BAB 2 LANDASAN TEORI Operasi Riset (Operation Research)

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB 2 LANDASAN TEORI Operasi Riset (Operation Research)"

Transkripsi

1 BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1. Operasi Riset (Operatio Research) Meurut Operatio Research Society of Great Britai, operatio research adalah peerapa metode-metode ilmiah dalam masalah yag kompleks da suatu pegelolaa system maajeme yag besar, baik yag meyagkut mausia, mesi, baha da uag dalam idustry, bisis, pemeritaha da pertahaa. Pedekata ii meggabugka da meerapka metode ilmiah yag sagat kompleks dalam suatu pegelolaa maajeme dega megguaka faktor-faktor produksi yag ada da diguaka secara efektif da efesie utuk membatu pegambila keputusa dalam kebijaka suatu perusahaa. Defiisi lai meurut Operatio Research Society of America (ORSA), operatio research berkaita dega pegambila keputusa secara ilmiah da bagaimaa membuat suatu model yag baik dalam meracag da mejalaka sistem yag melalui alokasi sumber daya yag terbatas. Iti dari beberapa kesimpula di atas adalah bagaimaa proses pegambila keputusa yag optimal dega megguaka alat aalisis yag ada da adaya keterbatasa sumber daya. 2.2.Pegertia Program Diamik Program Diamik adalah suatu tekik matematika yag diguaka utuk megoptimalka proses pegambila keputusa secara bertahap-gada. Dalam tekik ii, keputusa yag meyagkut suatu persoala dioptimalka secara bertahap da buka secara sekaligus. Jadi iti dari tekik ii adalah membagi satu persoala atas beberapa bagia persoala yag dalam program diamik disebut tahap. Kemudia memecahka tiap tahap dega megoptimalka keputusa atas tiap tahap sampai seluruh persoala telah terpecahka. Keputusa yag optimal atas seluruh persoala ialah kumpula dari sejumlah keputusa optimal atas seluruh tahap yag kemudia disebut sebagai kebijaka optimal. (P.Siagia, 1987)

2 Programasi diamik memberika prosedur yag sistematis utuk peetua kombiasi pegambila keputusa yag memaksimumka keseluruha efektivitas. Berbeda dega Liier Programmig, dalam program diamik tidak ada rumusa (formulasi) matematis stadard. Program diamik lebih merupaka suatu tipe pedekata umum utuk pemecaha masalah da persamaa-persamaa khusus yag aka diguaka harus dikembagka sesuai dega setiap situasi idividual (Aidawayati R. 2013) Pedekata program diamik didasarka pada prisip optimasi Bellma (1950) yag megataka : Suatu kebijaka optimal mempuyai sifat bahwa apa pu keadaa da keputusa awal, keputusa berikutya harus membetuk suatu kebijaka optimal dega memperhatika keadaa dari hasil keputusa pertama. Prisip ii megadug arti bahwa : 1. Diperkeaka utuk megambil keputusa yag layak bagi tahap persoala yag masih tersisa tapa melihat kembali keputusakeputusa masa lalu atau tahap-tahap terdahulu 2. Dalam ragkaia keputusa yag telah diambil, hasil dari masig tergatug pada hasil keputusa sebelumya dalam ragkaia. Program Diamik merupaka ragkaia prosedur yag megoptimalka dimaa diberi fugsi objektif yag disebut hasil da fugai biaya yag tergatug apakah fugsi aka dimaksimumka atau dimiimumka. Berkeaa dega variabel yag maa aka dioptimalka disebut keputusa. Masalah dibuat adalah dugaa dalam program diamik atau tahap. Dega cara ii masalah dipecah mejadi beberapa tahap atau poit waktu da tujua setiap tahap memilih keputusa optimal sehigga fugsi objektif medapat ilai optimal dari tahap-tahap tersebut. Dega memilih keputusa khusus yag diberika suatu tahap dapat mempegaruhi jalaya proses yag disusu utuk iterval selajutya. Proses ii dilakuka sepajag iterval yag berhubuga.

3 Sehigga dasar program diamik adalah tekik yag memilih cara yag palig optimal dari atara semua cara yag mugki sehigga fugsi objektif yag diberika ( dimaa umumya tergatug pada cara yag diikuti atau dipakai da keputusa yag diambil) adalah optimal. Dalam ragkaia aka selalu berfikir optimis yag aka mejadi prosedur memiimumka jika diketahui memiimumka adalah fugsi yag dituliska fugsi egative dari memaksimumka. P.Siagia (1987) megemukaka bahwa prosedur pemecaha persoala dalam program diamik dilakuka secara rekursif. Ii berarti bahwa setiap kali megambil keputusa, harus memperhatika keadaa yag dihasilka oleh keputusa sebelumya. Karea itu, keadaa yag diakibatka oleh suatu keputusa sebelumya da merupaka ladasa bagi keputusa berikutya, sehigga kosep tetag keadaa adalah sagat petig. Tahap 1 Tahap 2 Tahap 3 Tahap 4 b 31 1 P 31 b 11 1 P 11 b 21 P 21 b P 32 b P 41 0 b 12 2 P 12 b 32 P 31 b 33 P 33 b 42 b 13 P P 42 3 b 34 P 34 4 Gambar 2.1. Diagram Jariga Keputusa

4 Secara umum dapat diyataka bahwa : 1. b 11 = b ij yag meyataka b di maa i = 1 da j = 1, hal yag sama berlaku utuk P 11 yaki P 11 = P ij. 2. Tahap i diperluas dega alteratif recaa perluasa j. 3. Besara-besara b ij meyataka jumlah biaya yag diperluka utuk perluasa da P ij meyataka jumlah peroleha dari tahap i utuk recaa perluasa j. 4. b ij = P ij = 0 utuk alteratif awal yaitu tapa perluasa sama sekali. Keistimewaa dasar yag mecirika masalah program diamik adalah : 1. Permasalaha dapat dibagi-bagi dalam tahap-tahap, dega suatu keputusa kebijaka (policy decisio) diperluka di setiap tahap, masalah program diamik memerluka pembuata suatu uruta keputusa yag salig berhubuga, di maa setiap keputusa berhubuga dega suatu tahap permasalaha. 2. Setiap tahap memiliki sejumlah keada (state) yag bersesuaia. Secara umum, keadaa adalah berbagai kodisi yag mugki, dimaa system berada pada tahap tertetu dari keseluruha permasalaha. 3. Pegaruh keputusa kebijaka pada setiap tahap adalah utuk merubah keadaa sekarag mejadi keada yag salig berkaita dega tahap berikutya. 4. Prosedur peyelesaia diracag utuk meemuka suatu kebijaka optimal utuk keseluruha masalah, yaitu pemberia keputusa kebijaka optimal pada setiap tahap utuk setiap kemugkia keada. 5. Bila diketahui keadaa sekarag, kebijaka optimal utuk tahap-tahap yag tersisa adalah bebas terhadap kebijaka yag dipakai pada tahaptahap sebelumya. Ii adalah prisip keoptimala program diamik 6. Prosedur peyelesaia dimulai dega meemuka kebijaka optimal utuk tahap terakhir. Kebijaka optimal utuk tahap terakhir memberika keputusa kebijaka optimal utuk setiap kemugkia keadaa pada tahap tersebut.

5 7. Tersedia hubuga rekursif yag megidetifikasi kebijaka optimal pada tahap, bila diketahui kebijaka optimal utuk tahap (+1). Dega demikia utuk meemuka keputusa kebijaka optimal, bila dimulai pada keadaa s pada tahap, memerluka peemua ilai yag megoptimalka. Dega megguaka ilai x da megikuti kebijaka optimal bila dimulai dari keadaa pada tahap (+1). Betuk pasti dari hubuga rekursif berbeda-beda diatara masalahmasalah program diamik. Aka tetapi otasi yag serupa ii dapat terus diguaka seperti yag di rigkas sebagai berikut : N = bayakya tahap = label utuk tahap sekarag ( = 1, 2, 3,..., N) s x * x f (s, x ) = keadaa sekarag utuk tahap = peubah keputusa utuk tahap = ilai optimal x (diketahui S ) = kotribusi tahap, +1,..., N kepada fugsi tujua bila sistem dimulai dari keadaa s pada tahap, keputusa sekarag adalah x da keputusa optimal dibuat sesudahya. f * (s ) = f (s, x * ) Hubuga rekursif aka selalu memiliki betuk : f * (s ) = max {f (s, x )} atau f * (s ) = mi {f (s, x )} dimaa f (s, x ) aka diyataka dalam s, x, f * +1(s +1 ) da mugki beberapa ukura tetag keefektifa (atau ketidakefektifa) tahap pertama dari x. Hubuga rekursif diamaka demikia karea hubuga tersebut selalu berulag setiap bergerak ke belakag tahap demi tahap. Bila tahap sekarag beromor dituruka satu tahap, maka fugsi f * (s ) baru aka dituruka megguaka f * +1(s +1 ) yag baru saja dituruka dalam iterasi sebelumya, proses ii berulag terus.

6 8. Bila megguaka hubuga rekursif ii, prosedur peyelesaia bergerak mudur tahap demi tahap setiap kali meemuka kebijaka optimal utuk tahap tersebut sampai ditemuka kebijaka optimal yag dimulai dari tahap awal Program Diamik Determiistik Pedekata program diamik ke masalah determiistik, dimaa keadaa pada tahap berikut ditetuka sepeuhya oleh keadaa da keputusa kebijaka pada tahap sekarag. Pada tahap proses aka berada pada suatu keadaa s. Pembuata keputusa kebijaka x selajutya meggerakka proses ke keadaa s +1 pada tahap (+1). Kotribusi sesudahya terhadap fugsi tujua di bawah kebijaka yag optimal telah dihitug sebelumya sebagai f* +1 (s +1 ). Keputusa kebijaka x juga meberika kotribusi kepada fugsi tujua. Kombiasi kedua ilai ii dega bear aka memberika f (S, x ) yaitu kotribusi tahap ke depa kepada fugsi tujua. Pegoptimala terhadap x f *(s ) = f (s, x *). Setelah ditemuka x * da f *(s ) utuk setiap ilai s, prosedur peyelesaia sekarag bergerak mudur satu tahap. Program diamik determiistik dapat diuraika dega diagram yag ditujukka dibawah ii : Stage Stage + 1 State s S +1 f (s, x ) Kotribusi dari x f* +1 (s +1 ) Gambar 2.2. Program Diamik Determiistik. Keteraga Satu cara dari kategori masalah program diamik determiistik adalah dega fugsi objektif. Misalya, memperkecil jumlah kotribusi dari masig-masig tahap (seperti masalah perhetia), atau utuk memaksimalka. Kategori lai dalam himpua asli

7 dari tahap utuk respective tahap. Secara khusus, status s mugki dapat digatika dega variabel status yag diskrit (seperti masalah perhetia) atau dega variabel tahap yag kotiu, atau mugki tahap vektor (lebih dari satu variabel) diperluka Program Diamik Probabilistik Program Diamik Probabilistik berbeda dega Program Diamik Determiistik. Di maa pemrograma diamik Determiistik, pada tahap berikutya sepeuhya ditetuka oleh keadaa da keputusa kebijaka pada tahap sebelumya, sedagka pemrograma diamik probabilistik terdapat suatu probabilitas keadaa medatag yag distribusi peluag ii tetap ditetuka oleh keadaa da keputusa kebijaka pada keadaa sebelumya (Aidawayati R. 2013) Terdapat dua hal dalam pemrograma diamik probabilistik yaitu : 1. Stage berikutya tidak seluruhya ditetuka oleh stage da keputusa pada stage saat ii, tetapi ada suatu distribusi kemugkia megeai apa yag aka terjadi. 2. Distribusi kemugkia ii masih seluruhya ditetuka oleh state da keputusa pada stage saat ii. Struktur dasar dalam pemrograma diamik probabilistik diuraika pada gambar berikut :

8 1 f* (+1) (1) Probabilitas c 1 keadaa keputusa p 1 S x p 1 c 2 2 f* (+1) (2) f (s, x ) p s c s s f* (+1) (s) Gambar 2.3. Diamik Probabilistik Dimaa : a. s melambagka bayakya keadaa yag mugki pada tahap (stage) + 1 da keadaa ii didambarka pada sisisebelah kaa sebagai 1, 2,,s (p 1, p 1,, p s ) adalah distribusi kemugkia dari terjadiya suatu state berdasarka state s da keputusa x pada stage b. c i adalah kotribusi dari stage terhadap fugsi tujua jika state berubah mejadi state i c. f (s,x ) meujukka jumlah ekspektasi miimal dari tahap ke depa, dega diberika status da keputusa pada tahap masig-masig s da x Karea adaya struktur probabilistik, hubuga atara f (s,x ) da f +1 (s,x ) agak lebih rumit dari pada utuk pemrograma diamik determiistik. Betuk yag tepat dari hubuga tersebut tergatug pada betuk fugsi tujua secara umum. Dalam pemrograma diamik probabilistik juga terdapat hubuga

9 rekursif yag megidetifikasi kebijaka optimal. Ada dua prosedur rekursif dalam pemrograma probabilistik yaitu : a. Forward Rescursive equatio (perhituga dari depa ke belakag). Program diamik bergerak dari tahap 1 sampai tahap. Peubah keputusa adalah x 1, x 2, x, b. Backward Recursive equatio (perhituga dari belakag ke depa). Program diamik bergerak mulai dari, terus mudur ke tahap -1, -2, da seterusya sampai tahap 1. Peubah keputusa adalah x, x -1,,x 1 Sebagai ilustrasi, misalka tujuaya adalah miimalka jumlah yag diharapka da kotribusi tahap-tahap secara terpisah. Pada kasus ii f (s,x ) meggambarka jumlah miimal yag diharapka dari tahap da seterusya, bila diketahui bahwa keadaa da keputusa kebijaka pada tahap adalah s da x akibatya, f (s, x ) = p i [c i + f +1 (i)] i=1 Dega f* +1 (i) = miimal f +1 = miimal { f +1 (i, x +1 )} Dimaa miimal ii di buat di atas ilai kelayaka bagi x +1 Pegguaa program diamik probabilistik selalu di pakai dalam game (permaia), peambaha peolaka (reject allowece) atau jumlah tambaha produk yag diproduksi, da lai-lai Perumusa Masalah dalam program Diamik Perlu diteragka bahwa yag dimaksud dega perawat dalam peulisa skripsi ii adalah perawat-perawat yag bekerja disetiap ruaga di rumah sakit. Perawatperawat dialokasika utuk meigkatka pelayaa kesehata dirumah sakit tersebut. Oleh sebab itu maajeme harus mempuyai peempata yag baik dalam meempatka teaga kerja di setiap shift. Pegalokasia teaga kerja tersebut harus dapat meigkatka pelayaa medis yag diberika kepada pasie yag datag.

10 Bila teaga perawat tersebut dibagi mejadi beberapa kelompok maka maajeme rumah sakit perlu meetuka berapa bayak teaga perawat utuk dialokasika disetiap shift dimaa shift tersebut ada tiga bagia yaitu pagi, siag da malam, gua memaksimumka keefektifa total dari teaga kerja. Bayakya teaga kerja yag aka dialokasika adalah bilaga bulat. Perumusa masalah ii memerluka pembuata tiga keputusa yag salig berkaita, yaitu berapa bayak teaga kerja utuk dialokasika ke setiap shift. Dega demikia walaupu tidak ada uruta tetap, ketiga shift ii dapat di aggap sebagai tahap dalam rumusa program diamik. Peubah keputusa x ( = 1, 2, 3) adalah bayakya kelompok yag dialokasika ke tahap (shift). 2.4.Program Diamik dalam Perhituga Mudur da Perhituga Maju. Dalam program diamik perhituga dalam tahap-tahap dega merici masalah mejadi beberapa bagia masalah. Setiap bagia masalah kemudia dipertimbagka secara terpisah dega tujua utuk meguragi jumlah da kerumita perhituga. Tetapi, karea semua bagia masalah salig bergatug maka harus dipikirka sebuah prosedur utuk meghubugka perhituga dega cara yag mejami bahwa pemecaha yag layak utuk tiap-tiap tahap juga layak utuk keseluruha masalah. Gagasa program diamik secara praktis meghilagka pegaruh salig ketergatuga atara tahap-tahap dega meghubugka defiisi suatu keadaa dega setiap tahap. Suatu keadaa bisa didefiisika utuk meujukka status batasa yag megikat semua tahap secara bersama-sama. 1. Utuk program diamik yag aka diselesaika dega perhituga mudur (backward recursive), maka perhituga tahap utuk medapatka keputusa optimal dimulai dari keadaa dari masalah yag akhir ke masalah pertama. f 0 (x 0 ) = 0 f *(s ) = opt { p (x ) f* +1 (s x )}, = N,, 1 dimaa :

11 f *(s ) s s x x N : fugsi optimum : state (status) : fugsi trasisi : tahap ke : variabel keputusa. : bayakya tahap Aidawayati Ragkuti (2013) meujukka kosep keadaa pada Rekursif mudur (backward recursive) pada gambar dibawah ii: x 1 x 2 x 3 S 1 s 1 S s S N N s N g 1 g g N Gambar 2.4. kosep keadaa rekursif mudur 2. Utuk program diamik yag aka diselesaika dega perhituga maju (fordward recursive), maka perhituga tahap utuk medapatka keputusa optimal di mulai dari keadaa masalah yag pertama ke masalah yag terakhir. f 0 (x 0 ) = 0 f *(s ) = opt { p (x ) f* -1 (s x )} = 1,, N dimaa : f *(s ) s s x : fugsi optimum : state (status) : fugsi trasisi : tahap ke

12 x N : variabel keputusa. : bayakya tahap Aidawayati Ragkuti (2013) meujukka kosep keadaa pada Rekursif mudur (backward recursive) pada gambar dibawah ii : x 1 x x N S 1 s 1 S s S N N s N g 1 g g N Gambar 2.5. kosep keadaa rekursif maju perbedaa pokok atara metode forward da backward terletak dalam cara medefiisika state. Simbol meyataka hubuga matematik atara s dega x, misalya tambah, kurag, kali, akar da lai-lai. Dega megguaka hubuga rekursif ii, prosedur peyelesaia bergerak dari tahap ke tahap sampai kebijaksaaa optimum tahap terakhir ditemuka. Sekali kebijaksaaa optimum tahap telah ditemuka, kompoe keputusa dapat ditemuka kembali dega melacak balik melalui fugsi trasisi tahap Formulasi Problema Program Diamik Sesuai dega permasalaha yag telah dirumuska maka yag aka mejadi tujua utama adalah meetapka tigkat pegadaa teaga kerja berdasarka peambaha/peguraga teaga kerja yag optimal utuk setiap shift sesuai dega kebutuha. Selajutya otasi yag diguaka : N = Bayakya tahap = omor tahap, = 1, 2, 3,,

13 x = bayakya teaga kerja yag dialokasika ke tahap s = bayakya teaga kerja yag masih tersedia utuk dialokasika pada shift (tahap) yag tersisa ke tahap (1,,) p i (x i ) = jumlah teaga kerja utuk pegalokasia x i orag ke shift i. Dibawah ii perlu diteragka beberapa termiologi atara lai : Tahap (stage ) adalah masa pegadaa teaga kerja ( dalam hal ii disebut shift). Maka dega demikia masalah ii memiliki tiga tahap sehigga omor tahap tersebut adalah = 1, 2, 3 Keadaa (state) adalah alteratif-alteratif dalam setiap tahap. Dalam hal ii tigkat pegadaa teaga kerja adalah variabel keadaa (s i ) 2.6. Pegambila Keputusa Prosedur pemecaha dalam program diamik dilakuka secara rekursif. Ii berarti bahwa setiap kali megambil keputusa harus memperhatika keadaa yag dihasilka oleh keputusa sebelumya. Karea itu, keadaa yag diakibatka oleh keputusa didasarka pada keadaa dari keputusa sebelumya da merupaka ladasa bagi keputusa berikutya. Sehigga kosep tetag keadaa adalah sagat petig sekali. Karea keadaa adalah berubah dari tahap ke tahap berikutya maka ilai setiap tahap aka meggambarka kodisi dari satu proses keputusa megubah keadaa lama (awal) mejadi keadaa baru ( akhir ). Keadaa baru mejadi ladasa bagi keputusa baru, da keputusa baru megubah keadaa baru (awal) mejadi lebih baru lagi (akhir), demikia seterusya proses ii berlagsug. Kareaya hasil yag diharapka dari satu keputusa tergatug dari awal da akhir dari keadaa utuk keputusa tersebut da kemudia mejumlahka seluruhya sebagai satu ragkaia keputusa yag maksimumka hasil atau peroleha. optimal. Pegambila keputusa tidak lai dari peetua x i da s i sehigga f i

14 Tujua dari peulisa ii meemuka x 1, x 2, x 3,, x sehigga : megoptimalka jumlah teaga perawat = opt i=1 p i x i dimaa: p i (x i ) adalah jumlah teaga kerja utuk pegalokasia x i orag ke shift i. Dega kedala : x i = s x i adalah bilaga bulat tidak egatif Dega megguaka otasi, maka f (s, x ) adalah 1 f (s, x ) = p (x ) + opt p i (x i ) i=+1 Dimaa : f (s, x ) p (x ) : meujukka kotribusi tahap : jumlah teaga kerja utuk pegalokasia tahap da f *(s ) = opt x =0,1,,s f (s, x ) jadi f (s, x ) = p (x ) + f +1 *(s -x ) dimaa : f +1 *(s -x ) meujukka kotribusi yag optimal. Akibatya, hubuga rekursif yag berhubuga dega fugsi f 1 *, f 2 *,, f * utuk masalah ii adalah : f *(s ) = opt x =0,1,,s { p (x ) + f +1 *(s -x )} utuk = 1, 2,,

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakag Dalam keadaa dimaa meghadapi persoala program liier yag besar, maka aka berusaha utuk mecari peyelesaia optimal dega megguaka algoritma komputasi, seperti algoritma

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Analisis regresi menjadi salah satu bagian statistika yang paling banyak aplikasinya.

BAB 1 PENDAHULUAN. Analisis regresi menjadi salah satu bagian statistika yang paling banyak aplikasinya. BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakag Aalisis regresi mejadi salah satu bagia statistika yag palig bayak aplikasiya. Aalisis regresi memberika keleluasaa kepada peeliti utuk meyusu model hubuga atau pegaruh

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB PENDAHULUAN. Latar Belakag Statistika iferesi merupaka salah satu cabag statistika yag bergua utuk meaksir parameter. Peaksira dapat diartika sebagai dugaa atau perkiraa atas sesuatu yag aka terjadi

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Pengertian

TINJAUAN PUSTAKA Pengertian TINJAUAN PUSTAKA Pegertia Racaga peelitia kasus-kotrol di bidag epidemiologi didefiisika sebagai racaga epidemiologi yag mempelajari hubuga atara faktor peelitia dega peyakit, dega cara membadigka kelompok

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Matematika merupakan suatu ilmu yang mempunyai obyek kajian

BAB I PENDAHULUAN. Matematika merupakan suatu ilmu yang mempunyai obyek kajian BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakag Masalah Matematika merupaka suatu ilmu yag mempuyai obyek kajia abstrak, uiversal, medasari perkembaga tekologi moder, da mempuyai pera petig dalam berbagai disipli,

Lebih terperinci

Mata Kuliah : Matematika Diskrit Program Studi : Teknik Informatika Minggu ke : 4

Mata Kuliah : Matematika Diskrit Program Studi : Teknik Informatika Minggu ke : 4 Program Studi : Tekik Iformatika Miggu ke : 4 INDUKSI MATEMATIKA Hampir semua rumus da hukum yag berlaku tidak tercipta dega begitu saja sehigga diraguka kebearaya. Biasaya, rumus-rumus dapat dibuktika

Lebih terperinci

6. Pencacahan Lanjut. Relasi Rekurensi. Pemodelan dengan Relasi Rekurensi

6. Pencacahan Lanjut. Relasi Rekurensi. Pemodelan dengan Relasi Rekurensi 6. Pecacaha Lajut Relasi Rekuresi Relasi rekuresi utuk dereta {a } adalah persamaa yag meyataka a kedalam satu atau lebih suku sebelumya, yaitu a 0, a,, a -, utuk seluruh bilaga bulat, dega 0, dimaa 0

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Integral adalah salah satu konsep penting dalam Matematika yang

BAB I PENDAHULUAN. Integral adalah salah satu konsep penting dalam Matematika yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakag Masalah Itegral adalah salah satu kosep petig dalam Matematika yag dikemukaka pertama kali oleh Isac Newto da Gottfried Wilhelm Leibiz pada akhir abad ke-17. Selajutya

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. matematika secara numerik dan menggunakan alat bantu komputer, yaitu:

BAB II LANDASAN TEORI. matematika secara numerik dan menggunakan alat bantu komputer, yaitu: 4 BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Model matematis da tahapa matematis Secara umum tahapa yag harus ditempuh dalam meyelesaika masalah matematika secara umerik da megguaka alat batu komputer, yaitu: 2.1.1 Tahap

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB PENDAHULUAN. Latar Belakag Didalam melakuka kegiata suatu alat atau mesi yag bekerja, kita megeal adaya waktu hidup atau life time. Waktu hidup adalah lamaya waktu hidup suatu kompoe atau uit pada

Lebih terperinci

BAB VIII KONSEP DASAR PROBABILITAS

BAB VIII KONSEP DASAR PROBABILITAS BAB VIII KONSEP DASAR PROBABILITAS 1.1. Pedahulua Dalam pertemua ii Ada aka mempelajari beberapa padaga tetag permutasi da kombiasi, fugsi da metode perhituga probabilitas, da meghitug probabilitas. Pada

Lebih terperinci

BAB III PEMBAHASAN. Pada BAB III ini akan dibahas mengenai bentuk program linear fuzzy

BAB III PEMBAHASAN. Pada BAB III ini akan dibahas mengenai bentuk program linear fuzzy BAB III PEMBAHASAN Pada BAB III ii aka dibahas megeai betuk program liear fuzzy dega koefisie tekis kedala berbetuk bilaga fuzzy da pembahasa peyelesaia masalah optimasi studi kasus pada UD FIRDAUS Magelag

Lebih terperinci

Pemrograman Dinamis (Dynamic Programming) Materi

Pemrograman Dinamis (Dynamic Programming) Materi 0/8/009 Pemrograma Diamis (Dyamic Programmig) Kuliah 04-05 TI Peelitia Operasioal II Materi Pegatar Masalah pemrograma diamis determiistik Masalah pemrograma diamis probabilistik TI Peelitia Operasioal

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah BAB ENDAHULUAN. Latar Belakag Masalah Dalam kehidupa yata, hampir seluruh feomea alam megadug ketidak pastia atau bersifat probabilistik, misalya pergeraka lempega bumi yag meyebabka gempa, aik turuya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Universitas Sumatera Utara

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Universitas Sumatera Utara BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakag Salah satu pera da fugsi statistik dalam ilmu pegetahua adalah sebagai. alat aalisis da iterpretasi data kuatitatif ilmu pegetahua, sehigga didapatka suatu kesimpula

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1. Optimasi 2.1.1. Pegertia Optimasi Optimasi (Optimizatio) adalah aktivitas utuk medapatka hasil terbaik di bawah keadaa yag diberika. Tujua akhir dari semua aktivitas tersebut

Lebih terperinci

PERBANDINGAN METODE HUNGARIAN DAN PENDEKATAN PROGRAM DINAMIS DALAM PEMECAHAN ASSIGNMENT PROBLEM

PERBANDINGAN METODE HUNGARIAN DAN PENDEKATAN PROGRAM DINAMIS DALAM PEMECAHAN ASSIGNMENT PROBLEM PERBANDINGAN METODE HUNGARIAN DAN PENDEKATAN PROGRAM DINAMIS DALAM PEMECAHAN ASSIGNMENT PROBLEM Budi Marpaug Fakultas Tekik Jurusa Tekik Idustri Uiversitas Kriste Krida Wacaa budimarpg_ti@yahoo.com Abstract

Lebih terperinci

IV. METODE PENELITIAN

IV. METODE PENELITIAN IV. METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi da Waktu peelitia Peelitia dilakuka pada budidaya jamur tiram putih yag dimiliki oleh usaha Yayasa Paguyuba Ikhlas yag berada di Jl. Thamri No 1 Desa Cibeig, Kecamata Pamijaha,

Lebih terperinci

BAB III ECONOMIC ORDER QUANTITY MULTIITEM DENGAN MEMPERTIMBANGKAN WAKTU KADALUARSA DAN FAKTOR DISKON

BAB III ECONOMIC ORDER QUANTITY MULTIITEM DENGAN MEMPERTIMBANGKAN WAKTU KADALUARSA DAN FAKTOR DISKON BAB III ECONOMIC ORDER QUANTITY MULTIITEM DENGAN MEMPERTIMBANGKAN WAKTU KADALUARA DAN FAKTOR DIKON 3.1 Ecoomic Order Quatity Ecoomic Order Quatity (EOQ) merupaka suatu metode yag diguaka utuk megedalika

Lebih terperinci

REGRESI LINIER DAN KORELASI. Variabel bebas atau variabel prediktor -> variabel yang mudah didapat atau tersedia. Dapat dinyatakan

REGRESI LINIER DAN KORELASI. Variabel bebas atau variabel prediktor -> variabel yang mudah didapat atau tersedia. Dapat dinyatakan REGRESI LINIER DAN KORELASI Variabel dibedaka dalam dua jeis dalam aalisis regresi: Variabel bebas atau variabel prediktor -> variabel yag mudah didapat atau tersedia. Dapat diyataka dega X 1, X,, X k

Lebih terperinci

2 BARISAN BILANGAN REAL

2 BARISAN BILANGAN REAL 2 BARISAN BILANGAN REAL Di sekolah meegah barisa diperkealka sebagai kumpula bilaga yag disusu meurut "pola" tertetu, misalya barisa aritmatika da barisa geometri. Biasaya barisa da deret merupaka satu

Lebih terperinci

Pendugaan Selang: Metode Pivotal Langkah-langkahnya 1. Andaikan X1, X

Pendugaan Selang: Metode Pivotal Langkah-langkahnya 1. Andaikan X1, X Pedugaa Selag: Metode Pivotal Lagkah-lagkahya 1. Adaika X1, X,..., X adalah cotoh acak dari populasi dega fugsi kepekata f( x; ), da parameter yag tidak diketahui ilaiya. Adaika T adalah peduga titik bagi..

Lebih terperinci

Institut Teknologi Sepuluh Nopember Surabaya. Model Sistem dalam Persamaan Keadaan

Institut Teknologi Sepuluh Nopember Surabaya. Model Sistem dalam Persamaan Keadaan Istitut Tekologi Sepuluh Nopember Surabaya Model Sistem dalam Persamaa Keadaa Pegatar Materi Cotoh Soal Rigkasa Latiha Pegatar Materi Cotoh Soal Rigkasa Istilah-istilah Dalam Persamaa Keadaa Aalisis Sistem

Lebih terperinci

Bab 3 Metode Interpolasi

Bab 3 Metode Interpolasi Baha Kuliah 03 Bab 3 Metode Iterpolasi Pedahulua Iterpolasi serig diartika sebagai mecari ilai variabel tergatug tertetu, misalya y, pada ilai variabel bebas, misalya, diatara dua atau lebih ilai yag diketahui

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian ini adalah penelitian pengembangan (research and

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian ini adalah penelitian pengembangan (research and BAB III METODE PENELITIAN A. Jeis Peelitia Jeis peelitia ii adalah peelitia pegembaga (research ad developmet), yaitu suatu proses peelitia utuk megembagka suatu produk. Produk yag dikembagka dalam peelitia

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakag Dalam duia iformatika, assigmet Problem yag biasa dibetuk dega matriks berbobot merupaka salah satu masalah terbesar, dimaa masalah ii merupaka masalah yag metode peyelesaiaya

Lebih terperinci

PERTEMUAN 13. VEKTOR dalam R 3

PERTEMUAN 13. VEKTOR dalam R 3 PERTEMUAN VEKTOR dalam R Pegertia Ruag Vektor Defiisi R Jika adalah sebuah bilaga bulat positif, maka tupel - - terorde (ordered--tuple) adalah sebuah uruta bilaga riil ( a ),a,..., a. Semua tupel - -terorde

Lebih terperinci

I. DERET TAKHINGGA, DERET PANGKAT

I. DERET TAKHINGGA, DERET PANGKAT I. DERET TAKHINGGA, DERET PANGKAT. Pedahulua Pembahasa tetag deret takhigga sebagai betuk pejumlaha suku-suku takhigga memegag peraa petig dalam fisika. Pada bab ii aka dibahas megeai pegertia deret da

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Variabel-variabel yang digunakan pada penelitian ini adalah:

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Variabel-variabel yang digunakan pada penelitian ini adalah: BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3. Variabel da Defiisi Operasioal Variabel-variabel yag diguaka pada peelitia ii adalah: a. Teaga kerja, yaitu kotribusi terhadap aktivitas produksi yag diberika oleh para

Lebih terperinci

PETA KONSEP RETURN dan RISIKO PORTOFOLIO

PETA KONSEP RETURN dan RISIKO PORTOFOLIO PETA KONSEP RETURN da RISIKO PORTOFOLIO RETURN PORTOFOLIO RISIKO PORTOFOLIO RISIKO TOTAL DIVERSIFIKASI PORTOFOLIO DENGAN DUA AKTIVA PORTOFOLIO DENGAN BANYAK AKTIVA DEVERSIFIKASI DENGAN BANYAK AKTIVA DEVERSIFIKASI

Lebih terperinci

Bab 7 Penyelesaian Persamaan Differensial

Bab 7 Penyelesaian Persamaan Differensial Bab 7 Peelesaia Persamaa Differesial Persamaa differesial merupaka persamaa ag meghubugka suatu besara dega perubahaa. Persamaa differesial diataka sebagai persamaa ag megadug suatu besara da differesiala

Lebih terperinci

Definisi Integral Tentu

Definisi Integral Tentu Defiisi Itegral Tetu Bila kita megedarai kedaraa bermotor (sepeda motor atau mobil) selama 4 jam dega kecepata 50 km / jam, berapa jarak yag ditempuh? Tetu saja jawabya sagat mudah yaitu 50 x 4 = 200 km.

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakag Maajeme risiko merupaka salah satu eleme petig dalam mejalaka bisis perusahaa karea semaki berkembagya duia perusahaa serta meigkatya kompleksitas aktivitas perusahaa

Lebih terperinci

1 n MODUL 5. Peubah Acak Diskret Khusus

1 n MODUL 5. Peubah Acak Diskret Khusus ODUL 5 Peubah Acak Diskret Khusus Terdapat beberapa peubah acak diskret khusus yag serig mucul dalam aplikasi. Peubah Acak Seragam ( Uiform) Bila X suatu peubah acak diskret dimaa setiap eleme dari X mempuyai

Lebih terperinci

Bab III Metoda Taguchi

Bab III Metoda Taguchi Bab III Metoda Taguchi 3.1 Pedahulua [2][3] Metoda Taguchi meitikberatka pada pecapaia suatu target tertetu da meguragi variasi suatu produk atau proses. Pecapaia tersebut dilakuka dega megguaka ilmu statistika.

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB PENDAHULUAN. Latar Belakag Permasalaha peugasa atau assigmet problem adalah suatu persoala dimaa harus melakuka peugasa terhadap sekumpula orag yag kepada sekumpula job yag ada, sehigga tepat satu

Lebih terperinci

i adalah indeks penjumlahan, 1 adalah batas bawah, dan n adalah batas atas.

i adalah indeks penjumlahan, 1 adalah batas bawah, dan n adalah batas atas. 4 D E R E T Kosep deret merupaka kosep matematika yag cukup populer da aplikatif khusuya dalam kasus-kasus yag meyagkut perkembaga da pertumbuha suatu gejala tertetu. Apabila perkembaga atau pertumbuha

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. kelas VIII semester ganjil SMP Sejahtera I Bandar Lampung tahun pelajaran 2010/2011

III. METODE PENELITIAN. kelas VIII semester ganjil SMP Sejahtera I Bandar Lampung tahun pelajaran 2010/2011 III. METODE PENELITIAN A. Latar Peelitia Peelitia ii merupaka peelitia yag megguaka total sampel yaitu seluruh siswa kelas VIII semester gajil SMP Sejahtera I Badar Lampug tahu pelajara 2010/2011 dega

Lebih terperinci

Pendekatan Nilai Logaritma dan Inversnya Secara Manual

Pendekatan Nilai Logaritma dan Inversnya Secara Manual Pedekata Nilai Logaritma da Iversya Secara Maual Moh. Affaf Program Studi Pedidika Matematika, STKIP PGRI BANGKALAN affafs.theorem@yahoo.com Abstrak Pada pegaplikasiaya, bayak peggua yag meggatugka masalah

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Bagi Negara yang mempunyai wilayah terdiri dari pulau-pulau yang dikelilingi lautan,

BAB 1 PENDAHULUAN. Bagi Negara yang mempunyai wilayah terdiri dari pulau-pulau yang dikelilingi lautan, BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakag Bagi Negara yag mempuyai wilayah terdiri dari pulau-pulau yag dikeliligi lauta, laut merupaka saraa trasportasi yag dimia, sehigga laut memiliki peraa yag petig bagi

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. Dalam tugas akhir ini akan dibahas mengenai penaksiran besarnya

BAB II LANDASAN TEORI. Dalam tugas akhir ini akan dibahas mengenai penaksiran besarnya 5 BAB II LANDASAN TEORI Dalam tugas akhir ii aka dibahas megeai peaksira besarya koefisie korelasi atara dua variabel radom kotiu jika data yag teramati berupa data kategorik yag terbetuk dari kedua variabel

Lebih terperinci

b. Penyajian data kelompok Contoh: Berat badan 30 orang siswa tercatat sebagai berikut:

b. Penyajian data kelompok Contoh: Berat badan 30 orang siswa tercatat sebagai berikut: Statistik da Peluag A. Statistik Statistik adalah metode ilmiah yag mempelajari cara pegumpula, peyusua, pegolaha, da aalisis data, serta cara pegambila kesimpula berdasarka data-data tersebut. Data ialah

Lebih terperinci

IV METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan waktu 4.2. Jenis dan Sumber Data 4.3 Metode Pengumpulan Data

IV METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan waktu 4.2. Jenis dan Sumber Data 4.3 Metode Pengumpulan Data IV METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi da waktu Peelitia ii dilakuka di PD Pacet Segar milik Alm Bapak H. Mastur Fuad yag beralamat di Jala Raya Ciherag o 48 Kecamata Cipaas, Kabupate Ciajur, Propisi Jawa Barat.

Lebih terperinci

FORECASTING (Peramalan)

FORECASTING (Peramalan) FORECASTING (Peramala) PENDAHULUAN Forecastig adalah ramala tetag apa yag aka terjadi dimasa yag aka datag. Forecast Demad atau peramala permitaa mejadi dasar yag sagat petig dalam perecaaa suatu keputusa

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI DAN PELAKSANAAN PENELITIAN. Perumusan - Sasaran - Tujuan. Pengidentifikasian dan orientasi - Masalah.

BAB III METODOLOGI DAN PELAKSANAAN PENELITIAN. Perumusan - Sasaran - Tujuan. Pengidentifikasian dan orientasi - Masalah. BAB III METODOLOGI DAN PELAKSANAAN PENELITIAN 3.1. DIAGRAM ALIR PENELITIAN Perumusa - Sasara - Tujua Pegidetifikasia da orietasi - Masalah Studi Pustaka Racaga samplig Pegumpula Data Data Primer Data Sekuder

Lebih terperinci

kesimpulan yang didapat.

kesimpulan yang didapat. Bab ii merupaka bab peutup yag merupaka hasil da kesimpula dari pembahasa serta sara peulis berdasarka kesimpula yag didapat. BAB LANDASAN TEORI. Kosep Dasar Peramala Peramala adalah kegiata utuk memperkiraka

Lebih terperinci

BAB VII RANDOM VARIATE DISTRIBUSI DISKRET

BAB VII RANDOM VARIATE DISTRIBUSI DISKRET BAB VII RANDOM VARIATE DISTRIBUSI DISKRET Diskret radom variabel dapat diguaka utuk berbagai radom umber yag diambil dalam betuk iteger. Pola kebutuha ivetori (persediaa) merupaka cotoh yag serig diguaka

Lebih terperinci

Pedahulua Hipotesis: asumsi atau dugaa semetara megeai sesuatu hal. Ditutut utuk dilakuka pegeceka kebearaya. Jika asumsi atau dugaa dikhususka megeai

Pedahulua Hipotesis: asumsi atau dugaa semetara megeai sesuatu hal. Ditutut utuk dilakuka pegeceka kebearaya. Jika asumsi atau dugaa dikhususka megeai PENGUJIAN HIPOTESIS Pedahulua Hipotesis: asumsi atau dugaa semetara megeai sesuatu hal. Ditutut utuk dilakuka pegeceka kebearaya. Jika asumsi atau dugaa dikhususka megeai ilai-ilai parameter populasi,

Lebih terperinci

BAB 3 METODE PENELITIAN

BAB 3 METODE PENELITIAN BAB 3 METODE PENELITIAN 3.1 Disai Peelitia Tujua Jeis Peelitia Uit Aalisis Time Horiso T-1 Assosiatif survey Orgaisasi Logitudial T-2 Assosiatif survey Orgaisasi Logitudial T-3 Assosiatif survey Orgaisasi

Lebih terperinci

Distribusi Sampling (Distribusi Penarikan Sampel)

Distribusi Sampling (Distribusi Penarikan Sampel) Distribusi Samplig (Distribusi Pearika Sampel) 1. Pedahulua Bidag Iferesia Statistik membahas geeralisasi/pearika kesimpula da prediksi/ peramala. Geeralisasi da prediksi tersebut melibatka sampel/cotoh,

Lebih terperinci

Secara umum, suatu barisan dapat dinyatakan sebagai susunan terurut dari bilangan-bilangan real:

Secara umum, suatu barisan dapat dinyatakan sebagai susunan terurut dari bilangan-bilangan real: BARISAN TAK HINGGA Secara umum, suatu barisa dapat diyataka sebagai susua terurut dari bilaga-bilaga real: u 1, u 2, u 3, Barisa tak higga merupaka suatu fugsi dega domai berupa himpua bilaga bulat positif

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. kuantitatif karena bertujuan untuk mengetahui kompetensi pedagogik mahasiswa

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. kuantitatif karena bertujuan untuk mengetahui kompetensi pedagogik mahasiswa 54 BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Jeis Peelitia Peelitia ii merupaka peelitia deskriptif dega pedekata kuatitatif karea bertujua utuk megetahui kompetesi pedagogik mahasiswa setelah megikuti mata kuliah

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tijaua Peeliti Terdahulu Peelitia yag dilakuka oleh Laraswati tahu 2010 yag meeliti tetag portofolio optimal saham yag masuk dalam Jakarta Islamic Idex (JII). Kesimpula dari

Lebih terperinci

MANAJEMEN RISIKO INVESTASI

MANAJEMEN RISIKO INVESTASI MANAJEMEN RISIKO INVESTASI A. PENGERTIAN RISIKO Resiko adalah peyimpaga hasil yag diperoleh dari recaa hasil yag diharapka Besarya tigkat resiko yag dimasukka dalam peilaia ivestasi aka mempegaruhi besarya

Lebih terperinci

BAB V ANALISA PEMECAHAN MASALAH

BAB V ANALISA PEMECAHAN MASALAH 89 BAB V ANALISA PEMECAHAN MASALAH Dalam upaya mearik kesimpula da megambil keputusa, diperluka asumsi-asumsi da perkiraa-perkiraa. Secara umum hipotesis statistik merupaka peryataa megeai distribusi probabilitas

Lebih terperinci

BAB III 1 METODE PENELITAN. Penelitian dilakukan di SMP Negeri 2 Batudaa Kab. Gorontalo dengan

BAB III 1 METODE PENELITAN. Penelitian dilakukan di SMP Negeri 2 Batudaa Kab. Gorontalo dengan BAB III METODE PENELITAN. Tempat Da Waktu Peelitia Peelitia dilakuka di SMP Negeri Batudaa Kab. Gorotalo dega subject Peelitia adalah siswa kelas VIII. Pemiliha SMP Negeri Batudaa Kab. Gorotalo. Adapu

Lebih terperinci

Distribusi Pendekatan (Limiting Distributions)

Distribusi Pendekatan (Limiting Distributions) Distribusi Pedekata (Limitig Distributios) Ada 3 tekik utuk meetuka distribusi pedekata: 1. Tekik Fugsi Distribusi Cotoh 2. Tekik Fugsi Pembagkit Mome Cotoh 3. Tekik Teorema Limit Pusat Cotoh Fitriai Agustia,

Lebih terperinci

IV. METODE PENELITIAN

IV. METODE PENELITIAN IV. METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi da Waktu Peelitia Daerah peelitia adalah Kota Bogor yag terletak di Provisi Jawa Barat. Pemiliha lokasi ii berdasarka pertimbaga atara lai: (1) tersediaya Tabel Iput-Output

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. penelitian yaitu PT. Sinar Gorontalo Berlian Motor, Jl. H. B Yassin no 28

BAB III METODE PENELITIAN. penelitian yaitu PT. Sinar Gorontalo Berlian Motor, Jl. H. B Yassin no 28 5 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Lokasi Peelitia da Waktu Peelitia Sehubuga dega peelitia ii, lokasi yag dijadika tempat peelitia yaitu PT. Siar Gorotalo Berlia Motor, Jl. H. B Yassi o 8 Kota Gorotalo.

Lebih terperinci

BAB I KONSEP DASAR PERSAMAAN DIFERENSIAL

BAB I KONSEP DASAR PERSAMAAN DIFERENSIAL BAB I KONSEP DASAR PERSAMAAN DIFERENSIAL Defiisi Persamaa diferesial adalah persamaa yag melibatka variabelvariabel tak bebas da derivatif-derivatifya terhadap variabel-variabel bebas. Berikut ii adalah

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN 31 Flowchart Metodologi Peelitia BAB III METODOLOGI PENELITIAN Gambar 31 Flowchart Metodologi Peelitia 18 311 Tahap Idetifikasi da Peelitia Awal Tahap ii merupaka tahap awal utuk melakuka peelitia yag

Lebih terperinci

II. LANDASAN TEORI. Sampling adalah proses pengambilan atau memilih n buah elemen dari populasi yang

II. LANDASAN TEORI. Sampling adalah proses pengambilan atau memilih n buah elemen dari populasi yang II. LANDASAN TEORI Defiisi 2.1 Samplig Samplig adalah proses pegambila atau memilih buah eleme dari populasi yag berukura N (Lohr, 1999). Dalam melakuka samplig, terdapat teori dasar yag disebut teori

Lebih terperinci

PENAKSIRAN DAN PERAMALAN BIAYA D. PENAKSIRAN BIAYA JANGKA PANJANG E. PERAMALAN BIAYA

PENAKSIRAN DAN PERAMALAN BIAYA D. PENAKSIRAN BIAYA JANGKA PANJANG E. PERAMALAN BIAYA PENAKSIRAN DAN PERAMALAN BIAYA Ari Darmawa, Dr. S.AB, M.AB Email: aridarmawa_fia@ub.ac.id A. PENDAHULUAN B. PENAKSIRAN DAN PRAKIRAAN FUNGSI BIAYA C. PENAKSIRAN JANGKA PENDEK - Ekstrapolasi sederhaa - Aalisis

Lebih terperinci

oleh hasil kali Jika dan keduanya fungsi yang dapat didiferensialkan, maka

oleh hasil kali Jika dan keduanya fungsi yang dapat didiferensialkan, maka Itegral etu Jika fugsi kotiu yag didefiisika utuk, kita bagi selag mejadi selag bagia berlebar sama Misalka berupa titik ujug selag bagia ii da pilih titik sampel di dalam selag bagia ii, sehigga terletak

Lebih terperinci

PENGUJIAN HIPOTESIS. Atau. Pengujian hipotesis uji dua pihak:

PENGUJIAN HIPOTESIS. Atau. Pengujian hipotesis uji dua pihak: PENGUJIAN HIPOTESIS A. Lagkah-lagkah pegujia hipotesis Hipotesis adalah asumsi atau dugaa megeai sesuatu. Jika hipotesis tersebut tetag ilai-ilai parameter maka hipotesis itu disebut hipotesis statistik.

Lebih terperinci

PENGARUH VARIASI PELUANG CROSSOVER DAN MUTASI DALAM ALGORITMA GENETIKA UNTUK MENYELESAIKAN MASALAH KNAPSACK. Sutikno

PENGARUH VARIASI PELUANG CROSSOVER DAN MUTASI DALAM ALGORITMA GENETIKA UNTUK MENYELESAIKAN MASALAH KNAPSACK. Sutikno sutiko PENGARUH VARIASI PELUANG CROSSOVER DAN MUTASI DALAM ALGORITMA GENETIKA UNTUK MENYELESAIKAN MASALAH KNAPSACK Sutiko Program Studi Tekik Iformatika Fakultas Sais da Matematika UNDIP tik@udip.ac.id

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Secara umum apabila a bilangan bulat dan b bilangan bulat positif, maka ada tepat = +, 0 <

II. TINJAUAN PUSTAKA. Secara umum apabila a bilangan bulat dan b bilangan bulat positif, maka ada tepat = +, 0 < II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Keterbagia Secara umum apabila a bilaga bulat da b bilaga bulat positif, maka ada tepat satu bilaga bulat q da r sedemikia sehigga : = +, 0 < dalam hal ii b disebut hasil bagi

Lebih terperinci

DISTRIBUSI SAMPLING (Distribusi Penarikan Sampel)

DISTRIBUSI SAMPLING (Distribusi Penarikan Sampel) DISTRIBUSI SAMPLING (Distribusi Pearika Sampel) I. PENDAHULUAN Bidag Iferesia Statistik membahas geeralisasi/pearika kesimpula da prediksi/ peramala. Geeralisasi da prediksi tersebut melibatka sampel/cotoh,

Lebih terperinci

Modul Kuliah statistika

Modul Kuliah statistika Modul Kuliah statistika Dose: Abdul Jamil, S.Kom., MM SEKOLAH TINGGI MANAJEMEN INFORMATIKA DAN KOMPUTER MUHAMMADIYAH JAKARTA Bab 2 Populasi da Sampel 2.1 Populasi Populasi merupaka keseluruha pegamata

Lebih terperinci

BAB VIII MASALAH ESTIMASI SATU DAN DUA SAMPEL

BAB VIII MASALAH ESTIMASI SATU DAN DUA SAMPEL BAB VIII MASAAH ESTIMASI SAT DAN DA SAMPE 8.1 Statistik iferesial Statistik iferesial suatu metode megambil kesimpula dari suatu populasi. Ada dua pedekata yag diguaka dalam statistik iferesial. Pertama,

Lebih terperinci

B a b 1 I s y a r a t

B a b 1 I s y a r a t 34 TKE 315 ISYARAT DAN SISTEM B a b 1 I s y a r a t (bagia 3) Idah Susilawati, S.T., M.Eg. Program Studi Tekik Elektro Fakultas Tekik da Ilmu Komputer Uiversitas Mercu Buaa Yogyakarta 29 35 1.5.2. Isyarat

Lebih terperinci

LIMIT. = δ. A R, jika dan hanya jika ada barisan. , sedemikian hingga Lim( a n

LIMIT. = δ. A R, jika dan hanya jika ada barisan. , sedemikian hingga Lim( a n LIMIT 4.. FUNGSI LIMIT Defiisi 4.. A R Titik c R adalah titik limit dari A, jika utuk setiap δ > 0 ada palig sedikit satu titik di A, c sedemikia sehigga c < δ. Defiisi diatas dapat disimpulka dega cara

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BB LNDSN TEORI..Graf Teori Graf mulai dikeal pada saat seorag matematikawa bagsa Swiss, berama Leohard Euler, berhasil megugkapka Misteri Jembata Koigsberg pada tahu 736. Sebuah Graf G megadug himpua yaitu

Lebih terperinci

An = an. An 1 = An. h + an 1 An 2 = An 1. h + an 2... A2 = A3. h + a2 A1 = A2. h + a1 A0 = A1. h + a0. x + a 0. x = h a n. f(x) = 4x 3 + 2x 2 + x - 3

An = an. An 1 = An. h + an 1 An 2 = An 1. h + an 2... A2 = A3. h + a2 A1 = A2. h + a1 A0 = A1. h + a0. x + a 0. x = h a n. f(x) = 4x 3 + 2x 2 + x - 3 BAB XII. SUKU BANYAK A = a Pegertia: f(x) = a x + a x + a x + + a x +a adalah suku bayak (poliom) dega : - a, a, a,.,a, a, a 0 adalah koefisiekoefisie suku bayak yag merupaka kostata real dega a 0 - a

Lebih terperinci

Persamaan Non-Linear

Persamaan Non-Linear Persamaa No-Liear Peyelesaia persamaa o-liear adalah meghitug akar suatu persamaa o-liear dega satu variabel,, atau secara umum dituliska : = 0 Cotoh: 2 5. 5 4 9 2 0 2 5 5 4 9 2 2. 2 0 2 5. e 0 Metode

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 22 BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Metode Peelitia Pada bab ii aka dijelaska megeai sub bab dari metodologi peelitia yag aka diguaka, data yag diperluka, metode pegumpula data, alat da aalisis data, keragka

Lebih terperinci

APLIKASI PROGRAM LINIER DALAM PEMBELIAN BAHAN BAKU

APLIKASI PROGRAM LINIER DALAM PEMBELIAN BAHAN BAKU Semiar SaidaTekologi ISSN : 693 6809 APLIKASI PROGRAM LINIER DALAM PEMBELIAN BAHAN BAKU Tri Herawati Prodi Tekik Idustri, Fakultas Tekik, Uiversitas Islam Sumatera UtaraMeda Abstrak Pegambila keputusa

Lebih terperinci

BAB 3 DATA DAN METODOLOGI PENELITIAN

BAB 3 DATA DAN METODOLOGI PENELITIAN BAB 3 DATA DAN METODOLOGI PENELITIAN Pada Bab ii aka memberika iformasi hal yag berkaita dega lagkah-lagkah sistematis yag aka diguaka dalam mejawab pertayaa peelitia.utuk itu diperluka beberapa hal sebagai

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB LANDASAN TEORI.1 Distribusi Ekspoesial Fugsi ekspoesial adalah salah satu fugsi yag palig petig dalam matematika. Biasaya, fugsi ii ditulis dega otasi exp(x) atau e x, di maa e adalah basis logaritma

Lebih terperinci

BAB IV PEMBAHASAN DAN ANALISIS

BAB IV PEMBAHASAN DAN ANALISIS BAB IV PEMBAHASAN DAN ANALISIS 4.1. Pembahasa Atropometri merupaka salah satu metode yag dapat diguaka utuk meetuka ukura dimesi tubuh pada setiap mausia. Data atropometri yag didapat aka diguaka utuk

Lebih terperinci

Barisan Aritmetika dan deret aritmetika

Barisan Aritmetika dan deret aritmetika BARISAN DAN DERET BILANGAN Peyusu: Atmii Dhoruri, MS Kode: Jejag: SMP T/P: / A. Kompetesi yag diharapka. Meetuka suku ke- barisa aritmatika da barisa geometri. Meetuka jumlah suku pertama deret aritmatika

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Perecaaa Produksi 2.1.1 Pegertia Perecaaa Produksi Perecaaa produksi dapat diartika sebagai proses peetua sumber-sumber yag diperluka utuk melaksaaka operasi maufaktur da megalokasikaya

Lebih terperinci

Probabilitas dan Statistika Teorema Bayes. Adam Hendra Brata

Probabilitas dan Statistika Teorema Bayes. Adam Hendra Brata robabilitas da Statistika Teorema ayes dam Hedra rata Itroduksi - Joit robability Itroduksi Teorema ayes eluag Kejadia ersyarat Jika muculya mempegaruhi peluag muculya kejadia atau sebalikya, da adalah

Lebih terperinci

IV METODE PENELITIAN

IV METODE PENELITIAN IV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi da Waktu Peelitia Lokasi peelitia dilakuka di PT. Bak Bukopi, Tbk Cabag Karawag yag berlokasi pada Jala Ahmad Yai No.92 Kabupate Karawag, Jawa Barat da Kabupate Purwakarta

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Lokasi penelitian dilakukan di Provinsi Sumatera Barat yang terhitung

III. METODE PENELITIAN. Lokasi penelitian dilakukan di Provinsi Sumatera Barat yang terhitung 42 III. METODE PENELITIAN 3.. Lokasi da Waktu Peelitia Lokasi peelitia dilakuka di Provisi Sumatera Barat yag terhitug mulai miggu ketiga bula April 202 higga miggu pertama bula Mei 202. Provisi Sumatera

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di SMP Negeri 1 Seputih Agung. Populasi dalam

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di SMP Negeri 1 Seputih Agung. Populasi dalam 19 III. METODE PENELITIAN A. Populasi da Sampel Peelitia ii dilaksaaka di SMP Negeri 1 Seputih Agug. Populasi dalam peelitia ii adalah seluruh siswa kelas VII SMP Negeri 1 Seputih Agug sebayak 248 siswa

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Madiun, untuk mendapatkan gambaran kondisi tempat penelitian secara umum,

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Madiun, untuk mendapatkan gambaran kondisi tempat penelitian secara umum, 32 BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Objek Peelitia Peelitia dilakuka di PT. INKA yag terletak di Jl. Yos Sudarso o 71 Madiu, utuk medapatka gambara kodisi tempat peelitia secara umum, termasuk kegiata-kegiata

Lebih terperinci

Penyelesaian Persamaan Non Linier

Penyelesaian Persamaan Non Linier Peyelesaia Persamaa No Liier Metode Iterasi Sederhaa Metode Newto Raphso Permasalaha Titik Kritis pada Newto Raphso Metode Secat Metode Numerik Iterasi/NewtoRaphso/Secat - Metode Iterasi Sederhaa- Metode

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN 30 III. METODE PENELITIAN A. Metode Dasar Peelitia Metode yag diguaka dalam peelitia adalah metode deskriptif, yaitu peelitia yag didasarka pada pemecaha masalah-masalah aktual yag ada pada masa sekarag.

Lebih terperinci

Induksi Matematika. Pertemuan VII Matematika Diskret Semester Gasal 2014/2015 Jurusan Teknik Informatika UPN Veteran Yogyakarta

Induksi Matematika. Pertemuan VII Matematika Diskret Semester Gasal 2014/2015 Jurusan Teknik Informatika UPN Veteran Yogyakarta Iduksi Matematika Pertemua VII Matematika Diskret Semester Gasal 2014/2015 Jurusa Tekik Iformatika UPN Vetera Yogyakarta Metode pembuktia utuk peryataa perihal bilaga bulat adalah iduksi matematik. Cotoh

Lebih terperinci

An = an. An 1 = An. h + an 1 An 2 = An 1. h + an 2... A2 = A3. h + a2 A1 = A2. h + a1 A0 = A1. h + a0. x + a 0. x = h a n. f(x) = 4x 3 + 2x 2 + x - 3

An = an. An 1 = An. h + an 1 An 2 = An 1. h + an 2... A2 = A3. h + a2 A1 = A2. h + a1 A0 = A1. h + a0. x + a 0. x = h a n. f(x) = 4x 3 + 2x 2 + x - 3 SUKU BANYAK A Pegertia: f(x) x + a 1 x 1 + a 2 x 2 + + a 2 +a 1 adalah suku bayak (poliom) dega : - a, a 1, a 2,.,a 2, a 1, a 0 adalah koefisiekoefisie suku bayak yag merupaka kostata real dega a 0 - a

Lebih terperinci

Bab 3 MODEL-MODEL UNTUK SISTEM DAN SINYAL

Bab 3 MODEL-MODEL UNTUK SISTEM DAN SINYAL Bab 3 MODEL-MODEL UNTUK SISTEM DAN SINYAL 3. Tipe-tipe model Model matematika da model siyal Model matematika adalah deskripsi sistem dimaa hubuga atara variael da siyal model diyataka dalam betuk-betuk

Lebih terperinci

METODE NUMERIK JURUSAN TEKNIK SIPIL FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS BRAWIJAYA 7/4/2012 SUGENG2010. Copyright Dale Carnegie & Associates, Inc.

METODE NUMERIK JURUSAN TEKNIK SIPIL FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS BRAWIJAYA 7/4/2012 SUGENG2010. Copyright Dale Carnegie & Associates, Inc. METODE NUMERIK JURUSAN TEKNIK SIPIL FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS BRAWIJAYA 7/4/0 SUGENG00 Copyright 996-98 Dale Caregie & Associates, Ic. Kesalaha ERROR: Selisih atara ilai perkiraa dega ilai eksakilai

Lebih terperinci

III BAB BARISAN DAN DERET. Tujuan Pembelajaran. Pengantar

III BAB BARISAN DAN DERET. Tujuan Pembelajaran. Pengantar BAB III BARISAN DAN DERET Tujua Pembelajara Setelah mempelajari materi bab ii, Ada diharapka dapat:. meetuka suku ke- barisa da jumlah suku deret aritmetika da geometri,. meracag model matematika dari

Lebih terperinci

Bab 2 LANDASAN TEORI

Bab 2 LANDASAN TEORI 14 Bab 2 LANDASAN TEORI 21 Program Liier Programasi Liier (Liear Pogrammig) merupaka suatu model optimasi persamaa liier berkeaa dega kedala-kedala liier yag dihadapiya Model ii dikembagka oleh George

Lebih terperinci

PENENTUAN SOLUSI RELASI REKUREN DARI BILANGAN FIBONACCI DAN BILANGAN LUCAS DENGAN MENGGUNAKAN FUNGSI PEMBANGKIT

PENENTUAN SOLUSI RELASI REKUREN DARI BILANGAN FIBONACCI DAN BILANGAN LUCAS DENGAN MENGGUNAKAN FUNGSI PEMBANGKIT Prosidig Semiar Nasioal Matematika da Terapaya 06 p-issn : 0-0384; e-issn : 0-039 PENENTUAN SOLUSI RELASI REKUREN DARI BILANGAN FIBONACCI DAN BILANGAN LUCAS DENGAN MENGGUNAKAN FUNGSI PEMBANGKIT Liatus

Lebih terperinci

MATEMATIKA EKONOMI 1 Deret. DOSEN Fitri Yulianti, SP, MSi.

MATEMATIKA EKONOMI 1 Deret. DOSEN Fitri Yulianti, SP, MSi. MATEMATIKA EKONOMI 1 Deret DOSEN Fitri Yuliati, SP, MSi. Deret Deret ialah ragkaia bilaga yag tersusu secara teratur da memeuhi kaidah-kaidah tertetu. Bilaga-bilaga yag merupaka usur da pembetuk sebuah

Lebih terperinci

1 Persamaan rekursif linier non homogen koefisien konstan tingkat satu

1 Persamaan rekursif linier non homogen koefisien konstan tingkat satu Secara umum persamaa rekursif liier tigkat-k bisa dituliska dalam betuk: dega C 0 0. C 0 x + C 1 x 1 + C 2 x 2 + + C k x k = b, Jika b = 0 maka persamaa rekursif tersebut diamaka persamaa rekursif liier

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di SMA Negeri 1 Way Jepara Kabupaten Lampung Timur

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di SMA Negeri 1 Way Jepara Kabupaten Lampung Timur 0 III. METODOLOGI PENELITIAN A. Lokasi da Waktu Peelitia Peelitia ii dilakuka di SMA Negeri Way Jepara Kabupate Lampug Timur pada bula Desember 0 sampai Mei 03. B. Populasi da Sampel Populasi dalam peelitia

Lebih terperinci

terurut dari bilangan bulat, misalnya (7,2) (notasi lain 2

terurut dari bilangan bulat, misalnya (7,2) (notasi lain 2 Bab Bilaga kompleks BAB BILANGAN KOMPLEKS Defiisi Bilaga Kompleks Sebelum medefiisika bilaga kompleks, pembaca diigatka kembali pada permasalah dalam sistem bilaga yag telah dikeal sebelumya Yag pertama

Lebih terperinci