Kajian Ekonomi Regional Triwulan II-2014 Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "Kajian Ekonomi Regional Triwulan II-2014 Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat"

Transkripsi

1 Visi Bank Indonesia Menjadi lembaga bank sentral yang kredibel dan terbaik di regional melalui penguatan nilai-nilai strategis yang dimiliki serta pencapaian inflasi yang rendah dan nilai tukar yang stabil Misi Bank Indonesia 1. Mencapai stabilitas nilai rupiah dan menjaga efektivitas transmisi kebijakan moneter untuk mendorong pertumbuhan ekonomi yang berkualitas 2. Mendorong sistem keuangan nasional bekerja secara efektif dan efisien serta mampu bertahan terhadap gejolak internal dan eksternal untuk mendukung alokasi sumber pendanaan/pembiayaan dapat berkontribusi pada pertumbuhan dan stabilitas perekonomian nasional 3. Mewujudkan sistem pembayaran yang aman, efisien, dan lancar yang berkontribusi terhadap perekonomian, stabilitas moneter dan stabilitas sistem keuangan dengan memperhatikan aspek perluasan akses dan kepentingan nasional 4. Meningkatkan dan memelihara organisasi dan SDM Bank Indonesia yang menjunjung tinggi nilai-nilai strategis dan berbasis kinerja, serta melaksanakan tata kelola (governance) yang berkualitas dalam rangka melaksanakan tugas yang diamanatkan UU KANTOR PERWAKILAN BI PROVINSI PAPUA & PAPUA BARAT i

2 HALAMAN INI SENGAJA DIKOSONGKAN KANTOR PERWAKILAN BI PROVINSI PAPUA & PAPUA BARAT ii

3 Kata Pengantar Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, atas rahmat dan berkatnya, Kajian Ekonomi Regional Provinsi Papua dan Papua Barat triwulan II tahun 2014 ini dapat terbit tepat waktu. Ditengah upaya mendorong pertumbuhan ekonomi, kajian yang meliputi analisa makro ekonomi daerah, perbankan, sistem pembayaran, ketenagakerjaan dan keuangan daerah menjadi sangat penting terutama bagi pemerintah, dunia usaha, dunia pendidikan dan referensi bagi masyarakat luas. Pada triwulan II-2014, perekonomian Provinsi Papua menunjukkan pertumbuhan yang positif sebesar 9,09% (yoy), angka tersebut lebih tinggi dari pertumbuhan ekonomi nasional pada triwulan II-2014 sebesar 5,12% (yoy). Sementara itu, ekonomi Provinsi Papua Barat pada triwulan II-2014 tumbuh positif sebesar 7,79% (yoy), angka tersebut lebih tinggi dari pertumbuhan ekonomi nasional pada triwulan II-2014 sebesar 5,12% (yoy). Sampai dengan periode triwulan II-2014, inflasi tahunan Provinsi Papua 1 tercatat sebesar 7,40% (yoy) atau lebih tinggi dari inflasi nasional yang tercatat sebesar 6,70% (yoy). Sementara, inflasi gabungan di Provinsi Papua Barat 2 pada triwulan II-2014 tercatat sebesar 5,27% (yoy) atau lebih rendah dari inflasi nasional yang tercatat sebesar 6,70% (yoy). Secara umum, kinerja perbankan di pada triwulan II-2014 tercatat masih cukup baik. Hal tersebut tercermin dari pertumbuhan beberapa indikator perbankan yang cukup signifikan. Fungsi intermediasi perbankan terlihat cukup meningkat seperti tercermin dari pertumbuhan dana pihak ketiga di sisi pasiva perbankan yang tumbuh sebesar 13,99% (yoy). Sementara disisi aktiva, kredit perbankan tumbuh signifikan sebesar 14,69% (yoy) dan mendorong meningkatnya loan to deposit ratio (LDR) perbankan menjadi sebesar 58,07% pada triwulan II-2014 dari triwulan yang sama tahun sebelumnya yang tercatat sebesar 57,71%. Pada triwulan II-2014, nilai transaksi keluar (outflow) melalui BI-RTGS dari Wilayah Papua mencapai Rp 7,44 trilliun dengan jumlah warkat sebesar lembar. Disisi lain, dana yang masuk ke wilayah Papua mencapai Rp 11,62 triliun. Perkembangan transaksi kliring selama periode triwulan II-2014 di wilayah kerja KPwBI Papua & Papua Barat secara nominal mencapai Rp 1,34 triliun dengan jumlah warkat sebesar lembar. Jika dibandingkan dengan periode 1 Inflasi di Propinsi Papua dihitung dari pergerakan harga barang dan jasa di Kota. Jayapura dan Kab. Merauke. 2 Inflasi di Provinsi Papua Barat dihitung dari pergerakan harga-harga barang dan jasa di Kab. Manokwari dan Kota. Sorong. KANTOR PERWAKILAN BI PROVINSI PAPUA & PAPUA BARAT iii

4 yang sama tahun sebelumnya, terdapat penurunan nilai nominal kliring sebesar -30,28% (yoy). Pada triwulan II-2014, jumlah uang kartal yang masuk (inflow) ke kas KPwBI Papua & Papua Barat mencapai Rp 1,22 triliun atau menurun sebesar -2,84% (yoy) dibanding periode yang sama tahun sebelumnya. Di sisi lain, total uang keluar (outflow) mencapai sebesar Rp1.87 triliun atau juga mengalami penurunan sebesar -17,07% (yoy) dibanding periode yang sama tahun sebelumnya. Secara keseluruhan, pada triwulan II-2014 Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Papua & Papua Barat mengalami posisi net outflow sebesar Rp miliar. Penyusunan laporan ini tidak terlepas dari koordinasi berbagai pihak, untuk itu pada kesempatan ini kami mengucapkan terimakasih kepada seluruh pihak yang telah membantu terbitnya laporan ini, semoga kerjasama yang telah terjalin baik ini akan tetap dapat terpeliharadi masa yang akan datang. Akhirnya besar harapan kami kiranya laporan pada triwulan ini dapat bermanfaat bagi semua pihak dalam memahami kondisi perekonomian Provinsi Papua dan Papua Barat. Jayapura, Agustus 2014 KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA PROVINSI PAPUA & PAPUA BARAT Kepala Perwakilan, Hasiholan Siahaan Deputi Direktur KANTOR PERWAKILAN BI PROVINSI PAPUA & PAPUA BARAT iv

5 Daftar Isi KATA PENGANTAR... DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR GRAFIK... TABEL INDIKATOR MONETER... RINGKASAN EKSEKUTIF... iii v ix xi xiii xvii BAB I. PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO REGIONAL... 1 I. Provinsi Papua Sisi Permintaan Konsumsi Rumah Tangga Investasi Ekspor dan Impor Sisi Penawaran Sektor Pertanian Sektor Pertambangan dan Penggalian Sektor Perdagangan, Hotel dan Restoran Sektor Pengangkutan dan Komunikasi Sektor Keuangan, Persewaan, dan Jasa Perusahaan II. Provinsi Papua Barat Sisi Permintaan Konsumsi Ekspor Impor Sisi Penawaran Sektor Pertanian Sektor Pengolahan Sektor Perdagangan, Hotel dan Restoran Sektor Pengangkutan dan Komunikasi Sektor Keuangan,Persewaan dan Jasa Perusahaan Sektor Jasa-jasa Sektor Bangunan Suplemen 1. Sail Raja Ampat 2014 dan Pembangunan Ekonomi Papua Barat BAB 2. PERKEMBANGAN KEUANGAN PEMERINTAH I. Keuangan Pemerintah Provinsi Papua Pendapatan Pemerintah Daerah Provinsi Papua Pengeluaran Pemerintah Daerah Provinsi Papua Surplus, Defisit, dan Pembiayaan II. Keuangan Pemerintah Provinsi Papua Barat Pendapatan Pemerintah Daerah Provinsi Papua Barat Pengeluaran Pemerintah Daerah Provinsi Papua Barat Surplus, Defisit, dan Pembiayaan BAB 3. PERKEMBANGAN HARGA I. Provinsi Papua Kondisi Umum Provinsi Papua Kondisi Umum Inflasi Kota Jayapura Disagregasi dan Faktor-faktor yang Mempengaruhi Inflasi Inflasi Menurut Kelompok Komoditas KANTOR PERWAKILAN BI PROVINSI PAPUA & PAPUA BARAT v

6 Kelompok Bahan Makanan Kelompok Makanan Jadi, Minuman, Rokok dan Tembakau Kelompok Perumahan, Air Dan Listrik Kelompok Sandang Kelompok Kesehatan Kelompok Pendidikan, Rekreasi dan Olahraga Kelompok Transpor, Komunikasi & Jasa Keuangan II. Provinsi Papua Barat Kondisi Umum Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Inflasi Selama Periode Berjalan Kelompok Bahan Makanan Kelompok Makanan Jadi, Minuman, Rokok dan Tembakau Kelompok Perumahan, Air, Listrik, Gas dan Bahan Bakar Kelompok Sandang Kelompok Kesehatan Kelompok Pendidikan, Rekreasi dan Olahraga Kelompok Transport, Komunikasi & Jasa Keuangan Suplemen 2. Jenis-Jenis Survey yang dilakukan KPw BI Papua BAB 4. PERKEMBANGAN PERBANKAN I. Perkembangan Umum Perbankan Wilayah Papua II. Perbankan Provinsi Papua Perkembangan Umum Perkembangan Aset Dana Pihak Ketiga (DPK) Perbankan Penyaluran Kredit Perbankan LDR dan NPL Kredit Mikro, Kecil dan Menengah Stabilitas Sistem Keuangan Ketahanan Sektor Korporasi Ketahanan Sektor Rumah Tangga Pembiayaan Sektor Usaha Mikro Kecil dan Menengah III. Perbankan Provinsi Papua Barat Perkembangan Umum Aset Perbankan Dana Pihak Ketiga (DPK) Perbankan Penyaluran Kredit Perbankan LDR dan NPL Kredit Mikro, Kecil dan Menengah Stabilitas Sistem Keuangan Ketahanan Sektor Korporasi Ketahanan Sektor Rumah Tangga Pembiayaan Sektor Usaha Mikro Kecil dan Menengah Suplemen 3. Pelaporan Perbankan Pasca Terbentuknya OJK BAB 5. PERKEMBANGAN SISTEM PEMBAYARAN I. Bank IndonesiaReal Time GrossSettlement (BI-RTGS) II. Sistem Kliring Nasional Bank Indonesia (SKN-BI) III. Perkembangan Uang Kartal BAB 6. PERKEMBANGAN KETENAGAKERJAAN I. Ketenagakerjaan Provinsi Papua Perkembangan Tenaga Kerja Provinsi Papua Tenaga Kerja Menurut Lapangan Pekerjaan Utama II. Ketenagakerjaan Provinsi Papua Barat KANTOR PERWAKILAN BI PROVINSI PAPUA & PAPUA BARAT vi

7 2.1. Perkembangan Keadaan Tenaga Kerja Provinsi Papua Barat Tenaga Kerja Menurut Lapangan Pekerjaan Utama III. Kemiskinan di Perkembangan Kemiskinan di Provinsi Papua Perkembangan Kemiskinan di Provinsi Papua Barat BAB 7. PRAKIRAAN EKONOMI DAN INFLASI DAERAH I. Prospek Pertumbuhan Ekonomi Daerah Pertumbuhan Ekonomi Provinsi Papua Pertumbuhan Ekonomi Provinsi Papua Barat II. Prospek Pencapaian Inflasi Inflasi Provinsi Papua Inflasi Provinsi Papua Barat KANTOR PERWAKILAN BI PROVINSI PAPUA & PAPUA BARAT vii

8 HALAMAN INI SENGAJA DIKOSONGKAN KANTOR PERWAKILAN BI PROVINSI PAPUA & PAPUA BARAT viii

9 Tabel 1 Komponen PDRB Provinsi Papua dan Papua Barat Harga Konstan Dari Sisi Penggunaan... 2 Tabel 2 Komponen PDRB Dari Sisi Sektor Ekonomi (%)... 2 Tabel 3 Pertumbuhan Ekonomi (yoy) Dari Sisi Permintaan (%)... 3 Tabel 4 Laju Pertumbuhan Ekonomi Tahunan Provinsi Papua & Provinsi Papua Barat Harga Konstan Dari Sisi Sektoral (%)... 3 Tabel 5 Perkembangan Penjualan Hasil Tambang... 7 Tabel 6 Perkembangan Produktivitas Komoditas Pangan Papua... 9 Tabel 7 Perkembangan Produksi Perikanan Provinsi Papua Tabel 8 Perkembangan Produksi Pertambang Papua Tabel 9 Perkembangan Arus Bongkar Muat Barang di Pelabuhan Papua Tabel 10 Perkembangan Arus Penumpang Kapal di Pelabuhan Papua Tabel 11 Perkembangan Nilai Tambah Bank Provinsi Papua Tabel 12 Pertumbuhan Sisi Permintaan Provinsi Papua Barat Tabel 13 Pertumbuhan Sektoral PDRB Provinsi Papua Barat Tabel 14 Perkembangan Nilai Tambah Bank Provinsi Papua Barat Tabel 15 Komparasi Ukuran Fiskal Pemda-Pemda di Provinsi Papua Tabel 16 Perkembangan APBD Pemprov Papua Tahun Anggaran Tabel 17 Perkembangan Target Pendapatan Pemerintah Daerah Provinsi Papua Tabel 18 Perkembangan Struktur Belanja Pemerintah Daerah Provinsi Papua Tabel 19 Perkembangan Realisasi Pendapatan Pemerintah Daerah Provinsi Papua Tabel 20 Perkembangan Realisasi Belanja Pemerintah Daerah Provinsi Papua Tabel 21 Perkembangan Keseimbangan Fiskal Pemerintah Provinsi Papua Tabel 22 Realisasi APBD Provinsi Papua Triwulan II Tabel 23 Perkembangan Target Pendapatan Pemerintah Daerah Provinsi Papua Barat Tabel 24 Perkembangan Struktur Belanja Pemerintah Daerah Provinsi Papua Barat Tabel 25 Realisasi Pendapatan Provinsi Papua Barat Triwulan II Tabel 26 Realisasi Pengeluaran Provinsi Papua Barat Triwulan I Tabel 27 Realisasi Pembiayaan Provinsi Papua Barat Triwulan I Tabel 28 Perkembangan Inflasi Kota Jayapura Tabel 29 Disagregasi Inflasi Kota Jayapura Tabel 30 Perkembangan Inflasi Provinsi Papua Barat KANTOR PERWAKILAN BI PROVINSI PAPUA & PAPUA BARAT Daftar Tabel ix

10 Tabel 31 Perkembangan Perbankan Wilayah Papua Tabel 32 Perkembangan NPL Persektor Tabel 33 Perkembangan Perbankan Provinsi Papua Tabel 34 Perkembangan DPK Perbankan Provinsi Papua Tabel 35 Perkembangan Indikator Kredit Perbankan Provinsi Papua Tabel 36 Perkembangan Indikator Perbankan Papua Tabel 37 Perkembangan Kredit UMKM Perbankan Provinsi Papua Tabel 38 Perkembangan Perbankan Provinsi Papua Barat Tabel 39 Kredit Perbankan Provinsi Papua Barat Tabel 40 Kredit Perbankan Berdasarkan Sektor Ekonomi Tabel 41 Perkembangan Indikator Perbankan Papua Barat Tabel 42 Perkembangan Kredit UMKM Provinsi Papua Barat Tabel 43 Transaksi RTGS Wilayah Papua Tabel 44 Transaksi Kliring Wilayah Papua Tabel 45 Perkembangan Perkasan KPw BI Provinsi Papua & Papua Barat Tabel 46 Penduduk Usia 15 Tahun Ke atas Menurut Kegiatan Utama Tabel 47 Pendapatan Menurut Lapangan Kerja Tabel 48 Penduduk Usia 15 Tahun ke Atas yang Bekerja menurut Lapangan Pekerjaan Utama di Papua Tabel 49 Penduduk Usia 15 Tahun ke Atas yang Bekerja menurut Kegiatan Utama Provinsi di Papua Barat Tabel 50 Penduduk Yang Bekerja Menurut Lapangan Kerja Utama Tabel 51 Jumlah Penduduk Penduduk Miskin Di Provinsi Papua Tabel 52 Jumlah Penduduk Penduduk Miskin Di Provinsi Papua Barat Tabel 53 Proyeksi Pertumbuhan Ekonomi Provinsi Papua Tabel 54 Daftar Proyek Investasi yang Sedang dilakukan di Provinsi Papua Tabel 55 Proyeksi Pertumbuhan Ekonomi Provinsi Papua Barat Tabel 56 Daftar Proyek Investasi yang Sedang dilakukan di Provinsi Papua KANTOR PERWAKILAN BI PROVINSI PAPUA & PAPUA BARAT x

11 Daftar Grafik Grafik 1 Survei Konsumen... 4 Grafik 2 Konsumsi Listrik RT... 5 Grafik 3 Kredit Konsumsi Bank Umum di Papua... 5 Grafik 4 Jumlah Kendaraan Baru... 6 Grafik 5 Realisasi Belanja Pegawai Pemda... 6 Grafik 6 Kredit Investasi Bank Umum... 6 Grafik 7 Jumlah Penanaman Modal Asing... 6 Grafik 8 Volume Ekspor Non Migas Papua... 7 Grafik 9 Nilai Ekspor Non Migas Papua... 7 Grafik 10 Volume Impor Non Migas Papua... 8 Grafik 11 Nilai Impor Non Migas Papua... 8 Grafik 12 Nilai Tukar Petani Grafik 13 PDRB Sektor Pertanian Papua Grafik 14 Perkembangan Kredit Perdagangan Grafik 15 Tingkat Hunian Hotel Papua Grafik 16 Grafik Survey Konsumen Grafik 17 Kredit Konsumsi Papua Barat Grafik 18 Konsumsi Listrik Papua Barat Grafik 19 Perkembangan Volume Ekspor Papua Barat Grafik 20 Perkembangan Nilai Ekspor Papua Barat Grafik 21 Nilai Tukar Petani Papua Barat Grafik 22 PDRB Sektor Pertanian Papua Barat Grafik 23 Penggunaan Listrik Grafik 24 Perbandingan Inflasi Papua dengan Inflasi Nasional Grafik 25 Disagregasi Inflasi Kota Jayapura Grafik 26 Perkembangan Survei Konsumen Grafik 27 Perkembangan Aset Perbankan Provinsi Papua Grafik 28 Komposisi Aset Perbankan Grafik 29 Perkembangan Indikator Dana Pihak Ketiga Provinsi Papua Grafik 30 Perkembangan Kredit Perbankan Provinsi Papua Grafik 31 Komposisi Kredit Perbankan Grafik 32 Perkembangan NPL & LDR Grafik 33 Pertumbuhan Kredit Sektor Utama Prov. Papua Grafik 34 Perkembangan NPL Kredit Sektor Utama Prov. Papua KANTOR PERWAKILAN BI PROVINSI PAPUA & PAPUA BARAT xi

12 Grafik 35 Pertumbuhan Kredit RT Prov. Papua Grafik 36 Perkembangan NPL Kredit RT Prov. Papua Grafik 37 Pertumbuhan Kredit MKM Prov. Papua Grafik 38 Perkembangan NPL Kredit MKM Prov. Papua Grafik 39 Perkembangan Aset Perbankan Papua Barat Grafik 40 Komposisi Aset Perbankan Grafik 41 Perkembangan DPK Provinsi Papua Barat Grafik 42 Perkembangan Kredit Provinsi Papua Barat Grafik 43 Komposisi Kredit Perbankan Grafik 44 Perkembangan NPL & LDR Grafik 45 Pertumbuhan Kredit Sektor Utama Prov. Papua Barat Grafik 46 Perkembangan NPL Kredit Sektor Utama Prov. Papua Barat Grafik 47 Pertumbuhan Kredit RT Prov. Papua Barat Grafik 48 Perkembangan NPL Kredit RT Prov. Papua Barat Grafik 49 Pertumbuhan Kredit MKM Prov. Papua Barat Grafik 50 Perkembangan NPL Kredit RT Prov. Papua Barat Grafik 51 Nilai Transaksi RTGS Grafik 52 Perkembangan Kliring Wilayah Papua Grafik 53 Perkembangan Uang Kartal Grafik 54 Perkembangan Penduduk Miskin Prov. Papua Grafik 55 Perkembangan UMR Prov. Papua Grafik 56 Perkembangan Penduduk Miskin Papua Barat Grafik 57 Perkembangan UMR Papua Barat KANTOR PERWAKILAN BI PROVINSI PAPUA & PAPUA BARAT xii

13 PDRB DAN INFLASI TABEL INDIKATOR PDRB Papua Pertanian Pertambangan & Penggalian Industri Pengolahan Listrik,Gas & Air Bersih Bangunan Perdagangan, Hotel & Restoran Angkutan & Komunikasi Keuangan, Persewaan & Jasa Per Jasa - jasa TOTAL PDRB PDRB Papua Barat Pertanian Pertambangan & Penggalian Industri Pengolahan Listrik,Gas & Air Bersih Bangunan Perdagangan, Hotel & Restoran Angkutan & Komunikasi Keuangan, Persewaan & Jasa Per Jasa - jasa TOTAL PDRB Kelompok Komoditi TW I TW II IHK MTM YTD QTQ YOY IHK MTM YTD QTQ YOY IHK MTM YTD QTQ YOY Bahan Makanan Makanan Jadi, Minuman, Rokok & Tembakau Perumahan, Air, Listrik, Gas & Bahan Bakar Sandang Kesehatan Pendidikan, Rekreasi dan Olahraga Transpor, Komunikasi & Jasa Keuangan Inflasi Jayapura Kelompok Komoditi TW I TW II IHK MTM YTD QTQ YOY IHK MTM YTD QTQ YOY IHK MTM YTD QTQ YOY Bahan Makanan Makanan Jadi, Minuman, Rokok & Tembakau Perumahan, Air, Listrik, Gas & Bahan Bakar Sandang Kesehatan Pendidikan, Rekreasi dan Olahraga Transpor, Komunikasi & Jasa Keuangan Inflasi Papua Barat (Inflasi MTM,YOY, QTQ = %) KANTOR PERWAKILAN BI PROVINSI PAPUA & PAPUA BARAT xiii

14 TABEL PERBANKAN KANTOR PERWAKILAN BI PROVINSI PAPUA & PAPUA BARAT xiv

15 Tabel Transaksi Kliring TABEL SISTEM PEMBAYARAN Kliring Growth I II III IV I II III IV I II (YOY) Total Volume (lembar) 46,393 47,305 39,427 45,039 49,407 48,419 44,343 32,208 30,825 33, % Total Nominal Kliring (Rp Miliar) 1,206 1,203 1,337 1,655 1,214 1,312 1,617 1,204 1,288 1, % Rata-Rata Perputaran Kliring(per hari) Rata-Rata Volume (lembar) % Rata-Rata Nominal Perputaran Kliring Perhari (Rp Milliar) % Nisbah Rata-Rata Penolakan Volume (lembar) % Nominal Nisbah Rata-Rata Penolakan(Rp Milliar) % Tabel Transaksi RTGS RTGS I II III IV I II III IV I II Outflow (from) Nominal (Rp.milliar) 12,831 7,194 9,006 13,220 12,831 7,991 9,930 13,739 8,248 7, % Lembar Warkat 10,342 7,366 12,730 13,917 10,342 12,183 11,764 13,586 10,882 10, % Inflow (to) Nominal (Rp.milliar) 11,545 11,004 13,486 14,764 11,545 11,476 14,716 18,411 9,654 11, % Lembar Warkat 12,090 13,374 16,177 17,372 12,090 14,890 15,230 16,698 13,699 14, % Net Inflow Nominal (Rp.milliar) (1,285) 3,810 4,480 1,543 (1,285) 3,485 4,786 4,671 1,406 4, % Lembar Warkat 1,749 6,008 3,447 3,455 1,749 2,707 3,466 3,112 2,817 3, % Intra Papua Nominal (Rp.milliar) 996 1,914 1,764 3, ,476 3,060 5,199 1,166 1, % Lembar Warkat 1,574 1,646 1,966 2,304 1,574 2,009 2,092 2,197 1,780 1, % Growth (YoY) Tabel Perkasan KPwBI Papua & Papua Barat Uang Kartal Growth I II III IV I II III IV I (YOY) Inflow (Rp Miliar) 2, , , , , , , , , % Outflow (Rp Miliar) 1, , , , , , , , % Net Inflow (Rp Miliar) 1, (1,194.16) (156.08) (4,605.64) 1, (995.77) 1, (381.17) 1, % Saldo Persediaan Kas (Rp Miliar) 1, , , , , , , , , % - Saldo Kas BI Jap (Rp Miliar) 1, , , , , , , , % - Saldo Kas Titipan (Rp Miliar) , % Pemusnahan Uang kertas-tle (Rp Miliar) % KANTOR PERWAKILAN BI PROVINSI PAPUA & PAPUA BARAT xv

16 HALAMAN INI SENGAJA DIKOSONGKAN KANTOR PERWAKILAN BI PROVINSI PAPUA & PAPUA BARAT xvi

17 RINGKASAN EKSEKUTIF 1. GAMBARAN UMUM Pada triwulan II-2014, perekonomian Provinsi Papua maupun Papua Barat menunjukkan pertumbuhan kinerja yang meningkat. Hal tersebut ditunjukkan oleh pertumbuhan ekonomi kedua provinsi yang bernilai positif. Ekonomi Papua tumbuh sebesar 9,09% (yoy) sementara ekonomi Provinsi Papua Barat tumbuh sebesar 7,75% (yoy). Pertumbuhan kedua provinsi tersebut mengalami peningkatan yang signifikan jika dibandingkan dengan pencapaian pada triwulan I MAKRO EKONOMI Dari sisi penawaran, perekonomian Papua terutama ditopang oleh pertumbuhan pada sektor jasa-jasa; sektor pertanian; sektor angkutan dan transportasi; dan sektor Perdagangan hotel dan restoran. Sementara itu, sektor industri pengolahan; sektor bangunan; sektor jasa-jasa; dan sektor perdagangan hotel dan restoran menjadi motor penggerak utama pertumbuhan ekonomi Papua Barat. 3. KEUANGAN DAERAH Pada triwulan II-2014, realisasi Pendapatan didalam APBD Provinsi Papua tercatat sebesar sebesar Rp 4,09 triliun. Angka tersebut meningkat sebesar 26,96% (yoy) jika dibandingkan dengan tahun sebelumnya. Besarnya APBD dari sisi pendapatan sebagian besar di topang oleh tingginya dana perimbangan dan dana otonomi khusus dari pemerintah pusat. Hal ini seiring dengan peningkatan target pendapatan didalam APBN secara nasional. Dari sisi belanja, realisasi belanja Pemerintah Daerah Provinsi Papua sampai dengan triwulan II-2014 mencapai sebesar Rp 1,95 triliun. Angka tersebut meningkat sebesar 3,77% (yoy) jika dibandingkan dengan tahun sebelumnya. Meningkatnya realisasi anggaran belanja Pemda Papua terutama didorong dari sisi peningkatan belanja modal, belanja bagi hasil dan bantuan keuangan bagi pemda lain serta belanja tidak langsung pegawai. KANTOR PERWAKILAN BI PROVINSI PAPUA & PAPUA BARAT xvii

18 4. INFLASI Sampai dengan periode triwulan II-2014, inflasi Provinsi Papua 3 tercatat sebesar 7,40% (yoy) lebih rendah dibandingkan triwulan I-2014 yang tercatat sebesar 9,58% (yoy). Angka tersebut mengalami penurunan yang cukup signifikan seiring dengan relatif stabilnya harga komoditas bahan makanan. Jika dibandingkan dengan inflasi nasional, laju inflasi Provinsi Papua tercatat masih lebih tinggi, dimana inflasi nasional pada triwulan II-2014 tercatat sebesar 6,70% (yoy). Hal sebaliknya, terjadi di Provinsi Papua Barat, dimanainflasi gabungan di Provinsi Papua Barat 4 tercatat sebesar 5.27% (yoy) atau lebih rendah dibandingkan inflasi secara nasional. 5. PERBANKAN Secara umum, kinerja perbankan di Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat pada triwulan II-2014 relatif baik. Hal ini tercermin dari pertumbuhan beberapa indikator perbankan yang masih berada diatas 10%. Fungsi intermediasi perbankan terlihat mengalami peningkatan sebagaimana tercermin dari pertumbuhan dana pihak ketiga di sisi pasiva perbankan yang tumbuh sebesar 15,55% (yoy). Sementara disisi aktiva, kredit perbankan juga tumbuh cukup signifikan sebesar 17,80% (yoy) sehingga mendorong meningkatnya loan to deposit ratio (LDR) perbankan menjadi sebesar 60,37% (yoy) pada triwulan II-2014 dari 59,22% (yoy) pada triwulan II Namun demikian, LDR tersebut masih jauh dibawah batas aman tingkat LDR perbankan yang berada di angka 80%. Dari sisi kualitas penyaluran kredit, seluruh sektor usaha di Papua masih berada pada tahap yang cukup aman dengan pencapaian Non Performing Loan (NPL) yang masih berada dibawah 5%. Sedangkan di Provinsi Papua Barat, penyaluran kredit ke sektor pengolahan perlu mendapatkan perhatian lebih mengingat sektor tersebut memiliki NPL lebih dari 5%, yaitu tercatat sebesar 8,21%. 3 Inflasi di Propinsi Papua dihitung dari pergerakan harga barang dan jasa di Kota Jayapura dan Kab. Merauke. 4 Inflasi di Provinsi Papua Barat dihitung dari pergerakan harga barang di Kab. Manokwari dan Kota Sorong. KANTOR PERWAKILAN BI PROVINSI PAPUA & PAPUA BARAT xviii

19 6. SISTEM PEMBAYARAN Pada triwulan II-2014, nilai transaksi keluar (outflow) melalui BI-RTGS di Wilayah Papua mencapai nilai Rp 7,44 trilliun atau turun sebesar -6,87% (yoy) jika dibandingkan dengan nilai transaksi pada triwulan yang sama di tahun sebelumnya. Masih relatif tingginya nilai transaksi keluar dari wilayah Papua ke wilayah lain disinyalir terjadi karena masih besarnya ketergantungan perekonomian Papua terhadap daerah lain terutama dalam hal pemenuhan kebutuhan barang dan jasa. Disisi lain, jumlah dana yang masuk ke wilayah Papua atau transaksi masuk (inflow) mencapai Rp 11,62 triliun, angka tersebut mengalami sedikit peningkatan sebesar 1,24% (yoy) jika dibandingkan dengan nilai transaksi pada triwulan yang sama di tahun sebelumnya. Meningkatnya jumlah dana yang masuk ke wilayah Papua melalui sarana RTGS disinyalir terjadi seiring dengan semakin besarnya tingkat perekonomian wilayah Papua serta semakin besarnya aliran APBN ke APBD Provinsi Papua. Adapun nilai transaksi keuangan antar bank melalui sarana BI-RTGS di wilayah Papua selama periode triwulan II-2014 tercatat sebesar Rp 1,57 triliun atau naik sebesar 6,15% (yoy) dibandingkan dengan tahun lalu. 7. PROSPEK PEREKONOMIAN DAN INFLASI Sepanjang tahun 2014 perekonomian Provinsi Papua diperkirakan akan mengalami pertumbuhan yang positif sebesar 5,52%±1% (yoy), angka tersebut jauh lebih rendah jika dibandingkan dengan pertumbuhan selama tahun 2013 sebesar 14,83% (yoy). Adapun pada triwulan III-2014 pertumbuhan perekonomian Provinsi Papua diperkirakan akan tumbuh sebesar 4,93% (yoy). Sedangkan untuk, perekonomian Provinsi Papua Barat di tahun 2014 diperkirakan masih akan mengalami pertumbuhan tahunan yang positif sebesar 6,91%±1% (yoy), angka tersebut lebih rendah jika dibandingkan dengan realisasi pertumbuhan selama tahun 2013 yang berada pada level 9,30% (yoy). Adapun pada triwulan III-2014 pertumbuhan perekonomian Provinsi Papua Barat diperkirakan akan tumbuh sebesar 8,96% (yoy). Pada triwulan III-2014, inflasi tahunan Provinsi Papua diperkirakan berada level 4,53 ± 1% (yoy). Pencapaian inflasi di Provinsi Papua pada triwulan mendatang disinyalir akan lebih rendah dibanding pencapaian KANTOR PERWAKILAN BI PROVINSI PAPUA & PAPUA BARAT xix

20 pada triwulan sebelumnya seiring relatif membaiknya kondisi cuaca serta terjaganya kelancaran distribusi barang maupun produksi beberapa komoditas bahan makanan. Di sisi lain, inflasi tahunan Provinsi Papua Barat pada triwulan III-2014 diperkirakan berada pada level 4,28 ± 1% (yoy). Hal ini seiring dengan masih relatif rendah inflasi tahun kalender di Provinsi Papua Barat hingga akhir semester I KANTOR PERWAKILAN BI PROVINSI PAPUA & PAPUA BARAT xx

21 BAB 1. MAKROEKONOMI REGIONAL Pada triwulan II-2014, perekonomian Provinsi Papua maupun Papua Barat menunjukkan pertumbuhan kinerja yang cukup baik dengan nilai besaran pertumbuhan yang cukup signifikan. Hal tersebut sesuai dengan rilis data oleh Badan Pusat Statistik (BPS) yang menunjukan bahwa perekonomian Papua tumbuh sebesar 9,09% (yoy) sementara perekonomian Provinsi Papua Barat tumbuh sebesar 7,75% (yoy). Dari sisi permintaan, struktur ekonomi Papua dan Papua Barat terutama ditopang oleh sektor konsumsi dan investasi. Dari sisi penawaran, ekonomi Papua terutama ditopang oleh pertumbuhan pada sektor jasa-jasa; sektor pertanian dan sektor angkutan dan transportasi. Sementara itu, perekonomian Papua Barat ditopang oleh pertumbuhan yang berasal dari sektor industri pengolahan; sektor bangunan dan sektor jasa-jasa. Sampai dengan pertengahan tahun 2014, perekonomian Provinsi Papua dan Papua Barat masih menunjukan kinerja yang cukup baik. Tercatat, meskipun pada tahun 2014 aturan mengenai pelarangan ekspor mineral mentah sudah diterapkan, perekonomian Provinsi Papua masih mampu untuk tumbuh cukup tinggi. Sektor pertambangan Papua yang pada periode yang lalu diprediksi akan mengalami penurunan kinerja yang signifikan, pada triwulan laporan justru mencatatkan kinerja yang positif meskipun dengan besaran pertumbuhan yang sangat terbatas. Sementara itu, perekonomian Provinsi Papua Barat mengalami pertumbuhan yang signifikan dibandingkan dengan triwulan yang sama tahun 2013 seiring telah terselesaikannya sejumlah isu dan permasalahan pada sektor industri pengolahan. Sementara itu, pertumbuhan ekonomi Papua Barat pada triwulan laporan kembali mengandalkan pertumbuhan pada sektor industri pengolahan seiring telah disepakatinya beberapa kontrak penjualan yang baru ke salah satu konsumen. KANTOR PERWAKILAN BI PROVINSI PAPUA & PAPUA BARAT 1

22 Tabel 1. Komponen PDRB Provinsi Papua & Provinsi Papua Barat Harga Konstan Dari Sisi Penggunaan (Rp miliar) PDRB Papua Konsumsi Konsumsi RT & Nirlaba Konsumsi Pemerintah PMTB Perubahan Stok Ekspor Impor PDRB PDRB Papua Barat Konsumsi Konsumsi RT & Nirlaba Konsumsi Pemerintah PMTB Perubahan Stok Ekspor Impor PDRB Sumber : BPS Provinsi Papua & BPS Provinsi Papua Barat Tabel 2. Komponen PDRB Dari Sisi Sektor Ekonomi (%) PDRB Papua Pertanian Pertambangan & Penggalian Industri Pengolahan Listrik,Gas & Air Bersih Bangunan Perdagangan, Hotel & Restoran Angkutan & Komunikasi Keuangan, Persewaan & Jasa Per Jasa - jasa TOTAL PDRB PDRB Papua Barat Pertanian Pertambangan & Penggalian Industri Pengolahan Listrik,Gas & Air Bersih Bangunan Perdagangan, Hotel & Restoran Angkutan & Komunikasi Keuangan, Persewaan & Jasa Per Jasa - jasa TOTAL PDRB Sumber: Badan Pusat Statistik Provinsi Papua & Papua Barat KANTOR PERWAKILAN BI PROVINSI PAPUA & PAPUA BARAT 2

23 Tabel 3. Pertumbuhan Ekonomi (yoy) Dari Sisi Permintaan (%) Growth PDRB Papua Konsumsi Rumah Tangga 7.35% 8.14% 7.49% 5.53% 6.68% 6.12% 6.10% 6.97% 7.87% 7.84% Konsumsi Nirlaba 7.14% 6.95% 6.98% 7.12% 6.81% 6.82% 6.89% 7.02% 7.72% 7.79% Konsumsi Pemerintah 8.15% 12.58% 9.29% 0.60% 6.18% 3.61% 3.39% 6.83% 8.42% 8.02% PMTB 7.24% 9.42% 8.42% 3.56% 7.47% 7.55% 7.23% 5.20% 7.07% 7.18% Perubahan Stok 37.37% 5.60% % 67.80% 82.95% 11.65% 81.38% % % % Ekspor % % % % 91.27% 0.09% 60.24% 94.94% % 1.08% Dikurangi Impor % -4.98% -7.47% 6.80% 1.05% 10.23% 0.35% 0.57% 47.82% 21.78% PDRB % -3.26% 1.34% 18.91% 16.22% -0.05% 17.98% 23.90% 0.13% 9.09% Growth PDRB Papua Barat Konsumsi Rumah Tangga 6.46% 7.51% 7.14% 9.33% 8.83% 7.95% 9.72% 9.90% 10.83% 9.62% Konsumsi Nirlaba 7.02% 7.74% 7.59% 10.47% 8.69% 8.52% 8.65% 7.11% 9.21% 9.05% Konsumsi Pemerintah 4.50% 6.74% 5.68% 5.72% 9.34% 6.10% 13.21% 19.15% 16.66% 11.53% PMTB 11.68% 14.71% 14.94% 15.97% 16.44% 18.24% 17.82% 18.60% 18.09% 14.79% Perubahan Stok % % % % % % % % % % Ekspor 80.74% 52.23% 2.61% % 22.03% 22.99% 28.81% 47.84% 1.49% -3.96% Dikurangi Impor 82.48% 77.04% 68.08% 61.40% 8.30% 11.24% 10.97% 16.82% 11.21% 6.75% PDRB 35.79% 23.79% 3.65% 5.23% 9.54% 3.51% 8.52% 15.74% 1.40% 7.75% Sumber: Badan Pusat Statistik Provinsi Papua & Papua Barat Tabel 4. Laju Pertumbuhan Ekonomi Tahunan Provinsi Papua & Provinsi Papua Barat Harga Konstan Dari Sisi Sektoral (%) Growth PDRB Papua Pertanian 0.28% 3.95% 6.24% 7.25% 4.96% 6.76% 3.63% 8.26% 11.33% 8.21% Pertambangan & Penggalian % % % 54.67% 31.83% % 43.04% 64.24% % 0.44% Industri Pengolahan -0.64% 6.29% 3.31% 0.48% -1.77% 0.94% 5.16% 4.91% 13.34% 11.57% Listrik,Gas & Air Bersih 6.05% 7.25% 7.49% 7.17% 6.58% 8.08% 9.26% 8.41% 10.37% 7.22% Bangunan 19.00% 19.86% 16.43% 12.47% 7.30% 9.84% 4.76% 2.02% 11.09% 7.39% Perdagangan, Hotel & Restoran 8.11% 8.44% 10.92% 13.58% 13.66% 11.82% 8.68% 7.41% 9.87% 10.82% Angkutan & Komunikasi 9.05% 9.63% 10.41% 9.10% 9.58% 9.07% 7.64% 8.26% 13.24% 12.04% Keuangan, Persewaan & Jasa Perusahaan 19.98% 1.76% 7.14% 1.61% 17.43% 12.32% 14.92% 23.08% 17.77% 14.81% Jasa - jasa 11.14% 8.80% 5.30% 8.91% 19.77% 15.07% 15.15% 9.61% 18.89% 19.14% TOTAL PDRB % -3.26% 1.34% 18.91% 16.22% -0.05% 17.98% 23.90% 0.13% 9.09% Growth PDRB Papua Barat Pertanian 0.55% 2.20% 0.06% 3.09% 2.41% 3.78% 5.84% 2.12% 0.97% 1.36% Pertambangan & Penggalian 14.96% 7.69% 1.10% -0.83% -3.88% -0.93% 2.84% 2.99% 1.78% 2.25% Industri Pengolahan 89.85% 52.04% 2.30% 1.46% 13.41% -0.79% 9.58% 28.23% -3.25% 9.86% Listrik,Gas & Air Bersih 10.08% 8.25% 7.63% 9.34% 8.67% 9.65% 9.45% 8.33% 8.33% 8.65% Bangunan 10.58% 10.39% 11.99% 15.99% 12.03% 11.51% 11.31% 10.73% 15.75% 14.45% Perdagangan, Hotel & Restoran 8.77% 8.02% 9.81% 12.96% 12.51% 12.78% 11.11% 10.75% 9.39% 9.11% Angkutan & Komunikasi 13.13% 11.08% 10.21% 11.93% 10.27% 11.12% 10.65% 8.91% 9.30% 9.29% Keuangan, Persewaan & Jasa Perusahaan 9.12% 11.05% 1.03% 3.46% 10.91% 13.20% 9.57% 14.84% 2.14% 1.11% Jasa - jasa 12.90% 10.11% 8.39% 16.19% 10.71% 10.94% 7.43% 6.19% 5.75% 7.54% TOTAL PDRB 35.83% 24.63% 3.87% 5.23% 9.54% 3.47% 8.52% 15.74% 1.40% 7.79% Sumber: BPS Provinsi Papua & Papua Barat Diolah KANTOR PERWAKILAN BI PROVINSI PAPUA & PAPUA BARAT 3

24 I. Provinsi Papua 1.1. Sisi Permintaan Pada triwulan II-2014, perekonomian Provinsi Papua tumbuh sebesar 9,09 % (yoy) atau lebih tinggi dari triwulan I-2014 sebesar 0,13% (yoy). Dari sisi permintaan, kinerja ekonomi Papua ditopang oleh komponen konsumsi (masyarakat dan pemerintah) dan investasi (pembentukan modal tetap bruto) yang pada triwulan laporan mengalami pertumbuhan paling tinggi dibandingkan komponen lainnya. Meningkatnya kinerja komponen konsumsi (masyarakat dan pemerintah) yang cukup tinggi terjadi seiring meningkatnya belanja yang dilakukan oleh Pemerintah Daerah serta persiapan menjelang pelaksanaan Pemilu Presiden. Di samping itu, kinerja investasi (pembentukan modal tetap bruto) juga mengalami pertumbuhan yang cukup menggembirakan seiring masih terbukanya peluang pasar untuk berinvestasi di Papua serta tingginya realisasi dari dana perimbangan oleh Pemda yang digunakan untuk investasi pada bidang infrastruktur daerah. Searah dengan hasil survei oleh Bank Indonesia, ekpektasi masyarakat dalam beberapa waktu kedepan diprediksi akan tetap tinggi yang mana hal tersebut akan mendorong kinerja ekonomi di Provinsi Papua untuk tetap tumbuh positif Konsumsi Pada triwulan II-2014, komponen konsumsi tumbuh mencapai 7,84% (yoy) atau relatif sama dibandingkan pertumbuhan pada triwulan I-2014 yang tercatat sebesar 7,87% (yoy). Masih tingginya pertumbuhan konsumsi pada triwulan laporan didorong oleh beberapa aspek seperti: adanya penyelenggaraan Pemilu Legislatif 2014 serta adanya realisasi belanja Pemerintah Daerah. Pertumbuhan konsumsi juga terekam dari hasil survei konsumen di Kota Jayapura yang menunjukkan terdapat kecenderungan meningkatnya konsumsi sebagai akibat adanya kenaikan indeks pembelian durable good dengan nilai mencapai 103,3 di triwulan II yang sedikit meningkat dibandingkan indeks pada triwulan I-2014 sebesar 102,7. Sementara itu, Indeks Kondisi Ekonomi (IKE) juga secara keseluruhan tercatat sebesar 114,1 atau masih berada di level optimis. Grafik 1. Survei Konsumen Sumber: KPwBI Papua & Papua Barat KANTOR PERWAKILAN BI PROVINSI PAPUA & PAPUA BARAT 4

25 Peningkatan komponen konsumsi juga terekam dari perkembangan konsumsi listrik rumah tangga yang tumbuh 13,26% (yoy) pada triwulan II Tingginya aktivitas konsumsi tersebut juga tercermin dari tingginya pertumbuhan penyaluran kredit konsumsi oleh perbankan yang pada periode laporan tumbuh sebesar 13,51% (yoy). Pada triwulan II-2014, peningkatan konsumsi masyarakat juga tercermin melalui peningkatan jumlah kendaraan baru yang didaftarkan yang tercatat mengalami peningkatan sebesar 8,70% (yoy). Grafik 2. Konsumsi Listrik Rumah Tangga Papua Grafik 3. Kredit Konsumsi Bank Umum Papua Sumber: PLN Wilayah Papua, diolah Sumber: KPwBI Provinsi Papua & Papua Barat Sementara itu, konsumsi Pemerintah sampai dengan triwulan II-2014 juga mengalami pertumbuhan sebesar 8,02% (yoy), angka pertumbuhan tersebut sedikit lebih rendah jika dibandingkan dengan pertumbuhan pada triwulan I-2014 yang tercatat sebesar 8,42% (yoy). Andil Pemda dalam peningkatan konsumsi juga dapat terlihat dari tingginya peningkatan realisasi belanja pegawai pemda yang pada triwulan laporan mencapai nilai Rp 253,28 miliar serta jumlah tersebut mengambil pangsa yang cukup besar dari seluruh anggaran yang tersedia. Secara tahunan, konsumsi nirlaba mengalami pertumbuhan sebesar 7,79% (yoy). Komponen konsumsi nirlaba merupakan komponen yang turut memberikan sumbangan terhadap pencapaian pertumbuhan ekonomi dari sisi permintaan. Salah satu pendorong meningkatnya konsumsi adalah adanya peningkatan pendapatan yang dirasakan oleh masyarakat Papua pada triwulan laporan. Hal ini terjadi seiring telah diterapkannya kebijakan pengupahan yang baru pada tahun 2014 (UMR 2014), hal tersebut tentunya menjadi suatu faktor pendorong tetap tumbuhnya komponen konsumsi masyarakat pada triwulan laporan. KANTOR PERWAKILAN BI PROVINSI PAPUA & PAPUA BARAT 5

26 Grafik 4. Jumlah Kendaraan Baru Papua Grafik 5. Belanja Pegawai PEMDA Prov. Papua Sumber:Dispenda Prov. Papua, diolah Sumber: BKAD Prov. Papua, diolah Investasi Realisasi investasi (PMTB) pada periode triwulan II-2014 menunjukkan pertumbuhan yang signifikan sebesar 7,18% (yoy), lebih tinggi dari pertumbuhan triwulan sebelumnya yang hanya tercatat sebesar 7,07% (yoy). Pertumbuhan investasi tidak terlepas dari masih terbukanya peluang bisnis di Papua yang mendorong tingginya minat investor untuk melakukan ekspansi bisnis seperti tercermin dari semakin tingginya penyaluran kredit untuk pembiayaan kegiatan investasi. Pada periode triwulan II-2014, realisasi kredit investasi tercatat sebesar Rp 2,79 triliun atau mengalami pertumbuhan sebesar 7,15% (yoy) jika dibandingkan dengan triwulan yang sama tahun sebelumnya. Tingginya minat investasi yang merupakan bagian dari ekspansi bisnis tersebut mencerminkan adanya peningkatan peran investasi swasta dalam mendorong pengembangan ekonomi di Papua. Khusus di sektor pertambangan, tingginya kinerja investasi di sektor tersebut menjadi penyelamat kinerja sektor tersebut secara keseluruhan pada periode berjalan. Disamping faktor pembiayaan perbankan, pertumbuhan investasi di triwulan II-2014 juga didorong oleh meningkatnya jumlah investasi asing yang masuk (foreign direct investment) ke Provinsi Papua yang naik sebesar 11,12% (yoy). Grafik 6. Kredit Investasi Perbankan Papua Grafik 7. Jumlah Penanaman Modal Asing Sumber: KPwBI Papua & Papua Barat Sumber:BKAD Provinsi Papua KANTOR PERWAKILAN BI PROVINSI PAPUA & PAPUA BARAT 6

27 1.1.3 Ekspor dan Impor Ekspor Provinsi Papua pada triwulan II-2014 mengalami pertumbuhan yang terbatas sebesar 1,08% (yoy), sementara impor tumbuh cukup signifikan sebesar 21,78% (yoy). Masih positifnya, komponen ekspor Provinsi Papua pada periode berjalan disebabkan oleh meningkatnya kegiatan ekspor antar daerah, mengingat rendahnya kegiatan ekspor ke luar negeri dari Provinsi Papua. Meningkatnya kegiatan ekspor antar daerah terjadi sebagai akibat langsung dari penerapan UU Minerba yang mengakibatkan perusahaan tambang di Provinsi Papua tidak dapat secara langsung mengekpor bahan tambangnya ke luar negeri namun harus melalui kegiatan pengolahan yang berada di luar wilayah Papua. Pada triwulan II-2014, berdasarkan data bea cukai, nilai ekspor non migas Provinsi Papua ke luar negeri (LN) tercatat sebesar US$38,20 Juta atau mengalami penurunan yang signifikan sebesar -92,37% (yoy), sementara secara volume tercatat sebesar 46,55 ribu ton atau mengalami penurunan sebesar -83,00% (yoy). Penerapan ketentuan UU Minerba sangat berdampak terhadap kinerja ekspor Papua ke LN mengingat 90% dari ekspor Provinsi Papua LN merupakan ekspor bahan tembang mentah. Tren pertumbuhan ekspor Papua secara historikal memiliki hubungan yang searah dengan pertumbuhan penjualan perusahaan pertambangan yang terdapat di Papua baik untuk komoditas tembaga maupun emas yang pada triwulan II-2014 mengalami penurunan masing-masing sebesar -25,95% (yoy) dan -10,60% (yoy). Grafik 8. Volume Ekspor Non Migas Papua Grafik 9. Nilai Ekspor Non Migas Papua Sumber: Direktorat Jenderal Bea dan Cukai, diolah Sumber: Direktorat Jenderal Bea dan Cukai, diolah Tabel 5. Perkembangan Penjualan Hasil Tambang Sumber: Laporan Keuangan Perusahaan KANTOR PERWAKILAN BI PROVINSI PAPUA & PAPUA BARAT 7

28 mpor non-migas Papua justru mengalami pertumbuhan yang cukup tinggi pada triwulan laporan sebesar 15,64% (yoy). Berbeda dengan peningkatan nilai, volume impor Papua justru mengalami penurunan kinerja sebesar -1,90% (yoy). Peningkatan kinerja impor dinilai merupakan suatu hal yang perlu diwaspadai karena menandakan bahwa kebutuhan barang dan jasa tidak dapat dipenuhi oleh sumber dalam negeri. Kedepannya, hal tersebut dikhawatirkan dapat mendorong terjadinya defisit neraca transaksi perdagangan secara nasional. Grafik 10. Volume Impor Non Migas Papua Grafik 11. Nilai Impor Non Migas Papua Sumber: Direktorat Jenderal Bea dan Cukai, diolah Sumber: Direktorat Jenderal Bea dan Cukai, diolah 1.2. Sisi Penawaran Pada triwulan II-2014, seluruh sektor ekonomi di Provinsi Papua mencatatkan pertumbuhan kinerja yang positif. Pertumbuhan tertinggi dialami oleh sektor jasa-jasa yang berhasil tumbuh sebesar 19,14% (yoy), sedangkan petumbuhan terendah terjadi pada sektor pertambangan yang tumbuh sebesar 0,44% (yoy). Adapun pertumbuhan tahunan untuk sektor-sektor lainnya adalah sebagai berikut: sektor pertanian sebesar 8,21% (yoy); sektor bangunan sebesar 7,39% (yoy); sektor keuangan, persewaan dan jasa perusahaan sebesar 14,81% (yoy); sektor industri pengolahan sebesar 11,57% (yoy), sektor perdagangan, hotel, dan restoran sebesar 10,82% (yoy); sektor pengangkutan dan komunikasi sebesar 12,04% (yoy); dan sektor listrik dan air bersih sebesar 7,22% (yoy) Sektor Pertanian Sektor pertanian pada periode triwulan II-2014 mengalami pertumbuhan sebesar 8,21% (yoy), lebih rendah dibandingkan dengan triwulan sebelumnya yang tumbuh sebesar 11,33% (yoy). Hal tersebut disebabkan pada triwulan laporan produksi dan produktivitas beberapa komoditas tanaman pangan yang sudah melewati periode panen raya, sehingga pertumbuhan sektor pertanian pada triwulan laporan menjadi lebih rendah dari triwulan sebelumnya. Masih dicapainya pertumbuhan pada sektor pertanian juga sejalan dengan tren kenaikan ARAM (Angka Ramalan) Pertanian yang dirilis oleh BPS dimana dimana tingkat KANTOR PERWAKILAN BI PROVINSI PAPUA & PAPUA BARAT 8

29 produksi padi sawah, ubi jalar dan jagung sepanjang tahun 2014 diprediksi akan mengalami peningkatan tahunan yang besarnya bervariasi antara 2-23%. Tabel 6. Perkembangan Produktivitas Komoditas Pangan Papua Padi Sawah dan Growth (%) Ladang Produksi (Ton) 115, , , , Luas Panen (Ha) 29,262 37,149 41,111 44, Produktivitas (Ton/Ha) Ubi Jalar Growth (%) Produksi Ubi Jalar (Ton) 348, , , , Luas Panen (Ha) 34,413 33,071 30,980 30, Produktivitas (Ton/Ha) Jagung Growth (%) Produksi Ubi Jalar (Ton) 6,885 6,393 7,034 7, Luas Panen (Ha) 3,825 3,553 3,005 3, Produktivitas (Ton/Ha) Salah satu faktor pendukung tercapainya pertumbuhan di sektor pertanian adalah pertumbuhan di sub sektor perikanan. Pada triwulan II-2014, sub sektor perikanan mengalami peningkatan volume produksi terutama pada jenis komoditas perikanan hasil tangkap dari laut yang tumbuh sebesar 3,20% (yoy), sementara komoditas perikanan yang dihasilkan dari perairan umum dan hasil budidaya justru mengalami penurunan yang masingmasing tercatat sebesar -0,16% (yoy) dan -100% (yoy). Turunnya produksi perikanan yang dihasilkan melalui budidaya terjadi seiring belum adanya produksi dari beberapa sentra perikanan utama di Jayapura. Secara kuantitas, sepanjang periode triwulan II-2014 total volume hasil produksi perikanan tercatat sebanyak ton atau tumbuh tipis sebesar 0,65% (yoy) dibandingkan triwulan yang sama tahun sebelumnya. Seperti pada triwulan sebelumnya, dicapainya pertumbuhan pada sektor pertanian di papua justru bertolak belakang dengan pencapaian nilai NTP Papua pada triwulan II-2014 yang mengalami penurunan sebesar -3,94% (yoy) dari pencapaian pada triwulan II-2013 sebesar 101,54 menjadi 97,54 pada triwulan II Angka NTP yang berada di bawah nilai 100 menunjukkan biaya yang dikeluarkan oleh petani lebih besar dari keuntungan yang diterima. Hal ini menunjukkan, walaupun sektor pertanian di Prov. Papua mengalami pertumbuhan namun kesejahteraan petani justru mengalami penurunan. KANTOR PERWAKILAN BI PROVINSI PAPUA & PAPUA BARAT 9

30 No Tabel 7. Perkembangan Produksi Perikanan Provinsi Papua URAIAN TW 1 TW 2 TW 3 TW 4 TW 1 TW 2 TW 3 TW 4 TW 1 TW 2 LAUT Produksi (Ton) 67,343 71,710 69,363 70,710 73,185 67,193 71,188 73, Pertumbuhan Tahunan (%) PERAIRAN UMUM (axis kanan) Produksi (Ton) 2,616 2,344 2,694 2,414 1,888 1,980 1,963 1, Pertumbuhan Tahunan (%) BUDIDAYA (axis kanan) Produksi (Ton) 1,640 1,558 1,689 1,605 1,740 1,685 1,422 2, Pertumbuhan Tahunan (%) TOTAL PRODUKSI (Ton) 71,599 75,612 73,747 74,729 76,813 70,859 74,573 77,656 70,937 71,320 PERTUMBUHAN TAHUNAN (%) Sumber: Dinas Kelautan dan Perikanan Provinsi Papua, Grafik 12. Nilai Tukar Petani Papua Grafik 13. PDRB Sektor Pertanian Papua Sumber: BPS Provinsi Papua Sumber: BPS Provinsi Papua Sektor Pertambangan dan Penggalian Sektor pertambangan dan penggalian pada triwulan II-2014 mengalami pertumbuhan yang sangat terbatas sebesar 0,44% (yoy) atau berbalik arah dari triwulan I-2014 yang tercatat mengalami penurunan pertumbuhan sebesar -28,52% (yoy). Diluar prediksi sebelumnya dimana sektor pertambangan Papua diperkirakan akan tumbuh negatif akibat masih diterapkannya pelarangan ekspor sebagai mandat dari UU Minerba, pada triwulan II 2014 sektor pertambangan Papua justru mencatatkan angka pertumbuhan yang positif. Berdasarkan angka produksi produsen pertambangan Papua pada triwulan II 2014 sebenarnya dapat kita lihat bahwa pada triwulan laporan jumlah produksi tembaga memang mengalami penurunan, namun untuk produksi emas justru mengalami sedikit peningkatan. KANTOR PERWAKILAN BI PROVINSI PAPUA & PAPUA BARAT 10

31 Tabel 8. Perkembangan Produksi Pertambangan Papua Masih dicapainya kinerja yang positif pada sektor pertambangan disinyalir terjadi seiring adanya peningkatan produksi komoditas emas serta adanya basis perhitungan angka pertumbuhan yang lebih rendah (low base effect) akibat adanya penurunan produksi hasil tambang yang cukup signifikan pada triwulan II 2013 (kecelakaan kerja), menyebabkan angka penurunan produksi tambang pada triwulan II 2014 tidak terlalu besar. Selain itu, pada triwulan II 2014 juga terdapat investasi tambahan yang dilakukan oleh salah satu produsen tambang terbesar di Papua seiring adanya keyakinan bahwa pemberian izin untuk melakukan ekspor mineral mentah dalam beberapa waktu dekat akan disetujui oleh Pemerintah, sehingga aktivitas tersebut turut mendorong kinerja sektor pertambangan pada triwulan laporan. Sebagai informasi tambahan, perhitungan kinerja sektor pertambangan Papua saat ini dilakukan dengan cara mengukur kinerja salah satu produsen tambang terbesar di Papua karena perusahaan tersebut dinilai menguasai hampir seluruh pangsa pertambangan di Papua Sektor Perdagangan, Hotel Dan Restoran Sektor perdagangan, Hotel dan Restoran (PHR) pada triwulan II-2014 tercatat tumbuh sebesar 10,82% (yoy) atau lebih tinggi dibandingkan pertumbuhan pada triwulan I-2014 yang tumbuh sebesar 9,87%(yoy). Meskipun kinerja sektor PHR pada triwulan laporan mencatatkan pertumbuhan yang positif. Pertumbuhan sektor PHR pada triwulan laporan juga terlihat dari peningkatan occupancy rate hotel di Provinsi Papua yang mencapai angka 73% atau lebih tinggi dari triwulan yang sama pada tahun sebelumnya yang hanya mencapai 72%. Adanya persiapan penyelenggaraan Pemilu Presiden serta banyaknya event dan penyeleggaraan acara lainnya yang dilakukan oleh Pemda sebelum bulan Ramadhan menjadi salah satu pendorong meningkatnya tingkat hunian hotel di Provinsi Papua. Pertumbuhan sektor perdagangan pada triwulan II-2014 juga sejalan dengan pertumbuhan penyaluran kredit perdagangan yang disalurkan oleh perbankan di Provinsi Papua yang tercatat meningkat sebesar 8,67% (yoy). Namun demikian, dari sisi arus bongkar muat barang di pelabuhan utama Papua sepanjang periode triwulan II-2014 justru mengalami penurunan sebesar -14,41% (yoy) dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya. Penurunan tersebut disinyalir terjadi KANTOR PERWAKILAN BI PROVINSI PAPUA & PAPUA BARAT 11

32 seiring telah terjaganya tingkat ketersediaan barang dan jasa menjelang bulan Ramadhan, sehingga pasokan dari daerah lain diluar Papua tidak terlalu besar. Tabel 9. Perkembangan Arus Bongkar Muat Barang di Pelabuhan Papua Indikator Perkembangan Arus Penumpang (orang) I II III IV I II III IV I II 47,419 65,378 67,298 65,012 47,883 50,309 67,545 68,633 57,846 43,059 Pertumbuhan Tahunan (%) % 34.29% % 16.89% 0.98% % 0.37% 5.57% 20.81% % Sumber: PT Pelindo Papua Grafik 14. Perkembangan Kredit Perdagangan Grafik 15. Tingkat Hunian Hotel Papua Sumber: KPwBI Papua & Papua Barat Sumber: Badan Pusat Statistik Sektor Pengangkutan dan Komunikasi Sektor pengangkutan dan komunikasi pada triwulan II-2014 tumbuh mencapai 12,04% (yoy) lebih rendah jika dibandingkan pertumbuhan pada triwulan II-2014 yang tercatat sebesar 13,24% (yoy). Pertumbuhan pada sektor ini didorong oleh peningkatan kinerja pada subsektor angkutan laut, angkutan udara, komunikasi, serta sub sektor angkutan jalan raya yang mengalami pertumbuhan pada periode triwulan laporan dibandingkan triwulan yang sama pada tahun sebelumnya. Tabel 10. Perkembangan Arus Penumpang Kapal di Pelabuhan Papua Indikator Perkembangan Arus Penumpang (orang) I II III IV I II III IV I II 47,419 65,378 67,298 65,012 47,883 50,309 67,545 68,633 57,846 43,059 Pertumbuhan Tahunan (%) % 34.29% % 16.89% 0.98% % 0.37% 5.57% 20.81% % Sumber: PT. Pelindo IV Wilayah Papua Sesuai kondisi geografis, sarana transportasi laut dan angkutan udara memegang peranan penting dalam menunjang mobilitas arus distribusi barang maupun orang. Meskipun kinerja sektor ini mengalami peningkatan, namun jika kita melihat jumlah penumpang Kapal KANTOR PERWAKILAN BI PROVINSI PAPUA & PAPUA BARAT 12

33 Laut yang pada triwulan II-2014 justru mengalami penurunan sebesar -14,41% (yoy) dibanding periode yang sama tahun sebelumnya. Penurunan jumlah penumpang kapal laut disinyalir terjadi sebagai akibat dari semakin banyaknya wilayah di Provinsi Papua yang telah dilayani oleh transportasi udara. Selain itu, khusus untuk subsektor telekomunikasi dalam beberapa waktu kedepan akan terus mengalami peningkatan seiring dengan kegiatan investasi di sektor ini berupa pemasangan jaringan fiber optik di seluruh wilayah Papua Sektor Keuangan, Persewaaan dan Jasa Perusahaan. Sektor keuangan, persewaan dan jasa perusahaan pada triwulan II-2014 tumbuh mencapai 14,81% (yoy) lebih rendah dibandingkan pertumbuhan pada triwulan IV-2013 yang tercatat sebesar 17,77% (yoy). Salah satu parameter pertumbuhan sektor ini tercermin dari nilai tambah bank yang pada triwulan II-2014 berhasil tumbuh sebesar 19,14% (yoy) sedikit lebih rendah dibandingkan dengan triwulan I-2014 sebesar 25,63% (yoy). Kinerja sektor keuangan mengalami perlambatan seiring dengan kebijakan Bank Indonesia untuk menahan ekspansi penyaluran kredit pada tahun 2014 dari 25-30% pada tahun sebelumnya menjadi hanya sebesar 15-20% pada tahun Tabel 11. Perkembangan Nilai Tambah Bank Provinsi Papua KOMPONEN Tw I Tw II Tw III Tw IV Tw I Tw II Tw III Tw IV Tw I Tw II A. PENDEKATAN PENDAPATAN 1. Biaya Tenaga Kerja 91, , , , , , , , , , Surplus 198, , , , , , , , , , Pajak Tak Langsung Neto Penyusutan 8,414 9,858 10,174 10,853 8,822 11,199 10,422 14,817 14,301 14,692 PRODUK BRUTO / NILAI TAMBAH BRUTO 298, , , , , , , , , ,428 B. PENDEKATAN PRODUKSI 1. Hasil imputasi jasa 344, , , , , , , , , , Penerimaan neto dari transaksi devisa (295) (467) (382) (156) (72) (275) (4,777) (1,191) 2,238 (1,146) 3. Provisi dan komisi 40,722 43,771 47,035 50,932 48,926 54,043 55,951 59,375 55,620 61, Pendapatan operasional lainnya 12,322 53,773 14,138 14,381 10,960 13,581 10,957 13,307 11,224 11,564 GROSS OUTPUT 397, , , , , , , , , , Biaya-biaya antara 98, , , , , , , , , ,971 NILAI TAMBAH BRUTO / PRODUK BRUTO 298, , , , , , , , , ,428 Pertumbuhan (%) -4.51% 13.19% 11.29% 10.22% 24.86% 15.65% 20.08% 35.19% 25.63% 19.14% Sumber: Bank Indonesia II. Provinsi Papua Barat 2.1. Sisi Permintaan Pada triwulan II-2014, ekonomi Papua Barat tumbuh sebesar 7,79% (yoy) lebih tinggi dibandingkan pertumbuhan pada triwulan sebelumnya yang tercatat sebesar 1,40% (yoy). Dari sisi penggunaan, kinerja ekonomi Papua Barat ditopang oleh komponen konsumsi (masyarakat dan pemerintah) dan investasi (pembentukan modal tetap bruto) yang tumbuh cukup baik. Tingginya pencapaian kinerja komponen konsumsi (masyarakat dan pemerintah) yang cukup signifikan terjadi seiring tingginya realisasi belanja Pemda pada pertengahan tahun Di samping itu, kinerja investasi (pembentukan modal tetap bruto) juga KANTOR PERWAKILAN BI PROVINSI PAPUA & PAPUA BARAT 13

34 mengalami pertumbuhan yang cukup menggembirakan seiring besarnya dana perimbangan yang disalurkan oleh Pemerintah Pusat yang dialokasikan untuk pembangunan infrastruktur di daerah. Adanya peningkatan kinerja yang cukup signifikan pada sektor industri pengolahan Papua Barat seiring telah dicapainya kesepakatan atas renegosiasi harga jual gas kepada salah satu konsumennya di Fujian (China) menjadi salah satu faktor mendorong meningkatnya pertumbuhan perekonomian di Provinsi Papua Barat. Selain itu, maraknya kegiatan investasi di sektor ini di Provinsi Papua Barat juga turut mendorong kinerja sektor industri pengolahan pada periode berjalan. Tabel 12. Pertumbuhan Sisi Permintaan Provinsi Papua Barat Growth PDRB Papua Barat Konsumsi 6.46% 7.51% 7.14% 9.33% 8.83% 7.95% 9.72% 9.90% 10.83% 9.62% Konsumsi Rumah Tangga 7.02% 7.74% 7.59% 10.47% 8.69% 8.52% 8.65% 7.11% 9.21% 9.05% Konsumsi Pemerintah 4.50% 6.74% 5.68% 5.72% 9.34% 6.10% 13.21% 19.15% 16.66% 11.53% PMTB 11.68% 14.71% 14.94% 15.97% 16.44% 18.24% 17.82% 18.60% 18.09% 14.79% Perubahan Stok % % % % % % % % % % Ekspor 80.74% 52.23% 2.61% % 22.03% 22.99% 28.81% 47.84% 1.49% -3.96% Dikurangi Impor 82.48% 77.04% 68.08% 61.40% 8.30% 11.24% 10.97% 16.82% 11.21% 6.75% PDRB 35.79% 23.79% 3.65% 5.23% 9.54% 3.51% 8.52% 15.74% 1.40% 7.75% Sumber: Badan Pusat Statistik Provinsi Papua Barat Konsumsi Konsumsi rumah tangga pada triwulan II-2014 tumbuh sebesar 9,62% (yoy), lebih rendah dibandingkan pertumbuhan triwulan sebelumnya yang tercatat 10,83% (yoy). Masih dicapainya pertumbuhan kinerja konsumsi pada triwulan laporan secara tidak langsung mencerminkan bahwa daya beli masyarakat di Papua Barat masih tergolong cukup tinggi. Hal tersebut dapat terlihat dari hasil Survei Konsumen Bank Indonesia di Kota Manokwari yang masih menunjukkan optimisme, dimana seluruh indikator survei masih berada diatas angka 100 (grafik 16). Pada triwulan II-2014, Indeks Keyakinan Konsumen (IKK) tercatat sebesar 125 atau sedikit menurun dari periode sebelumya yang tercatat sebesar 137, indikator tersebut searah dengan pencapaian PDRB komponen konsumsi dimana pada triwulan II-2014 mengalami sedikit perlambatan kinerja. Adapun masih dicapainya angka hasil survei yang berada pada nilai diatas 100 menandakan bahwa konsumen masih tetap optimis terhadap kondisi ekonomi yang secara tidak langsung terefleksi dari meningkatnya pendapatan dan konsumsi pada triwulan laporan. Komponen konsumsi masyarakat memberikan kontribusi sebesar 3,32% terhadap pertumbuhan ekonomi Papua Barat pada triwulan II Kontribusi konsumsi masyarakat merupakan yang tertinggi dibandingkan dengan sektor lainnya, hal tersebut terefleksi dari meningkatnya kredit dengan peruntukan bagi kegiatan konsumsi (seperti: pembelian kendaraan, rumah maupun barang lainnya). Pada triwulan II-2014, realisasi kredit konsumsi KANTOR PERWAKILAN BI PROVINSI PAPUA & PAPUA BARAT 14

35 tercatat sebesar Rp 2,94 trilliun atau tumbuh sebesar 14,05% (yoy). Selain itu, peningkatan konsumsi masyarakat juga tercermin dari meningkatnya konsumsi listrik rumah tangga yang secara tahunan naik sebesar 18,93% (yoy) atau mencapai 312,83 juta Kwh. Grafik 16. Grafik Survey Konsumen 1 Grafik 17. Kredit Konsumsi Papua Barat Sumber: Survei Konsumen KPwBI Papua & Papua Barat Sumber: KPwBI Papua & Papua Barat Kinerja konsumsi rumah tangga pada pertengahan tahun 2014 di Provinsi Papua Barat relatif cukup baik. Meningkatnya lapangan kerja yang ditunjang oleh terus meningkatnya belanja pemerintah dari tahun ke tahun mendorong peningkatan konsumsi masyarakat Papua Barat. Selain itu, pemekaran wilayah yang akan dilakukan baik pada tahun ini maupun tahun depan juga akan semakin meningkatkan konsumsi masyarakat seiring dengan pemerataan kesejahteraan sebagai akibat dari proses pemekaran wilayah tersebut. Grafik 18. Konsumsi Listrik Papua Barat Sumber: PLN Wilyah Papua Ekspor Impor Kinerja ekspor Provinsi Papua Barat pada periode triwulan II-2014 mengalami pertumbuhan yang negatif sebesar -3,96% (yoy) atau berbalik arah dibandingkan pertumbuhan triwulan I-2014 sebesar 1,49% (yoy). Perlambatan tersebut disebabkan oleh menurunnya kontribusi ekspor gas dari salah satu perusahaan dibidang industri pengolahan migas yang mana pada awal triwulan II-2014 aktivitas ekspornya sempat tertahan akibat belum selesainya negosiasi kontrak harga baru dengan salah satu konsumen di China. Namun demikian, berdasarkan informasi terkini, mulai akhir bulan Juni 2014 perusahaan KANTOR PERWAKILAN BI PROVINSI PAPUA & PAPUA BARAT 15

36 sudah dapat melakukan ekspor kembali secara normal seiring telah selesainya proses negosiasi dimaksud. Grafik 19. Perkembangan Volume Ekspor Papua Barat Grafik 20. Perkembangan Nilai Ekspor Papua Barat Sumber: Direktorat Jenderal Bea dan Cukai, diolah Sumber: Direktorat Jenderal Bea dan Cukai, diolah Sementara itu, kinerja impor mengalami pertumbuhan sebesar 6,75% (yoy) atau lebih rendah dibandingkan triwulan sebelumnya yang tumbuh sebesar 11,21% (yoy). Pembelian berbagai barang modal baik oleh pemerintah maupun swasta seiring dengan kegiatan investasi yang dilakukan ditenggarai masih menjadi penyebab naiknya pertumbuhan impor Papua Barat. Kedepan, kegiatan impor ke Provinsi Papua Barat diperkirakan akan mengalami peningkatan seiring dengan semakin maraknya kegiatan investasi di sektor industri pengolahan di Provinsi Papua Barat kedepan Sisi Penawaran Dari sisi penawaran, seluruh sektor ekonomi mengalami pertumbuhan yang positif. Secara rinci pertumbuhan masing-masing sektor ekonomi adalah sebagai berikut: sektor pertanian (2,12%); sektor pertambangan dan penggalian (2,99%): sektor industri pengolahan (28,23%); sektor listrik, gas & air bersih (8,37%); sektor bangunan (10,74%); sektor perdagangan, hotel & restoran (10,75%); sektor angkutan & komunikasi (8,90%); sektor keuangan, perwewaan & jasa perusahaan (14,85%); dan sektor jasa-jasa (6,19%). Lebih lanjut perkembangan rinci pertumbuhan masing-masing sektor ekonomi selama tahun disajikan pada tabel berikut: KANTOR PERWAKILAN BI PROVINSI PAPUA & PAPUA BARAT 16

37 Tabel 13. Pertumbuhan Sektoral PDRB Provinsi Papua Barat Growth PDRB Papua Barat Pertanian 0.55% 2.20% 0.06% 3.09% 2.41% 3.78% 5.84% 2.12% 0.97% 1.36% Pertambangan & Penggalian 14.96% 7.69% 1.10% -0.83% -3.88% -0.93% 2.84% 2.99% 1.78% 2.25% Industri Pengolahan 89.85% 52.04% 2.30% 1.46% 13.41% -0.79% 9.58% 28.23% -3.25% 9.86% Listrik,Gas & Air Bersih 10.08% 8.25% 7.63% 9.34% 8.67% 9.65% 9.45% 8.33% 8.33% 8.65% Bangunan 10.58% 10.39% 11.99% 15.99% 12.03% 11.51% 11.31% 10.73% 15.75% 14.45% Perdagangan, Hotel & Restoran 8.77% 8.02% 9.81% 12.96% 12.51% 12.78% 11.11% 10.75% 9.39% 9.11% Angkutan & Komunikasi 13.13% 11.08% 10.21% 11.93% 10.27% 11.12% 10.65% 8.91% 9.30% 9.29% Keuangan, Persewaan & Jasa Perusahaan 9.12% 11.05% 1.03% 3.46% 10.91% 13.20% 9.57% 14.84% 2.14% 1.11% Jasa - jasa 12.90% 10.11% 8.39% 16.19% 10.71% 10.94% 7.43% 6.19% 5.75% 7.54% TOTAL PDRB 35.83% 24.63% 3.87% 5.23% 9.54% 3.47% 8.52% 15.74% 1.40% 7.79% Sumber: Badan Pusat Statistik Provinsi Papua Barat Sektor Pertanian Sektor pertanian pada periode triwulan II-2014 tumbuh sebesar 1,36% (yoy), tumbuh lebih tinggi jika dibandingkan pertumbuhan pada triwulan I-2014 sebesar 0,97% (yoy). Berbeda halnya dengan yang terjadi di Papua, adanya peningkatan kinerja sektor pertanian di Papua Barat diikuti oleh adanya perbaikan kesejahteraan petani meskipun besaran perbaikan tersebut relatif sangat kecil. Hal tersebut terlihat dari Indeks Nilai Tukar Petani (NTP) Papua Barat pada triwulan II-2014 yang mengalami peningkatan menjadi sebesar 100,66 atau lebih tinggi dari NTP pada akhir triwulan II-2013 yang tercatat sebesar Pencapaian Indeks NTP yang berada diatas angka 100 menunjukan bahwa para petani di Provinsi Papua Barat telah memperoleh penghasilan yang lebih besar dari biaya yang harus mereka keluarkan dalam menjalankan kegiatan usaha di bidang pertanian. Grafik 21. Nilai Tukar Petani Papua Barat Grafik 22. PDRB Sektor Pertanian Papua Barat Sumber: Badan Pusat Statistik Provinsi Papua Barat Sumber: Badan Pusat Statistik Provinsi Papua Barat KANTOR PERWAKILAN BI PROVINSI PAPUA & PAPUA BARAT 17

38 Sektor Industri Pengolahan Sektor-sektor Industri Pengolahan mengalami peningkatan sebesar 9,86% (yoy) atau berbalik arah jika dibandingkan dengan triwulan sebelumnya yang mengalami pertumbuhan sebesar -3,25% (yoy). Secara umum, sektor ini memegang kontribusi terbesar (mencapai 45%) dari total PDRB Papua Barat. Berbeda dengan kondisi pada triwulan sebelumnya, pada triwulan laporan sektor industri pengolahan memberikan sumbangan pertumbuhan yang positif sebesar 4,47% bagi pertumbuhan ekonomi Papua Barat. Peningkatan kinerja sektor industri pengolahan pada triwulan II-2014 terjadi sebagai akibat dari peningkatan produksi gas seiring adanya keyakinan bahwa hambatan dari sisi ekspor akibat adanya proses negosiasi harga baru dengan salah satu konsumennya akan selesai dalam waktu dekat. Secara umum, kinerja sektor industri pengolahan di Provinsi Papua Barat mengalami peningkatan. Hal ini juga dapat tecermin dari aktivitas penggunaan listrik industri pada triwulan laporan yang mengalami peningkatan sebesar 6,59 % atau menjadi sebesar 8,09 juta kwh. Grafik 23. Penggunaan Listrik Sumber: PLN Wilayah Papua Sektor Perdagangan, Hotel Dan Restoran Sektor perdagangan, Hotel dan Restoran (PHR) pada triwulan II-2014 tumbuh sebesar 9,11% (yoy), sedikit lebih rendah dibandingkan pertumbuhan triwulan sebelumnya yang mencapai 9,39% (yoy). Masih tetap bertumbuhnya sektor PHR ditenggarai turut didorong oleh adanya persiapan menjelang bulan ramadhan, dimana beberapa distributor sudah mulai menambah jumlah persediaan barang serta pelaksanaan Pemilu Presiden Selain itu, pertumbuhan sektor PHR juga tercermin dari meningkatnya penyaluran kredit oleh perbankan terhadap sektor perdagangan yang meningkat sebesar 15,93% (yoy) atau mencapai Rp 2,46 triliun. KANTOR PERWAKILAN BI PROVINSI PAPUA & PAPUA BARAT 18

39 Semakin besarnya aliran dana dari pusat ke Pemprov Papua Barat juga mempengaruhi kinerja usaha di sektor PHR akibat meningkatnya belanja Pemerintah Daerah. Pertambahan jumlah penduduk di Provinsi Papua Barat yang konsisten juga akan semakin menggerakkan roda perekonomian terutama di subsektor perdagangan. Terlebih, karena besarnya ketergantungan Provinsi Papua Barat terhadap daerah lain, mengakibatkan masyarakat Provinsi Papua Barat sangat menggantungkan pemenuhan kegiatan konsumsinya dari subsektor perdagangan Sektor Pengangkutan dan Komunikasi Pada triwulan II-2014, sektor pengangkutan dan komunikasi tumbuh sebesar 9,29% (yoy), hampir sama dibandingkan pencapaian triwulan I-2014 yang tercatat sebesar 9,30% (yoy). Masih tingginya pertumbuhan kinerja sektor pengangkutan dan komunikasi tercermin dari tumbuhnya sub sektor angkutan udara dan angkutan laut sebagai jenis angkutan yang paling banyak dipergunakan masyarakat di Papua Barat. Tumbuhnya sektor pengangkutan dan komunikasi terlihat dari perkembangan arus bongkar muat barang di pelabuhan Provinsi Papua Barat yang diprediksi masih tumbuh dikisaran 5-10% (yoy). Selain itu, penambahan rute yang gencar dilakukan oleh beberapa maskapai di wilayah Provinsi Papua Barat, disinyalir juga mendorong pertumbuhan di sektor ini Sektor Keuangan, Persewaan dan Jasa Perusahaan Pada periode laporan, sektor keuangan, persewaan dan jasa perusahaan tumbuh sebesar 1,11% (yoy), tumbuh lebih rendah jika dibandingkan triwulan sebelumnya yang tercatat tumbuh sebesar 2,14% (yoy). Sub sektor Bank memberikan andil yang cukup signifikan terhadap sektor keuangan, persewaan dan jasa perusahaan. Subsektor perbankan masih menjadi penggerak utama dari sektor ini. Sehingga, tumbuhnya pertumbuhan sektor keuangan berkaitan erat dengan angka pertumbuhan Nilai Tambah Bank (NTB) yang juga mengalami pertumbuhan sebesar 18,15% (yoy) dari pertumbuhan triwulan yang sama pada tahun Seiring dengan program inklusi keuangan yang terus dilaksanakan terutama didaerah terpencil seperti berbagai daerah di Provinsi Papua Barat, juga mendorong kinerja sektor keuangan di Provinsi Papua Barat. KANTOR PERWAKILAN BI PROVINSI PAPUA & PAPUA BARAT 19

40 Tabel 14. Perkembangan Nilai Tambah Bank Provinsi Papua Barat KOMPONEN Tw I Tw II Tw III Tw IV Tw I Tw II Tw III Tw IV Tw I Tw II A. PENDEKATAN PENDAPATAN 1. Biaya Tenaga Kerja 24,782 26,515 37,430 42,237 29,658 33,566 40,637 43,537 33,854 35, Surplus 78, , , , , , , , , , Pajak Tak Langsung Neto Penyusutan 2,782 2,874 2,977 3,433 2,654 3,442 3,165 3,780 4,417 3,292 PRODUK BRUTO / NILAI TAMBAH BRUTO 106, , , , , , , , , ,734 B. PENDEKATAN PRODUKSI 1. Hasil imputasi jasa 110, , , , , , , , , , Penerimaan neto dari transaksi devisa (128) (634) (439) (128) (131) (391) (3,668) (1,074) 1,633 (871) 3. Provisi dan komisi 13,936 15,413 15,678 17,136 16,914 18,323 18,623 19,956 19,201 20, Pendapatan operasional lainnya 4,457 5,967 4,977 4,931 4,098 5,282 3,126 17,625 4,136 4,830 GROSS OUTPUT 129, , , , , , , , , , Biaya-biaya antara 22,622 27,452 27,650 36,567 25,228 29,691 29,604 38,148 30,150 32,500 NILAI TAMBAH BRUTO / PRODUK BRUTO 106, , , , , , , , , ,734 Pertumbuhan (%) 7.87% 29.14% 33.09% 31.33% 37.19% 29.56% 17.33% 47.69% 22.68% 18.15% Sumber: Bank Indonesia Sektor Jasa-jasa Pada periode laporan, sektor jasa-jasa tumbuh sebesar 7,54% (yoy), lebih tinggi dibandingkan pertumbuhan pada triwulan sebelumnya yang tercatat sebesar 5,75% (yoy). Hal ini terlihat dari pertumbuhan kredit di sektor jasa-jasa yang mengalami pertumbuhan 114,24% (yoy) dibandingkan dengan triwulan yang sama tahun sebelumnya. Selain itu masuknya beberapa perusahaan yang bergerak di bidang jasa hiburan dan pariwisata akibat semakin dikenalnya raja ampat sebagai salah satu tempat pariwisata terbaik di Indonesia turut mendorong kinerja sektor jasa-jasa. Persiapan pelaksanaan sail Raja Ampat yang akan dilakukan pada tahun ini, juga disinyalir mendorong kinerja sektor ini pada periode berjalan Sektor Bangunan Pada periode laporan, sektor bangunan tumbuh sebesar 14,45% (yoy), lebih rendah dibandingkan pertumbuhan pada triwulan sebelumnya yang tercatat sebesar 15,75% (yoy). Cukup tingginya pertumbuhan sektor ini tercermin dari besarnya realisasi konsumsi semen di Provinsi Papua Barat yang tercatat sebesar sak atau bertumbuh sebesar 84,70% (yoy) jika dibandingkan dengan triwulan yang sama pada tahun sebelumnya. Sepanjang tahun 2014, sektor bangunan diperkirakan mencatatkan pertumbuhan yang cukup signifikan akibat dari persiapan pelaksanaan sail Raja Ampat serta adanya pembangunan di beberapa daerah yang merupakan hasil pemekaran di Provinsi Papua Barat. Dengan adanya pemekaran tersebut tentunya membutuhkan pusat pemerintahan, pusat kota, infrastruktur serta fasilitas umum lainnya. Hal ini menjadi salah satu pendorong tumbuhnya kinerja sektor bangunan sepanjang tahun berjalan. KANTOR PERWAKILAN BI PROVINSI PAPUA & PAPUA BARAT 20

41 Suplemen 1. Sail Raja Ampat 2014 dan Pembangunan Ekonomi di Papua Barat Sail Raja Ampat 2014 (SRA 2014) merupakan kelanjutan dari lima Sail yang telah diselenggarakan oleh Indonesia. Rangkaian sebelumnya adalah Sail Bunaken 2009, Sail Banda 2010, Sail Wakatobi 2011, Sail Morotai 2012, dan Sail Komodo Acara ini dapat disebut sebagai perhelatan maritim Indonesia yang dilakukan dalam skala kolosal. SRA 2014 sendiri menurut Presiden RI diperlukan dalam rangka percepatan pembangunan dan pengembangan potensi sumber daya kelautan dan pariwisata Indonesia guna mewujudkan peningkatan kesejahteraan masyarakat, khususnya masyarakat pesisir dan pulau-pulau kecil, sekaligus menyemarakkan Hari Ulang Tahun Republik Indonesia ke-69 (HUT RI 69) (Keppres No. 10/2014 tentang Panitia Nasional Penyelenggara Sail Raja Ampat). Skala kolosal dalam pelaksanaan SRA 2014 dapat dilihat dari rangkaian acara yang dirancang, besarnya dana yang dialokasikan, jumlah dan ragam peserta yang terlibat, serta pejabat negara maupun undangan yang menghadiri. Rangkaian acara SRA 2014 meliputi setidaknya reli kapal layar, pelayaran Lingkar Nusantara IV, ekspedisi riset kelautan, seminar nasional dan internasional, pameran potensi daerah, olahraga bahari, percepatan pembangunan sarana prasarana, dan Acara Puncak SRA 2014 di Pantai Waisei Torang Cinta. Untuk alokasi dana, Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Raja Ampat menyatakan bahwa dalam rangka persiapan dan pelaksanaan SRA 2014 disediakan anggaran sekitar 170 milyar rupiah. Dana tersebut belum termasuk yang dialokasikan oleh pemerintah pusat dan pemerintah provinsi. Hajatan tersebut dimeriahkan oleh setidaknya tiga ribu orang peserta dari dalam maupun luar negeri. Berbagai instansi pemerintahan, lembaga swasta, korporasi, maupun militer ambil bagian dalam acara tersebut. Puncak acara sendiri dipastikan akan dihadiri oleh Presiden Susilo Bambang Yudhoyono, para menteri, pemimpin lembaga negara, serta undangan dari negara lain. Dampak langsung dari perhelatan ini bagi perekonomian Papua Barat merupakan hal yang niscaya. Hal yang paling terlihat adalah pembangunan infrastruktur pendukung SRA 2014 seperti pembangunan jalan, pelabuhan, dan bandara. Pembangunan lainnya adalah pemercantikan kota serta pengindahan lanskap. Sejalan dengan itu, pembentukan modal tetap (investasi) dalam Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) akan meningkat. Nilai tambah dari sektor Perdagangan, Hotel dan Restoran di triwulan III 2014 besar kemungkinan juga akan mengalami peningkatan signifikan. Dari sisi permintaan agregat, konsumsi baik oleh swasta maupun pemerintah akan meningkat cukup besar. KANTOR PERWAKILAN BI PROVINSI PAPUA & PAPUA BARAT 21

42 Penyelenggaraan SRA 2014, sebagaimana yang diyakini banyak pihak, akan memacu perkembangan sektor pariwisata bahari dan sektor kelautan serta perikanan di Raja Ampat. Obyek-obyek wisata di Raja Ampat sendiri tengah menikmati publisitas yang sangat tinggi seperti yang ditunjukkan oleh berbagai publikasi parwisata, panduan wisata atau pencarian dan review online. SRA 2014 akan lebih meningkatkan lagi popularitasnya. Kendati begitu, peningkatan reputasi itu bisa menjadi ancaman jika tidak diantisipasi dengan kebijakan yang tepat. Peningkatan jumlah kunjungan wisata di satu sisi akan meningkatkan ekonomi di daerah wisata, namun di saat yang sama dapat menurunkan kualitas yang menjadi daya tariknya. Pada akhirnya, wisatawan enggan untuk kembali, perekonomian kembali ke status ex ante, namun dengan obyek wisata yang sudah rusak. Perlu diinformasikan bahwa selain melakukan pembangunan infrastruktur pendukung, Pemkab Raja Ampat dan Pemprov Papua Barat juga giat mendorong pelaku usaha lokal khususnya para pengusaha hotel dan penginapan untuk memperbesar kapasitas layan mereka. Peningkatan kapasitas tersebut jika tidak mampu dimanfaatkan setelah SRA 2014 dapat segera berubah menjadi biaya pemeliharaan yang besar bagi para pelaku usaha. Hal yang sama berlaku bagi pemda. Jika pembangunan infrastruktur secara masif ditujukan terutama untuk mendukung perhelatan akbar tersebut, urusan pemeliharaannya akan menjadi permasalahan besar. Urusan itu akan menjadi masalah jika ternyata tidak banyak pihak yang menerima manfaat dari pembangunannya, sehingga tidak ada tekanan politik untuk memprioritaskannya dalam anggaran pemerintah. Infrastruktur yang kurang terawat pada akhirnya menyebabkan investasi besar yang dilakukan sekarang tidak termanfaatkan di masa mendatang. Tantangan dan potensi ancaman bagi perekonomian yang diuraikan sebelumnya, dapat menjadi momentum untuk memacu pembangunan di Papua Barat secara khusus dan Kawasan Timur Indonesia, apabila diantisipasi dengan kebijakan publik yang tepat. Agar dampak positif dari SRA 2014 dapat terus dinikmati para pemangku kebijakan perlu merancang dan mengimplementasikan kebijakan yang komprehensif terkait pengembangan industri pariwisata, kelautan dan perikanan yang berkelanjutan; konservasi obyek wisata dan lingkungan hidup, penyediaan dan pemeliharaan infrastuktur pendukung; edukasi dan peningkatan peran masyarakat dalam pembangunan; serta pelibatan swasta untuk mendukung peran pemerintah melaksanakan pembangunan. KANTOR PERWAKILAN BI PROVINSI PAPUA & PAPUA BARAT 22

43 BAB 2. PERKEMBANGAN KEUANGAN DAERAH I. Keuangan Daerah Provinsi Papua Dalam asesmen mengenai keuangan daerah di Provinsi Papua akan digunakan data Anggaran Pendapatan dan Belanja (APBD) Pemerintah Daerah Provinsi (Pemprov) Papua sebagai representasi perkembangan keuangan pemerintahan daerah (pemda) di Papua. Secara umum porsi APBD Pemprov tidak mendominasi. Namun demikian, ukuran pemerintah (size of government) dalam hal fiskal, pemprov secara relatif jauh lebih besar dibandingkan pemda-pemda lain di perekonomian Papua (lihat Tabel 30). Alasan lainnya adalah bahwa kompilasi data dari level kabupaten kota tidak dapat dilakukan sewaktu-waktu sesuai kebutuhan Kajian Ekonomi Regional (KER) Bank Indonesia. Oleh karena itu, untuk assesmen perkembangan keuangan pemda digunakan data APBD pemprov untuk menggambarkan aktivitas fiskal di Papua secara keseluruhan. Pemerintah Daerah Tabel 15. Komparasi Ukuran Fiskal Pemda-Pemda di Provinsi Papua dalam miliar rupiah Pendapatan Kontribusi di Total Provinsi dalam miliar rupiah Belanja Kontribusi di Total Provinsi Prov. Papua 10, % 11, % Kab. Asmat 1, % 1, % Kab. Biak Numfor % % Kab. Boven Digoel 1, % 1, % Kab. Deiyai % % Kab. Dogiyai % % Kab. Intan Jaya % % Kab. Jayapura % % Kab. Jayawijaya % % Kab. Kepulauan Yapen % % Kab. Lanny Jaya % % Kab. Mamberamo Raya % % Kab. Mamberamo Tengah % % Kab. Merauke 1, % 1, % Kab. Nabire % % Kab. Nduga % % Kab. Paniai % % Kab. Pegunungan Bintang 1, % 1, % Kab. Puncak 1, % 1, % Kab. Puncak Jaya 1, % % KANTOR PERWAKILAN BI PROVINSI PAPUA & PAPUA BARAT 23

44 Pemerintah Daerah dalam miliar rupiah Pendapatan Kontribusi di Total Provinsi dalam miliar rupiah Belanja Kontribusi di Total Provinsi Kab. Sarmi % % Kab. Supiori % % Kab. Tolikara % % Kab. Waropen % % Kab. Yahukimo % % Kab. Yalimo % % Kota Jayapura 1, % 1, % TOTAL PAPUA 33, % 35, % Sumber: diolah dari Direktorat Jenderal Perimbangan Keuangan, Kementerian Keuangan Republik Indonesia Secara umum postur keuangan daerah (sisi belanja ataupun pendapatan) di Papua mengalami peningkatan pada 2014 (lihat Tabel 31). Kenaikan pada sisi belanja pemerintah diimbangi dengan kemampuan atau ketersediaan pendanaan untuk melakukan belanja tersebut yang dicerminkan oleh sisi pendapatan dan pembiayaannya. Untuk belanja pemerintah, sumber peningkatan belanja tertinggi adalah pos Belanja Langsung (tidak termasuk Belanja Pegawai), 45,7 persen. Sementara itu, untuk pendapatan, pos Pendapatan Asli Daerah (PAD) dan Pendapatan Lain-Lain memiliki pertumbuhan tertinggi, sebesar 310,4 persen. Tabel 16. Perkembangan APBD Pemprov Papua Tahun Anggaran (dalam miliar rupiah) Sumber: Direktorat Jenderal Perimbangan Keuangan, Kementerian Keuangan Republik Indonesia Untuk tahun anggaran 2014, target Pendapatan Pemprov Papua tercatat sebesar Rp10,49 triliun. Angka tersebut meningkat 28,15 persen dibandingkan dengan Saat ini, sumber pendapatan terbesar pemprov adalah dari dana tranfer oleh pemerintah pusat. Namun demikian, pos tersebut pertumbuhannya relatif stabil, meningkat 2,4 persen secara keseluruhan. Sementara itu, pos Pendapatan Asli Daerah (PAD) dan pendapatan lain-lain memiliki pertumbuhan yang relatif sangat tinggi (lihat Tabel 32). Jika kondisi ini terus KANTOR PERWAKILAN BI PROVINSI PAPUA & PAPUA BARAT 24

45 berlangsung, maka ke depannya ketergantungan pemda atas pemerintah pusat dapat semakin berkurang. Tabel 17. Perkembangan Target Pendapatan Pemerintah Daerah Provinsi Papua (dalam miliar rupiah) Uraian APBD 2013 APBD 2014 Pertumbuhan PENDAPATAN 8, , % PENDAPATAN ASLI DAERAH % Pajak Daerah % Retribusi Daerah % Hasil Pengelolaan Kekayaan Daerah Yang Dipisahkan % Lain-lain Pendapatan Asli Daerah Yang Sah % PENDAPATAN TRANSFER 7, , % Dana Perimbangan 2, , % Bagi Hasil Pajak/Bagi Hasil Bukan Pajak % Dana Alokasi Umum 1, , % Dana Alokasi Khusus % Dana Otonomi Khusus & Penyesuaian 4, , % LAIN-LAIN PENDAPATAN YANG SAH , % Sumber: Pemerintah Daerah Provinsi Papua Dari sisi belanja, pemprov mengalokasikan belanja sebesar Rp11,21 triliun pada tahun Angka tersebut meningkat sebesar 24,7 persen jika dibandingkan dengan tahun Tingginya kenaikan belanja pemprov Papua terutama disebabkan oleh peningkatan alokasi Belanja Modal (92,1%); Belanja Bantuan Keuangan Bagi Pemda Lain (102,1%); serta Belanja Barang dan Jasa (27%). Tabel 18. Perkembangan Struktur Belanja Pemerintah Daerah Provinsi Papua (dalam miliar rupiah) URAIAN APBD 2013 APBD 2014 Pertumbuhan Sumber: Pemerintah Daerah Provinsi Papua KANTOR PERWAKILAN BI PROVINSI PAPUA & PAPUA BARAT 25

46 1.1 Pendapatan Pemerintah Daerah Provinsi Papua Per triwulan II-2014, realisasi pendapatan pemprov Papua tercatat sebesar Rp4,09 triliun atau setara 39 persen dari target tahun anggaran ini. Kondisi tersebut relatif mirip dengan kondisi di kuartal yang sama tahun sebelumnya (39,4%). Pos-pos pendapatan yang realisasi pencairan atau pengumpulannya masih di bawah 50 persen per tengah tahun anggaran adalah Pajak Daerah (38,3%); Retribusi Daerah (33,8%); Dana Alokasi Khusus (30,0%); serta Dana Otonomi Khusus dan Penyesuaian (42,6%). Khusus untuk Dana Otonomi Khusus dan Penyesuaian, meskipun realisasi hingga pertengahan tahun anggaran masih di bawah 50 persen, namun pada tahun ini realisasinya relatif lebih tinggi dibandingkan periode yang sama di tahun 2013 yang hanya mencapai 31,4%. Tabel 19. Perkembangan Realisasi Pendapatan Pemerintah Daerah Provinsi Papua (dalam miliar rupiah) Uraian Sumber: Pemerintah Daerah Provinsi Papua Realisasi s.d Triwulan II-2013 Realisasi s.d Triwulan II-2014 Nominal Realisasi APBD Nominal Realisasi APBD PENDAPATAN 3, % 4, % PENDAPATAN ASLI DAERAH % % Pajak Daerah % % Retribusi Daerah % % Hasil Pengelolaan Kekayaan Daerah Yang Dipisahkan % % Lain-lain Pendapatan Asli Daerah Yang Sah % % PENDAPATAN TRANSFER 2, % 3, % Dana Perimbangan 1, % 1, % Bagi Hasil Pajak & Bagi Hasil Bukan Pajak % % Dana Alokasi Umum 1, % 1, % Dana Alokasi Khusus % % Dana Otonomi Khusus & Penyesuaian 1, % 2, % LAIN-LAIN PENDAPATAN YANG SAH % % 1.2. Pengeluaran Pemerintah Daerah Provinsi Papua Sama seperti kinerja sisi pendapatan, sisi pengeluaran keuangan pemda secara umum juga menunjukkan kinerja yang relatif stabil. Per triwulan II 2014, realisasi belanja pemprov Papua tercatat sebesar Rp1,95 triliun atau setara 19,2 persen total tahun berjalan. Secara nominal, realisasi tersebut meningkat dibandingkan triwulan II 2013, namun jika dilihat secara relatif terhadap total belanja, kinerjanya menunjukkan sedikit penurunan. Penurunan kinerja relatif ini, apabila dicermati sama sekali tidak menunjukkan penurunan kualitas kapasitas institusional pemda dalam mengelola kebijakan fiskalnya. Penurunan relatif yang terjadi lebih tepat jika ditafsirkan sebagai cerminan kurangnya fleksibilitas existing institusi pemda dalam merespon peningkatan alokasi belanjanya. Kenaikan total alokasi belanja yang cukup tinggi, tidak dapat segera diimbangi dengan kemampuan menyerap anggaran yang telah dialokasikan. KANTOR PERWAKILAN BI PROVINSI PAPUA & PAPUA BARAT 26

47 Hal yang perlu mendapatkan perhatian khusus adalah kemampuan pemda untuk menyerap alokasi Belanja Modal. Belanja Modal per triwulan II 2014 menunjukkan tingkat penyerapan terendah (hanya mencapai 1,3%) dibandingkan pos-pos lain. Jika dibandingkan dengan periode yang sama di 2013, penyerapan ini menunjukkan penurunan yang cukup signifikan, baik secara nominal maupun relatif terhadap total yang dianggarkan. Realisasi yang rendah tersebut pada dasarnya cukup wajar, jika memperhatikan pola dan tahapan administrasi pemerintahan yang harus dilalui dalam pencairannya. Namun demikian, praktik memacu pencairan sebagian besar alokasi di triwulan III dan IV tahun anggaran pada gilirannya dapat menyebabkan inefisiensi realisasi anggaran. Inefisiensi tersebut juga akan berdampak pada kualitas barang dan jasa publik yang dihasilkan. Artinya, peningkatan alokasi Belanja Modal tidak akan serta-merta berdampak positif terhadap perekonomian secara umum, jika realisasinya tidak dilakukan secara efisien. Tabel 20. Perkembangan Realisasi Belanja Pemerintah Daerah Provinsi Papua (dalam miliar rupiah) URAIAN Realisasi s.d Triwulan II-2013 Realisasi s.d Triwulan II-2014 Nominal Realisasi APBD Nominal Realisasi APBD Sumber: Pemerintah Daerah Provinsi Papua 1.3. Surplus, Defisit dan Pembiayaan Untuk 2014, secara anggaran Pemprov Papua menjalankan anggaran defisit. Kendati demikian, jika komponen pembiayaan defisit tersebut diperhatikan dengan seksama, maka dapat ditemukan sumber utama pembiayaannya adalah Sisa Lebih Perhitungan Anggaran Tahun Sebelumnya (SiLPA). Artinya, defisit fiskal yang terjadi lebih disebabkan oleh mismatch antara anggaran dan realisasi yang dilakukan oleh pemda, sehingga menyebabkan alokasi dana di tahun sebelumnya harus di-carry over ke tahun anggaran berjalan. Dalam konteks demikian, defisit fiskal yang persisten tersebut bukanlah indikasi memburuknya kesehatan atau keberlanjutan keuangan pemda di Papua. Namun lebih kepada kebijakan balance budgeting yang dijalankan oleh pemprov. KANTOR PERWAKILAN BI PROVINSI PAPUA & PAPUA BARAT 27

48 Tabel 21. Perkembangan Keseimbangan Fiskal Pemerintah Provinsi Papua (dalam miliar rupiah) URAIAN SURPLUS / (DEFISIT) (150.00) (715.97) % PENERIMAAN PEMBIAYAAN DAERAH % Sisa Lebih Perhitungan Anggaran Tahun Anggaran Sebelumnya % PENGELUARAN PEMBIAYAAN DAERAH % Pembentukan Dana Cadangan % Penyertaan Modal (Investasi) Pemerintah Daerah % Pembayaran Pokok Utang % PEMBIAYAAN NETTO (150.00) % Sumber: Pemerintah Daerah Provinsi Papua ANGGARAN 2013 ANGGARAN 2014 PERTUMBUHAN Realisasi anggaran per triwulan II 2014 sendiri menunjukkan bahwa sejauh ini pemprov Papua mengalami surplus anggaran sebesar Rp2,14 triliun. Berdasarkan tren historis, surplus tersebut diprakirakan akan digunakan sebagian besar di triwulan III dan IV. Tabel 22. Realisasi APBD Provinsi Papua Triwulan II-2014 (dalam miliar rupiah) ANGGARAN Realisasi s.d URAIAN 2014 Triwulan II-2014 SURPLUS /(DEFISIT) (715.97) 2, PENERIMAAN PEMBIAYAAN DAERAH Sisa Lebih Perhitungan Anggaran Tahun Anggaran Sebelumnya PENGELUARAN PEMBIAYAAN DAERAH Pembentukan Dana Cadangan - Penyertaan Modal (Investasi) Pemerintah Daerah Pembayaran Pokok Utang - PEMBIAYAAN NETTO (90.00) Sumber: Pemerintah Daerah Provinsi Papua II. Keuangan Daerah Provinsi Papua Barat Sebagaimana yang dilakukan untuk Provinsi Papua, assesmen akan dilakukan pada level pemprov saja. Secara umum besaran keuangan daerah di Papua Barat juga mengalami peningkatan pada 2014 (lihat Tabel 36). Kenaikan pada sisi belanja pemerintah diimbangi dengan kemampuan atau ketersediaan pendanaan pemda yang dicerminkan oleh sisi pendapatan dan pembiayaannya. Untuk belanja pemerintah, sumber peningkatan belanja tertinggi adalah pos Belanja Tidak Langsung (tidak termasuk Belanja Pegawai), 48,4 persen. Sementara itu, untuk pendapatan, pos Pendapatan Asli Daerah (PAD) dan Pendapatan Lain- Lain memiliki pertumbuhan tertinggi (43,3%), meskipun kontribusinya dalam total pendapatan masih relatif sangat kecil. KANTOR PERWAKILAN BI PROVINSI PAPUA & PAPUA BARAT 28

49 Tabel 23. Perkembangan Target Pendapatan Pemerintah Daerah Provinsi Papua Barat (dalam miliar rupiah) Uraian APBD 2013 APBD 2014 Pertumbuhan PENDAPATAN 4, , % PENDAPATAN ASLI DAERAH % Pajak Daerah % Retribusi Daerah % Hasil Pengelolaan Kekayaan Daerah Yang Dipisahkan % Lain-lain Pendapatan Asli Daerah Yang Sah % PENDAPATAN TRANSFER 4, , % Dana Perimbangan 1, , % Bagi Hasil Pajak & Bagi Hasil Bukan Pajak , % Dana Alokasi Umum 1, , % Dana Alokasi Khusus % Dana Otonomi Khusus & Penyesuaian 2, , % LAIN-LAIN PENDAPATAN YANG SAH % Sumber: Pemerintah Daerah Provinsi Papua Barat Untuk tahun anggaran 2014, Pemprov Papua Barat menargetkan Pendapatan sebesar Rp5,27 triliun. Angka tersebut meningkat sebesar 24 persen, jika dibandingkan dengan Dari seluruh sumber pendapatan pemda, pos dana transfer oleh pemerintah pusat mendominasi total pendapatan. Pos tersebut juga memiliki peningkatan yang cukup tinggi (33,1%), terutama didorong oleh kenaikan Dana Bagi Hasil (DBH). DBH yang sebelumnya nilainya hanya separuh nilai Dana Alokasi Umum (DAU), kini memiliki nilai yang sama dengan DAU. Sementara itu, pos Pendapatan Asli Daerah (PAD) dan pendapatan lainlain memiliki pertumbuhan yang relatif sama dengan Pendapatan Transfer (lihat Tabel 36). Artinya ke depan, kebijakan fiskal daerah di Papua Barat masih akan sangat terpengaruh kebijakan fiskal pemerintah pusat. Tabel 24. Perkembangan Struktur Belanja Pemerintah Daerah Provinsi Papua Barat (dalam miliar rupiah) Sumber: Pemerintah Daerah Provinsi Papua Barat KANTOR PERWAKILAN BI PROVINSI PAPUA & PAPUA BARAT 29

50 Dari sisi belanja, pemprov mengalokasikan belanja sebesar Rp5,87 triliun pada Angka tersebut meningkat sebesar 38 persen jika dibandingkan dengan Tingginya kenaikan belanja pemprov Papua Barat terutama disebabkan oleh peningkatan alokasi Belanja Modal (61,7%); Belanja Bantuan Keuangan Bagi Pemda Lain (146%); serta Belanja Bagi Hasil kepada pemerintah lainnya (31,5%). 2.1 Pendapatan Pemerintah Daerah Provinsi Papua Barat Realisasi pendapatan pemprov Papua Barat tercatat sebesar Rp2,01 triliun atau setara 38 persen dari target tahun anggaran ini. Dibandingkan periode yang sama di 2013, realisasi pendapatan total menunjukkan penurunan. Triwulan II 2013 mencatatkan nilai realisasi Rp2,47 triliun (58,1%). Namun demikian, angka realisasi yang tinggi di 2013 tampaknya bukan merupakan kecenderungan perilaku fiskal Papua. Di 2013, terlihat realisasi DBH mencapai 181,1 persen atau melebihi dari target anggaran. Persentase realisasi yang tinggi itu lebih diakibatkan oleh perubahan kebijakan alokasi dana transfer oleh pemerintah pusat di tengah tahun anggaran berjalan. Sementara itu, realisasi di pos-pos selain DBH, pola 2014 menunjukkan kemiripan dengan yang di Pos-pos pendapatan yang realisasi pencairan atau pengumpulannya di bawah 50 persen per tengah tahun anggaran adalah DBH (32,0%); DAK (30,0%); serta Dana Otonomi Khusus dan Penyesuaian (30,9%). Untuk PAD, secara keseluruhan telah melampaui 50 persen dari yang ditargetkan. Tabel 25. Realisasi Pendapatan Provinsi Papua Barat Triwulan II-2014 (dalam miliar rupiah) Uraian Sumber: Pemerintah Daerah Provinsi Papua Barat Realisasi s.d Triwulan II-2013 Realisasi s.d Triwulan II-2014 Nominal Realisasi APBD Nominal Realisasi APBD PENDAPATAN 2, % 2, % PENDAPATAN ASLI DAERAH % % Pajak Daerah % % Retribusi Daerah % % Hasil Pengelolaan Kekayaan Daerah Yang Dipisahkan - 0.0% - 0.0% Lain-lain Pendapatan Asli Daerah Yang Sah % % PENDAPATAN TRANSFER 2, % 1, % Dana Perimbangan 1, % 1, % Bagi Hasil Pajak & Bagi Hasil Bukan Pajak 1, % % Dana Alokasi Umum % % Dana Alokasi Khusus % % Dana Otonomi Khusus & Penyesuaian % % LAIN-LAIN PENDAPATAN YANG SAH Pengeluaran Pemerintah Daerah Provinsi Papua Barat Per triwulan II-2014, Pemprov Papua Barat telah merealisasikan Rp1,36 triliun anggaran belanjanya atau setara 23,2 persen total tahun berjalan. Realisasi tersebut jauh meningkat, baik secara nominal maupun proporsi total alokasi, dibandingkan triwulan II KANTOR PERWAKILAN BI PROVINSI PAPUA & PAPUA BARAT 30

51 Pos yang realisasi tengah tahunnya telah melampaui 50 persen adalah pos Belanja Bantuan Sosial dan Belanja Bagi Hasil. Selain kedua pos belanja tersebut, rata-rata realisasinya masih jauh di bawah 50 persen. Tabel 26. Realisasi Pengeluaran Provinsi Papua Barat Triwulan I-2014 (dalam miliar rupiah) URAIAN Realisasi s.d Triwulan II-2013 Realisasi s.d Triwulan II-2014 Nominal Realisasi APBD Nominal Realisasi APBD Sumber: Pemerintah Daerah Provinsi Papua Barat 1.3. Surplus, Defisit dan Pembiayaan Sama seperti Papua, secara anggaran Pemprov Papua Barat menjalankan kebijakan fiskal defisit, meskipun secara riil sebenarnya yang dilakukan merupakan kebijakan balance budgeting. Realisasi anggaran per triwulan II 2014 sendiri menunjukkan bahwa pemprov Papua Barat mencatatkan surplus sebesar Rp647,87 miliar. Berdasarkan praktik yang umum terjadi di berbagai daerah, penggunaan surplus dan realisasi berbagai pos belanja diprakirakan akan dipacu di triwulan III dan IV. Tabel 27. Realisasi Pembiayaan Provinsi Papua Barat Triwulan I-2014 (dalam miliar rupiah) Realisasi s.d URAIAN ANGGARAN 2014 Triwulan II-2014 SURPLUS /(DEFISIT) (599.86) PENERIMAAN PEMBIAYAAN DAERAH Sisa Lebih Perhitungan Anggaran Tahun Anggaran Sebelumnya PENGELUARAN PEMBIAYAAN DAERAH Pembentukan Dana Cadangan - - Penyertaan Modal (Investasi) Pemerintah Daerah Pembayaran Pokok Utang - - PEMBIAYAAN NETTO Sumber: Pemerintah Daerah Provinsi Papua Barat KANTOR PERWAKILAN BI PROVINSI PAPUA & PAPUA BARAT 31

52 HALAMAN INI SENGAJA DIKOSONGKAN KANTOR PERWAKILAN BI PROVINSI PAPUA & PAPUA BARAT 32

53 BAB 3. PERKEMBANGAN HARGA 1. Provinsi Papua 1.1. Kondisi Umum Provinsi Papua Pada tahun 2014, inflasi Provinsi Papua dihitung berdasarkan pencapaian inflasi Kota Jayapura dan Kota Merauke. Sampai dengan periode triwulan II-2014, inflasi Provinsi Papua 5 tercatat sebesar 7,40% (yoy) lebih rendah dibandingkan triwulan I-2014 yang tercatat sebesar 9,58% (yoy). Jika dilihat secara triwulanan, Papua tercatat mengalami deflasi sebesar -0,78% (qtq) atau berbalik arah jika dibandingkan dengan triwulan I-2014 yang mengalami inflasi sebesar 2,34% (qtq). Jika dibandingkan dengan inflasi nasional, laju inflasi tahunan Papua tercatat lebih tinggi, dimana inflasi nasional pada triwulan II-2014 tercatat sebesar 6,70% (yoy) Grafik 24. Perbandingan Inflasi Papua dengan Inflasi Nasional I II III IV I II III IV I II Inflasi Papua mtm Inflasi Papua yoy Inflasi Nasional mtm Inflasi Nasional yoy Sumber: Badan Pusat Statistik, diolah Secara umum, pencapaian inflasi tahunan yang terjadi pada triwulan II-2014 masih diakibatkan oleh masih terekamnya dampak kenaikan harga BBM yang terjadi pada tahun lalu, dimana indeks harga beberapa Komoditas barang yang tergolong kedalam bahan makanan, kelompok transpor, komunikasi & jasa keuangan dan kelompok makanan jadi masih mencatatkan inflasi tahunan yang cukup tinggi. Namun demikian, jika dilihat secara triwulanan inflasi pada triwulan II-2014 justru mengalami penurunan yang signifikan. Hasil produksi beberapa komoditas pertanian dan perikanan yang relatif meningkat akibat Kondisi cuaca yang mendukung turut menjamin terjaganya pasokan bagi kebutuhan masyarakat di 5 Perhitungan Inflasi tahunan Provinsi Papua dilakukan dengan menggunakan pendekatan bobot kabupaten/kota yang dirilis oleh BPS Nasional. KANTOR PERWAKILAN BI PROVINSI PAPUA & PAPUA BARAT 33

54 Papua. Selain itu, terjaganya kelancaran pasokan barang yang berasal dari daerah lain ke Papua juga turut mendorong terkendalinya harga barang-barang pada triwulan laporan. Deflasi triwulanan Papua secara dominan disumbang oleh penurunan indeks kelompok bahan makanan yang nilainya mencapai -4,67% (qtq) dan kelompok Transpor, Komunikasi & Jasa Keuangan yang tercatat mengalami penurunan sebesar 0,93% (qtq), sedangkan kelompok barang dan jasa lainnya mengalami kenaikan. Hal tersebut terjadi karena tingginya besaran penurunan kelompok bahan makanan disamping kelompok tersebut juga memiliki bobot penilaian yang paling besar. Dapat diinformasikan juga bahwa kelompok barang dan jasa yang mengalami kenaikan pada triwulan laporan adalah sebagai berikut : kelompok Makanan Jadi, Minuman, Rokok dan Tembakau sebesar 0,99% (qtq), kelompok Perumahan, Air, Listrik, Gas dan Bahan Bakar sebesar 0,27% (qtq), kelompok kesehatan sebesar 0,33% (qtq), kelompok sandang sebesar 0,16% (qtq), serta kelompok kelompok Pendidikan, Rekreasi dan Olahraga sebesar 0,12% (qtq) Kondisi Umum Inflasi Kota Jayapura Sampai dengan bulan Juni 2014, inflasi tahunan Kota Jayapura tercatat sebesar 6,87% (yoy). Pencapaian inflasi Jayapura lebih rendah jika dibandingkan dengan pencapaian inflasi Provinsi Papua, namun inflasi kota Jayapura masih lebih tinggi jika dibandingkan dengan pencapaian inflasi tahunan nasional yang mencapai 6,70% (yoy). Jika dilihat secara triwulanan, inflasi Jayapura tercatat mengalami penurunan atau deflasi sebesar 1,24% (qtq), berbalik arah jika dibandingkan dengan pencapaian pada triwulan yang sama tahun sebelumnya yang mengalami inflasi sebesar 2,12% (qtq). Pada triwulan II-2014, deflasi kelompok bahan makanan menjadi penyumbang utama terjadinya deflasi secara triwulanan yang tercatat sebesar -6,58% (qtq). Melimpahnya pasokan komoditas perikanan dan pertanian (a.l bumbu-bumbuan, sayur-sayuran, dll.) menjadi penyebab penurunan indeks harga kelompok bahan makanan. Sementara itu, hampir seluruh kelompok lainnya justru mengalami inflasi secara triwulanan meskipun besaran kenaikannya relatif kecil. Kelompok transpor, komunikasi dan jasa keuangan mencatatkan inflasi tertinggi sebesar 1,17% (qtq), akibat adanya kenaikan harga tarif angkutan udara dan laut yang biasanya terjadi ketika masa liburan sekolah. Penyumbang inflasi terbesar selanjutnya adalah kelompok makanan jadi, minuman, rokok dan tembakau sebesar 1,10% (qtq), kelompok kesehatan sebesar 0,31% (qtq) dan kelompok perumahan, air, listrik dan bahan bakar sebesar 0,30% (qtq). KANTOR PERWAKILAN BI PROVINSI PAPUA & PAPUA BARAT 34

55 Sumber: BPS Provinsi Papua Tabel 28. Perkembangan Inflasi Kota Jayapura 2013 Kelompok Komoditi IHK MTM YTD QTQ YOY IHK MTM YTD QTQ YOY IHK MTM YTD QTQ YOY Bahan Makanan Makanan Jadi, Minuman, Rokok & Tembakau Perumahan, Air, Listrik, Gas & Bahan Bakar Sandang Kesehatan Pendidikan, Rekreasi dan Olahraga Transpor, Komunikasi & Jasa Keuangan Inflasi Jayapura TW I 2014 TW II Disagregasi dan Faktor-faktor yang Mempengaruhi Inflasi Jika dilihat berdasarkan inflasi tahunan, hampir seluruh kelompok disagregasi (core, volatile food, dan administered) tercatat mengalami inflasi. Akan tetapi, secara triwulanan laju inflasi berdasarkan disagregasi kelompok menunjukan arah yang cukup beragam. Pada triwulan II-2014, inflasi triwulanan kelompok inti (core) tercatat sebesar 0,20% (qtq). Adapun penyumbang inflasi pada kelompok ini adalah sub sarana penunjang transpor akibat meningkatnya harga beberapa suku candang kendaraan atau alat angkut lainnya yang terjadi menjelang periode liburan dan arus mudik, sub kelompok makanan jadi akibat meningkatnya harga makanan seperti kue kaleng, kue kering, dll., sub kelompok penyelenggaraan rumah tangga akibat meningkatnya harga beberapa barang rumah tangga dan sub kelompok minuman yang tidak beralkohol. Pada dasarnya, menjelang pelaksanaan ibadah puasa harga beberapa barang kebutuhan pokok memang cenderung mengalami kenaikan harga sebagai akibat dari persiapan distributor untuk memenuhi kebutuhan masyarakat yang meningkat menjelang ramadhan dan hari raya idul fitri. Selanjutnya, kelompok volatile food pada triwulan laporan justru mencatatkan deflasi sebesar -6,84% (qtq). Angka penurunan tersebut dinilai cukup tinggi mengingat secara pola historis kelompok tersebut selalu mencatatkan inflasi setiap waktunya. Penurunan yang cukup signifikan terjadi pada harga beberapa komoditas pertanian dan perikanan sebagai akibat meningkatnya pasokan seiring semakin membaiknya kondisi cuaca pada pertengahan tahun Adapun secara lebih detail pencapaian deflasi tersebut disumbang oleh beberapa sub kelompok sebagai berikut: sub kelompok ikan segar akibat menurunnya harga ikan di pasaran seperti: ekor kuning, salam, cakalang,dll., sub kelompok bumbu-bumbuan akibat menurunnya harga cabai merah, cabai rawit dan bawang merah, sub kelompok sayursayuran akibat menurunnya harga buncis, bayam, sawi dan tomat dan sub kelompok daging dan hasilnya akibat menurunnya harga daging sapi dan daging ayam. KANTOR PERWAKILAN BI PROVINSI PAPUA & PAPUA BARAT 35

56 Sementara itu, inflasi triwulanan pada kelompok administered prices tercatat relatif tinggi sebesar 1,15% (qtq). Pencapaian inflasi tersebut terjadi seiring adanya kenaikan harga pada kelompok transportasi. Hal tersebut terjadi karena adanya peningkatan harga tiket pesawat udara yang terjadi pada masa libur sekolah dan menjelang pelaksanaan bulan Ramadhan. Selain itu, adanya kenaikan Tarif Dasar Listrik (TDL) oleh Pemerintah juga turut menyumbang inflasi yang berasal dari sub kelompok bahan bakar, penerangan dan air. Sumber: BPS diolah Tabel 29. Disagregasi Inflasi Kota Jayapura I II III IV I II III IV I II Inflasi Core (mtm) Inflasi Core (qtq) Inflasi Core (yoy) Inflasi Volatile (mtm) Inflasi Volatile (qtq) Inflasi Volatile (yoy) Inflasi Adm Price (mtm) Inflasi Adm Price (qtq) Inflasi Adm Price (yoy) Komponen Disagregasi Core Volatile Foods Adm Price Grafik 25. Disagregasi Inflasi Kota Jayapura Grafik 26. Perkembangan Survei Konsumen Sumber: BPS Provinsi Papua Sumber: KPwBI Papua & Papua Barat 1.2 Inflasi Menurut Kelompok Komoditas Kelompok Bahan Makanan Kelompok bahan makanan mengalami deflasi sebesar -4,67% (qtq), pencapaian tersebut berbalik arah dibandingkan triwulan sebelumnya yang tercatat mengalami inflasi sebesar 5,11% (qtq). Hasil produksi beberapa komoditas pertanian dan perikanan yang relatif meningkat akibat Kondisi cuaca yang mendukung serta lancarnya pasokan beberapa komoditas bahan makanan dari daerah pemasok semakin menjamin terjaganya pasokan bagi bagi kebutuhan masyarakat di Papua. Secara spesifik, sub kelompok yang menjadi penyumbang deflasi terbesar, adalah: sub kelompok ikan segar (ikan ekor kuning, salam, cakalang,dll.), sub kelompok bumbu-bumbuan (cabai merah, cabai rawit dan bawang merah), sub kelompok sayur-sayuran (buncis, bayam, sawi dan tomat) dan sub kelompok daging dan hasilnya (daging sapi dan daging ayam). KANTOR PERWAKILAN BI PROVINSI PAPUA & PAPUA BARAT 36

57 Kelompok Makanan Jadi, Minuman, Rokok dan Tembakau kelompok makanan jadi, minuman, rokok dan tembakau adalah komoditas barang yang mengalami inflasi tertinggi pada triwulan laporan. Kelompok ini pada triwulan II-2014 mengalami inflasi triwulanan sebesar 0,99% (qtq). Secara triwulanan inflasi tersebut lebih rendah jika dibandingkan dengan triwulan sebelumnya yang tercatat sebesar 2,94% (yoy). Terjadinya inflasi pada kelompok makanan jadi disebabkan oleh adanya pelaksanaan pileg dan event piala dunia Hal tersebut menyebabkan terjadinya kenaikan harga akibat adanya tekanan permintaan terhadap beberapa produk makanan jadi seperti kue kering, kue basah, minuman kaleng, dsb. Adapun, sub kelompok yang menjadi penyumbang inflasi terbesar, adalah: sub kelompok Makanan Jadi dan sub kelompok Minuman yang tidak beralkohol Kelompok Perumahan, Air Dan Listrik. Kelompok ini pada triwulan laporan mengalami inflasi sebesar 0,27% (qtq), angka tersebut lebih rendah dari inflasi pada triwulan sebelumnya yang tercatat sebesar 2,03% (qtq). Inflasi pada kelompok ini relatif berada pada level yang cukup terkendali. Meningkatnya harga beberapa barang-barang kebutuhan rumah tangga (seperti sabun dan pembersih) serta harga beberapa perlengakapan rumah tangga (terutama peralatan makan dan karpet) menjadi penyumbang inflasi kelompok ini. Adapun sub kelompok lainnya yang turut mendorong inflasi adalah sub kelompok biaya tempat tinggal yang terjadi sebagai akibat meningkatnya harga komoditas bahan-bahan bangunan (seperti: batu bata, cat, pasir, kayu, dll.) Kelompok Sandang Pada triwulan II-2014, Kelompok sandang mengalami inflasi sebesar 0,16% (qtq), angka tersebut lebih rendah dibandingkan inflasi yang tercatat pada triwulan sebelumnya sebesar 0,69% (qtq). Faktor pendorong inflasi di sektor sandang disebabkan oleh meningkatnya ongkos jahit pakaian yang seringkali terjadi beberapa waktu sebelum perayaan Idul Fitri sebagai akibat dari meningkatnya permintaan Kelompok Kesehatan Kelompok ini pada triwulan II-2014 mengalami inflasi sebesar 0,33% (qtq), lebih rendah dibandingkan inflasi pada triwulan sebelumnya sebesar 0,70% (qtq). Masih terjadinya inflasi pada triwulan laporan akibat kenaikan harga pada sub kelompok jasa perawatan jasmani dan kosmetika akibat menigkatnya harga perawatan kecantikan serta kenaikan pada sub kelompok jasa perawatan jasmani. KANTOR PERWAKILAN BI PROVINSI PAPUA & PAPUA BARAT 37

58 Pendidikan, Rekreasi dan Olahraga Kelompok Pendidikan, Rekreasi dan Olah raga pada triwulan II-2014 mengalami inflasi 0,12% (qtq), angka tersebut lebih tinggi jika dibandingkan dengan triwulan sebelumnya sebesar 0,01% (qtq). Kenaikan inflasi pada kelompok ini terjadi sebagai akibat meningkatnya harga kebutuhan rekreasi seiring memasuki masa liburan panjang sekolah. Namun demikian, kenaikan inflasi pada kelompok ini tidak terlalu memberikan dampak yang signifikan terhadap pencapaian inflasi secara keseluruhan. Hal ini dikarenakan kecilnya bobot inflasi dari jenis kelompok ini Transpor, Komunikasi & Jasa Keuangan Kelompok Transportasi, Komunikasi dan Jasa Keuangan pada triwulan II-2014 mengalami inflasi sebesar 0,93% (qtq), berbalik arah jika dibandingkan triwulan sebelumnya yang mencatatkan deflasi sebesar 0,84% (qtq). Meningkatnya tekanan inflasi pada triwulan laporan dibandingkan triwulan sebelumnya didorong terutama disebabkan oleh adanya peningkatan yang berasal dari sub kelompok transpor dan sub kelompok sarana penunjang transpor sebagai akibat adanya adanya kenaikan permintaan jasa transportasi selama masa liburan sekolah. 2. Provinsi Papua Barat 2.1. Kondisi Inflasi Secara Umum Pada triwulan II-2014, inflasi gabungan di Provinsi Papua Barat tercatat sebesar 5.27% (yoy) atau secara triwulanan tercatat mengalami inflasi yang rendah sebesar 0,78% (qtq). Angka pertumbuhan tahunan inflasi sedikit mengalami penurunan jika dibandingkan dengan triwulan I-2014 yang tercatat pada level 5,77% (yoy), sementara secara triwulanan terjadi peningkatan dari triwulan sebelumnya yang sebesar 0,30% (qtq). Inflasi tahunan di Kota Manokwari tercatat sebesar 3,53% (yoy), lebih tinggi jika dibandingkan angka inflasi pada triwulan sebelumnya sebesar 3,46% (yoy). selanjutnya, inflasi tahunan Kota Sorong juga tercatat pada level yang cukup terkendali, yaitu sebesar 4,47% (yoy). Angka tersebut lebih rendah dibandingkan pencapaian inflasi pada triwulan sebelumnya yang tercatat sebesar 6,56% (yoy). Selain itu, dapat diinformasikan juga bahwa pencapaian inflasi Papua Barat juga lebih rendah dibandingkan dengan inflasi nasional yang tercatat sebesar 6,7% (yoy). KANTOR PERWAKILAN BI PROVINSI PAPUA & PAPUA BARAT 38

59 Kelompok Komoditi Sumber: BPS Provinsi Papua Barat Tabel 30. Perkembangan Inflasi Provinsi Papua Barat 2013 IHK MTM YTD QTQ YOY IHK MTM YTD QTQ YOY IHK MTM YTD QTQ YOY Bahan Makanan Makanan Jadi, Minuman, Rokok & Tembakau Perumahan, Air, Listrik, Gas & Bahan Bakar Sandang Kesehatan Pendidikan, Rekreasi dan Olahraga Transpor, Komunikasi & Jasa Keuangan Inflasi Papua Barat (Inflasi MTM,YOY, QTQ = %) TW I 2014 TW II 2.2. Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Inflasi Inflasi triwulanan di Provinsi Papua Barat pada triwulan II-2014 terjadi hampir pada semua kelompok komoditas barang dan jasa. Inflasi tertinggi di Papua Barat berasal dari kelompok makanan jadi, minuman, rokok dan tembakau yang tercatat sebesar 2,71% (qtq). Inflasi tertinggi berikutnya disumbangkan oleh kelompok perumahan, air, listrik, gas dan bahan bakar sebesar 0,91% (qtq). Meningkatnya inflasi dari kelompok makanan jadi, minuman, rokok dan tembakau terjadi akibat adanya peningkatan permintaan masyarakat yang terjadi seiring adanya perayaan event sepak bola dunia dan pemilu legislatif. Selain itu, meningkatnya harga beberapa barang perlengkapan rumah tangga serta bahan-bahan material bangunan menjadi penyebab dari terjadinya inflasi pada kelompok Perumahan, Air, Listrik, Gas & Bahan Bakar. Sepanjang triwulan II-2014, Inflasi tahunan dan triwulanan atas seluruh kelompok barang dan jasa di Provinsi Papua Barat adalah sebagai berikut: kelompok bahan makanan mencatatkan inflasi tahunan sebesar 3,66% (yoy) atau secara triwulanan sebesar 0,10% (qtq); kelompok Makanan Jadi, Minuman, Rokok & Tembakau mencatatkan inflasi tahunan sebesar sebesar 8,00% (yoy) atau secara triwulanan sebesar 2,71% (qtq); kelompok Perumahan, Air, Listrik, Gas & Bahan Bakar mencatatkan inflasi tahunan sebesar 4,40% (yoy) atau secara triwulanan sebesar 0,91% (qtq); kelompok sandang mencatatkan inflasi tahunan sebesar -0,72% (yoy) atau secara triwulanan sebesar 0,12% (qtq); kelompok kesehatan mencatatkan inflasi tahunan sebesar 5,71% (yoy) atau secara triwulanan 0,90% (qtq); kelompok Pendidikan, Rekreasi dan Olahraga mencatatkan inflasi tahunan sebesar 3,56% (yoy) atau secara triwulanan sebesar 0,34% (qtq); kelompok Transpor, Komunikasi & Jasa Keuangan mencatatkan inflasi tahunan sebesar 10,00% (yoy) atau secara triwulanan sebesar 0,66% (qtq). KANTOR PERWAKILAN BI PROVINSI PAPUA & PAPUA BARAT 39

60 2.2.1 Kelompok Bahan Makanan Kelompok bahan makanan pada triwulan II-2014 mengalami inflasi triwulanan sebesar - 0,10% (qtq), angka tersebut lebih tinggi dibanding triwulan sebelumnya yang tercatat mengalami deflasi sebesar -0,18% (qtq). Seperti di Provinsi Papua, kondisi tersebut terjadi seiring melimpahnya pasokan beberapa komoditas pertanian dari beberapa sentra produksi yang terdapat di wilayah Papua Barat akibat semakin baiknya kondisi cuaca serta lancarnya pasokan dari daerah penghasil. Sedangkan inflasi terjadi pada beberapa sub kelompok lainnya seperti: sub kelompok lemak dan minyal akibat meningkatnya harga kelapa, sub kelompok Padi-padian, Umbi-umbian dan Hasilnya akibat meningkatnya harga sagu dan aneka mie serta sub kelompok daging dan hasilnya akibat naiknya harga daging ayam Kelompok Makanan Jadi, Minuman, Rokok dan Tembakau Kelompok makanan jadi, minuman, rokok dan tembakau pada triwulan II-2014 tercatat mengalami inflasi triwulanan sebesar 2,71% (qtq), angka tersebut lebih tinggi jika dibandingkan dengan triwulan sebelumnya yang tercatat sebesar 0,57% (qtq). Tingginya inflasi pada triwulan laporan terjadi seiring adanya penyelenggaraan Piala Dunia dan pemilu legislatif yang turut mendorong tingkat konsumsi masyarakat terhadap beberapa jenis barang seperti: rokok, makanan ringan, snack dan minuman kaleng Kelompok Perumahan, Air, Listrik, Gas dan Bahan Bakar Kelompok perumahan, air, listrik, gas dan bahan bakar pada triwulan laporan mengalami inflasi triwulanan sebesar 0,91% (qtq), angka tersebut lebih tinggi dari triwulan sebelumnya yang tercatat sebesar 0,81% (qtq). inflasi triwulanan terjadi pada sub kelompok perlengkapan rumah tangga yang menjadi pendorong utama terjadinya inflasi pada kelompok perumahan, air, listrik, gas dan bahan bakar, sebagai akibat dari meningkatnya beberapa komoditas seperti: pembasmi nyamuk, kain gorden, pengharum ruangan, dll. Selain sub kelompok perlengkapan rumah tangga, sub kelompok biaya tempat tinggal juga mengalami inflasi sebagai akibat dari meningkatnya harga beberapa beberapa komoditas bahan-bahan bangunan (seperti: pasir, seng, kayu lapis, dll.) Kelompok Sandang Kelompok sandang pada triwulan II-2014 mencatatkan deflasi sebesar 0,12% (qtq), angka tersebut berbalik arah dari triwulan sebelumnya yang mengalami inflasi sebesar 0,28% (qtq). Deflasi pada kelompok sandang terutama disebabkan oleh kenaikan pada sub kelompok sandang wanita dan barang pribadi, sedangkan komoditas yang mengalami kenaikan harga antara lain beberapa jenis pakaian dan emas perhiasan. KANTOR PERWAKILAN BI PROVINSI PAPUA & PAPUA BARAT 40

61 Kelompok Kesehatan Kelompok kesehatan pada periode laporan mencatat inflasi triwulanan sebesar 0,90% (qtq), lebih tinggi dari triwulan sebelumnya sebesar 0,65% (qtq). Inflasi pada kelompok ini disumbang oleh sub kelompok obat-obatan khususnya akibat meningkatnya harga obat gosok Kelompok Pendidikan, Rekreasi dan Olahraga Kelompok pendidikan, rekreasi, dan olahraga pada triwulan II-2014 mengalami inflasi triwulanan sebesar 0,34% (qtq). Inflasi pada kelompok ini dapat dikatakan tidak terlalu memberikan dampak yang signifikan terhadap pencapaian inflasi secara keseluruhan. Hal ini dikarenakan minimnya kontribusi yang diberikan Kelompok Transport, Komunikasi & Jasa Keuangan Kelompok transpor, komunikasi dan jasa keuangan pada triwulan laporan mengalami inflasi triwulanan sebesar 0,66% (qtq), inflasi triwulanan tersebut lebih tinggi dari triwulan sebelumnya sebesar 0,24% (qtq). Peningkatan harga paling signifikan teramati pada sub kelompok transpor akibat meningkatnya harga tarif angkutan udara (tiket pesawat) dan tarif angkutan laut (kapal pelni). Peningkatan tarif angkutan merupakan suatu hal yang seringkali terjadi terutama pada masa libur sekolah. KANTOR PERWAKILAN BI PROVINSI PAPUA & PAPUA BARAT 41

62 Suplemen 2. Mengenal Jenis-Jenis Survei yang Dilakukan Oleh Kantor Perwakilan Bank Indonesia Prov. Papua & Papua Barat Salah satu fungsi dari Kantor Perwakilan Bank Indonesia Prov. Papua & Papua Barat adalah melakukan kajian dan penelitian atas kondisi ekonomi di wilayah kerjanya. Saat ini hasil penelitian dan kajian tersebut secara rutin dipublikasikan dalam bentuk Kajian Ekonomi Regional kepada beberapa pihak yang dinilai membutuhkan, serta beberapa hasil penelitian lainnya dilaporkan kepada Kantor Pusat Bank Indonesia untuk dijadikan sebagai bahan dalam memutuskan suatu kebijakan. Penelitan tersebut tentunya harus didukung dengan terjaminnya ketersediaan data-data yang valid, aktual dan komprehensif. Oleh sebab itu itu, dalam rangka menjamin tercapainya kondisi-kondisi tersebut, saat ini Kantor perwakilan Bank Indonesia Prov. Papua & Papua Barat telah melakukan sejumlah survei yang ditujukan kepada beberapa jenis dan golongan masyarakat yang berada di Prov. Papua & Papua Barat. Adapun beberapa jenis survei yang telah dilakukan tersebut diantaranya, adalah: 1. Survei Konsumen Survei konsumen merupakan suatu survei yang dilakukan oleh Bank Indonesia dalam rangka untuk memperoleh gambaran mengenai beberapa kondisi yang terkait dengan pola konsumsi masyarakat di suatu daerah. Adapun beberapa indikator yang dijadikan sebagai acuan dalam survei ini adalah mengenai kondisi pendapatan masyarakat, tingkat pembelian masyarakat terhadap barang tahan lama (durable good), ekpektasi masyarakat terhadap kondisi perekonomian, dsb. 2. Survei Kegiatan Dunia Usaha (SKDU) Berbeda halnya dengan Survei Konsumen, Survei Kegiatan Dunia Usaha (SKDU) dilakukan untuk memperoleh kondisi/gambaran atas kinerja, perkembangan dan hambatan dari dunia usaha yang terdapat di suatu daerah. Perlu ditekankan bahwa hasil dari survei ini adalah bersifat rahasia, dimana Bank Indonesia tidak akan pernah membocorkan hasil survei yang bersifat individual kepada pihak-pihak lain. Sebagai informasi, Survei ini dilakukan secara triwulanan. Saat ini Survei Kegiatan Dunia Usaha (SKDU) telah dilakukan di 6 (enam) kota besar yang terdapat di wilayah Papua & Papua Barat, seperti: Jayapura, Sorong, Manokwari, Merauke, Biak dan Timika. 3. Survei Pemantauan Harga (SPH) Survei Pementauan Harga dilakukan oleh Bank Indonesia dalam rangka sebagai pegangan dan acuan dalam memantau dan mengendalikan inflasi di daerah. Survei ini dilakukan secara mingguan dimana responden dalam survei ini adalah para pedagang baik yang berada di pasar modern maupun pasar tradisional. KANTOR PERWAKILAN BI PROVINSI PAPUA & PAPUA BARAT 42

63 BAB 4. PERKEMBANGAN PERBANKAN 1. Perkembangan Umum Perbankan Wilayah Papua Secara umum, kinerja perbankan di pada triwulan II-2014 cukup menggembirakan. Hal ini tercermin dari pertumbuhan beberapa indikator perbankan yang cukup signifikan. Fungsi intermediasi perbankan terlihat mengalami peningkatan sebagaimana tercermin dari pertumbuhan dana pihak ketiga di sisi pasiva perbankan yang tumbuh sebesar 15,55% (yoy). Sementara disisi aktiva, kredit perbankan tumbuh cukup signifikan sebesar 17,80% (yoy) dan mendorong meningkatnya loan to deposit ratio (LDR) perbankan menjadi sebesar 60,37% (yoy) pada triwulan II-2014 dari 59,22% (yoy) pada triwulan II Namun demikian, LDR tersebut masih jauh dibawah batas atas yang telah ditentukan dengan mempertimbangkan tingkat kesehatan perbankan. Tabel 31. Perkembangan Perbankan Wilayah Papua (Miliar) Sumber: KPwBI Provinsi Papua & Papua Barat * Data BPR Terbatas Periode Desember 2013 Secara umum, total aktiva perbankan tumbuh sebesar 16,16% (yoy) yang mana pertumbuhan tersebut turut didorong melalui tumbuhnya angka penyaluran kredit sebesar KANTOR PERWAKILAN BI PROVINSI PAPUA & PAPUA BARAT 43

64 17,80% (yoy). Sesuai dengan historisnya, kredit konsumsi dan modal kerja menjadi porsi terbesar dalam kredit yang diberikan dengan total share mencapai +85% dan tumbuh cukup tinggi masing-masing sebesar 13,64% (yoy) dan 24,70% (yoy). Sementara itu, walaupun share kredit investasi masih relatif kecil, namun jenis kredit ini selalu mengalami pertumbuhan yang konsisten setiap waktunya. Pertumbuhan kredit perbankan yang positif tidak diimbangi oleh perbaikan kualitas kredit yang disalurkan. Hal tersebut dapat terlihat dari adanya peningkatan angka Non Performing Loan (NPL) pada triwulan II-2014 yang cukup signifikan menjadi sebesar 2,84%, meskipun pencapaian tersebut masih berada dibawah batas maksimal yang ditetapkan. Namun adanya tren kenaikan NPL yang cukup persisten dalam beberapa waktu terakhir harus tetap diwaspadai. Tabel 32. Perkembangan NPL Persektor NPL PAPUA & PAPUA BARAT (%) I II III IV I II III IV I* II* Pertanian 1.23% 1.30% 2.00% 2.04% 1.86% 2.86% 3.23% 1.55% 1.53% 1.82% Pertambangan 0.38% 0.41% 0.43% 0.61% 0.78% 0.88% 0.00% 0.00% 0.00% 0.00% Industri Pengolahan 1.19% 1.32% 1.15% 1.93% 4.00% 5.04% 3.89% 4.86% 7.36% 17.39% Listrik,Gas dan Air 8.49% 8.94% 10.28% 10.00% 12.50% 9.33% 9.09% 8.57% 8.11% 6.67% Konstruksi 1.34% 1.45% 1.20% 1.13% 1.47% 2.23% 2.98% 2.48% 2.55% 4.13% Perdagangan, Hotel dan Restora 1.16% 1.28% 1.11% 1.81% 2.40% 2.44% 2.57% 2.42% 2.67% 3.15% Angkutan dan Komunikasi 1.07% 1.25% 0.61% 0.40% 0.37% 0.65% 1.47% 1.14% 1.21% 8.09% Jasa Dunia Usaha 0.36% 0.42% 0.26% 0.94% 1.77% 2.43% 2.82% 1.95% 2.26% 2.68% Jasa Sosial 1.42% 1.51% 1.32% 0.77% 1.22% 1.47% 1.70% 1.50% 1.79% 2.33% Lain-lain 1.35% 1.49% 1.59% 1.01% 0.99% 1.10% 1.32% 1.21% 1.36% 1.62% Total 1.28% 1.41% 1.34% 1.27% 1.54% 1.80% 2.00% 1.79% 2.00% 2.84% Sumber: KPwBI Provinsi Papua & Papua Barat * Data BPR Terbatas Periode Desember 2013 Pada sisi pasiva, peningkatan dana pihak ketiga terutama disumbang oleh peningkatan deposito dengan pertumbuhan sebesar 26,36% (yoy) dan diikuti oleh tabungan sebesar 9,46% (yoy) serta giro sebesar 16,06% (yoy). Meningkatnya pertumbuhan deposito di wilayah Papua terutama disebabkan oleh adanya animo masyarakat untuk mengalokasikan sebagian dananya dalam bentuk deposito. II. Perbankan Provinsi Papua 2.1. Perkembangan Umum Secara umum kinerja perbankan di Provinsi Papua masih sangat baik seperti tercermin dari beberapa indikator, antara lain: pertumbuhan aset sebesar 14,76% (yoy), DPK sebesar 13,99 (yoy), dan kredit yang disalurkan sebesar 14,69% (yoy). Besarnya pertumbuhan kredit yang lebih tinggi dari pertumbuhan DPK menyebabkan meningkatnya LDR perbankan di Provinsi Papua menjadi sebesar 58,07% (yoy) atau meningkat sebesar 0,36% (yoy) dibandingkan triwulan yang sama tahun sebelumnya yang hanya mencapai 57,71% (yoy). Meningkatnya LDR pada triwulan berjalan tidak diiringi oleh perbaikan rasio kredit bermasalah atau Non Performing Loan (NPL) yang pada triwulan II- KANTOR PERWAKILAN BI PROVINSI PAPUA & PAPUA BARAT 44

65 2014 tercatat sebesar 3,16% atau meningkat sebesar 1,37% dibandingkan triwulan yang sama di tahun sebelumnya. Tabel 33. Perkembangan Perbankan Provinsi Papua (Rp. Miliar) Sumber: KPwBI Provinsi Papua & Papua Barat * Data BPR Terbatas Periode Desember Aset Perbankan Pada triwulan II-2014, total aset perbankan di Provinsi Papua tercatat sebesar Rp 43,53 triliun. Dari jumlah itu, Bank Umum Milik Pemerintah (BUMP) masih menjadi pelaku dominan dengan pangsa aset sebesar 82,03% dari total keseluruhan perbankan yang beroperasi di Provinsi Papua. Sementara itu, pangsa Bank Umum Swasta Nasional (BUSN) berada pada urutan selanjutnya dengan pangsa sebesar 16,57% dan BPR hanya memiliki pangsa aset sebesar 1,40% (Periode Desember 2013). Adapun saat ini nilai aset secara nominal untuk Bank Umum Milik Pemerintah dan Bank Umum Swasta Nasional (BUSN) masing-masing mencapai angka Rp 35,70 triliun dan Rp 7,21 triliun, sedangkan aset BPR mencapai Rp 609 miliar. Pertumbuhan aset tersebut terutama didorong oleh tingginya pertumbuhan kredit yang mencapai 14,69% (yoy). KANTOR PERWAKILAN BI PROVINSI PAPUA & PAPUA BARAT 45

66 Grafik 27. Perkembangan Aset Perbankan Provinsi Papua Grafik 28. Komposisi Aset Perbankan Sumber: KPwBI Papua & Papua Barat * Data BPR Terbatas Periode Desember Dana Pihak Ketiga (DPK) Perbankan DPK perbankan Provinsi Papua mencapai Rp 32,89 triliun yang terdiri dari giro sebesar Rp 12,47 triliun, tabungan sebesar Rp 12,50 triliun dan deposito sebesar Rp 7,93 triliun. Dibandingkan dengan triwulan yang sama tahun sebelumnya, pertumbuhan deposito tercatat paling besar yakni sebesar 27,50% (yoy) diikuti oleh pertumbuhan giro sebesar 12,44% (yoy) dan pertumbuhan tabungan yang tercatat sebesar 8,20% (yoy). Sementara itu, dilihat dari share masing-masing kelompok bank, Bank Pemerintah masih mendominasi dengan share sebesar 79,59% diikuti kelompok bank swasta 19,71% dan kelompok BPR 0,70% (periode desember 2013). Salah satu penyebab masih tingginya dominasi Bank Pemerintah dalam menghimpun DPK di Provinsi Papua adalah besarnya dana alokasi APBD dan Dana Otonomi Khusus Pemerintah Daerah Provinsi, Kota dan Kabupaten yang ditempatkan pada Bank Pembangunan Daerah (BPD) Papua maupun Bank Pemerintah lainnya. Tabel 34. Perkembangan DPK Perbankan Provinsi Papua (Rp. Miliar) Kelomok Bank Growth I II III IV I II III IV I* II* (yoy) Bank Pemerintah 18,288 20,246 21,741 20,278 20,207 22,805 24,083 22,640 22,544 26, % Giro 7,698 9,219 11,182 6,227 7,535 9,963 11,343 6,665 7,709 10, % Deposito 2,956 3,005 3,073 2,971 3,435 3,566 3,254 3,772 4,741 5, % Tabungan 7,634 8,022 7,486 11,080 9,237 9,277 9,486 12,203 10,094 9, % Bank Swasta 5,303 5,364 4,496 6,098 5,955 5,842 5,981 6,784 6,502 6, % Giro 1,822 1,949 1,541 1,738 1,663 1,127 1,492 2,413 2,033 1, % Deposito 1,523 1,501 1,277 2,083 1,972 2,493 2,170 1,669 1,841 1, % Tabungan 1,958 1,914 1,678 2,277 2,320 2,222 2,319 2,702 2,628 2, % BPR % Deposito % Tabungan % Total DPK Provinsi Papua 23,828 25,817 26,454 26,579 26,364 28,862 30,294 29,653 29,172 32, % Giro 9,521 11,169 12,723 7,965 9,198 11,089 12,835 9,078 9,742 12, % Deposito 4,670 4,660 4,511 5,203 5,557 6,218 5,595 5,504 6,645 7, % Tabungan 9,638 9,989 9,220 13,410 11,610 11,555 11,864 14,968 12,785 12, % Sumber: KPwBI Papua & Papua Barat * Data BPR Terbatas Periode Desember 2013 KANTOR PERWAKILAN BI PROVINSI PAPUA & PAPUA BARAT 46

67 Grafik 29. Perkembangan Indikator Dana Pihak Ketiga Provinsi Papua Sumber: KPwBI Provinsi Papua & Papua Barat * Data BPR Terbatas Periode Desember Penyaluran Kredit Perbankan Walaupun sampai dengan pertengahan tahun tahun 2014, tingkat suku bunga perbankan masih belum mengalami penurunan yang signifikan, hal ini tidak terlalu mempengaruhi kinerja kredit perbankan di Provinsi Papua. Hal tersebut dapat terlihat dari perkembangan kredit di Provinsi Papua yang mampu tumbuh secara signifikan sebesar 14,69% (yoy). Secara lebih mendalam, Pertumbuhan kredit dengan peruntukan modal kerja tumbuh sebesar 19,37% (yoy), kredit konsumsi sebesar 13,51% (yoy) dan kredit investasi sebesar 7,15% (yoy). Tingginya pertumbuhan kredit tersebut tidak terlepas dari tingginya konsumsi masyarakat dan semakin pesatnya pertumbuhan dunia usaha di Provinsi Papua. Selain itu, pertumbuhan yang cukup pesat juga tampak dari sektor-sektor produktif yang bersifat jangka menengah hingga panjang seperti pembangunan ruko, investasi berbagai alat berat untuk Selain itu, kebutuhan kredit untuk pembangunan infrastruktur ditenggarai menjadi pendorong pertumbuhan kredit dari segi investasi. Jika dilihat dari penggunaannya maka penyaluran kredit konsumsi cukup dominan dengan share sebesar 47%, modal kerja 39% dan investasi 14%. Besarnya kucuran kredit konsumsi antara lain untuk kendaraan bermotor dan kredit perumahan termasuk ruko, dan pembelian alat-alat rumah tangga. Sementara itu, kredit untuk sektor perdagangan hotel dan restoran umumnya adalah untuk hal-hal yang bersifat modal kerja seperti biaya pembelian KANTOR PERWAKILAN BI PROVINSI PAPUA & PAPUA BARAT 47

68 barang modal ( barang dagangan), biaya distribusi, penyediaan makan dan minum bagi restoran, dan lain-lain. Tabel 35. Perkembangan Indikator Kredit Perbankan Provinsi Papua Sumber: KPwBI Papua & Papua Barat * Data BPR Terbatas Periode Desember 2013 Grafik 30. Perkembangan Kredit Perbankan Provinsi Papua Grafik 31. Komposisi Kredit Perbankan Sumber: KPwBI Papua & Papua Barat * Data BPR Terbatas Periode Desember LDR Dan NPL Peran perbankan sebagai lembaga intermediasi antara pihak yang mengalami kelebihan dana dan pihak yang membutuhkan dana di Provinsi Papua masih belum sepenuhnya optimal, dimana hal tersebut dapat tercermin dari pencapaian LDR pada triwulan laporan yang hanya mencapai 58,07%, dimana angka tersebut masih dibawah target yang diterapkan. Tingginya alokasi dana perimbangan dari Pemerintah Pusat menyebabkan kenaikan jumlah DPK yang cukup besar bagi perbankan yang beroperasi di Provinsi Papua, hal tersebut tentunya menyebabkan angka LDR yang relatif stagnan meskipun pada saat yang sama kenaikan nilai penyaluran kredit tercatat cukup signifikan. Selain itu, jaringan kantor perbankan dengan tingkat tertinggi adalah kantor wilayah (3 Bank Umum) serta 1 Kantor pusat Bank Umum (BPD) yang masih terpusat pada daerah tertentu ditengarai juga menjadi salah satu penyebab masih rendahnya LDR di Papua. Level jaringan kantor cabang Perbankan yang kecil menunjukkan kewenangan pemberian kredit yang juga lebih kecil. Selain itu, masih terbatasnya kemampuan UMKM dalam mendapatkan fasilitas pendanaan dari Perbankan KANTOR PERWAKILAN BI PROVINSI PAPUA & PAPUA BARAT 48

69 (bankable) juga menjadi salah satu faktor yang menyebabkan rendahnya pencapaian LDR di Provinsi Papua. Ditengah LDR yang masih dibawah target, kualitas kredit perbankan Papua masih tergolong dalam batas rentang aman seperti tercermin dari pencapaian NPL sebesar 3,16% yang masih berada di bawah batas maksimal yang ditetapkan. Berdasarkan sektor ekonomi; sektor industri pengolahan serta sektor angkutan & komunikasi menjadi sektor yang cukup berisiko seperti terlihat dari NPL sektor ini masing-masing mencapai 20,92% dan 11,98%. Adapun untuk Sektor ekonomi lainnya (sektor pertambangan, pertanian, konstruksi, PHR, jasa dunia usaha, jasa sosial dan lainnya) masih mencatatkan NPL yang relatif rendah (dibawah 10%) Tabel 36. Perkembangan Indikator Perbankan Papua NPL PAPUA (%) I II III IV I II Pertanian 0.85% 1.15% 1.32% 0.88% 1.13% 1.82% Pertambangan 1.27% 1.47% 0.00% 0.00% 0.00% 0.00% Industri Pengolahan 4.29% 5.65% 4.96% 5.10% 8.09% 20.92% Listrik,Gas dan Air 13.64% 10.00% 10.00% 9.38% 9.09% 8.11% Konstruksi 1.91% 2.46% 3.17% 3.02% 3.45% 5.94% Perdagangan, Hotel dan Restora 2.08% 2.20% 2.24% 2.13% 2.52% 3.17% Angkutan dan Komunikasi 0.67% 0.86% 1.25% 1.37% 1.73% 11.98% Jasa Dunia Usaha 1.94% 2.85% 2.89% 2.01% 2.57% 2.63% Jasa Sosial 1.44% 1.76% 1.89% 1.74% 1.97% 2.70% Lain-lain 0.98% 1.12% 1.28% 1.20% 1.36% 1.70% Total 1.49% 1.79% 1.89% 1.74% 2.04% 3.16% Sumber: KpwBI Provinsi Papua & Papua Barat Grafik 32. Perkembangan NPL & LDR 2.6. Kredit Mikro, Kecil dan Menengah (MKM) Pertumbuhan Kredit MKM di Provinsi Papua dinilai cukup signifikan. Hal itu tercermin dari rasio kredit mikro, kecil dan menengah (UMKM) terhadap total kredit keseluruhan yang mencapai sebesar 41,03% (yoy) dengan nilai sebesar Rp 7,84 triliun. Nilai itu mengalami pertumbuhan sebesar 35,08% (yoy) dibandingkan dengan posisi yang sama tahun sebelumnya. Pangsa kredit MKM di Provinsi Papua hampir setiap periode mengalami pertumbuhan positif dengan angka pertumbuhan yang relatif konstan. Dapat diinformasikan juga bahwa proporsi penyaluran kredit bagi UMKM ditargetkan sebesar 43,63% dari total penyaluran kredit secara keseluruhan di Papua, yang mana artinya pencapaian saat ini masih berada dibawah target. Target tersebut harus diupayakan agar dapat tercapai mengingat terjadinya peningkatan penyaluran kredit UMKM mengindikasikan terjadinya pertumbuhan sektor riil yang pada akhirnya dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat Papua. KANTOR PERWAKILAN BI PROVINSI PAPUA & PAPUA BARAT 49

70 Tabel 37. Perkembangan Kredit UMKM Perbankan Provinsi Papua Sumber: KPWBI Papua & Papua Barat * Data BPR Terbatas Periode Desember Stabilitas Sistem Keuangan Provinsi Papua Ketahanan Sektor Korporasi Provinsi Papua Secara umum, kredit yang disalurkan kepada sektor usaha utama di Provinsi Papua masih menujukan tren yang mengalami peningkatan. Hingga bulan Juni 2014, penyaluran kredit sektor korporasi oleh perbankan di Provinsi Papua mencapai Rp 10,15 triliun atau mengalami peningkatan sebesar 15,69% (yoy). Sektor usaha pertanian dan pengangkutan mencatatkan pertumbuhan tertinggi sebesar 184,76% (yoy) dan 47,60% (yoy). Akan tetapi, seperti pada triwulan sebelumnya, khusus untuk kredit terhadap sektor pertambangan pada triwulan laporan masih mengalami penurunan. Hal ini terjadi seiring adanya sentimen perlambatan kinerja sektor pertambangan di Provinsi Papua. Dari sisi pangsa kredit, sektor perdagangan masih memiliki pangsa tertinggi sebesar 51,58%. Selanjutnya sektor kontruksi mengambil pangsa sebesar 13,78%, sektor jasa sosial masyarakat sebesar 12,05% dan sektor pertanian sebesar 7,58%. Jika dilihat dari kualitas penyaluran kredit yang diberikan kepada sektor utama di Papua dapat dikatakan bahwa secara keseluruhan kondisinya masih berada pada tahap yang cukup aman dengan pencapaian Non Performing Loan (NPL) yang masih berada dibawah 5%. Akan tetapi, jika dilihat secara sektoral, sektor industri pengolahan, sektor angkutan, sektor LGA dan sektor kontruksi memiliki pencapaian NPL yang berada di atas 5%. Namun demikian, karena nilai sektor-sektor tersebut yang tidak terlalu besar menyebabkan pencapaian NPL secara keseluruhan masih berada pada level yang relatif aman. KANTOR PERWAKILAN BI PROVINSI PAPUA & PAPUA BARAT 50

71 Grafik 33. Pertumbuhan Kredit Sektor Utama Prov. Papua Grafik 34. Perkembangan NPL Kredit Sektor Utama Prov. Papua Sumber:KPwBI Papua & Papua Barat Ketahanan Sektor Rumah Tangga Provinsi Papua Tingkat penyaluran kredit kepada sektor rumah tangga di Provinsi Papua masih menunjukkan suatu pertumbuhan yang nilainya relatif tinggi. Pertumbuhan tersebut didorong oleh pertumbuhan Kredit Pemilikan Rumah (KPR) dan Kredit multiguna yang mana pada triwulan II-2014 masing-masing berhasil tumbuh sebesar 40,93% (yoy) dan 20,44% (yoy). Dari total kredit konsumsi yang disalurkan sebesar Rp 8,44 triliun, pangsa kredit multiguna tercatat sebesar 38,88%, sedangkan kredit KPR dan KKB memiliki pangsa masing-masing sebesar 16,93% dan 0.76%, sedangkan sisanya merupakan kredit rumah tangga maupun peruntukan konsumsi lainnya. Selanjutnya diinformasikan juga bahwa penyaluran kredit kepada sektor rumah tangga di Provinsi Papua dinilai masih memiliki ketahanan yang cukup baik. Hal tersebut terlihat dari pencapaian nilai NPL secara keseluruhan yang masih jauh dibawah angka 5 %. Grafik 35. Pertumbuhan Kredit RT Prov. Papua Grafik 36. Perkembangan NPL Kredit RT Prov. Papua Sumber:KPwBI Papua & Papua Barat KANTOR PERWAKILAN BI PROVINSI PAPUA & PAPUA BARAT 51

72 Pembiayaan Sektor Usaha Kecil dan Menengah (UMKM) Kinerja penyaluran kredit terhadap sektor Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) di Provinsi Papua setiap waktunya selalu mengalami pertumbuhan yang cukup menggembirakan. Pada triwulan II-2014, kredit UMKM di Papua tercatat berhasil tumbuh sebesar 35,08% (yoy). Penyaluran kredit UMKM memiliki pangsa sebesar 41,03% dari keseluruhan kredit yang disalurkan di Provinsi Papua. Nilai kredit UMKM yang berhasil disalurkan di Provinsi Papua adalah sebesar Rp 7,84 triliun. Kredit UMKM untuk peruntukan modal kerja memegang pangsa sebesar 75,27% yang mana angka tersebut lebih tinggi dibandingkan kredit UMKM dengan peruntukan investasi yang hanya tercatat sebesar 24,72%. Pembiayaan terhadap sektor UMKM merupakan suatu hal yang harus diberikan perhatian lebih, hal tersebut mengingat besarnya kontribusi UMKM dalam mendorong taraf hidup masyarakat ke tingkat yang lebih tinggi. Grafik 37. Pertumbuhan Kredit MKM Prov. Papua Grafik 38. Perkembangan NPL Kredit MKM Prov. Papua Sumber:KPwBI Papua & Papua Barat III. Perbankan Provinsi Papua Barat 3.1 Perkembangan Umum Secara umum perbankan di Provinsi Papua Barat mengalami perkembangan yang cukup baik. Hal tersebut tercermin dari beberapa indikator utama seperti total aktiva, dan DPK Perbankan pada triwulan II Total aset perbankan Provinsi Barat pada triwulan II-2014 mencapai Rp 12,80 triliun atau meningkat cukup signifikan sebesar 21,21% (yoy) sementara total DPK mencapai Rp 11,69 triliun atau meningkat 20,18% (yoy) dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya. Searah dengan hal tersebut, penyaluran kredit mencapai Rp 7,82 triliun atau tumbuh sebesar 26,16% (yoy) dengan rasio LDR mencapai 66,85%. Pesatnya pertumbuhan kredit tersebut juga masih diimbangi oleh kualitas kredit yang cukup baik dengan pencapaian NPL KANTOR PERWAKILAN BI PROVINSI PAPUA & PAPUA BARAT 52

73 yang cukup rendah sebesar 2,05%, atau masih jauh di bawah ambang batas maksimal yang ditetapkan sebesar 5%. Tabel 38. Perkembangan Perbankan Provinsi Papua Barat Sumber: KPwBI Provinsi Papua & Papua Barat Sejalan dengan kondisi yang juga terjadi di Papua, pencapaian LDR oleh perbankan di Papua Barat masih dibawah target yang disebabkan oleh relatif terbatasnya sektor usaha yang layak untuk dibiayai, sementara beberapa perusahaan besar memperoleh kebutuhan dana dari perbankan di luar Papua maupun dari perusahaan induknya (parent company). 3.2 Total Aset Secara total, aset perbankan Papua Barat mencapai Rp 12,80 triliun atau tumbuh 21,21% (yoy) dibanding periode yang sama tahun sebelumnya. Sejalan dengan kondisi di Provinsi Papua, dominasi Bank-bank Pemerintah di Papua Barat masih relatif cukup tinggi dengan pangsa 90,43% sedangkan bank swasta hanya 7,84% dan BPR 1,73%. Grafik 39. Perkembangan Aset Perbankan Papua Barat Grafik 40. Komposisi Aset Perbankan Sumber: KPwBI Provinsi Papua & Papua Barat * Data BPR Terbatas Periode Desember 2013 KANTOR PERWAKILAN BI PROVINSI PAPUA & PAPUA BARAT 53

Kajian Ekonomi Regional Triwulan II-2014 Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat

Kajian Ekonomi Regional Triwulan II-2014 Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat Visi Bank Indonesia Menjadi lembaga bank sentral yang kredibel dan terbaik di regional melalui penguatan nilai-nilai strategis yang dimiliki serta pencapaian inflasi yang rendah dan nilai tukar yang stabil

Lebih terperinci

Kajian Ekonomi Regional Triwulan I-2014 Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat

Kajian Ekonomi Regional Triwulan I-2014 Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat Visi Bank Indonesia Menjadi lembaga bank sentral yang kredibel dan terbaik di regional melalui penguatan nilai-nilai strategis yang dimiliki serta pencapaian inflasi yang rendah dan nilai tukar yang stabil

Lebih terperinci

Bank Indonesia adalah Bank Sentral Republik Indonesia. ~UU No. 23 Tahun 1999 Pasal 4 ayat 1~ Visi Bank Indonesia. Misi Bank Indonesia

Bank Indonesia adalah Bank Sentral Republik Indonesia. ~UU No. 23 Tahun 1999 Pasal 4 ayat 1~ Visi Bank Indonesia. Misi Bank Indonesia Dasar Hukum Bank Indonesia Negara memiliki suatu bank sentral yang susunan, kedudukan, kewenangan, tanggung jawab, dan independensinya diatur dengan undang-undang. ~UUD 1945 Pasal 23 D~ Bank Indonesia

Lebih terperinci

Bank Indonesia adalah Bank Sentral Republik Indonesia. ~UU No. 23 Tahun 1999 Pasal 4 ayat 1~ Visi Bank Indonesia. Misi Bank Indonesia

Bank Indonesia adalah Bank Sentral Republik Indonesia. ~UU No. 23 Tahun 1999 Pasal 4 ayat 1~ Visi Bank Indonesia. Misi Bank Indonesia Dasar Hukum Bank Indonesia Negara memiliki suatu bank sentral yang susunan, kedudukan, kewenangan, tanggung jawab, dan independensinya diatur dengan undang-undang. ~UUD 1945 Pasal 23 D~ Bank Indonesia

Lebih terperinci

Kajian Ekonomi Regional Triwulan II-2013 Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat

Kajian Ekonomi Regional Triwulan II-2013 Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat Visi Bank Indonesia Menjadi lembaga Bank Sentral yang dapat dipercaya secara nasional maupun internasional melalui penguatan nilai-nilai yang dimiliki serta pencapaian inflasi yang rendah dan stabil Misi

Lebih terperinci

Kajian Ekonomi Regional Triwulan I-2013 Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat

Kajian Ekonomi Regional Triwulan I-2013 Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat Visi Bank Indonesia Menjadi lembaga Bank Sentral yang dapat dipercaya secara nasional maupun internasional melalui penguatan nilai-nilai yang dimiliki serta pencapaian inflasi yang rendah dan stabil Misi

Lebih terperinci

Kajian Ekonomi Regional Triwulan III-2012 Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat

Kajian Ekonomi Regional Triwulan III-2012 Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat Visi Bank Indonesia maupun internasional melalui penguatan nilai-nilai yang dimiliki serta pencapaian Misi Bank Indonesia kestabilan moneter dan pengembangan stabilitas sistem keuangan untuk pembangunan

Lebih terperinci

Kajian Ekonomi Regional Triwulan II-2010 Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat

Kajian Ekonomi Regional Triwulan II-2010 Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat Visi Bank Indonesia Menjadi lembaga Bank Sentral yang dapat dipercaya secara nasional maupun internasional melalui penguatan nilai-nilai yang dimiliki serta pencapaian inflasi yang rendah dan stabil Misi

Lebih terperinci

Kajian Ekonomi Regional Triwulan I-2011 Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat

Kajian Ekonomi Regional Triwulan I-2011 Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat Visi Bank Indonesia Menjadi lembaga Bank Sentral yang dapat dipercaya secara nasional maupun internasional melalui penguatan nilai-nilai yang dimiliki serta pencapaian inflasi yang rendah dan stabil Misi

Lebih terperinci

Kajian Ekonomi Regional Triwulan I-2010 Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat

Kajian Ekonomi Regional Triwulan I-2010 Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat Visi Bank Indonesia Menjadi lembaga Bank Sentral yang dapat dipercaya secara nasional maupun internasional melalui penguatan nilai-nilai yang dimiliki serta pencapaian inflasi yang rendah dan stabil Misi

Lebih terperinci

BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA. Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo

BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA. Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo Triwulan III 2012 Visi Bank Indonesia : Menjadi lembaga Bank Sentral yang dapat dipercaya secara nasional maupun internasional

Lebih terperinci

Kajian Ekonomi Regional Banten

Kajian Ekonomi Regional Banten Kajian Ekonomi Regional Banten Triwulan I - 2009 i Kata Pengantar Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah Swt yang telah melimpahkan segala rahmat-nya sehingga penyusunan buku Kajian Ekonomi Regional

Lebih terperinci

Kajian Ekonomi Regional Triwulan IV-2012 Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat

Kajian Ekonomi Regional Triwulan IV-2012 Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat Visi Bank Indonesia maupun internasional melalui penguatan nilai-nilai yang dimiliki serta pencapaian Misi Bank Indonesia kestabilan moneter dan pengembangan stabilitas sistem keuangan untuk pembangunan

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI ACEH

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI ACEH KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI ACEH VISI Menjadi Kantor Bank Indonesia yang dapat dipercaya di daerah melalui peningkatan peran dalam menjalankan tugas-tugas Bank Indonesia yang diberikan. MISI Mendukung

Lebih terperinci

BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA. Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo

BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA. Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo Triwulan I 2013 Visi Bank Indonesia : Menjadi lembaga Bank Sentral yang dapat dipercaya secara nasional maupun internasional melalui

Lebih terperinci

Asesmen Pertumbuhan Ekonomi

Asesmen Pertumbuhan Ekonomi Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Asesmen Pertumbuhan Ekonomi Penurunan momentum pertumbuhan ekonomi Kepulauan Riau di periode ini telah diperkirakan sebelumnya setelah mengalami tingkat pertumbuhan

Lebih terperinci

BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA TRIWULAN II Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Gorontalo

BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA TRIWULAN II Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Gorontalo BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA TRIWULAN II 2013 Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Gorontalo Visi Bank Indonesia : Menjadi lembaga Bank Sentral yang dapat dipercaya secara nasional maupun internasional

Lebih terperinci

Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan II-2013

Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan II-2013 Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan II-2013 Asesmen Ekonomi Perekonomian Kepulauan Riau (Kepri) pada triwulan II-2013 mengalami pelemahan dibandingkan dengan triwulan sebelumnya. Pada

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI PAPUA

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI PAPUA KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI PAPUA AGUSTUS 2017 Vol. 3 No. 2 Triwulanan April - Jun 2017 (terbit Agustus 2017) Triwulan II 2017 ISSN 2460-490257 e-issn 2460-598212 KATA PENGANTAR RINGKASAN

Lebih terperinci

Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan I-2012

Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan I-2012 Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan I-2012 Asesmen Ekonomi Laju pertumbuhan ekonomi Provinsi Kepulauan Riau pada triwulan II 2012 tercatat sebesar 7,25%, mengalami perlambatan dibandingkan

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI SUMATERA UTARA KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA WILAYAH IX

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI SUMATERA UTARA KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA WILAYAH IX KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI SUMATERA UTARA TRIWULAN III-2013 KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA WILAYAH IX 2013 KATA PENGANTAR Buku Kajian Ekonomi Regional Provinsi Sumatera Utara merupakan terbitan

Lebih terperinci

Kajian Ekonomi Regional Triwulan III-2009 Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat

Kajian Ekonomi Regional Triwulan III-2009 Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat Visi Bank Indonesia Menjadi lembaga Bank Sentral yang dapat dipercaya secara nasional maupun internasional melalui penguatan nilai-nilai yang dimiliki serta pencapaian inflasi yang rendah dan stabil Misi

Lebih terperinci

BAB 7 : OUTLOOK EKONOMI

BAB 7 : OUTLOOK EKONOMI BAB 7 OUTLOOK EKONOMI BAB 7 : OUTLOOK EKONOMI Perekonomian Gorontalo pada triwulan II- diperkirakan lebih tinggi dibandingkan pertumbuhan triwulan I-. Kondisi ini diperkirakan didorong oleh proyeksi kenaikan

Lebih terperinci

Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Kuasa atas limpahan rahmat dan karunianya, sehingga Kajian Ekonomi Keuangan Regional (KEKR)

Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Kuasa atas limpahan rahmat dan karunianya, sehingga Kajian Ekonomi Keuangan Regional (KEKR) Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Kuasa atas limpahan rahmat dan karunianya, sehingga Kajian Ekonomi Keuangan Regional (KEKR) Provinsi Papua Barat (Pabar) periode triwulan IV-2014 ini dapat

Lebih terperinci

P D R B 7.24% 8.50% 8.63% 8.60% 6.52% 3.05% -0.89% Sumber : BPS Kepulauan Riau *) angka sementara **) angka sangat sementara

P D R B 7.24% 8.50% 8.63% 8.60% 6.52% 3.05% -0.89% Sumber : BPS Kepulauan Riau *) angka sementara **) angka sangat sementara Ringkasan Eksekutif Asesmen Ekonomi Di awal tahun 2009, imbas krisis finansial global terhadap perekonomian Kepulauan Riau dirasakan semakin intens. Laju pertumbuhan ekonomi memasuki zona negatif dengan

Lebih terperinci

Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan I-2012

Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan I-2012 Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan I-2012 Asesmen Ekonomi Pada triwulan I 2012 pertumbuhan Kepulauan Riau mengalami akselerasi dibandingkan triwulan sebelumnya yang tercatat 6,34% (yoy)

Lebih terperinci

BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA. Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo

BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA. Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo Triwulan IV 2012 Visi Bank Indonesia : Menjadi lembaga Bank Sentral yang dapat dipercaya secara nasional maupun internasional

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA BARAT

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA BARAT KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA BARAT TRIWULAN I-2008 KANTOR BANK INDONESIA BANDUNG Kantor Bank Indonesia Bandung Jl. Braga No. 108 BANDUNG Telp : 022 4230223 Fax : 022 4214326 Visi Bank Indonesia

Lebih terperinci

Kajian Ekonomi & Keuangan Regional Triwulan III 2014

Kajian Ekonomi & Keuangan Regional Triwulan III 2014 Kajian Ekonomi & Keuangan Regional Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Tenggara KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL (www.bi.go.id) KATA PENGANTAR Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional

Lebih terperinci

BAB 5 : SISTEM PEMBAYARAN

BAB 5 : SISTEM PEMBAYARAN BAB 5 SISTEM PEMBAYARAN BAB 5 : SISTEM PEMBAYARAN Transaksi sistem pembayaran tunai di Gorontalo pada triwulan I-2011 diwarnai oleh net inflow dan peningkatan persediaan uang layak edar. Sementara itu,

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN PERBANKAN DAN SISTEM PEMBAYARAN DI ACEH

PERKEMBANGAN PERBANKAN DAN SISTEM PEMBAYARAN DI ACEH PERKEMBANGAN PERBANKAN DAN SISTEM PEMBAYARAN DI ACEH Perbankan Aceh PERKEMBANGAN PERBANKAN DI ACEH KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROV. ACEH TRIWULAN 4-2012 45 Perkembangan Perbankan Aceh Kinerja perbankan (Bank

Lebih terperinci

Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan IV-2012

Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan IV-2012 Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan -2012 Asesmen Ekonomi Pertumbuhan ekonomi Provinsi Kepulauan Riau pada tahun 2012 tercatat 8,21% lebih tinggi dibandingkan dengan tahun 2011 yang tercatat

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI BENGKULU

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI BENGKULU KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI BENGKULU Triwulan III - 2010 Penyusun : Tim Ekonomi Moneter Kelompok Kajian, Statistik dan Survei : 1. Bayu Martanto Peneliti Ekonomi Muda Senior 2. Jimmy Kathon Peneliti

Lebih terperinci

L A M P I R A N. Kantor Bank Indonesia Ambon 1 PERTUMBUHAN TAHUNAN (Y.O.Y) PDRB SEKTORAL

L A M P I R A N. Kantor Bank Indonesia Ambon 1 PERTUMBUHAN TAHUNAN (Y.O.Y) PDRB SEKTORAL PERTUMBUHAN TAHUNAN (Y.O.Y) PDRB SEKTORAL No. Sektor 2006 2007 2008. 1 Pertanian 3.90% 4.01% 3.77% 0.31% 2.43% 3.29% 2.57% 8.18% 5.37% 4.23% 2.69% -0.49% 2 Pertambangan dan Penggalian -3.24% 77.11% 8.98%

Lebih terperinci

Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional

Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Asesmen Ekonomi Pemulihan ekonomi Kepulauan Riau di kuartal akhir 2009 bergerak semakin intens dan diperkirakan tumbuh 2,47% (yoy). Angka pertumbuhan berakselerasi

Lebih terperinci

Pertumbuhan Ekonomi Kepulauan Riau

Pertumbuhan Ekonomi Kepulauan Riau Ringkasan Eksekutif Asesmen Ekonomi Kondisi perekonomian provinsi Kepulauan Riau triwulan II- 2008 relatif menurun dibanding triwulan sebelumnya. Data perubahan terakhir Badan Pusat Statistik (BPS) memperlihatkan

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA BARAT

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA BARAT KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA BARAT TRIWULAN IV-2009 KANTOR BANK INDONESIA BANDUNG Kantor Bank Indonesia Bandung Jl. Braga No. 108 BANDUNG Telp : 022 4230223 Fax : 022 4214326 Visi Bank Indonesia

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL

KAJIAN EKONOMI REGIONAL KAJIAN EKONOMI REGIONAL Propinsi Kepulauan Bangka Belitung Triwulan I - 2009 Kantor Bank Indonesia Palembang KATA PENGANTAR Segala puji dan syukur ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa karena berkat rahmat dan

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI ACEH. Triwulan III 2015

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI ACEH. Triwulan III 2015 KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI ACEH Triwulan III 215 VISI Menjadi Kantor Perwakilan yang kredibel dalam pelaksanaan tugas BI dan kontributif bagi pembangunan ekonomi daerah maupun nasional.

Lebih terperinci

PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO

PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO 1.2 SISI PENAWARAN Di sisi penawaran, hampir keseluruhan sektor mengalami perlambatan. Dua sektor utama yang menekan pertumbuhan ekonomi triwulan III-2012 adalah sektor pertanian dan sektor jasa-jasa mengingat

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI PAPUA

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI PAPUA Vol. 3 No. 3 Triwulanan Juli - September 2017 (terbit November 2017) Triwulan III 2017 ISSN xxx-xxxx e-issn xxx-xxxx KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI PAPUA NOVEMBER 2017 DAFTAR ISI 2 3 DAFTAR

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT Triwulan III212 KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT Penerbit : KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA BARAT

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA BARAT KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA BARAT TRIWULAN IV-28 KANTOR BANK INDONESIA BANDUNG Kantor Bank Indonesia Bandung Jl. Braga No. 18 BANDUNG Telp : 22 423223 Fax : 22 4214326 Visi Bank Indonesia Menjadi

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA BARAT

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA BARAT KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA BARAT TRIWULAN II-2008 KANTOR BANK INDONESIA BANDUNG Kantor Bank Indonesia Bandung Jl. Braga No. 108 BANDUNG Telp : 022 4230223 Fax : 022 4214326 Visi Bank Indonesia

Lebih terperinci

Kajian. Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Kalimantan Tengah

Kajian. Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Kalimantan Tengah Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Triwulan III 2015 1 KATA PENGANTAR Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas rahmat-nya (KEKR) Provinsi Kalimantan Tengah Triwulan III

Lebih terperinci

Pertumbuhan Ekonomi Kepulauan Riau. *)angka sementara **)angka sangat sementara

Pertumbuhan Ekonomi Kepulauan Riau. *)angka sementara **)angka sangat sementara RINGKASAN EKSEKUTIF Asesmen Ekonomi Laju perekonomian provinsi Kepulauan Riau di triwulan III-2008 mengalami koreksi yang cukup signifikan dibanding triwulan II-2008. Pertumbuhan ekonomi tercatat berkontraksi

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI SULAWESI BARAT

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI SULAWESI BARAT KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI SULAWESI BARAT TRIWULAN-I 2013 halaman ini sengaja dikosongkan iv Triwulan I-2013 Kajian Ekonomi Regional Sulawesi Barat Daftar Isi KATA PENGANTAR... III DAFTAR ISI...

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL

KAJIAN EKONOMI REGIONAL KAJIAN EKONOMI REGIONAL Provinsi Kalimantan Tengah Triwulan I2010 Kantor Bank Indonesia Palangka Raya KATA PENGANTAR Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa atas rahmat Nya sehingga Kajian

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO ACEH

PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO ACEH PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO ACEH Ekonomi Aceh dengan migas pada triwulan II tahun 2013 tumbuh sebesar 3,89% (yoy), mengalami perlambatan dibandingkan triwulan sebelumnya yang sebesar 4,79% (yoy). Pertumbuhan

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI BENGKULU

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI BENGKULU KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI BENGKULU Triwulan I - 2011 cxççâáâç M Tim Ekonomi Moneter Kelompok Kajian, Statistik dan Survei : 1. Muhammad Jon Analis Muda Senior 2. Neva Andina Peneliti Ekonomi Muda

Lebih terperinci

Laporan Perkembangan Perekonomian Daerah Istimewa Yogyakarta Triwulan III-2008

Laporan Perkembangan Perekonomian Daerah Istimewa Yogyakarta Triwulan III-2008 Laporan Perkembangan Perekonomian Daerah Istimewa Yogyakarta Triwulan III-2008 YOGYAKARTA VISI BANK INDONESIA Menjadi KBI yang dapat dipercaya di daerah melalui peningkatan peran dalam menjalankan tugas-tugas

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI BENGKULU

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI BENGKULU KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI BENGKULU Triwulan III - 2011 cxççâáâç M Tim Ekonomi Moneter Kelompok Kajian, Statistik dan Survei : 1. Muhammad Jon Analis Muda Senior 2. Asnawati Peneliti Ekonomi Muda

Lebih terperinci

BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA. Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo

BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA. Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo Triwulan I 2012 Visi Bank Indonesia : Menjadi lembaga Bank Sentral yang dapat dipercaya secara nasional maupun internasional melalui

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN PEREKONOMIAN DAERAH PROVINSI BENGKULU

PERKEMBANGAN PEREKONOMIAN DAERAH PROVINSI BENGKULU PERKEMBANGAN PEREKONOMIAN DAERAH PROVINSI BENGKULU Triwulan III - 2009 PERKEMBANGAN PEREKONOMIAN DAERAH PROVINSI BENGKULU Penerbit : Bank Indonesia Bengkulu Tim Ekonomi Moneter Kelompok Kajian, Statistik

Lebih terperinci

BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA. Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo

BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA. Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo Triwulan IV 2010 Visi Bank Indonesia : Menjadi lembaga Bank Sentral yang dapat dipercaya secara nasional maupun internasional

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI KALIMANTAN SELATAN TRIWULAN II- 2014

PERTUMBUHAN EKONOMI KALIMANTAN SELATAN TRIWULAN II- 2014 No. 048/08/63/Th XVIII, 5Agustus PERTUMBUHAN EKONOMI KALIMANTAN SELATAN TRIWULAN II- Ekonomi Kalimantan Selatan pada triwulan II- tumbuh sebesar 12,95% dibanding triwulan sebelumnya (q to q) dan apabila

Lebih terperinci

BAB 1 : PERKEMBANGAN MAKRO REGIONAL

BAB 1 : PERKEMBANGAN MAKRO REGIONAL BAB 1 : PERKEMBANGAN MAKRO REGIONAL Tren melambatnya perekonomian regional masih terus berlangsung hingga triwulan III-2010. Ekonomi triwulan III-2010 tumbuh 5,71% (y.o.y) lebih rendah dibandingkan triwulan

Lebih terperinci

Kata pengantar. Publikasi Data Strategis Kepulauan Riau Tahun merupakan publikasi perdana yang disusun dalam rangka

Kata pengantar. Publikasi Data Strategis Kepulauan Riau Tahun merupakan publikasi perdana yang disusun dalam rangka Kata pengantar Publikasi Data Strategis Kepulauan Riau Tahun 2012 merupakan publikasi perdana yang disusun dalam rangka memenuhi kebutuhan konsumen data terhadap data-data yang sifatnya strategis, dalam

Lebih terperinci

BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA. Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo

BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA. Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo Triwulan III 2010 Visi Bank Indonesia : Menjadi lembaga Bank Sentral yang dapat dipercaya secara nasional maupun internasional

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI ACEH. Triwulan IV 2015

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI ACEH. Triwulan IV 2015 KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI ACEH Triwulan IV 215 VISI Menjadi Kantor Perwakilan yang kredibel dalam pelaksanaan tugas BI dan kontributif bagi pembangunan ekonomi daerah maupun nasional.

Lebih terperinci

Grafik 1.1 Laju Pertumbuhan Ekonomi Kepulauan Riau (y o y) Sumber : BPS Kepulauan Riau *) angka sementara ; **) angka sangat sementara

Grafik 1.1 Laju Pertumbuhan Ekonomi Kepulauan Riau (y o y) Sumber : BPS Kepulauan Riau *) angka sementara ; **) angka sangat sementara RINGKASAN EKSEKUTIF Asesmen Ekonomi Krisis finansial global semakin berpengaruh terhadap pertumbuhan industri dan ekspor Kepulauan Riau di triwulan IV-2008. Laju pertumbuhan ekonomi (y-o-y) kembali terkoreksi

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT Triwulan I-2013 KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT Penerbit : KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT

Lebih terperinci

BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA. Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo

BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA. Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo Triwulan I 2011 Visi Bank Indonesia : Menjadi lembaga Bank Sentral yang dapat dipercaya secara nasional maupun internasional melalui

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAWA TENGAH MEI

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAWA TENGAH MEI KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAWA TENGAH MEI 2017 1 KATA PENGANTAR Segala puji dan syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena berkat rahmat dan karunia- Ekonomi dan Keuangan Regional

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL

KAJIAN EKONOMI REGIONAL KAJIAN EKONOMI REGIONAL Provinsi Nusa Tenggara Timur Triwulan II 2014 Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Nusa Tenggara Timur KAJIAN EKONOMI REGIONAL Provinsi Nusa Tenggara Timur Triwulan II - 2014

Lebih terperinci

Daftar Isi. Kata Pengantar... i Daftar Isi...ii Daftar Tabel...iv Daftar Grafik... v Daftar Lampiran... vii Tabel Indikator Ekonomi Terpilih

Daftar Isi. Kata Pengantar... i Daftar Isi...ii Daftar Tabel...iv Daftar Grafik... v Daftar Lampiran... vii Tabel Indikator Ekonomi Terpilih Visi Bank Indonesia: Menjadi lembaga Bank Sentral yang dapat dipercaya (kredibel) secara nasional maupun internasional melalui penguatan nilai-nilai strategis yang dimiliki serta pencapaian inflasi yang

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAWA TENGAH TRIWULAN I

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAWA TENGAH TRIWULAN I KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAWA TENGAH TRIWULAN I 2016 KATA PENGANTAR Segala puji dan syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena berkat rahmat dan karunia- Ekonomi Regional Provinsi

Lebih terperinci

No. Sektor No. Sektor No. Jenis Penggunaan

No. Sektor No. Sektor No. Jenis Penggunaan PDRB SEKTORAL Berdasarkan Harga Berlaku (Rp Miliar) No. Sektor 2006 2007 1 Pertanian 431.31 447.38 465.09 459.18 462.01 491.83 511.76 547.49 521.88 537.38 2 Pertambangan dan Penggalian 11.48 11.44 11.80

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI KALIMANTAN SELATAN TRIWULAN I- 2013

PERTUMBUHAN EKONOMI KALIMANTAN SELATAN TRIWULAN I- 2013 No. 027/05/63/Th XVII, 6 Mei 2013 PERTUMBUHAN EKONOMI KALIMANTAN SELATAN TRIWULAN I- 2013 Perekonomian Kalimantan Selatan triwulan 1-2013 dibandingkan triwulan 1- (yoy) tumbuh sebesar 5,56 persen, dengan

Lebih terperinci

Triwulan III Kajian Ekonomi Regional Banten

Triwulan III Kajian Ekonomi Regional Banten Triwulan III 212 Kajian Ekonomi Regional Banten Triwulan III 212 1 Triwulan III 212 Halaman ini sengaja dikosongkan 2 Triwulan III 212 KATA PENGANTAR Puji serta syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT,

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL

KAJIAN EKONOMI REGIONAL KAJIAN EKONOMI REGIONAL Provinsi Nusa Tenggara Timur Triwulan IV - 2013 Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Nusa Tenggara Timur KATA PENGANTAR Sejalan dengan salah satu tugas pokok Bank Indonesia,

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI SULAWESI BARAT

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI SULAWESI BARAT KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI SULAWESI BARAT TRIWULAN-III 2013 halaman ini sengaja dikosongkan Kajian Ekonomi Regional Sulawesi Barat Triwulan III-2013 iii Kata Pengantar Bank Indonesia memiliki tujuan

Lebih terperinci

No.11/02/63/Th XVII. 5 Februari 2014

No.11/02/63/Th XVII. 5 Februari 2014 No.11/02/63/Th XVII. 5 Februari 2014 PERTUMBUHAN EKONOMI KALIMANTAN SELATAN TAHUN 2013 Secara triwulanan, PDRB Kalimantan Selatan triwulan IV-2013 menurun dibandingkan dengan triwulan III-2013 (q-to-q)

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI MALUKU UTARA

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI MALUKU UTARA LAPORAN TRIWULANAN KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI MALUKU UTARA KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA PROVINSI MALUKU UTARA Jl. Jos Sudarso No.1 Tenate Telp. 62-921-3121217 Fax : 62-921-3124017

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI KALIMANTAN SELATAN TAHUN 20

PERTUMBUHAN EKONOMI KALIMANTAN SELATAN TAHUN 20 No. 10/02/63/Th XIV, 7 Februari 2011 PERTUMBUHAN EKONOMI KALIMANTAN SELATAN TAHUN 20 010 Perekonomian Kalimantan Selatan tahun 2010 tumbuh sebesar 5,58 persen, dengan n pertumbuhan tertinggi di sektor

Lebih terperinci

Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Selatan

Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Selatan Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Selatan November 216 (terbit setiap triwulan) KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA PROVINSI SULAWESI SELATAN Publikasi ini beserta publikasi Bank Indonesia

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT Triwulan II-2013 KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT Penerbit : KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROV. ACEH TRIWULAN

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROV. ACEH TRIWULAN 2 KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROV. ACEH TRIWULAN 2-2009 KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROV. ACEH TRIWULAN 1-2009 3 4 KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROV. ACEH TRIWULAN 2-2009 KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROV. ACEH TRIWULAN

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL

KAJIAN EKONOMI REGIONAL KAJIAN EKONOMI REGIONAL Provinsi Nusa Tenggara Barat Triwulan I211 Kantor Bank Indonesia Mataram KAJIAN EKONOMI REGIONAL Provinsi Nusa Tenggara Barat Triwulan I211 KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI NUSA

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL

KAJIAN EKONOMI REGIONAL KAJIAN EKONOMI REGIONAL Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat Triwulan I - 2009 Kantor Bank Indonesia Jayapura !"#$#$ # $%#&!' $&!&&!!!! #!!' (# )!!# )))!!' #&* &)# # ) $ )!)!#) &+,&!! #& &! &) &) %!

Lebih terperinci

Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan IV-2012

Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan IV-2012 Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan V2012 Asesmen Ekonomi Pertumbuhan ekonomi Provinsi Kepulauan Riau pada tahun 2012 tercatat 8,21% lebih tinggi dibandingkan dengan tahun 2011 yang tercatat

Lebih terperinci

Kajian Ekonomi Regional Provinsi Sumatera Utara Triwulan II-2013 KATA PENGANTAR

Kajian Ekonomi Regional Provinsi Sumatera Utara Triwulan II-2013 KATA PENGANTAR KATA PENGANTAR i DAFTAR ISI ii ... 48... 49... 56... 57... 59... 59... 60 iii iv DAFTAR TABEL v DAFTAR GRAFIK vi vii viii RINGKASAN UU ix x xi xii BAB 1 EKONOI AKRO REGIONAL Pada triwulan II-2013, ekonomi

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL

KAJIAN EKONOMI REGIONAL KAJIAN EKONOMI REGIONAL Propinsi Kepulauan Bangka Belitung Triwulan III - 2008 Kantor Bank Indonesia Palembang Daftar Isi KATA PENGANTAR Segala puji dan syukur ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa karena berkat

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN EKONOMI, KETENAGAKERJAAN, DAN KEMISKINAN

PERKEMBANGAN EKONOMI, KETENAGAKERJAAN, DAN KEMISKINAN PERKEMBANGAN EKONOMI, KETENAGAKERJAAN, DAN KEMISKINAN PERKEMBANGAN EKONOMI, KETENAGAKERJAAN DAN KEMISKINAN Kinerja perekonomian Indonesia masih terus menunjukkan tren peningkatan dalam beberapa triwulan

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAWA TENGAH AGUSTUS

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAWA TENGAH AGUSTUS KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAWA TENGAH AGUSTUS 2017 1 KATA PENGANTAR Segala puji dan syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena berkat rahmat dan karunia- Ekonomi dan Keuangan Regional

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAWA TENGAH FEBRUARI 2017

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAWA TENGAH FEBRUARI 2017 FEBRUARI 217 KATA PENGANTAR Segala puji dan syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena berkat rahmat dan karunianya Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Jawa Tengah Februari 217 dapat dipublikasikan.

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI PAPUA

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI PAPUA KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI PAPUA MEI 2017 Vol. 3 No. 1 Triwulanan Januari - Maret 2017 (terbit Mei 2017) Triwulan I 2017 ISSN 2460-490165 e-issn 2460-598144 - KATA PENGANTAR RINGKASAN

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI MALUKU UTARA

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI MALUKU UTARA LAPORAN TRIWULANAN KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI MALUKU UTARA KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA PROVINSI MALUKU UTARA Jl. Jos Sudarso No.1 Tenate Telp. 62-921-3121217 Fax : 62-921-312417 LAPORAN TRIWULANAN

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI ACEH. Triwulan I 2016

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI ACEH. Triwulan I 2016 KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI ACEH Triwulan I 216 VISI Menjadi Kantor Perwakilan yang kredibel dalam pelaksanaan tugas BI dan kontributif bagi pembangunan ekonomi daerah maupun nasional.

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI MALUKU UTARA

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI MALUKU UTARA LAPORAN TRIWULANAN KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI MALUKU UTARA KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA PROVINSI MALUKU UTARA Jl. Yos Sudarso No.1 Tenate Telp. 62-921-3121217 Fax : 62-921-3124017

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Kendari, 9 Agustus 2011 BANK INDONESIA KENDARI. Sabil Deputi Pemimpin

KATA PENGANTAR. Kendari, 9 Agustus 2011 BANK INDONESIA KENDARI. Sabil Deputi Pemimpin KATA PENGANTAR Kajian Ekonomi Regional Provinsi Sulawesi Tenggara menyajikan kajian mengenai perkembangan ekonomi Sulawesi Tenggara yang meliputi perkembangan ekonomi makro, perkembangan inflasi daerah,

Lebih terperinci

Publikasi ini dapat diakses secara online pada:

Publikasi ini dapat diakses secara online pada: A FEBRUARI 218 Publikasi ini dapat diakses secara online pada: www.bi.go.id/web/id/publikasi Salinan publikasi dalam bentuk hardcopy dapat diperoleh di: Unit Advisory Ekonomi dan Keuangan Kantor Perwakilan

Lebih terperinci

Halaman ini sengaja dikosongkan.

Halaman ini sengaja dikosongkan. 2 Halaman ini sengaja dikosongkan. KATA PENGANTAR Puji serta syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena dengan rahmat dan ridha- IV Barat terkini yang berisi mengenai pertumbuhan ekonomi,

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL Provinsi Sumatera Barat

KAJIAN EKONOMI REGIONAL Provinsi Sumatera Barat KAJIAN EKONOMI REGIONAL Provinsi Sumatera Barat Triwulan I - 29 Kantor Triwulan I-29 BANK INDONESIA PADANG KELOMPOK KAJIAN EKONOMI Jl. Jend. Sudirman No. 22 Padang Telp. 751-317 Fax. 751-27313 Penerbit

Lebih terperinci

BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA. Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo

BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA. Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo Triwulan III 2011 Visi Bank Indonesia : Menjadi lembaga Bank Sentral yang dapat dipercaya secara nasional maupun internasional

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL

KAJIAN EKONOMI REGIONAL KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI MALUKU TRIWULAN III 213 Unit Asesmen Ekonomi dan Keuangan KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA PROVINSI MALUKU Misi Bank Indonesia Mencapai dan memelihara kestabilan nilai

Lebih terperinci

Kajian Ekonomi Regional Provinsi Sulawesi Selatan

Kajian Ekonomi Regional Provinsi Sulawesi Selatan Kajian Ekonomi Regional Provinsi Sulawesi Selatan Triwulan IV 213 KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA WILAYAH I SULAWESI MALUKU PAPUA Publikasi ini beserta publikasi Bank Indonesia yang lain dapat diakses

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL

KAJIAN EKONOMI REGIONAL KAJIAN EKONOMI REGIONAL Provinsi Kalimantan Selatan Triwulan III - 2011 Kantor Bank Indonesia Banjarmasin Kata Pengantar KATA PENGANTAR Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena atas

Lebih terperinci

BAB 1 : PERKEMBANGAN MAKRO REGIONAL

BAB 1 : PERKEMBANGAN MAKRO REGIONAL BAB 1 : PERKEMBANGAN MAKRO REGIONAL Perekonomian Gorontalo pada triwulan II-2013 tumbuh 7,74% (y.o.y) relatif lebih tinggi dibandingkan triwulan sebelumnya yang tercatat sebesar 7,63% (y.o.y). Angka tersebut

Lebih terperinci

TRIWULAN III 2014 KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA WILAYAH I SULAWESI MALUKU PAPUA

TRIWULAN III 2014 KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA WILAYAH I SULAWESI MALUKU PAPUA Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Selatan TRIWULAN III 214 KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA WILAYAH I SULAWESI MALUKU PAPUA Publikasi ini beserta publikasi Bank Indonesia yang lain

Lebih terperinci