, abungan dan deposio. Kemudian bank juga dikenal sebagai

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. Peramalan (Forecasting) adalah suatu kegiatan yang mengestimasi apa yang akan

BAB II LANDASAN TEORI. Peramalan (Forecasting) adalah suatu kegiatan yang mengestimasi apa yang akan BAB II LADASA TEORI 2.1 Pengerian peramalan (Forecasing) Peramalan (Forecasing) adalah suau kegiaan yang mengesimasi apa yang akan erjadi pada masa yang akan daang dengan waku yang relaif lama (Assauri,

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Laar Belakang Air merupakan kebuuhan pokok bagi seiap makhluk hidup di dunia ini ermasuk manusia. Air juga merupakan komponen lingkungan hidup yang pening bagi kelangsungan hidup

Lebih terperinci

MODEL OPTIMASI PENGGANTIAN MESIN PEMECAH KULIT BERAS MENGGUNAKAN PEMROGRAMAN DINAMIS (PABRIK BERAS DO A SEPUH)

MODEL OPTIMASI PENGGANTIAN MESIN PEMECAH KULIT BERAS MENGGUNAKAN PEMROGRAMAN DINAMIS (PABRIK BERAS DO A SEPUH) Journal Indusrial Servicess Vol. No. Okober 0 MODEL OPTIMASI PENGGANTIAN MESIN PEMECAH KULIT BERAS MENGGUNAKAN PEMROGRAMAN DINAMIS (PABRIK BERAS DO A SEPUH) Abdul Gopar ) Program Sudi Teknik Indusri Universias

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. Penelitian dilakukan pada bulan Februari-April 2015, bertempat di

METODE PENELITIAN. Penelitian dilakukan pada bulan Februari-April 2015, bertempat di III. METODE PENELITIAN 3.1 Waku dan Tempa Peneliian Peneliian dilakukan pada bulan Februari-April 2015, berempa di Laboraorium Perikanan Program Sudi Budidaya Perairan Fakulas Peranian Universias Lampung.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tepat rencana pembangunan itu dibuat. Untuk dapat memahami keadaan

BAB I PENDAHULUAN. tepat rencana pembangunan itu dibuat. Untuk dapat memahami keadaan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Laar Belakang Dalam perencanaan pembangunan, daa kependudukan memegang peran yang pening. Makin lengkap dan akura daa kependudukan yang esedia makin mudah dan epa rencana pembangunan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Sumber Daya Alam (SDA) yang tersedia merupakan salah satu pelengkap alat

BAB 1 PENDAHULUAN. Sumber Daya Alam (SDA) yang tersedia merupakan salah satu pelengkap alat BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Laar Belakang Sumber Daya Alam (SDA) yang ersedia merupakan salah sau pelengkap ala kebuuhan manusia, misalnya anah, air, energi lisrik, energi panas. Energi Lisrik merupakan Sumber

Lebih terperinci

III KERANGKA PEMIKIRAN

III KERANGKA PEMIKIRAN III KERANGKA PEMIKIRAN 3.1 Teori Risiko Produksi Dalam eori risiko produksi erlebih dahulu dijelaskan mengenai dasar eori produksi. Menuru Lipsey e al. (1995) produksi adalah suau kegiaan yang mengubah

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN 39 III. METODE PENELITIAN 3.1 Waku dan Meode Peneliian Pada bab sebelumnya elah dibahas bahwa cadangan adalah sejumlah uang yang harus disediakan oleh pihak perusahaan asuransi dalam waku peranggungan

Lebih terperinci

BAB III METODE DEKOMPOSISI CENSUS II. Data deret waktu adalah data yang dikumpulkan dari waktu ke waktu

BAB III METODE DEKOMPOSISI CENSUS II. Data deret waktu adalah data yang dikumpulkan dari waktu ke waktu BAB III METODE DEKOMPOSISI CENSUS II 3.1 Pendahuluan Daa dere waku adalah daa yang dikumpulkan dari waku ke waku unuk menggambarkan perkembangan suau kegiaan (perkembangan produksi, harga, hasil penjualan,

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Kabupaten Labuhan Batu merupakan pusat perkebunan kelapa sawit di Sumatera

BAB 1 PENDAHULUAN. Kabupaten Labuhan Batu merupakan pusat perkebunan kelapa sawit di Sumatera BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Laar Belakang Kabupaen Labuhan Bau merupakan pusa perkebunan kelapa sawi di Sumaera Uara, baik yang dikelola oleh perusahaan negara / swasa maupun perkebunan rakya. Kabupaen Labuhan

Lebih terperinci

PENGGUNAAN KONSEP FUNGSI CONVEX UNTUK MENENTUKAN SENSITIVITAS HARGA OBLIGASI

PENGGUNAAN KONSEP FUNGSI CONVEX UNTUK MENENTUKAN SENSITIVITAS HARGA OBLIGASI PENGGUNAAN ONSEP FUNGSI CONVEX UNU MENENUAN SENSIIVIAS HARGA OBLIGASI 1 Zelmi Widyanuara, 2 Ei urniai, Dra., M.Si., 3 Icih Sukarsih, S.Si., M.Si. Maemaika, Universias Islam Bandung, Jl. amansari No.1 Bandung

Lebih terperinci

PENGARUH PENGEMBANGAN KARYAWAN TERHADAP MOTIVASI DAN PRESTASI KERJA KARYAWAN (Studi pada karyawan tetap PT PG Tulangan Sidoarjo)

PENGARUH PENGEMBANGAN KARYAWAN TERHADAP MOTIVASI DAN PRESTASI KERJA KARYAWAN (Studi pada karyawan tetap PT PG Tulangan Sidoarjo) PENGARUH PENGEMBANGAN KARYAWAN TERHADAP MOTIVASI DAN PRESTASI KERJA KARYAWAN (Sudi pada karyawan eap PT PG Tulangan Sidoarjo) Niken Dwi Okavia Heru Susilo Moehammad Soe`oed Hakam Fakulas Ilmu Adminisrasi

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI 35 BAB LANDASAN TEORI Meode Dekomposisi biasanya mencoba memisahkan iga komponen erpisah dari pola dasar yang cenderung mencirikan dere daa ekonomi dan bisnis. Komponen ersebu adalah fakor rend (kecendrungan),

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI. Metode Peramalan merupakan bagian dari ilmu Statistika. Salah satu metode

BAB 2 LANDASAN TEORI. Metode Peramalan merupakan bagian dari ilmu Statistika. Salah satu metode 20 BAB 2 LADASA TEORI 2.1. Pengerian Peramalan Meode Peramalan merupakan bagian dari ilmu Saisika. Salah sau meode peramalan adalah dere waku. Meode ini disebu sebagai meode peramalan dere waku karena

Lebih terperinci

BAB III HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Permasalahan Nyata Penyebaran Penyakit Tuberculosis

BAB III HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Permasalahan Nyata Penyebaran Penyakit Tuberculosis BAB III HASIL DAN PEMBAHASAN A. Permasalahan Nyaa Penyebaran Penyaki Tuberculosis Tuberculosis merupakan salah sau penyaki menular yang disebabkan oleh bakeri Mycobacerium Tuberculosis. Penularan penyaki

Lebih terperinci

KAJIAN AGRIBISNIS TAHU (Studi Kasus di Kabupaten Biak Numfor)

KAJIAN AGRIBISNIS TAHU (Studi Kasus di Kabupaten Biak Numfor) 57 Buana Sains Vol 8 No 1: 57-66, 2008 KAJIAN AGRIBISNIS TAHU (Sudi Kasus di Kabupaen Biak Numfor) I Made Suaryadana 1,2) dan Eri Yusnia Arviani 2) 1) Dinas Peranian Kabupaen Biak Numfor 2) Program Pascasarjana,

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Laar Belakang Pada dasarnya peramalan adalah merupakan suau dugaan aau perkiraan enang erjadinya suau keadaan di masa depan. Akan eapi dengan menggunakan meodemeode erenu peramalan

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS. Peramalan adalah kegiatan untuk memperkirakan apa yang akan terjadi di masa

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS. Peramalan adalah kegiatan untuk memperkirakan apa yang akan terjadi di masa BAB 2 TINJAUAN TEORITI 2.1. Pengerian-pengerian Peramalan adalah kegiaan unuk memperkirakan apa yang akan erjadi di masa yang akan daang. edangkan ramalan adalah suau siuasi aau kondisi yang diperkirakan

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. yang akan datang. Peramalan menjadi sangat penting karena penyusunan suatu

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. yang akan datang. Peramalan menjadi sangat penting karena penyusunan suatu BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengerian Peramalan Peramalan adalah kegiaan memperkirakan apa yang erjadi pada waku yang akan daang sedangkan rencana merupakan penenuan apa yang akan dilakukan pada waku yang

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis dan Pendekaan Peneliian Jenis peneliian yang digunakan dalam peneliian ini adalah peneliian evaluasi dan pendekaannya menggunakan pendekaan kualiaif non inerakif (non

Lebih terperinci

FEASIBILITY STUDY of PENGAMBENGAN-PENGRAGOAN HIGHWAY

FEASIBILITY STUDY of PENGAMBENGAN-PENGRAGOAN HIGHWAY STUDI KELAYAKAN JALAN TOL PENGAMBENGAN-PENGRAGOAN A.A.G. Agung Yana 1, Keu Swijana 1, dan Saniari Dewi 2 Absrak: Ruas jalan Gilimanuk-Tabanan-Denpasar merupakan sau-saunya jalan areri primer yang menghubungkan

Lebih terperinci

SUPLEMEN 3 Resume Hasil Penelitian: Analisis Respon Suku Bunga dan Kredit Bank di Sumatera Selatan terhadap Kebijakan Moneter Bank Indonesia

SUPLEMEN 3 Resume Hasil Penelitian: Analisis Respon Suku Bunga dan Kredit Bank di Sumatera Selatan terhadap Kebijakan Moneter Bank Indonesia SUPLEMEN 3 Resume Hasil Peneliian: Analisis Respon Suku Bunga dan Kredi Bank di Sumaera Selaan erhadap Kebijakan Moneer Bank Indonesia Salah sau program kerja Bank Indonesia Palembang dalam ahun 2007 adalah

Lebih terperinci

20 Peneliian ini berujuan merumuskan sraegi pada model pengelolaan yang cocok unuk keberlanjuan perikanan angkap di daerah ersebu. Daa yang diambil be

20 Peneliian ini berujuan merumuskan sraegi pada model pengelolaan yang cocok unuk keberlanjuan perikanan angkap di daerah ersebu. Daa yang diambil be 19 3 METODOLOGI 3.1 Tempa dan Waku Peneliian Peneliian berjudul Model Pengelolaan Perikanan Pelagis secara Berkelanjuan di PPN Prigi, Trenggalek, Jawa Timur ini dilakukan di PPN Prigi, Kabupaen Trenggalek,

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.. Hasil Peneliian 4... Daa Hasil Peneliian Dari hasil peneliian diperoleh daa kemampuan dribble. hasilnya sebagai mana pada abel I (dilampirkan) 4... Deskripsi

Lebih terperinci

Vol. 1, No. 2, September 2011

Vol. 1, No. 2, September 2011 ISSN 2252-5491 Vol. 1, No. 2, Sepember 2011 Forum Agribisnis Agribusiness Forum Fakor-Fakor yang Mempengaruhi Realisasi dan Pengembalian Kredi Usaha Rakya Anna Maria Lubis dan Dwi Rachmina Analisis Kepuasan

Lebih terperinci

PENGARUH GAJI, UPAH, DAN TUNJANGAN KARYAWAN TERHADAP KINERJA KARYAWAN PADA PT. XYZ

PENGARUH GAJI, UPAH, DAN TUNJANGAN KARYAWAN TERHADAP KINERJA KARYAWAN PADA PT. XYZ PENGARUH GAJI, UPAH, DAN TUNJANGAN KARYAWAN TERHADAP KINERJA KARYAWAN PADA PT. XYZ Khairunnisa aubara 1, Ir. Sugiharo Pujangkoro, MM 2, uchari, ST, M.Kes 2 Deparemen Teknik Indusri, Fakulas Teknik, Universias

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini adalah penelitian Quasi Eksperimental Design dengan

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini adalah penelitian Quasi Eksperimental Design dengan BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Jenis dan Desain Peneliian Peneliian ini adalah peneliian Quasi Eksperimenal Design dengan kelas eksperimen dan kelas conrol dengan desain Prees -Poses Conrol Group Design

Lebih terperinci

Bab IV Pengembangan Model

Bab IV Pengembangan Model Bab IV engembangan Model IV. Sisem Obyek Kajian IV.. Komodias Obyek Kajian Komodias dalam peneliian ini adalah gula pasir yang siap konsumsi dan merupakan salah sau kebuuhan pokok masyaraka. Komodias ini

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Perekonomian dunia telah menjadi semakin saling tergantung pada

BAB I PENDAHULUAN. Perekonomian dunia telah menjadi semakin saling tergantung pada BAB I PENDAHULUAN A. Laar Belakang Masalah Perekonomian dunia elah menjadi semakin saling erganung pada dua dasawarsa erakhir. Perdagangan inernasional merupakan bagian uama dari perekonomian dunia dewasa

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN II. LANDASAN TEORI

I. PENDAHULUAN II. LANDASAN TEORI I. PENDAHULUAN. Laar Belakang Menuru Sharpe e al (993), invesasi adalah mengorbankan ase yang dimiliki sekarang guna mendapakan ase pada masa mendaang yang enu saja dengan jumlah yang lebih besar. Invesasi

Lebih terperinci

KELAYAKAN PENGUSAHAAN PALA DI JAWA BARAT

KELAYAKAN PENGUSAHAAN PALA DI JAWA BARAT KELAYAKAN PENGUSAHAAN PALA DI JAWA BARAT Bedy Sudjarmoko Balai Peneliian Tanaman Rempah dan Aneka Tanaman Indusri Indonesian Spice and Indusrial Crop Research Insiue ABSTRAK Jawa Bara merupakan salah sau

Lebih terperinci

x 4 x 3 x 2 x 5 O x 1 1 Posisi, perpindahan, jarak x 1 t 5 t 4 t 3 t 2 t 1 FI1101 Fisika Dasar IA Pekan #1: Kinematika Satu Dimensi Dr.

x 4 x 3 x 2 x 5 O x 1 1 Posisi, perpindahan, jarak x 1 t 5 t 4 t 3 t 2 t 1 FI1101 Fisika Dasar IA Pekan #1: Kinematika Satu Dimensi Dr. Pekan #1: Kinemaika Sau Dimensi 1 Posisi, perpindahan, jarak Tinjau suau benda yang bergerak lurus pada suau arah erenu. Misalnya, ada sebuah mobil yang dapa bergerak maju aau mundur pada suau jalan lurus.

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN A III METODE PEELITIA Salah sau komponen peneliian yang mempunyai ari pening dalam kaiannya dengan proses sudi secara komprehensif adalah komponen meode peneliian. Meode peneliian menjelaskan bagaimana

Lebih terperinci

PENERAPAN METODE TRIPLE EXPONENTIAL SMOOTHING UNTUK MENGETAHUI JUMLAH PEMBELI BARANG PADA PERUSAHAAN MEBEL SINAR JEPARA TANJUNGANOM NGANJUK.

PENERAPAN METODE TRIPLE EXPONENTIAL SMOOTHING UNTUK MENGETAHUI JUMLAH PEMBELI BARANG PADA PERUSAHAAN MEBEL SINAR JEPARA TANJUNGANOM NGANJUK. PENERAPAN METODE TRIPLE EXPONENTIAL MOOTHING UNTUK MENGETAHUI JUMLAH PEMBELI BARANG PADA PERUAHAAN MEBEL INAR JEPARA TANJUNGANOM NGANJUK. ii Rukayah*), Achmad yaichu**) ABTRAK Peneliian ini berujuan unuk

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS. bahasa Yunani yang berarti Demos adalah rakyat atau penduduk, dan Grafein adalah

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS. bahasa Yunani yang berarti Demos adalah rakyat atau penduduk, dan Grafein adalah 37 BAB 2 TINJAUAN TEORITIS 2.1 Pengerian-pengerian Kependudukan sanga era kaiannya dengan demgrafi. Kaa demgrafi berasal dari bahasa Yunani yang berari Dems adalah rakya aau penduduk, dan Grafein adalah

Lebih terperinci

MODEL PENGANGKUTAN SAMPAH DI KOTA BANGLI

MODEL PENGANGKUTAN SAMPAH DI KOTA BANGLI MODEL PENGANGKUTAN SAMPAH DI KOTA BANGLI Pande N. Sari Saraswai 1, I G. B. Sila Dharma 2, I Gs. Keu Sudipa 2 Absrak : Pengangkuan sampah di Koa Bangli saa ini menggunakan pola individual langsung (door

Lebih terperinci