BAB 2 LANDASAN TEORI

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB 2 LANDASAN TEORI"

Transkripsi

1 BB LNDSN TEORI..Graf Teori Graf mulai dikeal pada saat seorag matematikawa bagsa Swiss, berama Leohard Euler, berhasil megugkapka Misteri Jembata Koigsberg pada tahu 736. Sebuah Graf G megadug himpua yaitu himpua V, yag elemeya disebut simpul atau erteks da himpua E yag merupaka pasaga tak terurut dari erteks-erteks yag disebut garis atau edge. Sehigga sebuah graf diotasika sebagai G ( V, E ). Dalam meggambarka sutu graf tidak ada ketetua khusus dalam peyaia graf secara geometri, seperti dimaa da bagaimaa meyaika simpul da ruas. Berikut cotoh peyaia Graf yag sama, tetapi disaika berbeda. Jika diketahui G ( V, E ) dimaa V = {, B, C, D } da E = {(,B),( B, C ), ( C, D), ( D, ), ( B, D ) }. D B D B D B C C C Gambar..graf Uiersitas Sumatera Utara

2 6.. Termiologi Dasar Defiisi. Graf berarah (directed graph) G terdiri dari suatu himpua V dari erteks-erteks da himpua E dari edge sedemikia rupa sehigga setiap rusuk e E meghubugka pasaga erteks terurut.jika terdapat sebuah edge tuggal yag meghubugka pasaga terurut (,w) dari erteks-erteks, dituliska e = (,w) yag meyataka sebuah edge dari ke w. Graf tak berarah (udirected graph) G terdiri dari dari suatu himpua V dari erteks-erteks da himpua E dari edge sedemikia rupa sehigga setiap edge e E dikaitka dega pasaga erteks tak berurut..jika terdapat sebuah edge tuggal yag meghubugka erteks da w, dituliska e = (,w) atau e = (w,) yag meyataka sebuah edge atara da da buka sebuah pasaga terurut. Gambar. merupaka cotoh graf berarah. Gambar..Graf berarah Edge yag haya berhubuga dega erteks yag sama (sebuah erteks) disebut dega Loop. Edge paralel yaitu ika terdapat edge-edge yag meghubugka simpul yag sama. Dua erteks dikataka berhubuga (adacet) Uiersitas Sumatera Utara

3 7 ika ada edge yag meghubugka keduaya. Verteks yag tidak memiliki edge yag berhubuga degaya disebut erteks terasig (isolated erteks). Sebuah graf dikataka multigraf bila graf tersebut megadug edge paralel atau loop. Sedagka graf yag tidak megadug edge paralel atau loop dikeal sebagai graf sederhaa, atau yag disebut graf. Dari gambar tersebut dapat dielaska bahwa Loop adalah e. Edge paralel adalah e5 da e6.verteks yag adacet adalah da B, da C, B da C,dll.Verteks terasig adalah E e e3 B D e e5 e6 e4 C E Gambar.3 Multigraf Uiersitas Sumatera Utara

4 8...Graf Bipartite Defiisi. Graf legkap dega erteks adalah graf sederhaa dega erteks (simbol k ),di maa setiap erteks berbeda dihubugka dega suatu edge. Teorema. Bayakya edge dalam suatu graf legkap dega erteks adalah ( ) buah. Bukti: Misalka G adalah sebuah graf legkap dega erteks,,,.mbil sembarag titik (sebut saa ).Oleh karea G merupaka graf legkap, maka dihubugka dega (-) erteks laiya (, 3,, ).Jadi, ada (-) buah edge. Selautya ambil sembarag erteks kedua (sebut saa ).Oleh karea G adalah graf legkap,maka uga dihubugka dega semua erteks sisaya (, 3,, ) sehigga ada (-) buah edge yag berhubuga dega.salah satu edge tersebut meghubugka dega.edge tersebut telah diperhitugka pada waktu meghitug bayakya edge yag berhubuga dega.jadi, ada (-) edge yag belum diperhitugka. Proses dilautka dega meghitug bayakya edge yag berhubuga dega 3, 4, da yag belum diperhitugka sebelumya.bayak edge yag Uiersitas Sumatera Utara

5 9 didapatka berturut-turut adalah (-3), (-4),, 3,,.Jadi secara keseluruha terdapat ( ) (-) + (-) = buah. Defiisi.3 Suatu graf G disebut bipartite (dwi pihak) apabila V (G) merupaka gabuga dari himpua tak kosog da da setiap garis dalam G meghubugka suatu titik dalam dega titik dalam. pabila dalam graf bipartite setiap erteks dalam berhubuga dega setiap erteks dalam, maka grafya disebut graf bipartite legkap(simbol k m, ). Gambar.4 Graf bipartite..3 Kompleme Graf Kompleme suatu graf G (simbol G ) dega erteks adalah suatu graf sederhaa dega a. Verteks-erteks (G ) sama dega erteks-erteks G. Jadi V( G ) = V(G) b. Edge G adalah kompleme erteks-erteks G terhadp graf legkapya ( K ). E( G) = E( K ) E( G) Uiersitas Sumatera Utara

6 0 Verteks-erteks yag dihubugka dega edge dalam G tidak terhubug dalam G.Sebalikya, erteks- erteks yag terhubug dalam G meadi tidak terhubug dalam G. Cotoh : Gambarlah G dari graf berikut ii. a b c d e Gambar.5.Graf G Pada gambar diatas erteks-erteks yag tidak dihubugka dega edge dalam G adalah edge dega titik uug {a,d},{a,e},{b,c},da {b,e}.sehigga G sbb: Uiersitas Sumatera Utara

7 a b c d e Gambar.6 Graf G..4.Graf Berlabel/Berbobot Graf berlabel/ berbobot adalah graf yag setiap ruasya mempuyai ilai/bobot berupa bilaga o egatif.dalam graf berbobot bisa dipakai graf berarah maupu graf tidak berarah. Cotoh : B 3 D F H 4 9 C 3 E 3 G Gambar.7.Graf Berbobot..5 Subgraf Defiisi.4 Misalka G (V,E) adalah suatu graf.graf G (V, E ) adalah Subgraf bila da haya bila: Uiersitas Sumatera Utara

8 a. ' V V b. ' E E c. Setiap edge dalam H memiliki erteks uug yag sama dega edge tersebut dalam G. pabila E megadug semua ruas di E yag kedua uugya di V, maka G adalah Subgraf yag dibetuk oleh V (Spaig Subgraph) Cotoh G e B e e e D e C G : G : B e B e e e e D G subgraf dari G D G spaig subgrapf dari Gambar.8 Subgraf Uiersitas Sumatera Utara

9 3..6 Litasa da Sirkuit Defiisi.5 Misalka 0 da adalah erteks-erteks dalam sebuah graf. Sebuah litasa dari 0 ke dega paag adalah sebuah barisa berselag selig dari + erteks da edge yag berawal dega erteks 0 da berakhir dega erteks, ( e,, e,,...,, e, ) 0, dega edge e iside pada erteks i dai utuk I =,,,. Teorema. Di dalam suatu graf (baik berarah maupu tidak berarah) dega erteks, ika ada suatu litasa dari erteks ke erteks, maka ada suatu litasa dega tidak lebih dari - rusuk dari erteks ke erteks. Bukti: Misalka ada suatu litasa dari ke. Misalka pula (,, i,, ) adalah barisa erteks yag ditemui litasa itu ketika ditelusuri dari da. Jika ada l buah edge dalam litasa itu, maka ada l + erteks di dalam barisa erteks tersebut. gar l lebih besar daripada -, harus ada erteks k yag mucul lebih dari sekali di dalam barisa itu. Dega kata lai, barisa erteks itu mempuyai betuk umum (,, k,..., k,..., ). Jika edge di dalam litasa yag membawa k kembali ke k itu dibuag, maka aka diperoleh suatu litasa dari ke yag memiliki lebih sedikit rusuk daripada umlah rusuk semula.rgumetasi dapat diulag sampai ada litasa dega - edge atau lebih sedikit lagi. Uiersitas Sumatera Utara

10 4 Defiisi.6 Sebuah graf dikataka tersambug (coected) ika diketahui sembarag erteks da w di G, maka terdapat sebuah litasa dari ke w. (a) (b) Gambar.9 Graf terhubug da Graf tidak terhubug Defiisi.7 Misalka 0 da adalah erteks-erteks dalam sebuah graf. Sebuah sirkuit dari 0 ke dega paag adalah sebuah barisa berselag selig dari + erteks da edge yag berawal dega erteks 0 da berakhir dega erteks,lalu kembali lagi ke 0 ( e,, e,,...,, e,, e, ) 0, 0 0 dega edge e iside pada erteks i da utuk I =,,,. i Litasa da Sirkuit Hamilto Litasa Hamilto (Sirkuit Hamilto) didefiisika sebagai suatu litasa (ragkaia) yag melalui setiap erteks tepat satu kali. Sir Wiliam Hamilto meciptaka permaia all aroud the world. Di dalam permaia ii pemai diharuska Uiersitas Sumatera Utara

11 5 mecari rute pada dodecahedro yag melalui setiap titik sudut sekali da haya sekali. Gambar.0 Dodecahedro Teorema.3 Misalka G sebuah graf liear dega erteks.jika umlah deraat semua pasaga erteks di dalam G lebih kecil atau sama dega -, maka ada litasa Hamilto di dalam G. Bukti: Pertama tama aka dituukka bahwa G sebuah graf terhubug.misalka G mempuyai dua atau lebih kompoe yag tidak terhubugka.misalka sebuah ertks di dalam satu kompoe yag mempuyai erteks da adalah sebuah erteks di dalam kompoe lai yag mempuyai erteks. Karea deraat tidak lebih besar dari - da deraat tidak lebih dari -, maka umlah deraatya Uiersitas Sumatera Utara

12 6 tidak lebih dari + -, yag masih lebih kecil dari -, da ii berarti sebuah kotradiksi. Sekarag aka dituukka bagaimaa litasa Hamilto dapat dibuat setahap demi setahap, mulai dega litasa yag terdiri dari satu rusuk.misalka ada litasa dega p- edge, p<, di dalam G yag bertemu dega barisa ertekserteks (,,..., p ).Jika atau p berdekata dega sebuah erteks yag tidak berada pada litasa ii, dega mudah litasa ii dapat diperluas agar mecakup erteks tadi sehigga memperoleh litasa dega p edge. Jika tidak demikia, berarti da p keduaya haya berdekata dega erteks erteks pada litasa. Dalam hal demikia, aka dituukka bahwa ada suatu ragkaia yag haya megadug erteks erteks,,..., p. Jika berdekata dega p, maka sirkuit (,..., p, ) sudah mecukupi., Lalu misalka haya berdekata dega,..., i, i i k, dega p. Jika p berdekata dega salah satu dari i, i, i, katakalah i k dega maka sebagaimaa dituukka dalam gambar, sirkuit (,, 3,...,, p, p,...,, ) megadug tepat erteks erteks,,..., p. Jika p tidak berdekata dega salah satu dari,, maka i i i p berdekata, k dega tidak lebih dari p k buah erteks.kibatya, umlah deraat da p tidak lebih dari -, suatu kotradiksi. Uiersitas Sumatera Utara

13 7 3 V- p Gambar. Litasa Kemudia ambil sebuah erteks x yag tidak berada dalam ragkaia ii.karea graf G terhubugka, berarti ada erteks k yag tidak berada pada ragkaia ii dega sebuah edge atara x da (,,..., p k utuk suatu erteks tertetu di dalam ), sebagaimaa dituukka dalam gambar. Sekarag telah diperoleh litasa (,,...,,,,...,,,,..., k ), yag megadug p edge, x, k k + p p sebagaimaa dituukka dalam gambar. x Vk- k V- p x Vk- k V- p Gambar. Litasa ( x, k, k +,...,, p, p,...,,,,..., k ) Uiersitas Sumatera Utara

14 8 Lagkah lagkah pembuata ii dapat diulagi sampai diperoleh sebuah litasa dega - edge...8 Matriks da Graf Utuk meyelesaika suatu permasalaha model graf dega batua komputer, maka graf tersebut disaika dalam betuk matriks. Jika adalah matriks m x, maka otasi matriksya dapat ditulis sbb: a a = am a a a m a a a m Defiisi.8 Suatu matriks berorde x disebut simetris ika Berikut adalah cotoh matriks simetris: T = ; 0 3 Defiisi.9 Traspos dari suatu matriks berorde m x adalah matriks B berorde m x yag didefiisika oleh: b i = a i Utuk =,,, da I =,,,m.traspos dari suatu matriks diyataka oleh T. Uiersitas Sumatera Utara

15 9 Cotoh: Jika = maka T = Matriks-matriks yag dapat meyaika model graf tersebut atara lai : Matriks Sekawa (Icidece) Matriks Kedampiga (dacecy) e5 V e4 V4 e8 V5 e e e6 e7 V e3 V3 Gambar.3.Graf Sebagai cotoh, utuk graf seperti di bawah ii Matriks dacecy V V V3 V4 V5 V 0 V V3 0 V4 0 0 V5 0 0 Uiersitas Sumatera Utara

16 30 Matriks Icidece : e e e3 e4 e5 e6 e7 e8 V V V V V Teorema.4 Jika adalah matriks kedampiga dari sebuah graf sederhaa, etri ke-i dari sama dega bayakya litasa dega paag utuk erteks, =,, Bukti Dega megguaka iduksi, pada kasus =, adalah. Etri ke-i adalah ika terdapat sebuah edge dari I ke, yag merupaka sebuah litasa dega paag, da 0 ika tidak terdapat edge. Sehigga teorema tersebut bear utuk kasus =.Lagkah dasar telah terbukti. sumsika bahwa teorema tersebut bear utuk, maka + = Sehigga etri ke-i dalam baris ke-i dari + diperoleh dega salig megalika usur usur pada dega usur usur pada kolom ke-k dari da meumlahkaya. Uiersitas Sumatera Utara

17 3 Kolom ke-k dari Baris ke-i dari ( s, s,..., s,..., s m t t t tm = s t + st s t smtm =etri ke-ik dalam + Meurut iduksi, s meyataka bayakya litasa dega paag dari I ke dalam graf G. Maka t dapat 0 atau. Jika t adalah 0, maka tidak terdapat edge dari ke k, sehigga terdapat s t = 0 litasa dega paag + dari i ke k, dimaa edge terakhirya adalah (,k). Jika t adalah, maka terdapat sebuah edge dari erteks ke erteks k (lihat gambar). Karea terdapat s litasa dega paag dari erteks i ke erteks, maka terdapat s t = s litasa dega paag + dari i ke k, yag edge terakhirya adalah (,k) (lihat gambar). i k Gambar.4 Litasa i ke k Uiersitas Sumatera Utara

18 3 Dega meumlahka semua, maka aka dihitug semua litasa dega paag + + dari I ke k.ehigga etri ke-i dalam meyataka bayakya litasa dega paag + dari i ke k sehigga lagkah iduktif terbukti. Meurut Prisip iduksi matematika, teorema tersebut berlaku...9 Graf Plaar Defiisi.0 Sebuah Graf adalah plaar ika graf tersebut dapat digambar dalam bidag datar dega rusuk-rusukya tidak bersilaga. Jika sebuah graf plaar tersambug digambar pada bidag datar, bidag tersebut dibagi meadi daerah-daerah berbatasa yag disebut muka (face). Sebuah muka ditadai dega siklus yag membetuk batasya.sebagai cotoh, dalam graf pada gambar, muka dibatasi oleh siklus (5,,3,4,5) da muka C dibatasi oleh siklus (,,5,).Muka luar D diaggap dibatasi oleh siklus (,,3,4,6,). D C 6 B Gambar.5.Graf Plaar Uiersitas Sumatera Utara

19 33 Graf pada gambar mempuyai f = 4 muka, e = 8 rusuk, da = 6 erteks.perhatika bahwa f, e, da memeuhi persamaa f = e + Persamaa Pada tahu 75, Euler telah membuktika bahwa persamaa berlaku utuk sembarag graf plaar tersambug.. Program Diamik Program diamik adalah salah satu metode yag diguaka utuk megoptimalka proses pegambila keputusa secara bertahap gada.pedekata program diamik didasarka pada prisip optimisasi Richard Bellma yag diyataka sebagai berikut (Siagia, P.,987): Suatu kebiaka optimal mempuyai sifat bahwa apapu keadaa da keputusa awal, keputusa berikutya harus membetuk suatu kebiaka optimal dega memperhatika keadaa dari hasil keputusa pertama. Hal ii berarti: ) Pegambil keputusa diperkeaka utuk megambil keputusa yag layak bagi tahap persoala yag tersisa, tapa melihat kembali keputusa pada tahap-tahap terdahulu. Uiersitas Sumatera Utara

20 34 ) Dalam ragkaia keputusa yag telah diambil, hasil dari masig-masig tahap tergatug pada hasil keputusa pada tahap sebelumya... Karakteristik Program Diamik ) Permasalahaya dapat dibagi meadi tahapa dega keputusa kebiaka pada tiap tahap ) Tiap tahap mempuyai seumlah kodisi terkait 3) Pegaruh keputusa kebiaka pada setiap tahapa adalah trasformasi kodisi saat ii kepada sebuah kodisi yag terkait dega awal dari tahapa berikutya 4) Prosedur peyelesaia diracag utuk medapatka kebiaka optimum utuk seluruh tahapa yaitu dega membuat kebiaka optimum utuk setiap tahap pada setiap kemugkia kodisi 5) Pada suatu kodisi, sebuah kebiaka optimum utuk tahapa selautya tidak terkait oleh kebiaka optimum dari tahapa sebelumya.jadi keputusa optimum yag diambil haya tergatug pada kodisi sekarag buka dari bagaimaa kita sampai pada kodisi sekarag. Iilah yag diamai prisip optimum dari Program Diamik. 6) Prosedur peyelesaia mulai dega medapatka solusi optimum utuk tahap terakhir. 7) daya hubuga rekursif yag megidetifikasika keputusa terbaik utuk setiap status pada tahap k memberika keputusa terbaik utuk setiap status pada tahap k +... Pedekata Program Diamik da pedekata yag diguaka pada program diamik yaitu Uiersitas Sumatera Utara

21 35 ) Program diamik mau (forward atau up dow). Misalka x, x,..., x meyataka peubah (ariable) keputusa yag harus dibuat masig masig utuk tahap,,,. Program diamis bergerak mulai dari tahap terus mau ke tahap, 3, da seterusya sampai tahap.rututa peubah keputusa adalah x,, x,... x. Tahap Tahap Tahap f s, ) f s, )... f s, x ) ( x ( x ( Gambar.6 Program Diamik Mau ) Program diamik mudur (backward atau bottom up).proram diamis ii merupaka kebalika dari program diamis mau.program diamis ii bergerak mulai dari tahap terus mudur ke tahap -, -, da seterusya sampai tahap.rututa peubah keputusa adalah x, x,..., x Tahap Tahap Tahap f s, x ) f s, ) f s, ) ( ( x Gambar.7 Program Diamik Mudur ( x Uiersitas Sumatera Utara

22 36..3 Peryataa Matematis Program Diamik Masalah pogram diamik dapat diyataka dalam betuk umum: Opt : f ( X ) = = r ( X ) dega batasa X = X = da X 0 ( =,,..., ) dimaa: f (X ) = arak total dari seluruh kegiata (tahap) X = kota yag dialokasika ke kegiata ke- r X ) = arak dari kegiata ke- ( X = kota yag tersedia. Dalam masalah umum diatas, arak optimum dari seluruh kegiata ditetuka oleh kota X yag tersedia da arak dari kegiata kegiata idiidual r X ). Oleh ( sebab itu, arak keseluruha dari µ dari kegiata dapat diyataka oleh suatu uruta, fugsi fugsi sebagai berikut : f =, X ) ( X ) opt F( X, X,..., X Kota total yag tersedia X harus dialokasika secara beruruta ke semua kegiatakegiata pada tahap-tahap yag berbeda, utuk mecapai hasil yag maksimum. Bila dialokasika seumlah X dari kota ke kegiata ke di maa 0 X X, aka didapatka arak f X ) dari kegiata tersebut. Masih dipuyai seumlah ( Uiersitas Sumatera Utara

23 37 ( X X ) kota yag tersedia utuk (-) kegiata. Bila arak total dari (-) kegiata ( dituukka oleh : f ( X X ) = r ( X ) X 0 = Jarak total dari µ kegiata dapat diyataka sebagai f ( X ) r ( X ) + f ( X X ) = Kuatitas kota optimal yag dialokasika ke kegiata, X, meetuka ilai ( X X ), da hal ii sebalikya aka meetuka ilai maksimum persamaa arak total.oleh sebab itu, masalah program diamik dapat diyataka dalam betuk fugsi umum sebagai f ( X ) = opt{ r ( X ) + f ( X X )} =,3,... Persamaa ii disebut sebagai recursie equatio atau recurrece relatios..4 Formulasi Program Diamik Utuk Persoala TSP Misalka G = (V, E) adalah graf legkap berarah dega sisi-sisi yag diberi harga c i > 0 utuk setiap i da adalah simpul-simpul di dalam V. Misalka V = Uiersitas Sumatera Utara

24 38 da >. Setiap simpul diberi omor,,,.sumsika peralaa (tur) dimulai da berakhir pada simpul. Setiap tur pasti terdiri dari sisi (, k) utuk beberapa k V {} da sebuah litasa dari simpul k ke simpul. Litasa dari simpul k ke simpul tersebut melalui setiap simpul di dalam V {, k} tepat haya sekali. Prisip Optimalitas: ika tur tersebut optimal maka litasa dari simpul k ke simpul uga meadi litasa k ke terpedek yag melalui simpulsimpul di dalam V {, k}. Misalka f(i, S) adalah bobot litasa terpedek yag berawal pada simpul i, yag melalui semua simpul di dalam S da berakhir pada simpul. Nilai f(, V {}) adalah bobot tur terpedek. Berdasarka prisip optimalitas tersebut, diperoleh hubuga rekursif sebagai berikut: f (, V {}) = mi{ c k k + f ( k, V {, k})} () Dega merampatka persamaa (), diperoleh f i = c, i (basis) (, ) i, f ( i, S) = mi{ c + f (, S { })} S i (rekures) () Persamaa () dapat dipecahka utuk memperoleh {}) ika kita megetahui f(k, V {, k}) utuk semua piliha ilai k. Nilai f tersebut dapat diperoleh dega megguaka persamaa (). Uiersitas Sumatera Utara

25 39 Kemudia guaka persamaa () utuk memperoleh f(i, S) utuk S =, kemudia dapat diperoleh f(i, S) utuk S =, da seterusya. Bila S =, ilai i da S ii diperluka sedemikia sehigga i, S da i S. Pada masalah TSP dega megguaka program diamik perlu diperhatika beberapa hal yaitu:.tahap (stage) adalah alur (ala) yag harus dilalui dari satu kota agar sampai ke kota berikutya.dalam suatu tahap aka terdapat beberapa alteratif piliha ala yag dapat dilalui..status (state) adalah kota awal pada setiap tahap. 3.Variabel keputusa adalah alur atau ala yag harus diambil Uiersitas Sumatera Utara

II. LANDASAN TEORI. Pada bab ini akan diberikan beberapa istilah, definisi serta konsep-konsep yang

II. LANDASAN TEORI. Pada bab ini akan diberikan beberapa istilah, definisi serta konsep-konsep yang II. LANDASAN TEORI Pada bab ii aka diberika beberapa istilah, defiisi serta kosep-kosep yag medukug dalam peelitia ii. 2.1 Kosep Dasar Teori Graf Berikut ii aka diberika kosep dasar teori graf yag bersumber

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Secara umum apabila a bilangan bulat dan b bilangan bulat positif, maka ada tepat = +, 0 <

II. TINJAUAN PUSTAKA. Secara umum apabila a bilangan bulat dan b bilangan bulat positif, maka ada tepat = +, 0 < II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Keterbagia Secara umum apabila a bilaga bulat da b bilaga bulat positif, maka ada tepat satu bilaga bulat q da r sedemikia sehigga : = +, 0 < dalam hal ii b disebut hasil bagi

Lebih terperinci

Mata Kuliah : Matematika Diskrit Program Studi : Teknik Informatika Minggu ke : 4

Mata Kuliah : Matematika Diskrit Program Studi : Teknik Informatika Minggu ke : 4 Program Studi : Tekik Iformatika Miggu ke : 4 INDUKSI MATEMATIKA Hampir semua rumus da hukum yag berlaku tidak tercipta dega begitu saja sehigga diraguka kebearaya. Biasaya, rumus-rumus dapat dibuktika

Lebih terperinci

Hendra Gunawan. 12 Februari 2014

Hendra Gunawan. 12 Februari 2014 MA1201 MATEMATIKA 2A Hedra Guawa Semester II, 2013/2014 12 Februari 2014 Bab Sebelumya 8. Betuk Tak Tetu da Itegral Tak Wajar 8.1 Betuk Tak Tetu 0/0 82 8.2 Betuk Tak Tetu Laiya 8.3 Itegral Tak Wajar dg

Lebih terperinci

Secara umum, suatu barisan dapat dinyatakan sebagai susunan terurut dari bilangan-bilangan real:

Secara umum, suatu barisan dapat dinyatakan sebagai susunan terurut dari bilangan-bilangan real: BARISAN TAK HINGGA Secara umum, suatu barisa dapat diyataka sebagai susua terurut dari bilaga-bilaga real: u 1, u 2, u 3, Barisa tak higga merupaka suatu fugsi dega domai berupa himpua bilaga bulat positif

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI Operasi Riset (Operation Research)

BAB 2 LANDASAN TEORI Operasi Riset (Operation Research) BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1. Operasi Riset (Operatio Research) Meurut Operatio Research Society of Great Britai, operatio research adalah peerapa metode-metode ilmiah dalam masalah yag kompleks da suatu pegelolaa

Lebih terperinci

MA1201 MATEMATIKA 2A Hendra Gunawan

MA1201 MATEMATIKA 2A Hendra Gunawan MA1201 MATEMATIKA 2A Hedra Guawa Semester II, 2016/2017 3 Februari 2017 Bab Sebelumya 8. Betuk Tak Tetu da Itegral Tak Wajar 8.1 Betuk Tak Tetu 0/0 8.2 Betuk Tak Tetu Laiya 8.3 Itegral Tak Wajar dg Batas

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.. Kosep Dasar Graph Sebelum sampai pada defiisi masalah litasa terpedek, terlebih dahulu pada bagia ii aka diuraika megeai kosep-kosep dasar dari model graph da represetasiya dalam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Matematika merupakan suatu ilmu yang mempunyai obyek kajian

BAB I PENDAHULUAN. Matematika merupakan suatu ilmu yang mempunyai obyek kajian BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakag Masalah Matematika merupaka suatu ilmu yag mempuyai obyek kajia abstrak, uiversal, medasari perkembaga tekologi moder, da mempuyai pera petig dalam berbagai disipli,

Lebih terperinci

PERTEMUAN 13. VEKTOR dalam R 3

PERTEMUAN 13. VEKTOR dalam R 3 PERTEMUAN VEKTOR dalam R Pegertia Ruag Vektor Defiisi R Jika adalah sebuah bilaga bulat positif, maka tupel - - terorde (ordered--tuple) adalah sebuah uruta bilaga riil ( a ),a,..., a. Semua tupel - -terorde

Lebih terperinci

Distribusi Pendekatan (Limiting Distributions)

Distribusi Pendekatan (Limiting Distributions) Distribusi Pedekata (Limitig Distributios) Ada 3 tekik utuk meetuka distribusi pedekata: 1. Tekik Fugsi Distribusi Cotoh 2. Tekik Fugsi Pembagkit Mome Cotoh 3. Tekik Teorema Limit Pusat Cotoh Fitriai Agustia,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakag Masalah Struktur alabar adalah suatu himpua yag di dalamya didefiisika suatu operasi bier yag memeuhi aksioma-aksioma tertetu. Gelaggag ( Rig ) merupaka suatu struktur

Lebih terperinci

III BAB BARISAN DAN DERET. Tujuan Pembelajaran. Pengantar

III BAB BARISAN DAN DERET. Tujuan Pembelajaran. Pengantar BAB III BARISAN DAN DERET Tujua Pembelajara Setelah mempelajari materi bab ii, Ada diharapka dapat:. meetuka suku ke- barisa da jumlah suku deret aritmetika da geometri,. meracag model matematika dari

Lebih terperinci

2 BARISAN BILANGAN REAL

2 BARISAN BILANGAN REAL 2 BARISAN BILANGAN REAL Di sekolah meegah barisa diperkealka sebagai kumpula bilaga yag disusu meurut "pola" tertetu, misalya barisa aritmatika da barisa geometri. Biasaya barisa da deret merupaka satu

Lebih terperinci

terurut dari bilangan bulat, misalnya (7,2) (notasi lain 2

terurut dari bilangan bulat, misalnya (7,2) (notasi lain 2 Bab Bilaga kompleks BAB BILANGAN KOMPLEKS Defiisi Bilaga Kompleks Sebelum medefiisika bilaga kompleks, pembaca diigatka kembali pada permasalah dalam sistem bilaga yag telah dikeal sebelumya Yag pertama

Lebih terperinci

ANALISIS TENTANG GRAF PERFECT

ANALISIS TENTANG GRAF PERFECT Aalisis Tetag Graf Perfect ANALISIS TENTANG GRAF PERFET Nurul Imamah AH Fakultas Matematika da Ilmu Pegetahua Alam Uiversitas Pesatre Tiggi Darul Ulum Jombag urul.imamah86@gmail.com Abstrak Seirig perkembaga

Lebih terperinci

HALAMAN Dengan definisi limit barisan buktikan limit berikut ini : = 0. a. lim PENYELESAIAN : jadi terbukti bahwa lim = 0 = 5. b.

HALAMAN Dengan definisi limit barisan buktikan limit berikut ini : = 0. a. lim PENYELESAIAN : jadi terbukti bahwa lim = 0 = 5. b. Didowload dari ririez.blog.us.ac.id HALAMAN 36 37 5. Dega defiisi limit barisa buktika limit berikut ii : a. lim = 0 lim 1 2 + 3 = 0 > 0 h 1 = 2 + 3 0 = 1 2 + 3 1 2 1 2 1 2 < jadi terbukti bahwa lim =

Lebih terperinci

BAB III PEMBAHASAN. Pada BAB III ini akan dibahas mengenai bentuk program linear fuzzy

BAB III PEMBAHASAN. Pada BAB III ini akan dibahas mengenai bentuk program linear fuzzy BAB III PEMBAHASAN Pada BAB III ii aka dibahas megeai betuk program liear fuzzy dega koefisie tekis kedala berbetuk bilaga fuzzy da pembahasa peyelesaia masalah optimasi studi kasus pada UD FIRDAUS Magelag

Lebih terperinci

BAB II TEORI DASAR. Definisi Grup G disebut grup komutatif atau grup abel jika berlaku hukum

BAB II TEORI DASAR. Definisi Grup G disebut grup komutatif atau grup abel jika berlaku hukum BAB II TEORI DASAR 2.1 Aljabar Liier Defiisi 2. 1. 1 Grup Himpua tak kosog G disebut grup (G, ) jika pada G terdefiisi operasi, sedemikia rupa sehigga berlaku : a. Jika a, b eleme dari G, maka a b eleme

Lebih terperinci

JURNAL MATEMATIKA DAN KOMPUTER Vol. 6. No. 2, 77-85, Agustus 2003, ISSN : DISTRIBUSI WAKTU BERHENTI PADA PROSES PEMBAHARUAN

JURNAL MATEMATIKA DAN KOMPUTER Vol. 6. No. 2, 77-85, Agustus 2003, ISSN : DISTRIBUSI WAKTU BERHENTI PADA PROSES PEMBAHARUAN JURAL MATEMATKA DA KOMPUTER Vol. 6. o., 77-85, Agustus 003, SS : 40-858 DSTRBUS WAKTU BERHET PADA PROSES PEMBAHARUA Sudaro Jurusa Matematika FMPA UDP Abstrak Dalam proses stokhastik yag maa kejadia dapat

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakag Dalam keadaa dimaa meghadapi persoala program liier yag besar, maka aka berusaha utuk mecari peyelesaia optimal dega megguaka algoritma komputasi, seperti algoritma

Lebih terperinci

1 Persamaan rekursif linier non homogen koefisien konstan tingkat satu

1 Persamaan rekursif linier non homogen koefisien konstan tingkat satu Secara umum persamaa rekursif liier tigkat-k bisa dituliska dalam betuk: dega C 0 0. C 0 x + C 1 x 1 + C 2 x 2 + + C k x k = b, Jika b = 0 maka persamaa rekursif tersebut diamaka persamaa rekursif liier

Lebih terperinci

I. DERET TAKHINGGA, DERET PANGKAT

I. DERET TAKHINGGA, DERET PANGKAT I. DERET TAKHINGGA, DERET PANGKAT. Pedahulua Pembahasa tetag deret takhigga sebagai betuk pejumlaha suku-suku takhigga memegag peraa petig dalam fisika. Pada bab ii aka dibahas megeai pegertia deret da

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1. Bicriteria Liear Programmig (BLP) Pesoala optimisasi dega beberapa fugsi tujua memperhitugka beberapa tujua yag koflik secara simulta, secara umum Multi objective programmig (MOP)

Lebih terperinci

6. Pencacahan Lanjut. Relasi Rekurensi. Pemodelan dengan Relasi Rekurensi

6. Pencacahan Lanjut. Relasi Rekurensi. Pemodelan dengan Relasi Rekurensi 6. Pecacaha Lajut Relasi Rekuresi Relasi rekuresi utuk dereta {a } adalah persamaa yag meyataka a kedalam satu atau lebih suku sebelumya, yaitu a 0, a,, a -, utuk seluruh bilaga bulat, dega 0, dimaa 0

Lebih terperinci

Aplikasi Graf Pada Jaring Makanan

Aplikasi Graf Pada Jaring Makanan Aplikasi Pada Jarig Makaa Teuku Reza Auliadra Isma 13507035 Jurusa Tekik Iformatika ITB, Badug 40135, email: auliadra@studets.itb.ac.id Abstract Makalah ii membahas aplikasi graf pada jarig makaa.peetua

Lebih terperinci

Setelah mempelajari modul ini Anda diharapkan dapat: a. memeriksa apakah suatu pemetaan merupakan operasi;

Setelah mempelajari modul ini Anda diharapkan dapat: a. memeriksa apakah suatu pemetaan merupakan operasi; Modul 1 Operasi Dr. Ahmad Muchlis B PENDAHULUAN erapakah 97531 86042? Kalau Ada megguaka kalkulator, jawabaya amat bergatug pada tipe kalkulator yag Ada pakai. 9 Kalkulator ilmiah Casio fx-250 memberika

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. Pada bagian ini akan dibahas tentang teori-teori dasar yang. digunakan untuk dalam mengestimasi parameter model.

BAB II LANDASAN TEORI. Pada bagian ini akan dibahas tentang teori-teori dasar yang. digunakan untuk dalam mengestimasi parameter model. BAB II LANDASAN TEORI Pada bagia ii aka dibahas tetag teori-teori dasar yag diguaka utuk dalam megestimasi parameter model.. MATRIKS DAN VEKTOR Defiisi : Trace dari matriks bujur sagkar A a adalah pejumlaha

Lebih terperinci

TUGAS ANALISIS REAL LANJUT. a b < a + A. b + B < A B.

TUGAS ANALISIS REAL LANJUT. a b < a + A. b + B < A B. TUGAS ANALISIS REAL LANJUT NOVEMBER 207 () (a) Jika b > 0, B > 0, da a b < A, buktika ab < ba. Kemudia buktika B a b < a + A b + B < A B. (b) Buktika [ 2 (a + b)] 2 2 (a2 + b 2 ). Kemudia tujukka bahwa

Lebih terperinci

ARTIKEL. Menentukan rumus Jumlah Suatu Deret dengan Operator Beda. Markaban Maret 2015 KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN

ARTIKEL. Menentukan rumus Jumlah Suatu Deret dengan Operator Beda. Markaban Maret 2015 KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN ARTIKEL Meetuka rumus Jumlah Suatu Deret dega Operator Beda Markaba 191115198801005 Maret 015 KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN PUSAT PENGEMBANGAN DAN PEMBERDAYAAN PENDIDIK DAN TENAGA KEPENDIDIKAN

Lebih terperinci

BAB I KONSEP DASAR PERSAMAAN DIFERENSIAL

BAB I KONSEP DASAR PERSAMAAN DIFERENSIAL BAB I KONSEP DASAR PERSAMAAN DIFERENSIAL Defiisi Persamaa diferesial adalah persamaa yag melibatka variabelvariabel tak bebas da derivatif-derivatifya terhadap variabel-variabel bebas. Berikut ii adalah

Lebih terperinci

,n N. Jelas barisan ini terbatas pada dengan batas M =: 1, dan. barisan ini kovergen ke 0.

,n N. Jelas barisan ini terbatas pada dengan batas M =: 1, dan. barisan ini kovergen ke 0. PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA FKIP UNMUH PONOROGO SOAL UJIAN TENGAH SEMESTER GENAP TA 03/04 Mata Ujia : Aalisis Real Tipe Soal : REGULER Dose : Dr. Jula HERNADI Waktu : 90 meit Hari, Taggal : Selasa,

Lebih terperinci

BAB III RUANG HAUSDORFF. Pada bab ini akan dibahas mengenai ruang Hausdorff, kekompakan pada

BAB III RUANG HAUSDORFF. Pada bab ini akan dibahas mengenai ruang Hausdorff, kekompakan pada 8 BAB III RUANG HAUSDORFF Pada bab ii aka dibahas megeai ruag Hausdorff, kekompaka pada ruag Hausdorff da ruag regular legkap. Pembahasa diawali dega medefiisika Ruag Hausdorff da beberapa sifatya kemudia

Lebih terperinci

LIMIT. = δ. A R, jika dan hanya jika ada barisan. , sedemikian hingga Lim( a n

LIMIT. = δ. A R, jika dan hanya jika ada barisan. , sedemikian hingga Lim( a n LIMIT 4.. FUNGSI LIMIT Defiisi 4.. A R Titik c R adalah titik limit dari A, jika utuk setiap δ > 0 ada palig sedikit satu titik di A, c sedemikia sehigga c < δ. Defiisi diatas dapat disimpulka dega cara

Lebih terperinci

Barisan Aritmetika dan deret aritmetika

Barisan Aritmetika dan deret aritmetika BARISAN DAN DERET BILANGAN Peyusu: Atmii Dhoruri, MS Kode: Jejag: SMP T/P: / A. Kompetesi yag diharapka. Meetuka suku ke- barisa aritmatika da barisa geometri. Meetuka jumlah suku pertama deret aritmatika

Lebih terperinci

Himpunan Kritis Pada Graph Caterpillar

Himpunan Kritis Pada Graph Caterpillar 1 0 Himpua Kritis Pada Graph Caterpillar Chairul Imro, Budi Setiyoo, R. Simajutak, Edy T. Baskoro {imro-its,budi}@matematika.its.ac.id, {rio,ebaskoro}@ds.math.itb.ac.id Ues, Semarag, 4 7 Juli 006 Abstrak

Lebih terperinci

Bab 3 Metode Interpolasi

Bab 3 Metode Interpolasi Baha Kuliah 03 Bab 3 Metode Iterpolasi Pedahulua Iterpolasi serig diartika sebagai mecari ilai variabel tergatug tertetu, misalya y, pada ilai variabel bebas, misalya, diatara dua atau lebih ilai yag diketahui

Lebih terperinci

) didefinisikan sebagai persamaan yang dapat dinyatakan dalam bentuk: a x a x a x b... b adalah suatu urutan bilangan dari bilangan s1, s2,...

) didefinisikan sebagai persamaan yang dapat dinyatakan dalam bentuk: a x a x a x b... b adalah suatu urutan bilangan dari bilangan s1, s2,... SISEM PERSAMAAN LINIER DAN MARIKS. SISEM PERSAMAAN LINIER Secara umum, persamaa liier dega variabel ( x, x,..., x ) didefiisika sebagai persamaa yag dapat diyataka dalam betuk: a x a x a x b... dega a,

Lebih terperinci

Induksi Matematika. Pertemuan VII Matematika Diskret Semester Gasal 2014/2015 Jurusan Teknik Informatika UPN Veteran Yogyakarta

Induksi Matematika. Pertemuan VII Matematika Diskret Semester Gasal 2014/2015 Jurusan Teknik Informatika UPN Veteran Yogyakarta Iduksi Matematika Pertemua VII Matematika Diskret Semester Gasal 2014/2015 Jurusa Tekik Iformatika UPN Vetera Yogyakarta Metode pembuktia utuk peryataa perihal bilaga bulat adalah iduksi matematik. Cotoh

Lebih terperinci

MAKALAH ALJABAR LINEAR SUB RUANG VEKTOR. Dosen Pengampu : Darmadi, S.Si, M.Pd

MAKALAH ALJABAR LINEAR SUB RUANG VEKTOR. Dosen Pengampu : Darmadi, S.Si, M.Pd MAKALAH ALJABAR LINEAR SUB RUANG VEKTOR Dose Pegampu : Darmadi, S.Si, M.Pd Disusu : Kelas 5A / Kelompok 5 : Dia Dwi Rahayu (084. 06) Hefetamala (084. 4) Khoiril Haafi (084. 70) Liaatul Nihayah (084. 74)

Lebih terperinci

Prinsip Rumah Merpati dalam Penyelesaian Permasalahan Matematika

Prinsip Rumah Merpati dalam Penyelesaian Permasalahan Matematika Prisip Rumah Merpati dalam Peyelesaia Permasalaha Matematika Aditya Agug Putra 5000) Program Studi Tekik Iformatika Sekolah Tekik Elektro da Iformatika Istitut Tekologi Badug, Jl. Gaesha 0 Badug 402, Idoesia

Lebih terperinci

Fungsi Kompleks. (Pertemuan XXVII - XXX) Dr. AZ Jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik Universitas Brawijaya

Fungsi Kompleks. (Pertemuan XXVII - XXX) Dr. AZ Jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik Universitas Brawijaya TKS 4007 Matematika III Fugsi Kompleks (Pertemua XXVII - XXX) Dr. AZ Jurusa Tekik Sipil Fakultas Tekik Uiversitas Brawijaya Pedahulua Persamaa x + 1 = 0 tidak memiliki akar dalam himpua bilaga real. Pertayaaya,

Lebih terperinci

MATHunesa (Volume 3 No 3) 2014

MATHunesa (Volume 3 No 3) 2014 MATHuesa (Volume 3 No 3) 014 MINIMUM PENUTUP TITIK DAN MINIMUM PENUTUP SISI PADA GRAF KOMPLIT DAN GRAF BIPARTIT KOMPLIT Yessi Riskiada Kusumawardai Program Studi S1 Matematika, Fakultas Matematika da Ilmu

Lebih terperinci

Program Perkuliahan Dasar Umum Sekolah Tinggi Teknologi Telkom. Barisan dan Deret

Program Perkuliahan Dasar Umum Sekolah Tinggi Teknologi Telkom. Barisan dan Deret Program Perkuliaha Dasar Umum Sekolah Tiggi Tekologi Telkom Barisa da Deret Barisa Defiisi Barisa bilaga didefiisika sebagai fugsi dega daerah asal merupaka bilaga asli. Notasi: f: N R f( ) a Fugsi tersebut

Lebih terperinci

Penyelesaian Persamaan Non Linier

Penyelesaian Persamaan Non Linier Peyelesaia Persamaa No Liier Metode Iterasi Sederhaa Metode Newto Raphso Permasalaha Titik Kritis pada Newto Raphso Metode Secat Metode Numerik Iterasi/NewtoRaphso/Secat - Metode Iterasi Sederhaa- Metode

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah BAB ENDAHULUAN. Latar Belakag Masalah Dalam kehidupa yata, hampir seluruh feomea alam megadug ketidak pastia atau bersifat probabilistik, misalya pergeraka lempega bumi yag meyebabka gempa, aik turuya

Lebih terperinci

BARISAN DAN DERET. Nurdinintya Athari (NDT)

BARISAN DAN DERET. Nurdinintya Athari (NDT) BARISAN DAN DERET Nurdiitya Athari (NDT) BARISAN Defiisi Barisa bilaga didefiisika sebagai fugsi dega daerah asal merupaka bilaga asli. Notasi: f: N R f( ) = a Fugsi tersebut dikeal sebagai barisa bilaga

Lebih terperinci

LANDASAN TEORI. Secara umum, himpunan kejadian A i ; i I dikatakan saling bebas jika: Ruang Contoh, Kejadian, dan Peluang

LANDASAN TEORI. Secara umum, himpunan kejadian A i ; i I dikatakan saling bebas jika: Ruang Contoh, Kejadian, dan Peluang 2 LANDASAN TEORI Ruag Cotoh, Kejadia, da Peluag Percobaa acak adalah suatu percobaa yag dapat diulag dalam kodisi yag sama, yag hasilya tidak dapat diprediksi secara tepat tetapi dapat diketahui semua

Lebih terperinci

B a b 1 I s y a r a t

B a b 1 I s y a r a t 34 TKE 315 ISYARAT DAN SISTEM B a b 1 I s y a r a t (bagia 3) Idah Susilawati, S.T., M.Eg. Program Studi Tekik Elektro Fakultas Tekik da Ilmu Komputer Uiversitas Mercu Buaa Yogyakarta 29 35 1.5.2. Isyarat

Lebih terperinci

KALKULUS 4. Dra. D. L. Crispina Pardede, DEA. SARMAG TEKNIK MESIN

KALKULUS 4. Dra. D. L. Crispina Pardede, DEA. SARMAG TEKNIK MESIN KALKULUS Dra. D. L. Crispia Pardede DEA. SARMAG TEKNIK MESIN KALKULUS - SILABUS. Deret Fourier.. Fugsi Periodik.2. Fugsi Geap da Gajil.3. Deret Trigoometri.. Betuk umum Deret Fourier.. Kodisi Dirichlet.6.

Lebih terperinci

MATEMATIKA DISKRIT FUNGSI

MATEMATIKA DISKRIT FUNGSI 1 MATEMATIKA DISKRIT FUNGSI Fugsi Misalka A da B himpua. Relasi bier f dari A ke B merupaka suatu fugsi jika setiap eleme di dalam A dihubugka dega tepat satu eleme di dalam B. Jika f adalah fugsi dari

Lebih terperinci

JURNAL MATEMATIKA DAN KOMPUTER Vol. 6. No. 2, , Agustus 2003, ISSN : METODE PENENTUAN BENTUK PERSAMAAN RUANG KEADAAN WAKTU DISKRIT

JURNAL MATEMATIKA DAN KOMPUTER Vol. 6. No. 2, , Agustus 2003, ISSN : METODE PENENTUAN BENTUK PERSAMAAN RUANG KEADAAN WAKTU DISKRIT Vol. 6. No., 97-09, Agustus 003, ISSN : 40-858 METODE PENENTUAN BENTUK PERSAMAAN RUANG KEADAAN WAKTU DISKRIT Robertus Heri Jurusa Matematika FMIPA UNDIP Abstrak Tulisa ii membahas peetua persamaa ruag

Lebih terperinci

DIMENSI PARTISI PADA GRAF KINCIR PARTITION DIMENSION OF WINDMILL GRAPH

DIMENSI PARTISI PADA GRAF KINCIR PARTITION DIMENSION OF WINDMILL GRAPH PROPOAL TUGA AKHIR DIMENI PARTII PADA GRAF KINCIR PARTITION DIMENION OF WINDMILL GRAPH Oleh: CHANDRA IRAWAN NRP : 100 109 04 JURUAN MATEMATIKA FAKULTA MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM INTITUT TEKNOLOGI

Lebih terperinci

METODE NUMERIK JURUSAN TEKNIK SIPIL FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS BRAWIJAYA 7/4/2012 SUGENG2010. Copyright Dale Carnegie & Associates, Inc.

METODE NUMERIK JURUSAN TEKNIK SIPIL FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS BRAWIJAYA 7/4/2012 SUGENG2010. Copyright Dale Carnegie & Associates, Inc. METODE NUMERIK JURUSAN TEKNIK SIPIL FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS BRAWIJAYA 7/4/0 SUGENG00 Copyright 996-98 Dale Caregie & Associates, Ic. Kesalaha ERROR: Selisih atara ilai perkiraa dega ilai eksakilai

Lebih terperinci

Projek. Contoh Menemukan Konsep Barisan dan Deret Geometri a. Barisan Geometri. Perhatikan barisan bilangan 2, 4, 8, 16,

Projek. Contoh Menemukan Konsep Barisan dan Deret Geometri a. Barisan Geometri. Perhatikan barisan bilangan 2, 4, 8, 16, Projek Himpulah miimal tiga masalah peerapa barisa da deret aritmatika dalam bidag fisika, tekologi iformasi, da masalah yata di sekitarmu. Ujilah berbagai kosep da atura barisa da deret aritmatika di

Lebih terperinci

BAB VIII KONSEP DASAR PROBABILITAS

BAB VIII KONSEP DASAR PROBABILITAS BAB VIII KONSEP DASAR PROBABILITAS 1.1. Pedahulua Dalam pertemua ii Ada aka mempelajari beberapa padaga tetag permutasi da kombiasi, fugsi da metode perhituga probabilitas, da meghitug probabilitas. Pada

Lebih terperinci

Institut Teknologi Sepuluh Nopember Surabaya. Model Sistem dalam Persamaan Keadaan

Institut Teknologi Sepuluh Nopember Surabaya. Model Sistem dalam Persamaan Keadaan Istitut Tekologi Sepuluh Nopember Surabaya Model Sistem dalam Persamaa Keadaa Pegatar Materi Cotoh Soal Rigkasa Latiha Pegatar Materi Cotoh Soal Rigkasa Istilah-istilah Dalam Persamaa Keadaa Aalisis Sistem

Lebih terperinci

REGRESI LINIER DAN KORELASI. Variabel bebas atau variabel prediktor -> variabel yang mudah didapat atau tersedia. Dapat dinyatakan

REGRESI LINIER DAN KORELASI. Variabel bebas atau variabel prediktor -> variabel yang mudah didapat atau tersedia. Dapat dinyatakan REGRESI LINIER DAN KORELASI Variabel dibedaka dalam dua jeis dalam aalisis regresi: Variabel bebas atau variabel prediktor -> variabel yag mudah didapat atau tersedia. Dapat diyataka dega X 1, X,, X k

Lebih terperinci

LANGKAH-LANGKAH PENENTUAN SUATU BARISAN SEBAGAI SUATU GRAFIK DENGAN DASAR TEOREMA HAVEL-HAKIMI. Jl. Prof. H. Soedarto, S.H., Tembalang, Semarang.

LANGKAH-LANGKAH PENENTUAN SUATU BARISAN SEBAGAI SUATU GRAFIK DENGAN DASAR TEOREMA HAVEL-HAKIMI. Jl. Prof. H. Soedarto, S.H., Tembalang, Semarang. LANGKAH-LANGKAH PENENTUAN SUATU BARISAN SEBAGAI SUATU GRAFIK DENGAN DASAR TEOREMA HAVEL-HAKIMI Erly Listiyaa, Susilo Hariyato 2 da Lucia Ratasari 3, 2, 3 Jurusa Matematika FMIPA UNDIP Jl. Prof. H. Soedarto,

Lebih terperinci

Probabilitas dan Statistika Teorema Bayes. Adam Hendra Brata

Probabilitas dan Statistika Teorema Bayes. Adam Hendra Brata robabilitas da Statistika Teorema ayes dam Hedra rata Itroduksi - Joit robability Itroduksi Teorema ayes eluag Kejadia ersyarat Jika muculya mempegaruhi peluag muculya kejadia atau sebalikya, da adalah

Lebih terperinci

BAB III TAKSIRAN KOEFISIEN KORELASI POLYCHORIC DUA TAHAP. Permasalahan dalam tugas akhir ini dibatasi hanya pada penaksiran

BAB III TAKSIRAN KOEFISIEN KORELASI POLYCHORIC DUA TAHAP. Permasalahan dalam tugas akhir ini dibatasi hanya pada penaksiran BAB III TAKSIRAN KOEFISIEN KORELASI POLYCHORIC DUA TAHAP Permasalaha dalam tugas akhir ii dibatasi haya pada peaksira besarya koefisie korelasi polychoric da tidak dilakuka peguia terhadap koefisie korelasi

Lebih terperinci

BARISAN FIBONACCI DAN BILANGAN PHI

BARISAN FIBONACCI DAN BILANGAN PHI BARISAN FIBONACCI DAN BILANGAN PHI Fiboacci Matematikawa terbesar pada abad pertegaha adalah Leoardo dari Pisa, Italia (80 0). Ia lebih dikeal dega ama Fibo-acci. Artiya, aak Boaccio. Meara Pisa yag terkeal

Lebih terperinci

PENERAPAN TEOREMA TITIK TETAP UNTUK MENUNJUKKAN ADANYA PENYELESAIAN PADA SISTEM PERSAMAAN LINEAR

PENERAPAN TEOREMA TITIK TETAP UNTUK MENUNJUKKAN ADANYA PENYELESAIAN PADA SISTEM PERSAMAAN LINEAR PENERAPAN TEOREMA TITIK TETAP UNTUK MENUNJUKKAN ADANYA PENYELESAIAN PADA SISTEM PERSAMAAN LINEAR Nur Aei Prodi Matematika, FST-UINAM uraeiatullah@gmail.com Ifo: Jural MSA Vol. 3 No. 2 Edisi: Juli Desember

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Lokasi penelitian dilakukan di Provinsi Sumatera Barat yang terhitung

III. METODE PENELITIAN. Lokasi penelitian dilakukan di Provinsi Sumatera Barat yang terhitung 42 III. METODE PENELITIAN 3.. Lokasi da Waktu Peelitia Lokasi peelitia dilakuka di Provisi Sumatera Barat yag terhitug mulai miggu ketiga bula April 202 higga miggu pertama bula Mei 202. Provisi Sumatera

Lebih terperinci

PENENTUAN SOLUSI RELASI REKUREN DARI BILANGAN FIBONACCI DAN BILANGAN LUCAS DENGAN MENGGUNAKAN FUNGSI PEMBANGKIT

PENENTUAN SOLUSI RELASI REKUREN DARI BILANGAN FIBONACCI DAN BILANGAN LUCAS DENGAN MENGGUNAKAN FUNGSI PEMBANGKIT Prosidig Semiar Nasioal Matematika da Terapaya 06 p-issn : 0-0384; e-issn : 0-039 PENENTUAN SOLUSI RELASI REKUREN DARI BILANGAN FIBONACCI DAN BILANGAN LUCAS DENGAN MENGGUNAKAN FUNGSI PEMBANGKIT Liatus

Lebih terperinci

Persamaan Non-Linear

Persamaan Non-Linear Persamaa No-Liear Peyelesaia persamaa o-liear adalah meghitug akar suatu persamaa o-liear dega satu variabel,, atau secara umum dituliska : = 0 Cotoh: 2 5. 5 4 9 2 0 2 5 5 4 9 2 2. 2 0 2 5. e 0 Metode

Lebih terperinci

1 n MODUL 5. Peubah Acak Diskret Khusus

1 n MODUL 5. Peubah Acak Diskret Khusus ODUL 5 Peubah Acak Diskret Khusus Terdapat beberapa peubah acak diskret khusus yag serig mucul dalam aplikasi. Peubah Acak Seragam ( Uiform) Bila X suatu peubah acak diskret dimaa setiap eleme dari X mempuyai

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Ruang Vektor. Definisi (Darmawijaya, 2007) Diketahui (V, +) grup komutatif dan (F,,. ) lapangan dengan elemen identitas

TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Ruang Vektor. Definisi (Darmawijaya, 2007) Diketahui (V, +) grup komutatif dan (F,,. ) lapangan dengan elemen identitas II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Ruag Vektor Defiisi 2.1.1 (Darmawijaya, 2007) Diketahui (V, +) grup komutatif da (F,,. ) lapaga dega eleme idetitas 1. V disebut ruag vektor (vector space) atas F jika ada operasi

Lebih terperinci

BAB II CICILAN DAN BUNGA MAJEMUK

BAB II CICILAN DAN BUNGA MAJEMUK BAB II CICILAN DAN BUNGA MAJEMUK 2.1. Buga Majemuk Ada sedikit perbedaa atara suku buga tuggal da suku buga majemuk. Pada suku buga tuggal, besarya buga B = Mp tidak perah digabugka dega modal M. Sebalikya

Lebih terperinci

An = an. An 1 = An. h + an 1 An 2 = An 1. h + an 2... A2 = A3. h + a2 A1 = A2. h + a1 A0 = A1. h + a0. x + a 0. x = h a n. f(x) = 4x 3 + 2x 2 + x - 3

An = an. An 1 = An. h + an 1 An 2 = An 1. h + an 2... A2 = A3. h + a2 A1 = A2. h + a1 A0 = A1. h + a0. x + a 0. x = h a n. f(x) = 4x 3 + 2x 2 + x - 3 BAB XII. SUKU BANYAK A = a Pegertia: f(x) = a x + a x + a x + + a x +a adalah suku bayak (poliom) dega : - a, a, a,.,a, a, a 0 adalah koefisiekoefisie suku bayak yag merupaka kostata real dega a 0 - a

Lebih terperinci

Fungsi. Jika f adalah fungsi dari A ke B kita menuliskan f : A B yang artinya f memetakan A ke B.

Fungsi. Jika f adalah fungsi dari A ke B kita menuliskan f : A B yang artinya f memetakan A ke B. Fugsi Misalka A da B himpua. Relasi bier f dari A ke B merupaka suatu fugsi jika setiap eleme di dalam A dihubugka dega tepat satu eleme di dalam B. Jika f adalah fugsi dari A ke B kita meuliska f : A

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. Dalam tugas akhir ini akan dibahas mengenai penaksiran besarnya

BAB II LANDASAN TEORI. Dalam tugas akhir ini akan dibahas mengenai penaksiran besarnya 5 BAB II LANDASAN TEORI Dalam tugas akhir ii aka dibahas megeai peaksira besarya koefisie korelasi atara dua variabel radom kotiu jika data yag teramati berupa data kategorik yag terbetuk dari kedua variabel

Lebih terperinci

BARISAN DAN DERET. Materi ke 1

BARISAN DAN DERET. Materi ke 1 BARISAN DAN DERET Materi ke 1 Pola Bilaga adalah? Susua bilaga yag disusu meurut atura tertetu. Cotoh : 1. Pola Bilaga Gajil 1, 3, 5,... 2. Pola Bilaga Geap 2, 4, 6,... PERHATIKAN SSNAN BILANGAN DI BAWAH

Lebih terperinci

MATEMATIKA BISNIS. OLEH: SRI NURMI LUBIS, S.Si GICI BUSSINESS SCHOOL BATAM

MATEMATIKA BISNIS. OLEH: SRI NURMI LUBIS, S.Si GICI BUSSINESS SCHOOL BATAM MATEMATIKA BISNIS OLEH: SRI NURMI LUBIS, S.Si GICI BUSSINESS SCHOOL BATAM BAB BARISAN DAN DERET A. BARISAN Barisa bilaga adalah susua bilaga yag diurutka meurut atura tertetu.betuk umum barisa bilaga a,

Lebih terperinci

Definisi Integral Tentu

Definisi Integral Tentu Defiisi Itegral Tetu Bila kita megedarai kedaraa bermotor (sepeda motor atau mobil) selama 4 jam dega kecepata 50 km / jam, berapa jarak yag ditempuh? Tetu saja jawabya sagat mudah yaitu 50 x 4 = 200 km.

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. dimana f(x) adalah fungsi tujuan dan h(x) adalah fungsi pembatas.

BAB 1 PENDAHULUAN. dimana f(x) adalah fungsi tujuan dan h(x) adalah fungsi pembatas. BAB 1 PENDAHUUAN 1.1 atar Belakag Pada dasarya masalah optimisasi adalah suatu masalah utuk membuat ilai fugsi tujua mejadi maksimum atau miimum dega memperhatika pembatas pembatas yag ada. Dalam aplikasi

Lebih terperinci

4.7 TRANSFORMASI UNTUK MENDEKATI KENORMALAN

4.7 TRANSFORMASI UNTUK MENDEKATI KENORMALAN 4.7 TRANSFORMASI UNTUK MENDEKATI KENORMALAN Saat asumsi keormala tidak dipuhi maka kesimpula yag kita buat berdasarka suatu metod statistik yag mesyaratka asumsi keormala meadi tidak baik, sehigga mucul

Lebih terperinci

BAHAN AJAR ANALISIS REAL 1 Matematika STKIP Tuanku Tambusai Bangkinang 5. DERET

BAHAN AJAR ANALISIS REAL 1 Matematika STKIP Tuanku Tambusai Bangkinang 5. DERET Pertemua 7. BAHAN AJAR ANALISIS REAL Matematika STKIP Tuaku Tambusai Bagkiag 5. da kekovergeaya 5. DERET Diberika sebuah barisa a, dapat didefeisika barisa bilaga real S N dega S N := N a = a + a 2 +...

Lebih terperinci

Fungsi. Jika f adalah fungsi dari A ke B kita menuliskan f : A B yang artinya f memetakan A ke B.

Fungsi. Jika f adalah fungsi dari A ke B kita menuliskan f : A B yang artinya f memetakan A ke B. Fugsi Misalka A da B himpua. Relasi bier f dari A ke B merupaka suatu fugsi jika setiap eleme di dalam A dihubugka dega tepat satu eleme di dalam B. Jika f adalah fugsi dari A ke B kita meuliska f : A

Lebih terperinci

Bab 2. Sistem Bilangan Real Aksioma Bilangan Real Misalkan adalah himpunan bilangan real, P himpunan bilangan positif dan fungsi + dan.

Bab 2. Sistem Bilangan Real Aksioma Bilangan Real Misalkan adalah himpunan bilangan real, P himpunan bilangan positif dan fungsi + dan. Bab Sistem Bilaga Real.. Aksioma Bilaga Real Misalka adalah himpua bilaga real, P himpua bilaga positif da fugsi + da. dari ke da asumsika memeuhi aksioma-aksioma berikut: Aksioma Lapaga Utuk semua bilaga

Lebih terperinci

Pendugaan Selang: Metode Pivotal Langkah-langkahnya 1. Andaikan X1, X

Pendugaan Selang: Metode Pivotal Langkah-langkahnya 1. Andaikan X1, X Pedugaa Selag: Metode Pivotal Lagkah-lagkahya 1. Adaika X1, X,..., X adalah cotoh acak dari populasi dega fugsi kepekata f( x; ), da parameter yag tidak diketahui ilaiya. Adaika T adalah peduga titik bagi..

Lebih terperinci

MATHunesa Jurnal Ilmiah Matematika Volume 6 No.2 Tahun 2018 ISSN

MATHunesa Jurnal Ilmiah Matematika Volume 6 No.2 Tahun 2018 ISSN MATHuesa Jural Ilmiah Matematika Volume No Tahu 08 ISSN 30-95 INDEKS HARARY GRAF HAMILTON, SEMI-HAMILTON DAN HAMILTON-KUAT Fatimatus Zahro (S Matematika, FMIPA, Uiversitas Negeri Surabaya) e-mail: imatus0@gmailcom

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB LANDASAN TEORI.1 Distribusi Ekspoesial Fugsi ekspoesial adalah salah satu fugsi yag palig petig dalam matematika. Biasaya, fugsi ii ditulis dega otasi exp(x) atau e x, di maa e adalah basis logaritma

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Integral adalah salah satu konsep penting dalam Matematika yang

BAB I PENDAHULUAN. Integral adalah salah satu konsep penting dalam Matematika yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakag Masalah Itegral adalah salah satu kosep petig dalam Matematika yag dikemukaka pertama kali oleh Isac Newto da Gottfried Wilhelm Leibiz pada akhir abad ke-17. Selajutya

Lebih terperinci

PENERAPAN TEOREMA TITIK TETAP UNTUK MENUNJUKKAN ADANYA PENYELESAIAN PADA SISTEM PERSAMAAN LINEAR

PENERAPAN TEOREMA TITIK TETAP UNTUK MENUNJUKKAN ADANYA PENYELESAIAN PADA SISTEM PERSAMAAN LINEAR PENERAPAN TEOREMA TITIK TETAP UNTUK MENUNJUKKAN ADANYA PENYELESAIAN PADA SISTEM PERSAMAAN LINEAR Nur Aei Prodi Matematika, FST-UINAM uraeiatullah@gmail.com Ifo: Jural MSA Vol. 3 No. 2 Edisi: Juli Desember

Lebih terperinci

APLIKASI PENDEKATAN DYNAMIC PROGRAMMING PADA TRAVELING SALESMAN PROBLEM SKRIPSI WIDYA MAULINA

APLIKASI PENDEKATAN DYNAMIC PROGRAMMING PADA TRAVELING SALESMAN PROBLEM SKRIPSI WIDYA MAULINA APLIKASI PENDEKATAN DYNAMIC PROGRAMMING PADA TRAVELING SALESMAN PROBLEM SKRIPSI WIDYA MAULINA 060823023 PROGRAM STUDI SARJANA MATEMATIKA DEPARTEMEN MATEMATIKA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

Lebih terperinci

Semigrup Matriks Admitting Struktur Ring

Semigrup Matriks Admitting Struktur Ring Semigrup Matriks dmittig Struktur ig K a r y a t i Jurusa Pedidika Matematika FMIP, Uiversitas Negeri Yogyakarta Email: yatiuy@yahoo.com bstrak Diberika adalah rig komutatif dega eleme satua da adalah

Lebih terperinci

BAB III ECONOMIC ORDER QUANTITY MULTIITEM DENGAN MEMPERTIMBANGKAN WAKTU KADALUARSA DAN FAKTOR DISKON

BAB III ECONOMIC ORDER QUANTITY MULTIITEM DENGAN MEMPERTIMBANGKAN WAKTU KADALUARSA DAN FAKTOR DISKON BAB III ECONOMIC ORDER QUANTITY MULTIITEM DENGAN MEMPERTIMBANGKAN WAKTU KADALUARA DAN FAKTOR DIKON 3.1 Ecoomic Order Quatity Ecoomic Order Quatity (EOQ) merupaka suatu metode yag diguaka utuk megedalika

Lebih terperinci

Barisan Dan Deret Arimatika

Barisan Dan Deret Arimatika Barisa Da Deret Arimatika A. Barisa Aritmatika Niko etera memiliki sebuah peggaris ukura 0 cm. Ia megamati bilaga-bilaga pada peggarisya ii. Bilaga-bilaga tersebut beruruta 0, 1,, 3,, 0. etiap bilaga beruruta

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 3 BAB II TINJAUAN PUSTAKA Pada bab ii aka dituliska beberapa aspek teoritis berupa defiisi, teorema da sifat-sifat yag berhubuga dega aljabar liear, struktur aljabar da teori kodig yag diguaka sebagai

Lebih terperinci

BAB I INDUKSI MATEMATIK. Beberapa Prinsip Induksi Matematik (PIM) yang perlu diketahui: 1. Sederhana 2. Yang dirampatkan (generalized) 3.

BAB I INDUKSI MATEMATIK. Beberapa Prinsip Induksi Matematik (PIM) yang perlu diketahui: 1. Sederhana 2. Yang dirampatkan (generalized) 3. BAB I INDUKSI MATEMATIK Iduksi matematik merupaka salah satu metode pembuktia yag baku di dalam matematika, yag meyataka kebeara dari suatu peryataa tetag semua bilaga asli atau kadag-kadag semua bilaga

Lebih terperinci

CAYLEY COLOR DIGRAPH DARI GRUP SIKLIK Z DENGAN n BILANGAN PRIMA

CAYLEY COLOR DIGRAPH DARI GRUP SIKLIK Z DENGAN n BILANGAN PRIMA dega Bilaga Prima CAYLEY COLOR DIGRAPH DARI GRUP SIKLIK DENGAN BILANGAN PRIMA Abdul Jalil Sekolah Tiggi Kegurua Ilmu Pedidika PGRI Jombag Jl. Patimura III/0 zida_hilma@yahoo.com Abstrak Peelitia ii merupaka

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Pengertian

TINJAUAN PUSTAKA Pengertian TINJAUAN PUSTAKA Pegertia Racaga peelitia kasus-kotrol di bidag epidemiologi didefiisika sebagai racaga epidemiologi yag mempelajari hubuga atara faktor peelitia dega peyakit, dega cara membadigka kelompok

Lebih terperinci

ISIAN SINGKAT! 1. Diberikan hasil kali digit digit dari n harus sama dengan 25

ISIAN SINGKAT! 1. Diberikan hasil kali digit digit dari n harus sama dengan 25 head office : Kompleks Sawaga Permai Blok A5 No.1A, Sawaga, Depok 16511 Telp.01-951 1160. cotact perso : 0-878787-1-8585 / 081-8691-10 Bidag Studi Kode Berkas Waktu : Matematika : MA-L01 (solusi) : 90

Lebih terperinci

oleh hasil kali Jika dan keduanya fungsi yang dapat didiferensialkan, maka

oleh hasil kali Jika dan keduanya fungsi yang dapat didiferensialkan, maka Itegral etu Jika fugsi kotiu yag didefiisika utuk, kita bagi selag mejadi selag bagia berlebar sama Misalka berupa titik ujug selag bagia ii da pilih titik sampel di dalam selag bagia ii, sehigga terletak

Lebih terperinci

INVERS TERGENERALISASI MATRIKS ATAS ALJABAR MAXPLUS Musthofa Jurusan Pendidikan Matematika FMIPA UNY

INVERS TERGENERALISASI MATRIKS ATAS ALJABAR MAXPLUS Musthofa Jurusan Pendidikan Matematika FMIPA UNY INVERS TERGENERALISASI MATRIKS ATAS ALJABAR MAXPLUS Musthofa Jurusa Pedidika Matematika FMIPA UNY musthofa@uy.ac.id Abstrak Jika A matriks atas lapaga, maka pasti terdapat dega tuggal suatu matriks B yag

Lebih terperinci

Deret Fourier. Modul 1 PENDAHULUAN

Deret Fourier. Modul 1 PENDAHULUAN Modul Deret Fourier Prof. Dr. Bambag Soedijoo P PENDAHULUAN ada modul ii dibahas masalah ekspasi deret Fourier Sius osius utuk suatu fugsi periodik ataupu yag diaggap periodik, da dibahas pula trasformasi

Lebih terperinci

Barisan. Barisan Tak Hingga Kekonvergenan barisan tak hingga Sifat sifat barisan Barisan Monoton. 19/02/2016 Matematika 2 1

Barisan. Barisan Tak Hingga Kekonvergenan barisan tak hingga Sifat sifat barisan Barisan Monoton. 19/02/2016 Matematika 2 1 Barisa Barisa Tak Higga Kekovergea barisa tak higga Sifat sifat barisa Barisa Mooto 9/0/06 Matematika Barisa Tak Higga Secara sederhaa, barisa merupaka susua dari bilaga bilaga yag urutaya berdasarka bilaga

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. matematika secara numerik dan menggunakan alat bantu komputer, yaitu:

BAB II LANDASAN TEORI. matematika secara numerik dan menggunakan alat bantu komputer, yaitu: 4 BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Model matematis da tahapa matematis Secara umum tahapa yag harus ditempuh dalam meyelesaika masalah matematika secara umerik da megguaka alat batu komputer, yaitu: 2.1.1 Tahap

Lebih terperinci

DERET TAK HINGGA (INFITITE SERIES)

DERET TAK HINGGA (INFITITE SERIES) MATEMATIKA II DERET TAK HINGGA (INFITITE SERIES) sugegpb.lecture.ub.ac.id aada.lecture.ub.ac.id BARISAN Barisa merupaka kumpula suatu bilaga (atau betuk aljabar) yag disusu sehigga membetuk suku-suku yag

Lebih terperinci