3Dok(xx) campuran salah satu strain R. Trifolii dengan

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "3Dok(xx) campuran salah satu strain R. Trifolii dengan"

Transkripsi

1

2 Kandungan nitogen pada tanaman Red Clove (mg) yang diinkubasi dengan stain Rhizobium tifolii ditambah dengan gabungan dai 5 stain alfalfa, Rhizobium melitoti. Pelakuan Ulangan Jumlah 3Dok(xx) campuan salah satu stain R. Tifolii dengan gabungan stain R meliloti 3Dok Dok Dok Dok Dok Gabungan Jumlah Gabungan: campuan semua stain R tifolii dan R meliloti

3 Analisis Ragam Sumbe Ragam DB JK KT F-hit F pob F.05 F.01 Pelakuan (P) ** Galat Total H 0 ditolak, atinya tedapat satu atau lebih dai ata-ata pelakuan yang bebeda dengan lainnya! Yang Manakah?? Uji Lanjut Pelakuan (P) Rataan Kand. N 3Dok Dok Dok Dok Dok Gabungan 18.70

4 Pebandingan ata-ata Pebandingan teencana (Planned compaison) Telah diencanakan sebelum data (hasil pecobaan) dipeoleh, besifat a pioi (hipotesis bedasakan keangka teoitis) Linea Contasts (Complex Compaisons) Scheffé s Test Dunnet Bonfeoni Pebandingan tidak teencana (Unplanned compaison) Post-Hoc test. Pebandingan bepasangan setelah data hasil pecobaan dipeoleh (data diven). Pebandingan bepasangan (Pai-wise compaisons) LSD (tidak disaankan) Tukey (disaankan) Multistage/Multi Range test: Pebandingan betahap dai semua kombinasi pasangan ata-ata SNK; DMRT; REGWQ/Ryan (disaankan apabila softwae pendukung tesedia)

5 Post Hoc Pebandingan beganda (Multiple Compaisons): Tukey HSD Scheffé LSD/BNT Bonfeoni Sidak Gabiel Hochbeg Pebandingan dengan kontol Dunnet Multiple Range Test (Multi stage test): SNK (Student Newman Keul Test (SNK) Duncan Tukey HSD Tukey B Scheffé Gabiel REGWQ (Ryan, Einot, Gabiel and Welsh. Q = the studentized ange statistic) disaankan apabila softwae pendukung tesedia)

6 Pebandingan ata-ata

7 Pebandingan bepasangan Misalkan tedapat t ata-ata x, x,, 1 2 xt Dua ata-ata dinyatakan bededa apabila selisih pebedaannya lebih besa dai nilai pembanding [yadstick/minimum diffeence significant (MSD)] Pelakuan (P) Rataan Kand. N 3Dok Ade Setiawan Dok Dok Selisihnya, i - j bandingkan dengan nilai MSD

8 Pebandingan bepasangan Secaa Umum: MSD = nilai tabel * Standa Eo Nilai tabel: tegantung dai uji yang digunakan Jika LSD i j t t 2, dfe 2, dfe MSD MSD s Y 2KTG ; Tolak H 0 Teima H jika ( Bebeda 0 i ( tidak j nyata) bebeda nyata)

9 Pebandingan Bepasangan 9 Disini hanya akan didiskusikan pengujian ata-ata dengan menggunakan uji:

10 10

11 (Beda Nyata Tekecil) Metoda Fishe s LSD *Least Significant Diffeence+ (1935): Galat Baku: S Y = (2KTG/) Uji LSD menyatakan i dan j bebeda pada taaf nyata jika: i - j > LSD, dimana: LSD t LSD t 2, db 2, db s Y ;dimana 1 KTG( i s Y 1 ) t j 2s 2 2, db dan s 2 2KTG KTG ; jika i j t α/2, db α db = Nilai t-student = taaf nyata = dfe = deajat bebas galat S Y KTG = Galat Baku (Standa Eo, SED) = Kuadat Tengah Galat = banyaknya ulangan (pengamatan)

12 Fishe s LSD Langkah Pengujian LSD Langkah Pengujian LSD: LSD: Tentukan nilai KTG dan deajat bebasnya yang dipeoleh dai Tabel Analisis Ragam. Tentukan nilai t-student. Hitung nilai LSD Selisih Rata-ata: Uutkan ata-ata pelakuan (uutan menaik/menuun) Buat tabel matiks selisih ata-ata diantaa pelakuan Kiteia Pengujian: LSD Jika i j LSD Tolak H 0 Teima H ( Bebeda 0 ( tidak nyata) bebeda nyata)

13 Fishe s LSD Alu Pengujian LSD 13 t-student? t α/2, db Tabel Analisis Ragam Hitung nilai LSD: Sy atau SED atau Galat Baku Nilai tabel ata-ata yang sudah diuutkan Hitung Pebedaan Selisih dua Rata-ata μ i -μ j Buat Tabel Matiks Selisih dua Rata-ata μ i -μ j Ya Kedua ata bebeda nyata Bandingkan: Tidak μ i -μ j > LSD (α) Kedua ata tidak bebeda nyata

14 Fishe s LSD Pehitungan nilai LSD (langkah 1) Sumbe Ragam DB JK KT F-hit F pob F.05 F.01 Pelakuan (P) ** Galat Total Db Galat KTG Hitung nilai LSD: Tentukan nilai KTG dan deajat bebasnya yang dipeoleh dai Tabel Analisis Ragam. KTG = db = 24 = 5

15 Fishe s LSD Pehitungan nilai LSD (langkah 2) Tentukan nilai t-student. Ada dua paamete yang dibutuhkan untuk menentukan nilai t-student, yaitu taaf nyata (α) dan deajat bebas galat (db). Pada contoh ini, nilai db = 24 (lihat db galat pada tabel Analisis Ragamnya) dan α = Selanjutnya, tentukan nilai t (0.05/2, 24). Untuk mencai nilai t (0.05/2, 24) kita dapat melihatnya pada tabel Sebaan t-student pada taaf nyata 0.05 dengan deajat bebas 24. Pehatikan gamba pada halaman beikut untuk menentukan t-tabel. Dai tabel dipeoleh: Nilai t (0.05/2, 24) = 2.064

16 Fishe s LSD Menentukan nilai t-student (langkah 2) Nilai t (0.05/2, 24) = 2.064

17 Fishe s LSD Pehitungan nilai LSD (langkah 3) Sumbe Ragam DB JK KT F-hit F pob F.05 F.01 Pelakuan (P) ** Galat Total KTG db t ; LSD 0.05 t KTG 2(11.79) mg MSD

18 Fishe s LSD Pengujian Pebedaan Rata-ata 18 No Pelakuan Rataan 1 3Dok Dok Dok Dok Dok Gabungan nilai ata-ata diuutkan dai kecil ke besa (atau sebaliknya) No Pelakuan Rataan 5 3Dok Dok Gabungan Dok Dok Dok Buat Tabel Matiks Selisih Rata-ata pelakuan No Pelakuan 3Dok13 3Dok4 Gabungan 3Dok7 3Dok5 3Dok1 Rataan Notasi 5 3Dok Dok Gabungan Dok = Dok Dok = Jika i = = 5.44 Bandingkan: μ i -μ j > LSD (α) j Tolak H 0 Teima H ( Bebeda 0 ( tidak nyata) bebeda nyata)

19 Fishe s LSD Pembandingan selisih ataan dengan nilai LSD No Pelakuan 3Dok13 3Dok4 Gabungan 3Dok7 3Dok5 3Dok1 Rataan Notasi LSD mg 5 3Dok tn 3 3Dok tn 0.00 tn 6 Gabungan * 4.06 tn 0.00 tn 4 3Dok * 5.28 * 1.22 tn 0.00 tn 2 3Dok * 9.34 * 5.28 * 4.06 tn 0.00 tn 1 3Dok * * * 8.9 * 4.84 * 0.00 tn Beikan tanda * apabila: Selisih ata-ata > LSD *=bebeda nyata; tn = tidak bebeda nyata No Pelakuan 3Dok13 Rataan Dok tn 3 3Dok tn 6 Gabungan * 4 3Dok * 2 3Dok * 1 3Dok * Pada kolom yang sama, beikan gais vetikal untuk nilai ata pelakuan yang dibei simbol tn Bandingkan selisih ata-ata dengan nilai pembanding (LSD). Beikan tanda * apabila: Selisih ata-ata > LSD Pada kolom yang sama, beikan gais vetikal untuk nilai ata pelakuan yang dibei simbol tn Gais tesebut menandakan bawa kedua ata-ata pelakuan tesebut tidak bebeda!

20 Fishe s LSD Selisih ataan vs nilai LSD No Pelakuan 3Dok13 3Dok4 Gabungan 3Dok7 3Dok5 3Dok1 Rataan Notasi a 5 3Dok tn b a 3 3Dok tn 0.00 tn c ab 6 Gabungan * 4.06 tn 0.00 tn d bc 4 3Dok * 5.28 * 1.22 tn 0.00 tn cd 2 3Dok * 9.34 * 5.28 * 4.06 tn 0.00 tn e d 1 3Dok * * * 8.9 * 4.84 * 0.00 tn e Misalnya apabila kita membandingkan 3Dok13 vs ata-ata lainnya: 3Dok13 vs 3Dok4 Kaena selisihnya yang menunjukkan tidak ada pebedaan, maka kita beikan gais yang sama pada kedua ataan tesebut. 3Dok13 vs Gabungan: Kaena selisihnya 5.44 > 4.48 (*); stop! Gais yang sama tidak dibeikan lagi. Lanjutkan dengan pembandingan 3Dok4 vs lainnya (kolom beikutnya) Abaikan (buang) gais yang bewana meah, kaena gais tesebut sudah tewakili oleh gais sebelumnya, yang tedapat pada 3Dok7!

21 Fishe s LSD Hasil pengujian LSD No Pelakuan 3Dok13 3Dok4 Gabunga n 3Dok7 3Dok5 3Dok1 Rataan Notasi a 5 3Dok b a 3 3Dok tn c ab 6 Gabungan * 4.06 tn d bc 4 3Dok * 1.22 tn cd 2 3Dok * 4.06 tn e d 1 3Dok * 8.9 * 4.84 * e Diuutkan kembali bedasakan no uutan pelakuan semula No Pelakuan Rataan 1 3Dok e 2 3Dok d 3 3Dok ab 4 3Dok cd 5 3Dok a 6 Gabungan bc Keteangan: angka yang diikuti huuf yang sama tidak bebeda nyata menuut uji LSD pada taaf nyata 5%.

22 Fishe s LSD Ulangan tidak sama Pelakuan Rataan Sumbe Ragam Ade Setiawan 2009 A B C D db JK KT F Pelakuan Galat Total KTG t 0.05 LSD ; db 2.03 t KTG i j Kaena 1-2 = = 1.3 > 1.25, maka tolak H 0 yang beati ata-ata pelakuan A bebeda nyata dengan ata-ata pelakuan B

23 Kapan Menggunakan LSD? Fishe s LSD Gunakan uji LSD apabila uji F dalam ANAVA signifikan Posedu LSD akan mempetahankan taaf nyata 0.05 hanya jika pembandingan semua kombinasi pasangan nilaitengah pelakuan 3 pelakuan Gunakan uji LSD untuk pembandingan teencana tanpa mempehatikan banyaknya pelakuan

24 24

25 (BNJ) Uji Tukey seing juga disebut dengan uji beda nyata juju (BNJ), dipekenalkan oleh Tukey (1953) Miip dengan LSD, mempunyai satu pembanding dan digunakan sebagai altenatif pengganti LSD apabila kita ingin menguji seluuh pasangan ata-ata pelakuan tanpa encana Galat Baku: S Y = (KTG/)

26 (BNJ) Langkah pengujian HSD Langkah pengujian: Uutkan ata-ata pelakuan (uutan menaik) Tentukan nilai Tukey HSD ( ) dengan fomula: q ( p, ) KTG KTG p q (p, ) = Kuadat Tengah Galat = banyaknya ulangan = taaf nyata = banyaknya pelakuan = t = deajat bebas galat = nilai kitis dipeoleh dai tabel wilayah nyata student (studenized ange test)

27 (BNJ) Langkah pengujian HSD Kiteia pengujian: Bandingkan nilai mutlak selisih kedua ata-ata yang akan kita lihat pebedaannya dengan nilai HSD dengan kiteia pengujian sebagai beikut: Jika i j HSD HSD Tolak H 0 Teima H ( Bebeda 0 ( tidak nyata) bebeda nyata)

28 (BNJ) Alu Pengujian Tukey HSD 28 q-tukey? q (p, ) Tabel Analisis Ragam Hitung nilai HSD: Sy atau SED atau Galat Baku Nilai tabel ata-ata yang sudah diuutkan Hitung Pebedaan Selisih dua Rata-ata μ i -μ j Buat Tabel Matiks Selisih dua Rata-ata μ i -μ j Ya Kedua ata bebeda nyata Bandingkan: Tidak μ i -μ j > HSD (α) Kedua ata tidak bebeda nyata

29 (BNJ) Pehitungan nilai HSD Hitung nilai HSD: Tentukan nilai KTG dan deajat bebasnya yang dipeoleh dai Tabel Analisis Ragam. KTG = db = 24 = 5 MSD Tentukan nilai kitis dai tabel wilayah nyata student. Ada tiga paamete yang dibutuhkan untuk menentukan nilai q, yaitu taaf nyata (α), p = banyaknya pelakuan yang akan dibandingkan, dan deajat bebas galat (db). Pada contoh ini, p = 6, nilai db = 24 (lihat db galat) dan α = Selanjutnya, tentukan nilai q 0.05(6, 24). Dai tabel dipeoleh: Nilai q 0.05(6, 24) = 4.37 q ( p, ) KTG

30 (BNJ) Menentukan nilai kitis dai tabel wilayah nyata studenized ange. Citical Points fo the Studentized Range Statistic -- ALPHA = 0.05 q 0.05(p, v) Deajat bebas ( p Nilai q (6, 24) =

31 (BNJ) Pembandingan selisih ataan dengan nilai HSD HSD mg Jika i j Tolak H 0 Teima H ( Bebeda 0 ( tidak nyata) bebeda nyata) Gabunga No Pelakuan 3Dok13 3Dok4 3Dok7 3Dok5 3Dok1 n Rataan Notasi 5 3Dok a 3 3Dok a 6 Gabungan ab 4 3Dok ab 2 3Dok * 9.34 * bc 1 3Dok * * * 8.9 * c *=bebeda nyata

32

33 33

34 Uji wilayah beganda Duncan Duncan s Multiple Range Test Uji Duncan didasakan pada sekumpulan nilai beda nyata yang ukuannya semakin besa, tegantung pada jaak di antaa pangkat-pangkat dai dua nilai tengah yang dibandingkan Dapat digunakan untuk menguji pebedaan diantaa semua pasangan pelakuan yang mungkin tanpa mempehatikan jumlah pelakuan

35 Duncan s Multiple Range Test Langkah pehitungan Langkah pehitungan: Uutkan nilai tengah pelakuan (biasanya uutan menaik) Hitung wilayah nyata tependek untuk wilayah dai bebagai nilai tengah dengan menggunakan fomula beikut: R R p p, p,, p, s Y KTG Dimana: KTG = Kuadat Tengah Galat,p, = ulangan = nilai wilayah nyata Duncan p = jaak (2, 3,..t); = deajat bebas; = taaf nyata

36 Pehitungan nilai Rp Duncan s Multiple Range Test Hitung wilayah nyata tependek (Rp): Tentukan nilai KTG dan deajat bebasnya yang dipeoleh dai Tabel Analisis Ragam. KTG = db = 24 = 5 Tentukan nilai kitis dai tabel wilayah nyata student (significant studenized ange, SSR). Ada tiga paamete yang dibutuhkan untuk menentukan nilai (,p, ), yaitu taaf nyata (α), p = banyaknya pelakuan yang akan dibandingkan, dan deajat bebas galat (db). Pada contoh ini, p = 2, 3, 4, 5, 6, nilai db = 24 (lihat db galat pada tabel Analisis Ragamnya) dan α = Selanjutnya, tentukan nilai q 0.05(6, 24). R R p p, p,, p, s Y MSD KTG

37 Duncan s Multiple Range Test Penentuan nilai tabel wilayah nyata duncan Citical Points fo Duncan's Multiple Range Statistic -- ALPHA = 0.05 q 0.05(p, v) deajat p bebas ( Nilai (p, ) p = : 0.05(2, ) = p = : 0.05(3, ) = p = 6 : 0.05(6, 24) = Ade Setiawan 2009 Untuk mencai nilai 0.05(6, 24) kita dapat melihatnya pada tabel Significant Ranges fo Duncan s Multiple Range Test pada taaf nyata α = 0.05 dengan p = 2, 3, 4, 5, 6 dan deajat bebas (v)= 24.

38 Duncan s Multiple Range Test Pehitungan wilayah nyata tependek (Rp) R p, p, s Y R p, p,, p, KTG (1.536), p, p (α,p, υ) Rp = (α,p, υ).(1.536) MSD

39 Duncan s Multiple Range Test Pembandingan dengan peingkat yang sesuai No Pelakuan Rataan 5 3Dok Dok Gabungan Dok Dok Dok Pembanding Ade Setiawan 2009 p = p=2 p 4 p Rp =(α,p, υ).sy p = jaak peingkat antaa satu nilai ata-ata dengan ata-ata lainnya setelah ata-ata tesebut diuutkan Misal: p = 2, beati jaak dengan 1 nilai ata-ata beikutnya (betetangga) p = 3, beati jaak dengan 2 nilai ata-ata beikutnya p = t, beati jaak dengan (t-1) nilai ata-ata beikutnya

40 Duncan s Multiple Range Test Pembandingan dengan peingkat yang sesuai No Pelakuan Rataan Notasi 5 3Dok Dok (2) Gabungan (3) 4.06 (2) Dok (4) 5.28 (3) 1.22 (2) Dok (5) 9.34 (4) 5.28 (3) 4.06 (2) Dok (6) (5) (4) 8.9 (3) 4.84 (2) Supescipt (x) = p Bandingkan selisih ata-ata pelakuan dengan nilai Rp yang sesuai Misal: Untuk jaak/peingkat 2, bandingkan dengan Rp 2 = , 4.06, 1.22, 4.08, 4.84 vs Rp2 = 4.5 Untuk jaak/peingkat 5, bandingkan dengan Rp 5 = , vs Rp5 = 5.0 p Rp

41 Duncan s Multiple Range Test Pembandingan selisih ataan dengan nilai Rp p Rp No Pelakuan 3Dok13 3Dok4 Gabunga n 3Dok7 3Dok5 3Dok1 Rataan Notasi a 5 3Dok tn b a 3 3Dok tn 0.00 tn c ab 6 Gabungan * 4.06 tn 0.00 tn d bc 4 3Dok * 5.28 * 1.22 tn 0.00 tn cd 2 3Dok * 9.34 * 5.28 * 4.06 tn 0.00 tn e d 1 3Dok * * * 8.9 * 4.84 * 0.00 tn e *=bebeda nyata Ade Setiawan 2009 Bandingkan selisih ata-ata pelakuan dengan nilai Rp yang sesuai (Wana yang sesuai) Misal: Untuk jaak/peingkat 2, bandingkan dengan Rp 2 = , 4.06, 1.22, 4.08, 4.84 bandingkan dengan Rp2 = 4.5 3Dok4 vs 3Dok5 (bebeda nyata) p = 4 Rp = 4.9 (9.34) > (Rp4 = 4.9) *

42 42

43 Miip dengan DMRT Langkah pehitungan: Uutkan nilai tengah pelakuan (biasanya uutan menaik) Hitung wilayah nyata tependek untuk wilayah dai bebagai nilai tengah dengan menggunakan fomula beikut: Dimana: W W p p w w, p,, p, s Y KTG KTG q,p, = Kuadat Tengah Galat = ulangan = nilai wilayah nyata dai student p = jaak (2, 3,..t); = deajat bebas; = taaf nyata

44 Uji Student-Newman-Keuls Penghitungan nilai Wp Hitung wilayah nyata tependek (Wp) dai bebagai nilai tengah: Tentukan nilai KTG dan deajat bebasnya yang dipeoleh dai Tabel Analisis Ragam. KTG = db = 24 = 5 Tentukan nilai kitis dai tabel wilayah nyata student (uppe pecentage points of the studenized ange). Ada tiga paamete yang dibutuhkan untuk menentukan nilai w p, yaitu taaf nyata (α), p = banyaknya pelakuan yang akan dibandingkan, dan deajat bebas galat (db). Pada contoh ini, p = 2, 3, 4, 5, 6, nilai db = 24 (lihat db galat pada tabel Analisis Ragamnya) dan α = Selanjutnya, tentukan nilai w 0.05(p, 24). W W p p w w, p,, p, s Y MSD KTG

45 Uji Student-Newman-Keuls Tabel nilai kitis untuk SNK Citical Points fo the Studentized Range Statistic -- ALPHA = 0.05 w 0.05(p, v) Deajat p bebas ( Nilai 4.64 w 0.05(p, ) p 4.59 = 2 : w (2, 24) 4.94 = p 4.56 = 3 : w (3, 24) 4.90 = p 4.49 = 6 : w (6, 24) 4.82 = Ade Setiawan Untuk mencai nilai w 0.05(p, 24) kita dapat melihatnya pada tabel yang sama dengan tabel untuk uji Tukey (tabel Sebaan studentized ange), yaitu nilai wp pada taaf nyata α = 0.05 dengan p = 1, 2,, 6 dan deajat bebas (v)= 24. Pehatikan gamba untuk menentukan w- tabel.

46 Uji Student-Newman-Keuls Penghitungan wilayah nyata tependek (Wp) W p q, p, s Y W p q q, p,, p, KTG (1.536) q, p, p q(α,p, υ) Wp =q (α,p, υ).(1.536) MSD

47 Uji Student-Newman-Keuls Pembandingan selisih ataan dengan nilai Wp p Wp No Pelakuan 3Dok13 3Dok4 Gabungan 3Dok7 3Dok5 3Dok1 Rataan Notasi a 5 3Dok b a 3 3Dok (2) tn 0 c ab 6 Gabungan (3) * 4.06 (2) tn 0 bc 4 3Dok (4) * 5.28 (3) tn 1.22 (2) tn 0 bc 2 3Dok (5) * 9.34 (4) * 5.28 (3) tn 4.06 (2) tn 0 d c 1 3Dok (6) * (5) * (4) * 8.9 (3) * 4.84 (2) * 0 d *=bebeda nyata Ade Setiawan 2009

48

49 Pada bebeapa kasus pecobaan tetentu, mungkin kita hanya tetaik pada pebandingan antaa kontol dengan pelakuan lainnya. Misalnya, membandingkan suatu vaietas lokal atau bahan kimia standa dengan yang bau. Dunnet mengembangkan uji ini dan mempopulekannya pada tahun mempetahankan MEER pada level yang tidak lebih dai taaf nyata yang ditentukan, misal α= Pada metode ini, hanya membutuhkan satu nilai pembanding yang digunakan untuk membandingkan antaa kontol dengan pelakuan lainnya. Fomulanya miip dengan LSD, namun pada uji ini, nilai t yang digunakan bukan t-student yang digunakan pada uji LSD. Dunnet menggunakan tabel t tesendii, yang biasanya telampi pada buku-buku peancangan pecobaan. * 2KTG DLSD t / 2( p, dfe). s ;dimana s Y Y Apabila jumlahulangantidak sama: DLSD t * / 2( p, dfe) 1 KTG( i 1 ) j

50 Dunnet Penghitungan nilai t Hitung wilayah nyata tependek (Wp) dai bebagai nilai tengah: Tentukan nilai KTG dan deajat bebasnya yang dipeoleh dai Tabel Analisis Ragam. KTG = db = 24 = 4 Tentukan nilai kitis t Dunnet. Ada tiga paamete yang dibutuhkan untuk menentukan nilai t-dunnet, yaitu taaf nyata (α), banyaknya pelakuan yang akan dibandingkan, tidak temasuk kontol (p), dan deajat bebas galat (db). Pada contoh ini, nilai db = 24 (lihat db galat pada tabel Analisis Ragamnya), p = t-1 = 6-1 = 5, dan α = Selanjutnya, tentukan nilai t* (0.05/2, 24). DLSD t * 0.05/ 2;5; 24 MSD 2KTG 2(11.79) mg

51 Dunnet Menentukan nilai kitis t Dunnet Table of t*0.05/2(p,ν) untuk pengujian dua aah antaa t-1 pelakuan dengan kontol pada taaf kepecayaan (Souce: Dunnett, C. W. (1964). Biometics, 20, ) p = banyaknya pelakuan, tidak temasuk kontol v Nilai 2.12 t* 2.42 (0.05/2, 5,24) = Untuk mencai nilai t* (0.05/2, 24) kita dapat melihatnya pada tabel Sebaan t- Dunnet pada taaf nyata 0.05 dengan deajat bebas 24, dan p = 5. Pehatikan gamba beikut untuk menentukan t-dunnet.

52 Dunnet Pembandingan selisih ataan dengan DLSD DLSD mg Jika kontol j Tolak H 0 Teima H ( Bebeda 0 nyata) ( tidak bebeda nyata) Pelakuan Pelakuan (kontol) (j) kontol - j DLSD Notasi Gabungan * a + 3Dok tn 5.86 a 3Dok tn 5.86 a 3Dok tn 5.86 a 3Dok tn 5.86 a 3Dok * > 5.86 b *=bebeda nyata. Jika tn beikan notasi huuf a dan huuf b apabila bebeda Hanya pelakuan 3Dok1 yang bebeda dengan Gabungan. Ade Setiawan 2009

53

54 Penyajian data lainnya: Contoh LSD No Pelakuan Rataan Notasi 5 3Dok a 3 3Dok ab 6 Gabungan bc 4 3Dok cd 2 3Dok d 1 3Dok e No Pelakuan Rataan 1 3Dok e 2 3Dok d 3 3Dok ab 4 3Dok cd 5 3Dok a 6 Gabungan bc Keteangan: angka yang diikuti huuf yang sama pada satu kolom tidak bebeda nyata pada taaf nyata 5% menuut uji LSD

55 Penyajian data lainnya: Contoh LSD Dalam Selisih pebedaan nilai ata-ata pelakuan: Pelakuan Rataan Dok Dok Dok Dok Dok Gabungan Dalam bentuk peluang Pelakuan Rataan {1} {2} {3} {4} {5} {6} 3Dok Dok Dok Dok Dok Gabungan Wana meah: atinya kedua pelakuan tesebut bebeda nyata Ade Setiawan 2009

56 Penyajian data lainnya: Contoh LSD Jika i j LSD LSD Tolak H 0 Teima H ( Bebeda 0 ( tidak nyata) bebeda nyata) Pelakuan Pelakuan (i) (j) i - j LSD 3Dok1 3Dok * > Dok * > Dok * > Dok * > Gabungan * > Gabungan 3Dok < Dok * > Dok < LSD mg *=bebeda nyata

57 SK Vs Uji Lanjut Lainnya Ringkasan Semua Uji Lanjut No Pelakuan Scott-Knott 57 No Pelakuan Rataan LSD Tukey HSD Duncan SNK Dunnet 5 3Dok13 a 5 3Dok a a a a a 3 3Dok4 a 3 3Dok ab a ab ab a 6 Gabungan b 6 Gabungan bc ab bc bc a 4 3Dok7 b 4 3Dok cd ab cd bc a 2 3Dok5 c 2 3Dok d bc d c a 1 3Dok1 d 1 3Dok e c e d b No Pelakuan Rataan Scheffe test Bonfeoni Hochbeg Gabiel Bonfeoni REGWQ 5 3Dok a a a a a a 3 3Dok a a a a a ab 6 Gabungan ab ab ab ab ab abc 4 3Dok ab ab ab ab ab bc 2 3Dok bc bc bc bc bc cd 1 3Dok c c c c c d

Jika Ho ditolak berarti ada minimal satu mean yang berbeda nyata dengan yang lain :

Jika Ho ditolak berarti ada minimal satu mean yang berbeda nyata dengan yang lain : perlu dilakukan pengujian lanjutan melacak perbedaan diantara nilai-nilai rerata perlakuan uji perbandingan berganda: LSD : least Significant Difference Uji Tukey : Honestly Significant Difference DMRT

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. adalah untuk mengetahui kontribusi motivasi dan minat bekerja di industri

BAB III METODE PENELITIAN. adalah untuk mengetahui kontribusi motivasi dan minat bekerja di industri BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Bedasakan pemasalahan, maka penelitian ini temasuk penelitian koelasional yang besifat deskiptif, kaena tujuan utama dai penelitian ini adalah untuk mengetahui

Lebih terperinci

1 ANGKET PERSEPSI SISWA TERH

1 ANGKET PERSEPSI SISWA TERH 48 Lampian ANGKET PERSEPSI SISWA TERHADAP PERANAN ORANG TUA DAN MINAT BELAJAR DALAM PENINGKATAN HASIL BELAJAR BIOLOGI SISWA KELAS XI IPA SMA NEGERI 8 MEDAN Nama : Kelas : A. Petunjuk Pengisian. Bacalah

Lebih terperinci

S T A T I S T I K A OLEH : WIJAYA

S T A T I S T I K A OLEH : WIJAYA S T A T I S T I K A OLEH : WIJAYA email : zeamays_hibida@yahoo.com FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS SWADAYA GUNUNG JATI CIREBON 009 ANALISIS KORELASI 1. Koefisien Koelasi Peason Koefisien Koelasi Moment

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS DATA. analisis paired sample T-test yaitu Ada atau tidaknya Pengaruh Terapi Rational

BAB IV ANALISIS DATA. analisis paired sample T-test yaitu Ada atau tidaknya Pengaruh Terapi Rational BAB IV ANALISIS DATA Analisis data meupakan hasil kegiatan setelah data dai seluuh esponden atau sumbe data lainnya tekumpul. Hal ini betujuan untuk mengetahui tingkat kebenaan hipotesis-hipotesis penelitian

Lebih terperinci

KORELASI. menghitung korelasi antar variabel yang akan dicari hubungannya. Korelasi. kuatnya hubungan dinyatakan dalam besarnya koefisien korelasi.

KORELASI. menghitung korelasi antar variabel yang akan dicari hubungannya. Korelasi. kuatnya hubungan dinyatakan dalam besarnya koefisien korelasi. KORELASI Tedapat tiga macam bentuk hubungan anta vaiabel, yaitu hubungan simetis, hubungan sebab akibat (kausal) dan hubungan Inteaktif (saling mempengauhi). Untuk mencai hubungan antaa dua vaiabel atau

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS HUBUNGAN UMPAN BALIK DENGAN MOTIVASI BELAJAR PENDIDIKAN AGAMA ISLAM SISWA SMP NEGERI 9 BATANG

BAB IV ANALISIS HUBUNGAN UMPAN BALIK DENGAN MOTIVASI BELAJAR PENDIDIKAN AGAMA ISLAM SISWA SMP NEGERI 9 BATANG BAB IV ANALISIS HUBUNGAN UMPAN BALIK DENGAN MOTIVASI BELAJAR PENDIDIKAN AGAMA ISLAM SISWA SMP NEGERI 9 BATANG Setelah data dai kedua vaiabel yaitu vaiabel X dan vaiabel Y tekumpul seta adanya teoi yang

Lebih terperinci

BAB VII ANALISIS VARIANSI KLASIFIKASI 2 ARAH DENGAN INTERAKSI

BAB VII ANALISIS VARIANSI KLASIFIKASI 2 ARAH DENGAN INTERAKSI BAB VII ANALISIS VARIANSI KLASIFIKASI ARAH DENGAN INTERAKSI Misalkan kita ingin meneliti pengauh dua fakto A dan B pada suatu espon. Sebagai contoh, dalam suatu pecobaan kimia kita ingin mengubah tekanan

Lebih terperinci

ANALISIS KOVARIANS PADA RANCANGAN BUJUR SANGKAR LATIN DENGAN DATA HILANG SKRIPSI

ANALISIS KOVARIANS PADA RANCANGAN BUJUR SANGKAR LATIN DENGAN DATA HILANG SKRIPSI ANALISIS KOVARIANS PADA RANCANGAN BUJUR SANGKAR LATIN DENGAN DATA HILANG SKRIPSI Diajukan kepada Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Univesitas Negei Yogyakata untuk memenuhi sebagian pesyaatan

Lebih terperinci

Pengacakan dan Tata Letak

Pengacakan dan Tata Letak Pengacakan dan Tata Letak 26 Pengacakan dan Tata Letak Pengacakan bisa dengan menggunakan Daftar Angka Acak, Undian, atau dengan perangkat komputer (bisa dilihat kembali pada pembahasan RAL/RAK/RBSL satu

Lebih terperinci

BAB XII ANALISIS JALUR (PATH ANALYSIS) APA SIH?

BAB XII ANALISIS JALUR (PATH ANALYSIS) APA SIH? BAB XII ANALISIS JALUR (PATH ANALYSIS) APA SIH? KONSEP DASAR Path analysis meupakan salah satu alat analisis yang dikembangkan oleh Sewall Wight (Dillon and Goldstein, 1984 1 ). Wight mengembangkan metode

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. mengenai Identifikasi Variabel Penelitian, Definisi Variabel Penelitian,

BAB III METODE PENELITIAN. mengenai Identifikasi Variabel Penelitian, Definisi Variabel Penelitian, BAB III METODE PENELITIAN Pembahasan pada bagian metode penelitian ini akan menguaikan mengenai Identifikasi Vaiabel Penelitian, Definisi Vaiabel Penelitian, Populasi, Sampel dan Teknik Pengambilan Sampel,

Lebih terperinci

BAB II METODE PENELITIAN. penelitian korelasional dengan menggunakan pendekatan kuantitatif dan

BAB II METODE PENELITIAN. penelitian korelasional dengan menggunakan pendekatan kuantitatif dan BAB II METODE PENELITIAN A. Metode Penelitian Bentuk penelitian yang dipegunakan dalam penelitian ini adalah bentuk penelitian koelasional dengan menggunakan pendekatan kuantitatif dan menggunakan umus

Lebih terperinci

Dan koefisien korelasi parsial antara Y, X 2 apabila X 1 dianggap tetap, dinyatakan sebagai r y 2.1 rumusnya sebagai berikut:

Dan koefisien korelasi parsial antara Y, X 2 apabila X 1 dianggap tetap, dinyatakan sebagai r y 2.1 rumusnya sebagai berikut: Koelasi Pasial Koelasi Pasial beupa koelasi antaa sebuah peubah tak bebas dengan sebuah peubah bebas sementaa sejumlah peubah bebas lainnya yang ada atau diduga ada petautan dengannya, sifatnya tetentu

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB LANDASAN TEORI. Outlie Outlie meupakan suatu pengamatan yang menyimpang cukup jauh dai pengamatan lainnya sehingga menimbulkan kecuigaan bahwa pengamatan tesebut beasal dai distibusi data yang bebeda

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif,

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif, 30 BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Metode Penelitian Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskiptif, suatu metode penelitian yang ditujukan untuk untuk menggambakan fenomenafenomena

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3. Jenis dan Lokasi Penelitian 3.. Jenis Penelitian Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian ekspeimen semu (quasi ekspeimental eseach, kaena penelitian yang akan dilakukan

Lebih terperinci

Contoh Proposal Skripsi Makalahmudah.blogspot.com

Contoh Proposal Skripsi Makalahmudah.blogspot.com BAB I PENDAHULUAN.. Lata Belakang Masalah Peanan pemasaan dalam kebehasilan peusahaan telah diakui di kalangan pengusaha untuk mempetahankan kebeadaanya dalam mengembangkan usaha dan mendapatkan keuntungan.

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN III. METODE PENELITIAN 3.1. Keangka Pemikian Konseptual Setiap oganisasi apapun jenisnya baik oganisasi non pofit maupun oganisasi yang mencai keuntungan memiliki visi dan misi yang menjadi uh dalam setiap

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. menggunakan kuesioner sebagai teknik pokok. Penelitian yang bersifat

III. METODE PENELITIAN. menggunakan kuesioner sebagai teknik pokok. Penelitian yang bersifat III. METODE PENELITIAN A. Metode Penelitian Penelitian ini menggunakan metode penelitian kuantitatif, kaena dalam pengumpulan data, penulis menghimpun infomasi dai paa esponden menggunakan kuesione sebagai

Lebih terperinci

Perancangan Percobaan

Perancangan Percobaan Perancangan Percobaan Ade Setiawan 009 Review RAL: Satuan percobaan homogen Keragaman Respons disebabkan pengaruh perlakuan RAK: Satuan percobaan heterogen Keragaman Respons disebabkan pengaruh Perlakuan

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Desain penelitian yang digunakan adalah penelitian deskriptif dan verifikatif.

III. METODE PENELITIAN. Desain penelitian yang digunakan adalah penelitian deskriptif dan verifikatif. III. METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Desain penelitian yang digunakan adalah penelitian deskiptif dan veifikatif. Menuut Sugiyono (005: 13), penelitian deskiptif adalah jenis penelitian yang menggambakan

Lebih terperinci

BAB III. REGRESI LINIER BERGANDA DUA VARIABEL BEBAS

BAB III. REGRESI LINIER BERGANDA DUA VARIABEL BEBAS BAB III. REGRESI LINIER BERGANDA DUA VARIABEL BEBAS 3. Pendahuluan Dalam egesi linie sedehana telah dipelajai analisis egesi yang tedii atas dua vaiabel. Dalam pembicaaan tesebut di mana analisisnya tedii

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Metode Penelitian Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskiptif analitik, dengan menggunakan teknik analisis egesi dan koelasi. Metode ini digunakan

Lebih terperinci

HAND OUT STATISTIK NON PARAMETRIK

HAND OUT STATISTIK NON PARAMETRIK HAND OUT STATISTIK NON PARAMETRIK KASUS (k) SAMPEL BERHUBUNGAN Oleh : Aief Sudajat, S. Ant, M.Si PRODI SOSIOLOGI FAKULTAS ILMU SOSIAL UNIVERSITAS NEGERI SURABAYA 006 KASUS (k) SAMPEL BERHUBUNGAN Pada bagian

Lebih terperinci

Rancangan Petak Teralur pada Hasil Panen Tanaman Buncis di Fakultas Pertanian Universitas Mulawarman

Rancangan Petak Teralur pada Hasil Panen Tanaman Buncis di Fakultas Pertanian Universitas Mulawarman Rancangan Petak Tealu pada Hasil Panen Tanaman Buncis di Fakultas Petanian Univesitas Mulawaman Stip Plot Design on Beans Havest in the Faculty of Agicultue Mulawaman Univesity Nujannah Masitah 1, Sifiyani

Lebih terperinci

Chap 6 Model-Gas Real dan Ekspansi Virial. 1. Ekspansi Virial 2. Gugus Mayer

Chap 6 Model-Gas Real dan Ekspansi Virial. 1. Ekspansi Virial 2. Gugus Mayer Chap 6 Model-Gas Real dan Ekspansi Viial. Ekspansi Viial. Gugus Maye Fungsi Patisi Kanonik Untuk Gas Dengan Inteaksi Lemah Misalkan tedapat inteaksi (potensial) anta patikel : u ij, sehingga Hamiltonian

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN III. METODE PENELITIAN A. Metode Penelitian Metode meupakan caa keja yang digunakan untuk memahami, mengeti, segala sesuatu yang behubungan dengan penelitian aga tujuan yang dihaapkan dapat tecapai. Sesuai

Lebih terperinci

SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN PEMILIHAN PENERIMA BEASISWA MAHASISWA KURANG MAMPU PADA STMIK BUDIDARMA MEDAN MENERAPKAN METODE PROFILE MATCHING

SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN PEMILIHAN PENERIMA BEASISWA MAHASISWA KURANG MAMPU PADA STMIK BUDIDARMA MEDAN MENERAPKAN METODE PROFILE MATCHING SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN PEMILIHAN PENERIMA BEASISWA MAHASISWA KURANG MAMPU PADA STMIK BUDIDARMA MEDAN MENERAPKAN METODE PROFILE MATCHING T.M Syahu Ichsan (1111667 ) Mahasiswa Pogam Studi Teknik Infomatika

Lebih terperinci

METODOLOGI PENELITIAN. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode Deskriptif. Karena

METODOLOGI PENELITIAN. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode Deskriptif. Karena 35 III. METODOLOGI PENELITIAN 1.1 Metode Penelitian Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode Deskiptif. Kaena penelitian ini mengkaji tentang Pengauh Kontol Dii dan Lingkungan Keluaga Tehadap

Lebih terperinci

ANALISIS PERBANDINGAN METODE SAW DAN TOPSIS DALAM SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN SELEKSI CALON DOSEN STMIK PALANGKARAYA

ANALISIS PERBANDINGAN METODE SAW DAN TOPSIS DALAM SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN SELEKSI CALON DOSEN STMIK PALANGKARAYA ANALISIS PERBANDINGAN METODE SAW DAN TOPSIS DALAM SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN SELEKSI CALON DOSEN STMIK PALANGKARAA Susi Hendatie STMIK Palangkaaya Jalan G.Obos No. Palangkaaya Email : sesyalang@gmail.com

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Penelitian ini meupakan penelitian kuantitatif dengan menggunakan analisis egesi. Analisis ini digunakan untuk mengetahui adakah pengauh antaa vaiabel bebas

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. ilmiah, apabila penelitian tersebut menggunakan metode atau alat yang tepat. dan menguji kebenaran suatu pengetahuan.

III. METODE PENELITIAN. ilmiah, apabila penelitian tersebut menggunakan metode atau alat yang tepat. dan menguji kebenaran suatu pengetahuan. 8 III. METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Suatu penelitian dapat behasil dengan baik dan sesuai dengan posedu ilmiah, apabila penelitian tesebut menggunakan metode atau alat yang tepat. Dengan menggunakan

Lebih terperinci

ANALISIS KOVARIAN PADA RANCANGAN BUJURSANGKAR GRAECO LATIN

ANALISIS KOVARIAN PADA RANCANGAN BUJURSANGKAR GRAECO LATIN ISSN: 339-541 JURNAL GAUSSIAN, Volume 6, Nomo 1, Tahun 017, Halaman 31-40 Online di: http://ejounal-s1.undip.ac.id/inde.php/gaussian ANALISIS KOVARIAN PADA RANCANGAN BUJURSANGKAR GRAECO LATIN Fada Nu Sa

Lebih terperinci

BAB. III METODE PENELITIAN. A.Identifikasi Variabel Penelitian. Variabel-variabel dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

BAB. III METODE PENELITIAN. A.Identifikasi Variabel Penelitian. Variabel-variabel dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: BAB. III METODE PEELITIA A.Identifikasi Vaiabel Penelitian Pada bagian ini akan diuaikan segala hal yang bekaitan dengan identifikasi vaiabel penelitian, definisi opeasional vaiabel penelitian, subjek

Lebih terperinci

BAB III REGERSI COX PROPORTIONAL HAZARD. hidup salahsatunyaadalah Regresi Proportional Hazard. Analisis

BAB III REGERSI COX PROPORTIONAL HAZARD. hidup salahsatunyaadalah Regresi Proportional Hazard. Analisis 13 BAB III REGERSI COX PROPORTIONAL HAZARD 3.1 Pendahuluan Analisisegesi yang seingkali digunakan dalam menganalisis data uji hidup salahsatunyaadalah Regesi Popotional Hazad. Analisis egesiinimengasumsikanbahwaasio

Lebih terperinci

ANALISIS REGRESI DAN KORELASI BERGANDA

ANALISIS REGRESI DAN KORELASI BERGANDA ANALISIS REGRESI DAN KORELASI BERGANDA Bentuk pesamaan egesi dengan dua vaiabel indenpenden adalah: Y = a + b X + b X Bentuk pesaman egesi dengan 3 veiabel independen adalah: Y = a + b X + b X + b 3 X

Lebih terperinci

Rancangan Bujur Sangkar Latin (RBSL) Latice Square Design

Rancangan Bujur Sangkar Latin (RBSL) Latice Square Design Rancangan Buju Sangka Latin (RBSL) Latice Squae Design RBSL (Rancangan Buju Sangka Latin) Di bebeapa kasus, memungkinkan kita untuk mengontol dua atau lebih sumbe keagamaman RBSL digunakan apabila tedapat

Lebih terperinci

1 Sistem Koordinat Polar

1 Sistem Koordinat Polar 1 Sistem Koodinat ola ada kuliah sebelumna, kita selalu menggunakan sistem koodinat Katesius untuk menggambakan lintasan patikel ang begeak. Koodinat Katesius mudah digunakan saat menggambakan geak linea

Lebih terperinci

Uji Lanjut: BEDA NILAI TERKECIL (BNT) (Least Significant Difference (LSD)) Forcep Rio Indaryanto, S.Pi., M.Si Muta Ali Khalifa, S.IK., M.Si.

Uji Lanjut: BEDA NILAI TERKECIL (BNT) (Least Significant Difference (LSD)) Forcep Rio Indaryanto, S.Pi., M.Si Muta Ali Khalifa, S.IK., M.Si. Uji Lanjut: BEDA NILAI TERKECIL (BNT) (Least Significant Difference (LSD)) Forcep Rio Indaryanto, S.Pi., M.Si Muta Ali Khalifa, S.IK., M.Si. Jurusan Perikanan Fakultas Pertanian Universitas Sultan Ageng

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB LANDASAN TEORI. Pengetian Pestasi Belaja Pestasi belaja meupakan kegiatan mental yang tidak dapat disaksikan dai lua dii seseoang mahasiswa yang sedang belaja, pestasi belaja tidak dapat diketahui

Lebih terperinci

UJI SCOTT-KNOTT. Perbandingan Nilai Rata-rata

UJI SCOTT-KNOTT. Perbandingan Nilai Rata-rata UJI SCOTT-NOTT Perbandingan Nilai Rata-rata Ade Setiawan 9 Uji Gugu Scott-nott Metoda Scott-nott Perbandingan S dengan Uji Lainnya Metoda Pengujian Scott-nott Pengerjaan dimulai dengan memiahkan grup rata-rata

Lebih terperinci

Perancangan Percobaan

Perancangan Percobaan Perancangan Percobaan Ade Setiawan 009 Faktorial Faktor Pengertian dasar Faktor Taraf Perlakuan (Treatment) Respons Layout Percobaan & Pengacakan Penyusunan Data Analisis Ragam Perbandingan Rataan Ade

Lebih terperinci

Data dan Metode Pengolahan Data

Data dan Metode Pengolahan Data Bab III Data dan Metode Pengolahan Data III. Data a) Tansvol ARLINDO di selat Makassa yang meupakan hasil simulasi model baotopik untuk tahun El Niño (97/73, 98/83, dan 997/98), tahun La Niña (973/74 dan

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan dan menganalisis pengaruh

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan dan menganalisis pengaruh BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Pendekatan dan Metode Penelitian Penelitian ini betujuan untuk mendeskipsikan dan menganalisis pengauh evaluasi dii dan pengembangan pofesi tehadap kompetensi pedadogik

Lebih terperinci

STATISTIKA NONPARAMETRIK

STATISTIKA NONPARAMETRIK STATISTIKA NONPARAMETRIK STATISTIKA NONPARAMETRIK Elty Savia, ST., MT. Fakultas Teknik Juusan Teknik Industi Univesitas Kisten Maanatha Bandung adalah statistik yang tidak memelukan pembuatan asumsi tentang

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 33 BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Obyek dan Lokasi Penelitian Dalam penelitian ini peneliti memilih obyek penelitian UD. Usaha Mandii Semaang, yang betempat di Jalan Semaang Indah C-VI No 20. UD. Usaha

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. identifikasi variabel penelitian, definisi operasional variabel penelitian, subjek

BAB III METODE PENELITIAN. identifikasi variabel penelitian, definisi operasional variabel penelitian, subjek 9 BAB III METODE PEELITIA A. Identifikasi Vaiabel Penelitian Pada bagian ini akan diuaikan segala hal yang bekaitan dengan identifikasi vaiabel penelitian, definisi opeasional vaiabel penelitian, subjek

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. pokok yang harus diperhatikan yaitu dilaksanakan secara sistematis,

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. pokok yang harus diperhatikan yaitu dilaksanakan secara sistematis, 8 BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Metode Penelitian Suatu penelitian yang dilakukan dengan baik pada dasanya ada tiga hal pokok yang haus dipehatikan yaitu dilaksanakan secaa sistematis, beencana dan

Lebih terperinci

4 Departemen Statistika FMIPA IPB

4 Departemen Statistika FMIPA IPB Suplemen Responsi Petemuan ANALISIS DATA KATEGORIK (STK351) 4 Depatemen Statistia FMIPA IPB Poo Bahasan Sub Poo Bahasan Refeensi Watu Ui Hipotesis Tiga Contoh atau Lebih Ui Fiedman (analisis agam dua-aah

Lebih terperinci

Lampiran 1. Sidik Ragam Persentase Kematian Tanaman

Lampiran 1. Sidik Ragam Persentase Kematian Tanaman LAMPIRAN Lampiran 1. Sidik Ragam Persentase Kematian Tanaman Perlakuan 7 36,45586 5,20798 2,21161 JK Faktor A (Media Tanam) 1 0,498032 0,498032 0,211493 tn 4,26 7,82 JK Faktor B (Mikroorganisme) 3 29,47075

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. HASIL PENELITIAN. Data Identitas Responden Fekuensi identitas esponden dalam penelitian ini tedii dai jenis kelamin dan pendidikan guu yang dapat dijelaskan sebagai

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif kuantitatif,

III. METODOLOGI PENELITIAN. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif kuantitatif, 44 III. METODOLOGI PENELITIAN A. Metode Penelitian Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskiptif kuantitatif, sepeti yang dikemukakan oleh Ali (1985: 84), Metode deskiptif digunakan

Lebih terperinci

BAB IV HASIL SIMULASI DAN ANALISA PENGUKURAN

BAB IV HASIL SIMULASI DAN ANALISA PENGUKURAN BAB IV Hasil Simulasi Dan Analisa Pengukuan BAB IV HASIL SIMULASI DAN ANALISA PENGUKURAN 4.1. Pehitungan Saluan Pencatu Saluan pencatu yang digunakan pada Tugas Akhi ini menggunakan mikostip feedline.

Lebih terperinci

B. Konsep dan Variabel Penelitian BAB III METODE PENELITIAN. A. Jenis Penelitian. Pendekatan penelitian yang digunakan penulis adalah

B. Konsep dan Variabel Penelitian BAB III METODE PENELITIAN. A. Jenis Penelitian. Pendekatan penelitian yang digunakan penulis adalah 41 BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Pendekatan penelitian yang digunakan penulis adalah pendekatan penelitian kuantitatif koelasional. Penelitian kuantitatif koelasional adalah penelitian

Lebih terperinci

Uji Beda Nyata Terkecil (BNT)

Uji Beda Nyata Terkecil (BNT) Uji Beda Nyata Terkecil (BNT) Oke, kali ini saya akan menjelaskan bagaimana cara menggunakan uji Beda Nyata Terkecil atau sering disebut uji BNT. Seperti pada uji BNJ, Uji BNT sebenarnya juga sangat simpel.

Lebih terperinci

HUBUNGAN PENGGUNAAN SUMBER BELAJAR DAN MINAT BELAJAR DENGAN HASIL BELAJAR PENGUKURAN DASAR SURVEY

HUBUNGAN PENGGUNAAN SUMBER BELAJAR DAN MINAT BELAJAR DENGAN HASIL BELAJAR PENGUKURAN DASAR SURVEY ISSN 085-05 Junal Penelitian Bidang Pendidikan Volume 0(): 6 -, 04 HUBUNGAN PENGGUNAAN SUMBER BELAJAR DAN MINAT BELAJAR DENGAN HASIL BELAJAR PENGUKURAN DASAR SURVEY Dedek Suhendo dan Kistian Juusan Pendidikan

Lebih terperinci

Geometri Analitik Bidang (Lingkaran)

Geometri Analitik Bidang (Lingkaran) 9 Geometi nalitik idang Lingkaan) li Mahmudi Juusan Pendidikan Matematika FMIP UNY) KOMPETENSI Kompetensi ang dihaapkan dikuasai mahasiswa setelah mempelajai ab ini adalah sebagai beikut. Menjelaskan pengetian

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA A. Perambatan Bunyi di Luar Ruangan

TINJAUAN PUSTAKA A. Perambatan Bunyi di Luar Ruangan Kebisingan yang belebihan akan sangat bepengauh tehadap indea pendengaan. Seseoang yang telalu seing beada pada kawasan dengan kebisingan yang tinggi setiap hainya dapat mengalami gangguan pendengaan sementaa

Lebih terperinci

BAB III EKSPEKTASI BANYAKNYA PENGGANTIAN KOMPONEN LISTRIK MOTOR BERDASARKAN FREE REPLACEMENT WARRANTY DUA DIMENSI

BAB III EKSPEKTASI BANYAKNYA PENGGANTIAN KOMPONEN LISTRIK MOTOR BERDASARKAN FREE REPLACEMENT WARRANTY DUA DIMENSI BAB III EKSPEKTASI BANYAKNYA PENGGANTIAN KOMPONEN LISTRIK MOTOR BERDASARKAN FREE REPLACEMENT WARRANTY DUA DIMENSI 3. Pendahuluan Tujuan penelitian ini adalah untuk mendapatkan ekspektasi banyaknya komponen

Lebih terperinci

BAB III RANCANGAN PENELITIAN. tujuan utama yang ingin dicapai melalui penelitian ini adalah untuk memperoleh

BAB III RANCANGAN PENELITIAN. tujuan utama yang ingin dicapai melalui penelitian ini adalah untuk memperoleh 44 BAB III RACAGA PEELITIA.. Tujuan Penelitian Bedasakan pokok pemasalahan yang telah diuaikan dalam Bab I, maka tujuan utama yang ingin dicapai melalui penelitian ini adalah untuk mempeoleh jawaban atas

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Bab ini membahas mengenai uraian dan analisis data-data yang

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Bab ini membahas mengenai uraian dan analisis data-data yang BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Bab ini membahas mengenai uaian dan analisis data-data yang dipeoleh dai data pime dan sekunde penelitian. Data pime penelitian ini adalah hasil kuesione yang disebakan kepada

Lebih terperinci

FISIKA. Kelas X HUKUM NEWTON TENTANG GRAVITASI K-13. A. Hukum Gravitasi Newton

FISIKA. Kelas X HUKUM NEWTON TENTANG GRAVITASI K-13. A. Hukum Gravitasi Newton K- Kelas X ISIKA HUKUM NEWON ENANG GAVIASI UJUAN PEMELAJAAN Setelah mempelajai matei ini, kamu dihaapkan memiliki kemampuan beikut.. Menjelaskan hukum gavitasi Newton.. Memahami konsep gaya gavitasi dan

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Gambaan Objek Penelitian Obyek pada penelitian ini bejumlah 43 siswa kelas VIIA dan VIIB SMP Mate Alma Ambaawa tahun ajaan 2011/2012. Kegiatan penelitian ini dilaksanakan

Lebih terperinci

Fisika Dasar I (FI-321)

Fisika Dasar I (FI-321) Fisika Dasa I (FI-31) Topik hai ini (minggu ) Geak dalam Satu Dimensi (Kinematika) Keangka Acuan & Sistem Koodinat Posisi dan Pepindahan Kecepatan Pecepatan GLB dan GLBB Geak Jatuh Bebas Mekanika Bagian

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di madasah Aliyah Negei (MAN) Model Medan yang bealamat di Jalan Williem Iskanda No. 7A Keluahan Sidoejo, Kecamatan

Lebih terperinci

Manajemen Sumberdaya Perairan Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara

Manajemen Sumberdaya Perairan Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara Manajemen Sumbedaya Peaian Fakultas Petanian Univesitas Sumatea Utaa No. : Waktu : Hai/Tanggal : A. Data umum Nama :... Jenis Kelamin : Laki-laki Peempuan Umu :... tahun Pendidikan : SD SLTP SLTA D3 S1...

Lebih terperinci

PENERAPAN ALGORITMA ELECTRE DALAM MENENTUKAN LOKASI SHETLER TRANS JOGJA

PENERAPAN ALGORITMA ELECTRE DALAM MENENTUKAN LOKASI SHETLER TRANS JOGJA PENERAPAN ALGORITMA ELECTRE ALAM MENENTUKAN LOKASI SHETLER TRANS JOGJA Supiatin Sistem Infomasi STMIK AMIKOM Yogyakata supiatin@amikom.ac.id Abstak Tans Jogja meupakan salah satu altenatif tanspotasi massa

Lebih terperinci

Angga Setiawan 1, Saripin 2, Ni Putu Nita Wijayanti 3 No. HP.

Angga Setiawan 1, Saripin 2, Ni Putu Nita Wijayanti 3  No. HP. 1 THE CONTRIBUTION OF THE WRIST FLEXIBILITY AND ARM MUSCLE AND SHOULDER POWER IN SERVING SKILL FOR MALE VOLLEYBALL TEAM OF SMAN 7 DURI IN MANDAU DISTRICT, BENGKALIS REGENCY Angga Setiawan 1, Saipin, Ni

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 34 BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Poses Pengumpulan Data Posedu dalam penelitian ini tedii dai tiga tahapan, tahapannya yaitu tahap pesiapan, tahap pelaksanaan dan tahap pengolahan dan penaikan

Lebih terperinci

MODEL CAMPURAN LINEAR. Bab 6 Linear Mixed Models ( )

MODEL CAMPURAN LINEAR. Bab 6 Linear Mixed Models ( ) MODEL CAMPURAN LINEAR Bab 6 Linea Mixed Models (6.1-6.5) Outline Model umum Stuktu Ragam Peagam Model Campuan untuk data longitudinal Menduga pegauh tetap untuk Ragam (V) diketahui Menduga pegauh tetap

Lebih terperinci

S T A T I S T I K A OLEH : WIJAYA FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS SWADAYA GUNUNG JATI CIREBON

S T A T I S T I K A OLEH : WIJAYA FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS SWADAYA GUNUNG JATI CIREBON S T A T I S T I K A OLEH : WIJAYA FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS SWADAYA GUNUNG JATI CIREBON 2011 PENGUJIAN HIPOTESIS V. PENGUJIAN HIPOTESIS Hipotesis adalah jawaban sementara terhadap suatu masalah. Setiap

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN. Metode penelitian yang digunakan adalah Deskriptif Asosiatif dengan

III. METODOLOGI PENELITIAN. Metode penelitian yang digunakan adalah Deskriptif Asosiatif dengan III. METODOLOGI PENELITIAN A. Pendekatan Penelitian Metode penelitian yang digunakan adalah Deskiptif Asosiatif dengan pendekatan ex post facto. Metode deskiptif dapat diatikan sebagai penelitian yang

Lebih terperinci

Uji Perbandingan Ganda. Arum Handini Primandari, M.Sc.

Uji Perbandingan Ganda. Arum Handini Primandari, M.Sc. Uji Perbandingan Ganda (Multiple Comparison) Arum Handini Primandari, M.Sc. Beberapa uji perbandingan ganda: Uji BNT/LSD Uji Tukey Uji Duncan Uji Bonferroni H : dengan i, j 1,2,..., t dan i j H 0 1 i :

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Variabel-variabel dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

BAB III METODE PENELITIAN. Variabel-variabel dalam penelitian ini adalah sebagai berikut : BAB III METODE PEELITIA A. Identifikasi Vaiabel Penelitian Pada bagian ini akan diuaikan segala hal yang bekaitan dengan identifikasi vaiabel penelitian, definisi opeasional vaiabel penelitian, subjek

Lebih terperinci

BAB III. METODOLOGI PENELITIAN. hasil. Sedangkan menurut Suharsimi Arikunto (2002:136) metode penelitian

BAB III. METODOLOGI PENELITIAN. hasil. Sedangkan menurut Suharsimi Arikunto (2002:136) metode penelitian 7 BAB III. METODOLOGI PENELITIAN A. Metode Penelitian Metode adalah suatu caa atau jalan yang ditempuh untuk mencapai suatu hasil. Sedangkan menuut Suhasimi Aikunto (00:36) metode penelitian adalah caa

Lebih terperinci

Seminar Nasional Pendidikan Biologi FKIP UNS 2010

Seminar Nasional Pendidikan Biologi FKIP UNS 2010 HUBUNGAN KINERJA MENGAJAR DOSEN DAN MOTIVASI BELAJAR DENGAN PRESTASI BELAJAR PENDIDIKAN IPA DI SD PADA MAHASISWA PROGRAM D PGSD KAMPUS VI KEBUMEN FKIP UNS TAHUN AKADEMIK 009 / 00 Wasiti Dosen PGSD FKIP

Lebih terperinci

ANALISIS KORELASI. Konsep. Konsep (lanjutan) Arah hubungan. Agus Susworo Dwi Marhaendro

ANALISIS KORELASI. Konsep. Konsep (lanjutan) Arah hubungan. Agus Susworo Dwi Marhaendro ANALISIS KORELASI Agus Suswoo Dwi Mahaendo Konsep Metode analisis tehadap data, tidak hanya yang tedii dai satu kaakteistik saja. Banyak pesoalan atau fenomena yang meliputi lebih dai sebuah vaiabel: beat

Lebih terperinci

PENGARUH CONTRACTING CONTINYU SEBUAH PENDEKATAN BEHAVIORISTIK DALAM MENINGKATKAN SELF AWARNES

PENGARUH CONTRACTING CONTINYU SEBUAH PENDEKATAN BEHAVIORISTIK DALAM MENINGKATKAN SELF AWARNES Posiding Konfeda dan Semina Nasional BK PD ABKIN Sulawesi Selatan Optimalisasi Pean Pendidik Dalam Membangun Kaakte Bangsa Di Ea MEA 30 Makassa, 4-5 Maet 017 PENGARUH CONTRACTING CONTINU SEBUAH PENDEKATAN

Lebih terperinci

Rancang Bangun Antena Mikrostrip 900 MHz

Rancang Bangun Antena Mikrostrip 900 MHz Rancang Bangun Antena Mikostip 900 MHz Siska Novita Posma 1, M. Yanua Haiyawan 2, Adiyan Khabzli 3 1,2,3 Juusan Teknik Elekto Politeknik Caltex Riau Tel : (0761-53939) Fax : (0761-554224) siska@pc.ac.id

Lebih terperinci

Bab II. Konsep Dasar

Bab II. Konsep Dasar Bab II Konsep Dasa Konsep dasa mengenai gaf dan jaingan dikutip dai Bondy dan Muty [1], Diestel [2], dan Fleische [3]. Beikut ini dibeikan bebeapa notasi himpunan untuk memudahkan pendefinisian gaf dan

Lebih terperinci

HUKUM COULOMB Muatan Listrik Gaya Coulomb untuk 2 Muatan Gaya Coulomb untuk > 2 Muatan Medan Listrik untuk Muatan Titik

HUKUM COULOMB Muatan Listrik Gaya Coulomb untuk 2 Muatan Gaya Coulomb untuk > 2 Muatan Medan Listrik untuk Muatan Titik HKM CMB Muatan istik Gaya Coulomb untuk Muatan Gaya Coulomb untuk > Muatan Medan istik untuk Muatan Titik FISIKA A Semeste Genap 6/7 Pogam Studi S Teknik Telekomunikasi nivesitas Telkom M A T A N Pengamatan

Lebih terperinci

Dimensi Partisi pada Graf Kincir

Dimensi Partisi pada Graf Kincir Dimensi Patisi pada Gaf Kinci Disusun Oleh : Chanda Iawan NRP.00 09 0 Abstak Misalkan G(VE) adalah gaf tehubung dan S adalah sebuah subset dai V(G) jaak antaa v dan S adalah dv S min d v x x S.Suatu gaf

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. banyaknya komponen listrik motor yang akan diganti berdasarkan Renewing Free

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. banyaknya komponen listrik motor yang akan diganti berdasarkan Renewing Free BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4. Pendahuluan Bedasakan tujuan penelitian ini, yaitu mendapatkan ekspektasi banyaknya komponen listik moto yang akan diganti bedasakan Renewing Fee Replacement Waanty dua dimensi,

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Jenis dan Lokasi Penelitian Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian ekspeimental. Pada penelitian ini akan ada kelompok ekspeimen dan kelompok

Lebih terperinci

Gerak Melingkar. B a b 4. A. Kecepatan Linear dan Kecepatan Anguler B. Percepatan Sentripetal C. Gerak Melingkar Beraturan

Gerak Melingkar. B a b 4. A. Kecepatan Linear dan Kecepatan Anguler B. Percepatan Sentripetal C. Gerak Melingkar Beraturan B a b 4 Geak Melingka Sumbe: www.ealcoastes.com Pada bab ini, Anda akan diajak untuk dapat meneapkan konsep dan pinsip kinematika dan dinamika benda titik dengan caa menganalisis besaan Fisika pada geak

Lebih terperinci

IV. METODE PENELITIAN. Metode dasar yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif

IV. METODE PENELITIAN. Metode dasar yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif 50 IV. METODE PENELITIAN 4.1. Metode Dasa Metode dasa yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskiptif analisis, yang betujuan melukiskan secaa tepat sifat-sifat suatu individu, keadaan, gejala

Lebih terperinci

Gambar 4.3. Gambar 44

Gambar 4.3. Gambar 44 1 BAB HUKUM NEWTON TENTANG GERAK Pada bab kita telah membahas sifat-sifat geak yang behubungan dengan kecepatan dan peceaptan benda. Pembahasan pada Bab tesesbut menjawab petanyaan Bagaimana sebuah benda

Lebih terperinci

HUBUNGAN POWER TUNGKAI DAN KELENTUKAN DENGAN KEMAMPUAN MENENDANG PINALTI. (Jurnal) Oleh EKA MULYANTO

HUBUNGAN POWER TUNGKAI DAN KELENTUKAN DENGAN KEMAMPUAN MENENDANG PINALTI. (Jurnal) Oleh EKA MULYANTO HUBUNGAN POWER TUNGKAI DAN KELENTUKAN DENGAN KEMAMPUAN MENENDANG PINALTI (Junal) Oleh EKA MULYANTO FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS LAMPUNG BANDAR LAMPUNG 04 ABSTRACT THE POWER RELATIONS

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di laboatoium biokimia FMIPA Univesitas Riau selama 4 (empat) bulan. 3.2. Alat dan Bahan 3.2.1. Alat-alat yang

Lebih terperinci

BAB IV ANALISA PERENCANAAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV ANALISA PERENCANAAN DAN PEMBAHASAN BAB IV ANALISA PERENCANAAN DAN PEMBAHASAN 4.1. Analisa Gaya-Gaya Pada Poos Lengan Ayun Dai gamba 3.1 data dimensi untuk lengan ayun: - Mateial yang digunakan : S-45 C - Panjang poos : 0,5 m - Diamete poos

Lebih terperinci

Perancangan Percobaan

Perancangan Percobaan Perancangan Percobaan Rancangan lingkungan: Rancangan Acak Lengkap (RAL), (RAK) dan Rancangan Bujur Sangkar Latin (RBSL), Lattice. Ade Setiawan 009 RAL Ade Setiawan 009 Latar Belakang RAK 3 Perlakuan Sama

Lebih terperinci

BAB II METODOLOGI PENELITIAN. Jenis penelitian yang dilakukan adalah penelitian asosiatif dengan analisa

BAB II METODOLOGI PENELITIAN. Jenis penelitian yang dilakukan adalah penelitian asosiatif dengan analisa .1. Bentuk Penelitian BAB II METODOLOGI PENELITIAN Jenis penelitian yang dilakukan adalah penelitian asosiatif dengan analisa kuantitatif, dengan maksud untuk mencai maksud dan pengauh antaa vaiable independen

Lebih terperinci

PENGUKURAN RELIABILITAS DAN VALIDITAS SOAL MATEMATIKA BIDANG TEKNIK UNTUK TES MASUK CALON MAHASISWA BARU POLITEKNIK NEGERI SEMARANG

PENGUKURAN RELIABILITAS DAN VALIDITAS SOAL MATEMATIKA BIDANG TEKNIK UNTUK TES MASUK CALON MAHASISWA BARU POLITEKNIK NEGERI SEMARANG ORBITH VOL. 11 NO. 3 NOVEMBER 015 : 185 189 PENGUKURAN RELIABILITAS DAN VALIDITAS SOAL MATEMATIKA BIDANG TEKNIK UNTUK TES MASUK CALON MAHASISWA BARU POLITEKNIK NEGERI SEMARANG Oleh: Endang Tiyani Staf

Lebih terperinci

Hubungan Layanan Informasi Dengan Kreativitas Belajar Siswa

Hubungan Layanan Informasi Dengan Kreativitas Belajar Siswa Hubungan Layanan Infomasi Dengan Keativitas Belaja Siswa Si Rahayu (090154) Mahasiswa Pendidikan Bimbingan dan Konseling IKIP Vetean Semaang ABSTRAK Keativitas meupakan bakat yang secaa potensial dimiliki

Lebih terperinci

Liston Hasiholan 1) dan Sudradjat 2)

Liston Hasiholan 1) dan Sudradjat 2) EVALUASI KINERJA KARYAWAN MENGGUNAKAN METODE PEMROGRAMAN LINEAR FUY *) Liston Hasiholan 1) dan Sudadjat 2) ABSTRAK Pengukuan kineja kayawan meupakan satu hal yang mutlak dilakukan secaa peiodik oleh suatu

Lebih terperinci

BAB III OBJEK DAN METODE PENELITIAN

BAB III OBJEK DAN METODE PENELITIAN BAB III OBJEK DAN METODE PENELITIAN 3.1 Objek Penelitian Objek penelitian meupakan sesuatu yang menjadi pehatian dalam suatu penelitian, objek penelitian ini menjadi sasaan dalam penelitian untuk mendapatkan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Desain penelitian merupakan rencana atau metode yang akan ditempuh

BAB III METODE PENELITIAN. Desain penelitian merupakan rencana atau metode yang akan ditempuh BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Desain Penelitian Desain penelitian meupakan encana atau metode yang akan ditempuh dalam penelitian, sehingga umusan masalah dan hipotesis yang akan diajukan dapat dijawab

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian 1. Tempat Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di SMP Negei 10 Salatiga yaitu pada kelas VII D dan kelas VII E semeste genap tahun ajaan 2011/2012.

Lebih terperinci

II. KINEMATIKA PARTIKEL

II. KINEMATIKA PARTIKEL II. KINEMATIKA PARTIKEL Kinematika adalah bagian dai mekanika ang mempelajai tentang geak tanpa mempehatikan apa/siapa ang menggeakkan benda tesebut. Bila gaa penggeak ikut dipehatikan, maka apa ang dipelajai

Lebih terperinci