Teorema Berbasis Aksioma Separasi dalam Ruang Topologi

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "Teorema Berbasis Aksioma Separasi dalam Ruang Topologi"

Transkripsi

1 Junal Matematika Integatif ISSN Volume 11 No 2, Oktobe 2015, pp Teoema Bebasis Aksioma Sepaasi dalam Ruang Topologi Albet Ch. Soewongsono, Aiyanto, Jafauddin Juusan Matematika Fakultas Sains dan Teknik Undana Kupang Jalan Adisuipto Kampus Penfui Kupang NTT ABSTRAK Pada atikel ini dikaji kaakteistik dan hubungan antaa aksioma-aksioma sepaasi dalam uang-uang topologi yaitu, uang T1, uang T2 (Ruang Hausdoff), uang T3, uang T4, dan uang metik. Aksioma sepaasi adalah suatu aksioma yang digunakan untuk mengklasifikasikan uang-uang topologi bedasakan distibusi himpunan tebukanya. Metode yang digunakan dalam kajian ini adalah dengan menggabungkan pemis-pemis dai aksioma sepaasi dalam uang-uang topologi sehingga dapat dipeoleh teoema yang menghubungkan uang-uang topologi. Pada kajian ini, dipeoleh hubungan antaa uang-uang topologi tesebut yakni, setiap uang T4 adalah uang T3, setiap uang T3 adalah uang T2, setiap uang T2 adalah uang T1 tetapi tidak belaku untuk penyataan sebaliknya. Dipeoleh juga bahwa, setiap uang metik memenuhi semua aksioma sepaasi dalam uang T1, T2, T3, dan T4. Diskusi tentang aksioma sepaasi dalam uang topologi masih tebuka dengan membandingkan aksioma sepaasi dai uang-uang topologi yang lebih kompleks sepeti, uang Tyhonoff dan uang Uysohn. Kata kuni : Aksioma sepaasi, uang topologi, uang metik, uang T1, uang T2, uang T3, uang T4. ABSTRACT In this pape, examined haateisti and elationship between sepaation axioms in topologial spaes whih ae, T1 spae, T2 spae (Hausdoff spae), T3 spae, T4 spae, and meti spae. Sepaation axioms ae axioms that use to lassified these topologial spaes based on distibution of the open sets. The method that has been used in this pape is by ombining pemises of sepaation axiom in topologial spaes so able to find theoems that onnet these topologial spaes. The esults show thee ae elations between these topologial spaes suh as, evey T4 spae is T3 spae, evey T3 spae is T2 spae, evey T2 spae is T1 spae but not the evese statement. Also given that, evey meti spae fulfils all sepaation axioms in T1 spae, T2 spae, T3 spae, and T4 spae. The disussion about sepaation axiom in topologial spaes is still open by ompaing sepaation axiom in moe omplex topologial spaes suh as, Tyhonoff spae and Uysohn spae. Keywods : Sepaation axioms, topologial spae, meti spae, T1 spae, T2 spae, T3 spae, T4 spae. 1. Pendahuluan Pada matematika tedapat banyak abang ilmu yang dipelajai. Salah satunya adalah matematika analisis dimana dipelajai konsep tentang sistem bilangan. Matematika analisis tebagi menjadi dua bagian yaitu, analisis eal yang mempelajai konsep pada sistem bilangan eal dan analisis kompleks yang mempelajai konsep pada sistem bilangan kompleks. Pada analisis eal, bebeapa konsep yang dipelajai antaa lain, limit fungsi, deivatif, integal, dan lain-lain. Pada pekembangannnya dikenal analisis moden atau analisis abstak. Topologi dan uang topologi adalah salah satu abang dai analisis ini (Apostol, 1974). Banyak hal menaik yang dapat dipelajai dalam uang topologi, salah satunya adalah tentang aksioma sepaasi dalam uang-uang topologi yang mengklasifikasikan uang-uang topologi bedasakan distibusi himpunan tebuka (Lipshutz, 1983; Roy, 2013). Aksioma sepaasi yang membeikan ii dai masing-masing uang topologi. Bedasakan aksioma sepaasinya, dapat diai hubungan antaa uang-uang topologi yakni, uang T1, uang T2 (Ruang Hausdoff), uang T3, uang T4, dan uang metik. Untuk mendapatkan hubungan tesebut, posedu penelitian yang dilakukan antaa lain, pemapaan 85

2 Albet Ch. Soewongsono et al/ JMI Vol. 11 No. 2, Oktobe 2015 pp definisi uang topologi dan uang metik, penjelasan aksioma-aksioma sepaasi dai masingmasing uang topologi, dilanjutkan dengan elaboasi pemis dai aksioma-aksioma sepaasi dalam uang T1, uang T2 (Ruang Hausdoff), uang T3, uang T4 sehingga, dapat dipeoleh hubungan antaa uang T1, uang T2 (Ruang Hausdoff), uang T3, uang T4, dan uang metik melalui penuunan teoema-teoema dan setelah dipeoleh hubungan tesebut dapat dibentuk pengelompokkan uang-uang topologi dan uang metik dai yang mempunyai lingkup tesempit hingga yang mempunyai lingkup teluas.. Oganisasi atikel ini pada bagian 2 menjelaskan definisi uang topologi dan uang metik seta teoema-teoema yang dipelukan pada bagian 3 yang membahas hubungan antaa uang T1, uang T2 (Ruang Hausdoff), uang T3, uang T4, dan uang metik. 2. Ruang Topologi dan Ruang Metik Pada bagian ini akan dibeikan definisi pembentukan uang topologi dan uang metik seta bebeapa definisi dan teoema lain yang dipelukan dalam pembahasan pada bagian Ruang Topologi Konsep tentang topologi dan uang topologi beawal dai pembahasan mengenai himpunan tebuka dalam dimana, dibahas mengenai titik dalam, titik batas, dan titik limit (Batle, 1992). Bebeapa sifat himpunan tebuka dalam sistem bilangan eal adalah sebagai beikut : Misalkan adalah keluaga semua himpunan tebuka dalam, maka memenuhi sifatsifat, (i),, (ii) A, I dimana I adalah himpunan indeks, dan (iii) I AB, A B (Lipshutz, 1983; Kone, 2014). A Pada pekembangannya, konsep tesebut dapat diabstaksikan menjadi tidak hanya didefinisikan dalam sistem bilangan eal melainkan pada sebaang himpunan tidak kosong X yang memenuhi bebeapa sifat beikut. Misalkan X adalah sebaang himpunan tidak kosong. adalah keluaga himpunan bagian tebuka dai X yang memenuhi sifat-sifat : (i), X A I A (ii), I I adalah himpunan indeks (iii) A, B A B maka, disebut topologi pada X dan pasangan ( X, ) (Lipshutz, 1983; Kone, 2014). disebut sebagai uang topologi Definisi Titik Dalam (Inteio Point) pada Ruang Topologi Diketahui X, adalah uang topologi dan A X. Titik p disebut titik dalam (inteio point) himpunan A bila ada Gp dan Gp A (Lipshutz, 1983). Definisi Himpunan Tebuka Himpunan A dikatakan tebuka jika semua anggotanya adalah titik dalam (inteio point) dai A (Soemanti, 2004). Teoema Setiap pesekitaan adalah himpunan tebuka (Batle, 1992). Bukti. Diambil a dan 0. Akan ditunjukkan, N ( a) x : x a. Diambil 86

3 Junal Matematika Integatif ISSN Volume 11 No 2, Oktobe 2015, pp sebaang titik y N ( a). Selanjutnya, dibentuk y a dan jelas. Misalkan, maka 0. Dibuat pesekitaan N ( y ) dan diambil sebaang titik z N ( y) maka dipeoleh, z a z y y a ( ) atau za yang beati, z N ( a). Jadi, jika z N ( y) maka z N ( a) ekuivalen dengan N ( y) N ( a). Sehingga, menuut definisi titik dalam (inteio point), y meupakan titik dalam N ( a) Selanjutnya, kaena y diambil sebaang maka tebukti bahwa pesekitaan N ( a) himpunan tebuka.. meupakan Definisi Topologi Diskit Misalkan X adalah suatu himpunan tidak kosong dan adalah himpunan kuasa dai X maka, disebut topologi diskit pada X (Lipshutz, 1983). 2.2 Ruang Metik Misalkan X adalah sebaang himpunan tidak kosong. yang memenuhi sifat-sifat : (i) Fungsi d : X x X ( M ) d( x, y) 0, x, y X 1 2 d( x, y) 0 x y, ( M ) d( x, y) d( y, x) x, y X, ( M ) d( x, y) d( x, z) d( z, y) 3 x, y, z X. Disebut metik atau jaak pada X. (ii) Himpunan X dilengkapi dengan suatu metik d, dituliskan dengan X, d disebut uang metik. Jika metiknya telah diketahui maka uang metik ukup ditulis X saja. (iii) Anggota uang metik X, d disebut titik dan untuk setiap x, y X, bilangan non negatif d( x, y) disebut jaak titik x dengan titik y (Damawijaya, 1998; Ampang, 2011). 3. Hasil dan Pembahasan Pada bagian ini akan dibahas mengenai aksioma sepaasi dalam uang T1, uang T2 (Ruang Hausdoff), uang T3, dan uang T4 sehingga, dapat dipeoleh teoema yang menghubungkan uang-uang topologi tesebut dan uang metik. Sebelum itu, akan dibeikan definisi yang menghubungkan uang metik dan uang topologi sebagai beikut. Misalkan d adalah sebuah metik pada himpunan tidak kosong X. Suatu topologi pada X yang dihasilkan oleh kelas dai pesekitaan dalam X disebut topologi metik atau topologi yang dihasilkan oleh metik d. Selanjutnya, himpunan X dengan topologi yang dihasilkan oleh metik d dinamakan, uang metik dan dinotasikan oleh X, d (Lipshutz, 1983). Dengan demikian, suatu uang metik adalah uang topologi dimana topologinya dihasilkan oleh sebuah metik. Oleh kaena itu, semua konsep yang didefinisikan dalam uang topologi juga didefinisikan dalam uang metik (Lipshutz, 1983; Damawijaya, 1998). Akibatnya, dapat diai hubungan antaa uang metik dan uang-uang topologi lainnya dengan mengambil suatu topologi yang dihasilkan oleh suatu metik. 87

4 Albet Ch. Soewongsono et al/ JMI Vol. 11 No. 2, Oktobe 2015 pp Hubungan Aksioma Sepaasi dalam Ruang T1 dan T2 Definisi Aksioma Sepaasi dalam Ruang T1 Ruang topologi X, disebut uang T1 jika untuk setiap p, q X dengan p q GH, sedemikian sehingga pg, ph dan qh, qg. tedapat Teoema Ruang topologi, singleton { x } adalah himpunan tetutup. Bukti. X meupakan uang T1 jika dan hanya jika untuk setiap x X, Diketahui bahwa X, meupakan uang T1. X dan didefinisikan : { } Diambil sebaang p Diambil sebaang uang T1 maka tedapat GH, p adalah singleton. q { p} X maka, p q sebab { p} p. Kaena, dengan pg, ph dan qh, q G. Jadi, H dengan sifat qh, ph dan H { p}. X adalah Menuut Definisi tentang titik dalam (inteio point) pada himpunan tebuka maka, q titik dalam (inteio point) himpunan { p }. Kaena q diambil sebaang maka { p } himpunan tebuka dan{ p} himpunan tetutup. Jadi, tebukti bahwa apabila X, meupakan uang T1 maka setiap singleton dai X adalah tetutup. ( ) Diketahui bahwa setiap singleton dai X adalah himpunan tetutup. Diambil sebaang p, q X dan p q. Dibentuk{ p} dan{ q} singleton akibatnya, { p } dan { q } tetutup. Selanjutnya didefinisikan : { } G p dan H { q} maka, G dan H tebuka. Jelas bahwa, ph, pg dan qg, q Jadi, p, q X, G, H ph, pg dan qg, q Dai Definisi tentang uang T1, tebukti bahwa X, meupakan uang T1. Dai bukti syaat pelu dan syaat ukup maka, Teoema tebukti. Definisi Aksioma Sepaasi dalam Ruang T2 Ruang topologi, dengan p q, tedapat GH, pg, q H X meupakan uang T2 (Ruang Hausdoff) jika untuk setiap p, q X dan G H =. Teoema Setiap uang T2 (Ruang Hausdoff) meupakan uang T1. Bukti. Misalkan Ambil sebaang p, q X, adalah uang topologi dan diketahui bahwa, X dengan p q. Kaena, X adalah uang T2. X adalah uang T2 maka, G, H p G dan q H, G H. Kaena, p G, q H dan G H = maka, ph, q G. Jadi, G, H pg, p H dan qh, q G sehingga, menuut Definisi tebukti bahwa X, adalah uang T1. Akibat Tidak semua uang T1 adalah uang T2 (Ruang Hausdoff). 88

5 Junal Matematika Integatif ISSN Volume 11 No 2, Oktobe 2015, pp Bukti. Andaikan penyataan salah maka setiap uang T1 adalah uang T2. Ambil sebaang p, q X dengan p q maka, G, H pg, q H dan G H. Kaena, GH, maka, G dan H adalah himpunan tebuka tidak behingga sebab G dan H adalah himpunan tetutup dan behingga. Kaena, G H maka G H dan G H. Penyataan G H tidak mungkin tejadi sebab, G tidak behingga dan H behingga. Jadi, pengandaian salah dan penyataan bena yakni, tidak semua uang T1 adalah uang T Hubungan Aksioma Sepaasi dalam Ruang T2 dan T3 Definisi 3.2.1: Aksioma Sepaasi dalam Ruang Regula Ruang topologi, px, p F maka, tedapat GH,,G H F G dan p X adalah uang egula jika untuk setiap himpunan tetutup F X dan Definisi 3.2.2: Aksioma Sepaasi dalam Ruang T3 Ruang topologi, X meupakan uang T3 apabila X, adalah uang egula dan memenuhi aksioma sepaasi dalam uang T1. Selanjutnya, uang T3 disebut juga sebagai uang egula T1. Teoema Setiap uang T3 adalah uang T2. Bukti. Diketahui X, adalah uang T3. Diambil sebaang p, qx, p q. Dibentuk singleton { p } sedemikian sehingga { p } tetutup. Jelas bahwa, q{ p} sebab, p q. Kaena X, adalah uang T3 maka,, X adalah uang egula sehingga, GH,, G H { p} G dan q H. Jelas bahwa, p G sebab, { p} G dan p { p}. Jadi, GH, pg, q H dan G H. Sehingga, menuut Definisi tentang uang T2, tebukti bahwa X, meupakan uang T2. Sifat Tidak semua uang egula meupakan uang T1. Bukti. Akan ditunjukkan bahwa penyataan bena dengan menggunakan sebuah ontoh penyangkal beikut. Pandang suatu uang topologi X, dimana X { a, b, } dan, X,{ a},{ b, } adalah suatu topologi pada X. Akan ditunjukkan bahwa X, adalah uang egula. Kaena, X,{ a},{ b, } X sebab, X tebuka. sebab, X tebuka. {} a sebab, { a} { b, } tebuka. { b, } sebab, { b, } { a} tebuka. maka, himpunan-himpunan tetutup pada X adalah, Dimana, himpunan-himpunan bagian tetutup dai X dan memenuhi aksioma sepaasi dalam uang egula yakni, (i) Untuk X belaku, a X, a maka G { a}, H { b, }, G H H dan a G. b X, b maka G { a}, H { b, }, G H G dan b 89

6 Albet Ch. Soewongsono et al/ JMI Vol. 11 No. 2, Oktobe 2015 pp X, maka G { a}, H { b, }, G H G dan Jadi, X memenuhi aksioma sepaasi dalam uang egula. (ii) Untuk { a} X belaku, b X, b{ a} maka G { a}, H { b, }, G H { a} G dan b X, { a} maka G { a}, H { b, }, G H { a} G dan Jadi, { a} X memenuhi aksioma sepaasi dalam uang egula. (iii) Untuk { b, } X belaku, a X, a{ b, } maka G { a}, H { b, }, G H H dan ag. Jadi, { b, } X memenuhi aksioma sepaasi dalam uang egula. Dai (i), (ii) dan (iii) tebukti bahwa X, adalah uang egula. Akan tetapi, X, bukan meupakan uang T1 sebab, tedapat sebuah singleton {} b yang tidak tetutup. Tebukti bahwa tidak semua uang egula meupakan uang T1. Akibat Syaat Cukup Suatu Ruang Regula Meupakan Ruang T1 Jika suatu uang egula X, dengan meupakan uang T1. Bukti. Diketahui X, adalah suatu topologi diskit maka X, adalah suatu egula dengan adalah suatu topologi diskit yakni, x 2, x X. Ambil sebaang p, qx, p q dan dibentuk singleton { p},{ q} X x bahwa, { p } dan { q } adalah himpunan tetutup sebab, { p},{ q} 2. Dipilih, F { p} X dan q X, qf { p} sebab, p q. Kaena, X,. Jelas adalah uang egula maka, G, H, G H F { p} G dan q H. Jelas bahwa, p G sebab, p { p} dan { p} G tetapi, p H sebab, G H. Belaku juga qh, q G sebab, G H. Jadi, G, H p G \ H dan q H \ G. Sehingga, menuut Definisi tentang uang T1 tebukti bahwa, uang egula X, juga meupakan uang T Hubungan Aksioma Sepaasi dalam Ruang T3 dan T4 Definisi Aksioma Sepaasi dalam Ruang Nomal Ruang topologi X, adalah uang nomal jika untuk setiap F1 dan F2 masing-masing adalah himpunan bagian tetutup dai X yang saling lepas maka, G, H, G H F1 G dan F 2 Definisi Aksioma Sepaasi dalam Ruang T4 Ruang topologi, X adalah uang T4 apabila, X, meupakan uang nomal dan memenuhi aksioma sepaasi dalam uang T1. Selanjutnya, uang T4 dikenal juga sebagai uang nomal T1. Teoema Setiap uang T4 adalah uang T3. Bukti. Diketahui bahwa X, adalah uang T4. Diambil sebaang F X meupakan himpunan bagian tetutup dan px, p F. Kaena X, adalah uang T4 maka, X, meupakan uang T1. Dibentuk singleton { p } himpunan tetutup. Jelas bahwa, F{ p} sebab, p F. Selanjutnya, kaena X, 90

7 Junal Matematika Integatif ISSN Volume 11 No 2, Oktobe 2015, pp adalah uang T4 maka, X, adalah uang nomal sehingga, G, H, G H dan { p} Kaena, p { p} dan { p} H maka, p F G Jadi, G, H, G H F G dan p X, adalah uang egula. Kaena, X, adalah uang egula dan uang T1 maka, bedasakan Definisi tebukti bahwa X, adalah uang T3. Sehingga, menuut Definisi 3.2.1, Sifat Tidak semua uang nomal adalah uang T1. Bukti. Akan dibuktikan sifat tesebut dengan menggunakan sebuah ontoh penyangkal beikut. Misalkan X { a, b, } dan, X,{ a},{ b},{ a, b} adalah topologi pada X. Akan ditunjukkan bahwa X, meupakan uang nomal. Kaena, X,{ a},{ b},{ a, b} maka, himpunan-himpunan tetutup dai X, adalah: sebab, X himpunan tebuka. X sebab, X himpunan tebuka. { b, } sebab, { b, } { a} himpunan tebuka. { a, } sebab, { a, } { b} himpunan tebuka. {} sebab, { } { a, b} himpunan tebuka. Dai himpunan-himpunan tetutup di atas, dapat dilihat bahwa himpunan-himpunan tetutup yang saling lepas yaitu, F1 dan F2 X atau { b, } atau { a, } atau {} G, H X dimana, G H X dan belaku F1 G dan F2 Jadi, tebukti bahwa X, di atas meupakan suatu uang nomal. Akan tetapi, X, di atas bukan meupakan uang T1 sebab, tedapat sebuah singleton { a} X yang tidak tetutup. Tebukti bahwa tidak semua uang nomal adalah uang T1. Akibat Syaat Cukup Suatu Ruang Nomal Meupakan Ruang T1 Jika X, meupakan suatu uang nomal dengan adalah suatu topologi diskit maka, X, meupakan uang T1. Bukti. Diketahui X, adalah suatu uang nomal dengan adalah suatu topologi diskit x yakni, 2, x X. Diambil sebaang p, q X dengan p q. Dibentuk singleton F1 { p}, F2 {} q X. x Jelas bahwa, F1 { p} dan F2 {} q himpunan tetutup sebab, { p},{ q} 2 dengan. Kaena,, F1 F2 { p} { q} F1 { p} G dan F2 {} q H. X adalah uang nomal maka, G, H, G H Jelas bahwa, p G sebab, p{ p} F1 dan F1 { p} G tetapi, p H sebab,g H. Belaku juga, q H sebab, q{} q F2 dan F2 {} q H tetapi, q G sebab, G H. Jadi G, H p G \ H dan q H \ G. Sehingga, menuut Definisi tentang uang T1 tebukti bahwa, uang nomal X, meupakan uang T1. 91

8 Albet Ch. Soewongsono et al/ JMI Vol. 11 No. 2, Oktobe 2015 pp Hasil Utama: Teoema Fundamental Sepaasi dalam Ruang Topologi Pada bagian ini, akan dibeikan kumpulan teoema yang menghubungkan uang metik dengan uang-uang topologi yang dinamakan teoema fundamental sepaasi dalam uang topologi. Teoema Setiap uang metik meupakan uang T1. Bukti. Didefinisikan X, d adalah uang metik. Diambil sebaang p, q X dengan p q. Kaena X, d adalah uang metik maka, d( p, q) 0. Selanjutnya, dibentuk pesekitaan 1 N ( p ) dan N ( q ) dengan d ( p, q ). 2 Akibatnya, dipeoleh N ( p) N ( q). Menuut Teoema N ( p ) dan N ( q ) adalah himpunan tebuka. Akibatnya, N ( p), N ( q). Jelas bahwa, pn ( p), pn ( q) dan q N ( q), q N ( p) sebab, N ( p) N ( q) =. Jadi, N ( p), N ( q) p N ( p), p N ( q) dan qn ( q), q bahwa X, d adalah uang T1. Teoema Setiap uang metik meupakan uang T2 (Ruang Hausdoff)., q Kaena, Bukti. Didefinisikan dengan p. N ( p) dan N ( ) Teoema 2.1.3, ( ) N(p). Sehingga, tebukti X d adalah uang metik. Selanjutnya, diambil sebaang p, q X X d adalah uang metik maka, d( p, q) 0. Dibentuk pesekitaan 1 q dengan, d ( p, q ). Akibatnya, dipeoleh N( p) N( q). Dai 2 N p dan N ( q ) adalah himpunan tebuka. Akibatnya, N ( p), N ( q). Selanjutnya dipeoleh, pn ( p), pn ( q) dan qn ( q), qn ( p) sebab N ( p) N ( q). Jadi, N ( p), N ( q) p N ( p), q N ( q) dan N ( p) N ( q). Sehingga, tebukti bahwa X, d meupakan uang T2. Teoema Setiap uang metik meupakan uang T3. Bukti. Misalkan adalah suatu topologi pada X oleh metik atau jaak d. Ambil sebaang himpunan tetutup F X dan px, pf. Sehingga, 0, x F belaku d( x, p) 0. Dibentuk : G N ( x) dan xf 4 adalah himpunan tebuka. Sehingga, GH, dan G H. 4 H N ( p) dimana, menuut Teoema 2.1.3, G dan H 92

9 Junal Matematika Integatif ISSN Volume 11 No 2, Oktobe 2015, pp G H F.x.p Gamba 1. Abstaksi pembentukan G dan H Jadi G, H, G H F G dan p H. Menuut definisi uang egula, dapat disimpulkan bahwa X, d meupakan uang egula. Bedasakan Teoema 3.4.1, telah ditunjukkan bahwa X, d meupakan uang T1. Kaena, X, d memenuhi aksioma sepaasi dalam uang egula dan uang T1 maka menuut definisi uang T3 tebukti bahwa X, d meupakan uang T3. Teoema Setiap uang metik meupakan uang T4. Bukti. Misalkan adalah topologi pada X oleh metik atau jaak d. Diambil sebaang himpunan-himpunan bagian tetutup F1, F2 X dengan, F1 F2. Sehingga, 0, x F, y F dengan, d( x, y) Dibentuk : G N ( x) xf1 4 dan H N ( y) yf2 H himpunan tebuka. Sehingga, GH, dan G H. 4 dimana, dai Teoema dipeoleh, G dan G H F1 F2.x.y Gamba 2. Abstaksi pembentukan G dan H Jadi G, H, G H F 1 G dan F2 H. Menuut definisi uang nomal, dapat disimpulkan bahwa X, d adalah uang nomal. Selanjutnya, bedasakan Teoema 3.4.1, telah ditunjukkan bahwa X, d meupakan uang T1. Kaena X, d memenuhi aksioma sepaasi dalam uang nomal dan uang T1 maka tebukti bahwa X, d meupakan uang T4. Dai Teoema 3.4.1, Teoema 3.4.2, Teoema 3.4.3, dan Teoema dapat dikatakan bahwa suatu uang metik memenuhi semua aksioma sepaasi dalam uang-uang topologi yakni, uang T1, uang T2, uang T3, dan uang T4. Sehingga, uang metik temuat dalam 93

10 Albet Ch. Soewongsono et al/ JMI Vol. 11 No. 2, Oktobe 2015 pp setiap uang-uang topologi tesebut sebagaimana ditunjukkan oleh gamba beikut yang menunjukkan hubungan antaa uang-uang topologi dan uang metik. Ruang Topologi Ruang T 1 Ruang T 2 (Ruang Hausdoff) Ruang T 3 (Ruang Regula T 1 ) Ruang T 4 (Ruang Nomal T 1 ) Ruang Metik Dai Gamba 3 telihat bahwa uang metik memiliki lingkup tesempit sebab, temuat di semua uang-uang topologi sedangkan, uang topologi memiliki lingkup teluas sebab, memuat uang-uang topologi lain dan uang metik. 4. Simpulan Dai hasil kajian ini dipeoleh bahwa dengan menggabungkan pemis dai aksiomaaksioma sepaasi dalam masing-masing uang topologi tesebut, dipeoleh bebeapa sifat sebagai beikut. Setiap uang T2 (Ruang Hausdoff) meupakan uang T1. Selanjutnya, setiap uang T3 (Ruang Regula T1) meupakan uang T2 (Ruang Hausdoff) dan setiap uang T4 (Ruang Nomal T1) meupakan uang T3 (Ruang Regula T1) seta, setiap uang metik meupakan uang-uang topologi tesebut. Akan tetapi, sifat-sifat hubungan antaa uanguang topologi tesebut tidak belaku untuk kebalikannya. Dai hasil kajian ini, dipeoleh juga suatu teoema fundamental sepaasi uang topologi yang meupakan gabungan dai bebeapa teoema yang menyimpulkan bahwa uang metik memenuhi semua aksioma sepaasi dalam uang-uang topologi yakni, uang T1, uang T2 (Ruang Hausdoff), uang T3, dan uang T4. Uapan Teima Kasih Penulis utama dalam atikel ini menyampaikan teima kasih kepada yayasan VDMS yang telah membeikan beasiswa sejak tahun 2014 dan juga kepada UNDANA-DIKTI yang telah membeikan beasiswa Peningkatan Pestasi Akademik (PPA) tahun 2014 kepada penulis utama selama menempuh pendidikan stata 1 di UNDANA hingga teselesaikannya penulisan atikel ini. Dafta Pustaka 1. Alhosaini, Asaas M.A t - Open Sets and Sepaation Axioms. Jounal of Kebala Univesity. 6(4): 1-7. Gamba 3. Pengelompokkan uang-uang topologi 2. Ampang, Melyta Kajian Ruang Koleksi Semua Fungsi Kontinu dai Inteval Tetutup [a,b] ke Himpunan Bilangan Real (Skipsi). FST-UNDANA: Kupang. 3. Apostol, Tom M Mathematial Analysis. 2nd ed. Addison-Wesley. ISBN Batle.R.G, Shebet.R.D Intodution To Real Analysis. Jhon Wiley and Sons: New Yok. 94

11 Junal Matematika Integatif ISSN Volume 11 No 2, Oktobe 2015, pp Damawijaya, Soepana Penganta Analisis. Peetakan UGM: Yogyakata. 6. Kone. T.W Meti and Topologial Spae. Univesity of Cambidge: London. 7. Lipshutz, Seymou Geneal Topology: MGaw-Hill Book Company: New Yok. 8. Roy.Bishwambha, Sen.Ritu, Noii.Takashi Sepaation Axioms On Topologial Spaes- A Unified Vesion. Euopean Jounal Of Pue And Applied Mathematis. 6(1):

12 Albet Ch. Soewongsono et al/ JMI Vol. 11 No. 2, Oktobe 2015 pp

SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN PEMILIHAN PENERIMA BEASISWA MAHASISWA KURANG MAMPU PADA STMIK BUDIDARMA MEDAN MENERAPKAN METODE PROFILE MATCHING

SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN PEMILIHAN PENERIMA BEASISWA MAHASISWA KURANG MAMPU PADA STMIK BUDIDARMA MEDAN MENERAPKAN METODE PROFILE MATCHING SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN PEMILIHAN PENERIMA BEASISWA MAHASISWA KURANG MAMPU PADA STMIK BUDIDARMA MEDAN MENERAPKAN METODE PROFILE MATCHING T.M Syahu Ichsan (1111667 ) Mahasiswa Pogam Studi Teknik Infomatika

Lebih terperinci

Konstruksi Fungsi Lyapunov untuk Menentukan Kestabilan

Konstruksi Fungsi Lyapunov untuk Menentukan Kestabilan JURNAL SAINS DAN SENI ITS Vol. 6, No., (27) 2337-352 (23-928X Pint) A 28 Konstuksi Fungsi Lyapunov untuk Menentukan Kestabilan Reni Sundai dan Ena Apiliani Juusan Matematika, Fakultas Matematika dan Ilmu

Lebih terperinci

Vol. 3, No. 1, Juni 2007: INVERSI DAN TITIK-TITIK HARMONIS

Vol. 3, No. 1, Juni 2007: INVERSI DAN TITIK-TITIK HARMONIS Vol. 3, No. 1, Juni 007: 7884 INVERSI DAN TITIK-TITIK HARMONIS Himmawati P.L dan Catuiyati Juusan Pendidikan Matematika FMIPA Univesitas Negei Yogyakata Abstact Given a cicle cente O and adius in R, the

Lebih terperinci

MODIFIKASI DISTRIBUSI MASSA PADA SUATU OBJEK SIMETRI BOLA

MODIFIKASI DISTRIBUSI MASSA PADA SUATU OBJEK SIMETRI BOLA p-issn: 2337-5973 e-issn: 2442-4838 MODIFIKASI DISTIBUSI MASSA PADA SUATU OBJEK SIMETI BOLA Yuant Tiandho Juusan Fisika, Univesitas Bangka Belitung Email: yuanttiandho@gmail.com Abstak Umumnya, untuk menggambakan

Lebih terperinci

Dimensi Partisi pada Graf Kincir

Dimensi Partisi pada Graf Kincir Dimensi Patisi pada Gaf Kinci Disusun Oleh : Chanda Iawan NRP.00 09 0 Abstak Misalkan G(VE) adalah gaf tehubung dan S adalah sebuah subset dai V(G) jaak antaa v dan S adalah dv S min d v x x S.Suatu gaf

Lebih terperinci

ANALISIS TAHAN HIDUP DATA TERSENSOR TIPE II MENGGUNAKAN MODEL DISTRIBUSI WEIBULL PADA PENDERITA HEPATITIS C

ANALISIS TAHAN HIDUP DATA TERSENSOR TIPE II MENGGUNAKAN MODEL DISTRIBUSI WEIBULL PADA PENDERITA HEPATITIS C pepustakaan.uns.ac.id ANALISIS TAHAN HIDUP DATA TERSENSOR TIPE II MENGGUNAKAN MODEL DISTRIBUSI WEIBULL PADA PENDERITA HEPATITIS C Budi Santoso, Respatiwulan, dan Ti Atmojo Kusmayadi Pogam Studi Matematika,

Lebih terperinci

BAB II METODE PENELITIAN. penelitian korelasional dengan menggunakan pendekatan kuantitatif dan

BAB II METODE PENELITIAN. penelitian korelasional dengan menggunakan pendekatan kuantitatif dan BAB II METODE PENELITIAN A. Metode Penelitian Bentuk penelitian yang dipegunakan dalam penelitian ini adalah bentuk penelitian koelasional dengan menggunakan pendekatan kuantitatif dan menggunakan umus

Lebih terperinci

ANALISIS PENGARUH HARGA JUAL DAN SALURAN DISTRIBUSI TERHADAP VOLUME PENJUALAN AYAM POTONG DI UD. SUPPLIER DAGING AYAM KOTA TANGERANG

ANALISIS PENGARUH HARGA JUAL DAN SALURAN DISTRIBUSI TERHADAP VOLUME PENJUALAN AYAM POTONG DI UD. SUPPLIER DAGING AYAM KOTA TANGERANG Junal Agibisnis, Vol. 9, No. 2, Desembe 2015, [ 137-148 ] ISSN : 1979-0058 ANALISIS PENGARUH HARGA JUAL DAN SALURAN DISTRIBUSI TERHADAP VOLUME PENJUALAN AYAM POTONG DI UD. SUPPLIER DAGING AYAM KOTA TANGERANG

Lebih terperinci

Model Matematika Sistem Persediaan (Q, R) Yang Terkait Dengan Mutu Barang Dan Informasi Permintaan Lengkap

Model Matematika Sistem Persediaan (Q, R) Yang Terkait Dengan Mutu Barang Dan Informasi Permintaan Lengkap Vol. 3, No., 7-79, Januai 7 Model Matematika Sistem Pesediaan (Q, R) Yang Tekait Dengan Mutu Baang Dan Infomasi Pemintaan Lengkap Agus Sukmana Abstact This pape deals with an inventoy model fo continuous

Lebih terperinci

IDENTITAS TRIGONOMETRI. Tujuan Pembelajaran

IDENTITAS TRIGONOMETRI. Tujuan Pembelajaran Kuikulum 03 Kelas X matematika WAJIB IDENTITAS TRIGONOMETRI Tujuan Pembelajaan Setelah mempelajai matei ini, kamu dihaapkan memiliki kemampuan beikut.. Memahami jenis-jenis identitas tigonometi.. Dapat

Lebih terperinci

Ini merupakan tekanan suara p(p) pada sembarang titik P dalam wilayah V seperti yang. (periode kedua integran itu).

Ini merupakan tekanan suara p(p) pada sembarang titik P dalam wilayah V seperti yang. (periode kedua integran itu). 7.3. Tansmisi Suaa Melalui Celah 7.3.1. Integal Kichhoff Cukup akses yang bebeda untuk tik-tik difaksi disediakan oleh difaksi yang tepisahkan dapat dituunkan dai teoema Geen dalam analisis vekto. Hal

Lebih terperinci

Bab II. Konsep Dasar

Bab II. Konsep Dasar Bab II Konsep Dasa Konsep dasa mengenai gaf dan jaingan dikutip dai Bondy dan Muty [1], Diestel [2], dan Fleische [3]. Beikut ini dibeikan bebeapa notasi himpunan untuk memudahkan pendefinisian gaf dan

Lebih terperinci

Bab. Bangun Ruang Sisi Lengkung. A. Tabung B. Kerucut C. Bola

Bab. Bangun Ruang Sisi Lengkung. A. Tabung B. Kerucut C. Bola Bab Sumbe: www.contain.ca Bangun Ruang Sisi Lengkung Di Sekolah Dasa, kamu telah mengenal bangun-bangun uang sepeti tabung, keucut, dan bola. Bangun-bangun uang tesebut akan kamu pelajai kembali pada bab

Lebih terperinci

BAB III RANCANGAN PENELITIAN. tujuan utama yang ingin dicapai melalui penelitian ini adalah untuk memperoleh

BAB III RANCANGAN PENELITIAN. tujuan utama yang ingin dicapai melalui penelitian ini adalah untuk memperoleh 44 BAB III RACAGA PEELITIA.. Tujuan Penelitian Bedasakan pokok pemasalahan yang telah diuaikan dalam Bab I, maka tujuan utama yang ingin dicapai melalui penelitian ini adalah untuk mempeoleh jawaban atas

Lebih terperinci

BAB II METODOLOGI PENELITIAN. Jenis penelitian yang dilakukan adalah penelitian asosiatif dengan analisa

BAB II METODOLOGI PENELITIAN. Jenis penelitian yang dilakukan adalah penelitian asosiatif dengan analisa .1. Bentuk Penelitian BAB II METODOLOGI PENELITIAN Jenis penelitian yang dilakukan adalah penelitian asosiatif dengan analisa kuantitatif, dengan maksud untuk mencai maksud dan pengauh antaa vaiable independen

Lebih terperinci

ANALISIS DINAMIK ANTARA KONSUMSI DAN TABUNGAN DALAM WAKTU KONTINU

ANALISIS DINAMIK ANTARA KONSUMSI DAN TABUNGAN DALAM WAKTU KONTINU Posiding SNaPP2011 Sains, Teknologi, dan Kesehatan ISSN:2089-3582 ANALISIS DINAMIK ANTARA KONSUMSI DAN TABUNGAN DALAM WAKTU KONTINU 1 Lian Apianna, 2 Sudawanto, dan 3 Vea Maya Santi Juusan Matematika,

Lebih terperinci

Bab. Garis Singgung Lingkaran. A. Pengertian Garis Singgung Lingkaran B. Garis Singgung Dua Lingkaran C. Lingkaran Luar dan Lingkaran Dalam Segitiga

Bab. Garis Singgung Lingkaran. A. Pengertian Garis Singgung Lingkaran B. Garis Singgung Dua Lingkaran C. Lingkaran Luar dan Lingkaran Dalam Segitiga ab 7 Sumbe: www.homepages.tesco Gais Singgung Lingkaan Lingkaan mungkin meupakan salah satu bentuk bangun data yang paling tekenal. Konsep lingkaan yang meliputi unsu-unsu lingkaan, luas lingkaan, dan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. adalah untuk mengetahui kontribusi motivasi dan minat bekerja di industri

BAB III METODE PENELITIAN. adalah untuk mengetahui kontribusi motivasi dan minat bekerja di industri BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Bedasakan pemasalahan, maka penelitian ini temasuk penelitian koelasional yang besifat deskiptif, kaena tujuan utama dai penelitian ini adalah untuk mengetahui

Lebih terperinci

BAB III EKSPEKTASI BANYAKNYA PENGGANTIAN KOMPONEN LISTRIK MOTOR BERDASARKAN FREE REPLACEMENT WARRANTY DUA DIMENSI

BAB III EKSPEKTASI BANYAKNYA PENGGANTIAN KOMPONEN LISTRIK MOTOR BERDASARKAN FREE REPLACEMENT WARRANTY DUA DIMENSI BAB III EKSPEKTASI BANYAKNYA PENGGANTIAN KOMPONEN LISTRIK MOTOR BERDASARKAN FREE REPLACEMENT WARRANTY DUA DIMENSI 3. Pendahuluan Tujuan penelitian ini adalah untuk mendapatkan ekspektasi banyaknya komponen

Lebih terperinci

1 ANGKET PERSEPSI SISWA TERH

1 ANGKET PERSEPSI SISWA TERH 48 Lampian ANGKET PERSEPSI SISWA TERHADAP PERANAN ORANG TUA DAN MINAT BELAJAR DALAM PENINGKATAN HASIL BELAJAR BIOLOGI SISWA KELAS XI IPA SMA NEGERI 8 MEDAN Nama : Kelas : A. Petunjuk Pengisian. Bacalah

Lebih terperinci

Gambar 4.3. Gambar 44

Gambar 4.3. Gambar 44 1 BAB HUKUM NEWTON TENTANG GERAK Pada bab kita telah membahas sifat-sifat geak yang behubungan dengan kecepatan dan peceaptan benda. Pembahasan pada Bab tesesbut menjawab petanyaan Bagaimana sebuah benda

Lebih terperinci

Nilai dan Vektor Eigen

Nilai dan Vektor Eigen Nilai dan Vekto Eigen Mengingat kembali: pekalian matiks Dibeikan matiks A x dan vekto-vekto u, v, dan w 0 1 u 0 5 A v w u 1 Hitunglah Au, Aw, Av. Manakah dai hasil kali tesebut yang hasilnya adalah vekto

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian 1. Tempat Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di SMP Negei 10 Salatiga yaitu pada kelas VII D dan kelas VII E semeste genap tahun ajaan 2011/2012.

Lebih terperinci

EVALUASI DANA PENSIUN DENGAN METODE BENEFIT PRORATE CONSTANT PERCENT. Abstrak

EVALUASI DANA PENSIUN DENGAN METODE BENEFIT PRORATE CONSTANT PERCENT. Abstrak EVALUASI DANA PENSIUN DENGAN METODE BENEFIT PRORATE CONSTANT PERCENT Sudianto Manullang Yasifati Hia Abstak Pengelolaan dana pensiun dapat menentukan dan mendoong peningkatan poduktivitas angkatan keja.

Lebih terperinci

PENGARUH KEPEMIMPINAN DOSEN DAN KEMAMPUAN PRAKTIKUM TERHADAP PRESTASI BELAJAR MAHASISWA DALAM MATAKULIAH FISIKA MODERN

PENGARUH KEPEMIMPINAN DOSEN DAN KEMAMPUAN PRAKTIKUM TERHADAP PRESTASI BELAJAR MAHASISWA DALAM MATAKULIAH FISIKA MODERN Seambi Akademica, Vol. IV, No. 1, Mei 016 ISSN : 337-8085 PENGARUH KEPEMIMPINAN DOSEN DAN KEMAMPUAN PRAKTIKUM TERHADAP PRESTASI BELAJAR MAHASISWA DALAM MATAKULIAH FISIKA MODERN Tamizi Pendidikan Fisika

Lebih terperinci

PENERAPAN ALGORITMA ELECTRE DALAM MENENTUKAN LOKASI SHETLER TRANS JOGJA

PENERAPAN ALGORITMA ELECTRE DALAM MENENTUKAN LOKASI SHETLER TRANS JOGJA PENERAPAN ALGORITMA ELECTRE ALAM MENENTUKAN LOKASI SHETLER TRANS JOGJA Supiatin Sistem Infomasi STMIK AMIKOM Yogyakata supiatin@amikom.ac.id Abstak Tans Jogja meupakan salah satu altenatif tanspotasi massa

Lebih terperinci

HUBUNGAN PENGGUNAAN SUMBER BELAJAR DAN MINAT BELAJAR DENGAN HASIL BELAJAR PENGUKURAN DASAR SURVEY

HUBUNGAN PENGGUNAAN SUMBER BELAJAR DAN MINAT BELAJAR DENGAN HASIL BELAJAR PENGUKURAN DASAR SURVEY ISSN 085-05 Junal Penelitian Bidang Pendidikan Volume 0(): 6 -, 04 HUBUNGAN PENGGUNAAN SUMBER BELAJAR DAN MINAT BELAJAR DENGAN HASIL BELAJAR PENGUKURAN DASAR SURVEY Dedek Suhendo dan Kistian Juusan Pendidikan

Lebih terperinci

Dan koefisien korelasi parsial antara Y, X 2 apabila X 1 dianggap tetap, dinyatakan sebagai r y 2.1 rumusnya sebagai berikut:

Dan koefisien korelasi parsial antara Y, X 2 apabila X 1 dianggap tetap, dinyatakan sebagai r y 2.1 rumusnya sebagai berikut: Koelasi Pasial Koelasi Pasial beupa koelasi antaa sebuah peubah tak bebas dengan sebuah peubah bebas sementaa sejumlah peubah bebas lainnya yang ada atau diduga ada petautan dengannya, sifatnya tetentu

Lebih terperinci

PENERAPAN METODE SIMPLE ADDITIVE WEIGHTING (SAW) DALAM MENENTUKAN PENDIRIAN LOKASI GRAMEDIA DI SUMATERA UTARA

PENERAPAN METODE SIMPLE ADDITIVE WEIGHTING (SAW) DALAM MENENTUKAN PENDIRIAN LOKASI GRAMEDIA DI SUMATERA UTARA Semina Nasional Teknologi Infomasi dan Multimedia 0 STMIK AMIKOM Yogyakata, 6-8 Febuai 0 ISSN : 0-80 PENERAPAN METODE SIMPLE ADDITIVE WEIGHTING (SAW) DALAM MENENTUKAN PENDIRIAN LOKASI GRAMEDIA DI SUMATERA

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. banyaknya komponen listrik motor yang akan diganti berdasarkan Renewing Free

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. banyaknya komponen listrik motor yang akan diganti berdasarkan Renewing Free BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4. Pendahuluan Bedasakan tujuan penelitian ini, yaitu mendapatkan ekspektasi banyaknya komponen listik moto yang akan diganti bedasakan Renewing Fee Replacement Waanty dua dimensi,

Lebih terperinci

METODOLOGI PENELITIAN. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode Deskriptif. Karena

METODOLOGI PENELITIAN. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode Deskriptif. Karena 35 III. METODOLOGI PENELITIAN 1.1 Metode Penelitian Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode Deskiptif. Kaena penelitian ini mengkaji tentang Pengauh Kontol Dii dan Lingkungan Keluaga Tehadap

Lebih terperinci

SEMINAR NASIONAL MATEMATIKA DAN PENDIDIKAN MATEMATIKA UNY 2016

SEMINAR NASIONAL MATEMATIKA DAN PENDIDIKAN MATEMATIKA UNY 2016 SEMINAR NASIONAL MATEMATIKA DAN PENDIDIKAN MATEMATIKA UNY 016 PM -7 Hubungan Fasilitas, Kemandiian, dan Kecemasan Belaja tehadap Pestasi Belaja Matematika pada Siswa Kelas VIII SMP di Kecamatan Puing Tahun

Lebih terperinci

BAB 17. POTENSIAL LISTRIK

BAB 17. POTENSIAL LISTRIK DFTR ISI DFTR ISI... 7. POTENSIL LISTRIK... 7. Potensial dan eda Potensial... 7. Dipole Listik...6 7.3 Kapasitansi Listik...9 7.4 Dielektikum... 7.5 Penyimpanan Enegi Listik...5 7.6 Pealatan : Tabung Sina

Lebih terperinci

KERETAKAN KRISTAL TUNGGAL LITHIUM NIOBATE YANG DITUMBUHKAN DENGAN METODE CZOCHRALSKI

KERETAKAN KRISTAL TUNGGAL LITHIUM NIOBATE YANG DITUMBUHKAN DENGAN METODE CZOCHRALSKI POSIDING SEMINA NASIONAL EKAYASA KIMIA DAN POSES 004 ISSN : 4-46 KEETAKAN KISTAL TUNGGAL LITHIUM NIOBATE YANG DITUMBUHKAN DENGAN METODE COCHALSKI Nguah Made D.P.*, M.. Saha**, Md. adzi Sudin**, and Hamdan

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS HUBUNGAN UMPAN BALIK DENGAN MOTIVASI BELAJAR PENDIDIKAN AGAMA ISLAM SISWA SMP NEGERI 9 BATANG

BAB IV ANALISIS HUBUNGAN UMPAN BALIK DENGAN MOTIVASI BELAJAR PENDIDIKAN AGAMA ISLAM SISWA SMP NEGERI 9 BATANG BAB IV ANALISIS HUBUNGAN UMPAN BALIK DENGAN MOTIVASI BELAJAR PENDIDIKAN AGAMA ISLAM SISWA SMP NEGERI 9 BATANG Setelah data dai kedua vaiabel yaitu vaiabel X dan vaiabel Y tekumpul seta adanya teoi yang

Lebih terperinci

APLIKASI PENGELOLAAN DATA KERJA PRAKTEK MAHASISWA (STUDI KASUS: FAKULTAS TEKNOLOGI INFORMASI DAN KOMUNIKASI UNIVERSITAS SEMARANG)

APLIKASI PENGELOLAAN DATA KERJA PRAKTEK MAHASISWA (STUDI KASUS: FAKULTAS TEKNOLOGI INFORMASI DAN KOMUNIKASI UNIVERSITAS SEMARANG) APLIKASI PENGELOLAAN DATA KERJA PRAKTEK MAHASISWA (STUDI KASUS: FAKULTAS TEKNOLOGI INFORMASI DAN KOMUNIKASI UNIVERSITAS SEMARANG) B. Vey Chistioko 1,, Dian Ti Wiyanti 2 Pogam Studi Teknik Infomatika Juusan

Lebih terperinci

Hand Out Fisika 6 (lihat di Kuat Medan Listrik atau Intensitas Listrik (Electric Intensity).

Hand Out Fisika 6 (lihat di Kuat Medan Listrik atau Intensitas Listrik (Electric Intensity). Hand Out Fisika 6 (lihat di http:).1. Pengetian Medan Listik. Medan Listik meupakan daeah atau uang disekita benda yang bemuatan listik dimana jika sebuah benda bemuatan lainnya diletakkan pada daeah itu

Lebih terperinci

98 Jurnal Fisika Edukasi (JFE) Vol.2 No.2 Oktober 2015

98 Jurnal Fisika Edukasi (JFE) Vol.2 No.2 Oktober 2015 98 Junal Fisika Edukasi (JFE) Vol. No. Oktobe 015 PENGARUH KEPEMIMPINAN DOSEN DAN KEMAMPUAN PRAKTIKUM FISIKA DASAR TERHADAP PRESTASI BELAJAR MAHASISWA DALAM MATAKULIAH FISIKA DASAR (STUDI KASUS MAHASISWA

Lebih terperinci

PENGGUNAAN SENSOR DHT11 SEBAGAI INDIKATOR SUHU DAN KELEMBABAN PADA BABY INCUBATOR

PENGGUNAAN SENSOR DHT11 SEBAGAI INDIKATOR SUHU DAN KELEMBABAN PADA BABY INCUBATOR PENGGUNAAN SENSOR DHT11 SEBAGAI INDIKATOR SUHU DAN KELEMBABAN PADA BABY INCUBATOR Lenty Mawani, Nico Demus Rive Fiman Hutabaat Juusan Teknik Elektomedik, Univesitas Sai mutiaa Indonesia Fakultas Sain Teknologi

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. ilmiah, apabila penelitian tersebut menggunakan metode atau alat yang tepat. dan menguji kebenaran suatu pengetahuan.

III. METODE PENELITIAN. ilmiah, apabila penelitian tersebut menggunakan metode atau alat yang tepat. dan menguji kebenaran suatu pengetahuan. 8 III. METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Suatu penelitian dapat behasil dengan baik dan sesuai dengan posedu ilmiah, apabila penelitian tesebut menggunakan metode atau alat yang tepat. Dengan menggunakan

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 34 BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Poses Pengumpulan Data Posedu dalam penelitian ini tedii dai tiga tahapan, tahapannya yaitu tahap pesiapan, tahap pelaksanaan dan tahap pengolahan dan penaikan

Lebih terperinci

Liston Hasiholan 1) dan Sudradjat 2)

Liston Hasiholan 1) dan Sudradjat 2) EVALUASI KINERJA KARYAWAN MENGGUNAKAN METODE PEMROGRAMAN LINEAR FUY *) Liston Hasiholan 1) dan Sudadjat 2) ABSTRAK Pengukuan kineja kayawan meupakan satu hal yang mutlak dilakukan secaa peiodik oleh suatu

Lebih terperinci

InfinityJurnal Ilmiah Program Studi Matematika STKIP Siliwangi Bandung, Vol 1, No.2, September 2012

InfinityJurnal Ilmiah Program Studi Matematika STKIP Siliwangi Bandung, Vol 1, No.2, September 2012 IfiityJual Ilmiah Pogam Studi Matematia STKIP Siliwagi Badug, Vol, No., Septembe HIMPUNAN KOMPAK PADA RUANG METRIK Oleh : Cee Kustiawa Juusa Pedidia Matematia FPMIPA Uivesitas Pedidia Idoesia eeustiawa@yahoo.om

Lebih terperinci

PENGUKURAN RELIABILITAS DAN VALIDITAS SOAL MATEMATIKA BIDANG TEKNIK UNTUK TES MASUK CALON MAHASISWA BARU POLITEKNIK NEGERI SEMARANG

PENGUKURAN RELIABILITAS DAN VALIDITAS SOAL MATEMATIKA BIDANG TEKNIK UNTUK TES MASUK CALON MAHASISWA BARU POLITEKNIK NEGERI SEMARANG ORBITH VOL. 11 NO. 3 NOVEMBER 015 : 185 189 PENGUKURAN RELIABILITAS DAN VALIDITAS SOAL MATEMATIKA BIDANG TEKNIK UNTUK TES MASUK CALON MAHASISWA BARU POLITEKNIK NEGERI SEMARANG Oleh: Endang Tiyani Staf

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif,

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif, 30 BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Metode Penelitian Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskiptif, suatu metode penelitian yang ditujukan untuk untuk menggambakan fenomenafenomena

Lebih terperinci

BAB MEDAN DAN POTENSIAL LISTRIK

BAB MEDAN DAN POTENSIAL LISTRIK 1 BAB MEDAN DAN POTENSIAL LISTRIK 4.1 Hukum Coulomb Dua muatan listik yang sejenis tolak-menolak dan tidak sejenis taik menaik. Ini beati bahwa antaa dua muatan tejadi gaya listik. Bagaimanakah pengauh

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN III. METODE PENELITIAN A. Metode Penelitian Metode meupakan caa keja yang digunakan untuk memahami, mengeti, segala sesuatu yang behubungan dengan penelitian aga tujuan yang dihaapkan dapat tecapai. Sesuai

Lebih terperinci

UNIVERSITAS SWADAYA GUNUNG JATI CIREBON

UNIVERSITAS SWADAYA GUNUNG JATI CIREBON TRIGONOMETRI disusun untuk memenuhi salah satu tugas akhi Semeste Pendek mata kuliah Tigonometi Dosen : Fey Fedianto, S.T., M.Pd. Oleh Nia Apiyanti (207022) F PRODI PENDIDIKAN MATEMATIKA FAKULTAS KEGURUAN

Lebih terperinci

Komponen Struktur Tekan

Komponen Struktur Tekan Mata Kuliah : Peancangan Stuktu Baja Kode : CIV 303 SKS : 3 SKS Komponen Stuktu Tekan Petemuan 4, 5 Sub Pokok Bahasan : Panjang Tekuk Tekuk Lokal Tekuk Batang Desain Batang Tekan Batang batang tekan yang

Lebih terperinci

Penerapan Metode Saw Dalam Menentukan Juara Dance Sekolah Menengah Pertama

Penerapan Metode Saw Dalam Menentukan Juara Dance Sekolah Menengah Pertama ISSN: 2089-3787 63 Peneapan Metode Saw Dalam Menentukan Juaa Dance Sekolah Menengah Petama Yuni Melliyana, Fitiyadi 2 Pogam Studi Sistem Infomasi, STMIK Banjabau Jl.Ahmad Yani Km 33,5 Loktabat Banjabau,

Lebih terperinci

Ekspresi Regular. Teori Bahasa dan Automata. Viska Mutiawani - Informatika FMIPA Unsyiah

Ekspresi Regular. Teori Bahasa dan Automata. Viska Mutiawani - Informatika FMIPA Unsyiah Ekspesi Regula Teoi Bahasa dan Automata Ekspesi Regula Ekspesi Regula (Regula expessions) mendeskipsikan bahasa egula Contoh: ( a b c)* mendeskipsikan bahasa a, bc*, a, bc, aa, abc, bca,... 2 Recusive

Lebih terperinci

PENGARUH CONTRACTING CONTINYU SEBUAH PENDEKATAN BEHAVIORISTIK DALAM MENINGKATKAN SELF AWARNES

PENGARUH CONTRACTING CONTINYU SEBUAH PENDEKATAN BEHAVIORISTIK DALAM MENINGKATKAN SELF AWARNES Posiding Konfeda dan Semina Nasional BK PD ABKIN Sulawesi Selatan Optimalisasi Pean Pendidik Dalam Membangun Kaakte Bangsa Di Ea MEA 30 Makassa, 4-5 Maet 017 PENGARUH CONTRACTING CONTINU SEBUAH PENDEKATAN

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. identifikasi variabel penelitian, definisi operasional variabel penelitian, subjek

BAB III METODE PENELITIAN. identifikasi variabel penelitian, definisi operasional variabel penelitian, subjek 9 BAB III METODE PEELITIA A. Identifikasi Vaiabel Penelitian Pada bagian ini akan diuaikan segala hal yang bekaitan dengan identifikasi vaiabel penelitian, definisi opeasional vaiabel penelitian, subjek

Lebih terperinci

Hubungan Layanan Informasi Dengan Kreativitas Belajar Siswa

Hubungan Layanan Informasi Dengan Kreativitas Belajar Siswa Hubungan Layanan Infomasi Dengan Keativitas Belaja Siswa Si Rahayu (090154) Mahasiswa Pendidikan Bimbingan dan Konseling IKIP Vetean Semaang ABSTRAK Keativitas meupakan bakat yang secaa potensial dimiliki

Lebih terperinci

BAB 7 Difraksi dan Hamburan

BAB 7 Difraksi dan Hamburan BAB 7 Difaksi dan Hambuan Bedasakan bab sebelumnya yang menjelaskan tentang sebuah gelombang yang datang di pantulkan oleh suatu bidang pembatas meupakan gelombang data dan tidak behingga. Jika sebuah

Lebih terperinci

Teori Dasar Medan Gravitasi

Teori Dasar Medan Gravitasi Modul Teoi Dasa Medan Gavitasi Teoi medan gavitasi didasakan pada hukum Newton tentang medan gavitasi jagat aya. Hukum medan gavitasi Newton ini menyatakan bahwa gaya taik antaa dua titik massa m dan m

Lebih terperinci

I Wayan Teresna 1, Djoko Suhantono 1. Bali,Phone : , Fax: Abstrak

I Wayan Teresna 1, Djoko Suhantono 1. Bali,Phone : , Fax: Abstrak Pengauh Kualitas Tingkat Peneangan Lampu (I Wayan Teesna dkk.) PENGARUH KUALITAS TINGKAT PENERANGAN LAMPU, LINGKUNGAN KERJA DAN PERALATAN TERHADAP PRODUKTIVITAS KERJA TEKNISI REPARASI ELEKTRONIK DI WILAYAH

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Desain penelitian merupakan rencana atau metode yang akan ditempuh

BAB III METODE PENELITIAN. Desain penelitian merupakan rencana atau metode yang akan ditempuh BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Desain Penelitian Desain penelitian meupakan encana atau metode yang akan ditempuh dalam penelitian, sehingga umusan masalah dan hipotesis yang akan diajukan dapat dijawab

Lebih terperinci

BAB II MEDAN LISTRIK DI SEKITAR KONDUKTOR SILINDER

BAB II MEDAN LISTRIK DI SEKITAR KONDUKTOR SILINDER BAB II MDAN ISTRIK DI SKITAR KONDUKTOR SIINDR II. 1 Hukum Coulomb Chales Augustin Coulomb (1736-1806), adalah oang yang petama kali yang melakukan pecobaan tentang muatan listik statis. Dai hasil pecobaannya,

Lebih terperinci

HUBUNGAN MOTIVASI BELAJAR DAN MANAJEMEN DIRI DENGAN HASIL BELAJAR PADA MATA PELAJARAN EKONOMI SISWA KELAS XI IPS DI SMA NEGERI 6 KOTA JAMBI

HUBUNGAN MOTIVASI BELAJAR DAN MANAJEMEN DIRI DENGAN HASIL BELAJAR PADA MATA PELAJARAN EKONOMI SISWA KELAS XI IPS DI SMA NEGERI 6 KOTA JAMBI HUBUNGAN MOTIVASI BELAJAR DAN MANAJEMEN DIRI DENGAN HASIL BELAJAR PADA MATA PELAJARAN EKONOMI SISWA KELAS XI IPS DI SMA NEGERI 6 KOTA JAMBI Amina Yusa 1), Pof. D.H. Rahmat Muboyono, M.Pd ), Siti Syuhada,

Lebih terperinci

BAB IV HASIL SIMULASI DAN ANALISA PENGUKURAN

BAB IV HASIL SIMULASI DAN ANALISA PENGUKURAN BAB IV Hasil Simulasi Dan Analisa Pengukuan BAB IV HASIL SIMULASI DAN ANALISA PENGUKURAN 4.1. Pehitungan Saluan Pencatu Saluan pencatu yang digunakan pada Tugas Akhi ini menggunakan mikostip feedline.

Lebih terperinci

Kajian Teoritis Persamaan Medan Gravitasi Einstein dengan Transformasi Metrik Schwarzschild dalam Sistem Dua Koordinat

Kajian Teoritis Persamaan Medan Gravitasi Einstein dengan Transformasi Metrik Schwarzschild dalam Sistem Dua Koordinat Kajian Teoitis Pesamaan Medan Gavitasi Einstein dengan Tansfomasi Metik Shwashild dalam Sistem Dua Koodinat ) Sabam P. Simbolon 2) Tenang Ginting 3) Tua aja Simbolon Juusan Fisika Teoitis Fakultas MIPA

Lebih terperinci

BAB 11 GRAVITASI. FISIKA 1/ Asnal Effendi, M.T. 11.1

BAB 11 GRAVITASI. FISIKA 1/ Asnal Effendi, M.T. 11.1 BAB 11 GRAVITASI Hukum gavitasi univesal yang diumuskan oleh Newton, diawali dengan bebeapa pemahaman dan pengamatan empiis yang telah dilakukan oleh ilmuwan-ilmuwan sebelumnya. Mula-mula Copenicus membeikan

Lebih terperinci

Analisis Numerik Ragam pada Pelat Utuh dan Retak: Studi Interaksi Dinamis Struktur dengan Udara ABSTRAK

Analisis Numerik Ragam pada Pelat Utuh dan Retak: Studi Interaksi Dinamis Struktur dengan Udara ABSTRAK Volume 6, Nomo 1, Pebuai 2009 Junal APLIKASI Analisis Numeik pada Pelat Utuh dan Retak: Studi Inteaksi Dinamis Stuktu dengan Udaa Agung Budipiyanto Pogam Diploma Teknik Sipil FTSP ITS email: agungbp@ce.its.ac.id

Lebih terperinci

TEOREMA PEMBATASAN DIMENSI DUA. Hendra Gunawan Jurusan Matematika ITB Jl. Ganesha 10 Bandung

TEOREMA PEMBATASAN DIMENSI DUA. Hendra Gunawan Jurusan Matematika ITB Jl. Ganesha 10 Bandung TEOREMA PEMBATASAN IMENSI UA Henda Gunawan Juusan Matematika ITB Jl Ganesha Bandung Abstak alam makalah ini kami buktikan teoema embatasan dimensi dua dengan menggunakan ketaksamaan Babenko-Hausdoff-Young

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Gambaan Objek Penelitian Obyek pada penelitian ini bejumlah 43 siswa kelas VIIA dan VIIB SMP Mate Alma Ambaawa tahun ajaan 2011/2012. Kegiatan penelitian ini dilaksanakan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3. Jenis dan Lokasi Penelitian 3.. Jenis Penelitian Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian ekspeimen semu (quasi ekspeimental eseach, kaena penelitian yang akan dilakukan

Lebih terperinci

Geometri Analitik Bidang (Lingkaran)

Geometri Analitik Bidang (Lingkaran) 9 Geometi nalitik idang Lingkaan) li Mahmudi Juusan Pendidikan Matematika FMIP UNY) KOMPETENSI Kompetensi ang dihaapkan dikuasai mahasiswa setelah mempelajai ab ini adalah sebagai beikut. Menjelaskan pengetian

Lebih terperinci

ESTIMASI VARIANSI PADA PENARIKAN SAMPEL DUA TAHAP UNTUK DATA TIDAK LENGKAP. Sri Subanti Jurusan Matematika F.MIPA Universitas Sebelas Maret Surakarta.

ESTIMASI VARIANSI PADA PENARIKAN SAMPEL DUA TAHAP UNTUK DATA TIDAK LENGKAP. Sri Subanti Jurusan Matematika F.MIPA Universitas Sebelas Maret Surakarta. Vol. 6. No., 0 6, Apil 003, ISSN : 40-858 ESTIMASI VARIANSI PADA PENARIKAN SAMPEL DUA TAHAP UNTUK DATA TIDAK LENGKAP Si Subanti Juusan Matematika F.MIPA Univesitas Sebelas Maet Suakata. Abstact Rasio estimation

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. mengenai Identifikasi Variabel Penelitian, Definisi Variabel Penelitian,

BAB III METODE PENELITIAN. mengenai Identifikasi Variabel Penelitian, Definisi Variabel Penelitian, BAB III METODE PENELITIAN Pembahasan pada bagian metode penelitian ini akan menguaikan mengenai Identifikasi Vaiabel Penelitian, Definisi Vaiabel Penelitian, Populasi, Sampel dan Teknik Pengambilan Sampel,

Lebih terperinci

FISIKA DASAR II. Kode MK : FI SKS : 3 Program Studi : Fisika Instrumentasi (S-1) Kelas : Reguler MATERI 1

FISIKA DASAR II. Kode MK : FI SKS : 3 Program Studi : Fisika Instrumentasi (S-1) Kelas : Reguler MATERI 1 FISIKA DASAR II Kode MK : FI 0 SKS : 3 Pogam Studi : Fisika Instumentasi (S-) Kelas : Regule MATERI TA 00/0 KRITERIA PENILAIAN Jika kehadian melampaui 75 %, Nilai Akhi mahasiswa ditentukan dai komponen

Lebih terperinci

KORELASI. menghitung korelasi antar variabel yang akan dicari hubungannya. Korelasi. kuatnya hubungan dinyatakan dalam besarnya koefisien korelasi.

KORELASI. menghitung korelasi antar variabel yang akan dicari hubungannya. Korelasi. kuatnya hubungan dinyatakan dalam besarnya koefisien korelasi. KORELASI Tedapat tiga macam bentuk hubungan anta vaiabel, yaitu hubungan simetis, hubungan sebab akibat (kausal) dan hubungan Inteaktif (saling mempengauhi). Untuk mencai hubungan antaa dua vaiabel atau

Lebih terperinci

trigonometri 4.1 Perbandingan Trigonometri

trigonometri 4.1 Perbandingan Trigonometri tigonometi 4.1 Pebandingan Tigonometi 0 Y x P(x,y) y X x disebut absis y disebut odinat jai-jai sudut positif diuku dai sumbu X belawanan aah putaan jaum jam Definisi : = x + y sin = y cos = x tan = y

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA A. Perambatan Bunyi di Luar Ruangan

TINJAUAN PUSTAKA A. Perambatan Bunyi di Luar Ruangan Kebisingan yang belebihan akan sangat bepengauh tehadap indea pendengaan. Seseoang yang telalu seing beada pada kawasan dengan kebisingan yang tinggi setiap hainya dapat mengalami gangguan pendengaan sementaa

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN. Metode penelitian yang digunakan adalah Deskriptif Asosiatif dengan

III. METODOLOGI PENELITIAN. Metode penelitian yang digunakan adalah Deskriptif Asosiatif dengan III. METODOLOGI PENELITIAN A. Pendekatan Penelitian Metode penelitian yang digunakan adalah Deskiptif Asosiatif dengan pendekatan ex post facto. Metode deskiptif dapat diatikan sebagai penelitian yang

Lebih terperinci

PERHITUNGAN DANA PENSIUN DENGAN METODE PROJECTED UNIT CREDIT DAN INDIVIDUAL LEVEL PREMIUM

PERHITUNGAN DANA PENSIUN DENGAN METODE PROJECTED UNIT CREDIT DAN INDIVIDUAL LEVEL PREMIUM E-Junal Matematika Vol. 3, No.2 Mei 2014, 64-74 ISSN: 2303-175 PERHITUNGAN DA PENSIUN DENGAN METODE PROJECTED UNIT CREDIT DAN INDIVIDUAL LEVEL PREMIUM I GUSTI AYU KOMANG KUSUMA WARDHANI 1, I NYOMAN WIDA

Lebih terperinci

langsung dilokasi obyek penelitian yang berkaitan dengan kegiatan yang Teknik ini dipergunakan untuk memperoleh data tentang jumlah karyawan di

langsung dilokasi obyek penelitian yang berkaitan dengan kegiatan yang Teknik ini dipergunakan untuk memperoleh data tentang jumlah karyawan di III. METODE PENELITIAN 3.1 Metode Pengumpulan Data Dalam peneltian ini akan digunakan bebeapa teknik dalam pengumpulan data yaitu: 1. Obsevasi Yaitu caa pengumpulan data melalui pencatatan secaa cemat

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Jenis dan Lokasi Penelitian Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian ekspeimental. Pada penelitian ini akan ada kelompok ekspeimen dan kelompok

Lebih terperinci

Fungsi dan Grafik Diferensial dan Integral

Fungsi dan Grafik Diferensial dan Integral Sudaatno Sudiham Studi Mandii Fungsi dan Gafik Difeensial dan Integal oleh Sudaatno Sudiham i Dapublic Hak cipta pada penulis, 010 SUDIRHAM, SUDARYATNO Fungsi dan Gafik, Difeensial dan Integal Oleh: Sudaatmo

Lebih terperinci

PELABELAN TOTAL BUSUR AJAIB b-busur BERURUTAN PADA GRAF LOBSTER L n (2; r) DAN L n (2; r, s) SKRIPSI SYARIFANI RACHMAWATI

PELABELAN TOTAL BUSUR AJAIB b-busur BERURUTAN PADA GRAF LOBSTER L n (2; r) DAN L n (2; r, s) SKRIPSI SYARIFANI RACHMAWATI UNIVERSITAS INDONESIA PELABELAN TOTAL BUSUR AJAIB b-busur BERURUTAN PADA GRAF LOBSTER L n (; ) DAN L n (;, s) SKRIPSI SYARIFANI RACHMAWATI 08065 FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM PROGRAM STUDI

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang BAB PENDAHULUAN Lata Belakang Pada zaman moden sepeti saat sekaang ini, enegi listik meupakan kebutuhan pime bagi manusia, baik masyaakat yang tinggal di pekotaan maupun masyaakat yang tinggal di pedesaan

Lebih terperinci

TRIGONOMETRI. Untuk SMA dan Sederajat. Penerbit. Husein Tampomas

TRIGONOMETRI. Untuk SMA dan Sederajat. Penerbit. Husein Tampomas TRIGONOMETRI Untuk SM dan Sedeajat Husein Tampomas Penebit 0 Husein Tampomas, Tigonometi, Unntuk SM dan Sedeajat, 018 PENGERTIN 1 PENGNTR KE FUNGSI TRIGONOMETRI Dalam bahasa Yunani, tigonometi tedii dai

Lebih terperinci

BAB XII ANALISIS JALUR (PATH ANALYSIS) APA SIH?

BAB XII ANALISIS JALUR (PATH ANALYSIS) APA SIH? BAB XII ANALISIS JALUR (PATH ANALYSIS) APA SIH? KONSEP DASAR Path analysis meupakan salah satu alat analisis yang dikembangkan oleh Sewall Wight (Dillon and Goldstein, 1984 1 ). Wight mengembangkan metode

Lebih terperinci

Team project 2017 Dony Pratidana S. Hum Bima Agus Setyawan S. IIP

Team project 2017 Dony Pratidana S. Hum Bima Agus Setyawan S. IIP Hak cipta dan penggunaan kembali: Lisensi ini mengizinkan setiap oang untuk menggubah, mempebaiki, dan membuat ciptaan tuunan bukan untuk kepentingan komesial, selama anda mencantumkan nama penulis dan

Lebih terperinci

ANALISIS KESTABILAN DAN KEUNTUNGAN MAKSIMAL PADA MODEL PERTUMBUHAN POPULASI MANGSA-PEMANGSA DENGAN TAHAPAN STRUKTUR

ANALISIS KESTABILAN DAN KEUNTUNGAN MAKSIMAL PADA MODEL PERTUMBUHAN POPULASI MANGSA-PEMANGSA DENGAN TAHAPAN STRUKTUR AALISIS KSTABILA DA KUTUGA MAKSIMAL PADA MODL PRTUMBUHA POPULASI MAGSA-PMAGSA DGA TAHAPA STRUKTUR Syamsuddin Toaha Juusan Matematika FMIPA, Univesitas Hasanuddin, Makassa, Sulawesi Selatan syamsuddint@yahoo.com

Lebih terperinci

Kegiatan Belajar 2. Identitas Trigonometri

Kegiatan Belajar 2. Identitas Trigonometri Kegiatan Belaja A. Tujuan Pembelajaan Setelah mempelajai kegiatan belaja, dihaapkan siswa dapat a. Menggunakan identitas tigonometi dalam penelesaian b. Membuktikan identitas tigonometi sedehana dengan

Lebih terperinci

: Dr. Budi Mulyanti, MSi. Pertemuan ke-2 CAKUPAN MATERI 1. MEDAN LISTRIK 2. INTENSITAS/ KUAT MEDAN LISTRIK 3. GARIS GAYA DAN FLUKS LISTRIK

: Dr. Budi Mulyanti, MSi. Pertemuan ke-2 CAKUPAN MATERI 1. MEDAN LISTRIK 2. INTENSITAS/ KUAT MEDAN LISTRIK 3. GARIS GAYA DAN FLUKS LISTRIK MATA KULIAH KOD MK Dosen : FISIKA DASAR II : L-1 : D. Budi Mulyanti, MSi Petemuan ke- CAKUPAN MATRI 1. MDAN LISTRIK. INTNSITAS/ KUAT MDAN LISTRIK 3. GARIS GAYA DAN FLUKS LISTRIK SUMBR-SUMBR: 1. Fedeick

Lebih terperinci

OPERATOR SELF ADJOINT PADA RUANG HILBERT

OPERATOR SELF ADJOINT PADA RUANG HILBERT OPERATOR SELF ADJOINT PADA RUANG HILBERT Gunawan Universitas Muhammadiah Purwokerto, gun.oge@gmail.om Abstrat. In this artile, will disuss definition, examples, algebra properties, and some harateristi

Lebih terperinci

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP)

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP) RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP) Sekolah : SMA Mata Pelajaan : Matematika Kelas/Semeste :X/ Matei pokok : Identitas Tigonometi Alokasi Waktu : JP ( @ 45 menit ) A. Kompetensi Inti Kompetensi Sikap

Lebih terperinci

PENGARUH KOMPENSASI DAN KARAKTERISTIK PEKERJAAN TERHADAP KEPUASAN KERJA KARYAWAN USAHA KOMPUTER DI KOTA BANJARMASIN

PENGARUH KOMPENSASI DAN KARAKTERISTIK PEKERJAAN TERHADAP KEPUASAN KERJA KARYAWAN USAHA KOMPUTER DI KOTA BANJARMASIN PENGARUH KOMPENSASI DAN KARAKTERISTIK PEKERJAAN TERHADAP KEPUASAN KERJA KARYAWAN USAHA KOMPUTER DI KOTA BANJARMASIN Asuni Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi Pancasetia Banjamasin Jl. A Yani Km. 5,5 Banjamasin,

Lebih terperinci

Chap 6 Model-Gas Real dan Ekspansi Virial. 1. Ekspansi Virial 2. Gugus Mayer

Chap 6 Model-Gas Real dan Ekspansi Virial. 1. Ekspansi Virial 2. Gugus Mayer Chap 6 Model-Gas Real dan Ekspansi Viial. Ekspansi Viial. Gugus Maye Fungsi Patisi Kanonik Untuk Gas Dengan Inteaksi Lemah Misalkan tedapat inteaksi (potensial) anta patikel : u ij, sehingga Hamiltonian

Lebih terperinci

Fungsi dan Grafik Diferensial dan Integral

Fungsi dan Grafik Diferensial dan Integral Sudaatno Sudiham Studi Mandii Fungsi dan Gafik Difeensial dan Integal ii Dapublic BAB 7 Koodinat Pola Sampai dengan bahasan sebelumna kita membicaakan fungsi dengan kuva-kuva ang digambakan dalam koodinat

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di madasah Aliyah Negei (MAN) Model Medan yang bealamat di Jalan Williem Iskanda No. 7A Keluahan Sidoejo, Kecamatan

Lebih terperinci

Fungsi Generalisasi Supra Kontinu Pada Ruang Supra Topologi

Fungsi Generalisasi Supra Kontinu Pada Ruang Supra Topologi PROSIDING ISBN : 978 979 6353 6 3 Fungsi Generalisasi Supra Kontinu Pada Ruang Supra Topologi A 9 Imam Supeno Universita Negeri Malang imam@mat.um.a.id Abstrak Pada makalah ini dikenalkan fungsi generalisasi

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar belakang BAB PENDAHULUAN. Lata belakang Pekembangan suatu teknologi sangat dipengauhi dengan pekembangan suatu ilmu pengetahuan. Tanpa peanan ilmu pengetahuan, bisa dipastikan teknologi akan sulit untuk bekembang

Lebih terperinci

Bab 3. Solusi Persamaan Nirlanjar

Bab 3. Solusi Persamaan Nirlanjar Bab 3 Solusi Pesamaan Nilanja Saya tidak tahu bagaimana saya tampak pada dunia; tetapi bagi saya sendii saya nampaknya hanyalah sepeti seoang anak laki-laki yang bemain-main di pantai, dan mengalihkan

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Metode Penelitian Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskiptif analitik, dengan menggunakan teknik analisis egesi dan koelasi. Metode ini digunakan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Penelitian ini meupakan penelitian kuantitatif dengan menggunakan analisis egesi. Analisis ini digunakan untuk mengetahui adakah pengauh antaa vaiabel bebas

Lebih terperinci

Pengaruh Total Quality Management Terhadap Kualitas Produk Pada CV DUA SINGA Banyuwangi

Pengaruh Total Quality Management Terhadap Kualitas Produk Pada CV DUA SINGA Banyuwangi 1 Pengauh Total Quality Management Tehadap Kualitas Poduk Pada CV DUA SINGA Banyuwangi (The Influence Of Total Quality Management On Poduct Quality At CV DUA SINGA Banyuwangi) Hidayati, Hadi Waluyo, Didik

Lebih terperinci

Pengaturan Footprint Antena Ground Penetrating Radar Dengan Menggunakan Susunan Antena Modified Dipole

Pengaturan Footprint Antena Ground Penetrating Radar Dengan Menggunakan Susunan Antena Modified Dipole Pengatuan Footpint Antena Gound Penetating Rada Dengan Menggunakan Susunan Antena Modified Dipole Ande Eka Saputa (1324243) Jalu Pilihan Teknik Telekomunikasi Sekolah Teknik Elekto dan Infomatika Institut

Lebih terperinci