SOLUSI TERBESAR PERTIDAKSAMAAN A O KROSS X KURANG DARI X DARI B O DOT X MENGGUNAKAN RESIDUASI MATRIKS ATAS SEMIRING IDEMPOTEN

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "SOLUSI TERBESAR PERTIDAKSAMAAN A O KROSS X KURANG DARI X DARI B O DOT X MENGGUNAKAN RESIDUASI MATRIKS ATAS SEMIRING IDEMPOTEN"

Transkripsi

1 J Sans Dasar (1) SOLUSI TRBSR PRTIDKSMN O KROSS X KURNG DRI X DRI B O DOT X MNGGUNKN RSIDUSI MTRIKS TS SMIRING IDMPOTN TH BST SOLUTION OR INQULITIS O O CROSS X LOWR THN X ROM B O DOT X USING HIGH MTRIX RSIDUTION O IDMPOTNT SMIRING ka Suslowat,1 dan r Suparwanto 2 1 Jurusan Matematka, Unverstas PGRI duana, Suraaya 2 Jurusan Matematka, akultas MIP, Unverstas Gadjah Mada, Yogyakarta emal: ekasuslowat@malugmacd Dterma 4 Desemer 2015 dsetuju 4 Maret 2016 strak Semrng dempoten lengkap mempunya struktur yang sama dengan lattce lengkap Karena struk-tur yang sama dengan lattce lengkap, maka pertdaksamaan atas semrng dempoten lengkap dapat dperoleh solusnya melalu teor resduas Salah satu pertdaksamaan yang dahas adalah pertdaksamaan X B dmana matrk,x,b dengan entr - entrnya elemen dar semrng dempoten lengkap S Leh lanjut, dperkenalkan dual produk, yatu merupakan operas ner yang dlengkapkan dalam semrng dempoten lengkap S dan ukan termasuk dalam de ns standar semrng dempoten lengkap Solus pertdaksamaan X B dapat dperoleh dengan menggu-nakan teor resduas Karena adanya jamnan ahwa untuk setap pemetaan soton pada lattce lengkap selalu mempunya fxed pont, maka hal terseut juga terjamn dalam semrng dempoten lengkap Dengan demkan, karakterstk n yang dgunakan untuk dapat memperoleh solus teresar X X B X Kata kunc: dual Kleene Star, dual produk, lattce lengkap, semrng dempoten lengkap, teor resduas stract complete dempotent semrng has a structure whch s called a complete lattce Because of the same structure as the complete lattce then nequalty of the complete dempotent semrng can e solved a soluton y usng resduaton theory One of the nequalty whch s explaned s X B where matrces,x,b wth entres n the complete dempotent semrng S urthermore, ntroduced dual product, e nary operaton endowed n a complete dempotent semrngs S and not ncluded n the standard defnton of complete dempotent semrngs soluton of nequalty X B can e solved y usng resduaton theory Because of the guarantee that for each sotone mappng n complete lattce always has a fxed pont, then s also exst n a complete dempotent semrngs Ths of the characterstcs s used n order to otan the greatest soluton of nequalty X X B X Keywords: complete lattce, complete dempotent semrng, dual Kleene Star, dual product, resduaton theory Pendahuluan Semrng dempoten S merupakan se-mrng yang operas penjumlahan yang ersfat dempoten Operas penjumlahan dan pergandaan memlk elemen netral yang dnotaskan dan e Semrng dempoten dkatakan lengkap jka jumlahan tak hngga elemennya tertutup dan operas pergandaan ersfat dstrutf terhadap jumlahan tak hngga [1]

2 41 ka dkk/ J Sans Dasar (1) Dengan adanya sfat dempoten terhadap penjumlahannya, semrng dempoten dapat dlengkap dengan relas urutan yang dnotaskan Semrng dempoten lengkap mempunya struktur yang sama dengan lattce lengkap Karena struktur yang sama dengan lattce lengkap, maka pertdaksamaan atas semrng dempoten lengkap dapat dperoleh solusnya melalu teor resduas Selan dalam skalar, konsep resduas juga dapat dterapkan untuk persamaan semrng dempoten matrk Salah satu persamaan yang dahas adalah pertdak-samaan X B dengan, X, B matrk dengan entr - entrnya elemen dar semrng dempoten lengkap S Solus teresar pertdaksamaan X B dapat dperoleh dengan menggunakan teor resduas walnya, Baccell (1992) menelt agamana solus teresar dar pertdaksamaan X B dengan S n n dan X S n 1 Kemudan, peneltan dlanjutkan mengena solus teresar dar pertdaksamaan X B dengan S n n dan X S n n Selanjutnya, dtelt agamana solus teresar dar pertdaksamaan X B, apala ukuran semrng dempotent matrks duah menjad S n p dan X S p m Sepert yang telah dketahu, semrng dempoten lengkap memlk sfat operas pergandaan dstrutf terhadap penjumlahan Secara umum, dalam se-mrng dempoten lengkap, sfat operas dstrutf terhadap tdak terpenuh, karena hanya erlaku ahwa a ( c) (a ) (a c) Sfat dstrutf terhadap dalam semrng dempoten lengkap dapat terpenuh apala derkan syarat cukup, yatu elemen a mempunya nvers, maka a ( c) = (a ) (a c) Dengan adanya konds terseut, maka dapat ddefnskan suatu operas aru yang memlk sfat operas pergandaannya dstrutf terhadap Hardoun memperkenalkan dualty dar operas pergandaan yatu dual produk yang memlk sfat operas dstrutf terhadap Selan dual produk pada semrng dempoten, derkan juga dual produk pada semrng dempoten matrk yang dnotaskan X, ddefnskan operas X a x dengan k1,2,, n k kj j merupakan atas awah teresar Selanjutnya, mengena persamaan fxed pont dalam lattce lengkap juga dapat dterapkan dalam semrng dempoten lengkap pala derkan semrng dempoten lengkap S dan pemetaan soton f : S S maka dapat dhmpun hmpunan tak kosong x S f x x Karena adanya relas urutan pada S, maka dapat pula dhmpun hmpunan tak kosong x S f x x dan x S f x x Dalam kasus matrk, juga dapat dhmpun hmpunan tak kosong nm X S f X X, nm X S f X X dan nm X S f X X dengan f pemetaan soton pala seelumnya dtelt mengena solus pertdaksamaan X B dengan mendefnskan pemetaan soton L : X X maka dengan sfat soton pemetaan L, dapat dhmpun nm hmpunan tak kosong X S L X X dan hmpunan tak kosong nm X S L X X Peneltan dlanjutkan tentang agamana solus terkecl dar pertdaksamaan X B dengan mendefnskan pemetaan soton : X X maka dengan sfat soton pada pemetaan dapat dhmpun hmpunan tak nm kosong X S X X dan hmpunan X S X X Dengan nm tak kosong terjamnnya adanya X yang memenuh pertdaksamaan L X X dan X X serta adanya karakterstk X X X \ X X X X \ X dan X B X X B X X B X X B X, maka penuls dapat menelt agamana karakterstk solus X yang memenuh pertdaksamaan X X B X Metode Peneltan Pertama, dpelajar mengena teor semrng terutama pada pengertan dan sfat dar semrng dempoten lengkap S Kemudan dtelt apakah ada huungan antara semrng dempoten lengkap dan lattce lengkap Setelah dketahu ternyata kesamaan struktur antara semrng dempoten lengkap dan lattce lengkap, dpaham teor resduas yang erlaku dalam lattce lengkap, khususnya defns pemetaan lower semcontnuous dan pemetaan upper-semcontnuous, defns dan sfat pemetaan resduas dan dual pemetaan resduas Karena adanya kesamaan struktur antara semrng dempoten lengkap dan lattce lengkap, maka erdasarkan defns pemetaan lower sem-contnuous dan pemetaan

3 ka dkk/ J Sans Dasar (1) upper-semcontnuous yang erlaku dalam lattce lengkap, juga dapat ddefnskan dalam semrng dempoten lengkap Begtupula dengan sfat - sfat pemetaan resduas dan dual pemetaan resduas erlaku dalam semrng dempoten lengkap Dengan demkan, teor resduas dapat dgunakan untuk memperoleh solus teresar dar pertdaksamaan X B dan solus terkecl dar pertdaksamaan X B dengan matrks, B, X atas semrng dempoten lengkap Selanjutnya, ddefnskan pemetaan closure dan sfatnya dgunakan untuk memperoleh solus terkecl pertdaksamaan X B Peneltan kemudan dlanjutkan mencar solus teresar dar pertdaksamaan X B dengan menggunakan sfat sfat dar pemetaan resduas Pertama dtelt terleh dahulu teresar dar pertdaksamaan n n X B dmana matrks S n 1 dan X S Selanjutnya, dtelt solus teresar dar pertdaksamaan X B dmana matrks n n S n n dan X S dan solus teresar dar pertdaksamaan X B dmana matrks X Kemudan dtnjau mengena operas pergandaan yang dlengkapkan dalam semrng dempoten Karena sfat dstrutf operas pergandaan terhadap operas, maka ddefnskan operas aru yang dnamakan dual produk pada suatu semrng dan dual produk pada matrks atas semrng Peneltan dlanjutkan n p S dan p m S mengena solus terkecl pertdaksamaan X B dengan mementuk dual pemetaan resduas X X Setelah tu, duktkan mengena karakterstk solus dar pertdaksamaan X X B X Dalam memahas mengena karakterstk solus dar pertdaksamaan X X B X, dperlukan pemahaman mengena persamaan dan pertdaksamaan fxed pont, maka dtnjau terleh dahulu defns dan sfat dar persamaan dan pertdaksamaan fxed pont Dalam jurnal yang dahas Hardoun dan Ouergh memahas mengena solus teresar dar pertdaksamaan X X B X dan X G namun dsyaratkan matrks B entr - entrnya dalam grup retculated Hal n dkarenakan adanya sfat dstrutf operas pergandaan terhadap operas yang terjamn dalam grup retculated Namun, dalam tess n telah ddefnskan operas dual produk yang memlk sfat dstrutf terhadap operas, maka syarat matrk B yang entr - entrnya dalam grup retculated dapat dperlemah menjad matrk yang entr - entrnya semrng dempoten lengkap Sehngga memunculkan teorema aru akat perlemahan syarat entr - entr matrk pada pertdaksamaan X X B X Teor Teor Resduas Resduas ertujuan untuk mencar solus tunggal persamaan f () x dengan menggunakan proses nvers ("nvertng") pemetaan soton f dar semrng dempoten lengkap C ke semrng dempoten lengkap D 1 f tdak surjektf f () x tdak mempunya solus untuk suatu nla 2 f tdak njektf f () x mempunya solus tdak tunggal Solus f () x merupakan susolus f () x, yatu nla x yang memenuh f () x dan supersolus f () x, yatu nla x yang memenuh f () x Berkut n merupakan langkah - langkah yang dgunakan dalam mencar susolus f () x : 1 Hmpunan susolus tdak kosong 2 Plh atas atas dar hmpunan susolus 3 Jka atas atasnya ada, maka perlu dcek apakah atas atas terseut merupakan susolus f () x Dengan kata lan, hmpunan agan susolus f () x memuat elemen maksmum, yang selanjutnya dnotaskan f () sehngga dapat dperoleh f ( ) x dan f ( f ( )) { x f ( x) } 4 Setelah memperoleh elemen maksmum dar hmpunan agan susolusnya, dapat dcek apakah elemen maksmumnya, dalam hal n f (), memenuh persamaan f () x Jka ya, maka f () merupakan solus persamaan f () x Selan dengan mencar susolus f () x, dalam mencar solus f () x dapat juga dengan mencar supersolus f () x, yatu nla x yang memenuh f () x dengan langkah - langkah seaga erkut : 1 Jka hmpunan agan supersolus tdak kosong, maka dapat dplh atas awah dar hmpunan supersolus f () x 2 Jka atas awahnya ada, maka perlu dcek

4 43 ka dkk/ J Sans Dasar (1) apakah atas awah terseut merupakan supersolus f () x Dengan kata lan, hmpunan agan supersolus f () x memuat elemen mnmum, yang selanjutnya dnotaskan f () sehngga dapat dperoleh f ( ) x dan f ( f ( )) { x f ( x) } 3 Setelah memperoleh elemen mnmum dar hmpunan agan supersolusnya, dapat dcek apakah elemen mnmumnya, dalam hal n f (), memenuh persamaan f () x 4 Jka ya, maka f () merupakan solus persamaan f () x Defns 31 Derkan hmpunan teru-rut D dan dan relas urutan Pemetaan yang mengawetkan urutan f:d dkatakan pemetaan resduas jka untuk setap y, atas atas terkecl dar hmpunan agan xd f x y ada dan merupakan anggota dar hmpunan agan terseut(elemen maksmumnya ada), elemen maksmumnya dnotaskan f y lemen x yang memenuh persamaan f x susolus persamaan f(x) = y y dnamakan Defns 32 Pemetaan g dkatakan dual pemetaan resduas jka untuk setap y, atas awah teresar dar hmpunan agan xd g x y ada dan merupakan anggota dar hmpunan agan terseut(elemen mnmumnya ada), elemen mnmumnya dnotaskan g (y) lemen x yang g x y dnamakan memenuh persamaan supersolus persamaan g x y Teorema 33 Jka derkan pemetaan soton f : dengan, adalah semrng dempoten lengkap, elemen ottom dar dnotaskan, elemen top dar dnotaskan maka pernyataan erkut ekuvalen : 1 Pemetaan f merupakan pemetaan resduas f f x f x 2 dan xx xx untuk setap X ( yatu f merupakan lower semcontnuous) f y f y f dan 3 yy untuk setap Y ( yatu upper semcontnuous) yy f merupakan Teorema 34 Jka derkan pemetaan soton g : dengan, adalah semrng dempoten lengkap, elemen ottom dar dnotaskan, elemen top dar dnotaskan maka pernyataan erkut ekuvalen : 1 Pemetaan g merupakan dual pemetaan resduas g T g x g x 2 dan xx xx untuk setap X ( yatu g merupakan upper semcontnuous) g g y g y 3 dan yy untuk setap Y ( yatu lower semcontnuous) Pemetaan Closure yy g merupakan Dalam agan n, durakan mengena pemetaan closure dan huungannya dengan pemetaan resduas dan dual pemetaan resduas Defns 35 Derkan semrng dem-poten S dan pemetaan soton h : S S Jka h h h IdS maka h merupakan pemetaan closure Jka h h h Id S maka h merupakan dual pemetaan closure Teorema 36 Derkan semrng S Jka pemetaan h : S S merupakan pemetaan resduas, maka erlaku sfat erkut : 1 h merupakan pemetaan closure h merupakan dual pemetaan closure h h h h h h Solus Teresar Pertdaksamaan X B dengan S n p dan B S n m Untuk mencar solus pertdak-samaan X B dengan S n p dan B S n m menggunakan teor resduas Dalam memperoleh solus pertdaksamaan X B dengan S n p dan B S n m seaga erkut: Derkan semrng dempoten lengkap S, matrk S n p dan B S n m Ddefnskan pemetaan L S n p S n m yatu : L : X X (1) Secara umum, solus pertdaksamaan X B

5 ka dkk/ J Sans Dasar (1) untuk S n p, X S p m dan B S n m adalah n L B j 1 j \ jk k \ B k Karena untuk setap B S n m, terdapat elemen maksmal L B yang X B maka dapat dentuk pemetaan soton L : S n m S p m Selanjutnya, pemetaan L yang ddefnskan untuk setap X S n m L : S n m S p m X \ X dengan \ X n j1 j \ x jk k dkatakan resdual pemetaan L dengan S n p Solus Terkecl Pertdaksamaan X B dengan S n p dan B S n m Dual Produk Sfat dstrutf pergandaan terhadap tdak terpenuh dalam semrng dempoten secara umum, dperlukan syarat cukup ahwa semrng dempoten merupakan semfeld Hal n memunculkan defns operas yang dnamakan dual produk Defns 51 Derkan semrng dempoten lengkap S Dual produk dalam S dnotaskan merupakan operas ner yang dasumskan memlk sfat 1 Operas memenuh sfat asosatf 2 (S, ) mempunya elemen netral e 3 Operas ersfat dstrutf terhadap dar elemen tak hngga, a S a a, I I yatu 4 lemen top seaga elemen penyerap terhadap operas, yatu a S, a a Selanjutnya, akan derkan defns dual produk matrk seaga erkut : Defns 52 Derkan semrng dempoten lengkap S Matrk S n p,b S p m, maka B ddefnskan seaga erkut: B j k1,2,, p ak kj untuk setap 1,2,, n dan j 1,2,, m Solus Terkecl Pertdaksamaan X B dengan S n p dan B S n m Teorema 53 Derkan semrng dempoten lengkap S dan matrk S n p Pemetaan p m n m : S X X merupakan dual pemetaan resduas dan dual resdualnya dapat dnotaskan nm : S pm S X X dengan defns operas n X j k1 k xkj (2) serta x, x,dan Hasl dan Pemahasan Persamaan dan Pertdaksamaan xed Pont Defns 61 Derkan hmpunan dan fungs f : lemen a dkatakan fxed pont dar fungs f jka f () a a Leh lanjut, a dapat dkatakan solus atau penyelesaan dar persamaan fxed pont x f () x Ketka hmpunan dlengkap dengan relas urutan, dapat ddefnskan prefxed pont dar fungs f, yatu a dkatakan prefxed ponts dar fungs f jka f () a a Selan tu, dapat juga ddefnskan post-fxed pont dar fungs f, yatu a dkatakan post-fxed ponts dar fungs f jka f () a a Karena semrng dempoten lengkap S merupakan hmpunan terurut dengan relas urutan maka dapat ddefnskan persamaan fxed pont dar pemetaan soton f : S S seaga erkut: f ( x) x (3) dan pertdaksamaan fxed pont dar pemetaan soton f : S S seaga erkut: f ( x) x (4) Kleene Star f ( x) x (5) Defns 62 Derkan semrng dem-poten lengkap S Kleene star merupakan pemetaan k : S S, a a a dengan a +1 = a a dan a 0 = e 0

6 45 ka dkk/ J Sans Dasar (1) Kleene star juga dapat daplkaskan ke matrk ujur sangkar dalam semrng dempoten lengkap Defns 63 Derkan S semrng dem-poten lengkap Kleene Star dar matrk S n n ddefnskan dengan 0 k = k 1 n n n n 0 K : S S, =, matrk denttas dan Sfat 64 Derkan S semrng dem-poten lengkap Matrk S n n dan X S n p Pemetaan L : S n p S n p, X X merupakan pemetaan closure, oleh karena tu, X X Seaga akatnya, pernyataan erkut ekuvalen : X X X Im L (3) Lemma 65 Derkan semrng dempoten lengkap S dan matrk S n n dan X S n p Pernyataan erkut ekuvalen : 1X \ X 2X X 3X X 4 X \ X Dual Kleene Star Dalam defns Kleene Star djelaskan Kleene Star merupakan jumlahan tak hngga suatu elemen dalam semrng dempoten lengkap, Berkut dualty dar Kleene Star yatu dual Kleene Star yang merupakan meet tak hngga suatu elemen dalam semrng dempoten lengkap Defns 66 Derkan semrng dem-poten lengkap S Dual Kleene Star merupakan pemetaan 0 l : S S, 1 dengan dan 0 e Selanjutnya, pendefnsan dual star dapat pula daplkaskan dalam kasus ma-trk, seagamana djelaskan mengena dual star pada matrk Defns 67 Derkan S semrng dem-poten lengkap Dual Kleene Star dar ma-trk B S n n ddefnskan: B B k0 1 dengan B B B dan B k 0 Sfat 68 Derkan B S n n Pemetaan B merupakan pemetaan upper semcontnuous dan menurut Defns 56, pemetaan : np np B S S, X B X merupakan dual pemetaan closure Oleh karena tu, B B X B X (4) Sehngga erakat X B X X Im B (5) Proposs 69 Derkan semrng S dan matrk B S n n dan X S n p, maka pernyataan n ekuvalen : 1 X B X 2 X B X 3 X B X 4 X B X Proposs 610 Derkan semrng dempoten lengkap S dan, B S n n dan X S n m Pernyataan erkut ekuvalen : Im Im X X B X X L B Proposs 611 Derkan semrng dempoten lengkap S, dan matrk, B, G S n n Solus teresar X yang memenuh X X B X dan X G adalah X B \ G Bukt : 1 kan dtunjukkan X X B X dan X G X Xˆ Berdasarkan Proposs 610, X X B X X Im L Im B Hal n erart X harus memenuh X B ( X ) X B ( X ) X B X ( ) ) X (( B ) ) \ X Dengan demkan, X X B X dan

7 ka dkk/ J Sans Dasar (1) X G X (( B ) ) \ X dan X G Dperhatkan ahwa erdasarkan Teorema 65, X (( B ) ) \ X ( B ) X X ( ) Karena B X X dan X G maka X Xˆ (( B ) ) \ G 2 kan dtunjukkan Xˆ G, Xˆ Xˆ Pertama akan dtunjukkan X ˆ ImL yang ekuvalen dengan Xˆ Xˆ \ Xˆ Berdasarkan Lemma 65, ˆX memenuh ˆ ˆ ( B ) X X ( B ) \ Xˆ (9) Karena L pemetaan soton dan Xˆ ( B ˆ ) \ X, maka Xˆ (( B ˆ ) \ X ) Sehngga ddapat \ Xˆ \ (( B ˆ ) \ X ) Dperhatkan ˆ \ (( B ) \ X ) (( B ) ) \ Xˆ B Xˆ ( ( )) \ ( B ˆ ) \ X katnya, ddapat \ Xˆ ( B ˆ ) \ X Menurut pertdaksamaan 9, ( B ˆ ˆ ) \ X X katnya, \ Xˆ ( B ˆ ˆ ) \ X X Jad dperoleh \ Xˆ Xˆ Selanjutnya, Xˆ \ Xˆ (karena ) maka \ Xˆ Xˆ, yatu Xˆ ImL Kedua, akan dtunjukkan Xˆ Im B, yatu Xˆ B ˆ ˆ X B X Dar persamaan 9 ddapat Xˆ ( B ˆ ˆ ˆ ) X B ( X ) B X (karena Xˆ Xˆ ) D ss lan, B Karena B pemetaan soton, maka B ˆ ˆ X X Dengan demkan, ddapat Xˆ B ˆ X Sehngga Xˆ B Xˆ B Xˆ karena B B G G Ketga ( ), maka ( ) katnya, ddapat ( B ) \ G G Jad ˆX G Smpulan Secara gars esar, dapat dsmpulkan ahwa kesamaan struktur semrng dempoten lengkap dengan lattce lengkap memerkan anyak keuntungan dalam menyelesakan pertdaksamaan atas semrng dempoten dengan menggunakan teor resduas Derkan S semrng dempoten lengkap, maka ddapat 1 Solus pertdaksamaan X B dengan n p S dan n m B S adalah n ( \ ) [ \ ] j1 j jk B k 2 Solus pertdaksamaan X B dengan n m B S adalah ( X ) ( x ) n p S dan n j k 1 k kj 3 Solus pertdaksamaan X X B X dan n n X G dengan, B, G S dapat dperoleh dengan menggunakan formula ˆ X (( B ) ) \ G Pustaka [1] Baccell,, Cohen, G, Olsder, J, dan Quadrat, JP, 1992, Synchronzaton and Lnearty, n lgera for Dscrete vent Systems, John Wley and Sons, New York [2] Gauert, S, 1997, Methodes and pplcaton of (max,+) Lnear lgera, Rapport de Recherche [3] Hardoun, L, Cottenceau, B, Le Corronc,, 2010, Control of uncertan (max,+)-lnear system n order to decrease uncertanty, Unversty of ngers [4] Hardoun, L, Cottenceau, B, Le Corronc,, 2010, On The Dual Product and The Dual Resdua-ton over Idempotent Semrng of Intervals, Unversty of ngers, Perancs [5] Judson, TW, 2010, stract lgera : Theory and pplcatons, Stephen ustn State Unversty [6] Lhommeau, M, Hardoun, L, Cot-tenceau, B, 2009, Dsturance Decouplng of Tmed vent Graphs y Output eedack Controller, Unversty of ngers [7] Houssn, L, Lahaye, S, dan Bomond, JL, (2008), Control of (Max,+) - Lnear Sys-tems Mnmzng Delays, Unversty of ngers, Perancs [8] Lhommeau, M, Hardoun, L, Cot-tenceau, B, Maa, C, 2010, Oserver Desgn for (max,plus) Lnear Systems, I Transacton

8 47 ka dkk/ J Sans Dasar (1) on utomatc Control vol 55-2 [9] Ouergh, I, dan Hardoun, L, 2006, Control Synthess for P-Temporal vent Graphs, Internatonal Workshop on Dscrete vent Systems, n ror, US [10] Tarsk,, 1955, Lattce Theoretcal xed Pont Theorem and Its pplcatons, Pac c Journal of Mathematcs 5 no [11] ndersen, M H, 2002, Max plus lgera: Propertes and pplcatons, Lamare, WY [12] Brunch, T, Hardoun, L, dan Rasch, J, 2011, Modelng Control of Nested Manufacturng Processes Usng Dod Models, In Peprnts of the 3rd Internatonal Workshop on Dependale Control of Dscrete Systems, Jerman [13] Brunch, T, Hardoun, L, Boutn, O, Cottenceau, B, Rasch, J, 2013, Dscrete vent Systems n a Dod ramework: Control Theory, Control of Dscrete vent Systems, Volume 433 of Lecture Notes n Control and Informaton Scences, Sprnger, Berln [14] Brunsch, T, 2014, Dssertaton : Modelng and Control of Complex Systems n Dod ramework, Berln [15] Cohen, G, Gauert, S, dan Quadrat, JP, 1998, Max plus lgera and System Theory : Where We re and Where to Go Now, IC Conference on Systems and Control

SEMI RING POLINOM ATAS ALJABAR MAX-PLUS

SEMI RING POLINOM ATAS ALJABAR MAX-PLUS JMP : Volume 4 Nomor 2, Desember 2012, hal. 289-297 SEMI RING POLINOM ATAS ALJABAR MAX-PLUS Suroto Prod Matematka, Jurusan MIPA, Fakultas Sans dan Teknk Unverstas Jenderal Soedrman e-mal : suroto_80@yahoo.com

Lebih terperinci

SOLUSI TERBESAR PERTIDAKSAMAAN A O KROSS X KURANG DARI X DARI B O DOT X MENGGUNAKAN RESIDUASI MATRIKS ATAS SEMIRING IDEMPOTEN

SOLUSI TERBESAR PERTIDAKSAMAAN A O KROSS X KURANG DARI X DARI B O DOT X MENGGUNAKAN RESIDUASI MATRIKS ATAS SEMIRING IDEMPOTEN J Sas Dasar 2016 5(1) 43-50 SOLUSI TRBSR PRTIDKSMN O KROSS X KURNG DRI X DRI B O DOT X MNGGUNKN RSIDUSI MTRIKS TS SMIRING IDMPOTN TH BST SOLUTION OR INQULITIS O O CROSS X LOWR THN X ROM B O DOT X USING

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang dan Permasalahan

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang dan Permasalahan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang dan Permasalahan Matematka dbag menjad beberapa kelompok bdang lmu, antara lan analss, aljabar, dan statstka. Ruang barsan merupakan salah satu bagan yang ada d bdang

Lebih terperinci

SISTEM LINEAR MAX-PLUS KABUR WAKTU INVARIANT AUTONOMOUS

SISTEM LINEAR MAX-PLUS KABUR WAKTU INVARIANT AUTONOMOUS SISTEM LINEAR MAX-PLUS KABUR WAKTU INVARIANT AUTONOMOUS A8 M. Andy Rudhto 1 1 Program Stud Penddkan Matematka FKIP Unverstas Sanata Dharma Kampus III USD Pangan Maguwoharjo Yogyakarta 1 e-mal: arudhto@yahoo.co.d

Lebih terperinci

BEBERAPA SIFAT TERKAIT SUBMODUL SEMIPRIMA

BEBERAPA SIFAT TERKAIT SUBMODUL SEMIPRIMA BEBERAPA SIFAT TERKAIT SUBMODUL SEMIPRIMA A-3 Dan Aresta Yuwanngsh 1 1 Mahasswa S Matematka UGM dan.aresta17@yahoo.com Abstrak Dberkan R merupakan rng dengan elemen satuan, M R-modul kanan, dan R S End

Lebih terperinci

Bab 1 Ruang Vektor. R. Leni Murzaini/0906577381

Bab 1 Ruang Vektor. R. Leni Murzaini/0906577381 Bab 1 Ruang Vektor Defns Msalkan F adalah feld, yang elemen-elemennya dnyatakansebaga skalar. Ruang vektor atas F adalah hmpunan tak kosong V, yang elemen-elemennya merupakan vektor, bersama dengan dua

Lebih terperinci

MEREDUKSI SISTEM PERSAMAAN LINEAR FUZZY PENUH DENGAN BILANGAN FUZZY TRAPESIUM

MEREDUKSI SISTEM PERSAMAAN LINEAR FUZZY PENUH DENGAN BILANGAN FUZZY TRAPESIUM MEREDUKSI SISTEM PERSAMAAN LINEAR FUZZY PENUH DENGAN BILANGAN FUZZY TRAPESIUM Tut Susant, Mashad, Sukamto Mahasswa Program S Matematka Dosen Jurusan Matematka Fakultas Matematka dan Ilmu Pengetahuan Alam

Lebih terperinci

PELABELAN TOTAL SISI TAK BERATURAN PADA GRAF GABUNGAN BIPARTIT LENGKAP

PELABELAN TOTAL SISI TAK BERATURAN PADA GRAF GABUNGAN BIPARTIT LENGKAP JMP : Volume 1 Nomor 2, Oktober 2009 PELABELAN TOTAL SISI TAK BERATURAN PADA GRAF GABUNGAN BIPARTIT LENGKAP Tryan dan Nken Larasat Fakultas Sans dan Teknk, Unverstas Jenderal Soedrman Purwokerto, Indonesa

Lebih terperinci

BAB III FUNGSI MAYOR DAN MINOR. Pada bab ini akan dibahas konsep-konsep dasar dari fungsi mayor dan fungsi

BAB III FUNGSI MAYOR DAN MINOR. Pada bab ini akan dibahas konsep-konsep dasar dari fungsi mayor dan fungsi BAB III FUNGSI MAYOR DAN MINOR Pada bab n akan dbahas konsep-konsep dasar dar fungs mayor dan fungs mnor dar suatu fungs yang terdefns pada suatu nterval tertutup. Pendefnsan fungs mayor dan mnor tersebut

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Apabila ditinjau dari struktur aljabar, semiring S merupakan generalisasi dari ring. Sifat idempoten terhadap operasi penjumlahan yang diberikan pada semiring

Lebih terperinci

menyelesaikan permasalahan dalan penulisan.

menyelesaikan permasalahan dalan penulisan. BAB 5 : IMPLEMENTASI SISTEM Ba n mengurakan proses pengolahan data dengan program yang akan dgunakan yatu SPSS yang memantu dalam menyelesakan permasalahan dalan penulsan. BAB 6 : KESIMPULAN DAN SARAN

Lebih terperinci

PADA GRAF PRISMA BERCABANG

PADA GRAF PRISMA BERCABANG PELABELAN TOTAL SUPER (a, d)-busur ANTI AJAIB PADA GRAF PRISMA BERCABANG Achmad Fahruroz,, Dew Putre Lestar,, Iffatul Mardhyah, Unverstas Gunadarma Depok Program Magster Fakultas MIPA Unverstas Indonesa

Lebih terperinci

APLIKASI METODE SINGULAR VALUE DECOMPOSITION(SVD) PADA SISTEM PERSAMAAN LINIER KOMPLEKS

APLIKASI METODE SINGULAR VALUE DECOMPOSITION(SVD) PADA SISTEM PERSAMAAN LINIER KOMPLEKS Vol No Jurnal Sans Teknolog Industr APLIKASI METODE SINGULAR VALUE DECOMPOSITION(SVD) PADA SISTEM PERSAMAAN LINIER KOMPLEKS Ftr Aryan Dew Yulant Jurusan Matematka Fakultas Sans Teknolog UIN SUSKA Rau Emal:

Lebih terperinci

BAB III HASILKALI TENSOR PADA RUANG VEKTOR. Misalkan V ruang vektor atas lapangan F. Suatu transformasi linear f L ( V, F )

BAB III HASILKALI TENSOR PADA RUANG VEKTOR. Misalkan V ruang vektor atas lapangan F. Suatu transformasi linear f L ( V, F ) 28 BAB III HASILKALI TENSOR PADA RUANG VEKTOR III.1 Ruang Dual Defns III.1.2: Ruang Dual [10] Msalkan V ruang vektor atas lapangan F. Suatu transformas lnear f L ( V, F ) dkatakan fungsonal lnear (atau

Lebih terperinci

Pembayaran harapan yang berkaitan dengan strategi murni pemain P 2. Pembayaran Harapan bagi Pemain P1

Pembayaran harapan yang berkaitan dengan strategi murni pemain P 2. Pembayaran Harapan bagi Pemain P1 Lecture : Mxed Strategy: Graphcal Method A. Metode Campuran dengan Metode Grafk Metode grafk dapat dgunakan untuk menyelesakan kasus permanan dengan matrks pembayaran berukuran n atau n. B. Matrks berukuran

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI. Istilah regresi diperkenalkan oleh seorang yang bernama Francis Gulton dalam

BAB 2 LANDASAN TEORI. Istilah regresi diperkenalkan oleh seorang yang bernama Francis Gulton dalam BAB LANDASAN TEORI Pengertan Regres Istlah regres dperkenalkan oleh seorang yang ernama Francs Gulton dalam makalah erjudul Regresson Towerd Medacraty n Heredtary Stature Menurut hasl peneltan elau, meskpun

Lebih terperinci

BAB III PEMBAHASAN. Pada bab ini akan dibahas mengenai ring embedding dan faktorisasi. tunggal pada ring komutatif tanpa elemen kesatuan.

BAB III PEMBAHASAN. Pada bab ini akan dibahas mengenai ring embedding dan faktorisasi. tunggal pada ring komutatif tanpa elemen kesatuan. BAB III PEMBAHASAN Pada bab n akan dbahas mengena rng embeddng dan faktorsas tunggal pada rng komutatf tanpa elemen kesatuan. A. Rng Embeddng Defns 3.1 (Malk et al. 1997: 318 Suatu rng R dkatakan embedded

Lebih terperinci

BAB 3 GAMBARAN UMUM TEMPAT RISET

BAB 3 GAMBARAN UMUM TEMPAT RISET BAB 3 GAMBARAN UMUM TEMPAT RISET 3. Sejarah dan Kegatan Operasonal Perusahaan 8 3.. Sejarah Perkemangan Kantor Perwaklan Bank Indonesa Wlayah I (Sumut & Aceh) 8 3. Struktur Organsas dan Deskrps Tugas Kantor

Lebih terperinci

BAB 3 PEMBAHASAN. 3.1 Prosedur Penyelesaian Masalah Program Linier Parametrik Prosedur Penyelesaian untuk perubahan kontinu parameter c

BAB 3 PEMBAHASAN. 3.1 Prosedur Penyelesaian Masalah Program Linier Parametrik Prosedur Penyelesaian untuk perubahan kontinu parameter c 6 A PEMAHASA Pada bab sebelumnya telah dbahas teor-teor yang akan dgunakan untuk menyelesakan masalah program lner parametrk. Pada bab n akan dperlhatkan suatu prosedur yang lengkap untuk menyelesakan

Lebih terperinci

DIMENSI PARTISI GRAF GIR

DIMENSI PARTISI GRAF GIR Jurnal Matematka UNAND Vol. 1 No. 2 Hal. 21 27 ISSN : 2303 2910 c Jurusan Matematka FMIPA UNAND DIMENSI PARTISI GRAF GIR REFINA RIZA Program Stud Matematka, Fakultas Matematka dan Ilmu Pengetahuan Alam,

Lebih terperinci

Penyelesaian Sistem Persamaan Linear pada Aljabar Max-Plus

Penyelesaian Sistem Persamaan Linear pada Aljabar Max-Plus Penyelesaan Sstem Persamaan Lnear pada Alabar Max-Plus Cnd Medsa #1, Yusmet Rzal* 2, Helma* 3 1# Student of Mathematcs Department State Unversty of Padang, Indonesa 2,3 *Lecturers of Mathematcs Department

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI. Universitas Sumatera Utara

BAB 2 LANDASAN TEORI. Universitas Sumatera Utara BAB LANDASAN TEORI Unverstas Sumatera Utara . Pengertan Regres Istlah regres pertama kal dperkenalkan oleh Francs Galtom. Menurut Galtom, analss regres erkenaan dengan stud ketergantungan dar satu varael

Lebih terperinci

Dekomposisi Nilai Singular dan Aplikasinya

Dekomposisi Nilai Singular dan Aplikasinya A : Dekomposs Nla Sngular dan Aplkasnya Gregora Aryant Dekomposs Nla Sngular dan Aplkasnya Oleh : Gregora Aryant Program Stud Penddkan Matematka nverstas Wdya Mandala Madun aryant_gregora@yahoocom Abstrak

Lebih terperinci

Pendeteksian Data Pencilan dan Pengamatan Berpengaruh pada Beberapa Kasus Data Menggunakan Metode Diagnostik

Pendeteksian Data Pencilan dan Pengamatan Berpengaruh pada Beberapa Kasus Data Menggunakan Metode Diagnostik Pendeteksan Data Penclan dan Pengamatan Berpengaruh pada Beberapa Kasus Data Menggunakan Metode Dagnostk Sally Indra 1, Dod Vonanda, Rry Srnngsh 3 1 Student of Mathematcs Department State Unversty of Padang,

Lebih terperinci

Sifat-sifat Operasi Perkalian Modular pada Graf Fuzzy

Sifat-sifat Operasi Perkalian Modular pada Graf Fuzzy SEMINAR MATEMATIKA DAN PENDIDIKAN MATEMATIKA UNY 07 Sfat-sfat Operas Perkalan Modular pada raf Fuzzy T - 3 Tryan, ahyo Baskoro, Nken Larasat 3, Ar Wardayan 4,, 3, 4 Unerstas Jenderal Soedrman transr@yahoo.com.au

Lebih terperinci

APLIKASI SISTEM LINEAR MAX-PLUS INVARIANT PADA SISTEM PRODUKSI TEMPE SUPER DANGSUL DI YOGYAKARTA

APLIKASI SISTEM LINEAR MAX-PLUS INVARIANT PADA SISTEM PRODUKSI TEMPE SUPER DANGSUL DI YOGYAKARTA APLIKASI SISTEM LINEAR MAX-PLUS INVARIANT PADA SISTEM PRODUKSI TEMPE SUPER DANGSUL DI YOGYAKARTA A7 Hendra Lstya Kurnawan 1, Musthofa 2 1 Mahasswa Program Stud Matematka Jurusan Penddkan Matematka FMIPA

Lebih terperinci

BILANGAN RAMSEY SISI DARI r ( P, )

BILANGAN RAMSEY SISI DARI r ( P, ) Charul Imron dan dy Tr Baskoro, Blangan Ramsey Ss BILANGAN RAMSY SISI DARI r ( P, ) (Ramsey Number from the Sde r ( P, ) ) Charul Imron dan dy Tr Baskoro Jurusan Matemátca, FMIPA ITS Surabaya mron-ts@matematka.ts.ac.d

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB LANDASAN TEORI. Pengertan Regres Regres pertama kal dgunakan seaga konsep statstka oleh Sr Francs Galton (8 9). Belau memperkenalkan model peramalan, penaksran, atau pendugaan, ang selanjutna dnamakan

Lebih terperinci

Catatan Kuliah 12 Memahami dan Menganalisa Optimisasi dengan Kendala Ketidaksamaan

Catatan Kuliah 12 Memahami dan Menganalisa Optimisasi dengan Kendala Ketidaksamaan Catatan Kulah Memaham dan Menganalsa Optmsas dengan Kendala Ketdaksamaan. Non Lnear Programmng Msalkan dhadapkan pada lustras berkut n : () Ma U = U ( ) :,,..., n st p B.: ; =,,..., n () Mn : C = pk K

Lebih terperinci

BAB X RUANG HASIL KALI DALAM

BAB X RUANG HASIL KALI DALAM BAB X RUANG HASIL KALI DALAM 0. Hasl Kal Dalam Defns. Hasl kal dalam adalah fungs yang mengatkan setap pasangan vektor d ruang vektor V (msalkan pasangan u dan v, dnotaskan dengan u, v ) dengan blangan

Lebih terperinci

JURNAL MATEMATIKA DAN KOMPUTER Vol. 5. No. 3, , Desember 2002, ISSN :

JURNAL MATEMATIKA DAN KOMPUTER Vol. 5. No. 3, , Desember 2002, ISSN : JURNAL MATEMATIKA AN KOMPUTER Vol. 5. No. 3, 161-167, esember 00, ISSN : 1410-8518 PENGARUH SUATU ATA OBSERVASI ALAM MENGESTIMASI PARAMETER MOEL REGRESI Hern Utam, Rur I, dan Abdurakhman Jurusan Matematka

Lebih terperinci

Tinjauan Algoritma Genetika Pada Permasalahan Himpunan Hitting Minimal

Tinjauan Algoritma Genetika Pada Permasalahan Himpunan Hitting Minimal 157 Vol. 13, No. 2, 157-161, Januar 2017 Tnjauan Algortma Genetka Pada Permasalahan Hmpunan Httng Mnmal Jusmawat Massalesse, Bud Nurwahyu Abstrak Beberapa persoalan menark dapat dformulaskan sebaga permasalahan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Fuzzy Set Pada tahun 1965, Zadeh memodfkas teor hmpunan dmana setap anggotanya memlk derajat keanggotaan yang bernla kontnu antara 0 sampa 1. Hmpunan n dsebut dengan hmpunaan

Lebih terperinci

PELABELAN TOTAL SISI AJAIB SUPER PADA GRAF CORONA-LIKE UNICYCLIC

PELABELAN TOTAL SISI AJAIB SUPER PADA GRAF CORONA-LIKE UNICYCLIC PELABELAN TOTAL SISI AJAIB SUPER PADA GRAF CORONA-LIKE UNICYCLIC Kurnawan *, Rolan Pane, Asl Srat Mahasswa Program Stud S Matematka Dosen Jurusan Matematka Fakultas Matematka dan Ilmu Pengetahuan Alam

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Pengertan Regres Regres pertama kal dpergunakan sebaga konsep statstka oleh Sr Francs Galton (1822 1911). Belau memperkenalkan model peramalan, penaksran, atau pendugaan, yang

Lebih terperinci

APLIKASI PERKONGRUENAN DALAM MENYELESAIKAN SISTEM PERSAMAAN LINEAR DUA PEUBAH. Yuni Yulida dan Muhammad Ahsar K

APLIKASI PERKONGRUENAN DALAM MENYELESAIKAN SISTEM PERSAMAAN LINEAR DUA PEUBAH. Yuni Yulida dan Muhammad Ahsar K Jurnal Matematka Murn dan Terapan Vol. 3 No. Desember 009: 4-6 APLIKASI PERKONGRUENAN DALAM MENYELESAIKAN SISTEM PERSAMAAN LINEAR DUA PEUBAH Yun Yulda dan Muhammad Ahsar K Program Stud Matematka Unverstas

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. George Boole dalam An Investigation of the Laws of Thought pada tahun

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. George Boole dalam An Investigation of the Laws of Thought pada tahun BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Aljabar Boolean Barnett (2011) menyatakan bahwa Aljabar Boolean dpublkaskan oleh George Boole dalam An Investgaton of the Laws of Thought pada tahun 1954. Dalam karya n, Boole

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Di dalam matematika mulai dari SD, SMP, SMA, dan Perguruan Tinggi

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Di dalam matematika mulai dari SD, SMP, SMA, dan Perguruan Tinggi Daftar Is Daftar Is... Kata pengantar... BAB I...1 PENDAHULUAN...1 1.1 Latar Belakang...1 1.2 Rumusan Masalah...2 1.3 Tujuan...2 BAB II...3 TINJAUAN TEORITIS...3 2.1 Landasan Teor...4 BAB III...5 PEMBAHASAN...5

Lebih terperinci

JMP : Volume 5 Nomor 1, Juni 2013, hal SPEKTRUM PADA GRAF REGULER KUAT

JMP : Volume 5 Nomor 1, Juni 2013, hal SPEKTRUM PADA GRAF REGULER KUAT JMP : Volume 5 Nomor, Jun 03, hal. 3 - SPEKTRUM PD GRF REGULER KUT Rzk Mulyan, Tryan dan Nken Larasat Program Stud Matematka, Fakultas Sans dan Teknk Unerstas Jenderal Soedrman Emal : rzky90@gmal.com BSTRCT.

Lebih terperinci

ALJABAR LINIER LANJUT

ALJABAR LINIER LANJUT ALABAR LINIER LANUT Ruang Bars dan Ruang Kolom suatu Matrks Msalkan A adalah matrks mnatas lapangan F. Bars pada matrks A merentang subruang F n dsebut ruang bars A, dnotaskan dengan rs(a) dan kolom pada

Lebih terperinci

RANGKAIAN SERI. 1. Pendahuluan

RANGKAIAN SERI. 1. Pendahuluan . Pendahuluan ANGKAIAN SEI Dua elemen dkatakan terhubung ser jka : a. Kedua elemen hanya mempunya satu termnal bersama. b. Ttk bersama antara elemen tdak terhubung ke elemen yang lan. Pada Gambar resstor

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian yang bertujuan untuk mendeskripsikan

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian yang bertujuan untuk mendeskripsikan BAB III METODE PENELITIAN A. Jens Peneltan Peneltan n merupakan peneltan yang bertujuan untuk mendeskrpskan langkah-langkah pengembangan perangkat pembelajaran matematka berbass teor varas berupa Rencana

Lebih terperinci

PELABELAN CORDIAL DAN GRACEFUL PADA ARBITRARY SUPERSUBDIVISION GRAF PATH DAN STAR

PELABELAN CORDIAL DAN GRACEFUL PADA ARBITRARY SUPERSUBDIVISION GRAF PATH DAN STAR PELABELAN CORDIAL DAN GRACEFUL PADA ARBITRARY SUPERSUBDIVISION GRAF PATH DAN STAR Kornela Paskatra Cahayan, R. Her Soelstyo U 2, Solchn Zak 3,2,3 Program Stud Matematka FSM Unverstas Dponegoro Jl. Pro.

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode

BAB III METODE PENELITIAN. Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode BAB III METODE PENELITIAN Desan Peneltan Metode peneltan yang dgunakan dalam peneltan n adalah metode deskrptf analts dengan jens pendekatan stud kasus yatu dengan melhat fenomena permasalahan yang ada

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Node. Edge. Gambar 1 Directed Acyclic Graph

TINJAUAN PUSTAKA. Node. Edge. Gambar 1 Directed Acyclic Graph TINJAUAN PUSTAKA Bayesan Networks BNs dapat memberkan nformas yang sederhana dan padat mengena nformas peluang. Berdasarkan komponennya BNs terdr dar Bayesan Structure (Bs) dan Bayesan Parameter (Bp) (Cooper

Lebih terperinci

Aplikasi Teori Kendali Pada Permainan Dinamis Non-Kooperatif Waktu tak Berhingga

Aplikasi Teori Kendali Pada Permainan Dinamis Non-Kooperatif Waktu tak Berhingga Semnar Nasonal eknolog Inormas Komunkas dan Industr (SNIKI) 4 ISSN : 85-99 akultas Sans dan eknolog UIN Sultan Syar Kasm Rau Pekanbaru, 3 Oktober 1 Aplkas eor Kendal Pada Permanan Dnams Non-Kooperat Waktu

Lebih terperinci

Teori Himpunan. Modul 1 PENDAHULUAN. impunan sebagai koleksi (pengelompokan) dari objek-objek yang

Teori Himpunan. Modul 1 PENDAHULUAN. impunan sebagai koleksi (pengelompokan) dari objek-objek yang Modul 1 Teor Hmpunan PENDAHULUAN Prof SM Nababan, PhD Drs Warsto, MPd mpunan sebaga koleks (pengelompokan) dar objek-objek yang H dnyatakan dengan jelas, banyak dgunakan dan djumpa dberbaga bdang bukan

Lebih terperinci

DISTRIBUSI HASIL PENGUKURAN DAN NILAI RATA-RATA

DISTRIBUSI HASIL PENGUKURAN DAN NILAI RATA-RATA DISTRIBUSI HASIL PENGUKURAN DAN NILAI RATA-RATA Dstrbus Bnomal Msalkan dalam melakukan percobaan Bernoull (Bernoull trals) berulang-ulang sebanyak n kal, dengan kebolehjadan sukses p pada tap percobaan,

Lebih terperinci

PENYELESAIAN SISTEM PERSAMAAN LINEAR KOMPLEKS MENGGUNAKAN METODE DEKOMPOSISI QR TUGAS AKHIR

PENYELESAIAN SISTEM PERSAMAAN LINEAR KOMPLEKS MENGGUNAKAN METODE DEKOMPOSISI QR TUGAS AKHIR PENYELESAIAN SISTEM PERSAMAAN LINEAR KOMPLEKS MENGGUNAKAN METODE DEKOMPOSISI QR TUGAS AKHIR Dajukan sebaga Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Gelar Sarjana Sans pada Jurusan Matematka Oleh : IIS ERIANTI

Lebih terperinci

ANALISIS DATA KATEGORIK (STK351)

ANALISIS DATA KATEGORIK (STK351) Suplemen Respons Pertemuan ANALISIS DATA KATEGORIK (STK351) 7 Departemen Statstka FMIPA IPB Pokok Bahasan Sub Pokok Bahasan Referens Waktu Korelas Perngkat (Rank Correlaton) Bag. 1 Koefsen Korelas Perngkat

Lebih terperinci

BAB II METODOLOGI PENELITIAN. Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian. variable independen dengan variabel dependen.

BAB II METODOLOGI PENELITIAN. Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian. variable independen dengan variabel dependen. BAB II METODOLOGI PENELITIAN A. Bentuk Peneltan Jens peneltan yang dgunakan dalam peneltan n adalah peneltan deskrptf dengan analsa kuanttatf, dengan maksud untuk mencar pengaruh antara varable ndependen

Lebih terperinci

Bab 3. Teori Comonotonic. 3.1 Pengurutan Variabel Acak

Bab 3. Teori Comonotonic. 3.1 Pengurutan Variabel Acak Bab 3 Teor Comonotonc Pada bab n konsep teor comonotonc akan dpaparkan dar awal dan berakhr pada konsep teor n untuk jumlah dar peubah - peubah acak 1. Setelah tu untuk membantu pemahaman akan dberkan

Lebih terperinci

b. Tentukan eigenket-eigenket dari sistem tersebut sebagai kombinasi linier dari 1 dan 2

b. Tentukan eigenket-eigenket dari sistem tersebut sebagai kombinasi linier dari 1 dan 2 Solus UTS Mekanka Kuantum Program Stud S Fska Tanggal ujan: 6 Oktoer 7 Dosen: Muhammad Azz Majd, Ph.D. Assten: Ahmad Syahron, S.S. Soal Hamltonan seuah sstem -keadaan two states system dnyatakan dengan

Lebih terperinci

MULTIVARIATE ANALYSIS OF VARIANCE (MANOVA) MAKALAH Untuk Memenuhi Tugas Matakuliah Multivariat yang dibimbing oleh Ibu Trianingsih Eni Lestari

MULTIVARIATE ANALYSIS OF VARIANCE (MANOVA) MAKALAH Untuk Memenuhi Tugas Matakuliah Multivariat yang dibimbing oleh Ibu Trianingsih Eni Lestari MULTIVARIATE ANALYSIS OF VARIANCE (MANOVA) MAKALAH Untuk Memenuh Tugas Matakulah Multvarat yang dbmbng oleh Ibu Tranngsh En Lestar oleh Sherly Dw Kharsma 34839 Slva Indrayan 34844 Vvn Octana 34633 UNIVERSITAS

Lebih terperinci

UJI PRIMALITAS. Sangadji *

UJI PRIMALITAS. Sangadji * UJI PRIMALITAS Sangadj * ABSTRAK UJI PRIMALITAS. Makalah n membahas dan membuktkan tga teorema untuk testng prmaltas, yatu teorema Lucas, teorema Lucas yang dsempurnakan dan teorema Pocklngton. D sampng

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN. Latar Belakang Matematka sebaga bahasa smbol yang bersfat unversal memegang peranan pentng dalam perkembangan suatu teknolog. Matematka sangat erat hubungannya dengan kehdupan nyata.

Lebih terperinci

(1.1) maka matriks pembayaran tersebut dikatakan mempunyai titik pelana pada (r,s) dan elemen a

(1.1) maka matriks pembayaran tersebut dikatakan mempunyai titik pelana pada (r,s) dan elemen a Lecture 2: Pure Strategy A. Strategy Optmum Hal pokok yang sesungguhnya menad nt dar teor permanan adalah menentukan solus optmum bag kedua phak yang salng bersang tersebut yang bersesuaan dengan strateg

Lebih terperinci

SOLUSI SISTEM PERSAMAAN DIFERENSIAL PARSIAL DENGAN MENGGUNAKAN METODE PERTURBASI HOMOTOPI DAN METODE DEKOMPOSISI ADOMIAN

SOLUSI SISTEM PERSAMAAN DIFERENSIAL PARSIAL DENGAN MENGGUNAKAN METODE PERTURBASI HOMOTOPI DAN METODE DEKOMPOSISI ADOMIAN SOLUSI SISTEM PERSAMAAN DIFERENSIAL PARSIAL DENGAN MENGGUNAKAN METODE PERTURBASI HOMOTOPI DAN METODE DEKOMPOSISI ADOMIAN Ita Rahmadayan 1, Syamsudhuha 2, Asmara Karma 2 1 Mahasswa Program Stud S1 Matematka

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Pada penelitian ini, penulis memilih lokasi di SMA Negeri 1 Boliyohuto khususnya

BAB III METODE PENELITIAN. Pada penelitian ini, penulis memilih lokasi di SMA Negeri 1 Boliyohuto khususnya BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Tempat dan Waktu Peneltan 3.1.1 Tempat Peneltan Pada peneltan n, penuls memlh lokas d SMA Neger 1 Bolyohuto khususnya pada sswa kelas X, karena penuls menganggap bahwa lokas

Lebih terperinci

Optimasi Penampang Persegi Panjang pada Elemen Balok Prategang (Studi Kasus pada Hotel Alila Surakarta)

Optimasi Penampang Persegi Panjang pada Elemen Balok Prategang (Studi Kasus pada Hotel Alila Surakarta) Optmas Penampang Perseg Panjang pada Elemen Balok Prategang Stud Kasus pada Hotel Alla Surakarta) Dweky Anugerah 1), Steanus Ad Krstawan 2), Edy Purwanto 3) 1) Mahasswa Program Stud Teknk Spl, Fakultas

Lebih terperinci

TRANSITIF KLOSUR DARI GABUNGAN DUA RELASI EKUIVALENSI PADA SUATU HIMPUNAN DENGAN STRUKTUR DATA DINAMIS

TRANSITIF KLOSUR DARI GABUNGAN DUA RELASI EKUIVALENSI PADA SUATU HIMPUNAN DENGAN STRUKTUR DATA DINAMIS TRANSITIF KLOSUR DARI PADA SUATU HIMPUNAN Sukmawat Nur Endah Program Stud Ilmu Komputer Jurusan Matematka FMIPA UNDIP Jl. Prof. H. Soedarto, S.H, Semarang 5275 Abstract. A relaton R on set A s an equvalence

Lebih terperinci

PENERAPAN PROGRAM LINIER KABUR DALAM ANALISIS SENSITIVITAS PROGRAM LINIER

PENERAPAN PROGRAM LINIER KABUR DALAM ANALISIS SENSITIVITAS PROGRAM LINIER Penerapan Program Lner Kabur dalam Analss.. Elfranto PENERAPAN PROGRAM LINIER KABUR DALAM ANALISIS SENSITIVITAS PROGRAM LINIER Elfranto Dosen Unverstas Muhammadyah Sumatera Utara Abstrak: Salah satu kaan

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI. estimasi, uji keberartian regresi, analisa korelasi dan uji koefisien regresi.

BAB 2 LANDASAN TEORI. estimasi, uji keberartian regresi, analisa korelasi dan uji koefisien regresi. BAB LANDASAN TEORI Pada bab n akan durakan beberapa metode yang dgunakan dalam penyelesaan tugas akhr n. Selan tu penuls juga mengurakan tentang pengertan regres, analss regres berganda, membentuk persamaan

Lebih terperinci

Preferensi untuk alternatif A i diberikan

Preferensi untuk alternatif A i diberikan Bahan Kulah : Topk Khusus Metode Weghted Product (WP) menggunakan perkalan untuk menghubungkan ratng atrbut, dmana ratng setap atrbut harus dpangkatkan dulu dengan bobot atrbut yang bersangkutan. Proses

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Hpotess Peneltan Berkatan dengan manusa masalah d atas maka penuls menyusun hpotess sebaga acuan dalam penulsan hpotess penuls yatu Terdapat hubungan postf antara penddkan

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN II LANDASAN TEORI

I PENDAHULUAN II LANDASAN TEORI I PENDAHULUAN Latar elakang Sekolah merupakan salah satu bagan pentng dalam penddkan Oleh karena tu sekolah harus memperhatkan bagan-bagan yang ada d dalamnya Salah satu bagan pentng yang tdak dapat dpsahkan

Lebih terperinci

P n e j n a j d a u d a u l a a l n a n O pt p im i a m l a l P e P m e b m a b n a g n k g i k t Oleh Z r u iman

P n e j n a j d a u d a u l a a l n a n O pt p im i a m l a l P e P m e b m a b n a g n k g i k t Oleh Z r u iman OTIMISASI enjadualan Optmal embangkt Oleh : Zurman Anthony, ST. MT Optmas pengrman daya lstrk Dmaksudkan untuk memperkecl jumlah keseluruhan baya operas dengan memperhtungkan rug-rug daya nyata pada saluran

Lebih terperinci

Penyelesaian Masalah Transshipmen Dengan Metoda Primal-Dual Wawan Laksito YS 2)

Penyelesaian Masalah Transshipmen Dengan Metoda Primal-Dual Wawan Laksito YS 2) ISSN : 69 7 Penyelesaan Masalah Transshpmen Dengan Metoda Prmal-Dual Wawan Laksto YS ) Abstrak Masalah Pemndahan Muatan adalah masalah transportas yang melbatkan sambungan yang harus dlewat. Obektnya adalah

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB PEDAHULUA. Latar Belakang Rsko ddentfkaskan dengan ketdakpastan. Dalam mengambl keputusan nvestas para nvestor mengharapkan hasl yang maksmal dengan rsko tertentu atau hasl tertentu dengan rsko yang

Lebih terperinci

BAB III METODELOGI PENELITIAN. metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif

BAB III METODELOGI PENELITIAN. metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif BAB III METODELOGI PENELITIAN 3.1 Desan Peneltan Metode peneltan mengungkapkan dengan jelas bagamana cara memperoleh data yang dperlukan, oleh karena tu metode peneltan lebh menekankan pada strateg, proses

Lebih terperinci

Kecocokan Distribusi Normal Menggunakan Plot Persentil-Persentil yang Distandarisasi

Kecocokan Distribusi Normal Menggunakan Plot Persentil-Persentil yang Distandarisasi Statstka, Vol. 9 No., 4 47 Me 009 Kecocokan Dstrbus Normal Menggunakan Plot Persentl-Persentl yang Dstandarsas Lsnur Wachdah Program Stud Statstka Fakultas MIPA Unsba e-mal : Lsnur_w@yahoo.co.d ABSTRAK

Lebih terperinci

METODE REGRESI RIDGE UNTUK MENGATASI KASUS MULTIKOLINEAR

METODE REGRESI RIDGE UNTUK MENGATASI KASUS MULTIKOLINEAR METODE REGRESI RIDGE UNTUK MENGATASI KASUS MULTIKOLINEAR Margaretha Ohyver Jurusan Matematka, Fakultas Sans dan Teknolog, Bnus Unversty Jl. Kh.Syahdan No.9, Palmerah, Jakarta 480 ethaohyver@bnus.ac.d,

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di SMP Negeri 13 Bandar Lampung. Populasi dalam

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di SMP Negeri 13 Bandar Lampung. Populasi dalam III. METODE PENELITIAN A. Populas dan Sampel Peneltan n dlaksanakan d SMP Neger 3 Bandar Lampung. Populas dalam peneltan n yatu seluruh sswa kelas VIII SMP Neger 3 Bandar Lampung Tahun Pelajaran 0/03 yang

Lebih terperinci

Pendugaan Parameter Regresi. Itasia & Y Angraini, Dep Statistika FMIPA - IPB

Pendugaan Parameter Regresi. Itasia & Y Angraini, Dep Statistika FMIPA - IPB Pendugaan Parameter Regres Menduga gars regres Menduga gars regres lner sederhana = menduga parameter-parameter regres β 0 dan β 1 : Penduga parameter yang dhaslkan harus merupakan penduga yang bak Software

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Sebelum dilakukan penelitian, langkah pertama yang harus dilakukan oleh

BAB III METODE PENELITIAN. Sebelum dilakukan penelitian, langkah pertama yang harus dilakukan oleh BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Desan Peneltan Sebelum dlakukan peneltan, langkah pertama yang harus dlakukan oleh penelt adalah menentukan terlebh dahulu metode apa yang akan dgunakan dalam peneltan. Desan

Lebih terperinci

KAITAN ANTARA SUPLEMEN SUATU MODUL DAN EKSISTENSI AMPLOP PROYEKTIF MODUL FAKTORNYA DALAM KATEGORI σ[m]

KAITAN ANTARA SUPLEMEN SUATU MODUL DAN EKSISTENSI AMPLOP PROYEKTIF MODUL FAKTORNYA DALAM KATEGORI σ[m] KAITAN ANTARA SULEEN SUATU ODUL DAN EKSISTENSI ALO ROYEKTIF ODUL FAKTORNYA DALA KATEGORI σ[] Ftran urusan atematka FIA Unverstas Lamung l rofdr Soemantr Brojonegoro No1 Bandar Lamung Abstract Let be an

Lebih terperinci

PERBANDINGAN MODEL DATA RESPON BERGANDA BERULANG DARI SEBARAN NORMAL BAKU, LOGNORMAL, DAN GAMMA

PERBANDINGAN MODEL DATA RESPON BERGANDA BERULANG DARI SEBARAN NORMAL BAKU, LOGNORMAL, DAN GAMMA Prosdng Semnar Nasonal Sans dan Penddkan Sans IX, Fakultas Sans dan Matematka, UKSW Salatga, 21 Jun 2014, Vol 5, No.1, ISSN :2087-0922 PERBANDINGAN MODEL DATA RESPON BERGANDA BERULANG DARI SEBARAN NORMAL

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Deskrps Data Hasl Peneltan Satelah melakukan peneltan, penelt melakukan stud lapangan untuk memperoleh data nla post test dar hasl tes setelah dkena perlakuan.

Lebih terperinci

Catatan Kuliah 13 Memahami dan Menganalisa Optimasi dengan Kendala Ketidaksamaan

Catatan Kuliah 13 Memahami dan Menganalisa Optimasi dengan Kendala Ketidaksamaan Catatan Kulah 3 Memaham dan Menganalsa Optmas dengan Kendala Ketdaksamaan. Interpretas Konds Kuhn Tucker Asumskan masalah yang dhadap adalah masalah produks. Secara umum, persoalan maksmsas keuntungan

Lebih terperinci

APLIKASI FUZZY LINEAR PROGRAMMING UNTUK MENGOPTIMALKAN PRODUKSI LAMPU (Studi Kasus di PT. Sinar Terang Abadi )

APLIKASI FUZZY LINEAR PROGRAMMING UNTUK MENGOPTIMALKAN PRODUKSI LAMPU (Studi Kasus di PT. Sinar Terang Abadi ) APLIKASI FUZZY LINEAR PROGRAMMING UNTUK MENGOPTIMALKAN PRODUKSI LAMPU (Stud Kasus d PT. Snar Terang Abad ) Bagus Suryo Ad Utomo 1203 109 001 Dosen Pembmbng: Drs. I Gst Ngr Ra Usadha, M.S Jurusan Matematka

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Penjadwalan Baker (1974) mendefnskan penjadwalan sebaga proses pengalokasan sumber-sumber dalam jangka waktu tertentu untuk melakukan sejumlah pekerjaan. Menurut Morton dan

Lebih terperinci

Contoh 5.1 Tentukan besar arus i pada rangkaian berikut menggunakan teorema superposisi.

Contoh 5.1 Tentukan besar arus i pada rangkaian berikut menggunakan teorema superposisi. BAB V TEOEMA-TEOEMA AGKAIA 5. Teorema Superposs Teorema superposs bagus dgunakan untuk menyelesakan permasalahan-permasalahan rangkaan yang mempunya lebh dar satu sumber tegangan atau sumber arus. Konsepnya

Lebih terperinci

PENGEMBANGAN METODE ALGORITMA GENETIKA DAN DARWINIAN PARTICLE SWARM OPTIMIZATION UNTUK FUNGSI MULTIMODAL

PENGEMBANGAN METODE ALGORITMA GENETIKA DAN DARWINIAN PARTICLE SWARM OPTIMIZATION UNTUK FUNGSI MULTIMODAL Arad Retno TH, Pengembangan Metode Algortma Gen, Hal 93-0 PENGEMBANGAN METODE ALGORITMA GENETIKA DAN DARWINIAN PARTICLE SWARM OPTIMIZATION UNTUK FUNGSI MULTIMODAL Arad Retno Tr Hayat Abstrak Metode optmas

Lebih terperinci

OPTIMASI MASALAH PENUGASAN. Siti Maslihah

OPTIMASI MASALAH PENUGASAN. Siti Maslihah JPM IIN ntasar Vol. 01 No. 2 Januar Jun 2014, h. 95-106 OPTIMSI MSLH PNUGSN St Maslhah bstrak Pemrograman lner merupakan salah satu lmu matematka terapan yang bertuuan untuk mencar nla optmum dar suatu

Lebih terperinci

Kata kunci : daya, bahan bakar, optimasi, ekonomis. pembangkitan yang maksimal dengan biaya pengoperasian unit pembangkit yang minimal.

Kata kunci : daya, bahan bakar, optimasi, ekonomis. pembangkitan yang maksimal dengan biaya pengoperasian unit pembangkit yang minimal. Makalah Semnar Tugas Akhr MENGOPTIMALKAN PEMBAGIAN BEBAN PADA UNIT PEMBANGKIT PLTGU TAMBAK LOROK DENGAN METODE LAGRANGE MULTIPLIER Oleh : Marno Sswanto, LF 303 514 Abstrak Pertumbuhan ndustr pada suatu

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sumer daya kelautan dan perkanan adalah salah satu sumer daya alamyang merupakan aset negara dan dapat memerkan sumangan yang erharga ag keseahteraan suatu angsa termasuk

Lebih terperinci

SOLUTION INSTITUT TEKNOLOGI BANDUNG FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM PROGRAM STUDI FISIKA

SOLUTION INSTITUT TEKNOLOGI BANDUNG FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM PROGRAM STUDI FISIKA ISTITUT TEKOLOGI BADUG FAKULTAS MATEMATIKA DA ILMU PEGETAHUA ALAM PROGRAM STUDI FISIKA FI-500 Mekanka Statstk SEMESTER/ Sem. - 06/07 PR#4 : Dstrbus bose Ensten dan nteraks kuat Kumpulkan d Selasa 9 Aprl

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB LANDASAN TEORI.1 Pengertan Regres Regres pertama kal dgunakan sebaga konsep statstka oleh Sr Francs Galton (18 1911).Belau memperkenalkan model peramalan, penaksran, atau pendugaan, yang selanjutnya

Lebih terperinci

Didownload dari ririez.blog.uns.ac.id BAB I PENDAHULUAN

Didownload dari ririez.blog.uns.ac.id BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN Sebuah jarngan terdr dar sekelompok node yang dhubungkan oleh busur atau cabang. Suatu jens arus tertentu berkatan dengan setap busur. Notas standart untuk menggambarkan sebuah jarngan

Lebih terperinci

JURNAL MATEMATIKA DAN KOMPUTER Vol. 6. No. 2, 59-70, Agustus 2003, ISSN :

JURNAL MATEMATIKA DAN KOMPUTER Vol. 6. No. 2, 59-70, Agustus 2003, ISSN : JURNA MATEMATIKA DAN KOMPUTER Vol. 6. No. 2, 59-70, Agustus 2003, ISSN : 1410-8518 MASAAH RUTE TERPENDEK PADA JARINGAN JAAN MENGGUNAKAN AMPU AU-INTAS Stud Kasus: Rute Peralanan Ngesrep Smpang ma Eko Bud

Lebih terperinci

Bab IV Pemodelan dan Perhitungan Sumberdaya Batubara

Bab IV Pemodelan dan Perhitungan Sumberdaya Batubara Bab IV Pemodelan dan Perhtungan Sumberdaa Batubara IV1 Pemodelan Endapan Batubara Pemodelan endapan batubara merupakan tahapan kegatan dalam evaluas sumberdaa batubara ang bertuuan menggambarkan atau menatakan

Lebih terperinci

Bab 2 Tinjauan Pustaka 2.1 Penelitian Terdahulu

Bab 2 Tinjauan Pustaka 2.1 Penelitian Terdahulu Bab 2 Tnjauan Pustaka 2.1 Peneltan Terdahulu Pemlhan stud pustaka tentang sstem nformas penlaan knerja karyawan n juga ddasar pada peneltan sebelumnya yang berjudul Penerapan Metode TOPSIS untuk Pemberan

Lebih terperinci

KAJIAN DAN ALGORITMA PELABELAN PSEUDO EDGE-MAGIC. memiliki derajat maksimum dan tidak ada titik yang terisolasi. Jika n i adalah

KAJIAN DAN ALGORITMA PELABELAN PSEUDO EDGE-MAGIC. memiliki derajat maksimum dan tidak ada titik yang terisolasi. Jika n i adalah BAB III KAJIAN DAN ALGORITMA PELABELAN PSEUDO EDGE-MAGIC III. Batas Bawah Magc Number pada Pelabelan Total Pseudo Edge-Magc Teorema 3.. Anggap G = (,E) adalah sebuah graf dengan n-ttk dan m-ss dan memlk

Lebih terperinci

ESTIMASI PARAMETER PADA REGRESI SEMIPARAMETRIK UNTUK DATA LONGITUDINAL

ESTIMASI PARAMETER PADA REGRESI SEMIPARAMETRIK UNTUK DATA LONGITUDINAL Abstrak ESIMASI PARAMEER PADA REGRESI SEMIPARAMERIK UNUK DAA LONGIUDINAL Msal y merupakan varabel respon, Lls Laome Jurusan Matematka FMIPA Unverstas Haluoleo Kendar 933 e-mal : lhs@yahoo.com X adalah

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. lampau dan pengaruh situasi secara kondisi terhadap perkembangan di masa yang

BAB II LANDASAN TEORI. lampau dan pengaruh situasi secara kondisi terhadap perkembangan di masa yang 8 BAB II LANDASAN TEORI. Konsep Peramalan.. Pengertan Peramalan Menurut Sofjan Assaur (984, p), peramalan adalah usaha untuk melhat stuas dan konds pada masa yang akan datang dengan memperkrakan hasl masa

Lebih terperinci

BAB 2 KAJIAN PUSTAKA

BAB 2 KAJIAN PUSTAKA BAB 2 KAJIAN PUSTAKA 2.1 Negosas Negosas dapat dkategorkan dengan banyak cara, yatu berdasarkan sesuatu yang dnegosaskan, karakter dar orang yang melakukan negosas, protokol negosas, karakterstk dar nformas,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN. Latar Belakang Manova atau Multvarate of Varance merupakan pengujan dalam multvarate yang bertujuan untuk mengetahu pengaruh varabel respon dengan terhadap beberapa varabel predktor

Lebih terperinci

PERTEMUAN I PENGENALAN STATISTIKA TUJUAN PRAKTIKUM

PERTEMUAN I PENGENALAN STATISTIKA TUJUAN PRAKTIKUM PERTEMUAN I PENGENALAN STATISTIKA TUJUAN PRAKTIKUM 1) Membuat dstrbus frekuens. 2) Mengetahu apa yang dmaksud dengan Medan, Modus dan Mean. 3) Mengetahu cara mencar Nla rata-rata (Mean). TEORI PENUNJANG

Lebih terperinci

III FUZZY GOAL LINEAR PROGRAMMING

III FUZZY GOAL LINEAR PROGRAMMING 7 Ilustras entu hmpunan fuzzy dan fungs eanggotaannya dapat dlhat pada Contoh 3. Contoh 3 Msalan seseorang dataan sudah dewasa ja erumur 7 tahun atau leh, maa dalam loga tegas, seseorang yang erumur urang

Lebih terperinci

REGRESI LINIER SEDERHANA (MASALAH ESTIMASI)

REGRESI LINIER SEDERHANA (MASALAH ESTIMASI) REGRESI LINIER SEDERHANA (MASALAH ESTIMASI) PowerPont Sldes byyana Rohmana Educaton Unversty of Indonesan 007 Laboratorum Ekonom & Koperas Publshng Jl. Dr. Setabud 9 Bandung, Telp. 0 013163-53 Hal-hal

Lebih terperinci