Geometri Bintang Berotasi Pada Keadaan Ambang
|
|
- Yuliani Sasmita
- 7 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 Geometri Bintang Berotasi Pada Keadaan Ambang Iwan Setiawan dan Muhammad Farchani osyid Kelompo iset Kosmologi, Astrofisia, dan Fisia Matematia Jurusan Fisia Faultas Matematia dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Gadjah Mada, Yogyaarta Diterima Februari 010, diterima untu dipubliasian 1 April 010 Abstra Konfigurasi esetimbangan meanis bintang-bintang berotasi ditelaah melalui model oche. Pada ajian ini rotasi bintang diperlauan sebagai rotasi benda tegar, sedangan geometrinya ditentuan berdasaran persamaan equipotensial. Kedaan ritis suatu bintang ditentuan berdasaran etiadaan gaya gravitasi total yang mengimbangi teanan termodinamis. Dalam hal ini terdapat dua emunginan, percepatan gravitasi efetifnya lenyap atau batas Edington-nya terlampui. Telah ditentuan penampang membujur bintang-bintang berotasi dari berbagai massa dan ecepatan sudut. Kata unci: Bintang berotasi, Keadaan ritis, Kecepatan ritis, Gaya gravitasi efetif Abstract The mechanical equilibrium configuration of rotating stars is discussed through oche model. In our study, the stars are assumed to rotate rigidly, while their geometry are determined by the use of their equipotential surfaces. The critical state is achieved by a rotating star, when its total gravitational force vanishes. There are two posibilities for a star to be in its critical state: either its effective gravitational force vanishes or it exceeds the Eddington limit. The meridional section of rotating stars of various masses and angular velocity are determined. Keywords: otating stars, Critical state, Critical velocity, Effective gravitational force 1. Pendahuluan banya digunaan arena lebih mendeati enyataan yang ada. Pada maalah ini, pengaruh rotasi pada geometri bintang aan dipelajari, terutama bintangbintang yang mencapai ambang ecepatan rotasi yang pertama. Bentu tampang bujur bintang-bintang berotasi sebagai fungsi ecepatan rotasi aan ditentuan. Seperti halnya Bumi, bintang-bintang juga mengalami rotasi. Seperti telah dietahui, aibat adanya rotasi, jejari equatorial Bumi 1,4 m lebih panjang daripada jejari utubnya (Maeder, 009). Untu bintang yang berotasi ecepatan sudut yang tinggi, jejari atulistiwanya bahan dapat mencapai 1,5 jejari utub (Estrom d, 008). Hal ini menunjuan bahwa rotasi cuup berpengaruh pada bintang. Meanisme esetimbangan pada bintang yang berotasi sudah dipelajari seja lama. Beberapa model telah diembangan, semisal model Mclaurin, yang menganggap erapatan bintang tetap dan model oche yang beranggapan sebalinya (erapatan yang tida tetap). Terdapat perbedaan yang cuup mencolo antara edua model ini. Dalam model Mclaurin, perubahan meanisme esetimbangan terjadi pada rotasi yang tinggi. Nilai masimum ecepatan sudut (dianggap rotasi benda tegar) adalah max= 0,4494Gπρ (Maeder, 009). Pada enyataan, etidastabilan aan terjadi sebelum mencapai batas ecepatan sudut ini. Pada model oche seragam (bintang dianggap sebagai rotasi benda tegar), perubahan esetimbangan juga aan terjadi, dan didapatan bahwa perbandingan antara jejari utub dan jejari equatorial aan mencapai / pada ecepatan sudut masimum, yaitu 0,715Gπ ρ, ρ adalah erapatan rata-rata. Pendeatan model oche biasanya lebih. Kesetimbangan Hidrostati Pada otasi Benda Tegar Jia ditinjau dari eranga acuan yang berotasi bersama bintang, persamaan Navier-Stoes untu material bintang berbentu dv dv 1 = P + v v ( r) dt dt ρ (1) d r v, dt v visositas, P teanan, dan ecepatan sudut. Jia sistem dianggap berada dalam esetimbangan hidrostati, dan visositas diabaian (dianggap sangat ecil), serta ecepatan sudut setiap bagian bintang dianggap seragam (rotasi benda tegar), maa aan didapatan persamaan, 1 0 = Φ P ( r ) v, () ρ - percepatan gravitasi sendiri. Jia V s didefinisian sebagai potensial setrifugal, 107
2 Setiawan dan osyid, Geometri Bintang Berotasi Pada Keadaan Ambang V = ϖ, () dan ϖ = r sin θ jara titi yang ditinjau dari sumbu rotasi maa didapat persamaan 1 P = Ψ = g ef, (4) ρ Ψ( r, θ ) = Φ( r) + V ( r, θ ) = GM r 1 (5) r sin θ r adalah potensial efetif yang memenuhi persamaan Poisson Ψ = 4πG ρ, M r massa bagian bintang yang berada di dalam bola berjejari r yang berpusat di pusat bintang. Karena berlaunya persamaan (4), bintang diataan berada dalam eadaan barotropi (Maeder, 009), yani, daerah nilai potensial yang sama (equipotensial) memilii teanan yang sama, P = P(Ψ). Permuaan bintang adalah daerah eipotensial, yani Ψ = tetapan. Andaian ita tinjau sebuah bintang massa total M dan (θ) jejari bintang itu pada olatitud θ. Karena gaya sentrifugal di daerah utub bernilai nol, maa potensial pada utub bintang itu adalah GM/ p, p jejari utub bintang. Oleh arenanya, nilai potensial di berbagai tempat di permuaan bintang itu adalah GM GM 1 = ( θ ) sin θ. (6) p ( θ ) Jia e r dan e θ merupaan vetor satuan dalam arah radial dan arah bujur, maa vetor percepatan gravitasi efetif pada permuaan bintang dari persamaan (5) dapat ditulisan sebagai g ef GM = ( θ ) + + ( θ )sin θ e [ ( θ )sinθ cosθ ] e. θ r (7). Teorema Von Zeipel dan Fator Edington Teorema von Zeipel menyataan hubungan antara flus radiasi pada olatitud θ di permuaan bintang yang berotasi percepatan gravitasi efetif loal (Maeder dan Meynet, 000). Jia ita tinjau bintang yang berotasi seperti rotasi benda tegar, flus radiasi dapat ditulisan sebagai F (, θ ) = χ T (, θ ), (8) 4acT χ =. (9) κρ Karena bintang berada dalam eadaan barotropi, maa dt dt F(, θ ) = P(, θ ) = ρχ gef. (10) dp dp Dengan demiian, dari hubungan antara luminositas bintang dan flus radiasi, didapatan L F (, θ ) = gef (, θ ), (11) 4πGM * M * = M 1, (1) πgρ m dan ρ m rapat massa rata-rata bahan pada permuaan bintang itu. Pada bintang yang berotasi, percepatan gravitasi total bintang merupaan penjumlahan beberapa percepatan : percepatan gravitasi murni, percepatan sentrifugal, dan percepatan oleh teanan radiasi (Maeder dan Meynet, 000). Hal ini dinyataan dalam persamaan beriut g = g + g = g + g + g, (1) tot ef rad g rad diberian oleh 1 κ( θ ) F g rad = P rad =. (14) ρ c Fator κ(θ) adalah eedapan bahan pada olatitud θ. Dengan memanfaatan persamaan (11) dan (1), persamaan beriut didapatan κ( θ ) L( P) g = 1 tot gef. (15) 4πcGM * Pada persamaan ini, efe rotasi muncul pada g ef dan pada ungapan di dalam urung. Jia ita tinjau batas flus secara loal, yaitu eadaan g tot = 0 [Maeder dan Meynet, 000], maa g rad = - g ef. Batas flus, oleh arena itu, diberian oleh c Flim ( θ ) = gef ( θ ). (16) κ( θ ) Dari persamaan ini, jia fator Edington loal Γ (θ) didefinisian sebagai nisbah (rasio) antara besarnya flus sebenarnya besarnya flus batas loal, maa didapatan κ( θ ) L( P) Γ ( θ ) =. (17) 4πcGM 1 πgρ m Jia tida, bintang tida mengalami rotasi (yani jia bernilai 0), maa Γ (θ) aan sama fator Edington Global Γ. Persamaan (15), selanjutnya, dapat ditulis sebagai g g [ 1 Γ ( θ )]. (18) tot = ef Persamaan ini mengungapan bahwa pada bintang yang berotasi, percepatan gravitasi total dipengaruhi oleh percepatan gravitasi efetif g ef (yang melibatan gr rot rad
3 109 JUNAL MATEMATIKA DAN SAINS, DESEMBE 010, VOL. 15 NOMO ungapan tentang ecepatan rotasi bintang) dan oleh luminositas bintang. 4. Keadaan Ambang Pertama Melalui ungapan persamaan (18), eadaan ambang (ritis) dapat diperiraan. Pada eadaan ritis ini percepatan gravitasi total lenyap sehingga tida ada lagi percepatan atau gaya yang mengimbangi teanan termal dari dalam bintang. Aibatnya, bahan-bahan bintang aan lari (buyar). Hal ini tentu saja mengaibatan persamaan (18) aan mempunyai dua aar, yaitu g ef = 0 atau Γ (θ) = 1. Keadaan ini mengaibatan adanya batas (limit) tertentu pada ecepatan rotasi bintang, selain bergantung pada beberapa parameter lain seperti massa bintang dan jejari bintang. Keadaan g tot = 0 juga aan memberian adanya batas pada luminositas bintang sebagaimana dijelasan di atas, yang disebut sebagai Batas Eddington (Meynet, 008). Keadaan ambang g ef = 0 aan dinamaan eadaan ambang pertama, sedangan eadaan pada Γ (θ) = 1, disebut eadaan ambang edua. Tentang aibat fisis ataupun geometris eadaan ambang edua ini buan merupaan bahasan dalam maalah ini. Masalah tersebut telah didisusian secara rinci dalam (Maeder dan Meynet, 000). Kedaan ambang g tot = 0 menurut persamaan (7) diperoleh hanya pada wilayah atulistiwa (θ=π/)). Keadaan ini memberian ungapan GM rit =, (19) e, rit e,rit jeari-jari bintang di euator etia eadaan ritis itu. Jia fator f didefinisian sebagai nisbah e / p antara jari-jari euator dan jari-jari utub untu sembarang ecepatan sudut, maa secara umum didapat rit = / p, rit p / ( 1) f f 1/. (0) Dengan pendeatan p,rit = p, yani tida ada perubahan pada jari-jari utub, didapat rit = / ( 1) f f 1/. (1) Dari persamaan terahir ini tampa bahwa f = / pada saat = rit. Jia v ecepatan singgung di euator, maa v v rit = ( 1) f rit 1/. () 5. Geometri Bintang Pada Berbagai Nilai Kecepatan Sudut Henda ditinjau embali persaman permuaan bintang sebagai daerah equipotensial, yani persamaan (6). Persamaan tersebut dapat ditulisan sebagai GM ( θ ) ( θ ) p sin θ () GM + = 0. sin θ Persamaan ini memperlihatan bahwa jejari bintang yang berotasi, sebagai fungsi sudut olatitud, memenuhi persamaan polinom pangat tiga yang bergantung epada berbagai hal : tetapan gravitasi (G), massa bintang (M), jejari polar (p), serta parameter ecepatan rotasi bintang itu sendiri (). Jia jejari bintang ((θ)) dievaluasi pada semua sudut olatitud maa aan didapatan bentu penampang bintang yang berotasi. Memanfaatan beberapa data yang menyebutan tentang parameter-parameter di atas, penampang membujur sebuah bintang ecepatan rotasi tertentu aan dapat digambaran terlebih dahulu menyelesaian persamaan pangat tiga untu jejari bintang, persaman (). Persamaan () dapat ditulis dalam bentu ( θ ) A( θ ) + B = 0, (4) dan A = GM p sin GM B =. sin θ θ Tabel 1. Parameter-parameter Bintang Berotasi Massa 1 M [oxburg, 004] Persamaan ini merupaan persamaan polinom pangat tiga paramater yang lebih sederhana, yang jia diselesaian metode Newton- aphson dan menggunaan data pada Tabel 1, aan didapatan jejari bintang (θ) pada olatitud θ. Dalam Table 1 itu, α = e /GM, s adalah jara dari pusat bintang e permuaan eipotensial, dan adalah bilangan pada polinom Legendre. Perhitungan cara itu menghasilan Tabel, G =, M s.
4 Setiawan dan osyid, Geometri Bintang Berotasi Pada Keadaan Ambang 110 Tabel. Jejari Bintang 1 M 10 4 rad/s. Dari tabel diperoleh tampang bujur bintang tersebut, sebagaimana diperlihatan pada Gambar 1 Gambar. Penampang Bintang 1 M beberapa nilai untu Gambar. Penampang bintang 5 M beberapa untu Gambar 1. Tampang bujur Bintang berotasi 1 M = 10 4 rad/s. Hasil perhitungan untu bintang bermassa 1 M dalam berbagai ecepatan sudut rotasi diberian oleh Gambar. Untu bintang bermassa 1 M ecepatan sudut rotasi = 4,6 x 10 4 rad/s didapatan bentu penampang bujur yang melancip sepanjang lingar atulistiwa. Kecepatan rotasi ini merupaan ecepatan yang mendeati ecepatan sudut ritis. Terlihat bahwa peningatan ecepatan sudut rotasi aan menyebaban terjadinya perubahan tampang bujur bintang, sebagaimana diperlihatan pada Gambar. Untu bintang berotasi massa yang yang lain didapatan bentu tampang bujur sebagaimana pada gambar dan gambar 4. Gambar 4. Penampang bintang 10 M beberapa nilai untu Dari beberapa gambar diatas terlihat bahwa, meningatnya ecepatan rotasi aan merubah esetimbangan bintang, yang ditandai penurunan jejari polar dan meningatnya jejari atulistiwa. Pada Gambar () dan (4), didapatan bentu penampang bujur bintang yang semain melancip di atulistiwa arena seiring peningatan
5 111 JUNAL MATEMATIKA DAN SAINS, DESEMBE 010, VOL. 15 NOMO ecepatan sudut rotasi. Penampang bintang yang paling melancip pada ujung-ujungnya ini merupaan penampang bintang ecepatan rotasi yang sudah mencapai ecepatan ritis, ini dapat dibutian nilai perbandingan antara jejari equatorial dan jejari polar yang telah mencapai /. 6. Geometri Bintang pada Kecepatan Sudut Ambang Meningatnya ecepatan rotasi aan memengaruhi esetimbangan bintang. Jia ecepatan rotasi mencapai nilai ambang, maa jejari bintang diataan juga pada eadaan ambang. Persamaan jejari bintang pada ecepatan ambang dapat ditulisan menjadi ( θ ) GM sin p, GM + = 0, sin θ θ ( θ ) (5) (θ) jejari jejari bintang pada eadaan ritis, ecepatan sudut bintang pada eadaan ambang, serta p, jejari polar pada eadaan ambang. Jia ita gunaan ungapan pada persamaan (19), maa persamaan (5), dapat ditulisan menjadi, 7 7 p p ( θ ) ( θ ) + = 0. (6) 4sin θ 4sin θ Persamaan ini diselesaian metode yang sama yang sebelumnya, terlebih dahulu menentuan nilai p,. Ungapan untu p, didapatan dari persamaan (19) dan bantuan datadata yang diperoleh dari (Meynet and Maeder, 1996). Hasil-hasil perhitungan untu beberapa variasi massa bintang diperlihatan pada Gambar 5, 6, dan 7., Gambar 6. Penampang bintang 0 M = 1,8 x 10 4 rad/s Gambar 7. Penampang bintang 60 M = 8,6 x 10 5 rad/s Gambar 5. Penampang bintang 9 M 1,684 x 10 4 rad/s = Dari beberapa gambar terlihat bahwa pada eadaan ritis, ecepatan rotasi bintang yang juga berada pada ecepatan ambang, bentu penampang bintang aan memipih, ujungujung pada daerah hatulistiwa berbentu lancip. Keadaan seperti ini disebaban pada eadaan ambang di daerah atulistiwa gravitasi efetif bernilai nol, sehingga material dalam bintang yang sebelumnya berada dalam esetimbangan hidrostati (teanan hidrostati diimbangi oleh gravitasi), aan menuju eluar, arena tida ada lagi gravitasi yang menahannya. 7. Simpulan Kecepatan sudut rotasi bintang sangat berpengaruh pada bentu tampang bujur bintang itu. Tampang bujur bintang pada ecepatan ambang pertama sangat has. Jia ecepatan sudut rotasi bintang melampaui ecepatan ambang pertama, maa
6 Setiawan dan osyid, Geometri Bintang Berotasi Pada Keadaan Ambang 11 esetimbangan hidrostatis pada bintang aan dilanggar, yani tida ada lagi esetimbangan hidrostati sehingga material dalam bintang yang sebelumnya berada dalam esetimbangan hidrostati (teanan hidrostati diimbangi oleh gravitasi), aan menuju eluar, arena tida ada lagi gravitasi yang menahannya. Daftar Pustaa Estrom, S., G. Meynet, A. Maeder, and F. Barblan, 008, Evolution Towards the Critical Limit and the Origin of Be Stars, arxiv: v1. Maeder, A., 009, Physics, Formation and Evolution of otating Stars, Springer, Verlag Berlin Heidelberg, Germany, -80. Maeder, A. and G. Meynet, 000, The Eddington and -Limits, the rotational mass loss for OB and LBV stars, Astronomy & Astrophysics, 61, Meynet, G. and A. Maeder, 1996, The Computational Method and Inhibiting Effect of the µ- Gradient, Astronomy & Astrophysics, 1, Meynet, G., 008, Physics of otation in Stellar Models, arxiv: v1. oxburgh, I.W, 004, -Dimensional Models of apidly otating Stars, Uniformly otating Zero Age Main Sequence Stars, Astronomy & Astrophysics, 48,
Geometri Bintang Berotasi pada Keadaan Kritis
JURNAL FISIKA DAN APLIKASINYA VOLUME 6, NOMOR 1 JANUARI,2010 Geometri Bintang Berotasi pada Keadaan Kritis Iwan Setiawan dan Muhammad Farchani Rosyid Kelompok Riset Kosmologi, Astrofisika, dan Fisika Matematika,Jurusan
Lebih terperinciMODEL PENAMPANG BUJUR BINTANG BEROTASI DENGAN VARIASI KECEPATAN SUDUT
MODEL PENAMPANG BUJUR BINTANG BEROTASI DENGAN VARIASI KECEPATAN SUDUT Iwan Setiawan 1 ABSTRAK: Konfigurasi kesetimbangan mekanis pada bintang-bintang berotasi ditelaah melalui model Roche. Pada kajian
Lebih terperinciSoal-Jawab Fisika OSN x dan = min. Abaikan gesekan udara. v R Tentukan: a) besar kelajuan pelemparan v sebagai fungsi h. b) besar h maks.
Soal-Jawab Fisia OSN - ( poin) Sebuah pipa silinder yang sangat besar (dengan penampang lintang berbentu lingaran berjarijari R) terleta di atas tanah. Seorang ana ingin melempar sebuah bola tenis dari
Lebih terperinciBAB III PENENTUAN HARGA PREMI, FUNGSI PERMINTAAN, DAN TITIK KESETIMBANGANNYA
BAB III PENENTUAN HARGA PREMI, FUNGSI PERMINTAAN, DAN TITIK KESETIMBANGANNYA Pada penelitian ini, suatu portfolio memilii seumlah elas risio. Tiap elas terdiri dari n, =,, peserta dengan umlah besar, dan
Lebih terperinciKumpulan soal-soal level seleksi provinsi: solusi:
Kumpulan soal-soal level selesi provinsi: 1. Sebuah bola A berjari-jari r menggelinding tanpa slip e bawah dari punca sebuah bola B berjarijari R. Anggap bola bawah tida bergera sama seali. Hitung ecepatan
Lebih terperinciFISIKA. Kelas X GETARAN HARMONIS K-13. A. Getaran Harmonis Sederhana
K-13 Kelas X FISIKA GETARAN HARMONIS TUJUAN PEMBELAJARAN Setelah mempelajari materi ini, amu diharapan memilii emampuan sebagai beriut. 1. Memahami onsep getaran harmonis sederhana pada bandul dan pegas
Lebih terperinciKumpulan soal-soal level seleksi Kabupaten: Solusi: a a k
Kumpulan soal-soal level selesi Kabupaten: 1. Sebuah heliopter berusaha menolong seorang orban banjir. Dari suatu etinggian L, heliopter ini menurunan tangga tali bagi sang orban banjir. Karena etautan,
Lebih terperinciAplikasi diagonalisasi matriks pada rantai Markov
J. Sains Dasar 2014 3(1) 20-24 Apliasi diagonalisasi matris pada rantai Marov (Application of matrix diagonalization on Marov chain) Bidayatul hidayah, Rahayu Budhiyati V., dan Putriaji Hendiawati Jurusan
Lebih terperinciBAB IV PERHITUNGAN HARGA PREMI BERDASARKAN FUNGSI PERMINTAAN PADA TITIK KESETIMBANGAN
BAB IV PERHITUNGAN HARGA PREMI BERDASARKAN FUNGSI PERMINTAAN PADA TITIK KESETIMBANGAN Berdasaran asumsi batasan interval pada bab III, untu simulasi perhitungan harga premi pada titi esetimbangan, maa
Lebih terperinciOptimasi Non-Linier. Metode Numeris
Optimasi Non-inier Metode Numeris Pendahuluan Pembahasan optimasi non-linier sebelumnya analitis: Pertama-tama mencari titi-titi nilai optimal Kemudian, mencari nilai optimal dari fungsi tujuan berdasaran
Lebih terperinciOLIMPIADE SAINS NASIONAL 2012 BIDANG ILMU FISIKA
OLIMPIADE SAINS NASIONAL 2012 BIDANG ILMU FISIKA SELEKSI TIM INDONESIA untu IPhO 2013 SOAL TES TEORI KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN DIREKTORAT JENDERAL PENDIDIKAN MENENGAH DIREKTORAT PEMBINAAN SEKOLAH
Lebih terperinciKENNETH CHRISTIAN NATHANAEL
KENNETH CHRISTIAN NATHANAEL. Sistem Bilang Real. Fungsi dan Grafi. Limit dan Keontinuan 4. Limit Ta Hingga 5. Turunan Fungsi 6. Turunan Fungsi Trigonometri 7. Teorema Rantai 8. Turunan Tingat Tinggi 9.
Lebih terperinciOSN 2014 Matematika SMA/MA
Soal 5. Suatu barisan bilangan asli a 1, a 2, a 3,... memenuhi a + a l = a m + a n untu setiap bilangan asli, l, m, n dengan l = mn. Jia m membagi n, butian bahwa a m a n. Solusi. Andaian terdapat bilangan
Lebih terperinciProgram Perkuliahan Dasar Umum Sekolah Tinggi Teknologi Telkom [MA1124] KALKULUS II
Program Peruliahan asar Umum Seolah Tinggi Tenologi Telom Integral Lipat ua [MA4] Integral Lipat ua Misalan z f(,) terdefinisi pada merupaan suatu persegi panjang tertutup, aitu : {(, ) : a b, c d} b a
Lebih terperinciBAB 3 PATTERN MATCHING BERBASIS JARAK EUCLID, PATTERN MATCHING BERBASIS JARAK MAHALANOBIS, DAN JARINGAN SYARAF TIRUAN BERBASIS PROPAGASI BALIK
BAB 3 PATTERN MATCHING BERBASIS JARAK EUCLID, PATTERN MATCHING BERBASIS JARAK MAHALANOBIS, DAN JARINGAN SYARAF TIRUAN BERBASIS PROPAGASI BALIK Proses pengenalan dilauan dengan beberapa metode. Pertama
Lebih terperinciDeret Pangkat. Ayundyah Kesumawati. June 23, Prodi Statistika FMIPA-UII
Keonvergenan Kesumawati Prodi Statistia FMIPA-UII June 23, 2015 Keonvergenan Pendahuluan Kalau sebelumnya, suu suu pada deret ta berujung berupa bilangan real maa ali ini ita embangan suu suunya dalam
Lebih terperinciPELABELAN FUZZY PADA GRAF. Siti Rahmah Nurshiami, Suroto, dan Fajar Hoeruddin Universitas Jenderal Soedirman.
JMP : Volume 6 Nomor, Juni 04, hal. - PELABELAN FUZZY PADA GRAF Siti Rahmah Nurshiami, Suroto, dan Fajar Hoeruddin Universitas Jenderal Soedirman email : oeytea0@gmail.com ABSTRACT. This paper discusses
Lebih terperinci4. 1 Spesifikasi Keadaan dari Sebuah Sistem
Dalam pembahasan terdahulu ita telah mempelajari penerapan onsep dasar probabilitas untu menggambaran sistem dengan jumlah partiel ang cuup besar (N). Pada bab ini, ita aan menggabungan antara statisti
Lebih terperinciBAB III HASIL DAN PEMBAHASAN
15 BAB III HASIL DAN PEMBAHASAN 3.1Relasi Dispersi Pada bagian ini aan dibahas relasi dispersi untu gelombang internal pada fluida dua-lapisan.tinjau lapisan fluida dengan ρ a dan ρ b berturut-turut merupaan
Lebih terperinciBAB ELASTISITAS. Pertambahan panjang pegas
BAB ELASTISITAS 4. Elastisitas Zat Padat Dibandingan dengan zat cair, zat padat lebih eras dan lebih berat. sifat zat padat yang seperti ini telah anda pelajari di elas SLTP. enapa Zat pada lebih eras?
Lebih terperinci( s) PENDAHULUAN tersebut, fungsi intensitas (lokal) LANDASAN TEORI Ruang Contoh, Kejadian dan Peluang
Latar Belaang Terdapat banya permasalahan atau ejadian dalam ehidupan sehari hari yang dapat dimodelan dengan suatu proses stoasti Proses stoasti merupaan permasalahan yang beraitan dengan suatu aturan-aturan
Lebih terperinciBAB 3 PRINSIP SANGKAR BURUNG MERPATI
BAB 3 PRINSIP SANGKAR BURUNG MERPATI 3. Pengertian Prinsip Sangar Burung Merpati Sebagai ilustrasi ita misalan terdapat 3 eor burung merpati dan 2 sangar burung merpati. Terdapat beberapa emunginan bagaimana
Lebih terperinciVariasi Spline Kubik untuk Animasi Model Wajah 3D
Variasi Spline Kubi untu Animasi Model Wajah 3D Rachmansyah Budi Setiawan (13507014 1 Program Studi Teni Informatia Seolah Teni Eletro dan Informatia Institut Tenologi Bandung, Jl. Ganesha 10 Bandung 40132,
Lebih terperinciBAB IV APLIKASI PADA MATRIKS STOKASTIK
BAB IV : ALIKASI ADA MARIKS SOKASIK 56 BAB IV ALIKASI ADA MARIKS SOKASIK Salah satu apliasi dari eori erron-frobenius yang paling terenal adalah penurunan secara alabar untu beberapa sifat yang dimilii
Lebih terperinciINTEGRAL NUMERIK KUADRATUR ADAPTIF DENGAN KAIDAH SIMPSON. Makalah. Disusun guna memenuhi tugas Mata Kuliah Metode Numerik. yang dibimbing oleh
INTEGRAL NUMERIK KUADRATUR ADAPTIF DENGAN KAIDAH SIMPSON Maalah Disusun guna memenuhi tugas Mata Kuliah Metode Numeri yang dibimbing oleh Dr. Nur Shofianah Disusun oleh: M. Adib Jauhari Dwi Putra 146090400111001
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belaang Masalah untu mencari jalur terpende di dalam graf merupaan salah satu masalah optimisasi. Graf yang digunaan dalam pencarian jalur terpende adalah graf yang setiap sisinya
Lebih terperinciVARIASI NILAI BATAS AWAL PADA HASIL ITERASI PERPINDAHAN PANAS METODE GAUSS-SEIDEL
SEMINAR NASIONAL PENDIDIKAN SAINS Peningatan Kualitas Pembelajaran Sains dan Kompetensi Guru melalui Penelitian & Pengembangan dalam Menghadapi Tantangan Abad-1 Suraarta, Otober 016 VARIASI NILAI BATAS
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belaang Model Loglinier adalah salah satu asus husus dari general linier model untu data yang berdistribusi poisson. Model loglinier juga disebut sebagai suatu model statisti
Lebih terperinciMEKANIKA TANAH REMBESAN DAN TEORI JARINGAN MODUL 4. UNIVERSITAS PEMBANGUNAN JAYA Jl. Boulevard Bintaro Sektor 7, Bintaro Jaya Tangerang Selatan 15224
MEKANIKA TANAH MODUL 4 REMBESAN DAN TEORI JARINGAN UNIVERSITAS PEMBANGUNAN JAYA Jl. Boulevard Bintaro Setor 7, Bintaro Jaya Tangerang Selatan 154 PENDAHULUAN Konsep pemaaian oefisien permeabilitas untu
Lebih terperinciRINGKASAN SKRIPSI MODUL PERKALIAN
RINGKASAN SKRIPSI MODUL PERKALIAN SAMSUL ARIFIN 04/177414/PA/09899 DEPARTEMEN PENDIDIKAN NASIONAL UNIVERSITAS GADJAH MADA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM YOGYAKARTA 2008 HALAMAN PENGESAHAN
Lebih terperinciALGORITMA PENYELESAIAN PERSAMAAN DINAMIKA LIQUID CRYSTAL ELASTOMER
ALGORITMA PENYELESAIAN PERSAMAAN DINAMIKA LIQUID CRYSTAL ELASTOMER Oleh: Supardi SEKOLAH PASCA SARJANA JURUSAN ILMU FISIKA UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA 2012 1 PENDAHULUAN Liquid Crystal elastomer (LCE
Lebih terperinciRuang Barisan Orlicz Selisih Dengan Fungsional Aditif Dan Kontinunya
J. Math. and Its Appl. ISSN: 1829-605X Vol. 2, No. 1, May. 2005, 37 45 Ruang Barisan Orlicz Selisih Dengan Fungsional Aditif Dan Kontinunya Sadjidon Jurusan Matematia Institut Tenologi Sepuluh Nopember,
Lebih terperinci( x) LANDASAN TEORI. ω Ω ke satu dan hanya satu bilangan real X( ω ) disebut peubah acak. Ρ = Ρ. Ruang Contoh, Kejadian dan Peluang
LANDASAN TEORI Ruang Contoh Kejadian dan Peluang Suatu percobaan yang dapat diulang dalam ondisi yang sama yang hasilnya tida dapat dipredisi secara tepat tetapi ita dapat mengetahui semua emunginan hasil
Lebih terperinciBahan Minggu II, III dan IV Tema : Kerangka acuan inersial dan Transformasi Lorentz Materi :
Bahan Minggu II, III dan IV Tema : Keranga auan inersial dan Transformasi Lorent Materi : Terdaat dua endeatan ang digunaan untu menelusuri aedah transformasi antara besaran besaran fisis (transformasi
Lebih terperinciBAB 5 RUANG VEKTOR UMUM. Dr. Ir. Abdul Wahid Surhim, MT.
BAB 5 RUANG VEKTOR UMUM Dr. Ir. Abdul Wahid Surhim, MT. KERANGKA PEMBAHASAN. Ruang Vetor Nyata. Subruang. Kebebasan Linier 4. Basis dan Dimensi 5. Ruang Baris, Ruang Kolom dan Ruang Nul 6. Ran dan Nulitas
Lebih terperinciPenggunaan Induksi Matematika untuk Mengubah Deterministic Finite Automata Menjadi Ekspresi Reguler
Penggunaan Indusi Matematia untu Mengubah Deterministic Finite Automata Menjadi Espresi Reguler Husni Munaya - 353022 Program Studi Teni Informatia Seolah Teni Eletro dan Informatia Institut Tenologi Bandung,
Lebih terperinciFUNGSI BANTU NONPARAMETRIK BARU UNTUK MENYELESAIKAN OPTIMASI GLOBAL
Seminar Nasional Matematia dan Apliasinya, 2 Otober 27 FUNGSI BANTU NONPARAMETRIK BARU UNTUK MENYELESAIKAN OPTIMASI GLOBAL Ridwan Pandiya #, Emi Iryanti #2 # S Informatia, Faultas Tenologi Industri dan
Lebih terperinciVISUALISASI GERAK PELURU MENGGUNAKAN MATLAB
KARYA TULIS ILMIAH VISUALISASI GERAK PELURU MENGGUNAKAN MATLAB Oleh: Drs. Ida Bagus Alit Paramarta, M.Si. Dra. I.G.A. Ratnawati, M.Si. JURUSAN FISIKA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS
Lebih terperinciMENYELESAIKAN PERSAMAAN DIFFERENSIAL BILANGAN BULAT DAN BILANGAN RASIONAL
MENYELESAIKAN PERSAMAAN DIFFERENSIAL BILANGAN BULAT DAN BILANGAN RASIONAL Sarta Meliana 1, Mashadi 2, Sri Gemawati 2 1 Mahasiswa Program Studi S1 Matematia 2 Dosen Jurusan Matematia Faultas Matematia dan
Lebih terperinci2.1 Bilangan prima dan faktorisasi prima
BAB 2 BILANGAN PRIMA 2.1 Bilangan prima dan fatorisasi prima Definisi 2.1.1. Bilangan bulat p > 1 diataan prima jia ia hanya mempunyai pembagi p dan 1. Dengan ata lain bilangan prima tida mempunyai pembagi
Lebih terperinciTEORI KINETIKA REAKSI KIMIA
TORI KINTIK RKSI KII da (dua) pendeatan teoreti untu menjelasan ecepatan reasi, yaitu: () Teori tumbuan (collision theory) () Teori eadaan transisi (transition-state theory) atau teori omples atif atau
Lebih terperinciPENENTUAN FAKTOR KALIBRASI ACCELEROMETER MMA7260Q PADA KETIGA SUMBU
PENENTUAN FAKTOR KALIBRASI ACCELEROMETER MMA7260Q PADA KETIGA SUMBU Wahyudi 1, Adhi Susanto 2, Sasongo P. Hadi 2, Wahyu Widada 3 1 Jurusan Teni Eletro, Faultas Teni, Universitas Diponegoro, Tembalang,
Lebih terperinciMODEL MATEMATIKA KONSENTRASI OKSIGEN TERLARUT PADA EKOSISTEM PERAIRAN DANAU
MDEL MATEMATIKA KNSENTRASI KSIGEN TERLARUT PADA EKSISTEM PERAIRAN DANAU Sutimin Jurusan Matematia, FMIPA Universitas Diponegoro Jl. Prof. H. Soedarto SH Tembalang, Semarang 5075 E-mail: su_timin@yanoo.com
Lebih terperinciMEKANIKA TANAH HIDROLIKA TANAH DAN PERMEABILITAS MODUL 3
MEKANIKA TANAH MODUL 3 HIDROLIKA TANAH DAN PERMEABILITAS UNIVERSITAS PEMBANGUNAN JAYA Jl. Boulevard Bintaro Setor 7, Bintaro Jaya Tangerang Selatan 15224 Silus hidrologi AIR TANAH DEFINISI : air yang terdapat
Lebih terperinciDESKRIPSI SISTEM ANTRIAN PADA BANK SULUT MANADO
DESKRIPSI SISTEM ANTRIAN PADA BANK SULUT MANADO 1 Selvia Hana, Tohap Manurung 1 Jurusan Matematia, FMIPA, Universitas Sam Ratulangi Jurusan Matematia, FMIPA, Universitas Sam Ratulangi Abstra Antrian merupaan
Lebih terperinciPenerapan Sistem Persamaan Lanjar untuk Merancang Algoritma Kriptografi Klasik
Penerapan Sistem Persamaan Lanjar untu Merancang Algoritma Kriptografi Klasi Hendra Hadhil Choiri (135 08 041) Program Studi Teni Informatia Seolah Teni Eletro dan Informatia Institut Tenologi Bandung,
Lebih terperinciVektor-vektor Yang Tegak Lurus dan Vektor-vektor Yang Paralel
Ruang Vetor Vetor-vetor Yang Tega Lurus dan Vetor-vetor Yang Paralel - Dua vetor dan saling tega lurus atau (aitu cos θ 0), ia o 0 atau ia : + + 0 - Dua vetor dan saling paralel ia omponen-omponenna sebanding
Lebih terperinciKENDALI OPTIMAL PADA MASALAH INVENTORI YANG MENGALAMI PENINGKATAN
KENDALI OPTIMAL PADA MASALAH INVENTORI YANG MENGALAMI PENINGKATAN Pardi Affandi, Faisal, Yuni Yulida Abstra: Banya permasalahan yang melibatan teori sistem dan teori ontrol serta apliasinya. Beberapa referensi
Lebih terperinciPemodelan Dan Eksperimen Untuk Menentukan Parameter Tumbukan Non Elastik Antara Benda Dengan Lantai
Pemodelan Dan Esperimen Untu enentuan Parameter Tumbuan Non Elasti Antara Benda Dengan Lantai Puspa onalisa,a), eda Cahya Fitriani,b), Ela Aliyani,c), Rizy aiza,d), Fii Taufi Abar 2,e) agister Pengajaran
Lebih terperinciMETODE FUNGSI PENALTI EKSTERIOR. Skripsi. Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Sains Program Studi Matematika
METODE FUNGSI PENALTI EKSTERIOR Sripsi Diajuan untu Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Sains Program Studi Matematia Disusun Oleh : Maria Martini Leto Kurniawan NIM : 03409 PROGRAM STUDI
Lebih terperinciII. TINJAUAN PUSTAKA. sebuah teknik yang baru yang disebut analisis ragam. Anara adalah suatu metode
3 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Analisis Ragam (Anara) Untu menguji esamaan dari beberapa nilai tengah secara sealigus diperluan sebuah teni yang baru yang disebut analisis ragam. Anara adalah suatu metode
Lebih terperinciMATA KULIAH MATEMATIKA TEKNIK 2 [KODE/SKS : KD / 2 SKS] Ruang Vektor
MATA KULIAH MATEMATIKA TEKNIK [KODE/SKS : KD4 / SKS] Ruang Vetor FIELD: Ruang vetor V atas field salar K adalah himpunan ta osong dengan operasi penjumlahan vetor dan peralian salar. Himpunan ta osong
Lebih terperinciGENERALISASI METODE TALI BUSUR UNTUK MENYELESAIKAN PERSAMAAN TAK LINEAR SUNARSIH
GENERALISASI METODE TALI BUSUR UNTUK MENYELESAIKAN PERSAMAAN TAK LINEAR SUNARSIH DEPARTEMEN MATEMATIKA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2011 ABSTRACT SUNARSIH.
Lebih terperinciSOLUSI KESTABILAN PADA MASALAH MULTIPLIKATIF PARAMETRIK (STABILITY SOLUTION OF PARAMETRIC MULTIPLICATIVE PROBLEMS)
Prosiding Semirata15 bidang MIPA BKS-PTN Barat Hal 357-36 SOLUSI KESTABILAN PADA MASALAH MULTIPLIKATIF PARAMETRIK STABILITY SOLUTION OF PARAMETRIC MULTIPLICATIVE PROBLEMS) Budi Rudianto 1, Narwen Jurusan
Lebih terperinciANALISA STATIK DAN DINAMIK GEDUNG BERTINGKAT BANYAK AKIBAT GEMPA BERDASARKAN SNI DENGAN VARIASI JUMLAH TINGKAT
Jurnal Sipil Stati Vol. No. Agustus (-) ISSN: - ANALISA STATIK DAN DINAMIK GEDUNG BERTINGKAT BANYAK AKIBAT GEMPA BERDASARKAN SNI - DENGAN VARIASI JUMLAH TINGKAT Revie Orchidentus Francies Wantalangie Jorry
Lebih terperinciSolusi Pengayaan Matematika Edisi 16 April Pekan Ke-4, 2005 Nomor Soal:
Solusi Pengayaan Matematia Edisi 6 pril Pean Ke-4, 00 Nomor Soal: -60. Jia. sin cos tan 00 00, maa nilai adalah... cos sin 00 00. 40 Solusi: [] sin cos tan 00 00 cos sin 00 00 sin sin 00 00 cos sin 00
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Statisti Inferensia Tujuan statisti pada dasarnya adalah melauan desripsi terhadap data sampel, emudian melauan inferensi terhadap data populasi berdasaran pada informasi yang
Lebih terperinciBAB 2 TEORI PENUNJANG
BAB EORI PENUNJANG.1 Konsep Dasar odel Predictive ontrol odel Predictive ontrol P atau sistem endali preditif termasu dalam onsep perancangan pengendali berbasis model proses, dimana model proses digunaan
Lebih terperinciSUATU KLAS BILANGAN BULAT DAN PERANNYA DALAM MENGKONSTRUKSI BILANGAN PRIMA
SUATU KLAS BILANGAN BULAT DAN PERANNYA DALAM MENGKONSTRUKSI BILANGAN PRIMA I Nengah Suparta dan I. B. Wiasa Jurusan Pendidian MatematiaUniversitas Pendidian Ganesha E-mail: isuparta@yahoo.com ABSTRAK:
Lebih terperinci3. Sebaran Peluang Diskrit
3. Sebaran Peluang Disrit EL2002-Probabilitas dan Statisti Dosen: Andriyan B. Susmono Isi 1. Sebaran seragam (uniform) 2. Sebaran binomial dan multinomial 3. Sebaran hipergeometri 4. Sebaran Poisson 5.
Lebih terperinciSIMULASI FILTER KALMAN UNTUK ESTIMASI SUDUT DENGAN MENGGUNAKAN SENSOR GYROSCOPE
SIMULASI FILR KALMAN UNUK SIMASI SUDU DNGAN MNGGUNAKAN SNSOR GYROSCOP Wahyudi *), Adhi Susanto **), Sasongo Pramono **), Wahyu Widada ***) Abstact he Kalman filter is a recursive solution to the process
Lebih terperinciPenentuan Konduktivitas Termal Logam Tembaga, Kuningan, dan Besi dengan Metode Gandengan
Prosiding Seminar Nasional Fisia dan Pendidian Fisia (SNFPF) Ke-6 205 30 9 Penentuan Kondutivitas Termal ogam Tembaga, Kuningan, dan Besi dengan Metode Gandengan Dwi Astuti Universitas Indraprasta PGRI
Lebih terperinciDalam setiap sub daerah, pilih suatu titik P k (x k, y k ) dan bentuklah jumlah :
INTEGAL GANDA Integral untu ungsi satu variable ita membentu suatu partisi dari interval [ab] menjadi interval-interval ang panjangna Δ = 3.n b a d lim n n Dengan cara ang sama Kita deinisian integral
Lebih terperinciPENYELESAIAN PERSAMAAN LOTKA-VOLTERRA DENGAN METODE TRANSFORMASI DIFERENSIAL SUTRIANI HIDRI
PENYELESAIAN PERSAMAAN LOTKA-VOLTERRA DENGAN METODE TRANSFORMASI DIFERENSIAL SUTRIANI HIDRI Jurusan Matematia, FMIPA, Universitas Negeri Maassar Email: nanni.cliq@gmail.com Abstra. Pada artiel ini dibahas
Lebih terperinciPENENTUAN FAKTOR SELEKTIFITAS PENISILIN G TERHADAP FENILASETAT SECARA EKSTRAKSI MEMBRAN CAIR EMULSI DENGAN MENGGUNAKAN CARRIER DIOKTILAMIN
PENENTUAN FAKTOR SELEKTIFITAS PENISILIN G TERHADAP FENILASETAT SECARA EKSTRAKSI MEMBRAN CAIR EMULSI DENGAN MENGGUNAKAN CARRIER DIOKTILAMIN Imam Santoso, Tritiyatma Hadinugraha Ningsih urusan Kimia, Faultas
Lebih terperinciIII. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan data sekunder bersifat runtun waktu (time series)
III. METODOLOGI PENELITIAN A. Jenis dan Sumber Data Penelitian ini menggunaan data seunder bersifat runtun watu (time series) dalam periode tahunan dan data antar ruang (cross section). Data seunder tersebut
Lebih terperinciEstimasi Konsentrasi Polutan Sungai Menggunakan Metode Reduksi Kalman Filter dengan Pendekatan Elemen Hingga
JURNAL SAINS DAN SENI POMITS ol. 2, No.1, (2013) 2337-3520 (2301-928X Print) 1 Estimasi Konsentrasi Polutan Sungai Menggunaan Metode Redusi Kalman Filter dengan Pendeatan Elemen Hingga Muyasaroh, Kamiran,
Lebih terperinciBAB 2 TINJAUAN PUSTAKA
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA Pada bab ini disampaian beberapa pengertian dasar yang diperluan pada bab selanutnya. Selain definisi, diberian pula lemma dan teorema dengan atau tanpa buti. Untu beberapa teorema
Lebih terperinci3.1 TEOREMA DASAR ARITMATIKA
3. TEOREMA DASAR ARITMATIKA Definisi 3. Suatu bilangan bulat > disebut (bilangan) rima, jia embagi ositif bilangan tersebut hanya dan. Jia bilangan bulat lebih dari satu buan bilangan rima disebut (bilangan)
Lebih terperinciMakalah Seminar Tugas Akhir
Maalah Seminar ugas Ahir Simulasi Penapisan Kalman Dengan Kendala Persamaan Keadaan Pada Kasus Penelusuran Posisi Kendaraan (Vehicle racing Problem Iput Kasiyanto [], Budi Setiyono, S., M. [], Darjat,
Lebih terperinciBAB 2 TINJAUAN PUSTAKA
BAB TINJAUAN PUSTAKA.1 Sifat Dasar Neutron Neutron yang dihasilan dari reator nulir biasanya merupaan neutron berenergi rendah. Secara umum, neutron energi rendah dapat dilasifiasian dalam tiga enis yaitu
Lebih terperinciBAB III DIMENSI PARTISI GRAF KIPAS DAN GRAF KINCIR
BAB III DIMENSI PARTISI GRAF KIPAS DAN GRAF KINCIR 3. Dimensi Partisi Graf Kipas (F n ) Berdasaran Proposisi dan Proposisi, semua graf G selain graf P n dan K n memilii 3 pd(g) n -. Lebih husus, graf Kipas
Lebih terperinciImplementasi Algoritma Pencarian k Jalur Sederhana Terpendek dalam Graf
JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 2, No., (203) ISSN: 2337-3539 (230-927 Print) Implementasi Algoritma Pencarian Jalur Sederhana Terpende dalam Graf Anggaara Hendra N., Yudhi Purwananto, dan Rully Soelaiman Jurusan
Lebih terperinciKegiatan Belajar 4. Fungsi Trigonometri
Page o Kegiatan Belajar A. Tujuan Pembelajaran Setelah mempelajari egiatan belajar, diharapan siswa dapat a. Menentuan nilai ungsi trigonometri b. Menentuan persamaan grai ungsi trigonometri c. Menggambar
Lebih terperinciPenentuan Nilai Ekivalensi Mobil Penumpang Pada Ruas Jalan Perkotaan Menggunakan Metode Time Headway
Rea Racana Jurnal Online Institut Tenologi Nasional Teni Sipil Itenas No.x Vol. Xx Agustus 2015 Penentuan Nilai Eivalensi Mobil Penumpang Pada Ruas Jalan Perotaan Menggunaan Metode Time Headway ENDI WIRYANA
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Penelitian Terdahulu Penelitian yang aan dilauan meruju epada beberapa penelitian terdahulu yang sudah pernah dilauan sebelumnya, diantaranya: 1. I Gst. Bgs. Wisuana (2009)
Lebih terperinciPenggunaan Metode Bagi Dua Terboboti untuk Mencari Akar-akar Suatu Persamaan
Jurnal Penelitian Sains Volume 16 Nomor 1(A) Januari 013 Penggunaan Metode Bagi Dua Terboboti untu Menari Aar-aar Suatu Persamaan Evi Yuliza Jurusan Matematia, FMIPA, Universitas Sriwijaya, Indonesia Intisari:
Lebih terperinciBAB III DESAIN DAN APLIKASI METODE FILTERING DALAM SISTEM MULTI RADAR TRACKING
Bab III Desain Dan Apliasi Metode Filtering Dalam Sistem Multi Radar Tracing BAB III DESAIN DAN APLIKASI METODE FILTERING DALAM SISTEM MULTI RADAR TRACKING Bagian pertama dari bab ini aan memberian pemaparan
Lebih terperinciBAB II LANDASAN TEORI
BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Tinjauan Pustaa Untu menacapai tujuan penulisan sripsi, diperluan beberapa pengertian dan teori yang relevan dengan pembahasan. Karena itu, dalam subbab ini aan diberian beberapa
Lebih terperincia. Integral Lipat Dua atas Daerah Persegi Panjang
a. Integral Lipat ua atas aerah Persegi Panjang Misalan z = f(,) terdefinisi pada merupaan suatu persegi panjang tertutup, aitu : = {(, ) : a b, c d} b a z c d (,) Z=f(,). Bentu partisi [a,b] dan [c,d]
Lebih terperinciBAB II LANDASAN TEORI
BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Teori Fuzzy 2.1.1 Dasar-Dasar Teori Fuzzy Secara prinsip, di dalam teori fuzzy set dapat dianggap sebagai estension dari teori onvensional atau crisp set. Di dalam teori crisp
Lebih terperinciModifikasi ACO untuk Penentuan Rute Terpendek ke Kabupaten/Kota di Jawa
187 Modifiasi ACO untu Penentuan Rute Terpende e Kabupaten/Kota di Jawa Ahmad Jufri, Sunaryo, dan Purnomo Budi Santoso Abstract This research focused on modification ACO algorithm. The purpose of this
Lebih terperinciPERHITUNGAN CRITICAL CLEARING TIME MENGGUNAKAN PERSAMAAN SIMULTAN BERBASIS TRAJEKTORI KRITIS TANPA KONTROL YANG TERHUBUNG DENGAN INFINITE BUS
PROCEEDIG SEMIAR TUGAS AKHIR ELEKTRO ITS, (4) -6 PERHITUGA CRITICAL CLEARIG TIME MEGGUAKA PERSAMAA SIMULTA BERBASIS TRAJEKTORI KRITIS TAPA KOTROL YAG TERHUBUG DEGA IIITE BUS M. Abdul Aziz Al Haqim, Prof.
Lebih terperinciPENERAPAN DYNAMIC PROGRAMMING DALAM WORD WRAP Wafdan Musa Nursakti ( )
PENERAPAN DYNAMIC PROGRAMMING DALAM WORD WRAP Wafdan Musa Nursati (13507065) Program Studi Teni Informatia, Seolah Teni Eletro dan Informatia, Institut Tenologi Bandung Jalan Ganesha No. 10 Bandung, 40132
Lebih terperinciAPLIKASI PREDIKSI HARGA SAHAM MENGGUNAKAN JARINGAN SYARAF RADIAL BASIS FUNCTION DENGAN METODE PEMBELAJARAN HYBRID
APLIKASI PREDIKSI HARGA SAHAM MENGGUNAKAN JARINGAN SYARAF RADIAL BASIS FUNCTION DENGAN METODE PEMBELAJARAN HYBRID Ferry Tan, Giovani Gracianti, Susanti, Steven, Samuel Luas Jurusan Teni Informatia, Faultas
Lebih terperinciEFEK AHARONOV BOHM TERHADAP SIFAT ELEKTRONIK CARBON NANOTUBE
Prosiding Seminar Nasional Fisia 8 ISBN : 978-979-98-6 EFEK AHARONOV BOHM TERHADAP SIFAT ELEKTRONIK CARBON NANOTUBE Altje Latununuwe,), Andhy Setiawan,), Toto Winata ), Suirno ).Laboratorium Fisia Material
Lebih terperinciPERENCANAAN JUMLAH TENAGA PERAWAT DI RSUD PAMEKASAN MENGGUNAKAN RANTAI MARKOV
PERENCANAAN JUMLAH TENAGA PERAWAT DI RSUD PAMEKASAN MENGGUNAKAN RANTAI MARKOV Nama Mahasiswa : Husien Haial Fasha NRP : 1207 100 011 Jurusan : Matematia FMIPA-ITS Dosen Pembimbing : Drs. Suharmadi, Dipl.
Lebih terperinciBAB II LANDASAN TEORI. Graf adalah kumpulan simpul (nodes) yang dihubungkan satu sama lain
8 BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Teori Graf 2.1.1 Definisi Graf Graf adalah umpulan simpul (nodes) yang dihubungan satu sama lain melalui sisi/busur (edges) (Zaaria, 2006). Suatu Graf G terdiri dari dua himpunan
Lebih terperinciPencitraan Tomografi Elektrik dengan Elektroda Planar di Permukaan
Abstra Pencitraan omografi Eletri dengan Eletroda Planar di Permuaan D. Kurniadi, D.A Zein & A. Samsi KK Instrumentasi & Kontrol, Institut enologi Bandung Jl. Ganesa no. 10 Bandung Received date : 22 November2010
Lebih terperinciANALISIS PERBANDINGAN KOMULAN TERHADAP BEBERAPA JENIS DISTRIBUSI KHUSUS Analysis of Comulans Comparative on some Types of Special Distribution
Jurnal Bareeng Vol. 8 No. Hal. 5 0 (04) ANALISIS PRBANDINGAN OMULAN TRHADAP BBRAPA JNIS DISTRIBUSI HUSUS Analysis of Comulans Comparative on some Types of Special Distribution ABRAHAM ZACARIA WATTIMNA,
Lebih terperinciMakalah Seminar Tugas Akhir. Aplikasi Kendali Adaptif pada Pengendalian Plant Pengatur Suhu dengan Self Tuning Regulator (STR)
Maalah Seminar ugas Ahir Apliasi Kendali Adaptif pada Pengendalian Plant Pengatur Suhu dengan Self uning Regulator (SR) Oleh : Muhammad Fitriyanto e-mail : D_3_N2@yahoo.com Maalah Seminar ugas Ahir Apliasi
Lebih terperinciMASALAH VEKTOR EIGEN MATRIKS INVERS MONGE DI ALJABAR MAX-PLUS
Seminar Sains Penidi Sains VI UKSW Salatiga Juni 0 MSLH VEKTOR EIGEN MTRIKS INVERS MONGE DI LJBR MX-PLUS Farida Suwaibah Subiono Mahmud Yunus Jurusan Matematia FMIP Institut Tenologi Sepuluh Nopember Surabaya
Lebih terperinciMakalah Seminar Tugas Akhir
Maalah Seminar Tugas Ahir PENDETEKSI POSISI MENGGUNAKAN SENSOR ACCELEROMETER MMA7260Q BERBASIS MIKROKONTROLER ATMEGA 32 Muhammad Riyadi Wahyudi, ST., MT. Iwan Setiawan, ST., MT. Abstract Currently, determining
Lebih terperinci- Persoalan nilai perbatasan (PNP/PNB)
PENYELESAIAN NUMERIK PERSAMAAN DIFERENSIAL Persamaan diferensial biasanya digunaan untu pemodelan matematia dalam sains dan reayasa. Seringali tida terdapat selesaian analiti seingga diperluan ampiran
Lebih terperinciBEBERAPA SIFAT HIMPUNAN KRITIS PADA PELABELAN AJAIB GRAF BANANA TREE. Triyani dan Irham Taufiq Universitas Jenderal Soedirman
JMP : Volume 4 Nomor 2, Desember 2012, hal. 271-278 BEBERAPA SIFAT HIMPUNAN KRITIS PADA PELABELAN AJAIB GRAF BANANA TREE Triyani dan Irham Taufiq Universitas Jenderal Soedirman trianisr@yahoo.com.au ABSTRACT.
Lebih terperinciKAJIAN TEOREMA TITIK TETAP PEMETAAN KONTRAKTIF PADA RUANG METRIK CONE LENGKAP DENGAN JARAK-W
J. Math. and Its Appl. ISSN: 1829-605X Vol. 8, No. 2, November 2011, 43 49 KAJIAN TEOREMA TITIK TETAP PEMETAAN KONTRAKTIF PADA RUANG METRIK CONE LENGKAP DENGAN JARAK-W Sunarsini. 1, Sadjidon 2 Jurusan
Lebih terperinci( ) terdapat sedemikian sehingga
LATIHAN.. Misalan A R, : A R, c R adala titi cluster dari A (c, ). Maa pernyataan beriut equivalen : a. lim b. Barisan ( ) yan onveren e c seina dan >., maa barisan ( ) onveren e. Buti : lim ( ) Berarti
Lebih terperinciKonduktivitas termal (K) : Sifat suatu zat yang mengalami. Mekanisme perpindahan panas konveksi dan radiasi tidak dibahas
BAB KONDUKTIVITAS TERMAL (K) DAN MEKANISME PERPINDAHAN ENERGI Kondutivitas termal (K) : Sifat suatu zat yang mengalami perpindahan panas tinggi perpindahan panas tinggi Meanisme perpindahan panas onvesi
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Teori graf merupakan salah satu bagian ilmu dari matematika dan merupakan
I. PENDAHULUAN. Latar Belaang Teori graf merupaan salah satu bagian ilmu dari matematia dan merupaan poo bahasan yang relatif muda jia dibandingan dengan cabang ilmu matematia yang lain seperti aljabar
Lebih terperincikhazanah Sistem Klasifikasi Tipe Kepribadian dan Penerimaan Teman Sebaya Menggunakan Jaringan Syaraf Tiruan Backpropagation informatika
hazanah informatia Jurnal Ilmu Komputer dan Informatia Sistem Klasifiasi Tipe Kepribadian dan Penerimaan Teman Sebaya Menggunaan Jaringan Syaraf Tiruan Bacpropagation Yusuf Dwi Santoso *, Suhartono Program
Lebih terperinci