HUBUNGAN PEMBERIAN REWARD DAN PUNISHMENT DENGAN MOTIVASI BELAJAR PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN SISWA KELAS XI SMA NEGERI 1 AMBUNTEN KABUPATEN SUMENEP

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "HUBUNGAN PEMBERIAN REWARD DAN PUNISHMENT DENGAN MOTIVASI BELAJAR PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN SISWA KELAS XI SMA NEGERI 1 AMBUNTEN KABUPATEN SUMENEP"

Transkripsi

1 Kajian Moal dan Kewaganegaaan Nomo Volume Tahun 014, hal HUBUNGAN PEMBERIAN REWARD DAN PUNISHMENT DENGAN MOTIVASI BELAJAR PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN SISWA KELAS XI SMA NEGERI 1 AMBUNTEN KABUPATEN SUMENEP Ahmad Bahil Faidy (PPKn, FIS, UNESA) aby.faidy@yahoo.com I Made Asana (PPKn, FIS, UNESA) imadeasana@unesa.ac.id Abstak Penelitian ini betujuan untuk mengetahui hubungan antaa pembeian ewad dan punishment dengan motivasi belaja Pendidikan Kewaganegaaan pada siswa kelas XI SMA Negei 1 Ambunten. Penelitian ini didasakan pada teoi opeant conditioning Skinne. Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif dengan metode koelasi yang dilakukan di SMA Negei 1 Ambunten dengan jumlah sampel sebanyak 4 siswa. Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah angket dan wawancaa. Teknik analisis data menggunakan analisis umus koelasi poduct moment. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa ada hubungan antaa pembeian ewad dan punishment dengan motivasi belaja Pendidikan Kewaganegaaan pada siswa sebesa 0,601 yang beati memiliki hubungan yang kuat dan aah hubungan adalah positif kaena nilai positif, beati semakin seing guu membeikan ewad dan punishment semakin tinggi motivasi belaja siswa pada mata pelajaan Pendidikan Kewaganegaaan. Kata kunci: Rewad dan Punishment, Motivasi Belaja Abstact This eseach aims to detemine the elationship between the povision of ewad and punishment with leaning motivation of Civic Education in students in class XI of Ambunten State High School 1. The eseach was based on Skinne's opeant conditioning theoy. This eseach uses a quantitative appoach with a coelation method pefomed in Ambunten State High School 1 with a total sample of 4 students. Data collection techniques used wee questionnaies and inteviews. Analysis using fomula poduct moment coelation analysis. The esults of this eseach indicate that thee is a coelation between ewad and punishment with the Civic Education leaning motivation of which means that students have a stong elationship and the diection of the elationship is positive because the value of is positive, it means that the moe often teaches give ewads and punishment, the highe the students' motivation Citizenship education in the subject. Keywods: Rewad and Punishment, Leaning Motivation PENDAHULUAN Pendidikan meupakan salah satu hal tepenting dalam kehidupan, ini beati bahwa setiap manusia behak mendapat dan behaap untuk selalu bekembang dalam pendidikan. Pendidikan dan manusia tidak dapat dipisahkan dalam menjalani kehidupan, baik keluaga, masyaakat maupun bangsa dan Negaa, kaena melalui pendidikan akan mampu menciptakan geneasi muda yang cedas, teampil dan bekualitas. Hal ini sesuai dengan UU No. 0 tahun 003 tentang sistem pendidikan nasional. pendidikan adalah usaha sada dan teencana untuk mewujudkan suasana belaja dan poses pembelajaan aga peseta didik secaa aktif mengembangkan potensi diinya untuk memiliki kekuatan spiitual keagamaan, pengendalian dii, kepibadian, kecedasan, akhlak mulia, seta keteampilan yang dipelukan diinya, masyaakat, bangsa dan Negaa. (Depdiknas, 003:3) Pendidikan mempunyai pean untuk meningkatkan sumbe daya manusia, maka masyaakat dengan segala kesadaannya untuk menyekolahkan puta dan putinya. Hal ini dapat dilihat pada setiap ajaan bau, dalam setiap tahunnya jumlah siswa semakin meningkat dan tidak menutup kemungkinan timbul bebagai masalah yang dihadapi oleh paa guu, dimana jika melihat pendidikan sekaang ini yang behubungan dengan tingkah laku siswa, tejadi banyak penyimpangan dan pelanggaan yang tidak sesuai dengan haapan yang diinginkan. Misalnya : pekelahian anta siswa, telambat, melalaikan 454

2 Hubungan Pembeian Rewad dan Punishment dengan Motivasi Belaja tugas, membolos, beisik, membantah, meokok dan sebagainya sepeti yang tejadi di lokasi obsevasi awal 013, yaitu di SMA Negei 1 Ambunten Kabupaten Sumenep. Penyimpangan lain dai siswa dalam kegiatan belaja mengaja yaitu seing tidak fokus dan tidak mempehatikan pada pelajaan yang disampaikan oleh guu saat mengaja di depan kelas, dengan keadaan yang demikian seoang guu haus mengusai kelas dan mengkondisikan siswa yang pehatiannya mulai tepecah, sebagai seoang guu hauslah mampu membeikan motivasi pada siswa, bagaimana caanya bahwa belaja itu tidak membosankan melainkan menyenangkan, ini meupakan tantangan bagi guu, seoang guu haus tahu caa yang tepat untuk membuat suasana belaja yang menaik teutama pada mata pelajaan Pendidikan Kewaganegaaan, seing kali siswa measa malas belaja Pendidikan Kewaganegaaan sebab measa bosan dan jenuh. Suasana belaja yang tidak nyaman dan membosankan, kaena dalam kegiatan belaja mengaja lebih banyak menggunakan metode ceamah yang monoton. Untuk mengatasi masalah tesebut seta mampu membei motivasi belaja bagi siswa aga poses pendidikan bisa bejalan dengan lanca dan behasil, maka diadakan upaya pencegahan dalam bebagai macam sepeti peatuan-peatuan tata tetib, peatuan itu haus ditaati dan dilaksanakan oleh siswa demi meningkatkan kualitas dan pestasi belaja siswa, namun ada caa lain yang bisa diteapkan yaitu membei motivasi belaja Pendidikan Kewaganegaaan dengan membeikan ewad dan punishment, ewad dan punishment adalah sebagai salah satu alat pendidikan untuk membeikan motivasi belaja pada siswa seta mempegiat usaha siswa dalam mempebaiki atau mempetinggi pestasi yang telah dicapai. Rewad dan punishment adalah salah satu teoi belaja yang beusia paling muda. Penciptanya benama Buhus Fedic Skinne (1904) seoang psikolog tekemuka dai Havad Univesity seoang penganut paham behavioisme yang dianggap kontovesial, kaena jika dienungkan dan dibandingkan dengan teoi dan juga temuan iset psikologi kognitif, kaakteistik yang tedapat dalam teoi-teoi behavioisme tesebut mengandung banyak kelemahan. Dalam teoi ini diambil dai pecobaannya yang kemudian dikenal dengan istilah Opeant Conditioning (pembiasaan peilaku espon). Ia bependapat bahwa tingkah laku pada dasanya meupakan fungsi dai konsekuensi tingkah laku itu sendii, apabila munculnya tingkah laku diikuti dengan sesuatu yang menyenangkan (ewad), maka tingkah laku tesebut cendeung untuk diulang. Sebaliknya, jika munculnya tingkah laku diikuti dengan sesuatu yang tidak meyenangkan (punishment), maka tingkah laku tesebut cendeung tidak akan diulang (Maksum dalam Sadiman, 007:9) Menuut Padja (1978:169) ewad adalah hadiah, pembalas jasa, alat pendidikan yang dibeikan kepada siswa yang telah mencapai pestasi baik. Sedangkan menuut Puwanto (006:18) ewad adalah sebagai alat untuk mendidik anak supaya anak dapat measa senang kaena pebuatan atau pekejaannya mendapat penghagaan. Menuut Indakusuma (1973:147) ewad meupakan hal yang menggembiakan bagi anak, dan dapat menjadi pendoong atau motivasi bagi belajanya muid. Jadi, ewad meupakan segala yang dibeikan guu beupa penghagaan yang menyenangkan peasaan yang dibeikan kepada siswa atas dasa hasil baik yang telah dicapai dalam poses pendidikan dengan tujuan membeikan motivasi kepada siswa, aga dapat melakukan pebuatan tepuji dan beusaha untuk meningkatkannya. Sepeti yang telah dijelaskan di atas, bahwa ewad meupakan alat pendidikan yang menyenangkan, ewad juga dapat menjadi pendoong atau motivasi bagi siswa untuk belaja lebih baik lagi. Contoh konket ewad yaitu sepeti pujian yang mendidik, membei hadiah, mendoakan, menepuk pundak. Seoang guu hendaknya meespon apa yang dilakukan siswa dengan membei pujian yang mendidik, membei hadiah, mendoakan, menepuk pundak apabila siswa telah melakukan sesuatu yang baik, atau telah behasil mencapai sebuah tahap pekembangan tetentu, atau tecapainya sebuah taget. Menuut Shalahuddin (1987:85) Rewad dan punishment adalah alat pendidikan yang epesif. Namun keduanya memiliki pinsip yang betentangan. Mengenai pengetian tentang punishment adalah sebagai beikut. punishment adalah tindakan yang dijatuhkan kepada anak didik secaa sada dan sengaja, sehingga menimbukan nestapa. Dalam mana bahwa dengan adanya nestapa itu, anak didik akan menjadi sada akan pebuatannya dan bejanji didalam hatinya untuk tidak mengulanginya. Jika ewad meupakan bentuk einfocement yang positif, maka punishment sebagai bentuk einfocement yang negatif, namun apabila dibeikan secaa tepat dan bijak bisa menjadi alat motivasi. Punishment adalah usaha edukatif untuk mempebaiki dan mengaahkan siswa keaah yang bena, 455

3 Kajian Moal dan Kewaganegaaan Nomo Volume Tahun 014, hal bukan paktik hukuman dan siksaan yang memasung keativitas. Melainkan, hukuman yang dilakukan haus besifat pedagogies, yaitu untuk mempebaiki dan mendidik ke aah yang lebih baik (Fadja, 005:0). Bedasakan pengetian diatas, punishment yang dibeikan bukan untuk balas dendam kepada siswa melainkan untuk mempebaiki tingkah laku siswa yang kuang baik ke aah yang lebih baik dan dapat membeikan motivasi belaja siswa. Punishment meupakan imbalan dai pebuatanpebuatan yang tidak baik atau mengganggu jalannya poses pendidikan. Dapat dikatakan juga bahwa punishment adalah penilaian kegiatan belaja muid yang besifat negatif, sedang ewad adalah penilaian yang besifat positif. Contoh konket punishment yaitu sepeti menasehati, membei aahan, melaang melakukan sesuatu, menegu, membentak, memukul tidak keas, bahkan meminta wali muid membei sanksi. Dengan demikian, ewad dan punishment, di samping befungsi sebagai alat-alat pendidikan, maka sekaligus befungsi sebagai motivasi belaja muid. Motivasi adalah keadaan dalam pibadi oang yang mendoong individu yang melakukan aktivitas-aktivitas tetentu guna mencapai sesuatu tujuan (Suyabata, 005:70). Sedangkan menuut Tadjab MA. (1994:10) motivasi belaja adalah keseluuhan daya penggeak psikis di dalam dii siswa yang menimbulkan kegiatan belaja, menjamin kelangsungan kegiatan belaja dan membeikan aah pada kegiatan belaja demi mencapai tujuan tetentu. Menuut Uno (007:3) Motivasi belaja adalah doongan intenal dan ekstenal pada siswa-siswa yang sedang belaja untuk mengadakan peubahan tingkah laku. Motivasi dapat befungsi sebagai pendoong usaha dan pencapaian pestasi. Dengan adanya motivasi yang baik dalam belaja akan menunjukkan hasil yang baik. Dengan kata lain, dengan adanya usaha yang tekun dan teutama didasai adanya motivasi, maka seseoang yang belaja akan dapat melahikan petasi yang baik (Sadiman, 007:85). Bedasakan uaian di atas dapat diketahui bahwa ewad dan punishment di samping sebagai alat pendidikan juga sebagai alat motivasi bagi siswa dalam mencapai pestasi belaja siswa setinggi-tingginya. Untuk itu dipelukan adanya pembeian ewad dan punishment disekolah-sekolah. SMA Negei 1 Ambunten adalah salah satu lembaga pendidikan fomal di Sumenep Madua, SMA Negei 1 Ambunten teletak sangat stategis sehigga memudahkan peneliti untuk mengambil data, meskipun SMA Negei 1 Ambunten tidak meneapkan sistem full day school sepeti sebagian besa sekolah-sekolah di kota, akan tetapi tidak menutup kemungkinan siswa akan measa bosan pada pelajaan yang setiap hai diajakan di sekolah, telebih mata pelajaan-mata pelajaan tetentu sepeti Pendidikan Kewaganegaaan yang caa mengaja guu lebih banyak menggunakan metode ceamah. Dengan membeikan ewad dan punishment, kegiatan belaja menjadi lebih menyenangkan, tekendali, dan bevaiasi, mengingat pentingnya pembeian ewad dan punishment di sekolah, maka tedapat keinginan melakukan penelitian tentang hubungan pembeian ewad dan punishment dengan motivasi belaja Pendidikan Kewaganegaaan. Rewad dan punishment meupakan suatu bentuk teoi penguatan positif yang besumbe dai teoi behavioistik. Menuut teoi behavioistik belaja adalah peubahan tingkah laku sebagai akibat dai adanya inteaksi antaa stimulus dan espon. Dengan kata lain, belaja meupakan bentuk peubahan yang dialami siswa dalam hal kemampuannya untuk betingkah laku dengan caa yang bau sebagai hasil inteaksi antaa stimulus dan espon (Budiningsih, 005:0). Peanan ewad dalam poses pengajaan cukup penting teutama sebagai fakto ekstenal dalam mempengauhi dan mengaahkan peilaku siswa. Hal ini bedasakan atas bebagai petimbangan logis, diantaanya ewad biasanya dapat menimbulkan motivasi belaja siswa dan ewad memiliki pengauh positif dalam kehidupan siswa. Rewad meupakan alat pendidikan yang mudah dilaksanakan dan dapat menyenangkan paa siswa, untuk itu ewad dalam suatu poses pendidikan dibutuhkan kebeadaannya demi meningkatkan motivasi belaja siswa. Maksud dai pendidik membei ewad kepada siswa adalah supaya siswa menjadi lebih giat lagi usahanya untuk mempebaiki pestasi yang telah dicapainya, dengan kata lain siswa menjadi lebih keas kemauannya untuk belaja lebih baik. Rewad yang dibeikan kepada siswa bentuknya bemacam-macam. Menuut Sadiman (00:89) ewad dapat dibedakan menjadi empat macam, yaitu: (a) Pembeian angka atau nilai. Angka sebagai simbol kegiatan belaja, angka yang dimaksud adalah bonus nilai/tambahan nilai bagi siswa yang mengejakan tugas dengan baik. (b) Pembeian hadiah. Rewad bebentuk hadiah disini adalah pembeian beupa baang. Rewad beupa pembeian baang ini disebut juga ewad mateiil, yaitu hadiah yang tedii dai alat-alat kepeluan sekolah, sepeti pensil, penggais, buku dan lain sebagainya. (c) Pembeian pujian. Pembeian pujian akan memupuk suasana yang menyenangkan dan mempetinggi gaiah belaja seta sekaligus akan membangkitkan haga dii siswa sehingga pestasi belaja siswa ikut meningkat. 456

4 Hubungan Pembeian Rewad dan Punishment dengan Motivasi Belaja Bedasakan ketiga macam ewad tesebut di atas, dalam peneapannya seoang guu dapat memilih bentuk macam-macam ewad yang cocok dengan siswa dan disesuaikan dengan situasi dan kondisi, baik situasi dan kondisi siswa atau situasi dan kondisi keuangan, bila hal itu menyangkut masalah keuangan. Dalam membeikan ewad seoang guu hendaknya dapat mengetahui siapa yang behak mendapatkan ewad, seoang guu haus selalu ingat akan maksud ewad dai pembeian ewad itu. Seoang siswa yang pada suatu ketika menunjukkan hasil lebih baik dai pada biasanya, mungkin sangat baik dibei ewad. Dalam hal ini seoang guu hendaklah bijaksana, jangan sampai ewad menimbulkan ii hati pada siswa yang lain yang measa diinya lebih pandai, tetapi tidak mendapat ewad. Setelah mempehatikan uaian tentang maksud ewad, seta macam-macam ewad yang baik dibeikan kepada siswa, tenyata bukanlah soal yang mudah. Menuut M. Ngalim Puwanto (006:184) ada bebeapa syaat yang haus dipehatikan oleh seoang guu sebelum membeikan ewad pada siswa, yaitu (a) Untuk membei ewad yang pedagogis pelu sekali guu benabena mengenal siswanya dan tahu menghagai dengan tepat. Rewad dan penghagaan yang salah dan tidak tepat dapat membawa akibat yang tidak diinginkan. (b) Rewad yang dibeikan kepada seoang siswa janganlah hendaknya menimbulkan asa cembuu atau ii hati bagi siswa lain yang measa pekejaannya juga lebih baik, tetapi tidak mendapat ewad. (c) Membei ewad hendaklah hemat, telalu seing atau teus meneus membei ewad akan menjadi hilang ati ewad itu sebagai alat pendidikan. (d) Janganlah membei ewad dengan menjanjikan telebih dahulu sebelum siswa menunjukkan pestasi kejanya apalagi bagi ewad yang dibeikan kepada seluuh kelas. Rewad yang telah dijanjikan lebih dahulu hanyalah akan membuat siswa tebuu-buu dalam bekeja dan akan membawa dalam kesukaan bagi bebeapa siswa yang kuang pandai. (e) Pendidik haus behati-hati membeikan ewad, jangan sampai ewad yang dibeikan pada siswa diteima sebagai upah dai jeih payah yang telah dilakukannya. Lebih lanjut puwanto (006:184) bependapat bahwa sebagian ahli pendidikan menyetujui dan menganggap penting ewad dipakai sebagai alat untuk membentuk kata hati siswa. Sebaliknya ada pula ahli-ahli pendidikan yang tidak suka sama sekali menggunakan ewad. Meeka bependapat bahwa ewad itu dapat menimbulkan pesaingan yang tidak sehat pada siswa. Menuut pendapat meeka, seoang guu hendaklah mendidik siswa supaya mengejakan dan bebuat yang baik dengan tidak menghaapkan pujian atau ewad, tetapi semata-mata kaena pekejaan atau pebuatan itu memang kewajibannya. Menuut Puwanto (006:18) ewad adalah alat yang mendidik, maka dai itu ewad tidak boleh beubah sifatnya menjadi upah. Upah adalah sesuatu yang mempunyai nilai sebagai ganti ugi dai suatu pekejaan atau suatu jasa. Upah adalah sebagai pembaya suatu tenaga, pikian, atau pekejaan yang telah dilakukan seseoang. Sedangkan ewad sebagai alat pendidikan tidaklah demikian, untuk itu seoang guu haus selalu ingat maksud dai pembeian ewad itu. Tujuan yang haus dicapai dalam pembeian ewad adalah untuk lebih mengembangkan motivasi yang besifat intinsik dai motivasi ektinsik, dalam atian siswa melakukan suatu pebuatan, maka pebuatan itu timbul dai kesadaan siswa itu sendii. Dengan ewad itu, juga dihaapkan dapat membangun suatu hubungan yang positif antaa guu dan siswa, kaena ewad itu adalah bagian dai pada penjelmaan dai asa cinta kasih sayang seoang guu kepada siswa. Jadi, maksud dai ewad itu yang tepenting bukanlah hasil yang dicapai seoang siswa, tetapi dengan hasil yang dicapai siswa, guu betujuan membentuk kata hati dan kemauan yang lebih baik dan lebih keas pada siswa. Sepeti halnya telah disinggung di atas, bahwa ewad disamping meupakan alat pendidikan epesif yang menyenangkan, ewad juga dapat menjadi pendoong atau motivasi bagi siswa untuk belaja lebih baik lagi. Sepeti halnya ewad, punishment dibeikan sebagai usaha mengembalikan siswa ke aah yang baik dan memotivasinya menjadi pibadi yang imajinatif, keatif dan poduktif. Punishment sebagai alat pendidikan, meskipun mengakibatkan pendeitaan bagi siswa yang dihukum, namun dapat juga menjadi alat motivasi, alat pendoong untuk mempegiat aktivitas belaja siswa (meningkatkan motivasi belaja siswa). Ia beusaha untuk dapat selalu memenuhi tugas-tugas belajanya, aga tehinda dai bahaya hukuman. Dengan adanya punishment itu dihaapkan supaya siswa dapat menyadai kesalahan yang dipebuatnya, sehingga siswa jadi behati-hati dalam mengambil tindakan. Punishment bisa dikatakan behasil apabila dapat menimbulkan peasaan penyesalan akan pebuatan yang telah dilakukannya. Di samping itu menuut Puwanto (006:189) punishment juga mempunyai dampak, yaitu (a) Menimbulkan peasaan dendam pada si tehukum. Ini adalah akibat dai hukuman sewenang-wenang dan tanpa tanggung jawab. (b) Menyebabkan siswa menjadi lebih pandai menyembunyikan pelanggaan. (c) Dapat mempebaiki tingkah laku si pelangga. (d) Mengakibatkan si pelangga menjadi kehilangan peasaan salah, oleh kaena kesalahannya dianggap telah dibaya 457

5 Kajian Moal dan Kewaganegaaan Nomo Volume Tahun 014, hal dengan punishment (hukuman) yang telah dideitanya. (e) Akibat yang lain adalah mempekuat kemauan si pelangga untuk menjalankan kebaikan. Punishment meupakan alat pendidikan yang tidak menyenangkan, besifat negatif, namun demikian dapat juga menjadi motivasi, alat pendoong untuk mempegiat belajanya siswa. Siswa yang penah mendapat punishment kaena tidak mengejakan tugas, maka ia akan beusaha untuk tidak mempeoleh punishment lagi. Ia beusaha untuk dapat selalu memenuhi tugas-tugas belajanya aga tehinda dai bahaya punishment. Hal ini beati bahwa ia didoong untuk selalu belaja. Dalam dunia pendidikan, meneapkan punishment tidak lain hanyalah untuk mempebaiki tingkah laku siswa untuk menjadi lebih baik. Punishment disini sebagai alat pendidikan untuk mempebaiki pelanggaan yang dilakukan siswa bukan untuk balas dendam. Menuut Puwanto (006:191), Supaya punishment bisa menjadi alat pendidikan, maka seoang guu sebelum membeikan punishment pada siswa yang melakukan pelanggaan sebaiknya guu mempehatikan syaat-syaat punishment yang besifat pedagogis sebagai beikut: (a) Tiap-tiap punishment hendaknya dapat dipetanggung jawabkan. Ini beati punishment itu tidak boleh sewenang-wenang. (b) Punishment itu sedapat-dapatnya besifat mempebaiki. (c) Punishment tidak boleh besifat ancaman atau pembalsan dendam yang besifat peseoangan. (d) Jangan menghukum pada waktu sedang maah. (e) Tiap-tiap punishment haus dibekan dengan sada dan sudah dipehitungkan dan dipetimbangkan telebih dahulu. (f) Bagi si tehukum (siswa), punishment itu hendaklah dapat diasakan sendii sebagai kedukaan atas pendeitaan yang sebenanya. (g) Jangan melakukan punishment (hukuman) badan sebab pada hakikatnya punishment (hukuman) badan itu dilaang oleh Negaa. (h) Punishment tidak boleh meusakkan hubungan baik antaa si pendidik dan siswa. (i) Adanya kesanggupan membei maaf dai si pendidik, sesudah menjatuhkan punishment dan setelah itu siswa menginsafi kesalahannya. Tedapat bebeapa macam punishment yang dapat dibeikan kepada siswa. Petama, Punishment peventif, yaitu punishment yang dilakukan dengan maksud aga tidak atau jangan tejadi pelanggaan. Punishment ini bemaksud untuk mencegah jangan sampai tejadi pelanggaan sehingga hal itu dilakukannya sebelum pelanggaan dilakukan (Puwanto, 006:189). Adapun pengetian punishment peventif menuut Indakusuma (1973:140) adalah hukuman yang besifat pencegahan. Tujuan dai hukuman peventif adalah untuk menjaga aga hal-hal yang dapat menghambat atau mengganggu kelancaan poses pendidikan bisa dihindakan. Macam-macam punishment peventif menuut Indakusuma (1973:140) adalah sebagai beikut: (1) Tata tetib, yaitu sedeetan peatuan-peatuan yang haus ditaati dalam suatu situasi atau dalam suatu tata kehidupan, misalnya saja, tata tetib di dalam kelas, tata tetib ujian sekolah, tata tetib kehidupan keluaga, dan sebagainya. () Anjuan dan peintah, yaitu suatu saan atau ajakan untuk bebuat atau melakukan sesuatu yang beguna. Misalnya, anjuan untuk belaja setiap hai, anjuan untuk selalu menepati waktu, anjuan untuk behemat, dan sebagainya. Sedangkan peintah adalah suatu kehausan untuk bebuat sesuatu yang bemanfaat. Misalnya, peintah untuk melaksanakan ibadah shalat, peintah untuk mematuhi peatuan lalu lintas, dan lain sebagainya. (3) Laangan. Laangan sebenanya sama saja dengan peintah. Apabila peintah meupakan suatu kehausan untuk bebuat sesuatu yang baik, maka laangan meupakan suatu kehausan untuk tidak melakukan sesuatu yang meugikan. Misalnya, laangan untuk becakap-cakap di dalam kelas, laangan untuk bekawan dengan anak-anak malas. (4) Paksaan adalah suatu peintah dengan kekeasan tehadap siswa untuk melakukan sesuatu. Paksaan dilakukan dengan tujuan aga jalannya poses pendidikan tidak teganggu dan tehambat. (5) Disiplin, yaitu adanya kesediaan untuk mematuhi peatuan-peatuan dan laangan-laangan. Kepatuhan di sini bukan hanya patuh kaena adanya tekanan-tekanan dai lua, melainkan kepatuhan yang didasai oleh adanya kesadaan nilai dan pentingnya peatuan-peatuan dan laangan tesebut. Kedua, Punishment epesif, yaitu punishment yang dilakukan oleh kaena adanya pelanggaan, oleh adanya dosa yang telah dipebuat. Jadi, punishment ini dilakukan setelah tejadi pelanggaan atau kesalahan (Puwanto, 006:189). Sedangkan menuut Indakusuma (1973:144) punishment epesif ialah untuk menyadakan anak, kembali kepada hal-hal yang bena, baik dan tetib. Punishment epesif diadakan bila tejadi sesuatu pebuatan yang dianggap betentangan dengan peatuanpeatuan, atau sesuatu pebuatan yang dianggap melangga peatuan. Adapun yang temasuk dalam punishment epesif menuut Indakusuma (1973:144) adalah sebagai beikut: (1) Pembeitahuan, yaitu pembeitahuan kepada siswa yang telah melakukan sesuatu yang dapat mengganggu atau menghambat jalannya poses pendidikan. Misalnya, siswa yang becakap-cakap di dalam kelas pada waktu kegiatan belaja mengaja belangsung. Mungkin sekali siswa tesebut belum tahu bahwa di dalam kelas bila kegiatan belaja mengaja belangsung dilaang becakap-cakap dengan siswa yang lain. Oleh kaena itu guu membei tahu telebih dahulu kepada siswa bahwa hal itu tidak 458

6 Hubungan Pembeian Rewad dan Punishment dengan Motivasi Belaja dipebolehkan. () Teguan. Jika pembeitahuan tesebut dibeikan kepada siswa yang mungkin belum mengetahui tentang suatu hal, maka teguan itu belaku bagi siswa yang telah mengetahui. (3) Peingatan. Peingatan dibeikan kepada siswa yang telah bebeapa kali melakukan pelanggaan, dan telah dibeikan teguan atas pelanggaannya. (4) Hukuman yaitu apabila teguan dan peingatan belum mampu untuk mencegah siswa melakukan pelanggaan-pelanggaan. Menuut Ahmadi (1987:73), bila ditinjau dai segi caa membeikan punishment maka punishment dibedakan menjadi empat macam, yaitu: (a) Punishment dengan isyaat. Punishment semacam ini dijatuhkan kepada sesama atau siswa dengan caa membei isyaat melalui mimik dan juga pantomimik, misalnya dengan mata, aut muka dan bahkan ganjaan anggota tubuh. (b) Punishment dengan pekataan. Punishment dengan pekataan dimaksudkan sebagai punishment yang dijatuhkan kepada siswa dengan melalui pekataan misalnya: (1) Membei nasehat dan kata-kata yang memepunyai sifat kontuktif. () Teguan dan peingatan, hal ini dibeikan kepada siswa yang masih bau satu atau dua kali melakukan kesalahan atau pelanggaan. (3) Ancaman, maksudnya adalah punishment beupa ultimatum yag menimbulkan kemungkinan-kemungkinan yang tejadi dengan maksud aga siswa measa takut dan behenti dai pebuatannya yang salah. (c) Punishment dengan pebuatan. Punishment ini dibeikan kepada siswa dengan membeikan tugas-tugas tehadap siswa yang besalah. Misalnya dengan membei pekejaan umah yang jumlahnya tidak sedikit. (d) Punishment (hukuman) badan. Punishment (hukuman) badan adalah punishment yang dijatuhkan dengan caa menyakiti badan siswa baik dengan alat atau tidak, misalnya memukul, mencubit, dan lain sebagainya. Menuut Al-Abasyi (1993:153) maksud membeikan punishment dalam pendidikan adalah punishment sebagai tuntunan dan pebaikan, bukan sebagai hadikan atau balas dendam. Punishment (hukuman) badan yang membahayakan bagi siswa tidak sepantasnya dibeikan dalam dunia pendidikan, kaena punishment (hukuman) semacam ini tidak mendoong siswa untuk bebuat sesuai dengan kesadaannya. Sehingga siswa tauma maka siswa tidak akan mau untuk belaja bahkan akan minta behenti dai sekolah. Apabila seoang guu ingin sukses di dalam pengajaan, guu haus memikikan setiap muid dan membeikan punishment yang sesuai menimbangnimbang kesalahannya dan setelah mengetahui lata belakangnya. Tujuan meupakan salah satu fakto yang haus ada dalam setiap aktifitas, kaena aktifitas yang tanpa tujuan tidak mempunyai ati apa-apa, dan akan menimbulkan keugian seta kesia-siaan. Sehubungan dengan punishment yang dijatuhkan kepada siswa, maka tujuan yang ingin dicapai sesekali bukanlah untuk menyakiti atau untuk menjaga kehomatan guu atau sebaliknya aga guu itu ditaati oleh siswa, akan tetapi tujuan punishment yang sebenanya adalah aga siswa yang melangga measa jea dan tidak akan mengulangi lagi. Tujuan pembeian punishment ada dua macam, yaitu tujuan dalam jangka pendek dan tujuan jangka panjang. Tujuan dalam jangka pendek adalah untuk menghentikan tingkah laku yang salah, sedangkan tujuan dalam jangka panjang adalah untuk mengaja dan mendoong siswa aga dapat menghentikan sendii tingkah lakunya yang salah. Setelah mengetahui tujuan dai punishment dalam pendidikan di atas maka kita haus mengetahui punishment yang cocok untuk diteapkan dalam dunia pendidikan. Motivasi Belaja Motivasi dan belaja meupakan dua hal yang saling mempengauhi. Namun, sebelum membahas lebih jauh tentang motivasi belaja maka pelulah dibedakan dahulu antaa pengetian motivasi dan pengetian belaja. Istilah motivasi beasal dai kata motif yang dapat diatikan sebagai kekuatan yang tedapat dalam dii individu, yang menyebabkan individu tesebut betindak atau bebuat. Motif adalah daya penggeak dalam dii seseoang untuk melakukan aktivitas tetentu, demi mencapai tujuan tetentu. Dengan demikian, motivasi meupakan doongan yang tedapat dalam dii seseoang untuk beusaha mengadakan peubahan tingkah laku yang lebih baik dalam memenuhi kebutuhannya. Kedua hal tesebut meupakan daya upaya yang mendoong seseoang untuk melakukan sesuatu. Setelah mengetahui pengetian dai motif dan motivasi, beikut ada bebeapa pendapat mengenai pengetian motivasi. Menuut Poewadaminto (1995:705) motivasi diatikan sebagai doongan yang timbul pada dii seseoang sada atau tidak sada untuk melakukan suatu tindakan dengan tujuan tetentu. Menuut Gibson (1995:94) motivasi ialah konsep yang menguaikan tentang kekuatan-kekuatan yang ada dalam dii siswa yang memulai dan mengaahkan peilaku. Menuut Biggs dan Tufle yang dikutip dai Sutama (000:36) motivasi ialah doongan mental yang menggeakkan dan mengaahkan peilaku manusia, temasuk peilaku belaja. Dalam motivasi tekandung keinginan yang mengaktifkan, menggeakkan, 459

7 Kajian Moal dan Kewaganegaaan Nomo Volume Tahun 014, hal menyalukan, dan mengaahkan sikap dan peilaku individu belaja. Menuut Muhibbin Syah (008:136) motivasi ialah keadaan intenal oganisme baik manusia ataupun hewan yang mendoongnya untuk bebuat sesuatu. Dalam pengetian ini, motivasi beati pemasok daya (enegize) untuk betingkah laku secaa teaah. Menuut Sadiman (007:75) motivasi dapat juga dikatakan seangkaian usaha untuk menyediakan kondisikondisi tetentu, sehingga seseoang mau dan ingin melakukan sesuatu, dan bila ia tidak suka, maka akan beusaha untuk meniadakan atau mengelakkan peasaan tidak suka itu. Bedasakan bebeapa pengetian di atas dapat disimpulkan bahwa yang dimaksud dengan motivasi adalah doongan yang tedapat dalam dii seseoang untuk melakukan aktivitas tetentu untuk mencapai suatu tujuan. Sedangkan istilah belaja menuut Hamalik (000:36) belaja adalah modifikasi atau mempeteguh pengetahuan, kelakuan melalui pengalaman yang meupakan suatu poses kegiatan dan bukan suatu hasil atau tujuan. Menuut pendapat Nasution (001:91) belaja diatikan sebagai peubahan dalam kelakuan seseoang sebagai akibat pengauh usaha pendidikan. Menuut Syah (001:90) belaja pada dasanya sebagai titipan peubahan seluuh tingkah laku individu yang elatif menetap sebagai hasil pengalaman dan inteaksi dengan lingkungan yang melibatkan poses kognitif, afektif, dan psikomoto yang tejadi dalam dii siswa. Menuut Puwanto (004:85) belaja meupakan suatu peubahan tingkah laku yang tejadi melalui latihan atau pengalaman dimana peubahan yang tejadi elatif menetap seta menyangkut kepibadian baik fisik maupun psikis. Bedasakan penjelasan tentang pengetian motivasi dan belaja tesebut di atas maka dapatlah dikemukakan pengetian motivasi belaja adalah keseluuhan daya penggeak psikis di dalam dii siswa yang menimbulkan kegiatan belaja, menjamin kelangsungan kegiatan belaja dan membeikan aah pada kegiatan belaja itu demi mencapai suatu tujuan. Menuut Daien (1973:16) motivasi belaja adalah kekuatan-kekuatan atau tenaga-tenaga yang dapat membeikan doongan kepada kegiatan belaja muid. Menuut Hamzah (007:3) motivasi belaja adalah doongan intenal dan ekstenal pada siswa-siswa yang sedang belaja untuk mengadakan peubahan tingkah laku. Bedasakan pengetian di atas dapat disimpulkan bahwa motivasi dapat dipandang sebagai fungsi, beati motivasi befungsi sebagai daya penggeak dai dalam individu untuk melakukan aktivitas tetentu dalam mencapai tujuan. Motivasi dipandang dai segi poses, beati motivasi dapat diangsang oleh fakto lua, untuk menimbulkan motivasi dalam dii siswa yang melalui poses angsangan belaja sehingga dapat mencapai tujuan yang di kehendaki. Motivasi dipandang dai segi tujuan, beati motivasi meupakan sasaan stimulus yang akan dicapai. Jika seoang mempunyai keinginan untuk belaja suatu hal, maka dia akan temotivasi untuk mencapainya. Macam-macam motivasi belaja di sekolah dapat dibedakan menjadi bebeapa bentuk. Petama, Motivasi intinsik. Motivasi intinsik menuut Sadiman (007:89) adalah motif-motif yang menjadi aktif atau befungsinya tidak pelu angsangan dai lua, kaena dalam dii setiap individu sudah ada doongan untuk melakukan sesuatu. Sedangkan menuut Hamalik (006:15) motivasi intinsik adalah hal dan keadaan yang beasal dai dalam dii siswa sendii yang dapat mendoongnya melakukan tindakan belaja. Dai pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa motivasi intinsik adalah motivasi yang beasal dai dalam dii seseoang dan tidak memelukan angsangan dai lua kaena memang sudah ada dalam dii setiap individu. Menuut Daien (1973:163) dalam bukunya Penganta Ilmu Pendidikan disebutkan ada hal-hal yang dapat menimbulkan motivasi intinsik adalah sebagai beikut: (a) Adanya kebutuhan. Dengan adanya kebutuhan, maka hal ini menjadi pendoong bagi siswa untuk bebuat dan beusaha. (b) Adanya pengetahuan tentang kemajuannya sendii. Dengan siswa mengetahui hasil-hasil atau pestasinya sendii, dengan siswa mengetahui apakah dia ada kemajuan atau sebaliknya ada kemunduan, maka hal itu dapat menjadi pendoong bagi siswa untuk belaja lebih giat lagi. (c) Adanya aspiasi atau cita-cita. Dengan adanya cita-cita ini siswa akan menjadi besemangat dalam belaja sehingga cita-cita itu sebagai motivasi bagi meeka untuk ajin belaja supaya apa yang di cita-citakan itu bisa tewujud. Kedua, Motivasi ekstinsik yaitu motif-motif yang aktif dan befungsinya kaena adanya peangsangan dai lua (Sadiman, 007:91). Motivasi ekstinsik adalah motivasi atau tenagatenaga pendoong yang beasal dai lua dai siswa (Indakusuma, 1973:164). Bedasakan bebeapa pendapat di atas dapat diambil pengetian bahwa motivasi ekstinsik meupakan suatu doongan dai lua dii siswa. Beikut hal-hal yang dapat menimbulkan motivasi ekstinsik menuut Indakusuma (1973:164) adalah sebagai beikut: (a) Ganjaan. Ganjaan adalah alat 460

8 Hubungan Pembeian Rewad dan Punishment dengan Motivasi Belaja pendidikan epesif yang besifat positif, ganjaan juga meupakan alat motivasi. (b) Hukuman. Meskipun hukuman sebagai alat pendidikan yang tidak menyenangkan, alat pendidikan yang besifat negatif namun demikian dapat menjadi motivasi, alat pendoong untuk mempegiat belaja siswa yang penah mendapat hukuman kaena lalai tidak mengejakan tugas maka ia akan beusaha untuk tidak mendapat hukuman lagi. (c) Pesaingan (kompetensi). Pesaingan, sebenanya adalah bedasakan kepada doongan untuk kedudukan dan penghagaan. Kompetensi dapat tejadi dengan sendiinya, tetapi dapat pula diadakan kompetisi secaa sengaja oleh Guu. Adapun yang menjadi indikato dai kedua motivasi di atas adalah sebagai beikut: (a) Doongan ingin tahu. Motivasi ini muncul kaena ada kebutuhan, yaitu apabila seoang siswa belaja kaena betul-betul ingin mendapatkan pengetahuan, nilai atau ketampilan aga dapat beubah tingkah lakunya secaa konstuktif. (b) Doongan ingin behasil. Motivasi ini muncul kaena kebutuhan yaitu apabila seoang siswa belaja kaena dilakukan dengan unsu kesengajaan, ada maksud untuk belaja. Hal ini akan lebih baik bila dibandingkan dengan segala sesuatu kegiatan yang tanpa maksud, dengan kesenjangan itu timbulnya doongan ingin behasil pada dii siswa dalam belaja. (c) Doongan bekeja sama. Doongan bekeja sama ini adalah belaja kelompok dengan teman sekelas atau teman yang lain yang dapat menyelesaikan masalah pelajaan, sehingga dengan demikian doongan belaja dapat meningkat dengan belaja kelompok tesebut. (d) Doongan asa pecaya dii. Doongan pecaya dii pada dii siswa sangat penting, kaena hal ini behubungan dengan haga dii. Seseoang akan beusaha dengan segenap tenaga untuk mencapai pestasi yang baik dengan menjaga haga diinya. (e) Adanya cita-cita yang tinggi. Cita-cita yang menjadi tujuan hidupnya ini meupakan pendoong bagi seluuh kegiatan siswa, pendoong bagi belajanya, Bedasakan uaian di atas jelaslah bahwa motivasi mendoong timbulnya kelakuan dan mempengauhi seta mengubah kelakuan. Jadi, fungsi motivasi itu meliputi beikut ini: (a) Mendoong timbulnya kelakuan atau suatu pebuatan. Tanpa motivasi maka tidak akan timbul sesuatu pebuatan sepeti belaja. (b) Motivasi befungsi sebagai pengaah. Atinya mengaahkan pebuatan kepada pencapaian tujuan yang diinginkan. (c) Motivasi befungsi sebagai penggeak. Ia befungsi sebagai mesin bagi mobil. Besa kecilnya motivasi akan menentukan cepat atau lambatnya suatu pekejaan. Motivasi itu bekaitan eat dengan suatu tujuan, suatu cita-cita. Semakin behaga tujuan itu bagi yang besangkutan makin kuat pula motivasinya. Menuut M. Ngalim Puwanto (004:7) fungsi dai motivasi yaitu: (a) Mendoong manusia untuk bebuat. Motivasi befungsi sebagai penggeak atau sebagai moto yang membeikan kekuatan kepada seseoang untuk melakukan suatu tugas. (b) Motivasi itu menentukan aah pebuatan, yaitu keaah pewujudan suatu tujuan cita-cita. Motivasi mencegah penyelewengan di jalan yang haus ditempuh untuk mencapai tujuan itu. Makin jelas tujuan itu, makin jelas pula tebentang jalan yang haus ditempuh. (c) Motivasi itu menyeleksi pebuatan. Atinya menentukan pebuatan-pebuatan mana yang dilakukan, yang seasi guna mencapai tujuan itu dengan menyampingkan pebuatan yang tidak bemanfaat bagi tujuan itu. Bedasakan bebeapa fungsi motivasi belaja di atas dapat diatikan bahwa motivasi meupakan pendoong untuk bebuat, menentukan aah pebuatan dan menyeleksi pebuatan itu sendii. Semakin jelas citacita yang ingin dicapai maka akan semakin kuat motivasi untuk mencapainya. Dengan adanya tujuan yang akan dicapai maka siswa akan temotivasi untuk belaja lebih giat lagi. Peanan motivasi sangat dipelukan dalam kegiatan belaja mengaja, dengan adanya motivasi, siswa manjadi tahu aah dai tujuan yang ingin dicapainya. selain dai hal itu ada bebeapa fakto yang dapat mempengauhi motivasi belaja, yaitu: (a) Kematangan. (b) Usaha yang betujuan. (c) Pengetahuan mengenal hasil dalam motivasi. (d) Patisipasi. (e) Penghagaan dan hukuman. Teoi Behavioisme Skinne Skinne adalah tokoh dai alian behavioisme yang mempelajai poses-poses belaja dan hubungannya dengan peubahan tingkah laku. Bagi skinne, pekembangan adalah tingkah laku. Teoi yang dikembangkan oleh Skinne adalah teoi opeant conditioning. Pengetian dai opeant conditioning yakni mengubah sesuatu aspek tingkah laku yang tidak dikehendaki menjadi sesuatu tingkah laku yang diinginkan, melalui angsang-angsang yang diatu secaa tetentu. Opeant conditioning ini meliputi poses-poses belaja untuk mempegunakan otot-otot secaa sada, membeikan jawaban dengan otot-otot ini dan mengikutinya dengan pengulangan sebagai penguatan, tapi hal ini masih dipengauhi oleh angsangan yang ada dalam lingkungan. Penguatan angsang yang teencana penting dalam opeant conditioning aga tingkah laku yang bau dapat teus dipelihatkan. Selanjutnya, poses belaja dalam teoi opeant conditioning tunduk pada dua hukum opeant yang bebeda, yakni: law of opeant conditioning dan law of opeant extinction. Menuut law of opeant conditioning, 461

9 Kajian Moal dan Kewaganegaaan Nomo Volume Tahun 014, hal jika timbulnya tingkah laku opeant diiingi dengan stimulus penguat, maka kekuatan tingkah laku tesebut akan meningkat. Sebaliknya, menuut law of opeant extinction, jika timbulnya tingkah laku diiingi dengan sesuatu yang tidak menyenangkan, maka kekuatan tingkah laku tesebut akan menuun atau bahkan musnah (Hintzman dalam muhibbin, 010:107). Keangka Befikif Stategi untuk meningkatkan motivasi belaja siswa dapat dilakukan dengan bebagai caa. Caa tesebut dapat dilakukan dengan mengatu dan menyediakan situasi-situasi yang baik dalam lingkungan siswa, membangkitkan self competition jalan menimbulkan peasaan puas tehadap hasil-hasil dan pestasi yang telah dicapai walaupun kecil hasil yang dicapai. Bebeapa caa untuk meningkatkan motivasi belaja siswa di sekolah adalah dengan caa pembeian ewad maupun punishment kepada siswa. Pembeian ewad dapat meningkatkan asa pecaya dii siswa kaena siswa measa dihagai oleh guunya. Rewad yang dapat dibeikan adalah dengan membeikan nilai tambah, membeikan hadiah, membeikan pujian dan membeikan penghagaan kepada siswa. Sedangkan pembeian punishment adalah sebagai usaha mengembalikan siswa ke aah yang baik dan memotivasinya menjadi pibadi yang imajinatif, keatif dan poduktif. Punishment yang dapat dibeikan pada siswa adalah dengan pembeitahuan, teguan, peingatan dan hukuman. Bedasakan uaian tesebut dapat ditaik suatu keangka bepiki, dengan bagan sebagai beikut : Pembeian ewad 1. Pembeian angka atau nilai. Pembeian hadiah 3. Pembeian pujian Motivasi belaja Pembeian punishment 1. Anjuan / peintah. Laangan 3. Teguan 4. Peingatan Bedasakan gamba diatas dapat dijelaskan bahwa pembeian ewad dengan indikato pembeian angka atau niai, pembeian hadiah, pembeian pujian, dan pembeian penghagaaan, seta pembeian punishment dengan indikato membeikan peintah, laangan, teguan, dan peingatan tedapat hubungan dengan motivasi belaja. Hipotesis Penelitian ini betujuan untuk menguji adakah hubungan antaa pembeian ewad dan punishment dengan motivasi belaja Pendidikan Kewaganegaaan siswa secaa besama-sama di kelas XI SMA Negei 1 Ambunten Kabupaten Sumenep. Adapun hipotesis yang diajukan sebagai beikut: Ho : Tidak tedapat hubungan antaa pembeian ewad dan punishment dengan motivasi belaja pendidikan Kewaganegaaan siswa secaa besama-sama di kelas XI SMA Negei 1 Ambunten Kabupaten Sumenep Ha : Tedapat hubungan antaa pembeian ewad dan punishment dengan motivasi belaja Pendidikan Kewaganegaaan siswa secaa besama-sama di kelas XI SMA Negei 1 Ambunten Kabupaten Sumenep Ketentuan bila hitung lebih kecil dai tabel poduct moment, maka Ho diteima dan Ha ditolak. Tetapi sebaliknya, bila hitung lebih besa dai tabel maka Ha diteima. METODE Pendekatan penelitian yang digunakan pada penelitian ini adalah kuantitatif kaena penelitian ini besifat mengidentifikasi pemasalahan yang ada. Penelitian kuantitatif kaena data penelitian beupa angka-angka dan analisis menggunakan statistik (Sugiyono, 010:7). Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode asosiatif. Metode asosiatif betujuan mengetahui hubungan antaa dua vaiabel atau lebih (Sugiyono, 010:11). Dalam penelitian ini digunakan metode asosiatif betujuan untuk mengetahui hubungan antaa pembeian ewad dan punishment dengan motivasi belaja Pendidikan Kewaganegaaan siswa kelas XI SMA Negei 1 Ambunten Kabupaten Sumenep. Lokasi yang digunakan adalah SMA Negei 1 Ambunten Kabupaten Sumenep. Waktu yang digunakan dalam penelitian ini dimulai dai penyusunan poposal yaitu pada bulan juli 013 sampai bulan maet 014. Adapun populasi yang akan diteliti adalah seluuh siswa kelas XI yang beada di SMA Negei 1 Ambunten sebanyak 10 siswa. Dalam penelitian ini diambil sampel 46

10 Hubungan Pembeian Rewad dan Punishment dengan Motivasi Belaja sebanyak 0 %, yakni 4 siswa. Dengan incian masingmasing kelas dipilih 7 siswa. Adapun teknik penentuan sampelnya menggunakan poposional andom sampling yaitu dai sekian banyak anggota populasi diambil sebagian saja secaa acak sebagai sampelnya. Vaiabel dalam penelitian ini ada dua vaiabel independen dan satu vaiabel dependen dan tedapat satu umusan masalah koelasional. Vaiabel independen tedii atas pembeian ewad (X 1 ) dan pembeian punishment (X ). Sedangkan vaiabel dependen dalam penelitian ini yaitu motivasi belaja (Y). Untuk mempeoleh data digunakan teknik angket dan wawancaa. Data yang dipeoleh dai angket dianalisis menggunakan teknik koelasi poduct moment. Uji koelasi yang digunakan adalah uji koelasi ganda secaa besama-sama untuk mencai hubungan antaa dua vaiabel independen dengan vaiabel dependen. Teknik pengumpulan data yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah angket dan wawancaa. Angket yang dibagikan dalam bentuk penyataan meupakan angket semi tetutup, dimana dalam angket tesebut sudah disediakan jawaban sehingga esponden tinggal memilih jawabannya. Jawaban setiap item pada angket memiliki bobot sko sangat setuju = 5; setuju = 4; agu-agu = 3; tidak setuju = ; sangat tidak setuju = 1. Sedangkan teknik wawancaa yang digunakan dalam penelitian ini adalah wawancaa tidak testuktu. Wawancaa tidak testuktu adalah wawancaa bebas dimana peneliti tidak menggunakan pedoman wawancaayang telah disusun secaa sistematis dan lengkap untuk pengumpulan datanya. Teknis analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis dengan umus koelasi poduct moment. Analisis dai umus koelasi poduct moment digunakan untuk menganalisis hubungan pembeian ewad dan punishment dengan motivasi belaja Pendidikan Kewaganegaaan siswa kelas XI di SMA Negei 1 Ambunten Kabupaten Sumenep. Uji koelasi dalam penelitian ini menggunakan koelasi ganda, hal ini untuk mencai hubungan antaa dua vaiabel independen yakni pembeian ewad (X 1 ) dan pembeian punishment (X ) dengan vaiabel dependen yakni motivasi belaja (Y). Sebelum dilakukan penghitungan koefisien koelasi ganda telebih dahulu dilakukan penghitungan koefisien koelasi antaa masingmasing vaiabel yaitu antaa vaiabel X 1 dengan Y, antaa vaiabel X dengan Y dan antaa vaiabel X 1 dengan X menggunakan penghitungan koelasi sedehana dengan umus koelasi poduct moment (Riduwan, 013:80). xy { N N XY ( X )( Y) X ( X ) }{ NY ( Y) } Keteangan : xy = Koefisien koelasi antaa x dan y N = Jumlah Responden X = Jumlah hasil angket pembeian ewad dan punishment Y = Jumlah hasil angket motivasi belaja XY = Jumlah hasil pekalian antaa X dan Y X = Jumlah hasil angket pembeian ewad dan punishment yang dikuadatkan Y = Jumlah hasil angket motivasi belaja yang Dikuadatkan Setelah dilakukan penghitungan koefisien koelasi antaa masing-masing vaiabel menggunakan umus koelasi sedehana, maka selanjutnya dilakukan penghitungan koefisien koelasi ganda untuk mengetahui koefisien koelasi antaa vaiabel X 1 dan X dengan vaiabel Y secaa besama-sama dengan menggunakan umus koelasi ganda (Riduwan, 013:86). R y. x x yx yx Keteangan : y.x 1 = koelasi X 1 dengan Y y.x = koelasi X dengan Y x 1 x = koelasi X 1 dengan X yx x x 1 1. yx. x x 1 Pengolahan data yang dipeoleh dai angket dapat juga menggunakan koelasi poduct moment pada SPSS Statistics. Setelah mendapatkan nilai, kemudian dikonsultasikan ke tabel poduct moment atau menggunakan tabel intepetasi tehadap koefisien koelasi. Menuut Sugiyono (010:184), pedoman untuk membeikan intepetasi koefisien koelasi sebagai beikut : Tabel 1 Intepetasi Koefisien Koelasi Nilai () Inteval Koefisien Tingkat Hubungan 0,00-0,199 Sangat endah 0,0-0,399 Rendah 0,40-0,599 Sedang 0,60-0,799 Kuat 0,80-1,000 Sangat kuat HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Hasil Penelitian SMA Negei 1 Ambunten meupakan salah satu sekolah Negei yang beada di kabupaten Sumenep 463

11 Kajian Moal dan Kewaganegaaan Nomo Volume Tahun 014, hal Madua tepatnya bealamat di Jalan Raya Ambunten Timu dan bedii sejak tahun Sekolah ini meupakan sekolah Negei yang banyak dituju oleh siswa-siswa yang ingin menempuh pendidikan Sekolah Menengah Atas di kawasan Ambunten dan sekitnya dan memiliki nilai akeditasi A (sangat baik). SMA Negei 1 Ambunten memiliki 18 uang belaja dengan saana dan pasaana pembelajaan yang cukup lengkap sepeti white boad, papan pengumuman dan papan kaya siswa. Satu kelas tedii dai 3 sampai 36 siswa sehingga daya jangkau ketika poses belaja mengaja lebih efektif. SMA Negei 1 Ambunten meupakan salah satu sekolah Negei yang beada di kabupaten Sumenep Madua tepatnya bealamat di Jalan Raya Ambunten Timu dan bedii sejak tahun Sekolah ini meupakan sekolah Negei yang banyak dituju oleh siswa-siswa yang ingin menempuh pendidikan Sekolah Menengah Atas di kawasan Ambunten dan sekitanya dan memiliki nilai akeditasi A (sangat baik). SMA Negei 1 Ambunten memiliki 18 uang belaja dengan saana dan pasaana pembelajaan yang cukup lengkap sepeti white boad, papan pengumuman dan papan kaya siswa. Satu kelas tedii dai 3 sampai 36 siswa sehingga daya jangkau ketika poses belaja mengaja lebih efektif. Hubungan Pembeian Rewad dan Punishment dengan Motivasi Belaja Rewad dan punishment adalah salah satu alat pendidikan untuk memotivasi siswa dalam mempebaiki atau mempetinggi pestasi yang telah dicapai. Penelitian ini ingin mengetahui hubungan antaa pembeian ewad dan punishment dengan motivasi belaja Pendidikan Kewaganegaaan pada siswa secaa besama-sama. Rumus yang digunakan untuk mencai hubungan antaa pembeian ewad dan punishment dengan motivasi belaja Pendidikan Kewaganegaaan pada siswa secaa besama-sama adalah umus koelasi ganda. Namun, sebelum mencai hubungan antaa pembeian ewad dan punishment dengan motivasi belaja Pendidikan Kewaganegaaan pada siswa secaa besama-sama telebih dahulu mencai hubungan anta vaiabel menggunakan umus koelasi sedehana. Adapun hubungan anta vaiabel yang dicai dalam penelitian ini yaitu : a. Koelasi antaa pembeian ewad dengan motivasi belaja Tabel Tabulasi nilai X 1 dan nilai Y X 1 Y X 1 Y X 1 Y x1y x1y { N 0,513 x1y N X 1Y ( X 1)( Y) X 1 ( X 1) }{ NY ( 4.(38811) (875).(1850) Y) {4.(18563) (875) }.{4.(831) (1850) } b. Koelasi antaa pembeian punishment dengan motivasi belaja x y x y Tabel 3 Tabulasi nilai X dan nilai Y X Y X Y X Y { N 0,47 x y N X Y ( X )( Y) X ( X ) }{ NY ( 4.(54960) (14).(1850) Y) {4.(3715) (14) }.{4.(831) (1850) } c. Koelasi antaa pembeian ewad dengan pembeian punishment x1x x1x Tabel 4 Tabulasi nilai X 1 dan nilai X X 1 X X 1 X X 1 X { N 0,39 x1x N X 1X ( X 1)( X ) X 1 ( X 1) }{ N X ( 4.(5965) (875).(14) {4.(18563) (875) }.{4.(3715) (14) } Setelah dipeoleh hasil koefisien koelasi anta masing-masing vaiabel, maka selanjutnya dilakukan penghitungan koefisien koelasi ganda untuk mengetahui koefisien koelasi antaa pembeian ewad dan punishment dengan motivasi belaja Pendidikan Kewaganegaaan siswa secaa besama-sama dengan umus sebagai beikut: R yx1 yx y. x1x 1 Maka, yx1 x1x. yx X. ) x1x } } } 464

12 Hubungan Pembeian Rewad dan Punishment dengan Motivasi Belaja R 0,513 0,47 y. x 1 x 1 R R y. x 1x y. x 1x R 0,601 y. x x 1 0,341 0,943 0,36.0,513.0,47.0,39 0,39 Dengan demikian dapat ditaik kesimpulan bahwa hasil analisis koelasi poduct moment ( YX1X ), didapat koelasi antaa pembeian ewad dan punishment dengan motivasi belaja Pendidikan Kewaganegaaan siswa secaa besama-sama sebesa 0,601. Kemudian dikonsultasikan pada tabel poduct moment untuk menentukan diteima atau ditolaknya hipotesis. Pada tabel dilihat bahwa untuk n=4, taaf kesalahan 5% maka haga tabel = 0,304. Ketentuan bila hitung lebih kecil dai tabel, maka Ho diteima dan Ha ditolak. Tetapi sebaliknya, bila hitung lebih besa dai tabel maka Ha diteima. Hasil yang dipeoleh 0,601 > 0,304, dengan demikian koefisien koelasi 0,601 itu signifikansi sehingga Ha diteima lalu nilai 0,601 dikonsultasikan pada tabel intepetasi koefisien koelasi. Hasilnya menunjukkan tejadi hubungan yang kuat antaa pembeian ewad dan punishment dengan motivasi belaja Pendidikan Kewaganegaaan siswa kaena beada pada entang 0,60 0,799. Sedangkan aah hubungan adalah positif kaena nilai yang dihasilkan positif, beati semakin seing ewad dan punishment dibeikan semakin tinggi motivasi belaja siswa pada mata pelajaan Pendidikan Kewaganegaaan. Rewad dan punishment yang dibeikan guu maupun sekolah bemacam-macam bentuknya sepeti hadiah bagi siswa yang masuk anking sepuluh besa dan dibebaskan dai pembayaan buku maupun LKS. Namun, ewad yang seing dibeikan oleh guu disini adalah pujian dan nilai yang bebentuk angka sedangkan punishment yang seing dibeikan oleh guu disini beupa teguan dan peingatan. Hal ini diungkapkan oleh guu mata pelajaan Pendidikan Kewaganegaaan dalam hasil wawancaa. Yang paling seing pada saat kegiatan belaja mengaja belangsung itu biasanya anak mengganggu temannya selanjutnya telambat masuk kelas kalo telambat masuk kelas itu tegantung guunya, kalo saya pibadi sewaktu saya di tempat duduk saya ada yang telat akan saya keluakan kaena dia tidak punya niat untuk masuk, ndak ada ceitanya guu nunggu muid tapi muid nunggu guu nah punishment yang seing saya beikan disini beupa teguan dan peingatan. Saya membeikan teguan ketika anak itu sekali dua kali melakukan pelanggaan apabila anak itu tetap melakukan pelanggaan saya kasih peingatan apabila masih melakukan pelanggaan setelah saya kasih peingatan maka anak itu saya keluakan. Jangan sampai kita mempunyai inisiatif sebagai oang pendendam kaena kita adalah pendidik jadi kita bina dulu, itu meupakan pelajaan supaya yang lain juga measa takut juga untuk melakukan pelanggaan. Mengenai ewad disini yang dibeikan guu maupun sekolah bemacam-macam bentuknya sepeti hadiah bagi siswa yang masuk anking sepuluh besa dan dibebaskan dai pembayaan buku maupun LKS. Namun yang saya seing beikan beupa pujian dan nilai lebih. Pujian yang saya beikan misalnya ketika anak beani mengeluakan pendapatnya dan aktif di kelas dan seing betanya sedangkan nilai lebih disini maksudnya beupa angka aga nilai anak itu juga menjadi tinggi." Pembeian ewad dan punishment begitu penting untuk diteapkan pada siswa supaya siswa semakin temotivasi dalam meningkatkan belajanya dan menguangi kesalahan-kesalahannya yang bisa menghambatnya dalam meaih pestasi. Hal ini sejalan dengan penutuan guu mata pelajaan Pendidikan Kewaganegaaan dalam hasil wawancaa. Pembeian ewad dan punishment cukup penting, supaya siswa bisa lebih temotivasi dalam belaja, siswa dibeikan ewad supaya siswa cendeung mengulangi pebuatan yang membuatnya dibeikan ewad misalnya siswa mendapat anking sepuluh besa dan dia mendapatkan hadiah maka dia akan mengulanginya untuk mendapatkan angking bahkan lebih, begitupun dengan punishment, punishment dibeikan supaya siswa tidak mengulangi kesalahannya dan temotivasi untuk lebih giat lagi dalam belaja. Motivasi belaja siswa cukup meningkat setelah dibeikannya ewad dan punishment. Hal ini sejalan 465

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB LANDASAN TEORI. Pengetian Pestasi Belaja Pestasi belaja meupakan kegiatan mental yang tidak dapat disaksikan dai lua dii seseoang mahasiswa yang sedang belaja, pestasi belaja tidak dapat diketahui

Lebih terperinci

METODOLOGI PENELITIAN. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode Deskriptif. Karena

METODOLOGI PENELITIAN. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode Deskriptif. Karena 35 III. METODOLOGI PENELITIAN 1.1 Metode Penelitian Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode Deskiptif. Kaena penelitian ini mengkaji tentang Pengauh Kontol Dii dan Lingkungan Keluaga Tehadap

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN III. METODE PENELITIAN A. Metode Penelitian Metode meupakan caa keja yang digunakan untuk memahami, mengeti, segala sesuatu yang behubungan dengan penelitian aga tujuan yang dihaapkan dapat tecapai. Sesuai

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. identifikasi variabel penelitian, definisi operasional variabel penelitian, subjek

BAB III METODE PENELITIAN. identifikasi variabel penelitian, definisi operasional variabel penelitian, subjek 9 BAB III METODE PEELITIA A. Identifikasi Vaiabel Penelitian Pada bagian ini akan diuaikan segala hal yang bekaitan dengan identifikasi vaiabel penelitian, definisi opeasional vaiabel penelitian, subjek

Lebih terperinci

PENGARUH CONTRACTING CONTINYU SEBUAH PENDEKATAN BEHAVIORISTIK DALAM MENINGKATKAN SELF AWARNES

PENGARUH CONTRACTING CONTINYU SEBUAH PENDEKATAN BEHAVIORISTIK DALAM MENINGKATKAN SELF AWARNES Posiding Konfeda dan Semina Nasional BK PD ABKIN Sulawesi Selatan Optimalisasi Pean Pendidik Dalam Membangun Kaakte Bangsa Di Ea MEA 30 Makassa, 4-5 Maet 017 PENGARUH CONTRACTING CONTINU SEBUAH PENDEKATAN

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. adalah untuk mengetahui kontribusi motivasi dan minat bekerja di industri

BAB III METODE PENELITIAN. adalah untuk mengetahui kontribusi motivasi dan minat bekerja di industri BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Bedasakan pemasalahan, maka penelitian ini temasuk penelitian koelasional yang besifat deskiptif, kaena tujuan utama dai penelitian ini adalah untuk mengetahui

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. pendekatan asosiatif simetris, yaitu hubungan yang bersifat sebab-akibat yang

BAB III METODE PENELITIAN. pendekatan asosiatif simetris, yaitu hubungan yang bersifat sebab-akibat yang 40 BAB III METODE PENELITIAN A. Rancangan Penelitian 1. Jenis Penelitian Adapun jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian kuantitatif pendekatan asosiatif simetis, yaitu hubungan yang besifat sebab-akibat

Lebih terperinci

HUBUNGAN PENGGUNAAN SUMBER BELAJAR DAN MINAT BELAJAR DENGAN HASIL BELAJAR PENGUKURAN DASAR SURVEY

HUBUNGAN PENGGUNAAN SUMBER BELAJAR DAN MINAT BELAJAR DENGAN HASIL BELAJAR PENGUKURAN DASAR SURVEY ISSN 085-05 Junal Penelitian Bidang Pendidikan Volume 0(): 6 -, 04 HUBUNGAN PENGGUNAAN SUMBER BELAJAR DAN MINAT BELAJAR DENGAN HASIL BELAJAR PENGUKURAN DASAR SURVEY Dedek Suhendo dan Kistian Juusan Pendidikan

Lebih terperinci

Hubungan Layanan Informasi Dengan Kreativitas Belajar Siswa

Hubungan Layanan Informasi Dengan Kreativitas Belajar Siswa Hubungan Layanan Infomasi Dengan Keativitas Belaja Siswa Si Rahayu (090154) Mahasiswa Pendidikan Bimbingan dan Konseling IKIP Vetean Semaang ABSTRAK Keativitas meupakan bakat yang secaa potensial dimiliki

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. menggunakan kuesioner sebagai teknik pokok. Penelitian yang bersifat

III. METODE PENELITIAN. menggunakan kuesioner sebagai teknik pokok. Penelitian yang bersifat III. METODE PENELITIAN A. Metode Penelitian Penelitian ini menggunakan metode penelitian kuantitatif, kaena dalam pengumpulan data, penulis menghimpun infomasi dai paa esponden menggunakan kuesione sebagai

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3. Jenis dan Lokasi Penelitian 3.. Jenis Penelitian Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian ekspeimen semu (quasi ekspeimental eseach, kaena penelitian yang akan dilakukan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. mengenai Identifikasi Variabel Penelitian, Definisi Variabel Penelitian,

BAB III METODE PENELITIAN. mengenai Identifikasi Variabel Penelitian, Definisi Variabel Penelitian, BAB III METODE PENELITIAN Pembahasan pada bagian metode penelitian ini akan menguaikan mengenai Identifikasi Vaiabel Penelitian, Definisi Vaiabel Penelitian, Populasi, Sampel dan Teknik Pengambilan Sampel,

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan dan menganalisis pengaruh

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan dan menganalisis pengaruh BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Pendekatan dan Metode Penelitian Penelitian ini betujuan untuk mendeskipsikan dan menganalisis pengauh evaluasi dii dan pengembangan pofesi tehadap kompetensi pedadogik

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Desain penelitian merupakan rencana atau metode yang akan ditempuh

BAB III METODE PENELITIAN. Desain penelitian merupakan rencana atau metode yang akan ditempuh BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Desain Penelitian Desain penelitian meupakan encana atau metode yang akan ditempuh dalam penelitian, sehingga umusan masalah dan hipotesis yang akan diajukan dapat dijawab

Lebih terperinci

KORELASI. menghitung korelasi antar variabel yang akan dicari hubungannya. Korelasi. kuatnya hubungan dinyatakan dalam besarnya koefisien korelasi.

KORELASI. menghitung korelasi antar variabel yang akan dicari hubungannya. Korelasi. kuatnya hubungan dinyatakan dalam besarnya koefisien korelasi. KORELASI Tedapat tiga macam bentuk hubungan anta vaiabel, yaitu hubungan simetis, hubungan sebab akibat (kausal) dan hubungan Inteaktif (saling mempengauhi). Untuk mencai hubungan antaa dua vaiabel atau

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN. Metode penelitian yang digunakan adalah Deskriptif Asosiatif dengan

III. METODOLOGI PENELITIAN. Metode penelitian yang digunakan adalah Deskriptif Asosiatif dengan III. METODOLOGI PENELITIAN A. Pendekatan Penelitian Metode penelitian yang digunakan adalah Deskiptif Asosiatif dengan pendekatan ex post facto. Metode deskiptif dapat diatikan sebagai penelitian yang

Lebih terperinci

BAB II METODE PENELITIAN. penelitian korelasional dengan menggunakan pendekatan kuantitatif dan

BAB II METODE PENELITIAN. penelitian korelasional dengan menggunakan pendekatan kuantitatif dan BAB II METODE PENELITIAN A. Metode Penelitian Bentuk penelitian yang dipegunakan dalam penelitian ini adalah bentuk penelitian koelasional dengan menggunakan pendekatan kuantitatif dan menggunakan umus

Lebih terperinci

SEMINAR NASIONAL MATEMATIKA DAN PENDIDIKAN MATEMATIKA UNY 2016

SEMINAR NASIONAL MATEMATIKA DAN PENDIDIKAN MATEMATIKA UNY 2016 SEMINAR NASIONAL MATEMATIKA DAN PENDIDIKAN MATEMATIKA UNY 016 PM -7 Hubungan Fasilitas, Kemandiian, dan Kecemasan Belaja tehadap Pestasi Belaja Matematika pada Siswa Kelas VIII SMP di Kecamatan Puing Tahun

Lebih terperinci

HUBUNGAN MOTIVASI BELAJAR DAN MANAJEMEN DIRI DENGAN HASIL BELAJAR PADA MATA PELAJARAN EKONOMI SISWA KELAS XI IPS DI SMA NEGERI 6 KOTA JAMBI

HUBUNGAN MOTIVASI BELAJAR DAN MANAJEMEN DIRI DENGAN HASIL BELAJAR PADA MATA PELAJARAN EKONOMI SISWA KELAS XI IPS DI SMA NEGERI 6 KOTA JAMBI HUBUNGAN MOTIVASI BELAJAR DAN MANAJEMEN DIRI DENGAN HASIL BELAJAR PADA MATA PELAJARAN EKONOMI SISWA KELAS XI IPS DI SMA NEGERI 6 KOTA JAMBI Amina Yusa 1), Pof. D.H. Rahmat Muboyono, M.Pd ), Siti Syuhada,

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif,

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif, 30 BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Metode Penelitian Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskiptif, suatu metode penelitian yang ditujukan untuk untuk menggambakan fenomenafenomena

Lebih terperinci

1 ANGKET PERSEPSI SISWA TERH

1 ANGKET PERSEPSI SISWA TERH 48 Lampian ANGKET PERSEPSI SISWA TERHADAP PERANAN ORANG TUA DAN MINAT BELAJAR DALAM PENINGKATAN HASIL BELAJAR BIOLOGI SISWA KELAS XI IPA SMA NEGERI 8 MEDAN Nama : Kelas : A. Petunjuk Pengisian. Bacalah

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN III. METODE PENELITIAN 3.1. Keangka Pemikian Konseptual Setiap oganisasi apapun jenisnya baik oganisasi non pofit maupun oganisasi yang mencai keuntungan memiliki visi dan misi yang menjadi uh dalam setiap

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Adapun lokasi penelitian ini adalah Madrasah Hifzhil. Yayasan Islamic Centre Medan yang terletak di Jl.

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Adapun lokasi penelitian ini adalah Madrasah Hifzhil. Yayasan Islamic Centre Medan yang terletak di Jl. BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Lokasi Penelitian Adapun lokasi penelitian ini adalah Madasah Hifzhil Yayasan Islamic Cente Medan yang teletak di Jl. Pancing Quan Medan. Secaa geogafis dapat dikatakan

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Desain penelitian yang digunakan adalah penelitian deskriptif dan verifikatif.

III. METODE PENELITIAN. Desain penelitian yang digunakan adalah penelitian deskriptif dan verifikatif. III. METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Desain penelitian yang digunakan adalah penelitian deskiptif dan veifikatif. Menuut Sugiyono (005: 13), penelitian deskiptif adalah jenis penelitian yang menggambakan

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di madasah Aliyah Negei (MAN) Model Medan yang bealamat di Jalan Williem Iskanda No. 7A Keluahan Sidoejo, Kecamatan

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN. Metode penelitian merupakan strategi umum yang dianut dalam

III. METODOLOGI PENELITIAN. Metode penelitian merupakan strategi umum yang dianut dalam III. METODOLOGI PENELITIAN A. Metode Penelitian Metode penelitian meupakan stategi umum yang dianut dalam pengumpulan data dan analisis data yang dipelukan, guna menjawab pesoalan yang dihadapi. Metode

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian 1. Tempat Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di SMP Negei 10 Salatiga yaitu pada kelas VII D dan kelas VII E semeste genap tahun ajaan 2011/2012.

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. ilmiah, apabila penelitian tersebut menggunakan metode atau alat yang tepat. dan menguji kebenaran suatu pengetahuan.

III. METODE PENELITIAN. ilmiah, apabila penelitian tersebut menggunakan metode atau alat yang tepat. dan menguji kebenaran suatu pengetahuan. 8 III. METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Suatu penelitian dapat behasil dengan baik dan sesuai dengan posedu ilmiah, apabila penelitian tesebut menggunakan metode atau alat yang tepat. Dengan menggunakan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Jenis dan Lokasi Penelitian Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian ekspeimental. Pada penelitian ini akan ada kelompok ekspeimen dan kelompok

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Variabel-variabel dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

BAB III METODE PENELITIAN. Variabel-variabel dalam penelitian ini adalah sebagai berikut : BAB III METODE PEELITIA A. Identifikasi Vaiabel Penelitian Pada bagian ini akan diuaikan segala hal yang bekaitan dengan identifikasi vaiabel penelitian, definisi opeasional vaiabel penelitian, subjek

Lebih terperinci

PENGARUH KINERJA KEPALA DESA TERHADAP PENINGKATAN PRESTASI KERJA PERANGKAT DESA. (Studi pada Desa Sumbergede Kec. Sekampung Kab.

PENGARUH KINERJA KEPALA DESA TERHADAP PENINGKATAN PRESTASI KERJA PERANGKAT DESA. (Studi pada Desa Sumbergede Kec. Sekampung Kab. PENGARUH KINERJA KEPALA DESA TERHADAP PENINGKATAN PRESTASI KERJA PERANGKAT DESA (Studi pada Desa Sumbegede Kec. Sekampung Kab. Lampung Timu) Wahyu Widodo Dosen Tetap STISIPOL Dhama Wacana Meto ABSTRACT

Lebih terperinci

HAND OUT STATISTIK NON PARAMETRIK

HAND OUT STATISTIK NON PARAMETRIK HAND OUT STATISTIK NON PARAMETRIK KASUS (k) SAMPEL BERHUBUNGAN Oleh : Aief Sudajat, S. Ant, M.Si PRODI SOSIOLOGI FAKULTAS ILMU SOSIAL UNIVERSITAS NEGERI SURABAYA 006 KASUS (k) SAMPEL BERHUBUNGAN Pada bagian

Lebih terperinci

BAB. III METODE PENELITIAN. A.Identifikasi Variabel Penelitian. Variabel-variabel dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

BAB. III METODE PENELITIAN. A.Identifikasi Variabel Penelitian. Variabel-variabel dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: BAB. III METODE PEELITIA A.Identifikasi Vaiabel Penelitian Pada bagian ini akan diuaikan segala hal yang bekaitan dengan identifikasi vaiabel penelitian, definisi opeasional vaiabel penelitian, subjek

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Sedangkan penelitian ini akan dilaksanakan di SMPN 6 Kerinci Kanan,

BAB III METODE PENELITIAN. Sedangkan penelitian ini akan dilaksanakan di SMPN 6 Kerinci Kanan, BAB III METODE PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini encana akan dilaksanakan pada bulan Maet-Apil 2013. Sedangkan penelitian ini akan dilaksanakan di SMPN 6 Keinci Kanan, Kabupaten

Lebih terperinci

BAB II METODOLOGI PENELITIAN. Jenis penelitian yang dilakukan adalah penelitian asosiatif dengan analisa

BAB II METODOLOGI PENELITIAN. Jenis penelitian yang dilakukan adalah penelitian asosiatif dengan analisa .1. Bentuk Penelitian BAB II METODOLOGI PENELITIAN Jenis penelitian yang dilakukan adalah penelitian asosiatif dengan analisa kuantitatif, dengan maksud untuk mencai maksud dan pengauh antaa vaiable independen

Lebih terperinci

Seminar Nasional Pendidikan Biologi FKIP UNS 2010

Seminar Nasional Pendidikan Biologi FKIP UNS 2010 HUBUNGAN KINERJA MENGAJAR DOSEN DAN MOTIVASI BELAJAR DENGAN PRESTASI BELAJAR PENDIDIKAN IPA DI SD PADA MAHASISWA PROGRAM D PGSD KAMPUS VI KEBUMEN FKIP UNS TAHUN AKADEMIK 009 / 00 Wasiti Dosen PGSD FKIP

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS HUBUNGAN UMPAN BALIK DENGAN MOTIVASI BELAJAR PENDIDIKAN AGAMA ISLAM SISWA SMP NEGERI 9 BATANG

BAB IV ANALISIS HUBUNGAN UMPAN BALIK DENGAN MOTIVASI BELAJAR PENDIDIKAN AGAMA ISLAM SISWA SMP NEGERI 9 BATANG BAB IV ANALISIS HUBUNGAN UMPAN BALIK DENGAN MOTIVASI BELAJAR PENDIDIKAN AGAMA ISLAM SISWA SMP NEGERI 9 BATANG Setelah data dai kedua vaiabel yaitu vaiabel X dan vaiabel Y tekumpul seta adanya teoi yang

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS DATA. analisis paired sample T-test yaitu Ada atau tidaknya Pengaruh Terapi Rational

BAB IV ANALISIS DATA. analisis paired sample T-test yaitu Ada atau tidaknya Pengaruh Terapi Rational BAB IV ANALISIS DATA Analisis data meupakan hasil kegiatan setelah data dai seluuh esponden atau sumbe data lainnya tekumpul. Hal ini betujuan untuk mengetahui tingkat kebenaan hipotesis-hipotesis penelitian

Lebih terperinci

BAB III RANCANGAN PENELITIAN. tujuan utama yang ingin dicapai melalui penelitian ini adalah untuk memperoleh

BAB III RANCANGAN PENELITIAN. tujuan utama yang ingin dicapai melalui penelitian ini adalah untuk memperoleh 44 BAB III RACAGA PEELITIA.. Tujuan Penelitian Bedasakan pokok pemasalahan yang telah diuaikan dalam Bab I, maka tujuan utama yang ingin dicapai melalui penelitian ini adalah untuk mempeoleh jawaban atas

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif kuantitatif,

III. METODOLOGI PENELITIAN. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif kuantitatif, 44 III. METODOLOGI PENELITIAN A. Metode Penelitian Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskiptif kuantitatif, sepeti yang dikemukakan oleh Ali (1985: 84), Metode deskiptif digunakan

Lebih terperinci

BAB III. METODOLOGI PENELITIAN. hasil. Sedangkan menurut Suharsimi Arikunto (2002:136) metode penelitian

BAB III. METODOLOGI PENELITIAN. hasil. Sedangkan menurut Suharsimi Arikunto (2002:136) metode penelitian 7 BAB III. METODOLOGI PENELITIAN A. Metode Penelitian Metode adalah suatu caa atau jalan yang ditempuh untuk mencapai suatu hasil. Sedangkan menuut Suhasimi Aikunto (00:36) metode penelitian adalah caa

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN. untuk mengetahui hubungan antara dua variabel atau lebih (Sugiyono, 2008:11).

III. METODOLOGI PENELITIAN. untuk mengetahui hubungan antara dua variabel atau lebih (Sugiyono, 2008:11). III. METODOLOGI PENELITIAN A. Metode Penelitian Penelitian ini temasuk penelitian asosiatif yaitu suatu metode dalam penelitian untuk mengetahui hubungan antaa dua vaiabel atau lebih (Sugiyono, 008:11).

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. pokok yang harus diperhatikan yaitu dilaksanakan secara sistematis,

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. pokok yang harus diperhatikan yaitu dilaksanakan secara sistematis, 8 BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Metode Penelitian Suatu penelitian yang dilakukan dengan baik pada dasanya ada tiga hal pokok yang haus dipehatikan yaitu dilaksanakan secaa sistematis, beencana dan

Lebih terperinci

HUBUNGAN KEBUGARAN JASMANI DENGAN HASIL BELAJAR IPA SISWA KELAS IX SMP NEGERI 8 BANDA ACEH TAHUN PELAJARAN 2012/2013

HUBUNGAN KEBUGARAN JASMANI DENGAN HASIL BELAJAR IPA SISWA KELAS IX SMP NEGERI 8 BANDA ACEH TAHUN PELAJARAN 2012/2013 Volume 1, Nomo : 79 90 Mei 015 HUBUNGAN KEBUGARAN JASMANI DENGAN HASIL BELAJAR IPA SISWA KELAS IX SMP NEGERI 8 BANDA ACEH TAHUN PELAJARAN 01/013 Faisal 1, Razali 1, Yeni Malina 1 1 Pogam Studi Pendidikan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 33 BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Obyek dan Lokasi Penelitian Dalam penelitian ini peneliti memilih obyek penelitian UD. Usaha Mandii Semaang, yang betempat di Jalan Semaang Indah C-VI No 20. UD. Usaha

Lebih terperinci

langsung dilokasi obyek penelitian yang berkaitan dengan kegiatan yang Teknik ini dipergunakan untuk memperoleh data tentang jumlah karyawan di

langsung dilokasi obyek penelitian yang berkaitan dengan kegiatan yang Teknik ini dipergunakan untuk memperoleh data tentang jumlah karyawan di III. METODE PENELITIAN 3.1 Metode Pengumpulan Data Dalam peneltian ini akan digunakan bebeapa teknik dalam pengumpulan data yaitu: 1. Obsevasi Yaitu caa pengumpulan data melalui pencatatan secaa cemat

Lebih terperinci

PENGARUH KEPEMIMPINAN DOSEN DAN KEMAMPUAN PRAKTIKUM TERHADAP PRESTASI BELAJAR MAHASISWA DALAM MATAKULIAH FISIKA MODERN

PENGARUH KEPEMIMPINAN DOSEN DAN KEMAMPUAN PRAKTIKUM TERHADAP PRESTASI BELAJAR MAHASISWA DALAM MATAKULIAH FISIKA MODERN Seambi Akademica, Vol. IV, No. 1, Mei 016 ISSN : 337-8085 PENGARUH KEPEMIMPINAN DOSEN DAN KEMAMPUAN PRAKTIKUM TERHADAP PRESTASI BELAJAR MAHASISWA DALAM MATAKULIAH FISIKA MODERN Tamizi Pendidikan Fisika

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. HASIL PENELITIAN. Data Identitas Responden Fekuensi identitas esponden dalam penelitian ini tedii dai jenis kelamin dan pendidikan guu yang dapat dijelaskan sebagai

Lebih terperinci

B. Konsep dan Variabel Penelitian BAB III METODE PENELITIAN. A. Jenis Penelitian. Pendekatan penelitian yang digunakan penulis adalah

B. Konsep dan Variabel Penelitian BAB III METODE PENELITIAN. A. Jenis Penelitian. Pendekatan penelitian yang digunakan penulis adalah 41 BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Pendekatan penelitian yang digunakan penulis adalah pendekatan penelitian kuantitatif koelasional. Penelitian kuantitatif koelasional adalah penelitian

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Bab ini membahas mengenai uraian dan analisis data-data yang

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Bab ini membahas mengenai uraian dan analisis data-data yang BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Bab ini membahas mengenai uaian dan analisis data-data yang dipeoleh dai data pime dan sekunde penelitian. Data pime penelitian ini adalah hasil kuesione yang disebakan kepada

Lebih terperinci

Dan koefisien korelasi parsial antara Y, X 2 apabila X 1 dianggap tetap, dinyatakan sebagai r y 2.1 rumusnya sebagai berikut:

Dan koefisien korelasi parsial antara Y, X 2 apabila X 1 dianggap tetap, dinyatakan sebagai r y 2.1 rumusnya sebagai berikut: Koelasi Pasial Koelasi Pasial beupa koelasi antaa sebuah peubah tak bebas dengan sebuah peubah bebas sementaa sejumlah peubah bebas lainnya yang ada atau diduga ada petautan dengannya, sifatnya tetentu

Lebih terperinci

HUBUNGAN POWER TUNGKAI DAN KELENTUKAN DENGAN KEMAMPUAN MENENDANG PINALTI. (Jurnal) Oleh EKA MULYANTO

HUBUNGAN POWER TUNGKAI DAN KELENTUKAN DENGAN KEMAMPUAN MENENDANG PINALTI. (Jurnal) Oleh EKA MULYANTO HUBUNGAN POWER TUNGKAI DAN KELENTUKAN DENGAN KEMAMPUAN MENENDANG PINALTI (Junal) Oleh EKA MULYANTO FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS LAMPUNG BANDAR LAMPUNG 04 ABSTRACT THE POWER RELATIONS

Lebih terperinci

BAB XII ANALISIS JALUR (PATH ANALYSIS) APA SIH?

BAB XII ANALISIS JALUR (PATH ANALYSIS) APA SIH? BAB XII ANALISIS JALUR (PATH ANALYSIS) APA SIH? KONSEP DASAR Path analysis meupakan salah satu alat analisis yang dikembangkan oleh Sewall Wight (Dillon and Goldstein, 1984 1 ). Wight mengembangkan metode

Lebih terperinci

Contoh Proposal Skripsi Makalahmudah.blogspot.com

Contoh Proposal Skripsi Makalahmudah.blogspot.com BAB I PENDAHULUAN.. Lata Belakang Masalah Peanan pemasaan dalam kebehasilan peusahaan telah diakui di kalangan pengusaha untuk mempetahankan kebeadaanya dalam mengembangkan usaha dan mendapatkan keuntungan.

Lebih terperinci

I Wayan Teresna 1, Djoko Suhantono 1. Bali,Phone : , Fax: Abstrak

I Wayan Teresna 1, Djoko Suhantono 1. Bali,Phone : , Fax: Abstrak Pengauh Kualitas Tingkat Peneangan Lampu (I Wayan Teesna dkk.) PENGARUH KUALITAS TINGKAT PENERANGAN LAMPU, LINGKUNGAN KERJA DAN PERALATAN TERHADAP PRODUKTIVITAS KERJA TEKNISI REPARASI ELEKTRONIK DI WILAYAH

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Metode Penelitian Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskiptif analitik, dengan menggunakan teknik analisis egesi dan koelasi. Metode ini digunakan

Lebih terperinci

Gambar 4.3. Gambar 44

Gambar 4.3. Gambar 44 1 BAB HUKUM NEWTON TENTANG GERAK Pada bab kita telah membahas sifat-sifat geak yang behubungan dengan kecepatan dan peceaptan benda. Pembahasan pada Bab tesesbut menjawab petanyaan Bagaimana sebuah benda

Lebih terperinci

PENGARUH KOMPENSASI DAN KARAKTERISTIK PEKERJAAN TERHADAP KEPUASAN KERJA KARYAWAN USAHA KOMPUTER DI KOTA BANJARMASIN

PENGARUH KOMPENSASI DAN KARAKTERISTIK PEKERJAAN TERHADAP KEPUASAN KERJA KARYAWAN USAHA KOMPUTER DI KOTA BANJARMASIN PENGARUH KOMPENSASI DAN KARAKTERISTIK PEKERJAAN TERHADAP KEPUASAN KERJA KARYAWAN USAHA KOMPUTER DI KOTA BANJARMASIN Asuni Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi Pancasetia Banjamasin Jl. A Yani Km. 5,5 Banjamasin,

Lebih terperinci

Analisis Pengaruh Marketing Mix Terhadap Kepuasan Konsumen Sepeda Motor

Analisis Pengaruh Marketing Mix Terhadap Kepuasan Konsumen Sepeda Motor 34 Analisis Pengauh Maketing Mix Tehadap Kepuasan Konsumen Sepeda Moto Ti Wahyudi 1), Yopa Eka Pawatya 2) 1,2) Pogam Studi Teknik Industi Juusan Teknik Elekto Fakultas Teknik Univesitas Tanjungpua. e-mail

Lebih terperinci

Indonesian Journal of Guidance and Counseling: Theory and Application

Indonesian Journal of Guidance and Counseling: Theory and Application IJGS 2 (1) (2013) Indonesian Jounal of Guidance and Counseling: Theoy and Application http://jounal.unnes.ac.id/sju/index.php/ijgs HUBUNGAN ANTARA PELAKSANAAN LAYANAN INFORMASI BIDANG SISOAL DENGAN KECENDERUNGAN

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Penelitian ini meupakan penelitian kuantitatif dengan menggunakan analisis egesi. Analisis ini digunakan untuk mengetahui adakah pengauh antaa vaiabel bebas

Lebih terperinci

*ANALISIS KORELASI* { }

*ANALISIS KORELASI* { } *ANALISIS KORELASI* Kegunaan analisis koelasi atau uji Peason Poduct Moment adalah untuk mencai hubungan vaiable bebas (X) dengan vaiable teikat (Y) dan data bebentuk inteval dan atio. Rumus yang dikemukakan

Lebih terperinci

98 Jurnal Fisika Edukasi (JFE) Vol.2 No.2 Oktober 2015

98 Jurnal Fisika Edukasi (JFE) Vol.2 No.2 Oktober 2015 98 Junal Fisika Edukasi (JFE) Vol. No. Oktobe 015 PENGARUH KEPEMIMPINAN DOSEN DAN KEMAMPUAN PRAKTIKUM FISIKA DASAR TERHADAP PRESTASI BELAJAR MAHASISWA DALAM MATAKULIAH FISIKA DASAR (STUDI KASUS MAHASISWA

Lebih terperinci

ANALISA PENGARUH SISTEM MANAJEMEN TQC TERHADAP TINGKAT KERUSAKAN PRODUK (STUDI KASUS PADA PT. SINAR KAYU ABADI SURABAYA)

ANALISA PENGARUH SISTEM MANAJEMEN TQC TERHADAP TINGKAT KERUSAKAN PRODUK (STUDI KASUS PADA PT. SINAR KAYU ABADI SURABAYA) ANALISA PENGARUH SISTEM MANAJEMEN TQC TERHADAP TINGKAT KERUSAKAN PRODUK (STUDI KASUS PADA PT. SINAR KAYU ABADI SURABAYA) Da.Heny Mahmudah Dosen unisla ABSTRAK Pada hakekatnya suatu peusahaan didiikan untuk

Lebih terperinci

SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN PEMILIHAN PENERIMA BEASISWA MAHASISWA KURANG MAMPU PADA STMIK BUDIDARMA MEDAN MENERAPKAN METODE PROFILE MATCHING

SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN PEMILIHAN PENERIMA BEASISWA MAHASISWA KURANG MAMPU PADA STMIK BUDIDARMA MEDAN MENERAPKAN METODE PROFILE MATCHING SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN PEMILIHAN PENERIMA BEASISWA MAHASISWA KURANG MAMPU PADA STMIK BUDIDARMA MEDAN MENERAPKAN METODE PROFILE MATCHING T.M Syahu Ichsan (1111667 ) Mahasiswa Pogam Studi Teknik Infomatika

Lebih terperinci

PENGUKURAN RELIABILITAS DAN VALIDITAS SOAL MATEMATIKA BIDANG TEKNIK UNTUK TES MASUK CALON MAHASISWA BARU POLITEKNIK NEGERI SEMARANG

PENGUKURAN RELIABILITAS DAN VALIDITAS SOAL MATEMATIKA BIDANG TEKNIK UNTUK TES MASUK CALON MAHASISWA BARU POLITEKNIK NEGERI SEMARANG ORBITH VOL. 11 NO. 3 NOVEMBER 015 : 185 189 PENGUKURAN RELIABILITAS DAN VALIDITAS SOAL MATEMATIKA BIDANG TEKNIK UNTUK TES MASUK CALON MAHASISWA BARU POLITEKNIK NEGERI SEMARANG Oleh: Endang Tiyani Staf

Lebih terperinci

Berkala Fisika Indoneia Volume 9 Nomor 1 Januari 2017

Berkala Fisika Indoneia Volume 9 Nomor 1 Januari 2017 Bekala Fisika Indoneia Volume 9 Nomo 1 Januai 017 PENGARUH KEMAMPUAN DASAR MATEMATIKA DAN KEMAMPUAN PENALARAN TERHADAP HASIL BELAJAR IPA/FISIKA PADA PESERTA DIDIK KELAS VII SMP MUHAMADIYAH MUNTILAN, KABUPATEN

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang BAB PENDAHULUAN Lata Belakang Pada zaman moden sepeti saat sekaang ini, enegi listik meupakan kebutuhan pime bagi manusia, baik masyaakat yang tinggal di pekotaan maupun masyaakat yang tinggal di pedesaan

Lebih terperinci

IV. METODE PENELITIAN. Metode dasar yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif

IV. METODE PENELITIAN. Metode dasar yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif 50 IV. METODE PENELITIAN 4.1. Metode Dasa Metode dasa yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskiptif analisis, yang betujuan melukiskan secaa tepat sifat-sifat suatu individu, keadaan, gejala

Lebih terperinci

KORELASI ANTARA KEDISIPLINAN DAN PRESTASI BELAJAR PESERTA DIDIK DI MI NURUL AMAL (Kecamatan Gedung Meneng Kabupaten Tulang Bawang)

KORELASI ANTARA KEDISIPLINAN DAN PRESTASI BELAJAR PESERTA DIDIK DI MI NURUL AMAL (Kecamatan Gedung Meneng Kabupaten Tulang Bawang) KORELASI ANTARA KEDISIPLINAN DAN PRESTASI BELAJAR PESERTA DIDIK DI MI NURUL AMAL (Kecamatan Gedung Meneng ) MAHMUDI Email: mahmudi@yahoo.com CHAIRUL AMRIYAH Email: chaiulamiyah@adenintan.ac.id JURUSAN

Lebih terperinci

BAB III OBJEK DAN METODE PENELITIAN

BAB III OBJEK DAN METODE PENELITIAN BAB III OBJEK DAN METODE PENELITIAN 3.1 Objek Penelitian Objek penelitian meupakan sesuatu yang menjadi pehatian dalam suatu penelitian, objek penelitian ini menjadi sasaan dalam penelitian untuk mendapatkan

Lebih terperinci

KEMAMPUAN MENGELOLA KOPERASI DAN MOTIVASI PIMPINAN SEBAGAI UPAYA KEBERHASILAN USAHA PADA KOPERASI SEKAR KARTINI JEMBER

KEMAMPUAN MENGELOLA KOPERASI DAN MOTIVASI PIMPINAN SEBAGAI UPAYA KEBERHASILAN USAHA PADA KOPERASI SEKAR KARTINI JEMBER KEMAMPUAN MENGELOLA KOPERASI DAN MOTIVASI PIMPINAN SEBAGAI UPAYA KEBERHASILAN USAHA PADA KOPERASI SEKAR KARTINI JEMBER SOVIA ANGGRAINI SETIONO Pogam Studi Ilmu Administasi Bisnis, Sekolah Tinggi Ilmu Administasi

Lebih terperinci

ρ mempunyai koefisien sebesar 0,789 dan nilai F sebesar 33,290. Pada

ρ mempunyai koefisien sebesar 0,789 dan nilai F sebesar 33,290. Pada 5 g. Jalu e mempunyai koefisien sebesa 0,789 dan nilai F sebesa 33,90. Pada taaf signifikansi 5% dengan db = 3 lawan 65, F tabel adalah,66 sehingga p

Lebih terperinci

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP)

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP) RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP) Sekolah : SMA Mata Pelajaan : Matematika Kelas/Semeste :X/ Matei pokok : Identitas Tigonometi Alokasi Waktu : JP ( @ 45 menit ) A. Kompetensi Inti Kompetensi Sikap

Lebih terperinci

PENGARUH MODEL PRODUK TERHADAP TINGKAT VOLUME PENJUALAN Studi Kasus Pada Telepon Selular Merek Nokia Pada PT. Bimasakti

PENGARUH MODEL PRODUK TERHADAP TINGKAT VOLUME PENJUALAN Studi Kasus Pada Telepon Selular Merek Nokia Pada PT. Bimasakti JUNAL ILMIAH ANGGAGADING Volume 4 No., Oktobe 004 : 99 104 PENGAUH MODEL PODUK TEHADAP TINGKAT VOLUME PENJUALAN Studi Kasus Pada Telepon Selula Meek Nokia Pada PT. Bimasakti Oleh: Maju L. Tobing Dosen

Lebih terperinci

Angga Setiawan 1, Saripin 2, Ni Putu Nita Wijayanti 3 No. HP.

Angga Setiawan 1, Saripin 2, Ni Putu Nita Wijayanti 3  No. HP. 1 THE CONTRIBUTION OF THE WRIST FLEXIBILITY AND ARM MUSCLE AND SHOULDER POWER IN SERVING SKILL FOR MALE VOLLEYBALL TEAM OF SMAN 7 DURI IN MANDAU DISTRICT, BENGKALIS REGENCY Angga Setiawan 1, Saipin, Ni

Lebih terperinci

Pengembangan instrumen penilaian kemampuan berfikir kritis pada pembelajaran fisika SMA

Pengembangan instrumen penilaian kemampuan berfikir kritis pada pembelajaran fisika SMA Papes semina.uad.ac.id/index.php/quantum Semina Nasional Quantum #5 (018) 477-1511 (7pp) Pengembangan instumen penilaian kemampuan befiki kitis pada pembelajaan fisika SMA Suji Adianti, dan Ishafit Pogam

Lebih terperinci

ANALISIS PENGARUH HARGA JUAL DAN SALURAN DISTRIBUSI TERHADAP VOLUME PENJUALAN AYAM POTONG DI UD. SUPPLIER DAGING AYAM KOTA TANGERANG

ANALISIS PENGARUH HARGA JUAL DAN SALURAN DISTRIBUSI TERHADAP VOLUME PENJUALAN AYAM POTONG DI UD. SUPPLIER DAGING AYAM KOTA TANGERANG Junal Agibisnis, Vol. 9, No. 2, Desembe 2015, [ 137-148 ] ISSN : 1979-0058 ANALISIS PENGARUH HARGA JUAL DAN SALURAN DISTRIBUSI TERHADAP VOLUME PENJUALAN AYAM POTONG DI UD. SUPPLIER DAGING AYAM KOTA TANGERANG

Lebih terperinci

ANALISIS SEKTOR BASIS DAN NON BASIS DI PROVINSI NANGGROE ACEH DARUSSALAM

ANALISIS SEKTOR BASIS DAN NON BASIS DI PROVINSI NANGGROE ACEH DARUSSALAM ANALISIS SEKTOR BASIS DAN NON BASIS DI PROVINSI NANGGROE ACEH DARUSSALAM AZHAR, SYARIFAH LIES FUAIDAH DAN M. NASIR ABDUSSAMAD Juusan Sosial Ekonomi Petanian, Fakultas Petanian Univesitas Syiah Kuala -

Lebih terperinci

Gerak Melingkar. B a b 4. A. Kecepatan Linear dan Kecepatan Anguler B. Percepatan Sentripetal C. Gerak Melingkar Beraturan

Gerak Melingkar. B a b 4. A. Kecepatan Linear dan Kecepatan Anguler B. Percepatan Sentripetal C. Gerak Melingkar Beraturan B a b 4 Geak Melingka Sumbe: www.ealcoastes.com Pada bab ini, Anda akan diajak untuk dapat meneapkan konsep dan pinsip kinematika dan dinamika benda titik dengan caa menganalisis besaan Fisika pada geak

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Gambaan Objek Penelitian Obyek pada penelitian ini bejumlah 43 siswa kelas VIIA dan VIIB SMP Mate Alma Ambaawa tahun ajaan 2011/2012. Kegiatan penelitian ini dilaksanakan

Lebih terperinci

UNIVERSITAS GADJAH MADA PANDUAN PENYUSUNAN PROPOSAL PROGRAM HIBAH PEMBELAJARAN BERBASIS RISET (PBR) TAHUN ANGGARAN

UNIVERSITAS GADJAH MADA PANDUAN PENYUSUNAN PROPOSAL PROGRAM HIBAH PEMBELAJARAN BERBASIS RISET (PBR) TAHUN ANGGARAN UNIVERSITAS GADJAH MADA PANDUAN PENYUSUNAN PROPOSAL PROGRAM HIBAH PEMBELAJARAN BERBASIS RISET (PBR) TAHUN ANGGARAN 2012 MEI 2012 Nama file: G:\hibah PBR\PANDUAN hibah-rbl2012.doc (382 Kb) Dafta Isi Dafta

Lebih terperinci

Team project 2017 Dony Pratidana S. Hum Bima Agus Setyawan S. IIP

Team project 2017 Dony Pratidana S. Hum Bima Agus Setyawan S. IIP Hak cipta dan penggunaan kembali: Lisensi ini mengizinkan setiap oang untuk menggubah, mempebaiki, dan membuat ciptaan tuunan bukan untuk kepentingan komesial, selama anda mencantumkan nama penulis dan

Lebih terperinci

BAB PENERAPAN HUKUM-HUKUM NEWTON

BAB PENERAPAN HUKUM-HUKUM NEWTON 1 BAB PENERAPAN HUKUM-HUKUM NEWTON Sebelumnya telah dipelajai tentang hukum Newton: hukum I tentang kelembaban benda, yang dinyatakan oleh pesamaan F = 0; hukum II tentang hubungan gaya dan geak, yang

Lebih terperinci

ANALISIS DINAMIK ANTARA KONSUMSI DAN TABUNGAN DALAM WAKTU KONTINU

ANALISIS DINAMIK ANTARA KONSUMSI DAN TABUNGAN DALAM WAKTU KONTINU Posiding SNaPP2011 Sains, Teknologi, dan Kesehatan ISSN:2089-3582 ANALISIS DINAMIK ANTARA KONSUMSI DAN TABUNGAN DALAM WAKTU KONTINU 1 Lian Apianna, 2 Sudawanto, dan 3 Vea Maya Santi Juusan Matematika,

Lebih terperinci

Liston Hasiholan 1) dan Sudradjat 2)

Liston Hasiholan 1) dan Sudradjat 2) EVALUASI KINERJA KARYAWAN MENGGUNAKAN METODE PEMROGRAMAN LINEAR FUY *) Liston Hasiholan 1) dan Sudadjat 2) ABSTRAK Pengukuan kineja kayawan meupakan satu hal yang mutlak dilakukan secaa peiodik oleh suatu

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 34 BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Poses Pengumpulan Data Posedu dalam penelitian ini tedii dai tiga tahapan, tahapannya yaitu tahap pesiapan, tahap pelaksanaan dan tahap pengolahan dan penaikan

Lebih terperinci

EVALUASI DANA PENSIUN DENGAN METODE BENEFIT PRORATE CONSTANT PERCENT. Abstrak

EVALUASI DANA PENSIUN DENGAN METODE BENEFIT PRORATE CONSTANT PERCENT. Abstrak EVALUASI DANA PENSIUN DENGAN METODE BENEFIT PRORATE CONSTANT PERCENT Sudianto Manullang Yasifati Hia Abstak Pengelolaan dana pensiun dapat menentukan dan mendoong peningkatan poduktivitas angkatan keja.

Lebih terperinci

S T A T I S T I K A OLEH : WIJAYA

S T A T I S T I K A OLEH : WIJAYA S T A T I S T I K A OLEH : WIJAYA email : zeamays_hibida@yahoo.com FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS SWADAYA GUNUNG JATI CIREBON 009 ANALISIS KORELASI 1. Koefisien Koelasi Peason Koefisien Koelasi Moment

Lebih terperinci

ANALISIS KORELASI. Konsep. Konsep (lanjutan) Arah hubungan. Agus Susworo Dwi Marhaendro

ANALISIS KORELASI. Konsep. Konsep (lanjutan) Arah hubungan. Agus Susworo Dwi Marhaendro ANALISIS KORELASI Agus Suswoo Dwi Mahaendo Konsep Metode analisis tehadap data, tidak hanya yang tedii dai satu kaakteistik saja. Banyak pesoalan atau fenomena yang meliputi lebih dai sebuah vaiabel: beat

Lebih terperinci

ANALISIS REGRESI DAN KORELASI BERGANDA

ANALISIS REGRESI DAN KORELASI BERGANDA ANALISIS REGRESI DAN KORELASI BERGANDA Bentuk pesamaan egesi dengan dua vaiabel indenpenden adalah: Y = a + b X + b X Bentuk pesaman egesi dengan 3 veiabel independen adalah: Y = a + b X + b X + b 3 X

Lebih terperinci

Fiskal vs Moneter Kebijakan Mana Yang Lebih Effektif?

Fiskal vs Moneter Kebijakan Mana Yang Lebih Effektif? Fiskal vs Monete Kebijakan Mana Yang Lebih Effektif? Oleh : Pemeintah bau saja mengumumkan encana peubahan defisit PN 2009 dai 1,0% tehadap PD menjadi 2,5% tehadap PD. Pada kesempatan yang sama Pemeintah

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA A. Perambatan Bunyi di Luar Ruangan

TINJAUAN PUSTAKA A. Perambatan Bunyi di Luar Ruangan Kebisingan yang belebihan akan sangat bepengauh tehadap indea pendengaan. Seseoang yang telalu seing beada pada kawasan dengan kebisingan yang tinggi setiap hainya dapat mengalami gangguan pendengaan sementaa

Lebih terperinci

Penerapan Metode Saw Dalam Menentukan Juara Dance Sekolah Menengah Pertama

Penerapan Metode Saw Dalam Menentukan Juara Dance Sekolah Menengah Pertama ISSN: 2089-3787 63 Peneapan Metode Saw Dalam Menentukan Juaa Dance Sekolah Menengah Petama Yuni Melliyana, Fitiyadi 2 Pogam Studi Sistem Infomasi, STMIK Banjabau Jl.Ahmad Yani Km 33,5 Loktabat Banjabau,

Lebih terperinci

PENGUKURAN. Disampaikan pada Diklat Instruktur/Pengembang Matematika SD Jenjang Lanjut Tanggal 6 s.d. 19 Agustus 2004 di PPPG Matematika

PENGUKURAN. Disampaikan pada Diklat Instruktur/Pengembang Matematika SD Jenjang Lanjut Tanggal 6 s.d. 19 Agustus 2004 di PPPG Matematika PENGUKURAN Disampaikan pada Diklat Instuktu/Pengembang Matematika SD Jenjang Lanjut Tanggal 6 s.d. 9 Agustus 004 di PPPG Matematika Oleh: Da. Pujiati,M. Ed. Widyaiswaa PPPG Matematika Yogyakata =================================================================

Lebih terperinci

SMK NEGERI 3 PURWOREJO KOMPETENSI KEAHLUIAN JASA BOGA SILABUS. : Sanitasi, Hygiene dan Keselamatan Kerja. Kelas /Semeste : X/ 1 dan 2

SMK NEGERI 3 PURWOREJO KOMPETENSI KEAHLUIAN JASA BOGA SILABUS. : Sanitasi, Hygiene dan Keselamatan Kerja. Kelas /Semeste : X/ 1 dan 2 Nama Sekolah Mata Pelajaan : SMK/SMAK Kelas /Semeste : X/ 1 dan 2 SILABUS : Sanitasi, Hygiene dan Keselamatan Keja Kompetensi Inti: KI :Menghayati dan mengamalkanajaan agama yang dianutnya KI 2 :Mengembangkan

Lebih terperinci

PENERAPAN METODE SIMPLE ADDITIVE WEIGHTING (SAW) DALAM MENENTUKAN PENDIRIAN LOKASI GRAMEDIA DI SUMATERA UTARA

PENERAPAN METODE SIMPLE ADDITIVE WEIGHTING (SAW) DALAM MENENTUKAN PENDIRIAN LOKASI GRAMEDIA DI SUMATERA UTARA Semina Nasional Teknologi Infomasi dan Multimedia 0 STMIK AMIKOM Yogyakata, 6-8 Febuai 0 ISSN : 0-80 PENERAPAN METODE SIMPLE ADDITIVE WEIGHTING (SAW) DALAM MENENTUKAN PENDIRIAN LOKASI GRAMEDIA DI SUMATERA

Lebih terperinci

KONTRIBUSI STATUS GIZI DAN PANJANG TUNGKAI TERHADAP KEMAMPUAN LARI 200 METER PADA MAHASISWA PROGRAM STUDI PENJASKESREK FKIP UNSYIAH

KONTRIBUSI STATUS GIZI DAN PANJANG TUNGKAI TERHADAP KEMAMPUAN LARI 200 METER PADA MAHASISWA PROGRAM STUDI PENJASKESREK FKIP UNSYIAH Volume. Nomo 4:359-37 Novembe 06 KONTRIBUSI STATUS GIZI DAN PANJANG TUNGKAI TERHADAP KEMAMPUAN LARI 00 METER PADA MAHASISWA PROGRAM STUDI PENJASKESREK FKIP UNSYIAH Janu Fiadi *, Muhammad Jafa, Nuzuli Pogam

Lebih terperinci

REGRESI. Imam Gunawan

REGRESI. Imam Gunawan REGRESI Imam Gunawan REGRESI LINIER SEDERHANA (SATU PREDIKTOR / INDEPENDEN) Pesamaan: Ŷ = a + bx Ŷ : Subyek dalam vaiabel dependen yang dipediksi a : Haga Y bila X = 0 (konstan) b : Angka aah / koefisien

Lebih terperinci

BAB III ANALISIS DAN PERANCANGAN

BAB III ANALISIS DAN PERANCANGAN BAB III ANALISIS DAN PERANCANGAN III.1 Pehitungan Pegeakan Robot Dai analisis geakan langkah manusia yang dibahas pada bab dua, maka dapat diambil bebeapa analisis untuk membuat ancangan geakan langkah

Lebih terperinci