Analisis Rangkaian Listrik

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "Analisis Rangkaian Listrik"

Transkripsi

1 Sudaryano Sudirham Analisis Rangkaian Lisrik Jilid 1 Darpublic

2

3 Hak cipa pada penulis, 21 SUDIRHAM, SUDARYATNO Analisis Rangkaian Lisrik (1) Darpublic, Bandung are-71 edisi Juli 211 hp://ee-cafe.org Alama pos: Kanayakan D-3, Bandung, Fax: (62) (22)

4

5 BAB 1 Pendahuluan Dua dari sekian banyak kebuuhan manusia adalah kebuuhan akan energi dan kebuuhan akan informasi. Salah sau cara yang dapa dipilih unuk memenuhi kedua kebuuhan ersebu adalah melalui eknologi elekro. Energi yang ersedia di alam idak selalu dalam benuk yang kia perlukan akan eapi erkandung dalam berbagai benuk sumber energi misalnya air erjun, baubara, sinar maahari, angin, ombak, dan lainnya. Selain iu sumber energi ersebu idak selalu berada di empa di mana energi ersebu dibuuhkan. Teknologi elekro melakukan konersi energi non-lisrik menjadi energi lisrik dan dalam benuk lisrik inilah energi dapa disalurkan dengan lebih mudah ke empa ia diperlukan dan kemudian dikonersikan kembali ke dalam benuk yang sesuai dengan kebuuhan, misalnya energi mekanis, panas, cahaya. Proses penyediaan energi berlangsung melalui berbagai ahapan; salah sau conoh adalah sebagai beriku: Energi non lisrik, misalnya energi kimia yang erkandung dalam bahan bakar diubah menjadi energi panas dalam boiler energi panas diubah menjadi energi mekanis di urbin energi mekanis diubah menjadi energi lisrik di generaor energi lisrik diubah menjadi energi lisrik namun pada ingka egangan yang lebih inggi di ransformaor energi lisrik beregangan inggi diransmisikan energi lisrik beregangan inggi diubah menjadi energi lisrik beregangan menengah pada ransformaor energi lisrik didisribusikan ke pengguna, melalui jaringan egangan menengah iga fasa, egangan rendah iga fasa, dan egangan rendah sau fasa energi lisrik diubah kembali ke dalam benuk energi yang sesuai dengan kebuuhan pengguna. Demikian pula halnya dengan informasi. Teknologi elekro melakukan konersi berbagai benuk informasi ke dalam benuk sinyal lisrik dan menyalurkan sinyal lisrik ersebu ke empa ia diperlukan kemudian dikonersikan kembali dalam benuk-benuk yang dapa diangkap oleh indera manusia aaupun dimanfaakan 1

6 unuk suau keperluan erenu, misalnya pengendalian. Dengan mudah kia dapa mengeahui apa yang sedang erjadi di belahan bumi yang lain dalam waku yang hampir bersamaan dengan berlangsungnya kejadian, anpa harus beranjak dari rumah. Tidak hanya sampai di siu, saeli di luar angkasa pun dikendalikan dari bumi, dan janung yang lemah pun dapa dibanu unuk dipacu Pengerian Rangkaian Lisrik Rangkaian lisrik (aau rangkaian elekrik) merupakan inerkoneksi berbagai pirani (diais deice) yang secara bersama melaksanakan suau ugas erenu. Tugas iu dapa berupa pemrosesan energi aaupun pemrosesan informasi. Melalui rangkaian lisrik, energi maupun informasi dikonersikan menjadi energi lisrik dan sinyal lisrik, dan dalam benuk sinyal inilah energi maupun informasi dapa disalurkan dengan lebih mudah ke empa ia diperlukan. Teknologi elekro elah berkembang jauh. Dalam konersi dan ransmisi energi lisrik misalnya, walaupun masih eap memanfaakan sinyal analog berbenuk sinus, namun kuanias energi yang dikonersi dan diransmisikan semakin besar mengikui perumbuhan kebuuhan. Teknologi yang dikembangkan pun mengikui kecenderungan ini. Kemampuan peralaan semakin inggi, ala perlindungan (proeksi) semakin kea baik perlindungan dalam memperahankan kinerja sisem maupun erhadap pengaruh alam. Demikian pula perimbangan-perimbangan ekonomi maupun kelesarian lingkungan menjadi sanga menenukan. Bahkan perkembangan eknologi di sisi penggunaan energi, baik dalam upaya memperinggi efisiensi maupun perluasan penggunaan energi dalam mendukung perkembangan eknologi informasi, cenderung memberikan dampak kurang mengunungkan pada sisem penyaluran energi lisrik; dan hal ini menimbulkan persoalan lain yaiu persoalan kualias daya yang harus dianisipasi dan diaasi. Kalau dalam pemrosesan energi masih digunakan sinyal analog, idak demikian halnya dengan pemrosesan informasi. Pemanfaaan sinyal analog elah diganikan oleh sinyal-sinyal digial sehingga kualias informasi ideo, audio, maupun daa, menjadi sanga meningka. Pemanfaaan sinyal digial sudah sanga meluas, mulai dari lingkungan rumah angga sampai luar angkasa. 2 Sudaryano Sudirham, Analisis Rangkaian Lisrik (1)

7 Walaupun erdapa perbedaan yang nyaa pada benuk sinyal dalam pemrosesan energi dan pemrosesan informasi, yaiu sinyal analog dalam pemrosesan energi dan sinyal digial dalam pemrosesan informasi, namun hakeka pemrosesan idaklah jauh berbeda; pemrosesan iu adalah konersi ke dalam benuk sinyal lisrik, ransmisi hasil konersi ersebu, dan konersi balik menjadi benuk yang sesuai dengan kebuuhan. Sisem pemroses energi maupun informasi, dibangun dari rangkaian-rangkaian lisrik yang merupakan inerkoneksi berbagai pirani. Oleh karena iu langkah perama dalam mempelajari analisis rangkaian lisrik adalah mempelajari model sinyal dan model pirani. Karena pekerjaan analisis menggunakan model-model, sedangkan model merupakan pendekaan erhadap keadaan yang sebenarnya dengan pembaasan-pembaasan erenu, maka hasil suau analisis harus juga difahami sebagai hasil yang berlaku dalam baas-baas erenu pula Pengerian Analisis Rangkaian Lisrik Unuk mempelajari perilaku suau rangkaian lisrik kia melakukan analisis rangkaian lisrik. Rangkaian lisrik iu mungkin hanya berdimensi beberapa senimeer, eapi mungkin juga membenang rausan bahkan ribuan kilomeer. Dalam pekerjaan analisis, langkah perama yang kia lakukan adalah memindahkan rangkaian lisrik iu ke aas keras dalam benuk gambar; gambar iu kia sebu diagram rangkaian. Suau diagram rangkaian memperlihakan inerkoneksi berbagai pirani; pirani-pirani ersebu digambarkan dengan menggunakan simbol pirani. Jadi dalam suau diagram rangkaian (yang selanjunya kia sebu dengan singka rangkaian), kia meliha bagaimana berbagai macam pirani saling dihubungkan. Perilaku seiap pirani kia nyaakan dengan model pirani. Unuk membedakan pirani sebagai benda nyaa dengan modelnya, maka model iu kia sebu elemen rangkaian. Sinyal lisrik yang hadir dalam rangkaian, kia nyaakan sebagai peubah rangkaian yang idak lain adalah model maemais dari sinyal-sinyal ersebu. Jadi dalam pekerjaan analisis rangkaian lisrik, kia menghadapi diagram rangkaian yang memperlihakan hubungan dari berbagai elemen, dan seiap elemen memiliki perilaku masing-masing yang kia sebu karakerisik elemen; besaran-fisika yang erjadi dalam rangkaian 3

8 kia nyaakan dengan peubah rangkaian (ariable rangkaian) yang merupakan model sinyal. Dengan meliha hubungan elemen-elemen dan memperhaikan karakerisik iap elemen, kia melakukan perhiungan peubah-peubah rangkaian. Perhiungan-perhiungan ersebu mungkin berupa perhiungan unuk mencari hubungan anara peubah yang keluar dari rangkaian (kia sebu dengan singka keluaran) dan peubah yang masuk ke rangkaian (kia sebu dengan singka masukan); aaupun mencari besaran keluaran dari suau rangkaian jika masukan dan karakerisik seiap elemen dikeahui. Inilah pekerjaan analisis yang memberikan hanya sau hasil perhiungan, aau jawaban unggal. Pekerjaan lain yang belum ercakup dalam buku ini adalah pekerjaan perancangan, yaiu mencari hubungan elemen-elemen jika masukan dan keluaran dienukan. Hasil pekerjaan perancangan akan memberikan lebih dari sau jawaban dan kia harus memilih jawaban mana yang kia ambil dengan memperhiungkan idak saja aspek eknis eapi juga aspek lain misalnya aspek ekonomi, aspek lingkungan, dan bahkan eseika. Telah dikaakan di aas bahwa hasil suau analisis harus difahami sebagai hasil yang berlaku dalam baas-baas erenu. Kia akan meliha bahwa rangkaian yang kia analisis kia anggap memiliki sifa linier dan kia sebu rangkaian linier; ia merupakan hubungan elemen-elemen rangkaian yang kia anggap memiliki karakerisik yang linier. Sifa ini sesungguhnya merupakan pendekaan erhadap sifa pirani yang dalam kenyaaannya idak linier namun dalam baas-baas erenu ia bersifa hampir linier sehingga dalam pekerjaan analisis kia anggap ia bersifa linier Srukur Dasar Rangkaian, Besaran Lisrik, dan Kondisi Operasi Srukur Dasar Rangkaian. Secara umum suau rangkaian lisrik erdiri dari bagian yang akif yaiu bagian yang memberikan daya yang kia sebu sumber, dan bagian yang pasif yaiu bagian yang menerima daya yang kia sebu beban; sumber dan beban erhubung oleh penyalur daya yang kia sebu saluran. 4 Sudaryano Sudirham, Analisis Rangkaian Lisrik (1)

9 Besaran Lisrik. Ada lima besaran lisrik yang kia hadapi, dan dua di anaranya merupakan besaran dasar fisika yaiu energi dan muaan lisrik. Namun dalam analisis rangkaian lisrik, besaran lisrik yang sering kia olah adalah egangan, arus, dan daya lisrik. Energi dihiung sebagai inegral daya dalam suau selang waku, dan muaan dihiung sebgai inegral arus dalam suau selang waku. Sumber biasanya dinyaakan dengan daya, aau egangan, aau arus yang mampu ia berikan. Beban biasa dinyaakan dengan daya aau arus yang diserap aau diperlukan, dan sering pula dinyaakan oleh nilai elemen; elemen-elemen rangkaian yang sering kia emui adalah resisor, indukor, dan kapasior, yang akan kia pelajari lebih lanju. Saluran adalah penghubung anara sumber dan beban, dan pada rangkaian penyalur energi (di mana jumlah energi yang disalurkan cukup besar) ia juga menyerap daya. Oleh karena iu saluran ini diliha oleh sumber juga menjadi beban dan daya yang diserap saluran harus pula disediakan oleh sumber. Daya yang diserap saluran merupakan susu daya dalam produksi energi lisrik. Susu daya yang erjadi di saluran ini merupakan perisiwa alamiah: sebagian energi yang dikirim oleh sumber berubah menjadi panas di saluran. Namun jika daya yang diserap saluran ersebu cukup kecil, ia dapa diabaikan. Dalam kenyaaan, rangkaian lisrik idaklah sesederhana seperi di aas. Jaringan lisrik penyalur energi perlu dilindungi dari berbagai kejadian idak normal yang dapa menyebabkan erjadinya lonjakan arus aau lonjakan egangan. Jaringan perlu sisem proeksi yaiu proeksi arus lebih dan proeksi egangan lebih. Jaringan lisrik juga memerlukan sisem pengendali unuk mengaur aliran energi ke beban. Pada jaringan pemroses informasi, gejala-gejala kebocoran sinyal sera gangguan sinyal baik dari dalam maupun dari luar sisem yang disebu inerferensi, memerlukan perhaian ersendiri. Pada jaringan penyalur energi, sumber mengeluarkan daya sesuai dengan perminaan beban. Pada rangkaian penyalur informasi, daya sumber erbaas; oleh karena iu alih daya dari sumber ke beban perlu diusahakan erjadi secara maksimal; alih daya ke beban akan maksimal jika ercapai keserasian (maching) anara sumber dan beban. 5

10 Perisiwa Transien. Kondisi operasi jaringan lisrik idak selalu manap. Pada waku-waku erenu bisa erjadi keadaan peralihan aau keadaan ransien. Besar dan benuk egangan dan arus pada saa-saa seelah penuupan aaupun seelah pembukaan saklar idaklah seperi keadaan seelah saklar lama eruup aau seelah lama erbuka. Di samping iu kejadian sesaa di luar jaringan juga bisa menimbulkan keadaan ransien, misalnya peir. Suau selang waku diperlukan anara saa kemunculan perisiwa ransien dengan saa keadaan menjadi manap. Waku yang diperlukan unuk mencapai keadaan akhir ersebu erganung dari nilai-nilai elemen rangkaian. Oleh karena iu kia harus hai-hai unuk memegang peralaan lisrik walaupun ia sedang idak beroperasi; yakinkan lebih dulu apakah keadaan sudah cukup aman. Yakinkan lebih dulu bahwa peralaan lisrik yang erbuka sudah idak beregangan, sebelum memegangnya Landasan Unuk Melakukan Analisis Agar kia bisa melakukan analisis, kia perlu memahami beberapa hal yang sanga mendasar yaiu hukum-hukum yang berlaku dalam suau rangkaian, kaidah-kaidah rangkaian, eorema-eorema rangkaian, sera meoda-meoda analisis. Hukum-Hukum Rangkaian. Hukum-hukum rangkaian merupakan dasar unuk melakukan analisis. Ada dua hukum yang akan kia pelajari yaiu Hukum Ohm dan Hukum Kirchhoff. Hukum Ohm memberikan relasi linier anara arus dan egangan resisor. Hukum Kirchhoff mencakup Hukum Arus Kirchhoff (HAK) dan Hukum Tegangan Kirchhoff (HTK). HAK menegaskan bahwa jumlah arus yang menuju suau pencabangan rangkaian sama dengan jumlah arus yang meninggalkan pencabangan; hal ini dibukikan oleh kenyaaan bahwa idak pernah ada penumpukan muaan di suau pencabangan rangkaian. HTK menyaakan bahwa jumlah egangan di suau rangkaian eruup sama dengan nol, dan hal ini sesuai dengan prinsip konserasi energi. Kaidah-Kaidah Rangkaian. Kaidah rangkaian merupakan konsekuensi dari hukum-hukum rangkaian. Dengan kaidah-kaidah ini kia dapa mengganikan susunan suau bagian rangkaian dengan susunan yang berbeda anpa mengganggu perilaku keseluruhan rangkaian, sehingga rangkaian menjadi lebih sederhana dan lebih 6 Sudaryano Sudirham, Analisis Rangkaian Lisrik (1)

11 mudah dianalisis. Dengan menggunakan kaidah-kaidah ini pula kia dapa melakukan perhiungan pada benuk-benuk bagian rangkaian erenu secara langsung. Salah sau conoh adalah kaidah pembagi arus: unuk arus masukan erenu, besar arus cabang-cabang rangkaian yang erhubung paralel sebanding dengan kondukansinya; hal ini adalah konsekuensi dari hukum Ohm dan HAK. Teorema Rangkaian. Teorema rangkaian merupakan pernyaaan dari sifa-sifa dasar rangkaian linier. Teorema rangkaian yang pening akan kia pelajari sesuai keperluan kia, mencakup prinsip proporsionalias, prinsip superposisi, eorema Théenin, eorema oron, eorema subsiusi, dan eorema Tellegen. Prinsip proporsionalias berlaku unuk rangkaian linier. Jika masukan suau rangkaian adalah y in dan keluarannya adalah y o maka y o = Ky in dengan K adalah nilai eapan. Prinsip superposisi menyaakan bahwa pada rangkaian dengan beberapa masukan, akan mempunyai keluaran yang merupakan jumlah keluaran dari masing-masing masukan jika masing-masing masukan bekerja secara sendiri-sendiri pada rangkaian ersebu. Kia ambil conoh sau lagi yaiu eorema Théenin. Teorema ini menyaakan bahwa jika seksi sumber suau rangkaian (yaiu bagian rangkaian yang mungkin saja mengandung lebih dari sau sumber) bersifa linier, maka seksi sumber ini bisa diganikan oleh sau sumber yang erhubung seri dengan sau resisor aaupun impedansi; semenara iu beban boleh linier aaupun idak linier. Teorema ini sanga memudahkan perhiungan-perhiungan rangkaian. Meoda-Meoda Analisis. Meoda-meoda analisis dikembangkan berdasarkan eorema rangkaian besera hukum-hukum dan kaidah rangkaian. Ada dua kelompok meoda analisis yang akan kia pelajari; yang perama disebu meoda analisis dasar dan yang kedua disebu meoda analisis umum. Meoda analisis dasar eruama digunakan pada rangkaian-rangkaian sederhana, sedangkan unuk rangkaian yang agak lebih rumi kia memerlukan meoda yang lebih sisemais yaiu meoda analisis umum. Kedua meoda ini kia pelajari agar kia dapa melakukan analisis rangkaian sederhana 7

12 secara manual. Kemampuan melakukan analisis secara manual sanga diperlukan unuk dapa memahami sifa dan perilaku rangkaian. Selain perbedaan jangkauan penggunaannya, meoda analisis dasar berbeda dari meoda analisis umum dalam hal senuhan yang kia miliki aas rangkaian yang kia hadapi. Dalam menggunakan meoda analisis dasar, kia masih merasakan bahwa kia sedang mengolah perilaku rangkaian. Dalam menggunakan meoda analisis umum kia agak kehilangan senuhan ersebu; sekali kia sudah mendapakan persamaan rangkaian, maka selanjunya kia hanya melakukan langkah-langkah maemais aas persamaan ersebu dan kia akan mendapakan hasil analisis anpa merasa elah menghadapi rangkaian lisrik. Kehilangan senuhan ini mendapa kompensasi berupa lebih luasnya jangkauan kerumian rangkaian yang bisa dipecahkan dengan meoda analisis umum. Selain dua kelompok meoda ersebu ada meoda analisis berbanuan kompuer. Unuk rangkaian-rangkaian yang sanga rumi, analisis secara manual idaklah efekif bahkan idak mungkin lagi dilakukan. Unuk iu kia memerlukan banuan kompuer. Meoda ini idak dibahas khusus dalam buku ini namun pembaca perlu mempelajarinya dengan menggunakan buku-buku lain besera perangka lunaknya, seperi misalnya program SPICE. Landasan unuk melakukan analisis ersebu di aas akan kia pelajari dan seelah kia memahami landasan-landasan ersebu kia akan siap unuk melakukan analisis rangkaian. Berbagai conoh pekerjaan analisis akan kia jumpai dalam buku ini. 8 Sudaryano Sudirham, Analisis Rangkaian Lisrik (1)

13 BAB 2 Besaran Lisrik Dan Model Sinyal Dengan mempelajari besaran lisrik dan model sinyal, kia akan menyadari bahwa pembahasan analisis rangkaian di sini berkenaan dengan sinyal waku koninyu; memahami besaran-besaran lisrik yang menjadi peubah sinyal dalam analisis rangkaian; memahami berbagai benuk gelombang sinyal; mampu menyaakan benuk gelombang sinyal secara grafis maupun maemais Besaran Lisrik Dalam kelisrikan, ada dua besaran fisika yang menjadi besaran dasar yaiu muaan lisrik (selanjunya disebu dengan singka muaan) dan energi lisrik (selanjunya disebu dengan singka energi). Muaan dan energi, merupakan konsep dasar fisika yang menjadi fondasi ilmiah dalam eknologi elekro. Namun dalam prakik, kia idak mengolah langsung besaran dasar ini, karena kedua besaran ini idak mudah unuk diukur. Besaran yang sering kia olah adalah yang mudah diukur yaiu arus, egangan, dan daya. Arus. Arus lisrik dinyaakan dengan simbol i; ia merupakan ukuran dari aliran muaan. Ia merupakan laju perubahan jumlah muaan yang melewai iik erenu. Dalam benuk diferensial ia didefinisikan sebagai: dq i = (2.1) d Dalam sisem sauan SI, arus mempunyai sauan ampere, dengan singkaan A. Karena sauan muaan adalah coulomb dengan singkaan C, maka 1 ampere = 1 coulomb / deik = 1 coulomb / sekon = 1 C/s Perlu kia inga bahwa ada dua jenis muaan yaiu muaan posiif dan negaif. Arah arus posiif dieapkan sebagai arah aliran muaan posiif neo, menginga bahwa aliran arus di suau iik mungkin melibakan kedua macam muaan ersebu. 9

14 Tegangan. Tegangan dinyaakan dengan simbol ; ia erkai dengan perubahan energi yang dialami oleh muaan pada waku ia berpindah dari sau iik ke iik yang lain di dalam rangkaian. Tegangan anara iik A dan iik B di suau rangkaian didefinisikan sebagai perubahan energi per sauan muaan, yang dalam benuk diferensial dapa kia uliskan sebagai: dw = dq (2.2) Sauan egangan adalah ol, dengan singkaan V. Oleh karena sauan energi adalah joule dengan singkaan J, maka 1 ol = 1 joule/coulomb = 1 J/C. Daya. Daya dinyaakan dengan simbol p, didefinisikan sebagai laju perubahan energi, yang dapa kia uliskan: dw p = (2.3) d Dari definisi ini dan definisi unuk arus (2.1) dan egangan (2.2) kia dapakan: dw dw dq p = = = i (2.4) d dq d Sauan daya adalah wa, dengan singkaan W. Sesuai dengan hubungan (2.3) maka 1 W = 1 J/s. Energi. Energi dinyaakan dengan simbol w. Unuk memperoleh besar energi yang eralihkan dalam selang waku anara 1 dan 2 kia melakukan inegrasi daya anara 1 dan 2 Sauan energi adalah joule. w = 1 pd (2.5) 1 Muaan. Muaan dinyaakan dengan simbol q, diperoleh dengan menginegrasi arus erhadap waku. Jadi jumlah muaan yang dialihkan oleh arus i dalam selang waku anara 1 dan 2 adalah : Sauan muaan adalah coulomb. q = 2 id (2.6) 1 1 Sudaryano Sudirham, Analisis Rangkaian Lisrik (1)

15 2.2. Peubah Sinyal dan Referensi Sinyal Peubah Sinyal. Sebagaimana elah sebukan di aas, dalam manangani masalah prakis, kia jarang melibakan secara langsung kedua besaran dasar yaiu energi dan muaan. Besaran yang lebih sering kia olah adalah arus, egangan, dan daya. Dalam analisis rangkaian lisrik, iga besaran ini menjadi peubah rangkaian yang kia sebu sebagai peubah sinyal. Kehadiran mereka dalam suau rangkaian lisrik merupakan sinyal lisrik, dan dalam analisis rangkaian lisrik kia melakukan perhiungan-perhiungan sinyal lisrik ini; mereka menjadi peubah aau ariabel. Sinyal Waku Koninyu dan Sinyal Waku Diskri. Sinyal lisrik pada umumnya merupakan fungsi waku,. Dalam eknologi elekro yang elah berkembang demikian lanju kia mengenal dua macam benuk sinyal lisrik yaiu sinyal waku koninyu dan sinyal waku diskri. Suau sinyal disebu sebagai sinyal waku koninyu (aau disebu juga sinyal analog) jika sinyal iu mempunyai nilai unuk seiap dan sendiri mengambil nilai dari sau se bilangan riil. Sinyal waku diskri adalah sinyal yang mempunyai nilai hanya pada erenu yaiu n dengan n mengambil nilai dari sau se bilangan bula. Sebagai conoh sinyal waku koninyu adalah egangan lisrik di rumah kia. Sinyal waku diskri kia peroleh misalnya melalui sampling pada egangan lisrik di rumah kia. Gb.2.1. memperlihakan kedua macam benuk sinyal ersebu. Dalam mempelajari analisis rangkaian di buku ini, kia hanya akan menghadapi sinyal waku koninyu saja. () () Sinyal waku koninyu Sinyal waku diskri Gb.2.1. Sinyal waku koninyu dan sinyal waku diskri. 11

16 Referensi Sinyal. Arus dan egangan mempunyai hubungan era namun mereka juga mempunyai perbedaan yang sanga nyaa. Arus merupakan ukuran besaran yang melewai suau iik sedangkan egangan adalah ukuran besaran anara dua iik. Jadi arus diukur di sau iik sedangkan egangan diukur di anara dua iik. Dalam pekerjaan analisis, arah arus dinyaakan dengan anda anak panah yang menjadi referensi arah posiif arus. Referensi ini idak berari bahwa arah arus sesungguhnya (yang mengalir pada pirani) adalah seperi diunjukkan oleh anak panah. Arah arus sesungguhnya dapa berlawanan dengan arah anak panah dan jika demikian halnya kia kaakan arus negaif. Dalam hal arah arus sesungguhnya sesuai dengan arah anak panah, kia kaakan arus posiif. Pada elemen rangkaian, anda + dipakai unuk menunjukkan iik yang dianggap mempunyai egangan yang lebih inggi dibandingkan dengan iik yang beranda, dan ini menjadi referensi egangan. Di sinipun iik yang beranda + pada keadaan sesungguhnya idak selalu beregangan lebih inggi dibandingkan dengan iik yang beranda. Teapi jika benar demikian keadaannya kia kaakan bahwa egangan pada pirani adalah posiif, dan jika sebaliknya maka egangan iu negaif. Konensi Pasif. Dalam menenukan referensi egangan dan arus kia mengikui konensi pasif yaiu arah arus digambarkan masuk ke elemen pada iik yang beranda +. Konensi ini disebu konensi pasif sebab dalam konensi ini pirani menyerap daya. Perhaikan Gb.2.2. Dengan konensi ini, jika arus dan egangan memiliki anda yang sama, daya bernilai posiif. Jika arus da egangan berlawanan anda maka daya bernilai negaif. egangan diukur anara dua iik + pirani arus melalui pirani Gb.2.2. Tegangan dan arus pada sau pirani Daya posiif berari elemen menyerap daya; daya negaif berari elemen mengeluarkan daya. 12 Sudaryano Sudirham, Analisis Rangkaian Lisrik (1)

17 Selain referensi arus dan egangan pada elemen, unuk menyaakan besar egangan di berbagai iik pada suau rangkaian kia meneapkan iik referensi umum yang kia namakan iik penanahan aau iik nol aau ground. Tegangan di iikiik lain pada rangkaian dihiung erhadap iik nol ini. Perhaikan penjelasan pada Gb.2.3. Tegangan di iik A dapa kia sebu sebagai A yaiu egangan iik A erhadap iik referensi umum G. Demikian pula B adalah egangan iik B erhadap G. Beda egangan anara iik A dan B adalah A B = AB = 2. Isilah koak-koak yang kosong pada abel beriku ini. Pirani [V] i [A] p [W] menerima/memberi daya A 12 5 B 24-3 C D E CO TOH-2.1: Tegangan pada suau pirani adalah 12 V (konsan) dan arus yang mengalir padanya adalah 1 ma. a). Berapakah daya yang diserap? b). Berapakah energi yang diserap selama 8 jam? c). Berapakah jumlah muaan yang dipindahkan melalui pirani ersebu selama 8 jam iu? Penyelesaian: referensi arus a). Daya yang diserap adalah : p = i = = 1,2 W b). Energi yang diserap selama 8 jam adalah 8 8 w = pd = 1,2 = 1,2 d 8 = 9,6 Wh c). Jumlah muaan yang dipindahkan selama 8 jam adalah A + i i 2 referensi egangan pirani referensi egangan umum (ground) Gb.2.3. Referensi arus dan egangan B 3 G i 3 13

18 8 8 3 q = id = 1 1 =,1 8 =,8 Ah Pemahaman : Sauan daya adalah Wa. Unuk daya besar digunakan sauan kw (kilo wa) yaiu 1 kw = 1 W. Sauan daya yang lain adalah horse power (HP). 1 HP = 746 W aau 1 kw = 1,341 HP Wa-hour (Wh) adalah sauan energi yang biasa dipakai dalam sisem enaga lisrik. 1 Wh = 36 J aau 1 kwh = 36 kj Sauan muaan adalah Coulomb. Dalam penyelesaian soal di aas, kia menggunakan sauan Ampere-hour (Ah) unuk muaan. Sauan ini biasa digunakan unuk menyaakan kapasias suau accu (accumulaor). Conoh : accu mobil berkapasias 4 Ah. karena 1 A = 1 C/s maka 1 C = 1 As dan 1 Ah = 36 C CO TOH-2.2: Sebuah pirani menyerap daya 1 W pada egangan 2V (konsan). Berapakah besar arus yang mengalir dan berapakah energi yang diserap selama 8 jam? Penyelesaian : p 1 i = = =,5 A w = 1d = 1 = 8 Wh =,8 kwh CO TOH-2.3: Arus yang melalui suau pirani berubah erhadap waku sebagai i() =,5 ampere. Berapakah jumlah muaan yang dipindahkan melalui pirani ini anara = sampai = 5 deik? Penyelesaian : Jumlah muaan yang dipindahkan dalam 5 deik adalah 5 5 5,5 2 1,25 q = id =,5 = = =,625 coulomb d Sudaryano Sudirham, Analisis Rangkaian Lisrik (1)

19 CO TOH-2.4: Tegangan pada suau pirani berubah erhadap waku sebagai = 22cos4 dan arus yang mengalir adalah i = 5cos4 A. a). Bagaimanakah ariasi daya erhadap waku? b). Berapakah nilai daya maksimum dan daya minimum? Penyelesaian : a). p = 22cos 4 5cos 4 = 11cos = ( + cos8 ) = cos8 W Suku perama pernyaaan daya ini bernilai konsan posiif + 55 V. b). Nilai Suku ke-dua berariasi anara 55 V dan + 55 V. Secara keseluruhan daya selalu bernilai posiif. daya : p p maksimum minimum = = 11 W 2 = = W W CO TOH-2.5: Tegangan pada suau pirani berubah erhadap waku sebagai = 22cos4 dan arus yang mengalir adalah i = 5sin4 A. a). Bagaimanakah ariasi daya erhadap waku? b). Tunjukkan bahwa pirani ini menyerap daya pada suau selang waku erenu dan memberikan daya pada selang waku yang lain. c). Berapakah daya maksimum yang diserap? d). Berapakah daya maksimum yang diberikan? Penyelesaian : a). p = 22 cos 4 5 sin 4 = 11 sin 4 cos 4 = 55 sin 8 W b). Dari a) erliha bahwa daya merupakan fungsi sinus. Selama seengah perioda daya bernilai posisiif dan selama seengah perioda berikunya ia bernilai negaif. Jika pada waku daya bernilai posiif mempunyai ari bahwa pirani menyerap daya, maka pada waku bernilai negaif berari pirani memberikan daya c). Daya maksimum yang diserap: p maks diserap = 55 W. d). Daya maksimum yang diberikan: p maks diberikan = 55 W. 15

20 2.3. Benuk Gelombang Sinyal Pada umumnya sinyal merupakan fungsi waku, seperi yang kia liha pada conoh-conoh di aas. Variasi sinyal erhadap waku disebu benuk gelombang. Secara formal dikaakan: Benuk gelombang adalah suau persamaan aau suau grafik yang menyaakan sinyal sebagai fungsi dari waku. Sebagai conoh, benuk gelombang egangan dan arus yang konsan di seluruh waku, secara maemais dinyaakan dengan persamaan: = V ; i = I, unuk < < (2.7) Walaupun persamaan di aas hanyalah model, eapi model ini sanga bermanfaa sebab ia merupakan pendekaan unuk sinyal yang secara nyaa dibangkikan oleh sumber sebenarnya, misalnya baere. Benuk gelombang dikelompokkan dalam dua kelompok. Kelompok perama disebu benuk gelombang dasar yang melipui benuk gelombang anak angga, sinus, dan eksponensial. Mereka disebu benuk gelombang dasar karena dari iga benuk gelombang ini dapa diurunkan benuk-benuk gelombang yang lain. Benuk gelombang dasar ini erliha pada Gb.2.4. Anak angga Sinus Eksponensial Gb.2.4. Benuk Gelombang Dasar. Kelompok kedua disebu benuk gelombang komposi. Benuk gelombang ini ersusun dari beberapa benuk gelombang dasar, seperi erliha pada Gb.2.5. Benuk gelombang sinus eredam misalnya, merupakan hasil kali gelombang sinus dengan eksponensial; gelombang persegi merupakan kombinasi dari gelombang-gelombang anak angga, dan sebagainya. Dalam analisis rangkaian, benuk-benuk gelombang ini kia nyaakan secara maemais seperi halnya dengan conoh sinyal konsan (2.7) di aas. Dalam kenyaaan, benuk-benuk gelombang bisa sanga rumi; walaupun demikian, ariasinya erhadap waku dapa didekai dengan menggunakan gabungan benuk-benuk gelombang dasar. 16 Sudaryano Sudirham, Analisis Rangkaian Lisrik (1)

21 Sinus eredam Gelombang persegi Eksponensial ganda Derean pulsa Gigi gergaji Segi iga Gb.2.5. Beberapa gelombang komposi Benuk Gelombang Dasar Benuk gelombang dasar (disebu juga gelombang uama) melipui fungsi anak-angga (sep funcion), fungsi eksponensial (exponenial funcion), dan fungsi sinus (sinusoidal funcion). Fungsi Anak-Tangga (Fungsi Sep). Secara umum, fungsi anakangga didasarkan pada fungsi anak-angga sauan, yang didefinisikan sebagai beriku: u( ) = unuk < (2.8) = 1 unuk Beberapa buku membiarkan fungsi u() ak erdefinisikan unuk =, dengan persamaan u( ) = unuk < = 1 unuk > Pernyaaan fungsi anak angga sauan yang erakhir ini mempunyai keidak-koninyuan pada =. Unuk selanjunya kia akan menggunakan definisi (2.8). Dalam kenyaaan, idaklah mungkin membangkikan sinyal yang dapa berubah dari sau nilai ke nilai yang lain anpa memakan waku. Yang dapa dilakukan hanyalah membua waku ransisi iu sependek mungkin. Bila u() kia kalikan dengan sesuau nilai konsan V A akan kia peroleh benuk gelombang anak angga (Gb.2.6.a.): 17

22 = VAu( ) = unuk < = VA unuk V A V A (2.9.a) (a) Gb.2.6. Benuk gelombang anak-angga. Jika kia gani dengan (-T s ) kia peroleh benuk gelombang VAu( Ts ) yang merupakan benuk gelombang anak angga ergeser ke arah posiif sebesar T s (Gb.2.6.b.). = VAu( Ts ) = unuk < Ts = VA unuk Ts (2.9.b) Benuk Gelombang Eksponensial. Sinyal exponensial merupakan sinyal anak-angga yang ampliudonya menurun secara eksponensial menuju nol. Persamaan benuk gelombang sinyal ini adalah: / τ ( V e ) u( ) = A (2.1) Parameer yang pening pada sinyal benuk ini adalah ampliudo V A dan konsana waku τ (dalam deik). Konsana waku ini enenukan kecepaan menurunnya ampliudo sinyal. Makin besar τ makin lamba ampliudo menurun dan makin kecil τ makin cepa ampliudo menurun. T s (b).368v A V A V A e / τ u() /τ Gb.2.7. Benuk gelombang eksponensial. Pada = τ sinyal sudah menurun mencapai 36,8 % V A. Pada = 5τ sinyal mencapai,674v A, kurang dari 1% V A. Oleh karena iu kia definisikan durasi (lama berlangsung) suau sinyal eksponensial 18 Sudaryano Sudirham, Analisis Rangkaian Lisrik (1)

23 adalah 5τ. Kalau kia hanya meninjau keadaan unuk >, maka u() pada persamaan gelombang ini biasanya idak diuliskan lagi. Jadi: / τ = V A e (2.11) Benuk Gelombang Sinus. Sinus merupakan pengulangan anpa heni dari suau osilasi anara dua nilai puncak, seperi erliha pada Gb.2.8. di bawah ini. V A V A T Gb.2.8. Benuk gelombang sinus. Ampliudo V A didefinisikan sebagai nilai maksimum dan minimum osilasi. Perioda T o adalah waku yang diperlukan unuk membua sau siklus lengkap. Dengan menggunakan dua parameer ersebu, yaiu V A dan T o, kia dapa menuliskan persamaan sinus ini dalam fungsi cosinus: = V A cos(2π / T o ) (2.12) Seperi halnya fungsi anak angga, persamaan umum fungsi sinus diperoleh dengan menggani dengan (-T s ). Jadi persamaan umum gelombang sinus adalah: = VA cos[ 2π( Ts ) / To ] (2.13) dengan T s adalah waku pergeseran, yang diunjukkan oleh posisi puncak posiif yang erjadi perama kali seperi erliha pada Gb.2.8. Pada gambar ini T s adalah posiif. Jika T s negaif pergeserannya akan ke arah negaif. Pergeseran waku dapa juga diyaakan dengan menggunakan sudu: = VA cos[ 2π / To φ] (2.14) Parameer φ disebu sudu fasa. Hubungan anara waku pergeseran T s dan sudu fasa φ adalah : T φ = 2π s T (2.15) Variasi dari gelombang sinus dapa juga dinyaakan dengan menggunakan frekuensi. Frekuensi f o didefinisikan sebagai jumlah V A V A T s T 19

24 perioda dalam sau sauan waku, yang disebu frekuensi siklus. Oleh karena perioda T o adalah jumlah deik (waku) per siklus, maka jumlah siklus (perioda) per deik adalah: 1 f = T (2.16) dengan sauan herz ( Hz ), aau siklus per deik. Selain frekuensi siklus, kia mengenal pula frekuensi sudu ω o dengan sauan radian per deik (rad/de), yaiu: 2 f 2π ω = π = T (2.17) Dengan demikian ada dua cara unuk menyaakan frekuensi, yaiu frekuensi siklus (Hz) dan frekuensi sudu (rad/deik), dan fungsi sinus dapa dinyaakan sebagai = VA cos[2π f φ] = VA cos[ ω φ] aau (2.17.a) CO TOH-2.6: Tegangan pada suau pirani adalah 12 V (konsan) dan arus yang mengalir padanya adalah 1 ma. a). Berapakah daya yang diserap? b). Berapakah energi yang diserap selama 8 jam? c). Berapakah jumlah muaan yang dipindahkan melalui pirani ersebu selama 8 jam iu? Penyelesaian: Penyelesaian soal ini elah kia lakukan pada conoh 2.1. Di sini kia akan meliha model sinyalnya. Model maemais dari sinyal egangan 12 V (konsan) kia uliskan sebagai = 12u( ) V, dan arus 1 ma kia uliskan i = 1u( ) ma. Jika sinyal-sinyal ini kia gambarkan akan berbenuk seperi di bawah ini. 12 V =12u() V i 1 ma i=1u() ma 2 Sudaryano Sudirham, Analisis Rangkaian Lisrik (1)

25 Daya yang diserap adalah p = i = 1.2 W dan jika kia gambarkan perubahan daya erhadap waku adalah seperi gambar beriku ini. p 1,2 W p = i p 1,2 W 8 (jam) Energi yang diserap selama 8 jam adalah inegral dari daya unuk jangka waku 8 jam. Besar energi ini diunjukkan oleh luas bagian yang diarsir di bawah kura daya seperi diunjukkan pada gambar di sebelah kanan. CO TOH-2.7: Carilah persamaan benuk gelombang egangan yang ergambar di bawah ini. [V] 2 ' ' ' [s] 3 a) b) Penyelesaian : a). Benuk gelombang egangan ini adalah gelombang anak angga yang persamaan umumnya adalah () = A u( T s ), dengan A = ampliudo dan T s = pergeseran waku. Maka persamaan gelombang pada gambar a) adalah 1( ) = 2u( 1) V. Gelombang ini mempunyai nilai 1 ( ) = 2 V = V [V] unuk 1 unuk < 1 b). Benuk gelombang egangan gambar b) adalah 2( ) = 3u( 2) V. Gelombang ini mempunyai nilai ' ' ' ' [s] 21

26 Pemahaman : 2 ( ) = 3 V = V unuk 2 unuk < 2 u() adalah fungsi anak angga sauan, sebagaimana elah didefinisikan. Fungsi anak angga sauan ini idak mempunyai sauan. Benuk gelombang egangan pada gambar a) diperoleh dengan mengalikan suau egangan konsan sebesar 2 V dengan fungsi anak angga sauan u( 1) yaiu fungsi anak angga sauan yang bergeser 1 deik. Sedangkan gelombang egangan pada gambar b) diperoleh dengan mengalikan egangan konsan sebesar 3 V dengan fungsi anak angga sauan yang bergeser 2 deik. Benuk gelombang apapun, jika dikalikan dengan fungsi anak angga sauan u() akan bernilai nol unuk <, dan jika dikalikan dengan u( T s ) akan bernilai nol unuk < T s. CO TOH-2.8: Carilah persamaan dan gambarkanlah iga benuk gelombang eksponensial beriku ini dalam sau gambar. 1 () : ampliudo 5 V, konsana waku 2 deik 2 () : ampliudo 1 V, konsana waku 2 deik 3 () : ampliudo 1 V, konsana waku 4 deik Penyelesaian : Persamaan umum gelombang eksponensial adalah () = Ae /τ u() dengan A = ampliudo, τ = konsana waku. Jadi pernyaaan keiga gelombang iu masing-masing adalah ( ) = 5e / 2 ( ) = 1e ( ) = 1e / 2 / 4 u( ) V; u( ) V; u( ) V. Benuk gelombang egangan ergambar di bawah ini. 22 Sudaryano Sudirham, Analisis Rangkaian Lisrik (1)

27 Pemahaman : Kia liha bahwa walaupun 1 dan 2 mempunyai ampliudo yang jauh berbeda, mereka eredam dengan kecepaan yang sama karena konsana wakunya sama. Pada = 5 konsana waku, yaiu 5 2 = 1 deik, nilai gelombang elah dapa diabaikan. Gelombang egangan 2 dan 3 mempunyai ampliudo sama eapi konsana wakunya berbeda. Kia liha bahwa gelombang yang konsana wakunya lebih besar lebih lamba menuju nol, sedangkan yang konsana wakunya lebih kecil lebih cepa menuju nol. CO TOH-2.9: Tuliskan persamaan gelombang sinus unuk >, yang ampliudonya 1 V, frekuensi siklus 5 Hz, dan puncak posiif yang perama erjadi pada = 3 mili deik. Gambarkanlah benuk gelombangnya. Penyelesaian : 1 [V] 5 Pernyaaan umum gelombang sinus sandar unuk > adalah T Acos 2 s = π u( ) T dengan A adalah ampliudo, T s pergeseran waku, T perioda, dan u() adalah fungsi anak angga sauan. Karena frekuensi siklus f = 1/T maka persamaan umum ini juga dapa diulis sebagai = A cos [deik] ( 2π f ( T ) u( ) Dari apa yang dikeahui dalam persoalan yang diberikan, kia dapa menuliskan persamaan egangan ( 1π(,3) u( ) = 1 cos dengan benuk gelombang erliha pada gambar beriku ini. s 23

28 1 [V] [deik] -5-1 Pemahaman : Perhaikan bahwa puncak perama posiif erjadi pada =,3 deik. Karena frekuensi gelombang 5 Hz, maka ada lima puluh siklus dalam sau deik aau dengan kaa lain perioda gelombang ini adalah 1/5 deik =,2 deik. Persamaan umum gelombang sinus dapa diulis dalam berbagai benuk seperi beriku ini. T s = A cos 2π aau = Acos( 2π f ( Ts )) aau T = Acos( ω( Ts )) aau = Acos( ω φ) Dari persamaan-persamaan umum ini kia dapa dengan mudah menuliskan persamaan benuk gelombang sinus berdasarkan parameer-parameer yang dikeahui. CO TOH-2.1: Tuliskan persamaan gelombang sinus unuk >, yang frekuensinya 1 rad/s, dan puncak posiif yang perama erjadi pada = 1 mili-deik. Pada = gelombang ini mempunyai nilai 2 V. Penyelesaian : Puncak posiif yang perama erjadi pada = 1 mili deik, arinya pada benuk gelombang ini erjadi pergeseran waku sebesar,1 deik. Persamaan umum fungsi sinus yang muncul pada = adalah = Acos[ ω( Ts )] u( ). Ampliudo dari gelombang ini dapa dicari karena nilai gelombang pada = dikeahui, yaiu 2 V. 2 = Acos 1( (,1) ) A = 2/,54 = 37 V Jadi persamaan gelombang sinus ini adalah : u( ) = Acos( 1) = A,54 [,1) ] u( ) V = 37cos 1( 24 Sudaryano Sudirham, Analisis Rangkaian Lisrik (1)

29 Benuk Gelombang Komposi Benuk gelombang yang diperoleh melalui penggabungan benuk gelombang dasar disebu benuk gelombang komposi. Beberapa di anaranya akan kia liha beriku ini. Fungsi Impuls. Secara umum fungsi impuls diuliskan sebagai : = Au( T ) Au( T = A 1 [ u( T ) u( T )] ) (2.18) Benuk gelombang ini adalah gabungan dari dua gelombang anakangga dengan ampliudo sama akan eapi berlawanan anda, masing-masing dengan pergeseran waku T 1 dan T 2. (Gb.2.9.a) δ() T 1 T 2 -T/2 +T/2 a) Impuls. b) Impuls simeris hd nol. c) Impuls sauan. Gb.2.9. Impuls Fungsi Impuls Sauan. Perhaikan gelombang impuls yang simeris erhadap iik nol seperi pada Gb.2.9.b. Persamaan benuk gelombang ini adalah: 1 T T 1 = u + u T 2 2 (2.18.a) Impuls dengan persamaan diaas mempunyai ampliudo 1/T dan bernilai nol di semua kecuali pada selang T/2 +T/2. Luas bidang di bawah pulsa adalah sau karena ampliudonya berbanding erbalik dengan durasinya (lebarnya). Jika lebar pulsa T kia perkecil dengan memperahankan luasnya eap sau, maka ampliudo akan makin besar. Bila T menuju nol maka ampliudo menuju ak hingga, namun luasnya eap sau. Fungsi yang diperoleh pada kondisi limi ersebu dinamakan impuls sauan (uni impuls), dengan simbol δ(). Represenasi grafisnya erliha pada Gb.2.9.c. Definisi formal dari impuls sauan adalah: = δ( ) = unuk ; δ( x) dx = u( ) - (2.18.b) 25

30 Kondisi yang perama dari definisi ini menyaakan bahwa impuls ini nol di semua kecuali pada =, sedangkan kondisi kedua menyaakan bahwa impuls ini adalah urunan dari fungsi anakangga sauan. du( ) Jadi δ ( ) = (2.18.c) d Ampliudo impuls sauan adalah ak hingga. Oleh karena iu besar impuls didefinisikan menuru luasnya. Suau impuls sauan yang muncul pada = T s diuliskan sebagai δ( T s ). Fungsi Ramp. Jika kia melakukan inegrasi pada fungsi anak angga sauan, kia akan mendapakan fungsi ramp sauan yaiu r( ) = u( x) dx = u( ) (2.19) Ramp sauan ini bernilai nol unuk dan sama dengan unuk >. Perhaikan bahwa laju perubahan (kemiringan) dari ramp sauan adalah 1. Jika kemiringannya adalah K maka persamaannya adalah r k () = K u(). Benuk umum fungsi ramp adalah r() = K( T s )u(-t s ), (2.19.a) yang bernilai nol unuk < T s dan memiliki kemiringan K. (Gb.2.1). r() u() r() T s Gb.2.1. Fungsi ramp. K( T s )u( T s Benuk Gelombang Sinus Teredam. Benuk gelombang komposi ini diperoleh dengan mengalikan fungsi sinus dengan fungsi eksponensial, yang memberikan persamaan : / τ ( V e ) / τ = sin( ω) u( ) = V sinω e u( ) (2.2) A A 26 Sudaryano Sudirham, Analisis Rangkaian Lisrik (1)

31 Fungsi anak angga u() menjadi salah sau fakor dalam persamaan ini agar persamaan bernilai nol pada <. V A Pada =, gelombang melalui iik asal karena sin(nπ) =. Benuk gelombang ini V A e / 5 idak periodik karena fakor eksponensial memaksa 25 ampliudonya menurun secara V A e / 5 sin(ω) eksponensial. Osilasi ini elah mencapai Gb Gelombang sinus eredam. nilai sanga kecil pada = 5τ sehingga elah dapa diabaikan pada > 5τ. Benuk Gelombang Eksponensial Ganda. Gelombang komposi ini diperoleh dengan menjumlahkan dua fungsi eksponensial berampliudo sama api berlawanan anda. Persamaan benuk gelombang ini adalah : = V = V / τ1 Ae Benuk gelombang komposi ini, dengan τ 1 > τ 2 erliha pada Gb Unuk < gelombang bernilai nol. Pada = gelombang masih bernilai nol karena kedua fungsi saling A meniadakan. Pada >> τ 1 gelombang ini menuju nol karena kedua benuk u( ) V / τ2 Ae / τ1 / τ2 ( e e ) u( ) V A V A u( ) V A e / 5 V A (e / 5 e 2 / 5 V A e 2 / Gb Gelombang eksponensial eksponensial iu menuju nol. Fungsi yang mempunyai konsana waku lebih besar akan menjadi fungsi yang lebih menenukan benuk gelombang. (2.21) 27

32 Benuk Gelombang Persegi. Benuk gelombang persegi juga merupakan gelombang komposi. Karena gelombang ini merupakan gelombang periodik maka persamaan gelombang ini () V A T dapa diperoleh dengan V A menjumlahkan persamaan unuk seiap siklus. Gb Gelombang persegi. Persamaan unuk siklus yang perama seelah =, merupakan jumlah dari iga fungsi anak-angga, yaiu: T 1 = VAu( ) 2V Au( ) + VAu( To ) 2 Persamaan unuk siklus yang kedua seelah = adalah persamaan siklus perama yang digeser sebesar sau perioda : T 2 = VAu( T ) 2V Au( T ) + VAu( 2To ) 2 3T = VAu( T ) 2V Au( ) + VAu( 2To ) 2 Persamaan unuk siklus yang ke k adalah persamaan siklus perama yang digeser sebesar (k 1) perioda: 2k 1 k = VAu( [ k 1] T ) 2V Au( T ) + VAu( kto ) 2 Persamaan gelombang persegi dapa diperoleh dengan menjumlahkan k () dari k = sampai k = +. k = + k = = k ( ) (2.22) Penjumlahan dari sampai + ersebu diperlukan karena gelombang persegi melebar ke ak hingga baik ke arah posiif maupun ke arah negaif. CO TOH-2.11: Gambarkanlah benuk-benuk gelombang yang persamaannya adalah a). 1 = 4 u() V ; b). 2 = 3 u( 2) V 28 Sudaryano Sudirham, Analisis Rangkaian Lisrik (1)

33 c). 3 = 4u() 3u( 2) V; d). 4 = 4u() 7u( 2)+3u( 5) V Penyelesaian : a). Benuk gelombang ini adalah gelombang anak angga dengan ampliudo 4 ol dan muncul pada =. Benuk gelombang erliha pada gambar di samping. b). Gelombang anak angga ini mempunyai ampliudo 3 ol dan muncul pada = 2. Gambar 3V benuk gelombang erliha di samping ini c). Benuk gelombang ini erdiri dari gelombang anak angga berampliudo 4 ol yang muncul pada = diambah gelombang anak angga berampliudo 3 ol yang muncul pada = 2. Liha gambar di samping. d). Benuk gelombang ini erdiri dari iga gelombang anak angga yang masing-masing 4V muncul pada =, = 2 dan = 5. Ampliudo mereka 4 beruru-uru adalah 4, 7, dan 3 ol. Benuk gelombang erliha pada 3V gambar di samping ini. CO TOH-2.12: Gambarkanlah benuk-benuk gelombang yang persamaannya adalah a). 1 = 2 u() V ; 4V b). 2 = 2( 2) u( 2) V ; c). 3 = 2u() 2( 2) u( 2) V; d). 4 = 2u() 4( 2)u(-2) V ; e). 5 = 2u() 2( 2)u( 2) 4u( 5) V ; f). 6 = 2u() 2( 2)u( 2) 4u( 2) V V 3 1V

34 Penyelesaian : 4V a). 1 1 = 2 u() b). 4V ( 2) u( 2) 4V c). 3 2u() 2( 2) u( 2) V d) u() 4( 2)u(-2) 4V e) u() 2( 2)u( 2) 4u( 5) f). 4V 6 2u() 2( 2)u( 2) 4u( 2) CO TOH-2.13: Tenukanlah persamaan benuk gelombang yang mulai muncul pada = beriku ini. a). Gelombang sinus : ampliudo 1 V, frekuensi sudu 5 rad per deik, puncak posiif perama erjadi pada = 2 mili-deik. b). Gelombang sinus pada a) yang erredam sehingga pada =,5 deik gelombang sinus ini sudah dapa diabaikan nilainya. c). Gambarkanlah benuk gelombang pada a) dan b). Penyelesaian: a). Gelombang sinus ini baru muncul pada =, sehingga persamaan umumnya adalah = A cos( ω( Ts )) u( ). Dari parameer yang dikeahui, persamaan gelombang yang dimaksud adalah 1 = 1 cos( 5(,2) ) u( ) V. 3 Sudaryano Sudirham, Analisis Rangkaian Lisrik (1)

35 b). Agar gelombang sinus pada a) eredam, maka harus dikalikan dengan fungsi eksponensial. Jika nilai gelombang sudah harus dapa diabaikan pada =,5 deik, maka konsana waku dari fungsi eksponensial sekurangkurangnya haruslah τ =,5/5 =, 1. Jadi persamaan gelombang yang dimaksud adalah /,1 ( 5(,2) ) e u( ) 2 = 1cos c). Gambar kedua benuk gelombang ersebu di aas adalah sebagai beriku. 1 2 [deik] Pemahaman: Gelombang sinus pada umumnya adalah non-kausal yang persamaan umumnya adalah = Acos( ω( Ts )). Dalam soal ini dinyaakan bahwa gelombang sinus baru muncul pada =. Unuk menyaakan gelombang seperi ini diperlukan fungsi anak angga u() sehingga persamaan akan berbenuk = Acos( ω( Ts )) u( ). Dengan menyaakan benuk gelombang sinus dengan fungsi cosinus, idenifikasi benuk gelombang menjadi lebih mudah. Puncak perama suau fungsi cosinus anpa pergeseran waku erjadi pada =. Dengan demikian posisi puncak perama fungsi cosinus menunjukkan pula pergeseran wakunya. Dengan mengalikan fungsi sinus dengan fungsi eksponensial kia meredam fungsi sinus ersebu. Peredaman oleh fungsi eksponensial berlangsung mulai dari =. Oleh karena iu puncak posiif perama dari gelombang sinus eredam pada persoalan di aas mempunyai nilai kurang dari 1 V. 31

36 Fungsi Parabolik Sauan dan Kubik Sauan. Telah kia liha bahwa inegrasi fungsi anak angga sauan memberikan fungsi ramp sauan. Jika inegrasi dilakukan sekali lagi akan memberikan fungsi parabolik sauan dan inegrasi sekali lagi akan memberikan fungsi kubik sauan. Gb di samping ini memperlihakan eolusi benuk fungsi anak angga menjadi fungsi ramp, parabolik, dan kubik melalui inegrasi. Fungsi-ramp, parabolik, dan kubik ini menuju nilai ak hingga jika menuju ak hingga. Oleh karena iu pemodelan dengan menggunakan fungsi-fungsi ini dibaasi dalam selang waku erenu. Perhaikan sinyal gigi gergaji pada Gb.2.5. yang dimodelkan dengan fungsi ramp yang berulang pada seiap selang waku erenu. kubik parabolik Gb Anak angga, ramp, parabolik, kubik. Fungsi Signum. Suau sinyal konsan (egangan misalnya) yang pada = berubah polarias, dimodelkan dengan fungsi signum, diuliskan sebagai ( ) = sgn( ) (2.23) ramp anak angga u( ) Benuk gelombang fungsi signum erliha pada Gb di samping Gb Signum. ini. Fungsi signum ini merupakan jumlah dari fungsi anak angga yang elah kia kenal, diambah dengan fungsi anak angga yang diperluas unuk <. sgn( ) = u( ) u( ) (2.24) 1 () 1 u() 32 Sudaryano Sudirham, Analisis Rangkaian Lisrik (1)

37 Fungsi Eksponensial Dua Sisi. Perluasan fungsi anak angga unuk mencakup kejadian sebelum = dapa pula dilakukan pada fungsi eksponensial. Dengan demikian kia dapakan fungsi eksponensial dua sisi yang kia uliskan sebagai α α( ) ( ) = e u( ) + e u( ) (2.25) dengan benuk kura seperi pada Gb e α( ) u( ) () 1 e α u() Gb Eksponensial dua sisi. 33

38 SOAL-SOAL Dalam soal-soal model sinyal beriku ini, sauan waku adalah s = deik ; ms = milideik ; µs = mikrodeik 1. Gambarkan dan enukan persamaan benuk gelombang sinyal anak angga beriku ini : a) 1 : ampliudo 5 V, muncul pada =. b) 2 : ampliudo 1 V, muncul pada = 1s. c) 3 : ampliudo 5 V, muncul pada = 2s. 2. Dari sinyal-sinyal di soal 1, gambarkanlah benuk gelombang sinyal beriku ini. a). 4 = 1 + 2; b). 5 = c). 6 = Gambarkanlah benuk gelombang sinyal yang diperoleh dengan cara menginegrasi benuk gelombang sinyal pada soal Gambarkanlah benuk gelombang sinyal yang diperoleh dengan cara menginegrasi benuk gelombang sinyal pada soal Gambarkan dan enukan persamaan benuk gelombang pulsa egangan beriku ini : a). Ampliudo 5 V, lebar pulsa 1 s, muncul pada =. b). Ampliudo 1 V, lebar pulsa 2 s, muncul pada = 1s. c). Ampliudo 5 V, lebar pulsa 3 s, muncul pada = 2 s. 6. Gambarkan dan enukan persamaan benuk gelombang sinyal eksponensial yang muncul pada = dan konsana waku τ, beriku ini : a). a = ampliudo 5 V, τ = 2 ms. b). b = ampliudo 1 V, τ = 2 ms. c). c = ampliudo 5 V, τ = 4 ms. 7. Dari benuk gelombang sinyal pada soal 6, gambarkanlah benuk gelombang sinyal beriku. a). d = a + b; b). e = a + c; c). f = a + b + c 8. Tenukan persamaan benuk gelombang sinyal sinus beriku ini : a). Ampliudo 1 V, puncak perama erjadi pada =, frekuensi 1 Hz. b). Ampliudo 1 V, puncak perama erjadi pada = 1 ms, frekuensi 1 Hz. 34 Sudaryano Sudirham, Analisis Rangkaian Lisrik (1)

39 c). Ampliudo 1 V, pergeseran sudu fasa o, frekuensi 1 rad/deik. d). Ampliudo 1 V, pergeseran sudu fasa +3 o, frekuensi 1 rad/deik. 9. Gambarkanlah benuk gelombang komposi beriku. 1 a). 1 = 1{ 1 e } u( ) V; 1 b). 2 = { 1 5e } u( ) V c). 3 = { + 5sin(1π ) } u( ) V; d). 4 = 1{ 1 + e sin(1π ) } u( ) V 1. Tenukan persamaan siklus perama dari benuk-benuk gelombang periodik yang digambarkan beriku ini. perioda 5 [V] (deik) a). 5 perioda 5 [V] (deik) b). 3 c). perioda 5 [V] (deik)

40 perioda 5 [V] (deik) d). 5 perioda 5 [V] (deik) e) Sudaryano Sudirham, Analisis Rangkaian Lisrik (1)

41 37

Analisis Rangkaian Listrik Di Kawasan Waktu

Analisis Rangkaian Listrik Di Kawasan Waktu Sudaryano Sudirham Analisis Rangkaian Lisrik Di Kawasan Waku 2-2 Sudaryano Sudirham, Analisis Rangkaian Lisrik (1) BAB 2 Besaran Lisrik Dan Model Sinyal Dengan mempelajari besaran lisrik dan model sinyal,

Lebih terperinci

Integral dan Persamaan Diferensial

Integral dan Persamaan Diferensial Sudaryano Sudirham Sudi Mandiri Inegral dan Persamaan Diferensial ii Darpublic 4.1. Pengerian BAB 4 Persamaan Diferensial (Orde Sau) Persamaan diferensial adalah suau persamaan di mana erdapa sau aau lebih

Lebih terperinci

Analisis Rangkaian Listrik

Analisis Rangkaian Listrik Open Course Analisis Rangkaian Lisrik Di Kawasan Waku () Oleh: Sudaryano Sudirham Penganar Dalam kuliah ini dibahas analisis rangkaian lisrik di kawasan waku dalam kondisi manap Kuliah ini merupakan ahap

Lebih terperinci

Darpublic Nopember 2013

Darpublic Nopember 2013 Darpublic Nopember 01 www.darpublic.com 4.1. Pengerian 4. Persamaan Diferensial (Orde Sau) Sudarano Sudirham Persamaan diferensial adalah suau persamaan di mana erdapa sau aau lebih urunan fungsi. Persamaan

Lebih terperinci

BAB 2 RESPONS FUNGSI STEP PADA RANGKAIAN RL DAN RC. Adapun bentuk yang sederhana dari suatu persamaan diferensial orde satu adalah: di dt

BAB 2 RESPONS FUNGSI STEP PADA RANGKAIAN RL DAN RC. Adapun bentuk yang sederhana dari suatu persamaan diferensial orde satu adalah: di dt BAB ESPONS FUNGSI STEP PADA ANGKAIAN DAN C. Persamaan Diferensial Orde Sau Adapun benuk yang sederhana dari suau persamaan ferensial orde sau adalah: 0 a.i a 0 (.) mana a o dan a konsana. Persamaan (.)

Lebih terperinci

x 4 x 3 x 2 x 5 O x 1 1 Posisi, perpindahan, jarak x 1 t 5 t 4 t 3 t 2 t 1 FI1101 Fisika Dasar IA Pekan #1: Kinematika Satu Dimensi Dr.

x 4 x 3 x 2 x 5 O x 1 1 Posisi, perpindahan, jarak x 1 t 5 t 4 t 3 t 2 t 1 FI1101 Fisika Dasar IA Pekan #1: Kinematika Satu Dimensi Dr. Pekan #1: Kinemaika Sau Dimensi 1 Posisi, perpindahan, jarak Tinjau suau benda yang bergerak lurus pada suau arah erenu. Misalnya, ada sebuah mobil yang dapa bergerak maju aau mundur pada suau jalan lurus.

Lebih terperinci

Analisis Rangkaian Listrik Di Kawasan s

Analisis Rangkaian Listrik Di Kawasan s Sudaryano Sudirham Analisis angkaian Lisrik Di Kawasan s Sudaryano Sudirham, Analisis angkaian Lisrik () BAB 3 Fungsi Jargan Pembahasan fungsi jargan akan membua kia memahami makna fungsi jargan, fungsi

Lebih terperinci

Analisis Rangkaian Listrik Di Kawasan Waktu

Analisis Rangkaian Listrik Di Kawasan Waktu Sudaryatno Sudirham Analisis Rangkaian Listrik Di Kawasan Waktu 1-2 Sudaryatno Sudirham, Analisis Rangkaian Listrik (1) BAB 1 Pendahuluan Dua dari sekian banyak kebutuhan manusia adalah kebutuhan akan

Lebih terperinci

B a b 1 I s y a r a t

B a b 1 I s y a r a t TKE 305 ISYARAT DAN SISTEM B a b I s y a r a Indah Susilawai, S.T., M.Eng. Program Sudi Teknik Elekro Fakulas Teknik dan Ilmu Kompuer Universias Mercu Buana Yogyakara 009 BAB I I S Y A R A T Tujuan Insruksional.

Lebih terperinci

BAB 2 KINEMATIKA. A. Posisi, Jarak, dan Perpindahan

BAB 2 KINEMATIKA. A. Posisi, Jarak, dan Perpindahan BAB 2 KINEMATIKA Tujuan Pembelajaran 1. Menjelaskan perbedaan jarak dengan perpindahan, dan kelajuan dengan kecepaan 2. Menyelidiki hubungan posisi, kecepaan, dan percepaan erhadap waku pada gerak lurus

Lebih terperinci

Pekan #3. Osilasi. F = ma mẍ + kx = 0. (2)

Pekan #3. Osilasi. F = ma mẍ + kx = 0. (2) FI Mekanika B Sem. 7- Pekan #3 Osilasi Persamaan diferensial linear Misal kia memiliki sebuah fungsi berganung waku (. Persamaan diferensial linear dalam adalah persamaan yang mengandung variabel dan urunannya

Lebih terperinci

MODUL 1 RANGKAIAN THEVENIN, PEMBEBANAN DAN ARUS TRANSIEN

MODUL 1 RANGKAIAN THEVENIN, PEMBEBANAN DAN ARUS TRANSIEN MODUL 1 FI 2104 ELEKTRONIKA 1 MODUL 1 RANGKAIAN THEVENIN, PEMBEBANAN DAN ARUS TRANSIEN 1. TUJUAN PRAKTIKUM Seelah melakukan prakikum, prakikan diharapkan elah memiliki kemampuan sebagai beriku : 1.1. Mampu

Lebih terperinci

B a b 1 I s y a r a t

B a b 1 I s y a r a t 9 TKE 35 ISYARAT DAN SISTEM B a b I s y a r a (bagian 2) Indah Susilawai, S.T., M.Eng. Program Sudi Teknik Elekro Fakulas Teknik dan Ilmu Kompuer Universias Mercu Buana Yogyakara 29 2.4. Isyara Periodik

Lebih terperinci

Sudaryatno Sudirham. AnalisisRangkaian. RangkaianListrik di KawasanWaktu #1

Sudaryatno Sudirham. AnalisisRangkaian. RangkaianListrik di KawasanWaktu #1 Sudaryano Sudirham AnalisisRangkaian RangkaianLisrik di KawasanWaku # Bahan Kuliah Terbuka dalam forma pdf ersedia di www.buku-e.lipi.go.id dalam forma pps beranimasi ersedia di www.ee-cafe.org Teori dan

Lebih terperinci

Oleh : Danny Kurnianto; Risa Farrid Christianti Sekolah Tinggi Teknologi Telematika Telkom Purwokerto

Oleh : Danny Kurnianto; Risa Farrid Christianti Sekolah Tinggi Teknologi Telematika Telkom Purwokerto Oleh : Danny Kurniano; Risa Farrid Chrisiani Sekolah Tinggi Teknologi Telemaika Telkom Purwokero Pendahuluan Seelah kia mempelajari anggapan alamiah dari suau rangkaian RL aau RC, yaiu anggapan saa sumber

Lebih terperinci

Percobaan PENYEARAH GELOMBANG. (Oleh : Sumarna, Lab-Elins, Jurdik Fisika FMIPA UNY)

Percobaan PENYEARAH GELOMBANG. (Oleh : Sumarna, Lab-Elins, Jurdik Fisika FMIPA UNY) Percobaan PENYEARAH GELOMBANG (Oleh : Sumarna, Lab-Elins, Jurdik Fisika FMIPA UNY) E-mail : sumarna@uny.ac.id) 1. Tujuan 1). Mempelajari cara kerja rangkaian penyearah. 2). Mengamai benuk gelombang keluaran.

Lebih terperinci

ARUS,HAMBATAN DAN TEGANGAN GERAK ELEKTRIK

ARUS,HAMBATAN DAN TEGANGAN GERAK ELEKTRIK AUS,HAMBATAN DAN TEGANGAN GEAK ELEKTK Oleh : Sar Nurohman,M.Pd Ke Menu Uama Liha Tampilan Beriku: AUS Arus lisrik didefinisikan sebagai banyaknya muaan yang mengalir melalui suau luas penampang iap sauan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Laar Belakang Masalah persediaan merupakan masalah yang sanga pening dalam perusahaan. Persediaan mempunyai pengaruh besar erhadap kegiaan produksi. Masalah persediaan dapa diaasi

Lebih terperinci

BAB 4 PENGANALISAAN RANGKAIAN DENGAN PERSAMAAN DIFERENSIAL ORDE DUA ATAU LEBIH TINGGI

BAB 4 PENGANALISAAN RANGKAIAN DENGAN PERSAMAAN DIFERENSIAL ORDE DUA ATAU LEBIH TINGGI BAB 4 PENANAISAAN RANKAIAN DENAN PERSAMAAN DIFERENSIA ORDE DUA ATAU EBIH TINI 4. Pendahuluan Persamaan-persamaan ferensial yang pergunakan pada penganalisaan yang lalu hanya erbaas pada persamaan-persamaan

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI. Produksi padi merupakan suatu hasil bercocok tanam yang dilakukan dengan

BAB 2 LANDASAN TEORI. Produksi padi merupakan suatu hasil bercocok tanam yang dilakukan dengan BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1. Produksi Produksi padi merupakan suau hasil bercocok anam yang dilakukan dengan penanaman bibi padi dan perawaan sera pemupukan secara eraur sehingga menghasilkan suau produksi

Lebih terperinci

3. Kinematika satu dimensi. x 2. x 1. t 1 t 2. Gambar 3.1 : Kurva posisi terhadap waktu

3. Kinematika satu dimensi. x 2. x 1. t 1 t 2. Gambar 3.1 : Kurva posisi terhadap waktu daisipayung.com 3. Kinemaika sau dimensi Gerak benda sepanjang garis lurus disebu gerak sau dimensi. Kinemaika sau dimensi memiliki asumsi benda dipandang sebagai parikel aau benda iik arinya benuk dan

Lebih terperinci

MODUL PERTEMUAN KE 3. MATA KULIAH : FISIKA TERAPAN (2 sks)

MODUL PERTEMUAN KE 3. MATA KULIAH : FISIKA TERAPAN (2 sks) Polieknik Negeri Banjarmasin 4 MODUL PERTEMUAN KE 3 MATA KULIAH : ( sks) MATERI KULIAH: Jarak, Kecepaan dan Percepaan; Gerak Lurus Berauran, Percepaan; Gerak Lurus Berauran, Gerak Lurus Berubah Berauran

Lebih terperinci

1.4 Persamaan Schrodinger Bergantung Waktu

1.4 Persamaan Schrodinger Bergantung Waktu .4 Persamaan Schrodinger Berganung Waku Mekanika klasik aau mekanika Newon sanga sukses dalam mendeskripsi gerak makroskopis, eapi gagal dalam mendeskripsi gerak mikroskopis. Gerak mikroskopis membuuhkan

Lebih terperinci

PERSAMAAN GERAK VEKTOR SATUAN. / i / = / j / = / k / = 1

PERSAMAAN GERAK VEKTOR SATUAN. / i / = / j / = / k / = 1 PERSAMAAN GERAK Posisi iik maeri dapa dinyaakan dengan sebuah VEKTOR, baik pada suau bidang daar maupun dalam bidang ruang. Vekor yang dipergunakan unuk menenukan posisi disebu VEKTOR POSISI yang diulis

Lebih terperinci

BAB KINEMATIKA DENGAN ANALISIS VEKTOR

BAB KINEMATIKA DENGAN ANALISIS VEKTOR BAB KINEMATIKA DENGAN ANALISIS VEKTOR Karakerisik gerak pada bidang melibakan analisis vekor dua dimensi, dimana vekor posisi, perpindahan, kecepaan, dan percepaan dinyaakan dalam suau vekor sauan i (sumbu

Lebih terperinci

Faradina GERAK LURUS BERATURAN

Faradina GERAK LURUS BERATURAN GERAK LURUS BERATURAN Dalam kehidupan sehari-hari, sering kia jumpai perisiwa yang berkaian dengan gerak lurus berauran, misalnya orang yang berjalan kaki dengan langkah yang relaif konsan, mobil yang

Lebih terperinci

B a b. Aplikasi Dioda

B a b. Aplikasi Dioda Aplikasi ioda B a b 2 Aplikasi ioda Seelah mengeahui konsruksi, karakerisik dan model dari dioda semikondukor, diharapkan mahasiswa dapa memahami pula berbagai konfigurasi dioda dengan menggunkan model

Lebih terperinci

Jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan Universitas Mercu Buana MODUL PERTEMUAN KE 3. MATA KULIAH : FISIKA DASAR (4 sks)

Jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan Universitas Mercu Buana MODUL PERTEMUAN KE 3. MATA KULIAH : FISIKA DASAR (4 sks) MODUL PERTEMUAN KE 3 MATA KULIAH : (4 sks) MATERI KULIAH: Jarak, Kecepaan dan Percepaan; Gerak Lurus Berauran, Percepaan; Gerak Lurus Berauran, Gerak Lurus Berubah Berauran POKOK BAHASAN: GERAK LURUS 3-1

Lebih terperinci

Analisis Rangkaian Listrik Jilid 2

Analisis Rangkaian Listrik Jilid 2 Sudaryano Sudirham Analisis Rangkaian Lisrik Jilid 2 Darpublic Hak cipa pada penulis, 21 SUDIRHAM, SUDARYATNO Analisis Rangkaian Lisrik (2 Darpublic, Bandung are-71 edisi Juli 211 hp://ee-cafe.org Alama

Lebih terperinci

LIMIT FUNGSI. 0,9 2,9 0,95 2,95 0,99 2,99 1 Tidak terdefinisi 1,01 3,01 1,05 3,05 1,1 3,1 Gambar 1

LIMIT FUNGSI. 0,9 2,9 0,95 2,95 0,99 2,99 1 Tidak terdefinisi 1,01 3,01 1,05 3,05 1,1 3,1 Gambar 1 LIMIT FUNGSI. Limi f unuk c Tinjau sebuah fungsi f, apakah fungsi f ersebu sama dengan fungsi g -? Daerah asal dari fungsi g adalah semua bilangan real, sedangkan daerah asal fungsi f adalah bilangan real

Lebih terperinci

Gambar 1, Efek transien pada rangkaian RC

Gambar 1, Efek transien pada rangkaian RC Bab I, Efek Transien Hal: 04 BAB I EFEK TANSIEN Kapasior pada sinyal D Jika sinyal D berikan pada kapasior (mula-mula ak ermuai) yang -seri-kan dengan hambaan, maka pada saa hubungkan ( 0 s) akan ada arus

Lebih terperinci

GERAK LURUS BESARAN-BESARAN FISIKA PADA GERAK KECEPATAN DAN KELAJUAN PERCEPATAN GLB DAN GLBB GERAK VERTIKAL

GERAK LURUS BESARAN-BESARAN FISIKA PADA GERAK KECEPATAN DAN KELAJUAN PERCEPATAN GLB DAN GLBB GERAK VERTIKAL Suau benda dikaakan bergerak manakalah kedudukan benda iu berubah erhadap benda lain yang dijadikan sebagai iik acuan. Benda dikaakan diam (idak bergerak) manakalah kedudukan benda iu idak berubah erhadap

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LADASA TEORI 2.1 Pengerian Peramalan Peramalan (forecasing) adalah suau kegiaan yang memperkirakan apa yang akan erjadi pada masa yang akan daang. Meode peramalan merupakan cara unuk memperkirakan

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS. Kegiatan untuk memperkirakan apa yang akan terjadi pada masa yang akan datang

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS. Kegiatan untuk memperkirakan apa yang akan terjadi pada masa yang akan datang BAB 2 TINJAUAN TEORITIS 2.1 Pengerian dan Manfaa Peramalan Kegiaan unuk mempeirakan apa yang akan erjadi pada masa yang akan daang disebu peramalan (forecasing). Sedangkan ramalan adalah suau kondisi yang

Lebih terperinci

BAB X GERAK LURUS. Gerak dan Gaya. Buku Pelajaran IPA SMP Kelas VII 131

BAB X GERAK LURUS. Gerak dan Gaya. Buku Pelajaran IPA SMP Kelas VII 131 BAB X GERAK LURUS. Apa perbedaan anara jarak dan perpindahan? 2. Apa perbedaan anara laju dan kecepaan? 3. Apa yang dimaksud dengan percepaan? 4. Apa perbedaan anara gerak lurus berauran dan gerak lurus

Lebih terperinci

FISIKA. Kelas X GLB DAN GLBB K13 A. GERAK LURUS BERATURAN (GLB)

FISIKA. Kelas X GLB DAN GLBB K13 A. GERAK LURUS BERATURAN (GLB) K3 Kelas X FISIKA GLB DAN GLBB TUJUAN PEMBELAJARAN Seelah mempelajari maeri ini, kamu diharapkan memiliki kemampuan beriku.. Memahami konsep gerak lurus berauran dan gerak lurus berubah berauran.. Menganalisis

Lebih terperinci

KUAT ARUS DAN BEDA POTENSIAL Kuat arus adalah banyaknya muatan listrik yang mengalir melalui suatu penghantar tiap detik.

KUAT ARUS DAN BEDA POTENSIAL Kuat arus adalah banyaknya muatan listrik yang mengalir melalui suatu penghantar tiap detik. MODUL 2 : LISTRIK RANGKAIAN TERTUTUP Rangkaian eruup ialah rangkaian yang ak berpangkal dan ak berujung yang erdiri dari komponen lisrik (seperi kawa penghanar), ala ukur lisrik, dan sumber daya lisrik

Lebih terperinci

BAB III METODE DEKOMPOSISI CENSUS II. Data deret waktu adalah data yang dikumpulkan dari waktu ke waktu

BAB III METODE DEKOMPOSISI CENSUS II. Data deret waktu adalah data yang dikumpulkan dari waktu ke waktu BAB III METODE DEKOMPOSISI CENSUS II 3.1 Pendahuluan Daa dere waku adalah daa yang dikumpulkan dari waku ke waku unuk menggambarkan perkembangan suau kegiaan (perkembangan produksi, harga, hasil penjualan,

Lebih terperinci

KINEMATIKA GERAK LURUS

KINEMATIKA GERAK LURUS Kinemaika Gerak Lurus 45 B A B B A B 3 KINEMATIKA GERAK LURUS Sumber : penerbi cv adi perkasa Maeri fisika sanga kenal sekali dengan gerak benda. Pada pokok bahasan enang gerak dapa imbul dua peranyaan

Lebih terperinci

1 dz =... Materi XII. Tinjaulah integral

1 dz =... Materi XII. Tinjaulah integral Maeri XII Tujuan :. Mahasiswa dapa memahami menyelesiakan persamaan inegral yang lebih kompleks. Mahasiswa mampunyelesiakan persamaan yang lebih rumi 3. Mahasiswa mengimplemenasikan konsep inegral pada

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Laar Belakang Pada dasarnya peramalan adalah merupakan suau dugaan aau perkiraan enang erjadinya suau keadaan di masa depan. Akan eapi dengan menggunakan meodemeode erenu peramalan

Lebih terperinci

BAB 2 URAIAN TEORI. waktu yang akan datang, sedangkan rencana merupakan penentuan apa yang akan

BAB 2 URAIAN TEORI. waktu yang akan datang, sedangkan rencana merupakan penentuan apa yang akan BAB 2 URAIAN EORI 2.1 Pengerian Peramalan Peramalan adalah kegiaan memperkirakan aau memprediksi apa yang erjadi pada waku yang akan daang, sedangkan rencana merupakan penenuan apa yang akan dilakukan

Lebih terperinci

=====O0O===== Gerak Vertikal Gerak vertikal dibagi menjadi 2 : 1. GJB 2. GVA. A. GERAK Gerak Lurus

=====O0O===== Gerak Vertikal Gerak vertikal dibagi menjadi 2 : 1. GJB 2. GVA. A. GERAK Gerak Lurus A. GERAK Gerak Lurus o a Secara umum gerak lurus dibagi menjadi 2 : 1. GLB 2. GLBB o 0 a < 0 a = konsan 1. GLB (Gerak Lurus Berauran) S a > 0 a < 0 Teori Singka : Perumusan gerak lurus berauran (GLB) Grafik

Lebih terperinci

BAB III METODE PEMULUSAN EKSPONENSIAL TRIPEL DARI WINTER. Metode pemulusan eksponensial telah digunakan selama beberapa tahun

BAB III METODE PEMULUSAN EKSPONENSIAL TRIPEL DARI WINTER. Metode pemulusan eksponensial telah digunakan selama beberapa tahun 43 BAB METODE PEMUUAN EKPONENA TRPE DAR WNTER Meode pemulusan eksponensial elah digunakan selama beberapa ahun sebagai suau meode yang sanga berguna pada begiu banyak siuasi peramalan Pada ahun 957 C C

Lebih terperinci

PERTEMUAN 2 KINEMATIKA SATU DIMENSI

PERTEMUAN 2 KINEMATIKA SATU DIMENSI PERTEMUAN KINEMATIKA SATU DIMENSI RABU 30 SEPTEMBER 05 OLEH: FERDINAND FASSA PERTANYAAN Pernahkah Anda meliha aau mengamai pesawa erbang yang mendara di landasannya? Berapakah jarak empuh hingga pesawa

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI. Metode Peramalan merupakan bagian dari ilmu Statistika. Salah satu metode

BAB 2 LANDASAN TEORI. Metode Peramalan merupakan bagian dari ilmu Statistika. Salah satu metode 20 BAB 2 LADASA TEORI 2.1. Pengerian Peramalan Meode Peramalan merupakan bagian dari ilmu Saisika. Salah sau meode peramalan adalah dere waku. Meode ini disebu sebagai meode peramalan dere waku karena

Lebih terperinci

BAHAN AJAR GERAK LURUS KELAS X/ SEMESTER 1 OLEH : LIUS HERMANSYAH,

BAHAN AJAR GERAK LURUS KELAS X/ SEMESTER 1 OLEH : LIUS HERMANSYAH, BAHAN AJAR GERAK LURUS KELAS X/ SEMESTER 1 OLEH : LIUS HERMANSYAH, S.Si NIP. 198308202011011005 SMA NEGERI 9 BATANGHARI 2013 I. JUDUL MATERI : GERAK LURUS II. INDIKATOR : 1. Menganalisis besaran-besaran

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. Peramalan (Forecasting) adalah suatu kegiatan yang mengestimasi apa yang akan

BAB II LANDASAN TEORI. Peramalan (Forecasting) adalah suatu kegiatan yang mengestimasi apa yang akan BAB II LADASA TEORI 2.1 Pengerian peramalan (Forecasing) Peramalan (Forecasing) adalah suau kegiaan yang mengesimasi apa yang akan erjadi pada masa yang akan daang dengan waku yang relaif lama (Assauri,

Lebih terperinci

Arus Listrik. Arus dan Gerak Muatan. Q t. Surya Darma, M.Sc Departemen Fisika Universitas Indonesia. Satuan SI untuk arus: 1 A = 1 C/s.

Arus Listrik. Arus dan Gerak Muatan. Q t. Surya Darma, M.Sc Departemen Fisika Universitas Indonesia. Satuan SI untuk arus: 1 A = 1 C/s. Arus Lisrik Surya Darma, M.Sc Deparemen Fisika Universias Indonesia Arus Lisrik Arus dan Gerak Muaan Arus lisrik didefinisikan sebagai laju aliran muaan lisrik yang melalui suau luasan penampang linang.

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI. Peramalan adalah kegiatan untuk memperkirakan apa yang akan terjadi di masa yang

BAB 2 LANDASAN TEORI. Peramalan adalah kegiatan untuk memperkirakan apa yang akan terjadi di masa yang BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Pengerian Peramalan Peramalan adalah kegiaan unuk memperkirakan apa yang akan erjadi di masa yang akan daang. Sedangkan ramalan adalah suau aau kondisi yang diperkirakan akan erjadi

Lebih terperinci

1. Pengertian Digital

1. Pengertian Digital Kegiaan elajar. Pengerian Digial Tujuan Khusus Pembelajaran Pesera harus dapa: Menyebukan definisi besaran analog Menyebukan definisi besaran digial Menggambarkan keadaan logika Menyebukan perbedaan nilai

Lebih terperinci

Seleksi Bersama Masuk Perguruan Tinggi Negeri. SAINTEK Fisika Kode:

Seleksi Bersama Masuk Perguruan Tinggi Negeri. SAINTEK Fisika Kode: Seleksi Bersama Masuk Perguruan Tinggi Negeri SAINTEK Fisika 2013 Kode: 131 TKD SAINTEK FISIKA www.bimbinganalumniui.com 1. Gerak sebuah benda dinyaakan dalam sebuah grafik kecepaan erhadap waku beriku

Lebih terperinci

FIsika KTSP & K-13 KINEMATIKA. K e l a s A. VEKTOR POSISI

FIsika KTSP & K-13 KINEMATIKA. K e l a s A. VEKTOR POSISI KTSP & K-13 FIsika K e l a s XI KINEMATIKA Tujuan Pembelajaran Seelah mempelajari maeri ini, kamu diharapkan mampu menjelaskan hubungan anara vekor posisi, vekor kecepaan, dan vekor percepaan unuk gerak

Lebih terperinci

Analisis Model dan Contoh Numerik

Analisis Model dan Contoh Numerik Bab V Analisis Model dan Conoh Numerik Bab V ini membahas analisis model dan conoh numerik. Sub bab V.1 menyajikan analisis model yang erdiri dari analisis model kerusakan produk dan model ongkos garansi.

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Pertumbuhan ekonomi merupakan salah satu ukuran dari hasil pembangunan yang

BAB 1 PENDAHULUAN. Pertumbuhan ekonomi merupakan salah satu ukuran dari hasil pembangunan yang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Laar Belakang Perumbuhan ekonomi merupakan salah sau ukuran dari hasil pembangunan yang dilaksanakan khususnya dalam bidang ekonomi. Perumbuhan ersebu merupakan rangkuman laju perumbuhan

Lebih terperinci

Analisis Rangkaian Listrik Jilid 2

Analisis Rangkaian Listrik Jilid 2 Sudaryano Sudirham Analisis Rangkaian Lisrik Jilid Sudaryano Sudirham, Analisis Rangkaian Lisrik () BAB 5 Fungsi Jargan Pembahasan fungsi jargan akan membua kia memahami makna fungsi jargan, fungsi masukan,

Lebih terperinci

KINEMATIKA GERAK DALAM SATU DIMENSI

KINEMATIKA GERAK DALAM SATU DIMENSI KINEMATIKA GERAK DALAM SATU DIMENSI PENDAHULUAN Kinemaika adalah bagian dari mekanika ang membahas enang gerak anpa memperhaikan penebab benda iu bergerak. Arina pembahasanna idak meninjau aau idak menghubungkan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Laar Belakang Perumbuhan ekonomi merupakan salah sau ukuran dari hasil pembangunan yang dilaksanakan khususnya dalam bidang ekonomi. Perumbuhan ersebu merupakan rangkuman laju-laju

Lebih terperinci

BAB III POWER MESIN TEKUK YANG DIBUTUHKAN UNTUK PROSES PENEKUKAN ACRYLIC

BAB III POWER MESIN TEKUK YANG DIBUTUHKAN UNTUK PROSES PENEKUKAN ACRYLIC BAB III POWE MESIN TEKUK YANG DIBUTUHKAN UNTUK POSES PENEKUKAN ACYLIC 3.1. Gaya Usaha Dan Daya Lisrik Mesin Tekuk Acrylic Bila kia hendak memindahkan suau benda dari sau empa keempa yang lain, aau mengangkanya

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. yang akan datang. Peramalan menjadi sangat penting karena penyusunan suatu

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. yang akan datang. Peramalan menjadi sangat penting karena penyusunan suatu BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengerian Peramalan Peramalan adalah kegiaan memperkirakan apa yang erjadi pada waku yang akan daang sedangkan rencana merupakan penenuan apa yang akan dilakukan pada waku yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tepat rencana pembangunan itu dibuat. Untuk dapat memahami keadaan

BAB I PENDAHULUAN. tepat rencana pembangunan itu dibuat. Untuk dapat memahami keadaan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Laar Belakang Dalam perencanaan pembangunan, daa kependudukan memegang peran yang pening. Makin lengkap dan akura daa kependudukan yang esedia makin mudah dan epa rencana pembangunan

Lebih terperinci

0,9 2,9 0,95 2,95 0,99 2,99 1 Tidak terdefinisi 1,01 3,01 1,05 3,05 1,1 3,1 Gambar 7.1

0,9 2,9 0,95 2,95 0,99 2,99 1 Tidak terdefinisi 1,01 3,01 1,05 3,05 1,1 3,1 Gambar 7.1 BAB 7 LIMIT FUNGSI Sandar Kompeensi Menggunakan konsep i fungsi dan urunan fungsi dalam pemecahan masalah Kompeensi Dasar. Menjelaskan secara inuiif ari i fungsi di suau iik dan di akhingga. Menggunakan

Lebih terperinci

SINYAL TEAM DOSEN. Signal&System Prodi Telekomunikasi Polsri 1

SINYAL TEAM DOSEN. Signal&System Prodi Telekomunikasi Polsri 1 SINYAL TEAM DOSEN Prodi Telekomunikasi Polsri Ouline Definisi Sinyal & Sinyal dalam kehidupan kia Klasifikasi Sinyal Sinyal waku koninyu & Sinyal waku Diskre Sinyal Periodik & Aperiodik Sinyal Genap &

Lebih terperinci

Arus Bolak-Balik. Tegangan dan arus bolak balik dapat dinyatakan dalam bentuk

Arus Bolak-Balik. Tegangan dan arus bolak balik dapat dinyatakan dalam bentuk Arus Bolak-Balik Arus bolak balik dihasilkan oleh generaor yang enghasilkan egangan bolak-balik dan biasanya dala benuk fungsi sinusoida sinus aau cosinus. Tegangan dan arus bolak balik dapa dinyaakan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Sumber Daya Alam (SDA) yang tersedia merupakan salah satu pelengkap alat

BAB 1 PENDAHULUAN. Sumber Daya Alam (SDA) yang tersedia merupakan salah satu pelengkap alat BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Laar Belakang Sumber Daya Alam (SDA) yang ersedia merupakan salah sau pelengkap ala kebuuhan manusia, misalnya anah, air, energi lisrik, energi panas. Energi Lisrik merupakan Sumber

Lebih terperinci

Sekilas Pandang. Modul 1 PENDAHULUAN

Sekilas Pandang. Modul 1 PENDAHULUAN Modul 1 Sekilas Pandang Drs. Irlan Soelaeman, M.Ed. S PENDAHULUAN uau hari, saya dan keluarga berencana membawa mobil pergi ke Surabaya unuk mengunjungi salah seorang saudara. Sau hari sebelum keberangkaan,

Lebih terperinci

BAB III HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Permasalahan Nyata Penyebaran Penyakit Tuberculosis

BAB III HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Permasalahan Nyata Penyebaran Penyakit Tuberculosis BAB III HASIL DAN PEMBAHASAN A. Permasalahan Nyaa Penyebaran Penyaki Tuberculosis Tuberculosis merupakan salah sau penyaki menular yang disebabkan oleh bakeri Mycobacerium Tuberculosis. Penularan penyaki

Lebih terperinci

PERHITUNGAN PARAMETER DYNAMIC ABSORBER

PERHITUNGAN PARAMETER DYNAMIC ABSORBER PERHITUNGAN PARAMETER DYNAMIC ABSORBER BERBASIS RESPON AMPLITUDO SEBAGAI KONTROL VIBRASI ARAH HORIZONTAL PADA GEDUNG AKIBAT PENGARUH GERAKAN TANAH Oleh (Asrie Ivo, Ir. Yerri Susaio, M.T) Jurusan Teknik

Lebih terperinci

BAB II PERTIDAKSAMAAN CHERNOFF

BAB II PERTIDAKSAMAAN CHERNOFF BAB II PERTIDAKSAMAAN CHERNOFF.1 Pendahuluan Di lapangan, yang menjadi perhaian umumnya adalah besar peluang dari peubah acak pada beberapa nilai aau suau selang, misalkan P(a

Lebih terperinci

ENERGI LISTRIK Tujuan : Menentukan faktor faktor yang mempengaruhi besar energi listrik

ENERGI LISTRIK Tujuan : Menentukan faktor faktor yang mempengaruhi besar energi listrik ENEGI LISTIK Tujuan : Menenukan fakor fakor yang mempengaruhi besar energi lisrik Ala dan bahan : 1. ower Suplay. Amperemeer 3. olmeer 4. Hambaan geser 5. Termomeer 6. Sopwach 7. Saif 8. Kawa nikelin 1

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN TEORITIS

BAB II TINJAUAN TEORITIS BAB II TIJAUA TEORITIS 2.1 Peramalan (Forecasing) 2.1.1 Pengerian Peramalan Peramalan dapa diarikan sebagai beriku: a. Perkiraan aau dugaan mengenai erjadinya suau kejadian aau perisiwa di waku yang akan

Lebih terperinci

Soal-Jawab Fisika OSN 2015

Soal-Jawab Fisika OSN 2015 Soal-Jawab Fisika OSN 5. ( poin) Tinjau sebuah bola salju yang sedang menggelinding. Seperi kia ahu, fenomena menggelindingnya bola salju diikui oleh perambahan massa bola ersebu. Biarpun massa berambah,

Lebih terperinci

PRAKTIKUM TEGANGAN TRANSIEN BERBASIS KOMPUTER

PRAKTIKUM TEGANGAN TRANSIEN BERBASIS KOMPUTER PRAKTIKUM TEGANGAN TRANSIEN BERBASIS KOMPUTER W. Kurniawan * Jurusan Pendidikan Fisika, IKIP PGRI SEMARANG Jl. Lonar no Semarang, Indonesia Tel: 8...88 ; Email: wawan.hiam@gmail.com ABSTRAK Arikel ini

Lebih terperinci

APLIKASI PEMULUSAN EKSPONENSIAL DARI BROWN DAN DARI HOLT UNTUK DATA YANG MEMUAT TREND

APLIKASI PEMULUSAN EKSPONENSIAL DARI BROWN DAN DARI HOLT UNTUK DATA YANG MEMUAT TREND APLIKASI PEMULUSAN EKSPONENSIAL DARI BROWN DAN DARI HOLT UNTUK DATA YANG MEMUAT TREND Noeryani 1, Ely Okafiani 2, Fera Andriyani 3 1,2,3) Jurusan maemaika, Fakulas Sains Terapan, Insiu Sains & Teknologi

Lebih terperinci

Fisika Dasar. Gerak Jatuh Bebas 14:12:55. dipengaruhi gaya. berubah sesuai dengan ketinggian. gerak jatuh bebas? nilai percepatan gravitasiyang

Fisika Dasar. Gerak Jatuh Bebas 14:12:55. dipengaruhi gaya. berubah sesuai dengan ketinggian. gerak jatuh bebas? nilai percepatan gravitasiyang Gerak Jauh Bebas 14:1:55 Gerak Jauh Bebas Gerak jauh bebas merupakan gerakan objekyang dipengaruhi gaya graiasi. Persamaan maemaik gerak jauh bebas sama dengan persamaan gerak1d unuk percepaan konsan.

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Laar Belakang Air merupakan kebuuhan pokok bagi seiap makhluk hidup di dunia ini ermasuk manusia. Air juga merupakan komponen lingkungan hidup yang pening bagi kelangsungan hidup

Lebih terperinci

J U R U S A N T E K N I K S I P I L UNIVERSITAS BRAWIJAYA. TKS-4101: Fisika GERAKAN SATU DIMENSI. Dosen: Tim Dosen Fisika Jurusan Teknik Sipil FT-UB

J U R U S A N T E K N I K S I P I L UNIVERSITAS BRAWIJAYA. TKS-4101: Fisika GERAKAN SATU DIMENSI. Dosen: Tim Dosen Fisika Jurusan Teknik Sipil FT-UB J U R U S A N T E K N I K S I P I L UNIVERSITAS BRAWIJAYA TKS-4101: Fisika GERAKAN SATU DIMENSI Dsen: Tim Dsen Fisika Jurusan Teknik Sipil FT-UB 1 Mekanika Kinemaika Mempelajari gerak maeri anpa melibakan

Lebih terperinci

Bab IV Pengembangan Model

Bab IV Pengembangan Model Bab IV engembangan Model IV. Sisem Obyek Kajian IV.. Komodias Obyek Kajian Komodias dalam peneliian ini adalah gula pasir yang siap konsumsi dan merupakan salah sau kebuuhan pokok masyaraka. Komodias ini

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. tahun 1990-an, jumlah produksi pangan terutama beras, cenderung mengalami

BAB 1 PENDAHULUAN. tahun 1990-an, jumlah produksi pangan terutama beras, cenderung mengalami 11 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Laar Belakang Keahanan pangan (food securiy) di negara kia ampaknya cukup rapuh. Sejak awal ahun 1990-an, jumlah produksi pangan eruama beras, cenderung mengalami penurunan sehingga

Lebih terperinci

IV. METODE PENELITIAN

IV. METODE PENELITIAN IV. METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waku Peneliian Peneliian ini dilakukan di Dafarm, yaiu uni usaha peernakan Darul Fallah yang erleak di Kecamaan Ciampea, Kabupaen Bogor, Jawa Bara. Pemilihan lokasi

Lebih terperinci

III. KERANGKA PEMIKIRAN

III. KERANGKA PEMIKIRAN III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Teoriis 3.1.1 Daya Dukung Lingkungan Carrying capaciy aau daya dukung lingkungan mengandung pengerian kemampuan suau empa dalam menunjang kehidupan mahluk hidup secara

Lebih terperinci

v dan persamaan di C menjadi : L x L x

v dan persamaan di C menjadi : L x L x PERSMN GELOMBNG SSIONER. Pada proses panulan gelombang, erjadi gelombang panul ang mempunai ampliudo dan frekwensi ang sama dengan gelombang daangna, hana saja arah rambaanna ang berlawanan. hasil inerferensi

Lebih terperinci

Penyearah Setengah Gelombang Dan Gelombang Penuh

Penyearah Setengah Gelombang Dan Gelombang Penuh ELEKTRONIKA DASAR PENGGUNAAN DIODA SEBAGAI PENYEARAH Penyearah Seengah Gelombang Dan Gelombang Penuh Tujuan Insruksional Umum Pesera mengenal rangkaian penyearah / recifier Tujuan Insruksional Khusus Pesera

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN III. METODE PENELITIAN 3.1. Kerangka Pemikiran Poensi sumberdaya perikanan, salah saunya dapa dimanfaakan melalui usaha budidaya ikan mas. Budidaya ikan mas yang erus berkembang di masyaraka, kegiaan budidaya

Lebih terperinci

Fungsi Bernilai Vektor

Fungsi Bernilai Vektor Fungsi Bernilai Vekor 1 Deinisi Fungsi bernilai vekor adalah suau auran yang memadankan seiap F R R dengan epa sau vekor Noasi : : R R F i j, 1 1 F i j k 1 dengan 1,, ungsi bernilai real Conoh : 1. 1 F

Lebih terperinci

Matematika EBTANAS Tahun 1988

Matematika EBTANAS Tahun 1988 Maemaika EBTANAS Tahun 988 EBT-SMA-88- cos = EBT-SMA-88- Sisi sisi segiiga ABC : a = 6, b = dan c = 8 Nilai cos A 8 4 8 EBT-SMA-88- Layang-layang garis singgung OAPB, sudu APB = 6 dan panjang OP = cm.

Lebih terperinci

Bab II Dasar Teori Kelayakan Investasi

Bab II Dasar Teori Kelayakan Investasi Bab II Dasar Teori Kelayakan Invesasi 2.1 Prinsip Analisis Biaya dan Manfaa (os and Benefi Analysis) Invesasi adalah penanaman modal yang digunakan dalam proses produksi unuk keunungan suau perusahaan.

Lebih terperinci

2014 LABORATORIUM FISIKA MATERIAL IHFADNI NAZWA EFEK HALL. Ihfadni Nazwa, Darmawan, Diana, Hanu Lutvia, Imroatul Maghfiroh, Ratna Dewi Kumalasari

2014 LABORATORIUM FISIKA MATERIAL IHFADNI NAZWA EFEK HALL. Ihfadni Nazwa, Darmawan, Diana, Hanu Lutvia, Imroatul Maghfiroh, Ratna Dewi Kumalasari 2014 LAORATORIUM FISIKA MATERIAL IHFADNI NAZWA EFEK HALL Ihfadni Nazwa, Darmawan, Diana, Hanu Luvia, Imroaul Maghfiroh, Rana Dewi Kumalasari Laboraorium Fisika Maerial Jurusan Fisika, Deparemen Fisika

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS. Peramalan adalah kegiatan untuk memperkirakan apa yang akan terjadi di masa

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS. Peramalan adalah kegiatan untuk memperkirakan apa yang akan terjadi di masa BAB 2 TINJAUAN TEORITI 2.1. Pengerian-pengerian Peramalan adalah kegiaan unuk memperkirakan apa yang akan erjadi di masa yang akan daang. edangkan ramalan adalah suau siuasi aau kondisi yang diperkirakan

Lebih terperinci

IV. METODE PENELITIAN

IV. METODE PENELITIAN IV. METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waku Peneliian Peneliian ini dilaksanakan pada kasus pengolahan ikan asap IACHI Peikan Cia Halus (PCH) yang erleak di Desa Raga Jaya Kecamaan Ciayam, Kabupaen Bogor,

Lebih terperinci

BAB II TEORI DASAR ANTENA

BAB II TEORI DASAR ANTENA BAB II TEORI DASAR ANTENA.1. endahuluan Anena didefinisikan oleh kamus Webser sebagai ala yang biasanya erbua dari meal (sebagai iang aau kabel) unuk meradiasikan aau menerima gelombang radio. Definisi

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Defenisi Persediaan Persediaan adalah barang yang disimpan unuk pemakaian lebih lanju aau dijual. Persediaan dapa berupa bahan baku, barang seengah jadi aau barang jadi maupun

Lebih terperinci

BAB III ANALISIS INTERVENSI. Analisis intervensi dimaksudkan untuk penentuan jenis respons variabel

BAB III ANALISIS INTERVENSI. Analisis intervensi dimaksudkan untuk penentuan jenis respons variabel BAB III ANALISIS INTERVENSI 3.1. Pendahuluan Analisis inervensi dimaksudkan unuk penenuan jenis respons variabel ak bebas yang akan muncul akiba perubahan pada variabel bebas. Box dan Tiao (1975) elah

Lebih terperinci

RINGKASAN MATERI KALOR, PERUBAHN WUJUD DAN PERPINDAHAN KALOR

RINGKASAN MATERI KALOR, PERUBAHN WUJUD DAN PERPINDAHAN KALOR RINGKASAN MATERI KALOR, PERUBAHN WUJUD DAN PERPINDAHAN KALOR A. KALOR (PANAS) Tanpa disadari, konsep kalor sering kia alami dalam kehidupan sehari-hari. Misalnya kia mencampur yang erlalu panas dengan

Lebih terperinci

BAB III RUNTUN WAKTU MUSIMAN MULTIPLIKATIF

BAB III RUNTUN WAKTU MUSIMAN MULTIPLIKATIF BAB III RUNTUN WAKTU MUSIMAN MULTIPLIKATIF Pada bab ini akan dibahas mengenai sifa-sifa dari model runun waku musiman muliplikaif dan pemakaian model ersebu menggunakan meode Box- Jenkins beberapa ahap

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN 39 III. METODE PENELITIAN 3.1 Waku dan Meode Peneliian Pada bab sebelumnya elah dibahas bahwa cadangan adalah sejumlah uang yang harus disediakan oleh pihak perusahaan asuransi dalam waku peranggungan

Lebih terperinci

Pemodelan Data Runtun Waktu : Kasus Data Tingkat Pengangguran di Amerika Serikat pada Tahun

Pemodelan Data Runtun Waktu : Kasus Data Tingkat Pengangguran di Amerika Serikat pada Tahun Pemodelan Daa Runun Waku : Kasus Daa Tingka Pengangguran di Amerika Serika pada Tahun 948 978. Adi Seiawan Program Sudi Maemaika, Fakulas Sains dan Maemaika Universias Krisen Saya Wacana, Jl. Diponegoro

Lebih terperinci

Jurnal Bidang Teknik ENGINEERING, ISSN , Vol. 6 No. 1 April 2013 Fakultas Teknik Universitas Pancasakti Tegal

Jurnal Bidang Teknik ENGINEERING, ISSN , Vol. 6 No. 1 April 2013 Fakultas Teknik Universitas Pancasakti Tegal SISTEM PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA OMBAK LATERAL DAN TENAGA ANGIN PUTARAN RENDAH Soebyako, Ahmad Farid Dosen soebyako@yahoo.com, farield_s@yahoo.com Absrak Sisem pembangki lisrik enaga ombak laeral dan enaga

Lebih terperinci

FORMAT JAWABAN INQUIRY CAPASITOR

FORMAT JAWABAN INQUIRY CAPASITOR FORMAT JAWABAN NQURY CAPASTOR Eksperimen 1 : Hambaan Ohmik dan Non Ohmik 1. Amai lampu pijar! nformasi apa yang dapa kamu emukan? Dan apa ari informasi ersebu! 2. Apakah lampu pijar merupakan hambaan ohmik?

Lebih terperinci

IR. STEVANUS ARIANTO 1

IR. STEVANUS ARIANTO 1 GERAK TRANSLASI GERAK PELURU GERAK ROTASI DEFINISI POSISI PERPINDAHAN MEMADU GERAK D E F I N I S I PANJANG LINTASAN KECEPATAN RATA-RATA KELAJUAN RATA-RATA KECEPATAN SESAAT KELAJUAN SESAAT PERCEPATAN RATA-RATA

Lebih terperinci