KAJIAN AGRIBISNIS TAHU (Studi Kasus di Kabupaten Biak Numfor)

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "KAJIAN AGRIBISNIS TAHU (Studi Kasus di Kabupaten Biak Numfor)"

Transkripsi

1 57 Buana Sains Vol 8 No 1: 57-66, 2008 KAJIAN AGRIBISNIS TAHU (Sudi Kasus di Kabupaen Biak Numfor) I Made Suaryadana 1,2) dan Eri Yusnia Arviani 2) 1) Dinas Peranian Kabupaen Biak Numfor 2) Program Pascasarjana, Universias Tribhuwana Tunggadewi Absrac A sudy ha was aimed o describe financial feasibiliy of ofu home indusry developmen in Biak Numfor Regency has been conduced from Ocober o December The exising six ofu home indusries in Biak Numfor Regency were subjeced for his sudy. Resuls of he sudy showed ha he average producion capaciy of ofu home indusry in Biak Numfor Regency was on/year. This was based an assumpion ha one year is 365 days, he average producion was pieces. Producion capaciy was recorded o be pieces and raw maerial need was on / year. Labours used for ofu processing ranged from 5-6 persons wih salary of Rp /monh/person. Own capial spen for ofu producion was Rp ,- per year. Tofu producers could make profis when hey could produce a leas pieces/year a a price of Rp ,- / piece. Based on he average oal producion for 5 years of pieces wih oal producion cos of Rp , he price BEP was 763,49. Considering o he B/C raio value of 2,62, he ofu home indusry was feasible for furher developmen. Invesmen of ofu home indusry was also feasible. This was based on he discoun rae of 16%, he NPV value of Rp ,- form he presen value of Rp ,- wih invesmen value of Rp This indicaed ha ofu home indusry was feasible for furher developmen in Biak Numfor Regency. Key words: financial feasibiliy, ofu home indusry Pendahuluan Kedelai elah menjadi bagian makanan sehari - hari bangsa Indonesia selama lebih dari 200 ahun. Kegemaran memasak dan kerampilan mengolah kedelai elah menghasilkan aneka ragam makanan dan hasil olahan kedelai. Beberapa olahan makanan ersebu elah diadopsi oleh bangsa lain, namun hasil oleh kedelai yang sekarang mulai digemari dan diakui sebagai makanan bernilai gizi inggi oleh dunia inernasional adalah kreasi asli Indonesia. Pengolahan kedelai secara radisional menghasilkan bahan-bahan makanan yang dapa dikelompokkan menjadi dua yaiu (1) pengolahan anpa fermenasi seperi : auge, susu, ahu dan kembang ahu, dan (2) pengolahan dengan fermenasi seperi : kecap, oncom, auco, empe. Hasil olah kedelai pada umumnya memang merupakan

2 I.M. Suaryadana dan E.Y. Arviani/ Buana Sains Vol 8 No 1: 57-66, makanan yang digemari oleh masyaraka karena harganya sanga murah dan bernilai gizi inggi, sehingga sanga membanu masyaraka yang mempunyai penghasilan rendah. Pengolahan kedelai menjadi ahu sudah dilakukan masyaraka sejak lama. Tahu dapa dipisahkan berdasarkan luas usaha anara kecil, sedang dan besar (Soerisno dan Muharo, 1996). Usaha kecil umumnya erdapa di pedesaan ersebar di dalam rumah angga sebagai home indusry (Saragih, 1998). Perkembangan perminaan ahu meningka sejalan kesadaran masyaraka akan ingginya za gizi yang ada di dalam ahu, jumlah penduduk dan eknologi pengolahan. Hermana dan Darwin (1996) menyebukan bahwa dalam 100 g bahan yang dimakan mengandung 201 kkal, 20.8 g proein, 8.8 g lemak dan hidra arang, kelsium, fosfor, besi, karoin dan vi B1. Perkembangan eknologi pengolahan menghasilkan ahu dengan aneka benuk, rasa dan olahan lain yang disesuaikan dengan suasana. Prospek ahu di Kabupaen Biak Numfor yang elah dikemukakan membawa harapan dimasa mendaang. Analisis erhadap prospek yang ada perlu dilakukan agar idak erjadi kelebihan produk dan persaingan produk. Kompeisi produk menghasilkan pasar idak seha akibanya erjadi persaingan harga. Pada umumnya persaingan harga cenderung menurunkan harga. Penurunan ini sengaja dilakukan agar produk segera erserap pasar, apalagi jika produk mempunyai keahanan relaif pendek seperi ahu. Unuk skala rumah angga analisis dilakukan unuk memahami sifa usaha, alokasi sumberdaya dan harapan pengusaha. Pemahaman ini sanga pening unuk meningkakan efisiensi apabila memungkinkan sera kelayakan pengembangan usaha. Kabupaen Biak Numfor merupakan salah sau wilayah yang baru mengembangkan ahu. Perkembangan ersebu idak erlepas dari beberapa fakor pendorong yang ada seperi kesesuaian masyaraka akan ahu sebagai lauk, dukungan keersediaan bahan baku dan bahan penunjang, eknologi yang sederhana dan sifa urun emurun sera harga relaif murah sehingga erjangkau masyaraka kelas rendah. Meskipun demikian beberapa permasalahan pada pengusaha ahu di Kabupaen Biak Numfor dapa dicermai dari beberapa aspek. Pada aspek permodalan, modal usaha sudah dimiliki oleh pengusaha, eapi yang menjadi permasalahan mendasar adalah bahan baku berupa kedelai semuanya di daangkan dari luar Kabupaen Biak Numfor. Sehingga pengusaha hanya mampu mendaangkan bahan baku erbaas. Pada aspek enaga kerja, enaga kerja yang dipekerjakan oleh pengusaha beragam dari 5-6 orang. Penggunaan enaga kerja yang profesional diharapkan mampu memproduksi ahu yang banyak dan menghasilkan kualias ahu yang baik. Pada aspek kualias, kualias yang dihasilkan sudah cukup baik karena dikerjakan oleh enaga kerja yang sudah rampil yang memang sebelumnya sudah bekerja dipabrik ahu yang besar, sehingga sudah mempunyai pengalaman dalam pembuaan ahu. Makalah ini melaporkan hasil peneliian enang srukur biaya dan penerimaan pada usaha ahu sera kelayakan pengembangan usaha ahu wilayah Kabupaen Biak Numfor. Meode Peneliian Tempa peneliian dienukan secara sengaja, sedangkan peneliian dilakukan

3 I.M. Suaryadana dan E.Y. Arviani/ Buana Sains Vol 8 No 1: 57-66, dengan meode survey. Kecamaan Biak Koa dan Samofa Kabupaen Biak Numfor dipilih menjadi lokasi peneliian didasarkan karena di kedua kecamaan ersebu yang ada pengusaha/pengrajin (agroindusri) ahu sedangkan kecamaan lain belum ada. Waku peneliian dilakukan selama 3 (iga) bulan unuk kegiaan-kegiaan observasi penenuan sampel, penyusuan kuesioner, wawancara, uji, abulasi, analisis, inerpreasi dan penyusunan laporan. Peneliian dilaksanakan pada bulan Okober sampai dengan Desember Berdasarkan daa dari Dinas Perindusrian, Perdagangan, Koperasi dan Penanaman Modal dan di cek-silang dengan daa Kabupaen Biak Numfor diperoleh angka bahwa jumlah pengrajin ahu sejumlah 6 orang (BPS, 2007). Menginga pengusaha ahu hanya 6 maka seluruh pengrajin ahu digunakan sebagai responden. Daa yang diperlukan dalam peneliian ini dibedakan aas daa primer dan daa sekunder. Daa primer diperoleh melalui kunjungan langsung ke lapangan, wawancara menggunakan banuan kuesioner dan caaan yang dimiliki responden. Daa primer yang dikumpulkan melipui aspek eknis, aspek manajemen usaha, dan aspek pemasaran. Analisis biaya, penerimaan dan keunungan usaha ahu menggunakan persamaan beriku (Soekarawi, 2000): Π = TR TC TR = Q.Pq TC = TFC + TVC TFC = (BST + BSS) TVC = (BBK + BBP + BTK +BSL + BPS) Dimana : Π = Keunungan usaha ahu (Rp/proses); TR = Toal revenue (Rp/proses); TC = Toal cos (Rp/proses); Q = Jumlah produksi ahu (Kg/proses); Pq = Harga ahu (Rp/png); TVC = Toal variable cos (Rp/proses); BSS = Biaya penyusuan ala (Rp/proses); BBK = Biaya bahan baku (Rp/proses); BTK = Biaya enaga kerja (Rp/proses); Analisis kelayakan usaha ahu melipui analisis krieria invesasi sebagai beriku (Giinger, 1986). Ne Presen Value (NPV) NPV = NPV = B C n n = 0 (1 + i) = 0 (1 + B n = 0 (1 + C i) Keerangan: B = Benefi bruo proyek pada ahun C = Biaya sosial bruo sehubungan dengan peroyek pada ahun n = Umur ekonomis proyek i = Social opporuniy cos of capial yang digunakan sebagai social discoun rae = Periode proyek (ahun ke 0 sampai dengan ahun ke i Suau proyek dapa dinyaakan bermanfaa unuk dilaksanakan bila NPV 0. Jika NPV = dengan nol, berari proyek ersebu mengembalikan persis sebesar social opporuniy cos fakor produksi modal. Jika NPV < 0 berari proyek idak dapa menghasilkan senilai biaya yang dipergunakan dan oleh sebab iu pelaksanaannya harus diolak. i)

4 I.M. Suaryadana dan E.Y. Arviani/ Buana Sains Vol 8 No 1: 57-66, Inernal Rae of Reurn (IRR) IRR biasanya idak akan dapa dipecahkan secara langsung eapi pemecahannya dapa didekai dengan cara coba-coba (rial and error) yaiu dengan membandingkan NPV yang di dapa dari dua ingka suku bunga. Kedua NPV ini diinerpolasi unuk mendapakan ingka suku bunga yang menghasilkan NPV= 0 (Gray e al., 1992). NPV1 IRR = i 1 + (i 2 i 1 ) NPV NPV 1 Keerangan : IRR = Inernal Rae of Reurn NPV 1 = Ne Presen Value pada discoun rae yang rendah. NPV 2 = Ne Presen Value pada discoun rae yang finggi. i l = Discoun Rae yang rendah i 2 = Discoun Rae yang finggi Ne Benefi Cos Raio (Ne B/C) Secara umum rumusnya adalah Ne B/C n = 0 = n = 0 B C (1 + i) C B (1 + i) B = Benefi Bruo proyek pada ahun C = Biaya sosial bruo sehubungan dengan proyek pada ahun n = Umur ekonomis proyek = Periode proyek (ahun ke 0 sampai dengan ahun ke i i = Social opporuniy cos of capial yang digunakan sebagai discoun rae 2 Payback Period (PBP) Perhiungan dengan cara Payback Period (PBP) adalah sebagai beriku: Pengeluaran Invesasi PBP = Besarnya Aliran Kas Masuk Keerangan: Pengeluaran Invesasi Besarnya aliran kas masuk x 1ahun = pengeluaran aau biaya yang dikeluarkan dalam seiap periode = Aliran kas masuk yang diperoleh dari seiap periode Break Even Poin (BEP) Perhiungan Break Even Poin adalah sebagai beriku: FC BEP(Rp) = VC 1- S FC BEP(uni) = harga jual VC - kg kg Keerangan: FC = Biaya eap (Rp) VC = Biaya variabel (Rp) S = Volume penjualan (Rp) Hasil dan Pembahasan Konribusi Produksi Kedelai Sebagai Bahan Baku Tahu Observasi pelaku agribisnis kedelai dalam benuk pengrajin ahu dalam wilayah Kabupaen Biak Numfor sebanyak 6 pengrajin. Mengacu pada kapasias produksi saa ini, kebuuhan kedelai sebagai bahan baku ahu raaraa sebanyak on/ahun. Dengan asumsi seiap ahun akivias produksi selama 365 hari, maka selama

5 I.M. Suaryadana dan E.Y. Arviani/ Buana Sains Vol 8 No 1: 57-66, sau ahun produksi raa-raa sebanyak poong. Produksi kedelai seluruh Kabupaen Biak Numfor sampai saa ini idak ada, berari erjadi kekurangan bahan baku kedelai sebanyak /ahun. Apabila produksi ahu berlansung erus menerus sepanjang ahun maka sudah sewajarnya kalau harga bahan baku kedelai di Kabupaen Biak Numfor sanga inggi. Tingginya harga kedelai disebabkan karena kedelai seluruhnya didaangkan dari luar Kabupaen Biak Numfor yaiu Surabaya. Unuk menekan harga bahan baku kedelai dan biaya pengeluaran dalam pengadaannya, dimungkinkan penanaman kedelai pada wilayahwilayah erenu yang sanga dimugkinkan unuk dianami kedelai. Namun sampai saa ini mina peani belum ada unuk menanam kedelai yang disebabkan proses penanaman dan pascapanennya dianggap erlalu rumi. Hal ini merupakan anangan bagi Dinas Peranian Kabupaen Biak Numfor bagaimana caranya agar peani mau beranam kedelai menginga peluang pasar yang ersedia sanga besar. Kapasias Produksi Kapasias produksi merupakan kemampuan agroindusri menghasilkan ahu dalam seiap proses produksi. Pengukuran kapasias produksi dapa dibedakan menjadi kapasias riil dan kapasias maksimal. Kapasias riil menyangku banyaknya ahu yang diproduksi dalam seiap kali proses produksi (seiap hari), sedangkan kapasias maksimal banyaknya ahu yang diproduksi sesuai dengan kemampuan sumberdaya yang ada. Pengukuran ini dilakukan unuk meramalkan kapasias pengembangan yang dapa dilakukan berdasarkan eknologi yang dikuasai pengrajin. Hasil peneliian menunjukkan bahwa kapasias produksi riil pengrajin ahu sebanyak 12 kg kedelai seiap proses produksi, sedangkan kemampuan mengolah kedelai secara riil/hari sebanyak kg yang diolah 5-6 kali (Tabel 1). Kapasias produksi maksimal pengrajin sebanyak kg kedelai seiap proses produksi dengan raa-raa 12 kg seiap Proses Produksi dengan 6-8 kali pengolahan. produksi secara. Kapasias produksi maksimal ini dilakukan disaa kebuuhan konsumen meningka eruama pada saa mempunyai haja dan hari-hari besar seperi Idul Firi sera para peranau akan kembali melakukan urbanisasi. Tabel 1. Produksi Maksimal Tahu Selama 5 Tahun Terakhir No Tahun Produksi (Poong) Kapasias Operasi Bahan Baku Bahan baku pembuaan ahu yang berupa kedelai dibedakan menjadi dua jenis yaiu kedelai jenis lokal dan kedelai jenis impor. Perbedaan kedua jenis kedelai ersebu pada ukuran, warna dan daya simpan. Kedelai impor umumnya berwarna kuning cerah, ukuran besar, dan relaif ahan lama, sedangkan kedelai lokal lebih kecil eapi mempunyai rasa gurih dan aroma lebih baik dari kedelai impor. Menginga kedelai yang menjadi bahan baku uama ahu unuk semenara belum dihasilkan di Kabupaen Biak Numfor maka seluruhnya kedelai didaangkan dari luar Kabupaen Biak Numfor bahkan dari

6 I.M. Suaryadana dan E.Y. Arviani/ Buana Sains Vol 8 No 1: 57-66, luar Papua yaiu dari Surabaya yang mempunyai kualias super. Umumnya kedelai jenis ini sanga diminai oleh pengrajin ahu karena mengandung sari sanga banyak yang memungkinkan pengrajin dapa memperoleh keunungan yang lebih besar. Perolehan bahan baku biasanya didaangkan sendiri oleh pengrajin sehingga pengrajin sudah dapa memperkirakan waku unuk memesan kedelai sesuai dengan kebuuhan unuk menghindari kekosongan bahan baku yang dapa menghamba produksi. Kebuuhan kedelai unuk produksi ahu dalam kurun waku disajikan pada Tabel 2. Tabel 2. Kebuuhan Kedelai Perahun Dalam Produksi Tahu No Tahun Kebuuhan Kedelai Bahan Pengolah Tahu Tahu merupakan produk olahan kedelai dengan bahan pengolah yang lain. Bahan-bahan pengolah ahu melipui air, kayu bakar dan cuka. Air mempunyai fungsi unuk membersihkan kedelai, merendam dan menanak. Kualias air menenukan kualias ahu yang diperoleh. Pengrajin menggunakan air sumur aau maa air unuk kepeningan ersebu. Berdasarkan pengalaman penggunaan air hujan dan air sungai sera air PAM mengakibakan ahu idak ahan lama disimpan sehingga cepa rusak, karena iu pengrajin berupaya memiliki air bawah anah dalam benuk sumur. Kayu bakar digunakan unuk merubus kedelai yang sudah digiling, kayu bakar yang digunakan didapa dari penjual kayu api di pasar. Jenis kayu yang digunakan pada umumnya kayu yang sudah afkir dari perusahaan kayu yang ada di Biak Numfor Cuka dipergunakan sebagai bahan unuk megenalkan sari kacang kedelai yang sudah direbus dan disaring unuk memudahkan dalam pengambilan sari kedelai dalam penceakan menjadi ahu. Peralaan Produksi Peralaan pembuaan ahu skala indusri rumah angga menjadi perimbangan apakah proses produksi bisa berjalan dengan baik aau idak. Jenis ala yang diperlukan anara lain mesin penggilingan, ungku memasak, ong besar, mempunyai jangka usia ekonomis anara 3-5 ahun sedangkan saringan, ala ceak, kuali mempunyai jangka waku ekonomis 1-2 ahun Peralaan yang erbua dari beon dibua sendiri oleh pengrajin sedangkan peralaan yang erbua dari baja dipesan khusus oleh pengrajin dari Jawa Tengah. Tenaga Kerja Tenaga kerja menjadi pelaku dalam seiap akivias. Pengrajin ahu di Kabupaen Biak Numfor berindak selaku manajer sekaligus supervisor yang mengawasi enaga kerja dalam melakukan proses produksi ahu. Tenaga kerja yang dimiliki oleh seiap pengrajin berkisar 5-6 orang (Tabel 3) dengan gaji per bulan berkisar Rp / bulan Tabel 3. Jumlah Karyawan Kurun Waku 5 Tahun No Tahun Jumlah Tenaga Kerja

7 I.M. Suaryadana dan E.Y. Arviani/ Buana Sains Vol 8 No 1: 57-66, Modal Modal yang digunakan unuk invesasi dalam usaha ahu di Kabupaen Biak Numfor pada umumnya modal milik sendiri. Banyaknya modal yang diperlukan dalam usaha ahu skala indusri rumah angga sebesar Rp ,- selama seahun dengan hari kerja efekif 365 hari. Meskipun sanga bera, semua pengrajin membayar bahan baku dengan unai. Hal ini karena semua bahan baku didaangkan dari luar Biak oleh pengrajin sehingga semua bahan baku yang dibuuhkan dalam proses pembuaan ahu idah boleh dihuang, karena penjual kedelai idak mau mengambil resiko soal uang piuang. Proses Pembuaan Tahu Proses pembuaan ahu anara pengrajin sau dengan yang lain mempunyai alir kegiaan yang sama dengan diagram alir seperi yang disajikan pada Gambar 1. Gambar 1. Diagram Alir Proses Pembuaan Tahu Pencucian kedelai dilakukan agar kedelai bersih dari segala kooran yang meleka pada kedelai sehingga erbebas dari segala kooran yang mempengaruhi proses produksi. Perendaman dimaksudkan agar kedelai mengembang agar memudahkan didalam penggilingan. Kedelai direndam kurang lebih 1-2 jam seelah kedelai mengembang baru diiriskan dengan saringan sampai kering. Seelah selesai perendaman baru dilakukan penggilingan, proses penggilingan dimaksudkan unuk menghaluskan kedelai agar memudahkan unuk mengambil sarinya. Perebusan dilakukan dengan menggunakan wajan yang khusus dibua oleh pengrajin dengan kapasias 12 kg seiap kali proses produksi, lama perebusan anara 1-2 jam sampai rebusan mendidih 3 kali baru kedelai didinginkan. Seelah rebusan kedelai dingin maka dilakukan penyaring unuk memisahkan sari kedelai dengan ampasnya, agar proses pembuaan ahu lebih baik dan lebih sempurna, seelah dilakukan penyaringan selanjunya diberikan cuka unuk mengendapkan dan mengenalkan sari kedelai, pengendapan dilakukan kurang lebih 1-2 jam seelah proses pengenalan erjadi barulah dilakukan penceakan dan selanjunya siap dipasarkan. Pemasaran Pemasaran ahu dilaksanakan dengan empa cara yaiu : a. Dilakukan secara langsung olen produsen ahu kepada konsumen di pasar, maksudnya adalah penjualan hasil produksi dilakukan secara langsung kepada konsumen anpa peranara pihak lain. b. Dijual kepada pengecer yang ada di pasar yaiu produsen idak langsung berhadapan dengan konsumen akhir eapi produsen ahu hanya sampai pengecer dan pengecer yang akan menjual kepada konsumen dalam hal ini enunya pengecer akan mencari unung sesuai dengan hukum dagang.

8 64 I.M. Suaryadana dan E.Y. Arviani/ Buana Sains Vol 8 No 1: 57-66, 2008 c. Dijual olen penjual keliling maksudnya adalah penjualan dilakukan oleh penjual sayur keliling yang langsung mendaangi konsumen dari rumah ke rumah. d. Dijual kepada penjual makanan/ gorengan yang dimaksudkan disini adalah produsen menjual produksi ahunya kepada penjual makanan/gorengan yang akan diproses menjadi makanan jadi, karena bagi penjual makanan lebih mengunungkan dan lebih diminai oleh konsumen, karena seiap hari konsumen lebih cenderung mencari makanan yang sudah siap dimakan. Biaya, Penerimaan dan Keunungan Usaha Tahu Akivias pembuaan ahu ini dilakukan seiap hari unuk memenuhi kebuuhan pasar karena proses produksi sanga singka. Pengeluaran dalam pembuaan ahu merupakan rekapiulasi semua akivias yang diperunukan dalam proses sejak pengadaan bahan baku sampai ahu dierima konsumen dan dinyaakan dalam uang. Dalam aspek finansial pengeluaran disebu biaya. Biaya dipisahkan anara biaya eap dan biaya idak eap (biaya variabel). Biaya eap adalah biaya-biaya yang dikeluarkan, besarnya idak erganung kapasias produksi. Biaya eap melipui biaya pengadaan ala, penyusuan dan pajak. Biaya bangunan aau sewa bangunan dalam peneliian ini idak dihiung menginga akivias pembuaan ahu dilakukan di dalam rumah sendiri, sehingga menjadi sau-sauan empa inggal. Sebagai penggani biaya ini dikeluarkan biaya pajak bumi dan bangunan. Biaya variabel adalah biayabiaya yang dikeluarkan, besarnya erganung kapasias produksi. Biaya variabel melipui biaya pengadaan bahan baku kedelai, bahan pengolah ahu, enaga kerja, ransporasi unuk pemasaran. Memperhaikan srukur biaya dan penerimaan yang disajikan pada Tabel 4, dikeahui bahwa pengrajin ahu di Kabupaen Biak Numfor raa-raa mengeluarkan biaya variabel sejumlah Rp ,- dalam sau ahun berproduksi. Biaya variabel mempunyai persenase yang besar erhadap oal biaya, eruama unuk biaya bahan baku (72%). Kenyaaan ini menunjukkan beapa besar peran bahan baku dalam pembuaan ahu apabila bahan baku ini dapa dihasilkan di Biak Numfor, memungkinkan pengembangan usaha ahu yang lebih mengunungkan. Alokasi biaya variabel yang besar kedua adalah biaya enaga kerja. Tabel 4. Penerimaan, Biaya dan Pendapaan Usaha Tahu di Kabupaen Biak Numfor Tahun Produsen Penerimaan Biaya Pendapaan Produksi (poong) Simpai Raja Nur Cahyo Bahari Sederhana Pura Agung Sumber Gizi Raa-raa

9 I.M. Suaryadana dan E.Y. Arviani/ Buana Sains Vol 8 No 1: 57-66, Pada biaya eap menunjukkan bahwa biaya unuk penyusuan ala cukup kecil, karena hampir semua peralaan dibua permanen sehingga jangka usia ekonomis peralaan yang ada cukup lama kecuali saringan dan ala ceak karena erbua dari kain yang ipis dan kayu maka biaya penyusuan inggi, karena jangka usia ekonomis yang pendek. Bahan bakar dan cuka merupakan komponen biaya pengolah ahu yang mudah didapakan dengan biaya idak erlalu mahal. Harga jual ahu yang relaif murah (Rp 2000/poong) menjadi hal yang perlu diperimbangkan menginga harga kedelai yang sudah inggi dan harga jual ahu dalam benuk olahan seperi ahu isi, ahu goreng, dan jenis makanan olahan lainnya sudah inggi. Meskipun demikian berdasarkan persenase keunungan yang didapa menunjukkan nilai yang cukup inggi dibanding bunga bank. Break Even Poin (BEP) Produksi BEP produksi merupakan salah sau uji unuk mengeahui apakah usaha ahu ini layak dilaksanakan aau sebaliknya. Usaha berada dalam keadaan break even poin apabila oal revenue (penerimaan) = oal cos (biaya oal) dalam benuk presen value. Unuk keperluan analisis BEP srukur biaya dibedakan aas biaya eap dan biaya variabel. Selain iu berdasarkan kenyaaan bahwa dalam seiap kali proses produksi diperlukan bahan baku kedelai raa-raa 12 kg dan biaya eap erdiri dari penyusuan sera biaya variabel erdiri dari biaya bahan baku, enaga kerja, cuka, kayu bakar. Selanjunya agroindusri yang ada hanya menghasilkan sau jenis produk. Aas dasar beberapa kenyaaan ersebu usaha ahu mempunyai komponen dalam analisis BEP sebagaimana disajikan pada Tabel 5. Berdasarkan Tabel 5 ersebu maka unuk mencapai kepasian keunungan maka pengrajin harus memproduksi ahu minimal sebanyak poong/ahun dengan harga Rp ,-/poong. Apabila proses produksi dilakukan di bawah ambang baas ini dimungkinkan akan mengalami kerugian. Apabila proses produksi dilakukan lebih banyak dari ambang baas ini maka akan semakin meningka keunungan yang didapa. Tabel 5. Analisis Break Even Poin Tahu Seiap Proses Produksi Uraian Nilai Toal Biaya Harga BEP (Rp) Break Even Poin (BEP) Harga BEP harga merupakan salah sau uji unuk mengeahui apakah usaha ahu ini layak dilaksanakan aau sebaliknya melalui perhiungan harga. Usaha berada dalam keadaan break even poin apabila oal revenue = oal cos dalam benuk presen value. Unuk keperluan analisis BEP srukur harga diperlukan oal biaya produksi dan harga ahu/poong. Berdasarkan perhiungan BEP Harga didapakan bahwa oal produksi raa-raa selama 5 ahun sebanyak poong dengan oal biaya produksi raa-raa selama 5 ahun Rp , maka BEP Harga sebesar Rp 763,49. Berdasarkan perhiungan di aas maka usaha ahu yang berada di Kabupaen Biak Numfor masih layak unuk dikembangkan. B/C Raio B/C Raio digunakan unuk menganalisis nilai uang sekarang dengan aliran uang unai yang dipakai dalam

10 I.M. Suaryadana dan E.Y. Arviani/ Buana Sains Vol 8 No 1: 57-66, proses produksi ahu dalam sauan persen. Berdasarkan daa yang diperoleh dalam peneliian oal penerimaan dibagi dengan oal biaya produksi, diperoleh nilai sebesar 2,62. Hal ini menerangkan bahwa seiap pengeluaran sebesar Rp. 1,- akan menghasilkan keunungan sebesar Rp. 2,62,- yang arinya kegiaan usaha ahu layak unuk dikembangkan. Ne Presen Value (NPV) Ne Presen Value merupakan suau analisa unuk menilai layak idaknya kepuusan invesasi, dengan memperhaikan konsep ime value of money adalah ne presen value yaiu selisih anara nilai sekarang dari cash flow dengan nilai sekarang dari invesasi dengan menghiung ingka disooun rae erenu, kemudian dibandingkan dengan presen value dari invesasi. Berdasarkan daa usaha ahu yang dengan discoun rae sebesar 16% diperoleh nilai NVP sebesar Rp ,- dari oal presen value Rp ,- dengan invesasi sebesar Rp ini menandakan bahwa usaha ahu di Kabupaen Biak Numfor sanga posiif. Kesimpulan Usaha agribisnis ahu di Kabupaen Biak Numfor dilaksanakan dalam skala indusri rumah angga memberikan keunungan Rp. 537,337 / hari aau Rp /ahun. Pendapaan yang dihasilkan raa raa dalam seahun Rp ,- dan pengeluarannya sebanyak Rp ,- jadi pengusaha ahu memperoleh keunungan sebesar Rp ,- yang diperkua oleh analisis BEP yaiu 763,49 dan analisis BC raio 2,62 maka kami menyimpulkan bahwa usaha ahu di Kabupaen Biak Numfor layak unuk dikembangkan. Ucapan Terima Kasih Penulis mengucapkan erima kasih kepada Saf Dinas Perindusrian, Perdagangan, Koperasi dan Penanaman Modal Kabupaen Biak Numfor aas banuan penyediaan daa sekunder. Dafar Pusaka BPS Biak dalam Angka Tahun Badan Pusa Saisik Kabupaen Biak Numfor Giinger, P. J Analisis Ekonomi Proyek Peranian. Edisi Kedua. UI Press. Jakara. Gray, D, Simanjunak, S, Maspaiela dan Varley Penganar Evaluasi Proyek. Gramedia Pusaka Uama. Jakara. Hermana, M. K dan Darwin, J Komposisi dan Nilai Gizi Tahu Sera Manfaanya dalam Meningkakan Muu Gizi Makanan. Bunga Rampai Tempe Indonesia. Saragih, B Agribisnis: Paradigma Baru Pembangunan Ekonomi Berbasis Peranian. Yayasan Mulia Persada dan PSP-LEMLIT IPB. Bogor. Soekarawi Prinsip Dasar Ekonomi Peranian. Teori dan Aplikasi. Edisi Revisi. PT. Raja Grafindo Persada. Jakara. Soerisno, N dan Muharo Indonesia Tahu Foundaion. Jakara.

IV. METODE PENELITIAN

IV. METODE PENELITIAN IV. METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waku Peneliian Peneliian ini dilakukan di Dafarm, yaiu uni usaha peernakan Darul Fallah yang erleak di Kecamaan Ciampea, Kabupaen Bogor, Jawa Bara. Pemilihan lokasi

Lebih terperinci

IV. METODE PENELITIAN

IV. METODE PENELITIAN IV. METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waku Peneliian Peneliian ini dilaksanakan pada kasus pengolahan ikan asap IACHI Peikan Cia Halus (PCH) yang erleak di Desa Raga Jaya Kecamaan Ciayam, Kabupaen Bogor,

Lebih terperinci

III METODE PENELITIAN

III METODE PENELITIAN III METODE PENELITIAN 3.1 Waku dan Tempa Peneliian Peneliian mengenai konribusi pengelolaan huan rakya erhadap pendapaan rumah angga dilaksanakan di Desa Babakanreuma, Kecamaan Sindangagung, Kabupaen Kuningan,

Lebih terperinci

IV. METODE PENELITIAN

IV. METODE PENELITIAN IV. METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waku Peneliian Peneliian ini dilaksanakan di PT Panafil Essenial Oil. Lokasi dipilih dengan perimbangan bahwa perusahaan ini berencana unuk melakukan usaha dibidang

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Usahatani belimbing karangsari adalah kegiatan menanam dan mengelola. utama penerimaan usaha yang dilakukan oleh petani.

III. METODE PENELITIAN. Usahatani belimbing karangsari adalah kegiatan menanam dan mengelola. utama penerimaan usaha yang dilakukan oleh petani. III. METODE PENELITIAN A. Konsep Dasar dan Definisi Operasional Usahaani belimbing karangsari adalah kegiaan menanam dan mengelola anaman belimbing karangsari unuk menghasilkan produksi, sebagai sumber

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Konsep dasar dan definisi operasional merupakan pengertian dan petunjuk yang

III. METODE PENELITIAN. Konsep dasar dan definisi operasional merupakan pengertian dan petunjuk yang III. METODE PENELITIAN A. Konsep Dasar dan Definisi Operasional Konsep dasar dan definisi operasional merupakan pengerian dan peunjuk yang digunakan unuk menggambarkan kejadian, keadaan, kelompok, aau

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. yang digunakan untuk mengetahui dan pembahasannya mengenai biaya - biaya

METODE PENELITIAN. yang digunakan untuk mengetahui dan pembahasannya mengenai biaya - biaya III. METODE PENELITIAN A. Meode Dasar Peneliian Meode yang digunakan dalam peneliian ini adalah meode kuaniaif, yang digunakan unuk mengeahui dan pembahasannya mengenai biaya - biaya usaha melipui biaya

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Industri pengolahan adalah suatu kegiatan ekonomi yang melakukan kegiatan

III. METODE PENELITIAN. Industri pengolahan adalah suatu kegiatan ekonomi yang melakukan kegiatan 40 III. METODE PENELITIAN A. Konsep Dasar dan Baasan Operasional Konsep dasar dan baasan operasional pada peneliian ini adalah sebagai beriku: Indusri pengolahan adalah suau kegiaan ekonomi yang melakukan

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN III. METODE PENELITIAN 3.1. Kerangka Pemikiran Poensi sumberdaya perikanan, salah saunya dapa dimanfaakan melalui usaha budidaya ikan mas. Budidaya ikan mas yang erus berkembang di masyaraka, kegiaan budidaya

Lebih terperinci

IV. METODE PENELITIAN

IV. METODE PENELITIAN IV. METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waku Peneliian mengenai kelayakan pengusahaan pupuk kompos dilaksanakan pada uni usaha Koperasi Kelompok Tani (KKT) Lisung Kiwari yang menjalin mira dengan Lembaga

Lebih terperinci

III. KERANGKA PEMIKIRAN

III. KERANGKA PEMIKIRAN III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Teoriis 3.1.1 Daya Dukung Lingkungan Carrying capaciy aau daya dukung lingkungan mengandung pengerian kemampuan suau empa dalam menunjang kehidupan mahluk hidup secara

Lebih terperinci

APLIKASI MODEL ANALISIS KELAYAKAN EKONOMI

APLIKASI MODEL ANALISIS KELAYAKAN EKONOMI APLIKASI MODEL ANALISIS KELAYAKAN EKONOMI Oleh: YUDI WAHYUDIN, S.Pi., M.Si. Pelaihan Analisis Kelayakan Ekonomi Kegiaan Capaciy Building Program Pendanaan Kompeisi-Indeks Pembangunan Manusia (PPK-IPM)

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN

III. METODOLOGI PENELITIAN III. METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Kerangka Pemikiran Peneliian Keinginan Kelompok Tani Duma Lori yang erdapa di Desa Konda Maloba dan masyaraka sekiar akan berdirinya penggilingan gabah di daerahnya, elah

Lebih terperinci

IV METODE PENELITIAN

IV METODE PENELITIAN IV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waku Peneliian Peneliian ini dilaksanakan di Tempa Pelayanan Koperasi (TPK) Cibedug, Kecamaan Lembang, Kabupaen Bandung, Jawa Bara. Pemilihan lokasi dilakukan secara

Lebih terperinci

post facto digunakan untuk melihat kondisi pengelolaan saat ini berdasarkan

post facto digunakan untuk melihat kondisi pengelolaan saat ini berdasarkan 3. METODE PENELITIAN 3.1. Pendekaan dan Meode Peneliian Jenis peneliian yang digunakan adalah jenis peneliian kualiaif dengan menggunakan daa kuaniaif. Daa kualiaif adalah mengeahui Gambaran pengelolaan

Lebih terperinci

ANALISI KELAYAKAN FINANSIAL USAHA AGROINDUSTRI TAHU STUDI KASUS DI KELURAHAN LABUH BARU BARAT KECAMATAN PAYUNG SEKAKI KOTA PEKANBARU

ANALISI KELAYAKAN FINANSIAL USAHA AGROINDUSTRI TAHU STUDI KASUS DI KELURAHAN LABUH BARU BARAT KECAMATAN PAYUNG SEKAKI KOTA PEKANBARU ANALISI KELAYAKAN FINANSIAL USAHA AGROINDUSTRI TAHU STUDI KASUS DI KELURAHAN LABUH BARU BARAT KECAMATAN PAYUNG SEKAKI KOTA PEKANBARU Muhammad Irfan Asrori, Yusmini, dan Shorea Khaswarina Fakulas Peranian

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Kerangka Pemikiran Teoriis Pengerian proyek menuru Arifin yang dikuip dari Mariyanne (2006) adalah suau akivias di mana dikeluarkannya uang dengan harapan unuk mendapakan hasil

Lebih terperinci

Bab II Dasar Teori Kelayakan Investasi

Bab II Dasar Teori Kelayakan Investasi Bab II Dasar Teori Kelayakan Invesasi 2.1 Prinsip Analisis Biaya dan Manfaa (os and Benefi Analysis) Invesasi adalah penanaman modal yang digunakan dalam proses produksi unuk keunungan suau perusahaan.

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN 26 III. METODE PENELITIAN 3.1. Kerangka Pemikiran Penilaian perkembangan kinerja keuangan PT. Goodyear Indonesia Tbk dilakukan dengan maksud unuk mengeahui sejauh mana perkembangan usaha perusahan yang

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI. Produksi padi merupakan suatu hasil bercocok tanam yang dilakukan dengan

BAB 2 LANDASAN TEORI. Produksi padi merupakan suatu hasil bercocok tanam yang dilakukan dengan BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1. Produksi Produksi padi merupakan suau hasil bercocok anam yang dilakukan dengan penanaman bibi padi dan perawaan sera pemupukan secara eraur sehingga menghasilkan suau produksi

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. Kawasan Pesisir Kabupaten Kulon Progo. Pemanfaatan/Penggunaan Lahan Saat Ini

METODE PENELITIAN. Kawasan Pesisir Kabupaten Kulon Progo. Pemanfaatan/Penggunaan Lahan Saat Ini METODE PENELITIAN Kerangka Pendekaan Sudi Penaagunaan lahan kawasan pesisir di Kabupaen Kulon Progo didasarkan pada karakerisik fisik, finansial usaha ani dan pemanfaaan saa ini. Karakerisik fisik adalah

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN 19 BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Waku dan Lokasi Peneliian Peneliian ini dilakukan pada bulan Juni hingga Juli 2011 yang berlokasi di areal kerja IUPHHK-HA PT. Mamberamo Alas Mandiri, Kabupaen Mamberamo

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Laar Belakang Masalah persediaan merupakan masalah yang sanga pening dalam perusahaan. Persediaan mempunyai pengaruh besar erhadap kegiaan produksi. Masalah persediaan dapa diaasi

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LADASA TEORI 2.1 Pengerian Peramalan Peramalan (forecasing) adalah suau kegiaan yang memperkirakan apa yang akan erjadi pada masa yang akan daang. Meode peramalan merupakan cara unuk memperkirakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tepat rencana pembangunan itu dibuat. Untuk dapat memahami keadaan

BAB I PENDAHULUAN. tepat rencana pembangunan itu dibuat. Untuk dapat memahami keadaan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Laar Belakang Dalam perencanaan pembangunan, daa kependudukan memegang peran yang pening. Makin lengkap dan akura daa kependudukan yang esedia makin mudah dan epa rencana pembangunan

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Capial Expendiure (Belanja Modal) Capial Expendiure aau juga dikenal dengan nama belanja modal adalah pengeluaran yang dilakukan perusahaan unuk mendapakan aau memperbarui ase

Lebih terperinci

Analisis kelayakan finansial perluasan tambak budidaya udang vaname di Cantigi Indramayu

Analisis kelayakan finansial perluasan tambak budidaya udang vaname di Cantigi Indramayu Jurnal Akuakulur Indonesia 9 (1), 77 83 (2010) Available : hp://journal.ipb.ac.id/index.php/jai hp://jurnalakuakulurindonesia.ipb.ac.id Analisis kelayakan finansial perluasan ambak budidaya udang vaname

Lebih terperinci

HUMAN CAPITAL. Minggu 16

HUMAN CAPITAL. Minggu 16 HUMAN CAPITAL Minggu 16 Pendahuluan Invesasi berujuan unuk meningkakan pendapaan di masa yang akan daang. Keika sebuah perusahaan melakukan invesasi barang-barang modal, perusahaan ini akan mengeluarkan

Lebih terperinci

JIIA, VOLUME 2, No. 1, JANUARI 2014

JIIA, VOLUME 2, No. 1, JANUARI 2014 ANALISIS KELAYAKAN USAHA AGROINDUSTRI KOPI LUWAK DI KECAMATAN BALIK BUKIT KABUPATEN LAMPUNG BARAT (The Financial Feasibiliy Analysis of Luwak Coffee Agroindusry a Balik Buki Disric of Wes Lampung Regency)

Lebih terperinci

BAB 2 URAIAN TEORI. waktu yang akan datang, sedangkan rencana merupakan penentuan apa yang akan

BAB 2 URAIAN TEORI. waktu yang akan datang, sedangkan rencana merupakan penentuan apa yang akan BAB 2 URAIAN EORI 2.1 Pengerian Peramalan Peramalan adalah kegiaan memperkirakan aau memprediksi apa yang erjadi pada waku yang akan daang, sedangkan rencana merupakan penenuan apa yang akan dilakukan

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN 23 III. METODE PENELITIAN 3.1 Waku dan Lokasi Peneliian dilaksanakan di iga empa berbeda. Unuk mengeahui ingka parisipasi masyaraka penelii mengambil sampel di RT 03/RW 04 Kelurahan Susukan dan RT 05/RW

Lebih terperinci

Kelayakan Finansial Budidaya Jamur Tiram di Desa Sugihan, Kecamatan Tengaran, Kabupaten Semarang

Kelayakan Finansial Budidaya Jamur Tiram di Desa Sugihan, Kecamatan Tengaran, Kabupaten Semarang Kelayakan Finansial Budidaya Jamur Tiram di Desa Sugihan, Kecamaan Tengaran, Kabupaen Semarang Nugraheni Renaningsih Fakulas Peranian Universias Veeran Bangun Nusanara Sukoharjo, Jl. Lejen S. Humardani

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Laar Belakang Air merupakan kebuuhan pokok bagi seiap makhluk hidup di dunia ini ermasuk manusia. Air juga merupakan komponen lingkungan hidup yang pening bagi kelangsungan hidup

Lebih terperinci

MODUL III ANALISIS KELAYAKAN INVESTASI

MODUL III ANALISIS KELAYAKAN INVESTASI ANALISIS KELAYAKAN INVESTASI 3.. Tujuan Ö Prakikan dapa memahami perhiungan alokasi biaya. Ö Prakikan dapa memahami analisis kelayakan invesasi dalam pendirian usaha. Ö Prakikan dapa menyusun proyeksi/proforma

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. tahun 1990-an, jumlah produksi pangan terutama beras, cenderung mengalami

BAB 1 PENDAHULUAN. tahun 1990-an, jumlah produksi pangan terutama beras, cenderung mengalami 11 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Laar Belakang Keahanan pangan (food securiy) di negara kia ampaknya cukup rapuh. Sejak awal ahun 1990-an, jumlah produksi pangan eruama beras, cenderung mengalami penurunan sehingga

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Sumber Daya Alam (SDA) yang tersedia merupakan salah satu pelengkap alat

BAB 1 PENDAHULUAN. Sumber Daya Alam (SDA) yang tersedia merupakan salah satu pelengkap alat BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Laar Belakang Sumber Daya Alam (SDA) yang ersedia merupakan salah sau pelengkap ala kebuuhan manusia, misalnya anah, air, energi lisrik, energi panas. Energi Lisrik merupakan Sumber

Lebih terperinci

BAB 2 DASAR TEORI. Studi mengenai aspek teknis dan produksi ini sifatnya sangat strategis, sebab

BAB 2 DASAR TEORI. Studi mengenai aspek teknis dan produksi ini sifatnya sangat strategis, sebab 13 BAB 2 DASAR TEORI 2.1 Aspek Teknis Sudi mengenai aspek eknis dan produksi ini sifanya sanga sraegis, sebab berkaian dengan kapasias proyek, lokasi, aa leak ala produksi, kajian aas bahan dan sumbernya,

Lebih terperinci

ANALISIS FINANSIAL PENGOLAHAN SURIMI DENGAN SKALA MODERN DAN SEMI MODERN. Financial Analysis of Surimi Processing by Modern and Semi-Modern Scale

ANALISIS FINANSIAL PENGOLAHAN SURIMI DENGAN SKALA MODERN DAN SEMI MODERN. Financial Analysis of Surimi Processing by Modern and Semi-Modern Scale ANALISIS FINANSIAL PENGOLAHAN SURIMI DENGAN SKALA MODERN DAN SEMI MODERN Financial Analysis of Surimi Processing by Modern and Semi-Modern Scale Nazori Djazuli 1*, Mia Wahyuni, Daniel Moninja, Ari Purbayano

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS. Kegiatan untuk memperkirakan apa yang akan terjadi pada masa yang akan datang

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS. Kegiatan untuk memperkirakan apa yang akan terjadi pada masa yang akan datang BAB 2 TINJAUAN TEORITIS 2.1 Pengerian dan Manfaa Peramalan Kegiaan unuk mempeirakan apa yang akan erjadi pada masa yang akan daang disebu peramalan (forecasing). Sedangkan ramalan adalah suau kondisi yang

Lebih terperinci

KELAYAKAN INDUSTRI KERUPUK JAMUR TIRAM DI KABUPATEN BOGOR ABSTRACT

KELAYAKAN INDUSTRI KERUPUK JAMUR TIRAM DI KABUPATEN BOGOR ABSTRACT KELAYAKAN INDUSTRI KERUPUK JAMUR TIRAM DI KABUPATEN BOGOR Purwoko dan Yandra Arkeman Deparemen Teknologi Indusri Peranian, Fakulas Teknologi Peranian, IPB ABSTRACT Oyser mushroom can be processed ino various

Lebih terperinci

ANALISIS KELAYAKAN FINANSIAL BUDIDAYA IKAN NILA WANAYASA PADA KELOMPOK PEMBUDIDAYA MEKARSARI

ANALISIS KELAYAKAN FINANSIAL BUDIDAYA IKAN NILA WANAYASA PADA KELOMPOK PEMBUDIDAYA MEKARSARI Analisis Jurnal Akuakulur Kelayakan Finansial Indonesia, Budidaya 6(1): 97 102 Ikan Nila (2007) Wanayasa Available : hp://journal.ipb.ac.id/index.php/jai 97 hp://jurnalakuakulurindonesia.ipb.ac.id Bulan

Lebih terperinci

KELAYAKAN FINANSIAL INVESTASI PABRIK KELAPA SAWIT DI KABUPATEN ACEH UTARA. Asrida Dosen Program Studi Ekonomi Pembangunan Universitas Almuslim ABSTRAK

KELAYAKAN FINANSIAL INVESTASI PABRIK KELAPA SAWIT DI KABUPATEN ACEH UTARA. Asrida Dosen Program Studi Ekonomi Pembangunan Universitas Almuslim ABSTRAK KELAYAKAN FINANSIAL INVESTASI PABRIK KELAPA SAWIT DI KABUPATEN ACEH UTARA Asrida Dosen Program Sudi Ekonomi Pembangunan Universias Almuslim ABSTRAK Kelapa sawi merupakan salah sau primadona anaman perkebunan

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI. Metode Peramalan merupakan bagian dari ilmu Statistika. Salah satu metode

BAB 2 LANDASAN TEORI. Metode Peramalan merupakan bagian dari ilmu Statistika. Salah satu metode 20 BAB 2 LADASA TEORI 2.1. Pengerian Peramalan Meode Peramalan merupakan bagian dari ilmu Saisika. Salah sau meode peramalan adalah dere waku. Meode ini disebu sebagai meode peramalan dere waku karena

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Laar Belakang Perumbuhan ekonomi merupakan salah sau ukuran dari hasil pembangunan yang dilaksanakan khususnya dalam bidang ekonomi. Perumbuhan ersebu merupakan rangkuman laju-laju

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Dalam pelaksanaan pembangunan saat ini, ilmu statistik memegang peranan penting

BAB 1 PENDAHULUAN. Dalam pelaksanaan pembangunan saat ini, ilmu statistik memegang peranan penting BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Laar Belakang Dalam pelaksanaan pembangunan saa ini, ilmu saisik memegang peranan pening baik iu di dalam pekerjaan maupun pada kehidupan sehari-hari. Ilmu saisik sekarang elah melaju

Lebih terperinci

BAB 3 METODOLOGI PEMECAHAN MASALAH

BAB 3 METODOLOGI PEMECAHAN MASALAH BAB 3 METODOLOGI PEMECAHAN MASALAH 3.1 Tahapan Pemecahan Masalah Tahapan pemecahan masalah berfungsi unuk memudahkan dalam mencari jawaban dalam proses peneliian yang dilakukan agar sesuai dengan arah

Lebih terperinci

PENGARUH PENGEMBANGAN KARYAWAN TERHADAP MOTIVASI DAN PRESTASI KERJA KARYAWAN (Studi pada karyawan tetap PT PG Tulangan Sidoarjo)

PENGARUH PENGEMBANGAN KARYAWAN TERHADAP MOTIVASI DAN PRESTASI KERJA KARYAWAN (Studi pada karyawan tetap PT PG Tulangan Sidoarjo) PENGARUH PENGEMBANGAN KARYAWAN TERHADAP MOTIVASI DAN PRESTASI KERJA KARYAWAN (Sudi pada karyawan eap PT PG Tulangan Sidoarjo) Niken Dwi Okavia Heru Susilo Moehammad Soe`oed Hakam Fakulas Ilmu Adminisrasi

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Pertumbuhan ekonomi merupakan salah satu ukuran dari hasil pembangunan yang

BAB 1 PENDAHULUAN. Pertumbuhan ekonomi merupakan salah satu ukuran dari hasil pembangunan yang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Laar Belakang Perumbuhan ekonomi merupakan salah sau ukuran dari hasil pembangunan yang dilaksanakan khususnya dalam bidang ekonomi. Perumbuhan ersebu merupakan rangkuman laju perumbuhan

Lebih terperinci

JIIA, VOLUME 5 No. 2, MEI 2017

JIIA, VOLUME 5 No. 2, MEI 2017 KELAYAKAN USAHA DAN NILAI TAMBAH AGROINDUSTRI TEMPE (The Feasibiliy and Added Value of Tempe Agroindusry) Winani Puspa Arum, Sudarma Widjaya, Lina Marlina Jurusan Agribisnis, Fakulas Peranian, Universias

Lebih terperinci

BAB III METODE DEKOMPOSISI CENSUS II. Data deret waktu adalah data yang dikumpulkan dari waktu ke waktu

BAB III METODE DEKOMPOSISI CENSUS II. Data deret waktu adalah data yang dikumpulkan dari waktu ke waktu BAB III METODE DEKOMPOSISI CENSUS II 3.1 Pendahuluan Daa dere waku adalah daa yang dikumpulkan dari waku ke waku unuk menggambarkan perkembangan suau kegiaan (perkembangan produksi, harga, hasil penjualan,

Lebih terperinci

BAB 4 ANALISIS DAN PEMBAHASAN

BAB 4 ANALISIS DAN PEMBAHASAN BAB 4 ANALISIS DAN EMBAHASAN 4.1 Karakerisik dan Obyek eneliian Secara garis besar profil daa merupakan daa sekunder di peroleh dari pusa daa saisik bursa efek Indonesia yang elah di publikasi, daa di

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Perekonomian dunia telah menjadi semakin saling tergantung pada

BAB I PENDAHULUAN. Perekonomian dunia telah menjadi semakin saling tergantung pada BAB I PENDAHULUAN A. Laar Belakang Masalah Perekonomian dunia elah menjadi semakin saling erganung pada dua dasawarsa erakhir. Perdagangan inernasional merupakan bagian uama dari perekonomian dunia dewasa

Lebih terperinci

III KERANGKA PEMIKIRAN

III KERANGKA PEMIKIRAN III KERANGKA PEMIKIRAN 3.1 Teori Risiko Produksi Dalam eori risiko produksi erlebih dahulu dijelaskan mengenai dasar eori produksi. Menuru Lipsey e al. (1995) produksi adalah suau kegiaan yang mengubah

Lebih terperinci

JIIA, VOLUME 4 No. 1, JANUARI 2016

JIIA, VOLUME 4 No. 1, JANUARI 2016 ANALISIS FINANSIAL USAHA TERNAK AYAM PROBIOTIK : STUDI KASUS: KPA BERKAT USAHA BERSAMA, KOTA METRO (Financial Analysis Of Probioic Chickens Farming : Case Sudy: KPA Berka Usaha Bersama, Mero Ciy) Bayu

Lebih terperinci

ANALISIS DIRECT SELLING COST DALAM MENINGKATKAN VOLUME PENJUALAN Studi kasus pada CV Cita Nasional.

ANALISIS DIRECT SELLING COST DALAM MENINGKATKAN VOLUME PENJUALAN Studi kasus pada CV Cita Nasional. JURNAL ILMIAH RANGGAGADING Volume 7 No. 1, April 7 : 3-9 ANALISIS DIRECT SELLING COST DALAM MENINGKATKAN VOLUME PENJUALAN Sudi kasus pada CV Cia Nasional. Oleh Emmy Supariyani* dan M. Adi Nugroho *Dosen

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN TEORITIS

BAB II TINJAUAN TEORITIS BAB II TIJAUA TEORITIS 2.1 Peramalan (Forecasing) 2.1.1 Pengerian Peramalan Peramalan dapa diarikan sebagai beriku: a. Perkiraan aau dugaan mengenai erjadinya suau kejadian aau perisiwa di waku yang akan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Propinsi Sumatera Utara merupakan salah satu propinsi yang mempunyai

BAB 1 PENDAHULUAN. Propinsi Sumatera Utara merupakan salah satu propinsi yang mempunyai BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Laar Belakang Propinsi Sumaera Uara merupakan salah sau propinsi yang mempunyai perkembangan yang pesa di bidang ransporasi, khususnya perkembangan kendaraan bermoor. Hal ini dapa

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Laar Belakang Masalah Dalam sisem perekonomian suau perusahaan, ingka perumbuhan ekonomi sanga mempengaruhi kemajuan perusahaan pada masa yang akan daang. Pendapaan dan invesasi merupakan

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS. dari bahasa Yunani yang berarti Demos adalah rakyat atau penduduk,dan Grafein

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS. dari bahasa Yunani yang berarti Demos adalah rakyat atau penduduk,dan Grafein BAB 2 TINJAUAN TEORITIS 2.1 Pengerian Demografi Keadaan penduduk sanga era kaiannya dengan demografi. Kaa demografi berasal dari bahasa Yunani yang berari Demos adalah rakya aau penduduk,dan Grafein adalah

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI. Peramalan adalah kegiatan untuk memperkirakan apa yang akan terjadi di masa yang

BAB 2 LANDASAN TEORI. Peramalan adalah kegiatan untuk memperkirakan apa yang akan terjadi di masa yang BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Pengerian Peramalan Peramalan adalah kegiaan unuk memperkirakan apa yang akan erjadi di masa yang akan daang. Sedangkan ramalan adalah suau aau kondisi yang diperkirakan akan erjadi

Lebih terperinci

Analisis Finansial Usaha Penggemukan Sapi Peranakan Friesian Holstein (PFH) Jantan di Kecamatan Selo Kabupaten Boyolali

Analisis Finansial Usaha Penggemukan Sapi Peranakan Friesian Holstein (PFH) Jantan di Kecamatan Selo Kabupaten Boyolali Tropical Animal Husbandry Vol. 1 (1), Okober 2012:43-51 ISSN 2301-9921 Analisis Finansial Usaha Penggemukan Sapi Peranakan Friesian Holsein (PFH) Janan di Kecamaan Selo Kabupaen Boyolali N. Diamojo, S.

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Laar Belakang Pada dasarnya peramalan adalah merupakan suau dugaan aau perkiraan enang erjadinya suau keadaan di masa depan. Akan eapi dengan menggunakan meodemeode erenu peramalan

Lebih terperinci

3 METODE PENELITIAN. Gambar 5 Peta lokasi penelitian. PETA PENELITIAN DI KABUPATEN ACEH JAYA. Lokasi sampel. Lokasi Penelitian

3 METODE PENELITIAN. Gambar 5 Peta lokasi penelitian. PETA PENELITIAN DI KABUPATEN ACEH JAYA. Lokasi sampel. Lokasi Penelitian 3 METODE PENELITIAN 3.1 Tempa dan Waku Peneliian Peneliian ini dilaksanakan di pesisir Kabupaen Aceh Jaya di Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam. Peneliian ini dilaksanakan pada bulan Agusus 2008 sampai

Lebih terperinci

372 ZIRAA AH, Volume 41 Nomor 3, Oktober 2016 Halaman ISSN ELEKTRONIK

372 ZIRAA AH, Volume 41 Nomor 3, Oktober 2016 Halaman ISSN ELEKTRONIK 372 REVITALISASI INDUSTRI KEHUTANAN DALAM PENGELOLAAN HUTAN TANAMAN RAKYAT UNTUK PEMBERDAYAAN KELUARGA PETANI DAN MENDUKUNG INDUSTRI PLYWOOD DI PROVINSI KALIMANTAN TIMUR (Revializaion Of The Foresry Indusry

Lebih terperinci

KELAYAKAN PENGUSAHAAN PALA DI JAWA BARAT

KELAYAKAN PENGUSAHAAN PALA DI JAWA BARAT KELAYAKAN PENGUSAHAAN PALA DI JAWA BARAT Bedy Sudjarmoko Balai Peneliian Tanaman Rempah dan Aneka Tanaman Indusri Indonesian Spice and Indusrial Crop Research Insiue ABSTRAK Jawa Bara merupakan salah sau

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. Peramalan (Forecasting) adalah suatu kegiatan yang mengestimasi apa yang akan

BAB II LANDASAN TEORI. Peramalan (Forecasting) adalah suatu kegiatan yang mengestimasi apa yang akan BAB II LADASA TEORI 2.1 Pengerian peramalan (Forecasing) Peramalan (Forecasing) adalah suau kegiaan yang mengesimasi apa yang akan erjadi pada masa yang akan daang dengan waku yang relaif lama (Assauri,

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Defenisi Persediaan Persediaan adalah barang yang disimpan unuk pemakaian lebih lanju aau dijual. Persediaan dapa berupa bahan baku, barang seengah jadi aau barang jadi maupun

Lebih terperinci

ANALISIS ECONOMIC ENGINEERING PADA INVESTASI HOTEL GRAND CENTRAL KOTA PEKANBARU. Arifal Hidayat

ANALISIS ECONOMIC ENGINEERING PADA INVESTASI HOTEL GRAND CENTRAL KOTA PEKANBARU. Arifal Hidayat ANALISIS ECONOMIC ENGINEERING PADA INVESTASI HOTEL GRAND CENTRAL KOTA PEKANBARU Arifal Hidaya Analisis Economic Engineering ABSTRAK Tujuan uama dari peneliian ini adalah unuk menganalisa invesasi pembangunan

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. yang akan datang. Peramalan menjadi sangat penting karena penyusunan suatu

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. yang akan datang. Peramalan menjadi sangat penting karena penyusunan suatu BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengerian Peramalan Peramalan adalah kegiaan memperkirakan apa yang erjadi pada waku yang akan daang sedangkan rencana merupakan penenuan apa yang akan dilakukan pada waku yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. universal, disemua negara tanpa memandang ukuran dan tingkat. kompleks karena pendekatan pembangunan sangat menekankan pada

BAB I PENDAHULUAN. universal, disemua negara tanpa memandang ukuran dan tingkat. kompleks karena pendekatan pembangunan sangat menekankan pada BAB I PENDAHULUAN A. Laar Belakang Disparias pembangunan ekonomi anar daerah merupakan fenomena universal, disemua negara anpa memandang ukuran dan ingka pembangunannya. Disparias pembangunan merupakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Suatu negara yang memutuskan untuk menempuh kebijakan hutang

BAB I PENDAHULUAN. Suatu negara yang memutuskan untuk menempuh kebijakan hutang BAB I PENDAHULUAN A. Laar Belakang Masalah Suau negara yang memuuskan unuk menempuh kebijakan huang luar negeri biasanya didasari oleh alasan-alasan yang dianggap rasional dan pening. Huang luar negeri

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI. Pengangguran atau tuna karya merupakan istilah untuk orang yang tidak mau bekerja

BAB 2 LANDASAN TEORI. Pengangguran atau tuna karya merupakan istilah untuk orang yang tidak mau bekerja BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Pengerian Pengangguran Pengangguran aau una karya merupakan isilah unuk orang yang idak mau bekerja sama sekali, sedang mencari kerja, bekerja kurang dari dua hari selama seminggu,

Lebih terperinci

PENGGUNAAN KONSEP FUNGSI CONVEX UNTUK MENENTUKAN SENSITIVITAS HARGA OBLIGASI

PENGGUNAAN KONSEP FUNGSI CONVEX UNTUK MENENTUKAN SENSITIVITAS HARGA OBLIGASI PENGGUNAAN ONSEP FUNGSI CONVEX UNU MENENUAN SENSIIVIAS HARGA OBLIGASI 1 Zelmi Widyanuara, 2 Ei urniai, Dra., M.Si., 3 Icih Sukarsih, S.Si., M.Si. Maemaika, Universias Islam Bandung, Jl. amansari No.1 Bandung

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dalam pembicaraan sehari-hari, bank dikenal sebagai lembaga keuangan yang

BAB I PENDAHULUAN. Dalam pembicaraan sehari-hari, bank dikenal sebagai lembaga keuangan yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Laar Belakang Dalam pembicaraan sehari-hari, bank dikenal sebagai lembaga keuangan yang kegiaan uamanya menerima simpanan giro, abungan dan deposio. Kemudian bank juga dikenal sebagai

Lebih terperinci

Jurnal Edik Informatika. Peramalan Kebutuhan Manajemen Logistik Pada Usaha Depot Air Minum Isi Ulang Al-Fitrah

Jurnal Edik Informatika. Peramalan Kebutuhan Manajemen Logistik Pada Usaha Depot Air Minum Isi Ulang Al-Fitrah Jurnal Edik Informaika Peneliian Bidang Kompuer Sains dan Pendidikan Informaika V.i(5-4) Peramalan Kebuuhan Manajemen Logisik Pada Usaha Depo Air Minum Isi Ulang Al-Firah Henny Yulius, Islami Yei Universias

Lebih terperinci

BAB 2 KINEMATIKA. A. Posisi, Jarak, dan Perpindahan

BAB 2 KINEMATIKA. A. Posisi, Jarak, dan Perpindahan BAB 2 KINEMATIKA Tujuan Pembelajaran 1. Menjelaskan perbedaan jarak dengan perpindahan, dan kelajuan dengan kecepaan 2. Menyelidiki hubungan posisi, kecepaan, dan percepaan erhadap waku pada gerak lurus

Lebih terperinci

MODEL OPTIMASI PENGGANTIAN MESIN PEMECAH KULIT BERAS MENGGUNAKAN PEMROGRAMAN DINAMIS (PABRIK BERAS DO A SEPUH)

MODEL OPTIMASI PENGGANTIAN MESIN PEMECAH KULIT BERAS MENGGUNAKAN PEMROGRAMAN DINAMIS (PABRIK BERAS DO A SEPUH) Journal Indusrial Servicess Vol. No. Okober 0 MODEL OPTIMASI PENGGANTIAN MESIN PEMECAH KULIT BERAS MENGGUNAKAN PEMROGRAMAN DINAMIS (PABRIK BERAS DO A SEPUH) Abdul Gopar ) Program Sudi Teknik Indusri Universias

Lebih terperinci

LATIHAN SOAL KWU XII

LATIHAN SOAL KWU XII LATIHAN SOAL KWU XII A. Pilihan Ganda Pilihlah jawaban yang paling epa dengan memilih huruf a, b, c, d aau e dalam lembar jawab online. 1. Seorang wirausahawan bersedia menyerahkan pengelolaan bisnisnya

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Kabupaten Labuhan Batu merupakan pusat perkebunan kelapa sawit di Sumatera

BAB 1 PENDAHULUAN. Kabupaten Labuhan Batu merupakan pusat perkebunan kelapa sawit di Sumatera BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Laar Belakang Kabupaen Labuhan Bau merupakan pusa perkebunan kelapa sawi di Sumaera Uara, baik yang dikelola oleh perusahaan negara / swasa maupun perkebunan rakya. Kabupaen Labuhan

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS. Peramalan adalah kegiatan untuk memperkirakan apa yang akan terjadi di masa

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS. Peramalan adalah kegiatan untuk memperkirakan apa yang akan terjadi di masa BAB 2 TINJAUAN TEORITI 2.1. Pengerian-pengerian Peramalan adalah kegiaan unuk memperkirakan apa yang akan erjadi di masa yang akan daang. edangkan ramalan adalah suau siuasi aau kondisi yang diperkirakan

Lebih terperinci

BAB III. Pada bab ini akan dijelaskan mengenai tahapan perhitungan untuk menilai

BAB III. Pada bab ini akan dijelaskan mengenai tahapan perhitungan untuk menilai BAB III PENILAIAN HARGA WAJAR SAHAM PAA SEKTOR INUSTRI BATUBARA ENGAN MENGGUNAKAN TRINOMIAL IVIEN ISCOUNT MOEL 3.. Pendahuluan Pada bab ini akan dijelaskan mengenai ahapan perhiungan unuk menilai harga

Lebih terperinci

Tuanku Zakaria 1, Zakiah 1, Indra 1 * 1 Program Studi Agribisnis, Fakultas Pertanian, Universitas Syiah Kuala

Tuanku Zakaria 1, Zakiah 1, Indra 1 * 1 Program Studi Agribisnis, Fakultas Pertanian, Universitas Syiah Kuala Jurnal Ilmiah Mahasiswa Peranian Unsyiah PROSPEK PENGEMBANGAN USAHA PENGGEMUKANN SAPI POTONG SECARA INTENSIF ( STUDI KASUS PADA UD.NIWATORI DI GAMPONG MEUNASAH KRUENG KECAMATAN INGIN JAYA KABUPATEN ACEH

Lebih terperinci

B a b 1 I s y a r a t

B a b 1 I s y a r a t TKE 305 ISYARAT DAN SISTEM B a b I s y a r a Indah Susilawai, S.T., M.Eng. Program Sudi Teknik Elekro Fakulas Teknik dan Ilmu Kompuer Universias Mercu Buana Yogyakara 009 BAB I I S Y A R A T Tujuan Insruksional.

Lebih terperinci

MENINGKATKAN KEMAMPUAN MEMECAHKAN MASALAH SISWA MELALUI PEMBELAJARAN PEMBERIAN TUGAS LEMBARAN KERJA SECARA KELOMPOK. Oleh: Yoyo Zakaria Ansori

MENINGKATKAN KEMAMPUAN MEMECAHKAN MASALAH SISWA MELALUI PEMBELAJARAN PEMBERIAN TUGAS LEMBARAN KERJA SECARA KELOMPOK. Oleh: Yoyo Zakaria Ansori MENINGKATKAN KEMAMPUAN MEMECAHKAN MASALAH SISWA MELALUI PEMBELAJARAN PEMBERIAN TUGAS LEMBARAN KERJA SECARA KELOMPOK Oleh: Yoyo Zakaria Ansori Peneliian ini dilaarbelakangi rendahnya kemampuan memecahkan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Peneliian Jenis peneliian kuaniaif ini dengan pendekaan eksperimen, yaiu peneliian yang dilakukan dengan mengadakan manipulasi erhadap objek peneliian sera adanya konrol.

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. Persediaan dapat diartikan sebagai barang-barang yang disimpan untuk digunakan atau

BAB II LANDASAN TEORI. Persediaan dapat diartikan sebagai barang-barang yang disimpan untuk digunakan atau BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Pengerian Persediaan Persediaan dapa diarikan sebagai barang-barang yang disimpan unuk digunakan aau dijual pada masa aau periode yang akan daang. Persediaan erdiri dari bahan

Lebih terperinci

IV METODE PENELITIAN

IV METODE PENELITIAN IV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waku Peneliian Peneliian yang dilakukan mengenai analisis perencanaan pengadaan una berdasarkan ramalan ime series volume ekspor una loin beku di PT Tridaya Eramina

Lebih terperinci

ANALISA SENSITIVITAS KELAYAKAN USAHA PT. JASA MARINA INDAH DENGAN BEROPERASINYA GRAVING DOCK DWT

ANALISA SENSITIVITAS KELAYAKAN USAHA PT. JASA MARINA INDAH DENGAN BEROPERASINYA GRAVING DOCK DWT ANALISA SENSITIVITAS KELAYAKAN USAHA PT. JASA MARINA INDAH DENGAN BEROPERASINYA GRAVING DOCK 18.000 DWT Sukano Jamiko, Imam Pujo M Program Sudi S1 Teknik Perkapalan Fakulas Teknik Universias Diponegoro

Lebih terperinci

MODEL PENGANGKUTAN SAMPAH DI KOTA BANGLI

MODEL PENGANGKUTAN SAMPAH DI KOTA BANGLI MODEL PENGANGKUTAN SAMPAH DI KOTA BANGLI Pande N. Sari Saraswai 1, I G. B. Sila Dharma 2, I Gs. Keu Sudipa 2 Absrak : Pengangkuan sampah di Koa Bangli saa ini menggunakan pola individual langsung (door

Lebih terperinci

JIIA, VOLUME 2 No. 2, APRIL Yunica Safitri, Zainal Abidin, Novi Rosanti ABSTRACT

JIIA, VOLUME 2 No. 2, APRIL Yunica Safitri, Zainal Abidin, Novi Rosanti ABSTRACT KINERJA DAN NILAI TAMBAH AGROINDUSTRI SABUT KELAPA PADA KAWASAN USAHA AGROINDUSTRI TERPADU (KUAT) DI KECAMATAN PESISIR SELATAN KABUPATEN PESISIR BARAT (Performance And Added Value of CocoFiber Agroindusry

Lebih terperinci

BAB III METODE PEMULUSAN EKSPONENSIAL TRIPEL DARI WINTER. Metode pemulusan eksponensial telah digunakan selama beberapa tahun

BAB III METODE PEMULUSAN EKSPONENSIAL TRIPEL DARI WINTER. Metode pemulusan eksponensial telah digunakan selama beberapa tahun 43 BAB METODE PEMUUAN EKPONENA TRPE DAR WNTER Meode pemulusan eksponensial elah digunakan selama beberapa ahun sebagai suau meode yang sanga berguna pada begiu banyak siuasi peramalan Pada ahun 957 C C

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. yang akan datang. Peramalan menjadi sangat penting karena penyusunan suatu

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. yang akan datang. Peramalan menjadi sangat penting karena penyusunan suatu BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengerian Peramalan Peramalan adalah kegiaan memperkirakan apa yang erjadi pada waku yang akan daang sedangkan rencana merupakan penenuan apa yang akan dilakukan pada waku yang

Lebih terperinci

1.1. Latar Belakang 1.2. Maksud, Tujuan, Manfaat dan Sasaran 1.3. Ruang Lingkup Kegiatan 1.4. Sistematika Penulisan

1.1. Latar Belakang 1.2. Maksud, Tujuan, Manfaat dan Sasaran 1.3. Ruang Lingkup Kegiatan 1.4. Sistematika Penulisan .. Laar Belakang.2. Maksud, Tujuan, Manfaa dan Sasaran.3. Ruang Lingkup Kegiaan.4. Sisemaika Penulisan Penyusunan Incremenal Capial Oupu Raio Kabupaen Sinang 2008-203 PENDAHULUAN.. Laar Belakang Pembangunan

Lebih terperinci

3 METODOLOGI. 3.1 Waktu dan Tempat

3 METODOLOGI. 3.1 Waktu dan Tempat 23 3 METODOLOGI 3. Waku dan Tempa Peneliian dilakukan pada bulan Mei 200 sampai Mei 20. Pengambilan daa dilakukan di Perairan Selaan Prigi dan Pelabuhan Perikanan Nusanara (PPN) Prigi, Trenggalek, Jawa

Lebih terperinci

Pemodelan Data Runtun Waktu : Kasus Data Tingkat Pengangguran di Amerika Serikat pada Tahun

Pemodelan Data Runtun Waktu : Kasus Data Tingkat Pengangguran di Amerika Serikat pada Tahun Pemodelan Daa Runun Waku : Kasus Daa Tingka Pengangguran di Amerika Serika pada Tahun 948 978. Adi Seiawan Program Sudi Maemaika, Fakulas Sains dan Maemaika Universias Krisen Saya Wacana, Jl. Diponegoro

Lebih terperinci

BAB 4 METODOLOGI PENELITIAN

BAB 4 METODOLOGI PENELITIAN BAB 4 METODOLOGI PENELITIAN 4.1. Model Rumusan Masalah dan Pengambilan Kepuusan Model rumusan masalah dan pengambilan kepuusan yang digunakan dalam menyelesaikan skripsi ini dimulai dari observasi lapangan

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Konsep Proses Die Casing Dasar dari die casing proses erdiri dari injeksi logam cair dalam ekanan yang inggi ke dalam ceakan yang disebu die dan dibiarkan membeku. Tipe Mesin die

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI 35 BAB LANDASAN TEORI Meode Dekomposisi biasanya mencoba memisahkan iga komponen erpisah dari pola dasar yang cenderung mencirikan dere daa ekonomi dan bisnis. Komponen ersebu adalah fakor rend (kecendrungan),

Lebih terperinci

VARIABEL-VARIABEL YANG MEMPENGARUHI ACTUAL SYSTEM USAGE (ASU) PADA PEMANFAATAN STUDENTSITE

VARIABEL-VARIABEL YANG MEMPENGARUHI ACTUAL SYSTEM USAGE (ASU) PADA PEMANFAATAN STUDENTSITE VARIABEL-VARIABEL YANG MEMPENGARUHI ACTUAL SYSTEM USAGE (ASU) PADA PEMANFAATAN STUDENTSITE Indra Nurhadi Program Sudi Manajemen Ekonomi, Fakulas Ekonomi, Universias Gunadarma Jl. Akses Kelapa Dua Cimanggis,

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Pengerian Supply Chain Managemen Supply chain managemen merupakan pendekaan aau meode dalam memanajemen hubungan perusahaan dengan supplier dan konsumen yang erjadi pada pengendalian

Lebih terperinci