REVIEW TENTANG DESIGN MONETARY POLICY RULE UNTUK INDONESIA

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "REVIEW TENTANG DESIGN MONETARY POLICY RULE UNTUK INDONESIA"

Transkripsi

1 REVIEW TENTANG DESIGN MONETARY POLICY RULE UNTUK INDONESIA G. Sujana Budhasa Fakulas Ekonom Unversas Udayana, Denpasar-Bal. Absrac The developmen moneary polcy rule has become a fashonable macroeconomc modelng as poneerng by Taylor (1993) Indonesa s one of emergng marke counres ha has advanages n adopng he Taylor moneary polcy rule ha was mplemenng ogeher wh nflaon argeng framework dealng wh he cenral bank law of Bank Indonesa on he new ask for sablzng he domesc currency, so ha he new law of Bank Indonesa mgh be approprae o adop nflaon argeng framework (Taylor, 2000). Accordng o he new law, Bank Indonesa s oblged o announce he nflaon plan a he begnnng of he year o he publc. Alamsyah, Agung and Zulverdy (2001), pon-ou ha Bank Indonesa has become mplemened he nflaon argeng framework because was oblgaed by he new law of Bank Indonesa. Praccal of nflaon argeng framework (ITF) n many counres adoped Taylor modfed moneary polcy rules wh usng many anchors. Svensson (1999) argued ha because unceran of some economc varables behavor, usng neres rae as sngle anchor as recommended by Taylor rules can be robusness. Bank Indonesa have praccal a sngle anchor called SBI Rae n mplemenng he nflaon argeng framework. SBI Rae s recommended by McNels (1999) and also Darsono e. al (2002) as he sngle nsrumen rule for managng nflaon gap and oupu gap n Indonesa. Ths paper s nends o sudy he developmen of polcy rule heory and s possbly of hose model developed for mplemenng a Bank Indonesa macroeconomc model. Keywords: moneary polcy, domesc currency, nflaon argeng. Kebjakan moneer Bank Indonesa elah mengalam berbaga perubahan sejalan dengan perkembangan ekonom Indonesa. Sejak awal ahun 1970, Bank Indonesa elah merubah arah kebjakan moneer dar pengendalan moneer secara langsung (drec conrol) erhadap pagu kred dan baas peneapan erngg suku bunga, menjad kebjakan yang bersfa open marke operaon. Perubahan kebjakan moneer dar pola drec conrol ke benuk open marke operaon n pada hakekanya kebjakan moneer darahkan dengan mempergunakan nsrumen kebjakan money aggregae yang dujukan unuk mempengaruh jumlah uang beredar. IMF pada ahun 1997 elah merekomendaskan kepada Bank Indonesa unuk mempergunakan polcy rule yang berbass money aggregae dengan mempergunakan k-percen

2 moneary growh dalam rangka mencpakan sablas moneer d Indonesa. Sejalan dengan ugas pokok Bank Indonesa yang ermua pada UU No. 23 Tahun 1999, maka kebjakan polcy rule Bank Indonesa elah mengalam perubahan dar pendekaan money aggregae ke pola Taylor rule yang berbass pada pendekaan suku bunga sebaga nomnal anchor. Rangkuman hasl penelan yang dlakukan oleh Drekora Rse Bank Indonesa, sebagamana dlaporkan oleh Aula Pohan (2008), menyaakan bahwa kebjakan money aggregae elah mula dnggalkan oleh banyak negara, karena perkembangan yang sanga pesa dar fnancal nnovaon sera arah perubahan persangan pasar keuangan nernasonal, elah menyebabkan ncome mulpler dan money mulpler dak lag dapa djadkan nsrumen kebjakan moneer yang handal dmasa depan. Penelan yang dlakukan MacNels unuk Bank Indonesa pada ahun 1999, (McNels, 1999), elah merekomendaskan perubahan penggunaan kebjakan moneer dar kebjakan nsrumen money aggregae menuju pendekaan polcy rule berbass ngka suku bunga dengan framework nflaon argeng. Meskpun rekomendas McNels dak sera mera dlaksanakan pada ahun 1999 sebaga kerangka baru pendekaan kebjakan moneer, eap palng sedk penelan McNels elah membuka penelan berkunya secara lebh nensf enang kemungknan penerapan nflaon argeng Bank Indonesa dmasa depan. Beberapa sud yang erka dengan kajan nflaon argeng framework d Indonesa anara lan dsampakan oleh Alamsyah e. al (2001), sera Darsono e, al (2002) maupun Tanuwdjaja dan Choy (2005). Rekomendas McNels unuk Bank Indonesa merupakan ahapan awal pembelajaran bag Bank Indonesa unuk meng-mplemenaskan secara berahap menjad kebjakan moneary polcy rule Bank Indonesa. Kompleknya persoalan ekonom Indonesa dan sejumlah konds yang penuh dengan kedak-pasan bersamaan dengan penyelenggaraan oonom pemernahan daerah, elah menyebabkan Bank Indonesa mempergunakan pendekaan le nflaon argeng framework yang mempergunakan nsrumen moneer bersfa mul-anchor (Pohan, 2008). Pendekaan konsep moneary polcy rule yang sejalan dengan polcy rule sebagamana dgagas oleh Taylor ercaa mula dlaksanakan sejak bulan jun 2005, yang dkenal sebaga nflaon argeng framework. Beberapa sgn yang dapa djadkan pedoman bahwa suau Bank Senral dnyaakan sebaga penganu nflaon argeng framework adalah bahwa arge nflas

3 wajb d umumkan oleh Bank Senral pada seap permulaan ahun anggaran, sera penjelasan secara erbuka dar Bank Senral yang dlaksanakan unuk mencapa sasaran akhr dar arge nflas ersebu. DISCRETION VERSUS RULE Perdebaan akademk yang berkembang dsekar awal ahun 1990-an berkaan dengan dscreon (kebjakan) dan polcy rule. Taylor (1993) elah menggagas polcy rule yang mempergunakan suku bunga sebaga fungs reaks aas sejumlah perlakuan khusus pada arge nflas yang ngn dcapa dan arge perumbuhan oupu khususnya dalam jangka pendek. Polcy rule Taylor (1993) : r Dmana: 1 ( 2 1 T ) ( y.(1.1) I = ngka suku bunga (SBI rae) r = real neres rae π, π T = pergerakan nflas, arge nflas y, y = devas oupu gap yang menggambarkan besarnya kesenjangan anara pergerakan nomnal GDP dengan GDP poensal. Mengku Taylor (1993), kerangka kebjakan moneary polcy rule mempergunakan sngleanchor ngka suku bunga sebaga fungs reaks, yang nlanya denukan berdasarkan arge pemboboan dar devas nflas (π-π T ) dan devas oupu gap (y-y). Bernanke dan Renhar (2004) member nerpreas dar moneary polcy rule yang dgagas oleh Taylor sebaga model polcy rule yang memua ddalamnya dual-mandae, yau nflas dan oupu. Dsau phak, apabla pemboboan devas nflas deapkan lebh kecl dar pemboboan oupu gap, maka u berar dalam jangka pendek perekonoman darahkan unuk mencapa sablas ekonom dengan akba akan erjad los funcon dar arge penngkaan produks dan lapangan kerja. Sebalknya, apabla pemboboan oupu gap deapkan lebh kecl dar devas nflas, maka perekonoman akan mengalam ekanan nflas dengan akba kedak-sablan ekonom sera membawa sera baya perekonoman ngg. 2 1 y 1 McNels (1999) merekomendaskan kepada Bank Indnesa unuk member pemboboan yang lebh besar pada devas oupu, dengan permbangan adanya nflaonary bas. Rekomendas McNels apabla dlaksanakan oleh Bank Indonesa, akan menyebabkan sulnya )

4 dapa dcapa realsas perumbuhan nflas sengka dengan arge nflas yang dumumkan pada awal ahun anggaran oleh Bank Indonesa. Alamsyah e. al (2001) menyaakan bahwa Bank Indonesa wajb mengumumkan arge nflas pada seap awal ahun anggaran, sebaga konsekuens dar kerangka kebjakan moneer yang menganu rezme nflaon argeng framework. Apabla realsas nflas pada akhr ahun anggaran berada daas arge yang deapkan oleh Bank Indonesa, maka Bank Indonesa dapa dnyaakan sebaga lembaga yang dak credble. Berbeda dengan rekomendas yang dsampakan McNels unuk Bank Indonesa, maka penelan Darsono, e al (2002) jusru merekomendaskan kebjakan unuk member pemboboan devas nflas yang lebh rendah dbandngkan dengan devas oupu. Darsono yang juga sejalan dengan Debelle (2001), memandang bahwa realsas nflas yang rendah dan sabl perlu dwujudkan oleh Bank Indonesa dalam rangka menganarkan Bank Indonesa menjad ooras moneer yang memlk credbly unuk pada glrannya akan mencpakan dengan sendrnya ekspekas nflas yang makn kua dmasa depan. Kebjakan moneary polcy rule yang dgagas oleh Taylor (1993) bersfa backward lookng, yang kemudan dlakukan modfkas dengan lebh mengarahkan model Taylor menjad polcy rule yang bersfa forward lookng. Ball (1998), sera Ban dan Haldane (1999), sera Tanuwdjaja dan Choy (2005) adalah sejumlah penel yang merekomendaskan penngnya memperhakan forward lookng expecaon dalam perumusan sebuah kebjakan moneary polcy rule. Penelan moneary polcy rule Bank Indonesa yang dlakukan oleh Tanuwdjaja dan Choy (2005), menemukan bahwa ekspekas nflas d Indonesa sebagan besar mash bersfa backward lookng, hanya sekar 21% dar ekspekas nflas bersumber dar ekspekas forward lookng. Hal n mengndkaskan bahwa bahwa moneary polcy rule yang derapkan d Indonesa belum mencapa sasaran secara opmal sebagamana dharapkan sejalan dengan peran Bank Indonesa sebaga pengendal sablas ekonom d Indonesa. Pengembangan Polcy Rule yang Relevan dengan Ekonom Indonesa Bulan jun 2005, Bank Indonesa elah menyaakan secara manap menerapkan regme nflaon argeng framework, sebaga kerangka pengendalan kebjakan moneer unuk mencapa sasaran akhr dar perumbuhan nflas (Sukada, 2008). Kerangka Kebjakan moneer nflaon argeng framework yang mempergunakan operasonal suku bunga sebaga sngle-anchor, elah

5 dyakn dapa membanu ugas Bank Indonesa unuk mencapa sabllas perekonoman Indonesa. (Drekora Rse Bank Indonesa, 2004). Sebuah pemodelan moneary polcy rule sebagamana dgagas oleh Taylor enu sanga dak memada unuk dpergunakan sebaga desgn unuk perumusan kebjakan moneer d Indonesa. Ban dan Haldane (2001) elah mengupayakan pengembangan model ekonom makro berskala kecl unuk dapa mencakup lebh banyak nformas dengah kedak-pasan yang ngg dar perkembangan ekonom akba dar berbaga shocks yang erjad secara dak erduga. Upaya penyusunan sebuah pemodelan ekonom makro moneary polcy rule menjad berambah sul, dsebabkan oleh gerak perubahan dnams dar jens ransms nsrumen moneer sera parameer yang membenuknya. Dapa dsmpulkan bahwa Bank Indonesa dewasa n sedang berusaha mencar benuk pemodelan yang dapa dfungskan secara opmal unuk mencapa sasaran sablas ekonom jangka pendek, dengan dak mengorbankan kesembangan jangka panjang unuk mencapa perumbuhan angka nflas yang cukup rendah dan sabl dengan dak erlalu besar mengakbakan los funcon dar perumbuhan produks dan kesempaan kerja. MacNels (1999) dan Darsono e al (2002) elah memberkan gambaran, beapa kerangka kebjakan moneary polcy rule dalam mplemenasnya elah menghaslkan rekomendas yang berbeda. Perbedaan pendapa dar kedua penel daas, juga sekalgus memberkan gambaran enang perdebaan akademk yang mash berkepanjangan dalam menenukan plhan apakah akan dlaksanakan sasaran akhr pencapaan nflas yang rendah dengan akba mengorbankan poens produks dan lapangan kerja aau member kelonggaran ruang gerak nflas dengan harapan dapa member ruang gerak kepada poens produks dan angkaan kerja. Plhan jangka pendek n akan sanga denukan oleh kebjakan Bank Senral sera aspras polk yang melaar belakang Bank Senral dalam merumuskan arge kebjakan moneernya. Keka Bank Senral memlh unuk mendesgn respon kebjakan moneer unuk mencapa sasaran nflas yang rendah dan sabl dengan mengabakan los funcon dar poens produks, maka Bank Senral akan mampu membangun credbly sera adanya manfaa meconssency dar penggunaan polcy yang akan mencpakan nla ambah sera member konrbus bag pengembangan sasaran akhr kebjakan ekonom makro yang lebh opmal dan efsen. Sebalknya, apabla Bank Senral mendahulukan permbangan pemberdayaan poens oupu secara opmal dengan mencegah kerugan lebh banyak dar poens produks, maka

6 sasaran akhr nflas akan denukan secara lebh flexble dengan akba memposskan Bank Senral menjad dak credble. Berdasarkan konds sebagamana elah djelaskan daas, maka merumuskan sebuah pemodelan yang memada bukan merupakan pekerjaan yang mudah, dak saja erka dengan plhan yang bersfa respon kebjakan moneer sera sasaran akhr yang ngn dcapa, eap juga bahwa sfa dar anar hubungan pada varable ekonom makro yang dama ddasarkan oleh kedak-pasan yang ngg oleh berbaga kemungknan erjadnya shocks. Maka dengah kepuus-asaan seper u, polcy maker melakukan judgmen berdasarkan nformas yang dak ermua pada sebuah model ekonom makro sebaga langkah erbak yang dfaham saa n dalam prakek manajemen Bank Senral. PERKEMBANGAN TEORI MONETARY POLICY RULE Perkembangan pusaka eor ekonom makro elah memusakan perhaan saa n pada Phlp curve dan peran sera kerangka kebjakan moneer yang dapa drumuskan unuk mendapakan fungs opmal dar kurve Phlp unuk sablas ekonom dan perumbuhan ekonom, ermasuk ddalamnya perluasan lapangan kerja. Pendekaan kerangka kebjakan moneer unuk mencapa sasaran nflas dan oupu dkenal sebaga moneary polcy rule. Pemodelan ekonom makro yang sanga sederhana sebagamana dgagas oleh Taylor (1993) dak saja menjad prakek dalam lngkungan Bank Senral d berbaga Negara, eap juga menjad nspras bag pengembangan model Taylor dalam berbaga pemodelan. Sedaknya selama kurun waku sampa dengan akhr ahun 2000, elah berkembang 6 kelompok pemodelan yang mengadops pendekaan yang berbeda. Tabel 1.1 menunjukkan perkembangan pemodelan yang menjad dasar bag pengembangan Taylor moneary polcy rule pada ahun mendaang. Clarda, Gal dan Geler elah mengembangkan konsep Taylor rule dengan mengadops raonal expecaon dar Fredman, sehngga fondas eor moneer yang dbangun Clarda, Gal dan Geler dkelompokkan pada The New Keynesan Theory. Polcy Rule yang bersfa unresrc dan kemudan dperluas dengan pemodelan makro ekonom demukan pada Roemberg dan Woodford (1998), yang mengkakan kebjakan suku bunga sebaga nsrumen yang mempengaruh fungs konsums dan weal. Tabel 1.1 : Perkembangan Pemodelan Ekonom Makro Moneary Polcy Rule yang berbass penggunaan nsrumen suku bunga.

7 No. Nama Pemodelan Penel Yang Mengembangkan 1. Small scale model whou raonal expecaon Ball (1997), Ball (1998) Rudebusch and Svensson (1997) Svensson (1998) 2. Small scale model wh raonal expecaon 3. Opmzng model wh represenave Agen 4. Large Economerc model wh raonal expecaon Clarda, Gal, Geler (1997) Fuhrer and Madgan (1997) Haldane and Ban (1998) Orphandes dan Weland (1997) Char, Kehou, McGraan (1998) Goodfrend dan Kng (1997) Kng dan Woldman (1998) McCallum dan Nelson (1998) Roenberg dan Woodford (1997) Roenberg dan Woodford (1998) Svensson (1998) Brayon,Levn,Tryon,Wllam(1997) Levn, Weland, Wllam (1998) Tayolor (1995) Wllam (1997) 5. Hsorcal or Inernaonal comparson 6. Polcy perspecve on rule by polcy makers Sumber : Taylor (1998). Clarda, Gal, Geler (1997) Judd dan Trehan (1995) Orphandes (1997) Taylor (1998) Thuman, Alzola, Monsen (1998) Waymark (1997) Wrgh (1998) Blnders (1996) Gramlch (1998) Greenspan (1997) Meyer (1996) Yellen (1996) Desgn Pemodelan Moneary Polcy Rule Pemodelan makro ekonom polcy rule yang dgagas oleh McCallum (1987) dan Taylor (1993) drumuskan unuk memenuh kebuuhan perumusan kebjakan moneer yang bersfa praks unuk pengelolaan moneer Bank Senral. Dengan merumuskan polcy rule yang sederhana dharapkan dapa dcapa sasaran akhr sablas ekonom. McCallum (1988) merumuskan feedback rule yang relave sederhana yang juga dkenal sebaga moneary growh rule aau McCallum rule, yang memua perumbuhan uang prmer yang denukan oleh perubahan oupu nomnal. McCallum rule djabarkan sebaga berku.

8 b x (2.1) Dmana: b = uang prmer x = ngka oupu nomnal x = arge oupu nomnal yang dharapkan Δx =konsana yang menggambarkan perumbuhan oupu nomnal unuk perode 1 ahun v a = raa-raa perubahan base-velocy. McCallum mempergunakan λ sebaga parameer posf yang menggambarkan smulas dar arah perubahan oupu nomnal erhadap perumbuhan uang prmer. Berdasarkan arah perkembangan pasar keuangan nernasonal, sera sebaga akba dar fnancal nnovaon yang sanga pesa, maka predks dengan mempergunakan moneary aggregae, sebagamana elah dnyaakan sebelumnya, elah mula dnggalkan banyak negara. Bahwa berdasarkan konds demkan, moneary rule yang dgagas oleh McCallum kurang mendapa empa. Taylor (1993) menawarkan pendekaan model moneary polcy rule yang memua ssem persamaan relaf sederhana, eap dengan mempergunakan pendekaan suku bunga sebaga fungs reaks dar devas nflas dan oupu gap. Taylor mengembangkan model moneary polcy rule unuk federal fund rae dan menghubungkannya dengan devas nflas dan devas oupu. Rekomendas Taylor unuk Federal Reserve Amerka Serka sebaga berku....(2.2) Persamaan (2.2) dkenal sebaga smple moneary polcy rule dar Taylor, yang memua ngka suku bunga sebaga fungs reaks, yang besarnya ngka suku bunga denukan oleh devas nflas (π π) dan devas oupu (y-y), sedangkan γ π dan γ γ adalah parameer yang nlanya denukan berdasarkan respon kebjakan moneer Bank Senral. Smulas dar smple moneary rule dar Taylor (1993) dlakukan unuk mengkaj kemungknan penerapan kerangka kebjakan moneer pada Federal Reserve Amerka Serka sebaga berku. v a ( x x 1) ( ) ( y y ) 4 1.5( 2) 0.5( y y )..(2.3) 2 0.5( 2) 0.5( y y )..(2.4)

9 Dmana: = arge nomnal suku bunga Fed dalam nla percen per ahun r = suku bunga rel per ahun π = nla nflas kuaral dalam perode 1 ahun y = log dar rel GDP y = log dar poenal GDP y-y=oupu gap yang merupakan devas secara prosenase. Unuk seap upaya penurunan nflas sebesar 1%, maka penurunan suku bunga Fed dapa dlakukan sebesar 1.5%. Taylor mempergunakan asums kesembangan pada ssem persamaan pada ngka nflas 2%. Dengan demkan, apabla nflas akan dngkakan menjad 2%, dengan asums oupu gap mash posf, maka dengan member bobo kenakan pada oupu sebesar 0.5%, maka suku bunga Fed akan denukan menjad 1%. Polcy rule dar Taylor n ampaknya lebh mendapa enpa dbandngkan dengan polcy rule dar McCallum yag mempergunakan money aggregae. Respon Kebjakan Moneary Polcy Rule Pemodelan ekonom makro moneary polcy rule yang dbahas berku n mengasumskan sebuah smple polcy rule dar Taylor, eap dengan menyerakan sejumlah pemodelan yang berbeda dar sejumlah penuls. Perbedaan dmaksud dapa dlha dar respon kebjakan yang member pemboboan berbeda pada devas nflas dan devas oupu. Para penel enunya memlk dasar eor dan argumenas yang mendukung mengapa mereka memlh pemboboan erenu. Smple polcy rule dar Taylor dsajkan sebaga berku. (Taylor, 1998). 1 g g y g o.(2.5) Persamaan (2.5) menunjukkan smple polcy rule dar Taylor, dmana merupakan suku bunga, g π adalah respon devas nflas, sera g γ adalah respon devas oupu. Pengelompokkan pemodelan sampa saa n menunjukkan erdapa 5 model pendekaan yang berbeda, sesua dengan pendekaan model makro sera polcy rule dan sasaran akhr yang dcapanya. Tabel 1.2 menunjukkan jens polcy rule dmaksud. Tabel 1.2 : Perkembangan Pemodelan Ekonom Makro Moneary Polcy Rule yang berbass penggunaan nsrumen suku bunga. No Polcy rule g π g γ ρ Nama Penel 1 Rule Levn, Weland, Wllam

10 2 Rule Ban and Haldane 3 Rule John B. Taylor 4 Rule Laurance Ball, John Wllam 5 Rule Roemberg and Woodford Perbedaan dalam mengmplemanaskan respon kebjakan polcy rule d berbaga negara mengambarkan bahwa prakek kebjakan moneer dak dapa dlepaskan dar konds nyaa perekonoman d suau negara yang berbeda dengan negara lan, sera sasaran akhr yang ngn dcapa bak unuk jangka pendek maupun jangka panjang. McNels yang elah melakukan penelan enang kemungknan penerapan Taylor rule pada Bank Indonesa, elah merekomendaskan unuk member ruang gerak yang lebh besar pada nflas dalam rangka mengurang kerugan los funcon dar poens produks dan angkaan kerja. Sebalknya, Darsono e. al (1999) jusru merekomendaskan unuk mencapa src nflaon argeng, dengan mengupayakan realsas ngka nflas searah dengan arge nflas yang elah dumumkan Bank Indonesa kepada publk. Berbeda dengan McNels, maka rekomendas Darsono e. al akan mengabakan kerugan los funcon dar poens produks, dengan sararan unuk mencapa credbly Bank Indonesa, me-conssency sera macroeconomc performance sebagamana d rekomendaskan oleh Rudebusch dan Svansson (2000). Plhan Polcy Rule unuk Indonesa. Smple polcy rule dlam prakeknya d berbaga negara ekah d modfkas menjad palng sedk melpu 7 jens pendekaan ( De Brower dan O Regan, 2002). Pengembangan nsrumen rule djabarkan sebaga berku: Rule 1 : Nomnal ncome level rule : r ( py py 1) T 1 1 Rule 2 : Nomnal ncome growh rule : r ( py py 1) T 1 1 Rule 3 : Prce level rule r ( p p 1) T 1 1 Rule 4 : Taylor rule :

11 r 1 ( 1 1 T ) ( y 2 1 y 1 ) Rule 5 : Inflaon only rule : r ( 1) T 1 1 Rule 6 : Change rule : ( T ) ( y y ) Rule 7 : Consanr real neres rae rule : c 1 Dmana: : ngka suku bunga π:ngka nflas py: pendapaan nomnal T : arge P :ngka harga y :real ncome y: oupu poensal c : parameer consan real neres rae γ : parameer dar fungs reaks dar polcy rule Rule 1 sampa dengan Rule 7 adalah sejumlah plhan yang dapa dpergunakan oleh suau negara berdasarkan konds real perekonoman suau bangsa, sera sasaran akhr yang ngn dcapa. Bahwa consensus yang ada saa n adalah upaya unuk melaksanakan nflaon argeng framework unuk mencapa sasaran akhr ngka nflas yang rendah dan sabl unuk membangun me-conssency sera knerja ekonom makro yang makn efsen dalam rangka mencpakan sablas ekonom unuk mencapa perumbuhan ekonom yang lebh erarah. Moneary Polcy Rule unuk Indonesa Bla mengku perkembangan erakhr dar pelaksanaan nflaon argeng framework yang dlaksanakan oleh Bank Indonesa sejak persapannya pada ahun 1999 sampa dengan efekf pelaksanaannya ahun 2005, maka ampak bahwa moneary polcy rule yang derapkan oleh Bank Indonesa dengan perencanaan nflas yang semakn menurun dalam ahun 2006, 2007 dan 2008 belum dapa dcapa secara opmal. Daa pada able 1 menunjukkan bahwa arge nflas Bank Indonesa dak dapa dcapa sesua dengan perencanaannya. Tabel 1.1 : Targe dan Realsas Inflas

12 Tahun Targe Inflas Realsas Inflas s/d s/d s/d Sumber : Bank Indonesa, Jakara Kegagalan Bank Indonesa dalam mencapa realsas nflas dapa erjad karena adanya kedak-pasan yang ngg dar shocks yang selalu daang lebh cepa dar perkraan. Apabla dlha dar sasaran akhr yang dargekan Bank Indonesa, maka jelas bahwa nflaon argeng framework Bank Indonesa menuju pada arge pengendalan nflas yang semakn rendah, dar nerval 7 sampa 9 menuju 4 sampa 6 pon pada akhr ahun Beberapa ype shocks yang dak dperkrakan sebelumnya adalah admnsered prce dar kenakan harga mnyak BBM sera dampak dar krss ekonom Amerka Serka yang berpengaruh erhadap pasar saham dan perdagangan ekspor Indonesa. Teap bahwa perubahan kebjakan moneer dar money aggregae ke benuk Taylor polcy rule elah dlaksanakan secara konssen, dalam hal mana Bank Indonesa saa n elah mempergunakan BI rae sebaga polcy nsrumen dalam mempengaruh sasaran akhr sablas ekonom d Indonesa. Meskpun saa n BI rae mash erpaok dengan harga 9.5 pon, maka mash akan erdapa penurunan rae unuk mencapa sasaran nflas yang lebh rendah, meskpun kebjakan penurunan BI Rae mash serng dkakan dengan kekhawaran akan erjadnya Capal Flgh, mengnga suku bunga domesc yang lebh rendah dar pasar suku bunga nernasonal (LIBOR) akan dapa memacu pelaran modal ke luar neger, yang pada glrannya dapa mempersul lkudas ekonom nasonal. KESIMPULAN Tulsan sngka n hanya memua gars besar perkembangan eor moneer yang dgagas oleh Taylor (1993), yang menggagas penngnya penggunaan rule dbandngkan dengan kebjakan moneer yang bersfa dscreon. Konsensus yang ada saa n menyaakan bahwa penggunaan polcy rule palng sedk bsa dcapa 3 manfaa besar yau credbly Bank Senral yang dapa mencpakan nla ambah enang penngnya forward lookng expecaon dalam rangka pengendalan nflas, me-conssency yang sanga penng sebaga bagan dar perencanaan pembenukan sejumlah prlaku saa n dalam membenuk masa depan yang lebh erarah, sera knerja macro economc yang lebh opmal dan efsen.

13 Berdasarkan nformas Tabel 1 ampak bahwa arge nflas yang ngn dcapa Bank Indonesa dan pemernah, jelas akan menuju pada sasaran nflas yang rendah dan sabl hngga mencapa angka anara 5 sampa 6% pada akhr ahun Bahwa Bank Indonesa dalam mencapa arge nflas ersebu, ampaknya juga mempermbangkan aspek lan yang berhubungan dengan poss BI Rae dalam kerangka nernaonal capal mobly. Bahwa penggunaan nsrumen rule BI Rae yang semakn rendah, meskpun akan mencapa arge nflas yang dngnkan, eap pada ss lan dapa membawa resko pelaran modal karena suku bunga domesk yang lebh rendah dar harga pasar uang nernasonal memang akan membawa resko pelaran modal, sehngga akan dapa mengancam cadangan devsa sera pada glrannya akan berdampak pada pasar valua asng d Indonesa. Berdasarkan konds shocks yang beraneka jens yang mengandung kedak-pasan ngg, maka nflaon argeng framework yang d mplemenaskan saa n d Bank Indonesa dak seluruhnya berjalan sesua dengan arge nflas dan oupu yang dngnkan, eap lebh banyak akan ampak pada judgmen penganbl kebjakan yang juga harus mempermbangkan suas jangka pendek dar pergerakan pasar keuangan nernasonal, yang erka langsung pada kepenngan unuk menjaga sablas nla kurs ukar, sebaga bagan lan dar upaya unuk menjada sablas nla rupah. Melha kompleksas permasalahan ekonom Indonesa dewasa n, maka smple polcy rule yang derapkan Bank Indonesa saa n melalu daly nflaon forecas dak lag memada unuk dpergunakan. Dperlukan perluasan pemodelan dar Taylor Rule dalam benuk unrsrc polcy rule, sebagamana dengan menyerakan permbangan shocks ermasuk peranan anggaran belanja pemernah, perubahan harga bahan makanan sera exernal shocks ermasuk perubahan ngka suku bunga nernasonal sera harga mnyak duna. Tenunya penyusun sebuah pemodelan yang memada unuk menjad gude-lne Bank Indonesa adalah sebuah pekerjaan dak mudah, karena sebagan besar sumber nflas dak semaa merupakan fenomena moneer, eap adalah bersumber dar ss penawaran sera prlaku anggaran belanja pemernah, yang sudah barang enu dluar jangkauan Bank Indonesa unuk mengnervensnya. DAFTAR PUSTAKA

14 Alamsyah Halm, Judha Agung and D. Zukverdy Towards mplemenaon of Inflaon Targeng In Indonesa. Bullen of Indonesan Economc Sudes. ANU, Canberra. Pohan, Aula Kerangka Kebjakan Moneer & Implemenasnya d Indonesa. Jakara: Raja Grafndo Persada. Ban, N and Haldane, AG Forward-Lookng Rules for Moneary Polcy. n Taylor John B, (ed). Moneary Polcy Rules. Chcago: Unv. of Chcago and NBER. Bernanke, Ben S. dan Renhar, Vncen Conduc Moneary Polcy A Very Low Shorerm Ineres Raes. Amercan Economnc Revew. Ball, Laurence, Polcy Rule For Open Economes. Reserve Bank Of Ausrala. Clarda, Rchard, Jord Gal dan Mark Geler Moneary Polcy Rules n Pracce, Some Inernaonal Evdence. Cener for Appled Economcs. New York Ubversy. Darsono, Akhls R Huabara, Rzk E Wmanda, Handayan dan Tr Yanuar Dsan Moneary Polcy Rule Unuk Indonesa. Drekora Rse Ekonom Dan Kebjakan Moneer Bank Indonesa. Jakara. Fuhrer, Jeffrey C dan Madgan, Bran F Moneary Polcy When Ineres Raes Are Bounded A Zero. Revew of Economcs and Sascs. Gordon, De Brower dan James O Ragan Evaluang Smple Moneary Polcy Rules For Ausrala. Reserve Bank of Ausrala. McCallum, Benne T The Case For Rules n he Conduc of Moneary Polcy. A Concree Example. Economc Revew. McNels, Paul D Moneary Polcy, he Role Learnng and Inflaon Targeng Implcaon For Bank Indonesa. Drekora Rse Ekonom Dan Kebjakan Moneer BI. Jakara. Roemberg, Julo dan Woodford, Mchael Ineres Rae Rules Ib Esmaed SckyPrce Models. Dalam John B. Taylor, Moneary Polcy Rules. Chcago Unversy Press. Chcago Rudebusch, Glan D dan Svensson, Lars E.O Polcy Rules For Inflaon Targeng. Dalam John B. Taylor, Moneary Polcy Rules. Chcago Unversy Press. Chcago. Sukada Peranan Bank Indonesa Dalam Pengembangan Pembangunan Daerah. Semnar Dsajkan Pada Des Fak Ekonom Unv. Udayana. Denpasar Svensson, Lars EO Inflaon Targeng. Prnceon Unversy. Tanuwdjaja, Enrco and Keng meng Choy Cenral Bank Credbly and Moneary Polcy n Indonesa. Journal of Polcy Modelng. Taylor, John B Dscreon Versus Polcy Rules In Pracce. Carnege Rocheser Conference Seres In Publc Polcy.

BAB 8 PERSAMAAN DIFERENSIAL BIASA

BAB 8 PERSAMAAN DIFERENSIAL BIASA Maa kulah KOMPUTASI ELEKTRO BAB 8 PERSAMAAN DIFERENSIAL BIASA Persamaan dferensal dapa dbedakan menjad dua macam erganung pada jumlah varabel bebas. Apabla persamaan ersebu mengandung hana sau varabel

Lebih terperinci

BAB IV METODA RUNGE-KUTTA ORDE 4 PADA MODEL ALIRAN FLUIDA YANG TERGANGGU

BAB IV METODA RUNGE-KUTTA ORDE 4 PADA MODEL ALIRAN FLUIDA YANG TERGANGGU BAB IV METODA RUNGE-KUTTA ORDE 4 PADA MODEL ALIRAN FLUIDA YANG TERGANGGU Pada bab III, ka elah melakukan penguan erhadap meoda Runge-Kua orde 4 pada persamaan panas. Haslnya, solus analk persamaan panas

Lebih terperinci

' PERATURAN BUPATI PACITAN I NOMOR 4 TAHUN 2012 PEMBERIAN BANTUAN PERALATAN DAN/ATAU MESIN BAGI INDUSTRI KECIL DAN MENENGAH KABUPATEN PACITAN

' PERATURAN BUPATI PACITAN I NOMOR 4 TAHUN 2012 PEMBERIAN BANTUAN PERALATAN DAN/ATAU MESIN BAGI INDUSTRI KECIL DAN MENENGAH KABUPATEN PACITAN j BUPAT PACTAN ' PERATURAN BUPAT PACTAN NOMOR 4 TAHUN 2012 TENTANG PEMBERAN BANTUAN PERALATAN DAN/ATAU MESN BAG NDUSTR KECL DAN MENENGAH KABUPATEN PACTAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPAT PACTAN

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN PACITAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN PACITAN : NOMOR 18 TAHUN 2001

PEMERINTAH KABUPATEN PACITAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN PACITAN : NOMOR 18 TAHUN 2001 I I PEMERINTAH KABUPATEN PACITAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN PACITAN : NOMOR 18 TAHUN 2001 \ TENTANG PEMBERDAYAAN, PELESTARIAN DAN PENGEMBANGAN ADAT ISTIADAT DAN LEMBAGA ADAT DENGAN RAHMAT TAHUN YANG MAHA

Lebih terperinci

\ DANA ALOKASI DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

\ DANA ALOKASI DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA y BUPAT PACTAN PERATURAN BUPAT PACTAN : NOMOR 55" TAHUN 20 ; TENTANG \ DANA ALOKAS DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPAT PACTAN, Menmbang : a. bahwa dalam rangka penngkaan penyelenggaraan pemernahan,

Lebih terperinci

PENGEMBANGAN MODEL MATEMATIS UNTUK OPTIMASI PERENCANAAN PRODUKSI MINUMAN MARIMAS

PENGEMBANGAN MODEL MATEMATIS UNTUK OPTIMASI PERENCANAAN PRODUKSI MINUMAN MARIMAS PENGEMBANGAN MODEL MATEMATIS UNTUK OPTIMASI PERENCANAAN PRODUKSI MINUMAN MARIMAS Mra Puspasar, Snggh Sapad, Dana Puspasar Absraks PT Ulam Tba Halm merupakan salah sau ndusr mnuman serbuk d Indonesa, dmana

Lebih terperinci

BAB 5 ENTROPI PADA MATRIKS EMISI MODEL MARKOV TERSEMBUNYI

BAB 5 ENTROPI PADA MATRIKS EMISI MODEL MARKOV TERSEMBUNYI BAB ETROPI PADA MATRIKS EMISI MODEL MARKOV TERSEMBUYI Model Markov Tersembuny (Hdden Markov Model, MMT) elah banyak daplkaskan dalam berbaga bdang seper pelafalan bahasa (speeh reognon) dan klasfkas (luserng).

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN FASILKOM-UDINUS T.SUTOJO RANGKAIAN LISTRIK HAL 1

BAB I PENDAHULUAN FASILKOM-UDINUS T.SUTOJO RANGKAIAN LISTRIK HAL 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Defns Rangkaan Lsrk Rangkaan Lsrk adalah sambungan dar beberapa elemen lsrk ( ressor, kapasor, ndukor, sumber arus, sumber egangan) yang membenuk mnmal sau lnasan eruup yang dapa

Lebih terperinci

PENENTUAN EOQ TERHADAP PRODUK AVTUR DI LANUD HUSEIN SASTRANEGARA BANDUNG

PENENTUAN EOQ TERHADAP PRODUK AVTUR DI LANUD HUSEIN SASTRANEGARA BANDUNG INDEPT, Vol., No. 3, Okober 01 ISSN 087 945 PENENTUAN EOQ TERHADAP PRODUK AVTUR DI LANUD HUSEIN SASTRANEGARA BANDUNG Samsul Budaro, ST., MT Dosen Teap Teknk Indusr, Wakl Dekan III akulas Teknk, Unversas

Lebih terperinci

Universitas Katolik SOEGIJAPRANATA SUN SEBAGAI INSTRUMEN OPERASI PASAR TERBUKA. WORKING PAPER/110/e/fak/c1/2009

Universitas Katolik SOEGIJAPRANATA SUN SEBAGAI INSTRUMEN OPERASI PASAR TERBUKA. WORKING PAPER/110/e/fak/c1/2009 Unversas Kaolk SOEGIJAPRANATA SUN SEBAGAI INSTRUMEN OPERASI PASAR TERBUKA WORKING PAPER/110/e/fak/c1/2009 ANGELINA IKA RAHUTAMI 2009 SUN SEBAGAI INSTRUMEN OPERASI PASAR TERBUKA Angelna Ika Rahuam 1 Defs

Lebih terperinci

NILAI AKUMULASI DARI SUATU CASH FLOW DENGAN TINGKAT BUNGA BERUBAH BERDASARKAN FORMULA FISHER

NILAI AKUMULASI DARI SUATU CASH FLOW DENGAN TINGKAT BUNGA BERUBAH BERDASARKAN FORMULA FISHER ILAI AKUMULASI DARI SUATU CASH FLOW DEGA TIGKAT BUGA BERUBAH BERDASARKA FORMULA FISHER Devs Apranda, Johannes Kho, Sg Sugaro Mahasswa rogram S Maemaka Dosen Jurusan Maemaka Fakulas Maemaka dan Ilmu engeahuan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Pertumbuhan dan kestabilan ekonomi, adalah dua syarat penting bagi kemakmuran

BAB 1 PENDAHULUAN. Pertumbuhan dan kestabilan ekonomi, adalah dua syarat penting bagi kemakmuran BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pertumbuhan dan kestablan ekonom, adalah dua syarat pentng bag kemakmuran dan kesejahteraan suatu bangsa. Dengan pertumbuhan yang cukup, negara dapat melanjutkan pembangunan

Lebih terperinci

! BUPATI PACriAN j PERATURAN BUPATI PACITAN NOMOR 18 TAHUN 2013

! BUPATI PACriAN j PERATURAN BUPATI PACITAN NOMOR 18 TAHUN 2013 ! BUPAT PACrAN j PERATURAN BUPAT PACTAN NOMOR 18 TAHUN 2013 TENTANG PEDOMAN PENYUSUNAN LAPORAN DEWAN PENGAWAS BADAN LAYANAN UMUM DAERAH PADA RUMAH SAKT UMUM DAERAH KABUPATEN PACTAN DENGAN RAHMAT TUHAN

Lebih terperinci

Di bidang ekonomi tidak semua informasi dapat diukur secara kuantitatif. Peubah dummy digunakan untuk memperoleh informasi yang bersifat kualitatif

Di bidang ekonomi tidak semua informasi dapat diukur secara kuantitatif. Peubah dummy digunakan untuk memperoleh informasi yang bersifat kualitatif Regres Dummy D bdang ekonom dak semua nformas dapa dukur secara kuanaf Peubah dummy dgunakan unuk memperoleh nformas yang bersfa kualaf Conoh pada daa cross secon: Gender: sebaga penenu jumlah pendapaan

Lebih terperinci

BUPATI PACITAN. I PERATURAN BUPATI PACITAN \ NOMOR ;i6tahun 2010

BUPATI PACITAN. I PERATURAN BUPATI PACITAN \ NOMOR ;i6tahun 2010 3 1 BUPAT PACTAN PERATURAN BUPAT PACTAN \ NOMOR ;6TAHUN 2010 TENTANG PENYELENGGARAAN SSTEM PENGENDALAN NTERN PEMERNTA D LNGKUNGAN PEMERNTAH KABUPATEN PACTAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPAT PACTAN,

Lebih terperinci

PENDUGAAN STATISTIK AREA KECIL DENGAN METODE EMPIRICAL CONSTRAINED BAYES 1

PENDUGAAN STATISTIK AREA KECIL DENGAN METODE EMPIRICAL CONSTRAINED BAYES 1 PENDUGAAN SAISIK AREA KECIL DENGAN MEODE EMPIRICAL CONSRAINED AYES Ksmann Jurusan Penddkan Maemaka FMIPA Unversas Neger Yogyakara Absrak Meode emprcal ayes (E merupakan meode yang lebh aplkaf pada pendugaan

Lebih terperinci

Line Transmisi. Oleh: Aris Heri Andriawan ( )

Line Transmisi. Oleh: Aris Heri Andriawan ( ) ANALISIS APLIKASI PENJADWALAN UNIT-UNIT PEMBANGKIT PADA SISTEM KELISTRIKAN JAWA-BALI DENGAN MENGGUNAKAN UNIT COMMITMENT, UNIT DECOMMITMENT DAN MODIFIED UNIT DECOMMITMENT Oleh: Ars Her Andrawan (07000)

Lebih terperinci

BUPAH PAOTAN PERATURAN BUPATI PACITAN NOMOR 30 TAHUN 2013 TENTANG TATA CARA PENYESUAIAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH

BUPAH PAOTAN PERATURAN BUPATI PACITAN NOMOR 30 TAHUN 2013 TENTANG TATA CARA PENYESUAIAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH r BUPAH PAOTAN PERATURAN BUPAT PACTAN NOMOR 30 TAHUN 2013 TENTANG TATA CARA PENYESUAAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA! BUPAT PACTAN, Menglnga a. bahwa guna kelancaran

Lebih terperinci

( ) STUDI KASUS. ò (, ) ( ) ( ) Rataan posteriornya adalah = Rataan posteriornya adalah (32)

( ) STUDI KASUS. ò (, ) ( ) ( ) Rataan posteriornya adalah = Rataan posteriornya adalah (32) 8 Raaan poserornya adalah E m x ò (, ) f ( x) m f x m f f m ddm (32) Dalam obseras basanya dgunakan banyak daa klam. Msalkan saja erdr dar grup daa klam dengan masng-masng grup ke unuk seap, 2,..., yang

Lebih terperinci

PERENCANAAN PERSEDIAAN DAN PENGENDALIAN BAHAN BAKU DI PABRIK PRODUK BETON PT WIJAYA KARYA BETON, BOGOR

PERENCANAAN PERSEDIAAN DAN PENGENDALIAN BAHAN BAKU DI PABRIK PRODUK BETON PT WIJAYA KARYA BETON, BOGOR B-5-1 PERENCANAAN PERSEDIAAN DAN PENGENDALIAN BAHAN BAKU DI PABRIK PRODUK BETON PT WIJAYA KARYA BETON, BOGOR Wsnu Bud Sunaryo, Haryono ITS Surabaya ABSTRAK Dalam duna konsruks saa n pemakaan produk beon

Lebih terperinci

ANaLISIS - TRANSIEN. A B A B A B A B V s V s V s V s. (a) (b) (c) (d) Gambar 1. Proses pemuatan kapasitor

ANaLISIS - TRANSIEN. A B A B A B A B V s V s V s V s. (a) (b) (c) (d) Gambar 1. Proses pemuatan kapasitor ANaISIS - TANSIEN. Kapasor dalam angkaan D Sebuah kapasor akan ermua bla erhubung ke sumber egangan dc seper yang dperlhakan pada Gambar. Pada Gambar (a), kapasor dak bermuaan yau pla A dan pla B mempunya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1. Laar Belakang Masalah Knerja pembangunan ekonom Indonesa bsa dkaakan sanga membanggakan dengan ngka perumbuhan ekonom selama beberapa dekade erakhr n sangalah ngg, walaupun mengalam

Lebih terperinci

Jumlah kasus penderita penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) di Kota Surabaya tahun

Jumlah kasus penderita penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) di Kota Surabaya tahun Baasan Masalah Jumlah kasus pendera penyak Demam Berdarah Dengue (DBD d Koa Surabaya ahun - Varabel Explanaory (Varabel penjelas yang dgunakan dalam penelan adalah varabel Iklm (Curah hujan, Suhu, Kelembaban

Lebih terperinci

Created by Simpo PDF Creator Pro (unregistered version)

Created by Simpo PDF Creator Pro (unregistered version) Creaed by Smpo PDF Creaor Pro (unregsered verson) hp://www.smpopdf.com Sask Bsns : BAB 8 VIII. ANALISIS DATA DERET BERKALA (TIME SERIES) 8.1 Pendahuluan Daa Berkala (Daa Dere waku) adalah daa yang dkumpulkan

Lebih terperinci

BUPATI PACITAN. i PERATURAN BUPATI PACITAN ; NOMOR 5" TAHUN 2008 TENTANG

BUPATI PACITAN. i PERATURAN BUPATI PACITAN ; NOMOR 5 TAHUN 2008 TENTANG BUPAT PACTAN PERATURAN BUPAT PACTAN ; NOMOR 5" TAHUN 2008 TENTANG PETUNJUK PELAKSANAAN PERATURAN DAERA KABUPATEN PACTAN NOMOR 25 TAHUN 2007 TENTANG ORGAN DAN KEPEGAWAAN PERUSAHAAN DAERAH AR MNUM j KABUPATEN

Lebih terperinci

BERITA DAERAH KABUPATEN PACITAN PERATURAN BUPATI PACITAN 1 NOMOR 16 TAHUN 2010 TENTANG

BERITA DAERAH KABUPATEN PACITAN PERATURAN BUPATI PACITAN 1 NOMOR 16 TAHUN 2010 TENTANG BERTA DAERAH KABUPATEN PACTAN TAHUN 200 NOMOR 7 PERATURAN BUPAT PACTAN NOMOR 6 TAHUN 200 TENTANG PERUBAHAN KETGA ATAS PERATURAN BUPAT PACTAN NOMOR 28 TAUN 2009 TENTANG PENJABARAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN

Lebih terperinci

Hidden Markov Model. Oleh : Firdaniza, Nurul Gusriani dan Akmal

Hidden Markov Model. Oleh : Firdaniza, Nurul Gusriani dan Akmal Hdden Markov Model Oleh : Frdanza, urul Gusran dan Akmal Dosen Jurusan Maemaka FMIPA Unversas Padjadjaran Jl. Raya Bandung Sumedang Km 2, Janangor, Jawa Bara elp. / Fax : 022 7794696 Absrak Hdden Markov

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI 5 BAB II LANDASAN TEORI Pada bab n akan dbahas beberapa eor dasar yang kelak akan dgunakan dalam penurunan formula penenuan harga Asan Opon, bak secara analk pada Bab III maupun secara numerk pada Bab

Lebih terperinci

PERATURAN BUPATI PACITAN i NOMOR 13 TAHUN 2012 t I TENTANG PEDOMAN PENYELENGGARAAN PELELANGAN IKAN DI TEMPAT PELELANGAN IKAN KABUPATEN PACITAN

PERATURAN BUPATI PACITAN i NOMOR 13 TAHUN 2012 t I TENTANG PEDOMAN PENYELENGGARAAN PELELANGAN IKAN DI TEMPAT PELELANGAN IKAN KABUPATEN PACITAN f BUEAn PACrAN J PERATURAN BUPAT PACTAN NOMOR 13 TAHUN 2012 TENTANG PEDOMAN PENYELENGGARAAN PELELANGAN KAN D TEMPAT PELELANGAN KAN KABUPATEN PACTAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA 1 r BUPAT PACTAN. Menmbang:

Lebih terperinci

BAB 2 RESPONS FUNGSI STEP PADA RANGKAIAN RL DAN RC. Ir. A.Rachman Hasibuan dan Naemah Mubarakah, ST

BAB 2 RESPONS FUNGSI STEP PADA RANGKAIAN RL DAN RC. Ir. A.Rachman Hasibuan dan Naemah Mubarakah, ST BAB ESPONS FUNGSI STEP PADA ANGKAIAN DAN C Oleh : Ir. A.achman Hasbuan dan Naemah Mubarakah, ST . Persamaan Dferensal Orde Sau Adapun benuk yang sederhana dar suau persamaan dferensal orde sau adalah:

Lebih terperinci

KAJIAN RESPONS PEUBAH TERHADAP BERBAGAI GUNCANGAN DALAM SISTEM PEMBENTUK PDB TANAMAN BAHAN MAKANAN MELALUI MODEL VECTOR AUTOREGRESSION

KAJIAN RESPONS PEUBAH TERHADAP BERBAGAI GUNCANGAN DALAM SISTEM PEMBENTUK PDB TANAMAN BAHAN MAKANAN MELALUI MODEL VECTOR AUTOREGRESSION , Okober 2006, p: 0-20 Vol. No. 2 ISSN : 0853-85 KAJIAN RESPONS PEUBAH TERHADAP BERBAGAI GUNCANGAN DALAM SISTEM PEMBENTUK PDB TANAMAN BAHAN MAKANAN MELALUI MODEL VECTOR AUTOREGRESSION Anna Asrd Susan Pusa

Lebih terperinci

BAB III METODE PEMULUSAN EKSPONENSIAL TRIPEL DARI WINTER. Metode pemulusan eksponensial telah digunakan selama beberapa tahun

BAB III METODE PEMULUSAN EKSPONENSIAL TRIPEL DARI WINTER. Metode pemulusan eksponensial telah digunakan selama beberapa tahun 43 BAB METODE PEMUUAN EKPONENA TRPE DAR WNTER Meode pemulusan eksponensial elah digunakan selama beberapa ahun sebagai suau meode yang sanga berguna pada begiu banyak siuasi peramalan Pada ahun 957 C C

Lebih terperinci

BAB III THREE STAGE LEAST SQUARE. Sebagaimana telah disinggung pada bab sebelumnya, salah satu metode

BAB III THREE STAGE LEAST SQUARE. Sebagaimana telah disinggung pada bab sebelumnya, salah satu metode BAB III THREE STAGE LEAST SQUARE Sebagamana elah dsnggung pada bab sebelumnya, salah sau meode penaksran parameer pada persamaan smulan yau meode Three Sage Leas Square (3SLS. Sebelum djelaskan lebh lanju

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Dalam pelaksanaan pembangunan saat ini, ilmu statistik memegang peranan penting

BAB 1 PENDAHULUAN. Dalam pelaksanaan pembangunan saat ini, ilmu statistik memegang peranan penting BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Laar Belakang Dalam pelaksanaan pembangunan saa ini, ilmu saisik memegang peranan pening baik iu di dalam pekerjaan maupun pada kehidupan sehari-hari. Ilmu saisik sekarang elah melaju

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di SMP Negeri 7 Gorontalo pada tahun ajaran 2012/2013

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di SMP Negeri 7 Gorontalo pada tahun ajaran 2012/2013 3. Lokas dan Waku Penelan 3.. Lokas Penelan BAB III METODOLOGI PENELITIAN Penelan n dlaksanakan d SMP Neger 7 Goronalo pada ahun ajaran 0/03 3.. Waku Penelan Penelan n d laksanakan pada semeser genap ahun

Lebih terperinci

PENERAPAN FUZZY MULTI CRITERIA DECISION MAKING UNTUK MENENTUKAN PEMBERIAN BEASISWA

PENERAPAN FUZZY MULTI CRITERIA DECISION MAKING UNTUK MENENTUKAN PEMBERIAN BEASISWA Semnar Nasonal Teknolog Informas dan Mulmeda 2015 STMIK AMIKOM Yogyakara, 6-8 Februar 2015 PENERAPAN FUZZY MULTI CRITERIA DECISION MAKING UNTUK MENENTUKAN PEMBERIAN BEASISWA Yeffransjah Salm STMIK Indonesa

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN 45 BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Spesfkas Model Berdasarkan ujuan penelan seper dsebukan dalam bab pendahuluan maka ada dua hal mendasar yang akan del yau pengaruh volalas nla ukar rl erhadap volalas

Lebih terperinci

PENGGUNAAN METODE MODIFIED UNIT DECOMMITMENT (MUD) UNTUK PENJADWALAN UNIT-UNIT PEMBANGKIT PADA SISTEM KELISTRIKAN JAWA - BALI

PENGGUNAAN METODE MODIFIED UNIT DECOMMITMENT (MUD) UNTUK PENJADWALAN UNIT-UNIT PEMBANGKIT PADA SISTEM KELISTRIKAN JAWA - BALI Prosdng Semnar Nasonal Manajemen Teknolog X Program Sud MMT-TS, Surabaya 6 Pebruar 2010 PENGGUNAAN METODE MODFED UNT DECOMMTMENT (MUD) UNTUK PENJADWALAN UNT-UNT PEMBANGKT PADA SSTEM KELSTRKAN JAWA - BAL

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. Peramalan (Forecasting) adalah suatu kegiatan yang mengestimasi apa yang akan

BAB II LANDASAN TEORI. Peramalan (Forecasting) adalah suatu kegiatan yang mengestimasi apa yang akan BAB II LADASA TEORI 2.1 Pengerian peramalan (Forecasing) Peramalan (Forecasing) adalah suau kegiaan yang mengesimasi apa yang akan erjadi pada masa yang akan daang dengan waku yang relaif lama (Assauri,

Lebih terperinci

PERATURAN BUPATI PACITAN j NOMOR. 9 TAHUN 2006 j TENTANG PEDOMAN PEMBENTUKAN BATUAN POLISI PAMONG PRAJA PADA DINAS/BADAN/KANTOR/INSTANSI DI LINGKUNGAN

PERATURAN BUPATI PACITAN j NOMOR. 9 TAHUN 2006 j TENTANG PEDOMAN PEMBENTUKAN BATUAN POLISI PAMONG PRAJA PADA DINAS/BADAN/KANTOR/INSTANSI DI LINGKUNGAN BUPAT PACTAN PERATURAN BUPAT PACTAN j NOMOR. 9 TAHUN 2006 j TENTANG PEDOMAN PEMBENTUKAN BATUAN POLS PAMONG PRAJA PADA DNAS/BADAN/KANTOR/NSTANS D LNGKUNGAN PEMERNTAH KABUPATEN PACTAN. ( J * BUPAT PACTAN

Lebih terperinci

Sudaryatno Sudirham. Analisis Rangkaian Listrik Di Kawasan Waktu

Sudaryatno Sudirham. Analisis Rangkaian Listrik Di Kawasan Waktu Sudaryano Sudrham nalss Rangkaan Lsrk D Kawasan Waku BB 12 nalss Transen d Kawasan Waku Rangkaan Orde Perama Yang dmaksud dengan analss ransen adalah analss rangkaan yang sedang dalam keadaan peralhan

Lebih terperinci

Pemodelan Penyerapan Tenaga Kerja Sektor Industri di Indonesia Dengan Pendekatan Regresi Data Panel Dinamis

Pemodelan Penyerapan Tenaga Kerja Sektor Industri di Indonesia Dengan Pendekatan Regresi Data Panel Dinamis JURAL SAIS DA SEI ITS Vol. 5 o. 2 (2016) 2337-3520 (2301-928X Prn) D-217 Pemodelan Penyerapan Tenaga Kerja Sekor Indusr d Indonesa Dengan Pendekaan Regres Daa Panel Dnams Avolla Terza Damalana dan Seawan

Lebih terperinci

Penggunaan Metode Modified Unit Decommitment (MUD) untuk Penjadwalan Unit-Unit Pembangkit Pada Sistem Kelistrikan Jawa - Bali

Penggunaan Metode Modified Unit Decommitment (MUD) untuk Penjadwalan Unit-Unit Pembangkit Pada Sistem Kelistrikan Jawa - Bali Penggunaan Meode Modfed Un Decommmen (MUD) unuk Penjadwalan Un-Un Pembangk Pada Ssem Kelsrkan Jawa - Bal Ars Her Andrawan,2, Onoseno Penangsang ) Jurusan Teknk Elekro TS, Surabaya 60, ndonesa 2) Jurusan

Lebih terperinci

PENILAIAN EFISIENSI UNIVERSITAS LPTK DI INDONESIA DENGAN MENGGUNAKAN DATA ENVELOPMENT ANALYSIS

PENILAIAN EFISIENSI UNIVERSITAS LPTK DI INDONESIA DENGAN MENGGUNAKAN DATA ENVELOPMENT ANALYSIS PENILAIAN EFISIENSI UNIVERSITAS LPTK DI INDONESIA DENGAN MENGGUNAKAN DATA ENVELOPMENT ANALYSIS Handaru Ja Program Sud Penddkan Teknk Informaka Unversas Neger Yogyakara handaru@uny.ac.d ABSTRACT Menngkanya

Lebih terperinci

THE ECONOMICS OF MARRIAGE & DIVORCE

THE ECONOMICS OF MARRIAGE & DIVORCE THE ECONOMICS OF MARRIAGE & DIVORCE Mnggu-7 Istqlalyah Muflkhat 2 Aprl 2013 Page 1 Fakta d USA Angka pernkahan per 1000 penduduk Angka perceraan per 1000 penduduk Umur medan lak-lak pertama menkah (th)

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS. Kegiatan untuk memperkirakan apa yang akan terjadi pada masa yang akan datang

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS. Kegiatan untuk memperkirakan apa yang akan terjadi pada masa yang akan datang BAB 2 TINJAUAN TEORITIS 2.1 Pengerian dan Manfaa Peramalan Kegiaan unuk mempeirakan apa yang akan erjadi pada masa yang akan daang disebu peramalan (forecasing). Sedangkan ramalan adalah suau kondisi yang

Lebih terperinci

Kresnanto NC. Model Sebaran Pergerakan

Kresnanto NC. Model Sebaran Pergerakan Kresnano C Moel Sebaran Pergerakan Kresnano C Tujuan Uama: Mengeahu pola pergerakan alam ssem ransporas serng jelaskan alam benuk arus pergerakan (kenaraan, penumpang, an barang) yang bergerak ar zona

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Pertumbuhan ekonomi merupakan salah satu ukuran dari hasil pembangunan yang

BAB 1 PENDAHULUAN. Pertumbuhan ekonomi merupakan salah satu ukuran dari hasil pembangunan yang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Laar Belakang Perumbuhan ekonomi merupakan salah sau ukuran dari hasil pembangunan yang dilaksanakan khususnya dalam bidang ekonomi. Perumbuhan ersebu merupakan rangkuman laju perumbuhan

Lebih terperinci

Pengenalan Aksara Pallawa dengan Model Hidden Markov

Pengenalan Aksara Pallawa dengan Model Hidden Markov Pengenalan Aksara Pallawa dengan Model Hdden Markov Wwen Wdyasu Teknk Elekro, Fakulas Sans dan Teknolog, Unversas Sanaa Dharma Emal: wwen@usd.ac.d Absrak Aksara Pallawa aau kadangkala duls sebaga Pallava

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI. 2.1 Model Persediaan Model Deterministik

BAB 2 LANDASAN TEORI. 2.1 Model Persediaan Model Deterministik 6 BAB LANDASAN TEORI. Model Persedaan.. Model Deermnsk Model Deermnsk adalah model yang menganggap nla-nla parameer elah dkeahu dengan pas. Model n dbedakan menjad dua: a. Deermnsk Sas. D dalam model n

Lebih terperinci

5 PERATURAN BUPATI PACITAN ' NOMOR 13 TAHUN 2010 i

5 PERATURAN BUPATI PACITAN ' NOMOR 13 TAHUN 2010 i > 1! BERITA DAERAH ' KABUPATEN PACITAN TAHUN 2010 ' NOMOR 14 J 1 5 PERATURAN ' NOMOR 13 TAHUN 2010 TENTANG PEDOMAN PENYUSUNAN PAKTA INTEGRITAS TERHADAP PEJABAT STRUKTURAL DAN PEJABAT BADAN USAHA MILIK

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI. Produksi padi merupakan suatu hasil bercocok tanam yang dilakukan dengan

BAB 2 LANDASAN TEORI. Produksi padi merupakan suatu hasil bercocok tanam yang dilakukan dengan BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1. Produksi Produksi padi merupakan suau hasil bercocok anam yang dilakukan dengan penanaman bibi padi dan perawaan sera pemupukan secara eraur sehingga menghasilkan suau produksi

Lebih terperinci

APLIKASI STRUKTUR GRUP YANG TERKAIT DENGAN KOMPOSISI TRANSFORMASI PADA BANGUN GEOMETRI. Mujiasih a

APLIKASI STRUKTUR GRUP YANG TERKAIT DENGAN KOMPOSISI TRANSFORMASI PADA BANGUN GEOMETRI. Mujiasih a APLIKASI STRUKTUR GRUP ANG TERKAIT DENGAN KOMPOSISI TRANSFORMASI PADA BANGUN GEOMETRI Mujash a a Program Sud Maemaka Jurusan Tadrs Fakulas Tarbah IAIN Walsongo Jl. Prof. Dr. Hamka Kampus II Ngalan Semarang

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN TEORITIS

BAB II TINJAUAN TEORITIS BAB II TIJAUA TEORITIS 2.1 Peramalan (Forecasing) 2.1.1 Pengerian Peramalan Peramalan dapa diarikan sebagai beriku: a. Perkiraan aau dugaan mengenai erjadinya suau kejadian aau perisiwa di waku yang akan

Lebih terperinci

Analisis Jalur / Path Analysis

Analisis Jalur / Path Analysis Analss Jalur / Pah Analyss Analss jalur adalah salah sau benuk model SEM yang dak mengandung varable laen. Tenu saja model n lebh sederhana dbandngkan dengan model SEM lengka. Analss jalur sebenarnya meruakan

Lebih terperinci

Jurusan Statistika, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) (2)

Jurusan Statistika, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) (2) JURNAL SAINS DAN SENI ITS Vol. 5, No.1, (016) 337-350 (301-98X Prn) D-17 Analss Kurva Survval Kaplan Meer pada Pasen HIV/AIDS dengan Anrerovral Therapy (ART) d RSUD Prof. Dr. Soekandar Kabupaen Mojokero

Lebih terperinci

i BUPATI PACITAN 1 I PERATURAN BUPATI PACITAN I NOMOR 5 TAHUN 2014 i

i BUPATI PACITAN 1 I PERATURAN BUPATI PACITAN I NOMOR 5 TAHUN 2014 i ( BUPAT PACTAN PERATURAN BUPAT PACTAN NOMOR 5 TAHUN 204 TENTANG PETUNJUK PELAKSANAAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN PACTAN NOMOR 8 TAHUN 20 TENTANG RETRBUS TEMPAT PELELANGAN KAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA

Lebih terperinci

KONSEP DASAR. Latar belakang Metode Numerik Ilustrasi masalah numerik Angka signifikan Akurasi dan Presisi Pendekatan dan Kesalahan

KONSEP DASAR. Latar belakang Metode Numerik Ilustrasi masalah numerik Angka signifikan Akurasi dan Presisi Pendekatan dan Kesalahan KONSEP DASAR Laar belakang Meode Numerk Ilusras masalah numerk Angka sgnfkan Akuras dan Press Pendekaan dan Kesalahan Laar Belakang Meode Numerk Tdak semua permasalahan maemas dapa dselesakan dengan mudah,

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LADASA TEORI 2.1 Pengerian Peramalan Peramalan (forecasing) adalah suau kegiaan yang memperkirakan apa yang akan erjadi pada masa yang akan daang. Meode peramalan merupakan cara unuk memperkirakan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Laar Belakang Perumbuhan ekonomi merupakan salah sau ukuran dari hasil pembangunan yang dilaksanakan khususnya dalam bidang ekonomi. Perumbuhan ersebu merupakan rangkuman laju-laju

Lebih terperinci

PENILAIAN EFISIENSI UNIVERSITAS LPTK DI INDONESIA DENGAN MENGGUNAKAN DATA ENVELOPMENT ANALYSIS

PENILAIAN EFISIENSI UNIVERSITAS LPTK DI INDONESIA DENGAN MENGGUNAKAN DATA ENVELOPMENT ANALYSIS Jurnal Elecroncs, Informacs, and Vocaonal Educaon (ELINVO), Volume 1, Nomor 1, November 215 PENILAIAN EFISIENSI UNIVERSITAS LPTK I INONESIA ENGAN MENGGUNAKAN ATA ENVELOPMENT ANALYSIS Handaru Ja Program

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. tahun 1990-an, jumlah produksi pangan terutama beras, cenderung mengalami

BAB 1 PENDAHULUAN. tahun 1990-an, jumlah produksi pangan terutama beras, cenderung mengalami 11 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Laar Belakang Keahanan pangan (food securiy) di negara kia ampaknya cukup rapuh. Sejak awal ahun 1990-an, jumlah produksi pangan eruama beras, cenderung mengalami penurunan sehingga

Lebih terperinci

PROPOSAL SKRIPSI JUDUL:

PROPOSAL SKRIPSI JUDUL: PROPOSAL SKRIPSI JUDUL: 1.1. Latar Belakang Masalah SDM kn makn berperan besar bag kesuksesan suatu organsas. Banyak organsas menyadar bahwa unsur manusa dalam suatu organsas dapat memberkan keunggulan

Lebih terperinci

BAB III. Pada bab ini akan dijelaskan mengenai tahapan perhitungan untuk menilai

BAB III. Pada bab ini akan dijelaskan mengenai tahapan perhitungan untuk menilai BAB III PENILAIAN HARGA WAJAR SAHAM PAA SEKTOR INUSTRI BATUBARA ENGAN MENGGUNAKAN TRINOMIAL IVIEN ISCOUNT MOEL 3.. Pendahuluan Pada bab ini akan dijelaskan mengenai ahapan perhiungan unuk menilai harga

Lebih terperinci

USING THE PAST TO PREDICT THE FUTURE WORKSHOP ANALISIS RESIKO UNTUK BISNIS

USING THE PAST TO PREDICT THE FUTURE WORKSHOP ANALISIS RESIKO UNTUK BISNIS USING THE PAST TO PREDICT THE FUTURE WORKSHOP ANALISIS RESIKO UNTUK BISNIS Oleh : Maman Seawan, SE, MT 28 29 Sepember 2004 PROGRAM PENGEMBANGAN KOMPETENSI BISNIS DIVISI PENGKAJIAN DAN PENGEMBANGAN BISNIS

Lebih terperinci

BUPATI PACITAN. PERATURAN BUPATI PACITAN NOMOR i TAHUN 2011 TENTANG. PETUNJUK PELAKSANAAN KEGIATAN INSEMINASI BUATAN j DI KABUPATEN PACITAN

BUPATI PACITAN. PERATURAN BUPATI PACITAN NOMOR i TAHUN 2011 TENTANG. PETUNJUK PELAKSANAAN KEGIATAN INSEMINASI BUATAN j DI KABUPATEN PACITAN BUPAT PACTAN PERATURAN BUPAT PACTAN NOMOR TAHUN 20 TENTANG PETUNJUK PELAKSANAAN KEGATAN NSEMNAS BUATAN j D KABUPATEN PACTAN DENGAN RAHMAT TUAN YANG MAHA ESA Menmbang : a. b. BUPAT PACTAN, bahwa guna kelancaran

Lebih terperinci

TRANSMISI HARGA DAN PERILAKU PASAR BAWANG MERAH JANUAR ARIFIN RUSLAN

TRANSMISI HARGA DAN PERILAKU PASAR BAWANG MERAH JANUAR ARIFIN RUSLAN TRANSMISI HARGA DAN PERILAKU PASAR BAWANG MERAH JANUAR ARIFIN RUSLAN SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2016 PERNYATAAN MENGENAI TESIS DAN SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA

Lebih terperinci

PERATURAN BUPATI PACITAN NOMOR (9 TAHUN 2006 TENTANG PEDOMAN PENGELOLAAN KEUANGAN BADAN LAYANAN UMUM RUMAH SAKIT DAERAH BUPATI PACITAN

PERATURAN BUPATI PACITAN NOMOR (9 TAHUN 2006 TENTANG PEDOMAN PENGELOLAAN KEUANGAN BADAN LAYANAN UMUM RUMAH SAKIT DAERAH BUPATI PACITAN BUPAT PACTAN PERATURAN BUPAT PACTAN NOMOR (9 TAHUN 2006 TENTANG PEDOMAN PENGELOLAAN KEUANGAN BADAN LAYANAN UMUM RUMAH SAKT DAERAH BUPAT PACTAN Menmbang: a. bahwa sehubungan elah deapkannya Badan Rumah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. menghimpun dana dari pihak yang kelebihan dana (surplus spending unit) kemudian

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. menghimpun dana dari pihak yang kelebihan dana (surplus spending unit) kemudian Pengaruh Captal Structure terhadap Proftabltas pada Industr Perbankan d Indonesa Mutara Artkel n d-dgtalsas oleh Perpustakaan Fakultas Ekonom-Unverstas Trsakt, 2016. 021-5663232 ext.8335 BAB I PENDAHULUAN

Lebih terperinci

Modifikasi Penaksir Robust dalam Pelabelan Outlier Multivariat

Modifikasi Penaksir Robust dalam Pelabelan Outlier Multivariat Vol. 14, No. 1, 46-53, Jul 2017 Modfkas Penaksr Robus dalam Pelabelan Ouler Mulvara Erna Tr Herdan Absrak Ouler adalah suau observas yang polanya dak mengku mayoras daa. Ouler dalam kasus mulvara sanga

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB LANDAAN EORI. njauan Pusaka.. Peramalan Peramalan (forecasng) merupakan ala banu yang penng dalam perencanaan yang efekf dan efsen khususnya dalam bdang ekonom. Dalam organsas modern mengeahu keadaan

Lebih terperinci

IV. METODE PENELITIAN

IV. METODE PENELITIAN IV. METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waku Peneliian Peneliian ini dilaksanakan di PT Panafil Essenial Oil. Lokasi dipilih dengan perimbangan bahwa perusahaan ini berencana unuk melakukan usaha dibidang

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Hpotess Peneltan Berkatan dengan manusa masalah d atas maka penuls menyusun hpotess sebaga acuan dalam penulsan hpotess penuls yatu Terdapat hubungan postf antara penddkan

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB LANDAAN TEORI. Tnjauan Pusaka.. Uj Keseragaman Daa Tujuan uama pengukuran uj keseragaman daa adalah unuk mendapakan da yang seragam. Kedak seragaman daa dapa daang anpa dsadar, maka dperlukan suau

Lebih terperinci

Bab 1 PENDAHULUAN Latar Belakang

Bab 1 PENDAHULUAN Latar Belakang 11 Bab 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Perbankan adalah ndustr yang syarat dengan rsko. Mula dar pengumpulan dana sebaga sumber labltas, hngga penyaluran dana pada aktva produktf. Berbaga kegatan jasa

Lebih terperinci

Peramalan Penjualan Sepeda Motor Tiap Jenis di Wilayah Surabaya dan Blitar dengan Model ARIMA Box-Jenkins dan Vector Autoregressive (VAR)

Peramalan Penjualan Sepeda Motor Tiap Jenis di Wilayah Surabaya dan Blitar dengan Model ARIMA Box-Jenkins dan Vector Autoregressive (VAR) JURNAL SAINS DAN SENI POMITS Vol. 3, No., (04) 337-350 (30-98X Prn) D-36 Peramalan Penjualan eda Moor Tap Jens d Wlayah Surabaya dan Blar dengan Model ARIMA Box-Jenkns dan Vecor Auoregressve (VAR) Ade

Lebih terperinci

Analisis Indikator Makroekonomi Negara Tujuan Ekspor terhadap Kinerja Ekspor Non Migas Indonesia: Studi Kasus Lima Negara Tujuan Utama Ekspor

Analisis Indikator Makroekonomi Negara Tujuan Ekspor terhadap Kinerja Ekspor Non Migas Indonesia: Studi Kasus Lima Negara Tujuan Utama Ekspor Analss Indkator Makroekonom Negara Tujuan Ekspor terhadap Knerja Ekspor Non Mgas Indonesa: Stud Kasus Lma Negara Tujuan Utama Ekspor Skrps Dajukan Sebaga Kelengkapan dan Syarat Untuk Menyelesakan Program

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Laar Belakang Masalah Dalam sisem perekonomian suau perusahaan, ingka perumbuhan ekonomi sanga mempengaruhi kemajuan perusahaan pada masa yang akan daang. Pendapaan dan invesasi merupakan

Lebih terperinci

THE ECONOMICS OF MARRIAGE & DIVORCE. Minggu-11 Page 1

THE ECONOMICS OF MARRIAGE & DIVORCE. Minggu-11 Page 1 THE ECONOMICS OF MARRIAGE & DIVORCE Mnggu-11 Page 1 Page 2 Page 3 Page 4 Fakta d USA 1950 2001 2010 Angka pernkahan per 1000 penduduk Angka perceraan per 1000 penduduk Umur medan lak-lak pertama menkah

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI Landasan Teor 6 BAB II LADASA TEORI. PERAMALA PERMITAA Peramalan adalah suau proses dalam menggunakan daa hsores yang elah dmlk unuk dproyekskan ke dalam suau model dan menggunakan model n unuk memperkrakan

Lebih terperinci

BAB IV PEMBAHASAN MODEL

BAB IV PEMBAHASAN MODEL BAB IV PEMBAHASAN MODEL Pada bab IV n akan dlakukan pembuatan model dengan melakukan analss perhtungan untuk permasalahan proses pengadaan model persedaan mult tem dengan baya produks cekung dan jont setup

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. universal, disemua negara tanpa memandang ukuran dan tingkat. kompleks karena pendekatan pembangunan sangat menekankan pada

BAB I PENDAHULUAN. universal, disemua negara tanpa memandang ukuran dan tingkat. kompleks karena pendekatan pembangunan sangat menekankan pada BAB I PENDAHULUAN A. Laar Belakang Disparias pembangunan ekonomi anar daerah merupakan fenomena universal, disemua negara anpa memandang ukuran dan ingka pembangunannya. Disparias pembangunan merupakan

Lebih terperinci

ROAD MAP REFORMASI BIROKRASI BADAN PENGKAJIAN DAN PENERAPAN TEKNOLOGI

ROAD MAP REFORMASI BIROKRASI BADAN PENGKAJIAN DAN PENERAPAN TEKNOLOGI ROAD MAP RFORMAS BROKRAS BADAN PNGKAJAN DAN PNRAPAN TKNOLOG 2015-2019 BADAN PNGKAJAN DAN PNRAPAN TKNOLOG 2015 Kaa Penganar Sebaga nsans yang elah melaksanakan program Reformas Brokras ahap kesau yau perode

Lebih terperinci

Penerapan Statistika Nonparametrik dengan Metode Brown-Mood pada Regresi Linier Berganda

Penerapan Statistika Nonparametrik dengan Metode Brown-Mood pada Regresi Linier Berganda Jurnal EKSPONENSIAL Volume 7, Nomor, Me 6 ISSN 85-789 Penerapan Saska Nonparamerk dengan Meode Brown-Mood pada Regres Lner Berganda Applcaon of Nonparamerc Sascs, wh Brown-Mood Mehod on Mulple Lnear Regresson

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Laar Belakang Pada dasarnya peramalan adalah merupakan suau dugaan aau perkiraan enang erjadinya suau keadaan di masa depan. Akan eapi dengan menggunakan meodemeode erenu peramalan

Lebih terperinci

< < < < ry14 < < < +i- -9 -g. 1. Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2003 tentang Badan Usaha

< < < < ry14 < < < +i- -9 -g. 1. Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2003 tentang Badan Usaha lha ry rq 9 g rrq hq rr! L, +, : F L ah{ _ L.{ b.{ PRATURAN DRKS PRUSAHAAN UMUM PRUM) JAMNAN KRDTT NDONSA NOMOR : 2 /PerDrp{ll2ml TNTANG STANDARD OPRATNG PROCD,R (SOP) PMAMNAN KRDT UMUM BRBASS RJSKO PRUSAHAAN

Lebih terperinci

Peramalan Dengan Model SVAR Pada Data Inflasi Indonesia Dan Nilai Tukar Rupiah Terhadap Dolar Amerika Dengan Menggunakan Metode Bootstrap

Peramalan Dengan Model SVAR Pada Data Inflasi Indonesia Dan Nilai Tukar Rupiah Terhadap Dolar Amerika Dengan Menggunakan Metode Bootstrap Peramalan Dengan Model SVR Pada Daa Inflas Indonesa Dan Nla Tukar Ruah Terhada Dolar merka Dengan Menggunakan Meode Boosra Dav S Wardan, d Seawan 2, Dd B Nugroho 3 PS Maemaka, Fak Sans dan Maemaka, UKSW

Lebih terperinci

BUPATl PACITAN. I PERATURAN BUPATl PACITAN \ NOMOR IS TAIIUN 2008 TENTANG

BUPATl PACITAN. I PERATURAN BUPATl PACITAN \ NOMOR IS TAIIUN 2008 TENTANG BUPATl PACTAN PERATURAN BUPATl PACTAN \ NOMOR S TAUN 2008 TENTANG STRUKTUR ORGANSAS DAN TATA KERJA SEKRE l ARAT DEWAN PENGURUS KABUPATEN KORPS PEGAWA REPUBMK NDONESA KABUPATEN PACTAN BUPATl PACTAN Menmbang

Lebih terperinci

BAB 2 URAIAN TEORI. waktu yang akan datang, sedangkan rencana merupakan penentuan apa yang akan

BAB 2 URAIAN TEORI. waktu yang akan datang, sedangkan rencana merupakan penentuan apa yang akan BAB 2 URAIAN EORI 2.1 Pengerian Peramalan Peramalan adalah kegiaan memperkirakan aau memprediksi apa yang erjadi pada waku yang akan daang, sedangkan rencana merupakan penenuan apa yang akan dilakukan

Lebih terperinci

PENERAPAN MODEL GSTAR(1,1) UNTUK DATA CURAH HUJAN

PENERAPAN MODEL GSTAR(1,1) UNTUK DATA CURAH HUJAN Bulen Ilmah Mah. Sa. dan Terapannya (Bmaser) Volume 6, o. 03 (017), hal 159 166. PEERAPA MODEL GSTAR(1,1) UTUK DATA CURAH HUJA Ism Adam, Dadan Kusnandar, Hendra Perdana ITISARI Model Generalzed Space Tme

Lebih terperinci

ε adalah error random yang diasumsikan independen, m X ) adalah fungsi

ε adalah error random yang diasumsikan independen, m X ) adalah fungsi BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Analss regres merupakan suatu metode yang dgunakan untuk menganalss hubungan antara dua atau lebh varabel. Pada analss regres terdapat dua jens varabel yatu

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB 1 ENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Manusa dlahrkan ke duna dengan ms menjalankan kehdupannya sesua dengan kodrat Illah yakn tumbuh dan berkembang. Untuk tumbuh dan berkembang, berart setap nsan harus

Lebih terperinci

Perencanaan Waktu Replenishment pada Continuous Material Requirement Planning dengan Kendala Laju Produksi Level

Perencanaan Waktu Replenishment pada Continuous Material Requirement Planning dengan Kendala Laju Produksi Level Perencanaan Waku Replenshmen pada Connuous Maeral Requremen Plannng dengan Kendala Laju Produks Arf Rahman Jurusan Teknk Indusr, Fakulas Teknk, Unversas Brawjaya Jl. Mayjen Haryono 167 Malang 65145 Indonesa

Lebih terperinci

PEMODELAN NILAI TUKAR RUPIAH TERHADAP $US MENGGUNAKAN DERET WAKTU HIDDEN MARKOV HAMILTON*

PEMODELAN NILAI TUKAR RUPIAH TERHADAP $US MENGGUNAKAN DERET WAKTU HIDDEN MARKOV HAMILTON* PEMODELAN NILAI TUKAR RUPIAH TERHADAP $US MENGGUNAKAN DERET WAKTU HIDDEN MARKOV HAMILTON* BERLIAN SETIAWATY DAN HIRASAWA Deparemen Maemaika Fakulas Maemaika dan Ilmu Pengeahuan Alam Insiu Peranian Bogor

Lebih terperinci

(Cormen 2002) III PEMBAHASAN. yt : pendapatan rumah tangga pada periode t, dengan yt 0.

(Cormen 2002) III PEMBAHASAN. yt : pendapatan rumah tangga pada periode t, dengan yt 0. 5 Vaabel s dsebu vaabel slak enambahan vaabel slak beujuan unuk mengubah peaksamaan yang mengandung anda menjad sebuah pesamaan eaksamaan () bena jka dan hanya jka pesamaan (2) dan peaksamaan (3) bena

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN 26 III. METODE PENELITIAN 3.1. Kerangka Pemikiran Penilaian perkembangan kinerja keuangan PT. Goodyear Indonesia Tbk dilakukan dengan maksud unuk mengeahui sejauh mana perkembangan usaha perusahan yang

Lebih terperinci

BAB 3 METODOLOGI PEMECAHAN MASALAH

BAB 3 METODOLOGI PEMECAHAN MASALAH BAB 3 METODOLOGI PEMECAHAN MASALAH 3.1 Tahapan Pemecahan Masalah Tahapan pemecahan masalah berfungsi unuk memudahkan dalam mencari jawaban dalam proses peneliian yang dilakukan agar sesuai dengan arah

Lebih terperinci

PERBAIKAN ASUMSI KLASIK

PERBAIKAN ASUMSI KLASIK BAHAN AJAR EKONOMETRI AGUS TRI BASUKI UNIVERSITAS MUHAMMADIAH OGAAKARTA PERBAIKAN ASUMSI KLASIK 6.. Mulkolnearas Jka model ka mengandung mulkolneras yang serus yakn korelas yang ngg anar varabel ndependen,

Lebih terperinci

BOKS A SUMBANGAN SEKTOR-SEKTOR EKONOMI BALI TERHADAP EKONOMI NASIONAL

BOKS A SUMBANGAN SEKTOR-SEKTOR EKONOMI BALI TERHADAP EKONOMI NASIONAL BOKS A SUMBANGAN SEKTOR-SEKTOR EKONOMI BALI TERHADAP EKONOMI NASIONAL Analss sumbangan sektor-sektor ekonom d Bal terhadap pembangunan ekonom nasonal bertujuan untuk mengetahu bagamana pertumbuhan dan

Lebih terperinci

SOLUSI SISTEM PERSAMAAN DIFFERENSIAL NON LINEAR MENGGUNAKAN METODE EULER BERBANTUAN PROGRAM MATLAB SKRIPSI

SOLUSI SISTEM PERSAMAAN DIFFERENSIAL NON LINEAR MENGGUNAKAN METODE EULER BERBANTUAN PROGRAM MATLAB SKRIPSI SOLUSI SISTEM PERSAMAAN DIFFERENSIAL NON LINEAR MENGGUNAKAN METODE EULER BERBANTUAN PROGRAM MATLAB SKRIPSI oleh: RILA DWI RAHMAWATI NIM: 0350050 JURUSAN MATEMATIKA FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI UNIVERSITAS

Lebih terperinci