ρ mempunyai koefisien sebesar 0,789 dan nilai F sebesar 33,290. Pada

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "ρ mempunyai koefisien sebesar 0,789 dan nilai F sebesar 33,290. Pada"

Transkripsi

1 5 g. Jalu e mempunyai koefisien sebesa 0,789 dan nilai F sebesa 33,90. Pada taaf signifikansi 5% dengan db = 3 lawan 65, F tabel adalah,66 sehingga p<0,00. Jadi jalu ini signifikan kaena p<0,05. Bedasakan gamba 4.5 (halaman 3) dan kaena analisis jalu menggunakan koefisien koelasi sedehana, keempat vaiabel penelitian ini diasumsikan bebentuk sko standa (z sko) sehingga ada empat umus analisis jalu yang menceminkan model stuktual penelitian ini. e x = e x = e x x y + + = e y x x y = (Dillon dan Goldstein, 984:439) Hubungan koefisien jalu dengan koefisien koelasi sedehana (decomposing coelations) ditunjukkan oleh umus-umus di bawah ini. + = T = D + U + = T = D + U = T = D + I + U = T = D + I + U = T = D + S (Dillon dan Goldstein, 984:445)

2 6 Keteangan: = koefisien koelasi = koefisien jalu T = efek gabungan D = efek langsung I = efek tidak langsung U = efek unanalyzed S = efek spuious Hasil pehitungan dengan pogam ECEL fo Windows menunjukkan efek langsung yang lebih tinggi daipada efek tidak langsung hanya tejadi pada hubungan pengetahuan awal dengan hasil belaja mata pelajaan ekonomi. Efek tidak langsung dan spuious bevaiasi pada kelima hubungan. Secaa lebih lengkap, tabel 4.9 (halaman 6) mensdeskipsikan koefisien efek gabungan, efek langsung, efek tidak langsung, efek spuious, dan efek unanalyzed. Tabel 4.9 Efek Gabungan, Efek Langsung, Efek Tidak Langsung, Efek Unanalyzed, dan Efek Spuious Koelasi Efek Gabungan 0,448 0,36 0,373 0,65 0,60 Efek Langsung 0,44 0,3 0,33 0,035 0,534 Efek Tidak Langsung - - 0,36 0,9 - efek unanalyzed 0,007 0,03 0,005 0,0 - Efek Spuious ,068 Pengetesan spesifikasi model analisis jalu dilakukan dengan mempehitungkan koefisien jalu yang signifikan yakni,,, e, dan e, dan menghilangkan koefisien jalu yang tidak signifikan yakni dan.

3 7 Dengan demikian dipeoleh model akhi sebagai hasil evisi sepeti tampak pada gamba 4.6 (halaman 7). 0,44 0,3 0,534 0,866 0,789 Gamba 4.6 Model Stuktual Akhi Konstelasi Vaiabel-vaiabel Penelitian (Sumbe: Hasil pemahaman Sendii) Bedasakan model stuktual tesebut, dapat dijelaskan hasil pengujian hipotesis sebagai beikut.. H 0 ditolak sedangkan H a diteima sehingga jawaban untuk masalah penelitian yang petama adalah tedapat hubungan langsung positif yang signifikan kecedasan dengan pengetahuan awal.. H 0 diteima sedangkan H a ditolak sehingga jawaban untuk masalah penelitian yang kedua adalah tidak tedapat hubungan langsung positif yang signifikan kecedasan dengan hasil belaja mata pelajaan ekonomi.

4 8 3. H 0 ditolak sedangkan H a diteima sehingga jawaban untuk masalah penelitian yang ketiga adalah tedapat hubungan langsung positif yang signifikan stategistategi metakognitif dengan pengetahuan awal. 4. H 0 diteima sedangkan H a ditolak sehingga jawaban untuk masalah penelitian yang keempat adalah tidak tedapat hubungan langsung positif yang signifikan stategi-stategi metakognitif dengan hasil belaja mata pelajaan ekonomi. 5. H 0 ditolak sedangkan H a diteima sehingga jawaban untuk masalah penelitian yang kelima adalah tedapat hubungan langsung positif yang signifikan pengetahuan awal dengan hasil belaja mata pelajaan ekonomi. 6. H 0 ditolak sedangkan H a diteima sehingga jawaban untuk masalah penelitian yang keenam adalah tedapat hubungan tidak langsung positif yang signifikan kecedasan dengan hasil belaja mata pelajaan ekonomi melalui pengetahuan awal. 7. H 0 ditolak sedangkan H a diteima sehingga jawaban untuk masalah penelitian yang ketujuh adalah tedapat hubungan tidak langsung positif yang signifikan stategi-stategi metakognitif dengan hasil belaja mata pelajaan ekonomi melalui pengetahuan awal. Khusus untuk vaiabel esidual yaitu vaiabel-vaiabel lain yang behubungan dengan vaiabel dependen yang tidak temasuk dalam konstelasi vaiabel-vaiabel penelitian ini, dapat dijelaskan sebagai beikut.

5 9. Vaiabel esidual untuk ( e ) memiliki hubungan langsung yang signifikan dengan pengetahuan awal. Ini beati pengetahuan awal siswa dipengauhi oleh vaiabel lain, selain kecedasan dan stategi-stategi metakognitif.. Vaiabel esidual untuk ( e ) memiliki hubungan langsung yang signifikan adalah dengan hasil belaja mata pelajaan ekonomi. Ini beati hasil belaja mata pelajaan ekonomi siswa dipengauhi oleh vaiabel lain, selain kecedasan, stategi-stategi metakognitif, dan pengetahuan awal. Dengan demikian bentuk pesamaan dai model stuktual akhi penelitian ini y = 0,44x + 0,3x + 0,866 y = 0,534y + 0, Menentukan Indeks Deteminasi (Sumbangan Efektif) Sumbangan efektif vaiabel independen tehadap vaiabel dependen secaa simultan adalah R kuadat dai hasil analisis egesi. Oleh kaena itu sumbangan efektif vaiabel dan tehadap adalah 0,500 = 0,50 atau 5% sedangkan sumbangan efektif vaiabel,, dan tehadap adalah 0,64 = 0,377 atau 37,7%. Sumbangan efektif tiap vaiabel independen tehadap vaiabel dependen adalah hasil kali koefisien egesi testanda (beta) dengan koefisien koelasi sedehana sehingga sumbangan efektif vaiabel dan tehadap adalah

6 30 a. sumbangan efektif tehadap : (0,44049)(0,448) = 0,98 b. sumbangan efektif tehadap : (0,39)(0,36) = 0,05 + Jumlah = 0,50 Jadi sumbangan efektif tehadap sebesa 9,8% sedangkan tehadap sebesa 5,%. Ini beati sumbangan efektif sebesa 75% beasal dai vaiabel lain. 0% 5% 75% Gamba 4.7 Sumbangan Efektif Kecedasan dan Stategi-stategi Metakognitif tehadap Pengetahuan Awal (Sumbe: Hasil pemahaman Sendii) Sumbangan efektif vaiabel,, dan tehadap adalah a. sumbangan efektif tehadap : (0,3334)(0,373) = 0,050 b. sumbangan efektif tehadap : (0,03585)(0,65) = 0,006 c. sumbangan efektif tehadap : (0,53407)(0,60) = 0,3 + Jumlah = 0,377 Jadi sumbangan efektif tehadap sebesa 5%, tehadap sebesa 0,6%, dan tehadap sebesa 3,%. Ini beati sumbangan efektif sebesa 6,3% beasal dai vaiabel lain.

7 3 5% % 3% 6% Gamba 4.8 Sumbangan Efektif Kecedasan, Stategi-stategi Metakognitif, Pengetahuan Awal tehadap Hasil Belaja Mata Pelajaan Ekonomi (Sumbe: Hasil pemahaman Sendii) D. Pembahasan. Hubungan Langsung Antaa Kecedasan dengan Pengetahuan Awal Dengan koefisien sebesa 0,44 dan nilai t sebesa 6,559, hubungan langsung kecedasan dengan pengetahuan awal adalah signifikan pada taaf signifikansi 5% sehingga tedapat hubungan langsung positif yang signifikan kecedasan dengan pengetahuan awal. Signifikansi hubungan ini sangat tinggi kaena dengan db = 67, t tabel adalah,974 sehingga p<0,00. Peanan kecedasan betambah penting kaena vaiabel ini memiliki sumbangan efektif 0% dalam mempengauhi pengetahuan awal. Di samping itu, efek unanalyzed yaitu efek pengauh vaiabel lain, dalam hal ini stategi-stategi metakognitif tehadap hubungan ini hanya sebesa 0,007. Temuan ini senada dengan hasil-hasil penelitian sebelumnya. Patomo et al (dalam Azwa, 00:68) menemukan koelasi inteligensi dengan pestasi belaja sebesa 0,76 yang signifikan pada taaf 5%. Kusumaningum (985:79) membuktikan ada hubungan bebanding luus IQ dengan pestasi belaja sebesa 0,4. Di samping itu, ia juga

8 3 behasil membuktikan ada hubungan antaa IQ dengan nilai tes masuk sebesa 0,3. Selanjutnya Rivai (000:6) menemukan adanya hubungan positif yang signifikan antaa inteligensi dengan hasil belaja matematika ekonomi dengan = 0,869. Dengan koefisien deteminasi sebesa 0,690, inteligensi membeikan kontibusi sebesa 6,90% pada hasil belaja matematika ekonomi. Poses kognitif manusia dikendalikan oleh otak sedangkan kecedasan ada di dalam otak sehingga poses kognitif manusia dipengauhi kecedasan. Dalam teoi pemosesan infomasi, poses kognitif manusia bejalan sepeti poses penyimpanan infomasi kompute. Infomasi yang behasil ditangkap oleh inda peneima infomasi dimasukkan ke dalam otak. Otak akan menyimpan, menstuktu, dan meestuktu infomasi itu. Otak juga akan mengontol keluaan (output) infomasi apabila dipelukan. Di sinilah otak mempunyai dua fungsi yaitu sebagai memoi keja/jangka pendek (woking memoy atau shot tem memoy) dan memoi jangka panjang (long tem memoy). Sebagai memoi keja, otak befungsi menyimpan infomasi hanya bebeapa detik dan kemudian mengkode infomasi ke memoi jangka panjang. Untuk fungsi yang teakhi ini, otak akan menyimpan infomasi beseta keteampilanketeampilan bepiki yang menyetainya dalam jangka panjang. Di dalam memoi ini pengetahuan awal itu beada. Dengan demikian ketepatan dan kecepatan menyimpan, mengkode, dan memanggil kembali infomasi ditentukan oleh kemampuan otak dan dengan demikian dipengauhi oleh kecedasan. Walaupun pada pinsipnya poses penyimpanan infomasi antaa pengetahuan awal dengan hasil belaja mata pelajaan ekonomi elatif sama, hubungan langsung antaa kecedasan dengan hasil belaja mata pelajaan ekonomi tidak signifikan.

9 33 Sebaliknya, hubungan tidak langsung antaa kedua vaiabel ini signifikan. Ini beati kecedasan tidak semata-mata befungsi membantu siswa dalam memecahkan masalah teutama dalam mempecepat dan meningkatkan ketelitian inda peneima infomasi tetapi juga befungsi membantu siswa mengoptimalkan daya ingatnya tehadap matei pelajaan yang telah dipelajai di masa lalu. Siswa yang lebih cedas cendeung memiliki daya ingat yang lebih kuat daipada yang kuang cedas. Dengan kata lain, kelupaan akan seing tejadi pada siswa yang kuang cedas daipada yang cedas.. Hubungan Langsung Antaa Kecedasan dengan Hasil Belaja Mata Pelajaan Ekonomi Koefisien jalu hubungan langsung kecedasan dengan hasil belaja mata pelajaan ekonomi hanya 0,33. Koefisien ini memiliki nilai t sebesa,93. Dengan db = 67, t tabel adalah,974 sehingga tidak tedapat hubungan langsung positif yang signifikan kecedasan dengan hasil belaja mata pelajaan ekonomi pada taaf signifikansi 5%. Temuan ini bebeda dengan hasil-hasil penelitian sebelumnya sepeti penelitian yang dilakukan Patomo et al, Kusumaningum, dan Rivai. Pebedaan ini tejadi bukan kaena kesalahan posedu penelitian ini tetapi lebih disebabkan kaena pebedaan konstelasi vaiabel penelitian yang diteliti. Ketiga penelitian di atas hanya meneliti hubungan langsung kecedasan dengan hasil belaja tanpa meneliti vaiabel lain yang mempengauhi hubungan ini sehingga koefisien yang dihasilkan adalah koefisien koelasi bukan koefisien jalu yang secaa filosofis lebih teliti daipada koefisien koelasi sedehana. Jika hubungan langsung kecedasan dengan hasil belaja mata pelajaan ekonomi dianalisis dengan umus koelasi sedehana, koefisien

10 34 koelasinya sebesa 0,373 (lihat tabel 4.6 halaman ). Koefisien koelasi ini signifikan dan seupa dengan hasil-hasil penelitian sebelumnya. Ada dua fakto yang mempengauhi inteligensi: fakto genetis dan fakto lingkungan. Fakto genetis memainkan pean yang lebih besa daipada fakto lingkungan dalam membentuk kecedasan tetapi fakto lingkungan mempunyai pengauh yang kuat. Manusia lahi membawa kecedasan yang bisa beubah tetapi pada masa anak-anak kecedasan elatif stabil dan hanya beubah sedikit setelah itu. Dengan demikian seluuh kecedasan yang dimiliki manusia selama hidupnya sebagian besa meupakan bawaan sejak lahi. Kecedasan lahi lebih dahulu daipada pengetahuan dan keteampilan-keteampilan. Untuk itu sulit sekali melatih seseoang aga menjadi cedas. Sebuah usaha yang naif bila seoang guu ingin meningkatkan hasil belaja siswa dengan caa membeikan pelajaan tentang caa mengejakan soalsoal tes inteligensi walaupun ada hubungan antaa kecedasan dengan hasil belaja. Kecedasan tegantung pada pengetahuan. Dalam hal ini oang yang cedas tidak semata-mata memiliki pengetahuan tetapi yang lebih penting memanfaatkan pengetahuan itu. Pengetahuan yang dimiliki seseoang meupakan alat intelektual dan kecedasan mengaahkannya untuk digunakan memecahkan masalah-masalah kehidupan (Woodwoth dan Maquis, 96:33). Siswa yang secaa intelektual cedas, tidak akan memiliki pestasi akademis yang baik apabila meeka tidak memiliki pengetahuan yang behubungan dengan pengetahuan bau yang akan dipelajai. Kecedasan sebenanya hanya meupakan vaiabel anteseden (antecedent vaiable) yang mempengauhi hubungan antaa pengetahuan awal dengan hasil belaja. Oleh kaena itu hubungan langsung kecedasan dengan hasil belaja mata pelajaan

11 35 ekonomi tidak signifikan. Temuan penelitian ini penting untuk dipehatikan dalam pengajaan di sekolah apalagi tes kecedasan yang digunakan dalam penelitian ini adalah tes kemampuan vebal di mana sebagian besa matei pelajaan di sekolah memelukan kemampuan vebal untuk mempelajainya. 3. Hubungan Langsung Antaa Stategi-stategi Metakognitif dengan Pengetahuan Awal Dengan koefisien jalu sebesa 0,3, hubungan langsung stategi-stategi metakognitif dengan pengetahuan awal memiliki nilai t sebesa 3,38 sehingga hubungan ini signifikan pada taaf signifikansi 5% apalagi efek unanalyzed yaitu efek pengauh vaiabel lain, dalam hal ini kecedasan tehadap hubungan ini hanya 0,03. Untuk itu tedapat hubungan langsung positif yang signifikan stategi-stategi metakognitif dengan pengetahuan awal. Sumbangan efektif stategi-stategi metakognitif tehadap pengetahuan awal hanya 5%. Walaupun temuan ini sedikit bebeda dengan simpulan penelitian yang dilakukan oleh Cavanaugh dan Pelmute, banyak penelitian lain yang mendukung temuan ini. Kaspe (997:5-6) menemukan bahwa ada pebedaan yang signifikan komponen-komponen metakognitif antaa siswa yang lulus dengan yang gagal dengan F = 6,00. Ia juga menyimpulkan bahwa ada hubungan positif yang signifikan antaa petumbuhan metakognitif dengan hasil belaja menulis. Koefisien koelasi antaa komponen-komponen metakognitif dengan hasil belaja menulis sebesa 0,43 sampai 0,46. Di dalam kelompok siswa yang naik tingkat dai tingkat lanjut ke tingkat mahi juga ditemukan koelasi yang signifikan antaa petumbuhan metakognitif dengan hasil belaja menulis dengan koefisien koelasi sebesa 0,45 sampai 0,48. PISA (000:-3) melapokan bahwa pada

12 36 kelompok atas, siswa-siswa di bebeapa negaa OECD yang menggunakan stategistategi kontol, memiliki sko liteasi membaca yang lebih baik daipada yang menggunakan stategi-stategi memoisasi dan stategi-stategi elaboasi. Sebaliknya pada kelompok bawah, siswa-siswa yang menggunakan stategi-stategi kontol memiliki sko liteasi membaca yang lebih endah daipada yang menggunakan stategi-stategi memoisasi dan stategi-stategi elaboasi. in dan Agnes (00:5) menemukan good eades secaa signifikan mempeoleh sko IRA yang lebih tinggi daipada poo eades di mana t =,765. Di sisi lain, sko RSU antaa good eades dengan poo eades tidak bebeda secaa signifikan dengan t = -,63. Pada dasanya pengetahuan awal adalah hasil belaja. Poses-poses kontol eksekutif dipeoleh melalui pembelajaan sebelumnya. Meeka dikaitkan dengan memoi jangka panjang. Fungsinya adalah menentukan/memilih jenis pemosesan infomasi yang bisa digunakan siswa untuk menyelesaikan tugas-tugas tetentu. Meeka menentukan pendekatan siswa dalam memposes infomasi bagaimana ia mengamati, menyimpan, mengkode, dan memanggil kembali infomasi (Gagne, 977:59). Dengan demikian kontol eksekutif melibatkan poses-poses metakognitif. Stategi-stategi metakognitif mengaahkan stategi-stategi kognitif siswa dalam mempelajai matei pelajaan. Menuut Flavell (dalam Hacke, tanpa tahun:4) dan Bown (dalam Livingstone, 997:), pengalaman-pengalaman metakognitif melibatkan stategi-stategi metakognitif atau pengatuan metakognitif. Stategistategi metakognitif meupakan poses-poses yang beuutan yang digunakan untuk mengontol aktivitas-aktivitas kognitif dan memastikan bahwa tujuan kognitif telah dicapai. Poses-poses ini tedii dai peencanaan dan pemantauan aktivitas-aktivitas

13 37 kognitif seta evaluasi tehadap hasil aktivitas-aktivitas ini. Aktivitas-aktivitas peencanaan sepeti menentukan tujuan dan analisis tugas membantu mengaktivasi pengetahuan yang elevan sehingga mempemudah pengoganisasian dan pemahaman matei pelajaan. Aktivitas-aktivitas pemantauan meliputi pehatian seseoang ketika ia membaca, dan membuat petanyaan atau pengujian dii. Aktivitas-aktivitas ini membantu siswa dalam memahami matei dan mengintegasikannya dengan pengetahuan awal. Aktivitas-aktivitas pengatuan meliputi penyesuaian dan pebaikan aktivitas-aktivitas kognitif siswa. Aktivitas-aktivitas ini membantu peningkatan pestasi dengan caa mengawasi dan mengoeksi peilakunya pada saat ia menyelesaikan tugas (Pintich et al, 99:). Pada saat siswa mempelajai konsep tentang tiga macam kegiatan ekonomi: poduksi, distibusi, dan konsumsi, secaa kognitif meeka haus mampu membedakan ketiga konsep itu. Mulanya mungkin siswa mempelajainya dengan caa mendengakan ceamah guu. Jika siswa memiliki stategi-stategi metakognitif yang baik, meeka sada tentang tujuan kognitif yang haus dicapainya dan meeka sada pula dalam memantau dan mengevaluasi ketecapaian tujuan kognitif itu. Sesuai dengan contoh itu, tujuan kognitifnya adalah membedakan konsep poduksi, distibusi, dan konsumsi. Untuk mengetahui ketecapaian tujuan kognitif ini, meeka dengan sada menanyakan kepada diinya sendii apakah telah memahami ketiga konsep itu. Apabila belum memahami, meeka dengan sada pula meubah stategistategi kognitif yang sedang digunakannya, sesuai dengan contoh ini, dai hanya mendengakan ceamah guu menjadi menggaisbawahi kata-kata penting dai

14 38 pengetian poduksi, distibusi, dan konsumsi, atau menggunakan stategi-stategi kognitif lain sampai ia memahami ketiga konsep itu. Umumnya, siswa yang menggunakan stategi-stategi metakognitif dengan baik memiliki kepecayaan bahwa meeka bisa belaja dengan baik, dapat membuat penilaian yang akuat tentang mengapa meeka behasil di dalam pembelajaan, bisa mempekiakan fakto-fakto yang menyebabkan kegagalan di dalam pembelajaan, dapat memilih stategi belaja yang baik, membuat penyesuaian stategi-stategi kognitif yang sedang digunakan apabila dipelukan, secaa sada meminta bimbingan dai teman atau guu, meluangkan waktunya untuk bepiki, dan beanggapan bahwa diinya adalah siswa dan pemiki yang haus teus bekembang. Makin baik siswa menggunakan stategi-stategi metakognitif, makin baik pula hasil belajanya. 4. Hubungan Langsung Antaa Stategi-stategi Metakognitif dengan Hasil Belaja Mata pelajaan Ekonomi Koefisien jalu hubungan langsung stategi-stategi metakognitif dengan hasil belaja mata pelajaan ekonomi hanya 0,035 dan hampi sama dengan koefisien efek unanalyzed sebesa 0,0. Koefisien ini memiliki nilai t sebesa 0,556. Dengan db = 67, t tabel adalah,974 sehingga tidak tedapat hubungan langsung positif yang signifikan stategi-stategi metakognitif dengan hasil belaja mata pelajaan ekonomi. Temuan ini bebeda dengan hasil-hasil penelitian sebelumnya. Kaspe (997:5-6) menemukan bahwa ada pebedaan yang signifikan komponen-komponen metakognitif antaa siswa yang lulus dengan yang gagal dengan F = 6,00. Ia juga menyimpulkan bahwa ada hubungan positif yang signifikan antaa petumbuhan metakognitif dengan hasil belaja menulis. Koefisien koelasi antaa komponen-

15 39 komponen metakognitif dengan hasil belaja menulis sebesa 0,43 sampai 0,46. Di dalam kelompok siswa yang naik tingkat dai tingkat lanjut ke tingkat mahi juga ditemukan koelasi yang signifikan antaa petumbuhan metakognitif dengan hasil belaja menulis dengan koefisien koelasi sebesa 0,45 sampai 0,48. PISA (000:-3) melapokan bahwa pada kelompok atas, siswa-siswa di bebeapa negaa OECD yang menggunakan stategi-stategi kontol, memiliki sko liteasi membaca yang lebih baik daipada yang menggunakan stategi-stategi memoisasi dan stategi-stategi elaboasi. Sebaliknya pada kelompok bawah, siswa-siswa yang menggunakan stategi-stategi kontol memiliki sko liteasi membaca yang lebih endah daipada yang menggunakan stategi-stategi memoisasi dan stategi-stategi elaboasi. in dan Agnes (00:5) menemukan good eades secaa signifikan mempeoleh sko IRA yang lebih tinggi daipada poo eades di mana t =,765. Di sisi lain, sko RSU antaa good eades dengan poo eades tidak bebeda secaa signifikan dengan t = -,63. Pebedaan hasil penelitian ini dengan hasil penelitian sebelumnya tejadi kaena penelitian ini melibatkan intevening vaiable. Pengetahuan awal sebagai intevening vaiable mempengauhi hubungan stategi-stategi metakognitif dengan hasil belaja mata pelajaan ekonomi. Jika stategi-stategi metakognitif dengan hasil belaja mata pelajaan ekonomi dihubungkan tanpa melibatkan intevening vaiable, koefisien koelasinya sebesa 0,65. Koefisien ini signifikan pada taaf signifikansi 5% sehingga senada dengan temuan penelitian sebelumnya. Poses-poses kontol eksekutif dipeoleh melalui pembelajaan sebelumnya. Meeka dikaitkan dengan memoi jangka panjang. Fungsinya adalah menentukan/memilih jenis pemosesan infomasi yang bisa digunakan siswa untuk

16 40 menyelesaikan tugas-tugas tetentu. Meeka menentukan pendekatan siswa dalam memposes infomasi bagaimana ia mengamati, menyimpan, mengkode, dan memanggil kembali infomasi (Gagne, 977:59). Bepiki metakognitif adalah peilaku mental yang disengaja, bisa bekembang, diaahkan pada tujuan dan beoientasi ke masa depan yang digunakan untuk menyelesaikan tugas-tugas kognitif. Oleh kaena itu, stategi-stategi metakognitif dapat mengaahkan poses bepiki dan peencanaan belaja. Dengan caa ini, siswa dapat membuat keputusan sendii tentang tujuan belajanya, pengetahuan awal yang dipelukan, waktu yang digunakan untuk belaja, dan stategi-stategi kognitif yang bisa digunakan aga ia dapat memahami pengetahuan bau. Walaupun stategi-stategi metakognitif mampu mempengauhi segala sesuatu yang bekaitan dengan sistem pemosesan infomasi manusia, penggunaannya akan lebih efektif apabila siswa telah memiliki pengetahuan awal yang elevan dengan pengetahuan bau. Stategi-stategi metakognitif meupakan poses-poses yang beuutan yang digunakan untuk mengontol aktivitas-aktivitas kognitif dan memastikan bahwa tujuan kognitif telah dicapai. Poses-poses ini tedii dai peencanaan dan pemantauan aktivitas-aktivitas kognitif seta evaluasi tehadap hasil aktivitas-aktivitas ini. Aktivitas-aktivitas peencanaan sepeti menentukan tujuan dan analisis tugas membantu mengaktivasi pengetahuan yang elevan sehingga mempemudah pengoganisasian dan pemahaman matei pelajaan. Aktivitas-aktivitas pemantauan meliputi pehatian seseoang ketika ia membaca, dan membuat petanyaan atau pengujian dii. Aktivitas-aktivitas ini membantu siswa dalam memahami matei dan mengintegasikannya dengan pengetahuan awal. Aktivitas-aktivitas pengatuan

17 4 meliputi penyesuaian dan pebaikan aktivitas-aktivitas kognitif siswa. Aktivitasaktivitas ini membantu peningkatan pestasi dengan caa mengawasi dan mengoeksi peilakunya pada saat ia menyelesaikan tugas (Pintich et al, 99:). 5. Hubungan Langsung Antaa Pengetahuan Awal dengan Hasil Belaja Mata Pelajaan Ekonomi Koefisien jalu hubungan langsung pengetahuan awal dengan hasil belaja mata pelajaan ekonomi sebesa 0,534. Koefisien ini memiliki nilai t sebesa 7,56. Dengan db = 67, t tabel adalah,974 sehingga tedapat hubungan langsung positif yang signifikan pengetahuan awal dengan hasil belaja mata pelajaan ekonomi pada taaf signifikansi 5%. Sumbangan efektif pengetahuan awal tehadap hasil belaja mata pelajaan ekonomi adalah 3%. Jalu ini betambah signifikan kaena efek spuious yaitu efek pengauh vaiabel lain, dalam hal ini kecedasan dan stategistategi metakognitif tehadap hubungan ini hanya sebesa 0,068. Ini beati peanan pengetahuan awal sangat penting dalam mempengauhi hasil belaja siswa. Temuan ini sama dengan temuan Addison dan Hutcheson (00:9). Meeka menyimpulkan siswa yang memiliki pengetahuan awal yang bekaitan dengan penyataan untung dan ugi mempeoleh sko yang lebih tinggi daipada yang tidak memiliki pengetahuan awal. Pintinch menemukan siswa yang kekuangan pengetahuan awal tidak mungkin maju. Penelitian Baclay et al menyimpulkan bahwa pemahaman tehadap suatu teks tegantung pada peneapan pengetahuan awal yang elevan yang tidak ada di dalam teks. Hasil action eseach Faisi (00:9) menyatakan pembelajaan IPS bedasakan penggunaan konsep siswa dapat meningkatkan kineja pofesional guu, kineja siswa, dan iklim sosial pembelajaan IPS.

18 4 Menuut Bune, belaja kognitif melibatkan tiga poses yang belangsung hampi besamaan: () mempeoleh infomasi bau; () tansfomasi infomasi; dan (3) menguji elevansi dan ketepatan pengetahuan. Infomasi bau dapat meupakan penghalus dai infomasi sebelumnya yang ada di dalam stuktu kognitif siswa atau infomasi itu dapat belawanan dengan infomasi yang telah dimiliki siswa. Tansfomasi pengetahuan meupakan aktivitas siswa untuk mempelakukan pengetahuan aga sesuai dengan tugas bau, apakah dengan caa ekstapolasi atau dengan mengubahnya menjadi bentuk lain. Menguji elevansi dan ketepatan pengetahuan bekaitan dengan menilai apakah caa kita mempelakukan pengetahuan itu sesuai dengan tugas yang ada (Daha, 99:0). Pendapat yang hampi sama dikemukakan oleh Ausubel bahwa dalam belaja kognitif tejadi tiga tahapan: () cognitive stuctue is hieachically oganized, with moe inclusive, moe geneal concepts and popositions supeodinate to less inclusive, moe specific concepts and popositions; () concepts in cognitive stuctue undego pogessive diffeentiation s, wheein geate inclusiveness and geate specificity of egulaities in objects o events ae discened and moe popositional linkages with othe elated concepts ae ecognized; and (3) integative econciliation occus when two o moe concepts ae ecognized as elatable in new popositional meanings and/o when conflicting meanings of concepts ae esolved (Novak dan Gowin, 985:97). Dengan demikian pekembangan stuktu kognitif seseoang ditentukan oleh kemampuannya untuk melakukan apesepsi. Apesepsi meupakan poses jiwa untuk melakukan pemahaman kesan-kesan bau melalui bantuan kesan-kesan lama yang dimiliki. Memoi senso meupakan memoi yang dikaitkan dengan infomasi yang dibawa pancainda. Memoi inilah yang bisa membedakan dengan cepat hasil-hasil

19 43 dai melihat, mendenga, mencium, measakan, dan menyentuh objek-objek atau infomasi yang bisa dilihat dan didenga. Dai seluuh infomasi ini, hanya sebagian kecil yang dimasukkan ke dalam memoi jangka pendek dan sebagiannya lagi hilang dai sistem. Setelah itu, infomasi yang disimpan di dalam memoi jangka pendek dikodekan ke dalam memoi jangka panjang. Pengkodean meupakan poses tansfomasi di mana infomasi bau diintegasikan dengan infomasi lama dengan bebagai caa. Pengetahuan bau dapat menguji elevansi dan ketepatan pengetahuan awal. Di sinilah stuktu kognitif dipebaiki dan selanjutnya dikembangkan. Siswa dengan pengetahuan awal yang bena dan elevan dengan pengetahuan bau tidak mengalami kesulitan memahami pengetahuan bau. Sebaliknya, siswa yang memiliki pengetahuan awal yang miskonsepsi atau bahkan tidak memiliki pengetahuan awal yang dipesyaatkan akan mengalami kesulitan memahami pengetahuan bau. Pembelajaan infomasi vebal bau dipengauhi oleh pemanggilan kembali infomasi yang dipelajai sebelumnya. Isyaat yang dibeikan oleh infomasi yang dipelajai dapat mengaktivasi konsep-konsep di dalam memoi jangka panjang yang bepenca di dalam sebuah jaingan poposisional. Andeson menamakan poses ini aktivasi bepenca (speading activation). Makin banyak ide-ide yang telibat dalam pemosesan elaboatif (elaboatif pocessing), makin banyak pemanggilan kembali pengetahuan dan makin baik elaboasi pengetahuan, yaitu lebih luas dan lebih banyak ide yang dipanggil kembali dai pengetahuan awal, makin banyak infomasi vebal bau yang akan dipelajai dan diingat (Gagne et al, 99:04).

20 44 6. Hubungan Tidak Langsung Antaa Kecedasan dengan Hasil Belaja Mata Pelajaan Ekonomi melalui Pengetahuan Awal Total efek tidak langsung kecedasan dengan hasil belaja mata pelajaan ekonomi melalui pengetahuan awal adalah 0,36. Koefisien ini signifikan pada taaf signifikansi 5% dan jauh lebih besa daipada total efek langsung kecedasan dengan hasil belaja mata pelajaan ekonomi yang hanya 0,33 apalagi efek unanalyzed pada jalu ini hanya sebesa 0,005 sehingga tedapat hubungan tidak langsung positif yang signifikan kecedasan dengan hasil belaja mata pelajaan ekonomi melalui pengetahuan awal. Kecedasan hanya meupakan vaiabel anteseden dalam hubungan pengetahuan awal dengan hasil belaja mata pelajaan ekonomi. Hubungan kecedasan dengan hasil belaja mata pelajaan ekonomi yang dalam koelasi sedehana signifikan, tenyata hanya meupakan hubungan tidak langsung. Dengan demikian pengetahuan awal adalah vaiabel mediasi. Hal ini senada dengan penelitian Chan et al (dalam Addison dan Hutcheson, 00:9) yang menyimpulkan bahwa pengetahuan awal memainkan pean mediasi dalam menggeakkan aktivitas yang konstuktif. Kecedasan ada di dalam otak. Otak yang menjalankan poses-poses kognitif sehingga kecedasan mendasai poses-poses kognitif. Oleh kaena itu seluuh sistem pemosesan infomasi manusia dipengauhi oleh kecedasan (Kiby, 984:53). Gamba 4.9 pada halaman 45 mendeskipsikan pengauh kecedasan pada sistem pemosesan infomasi manusia. Infomasi dai lingkungan diteima oleh esepto. Resepto ini mengiimkan tanda-tanda dalam bentuk impuls-impuls elektokimia ke otak. Impuls-impuls saaf

21 45 dai esepto masuk ke senso pencatat yang tedapat di dalam sistem saaf pusat. Infomasi ini disimpan di dalam sistem saaf pusat dengan waktu yang sangat singkat. Speling, Cowde, dan Moton (dalam Gagne, 983:5) menyatakan hanya sepeempat detik. Keseluuhan infomasi yang masuk hanya sebagian saja yang disimpan di dalam memoi jangka pendek (shot-tem memoy) dan sebagiannya lagi hilang dai sistem. Poses ini disebut pesepsi selektif (selective peception). Stategistategi kognitif yang bisa digunakan siswa pada poses ini adalah stategi menjelaskan kata-kata penting (highlighting), menggaisbawahi (undelining), pemandu awal (advance oganize), petanyaan-petanyaan tambahan (adjunct questions), dan membuat gais-gais besa (outlining). Kontol eksekutif Haapan-haapan L I N Efekto Geneato Respons G K U Memoi Memoi N Resepto Senso Pencatat Jangka Jangka G Pendek Panjang A N Kecedasan Gamba 4.9 Sistem Pemosesan Infomasi (diadaptasi dai Gagne, 983:53) Infomasi disimpan di dalam memoi jangka pendek kia-kia 0 detik kecuali kalau infomasi itu diulang-ulang. Pada saat kita mencai nomo telepon, nomo itu

22 46 akan sampai di memoi jangka pendek. Apabila tidak diulang-ulang, nomo itu dilupakan pada saat kita bejalan dai buku telepon ke pesawat telepon. Poses pengulangan ini disebut menghafal (eheasal). Poses menghafal membantu memoi jangka pendek untuk menyimpan lebih lama bahkan poses ini juga membantu pengkodean infomasi. Stategi-stategi kognitif yang bisa digunakan siswa dalam menghafalkan infomasi yaitu menjelaskan dengan kata-kata sendii (paaphasing), membuat catatan (note taking), membuat gambaan (imagey), membuat gais-gais besa (outlining), dan mengelompokkan (chunking). Tidak hanya umu memoi jangka pendek yang pendek, kapasitasnya pun tebatas. Oleh kaena itu, memoi ini disebut bottleneck dai sistem pemosesan infomasi manusia. Kadangkala memoi jangka pendek disebut juga memoi keja. Memoi jangka pendek mengaah pada umunya yang pendek sedangkan memoi keja menekankan pada fungsinya. Infomasi di dalam memoi jangka pendek kemudian disimpan di dalam memoi jangka panjang (long-tem memoy). Di sinilah tejadi pengkodean infomasi (semantic encoding). Pengkodean meupakan suatu poses tansfomasi di mana infomasi bau diintegasikan dengan infomasi lama dengan bebagai caa. Pengetahuan bau dapat menjadi penghalus pengetahuan awal, dapat digunakan untuk menguji elevansi dan ketepatan pengetahuan bekaitan dengan menilai apakah caa kita mempelakukan pengetahuan itu sesuai dengan tugas yang dihadapi. Pengetahuan awal dapat juga membantu memahami pengetahuan bau. Stategistategi kognitif yang dapat membantu siswa mengkode infomasi adalah stategi

23 47 peta-peta konsep (concept maps), taksonomi-taksonomi (taxonomies), analogianalogi (analogies), atuan-atuan (ules/poduction), dan skema-skema (schemas). Kemampuan memoi jangka panjang bebeda dengan memoi jangka pendek. Memoi ini mampu menyimpan infomasi dalam jangka panjang dengan kemampuan menyimpan yang tidak tebatas. Infomasi yang disimpan di dalam memoi jangka panjang dapat dipanggil kembali (etieval). Infomasi yang dipanggil ini mengali dai memoi jangka panjang melalui memoi jangka pendek kemudian ke geneato espons. Untuk espons-espons otomatis, infomasi mengali langsung dai memoi jangka panjang ke geneato espons. Stategi-stategi kognitif yang dapat digunakan siswa untuk mendukung poses ini yaitu stategi menghafal (mnemonics) dan membuat gambaan (imagey). Geneato espons mengatu uutan espons dan mengaahkan efekto. Efekto meliputi semua ogan tubuh manusia. Kegiatan efekto inilah yang menceminkan hasil belaja siswa. Siswa yang mempelajai definisi haga akan menunjukkan kebehasilan belajanya dengan caa mengucapkan definisi haga atau menulis definisi haga dengan bena. Dengan demikian kecedasan seseoang mempengauhi esepto, senso pencatat, memoi jangka pendek, memoi jangka panjang, geneato espons, dan efekto yang dimilikinya. Oleh kaena itu kehadian pengetahuan awal di dalam memoi jangka panjang dapat meningkatkan fungsi kecedasan sebagai kemampuan yang dimiliki seseoang dalam memecahkan masalah-masalah kehidupan. Kecedasan tegantung pada pengetahuan. Dalam hal ini oang yang cedas tidak

24 48 semata-mata memiliki pengetahuan tetapi yang lebih penting memanfaatkan pengetahuan itu. Pengetahuan yang dimiliki seseoang meupakan alat intelektual dan kecedasan mengaahkannya untuk digunakan memecahkan masalah-masalah kehidupan (Woodwoth dan Maquis, 96:33). 7. Hubungan Tidak Langsung Antaa Stategi-stategi Metakognitif dengan Hasil Belaja Mata Pelajaan Ekonomi melalui Pengetahuan Awal Total efek tidak langsung stategi-stategi metakognitif dengan hasil belaja mata pelajaan ekonomi melalui pengetahuan awal adalah 0,9. Koefisien ini signifikan pada taaf signifikansi 5% dan lebih besa daipada total efek langsung hubungan kedua vaiabel itu yang hanya 0,035 sehingga tedapat hubungan tidak langsung positif yang signifikan stategi-stategi metakognitif dengan hasil belaja mata pelajaan ekonomi melalui pengetahuan awal. Efek unanalyzed hubungan ini sebesa 0,0. Ini membuktikan pengauh vaiabel lain, dalam hal ini kecedasan, tehadap hubungan ini elatif kecil. Hubungan stategi-stategi metakognitif dengan hasil belaja mata pelajaan ekonomi yang dalam koelasi sedehana signifikan, tenyata hanya meupakan hubungan tidak langsung. Dengan demikian pengetahuan awal adalah vaiabel mediasi. Hal ini senada dengan penelitian Chan et al (dalam Addison dan Hutcheson, 00:9) yang menyimpulkan bahwa pengetahuan awal memainkan pean mediasi dalam menggeakkan aktivitas yang konstuktif. Sistem pemosesan infomasi diaahkan oleh haapan-haapan dan kontol eksekutif. Poses kontol dan haapan-haapan dipeoleh melalui pembelajaan sebelumnya. Meeka dikaitkan dengan memoi jangka panjang. Fungsinya adalah menentukan/memilih jenis pemosesan infomasi yang bisa digunakan siswa untuk

25 49 menyelesaikan tugas-tugas tetentu. Meeka menentukan pendekatan siswa dalam memposes infomasi bagaimana ia mengamati, menyimpan, mengkode, dan memanggil kembali infomasi (Gagne, 977:59). Dengan demikian kontol eksekutif melibatkan poses-poses metakognitif. Poses ini mengaktifkan dan mengaahkan aus infomasi selama pembelajaan. Poses ini juga mengaahkan pilihan siswa tehadap stategi-stategi kognitif. Poses-poses kontol eksekutif dan haapan-haapan tidak dihubungkan dengan stuktu-stuktu lain. Ini menggambakan bahwa poses kontol ini mempunyai kemampuan mempengauhi segala sesuatu yang bekaitan dengan sistem pemosesan infomasi. Stategi-stategi kognitif yang bisa digunakan pada tahap ini adalah stategi-stategi metakognitif. Dengan demikian pengauh poses-poses kontol eksekutif tehadap segala sesuatu yang bekaitan dengan sistem pemosesan infomasi sama dengan pengauh kecedasan. Oleh kaena itu Bokowski, Bown, dan Stenbeg (dalam Livingstone, 997:) menghubungkan metakognisi dengan kecedasan. Stenbeg menamakan poses-poses eksekutif sebagai metakomponen di dalam teoi inteligensinya. Metakomponen meupakan poses-poses eksekutif yang mengontol komponenkomponen kognitif lain dan meneima umpan balik dai komponen-komponen ini. Metakomponen menggambakan bagaimana menyelesaikan tugas, dan kemudian memastikan bahwa tugas telah diselesaikan dengan baik. Stategi-stategi metakognitif meupakan keteampilan intelektual khusus. Walaupun keteampilan ini, bedasakan teoi Stenbeg, menjadi indikato kecedasan seseoang, kenyataannya masih bisa diajakan. Livingstone (00:3) menyatakan

26 50 sebagai sebuah konsep, metakognisi dihubungkan dengan kecedasan (kepahaman, kecepatan memahami, dan kecakapan). Jika kita menyamakan metakognisi dengan kecedasan, kecedasan bisa diajakan tetapi secaa umum tidak bisa. Apalagi kuikulum sekolah menjauhkan kita dai metakognisi, dan hanya menekankan pada pembelajaan hafalan lebih daipada pemahaman. Bebeapa penlitian ekspeimen behasil membuktikan bahwa metakognisi bisa dilatih bahkan bebeapa paka sudah behasil membuat model pengajaan yang menekankan pada stategi-stategi metakognitif. Walaupun bebeapa ahli menghubungkan metakognisi dengan kecedasan secaa konseptual, penelitian ini membuktikan tidak ada koelasi yang signifikan kecedasan dengan stategi-stategi metakognitif. E. Ketebatasan Penelitian Menuut Faenkel dan Wallen (993:97), ada lima ancaman tehadap validitas intenal penelitian yang biasanya tejadi pada penelitian koelasional: kaakteistik subjek, lokasi penelitian, instumen penelitian, pengujian, dan subjek yang hilang (motality).. Kaakteistik Subjek Ada banyak kaakteistik subjek yang mempengauhi hasil belaja antaa lain kecedasan, pengetahuan awal, stategi belaja, motivasi, usia, kematangan, dan gaya belaja. Semua kaakteistik ini tidak bisa dikontol kaena ketebatasan peneliti. Penelitian ini hanya melibatkan tiga kaakteistik subjek yang mempengauhi hasil belaja yakni kecedasan, stategi-stategi metakognitif, dan pengetahuan awal. Oleh

27 5 kaena itu vaiabel-vaiabel lain yang tidak diteliti kemungkinan mempengauhi hasil belaja. Untuk menguangi pengauh vaiabel-vaiabel asing (extaneous vaiable) ini, pemilihan sampel dilakukan secaa acak. Semua anggota populasi mempunyai peluang untuk dipilih menjadi sampel sehingga tidak akan ada sampel yang dipilih kaena kaakteistik tetentu.. Lokasi Penelitian Lokasi penelitian bekaitan dengan tempat pelaksanaan penelitian. Pebedaan tempat penelitian kemungkinan bisa mempengauhi vaiabel-vaiabel yang sedang diteliti. Ketenangan, suhu, fentilasi udaa, dan tempat duduk di tempat penelitian, bisa saja bepengauh pada jawaban sampel penelitian dan dengan demikian bepengauh pada vaiabel-vaiabel yang sedang diteliti apalagi bila sampel-sampel penelitian menyeba pada kelas yang bebeda. Tempat penelitian ini adalah kelas-kelas yang ada di SLTP Negei Banyuwangi. Bentuk dan suasana kelas elatif sama walaupun sampel-sampel menyeba di bebeapa kelas. Oleh kaena itu pengauh lokasi penelitian tehadap vaiabel-vaiabel penelitian ini masih bisa dikuangi. 3. Instumen Penelitian Instumen penelitian bekaitan dengan pembuatan dan penskoan instumen penelitian. Ancaman bias instumen penelitian ini tehadap validitas intenal penelitian diatasi dengan caa: petama, peneliti selalu mengambil waktu istiahat pada saat mensko jawaban siswa apabila peneliti measa kelelahan. Kedua, pengumpul data adalah peneliti sendii sehingga data-data yang diambil pada setiap kelas dikumpulkan oleh peneliti sendii, tidak oleh bebeapa oang. Oleh kaena itu

28 5 kaakteistik pengumpul data yang bisa mempengauhi kondisi psikologis sampel pada saat menjawab instumen penelitian elatif bisa dikuangi. Ketiga, semua instumen penelitian telah dibuat sesuai dengan posedu kalibasi instumen. 4. Pengujian Pengujian bekaitan dengan pengauh pelaksanaan kegiatan menggunakan instumen penelitian tehadap validitas intenal penelitian. Untuk menguangi ancaman ini, ada dua caa yang dilakukan. Petama, membuat ancangan kegiatan belaja mengaja yang dapat memudahkan peneliti mempeoleh data secaa akuat (lihat tabel 3. halaman 8). Khusus kuesione stategi-stategi metakognitif dilaksanakan tiga kali. Ini dilakukan kaena kuesione ini menguku kecendeungan. Dengan caa ini, sko kecendeungan yang dipeoleh akan bena-bena ajeg walaupun kuesione tesebut sebenanya telah teuji eliabilitasnya. Kuesione stategi-stategi metakognitif dibeikan setelah siswa mengikuti kegiatan belaja mengaja. Ini dilakukan aga siswa lebih sada tentang stategi-stategi metakognitif yang telah dilakukannya selama kegiatan belaja mengaja belangsung dan kemudian mengingatnya kembali pada saat meeka mengejakan kuesione stategi-stategi metakognitif. Sebagian peneliti stategi-stategi metakognitif mengingatkan bahwa stategi-stategi metakognitif yang dilakukan siswa bisa belangsung secaa otomatis. Atinya, walaupun siswa sebenanya telah melakukan stategi-stategi metakognitif, meeka tidak sada bahwa ia melakukan stategi-stategi metakognitif sehingga sko stategi-stategi metakognitifnya endah. Untuk inilah ancangan penelitian ini dibuat sedemikian upa dengan haapan penelitian ini akan mendapatkan sko stategi-

29 53 stategi metakognitif yang sebenanya. Kedua, mengujikan instumen-instumen penelitian yang sudah teuji eliabilitasnya dan diujikan pada waktu yang bebeda. Stategi ini pelu dilakukan teutama untuk menguangi bias pengujian kuesione stategi-stategi metakognitif. Pengukuan stategi-stategi metakognitif dilakukan tiga kali. Hal ini akan mempengauhi tingkat kebosanan siswa dalam mengejakan kuesione stategi-stategi metakognitif apalagi jumlah buti penyataan di dalam kuesione ini elatif banyak. Di samping itu, tingkat keseiusan siswa menuun kaena meeka makin mengetahui bahwa jawaban yang dibeikan sebanyak tiga kali petemuan tidak mempengauhi nilai aponya. Ini tebukti dengan makin menuunnya ata-ata sko stategi-stategi metakognitif. Walaupun tejadi penuunan, pebedaan ketiga sko ini tidak signifikan. Ini beati bias pengujian untuk instumen ini sudah dapat diatasi dengan baik. 5. Subjek yang Hilang (Motality) Pengumpulan data dilaksanakan selama satu bulan dengan incian: minggu petama melaksanakan tes kecedasan, minggu kedua melaksanakan tes pengetahuan awal dan stategi-stategi metakognitif, minggu ketiga hanya melaksanakan tes stategi-stategi metakognitif, dan minggu keempat melaksanakan tes stategi-stategi metakognitif dan hasil belaja mata pelajaan ekonomi. Oleh kaena itu di dalam pelaksanaan penelitian ini muncul kasus subjek penelitian yang hilang (motality). Walaupun kasus ini sulit dihindai, peneliti beusaha menguangi efek yang ditimbulkannya dengan caa menambah sampel penelitian sebanyak 0% dai jumlah minimal sampel yang haus diambil untuk kepeluan genealisasi dan memilih

30 54 kembali populasi secaa acak untuk dijadikan sampel penelitian sebagai pengganti sampel penelitian yang hilang. 6. Genealisasi Hasil Penelitian Jumlah populasi penelitian ini 80 siswa sehingga, sesuai dengan tabel Kejcie, sampel minimal yang haus diambil untuk kepeluan genealisasi hasil penelitian adalah 64 siswa. Selama penelitian ini belangsung, sampel penelitian yang diambil melebihi batas sampel minimal tesebut sehingga hasil penelitian ini dapat digenealisasikan tehadap populasi penelitian ini.

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3. Jenis dan Lokasi Penelitian 3.. Jenis Penelitian Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian ekspeimen semu (quasi ekspeimental eseach, kaena penelitian yang akan dilakukan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. identifikasi variabel penelitian, definisi operasional variabel penelitian, subjek

BAB III METODE PENELITIAN. identifikasi variabel penelitian, definisi operasional variabel penelitian, subjek 9 BAB III METODE PEELITIA A. Identifikasi Vaiabel Penelitian Pada bagian ini akan diuaikan segala hal yang bekaitan dengan identifikasi vaiabel penelitian, definisi opeasional vaiabel penelitian, subjek

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan dan menganalisis pengaruh

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan dan menganalisis pengaruh BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Pendekatan dan Metode Penelitian Penelitian ini betujuan untuk mendeskipsikan dan menganalisis pengauh evaluasi dii dan pengembangan pofesi tehadap kompetensi pedadogik

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB LANDASAN TEORI. Pengetian Pestasi Belaja Pestasi belaja meupakan kegiatan mental yang tidak dapat disaksikan dai lua dii seseoang mahasiswa yang sedang belaja, pestasi belaja tidak dapat diketahui

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. menggunakan kuesioner sebagai teknik pokok. Penelitian yang bersifat

III. METODE PENELITIAN. menggunakan kuesioner sebagai teknik pokok. Penelitian yang bersifat III. METODE PENELITIAN A. Metode Penelitian Penelitian ini menggunakan metode penelitian kuantitatif, kaena dalam pengumpulan data, penulis menghimpun infomasi dai paa esponden menggunakan kuesione sebagai

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN III. METODE PENELITIAN A. Metode Penelitian Metode meupakan caa keja yang digunakan untuk memahami, mengeti, segala sesuatu yang behubungan dengan penelitian aga tujuan yang dihaapkan dapat tecapai. Sesuai

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif,

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif, 30 BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Metode Penelitian Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskiptif, suatu metode penelitian yang ditujukan untuk untuk menggambakan fenomenafenomena

Lebih terperinci

METODOLOGI PENELITIAN. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode Deskriptif. Karena

METODOLOGI PENELITIAN. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode Deskriptif. Karena 35 III. METODOLOGI PENELITIAN 1.1 Metode Penelitian Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode Deskiptif. Kaena penelitian ini mengkaji tentang Pengauh Kontol Dii dan Lingkungan Keluaga Tehadap

Lebih terperinci

HUBUNGAN PENGGUNAAN SUMBER BELAJAR DAN MINAT BELAJAR DENGAN HASIL BELAJAR PENGUKURAN DASAR SURVEY

HUBUNGAN PENGGUNAAN SUMBER BELAJAR DAN MINAT BELAJAR DENGAN HASIL BELAJAR PENGUKURAN DASAR SURVEY ISSN 085-05 Junal Penelitian Bidang Pendidikan Volume 0(): 6 -, 04 HUBUNGAN PENGGUNAAN SUMBER BELAJAR DAN MINAT BELAJAR DENGAN HASIL BELAJAR PENGUKURAN DASAR SURVEY Dedek Suhendo dan Kistian Juusan Pendidikan

Lebih terperinci

Hubungan Layanan Informasi Dengan Kreativitas Belajar Siswa

Hubungan Layanan Informasi Dengan Kreativitas Belajar Siswa Hubungan Layanan Infomasi Dengan Keativitas Belaja Siswa Si Rahayu (090154) Mahasiswa Pendidikan Bimbingan dan Konseling IKIP Vetean Semaang ABSTRAK Keativitas meupakan bakat yang secaa potensial dimiliki

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di madasah Aliyah Negei (MAN) Model Medan yang bealamat di Jalan Williem Iskanda No. 7A Keluahan Sidoejo, Kecamatan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Desain penelitian merupakan rencana atau metode yang akan ditempuh

BAB III METODE PENELITIAN. Desain penelitian merupakan rencana atau metode yang akan ditempuh BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Desain Penelitian Desain penelitian meupakan encana atau metode yang akan ditempuh dalam penelitian, sehingga umusan masalah dan hipotesis yang akan diajukan dapat dijawab

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. adalah untuk mengetahui kontribusi motivasi dan minat bekerja di industri

BAB III METODE PENELITIAN. adalah untuk mengetahui kontribusi motivasi dan minat bekerja di industri BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Bedasakan pemasalahan, maka penelitian ini temasuk penelitian koelasional yang besifat deskiptif, kaena tujuan utama dai penelitian ini adalah untuk mengetahui

Lebih terperinci

BAB. III METODE PENELITIAN. A.Identifikasi Variabel Penelitian. Variabel-variabel dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

BAB. III METODE PENELITIAN. A.Identifikasi Variabel Penelitian. Variabel-variabel dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: BAB. III METODE PEELITIA A.Identifikasi Vaiabel Penelitian Pada bagian ini akan diuaikan segala hal yang bekaitan dengan identifikasi vaiabel penelitian, definisi opeasional vaiabel penelitian, subjek

Lebih terperinci

KORELASI. menghitung korelasi antar variabel yang akan dicari hubungannya. Korelasi. kuatnya hubungan dinyatakan dalam besarnya koefisien korelasi.

KORELASI. menghitung korelasi antar variabel yang akan dicari hubungannya. Korelasi. kuatnya hubungan dinyatakan dalam besarnya koefisien korelasi. KORELASI Tedapat tiga macam bentuk hubungan anta vaiabel, yaitu hubungan simetis, hubungan sebab akibat (kausal) dan hubungan Inteaktif (saling mempengauhi). Untuk mencai hubungan antaa dua vaiabel atau

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN III. METODE PENELITIAN 3.1. Keangka Pemikian Konseptual Setiap oganisasi apapun jenisnya baik oganisasi non pofit maupun oganisasi yang mencai keuntungan memiliki visi dan misi yang menjadi uh dalam setiap

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. mengenai Identifikasi Variabel Penelitian, Definisi Variabel Penelitian,

BAB III METODE PENELITIAN. mengenai Identifikasi Variabel Penelitian, Definisi Variabel Penelitian, BAB III METODE PENELITIAN Pembahasan pada bagian metode penelitian ini akan menguaikan mengenai Identifikasi Vaiabel Penelitian, Definisi Vaiabel Penelitian, Populasi, Sampel dan Teknik Pengambilan Sampel,

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Jenis dan Lokasi Penelitian Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian ekspeimental. Pada penelitian ini akan ada kelompok ekspeimen dan kelompok

Lebih terperinci

langsung dilokasi obyek penelitian yang berkaitan dengan kegiatan yang Teknik ini dipergunakan untuk memperoleh data tentang jumlah karyawan di

langsung dilokasi obyek penelitian yang berkaitan dengan kegiatan yang Teknik ini dipergunakan untuk memperoleh data tentang jumlah karyawan di III. METODE PENELITIAN 3.1 Metode Pengumpulan Data Dalam peneltian ini akan digunakan bebeapa teknik dalam pengumpulan data yaitu: 1. Obsevasi Yaitu caa pengumpulan data melalui pencatatan secaa cemat

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Variabel-variabel dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

BAB III METODE PENELITIAN. Variabel-variabel dalam penelitian ini adalah sebagai berikut : BAB III METODE PEELITIA A. Identifikasi Vaiabel Penelitian Pada bagian ini akan diuaikan segala hal yang bekaitan dengan identifikasi vaiabel penelitian, definisi opeasional vaiabel penelitian, subjek

Lebih terperinci

SEMINAR NASIONAL MATEMATIKA DAN PENDIDIKAN MATEMATIKA UNY 2016

SEMINAR NASIONAL MATEMATIKA DAN PENDIDIKAN MATEMATIKA UNY 2016 SEMINAR NASIONAL MATEMATIKA DAN PENDIDIKAN MATEMATIKA UNY 016 PM -7 Hubungan Fasilitas, Kemandiian, dan Kecemasan Belaja tehadap Pestasi Belaja Matematika pada Siswa Kelas VIII SMP di Kecamatan Puing Tahun

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 33 BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Obyek dan Lokasi Penelitian Dalam penelitian ini peneliti memilih obyek penelitian UD. Usaha Mandii Semaang, yang betempat di Jalan Semaang Indah C-VI No 20. UD. Usaha

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian 1. Tempat Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di SMP Negei 10 Salatiga yaitu pada kelas VII D dan kelas VII E semeste genap tahun ajaan 2011/2012.

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN. Metode penelitian merupakan strategi umum yang dianut dalam

III. METODOLOGI PENELITIAN. Metode penelitian merupakan strategi umum yang dianut dalam III. METODOLOGI PENELITIAN A. Metode Penelitian Metode penelitian meupakan stategi umum yang dianut dalam pengumpulan data dan analisis data yang dipelukan, guna menjawab pesoalan yang dihadapi. Metode

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. ilmiah, apabila penelitian tersebut menggunakan metode atau alat yang tepat. dan menguji kebenaran suatu pengetahuan.

III. METODE PENELITIAN. ilmiah, apabila penelitian tersebut menggunakan metode atau alat yang tepat. dan menguji kebenaran suatu pengetahuan. 8 III. METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Suatu penelitian dapat behasil dengan baik dan sesuai dengan posedu ilmiah, apabila penelitian tesebut menggunakan metode atau alat yang tepat. Dengan menggunakan

Lebih terperinci

HAND OUT STATISTIK NON PARAMETRIK

HAND OUT STATISTIK NON PARAMETRIK HAND OUT STATISTIK NON PARAMETRIK KASUS (k) SAMPEL BERHUBUNGAN Oleh : Aief Sudajat, S. Ant, M.Si PRODI SOSIOLOGI FAKULTAS ILMU SOSIAL UNIVERSITAS NEGERI SURABAYA 006 KASUS (k) SAMPEL BERHUBUNGAN Pada bagian

Lebih terperinci

BAB II METODE PENELITIAN. penelitian korelasional dengan menggunakan pendekatan kuantitatif dan

BAB II METODE PENELITIAN. penelitian korelasional dengan menggunakan pendekatan kuantitatif dan BAB II METODE PENELITIAN A. Metode Penelitian Bentuk penelitian yang dipegunakan dalam penelitian ini adalah bentuk penelitian koelasional dengan menggunakan pendekatan kuantitatif dan menggunakan umus

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. HASIL PENELITIAN. Data Identitas Responden Fekuensi identitas esponden dalam penelitian ini tedii dai jenis kelamin dan pendidikan guu yang dapat dijelaskan sebagai

Lebih terperinci

BAB II METODOLOGI PENELITIAN. Jenis penelitian yang dilakukan adalah penelitian asosiatif dengan analisa

BAB II METODOLOGI PENELITIAN. Jenis penelitian yang dilakukan adalah penelitian asosiatif dengan analisa .1. Bentuk Penelitian BAB II METODOLOGI PENELITIAN Jenis penelitian yang dilakukan adalah penelitian asosiatif dengan analisa kuantitatif, dengan maksud untuk mencai maksud dan pengauh antaa vaiable independen

Lebih terperinci

Dan koefisien korelasi parsial antara Y, X 2 apabila X 1 dianggap tetap, dinyatakan sebagai r y 2.1 rumusnya sebagai berikut:

Dan koefisien korelasi parsial antara Y, X 2 apabila X 1 dianggap tetap, dinyatakan sebagai r y 2.1 rumusnya sebagai berikut: Koelasi Pasial Koelasi Pasial beupa koelasi antaa sebuah peubah tak bebas dengan sebuah peubah bebas sementaa sejumlah peubah bebas lainnya yang ada atau diduga ada petautan dengannya, sifatnya tetentu

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif kuantitatif,

III. METODOLOGI PENELITIAN. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif kuantitatif, 44 III. METODOLOGI PENELITIAN A. Metode Penelitian Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskiptif kuantitatif, sepeti yang dikemukakan oleh Ali (1985: 84), Metode deskiptif digunakan

Lebih terperinci

BAB XII ANALISIS JALUR (PATH ANALYSIS) APA SIH?

BAB XII ANALISIS JALUR (PATH ANALYSIS) APA SIH? BAB XII ANALISIS JALUR (PATH ANALYSIS) APA SIH? KONSEP DASAR Path analysis meupakan salah satu alat analisis yang dikembangkan oleh Sewall Wight (Dillon and Goldstein, 1984 1 ). Wight mengembangkan metode

Lebih terperinci

B. Konsep dan Variabel Penelitian BAB III METODE PENELITIAN. A. Jenis Penelitian. Pendekatan penelitian yang digunakan penulis adalah

B. Konsep dan Variabel Penelitian BAB III METODE PENELITIAN. A. Jenis Penelitian. Pendekatan penelitian yang digunakan penulis adalah 41 BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Pendekatan penelitian yang digunakan penulis adalah pendekatan penelitian kuantitatif koelasional. Penelitian kuantitatif koelasional adalah penelitian

Lebih terperinci

1 ANGKET PERSEPSI SISWA TERH

1 ANGKET PERSEPSI SISWA TERH 48 Lampian ANGKET PERSEPSI SISWA TERHADAP PERANAN ORANG TUA DAN MINAT BELAJAR DALAM PENINGKATAN HASIL BELAJAR BIOLOGI SISWA KELAS XI IPA SMA NEGERI 8 MEDAN Nama : Kelas : A. Petunjuk Pengisian. Bacalah

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Desain penelitian yang digunakan adalah penelitian deskriptif dan verifikatif.

III. METODE PENELITIAN. Desain penelitian yang digunakan adalah penelitian deskriptif dan verifikatif. III. METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Desain penelitian yang digunakan adalah penelitian deskiptif dan veifikatif. Menuut Sugiyono (005: 13), penelitian deskiptif adalah jenis penelitian yang menggambakan

Lebih terperinci

Seminar Nasional Pendidikan Biologi FKIP UNS 2010

Seminar Nasional Pendidikan Biologi FKIP UNS 2010 HUBUNGAN KINERJA MENGAJAR DOSEN DAN MOTIVASI BELAJAR DENGAN PRESTASI BELAJAR PENDIDIKAN IPA DI SD PADA MAHASISWA PROGRAM D PGSD KAMPUS VI KEBUMEN FKIP UNS TAHUN AKADEMIK 009 / 00 Wasiti Dosen PGSD FKIP

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Adapun lokasi penelitian ini adalah Madrasah Hifzhil. Yayasan Islamic Centre Medan yang terletak di Jl.

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Adapun lokasi penelitian ini adalah Madrasah Hifzhil. Yayasan Islamic Centre Medan yang terletak di Jl. BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Lokasi Penelitian Adapun lokasi penelitian ini adalah Madasah Hifzhil Yayasan Islamic Cente Medan yang teletak di Jl. Pancing Quan Medan. Secaa geogafis dapat dikatakan

Lebih terperinci

PENGARUH CONTRACTING CONTINYU SEBUAH PENDEKATAN BEHAVIORISTIK DALAM MENINGKATKAN SELF AWARNES

PENGARUH CONTRACTING CONTINYU SEBUAH PENDEKATAN BEHAVIORISTIK DALAM MENINGKATKAN SELF AWARNES Posiding Konfeda dan Semina Nasional BK PD ABKIN Sulawesi Selatan Optimalisasi Pean Pendidik Dalam Membangun Kaakte Bangsa Di Ea MEA 30 Makassa, 4-5 Maet 017 PENGARUH CONTRACTING CONTINU SEBUAH PENDEKATAN

Lebih terperinci

BAB III RANCANGAN PENELITIAN. tujuan utama yang ingin dicapai melalui penelitian ini adalah untuk memperoleh

BAB III RANCANGAN PENELITIAN. tujuan utama yang ingin dicapai melalui penelitian ini adalah untuk memperoleh 44 BAB III RACAGA PEELITIA.. Tujuan Penelitian Bedasakan pokok pemasalahan yang telah diuaikan dalam Bab I, maka tujuan utama yang ingin dicapai melalui penelitian ini adalah untuk mempeoleh jawaban atas

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Bab ini membahas mengenai uraian dan analisis data-data yang

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Bab ini membahas mengenai uraian dan analisis data-data yang BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Bab ini membahas mengenai uaian dan analisis data-data yang dipeoleh dai data pime dan sekunde penelitian. Data pime penelitian ini adalah hasil kuesione yang disebakan kepada

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN. Metode penelitian yang digunakan adalah Deskriptif Asosiatif dengan

III. METODOLOGI PENELITIAN. Metode penelitian yang digunakan adalah Deskriptif Asosiatif dengan III. METODOLOGI PENELITIAN A. Pendekatan Penelitian Metode penelitian yang digunakan adalah Deskiptif Asosiatif dengan pendekatan ex post facto. Metode deskiptif dapat diatikan sebagai penelitian yang

Lebih terperinci

Pengembangan instrumen penilaian kemampuan berfikir kritis pada pembelajaran fisika SMA

Pengembangan instrumen penilaian kemampuan berfikir kritis pada pembelajaran fisika SMA Papes semina.uad.ac.id/index.php/quantum Semina Nasional Quantum #5 (018) 477-1511 (7pp) Pengembangan instumen penilaian kemampuan befiki kitis pada pembelajaan fisika SMA Suji Adianti, dan Ishafit Pogam

Lebih terperinci

BAB III OBJEK DAN METODE PENELITIAN

BAB III OBJEK DAN METODE PENELITIAN BAB III OBJEK DAN METODE PENELITIAN 3.1 Objek Penelitian Objek penelitian meupakan sesuatu yang menjadi pehatian dalam suatu penelitian, objek penelitian ini menjadi sasaan dalam penelitian untuk mendapatkan

Lebih terperinci

PENGARUH KOMPENSASI DAN KARAKTERISTIK PEKERJAAN TERHADAP KEPUASAN KERJA KARYAWAN USAHA KOMPUTER DI KOTA BANJARMASIN

PENGARUH KOMPENSASI DAN KARAKTERISTIK PEKERJAAN TERHADAP KEPUASAN KERJA KARYAWAN USAHA KOMPUTER DI KOTA BANJARMASIN PENGARUH KOMPENSASI DAN KARAKTERISTIK PEKERJAAN TERHADAP KEPUASAN KERJA KARYAWAN USAHA KOMPUTER DI KOTA BANJARMASIN Asuni Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi Pancasetia Banjamasin Jl. A Yani Km. 5,5 Banjamasin,

Lebih terperinci

BAB III. METODOLOGI PENELITIAN. hasil. Sedangkan menurut Suharsimi Arikunto (2002:136) metode penelitian

BAB III. METODOLOGI PENELITIAN. hasil. Sedangkan menurut Suharsimi Arikunto (2002:136) metode penelitian 7 BAB III. METODOLOGI PENELITIAN A. Metode Penelitian Metode adalah suatu caa atau jalan yang ditempuh untuk mencapai suatu hasil. Sedangkan menuut Suhasimi Aikunto (00:36) metode penelitian adalah caa

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS DATA. analisis paired sample T-test yaitu Ada atau tidaknya Pengaruh Terapi Rational

BAB IV ANALISIS DATA. analisis paired sample T-test yaitu Ada atau tidaknya Pengaruh Terapi Rational BAB IV ANALISIS DATA Analisis data meupakan hasil kegiatan setelah data dai seluuh esponden atau sumbe data lainnya tekumpul. Hal ini betujuan untuk mengetahui tingkat kebenaan hipotesis-hipotesis penelitian

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Metode Penelitian Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskiptif analitik, dengan menggunakan teknik analisis egesi dan koelasi. Metode ini digunakan

Lebih terperinci

I Wayan Teresna 1, Djoko Suhantono 1. Bali,Phone : , Fax: Abstrak

I Wayan Teresna 1, Djoko Suhantono 1. Bali,Phone : , Fax: Abstrak Pengauh Kualitas Tingkat Peneangan Lampu (I Wayan Teesna dkk.) PENGARUH KUALITAS TINGKAT PENERANGAN LAMPU, LINGKUNGAN KERJA DAN PERALATAN TERHADAP PRODUKTIVITAS KERJA TEKNISI REPARASI ELEKTRONIK DI WILAYAH

Lebih terperinci

Analisis Pengaruh Marketing Mix Terhadap Kepuasan Konsumen Sepeda Motor

Analisis Pengaruh Marketing Mix Terhadap Kepuasan Konsumen Sepeda Motor 34 Analisis Pengauh Maketing Mix Tehadap Kepuasan Konsumen Sepeda Moto Ti Wahyudi 1), Yopa Eka Pawatya 2) 1,2) Pogam Studi Teknik Industi Juusan Teknik Elekto Fakultas Teknik Univesitas Tanjungpua. e-mail

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Penelitian ini meupakan penelitian kuantitatif dengan menggunakan analisis egesi. Analisis ini digunakan untuk mengetahui adakah pengauh antaa vaiabel bebas

Lebih terperinci

HUBUNGAN KEBUGARAN JASMANI DENGAN HASIL BELAJAR IPA SISWA KELAS IX SMP NEGERI 8 BANDA ACEH TAHUN PELAJARAN 2012/2013

HUBUNGAN KEBUGARAN JASMANI DENGAN HASIL BELAJAR IPA SISWA KELAS IX SMP NEGERI 8 BANDA ACEH TAHUN PELAJARAN 2012/2013 Volume 1, Nomo : 79 90 Mei 015 HUBUNGAN KEBUGARAN JASMANI DENGAN HASIL BELAJAR IPA SISWA KELAS IX SMP NEGERI 8 BANDA ACEH TAHUN PELAJARAN 01/013 Faisal 1, Razali 1, Yeni Malina 1 1 Pogam Studi Pendidikan

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. pokok yang harus diperhatikan yaitu dilaksanakan secara sistematis,

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. pokok yang harus diperhatikan yaitu dilaksanakan secara sistematis, 8 BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Metode Penelitian Suatu penelitian yang dilakukan dengan baik pada dasanya ada tiga hal pokok yang haus dipehatikan yaitu dilaksanakan secaa sistematis, beencana dan

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Gambaan Objek Penelitian Obyek pada penelitian ini bejumlah 43 siswa kelas VIIA dan VIIB SMP Mate Alma Ambaawa tahun ajaan 2011/2012. Kegiatan penelitian ini dilaksanakan

Lebih terperinci

PENGARUH KEPEMIMPINAN DOSEN DAN KEMAMPUAN PRAKTIKUM TERHADAP PRESTASI BELAJAR MAHASISWA DALAM MATAKULIAH FISIKA MODERN

PENGARUH KEPEMIMPINAN DOSEN DAN KEMAMPUAN PRAKTIKUM TERHADAP PRESTASI BELAJAR MAHASISWA DALAM MATAKULIAH FISIKA MODERN Seambi Akademica, Vol. IV, No. 1, Mei 016 ISSN : 337-8085 PENGARUH KEPEMIMPINAN DOSEN DAN KEMAMPUAN PRAKTIKUM TERHADAP PRESTASI BELAJAR MAHASISWA DALAM MATAKULIAH FISIKA MODERN Tamizi Pendidikan Fisika

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN. untuk mengetahui hubungan antara dua variabel atau lebih (Sugiyono, 2008:11).

III. METODOLOGI PENELITIAN. untuk mengetahui hubungan antara dua variabel atau lebih (Sugiyono, 2008:11). III. METODOLOGI PENELITIAN A. Metode Penelitian Penelitian ini temasuk penelitian asosiatif yaitu suatu metode dalam penelitian untuk mengetahui hubungan antaa dua vaiabel atau lebih (Sugiyono, 008:11).

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS HUBUNGAN UMPAN BALIK DENGAN MOTIVASI BELAJAR PENDIDIKAN AGAMA ISLAM SISWA SMP NEGERI 9 BATANG

BAB IV ANALISIS HUBUNGAN UMPAN BALIK DENGAN MOTIVASI BELAJAR PENDIDIKAN AGAMA ISLAM SISWA SMP NEGERI 9 BATANG BAB IV ANALISIS HUBUNGAN UMPAN BALIK DENGAN MOTIVASI BELAJAR PENDIDIKAN AGAMA ISLAM SISWA SMP NEGERI 9 BATANG Setelah data dai kedua vaiabel yaitu vaiabel X dan vaiabel Y tekumpul seta adanya teoi yang

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Sedangkan penelitian ini akan dilaksanakan di SMPN 6 Kerinci Kanan,

BAB III METODE PENELITIAN. Sedangkan penelitian ini akan dilaksanakan di SMPN 6 Kerinci Kanan, BAB III METODE PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini encana akan dilaksanakan pada bulan Maet-Apil 2013. Sedangkan penelitian ini akan dilaksanakan di SMPN 6 Keinci Kanan, Kabupaten

Lebih terperinci

PENGGUNAAN SENSOR DHT11 SEBAGAI INDIKATOR SUHU DAN KELEMBABAN PADA BABY INCUBATOR

PENGGUNAAN SENSOR DHT11 SEBAGAI INDIKATOR SUHU DAN KELEMBABAN PADA BABY INCUBATOR PENGGUNAAN SENSOR DHT11 SEBAGAI INDIKATOR SUHU DAN KELEMBABAN PADA BABY INCUBATOR Lenty Mawani, Nico Demus Rive Fiman Hutabaat Juusan Teknik Elektomedik, Univesitas Sai mutiaa Indonesia Fakultas Sain Teknologi

Lebih terperinci

ANALISIS PENGARUH HARGA JUAL DAN SALURAN DISTRIBUSI TERHADAP VOLUME PENJUALAN AYAM POTONG DI UD. SUPPLIER DAGING AYAM KOTA TANGERANG

ANALISIS PENGARUH HARGA JUAL DAN SALURAN DISTRIBUSI TERHADAP VOLUME PENJUALAN AYAM POTONG DI UD. SUPPLIER DAGING AYAM KOTA TANGERANG Junal Agibisnis, Vol. 9, No. 2, Desembe 2015, [ 137-148 ] ISSN : 1979-0058 ANALISIS PENGARUH HARGA JUAL DAN SALURAN DISTRIBUSI TERHADAP VOLUME PENJUALAN AYAM POTONG DI UD. SUPPLIER DAGING AYAM KOTA TANGERANG

Lebih terperinci

Contoh Proposal Skripsi Makalahmudah.blogspot.com

Contoh Proposal Skripsi Makalahmudah.blogspot.com BAB I PENDAHULUAN.. Lata Belakang Masalah Peanan pemasaan dalam kebehasilan peusahaan telah diakui di kalangan pengusaha untuk mempetahankan kebeadaanya dalam mengembangkan usaha dan mendapatkan keuntungan.

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. pendekatan asosiatif simetris, yaitu hubungan yang bersifat sebab-akibat yang

BAB III METODE PENELITIAN. pendekatan asosiatif simetris, yaitu hubungan yang bersifat sebab-akibat yang 40 BAB III METODE PENELITIAN A. Rancangan Penelitian 1. Jenis Penelitian Adapun jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian kuantitatif pendekatan asosiatif simetis, yaitu hubungan yang besifat sebab-akibat

Lebih terperinci

SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN PEMILIHAN PENERIMA BEASISWA MAHASISWA KURANG MAMPU PADA STMIK BUDIDARMA MEDAN MENERAPKAN METODE PROFILE MATCHING

SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN PEMILIHAN PENERIMA BEASISWA MAHASISWA KURANG MAMPU PADA STMIK BUDIDARMA MEDAN MENERAPKAN METODE PROFILE MATCHING SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN PEMILIHAN PENERIMA BEASISWA MAHASISWA KURANG MAMPU PADA STMIK BUDIDARMA MEDAN MENERAPKAN METODE PROFILE MATCHING T.M Syahu Ichsan (1111667 ) Mahasiswa Pogam Studi Teknik Infomatika

Lebih terperinci

BAB II Tinjauan Teoritis

BAB II Tinjauan Teoritis BAB II Tinjauan Teoitis BAB II Tinjauan Teoitis 2.1 Antena Mikostip 2.1.1 Kaakteistik Dasa Antena mikostip tedii dai suatu lapisan logam yang sangat tipis ( t

Lebih terperinci

Gambar 4.3. Gambar 44

Gambar 4.3. Gambar 44 1 BAB HUKUM NEWTON TENTANG GERAK Pada bab kita telah membahas sifat-sifat geak yang behubungan dengan kecepatan dan peceaptan benda. Pembahasan pada Bab tesesbut menjawab petanyaan Bagaimana sebuah benda

Lebih terperinci

dengan kriteria, dalam arti memiliki kesejajaran antara tes dan kriteria Untuk menguji validitas setiap butir soal maka skor-skor yang ada pada

dengan kriteria, dalam arti memiliki kesejajaran antara tes dan kriteria Untuk menguji validitas setiap butir soal maka skor-skor yang ada pada VALIDITAS a. Pengetian Validitas adalah suatu ukuan yang menunjukkan tingkat kesahihan suatu tes. Suatu tes dikatakan valid apabila tes tesebut menguku apa yang hendak diuku. Tes memiliki validitas yang

Lebih terperinci

Berkala Fisika Indoneia Volume 9 Nomor 1 Januari 2017

Berkala Fisika Indoneia Volume 9 Nomor 1 Januari 2017 Bekala Fisika Indoneia Volume 9 Nomo 1 Januai 017 PENGARUH KEMAMPUAN DASAR MATEMATIKA DAN KEMAMPUAN PENALARAN TERHADAP HASIL BELAJAR IPA/FISIKA PADA PESERTA DIDIK KELAS VII SMP MUHAMADIYAH MUNTILAN, KABUPATEN

Lebih terperinci

PENGUKURAN RELIABILITAS DAN VALIDITAS SOAL MATEMATIKA BIDANG TEKNIK UNTUK TES MASUK CALON MAHASISWA BARU POLITEKNIK NEGERI SEMARANG

PENGUKURAN RELIABILITAS DAN VALIDITAS SOAL MATEMATIKA BIDANG TEKNIK UNTUK TES MASUK CALON MAHASISWA BARU POLITEKNIK NEGERI SEMARANG ORBITH VOL. 11 NO. 3 NOVEMBER 015 : 185 189 PENGUKURAN RELIABILITAS DAN VALIDITAS SOAL MATEMATIKA BIDANG TEKNIK UNTUK TES MASUK CALON MAHASISWA BARU POLITEKNIK NEGERI SEMARANG Oleh: Endang Tiyani Staf

Lebih terperinci

PENGARUH KINERJA KEPALA DESA TERHADAP PENINGKATAN PRESTASI KERJA PERANGKAT DESA. (Studi pada Desa Sumbergede Kec. Sekampung Kab.

PENGARUH KINERJA KEPALA DESA TERHADAP PENINGKATAN PRESTASI KERJA PERANGKAT DESA. (Studi pada Desa Sumbergede Kec. Sekampung Kab. PENGARUH KINERJA KEPALA DESA TERHADAP PENINGKATAN PRESTASI KERJA PERANGKAT DESA (Studi pada Desa Sumbegede Kec. Sekampung Kab. Lampung Timu) Wahyu Widodo Dosen Tetap STISIPOL Dhama Wacana Meto ABSTRACT

Lebih terperinci

ANALISA PENGARUH SISTEM MANAJEMEN TQC TERHADAP TINGKAT KERUSAKAN PRODUK (STUDI KASUS PADA PT. SINAR KAYU ABADI SURABAYA)

ANALISA PENGARUH SISTEM MANAJEMEN TQC TERHADAP TINGKAT KERUSAKAN PRODUK (STUDI KASUS PADA PT. SINAR KAYU ABADI SURABAYA) ANALISA PENGARUH SISTEM MANAJEMEN TQC TERHADAP TINGKAT KERUSAKAN PRODUK (STUDI KASUS PADA PT. SINAR KAYU ABADI SURABAYA) Da.Heny Mahmudah Dosen unisla ABSTRAK Pada hakekatnya suatu peusahaan didiikan untuk

Lebih terperinci

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP)

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP) RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP) Sekolah : SMA Mata Pelajaan : Matematika Kelas/Semeste :X/ Matei pokok : Identitas Tigonometi Alokasi Waktu : JP ( @ 45 menit ) A. Kompetensi Inti Kompetensi Sikap

Lebih terperinci

HUBUNGAN MOTIVASI BELAJAR DAN MANAJEMEN DIRI DENGAN HASIL BELAJAR PADA MATA PELAJARAN EKONOMI SISWA KELAS XI IPS DI SMA NEGERI 6 KOTA JAMBI

HUBUNGAN MOTIVASI BELAJAR DAN MANAJEMEN DIRI DENGAN HASIL BELAJAR PADA MATA PELAJARAN EKONOMI SISWA KELAS XI IPS DI SMA NEGERI 6 KOTA JAMBI HUBUNGAN MOTIVASI BELAJAR DAN MANAJEMEN DIRI DENGAN HASIL BELAJAR PADA MATA PELAJARAN EKONOMI SISWA KELAS XI IPS DI SMA NEGERI 6 KOTA JAMBI Amina Yusa 1), Pof. D.H. Rahmat Muboyono, M.Pd ), Siti Syuhada,

Lebih terperinci

ANALISIS SEKTOR BASIS DAN NON BASIS DI PROVINSI NANGGROE ACEH DARUSSALAM

ANALISIS SEKTOR BASIS DAN NON BASIS DI PROVINSI NANGGROE ACEH DARUSSALAM ANALISIS SEKTOR BASIS DAN NON BASIS DI PROVINSI NANGGROE ACEH DARUSSALAM AZHAR, SYARIFAH LIES FUAIDAH DAN M. NASIR ABDUSSAMAD Juusan Sosial Ekonomi Petanian, Fakultas Petanian Univesitas Syiah Kuala -

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI. fakta-fakta yang sebelumnya telah dimiliki. Menurut Slameto(1998:2),

BAB II KAJIAN TEORI. fakta-fakta yang sebelumnya telah dimiliki. Menurut Slameto(1998:2), 10 BAB II KAJIAN TEORI A. Diskipsi Teoi 1. Pengetian Hasil Belaja Belaja dapat digambakan sebagai inteaksi aktif dengan lingkunganna melalui pengamatan, pencaian, pemikian, dan penelitian untuk mendapatkan

Lebih terperinci

HUBUNGAN PEMBERIAN REWARD DAN PUNISHMENT DENGAN MOTIVASI BELAJAR PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN SISWA KELAS XI SMA NEGERI 1 AMBUNTEN KABUPATEN SUMENEP

HUBUNGAN PEMBERIAN REWARD DAN PUNISHMENT DENGAN MOTIVASI BELAJAR PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN SISWA KELAS XI SMA NEGERI 1 AMBUNTEN KABUPATEN SUMENEP Kajian Moal dan Kewaganegaaan Nomo Volume Tahun 014, hal 454-468 HUBUNGAN PEMBERIAN REWARD DAN PUNISHMENT DENGAN MOTIVASI BELAJAR PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN SISWA KELAS XI SMA NEGERI 1 AMBUNTEN KABUPATEN

Lebih terperinci

98 Jurnal Fisika Edukasi (JFE) Vol.2 No.2 Oktober 2015

98 Jurnal Fisika Edukasi (JFE) Vol.2 No.2 Oktober 2015 98 Junal Fisika Edukasi (JFE) Vol. No. Oktobe 015 PENGARUH KEPEMIMPINAN DOSEN DAN KEMAMPUAN PRAKTIKUM FISIKA DASAR TERHADAP PRESTASI BELAJAR MAHASISWA DALAM MATAKULIAH FISIKA DASAR (STUDI KASUS MAHASISWA

Lebih terperinci

PENGARUH MODEL PRODUK TERHADAP TINGKAT VOLUME PENJUALAN Studi Kasus Pada Telepon Selular Merek Nokia Pada PT. Bimasakti

PENGARUH MODEL PRODUK TERHADAP TINGKAT VOLUME PENJUALAN Studi Kasus Pada Telepon Selular Merek Nokia Pada PT. Bimasakti JUNAL ILMIAH ANGGAGADING Volume 4 No., Oktobe 004 : 99 104 PENGAUH MODEL PODUK TEHADAP TINGKAT VOLUME PENJUALAN Studi Kasus Pada Telepon Selula Meek Nokia Pada PT. Bimasakti Oleh: Maju L. Tobing Dosen

Lebih terperinci

EVALUASI DANA PENSIUN DENGAN METODE BENEFIT PRORATE CONSTANT PERCENT. Abstrak

EVALUASI DANA PENSIUN DENGAN METODE BENEFIT PRORATE CONSTANT PERCENT. Abstrak EVALUASI DANA PENSIUN DENGAN METODE BENEFIT PRORATE CONSTANT PERCENT Sudianto Manullang Yasifati Hia Abstak Pengelolaan dana pensiun dapat menentukan dan mendoong peningkatan poduktivitas angkatan keja.

Lebih terperinci

Team project 2017 Dony Pratidana S. Hum Bima Agus Setyawan S. IIP

Team project 2017 Dony Pratidana S. Hum Bima Agus Setyawan S. IIP Hak cipta dan penggunaan kembali: Lisensi ini mengizinkan setiap oang untuk menggubah, mempebaiki, dan membuat ciptaan tuunan bukan untuk kepentingan komesial, selama anda mencantumkan nama penulis dan

Lebih terperinci

Gerak Melingkar. B a b 4. A. Kecepatan Linear dan Kecepatan Anguler B. Percepatan Sentripetal C. Gerak Melingkar Beraturan

Gerak Melingkar. B a b 4. A. Kecepatan Linear dan Kecepatan Anguler B. Percepatan Sentripetal C. Gerak Melingkar Beraturan B a b 4 Geak Melingka Sumbe: www.ealcoastes.com Pada bab ini, Anda akan diajak untuk dapat meneapkan konsep dan pinsip kinematika dan dinamika benda titik dengan caa menganalisis besaan Fisika pada geak

Lebih terperinci

HUBUNGAN POWER TUNGKAI DAN KELENTUKAN DENGAN KEMAMPUAN MENENDANG PINALTI. (Jurnal) Oleh EKA MULYANTO

HUBUNGAN POWER TUNGKAI DAN KELENTUKAN DENGAN KEMAMPUAN MENENDANG PINALTI. (Jurnal) Oleh EKA MULYANTO HUBUNGAN POWER TUNGKAI DAN KELENTUKAN DENGAN KEMAMPUAN MENENDANG PINALTI (Junal) Oleh EKA MULYANTO FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS LAMPUNG BANDAR LAMPUNG 04 ABSTRACT THE POWER RELATIONS

Lebih terperinci

Liston Hasiholan 1) dan Sudradjat 2)

Liston Hasiholan 1) dan Sudradjat 2) EVALUASI KINERJA KARYAWAN MENGGUNAKAN METODE PEMROGRAMAN LINEAR FUY *) Liston Hasiholan 1) dan Sudadjat 2) ABSTRAK Pengukuan kineja kayawan meupakan satu hal yang mutlak dilakukan secaa peiodik oleh suatu

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA A. Perambatan Bunyi di Luar Ruangan

TINJAUAN PUSTAKA A. Perambatan Bunyi di Luar Ruangan Kebisingan yang belebihan akan sangat bepengauh tehadap indea pendengaan. Seseoang yang telalu seing beada pada kawasan dengan kebisingan yang tinggi setiap hainya dapat mengalami gangguan pendengaan sementaa

Lebih terperinci

ANALISIS KORELASI. Konsep. Konsep (lanjutan) Arah hubungan. Agus Susworo Dwi Marhaendro

ANALISIS KORELASI. Konsep. Konsep (lanjutan) Arah hubungan. Agus Susworo Dwi Marhaendro ANALISIS KORELASI Agus Suswoo Dwi Mahaendo Konsep Metode analisis tehadap data, tidak hanya yang tedii dai satu kaakteistik saja. Banyak pesoalan atau fenomena yang meliputi lebih dai sebuah vaiabel: beat

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 34 BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Poses Pengumpulan Data Posedu dalam penelitian ini tedii dai tiga tahapan, tahapannya yaitu tahap pesiapan, tahap pelaksanaan dan tahap pengolahan dan penaikan

Lebih terperinci

BAB PENERAPAN HUKUM-HUKUM NEWTON

BAB PENERAPAN HUKUM-HUKUM NEWTON 1 BAB PENERAPAN HUKUM-HUKUM NEWTON Sebelumnya telah dipelajai tentang hukum Newton: hukum I tentang kelembaban benda, yang dinyatakan oleh pesamaan F = 0; hukum II tentang hubungan gaya dan geak, yang

Lebih terperinci

Analisis Numerik Ragam pada Pelat Utuh dan Retak: Studi Interaksi Dinamis Struktur dengan Udara ABSTRAK

Analisis Numerik Ragam pada Pelat Utuh dan Retak: Studi Interaksi Dinamis Struktur dengan Udara ABSTRAK Volume 6, Nomo 1, Pebuai 2009 Junal APLIKASI Analisis Numeik pada Pelat Utuh dan Retak: Studi Inteaksi Dinamis Stuktu dengan Udaa Agung Budipiyanto Pogam Diploma Teknik Sipil FTSP ITS email: agungbp@ce.its.ac.id

Lebih terperinci

BAB III OBJEK DAN METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan untuk menganalisis mengenai pengaruh service

BAB III OBJEK DAN METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan untuk menganalisis mengenai pengaruh service BAB III OBJEK DAN METODE ENELITIAN 3.1 Objek enelitian enelitian ini dilakukan untuk menganalisis mengenai pengauh sevice convenience dalam bentuk Dive Thu ATM tehadap loyalitas pelanggan. Sedangkan objek

Lebih terperinci

APLIKASI PENGELOLAAN DATA KERJA PRAKTEK MAHASISWA (STUDI KASUS: FAKULTAS TEKNOLOGI INFORMASI DAN KOMUNIKASI UNIVERSITAS SEMARANG)

APLIKASI PENGELOLAAN DATA KERJA PRAKTEK MAHASISWA (STUDI KASUS: FAKULTAS TEKNOLOGI INFORMASI DAN KOMUNIKASI UNIVERSITAS SEMARANG) APLIKASI PENGELOLAAN DATA KERJA PRAKTEK MAHASISWA (STUDI KASUS: FAKULTAS TEKNOLOGI INFORMASI DAN KOMUNIKASI UNIVERSITAS SEMARANG) B. Vey Chistioko 1,, Dian Ti Wiyanti 2 Pogam Studi Teknik Infomatika Juusan

Lebih terperinci

BAB II MEDAN LISTRIK DI SEKITAR KONDUKTOR SILINDER

BAB II MEDAN LISTRIK DI SEKITAR KONDUKTOR SILINDER BAB II MDAN ISTRIK DI SKITAR KONDUKTOR SIINDR II. 1 Hukum Coulomb Chales Augustin Coulomb (1736-1806), adalah oang yang petama kali yang melakukan pecobaan tentang muatan listik statis. Dai hasil pecobaannya,

Lebih terperinci

REGRESI. Imam Gunawan

REGRESI. Imam Gunawan REGRESI Imam Gunawan REGRESI LINIER SEDERHANA (SATU PREDIKTOR / INDEPENDEN) Pesamaan: Ŷ = a + bx Ŷ : Subyek dalam vaiabel dependen yang dipediksi a : Haga Y bila X = 0 (konstan) b : Angka aah / koefisien

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang BAB PENDAHULUAN Lata Belakang Pada zaman moden sepeti saat sekaang ini, enegi listik meupakan kebutuhan pime bagi manusia, baik masyaakat yang tinggal di pekotaan maupun masyaakat yang tinggal di pedesaan

Lebih terperinci

KONTRIBUSI KOMUNIKASI INTERPERSONAL KEPALA SEKOLAH, BUDAYA ORGANISASI DAN ETOS KERJA TERHADAP MOTIVASI KERJA GURU

KONTRIBUSI KOMUNIKASI INTERPERSONAL KEPALA SEKOLAH, BUDAYA ORGANISASI DAN ETOS KERJA TERHADAP MOTIVASI KERJA GURU KONTRIBUSI KOMUNIKASI INTERPERSONAL KEPALA SEKOLAH, BUDAYA ORGANISASI DAN ETOS KERJA TERHADAP MOTIVASI KERJA GURU (Studi Kasus Pada Sekolah sekolah Dasa dibawah yayasan menoah abadi Denpasa) Agus Budi

Lebih terperinci

Promotif, Vol.2 No.2 April 2013 Hal PENGARUH MUTU PELAYANAN KESEHATAN TERHADAP KEPATUHAN BEROBAT PASIEN KUSTA DI PUSKESMAS KOTA PALU ABSTRAK

Promotif, Vol.2 No.2 April 2013 Hal PENGARUH MUTU PELAYANAN KESEHATAN TERHADAP KEPATUHAN BEROBAT PASIEN KUSTA DI PUSKESMAS KOTA PALU ABSTRAK PENGARUH MUTU PELAYANAN KESEHATAN TERHADAP KEPATUHAN BEROBAT PASIEN KUSTA DI PUSKESMAS KOTA PALU Mohamad Andi 1, Inda 2, Alimin Maidin 3 1 Bagian Penjaminan Mutu FKM Unismuh Palu 2 Bagian AKK, FKM Univesitas

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA

II. TINJAUAN PUSTAKA II. TINJAUAN PUSTAKA 2. Haga Tahanan Jenis Teoi yang mendasai metode tahanan jenis atau metode geolistik adalah hukum Ohm [7] yang mempunyai pesamaan : V I = (2.) R Dengan V menyatakan tegangan (volt),

Lebih terperinci

BAB III ANALISIS DAN PERANCANGAN

BAB III ANALISIS DAN PERANCANGAN BAB III ANALISIS DAN PERANCANGAN III.1 Pehitungan Pegeakan Robot Dai analisis geakan langkah manusia yang dibahas pada bab dua, maka dapat diambil bebeapa analisis untuk membuat ancangan geakan langkah

Lebih terperinci

BAB MEDAN DAN POTENSIAL LISTRIK

BAB MEDAN DAN POTENSIAL LISTRIK 1 BAB MEDAN DAN POTENSIAL LISTRIK 4.1 Hukum Coulomb Dua muatan listik yang sejenis tolak-menolak dan tidak sejenis taik menaik. Ini beati bahwa antaa dua muatan tejadi gaya listik. Bagaimanakah pengauh

Lebih terperinci

The Production Process and Cost (I)

The Production Process and Cost (I) The Poduction Pocess and Cost (I) Yang dimaksud dengan Input (Kobanan) misalnya Mesin sebagai Kapital (Capital) dan Tenaga Keja sebagai Labou (L), sedangkan Q = Tingkat Output (Poduksi) yang dihasilkan

Lebih terperinci

Ini merupakan tekanan suara p(p) pada sembarang titik P dalam wilayah V seperti yang. (periode kedua integran itu).

Ini merupakan tekanan suara p(p) pada sembarang titik P dalam wilayah V seperti yang. (periode kedua integran itu). 7.3. Tansmisi Suaa Melalui Celah 7.3.1. Integal Kichhoff Cukup akses yang bebeda untuk tik-tik difaksi disediakan oleh difaksi yang tepisahkan dapat dituunkan dai teoema Geen dalam analisis vekto. Hal

Lebih terperinci

KONTRIBUSI STATUS GIZI DAN PANJANG TUNGKAI TERHADAP KEMAMPUAN LARI 200 METER PADA MAHASISWA PROGRAM STUDI PENJASKESREK FKIP UNSYIAH

KONTRIBUSI STATUS GIZI DAN PANJANG TUNGKAI TERHADAP KEMAMPUAN LARI 200 METER PADA MAHASISWA PROGRAM STUDI PENJASKESREK FKIP UNSYIAH Volume. Nomo 4:359-37 Novembe 06 KONTRIBUSI STATUS GIZI DAN PANJANG TUNGKAI TERHADAP KEMAMPUAN LARI 00 METER PADA MAHASISWA PROGRAM STUDI PENJASKESREK FKIP UNSYIAH Janu Fiadi *, Muhammad Jafa, Nuzuli Pogam

Lebih terperinci

P i R i i a li a t d a P i a R l e i i a li a t s V r a i b a l e X S ( r t e g M a G r u u) 0 6

P i R i i a li a t d a P i a R l e i i a li a t s V r a i b a l e X S ( r t e g M a G r u u) 0 6 B AB IV H ASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Gambaan Umum Lokasi Penelitian 4.1.1 Sejaah Singkat SMK Negei 1 Goontalo SMK Negei 1 Goontalo secaa esmi didiikan tahun 1954 nama SMEA Negei Goontalo status swasta. Kemudian

Lebih terperinci