PENERAPAN ALGORITMA ELECTRE DALAM MENENTUKAN LOKASI SHETLER TRANS JOGJA

Transkripsi

1 PENERAPAN ALGORITMA ELECTRE ALAM MENENTUKAN LOKASI SHETLER TRANS JOGJA Supiatin Sistem Infomasi STMIK AMIKOM Yogyakata Abstak Tans Jogja meupakan salah satu altenatif tanspotasi massa yang beopeasi di dalam Kota Yogyakata sejak tahun 008. Sebagai altenatif tanspotasi dalam kota, Tans Jogja menjadi angkutan umum yang nyaman, mudah, muah, dan aman seta menjadi angkutan umum yang bisa diandalkan baik dai segi kenyamanan maupun keamanan hingga saat ini akan tetapi lokasi shelte atau halte masih jaang dan jaak dengan shelte lain masih sangat jauh. Metode ELECTRE meupakan salah satu model yang dapat digunakan untuk menentukan altenatif tebaik dai bebeapa altenatif yang dipilih. engan menggunakan model ELECTRE maka dapat ditentukan lokasi shelte Tans Jogja tebaik sesuai dengan kiteia yang telah ditentukan oleh epatemen Pehubungan (EPHUB). alam penelitian ini juga akan dilakukan pengujian untuk membuktikan bahwa metode ELECTRE dapat digunakan untuk menentukan lokasi Tans Jogja tebaik dai sejumlah altenatif lokasi dengan kiteia-kiteia yang telah ditentukan. Kata Kunci : Sistem pendukung keputusan, Electe, tansjogja 1. Pendahuluan Tans Jogja meupakan salah satu altenatif tanspotasi massa yang beopeasi di dalam Kota Yogyakata sejak tahun 008 (Subasono, 008). Sepeti layaknya Tans Jakata, Tans Jogja juga memiliki halte atau shelte yang teseba di bebagai tempat di wilayah kota Yogyakata. Sebagai altenatif tanspotasi dalam kota, Tans Jogja menjadi angkutan umum yang nyaman, mudah, muah, dan aman seta menjadi angkutan umum yang bisa diandalkan baik dai segi kenyamanan maupun keamanan hingga saat ini akan tetapi lokasi shelte atau halte masih jaang dan jaak dengan shelte lain masih sangat jauh. Pemilihan lokasi shelte bau pelu melakukan suvei lokasi dan menyusun stategi yang tepat untuk memilih lokasi yang paling baik diantaa bebeapa lokasi yang telah dipilih dengan mempetimbangkan fakto-fakto atau kiteia yang telah ditentukan. Electe adalah salah satu metode penentuan uutan peangkingan melalui pebandingan bepasangan antaa altenatif dan kiteia yang sesuai (A.T. Hei, 014). Menuut C.H. Chen dan W.C. Huang (005) metode electe meupakan salah satu metode yang efektif untuk MAM (Multiple Attibute ecision Making)

2 40 TEKNOMATIKA Vol. 9, No., FEBRUARI 017 ISSN: dengan fitu kualitatif dan kuantitatif, sehingga dapat meningkatkan kemampuan dalam membuat keputusan. alam penelitian ini, penulis akan membuktikan bahwa metode Electe mampu membeikan solusi tebaik dalam pemilihan lokasi shelte bau, sehingga dapat membantu epatemen Pehubungan dalam menentukan lokasi shelte tebaik dai bebeapa kiteia yang telah ditentukan. Tujuannya adalah untuk menentukan lokasi bau shelte tansjogja yang potensial aga dapat menjangkau wilayah penumpang yang meupakan tempat stategis dimana banyak penumpang tansjogja yang akan naik ataupun tuun. Konsep dasa metode ELECTRE adalah untuk menangani hubungan outangking dengan menggunakan pebandingan bepasangan antaa masingmasing kiteia secaa tepisah. Misal tedapat hubungan outangking antaa Ai dengan Aj yang menjelaskan bahwa ketika altenatif ke-i tidak mendominasi altenatif ke-j secaa kuantitatif, maka dapat disimpulkan bahwa Aj hampi pasti lebih baik dai Ai. Altenatif dapat dikatakan mendominasi apabila ada altenatif lain yang lebih unggul dalam satu atibut atau lebih dan sama dalam atibut yang tesisa (S. Kusumadewi, dkk, 006).. Tinjauan Pustaka Sistem Pendukung Keputusan (SPK) atau ecision Suppot System (SS) didefinisikan sebagai suatu sistem infomasi untuk membantu manaje level menengah untuk poses pengambilan keputusan setengah testuktu (semi stuctued) supaya lebih efektif dengan menggunakan modelmodel analisis dan data yang tesedia. (Jogiyanto, 005) Salah satu metode dalam sistem pengambilan keputusan adalah adalah metode Electe. Menuut Janco dan Benoide (005), electe meupakan salah satu metode pengambilan keputusan multikiteia bedasakan pada konsep outanking dengan menggunakan pebandingan bepasangan dai altenatif-altenatif bedasakan setiap kiteia yang sesuai. Electe digunakan untuk kasus-kasus dengan banyak altenatif namun hanya sedikit kiteia yang dilibatkan. Suatu altenatif dikatakan mendominasi altenatif yang lainnya jika suatu atau lebih kiteia melebihi (bandingkan dengan kiteia dai altenatif yang lain) dan sama dengan kiteia lain yang tesisa (Kusumadewi dkk, 006) Supiatin... Peneapan Algoitma Electe dalam Menentukan Lokasi Shelte

3 ISSN: TEKNOMATIKA Vol. 9, No., FEBRUARI Metode Pehitungan Penentuan lokasi penempatan shelte TansJogja dengan kiteia yang diuutkan bedasakan pioitas kepentingannnya, yaitu : kepadatan penduduk, jaak anta shelte, tempat umum, dan biaya. Penetapan Altenatif Ada 3 altenatif lokasi yang menjadi pilihan, yaitu: A 1 = Condongcatu A = Jombo A 3 =Maguwohajo Penetapan Kiteia Ada 5 kiteia yang menjadi pebandingan, yaitu: K 1 = Kepadatan penduduk K = Jaak tehadap shelte tedekat K 3 = Tempat umum K 4 = Biaya Pada pembobotan untuk tiap-tiap kiteia ditentukan dai tingkat kepentingan dai masing-masing kiteia. Tingkat kepentingan tetinggi tedapat pada kiteia Kepadatan penduduk, kemudian kiteia jaak tehadap shelte tedekat, kiteia tempat umum dan biaya. 3.1 Pembobotan Kiteia Tingkat kepentingan setiap kiteia, dinilai dengan bobot 1 sampai 5, yang didefiniskan secaa beuutan sebagai: sangat endah, endah, cukup, tinggi, dan sangat tinggi. Selanjunya ditentukan nilai bobot bobot pefeensi sebagai beikut: kepadatan penduduk (3), biaya (), jaak dengan shelte tedekat (), tempat umum (4). Kemudian bedasakan kiteia dan bobot pefeensi, didapatkan matiks ating kecocokan yang diuaikan pada tabel. Tabel. Matiks Rating Kecocokan Altenatif Kepadatan Penduduk Biaya Jaak Tempat Umum Condongcatu Jombo Maguwohajo Tabel menunjukkan ating kecocokan dai setiap altenatif lokasi yang dipilih dengan kiteia-kiteia yang ada. Pengambil keputusan membeikan bobot pefeensi pada setiap kiteia yang disimbolkan dengan w. Peneapan Algoitma Electe dalam Menentukan Lokasi Shelte... Supiatin

4 4 TEKNOMATIKA Vol. 9, No., FEBRUARI 017 ISSN: W = (3,,,4) Kemudian menyelesaikan pemasalahan tesebut dengan menggunakan metode Elect dai tabel dengan tahapan-tahapan yang akan diuaikan pada sub bagian 3. sampai 3.6 secaa beuutan. 3. Nomalisasi Matiks Keputusan ilakukan pehitungan yang sama untuk bais ketiga hingga bais keempat. ai poses pehitungan maka dipeoleh matiks nomalisasi yang disebut sebagai matiks R. idapatkan matiks : R Pembobotan pada Matix yang Telah inomalisasi Pembobotan dilakukan dengan mengalikan nilai pada matiks R dengan nilai pefeensi (w) yang telah ditentukan. Matiks V = R. W V R W ai pehitungan diatas didapat matiks V

5 ISSN: TEKNOMATIKA Vol. 9, No., FEBRUARI V Menentukan Himpunan Concodance dan iscodance Pebandingan pada matiks V pada bais 1 dan bais untuk menentukan himpunan concodance (C) dan discodance () index dapat dilihat pada Tabel 3. Tabel 3. Pebandingan matiks V bais 1 dan bais Matiks Hasil iscodance didapat apabila ecod petama dibandingkan dengan ecod ke dua dan hasilnya ecod kedua lebih besa dai ecod petama, sebaliknya jika ecod petama lebih besa dai ecod kedua maka hasilnya adalah Concodance. Setelah bais 1 dan bais dibandingkan, selanjutnya membandingkan bais 1 dengan bais 3 pada matiks V, hasilnya dapat dilihat pada Tabel 4. Tabel 4. Pebandingan matiks V bais 1 dan bais 3 Matiks Hasil C C C Selanjutnya membandingkan bais beikutnya dilihat pada Tabel 5 sampai dengan Tabel 8. pada matiks V, dapat Tabel 5. Pebandingan matiks V bais dan bais 1 Matiks Hasil C C C C Tabel 6. Pebandingan matiks V bais dan bais 3 Matiks Hasil C C C C Peneapan Algoitma Electe dalam Menentukan Lokasi Shelte... Supiatin

6 44 TEKNOMATIKA Vol. 9, No., FEBRUARI 017 ISSN: Tabel 7. Pebandingan matiks V bais 3 dan bais 1 Matiks Hasil C Tabel 8. Pebandingan matiks V bais 3 dan bais Matiks Hasil C Sehingga dipeoleh hasil Concodance index: C 1 = {} C 13 = {1,3,4} C 1 = {1,,3,4} C 3 = {1,,3,4} C 31 = {} C 3 = {} iscodance index dipeoleh dai kebalikan dai Concodance index: 1 = {1,,3,4} 13 = {} 1 = {} 3 = {} 31 = {1,3,4} 3 = {1,3,4} 3.5 Menghitung Matiks Concodance dan iscodance Langkah selanjutnya adalah menjumlahkan nilai dai masing-masing himpunan baik concodance maupun discodance. Himpunan concodance diambilkan dai nilai himpunan W (bobot pefeensi) C 1 = tidak ada = 0 = 0 C 13 = w 1 +w 3 +w 4 = = 9 C 1 = w 1 +w + w 3 +w 4 = = 11 C 3 = w 1 +w + w 3 +w 4 = = 11 C 31 = w = = C 3 = w = = sehingga dipeoleh matiks sebagai beikut :

7 ISSN: TEKNOMATIKA Vol. 9, No., FEBRUARI C Setelah himpunan concodance ditentukan, langkah selanjutnya adalah menentukan himpunan discodance. Rumus untuk mencai himpunan discodance adalah: Pehitungannya sebagai beikut: 1 kl max{ y y } max{ y y } kl lj j kl kl lj j m ax{ ; ; ; } m ax{ ; ; ; } m ax{ ; ; ; } m ax{ ; ; ; } m a x { } m ax { ; ; ; } m ax { } m ax { ; ; ; } m a x { 0 } m ax { ; ; ; } m ax { 0 } m ax { ; ; ; } m a x { 0 } m ax { ; ; ; } m ax { 0 } m ax { ; 0 ; ; } m a x { ; ; } m a x { ; ; ; } m a x { ; ; } m a x { ; ; ; } m a x { ; ; } m a x { ; ; ; } m a x { ; ; } m a x { ; 0 ; ; } ai pehitungan discodance diatas, dipeoleh matiks sebagai beikut : Peneapan Algoitma Electe dalam Menentukan Lokasi Shelte... Supiatin

8 46 TEKNOMATIKA Vol. 9, No., FEBRUARI 017 ISSN: Menentukan Matiks ominan Concodance dan iscodance C C C C C C C M ( M 1) C 3 (3 1) C M ( M 1) ( 3 1) Menentukan Agegate ominan Matix Setelah diketahui nilai theshold kemudian dibandingkan dengan nilai matiks concodance dan disdodance, hasilnya adalah: F 1 1 G Nilai theshold dipeoleh dai penjumlahan seluuh nilai matiks discodance dibagi dengan jumlah bais matiks dikali dengan jumlah bais matiks dikuangi 1. Setelah diketahui nilai theshold kemudian dibandingkan dengan nilai matiks concodance. 4. Hasil dan Pengujian ai metode pehitungan yang sudah dibahas sebelumnya didapat hasil akhi matiks E. Matiks E didapat dai pekalian antaa matik F dan matiks G. 0 1 E Matiks E membeikan uutan pilihan dai setiap altenatif, yaitu bila E 13 =1 maka altenative A k meupakan pilihan yang lebih baik daipada A l. Sehingga bais dalam matiks E yang memiliki jumlah E 13 =1 paling sedikit dapat dieliminasi. ai pehitungan matiks diatas, maka dengan demikian altenatif tebaik adalah yang mendominasi altenatif lainnya. Pada matiks E, ada bais ke-1 memiliki elemen = 1, bedasakan penyataan diatas maka matiks E yang memiliki jumlah = 1 paling sedikit dapat dieliminasi. Yang beati pada matiks E pada bais ke-1 yang meupakan altenatif A1 yaitu Condongcatu tepilih Supiatin... Peneapan Algoitma Electe dalam Menentukan Lokasi Shelte

9 ISSN: TEKNOMATIKA Vol. 9, No., FEBRUARI sebagai yang tebaik dai antaa altenatif lainnya dan layak menjadi Lokasi tebaik Shelte Tansjogja yang bau. 5. Penutup Bedasakan pehitungan algoitma yang sudah dilakukan, dapat disimpulkan bahwa metode electe meupakan salah satu metode yang mampu digunakan untuk memilih altenatif tebaik dai sejumlah altenatif dengan kiteiakiteia yang telah ditentukan. Metode ini dihaapkan mampu diteapkan dalam sebuah Sistem Pendukung Keputusan sebagai alat bantu dalam menentukan lokasi shelte bau tebaik. afta Pustaka A.T. Hei, Sistem Pendukung Keputusan Pemilihan Siswa Bepestasi dengan Metode Electe (Studi Kasus : SMA Paulian Medan), Pelita Infomatika Budi ama, vol. VII, no., pp , Agustus 014 C.H. Chen, W.C. Huang, Using The Electe II Method to Apply and Analyze The iffeentiation Theoy, Poceding of TheEasten Asia Society fo Tanspotation Studies, vol. 5, pp , 005 Jogiyanto, Sistem Teknologi Infomasi, Edisi II, Andi Offset, Yogyakata, 005 Janko, Wolfgang dan Benoide, Edwad, 005, Multi-Citeia ecision Making An Application Study of ELECTRE & TOPSIS, URL: wwwai.wuwien.ac.at/~benoid/lehe/seminae/ws04/ Kusumadewi, A. Hajoko, S. Hatanti, Wadoyo, Fuzzy Multi-Attibute ecision Making, Yogyakata : Gaha Ilmu, 006 Subasono, Analisis Kebijakan Publik. Yogyakata, Pustaka Pelaja, 008 Peneapan Algoitma Electe dalam Menentukan Lokasi Shelte... Supiatin