Kajian Ekonomi Regional Triwulan I-2014 Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "Kajian Ekonomi Regional Triwulan I-2014 Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat"

Transkripsi

1 Visi Bank Indonesia Menjadi lembaga bank sentral yang kredibel dan terbaik di regional melalui penguatan nilai-nilai strategis yang dimiliki serta pencapaian inflasi yang rendah dan nilai tukar yang stabil Misi Bank Indonesia 1. Mencapai stabilitas nilai rupiah dan menjaga efektivitas transmisi kebijakan moneter untuk mendorong pertumbuhan ekonomi yang berkualitas 2. Mendorong sistem keuangan nasional bekerja secara efektif dan efisien serta mampu bertahan terhadap gejolak internal dan eksternal untuk mendukung alokasi sumber pendanaan/pembiayaan dapat berkontribusi pada pertumbuhan dan stabilitas perekonomian nasional 3. Mewujudkan sistem pembayaran yang aman, efisien, dan lancar yang berkontribusi terhadap perekonomian, stabilitas moneter dan stabilitas sistem keuangan dengan memperhatikan aspek perluasan akses dan kepentingan nasional 4. Meningkatkan dan memelihara organisasi dan SDM Bank Indonesia yang menjunjung tinggi nilai-nilai strategis dan berbasis kinerja, serta melaksanakan tata kelola (governance) yang berkualitas dalam rangka melaksanakan tugas yang diamanatkan UU KANTOR PERWAKILAN BI PROVINSI PAPUA & PAPUA BARAT i

2 HALAMAN INI SENGAJA DIKOSONGKAN KANTOR PERWAKILAN BI PROVINSI PAPUA & PAPUA BARAT ii

3 Kata Pengantar Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, atas rahmat dan berkatnya, Kajian Ekonomi Regional Provinsi Papua dan Papua Barat triwulan I tahun 2014 ini dapat terbit tepat waktu. Ditengah upaya mendorong pertumbuhan ekonomi, kajian yang meliputi analisa makro ekonomi daerah, perbankan, sistem pembayaran, ketenagakerjaan dan keuangan daerah menjadi sangat penting terutama bagi pemerintah, dunia usaha, dunia pendidikan dan referensi bagi masyarakat luas. Pada triwulan I-2014, perekonomian Provinsi Papua menunjukkan pertumbuhan yang positif menggembirakan sebesar 0,57% (yoy), angka tersebut lebih rendah dari pertumbuhan ekonomi nasional pada triwulan I-2014 sebesar 5,21% (yoy). Sementara itu, ekonomi Provinsi Papua Barat pada triwulan I-2014 tumbuh positif sebesar 1,54% (yoy), angka tersebut lebih rendah dari pertumbuhan ekonomi nasional pada triwulan I-2014 sebesar 5,21% (yoy). Sampai dengan periode triwulan I-2014, inflasi tahunan Provinsi Papua 1 tercatat sebesar 9,58% (yoy) atau lebih tinggi dari inflasi nasional yang tercatat sebesar 7,75% (yoy). Sementara, inflasi gabungan di Provinsi Papua Barat 2 pada triwulan I-2014 tercatat sebesar 5,77% (yoy) atau lebih rendah dari inflasi nasional yang tercatat sebesar 7,75% (yoy). Secara umum, kinerja perbankan di pada triwulan I-2013 masih cukup baik. Hal tersebut tercermin dari pertumbuhan beberapa indikator perbankan yang cukup signifikan. Fungsi intermediasi perbankan terlihat cukup meningkat seperti tercermin dari pertumbuhan dana pihak ketiga di sisi pasiva perbankan yang tumbuh sebesar 11,04% (yoy) sementara disisi aktiva, kredit perbankan tumbuh signifikan sebesar 17,55% (yoy) dan mendorong meningkatnya loan to deposit rate (LDR) perbankan menjadi sebesar 62,05% pada triwulan I-2014 dari triwulan yang sama tahun sebelumnya yang tercatat sebesar 58,62%. Pada triwulan I-2014, nilai transaksi keluar (outflow) melalui BI-RTGS dari Wilayah Papua mencapai Rp 5,75 trilliun dengan jumlah warkat sebesar lembar. Disisi lain, dana yang masuk ke wilayah Papua mencapai Rp 6,93 triliun. Perkembangan transaksi kliring selama periode triwulan IV-2013 di wilayah kerja KPwBI Papua & Papua Barat secara nominal mencapai Rp 1,19 triliun dengan jumlah warkat sebesar lembar. Jika dibandingkan dengan periode 1 Inflasi di Propinsi Papua dihitung dari pergerakan harga barang dan jasa di Kota. Jayapura dan Kab. Merauke. 2 Inflasi di Provinsi Papua Barat dihitung dari pergerakan harga-harga barang dan jasa di Kab. Manokwari dan Kota. Sorong. KANTOR PERWAKILAN BI PROVINSI PAPUA & PAPUA BARAT iii

4 yang sama tahun sebelumnya, terdapat penurunan nilai nominal kliring sebesar -1,47% (yoy). Pada triwulan I-2014, jumlah uang kartal yang masuk (inflow) ke kas KPwBI Papua & Papua Barat mencapai Rp 2,85 triliun atau meningkat 5,60% (yoy) dibanding periode yang sama tahun sebelumnya. Di sisi lain, total uang keluar (outflow) mencapai sebesar Rp 893 miliar atau menurun sebesar -12,44% (yoy) dibanding periode yang sama tahun sebelumnya. Secara keseluruhan Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Papua & Papua Barat mengalami posisi net inflow sebesar Rp 1,96 triliun. Penyusunan laporan ini tidak terlepas dari koordinasi berbagai pihak, untuk itu pada kesempatan yang atkan di masa yang akan datang. Akhirnya besar harapan kami kiranya lapbaik ini kami ucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya dan semoga hubungan kerjasama yang telah terjalin erat selama ini dapat ditingkoran triwulan ini dapat bermanfaat bagi semua pihak dalam memahami perekonomian Provinsi Papua dan Papua Barat. Jayapura, Mei 2014 KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA PROVINSI PAPUA & PAPUA BARAT Kepala Perwakilan, Hasiholan Siahaan Deputi Direktur KANTOR PERWAKILAN BI PROVINSI PAPUA & PAPUA BARAT iv

5 Daftar Isi KATA PENGANTAR... DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR GRAFIK... TABEL INDIKATOR MONETER... RINGKASAN EKSEKUTIF... iii v ix xi xiii xvii BAB I. PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO REGIONAL... 1 I. Provinsi Papua Sisi Permintaan Konsumsi Rumah Tangga Investasi Ekspor dan Impor Sisi Penawaran Sektor Pertanian Sektor Pertambangan dan Penggalian Sektor Perdagangan, Hotel dan Restoran Sektor Pengangkutan dan Komunikasi Sektor Keuangan Perusahaan dan Persewaan II. Provinsi Papua Barat Sisi Permintaan Konsumsi Ekspor Impor Sisi Penawaran Sektor Pertanian Sektor Pengolahan Sektor Perdagangan, Hotel dan Restoran Sektor Pengangkutan dan Komunikasi Sektor Keuangan,Persewaan dan Jasa Perusahaan Sektor Jasa-jasa Sektor Bangunan BAB 2. KEUANGAN PEMERINTAH I. Keuangan Pemerintah Provinsi Papua Pendapatan Pemerintah Daerah Provinsi Papua Pengeluaran Pemerintah Daerah Provinsi Papua Surplus, Defisit dan Pembiayaan II. Keuangan Pemerintah Provinsi Papua Barat Pendapatan Pemerintah Daerah Provinsi Papua Barat Pengeluaran Pemerintah Daerah Provinsi Papua Barat BAB 3. PERKEMBANGAN HARGA I. Provinsi Papua Kondisi Umum Provinsi Papua Kondisi Umum Inflasi Kota Jayapura Disagregasi dan Faktor-faktor yang Mempengaruhi Inflasi Inflasi Menurut Kelompok Komoditas Kelompok Bahan Makanan Kelompok Makanan Jadi, Minuman, Rokok dan Tembakau KANTOR PERWAKILAN BI PROVINSI PAPUA & PAPUA BARAT v

6 Kelompok Perumahan, Air Dan Listrik Kelompok Sandang Kelompok Kesehatan Kelompok Pendidikan, Rekreasi dan Olahraga Kelompok Transpor, Komunikasi & Jasa Keuangan II. Provinsi Papua Barat Kondisi Umum Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Inflasi Selama Periode Berjalan Kelompok Bahan Makanan Kelompok Makanan Jadi, Minuman, Rokok dan Tembakau Kelompok Perumahan, Air, Listrik, Gas dan Bahan Bakar Kelompok Sandang Kelompok Kesehatan Kelompok Pendidikan, Rekreasi dan Olahraga Kelompok Transport, Komunikasi & Jasa Keuangan BAB 3. SISTEM KEUANGAN DAN PENGEMBANGAN AKSES KEUANGAN I. Perkembangan Umum Perbankan Wilayah Papua II. Perbankan Provinsi Papua Perkembangan Umum Perkembangan Aset Dana Pihak Ketiga (DPK) Perbankan Penyaluran Kredit Perbankan LDR dan NPL Kredit Mikro, Kecil dan Menengah Stabilitas Sistem Keuangan Kelompok Bahan Makanan Kelompok Makanan Jadi, Minuman, Rokok dan Tembakau Kelompok Perumahan, Air, Listrik, Gas dan Bahan Bakar III. Perbankan Provinsi Papua Barat Perkembangan Umum Aset Perbankan Dana Pihak Ketiga (DPK) Perbankan Penyaluran Kredit Perbankan LDR dan NPL Kredit Mikro, Kecil dan Menengah Stabilitas Sistem Keuangan Kelompok Bahan Makanan Kelompok Makanan Jadi, Minuman, Rokok dan Tembakau Kelompok Perumahan, Air, Listrik, Gas dan Bahan Bakar BAB 5. PERKEMBANGAN SISTEM PEMBAYARAN I. Bank IndonesiaReal Time GrossSettlement (BI-RTGS) II. Sistem Kliring Nasional Bank Indonesia (SKN-BI) III. Perkembangan Uang Kartal BAB 6. PERKEMBANGAN KETENAGAKERJAAN I. Ketenagakerjaan Provinsi Papua Perkembangan Tenaga Kerja Provinsi Papua Tenaga Kerja Menurut Lapangan Pekerjaan Utama II. Ketenagakerjaan Provinsi Papua Barat Perkembangan Keadaan Tenaga Kerja Provinsi Papua Barat Tenaga Kerja Menurut Lapangan Pekerjaan Utama III. Kemiskinan di Perkembangan Kemiskinan di Provinsi Papua KANTOR PERWAKILAN BI PROVINSI PAPUA & PAPUA BARAT vi

7 3.2. Perkembangan Kemiskinan di Provinsi Papua Barat BAB 7. PRAKIRAAN EKONOMI DAN INFLASI DAERAH I. Prospek Pertumbuhan Ekonomi Daerah Pertumbuhan Ekonomi Provinsi Papua Pertumbuhan Ekonomi Provinsi Papua Barat II. Prospek Pencapaian Inflasi Inflasi Provinsi Papua Inflasi Provinsi Papua Barat III. Prospek Pertumbuhan Perbankan Propek Perbankan Provinsi Papua Prospek Perbankan Provinsi Papua Barat KANTOR PERWAKILAN BI PROVINSI PAPUA & PAPUA BARAT vii

8 HALAMAN INI SENGAJA DIKOSONGKAN KANTOR PERWAKILAN BI PROVINSI PAPUA & PAPUA BARAT viii

9 Tabel 1 Laju Pertumbuhan Ekonomi Tahunan (yoy) Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat Dari Sisi Sektoral... 2 Tabel 2 Pertumbuhan Ekonomi Tahunan Provinsi Papua & Paua Barat Harga Konstan Sisi Sisi Permintaan (%)... 2 Tabel 3 Kontribusi Komponen Permintaan Terhadap Pertumbuhan Ekonomi (yoy) (%)... 3 Tabel 4 Kontribusi Sektor Ekonomi Terhadap Pertumbuhan Ekonomi Tahunan (yoy) (%)... 3 Tabel 5 Perkembangan Penjualan Perusahaan Pertambangan... 7 Tabel 6 Perkembangan Produktivitas Komoditas Pangan Papua... 8 Tabel 7 Perkembangan Produksi Perikanan Provinsi Papua... 9 Tabel 8 Perkembangan Produksi Tambang Papua... 9 Tabel 9 Perkembangan Arus Bongkar Muat Barang di Pelabuhan Papua Tabel 10 Perkembangan Arus Penumpang Kapal di Pelabuhan Papua Tabel 11 Perkembangan Nilai Tambah Bank Provinsi Papua Tabel 12 Pertumbuhan Sisi Permintaan Provinsi Papua Barat Tabel 13 Perkembangan Nilai Tambah Bank Provinsi Papua Barat Tabel 14 Perbandingan Target Pendapatan Daerah Provinsi Papua Tabel 15 Perbandingan Anggaran Belanja Daerah Provinsi Papua Tabel 16 Perbandingan Realisasi Pendapatan Daerah Provinsi Papua Tabel 17 Realisasi Pendapatan Daerah Provinsi Papua Triwulan I Tabel 18 Perbandingan Realisasi Belanja Daerah Provinsi Papua Tabel 19 Realisasi Belanja Daerah Provinsi Papua Triwulan I Tabel 20 Perbandingan APBD Provinsi Papua Tabel 21 Realisasi APBD Provinsi Papua Triwulan I Tabel 22 Realisasi Pendapatan Provinsi Papua Triwulan I Tabel 23 Realisasi Pengeluaran Provinsi Papua Triwulan I Tabel 24 Perkembangan Inflasi Kota Jayapura Tabel 25 Disagregasi Inflasi Kota Jayapura Tabel 26 Perkembangan Inflasi Provinsi Papua Barat Tabel 27 Perkembangan Perbankan Wilayah Papua (Miliar) Tabel 28 Perkembangan NPL Persektor Tabel 29 Perkembangan Perbankan Provinsi Papua Tabel 30 Perkembangan DPK Perbankan Provinsi Papua KANTOR PERWAKILAN BI PROVINSI PAPUA & PAPUA BARAT Daftar Tabel ix

10 Tabel 31 Perkembangan Indikator Kredit Perbankan Provinsi Papua Tabel 32 Perkembangan Indikator Perbankan Papua Tabel 33 Perkembangan Kredit UMKM Perbankan Provinsi Papua Tabel 34 Perkembangan Perbankan Provinsi Papua Barat Tabel 35 Kredit Perbankan Provinsi Papua Barat Tabel 36 Kredit Perbankan Berdasarkan Sektor Ekonomi Tabel 37 Perkembangan Indikator Perbankan Papua Barat Tabel 38 Perkembangan Kredit UMKM Provinsi Papua Barat Tabel 39 Transaksi RTGS Wilayah Papua Tabel 40 Transaksi Kliring Wilayah Papua Tabel 41 Perkembangan Perkasan KPw BI Provinsi Papua & Papua Barat Tabel 42 Penduduk Usia 15 Tahun Ke atas Menurut Kegiatan Utama Tabel 43 Pendapatan Menurut Lapangan Kerja Tabel 44 Penduduk Usia 15 Tahun ke Atas yang Bekerja menurut Lapangan Pekerjaan Utama Februari 2012 Februari 2014 Provinsi Papua Tabel 45 Penduduk Usia 15 Tahun ke Atas menurut Kegiatan Utama Februari 2012 Februari 2014 Provinsi Papua Barat Tabel 46 Penduduk Yang Bekerja Menurut Lapangan Kerja Utama Tabel 47 Jumlah Penduduk Penduduk Miskin Di Provinsi Papua Tabel 48 Jumlah Penduduk Penduduk Miskin Di Provinsi Papua Barat KANTOR PERWAKILAN BI PROVINSI PAPUA & PAPUA BARAT x

11 Daftar Grafik Grafik 1 Survei Konsumen... 4 Grafik 2 Konsumsi Listrik RT... 4 Grafik 3 Kredit Konsumsi... 4 Grafik 4 Jumlah kendaraan Baru... 5 Grafik 5 Realisasi Belanja Pegawai Pemda... 5 Grafik 6 Kredit Investasi Bank Umum... 6 Grafik 7 Realisasi Belanja Modal Pemrov. Papua... 6 Grafik 8 Volume Ekspor Non Migas Papua... 6 Grafik 9 Nilai Ekspor Non Migas Papua... 6 Grafik 10 Volume Impor Non Migas Papua... 7 Grafik 11 Nilai Impor Non Migas Papua... 7 Grafik 12 Nilai Tukar Petani... 9 Grafik 13 PDRB Sektor Pertanian Papua... 9 Grafik 14 Perkembangan Kredit Perdagangan Grafik 15 Tingkat Hunian Hotel Papua Grafik 16 Grafik Survey Konsumen Grafik 17 Kredit Konsumsi Papua Barat Grafik 18 Konsumsi Listrik Papua Barat Grafik 19 Perkembangan Volume Ekspor Papua Barat Grafik 20 Perkembangan Nilai Ekspor Papua Barat Grafik 21 Nilai Tukar Petani Papua Barat Grafik 22 PDRB Sektor Pertanian Papua Barat Grafik 23 Penggunaan Listrik Grafik 24 Perbandingan Inflasi Papua dengan Inflasi Nasional Grafik 25 Disagregasi Inflasi Kota Jayapura Grafik 26 Perkembangan Survei Konsumen Grafik 27 Perkembangan Aset Perbankan Provinsi Papua Grafik 28 Komposisi Aset Perbankan Grafik 29 Perkembangan Indikator Dana Pihak Ketiga Provinsi Papua Grafik 30 Perkembangan Kredit Perbankan Provinsi Papua Grafik 31 Komposisi Kredit Perbankan Grafik 32 Perkembangan NPL & LDR Grafik 33 Pertumbuhan Kredit Sektor Utama Prov. Papua KANTOR PERWAKILAN BI PROVINSI PAPUA & PAPUA BARAT xi

12 Grafik 34 Perkembangan NPL Kredit Sektor Utama Prov. Papua Grafik 35 Pertumbuhan Kredit RT Prov. Papua Grafik 36 Perkembangan NPL Kredit RT Prov. Papua Grafik 37 Pertumbuhan Kredit MKM Prov. Papua Grafik 38 Perkembangan NPL Kredit MKM Prov. Papua Grafik 39 Perkembangan Aset Perbankan Papua Barat Grafik 40 Komposisi Aset Perbankan Grafik 41 Perkembangan DPK Provinsi Papua Barat Grafik 42 Perkembangan Kredit Provinsi Papua Barat Grafik 43 Komposisi Kredit Perbankan Grafik 44 Perkembangan NPL & LDR Grafik 45 Pertumbuhan Kredit Sektor Utama Prov. Papua Barat Grafik 46 Perkembangan NPL Kredit Sektor Utama Prov. Papua Barat Grafik 47 Pertumbuhan Kredit RT Prov. Papua Barat Grafik 48 Perkembangan NPL Kredit RT Prov. Papua Barat Grafik 49 Pertumbuhan Kredit MKM Prov. Papua Barat Grafik 50 Perkembangan NPL Kredit RT Prov. Papua Barat Grafik 51 Nilai Transaksi RTGS Grafik 52 Perkembangan Kliring Wilayah Papua Grafik 53 Perkembangan Uang Kartal Grafik 54 Perkembangan Penduduk Miskin Prov. Papua Grafik 55 Perkembangan UMR Prov. Papua Grafik 56 Perkembangan Penduduk Miskin Papua Barat Grafik 57 Perkembangan UMR Papua Barat KANTOR PERWAKILAN BI PROVINSI PAPUA & PAPUA BARAT xii

13 PDRB DAN INFLASI TABEL INDIKATOR Growth PDRB Papua Pertanian 0.28% 3.95% 6.24% 7.25% 4.96% 4.90% 3.63% 8.26% 12.67% Pertambangan & Penggalian % % % 54.67% 31.83% % 43.04% 64.24% % Industri Pengolahan -0.64% 6.29% 3.31% 0.48% -1.77% 0.94% 5.16% 4.91% 13.34% Listrik,Gas & Air Bersih 6.05% 7.25% 7.49% 7.17% 6.58% 8.01% 9.26% 8.41% 10.37% Bangunan 19.00% 19.86% 16.43% 12.47% 7.30% 8.87% 4.76% 2.02% 8.82% Perdagangan, Hotel & Restoran 8.11% 8.44% 10.92% 13.58% 13.66% 11.82% 8.68% 7.41% 9.99% Angkutan & Komunikasi 9.05% 9.63% 10.41% 9.10% 9.58% 9.07% 7.64% 8.26% 13.85% Keuangan, Persewaan & Jasa Perusahaan 19.98% 1.76% 7.14% 1.61% 17.43% 12.32% 14.92% 23.08% 17.77% Jasa - jasa 11.14% 8.80% 5.30% 8.91% 19.77% 15.07% 15.15% 9.61% 21.89% TOTAL PDRB % -3.26% 1.34% 18.91% 16.22% -0.54% 17.98% 23.90% 0.57% Growth PDRB Papua Barat Pertanian 0.55% 2.20% 0.06% 3.09% 2.41% 3.98% 5.84% 2.12% 0.97% Pertambangan & Penggalian 14.96% 7.69% 1.10% -0.83% -3.87% -0.93% 2.84% 2.99% 1.78% Industri Pengolahan 89.85% 52.04% 2.30% 1.46% 13.40% -0.79% 9.58% 28.23% -3.25% Listrik,Gas & Air Bersih 10.08% 8.25% 7.63% 9.34% 8.68% 10.03% 9.48% 8.37% 8.33% Bangunan 10.58% 10.39% 11.99% 15.99% 12.03% 11.51% 11.31% 10.74% 15.75% Perdagangan, Hotel & Restoran 8.77% 8.02% 9.81% 12.96% 12.51% 12.87% 11.11% 10.75% 9.39% Angkutan & Komunikasi 13.13% 11.08% 10.21% 11.93% 10.28% 11.12% 10.65% 8.90% 9.30% Keuangan, Persewaan & Jasa Perusahaan 9.12% 11.05% 1.03% 3.46% 10.90% 13.20% 9.57% 14.85% 10.65% Jasa - jasa 12.90% 10.11% 8.39% 16.19% 10.71% 10.94% 7.43% 6.19% 5.75% TOTAL PDRB 35.83% 24.63% 3.87% 5.23% 9.54% 3.51% 8.53% 15.74% 1.54% Kelompok Komoditi TW I TW I TW I MTM YTD QTQ YOY MTM YTD QTQ YOY IHK MTM YTD QTQ YOY Bahan Makanan Makanan Jadi, Minuman, Rokok & Tembakau Perumahan, Air, Listrik, Gas & Bahan Bakar Sandang Kesehatan Pendidikan, Rekreasi dan Olahraga Transpor, Komunikasi & Jasa Keuangan Inflasi Jayapura Kelompok Komoditi TW I MTM YTD QTQ YOY MTM YTD QTQ YOY IHK MTM YTD QTQ YOY Bahan Makanan Makanan Jadi, Minuman, Rokok & Tembakau Perumahan, Air, Listrik, Gas & Bahan Bakar Sandang Kesehatan Pendidikan, Rekreasi dan Olahraga Transpor, Komunikasi & Jasa Keuangan Inflasi Papua Barat (Inflasi MTM,YOY, QTQ = %) KANTOR PERWAKILAN BI PROVINSI PAPUA & PAPUA BARAT TW I TW I xiii

14 TABEL PERBANKAN KANTOR PERWAKILAN BI PROVINSI PAPUA & PAPUA BARAT xiv

15 TABEL SISTEM PEMBAYARAN Tabel Transaksi Kliring Kliring Growth I II III IV I II III IV I (YOY) Total Volume (lembar) 46, , , , , , , , , % Total Nominal Kliring (Rp Miliar) 1, , , , , , , , , % Rata-Rata Perputaran Kliring(per hari) Rata-Rata Volume (lembar) % Rata-Rata Nominal Perputaran Kliring Perhari (Rp Milliar) % Nisbah Rata-Rata Penolakan Volume (lembar) % Nominal Nisbah Rata-Rata Penolakan(Rp Milliar) % Tabel Transaksi RTGS RTGS I II III IV I* II III IV I* Outflow (from) Nominal (Rp.milliar) 12, , , , , , , , , % Lembar Warkat 10, , , , , , , , , % Inflow (to) Nominal (Rp.milliar) 11, , , , , , , , , % Lembar Warkat 12, , , , , , , , , % Net Inflow Nominal (Rp.milliar) -1, , , , , , , , , % Lembar Warkat 1, , , , , , , , % Intra Papua Nominal (Rp.milliar) , , , , , % Lembar Warkat 1, , , , , , , , , % Data belum termasuk bulan Maret 2014 Growth (YoY) Tabel Perkasan KPwBI Papua & Papua Barat Uang Kartal Growth I II III IV I II III IV I (YOY) Inflow (Rp Miliar) 2, , , , , , , , , % Outflow (Rp Miliar) 1, , , , , , , , % Net Inflow (Rp Miliar) 1, (1,194.16) (156.08) (4,605.64) 1, (995.77) 1, (381.17) 1, % Saldo Persediaan Kas (Rp Miliar) 1, , , , , , , , , % - Saldo Kas BI Jap (Rp Miliar) 1, , , , , , , , % - Saldo Kas Titipan (Rp Miliar) , % Pemusnahan Uang kertas-tle (Rp Miliar) % KANTOR PERWAKILAN BI PROVINSI PAPUA & PAPUA BARAT xv

16 HALAMAN INI SENGAJA DIKOSONGKAN KANTOR PERWAKILAN BI PROVINSI PAPUA & PAPUA BARAT xvi

17 RINGKASAN EKSEKUTIF 1. GAMBARAN UMUM Pada triwulan I-2014, perekonomian Provinsi Papua maupun Papua Barat menunjukkan percepatan pertumbuhan yang semakin meningkat. Hal itu ditunjukkan oleh pertumbuhan ekonomi kedua provinsi yang masih positif. Ekonomi Papua tumbuh sebesar 0,57% (yoy) sementara ekonomi Provinsi Papua Barat tumbuh sebesar 1,54% (yoy). Pertumbuhan kedua provinsi tersebut mengalami pelemahan jika dibandingkan dengan pencapaian pada triwulan IV MAKRO EKONOMI Dari sisi penawaran, ekonomi Papua terutama ditopang oleh pertumbuhan pada sektor jasa-jasa; sektor pertanian; sektor angkutan dan transportasi; sektor bangunan; sektor perdagangan, hotel &restoran; sektor Keuangan, Persewaan & Jasa Perusahaan. Sementara itu, sektor bangunan; sektor perdagangan hotel dan restoran; sektor jasa-jasa; sektor angkutan & komunikasi serta sektor Keuangan menjadi motor penggerak utama pertumbuhan ekonomi Papua Barat. 2. KEUANGAN DAERAH Pada tahun 2014, target Pendapatan didalam APBD Provinsi Papua tercatat sebesar sebesar Rp 10,489 triliun. Angka tersebut meningkat sebesar 28,15% (yoy) jika dibandingkan dengan tahun sebelumnya. Besarnya APBD dari segi pendapatan sebagian besar di topang oleh tingginya dana perimbangan dan dana otonomi khusus yang dialokasikan oleh pemerintah pusat. Hal ini seiring dengan peningkatan target pendapatan didalam APBN secara nasional. Dari sisi belanja, Pemerintah Daerah Provinsi Papua pada tahun 2014 menargetkan sebesar Rp 11,21 triliun. Angka tersebut meningkat sebesar 39,46% (yoy) jika dibandingkan dengan tahun sebelumnya. Tingginya kenaikan anggaran belanja Pemda Papua terutama disebabkan oleh meningkatnya belanja modal, belanja bagi hasil dan bantuan keuangan bagi pemda lain serta belanja tidak langsung pegawai. KANTOR PERWAKILAN BI PROVINSI PAPUA & PAPUA BARAT xvii

18 4. INFLASI Sampai dengan periode triwulan I-2014, inflasi Provinsi Papua 3 tercatat sebesar 9,58% (yoy) lebih tinggi dibandingkan triwulan IV-2013 yang tercatat sebesar 8,27% (yoy). Angka tersebut mengalami peningkatan yang cukup signifikan seiring adanya peningkatan harga komoditas bahan makanan. Jika dibandingkan dengan inflasi nasional, laju inflasi Provinsi Papua tercatat lebih tinggi, dimana inflasi nasional pada triwulan I-2014 tercatat sebesar 7,75% (yoy). Sementara itu, inflasi gabungan di Provinsi Papua Barat 4 tercatat sebesar 5.77% (yoy). 5. PERBANKAN Secara umum, kinerja perbankan di Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat pada triwulan I-2014 mengalami pertumbuhan yang cukup besar. Hal ini tercermin dari pertumbuhan beberapa indikator perbankan yang cukup signifikan. Fungsi intermediasi perbankan terlihat cukup meningkat sebagaimana tercermin dari pertumbuhan dana pihak ketiga di sisi pasiva perbankan yang tumbuh sebesar 11,66% (yoy). Sementara disisi aktiva, kredit perbankan tumbuh cukup signifikan sebesar 24,14% (yoy) dan mendorong meningkatnya loan to deposit rate (LDR) perbankan menjadi sebesar 64,50% (yoy) pada triwulan I-2014 dari sebesar 58,01% (yoy) pada triwulan I Namun demikian, LDR tersebut masih dibawah angka yang ditargetkan. Secara umum, kinerja Jika dilihat dari kualitas penyaluran kredit yang diberikan kepada sektor utama di Papua dapat dikatakan bahwa hampir seluruh sektor masih berada pada tahap yang cukup aman dengan pencapaian Non Performing Loan (NPL) yang masih berada dibawah 5%. Sementara itu, ketahanan penyaluran kredit terhadap sektor utama di Papua Barat masih cukup sehat, namun khusus untuksektor industri pengolahan perlu mendapatkan perhatian lebih karena memiliki NPL lebih dari 5% (tercatat sebesar 5,52%). 3 Inflasi di Propinsi Papua dihitung dari pergerakan harga barang dan jasa di Kota Jayapura dan Kab. Merauke. 4 Inflasi di Provinsi Papua Barat dihitung dari pergerakan harga barang di Kab. Manokwari dan Kota Sorong. KANTOR PERWAKILAN BI PROVINSI PAPUA & PAPUA BARAT xviii

19 6. SISTEM PEMBAYARAN Pada triwulan I-2014, nilai transaksi keluar (outflow) melalui BI-RTGS dari Wilayah Papua mencapai Rp 5,75 trilliun atau naik sebesar 36,92% (yoy) jika dibandingkan dengan nilai transaksi pada triwulan yang sama di tahun sebelumnya atau turun sebesar -58,12% (qtq) jika dibandingkan dengan triwulan sebelumnya. Besarnya transaksi keluar wilayah Papua merupakan akibat terjadinya pembayaran atas pasokan barang-barang kebutuhan yang sebagian berasal dari luar wilayah Papua. Disisi lain, jumlah dana yang masuk ke wilayah Papua atau transaksi masuk (inflow) mencapai Rp 6,93 triliun, angka tersebut mengalami penurunan sebesar - 5,06% (yoy) jika dibandingkan dengan nilai transaksi pada triwulan yang sama di tahun sebelumnya serta turun sebesar -62,37% (qtq) jika dibandingkan dengan triwulan sebelumnya. Tingginya nilai transaksi masuk berasal dari besarnya dana alokasi umum dan dana otonomi khusus bagi Pemerintah daerah di wilayah Papua. Adapun nilai transaksi keuangan antar bank melalui sarana BI-RTGS di wilayah Papua tercatat sebesar Rp 683,13 miliar atau naik sebesar 25,33% (yoy) dibandingkan dengan tahun lalu atau turun sebesar -86,86% (qtq) dibandingkan dengan triwulan sebelumnya. 6. PROSPEK PEREKONOMIAN DAN INFLASI Pada tahun 2014, perekonomian Provinsi Papua diperkirakan masih akan mengalami pertumbuhan tahunan positif sebesar 5,55%±1% (yoy), lebih rendah jika dibandingkan dengan pertumbuhan selama tahun 2013 sebesar 14,72% (yoy). Adapun pada triwulan II-2014 pertumbuhan perekonomian Provinsi Papua diperkirakan akan tumbuh sebesar 2,62% (yoy). Pada tahun 2014, perekonomian Provinsi Papua Barat diperkirakan masih akan mengalami pertumbuhan tahunan yang positif sebesar 6,53%±1% (yoy), lebih rendah jika dibandingkan dengan pertumbuhan selama tahun 2013 sebesar 9,30% (yoy). Pada tahun triwulan I-2014, perekonomian Provinsi Papua Barat diperkirakan masih akan mengalami pertumbuhan yang positif sebesar 6,50%±1% (yoy). Sampai dengan akhir tahun 2014, Provinsi Papua diperkirakan akan mengalami inflasi tahunan sebesar 5,29% (yoy). Pencapaian inflasi KANTOR PERWAKILAN BI PROVINSI PAPUA & PAPUA BARAT xix

20 Provinsi Papua pada tahun 2014 secara optimis berada dalam rentang target yang telah ditetapkan dengan catatan semua harga barang yang diatur oleh Pemerintah (administred price) serta kelancaran pasokan distribusi barang ke Papua tidak mengalami perubahan maupun gangguan yang signifikan. Pada triwulan I-2014, inflasi tahunan Provinsi Papua diperkirakan berada level 7,54 ± 1% (yoy). Sampai dengan akhir tahun 2014, Provinsi Papua Barat diperkirakan akan mengalami inflasi tahunan sebesar 4,50% (yoy). Pada triwulan I-2014, inflasi tahunan Provinsi Papua Barat diperkirakan berada level 5,82±1% (yoy). KANTOR PERWAKILAN BI PROVINSI PAPUA & PAPUA BARAT xx

21 BAB 1. MAKROEKONOMI REGIONAL Pada triwulan I-2014, perekonomian Provinsi Papua maupun Papua Barat menunjukkan pertumbuhan yang masih positif meskipun melambat dibandingkan periode sebelumnya. Rilis data BPS pada triwulan I-2014 menunjukan bahwa perekonomian Papua tumbuh sebesar 0,57% (yoy) sementara ekonomi Provinsi Papua Barat tumbuh sebesar 1,54% (yoy). Dari sisi permintaan, pertumbuhan ekonomi Papua dan Papua Barat terutama ditopang oleh sektor konsumsi dan investasi. Dari sisi penawaran, hampir seluruh sektor menjadi pendorong perekonomian di Provinsi Papua dan Papua Barat. Hanya sektor pertambangan di Provinsi Papua dan sektor industri pegolahan di Provinsi Papua Barat yang mengalami penurunan. Sektor pertambangan yang secara historis selalu menjadi penopang ekonomi Papua justru pada triwulan laporan justru mencatatkan pertumbuhan yang negatif sebesar -28,50% (yoy), hal oni terjadi sebagai akibat dari penerapan UU Minerba pada awal tahun 2014 yang jugamempengaruhi perusahaan pertambangan di Provinsi Papua. Oleh karena itu, pada triwulan I-2014 perekonomian Papua justru sebagaian besar didorong oleh pertumbuhan dari sektor jasa-jasa. Sementara itu, untuk Provinsi Papua Barat pada triwulan laporan perekonomiannya sebagian besar ditopang oleh sektor bangunan yang tumbuh sebesar 15,75% (yoy). Hal tersebut sedikit berbeda dari keadaan biasanya, dimana secara histroris perekonomian Papua Barat selalu bergantung pada sektor industri pengolahan. Penurunan kinerja dari salah satu perusahaan penghasil gas alam disinyalir menjadi penyebab terjadinya hal tersebut. I. Provinsi Papua 1.1. Sisi Permintaan Pada triwulan I-2014, perekonomian Provinsi Papua tumbuh sebesar 0,57 % (yoy) atau jauh lebih rendah dibandingkan triwulan IV-2013 yang mengalami pertumbuhan sebesar 23,86% (yoy). Dari sisi permintaan, kinerja ekonomi Papua ditopang oleh komponen konsumsi (masyarakat dan pemerintah) dan investasi (pembentukan modal tetap bruto) yang tumbuh cukup signifikan. Membaiknya kinerja komponen konsumsi (masyarakat dan pemerintah) yang cukup tinggi terjadi seiring dengan pelaksanaan Pemilu Legislatif pada tahun Di samping itu, kinerja investasi (pembentukan modal tetap bruto) juga mengalami pertumbuhan yang cukup menggembirakan seiring tingginya prospek untuk berinvestasi di Papua dan juga akibat tingginya alokasi dari dana perimbangan yang digunakan untuk investasi infrastruktur di daerah. Kedepan, ekpektasi konsumsi masyarakat yang tetap tinggi akan turut menjaga kinerja ekonomi di Provinsi Papua untuk tetap tumbuh positif. KANTOR PERWAKILAN BI PROVINSI PAPUA & PAPUA BARAT 1

22 Tabel 1. Laju Pertumbuhan Ekonomi Tahunan Provinsi Papua & Provinsi Papua Barat Harga Konstan Dari Sisi Sektoral (%) Growth PDRB Papua Pertanian 0,28% 3,95% 6,24% 5,51% 4,96% 4,90% 3,63% 10,04% 12,67% Pertambangan & Penggalian -39,74% -23,93% -13,52% 54,67% 31,83% -24,61% 43,04% 64,24% -28,50% Industri Pengolahan -0,64% 6,29% 3,31% 0,48% -1,77% 0,94% 5,16% 4,91% 13,34% Listrik,Gas & Air Bersih 6,05% 7,25% 7,49% 7,18% 6,58% 8,01% 9,26% 8,41% 10,37% Bangunan 19,00% 19,86% 16,43% 16,04% 7,30% 8,87% 4,76% -1,11% 8,82% Perdagangan, Hotel & Restoran 8,11% 8,44% 10,92% 13,58% 13,66% 11,82% 8,68% 7,41% 9,99% Angkutan & Komunikasi 9,05% 9,63% 10,41% 9,10% 9,58% 9,07% 7,64% 8,26% 13,85% Keuangan, Persewaan & Jasa Perusahaan 19,98% 1,76% 7,14% 1,61% 17,43% 12,32% 14,92% 23,08% 17,77% Jasa - jasa 11,14% 8,80% 5,30% 8,09% 19,77% 15,07% 15,15% 10,44% 21,89% TOTAL PDRB -11,19% -3,26% 1,34% 18,94% 16,22% -0,54% 17,98% 23,86% 0,57% Growth PDRB Papua Barat Pertanian 0,55% 2,20% 0,06% 3,09% 2,41% 3,98% 5,84% 2,12% 0,97% Pertambangan & Penggalian 14,96% 7,69% 1,10% -0,83% -3,87% -0,93% 2,84% 2,99% 1,78% Industri Pengolahan 89,85% 52,04% 2,30% 1,46% 13,40% -0,79% 9,58% 28,23% -3,25% Listrik,Gas & Air Bersih 10,08% 8,25% 7,63% 9,34% 8,68% 10,03% 9,48% 8,37% 8,33% Bangunan 10,58% 10,39% 11,99% 15,99% 12,03% 11,51% 11,31% 10,74% 15,75% Perdagangan, Hotel & Restoran 8,77% 8,02% 9,81% 12,96% 12,51% 12,87% 11,11% 10,75% 9,39% Angkutan & Komunikasi 13,13% 11,08% 10,21% 11,93% 10,28% 11,12% 10,65% 8,90% 9,30% Keuangan, Persewaan & Jasa Perusahaan 9,12% 11,05% 1,03% 3,46% 10,90% 13,20% 9,57% 14,85% 10,65% Jasa - jasa 12,90% 10,11% 8,39% 16,19% 10,71% 10,94% 7,43% 6,19% 5,75% TOTAL PDRB 35,83% 24,63% 3,87% 5,23% 9,54% 3,51% 8,53% 15,74% 1,54% Sumber : BPS Provinsi Papua & BPS Provinsi Papua Barat Tabel 2. Pertumbuhan Ekonomi (yoy) Dari Sisi Permintaan (%) Growth PDRB Papua Konsumsi Rumah Tangga 7,35% 8,14% 7,49% 5,53% 6,68% 6,37% 6,10% 6,97% 7,87% Konsumsi Nirlaba 7,14% 6,95% 6,98% 7,12% 6,81% 6,82% 6,89% 7,02% 7,72% Konsumsi Pemerintah 8,15% 12,58% 9,29% 0,60% 6,18% 4,75% 3,39% 6,83% 8,42% PMTB 7,24% 9,42% 8,42% 3,56% 7,47% 7,55% 7,23% 5,20% 7,07% Perubahan Stok 37,37% 5,60% -13,08% 67,80% 82,95% -3,24% 81,19% 104,72% -86,28% Ekspor -52,57% -33,74% -37,16% 121,17% 91,27% -12,54% 60,24% 94,94% -29,47% Dikurangi Impor -15,10% -4,98% -7,47% 6,80% 1,05% 10,23% 0,35% 0,57% 47,82% PDRB -11,19% -3,26% 1,34% 18,91% 16,21% -0,54% 18,01% 23,90% 0,57% Growth PDRB Papua Barat Konsumsi Rumah Tangga 6,46% 7,51% 7,14% 9,33% 8,83% 8,02% 9,72% 9,90% 10,83% Konsumsi Nirlaba 7,02% 7,74% 7,59% 10,47% 15,05% 8,52% 8,65% 7,11% 3,17% Konsumsi Pemerintah 4,50% 6,74% 5,68% 5,72% 25,47% 6,10% 13,21% 19,15% 1,66% PMTB 11,68% 14,71% 14,94% 15,97% 32,97% 18,24% 17,82% 18,60% 3,41% Perubahan Stok -111,50% -113,18% -112,39% -142,89% -257,14% -236,79% -220,62% -233,53% -3,67% Ekspor 80,74% 52,23% 2,61% -13,13% 22,42% 22,99% 28,81% 47,84% 1,12% Dikurangi Impor 82,48% 77,04% 68,08% 61,40% 15,49% 11,24% 10,97% 16,82% 4,27% PDRB 35,79% 23,79% 3,65% 5,23% 9,54% 3,51% 8,52% 15,74% 1,54% Sumber: Badan Pusat Statistik Provinsi Papua & Papua Barat KANTOR PERWAKILAN BI PROVINSI PAPUA & PAPUA BARAT 2

23 Tabel 3. Kontribusi Komponen Permintaan Terhadap Pertumbuhan Ekonomi (yoy) (%) Kontribusi PDRB Papua Konsumsi Rumah Tangga 7,38% 8,42% 8,02% 6,95% 8,11% 7,36% 6,93% 7,77% 8,76% Konsumsi Nirlaba 5,68% 5,66% 5,81% 6,76% 6,54% 6,15% 6,06% 6,00% 6,81% Konsumsi Pemerintah 1,70% 2,76% 2,21% 0,19% 1,57% 1,21% 0,87% 1,77% 1,95% PMTB 3,09% 4,21% 3,88% 1,98% 3,85% 3,81% 3,56% 2,52% 3,38% Perubahan Stok -6,01% -1,36% 2,19% -12,50% -20,62% 0,86% -11,65% -27,24% 33,77% Ekspor -27,70% -18,43% -19,36% 28,33% 25,68% -4,69% 19,45% 41,29% -13,65% Dikurangi Impor -12,04% -3,91% -6,61% 5,85% 0,80% 7,88% 0,29% 0,44% 31,69% PDRB -11,19% -3,26% 1,34% 18,91% 16,21% -0,54% 18,01% 23,90% 0,57% Kontribusi PDRB Papua Barat Konsumsi Rumah Tangga 3,81% 4,12% 3,39% 4,66% 4,07% 3,81% 4,77% 5,14% 4,96% Konsumsi Nirlaba 3,22% 3,25% 2,74% 3,97% 5,43% 3,10% 3,25% 2,83% 1,20% Konsumsi Pemerintah 0,59% 0,87% 0,64% 0,68% 2,55% 0,68% 1,52% 2,30% 0,19% PMTB 2,52% 2,86% 2,50% 2,93% 5,84% 3,26% 3,36% 3,76% 0,73% Perubahan Stok 4,30% 2,32% 6,01% 24,04% -13,86% -14,63% -14,23% -16,01% 0,28% Ekspor 42,07% 28,76% 1,73% -9,90% 15,56% 15,47% 19,08% 29,79% 0,87% Dikurangi Impor 23,69% 21,03% 17,09% 16,49% 5,98% 4,36% 4,46% 6,93% 1,74% PDRB 35,79% 23,79% 3,65% 5,23% 9,54% 3,51% 8,52% 15,74% 1,54% Sumber: Badan Pusat Statistik Provinsi Papua & Papua Barat Tabel 4. Kontribusi Sektor Ekonomi Terhadap Pertumbuhan Ekonomi (yoy) (%) Kontribusi PDRB Papua Pertanian 0,05% 0,72% 1,14% 1,06% 0,95% 0,96% 0,70% 1,71% 2,20% Pertambangan & Penggalian -16,21% -8,75% -4,55% 11,88% 8,81% -7,07% 12,36% 18,16% -8,95% Industri Pengolahan -0,02% 0,17% 0,09% 0,01% -0,05% 0,03% 0,14% 0,13% 0,35% Listrik,Gas & Air Bersih 0,01% 0,02% 0,02% 0,02% 0,02% 0,02% 0,02% 0,02% 0,03% Bangunan 1,83% 2,01% 1,84% 2,28% 0,94% 1,11% 0,61% -0,15% 1,05% Perdagangan, Hotel & Restoran 0,66% 0,70% 0,93% 1,34% 1,35% 1,10% 0,81% 0,70% 0,96% Angkutan & Komunikasi 0,75% 0,83% 0,92% 0,95% 0,98% 0,88% 0,74% 0,79% 1,33% Keuangan, Persewaan & Jasa Perusahaan 0,61% 0,08% 0,29% 0,08% 0,72% 0,56% 0,64% 0,95% 0,74% Jasa - jasa 1,13% 0,97% 0,66% 1,33% 2,51% 1,87% 1,96% 1,56% 2,86% TOTAL PDRB -11,19% -3,26% 1,34% 18,94% 16,22% -0,54% 17,98% 23,86% 0,57% Kontribusi PDRB Papua Barat Pertanian 0,11% 0,40% 0,01% 0,49% 0,36% 0,59% 0,86% 0,33% 0,14% Pertambangan & Penggalian 1,64% 0,79% 0,10% -0,08% -0,36% -0,08% 0,24% 0,26% 0,15% Industri Pengolahan 30,14% 20,19% 1,08% 0,65% 6,28% -0,37% 4,45% 12,17% -1,58% Listrik,Gas & Air Bersih 0,04% 0,03% 0,02% 0,03% 0,02% 0,03% 0,03% 0,03% 0,02% Bangunan 0,81% 0,74% 0,74% 1,03% 0,75% 0,73% 0,75% 0,76% 1,01% Perdagangan, Hotel & Restoran 0,71% 0,60% 0,62% 0,85% 0,81% 0,83% 0,74% 0,76% 0,62% Angkutan & Komunikasi 0,85% 0,66% 0,53% 0,66% 0,55% 0,59% 0,59% 0,52% 0,50% Keuangan, Persewaan & Jasa Perusahaan 0,18% 0,21% 0,02% 0,06% 0,17% 0,22% 0,16% 0,27% 0,17% Jasa - jasa 1,36% 1,03% 0,76% 1,53% 0,94% 0,98% 0,70% 0,65% 0,51% TOTAL PDRB 35,83% 24,63% 3,87% 5,23% 9,54% 3,51% 8,53% 15,74% 1,54% Sumber: BPS Provinsi Papua & Papua Barat Diolah KANTOR PERWAKILAN BI PROVINSI PAPUA & PAPUA BARAT 3

24 1.1.1 Konsumsi Rumah Tangga Pada triwulan I-2014, komponen konsumsi rumah tangga tumbuh mencapai 7,87% (yoy) atau lebih tinggi dibandingkan pertumbuhan pada triwulan IV-2013 yang tercatat sebesar 6,97% (yoy). Meningkatnya pertumbuhan konsumsi pada triwulan berjalan didorong oleh beberapa aspek seperti: adanya perayaan beberapa hari besar keagamaan di wilayah Papua, Pemilu Legislatif 2014 serta penyelenggaraan event oleh pemerintah daerah. Pertumbuhan konsumsi juga terekam dari survei konsumen di Kota Jayapura. Hasil Survei Konsumen menunjukkan terdapat kecenderungan meningkatnya konsumsi sebagai akibat adanya kenaikan indek ketersediaan lapangan pekerjaan dengan Indeks mencapai 139,7 di triwulan I-2014 yang lebih tinggi dibandingkan indeks pada triwulan IV-2013 sebesar 134,7. Sementara itu, Indeks Keyakinan Konsumen (IKK) secara keseluruhan juga meningkat menjadi sebesar 134,1 dari triwulan IV-2013 yang tercatat hanya sebesar 130,9. Grafik 1. Survei Konsumen Sumber: KPwBI Papua & Papua Barat Peningkatan komponen konsumsi juga terekam dari perkembangan konsumsi listrik rumah tangga yang tumbuh 1,36% (yoy) pada triwulan I Tingginya aktivitas konsumsi tersebut juga tercermin dari tingginya pertumbuhan penyaluran kredit konsumsi oleh perbankan yang pada periode laporan tumbuh sebesar 18,07% (yoy). Pada triwulan I-2014, peningkatan konsumsi masyarakat juga tercermin pada peningkatan jumlah kendaraan baru yang didaftarkan yang tercatat mengalami peningkatan sebesar 7,23% (yoy). Grafik 2. Konsumsi Listrik Rumah Tangga Papua Grafik 3. Kredit Konsumsi Bank Umum Papua Sumber: PLN Wilayah Papua, diolah KANTOR PERWAKILAN BI PROVINSI PAPUA & PAPUA BARAT 4

25 Dari sisi, konsumsi Pemerintah sampai dengan triwulan I-2014 juga mengalami pertumbuhan sebesar 8,42% (yoy), angka tersebut lebih tinggi jika dibandingkan dengan pertumbuhan pada triwulan IV-2013 yang tercatat sebesar 6,83% (yoy). Peran pemerintah dalam peningkatan konsumsi juga cukup besar seperti terlihat dari peningkatan realisasi belanja pegawai pemda yang terealisasi cukup besar pada triwulan berjalan dari alokasi anggaran yang tersedia. Secara tahunan, konsumsi swasta juga mengalami pertumbuhan sebesar 7,72% (yoy). Komponen konsumsi swasta merupakan komponen yang mengalami pertumbuhan terbesar kedua setelah konsumsi pemerintah. Peningkatan pendapatan secara tahunan yang dirasakan oleh masyarakat Papua (melalui kenaikan UMR) juga turut mendorong peningkatan konsumsi dari waktu ke waktu walaupun hal tersebut tidak seluruhnya dapat dirasakan oleh masyarakat Papua secara merata. Sumber: KPwBI Provinsi Papua & Papua Barat Grafik 4. Jumlah Kendaraan Baru Papua Grafik 5. Belanja Pegawai PEMDA Prov. Papua Sumber:Dispenda Prov. Papua, diolah Sumber: BKAD Prov. Papua, diolah Investasi Realisasi investasi (PMTB) pada periode triwulan I-2014 menunjukkan pertumbuhan yang cukup menggembirakan yaitu tumbuh sebesar 7,07% (yoy) atau lebih tinggi dari pertumbuhan triwulan sebelumnya yang hanya tercatat sebesar 5,20% (yoy). Pertumbuhan investasi tidak terlepas dari semakin membaiknya prospek bisnis di Papua yang mendorong tingginya minat investor untuk melakukan ekspansi bisnis yang tercermin dari semakin tingginya penyaluran kredit untuk pembiayaan kegiatan investasi. Pada periode triwulan I-2014, realisasi kredit investasi tercatat sebesar Rp 2,65 triliun atau tumbuh sebesar 20,72% (yoy) jika dibandingkan dengan triwulan yang sama pada tahun sebelumnya. Tingginya minat ekspansi bisnis tersebut mencerminkan adanya peningkatan peran investasi swasta dalam mendorong pengembangan ekonomi Papua. Selain faktor pembiayaan perbankan, pertumbuhan investasi di triwulan I-2014 juga didorong oleh meningkatnya belanja modal Pemerintah Daerah (PEMDA) Provinsi Papua sebesar 28,83% KANTOR PERWAKILAN BI PROVINSI PAPUA & PAPUA BARAT 5

26 (yoy). Pertumbuhan tersebut terutama didorong oleh kelanjutan berbagai realisasi pengerjaan beberapa proyek infrastruktur PEMDA. Grafik 6. Kredit Investasi Perbankan Papua Grafik 7. Belanja Modal Sumber: KPwBI Papua & Papua Barat Sumber:BKAD Provinsi Papua Ekspor dan Impor Ekspor Provinsi Papua pada triwulan I-2014 mengalami penurunan sebesar -29,47% (yoy) sedangkan impor tumbuh cukup signifikan sebesar 47,82% (yoy). Pada triwulan I-2014, berdasarkan data bea cukai, nilai ekspor non migas Provinsi Papua ke luar negeri (LN) tercatat sebesar US$135,23 Juta atau mengalami penurunan yang signifikan sebesar -73,47% (yoy), sementara secara volume tercatat sebesar 83,09 ribu ton atau mengalami penurunan sebesar -68,64% (yoy). Penyebab utama menurunnya kinerja ekspor ke LN pada periode laporan terjadi seiring penerapan UU Minerba yang melarang perusahaan tambang yang ada di Papua untuk mengekspor hasil tambang mentah. Penerapan ketentuan tersebut sangat berdampak terhadap kinerja ekspor Papua ke LN mengingat 90% dari ekspor Provinsi Papua LN merupakan ekspor bahan tembang mentah. Tren pertumbuhan ekspor Papua secara historikal memiliki hubungan yang searah dengan pertumbuhan penjualan Perusahaan Pertambangan yang terdapat di Papua baik untuk komoditas tembaga maupun emas yang pada triwulan I-2014 mengalami penurunan masing-masing sebesar -44,95% (yoy) dan -15,18% (yoy). Grafik 8. Volume Ekspor Non Migas Papua Grafik 9. Nilai Ekspor Non Migas Papua Sumber: Direktorat Jenderal Bea dan Cukai, diolah Sumber: Direktorat Jenderal Bea dan Cukai, diolah KANTOR PERWAKILAN BI PROVINSI PAPUA & PAPUA BARAT 6

27 Tabel 5. Perkembangan Penjualan Hasil Tambang Papua Sumber: Laporan Keuangan Perusahaan mpor non-migas Papua dari LN justru mengalami pertumbuhan yang cukup tinggi pada triwulan laporan mencapai 19,41% (yoy). Sejalan dengan peningkatan nilai, volume impor Papua juga mengalami peningkatan sebesar 100,68% (yoy). Peningkatan kinerja impor dikhawatirkan dapat mendorong terjadinya defisit neraca transaksi perdagangan secara nasional. Grafik 10. Volume Impor Non Migas Papua Grafik 11. Nilai Impor Non Migas Papua Sumber: Direktorat Jenderal Bea dan Cukai, diolah Sumber: Direktorat Jenderal Bea dan Cukai, diolah 1.2. Sisi Penawaran Pada sisi penawaran, pertumbuhan ekonomi di Provinsi Papua didorong oleh pertumbuhan positif dari seluruh sektor ekonomi kecuali sektor pertambangan yang mencatatkan penurunan. Pertumbuhan tertinggi dialami oleh sektor jasa-jasa yang berhasil tumbuh sebesar 21,89% (yoy), sedangkan petumbuhan terendah terjadi pada sektor pertambangan yang turun sebesar -28,50% (yoy). Adapun pertumbuhan tahunan untuk sektorsektor lainnya adalah sebagai berikut: sektor pertanian sebesar 12,67%; sektor bangunan sebesar 8,82%; sektor keuangan, persewaan dan jasa perusahaan sebesar 17,77%; sektor industri pengolahan sebesar 13,34%, sektor perdagangan, hotel, dan restoran sebesar 9,99%; sektor pengangkutan dan komunikasi sebesar 13,85%; dan sektor listrik dan air bersih sebesar 10,37%. KANTOR PERWAKILAN BI PROVINSI PAPUA & PAPUA BARAT 7

28 Sektor Pertanian Sektor pertanian pada periode triwulan I-2014 mengalami pertumbuhan sebesar 12,67% (yoy), lebih tinggi dibandingkan dengan triwulan sebelumnya yang tumbuh sebesar 8,30% (yoy). Hal ini disebabkan pada triwulan berjalan, produksi dan produktivitas beberapa komoditas tanaman pangan mengalami kenaikan sebagai akibat dari terjadinya panen raya dengan hasil yang lebih baik dibandingkan tahun sebelumnya. Hal ini sejalan dengan tren kenaikan ARAM dimana untuk tingkat produksi padi sawah mengalami peningkatan tahunan secara rata-rata sekitar 5-10%. Tabel 6. Perkembangan Produktivitas Komoditas Pangan Papua Ubi Kayu Growth (%) Produksi Ubi Kayu (Ton) 35,531 34,899 36,679 38, Luas Panen (Ha) 2,988 2,867 3,020 3, Produktivitas (Ton/Ha) Jagung Growth (%) Produksi Ubi Jalar (Ton) 6,834 6,885 6,393 7, Luas Panen (Ha) 3,903 3,825 3,553 3, Produktivitas (Ton/Ha) Kacang Tanah Growth (%) Produksi Ubi Jalar (Ton) 4,152 3,959 4,156 4, Luas Panen (Ha) 3,763 3,549 3,732 3, Produktivitas (Ton/Ha) Sumber : BPS Provinsi Papua, diolah Salah satu faktor pendukung tercapainya pertumbuhan di sektor pertanian adalah pertumbuhan di sub sektor perikanan. Pada triwulan I-2014, sub sektor perikanan mengalami peningkatan volume produksi pada hampir seluruh jenis komoditas perikanan terutama ikan dari perairan umum dan perikanan budidaya yang secara keseluruhan mengalami pertumbuhan sebesar 5,38% (yoy) dan 9,50% (yoy). Secara kuantitas, sepanjang periode triwulan I-2014 total volume hasil produksi perikanan diperkirakan mencapai ton atau tumbuh 3,4% Pertumbuhan sektor pertanian di Papua justru bertolak belakang dengan pencapaian nilai NTP Papua pada triwulan I-2014 yang mengalami penurunan sebesar 0,55 poin dari pencapaian pada triwulan I-2013 sebesar 101,24 menjadi 99,69 pada triwulan I Angka NTP yang berada di bawah nilai 100 menunjukkan biaya yang dikeluarkan oleh petani lebih besar dari keuntungan yang diterima. Hal ini menunjukkan, walaupun sektor pertanian di Prov. Papua mengalami pertumbuhan namun kesejahteraan petaninya justru mengalami penurunan. KANTOR PERWAKILAN BI PROVINSI PAPUA & PAPUA BARAT 8

29 Tabel 7. Perkembangan Produksi Perikanan Provinsi Papua No 1 URAIAN 2013 TW 1 TW 2 TW 3 TW 4 TW 1 TW 2 TW 3 TW 4 TW 1 LAUT Produksi (Ton) 67,343 71,710 69,363 70,710 73,185 67,193 71,188 73, Pertumbuhan Tahunan (%) PERAIRAN UMUM (axis kanan) Produksi (Ton) 2,616 2,344 2,694 2,414 1,888 1,980 1,963 1, Pertumbuhan Tahunan (%) BUDIDAYA (axis kanan) Produksi (Ton) 1,640 1,558 1,689 1,605 1,740 1,685 1,422 2, Pertumbuhan Tahunan (%) TOTAL PRODUKSI (Ton) 71,599 75,612 73,747 74,729 76,813 70,859 74,573 77,656 79,427 PERTUMBUHAN TAHUNAN (%) Sumber: Dinas Kelautan dan Perikanan Provinsi Papua, Grafik 12. Nilai Tukar Petani Papua Grafik 13. PDRB Sektor Pertanian Papua Sumber: BPS Provinsi Papua Sumber: BPS Provinsi Papua Sektor Pertambangan dan Penggalian Sektor pertambangan dan penggalian pada triwulan I-2014 mengalami penurunan yang signifikan sebesar -28,50% (yoy) atau lebih rendah dari triwulan IV-2013 yang tercatat tumbuh sebesar 64,24% (yoy). Sebagai penopang utama sektor tambang, penurunan produksi tambang oleh salah satu perusahaan tambang terbesar yang ada di Papua turut memberikan kontribusi yang signifikan terhadap menurunnya kinerja sektor tambang. Tabel 8. Perkembangan Produksi Pertambangan Papua Laporan produksi periode triwulan I-2014 dari salah satu perusahaan pertambangan besar di Papua menunjukkan adanya penurunan produksi tembaga dan emas masing-masing KANTOR PERWAKILAN BI PROVINSI PAPUA & PAPUA BARAT 9

30 sebesar -36,07% dan -1,89%. Penurunan produksi yang cukup signifikan tersebut disinyalir sebagai akibat dari penerapan UU Minerba yang melarang seluruh perusahaan tambang untuk melakukan ekspor hasil tambang mentah. Oleh karena pembatasan ekspor tersebut maka pada triwulan I-2014, perusahaan tambang di Provinsi Papua mulai membatasi kegiatan produksinya dalam rangka melakukan efisiensi biaya Sektor Perdagangan, Hotel Dan Restoran Sektor perdagangan, Hotel dan Restoran (PHR) pada triwulan I-2014 tercatat tumbuh sebesar 9,99% (yoy) atau lebih tinggi dibandingkan pertumbuhan pada triwulan IV-2013 yang tumbuh 7,41%(yoy). Positifnya pertumbuhan kinerja sektor perdagangan papua juga tercermin dari tingginya kegiatan bongkar muat barang di pelabuhan Papua. Pada triwulan I- 2014, arus bongkar muat barang mengalami pertumbuhan sebesar 1,16% (yoy) dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya. Peningkatan arus barang juga mengakibatkan volume bongkar muat pelabuhan pada triwulan I-2014 juga mengalami peningkatan dari triwulan sebelumnya sebesar ton menjadi sebesar ton. Tabel 9. Perkembangan Arus Bongkar Muat Barang di Pelabuhan Papua Perkembangan Arus Bongkar Muat Barang Pertumbuhan Tahunan Arus Barang (%) 13,64% 1,65% 2,06% -27,27% -10,06% -2,28% 2,09% 5,55% 1,16% Sumber: PT Pelindo Papua Pertumbuhan sektor PHR pada triwulan laporan juga terlihat dari peningkatan occupancy rate hotel di Provinsi Papua yang mencapai angka 72% atau lebih tinggi dari triwulan yang sama pada tahun sebelumnya yang hanya mencapai 70%. Adanya penyelenggaraan Pemilu Legislatif 2014 menjadi salah satu pendorong meningkatnya tingkat hunian hotel di Provinsi Papua. Pertumbuhan sektor perdagangan pada triwulan I-2014 juga sejalan dengan pertumbuhan penyaluran kredit perdagangan yang disalurkan oleh perbankan di Provinsi Papua yang tercatat meningkat sebesar 19,52% (yoy) TW 1 TW 2 TW 3 TW 4 TW 1 TW 2 TW 3 TW 4 TW 1 Volume Bongkar Muat Grafik 14. Perkembangan Kredit Perdagangan Grafik 15. Tingkat Hunian Hotel Papua Sumber: KPwBI Papua & Papua Barat Sumber: Badan Pusat Statistik KANTOR PERWAKILAN BI PROVINSI PAPUA & PAPUA BARAT 10

31 Sektor Pengangkutan dan Komunikasi Sektor pengangkutan dan komunikasi pada triwulan I-2014 tumbuh mencapai 13,85% (yoy) lebih tinggi jika dibandingkan pertumbuhan pada triwulan IV-2013 yang tercatat sebesar 8,26% (yoy). Pertumbuhan pada sektor ini didorong oleh peningkatan kinerja pada subsektor angkutan laut, angkutan udara, komunikasi, serta sub sektor angkutan jalan raya yang mengalami pertumbuhan pada periode triwulan laporan dibadingkan triwulan sebelumnya. Tabel 10. Perkembangan Arus Penumpang Kapal di Pelabuhan Papua Indikator Perkembangan Arus Penumpang (orang) I II III IV I II III IV I Pertumbuhan Tahunan (%) -10,48% 34,29% -17,00% 16,89% 0,98% -23,05% 0,37% 5,57% 20,81% Sumber: PT. Pelindo IV Wilayah Papua Sesuai kondisi geografis, sarana transportasi laut dan angkutan udara memegang peranan penting dalam menunjang mobilitas arus distribusi barang maupun orang. Pertumbuhan yang terjadi pada sektor pengangkutan dan komunikasi juga tercermin dari peningkatan jumlah penumpang Kapal Laut yang pada triwulan I-2014 mencapai orang atau tumbuh sebesar 20,81% (yoy) dibanding periode yang sama tahun sebelumnya. Pertumbuhan tersebut terjadi seiring tingginya mobilitas penduduk di wilayah Papua terutama menjelang perayaan Pileg 2014 serta adanya beberapa perayaan hari besar keagamaan. Selain itu, khusus untuk subsektor telekomunikasi dalam beberapa waktu kedepan akan terus mengalami peningkatan seiring dengan kegiatan investasi di sektor ini berupa pemasangan jaringan fiber optik di seluruh wilayah Papua Sektor Keuangan, Persewaaan dan Jasa Perusahaan. Sektor keuangan, persewaan dan jasa perusahaan pada triwulan I-2014 tumbuh mencapai 17,77% (yoy) lebih rendah dibandingkan pertumbuhan pada triwulan IV-2013 yang tercatat sebesar 23,08% (yoy). Salah satu parameter pertumbuhan sektor ini tercermin dari nilai tambah bank yang pada triwulan I-2014 berhasil tumbuh sebesar 25,63% (yoy) sedikit lebih rendah dibandingkan dengan triwulan IV-2013 sebesar 35,19% (yoy). Kinerja sektor keuangan mengalami perlambatan seiring dengan kebijakan Bank Indonesia untuk menahan ekspansi penyaluran kredit pada tahun 2014 dari 25-30% pada tahun sebelumnya menjadi hanya sebesar 15-20% pada tahun KANTOR PERWAKILAN BI PROVINSI PAPUA & PAPUA BARAT 11

32 Tabel 11. Perkembangan Nilai Tambah Bank Provinsi Papua KOMPONEN Tw I Tw II Tw III Tw IV Tw I Tw II Tw III Tw IV Tw I A. PENDEKATAN PENDAPATAN 1. Biaya Tenaga Kerja 91, , , , , , , , , Surplus 198, , , , , , , , , Pajak Tak Langsung Neto Penyusutan 8,414 9,858 10,174 10,853 8,822 11,199 10,422 14,817 14,301 PRODUK BRUTO / NILAI TAMBAH 298, , , , , , , , ,823 B. PENDEKATAN PRODUKSI 1. Hasil imputasi jasa 344, , , , , , , , , Penerimaan neto dari transaksi d (295) (467) (382) (156) (72) (275) (4,777) (1,191) 2, Provisi dan komisi 40,722 43,771 47,035 50,932 48,926 54,043 55,951 59,375 55, Pendapatan operasional lainnya 12,322 53,773 14,138 14,381 10,960 13,581 10,957 13,307 11,224 GROSS OUTPUT 397, , , , , , , , , Biaya-biaya antara 98, , , , , , , , ,867 NILAI TAMBAH BRUTO / PRODUK 298, , , , , , , , ,823 PERTUMBUHAN TAHUNAN (YoY) -4.51% 13.19% 11.29% 10.22% 24.86% 15.65% 20.08% 35.19% 25.63% Sumber: Bank Indonesia II. Provinsi Papua Barat 2.1. Sisi Permintaan Pada triwulan I-2014, ekonomi Papua Barat tumbuh sebesar 1,54% (yoy) lebih rendah dibandingkan pertumbuhan pada triwulan sebelumnya yang tercatat sebesar 15,74% (yoy). kinerja ekonomi Papua Barat ditopang oleh komponen konsumsi (masyarakat dan pemerintah) dan investasi (pembentukan modal tetap bruto) yang tumbuh cukup baik. Membaiknya kinerja komponen konsumsi (masyarakat dan pemerintah) secara signifikan terjadi seiring adanya pelaksanaan Pemilu Legislatif pada tahun Di samping itu, kinerja investasi (pembentukan modal tetap bruto) juga mengalami pertumbuhan yang cukup menggembirakan seiring tingginya prospek untuk berinvestasi di wilayah Papua Barat akibat digiatkannya pembangunan infrastruktur di wilayah Papua Barat. Menurunnya kinerja produksi industri pengolahan migas pada triwulan laporan menjadi salah satu faktor mendorong melemahnya pertumbuhan perekonomian di Provinsi Papua Barat. Kinerja ekonomi Papua Barat pada triwulan laporan juga ditopang oleh komponen konsumsi (masyarakat dan pemerintah) yang cukup tinggi seiring adanya perayaan hari beberapa hari besar keagamaan dan adanya Pemilu Legislatif Tabel 12. Pertumbuhan Sisi Permintaan Provinsi Papua Barat PDRB Papua Barat Konsumsi 1.570, , , , , , , , ,00 Konsumsi RT & Nirlaba 1.229, , , , , , , , ,36 Konsumsi Pemerintah 340,75 384,58 401,93 410,52 427,54 408,04 455,03 489,14 434,64 PMTB 603,51 621,07 657,79 689,71 802,47 734,34 774,99 818,02 829,83 Perubahan Stok 183,68 214,62 224,94 234,10 (288,63) (293,57) (271,32) (312,59) (278,04) Ekspor 2.364, , , , , , , , ,81 Impor 1.314, , , , , , , , ,97 PDRB 3.407, , , , , , , , ,63 Sumber: Badan Pusat Statistik Provinsi Papua Barat KANTOR PERWAKILAN BI PROVINSI PAPUA & PAPUA BARAT 12

33 2.1.1 Konsumsi Konsumsi rumah tangga pada triwulan I-2014 tumbuh sebesar 10,83% (yoy), lebih rendah dibandingkan pertumbuhan triwulan sebelumnya yang tercatat 9,90% (yoy). Masih bertumbuhnya tingkat konsumsi tersebut secara tidak langsung mencerminkan bahwa pendapatan masyarakat masih menunjukan adanya peningkatan. Perbaikan pendapatan masyarakat tersebut juga terekam dari hasil Survei Konsumen Bank Indonesia di Kota Manokwari yang menunjukkan peningkatan. Pada triwulan I-2014, Indeks Penghasilan Saat Ini naik menjadi sebesar 154 dari 152 pada triwulan IV Hal ini menandakan bahwa konsumen masih tetap optimis terhadap kondisi ekonomi yang secara tidak langsung terefleksi dari meningkatnya pendapatan pada triwulan laporan. Selain itu, tingginya konsumsi masyarakat pada triwulan berjalan juga terlihat dari meningkatnya indeks pembelian durable goods atau barang tahan lama yang pada triwulan I-2014 mengalami peningkatan menjadi sebesar 108 dari triwulan sebelumnya yang hanya tercatat sebesar 107,4. Grafik 16. Grafik Survey Konsumen 1 Grafik 17. Kredit Konsumsi Papua Barat Sumber: Survei Konsumen KPwBI Papua & Papua Barat Sumber: KPwBI Papua & Papua Barat Komponen konsumsi masyarakat memberikan kontribusi sebesar 4,96% terhadap pertumbuhan ekonomi Papua Barat pada triwulan I Kontribusi konsumsi masyarakat merupakan yang tertinggi dibandingkan dengan sektor lainnya, hal tersebut turut didorong oleh peningkatan penyaluran kredit konsumsi perbankan. Pada periode triwulan I-2014, realisasi kredit konsumsi tercatat sebesar Rp 2,91 trilliun atau tumbuh sebesar 22,63% (yoy). Selain itu, peningkatan konsumsi masyarakat juga tercermin dari meningkatnya konsumsi listrik rumah tangga sebesar 4,34% (yoy) atau mencapai 121,49 juta Kwh. Kinerja konsumsi rumah tangga pada awal tahun 2014 di Provinsi Papua Barat relatif cukup baik.meningkatnya lapangan kerja yang ditunjang oleh terus meningkatnya belanja pemerintah dari tahun ke tahun mendorong peningkatan konsumsi masyarakat Papua Barat. Selain itu, pemekaran wilayah yang akan dilakukan baik pada tahun ini maupun tahun depan juga akan semakin meningkatkan konsumsi masyarakat seiring dengan pemerataan kesejahteraan sebagai akibat dari proses pemekaran wilayah tersebut. KANTOR PERWAKILAN BI PROVINSI PAPUA & PAPUA BARAT 13

34 Grafik 18. Konsumsi Listrik Papua Barat Sumber: PLN Wilyah Papua Ekspor Impor Kinerja ekspor Provinsi Papua Barat pada periode triwulan I-2014 mengalami pertumbuhan sebesar 1,12% (yoy) atau lebih rendah dibandingkan pertumbuhan triwulan IV sebesar 47,84% (yoy). Perlambatan tersebut disebabkan oleh menurunnya kontribusi ekspor gas oleh industri pengolahan migas yang mengalami penurunan kinerja pada triwulan laporan setelah pada beberapa triwulan sebelumnya sempat mengalami lonjakan kinerja yang signifikan. Menurunnya ekspor gas tersebut sebagai akibat dari berlarut-larutnya proses negoisasi harga yang dilakukan antara produsen dengan konsumen. Grafik 19. Perkembangan Volume Ekspor Papua Barat Grafik 20. Perkembangan Nilai Ekspor Papua Barat Sumber: Direktorat Jenderal Bea dan Cukai, diolah Sumber: Direktorat Jenderal Bea dan Cukai, diolah Sementara itu, kinerja impor mengalami pertumbuhan sebesar 4,27% (yoy) atau sedikit lebih rendah dibandingkan triwulan sebelumnya yang tumbuh sebesar 16,82% (yoy). Pembelian berbagai barang modal baik oleh pemerintah maupun swasta seiring dengan kegiatan investasi yang dilakukan menjadi penyebab pertumbuhan impor Papua Barat. Kedepan, kegiatan impor ke Provinsi Papua Barat diperkirakan akan mengalami peningkatan seiring dengan ditemukannya sumber gas baru di daerah Provinsi Papua Barat. KANTOR PERWAKILAN BI PROVINSI PAPUA & PAPUA BARAT 14

35 2.2. Sisi Penawaran Dari sisi penawaran, hampir seluruh sektor utama ekonomi mengalami pertumbuhan yang positif kecuali sektor industri pengolahan yang mencatatkan penurunan kinerja. Secara rinci pertumbuhan masing-masing sektor ekonomi adalah sebagai berikut: sektor pertanian (0,97%); sektor pertambangan dan penggalian (2,99%): sektor industri pengolahan (-3,25%); sektor listrik, gas & air bersih (8,33%); sektor bangunan (15,75%); sektor perdagangan, hotel & restoran (9,39%); sektor angkutan & komunikasi (9,30%); sektor keuangan, perwewaan & jasa perusahaan (10,65%); dan sektor jasa-jasa (5,75%) Sektor Pertanian Sektor pertanian pada periode triwulan IV-2013 tumbuh sebesar 0,97% (yoy), tumbuh melambat jika dibandingkan pertumbuhan pada triwulan IV-2013 sebesar 2,12% (yoy). Namun demikian, perlambatan pertumbuhan sektor pertanian tidak menyebabkan penurunan kesejahteraan petani. Hal tersebut terlihat dari Indeks Nilai Tukar Petani (NTP) Papua Barat pada triwulan I-2014 yang mengalami peningkatan menjadi sebesar 102,11 atau lebih tinggi dari NTP pada akhir triwulan I-2013 yang tercatat sebesar Pencapaian Indeks NTP diatas 100 pada triwulan laporan menunjukan bahwa para petani di Provinsi Papua Barat telah memperoleh penghasilan yang lebih besar dari biaya yang harus mereka keluarkan. Grafik 21. Nilai Tukar Petani Papua Barat Grafik 22. PDRB Sektor Pertanian Papua Barat Sumber: Badan Pusat Statistik Provinsi Papua Barat Sumber: Badan Pusat Statistik Provinsi Papua Barat Sektor Industri Pengolahan Sektor-sektor Industri Pengolahan mengalami penurunan sebesar -3,25% (yoy) atau berbalik arah dibandingkan dengan triwulan sebelumnya yang mengalami pertumbuhan sebesar 28,23% (yoy). Secara proporsional, sektor ini memegang KANTOR PERWAKILAN BI PROVINSI PAPUA & PAPUA BARAT 15

36 kontribusi terbesar (mencapai 46%) dari total PDRB Papua Barat. Akan tetapi pada triwulan laporan, sektor industri pengolahan memberikan sumbangan pertumbuhan negatif sebesar -1,58% bagi pertumbuhan ekonomi Papua Barat. Penurunan kinerja sektor industri pengolahan pada triwulan berjalan terjadi sebagian besar sebagai akibat dari penurunan produksi industri pengolahan migas yang beroperasi di Papua Barat. Secara umum, kinerja sektor industri pengolahan di Provinsi Papua Barat mengalami penurunan. Hal ini tecermin dari aktivitas penggunaan listrik industri pada triwulan laporan yang mengalami penurunan sebesar -11,93 % atau menjadi hanya sebesar 3,04 juta kwh. Grafik 23. Penggunaan Listrik Sumber: PLN Wilayah Papua Sektor Perdagangan, Hotel Dan Restoran Sektor perdagangan, Hotel dan Restoran (PHR) pada triwulan I-2014 tumbuh sebesar 9,39% (yoy), sedikit lebih rendah dibandingkan pertumbuhan triwulan sebelumnya yang mencapai 10,75% (yoy). Tinggi pertumbuhan pada sektor PHR ditenggarai sebagai akibat dari perayaan hari-hari besar keagamaan serta pelaksanaan Pemilu 2014, yang mana di wilayah Papua event ini selalu dirayakan secara meriah. Selain itu, pertumbuhan sektor PHR juga tercermin dari meningkatnya penyaluran kredit oleh perbankan terhadap sektor perdagangan yang meningkat sebesar 32,19% (yoy) atau mencapai Rp 2,34 triliun. Semakin besarnya aliran dana dari pusat ke Pemprov Papua Barat juga mempengaruhi kinerja usaha di sektor PHR. Pertambahan jumlah penduduk di Provinsi Papua Barat juga akan semakin menggerakkan roda perekonomian terutama di subsektor perdagangan. Terlebih, karena besarnya ketergantungan Provinsi Papua Barat terhadap daerah lain, mengakibatkan masyarakat Provinsi Papua Barat sangat menggantungkan pemenuhan kegiatan konsumsinya dari subsektor perdagangan. KANTOR PERWAKILAN BI PROVINSI PAPUA & PAPUA BARAT 16

37 Sektor Pengangkutan dan Komunikasi Pada triwulan I-2014, sektor pengangkutan dan komunikasi tumbuh sebesar 9,30% (yoy), atau sedikit lebih tinggi dibandingkan pencapaian triwulan IV-2013 yang tercatat sebesar 8,90% (yoy). Membaiknya kinerja sektor pengangkutan dan komunikasi tercermin dari tumbuhnya sub sektor angkutan udara dan angkutan laut sebagai jenis angkutan yang paling banyak dipergunakan masyarakat di Papua Barat. Tumbuhnya sektor pengangkutan dan komunikasi terlihat dari perkembangan arus bongkar muat barang di pelabuhan Provinsi Papua Barat yang tumbuh sebesar 5,37% (yoy). Selain itu, penambahan rute yang dilakukan oleh beberapa maskapai di wilayah Provinsi Papua Barat, disinyalir juga mendorong pertumbuhan di sektor ini Sektor Keuangan, Persewaan dan Jasa Perusahaan Pada periode laporan, sektor keuangan, persewaan dan jasa perusahaan tumbuh sebesar 10,65% (yoy), tumbuh lebih rendah jika dibandingkan triwulan sebelumnya yang tercatat tumbuh sebesar 14,85% (yoy). Sub sektor Bank memberikan andil yang cukup signifikan terhadap sektor keuangan, persewaan dan jasa perusahaan. Subsektor perbankan masih menjadi penggerak utama dari sektor ini. Sehingga, tumbuhnya pertumbuhan sektor keuangan berkaitan erat dengan angka pertumbuhan Nilai Tambah Bank (NTB) yang juga mengalami pertumbuhan sebesar 22,68% (yoy) dari pertumbuhan triwulan yang sama pada tahun Seiring dengan program inklusi keuangan yang terus dilaksanakan terutama didaerah terpencil seperti berbagai daerah di Provinsi Papua Barat, juga mendorong kinerja sektor keuangan di Provinsi Papua Barat. Tabel 13. Perkembangan Nilai Tambah Bank Provinsi Papua Barat KOMPONEN Tw I Tw II Tw III Tw IV Tw I Tw II Tw III Tw IV Tw I A. PENDEKATAN PENDAPATAN 1. Biaya Tenaga Kerja 24,782 26,515 37,430 42,237 29,658 33,566 40,637 43,537 33, Surplus 78, , , , , , , , , Pajak Tak Langsung Neto Penyusutan 2,782 2,874 2,977 3,433 2,654 3,442 3,165 3,780 4,417 PRODUK BRUTO / NILAI TAMBAH BRU 106, , , , , , , , ,190 B. PENDEKATAN PRODUKSI 1. Hasil imputasi jasa 110, , , , , , , , , Penerimaan neto dari transaksi devi (128) (634) (439) (128) (131) (391) (3,668) (1,074) 1, Provisi dan komisi 13,936 15,413 15,678 17,136 16,914 18,323 18,623 19,956 19, Pendapatan operasional lainnya 4,457 5,967 4,977 4,931 4,098 5,282 3,126 17,625 4,136 GROSS OUTPUT 129, , , , , , , , , Biaya-biaya antara 22,622 27,452 27,650 36,567 25,228 29,691 29,604 38,148 30,150 NILAI TAMBAH BRUTO / PRODUK BRUT 106, , , , , , , , ,190 PERTUMBUHAN TAHUNAN (YoY) 7.87% 29.14% 33.09% 31.33% 37.19% 29.56% 17.33% 47.69% 22.68% Sumber: Bank Indonesia KANTOR PERWAKILAN BI PROVINSI PAPUA & PAPUA BARAT 17

38 Sektor Jasa-jasa Pada periode laporan, sektor jasa-jasa tumbuh sebesar 5,75% (yoy), lebih rendah dibandingkan pertumbuhan pada triwulan sebelumnya yang tercatat sebesar 6,19% (yoy). Hal ini terlihat dari pertumbuhan kredit di sektor jasa-jasa yang mengalami pertumbuhan 67,45% (yoy) dibandingkan dengan triwulan yang sama tahun sebelumnya. Selain itu masuknya beberapa perusahaan yang bergerak di bidang jasa hiburan dan pariwisata akibat semakin dikenalnya raja ampat sebagai salah satu tempat pariwisata terbaik di Indonesia turut mendorong kinerja sektor jasa-jasa Sektor Bangunan Pada periode laporan, sektor bangunan tumbuh sebesar 15,75% (yoy), lebih tinggi dibandingkan pertumbuhan pada triwulan sebelumnya yang tercatat sebesar 10,74% (yoy). Cukup tingginya pertumbuhan sektor ini tercermin dari besarnya realisasi konsumsi semen di Provinsi Papua Barat sebesar sak atau bertumbuh sebesar 222,51% (yoy) jika dibandingkan dengan triwulan yang sama pada tahun sebelumnya. Sepanjang tahun 2014, sektor bangunan diperkirakan mencatatkan pertumbuhan yang signifikan akibat berkembangnya beberapa daerah baru di Provinsi Papua Barat. Pemekaran tersebut mengakibatkan kegiatan pembangunan pusat pemerintahan, dari daerah yang baru saja dimekarkan, terus dilakukan. Hal ini menjadi salah satu pendorong tumbuhnya kinerja sektor ini pada tahun berjalan. KANTOR PERWAKILAN BI PROVINSI PAPUA & PAPUA BARAT 18

39 BAB 2 KEUANGAN PEMERINTAH I. Keuangan Pemerintah Provinsi Papua Pada tahun 2014, target Pendapatan didalam APBD Provinsi Papua tercatat sebesar sebesar Rp 10,489 triliun. Angka tersebut meningkat sebesar 28,15% (yoy) jika dibandingkan dengan tahun sebelumnya. Besarnya APBD dari segi pendapatan sebagian besar di topang oleh tingginya dana perimbangan dan dana otonomi khusus yang dialokasikan oleh pemerintah pusat. Hal ini seiring dengan peningkatan target pendapatan didalam APBN secara nasional. Tabel 14. Perbandingan Target Pendapatan Daerah Provinsi Papua PENDAPATAN APDB PAPUA Anggaran 2013 Anggaran 2014 Pertumbuhan PENDAPATAN 8,184,736,386,000 10,489,109,379, % PENDAPATAN ASLI DAERAH 407,694,190, ,150,888, % Pajak Daerah 326,313,065, ,341,988, % Retribusi Daerah 11,900,872,000 50,369,092, % Hasil Pengelolaan Kekayaan Daerah Yang 19,887,900,000 27,929,962, % Dipisahkan Lain-lain Pendapatan Asli Daerah Yang Sah 49,592,353,000 86,509,846, % PENDAPATAN TRANSFER 3,073,997,838,000 7,381,918,091, % Dana Perimbangan 2,502,569,266,000 2,604,847,531, % Bagi Hasil Pajak/Bagi Hasil Bukan Pajak 479,404,176, ,139,550, % Dana Alokasi Umum 1,889,267,850,000 1,991,202,341, % Dana Alokasi Khusus 133,897,240, ,505,640, % Dana Otonomi Khusus 4,703,044,358,000 4,777,070,560, % LAIN-LAIN PENDAPATAN YANG SAH 571,428,572,000 2,345,040,400, % Sumber: Pemerintah Daerah Provinsi Papua Dari sisi belanja, Pemerintah Daerah Provinsi Papua pada tahun 2014 menargetkan sebesar Rp 11,21 triliun. Angka tersebut meningkat sebesar 39,46% (yoy) jika dibandingkan dengan tahun sebelumnya. Tingginya kenaikan anggaran belanja Pemda Papua terutama disebabkan oleh meningkatnya belanja modal, belanja bagi hasil dan bantuan keuangan bagi pemda lain serta belanja tidak langsung pegawai. Peningkatan yang cukup signifikan terdapat pada komponen belanja bagi hasil dan bantuan keuangan bagi pemda lain. Hal ini searah dengan kebijakan Gubernur Papua yang baru yang ingin menempatkan komponen bagi hasil kepada pemerintah kabupaten yang ada di bawahnya menjadi lebih besar. Tujuan dari kebijakan tersebut agar masyarakat sendirilah yang akan menikmati perkembangan pembangunan ataupun perekonomian yang ada di wilayahnya. KANTOR PERWAKILAN BI PROVINSI PAPUA & PAPUA BARAT 19

40 Sumber: Pemerintah Daerah Provinsi Papua Tabel 15. Perbandingan Anggaran Belanja Daerah Provinsi Papua URAIAN ANGGARAN 2013 ANGGARAN 2014 PERTUMBUHAN BELANJA 8,034,736,386,000 11,205,078,379, % BELANJA TIDAK LANGSUNG 5,115,093,316,000 6,783,511,608, % Belanja Pegawai 770,625,733, ,473,203, % Belanja Hibah 851,237,530, ,468,959, % Belanja Bantuan Sosial 265,000,000, ,227,272, % Belanja Bagi Hasil Kepada Provinsi/Kabupaten/Kota dan Pemerintah 132,278,573, ,343,418, % Belanja Bantuan Keuangan Kepada Provinsi/Kabupaten/Kota, 3,052,734,480,000 4,541,898,754, % Pemerintah Desa dan Partai Politik 43,217,000,000 - Belanja Tidak Terduga 2,919,643,070,000 50,100,000, % BELANJA LANGSUNG 2,919,643,070,000 4,421,566,770, % Belanja Pegawai 177,151,542, ,654,046, % Belanja Barang dan Jasa 1,558,124,028,500 1,978,658,385, % Belanja Modal 1,184,367,499,500 2,275,254,338, % 1.1 Pendapatan Pemerintah Daerah Provinsi Papua Pada triwulan I-2014, realisasi target pendapatan daerah Provinsi Papua tercatat sebesar Rp 975,23 miliar atau mengalami peningkatan sebesar 27,54% (yoy) dibandingkan dengan tahun sebelumnya. Kontribusi terhadap peningkatan pendapatan daerah tersebut disumbang oleh adanya peningkatan Pendapatan Asli Daerah (PAD) yang mencapai Rp 138,97 miliar atau naik sebesar 145,06% (yoy). Peningkatan Pendapatan Asli Daerah (PAD) juga diikuti oleh meningkatnya Dana Alokasi Umum (DAU) menjadi sebesar Rp 663,73 miliar atau naik 29,94% (yoy). Semakin meningkatnya PAD dari setiap periode merupakan suatu hal yang sangat baik karena kedepannya dapat menghilangkan ketergantungan daerah terhadap alokasi dana dari pemerintah pusat. Namun demikian, jika mangacu pada kondisi saat ini proporsi terbesar dalam APBD masih disumbang oleh dana otonomi khusus dan dana perimbangan lainnya yang merupakan alokasi dari pemerintah pusat dengan pangsa masingmasing sebesar 45.54% dan 24,83%. Tabel 16. Perbandingan Realisasi Pendapatan Daerah Provinsi Papua Realisasi s.d Triwulan I- Realisasi s.d Triwulan I- PENDAPATAN APDB PAPUA Pertumbuhan PENDAPATAN 764,621,321, ,232,037, % PENDAPATAN ASLI DAERAH 56,710,578, ,977,749, % Pajak Daerah 48,299,290,145 95,561,489, % Retribusi Daerah 2,995,044,657 9,421,100, % Hasil Pengelolaan Kekayaan Daerah Yang % Dipisahkan Lain-lain Pendapatan Asli Daerah Yang Sah 5,416,243,796 33,995,159, % PENDAPATAN TRANSFER 514,241,437, ,734,088, % Dana Perimbangan 514,241,437, ,734,088, % Bagi Hasil Pajak/Bagi Hasil Bukan Pajak 3,454,257, % Dana Alokasi Umum 510,787,180, ,734,088, % Dana Alokasi Khusus % Dana Otonomi Khusus % LAIN-LAIN PENDAPATAN YANG SAH 193,669,305, ,520,200, % Sumber: Pemerintah Daerah Provinsi Papua KANTOR PERWAKILAN BI PROVINSI PAPUA & PAPUA BARAT 20

41 Sementara itu, realisasi Pendapatan Daerah Provinsi Papua terhadap target anggaran hingga triwulan I-2014 mencapai sebesar 9,30% atau senilai Rp 975,23 milyar, angka tersebut tidak mengalami perbedaan yang signifikan jika dibandingkan dengan realisasi periode yang sama pada tahun sebelumnya yang juga mencapai 9,34%. Tingkat realisasi tertinggi berada pada komponen Lain-lain Pendapatan Asli Daerah Yang Sah yang mencapai sebesar 39,30%, diikuti oleh Dana Alokasi Umum (DAU) dan Retribusi Daerah yang masingmasing sebesar 33,33% dan 18,70%. Tabel 17. Realisasi Pendapatan Daerah Provinsi Papua Triwulan I-2014 Realisasi s.d Triwulan I- PENDAPATAN APDB PAPUA Anggaran 2014 % Realisasi 2014 PENDAPATAN 10,489,109,379, ,232,037, PENDAPATAN ASLI DAERAH 762,150,888, ,977,749, Pajak Daerah 597,341,988,000 95,561,489, Retribusi Daerah 50,369,092,000 9,421,100, Hasil Pengelolaan Kekayaan Daerah Yang 27,929,962, Dipisahkan Lain-lain Pendapatan Asli Daerah Yang Sah 86,509,846,000 33,995,159, PENDAPATAN TRANSFER 7,381,918,091, ,734,088, Dana Perimbangan 2,604,847,531, ,734,088, Bagi Hasil Pajak/Bagi Hasil Bukan Pajak 493,139,550, Dana Alokasi Umum 1,991,202,341, ,734,088, Dana Alokasi Khusus 120,505,640, Dana Otonomi Khusus 4,777,070,560, LAIN-LAIN PENDAPATAN YANG SAH 2,345,040,400, ,520,200, Sumber: Pemerintah Provinsi Papua 1.2. Pengeluaran Pemerintah Daerah Provinsi Papua Pada triwulan I-2014, realisasi belanja daerah Provinsi Papua tercatat sebesar Rp 459,22 miliar, menurun sebesar -23,78% (yoy) dibandingkan dengan tahun sebelumnya. Kontribusi penurunan realisasi belanja daerah terbesar disumbang oleh komponen belanja langsung yang mencapai Rp 150,43 milyar atau turun sebesar -67,24% (yoy). Namun demikian, menurunnya realisasi belanja daerah bukan merupakan suatu hal yang harus dikhawatirkan, karena pada triwulan berjalan penurunan belanja hanya berasal dari komponen belanja langsung sedangkan komponen belanja tidak langsung mengalami kenaikan lebih dari 100%. Masih minimnya realisasi belanja langsung terutama pada komponen belanja barang dan jasa disinyalir sebagai akibat dari kebijakan pengetatan realisasi anggaran yang dilakukan oleh pemda. Namun hal sebaliknya, belanja modal oleh Pemda justru mengalami perbaikan. Hal ini ditunjukkan dari telah terealisasinya belanja modal sebesar Rp 3,67 miliar dibandingkan periode tahun sebelumnya yang belum terealisasi pada triwulan I Belanja Modal merupakan komponen yang cukup penting karena berkaitan erat dengan pelaksanaan pembangunan di suatu wilayah. KANTOR PERWAKILAN BI PROVINSI PAPUA & PAPUA BARAT 21

42 Sumber: Pemerintah Daerah Provinsi Papua Tabel 18. Perbandingan Realisasi Belanja Daerah Provinsi Papua URAIAN Realisasi s.d Triwulan I Realisasi s.d Triwulan I PERTUMBUHAN BELANJA 602,474,636, ,221,561, % BELANJA TIDAK LANGSUNG 143,223,451, ,789,514, % Belanja Pegawai 96,774,991,403 93,816,208, % Belanja Hibah 46,166,906, ,701,880, % Belanja Bantuan Sosial 281,554,056 1,334,840, % Belanja Bagi Hasil Kepada Provinsi/Kabupaten/Kota dan Pemerintah % Belanja Bantuan Keuangan Kepada Provinsi/Kabupaten/Kota, - 28,936,585, % Pemerintah Desa dan Partai Politik % Belanja Tidak Terduga % BELANJA LANGSUNG 459,251,184, ,432,046, % Belanja Pegawai - 4,978,716, % Belanja Barang dan Jasa 459,251,184, ,778,584, % Belanja Modal - 3,674,745, % Sementara itu, realisasi belanja daerah Provinsi Papua terhadap target anggaran hingga triwulan I-2014 baru tercatat sebesar 4,10% atau senilai Rp 459,22 miliar. Realisasi tersebut dinilai masih rendah dan belum optimal. Tingkat realisasi tertinggi dari belanja Pemda saat ini berada pada komponen belanja hibah yang proporsinya mencapai 21,95%, diikuti oleh belanja pegawai dengan proporsi sebesar 10,66% Tabel 19. Realisasi Belanja Daerah Provinsi Papua Triwulan I-2014 Komponen Anggaran 2014 Realisasi s.d Triwulan I-2014 % Realisasi BELANJA 11,205,078,379, ,221,561, % BELANJA TIDAK LANGSUNG 6,783,511,608, ,789,514, % Belanja Pegawai 880,473,203,990 93,816,208, % Belanja Hibah 841,468,959, ,701,880, % Belanja Bantuan Sosial 202,227,272,800 1,334,840, % Belanja Bagi Hasil Kepada Provinsi/Kabupaten/Kota dan Pemerintah 267,343,418, % Belanja Bantuan Keuangan Kepada Provinsi/Kabupaten/Kota, 4,541,898,754,900 28,936,585, % Pemerintah Desa dan Partai Politik % Belanja Tidak Terduga 50,100,000, % BELANJA LANGSUNG 4,421,566,770, ,432,046, % Belanja Pegawai 167,654,046,200 4,978,716, % Belanja Barang dan Jasa 1,978,658,385, ,778,584, % Belanja Modal 2,275,254,338,230 3,674,745, % Sumber: Pemerintah Daerah Provinsi Papua 1.3. Surplus, Defisit dan Pembiayaan Pada tahun 2014, APBD Provinsi Papua diperkirakan akan mengalami defisit yang nilainya mencapai Rp 715,97 miliar, atau lebih besar dibandingkan dengan defisit tahun sebelumnya yang mencapai Rp. 150 miliar. Defisit pada tahun 2014 dapat ditutup oleh adanya sisa lebih perhitungan anggaran tahun sebelumnya yang nilainya mencapai Rp 825,97 miliar. KANTOR PERWAKILAN BI PROVINSI PAPUA & PAPUA BARAT 22

43 Tabel 20. Perbandingan APBD Provinsi Papua URAIAN ANGGARAN 2013 ANGGARAN 2014 PERTUMBUHAN SURPLUS / DEFISIT (150,000,000,000) (715,969,000,000) % PENERIMAAN PEMBIAYAAN DAERAH 25,000,000, ,969,000, % Sisa Lebih Perhitungan Anggaran Tahun Anggaran Sebelumnya - 825,969,000, % PENGELUARAN PEMBIAYAAN DAERAH 175,000,000, ,000,000, % Pembentukan Dana Cadangan 100,000,000, % Penyertaan Modal (Investasi) Pemerintah Daerah 75,000,000, ,000,000, % Pembayaran Pokok Utang % PEMBIAYAAN NETTO (150,000,000,000) 715,969,000, % Sumber: Pemerintah Daerah Provinsi Papua Pada triwulan I-2014, realisasi APBD Provinsi Papua mengalami surplus sebesar Rp 516,01 miliar. Surplus tersebut terjadi sebagai akibat dari masih rendahnya realisasi anggaran hingga triwulan I-2014 Tabel 21. Realisasi APBD Provinsi Papua Triwulan I-2014 URAIAN ANGGARAN 2014 Realisasi s.d Triwulan I-2014 Realisasi SURPLUS / DEFISIT (715,969,000,000) 516,010,475, % PENERIMAAN PEMBIAYAAN DAERAH 825,969,000, % Sisa Lebih Perhitungan Anggaran Tahun Anggaran Sebelumnya 825,969,000, % PENGELUARAN PEMBIAYAAN DAERAH 110,000,000, % Pembentukan Dana Cadangan % Penyertaan Modal (Investasi) Pemerintah Daerah 110,000,000, % Pembayaran Pokok Utang % PEMBIAYAAN NETTO 715,969,000, ,010,475, % Sumber: Pemerintah Daerah Provinsi Papua II. Keuangan Pemerintah Provinsi Papua Barat 2.1 Pendapatan Pemerintah Daerah Provinsi Papua Barat Pada triwulan I-2014, realisasi pendapatan daerah Provinsi Papua Barat tercatat sebesar Rp 480,83 miliar atau tercatat sebesar sebesar 8,85% dari total anggaran pendapatan yang ditetapkan pada tahun 2014 yang tercatat sebesar Rp 5,21 triliun. Pada triwulan I-2014, realisasi komponen Pendapatan Asli Daerah tercatat sebesar Rp 55,80 miliar, realisasi tersebut baru sebesar 27,38% dari total anggaran Pendapatan Asli Daerah (PAD) secara keseluruhan sepanjang tahun 2014 yang tercatat sebesar Rp 203,78 miliar. Adapun realisasi terbesar komponen Pendapatan Asli Daerah berasal dari pos penerimaan Pajak Daerah yang nilainya mencapai Rp 43,96 miliar. Dari sisi komponen Pendapatan Transfer, pada triwulan I angka realisasinya tercatat sebesar Rp 405,03 miliar, angka tersebut baru mencapai 8,09% dari total anggaran Pendapatan Transfer secara keseluruhan sepanjang tahun 2014 yang mencapai Rp 5,01 triliun. Adapun realisasi terbesar komponen Pendapatan Transfer berasal dari pos penerimaan Dana Alokasi Umum yang nilainya mencapai sebesar Rp 374,09 miliar. Secara umum, realisasi pendapatan daerah Provinsi Papua Barat masih berada dalam rentang yang belum optimal seiring masih minimnya angka realisasi pendapatan sampai dengan triwulan I-2014 yang seharusnya sudah mencapai kisaran angka 20-25%. KANTOR PERWAKILAN BI PROVINSI PAPUA & PAPUA BARAT 23

44 Tabel 22. Realisasi Pendapatan Provinsi Papua Triwulan I Pengeluaran Pemerintah Daerah Provinsi Papua Barat Sampai dengan triwulan I-2014, realisasi belanja daerah daerah Provinsi Papua Barat tercatat sebesar Rp 308,06 miliar atau tercatat sebesar sebesar 5,26% dari total anggaran belanja secara keseluruhan yang ditetapkan pada tahun 2014 sebesar Rp 5,85 triliun. Pada triwulan I-2014, komponen Belanja Operasi juga tercatat sebesar Rp 301,61 miliar, realisasi tersebut baru sebesar 8,53% dari total Belanja Operasi secara keseluruhan sepanjang tahun 2014 yang tercatat sebesar Rp 3,54 triliun. Adapun realisasi terbesar komponen Belanja Operasi berasal dari pos pengeluaran untuk Belanja Hibah yang nilainya mencapai Rp 180,50 miliar. Dari sisi komponen belanja modal, pada triwulan I-2014 angka realisasinya baru tercatat sebesar Rp 6,44 miliar, angka tersebut baru mencapai 0,47% dari total Belanja Modal secara keseluruhan sepanjang tahun 2014 yang mencapai Rp 1,38 triliun. Adapun realisasi terbesar komponen Belanja Modal berasal dari pos pengeluaran untuk Belanja Jalan, Irigasi dan Jaringan yang nilainya sebesar Rp 4,67 miliar. Secara umum, realisasi belanja daerah Provinsi Papua Barat masih berada dalam rentang yang belum optimal seiring masih minimnya angka realisasi sampai dengan triwulan I-2014 yang seharusnya sudah mencapai kisaran angka 20-25%. KANTOR PERWAKILAN BI PROVINSI PAPUA & PAPUA BARAT 24

45 Tabel 23. Realisasi Pengeluaran Provinsi Papua Triwulan I-2014 KANTOR PERWAKILAN BI PROVINSI PAPUA & PAPUA BARAT 25

46 HALAMAN INI SENGAJA DIKOSONGKAN KANTOR PERWAKILAN BI PROVINSI PAPUA & PAPUA BARAT 26

47 BAB 3. PERKEMBANGAN HARGA I. Provinsi Papua 1.1. Kondisi Umum Provinsi Papua Pada tahun 2014, inflasi Provinsi Papua dihitung berdasarkan pencapaian inflasi Kota Jayapura dan Kota Merauke. Sampai dengan periode triwulan I-2014, inflasi Provinsi Papua 5 tercatat sebesar 9,58% (yoy) lebih tinggi dibandingkan triwulan IV-2013 yang tercatat sebesar 8,27% (yoy). Secara triwulanan, inflasi Papua tercatat sebesar 2.23% (qtq) atau mengalami sedikit penurunan yang jika dibandingkan dengan inflasi triwulanan pada triwulan sebelumnya yang tercatat sebesar 2,52% (qtq). Jika dibandingkan dengan inflasi nasional, laju inflasi tahunan Papua tercatat lebih tinggi, dimana inflasi nasional pada triwulan I-2013 tercatat sebesar 7,75% (yoy). Grafik 24. Perbandingan Inflasi Papua dengan Inflasi Nasional Sumber: Badan Pusat Statistik, diolah Secara umum, kenaikan inflasi yang terjadi pada triwulan I-2014 diakibatkan oleh terjadinya kenaikan harga beberapa Komoditas bahan makanan seperti cabe rawit, bawang putih dan bawang merah. Kenaikan harga komoditas tersebut disebabkan oleh minimnya pasokan dari luar wilayah Provinsi Papua karena terkendala cuaca buruk. Kondisi cuaca yang buruk tersebut berdampak signifikan terhadap kurangnya pasokan beberapa jenis komoditas makanan dari beberapa sentra produksi pertanian serta terhambatnya pasokan barang dan jasa ke wilayah Papua. Inflasi Provinsi Papua secara triwulanan secara dominan disumbang oleh kenaikan indeks pada kelompok bahan makanan sebesar 5,11% (qtq), kelompok Makanan Jadi, Minuman, Rokok dan Tembakau sebesar 2,94% (qtq), kelompok Perumahan, Air, Listrik, Gas dan Bahan Bakar sebesar 2,03% (qtq), kelompok kesehatan sebesar 0,70% (qtq), kelompok 5 Perhitungan Inflasi tahunan Provinsi Papua dilakukan dengan menggunakan pendekatan bobot kabupaten/kota yang dirilis oleh BPS Nasional. KANTOR PERWAKILAN BI PROVINSI PAPUA & PAPUA BARAT 27

48 sandang sebesar 0,69% (qtq), serta kelompok kelompok Pendidikan, Rekreasi dan Olahraga sebesar 0,01% (qtq) sedangkan kelompok Transpor, Komunikasi & Jasa Keuangan tercatat mengalami penurunan sebesar -0,84% (qtq) Kondisi Umum Inflasi Kota Jayapura Sampai dengan bulan Maret 2014, inflasi tahunan Kota Jayapura tercatat sebesar 9,07% (yoy). Pencapaian inflasi Jayapura sedikit lebih rendah dibandingkan dengan pencapaian inflasi Provinsi Papua, namun inflasi kota Jayapura masih lebih tinggi jika dibandingkan dengan pencapaian inflasi tahunan nasional yang mencapai 7,75% (yoy). Jika dilihat secara triwulanan, inflasi Jayapura tercatat sebesar 2,12% (qtq), relatif lebih rendah jika dibandingkan dengan pencapaian pada triwulan yang sama tahun sebelumnya yang hanya tercatat sebesar 2,52% (qtq). Pada triwulan I-2014, kelompok bahan makanan tercatat mengalami inflasi triwulanan sebesar 5,11% (qtq) atau masih menjadi penyumbang terbesar terhadap pencapaian inflasi Jayapura, adapun yang menjadi penyebab utama tingginya kenaikan IHK pada kelompok tersebut adalah meningkatnya harga beberapa barang/komoditas seperti: ikan-ikanan, cabai merah/rawit, bawang merah, bawang putih, sawi, kelapa, bayam dan lain-lain. Penyumbang terbesar selanjutnya adalah kelompok makanan Jadi, Minuman, Rokok & Tembakau yang pada triwulan laporan tercatat mengalami inflasi sebesar 2,94% (qtq), kelompok Perumahan, Air, Listrik, Gas & Bahan Bakar sebesar 2,03% (qtq), serta kempok kesehatan sebesar 0,70% (qtq). Sumber: BPS Provinsi Papua Tabel 24. Perkembangan Inflasi Kota Jayapura Kelompok Komoditi TW I TW I TW I MTM YTD QTQ YOY MTM YTD QTQ YOY MTM YTD QTQ YOY Bahan Makanan Makanan Jadi, Minuman, Rokok & Tembakau Perumahan, Air, Listrik, Gas & Bahan Bakar Sandang Kesehatan Pendidikan, Rekreasi dan Olahraga Transpor, Komunikasi & Jasa Keuangan Inflasi Jayapura Disagregasi dan Faktor-faktor yang Mempengaruhi Inflasi Secara keseluruhan, seluruh kelompok komoditas (core, volatile food, dan administered) tercatat mengalami inflasi. Pada triwulan I-2014, inflasi triwulanan kelompok inti (core) tercatat sebesar 1,05% (qtq). Adapun penyumbang inflasi pada kelompok ini adalah sub KANTOR PERWAKILAN BI PROVINSI PAPUA & PAPUA BARAT 28

49 kelompok ikan yang diawetkan, sub kelompok penyelenggaraan rumah tangga, sub kelompok peralatan rumah tangga dan sub kelompok minuman yang tidak beralkohol. Beberapa komoditas penyumbang inflasi pada kelompok inflasi inti adalah ikan kawalina, burbara dan ekor kuning asap, minuman kaleng non alkohol, bir, nasi, sabun cair, dll. Selanjutnya, inflasi pada kelompok volatile food tercatat sebesar 6,19% (qtq). Angka tersebut dinilai cukup tinggi mengingat sepanjang triwulan laporan, harga beberapa komoditas pertanian dan perikanan mengalami kenaikan yang cukup tinggi seiring kondisi buruknya cuaca. Adapun inflasi tersebut disebabkan oleh peningkatan harga pada beberapa sub kelompok seperti: sub kelompok ikan segar, sub kelompok daging dan hasil-hasilnya, sub kelompok sayur-sayuran, sub kelompok kacan-kacangan serta sub kelompok bumbubumbuan. Secara komoditas, peyumbang inflasi pada kelompok volatile food selama triwulan laporan antara lain adalah ikan burbara, ikan ekor kuning, ikan mumar, bawang merah, bawang putih, cabai merah, dan cabai rawit. Sementara itu, inflasi triwulanan pada kelompok administered prices tercatat cukup rendah sebesar 0,70% (qtq). Inflasi pada kelompok administered price disumbang oleh sub kelompok tembakau dan minuman beralkohol. Adapun komoditas yang menyebabkan kenaikan harga pada kelompok ini adalah: aneka jenis rokok. Sumber: BPS diolah Tabel 25. Disagregasi Inflasi Kota Jayapura Komponen Disagregasi I II III IV I II III IV I Core Inflasi Core (qtq) Inflasi Core (yoy) Volatile Inflasi Volatile (qtq) Foods Inflasi Volatile (yoy) Adm Inflasi Adm Price (qtq) Price Inflasi Adm Price (yoy) Grafik 25. Disagregasi Inflasi Kota Jayapura Grafik 26. Perkembangan Survei Konsumen Sumber: BPS Provinsi Papua Sumber: KPwBI Papua & Papua Barat KANTOR PERWAKILAN BI PROVINSI PAPUA & PAPUA BARAT 29

50 1.2. Inflasi Menurut Kelompok Komoditas Kelompok Bahan Makanan Kelompok bahan makanan mengalami inflasi tahunan sebesar 5,71% (qtq), inflasi tersebut lebih rendah dari pencapaian triwulan sebelumnya yang tercatat sebesar 6,28% (qtq). Meningkatnya harga bahan-bahan kebutuhan pokok terjadi seiring minimnya pasokan beberapa komoditas bumbu-bumbuan akibat buruknya cuaca selama triwulan I-2014 menjadi penyebab tingginya inflasi pada kelompok bahan makanan. Adapun beberapa komponen sub kelompok yang menjadi faktor pendorong tingginya inflasi dari kelompok bahan makanan, yakni: sub kelompok ikan segar, sub kelompok ikan diawetkan, sub kelompok sayur-sayuran, sub kelompok kacang-kacangan serta sub kelompok daging dan hasilnya Kelompok Makanan Jadi, Minuman, Rokok dan Tembakau kelompok makanan jadi, minuman, rokok dan tembakau merupakan komoditas yang hampir seluruhnya didatangkan dari luar Papua. Kelompok ini pada triwulan I-2014 mengalami inflasi triwulanan sebesar 1,98% (qtq), secara triwulanan inflasi tersebut lebih rendah jika dibandingkan dengan triwulan sebelumnya yang tercatat sebesar 3,28% (yoy). Terjadinya inflasi pada kelompok makanan jadi disebabkan oleh tingginya konsumsi sebagai akibat dari perayaan beberapa hari besar keagamaan serta penyelenggaraan Pemilu Legislatif Adapun inflasi secara triwulanan terjadi pada seluruh sub kelompok komoditas yang ada dalam kelompok ini yaitu sub kelompok Makanan Jadi, sub kelompok Minuman yang tidak beralkohol, serta sub kelompok Tembakau dan Minuman Beralkohol Kelompok Perumahan, Air Dan Listrik. Kelompok ini pada triwulan laporan mengalami inflasi sebesar 1,90% (qtq), angka tersebut lebih tinggi dari inflasi pada triwulan sebelumnya yang tercatat sebesar 1,07% (qtq). Inflasi pada kelompok perumahan, air dan listrik relatif berada pada level yang cukup terkendali. Meningkatnya harga beberapa bahan bangunan (seperti kayu lapis dan seng) serta harga beberapa perlengakapan rumah tangga (terutama pembasmi nyamuk) menjadi penyebab dari terjadinya inflasi pada kelompok ini. Meningkatnya harga pembasmi nyamuk terjadi seiring tingginya permintaan pada saat musim penghujan. Adapun sub kelompok lainnya yang turut mendorong terjadinya inflasi pada kelompok perumahan air dan listrik adalah sub kelompok perlengkapan rumah tangga, sub kelompok penyelenggaraan rumah tangga, sub kelompok serta sub kelompok biaya tempat tinggal Kelompok Sandang Pada triwulan I-2014, Kelompok sandang mengalami inflasi sebesar 0,71% (qtq), angka tersebut lebih tinggi dibandingkan inflasi yang tercatat pada triwulan sebelumnya sebesar KANTOR PERWAKILAN BI PROVINSI PAPUA & PAPUA BARAT 30

51 0,64% (qtq). Faktor pendorong inflasi di sektor sandang disebabkan oleh meningkatnya harga barang-barang yang tergolong kedalam barang pribadi dan sanding lain. Peningkatan harga pada kelompok tersebut terjadi pada komoditas emas seiring meningkatnya harga emas internasional pada triwulan I Kelompok Kesehatan Kelompok ini pada triwulan I-2014 mengalami inflasi 0,17% (qtq), lebih rendah dibandingkan inflasi pada triwulan sebelumnya sebesar 0,89% (qtq). Masih terjaganya inflasi di kelompok ini pada triwulan laporan didorong oleh kenaikan harga pada sub kelompok jasa perawatan jasmani dan kosmetika sebagai akibat menigkatnya harga perlengkapan mandi seperti sabun cair, pasta gigi, dll Kelompok Pendidikan, Rekreasi dan Olahraga Harga pada kelompok Pendidikan, Rekreasi dan Olah raga pada triwulan I-2014 berada pada kondisi stagnan jika dibandingkan dengan posisi harga pada triwulan sebelumnya. Angka tersebut lebih rendah jika dibandingkan dengan triwulan sebelumnya yang tercatat mengalami inflasi sebesar 0,02% (yoy). Pada kelompok ini tidak terjadi inflasi, namun hal tersebut tidak memberikan dampak yang signifikan terhadap pencapaian inflasi secara keseluruhan karena minimnya kontribusi inflasi dari kelompok ini Kelompok Transpor, Komunikasi & Jasa Keuangan Kelompok Transportasi, Komunikasi dan Jasa Keuangan pada triwulan I-2014 mengalami deflasi sebesar 0,48% (qtq), lebih rendah dibandingkan triwulan sebelumnya yang mencatatkan inflasi sebesar 0,01% (qtq). Meredanya tekanan inflasi pada triwulan laporan dibandingkan triwulan sebelumnya didorong terutama oleh penurunan harga pada sub kelompok sarana penunjang transpor sebagai akibat adanya kegiatan promosi dari beberapa penjual. Namun demikian, dari sub kelompok transpor justru mengalami peningkatan sebagai akibat dari kenaikan harga tiket pesawat seiring tinggi permintaan khususnya menjelang perayaan beberapa hari besar keagamaan. KANTOR PERWAKILAN BI PROVINSI PAPUA & PAPUA BARAT 31

52 II. Provinsi Papua Barat 2.1. Kondisi Inflasi Secara Umum Pada triwulan I-2014, inflasi di Provinsi Papua Barat 6 tercatat sebesar 5.77% (yoy) atau secara triwulanan mengalami inflasi yang cukup rendah hanya sebesar 0,30% (qtq). Pencapaian angka inflasi tersebut sedikit mengalami penurunan jika dibandingkan dengan triwulan IV-2013 yang tercatat pada level 7,28% (yoy) dan 1,06% (qtq). Kedua kota yang diukur inflasinya di Provinsi Papua Barat mengalami perlambatan inflasi. Inflasi tahunan di Kota Manokwari tercatat sebesar 3,46% (yoy), sedikit lebih rendah jika dibandingkan angka inflasi pada triwulan sebelumnya sebesar 3,63% (yoy). Selanjutnya, inflasi tahunan Kota Sorong juga tercatat pada level yang lebih terkendali sebesar 6,54% (yoy), angka tersebut lebih rendah dibandingkan pencapaian inflasi pada triwulan sebelumnya yang tercatat sebesar 7,93% (yoy). Jika dibandingkan dengan inflasi secara nasional (7,75%, yoy), pencapaian inflasi Papua Barat juga lebih rendah Kelompok Komoditi Tabel 26. Perkembangan Inflasi Provinsi Papua Barat TW I MTM YTD QTQ YOY MTM YTD QTQ YOY MTM YTD QTQ YOY Bahan Makanan Makanan Jadi, Minuman, Rokok & Tembakau Perumahan, Air, Listrik, Gas & Bahan Bakar Sandang Kesehatan Pendidikan, Rekreasi dan Olahraga Transpor, Komunikasi & Jasa Keuangan Inflasi Papua Barat (Inflasi MTM,YOY, QTQ = Sumber: %) BPS Provinsi Papua Barat TW I TW I 2.2. Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Inflasi Inflasi triwulanan di Provinsi Papua Barat pada triwulan I-2014 terjadi hampir pada semua kelompok komoditas barang dan jasa, kecuali kelompok bahan makanan yang tercatat mengalami deflasi. Inflasi tertinggi di Papua Barat berasal dari kelompok kesehatan yang tercatat sebesar 0,65% (yoy), sedangkan sumbangan deflasi berasal dari kelompok bahan makanan yang tercatat sebesar -0,18% (yoy). Meningkatnya inflasi dari kelompok kesehatan terjadi akibat meningkatnya harga beberapa jenis obat-obatan (seperti obat flu, batuk dan malaria) yang terjadi pada saat musim hujan. Sedangkan, turunnya harga komoditas ikanikanan serta bumbu-bumbuan disinyalir menjadi salah satu faktor yang berkontribusi terjadinya deflasi di kelompok bahan makanan. 6 Inflasi di Provinsi Papua Barat dihitung dari perkembangan harga-harga di Kota Manokwari dan Kota Sorong. KANTOR PERWAKILAN BI PROVINSI PAPUA & PAPUA BARAT 32

53 Sepanjang triwulan I-2014, Inflasi tahunan dan triwulanan pada masing-masing kelompok barang dan jasa di Provinsi Papua Barat adalah sebagai berikut: kelompok bahan makanan mencatatkan inflasi tahunan sebesar 4,15% (yoy) atau secara triwulanan sebesar - 0,18% (qtq); kelompok Makanan Jadi, Minuman, Rokok & Tembakau mencatatkan inflasi tahunan sebesar sebesar 5,66% (yoy) atau secara triwulanan sebesar 0,57% (qtq); kelompok Perumahan, Air, Listrik, Gas & Bahan Bakar mencatatkan inflasi tahunan sebesar 5,03% (yoy) atau secara triwulanan sebesar 0,81% (qtq); kelompok sandang mencatatkan inflasi tahunan sebesar -1,26% (yoy) atau secara triwulanan sebesar 0,28% (qtq); kelompok kesehatan mencatatkan inflasi tahunan sebesar 4,95% (yoy) atau secara triwulanan 0,65% (qtq); kelompok Pendidikan, Rekreasi dan Olahraga mencatatkan inflasi tahunan sebesar 3,36% (yoy) atau secara triwulanan sebesar 0,00% (qtq); kelompok Transpor, Komunikasi & Jasa Keuangan mencatatkan inflasi tahunan sebesar 14,07% (yoy) atau secara triwulanan sebesar 0,24% (qtq) Kelompok Bahan Makanan Kelompok bahan makanan pada triwulan I-2014 mengalami inflasi triwulanan sebesar - 0,18% (qtq) atau mengalami deflasi, angka tersebut lebih rendah dari triwulan sebelumnya yang tercatat mengalami inflasi sebesar 1,46% (qtq). Terjadinya penurunan inflasi yang cukup signifikan dari kelompok bahan makanan terjadi seiring menurunnya harga komoditas ikanikanan (seperti ikan ekor kuning, burbara, dan cakalang) dan komoditas bumbu-bumbuan. Hal tersebut terjadi seiring melimpahnya pasokan beberapa komoditas pertanian dari beberapa sentra produksi yang terdapat di wilayah Papua Barat. selain itu, dapat diinformasikan juga bahwa pada triwulan laporan pasokan ikan yang berasal dari Kota Sorong mengalami peningkatan, dimana hal tersebut menyebabkan terjaganya pasokan kebutuhan ikan di wilayah Papua Barat. Sedangkan kondisi harga untuk sub kelompok lainnya adalah sebagai berikut: sub kelompok bahan makanan lainnya sebesar 0,11% (qtq), sub kelompok telur, susu dan hasilnya sebesar 1,08% (qtq) serta sub kelompok lemak dan minyak sebesar 1,37% (qtq) Kelompok Makanan Jadi, Minuman, Rokok dan Tembakau Kelompok makanan jadi, minuman, rokok dan tembakau pada triwulan I-2014 tercatat mengalami inflasi triwulanan sebesar 0,57% (qtq), angka tersebut lebih rendah jika dibandingkan dengan triwulan sebelumnya yang tercatat sebesar 9,32% (qtq). Lebih terkendalinya pencapaian inflasi pada triwulan laporan akibat terjaganya ketersediaan atas beberapa barang kebutuhan pokok seperti makanan jadi, mie instan, air kemasan, dll. KANTOR PERWAKILAN BI PROVINSI PAPUA & PAPUA BARAT 33

54 2.2.3 Kelompok Perumahan, Air, Listrik, Gas dan Bahan Bakar Kelompok perumahan, air, listrik, gas dan bahan bakar pada triwulan laporan mengalami inflasi triwulanan sebesar 0,81% (qtq), angka tersebut lebih tinggi dari triwulan sebelumnya yang tercatat mengalami deflasi sebesar -3,85% (qtq). inflasi triwulanan terjadi pada sub kelompok biaya tempat tinggal yakni akibat meningkatnya harga beberapa beberapa komoditas bahan-bahan bangunan (seperti: pasir, seng, kayu lapis, dll.). selain itu, beberapa komoditas peralatan rumah tangga juga mengalami kenaikan seperti peralatan kamar mandi, mesin cuci, kipas angin, dll.) Kelompok Sandang Kelompok sandang pada triwulan I-2014 mencatatkan deflasi sebesar 0,28% (qtq), angka tersebut lebih rendah dari triwulan sebelumnya yang juga tercatat mengalami deflasi sebesar 3,99% (qtq). Sedangkan kelompok yang mengalami Inflasi pada kelompok sandang adalah sub kelompok sandang pria dengan komoditas yang mengalami kenaikan harga adalah celana jeans, sandal kulit dan sepatu kulit Kelompok Kesehatan Kelompok kesehatan pada periode laporan mencatat inflasi triwulanan sebesar 0,65% (qtq), lebih rendah dari triwulan sebelumnya yang tercatat sebesar 2,92% (qtq). Inflasi pada kelompok ini disumbang oleh sub kelompok obat-obatan terutama kenaikan harga pada komoditas obat flu dan obat batuk. Peningkatan harga kedua jenis barang tersebut merupakan suatu hal yang relatif lumrah seiring tingginya permintaan terutama memasuki musim penghujan sepanjang triwulan I Kelompok Pendidikan, Rekreasi dan Olahraga Harga pada kelompok pendidikan, rekreasi, dan olahraga pada triwulan I-2014 relatif stagnan. Pada kelompok ini tidak terjadi inflasi, namun hal tersebut tidak memberikan dampak yang signifikan terhadap pencapaian inflasi secara keseluruhan karena minimnya kontribusi inflasi dari sektor ini Kelompok Transport, Komunikasi & Jasa Keuangan Kelompok transpor, komunikasi dan jasa keuangan pada triwulan laporan mengalami inflasi triwulanan sebesar 0,24% (qtq), inflasi triwulanan tersebut lebih tinggi dari triwulan sebelumnya sebesar -2,42% (qtq). Peningkatan harga paling signifikan teramati pada sub kelompok transpor akibat meningkatnya harga tarif angkutan udara (tiket pesawat). Peningkatan tarif angkutan udara tersebut terjadi seiring tingginya mobilitas penduduk menjelang perayaan beberapa hari besar keagamaan serta Pemilu legislatif KANTOR PERWAKILAN BI PROVINSI PAPUA & PAPUA BARAT 34

55 BAB 4. SISTEM KEUANGAN DAN PENGEMBANGAN AKSES KEUANGAN I. Perkembangan Umum Perbankan Wilayah Papua Secara umum, kinerja perbankan di pada triwulan I-2014 masih cukup menggembirakan. Hal ini tercermin dari pertumbuhan beberapa indikator perbankan yang tumbuh cukup signifikan. Fungsi intermediasi perbankan terlihat meningkat sebagaimana tercermin dari pertumbuhan dana pihak ketiga di sisi pasiva perbankan yang tumbuh sebesar 11,66% (yoy). Sementara disisi aktiva, kredit perbankan tumbuh cukup signifikan sebesar 24,14% (yoy) dan mendorong meningkatnya loan to deposit rate (LDR) perbankan menjadi sebesar 64,50% (yoy) pada triwulan I-2014 dari 58,01% (yoy) pada triwulan I Namun demikian, LDR tersebut masih dibawah target minimal sebesar 80% yang telah ditetapkan sebelumnya. Tabel 27. Perkembangan Perbankan Wilayah Papua (Miliar) Sumber: KPwBI Provinsi Papua & Papua Barat Secara umum, total aktiva perbankan tumbuh sebesar 9,12% (yoy) yang mana pertumbuhan tersebut turut didorong oleh tumbuhnya angka penyaluran kredit sebesar 24,14% (yoy). Kredit konsumsi dan modal kerja masih menjadi porsi terbesar dalam kredit yang diberikan dengan total share mencapai +85% dan mengalami pertumbuhan yang cukup KANTOR PERWAKILAN BI PROVINSI PAPUA & PAPUA BARAT 35

56 tinggi masing-masing sebesar 24,33% (yoy) dan 21,45% (yoy). Sementara itu, walaupun share kredit investasi masih relatif lebih kecil, namun jenis kredit ini mengalami pertumbuhan yang paling besar yakni 31,21% (yoy) dibandingkan jenis kredit lainnya. Namun demikian, pertumbuhan kredit perbankan yang positif tidak diimbangi oleh peningkatan kualitas kredit. Hal tersebut tecermin dari peningkatan angka Non Performing Loan (NPL) pada triwulan I menjadi sebesar 2,00%, meskipun angka NPL tersebut masih dalam batas aman. Namun tren kenaikan NPL yang cukup persisten dalam beberapa waktu terakhir harus tetap diwaspadai. Tabel 28. Perkembangan NPL Persektor NPL PAPUA & PAPUA BARAT (%) I II III IV I II III IV I Pertanian 1.23% 1.30% 2.00% 2.04% 1.86% 2.86% 3.23% 1.55% 1.53% Pertambangan 0.38% 0.41% 0.43% 0.61% 0.78% 0.88% 0.00% 0.00% 0.00% Industri Pengolahan 1.19% 1.32% 1.15% 1.93% 4.00% 5.04% 3.89% 4.86% 7.36% Listrik,Gas dan Air 8.49% 8.94% 10.28% 10.00% 12.50% 9.33% 9.09% 8.57% 8.11% Konstruksi 1.34% 1.45% 1.20% 1.13% 1.47% 2.23% 2.98% 2.48% 2.55% Perdagangan, Hotel dan Restora 1.16% 1.28% 1.11% 1.81% 2.40% 2.44% 2.57% 2.42% 2.67% Angkutan dan Komunikasi 1.07% 1.25% 0.61% 0.40% 0.37% 0.65% 1.47% 1.14% 1.21% Jasa Dunia Usaha 0.36% 0.42% 0.26% 0.94% 1.77% 2.43% 2.82% 1.95% 2.26% Jasa Sosial 1.42% 1.51% 1.32% 0.77% 1.22% 1.47% 1.70% 1.50% 1.79% Lain-lain 1.35% 1.49% 1.59% 1.01% 0.99% 1.10% 1.32% 1.21% 1.36% Total 1.28% 1.41% 1.34% 1.27% 1.54% 1.80% 2.00% 1.79% 2.00% Sumber: KPwBI Provinsi Papua & Papua Barat Pada sisi pasiva, peningkatan dana pihak ketiga terutama disumbang oleh peningkatan deposito dengan pertumbuhan sebesar 26,89% (yoy) dan diikuti oleh tabungan sebesar 12,15% (yoy) serta giro sebesar 6,18% (yoy). Peningkatan pertumbuhan deposito di wilayah Papua terutama disebabkan oleh tingginya animo masyarakat untuk mengalihkan bentuk simpanannya dari tabungan menjadi deposito. II. Perbankan Provinsi Papua 2.1. Perkembangan Umum Secara umum kinerja perbankan di Provinsi Papua masih sangat baik tercermin dari beberapa indikator perbankan, antara lain: pertumbuhan aset sebesar 4,46% (yoy), DPK sebesar 11,04 (yoy), dan kredit yang disalurkan sebesar 17,55% (yoy). Besarnya pertumbuhan kredit yang jauh lebih tinggi dari pertumbuhan DPK menyebabkan meningkatnya LDR perbankan di Provinsi Papua menjadi sebesar 62,05% (yoy) atau meningkat sebesar 3,44% (yoy) dibandingkan triwulan yang sama tahun sebelumnya yang hanya mencapai 58,62% (yoy). Meningkatnya LDR pada triwulan berjalan tidak diiringi oleh perbaikan rasio kredit bermasalah atau Non Performing Loan (NPL) yang pada triwulan I- KANTOR PERWAKILAN BI PROVINSI PAPUA & PAPUA BARAT 36

57 2014 tercatat sebesar 2,04% atau meningkat dari triwulan yang sama di tahun sebelumnya yang tercatat hanya sebesar 1,53% (yoy). Tabel 29. Perkembangan Perbankan Provinsi Papua (Rp. Miliar) Sumber: KPwBI Provinsi Papua & Papua Barat * Data BPR Terbatas Periode Desember Aset Perbankan Pada triwulan I-2014, total aset perbankan di Provinsi Papua tercatat sebesar Rp 36,03 triliun. Dari jumlah itu, Bank Umum Milik Pemerintah (BUMP) masih menjadi pelaku dominan dengan pangsa aset sebesar 78,57% dari total keseluruhan perbankan yang beroperasi di Provinsi Papua. Sementara itu, pangsa Bank Umum Swasta Nasional (BUSN) berada pada urutan selanjutnya dengan pangsa sebesar 19,74% dan BPR hanya memiliki pangsa aset sebesar 1,69% (Periode Desember 2013). Adapun saat ini nilai aset secara nominal untuk Bank Umum Milik Pemerintah dan Bank Umum Swasta Nasional (BUSN) masing-masing mencapai angka Rp 28,31 triliun dan Rp 7,11 triliun, sedangkan aset BPR mencapai Rp 609 miliar. Pertumbuhan aset tersebut terutama didorong oleh tingginya pertumbuhan kredit yang mencapai 17,55% (yoy). KANTOR PERWAKILAN BI PROVINSI PAPUA & PAPUA BARAT 37

58 Grafik 27. Perkembangan Aset Perbankan Provinsi Papua Grafik 28. Komposisi Aset Perbankan Sumber: KPwBI Papua & Papua Barat * Data BPR Terbatas Periode Desember Dana Pihak Ketiga (DPK) Perbankan DPK perbankan Provinsi Papua mencapai Rp 29,23 triliun yang terdiri dari giro sebesar Rp 9,74 triliun, tabungan sebesar Rp 12,79 triliun dan deposito sebesar Rp 6,75 triliun. Dibandingkan dengan triwulan yang sama pada tahun sebelumnya, pertumbuhan deposito tercatat paling besar yakni sebesar 21,45% (yoy) diikuti oleh pertumbuhan tabungan sebesar 10,12% (yoy) dan pertumbuhan giro yang tercatat sebesar 5,91% (yoy). Sementara itu, dilihat dari share masing-masing kelompok bank, Bank Pemerintah masih mendominasi dengan share sebesar 77,28% diikuti kelompok bank swasta 22,29% dan kelompok BPR 0,79% (periode desember 2013). Salah satu penyebab masih tingginya dominasi Bank Pemerintah dalam menghimpun DPK di Provinsi Papua adalah besarnya dana APBD dan Dana Otonomi Khusus Pemerintah Daerah Provinsi, Kota dan Kabupaten yang ditempatkan pada Bank Pembangunan Daerah (BPD) Papua ataupun Bank Pemerintah lainnya. Tabel 30. Perkembangan DPK Perbankan Provinsi Papua (Rp. Miliar) Kelomok Bank Growth I II III IV I II III IV I* (yoy) Bank Pemerintah 6, , , , , , , , , % Giro 2, , , , , , , , , % Deposito 1, , , , , , , , , % Tabungan 2, , , , , , , , , % Bank Swasta , % Giro % Deposito % Tabungan % BPR % Deposito % Tabungan % Total DPK 7, , , , , , , , , % Giro 2, , , , , , , , , % Deposito 1, , , , , , , , , % Tabungan 3, , , , , , , , , % Sumber: KPwBI Papua & Papua Barat * Data BPR Terbatas Periode Desember 2013 KANTOR PERWAKILAN BI PROVINSI PAPUA & PAPUA BARAT 38

59 Grafik 29. Perkembangan Indikator Dana Pihak Ketiga Provinsi Papua Sumber: KPwBI Provinsi Papua & Papua Barat * Data BPR Terbatas Periode Desember Penyaluran Kredit Perbankan Walaupun sampai dengan awal tahun tahun 2014, tren suku bunga perbankan masih belum mengalami penurunan, namun hal ini tidak mempengaruhi kinerja kredit perbankan di Provinsi Papua. Hal tersebut dapat terlihat dari perkembangan kredit di Provinsi Papua yang mampu tumbuh secara signifikan sebesar 17,55% (yoy). Kredit modal kerja tumbuh sebesar 15,70% (yoy), kredit konsumsi tumbuh sebesar 18,07% (yoy) dan kredit investasi tumbuh sebesar 20,72% (yoy). Tingginya pertumbuhan kredit tersebut, tidak terlepas dari tingginya tingkat konsumsi dan semakin membaiknya iklim dunia usaha di Provinsi Papua. Selain itu, pertumbuhan yang cukup pesat dari sektor-sektor produktif yang bersifat jangka menengah hingga panjang seperti pembangunan ruko, investasi berbagai alat berat untuk kebutuhan infrastruktur ditenggarai menjadi pendorong pertumbuhan kredit dari segi investasi. Tabel 31. Perkembangan Indikator Kredit Perbankan Provinsi Papua Sumber: KPwBI Papua & Papua Barat * Data BPR Terbatas Periode Desember 2013 KANTOR PERWAKILAN BI PROVINSI PAPUA & PAPUA BARAT 39

60 Grafik 30. Perkembangan Kredit Perbankan Provinsi Papua Grafik 31. Komposisi Kredit Perbankan Sumber: KPwBI Papua & Papua Barat * Data BPR Terbatas Periode Desember 2013 Jika dilihat dari penggunaannya maka penyaluran kredit konsumsi cukup dominan dengan share 48%, modal kerja 37%, investasi 15%. Besarnya kucuran kredit konsumsi antara lain untuk kendaraan bermotor dan kredit perumahan termasuk ruko, dan pembelian alat-alat rumah tangga. Sementara itu, kredit untuk sektor perdagangan hotel dan restoran umumnya adalah untuk hal-hal yang bersifat modal kerja seperti biaya pembelian barang modal ( barang dagangan), biaya distribusi, penyediaan makan dan minum bagi restoran, dan lain-lain. 2.5 LDR Dan NPL Peran perbankan sebagai lembaga intermediary antara pihak yang mengalami kelebihan dana dan pihak yang membutuhkan dana di wilayah Papua masih belum sepenuhnya optimal, dimana hal tersebut dapat tercermin dari pencapaian LDR pada triwulan laporan sebesar 62,05%, angka tersebut masih dibawah target yang diterapkan. Terbatasnya jumlah lapangan usaha baik UMKM maupun usaha besar yang yang cukup layak untuk diberikan kredit menjadi salah satu penyebab rendahnya daya serap terhadap kredit perbankan. Selain itu, jaringan kantor perbankan dengan tingkat tertinggi adalah kantor wilayah (3 Bank Umum) serta 1 Bank Umum (BPD) ditengarai menjadi salah satu penyebab masih rendahnya LDR di Papua. Level jaringan kantor cabang Perbankan yang kecil menunjukkan kewenangan pemberian kredit yang juga lebih kecil. Selain itu, masih terbatasnya akses UMKM dalam mendapatkan fasilitas pendanaan dari Perbankan juga menjadi salah satu faktor yang menyebabkan rendahnya pencapaian LDR di Provinsi Papua. Ditengah LDR yang masih dibawah target, kualitas kredit perbankan Papua masih tergolong cukup baik seperti tercermin dari pencapaian NPL sebesar 2,04% yang masih berada di bawah batas maksimal yang ditetapkan. Berdasarkan sektor ekonomi; sektor listrik, gas dan air serta sektor Industri Pengolahan menjadi sektor yang cukup berisiko seperti terlihat dari NPL sektor ini masing-masing mencapai 9,09% dan 8,09%, walaupun penyaluran KANTOR PERWAKILAN BI PROVINSI PAPUA & PAPUA BARAT 40

61 kredit di sektor ini juga relatif terbatas. Sektor-sektor ekonomi lainnya (sektor pertambangan, pertanian, konstruksi, PHR, jasa dunia usaha, jasa sosial dan lainnya) masih cukup aman dan berada dibawah batas sebesar 5%. Tabel 32. Perkembangan Indikator Perbankan Papua NPL PAPUA (%) I II III IV I II III IV I Pertanian 1.35% 1.42% 1.41% 0.55% 0.85% 1.15% 1.32% 0.88% 1.13% Pertambangan 0.39% 0.41% 0.40% 0.88% 1.27% 1.47% 0.00% 0.00% 0.00% Industri Pengolahan 1.23% 1.30% 1.29% 2.03% 4.29% 5.65% 4.96% 5.10% 8.09% Listrik,Gas dan Air 8.57% 9.02% 8.93% 10.86% 13.64% 10.00% 10.00% 9.38% 9.09% Konstruksi 1.98% 2.09% 2.06% 1.59% 1.91% 2.46% 3.17% 3.02% 3.45% Perdagangan, Hotel dan Restora 1.23% 1.30% 1.28% 1.73% 2.08% 2.20% 2.24% 2.13% 2.52% Angkutan dan Komunikasi 0.80% 0.84% 0.84% 0.35% 0.67% 0.86% 1.25% 1.37% 1.73% Jasa Dunia Usaha 0.19% 0.20% 0.20% 0.92% 1.94% 2.85% 2.89% 2.01% 2.57% Jasa Sosial 1.38% 1.46% 1.44% 0.74% 1.44% 1.76% 1.89% 1.74% 1.97% Lain-lain 1.27% 1.33% 1.32% 0.90% 0.98% 1.12% 1.28% 1.20% 1.36% Total 1.31% 1.38% 1.31% 1.22% 1.49% 1.79% 1.89% 1.74% 2.04% Sumber: KpwBI Provinsi Papua & Papua Barat Grafik 32. Perkembangan NPL & LDR 2.6. Kredit Mikro, Kecil dan Menengah (MKM) Pertumbuhan Kredit MKM di Provinsi Papua dinilai cukup signifikan. Hal itu tercermin dari rasio kredit mikro, kecil dan menengah (UMKM) terhadap total kredit keseluruhan yang mencapai sebesar mencapai sebesar 39,42% (yoy) dengan nilai sebesar Rp 7,16 triliun. Nilai itu mengalami pertumbuhan sebesar 6,46% (yoy) dibandingkan dengan periode yang sama pada tahun sebelumnya. Pangsa kredit MKM di Provinsi Papua hampir setiap periode mengalami pertumbuhan positif dengan angka pertumbuhan yang relatif konstan. Selain itu, target penyaluran kredit bagi UMKM yang ditetapkan diatas 30% dari total kredit keseluruhan telah tercapai. Hal tersebut merupakan suatu yang menggembirakan mengingat peningkatan penyaluran kredit UMKM mengindikasikan terjadinya pertumbuhan sektor riil yang pada akhirnya dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat Papua. Tabel 33. Perkembangan Kredit UMKM Perbankan Provinsi Papua Sumber: KPWBI Papua & Papua Barat * Data BPR Terbatas Periode Desember 2013 KANTOR PERWAKILAN BI PROVINSI PAPUA & PAPUA BARAT 41

62 2.7. Stabilitas Sistem Keuangan Provinsi Papua Ketahanan Sektor Korporasi Provinsi Papua Secara umum, kredit yang disalurkan kepada sektor usaha utama di Provinsi Papua masih menujukan tren yang mengalami peningkatan. Akan tetapi, khusus untuk kredit terhadap sektor pertambangan pada triwulan laporan mengalami penurunan. Hal tersebut disinyalir seiring terjadinya penurunan kinerja sektor pertambangan di Provinsi Papua. Hingga triwulan I-2014, dari total kredit sektor korporasi yang nilai penyalurannya mencapai sebesar Rp 9,56 triliun, sektor perdagangan mengambil pangsa tertinggi sebesar 27,27%. Selanjutnya sektor kontruksi mengambil pangsa sebesar 6,70%, sektor jasa sosial masyarakat sebesar 6,70% dan sektor pertanian sebesar 3,91%. Jika dilihat dari kualitas penyaluran kredit yang diberikan kepada sektor utama di Papua dapat dikatakan bahwa hampir seluruh sektor masih berada pada tahap yang cukup aman dengan pencapaian Non Performing Loan (NPL) yang masih berada dibawah 5%. Dengan demikian meskipun kondisi perekonomian Provinsi Papua dibayangi oleh adanya risiko terhadap kebijakan pengaturan ekspor hasil tambang mentah, namun sampai dengan saat ini risiko yang dapat membahayakan sistem keuangan di Papua dinilai masih sangat minim. Grafik 33. Pertumbuhan Kredit Sektor Utama Prov. Papua Grafik 34. Perkembangan NPL Kredit Sektor Utama Prov. Papua Sumber:KPwBI Papua & Papua Barat Ketahanan Sektor Rumah Tangga Provinsi Papua Tingkat penyaluran kredit kepada sektor rumah tangga di Provinsi Papua masih menunjukkan suatu pertumbuhan yang nilainya relatif tinggi. Pertumbuhan tersebut didorong oleh pertumbuhan Kredit Pemilikan Rumah (KPR) dan Kredit Kepemilikan Barang (KKB) yang mana pada triwulan I-2014 masing-masing berhasil tumbuh KANTOR PERWAKILAN BI PROVINSI PAPUA & PAPUA BARAT 42

63 sebesar 82,48% (yoy) dan 78,79% (yoy). Namun demikian, untuk kredit multiguna pada triwulan laporan justru mengalami sedikit penurunan sebesar -0,95% (yoy). Dari total kredit konsumsi yang disalurkan sebesar Rp 8,74 triliun, pangsa kredit multiguna tercatat sebesar 36,64%, sedangkan kredit KPR dan KKB memiliki pangsa masingmasing sebesar 16,79% dan 0.72%, sedangkan sisanya merupakan kredit rumah tangga maupun lapangan usaha lainnya. Selanjutnya diinformasikan bahwa penyaluran kredit kepada sektor rumah tangga di Provinsi Papua dinilai masih memiliki ketahanan yang cukup baik. Hal tersebut terlihat dari pencapaian nilai NPL yang masih jauh dibawah angka 5 %. Grafik 35. Pertumbuhan Kredit RT Prov. Papua Grafik 36. Perkembangan NPL Kredit RT Prov. Papua Sumber:KPwBI Papua & Papua Barat Pembiayaan Sektor Usaha Kecil dan Menengah (UMKM) Kinerja penyaluran kredit terhadap sektor Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) di Provinsi Papua setiap waktunya selalu mengalami pertumbuhan yang cukup menggembirakan. Pada triwulan I-2014, kredit UMKM di Papua tercatat berhasil tumbuh sebesar 40,57% (yoy). Kredit terhadap UMKM memiliki pangsa sebesar 30,42% dari keseluruhan kredit yang disalurkan di Provinsi Papua. Nilai kredit UMKM yang berhasil disalurkan di Provinsi Papua adalah sebesar Rp 7,16 triliun. Kredit UMKM untuk peruntukan modal kerja memegang pangsa sebesar 75,36% yang mana angka tersebut lebih tinggi dibandingkan kredit UMKM dengan peruntukan investasi yang hanya tercatat sebesar 24,56%. Pembiayaan terhadap sektor UMKM merupakan suatu hal yang harus diberikan perhatian lebih, hal tersebut mengingat besarnya kontribusi UMKM dalam mendorong taraf hidup masyarakat ke tingkat yang lebih tinggi. KANTOR PERWAKILAN BI PROVINSI PAPUA & PAPUA BARAT 43

64 Grafik 37. Pertumbuhan Kredit MKM Prov. Papua Grafik 38. Perkembangan NPL Kredit MKM Prov. Papua Sumber:KPwBI Papua & Papua Barat III. Perbankan Provinsi Papua Barat 3.1 Perkembangan Umum Secara umum perbankan di Provinsi Papua Barat mengalami perkembangan yang sangat baik. Hal tersebut tercermin dari beberapa indikator utama seperti total aktiva, dan DPK Perbankan pada triwulan I Total aset perbankan Provinsi Barat pada triwulan I-2014 mencapai Rp 11,31 triliun atau meningkat cukup signifikan sebesar 18,33% (yoy) sementara total DPK mencapai Rp 10,29 triliun atau meningkat 9,68% (yoy) dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya. Searah dengan itu, penyaluran kredit mencapai Rp 7,35 triliun atau tumbuh sebesar 30,96% (yoy) dengan rasio LDR mencapai 71,45%. Pesatnya pertumbuhan kredit tersebut juga masih diimbangi oleh kualitas kredit yang cukup baik dengan pencapaian NPL yang cukup rendah sebesar 1,90%, atau masih jauh di bawah ambang batas maksimal yang ditetapkan sebesar 5%. Tabel 34. Perkembangan Perbankan Provinsi Papua Barat Sumber: KPwBI Provinsi Papua & Papua Barat * Data BPR Terbatas Periode Desember 2013 KANTOR PERWAKILAN BI PROVINSI PAPUA & PAPUA BARAT 44

65 Sejalan dengan kondisi yang juga terjadi di Papua, pencapaian LDR oleh perbankan di Papua Barat masih dibawah target yang disebabkan oleh relatif terbatasnya sektor usaha yang layak untuk dibiayai, sementara beberapa perusahaan besar memperoleh kebutuhan dana dari perbankan di luar Papua maupun dari perusahaan induknya (parent company). 3.2 Total Aset Secara total, aset perbankan Papua Barat mencapai Rp 11,31 triliun atau tumbuh 18,33% (yoy) dibanding periode yang sama tahun sebelumnya. Sama seperti di Papua, dominasi Bank-bank Pemerintah di Papua Barat masih relatif cukup tinggi dengan pangsa terbesar mencapai 88,46% sedangkan bank swasta hanya 9,59% dan BPR 1,95%. Grafik 39. Perkembangan Aset Perbankan Papua Barat Grafik 40. Komposisi Aset Perbankan Sumber: KPwBI Provinsi Papua & Papua Barat * Data BPR Terbatas Periode Desember Dana Pihak Ketiga (DPK) Perbankan DPK perbankan Provinsi Papua Barat mencapai Rp 10,29 triliun yang terdiri dari giro Rp 3,73 triliun, tabungan Rp 4,43 triliun dan deposito Rp 2,13 triliun. Apabila dibandingkan dengan periode yang sama tahun sebelumnya, masing-masing komponen mengalami pertumbuhan hanya produk deposito yang mengalami penurunan. Adapun rincian pertumbuhan untuk masing-masing jenis simpanan adalah sebagai berikut: giro sebesar 6,88% (yoy), deposito sebesar -44,88% (yoy), dan tabungan sebesar 171,79% (yoy). Searah dengan perkembangan aset, share bank pemerintah masih mendominasi sebesar 89,31% diikuti oleh kelompok bank swasta dengan pangsa 9,73% dan BPR sebesar 1,51% Penyaluran Kredit Perbankan Total penyaluran kredit sampai dengan triwulan I-2014 mencapai sebesar Rp 7,35 triliun atau tumbuh sebesar 30,96% (yoy) dibanding periode yang sama tahun Berdasarkan penggunaannya, kredit modal kerja memiliki pangsa tertinggi sebesar 44,71%, diikuti oleh kredit konsumsi dengan share 39,55%, dan diikuti oleh kredit investasi 15,74%. KANTOR PERWAKILAN BI PROVINSI PAPUA & PAPUA BARAT 45

66 Grafik 41. Perkembangan DPK Provinsi Papua Barat Sumber: KPwBI Papua & Papua Barat * Data BPR Terbatas Periode Desember 2013 Tabel 35. Kredit Perbankan Provinsi Papua Barat Provinsi Papua Barat I II III IV I II III IV I* Modal Kerja Pertumbuhan Modal Kerja 20.44% 25.53% 23.02% 34.27% 30.96% 22.78% 18.16% 12.04% 31.07% Investasi Pertumbuhan investasi 30.89% 51.74% 71.83% 59.56% 72.74% 75.36% 58.95% 54.22% 62.99% Kredit Konsumsi Pertumbuhan Kredit Konsumsi 42.60% 32.27% 36.94% 33.74% 28.09% 35.08% 37.21% 30.89% 22.63% Sumber: KPwBI Provinsi Papua & Papua Barat * Data BPR Terbatas Periode Desember 2013 Grafik 42. Perkembangan Kredit Provinsi Papua Barat Grafik 43. Komposisi Kredit Perbankan Sumber: KPwBI Provinsi Papua & Papua Barat * Data BPR Terbatas Periode Desember 2013 KANTOR PERWAKILAN BI PROVINSI PAPUA & PAPUA BARAT 46

67 Secara sektoral, penyaluran kredit terbesar didominasi oleh kredit sektor lain-lain yakni kredit konsumsi yang mencakup kredit untuk ruko, KPR dan pembiayaan kendaraan bermotor dengan share mencapai 45,51% dari total kredit, diikuti kredit perdagangan,hotel dan restoran sebesar 31,55% Tabel 36. Kredit Perbankan Berdasarkan Sektor Ekonomi Sumber: KPwBI Provinsi Papua & Papua Barat 3.5. LDR dan NPL Pada triwulan I-2014, dicapainya pertumbuhan DPK yang lebih rendah dibandingkan dengan pertumbuhan penyaluran kredit oleh perbankan mengakibatkan meningkatnya pencapaian Loan To Deposit (LDR) menjadi sebesar 71,45% atau menurun sebesar 11,61% (yoy) dibandingkan triwulan yang sama tahun sebelumnya. Walaupun mengalami penurunan, pencapaian LDR pada perbankan di Provinsi Papua Barat masih cukup tinggi. Hal ini menunjukkan bahwa fungsi intermediasi perbankan di Provinsi Papua Barat sudah menuju kearah yang lebih optimal. Namun demikian mengingat pencapaian tersebut masih dibawah target serta dengan mempertimbangkan masih besarnya peluang penyaluran kredit yang dapat dilakukan oleh perbankan di Provinsi Papua Barat, angka LDR tersebut diharapkan masih dapat ditingkatkan ke level yang lebih tinggi. Pada triwulan laporan, kualitas kredit yang disalurkan oleh perbankan di Papua Barat masih berada dalam rentang yang cukup aman, meskipun adanya tren kenaikan yang cukup persisten juga perlu diwaspadai. Hal tersebut tercermin dari adanya kenaikan NPL yang mencapai sebesar 1,90% pada triwulan I-2014 dari 1,67% pada triwulan I Kedepannya perbankan di Provinsi Papua Barat diharapkan agar senantiasa dapat menjaga kualitas kredit, hal tersebut diperlukan guna mencegah timbulnya risiko gagal bayar (default risk) yang akan dihadapi oleh masing-masing bank. KANTOR PERWAKILAN BI PROVINSI PAPUA & PAPUA BARAT 47

68 3.6. Kredit Mikro, Kecil dan Menengah. Kredit Mikro, Kecil, dan Menengah (MKM) yang disalurkan perbankan Provinsi Papua Barat pada triwulan I-2014 mencapai Rp 3,34 triliun atau tumbuh 50,55% dibandingkan periode yang sama pada tahun sebelumnya. Kredit MKM tersebut didominasi oleh kredit menengah dengan share 49,34%, kemudian kredit kecil sebesar 36,95% dan kredit usaha mikro sebesar 13,71%. Pangsa kredit MKM di Provinsi Papua Barat hampir setiap periode mengalami pertumbuhan positif dengan angka pertumbuhan yang relatif signifikan. Selain itu, target penyaluran kredit bagi UMKM pada periode laporan sebesar 43,63% dari total kredit telah tercapai. Hal tersebut merupakan suatu hal yang menggembirakan mengingat terjadinya peningkatan penyaluran kredit UMKM mengindikasikan terjadinya pertumbuhan sektor riil yang pada akhirnya dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat Papua Barat. Tabel 37. Perkembangan Indikator Perbankan Papua Barat Grafik 44. Perkembangan NPL & LDR NPL PAPUA BARAT (%) I II III IV I II III IV I Pertanian 0.08% 0.10% 0.10% 8.81% 8.82% 17.74% 20.00% 6.48% 2.91% Pertambangan 0.33% 0.40% 0.39% 0.00% 0.00% 0.00% 0.00% 0.00% 0.00% Industri Pengolahan 1.11% 1.37% 1.33% 1.53% 2.94% 3.56% 1.97% 4.03% 5.52% Listrik,Gas dan Air 0.00% 0.00% 0.00% 0.00% 0.00% 0.00% 0.00% 0.00% 0.00% Konstruksi 0.36% 0.45% 0.43% 0.20% 0.25% 1.59% 2.40% 1.34% 0.80% Perdagangan, Hotel dan Restora 1.00% 1.23% 1.20% 2.01% 3.16% 2.97% 3.34% 3.07% 2.99% Angkutan dan Komunikasi 1.28% 1.58% 1.53% 0.52% 0.00% 0.36% 1.74% 0.76% 0.36% Jasa Dunia Usaha 0.68% 0.84% 0.81% 0.98% 1.34% 1.54% 2.67% 1.82% 1.69% Jasa Sosial 1.92% 2.38% 2.31% 0.91% 0.42% 0.26% 0.87% 0.64% 1.24% Lain-lain 1.62% 2.01% 1.91% 1.32% 1.02% 1.01% 1.44% 1.22% 1.33% Total 1.19% 1.47% 1.86% 1.40% 1.66% 1.93% 2.28% 1.93% 1.90% Sumber: KPwBI Provinsi Papua & Papua Barat * Data BPR Terbatas Periode Desember 2013 Tabel 38. Perkembangan Kredit UMKM Provinsi Papua Barat (Rp Miliar) Sumber: KPwBI Provinsi Papua & Papua Barat * Data BPR Terbatas Periode Desember Stabilitas Sistem Keuangan Provinsi Papua Barat Ketahanan Sektor Korporasi Provinsi Papua Barat Penyaluran kredit terhadap sektor usaha utama di Provinsi Papua Barat masih menunjukan peningkatan yang cukup baik. Seluruh sektor ekonomi pada triwulan I mengalami akselerasi. Hingga bulan Maret 2014, dari total kredit sektor KANTOR PERWAKILAN BI PROVINSI PAPUA & PAPUA BARAT 48

69 korporasi yang nilai penyalurannya mencapai sebesar Rp 4,35 triliun, sektor perdagangan mengambil pangsa tertinggi sebesar 31,95%. Selanjutnya sektor kontruksi dengan pangsa sebesar 8,90%, sektor jasa sosial masyarakat dengan pangsa sebesar 4,23%, dan sektor pengangkutan dengan pangsa sebesar 3,91%. Adapun jika dilihat dari kualitas penyaluran kredit yang diberikan kepada sektor utama di provinsi Papua Barat dapat dikatakan bahwa hampir seluruh sektor masih berada pada tahap yang cukup aman dengan pencapaian Non Performing Loan (NPL) yang berada dibawah 5%. Hanya sektor industri pengolahan yang memiliki NPL lebih dari 5% (tercatat sebesar 5,52%) Ketahanan Sektor Rumah Tangga Provinsi Papua Barat Tingkat penyaluran kredit kepada sektor rumah tangga di Provinsi Papua Barat masih menujukan pertumbuhan yang relatif tinggi. Pertumbuhan tersebut didorong oleh pertumbuhan Kredit Pemilikan Rumah (KPR) dan Kredit Kepemilikan Barang (KKB) yang mana pada triwulan I-2014 masing-masing berhasil tumbuh sebesar 141,00% (yoy) dan 129,41% (yoy). Namun demikian, untuk kredit multiguna pada triwulan laporan justru mengalami penurunan sebesar -23,11% (yoy). Dari total kredit konsumsi yang disalurkan sebesar Rp 2,91 triliun, pangsa kredit multiguna tercatat sebesar 36,23%, sedangkan kredit KPR dan KKB memiliki pangsa masing-masing sebesar 16,82% dan 1.36%, sedangkan sisanya merupakan kredit rumah tangga maupun lapangan usaha lainnya. Penyaluran kredit kepada sektor rumah tangga di Provinsi Papua Barat dinilai masih memiliki ketahanan yang cukup baik. Hal tersebut tercermin dari pencapaian nilai NPL yang masih jauh dibawah angka 5 %. Grafik 45. Pertumbuhan Kredit Sektor Utama Prov. Papua Barat Grafik 46. Perkembangan NPL Kredit Sektor Utama Prov. Papua Barat Sumber:KPwBI Papua & Papua Barat KANTOR PERWAKILAN BI PROVINSI PAPUA & PAPUA BARAT 49

70 Grafik 47. Pertumbuhan Kredit RT Prov. Papua Barat Grafik 48. Perkembangan NPL Kredit RT Prov. Papua Barat Sumber:KPwBI Papua & Papua Barat Pembiayaan Sektor Usaha Kecil dan Menengah (UMKM) Kinerja penyaluran kredit terhadap sektor Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) di Provinsi Papua Barat selalu mengalami pertumbuhan. Pada triwulan I- 2014, kredit UMKM di Papua Barat tercatat berhasil tumbuh sebesar 50,55% (yoy). Kredit terhadap UMKM memiliki pangsa sebesar 45,46% dari keseluruhan kredit yang disalurkan di Provinsi Papua Barat. Nilai kredit UMKM yang berhasil disalurkan di Provinsi Papua Barat adalah sebesar Rp 3,34 triliun. Kredit UMKM untuk peruntukan modal kerja memegang pangsa sebesar 73,69% lebih tinggi dibandingkan kredit UMKM untuk investasi yang tercatat sebesar 26,27%. Pembiayaan terhadap sektor UMKM dinilai masih memiliki prospek yang cukup baik seiring dengan tingginya prospek perkembangan ekonomi di Provinsi Papua Barat kedepan. Grafik 49. Pertumbuhan Kredit MKM Prov. Papua Barat Grafik 50. Perkembangan NPL Kredit MKM Prov. Papua Barat Sumber:KPwBI Papua & Papua Barat KANTOR PERWAKILAN BI PROVINSI PAPUA & PAPUA BARAT 50

71 BAB 5 PERKEMBANGAN SISTEM PEMBAYARAN Terciptanya suatu sistem pembayaran yang aman, handal dan efisien merupakan salah satu prasyarat mutlak guna mendukung kegiatan perekonomian di suatu wilayah. Semakin tinggi frekuensi dan nilai transaksi melalui sistem pembayaran di suatu daerah dapat menggambarkan tingginya aktivitas maupun kapasitas perekonomiannya. Berkaitan dengan hal tersebut, Bank Indonesia selaku pemegang otoritas sistem pembayaran di Indonesia diharapkan dapat menyediakan serta menjaga kondisi sistem pembayaran dapat berjalan dengan baik guna mendukung kebutuhan sistem perekonomian. Secara umum, sistem pembayaran terbagi kedalam 2 (dua) kelompok yaitu sistem pembayaran tunai dan non tunai. Dalam sistem pembayaran tunai, Kantor Perwakilan Bank Indonesia (KPw BI) Provinsi Papua dan Papua Barat senantiasa berupaya menjaga ketersediaan alat pembayaran tunai (uang kartal) baik dalam jumlah, denominasi, maupun tingkat kelayakan edar uang di seluruh wilayah kerjanya. Adapun terkait penyelenggaraan sistem pembayaran tunai, KPw BI Provinsi Papua & Papua Barat melakukan pelayanan kas dalam kantor dan pelayanan kas luar kantor melalui kas keliling dan kas titipan. Terkait penyelenggaraan sistem pembayaran non tunai, KPw BI Provinsi Papua dan Papua Barat berupaya membantu kelancaran penyelesaian transaksi pembayaran non tunai dengan menyediakan alat penyelesaian transaksi melalui sistem Bank Indonesia Real Time Gross Settlement (BI-RTGS) Gen II yang dapat digunakan untuk memenuhi kebutuhan transaksi dengan jumlah yang besar serta tingkat urgensi yang tinggi. Selain itu, KPw BI Provinsi Papua & Papua Barat juga berlaku sebagai operator dalam penyelenggaraan kliring melalui Sistem Kliring Nasional (SKN) untuk mendukung transaksi yang dilakukan melalui kliring. Kedua sistem aplikasi ini termasuk sebagai aplikasi kritikal di Bank Indonesia. Sebagai aplikasi kritikal, prinsip keamanan, kehandalan dan efisiensi tentunya sangat ditekankan didalam pelaksanaannya. I. Bank Indonesia-Real Time Gross Settlement (BI-RTGS) Pada triwulan I-2014, nilai transaksi keluar (outflow) melalui BI-RTGS di Wilayah Papua mencapai nilai Rp 5,75 trilliun atau naik sebesar 36,92% (yoy) jika dibandingkan dengan nilai transaksi pada triwulan yang sama di tahun sebelumnya. Tingginya nilai transaksi keluar dari wilayah Papua kewilayah lain disinyalir terjadi pasca pembayaran terhadap sejumlah kontraktor proyek di Papua yang mana sebagian besar terafiliasi ke perusahaan lain yang berada luar Papua. Disisi lain, jumlah dana yang masuk ke wilayah Papua atau transaksi masuk (inflow) mencapai Rp 6,93 triliun, angka tersebut mengalami penurunan sebesar - 5,06% (yoy) jika dibandingkan dengan nilai transaksi pada triwulan yang sama di tahun KANTOR PERWAKILAN BI PROVINSI PAPUA & PAPUA BARAT 51

72 sebelumnya. Masih rendahnya nilai transaksi masuk diperkirakan terjadi sebagai akibat dari masih rendahnya penyaluran dana alokasi umum dan dana otonomi khusus yang berasal dari pemerintah pusat bagi Pemerintah daerah yang ada di wilayah Papua. Adapun nilai transaksi keuangan antar bank melalui sarana BI-RTGS di wilayah Papua selama periode triwulan I tercatat sebesar Rp 683,13 miliar atau naik sebesar 25,33% (yoy) dibandingkan dengan tahun lalu. RTGS Tabel 39. Transaksi RTGS Wilayah Papua I II III IV I* II III IV I* Outflow (from) Nominal (Rp.milliar) 12, , , , , , , , , % 38.37% Lembar Warkat 10, , , , , , , , , % 15.49% Inflow (to) Nominal (Rp.milliar) 11, , , , , , , , , % 25.11% Lembar Warkat 12, , , , , , , , , % 9.64% Net Inflow Nominal (Rp.milliar) -1, , , , , , , , , % -2.40% Lembar Warkat 1, , , , , , , , % % Intra Papua Nominal (Rp.milliar) , , , , , % 69.93% Lembar Warkat 1, , , , , , , , , % 5.02% Sumber:KPwBI Papua & Papua Barat * Data bulan belum termasuk bulan Maret 2014 Growth (YoY) Growth (qtq) Grafik 51. Nilai Transaksi RTGS Sumber: KpwBI Papua & Papua Barat * Data bulan belum termasuk bulan Maret Dengan demikian, pada triwulan I-2014 transaksi masuk bersih (net inflow) tercatat sebesar Rp 1,12 triliun. Jumlah ini mengalami penurunan sebesar -62,04% (yoy) jika dibandingkan dengan periode yang sama tahun lalu. Menurunnya pertumbuhan net inflow pada triwulan I-2014, menandakan bahwa meningkatnya kegiatan pembayaran keluar wilayah papua (outflow) pada periode berjalan. Hal ini juga menunjukkan ketergantungan wilayah Papua terhadap daerah lain masih cukup tinggi, terutama dari segi pasokan kebutuhan barang-barang. Penurunan net inflow juga disebabkan oleh berkurangnya dana masuk bersih (net inflow) di wilayah Papua. Hal ini disinyalir sebagai akibat dari penurunan kegiatan ekspor yang dilakukan di wilayah Papua. KANTOR PERWAKILAN BI PROVINSI PAPUA & PAPUA BARAT 52

73 II. Sistem Kliring Nasional Bank Indonesia (SKN-BI) Selain menyelenggarakan BI-RTGS, Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Papua & Papua Barat juga menyelenggarakan kegiatan kliring antar bank melalui Sistem Kliring Nasional Bank Indonesia (SKNBI). Kliring adalah jasa penyelesaian hak dan kewajiban antar peserta kliring (bank) dengan cara saling menyerahkan warkat-warkat yang didukung oleh data elektronik yang akan dikliringkan dilembaga kliring (penagihan warkat seperti cek atau bilyet giro yang berasal dari dalam kota). Penyelesaian transaksi melalui SKNBI adalah untuk transaksi dengan nilai nominal yang relatif rendah (di bawah Rp 100 juta). Terdapat perbedaan jeda waktu settlement antara kiliring dan RTGS. Transaksi melalui kliring (SKNBI) membutuhkan proses settlement yang sedikit lebih lama (adanya jeda waktu) dibanding transaksi melalui RTGS yang settlementnya seketika (real time). Tabel 40. Transaksi Kliring Wilayah Papua Kliring Growth I II III IV I II III IV I (YOY) Total Volume (lembar) 46, , , , , , , , , % Total Nominal Kliring (Rp Miliar) 1, , , , , , , , , % Rata-Rata Perputaran Kliring(per hari) Rata-Rata Volume (lembar) % Rata-Rata Nominal Perputaran Kliring Perhari (Rp Milliar) % Nisbah Rata-Rata Penolakan Volume (lembar) % Nominal Nisbah Rata-Rata Penolakan(Rp Milliar) % Sumber: KPwBI Provinsi Papua & Papua Barat Perkembangan transaksi kliring selama periode triwulan I-2014 di wilayah kerja KPwBI Papua & Papua Barat secara nominal mencapai angka Rp 1,20 triliun, angka tersebut menurun sebesar -1,47% (yoy) jika dibandingkan dengan triwulan yang sama tahun sebelumnya serta secara triwulanan menurun sebesar -0,58% (qtq) dibandingkan dengan triwulan sebelumnya. Dari sisi volume, jumlah warkat tercatat sebanyak lembar, menurun sebesar -46,15% (yoy) dibandingkan triwulan yang sama tahun sebelumnya dan secara triwulanan juga mengalami penurunan yaitu sebesar -17,40% (qtq). Penurunan volume dan nilai kliring pada triwulan I-2014 jika dibandingkan triwulan IV-2013 terjadi karena masih relatif rendahnya laju perekonomian wilayah Papua pada awal tahun berjalan. Secara proporsional, penurunan nilai transaksi kliring yang terjadi pada triwulan I-2014 diiringi dengan penurunan rata-rata harian perputaran kliring sebesar Rp 20,40 milliar/hari, angka tersebut turun sebesar -13,54% (yoy) dibandingkan dengan triwulan yang sama tahun sebelumnya, namun jika dibandingkan dengan triwulan sebelumnya justru mengalami peningkatan sebesar 5,71% (qtq). Rata-rata harian KANTOR PERWAKILAN BI PROVINSI PAPUA & PAPUA BARAT 53

74 warkat yang digunakan tercatat sebanyak 454,17 lembar, atau turun sebesar 46,51% (yoy) dibandingkan dengan triwulan yang sama pada tahun sebelumya. Sementara itu, nisbah rata-rata penolakan pada triwulan I-2014 mencapai sebesar Rp 2,32 milliar dengan rata rata penolakan warkat sebesar 1,46 lembar. Grafik 52. Perkembangan Kliring Wilayah Papua Sumber:KPwBI Provinsi Papua & Papua Barat III. Perkembangan Uang Kartal Untuk mendukung aktivitas transaksi secara tunai, KPwBI Provinsi Papua & Papua Barat menyediakan alat pembayaran berupa uang kartal yang cukup untuk menjamin terselenggaranya transaksi tunai secara aman dan lancar. Ketersediaan uang di masyarakat diupayakan dapat memenuhi kebutuhan jumlah, pecahan/ denominasi maupun tingkat kelayakan edar. Pada triwulan I-2014, jumlah uang kartal yang masuk (inflow) ke kas KPwBI Papua & Papua Barat mencapai Rp 2,85 triliun atau meningkat 5,60% (yoy) dibanding periode yang sama tahun sebelumnya. Di sisi lain, total uang keluar (outflow) mencapai sebesar Rp miliar atau menurun sebesar -12,44% (yoy) dibanding periode yang sama tahun sebelumnya. Secara keseluruhan, pada triwulan I-2014 Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Papua & Papua Barat mengalami posisi net inflow sebesar Rp 1,96 triliun, yang artinya selama periode triwulan I-2014 jumlah uang yang masuk/ditarik lebih banyak dari jumlah uang yang keluar/diedarkan oleh Kantor Perwakilan Bank Indonesia Papua & Papua Barat. Hal ini menunjukkan kecenderungan masyarakat untuk menyimpan uangnya selama periode berjalan. Kondisi ini juga searah dengan kebijakan perlambatan KANTOR PERWAKILAN BI PROVINSI PAPUA & PAPUA BARAT 54

75 ekspansi kredit yang dilakukan oleh perbankan di wilayah Papua sehingga mengakibatkan jumlah uang yang keluar dari perbankan juga mengalami penurunan. Tabel 41. Perkembangan Perkasan Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Papua & Papua Barat Uang Kartal Growth I II III IV I II III IV I (YOY) Inflow (Rp Miliar) 2, , , , , , , , , % Outflow (Rp Miliar) 1, , , , , , , , % Net Inflow (Rp Miliar) 1, (1,194.16) (156.08) (4,605.64) 1, (995.77) 1, (381.17) 1, % Saldo Persediaan Kas (Rp Miliar) 1, , , , , , , , , % - Saldo Kas BI Jap (Rp Miliar) 1, , , , , , , , % - Saldo Kas Titipan (Rp Miliar) , % Pemusnahan Uang kertas-tle (Rp Miliar) % Sumber : KPwBI Provinsi Papua & Papua Barat Grafik 53. Perkembangan Uang Kartal Sementara itu, untuk memastikan bahwa uang yang dipegang masyarakat tetap dalam kondisi layak edar, KPwBI Provinsi Papua & Papua Barat melakukan berbagai upaya diantaranya: mencabut uang yang sudah habis masa edar, memusnahkan uang tidak layak edar, dan mengedarkan uang layak edar kepada masyarakat. Adapun dalam rangka mewujudkan tujuan tersebut, Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Papua & Papua Barat telah melaksanakan kas keliling di beberapa wilayah di Papua serta membuka pelayanan kas titipan melalui perbankan di 4 (empat) kota yakni: Sorong, Merauke, Timika dan Biak. Saldo kas titipan sampai dengan posisi Maret 2014 dilaporkan mencapai Rp miliar, atau meningkat 4,2% dibandingkan dengan periode yang sama pada tahun sebelumnya. Hal ini semakin mempertegas dampak penerapan kebijakan tight money policy yang dijalankan oleh Bank Indonesia dengan menahan laju ekspansi kredit. KANTOR PERWAKILAN BI PROVINSI PAPUA & PAPUA BARAT 55

76 HALAMAN INI SENGAJA DIKOSONGKAN KANTOR PERWAKILAN BI PROVINSI PAPUA & PAPUA BARAT 56

77 BAB 6 PERKEMBANGAN KETENAGAKERJAAN I. Ketenagakerjaan Provinsi Papua Walaupun dalam beberapa periode terahir ekonomi Provinsi Papua mengalami pertumbuhan yang cukup baik, namun kondisi ketenagakerjaan belum menunjukan perkembangan yang cukup signigfikan. Hal ini dapat terlihat dari masih tumbuhnya angka tingkat pengangguran terbuka serta masih relatif rendahnya angka tingkat partisipasi angkatan kerja di Provinsi Papua Perkembangan Tenaga Kerja Provinsi Papua 7 Jumlah angkatan kerja di Provinsi Papua pada Februari 2014 mencapai orang, atau mengalami pertumbuhan sebesar 2,66% (yoy) dibandingkan periode yang sama pada tahun sebelumnya. Sementara itu, tingkat partisipasi kerja di Provinsi Papua mencapai 80,54% atau mengalami sedikit peningkatan sebesar 0,56% dibandingkan dengan peride yang sama pada tahun sebelumnya. Di sisi lain, tingkat pengangguran terbuka mengalami kenaikan dari 2,86% pada Februari 2013 menjadi 3,48% pada Februari Peningkatan jumlah angkatan kerja ternyata tidak dapat diimbangi dengan ketersediaan lapangan kerja sehingga mengakibatkan jumlah pengangguran terbuka mengalami peningkatan.. Tabel 42. Penduduk Usia 15 Tahun Ke atas Menurut Kegiatan Utama Sumber: BPS Provinsi Papua Jika kita membandingkan pertumbuhan pendapatan perkapita diantara beberapa sektor ekonomi, maka sektor pertanian menjadi sektor ekonomi dengan nilai pendapatan perkapita yang paling rendah diantara sektor lainnya yang mana nilainya hanya berkisar Rp. 910,048.83,-. Sementara itu, sektor industri dan pertambangan menempati urutan tertinggi dengan nilai pendapatan perkapita sebesar Rp ,20,-. Namun, jika dibandingkan dengan periode yang sama pada tahun sebelumnya, pendapatan per kapita seluruh sektor mengalami peningkatan. 7 KANTOR PERWAKILAN BI PROVINSI PAPUA & PAPUA BARAT 57

78 Tabel 43. Pendapatan Menurut Lapangan Kerja PDRB Papua Per Kapita Februari Agustus Februari Agustus Februari Pertanian 828, , , , , Industri Pengolahan 10,027, ,847, ,256, ,359, ,825, Perdagangan, Hotel & Restoran 3,393, ,496, ,924, ,926, ,073, Jasa - jasa 4,061, ,563, ,622, ,244, ,842, Sumber: BPS Provinsi Papua Diolah 1.2. Tenaga Kerja Menurut Lapangan Pekerjaan Utama Jumlah tenaga kerja yang berhasil diserap pada Februari 2014 mengalami sedikit peningkatan sebesar 2,00% dibandingkan dengan periode tahun laporan sebelumnya. Sektor yang mengalami peningkatan pertumbuhan penyerapan tenaga kerja diantaranya adalah sektor pertanian (3,10%), sektor perdagangan (6,00%) dan sektor lainnya (pertambangan, listrik dan PHR) sebesar 3,80%. Sektor pertanian masih tetap mendominasi penyerapan tenaga kerja. Pada Februari 2014, tenaga kerja yang berhasil diserap oleh sektor pertanian mencapai 73,43% diikuti oleh sektor jasa-jasa yang menyerap tenaga kerja sebesar 9,40%. Namun demikian jika dibandingkan dengan nilai tukar petani yang mengalami penurunan maka sektor pertanian masih perlu dibenahi, sehingga kesejahteraan masyarakat secara umum dapat ditingkatkan. Lapangan Pekerjaan Utama Tabel 44. Penduduk Usia 15 Tahun ke Atas yang Bekerja menurut Lapangan Pekerjaan Utama Februari 2012 Februari 2014 Provinsi Papua 2014 Februari Agustus Februari Agustus Februari Pertanian 1,119,729 1,086,559 1,161,204 1,140,787 1,197,105 Industri 14,852 17,003 23,383 21,496 12,929 Perdagangan 140, , , , ,072 Jasa-Jasa 150, , , , ,189 Lainnya 122, , , , ,924 TOTAL 1,548,011 1,500,267 1,598,196 1,559,675 1,630,219 Pertumbuhan Tenaga Kerja Semester Pertanian 8.0% -3.0% 6.9% -1.8% 4.9% Industri -25.3% 14.5% 37.5% -8.1% -39.9% Perdagangan 7.2% -18.1% 20.0% -17.3% 28.2% Jasa-Jasa 2.0% 3.5% 1.9% -1.7% -2.2% Lainnya -13.4% 2.7% -7.2% 8.9% -4.7% TOTAL 4.9% -3.1% 6.5% -2.4% 4.5% Pertumbuhan Tenaga Kerja Tahun Pertanian 2.5% 4.8% 3.7% 5.0% 3.1% Industri -39.7% -14.5% 57.4% 26.4% -44.7% Perdagangan 18.7% -12.2% -1.7% -0.8% 6.0% Jasa-Jasa -5.9% 5.7% 5.5% 0.2% -3.8% Lainnya 19.5% -11.0% -4.7% 1.0% 3.8% TOTAL 3.3% 1.6% 3.2% 4.0% 2.00% Sumber: BPS Provinsi Papua (diolah) KANTOR PERWAKILAN BI PROVINSI PAPUA & PAPUA BARAT 58

79 II. Ketenagakerjaan Provinsi Papua Barat 2.1. Perkembangan Tenaga Kerja Provinsi Papua Barat Sampai dengan periode bulan Februari 2014, jumlah angkatan kerja di Provinsi Papua Barat mencapai orang, atau mengalami peningkatan sebesar 8,67% dibandingkan periode yang sama pada tahun sebelumnya. Meningkatnya jumlah angkatan kerja diikuti secara positif oleh peningkatan pastisipasi angkatan kerja dari 67,44% pada Februari 2013 menjadi 71,05% pada Februari Hal itu mengindikasikan bahwa terdapat peningkatan lapangan kerja di Propinsi Papua Barat meskipun secara perekonomian pertumbuhannya pada triwulan I-2014 tidak terlampau besar. Selain itu, meningkatnya partisipasi angkatan kerja juga turut menekan tingkat pengangguran terbuka dari 4,47% pada Februari 2013 menjadi 3,70% pada Februari Ke depan diharapkan daya serap lapangan kerja akan semakin baik lagi baik dari segi kuantitas maupun kualitasnya seiring dengan masih terus digiatkannya kegiatan pembangunan di wilayah di Papua Barat. Pembangunan yang dilakukan di wilayah Papua Barat diharapkan dapat mendorong investor untuk menanamkan modalnya sehingga jumlah lapangan kerja yang diciptakan juga turut bertambah. Tabel 45. Penduduk Usia 15 Tahun ke Atas menurut Kegiatan Utama Februari 2012 Februari 2014 Provinsi Papua Barat Sumber: BPS Provinsi Papua Barat 2.2 Tenaga Kerja Menurut Lapangan Pekerjaan Utama Pada Februari 2014, seluruh sektor perekonomian dapat menyerap tenaga kerja yang lebih besar jika dibandingkan dengan posisi Februari Sektor Pertanian masih menjadi sektor yang paling banyak menyerap tenaga kerja (48,71%) dikuti oleh sektor jasa-jasa (19,86%). Walaupun sektor pertanian, menjadi sektor penyerap tenaga kerja terbesar secara keseluruhan, namun dari sisi pertumbuhan secara tahunan penyerapan tenaga kerja terbesar dilakukan oleh sektor industri. Hal ini seiring dengan besarnya minat investor untuk mengembangkan sektor industri pengolahan di Provinsi Papua Barat kedepan, terutama untuk industri pengolahan migas, industri pengolahan kayu dan indusri semen. KANTOR PERWAKILAN BI PROVINSI PAPUA & PAPUA BARAT 59

Kajian Ekonomi Regional Triwulan II-2014 Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat

Kajian Ekonomi Regional Triwulan II-2014 Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat Visi Bank Indonesia Menjadi lembaga bank sentral yang kredibel dan terbaik di regional melalui penguatan nilai-nilai strategis yang dimiliki serta pencapaian inflasi yang rendah dan nilai tukar yang stabil

Lebih terperinci

Kajian Ekonomi Regional Triwulan II-2014 Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat

Kajian Ekonomi Regional Triwulan II-2014 Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat Visi Bank Indonesia Menjadi lembaga bank sentral yang kredibel dan terbaik di regional melalui penguatan nilai-nilai strategis yang dimiliki serta pencapaian inflasi yang rendah dan nilai tukar yang stabil

Lebih terperinci

Bank Indonesia adalah Bank Sentral Republik Indonesia. ~UU No. 23 Tahun 1999 Pasal 4 ayat 1~ Visi Bank Indonesia. Misi Bank Indonesia

Bank Indonesia adalah Bank Sentral Republik Indonesia. ~UU No. 23 Tahun 1999 Pasal 4 ayat 1~ Visi Bank Indonesia. Misi Bank Indonesia Dasar Hukum Bank Indonesia Negara memiliki suatu bank sentral yang susunan, kedudukan, kewenangan, tanggung jawab, dan independensinya diatur dengan undang-undang. ~UUD 1945 Pasal 23 D~ Bank Indonesia

Lebih terperinci

Bank Indonesia adalah Bank Sentral Republik Indonesia. ~UU No. 23 Tahun 1999 Pasal 4 ayat 1~ Visi Bank Indonesia. Misi Bank Indonesia

Bank Indonesia adalah Bank Sentral Republik Indonesia. ~UU No. 23 Tahun 1999 Pasal 4 ayat 1~ Visi Bank Indonesia. Misi Bank Indonesia Dasar Hukum Bank Indonesia Negara memiliki suatu bank sentral yang susunan, kedudukan, kewenangan, tanggung jawab, dan independensinya diatur dengan undang-undang. ~UUD 1945 Pasal 23 D~ Bank Indonesia

Lebih terperinci

Kajian Ekonomi Regional Triwulan II-2013 Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat

Kajian Ekonomi Regional Triwulan II-2013 Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat Visi Bank Indonesia Menjadi lembaga Bank Sentral yang dapat dipercaya secara nasional maupun internasional melalui penguatan nilai-nilai yang dimiliki serta pencapaian inflasi yang rendah dan stabil Misi

Lebih terperinci

Kajian Ekonomi Regional Triwulan I-2013 Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat

Kajian Ekonomi Regional Triwulan I-2013 Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat Visi Bank Indonesia Menjadi lembaga Bank Sentral yang dapat dipercaya secara nasional maupun internasional melalui penguatan nilai-nilai yang dimiliki serta pencapaian inflasi yang rendah dan stabil Misi

Lebih terperinci

Kajian Ekonomi Regional Triwulan III-2012 Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat

Kajian Ekonomi Regional Triwulan III-2012 Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat Visi Bank Indonesia maupun internasional melalui penguatan nilai-nilai yang dimiliki serta pencapaian Misi Bank Indonesia kestabilan moneter dan pengembangan stabilitas sistem keuangan untuk pembangunan

Lebih terperinci

Kajian Ekonomi Regional Triwulan II-2010 Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat

Kajian Ekonomi Regional Triwulan II-2010 Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat Visi Bank Indonesia Menjadi lembaga Bank Sentral yang dapat dipercaya secara nasional maupun internasional melalui penguatan nilai-nilai yang dimiliki serta pencapaian inflasi yang rendah dan stabil Misi

Lebih terperinci

Kajian Ekonomi Regional Triwulan I-2011 Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat

Kajian Ekonomi Regional Triwulan I-2011 Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat Visi Bank Indonesia Menjadi lembaga Bank Sentral yang dapat dipercaya secara nasional maupun internasional melalui penguatan nilai-nilai yang dimiliki serta pencapaian inflasi yang rendah dan stabil Misi

Lebih terperinci

Kajian Ekonomi Regional Triwulan I-2010 Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat

Kajian Ekonomi Regional Triwulan I-2010 Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat Visi Bank Indonesia Menjadi lembaga Bank Sentral yang dapat dipercaya secara nasional maupun internasional melalui penguatan nilai-nilai yang dimiliki serta pencapaian inflasi yang rendah dan stabil Misi

Lebih terperinci

Kajian Ekonomi Regional Banten

Kajian Ekonomi Regional Banten Kajian Ekonomi Regional Banten Triwulan I - 2009 i Kata Pengantar Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah Swt yang telah melimpahkan segala rahmat-nya sehingga penyusunan buku Kajian Ekonomi Regional

Lebih terperinci

BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA TRIWULAN II Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Gorontalo

BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA TRIWULAN II Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Gorontalo BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA TRIWULAN II 2013 Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Gorontalo Visi Bank Indonesia : Menjadi lembaga Bank Sentral yang dapat dipercaya secara nasional maupun internasional

Lebih terperinci

BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA. Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo

BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA. Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo Triwulan III 2012 Visi Bank Indonesia : Menjadi lembaga Bank Sentral yang dapat dipercaya secara nasional maupun internasional

Lebih terperinci

Kajian Ekonomi Regional Triwulan IV-2012 Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat

Kajian Ekonomi Regional Triwulan IV-2012 Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat Visi Bank Indonesia maupun internasional melalui penguatan nilai-nilai yang dimiliki serta pencapaian Misi Bank Indonesia kestabilan moneter dan pengembangan stabilitas sistem keuangan untuk pembangunan

Lebih terperinci

BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA. Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo

BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA. Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo Triwulan I 2013 Visi Bank Indonesia : Menjadi lembaga Bank Sentral yang dapat dipercaya secara nasional maupun internasional melalui

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI ACEH

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI ACEH KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI ACEH VISI Menjadi Kantor Bank Indonesia yang dapat dipercaya di daerah melalui peningkatan peran dalam menjalankan tugas-tugas Bank Indonesia yang diberikan. MISI Mendukung

Lebih terperinci

Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan II-2013

Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan II-2013 Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan II-2013 Asesmen Ekonomi Perekonomian Kepulauan Riau (Kepri) pada triwulan II-2013 mengalami pelemahan dibandingkan dengan triwulan sebelumnya. Pada

Lebih terperinci

Asesmen Pertumbuhan Ekonomi

Asesmen Pertumbuhan Ekonomi Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Asesmen Pertumbuhan Ekonomi Penurunan momentum pertumbuhan ekonomi Kepulauan Riau di periode ini telah diperkirakan sebelumnya setelah mengalami tingkat pertumbuhan

Lebih terperinci

BAB 7 : OUTLOOK EKONOMI

BAB 7 : OUTLOOK EKONOMI BAB 7 OUTLOOK EKONOMI BAB 7 : OUTLOOK EKONOMI Perekonomian Gorontalo pada triwulan II- diperkirakan lebih tinggi dibandingkan pertumbuhan triwulan I-. Kondisi ini diperkirakan didorong oleh proyeksi kenaikan

Lebih terperinci

Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan I-2012

Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan I-2012 Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan I-2012 Asesmen Ekonomi Laju pertumbuhan ekonomi Provinsi Kepulauan Riau pada triwulan II 2012 tercatat sebesar 7,25%, mengalami perlambatan dibandingkan

Lebih terperinci

P D R B 7.24% 8.50% 8.63% 8.60% 6.52% 3.05% -0.89% Sumber : BPS Kepulauan Riau *) angka sementara **) angka sangat sementara

P D R B 7.24% 8.50% 8.63% 8.60% 6.52% 3.05% -0.89% Sumber : BPS Kepulauan Riau *) angka sementara **) angka sangat sementara Ringkasan Eksekutif Asesmen Ekonomi Di awal tahun 2009, imbas krisis finansial global terhadap perekonomian Kepulauan Riau dirasakan semakin intens. Laju pertumbuhan ekonomi memasuki zona negatif dengan

Lebih terperinci

Kajian Ekonomi Regional Triwulan III-2009 Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat

Kajian Ekonomi Regional Triwulan III-2009 Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat Visi Bank Indonesia Menjadi lembaga Bank Sentral yang dapat dipercaya secara nasional maupun internasional melalui penguatan nilai-nilai yang dimiliki serta pencapaian inflasi yang rendah dan stabil Misi

Lebih terperinci

Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Kuasa atas limpahan rahmat dan karunianya, sehingga Kajian Ekonomi Keuangan Regional (KEKR)

Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Kuasa atas limpahan rahmat dan karunianya, sehingga Kajian Ekonomi Keuangan Regional (KEKR) Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Kuasa atas limpahan rahmat dan karunianya, sehingga Kajian Ekonomi Keuangan Regional (KEKR) Provinsi Papua Barat (Pabar) periode triwulan IV-2014 ini dapat

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI BENGKULU

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI BENGKULU KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI BENGKULU Triwulan III - 2010 Penyusun : Tim Ekonomi Moneter Kelompok Kajian, Statistik dan Survei : 1. Bayu Martanto Peneliti Ekonomi Muda Senior 2. Jimmy Kathon Peneliti

Lebih terperinci

Kajian Ekonomi & Keuangan Regional Triwulan III 2014

Kajian Ekonomi & Keuangan Regional Triwulan III 2014 Kajian Ekonomi & Keuangan Regional Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Tenggara KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL (www.bi.go.id) KATA PENGANTAR Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI SUMATERA UTARA KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA WILAYAH IX

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI SUMATERA UTARA KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA WILAYAH IX KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI SUMATERA UTARA TRIWULAN III-2013 KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA WILAYAH IX 2013 KATA PENGANTAR Buku Kajian Ekonomi Regional Provinsi Sumatera Utara merupakan terbitan

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI PAPUA

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI PAPUA KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI PAPUA AGUSTUS 2017 Vol. 3 No. 2 Triwulanan April - Jun 2017 (terbit Agustus 2017) Triwulan II 2017 ISSN 2460-490257 e-issn 2460-598212 KATA PENGANTAR RINGKASAN

Lebih terperinci

Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan I-2012

Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan I-2012 Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan I-2012 Asesmen Ekonomi Pada triwulan I 2012 pertumbuhan Kepulauan Riau mengalami akselerasi dibandingkan triwulan sebelumnya yang tercatat 6,34% (yoy)

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN PERBANKAN DAN SISTEM PEMBAYARAN DI ACEH

PERKEMBANGAN PERBANKAN DAN SISTEM PEMBAYARAN DI ACEH PERKEMBANGAN PERBANKAN DAN SISTEM PEMBAYARAN DI ACEH Perbankan Aceh PERKEMBANGAN PERBANKAN DI ACEH KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROV. ACEH TRIWULAN 4-2012 45 Perkembangan Perbankan Aceh Kinerja perbankan (Bank

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL

KAJIAN EKONOMI REGIONAL KAJIAN EKONOMI REGIONAL Propinsi Kepulauan Bangka Belitung Triwulan I - 2009 Kantor Bank Indonesia Palembang KATA PENGANTAR Segala puji dan syukur ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa karena berkat rahmat dan

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA BARAT

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA BARAT KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA BARAT TRIWULAN I-2008 KANTOR BANK INDONESIA BANDUNG Kantor Bank Indonesia Bandung Jl. Braga No. 108 BANDUNG Telp : 022 4230223 Fax : 022 4214326 Visi Bank Indonesia

Lebih terperinci

Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional

Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Asesmen Ekonomi Pemulihan ekonomi Kepulauan Riau di kuartal akhir 2009 bergerak semakin intens dan diperkirakan tumbuh 2,47% (yoy). Angka pertumbuhan berakselerasi

Lebih terperinci

PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO

PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO 1.2 SISI PENAWARAN Di sisi penawaran, hampir keseluruhan sektor mengalami perlambatan. Dua sektor utama yang menekan pertumbuhan ekonomi triwulan III-2012 adalah sektor pertanian dan sektor jasa-jasa mengingat

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO ACEH

PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO ACEH PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO ACEH Ekonomi Aceh dengan migas pada triwulan II tahun 2013 tumbuh sebesar 3,89% (yoy), mengalami perlambatan dibandingkan triwulan sebelumnya yang sebesar 4,79% (yoy). Pertumbuhan

Lebih terperinci

BAB 5 : SISTEM PEMBAYARAN

BAB 5 : SISTEM PEMBAYARAN BAB 5 SISTEM PEMBAYARAN BAB 5 : SISTEM PEMBAYARAN Transaksi sistem pembayaran tunai di Gorontalo pada triwulan I-2011 diwarnai oleh net inflow dan peningkatan persediaan uang layak edar. Sementara itu,

Lebih terperinci

Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan IV-2012

Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan IV-2012 Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan -2012 Asesmen Ekonomi Pertumbuhan ekonomi Provinsi Kepulauan Riau pada tahun 2012 tercatat 8,21% lebih tinggi dibandingkan dengan tahun 2011 yang tercatat

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA BARAT

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA BARAT KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA BARAT TRIWULAN II-2008 KANTOR BANK INDONESIA BANDUNG Kantor Bank Indonesia Bandung Jl. Braga No. 108 BANDUNG Telp : 022 4230223 Fax : 022 4214326 Visi Bank Indonesia

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT Triwulan III212 KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT Penerbit : KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA BARAT

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA BARAT KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA BARAT TRIWULAN IV-2009 KANTOR BANK INDONESIA BANDUNG Kantor Bank Indonesia Bandung Jl. Braga No. 108 BANDUNG Telp : 022 4230223 Fax : 022 4214326 Visi Bank Indonesia

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI BENGKULU

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI BENGKULU KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI BENGKULU Triwulan I - 2011 cxççâáâç M Tim Ekonomi Moneter Kelompok Kajian, Statistik dan Survei : 1. Muhammad Jon Analis Muda Senior 2. Neva Andina Peneliti Ekonomi Muda

Lebih terperinci

Kajian. Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Kalimantan Tengah

Kajian. Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Kalimantan Tengah Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Triwulan III 2015 1 KATA PENGANTAR Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas rahmat-nya (KEKR) Provinsi Kalimantan Tengah Triwulan III

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI SULAWESI BARAT

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI SULAWESI BARAT KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI SULAWESI BARAT TRIWULAN-I 2013 halaman ini sengaja dikosongkan iv Triwulan I-2013 Kajian Ekonomi Regional Sulawesi Barat Daftar Isi KATA PENGANTAR... III DAFTAR ISI...

Lebih terperinci

BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA. Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo

BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA. Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo Triwulan IV 2012 Visi Bank Indonesia : Menjadi lembaga Bank Sentral yang dapat dipercaya secara nasional maupun internasional

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI BENGKULU

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI BENGKULU KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI BENGKULU Triwulan III - 2011 cxççâáâç M Tim Ekonomi Moneter Kelompok Kajian, Statistik dan Survei : 1. Muhammad Jon Analis Muda Senior 2. Asnawati Peneliti Ekonomi Muda

Lebih terperinci

Grafik 1.1 Laju Pertumbuhan Ekonomi Kepulauan Riau (y o y) Sumber : BPS Kepulauan Riau *) angka sementara ; **) angka sangat sementara

Grafik 1.1 Laju Pertumbuhan Ekonomi Kepulauan Riau (y o y) Sumber : BPS Kepulauan Riau *) angka sementara ; **) angka sangat sementara RINGKASAN EKSEKUTIF Asesmen Ekonomi Krisis finansial global semakin berpengaruh terhadap pertumbuhan industri dan ekspor Kepulauan Riau di triwulan IV-2008. Laju pertumbuhan ekonomi (y-o-y) kembali terkoreksi

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI PAPUA

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI PAPUA Vol. 3 No. 3 Triwulanan Juli - September 2017 (terbit November 2017) Triwulan III 2017 ISSN xxx-xxxx e-issn xxx-xxxx KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI PAPUA NOVEMBER 2017 DAFTAR ISI 2 3 DAFTAR

Lebih terperinci

L A M P I R A N. Kantor Bank Indonesia Ambon 1 PERTUMBUHAN TAHUNAN (Y.O.Y) PDRB SEKTORAL

L A M P I R A N. Kantor Bank Indonesia Ambon 1 PERTUMBUHAN TAHUNAN (Y.O.Y) PDRB SEKTORAL PERTUMBUHAN TAHUNAN (Y.O.Y) PDRB SEKTORAL No. Sektor 2006 2007 2008. 1 Pertanian 3.90% 4.01% 3.77% 0.31% 2.43% 3.29% 2.57% 8.18% 5.37% 4.23% 2.69% -0.49% 2 Pertambangan dan Penggalian -3.24% 77.11% 8.98%

Lebih terperinci

BAB 1 : PERKEMBANGAN MAKRO REGIONAL

BAB 1 : PERKEMBANGAN MAKRO REGIONAL BAB 1 : PERKEMBANGAN MAKRO REGIONAL Perekonomian Gorontalo pada triwulan II-2013 tumbuh 7,74% (y.o.y) relatif lebih tinggi dibandingkan triwulan sebelumnya yang tercatat sebesar 7,63% (y.o.y). Angka tersebut

Lebih terperinci

BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA. Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo

BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA. Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo Triwulan IV 2010 Visi Bank Indonesia : Menjadi lembaga Bank Sentral yang dapat dipercaya secara nasional maupun internasional

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL

KAJIAN EKONOMI REGIONAL KAJIAN EKONOMI REGIONAL Provinsi Kalimantan Tengah Triwulan I2010 Kantor Bank Indonesia Palangka Raya KATA PENGANTAR Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa atas rahmat Nya sehingga Kajian

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL

KAJIAN EKONOMI REGIONAL KAJIAN EKONOMI REGIONAL Provinsi Nusa Tenggara Timur Triwulan IV - 2013 Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Nusa Tenggara Timur KATA PENGANTAR Sejalan dengan salah satu tugas pokok Bank Indonesia,

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI SULAWESI BARAT

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI SULAWESI BARAT KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI SULAWESI BARAT TRIWULAN-III 2013 halaman ini sengaja dikosongkan Kajian Ekonomi Regional Sulawesi Barat Triwulan III-2013 iii Kata Pengantar Bank Indonesia memiliki tujuan

Lebih terperinci

Pertumbuhan Ekonomi Kepulauan Riau

Pertumbuhan Ekonomi Kepulauan Riau Ringkasan Eksekutif Asesmen Ekonomi Kondisi perekonomian provinsi Kepulauan Riau triwulan II- 2008 relatif menurun dibanding triwulan sebelumnya. Data perubahan terakhir Badan Pusat Statistik (BPS) memperlihatkan

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN PEREKONOMIAN DAERAH PROVINSI BENGKULU

PERKEMBANGAN PEREKONOMIAN DAERAH PROVINSI BENGKULU PERKEMBANGAN PEREKONOMIAN DAERAH PROVINSI BENGKULU Triwulan III - 2009 PERKEMBANGAN PEREKONOMIAN DAERAH PROVINSI BENGKULU Penerbit : Bank Indonesia Bengkulu Tim Ekonomi Moneter Kelompok Kajian, Statistik

Lebih terperinci

BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA. Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo

BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA. Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo Triwulan III 2010 Visi Bank Indonesia : Menjadi lembaga Bank Sentral yang dapat dipercaya secara nasional maupun internasional

Lebih terperinci

Kajian Ekonomi Regional Provinsi Sumatera Utara Triwulan II-2013 KATA PENGANTAR

Kajian Ekonomi Regional Provinsi Sumatera Utara Triwulan II-2013 KATA PENGANTAR KATA PENGANTAR i DAFTAR ISI ii ... 48... 49... 56... 57... 59... 59... 60 iii iv DAFTAR TABEL v DAFTAR GRAFIK vi vii viii RINGKASAN UU ix x xi xii BAB 1 EKONOI AKRO REGIONAL Pada triwulan II-2013, ekonomi

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA BARAT

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA BARAT KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA BARAT TRIWULAN IV-28 KANTOR BANK INDONESIA BANDUNG Kantor Bank Indonesia Bandung Jl. Braga No. 18 BANDUNG Telp : 22 423223 Fax : 22 4214326 Visi Bank Indonesia Menjadi

Lebih terperinci

BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA. Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo

BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA. Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo Triwulan I 2012 Visi Bank Indonesia : Menjadi lembaga Bank Sentral yang dapat dipercaya secara nasional maupun internasional melalui

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL

KAJIAN EKONOMI REGIONAL KAJIAN EKONOMI REGIONAL Provinsi Nusa Tenggara Timur Triwulan II 2014 Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Nusa Tenggara Timur KAJIAN EKONOMI REGIONAL Provinsi Nusa Tenggara Timur Triwulan II - 2014

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Kendari, 9 Agustus 2011 BANK INDONESIA KENDARI. Sabil Deputi Pemimpin

KATA PENGANTAR. Kendari, 9 Agustus 2011 BANK INDONESIA KENDARI. Sabil Deputi Pemimpin KATA PENGANTAR Kajian Ekonomi Regional Provinsi Sulawesi Tenggara menyajikan kajian mengenai perkembangan ekonomi Sulawesi Tenggara yang meliputi perkembangan ekonomi makro, perkembangan inflasi daerah,

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL

KAJIAN EKONOMI REGIONAL KAJIAN EKONOMI REGIONAL Provinsi Nusa Tenggara Barat Triwulan I211 Kantor Bank Indonesia Mataram KAJIAN EKONOMI REGIONAL Provinsi Nusa Tenggara Barat Triwulan I211 KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI NUSA

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI ACEH. Triwulan III 2015

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI ACEH. Triwulan III 2015 KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI ACEH Triwulan III 215 VISI Menjadi Kantor Perwakilan yang kredibel dalam pelaksanaan tugas BI dan kontributif bagi pembangunan ekonomi daerah maupun nasional.

Lebih terperinci

BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA. Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo

BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA. Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo Triwulan I 2011 Visi Bank Indonesia : Menjadi lembaga Bank Sentral yang dapat dipercaya secara nasional maupun internasional melalui

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI ACEH. Triwulan IV 2015

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI ACEH. Triwulan IV 2015 KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI ACEH Triwulan IV 215 VISI Menjadi Kantor Perwakilan yang kredibel dalam pelaksanaan tugas BI dan kontributif bagi pembangunan ekonomi daerah maupun nasional.

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL

KAJIAN EKONOMI REGIONAL KAJIAN EKONOMI REGIONAL Provinsi Kalimantan Tengah Triwulan I2009 Kantor Bank Indonesia Palangka Raya KATA PENGANTAR Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa atas rahmatnya sehingga Laporan

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROV. ACEH TRIWULAN

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROV. ACEH TRIWULAN 2 KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROV. ACEH TRIWULAN 2-2009 KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROV. ACEH TRIWULAN 1-2009 3 4 KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROV. ACEH TRIWULAN 2-2009 KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROV. ACEH TRIWULAN

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL

KAJIAN EKONOMI REGIONAL KAJIAN EKONOMI REGIONAL Provinsi Kalimantan Tengah Triwulan II2009 Kantor Bank Indonesia Palangka Raya KATA PENGANTAR Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa atas rahmat Nya sehingga

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT Triwulan I-2013 KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT Penerbit : KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT

Lebih terperinci

Pertumbuhan Ekonomi Kepulauan Riau. *)angka sementara **)angka sangat sementara

Pertumbuhan Ekonomi Kepulauan Riau. *)angka sementara **)angka sangat sementara RINGKASAN EKSEKUTIF Asesmen Ekonomi Laju perekonomian provinsi Kepulauan Riau di triwulan III-2008 mengalami koreksi yang cukup signifikan dibanding triwulan II-2008. Pertumbuhan ekonomi tercatat berkontraksi

Lebih terperinci

Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Selatan

Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Selatan Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Selatan November 216 (terbit setiap triwulan) KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA PROVINSI SULAWESI SELATAN Publikasi ini beserta publikasi Bank Indonesia

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL

KAJIAN EKONOMI REGIONAL KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI MALUKU TRIWULAN III 213 Unit Asesmen Ekonomi dan Keuangan KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA PROVINSI MALUKU Misi Bank Indonesia Mencapai dan memelihara kestabilan nilai

Lebih terperinci

Publikasi ini dapat diakses secara online pada:

Publikasi ini dapat diakses secara online pada: A FEBRUARI 218 Publikasi ini dapat diakses secara online pada: www.bi.go.id/web/id/publikasi Salinan publikasi dalam bentuk hardcopy dapat diperoleh di: Unit Advisory Ekonomi dan Keuangan Kantor Perwakilan

Lebih terperinci

No.11/02/63/Th XVII. 5 Februari 2014

No.11/02/63/Th XVII. 5 Februari 2014 No.11/02/63/Th XVII. 5 Februari 2014 PERTUMBUHAN EKONOMI KALIMANTAN SELATAN TAHUN 2013 Secara triwulanan, PDRB Kalimantan Selatan triwulan IV-2013 menurun dibandingkan dengan triwulan III-2013 (q-to-q)

Lebih terperinci

Daftar Isi. Kata Pengantar... i Daftar Isi...ii Daftar Tabel...iv Daftar Grafik... v Daftar Lampiran... vii Tabel Indikator Ekonomi Terpilih

Daftar Isi. Kata Pengantar... i Daftar Isi...ii Daftar Tabel...iv Daftar Grafik... v Daftar Lampiran... vii Tabel Indikator Ekonomi Terpilih Visi Bank Indonesia: Menjadi lembaga Bank Sentral yang dapat dipercaya (kredibel) secara nasional maupun internasional melalui penguatan nilai-nilai strategis yang dimiliki serta pencapaian inflasi yang

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI MALUKU UTARA

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI MALUKU UTARA LAPORAN TRIWULANAN KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI MALUKU UTARA KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA PROVINSI MALUKU UTARA Jl. Jos Sudarso No.1 Tenate Telp. 62-921-3121217 Fax : 62-921-312417 LAPORAN TRIWULANAN

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI PAPUA

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI PAPUA KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI PAPUA MEI 2017 Vol. 3 No. 1 Triwulanan Januari - Maret 2017 (terbit Mei 2017) Triwulan I 2017 ISSN 2460-490165 e-issn 2460-598144 - KATA PENGANTAR RINGKASAN

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAWA TENGAH TRIWULAN I

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAWA TENGAH TRIWULAN I KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAWA TENGAH TRIWULAN I 2016 KATA PENGANTAR Segala puji dan syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena berkat rahmat dan karunia- Ekonomi Regional Provinsi

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL

KAJIAN EKONOMI REGIONAL KAJIAN EKONOMI REGIONAL Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat Triwulan I - 2009 Kantor Bank Indonesia Jayapura !"#$#$ # $%#&!' $&!&&!!!! #!!' (# )!!# )))!!' #&* &)# # ) $ )!)!#) &+,&!! #& &! &) &) %!

Lebih terperinci

BAB 1 : PERKEMBANGAN MAKRO REGIONAL

BAB 1 : PERKEMBANGAN MAKRO REGIONAL BAB 1 : PERKEMBANGAN MAKRO REGIONAL Perekonomian Gorontalo triwulan I-2013 tumbuh 7,63% (y.o.y) lebih baik dibandingkan triwulan sebelumnya yang tercatat sebesar 7,57% (y.o.y.) Pencapaian tersebut masih

Lebih terperinci

Halaman ini sengaja dikosongkan.

Halaman ini sengaja dikosongkan. 2 Halaman ini sengaja dikosongkan. KATA PENGANTAR Puji serta syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena dengan rahmat dan ridha- IV Barat terkini yang berisi mengenai pertumbuhan ekonomi,

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAWA TENGAH FEBRUARI 2017

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAWA TENGAH FEBRUARI 2017 FEBRUARI 217 KATA PENGANTAR Segala puji dan syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena berkat rahmat dan karunianya Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Jawa Tengah Februari 217 dapat dipublikasikan.

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL

KAJIAN EKONOMI REGIONAL KAJIAN EKONOMI REGIONAL Provinsi Jawa Barat Triwulan I-212 Kantor Perwakilan Bank Indonesia Wilayah VI (Jawa Barat & Banten) KATA PENGANTAR Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, atas limpahan

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI ACEH. Triwulan IV 2013

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI ACEH. Triwulan IV 2013 KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI ACEH Triwulan IV 2013 VISI Menjadi Kantor Perwakilan yang kredibel dalam pelaksanaan tugas BI dan kontributif bagi pembangunan ekonomi daerah maupun nasional. MISI Menjalankan

Lebih terperinci

TRIWULAN III 2014 KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA WILAYAH I SULAWESI MALUKU PAPUA

TRIWULAN III 2014 KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA WILAYAH I SULAWESI MALUKU PAPUA Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Selatan TRIWULAN III 214 KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA WILAYAH I SULAWESI MALUKU PAPUA Publikasi ini beserta publikasi Bank Indonesia yang lain

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI KALIMANTAN SELATAN TAHUN 20

PERTUMBUHAN EKONOMI KALIMANTAN SELATAN TAHUN 20 No. 10/02/63/Th XIV, 7 Februari 2011 PERTUMBUHAN EKONOMI KALIMANTAN SELATAN TAHUN 20 010 Perekonomian Kalimantan Selatan tahun 2010 tumbuh sebesar 5,58 persen, dengan n pertumbuhan tertinggi di sektor

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL

KAJIAN EKONOMI REGIONAL KAJIAN EKONOMI REGIONAL Provinsi Jawa Barat Triwulan IV-211 Kantor Bank Indonesia Bandung KATA PENGANTAR Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, atas limpahan rahmat dan karunia- Nya, buku

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL

KAJIAN EKONOMI REGIONAL KAJIAN EKONOMI REGIONAL Provinsi Kalimantan Selatan Triwulan II - 2013 Kantor Perwakilan Bank Indonesia Wilayah II Kalimantan Kata Pengantar KATA PENGANTAR Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL

KAJIAN EKONOMI REGIONAL KAJIAN EKONOMI REGIONAL Provinsi Kalimantan Tengah Triwulan II2009 Kantor Bank Indonesia Palangka Raya KATA PENGANTAR Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa atas rahmatnya sehingga Laporan

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAWA TENGAH MEI

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAWA TENGAH MEI KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAWA TENGAH MEI 2017 1 KATA PENGANTAR Segala puji dan syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena berkat rahmat dan karunia- Ekonomi dan Keuangan Regional

Lebih terperinci

TRIWULAN IV 2015 KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA PROVINSI SULAWESI SELATAN

TRIWULAN IV 2015 KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA PROVINSI SULAWESI SELATAN Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Selatan TRIWULAN IV 215 KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA PROVINSI SULAWESI SELATAN Publikasi ini beserta publikasi Bank Indonesia yang lain dapat

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN PEREKONOMIAN DAERAH PROVINSI BENGKULU

PERKEMBANGAN PEREKONOMIAN DAERAH PROVINSI BENGKULU PERKEMBANGAN PEREKONOMIAN DAERAH PROVINSI BENGKULU Triwulan II - 2009 PERKEMBANGAN PEREKONOMIAN DAERAH PROVINSI BENGKULU Penerbit : Bank Indonesia Bengkulu Tim Ekonomi Moneter Kelompok Kajian, Statistik

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL

KAJIAN EKONOMI REGIONAL KAJIAN EKONOMI REGIONAL Propinsi Kepulauan Bangka Belitung Triwulan III - 2008 Kantor Bank Indonesia Palembang Daftar Isi KATA PENGANTAR Segala puji dan syukur ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa karena berkat

Lebih terperinci

Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan IV-2012

Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan IV-2012 Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan V2012 Asesmen Ekonomi Pertumbuhan ekonomi Provinsi Kepulauan Riau pada tahun 2012 tercatat 8,21% lebih tinggi dibandingkan dengan tahun 2011 yang tercatat

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT TRIWULAN I 2014

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT TRIWULAN I 2014 KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT TRIWULAN I 2014 KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL Provinsi Nusa Tenggara

Lebih terperinci

Kajian Ekonomi Regional Provinsi Sulawesi Selatan

Kajian Ekonomi Regional Provinsi Sulawesi Selatan Kajian Ekonomi Regional Provinsi Sulawesi Selatan Triwulan IV 213 KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA WILAYAH I SULAWESI MALUKU PAPUA Publikasi ini beserta publikasi Bank Indonesia yang lain dapat diakses

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL

KAJIAN EKONOMI REGIONAL KAJIAN EKONOMI REGIONAL Provinsi Kalimantan Selatan Triwulan III - 2011 Kantor Bank Indonesia Banjarmasin Kata Pengantar KATA PENGANTAR Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena atas

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI SUMATERA UTARA TRIWULAN IV-2013

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI SUMATERA UTARA TRIWULAN IV-2013 KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI SUMATERA UTARA TRIWULAN IV-2013 KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA WILAYAH IX 2014 KATA PENGANTAR Buku Kajian Ekonomi Regional Provinsi Sumatera Utara merupakan terbitan

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT Triwulan II-2013 KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT Penerbit : KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI MALUKU UTARA

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI MALUKU UTARA LAPORAN TRIWULANAN KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI MALUKU UTARA BANK INDONESIA TERNATE Jl. Jos Sudarso No.1 Tenate Telp. 62-921-3121217 Fax : 62-921-3124017 LAPORAN TRIWULANAN KAJIAN EKONOMI REGIONAL

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN EKONOMI, KETENAGAKERJAAN, DAN KEMISKINAN

PERKEMBANGAN EKONOMI, KETENAGAKERJAAN, DAN KEMISKINAN PERKEMBANGAN EKONOMI, KETENAGAKERJAAN, DAN KEMISKINAN PERKEMBANGAN EKONOMI, KETENAGAKERJAAN DAN KEMISKINAN Kinerja perekonomian Indonesia masih terus menunjukkan tren peningkatan dalam beberapa triwulan

Lebih terperinci