Universitas Katolik SOEGIJAPRANATA SUN SEBAGAI INSTRUMEN OPERASI PASAR TERBUKA. WORKING PAPER/110/e/fak/c1/2009

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "Universitas Katolik SOEGIJAPRANATA SUN SEBAGAI INSTRUMEN OPERASI PASAR TERBUKA. WORKING PAPER/110/e/fak/c1/2009"

Transkripsi

1 Unversas Kaolk SOEGIJAPRANATA SUN SEBAGAI INSTRUMEN OPERASI PASAR TERBUKA WORKING PAPER/110/e/fak/c1/2009 ANGELINA IKA RAHUTAMI 2009

2 SUN SEBAGAI INSTRUMEN OPERASI PASAR TERBUKA Angelna Ika Rahuam 1 Defs Anggaran Salah sau masalah ekonom yang kerap kal menmpa negara sedang berkembang adalah masalah defs anggaran pemernah. Secara umum defs anggaran pemernah merupakan suau konds dmana penermaan pemernah lebh kecl dbandngkan dengan pengeluaran pemernah. Sedangkan menuru Dornbusch (1989) defs anggaran dapa dbedakan menjad defs prmer dan pembayaran bunga uang. Defs prmer adalah selsh anara pengeluaran pemernah dluar pembayaran bunga uang erhadap seluruh penermaan pemernah dluar uang baru dan pembayaran cclan uang. Kenakan beban uang pemernah, suku bunga pnjaman sera erjadnya depresas akan menyebabkan pembayaran bunga uang semakn ngg. Konds n akan menyebabkan erjadnya defs anggaran yang lebh ngg lag karena adanya fakor pembayaran bunga uang. Defs anggaran memlk pengaruh kausalas dengan perekonoman. Defs anggaran yang dpengaruh oleh gejolak perekonoman dsebu sebaga defs skls, sedangkan defs anggaran dskr adalah defs anggaran yang elah dhlangkan pengaruh sklsnya. Secara umum pembayaan defs anggaran dapa ddana melalu pencpaan uang, pajak 2 dan uang. Keka pemernah melakuan pnjaman dar masyaraka maka berar pemernah melakukan kebjakan pembayaan uang (deb fnancng). Pembayaan uang erdr dar uang publk dan uang bank senral. Uang publk dlakukan apabla pemernah menjual kepada masyaraka sura uang, sehngga pemernah akan menerma kas dar masyaraka dan menympannya d rekenng pemernah d bank umum dan bank senral. Uang publk n dak akan mempengaruh jumlah uang n karena alran uang keluar dar pemernah dmbang dengan alran uang masuk dar masyaraka. Pembayaan defs anggaran dengan uang publk dapa dlakukan d dalam neger maupun luar neger. Sebalknya bla pemernah melakukan uang kepada bank senral maka akan ercpa ambahan uang n yang selanjunya 1 Dosen Fakulas Ekonom dan Bsns Unversas Kaolk Soegjapranaa 2 Dalam makalah n pajak dan segnorage (pendapaan pemernah dar penceakan uang) dak akan menjad fokus bahasan 2

3 akan merubah jumlah uang beredar. Hal n erjad karena pemernah menjual sura berharga ke bank senral, yang drespon oleh bank senral dengan penceakan uang. Pembayaan defs anggaran melalu uang publk dan uang bank senral membuuhkan manajemen uang pemernah yang bak. Manajemen uang n dharapkan dapa memaskan bahwa jumlah dan ngka perubahan uang pemernah harus bersfa berkelanjuan dmana pemernah dapa memenuh kewajban bayarnya. Unuk mencapa manajemen uang pemernah yang bak maka dbuuhkan koordnas anara ooras moneer dan fskal. Koordnas anara ooras moneer dan fskal dbuuhkan karena srukur uang erganung pada jauh empo (maury) uang u sendr, jens maa uang, suku bunga, nla ukar dan ekanan moneer. Dengan demkan unsur kedakpasan d sekor moneer dan keuangan akan memberkan dampak yang penng bag manajemen uang pemernah. Ineraks fskal dan moneer Koordnas anara kebjakan moneer dan fskal adakalanya sul unuk dlakukan karena kebjakan fskal dan moneer dalam suau negara adakalanya dbua erpsah dar ss pembua kebjakan. Konsekuens dar pemsahan n adalah kebjakan moneer memlk ooras unggal dalam peneapan suku bunga nomnal jangka pendek dan aau ngka perumbuhan uang, sedangkan kebjakan fskal dfokuskan pada ngka pajak dan skedul pembayaran ransfer (Bhaacharya dan Haslag, 1999). Dalam perdebaan anara monears dan keynesan, pemsahan n dperanyakan efekvasnya dalam mengelola akvas ekonom. Namun perdebaan n dbanah oleh arkel Sargen dan Wallace (1981) yang menjelaskan bahwa meskpun kebjakan moneer dan fskal dpsah namun yang lebh penng adalah mengeahu neraks keduanya. Hubungan anara kebjakan moneer dan fskal dapa dlha melalu governmen budge consran (kendala anggaran pemernah). Kendala anggaran pemernah menghubungkan defs anggaran secara langsung erhadap kebjakan moneer. Idenas fskal pemernah dapa dulskan sebaga berku (Walsh, 2001): G + T T T + 1 B 1 = T + ( B B 1) RCB 1) Ss kr menunjukkan pengeluaran pemernah unuk barang, jasa dan ransfer dambah bunga pembayaran huang yang belum dlunas dengan asums jauh empo dalam 1 perode. Sedangkan ss kanan menunjukkan penapaan pajak (T ) dambah huang baru yang berbeban bunga (B T -B T -1, dmana T menunjukkan nla oal) dambah dengan penermaan langsung dar bank senral (RCB ) 3

4 Keerkaan kendala anggaran pemernah haruslah dkakan dengan denas anggaran bank senral yang menghubungkan anara kewajban dan aghan M M M ( B ) + RCB = B + ( H H ) B 2) dmana, B M -B M -1 merupakan pembelan bank senral erhadap huang pemernah H -1B M -1 -H -1 merupakan penermaan bank senral dar pembayaran bunga reasury adalah perubahan kewajban (lables) BS yang dsebu juga sebaga Hghpowered money aau moneary base Idenas anggaran dar ooras fskal dan bank senral dapa dkombnaskan dan menghaslkan denas anggaran sekor pemernah konsoldas berku, T T T G B = T + B B ) + ( H H ) 3) ( 1 1 Dar perspekf sekor pemernah konsoldas, hanya huang yang dpegang oleh masyaraka (yau dluar sekor pemernah) yang menunjukkan kewajban yang berbeban bunga, dan perubahan kewajban bank senral (H -H -1 ) yang menunjukkan ambahan sumber pendapaan Berdasarkan persamaan 3 pembayaan pemernah dperoleh dar 3 sumberdaya alernaf: 1. T yau pendapaan yang dhaslkan dar pajak 2. Pnjaman d sekor swasa aau yang dkenal dengan oblgas pemernah. Pnjaman n sama dengan perubahan uang yang dpegang oleh sekor swasa B-B 3. Penceakan uang oleh pemernah, yang dunjukkan oleh perubahan sok uang yang dak mengandung bunga H-H -1 Jka erdapa resrks pada kemampuan pemernah unuk memnjam aau menakkan pendapaan dar segnorage maka dbuuhkan pengeahuan mengena neremporal budge conran dar pemernah. Dengan mengabakan efek dar kejuan nflas, denas anggaran pemernah perode unggal dalam rl dapa duls, g λ + s 4) + ( r n ) b 1 = + ( b b 1 ) Dengan mengasumskan bahwa (r-n-λ) ρ adalah konsan dan posf maka persamaan dapa duls menjad, (1 + g ρ ) b 1 + = + + lm = 0 (1 + ) = 0 (1 + ) = 0 (1 + ) ρ ρ ρ (1 + ρ) 5) s b -1 4

5 Rencana pengeluaran pemernah dan pajak dkaakan memenuh persyaraan neremporal budge balance (dak erdapa Ponz condon ) jka, lm b + 0 (1 + ) = 6) ρ Pemernah harus merencanakan unuk menakkan pendapaan yang cukup, dalam benuk presen value, unuk membayar kembal huang yang ada dan membaya pengeluaran yang drencanakan. Dengan mendefnskan defs prmer sebaga g s, maka neremporal budge balance adalah (1 + + ρ ) b 1 = 7) = 0 (1 + ρ) Jad, jka pemernah memlk huang yang belum dbayar (b -1 >0), maka presen value dar defs prmer yang akan daang harus negaf (berar harus erjad surplus prmer pada masa yang akan daang). Surplus n dapa dhaslkan melalu penyesuaan pengeluaran, pajak aau segnorage Dalam neraks anara kebjakan moneer dan fskal dkenal dengan adanya slah kebjakan moneer akf aau kebjakan fskal akf. Suau neraks dkaakan merupakan kebjakan moneer akf apabla kebjakan moneer dak memberkan respon erhadap perubahan yang erjad pada oblgas pemernah. Bank senral akan menerapkan kebjakan moneernya anpa memperhakan pola dan konds oblgas pemernah. Kebjakan moneer akf basanya berpasangan dengan kebjakan fskal pasf. Kebjakan fskal pasf adalah kebjakan fskal yang selalu memberkan respon erhadap perubahan yang erjad pada oblgas pemernah sehngga dapa memenuh kesembangan persamaan anggaran pemernah. Kebalkan dar pasangan kebjakan n adalah kebjakan fskal akf dan moneer pasf. Dalam kombnas kebjakan fskal akf dan moneer pasf, maka yang akan berkommen menjaga kesembangan anggaran bla erdapa perubahan oblgas pemernah adalah kebjakan moneer. Bla neraks anara kebjakan moneer dan fskal ercermn dalam persamaan kendala anggaran pemernah, maka pengaruh kebjakan moneer erhadap konds fskal erlha dalam penelan Dellas dan Slayer (2003) yang menunjukkan bahwa bla kebjakan moneer berujuan unuk mencpakan suku bunga yang rendah, maka juga akan berakba pada pembayaran bunga uang publk. Sebalknya bla kebjakan moneer mengakbakan erjadnya suku bunga yang ngg akan konsekuens dar semakn nggnya pembayaran uang adalah kenakan beban pajak. Dampak lanjuan 5

6 dar semakn nggnya pajak maka akan melemahkan akvas ekonom, sehngga akan menyebabkan munculnya baya pendapaan rl. Dengan demkan kebjakan moneer rule yang bersfa counercyclcal 3 akan menyebabkan baya yang ngg dalam alokas sumberdaya dan pendapaan rl yang hlang. Penelan Shapro (2004) menunjukkan bahwa suku bunga merupakan fakor yang sul dkonral dalam permasalahan defs anggaran. Karena suku bunga deapkan dalam kebjakan moneer, maka ujuan kebjakan moneer menjad varabel penng dalam konds defs anggaran. Bla bank senral meneapkan ujuan jangka panjangnya adalah ngka nflas yang rendah, dan bank senral menggunakan suku bunga sebaga varabel operasonalnya, maka konds n harus dperhungkan oleh ooras moneer dalam penghungan akumulas uang dan pendapaan pemernah yang dperoleh dar nflas. Hubungan n akan menambahkan kendala bag pemegang kebjakan fskal dan kesembangan fskal yang harus dcapa d masa yang akan daang. Ooras moneer dalam memformulaskan kebjakannya akan melakukan () peneapan sasaran moneer, () arah kebjakan (polcy sance), dan () mekansme ransms kebjakan. Secara ekns, akan dlakukan peneapan nsrumen kebjakan moneer yang dlakukan melalu, 1. Marke operaon (Operas Pasar Terbuka -OPT) 2. Reserve requremen (Gro Wajb Mnmum - GWM) 3. Offcal neres rae (polcy rae) 4. sandng facles (kordor suku bunga) 5. Drec conrol (pengauran kred/pembayaan) Sura Uang Pemernah Sebaga Insrumen OPT Seper dkemukakan sebelumnya pelaksanaan OPT akan mempengaruh jumlah lkudas d pasar uang dengan cara mengendalkan perumbuhan uang n sehngga jumlah uang beredar sesua dengan kebuuhan perekonoman. Dalam pelaksanaan OPT, mayoras bank senral d duna menggunakan sura berharga/uang pemernah. Keunggulan sura uang pemernah adalah: 1. Dapa derbkan dalam jumlah besar dan jangka waku yang beragam 3 couner-cyclcal moneary polcy adalah kebjakan moneer yang secara akf bersfa memperlunak perkembangan kegaan ekonom yang cenderung menuju k balk eksrm. Kebjakan n basanya derapkan agar perekonoman erhndar dar gejolak srukural (shocks). 6

7 2. Memlk poens unuk mendorong pengembangan pasar uang sekunder khususnya pasar sekuras. Oblgas pemernah basanya memlk ngka resko yang sanga kecl, sehngga perubahan harga dskono oblgas pem dapa dgunakan sebaga referens bag para pelaku d pasar sekuras maupun pasar uang dalam neger. 3. Menghaslkan yeld curve yang dapa dgunakan sebaga referens penenuan suku bunga jangka menengah dan jangka panjang, dan akhrnya dapa dgunakan unuk proses ekspekas 4. Mengurang baya pelaksanaan OPT d ss bank senral, karena baya bunga yang muncul akan dbebankan pada anggaran pemernah. Dalam ssem n, OPT akan dapa dlakukan secara ndependen anpa harus memperhakan pengelolaan uang bank senral. Konds n akan dapa menngkakan kredblas dan efekvas kebjakan moneer. Permasalahan penggunaan sura uang pemernah d negara sedang berkembang adalah pada manajemen pengelolaan uang publk bak pada kegaan penerban ulang oblgas yang jauh empo maupun pada penenuan suku bunga. Dalam penenuan suku bunga sura uang pemernah, maka dbuuhkan koordnas anara bank senral dengan pemernah. Apabla pemernah ngn menngkakan penjualan oblgasnya, maka suku bunga sura uang pemernah harus lebh menark dbandngkan dengan suku bunga perbankan. Konds Indonesa Indonesa mengeluarkan Sura Uang Negara yang eruang dalam UU No. 24 ahun SUN erdr dar sura uang aau dsebu sebaga Sura Perbedaharaan Negara (Treasury Blls) dan oblgas negara. Sura uang pemernah adalah sura uang kepada BI dengan erms dan condon yang mencakup ngka bunga, jangka waku pembayaran dan frekuens pembayaran (Badan Analsa Fskal, 2002). Unuk memperahankan nla nomnalnya maka dlakukan ndeksas sura uang erhadap nflas. Sura uang n merupakan kewajban yang dak dapa dpndahangankan dan dak dapa dperjualbelkan. Sura uang kepada BI mula derbkan pada anggal 25 Sepember Jens yang kedua adalah oblgas pemernah yang dempakan pada masng-masng bank yang drekapalsas sebaga ambahan modal bank, namun dak akan masuk dalam ssem moneer dan dak menambah uang beredar (Badan Analsa Fskal, 2002). Mula 28 Me 1999 erdapa 3 jens oblgas pemernah unuk rekap perbankan yang dperdagangkan dengan erms dan condons yang berbeda. Secara 7

8 rngkas perbedaam anara sura uang dan oblgas pemernah dapa dsarkan sebaga berku, Karakersk Penempaan Jangka waku (enor) Suku bunga Tabel 1. Karakersk Sura Uang Dan Oblgas Sura uang pemernah BI, dak dperdagangkan Varable rae bond (VRB) Bank rekap, dapa Fxed rae bond (FRB) Bank rekap, dapa dperdagangkan Hedge Bond (HB) Bank rekap, dapa dperdagangkan dperdagangkan 20 ahun 3-10 ahun 4,8-10 ahun 1-12 rwulan kemudan dgan menjad VRB aau FRB 3%, nla nomnal uang dndeks erhadap nflas Lelang SBI (3 bln) hngga 5 dg dbelakan koma, deapkan pada awal perode bunga 12%, 12,125%, 12,25%, dan 14% erganung ser oblgas SIBOR 3 bulan hngga 2 dg dbelakang koma, deapkan pada awal perode bunga Jumlah ser 4 sura uang 6 ser 5ser 24 ser Frekuens Semeseran Trwulanan Semeseran Trwulanan pembayaran Nla nomnal pada saa penerban hngga 29/8/00 218,3T Subjec o verfy 226,4T 167,2T 36,8T Poss uang, hngga 29/10/00 Fakor2 yang menenukan beban bunga Perode pembayaran cclan 218,3 T Subjec o verfy Nomnal uang Indeks, nflas -1 Bunga acuan Tahun anggaran Sumber: Badan Analsa Fskal, T (menurun karan adanya penarkan kelebhan oblgas0 Nomnal uang SBI 3 bln 175,8T (menngka karena adanya konvers HB yang jauh empo menjad FRB Nomnal Tngka bunga acuan 29,5T (menurun karena jauh empo) Nomnal uang SIBOR Indeks yang denukan nla ukar erhadap US$ pada saa penerban dan jauh empo Penerban SUN pada dasarnya merupakan suau upaya pemernah unuk mengaas kebjakan moneer yang dpandang kurang efekf. Kebjakan moneer d Indonesa mengenal dua nsrumen kebjakan moneer yang serng dgunakan oleh Bank 8

9 Indonesa adalah GWM dan OPT. GWM merupakan salah sau nsrumen moneer yang berujuan menjaga sablas moneer melalu pengendalan uang beredar melalu pengauran lkudas perbankan. GWM merupakan smpanan wajb mnmum yang wajb dpelhara oleh perbankan dalam benuk saldo rekenng gro d BI yang besar prosenasenya deapkan oleh BI. Semakn besar GWM deapkan oleh BI, maka berar BI melakukan konraks moneer dalam perekonoman. Benuk nsrumen berkunya adalah OPT. Sampa saa n fokus kegaan OPT mash pada uang n dan OPT lebh dujukan unuk menyerap kelebhan lkudas yang ada dalam ssem perbankan (gh bas). Pembeda dalam akvas OPT anara Indonesa dengan negara lan adalah penggunaan Serfka Bank Indonesa (SBI) sebaga nsrumen OPT, sedangkan negara lan basanya menggunakan sura uang negara. Apabla BI ngn melakukan konraks jumlah uang beredar dalam perekonoman, maka BI melakukan lelang (penerban) SBI dan ddukungan dengan FASBI (faslas Bank Indonesa) 4. Domnas penggunaan SBI sebaga ala pembayaan defs anggaran erlha dalam daa berku. Dar ahun 2000 sampa dengan 2004, penerban SBI mash merupakan bagan yang erbesar dalam pembayaan defs anggaran. Pada ahun 2000, nla SBI yang derbkan mencapa mlyar rupah dan pada ahun 2004 elah mencapa mlyar rupah. Penermaan pajak dar ahun relaf konsan. Pada ahun 2000 penermaan pajak sebesar mlyar rupah dan menngka sebesar 46,39% pada ahun 2001, namun pada ahun 2002 mengalam penurunan sebesar 0,69%. Pada ahun 2003 sampa 2004 penermaan pajak mash mengalam penngkaan, sehngga pada ahun 2004 mencapa mlyar rupah. Dar ss oblgas pemernah, mula ahun 2000 sampa 2004 jens oblgas pemernah yang palng serng dbel adalah VRB, meskpun pada ahun 2003 dan 2004 mengalam penurunan sebesar 3,41% dan 4,70%. Sedangkan HB merupakan oblgas yang palng sedk dmna, dan menunjukkan kecenderungan menurun mula ahun 2002 sampa 2004 mula dar -37,32%, -48,78% dan akhrnya -78,43%. Sedangkan FRB mash mengalam penngkaan pada ahun 2003 dan 2004 sebesar 2,97% dan 12,38%. 4 SBI dan FASBI memlk karakersk yang berbeda. Penerban SBI selalu dsera dengan sura berharga (scrpless), dan bersfa negoable sehngga dapa dperdagangkan d pasar sekunder. Tngka dskono SBI ddasarkan pada bddng rae yang dsampakan pesera lelang, dengan enor 1 sampa 12 bulan. Sedangkan FASBI dak dsera dengan sura berharga dan bersfa non-negoable. Tngka dskono FASBI sepenuhnya deapkan oleh BI, dengan enor 1 sampa 7 har. 9

10 1,400,000 1,200,000 1,000, , , , , FRB VRB HB pajak penerban SBI Gambar 1. Komposs Pembayaan Defs Anggaran Penggunaan SBI sebaga nsrumen OPT dapa menunjukkan kecenderungan kebjakan yang danu oleh pemernah dan BI. Kecenderungan kebjakan n dapa dlha melalu neraca konsoldas pemernah dan bank senral. Neraca konsolodas anggaran pemernah dan bank senral (governmen budge consran) dbaya oleh pencpaan uang oleh bank senral (M -M -1 ), nla bersh penjualan sura berharga pemernah (B -R -1 B -1 ) dan pajak lumpsum (τ ). Permasalahan yang mbul adalah pengganan SBI dengan SUN akan memlk mplkas yang berbeda ermasuk juga dalam pengendalan nflas (Mochar, 2003). Hasl uj yang dlakukan oleh Mochar (2002) menunjukkan sejak perode 1998 kebjakan moneer Indonesa dengan fokus peneapan suku bunga SBI, hanya member bobo dan perhaan kepada nflas dalam kebjakan moneer. Padahal dalam kenyaaannya kebjakan pajak mengacu pada poss sura berharga pemernah (SBI) pada perode sebelumnya. Sampa dengan ahun 1998 pemernah dan BI menggunakan SBI sebaga nsrumen OPT, dan pemernah dak memlk oblgas sendr yang dgunakan sebaga nsrumen OPT. Konds n bla dkakan dengan persamaan governmen budge consran (persamaan 1) dan dasumskan penermaan hanya berasal dar dalam neger, maka penermaan pemernah Indonesa hanya berasal dar pajak dan RCB. Implkas dar penggunaan SBI sebaga nsrumen OPT adalah pemernah dak akan memberkan respon dan dak memlk kommen aas penerban dan poss SBI. Menuru Leeper (1991), karakersk OPT n adalah karakersk neraks kebjakan d regon II yau kebjakan fskal akf dan moneer pasf. Kebjakan fskal akf adalah 10

11 kebjakan fskal yang dak memperhakan perubahan oblgas pemernah dan dmbang kebjakan moneer yang selalu memperhakan perubahan oblgas pemernah unuk menjamn kesembangan anggaran pemernah. Penelan Sorus (1998) menunjukkan bahwa penggunaan SBI sebaga nsrumen OPT menyebabkan dana SBI menjad dak efekf penggunaannya karena hanya berpuar d sekor keuangan. Konds n dak erlalu mengunungkan eruama bla konds sekor perbankan berada dalam poss yang dak efesen dan dak fleksbel. Permasalahan lan dar penggunaan SBI unuk menyerap ekses lkudas d Indonesa akba krss adalah BI harus menanggung baya dskono SBI yang cukup besar. Baya n menyebabkan kebjakan moneer d Indonesa menjad dak efsen (Laporan ahunan BI, 2000). Pembayaran kembal SBI jauh empo oleh BI akan menmbulkan ekspans moneer, sehngga ujuan semula dalam lelang SBI adalah unuk melakukan konraks, jusru pada saa jauh empo akan menmbulkan njeks lkudas bag perbankan. Implkasnya BI perlu melakukan lelang SBI secara erus menerus dan akan menmbulkan baya konraks moneer yang mahal. Berdasarkan konds n maka dbuuhkan penggan SBI, dengan sejens sura uang pemernah (-bll), yang dpandang memlk efek double-sded unuk konraks maupun ekspans lkudas (Sorus, 1998). Hasl smulas dalam penelan Mochar (2003) menunjukkan bahwa apabla oblgas pemernah elah derapkan secara penuh dalam OPT, maka akan memunculkan karakersk nflas yang berbeda. Pengganaan n akan menyebabkan kebjakan moneer dapa berjalan secara efekf seper yang dyakn kaum monears. Dengan menggunakan asums kebjakan moneer permanen dan un-ancpaed, sera kebjakan fskal yang berkommen kepada oblgas pemernah, maka kebjakan moneer kea akan mampu menurunkan nflas secara permanen. Dalam smulas n ampak bahwa perlaku ekspekas rasonal masyaraka akan menyebabkan kebjakan fskal dak memberkan pengaruh sgnfkan erhadap pengendalan moneer (Mochar, 2003) Kesmpulan Berdasarkan karakersk dan keunggulan oblgas pemernah sebaga nsrumen OPT dan sekalgus dgunakan dalam pembayaan defs, dan juga 11

12 berdasarkan konds emprs d banyak negara yang cenderung menggunakan T-blls sebaga nsrumen moneer, maka pengganan SBI dengan SUN merupakan langkah epa unuk merngankan beban baya yang harus danggung oleh BI dan juga unuk menngkakan efekvas kebjakan moneer. Dar ss fskal penggunaan SUN akan menngkakan penyaluran dana yang lebh meraa dan dak hanya berpuar d sekor keuangan saja. Penerban SUN yang dkelola dengan bak akan mampu mengaas masalah pembayaan defs anggaran. Referens (2000), Laporan Tahunan Bank Indonesa, Jakara Leeper, Erc M Dan Gordon D.B (2002), The Prce Level, The Quany Theory Of Money And The Fscal Theory Of The Prce Level, Nber Workng Paper, 9084 Leeper, Erc M. (1991), Equlbra Under Acve And Passve Moneary And Fscal Polces, Journal Of Moneary Economcs, 27, Februar, Bhaacharya, Joydeep, and Joseph H Haslag (1999), Moneary Polcy Arhmec: Some Recen Conrbuons, Economc And Fnancal Revew, 3 rd Quarer, Federal Reserve Bank Of Dallas, P Dellas, Harrs And Kevn D Slayer (2003), Some Fscal Implcaons Of Moneary Polcy, Bullen Of Economc Research 55:1, P (2002), Bunga Rampa Kebjakan Fskal, Badan Analsa Fskal, Deparemen Keuangan R, Dan Japan Inernaonal Coorperaon Agency, Jakara Sorus, Tarmden (1998), Suau Pemkran Dalam Upaya Penngkaan Efekvas Pengendalan Moneer D Indonesa, Bulen Ekonom Moneer Dan Perbankan, Desember Mochar, Frman (2003) Sb, T-Blls Dan Pengendalan Inflas, Bulen Ekonom Moneer Dan Perbankan, Sepember Walsh, Carl E. (2001), Moneary Polcy And Theory, The MIT Press, London Shapro, Mahew D. (2004), Dscusson Of Engen And Hubbard: Federal Governmen Deb And Ineres Raes, Arkel Dalam NBER Macroeconomcs Annual Conference Aprl 2004 By Unversy Of Mchgan And NBER 12

BAB 8 PERSAMAAN DIFERENSIAL BIASA

BAB 8 PERSAMAAN DIFERENSIAL BIASA Maa kulah KOMPUTASI ELEKTRO BAB 8 PERSAMAAN DIFERENSIAL BIASA Persamaan dferensal dapa dbedakan menjad dua macam erganung pada jumlah varabel bebas. Apabla persamaan ersebu mengandung hana sau varabel

Lebih terperinci

' PERATURAN BUPATI PACITAN I NOMOR 4 TAHUN 2012 PEMBERIAN BANTUAN PERALATAN DAN/ATAU MESIN BAGI INDUSTRI KECIL DAN MENENGAH KABUPATEN PACITAN

' PERATURAN BUPATI PACITAN I NOMOR 4 TAHUN 2012 PEMBERIAN BANTUAN PERALATAN DAN/ATAU MESIN BAGI INDUSTRI KECIL DAN MENENGAH KABUPATEN PACITAN j BUPAT PACTAN ' PERATURAN BUPAT PACTAN NOMOR 4 TAHUN 2012 TENTANG PEMBERAN BANTUAN PERALATAN DAN/ATAU MESN BAG NDUSTR KECL DAN MENENGAH KABUPATEN PACTAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPAT PACTAN

Lebih terperinci

BAB IV METODA RUNGE-KUTTA ORDE 4 PADA MODEL ALIRAN FLUIDA YANG TERGANGGU

BAB IV METODA RUNGE-KUTTA ORDE 4 PADA MODEL ALIRAN FLUIDA YANG TERGANGGU BAB IV METODA RUNGE-KUTTA ORDE 4 PADA MODEL ALIRAN FLUIDA YANG TERGANGGU Pada bab III, ka elah melakukan penguan erhadap meoda Runge-Kua orde 4 pada persamaan panas. Haslnya, solus analk persamaan panas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN FASILKOM-UDINUS T.SUTOJO RANGKAIAN LISTRIK HAL 1

BAB I PENDAHULUAN FASILKOM-UDINUS T.SUTOJO RANGKAIAN LISTRIK HAL 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Defns Rangkaan Lsrk Rangkaan Lsrk adalah sambungan dar beberapa elemen lsrk ( ressor, kapasor, ndukor, sumber arus, sumber egangan) yang membenuk mnmal sau lnasan eruup yang dapa

Lebih terperinci

ANaLISIS - TRANSIEN. A B A B A B A B V s V s V s V s. (a) (b) (c) (d) Gambar 1. Proses pemuatan kapasitor

ANaLISIS - TRANSIEN. A B A B A B A B V s V s V s V s. (a) (b) (c) (d) Gambar 1. Proses pemuatan kapasitor ANaISIS - TANSIEN. Kapasor dalam angkaan D Sebuah kapasor akan ermua bla erhubung ke sumber egangan dc seper yang dperlhakan pada Gambar. Pada Gambar (a), kapasor dak bermuaan yau pla A dan pla B mempunya

Lebih terperinci

PENENTUAN EOQ TERHADAP PRODUK AVTUR DI LANUD HUSEIN SASTRANEGARA BANDUNG

PENENTUAN EOQ TERHADAP PRODUK AVTUR DI LANUD HUSEIN SASTRANEGARA BANDUNG INDEPT, Vol., No. 3, Okober 01 ISSN 087 945 PENENTUAN EOQ TERHADAP PRODUK AVTUR DI LANUD HUSEIN SASTRANEGARA BANDUNG Samsul Budaro, ST., MT Dosen Teap Teknk Indusr, Wakl Dekan III akulas Teknk, Unversas

Lebih terperinci

\ DANA ALOKASI DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

\ DANA ALOKASI DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA y BUPAT PACTAN PERATURAN BUPAT PACTAN : NOMOR 55" TAHUN 20 ; TENTANG \ DANA ALOKAS DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPAT PACTAN, Menmbang : a. bahwa dalam rangka penngkaan penyelenggaraan pemernahan,

Lebih terperinci

Created by Simpo PDF Creator Pro (unregistered version)

Created by Simpo PDF Creator Pro (unregistered version) Creaed by Smpo PDF Creaor Pro (unregsered verson) hp://www.smpopdf.com Sask Bsns : BAB 8 VIII. ANALISIS DATA DERET BERKALA (TIME SERIES) 8.1 Pendahuluan Daa Berkala (Daa Dere waku) adalah daa yang dkumpulkan

Lebih terperinci

PENGEMBANGAN MODEL MATEMATIS UNTUK OPTIMASI PERENCANAAN PRODUKSI MINUMAN MARIMAS

PENGEMBANGAN MODEL MATEMATIS UNTUK OPTIMASI PERENCANAAN PRODUKSI MINUMAN MARIMAS PENGEMBANGAN MODEL MATEMATIS UNTUK OPTIMASI PERENCANAAN PRODUKSI MINUMAN MARIMAS Mra Puspasar, Snggh Sapad, Dana Puspasar Absraks PT Ulam Tba Halm merupakan salah sau ndusr mnuman serbuk d Indonesa, dmana

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN PACITAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN PACITAN : NOMOR 18 TAHUN 2001

PEMERINTAH KABUPATEN PACITAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN PACITAN : NOMOR 18 TAHUN 2001 I I PEMERINTAH KABUPATEN PACITAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN PACITAN : NOMOR 18 TAHUN 2001 \ TENTANG PEMBERDAYAAN, PELESTARIAN DAN PENGEMBANGAN ADAT ISTIADAT DAN LEMBAGA ADAT DENGAN RAHMAT TAHUN YANG MAHA

Lebih terperinci

BUPATI PACITAN. I PERATURAN BUPATI PACITAN \ NOMOR ;i6tahun 2010

BUPATI PACITAN. I PERATURAN BUPATI PACITAN \ NOMOR ;i6tahun 2010 3 1 BUPAT PACTAN PERATURAN BUPAT PACTAN \ NOMOR ;6TAHUN 2010 TENTANG PENYELENGGARAAN SSTEM PENGENDALAN NTERN PEMERNTA D LNGKUNGAN PEMERNTAH KABUPATEN PACTAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPAT PACTAN,

Lebih terperinci

Line Transmisi. Oleh: Aris Heri Andriawan ( )

Line Transmisi. Oleh: Aris Heri Andriawan ( ) ANALISIS APLIKASI PENJADWALAN UNIT-UNIT PEMBANGKIT PADA SISTEM KELISTRIKAN JAWA-BALI DENGAN MENGGUNAKAN UNIT COMMITMENT, UNIT DECOMMITMENT DAN MODIFIED UNIT DECOMMITMENT Oleh: Ars Her Andrawan (07000)

Lebih terperinci

PERATURAN BUPATI PACITAN NOMOR (9 TAHUN 2006 TENTANG PEDOMAN PENGELOLAAN KEUANGAN BADAN LAYANAN UMUM RUMAH SAKIT DAERAH BUPATI PACITAN

PERATURAN BUPATI PACITAN NOMOR (9 TAHUN 2006 TENTANG PEDOMAN PENGELOLAAN KEUANGAN BADAN LAYANAN UMUM RUMAH SAKIT DAERAH BUPATI PACITAN BUPAT PACTAN PERATURAN BUPAT PACTAN NOMOR (9 TAHUN 2006 TENTANG PEDOMAN PENGELOLAAN KEUANGAN BADAN LAYANAN UMUM RUMAH SAKT DAERAH BUPAT PACTAN Menmbang: a. bahwa sehubungan elah deapkannya Badan Rumah

Lebih terperinci

BAB III THREE STAGE LEAST SQUARE. Sebagaimana telah disinggung pada bab sebelumnya, salah satu metode

BAB III THREE STAGE LEAST SQUARE. Sebagaimana telah disinggung pada bab sebelumnya, salah satu metode BAB III THREE STAGE LEAST SQUARE Sebagamana elah dsnggung pada bab sebelumnya, salah sau meode penaksran parameer pada persamaan smulan yau meode Three Sage Leas Square (3SLS. Sebelum djelaskan lebh lanju

Lebih terperinci

BUPATI PACITAN. i PERATURAN BUPATI PACITAN ; NOMOR 5" TAHUN 2008 TENTANG

BUPATI PACITAN. i PERATURAN BUPATI PACITAN ; NOMOR 5 TAHUN 2008 TENTANG BUPAT PACTAN PERATURAN BUPAT PACTAN ; NOMOR 5" TAHUN 2008 TENTANG PETUNJUK PELAKSANAAN PERATURAN DAERA KABUPATEN PACTAN NOMOR 25 TAHUN 2007 TENTANG ORGAN DAN KEPEGAWAAN PERUSAHAAN DAERAH AR MNUM j KABUPATEN

Lebih terperinci

( ) STUDI KASUS. ò (, ) ( ) ( ) Rataan posteriornya adalah = Rataan posteriornya adalah (32)

( ) STUDI KASUS. ò (, ) ( ) ( ) Rataan posteriornya adalah = Rataan posteriornya adalah (32) 8 Raaan poserornya adalah E m x ò (, ) f ( x) m f x m f f m ddm (32) Dalam obseras basanya dgunakan banyak daa klam. Msalkan saja erdr dar grup daa klam dengan masng-masng grup ke unuk seap, 2,..., yang

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB LANDAAN EORI. njauan Pusaka.. Peramalan Peramalan (forecasng) merupakan ala banu yang penng dalam perencanaan yang efekf dan efsen khususnya dalam bdang ekonom. Dalam organsas modern mengeahu keadaan

Lebih terperinci

BAB 5 ENTROPI PADA MATRIKS EMISI MODEL MARKOV TERSEMBUNYI

BAB 5 ENTROPI PADA MATRIKS EMISI MODEL MARKOV TERSEMBUNYI BAB ETROPI PADA MATRIKS EMISI MODEL MARKOV TERSEMBUYI Model Markov Tersembuny (Hdden Markov Model, MMT) elah banyak daplkaskan dalam berbaga bdang seper pelafalan bahasa (speeh reognon) dan klasfkas (luserng).

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1. Laar Belakang Masalah Knerja pembangunan ekonom Indonesa bsa dkaakan sanga membanggakan dengan ngka perumbuhan ekonom selama beberapa dekade erakhr n sangalah ngg, walaupun mengalam

Lebih terperinci

! BUPATI PACriAN j PERATURAN BUPATI PACITAN NOMOR 18 TAHUN 2013

! BUPATI PACriAN j PERATURAN BUPATI PACITAN NOMOR 18 TAHUN 2013 ! BUPAT PACrAN j PERATURAN BUPAT PACTAN NOMOR 18 TAHUN 2013 TENTANG PEDOMAN PENYUSUNAN LAPORAN DEWAN PENGAWAS BADAN LAYANAN UMUM DAERAH PADA RUMAH SAKT UMUM DAERAH KABUPATEN PACTAN DENGAN RAHMAT TUHAN

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI 5 BAB II LANDASAN TEORI Pada bab n akan dbahas beberapa eor dasar yang kelak akan dgunakan dalam penurunan formula penenuan harga Asan Opon, bak secara analk pada Bab III maupun secara numerk pada Bab

Lebih terperinci

NILAI AKUMULASI DARI SUATU CASH FLOW DENGAN TINGKAT BUNGA BERUBAH BERDASARKAN FORMULA FISHER

NILAI AKUMULASI DARI SUATU CASH FLOW DENGAN TINGKAT BUNGA BERUBAH BERDASARKAN FORMULA FISHER ILAI AKUMULASI DARI SUATU CASH FLOW DEGA TIGKAT BUGA BERUBAH BERDASARKA FORMULA FISHER Devs Apranda, Johannes Kho, Sg Sugaro Mahasswa rogram S Maemaka Dosen Jurusan Maemaka Fakulas Maemaka dan Ilmu engeahuan

Lebih terperinci

BUPAH PAOTAN PERATURAN BUPATI PACITAN NOMOR 30 TAHUN 2013 TENTANG TATA CARA PENYESUAIAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH

BUPAH PAOTAN PERATURAN BUPATI PACITAN NOMOR 30 TAHUN 2013 TENTANG TATA CARA PENYESUAIAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH r BUPAH PAOTAN PERATURAN BUPAT PACTAN NOMOR 30 TAHUN 2013 TENTANG TATA CARA PENYESUAAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA! BUPAT PACTAN, Menglnga a. bahwa guna kelancaran

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Pertumbuhan dan kestabilan ekonomi, adalah dua syarat penting bagi kemakmuran

BAB 1 PENDAHULUAN. Pertumbuhan dan kestabilan ekonomi, adalah dua syarat penting bagi kemakmuran BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pertumbuhan dan kestablan ekonom, adalah dua syarat pentng bag kemakmuran dan kesejahteraan suatu bangsa. Dengan pertumbuhan yang cukup, negara dapat melanjutkan pembangunan

Lebih terperinci

BAB 2 RESPONS FUNGSI STEP PADA RANGKAIAN RL DAN RC. Ir. A.Rachman Hasibuan dan Naemah Mubarakah, ST

BAB 2 RESPONS FUNGSI STEP PADA RANGKAIAN RL DAN RC. Ir. A.Rachman Hasibuan dan Naemah Mubarakah, ST BAB ESPONS FUNGSI STEP PADA ANGKAIAN DAN C Oleh : Ir. A.achman Hasbuan dan Naemah Mubarakah, ST . Persamaan Dferensal Orde Sau Adapun benuk yang sederhana dar suau persamaan dferensal orde sau adalah:

Lebih terperinci

PERENCANAAN PERSEDIAAN DAN PENGENDALIAN BAHAN BAKU DI PABRIK PRODUK BETON PT WIJAYA KARYA BETON, BOGOR

PERENCANAAN PERSEDIAAN DAN PENGENDALIAN BAHAN BAKU DI PABRIK PRODUK BETON PT WIJAYA KARYA BETON, BOGOR B-5-1 PERENCANAAN PERSEDIAAN DAN PENGENDALIAN BAHAN BAKU DI PABRIK PRODUK BETON PT WIJAYA KARYA BETON, BOGOR Wsnu Bud Sunaryo, Haryono ITS Surabaya ABSTRAK Dalam duna konsruks saa n pemakaan produk beon

Lebih terperinci

(Cormen 2002) III PEMBAHASAN. yt : pendapatan rumah tangga pada periode t, dengan yt 0.

(Cormen 2002) III PEMBAHASAN. yt : pendapatan rumah tangga pada periode t, dengan yt 0. 5 Vaabel s dsebu vaabel slak enambahan vaabel slak beujuan unuk mengubah peaksamaan yang mengandung anda menjad sebuah pesamaan eaksamaan () bena jka dan hanya jka pesamaan (2) dan peaksamaan (3) bena

Lebih terperinci

KONSEP DASAR. Latar belakang Metode Numerik Ilustrasi masalah numerik Angka signifikan Akurasi dan Presisi Pendekatan dan Kesalahan

KONSEP DASAR. Latar belakang Metode Numerik Ilustrasi masalah numerik Angka signifikan Akurasi dan Presisi Pendekatan dan Kesalahan KONSEP DASAR Laar belakang Meode Numerk Ilusras masalah numerk Angka sgnfkan Akuras dan Press Pendekaan dan Kesalahan Laar Belakang Meode Numerk Tdak semua permasalahan maemas dapa dselesakan dengan mudah,

Lebih terperinci

PENDUGAAN STATISTIK AREA KECIL DENGAN METODE EMPIRICAL CONSTRAINED BAYES 1

PENDUGAAN STATISTIK AREA KECIL DENGAN METODE EMPIRICAL CONSTRAINED BAYES 1 PENDUGAAN SAISIK AREA KECIL DENGAN MEODE EMPIRICAL CONSRAINED AYES Ksmann Jurusan Penddkan Maemaka FMIPA Unversas Neger Yogyakara Absrak Meode emprcal ayes (E merupakan meode yang lebh aplkaf pada pendugaan

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB LANDAAN TEORI. Tnjauan Pusaka.. Uj Keseragaman Daa Tujuan uama pengukuran uj keseragaman daa adalah unuk mendapakan da yang seragam. Kedak seragaman daa dapa daang anpa dsadar, maka dperlukan suau

Lebih terperinci

Analisis Jalur / Path Analysis

Analisis Jalur / Path Analysis Analss Jalur / Pah Analyss Analss jalur adalah salah sau benuk model SEM yang dak mengandung varable laen. Tenu saja model n lebh sederhana dbandngkan dengan model SEM lengka. Analss jalur sebenarnya meruakan

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI. 2.1 Model Persediaan Model Deterministik

BAB 2 LANDASAN TEORI. 2.1 Model Persediaan Model Deterministik 6 BAB LANDASAN TEORI. Model Persedaan.. Model Deermnsk Model Deermnsk adalah model yang menganggap nla-nla parameer elah dkeahu dengan pas. Model n dbedakan menjad dua: a. Deermnsk Sas. D dalam model n

Lebih terperinci

Penggunaan Metode Modified Unit Decommitment (MUD) untuk Penjadwalan Unit-Unit Pembangkit Pada Sistem Kelistrikan Jawa - Bali

Penggunaan Metode Modified Unit Decommitment (MUD) untuk Penjadwalan Unit-Unit Pembangkit Pada Sistem Kelistrikan Jawa - Bali Penggunaan Meode Modfed Un Decommmen (MUD) unuk Penjadwalan Un-Un Pembangk Pada Ssem Kelsrkan Jawa - Bal Ars Her Andrawan,2, Onoseno Penangsang ) Jurusan Teknk Elekro TS, Surabaya 60, ndonesa 2) Jurusan

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di SMP Negeri 7 Gorontalo pada tahun ajaran 2012/2013

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di SMP Negeri 7 Gorontalo pada tahun ajaran 2012/2013 3. Lokas dan Waku Penelan 3.. Lokas Penelan BAB III METODOLOGI PENELITIAN Penelan n dlaksanakan d SMP Neger 7 Goronalo pada ahun ajaran 0/03 3.. Waku Penelan Penelan n d laksanakan pada semeser genap ahun

Lebih terperinci

Sudaryatno Sudirham. Analisis Rangkaian Listrik Di Kawasan Waktu

Sudaryatno Sudirham. Analisis Rangkaian Listrik Di Kawasan Waktu Sudaryano Sudrham nalss Rangkaan Lsrk D Kawasan Waku BB 12 nalss Transen d Kawasan Waku Rangkaan Orde Perama Yang dmaksud dengan analss ransen adalah analss rangkaan yang sedang dalam keadaan peralhan

Lebih terperinci

Peramalan Penjualan Sepeda Motor Tiap Jenis di Wilayah Surabaya dan Blitar dengan Model ARIMA Box-Jenkins dan Vector Autoregressive (VAR)

Peramalan Penjualan Sepeda Motor Tiap Jenis di Wilayah Surabaya dan Blitar dengan Model ARIMA Box-Jenkins dan Vector Autoregressive (VAR) JURNAL SAINS DAN SENI POMITS Vol. 3, No., (04) 337-350 (30-98X Prn) D-36 Peramalan Penjualan eda Moor Tap Jens d Wlayah Surabaya dan Blar dengan Model ARIMA Box-Jenkns dan Vecor Auoregressve (VAR) Ade

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI Landasan Teor 6 BAB II LADASA TEORI. PERAMALA PERMITAA Peramalan adalah suau proses dalam menggunakan daa hsores yang elah dmlk unuk dproyekskan ke dalam suau model dan menggunakan model n unuk memperkrakan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. tahun 1990-an, jumlah produksi pangan terutama beras, cenderung mengalami

BAB 1 PENDAHULUAN. tahun 1990-an, jumlah produksi pangan terutama beras, cenderung mengalami 11 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Laar Belakang Keahanan pangan (food securiy) di negara kia ampaknya cukup rapuh. Sejak awal ahun 1990-an, jumlah produksi pangan eruama beras, cenderung mengalami penurunan sehingga

Lebih terperinci

BERITA DAERAH KABUPATEN PACITAN PERATURAN BUPATI PACITAN 1 NOMOR 16 TAHUN 2010 TENTANG

BERITA DAERAH KABUPATEN PACITAN PERATURAN BUPATI PACITAN 1 NOMOR 16 TAHUN 2010 TENTANG BERTA DAERAH KABUPATEN PACTAN TAHUN 200 NOMOR 7 PERATURAN BUPAT PACTAN NOMOR 6 TAHUN 200 TENTANG PERUBAHAN KETGA ATAS PERATURAN BUPAT PACTAN NOMOR 28 TAUN 2009 TENTANG PENJABARAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN

Lebih terperinci

PERATURAN BUPATI PACITAN i NOMOR 13 TAHUN 2012 t I TENTANG PEDOMAN PENYELENGGARAAN PELELANGAN IKAN DI TEMPAT PELELANGAN IKAN KABUPATEN PACITAN

PERATURAN BUPATI PACITAN i NOMOR 13 TAHUN 2012 t I TENTANG PEDOMAN PENYELENGGARAAN PELELANGAN IKAN DI TEMPAT PELELANGAN IKAN KABUPATEN PACITAN f BUEAn PACrAN J PERATURAN BUPAT PACTAN NOMOR 13 TAHUN 2012 TENTANG PEDOMAN PENYELENGGARAAN PELELANGAN KAN D TEMPAT PELELANGAN KAN KABUPATEN PACTAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA 1 r BUPAT PACTAN. Menmbang:

Lebih terperinci

Pemodelan Penyerapan Tenaga Kerja Sektor Industri di Indonesia Dengan Pendekatan Regresi Data Panel Dinamis

Pemodelan Penyerapan Tenaga Kerja Sektor Industri di Indonesia Dengan Pendekatan Regresi Data Panel Dinamis JURAL SAIS DA SEI ITS Vol. 5 o. 2 (2016) 2337-3520 (2301-928X Prn) D-217 Pemodelan Penyerapan Tenaga Kerja Sekor Indusr d Indonesa Dengan Pendekaan Regres Daa Panel Dnams Avolla Terza Damalana dan Seawan

Lebih terperinci

IV. METODE PENELITIAN

IV. METODE PENELITIAN IV. METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waku Peneliian Peneliian ini dilakukan di Dafarm, yaiu uni usaha peernakan Darul Fallah yang erleak di Kecamaan Ciampea, Kabupaen Bogor, Jawa Bara. Pemilihan lokasi

Lebih terperinci

BAB III HIPOTESIS DAN METODOLOGI PENELITIAN

BAB III HIPOTESIS DAN METODOLOGI PENELITIAN BAB III HIPOTESIS DAN METODOLOGI PENELITIAN III.1 Hpotess Berdasarkan kerangka pemkran sebelumnya, maka dapat drumuskan hpotess sebaga berkut : H1 : ada beda sgnfkan antara sebelum dan setelah penerbtan

Lebih terperinci

Jumlah kasus penderita penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) di Kota Surabaya tahun

Jumlah kasus penderita penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) di Kota Surabaya tahun Baasan Masalah Jumlah kasus pendera penyak Demam Berdarah Dengue (DBD d Koa Surabaya ahun - Varabel Explanaory (Varabel penjelas yang dgunakan dalam penelan adalah varabel Iklm (Curah hujan, Suhu, Kelembaban

Lebih terperinci

PENGGUNAAN METODE MODIFIED UNIT DECOMMITMENT (MUD) UNTUK PENJADWALAN UNIT-UNIT PEMBANGKIT PADA SISTEM KELISTRIKAN JAWA - BALI

PENGGUNAAN METODE MODIFIED UNIT DECOMMITMENT (MUD) UNTUK PENJADWALAN UNIT-UNIT PEMBANGKIT PADA SISTEM KELISTRIKAN JAWA - BALI Prosdng Semnar Nasonal Manajemen Teknolog X Program Sud MMT-TS, Surabaya 6 Pebruar 2010 PENGGUNAAN METODE MODFED UNT DECOMMTMENT (MUD) UNTUK PENJADWALAN UNT-UNT PEMBANGKT PADA SSTEM KELSTRKAN JAWA - BAL

Lebih terperinci

APLIKASI STRUKTUR GRUP YANG TERKAIT DENGAN KOMPOSISI TRANSFORMASI PADA BANGUN GEOMETRI. Mujiasih a

APLIKASI STRUKTUR GRUP YANG TERKAIT DENGAN KOMPOSISI TRANSFORMASI PADA BANGUN GEOMETRI. Mujiasih a APLIKASI STRUKTUR GRUP ANG TERKAIT DENGAN KOMPOSISI TRANSFORMASI PADA BANGUN GEOMETRI Mujash a a Program Sud Maemaka Jurusan Tadrs Fakulas Tarbah IAIN Walsongo Jl. Prof. Dr. Hamka Kampus II Ngalan Semarang

Lebih terperinci

i BUPATI PACITAN 1 I PERATURAN BUPATI PACITAN I NOMOR 5 TAHUN 2014 i

i BUPATI PACITAN 1 I PERATURAN BUPATI PACITAN I NOMOR 5 TAHUN 2014 i ( BUPAT PACTAN PERATURAN BUPAT PACTAN NOMOR 5 TAHUN 204 TENTANG PETUNJUK PELAKSANAAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN PACTAN NOMOR 8 TAHUN 20 TENTANG RETRBUS TEMPAT PELELANGAN KAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. menghimpun dana dari pihak yang kelebihan dana (surplus spending unit) kemudian

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. menghimpun dana dari pihak yang kelebihan dana (surplus spending unit) kemudian Pengaruh Captal Structure terhadap Proftabltas pada Industr Perbankan d Indonesa Mutara Artkel n d-dgtalsas oleh Perpustakaan Fakultas Ekonom-Unverstas Trsakt, 2016. 021-5663232 ext.8335 BAB I PENDAHULUAN

Lebih terperinci

Jurusan Statistika, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) (2)

Jurusan Statistika, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) (2) JURNAL SAINS DAN SENI ITS Vol. 5, No.1, (016) 337-350 (301-98X Prn) D-17 Analss Kurva Survval Kaplan Meer pada Pasen HIV/AIDS dengan Anrerovral Therapy (ART) d RSUD Prof. Dr. Soekandar Kabupaen Mojokero

Lebih terperinci

5 PERATURAN BUPATI PACITAN ' NOMOR 13 TAHUN 2010 i

5 PERATURAN BUPATI PACITAN ' NOMOR 13 TAHUN 2010 i > 1! BERITA DAERAH ' KABUPATEN PACITAN TAHUN 2010 ' NOMOR 14 J 1 5 PERATURAN ' NOMOR 13 TAHUN 2010 TENTANG PEDOMAN PENYUSUNAN PAKTA INTEGRITAS TERHADAP PEJABAT STRUKTURAL DAN PEJABAT BADAN USAHA MILIK

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode

BAB III METODE PENELITIAN. Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode BAB III METODE PENELITIAN Desan Peneltan Metode peneltan yang dgunakan dalam peneltan n adalah metode deskrptf analts dengan jens pendekatan stud kasus yatu dengan melhat fenomena permasalahan yang ada

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN 26 III. METODE PENELITIAN 3.1. Kerangka Pemikiran Penilaian perkembangan kinerja keuangan PT. Goodyear Indonesia Tbk dilakukan dengan maksud unuk mengeahui sejauh mana perkembangan usaha perusahan yang

Lebih terperinci

REVIEW TENTANG DESIGN MONETARY POLICY RULE UNTUK INDONESIA

REVIEW TENTANG DESIGN MONETARY POLICY RULE UNTUK INDONESIA REVIEW TENTANG DESIGN MONETARY POLICY RULE UNTUK INDONESIA G. Sujana Budhasa Fakulas Ekonom Unversas Udayana, Denpasar-Bal. Absrac The developmen moneary polcy rule has become a fashonable macroeconomc

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LADASA TEORI 2.1 Pengerian Peramalan Peramalan (forecasing) adalah suau kegiaan yang memperkirakan apa yang akan erjadi pada masa yang akan daang. Meode peramalan merupakan cara unuk memperkirakan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. penelitian dilakukan secara purposive atau sengaja. Pemilihan lokasi penelitian

BAB III METODE PENELITIAN. penelitian dilakukan secara purposive atau sengaja. Pemilihan lokasi penelitian BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Lokas Peneltan Peneltan dlaksanakan d Desa Sempalwadak, Kecamatan Bululawang, Kabupaten Malang pada bulan Februar hngga Me 2017. Pemlhan lokas peneltan dlakukan secara purposve

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Laar Belakang Perumbuhan ekonomi merupakan salah sau ukuran dari hasil pembangunan yang dilaksanakan khususnya dalam bidang ekonomi. Perumbuhan ersebu merupakan rangkuman laju-laju

Lebih terperinci

KEPUTUSAN-KEPUTUSAN LINTAS WAKTU

KEPUTUSAN-KEPUTUSAN LINTAS WAKTU KEPUTUSA-KEPUTUSA LITAS WAKTU Dr. Mohammad Abdul Mukhy Page Modal adalah uang dan sumber daya yang dnvestaskan Bunga (nterest) adalah pengembalan atas modal atau sejumlah uang yang dterma nvestor untuk

Lebih terperinci

Perencanaan Waktu Replenishment pada Continuous Material Requirement Planning dengan Kendala Laju Produksi Level

Perencanaan Waktu Replenishment pada Continuous Material Requirement Planning dengan Kendala Laju Produksi Level Perencanaan Waku Replenshmen pada Connuous Maeral Requremen Plannng dengan Kendala Laju Produks Arf Rahman Jurusan Teknk Indusr, Fakulas Teknk, Unversas Brawjaya Jl. Mayjen Haryono 167 Malang 65145 Indonesa

Lebih terperinci

PROPOSAL SKRIPSI JUDUL:

PROPOSAL SKRIPSI JUDUL: PROPOSAL SKRIPSI JUDUL: 1.1. Latar Belakang Masalah SDM kn makn berperan besar bag kesuksesan suatu organsas. Banyak organsas menyadar bahwa unsur manusa dalam suatu organsas dapat memberkan keunggulan

Lebih terperinci

MENGUKUR RISIKO SISTEMIK DAN KETERKAITAN FINANSIAL PERBANKAN DI INDONESIA

MENGUKUR RISIKO SISTEMIK DAN KETERKAITAN FINANSIAL PERBANKAN DI INDONESIA Mengukur Rsko Ssemk Dan Keerkaan Fnansal Perbankan D Indonesa 103 MENGUKUR RISIKO SISTEMIK DAN KETERKAITAN FINANSIAL PERBANKAN DI INDONESIA Sr Ayom Bambang Hermano 1 Absrac Ths paper measures he nsolvency

Lebih terperinci

ε adalah error random yang diasumsikan independen, m X ) adalah fungsi

ε adalah error random yang diasumsikan independen, m X ) adalah fungsi BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Analss regres merupakan suatu metode yang dgunakan untuk menganalss hubungan antara dua atau lebh varabel. Pada analss regres terdapat dua jens varabel yatu

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI. Produksi padi merupakan suatu hasil bercocok tanam yang dilakukan dengan

BAB 2 LANDASAN TEORI. Produksi padi merupakan suatu hasil bercocok tanam yang dilakukan dengan BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1. Produksi Produksi padi merupakan suau hasil bercocok anam yang dilakukan dengan penanaman bibi padi dan perawaan sera pemupukan secara eraur sehingga menghasilkan suau produksi

Lebih terperinci

Kresnanto NC. Model Sebaran Pergerakan

Kresnanto NC. Model Sebaran Pergerakan Kresnano C Moel Sebaran Pergerakan Kresnano C Tujuan Uama: Mengeahu pola pergerakan alam ssem ransporas serng jelaskan alam benuk arus pergerakan (kenaraan, penumpang, an barang) yang bergerak ar zona

Lebih terperinci

PENERAPAN MODEL GSTAR(1,1) UNTUK DATA CURAH HUJAN

PENERAPAN MODEL GSTAR(1,1) UNTUK DATA CURAH HUJAN Bulen Ilmah Mah. Sa. dan Terapannya (Bmaser) Volume 6, o. 03 (017), hal 159 166. PEERAPA MODEL GSTAR(1,1) UTUK DATA CURAH HUJA Ism Adam, Dadan Kusnandar, Hendra Perdana ITISARI Model Generalzed Space Tme

Lebih terperinci

Hidden Markov Model. Oleh : Firdaniza, Nurul Gusriani dan Akmal

Hidden Markov Model. Oleh : Firdaniza, Nurul Gusriani dan Akmal Hdden Markov Model Oleh : Frdanza, urul Gusran dan Akmal Dosen Jurusan Maemaka FMIPA Unversas Padjadjaran Jl. Raya Bandung Sumedang Km 2, Janangor, Jawa Bara elp. / Fax : 022 7794696 Absrak Hdden Markov

Lebih terperinci

ANALISIS VECTOR AUTO REGRESSIVE (VAR) TERHADAP KORELASI ANTARA BELANJA PUBLIK DAN PERTUMBUHAN EKONOMI DI SULAWESI SELATAN, TAHUN

ANALISIS VECTOR AUTO REGRESSIVE (VAR) TERHADAP KORELASI ANTARA BELANJA PUBLIK DAN PERTUMBUHAN EKONOMI DI SULAWESI SELATAN, TAHUN Jurnal Ekonom Pembangunan Vol. 10, No.1, Jun 2009, hal. 1-14 ANALISIS VECTOR AUTO REGRESSIVE (VAR) TERHADAP KORELASI ANTARA BELANJA PUBLIK DAN PERTUMBUHAN EKONOMI DI SULAWESI SELATAN, TAHUN 1985-2005 Abusan

Lebih terperinci

BUPATl PACITAN. I PERATURAN BUPATl PACITAN \ NOMOR IS TAIIUN 2008 TENTANG

BUPATl PACITAN. I PERATURAN BUPATl PACITAN \ NOMOR IS TAIIUN 2008 TENTANG BUPATl PACTAN PERATURAN BUPATl PACTAN \ NOMOR S TAUN 2008 TENTANG STRUKTUR ORGANSAS DAN TATA KERJA SEKRE l ARAT DEWAN PENGURUS KABUPATEN KORPS PEGAWA REPUBMK NDONESA KABUPATEN PACTAN BUPATl PACTAN Menmbang

Lebih terperinci

SUPLEMEN 3 Resume Hasil Penelitian: Analisis Respon Suku Bunga dan Kredit Bank di Sumatera Selatan terhadap Kebijakan Moneter Bank Indonesia

SUPLEMEN 3 Resume Hasil Penelitian: Analisis Respon Suku Bunga dan Kredit Bank di Sumatera Selatan terhadap Kebijakan Moneter Bank Indonesia SUPLEMEN 3 Resume Hasil Peneliian: Analisis Respon Suku Bunga dan Kredi Bank di Sumaera Selaan erhadap Kebijakan Moneer Bank Indonesia Salah sau program kerja Bank Indonesia Palembang dalam ahun 2007 adalah

Lebih terperinci

EL NINO, LA NINA, DAN PENAWARAN PANGAN DI JAWA, INDONESIA

EL NINO, LA NINA, DAN PENAWARAN PANGAN DI JAWA, INDONESIA Jurnal Ekonom Pembangunan Volume 1, Nomor, Desember 011, hlm.57-71 EL NINO, LA NINA, DAN PENAWARAN PANGAN DI JAWA, INDONESIA Arn Wahyu Uam, Jamhar, dan Suhamn Hardyasu Jurusan Sosal Ekonom Peranan, Fakulas

Lebih terperinci

Optimasi Model Inventory Deterministik untuk Permintaan Menaik dan Biaya Pemesanan Konstan

Optimasi Model Inventory Deterministik untuk Permintaan Menaik dan Biaya Pemesanan Konstan Opma Model Invenory Deermnk unuk Permnaan Menak dan Baya Pemeanan Konan Dana Purwaar, Rully Soelaman, Fr Qona Fakula Teknolog Informa, Inu Teknolog Sepulu Nopember, Surabaya E-mal : rully@-by.edu Abrak

Lebih terperinci

KAJIAN RESPONS PEUBAH TERHADAP BERBAGAI GUNCANGAN DALAM SISTEM PEMBENTUK PDB TANAMAN BAHAN MAKANAN MELALUI MODEL VECTOR AUTOREGRESSION

KAJIAN RESPONS PEUBAH TERHADAP BERBAGAI GUNCANGAN DALAM SISTEM PEMBENTUK PDB TANAMAN BAHAN MAKANAN MELALUI MODEL VECTOR AUTOREGRESSION , Okober 2006, p: 0-20 Vol. No. 2 ISSN : 0853-85 KAJIAN RESPONS PEUBAH TERHADAP BERBAGAI GUNCANGAN DALAM SISTEM PEMBENTUK PDB TANAMAN BAHAN MAKANAN MELALUI MODEL VECTOR AUTOREGRESSION Anna Asrd Susan Pusa

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN 45 BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Spesfkas Model Berdasarkan ujuan penelan seper dsebukan dalam bab pendahuluan maka ada dua hal mendasar yang akan del yau pengaruh volalas nla ukar rl erhadap volalas

Lebih terperinci

PENILAIAN EFISIENSI UNIVERSITAS LPTK DI INDONESIA DENGAN MENGGUNAKAN DATA ENVELOPMENT ANALYSIS

PENILAIAN EFISIENSI UNIVERSITAS LPTK DI INDONESIA DENGAN MENGGUNAKAN DATA ENVELOPMENT ANALYSIS PENILAIAN EFISIENSI UNIVERSITAS LPTK DI INDONESIA DENGAN MENGGUNAKAN DATA ENVELOPMENT ANALYSIS Handaru Ja Program Sud Penddkan Teknk Informaka Unversas Neger Yogyakara handaru@uny.ac.d ABSTRACT Menngkanya

Lebih terperinci

Di bidang ekonomi tidak semua informasi dapat diukur secara kuantitatif. Peubah dummy digunakan untuk memperoleh informasi yang bersifat kualitatif

Di bidang ekonomi tidak semua informasi dapat diukur secara kuantitatif. Peubah dummy digunakan untuk memperoleh informasi yang bersifat kualitatif Regres Dummy D bdang ekonom dak semua nformas dapa dukur secara kuanaf Peubah dummy dgunakan unuk memperoleh nformas yang bersfa kualaf Conoh pada daa cross secon: Gender: sebaga penenu jumlah pendapaan

Lebih terperinci

Matematika Keuangan Dan Ekonomi. Indra Maipita

Matematika Keuangan Dan Ekonomi. Indra Maipita Matematka Keuangan Dan Ekonom Indra Mapta NUITS BIS Pendahuluan Sebaga penabung seta nda keluar sebaga pemenang hadah undan, dan dapat memlh salah satu hadah berkut: Menerma uang sejumlah Rp 50.000.000

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Pertumbuhan ekonomi merupakan salah satu ukuran dari hasil pembangunan yang

BAB 1 PENDAHULUAN. Pertumbuhan ekonomi merupakan salah satu ukuran dari hasil pembangunan yang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Laar Belakang Perumbuhan ekonomi merupakan salah sau ukuran dari hasil pembangunan yang dilaksanakan khususnya dalam bidang ekonomi. Perumbuhan ersebu merupakan rangkuman laju perumbuhan

Lebih terperinci

BABl PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara yang sedang berkembang dengan tingkat

BABl PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara yang sedang berkembang dengan tingkat BABl PENDAHULUAN 1.1. LAT AR BELAKANG PERMASALAHAN ndonesa merupakan negara yang sedang berkembang dengan tngkat populas yang cukup besar. Dengan jumlah penduduk dewasa n mencapa lebh dar 180 juta jwa

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN

III. METODOLOGI PENELITIAN III. METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Kerangka Pemikiran Peneliian Keinginan Kelompok Tani Duma Lori yang erdapa di Desa Konda Maloba dan masyaraka sekiar akan berdirinya penggilingan gabah di daerahnya, elah

Lebih terperinci

Perhitungan Bunga Kredit dengan Angsuran

Perhitungan Bunga Kredit dengan Angsuran Perhtungan Kredt dengan / Mengapa Perhtungan Kredt Perlu Dketahu? Perhtungan bunga kredt yang dgunakan bank akan menentukan besar keclnya angsuran pokok dan bunga yang harus dbayar Debtur atas kredt yang

Lebih terperinci

NILAI TOTAL TAK TERATUR TOTAL DARI GABUNGAN TERPISAH GRAF RODA DAN GRAF BUKU SEGITIGA

NILAI TOTAL TAK TERATUR TOTAL DARI GABUNGAN TERPISAH GRAF RODA DAN GRAF BUKU SEGITIGA Jurnal Ilmu Maemaka dan Terapan Desember 015 Volume 9 Nomor Hal. 97 10 NILAI TOTAL TAK TERATUR TOTAL DARI GABUNGAN TERPISAH GRAF RODA DAN GRAF BUKU SEGITIGA R. D. S. Rahangmean 1, M. I. Tlukay, F. Y. Rumlawang,

Lebih terperinci

Bab II Dasar Teori Kelayakan Investasi

Bab II Dasar Teori Kelayakan Investasi Bab II Dasar Teori Kelayakan Invesasi 2.1 Prinsip Analisis Biaya dan Manfaa (os and Benefi Analysis) Invesasi adalah penanaman modal yang digunakan dalam proses produksi unuk keunungan suau perusahaan.

Lebih terperinci

Fisika Modern. Persamaan Schroodinger dan Fingsi Gelombang

Fisika Modern. Persamaan Schroodinger dan Fingsi Gelombang Fska Modern Persaaan Schroodnger dan Fngs Gelobang Apa Persaaan unuk Gelobang Maer? De Brogle eberkan posula bahwa seap parkel elk hubungan: h/ p Golobang aer ala n dkonfras oleh percobaan dfraks elekron,

Lebih terperinci

BAB III METODE PEMULUSAN EKSPONENSIAL TRIPEL DARI WINTER. Metode pemulusan eksponensial telah digunakan selama beberapa tahun

BAB III METODE PEMULUSAN EKSPONENSIAL TRIPEL DARI WINTER. Metode pemulusan eksponensial telah digunakan selama beberapa tahun 43 BAB METODE PEMUUAN EKPONENA TRPE DAR WNTER Meode pemulusan eksponensial elah digunakan selama beberapa ahun sebagai suau meode yang sanga berguna pada begiu banyak siuasi peramalan Pada ahun 957 C C

Lebih terperinci

BAB III MINIMUM COVARIANCE DETERMINANT. Sebagaimana telah disinggung pada bab sebelumnya, salah satu metode

BAB III MINIMUM COVARIANCE DETERMINANT. Sebagaimana telah disinggung pada bab sebelumnya, salah satu metode BAB III MINIMUM COVARIANCE DETERMINANT Sebagamana elah dsnggung pada bab sebelumnya, salah sau meode robus unuk mendeeks penclan (ouler) dalam analss komponen uama robus yau meode Mnmum Covarance Deermnan

Lebih terperinci

, PEMERINTAH PROVINSI NUSA TENGGARA^TIMUR

, PEMERINTAH PROVINSI NUSA TENGGARA^TIMUR NOTAKESEPAHAMAN BADAN PEMERIKSA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DENGAN PEMERINTAH PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR MnMOR414/NK/X-Xm.2/7/2011 NOMORHK.14TAHUN2011 TENTANG PENGEMBANGAN DAN PENGELOLAAN S.STEM.NFORMAS.

Lebih terperinci

Penerapan Statistika Nonparametrik dengan Metode Brown-Mood pada Regresi Linier Berganda

Penerapan Statistika Nonparametrik dengan Metode Brown-Mood pada Regresi Linier Berganda Jurnal EKSPONENSIAL Volume 7, Nomor, Me 6 ISSN 85-789 Penerapan Saska Nonparamerk dengan Meode Brown-Mood pada Regres Lner Berganda Applcaon of Nonparamerc Sascs, wh Brown-Mood Mehod on Mulple Lnear Regresson

Lebih terperinci

PERBAIKAN ASUMSI KLASIK

PERBAIKAN ASUMSI KLASIK BAHAN AJAR EKONOMETRI AGUS TRI BASUKI UNIVERSITAS MUHAMMADIAH OGAAKARTA PERBAIKAN ASUMSI KLASIK 6.. Mulkolnearas Jka model ka mengandung mulkolneras yang serus yakn korelas yang ngg anar varabel ndependen,

Lebih terperinci

PACITAN PERATURAN BUPATI PACITAN NOMOR 9 TAHUN 2014 PEDOMAN TATA CARA PENGADAAN BARANG/JASA DI DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PACITAN PERATURAN BUPATI PACITAN NOMOR 9 TAHUN 2014 PEDOMAN TATA CARA PENGADAAN BARANG/JASA DI DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA bupat PACTAN j PERATURAN BUPAT PACTAN NOMOR 9 TAHUN 204 TENTANG PEDOMAN TATA CARA PENGADAAN BARANG/JASA D DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA ; BUPAT PACTAN. Menlznbang : a. bahwa unuk kelancaran dan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Dalam pelaksanaan pembangunan saat ini, ilmu statistik memegang peranan penting

BAB 1 PENDAHULUAN. Dalam pelaksanaan pembangunan saat ini, ilmu statistik memegang peranan penting BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Laar Belakang Dalam pelaksanaan pembangunan saa ini, ilmu saisik memegang peranan pening baik iu di dalam pekerjaan maupun pada kehidupan sehari-hari. Ilmu saisik sekarang elah melaju

Lebih terperinci

IV. METODE PENELITIAN

IV. METODE PENELITIAN IV. METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waku Peneliian Peneliian ini dilaksanakan pada kasus pengolahan ikan asap IACHI Peikan Cia Halus (PCH) yang erleak di Desa Raga Jaya Kecamaan Ciayam, Kabupaen Bogor,

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Hpotess Peneltan Berkatan dengan manusa masalah d atas maka penuls menyusun hpotess sebaga acuan dalam penulsan hpotess penuls yatu Terdapat hubungan postf antara penddkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Perekonomian dunia telah menjadi semakin saling tergantung pada

BAB I PENDAHULUAN. Perekonomian dunia telah menjadi semakin saling tergantung pada BAB I PENDAHULUAN A. Laar Belakang Masalah Perekonomian dunia elah menjadi semakin saling erganung pada dua dasawarsa erakhir. Perdagangan inernasional merupakan bagian uama dari perekonomian dunia dewasa

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Usahatani belimbing karangsari adalah kegiatan menanam dan mengelola. utama penerimaan usaha yang dilakukan oleh petani.

III. METODE PENELITIAN. Usahatani belimbing karangsari adalah kegiatan menanam dan mengelola. utama penerimaan usaha yang dilakukan oleh petani. III. METODE PENELITIAN A. Konsep Dasar dan Definisi Operasional Usahaani belimbing karangsari adalah kegiaan menanam dan mengelola anaman belimbing karangsari unuk menghasilkan produksi, sebagai sumber

Lebih terperinci

Konferensi Nasional Sistem dan Informatika 2008; Bali, November 15, 2008

Konferensi Nasional Sistem dan Informatika 2008; Bali, November 15, 2008 Konferens asonal Ssem dan Informaka 008; Bal, ovember, 008 KSI08-0 APLIKASI MATEMATIKA UMERIK METODE EWTO RAPHSO DALAM BIDAG MAAJEME KEUAGA: SUATU TIJAUA KHUSUS MEETUKA ILAI ITERAL RATE OF RETUR DA YIELD

Lebih terperinci

IV. METODE PENELITIAN

IV. METODE PENELITIAN IV. METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waku Peneliian Peneliian ini dilaksanakan di PT Panafil Essenial Oil. Lokasi dipilih dengan perimbangan bahwa perusahaan ini berencana unuk melakukan usaha dibidang

Lebih terperinci

TRANSMISI HARGA DAN PERILAKU PASAR BAWANG MERAH JANUAR ARIFIN RUSLAN

TRANSMISI HARGA DAN PERILAKU PASAR BAWANG MERAH JANUAR ARIFIN RUSLAN TRANSMISI HARGA DAN PERILAKU PASAR BAWANG MERAH JANUAR ARIFIN RUSLAN SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2016 PERNYATAAN MENGENAI TESIS DAN SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA

Lebih terperinci

IV. METODOLOGI PENELITIAN

IV. METODOLOGI PENELITIAN IV. METODOLOGI PENELITIN 4.. Obek Penelan Obek penelan adalah Provns Sulawes Tengah, yang ddasarkan aas beberapa permbangan. Perama, Provns Sulawes Tengah memlk sumberdaya sekor peranan dan ndusr pengolahan

Lebih terperinci

PENILAIAN EFISIENSI UNIVERSITAS LPTK DI INDONESIA DENGAN MENGGUNAKAN DATA ENVELOPMENT ANALYSIS

PENILAIAN EFISIENSI UNIVERSITAS LPTK DI INDONESIA DENGAN MENGGUNAKAN DATA ENVELOPMENT ANALYSIS Jurnal Elecroncs, Informacs, and Vocaonal Educaon (ELINVO), Volume 1, Nomor 1, November 215 PENILAIAN EFISIENSI UNIVERSITAS LPTK I INONESIA ENGAN MENGGUNAKAN ATA ENVELOPMENT ANALYSIS Handaru Ja Program

Lebih terperinci

JURNAL APLIKASI STATISTIKA & KOMPUTASI STATISTIK Journal of Statistical Application & Statistical Computing

JURNAL APLIKASI STATISTIKA & KOMPUTASI STATISTIK Journal of Statistical Application & Statistical Computing JURNAL APLIKASI STATISTIKA & KOMPUTASI STATISTIK Journal of Sascal Applcaon & Sascal Compung No Publkas / Publcaon Number: 02700.1002 Kaalog BPS / BPS Caalogue: 1202031 No ISSN / ISSN Number: 2086-4132

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. Peramalan (Forecasting) adalah suatu kegiatan yang mengestimasi apa yang akan

BAB II LANDASAN TEORI. Peramalan (Forecasting) adalah suatu kegiatan yang mengestimasi apa yang akan BAB II LADASA TEORI 2.1 Pengerian peramalan (Forecasing) Peramalan (Forecasing) adalah suau kegiaan yang mengesimasi apa yang akan erjadi pada masa yang akan daang dengan waku yang relaif lama (Assauri,

Lebih terperinci