KENNETH CHRISTIAN NATHANAEL

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "KENNETH CHRISTIAN NATHANAEL"

Transkripsi

1 KENNETH CHRISTIAN NATHANAEL. Sistem Bilang Real. Fungsi dan Grafi. Limit dan Keontinuan 4. Limit Ta Hingga 5. Turunan Fungsi 6. Turunan Fungsi Trigonometri 7. Teorema Rantai 8. Turunan Tingat Tinggi 9. Fungsi Implisit. Kemotonan Kurva. Nilai Estrim. Dalil L Hopital. Integral Ta Tentu 4. Notasi Sigma 5. Integral Tentu 6. Luas Daerah 7. Volume Benda Putar 8. Panjang Kurva 9. Fungsi Invers. Fungsi Logaritma Esponen. Fungsi Invers Trogonometri. Fungsi Hiperboli. Fungsi Invers Hiperboli 4. Limit Bentu Ta Tentu 5. Integral Ta Wajar 6. Barisan Bilangan 7. Deret Ta Hingga 8. Deret Berganti Tanda 9. Konvergen Mutla dan Bersyarat. Deret Kuasa. Deret Taylor Maclaurin. Turunan Integral Deret Kuasa. Order Persamaan Differensial 4. Persamaan Differensial Orde Satu 5. Peubah Terpisah 6. Persamaan Differensial dengan Koefisien Terpisah 7. Persamaan Differensial Orde Dua 8. Persamaan Differensial Orde Dua Tida Homogen 9. Permuaan 4. Integral Rangap 4. Integral Rangap 4. Volume Pusat Massa 4. Koordinat Tabung Bola 44. Medan Vetor 45. Integral Garis 46. Integral Permuaan

2 SISTEM BILANGAN REAL Bilangan real, dinotasian dengan R memainan peranan yang sangat penting dalam Kalulus. Untu itu, pertama ali aan diberian beberapa fata dan terminologi dari bilangan real. Secara geometri, bilangan real R dapat digambaran sebagai garis bilangan, dinotasian dengan R = ( -, ). Sedangan himpunan bagian dari garis bilangan berupa segmen garis atau interval dinotasian dengan himpunan sebagai beriut. Garis bilangan : Interval dan himpunan a b = { } ( a, b) = { a < < b} [ a, b] a b = { < } ( a, b] = { a< b} = { > } [ b, ) = { b} [ a, b) a b ( b, ) b a { a } (, a] = { a } (, ) = < Pertidasamaan Permasalahan Matematia yang beraitan dengan interval terleta pada pertidasamaan aljabar. Himpunan jawab atau solusi dari pertidasamaan aljabar merupaan salah satu dari bentu interval di atas. Adapun penjelasannya diberian beriut. Bentu umum pertidasamaan aljabar : A( ) C( ) <, A(), B(), C() dan D() : suu banya. ( tanda < dapat B( ) D( ) digantian oleh,, > ). Himpunan semua bilangan real yang memenuhi pertidasamaan disebut himpunan penyelesaian atau solusi pertidasamaan.

3 Cara mencari solusi pertidasamaan aljabar sebagai beriut :. Nyataan pertidasamaan tersebut sehingga didapatan salah satu ruasnya menjadi nol, A( ) C( ) <. Kemudian sederhanaan bentu ruas iri, misal P ( ) B( ) D( ) Q( ) <.. Cari dan gambaran pada garis bilangan semua pembuat nol dari P() dan Q().. Tentuan setiap tanda ( + atau - ) pada setiap interval yang terjadi dari garis bilangan di atas. Interval dengan tanda ( - ) merupaan solusi pertidasamaan. Contoh : Tentuan himpunan solusi dari pertidasamaan beriut :.. + > + + Jawab : ( + )( ) + Pembuat nol dari pembilang dan penyebut adalah dan. Pada garis bilangan didapatan nilai dari tiap selang, yaitu : Himpunan solusi pertidasamaan, { } U (, )

4 Pertasamaan dengan Nilai Mutla Secara geometris, nilai mutla atau nilai absolut dari bilangan real didefinisian sebagai jara dari terhadap, sehingga nilai mutla dari setiap bilangan selalu bernilai positif. Notasi yang digunaan adalah :, =, < Sifat-sifat nilai mutla :. =. < a -a < < a. > a < -a atau > a 4. + y < + y ( etidasamaan segitiga ) 5. y = y 6. y = y 7. < y < y Soal latihan ( Nomor sd 5 ) Tentuan himpunan penyelesaian pertidasamaan. 4-7 < + 5. < 5 + < < 4. 5 < 4 5 < < < > 6. + < 4

5 . 7 >. < < ( ) 8. ( ) ( + ) < ( Nomor 6 sd 7 ) Tentuan nilai yang mungin agar beriut menghasilan bilangan real : Selesaian : 4 =

6

7 FUNGSI DAN GRAFIK Suatu pengaitan dari himpunan A e himpunan B disebut fungsi bila mengaitan setiap anggota dari himpunan A dengan tepat satu anggota dari himpunan B. Notasi : f : A B f() = y Himpunan A disebut Domain / daerah asal dari f(), dinotasian D f, sedang { ( ), } y f = y A B disebut Range / daerah hasil dari f() dinotasian R f. Beberapa macam fungsi dan sifat-sifat yang dimilii aan dibahas beriut. Fungsi Polinom Bentu umum fungsi polinom order atau pangat n ( n bilangan bulat positif ) dinyataan oleh f ( ) = a + a + a an n dengan a. Beriut bentu husus dari fungsi polinom, yaitu : n Fungsi onstan : f() = a. Fungsi Linear : f ( ) = a + a. ( f() = : fungsi identitas ) Fungsi Kuadrat : f ( ) = a + a + a Misal f() merupaan fungsi polinom order n maa aan mempunyai paling banya n buah pembuat nol yang berbeda. Untu mendapatan pembuat nol fungsi polinom dapat digunaan aturan horner. Fungsi Rasional p( ) Bentu umum fungsi rasional adalah f ( ) = dengan p() dan q() merupaan fungsi q( ) polinom. Fungsi rasional f() tida terdefinisi pada nilai yang menyebaban penyebut sama dengan nol atau q() =. Sedangan pembuat nol dari pembilang atau p() tetapi buan pembuat nol penyebut merupaan pembuat nol dari fungsi rasional f().

8 Contoh: Tentuan nilai yang menyebaban fungsi Jawab : + f ( ) = sama dengan nol 4 Permbuat nol pembilang, = dan =. Pembuat nol penyebut, = - dan =. Jadi nilai yang memenuhi adalah = -. Fungsi bernilai mutla Bentu dasar fungsi bernilai mutla dinyataan oleh f() =. Grafi fungsi f() simetris terhadap sumbu Y dan terleta di atasdan atau pada sumbu X. Secara umum fungsi bernilai mutla dapat dinyataan oleh : g( ), A f ( ) = g( ) = C ; g( ), A D f = A A C Contoh : Tentuan nilai agar grafi fungsi f ( ) = + terleta di bawah garis y =. Jawab : Dicari nilai yang memenuhi pertidasamaan, f ( ) = + <. Menggunaan sifat pertidasamaan nilai mutla + < ( + ) < 4 didapatan ( + )( ) <. Sebab + definit positif yaitu selalu bernilai positif untu setiap real maa <. Sehingga nilai yang memenuhi adalah < < atau <. Fungsi banya aturan Fungsi ini merupaan bentu pengembangan dari fungsi bernilai mutla, untu fungsi dengan dua aturan dinyataan oleh: f( ), A C f ( ) = C ; A A = D f( ), A Fungsi banya aturan dapat diembangan sampai n buah fungsi f j () dengan j =,,,n. f

9 Fungsi Genap dan Fungsi Ganjil Fungsi f() disebut fungsi genap bila f() = f(-) untu setiap di domain f() [ grafi f() simetris terhadap sumbu y ]. Fungsi f() disebut fungsi ganjil bila f() = - f(-) untu setiap di domain f() [ grafi f() simetris terhadap titi pusat atau pusat sumbu ]. Bila suatu fungsi buan merupaan fungsi genap maa belum tentu merupaan fungsi ganjil. Contoh : Manaah diantara fungsi beriut yang merupaan fungsi genap, ganjil atau buan eduanya. f ( ) =. f ( ) =. f ( ) = + Jawab :. Fungsi genap sebab f ( ) = ( ) = = f ( ). Fungsi ganjil sebab f ( ) =. Buan eduanya ( ) = = f ( ) Fungsi Trigonometri Bentu dasar dari fungsi trigonometri diberian beriut f() = sin ; f() = csc f() = cos ; f() = sec f() = tan ; f() = cot Sedangan beberapa persamaan atau identitas yang berlau pada fungsi trigonometri diberian :. sin (- ) = - sin 6. cot ( - ) = cot. cos ( - ) = cos. tan ( - ) = - tan 4. csc ( - ) = - csc 5. sec ( - ) = sec 7. sin ( π/ - ) = cos 8. cos ( π/ - ) = sin 9. tan ( π/ - ) = cot. sin ( + y ) = sin cos y + sin y cos

10 . cos ( + y ) = cos cos y sin sin y. tan( + y) tan + tan y = tan tan y. sin ( - y ) = sin cos y sin y cos 4. cos ( - y ) = cos cos y + sin sin y 5. tan( y) tan tan y = tan tan y 6. sin = sin cos 7. cos = cos = sin tan 8. tan = tan 9. sin + cos = y y cos cos y = sin sin + y y sin + sin y = sin cos + y y cos + cos y = cos cos sin sin y = cos sin sin cos y = cos cos cos y = ( y) cos( + y ) ( + y) + sin ( y) ( + y) + cos( y ) Fungsi Periodi Fungsi f() disebut fungsi periodi jia ada bilangan real positif p sehingga berlau f(+p) = f() untu setiap di domain f(). Nilai p terecil disebut periode dari f(). Fungsi dasar trigonometri merupaan fungsi periodi dengan periode, f() = sin = sin ( + π ) = f( + π ) f() = cos = cos ( + π ) = f( + π ) f() = tan = tan ( + π ) = f( + π ) Translasi ( Pergeseran ) Bila grafi fungsi f( ) digeser e anan ( searah atau sejajar sumbu ) sepanjang maa hasil pergeseran merupaan grafi dari fungsi f( - ). Bila grafi fungsi f() digeser e atas ( searah atau sejajar sumbu y ) sepanjang a maa hasil pergeseran merupaan grafi fungsi f() + a. Fungsi Komposisi Komposisi dari fungsi f() dan g() didefinisian sebagai ( g o f ) ( ) = g ( f () )

11 Sebagai catatan bahwa tida semua fungsi dapat dilauan omposisi. Agar dapat dilauan omposisi antara fungsi f dan g yaitu g o f maa syarat yang harus dipenuhi adalah Rf I Dg Contoh : Dietahui fungsi f ( ) = dan g( ) =.. Tentuan domain dan range dari fungsi f() dan g().. Apaah g o f terdefinisi? Bila ya tentuan rumusannya.. Apaah f o g terdefinisi? Bila ya, tentuan rumusannya. Jawab :. Domain, D f = (,) ; Dg = (, ) (, ). Range, R f = (, ) ; Rg = R. Sebab R f I D g = (, ) maa g o f terdefinisi dan rumusannya yaitu: ( gof )( ) = g( f ( ) ) = g( ) =. Sebab, Rg I D f = (, ) maa f o g terdefinsi dan rumusannya yaitu : ( fog) ( ) = f ( g( ) ) = f = Sifat-sifat :. f o g g o f. ( f o g ) o h = f o ( g o h ). Dg o f Df dan Dg R f 4. Bila D g = R f maa D gof = D f Soal Latihan. Dietahui : f, > ( ) =,. Hitung : a. f( -4)

12 b. f() c. f( t + 5 ). Nyataan fungsi beriut tida dalam nilai mutla. a. f() = + + b. f() = c. f( ) = Tentuan domain dan range dari : a. f ( ) = + e. g(u) = u + b. g( ) = 4 c. h( ) = ( + ) 4 f. h( y) = 65 y g. f ( ) = cos( + ) + d. f ( t) = t 4 4. Gambaran grafi dari fungsi beriut : a. f() = - b. f ( ) = ( ) d. f [ ] ( ) = + e. f() = - + c. f ( ) = ( ) 5. Tentuan ( fog ) () dan ( gof ) () bila terdefinisi dari :

13 a. f ( ) = ; g( ) = b. f ( ) = 6 ; g( ) = c. f ( ) = ; g( ) = + d. f ( ) = 4 ; g( ) = 6. Tentuan domain dan range dari soal di atas. 5, 7. Hitung ( fog ) (). bila f ( ) =, < 8, > 8 ; g( ) = 8. Carilah f(), bila : a. f ( + ) = b. f ( ) = + c. g( ) = dan ( gof )( ) = d. g( ) = + 5 dan ( gof )( ) = g( ) = + ; fog ( ) = 4 e. 5 ( ) F. g( ) = ; ( fog)( ) = a + b

14 LIMIT DAN KEKONTINUAN Pengertian dan notasi dari limit suatu fungsi, f() di suatu nilai = a diberian secara intuitif beriut. Bila nilai f() mendeati L untu nilai mendeati a dari arah anan maa diataan bahwa limit fungsi f() untu mendeati a dari anan sama dengan L dan dinotasian lim f ( ) L a + = () Bila nilai f() mendeati l untu nilai mendeati a dari arah iri maa diataan bahwa limit fungsi f() untu mendeati a dari arah iri sama dengan l dan dinotasian lim f ( ) l a = () Bila L = l maa diataan bahwa limit fungsi f() untu mendeati a sama dengan L dan dinotasian lim ( ) a f = L () Sedangan bila L l maa diataan bahwa limit fungsi f() untu mendeati a tida ada. Bentu () dan () disebut limit sepiha,. Sedangan bentu () mengisyaratan bahwa nilai limit fungsi pada suatu titi diataan ada bila nilai limit sepihanya sama atau nilai limit anan ( ) sama dengan nilai limit iri ( ). Sifat-sifat limit: Misal lim f ( ) = L dan lim g( ) = G. Maa : a a. lim [ ( ) ( )] a f + g = L + G. lim [ ( ) ( )] a f g = L G. lim [ ( ) ( )] a f g = LG f 4. lim ( ) L =, a g( ) G bila G

15 5. lim n f ( ) = n lim f ( ) = n L untu L > bila n genap. a a Sebagai catatan bahwa sifat-sifat di atas juga berlau untu limit sepiha. Contoh : Selesaian limit fungsi +, f ( ) = bila ada, <. lim f ( ) +. lim f ( ). lim f ( ) Jawab :. lim f ( ) = lim ( + ) = + +. lim f ( ) = lim =. Sebab limit iri sama dengan limit anan maa limit fungsi ada dan lim f ( ) = Contoh : Selesaian Jawab : lim lim = 4 lim 4 ( + )( + ) + = lim = ( + )( ) 4 Fungsi f() diataan ontinu pada suatu titi = a bila nilai limit f() pada mendeati a sama dengan nilai fungsi di = a atau f(a). Secara lebih jelas, f() diataan ontinu di = a bila berlau :. f( a ) terdefinisi atau f(a) R.

16 . lim ( ) a f ada, yani : lim f ( ) = lim f ( ) + a a. lim ( ) ( ) a f = f a Bila minimal salah satu dari persyaratan di atas tida dipenuhi maa f() diataan tida ontinu atau disontinu di = a dan titi = a disebut titi disontinu. Secara geometris, grafi fungsi ontinu tida ada loncatan atau tida terputus. Bilamana ita menggambaran suatu grafi fungsi sembarang dengan mengeraan pensil ita di ertas dan tanpa pernah mengangat pensil tersebut sebelum selesai maa aan ita dapatan fungsi ontinu. Fungsi f() diataan ontinu pada interval bua ( a,b ) bila f() ontinu pada setiap titi di dalam interval tersebut. Sedangan f() diataan ontinu pada interval tutup [ a,b ] bila :. f() ontinu pada ( a,b ). f() ontinu anan di = a lim f ( ) = f ( a) a +. f() ontinu iri di = b lim f ( ) = f ( b) b Bila f() ontinu untu setiap nilai R maa diataan f() ontinu atau ontinu dimana-mana. Contoh : Tentuan nilai agar fungsi Jawab : Nilai fungsi di = -, f( - ) =. + + f ( ), < = + ontinu di = -. +,

17 Sebab nilai limit anan sama dengan maa nilai limit iri juga sama dengan. Untu itu pembilang dari bentu melauan pembagian pembilang oleh penyebut didapatan, + + harus mempunyai fator +. Dengan = + +. Dari sisa pembagian ( - + ) sama dengan nol + + maa didapatan =. Soal Latihan. Dietahui : f() = +, +, > lim ( ) a. Hitung lim f ( ) dan f + b. Selidii apaah lim f ( ) ada, jia limit ini ada tentuan nilainya.. Dietahui g() =, hitung ( bila ada ) : a. c. lim g( ) b. lim ( ) g lim ( ) g +. Dietahui f() = a., hitung ( bila ada ) : lim f ( ) b. lim f ( ) c. + lim ( ) f a, < 4. Dietahui f() = a + b,, tentuan nilai a dan b agar b 5, > lim f ( ) ada. lim f ( ) dan 5. Dietahui f() =,, selidii eontinuan fungsi f() di = - +, >

18 +, < 6. Agar fungsi f() = a + b, <, ontinu pada R, maa a + b =, a + b 4 7. Tentuan a dan b agar fungsi f() =, <, ontinu di = 4, 8. Tentuan nilai a, b dan c agar fungsi beriut ontinu di =. a ; > f ( ) = b ; = + c ; < 9. Tentuan nilai agar membuat fungsi beriut ontinu : 7, a. f ( ) =, >, b. f ( ) = +, > 7 ; < c. f ( ) = 6 ; >. Carilah titi disontinu dari fungsi a. f ( ) = + + b. f ( ) = c. f ( ) = 4 8

19 LIMIT TAK HINGGA DAN LIMIT DI TAK HINGGA Dalam sub bab ini pengertian limit ta hingga dan limit di ta hingga secara formal tida diberian seperti halnya pada pengertian limit di suatu titi pada pembahasan terdahulu. Secara intuisi diberian melalui contoh beriut. Misal diberian fungsi f ( ) =. Maa nilai fungsi f() menuju ta hingga ( ) untu mendeati dari anan, sedangan menuju minus ta hingga ( - ) untu mendeati dari iri. Pengertian tersebut dapat dinotasian dengan limit sebagai beriut : lim f ( ) = dan lim f ( ) = + Bila f ( ) = ( ) maa didapatan lim f ( ) = dan lim f ( ) = + atau ditulisan lim f ( ) =. Bentu limit tersebut dinamaan limit ta hingga, yaitu nilai fungsi f() untu mendeati sama dengan ta hingga ( ). Sedangan bentu limit di titi mendeati ta hingga diilustrasian beriut. Misal diberian fungsi f ( ) menuju ta hingga atau minus ta hingga, dinotasian : =. Maa nilai fungsi aan mendeati nol bila nilai lim f ( ) = dan lim f ( ) = Secara umum, limit fungsi dari f ( ) hingga atau minus ta hingga sama dengan nol, ditulisan : lim n = atau lim n = = n B n, + untu mendeati ta

20 p( ) Bila f() merupaan fungsi rasional, misal f ( ) = dengan p() dan q() q( ) merupaan polinom maa untu menyelesaian limit di ta hingga dilauan dengan membagi pembilang, p() dan penyebut, q() dengan pangat tertinggi yang terjadi. Contoh : + Hitung lim + Jawab : Nilai dari pembilang untu mendeati dari arah anan adalah mendeati 6, sedangan nilai penyebut aan mendeati negatif bilangan yang sangat ecil. Bila 6 dibagi oleh bilangan negatif ecil seali aan menghasilan bilangan yang sangat ecil. Jadi lim + + = Soal Latihan Hitung limit beriut ( bila ada ) : +. lim +. lim. lim lim 4 5. lim 6. lim + 7. lim lim + 9. lim +. lim +. lim +. lim +

21 TURUNAN FUNGSI Misal diberian grafi fungsi y = f() dengan P ( a, b ) terleta pada urva f(). Bila Q (,y) merupaan titi sembarang pada urva f() maa gradien garis PQ dapat dinyataan dengan : y b f f a mpq = a = ( ) ( ) a Bila titi Q berimpit dengan dengan titi P maa garis PQ aan merupaan garis singgung urva f() di P sehingga gradien : f f a m = lim ( ) ( ) a a Turunan dari fungsi f() di titi = a didefinisian sebagai gradien dari garis singgung urva f() di = a dan diberian: f f f a ' ( a) lim ( ) = ( ) a a Bila nilai limit ada maa f() diataan diferensiabel atau dapat diturunan di = a. Misal h = - a. Maa turunan f() di = a dapat ditulisan : f '( f a h f a a ) lim ( + ) = ( ) h h df ( a) dy( a) Notasi lain : f ' ( a) = = = d d y'( a) Secara fisis, pengertian dari turunan fungsi f() di titi = a dinyataan sebagai ecepatan, V() benda yang bergera dengan lintasan f() pada saat = a. Oleh arena itu, didapatan hubungan V ( a) = f '( a) dan percepatan, A(), A( a) = dv ( a) d

22 Bila y = f() diferensiabel di = a maa ontinu di = a. Sifat tersebut tida berlau sebalinya. Hal ini, ditunjuan oleh contoh beriut. Contoh Tunjuan bahwa f ( ) = ontinu di = tetapi tida diferensiabel di = Jawab : Fungsi f ( ) ontinu di =, sebab f ( ) = lim f ( ) = Turunan f ( ) di = dicari menggunaan rumus beriut : f h f h f ' ( ) lim ( + ) ( = ) = lim h h h h Karena = lim h lim h = maa f() = tida diferensiabel di =. + h h h h Untu menentuan turunan suatu fungsi diberian rumus sebagai beriut : r ( ) d d = r r ; r R ( ( ) + g( ) ) d( f ( ) ) d( g( ) ) d f d = + d d ( ( ) ( )) ( ( )) ( ( )) d f g d = g( ) d f + f ( ) d g d d f d( ( ) g ( )) g( ) d( f ( ) ) f ( ) d( g( ) ) d = g ( ) Soal latihan ( Nomor sd ) Tentuan dy d dari :. y = 6

23 . y =. y = ( + ) 4 4. y = ( + )( + + ) 4 5. y = ( + )( + ) 6. y = 7. y = 8. y = y = +. y = ( Nomor sd ) Tentuan nilai a dan b agar fungsi beriut diferensiabel di nilai yang diberian. a + ; <. f ( ) = ; = b ; a b ; <. f ( ) = ; = ; ; <. f ( ) = a + b ; ; =

24 TURUNAN FUNGSI TRIGONOMETRI Fungsi trigonometri ( sinus dan cosinus ) merupaan fungsi ontinu, sehingga limit fungsi sinus dan cosinus di setiap titi sama dengan nilai fungsinya, yaitu : lim sin = sin a dan lim cos = cos a a a Turunan dari fungsi sinus dapat diperoleh dari definisi, yaitu : h h a d( sin a) ( a h) a lim sin sin sin cos + = = lim + d h h h h h sin d( sin a) lim Karena cos a h a h = maa d = Sedangan untu turunan fungsi cosinus diperoleh beriut: d ( cos a) ( ) d a h a lim cos + = cos = lim h h h h h sin sin a + h = sin a Untu turunan fungsi trrigonometri yang lain dapat diperoleh dengan menerapan rumus perhitungan turunan : d. sin ( tan ) d( cos ) d d cot. d d. = = sec d cos ( ) d( sin ) = = csc d ( ) d sec ( cos ) d = = sec tan d

25 d 4. ( ) d csc ( sin ) d = = csc d cot Untu menentuan / menghitung limit fungsi trigonometri di ta hingga dan limit ta hingga, digunaan sifat atau teorema yang diberian tanpa buti beriut. Teorema Misal f() g() h() berlau untu setiap di dalam domainnya. Bila lim f ( ) = lim h( ) = L maa lim g( ) = L Contoh Hitung limit beriut ( bila ada ). lim sin + cos a. lim + sin Jawab : sin a. Misal f ( ) =. Dari - sin maa lim lim = = maa lim sin =. sin. Karena b. Bila mendeati nol dari arah anan maa - cos mendeati, sedangan nilai sin aan mengecil atau mendeati nol. Oleh arena itu, bila dibagi dengan bilangan positif ecil seali ( mendeati nol ) maa aan menghasilan bilangan yang sangat + cos besar ( mendeati ta hingga ). Jadi lim = + sin Soal latihan ( Nomor sd 7 ) Hitung limit fungsi beriut ( bila ada )

26 + cos. lim sin. lim cos. lim sin 4. lim sin 5. lim sin π lim sin + sin 7. lim cos ( Nomor 8 sd ) Tentuan turunan pertama dari: 8. y 9. y. y = = sin cos = cos tan sin cos. Persamaan garis singgung urva y = f() di titi ( a,b ) dengan gradien m dinyataan dengan : y - b = m ( - a ). Sedangan persamaan garis normal dari y = f (,y ) ( garis yang tega lurus terhadap suatu garis singgung ) yang melalui titi ( a,b ) mempunyai persamaaan : y - b = -/m ( - a ). Tentuan persamaan garis singgung dan normal urva beriut di titi yang dietahui dengan menghitung gradiennya terlebih dahulu. a. y = - di (, ) b. y = tan di = ¼ π

27 . Tentuan nilai a agar fungsi beriut ontinu di = sin, a. f ( ) = a = tan a, < b. f ( ) = + a,

28 TEOREMA RANTAI Untu mendapatan turunan dari fungsi omposisi dapat dilauan dengan cara mencari bentu eplisit dari hasil omposisi fungsi. Namun dapat juga dicari dengan cara langsung menggunaan metode atau aturan rantai. Misal diberian fungsi : y f ( u ) = ( ). Maa turunan pertama terhadap yaitu : dy d d( f ( u) ) d( u( ) ) = = f '( u) u' ( ) du d Bila y = f(u ) dengan u = v() maa turunan pertama dari y terhadap dicari : dy d d( f ( u) ) d ( u( v) ) d( v( ) ) = = f '( u) u' ( v) v' ( ) du dv d Metode penurunan di atas dienal dengan teorema rantai. Contoh Cari turunan dari fungsi f ( ) = sin ( ) Jawab: Misal u() =. Maa fungsi f() dapat dinyataan dengan f ) sin ( u) df d terhadap yaitu = f '( u) u' ( ) = cos( ) ( =. Turunan Contoh Cari nilai turunan pertama di = dari fungsi f ( ) = tan π Jawab :

29 Misal v() = π dan u ( v) = v,. Maa fungsi dapat ditulisan dengan f ( ) = tan u. df π =. Nilai turunan di =, d π Turunan terhadap, f '( u) u' ( v) v' ( ) = sec π π yaitu f '() = Soal latihan ( Nomor sd 7 ) Tentuan turunan pertama dari. y = ( ). y = sin. y = cos( 4 ) + 4. y = 5. y = cos y = sin tan [ + ] 7. y = sin [ cos ( sin ) ] + 8. Hitung f ( ) bila f ( ) = + 9. Hitung g ( ½ ) bila g( t) = cos πt sin πt. Tentuan ( ) ( ). Tentuan ( ) ( ) fog ' bila f() = cos π dan g( ) = fog ' bila f ( ) = dan g( ) = 4 4 di titi. Tentuan persamaan garis singgung dan normal urva y = ( + ) ( + ) dengan absis =.

30 TURUNAN TINGKAT TINGGI Turunan edua dari fungsi f( ) didapatan dengan menurunan seali lagi bentu turunan pertama. Demiian seterusnya untu turunan e-n didapatan dari penurunan bentu turunan e-(n-). Turunan pertama Turunan edua Turunan etiga Turunan e-n f ' ( ) = df ( ) d d f ( ) f "( ) = d f "'( ) = d f ( ) d n ( ) d f ( ) f n ( ) = d n Contoh : Tentuan turunan edua dan etiga dari fungsi Jawab : Turunan pertama, f '( ) = + f ( ) = + Turunan edua digunaan rumus turunan dari fungsi hasilbagi, f "( ) = Turunan etiga, f "'( ) = + = 5 ( ) ( + )

31 Gera Partiel Lintasan gera partiel P dinyataan dengan fungsi parameter s(t). Kecepatan, v(t) dan percepatan, a(t) gera P diberian oleh Kecepatan, v ( t) = s'( t) Percepatan, a ( t) = s"( t) Contoh : Lintasan gera partiel P ditentuan oleh persamaan : s ( t) = t t + t Tentuan : a. Kapan partiel P berhenti? b. Besar percepatan P pada saat t = Jawab : a. Kecepatan, v ( t) = s'( t) = t 4t +. Partiel P berhenti berarti ecepatan sama dengan nol, sehingga t = / dan t =. b. Percetapan, a ( t) = s"( t) = 6t 4. Untu t =, maa a( ) = 8 Soal Latihan Tentuan turunan edua dari. y = sin( ). y = ( ) 4. y = + 4. y = cos ( π ) 5. Tentuan nilai c dari f "( c) = bila f ( ) =

32 6. Tentuan nilai a, b dan c dari fungsig( ) = a + b + c dan g () = - 4 bila g () = 5, g ( ) = 7. Tentuan besar ecepatan sebuah obye yang bergera pada saat percepatannya nol bila lintasan obye dinyataan dengan persamaan : a. s = ½ t 4-5 t + t. b. s = ( t 4 4t + 6t ) 8. Dua buah partiel bergera sepanjang garis oordinat. Pada saat watu t jara berarah dari titi pusat diberian dengan s dan s. Bilamana edua partiel mempunyai ecepatan sama bila : a. s = 4 t - t dan s = t - t b. s = t - t + 8 t + 5 dan s = -t + 9 t - t

33 FUNGSI IMPLISIT Fungsi dengan notasi y = f() disebut fungsi esplisit, yaitu antara peubah bebas dan ta bebasnya ditulisan dalam ruas yang berbeda. Bila tida demiian maa diataan fungsi implisit. Dalam menentuan turunan fungsi implisit bila mungin dan mudah untu dierjaan dapat dinyataan secara esplisit terlebih dahulu emudian ditentuan turunannya. Namun tida semua fungsi implisit dapat diubah menjadi bentu esplisit, oleh arena itu aan dibahas cara menurunan fungsi dalam bentu implisit beriut. Contoh : Tentuan dy bila y 4 + y = 5 d Jawab : Bentu fungsi dapat diubah menjadi bentu esplisit, penurunan didapatan, dy d = 6 ( + ) y =. Digunaan aturan + Contoh : Tentuan nilai dy di (, ) bila 4 y + y = d Jawab : Bentu fungsi dapat diubah menjadi fungsi esplisit dalam y, y + =. 4 y Menggunaan aturan penurunan didapatan, d dy y = + y + 4 ( 4 y )

34 Karena dy ( 4 y ) = maa = dy d d dy d y. Nilai turunan di (, ) atau y =, + y + 4 dy d = Contoh : Tentuan nilai dy di = bila 4 y + y = d Jawab : Turunan dari fungsi di atas dicari dengan menggunaan metode penurunan fungsi implisit. Misal turunan dari dan y berturut-turut dinyataan dengan d dan dy. Bila dalam satu suu terdapat dua peubah ( dan y ) maa ita lauan scara bergantian, bisa terhadap dahulu baru terhadap y atau sebalinya. Hasil turunan masing-masing ruas dibagi oleh d. dy aan nampa bila d y 4 + y = dy 4d + 4dy + 4 y dy = dy y d dy d 4 4 y = + 4 y + 4 dy y d = ( ruas iri dan ruas anan dibagi dengan d ) Substitusi = e fungsi didapatan y + y = atau y = ½ dan y = -. dy Untu (, - ), = d dy Untu (, ½ ), = d Soal latihan ( Nomor sd 5 ) Tentuan turunan pertama dari. - y =

35 . y + - y =. y ( y) + sin = 4. y + y = 5. tan ( y ) - y = 6. Dietahui urva yang dinyataan secara implisit : + y + y - y =. Tentuan a. Turunan pertama di = b. Persamaan garis singgung dan normal di = 7. Tentuan persamaan garis singgung dan normal dari urva beriut di titi yang diberian. a. y + y = ; (, ) b. y + y = ; (, ) c. y + y = y ; (, ) d. sin ( y ) = y ; ( ½ π, ) e. y + cos ( y ) + = 4 ; (, ) 8. Sebuah urva dinyataan dalam persamaan implisit : ( ) Tentuan : a. dy d + y + y =. b. Persamaan garis singgung urva di titi potongnya dengan garis + y =.

36 KEMONOTONAN DAN KECEKUNGAN KURVA Pada bagian ini penggunaan turunan aan di titi beratan untu mengetahui sifat-sifat yang dimilii suatu urva antara lain emonotonan, eceungan, nilai estrim, titi belo dan asymtot. Hal ini diteanan agar ita mudah dalam menganalisa dan menggambaran grafi fungsi. Pada bagian ahir dari sub bab penggunaan turunan ini, aan dijelasan tentang dalil De lhospital untu menghitung limit fungsi bai limit di suatu titi, limit di ta hingga maupun limit ta hingga. Definisi : Fungsi Monoton Grafi fungsi f() diataan nai pada selang I bila f ( ) f ( ) > untu > ;, I. Sedangan f() diataan turun pada selang I bila ( ) f ( ) f < untu > ;, I. Fungsi nai atau turun disebut fungsi monoton. Dalam menentuan selang fungsi monoton nai atau turun digunaan pengertian beriut. Gradien dari suatu garis didefinisian sebagai tangen sudut ( α ) yang dibentu oleh garis tersebut dengan sumbu X positif, m = tan α. Bila sudut lancip (α < ½ π ) maa m > dan m < untu α > ½ π. Karena gradien garis singgung suatu urva y = f() di titi (,y ) diberian dengan m = f ( ) dan selang fungsi nai atau turun berturut-turut ditentuan dari nilai gradiennya, maa selang atau selang dimana fungsi monoton diberian beriut :. Fungsi f() nai bila f ' ( )>. Fungsi f() turun bila f ' ( )< Contoh : Tentuan selang fungsi nai dan fungsi turun dari fungsi f ( ) = Jawab : 4 Turunan pertama, f '( ) = Untu f '( ) = >, maa fungsi nai pada < < - ½ atau > dan fungsi turun pada < - atau ½ < <.

37 Secara geometris, grafi fungsi y = f() ceung e bawah di suatu titi bila urva terleta di bawah garis singgung urva di titi tersebut. Sedangan garfi fungsi y = f ( ) ceung e atas di suatu titi bila urva terleta di atas garis singgung yang melalui titi tersebut. Definisi : Keceungan Fungsi Fungsi f() diataan ceung e atas pada selang I bila f selang I, sedang f() diataan ceung e bawah bila f Oleh arena itu dapat disimpulan :. Bila f "( ) >, I maa f() ceung e atas pada I dan. Bila f "( ) <, I maa f() ceung e bawah pada I. '( )nai pada '( ) turun pada selang I. Contoh : + Tentuan selang eceungan dari fungsi : f ( ) = + Jawab : Turunan pertama, f '( ) = Turunan edua, f "( ) = + ( + ) 4 ( + ) Ceung e atas, f "( ) > pada selang > - dan ceung e bawah pada selang < -. Soal Latihan Tentuan selang emonotonan dan eceungan dari urva beriut. f ( ) = ( ). f ( ) = + 9. f ( ) = f ( ) = f ( ) = 6 4

38 6. f ( ) = 7. f ( ) = +

39 NILAI EKSTRIM Misal diberian urva f( ) dan titi ( a,b ) merupaan titi punca ( titi masimum atau minimum ). Maa garis singgung urva di titi ( a,b ) aan sejajar sumbu X atau [ ] mempunyai gradien m = f '( a) =. Titi ( a, b ) disebut titi estrim, nilai = a disebut nilai stasioner, sedangan nilai y = b disebut nilai estrim. Definisi : Nilai Masimum dan Nilai Minimum Nilai f(a) disebut nilai ( estrim ) masimum pada selang I bila f(a) > f() untu setiap I. Sedangan nilai f(a) disebut nilai ( estrim ) minimum pada selang I bila f(a) < f() untu setiap I. Untu menentuan jenis nilai estrim ( masimum atau minimum ) dari fungsi f() dapat dilauan dengan Uji turunan edua sebagai beriut :. Tentuan turunan pertama dan edua, f '( )dan f "( ). Tentuan titi stasioner yaitu pembuat nol dari turunan pertama (f '( ) = ), misalan nilai stasioner adalah = a. Nilai f(a) merupaan nilai masimum bila f "( a) <, sedangan nilai f (a) merupaan nilai minimum bila f "( a) >. Contoh : Tentuan nilai estrim dan jenisnya dari fungsi f ( ) = Jawab : Dari pembahasan pada contoh di sub bab sebelumnya didapatan nilai stasioner fungsi adalah = -, = - ½ dan =. Turunan edua, f "( ) = + +. Untu = -, f "( ) = dan fungsi mencapai minimum dengan nilai minimum f ( - ) = -5. Untu = - ½, f "( ) = dan fungsi mencapai masimum dengan nilai masimum f ( ) = Untu =, f "() = dan fungsi mencapai minimum dengan nilai minimum f ( ) = -5 4

40 Definisi : Titi Belo Misal f() ontinu di = b. Maa ( b, f(b) ) disebut titi belo dari urva f() bila terjadi perubahan eceungan di = b, yaitu di satu sisi dari = b ceung e atas dan disisi lain ceung e bawah atau sebalinya. Syarat perlu = b merupaan absis dari titi belo bila berlau f "( b) = atau f() tida diferensiabel dua ali di = b. Kata syarat perlu mirip artinya dengan ata calon, masudnya bahwa untu nilai = b yang dipenuhi oleh salah satu dari edua syarat itu memunginan untu menjadi absis titi belo bergantung apaah dipenuhi syarat seperti halnya yang tertulis pada definisi. Contoh Carilah titi belo ( bila ada ) dari fungsi beriut : a. f ( ) = b. f ( ) = 4 c. f ( ) = + Jawab : a. Dari f ( ) = Bila f maa f "( ) =. "( ) = maa = merupaan calon dari titi belo, sehingga untu menguji apaah = merupaan titi belo dilauan beriut. Untu < maa f "( ) <, sedangan untu > maa f "( ) >. Oleh arena itu, di = terjadi perubahan eceungan. Jadi (,- ) merupaan titi belo. b. Dari f ( ) = 4 maa f "( ) =. Bila f "( ) = maa = merupaan calon dari titi belo, sehingga untu menguji apaah = merupaan titi belo dilauan beriut. Untu < dan > maa f eceungan. Jadi (, ) buan merupaan titi belo. c. Dari f ( ) = + maa f "( ) = ali di =. Untu < maa f "( ) >. Oleh arena itu, di = tida terjadi perubahan 9 5. Terlihat bahwa f() tida dapat diturunan dua "( ) >, sedangan untu > maa f "( ) <. Oleh arena itu, di = terjadi perubahan eceungan. Jadi (, ) merupaan titi belo

41 Asymtot Asymtot suatu grafi fungsi didefinisian sebagai garis yang dideati oleh suatu urva. Asymtot dibedaan menjadi tiga yaitu :. Asymtot mendatar. Asymtot tega. Asymtot miring Misal diberian urva y = f ( ). Maa garis y = b disebut asymtot mendatar dari y = f ( ) bila : lim f ( ) = b atau lim f ( ) = b. Sedangan garis = a disebut asymtot tega bila berlau salah satu dari :. lim f ( ) = a. lim f ( ) = a. lim f ( ) = a 4. lim f ( ) = a Contoh : Carilah asymtot datar dan asymtot tega dari fungsi f ( ) = Jawab : Asymtot datar, y = - sebab lim f ( ) = lim = atau lim f ( ) = Asymtot tega, = - dan = sebab lim f ( ) = lim = + + dan lim f ( ) = lim + + = Garis y = a + b diataan sebagai asymtot miring dari y = f ( ) bila berlau lim [ f ( ) ( a + b) ] = atau lim [ f ( ) ( a + b) ] =. Untu mendapatan asymtot

42 P( ) miring dari fungsi rasional f ( ) = [ pangat P() = + pangat Q() ] dilauan Q( ) dengan cara membagi P() dengan Q() sehingga hasilbagi yang didapatan merupaan asymtot miring dari f(). Contoh : Carilah asymtot dari fungsi f ( ) = Jawab : Asymtot datar tida ada sebab lim f ( ) = atau lim f ( ) =. Asymtot tega, = sebab lim f ( ) = lim =. 4 Asymtot miring, y = sebab lim ( ) = lim = Grafi Fungsi Dalam mengambaran grafi suatu urva dapat dilauan dengan menentuan terlebih dahulu : selang emonotongan, selang eceungan, titi estrim dan jenisnya, titi potong terhadap salib sumbu ( sumbu X dan sumbu Y ), titi belo ( bila ada ), semua asymtot ( bila ada ) dan titi lain ( sembarang ) yang dapat membantu memudahan menggambaran grafi. Soal latihan ( Nomor sd 6 ) Tentuan nilai estrim dan jenisnya dari urva dengan persamaan beriut :. f ( ) = +. f ( ) = + 4. f ( ) = sin, ( < < π ) 4. f ( ) = cos π, < < π

43 4 5. f ( ) = f ( ) = 4 4 ( Nomor 7 sd ) Tentuan titi belo dari urva beriut ( bila ada ) 7. f ( ) = 6 8. f ( ) = + 9. f ( ) = f ( ) = ( Nomor sd ) Cari semua asymtot dari fungsi beriut :. f ( ) =. f ( ) =. f ( ) = 4. f ( ) = ( ) 5. f ( ) = 6. f ( ) = 4 7. f ( ) = + 8. f ( ) = 9. f ( ) = + ( ). f ( ) =

44 . f ( ) = 4 ( Nomor sd 8 ) Gambaran grafi urva beriut :. f ( ) =. f ( ) = f ( ) = f ( ) = f ( ) = f ( ) = + 8. f ( ) = ( + 8)

45

46 DALIL DELHOSPITAL yaitu : Dalam perhitungan limit fungsi seringali dijumpai bentu ta tentu dari limit,,. oleh Delhospital. dan. Untu menyelesaiannya digunaan cara yang dienalan Bentu dan Misal lim f() = lim g() = atau lim f() = lim g() =. Maa f lim ( ) lim ' ( ) g( ) = f g ' ( ). Bila masih dijumpai ruas anan merupaan bentu atau maa dilauan penurunan lagi sehingga didapatan nilai yang buan merupaan bentu ta tentu tersebut. Penulisan lim mengandung masud lim, lim, lim, lim atau lim. a a+ a Contoh : Hitung limit beriut cos a. lim + b. lim 4 + Jawab : cos a. lim lim sin 4 lim cos = = = b. lim = lim = lim = lim = Bentu.

47 Misal lim f() = dan lim g() =. Maa lim f() g() merupaan bentu.. Untu menyelesaiannya ita ubah menjadi bentu atau yaitu : f lim ( ) ( ) lim ( ) g lim ( f g = ) =. Selanjutnya solusi dari limit tersebut g( ) f ( ) diselesaian dengan cara seperti bentu sebelumnya. Contoh : Hitung limit beriut π a. lim sec π/ b. lim csc Jawab : π π a. lim sec = lim = lim π/ π / cos π / sin b. lim csc = lim lim sin = cos = = Bentu - Misal lim f() = lim g() =. Maa untu menyelesaian lim [ f() - g() ] dilauan dengan menyederhanaan bentu [ f() - g() ] sehingga dapat dierjaan menggunaan cara yang telah dienal sebelumnya. Contoh Hitung lim ( csc cot ) Jawab :

48 cos cos lim ( csc cot ) = lim lim lim sin sin = = = sin sin cos Sebagai catatan bahwa tida semua bentu limit ta tentu dapat diselesaian menggunaan dalil Delhospital. Hal ini seringali terjadi di dalam menyelesaian limit fungsi f() dengan f() buan merupaan fungsi rasional. Untu lebih jelasnya diberian contoh beriut. Contoh Hitung limit beriut : a. lim b. lim Jawab: + + a. lim = lim ( ) = b. lim + + = lim = Soal latihan Hitung limit beriut ( bila ada ). lim lim

49 5. lim lim lim lim + 7. lim csc 8. lim cot ( cos ) 9. lim +. lim +. lim +. lim l i m lim sin( a ) a 5. lim tan 5 sin 6. lim sin ( 5 ) 7. lim sin cos

50 sin 8. lim cos 9. lim cos cos 5. lim cos

51 NOTASI SIGMA ( S ) Notasi untu sigma ( jumlah ) diberian beriut : n i i= a = a + a a n dan n i= = = n n suu Beberapa sifat dan rumus sigma diberian beriut : n. ( a + lb ) = a + l i i i i i= i= i= linear ) n. ( a a ). i= n i+ i = an+ n [( i + ) i ] = ( n + ) i = n 4. i = n( n + ) i= a n b ( sifat n 5. i i= n 6. i i= n( n + )(n + ) = 6 n( n + ) = n 4 n( n + ) ( 6n + 9n + n ) 7. i = i= Soal Latihan ( Nomor sd ) Hitung nilai sigma beriut : 6. i i= 6 i=. ( i + ). 4 i ( ) i= i( i + ) 7 4. cos iπ i= = 6. ( ) = 7. ( ) = + 4 i= 8. [( i )( i + )] 9. 5 ( + 4) =

52 n. ( i ) i=

53 ( Nomor sd 6 ) Nyataan dalam notasi sigma deret beriut: ½ + / + + / ½ + / - ¼ + - /5 5. f ( c ) + f ( c ) f ( c n ) 6. f ( w ) + f ( w) f ( wn)

54 INTEGRAL TENTU Pengertian atau onsep integral tentu pertama ali dienalan oleh Newton dan Leibniz. Namun pengertian secara lebih modern dienalan oleh Riemann. Materi pembahasan terdahulu yani tentang integral ta tentu dan notasi sigma aan ita gunaan untu mendefinisian tentang integral tentu. Pandang suatu fungsi f() yang didefinisian pada suatu selang tutup [ a,b ]. Pada tahap awal aan lebih mudah untu dapat dimengerti bilamana f() diambil selalu bernilai positif, ontinu dan grafinya sederhana. Pandang suatu partisi P pada selang [ a,b ] yang dibagi menjadi n sub selang ( dalam hal ini diambil yang panjangnya sama walaupun hal ini tidalah mutla ), misal a = < <... < n < n = b dan = =. Pada setiap sub selang [ ], ita ambil suatu titi ( titi sembarang namun untu memudahan penjelasan dipilih titi tengah selang ) yaitu =. Partisi yang terbentu merupaan segiempat dengan uuran dan f ( ) sebagai panjang dan lebarnya, sehingga luas tiap partisi adalah f ( ) didapatan jumlah luas partisi pada selang [ a,b ] yaitu : f ( ) n =. Oleh arena itu. Jumlah tersebut dinamaan jumlah Riemann untu f() yang bersesuaian dengan partisi P. Maa luas daerah yang dibatasi oleh y = f(), garis = a, garis = b dan sumbu X aan dideati oleh jumlah Riemaan di atas bila diambil n. Dari sini dapat didefinisian suatu integral tentu yaitu integral dari f() pada suatu selang [ a,b ] beriut. Definisi : Integral Riemann b a Misal fungsi f() ontinu pada selang [ a,b ], = = lebar partisi dari n [ a,b ], a =, b = n, = sebagai limit jumlah Riemann yaitu :. Maa integral dari f() atas [ a,b ] didefinisian

55 b n n f ( ) d = lim f ( ) = lim f ( ) a = n = Bila limit ada maa f() diataan integrabel ( dapat diintegralan ) pada [ a,b ]. Integral ini disebut Integral Riemann atau Integral Tentu. Teorema. Misal f() fungsi terbatas pada [ a,b ] ( yaitu terdapat M R sehingga f() M untu setiap [ a,b ]) dan ontinu ecuali pada sejumlah hingga titi pada [ a,b ]. Maa f() integrabel pada [ a,b ].. Bila f() ontinu pada [ a,b ] maa f() integrabel pada [ a,b ]. Contoh Fungsi beriut tida integrabel pada [ -, ] :, f ( ) =, = Tunjuan ( dengan membuat grafi ) bahwa f() tida terbatas pada [ -, ]! Teorema Dasar Kalulus ( Pertama ) Misal f() ontinu pada [ a,b ] dan F() adalah anti turunan dari f(). Maa b f ( ) d = F ( b) F ( a) a Contoh : Selesaian integral tentu beriut : π a. sin( ) d π b. + d

56 Jawab : a. Misal u =. Maa du = d. Untu = ½ π dan = π maa u = π dan u = π. π π π sin( ) d = sinu du cosu ( cos cos ) π = = π π = π π b. Misal u = +. Maa du = d. Dari bentu integral ta tentu didapatan : + d = u du = u u + C Jadi : + d = ( + ) + = ( ) Teorema Dasar Kalulus ( Kedua ) Misal f() ontinu pada [ a,b ]. Maa terdapat c ( a,b ) sehingga : b f ( ) d = f ( c) ( b a) a Teorema ini disebut juga Teorema Nilai Rata-rata Integral dengan f( c ) merupaan nilai rata-rata integral dari f( ). Contoh : Tentuan nilai rata-rata fungsi f ( ) = + pada selang [, ]. Jawab : Misal u = +. Maa du = 4 d. Bila = dan = maa berturut-turut u = dan u = 9. Jadi : Rata rata = + d = u du = u u = = 8 4 6

57 Sifat-sifat lain yang beraitan dengan integral tentu diberian beriut : b b b p f ( ) + q g( ) d = p f ( ) d + q g( ) d a a a ( sifat linear ). [ ]. Misal f() dan g() integrabel pada [ a,b ] dan f() g() untu setiap [ a,b ]. Maa b b f ( ) d g( ) d ( sifat perbandingan ) a a. Misal f() integrabel pada [ a,b ] dan m f() M untu setiap [ a,b ]. Maa b m( b a) f ( ) d M( b a) a c b c 4. f ( ) d = f ( ) d + f ( ) d a a b a b a 5. f ( ) d = dan f ( ) d = f ( ) d a a b a 6. Bila f() fungsi ganjil maa f ( ) d = a a a 7. Bila f() fungsi genap maa f ( ) d = f ( ) d a b+ p b 8. Bila f() fungsi periodi dengan periode p maa f ( ) d = f ( ) d a+ p a b g( b) f g( ) g'( ) d = f ( u) du a g( a) 9. ( ) v( ) D f ( t) dt f v( ) v' ( ) f w( ) w'( ) = w( ). ( ) ( )

58 Contoh : 5 Hitung integral Jawab : f ( ) d bila, < f ( ) = +, < <, > 5 ( + ) d + d = f ( ) d = 5 Contoh : Tentuan turunan pertama dari G( ) = t + dt Jawab : G'( ) = Soal Latihan 5 ( Nomor sd 5 ) Hitung nilai integral dari f ( ) d, bila :. f ( ) = 4 + 4/ /. f ( ) =. f ( ) = , < 4. f ( ) = 6, 5, < 5. f ( ) =, 4, < 5

59 ( Nomor 6 sd ) Hitung nilai integral tentu beriut : 4 4 s 8 6. ds s π / 7. sin t dt π / d 9. 8t 7 + t dt +. d + π /. sin cos d 5. d. d ( Nomor 4 sd 7 ) Tentuan G () dari : 4. G( ) = dt t + 5. G( ) = 6. G( ) = dt t + dt t G( ) = + sint dt

60 ( Nomor 8 sd ) Misal f() = f(-), f(), g(-) = - g(), f ( ) d =, g( ) d = 5. Hitung : 8. f ( ) d 9. f ( ) d. g( ) d. [ ( ) + ( ) ] f g d f f d. [ ( ) + ( )]. g( ) d ( 4 sd 6 ) Tentuan nilai rata-rata dari fungsi beriut pada selang yang dietahui: 4. f() = 4, [, ] 5. f ( ) =,[, ] f() = sin cos, [, π/ ]

61 LUAS DAERAH Perhitungan luas suatu daerah yang dibatasi oleh grafi fungsi y = f(), garis = a, garis = b dan sumbu X telah ita bahas dalam pembahasan integral tentu. Namun untu daerah yang lebih omples aan ita bahas secara detil pada perhitungan luas daerah dengan menggunaan integral tentu. Selain dari itu, integral tentu aan ita gunaan juga untu menghitung volume benda pejal yaitu benda yang dihasilan bila suatu daerah diputar dengan suatu sumbu putar. Panjang urva aan ita bahas pada bagian ahir dari bab ini. Misal suatu daerah dibatasi oleh y = f(), = a, = b dan sumbu X. Maa luas daerah dihitung dengan integral tentu sebagai beriut : b L = f ( ) d a Bila f() maa integral dari f() pada selang [ a,b ] aan bernilai negatif atau nol. Oleh arena itu luas daerah yang dibatasi oleh y = f(), garis = a, = b dan sumbu X, ditulisan sebagai beriut : b L = f ( ) d a Untu daerah yang dibatasi oleh grafi fungsi yang dinyataan secara esplisit dalam peubah y, yani = v(y), garis y = c, y = d dan sumbu Y, maa luas daerah : d L = v( y) dy c

62 Contoh : Tentuan luas daerah yang dibatasi oleh f() = - - +, sumbu X, garis = dan =. Jawab : Kita lihat bahwa f() pada selang [, ] dan f() pada selang [, ]. Luas daerah : 5 4 ( + ) d ( + ) L = f ( ) d f ( ) d = = d Bila suatu daerah dibatasi oleh dua buah grafi fungsi, misal y = f() dan y = g() diberian sebagai beriut : () Misal daerah dibatasi oleh grafi y = f(), y = g(), = a dan = b dengan f() g() untu [a,b]. Maa luas daerah : b L = [ f ( ) g( ) ] d a () Misal daerah dibatasi oleh grafi = w(y), = v(y), y = c dan y = d dengan w(y) v(y) untu y [c,d]. Maa luas daerah : d L = [ w( y) v( y) ] dy c Contoh : Tentuan luas daerah yang dibatasi oleh y = 4 dan garis 4 - y = 4. Jawab :

63 Langah pertama yang dilauan adalah mencari titi potong edua urva. Didapatan titi potong eduanya yaitu ( ¼,- ) dan ( 4,4 ). Pada selang [ -,4 ], 4 4 y + y 4 5. Maa luas daerah y + y L = = 4 4 dy 4 4 Soal Latihan Hitung luas daerah yang dibatasi oleh grafi beriut :. y = - 4 +, y = =, =. = y - 4y, =, y =, y = 4. = y, y = + 4. y =, y = -, y = 8 5. y = -, y = - 6, y = -, y = 4 6. y =, y = 4, y = y = -, y = -, =, = 8. y = sin, y = cos, =, = π.

64 VOLUME BENDA PUTAR Benda putar yang sederhana dapat ita ambil contoh adalah tabung dengan besar volume adalah hasilali luas alas ( luas lingaran ) dan tinggi tabung. Volume dari benda putar secara umum dapat dihitung dari hasilali antara luas alas dan tinggi. Bila luas alas ita nyataan dengan A() dan tinggi benda putar adalah panjang selang [ a,b ] maa volume benda putar dapat dihitung menggunaan integral tentu sebagai beriut : b V = A( ) d a Untu mendapatan volume benda putar yang terjadi arena suatu daerah diputar terhadap suatu sumbu, dilauan dengan menggunaan dua buah metode yaitu metode caram dan ulit tabung. Metode Caram Misal daerah dibatasi oleh y = f(), y =, = a dan = b diputar dengan sumbu putar sumbu X. Volume benda pejal/padat yang terjadi dapat dihitung dengan memandang bahwa volume benda padat tersebut merupaan jumlah ta berhingga caram yang berpusat di titi-titi pada selang [a,b]. Misal pusat caram ( o, ) dan jari-jari r = f( o ). Maa luas caram dinyataan : A( o ) = π f ( o ). Oleh arena itu, volume benda putar : b V = π [ f ( ) ] d a Sedang bila grafi fungsi dinyataan dengan = w(y), =, y = c dan y = d diputar mengelilingi sumbu Y maa volume benda putar :

65 d V = π [ w ( y ) ] dy c Bila daerah yang dibatasi oleh y = f(), y = g() { f() g() untu setiap [a,b] }, = a dan = b diputar dengan sumbu putar sumbu X maa volume : ([ ] [ ] ) b V = π f g d a Bila daerah yang dibatasi oleh = w(y), = v(y) { w(y) v(y) untu setiap y [ c,d ] }, y = c dan y = d diputar dengan sumbu putar sumbu Y maa volume : ([ ] [ ] ) d V = π w y v y dy c Contoh : Hitung Volume benda putar bila daerah yang dibatasi oleh : y = dan y = 8 diputar mengelilingi a. Sumbu X. b. Sumbu Y Jawab : Kedua urva berpotongan di (, ) dan (,4 ). a. Pada selang [, ], 8. Volume benda putar = 48 ( 8 ) ( ) = π V = π d y b. Pada selang [,4 ], y. Volume benda putar = 8 5

66 V 4 = π dy 8 7 ( ) y y = π 5 Contoh : Hitung volume benda putar bila daerah yang dibatasi oleh : y = -, y = - dan sumbu Y bila diputar mengelilingi garis y = - Jawab : Kedua urva berpotongan di ( -, ) dan (,- ). Pada selang [ -, ] berlau - -. Jara urva y = - dan y = - terhadap sumbu putar ( garis y = - ) dapat dipandang sebagai jari-jari dari caram, berturut-turut adalah ( 4 - ) dan ( - ). Oleh arena itu, volume benda putar : V = π 6 ( 4 ) ( ) d = π 5 Metode Kulit Tabung Metode beriut sebagai alternatif lain dalam perhitungan volume benda putar yang mungin lebih mudah diterapan bila ita bandingan dengan metode caram. Benda putar yang terjadi dapat dipandang sebagai tabung dengan jari-jari ulit luar dan dalamnya berbeda, maa volume yang aan dihitung adalah volume dari ulit tabung. Untu lebih memperjelas ita lihat uraian beriut. Pandang tabung dengan jari-jari ulit dalam dan ulit luar berturut-turut r dan r, tinggi tabung h. Maa volume ulit tabung adalah : ( ) V = πr πr h = πrh r dengan : r r = r (rata rata jari jari ), r r = r Bila daerah yang dibatasi oleh y = f(), y =, = a dan = b diputar mengelilingi sumbu Y maa ita dapat memandang bahwa jari-jari r =, r = dan tinggi tabung h = f(). Oleh arena itu volume benda putar =

67 b V = π f ( ) d a Misal daerah dibatasi oleh urva y = f(), y = g() { f() g(), [a,b] }, = a dan = b diputar mengelilingi sumbu Y. Maa volume benda putar = b V = π [ f ( ) g ( ) ] d a Bila daerah dibatasi oleh grafi yang dinyataan dengan = w(y), =, y = c dan y = d diputar mengelilingi sumbu X, maa volume = d V = π y w ( y ) dy c Sedang untu daerah yang dibatasi oleh = w(y), = v(y) { w(y) v(y), y [ c,d ]}, y = c dan y = d diputar mengelilingi sumbu X. Maa volume benda putar = d V = π y [ w ( y ) v ( y ) ] dy c Contoh : Hitung volume benda putar bila daerah yang terleta di uadran pertama dibawah parabola y = - dan di atas parabola y = diputar mengelilingi sumbu Y. Jawab : Kedua parabola berpotongan di ( -, ) dan (, ). Pada selang [, ],. Bila digunaan metode ulit tabung, volume = [( ) ] π V = π d =

68 Bila ita gunaan metode caram, maa daerah ita bagi menjadi dua bagian yaitu : pada selang y dibatasi = y dan sumbu Y sedang pada selang y dibatasi = y dan sumbu Y. Oleh arena itu volume = V ( y ) dy + π ( y ) dy π = π = Contoh : Hitung volume benda putar bila daerah D yang dibatasi oleh y = -, sumbu X dan sumbu Y bila diputar mengelilingi garis = Jawab : Misal di ambil sembarang nilai pada daerah D maa didapatan tinggi benda pejal, ( - ) dan jari-jari ( jara terhadap sumbu putar / garis = ), ( + ). Oleh arena itu, volume benda putar : V = π 5 6 ( + )( ) d = π Soal Latihan ( Nomor sd 8 ) Hitung volume benda putar bila daerah beriut diputar dengan sumbu putar sumbu X.. y =, =, =, y = 5. y = sin, y = cos, =, = π/4. y = /, =, = 4, y = 6. y = +, y = +. y = 9 -, y = 7. y =, y = 4. y =, y = 4 8. y =, y =. ( Nomor 9 sd 5 ). Hitung volume benda putar bila daerah beriut diputar mengelilingi sumbu Y. 9. = -y, = π. = cos y, y =, y =, =. y = /, y =, y =, =

69 . y = -, =, y =. y =, = y. 4. = y, = y + 5. = - y, = + y, y = -, y = 6. Hitung volume benda putar dari daerah yang terleta di uadran pertama yang dibatasi oleh y =, garis = 4 dan sumbu X. Bila diputar mengelilingi a. Garis = 4 b. Garis y = 8 7. Hitung volume benda putar dari daerah yang terleta di uadran pertama yang dibatasi oleh y =, garis y = 8 dan sumbu Y. Bila diputar mengelilingi a. Garis = 4 b. Garis y = 8 ( Nomor 8 sd ) Hitung volume benda putar dengan sumbu putar sumbu Y untu daerah yang dibatasi oleh: 8. y = cos, y =, =, = ½ π,. = y, y =. 9. y = -, y = - +, =. y = -, y = ( Nomor sd 5 ) Hitung volume benda putar dengan sumbu putar sumbu X untu daerah yang dibatasi oleh: 6. y =, y =, = 7. = y, y =, y =, = 8. y =, =, y = 9. y = 4, + y = 5

70 ( Nomor 6 sd 9 ) Gambar dan arsir daerah D dan hitung volume benda putar yang terjadi bila daerah D dan sumbu putarnya diberian beriut : 6. y =, = 4, y = ; garis = 4 7. y = - ( ), =, y = ; garis = 8. = y, y =, = ; garis y = 9. = y +, y =, =, y = ; garis y =

71 PANJANG KURVA Persamaan urva seringali dinyataan dengan peubah dan y. Namun adaalanya dinyataan dengan parameter. Kita dapat mengambil contoh beriut. Persamaan lingaran: + y = a dapat juga ditulisan dengan = a cos t dan y = a sin t dengan t π. t disebut parameter. Dalam perhitungan panjang urva bidang yang dinyataan dalam parameter, ita membatasi untu urva bidang yang smooth atau mulus. Untu itu diberian definisi beriut : Definisi : Kurva Mulus Kurva yang ditentuan oleh pasangan persamaan parameter, = f(t), y = g(t), a t b diataan smooth ( mulus ) bila turunan pertama f dan g ada dan ontinu pada selang [ a,b ], f dan g tida secara bersama-sama bernilai nol pada selang [ a,b ]. Misal f() ontinu pada [a,b]. Maa untu menghitung panjang urva f() sepanjang selang [a,b] dilauan sebagai beriut : Bagi selang [a,b] menjadi n sub selang sama panjang dengan panjang sub selang. Pada sub selang e-, [ -, ] didapatan nilai fungsi pada ujung sub selang yaitu f( - ) dab f( ). Misal L merupaan panjang ruas garis dari titi ( ) Maa : ( f ) e( f ( )),,. [ ] L = ( ) + f ( ) f ( ) Dari teorema nilai rata-rata, ( ) f ( ) f ( ) = f ' *, * [, ] maa didapatan: * [ ( )] L = + f '

72 Jadi panjang urva f() sepanjang selang [a,b] dideati oleh : * [ ( )] n n L f = + ' untu n. = = Atau b a L = + [ f '( ) ] d Bila urva dinyataan sebagai = w(y), maa panjang urva pada selang [ c,d ] : d L = + [ w' ( y) ] dy c Sedangan bila persamaan dinyataan dengan persamaan parameter, = f(t), y = g(t), a t b maa panjang urva = b L = [ f '( t) ] + [ g' ( t) ] dt a b d dy L = dt dt a dt atau Contoh : Hitung panjang urva y Jawab : = dari titi (, ) sampai titi ( 4,8 )! 4 4 dy L = + d = + d = + = d

73 Contoh : Hitung panjang eliling lingaran + y = a Jawab : Persamaan + y = a diubah menjadi persamaan parameter : = a cos t dan y = a sin t dengan t π. Substitusian : d/dt = - a sin t dan dy/dt = a cos t e dalam : π L = dy dt d + dt dt = π a Catatan : Bandingan hasil di atas dengan hasil yang diperoleh bila ita gunaan rumus untu mencari eliling lingaran dengan jari-jari r = a. Soal Latihan ( Nomor sd 7 ) Hitung panjang urva beriut :. y = / dari (,) e (, ). y = / dari = e = 4. y = + 6 dari = e = y = y dari y = e y = 4 4 y y 5. = + dari y = e y = = ( y + ) / dari y = e y = 7. y = u du,

Danang Mursita Sekolah Tinggi Teknologi Telkom Bandung 2002

Danang Mursita Sekolah Tinggi Teknologi Telkom Bandung 2002 Bandung DAFTAR ISI Judul Kata Pengantar Daftar Isi i ii iv Bab Fungsi Real. Sistem Bilangan Real. Fungsi dan Grafi 6. Limit dan eontinuan.4 Limit ta Hingga dan Limit di Ta Hingga 7 Bab Turunan dan Penggunaan.

Lebih terperinci

Matematika Dasar FUNGSI DAN GRAFIK

Matematika Dasar FUNGSI DAN GRAFIK FUNGSI DAN GRAFIK Suatu pengaitan dari himpunan A ke himpunan B disebut fungsi bila mengaitkan setiap anggota dari himpunan A dengan tepat satu anggota dari himpunan B. Notasi : f : A B f() y Himpunan

Lebih terperinci

Rencana Pembelajaran

Rencana Pembelajaran Learning Outcome Rencana Pembelajaran Setelah mengikuti proses pembelajaran ini, diharapkan mahasiswa dapat ) Menentukan nilai turunan suatu fungsi di suatu titik ) Menentukan nilai koefisien fungsi sehingga

Lebih terperinci

Deret Pangkat. Ayundyah Kesumawati. June 23, Prodi Statistika FMIPA-UII

Deret Pangkat. Ayundyah Kesumawati. June 23, Prodi Statistika FMIPA-UII Keonvergenan Kesumawati Prodi Statistia FMIPA-UII June 23, 2015 Keonvergenan Pendahuluan Kalau sebelumnya, suu suu pada deret ta berujung berupa bilangan real maa ali ini ita embangan suu suunya dalam

Lebih terperinci

Matematika Dasar NILAI EKSTRIM

Matematika Dasar NILAI EKSTRIM NILAI EKSTRIM Misal diberikan kurva f( ) dan titik ( a,b ) merupakan titik puncak ( titik maksimum atau minimum ). Maka garis singgung kurva di titik ( a,b ) akan sejajar sumbu X atau [ ] mempunyai gradien

Lebih terperinci

a. Integral Lipat Dua atas Daerah Persegi Panjang

a. Integral Lipat Dua atas Daerah Persegi Panjang a. Integral Lipat ua atas aerah Persegi Panjang Misalan z = f(,) terdefinisi pada merupaan suatu persegi panjang tertutup, aitu : = {(, ) : a b, c d} b a z c d (,) Z=f(,). Bentu partisi [a,b] dan [c,d]

Lebih terperinci

1 Sistem Bilangan Real

1 Sistem Bilangan Real Learning Outcome Rencana Pembelajaran Setelah mengikuti proses pembelajaran ini, diharapkan mahasiswa dapat ) Menentukan solusi pertidaksamaan aljabar ) Menyelesaikan pertidaksamaan dengan nilai mutlak

Lebih terperinci

( s) PENDAHULUAN tersebut, fungsi intensitas (lokal) LANDASAN TEORI Ruang Contoh, Kejadian dan Peluang

( s) PENDAHULUAN tersebut, fungsi intensitas (lokal) LANDASAN TEORI Ruang Contoh, Kejadian dan Peluang Latar Belaang Terdapat banya permasalahan atau ejadian dalam ehidupan sehari hari yang dapat dimodelan dengan suatu proses stoasti Proses stoasti merupaan permasalahan yang beraitan dengan suatu aturan-aturan

Lebih terperinci

Program Perkuliahan Dasar Umum Sekolah Tinggi Teknologi Telkom [MA1124] KALKULUS II

Program Perkuliahan Dasar Umum Sekolah Tinggi Teknologi Telkom [MA1124] KALKULUS II Program Peruliahan asar Umum Seolah Tinggi Tenologi Telom Integral Lipat ua [MA4] Integral Lipat ua Misalan z f(,) terdefinisi pada merupaan suatu persegi panjang tertutup, aitu : {(, ) : a b, c d} b a

Lebih terperinci

BAB 5 RUANG VEKTOR UMUM. Dr. Ir. Abdul Wahid Surhim, MT.

BAB 5 RUANG VEKTOR UMUM. Dr. Ir. Abdul Wahid Surhim, MT. BAB 5 RUANG VEKTOR UMUM Dr. Ir. Abdul Wahid Surhim, MT. KERANGKA PEMBAHASAN. Ruang Vetor Nyata. Subruang. Kebebasan Linier 4. Basis dan Dimensi 5. Ruang Baris, Ruang Kolom dan Ruang Nul 6. Ran dan Nulitas

Lebih terperinci

Solusi Pengayaan Matematika Edisi 16 April Pekan Ke-4, 2005 Nomor Soal:

Solusi Pengayaan Matematika Edisi 16 April Pekan Ke-4, 2005 Nomor Soal: Solusi Pengayaan Matematia Edisi 6 pril Pean Ke-4, 00 Nomor Soal: -60. Jia. sin cos tan 00 00, maa nilai adalah... cos sin 00 00. 40 Solusi: [] sin cos tan 00 00 cos sin 00 00 sin sin 00 00 cos sin 00

Lebih terperinci

( x) LANDASAN TEORI. ω Ω ke satu dan hanya satu bilangan real X( ω ) disebut peubah acak. Ρ = Ρ. Ruang Contoh, Kejadian dan Peluang

( x) LANDASAN TEORI. ω Ω ke satu dan hanya satu bilangan real X( ω ) disebut peubah acak. Ρ = Ρ. Ruang Contoh, Kejadian dan Peluang LANDASAN TEORI Ruang Contoh Kejadian dan Peluang Suatu percobaan yang dapat diulang dalam ondisi yang sama yang hasilnya tida dapat dipredisi secara tepat tetapi ita dapat mengetahui semua emunginan hasil

Lebih terperinci

AFTAR ISI KATA PENGANTAR... i DAFTAR ISI... iii SOAL - SOAL... 2 PEMBAHASAN... 19

AFTAR ISI KATA PENGANTAR... i DAFTAR ISI... iii SOAL - SOAL... 2 PEMBAHASAN... 19 DAFTAR ISI KATA PENGANTAR... i DAFTAR ISI... iii SOAL - SOAL... UTS Genap 009/00... UTS Ganjil 009/00... UTS Genap 008/009... 5 UTS Pendek 008/009... 6 UTS 007/008... 8 UTS 006/007... 9 UTS 005/006...

Lebih terperinci

Soal-Jawab Fisika OSN x dan = min. Abaikan gesekan udara. v R Tentukan: a) besar kelajuan pelemparan v sebagai fungsi h. b) besar h maks.

Soal-Jawab Fisika OSN x dan = min. Abaikan gesekan udara. v R Tentukan: a) besar kelajuan pelemparan v sebagai fungsi h. b) besar h maks. Soal-Jawab Fisia OSN - ( poin) Sebuah pipa silinder yang sangat besar (dengan penampang lintang berbentu lingaran berjarijari R) terleta di atas tanah. Seorang ana ingin melempar sebuah bola tenis dari

Lebih terperinci

FUNGSI dan LIMIT. 1.1 Fungsi dan Grafiknya

FUNGSI dan LIMIT. 1.1 Fungsi dan Grafiknya FUNGSI dan LIMIT 1.1 Fungsi dan Grafiknya Fungsi : suatu aturan yang menghubungkan setiap elemen suatu himpunan pertama (daerah asal) tepat kepada satu elemen himpunan kedua (daerah hasil) fungsi Daerah

Lebih terperinci

FISIKA. Kelas X GETARAN HARMONIS K-13. A. Getaran Harmonis Sederhana

FISIKA. Kelas X GETARAN HARMONIS K-13. A. Getaran Harmonis Sederhana K-13 Kelas X FISIKA GETARAN HARMONIS TUJUAN PEMBELAJARAN Setelah mempelajari materi ini, amu diharapan memilii emampuan sebagai beriut. 1. Memahami onsep getaran harmonis sederhana pada bandul dan pegas

Lebih terperinci

BAB VI. PENGGUNAAN INTEGRAL. Departemen Teknik Kimia Universitas Indonesia

BAB VI. PENGGUNAAN INTEGRAL. Departemen Teknik Kimia Universitas Indonesia BAB VI. PENGGUNAAN INTEGRAL Departemen Teknik Kimia Universitas Indonesia BAB VI. PENGGUNAAN INTEGRAL Luas Daerah di Bidang Volume Benda Pejal di Ruang: Metode Cincin Metode Cakram Metode Kulit Tabung

Lebih terperinci

MENYELESAIKAN PERSAMAAN DIFFERENSIAL BILANGAN BULAT DAN BILANGAN RASIONAL

MENYELESAIKAN PERSAMAAN DIFFERENSIAL BILANGAN BULAT DAN BILANGAN RASIONAL MENYELESAIKAN PERSAMAAN DIFFERENSIAL BILANGAN BULAT DAN BILANGAN RASIONAL Sarta Meliana 1, Mashadi 2, Sri Gemawati 2 1 Mahasiswa Program Studi S1 Matematia 2 Dosen Jurusan Matematia Faultas Matematia dan

Lebih terperinci

OSN 2014 Matematika SMA/MA

OSN 2014 Matematika SMA/MA Soal 5. Suatu barisan bilangan asli a 1, a 2, a 3,... memenuhi a + a l = a m + a n untu setiap bilangan asli, l, m, n dengan l = mn. Jia m membagi n, butian bahwa a m a n. Solusi. Andaian terdapat bilangan

Lebih terperinci

Optimasi Non-Linier. Metode Numeris

Optimasi Non-Linier. Metode Numeris Optimasi Non-inier Metode Numeris Pendahuluan Pembahasan optimasi non-linier sebelumnya analitis: Pertama-tama mencari titi-titi nilai optimal Kemudian, mencari nilai optimal dari fungsi tujuan berdasaran

Lebih terperinci

BAB 3 PRINSIP SANGKAR BURUNG MERPATI

BAB 3 PRINSIP SANGKAR BURUNG MERPATI BAB 3 PRINSIP SANGKAR BURUNG MERPATI 3. Pengertian Prinsip Sangar Burung Merpati Sebagai ilustrasi ita misalan terdapat 3 eor burung merpati dan 2 sangar burung merpati. Terdapat beberapa emunginan bagaimana

Lebih terperinci

Kegiatan Belajar 4. Fungsi Trigonometri

Kegiatan Belajar 4. Fungsi Trigonometri Page o Kegiatan Belajar A. Tujuan Pembelajaran Setelah mempelajari egiatan belajar, diharapan siswa dapat a. Menentuan nilai ungsi trigonometri b. Menentuan persamaan grai ungsi trigonometri c. Menggambar

Lebih terperinci

(A) 3 (B) 5 (B) 1 (C) 8

(A) 3 (B) 5 (B) 1 (C) 8 . Turunan dari f ( ) = + + (E) 7 + +. Turunan dari y = ( ) ( + ) ( ) ( + ) ( ) ( + ) ( + ) ( + ) ( ) ( + ) (E) ( ) ( + ) 7 5 (E) 9 5 9 7 0. Jika f ( ) = maka f () = 8 (E) 8. Jika f () = 5 maka f (0) +

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA Pada bab ini disampaian beberapa pengertian dasar yang diperluan pada bab selanutnya. Selain definisi, diberian pula lemma dan teorema dengan atau tanpa buti. Untu beberapa teorema

Lebih terperinci

Dalam setiap sub daerah, pilih suatu titik P k (x k, y k ) dan bentuklah jumlah :

Dalam setiap sub daerah, pilih suatu titik P k (x k, y k ) dan bentuklah jumlah : INTEGAL GANDA Integral untu ungsi satu variable ita membentu suatu partisi dari interval [ab] menjadi interval-interval ang panjangna Δ = 3.n b a d lim n n Dengan cara ang sama Kita deinisian integral

Lebih terperinci

MATA KULIAH MATEMATIKA TEKNIK 2 [KODE/SKS : KD / 2 SKS] Ruang Vektor

MATA KULIAH MATEMATIKA TEKNIK 2 [KODE/SKS : KD / 2 SKS] Ruang Vektor MATA KULIAH MATEMATIKA TEKNIK [KODE/SKS : KD4 / SKS] Ruang Vetor FIELD: Ruang vetor V atas field salar K adalah himpunan ta osong dengan operasi penjumlahan vetor dan peralian salar. Himpunan ta osong

Lebih terperinci

BAB III PENENTUAN HARGA PREMI, FUNGSI PERMINTAAN, DAN TITIK KESETIMBANGANNYA

BAB III PENENTUAN HARGA PREMI, FUNGSI PERMINTAAN, DAN TITIK KESETIMBANGANNYA BAB III PENENTUAN HARGA PREMI, FUNGSI PERMINTAAN, DAN TITIK KESETIMBANGANNYA Pada penelitian ini, suatu portfolio memilii seumlah elas risio. Tiap elas terdiri dari n, =,, peserta dengan umlah besar, dan

Lebih terperinci

Kumpulan soal-soal level seleksi provinsi: solusi:

Kumpulan soal-soal level seleksi provinsi: solusi: Kumpulan soal-soal level selesi provinsi: 1. Sebuah bola A berjari-jari r menggelinding tanpa slip e bawah dari punca sebuah bola B berjarijari R. Anggap bola bawah tida bergera sama seali. Hitung ecepatan

Lebih terperinci

INTEGRAL NUMERIK KUADRATUR ADAPTIF DENGAN KAIDAH SIMPSON. Makalah. Disusun guna memenuhi tugas Mata Kuliah Metode Numerik. yang dibimbing oleh

INTEGRAL NUMERIK KUADRATUR ADAPTIF DENGAN KAIDAH SIMPSON. Makalah. Disusun guna memenuhi tugas Mata Kuliah Metode Numerik. yang dibimbing oleh INTEGRAL NUMERIK KUADRATUR ADAPTIF DENGAN KAIDAH SIMPSON Maalah Disusun guna memenuhi tugas Mata Kuliah Metode Numeri yang dibimbing oleh Dr. Nur Shofianah Disusun oleh: M. Adib Jauhari Dwi Putra 146090400111001

Lebih terperinci

Kumpulan soal-soal level seleksi Kabupaten: Solusi: a a k

Kumpulan soal-soal level seleksi Kabupaten: Solusi: a a k Kumpulan soal-soal level selesi Kabupaten: 1. Sebuah heliopter berusaha menolong seorang orban banjir. Dari suatu etinggian L, heliopter ini menurunan tangga tali bagi sang orban banjir. Karena etautan,

Lebih terperinci

GENERALISASI METODE TALI BUSUR UNTUK MENYELESAIKAN PERSAMAAN TAK LINEAR SUNARSIH

GENERALISASI METODE TALI BUSUR UNTUK MENYELESAIKAN PERSAMAAN TAK LINEAR SUNARSIH GENERALISASI METODE TALI BUSUR UNTUK MENYELESAIKAN PERSAMAAN TAK LINEAR SUNARSIH DEPARTEMEN MATEMATIKA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2011 ABSTRACT SUNARSIH.

Lebih terperinci

MENENTUKAN TURUNAN DAN SIFAT-SIFAT TURUNAN DARI FUNGSI 1/f(x) DAN h(x)/f(x) ABSTRACT

MENENTUKAN TURUNAN DAN SIFAT-SIFAT TURUNAN DARI FUNGSI 1/f(x) DAN h(x)/f(x) ABSTRACT MENENTUKAN TURUNAN DAN SIFAT-SIFAT TURUNAN DARI FUNGSI 1/(x DAN h(x/(x Yuliana Saitri 1, Sri Gemawati 2, Musraini 2 1 Mahasiswa Program Studi S1 Matematia 2 Dosen Jurusan Matematia Faultas Matematia dan

Lebih terperinci

MATEMATIKA TURUNAN FUNGSI

MATEMATIKA TURUNAN FUNGSI MATEMATIKA TURUNAN FUNGSI lim h 0 f ( x h) f( x) h KELAS : XI MIA SEMESTER : (DUA) SMA Santa Angela Bandung Tahun Pelajaran 06-07 XI MIA Semester Tahun Pelajaran 06 07 PENGANTAR : TURUNAN FUNGSI Modul

Lebih terperinci

MAT. 12. Barisan dan Deret

MAT. 12. Barisan dan Deret MAT.. Barisan dan Deret i Kode MAT. Barisan dan Deret U, U, U3,..., Un,... Un a + (n-)b U + U +..., Un +... n?? Sn? BAGIAN PROYEK PENGEMBANGAN KURIKULUM DIREKTORAT PENDIDIKAN MENENGAH KEJURUAN DIREKTORAT

Lebih terperinci

Penerapan Turunan MAT 4 D. PERSAMAAN GARIS SINGGUNG KURVA A. PENDAHULUAN B. DALIL L HÔPITAL C. PERSAMAAN PADA KINEMATIKA GERAK TURUNAN. materi78.co.

Penerapan Turunan MAT 4 D. PERSAMAAN GARIS SINGGUNG KURVA A. PENDAHULUAN B. DALIL L HÔPITAL C. PERSAMAAN PADA KINEMATIKA GERAK TURUNAN. materi78.co. Penerapan Turunan A. PENDAHULUAN Turunan dapat digunakan untuk: 1) Perhitungan nilai limit dengan dalil l Hôpital 2) Menentukan persamaan fungsi kecepatan dan percepatan dari persamaan fungsi posisi )

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Tinjauan Pustaa Untu menacapai tujuan penulisan sripsi, diperluan beberapa pengertian dan teori yang relevan dengan pembahasan. Karena itu, dalam subbab ini aan diberian beberapa

Lebih terperinci

Turunan Fungsi. h asalkan limit ini ada.

Turunan Fungsi. h asalkan limit ini ada. Turunan Fungsi q Definisi Turunan Fungsi Misalkan fungsi f terdefinisi pada selang terbuka I yang memuat a. Turunan pertama fungsi f di =a ditulis f (a) didefinisikan dengan f ( a h) f ( a) f '( a) lim

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Teori graf merupakan salah satu bagian ilmu dari matematika dan merupakan

I. PENDAHULUAN. Teori graf merupakan salah satu bagian ilmu dari matematika dan merupakan I. PENDAHULUAN. Latar Belaang Teori graf merupaan salah satu bagian ilmu dari matematia dan merupaan poo bahasan yang relatif muda jia dibandingan dengan cabang ilmu matematia yang lain seperti aljabar

Lebih terperinci

BAB III DESAIN DAN APLIKASI METODE FILTERING DALAM SISTEM MULTI RADAR TRACKING

BAB III DESAIN DAN APLIKASI METODE FILTERING DALAM SISTEM MULTI RADAR TRACKING Bab III Desain Dan Apliasi Metode Filtering Dalam Sistem Multi Radar Tracing BAB III DESAIN DAN APLIKASI METODE FILTERING DALAM SISTEM MULTI RADAR TRACKING Bagian pertama dari bab ini aan memberian pemaparan

Lebih terperinci

Catatan Kuliah MA1123 Kalkulus Elementer I

Catatan Kuliah MA1123 Kalkulus Elementer I Catatan Kuliah MA1123 Kalkulus Elementer I Oleh Hendra Gunawan, Ph.D. Departemen Matematika ITB Sasaran Belajar Setelah mempelajari materi Kalkulus Elementer I, mahasiswa diharapkan memiliki (terutama):

Lebih terperinci

Ringkasan Materi Kuliah Bab II FUNGSI

Ringkasan Materi Kuliah Bab II FUNGSI Ringkasan Materi Kuliah Bab II FUNGSI. FUNGSI REAL, FUNGSI ALJABAR, DAN FUNGSI TRIGONOMETRI. TOPIK-TOPIK YANG BERKAITAN DENGAN FUNGSI.3 FUNGSI KOMPOSISI DAN FUNGSI INVERS. FUNGSI REAL, FUNGSI ALJABAR,

Lebih terperinci

BAB III METODE SCHNABEL

BAB III METODE SCHNABEL BAB III METODE SCHNABEL Uuran populasi tertutup dapat diperiraan dengan teni Capture Mar Release Recapture (CMRR) yaitu menangap dan menandai individu yang diambil pada pengambilan sampel pertama, melepasan

Lebih terperinci

TURUNAN FUNGSI. dy (y atau f (x) atau ) dx. Hal-hal yang perlu diingat untuk menyelesaikan turunan fungsi aljabar adalah :

TURUNAN FUNGSI. dy (y atau f (x) atau ) dx. Hal-hal yang perlu diingat untuk menyelesaikan turunan fungsi aljabar adalah : TURUNAN FUNGSI dy (y atau f () atau ) d Hal-hal yang perlu diingat untuk menyelesaikan turunan fungsi aljabar adalah :. ( a + b) = ( a + ab + b ). ( a b) = ( a ab + b ) m n m n. a = a 4. a m = a m m m.

Lebih terperinci

Zulfaneti Yulia Haryono Rina F ebriana. Berbasis Penemuan Terbimbing = = D(sec x)= sec x tan x, ( + ) ( ) ( )=

Zulfaneti Yulia Haryono Rina F ebriana. Berbasis Penemuan Terbimbing = = D(sec x)= sec x tan x, ( + ) ( ) ( )= Zulfaneti Yulia Haryono Rina F ebriana Berbasis Penemuan Terbimbing = = D(sec x)= sec x tan x, ()= (+) () Penyusun Zulfaneti Yulia Haryono Rina Febriana Nama NIm : : Untuk ilmu yang bermanfaat Untuk Harapan

Lebih terperinci

TRY OUT UJIAN NASIONAL

TRY OUT UJIAN NASIONAL PEMERINTAH PROVINSI DAERAH KHUSUS IBUKOTA JAKARTA DINAS PENDIDIKAN MENENGAH DAN TINGGI SMA 7 JAKARTA JALAN DHARMA PUTRA XI KEBAYORAN LAMA SELATAN KEBAYORAN LAMA JAKARTA SELATAN TELEPON 76077FAKSIMILI 76077

Lebih terperinci

BAB III DIMENSI PARTISI GRAF KIPAS DAN GRAF KINCIR

BAB III DIMENSI PARTISI GRAF KIPAS DAN GRAF KINCIR BAB III DIMENSI PARTISI GRAF KIPAS DAN GRAF KINCIR 3. Dimensi Partisi Graf Kipas (F n ) Berdasaran Proposisi dan Proposisi, semua graf G selain graf P n dan K n memilii 3 pd(g) n -. Lebih husus, graf Kipas

Lebih terperinci

Gambar 1. Gradien garis singgung grafik f

Gambar 1. Gradien garis singgung grafik f D. URAIAN MATERI 1. Definisi dan Rumus-rumus Turunan Fungsi a. Definisi Turunan Sala satu masala yang mendasari munculnya kajian tentang turunan adala gradien garis singgung. Peratikan Gambar 1. f(c +

Lebih terperinci

SUATU KLAS BILANGAN BULAT DAN PERANNYA DALAM MENGKONSTRUKSI BILANGAN PRIMA

SUATU KLAS BILANGAN BULAT DAN PERANNYA DALAM MENGKONSTRUKSI BILANGAN PRIMA SUATU KLAS BILANGAN BULAT DAN PERANNYA DALAM MENGKONSTRUKSI BILANGAN PRIMA I Nengah Suparta dan I. B. Wiasa Jurusan Pendidian MatematiaUniversitas Pendidian Ganesha E-mail: isuparta@yahoo.com ABSTRAK:

Lebih terperinci

( ) 2. Nilai x yang memenuhi log 9. Jadi 4x 12 = 3 atau x = 3,75

( ) 2. Nilai x yang memenuhi log 9. Jadi 4x 12 = 3 atau x = 3,75 Here is the Problem and the Answer. Diketahui premis premis berikut! a. Jika sebuah segitiga siku siku maka salah satu sudutnya 9 b. Jika salah satu sudutnya 9 maka berlaku teorema Phytagoras Ingkaran

Lebih terperinci

BAB IV APLIKASI PADA MATRIKS STOKASTIK

BAB IV APLIKASI PADA MATRIKS STOKASTIK BAB IV : ALIKASI ADA MARIKS SOKASIK 56 BAB IV ALIKASI ADA MARIKS SOKASIK Salah satu apliasi dari eori erron-frobenius yang paling terenal adalah penurunan secara alabar untu beberapa sifat yang dimilii

Lebih terperinci

KALKULUS INTEGRAL 2013

KALKULUS INTEGRAL 2013 KALKULUS INTEGRAL 0 PENDAHULUAN A. DESKRIPSI MATA KULIAH Isi pokok mata kuliah ini memuat pemahaman tentang: () Anti turunan: pengertian anti turunan, teorema-teorema, dan teknik anti turunan, () Integral

Lebih terperinci

MATEMATIKA TURUNAN FUNGSI

MATEMATIKA TURUNAN FUNGSI MATEMATIKA TURUNAN FUNGSI lim h 0 f ( x h) f( x) h KELAS : XII IIS SEMESTER GANJIL SMA Santa Angela Bandung Tahun Pelajaran 017/018 XII IIS Semester 1 Tahun Pelajaran 017/018 PENGANTAR : TURUNAN FUNGSI

Lebih terperinci

TURUNAN FUNGSI KELAS : XI IPS

TURUNAN FUNGSI KELAS : XI IPS MATEMATIKA MODUL 4 TURUNAN FUNGSI KELAS : XI IPS SEMESTER : (DUA) MAYA KURNIAWATI SMA N SUMBER PENGANTAR : TURUNAN FUNGSI Modul ini kami susun sebagai salah satu sumber belajar untuk siswa agar dapat dipelajari

Lebih terperinci

Fungsi F disebut anti turunan (integral tak tentu) dari fungsi f pada himpunan D jika. F (x) = f(x) dx dan f (x) dinamakan integran.

Fungsi F disebut anti turunan (integral tak tentu) dari fungsi f pada himpunan D jika. F (x) = f(x) dx dan f (x) dinamakan integran. 4 INTEGRAL Definisi 4. Fungsi F disebut anti turunan (integral tak tentu) dari fungsi f pada himpunan D jika untuk setiap D. F () f() Fungsi integral tak tentu f dinotasikan dengan f ( ) d dan f () dinamakan

Lebih terperinci

BAB I SISTEM BILANGAN REAL

BAB I SISTEM BILANGAN REAL BAB I SISTEM BILANGAN REAL A. Sistem Bilangan Real Sistem bilangan real sangat erat kaitannya dengan kalkulus. Sebagian dari kalkulus berdasar pada sifat-sifat sistem bilangan real, sehingga sistem bilangan

Lebih terperinci

Penggunaan Induksi Matematika untuk Mengubah Deterministic Finite Automata Menjadi Ekspresi Reguler

Penggunaan Induksi Matematika untuk Mengubah Deterministic Finite Automata Menjadi Ekspresi Reguler Penggunaan Indusi Matematia untu Mengubah Deterministic Finite Automata Menjadi Espresi Reguler Husni Munaya - 353022 Program Studi Teni Informatia Seolah Teni Eletro dan Informatia Institut Tenologi Bandung,

Lebih terperinci

Kelompok Mata Kuliah : MKU Program Studi/Program : Teknik Tenaga Elektrik/S1 Status Mata Kuliah : Wajib Prasyarat : - : Aip Saripudin, M.T.

Kelompok Mata Kuliah : MKU Program Studi/Program : Teknik Tenaga Elektrik/S1 Status Mata Kuliah : Wajib Prasyarat : - : Aip Saripudin, M.T. DESKRIPSI MATA KULIAH TK-... Matematika Dasar: S1, 3 SKS, Semester I Mata kuliah ini merupakan kuliah dasar. Selesai mengikuti perkuliahan ini mahasiswa diharapkan mampu memahami konsep-konsep matematika

Lebih terperinci

Aplikasi diagonalisasi matriks pada rantai Markov

Aplikasi diagonalisasi matriks pada rantai Markov J. Sains Dasar 2014 3(1) 20-24 Apliasi diagonalisasi matris pada rantai Marov (Application of matrix diagonalization on Marov chain) Bidayatul hidayah, Rahayu Budhiyati V., dan Putriaji Hendiawati Jurusan

Lebih terperinci

DEFFERNSIAL atau TURUNAN FUNGSI ALJABAR

DEFFERNSIAL atau TURUNAN FUNGSI ALJABAR DEFFERNSIAL atau TURUNAN FUNGSI ALJABAR A. Pengertian Turunan dari fungsi y f () Laju rata-rata perubahan fungsi dalam interval antara a dan a h adalah : y f( a h) f( a) f ( a h) f( a) = = (dengan syarat

Lebih terperinci

LEMBAR KERJA SISWA 1. : Menggunakan Konsep Limit Fungsi Dan Turunan Dalam Pemecahan Masalah

LEMBAR KERJA SISWA 1. : Menggunakan Konsep Limit Fungsi Dan Turunan Dalam Pemecahan Masalah BAB V T U R U N A N 1. Menentukan Laju Perubaan Nilai Fungsi. Menggunakan Aturan Turunan Fungsi Aljabar 3. Menggunakan Rumus Turunan Fungsi Aljabar 4. Menentukan Persamaan Garis Singgung Kurva 5. Fungsi

Lebih terperinci

Bahan Minggu II, III dan IV Tema : Kerangka acuan inersial dan Transformasi Lorentz Materi :

Bahan Minggu II, III dan IV Tema : Kerangka acuan inersial dan Transformasi Lorentz Materi : Bahan Minggu II, III dan IV Tema : Keranga auan inersial dan Transformasi Lorent Materi : Terdaat dua endeatan ang digunaan untu menelusuri aedah transformasi antara besaran besaran fisis (transformasi

Lebih terperinci

VARIASI NILAI BATAS AWAL PADA HASIL ITERASI PERPINDAHAN PANAS METODE GAUSS-SEIDEL

VARIASI NILAI BATAS AWAL PADA HASIL ITERASI PERPINDAHAN PANAS METODE GAUSS-SEIDEL SEMINAR NASIONAL PENDIDIKAN SAINS Peningatan Kualitas Pembelajaran Sains dan Kompetensi Guru melalui Penelitian & Pengembangan dalam Menghadapi Tantangan Abad-1 Suraarta, Otober 016 VARIASI NILAI BATAS

Lebih terperinci

2.1 Bilangan prima dan faktorisasi prima

2.1 Bilangan prima dan faktorisasi prima BAB 2 BILANGAN PRIMA 2.1 Bilangan prima dan fatorisasi prima Definisi 2.1.1. Bilangan bulat p > 1 diataan prima jia ia hanya mempunyai pembagi p dan 1. Dengan ata lain bilangan prima tida mempunyai pembagi

Lebih terperinci

FUNGSI LOGARITMA ASLI

FUNGSI LOGARITMA ASLI FUNGSI LOGARITMA ASLI............ Definisi Fungsi logaritma asli, dinyatakan oleh ln, didefinisikan sebagai ln (Daerah asalnya adalah., 0 Turunan Logaritma Asli ln, 0 Lebih umumnya, Jika 0 dan f terdifferensialkan,

Lebih terperinci

APLIKASI TURUNAN ALJABAR. Tujuan Pembelajaran. ) kemudian menyentuh bukit kedua pada titik B(x 2

APLIKASI TURUNAN ALJABAR. Tujuan Pembelajaran. ) kemudian menyentuh bukit kedua pada titik B(x 2 Kurikulum 3/6 matematika K e l a s XI APLIKASI TURUNAN ALJABAR Tujuan Pembelajaran Setelah mempelajari materi ini, kamu diharapkan memiliki kemampuan berikut.. Dapat menerapkan aturan turunan aljabar untuk

Lebih terperinci

PELABELAN FUZZY PADA GRAF. Siti Rahmah Nurshiami, Suroto, dan Fajar Hoeruddin Universitas Jenderal Soedirman.

PELABELAN FUZZY PADA GRAF. Siti Rahmah Nurshiami, Suroto, dan Fajar Hoeruddin Universitas Jenderal Soedirman. JMP : Volume 6 Nomor, Juni 04, hal. - PELABELAN FUZZY PADA GRAF Siti Rahmah Nurshiami, Suroto, dan Fajar Hoeruddin Universitas Jenderal Soedirman email : oeytea0@gmail.com ABSTRACT. This paper discusses

Lebih terperinci

Tanggapan Waktu Alih Orde Tinggi

Tanggapan Waktu Alih Orde Tinggi Tanggapan Watu Alih Orde Tinggi Sistem Orde-3 : C(s) R(s) ω P ( < ζ (s + ζω s + ω )(s + p) Respons unit stepnya: c(t) βζ n n < n ζωn t e ( β ) + βζ [ ζ + { βζ ( β ) cos ( β ) + ] sin ζ ) ζ ζ ω ω n n t

Lebih terperinci

BAB 3 PATTERN MATCHING BERBASIS JARAK EUCLID, PATTERN MATCHING BERBASIS JARAK MAHALANOBIS, DAN JARINGAN SYARAF TIRUAN BERBASIS PROPAGASI BALIK

BAB 3 PATTERN MATCHING BERBASIS JARAK EUCLID, PATTERN MATCHING BERBASIS JARAK MAHALANOBIS, DAN JARINGAN SYARAF TIRUAN BERBASIS PROPAGASI BALIK BAB 3 PATTERN MATCHING BERBASIS JARAK EUCLID, PATTERN MATCHING BERBASIS JARAK MAHALANOBIS, DAN JARINGAN SYARAF TIRUAN BERBASIS PROPAGASI BALIK Proses pengenalan dilauan dengan beberapa metode. Pertama

Lebih terperinci

Turunan Fungsi dan Aplikasinya

Turunan Fungsi dan Aplikasinya Bab 8 Sumber: www.duniacyber.com Turunan Fungsi dan Aplikasinya Setelah mempelajari bab ini, Anda harus mampu menggunakan konsep, sifat, dan aturan dalam perhitungan turunan fungsi; menggunakan turunan

Lebih terperinci

5. Aplikasi Turunan MA1114 KALKULUS I 1

5. Aplikasi Turunan MA1114 KALKULUS I 1 5. Aplikasi Turunan MA4 KALKULUS I 5. Menggambar grafik fungsi Informasi yang dibutuhkan: A. Titik potong dengan sumbu dan sumbu y B. Asimtot fungsi C. Kemonotonan Fungsi D. Ekstrim Fungsi E. Kecekungan

Lebih terperinci

TURUNAN. Bogor, Departemen Matematika FMIPA-IPB. (Departemen Matematika FMIPA-IPB) Kalkulus: Turunan Bogor, / 50

TURUNAN. Bogor, Departemen Matematika FMIPA-IPB. (Departemen Matematika FMIPA-IPB) Kalkulus: Turunan Bogor, / 50 TURUNAN Departemen Matematika FMIPA-IPB Bogor, 2012 (Departemen Matematika FMIPA-IPB) Kalkulus: Turunan Bogor, 2012 1 / 50 Topik Bahasan 1 Pendahuluan 2 Turunan Fungsi 3 Tafsiran Lain Turunan 4 Kaitan

Lebih terperinci

MASALAH VEKTOR EIGEN MATRIKS INVERS MONGE DI ALJABAR MAX-PLUS

MASALAH VEKTOR EIGEN MATRIKS INVERS MONGE DI ALJABAR MAX-PLUS Seminar Sains Penidi Sains VI UKSW Salatiga Juni 0 MSLH VEKTOR EIGEN MTRIKS INVERS MONGE DI LJBR MX-PLUS Farida Suwaibah Subiono Mahmud Yunus Jurusan Matematia FMIP Institut Tenologi Sepuluh Nopember Surabaya

Lebih terperinci

MAT 602 DASAR MATEMATIKA II

MAT 602 DASAR MATEMATIKA II MAT 60 DASAR MATEMATIKA II Disusun Oleh: Dr. St. Budi Waluya, M. Sc Jurusan Pendidikan Matematika Program Pascasarjana Unnes 1 HIMPUNAN 1. Notasi Himpunan. Relasi Himpunan 3. Operasi Himpunan A B : A B

Lebih terperinci

Bagian 2 Matriks dan Determinan

Bagian 2 Matriks dan Determinan Bagian Matriks dan Determinan Materi mengenai fungsi, limit, dan kontinuitas akan kita pelajari dalam Bagian Fungsi dan Limit. Pada bagian Fungsi akan mempelajari tentang jenis-jenis fungsi dalam matematika

Lebih terperinci

Kelompok Mata Kuliah : MKU Program Studi/Program : Pendidikan Teknik Elektro/S1 Status Mata Kuliah : Wajib Prasyarat : - : Aip Saripudin, M.T.

Kelompok Mata Kuliah : MKU Program Studi/Program : Pendidikan Teknik Elektro/S1 Status Mata Kuliah : Wajib Prasyarat : - : Aip Saripudin, M.T. DESKRIPSI MATA KULIAH TK-301 Matematika: S1, 3 SKS, Semester I Mata kuliah ini merupakan kuliah dasar. Selesai mengikuti perkuliahan ini mahasiswa diharapkan mampu memahami konsep-konsep matematika dan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Latar Belakang Historis Fondasi dari integral pertama kali dideklarasikan oleh Cavalieri, seorang ahli matematika berkebangsaan Italia pada tahun 1635. Cavalieri menemukan bahwa

Lebih terperinci

PENERAPAN TURUNAN MAT 4 D. PERSAMAAN GARIS SINGGUNG KURVA A. PENDAHULUAN B. DALIL L HÔPITAL C. PERSAMAAN PADA KINEMATIKA GERAK TURUNAN. MATERI78.

PENERAPAN TURUNAN MAT 4 D. PERSAMAAN GARIS SINGGUNG KURVA A. PENDAHULUAN B. DALIL L HÔPITAL C. PERSAMAAN PADA KINEMATIKA GERAK TURUNAN. MATERI78. PENERAPAN TURUNAN MAT 4 D. PERSAMAAN GARIS SINGGUNG KURVA A. PENDAHULUAN B. DALIL L HÔPITAL C. PERSAMAAN PADA KINEMATIKA GERAK TURUNAN. MATERI78.CO MAT 4 materi78.co.nr Penerapan Turunan A. PENDAHULUAN

Lebih terperinci

SILABUS PENGALAMAN BELAJAR ALOKASI WAKTU

SILABUS PENGALAMAN BELAJAR ALOKASI WAKTU SILABUS Mata Pelajaran : Matematika Satuan Pendidikan : SMA Ungguan BPPT Darus Sholah Jember kelas : XII IPA Semester : Ganjil Jumlah Pertemuan : 44 x 35 menit (22 pertemuan) STANDAR 1. Menggunakan konsep

Lebih terperinci

BAB II PENGANTAR SOLUSI PERSOALAN FISIKA MENURUT PENDEKATAN ANALITIK DAN NUMERIK

BAB II PENGANTAR SOLUSI PERSOALAN FISIKA MENURUT PENDEKATAN ANALITIK DAN NUMERIK BAB II PENGANTAR SOLUSI PERSOALAN FISIKA MENURUT PENDEKATAN ANALITIK DAN NUMERIK Tujuan Instruksional Setelah mempelajari bab ini pembaca diharapkan dapat: 1. Menjelaskan cara penyelesaian soal dengan

Lebih terperinci

KALKULUS BAB II FUNGSI, LIMIT, DAN KEKONTINUAN. DEPARTEMEN TEKNIK KIMIA Universitas Indonesia

KALKULUS BAB II FUNGSI, LIMIT, DAN KEKONTINUAN. DEPARTEMEN TEKNIK KIMIA Universitas Indonesia KALKULUS BAB II FUNGSI, LIMIT, DAN KEKONTINUAN DEPARTEMEN TEKNIK KIMIA Universitas Indonesia BAB II. FUNGSI, LIMIT, DAN KEKONTINUAN Fungsi dan Operasi pada Fungsi Beberapa Fungsi Khusus Limit dan Limit

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belaang Model Loglinier adalah salah satu asus husus dari general linier model untu data yang berdistribusi poisson. Model loglinier juga disebut sebagai suatu model statisti

Lebih terperinci

INTISARI KALKULUS 2. Penyusun: Drs. Warsoma Djohan M.Si. Open Source. Not For Commercial Use

INTISARI KALKULUS 2. Penyusun: Drs. Warsoma Djohan M.Si. Open Source. Not For Commercial Use INTISARI KALKULUS 2 Penyusun: Drs. Warsoma Djohan M.Si. Program Studi Matematika - FMIPA Institut Teknologi Bandung Januari 200 Pengantar Kalkulus & 2 merupakan matakuliah wajib tingkat pertama bagi semua

Lebih terperinci

SOLUSI BAGIAN PERTAMA

SOLUSI BAGIAN PERTAMA SOLUSI BAGIAN PERTAMA 1. 13.. 931 3. 4 9 4. 63 5. 3 13 13 6. 3996 7. 1 03 8. 3 + 9 9. 3 10. 4 11. 6 1. 9 13. 31 14. 383 8 15. 1764 16. 5 17. + 7 18. 51 19. 8 0. 360 1 SOLUSI BAGIAN PERTAMA Soal 1. Misalan

Lebih terperinci

KALKULUS 1 HADI SUTRISNO. Pendidikan Matematika STKIP PGRI Bangkalan. Hadi Sutrisno/P.Matematika/STKIP PGRI Bangkalan

KALKULUS 1 HADI SUTRISNO. Pendidikan Matematika STKIP PGRI Bangkalan. Hadi Sutrisno/P.Matematika/STKIP PGRI Bangkalan KALKULUS 1 HADI SUTRISNO 1 Pendidikan Matematika STKIP PGRI Bangkalan BAB I PENDAHULUAN A. Sistem Bilangan Real Untuk mempelajari kalkulus kita terlebih dahulu perlu memahami bahasan tentang sistem bilangan

Lebih terperinci

MATEMATIKA DASAR TAHUN 1987

MATEMATIKA DASAR TAHUN 1987 MATEMATIKA DASAR TAHUN 987 MD-87-0 Garis singgung pada kurva y di titik potong nya dengan sumbu yang absisnya positif mempunyai gradien 0 MD-87-0 Titik potong garis y + dengan parabola y + ialah P (5,

Lebih terperinci

Variasi Spline Kubik untuk Animasi Model Wajah 3D

Variasi Spline Kubik untuk Animasi Model Wajah 3D Variasi Spline Kubi untu Animasi Model Wajah 3D Rachmansyah Budi Setiawan (13507014 1 Program Studi Teni Informatia Seolah Teni Eletro dan Informatia Institut Tenologi Bandung, Jl. Ganesha 10 Bandung 40132,

Lebih terperinci

digunakan untuk menyelesaikan integral seperti 3

digunakan untuk menyelesaikan integral seperti 3 Bab Teknik Pengintegralan BAB TEKNIK PENGINTEGRALAN Rumus-rumus dasar integral tak tertentu yang diberikan pada bab hanya dapat digunakan untuk mengevaluasi integral dari fungsi sederhana dan tidak dapat

Lebih terperinci

4.1 Konsep Turunan. lim Turunan di satu titik. Pendahuluan ( dua masalah dalam satu tema ) a. Garis Singgung Kemiringan tali busur PQ adalah :

4.1 Konsep Turunan. lim Turunan di satu titik. Pendahuluan ( dua masalah dalam satu tema ) a. Garis Singgung Kemiringan tali busur PQ adalah : 4. TURUNAN 4. Konsep Turunan 4.. Turunan di satu titik Pendahuluan dua masalah dalam satu tema a. Garis Singgung Kemiringan tali busur PQ adalah : m PQ c c Q -c Jika c, maka tali busur PQ akan berubah

Lebih terperinci

RINGKASAN SKRIPSI MODUL PERKALIAN

RINGKASAN SKRIPSI MODUL PERKALIAN RINGKASAN SKRIPSI MODUL PERKALIAN SAMSUL ARIFIN 04/177414/PA/09899 DEPARTEMEN PENDIDIKAN NASIONAL UNIVERSITAS GADJAH MADA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM YOGYAKARTA 2008 HALAMAN PENGESAHAN

Lebih terperinci

3.1 TEOREMA DASAR ARITMATIKA

3.1 TEOREMA DASAR ARITMATIKA 3. TEOREMA DASAR ARITMATIKA Definisi 3. Suatu bilangan bulat > disebut (bilangan) rima, jia embagi ositif bilangan tersebut hanya dan. Jia bilangan bulat lebih dari satu buan bilangan rima disebut (bilangan)

Lebih terperinci

Penggunaan Metode Bagi Dua Terboboti untuk Mencari Akar-akar Suatu Persamaan

Penggunaan Metode Bagi Dua Terboboti untuk Mencari Akar-akar Suatu Persamaan Jurnal Penelitian Sains Volume 16 Nomor 1(A) Januari 013 Penggunaan Metode Bagi Dua Terboboti untu Menari Aar-aar Suatu Persamaan Evi Yuliza Jurusan Matematia, FMIPA, Universitas Sriwijaya, Indonesia Intisari:

Lebih terperinci

Aturan dasar pengintegralan Integral fungsi rasional Integral parsial Integral trigonometri Substitusi yang merasionalkan Strategi pengintegralan

Aturan dasar pengintegralan Integral fungsi rasional Integral parsial Integral trigonometri Substitusi yang merasionalkan Strategi pengintegralan Aturan dasar pengintegralan Integral fungsi rasional Integral parsial Integral trigonometri Substitusi yang merasionalkan Strategi pengintegralan Kemampuan yang diinginkan: kejelian melihat bentuk soal

Lebih terperinci

RPS MATA KULIAH KALKULUS 1B

RPS MATA KULIAH KALKULUS 1B RPS MATA KULIAH KALKULUS 1B CAPAIAN PEMBELAJARAN MATA KULIAH: 1. Mempunyai pengetahuan dibidang matematika, statistika, komputasi (algoritma), dan pengetahuan dasar dalam menyelesaikan permasalahan dibidang

Lebih terperinci

FUNGSI LOGARITMA ASLI

FUNGSI LOGARITMA ASLI D.. = D.. = D.. = = 0 D.. = D.. = D.. = 3 FUNGSI LOGARITMA ASLI Definisi Fungsi logaritma asli, dinyatakan oleh ln, didefinisikan sebagai ln = (Daerah asalnya adalah R). t dt, > 0 Turunan Logaritma Asli

Lebih terperinci

PENYELESAIAN PERSAMAAN LOTKA-VOLTERRA DENGAN METODE TRANSFORMASI DIFERENSIAL SUTRIANI HIDRI

PENYELESAIAN PERSAMAAN LOTKA-VOLTERRA DENGAN METODE TRANSFORMASI DIFERENSIAL SUTRIANI HIDRI PENYELESAIAN PERSAMAAN LOTKA-VOLTERRA DENGAN METODE TRANSFORMASI DIFERENSIAL SUTRIANI HIDRI Jurusan Matematia, FMIPA, Universitas Negeri Maassar Email: nanni.cliq@gmail.com Abstra. Pada artiel ini dibahas

Lebih terperinci

INTEGRAL. disebut integral tak tentu dan f(x) disebut integran. = X n+1 + C, a = konstanta

INTEGRAL. disebut integral tak tentu dan f(x) disebut integran. = X n+1 + C, a = konstanta INTEGRAL Jika f(x) = F (x) adalah turunan pertama dari fungsi F(x) maka F(x) adalah antiturunan dari f(x)dan ditulis dengan F(x) = (dibaca integral f(x) terhadap x) = lambang integral, f(x) = integran.

Lebih terperinci

ISTIYANTO.COM. memenuhi persamaan itu adalah B. 4 4 C. 4 1 PERBANDINGAN KISI-KISI UN 2009 DAN 2010 SMA IPA

ISTIYANTO.COM. memenuhi persamaan itu adalah B. 4 4 C. 4 1 PERBANDINGAN KISI-KISI UN 2009 DAN 2010 SMA IPA PERBANDINGAN KISI-KISI UN 009 DAN 00 SMA IPA Materi Logika Matematika Kemampuan yang diuji UN 009 UN 00 Menentukan negasi pernyataan yang diperoleh dari penarikan kesimpulan Menentukan negasi pernyataan

Lebih terperinci

2. Untuk interval 0 < x < 360, nilai x yang nantinya akan memenuhi persamaan trigonometri cos x 2 sin x = 2 3 cos adalah

2. Untuk interval 0 < x < 360, nilai x yang nantinya akan memenuhi persamaan trigonometri cos x 2 sin x = 2 3 cos adalah Soal Babak Semifinal OMITS 007. Hubungan antara a dan b agar fungsi f x = a sin x + b cos x mempunyai nilai stasioner di x = π adalah a. a = b b. a = b d. a = b e. a = b a = b. Untuk interval 0 < x < 60,

Lebih terperinci

Universitas Indonusa Esa Unggul Fakultas Ilmu Komputer Teknik Informatika. Integral Lipat Dua

Universitas Indonusa Esa Unggul Fakultas Ilmu Komputer Teknik Informatika. Integral Lipat Dua Universitas Inonusa Esa Unggul Faultas Ilmu Komputer Teni Informatia Integral Lipat ua Integral Lipat ua Misalan z = f(,) terefinisi paa merupaan suatu persegi panjang tertutup, aitu : = {(, ) : a b, c

Lebih terperinci

Pembahasan Soal SIMAK UI 2012 SELEKSI MASUK UNIVERSITAS INDONESIA. Disertai TRIK SUPERKILAT dan LOGIKA PRAKTIS. Matematika IPA

Pembahasan Soal SIMAK UI 2012 SELEKSI MASUK UNIVERSITAS INDONESIA. Disertai TRIK SUPERKILAT dan LOGIKA PRAKTIS. Matematika IPA Pembahasan Soal SIMAK UI 0 SELEKSI MASUK UNIVERSITAS INDONESIA Disertai TRIK SUPERKILAT dan LOGIKA PRAKTIS Matematika IPA Disusun Oleh : Pak Anang Kumpulan SMART SOLUTION dan TRIK SUPERKILAT Pembahasan

Lebih terperinci