KENDALI OPTIMAL PADA PENGADAAN BAHAN MENTAH DENGAN KEBIJAKAN PENGADAAN TEPAT WAKTU, PERGUDANGAN, DAN PENUNDAAN. Oleh: Darsih Idayani

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "KENDALI OPTIMAL PADA PENGADAAN BAHAN MENTAH DENGAN KEBIJAKAN PENGADAAN TEPAT WAKTU, PERGUDANGAN, DAN PENUNDAAN. Oleh: Darsih Idayani"

Transkripsi

1 KENDALI OPTIMAL PADA PENGADAAN BAHAN MENTAH DENGAN KEBIJAKAN PENGADAAN TEPAT WAKTU, PERGUDANGAN, DAN PENUNDAAN Oleh: Darsih Idayani Dosen Pembimbing: Subchan, Ph.D Jurusan Maemaika Fakulas Maemaika dan Ilmu Pengeahuan Alam Insiu Teknologi Sepuluh Nopember Surabaya 21 ABSTRAK Meningkanya persaingan global saa ini menunu perusahaan-perusahaan unuk menemukan poensi penghemaan biaya produksi. Salah sau hal yang berpoensi unuk menghema biaya produksi adalah dengan meminimumkan biaya pengadaan bahan menah. Pada Tugas Akhir ini digunakan eori kendali opimal unuk mencari solusi opimal pada permasalahan pengadaan bahan menah dengan kebijakan pengadaan epa waku, pergudangan, dan penundaan. Dengan menerapkan Ponryagin s Maximum Principle (PMP) dicari biaya pengadaan bahan menah yang opimal dengan mendapakan nilai Ne Presen Value () minimum. Kemudian disimulasikan dengan menggunakan sofware Malab berdasarkan daa parameer pada paper Raw Maerial Procuremen wih Flucuaing Prices. Dari hasil penyelesaian model pengadaan bahan menah dengan kebijakan pengadaan epa waku, pergudangan, dan penundaan diperoleh biaya pengadaan yang lebih opimal daripada biaya pengadaan bahan menah yang hanya menerapkan kebijakan pengadaan epa waku. Kaa kunci: Kendali opimal, Pengadaan bahan menah,, PMP. 1. Pendahuluan Persaingan dunia indusri saa ini idak lagi erbaas secara lokal, eapi mencakup kawasan regional dan global. Seiap perusahaan berlomba-lomba mencari cara agar mampu bersaing dan memiliki keunggulan kompeiif sehingga dapa eap hidup dan erus berkembang. Perusahaan idak hanya diunu unuk menerapkan sraegi jiu agar dapa meningkakan keunggulan bersaing, eapi juga melakukan perbaikan dan evaluasi manajemen unuk meningkakan performa dan kualias secara keseluruhan, salah saunya adalah manajemen invenori (persediaan). Invenori adalah suau persediaan (sok) bahan yang dipakai unuk memudahkan produksi aau unuk memuaskan perminaan pelanggan. Invenori secara khusus melipui bahan baku/bahan menah (raw maerials), barang seengah jadi (work in process), dan barang jadi (finished goods) [3]. Tersedianya bahan menah uama yang cukup merupakan fakor pening unuk menjamin kelancaran proses produksi perusahaan. Kekurangan persediaan bahan menah dapa berakiba erheninya proses produksi karena habisnya bahan unuk diproses. Oleh karena iu mereka diunu unuk dapa menyediakan bahan menah epa pada wakunya agar idak mengalami backlogging (idak dapa memenuhi perminaan pelanggan karena idak mempunyai persediaan bahan menah). Akan eapi erlalu besarnya persediaan bahan menah aau banyaknya persediaan (over sock) dapa berakiba meningkanya biaya penyimpanan (holding cos) dan munculnya pemborosan-pemborosan yang semesinya idak perlu erjadi selama penyimpanan 1

2 di gudang seperi sok bahan menah yang menganggur aau menunggu diproduksi. Padahal beberapa bahan menah memiliki anggal kedaluwarsa, jika prediksi peramalan salah akan mengakibakan banyaknya bahan menah yang kedaluwarsa dan akhirnya bahan menah ersebu hanya dapa dibuang. Unuk mengaasi permasalahan di aas, diperlukan perencanaan dan pengelolaan yang epa dalam pengadaan bahan menah. Pengadaan bahan menah dilakukan pada periode waku erenu, apalagi dengan harga bahan menah yang flukuaif, perusahaan harus memperhiungkan ingka suku bunga yang berlaku pada waku iu, dan nilai ekonomis pada waku yang akan daang (Ne Presen Value). Pada Tugas Akhir ini, digunakan eori kendali opimal unuk menyelesaikan masalah pengadaan bahan menah dengan kebijakan pengadaan epa waku, pergudangan, dan penundaan. Dengan mengaplikasikan Ponryagin s Maximum Principle (PMP) dicari biaya pengadaan bahan menah yang opimal dengan mendapakan nilai Ne Presen Value () minimum. Kemudian disimulasikan dengan menggunakan sofware Malab berdasarkan daa parameer pada paper Raw Maerial Procuremen wih Flucuaing Prices. 2. Meode Peneliian Meode yang digunakan pada Tugas Akhir dalam menyelesaikan permasalahan adalah: 1. Sudi Lieraur 2. Penyelesaian konrol opimal 3. Mencari linasan opimal pada seiap periode kebijakan 4. Simulasi 5. Kesimpulan dan saran 3. Tinjauan Pusaka 3.1 Model Pengadaan Bahan Menah. Ne Presen Value () adalah nilai sekarang dari sejumlah uang yang akan dierima dimasa yang akan daang dan dikonversikan kemasa sekarang dengan mengunakan ingka suku bunga (discoun rae) [5]. digunakan unuk menganalisis Discouned Cash Flow (DCF) dan merupakan meode sandar unuk menaksir kondisi finansial dari proyek jangka panjang. dari arus kas unggal unuk sisem waku yang diskri merupakan pembagian oleh nilai 1 ambah raa-raa bunga unuk iap periode waku yang akan berlalu. Jadi unuk mendapakan unuk sisem waku yang diskri dilakukan discouning dengan fakor pemoongan sebesar. Sedangkan unuk sisem waku yang koninu digunakan fakor pemoongan sebesar [12]. Dengan kaa lain unuk sisem waku yang diskri dapa diformulasikan sebagai beriku aau unuk sisem waku yang koninu. dengan: R : arus kas bersih (ne cash flow) pada waku ke- r : ingka suku bunga : waku invesasi 3.2 Ne Presen Value () Model pengadaan bahan menah yang dibahas adalah pengadaan bahan menah dengan kebijakan pengadaan epa waku, pergudangan, dan penundaan. Kapasias gudang yang erbaas akan mengakibakan jumlah persediaan bahan menah x() idak boleh melebihi kapasias gudang w. Sedangkan kebijakan penundaan yang dierapkan akan menimbulkan biaya penundaan, sehingga biaya penyimpanannya adalah minimum dari biaya pengadaan bahan menah adalah sebagai beriku [2] dengan sisem dinamik 2

3 dan kendala dengan: p() : harga bahan menah pada waku ke- u() : ingka pengadaan bahan menah pada waku ke- h() : biaya penyimpanan pada waku ke- x() : ingka sok (persediaan) bahan menah pada waku ke- d() : ingka perminaan pada waku ke- w : kapasias gudang b : baas bawah penundaan r : ingka suku bunga : waku 2. Spesifikasi dari fungsi ujuan. 3. Menenukan kondisi baas dan kendala fisik pada keadaan (sae) dan aau kendali. Pada umumnya, masalah kendali opimal dalam benuk ungkapan maemaik dapa diformulasikan sebagai beriku. Dengan ujuan mencari kendali yang mengopimalkan (memaksimumkan aau meminimumkan) fungsi ujuan dengan kendala 3.3 Masalah Kendali Opimal Gambar 3.1 Skema Kendali Pada Gambar di aas didiskripsikan bagaimana mendapakan kendali opimal (anda * menyaakan kondisi opimal) yang akan mendorong dan mengaur sisem P dari keadaan awal sampai keadaan akhir dengan beberapa kendala. Kendali dengan keadaan dan waku yang sama dapa dienukan nilai opimum berdasarkan fungsi ujuan yang diberikan. Formulasi pada permasalahan kendali opimal [7] adalah sebagai beriku 1. Mendiskripsikan proses secara maemaika arinya mendapakan meode maemaika dari proses erjadinya pengendalian (secara umum dalam benuk variabel keadaan). 3.4 Prinsip Maksimum Ponryagin dengan Kendali Terbaas Prinsip maksimum merupakan suau kondisi sehingga dapa diperoleh penyelesaian kendali opimal yang sesuai dengan ujuan, yaiu meminimalkan fungsi ujuan dimana kendali erbaas pada. Prinsip ini menyaakan secara informal bahwa persamaan Hamilonian akan dimaksimalkan sepanjang yang merupakan himpunan kendali yang mungkin [4]. Beriku ini merupakan persamaan Hamilonian Karena kendali erbaas ( ), maka dibenuk Persamaan Hamilonian-Lagrangian sebagai beriku Maka kondisi perlu (necessary condiion) unuk mencapai kondisi opimal adalah 3

4 1. Kondisi sasioner 2. Persamaan sae dan co-sae dengan dan. 3.5 Formulasi Curren Value Dalam manajemen sains dan masalah ekonomi, fungsi ujuan biasanya diformulasikan dalam benuk nilai waku dari uang aau peralaan. Aliran uang aau peralaan yang akan daang biasanya discouned. Misalkan kia asumsikan adalah ingka poongan (discoun rae) koninu yang konsan. Fungsi ujuan yang discouned merupakan kasus yang khusus dari fungsi ujuan dengan asumsi bahwa keerganungan fungsi erhadap waku hanya erjadi karena adanya fakor pemoongan aau discoun facor [8]. Dengan fungsi ujuan yang discouned, kondisi perlu (necessary condiion) unuk mencapai kondisi opimal adalah 1. Kondisi sasioner 2. Persamaan sae dan co-sae dengan dan. 3.6 Kendali Bang-bang dan Singular Kesulian dalam menerapkan Prinsip Minimum Ponryagin dapa diaasi dengan menggunakan kendali bang-bang dan singular. Hal ini erjadi keika persamaan Hamilonian berganung secara linier dengan kendali. Jika kendali muncul secara linier dalam Hamilonian, yang opimal idak dapa dienukan dari kondisi. Karena erbaas maka dapa dieapkan Hamilonian yang maksimum seperi dibawah ini [1] disebu fungsi swiching yang dapa bernilai posiif, negaif, aau nol. Sehingga penyelesaian ini disebu dengan kendali bang-bang. Perubahan kendali dari ke erjadi keika berubah nilai dari negaif ke posiif. Dalam kasus ini, bernilai nol pada inerval waku erbaas yang disebu sebagai kendali singular. Pada inerval ersebu, kendali dapa dicari dari hasil derivaif berulang yang berganung erhadap waku sampai kendali ampak secara eksplisi. Sehingga kendali pada inerval ini disebu syara kondisi kesingularan koninu. Kendali ini akan menghasilkan busur singular yang opimal jika memenuhi [8]: 1. Persamaan Hamilonian. 2. Kondisi Kelley yang dinyaakan oleh persamaan sebagai beriku:, k =, 1, Kondisi ini disebu juga kondisi umum Legendre Clebs yang menjamin persamaan Hamilonian akan opimal di sepanjang busur singular. 3.7 Pendekaan Pemrograman Nonlinier Pemrograman nonlinier (Nonlinear Programming) digunakan unuk diskriisasi masalah kendali opimal dan menginerpreasikan hasilnya sebagai masalah opimasi berdimensi ak hingga 4

5 [1]. Misalkan erdapa masalah opimasi seperi beriku ini: dengan kendala, i = 1, m dimana fungsi ujuan dan fungsi kendala di aas diasumsikan koninu diferensiabel. Permasalahannya adalah unuk mencari solusi yang meminimalkan fungsi ujuan dengan memenuhi kendala di aas. Beriku ini merupakan fungsi Lagrange Karena kendali dibaasi, maka Fungsi Hamilonian-Lagrange diperoleh dari curren value Hamilonian diambah pengali Lagrange dan yang dikalikan dengan baas bawah yang ada pada model yaiu baas bawah dan. Sedangkan dikalikan dengan kendala kapasias gudang dimana,, dan. dimana, i = 1, m, merupakan pengali Lagrange. Agar opimal secara lokal, harus memenuhi kondisi perlu orde perama Karush- Kuhn-Tucker (KKT). Kondisi KKT merupakan generalisasi dari meode pengali Lagrange unuk kendala peridaksamaan. Beriku ini merupakan kondisi KKT yang harus dipenuhi [9], j = 1, n Kondisi perlu yang dibenuk oleh PMP adalah a. Kondisi sasioner, i = 1, m, i = 1, m b. Persamaan sae, i = 1, m 4. Hasil dan Pembahasan 4.1 Penerapan Teori Kendali Opimal pada Model Pengadaan Bahan Menah Unuk menyelesaikan model pengadaan bahan menah dengan menggunakan eori kendali opimal, hal perama yang harus dilakukan adalah menenukan fungsi Hamilonian dan Hamilonian-Lagrangian. c. Persamaan co-sae Kondisi perlu yang dibenuk dengan KKT yang harus dipenuhi unuk mencapai kondisi opimal adalah sebagai beriku 5

6 ,,,,,, Kendali muncul secara linier dalam Hamilonian sehingga yang opimal idak dapa dienukan dari kondisi (fungsi swiching). Karena erbaas maka dapa dieapkan Hamilonian yang maksimum seperi dibawah ini Pada kendali opimal diaas dapa dieapkan bahwa keika unuk memenuhi perminaan. Oleh karena iu dapa diulis kembali menjadi 4.2 Solusi Opimal Model Pengadaan Bahan Menah Sifa-sifa pada Penyelesaian Model Pengadaan Bahan Menah Sifa 1: Jika margin harga bahan menah meningka melebihi dari ingka suku bunga (discoun rae) dikali harga bahan menah sekarang diambah biaya penyimpanan, maka penerapan kebijakan pergudangan lebih baik daripada pengadaan JIT dan kedua kebijakan ersebu idak dapa erjadi secara bersamaan. Dari sifa 1 diperoleh kesimpulan: 1. Kebijakan pergudangan dan JIT idak dapa erjadi pada waku yang sama. 2. Kondisi mengidenifikasikan calon iik unuk memasuki inerval persediaan posiif (pergudangan)., Sifa 2: Jika margin harga bahan menah menurun melampaui keunungan penundaan pengadaan, maka penerapan penundaan lebih baik daripada penerapan pengadaan JIT. Pada saa ada perminaan yang harus dipenuhi eapi persediaan bahan menah idak ada sehingga harus diakumulasikan unuk dipenuhi di lain waku, berari sama seperi persediaan bernilai negaif dan angka pengadaan bahan menah sama dengan nol. Dengan kaa lain penerapan penundaan dan JIT idak erjadi secara bersamaan. Dari sifa 2 diperoleh kesimpulan: 1. Kebijakan penundaan dan JIT idak dapa erjadi pada waku yang sama. 2. Kondisi mengidenifikasikan calon iik unuk mengakhiri penundaan aau keluar dari inerval persediaan negaif (penundaan). Sifa 3: Penerapan kebijakan pergudangan dan pengadaan JIT dapa erjadi secara bersamaan jika. Dari sifa 3 diperoleh kesimpulan: 1. Kebijakan pergudangan dan JIT dapa erjadi pada waku yang sama jika. 2. Kendala kapasias gudang berlaku sejak waku pemesanan dimulai aau sejak inerval persediaan posiif. Sifa-sifa ersebu mengidenifikasi waku ransisi anara inerval kebijakan yang sau dengan yang lain. Lebih jelasnya akan dibahas pada sub bab selanjunya Periode Kebijakan Opimal Dengan menggunakan hasil analisis eori kendali opimal pada sub bab 4.1, maka dapa diperoleh linasan opimal pada masing-masing kondisi yaiu,,,,, dan. 1. Pengadaan JIT Beriku ini merupakan linasan opimal pada periode pengadaan JIT:, 6

7 Tabel 4.1 Linasan Opimal Periode Pengadaan JIT. Variabel Pengadaan JIT p() Periode kebijakan opimal ersebu dapa dicari dengan cara memperoleh iik-iik kriis dari persamaan yang diperoleh dari sifa 1, 2, dan 3 yaiu 2. Pergudangan (desocking) Beriku ini merupakan linasan opimal pada periode pergudangan: Tabel 4.2 Linasan Opimal Periode Pergudangan. Variabel Pergudangan jika jika 3. Penundaan (backlogging) Beriku ini merupakan linasan opimal pada periode penundaan: Table 4.3 Linasan Opimal pada Periode Penundaan. Variabel Penundaan Tiik iik kriis yang menandai perubahan kebijakan pengadaan JIT, pergudangan, dan penundaan adalah: a. Tiik yaiu waku keika kebijakan JIT berubah menjadi pergudangan. b. Tiik yaiu waku keika kebijakan pergudangan berubah menjadi JIT. c. Tiik yaiu waku keika kebijakan JIT berubah menjadi penundaan. d. Tiik yaiu waku keika kebijakan penundaan berubah menjadi JIT. e. Tiik yaiu waku keika kebijakan pergudangan berubah menjadi penundaan. f. Tiik yaiu waku keika dilakukan penambahan aau pengisian ulang bahan menah Langkah-Langkah unuk Memperoleh Solusi Opimal Model Pengadaan Bahan Menah Beriku ini merupakan langkah-langkah unuk memperoleh solusi opimal dari model pengadaan bahan menah: 1. Menenukan iik dengan menyelesaikan persamaan dengan syara. 2. Menenukan iik dengan menyelesaikan persamaan,. 3. Menenukan iik dengan menyelesaikan persamaan dengan syara. 7

8 4. Menenukan iik dengan menyelesaikan persamaan,. 5. Memeriksa keberadaan iik. Dikaakan umpang indih jika sehingga mengakibakan iik dieliminasi. Sedangkan iik menjadi iik. Tiik dapa diperoleh dengan menyelesaikan persamaan,. 6. Menghiung jumlah pembelian. 7. Menenukan iik. Tiik dapa diperoleh dengan memeriksa jumlah pembelian pada langkah 6 erhadap kapasias gudang. Dalam hal ini erdapa dua kondisi, yaiu a. Jika, maka iik = iik. Sedangkan iik,,,, dan nilainya eap. b. Jika, maka iik = iik. Tiik dan nilainya eap karena idak ada pengaruhnya erhadap kapasias gudang, eapi iik dan aau berubah. Tiik yang baru dapa diperoleh dengan menyelesaikan persamaan jumlah kapasias. Tiik yang baru diperoleh dari penyelesaian persamaan,. Jika erjadi umpang indih maka idak perlu mencari iik eapi mencari iik. Tiik yang baru dapa diperoleh dari penyelesaian persamaan seperi pada langkah Menghiung biaya pengadaan bahan menah. Unuk mendapakan nilai yang opimal, maka dalam menghiung dapa dibagi menjadi beberapa bagian seperi beriku ini a. Periode JIT Jika erdapa periode yang saling umpang indih maka -nya adalah b. Periode pergudangan dengan c. Periode penundaan dengan d. Pengisian ulang bahan menah 8

9 e. Pemenuhan perminaan akiba penundaan BJ r V e p( ) d( ) Jadi nilai biaya pengadaan bahan menah keseluruhan adalah DB d Jadi, biaya pengadaan bahan menah dengan kebijakan JIT, pergudangan, dan penundaan adalah yang hasilnya lebih kecil jika dibandingkan dengan biaya pengadaan bahan menah dengan kebijakan JIT saja yaiu Dibawah ini merupakan grafik solusi opimal pengadaan bahan menah dengan kebijakan JIT, pergudangan, dan penundaan. 8 oal I II III IV V Simulasi Dalam simulasi ini menggunakan daa parameer sebagai beriku [2]: p() : 5 + sin Renang waku : 7 d() : r :.5 h w () :.1 h b () :.5 w : 2 biaya pengadaan bahan menah dengan kebijakan JIT adalah sebagai beriku JIT T e r p( ) d( ) d Sedangkan biaya pengadaan bahan menah dengan kebijakan JIT, pergudangan, dan penundaan diselesaikan dengan menggunakan langkah-langkah pada sub bab Hasilnya adalah lo.836 JD DB BJ Dari iik kriis di aas diperoleh dari seiap kondisi kemudian dijumlahkan sehingga menghasilkan oal oal I II.1534 III 2.48 IV V lo Gambar 4.9 Solusi Opimal Model Pengadaan Bahan Menah. Keerangan: Biru Merah Hijau Merah muda JD DB : grafik u() : grafik x() : grafik p() : grafik () Dari gambar 4.9 erliha bahwa nilai awal dan akhir x() adalah nol. Hal ini, sesuai dengan kondisi model pengadaan bahan menah yang diasumsikan di awal peneliian. Kebijakan opimal yang dilakukan adalah JIT-pergudanganpenundaan-JIT sesuai dengan waku yang elah lo JD DB BJ dienukan yaiu,,, dan. lo JD Pada saa dierapkan JIT dan pergudangan secara bersamaan seperi kondisi yang dibahas pada sifa 3. Hal iu dapa erjadi keika jumlah pembelian sama dengan kapasias gudang. Keika ( ) p( ), idak ada pengadaan bahan menah u () yaiu pada saa JD BJ DB 9

10 dengan kaa lain pengadaan bahan menah erjadi keika ( ) p( ). Sedangkan keika ( ) p( ) erjadi iik swiching, yaiu perubahan nilai pada kendali u (). Pada solusi opimal ini erdapa dua JD BJ iik swiching, yaiu pada saa dan. 5. Penuup 5.1 Kesimpulan Kesimpulan yang dapa diambil dari penyelesaian model pengadaan bahan menah adalah 1. Permasalahan pengadaan bahan menah dapa diselesaikan dengan menggunakan eori konrol opimal. 2. Biaya pengadaan bahan menah dengan kebijakan pengadaan epa waku (JIT), pergudangan, dan penundaan lebih opimal daripada biaya pengadaan bahan menah yang hanya menerapkan kebijakan JIT. 5.2 Saran Adapun saran-saran yang dapa diberikan berkenaan dengan peneliian selanjunya adalah sebagai beriku: 1. Permasalahan pengadaan bahan menah dapa dikembangkan dengan menambahkan biaya pemesanan dan waku unggu (lead ime) pemesanan. 2. Pengadaan bahan menah lebih dikhususkan pada jenis bahan menah erenu, misalkan logam, epung, aau kayu. [4] Bryson, A. E. dan Ho, Y. C Applied Opimal Conrol. New York: Taylor & Francis Group. [5] Fabozzi, F. J. dan Drake, P. P. 29. Finance: Capial Markes, Financial Managemen, and Invesmen Managemen. New Jersey: John Wiley Son, Inc. [6] Kamien, M. I. dan Schwarz, N. L Dynamic Opimizaion: The Calculus of Variaions and Opimal Conrol in Economics and Managemen. 1 s ediion. Norh Holland, Amserdam: Elsevier Science Publishing Co, Inc. [7] Naidu, D. S. 22. Opimal Conrol Sysems. USA: CRC Presses LLC. [8] Sehi, S. P. dan Thompson, G. L. 2. Opimal Conrol Theory: Applicaion o Managemen Science and Economics. 2 nd ediion. New York: Springer Science+Business Media, Inc. [9] Sharma, S. 26. Applied Nonlinear Programming. New Delhi: New Age Inernaional (P) Ld, Publisher. [1] Subchan, S. dan Zbikowski, R. 29. Compuaional Opimal Conrol: Tools and Pracice. UK: John Wiley & Sons Ld. [11] Wikipedia. 21. Ne Presen Value. <hp://en.wikipedia.org/wiki/ne_presen_val ue>. Diakses pada anggal 25 Februari 21. [12] Wikipedia. 21. Discouning. <hp://en.wikipedia.org/wiki/discouning>. Diakses pada anggal 25 Februari Dafar Pusaka [1] Agung, Hari. 27. Analisis Pengadaan Bahan Menah Mengunakan Teori Konrol Opimal. Tugas Akhir. Jurusan Sisem Informasi ITS Surabaya. [2] Arnold, J., Minner, S., dan Eidam, B. 27. Raw Maerial Procuremen wih Flucuaing Price. Inernaional Journal of Producion Economics 121 (29) [3] Bunawan Penganar Manajemen Operasi: Seri Dika Kuliah. Jakara: Gunadarma. 1

KONTROL OPTIMAL PADA PENGADAAN BAHAN MENTAH DENGAN KEBIJAKAN PENGADAAN TEPAT WAKTU, PERGUDANGAN, DAN PENUNDAAN

KONTROL OPTIMAL PADA PENGADAAN BAHAN MENTAH DENGAN KEBIJAKAN PENGADAAN TEPAT WAKTU, PERGUDANGAN, DAN PENUNDAAN LAPORAN TUGAS AKHIR 01 WINTER Template KONTROL OPTIMAL PADA PENGADAAN BAHAN MENTAH DENGAN KEBIJAKAN PENGADAAN TEPAT WAKTU, PERGUDANGAN, DAN PENUNDAAN Oleh: Darsih Idayani 1206 100 040 Pembimbing: Subchan,

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Laar Belakang Masalah persediaan merupakan masalah yang sanga pening dalam perusahaan. Persediaan mempunyai pengaruh besar erhadap kegiaan produksi. Masalah persediaan dapa diaasi

Lebih terperinci

PEMODELAN NILAI TUKAR RUPIAH TERHADAP $US MENGGUNAKAN DERET WAKTU HIDDEN MARKOV SATU WAKTU SEBELUMNYA 1. PENDAHULUAN

PEMODELAN NILAI TUKAR RUPIAH TERHADAP $US MENGGUNAKAN DERET WAKTU HIDDEN MARKOV SATU WAKTU SEBELUMNYA 1. PENDAHULUAN PEMODELAN NILAI UKAR RUPIAH ERHADAP $US MENGGUNAKAN DERE WAKU HIDDEN MARKOV SAU WAKU SEBELUMNYA BERLIAN SEIAWAY, DIMAS HARI SANOSO, N. K. KUHA ARDANA Deparemen Maemaika Fakulas Maemaika dan Ilmu Pengeahuan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang 11 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Laar Belakang Salah sau masalah analisis persediaan adalah kesulian dalam menenukan reorder poin (iik pemesanan kembali). Reorder poin diperlukan unuk mencegah erjadinya kehabisan

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN III. METODE PENELITIAN 3.1. Kerangka Pemikiran Poensi sumberdaya perikanan, salah saunya dapa dimanfaakan melalui usaha budidaya ikan mas. Budidaya ikan mas yang erus berkembang di masyaraka, kegiaan budidaya

Lebih terperinci

Bab II Dasar Teori Kelayakan Investasi

Bab II Dasar Teori Kelayakan Investasi Bab II Dasar Teori Kelayakan Invesasi 2.1 Prinsip Analisis Biaya dan Manfaa (os and Benefi Analysis) Invesasi adalah penanaman modal yang digunakan dalam proses produksi unuk keunungan suau perusahaan.

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Usahatani belimbing karangsari adalah kegiatan menanam dan mengelola. utama penerimaan usaha yang dilakukan oleh petani.

III. METODE PENELITIAN. Usahatani belimbing karangsari adalah kegiatan menanam dan mengelola. utama penerimaan usaha yang dilakukan oleh petani. III. METODE PENELITIAN A. Konsep Dasar dan Definisi Operasional Usahaani belimbing karangsari adalah kegiaan menanam dan mengelola anaman belimbing karangsari unuk menghasilkan produksi, sebagai sumber

Lebih terperinci

IV. METODE PENELITIAN

IV. METODE PENELITIAN IV. METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waku Peneliian Peneliian ini dilakukan di Dafarm, yaiu uni usaha peernakan Darul Fallah yang erleak di Kecamaan Ciampea, Kabupaen Bogor, Jawa Bara. Pemilihan lokasi

Lebih terperinci

Kontrol Optimal pada Model Economic Order Quantity dengan Inisiatif Tim Penjualan

Kontrol Optimal pada Model Economic Order Quantity dengan Inisiatif Tim Penjualan Jurnal Teknik Indusri, Vol. 19, No. 1, Juni 17, 1- ISSN 111-5 prin / ISSN 7-739 online DOI: 1.97/ji.19.1.1- Konrol Opimal pada Model Economic Order Quaniy Inisiaif Tim Penjualan Abdul Laif Al Fauzi 1*,

Lebih terperinci

IV. METODE PENELITIAN

IV. METODE PENELITIAN IV. METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waku Peneliian Peneliian ini dilaksanakan di PT Panafil Essenial Oil. Lokasi dipilih dengan perimbangan bahwa perusahaan ini berencana unuk melakukan usaha dibidang

Lebih terperinci

IV. METODE PENELITIAN

IV. METODE PENELITIAN IV. METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waku Peneliian Peneliian ini dilaksanakan pada kasus pengolahan ikan asap IACHI Peikan Cia Halus (PCH) yang erleak di Desa Raga Jaya Kecamaan Ciayam, Kabupaen Bogor,

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. yang digunakan untuk mengetahui dan pembahasannya mengenai biaya - biaya

METODE PENELITIAN. yang digunakan untuk mengetahui dan pembahasannya mengenai biaya - biaya III. METODE PENELITIAN A. Meode Dasar Peneliian Meode yang digunakan dalam peneliian ini adalah meode kuaniaif, yang digunakan unuk mengeahui dan pembahasannya mengenai biaya - biaya usaha melipui biaya

Lebih terperinci

PEMODELAN NILAI TUKAR RUPIAH TERHADAP $US MENGGUNAKAN DERET WAKTU HIDDEN MARKOV HAMILTON*

PEMODELAN NILAI TUKAR RUPIAH TERHADAP $US MENGGUNAKAN DERET WAKTU HIDDEN MARKOV HAMILTON* PEMODELAN NILAI TUKAR RUPIAH TERHADAP $US MENGGUNAKAN DERET WAKTU HIDDEN MARKOV HAMILTON* BERLIAN SETIAWATY DAN HIRASAWA Deparemen Maemaika Fakulas Maemaika dan Ilmu Pengeahuan Alam Insiu Peranian Bogor

Lebih terperinci

III METODE PENELITIAN

III METODE PENELITIAN III METODE PENELITIAN 3.1 Waku dan Tempa Peneliian Peneliian mengenai konribusi pengelolaan huan rakya erhadap pendapaan rumah angga dilaksanakan di Desa Babakanreuma, Kecamaan Sindangagung, Kabupaen Kuningan,

Lebih terperinci

BAB 2 URAIAN TEORI. waktu yang akan datang, sedangkan rencana merupakan penentuan apa yang akan

BAB 2 URAIAN TEORI. waktu yang akan datang, sedangkan rencana merupakan penentuan apa yang akan BAB 2 URAIAN EORI 2.1 Pengerian Peramalan Peramalan adalah kegiaan memperkirakan aau memprediksi apa yang erjadi pada waku yang akan daang, sedangkan rencana merupakan penenuan apa yang akan dilakukan

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Defenisi Persediaan Persediaan adalah barang yang disimpan unuk pemakaian lebih lanju aau dijual. Persediaan dapa berupa bahan baku, barang seengah jadi aau barang jadi maupun

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Konsep dasar dan definisi operasional merupakan pengertian dan petunjuk yang

III. METODE PENELITIAN. Konsep dasar dan definisi operasional merupakan pengertian dan petunjuk yang III. METODE PENELITIAN A. Konsep Dasar dan Definisi Operasional Konsep dasar dan definisi operasional merupakan pengerian dan peunjuk yang digunakan unuk menggambarkan kejadian, keadaan, kelompok, aau

Lebih terperinci

BAB III METODE PEMULUSAN EKSPONENSIAL TRIPEL DARI WINTER. Metode pemulusan eksponensial telah digunakan selama beberapa tahun

BAB III METODE PEMULUSAN EKSPONENSIAL TRIPEL DARI WINTER. Metode pemulusan eksponensial telah digunakan selama beberapa tahun 43 BAB METODE PEMUUAN EKPONENA TRPE DAR WNTER Meode pemulusan eksponensial elah digunakan selama beberapa ahun sebagai suau meode yang sanga berguna pada begiu banyak siuasi peramalan Pada ahun 957 C C

Lebih terperinci

BAB III METODE DEKOMPOSISI CENSUS II. Data deret waktu adalah data yang dikumpulkan dari waktu ke waktu

BAB III METODE DEKOMPOSISI CENSUS II. Data deret waktu adalah data yang dikumpulkan dari waktu ke waktu BAB III METODE DEKOMPOSISI CENSUS II 3.1 Pendahuluan Daa dere waku adalah daa yang dikumpulkan dari waku ke waku unuk menggambarkan perkembangan suau kegiaan (perkembangan produksi, harga, hasil penjualan,

Lebih terperinci

BAB II MATERI PENUNJANG. 2.1 Keuangan Opsi

BAB II MATERI PENUNJANG. 2.1 Keuangan Opsi Bab II Maeri Penunjang BAB II MATERI PENUNJANG.1 Keuangan.1.1 Opsi Sebuah opsi keuangan memberikan hak (bukan kewajiban) unuk membeli aau menjual sebuah asse di waku yang akan daang dengan harga yang disepakai.

Lebih terperinci

PENGGUNAAN KONSEP FUNGSI CONVEX UNTUK MENENTUKAN SENSITIVITAS HARGA OBLIGASI

PENGGUNAAN KONSEP FUNGSI CONVEX UNTUK MENENTUKAN SENSITIVITAS HARGA OBLIGASI PENGGUNAAN ONSEP FUNGSI CONVEX UNU MENENUAN SENSIIVIAS HARGA OBLIGASI 1 Zelmi Widyanuara, 2 Ei urniai, Dra., M.Si., 3 Icih Sukarsih, S.Si., M.Si. Maemaika, Universias Islam Bandung, Jl. amansari No.1 Bandung

Lebih terperinci

Pemodelan Data Runtun Waktu : Kasus Data Tingkat Pengangguran di Amerika Serikat pada Tahun

Pemodelan Data Runtun Waktu : Kasus Data Tingkat Pengangguran di Amerika Serikat pada Tahun Pemodelan Daa Runun Waku : Kasus Daa Tingka Pengangguran di Amerika Serika pada Tahun 948 978. Adi Seiawan Program Sudi Maemaika, Fakulas Sains dan Maemaika Universias Krisen Saya Wacana, Jl. Diponegoro

Lebih terperinci

HUMAN CAPITAL. Minggu 16

HUMAN CAPITAL. Minggu 16 HUMAN CAPITAL Minggu 16 Pendahuluan Invesasi berujuan unuk meningkakan pendapaan di masa yang akan daang. Keika sebuah perusahaan melakukan invesasi barang-barang modal, perusahaan ini akan mengeluarkan

Lebih terperinci

x 4 x 3 x 2 x 5 O x 1 1 Posisi, perpindahan, jarak x 1 t 5 t 4 t 3 t 2 t 1 FI1101 Fisika Dasar IA Pekan #1: Kinematika Satu Dimensi Dr.

x 4 x 3 x 2 x 5 O x 1 1 Posisi, perpindahan, jarak x 1 t 5 t 4 t 3 t 2 t 1 FI1101 Fisika Dasar IA Pekan #1: Kinematika Satu Dimensi Dr. Pekan #1: Kinemaika Sau Dimensi 1 Posisi, perpindahan, jarak Tinjau suau benda yang bergerak lurus pada suau arah erenu. Misalnya, ada sebuah mobil yang dapa bergerak maju aau mundur pada suau jalan lurus.

Lebih terperinci

III. KERANGKA PEMIKIRAN

III. KERANGKA PEMIKIRAN III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Teoriis 3.1.1 Daya Dukung Lingkungan Carrying capaciy aau daya dukung lingkungan mengandung pengerian kemampuan suau empa dalam menunjang kehidupan mahluk hidup secara

Lebih terperinci

Perancangan Kontrol Optimal pada Model Matematika Bioekonomik

Perancangan Kontrol Optimal pada Model Matematika Bioekonomik Jurnal Maemaika Vol. 4 No. 1, Juni 2014. ISSN: 1693-1394 Perancangan Konrol Opimal pada Model Maemaika Bioekonomik G.K. Gandhiadi Jurusan Maemaika FMIPA Universias Udayana e-mail: ganndhiadi@yahoo.co.id

Lebih terperinci

PENDUGAAN PARAMETER DERET WAKTU HIDDEN MARKOV SATU WAKTU SEBELUMNYA

PENDUGAAN PARAMETER DERET WAKTU HIDDEN MARKOV SATU WAKTU SEBELUMNYA PENDUGAAN PARAMEER DERE WAKU HIDDEN MARKOV SAU WAKU SEBELUMNYA BERLIAN SEIAWAY DAN DIMAS HARI SANOSO Deparemen Maemaika Fakulas Maemaika dan Ilmu Pengeahuan Alam Insiu Peranian Bogor Jl Merani, Kampus

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Dalam pelaksanaan pembangunan saat ini, ilmu statistik memegang peranan penting

BAB 1 PENDAHULUAN. Dalam pelaksanaan pembangunan saat ini, ilmu statistik memegang peranan penting BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Laar Belakang Dalam pelaksanaan pembangunan saa ini, ilmu saisik memegang peranan pening baik iu di dalam pekerjaan maupun pada kehidupan sehari-hari. Ilmu saisik sekarang elah melaju

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN 19 BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Waku dan Lokasi Peneliian Peneliian ini dilakukan pada bulan Juni hingga Juli 2011 yang berlokasi di areal kerja IUPHHK-HA PT. Mamberamo Alas Mandiri, Kabupaen Mamberamo

Lebih terperinci

MODUL III ANALISIS KELAYAKAN INVESTASI

MODUL III ANALISIS KELAYAKAN INVESTASI ANALISIS KELAYAKAN INVESTASI 3.. Tujuan Ö Prakikan dapa memahami perhiungan alokasi biaya. Ö Prakikan dapa memahami analisis kelayakan invesasi dalam pendirian usaha. Ö Prakikan dapa menyusun proyeksi/proforma

Lebih terperinci

APLIKASI PEMULUSAN EKSPONENSIAL DARI BROWN DAN DARI HOLT UNTUK DATA YANG MEMUAT TREND

APLIKASI PEMULUSAN EKSPONENSIAL DARI BROWN DAN DARI HOLT UNTUK DATA YANG MEMUAT TREND APLIKASI PEMULUSAN EKSPONENSIAL DARI BROWN DAN DARI HOLT UNTUK DATA YANG MEMUAT TREND Noeryani 1, Ely Okafiani 2, Fera Andriyani 3 1,2,3) Jurusan maemaika, Fakulas Sains Terapan, Insiu Sains & Teknologi

Lebih terperinci

BAB 2 KINEMATIKA. A. Posisi, Jarak, dan Perpindahan

BAB 2 KINEMATIKA. A. Posisi, Jarak, dan Perpindahan BAB 2 KINEMATIKA Tujuan Pembelajaran 1. Menjelaskan perbedaan jarak dengan perpindahan, dan kelajuan dengan kecepaan 2. Menyelidiki hubungan posisi, kecepaan, dan percepaan erhadap waku pada gerak lurus

Lebih terperinci

Suatu Catatan Matematika Model Ekonomi Diamond

Suatu Catatan Matematika Model Ekonomi Diamond Vol. 5, No.2, 58-65, Januari 2009 Suau aaan Maemaika Model Ekonomi Diamond Jeffry Kusuma Absrak Model maemaika diberikan unuk menjelaskan fenomena dalam dunia ekonomi makro seperi modal/kapial, enaga kerja,

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Laar Belakang Masalah Dalam sisem perekonomian suau perusahaan, ingka perumbuhan ekonomi sanga mempengaruhi kemajuan perusahaan pada masa yang akan daang. Pendapaan dan invesasi merupakan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Pertumbuhan ekonomi merupakan salah satu ukuran dari hasil pembangunan yang

BAB 1 PENDAHULUAN. Pertumbuhan ekonomi merupakan salah satu ukuran dari hasil pembangunan yang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Laar Belakang Perumbuhan ekonomi merupakan salah sau ukuran dari hasil pembangunan yang dilaksanakan khususnya dalam bidang ekonomi. Perumbuhan ersebu merupakan rangkuman laju perumbuhan

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI. Peramalan adalah kegiatan untuk memperkirakan apa yang akan terjadi di masa yang

BAB 2 LANDASAN TEORI. Peramalan adalah kegiatan untuk memperkirakan apa yang akan terjadi di masa yang BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Pengerian Peramalan Peramalan adalah kegiaan unuk memperkirakan apa yang akan erjadi di masa yang akan daang. Sedangkan ramalan adalah suau aau kondisi yang diperkirakan akan erjadi

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LADASA TEORI 2.1 Pengerian Peramalan Peramalan (forecasing) adalah suau kegiaan yang memperkirakan apa yang akan erjadi pada masa yang akan daang. Meode peramalan merupakan cara unuk memperkirakan

Lebih terperinci

BAB III HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Permasalahan Nyata Penyebaran Penyakit Tuberculosis

BAB III HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Permasalahan Nyata Penyebaran Penyakit Tuberculosis BAB III HASIL DAN PEMBAHASAN A. Permasalahan Nyaa Penyebaran Penyaki Tuberculosis Tuberculosis merupakan salah sau penyaki menular yang disebabkan oleh bakeri Mycobacerium Tuberculosis. Penularan penyaki

Lebih terperinci

KARAKTERISTIK UMUR PRODUK PADA MODEL WEIBULL. Sudarno Staf Pengajar Program Studi Statistika FMIPA UNDIP

KARAKTERISTIK UMUR PRODUK PADA MODEL WEIBULL. Sudarno Staf Pengajar Program Studi Statistika FMIPA UNDIP Karakerisik Umur Produk (Sudarno) KARAKTERISTIK UMUR PRODUK PADA MODEL WEIBULL Sudarno Saf Pengajar Program Sudi Saisika FMIPA UNDIP Absrac Long life of produc can reflec is qualiy. Generally, good producs

Lebih terperinci

BAB 3 METODOLOGI PEMECAHAN MASALAH

BAB 3 METODOLOGI PEMECAHAN MASALAH BAB 3 METODOLOGI PEMECAHAN MASALAH 3.1 Tahapan Pemecahan Masalah Tahapan pemecahan masalah berfungsi unuk memudahkan dalam mencari jawaban dalam proses peneliian yang dilakukan agar sesuai dengan arah

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS. Kegiatan untuk memperkirakan apa yang akan terjadi pada masa yang akan datang

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS. Kegiatan untuk memperkirakan apa yang akan terjadi pada masa yang akan datang BAB 2 TINJAUAN TEORITIS 2.1 Pengerian dan Manfaa Peramalan Kegiaan unuk mempeirakan apa yang akan erjadi pada masa yang akan daang disebu peramalan (forecasing). Sedangkan ramalan adalah suau kondisi yang

Lebih terperinci

Analisis Model dan Contoh Numerik

Analisis Model dan Contoh Numerik Bab V Analisis Model dan Conoh Numerik Bab V ini membahas analisis model dan conoh numerik. Sub bab V.1 menyajikan analisis model yang erdiri dari analisis model kerusakan produk dan model ongkos garansi.

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN

III. METODOLOGI PENELITIAN III. METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Kerangka Pemikiran Peneliian Keinginan Kelompok Tani Duma Lori yang erdapa di Desa Konda Maloba dan masyaraka sekiar akan berdirinya penggilingan gabah di daerahnya, elah

Lebih terperinci

IV METODE PENELITIAN

IV METODE PENELITIAN IV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waku Peneliian Peneliian ini dilaksanakan di Tempa Pelayanan Koperasi (TPK) Cibedug, Kecamaan Lembang, Kabupaen Bandung, Jawa Bara. Pemilihan lokasi dilakukan secara

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN 26 III. METODE PENELITIAN 3.1. Kerangka Pemikiran Penilaian perkembangan kinerja keuangan PT. Goodyear Indonesia Tbk dilakukan dengan maksud unuk mengeahui sejauh mana perkembangan usaha perusahan yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tepat rencana pembangunan itu dibuat. Untuk dapat memahami keadaan

BAB I PENDAHULUAN. tepat rencana pembangunan itu dibuat. Untuk dapat memahami keadaan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Laar Belakang Dalam perencanaan pembangunan, daa kependudukan memegang peran yang pening. Makin lengkap dan akura daa kependudukan yang esedia makin mudah dan epa rencana pembangunan

Lebih terperinci

ANALISIS DIRECT SELLING COST DALAM MENINGKATKAN VOLUME PENJUALAN Studi kasus pada CV Cita Nasional.

ANALISIS DIRECT SELLING COST DALAM MENINGKATKAN VOLUME PENJUALAN Studi kasus pada CV Cita Nasional. JURNAL ILMIAH RANGGAGADING Volume 7 No. 1, April 7 : 3-9 ANALISIS DIRECT SELLING COST DALAM MENINGKATKAN VOLUME PENJUALAN Sudi kasus pada CV Cia Nasional. Oleh Emmy Supariyani* dan M. Adi Nugroho *Dosen

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI. Produksi padi merupakan suatu hasil bercocok tanam yang dilakukan dengan

BAB 2 LANDASAN TEORI. Produksi padi merupakan suatu hasil bercocok tanam yang dilakukan dengan BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1. Produksi Produksi padi merupakan suau hasil bercocok anam yang dilakukan dengan penanaman bibi padi dan perawaan sera pemupukan secara eraur sehingga menghasilkan suau produksi

Lebih terperinci

IV. METODE PENELITIAN

IV. METODE PENELITIAN IV. METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waku Peneliian mengenai kelayakan pengusahaan pupuk kompos dilaksanakan pada uni usaha Koperasi Kelompok Tani (KKT) Lisung Kiwari yang menjalin mira dengan Lembaga

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. Persediaan dapat diartikan sebagai barang-barang yang disimpan untuk digunakan atau

BAB II LANDASAN TEORI. Persediaan dapat diartikan sebagai barang-barang yang disimpan untuk digunakan atau BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Pengerian Persediaan Persediaan dapa diarikan sebagai barang-barang yang disimpan unuk digunakan aau dijual pada masa aau periode yang akan daang. Persediaan erdiri dari bahan

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI 35 BAB LANDASAN TEORI Meode Dekomposisi biasanya mencoba memisahkan iga komponen erpisah dari pola dasar yang cenderung mencirikan dere daa ekonomi dan bisnis. Komponen ersebu adalah fakor rend (kecendrungan),

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Laar Belakang Pada dasarnya peramalan adalah merupakan suau dugaan aau perkiraan enang erjadinya suau keadaan di masa depan. Akan eapi dengan menggunakan meodemeode erenu peramalan

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. Kawasan Pesisir Kabupaten Kulon Progo. Pemanfaatan/Penggunaan Lahan Saat Ini

METODE PENELITIAN. Kawasan Pesisir Kabupaten Kulon Progo. Pemanfaatan/Penggunaan Lahan Saat Ini METODE PENELITIAN Kerangka Pendekaan Sudi Penaagunaan lahan kawasan pesisir di Kabupaen Kulon Progo didasarkan pada karakerisik fisik, finansial usaha ani dan pemanfaaan saa ini. Karakerisik fisik adalah

Lebih terperinci

PERHITUNGAN VALUE AT RISK (VaR) DENGAN SIMULASI MONTE CARLO (STUDI KASUS SAHAM PT. XL ACIATA.Tbk)

PERHITUNGAN VALUE AT RISK (VaR) DENGAN SIMULASI MONTE CARLO (STUDI KASUS SAHAM PT. XL ACIATA.Tbk) Jurnal UJMC, Volume 3, Nomor 1, Hal. 15-0 pissn : 460-3333 eissn : 579-907X ERHITUNGAN VAUE AT RISK (VaR) DENGAN SIMUASI MONTE CARO (STUDI KASUS SAHAM T. X ACIATA.Tbk) Sii Alfiaur Rohmaniah 1 1 Universias

Lebih terperinci

MODEL OPTIMASI PENGGANTIAN MESIN PEMECAH KULIT BERAS MENGGUNAKAN PEMROGRAMAN DINAMIS (PABRIK BERAS DO A SEPUH)

MODEL OPTIMASI PENGGANTIAN MESIN PEMECAH KULIT BERAS MENGGUNAKAN PEMROGRAMAN DINAMIS (PABRIK BERAS DO A SEPUH) Journal Indusrial Servicess Vol. No. Okober 0 MODEL OPTIMASI PENGGANTIAN MESIN PEMECAH KULIT BERAS MENGGUNAKAN PEMROGRAMAN DINAMIS (PABRIK BERAS DO A SEPUH) Abdul Gopar ) Program Sudi Teknik Indusri Universias

Lebih terperinci

post facto digunakan untuk melihat kondisi pengelolaan saat ini berdasarkan

post facto digunakan untuk melihat kondisi pengelolaan saat ini berdasarkan 3. METODE PENELITIAN 3.1. Pendekaan dan Meode Peneliian Jenis peneliian yang digunakan adalah jenis peneliian kualiaif dengan menggunakan daa kuaniaif. Daa kualiaif adalah mengeahui Gambaran pengelolaan

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI. Metode Peramalan merupakan bagian dari ilmu Statistika. Salah satu metode

BAB 2 LANDASAN TEORI. Metode Peramalan merupakan bagian dari ilmu Statistika. Salah satu metode 20 BAB 2 LADASA TEORI 2.1. Pengerian Peramalan Meode Peramalan merupakan bagian dari ilmu Saisika. Salah sau meode peramalan adalah dere waku. Meode ini disebu sebagai meode peramalan dere waku karena

Lebih terperinci

MODUL PERTEMUAN KE 3. MATA KULIAH : FISIKA TERAPAN (2 sks)

MODUL PERTEMUAN KE 3. MATA KULIAH : FISIKA TERAPAN (2 sks) Polieknik Negeri Banjarmasin 4 MODUL PERTEMUAN KE 3 MATA KULIAH : ( sks) MATERI KULIAH: Jarak, Kecepaan dan Percepaan; Gerak Lurus Berauran, Percepaan; Gerak Lurus Berauran, Gerak Lurus Berubah Berauran

Lebih terperinci

SEBARAN STASIONER PADA SISTEM BONUS-MALUS SWISS SERTA MODIFIKASINYA (Cherry Galatia Ballangan)

SEBARAN STASIONER PADA SISTEM BONUS-MALUS SWISS SERTA MODIFIKASINYA (Cherry Galatia Ballangan) SEBARAN STASIONER PADA SISTEM BONUS-MALUS SWISS SERTA MODIFIKASINYA (Cherry Galaia Ballangan) SEBARAN STASIONER PADA SISTEM BONUS-MALUS SWISS SERTA MODIFIKASINYA (Saionary Disribuion of Swiss Bonus-Malus

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI 15 BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Ruang Sampel dan Kejadian 2.1.1 Definisi Ruang Sampel Himpunan semua hasil semua hasil (oucome) yang mungkin muncul pada suau percobaan disebu ruang sampel dan dinoasikan dengan

Lebih terperinci

CATATAN KULIAH Pertemuan IX: Optimasi Pertumbuhan dan Aplikasinya

CATATAN KULIAH Pertemuan IX: Optimasi Pertumbuhan dan Aplikasinya CATATAN KULIAH Peremuan IX: Opimasi Perumbuhan dan Aplikasinya A. Fungsi Eksponensial Benuk Fungsi Eksponesial: y f() b di mana basis b >, adalah eksponen, f() R Noe: Isilah eksponen () berari pangka erhadap

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. Peramalan (Forecasting) adalah suatu kegiatan yang mengestimasi apa yang akan

BAB II LANDASAN TEORI. Peramalan (Forecasting) adalah suatu kegiatan yang mengestimasi apa yang akan BAB II LADASA TEORI 2.1 Pengerian peramalan (Forecasing) Peramalan (Forecasing) adalah suau kegiaan yang mengesimasi apa yang akan erjadi pada masa yang akan daang dengan waku yang relaif lama (Assauri,

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN TEORITIS

BAB II TINJAUAN TEORITIS BAB II TIJAUA TEORITIS 2.1 Peramalan (Forecasing) 2.1.1 Pengerian Peramalan Peramalan dapa diarikan sebagai beriku: a. Perkiraan aau dugaan mengenai erjadinya suau kejadian aau perisiwa di waku yang akan

Lebih terperinci

B a b 1 I s y a r a t

B a b 1 I s y a r a t TKE 305 ISYARAT DAN SISTEM B a b I s y a r a Indah Susilawai, S.T., M.Eng. Program Sudi Teknik Elekro Fakulas Teknik dan Ilmu Kompuer Universias Mercu Buana Yogyakara 009 BAB I I S Y A R A T Tujuan Insruksional.

Lebih terperinci

PENJADWALAN PEMBUATAN BOX ALUMININUM UNTUK MEMINIMUMKAN MAKESPAN (Studi Kasus di Perusahaan Karoseri ASN)

PENJADWALAN PEMBUATAN BOX ALUMININUM UNTUK MEMINIMUMKAN MAKESPAN (Studi Kasus di Perusahaan Karoseri ASN) B PENJADWALAN PEMBUATAN BOX ALUMININUM UNTUK MEMINIMUMKAN MAKESPAN (Sudi Kasus di Perusahaan Karoseri ASN) Firiya Gemala Dewi, Bobby O.P. Soepangka, Nurhadi Siswano Program Pasca Sarjana Magiser Manajemen

Lebih terperinci

JURNAL MATEMATIKA DAN KOMPUTER Vol. 5. No. 2, 47-56, Agustus 2002, ISSN :

JURNAL MATEMATIKA DAN KOMPUTER Vol. 5. No. 2, 47-56, Agustus 2002, ISSN : JURNAL MATEMATIKA DAN KOMPUTER Vol. 5. No. 2, 47-56, Agusus 22, ISSN : 4-858 PENGEFEKTIFAN USAHA MEDIS DALAM MEMBATASI EPIDEMI DENGAN KONTROL BANG-BANG Heru Cahyadi dan Ponidi Jurusan Maemaika FMIPA UI

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Laar Belakang Perumbuhan ekonomi merupakan salah sau ukuran dari hasil pembangunan yang dilaksanakan khususnya dalam bidang ekonomi. Perumbuhan ersebu merupakan rangkuman laju-laju

Lebih terperinci

MODEL INVENTORI TINGKAT PERMINTAAN LINEAR, TINGKAT PRODUKSI TERBATAS DAN KEKURANGAN PERSEDIAAN YANG DIPENUHI SAAT PRODUKSI

MODEL INVENTORI TINGKAT PERMINTAAN LINEAR, TINGKAT PRODUKSI TERBATAS DAN KEKURANGAN PERSEDIAAN YANG DIPENUHI SAAT PRODUKSI Roni Hasudungan H e.al. Model Invenory Tingka Linear MODEL INVENTORI TINGKAT PERMINTAAN LINEAR, TINGKAT PRODUKSI TERBATAS DAN KEKURANGAN PERSEDIAAN YANG DIPENUHI SAAT PRODUKSI Roni Hasudungan H, T.P Nababan,

Lebih terperinci

BAB IV PERHITUNGAN NUMERIK

BAB IV PERHITUNGAN NUMERIK BAB IV PERHITUNGAN NUMERIK Dengan memperhaikan fungsi sebaran peluang berahan dari masingmasing sebaran klaim, sebagai mana diulis pada persamaan (3.45), (3.70) dan (3.90), perhiungan numerik idak mudah

Lebih terperinci

3. Kinematika satu dimensi. x 2. x 1. t 1 t 2. Gambar 3.1 : Kurva posisi terhadap waktu

3. Kinematika satu dimensi. x 2. x 1. t 1 t 2. Gambar 3.1 : Kurva posisi terhadap waktu daisipayung.com 3. Kinemaika sau dimensi Gerak benda sepanjang garis lurus disebu gerak sau dimensi. Kinemaika sau dimensi memiliki asumsi benda dipandang sebagai parikel aau benda iik arinya benuk dan

Lebih terperinci

KOINTEGRASI DAN ESTIMASI ECM PADA DATA TIME SERIES. Abstrak

KOINTEGRASI DAN ESTIMASI ECM PADA DATA TIME SERIES. Abstrak KOINTEGRASI DAN ESTIMASI ECM PADA DATA TIME SERIES Universias Muhammadiyah Purwokero malim.muhammad@gmail.com Absrak Pada persamaan regresi linier sederhana dimana variabel dependen dan variabel independen

Lebih terperinci

Faradina GERAK LURUS BERATURAN

Faradina GERAK LURUS BERATURAN GERAK LURUS BERATURAN Dalam kehidupan sehari-hari, sering kia jumpai perisiwa yang berkaian dengan gerak lurus berauran, misalnya orang yang berjalan kaki dengan langkah yang relaif konsan, mobil yang

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN 39 III. METODE PENELITIAN 3.1 Waku dan Meode Peneliian Pada bab sebelumnya elah dibahas bahwa cadangan adalah sejumlah uang yang harus disediakan oleh pihak perusahaan asuransi dalam waku peranggungan

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Industri pengolahan adalah suatu kegiatan ekonomi yang melakukan kegiatan

III. METODE PENELITIAN. Industri pengolahan adalah suatu kegiatan ekonomi yang melakukan kegiatan 40 III. METODE PENELITIAN A. Konsep Dasar dan Baasan Operasional Konsep dasar dan baasan operasional pada peneliian ini adalah sebagai beriku: Indusri pengolahan adalah suau kegiaan ekonomi yang melakukan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. tahun 1990-an, jumlah produksi pangan terutama beras, cenderung mengalami

BAB 1 PENDAHULUAN. tahun 1990-an, jumlah produksi pangan terutama beras, cenderung mengalami 11 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Laar Belakang Keahanan pangan (food securiy) di negara kia ampaknya cukup rapuh. Sejak awal ahun 1990-an, jumlah produksi pangan eruama beras, cenderung mengalami penurunan sehingga

Lebih terperinci

ARUS,HAMBATAN DAN TEGANGAN GERAK ELEKTRIK

ARUS,HAMBATAN DAN TEGANGAN GERAK ELEKTRIK AUS,HAMBATAN DAN TEGANGAN GEAK ELEKTK Oleh : Sar Nurohman,M.Pd Ke Menu Uama Liha Tampilan Beriku: AUS Arus lisrik didefinisikan sebagai banyaknya muaan yang mengalir melalui suau luas penampang iap sauan

Lebih terperinci

1.4 Persamaan Schrodinger Bergantung Waktu

1.4 Persamaan Schrodinger Bergantung Waktu .4 Persamaan Schrodinger Berganung Waku Mekanika klasik aau mekanika Newon sanga sukses dalam mendeskripsi gerak makroskopis, eapi gagal dalam mendeskripsi gerak mikroskopis. Gerak mikroskopis membuuhkan

Lebih terperinci

BAB 4 METODOLOGI PENELITIAN

BAB 4 METODOLOGI PENELITIAN BAB 4 METODOLOGI PENELITIAN 4.1. Model Rumusan Masalah dan Pengambilan Kepuusan Model rumusan masalah dan pengambilan kepuusan yang digunakan dalam menyelesaikan skripsi ini dimulai dari observasi lapangan

Lebih terperinci

IV METODE PENELITIAN

IV METODE PENELITIAN IV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waku Peneliian Peneliian yang dilakukan mengenai analisis perencanaan pengadaan una berdasarkan ramalan ime series volume ekspor una loin beku di PT Tridaya Eramina

Lebih terperinci

BAB 4 ANALISIS DAN PEMBAHASAN

BAB 4 ANALISIS DAN PEMBAHASAN BAB 4 ANALISIS DAN EMBAHASAN 4.1 Karakerisik dan Obyek eneliian Secara garis besar profil daa merupakan daa sekunder di peroleh dari pusa daa saisik bursa efek Indonesia yang elah di publikasi, daa di

Lebih terperinci

Jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan Universitas Mercu Buana MODUL PERTEMUAN KE 3. MATA KULIAH : FISIKA DASAR (4 sks)

Jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan Universitas Mercu Buana MODUL PERTEMUAN KE 3. MATA KULIAH : FISIKA DASAR (4 sks) MODUL PERTEMUAN KE 3 MATA KULIAH : (4 sks) MATERI KULIAH: Jarak, Kecepaan dan Percepaan; Gerak Lurus Berauran, Percepaan; Gerak Lurus Berauran, Gerak Lurus Berubah Berauran POKOK BAHASAN: GERAK LURUS 3-1

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS. Peramalan adalah kegiatan untuk memperkirakan apa yang akan terjadi di masa

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS. Peramalan adalah kegiatan untuk memperkirakan apa yang akan terjadi di masa BAB 2 TINJAUAN TEORITI 2.1. Pengerian-pengerian Peramalan adalah kegiaan unuk memperkirakan apa yang akan erjadi di masa yang akan daang. edangkan ramalan adalah suau siuasi aau kondisi yang diperkirakan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Peneliian Jenis peneliian kuaniaif ini dengan pendekaan eksperimen, yaiu peneliian yang dilakukan dengan mengadakan manipulasi erhadap objek peneliian sera adanya konrol.

Lebih terperinci

BAB II PERTIDAKSAMAAN CHERNOFF

BAB II PERTIDAKSAMAAN CHERNOFF BAB II PERTIDAKSAMAAN CHERNOFF.1 Pendahuluan Di lapangan, yang menjadi perhaian umumnya adalah besar peluang dari peubah acak pada beberapa nilai aau suau selang, misalkan P(a

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengerian Persediaan (Invenory) Persediaan didefinisikan sebagai barang jadi yang disimpan aau digunakan unuk dijual pada periode mendaang, yang dapa berbenuk bahan baku yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Perekonomian dunia telah menjadi semakin saling tergantung pada

BAB I PENDAHULUAN. Perekonomian dunia telah menjadi semakin saling tergantung pada BAB I PENDAHULUAN A. Laar Belakang Masalah Perekonomian dunia elah menjadi semakin saling erganung pada dua dasawarsa erakhir. Perdagangan inernasional merupakan bagian uama dari perekonomian dunia dewasa

Lebih terperinci

BAB III RUNTUN WAKTU MUSIMAN MULTIPLIKATIF

BAB III RUNTUN WAKTU MUSIMAN MULTIPLIKATIF BAB III RUNTUN WAKTU MUSIMAN MULTIPLIKATIF Pada bab ini akan dibahas mengenai sifa-sifa dari model runun waku musiman muliplikaif dan pemakaian model ersebu menggunakan meode Box- Jenkins beberapa ahap

Lebih terperinci

BAB III ANALISIS INTERVENSI. Analisis intervensi dimaksudkan untuk penentuan jenis respons variabel

BAB III ANALISIS INTERVENSI. Analisis intervensi dimaksudkan untuk penentuan jenis respons variabel BAB III ANALISIS INTERVENSI 3.1. Pendahuluan Analisis inervensi dimaksudkan unuk penenuan jenis respons variabel ak bebas yang akan muncul akiba perubahan pada variabel bebas. Box dan Tiao (1975) elah

Lebih terperinci

ANALISIS KEHANDDALAN DAN LAJU KERUSAKAN PADA MESIN CONTINUES FRYING (STUDI KASUS : PT XYZ)

ANALISIS KEHANDDALAN DAN LAJU KERUSAKAN PADA MESIN CONTINUES FRYING (STUDI KASUS : PT XYZ) hp://jurnal.upnyk.ac.id/index.php/opsi OPSI Jurnal Opimasi Sisem Indusri ANALISIS KEHANDDALAN DAN LAJU KERUSAKAN PADA MESIN CONTINUES FRYING (STUDI KASUS : PT XYZ) Ahmad Muhsin, Ichsan Syarafi Jurusan

Lebih terperinci

JURNAL MATEMATIKA DAN KOMPUTER Vol. 5. No. 1, 1-7, April 2002, ISSN :

JURNAL MATEMATIKA DAN KOMPUTER Vol. 5. No. 1, 1-7, April 2002, ISSN : JURNAL MAEMAIKA DAN KOMPUER APLIKASI OPIMASI DINAMIS DENGAN PENDEKAAN MAXIMUM PRINCIPLE PADA PERUMBUHAN EKONOMI DAERAH DAN ALOKASI PENDAPAAN BELANJA DAERAH 1 Yusup Supena dan Yayan Jurusan Maemaika Fakulas

Lebih terperinci

JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 2, No. 2, (2013) ISSN: ( Print) D-108

JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 2, No. 2, (2013) ISSN: ( Print) D-108 JURNAL TEKNIK POMITS Vol., No., (013) ISSN: 337-3539 (301-971 Prin) D-108 Simulasi Peredaman Gearan Mesin Roasi Menggunakan Dynamic Vibraion Absorber () Yudhkarisma Firi, dan Yerri Susaio Jurusan Teknik

Lebih terperinci

Muhammad Firdaus, Ph.D

Muhammad Firdaus, Ph.D Muhammad Firdaus, Ph.D DEPARTEMEN ILMU EKONOMI FEM-IPB 010 PENGERTIAN GARIS REGRESI Garis regresi adalah garis yang memplokan hubungan variabel dependen (respon, idak bebas, yang dipengaruhi) dengan variabel

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dalam pembicaraan sehari-hari, bank dikenal sebagai lembaga keuangan yang

BAB I PENDAHULUAN. Dalam pembicaraan sehari-hari, bank dikenal sebagai lembaga keuangan yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Laar Belakang Dalam pembicaraan sehari-hari, bank dikenal sebagai lembaga keuangan yang kegiaan uamanya menerima simpanan giro, abungan dan deposio. Kemudian bank juga dikenal sebagai

Lebih terperinci

PEMODELAN PRODUKSI SEKTOR PERTANIAN

PEMODELAN PRODUKSI SEKTOR PERTANIAN Seminar Nasional Saisika IX Insiu Teknologi Sepuluh Nopember, 7 November 2009 PEMODELAN PRODUKSI SEKTOR PERTANIAN Brodjol Suijo Jurusan Saisika ITS Surabaya ABSTRAK Pada umumnya daa ekonomi bersifa ime

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Propinsi Sumatera Utara merupakan salah satu propinsi yang mempunyai

BAB 1 PENDAHULUAN. Propinsi Sumatera Utara merupakan salah satu propinsi yang mempunyai BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Laar Belakang Propinsi Sumaera Uara merupakan salah sau propinsi yang mempunyai perkembangan yang pesa di bidang ransporasi, khususnya perkembangan kendaraan bermoor. Hal ini dapa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. universal, disemua negara tanpa memandang ukuran dan tingkat. kompleks karena pendekatan pembangunan sangat menekankan pada

BAB I PENDAHULUAN. universal, disemua negara tanpa memandang ukuran dan tingkat. kompleks karena pendekatan pembangunan sangat menekankan pada BAB I PENDAHULUAN A. Laar Belakang Disparias pembangunan ekonomi anar daerah merupakan fenomena universal, disemua negara anpa memandang ukuran dan ingka pembangunannya. Disparias pembangunan merupakan

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini adalah penelitian Quasi Eksperimental Design dengan

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini adalah penelitian Quasi Eksperimental Design dengan BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Jenis dan Desain Peneliian Peneliian ini adalah peneliian Quasi Eksperimenal Design dengan kelas eksperimen dan kelas conrol dengan desain Prees -Poses Conrol Group Design

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Sumber Daya Alam (SDA) yang tersedia merupakan salah satu pelengkap alat

BAB 1 PENDAHULUAN. Sumber Daya Alam (SDA) yang tersedia merupakan salah satu pelengkap alat BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Laar Belakang Sumber Daya Alam (SDA) yang ersedia merupakan salah sau pelengkap ala kebuuhan manusia, misalnya anah, air, energi lisrik, energi panas. Energi Lisrik merupakan Sumber

Lebih terperinci

Bab 5 Penaksiran Fungsi Permintaan. Ekonomi Manajerial Manajemen

Bab 5 Penaksiran Fungsi Permintaan. Ekonomi Manajerial Manajemen Bab 5 Penaksiran Fungsi Perminaan 1 Ekonomi Manajerial Manajemen Peranyaan Umum Tenang Perminaan Seberapa besar penerimaan perusahaan akan berubah seelah adanya peningkaan harga? Berapa banyak produk yang

Lebih terperinci

PERHITUNGAN PARAMETER DYNAMIC ABSORBER

PERHITUNGAN PARAMETER DYNAMIC ABSORBER PERHITUNGAN PARAMETER DYNAMIC ABSORBER BERBASIS RESPON AMPLITUDO SEBAGAI KONTROL VIBRASI ARAH HORIZONTAL PADA GEDUNG AKIBAT PENGARUH GERAKAN TANAH Oleh (Asrie Ivo, Ir. Yerri Susaio, M.T) Jurusan Teknik

Lebih terperinci