JIIA, VOLUME 4 No. 3 AGUSTUS 2016 DAYA SAING USAHATANI KARET RAKYAT DI DESA KEMBANG TANJUNG KECAMATAN ABUNG SELATAN KABUPATEN LAMPUNG UTARA

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "JIIA, VOLUME 4 No. 3 AGUSTUS 2016 DAYA SAING USAHATANI KARET RAKYAT DI DESA KEMBANG TANJUNG KECAMATAN ABUNG SELATAN KABUPATEN LAMPUNG UTARA"

Transkripsi

1 DAYA SAING USAHATANI KARET RAKYAT DI DESA KEMBANG TANJUNG KECAMATAN ABUNG SELATAN KABUPATEN LAMPUNG UTARA (Compeiiveness of he Rubber Farming in he Village of Kembang Tanjung of Souh Abung Subdisric, Norh Lampung Regency) Alghoziyah, R. Hanung Ismono, Wuryaningsih Dwi Sayeki Jurusan Agribisnis, Fakulas Peranian, Universias Lampung, Jl. Prof. Dr. Soemanri Brojonegoro No.1 Bandar Lampung 35145, Telp , alghoziyahdezia@gmail.com ABSTRACT The purposes of his research are o find ou he financial viabiliy of smallholder rubber farming in Kembang Tanjung Village and he compeiiveness of smallholder rubber farming in Kembang Tanjung village. This research was conduced in Kembang Tanjung, Subdisric of Souh Abung, Norh Lampung regency. The numbers of samples in his sudy were 63 people obained by proporional random sampling. The analyical mehods used o answer he goals were financial analysis mehod and Policy Analysis Marix (PAM). The resuls obained from his research showed ha smallholder rubber farming in Kembang Tanjung are profiable and feasible. The smallholder rubber farming a Kembang Tanjung has compeiiveness (compeiive and comparaive advanage), i could be seen by he PCR value as 0,17 (<1) and he DRC amouned o 0,09 (<1). The indicaor means ha he commodiy of smallholder rubber farming a Kembang Tanjung village emerging governmen policies in erm of improving producion effeciency which was he policy in subsidizing ferilizers for farmers. Key words: compeiiveness, financial feasibiliy, PAM, rubber. PENDAHULUAN Sekor perkebunan merupakan salah sau sekor yang mendukung kegiaan indusri. Perkebunan merupakan benuk kegiaan peranian yang dilakukan dengan mengusahakan anaman khususnya anaman ahunan pada areal yang luas. Tanaman ahunan yang dibudidayakan dalam kegiaan perkebunan anara lain kakao, kelapa, kopi, kare, dan beberapa anaman ahunan lain. Salah sau komodias sekor perkebunan yang menjadi unggulan di Indonesia yaiu kare. Areal perkebunan kare di Indonesia pada ahun 2013 seluas 3,4 jua ha yang ersebar di seluruh wilayah Indonesia, salah saunya di Provinsi Lampung (Direkora Jenderal Perkebunan 2013). Kabupaen Lampung Uara merupakan salah sau senra produksi kare di Provinsi Lampung. Menuru Dinas Perkebunan Provinsi Lampung (2014), Kabupaen Lampung Uara memiliki perkebunan kare seluas ha dengan produksi sebesar on dan produkivias sebesar 515,645 kg/ha. Kecamaan Abung Selaan merupakan salah sau dari 23 Kecamaan senra produksi kare. Desa Kembang Tanjung dipilih sebagai lokasi peneliian dengan perimbangan daerah ersebu memiliki ingka produkivias kare eringgi yaiu 705,68 kg/ha. Menuru Kepala Badan Penyuluhan Peranian Perikanan dan Kehuanan (BP3K) Kecamaan Abung Selaan, peani kare di Desa Kembang Tanjung menjual bahan olah karenya kepada pabrik pengolahan melalui pedagang peranara (engkulak) di ingka desa, kecamaan bahkan di ingka kabupaen. Adanya pedagang peranara yang berjenjang dalam saluran pemasaran kare rakya di wilayah ersebu membua harga di ingka peani semakin rendah (Hasyim 2012). Menuru Kepala BP3K Kecamaan Abung Selaan, kenaikan biaya-biaya produksi di sekor usaha menyebabkan idak ercipanya keunggulan bersaing dalam harga jual produk. Harga jual kare di ingka peani yang rendah idak dapa dipisahkan dari harga kare pasaran inernasional. Kebijakan pemerinah dalam pengembangan komodias kare, selain diekankan pada peningkaan penerimaan devisa negara diarahkan pada upaya peningkaan pendapaan peani. Permasalahan yang dihadapi peani kare di Desa Kembang Tanjung Kecamaan Abung Selaan Kabupaen Lampung Uara yaiu ingka produkivias yang semakin menurun karna 243

2 anaman kare berumur ua dan buruknya sisem manajemen kebun. Pemerinah seempa berusaha unuk meningkakan produksi melalui penggunaan bibi unggul yang bermuu, penggunaan koagulan yang dianjurkan yaiu asam semu sera penggunaan dosis pupuk yang sesuai. Menuru Draja dan Hendrano (2009), kebijakan pemerinah dalam pengembangan komodias kare, selain diekankan pada peningkaan penerimaan devisa negara diarahkan pada upaya peningkaan pendapaan peani. Pendapaan peani merupakan refleksi, produkivias kebun dan muu bahan olah yang dihasilkan sera aaniaganya yang menenukan bagian harga bersih yang dierima peani. Sebagian besar lahan perkebunan rakya erleak di daerah dengan sarana ransporasi dan sumberdaya ekonomi yang relaif erbaas. Selain iu skala usahaani kare rakya umumnya rendah dengan hasil produksi berupa slab dengan muu yang belum baku. Semenara dengan program crumb rubberisasi, ernyaa pusa-pusa pengolahan kare remah pada umumnya berlokasi di sekiar ibukoa propinsi aau koa-koa lainnya yang deka dengan fasilias pelabuhan ekspor, sehingga erdapa jarak yang cukup jauh anara pusa-pusa produksi kare rakya dengan pusa-pusa pengolahannya. Kebijakan sraegis pembangunan perkebunan secara nasional melipui kebijakan umum dan kebijakan eknis. Kebijakan umum adalah membangun perkebunan yang berorienasi kepada pasar melalui peningkaan inisiaif dan parisipasi masyaraka sehingga peran pemerinah hanya menyediakan fasilias umum, seperi sarana dan prasarana, IPTEK (Ilmu Pengeahuan dan Teknologi) dan regulasi yang didasarkan kepada mekanisme insenif dan disenif. Kebijakan eknis mencakup: a) Kebijakan pemberdayaan masyaraka perkebunan yang dioperasionalisasikan melalui upaya pengembangan sumber daya manusia dan penguasaan IPTEK dengan meningkakan kegiaan pendidikan, pelaihan dan penilaian kinerja sera pengembangan karier. b) Kebijakan peningkaan daya saing dioperasionalisasikan melalui peningkaan produksi dan produkivias, efisiensi, muu dan promosi. c) Kebijakan invesasi melalui upaya regionalisasi, penaaan kembali kepemilikan, opimalisasi lahan Hak Guna Usaha (HGU), pemanfaaan IPTEK hasil libang, diversifikasi usaha anaman dan jaminan keamanan berusaha. d) Kebijakan resrukurisasi dan renovasi kelembagaan dioperasionalisasikan melalui upaya pembenukan lembaga keuangan alernaif, resrukurisasi, renovasi dan pengembangan lembaga penyuluhan, lembaga peani, lembaga pemasaran, lembaga usaha dan pengembangan jejaring kerja. Unuk mengembangkan poensi perkembangan kare di Indonesia Pemerinah Republik Indonesia elah menerbikan Perauran Meneri Peranian Nomor : 33/Permenan/ PT.140/7/2006 enang Kebijakan Pengembangan Komodias Perkebunan melalui Program Revialisasi Perkebunan dengan salah sau komodias yang dikembangkan adalah kare. Pengembangan kare Indonesia ke depan perlu didasarkan pada perencanaan yang lebih erarah dengan sasaran yang lebih jelas sera memperimbangkan berbagai permasalahan, peluang dan anangan yang sudah ada sera yang diperkirakan akan ada sehingga pada gilirannya akan dapa diwujudkan agribisnis kare yang berdaya saing dan berkelanjuan sera memberi manfaa opimal bagi para pelaku usahanya secara berkeadilan (Draja dan Hendrano 2009). Konsep daya saing adalah sesuau yang sanga dinamis, dimana keunggulan saa ini bisa saja menjadi keidakunggulan di masa yang akan daang (Pahan 2006). Kemampuan suau daerah unuk meningkakan daya saing perekonomiannya akan sanga berganung pada kemampuan daerah dalam menenukan fakor-fakor yang dapa digunakan sebagai ukuran daya saing daerah dan kemampuan daerah dalam meneapkan kebijakan erhadap daerah-daerah lain (Abdullah e al 2002). Tujuan peneliian ini yaiu unuk mengeahui kelayakan finansial usahaani kare dan daya saing usahaani kare rakya di Desa Kembang Tanjung Kecamaan Abung Selaan Kabupaen Lampung Uara. METODE PENELITIAN Peneliian dilakukan di Desa Kembang Tanjung, Kecamaan Abung Selaan, Kabupaen Lampung Uara. Penenuan lokasi dilakukan secara sengaja (purposive) dengan perimbangan daerah ersebu merupakan salah sau senra perkebunan kare rakya yang ada di Provinsi Lampung. elbada Populasi dalam peneliian ini adalah peani kare rakya di Desa Kembang Tanjung yang ergabung dalam kelompok ani. Jumlah populasi sebanyak 354, jumlah sampel dari jumlah populasi dienukan dengan rumus (Sugiaro e al 2003). n = NZ 2 S 2 Nd 2 +Z 2 S 2...(1) 244

3 Keerangan: n = Jumlah sampel N = Jumlah populasi S 2 = Variasi sampel (5%=0,05) Z = Tingka kepercayaan (95%=1,96) d = Deraja penyimpangan(0,05) Berdasarkan perhiungan pada persamaan (1), maka diperoleh jumlah sampel peani kare dalam peneliian ini adalah sebanyak 63 orang. dengan pembagian alokasi proporsional sampel peani kare iap kelompok ani dienukan dengan rumus simple random sampling. n a = N a x n N...(2) Keerangan : n a = Jumlah sampel kelompok ani a n = Jumlah sampel keseluruhan N a = Jumlah populasi kelompok a N = Jumlah populasi keseluruhan Berdasarkan perhiungan pada persamaan (2), diperoleh proporsi sampel peani kare unuk Tunggal Makmur sebanyak 8 orang, Harapan Makmur sebanyak 11 orang, Tunas Makmur sebanyak 8 orang, Harapan Maju sebanyak 6 orang, Ngundi Waluyo sebanyak 7 orang, Tani Terpadu sebanyak 8 orang, Gia sebanyak 7 orang, Panca Jaya sebanyak 8 orang. Daa yang digunakan dalam peneliian ini adalah daa primer dan daa sekunder. Meode yang digunakan unuk mengumpulkan daa primer melalui wawancara, dan observasi menggunakan kuesioner. Daa sekunder diperoleh dari lembaga aau insansi yang berkaian dengan peneliian. Daa dianalisis dengan menggunakan meode Policy Analysis Marix (PAM). Hal ini sejalan dengan peneliian sebelumnya Elbadawi e al. (2012), Feryano (2010), Meliyana (2013), Waqar e al. (2007). Komodias kare yang dielii merupakan anaman ahunan maka analisis PAM yang digunakan dalam peneliian ini menggunakan perhiungan Ne Presen Value (NPV) dimana hal ersebu sejalan dengan peneliian Pranoo (2011), Rodgers (2008); Manau (2009). Marix PAM dan indikaor dampak kebijakan dapa diliha pada Tabel 1. Tabel 1. Policy Analysis Marix (PAM) Biaya Oupu Inpu Inpu Non Profi Tradable Tradable Harga priva A B C D Harga sosial E F G H Divergensi I J K L Sumber : Pearson, Gosch dan Bahri (2005) Keerangan: Keunungan Finansial (D) = A-(B+C) Keunungan Ekonomi (H) = E-(F+G) Transfer Oupu (OT) (I) = A-E Transfer Inpu Tradable (IT) (J) = B-F Transfer Inpu Nonradable (FT) (K) = C-G Transfer Bersih (NT) (L) = I-(K+J) Rasio Biaya Priva (PCR) = C/(A-B) Rasio BSD (DRC) = G/(E-F) Koefisien Proeksi Oupu Nominal (NPCO) = A/E Koefisien Proeksi Inpu Nominal (NPCI) = B/F Koefisien Proeksi Efekif (EPC) = (A-B)/(E-F) Koefisisen Keunungan (PC) = D/H Rasio Subsidi bagi Produsen (SRP) = L/E Asumsi yang digunakan : 1. ukar dollar sebesar Rp12.616/US$ (nilai ukar raa-raa pada ahun 2015 menuru BI). 2. Tingka suku bunga priva yang digunakan adalah suku bunga pinjaman yang berlaku di Bank Indonesia (BI), yaiu 12,92 (suku bunga raa-raa pada ahun 2015) dan suku bunga sosial yaiu 19,25 didapa dari suku bunga priva diambah inflasi sebesar 6,33 (Bank Indonesia 2015) Pada PAM, penerimaan, biaya dan keunungan dibedakan menuru harga priva dan harga sosial. Perbedaan harga ersebu menunjukkan dampak kebijakan pemerinah sera disorsi pasar inpu dan oupu. Harga sosial inpu radable yang diekspor (kare, pupuk urea, gramaxone dan round up) menggunakan harga parias ekspor (FOB), sedangkan unuk barang yang diimpor (NPK phonska, KCl) menggunakan harga parias impor (CIF) (Giinger 1986). Harga sosial unuk inpu nonradable, seperi bibi, pupuk kandang, enaga kerja, lahan, peralaan peranian adalah sama dengan harga privanya. Hal ini karena diasumsikan inpu-inpu ersebu idak diperdagangkan di pasar inernasional. Unuk menghiung seluruh penerimaan dan biaya yang digunakan akan dihiung dalam presen value yang dianalisis dalam perhiungan kelayakan finansial. Hal ersebu sejalan dengan peneliian Asanu (2013) enang kelayakan finansial budidaya anaman pala di Kecamaan Gising. Menuru Niisemio dan Burhan (2004) dalam Hermayani (2013), rumus Presen Value adalah 245

4 sebagai beriku: F P = ( 1 + i)...(3) Keerangan: P = unai (pada ahun 0) F = nani i = Tingka bunga = Tahun ke-. Presen value benefi (penerimaan) dapa dirumuskan sebagai: PV n B 0 1 i...(4) dan presen value cos (biaya) dapa dirumuskan sebagai: PC = n C o ( ) 1 i...(5) = + Sedangkan nilai unai bersih dirumuskan sebagai: NPV = PVB PVC B C - 1 i ( 1 + i)...(6) di mana: B = penerimaan pada ahun C = pengeluaran aau biaya pada ahun Tiga krieria NPV, yaiu: (1). Bila NPV > 0, maka mengunungkan dan dapa dilaksanakan. (2). Bila NPV < 0, maka merugikan dan idak layak unuk dilaksanakan. (3). Bila NPV = 0, maka idak unung dan idak rugi (break even poin). Ne presen value dapa dihiung dengan mengalikan arus penerimaan dan pengeluaran iap ahun dengan discoun facor-nya. Discoun facor adalah nilai presen value uang seharga Rp1,00 yang akan dierima pada ahun ke-, dengan rumus (Prawirosenono 2002) : Gross Benefi Cos Raio (Gross B/C Raio) Menuru Kadariah (1999), Gross Benefi Cos Raio merupakan perbandingan anara jumlah presen value dari benefi koor dengan jumlah presen value dari biaya koor. Secara maemais Gross B/C dapa dirumuskan : GrossB / C 0 0 PV ( B ) PV ( C )... (8) Krieria pada pengukuran ini adalah. 1) Jika Gross B/C > 1, maka kegiaan usaha layak unuk dilaksanakan. 2) Jika Gross B/C < 1, maka kegiaan usaha idak layak unuk dilaksanakan 3) Jika Gross B/C = 1, maka kegiaan usaha dalam keadaan impas. Ne Benefi Cos Raio (Ne B/C Raio) Menuru Kadariah (1999), Ne Benefi Cos Raio merupakan perbandingan anara presen value ne benefi yang bernilai posiif dengan presen value ne benefi yang bernilai negaif. Secara maemais Ne B/C dapa dirumuskan : NeB / C ( B C )( DF ) n 0 ( C ) B )( DF...(9) Krieria pada pengukuran ini adalah. 1) Jika Ne B/C > 1, maka kegiaan usaha layak unuk dilaksanakan. 2) Jika Ne B/C < 1, maka kegiaan usaha idak layak unuk dilaksanakan. 3) Jika Ne B/C = 1, maka kegiaan usaha dalam keadaan impas. Inernal Rae of Reurn (IRR) Menuru Kadariah (1999), Inernal Rae of Reurn (IRR) merupakan suau ingka bunga yang menunjukan nilai bersih sekarang (NPV) sama dengan jumlah seluruh invesasi proyek aau dengan kaa lain ingka suku bunga yang menghasilkan NPV sama dengan nol. Secara maemais IRR dapa dirumuskan sebagai : df = 1 (1+i)...(7) NPV1 IRR i1 i 2 i1...(10) NPV1 NPV2 Keerangan : df = discoun facor 246

5 Dengan krieria. 1) Jika IRR > i, maka kegiaan usaha layak unuk dilaksanakan. 2) Jika IRR < i, maka kegiaan usaha idak layak unuk dilaksanakan. 3) Jika IRR = i, maka kegiaan usaha dalam keadaan impas. HASIL DAN PEMBAHASAN Keadaan Umum Responden Peani kare Desa Kembang Tanjung raa-raa 45 ahun. Hal ini sejalan dengan peneliian Esiobu dan Onubuogu (2014), bahwa mayorias peani berumur 41 sampai 50 ahun dalam usia produkif dan lebih mungkin unuk mengadopsi inovasi baru. Peani kare Desa Kembang Tanjung sebagian besar ingka pendidikan berada pada ingka SMA. Peani kare di daerah peneliian memiliki raa-raa luas lahan 1 sampai 5 ha dengan saus kepemilikan lahan milik sendiri. Analisis Kelayakan Finansial Usahaani Kare Desa Kembang Tanjung Analisis kelayakan finansial usahaani kare Desa Kembang Tanjung didasarkan aas umur anaman yaiu umur 0 hingga 22 ahun yang dihiung menggunakan discoun facor pada ingka suku suku bunga Bank Indonesia (BI) 12,92 persen (Bank Indonesia 2015). Hasil peneliian usahaani kare rakya dapa diliha pada Tabel 2. Ne Presen Value (NPV) Ne Presen Value (NPV) Desa Kembang anjung diperoleh nilai posiif sebesar Rp ,59 lebih besar jika dibandingkan dengan usahaani kare di Kecamaan Banjar Agung oleh Ayar (2007) yang hanya sebesar Rp NPV yang lebih besar dari 1 disimpulkan bahwa analisis finansial usahaani kare rakya di Desa Kembang Tanjung dan Kecamaan Banjar Agung layak dan mengunungkan unuk dieruskan. Perbedaan hasil nilai NPV ersebu dikarenakan biaya produksi yang dikeluarkan di Desa Kembang Tanjung sebesar Rp lebih rendah dibandingkan Kecamaan Banjar Agung sebesar Rp namun pendapaan di Desa Kembang Tanjung sebesar Rp lebih rendah dari Kecamaan Banjar Agung sebesar Rp Tabel 2. Krieria kelayakan Krieria Desa Kembang Tanjung Kecamaan Banjar Agung (*) Krieria NPV Layak Gross B/C 5,81 2, 22 Layak Ne B/C 7,05 3,00 Layak IRR 48,00 23, 54 Layak Sumber: Ayar 2007 Gross B/C raio Berdasarkan hasil perhiungan nilai Gross B/C usahaani kare di Desa Kembang Tanjung sebesar 5,81 lebih besar dan lebih mengunungkan jika dibandingkan di Kecamaan Banjar Agung yang dilakukan oleh Ayar (2007) dengan nilai Gross B/C sebesar 2,22 yang berari seiap Rp1,00 biaya yang dikeluarkan menghasilkan penerimaan sebesar Rp5,81 dan Rp2,22. Gross B/C lebih dari 1 menunjukkan bahwa usahaani kare rakya di Desa Kembang Tanjung dan Kecamaan Banjar Agung mengunungkan dan layak unuk dieruskan. Gross B/C pada Kecamaan Banjar Agung lebih rendah dari Desa Kembang Tanjung hal ersebu diliha dari perbedaan harga kare yang di Kecamaan Banjar Agung Rp5.200/kg lebih rendah dibandingkan di Desa Kembang Tanjung yaiu Rp6.957/kg, sera besarnya penggunaan inpu sarana produksi dan harga inpu yang berbeda anara Kecamaan Banjar Agung dan Desa Kembang Tanjung. Ne B/C Berdasarkan perhiungan yang diperoleh nilai Ne B/C usahaani kare rakya Desa Kembang Tanjung sebesar 7,05 nilai ersebu lebih besar jika dibandingkan dengan usahaani kare rakya di Kecamaan Banjar Agung oleh Ayar (2007) yaiu sebesar 3,0. ersebu berari bahwa seiap Rp1,00 biaya bersih yang elah dikeluarkan menghasilkan penerimaan bersih sebesar Rp3,0 dan Rp7,05. Berdasarkan hasil ersebu maka usahaani kare rakya di Desa Kembang Tanjung dan Kecamaan Banjar Agung mengunungkan dan layak unuk dieruskan karena nilai Ne B/C lebih besar dari 1. Perbedaan hasil ersebu dikarenakan harga kare yang didapa di Kecamaan Banjar Agung Rp5.200/kg lebih rendah dibandingkan di Desa Kembang Tanjung yaiu Rp6.957/kg. Inernal Rae of Reurn (IRR) Hasil perhiungan ingka pengembalian inernal invesasi usahaani kare rakya di Desa Kembang 247

6 anjung adalah 48 persen. Hal ersebu sejalan dengan peneliian di Kecamaan Banjar Agung (Ayar 2007) didapa nilai IRR sebesar 23,54 persen. Perbedaan nilai yang didapa pada kedua peneliian ini dikarenakan ingka suku bunga yang digunakan berbeda, unuk Desa Kembang Tanjung ingka suku bunga sebesar 12,92 persen dan di Kecamaan Banjar Agung 11,8 persen sera dapa diliha dari besarnya nilai NPV yang posiif dan negaif. IRR ersebu lebih besar dari ingka suku bunga pinjaman yang berlaku, sehingga nilai ersebu menunjukkan bahwa usahaani kare rakya di Desa Kembang Tanjung dan usahaani kare di Kecamaan Banjar Agung layak unuk dieruskan. Analisis daya saing usahaani kare rakya Desa Kembang Tanjung Berdasarkan perhiungan, hasil analisis marik PAM usahaani kare Desa Kembang Tanjung dapa diliha pada Tabel 3. Pada Tabel 3 dapa diliha bahwa keunungan usahaani kare rakya di Desa Kembang Tanjung layak unuk diusahakan baik secara finansial maupun ekonomi. Penerimaan pada harga priva sebesar Rp sedangkan penerimaan pada harga sosial adalah Rp Penerimaan lebih besar dari oal biaya (radable dan nonradable), yang berari usahaani kare Desa Kembang Tanjung mengunungkan. divergensi yang sebesar negaif Rp arinya adanya keadaan dimana kebijakan aau campur angan pemerinah erkai subsidi pupuk yang diberikan kurang memberikan konribusi yang efekif erhadap penerimaan yang didapakan peani kare, sebaliknya apabila bernilai posiif maka adanya kebijakan pemerinah elah mampu memberikan konribusi yang efekif erhadap penerimaan dan pengeluaran dalam usahaani ersebu. Dalam hal ini pemerinah harus lebih memperhaikan kebijakan harga baik inpu maupun oupu yang mampu memberikan konribusi yang lebih efekif. Perbedaan penerimaan ersebu diakibakan adanya disorsi pasar dimana harga priva dan harga sosial yang berbeda, harga priva merupakan harga yang dierima peani sedangkan harga sosial diperoleh dari harga inernasional Harga oupu dapa berbeda anara harga yang dierima produsen dengan harga pada pasar inernasional. Perbedaan ini karena adanya inervensi pemerinah yang berujuan unuk melindungi produk dalam negeri. Kebijakan proeksi bagi masuknya barang impor dan subsidi bagi produsen dalam negeri biasanya dierapkan pada siuasi dimana suau sekor idak dapa bersaing dengan barang-barang buaan luar negeri, karena misalnya barang-barang luar negeri lebih murah aau kualiasnya lebih baik aau penampilan lebih menarik sehingga melemahkan daya saing produk dalam negeri. Keunungan finansial berdasarkan yang diperoleh dari usahaani kare Desa Kembang Tanjung adalah sebesar Rp dan keunungan ekonomi adalah sebesar Rp Perbedaan anara keunungan finansial dengan keunungan ekonomi yang erjadi menunjukkan adanya divergensi pada harga oupu,dimana harga priva oupu lebih rendah dari pada harga sosial oupu karena harga priva merupakan harga sebenarnya yang diperoleh diingka peani sedangkan harga sosial ersebu merupakan harga inernasional dimana harga ersebu merupakan harga yang dierima negara konsumen. divergensi negaif Rp arinya adanya disorsi pasar yang menyebabkan kebijakan aau campur angan pemerinah idak memberikan konribusi yang efekif erhadap penerimaan yang didapakan peani kare, sebaliknya nilai yang posiif berari kebijakan pemerinah elah mampu memberikan konribusi yang efekif erhadap penerimaan dan pengeluaran dalam usahaani ersebu. Usahaani dianggap berdaya saing jika memiliki keunggulan kompeiif dan komparaif. Keunggulan komparaif di dalam analisis PAM diukur dengan DRC (Domesic Resource Cos), sedangkan keunggulan kompeiif diukur dengan PCR (Privae Cos Raio). Unuk mendapakan keunungan maksimum, peani akan berusaha meminimumkan rasio PCR. Semakin rendah nilai PCR, maka komodias ersebu akan semakin memiliki keunggulan kompeiif. DRC dan PCR usahaani kare rakya Desa Kembang Tanjung dapa diiha pada Tabel 4. Pada Tabel 4 erliha bahwa nilai PCR kare di daerah peneliian kurang dari sau, yaiu sebesar 0,18. PCR kare < 1 berari usahaani kare di Desa Kembang Tanjung mampu membiayai fakor domesiknya pada harga priva sera memiliki keunggulan kompeiif. Berdasarkan nilai PCR ersebu dapa dikeahui bahwa unuk memperoleh nilai ambah (keunungan) sebesar Rp100 besar biaya inpu domesik yang harus dikeluarkan peani kare adalah sebesar Rp17,00. PCR ersebu menandakan bahwa usahaani kare di daerah peneliian memiliki keunggulan kompeiif. 248

7 Tabel 4. DRC dan PCR No 1 2 Desa Kembang Tanjung Kecamaan Cambai Indikaor Indikaor DRC 0,17 DRC 0,77 PCR 0,09 PCR 0,43 DRC sebesar 0,09 berari unuk memperoleh nilai ambah Rp100 diperlukan inpu non radable (fakor domesik) sebesar Rp9,00. DRC ersebu menandakan bahwa komodias kare di Desa Kembang Tanjung mempunyai daya saing aau keunggulan komparaif dan produsen mampu memproduksi sau uni nilai ambah dengan fakor domesik yang lebih rendah. Jika dibandingkan dengan usahaani kare di Kecamaan yang dilakukan oleh Sunandar (2007), hasil peneliian menunjukkan nilai koefisien DRC di peroleh nilai 0,77 dan nilai koefisen PCR kare yaiu 0,43. Disimpulkan bahwa Desa Kembang Tanjung memiliki keunggulan komparaif dan kompeiif yang lebih baik, hal ini karena nilai koefisien DRC (0,18) dan PCR (0,09) lebih rendah dibandingkan koefisien DRC (0,77) dan PCR (0,43) di Kecamaan Cambai. Keunggulan komparaif dan keunggulan kompeiif aau daya saing dapa diingkakan jika pemerinah mampu melindungi peani dengan menerapkan kebijakan yang sifanya melindungi peani kare conohnya menerapkan harga minimum kare yang selama ini belum ada kebijakan erhadap perlindungan harga kare akibanya sampai saa ini harga kare yang erus menurun idak dapa dihindarkan sehingga mempengaruhi pendapaan peani yang berdampak pada produksi kare yang dihasilkan kurang berkualias. Selain iu adanya kebijakan subsidi pupuk yang diberlakukan pemerinah saa ini sudah memberikan konribusi yang baik erhadap pendapaan usahaani kare Desa Kembang Tanjung. Analisis dampak kebijakan pemerinah Kebijakan pemerinah dalam suau akivias pengembangan komodias peranian dapa memberikan dampak yang posiif maupun negaif erhadap pelaku dari sisem ersebu. Adapun kebijakan pemerinah erkai Perauran Meneri Peranian Nomor: 130/Permenan/SR.130/11/2014 anggal 27 November 2014 enang kebuuhan dan harga eceran eringgi (HET) pupuk bersubsidi unuk sekor peranian ahun anggaran Besarnya subsidi pupuk pada ahun 2015 sebesar Rp35,7 riliun (Kemenkeu 2015). Tabel 3. Policy Analysis Marix (PAM) usahaani kare rakya per hekar di Desa Kembang Tanjung Biaya Variabel Penerimaan Inpu Inpu Non- Keunungan Tradable Tradable Harga Priva Harga Sosial Divergensi Dampak kebijakan pemerinah erhadap oupu Kebijakan pemerinah erhadap oupu berupa kebijakan perpajakan (peringanan/pembebasan pajak ekspor aas komodias kare), fasilias kredi perbankan yang murah unuk mendorong peningkaan ekspor, pemberian subsidi ekspor (arif angkuan murah, kemudahan dalam mengurus ekspor), pembenukan asosiasi eksporir, devaluasi (menurunkan nilai maa uang dalam negeri erhadap maa uang asing), menjaga kesabilan nilai kurs rupiah erhadap maa uang asing, mengadakan perjanjian kerja sama ekonomi inernasional (Hady 2004). Pada Tabel 5 nilai OT negaif sebesar - Rp ,65 menunjukkan bahwa kebijakan perdagangan pemerinah mengunungkan konsumen dengan erjadinya pengalihan surplus dari produsen ke konsumen. OT menunjukkan bahwa peani kare kehilangan keunungan sebesar Rp ,65 per 1 ha. Hal ersebu disebabkan hambaan perdagangan seperi pajak yang dierapkan selain iu adanya keidakseimbangan pasar yang erjadi sebagai akiba dari kebijakan makroekonomi. Adanya kebijakan yang disorsif menyebabkan harga domesik berbeda dengan harga efisiensinya. Hal ersebu sejalan dengan peneliian Sunandar (2007) di Kecamaan Cambai oleh nilai OT negaif sebesar Rp2.094,94 per kilogram bokar. Hal ersebu erjadi disebabkan oleh harga nilai ukar uang yang seharusnya sebagai akiba perdagangan dalam penenuan valua asing, pajak ekspor, dan juga srukur pasar kare yang cenderung monopsoni mengakibakan harga yang benar-benar dierima oleh peani sanga rendah sehingga peani cenderung sebagai penerima harga. Koefisien Proeksi Oupu Nominal (NPCO) adalah rasio anara penerimaan yang dihiung berdasarkan harga priva dengan penerimaan yang dihiung berdasarkan harga sosial. 249

8 Tabel 5. Kebijakan oupu Desa Kembang Tanjung OT(Rp) ,65 NPCO 0,57 Kecamaan Cambai OT (Rp) NPCO ,94 0,85 Ala ukur NPCO digunakan unuk meliha apakah suau komodias diproeksi aau idak. NPCO usahaani kare sebesar 0,57 hal ini menunjukkan idak efekifnya kebijakan proeksi harga yang dilakukan pemerinah erhadap harga oupu sehingga peani hanya menerima 57 persen dari harga yang seharusnya dibayar konsumen. Hal ersebu sejalan dengan peneliian Sunandar (2007) yaiu nilai NPCO<1 yaiu 0,85 disimpulkan bahwa erdapa suau kebijakan pemerinah yang menghamba ekspor komodii kare baik berupa pemberlakuan pajak maupun hambaan ekspor lainnya. Apabila nilai NPCO>1, maka erdapa kemungkinan adanya suau kebijakan pemerinah unuk menaikkan harga oupu (kare) di pasar domesik di aas harga efisiennya (harga dunia). NPCO yang lebih rendah dari sau menunjukkan bahwa peani idak menerima insenif yang diberikan pemerinah. Aliran surplus dari produsen ke konsumen disebabkan oleh harga yang dierima oleh peani lebih rendah daripada harga pasaran inernasional yang diakibakan adanya disorsi pasar yang erjadi. Kebijakan pemerinah erhadap inpu Kebijakan pemerinah unuk membanu peningkaan produksi idak saja pada harga oupu eapi juga pada harga inpu. Adapun kebijakan pemerinah erkai Perauran Meneri Peranian Nomor : 130/Permenan/SR.130/11/2014 anggal : 27 November 2014 erhadap inpu yaiu berupa pemberian subsidi pupuk, banuan langsung benih unggul, banuan pesisida, sera permodalan bagi peani. Pemberlakuan subsidi inpu ersebu berlaku didaerah peneliian yaiu pada pupuk urea dan phonska harga yang dierima peani lebih rendah dari harga sosialnyal. Dampak kebijakan pemerinah erhadap inpu diunjukkan oleh nilai ransfer inpu (IT), ransfer fakor (FT), dan koefisien proeksi nominal inpu (NPCI) dapa diliha pada Tabel 6. IT bernilai negaif yaiu Rp ,17 nilai ersebu menunjukkan bahwa subsidi yang diberikan pemerinah dierima oleh peani. Kebijakan pemerinah dalam pemberian subsidi pupuk berjalan dengan baik sehingga peani membayar inpu dengan harga yang lebih rendah sebesar Rp ,17 dari jumlah biaya yang seharusnya dibayar oleh peani. Transfer Fakor (FT) menunjukkan nilai yang posiif, yaiu Rp ,58. Jika dibandingkan dengan Kecamaan Cambai oleh Sunandar (2007) nilai IT lebih rendah dari Desa Kembang Tanjung yaiu sebesar Rp2.081,40 (Rp/kg). FT ersebu peani membayar Rp ,58 lebih inggi dari harga yang seharusnya dibayar pada inpu domesik. Koefisien Proeksi Nominal Inpu (NPCI) sebesar 0,64 nilai ersebu menunjukkan bahwa harga inpu yang benar-benar dikeluarkan peani sebesar 64 persen dari harga sesungguhnya. Angka ersebu menunjukkan kebijakan pemerinah aau disorsi pasar pada inpu radable yang mengunungkan peani dan merugikan pihak yang memproduksi inpu radable ersebu. Bila dibandingkan dengan Kecamaan Cambai oleh Sunandar (2007) nilai NPCI yaiu sebesar 0,16 yang berari bahwa harga inpu yang dikeluarkan peani sebesar 16 persen lebih rendah dari harga efisiennya. Hal ini menunjukkan bahwa kebijakan pemerinah dalam menurunkan harga inpu di Kecamaan Cambai lebih rendah dibandingkan di Desa Kembang anjung sehingga biaya yang dikeluarkan lebih inggi bila dibandingkan dengan Desa Kembang Tanjung yang mendapakan penurunan harga hingga mencapai 64 persen. Dampak kebijakan pemerinah erhadap inpuoupu Kebijakan pemerinah pada inpu-oupu adalah analisis gabungan anara kebijakan inpu dan oupu. Kebijakan pemerinah erhadap inpuoupu berupa kebijakan harga inpu (menghilangkan disorsi harga fakor produksi dengan memberikan subsidi pupuk dan pesisida) dan kebijakan harga erhadap oupu (mencipakan harga pasar yang benar-benar adil bagi para peani). Analisis dampak kebijakan erhadap keseluruhan inpu-oupu dalam usahaani kare dalam marik PAM diunjukkan oleh nilai Koefisien Proeksi Efekif (EPC), Transfer Bersih (NT), Koefisien Keunungan (PC), dan Rasio Subsidi bagi Produsen (SRP), seperi dapa diliha pada Tabel

9 Tabel 6. Kebijakan inpu No Desa Kembang Tanjung IT (Rp) ,17 FT (Rp) ,58 NPCI 0,64 Tabel 7. Kebijakan inpu-oupu No Desa Kembang Tanjung ,06 NT (Rp) EPC PC SRP 0, ,43 Kecamaan Cambai IT (Rp) ,40 FT (Rp) ,09 NPCI 0,16 Kecamaan Cambai NT 4.112,55 (Rp) EPC 0,99 PC 2,47 SRP 0,27 Transfer Bersih (NT) menunjukkan nilai yang negaif yaiu Rp ,06. Hal ini mengindikasikan bahwa peani kare mengalami kehilangan keunungan sebesar Rp ,06 per hekar. NT yang negaif menunjukkan adanya disorsi paasar yang menyebabkan keidakpasian sasaran kebijakan pemerinah erhadap inpu-oupu di Desa Kembang Tanjung. Jika dibandingkan dengan Kecamaan Cambai oleh Sunandar (2007), nilai NT bernilai posiif yaiu Rp4.112,55 per kg. Hal ersebu mempunyai ari bahwa erdapa kebijakan pemerinah erhadap inpu-oupu yang memberikan pengaruh ke peani di Kecamaan Cambai unuk meningkakan produksi kare. Koefisien Proeksi Efekif (EPC) sebesar 0,57 menunjukkan bahwa harga oupu dan harga inpu radable yang dierima peani hanya sebesar 57 persen dari harga yang seharusnya (harga sosial), aau nilai ambah yang dinikmai peani secara akual lebih rendah dari nilai ambah secara sosial aau yang seharusnya dierima apabila idak erjadi disorsi kebijakan. EPC ersebu menunjukkan kebijakan pemerinah memberikan subsidi pupuk pada peani dalam benuk harga eceran eringgi (HET) kurang memberikan keunungan nyaa bagi peani unuk berproduksi. PC lebih rendah dari sau menunjukkan bahwa peani kare di Desa Kembang Tanjung masih menerima keunungan yang lebih rendah dibandingkan keunungan yang dierima pada harga sesungguhnya (harga ekonomi). PC sebesar 0,52 menunjukkan bahwa keunungan yang dierima oleh peani kare hanya sebesar 52 persen dari keunungan sosial. PC yang rendah mengindikasikan bahwa idak efekifnya kebijakan pemerinah yang merangsang unuk peningkaan produksi dan produkivias pada peani kare. Hal ersebu sejalan dengan peneliian Sunandar (2007), nilai PC lebih besar dari 1 yang berari bahwa di Kecamaan Cambai keunungan peani kare lebih besar jika dibandingkan keunungan sosialnya. Pada hasil ersebu kebijakan pemerinah di Kecamaan Cambai dalam inpuoupu ersebu dapa membanu meningkakan produksi kare peani. 2,47 (PC>1) menunjukkan keunungan peani sanga inggi dengan adanya kebijakan dari pemerinah sebesar 147 persen dari keunungan yang dierima peani anpa kebijakan. SRP usahaani kare di Desa Kembang Tanjung sebesar -0,43. negaif pada SRP menunjukkan bahwa kebijakan pemerinah mengakibakan keunungan pelaku usahaani kare berkurang sebesar 43 persen dari keunungan yang sesungguhnya dierima pda harga sosial. SRP menunjukkan bahwa secara umum kebijakan pemerinah aau disorsi pasar yang ada memberikan dampak yang merugikan bagi peani kare, karena peani menerima subsidi negaif dan idak adanya proeksi harga dari pemerinah. Hal ersebu sejalan dengan peneliian Sunandar (2007) yang mendapakan nilai SRP bernilai posiif sebesar 0,27. ersebu mempunyai ari bahwa erdapa kebijakan pemerinah dalam usahaani kare yang berakiba pada biaya yang dibayarkan peani erhadap inpu lebih rendah dari biaya imbangan (opporuniy cos). KESIMPULAN Berdasarkan peneliian yang dilakukan disimpulkan bahwa usahaani kare rakya Desa Kembang Tanjung Kecamaan Abung Selaan Kabupaen Lampung Uara mengunungkan bagi peani dan layak unuk diusahakan dengan nilai NPV sebesar Rp ,59, Gross B/C sebesar 5,81, Ne B/C sebesar 7,05 dan IRR sebesar 48 persen. Usahaani kare Desa Kembang Tanjung Kecamaan Abung Selaan Kabupaen Lampung Uara berdaya saing dengan nilai PCR sebesar 0,17 dan DRC sebesar 0,09. DAFTAR PUSTAKA Abdullah P, Alisjahbana AS, N Effendi dan Boediono Daya Saing Daerah Konsep dan Pengukurannya di Indonesia. BPFE- Yogyakara. Yogyakara. Asanu DA, Ismono RH, Rosani N Analisis 251

10 kelayakan finansial budidaya inensif anaman pala di Kecamaan Gising Kabupaen Tanggamus. JIIA, 1 (3) : hp://jurnal.fp.unila.ac.id/index.php/jia/ari cle/view/576. [4 April 2016]. Ayar JA Analisis Kelayakan Finansial Dan Ekonomi Sera Pemasaran Kare Rakya Di Kecamaan Banjar Agung Kabupaen Tulang Bawang. Skripsi. Fakulas Peranian Universias Lampung. Bandar Lampung. BI [Bank Indonesia] Tingka Inflasi, Suku Bunga, dan Tukar Uang Periode hp:// [28 Okober 2015]. Dinas Perkebunan Provinsi Lampung Saisik Perkebunan ahun Dinas Perkebunan Provinsi Lampung. Lampung. Direkora Jenderal Perkebunan Saisik Perkebunan Indonesia : Kare (Rubber). Sekrearia Direkora Jenderal Perkebunan Deparemen Peranian. Jakara. Draja B dan Hendrano S Sraegi Pengembangan Kare Indonesia. Jurnal Peneliian Kare, 27 (1) : hp:// hp://pusaka.libang.peranian.go.id/absrak/ kare.pdf. [20 Desember 2014]. Elbadawi, Elsedig, Arshad, Faimah, Mohammed, Zainal A, Ismail, Mansor Assessing he compeiiveness of sheep producion in seleced saes in Sudan. Journal of Agriculural Science, 5 (1) : hp:// org/ journal. [1 April 2016]. Esiobu NS, Onubuogu GC Deerminan of income from pineapple producion in Imo Sae, Nigeria : an economeric model approach. Journal of Economics and Susainable Developmen, 5 (22) : hp:// /aricle/viewfile/16739/ [21 Desember 2015] Feryano Analisis daya saing dan dampak kebijakan pemerinah erhadap komodias susu sapi lokal di Jawa Bara. Tesis. Insiu Peranian Bogor. Bogor. Giinger JP Analisis Proyek-Proyek Peranian; Edisi II. Dierjemahkan Oleh Suomo P dan Magin K. Universias Indonesia Press. Jakara. Hady H Ekonomi Inernasional. Ghalia Indonesia. Jakara. Hasyim AI Taaniaga Peranian. Universias Lampung. Bandar Lampung. Hermayani NW, Abidin Z, Sanoso H Analisis daya saing kelapa sawi di Kecamaan Waway Karya Kabupaen Lampung Timur. JIIA, 1 (2) : hp://jurnal.fp.unila.ac.id/index.php/jia/aricl e/view/130/134. [2 Mare 2016]. Kadariah, Lien K, Clive G Penganar Evaluasi Proyek. Fakulas Ekonomi Universias Indonesia. Jakara. Manau Z Analisis keunggulan komparaif dan kompeiif usahaani jagung dan padi di Kabupaen Bilalang Mongondow Provinsi Sulawesi Uara. Tesis. Fakulas Peranian Insiu Peranian Bogor. Bogor. Meliyana R, Zakaria WA, Nurmayasari I Daya saing lada hiam di Kecamaan Abung Tinggi Kabupaen Lampung Uara. JIIA, 1 (4) : hp://jurnal.fp.unila.ac.id/index.php/jia/aricle/view/702. [2 Mare 2016]. Pahan I Kelapa Sawi Manajemen Agribisnis dari Hulu hingga Hilir. Penebar Swadaya. Jakara. Pearson S, Gosch C, dan Bahri S Aplikasi Policy Analysis Marix pada Peranian Indonesia. Yayasan Obor Indonesia. Jakara. Pranoo SY Dampak kebijakan pemerinah erhadap keunungan dan daya saing lada puih (Munok Whie Paper) di Provinsi Bangka Beliung. Tesis. Fakulas Peranian Insiu Peranian Bogor. Bogor. Prawirosenono S Bahasan Komprehensif Sraegi Pengambilan Kepuusan Bisnis. PT. Bumi Aksara. Jakara. Rodger A Economic analysis of smallholder rubber agroforesry sysem efficiency in Jambi. Tesis. Fakulas Peranian Insiu Peranian Bogor. Bogor. Sugiaro D, Siagian LS, Sunaro dan Oeomo DS Teknik Sampling. Gramedia Pusaka Uama. Jakara. Iwan S Analisis Daya Saing dan Dampak Kebijakan Pemerinah Terhadap Pengusahaan Komodii Tanaman Kare Alam (Havea Braziliensis). Skripsi. Fakulas Peranian. IPB. Bogor. 252

III. METODE PENELITIAN. Usahatani belimbing karangsari adalah kegiatan menanam dan mengelola. utama penerimaan usaha yang dilakukan oleh petani.

III. METODE PENELITIAN. Usahatani belimbing karangsari adalah kegiatan menanam dan mengelola. utama penerimaan usaha yang dilakukan oleh petani. III. METODE PENELITIAN A. Konsep Dasar dan Definisi Operasional Usahaani belimbing karangsari adalah kegiaan menanam dan mengelola anaman belimbing karangsari unuk menghasilkan produksi, sebagai sumber

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Konsep dasar dan definisi operasional merupakan pengertian dan petunjuk yang

III. METODE PENELITIAN. Konsep dasar dan definisi operasional merupakan pengertian dan petunjuk yang III. METODE PENELITIAN A. Konsep Dasar dan Definisi Operasional Konsep dasar dan definisi operasional merupakan pengerian dan peunjuk yang digunakan unuk menggambarkan kejadian, keadaan, kelompok, aau

Lebih terperinci

III METODE PENELITIAN

III METODE PENELITIAN III METODE PENELITIAN 3.1 Waku dan Tempa Peneliian Peneliian mengenai konribusi pengelolaan huan rakya erhadap pendapaan rumah angga dilaksanakan di Desa Babakanreuma, Kecamaan Sindangagung, Kabupaen Kuningan,

Lebih terperinci

IV. METODE PENELITIAN

IV. METODE PENELITIAN IV. METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waku Peneliian Peneliian ini dilaksanakan di PT Panafil Essenial Oil. Lokasi dipilih dengan perimbangan bahwa perusahaan ini berencana unuk melakukan usaha dibidang

Lebih terperinci

IV. METODE PENELITIAN

IV. METODE PENELITIAN 54 IV. METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waku Peneliian Peneliian dilakukan di kabupaen Siubondo, Lumajang dan Jember di Jawa Timur. Pemilihan Jawa Timur dilakukan secara purposive dengan perimbangan bahwa

Lebih terperinci

IV. METODE PENELITIAN

IV. METODE PENELITIAN IV. METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waku Peneliian Peneliian ini dilakukan di Dafarm, yaiu uni usaha peernakan Darul Fallah yang erleak di Kecamaan Ciampea, Kabupaen Bogor, Jawa Bara. Pemilihan lokasi

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. yang digunakan untuk mengetahui dan pembahasannya mengenai biaya - biaya

METODE PENELITIAN. yang digunakan untuk mengetahui dan pembahasannya mengenai biaya - biaya III. METODE PENELITIAN A. Meode Dasar Peneliian Meode yang digunakan dalam peneliian ini adalah meode kuaniaif, yang digunakan unuk mengeahui dan pembahasannya mengenai biaya - biaya usaha melipui biaya

Lebih terperinci

IV. METODE PENELITIAN

IV. METODE PENELITIAN IV. METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waku Peneliian Peneliian ini dilaksanakan pada kasus pengolahan ikan asap IACHI Peikan Cia Halus (PCH) yang erleak di Desa Raga Jaya Kecamaan Ciayam, Kabupaen Bogor,

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN III. METODE PENELITIAN 3.1. Kerangka Pemikiran Poensi sumberdaya perikanan, salah saunya dapa dimanfaakan melalui usaha budidaya ikan mas. Budidaya ikan mas yang erus berkembang di masyaraka, kegiaan budidaya

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Industri pengolahan adalah suatu kegiatan ekonomi yang melakukan kegiatan

III. METODE PENELITIAN. Industri pengolahan adalah suatu kegiatan ekonomi yang melakukan kegiatan 40 III. METODE PENELITIAN A. Konsep Dasar dan Baasan Operasional Konsep dasar dan baasan operasional pada peneliian ini adalah sebagai beriku: Indusri pengolahan adalah suau kegiaan ekonomi yang melakukan

Lebih terperinci

IV METODE PENELITIAN

IV METODE PENELITIAN IV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waku Peneliian Peneliian ini dilaksanakan di Tempa Pelayanan Koperasi (TPK) Cibedug, Kecamaan Lembang, Kabupaen Bandung, Jawa Bara. Pemilihan lokasi dilakukan secara

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN

III. METODOLOGI PENELITIAN III. METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Kerangka Pemikiran Peneliian Keinginan Kelompok Tani Duma Lori yang erdapa di Desa Konda Maloba dan masyaraka sekiar akan berdirinya penggilingan gabah di daerahnya, elah

Lebih terperinci

ANALISIS DAYA SAING USAHATANI KELAPA SAWIT DI KECAMATAN WAWAY KARYA KABUPATEN LAMPUNG TIMUR

ANALISIS DAYA SAING USAHATANI KELAPA SAWIT DI KECAMATAN WAWAY KARYA KABUPATEN LAMPUNG TIMUR ANALISIS DAYA SAING USAHATANI KELAPA SAWIT DI KECAMATAN WAWAY KARYA KABUPATEN LAMPUNG TIMUR (Analysis of Compeiiveness of Palm Oil Farming in Waway Karya Sub-Disric, Lampung Timur Disric) Ni Wayan Hermayani,

Lebih terperinci

IV. METODE PENELITIAN

IV. METODE PENELITIAN IV. METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waku Peneliian mengenai kelayakan pengusahaan pupuk kompos dilaksanakan pada uni usaha Koperasi Kelompok Tani (KKT) Lisung Kiwari yang menjalin mira dengan Lembaga

Lebih terperinci

III. KERANGKA PEMIKIRAN

III. KERANGKA PEMIKIRAN III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Teoriis 3.1.1 Daya Dukung Lingkungan Carrying capaciy aau daya dukung lingkungan mengandung pengerian kemampuan suau empa dalam menunjang kehidupan mahluk hidup secara

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. tahun 1990-an, jumlah produksi pangan terutama beras, cenderung mengalami

BAB 1 PENDAHULUAN. tahun 1990-an, jumlah produksi pangan terutama beras, cenderung mengalami 11 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Laar Belakang Keahanan pangan (food securiy) di negara kia ampaknya cukup rapuh. Sejak awal ahun 1990-an, jumlah produksi pangan eruama beras, cenderung mengalami penurunan sehingga

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Kerangka Pemikiran Teoriis Pengerian proyek menuru Arifin yang dikuip dari Mariyanne (2006) adalah suau akivias di mana dikeluarkannya uang dengan harapan unuk mendapakan hasil

Lebih terperinci

ANALISI KELAYAKAN FINANSIAL USAHA AGROINDUSTRI TAHU STUDI KASUS DI KELURAHAN LABUH BARU BARAT KECAMATAN PAYUNG SEKAKI KOTA PEKANBARU

ANALISI KELAYAKAN FINANSIAL USAHA AGROINDUSTRI TAHU STUDI KASUS DI KELURAHAN LABUH BARU BARAT KECAMATAN PAYUNG SEKAKI KOTA PEKANBARU ANALISI KELAYAKAN FINANSIAL USAHA AGROINDUSTRI TAHU STUDI KASUS DI KELURAHAN LABUH BARU BARAT KECAMATAN PAYUNG SEKAKI KOTA PEKANBARU Muhammad Irfan Asrori, Yusmini, dan Shorea Khaswarina Fakulas Peranian

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. Kawasan Pesisir Kabupaten Kulon Progo. Pemanfaatan/Penggunaan Lahan Saat Ini

METODE PENELITIAN. Kawasan Pesisir Kabupaten Kulon Progo. Pemanfaatan/Penggunaan Lahan Saat Ini METODE PENELITIAN Kerangka Pendekaan Sudi Penaagunaan lahan kawasan pesisir di Kabupaen Kulon Progo didasarkan pada karakerisik fisik, finansial usaha ani dan pemanfaaan saa ini. Karakerisik fisik adalah

Lebih terperinci

JIIA, VOLUME 2, No. 1, JANUARI 2014

JIIA, VOLUME 2, No. 1, JANUARI 2014 ANALISIS KELAYAKAN USAHA AGROINDUSTRI KOPI LUWAK DI KECAMATAN BALIK BUKIT KABUPATEN LAMPUNG BARAT (The Financial Feasibiliy Analysis of Luwak Coffee Agroindusry a Balik Buki Disric of Wes Lampung Regency)

Lebih terperinci

Bab II Dasar Teori Kelayakan Investasi

Bab II Dasar Teori Kelayakan Investasi Bab II Dasar Teori Kelayakan Invesasi 2.1 Prinsip Analisis Biaya dan Manfaa (os and Benefi Analysis) Invesasi adalah penanaman modal yang digunakan dalam proses produksi unuk keunungan suau perusahaan.

Lebih terperinci

post facto digunakan untuk melihat kondisi pengelolaan saat ini berdasarkan

post facto digunakan untuk melihat kondisi pengelolaan saat ini berdasarkan 3. METODE PENELITIAN 3.1. Pendekaan dan Meode Peneliian Jenis peneliian yang digunakan adalah jenis peneliian kualiaif dengan menggunakan daa kuaniaif. Daa kualiaif adalah mengeahui Gambaran pengelolaan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Laar Belakang Masalah Dalam sisem perekonomian suau perusahaan, ingka perumbuhan ekonomi sanga mempengaruhi kemajuan perusahaan pada masa yang akan daang. Pendapaan dan invesasi merupakan

Lebih terperinci

Analisis kelayakan finansial perluasan tambak budidaya udang vaname di Cantigi Indramayu

Analisis kelayakan finansial perluasan tambak budidaya udang vaname di Cantigi Indramayu Jurnal Akuakulur Indonesia 9 (1), 77 83 (2010) Available : hp://journal.ipb.ac.id/index.php/jai hp://jurnalakuakulurindonesia.ipb.ac.id Analisis kelayakan finansial perluasan ambak budidaya udang vaname

Lebih terperinci

KELAYAKAN FINANSIAL INVESTASI PABRIK KELAPA SAWIT DI KABUPATEN ACEH UTARA. Asrida Dosen Program Studi Ekonomi Pembangunan Universitas Almuslim ABSTRAK

KELAYAKAN FINANSIAL INVESTASI PABRIK KELAPA SAWIT DI KABUPATEN ACEH UTARA. Asrida Dosen Program Studi Ekonomi Pembangunan Universitas Almuslim ABSTRAK KELAYAKAN FINANSIAL INVESTASI PABRIK KELAPA SAWIT DI KABUPATEN ACEH UTARA Asrida Dosen Program Sudi Ekonomi Pembangunan Universias Almuslim ABSTRAK Kelapa sawi merupakan salah sau primadona anaman perkebunan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Pertumbuhan ekonomi merupakan salah satu ukuran dari hasil pembangunan yang

BAB 1 PENDAHULUAN. Pertumbuhan ekonomi merupakan salah satu ukuran dari hasil pembangunan yang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Laar Belakang Perumbuhan ekonomi merupakan salah sau ukuran dari hasil pembangunan yang dilaksanakan khususnya dalam bidang ekonomi. Perumbuhan ersebu merupakan rangkuman laju perumbuhan

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI. Produksi padi merupakan suatu hasil bercocok tanam yang dilakukan dengan

BAB 2 LANDASAN TEORI. Produksi padi merupakan suatu hasil bercocok tanam yang dilakukan dengan BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1. Produksi Produksi padi merupakan suau hasil bercocok anam yang dilakukan dengan penanaman bibi padi dan perawaan sera pemupukan secara eraur sehingga menghasilkan suau produksi

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Kabupaten Labuhan Batu merupakan pusat perkebunan kelapa sawit di Sumatera

BAB 1 PENDAHULUAN. Kabupaten Labuhan Batu merupakan pusat perkebunan kelapa sawit di Sumatera BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Laar Belakang Kabupaen Labuhan Bau merupakan pusa perkebunan kelapa sawi di Sumaera Uara, baik yang dikelola oleh perusahaan negara / swasa maupun perkebunan rakya. Kabupaen Labuhan

Lebih terperinci

JIIA, VOLUME 2 No. 2, APRIL Yunica Safitri, Zainal Abidin, Novi Rosanti ABSTRACT

JIIA, VOLUME 2 No. 2, APRIL Yunica Safitri, Zainal Abidin, Novi Rosanti ABSTRACT KINERJA DAN NILAI TAMBAH AGROINDUSTRI SABUT KELAPA PADA KAWASAN USAHA AGROINDUSTRI TERPADU (KUAT) DI KECAMATAN PESISIR SELATAN KABUPATEN PESISIR BARAT (Performance And Added Value of CocoFiber Agroindusry

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN 19 BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Waku dan Lokasi Peneliian Peneliian ini dilakukan pada bulan Juni hingga Juli 2011 yang berlokasi di areal kerja IUPHHK-HA PT. Mamberamo Alas Mandiri, Kabupaen Mamberamo

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Laar Belakang Perumbuhan ekonomi merupakan salah sau ukuran dari hasil pembangunan yang dilaksanakan khususnya dalam bidang ekonomi. Perumbuhan ersebu merupakan rangkuman laju-laju

Lebih terperinci

APLIKASI MODEL ANALISIS KELAYAKAN EKONOMI

APLIKASI MODEL ANALISIS KELAYAKAN EKONOMI APLIKASI MODEL ANALISIS KELAYAKAN EKONOMI Oleh: YUDI WAHYUDIN, S.Pi., M.Si. Pelaihan Analisis Kelayakan Ekonomi Kegiaan Capaciy Building Program Pendanaan Kompeisi-Indeks Pembangunan Manusia (PPK-IPM)

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Perekonomian dunia telah menjadi semakin saling tergantung pada

BAB I PENDAHULUAN. Perekonomian dunia telah menjadi semakin saling tergantung pada BAB I PENDAHULUAN A. Laar Belakang Masalah Perekonomian dunia elah menjadi semakin saling erganung pada dua dasawarsa erakhir. Perdagangan inernasional merupakan bagian uama dari perekonomian dunia dewasa

Lebih terperinci

JIIA, VOLUME 5 No. 2, MEI 2017

JIIA, VOLUME 5 No. 2, MEI 2017 KELAYAKAN USAHA DAN NILAI TAMBAH AGROINDUSTRI TEMPE (The Feasibiliy and Added Value of Tempe Agroindusry) Winani Puspa Arum, Sudarma Widjaya, Lina Marlina Jurusan Agribisnis, Fakulas Peranian, Universias

Lebih terperinci

Tuanku Zakaria 1, Zakiah 1, Indra 1 * 1 Program Studi Agribisnis, Fakultas Pertanian, Universitas Syiah Kuala

Tuanku Zakaria 1, Zakiah 1, Indra 1 * 1 Program Studi Agribisnis, Fakultas Pertanian, Universitas Syiah Kuala Jurnal Ilmiah Mahasiswa Peranian Unsyiah PROSPEK PENGEMBANGAN USAHA PENGGEMUKANN SAPI POTONG SECARA INTENSIF ( STUDI KASUS PADA UD.NIWATORI DI GAMPONG MEUNASAH KRUENG KECAMATAN INGIN JAYA KABUPATEN ACEH

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Sumber Daya Alam (SDA) yang tersedia merupakan salah satu pelengkap alat

BAB 1 PENDAHULUAN. Sumber Daya Alam (SDA) yang tersedia merupakan salah satu pelengkap alat BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Laar Belakang Sumber Daya Alam (SDA) yang ersedia merupakan salah sau pelengkap ala kebuuhan manusia, misalnya anah, air, energi lisrik, energi panas. Energi Lisrik merupakan Sumber

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. universal, disemua negara tanpa memandang ukuran dan tingkat. kompleks karena pendekatan pembangunan sangat menekankan pada

BAB I PENDAHULUAN. universal, disemua negara tanpa memandang ukuran dan tingkat. kompleks karena pendekatan pembangunan sangat menekankan pada BAB I PENDAHULUAN A. Laar Belakang Disparias pembangunan ekonomi anar daerah merupakan fenomena universal, disemua negara anpa memandang ukuran dan ingka pembangunannya. Disparias pembangunan merupakan

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN 23 III. METODE PENELITIAN 3.1 Waku dan Lokasi Peneliian dilaksanakan di iga empa berbeda. Unuk mengeahui ingka parisipasi masyaraka penelii mengambil sampel di RT 03/RW 04 Kelurahan Susukan dan RT 05/RW

Lebih terperinci

JIIA, VOLUME 5 No. 2, MEI 2017

JIIA, VOLUME 5 No. 2, MEI 2017 KELAYAKAN FINANSIAL UNIT USAHA JASA SEWA POMPA AIR UNTUK IRIGASI AIR PERMUKAAN DI DESA MEKAR MULYA KECAMATAN PALAS KABUPATEN LAMPUNG SELATAN (Financial Feasibiliy of Waer Pump Renal Services Business Uni

Lebih terperinci

KELAYAKAN PENGUSAHAAN PALA DI JAWA BARAT

KELAYAKAN PENGUSAHAAN PALA DI JAWA BARAT KELAYAKAN PENGUSAHAAN PALA DI JAWA BARAT Bedy Sudjarmoko Balai Peneliian Tanaman Rempah dan Aneka Tanaman Indusri Indonesian Spice and Indusrial Crop Research Insiue ABSTRAK Jawa Bara merupakan salah sau

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Dalam pelaksanaan pembangunan saat ini, ilmu statistik memegang peranan penting

BAB 1 PENDAHULUAN. Dalam pelaksanaan pembangunan saat ini, ilmu statistik memegang peranan penting BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Laar Belakang Dalam pelaksanaan pembangunan saa ini, ilmu saisik memegang peranan pening baik iu di dalam pekerjaan maupun pada kehidupan sehari-hari. Ilmu saisik sekarang elah melaju

Lebih terperinci

III KERANGKA PEMIKIRAN

III KERANGKA PEMIKIRAN III KERANGKA PEMIKIRAN 3.1 Teori Risiko Produksi Dalam eori risiko produksi erlebih dahulu dijelaskan mengenai dasar eori produksi. Menuru Lipsey e al. (1995) produksi adalah suau kegiaan yang mengubah

Lebih terperinci

Kelayakan Finansial Budidaya Jamur Tiram di Desa Sugihan, Kecamatan Tengaran, Kabupaten Semarang

Kelayakan Finansial Budidaya Jamur Tiram di Desa Sugihan, Kecamatan Tengaran, Kabupaten Semarang Kelayakan Finansial Budidaya Jamur Tiram di Desa Sugihan, Kecamaan Tengaran, Kabupaen Semarang Nugraheni Renaningsih Fakulas Peranian Universias Veeran Bangun Nusanara Sukoharjo, Jl. Lejen S. Humardani

Lebih terperinci

JIIA, VOLUME 4 No. 1, JANUARI 2016

JIIA, VOLUME 4 No. 1, JANUARI 2016 ANALISIS FINANSIAL USAHA TERNAK AYAM PROBIOTIK : STUDI KASUS: KPA BERKAT USAHA BERSAMA, KOTA METRO (Financial Analysis Of Probioic Chickens Farming : Case Sudy: KPA Berka Usaha Bersama, Mero Ciy) Bayu

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN 26 III. METODE PENELITIAN 3.1. Kerangka Pemikiran Penilaian perkembangan kinerja keuangan PT. Goodyear Indonesia Tbk dilakukan dengan maksud unuk mengeahui sejauh mana perkembangan usaha perusahan yang

Lebih terperinci

372 ZIRAA AH, Volume 41 Nomor 3, Oktober 2016 Halaman ISSN ELEKTRONIK

372 ZIRAA AH, Volume 41 Nomor 3, Oktober 2016 Halaman ISSN ELEKTRONIK 372 REVITALISASI INDUSTRI KEHUTANAN DALAM PENGELOLAAN HUTAN TANAMAN RAKYAT UNTUK PEMBERDAYAAN KELUARGA PETANI DAN MENDUKUNG INDUSTRI PLYWOOD DI PROVINSI KALIMANTAN TIMUR (Revializaion Of The Foresry Indusry

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Capial Expendiure (Belanja Modal) Capial Expendiure aau juga dikenal dengan nama belanja modal adalah pengeluaran yang dilakukan perusahaan unuk mendapakan aau memperbarui ase

Lebih terperinci

MODUL III ANALISIS KELAYAKAN INVESTASI

MODUL III ANALISIS KELAYAKAN INVESTASI ANALISIS KELAYAKAN INVESTASI 3.. Tujuan Ö Prakikan dapa memahami perhiungan alokasi biaya. Ö Prakikan dapa memahami analisis kelayakan invesasi dalam pendirian usaha. Ö Prakikan dapa menyusun proyeksi/proforma

Lebih terperinci

ANALISIS DIRECT SELLING COST DALAM MENINGKATKAN VOLUME PENJUALAN Studi kasus pada CV Cita Nasional.

ANALISIS DIRECT SELLING COST DALAM MENINGKATKAN VOLUME PENJUALAN Studi kasus pada CV Cita Nasional. JURNAL ILMIAH RANGGAGADING Volume 7 No. 1, April 7 : 3-9 ANALISIS DIRECT SELLING COST DALAM MENINGKATKAN VOLUME PENJUALAN Sudi kasus pada CV Cia Nasional. Oleh Emmy Supariyani* dan M. Adi Nugroho *Dosen

Lebih terperinci

PENGARUH PENGEMBANGAN KARYAWAN TERHADAP MOTIVASI DAN PRESTASI KERJA KARYAWAN (Studi pada karyawan tetap PT PG Tulangan Sidoarjo)

PENGARUH PENGEMBANGAN KARYAWAN TERHADAP MOTIVASI DAN PRESTASI KERJA KARYAWAN (Studi pada karyawan tetap PT PG Tulangan Sidoarjo) PENGARUH PENGEMBANGAN KARYAWAN TERHADAP MOTIVASI DAN PRESTASI KERJA KARYAWAN (Sudi pada karyawan eap PT PG Tulangan Sidoarjo) Niken Dwi Okavia Heru Susilo Moehammad Soe`oed Hakam Fakulas Ilmu Adminisrasi

Lebih terperinci

HUMAN CAPITAL. Minggu 16

HUMAN CAPITAL. Minggu 16 HUMAN CAPITAL Minggu 16 Pendahuluan Invesasi berujuan unuk meningkakan pendapaan di masa yang akan daang. Keika sebuah perusahaan melakukan invesasi barang-barang modal, perusahaan ini akan mengeluarkan

Lebih terperinci

BAB 2 URAIAN TEORI. waktu yang akan datang, sedangkan rencana merupakan penentuan apa yang akan

BAB 2 URAIAN TEORI. waktu yang akan datang, sedangkan rencana merupakan penentuan apa yang akan BAB 2 URAIAN EORI 2.1 Pengerian Peramalan Peramalan adalah kegiaan memperkirakan aau memprediksi apa yang erjadi pada waku yang akan daang, sedangkan rencana merupakan penenuan apa yang akan dilakukan

Lebih terperinci

KAJIAN KELAYAKAN FINANSIAL PENGEMBANGAN ANGKUTAN WISATA DI KOTA DENPASAR

KAJIAN KELAYAKAN FINANSIAL PENGEMBANGAN ANGKUTAN WISATA DI KOTA DENPASAR Konferensi Nasional Teknik Sipil 10 Universias Ama Jaya Yogyakara, 26-27 Okober 2016 KAJIAN KELAYAKAN FINANSIAL PENGEMBANGAN ANGKUTAN WISATA DI KOTA DENPASAR Puu Ali Suhanaya 1, Dyah Ayu Lesari 1, 1 Jurusan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. Peramalan (Forecasting) adalah suatu kegiatan yang mengestimasi apa yang akan

BAB II LANDASAN TEORI. Peramalan (Forecasting) adalah suatu kegiatan yang mengestimasi apa yang akan BAB II LADASA TEORI 2.1 Pengerian peramalan (Forecasing) Peramalan (Forecasing) adalah suau kegiaan yang mengesimasi apa yang akan erjadi pada masa yang akan daang dengan waku yang relaif lama (Assauri,

Lebih terperinci

ANALISIS KELAYAKAN FINANSIAL BUDIDAYA IKAN NILA WANAYASA PADA KELOMPOK PEMBUDIDAYA MEKARSARI

ANALISIS KELAYAKAN FINANSIAL BUDIDAYA IKAN NILA WANAYASA PADA KELOMPOK PEMBUDIDAYA MEKARSARI Analisis Jurnal Akuakulur Kelayakan Finansial Indonesia, Budidaya 6(1): 97 102 Ikan Nila (2007) Wanayasa Available : hp://journal.ipb.ac.id/index.php/jai 97 hp://jurnalakuakulurindonesia.ipb.ac.id Bulan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dalam pembicaraan sehari-hari, bank dikenal sebagai lembaga keuangan yang

BAB I PENDAHULUAN. Dalam pembicaraan sehari-hari, bank dikenal sebagai lembaga keuangan yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Laar Belakang Dalam pembicaraan sehari-hari, bank dikenal sebagai lembaga keuangan yang kegiaan uamanya menerima simpanan giro, abungan dan deposio. Kemudian bank juga dikenal sebagai

Lebih terperinci

KELAYAKAN INDUSTRI KERUPUK JAMUR TIRAM DI KABUPATEN BOGOR ABSTRACT

KELAYAKAN INDUSTRI KERUPUK JAMUR TIRAM DI KABUPATEN BOGOR ABSTRACT KELAYAKAN INDUSTRI KERUPUK JAMUR TIRAM DI KABUPATEN BOGOR Purwoko dan Yandra Arkeman Deparemen Teknologi Indusri Peranian, Fakulas Teknologi Peranian, IPB ABSTRACT Oyser mushroom can be processed ino various

Lebih terperinci

MODEL OPTIMASI PENGGANTIAN MESIN PEMECAH KULIT BERAS MENGGUNAKAN PEMROGRAMAN DINAMIS (PABRIK BERAS DO A SEPUH)

MODEL OPTIMASI PENGGANTIAN MESIN PEMECAH KULIT BERAS MENGGUNAKAN PEMROGRAMAN DINAMIS (PABRIK BERAS DO A SEPUH) Journal Indusrial Servicess Vol. No. Okober 0 MODEL OPTIMASI PENGGANTIAN MESIN PEMECAH KULIT BERAS MENGGUNAKAN PEMROGRAMAN DINAMIS (PABRIK BERAS DO A SEPUH) Abdul Gopar ) Program Sudi Teknik Indusri Universias

Lebih terperinci

PEMODELAN NILAI TUKAR RUPIAH TERHADAP $US MENGGUNAKAN DERET WAKTU HIDDEN MARKOV SATU WAKTU SEBELUMNYA 1. PENDAHULUAN

PEMODELAN NILAI TUKAR RUPIAH TERHADAP $US MENGGUNAKAN DERET WAKTU HIDDEN MARKOV SATU WAKTU SEBELUMNYA 1. PENDAHULUAN PEMODELAN NILAI UKAR RUPIAH ERHADAP $US MENGGUNAKAN DERE WAKU HIDDEN MARKOV SAU WAKU SEBELUMNYA BERLIAN SEIAWAY, DIMAS HARI SANOSO, N. K. KUHA ARDANA Deparemen Maemaika Fakulas Maemaika dan Ilmu Pengeahuan

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. yang akan datang. Peramalan menjadi sangat penting karena penyusunan suatu

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. yang akan datang. Peramalan menjadi sangat penting karena penyusunan suatu BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengerian Peramalan Peramalan adalah kegiaan memperkirakan apa yang erjadi pada waku yang akan daang sedangkan rencana merupakan penenuan apa yang akan dilakukan pada waku yang

Lebih terperinci

Analisis Finansial Usaha Penggemukan Sapi Peranakan Friesian Holstein (PFH) Jantan di Kecamatan Selo Kabupaten Boyolali

Analisis Finansial Usaha Penggemukan Sapi Peranakan Friesian Holstein (PFH) Jantan di Kecamatan Selo Kabupaten Boyolali Tropical Animal Husbandry Vol. 1 (1), Okober 2012:43-51 ISSN 2301-9921 Analisis Finansial Usaha Penggemukan Sapi Peranakan Friesian Holsein (PFH) Janan di Kecamaan Selo Kabupaen Boyolali N. Diamojo, S.

Lebih terperinci

ANALISA SENSITIVITAS KELAYAKAN USAHA PT. JASA MARINA INDAH DENGAN BEROPERASINYA GRAVING DOCK DWT

ANALISA SENSITIVITAS KELAYAKAN USAHA PT. JASA MARINA INDAH DENGAN BEROPERASINYA GRAVING DOCK DWT ANALISA SENSITIVITAS KELAYAKAN USAHA PT. JASA MARINA INDAH DENGAN BEROPERASINYA GRAVING DOCK 18.000 DWT Sukano Jamiko, Imam Pujo M Program Sudi S1 Teknik Perkapalan Fakulas Teknik Universias Diponegoro

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Laar Belakang Pada dasarnya peramalan adalah merupakan suau dugaan aau perkiraan enang erjadinya suau keadaan di masa depan. Akan eapi dengan menggunakan meodemeode erenu peramalan

Lebih terperinci

1.1. Latar Belakang 1.2. Maksud, Tujuan, Manfaat dan Sasaran 1.3. Ruang Lingkup Kegiatan 1.4. Sistematika Penulisan

1.1. Latar Belakang 1.2. Maksud, Tujuan, Manfaat dan Sasaran 1.3. Ruang Lingkup Kegiatan 1.4. Sistematika Penulisan .. Laar Belakang.2. Maksud, Tujuan, Manfaa dan Sasaran.3. Ruang Lingkup Kegiaan.4. Sisemaika Penulisan Penyusunan Incremenal Capial Oupu Raio Kabupaen Sinang 2008-203 PENDAHULUAN.. Laar Belakang Pembangunan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tepat rencana pembangunan itu dibuat. Untuk dapat memahami keadaan

BAB I PENDAHULUAN. tepat rencana pembangunan itu dibuat. Untuk dapat memahami keadaan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Laar Belakang Dalam perencanaan pembangunan, daa kependudukan memegang peran yang pening. Makin lengkap dan akura daa kependudukan yang esedia makin mudah dan epa rencana pembangunan

Lebih terperinci

KEUNGGULAN KOMPARATIF USAHA SAPI POTONG DI KABUPATEN BANTUL

KEUNGGULAN KOMPARATIF USAHA SAPI POTONG DI KABUPATEN BANTUL KEUNGGULAN KOMPARATIF USAHA SAPI POTONG DI KABUPATEN BANTUL (The Comparaive Advanage of Beef Cale Farming in Banul Regency) SUGENG WIDODO Balai Pengkajian Teknologi Peranian Yogyakara, Jl. Rajawali No.

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Laar Belakang Masalah persediaan merupakan masalah yang sanga pening dalam perusahaan. Persediaan mempunyai pengaruh besar erhadap kegiaan produksi. Masalah persediaan dapa diaasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dibandingkan dengan perkotaan, baik secara ekonomi maupun dalam hal

BAB I PENDAHULUAN. dibandingkan dengan perkotaan, baik secara ekonomi maupun dalam hal BAB I PENDAHULUAN 1.1. Laar Belakang Pedesaan di Indonesia biasanya memiliki ciri agak eringgal bila dibandingkan dengan perkoaan, baik secara ekonomi maupun dalam hal aspek lainnya, seperi: pembangunan,

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN TEORITIS

BAB II TINJAUAN TEORITIS BAB II TIJAUA TEORITIS 2.1 Peramalan (Forecasing) 2.1.1 Pengerian Peramalan Peramalan dapa diarikan sebagai beriku: a. Perkiraan aau dugaan mengenai erjadinya suau kejadian aau perisiwa di waku yang akan

Lebih terperinci

ANALISIS FINANSIAL PENGOLAHAN SURIMI DENGAN SKALA MODERN DAN SEMI MODERN. Financial Analysis of Surimi Processing by Modern and Semi-Modern Scale

ANALISIS FINANSIAL PENGOLAHAN SURIMI DENGAN SKALA MODERN DAN SEMI MODERN. Financial Analysis of Surimi Processing by Modern and Semi-Modern Scale ANALISIS FINANSIAL PENGOLAHAN SURIMI DENGAN SKALA MODERN DAN SEMI MODERN Financial Analysis of Surimi Processing by Modern and Semi-Modern Scale Nazori Djazuli 1*, Mia Wahyuni, Daniel Moninja, Ari Purbayano

Lebih terperinci

Vol. 1, No. 2, September 2011

Vol. 1, No. 2, September 2011 ISSN 2252-5491 Vol. 1, No. 2, Sepember 2011 Forum Agribisnis Agribusiness Forum Fakor-Fakor yang Mempengaruhi Realisasi dan Pengembalian Kredi Usaha Rakya Anna Maria Lubis dan Dwi Rachmina Analisis Kepuasan

Lebih terperinci

Gambar 2. Letak Geografis Kota Tangerang

Gambar 2. Letak Geografis Kota Tangerang METODOLOGI Lokasi dan Waku Peneliian Peneliian dilakukan di wilayah adminisrasi Koa Tangerang, Propinsi Banen. Proses peneliian dimulai dengan pengumpulan daa, analisis dan diakhiri dengan penyusunan laporan,

Lebih terperinci

3 METODE PENELITIAN. Gambar 5 Peta lokasi penelitian. PETA PENELITIAN DI KABUPATEN ACEH JAYA. Lokasi sampel. Lokasi Penelitian

3 METODE PENELITIAN. Gambar 5 Peta lokasi penelitian. PETA PENELITIAN DI KABUPATEN ACEH JAYA. Lokasi sampel. Lokasi Penelitian 3 METODE PENELITIAN 3.1 Tempa dan Waku Peneliian Peneliian ini dilaksanakan di pesisir Kabupaen Aceh Jaya di Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam. Peneliian ini dilaksanakan pada bulan Agusus 2008 sampai

Lebih terperinci

BAB 2 DASAR TEORI. Studi mengenai aspek teknis dan produksi ini sifatnya sangat strategis, sebab

BAB 2 DASAR TEORI. Studi mengenai aspek teknis dan produksi ini sifatnya sangat strategis, sebab 13 BAB 2 DASAR TEORI 2.1 Aspek Teknis Sudi mengenai aspek eknis dan produksi ini sifanya sanga sraegis, sebab berkaian dengan kapasias proyek, lokasi, aa leak ala produksi, kajian aas bahan dan sumbernya,

Lebih terperinci

Elastisitas Penyerapan Tenaga Kerja Pada Sektor Sektor Perekonomian Di Kabupaten Muaro Jambi

Elastisitas Penyerapan Tenaga Kerja Pada Sektor Sektor Perekonomian Di Kabupaten Muaro Jambi ELASTISITAS PENYERAPAN TENAGA KERJA PADA SEKTOR SEKTOR PEREKONOMIAN DI KABUPATEN MUARO JAMBI Azizah 1 Absrac Regional economic developmen has he main purpose of ha is o increase and expand job opporuniies

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS. Kegiatan untuk memperkirakan apa yang akan terjadi pada masa yang akan datang

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS. Kegiatan untuk memperkirakan apa yang akan terjadi pada masa yang akan datang BAB 2 TINJAUAN TEORITIS 2.1 Pengerian dan Manfaa Peramalan Kegiaan unuk mempeirakan apa yang akan erjadi pada masa yang akan daang disebu peramalan (forecasing). Sedangkan ramalan adalah suau kondisi yang

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS. dari bahasa Yunani yang berarti Demos adalah rakyat atau penduduk,dan Grafein

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS. dari bahasa Yunani yang berarti Demos adalah rakyat atau penduduk,dan Grafein BAB 2 TINJAUAN TEORITIS 2.1 Pengerian Demografi Keadaan penduduk sanga era kaiannya dengan demografi. Kaa demografi berasal dari bahasa Yunani yang berari Demos adalah rakya aau penduduk,dan Grafein adalah

Lebih terperinci

STUDI KELAYAKAN FINANSIAL PUPUK ORGANIK RESIDU BIOGAS DARI DIVERSIFIKASI USAHA TERNAK

STUDI KELAYAKAN FINANSIAL PUPUK ORGANIK RESIDU BIOGAS DARI DIVERSIFIKASI USAHA TERNAK HABITAT Volume XXII, No. 1, Bulan April 2011 ISSN: 0853-5167 STUDI KELAYAKAN FINANSIAL PUPUK ORGANIK RESIDU BIOGAS DARI DIVERSIFIKASI USAHA TERNAK (FINANCIAL FEASIBILITY STUDIES OF ORGANIC FERTILIZER FROM

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Propinsi Sumatera Utara merupakan salah satu propinsi yang mempunyai

BAB 1 PENDAHULUAN. Propinsi Sumatera Utara merupakan salah satu propinsi yang mempunyai BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Laar Belakang Propinsi Sumaera Uara merupakan salah sau propinsi yang mempunyai perkembangan yang pesa di bidang ransporasi, khususnya perkembangan kendaraan bermoor. Hal ini dapa

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Pengembangan Usaha Agribisnis Perdesaan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Pengembangan Usaha Agribisnis Perdesaan BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pengembangan Usaha Agribisnis Perdesaan Pengembangan Usaha Agribisnis Perdesaan (PUAP) merupakan program sraegis Kemenerian Peranian dalam rangka mengurangi ingka kemiskinan,

Lebih terperinci

MENINGKATKAN KEMAMPUAN MEMECAHKAN MASALAH SISWA MELALUI PEMBELAJARAN PEMBERIAN TUGAS LEMBARAN KERJA SECARA KELOMPOK. Oleh: Yoyo Zakaria Ansori

MENINGKATKAN KEMAMPUAN MEMECAHKAN MASALAH SISWA MELALUI PEMBELAJARAN PEMBERIAN TUGAS LEMBARAN KERJA SECARA KELOMPOK. Oleh: Yoyo Zakaria Ansori MENINGKATKAN KEMAMPUAN MEMECAHKAN MASALAH SISWA MELALUI PEMBELAJARAN PEMBERIAN TUGAS LEMBARAN KERJA SECARA KELOMPOK Oleh: Yoyo Zakaria Ansori Peneliian ini dilaarbelakangi rendahnya kemampuan memecahkan

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI. Pengangguran atau tuna karya merupakan istilah untuk orang yang tidak mau bekerja

BAB 2 LANDASAN TEORI. Pengangguran atau tuna karya merupakan istilah untuk orang yang tidak mau bekerja BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Pengerian Pengangguran Pengangguran aau una karya merupakan isilah unuk orang yang idak mau bekerja sama sekali, sedang mencari kerja, bekerja kurang dari dua hari selama seminggu,

Lebih terperinci

Economic Rent Analysis of Timber Estate Log Production in Indonesia

Economic Rent Analysis of Timber Estate Log Production in Indonesia ANALISIS PUNGUTAN RENTE EKONOMI KAYU BULAT HUTAN TANAMAN INDUSTRI DI INDONESIA Economic Ren Analysis of Timber Esae Log Producion in Indonesia Oleh/By: Transoo Handadhari, Achmad Sumiro, Sofyan P. Warsio

Lebih terperinci

ANALISIS ECONOMIC ENGINEERING PADA INVESTASI HOTEL GRAND CENTRAL KOTA PEKANBARU. Arifal Hidayat

ANALISIS ECONOMIC ENGINEERING PADA INVESTASI HOTEL GRAND CENTRAL KOTA PEKANBARU. Arifal Hidayat ANALISIS ECONOMIC ENGINEERING PADA INVESTASI HOTEL GRAND CENTRAL KOTA PEKANBARU Arifal Hidaya Analisis Economic Engineering ABSTRAK Tujuan uama dari peneliian ini adalah unuk menganalisa invesasi pembangunan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Peneliian Jenis peneliian kuaniaif ini dengan pendekaan eksperimen, yaiu peneliian yang dilakukan dengan mengadakan manipulasi erhadap objek peneliian sera adanya konrol.

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN

III. METODOLOGI PENELITIAN III. METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Kerangka Pemikiran Ekosisem lau memiliki banyak manfaa ekonomi, baik yang selama ini elah erkuanifikasikan maupun manfaa-manfaa yang belum erhiung, dikarenakan nilainya

Lebih terperinci

PEMODELAN PRODUKSI SEKTOR PERTANIAN

PEMODELAN PRODUKSI SEKTOR PERTANIAN Seminar Nasional Saisika IX Insiu Teknologi Sepuluh Nopember, 7 November 2009 PEMODELAN PRODUKSI SEKTOR PERTANIAN Brodjol Suijo Jurusan Saisika ITS Surabaya ABSTRAK Pada umumnya daa ekonomi bersifa ime

Lebih terperinci

VARIABEL-VARIABEL YANG MEMPENGARUHI ACTUAL SYSTEM USAGE (ASU) PADA PEMANFAATAN STUDENTSITE

VARIABEL-VARIABEL YANG MEMPENGARUHI ACTUAL SYSTEM USAGE (ASU) PADA PEMANFAATAN STUDENTSITE VARIABEL-VARIABEL YANG MEMPENGARUHI ACTUAL SYSTEM USAGE (ASU) PADA PEMANFAATAN STUDENTSITE Indra Nurhadi Program Sudi Manajemen Ekonomi, Fakulas Ekonomi, Universias Gunadarma Jl. Akses Kelapa Dua Cimanggis,

Lebih terperinci

BAB 4 ANALISIS DAN PEMBAHASAN

BAB 4 ANALISIS DAN PEMBAHASAN BAB 4 ANALISIS DAN EMBAHASAN 4.1 Karakerisik dan Obyek eneliian Secara garis besar profil daa merupakan daa sekunder di peroleh dari pusa daa saisik bursa efek Indonesia yang elah di publikasi, daa di

Lebih terperinci

PENELUSURAN EMPIRIS KETERKAITAN PASAR KEUANGAN DAN KOMPONEN PERTUMBUHAN EKONOMI INDONESIA,

PENELUSURAN EMPIRIS KETERKAITAN PASAR KEUANGAN DAN KOMPONEN PERTUMBUHAN EKONOMI INDONESIA, PENELUSURAN EMPIRIS KETERKAITAN PASAR KEUANGAN DAN KOMPONEN PERTUMBUHAN EKONOMI INDONESIA, 2004-2008 Banoon Sasmiasiwi, Program MSi FEB UGM Malik Cahyadin, FE UNS Absraksi Perkembangan ekonomi akhir-akhir

Lebih terperinci

CROP LAND SUITABILITY FOR CLOVE (Eugenia aromatica L.) BASED ON AGRO-CLIMATE ASPECTS AND ECONOMIC FEASIBILITY (CASE STUDY : SOUTH SULAWESI PROVINCE)

CROP LAND SUITABILITY FOR CLOVE (Eugenia aromatica L.) BASED ON AGRO-CLIMATE ASPECTS AND ECONOMIC FEASIBILITY (CASE STUDY : SOUTH SULAWESI PROVINCE) Available online a: hp://journal.ipb.ac.id/index.php/agrome J.Agrome 24 (2) : 39-47, 2010 ISSN: 0126-3633 KAJIAN KESESUAIAN LAHAN TANAMAN CENGKEH (Eugenia aromaica L.) BERDASARKAN ASPEK AGROKLIMAT DAN

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. yang akan datang. Peramalan menjadi sangat penting karena penyusunan suatu

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. yang akan datang. Peramalan menjadi sangat penting karena penyusunan suatu BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengerian Peramalan Peramalan adalah kegiaan memperkirakan apa yang erjadi pada waku yang akan daang sedangkan rencana merupakan penenuan apa yang akan dilakukan pada waku yang

Lebih terperinci

SUPLEMEN 3 Resume Hasil Penelitian: Analisis Respon Suku Bunga dan Kredit Bank di Sumatera Selatan terhadap Kebijakan Moneter Bank Indonesia

SUPLEMEN 3 Resume Hasil Penelitian: Analisis Respon Suku Bunga dan Kredit Bank di Sumatera Selatan terhadap Kebijakan Moneter Bank Indonesia SUPLEMEN 3 Resume Hasil Peneliian: Analisis Respon Suku Bunga dan Kredi Bank di Sumaera Selaan erhadap Kebijakan Moneer Bank Indonesia Salah sau program kerja Bank Indonesia Palembang dalam ahun 2007 adalah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang merupakan kemajuan kearah yang dicapai. Seperti yang terdapat pada

BAB I PENDAHULUAN. yang merupakan kemajuan kearah yang dicapai. Seperti yang terdapat pada BAB I PENDAHULUAN I.1 LATAR BELAKANG MASALAH Pembangunan pada umumnya adalah perubahan secara erus menerus yang merupakan kemajuan kearah yang dicapai. Seperi yang erdapa pada rumusan GBHN, yaiu mewujudkan

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN

II. TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN II. TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN 2.1. Tinjauan Pusaka Menginga minyak sawi adalah minyak nabai yang digunakan sebagai bahan menah unuk memproduksi minyak

Lebih terperinci

BAB III METODE DEKOMPOSISI CENSUS II. Data deret waktu adalah data yang dikumpulkan dari waktu ke waktu

BAB III METODE DEKOMPOSISI CENSUS II. Data deret waktu adalah data yang dikumpulkan dari waktu ke waktu BAB III METODE DEKOMPOSISI CENSUS II 3.1 Pendahuluan Daa dere waku adalah daa yang dikumpulkan dari waku ke waku unuk menggambarkan perkembangan suau kegiaan (perkembangan produksi, harga, hasil penjualan,

Lebih terperinci

Perencanaan Sistem Pendukung Keputusan Untuk Peningkatan Produktivitas

Perencanaan Sistem Pendukung Keputusan Untuk Peningkatan Produktivitas Perencanaan Sisem Pendukung Kepuusan Unuk Peningkaan Produkivias Abdurrozzaq Hasibuan Jurusan Teknik Indusri, Fakulas Teknik, UISU Jln. Sisingamangaraja Telp. 7869920 Teladan Medan Email : rozzaq@uisu.ac.id

Lebih terperinci

USULAN PENERAPAN METODE KOEFISIEN MANAJEMEN (BOWMAN S) SEBAGAI ALTERNATIF MODEL PERENCANAAN PRODUKSI PRINTER TIPE LX400 PADA PT X

USULAN PENERAPAN METODE KOEFISIEN MANAJEMEN (BOWMAN S) SEBAGAI ALTERNATIF MODEL PERENCANAAN PRODUKSI PRINTER TIPE LX400 PADA PT X USULAN ENERAAN METODE KOEISIEN MANAJEMEN (BOMAN S) SEBAGAI ALTERNATI MODEL ERENCANAAN RODUKSI RINTER TIE LX400 ADA T X Hendi Dwi Hardiman Jurusan Teknik Manajemen Indusri - Sekolah Tinggi Manajemen Indusri

Lebih terperinci

PENGARUH GAJI, UPAH, DAN TUNJANGAN KARYAWAN TERHADAP KINERJA KARYAWAN PADA PT. XYZ

PENGARUH GAJI, UPAH, DAN TUNJANGAN KARYAWAN TERHADAP KINERJA KARYAWAN PADA PT. XYZ PENGARUH GAJI, UPAH, DAN TUNJANGAN KARYAWAN TERHADAP KINERJA KARYAWAN PADA PT. XYZ Khairunnisa aubara 1, Ir. Sugiharo Pujangkoro, MM 2, uchari, ST, M.Kes 2 Deparemen Teknik Indusri, Fakulas Teknik, Universias

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI. Peramalan adalah kegiatan untuk memperkirakan apa yang akan terjadi di masa yang

BAB 2 LANDASAN TEORI. Peramalan adalah kegiatan untuk memperkirakan apa yang akan terjadi di masa yang BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Pengerian Peramalan Peramalan adalah kegiaan unuk memperkirakan apa yang akan erjadi di masa yang akan daang. Sedangkan ramalan adalah suau aau kondisi yang diperkirakan akan erjadi

Lebih terperinci