I GUSTI AYU MADE SRINADI DESAK PUTU EKA NILAKUSMAWATI

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "I GUSTI AYU MADE SRINADI DESAK PUTU EKA NILAKUSMAWATI"

Transkripsi

1 I GUSTI AYU MADE SRINADI DESAK PUTU EKA NILAKUSMAWATI JURUSAN ILKOM FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS UDAYANA

2 PENGANTAR Bahan ajar yang berjudul Aljabar Linear Elementer ini, dirasakan penyusun sangat memberikan manfaat untuk menambah bahan pustaka di Jurusan Matematika dan Jurusan Ilmu Komputer, Fakultas MIPA Universitas Udayana, serta merupakan salah satu buku pegangan bagi mahasiswa yang mengambil mata kuliah Aljabar Linear Elementer. Materi-materi yang disajikan dalam bahan ajar meliputi: Sistem Persamaan Linear, Determinan, Vektor pada R dan R, Ruang Vektor Euclidean, Ruang-ruang Vektor Umum, Hasil Kali Dalam, dan Nilai Eigen & Vektor Eigen. Dalam setiap Bab menguraikan teori-teori, disertai dengan pembuktian-pembuktian teorema. Penyajian contoh-contoh latihan soal diuraikan secara jelas dan bertahap sehingga diharapkan dapat memudahkan pembaca untuk memahami isi materi. Pada akhir setiap Bab disajikan Soal-soal latihan, yang dapat dimanfaatkan oleh dosen pengampu sebagai tugas terstruktur, untuk mengetahui daya serap mahasiswa terhadap isi materi. Pengalaman, pengetahuan dan materi kepustakaan yang terbatas, merupakan kendala dalam penyusunan bahan ajar ini, sehingga jauh dari sempurna. Kritik dan saran dari berbagai pihak, untuk ikut menyempurnakan bahan ajar ini akan diterima dengan senang hati. Akhir kata, semoga bahan ajar ini bermanfaat bagi kita semua. Denpasar, Februari Penyusun i

3 DAFTAR ISI PENGANTAR..... DAFTAR ISI. i ii BAB I. SISTEM PERSAMAAN LINEAR..... Sistem Persamaan Linear.. Eliminasi Gauss, Eliminasi Gauss Jordan. 6.. Matriks dan Operasi Matriks Invers dan Kaidah Aritmatika Matriks..5. Hasi-hasil Selanjutnya Mengenai Sistem Persamaan & Keterbalikan... 6 BAB II. DETERMINAN.... Fungsi Determinan..... Menghitung Determinan dengan Reduksi Baris 5.. Sifat-sifat Determinan.... Perluasan Kofaktor Aturan Cramer.. 9 BAB III. VEKTOR PADA R DAN R Vektor. 5.. Norm Vektor dan Aritmatika Vektor 7.. Hasil Kali Silang Dot Product (Hasil kali Titik/Skalar) 5.5. Vektor-vektor Ortogonal Proyeksi Ortogonal Jarak Antara Titik dan Garis Hasil kali Silang (Cross Product) Vektor pada Garis dan Bidang dalam Ruang Tiga Dimensi. 6 BAB IV. RUANG VEKTOR EUCLIDEAN Ruang Berdimensi-n Euclidean.... Ortogonalitas (Ketegaklurusan) Transformasi Linear dari R n ke R m 7.. Geometri Transformasi Linear Sifat-sifat Transformasi Linear dari R n ke R m 7 75 BAB V. RUANG-RUANG VEKTOR UMUM Aksioma Ruang Vektor Subruang (Subspace) Kombinasi Linear Rentang Bebas Linear Basis dan Dimensi 85 BAB VI. HASIL KALI DALAM Hasil Kali Dalam Sudut dan Keortogonalan dalam Ruang Hasil Kali Dalam... 9 ii

4 6.. Komplemen-komplemen Ortogonal. 6.. Basis Ortogonal 6.5. Koordinat-koordinat Relatif Terhadap Basis-basis Ortonormal Proses Gram-Schmidt untuk Membentuk Basis-basis Ortogonal/Ortonormal Dimensi Ruang Baris, Ruang Kolom, dan Ruang Kosong BAB VII. NILAI EIGEN DAN VEKTOR EIGEN Nilai Eigen dan Vektor Eigen Diagonalisasi. 7.. Diagonalisasi Ortogonal.. 8 DAFTAR PUSTAKA 5 iii

5 BAB I SISTEM PERSAMAAN LINEAR. Sistem Persamaan Linear.. Persamaan Linear Persamaan linear adalah suatu persamaan yang variabel-variabelnya berpangkat satu, (tidak memuat bentuk trigonometri, eksponen, logaritma), tidak ada perkalian atau pembagian dengan variabel lain/dirinya sendiri. Misal : a + ay = b Sebuah persamaan jenis ini disebut sebuah Persamaan Linear dalam variabel/ peubah dan y. Secara umum kita mendefinisikan suatu persamaan linear dalam n peubah,,,n sebagai suatu persamaan yang bisa disajikan dalam bentuk : a+a+ +ann = b Dengan a,a,,an dan b konstanta real. Peubah-peubah dalam suatu persamaan linear kadang-kadang disebut yang tak diketahui. Contoh-contoh Persamaan yang Bukan Persamaan Linear. + y = (persamaan Linear). + y = 7 (bukan persamaan Linear karena y berpangkat ) Solusi dari persamaan linear a + a+ + ann = b adalah deret dari n bilangan s, s,,sn, sehingga persamaan tersebut akan tepat bila = s, = s,, n = sn. Solusi tersebut yaitu {s, s,, sn} disebut himpunan jawab (solution set) atau solusi umum (general solution) dari persamaan linear. Contoh : Himpunan jawab dari + y = adalah : = t, y=-t atau = / (-t), y=t Sistem Persamaan Linear merupakan sejumlah persamaan yang mengandung n variable dengan himpunan jawab s, s,, sn jika dan hanya jika =s, =s,, n= sn

6 Tidak semua sistem persamaan mempunyai penyelesaian. Misalnya jika kita mengalikan persamaan kedua dalam sistem berikut : + y = + y = 6 dengan ½, akan terbukti bahwa tidak ada penyelesaian karena terjadi ketakkonsistenan: +y = + y = Sebuah sistem persamaan yang tidak mempunyai penyelesaian disebut sebagai sistem yang tak konsisten; jika paling tidak ada satu penyelesaian, maka sistem itu disebut konsisten. Persamaan-persamaan linear dalam dua variabel/peubah tersebut dapat dibuat dalam suatu grafik yang berbentuk garis lurus, karena suatu titik (,y) terletak dalam suatu garis jika dan hanya jika angka dan y memenuhi persamaan garis tersebut, penyelesaian sistem persamaan tersebut berpadanan dengan titik-titik potong g dan g,sehingga terdapat kemungkinan : Garis g dan g mungkin sejajar, dimana tidak ada perpotongan dan akibatnya tidak ada penyelesaian terhadap sistem tersebut. Garis g dan g mungkin berpotongan hanya di satu titik,dimana sistem tersebut tepat mempunyai satu persamaan. Garis g dan g mungkin berimpitan,dimana ada tak terhingga titik potong dan akibatnya ada banyak penyelesaian untuk sistem tersebut.

7 Secara umum dapat diringkaskan mengenai Sistem Persamaan Linear sebagai berikut: Sistem Persamaan Linear (SPL) Dengan m persamaan, n variable : a a... a b a a... m a a m a a n n mn n n n b... b m SPL HOMOGEN b = b = = bm = SPL TAK HOMOGEN Tidak semua bi =, bi KONSISTEN (mempunyai solusi) KONSISTEN TAK KONSISTEN Tak ada titik potong Solusi Trivial = = =n= Solusi Non Trivial Ada i, i=,,,n Satu Solusi Banyak Solusi.. Metode Eliminasi Ada Operasi dasar yang dapat dilakukan pada sistem persamaan linear tanpa mengubah jawaban sistem persamaan tersebut.. mengubah urutan persamaan pada sistem tersebut.. mengalikan sebuah persamaan dari sistem dengan bilangan tak nol.. untuk sembarang bilangan real, c... Matriks Yang Diperluas Untuk menyusun matriks-matriks yang diperbanyak peubah-peubah harus ditulis dalam urutan yang sama dalam setiap persamaan dan konstanta harus berada disebelah kanan.

8 Untuk menyederhanakan penulisan SPL di atas, dapat dituliskan dalam bentuk matriks gandengan/matriks diperluas/matriks diperbesar (Augmented Matrices) dengan menuliskan koefisien-koefisien persamaan dan konstanta nilai persamaan dalam satu matriks sbb : a a : a m a a a : m :... a a a n n : mn b b b : m.. Operasi Baris Elementer Ada tiga operasi yang dapat dilakukan pada suatu sistem persamaan linear tanpa mengubah jawabannya. Ketiga operasi tersebut, yaitu : Menukar letak dari dua baris matriks tersebut Mengalikan suatu baris dengan konstanta tak nol Mengganti suatu baris dengan hasil penjumlahan baris tersebut dan kelipatan baris lain Ketiga operasi ini dapat dijalankan pada matriks lengkapnya dan disebut operasi baris elementer. Adapun notasi ketiga baris tersebut adalah :. Menukar baris ke-i dan ke j : Bij atau Bi Bj. Mengalikan baris ke-i dengan bilangan c, c : Bi (c) atau c Bi Bi. Mengalikan baris ke-i dengan c, ditambahkan pada baris ke-j : Bji (c) atau Bj + c Bi Bj Contoh : B B Contoh : B ()

9 5 Contoh : ( ) B..5 Eselon Baris Bentuk Eselon-baris, matriks dapat dikatakan Eselon-baris apabila memenuhi persyaratan berikut :. Jika suatu baris tidak nol, maka angka pertama yang tidak nol pada baris tersebut harus bernilai (leading ).. Jika ada baris yang semua elemennya nol, maka harus dikelompokkan pada barisbaris bawah dari matriks.. Jika ada dua baris tidak nol, maka posisi leading pada baris di bawahnya, harus berada lebih kanan dari leading baris di atasnya.. Masing-masing kolom yang memiliki leading, elemen-elemen lain pada kolom tersebut bernilai nol. Contoh : Suatu proses eliminasi sampai memperoleh bentuk Eselon Baris Tereduksi (memenuhi sifat s/d ) disebut Eliminasi Gauss Jordan Sedangkan proses eliminasi hingga memperoleh bentuk Eselon Baris (memenuhi sifat s/d, sifat tidak terpenuhi) disebut Eliminasi Gauss Contoh matriks eselon baris tereduksi : 8 ; ; Contoh matriks eselon baris tapi bukan eselon baris tereduksi : ; ; 6

10 6. Eliminasi Gauss, Eliminasi Gauss Jordan Eliminasi Gauss dan Eliminasi Gauss Jordan adalah suatu prosedur mengoperasikan nilai-nilai di dalam matriks sehingga menjadi matriks yang lebih sederhana. Caranya adalah dengan melakukan operasi baris sehingga matriks tersebut menjadi matriks yang Eselon-baris. Ini dapat digunakan sebagai salah satu metode penyelesaian persamaan linear dengan menggunakan matriks. Contoh : Diketahui persamaan linear + y + z = 6 + y + z = 9 + y + z = Tentukan Nilai, y dan z! Jawab: Bentuk persamaan tersebut ke dalam matriks: B ( ) B( ) B () B ( ) 9 Maka mendapatkan persamaan linier baru yaitu + y + z = 6 y + z = z = Kemudian lakukan substitusi balik maka didapatkan: y + z = + y + z = 6 y + = + + = 6 y = = Jadi nilai dari =, y =,dan z =

11 7. Matriks dan Operasi Matriks Matriks adalah susunan persegi panjang dari bilangan-bilangan atau unsur-unsur (elemen-elemen) yang teratur dalam baris dan kolom. Matriks juga bisa didefinisikan sebagai suatu susunan bilangan yang berbentuk segiempat. Bilangan-bilangan dalam susunan itu disebut elemen(unsur) dari matriks tersebut. Secara umum matriks bisa di ditulis sebagai berikut : a a a n a a a n A = [.... ].... a m a m a mn Ukuran (ordo) dari matriks dinyatakan dengan m n, dimana m menyatakan banyaknya baris, dan n menyatakan banyaknya kolom dari matriks tersebut. Elemen matriks dapat ditulis dengan tanda kurung siku [ ] atau dalam tanda kurung besar ( ). Notasi matriks dinyatakan dengan huruf capital, sedangkan elemen-elemennya dengan huruf kecil. Maka matriks A di atas dapat dinotasikan dengan : [a ij ] m n atau [a ij ] atau elemen baris ke-i dan kolom ke-j matriks A dinotasikan dengan (A) ij = a ij Matriks yang mempunyai satu baris saja disebut matriks baris dan sebaliknya. Secara umum matriks baris atau matriks kolom lebih sering dinyatakan dengan huruf kecil b b dicetak tebal, misal : a = [a, a,, a n ] ; b =.. [ b m ] Contoh : A = [ 7 ] Kita mempunyai (A) =, (A) =, (A) = 7, (A) =.. Ukuran dan Operasi pada Matriks Ukuran matriks diberikan oleh jumlah baris dan kolom yang dikandungnya. Misalkan, matriks B = [ ], mempunyai baris dan kolom, sehingga 6 9 ukurannya adalah. Dua ukuran matriks didefinisikan sama jika mempunyai ukuran yang sama dan elemen-elemen yang berpadanan/bersesuaian sama. Jika matriks berukuran sama, maka jumlah dari kedua matriks tersebut adalah menjumlahkan elemenelemen yang sepadan dari kedua matriks. Matriks yang mempunyai ukuran yang berbeda

12 8 tidak bisa untuk dijumlahkan atau dikurangkan. Jika matriks A = m r dan meatriks B = r n, maka hasil kali AB adalah matriks m n. Untuk mencari elemen-elemen dalam baris i dan kolom j dari AB, pilih baris i dari matriks A dan kolom j dan matriks B. Kalikan elemen-elemen yang berpadanan dari baris dan kolom secara bersama-sama dan kemudian jumlahkan hasil kalinya. Definisi definisi yang terdapat dalam operasi operasi matriks:. Dua matriks didefinisikan sama jika keduanya mempunyai ukuran yang sama dan anggota anggotanya yang berpadanan sama Contoh: Tinjau matriks matriks berikut: A = [ ] B = [ ] C = [ 5 ] Jika = 5 maka A = B tetapi untuk semua nilai lainnya matriks A dan B tidak sama, karena tidak semua anggota anggotanya yang berpadanan sama. Tidak ada nilai yang membuat A = C karena A dan C mempunyai ukuran yang berbeda.. Jika A dan B adalah matriks matriks berukuran sama, maka jumlah A + B adalah matriks yang diperoleh dengan menambahkan anggota anggota B dengan anggota anggota A yang berpadanan, dan selisih A B adalah matriks yang diperoleh dengan mengurangkan anggota anggota A dengan anggota anggota B yang berpadanan. Matriks matriks berukuran berbeda tidak bisa ditambahkan atau dikurangkan. (A + B) ij = (A) ij + (B) ij = a ij + b ij (A B) ij = (A) ij (B) ij = a ij b ij Contoh: Tinjau matriks matriks Maka, A = [ A + B = [ 7 7 ] B = [ ] + [ 5 ] C = [ ] 5 5 ] = [ ] 5

13 9 A B = [ 7 ] [ 5 6 ] = [ ] 5. Jika A adalah sebarang matriks dan c adalah sebarang skalar, maka hasil kali ca adalah matriks yang diperoleh dengan mengalikan setiap anggota A dengan c. Dalam notasi matriks, jika A = [a ij ], maka (ca) ij = c(a) ij = ca ij Contoh: Untuk matriks matriks A = [ ] B = [ Maka kita akan mendapatkan: A = [ [ 7 5 ] C = 6 [9 ] = [ 6 6 ] = [ 7 6 ] C = [9 5 ] 8 ] ( )B = [ ] 7 5 ] =. Jika A, A,, A n matriks dengan ukuran sama c, c,, c n skalar, maka bentuk c A + c A + + c n A n disebut sebagai kombinasi linier dari A, A,, A n dengan koefisien c, c,, c n. Contoh: Jika A = [ ] B = [ A B + C = A + ( B) + 6 C = [ 6 = [ ] C = [9 5 ] 8 ] + [ ] maka, 7 ] + [ 5 5. Jika A matriks berukuran m n dan B matriks berukuran n r, maka hasil kali AB adalah suatu matriks berukuran m r dengan unsur unsur sebagai berikut: ] Contoh: A = [ 6 (AB) ij = a i b j = a i b j + a i b j + + a in b nj ] B = [ 7 i j ] 5

14 Karena A adalah matriks dan B adalah matriks, maka hasil kali AB adalh sebuah matriks. Maka, AB = [ 6 ] [ 7 7 ] = [ ].. Partisi Matriks Sebuah matriks dapat dipartisi ke dalam matriks yang lebih kecil dengan menyisipkan garis horizontal atau vertikal diantara baris atau kolom yang ditentukan. Misalkan matriks A berukuran m n dapat dipartisi menjadi : a a a n a a a n A = [.... A ] = [ A ].... A A a m a m a mn a a a n a a a n A = [.... ] =.... a m a m a mn r r.. [ r m ] a a a n a a a n A = [.... ] = [c, c,, c n ].... a m a m a mn Contoh: Jika A = dan B 6 8 maka : a. Matriks Kolom kedua dari AB = b. Matriks Baris pertama dari AB =

15 . Invers dan Kaidah Aritmatika Matriks Diasumsikan bahwa matriks memenuhi sehinga operasi aritmatik matriks tersebut valid, meliputi : a. A + B = B + A b. A +(B+C) = (A+B)+ C c. A(BC) = (AB) C d. A(B+C) = AB + AC e. (B+C)A = BA + CA f. A(B-C) = AB-AC g. (B-C)A = BA-BC h. a(b+c) = ab+ac i. (a+b)c = ac+bc j. (a+b)c = ac-bc k. a(bc) = abc l. a(bc) =(ab)c = B(aC).. Invers Matriks Jika A sebuah matriks segi (bujur sangkar), dan matriks B berukuran sama didapatkan sedemikian hingga AB = BA = I, maka A disebut bisa dibalik (invertible) dan B adalah invers dari A. Contoh : B = [ 5 5 ] adalah invers dari A = [ ] Teorema : Misal A = [ a b c d ] maka inversnya adalah A = [ d b ad bc c a ] = [ Contoh:. Tentukan invers dari matriks [ 7 ] Penyelesaian: Kita beri nama mtriks diatas dengan matriks A, sehingga: A = [ 7 ] d ad bc c ad bc b ad bc a ad bc ]

16 Sedangkan matriks identitasnya: I = [ ] Kemudian kita gandengkan matriks A dengan matriks I, sehingga menjadi: [A I] = [ 7 ] (matriks gandengan ini kita beri nama matriks Y) Kita lakukan operasi baris dasar sampai matriks A menjadi matriks I Y = [ 7 [ ] ~B ( ) [ ] ~B ( ) [ ] ~B ( ) [ 7 ] ] Maka A = [ 7 ].. Sifat-Sifat Invers. Invers suatu matriks bersifat unik. Jika B dan C keduanya merupakan invers dari A maka B = C.. Suatu hasil kali berapapun banyaknya matriks yang bisa dibalik adalah matriks yang bisa dibalik, dan invers dari hasil kali tersebut adalah hasil kali invers inversnya dalam ukuran terbalik. Jika A dan B matriks-matriks berukuran sama dan dapat dibalik, maka: a. AB dapat dibalik b. (AB) = B A c. Jika A n n A = I ; A n = A. A. A... A (n faktor, n >). Jika A bisa dibalik, maka : A n = (A ) n = A A A (n faktor). A r A s = A r+s ; (A r ) s = A rs.. Jenis Jenis Matriks Matriks dapat dibedakan menurut jenisnya, antara lain:. Matriks Nol Suatu matriks dikatakan sebagai matriks nol, jika semua elemennya sama dengan nol. Misalnya,

17 ,. Matriks Baris Suatu matriks dikatakan sebagai matriks baris, jika matriks tersebut hanya terdiri atas satu baris, misalnya 7, 5 6. Matriks kolom Suatu matriks dikatakan sebagai matriks kolom, jika matriks tersebut hanya terdiri dari satu kolom. Misalnya,, Matriks persegi dan matriks bujur sangkar Suatu matriks dikatakan sebagai matriks persegi atau matriks bujur sangkar, jika banyak baris pada matriks tersebut sama dengan banyak kolomnya. Misalnya, 7 5, 6 8 Pada suatu matriks persegi ada yang dinamakan sebagai diagonal utama dan diagonal sekunder. Perhatikan matriks berikut. a a a a a a a a a Elemen-elemen yang terletak pada diagonal utama pada matriks tersebut adalah a, a dan a (sesuai dengan arsiran yang berasal dari kiri atas ke kanan bawah). Sebaliknya, elemen-elemen yang terletak pada diagonal sekunder sesuai dengan arsiran yang berasal dari kiri bawah ke kanan atas, dalam hal ini: a, a, a. 5. Matriks segitiga Suatu matriks persegi dikatakan sebagai matriks segitiga jika elemen-elemen yang ada di bawah atau di atas diagonal utamanya (salah satu, tidak kedua-

18 duanya) bernilai nol. Jika elemen-elemen yangada di bawah diagonal utama bernilai nol maka disebut sebagai matriks segitiga atas. Sebaliknya, jika elemenelemen yang ada di atas diagonal utamanya bernilai nol maka disebut sebagai matriks segitiga bawah. Misalnya, Matriks segitiga bawah Matriks segitiga atas 6. Matriks Diagonal Suatu matriks persegi dikatakan sebagai matriks diagonal jika elemenelemen yang ada di bawah dan di atas diagonal utamanya bernilai nol, atau dengan kata lain elemen-elemen selain diagonal utamanya bernilai nol. Misalnya, 7. Matriks Skalar Suatu matriks diagonal dikatakan sebagai matriks skalar jika semua elemenelemen yang terletak pada diagonal utamanya memiliki nilai yang sama, misalnya, Matriks Identitas dan matriks satuan Suatu matriks skalar dikatakan sebagai matriks identitas jika semua elemen yang terletak pada diagonal utamanya bernilai satu, sehingga matriks identitas disebut juga matriks satuan. Misalnya,

19 5 Metode untuk mencari matriks kebalikan adalah melalui operasi baris dasar matriks gandengan antara A dan I [A I]~obe[I A ] Selain itu ada satu cara menentukan solusi SPL apabila matriks A invertible, maka: A = b punya solusi tunggal yaitu = A b Contoh: Tentukan solusi SPL berikut: y + 6y + y = y + y y = y + y + 5y = Penyelesaian: Kita ubah Sistem Persamaan Linier di atas ke dalam bentuk matriks dan kita beri nama E: E = [ 5 ] 8 Sedangkan matriks identitasnya: I = [ ] Kemudian gandengkan matriks E dengan matriks I dan kita beri nama matriks tersebut dengan K [E I] K = [ 5 8 ] ~B ( ) B ( ) [ 5 ] [ 5 ] ~B () [ ] 5 [ 5 ] ~B ( ) [ ] 5

20 6 [ 5 ] ~B () B ( ) [ 6 5 ] 5 [ ] ~B ( ) [ ] Sehingga E = [ 5 ] Maka = E b = [ 5 ] [ ] = [ 6] 5 Jadi solusi untuk Sistem Persamaan Linier diatas adalah: y = 9 y = 6 y =.5 Hasil-hasil Selanjutnya Mengenai Sistem Persamaan dan Keterbalikan Teorema: Setiap sistem persamaan linier bisa tidak mempunyai penyelesaian, tepat satu penyelesaian, atau tak hingga banyaknya penyelesaian Teorema: Jika A adalah suatu matriks n n yang bisa dibalik, maka untuk setiap matriks b, n, sistem persamaan A = b tepat mempunyai satu penyelesaian yaitu = A b Contoh: e + 6e + e = e + e e = e + e + 5e = Jika sitem persamaan linier ini diubah ke dalam bentuk matriks maka: Y = [ 5 ] e = [ e ] b = [ ] 8 e e

21 7 Sedangkan matriks identitasnya: I = [ ] Kemudian kita akan mencari invers dari matriks Y dengan menggandengkan matriks tersebut dengan matriks identitasnya, kita beri nama matriks tersebut dengan matriks D. [E I] D = [ 5 8 ] ~B ( ) B ( ) [ 5 ] [ 5 ] ~B () [ ] 5 [ 5 ] ~B ( ) [ ] 5 [ 5 ] ~B () B ( ) [ 6 5 ] 5 [ ] ~B ( ) [ ] Sehingga Y = [ 5 ] Maka e = Y b = [ 5 ] [ ] = [ 6] 5 Jadi solusi untuk Sistem Persamaan Linier diatas adalah: e = 9 e = 6 e =

22 8 Latihan Soal Soal. y + 6y + y = y + y ay = y + y + 5y = b Pada sistem persamaan linier di atas tentukan nilai a dan b sehingga sistem persamaan linier memiliki: a. Solusi tunggal b. Banyak solusi c. Tidak ada solusi ( tidak konsisten ). Selesaikan sistem berikut ini dengan menggunakan eliminasi Gauss Jordan + + = 8 + = 7 + =. Bila E = [ 8 6 ] Tentukan p(e) jika: a. p() = + + b. p() = 6 e f. Diketahui matriks Y = [ ] buktikan bahwa g h A = (e + h)a (eh fg)i cos γ sin γ 5. Tentukan invers dari matriks E, untuk E = [ sin γ cos γ ] Penyelesaian. y + 6y + y = y + y ay = y + y + 5y = b Penyelesaian: Kita ubah terlebih dahulu sitem persamaan di atas ke dalam bentuk matriks. Sehingga menjadi: 6 E = [ a 5 ] b

23 9 Kemudian matriks diatas kita reduksi. 6 6 E = [ a ] ~B ( ) B () [ 8 8 a ] 5 b 8 9 b [ 8 8 a ] ~B [ 8 9 b + ] 8 9 b a 6 6 [ 8 9 b + ] ~B ( 9 8 (b + ) 8] a 8 8 a 6 8 ( 6b + ) 8 [ 9 8 (b + ) 8] ~B ( 6) B (8) [ 9 8 (b + ) 8 ] 8 8 a a b + a. Sistem Persamaan Linier tersebut memiliki solusi tunggal jika dan hanya jika a a b. Sistem Persamaan Linier tersebut memiliki banyak solusi jika dan hanya jika: a = dan b + = a = b = c. Sistem Persamaan Linier tersebut tidak mempunyai solusi jika dan hanya jika: a = dan b + a =. + + = 8 + = 7 + = Penyelesaian: b Kita ubah terlebih dahulu sistem persamaan linier di atas ke dalam bentuk matriks Y = [ 7 8 ] ~B () B ( ) [ ] ~B ( ) [ ] ~B ( ) B () [ ] ~B ( 5 ) 7 [ 5 7 9] ~B ( 7) B (5) [ ]

24 . E = [ 8 6 ] Menentukan p(e) dari a. p() = + + b. p() = 6 Penyelesaian: a. p() = + + dimana = E p(e) = E + E + I p(e) = [ 8 6 ] [8 6 ] + [8 6 ] + [ ] 88 6 p(e) = [ ] + [6 8 8 ] + [ ] 88 6 p(e) = [ ] + [ ] 5 7 p(e) = [ 8 ] b. p() = 6 dimana = E p(e) = 6E I p(e) = 6 [ 8 6 ] [ ] 8 6 p(e) = [ ] [ ] 5 6 p(e) = [ 9 ] e f. Y = [ g h ] Kita akan membuktikan bahwa: A = (e + h)a (eh fg)i Penyelesaian: A = (e + h)a (eh fg)i e f f f [ ] [e ] = (e + h) [e ] (eh fg) [ g h g h g h ]

25 [ e + fg ef + fh + h) f(e + h) fg) ge + hg gf + h] = [e(e ] [(eh g(e + h) h(e + h) (eh fg) ] [ e + fg ef + fh ge + hg gf + h ] = [ e + eh fe + fh fg) ge + hg he + h] [(eh (eh fg) ] [ e + fg ef + fh ge + hg gf + h ] = + fg ef + fh [e ge + hg gf + h] Terbukti. cos γ sin γ 5. E = [ sin γ cos γ ] Invers dari matriks E adalah E γ sin γ = cos γ ( sin [cos γ) sin γ cos γ ] E = cos γ + sin γ γ sin γ [cos sin γ cos γ ] = γ sin γ γ sin γ [cos ] = [cos sin γ cos γ sin γ cos γ ]

26 Soal-Soal Latihan : Sistem Persamaan Linear. Reduksilah (lakukan operasi baris dasar) matriks berikut sehingga menjadi matriks eselon baris (bentuk eselon) dan kemudian menjadi matriks eselon baris tereduksi (bentuk kanonik baris) : a. 5 9 b c d Jika ada tentukan solusi SPL-SPL berikut: a. 5 y y y d. 8 z y z y z y g t z y t z y t z y b. 9 y y e. 5 z y z y z y h z y z y z y c. 7 5 z y z y z y f t z y t z y t z y i t z y t z y t z y. Tentukan nilai a dan b agar SPL berikut mempunyai: (i) satu solusi (ii) tak ada solusi (iii) banyak solusi a. 5 by a y b. 5 y a by c. ay by d. b z y az y y 5 5 z. Perhatikan SPL berikut: a. b z y az y y a b. b az y z ay y z c. b z y a z ay y az

27 Untuk setiap a nilai berapakah setiap sistem mempunyai solusi unik, dan untuk pasangan nilai (a, b) berapakah setiap sistem memiliki lebih dari satu solusi? 5. Jika,, dan maka tentukan nilai,, dari sistem persamaan tak linear berikut : sin cos tan sin cos tan 6sin cos tan 9 6. Tentukan nilai, y, dan z dari sistem persamaan tak linear berikut: y z 6 y y z z 7. Tentukan syarat yang harus dipenuhi b agar SPL konsisten : y 5z b 5y 8z b y z b 8. Bila A, Tentukan p(a) jika : (i) p ( ) ; (ii) p ( )

28 BAB II DETERMINAN. Fungsi Determinan Fungsi determinan merupakan suatu fungsi bernilai real dari suatu peubah matriks. Fungsi determinan dinyatakan dengan det. Misalnya A adalah suatu matriks bujur sangkar, maka fungsi determinan dari matriks A dapat dinyatakan dengan det(a). Terdapat beberapa konsep-konsep yang perlu dipahami dalam menentukan determinan suatu matriks segi, meliputi :.. Permutasi Permutasi dari himpunan bilangan bulat : {,,.,n} adalah banyak susunan berbeda dari bilangan-bilangan integer tersebut tanpa adanya penghilangan atau pengulangan. Suatu metode yang mudah untuk mendaftarkan permutasi secara sistem adalah dengan menggunakan suatu pohon permutasi. Misalnya permutasi dari bilangan {,,} dapat disusun : (,,) (,,) (,,) (,,) (,,) (,,) Dari pohon permutasi tersebut didapat bahwa ada enam permutasi yang berbeda dari himpunan bilangan {,,}. Secara umum, himpunan {,,} akan mempunyai n! permutasi yang berbeda (n=banyak elemen). Untuk himpunan {,,},! =.. = 6.

29 5 Inversi (pasangan negatif) Suatu inversi dikatakan terjadi dalam suatu permutasi (j, j,, jn) jika suatu bilangan bulat yang lebih besar mendahului bilangan bulat yang lebih kecil. Total jumlah inversi yang terjadi dalam suatu permutasi bisa didapat sebagai berikut : ) Cari bilangan bulat yang lebih kecil dari j dan yang mengikuti j dalam permutasi tersebut, ) Cari bilangan bulat yang lebih kecil dari j dan yang mengikuti j dalam permutasi tersebut, ) Teruskan proses menghitung ini untuk j,, jn-. Total dari jumlah-jumlah tersebut adalah total jumlah inversi dalam permutasi tersebut. Contoh : Jumlah pembalikan dalam permutasi (,,,, 5) adalah : =. Dari mariks segi A = (ajj)nn, unsur-unsur aij dan akl dikatakan pasangan negatif jika dan hanya jika k<i dan l>j atau k>i dan l<j dan dikatakan pasangan positif jika dan hanya jika k<i dan l<j atau k>i dan l>j. Permutasi dikatakan genap apabila total inversi jumlahnya genap, dan permutasi dikatakan ganjil apabila total inversi jumlahnya ganjil. Contoh : Dalam permutasi (,,,, 5), jumlah pembalikannya adalah jadi permutasi tersebut dikatakan permutasi ganjil.. Menghitung Determinan Dengan Reduksi Baris Menghitung determinan dengan reduksi baris adalah dengan mereduksi matriks yang diberikan menjadi bentuk segitiga atas melalui operasi baris elementer. Kemudian menghitung determinan dari matriks segitiga atas, kemudian menghubungkan determinan tersebut dengan matriks aslinya. a. Menghitung Determinan Matriks dan Matriks A = [ a a a a ], maka det(a) = a a a a = a a a a

30 6 Matriks a a a A = [ a a a ], maka : a a a dengan menggunakan aturan Sarrus a a a a a det(a) = a a a a a a a a a a = a a a + a a a + a a a a a a a a a a a a b. Teorema-teorema dasar tentang Determinan Teorema Bila A adalah matriks segi (bujur sangkar) : a. Jika A mempunyai sebuah baris nol atau sebuah kolom nol, maka det(a) = Contoh : A = [ ] det (A) = =.. = A = [ 7 6 ] det (A) = = (.. ) + (.6.9) + (.7.) (..9) (.6.) (.7. ) = b. det(a) = det(a T ) Teorema Contoh : A = [ ] det (A) = =.7.5 = A T = [ 5 5 ] det (A) = =.7 5. = Maka terbukti det (A) = det (A T ) Jika A adalah matriks segitiga n n (segitiga atas, segitiga bawah, atau diagonal), maka det(a) adalah hasil kali elemen-elemen diagonal utamanya, yaitu det(a) = a a... ann. a a A = [ a a a a ] det (A) = a a a a a a a a

31 7 Contoh : A = [ 5 ] det (A) = 5 = ()( )(6)(9) = Teorema Bila A adalah suatu matriks n n : a. Jika B suatu matriks yang diperoleh bila satu baris atau baris atau satu kolom dari A dikalikan dengan skalar k, maka det(b) = k det(a) 6 A = [ 5 7 6] baris pertama A dikalikan, menjadi B = [ 5 7 6] 8 8 det (A) = = = det (B) = = = det (B) = k det (A) =. = 6 (terbukti) b. Jika B suatu matriks yang diperoleh bila dua baris atau dua kolom dari A dipertukarkan, maka det(b) = - det(a) A = [ 5 7 6] baris pertama dan kedua dipertukarkan B = [ ] 8 det (A) = = = det (B) = = = 8 8 det (B) = det (A) (terbukti)

32 8 c. Jika B suatu matriks yang diperoleh dengan mengalikan satu baris atau kolom dengan satu konstanta kemudian ditambahkan pada baris atau kolom yang lain, maka det(b)=det(a) A = [ 5 7 6] baris pertama ditambah kali baris kedua B 8 7 = [ ] 8 det (A) = = = det (B) = = = 8 8 det (B) = det (A) (terbukti) Teorema Bila Enn matriks elementer : a. Jika E diperoleh dengan mengalikan satu baris In dengan k, maka det(e) = k E = [ ] baris kedua dikalikan E maka det (E) = k = b. Jika E diperoleh dengan menukarkan dua baris In, maka det(e) = - E = [ ] baris pertama dan terakhir dipertukarkan E maka det (E) =

33 9 c. Jika E diperoleh dengan menambahkan k kali satu baris In ke baris yang lain,maka Teorema 5 det(e) = E = [ ] baris pertama ditambah 8 baris terakhir 8 E maka det (E) = Jika A adalah sebuah matriks segi dengan dua baris/kolom yang proporsional, maka det(a) =. 5 A = [ 7 6] karena baris ketiga adalah kali dari baris pertama, maka baris ketiga tersebut kita tambahkan kali baris pertama 5 untuk mendapatkan suatu baris nol A = [ 7 6] 5 maka det (A) = = (terbukti) Contoh : 5 A = [ 6 9] 6 Penyelesaian : 5 A = [ 6 9] 6 5 Det (A) = [ 6 9] = - [ 5] 6

34 = - [ 5] 6 = - [ 5 ] 5 = - [ 5 ] 55 = (-) (-55) [ 5] Det (A) = (-) (-55) () = 65 c. Menghitung Determinan dengan Operasi Kolom Contoh : Penyelesaian : E [ 7 6 ] Det (A) = [ ] = [ ] Det (A) = () (7) () (-6). Sifat sifat Determinan. A T = A Pembuktian: A 6 A A T A T 6

35 Jadi A T A. Bila unsur-unsur salah satu atau kolom dari suatu matriks persegi bernilai nol maka determinan matriks tersebut = Contohnya : A A B 9 B 9. Jika salah satu baris atau kolom dikalikan dengan konstanta c, maka determinan matrik baru adalah c kali determinan matriks sebelumnya * A c A Contohnya : A A 6 misalkan C A 6 6 A 8 6 * * Jadi : A * C A 6 ( ) 6 6

36 . Jika dua baris atau dua kolom dipertukarkan maka * A A Contohnya : A A 6 A A 6 * * Jadi : A * A ( ) 5. Jika suatu matriks mempunyai dua baris atau kolom yang sama atau sebanding, maka determinannya adalah nol contohnya : baris; A 8 kolom; A 9 6 A A Bila matriks B diperoleh dari matriks A dengan menambahkan kelipatan suatu baris/kolom pada baris/kolom yang lain, maka A B contohnya A A 6 B diperoleh dengan menambahkan baris ke I pada baris ke II pada matriks A B 5 8 B 8 5 8

37 7. E matriks yang dihasilkan dari operasi dasar pada matriks Identitas Bila matriks E diperoleh dengan mengalikan satu baris matriks Identitas dengan konstanta k maka Contoh ; E dengan mengalikan K = 7 pada baris ke I I n 7 E E jadi E K Bila matriks E diperoleh dengan menambahkan K kali satu baris pada baris yang lain suatu matrik identitas maka E Contoh ; E diperoleh dengan menambahkan X baris ke-i pada baris ke-ii dari matrik identitas E E jadi E E Bila matrik E diperoleh dengan menukarkan dua baris matrik identitas maka Contoh ; E diperoleh dari menukarkan baris ke I dengan baris ke II pada matriks identitas E E jadi E

38 8. Jika A memiliki invers, maka det( A ) det( A) contoh; A A 6 A A A 6 A Jadi A A A 9. Bila A adalah matriks (n n) dan k suatu konstanta, maka det (ka)= det (A) k berpangkat n contohnya A A 8 5 K... K K KA K K K K K KA K K K K K K 8 (8 ) 5 n Jadi det( KA) K det( A). Jika A, B dan C matriks berukuran n n, unsur-unsurnyahanya berbeda pada satu baris (misalnya baris ke-r ), diasumsikan bahwa baris ke-r dari matriks C diperoleh dengan menambahkan baris ke-r matriks A dan baris ke-r matriks B maka det (C)= det (A) + det (B)

39 5 contoh A B C maka C A B 6 ( 9) ( ) Jadi det( C) det( A) det( B). Jika A dan B matriks segi dengan ukuran sama, maka det (AB)= det (A) det(b) contoh A, B matiks A B AB maka AB A B ( )(8 5) 7 7 Jadi det( AB) det( A)det( B). Determinan matriks diagonal, matriks segitiga atas da matriks segitiga bawah adalah hasil kali unsur-unsur diagonal utamanya. contoh A B C A B C

40 6. Perluasan Kofaktor Jika A adalah suatu matrik bujur sangkar, maka minor anggota. Dinyatakan oleh dan didefinisikan sebagai determinan submatrik yg masih tersisa setelah baris ke-i i j dan kolom ke-j dihilangkan dari matrik A. Bilangan ( ) M ijdinyatakan oleh Cij disebut kofaktor anggota aij. Secara singkat C M Dan untuk menentukan tanda + atau gunakan papan periksa ij ij aij Cij C C C C C.. 5 C C C C C 5.. C C C C C 5.. C C C C C 5.. C C C C C Contoh : A M C M M 6 M C M M 6

41 7 Perluasan Kofaktor Perluasan kofaktor dari suatu matrik A ialah cara mencari determinan dari matrik A dengan mengalikan anggota- anggota pada suatu kolom/suatu baris dari matrik A dengan kofaktor-kofaktornya dan menambahkan hasil kali yang di dapat. Pemahaman: misalkan matriks A dengan ordo berikut : A a a a a a a a a a A A a a aa aaa aaa aaa aaa aaa a a a a a a a a a a a a a a A a C ac ac Contoh soal : misal matriks ordo berikut : A a C a C a C A A a C a C a C A A A... A..8. A A kita akan mencari determinannya dengan perluasan kofaktor.5 Adjoin Suatu Matriks Definisi: jika A adalah sembarang matrik n n dan C(ij) adalah kofaktor dari a(ij) maka matriks

42 8 C C.... C n C C.... C n Cn Cn C nn disebut matrik kofaktor dari A. transpos dari matrik ini disebut adjoin A dan dinyatakan oleh adj (A). Contoh adjoin matriks, misalkan A adalah matrik maka adjoin matrik A diperlihatkan dibawah sbg berikut: C C C A C C C C C C mk( A) T adj( A) [ mk( A)] Aplikasi rumus adjoin untuk invers suatu matriks yaitu sebagai berikut Contoh : A adj( A) det( A) kita ambil nilai adjoin matrik A pada contoh diatas lalu kita cari inversnya A maka( A ) adj( A)

43 9.6 Aturan Cramer Jika A=b merupkan suatu sistem n persamaan linier dalamn peubah sedemikian hingga (A) tidak, maka sistem tersebut mempunyai suatu penyelesaian unik, yaitu sebagai beriut; det( ) det( ) det( ),,... det( ) det( ) det( ) n n A A A A A A dengan Aj adalah matriks yang diperoleh dengan menggantikan anggota-anggota pada kolom ke-j dari A dengan anggota-anggota pada matriks Contoh penerapan aturan Cramer Selesaikanlah SPL berikut: + y + z = + y + z = 6 +y +z = 7 Jawab: b n b b b.. 5 ) det( ) det( ) det( ) det( A A A A A A A A 5 5 ) det( ) det( 5 5 ) det( ) det( 5 5 ) det( ) det( A A z A A y A A jadi

44 Latihan Soal Soal. Jika A = [ ] Tentukan A = A. A! a b c. Jika d e f = 6 g h i a b c Tentukan d e f g d h e i f 7. Tentukan. Jika A = [ ] 5 6 Tentukan A dengan cara: a. A = adjoin A A b. [A I]~[I A ] 5 Penyelesaian:. A = [ ] A = A. A [ ] = [ ] [ ] [ ] = [ 9 6 ] 9 6

45 a b c. d e f = 6 g h i a b c Kita akan ubah matriks diatas menjadi bentuk d e f dengan cara g d h e i f mereduksi terlebih dahulu: a b c a b c a b c d e f ~B ( ) d e f ~B ( ) d e f g h i g h i g d h e i f Kemudian B ( ) merupakan E dan B ( ) merupakan E Sehingga : E E A = A.. 6 = A 8 = A a b c Jadi d e f = 8 g d h e i f 7. 5 =? Kita reduksi terlebih dahulu menjadi matriks segitiga atas: 5 7 ~B () ~B ( ) ~B 5( )

46 Maka =.... = = A Karena B () merupakan E, B ( ) merupakan E, B 5( ) merupakan E Sehingga : E E E A = A... A = A = 7 Jadi 5 =. A = [ ] 5 6 a. Dengan metode A = (adjoin A)T A Kita cari terlebih dahulu determinan A, = 5 = A Kemudian kita cari adjoin A dengan cara kofaktor: α = = + = 6 α = = 6 = 5 6

47 α = = = 5 α = 6 = = α = = 5 = 5 6 α = = = 5 α = = 6 = α = = 8 = 5 α = = + = 5 Maka adjoin A: [ ] jika ditranspose maka [ 5 ] Maka A = A (adjoin A)T = 5 [ 5 ] = [ 5 b. Dengan metode [A I]~[I A ] [ 5 6 ] ~B [ ] 5 5 ] ~B ( ) B ( 5) [ 5 5 ] ~B [ ( 5 5 ) 5 ] ~B ( ) B (5) 5 5 [ ] ~B ( ) [ ] ~B ( ) B ( )

48 [ ] Soal Latihan DETERMINAN. Tentukan determinan dan matriks adjoin dari matriks A berikut : 5 A. Selesaikan SPL berikut ini dengan aturan Cramer y z z 8 5y z y. Perhatikan SPL berikut: k y z ky z y kz Dengan menggunakan konsep determinan, tentukan nilai k sehingga SPL memiliki : (i) solusi tunggal (ii) banyak solusi (iii) tak ada solusi

49 5 BAB III VEKTOR PADA R DAN R. Vektor Vektor adalah suatu besaran yang memiliki panjang dan arah. Secara geometri, vector dinyatakan sebagai ruas garis terarah atau anak panah pada ruang berdimensi atau ruang berdimensi. Sebuah vector dapat ditulis dengan : v AB, dimana A sebagai titik awal dari vector v dan B sebagai titik akhir. Vektor adalah suatu besaran yang memiliki besar atau panjang dan arah. Contoh : - kecepatan - gaya Vektor bisa disajikan secara geometris sebagai ruas garis berarah atau panah dalam ruang berdimensi- dan berdimensi-, arah panah menunjukkan arah vektor Secara Geometri : B titik ujung (terminal point) v= AB A titik pangkal (intial point) Definisi: Penjumlahan Vektor Jika v dan w merupakan vektor sebarang, maka jumlah v+w ditentukan dengan : tempatkan vektor w sedemikian rupa sehingga titik awalnya berimpitan dengan titik akhir v. dapat digambarkan dengan :

50 6 Selisih Vektor. Jika v dan w adalah vektor sebarang, maka selisih u dari v adalah u v = u - v Vektor dalam Sistem Koordinat Kita misalkan v adalah vektor sebarang pada suatu bidang. y v (v, v) ket : v dan v adalah komponen dari vector v Vektor vektor dikatakan ekuivalen, bila vektor- vektor tersebut memiliki komponen yang sama, dalam arti memiliki panjang dan arah yang sama. y ( v + w, v + w ) v (w, w) w v + w w v (v, v) v w V dan w ekuivalen, jika dan hanya jika v = w dan v = w

51 7 Vektor dalam R y u U (u,u) u inisial point dipusat koordinat O(,) dan terminal point di U(u,u) U UO Komponen vektor = (u,u) Vektor-vektor ekuivalen panjang dan arahnya sama. Dua buah vektor u dan v ekuvalen bila diletakkan sehingga initial pointnya berada pada pusat koordinat atau titik asal (,) maka pash terminal poitnya berimpit u dan v memiliki komponen komponen yang sama. Dua buah vektor u dan v memiliki panjang dan arah yang sama U= (u,u) v= (v,v) U ekuivalen dengan v u=v dan u=v Juga memenuhi : U+v = (u+v, u+v) u-v = (u-v, u-v) Ku = K(U,U)= (ku,ku). Norm Vektor dan Aritmatika Vektor Sifat-sifat vektor pada R dan R diuraikan dalam teorema berikut : Jika U, V, dan W adalah vektor-vektor pada R atau R, k dan l adalah scalar, maka memenuhi hubungan- hubungan berikut : a) u + v = v + u b) (u+v) + w = u + (v+w)

52 8 c) u + = + u = u d) u + (-u) = e) k(lu) = (kl)u f) k(u+v) = ku + lu g) (k+l)u = ku + kl h) u = u Pembuktian : a) u + v = v + u = (v + v + v) + (u + u + u) = (v + u, v + u, v + u) = (u + v, u + v, u + v) = (u, u, u) + (v, v, v) = u + v b) (u + v) + w = u + ( v + w) = (u,u,u) + [(v,v,v) +(w,w,w)] = (u,u,u) + (v+w,v+w,v+w) = [(u+v) + w, (u+v)+w, (u+v)+w] = (u+v, u+v,u+v) + (w,w,w) = (u+v) + w c) u + = + u = u = (,,) + (u,u,u) = (u,u,u) = u d) u + (-u) = = (u,u,u) + (-u,-u,-u) = (u-u, u-u, u-u) = e) (kl)u = k(lu) = k [ l(u,u,u)] = k ( lu, lu,lu) = (klu, klu, klu) = kl ( u, u, u) = kl(u)

53 9 f) k(u+v) = ku + kv = k(u,u,u) + k(v,v,v) = (ku,ku,ku) + (kv,kv,kv) = (ku+kv, ku+kv, ku+kv) = k (u+v, u+v, u+ v) = k (u+v) g) (k+l)u = ku + lu = k(u,u,u) + l(u,u,u) = (ku,ku,ku) + (lu,lu,lu) = (ku + ku, ku + lu, ku + lu) = (k+l)u h) u = u = (u,u,u) y = u,u,u = u Panjang vektor ( Norm Vektor ) u dinotasikan sbg u u u (u,u) Jadi, u = u + u u z O u P(u,u,u) S y u = (OR) + (RP) = (OQ) + (OS) + (RP) = u + u +u Q R Jadi, u = u + u + u Suatu vector yang mempunyai panjang disebut vector satuan ( Unit Vektor ) Demikian juga, jika P(,y) dan P(,y) adalah titik-titik dalam ruang berdimensi-, maka jarak antara kedua titik tersebut diberikan oleh:

54 5 z P(,y,z) d= P(,y,z) y Jarak antara P dan P adalah norma vektor PP Contoh : a Bila u = (,,5), u =. Jawab : u = = 5 = 5 b Bila koordinat titik P(,) dan Q(6,), PQ =? Jawab : PQ = (6,-) (,) = (,-5) PQ = = p(,y,z) p(a,b,c) v c P(,y,z) b o y a a v = OP = (a,b,c) = [ b] c

55 5 Sumbu Sumbu Translasi y Y Y p k O (k,l) O (,) Sistem koordinat y ditranslasi ke system koordinat y, dimana titik asal O pada system koordinat y mempunyai koordinat O (k,l) titik P R memiliki koordinat (,y) dan (,y ). Untuk melihat hubungan keduanya, diperhatikan vector O P. Pada system koordinat y, inisial point O (k,l) dan terminal point P(,y) sehingga komponen O'P = (-k, y-l) Pada system koordinat y, inisial point O (,) dan terminal point P(,y ) sehingga komponen OP =(,y ) Diperoleh persamaan translasi : = k ; = + k ; y =y-l y + y + l. Hasil Kali Silang Jika U = (U, U, U ) dan V= (V, V, V ) adalah vektor-vektor dalam ruang berdimensi,maka hasil kali silang U V adalah vector yang didefinisikan sebagai Atau dalam notasi determinan U V= (U V U V, U V U V, U V U V ) U V = ( U U V V, U U V V, U U V V )

56 5 Contoh: Cari U V, di mana U = (,, ) dan V = (,,) Penyelesaian: [ ] U V = (,, ) = (, 7, 6) Teorema. Jika U, V dan W adalah vektor-vektor dalam ruang berdimensi, maka: a. U. (U V) = (U V orthogonal terhadap U) b. V. (U V) = (U V orthogonal terhadap V) c. U V = U V (U. V) (identitas lagrange) d. U (V W) = (U. W)V (U. V)W (hubungan antara hasil kali silang dan hasil kali titik) e. (U V)W = (U. W)V (V. W)U (hubungan antara hasil kali silang dan hasil kali titik) Contoh: Tinjau vektor-vektor U = (,, ) dan V = (,,) Pada contoh di atas kita telah menunjukan bahwa U V = (, 7, 6) Karena U. (U V) = ()() + ()( 7) + ( )( 6) = Vektor satuan standar Setiap vektor V = (V, V, V ) dalam ruang berdimensi dapat dinyatakan dalam bentuk I, j dan k karena kia bisa menuliskan V = (V, V, V ) = V i + V j + V k

57 5 Misalnya (,,) = i j + k Z (,, ) k j i (,, ) Y (,, ) X i i = j j = k k = i j = k j k = i k i = j j i = k k j = i i k = j Identitas lagrange U V = U V (U. V) = U V ( U V cos θ) = U V U V COS θ = U V ( COS θ) = U V SIN θ Karena θ π, maka θ, sehingga ini bias ditulis sebagai U V = U V sin θ Luas jajaran genjang A= (alas)(tinggi) = U V sin θ = U V. Dot Product ( Hasil Kali Titik/Skalar) u u u v θ v θ v u v θ

58 5 Bila u dan v R, R ; diasumsikan bahwa initial point kedua vector berimpit dengan sudut antara kedua vector sebesar θ ; θ π. Dot poduct atau Euclidean Inner Product U V didefinisikan sebagai: U V cos θ ; U dan V U V = ; U = atau V = P = OP OP = V U P P u θ v Hukum atau Aturan kosinus: V U = U + V U V cos θ U dan V R dengan U = (U, U )dan V = (V, V ) maka diperoleh: U = U + U V = V + V V U = (V U,V U ) = (V U ) + (V U ) = V V U + U + V V U + U V U = U + V U V cos θ V U = U + V U V U V = [ U + V V U ] U V = [U + U + V + V (V + U V U + V U V U )]

59 55 = [U V + U V ] U V = U V + U V Bila U, V ε R dengan U = (U, U, U )dan V = (V, V, V ), maka: Teorema Dot Product: U V = U V + U V + U V U V = U V cos θ cos θ = U V U V a) V V = V V =(V V) b) jika U danv vektor - vector tak nol, dan θ sudut antara kedua vector, maka: i. θ mirip sudut lancip jika dan hanya jika U V > ii. θ mirip sudut tumpul jika dan hanya jik iii. θ= π = 9 (siku siku) jika dan hanya jika U V = Teorema Jika U, V dan W adalah vector pada R atau R,k suatu scalar maka: a. U V = V U b. U (V + W) = U V + U W c. k(u V) = (ku) V = U (kv) d. V V > jika dan hanya jika V dan V V = jika V =.5 Vektor - Vektor Ortogonal Vektor tegak lurus disebut juga vektor orthogonal. Dua vektor tak nol U danv dimana U V jika dan hanya jika U V = y a P(,y) P(,y) b a+by+c=

60 56 Akan dibuktikan n P Dimana P dan P berada pada garis a+by+c= Maka : P(,y) P(,y) Vektor n = (a,b) vector normal garis a+by+c= () a+by+c= () Persamaan dan di eliminasi sehingga memperoleh a(-)+b(y-y)=..() n = (a,b) P = (-, y-y) n P = (a, b) (, y y ) = a( ) + b(y y ) = (terbukti).6 Proyeksi Ortogonal W W W U Q U U Q W a a W W Q W+ W = W +( U- W) = U W // a dan W a W= proyeksi ortoganal dari U pada a atau komponen vector U sepanjang / sejajar a dinotasikan sebagai ProyaU W= ProyaU W= komponen vektor U yang orthogonal terhadap a W= U- W=U- ProyaU Teorema Jika U dan a adalah vector - vector dalam ruang berdimensi atau ruang berdimensi jika a maka:

61 57 Contoh : Proy a U = U Proy a U = U U a a a U a a a U = (,,)dan a = (.,) Proy a U = (.,) = 5 (.,) = ( 7, 7, 7 ) U Proy a U = (,,) ( 7, 7, 7 ) = ( 6 7, 7, 7 ) Untuk panjang komponen vektor U a: U a Proy a U = a a = U a = a a = U a a a = U a a U a cos θ a = U cos θ Jarak dari suatu titik pada bidang ke suatu garis. y D Q(X,Y) Po(Xo,Yo) D=? a+by+c=

62 58 jarak D = panjang proyeksi orthogonal dari D = Qp Proy n Qp = Qp n n Qp = (, y y ) Qp n = (a, b)(, y y ) = a( ) + (y y ) n = a + b D = Qp n n = ( ) + (y y ) = (a a + b by ) a + b a + b Maka c = a by Titik Q(, y )berada pada garis a + by + c = Diperoleh Contoh : Jarak titik (-,) ke garis +y-6= D = a + by + c a + b D = = Jarak Antara Titik Dan Garis Y Q(, y) D n = (a, b) D P(, y) a + by + c = X

63 59 Misalkan Q(, y) adalah titik sebarang pada garis dan tempatkan vector n = (a, b) sedemikian rupa sehingga titik awalnya berimpitan dengan Q. Jarak D sebanding dengan panjang dari proyeksi orthogonal QP pada n, sehingga : projn QP n D = proj QP n tetapi QP, y y D = a b a b y y QP n n a..persamaan a b b y sehingga Karena titik Q(, y) terletak pada garis tersebut, koordinatnya memenuhi persamaan garis tersebut sehingga : a + by + c = atau c = - a by, substitusikan pernyataan tersebut ke dalam a persamaan, maka menghasilkan : D = b a y b c y.8 Hasilkali Silang (Cross Product) Definisi : jika u = (u, u, u) dan v = (v, v, v) adalah vector- vector pada ruang berdimensi, maka cross product u v adalah vector yang didefinisikan sebagai : (uv uv, uv uv, uv uv) Atau dalam notasi determinan : u v u v u v u v u v,, Teorema : Hubungan Hasilkali Silang dengan Hasilkali Titik a) u (u v) = b) v (u v) = c) uv u v uv d) u (v w) = (u w)v (u v)w u v u v

64 6 e) (u v) w = (u w)v (v w)u Teorema : Sifat sifat Hasilkali Silang a) u v = - (v u) b) u (v + w) = (u v) + (u w) c) (u + v) w = (u w) + (v w) d) k(u v) = (ku) v = u (kv) e) u = u = f) u u =.9 Vektor Pada Garis Dan Bidang Dalam Ruang Tiga Dimensi z P(, y, z) P(, y, z) l V = (a, b, c) y Persamaan dari bidang yang melewati titik P (, y, z) dan memiliki vector taknol n = (a, b, c) sebagai normalnya, dimana bidang tersebut terdiri dari tepat titik P(, y, z) dengan vector P adalah orthogonal terhadap n, yaitu : n P P P, karena P y P (, y, z ), maka persamaan di atas dapat ditulis kembali sebagai a( z - ) + b(y y) + c(z z) = (disebut sebagai bentuk normal titik dari persamaan suatu bidang). l adalah garis pada ruang berdimensi yang melalui P(, y, z) dan P(, y, z), dimana P P parallel v, maka dapat dinyatakan :

65 6 P P tv, dimana t adalah suatu scalar (, y y, z z) = (ta, tb, tc) - = ta y - y = tb persamaan parametric garis z z = tc Teorema : Jarak antara Suatu Titik dan Suatu Bidang Jarak D antara titik P(, y, z) dan bidang a + by + cz + d = adalah a D = b a y b c z c d contoh : jika v = (,-,) dan w =(,,) maka : v+w = (5,-,) v = (,-6,) jika titik pangkal suatu vektor tidak berada pada titik asal misalkan p= (, y, z) dan titik ujungnya misalkan p=(, y, z) maka vektor v = p p = ( -, y - y, z - z) contoh : komponen vektor v = p p dengan titik pangkal p (,-,) dan titik ujung p = (7,5,-8) adalah : v = (7 -, 5- ( - ), (- 8) ) = ( 5, 6, - ) Latihan Bab III. Tentukan dan y yang memenuhi : a. (, y+) = (y-, 6) b. (, y) = (, ) c. (,y) = y(, -). Tentukan nilai, y, z dimana (, y+,y+z) = (+y,,z). Nyatakan vektor v = (, -, 5) sebagai kombinasi linear dari vektor-vektor u = (,,) ; u = (,,); dan u = (,-,) sehingga dapat dinyatakan sebagai : v = k u + k u + k u Tentukan nilai ki, i=,,. Nyatakan vektor 9 v sebagai kombinasi linear dari ui, i =,, dengan 6

66 6 u, u 5 dan u 5. Tentukan nilai k sehingga vektor u dan v saling ortogonal: a. u = (, k, -) dan v = (6, -, -) b. u = (5, k, -, ) dan v = (, -,, k) c. u = (, 7, k+, -) dan v = (, k,-, k) 6. Jika diketahui u = i j + k, v = i + 5j k, w = i + 7j + k Tentukan : a. u v b. u w c. v w d. v u e. w v 7. Tentukan vektor satuan u yang ortogonal terhadap : a. v = (,, ) dan w = (, -, ) b. v = i j + k dan w = i j k 8. Untuk vektor-vektor seperti soal no 6, tunjukkan bahwa : a. (u + v) w = u w + v w b. w (u + v) = w u + w v 9. Tentukan titik potong bidang y + = dan garis dengan persamaan parametrik = + t, y = y, z = 5 + t

67 6 BAB IV RUANG VEKTOR EUCLIDEAN. Ruang Berdimensi-n Euclidean Beberapa definisi vektor dalam Rn. Dua buah vektor, u=(u, u, u,, un) dan v=(v, v, v,, vn) dalam R n disebut sama jika: u=v, u=v, u=v,, un=vn Jumlah u+v didefinisikan sebagai: u+v= (u+v, u+v, u+v,, un+vn) Jika k adalah sembarang skalar, perkalian skalar ku didefinisikan sebagai: ku= (ku, ku, ku,, kun) Jika u= (u, u, u,, un) adalah sembarang vektor dalam R n, maka negatif (atau invers aditif) dari u dinyatakan dengan u dan didefinisikan sebagai: -u = (-u, -u, -u,, -un) Selisih vektor- vektor dalam R n v-u= (v-u, v-u, v-u,, vn-un) Dalam bentuk komponen-komponen: u-v= (u-v, u-v, u-v,, un+vn) u, v adalah vektor- vektor dalam R n, hasil kali dalam Eucliden u₀v didefinisikan sebagai: u₀v = uv+uv+uv+ +unvn Jika dua vektor u, v adalah vektor-vektor dalam R n maka u dan v saling orthogonal bila u₀v = Sifat-sifat operasi vektor dalam ruang Berdimensi-n (R n ) Teorema. jika u, v, w adalah vektor-vektor dalam R n ;dan k, l adalah skalar, maka: a. u+v = v+u b. u+(v+w) = (u+v)+w

68 6 c. u+ = +u = u d. u+ (-u) =, sehinnga u-u= e. k(lu) = kl (u) f. k(u+v) = ku + kv g. (k+l)u =ku + lu h. lu=u; l= Teorema. : jika u, v, w R n dan k sembarang skalar maka: a. u v = v u b. (u+v).w = u.w + v.w = w.u + w.v = w. (u+v) c. (ku).v =k(u.v) d. v.v ; v.v= jika hanya jika v= Contoh pembuktian : (u+v).w = (u+v, u+v, u+v,, un+vn).(w, w, w,, wn) = (u+v)w + (u+v)w + (u+v)w+ +(un+vn)wn = [(uw + vw), (uw + vw), (uw + vw),,(unwn + vnwn)] = (uw, uw, uw,, unwn) + (vw, vw, vw,, vnwn) = u.w + v.w = w.u + w.v Jika u, v, w R n dan k sembarang skalar maka: a. u v = v u b. (u+v).w = u.w + v.w = w.u + w.v = w. (u+v) c. (ku).v =k(u.v)

69 65 d. v.v ; v.v= jika hanya jika v= Contoh pembuktian : (u+v).w = (u+v, u+v, u+v,, un+vn).(w, w, w,, wn) = (u+v)w + (u+v)w + (u+v)w+ +(un+vn)wn = [(uw + vw), (uw + vw), (uw + vw),,(unwn + vnwn)] = (uw, uw, uw,, unwn) + (vw, vw, vw,, vnwn) = u.w + v.w = w.u + w.v Contoh soal:. Anggap u=(,,, ), v=(-,,, ), dan w=(,,, ), carilah: a. (v+w).(u+v) b. (u-v) Jawab:.a. (v+w).(v+w) =(v).(v+w) + (w).(v+w) =[((-,,,)).((-,,,)+(,,,)]+ [(,,,).((-,,,)+(,,,)] =[(9,6,9,).(6,,6,8)+(,,,)]+[(,,,).(6,,6,8)+(,,,)] =[(-5,,5,96)+ (,,,)]+[(6,,,)+(,,,)] =(-5,5,56,96)+(7,5,,) =(-6,,7,96) b. (u-v) = [(,,, ) - (-,,, )] = (,,, ) = (8,,, )

70 66 Teorema. (Ketaksamaan Cauchy-Schwarz dalam R n ) Jika u, v, Є - R n : v = (u,u, un) dan v= (v,v,,vn) adalah vektor-vektor dalam R n, maka : u.v u v atau dinyatakan dalam bentuk komponen-komponennya uv+uv+.+unvn (u + u + + u n ) / (v +v + + v n ) / Dari rumus tersebut, jika u dan v adalah vektor-vektor tak nol dalam R atau R, maka u.v = u v cos θ = u v cosθ u v dan Jika u= dan v=, maka kedua ruas dari () adalah nol, sehingga ketaksamaan tersebut juga berlaku utuk kasus ini. Teorema. Jika U, V R n dan k adalah sembarang skalar, maka a) U b) U = jika dan hanya jika u= c) ku = k U d) U+V U + V (ketaksamaan segitiga) Dimana kita akan membuktikan teorema. dengan mencoba salah satunya dengan membuktikan (d) Bukti (d). U+V = (U+V).(U+V)=(U.U)+(U.V)+(V.V) = U +(U.V)+ V U + U.V + V sifat nilai mutlak U + U V + V ketaksamaan Cauchy-Schwarz ( U + V ) pada bagian (d)dari teorema ini dikenal sebagai ketaksamaan segitiga karena teorema ini merampatkan hasil yang kita kenal dari geometri Euclidean yang menyatakan bahwa jumlah dua sisi segitiga paling tidak sama besarnya dengan sisi segitiganya

uiopasdfghjklzxcvbnmqwertyuiopasd fghjklzxcvbnmqwertyuiopasdfghjklzx wertyuiopasdfghjklzxcvbnmqwertyui opasdfghjklzxcvbnmqwertyuiopasdfg

uiopasdfghjklzxcvbnmqwertyuiopasd fghjklzxcvbnmqwertyuiopasdfghjklzx wertyuiopasdfghjklzxcvbnmqwertyui opasdfghjklzxcvbnmqwertyuiopasdfg uiopasdfghjklzxcvbnmqwertyuiopasd Qwertyuiopasdfghjklzxcvbnmqwerty cvbnmqwertyuiopasdfghjklzxcvbnmq fghjklzxcvbnmqwertyuiopasdfghjklzx wertyuiopasdfghjklzxcvbnmqwertyui opasdfghjklzxcvbnmqwertyuiopasdfg

Lebih terperinci

MODUL ALJABAR LINEAR 1 Disusun oleh, ASTRI FITRIA NUR ANI

MODUL ALJABAR LINEAR 1 Disusun oleh, ASTRI FITRIA NUR ANI 214 MODUL ALJABAR LINEAR 1 Disusun oleh, ASTRI FITRIA NUR ANI Astri Fitria Nur ani Aljabar Linear 1 1/1/214 1 DAFTAR ISI DAFTAR ISI... i BAB I MATRIKS DAN SISTEM PERSAMAAN A. Pendahuluan... 1 B. Aljabar

Lebih terperinci

Pengantar Vektor. Besaran. Vektor (Mempunyai Arah) Skalar (Tidak mempunyai arah)

Pengantar Vektor. Besaran. Vektor (Mempunyai Arah) Skalar (Tidak mempunyai arah) Pengantar Vektor Besaran Skalar (Tidak mempunyai arah) Vektor (Mempunyai Arah) Vektor Geometris Skalar (Luas, Panjang, Massa, Waktu dan lain - lain), merupakan suatu besaran yang mempunyai nilai mutlak

Lebih terperinci

DIKTAT PERKULIAHAN. EDISI 1 Aljabar Linear dan Matriks

DIKTAT PERKULIAHAN. EDISI 1 Aljabar Linear dan Matriks DIKTAT PERKULIAHAN EDISI 1 Aljabar Linear dan Matriks Penulis : Ednawati Rainarli, M.Si. Kania Evita Dewi, M.Si. JURUSAN TEKNIK INFORMATIKA UNIVERSITAS KOMPUTER INDONESIA BANDUNG 011 IF/011 1 DAFTAR ISI

Lebih terperinci

Sebuah garis dalam bidang xy bisa disajikan secara aljabar dengan sebuah persamaan berbentuk :

Sebuah garis dalam bidang xy bisa disajikan secara aljabar dengan sebuah persamaan berbentuk : Persamaan Linear Sebuah garis dalam bidang xy bisa disajikan secara aljabar dengan sebuah persamaan berbentuk : a x + a y = b Persamaan jenis ini disebut sebuah persamaan linear dalam peubah x dan y. Definisi

Lebih terperinci

Aljabar Linier Elementer. Kuliah 1 dan 2

Aljabar Linier Elementer. Kuliah 1 dan 2 Aljabar Linier Elementer Kuliah 1 dan 2 1.3 Matriks dan Operasi-operasi pada Matriks Definisi: Matriks adalah susunan bilangan dalam empat persegi panjang. Bilangan-bilangan dalam susunan tersebut disebut

Lebih terperinci

ALJABAR LINEAR ELEMENTER

ALJABAR LINEAR ELEMENTER BAHAN AJAR ALJABAR LINEAR ELEMENTER Disusun oleh : Indah Emilia Wijayanti Al. Sutjijana Jurusan Matematika Fakultas MIPA Universitas Gadjah Mada Desember, 22 ii Daftar Isi Sistem Persamaan Linear dan Matriks.

Lebih terperinci

Aljabar Linear. & Matriks. Evangs Mailoa. Pert. 5

Aljabar Linear. & Matriks. Evangs Mailoa. Pert. 5 Aljabar Linear & Matriks Pert. 5 Evangs Mailoa Pengantar Determinan Menurut teorema 1.4.3, matriks 2 x 2 dapat dibalik jika ad bc 0. Pernyataan ad bc disebut sebagai determinan (determinant) dari matriks

Lebih terperinci

SISTEM PERSAMAAN LINEAR

SISTEM PERSAMAAN LINEAR SISTEM PERSAMAAN LINEAR BAB 1 Dr. Abdul Wahid Surhim POKOK BAHASAN 1.1 Pengantar Sistem Persamaan Linear (SPL) 1.2 Eliminasi GAUSS-JORDAN 1.3 Matriks dan operasi matriks 1.4 Aritmatika Matriks, Matriks

Lebih terperinci

(Departemen Matematika FMIPA-IPB) Matriks Bogor, / 66

(Departemen Matematika FMIPA-IPB) Matriks Bogor, / 66 MATRIKS Departemen Matematika FMIPA-IPB Bogor, 2012 (Departemen Matematika FMIPA-IPB) Matriks Bogor, 2012 1 / 66 Topik Bahasan 1 Matriks 2 Operasi Matriks 3 Determinan matriks 4 Matriks Invers 5 Operasi

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 5 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A Matriks 1 Pengertian Matriks Definisi 21 Matriks adalah kumpulan bilangan bilangan yang disusun secara khusus dalam bentuk baris kolom sehingga membentuk empat persegi panjang

Lebih terperinci

Aljabar Linier Elementer. Kuliah ke-9

Aljabar Linier Elementer. Kuliah ke-9 Aljabar Linier Elementer Kuliah ke-9 Materi kuliah Hasilkali Titik Proyeksi Ortogonal 7/9/2014 Yanita, FMIPA Matematika Unand 2 Hasilkali Titik dari Vektor-Vektor Definisi Jika u dan v adalah vektor-vektor

Lebih terperinci

ALJABAR LINIER MAYDA WARUNI K, ST, MT ALJABAR LINIER (I)

ALJABAR LINIER MAYDA WARUNI K, ST, MT ALJABAR LINIER (I) ALJABAR LINIER MAYDA WARUNI K, ST, MT ALJABAR LINIER (I) 1 MATERI ALJABAR LINIER VEKTOR DALAM R1, R2 DAN R3 ALJABAR VEKTOR SISTEM PERSAMAAN LINIER MATRIKS, DETERMINAN DAN ALJABAR MATRIKS, INVERS MATRIKS

Lebih terperinci

Aljabar Matriks. Aljabar Matriks

Aljabar Matriks. Aljabar Matriks Aljabar Matriks No No Unit Unit Kompetensi 1 Menerapkan keamanan web dinamis 2 Membuat halaman web dinamis dasar 3 Membuat halaman web dinamis lanjut 4 Menerapkan web hosting 5 Menerapkan konten web memenuhi

Lebih terperinci

BAB II DETERMINAN DAN INVERS MATRIKS

BAB II DETERMINAN DAN INVERS MATRIKS BAB II DETERMINAN DAN INVERS MATRIKS A. OPERASI ELEMENTER TERHADAP BARIS DAN KOLOM SUATU MATRIKS Matriks A = berdimensi mxn dapat dibentuk matriks baru dengan menggandakan perubahan bentuk baris dan/atau

Lebih terperinci

MATA KULIAH ALJABAR LINIER

MATA KULIAH ALJABAR LINIER HAND OUT (BAHAN AJAR) MATA KULIAH ALJABAR LINIER Oleh: Saminanto, S.Pd., M.Sc PRODI TADRIS MATEMATIKA FAKULTAS TARBIYAH IAIN WALISONGO SEMARANG TAHUN Aljabar Linier KATA PENGANTAR Bismillaahirrohmaanirrohiim

Lebih terperinci

DIKTAT ALJABAR LINIER DAN MATRIKS VEKTOR. Penyusun Ir. S. Waniwatining Astuti, M.T.I.

DIKTAT ALJABAR LINIER DAN MATRIKS VEKTOR. Penyusun Ir. S. Waniwatining Astuti, M.T.I. DIKTAT ALJABAR LINIER DAN MATRIKS VEKTOR Penyusun Ir. S. Waniwatining Astuti, M.T.I. SEKOLAH TINGGI MANAJEMEN INFORMATIKA DAN KOMPUTER GLOBAL INFORMATIKA MDP 24 KATA PENGANTAR Pertama-tama penulis mengucapkan

Lebih terperinci

5. PERSAMAAN LINIER. 1. Berikut adalah contoh SPL yang terdiri dari 4 persamaan linier dan 3 variabel.

5. PERSAMAAN LINIER. 1. Berikut adalah contoh SPL yang terdiri dari 4 persamaan linier dan 3 variabel. 1. Persamaan Linier 5. PERSAMAAN LINIER Persamaan linier adalah suatu persamaan yang variabel-variabelnya berpangkat satu. Disamping persamaan linier ada juga persamaan non linier. Contoh : a) 2x + 3y

Lebih terperinci

BAB III RUANG VEKTOR R 2 DAN R 3. Bab ini membahas pengertian dan operasi vektor-vektor. Selain

BAB III RUANG VEKTOR R 2 DAN R 3. Bab ini membahas pengertian dan operasi vektor-vektor. Selain BAB III RUANG VEKTOR R DAN R 3 Bab ini membahas pengertian dan operasi ektor-ektor. Selain operasi aljabar dibahas pula operasi hasil kali titik dan hasil kali silang dari ektor-ektor. Tujuan Instruksional

Lebih terperinci

Pertemuan 1 Sistem Persamaan Linier dan Matriks

Pertemuan 1 Sistem Persamaan Linier dan Matriks Matriks & Ruang Vektor Pertemuan Sistem Persamaan Linier dan Matriks Start Matriks & Ruang Vektor Outline Materi Pengenalan Sistem Persamaan Linier (SPL) SPL & Matriks Matriks & Ruang Vektor Persamaan

Lebih terperinci

JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA FMIPA UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA

JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA FMIPA UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA CATATAN KULIAH ALJABAR LINEAR MUSTHOFA JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA FMIPA UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA 20 SISTEM PERSAMAAN LINEAR Tujuan : Menyelesaikan sistem persamaan linear. OPERASI BARIS ELEMENTER

Lebih terperinci

BAB II SISTEM PERSAMAAN LINEAR. Sistem persamaan linear ditemukan hampir di semua cabang ilmu

BAB II SISTEM PERSAMAAN LINEAR. Sistem persamaan linear ditemukan hampir di semua cabang ilmu BAB II SISTEM PERSAMAAN LINEAR Sistem persamaan linear ditemukan hampir di semua cabang ilmu pengetahuan. Di bidang ilmu ukur, diperlukan untuk mencari titik potong dua garis dalam satu bidang. Di bidang

Lebih terperinci

ALJABAR LINIER DAN MATRIKS

ALJABAR LINIER DAN MATRIKS ALJABAR LINIER DAN MATRIKS MATRIKS (DETERMINAN, INVERS, TRANSPOSE) Macam Matriks Matriks Nol (0) Matriks yang semua entrinya nol. Ex: Matriks Identitas (I) Matriks persegi dengan entri pada diagonal utamanya

Lebih terperinci

Kata Pengantar. Puji syukur kehadirat Yang Maha Kuasa yang telah memberikan pertolongan hingga modul ajar ini dapat terselesaikan.

Kata Pengantar. Puji syukur kehadirat Yang Maha Kuasa yang telah memberikan pertolongan hingga modul ajar ini dapat terselesaikan. i Kata Pengantar Puji syukur kehadirat Yang Maha Kuasa yang telah memberikan pertolongan hingga modul ajar ini dapat terselesaikan. Modul ajar ini dimaksudkan untuk membantu penyelenggaraan kuliah jarak

Lebih terperinci

MODUL IV SISTEM PERSAMAAN LINEAR

MODUL IV SISTEM PERSAMAAN LINEAR MODUL IV SISTEM PERSAMAAN LINEAR 4.. Pendahuluan. Sistem Persamaan Linear merupakan salah satu topik penting dalam Aljabar Linear. Sistem Persamaan Linear sering dijumpai dalam semua bidang penyelidikan

Lebih terperinci

Aljabar Linear Elementer Part IV. Oleh : Yeni Susanti

Aljabar Linear Elementer Part IV. Oleh : Yeni Susanti Aljabar Linear Elementer Part IV Vektor di Ruang R 2, R 3 dan R n Oleh : Yeni Susanti Vektor di Ruang R 2, R 3 dan R n Vektor: besaran yang mempunyai besar dan arah. Vektor secara geometris bisa digambarkan

Lebih terperinci

MUH1G3/ MATRIKS DAN RUANG VEKTOR

MUH1G3/ MATRIKS DAN RUANG VEKTOR MUHG3/ MATRIKS DAN RUANG VEKTOR TIM DOSEN Determinan Matriks Determinan Matriks Sub Pokok Bahasan Permutasi dan Determinan Matriks Determinan dengan OBE Determinan dengan Ekspansi Kofaktor Beberapa Aplikasi

Lebih terperinci

a11 a12 x1 b1 Kumpulan Materi Kuliah #1 s/d #03 Tahun Ajaran 2016/2016: Oleh: Prof. Dr. Ir. Setijo Bismo, DEA.

a11 a12 x1 b1 Kumpulan Materi Kuliah #1 s/d #03 Tahun Ajaran 2016/2016: Oleh: Prof. Dr. Ir. Setijo Bismo, DEA. a11 a12 x1 b1 a a x b 21 22 2 2 Kumpulan Materi Kuliah #1 s/d #03 Tahun Ajaran 2016/2016: Oleh: Prof. Dr. Ir. Setijo Bismo, DEA. a11 a12 x1 b1 a a x b 21 22 2 2 a11 a12 x1 b1 a a x b 21 22 2 2 Setijo Bismo

Lebih terperinci

MATEMATIKA INFORMATIKA 2 TEKNIK INFORMATIKA UNIVERSITAS GUNADARMA FENI ANDRIANI

MATEMATIKA INFORMATIKA 2 TEKNIK INFORMATIKA UNIVERSITAS GUNADARMA FENI ANDRIANI MATEMATIKA INFORMATIKA 2 TEKNIK INFORMATIKA UNIVERSITAS GUNADARMA FENI ANDRIANI SAP (1) Buku : Suryadi H.S. 1991, Pengantar Aljabar dan Geometri analitik Vektor Definisi, Notasi, dan Operasi Vektor Susunan

Lebih terperinci

M AT E M AT I K A E K O N O M I MATRIKS DAN SPL I N S TITUT P ERTA N I A N BOGOR

M AT E M AT I K A E K O N O M I MATRIKS DAN SPL I N S TITUT P ERTA N I A N BOGOR M AT E M AT I K A E K O N O M I MATRIKS DAN SPL TO N I BAKHTIAR I N S TITUT P ERTA N I A N BOGOR 2 0 1 2 Kesetimbangan Dua Pasar Permintaan kopi bergantung tidak hanya pada harganya tetapi juga pada harga

Lebih terperinci

Vektor di Bidang dan di Ruang

Vektor di Bidang dan di Ruang Vektor di Bidang dan di Ruang 4.1. Pengertian, notasi,dan operasi pada ektor Vektor merupakan istilah untuk menyatakan besaran yang mempunyai arah. Secara geometris, ektor dinyakan dengan segmen-segmen

Lebih terperinci

Vektor-Vektor. Ruang Berdimensi-2. Ruang Berdimensi-3

Vektor-Vektor. Ruang Berdimensi-2. Ruang Berdimensi-3 Vektor-Vektor dalam Ruang Berdimensi-2 dan Ruang Berdimensi-3 Disusun oleh: Achmad Fachrurozi Albert Martin Sulistio Iffatul Mardhiyah Rifki Kosasih Departemen Matematika Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan

Lebih terperinci

Sebelum pembahasan tentang invers matriks lebih lanjut, kita bahas dahulu beberapa pengertian-pengertian berikut ini.

Sebelum pembahasan tentang invers matriks lebih lanjut, kita bahas dahulu beberapa pengertian-pengertian berikut ini. . INVERS MTRIKS Sebelum pembahasan tentang invers matriks lebih lanjut, kita bahas dahulu beberapa pengertian-pengertian berikut ini. a. RNK MTRIKS Matriks tak nol dikatakan mempunyai rank r jika paling

Lebih terperinci

MATRIKS A = ; B = ; C = ; D = ( 5 )

MATRIKS A = ; B = ; C = ; D = ( 5 ) MATRIKS A. DEFINISI MATRIKS Matriks adalah suatu susunan bilangan berbentuk segi empat dari suatu unsur-unsur pada beberapa sistem aljabar. Unsur-unsur tersebut bisa berupa bilangan dan juga suatu peubah.

Lebih terperinci

Aljabar Linear Elementer

Aljabar Linear Elementer BAB I RUANG VEKTOR Pada kuliah Aljabar Matriks kita telah mendiskusikan struktur ruang R 2 dan R 3 beserta semua konsep yang terkait. Pada bab ini kita akan membicarakan struktur yang merupakan bentuk

Lebih terperinci

Vektor. Vektor. 1. Pengertian Vektor

Vektor. Vektor. 1. Pengertian Vektor Universitas Muhammadiyah Sukabumi Artikel Aljabar Vektor dan Matriks Oleh : Zie_Zie Vektor Vektor 1. Pengertian Vektor a. Definisi Vektor adalah suatu besaran yang mempunyai nilai (besar) dan arah. Contohnya

Lebih terperinci

Ruang Vektor Euclid R 2 dan R 3

Ruang Vektor Euclid R 2 dan R 3 Ruang Vektor Euclid R 2 dan R 3 Kuliah Aljabar Linier Semester Ganjil 2015-2016 MZI Fakultas Informatika Telkom University FIF Tel-U September 2015 MZI (FIF Tel-U) Ruang Vektor R 2 dan R 3 September 2015

Lebih terperinci

Pertemuan Ke 2 SISTEM PERSAMAAN LINEAR (SPL) By SUTOYO,ST.,MT

Pertemuan Ke 2 SISTEM PERSAMAAN LINEAR (SPL) By SUTOYO,ST.,MT Pertemuan Ke SISTEM PERSAMAAN LINEAR (SPL) By SUTOYO,ST,MT Pendahuluan Suatu sistem persamaan linier (atau himpunan persaman linier simultan) adalah satu set persamaan dari sejumlah unsur yang tak diketahui

Lebih terperinci

Outline Vektor dan Garis Koordinat Norma Vektor Hasil Kali Titik dan Proyeksi Hasil Kali Silang. Geometri Vektor. Kusbudiono. Jurusan Matematika

Outline Vektor dan Garis Koordinat Norma Vektor Hasil Kali Titik dan Proyeksi Hasil Kali Silang. Geometri Vektor. Kusbudiono. Jurusan Matematika Jurusan Matematika 1 Nopember 2011 1 Vektor dan Garis 2 Koordinat 3 Norma Vektor 4 Hasil Kali Titik dan Proyeksi 5 Hasil Kali Silang Definisi Vektor Definisi Jika AB dan CD ruas garis berarah, keduanya

Lebih terperinci

BAB 4 : SISTEM PERSAMAAN LINIER

BAB 4 : SISTEM PERSAMAAN LINIER BAB 4 : SISTEM PERSAMAAN LINIER 4.1 PERSAMAAN LINIER Misalnya x 2 Matematika analitik membicarakan ilmu ukur secara aljabar. Garis lurus pada bidang x 1 dan x 2 dapat dinyatakan sebagai persamaan a 1 x

Lebih terperinci

Matriks biasanya dituliskan menggunakan kurung dan terdiri dari baris dan kolom: A =

Matriks biasanya dituliskan menggunakan kurung dan terdiri dari baris dan kolom: A = Bab 2 cakul fi080 by khbasar; sem1 2010-2011 Matriks Dalam BAB ini akan dibahas mengenai matriks, sifat-sifatnya serta penggunaannya dalam penyelesaian persamaan linier. Matriks merupakan representasi

Lebih terperinci

Modul Praktikum. Aljabar Linier. Disusun oleh: Machudor Yusman IR., M.Kom. Ucapan Terimakasih:

Modul Praktikum. Aljabar Linier. Disusun oleh: Machudor Yusman IR., M.Kom. Ucapan Terimakasih: Modul Praktikum Aljabar Linier Disusun oleh: Machudor Yusman IR., M.Kom. Ucapan Terimakasih: David Abror Gabriela Minang Sari Hanan Risnawati Ichwan Almaza Nuha Hanifah Riza Anggraini Saiful Anwar Tri

Lebih terperinci

Aljabar Linier & Matriks

Aljabar Linier & Matriks Aljabar Linier & Matriks 1 Vektor Orthogonal Vektor-vektor yang saling tegak lurus juga sering disebut vektor orthogonal. Dua vektor disebut saling tegak lurus jika dan hanya jika hasil perkalian titik-nya

Lebih terperinci

GARIS-GARIS BESAR PROGRAM PEMBELAJARAN

GARIS-GARIS BESAR PROGRAM PEMBELAJARAN GARIS-GARIS BESAR PROGRAM PEMBELAJARAN Mata Kuliah : Aljabar Linear Kode / SKS : TIF-5xxx / 3 SKS Dosen : - Deskripsi Singkat : Mata kuliah ini berisi Sistem persamaan Linier dan Matriks, Determinan, Vektor

Lebih terperinci

Matriks. Baris ke 2 Baris ke 3

Matriks. Baris ke 2 Baris ke 3 Matriks A. Matriks Matriks adalah susunan bilangan yang diatur menurut aturan baris dan kolom dalam suatu jajaran berbentuk persegi atau persegi panjang. Susunan bilangan itu diletakkan di dalam kurung

Lebih terperinci

8 MATRIKS DAN DETERMINAN

8 MATRIKS DAN DETERMINAN 8 MATRIKS DAN DETERMINAN Matriks merupakan pengembangan lebih lanjut dari sistem persamaan linear. Oleh karenanya aljabar matriks sering juga disebut dengan aljabar linear. Matriks dapat digunakan untuk

Lebih terperinci

VEKTOR. 45 O x PENDAHULUAN PETA KONSEP. Vektor di R 2. Vektor di R 3. Perkalian Skalar Dua Vektor. Proyeksi Ortogonal suatu Vektor pada Vektor Lain

VEKTOR. 45 O x PENDAHULUAN PETA KONSEP. Vektor di R 2. Vektor di R 3. Perkalian Skalar Dua Vektor. Proyeksi Ortogonal suatu Vektor pada Vektor Lain VEKTOR y PENDAHULUAN PETA KONSEP a Vektor di R 2 Vektor di R 3 Perkalian Skalar Dua Vektor o 45 O x Proyeksi Ortogonal suatu Vektor pada Vektor Lain Soal-Soal PENDAHULUAN Dalam ilmu pengetahuan kita sering

Lebih terperinci

MAKALAH ALJABAR LINEAR TRANSFORMASI LINEAR ATAU PEMETAAN LINEAR

MAKALAH ALJABAR LINEAR TRANSFORMASI LINEAR ATAU PEMETAAN LINEAR MAKALAH ALJABAR LINEAR TRANSFORMASI LINEAR ATAU PEMETAAN LINEAR Disusun oleh : 1. Supriyani (0903040095) 2. Sri Hartati (0903040113) 3. Anisatul M. (0903040065) TEKNIK INFORMATIKA FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS

Lebih terperinci

Aljabar Linear dan Matriks (Persamaan Linear dan Vektor) Instruktur : Ferry Wahyu Wibowo, S.Si., M.Cs.

Aljabar Linear dan Matriks (Persamaan Linear dan Vektor) Instruktur : Ferry Wahyu Wibowo, S.Si., M.Cs. Aljabar Linear dan Matriks (Persamaan Linear dan Vektor) Instruktur : Ferry Wahyu Wibowo, S.Si., M.Cs. . Matriks dan Sistem Persamaan Linear Definisi Persamaan dalam variabel dan y dapat ditulis dalam

Lebih terperinci

Definisi Jumlah Vektor Jumlah dua buah vektor u dan v diperoleh dari aturan jajaran genjang atau aturan segitiga;

Definisi Jumlah Vektor Jumlah dua buah vektor u dan v diperoleh dari aturan jajaran genjang atau aturan segitiga; BAB I VEKTOR A. DEFINISI VEKTOR 1). Pada mulanya vektor adalah objek telaah dalam ilmu fisika. Dalam ilmu fisika vektor didefinisikan sebagai sebuah besaran yang mempunyai besar dan arah seperti gaya,

Lebih terperinci

DIKTAT MATA KULIAH ALJABAR LINEAR ELEMENTER (BAGIAN II) DISUSUN OLEH ABDUL JABAR, M.Pd

DIKTAT MATA KULIAH ALJABAR LINEAR ELEMENTER (BAGIAN II) DISUSUN OLEH ABDUL JABAR, M.Pd DIKTAT MATA KULIAH ALJABAR LINEAR ELEMENTER (BAGIAN II) DISUSUN OLEH ABDUL JABAR, M.Pd JURUSAN/PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA STKIP PGRI BANJARMASIN MARET MUQADIMAH Alhamdulillah penyusun ucapkan

Lebih terperinci

Part II SPL Homogen Matriks

Part II SPL Homogen Matriks Part II SPL Homogen Matriks SPL Homogen Bentuk Umum SPL homogen dalam m persamaan dan n variabel x 1, x 2,, x n : a 11 x 1 + a 12 x 2 + + a 1n x n = 0 a 21 x 1 + a 22 x 2 + + a 2n x n = 0 a m1 x 1 + a

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 3) Untuk mengetahui apa yang dimaksud dengan invers matriks. 4) Untuk mengetahui apa yang dimaksud dengan determinan matriks

BAB I PENDAHULUAN. 3) Untuk mengetahui apa yang dimaksud dengan invers matriks. 4) Untuk mengetahui apa yang dimaksud dengan determinan matriks 1.1 LATAR BELAKANG BAB I PENDAHULUAN Teori matriks merupakan salah satu cabang ilmu aljabar linier yang menjadi pembahasan penting dalam ilmu matematika. Sejalan dengan perkembangan ilmu pengetahuan, aplikasi

Lebih terperinci

----- Garis dan Bidang di R 2 dan R

----- Garis dan Bidang di R 2 dan R ----- Garis dan Bidang di R dan R 3 ----- Sifat Operasi Hasil Kali Titik pada Vektor Teorema: Hasil kali titik (dot product) u dan v dapat dinyatakan pula sebagai: A. Pendekatan Geometri: R u v cos ; u,

Lebih terperinci

BAB 2. DETERMINAN MATRIKS

BAB 2. DETERMINAN MATRIKS BAB. DETERMINAN MATRIKS DETERMINAN MATRIKS . Definisi DETERMINAN Determinan : produk (hasil kali) bertanda dari unsur-unsur matriks sedemikian hingga berasal dari baris dan kolom yang berbeda, kemudian

Lebih terperinci

II. M A T R I K S ... A... Contoh II.1 : Macam-macam ukuran matriks 2 A. 1 3 Matrik A berukuran 3 x 1. Matriks B berukuran 1 x 3

II. M A T R I K S ... A... Contoh II.1 : Macam-macam ukuran matriks 2 A. 1 3 Matrik A berukuran 3 x 1. Matriks B berukuran 1 x 3 11 II. M A T R I K S Untuk mencari pemecahan sistem persamaan linier dapat digunakan beberapa cara. Salah satu yang paling mudah adalah dengan menggunakan matriks. Dalam matematika istilah matriks digunakan

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Sistem Persamaan Linier Sistem Persamaan dengan m persamaan dan n bilangan tak diketahui ditulis dengan : Dimana x 1, x 2, x n : bilangan tak diketahui a,b : konstanta Jika SPL

Lebih terperinci

Sistem Persamaan Linier dan Matriks

Sistem Persamaan Linier dan Matriks Sistem Persamaan Linier dan Matriks 1.1 Pendahuluan linier: Sebuah garis pada bidang- dapat dinyatakan secara aljabar dengan sebuah persamaan Sebuah persamaan jenis ini disebut persamaan linier dalam dua

Lebih terperinci

Catatan Kuliah Aljabar Linier

Catatan Kuliah Aljabar Linier Catatan Kuliah Suryadi Siregar Sekolah Tinggi Manajemen Informatika dan Komputer Bandung BANDUNG 018 Kata Pengantar Bagian pertama, buku ini membahas tentang, operasi vektor dan aplikasi perkalian vektor.

Lebih terperinci

Matriks Jawab:

Matriks Jawab: Matriks A. Operasi Matriks 1) Penjumlahan Matriks Jika A dan B adalah sembarang Matriks yang berordo sama, maka penjumlahan Matriks A dengan Matriks B adalah Matriks yang diperoleh dengan cara menjumlahkan

Lebih terperinci

dimana a 1, a 2,, a n dan b adalah konstantakonstanta

dimana a 1, a 2,, a n dan b adalah konstantakonstanta Persamaan linear adalah persamaan dimana peubahnya tidak memuat eksponensial, trigonometri (seperti sin, cos, dll.), perkalian, pembagian dengan peubah lain atau dirinya sendiri. Secara umum persamaan

Lebih terperinci

Definisi : det(a) Permutasi himpunan integer {1, 2, 3,, n}:

Definisi : det(a) Permutasi himpunan integer {1, 2, 3,, n}: Definisi : Determinan dari matrik bujursangkar A berorde n adalah jumlah semua permutasi n (n!) hasil kali bertanda dari elemen-elemen matrik. Dituliskan : det(a) atau A (jr j r...j n ).a jr a j r...am

Lebih terperinci

SISTEM PERSAMAAN LINEAR

SISTEM PERSAMAAN LINEAR Pokok Bahasan : Sistem persamaan linier Sub Pokok Bahasan : Sistem persamaan linier Eliminasi Gauss Eliminasi Gauss Jordan Penyelesaian SPL dengan invers SISTEM PERSAMAAN LINEAR Tujuan : Menyelesaikan

Lebih terperinci

Hand-Out Geometri Transformasi. Bab I. Pendahuluan

Hand-Out Geometri Transformasi. Bab I. Pendahuluan Hand-Out Geometri Transformasi Bab I. Pendahuluan 1.1 Vektor dalam R 2 Misalkan u = (x 1,y 1 ), v = (x 2,y 2 ) dan w = (x 3,y 3 ) serta k skalar (bilangan real) Definisi 1. : Penjumlahan vektor u + v =

Lebih terperinci

Contoh. C. Determinan dan Invers Matriks. C. 1. Determinan

Contoh. C. Determinan dan Invers Matriks. C. 1. Determinan C. Determinan dan Invers Matriks C.. Determinan Suatu matriks persegi selalu dapat dikaitkan dengan suatu bilangan yang disebut determinan. Determinan dari matriks persegi dinotasikan dengan. Untuk matriks

Lebih terperinci

MUH1G3/ MATRIKS DAN RUANG VEKTOR

MUH1G3/ MATRIKS DAN RUANG VEKTOR MUH1G3/ MATRIKS DAN RUANG VEKTOR TIM DOSEN 5 Ruang Vektor Ruang Vektor Sub Pokok Bahasan Ruang Vektor Umum Subruang Basis dan Dimensi Beberapa Aplikasi Ruang Vektor Beberapa metode optimasi Sistem Kontrol

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI 5 BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Matriks Matriks (matrix) adalah jajaran empat persegi panjang dan bilanganbilangan. Bilangan-bilangan dalam jajaran tersebut disebut entri dari matriks. Berikut ini beberapa

Lebih terperinci

Vektor di ruang dimensi 2 dan ruang dimensi 3

Vektor di ruang dimensi 2 dan ruang dimensi 3 Vektor di ruang dimensi 2 dan ruang dimensi 3 Maulana Malik 1 (maulana.malik@sci.ui.ac.id) 1 Departemen Matematika FMIPA UI Kampus Depok UI, Depok 16424 2014/2015 1/21 maulana.malik@sci.ui.ac.id Vektor

Lebih terperinci

MATRIKS & TRANSFORMASI LINIER

MATRIKS & TRANSFORMASI LINIER MATRIKS & TRANSFORMASI LINIER Oleh : SRI ESTI TRISNO SAMI, ST, MMSI 082334051324 Daftar Referensi : 1. Kreyzig Erwin, Advance Engineering Mathematic, Edisi ke-7, John wiley,1993 2. Spiegel, Murray R, Advanced

Lebih terperinci

erkalian Silang, Garis & Bidang dalam Dimensi 3

erkalian Silang, Garis & Bidang dalam Dimensi 3 erkalian Silang, Garis & Bidang dalam Dimensi 3 TUJUAN INSTRUKSIONAL KHUSUS Setelah menyelesaikan pertemuan ini mahasiswa diharapkan : Dapat menghitung perkalian silang dari suatu vektor dan mengetahui

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. operasi matriks, determinan dan invers matriks), aljabar max-plus, matriks atas

BAB II KAJIAN PUSTAKA. operasi matriks, determinan dan invers matriks), aljabar max-plus, matriks atas BAB II KAJIAN PUSTAKA Pada bab ini akan diuraikan mengenai matriks (meliputi definisi matriks, operasi matriks, determinan dan invers matriks), aljabar max-plus, matriks atas aljabar max-plus, dan penyelesaian

Lebih terperinci

Modul 2.2 Matriks dan Sistem Persamaan Linear (Topik 3) A. Pendahuluan Matriks dan Sistem Persamaan Linear

Modul 2.2 Matriks dan Sistem Persamaan Linear (Topik 3) A. Pendahuluan Matriks dan Sistem Persamaan Linear Modul 2.2 Matriks dan Sistem Persamaan Linear (Topik 3) A. Pendahuluan Salah satu kajian matematika sekolah menengah yang memiliki banyak aplikasinya dalam menyelesaikan permasalahan yang ada dalam kehidupan

Lebih terperinci

Tujuan. Mhs dapat mendemonstrasikan operasi matriks: penjumlahan, perkalian, dsb. serta menentukan matriks inverse

Tujuan. Mhs dapat mendemonstrasikan operasi matriks: penjumlahan, perkalian, dsb. serta menentukan matriks inverse Matriks Tujuan Mhs dapat mendemonstrasikan operasi matriks: penjumlahan, perkalian, dsb. serta menentukan matriks inverse Pengertian Matriks Adalah kumpulan bilangan yang disajikan secara teratur dalam

Lebih terperinci

ALJABAR LINEAR DAN MATRIKS VEKTOR

ALJABAR LINEAR DAN MATRIKS VEKTOR ALJABAR LINEAR DAN MATRIKS VEKTOR Definisi Vektor Ada dua besaran yaitu: Vektor mempunyai besar dan arah Skalar mempunyai besar A AB B A : titik awal B : titik akhir Notasi vektor biasanya menggunakan

Lebih terperinci

BAB MATRIKS. Tujuan Pembelajaran. Pengantar

BAB MATRIKS. Tujuan Pembelajaran. Pengantar BAB II MATRIKS Tujuan Pembelajaran Setelah mempelajari materi bab ini, Anda diharapkan dapat: 1. menggunakan sifat-sifat dan operasi matriks untuk menunjukkan bahwa suatu matriks persegi merupakan invers

Lebih terperinci

Materi Aljabar Linear Lanjut

Materi Aljabar Linear Lanjut Materi Aljabar Linear Lanjut TRANSFORMASI LINIER DARI R n KE R m ; GEOMETRI TRANSFORMASI LINIER DARI R 2 KE R 2 Disusun oleh: Dwi Lestari, M.Sc email: dwilestari@uny.ac.id JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA

Lebih terperinci

BESARAN SKALAR DAN VEKTOR. Besaran Skalar. Besaran Vektor. Sifat besaran fisis : Skalar Vektor

BESARAN SKALAR DAN VEKTOR. Besaran Skalar. Besaran Vektor. Sifat besaran fisis : Skalar Vektor PERTEMUAN II VEKTOR BESARAN SKALAR DAN VEKTOR Sifat besaran fisis : Skalar Vektor Besaran Skalar Besaran yang cukup dinyatakan oleh besarnya saja (besar dinyatakan oleh bilangan dan satuan). Contoh : waktu,

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI Pada bab ini akan dipaparkan mengenai konsep dasar tentang matriks meliputi definisi matriks, jenis-jenis matriks, operasi matriks, determinan, kofaktor, invers suatu matriks, serta

Lebih terperinci

MATRIKS. Definisi: Matriks adalah susunan bilangan-bilangan yang berbentuk segiempat siku-siku yang terdiri dari baris dan kolom.

MATRIKS. Definisi: Matriks adalah susunan bilangan-bilangan yang berbentuk segiempat siku-siku yang terdiri dari baris dan kolom. Page- MATRIKS Definisi: Matriks adalah susunan bilangan-bilangan yang berbentuk segiempat siku-siku yang terdiri dari baris dan kolom. Notasi: Matriks dinyatakan dengan huruf besar, dan elemen elemennya

Lebih terperinci

MATRIKS. a A mxn = 21 a 22 a 2n a m1 a m2 a mn a ij disebut elemen dari A yang terletak pada baris i dan kolom j.

MATRIKS. a A mxn = 21 a 22 a 2n a m1 a m2 a mn a ij disebut elemen dari A yang terletak pada baris i dan kolom j. MATRIKS A. Definisi Matriks 1. Definisi Matriks dan Ordo Matriks Matriks adalah susunan bilangan (elemen) yang disusun menurut baris dan kolom dan dibatasi dengan tanda kurung. Jika suatu matriks tersusun

Lebih terperinci

BAB IV TRANSFORMASI LINEAR. sebuah vektor yang unik di dalam W dengan sebuah vektor di dalam V, maka kita mengatakan F

BAB IV TRANSFORMASI LINEAR. sebuah vektor yang unik di dalam W dengan sebuah vektor di dalam V, maka kita mengatakan F BAB IV TRANSFORMASI LINEAR 4.. Transformasi Linear Jika V dan W adalah ruang vektor dan F adalah sebuah fungsi yang mengasosiasikan sebuah vektor yang unik di dalam W dengan sebuah vektor di dalam V, maka

Lebih terperinci

Matriks. Modul 1 PENDAHULUAN

Matriks. Modul 1 PENDAHULUAN Modul 1 Matriks Drs. H. Karso, M. M.Pd. M PENDAHULUAN odul pertama dari mata kuliah Aljabar Linear ini merupakan materi prasyarat untuk mempelajari konsep-konsep dalam Aljabar Linear berikutnya. Pendahuluan

Lebih terperinci

Aljabar Linier Elementer. Kuliah 7

Aljabar Linier Elementer. Kuliah 7 Aljabar Linier Elementer Kuliah 7 Materi Kuliah Ekspansi kofaktor Aturan Cramer 2 2.4 Espansi Kofaktor; Aturan Cramer Definisi: Jika A adalah matriks bujur sangkar, maka minor dari entri a ij dinyatakan

Lebih terperinci

RUANG VEKTOR. Nurdinintya Athari (NDT)

RUANG VEKTOR. Nurdinintya Athari (NDT) 1 RUANG VEKTOR Nurdinintya Athari (NDT) RUANG VEKTOR Sub Pokok Bahasan Ruang Vektor Umum Subruang Basis dan Dimensi Basis Subruang Beberapa Aplikasi Ruang Vektor Beberapa metode optimasi Sistem kontrol

Lebih terperinci

MODUL PEMBELAJARAN KALKULUS II. ALFIANI ATHMA PUTRI ROSYADI, M.Pd

MODUL PEMBELAJARAN KALKULUS II. ALFIANI ATHMA PUTRI ROSYADI, M.Pd MODUL PEMBELAJARAN KALKULUS II ALFIANI ATHMA PUTRI ROSYADI, M.Pd IDENTITAS MAHASISWA NAMA : KLS/NIM :. KELOMPOK:. Daftar Isi Kata Pengantar Peta Konsep Materi. BAB I Analisis Vektor a. Vektor Pada Bidang.6

Lebih terperinci

SILABUS MATA KULIAH : ALJABAR MATRIKS (2 SKS) KODE: MT304. (1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) 1 Matriks dan Operasinya. 1. Pengertian Matriks

SILABUS MATA KULIAH : ALJABAR MATRIKS (2 SKS) KODE: MT304. (1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) 1 Matriks dan Operasinya. 1. Pengertian Matriks JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA FPMIPA UNIVERSITAS PENDIDIKAN MATEMATIKA MINGGU KE SILABUS MATA KULIAH : ALJABAR MATRIKS (2 SKS) KODE: MT304 POKOK & SUB POKOK TUJUAN INSTRUKSIONAL TUJUAN INSTRUKSIONAL KHUSUS

Lebih terperinci

CHAPTER 6. Ruang Hasil Kali Dalam

CHAPTER 6. Ruang Hasil Kali Dalam CHAPTER 6. Ruang Hasil Kali Dalam Hasil Kali Dalam Sudut dan Ortogonal dalam Ruang Hasil Kali Dalam Orthonormal Bases; Gram-Schmidt Process; QR-Decomposition Best Approximation; Least Squares Orthogonal

Lebih terperinci

Determinan. Untuk menghitung determinan ordo n terlebih dahulu diberikan cara menghitung determinan ordo 2

Determinan. Untuk menghitung determinan ordo n terlebih dahulu diberikan cara menghitung determinan ordo 2 Determinan Determinan Setiap matriks bujur sangkar A yang berukuran (nxn) dapat dikaitkan dengan suatu skalar yang disebut determinan matriks tersebut dan ditulis dengan det(a) atau A. Untuk menghitung

Lebih terperinci

Part III DETERMINAN. Oleh: Yeni Susanti

Part III DETERMINAN. Oleh: Yeni Susanti Part III DETERMINAN Oleh: Yeni Susanti Perhatikan determinan matriks ukuran 2x2 berikut: Pada masing-masing jumlahan dan Terdapat wakil dari setiap baris dan setiap kolom. Bagaimana dengan tanda + (PLUS)

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI A. Matriks 1. Pengertian Matriks Definisi II.A.1 Matriks didefinisikan sebagai susunan persegi panjang dari bilangan-bilangan yang diatur dalam baris dan kolom. Contoh II.A.1: 9 5

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI Dalam bab ini akan diberikan beberapa materi yang akan diperlukan di dalam pembahasan, seperti: matriks secara umum; matriks yang dipartisi; matriks tereduksi dan taktereduksi; matriks

Lebih terperinci

Matriks. Matriks B A B. A. Pengertian Matriks. B. Operasi Hitung pada Matriks. C. Determinan dan Invers

Matriks. Matriks B A B. A. Pengertian Matriks. B. Operasi Hitung pada Matriks. C. Determinan dan Invers Matriks B B 3. Pengertian Matriks B. Operasi Hitung pada Matriks C. Determinan dan Invers Matriks D. Penerapan Matriks dalam Sistem Persamaan Linear Sumber: www.smanela-bali.net Pernahkah kalian mengamati

Lebih terperinci

Matematika II : Vektor. Dadang Amir Hamzah

Matematika II : Vektor. Dadang Amir Hamzah Matematika II : Vektor Dadang Amir Hamzah sumber : http://www.whsd.org/uploaded/faculty/tmm/calc front image.jpg 2016 Dadang Amir Hamzah Matematika II Semester II 2016 1 / 24 Outline 1 Pendahuluan Dadang

Lebih terperinci

Matematika Lanjut 1. Sistem Persamaan Linier Transformasi Linier. Matriks Invers. Ruang Vektor Matriks. Determinan. Vektor

Matematika Lanjut 1. Sistem Persamaan Linier Transformasi Linier. Matriks Invers. Ruang Vektor Matriks. Determinan. Vektor Matematika Lanjut 1 Vektor Ruang Vektor Matriks Determinan Matriks Invers Sistem Persamaan Linier Transformasi Linier 1 Dra. D. L. Crispina Pardede, DE. Referensi [1]. Yusuf Yahya, D. Suryadi. H.S., gus

Lebih terperinci

a11 a12 x1 b1 Lanjutan Mencari Matriks Balikan dengan OBE

a11 a12 x1 b1 Lanjutan Mencari Matriks Balikan dengan OBE a11 a12 x1 b1 a a x b 21 22 2 2 Lanjutan Mencari Matriks Balikan dengan OBE a11 a12 x1 b1 a a x b 21 22 2 2 Untuk DIPERHATIKAN! a A c Untuk mencari Matriks INVERS ordo 2, rumus: 1 1 d b A a d b c c a b

Lebih terperinci

Bab 4 RUANG VEKTOR. 4.1 Ruang Vektor

Bab 4 RUANG VEKTOR. 4.1 Ruang Vektor Bab RUANG VEKTOR. Ruang Vektor DEFINISI.. Suatu ruang vektor (V, +,, F) atas field (F, +), ditulis singkat V(F), adalah suatu himpunan tak kosong V dengan elemenelemennya disebut vektor, yang dilengkapi

Lebih terperinci

DIKTAT MATEMATIKA II

DIKTAT MATEMATIKA II DIKTT MTEMTIK II (VEKTOR) Drs.. NN PURNWN, M.T JURUSN PENDIDIKN TEKNIK MESIN FKULTS PENDIDIKN TEKNOLOGI DN KEJURUN UNIVERSITS PENDIDIKN INDONESI 004 VEKTOR I. PENDHULUN 1.1. PENGERTIN Sepotong garis berarah

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. nyata (fenomena-fenomena alam) ke dalam bagian-bagian matematika yang. disebut dunia matematika (mathematical world).

II. TINJAUAN PUSTAKA. nyata (fenomena-fenomena alam) ke dalam bagian-bagian matematika yang. disebut dunia matematika (mathematical world). 5 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pemodelan Matematika Definisi pemodelan matematika : Pemodelan matematika adalah suatu deskripsi dari beberapa perilaku dunia nyata (fenomena-fenomena alam) ke dalam bagian-bagian

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. yang biasanya dinyatakan dalam bentuk sebagai berikut: =

BAB II LANDASAN TEORI. yang biasanya dinyatakan dalam bentuk sebagai berikut: = BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Matriks Definisi 2.1 (Lipschutz, 2006): Matriks adalah susunan segiempat dari skalarskalar yang biasanya dinyatakan dalam bentuk sebagai berikut: Setiap skalar yang terdapat dalam

Lebih terperinci

a11 a12 x1 b1 Definisi Vektor di R 2 dan R 3

a11 a12 x1 b1 Definisi Vektor di R 2 dan R 3 a11 a12 x1 b1 a a x b 21 22 2 2 Definisi Vektor di R 2 dan R 3 a11 a12 x1 b1 a a x b 21 22 2 2 Pendahuluan Notasi dan Pengertian Dasar Skalar, suatu konstanta yang dituliskan dalam huruf kecil Vektor,

Lebih terperinci