Economic Rent Analysis of Timber Estate Log Production in Indonesia

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "Economic Rent Analysis of Timber Estate Log Production in Indonesia"

Transkripsi

1 ANALISIS PUNGUTAN RENTE EKONOMI KAYU BULAT HUTAN TANAMAN INDUSTRI DI INDONESIA Economic Ren Analysis of Timber Esae Log Producion in Indonesia Oleh/By: Transoo Handadhari, Achmad Sumiro, Sofyan P. Warsio dan/and Sri Widodo Absrac The low of governmen revenues from log produced of imber esaes is caused by he slow of imber esae developmen as well as he weakness of economic ren sysem implemenaion. Policy o decrease he use of naural fores logs, and o develop imber esaes in he fuure, should consider o review he economic ren sysem. Absrak Rendahnya perolehan punguan kayu bula huan anaman indusri, di samping karena lambanya pembangunan huan anaman, juga dikarenakan sisem pemunguan rene ekonomi yang lemah. Kebijakan pengurangan produksi kayu bula huan alam, dan rencana pembangunan huan anaman ke depan mendorong perlunya dilakukan perbaikan sisem punguan rene ekonomi kayu bula huan anaman. Kaa Kunci (Keywords): huan anaman (imber esae), keunungan usaha (profiabiliy), punguan kayu bula (log charges) dan rene ekonomi (economic ren). I. LATAR BELAKANG Huan Indonesia seluas 120,35 jua hekar aau sekiar 62,6% dari luas daraan Indonesia, elah mengalami deforesasi dan degradasi yang cukup besar. Deforesasi mencapai sekiar 1,6 jua hekar per ahun pada periode , dan meningka menjadi 2,83 jua hekar per ahun pada periode anara lain akiba erjadinya kebakaran huan dan lahan seluas 9,7 jua hekar ahun Keersediaan volume kayu egak (sanding sock) semua jenis di huan produksi (HP, HPT, HPK) berdiameer di aas 50 cm yang pada ahun 1995 diaksir mencapai angka 8.851,7 jua meer kubik, dianaranya erdapa 2.059,9 jua m 3 kayu jenis komersiil, pada ahun 2000 dinyaakan 1

2 menurun menjadi 3,95 miliar m 3 unuk seluruh sok kayu egak semua jenis di huan produksi berdiameer 50 cm ke aas, menurun cukup ajam sebesar 55,38% (Dijen Inag, 1994; Badan Planologi Kehuanan dan Perkebunan, 2000; Handadhari, 2000). Selanjunya, unuk merehabiliasi huan rusak, sera memperahankan dan meningkakan penyediaan bahan baku kayu bula, pemerinah mulai ahun 1985-an mengembangkan huan anaman melalui sisem hak pengusahaan huan anaman indusri (HPHTI), dikukuhkan berdasarkan PP Nomor 7 Tahun Namun, berdasarkan daa Dijen Pengusahaan Huan (1997) program pembangunan HTI mulai ahun 1984 sampai 1996 di aas baru mampu membangun huan anaman sekiar 1,2 jua ha dari oal arge seluas 6,25 jua hekar yang dieapkan unuk dibangun sampai dengan ahun Berdasarkan daa Direkora Bina Pengembangan Huan Tanaman (2001), sampai dengan Agusus 2001 realisasi anaman HTI baru mencapai angka seluas hekar. Tidak berhasilnya pencapaian arge pembangunan HTI sera rendahnya produksi kayu bula asal HTI yang masih berflukuasi sebesar 4,83 jua m 3 pada ahun 1999/2000, urun menjadi 3,78 jua m 3 pada ahun 2000, naik menjadi sebesar 5,6 jua m 3 pada ahun 2001, 4,16 jua meer kubik ahun 2002 (Direkora Bina Produksi Kehuanan, 2002), menyebabkan konribusinya erhadap pasokan indusri pengolahan kayu ahun 2001 baru sebesar 1,5% dari oal pasokan kayu bula yang ercaa (ITTO, 2001). Punguan erhadap kayu bula HPHTI dieapkan dalam benuk provisi sumberdaya huan (PSDH) dengan arif sekiar Rp ,- per m 3 jumlahnya juga relaif sanga kecil. Reribusi daerah dan punguan-punguan erhadap produksi log eks HPHTI bervariasi anara Rp ,- per m 3 (Sumsel) sampai sebesar raa-raa Rp ,- per m 3 (Kalim), dengan raa-raa erimbang Rp ,91,- per m 3. Pembaasan produksi kayu bula huan alam akiba elah berkurangnya poensi egakan sera rencana pengembangan luas huan anaman mendorong dilakukannya perbaikan sisem punguan yang mampu memberikan pendapaan pemerinah secara proporsiaonal. Peneliian ini dimaksudkan unuk mengeahui ingka keunungan usaha rill HPHTI dan permasalahan-permasalahannya sebagai bahan perimbangan peneapan punguan rene ekonomi kayu bula produksi HPHTI yang lebih rasional, dan pedoman pengembangan huan anaman lebih lanju. 2

3 II. METODE PENELITIAN A. Sasaran Peneliian Peneliian dilakukan pada pengusahaan HPHTI jenis anaman akasia di seluruh Indonesia dengan beberapa sampel dieapkan pada HPHTI wilayah Riau, Jambi, Kalsel, Kalim sebanyak 9 uni sampel HPHTI yang memiliki ingka manajemen yang baik, yang dipanen pada ahun B. Jenis Daa Daa yang diambil berupa daa luas huan anaman, hasil produksi kayu bula, angka riil pembiayaan dan penjualan hasil produksi, jenis dan jumlah punguan. C. Meode Analisis Uji analisis erhadap punguan produk kayu bula HPHTI dilakukan dengan menganalisis perolehan keunungan pengusaha huan anaman yang wajar, sebagai bahan memperimbangkan besarnya perolehan punguan rene ekonomi milik pemerinah sera kebijakan peneapan punguan rene ekonomi pada pengusahaan huan anaman, sebagai beriku. (1) Menghiung dan Menganalisis Perolehan Keunungan Bersih Pengusahaan Huan Tanaman 1.1 Meneapkan Formula Perhiungan Nilai Bersih Pengusahaan Huan Tanaman Langkah penghiungan nilai perolehan bersih pengusahaan huan anaman dilakukan dengan menghiung seluruh beban inpu pembiayaan dan perolehan hasil pengusahaan berdasarkan srukur dan aa wakunya masing-masing selama waku daur anaman sampai dengan penjualan hasil produksi kayu bula dengan cara menggunakan compounding formula. Maka berdasarkan asumsi bahwa: 1) Penghasilan riil dari usaha huan anaman diperoleh pada masa anam sampai akhir daur; 2) Blok ebangan merupakan peak/anakpeak/bagian dari sau uni pengusahaan huan anaman; 3

4 3) Masing-masing blok aau peak/anak peak anaman memiliki luas yang dapa berbeda-beda; 4) Masing-masing blok aau peak/anak peak anaman memiliki anaman seumur dan idak selalu sejenis; 5) Volume raa-raa per hekar masing-masing egakan seumur dalam sau blok/peak/anak peak relaif sama; 6) Panenan kayu bula dilakukan dengan sisem ebang habis; 7) Biaya manajemen umum pengusahaan huan anaman seiap ahun relaif eap; 8) Seluruh pajak dan punguan ermasuk dalam pembiayaan pengusahaan huan anaman, dieapkan penggunaan formula sebagai beriku (Handadhari, 2003). NRh r r ( r ) + 1 I (1 + i) { ( l * A / L) = S = = S k l * ( j= 0 (1 + i) Vj) ( r ) r = S C j (1 + i) ( r ) + 1 }... (1) di mana: NR h = Jumlah perolehan bersih pengusahaan huan anaman di lahan kawasan huan oleh pihak III yang diperoleh pada ahun ebang (Rp/ m 3 ). I = Pendapaan pengusahaan huan anaman pada ahun ke, mulai dari ebang penjarangan sampai panen pada akhir daur (Rp.). l = Luas lahan ebangan (hekar). L = Luas seluruh areal huan anaman (hekar). A = Biaya manajemen seiap ahun, merupakan biaya raa-raa unuk seluruh kegiaan pengelolaan huan anaman (Rp.). C j = Toal biaya pengeluaran masing-masing jenis kegiaan j pada ahun ke, melipui biaya persiapan, pengadaan bibi, penanaman, pemeliharaan, perlindungan, penebangan, pengangkuan dan penjualan hasil, sera biaya-biaya pembayaran punguan (Rp). i = Tingka bunga efekif bank (%). r = Umur ebang (ahun). S = Waku dimulainya persiapan penanaman, 1 aau 2 ahun erganung proyek. = Waku pelaksanaan proyek, sejak dimulainya persiapan ahun ke s sampai umur ebangan ( = -s, 0, 1, 2, 3..., r). V = Volume raa-raa kayu egak pada umur ebang (m³/hekar). 4

5 1.2 Analisis Keunungan Bersih Secara eoriis besarnya keunungan bersih pengusahaan huan anaman (Kh) diperoleh dengan mengurangkan jumlah nilai perolehan koor pengusahaan huan anaman dengan jumlah punguan rene ekonomi (PSDH maupun reribusi daerah) yang dibayarkan kepada pemerinah. Namun dalam peneliian ini pembayaran PSDH dan beban rene ekonomi lainnya elah masuk ke dalam srukur pembiayaan pengusahaan kayu bula, sehingga keunungan bersih pengusahaan kayu bula oleh pihak III ersebu sepenuhnya sama dengan nilai NR h (Kh = NR h ). Keunungan bersih selanjunya diperbandingkan dengan nilai kelayakan usaha menggunakan kaidah invesasi ekonomi berdasarkan krieria invesasi manfaa dan biaya (Gregory, 1987; Sumiro, 2000), yakni: Ne Presen Value (NPV); Benefi Cos Raio (B/C); dan Inernal Rae of Reurn (IRR). Berdasarkan nilai bersih ahun ke-0 pembiayaan (coss) dan pendapaan (benefis) pada ingka discoun rae i: C PV (cos s) = (2) n = 0 (1 + i) B PV ( benefis) = (3) n = 0 (1 + i) maka, (a) NPV = P V (benefi) - P V (cos) = B C n n = 0 (1 + i) = 0 (1 + i) = B C n = 0 (1 + i)... (4) PV ( Benefis) (b) B / C Raio =... (5) PV ( Coss) 5

6 di mana: (c) IRR adalah suku bunga i yang dihasilkan apabila PV (Benefis) sama dengan PV (Coss), aau NPV sama dengan Nol (NPV = 0). n B C NPV = = 0... (6) (1 + i) = 0 PV (Coss) = Nilai bersih pada ahun ke-0 aas seluruh pembiayaan yang erjadi pada ahun ke- berdasarkan discoun rae erenu i. PV (Benefis) = Nilai bersih pada ahun ke-0 aas seluruh pendapaan yang erjadi pada ahun ke- berdasarkan discoun rae erenu i. NPV = Perbedaan anara discouned revenues dan discouned expendiures pada ahun ke-0 berdasarkan ingka discoun rae erenu i. B/C = Perbandingan anara discouned revenues dan discouned expendiures pada pada ahun ke-0 berdasarkan ingka discoun rae erenu i. i = Tingka bunga efekif bank yang berlaku; dalam hal lain adalah Inernal Rae of Reurn (IRR) yang diperoleh apabila NPV= 0, yakni ingka suku bunga yang menggambarkan layak aau idak layaknya suau kegiaan ekonomi pengusahaan kayu bula dilakukan. B = Penghasilan pengusahaan kayu bula pada ahun ke. C = Pembiayaan pengusahaan kayu bula pada ahun ke. = Tahun kegiaan pengusahaan kayu bula (0, 1, 2,.. n). Tercaa ingka suku bunga raa-raa (nominal ineres rae) (R) ahun adalah 19,39% per ahun, dan ingka inflasi (F/f) raa-raa sebesar 13,50%. Berdasarkan hal ersebu, suku bunga riil (real ineres rae) dapa dihiung dengan rumus (Boungiorno, 1987) sebagai beriku. R F i =... (7) 1 + f i = real ineres rae = 5,19%. 6

7 (2) Analisis Rene Ekonomi Kayu Bula Teoriis, jumlah rene ekonomi yang diperoleh pemerinah merupakan punguan PSDH dan punguan maupun beban pembiayaan pembangunan lainnya yang dibayarkan oleh pengusaha huan anaman yang seharusnya merupakan ugas dan anggung jawab pemerinah. Unuk pengusahaan HPHTI punguan rene ekonomi khususnya diwujudkan dalam benuk punguan PSDH yang dieapkan pemerinah dan punguan daerah berupa reribusi daerah erhadap volume produksi kayu. Daa punguan reribusi daerah yang arifnya berbeda-beda anar daerah besera punguan PSDH dihiung berdasarkan raaraa erimbang pada masing-masing sampel pengusahaan HPHTI yang diperoleh. 2.1 Analisis Rasio Rene Ekonomi dengan Nilai Keunungan berdasarkan Keunungan Konversi Pengusahaan Kayu Bula Dalam hal seluruh punguan pemerinah elah dimasukkan dalam srukur pembiayaan pembuaan huan anaman, maka nilai keunungan konversi (CR) adalah sama dengan nilai perolehan bersih pengusahaan kayu bula huan anaman (NR h ) diambah besarnya arif PSDH maupun reribusi daerah yang dibayarkan. Selanjunya berdasarkan asumsi bahwa: 1) Sebagian besar aau seluruh biaya dan modal menjadi anggungan pengusaha huan anaman; 2) Tidak selalu diperoleh keunungan dalam usaha huan anaman ersebu; 3) Resiko kegagalan dan kerugian sepenuhnya menjadi anggungan pengusaha huan anaman; 4) Keberhasilan membua huan anaman elah memberikan keunungan ekologis bagi pemerinah; 5) Perlu pembagian yang adil aas hasil keunungan, maka secara eoriis perlu dilakukan uji perhiungan besarnya perolehan pemerinah yang dikenakan erhadap pengusahaan huan anaman dalam beberapa skenario. Skenario dilakukan dalam peneapan besarnya rasio sebesar anara rene ekonomi yang diperoleh pemerinah dengan keunungan pengusaha dieapkan sebagai beriku. (1) Rene Ekonomi : Keunungan Pengusaha = 40 : 60 7

8 Diasumsikan merupakan nilai disribusi perolehan penghasilan dari pengusahaan hasil huan kayu bula huan alam yang elah memberikan insenif invesasi bagi pengusaha kayu bula. (2) Rene Ekonomi : Keunungan Pengusaha = 50 : 50 Diasumsikan merupakan nilai disribusi perolehan penghasilan dari pengusahaan hasil huan kayu bula huan alam yang wajar dan modera. III. HASIL ANALISIS A. Analisis Nilai Penghasilan Pengusahaan Kayu Bula dan Rene Ekonomi Milik Pemerinah Berdasarkan sampel biaya produksi kayu bula huan anaman sisem HPHTI yang dianalisis dari daa primer diperoleh hasil sebagai beriku. (1) Nilai Penghasilan Pengusahaan Kayu Bula Sisem HPHTI 1.1 Srukur dan Taa Waku Pembiayaan Srukur pembiayaan HPHTI erdiri aas pembiayaan manajemen, pengadaan bibi, persiapan lapangan, penanaman, pemeliharaan, penebangan kayu, pengangkuan hasil kayu, dan biaya lain-lain. Punguan rene ekonomi pemerinah khususnya diwujudkan dalam benuk punguan PSDH dan reribusi daerah erhadap produksi kayu bula. Pajak-pajak, ermasuk Pajak Bumi dan Bangunan (PBB), dan punguan langsung perusahaan dimasukkan ke dalam srukur biaya manajemen aaupun biaya lain-lain. Pembiayaan pembuaan huan anaman jenis akasia (Acasia mangium) dimulai pada ahun ke 1 sampai dengan umur daur ahun ke 8. Pembiayaan ahun ke 1 khususnya dilakukan unuk pengadaan bibi dan persiapan lapangan. Pemeliharaan anaman dilakukan pada ahun perama seelah anam sampai dengan ahun ke 5. Penebangan dan pengangkuan hasil, sera pembayaran punguan rene ekonomi dan lainnya dilakukan pada ahun seelah pemanenan. 1.2 Nilai Inpu Biaya Produksi pada Harga Sekarang Raa-raa kumulaif inpu oal biaya lapangan pada ahun-ahun bersangkuan unuk pembuaan anaman akasia sampai dengan umur masak ebang selama daur 8 ahun sebesar Rp ,- per hekar aau raa-raa Rp ,65- per m 3 dalam posisi 8

9 egak di lapangan. Biaya unuk kegiaan penebangan kayu bula pada ahun ke 8 bervariasi erganung jumlah hasil produksinya per hekar. Diperoleh raa-raa kumulaif biaya ebang sebesar Rp ,12,- per m 3, dan biaya raa-raa angkuan menuju lokasi konsumen raa-raa sebesar Rp ,70,- per m 3. Jumlah seluruh biaya sampai lokasi konsumen yang dikeluarkan mulai ahun 1 sampai dengan ahun ke 8 ersebu berdasarkan nilai komponding (compounding value) pada ingka bunga riil 5,19% pada saa ahun panen adalah sebesar Rp ,64 per m Nilai Oupu Perolehan Pengusahaan Kayu Bula pada Harga Sekarang Perolehan pengusahaan kayu bula sisem HPHTI diwujudkan dalam jumlah produksi kayu bula per hekar dan sauan harga jual yang dapa dicapai. Sebagai conoh, PT RAPP di Riau memiliki kemampuan memproduksi kayu bula eringgi sebesar raa-raa 232 m 3 per hekar, sedangkan PT Inhuani III di Tanah Lau Kalimanan Selaan hanya mampu menghasilkan produk kayu bula raa-raa 50 m 3 per hekar. Raa-raa kumulaif erimbang produksi kayu bula HPHTI adalah sebesar 165,89 m 3 per hekar. Harga kayu bula jenis akasia yang diproduksi umumnya bervariasi pada seiap daerah penghasil, yakni anara Rp ,- sampai Rp ,- per m 3 di lokasi konsumen kayu bula, dan raa-raa erimbang penerimaan HPHTI per hekar Rp ,09 ribu aau Rp ,13 per m Nilai Keunungan Pengusahaan Kayu Bula pada Harga Sekarang Berdasarkan perhiungan menggunakan rumus NRh/nilai kompounding pengusahaan huan anaman pada ingka bunga riil sebesar 5,19% per ahun, diperoleh nilai raaraa kumulaif keunungan dari penjualan kayu bula di lokasi konsumen sebesar Rp 59,75 ribu per m 3, aau 36,87% dari oal biaya yang dikeluarkan, sera 25,9% dari nilai harga jual kayu bula Rp ,2 per m 3 di lokasi konsumen. Terinci pada Tabel 1. T 9

10 Tabel 1. Hasil Analisa Finansial Keunungan Pengusahaan Kayu Bula Sisem HPHTI Tahun 2001/2002 (x Rp.1.000,-) pada Tingka Bunga Efekif 5,19% No Perusahaan Luas Tebangan (Ha) Raa-raa Produksi Kayu per Ha (m3/ha) r = s A B C D E I (1 + i) ( r ) + 1 r = s A ( lx ) (1 + i) L ( r ) + 1 r ( r ) + 1 C j (1 + i) lx V j NR h = s Keerangan 1. PT. Inhuani III (Kaleng) 2. PT ITCI HM (Kalim) 3. PT HRB (Kalsel) 4. PT MHP (Sumsel) 5. PT Kirana Rimba (Kalsel) 6. PT TRH (Kalim) 7. PT WKS (Jambi) 8. PT Arara Abadi (Riau) 9. PT RAPP (Riau) 1.000,00 50, , , ,68 50,00-16,53 1. NR h merupakan nilai keunungan 1.619,44 114, ,24 400, ,04 114,00 137,79 bersih pengusahaan kayu bula ,00 150, ,03 113, ,50 150,00 101,45 Huan Tanaman sisem HPHTI ,00 150, , , ,12 150,00 50,21 (Rp.1.000,-/m3) 500,00 72, ,10 583, ,28 72,00 69,19 2. Biaya manajemen dan Biaya lain-lain 6.273,09 91, ,72 132, ,52 91,18 97,19 konsan 4.864,00 152, , , ,56 152,00 132, ,00 179, , , ,13 179,00 83, ,00 232, , , ,32 232,00 44,01 Raa-raa kumulaif 7.563,95 165, , , ,88 165,90 59,75 Sumber: Olahan Daa Lapangan,

11 Berdasarkan kajian angka-angka sampel HPHTI ersebu, fakor uama yang menyebabkan unung aau ruginya pengusahaan kayu bula huan anaman ersebu adalah jumlah produksi kayu bula (m 3 per hekar) yang dihasilkan dan harga jual kayu bula di lokasi konsumen, di samping hal-hal lainnya khususnya menyangku efisiensi manajemen perusahaan. Adanya hubungan anara produsen kayu bula HTI dengan konsumen yang umumnya berupa pabrik pulp & paper yang menyebabkan adanya ikaan konrak pembelian dan peneapan harga yang layak membanu perusahaan HTI memperoleh laba. Kenyaaan lapangan menunjukkan bahwa perusahaan HPHTI yang idak memiliki ikaan pasar yang kua dengan indusri perkayuan cenderung berpoensi merugi karena harga jual egakan kayu akasia di lapangan relaif rendah, erlebih lagi apabila jumlah produksi kayu per hekar juga rendah, di bawah 100 m 3 per hekar. (2) Punguan Rene Ekonomi pada Pengusahaan Kayu Bula Sisem HPHTI Punguan rene ekonomi pada pengusahaan kayu bula HPHTI berupa PSDH dan punguan reribusi daerah. Jumlah punguan PSDH relaif kecil yakni raa-raa kumulaif erimbang sebesar Rp 3.590,46,- per m 3. Kecilnya jumlah punguan PSDH ersebu berkaian dengan rendahnya harga paokan penjualan kayu bula eks HTI yang erakhir dieapkan melalui SK Meneri Perindusrian dan Perdagangan Nomor 510/MPP/Kep/6/2002, yakni Rp ,- per m 3 unuk jenis Acasia mangium dan Rp ,- per m 3 unuk jenis Albisia (sengon). Padahal harga lapangan jenis akasia, 11

12 meskipun masih relaif rendah, adalah sekiar Rp ,- per m 3, sedangkan harga kayu sengon di lapangan agak lebih rendah sediki. Besarnya reribusi daerah erhadap produksi kayu bula eks HPHTI bervariasi anara Rp 1.000,- per m 3 (PT MHP-Sumsel) sampai sebesar raa-raa Rp 5.520,- per m 3 (PT TRH-Kalim), dengan raa-raa erimbang Rp 1.743,91,- per m 3. Rasio nilai perhiungan punguan rene ekonomi kayu bula erhadap nilai keunungan pengusahaan HPHTI ahun 2002 erhiung 8,58 : 91,42. Hasil perhiungan rasio ersebu menunjukkan bahwa pemerinah pemerinah memungu rene ekonomi kayu bula huan anaman HPHTI erlalu kecil. Apabila pembagian keunungan bersih pengusahaan HPHTI 50 : 50 dianggap modera, maka erdapa poensi unuk menaikkan jumlah punguan sebesar Rp ,39,- per m 3 produksi kayu bula akasia pada ahun 2002 ersebu. Namun, kebijakan menaikkan punguan rene masih sanga erganung hasil analisis finansial keunungan pengusaha, dan kebijakan insenif/susidif yang perlu diberikan erhadap pengusaha huan anaman. B. Analisis Keunungan Finansial Pengusahaan Kayu Bula Sisem HPHTI Analisis keunungan finansial pengusahaan kayu bula sisem HPHTI dengan menggunakan analisis krieria invesasi menghasilkan angka-angka sebagai beriku. (1) Analisis B/C Raio (B/CR) Hasil perhiungan analisis B/C Raio (B/CR) yang dilakukan erhadap pengusahaan kayu bula HPHTI menunjukkan bahwa dengan menggunakan ingka bunga efekif sebesar 5,19%, raa-raa kumulaif nilai B/CR ercapai sebesar 1,258 sediki lebih besar dari angka 1 (sau), memberikan kesimpulan semenara bahwa pengusahaan kayu bula HPHTI ergolong memiliki keunungan yang cukup, layak usaha, kecuali HPHTI PT Inhuani III yang memiliki ingka B/CR 0,947. (2) Analisis Ne Presen Value (NPV) Hasil perhiungan Ne Presen Value (NPV) yang dilakukan erhadap pengusahaan kayu bula HPHTI menunjukkan bahwa dengan menggunakan discoun rae ingka bunga riil sebesar 5,19%, nilai NPV erhiung raa-raa sebesar 8.186,61 (dalam rupiah) per m 3 produksi kayu bula lebih besar dari angka 0 (nol). 12

13 Dari seluruh sampel, PT Inhuani III memiliki NPV negaif sebesar -412,54, idak layak usaha. Simulasi menggunakan discoun rae sebesar ingka bunga nominal 19,39% bahkan menunjukkan nilai NPV pengusahaan kayu bula HPHTI ersebu diperoleh sebesar 316,58 (minus). Dari perhiungan NPV pada ingka bunga diskono 5,19% perusahaan HPHTI yang mampu meraih nilai NPV posiif (Rp) adalah HPHTI PT ITCI sebesar 9.037,49; PT HRB sebesar 8.731,30; PT MHP sebesar 4.376,45; PT Kirana Rimba sebesar 2.887,92; PT TRH sebesar 5.131,42; PT WKS ,54; PT Arara Abadi sebesar 9.117,04 dan PT RAPP sebesar 6.745,97 per m 3 produksi kayu bula. (3) Analisis Inernal Rae of Reurn (IRR) Hasil perhiungan analisis invesasi menunjukkan bahwa nilai raa-raa kumulaif Inernal Rae of Reurn (IRR) yang diperoleh pengusahaan kayu bula seluruh sampel HPHTI adalah sebesar 18%. Angka IRR raa-raa ersebu berada jauh di aas bunga efekif raa-raa 5,19% yang digunakan dalam peneliian ini. Dari seluruh sampel yang dielii, PT Inhuani III ercaa memiliki angka IRR sebesar 1%, berada jauh di bawah ingka bunga riil 5,19% yang berlaku. Perusahaan HPHTI lainnya memiliki angka IRR di aas ingka bunga efekif 5,19%. Resume hasil perhiungan analisis keunungan finansial pengusahaan kayu bula sisem HPHTI dengan menggunakan analisis krieria invesasi seperi pada Tabel 2. Tabel 2. Resume Hasil Perhiungan Raa-raa Kumulaif Keunungan Pengusahaan Hasil Huan Kayu Bula Sisem HPHTI Tahun 2002 berdasarkan Meode Analisis Krieria Invesasi (Invesaion Crieria Mehods) Nilai Analisis Keunungan Tingka Bunga B/CR NPV *) IRR (%) 5,19% 1, ,61 18% Sumber: Olahan Daa Lapangan Tahun Keerangan *) dalam ribuan rupiah 13

14 Berdasarkan hasil perhiungan yang diperoleh dari beberapa analisis keunungan yang dilakukan, pengusahaan kayu bula sisem HPHTI pada dasarnya dinilai layak usaha. Di sisi lain jumlah punguan rene ekonomi pemerinah yang dieapkan berdasarkan cara ad valorem charge dalam benuk PSDH maupun ambahan punguan reribusi daerah di beberapa kabupaen/koa relaif sanga kecil dibandingkan ingka harga jual kayu bula di lapangan. IV. KESIMPULAN A. Dari HPHTI sampel, jenis anaman Acasia mangium dan daur 8 ahun, diperoleh hasil analisis bahwa dengan menggunakan fakor diskon 5,19% per ahun pengusahaan HPHTI ahun pemanenan 2002 memiliki keunungan usaha yang cukup baik, yakni Rp 59,75 ribu per m 3 aau sekiar 36,87% dari biaya produksi yang dikeluarkan. B. Berdasarkan analisis keunungan menggunakan krieria invesasi dengan diskon fakor ingka bunga riil 5,19% raa-raa kumulaif nilai B/CR ercapai sebesar 1,258 lebih besar dari angka 1 (sau) aau layak usaha. Nilai NPV pada ingka diskon 5,19% erhiung raa-raa sebesar 8.186,61 (dalam rupiah) per m 3 produksi kayu bula, menyimpulkan bahwa pengusahaan kayu bula HPHTI masih layak usaha. Raa-raa kumulaif nilai IRR yang diperoleh dari pengusahaan kayu bula seluruh sampel HPHTI adalah sebesar 18%. Angka IRR raa-raa ersebu memang nampak lebih kecil dibandingkan ingka bunga nominal raa-raa yakni 19,39%, namun masih jauh di aas raa-raa bunga riil 5,19% yang digunakan. Pengusahaan HPHTI ahun panen 2002 ersebu dianggap layak usaha. C. Tingka keunungan HPHTI ersebu sanga dipengaruhi oleh inggi rendahnya produksi kayu bula, yang dalam peneliian ini ercaa hanya mencapai raa-raa sebesar 165,89 m 3 per hekar, sera harga penerimaan kayu bula di lokasi konsumen yang bervariasi anara Rp ,- sampai Rp ,-per m 3. Harga jual eringgi kayu bula HPHTI diperoleh oleh perusahaan huan anaman yang memiliki keerkaian usaha dengan konsumen indusri pengolahan kayu, khususnya pulp & paper. 14

15 D. Nilai jumlah punguan PSDH dan punguan daerah raa-raa sebesar Rp 5.611,22,- per m 3 relaif kecil erhadap nilai keunungan usaha sebesar Rp 59,75 ribu per m 3 pada ingka bunga riil 5,19% ersebu. Terhiung rasio besarnya punguan rene ekonomi erhadap keunungan perusahaan sebesar 8,58 : 91,42. Apabila digunakan rasio yang wajar adalah 50 : 50 dianggap modera, maka erdapa poensi menaikkan jumlah punguan sebesar Rp ,39,- per m 3 pada ahun 2002 ersebu. E. Kebijakan menaikkan punguan rene ekonomi kayu bula HPHTI disesuaikan dengan kebijakan insenif/subsidif yang perlu diberikan erhadap pengusaha huan anaman. Punguan reribusi daerah di samping idak memiliki dasar perhiungan yang epa dan idak seragam, dianggap berpoensi memberakan sehingga menjadi fakor yang perlu diinjau ulang disesuaikan dengan perauran yang berlaku dan efekivias pelayanan pemerinah. DAFTAR PUSTAKA Badan Planologi Kehuanan dan Perkebunan Rekalkulasi Areal Huan Produksi, Huan Lindung dan Kawasan Konservasi Tahap-1. Pusa Daa dan Perpeaan, Badan Planologi Kehuanan dan Perkebunan., Jakara, Direkora Bina Pengembangan Huan Tanaman Dafar Realisasi Pembangunan Huan Tanaman sampai dengan Desember Jakara, Desember Dafar Realisasi Pembangunan Huan Tanaman sampai dengan Desember Jakara, Desember Direkora Jenderal Bina Produksi Kehuanan Realisasi Produksi Kayu Bula Nasional (m3) 5 Tahun Terakhir (1998/ ). Jakara. Direkora Jenderal Invenarisasi dan Taa Guna Huan Foresed and No Foresed Area in Indonesia in Jakara. Direkora Jenderal Pengusahaan Huan Daa Perkembangan Luas Huan Tanaman Indusri Sampai Dengan Tahun Jakara. Gregory, G. Robinson Resource Economics for Foresers. John Wiley & ons, Inc. New York. 15

16 Handadhari, Transoo Faamorgana Kayu Bula. Majalah Tropis, Edisi November 2000, Jakara Ekonomi Sumberdaya Huan. Dika Kuliah Ilmu Ekonomi Sumberdaya Huan unuk Program Pascasarjana Universias Lambung Mangkura. Banjarbaru ITTO Toward a Susainable Fores Managemen Sraegy for Indonesia. Jakara. Joseph Buongiorno Fores Managemen and Economics. Madison, USA Sumiro, Achmad Analisa Invesasi Penanaman Huan. Bahan Kuliah Ekonomi Kehuanan. Yayasan Pembina Fakulas Kehuanan UGM, Yogyakara. 16

III. METODE PENELITIAN. Usahatani belimbing karangsari adalah kegiatan menanam dan mengelola. utama penerimaan usaha yang dilakukan oleh petani.

III. METODE PENELITIAN. Usahatani belimbing karangsari adalah kegiatan menanam dan mengelola. utama penerimaan usaha yang dilakukan oleh petani. III. METODE PENELITIAN A. Konsep Dasar dan Definisi Operasional Usahaani belimbing karangsari adalah kegiaan menanam dan mengelola anaman belimbing karangsari unuk menghasilkan produksi, sebagai sumber

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. yang digunakan untuk mengetahui dan pembahasannya mengenai biaya - biaya

METODE PENELITIAN. yang digunakan untuk mengetahui dan pembahasannya mengenai biaya - biaya III. METODE PENELITIAN A. Meode Dasar Peneliian Meode yang digunakan dalam peneliian ini adalah meode kuaniaif, yang digunakan unuk mengeahui dan pembahasannya mengenai biaya - biaya usaha melipui biaya

Lebih terperinci

III METODE PENELITIAN

III METODE PENELITIAN III METODE PENELITIAN 3.1 Waku dan Tempa Peneliian Peneliian mengenai konribusi pengelolaan huan rakya erhadap pendapaan rumah angga dilaksanakan di Desa Babakanreuma, Kecamaan Sindangagung, Kabupaen Kuningan,

Lebih terperinci

IV. METODE PENELITIAN

IV. METODE PENELITIAN IV. METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waku Peneliian Peneliian ini dilaksanakan di PT Panafil Essenial Oil. Lokasi dipilih dengan perimbangan bahwa perusahaan ini berencana unuk melakukan usaha dibidang

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Konsep dasar dan definisi operasional merupakan pengertian dan petunjuk yang

III. METODE PENELITIAN. Konsep dasar dan definisi operasional merupakan pengertian dan petunjuk yang III. METODE PENELITIAN A. Konsep Dasar dan Definisi Operasional Konsep dasar dan definisi operasional merupakan pengerian dan peunjuk yang digunakan unuk menggambarkan kejadian, keadaan, kelompok, aau

Lebih terperinci

IV. METODE PENELITIAN

IV. METODE PENELITIAN IV. METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waku Peneliian Peneliian ini dilaksanakan pada kasus pengolahan ikan asap IACHI Peikan Cia Halus (PCH) yang erleak di Desa Raga Jaya Kecamaan Ciayam, Kabupaen Bogor,

Lebih terperinci

IV. METODE PENELITIAN

IV. METODE PENELITIAN IV. METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waku Peneliian Peneliian ini dilakukan di Dafarm, yaiu uni usaha peernakan Darul Fallah yang erleak di Kecamaan Ciampea, Kabupaen Bogor, Jawa Bara. Pemilihan lokasi

Lebih terperinci

Bab II Dasar Teori Kelayakan Investasi

Bab II Dasar Teori Kelayakan Investasi Bab II Dasar Teori Kelayakan Invesasi 2.1 Prinsip Analisis Biaya dan Manfaa (os and Benefi Analysis) Invesasi adalah penanaman modal yang digunakan dalam proses produksi unuk keunungan suau perusahaan.

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN III. METODE PENELITIAN 3.1. Kerangka Pemikiran Poensi sumberdaya perikanan, salah saunya dapa dimanfaakan melalui usaha budidaya ikan mas. Budidaya ikan mas yang erus berkembang di masyaraka, kegiaan budidaya

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN 19 BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Waku dan Lokasi Peneliian Peneliian ini dilakukan pada bulan Juni hingga Juli 2011 yang berlokasi di areal kerja IUPHHK-HA PT. Mamberamo Alas Mandiri, Kabupaen Mamberamo

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Industri pengolahan adalah suatu kegiatan ekonomi yang melakukan kegiatan

III. METODE PENELITIAN. Industri pengolahan adalah suatu kegiatan ekonomi yang melakukan kegiatan 40 III. METODE PENELITIAN A. Konsep Dasar dan Baasan Operasional Konsep dasar dan baasan operasional pada peneliian ini adalah sebagai beriku: Indusri pengolahan adalah suau kegiaan ekonomi yang melakukan

Lebih terperinci

III. KERANGKA PEMIKIRAN

III. KERANGKA PEMIKIRAN III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Teoriis 3.1.1 Daya Dukung Lingkungan Carrying capaciy aau daya dukung lingkungan mengandung pengerian kemampuan suau empa dalam menunjang kehidupan mahluk hidup secara

Lebih terperinci

IV. METODE PENELITIAN

IV. METODE PENELITIAN IV. METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waku Peneliian mengenai kelayakan pengusahaan pupuk kompos dilaksanakan pada uni usaha Koperasi Kelompok Tani (KKT) Lisung Kiwari yang menjalin mira dengan Lembaga

Lebih terperinci

post facto digunakan untuk melihat kondisi pengelolaan saat ini berdasarkan

post facto digunakan untuk melihat kondisi pengelolaan saat ini berdasarkan 3. METODE PENELITIAN 3.1. Pendekaan dan Meode Peneliian Jenis peneliian yang digunakan adalah jenis peneliian kualiaif dengan menggunakan daa kuaniaif. Daa kualiaif adalah mengeahui Gambaran pengelolaan

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN

III. METODOLOGI PENELITIAN III. METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Kerangka Pemikiran Peneliian Keinginan Kelompok Tani Duma Lori yang erdapa di Desa Konda Maloba dan masyaraka sekiar akan berdirinya penggilingan gabah di daerahnya, elah

Lebih terperinci

APLIKASI MODEL ANALISIS KELAYAKAN EKONOMI

APLIKASI MODEL ANALISIS KELAYAKAN EKONOMI APLIKASI MODEL ANALISIS KELAYAKAN EKONOMI Oleh: YUDI WAHYUDIN, S.Pi., M.Si. Pelaihan Analisis Kelayakan Ekonomi Kegiaan Capaciy Building Program Pendanaan Kompeisi-Indeks Pembangunan Manusia (PPK-IPM)

Lebih terperinci

IV METODE PENELITIAN

IV METODE PENELITIAN IV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waku Peneliian Peneliian ini dilaksanakan di Tempa Pelayanan Koperasi (TPK) Cibedug, Kecamaan Lembang, Kabupaen Bandung, Jawa Bara. Pemilihan lokasi dilakukan secara

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Laar Belakang Perumbuhan ekonomi merupakan salah sau ukuran dari hasil pembangunan yang dilaksanakan khususnya dalam bidang ekonomi. Perumbuhan ersebu merupakan rangkuman laju-laju

Lebih terperinci

372 ZIRAA AH, Volume 41 Nomor 3, Oktober 2016 Halaman ISSN ELEKTRONIK

372 ZIRAA AH, Volume 41 Nomor 3, Oktober 2016 Halaman ISSN ELEKTRONIK 372 REVITALISASI INDUSTRI KEHUTANAN DALAM PENGELOLAAN HUTAN TANAMAN RAKYAT UNTUK PEMBERDAYAAN KELUARGA PETANI DAN MENDUKUNG INDUSTRI PLYWOOD DI PROVINSI KALIMANTAN TIMUR (Revializaion Of The Foresry Indusry

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Kerangka Pemikiran Teoriis Pengerian proyek menuru Arifin yang dikuip dari Mariyanne (2006) adalah suau akivias di mana dikeluarkannya uang dengan harapan unuk mendapakan hasil

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tepat rencana pembangunan itu dibuat. Untuk dapat memahami keadaan

BAB I PENDAHULUAN. tepat rencana pembangunan itu dibuat. Untuk dapat memahami keadaan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Laar Belakang Dalam perencanaan pembangunan, daa kependudukan memegang peran yang pening. Makin lengkap dan akura daa kependudukan yang esedia makin mudah dan epa rencana pembangunan

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN 23 III. METODE PENELITIAN 3.1 Waku dan Lokasi Peneliian dilaksanakan di iga empa berbeda. Unuk mengeahui ingka parisipasi masyaraka penelii mengambil sampel di RT 03/RW 04 Kelurahan Susukan dan RT 05/RW

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. Kawasan Pesisir Kabupaten Kulon Progo. Pemanfaatan/Penggunaan Lahan Saat Ini

METODE PENELITIAN. Kawasan Pesisir Kabupaten Kulon Progo. Pemanfaatan/Penggunaan Lahan Saat Ini METODE PENELITIAN Kerangka Pendekaan Sudi Penaagunaan lahan kawasan pesisir di Kabupaen Kulon Progo didasarkan pada karakerisik fisik, finansial usaha ani dan pemanfaaan saa ini. Karakerisik fisik adalah

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Pertumbuhan ekonomi merupakan salah satu ukuran dari hasil pembangunan yang

BAB 1 PENDAHULUAN. Pertumbuhan ekonomi merupakan salah satu ukuran dari hasil pembangunan yang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Laar Belakang Perumbuhan ekonomi merupakan salah sau ukuran dari hasil pembangunan yang dilaksanakan khususnya dalam bidang ekonomi. Perumbuhan ersebu merupakan rangkuman laju perumbuhan

Lebih terperinci

ANALISI KELAYAKAN FINANSIAL USAHA AGROINDUSTRI TAHU STUDI KASUS DI KELURAHAN LABUH BARU BARAT KECAMATAN PAYUNG SEKAKI KOTA PEKANBARU

ANALISI KELAYAKAN FINANSIAL USAHA AGROINDUSTRI TAHU STUDI KASUS DI KELURAHAN LABUH BARU BARAT KECAMATAN PAYUNG SEKAKI KOTA PEKANBARU ANALISI KELAYAKAN FINANSIAL USAHA AGROINDUSTRI TAHU STUDI KASUS DI KELURAHAN LABUH BARU BARAT KECAMATAN PAYUNG SEKAKI KOTA PEKANBARU Muhammad Irfan Asrori, Yusmini, dan Shorea Khaswarina Fakulas Peranian

Lebih terperinci

BAB 4 ANALISIS DAN PEMBAHASAN

BAB 4 ANALISIS DAN PEMBAHASAN BAB 4 ANALISIS DAN EMBAHASAN 4.1 Karakerisik dan Obyek eneliian Secara garis besar profil daa merupakan daa sekunder di peroleh dari pusa daa saisik bursa efek Indonesia yang elah di publikasi, daa di

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN 26 III. METODE PENELITIAN 3.1. Kerangka Pemikiran Penilaian perkembangan kinerja keuangan PT. Goodyear Indonesia Tbk dilakukan dengan maksud unuk mengeahui sejauh mana perkembangan usaha perusahan yang

Lebih terperinci

HUMAN CAPITAL. Minggu 16

HUMAN CAPITAL. Minggu 16 HUMAN CAPITAL Minggu 16 Pendahuluan Invesasi berujuan unuk meningkakan pendapaan di masa yang akan daang. Keika sebuah perusahaan melakukan invesasi barang-barang modal, perusahaan ini akan mengeluarkan

Lebih terperinci

BAB 2 DASAR TEORI. Studi mengenai aspek teknis dan produksi ini sifatnya sangat strategis, sebab

BAB 2 DASAR TEORI. Studi mengenai aspek teknis dan produksi ini sifatnya sangat strategis, sebab 13 BAB 2 DASAR TEORI 2.1 Aspek Teknis Sudi mengenai aspek eknis dan produksi ini sifanya sanga sraegis, sebab berkaian dengan kapasias proyek, lokasi, aa leak ala produksi, kajian aas bahan dan sumbernya,

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Capial Expendiure (Belanja Modal) Capial Expendiure aau juga dikenal dengan nama belanja modal adalah pengeluaran yang dilakukan perusahaan unuk mendapakan aau memperbarui ase

Lebih terperinci

BAB 2 URAIAN TEORI. waktu yang akan datang, sedangkan rencana merupakan penentuan apa yang akan

BAB 2 URAIAN TEORI. waktu yang akan datang, sedangkan rencana merupakan penentuan apa yang akan BAB 2 URAIAN EORI 2.1 Pengerian Peramalan Peramalan adalah kegiaan memperkirakan aau memprediksi apa yang erjadi pada waku yang akan daang, sedangkan rencana merupakan penenuan apa yang akan dilakukan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Perekonomian dunia telah menjadi semakin saling tergantung pada

BAB I PENDAHULUAN. Perekonomian dunia telah menjadi semakin saling tergantung pada BAB I PENDAHULUAN A. Laar Belakang Masalah Perekonomian dunia elah menjadi semakin saling erganung pada dua dasawarsa erakhir. Perdagangan inernasional merupakan bagian uama dari perekonomian dunia dewasa

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. tahun 1990-an, jumlah produksi pangan terutama beras, cenderung mengalami

BAB 1 PENDAHULUAN. tahun 1990-an, jumlah produksi pangan terutama beras, cenderung mengalami 11 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Laar Belakang Keahanan pangan (food securiy) di negara kia ampaknya cukup rapuh. Sejak awal ahun 1990-an, jumlah produksi pangan eruama beras, cenderung mengalami penurunan sehingga

Lebih terperinci

SUPLEMEN 3 Resume Hasil Penelitian: Analisis Respon Suku Bunga dan Kredit Bank di Sumatera Selatan terhadap Kebijakan Moneter Bank Indonesia

SUPLEMEN 3 Resume Hasil Penelitian: Analisis Respon Suku Bunga dan Kredit Bank di Sumatera Selatan terhadap Kebijakan Moneter Bank Indonesia SUPLEMEN 3 Resume Hasil Peneliian: Analisis Respon Suku Bunga dan Kredi Bank di Sumaera Selaan erhadap Kebijakan Moneer Bank Indonesia Salah sau program kerja Bank Indonesia Palembang dalam ahun 2007 adalah

Lebih terperinci

Analisis kelayakan finansial perluasan tambak budidaya udang vaname di Cantigi Indramayu

Analisis kelayakan finansial perluasan tambak budidaya udang vaname di Cantigi Indramayu Jurnal Akuakulur Indonesia 9 (1), 77 83 (2010) Available : hp://journal.ipb.ac.id/index.php/jai hp://jurnalakuakulurindonesia.ipb.ac.id Analisis kelayakan finansial perluasan ambak budidaya udang vaname

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI 35 BAB LANDASAN TEORI Meode Dekomposisi biasanya mencoba memisahkan iga komponen erpisah dari pola dasar yang cenderung mencirikan dere daa ekonomi dan bisnis. Komponen ersebu adalah fakor rend (kecendrungan),

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI. Produksi padi merupakan suatu hasil bercocok tanam yang dilakukan dengan

BAB 2 LANDASAN TEORI. Produksi padi merupakan suatu hasil bercocok tanam yang dilakukan dengan BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1. Produksi Produksi padi merupakan suau hasil bercocok anam yang dilakukan dengan penanaman bibi padi dan perawaan sera pemupukan secara eraur sehingga menghasilkan suau produksi

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Laar Belakang Masalah Dalam sisem perekonomian suau perusahaan, ingka perumbuhan ekonomi sanga mempengaruhi kemajuan perusahaan pada masa yang akan daang. Pendapaan dan invesasi merupakan

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS. dari bahasa Yunani yang berarti Demos adalah rakyat atau penduduk,dan Grafein

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS. dari bahasa Yunani yang berarti Demos adalah rakyat atau penduduk,dan Grafein BAB 2 TINJAUAN TEORITIS 2.1 Pengerian Demografi Keadaan penduduk sanga era kaiannya dengan demografi. Kaa demografi berasal dari bahasa Yunani yang berari Demos adalah rakya aau penduduk,dan Grafein adalah

Lebih terperinci

Bab IV Pengembangan Model

Bab IV Pengembangan Model Bab IV engembangan Model IV. Sisem Obyek Kajian IV.. Komodias Obyek Kajian Komodias dalam peneliian ini adalah gula pasir yang siap konsumsi dan merupakan salah sau kebuuhan pokok masyaraka. Komodias ini

Lebih terperinci

BAB III METODE DEKOMPOSISI CENSUS II. Data deret waktu adalah data yang dikumpulkan dari waktu ke waktu

BAB III METODE DEKOMPOSISI CENSUS II. Data deret waktu adalah data yang dikumpulkan dari waktu ke waktu BAB III METODE DEKOMPOSISI CENSUS II 3.1 Pendahuluan Daa dere waku adalah daa yang dikumpulkan dari waku ke waku unuk menggambarkan perkembangan suau kegiaan (perkembangan produksi, harga, hasil penjualan,

Lebih terperinci

ANALISIS DIRECT SELLING COST DALAM MENINGKATKAN VOLUME PENJUALAN Studi kasus pada CV Cita Nasional.

ANALISIS DIRECT SELLING COST DALAM MENINGKATKAN VOLUME PENJUALAN Studi kasus pada CV Cita Nasional. JURNAL ILMIAH RANGGAGADING Volume 7 No. 1, April 7 : 3-9 ANALISIS DIRECT SELLING COST DALAM MENINGKATKAN VOLUME PENJUALAN Sudi kasus pada CV Cia Nasional. Oleh Emmy Supariyani* dan M. Adi Nugroho *Dosen

Lebih terperinci

Kelayakan Finansial Budidaya Jamur Tiram di Desa Sugihan, Kecamatan Tengaran, Kabupaten Semarang

Kelayakan Finansial Budidaya Jamur Tiram di Desa Sugihan, Kecamatan Tengaran, Kabupaten Semarang Kelayakan Finansial Budidaya Jamur Tiram di Desa Sugihan, Kecamaan Tengaran, Kabupaen Semarang Nugraheni Renaningsih Fakulas Peranian Universias Veeran Bangun Nusanara Sukoharjo, Jl. Lejen S. Humardani

Lebih terperinci

x 4 x 3 x 2 x 5 O x 1 1 Posisi, perpindahan, jarak x 1 t 5 t 4 t 3 t 2 t 1 FI1101 Fisika Dasar IA Pekan #1: Kinematika Satu Dimensi Dr.

x 4 x 3 x 2 x 5 O x 1 1 Posisi, perpindahan, jarak x 1 t 5 t 4 t 3 t 2 t 1 FI1101 Fisika Dasar IA Pekan #1: Kinematika Satu Dimensi Dr. Pekan #1: Kinemaika Sau Dimensi 1 Posisi, perpindahan, jarak Tinjau suau benda yang bergerak lurus pada suau arah erenu. Misalnya, ada sebuah mobil yang dapa bergerak maju aau mundur pada suau jalan lurus.

Lebih terperinci

MODUL III ANALISIS KELAYAKAN INVESTASI

MODUL III ANALISIS KELAYAKAN INVESTASI ANALISIS KELAYAKAN INVESTASI 3.. Tujuan Ö Prakikan dapa memahami perhiungan alokasi biaya. Ö Prakikan dapa memahami analisis kelayakan invesasi dalam pendirian usaha. Ö Prakikan dapa menyusun proyeksi/proforma

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN 39 III. METODE PENELITIAN 3.1 Waku dan Meode Peneliian Pada bab sebelumnya elah dibahas bahwa cadangan adalah sejumlah uang yang harus disediakan oleh pihak perusahaan asuransi dalam waku peranggungan

Lebih terperinci

PERHITUNGAN VALUE AT RISK (VaR) DENGAN SIMULASI MONTE CARLO (STUDI KASUS SAHAM PT. XL ACIATA.Tbk)

PERHITUNGAN VALUE AT RISK (VaR) DENGAN SIMULASI MONTE CARLO (STUDI KASUS SAHAM PT. XL ACIATA.Tbk) Jurnal UJMC, Volume 3, Nomor 1, Hal. 15-0 pissn : 460-3333 eissn : 579-907X ERHITUNGAN VAUE AT RISK (VaR) DENGAN SIMUASI MONTE CARO (STUDI KASUS SAHAM T. X ACIATA.Tbk) Sii Alfiaur Rohmaniah 1 1 Universias

Lebih terperinci

ANALISIS FINANSIAL PENGOLAHAN SURIMI DENGAN SKALA MODERN DAN SEMI MODERN. Financial Analysis of Surimi Processing by Modern and Semi-Modern Scale

ANALISIS FINANSIAL PENGOLAHAN SURIMI DENGAN SKALA MODERN DAN SEMI MODERN. Financial Analysis of Surimi Processing by Modern and Semi-Modern Scale ANALISIS FINANSIAL PENGOLAHAN SURIMI DENGAN SKALA MODERN DAN SEMI MODERN Financial Analysis of Surimi Processing by Modern and Semi-Modern Scale Nazori Djazuli 1*, Mia Wahyuni, Daniel Moninja, Ari Purbayano

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. universal, disemua negara tanpa memandang ukuran dan tingkat. kompleks karena pendekatan pembangunan sangat menekankan pada

BAB I PENDAHULUAN. universal, disemua negara tanpa memandang ukuran dan tingkat. kompleks karena pendekatan pembangunan sangat menekankan pada BAB I PENDAHULUAN A. Laar Belakang Disparias pembangunan ekonomi anar daerah merupakan fenomena universal, disemua negara anpa memandang ukuran dan ingka pembangunannya. Disparias pembangunan merupakan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Laar Belakang Masalah persediaan merupakan masalah yang sanga pening dalam perusahaan. Persediaan mempunyai pengaruh besar erhadap kegiaan produksi. Masalah persediaan dapa diaasi

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Dalam pelaksanaan pembangunan saat ini, ilmu statistik memegang peranan penting

BAB 1 PENDAHULUAN. Dalam pelaksanaan pembangunan saat ini, ilmu statistik memegang peranan penting BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Laar Belakang Dalam pelaksanaan pembangunan saa ini, ilmu saisik memegang peranan pening baik iu di dalam pekerjaan maupun pada kehidupan sehari-hari. Ilmu saisik sekarang elah melaju

Lebih terperinci

JIIA, VOLUME 2, No. 1, JANUARI 2014

JIIA, VOLUME 2, No. 1, JANUARI 2014 ANALISIS KELAYAKAN USAHA AGROINDUSTRI KOPI LUWAK DI KECAMATAN BALIK BUKIT KABUPATEN LAMPUNG BARAT (The Financial Feasibiliy Analysis of Luwak Coffee Agroindusry a Balik Buki Disric of Wes Lampung Regency)

Lebih terperinci

KELAYAKAN FINANSIAL INVESTASI PABRIK KELAPA SAWIT DI KABUPATEN ACEH UTARA. Asrida Dosen Program Studi Ekonomi Pembangunan Universitas Almuslim ABSTRAK

KELAYAKAN FINANSIAL INVESTASI PABRIK KELAPA SAWIT DI KABUPATEN ACEH UTARA. Asrida Dosen Program Studi Ekonomi Pembangunan Universitas Almuslim ABSTRAK KELAYAKAN FINANSIAL INVESTASI PABRIK KELAPA SAWIT DI KABUPATEN ACEH UTARA Asrida Dosen Program Sudi Ekonomi Pembangunan Universias Almuslim ABSTRAK Kelapa sawi merupakan salah sau primadona anaman perkebunan

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI. Peramalan adalah kegiatan untuk memperkirakan apa yang akan terjadi di masa yang

BAB 2 LANDASAN TEORI. Peramalan adalah kegiatan untuk memperkirakan apa yang akan terjadi di masa yang BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Pengerian Peramalan Peramalan adalah kegiaan unuk memperkirakan apa yang akan erjadi di masa yang akan daang. Sedangkan ramalan adalah suau aau kondisi yang diperkirakan akan erjadi

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Laar Belakang Pada dasarnya peramalan adalah merupakan suau dugaan aau perkiraan enang erjadinya suau keadaan di masa depan. Akan eapi dengan menggunakan meodemeode erenu peramalan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. Peramalan (Forecasting) adalah suatu kegiatan yang mengestimasi apa yang akan

BAB II LANDASAN TEORI. Peramalan (Forecasting) adalah suatu kegiatan yang mengestimasi apa yang akan BAB II LADASA TEORI 2.1 Pengerian peramalan (Forecasing) Peramalan (Forecasing) adalah suau kegiaan yang mengesimasi apa yang akan erjadi pada masa yang akan daang dengan waku yang relaif lama (Assauri,

Lebih terperinci

KELAYAKAN PENGUSAHAAN PALA DI JAWA BARAT

KELAYAKAN PENGUSAHAAN PALA DI JAWA BARAT KELAYAKAN PENGUSAHAAN PALA DI JAWA BARAT Bedy Sudjarmoko Balai Peneliian Tanaman Rempah dan Aneka Tanaman Indusri Indonesian Spice and Indusrial Crop Research Insiue ABSTRAK Jawa Bara merupakan salah sau

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. Persediaan dapat diartikan sebagai barang-barang yang disimpan untuk digunakan atau

BAB II LANDASAN TEORI. Persediaan dapat diartikan sebagai barang-barang yang disimpan untuk digunakan atau BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Pengerian Persediaan Persediaan dapa diarikan sebagai barang-barang yang disimpan unuk digunakan aau dijual pada masa aau periode yang akan daang. Persediaan erdiri dari bahan

Lebih terperinci

PENGARUH PENGEMBANGAN KARYAWAN TERHADAP MOTIVASI DAN PRESTASI KERJA KARYAWAN (Studi pada karyawan tetap PT PG Tulangan Sidoarjo)

PENGARUH PENGEMBANGAN KARYAWAN TERHADAP MOTIVASI DAN PRESTASI KERJA KARYAWAN (Studi pada karyawan tetap PT PG Tulangan Sidoarjo) PENGARUH PENGEMBANGAN KARYAWAN TERHADAP MOTIVASI DAN PRESTASI KERJA KARYAWAN (Sudi pada karyawan eap PT PG Tulangan Sidoarjo) Niken Dwi Okavia Heru Susilo Moehammad Soe`oed Hakam Fakulas Ilmu Adminisrasi

Lebih terperinci

JIIA, VOLUME 5 No. 2, MEI 2017

JIIA, VOLUME 5 No. 2, MEI 2017 KELAYAKAN USAHA DAN NILAI TAMBAH AGROINDUSTRI TEMPE (The Feasibiliy and Added Value of Tempe Agroindusry) Winani Puspa Arum, Sudarma Widjaya, Lina Marlina Jurusan Agribisnis, Fakulas Peranian, Universias

Lebih terperinci

Gambar 2. Letak Geografis Kota Tangerang

Gambar 2. Letak Geografis Kota Tangerang METODOLOGI Lokasi dan Waku Peneliian Peneliian dilakukan di wilayah adminisrasi Koa Tangerang, Propinsi Banen. Proses peneliian dimulai dengan pengumpulan daa, analisis dan diakhiri dengan penyusunan laporan,

Lebih terperinci

STUDI KELAYAKAN FINANSIAL PUPUK ORGANIK RESIDU BIOGAS DARI DIVERSIFIKASI USAHA TERNAK

STUDI KELAYAKAN FINANSIAL PUPUK ORGANIK RESIDU BIOGAS DARI DIVERSIFIKASI USAHA TERNAK HABITAT Volume XXII, No. 1, Bulan April 2011 ISSN: 0853-5167 STUDI KELAYAKAN FINANSIAL PUPUK ORGANIK RESIDU BIOGAS DARI DIVERSIFIKASI USAHA TERNAK (FINANCIAL FEASIBILITY STUDIES OF ORGANIC FERTILIZER FROM

Lebih terperinci

USULAN PENERAPAN METODE KOEFISIEN MANAJEMEN (BOWMAN S) SEBAGAI ALTERNATIF MODEL PERENCANAAN PRODUKSI PRINTER TIPE LX400 PADA PT X

USULAN PENERAPAN METODE KOEFISIEN MANAJEMEN (BOWMAN S) SEBAGAI ALTERNATIF MODEL PERENCANAAN PRODUKSI PRINTER TIPE LX400 PADA PT X USULAN ENERAAN METODE KOEISIEN MANAJEMEN (BOMAN S) SEBAGAI ALTERNATI MODEL ERENCANAAN RODUKSI RINTER TIE LX400 ADA T X Hendi Dwi Hardiman Jurusan Teknik Manajemen Indusri - Sekolah Tinggi Manajemen Indusri

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN

III. METODOLOGI PENELITIAN III. METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Kerangka Pemikiran Ekosisem lau memiliki banyak manfaa ekonomi, baik yang selama ini elah erkuanifikasikan maupun manfaa-manfaa yang belum erhiung, dikarenakan nilainya

Lebih terperinci

BAB 2 KINEMATIKA. A. Posisi, Jarak, dan Perpindahan

BAB 2 KINEMATIKA. A. Posisi, Jarak, dan Perpindahan BAB 2 KINEMATIKA Tujuan Pembelajaran 1. Menjelaskan perbedaan jarak dengan perpindahan, dan kelajuan dengan kecepaan 2. Menyelidiki hubungan posisi, kecepaan, dan percepaan erhadap waku pada gerak lurus

Lebih terperinci

KELAYAKAN INDUSTRI KERUPUK JAMUR TIRAM DI KABUPATEN BOGOR ABSTRACT

KELAYAKAN INDUSTRI KERUPUK JAMUR TIRAM DI KABUPATEN BOGOR ABSTRACT KELAYAKAN INDUSTRI KERUPUK JAMUR TIRAM DI KABUPATEN BOGOR Purwoko dan Yandra Arkeman Deparemen Teknologi Indusri Peranian, Fakulas Teknologi Peranian, IPB ABSTRACT Oyser mushroom can be processed ino various

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. yang akan datang. Peramalan menjadi sangat penting karena penyusunan suatu

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. yang akan datang. Peramalan menjadi sangat penting karena penyusunan suatu BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengerian Peramalan Peramalan adalah kegiaan memperkirakan apa yang erjadi pada waku yang akan daang sedangkan rencana merupakan penenuan apa yang akan dilakukan pada waku yang

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI. Metode Peramalan merupakan bagian dari ilmu Statistika. Salah satu metode

BAB 2 LANDASAN TEORI. Metode Peramalan merupakan bagian dari ilmu Statistika. Salah satu metode 20 BAB 2 LADASA TEORI 2.1. Pengerian Peramalan Meode Peramalan merupakan bagian dari ilmu Saisika. Salah sau meode peramalan adalah dere waku. Meode ini disebu sebagai meode peramalan dere waku karena

Lebih terperinci

Oleh : Debrina Puspita Andriani Teknik Industri Universitas Brawijaya /

Oleh : Debrina Puspita Andriani Teknik Industri Universitas Brawijaya   / 4 Oleh : Debrina Puspia Andriani Teknik Indusri Universias Brawijaya e-mail : debrina@ub.ac.id / debrina.ub@gmail.com www.debrina.lecure.ub.ac.id O. Dasar perhiungan depresiasi 2. Meode-meode depresiasi.

Lebih terperinci

KAJIAN KELAYAKAN FINANSIAL PENGEMBANGAN ANGKUTAN WISATA DI KOTA DENPASAR

KAJIAN KELAYAKAN FINANSIAL PENGEMBANGAN ANGKUTAN WISATA DI KOTA DENPASAR Konferensi Nasional Teknik Sipil 10 Universias Ama Jaya Yogyakara, 26-27 Okober 2016 KAJIAN KELAYAKAN FINANSIAL PENGEMBANGAN ANGKUTAN WISATA DI KOTA DENPASAR Puu Ali Suhanaya 1, Dyah Ayu Lesari 1, 1 Jurusan

Lebih terperinci

3 METODOLOGI. 3.1 Waktu dan Tempat

3 METODOLOGI. 3.1 Waktu dan Tempat 23 3 METODOLOGI 3. Waku dan Tempa Peneliian dilakukan pada bulan Mei 200 sampai Mei 20. Pengambilan daa dilakukan di Perairan Selaan Prigi dan Pelabuhan Perikanan Nusanara (PPN) Prigi, Trenggalek, Jawa

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Defenisi Persediaan Persediaan adalah barang yang disimpan unuk pemakaian lebih lanju aau dijual. Persediaan dapa berupa bahan baku, barang seengah jadi aau barang jadi maupun

Lebih terperinci

3 METODE PENELITIAN. Gambar 5 Peta lokasi penelitian. PETA PENELITIAN DI KABUPATEN ACEH JAYA. Lokasi sampel. Lokasi Penelitian

3 METODE PENELITIAN. Gambar 5 Peta lokasi penelitian. PETA PENELITIAN DI KABUPATEN ACEH JAYA. Lokasi sampel. Lokasi Penelitian 3 METODE PENELITIAN 3.1 Tempa dan Waku Peneliian Peneliian ini dilaksanakan di pesisir Kabupaen Aceh Jaya di Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam. Peneliian ini dilaksanakan pada bulan Agusus 2008 sampai

Lebih terperinci

Suatu Catatan Matematika Model Ekonomi Diamond

Suatu Catatan Matematika Model Ekonomi Diamond Vol. 5, No.2, 58-65, Januari 2009 Suau aaan Maemaika Model Ekonomi Diamond Jeffry Kusuma Absrak Model maemaika diberikan unuk menjelaskan fenomena dalam dunia ekonomi makro seperi modal/kapial, enaga kerja,

Lebih terperinci

PENGARUH GAJI, UPAH, DAN TUNJANGAN KARYAWAN TERHADAP KINERJA KARYAWAN PADA PT. XYZ

PENGARUH GAJI, UPAH, DAN TUNJANGAN KARYAWAN TERHADAP KINERJA KARYAWAN PADA PT. XYZ PENGARUH GAJI, UPAH, DAN TUNJANGAN KARYAWAN TERHADAP KINERJA KARYAWAN PADA PT. XYZ Khairunnisa aubara 1, Ir. Sugiharo Pujangkoro, MM 2, uchari, ST, M.Kes 2 Deparemen Teknik Indusri, Fakulas Teknik, Universias

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. yang akan datang. Peramalan menjadi sangat penting karena penyusunan suatu

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. yang akan datang. Peramalan menjadi sangat penting karena penyusunan suatu BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengerian Peramalan Peramalan adalah kegiaan memperkirakan apa yang erjadi pada waku yang akan daang sedangkan rencana merupakan penenuan apa yang akan dilakukan pada waku yang

Lebih terperinci

PERANCANGAN SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN DENGAN METODE BOBOT UNTUK MENILAI KENAIKAN GOLONGAN PEGAWAI

PERANCANGAN SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN DENGAN METODE BOBOT UNTUK MENILAI KENAIKAN GOLONGAN PEGAWAI Seminar Nasional Informaika PERANCANGAN SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN DENGAN METODE BOBOT UNTUK MENILAI KENAIKAN GOLONGAN PEGAWAI Evri Ekadiansyah Program Sudi D Manajemen Informaika, STMIK Poensi Uama evrie9@gmail.com

Lebih terperinci

Aplikasi Metode Seismik 4D untuk Memantau Injeksi Air pada Lapangan Minyak Erfolg

Aplikasi Metode Seismik 4D untuk Memantau Injeksi Air pada Lapangan Minyak Erfolg Aplikasi Meode Seismik 4D unuk Memanau Injeksi Air pada Lapangan Minyak Erfolg Prillia Aufa Adriani, Gusriyansyah Mishar, Supriyano Absrak Lapangan minyak Erfolg elah dieksploiasi sejak ahun 1990 dan sekarang

Lebih terperinci

Bab 2 Landasan Teori

Bab 2 Landasan Teori Bab 2 Landasan Teori 2.1 Keseimbangan Lini 2.1.1 Definisi Keseimbangan Lini Penjadwalan dari pekerjaan lini produksi yang menyeimbangkan kerja yang dilakukan pada seiap sasiun kerja. Keseimbangan lini

Lebih terperinci

JIIA, VOLUME 4 No. 1, JANUARI 2016

JIIA, VOLUME 4 No. 1, JANUARI 2016 ANALISIS FINANSIAL USAHA TERNAK AYAM PROBIOTIK : STUDI KASUS: KPA BERKAT USAHA BERSAMA, KOTA METRO (Financial Analysis Of Probioic Chickens Farming : Case Sudy: KPA Berka Usaha Bersama, Mero Ciy) Bayu

Lebih terperinci

ANALISIS FINANSIAL USAHA PENGEMBANGAN JENIS DIPTEROKARPA DENGAN SISTEM TEBANG PILIH TANAM INDONESIA & S.

ANALISIS FINANSIAL USAHA PENGEMBANGAN JENIS DIPTEROKARPA DENGAN SISTEM TEBANG PILIH TANAM INDONESIA & S. ANALISIS FINANSIAL USAHA PENGEMBANGAN JENIS DIPTEROKARPA DENGAN SISTEM TEBANG PILIH TANAM INDONESIA Financial Analysis of Diperocarp Species Developmen Effor Wih Indonesian Selecive Cuing and Planing Sysem

Lebih terperinci

1.1. Latar Belakang 1.2. Maksud, Tujuan, Manfaat dan Sasaran 1.3. Ruang Lingkup Kegiatan 1.4. Sistematika Penulisan

1.1. Latar Belakang 1.2. Maksud, Tujuan, Manfaat dan Sasaran 1.3. Ruang Lingkup Kegiatan 1.4. Sistematika Penulisan .. Laar Belakang.2. Maksud, Tujuan, Manfaa dan Sasaran.3. Ruang Lingkup Kegiaan.4. Sisemaika Penulisan Penyusunan Incremenal Capial Oupu Raio Kabupaen Sinang 2008-203 PENDAHULUAN.. Laar Belakang Pembangunan

Lebih terperinci

3 METODE PENELITIAN 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian 3.2 Pengumpulan Data 3.3 Pengolahan dan Analisis Data Analisis catch per unit effort

3 METODE PENELITIAN 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian 3.2 Pengumpulan Data 3.3 Pengolahan dan Analisis Data Analisis catch per unit effort 3 METODE PENELITIAN 3. Waku dan Tempa Peneliian Peneliian dilaksanakan selama dua bulan dari bulan Agusus sampai Sepember 2008. Tempa yang dadikan obyek peneliian adalah Pelabuhan Perikanan Nusanara (PPN)

Lebih terperinci

ANALISIS ANTRIAN ANGKUTAN UMUM BUS ANTAR KOTA REGULER DI TERMINAL ARJOSARI

ANALISIS ANTRIAN ANGKUTAN UMUM BUS ANTAR KOTA REGULER DI TERMINAL ARJOSARI Achmadi, Analisis Anrian Angkuan Umum Bus Anar Koa Reguler di Terminal ANALISIS ANTRIAN ANGKUTAN UMUM BUS ANTAR KOTA REGULER DI TERMINAL ARJOSARI Seno Achmadi Absrak : Seiring dengan berkembangnya aku,

Lebih terperinci

BAB II MATERI PENUNJANG. 2.1 Keuangan Opsi

BAB II MATERI PENUNJANG. 2.1 Keuangan Opsi Bab II Maeri Penunjang BAB II MATERI PENUNJANG.1 Keuangan.1.1 Opsi Sebuah opsi keuangan memberikan hak (bukan kewajiban) unuk membeli aau menjual sebuah asse di waku yang akan daang dengan harga yang disepakai.

Lebih terperinci

JIIA, VOLUME 2 No. 2, APRIL Yunica Safitri, Zainal Abidin, Novi Rosanti ABSTRACT

JIIA, VOLUME 2 No. 2, APRIL Yunica Safitri, Zainal Abidin, Novi Rosanti ABSTRACT KINERJA DAN NILAI TAMBAH AGROINDUSTRI SABUT KELAPA PADA KAWASAN USAHA AGROINDUSTRI TERPADU (KUAT) DI KECAMATAN PESISIR SELATAN KABUPATEN PESISIR BARAT (Performance And Added Value of CocoFiber Agroindusry

Lebih terperinci

ANALISIS ECONOMIC ENGINEERING PADA INVESTASI HOTEL GRAND CENTRAL KOTA PEKANBARU. Arifal Hidayat

ANALISIS ECONOMIC ENGINEERING PADA INVESTASI HOTEL GRAND CENTRAL KOTA PEKANBARU. Arifal Hidayat ANALISIS ECONOMIC ENGINEERING PADA INVESTASI HOTEL GRAND CENTRAL KOTA PEKANBARU Arifal Hidaya Analisis Economic Engineering ABSTRAK Tujuan uama dari peneliian ini adalah unuk menganalisa invesasi pembangunan

Lebih terperinci

ADOPSI REGRESI BEDA UNTUK MENGATASI BIAS VARIABEL TEROMISI DALAM REGRESI DERET WAKTU: MODEL KEHILANGAN AIR DISTRIBUSI DI PDAM SUKABUMI

ADOPSI REGRESI BEDA UNTUK MENGATASI BIAS VARIABEL TEROMISI DALAM REGRESI DERET WAKTU: MODEL KEHILANGAN AIR DISTRIBUSI DI PDAM SUKABUMI ADOPSI REGRESI BEDA UNTUK MENGATASI BIAS VARIABEL TEROMISI DALAM REGRESI DERET WAKTU: MODEL KEHILANGAN AIR DISTRIBUSI DI PDAM SUKABUMI Yusep Suparman Universias Padjadjaran yusep.suparman@unpad.ac.id ABSTRAK.

Lebih terperinci

PERANCANGAN SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN DENGAN METODE BOBOT UNTUK MENILAI KENAIKAN GOLONGAN PEGAWAI

PERANCANGAN SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN DENGAN METODE BOBOT UNTUK MENILAI KENAIKAN GOLONGAN PEGAWAI Seminar Nasional Informaika 24 PERANCANGAN SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN DENGAN METODE BOBOT UNTUK MENILAI KENAIKAN GOLONGAN PEGAWAI Evri Ekadiansyah Program Sudi D3 Manajemen Informaika, STMIK Poensi Uama

Lebih terperinci

20 Peneliian ini berujuan merumuskan sraegi pada model pengelolaan yang cocok unuk keberlanjuan perikanan angkap di daerah ersebu. Daa yang diambil be

20 Peneliian ini berujuan merumuskan sraegi pada model pengelolaan yang cocok unuk keberlanjuan perikanan angkap di daerah ersebu. Daa yang diambil be 19 3 METODOLOGI 3.1 Tempa dan Waku Peneliian Peneliian berjudul Model Pengelolaan Perikanan Pelagis secara Berkelanjuan di PPN Prigi, Trenggalek, Jawa Timur ini dilakukan di PPN Prigi, Kabupaen Trenggalek,

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LADASA TEORI 2.1 Pengerian Peramalan Peramalan (forecasing) adalah suau kegiaan yang memperkirakan apa yang akan erjadi pada masa yang akan daang. Meode peramalan merupakan cara unuk memperkirakan

Lebih terperinci

MODEL OPTIMASI PENGGANTIAN MESIN PEMECAH KULIT BERAS MENGGUNAKAN PEMROGRAMAN DINAMIS (PABRIK BERAS DO A SEPUH)

MODEL OPTIMASI PENGGANTIAN MESIN PEMECAH KULIT BERAS MENGGUNAKAN PEMROGRAMAN DINAMIS (PABRIK BERAS DO A SEPUH) Journal Indusrial Servicess Vol. No. Okober 0 MODEL OPTIMASI PENGGANTIAN MESIN PEMECAH KULIT BERAS MENGGUNAKAN PEMROGRAMAN DINAMIS (PABRIK BERAS DO A SEPUH) Abdul Gopar ) Program Sudi Teknik Indusri Universias

Lebih terperinci

JIIA, VOLUME 5 No. 2, MEI 2017

JIIA, VOLUME 5 No. 2, MEI 2017 KELAYAKAN FINANSIAL UNIT USAHA JASA SEWA POMPA AIR UNTUK IRIGASI AIR PERMUKAAN DI DESA MEKAR MULYA KECAMATAN PALAS KABUPATEN LAMPUNG SELATAN (Financial Feasibiliy of Waer Pump Renal Services Business Uni

Lebih terperinci

III KERANGKA PEMIKIRAN

III KERANGKA PEMIKIRAN III KERANGKA PEMIKIRAN 3.1 Teori Risiko Produksi Dalam eori risiko produksi erlebih dahulu dijelaskan mengenai dasar eori produksi. Menuru Lipsey e al. (1995) produksi adalah suau kegiaan yang mengubah

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Konsep Proses Die Casing Dasar dari die casing proses erdiri dari injeksi logam cair dalam ekanan yang inggi ke dalam ceakan yang disebu die dan dibiarkan membeku. Tipe Mesin die

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS. bahasa Yunani yang berarti Demos adalah rakyat atau penduduk, dan Grafein adalah

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS. bahasa Yunani yang berarti Demos adalah rakyat atau penduduk, dan Grafein adalah 37 BAB 2 TINJAUAN TEORITIS 2.1 Pengerian-pengerian Kependudukan sanga era kaiannya dengan demgrafi. Kaa demgrafi berasal dari bahasa Yunani yang berari Dems adalah rakya aau penduduk, dan Grafein adalah

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI. Pengangguran atau tuna karya merupakan istilah untuk orang yang tidak mau bekerja

BAB 2 LANDASAN TEORI. Pengangguran atau tuna karya merupakan istilah untuk orang yang tidak mau bekerja BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Pengerian Pengangguran Pengangguran aau una karya merupakan isilah unuk orang yang idak mau bekerja sama sekali, sedang mencari kerja, bekerja kurang dari dua hari selama seminggu,

Lebih terperinci

Fakultas Kehutanan-Institut Pertanian Bogor, Kampus IPB Dramaga - Bogor

Fakultas Kehutanan-Institut Pertanian Bogor, Kampus IPB Dramaga - Bogor ANALISIS FINANSIAL DAN KELEMBAGAAN RANTAI NILAI MEBEL MAHONI JEPARA (Financial and Insiuional Analysis of he Value Chain of Jepara Mahogany Furniure) Oleh /By : 1 2 3 Nunung Parlinah, Bramaso Nugroho &

Lebih terperinci

BAB 3 METODOLOGI PEMECAHAN MASALAH

BAB 3 METODOLOGI PEMECAHAN MASALAH BAB 3 METODOLOGI PEMECAHAN MASALAH 3.1 Tahapan Pemecahan Masalah Tahapan pemecahan masalah berfungsi unuk memudahkan dalam mencari jawaban dalam proses peneliian yang dilakukan agar sesuai dengan arah

Lebih terperinci

ANALISIS KELAYAKAN FINANSIAL BUDIDAYA IKAN NILA WANAYASA PADA KELOMPOK PEMBUDIDAYA MEKARSARI

ANALISIS KELAYAKAN FINANSIAL BUDIDAYA IKAN NILA WANAYASA PADA KELOMPOK PEMBUDIDAYA MEKARSARI Analisis Jurnal Akuakulur Kelayakan Finansial Indonesia, Budidaya 6(1): 97 102 Ikan Nila (2007) Wanayasa Available : hp://journal.ipb.ac.id/index.php/jai 97 hp://jurnalakuakulurindonesia.ipb.ac.id Bulan

Lebih terperinci