BAB IV TRANSFORMASI LINEAR. sebuah vektor yang unik di dalam W dengan sebuah vektor di dalam V, maka kita mengatakan F

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB IV TRANSFORMASI LINEAR. sebuah vektor yang unik di dalam W dengan sebuah vektor di dalam V, maka kita mengatakan F"

Transkripsi

1 BAB IV TRANSFORMASI LINEAR 4.. Transformasi Linear Jika V dan W adalah ruang vektor dan F adalah sebuah fungsi yang mengasosiasikan sebuah vektor yang unik di dalam W dengan sebuah vektor di dalam V, maka kita mengatakan F memetakan V ke dalam W, dan kita menuliskan F : V W. Lebih lanjut lagi, jika F mengasosiasikan vektor w dengan vektor v, maka kita menuliskan w = F(v) dan kita mengatakan bahwa w adalah bayangan dari v di bawah F. Untuk melukiskannya, maka jika v = (,y) adalah sebuah vektor di dalam R, maka rumus : F(v) = (, + y, - y ) ( 4.) mendefinisikan sebuah fungsi yang memetakan R ke dalam R 3. Khususnya, jika v = (,), maka = dan y =, sehingga bayangan dari v di bawah F adalah F(v) = (,, ). Definisi. Jika F : V W adalah sebuah fungsi dari ruang vektor V ke dalam ruang vektor W, maka F dinamakan transformasi linear jika : (i) F(u + v) = F(u) + F(v) untuk semua vektor u dan v di dalam V. (ii) F(ku) = k F(u) untuk semua vektor u di dalam V dan semua skalar k. Untuk melukiskannya, misalkan F : R R 3 adalah fungsi yang didefinisikan oleh

2 (4.). Jika u = (, y ) dan v = (, y ), maka u + v = ( +, y + y ), sehingga : F(u + v) = ( +, [ + ] + [y + y ], [ + ] - [y + y ]) = (, + y, - y ) + (, + y, - y ) F(u + v) = F(u) + F(v) Juga, jika k adalah sebuah skalar, k u = (k, ky ), sehingga F(k u) = (k, k +ky, k - ky ) = k (, +y, - y ) = k F(u) Jadi F adalah sebuah transformasi linear. Jika F : V W adalah sebuah transformasi linear, maka untuk sebarang v dan v di dalam V dan sebarang k dan k, kita memperoleh : F(k v + k v ) = F(k v ) + F(k v ) = k F(v ) + k F(v ) Demikian juga, jika v, v,, v n adalah vektor-vektor di dalam V dan k, k,, k n adalah skalar, maka : F(k v + k v + + k n v n ) = k F(v ) + k F(v ) + + k n F(v n ) (4.) Contoh : Misalkan A adalah sebuah matriks m n yang tetap. Jika kita menggunakan notasi matriks untuk vektor di dalam R m dan R n, maka kita dapat mendefinisikan sebuah fungsi T: R n R m dengan : T() = A

3 Perhatikan jika bahwa adalah sebuah matriks n, maka hasil kali A adalah matriks m ; jadi T memetakan Rn ke dakam Rm. Lagi pula, T linear, untuk melihat ini, misalnya u dan v adalah matriks n dan misalkan k adalah sebuah skalar. Dengan menggunakan sifat-sifat perkalaian matriks, maka kita mendapatkan : A (u + v) = A u + A v dan A (k u) = k (A u) atau secara ekivalen : T(u + v) = T(u) + T(v) dan T(k u) = k T(u) Kita akan menamakan transformasi linear di dalam contoh ini perkalian oleh A. Transformasi linear semacam ini dinamakan transformasi matriks. Contoh : Sebagai kasus khusus dari contoh sebelumnya, misalkan θ adalah sebuah sudut tetap, dan misalkan T : R R adalah perkalian oleh matriks : A = Jika v adalah vektor v = cosθ sinθ y sin θ cosθ maka T(v) = A v = cosθ sinθ sinθ θ cosθ = cos y sinθ y sinθ + y cosθ Secara geometrik, maka T(v) adalah vektor yang dihasilkan jika v dirotasikan melalui sudut θ. Untuk melihat ini, maka misalkan φ adalah sudut di antara v dan sumbu positif, dan misalakan : v = ' ' y

4 adalah vektor yang dihasilkan bila v dirotasikan melalui sudut θ (Gambar 4.). kita akan memperlihatkan bahwa v = T(v). Jika r menyatakan panjangnya v, maka : = r cos φ y = r sin φ Demikian juga, karena v mempunyai panjang yang sama seperti v, maka kita memperoleh : Maka = r cos(θ + φ) y = r sin(θ + φ) ' r cos ( ) v = ' y = θ + φ r sin ( θ + φ) r cosθ+ φ r sinθsinφ = r sinθ+ φ+ r cosθsinφ cosθ ysinθ = sinθ + ycosθ cosθ sinθ = sinθ cosθ = Av = T(v) Transformasi linear di dalam contoh ini dinamakan rotasi dari R melalui sudut θ. y ( y ) v θ φ v Contoh 3: Misalkan V dan W adalah sebarang dua vektor. Pemetaan T : V W sehingga T(v) = untuk tiap-tiap v di dalam V adalah sebuah transformasi linear yang dinamakan transformasi nol. Untuk melihat bahwa T linear, perhatikanlah bahwa : T(u + v) =, T(u) =, T(v) = dan T(k u) =

5 Maka T(u + v) = T(u) + T(v) dan T(k u) = k T(u) Contoh 4: Misalkan V adalah sebarang ruang vektor. Pemetaan T : V V yang didefinisikan oleh T(v) = v dinamakan transformasi identitas pada V. Jika seperti di dalam contoh dan 4, T : V V adalah transformasi linear dari sebuah ruang vektor V ke dalam dirinya sendiri, maka T dinamakan operator linear pada V. Contoh 5: Misalkan V adalah sebarang ruang vektor dan k adalah sebarang skalar tetap. Kita membiarkannya sebagai latihan untuk memeriksa bahwa fungsi T : V V yang didefinisikan oleh : T(v) = k v adalah sebuah operator linear pada V. Jika k >, T dinamakan dilatasi dari V dan jika < k <, maka T dinamakan kontraksi dari V. Secara geometrik, maka dilatasi merenggangkan setiap vektor di dalam V dengan sebuah faktor sebesar k, dan kontradiksi dari V memampatkan setiap vektor dengan sebuah faktor sebesar k (Gambar 4.). gambar 4.

6 Contoh 6: Misalkan V adalah sebuah ruang perkalian dalam, dan misalkan W adalah sebuah sub-ruang dari V yang berdiameter berhingga yang mempunyai : S = {w,w,,w r } adalah sebuah basis ortonormal. Misalkan T : V W adalah fungsi yang memetakan sebuah vektor v di dalam V ke dalam proyeksi ortogonalnya pada W ; yakni : T(v) = < v, w > w + < v, w > w + + < v, w r > w r v T (v) T(v) w Gambar 4.3 Pemetaan T dinamakan proyeksi ortogonal dari V pada W ; linearitasnya didapatkan dari sifatsifat dasar perkalian dalam. Misalnya : T(u + v) = < u + v, w > w + < u + v, w > w + + < u + v, w r > w r = < u, w > w + < u, w > w + + < u, w r > w r + < v, w > w + < v, w > w + + < v, w r > w r = T(u) + T(v) Demikian juga, T(k u) = k T(u) Contoh 7 :

7 Sebagai kasus khusus dari contoh sebelumnya, misalnya V = R 3 mempunyai perkalian dalam Euclidis. Vektor-vektor w = (,, ) dan w = (,, ) membentuk sebuah basis ortonormal untuk bidang y. Jadi, jika v = (, y, z) adalah sebarang vektor di dalam R 3, maka proyeksi ortogonal dari R 3 pada bidang y diberikan oleh : (lihat Gambar 4.4) Contoh 8: T(v) = < v, w > w + < v, w > w = (,, ) + y(,, ) = (, y, ) Misalkan V adalah sebuah ruang vektor berdimensi n dan S = (w, w,, w n ) adalah sebuah basis tetap untuk V. Menurut teorema, maka sebarang dua vektor u dan v di dalam V dapat dituliskan secara unik di dalam bentuk : u = c w + c w + + c n w n dan v = d w + d w + + d n w n z (, y, z) v y T (v) (, y, ) Gambar 4.4 Jadi (u) s = (c, c,, c n ) (v) s = (d, d,, d n ) Tetapi

8 u + v = (c + d ) w + (c + d ) w + + (c n + d n ) w n k u = (k c ) w + (k c ) w + + (k c n ) w n sehingga ( u + v ) s = (c + d, c + d,, c n + d n ) ( k u ) s = ( k c, k c,, k c n ) Maka ( u + v ) s = (u) s + (v) s dan (k u) s = k (u) s (4.3) Demikian juga, untuk matriks koordinat, kita memperoleh : [ u + v ] s = [u] s + [v] s dan [k u] s = k [u] s Misalkan kita ambil T : V R n sebagai fungsi yang memetakan sebuah vektor v di dalam V ke dalam vektor koordinatnya terhadap S ; yakni : T(v) = (v) s Maka menyatakannya dalam T, (4.3) menyatakan : T( u + v ) = T(u) + T(v) dan T(k u ) = k T(u) Jadi T adalah transformasi linear dari V ke dalam R n. Contoh 9 : Misalkan V adalah sebuah ruang perkalian dalam dan misalkan v adalah sebarang vektor tetap di dalam V. Misalkan T : V R adalah transformasi yang memetakan sebuah vektor v ke dalam perkalian dalamnya dengan v ; yakni : T(v) = < v, v > Dari sifat-sifat perkalian dalam, maka :

9 T( u + v ) = < u + v, v > = < u, v > + < v, v > = T(u) + T(v) dan T(k u) = < k u, v > = k < u, v > = k T(u) sehingga T adalah transformasi linear. Contoh : Misalkan V = C[, ] adalah ruang vektor dari semua fungsi bernilai real yang kontinu pada interval, dan misalkan W adalah subruang dari C[, ] yang terdiri dari semua fungsi dengan turunan pertama yang kontinu pada interval. Misalkan D: W V adalah transformasi yang memetakan f ke dalam turunannya ; yakni : D(f) = f Dari sifat-sifat diferensiasi, kita memperoleh : D( f + g ) = D(f) + D(g) dan D(k f) = k D(f) Jadi D adalah transformasi linear. Contoh : Misalkan V = C [, ] adalah seperti di dalam contoh sebelumnya, dan misalkan J : V R didefinisikan oleh : J(f) = f ( ) d

10 Misalnya jika f() =, maka J(f) = d = 3 Karena ( f ( ) + q( )) d= f ( ) d+ q( ) d dan k f ( ) d= k. f ( ) d untuk sebarang k yang konstan, maka jelaslah bahwa J(f + g) = J(f) + J(g) J(kf) = kj(f) Jadi J adalah transformasi linier. Komposisi Beberapa Transpormasi Linear Definisi Apabila T : U V dan T : V W masing-masing suatu transformasi linear, maka komposisi T dengan T dinotasikan T o T merupakan tranpormasi (fungsi) yang didefinisikan oleh (T o T )(u) = T (T(u)), u elemen U. Agar T (T(u)) ada, pada definisi sudah terlihat bhawa domain T memuat range T Teorema Apabila T : U V dan T : V W masing-masing suatu transformasi linear, maka (T o T ) : U Bukti : W juga berupa transpormasi linear. Ambil vektor u dan v elemen U dan k sebarang skalar. Karena T dan T linear, maka (T o T )(u + v) = T (T (u + v)) = T (T (u) + T (v)) (T o T )(k u) = T (T (ku)) = T (T (u) + T (T (v)) = (T o T )(u) + (T o T )( v) = T (kt(u)) = k T (T (u))

11 = k (T o T )( u) Contoh. Jika T : P P dengan rumus p() = p() dan T : P P dengan rumus p() = p( + 4), maka T (p()) = p() dan (T (p()) = p ( + 4). Jika T : V V transpormasi linear dan I : V V transpormasi identitas, maka T o I = I o T = T Sifat Transformasi Linier; Kernel dan Jangkauan Di dalam bagian ini kita memperlihatkan bahwa sekali bayangan vektor basis dibawah transformasi linier telah diketahui, maka kita mungkin mencari bayangan vektor yang selebihnya di dalam ruang tersebut. Teorema. Jika T:V W adalah transformasi linier, maka: (a) T () = (b) T(-v) = -T(v) untuk semua v di dalam V (c) T(v-w) = T(v) - T(w) untuk semua v dan w di dalam V Bukti misalkan v adalah sebarang vektor di dalam V. Karena v = maka kita memperoleh T () = T (v) = T (v) = yang membuktikan (a). Juga, T(-v) = T(-(v)) = (-)T(v), yang membuktikan (b). Akhirnya, v -w = v + (-)w; jadi T(v -w) = T(v +(-) w) = T(v)+(-)T(w) = T(v)-T(w)

12 Jika T:V W adalah transformasi linier, maka himpunan vektor di dalam V yang dipetakan T ke dalam dinamakan kernel (atau ruang nol) dari T ; himpunan tersebut dinyatakan oleh ker (T). Himpuanan semua vektor di dalam w yang merupakan bayangan di bawah T dari paling sedikit satu vektor di dalam V dinamakan jangkuan dari T ; himpunan tersebut dinyatakan oleh R(T). Contoh Misalkan T:V W adalah transformasi nol. Karena T memetakan tiap-tiap vektor ke dalam, maka ker (T) = V. Karena adalah satu-satunya bayangan yang mungkin di bawah T, maka R(T) terdiri dari vektor nol. Contoh 3 Misalkan T:R n R m adalah perkalian oleh a a... a a a... a A = M M M a a a n n m m mn Kernel dari T terdiri dari semua X = M n Yang merupakan vektor pemecahan dari sistem homogen Jangkuan dari T terdiri dari vektor-vektor A = = M M n n

13 b b b = M b m Sehingga sistem A = M n = b b M b m konsisten. Teorema Jika T:V W adalah trasnformasi linier maka : (a) Kernel dari T adalah subruang dari V. (b) Jangkuan dari T adalah subruang dari W. Bukti (a) Untuk memperlihatkan bahwa ker (T) adalah subruang, maka kita harus memperlihatkan bahwa ker (T) tersebut tertutup di bawah pertambahan dan perkalian skalar. Misalkan v dan v adalah vektor-vektor di dalam ker (T), dan misalkan k adalah sebarang skalar. Maka T(v + v ) = T(v ) + T(v ) = + = sehingga v + v berada di dalam ker (T). Juga T(kv ) = kt (v ) = k = Sehingga kv berada di dalam ker (T). (b) Misalkan w dan w adalah vektor di dalam jangkauan dari T. Untuk membuktikan bagian ini maka kita harus memperlihatkan bahwa w + w dan k w berada di dalam jangkuan

14 dari T untuk sebarang skalar k; yakni kita harus mencari vektor a dan b di dalam V sehingga T (a) = w + w dan T(b) = kw. Karena w dan w berada di dalam jangkuan dari T, maka ada vektor a dan a di dalam V sehingga T (a ) = w dan T(a ) = w. Misalkan a = a + a dan b = ka. Maka T(a) = T (a + a ) = T(a ) + T(a ) = w + w dan T(b) = T(ka ) = kt(a ) = kw yang melengkapkan bukti tersebut. Contoh 4 Misalkan T:R n R m adalah perkalian oleh sebuah matriks A yang berukuran m n. Dari contoh 3 maka kernel dari T terdiri dari semua pemecahan dari A = ; jadi kernel tersebut adalah ruang pemecahan dari sistem ini. Juga dari contoh 3, jangkuan dari T terdiri dari semua vektor b sehingga A = b konsisten. Jadi, menurut Teorema 4 dari bagian 4.6, jangkuan dari T adalah ruang kolom dari matrik A. Misalkan {v, v,..., v n } adalah sebuah basis untuk ruang vektor V dan T:V > W adalah transformasi linier. Jika kebetulan kita mengetahui bayangan vektor basis, yakni T(v ), T(v ),..., T(v n ) maka kita dapat memperoleh bayangan T(v) dari seberang vektor v dengan menyatakan dulu v dalam basis tersebut, katakanlah v = k v + k v k n v n

15 dan kemudian menggunakan hubungan (5.) dari bagian 5. untuk menuliskan Carilah T(, -3,5)! T(v) = (,) T(v ) = (, - ) T(v 3 ) = (4,3) Pemecahan. Mula-mula kita menyatakan v = (, -3, 5) sebagai kombinasi dari v = (,, ), v = (,, ), dan v 3 = (,, ). jadi (, 3, 5) = k (,, ) + k (,, ) + k 3 (,, ) atau setelah menyamakan komponen-komponen yang bersangkutan k + k + k 3 = k + k = -3 k = 5 yang menghasilkan k = 5, k = -8, k 3 = 5 sehingga (, -3, 5) = 5v -8v + 5v 3 jadi T(, -3, 5) = 5T(v ) - 8T(v ) + 5T 3 = 5(,) - 8(, -) + 5(4,3) = (9, 3) Jika T:V > W adalah transformasi linier, maka dimensi dari jangkauan dari T dinamakan rank dari T dan dimensi dari kernel dinamakan nulitas (nullity)dari T.

16 Contoh 6 Misalkan T:R > R adalah rotasi dari R melalui sudut π/4. Jelaslah secara geometrik bahwa jangkauan dari T adalah semuanya R dan kernel dari T adalah (). Maka T mempunyai rank dan nulitas =. Contoh 7 Misalkan T:R n > R m adalah perkalian sebuah matriks A yang berukuran m n. Didalam contoh 4 kita mengamati bahwa jangkauan dari T adalah ruang kolom dari A jadi rank dari T adalah dimensi ruang kolom dari A, yang persis sama dengan rank dari A. Secara ringkas, maka rank (T) = rank (A) Juga didalam Contoh 4, kita melihat bahwa kernel dari T adalah ruang pemecahan dari A =. Jadi nulitas dari T adalah dimensi ruang pemecahan ini. Teorema kita berikutnya menghasilkan sebuah hubungan di antara rank dan nulitas dari transformasi linier yang didefinisikan pada sebuah ruang vektor berdimensi berhingga. Kita akan menangguhkan buktinya sampai keakhir bagian ini. Teorema 3. (Teorema Dimensi). Jika T:V > W adalah transformasi linier dari sebuah ruang vektor V yang berdimensi n kepada sebuah ruang vektor W, maka (rank darit) + (nolitas dari T) = n Di dalam kasus khusus di mana V=R n-, W=R m-, dan T:R n > R m adalah perkalian oleh sebuah matriks A yang berukuran m n, maka teorema dimensi tersebut menghasilkan hasil yang berikut : nulitas dari T = n - (rank dari T) = (banyaknya kolom dari A) - (rank dari T) (5,4)

17 Akan tetapi, kita memperhatikan di dalam Contoh 7 bahwa nutilas dari T adalah dimensi dari ruang pemecahan dari A =, dan rank dari T adalah rank dari matriks A. Jadi (5.4) menghasilkan teorema yang berikut. Teorema 4. Jika A adalah matriks m n maka dimensi ruang pemecahan dari A = adalah : n - rank (A) Contoh 8 Di dalam Contoh 35 dari bagian (4.5) kita memperlihatkan bahwa sistem homogen = = = = mempunyai ruang pemecahan berdimensi dua, dengan memecahkan sistem tersebut dan dengan mencari sebuah basis. Karena matriks koefisien A = 3 mempunyai lima kolom, maka jelaslah dari Teorema 4 bahwa rank A harus memenuhi = 5 - rank (A) Sehingga rank (A) = 3. Pada pembaca dapat memeriksa hasil ini dengan mereduksi A kepada bentuk eselon baris dan dengan memperilihatkan bahwa matriks yang dihasilkan mempunyai tiga baris yang tak nol.

18 Transformasi linier dari R n Ke R m ; Geometri Transformasi Linier Dari R Ke R Di dalam bagian ini kita mempelajari transformasi linier dari R n ke R m dan mendapatkan sifat-sifat geometrik dari transformasi linier dari R ke R. Mula-mula kita akan memperlihatkan bahwa tiap-tiap transformasi linier dari R n ke R m adalah transformasi matriks. Lebih tepat lagi, kita akan memperlihatkan bahwa jika T:R n > R m adalah sebarang transformasi linier, maka kita dapat mencari sebuah matriks A yang berukuran m n sehingga T adalah perkalian oleh A. Untuk melihat ini, misalkan e, e,..., e n adalah basis standar untuk R n, dan misalkan A adalah matriks m n yang mempunyai T(e ), T(e ),..., T(e n ) sebagai vektor-vektor kolomnya, (Kita akan menganggap di dalam bagian ini bahwa semua vektor dinyatakan di dalam notasi matriks). Misalnya, jika T:R >R diberikan oleh T = + maka T(e ) = T = = dan T( e ) T = A= T(e ) T(e )

19 secara lebih umum, jika T(e ) = a a M a m, T ( e a a ) = M a m,..., T( e n a a ) = M a n n mn A = a a L a a a L a M M M a a L a n n m m mn T(e ) T(e )... T(e n ) Kita akan memperlihatkan bahwa transformasi linier T:R n melihat ini, mula-mula perhatikanlah bahwa > R m adalah perkalian oleh A. Untuk = M n = e + e + L + n e n Maka, karena linieritas dari T, T() = T(e ) + T(e ) + + n T(e n ) sebaliknya

20 A = a a a a a a a a a a a a a a a a a a n n m m mn n n n n n m m mn n L L M M M M L L M M M L = = a a a a a a a m m n mn M M L M = T(e )+ T(e ) + + n T(e n ) Dengan membandingkan (5.7) dan (5.8) maka akan menghasilkan T() = A, yakni T adalah perkalian oleh A. Kita akan menyebut matriks A di dalam (5.6) sebagai matriks standar untuk T. Contoh 9. carilah matriks standar untuk transformasi T:R 3 > R 4 yang didefinisikan oleh T 3 3 = + Pemecahan T(e ) = T 3 = = = = = T e T T e T ( ) ( ) Dengan menggunakan T(e ), T(e ), dan T(e 3 ) sebagai vektor-vektor kolom, maka kita mendapatkan

21 A= Sebagai pemeriksaan, perhatikanlah bahwa A 3 = yang cocok dengan rumus yang diberikan untuk T. + 3 Contoh Misalkan T:R n > R m adalah perkalian oleh A = a a L a a a L a M M M a a L a n n m m mn Carilah matriks standar untuk T. Pemecahan. Vektor-vektor T(e ), T(e ),..., T(e n ) adalah vektor-vektor kolom yang berturutan dari A. Misalnya, T(e ) = Ae = a a L a a a L a M M M a a L a n n m m mn a a = M M a n m Jadi matriks standar untuk T adalah [T(e ) T(e )... T(e n )] = A

22 sebagai ikhtisar, maka matriks standar untuk sebuah transformasi matriks adalah matriks itu sendiri. Contoh menyarankan sebuah cara baru untuk memikirkan matriks, sebuah matriks A yang sebarang yang berukuran m n dapat dipandang sebagai matriks standar untuk transformasi linier yang memetakan basis standar untuk R n ke dalam vektor-vektor dari A. jadi A = adalah matriks standar untuk transformasi linier dari R 3 ke R yang memetakan berturut-turut kedalam e =, e =, e 3 = 3, 4, 6 Di dalam bagian selebihnya dari bagian ini kita akan mempelajari sifat geometrik dari transformasi linier bidang, yakni, transformasi linier dari R ke R.. Jika T:R R adalah sebuah transformasi seperti itu dan a b A = c d adalah matriks standar untuk T, maka T a y = c b a by d y = + c + dy

23 Ada dua tafsiran geometrik dari rumus ini sama baiknya : Kita dapat memandang entri-entri di dalam matriks-matriks y dan a + by c + dy baik sebagai komponen-komponen vektor maupun sebagai kordinat-kordinat titik. Dengan tafsiran yang pertama, T memetakan panah menjadi panah, dan dengan tafsiran yang kedua, T memetakan titik menjadi titik (Gambar 5.5). Pilihan tersebut hanyalah merupakan kesukaan seseorang. Di dalam pembicaraan berikutnya, kita memandang transformasi linier bidang sebagai yang memetakan titik ke titik. Contoh Misalkan T:R R adalah transformasi linier yang memetakan setiap titik ke dalam bayangan simetriknya terhadap sumbu y (Gbr. 5.6). Carilah matriks standard untuk T. (-,y) (,y) Pemecahan. T( e ) = T = T( e ) T = = Dengan T(e ) dan T(e ) sebagai vektor-vektor kolom maka kita mendapatkan A = Sebagai pemeriksaan, maka = y y

24 sehingga perkalian oleh A akan memetakan titik (,y) ke dalam bayangan simetriknya (-,y) terhadap sumbu y. Kita sekarang akan memusatkan perhatian kita pada lima jenis transformasi linier bidang yang mempunyai arti penting khusus : rotasi, ekspansi, komposisi dan geseran. Rotasi. Jika T:R R merotasikan setiap titik di dalam bidang terhadap titik asal melalui susut θ, maka dari Contoh dari Bagian 5. didapat bahwa matriks standar untuk T adalah cosθ sinθ sinθ cosθ Refleksi. Sebuah refleksi terhadap sebuah garis l melalui titik asal adalah sebuah transformasi yang memetakan setiap titik di dalam bidang ke dalam bayangan cerminnya terhadap l. Dapat diperlihatkan bahwa refleksi adalah transformasi linier. Kasus yang paling penting adalah refleksi terhadap sumbu kordinat dan terhadap garis y=. Dengan mengikuti metode dari contoh, maka para pembaca harus mampu memperlihatkan bahwa matriks standar untuk transformasitrasnformasi ini adalah : Refleksi terhadap Refleksi terhadap Refleksi terhadap sumbu y sumbu garis y= Ekspansi dan kompresi. Jika kordinat dari setiap titik di dalam bidang dikalikan oleh sebuah konstanta k yang positif, maka efeknya adalah mengekspansikan atau mengkompresi setiap gambar bidang di dalam arah. Jika <k<l, maka hasilnya adalah sebuah ekspansi (Gambar 5.7). Kita menamakan transformasi seperti itu sebuah ekspansi

25 ( atau kompresi) di dalam arah dengan faktor k. Demikian juga, jika kordinat y dari setiap titik dikalikan oleh sebuah konstanta k yang positif, maka kita mendapatkan sebuah ekspansi (atau kompresi) di dalam arah y dengan faktor k. Dapat diperlihatkan bahwa ekspansi dan kompresi sepanjang sumbu-sumbu kordinat adalah transformasi linier. Gambar 4.7 maka Jika T:R R adalah sebuah ekspansi atau kompresi di dalam arah dengan faktor k, T(e )= T = k, T(e)= T = sehingga matriks standar untuk T adalah k Demikian juga, matriks standar untuk sebuah ekspansi atau kompresi di dalam arah y adalah k Geseran sebuah geseran di dalam arah dengan faktor k adalah sebuah transformasi yang mengerakkan setiap titik (, y) sejajar dengan sumbu sebanyak ky ke kedudukan yang baru (+ ky, y).dibawah transformasi seperti itu,maka titik-titik pada sumbu tidak digerakkan karena y =. Akan tetapi,sewaktu kita makin menjauh dari sumbu,maka besarnya y bertambah,sehingga titik-titik yang lebih jauh dari sumbu bergerak sejarak yang lebih besar daripada titik-titik yang lebih dekat ke sumbu tersebut. Sebuah geseran di dalam arah y dengan faktor k adalah sebuah transformasi yang mengerakkan setiap titik (, y) sejajar dengan sumbu y sebanyak k ke kedudukan yang baru (, y + k). Di bawah transformasi seperti itu, maka titik-titik pada sumbu y tetap diam dan titik-titik lebih jauh dari sumbu y bergerak sejarak yang lebih besar daripada titik-titik yang lebih dekat ke sumbu y tersebut.

26 Dapat diperlihatkan bahwa geseran adalah transformasi linier. Jika T: R > R adalah sebuah geseran yang faktornya k didalam arah, maka. T (e ) = T = k = = k, T ( e ) sehingga matriks standar untuk T adalah k Demikian juga, matriks standar untuk sebuah geseran di dalam arah y yang faktornya k adalah k PERTANYAAN. Perkalian dengan matriks identitas memetakan setiap titik kedalam dirinya sendiri. Ini dinamakan transformasi identitas. Jika diinginkan, maka informasi ini dapat dipandang sebagai rotasi melalui, atau sebagai geseran sepanjang salah satu sumbu dengan K =, atau sebagai kompresi atau ekspansi sepanjang salah satu sumbu faktor k=. Jika dilakukan banyak sekali transformasi matriks dari R n ke R n secara berurutan, maka hasil yang sama dapat dicapai dengan sebuah transformasi matriks tunggal. Contoh berikut akan melukiskan hal ini. Contoh Misalkan bahwa bidang tersebut dirotasikan melalui sudut θ dan kemudian dipengaruhi oleh geseran yang faktornya k di dalam arah. Carilah sebuah transformasi matriks tunggal yang menghasilkan efek yang sama seperti kedua transformasi yang berurutan tersebut. Pemecahan. Di bawah rotasi, titk (, y) ditransformasikan ke dalam titik (,, y) dengan koordinat yang diberikan oleh y,, cos sin = θ θ sin cos θ θ y (5.)

27 Di bawah geseran, titik (,, y) ditransformasikan kedalam titik (,,, y,, ) dengan koordinat yang diberikan oleh y,,,,, k, = y (5.) Dengan mensubtitusikan (5.) di dalam (5.) maka akan menghasilkan y,,,, k = cos θ sin θ sin θ cos θ y atau y,,,, cos k sin sin k cos = θ + θ θ + θ sin cos θ θ y Jadi rotasi yang diikuti oleh geseran dapat dilakukan oleh transformasi matriks dengan matriks cosθ + k sinθ sinθ + k cosθ sinθ cosθ Umumnya, jika transformasi - transformasi matriks T () = A, T () = A,...,T k () = A k dari R n ke R n dilakukan berurutan (mula-mula T, lalu T, dan seterusnya), maka yang sama dicapai dengan sebuah transformasi matriks tunggal T()=A, dimana A = A k... A A Perhatikan bahwa urutan di dalam mana transformasi-transformasi tersebut dilakukan didapatkan dengan membaca kanan ke kiri di dalam (5.)

28 Contoh 3 a) Carilah sebuah transformasi matriks dari R ke R yang mula-mula menggeser dengan sebuah faktor sebesar di dalam arah dan kemudian merefleksinya terhadap y =. b) Carilah sebuah transformasi matriks dari R ke R yang mula-mula merefleksikan terhadap y = dan kemudian menggeser dengan sebuah faktor sebesar di dalam arah. Pemecahan. (a). Matriks standar untuk geseran adalah A = dan untuk refleksi adalah A = sehingga matriks standar geseran yang diikuti oleh refleksi adalah A A = = Pemecahan (b). Refleksi yang diikuti oleh geseran dinyatakan oleh A A = = Di dalam contoh terakhir, perhatikan bahwa A A A A,sehingga efek penggeseran dan kemudian merefleksikan berbeda dari efek refleksi dan kemudian penggeseran. Ini dilukiskan secara geometrik didalam Gambar 4.9, di mana kita memperlihatkan efek transformasi pada sebuah segi empat siku-siku. Contoh 4 Perhatikan bahwa jika T: R > R adalah perkalian oleh sebuah matriks elementer, maka transformasi tersebut adalah salah satu dari antara yang berikut:

29 a) Geseran sepanjang sebuah sumbu kordinat. b) Refleksi terhadap y =. c) Kompresi sepanjang sumbu kordinat. d) Ekspansi sepanjang sumbu kordinat. e) Refleksi terhadap sumbu koordinat f) Kompresi satu ekspansi sepanjang sumbu kordinat yang diikuti oleh refleksi terhadap sumbu koordinat. Pemecahan. Karena matriks elementer dihasilkan melakukan operasi baris elementer tersebut harus mempunyai salah satu dari bentuk berikut (buktikan): k k k k Kedua matriks yang pertama menyatakan geseran sepanjang sumbu koordinat dan matriks yang ketiga menyatakan refleksi terhadap y =. Jika k >, maka kedua matriks yang terakhir menyatakan kompresi atau ekspansi sepanjang sumbu koordinat yang bergantung pada apakah = k = atau k =. jika k <, dan jika kita menyatakan k di dalam bentuk k = -k, dimana k >, maka kedua matriks yang terakhir dapat dituliskan sebagai k k k = = 5.3 k = k = k karena k >, maka hasil kali didalam (5.3) menyatakan kompresi atau ekspansi sepanjang sumbu y yang diikuti oleh refleksi terhadap sumbu. Di dalam kasus di mana k =, maka (5.3) dan (5.4) adalah refleksi berturut-turut terhadap sumbu y dan sumbu. Misalkan T:R > R adalah perkalian oleh sebuah matriks A yang dapat dibalik, dan misalkan bahwa T memetakan titik (, y) ke titik (,, y, ) maka 5.4

30 dan ' A ' y = y A y = ' ' y Jelaslah dari persamaan-persamaan ini bahwa jika perkalian oleh A memetakan (, y) ke (, y), maka perkalian oleh A - memetakan (, y) kembali ke kedudukannya yang semula (, y). Karena ini, maka perkalian oleh A perkalian oleh A - dikatakan sebagai transformasi-transformasi invers. Contoh 5 Jika T:R > R mengkompresi bidang dengan sebuah faktor sebesar / di dalam arah y, maka teranglah secara intuitif bahwa kita harus mengekspansikan bidang tersebut dengan sebuah faktor sebesar di dalam arah y untuk memindahkan setiap titik kembali ke kedudukannya yang semula. Sesungguhnya demikianlah kasusnya, karena A = menyatakan kompresi yang faktornya / di dalam arah y dan A - = adalah ekspansi yang faktornya di dalam arah y Contoh 6 Perkalian oleh A = cosθ sinθ sinθ cosθ

31 merotasikan titik di dalam bidang melalui sudut θ. Untuk mengembalikan sebuah titik kembali ke kedudukannya semula, maka titik tersebut harus dirotasikan melalui sudut -θ. Ini dapat dicapai dengan mengalikannya dengan matriks rotasi cos( θ) sin( θ) sin( θ) cos( θ) Dengan menggunakan identitas, cos (-θ)= cos θ dan sin (- θ) = - sin θ, maka ini dapat dituliskan kembali sebagai cosθ sinθ sinθ cosθ Dapat dibuktikan bahwa matriks ini adalah invers dari A. Kita menyimpulkan bagian ini dengan dua teorema yang menyediakan pandangan ke dalam sifat-sifat efek geometrik dari transformasi linier bidang. adalah sama seperti urutan yang sesuai dari geseran, konpresi, ekspansi, dan refleksi. Teorema 5. Jika T: R > R adalah perkalian oleh sebuah matriks A yang dapat dibalik, maka efek geometrik dari T adalah sama seperti urutan yang sesuai dari geseran, konpresi, ekspansi, dan refleksi. Bukti. Karena A dapat dibalik, maka A dapat direduksi kepada identitas dengan urutan berhingga operasi baris elementer. Sebuah operasi baris elementer dapat dilakukan dengan mengalikan sebuah matriks elementer dari kiri, sehingga ada matriks-matriks elementer E, E,..., E k sehingga E k... E E A = I Dengan memecahkan untuk A maka akan menghasilkan atau A = E E L E I k

32 A = E E L E k (5.5) Persamaan ini menyatakan A sebagai hasil kali matriks-matriks elementer hasilnya diperoleh dari Contoh 4. Contoh 7 Nyatakanlah A = 3 4 sebagai hasil kali matriks-matriks elementer, dan kemudian jelaskan efek geometrik dari perkalian oleh A dalam geseran kompresi, ekspansi, dan refleksi. Pemecahan. A dapat direduksi kepada I sebagai berikut: 3 4 Tambahkan -3 kali baris pertama kepada baris ketiga Kalikan baris kedua dengan / Tambahkan - kali baris kedua kepada baris pertama Ketiga operasi baris yang berurutan tersebut dapat dilakukan dengan mengalikan dari sebelah kiri berturut-turut oleh E = 3 E E 3 Dengan membalik matriks-matriks ini dan dengan menggunakan (5.5) maka akan menghasilkan

33 A = E E E 3 = 3 Dengan membacanya dari kanan ke kiri dan dengan memperhatikan bahwa = maka jelaslah bahwa efek pengalian A akan ekivalen dengan : ) Geseran oleh sebuah faktor sebesar di dalam arah y, ) kemudian mengekspansikannya dengan sebuah faktor sebesar di dalam arah y, 3) kemudian merefleksikannya terhadap sumbu, 4) kemudian menggesernya dengan sebuah faktor sebesar 3 di dalam arah y. Bukti untuk bagian-bagian dari teorema yang berikut dibicarakan di dalam latihan. Teorema 6. Jika T:R > R adalah perkalian oleh sebuah matriks yang dapat dibalik, maka: a) Bayangan sebuah garis lurus adalah sebuah garis lurus. b) Bayangan sebuah garis lurus melalui titik asal adalah sebuah garis lurus melalui titik asal. c) Bayangan garis-garis lurus yang sejajar adalah garis-garis lurus yang sejajar, d) Bayangan sebuah segmen garis yang berhubungan titik P dan Q adalah segmen garis yang menghubungkan bayangan P dan bayangan Q. e) Bayangan dari tiga titik akan terletak pada sebuah garis dab hanya jika titik-titik tersebut terletak pada sebuah garis. PERTANYAAN. Jelaslah dari bagian (c), (d), dan (e) bahwa perkalian dengan sebuah matriks A yang berukuran dan yang dapat dibalik memetakan segitiga ke dalam segitiga dan memetakan paralelogram.

34 Contoh 8 Gambarlah bayangan sebuah sebuah bujur sangkar dengan titik-titik sudut P (, ), P (, ), P 3 (, ), dan P 4 (,) di bawah perkalian oleh: Pemecahan. Karena A = = =, = =, maka bayangan tersebut adalah sebuah paralelongram dengan titik-titik sudut (, ), (-,), (, -), dan (,) Contoh 9 Menurut teorema 6, matriks yang dapat dibalik 3 A = memetakan garis y = + ke dalam garis lain. Carilah persamaannya. Pemecahan. Misalkan (, y) adalah sebuah titik pada garis y = + dan misalkan (, y ) adalah bayangannya dibawah perkalian oleh A. Maka dan sehingga ' ' y = 3 y y = 3 = - y y = - + 3y y ' y = 3 ' ' y

35 Dengan mensubstitusikannya di dalam y = + maka akan menghasilkan atau secara okivalen jadi (, y ) memenuhi - + 3y = ( - y ) + y = 4 '+ 5 5 y = yang merupakan persamaan yang kita inginkan.

Materi Aljabar Linear Lanjut

Materi Aljabar Linear Lanjut Materi Aljabar Linear Lanjut TRANSFORMASI LINIER DARI R n KE R m ; GEOMETRI TRANSFORMASI LINIER DARI R 2 KE R 2 Disusun oleh: Dwi Lestari, M.Sc email: dwilestari@uny.ac.id JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA

Lebih terperinci

TRANSFORMASI LINIER (Kajian Fungsi antar Ruang Vektor)

TRANSFORMASI LINIER (Kajian Fungsi antar Ruang Vektor) Outline TRANSFORMASI LINIER (Kajian Fungsi antar Ruang Vektor) Drs. Antonius Cahya Prihandoko, M.App.Sc PS. Pendidikan Matematika PS. Sistem Informasi University of Jember Indonesia Jember, 2009 Outline

Lebih terperinci

TRANSFORMASI LINEAR. Disusun untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Aljabar Linear. Dosen Pengampu : Abdul Aziz Saefudin, M.Pd

TRANSFORMASI LINEAR. Disusun untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Aljabar Linear. Dosen Pengampu : Abdul Aziz Saefudin, M.Pd TRANSFORMASI LINEAR Disusun untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Aljabar Linear Dosen Pengampu : Abdul Aziz Saefudin, M.Pd Disusun oleh : Kelompok 7/ Kelas III A Endar Alviyunita 34400094 Ahmat Sehari ---------------

Lebih terperinci

BAB 7 TRANSFORMASI LINEAR PADA RUANG VEKTOR

BAB 7 TRANSFORMASI LINEAR PADA RUANG VEKTOR BAB 7 TRANSFORMASI LINEAR PADA RUANG VEKTOR A. DEFINISI DASAR 1. Definisi-1 Suatu pemetaan f dari ruang vektor V ke ruang vektor W adalah aturan perkawanan sedemikian sehingga setiap vektor v V dikawankan

Lebih terperinci

Aljabar Linier Elementer. Kuliah 26

Aljabar Linier Elementer. Kuliah 26 Aljabar Linier Elementer Kuliah 26 Materi Kuliah Transformasi Linier Umum Kernel dan Range 10/11/2014 Yanita, Matematika FMIPA Unand 2 Transformasi Linier Umum Definisi Misalkan V dan W adalah ruang vektor

Lebih terperinci

Transformasi Linier. Transformasi linier memiliki beberapa fungsi yang perlu dipelajari. Fungsi-fungsi tersebut antara lain :

Transformasi Linier. Transformasi linier memiliki beberapa fungsi yang perlu dipelajari. Fungsi-fungsi tersebut antara lain : Transformasi Linier Objektif:. definisi transformasi linier umum.. definisi transformasi linier dari R n ke R m. 3. invers transformasi linier. 4. matrix transformasi 5. kernel dan jangkauan 6. keserupaan.definisi

Lebih terperinci

Aljabar Linear Elementer

Aljabar Linear Elementer BAB I RUANG VEKTOR Pada kuliah Aljabar Matriks kita telah mendiskusikan struktur ruang R 2 dan R 3 beserta semua konsep yang terkait. Pada bab ini kita akan membicarakan struktur yang merupakan bentuk

Lebih terperinci

TE Teknik Numerik Sistem Linear. Bidang Studi Teknik Sistem Pengaturan Jurusan Teknik Elektro - FTI Institut Teknologi Sepuluh Nopember

TE Teknik Numerik Sistem Linear. Bidang Studi Teknik Sistem Pengaturan Jurusan Teknik Elektro - FTI Institut Teknologi Sepuluh Nopember TE9467 Teknik Numerik Sistem Linear Bidang Studi Teknik Sistem Pengaturan Jurusan Teknik Elektro - FTI Institut Teknologi Sepuluh Nopember O U T L I N E OBJEKTIF TEORI 3 CONTOH 4 SIMPULAN 5 LATIHAN OBJEKTIF

Lebih terperinci

ALJABAR LINIER MAYDA WARUNI K, ST, MT ALJABAR LINIER (I)

ALJABAR LINIER MAYDA WARUNI K, ST, MT ALJABAR LINIER (I) ALJABAR LINIER MAYDA WARUNI K, ST, MT ALJABAR LINIER (I) 1 MATERI ALJABAR LINIER VEKTOR DALAM R1, R2 DAN R3 ALJABAR VEKTOR SISTEM PERSAMAAN LINIER MATRIKS, DETERMINAN DAN ALJABAR MATRIKS, INVERS MATRIKS

Lebih terperinci

Aljabar Linier Elementer. Kuliah ke-9

Aljabar Linier Elementer. Kuliah ke-9 Aljabar Linier Elementer Kuliah ke-9 Materi kuliah Hasilkali Titik Proyeksi Ortogonal 7/9/2014 Yanita, FMIPA Matematika Unand 2 Hasilkali Titik dari Vektor-Vektor Definisi Jika u dan v adalah vektor-vektor

Lebih terperinci

6. TRANSFORMASI LINIER

6. TRANSFORMASI LINIER 6. TRANSFORMASI LINIER 1. Definisi Transformasi Linier Jika F:V W adalah sebuah fungsi dari ruang vektor V ke dalam ruang vektor W, maka F disebut transformasi linier (pemetaan linier), jika: 1. F(u+v)

Lebih terperinci

uiopasdfghjklzxcvbnmqwertyuiopasd fghjklzxcvbnmqwertyuiopasdfghjklzx wertyuiopasdfghjklzxcvbnmqwertyui opasdfghjklzxcvbnmqwertyuiopasdfg

uiopasdfghjklzxcvbnmqwertyuiopasd fghjklzxcvbnmqwertyuiopasdfghjklzx wertyuiopasdfghjklzxcvbnmqwertyui opasdfghjklzxcvbnmqwertyuiopasdfg uiopasdfghjklzxcvbnmqwertyuiopasd Qwertyuiopasdfghjklzxcvbnmqwerty cvbnmqwertyuiopasdfghjklzxcvbnmq fghjklzxcvbnmqwertyuiopasdfghjklzx wertyuiopasdfghjklzxcvbnmqwertyui opasdfghjklzxcvbnmqwertyuiopasdfg

Lebih terperinci

Ruang Baris, Ruang Kolom, dan Ruang Null (Kernel)

Ruang Baris, Ruang Kolom, dan Ruang Null (Kernel) Ruang Baris, Ruang Kolom, dan Ruang Null (Kernel) Kuliah Aljabar Linier Semester Ganjil 2015-2016 MZI Fakultas Informatika Telkom University FIF Tel-U November 2015 MZI (FIF Tel-U) Ruang Baris, Kolom,

Lebih terperinci

DIKTAT PERKULIAHAN. EDISI 1 Aljabar Linear dan Matriks

DIKTAT PERKULIAHAN. EDISI 1 Aljabar Linear dan Matriks DIKTAT PERKULIAHAN EDISI 1 Aljabar Linear dan Matriks Penulis : Ednawati Rainarli, M.Si. Kania Evita Dewi, M.Si. JURUSAN TEKNIK INFORMATIKA UNIVERSITAS KOMPUTER INDONESIA BANDUNG 011 IF/011 1 DAFTAR ISI

Lebih terperinci

SUMMARY ALJABAR LINEAR

SUMMARY ALJABAR LINEAR SUMMARY ALJABAR LINEAR SUMANANG MUHTAR GOZALI KBK ANALISIS UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA BANDUNG 2010 2 KATA PENGANTAR Bismillahirrahmanirrahim Segala puji bagi Allah Rabb semesta alam. Shalawat serta

Lebih terperinci

BAB III RUANG VEKTOR R 2 DAN R 3. Bab ini membahas pengertian dan operasi vektor-vektor. Selain

BAB III RUANG VEKTOR R 2 DAN R 3. Bab ini membahas pengertian dan operasi vektor-vektor. Selain BAB III RUANG VEKTOR R DAN R 3 Bab ini membahas pengertian dan operasi ektor-ektor. Selain operasi aljabar dibahas pula operasi hasil kali titik dan hasil kali silang dari ektor-ektor. Tujuan Instruksional

Lebih terperinci

TE Teknik Numerik Sistem Linear

TE Teknik Numerik Sistem Linear TE 9467 Teknik Numerik Sistem Linear Operator Linear Trihastuti Agustinah Bidang Studi Teknik Sistem Pengaturan Jurusan Teknik Elektro - FTI Institut Teknologi Sepuluh Nopember O U T L I N E. Objektif.

Lebih terperinci

Pengantar Vektor. Besaran. Vektor (Mempunyai Arah) Skalar (Tidak mempunyai arah)

Pengantar Vektor. Besaran. Vektor (Mempunyai Arah) Skalar (Tidak mempunyai arah) Pengantar Vektor Besaran Skalar (Tidak mempunyai arah) Vektor (Mempunyai Arah) Vektor Geometris Skalar (Luas, Panjang, Massa, Waktu dan lain - lain), merupakan suatu besaran yang mempunyai nilai mutlak

Lebih terperinci

SATUAN ACARA PERKULIAHAN UNIVERSITAS GUNADARMA

SATUAN ACARA PERKULIAHAN UNIVERSITAS GUNADARMA Mata Kuliah : Matematika Diskrit 2 Kode / SKS : IT02 / 3 SKS Program Studi : Sistem Komputer Fakultas : Ilmu Komputer & Teknologi Informasi. Pendahuluan 2. Vektor.. Pengantar mata kuliah aljabar linier.

Lebih terperinci

Sebuah garis dalam bidang xy bisa disajikan secara aljabar dengan sebuah persamaan berbentuk :

Sebuah garis dalam bidang xy bisa disajikan secara aljabar dengan sebuah persamaan berbentuk : Persamaan Linear Sebuah garis dalam bidang xy bisa disajikan secara aljabar dengan sebuah persamaan berbentuk : a x + a y = b Persamaan jenis ini disebut sebuah persamaan linear dalam peubah x dan y. Definisi

Lebih terperinci

GEOMETRI. Transformasi & Analitik Ruang UNIVERSITAS HASANUDDIN. M Saleh AF. Geometri Transformasi Dan Analitik Ruang LKPP.

GEOMETRI. Transformasi & Analitik Ruang UNIVERSITAS HASANUDDIN. M Saleh AF. Geometri Transformasi Dan Analitik Ruang LKPP. GEOMETRI Transformasi & Analitik Ruang D M M Refleksi M Saleh AF LKPP UNIVERSITAS HASANUDDIN BAB II TRANSFORMASI GEOMETRI DI A. Pendahuluan Salam hangat dan sejahtera bagi para pembelajar Kreatif! Bab

Lebih terperinci

GARIS-GARIS BESAR PROGRAM PEMBELAJARAN

GARIS-GARIS BESAR PROGRAM PEMBELAJARAN GARIS-GARIS BESAR PROGRAM PEMBELAJARAN Mata Kuliah : Aljabar Linear Kode / SKS : TIF-5xxx / 3 SKS Dosen : - Deskripsi Singkat : Mata kuliah ini berisi Sistem persamaan Linier dan Matriks, Determinan, Vektor

Lebih terperinci

Aljabar Linier Sistem koordinat, dimensi ruang vektor dan rank

Aljabar Linier Sistem koordinat, dimensi ruang vektor dan rank Aljabar Linier Sistem koordinat, dimensi ruang vektor dan rank khozin mu tamar 9 Oktober 2014 PERTEMUAN-4 : SISTEM KOORDINAT, DIMEN- SI RUANG VEKTOR DAN RANK 1. Sistem koordinat (a) Ketunggalan scalar

Lebih terperinci

8.1 Transformasi Linier Umum. Bukan lagi transformasi R n R m, tetapi transformasi linier dari

8.1 Transformasi Linier Umum. Bukan lagi transformasi R n R m, tetapi transformasi linier dari 8.1 Transformasi Linier Umum Bukan lagi transformasi R n R m, tetapi transformasi linier dari ruang vektor V vektor W. Definisi Jika T: V W adalah suatu fungsi dari suatu ruang vektor V ke ruang vektor

Lebih terperinci

Pertemuan 1 Sistem Persamaan Linier dan Matriks

Pertemuan 1 Sistem Persamaan Linier dan Matriks Matriks & Ruang Vektor Pertemuan Sistem Persamaan Linier dan Matriks Start Matriks & Ruang Vektor Outline Materi Pengenalan Sistem Persamaan Linier (SPL) SPL & Matriks Matriks & Ruang Vektor Persamaan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 5 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A Matriks 1 Pengertian Matriks Definisi 21 Matriks adalah kumpulan bilangan bilangan yang disusun secara khusus dalam bentuk baris kolom sehingga membentuk empat persegi panjang

Lebih terperinci

BAB 4 RUANG VEKTOR EUCLID. Dr. Ir. Abdul Wahid Surhim, MT.

BAB 4 RUANG VEKTOR EUCLID. Dr. Ir. Abdul Wahid Surhim, MT. BAB 4 RUANG VEKTOR EUCLID Dr. Ir. Abdul Wahid Surhim, MT. KERANGKA PEMBAHASAN 1. Ruang n Euclid 2. Transformasi Linier dari R n dan R m 3. Sifat-sifat Transformasi Linier 4.1 RUANG N EUCLID Jika di bab

Lebih terperinci

Esther Wibowo

Esther Wibowo Esther Wibowo esther.visual@gmail.com Topik Hari Ini Dasar Transformasi Translation Pemindahan, Penggeseran Scaling Perubahan Ukuran Shear Distorsi? Rotation Pemutaran Representasi Matriks Transformasi

Lebih terperinci

Outline Vektor dan Garis Koordinat Norma Vektor Hasil Kali Titik dan Proyeksi Hasil Kali Silang. Geometri Vektor. Kusbudiono. Jurusan Matematika

Outline Vektor dan Garis Koordinat Norma Vektor Hasil Kali Titik dan Proyeksi Hasil Kali Silang. Geometri Vektor. Kusbudiono. Jurusan Matematika Jurusan Matematika 1 Nopember 2011 1 Vektor dan Garis 2 Koordinat 3 Norma Vektor 4 Hasil Kali Titik dan Proyeksi 5 Hasil Kali Silang Definisi Vektor Definisi Jika AB dan CD ruas garis berarah, keduanya

Lebih terperinci

Bab 4 RUANG VEKTOR. 4.1 Ruang Vektor

Bab 4 RUANG VEKTOR. 4.1 Ruang Vektor Bab RUANG VEKTOR. Ruang Vektor DEFINISI.. Suatu ruang vektor (V, +,, F) atas field (F, +), ditulis singkat V(F), adalah suatu himpunan tak kosong V dengan elemenelemennya disebut vektor, yang dilengkapi

Lebih terperinci

Kata Pengantar. Puji syukur kehadirat Yang Maha Kuasa yang telah memberikan pertolongan hingga modul ajar ini dapat terselesaikan.

Kata Pengantar. Puji syukur kehadirat Yang Maha Kuasa yang telah memberikan pertolongan hingga modul ajar ini dapat terselesaikan. i Kata Pengantar Puji syukur kehadirat Yang Maha Kuasa yang telah memberikan pertolongan hingga modul ajar ini dapat terselesaikan. Modul ajar ini dimaksudkan untuk membantu penyelenggaraan kuliah jarak

Lebih terperinci

ALJABAR LINEAR BASIS RUANG BARIS DAN BASIS RUANG KOLOM SEBUAH MATRIKS. Dosen Pengampu: DARMADI, S.Si, M.Pd. Oleh: Kelompok III

ALJABAR LINEAR BASIS RUANG BARIS DAN BASIS RUANG KOLOM SEBUAH MATRIKS. Dosen Pengampu: DARMADI, S.Si, M.Pd. Oleh: Kelompok III ALJABAR LINEAR BASIS RUANG BARIS DAN BASIS RUANG KOLOM SEBUAH MATRIKS Dosen Pengampu: DARMADI, SSi, MPd Oleh: Kelompok III 1 Andik Dwi S (06411008) 2 Indah Kurniawati (06411090) 3 Mahfuat M (06411104)

Lebih terperinci

ALJABAR LINEAR ELEMENTER

ALJABAR LINEAR ELEMENTER BAHAN AJAR ALJABAR LINEAR ELEMENTER Disusun oleh : Indah Emilia Wijayanti Al. Sutjijana Jurusan Matematika Fakultas MIPA Universitas Gadjah Mada Desember, 22 ii Daftar Isi Sistem Persamaan Linear dan Matriks.

Lebih terperinci

Bagian 2 Matriks dan Determinan

Bagian 2 Matriks dan Determinan Bagian Matriks dan Determinan Materi mengenai fungsi, limit, dan kontinuitas akan kita pelajari dalam Bagian Fungsi dan Limit. Pada bagian Fungsi akan mempelajari tentang jenis-jenis fungsi dalam matematika

Lebih terperinci

Aljabar Linier Elementer

Aljabar Linier Elementer Aljabar Linier Elementer Kuliah 15 dan 16 11/11/2014 1 Materi Kuliah Kebebasan Linier Basis dan Dimensi 11/11/2014 Yanita, Matematika Unand 2 5.3 Kebebasan Linier Definisi Jika S = v 1, v 2,, v r adalah

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. tegak, perlu diketahui tentang materi-materi sebagai berikut.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. tegak, perlu diketahui tentang materi-materi sebagai berikut. BAB II TINJAUAN PUSTAKA Sebelum pembahasan mengenai irisan bidang datar dengan tabung lingkaran tegak, perlu diketahui tentang materi-materi sebagai berikut. A. Matriks Matriks adalah himpunan skalar (bilangan

Lebih terperinci

Aljabar Linier Elementer. Kuliah 1 dan 2

Aljabar Linier Elementer. Kuliah 1 dan 2 Aljabar Linier Elementer Kuliah 1 dan 2 1.3 Matriks dan Operasi-operasi pada Matriks Definisi: Matriks adalah susunan bilangan dalam empat persegi panjang. Bilangan-bilangan dalam susunan tersebut disebut

Lebih terperinci

Lampiran 1 Pembuktian Teorema 2.3

Lampiran 1 Pembuktian Teorema 2.3 LAMPIRAN 16 Lampiran 1 Pembuktian Teorema 2.3 Sebelum membuktikan Teorema 2.3, terlebih dahulu diberikan beberapa definisi yang berhubungan dengan pembuktian Teorema 2.3. Definisi 1 (Matriks Eselon Baris)

Lebih terperinci

SATUAN ACARA PERKULIAHAN MATA KULIAH : ALJABAR LINIER KODE / SKS : IT / 2 SKS

SATUAN ACARA PERKULIAHAN MATA KULIAH : ALJABAR LINIER KODE / SKS : IT / 2 SKS SATUAN ACARA PERKULIAHAN MATA KULIAH : ALJABAR LINIER KODE / SKS : IT0143231 / 2 SKS Deskripsi: - Mata kuliah ini mempelajari konsep aljabar linear sebagai dasar untuk membuat algoritma dalam permasalahan

Lebih terperinci

Ruang Vektor. Kartika Firdausy UAD blog.uad.ac.id/kartikaf. Ruang Vektor. Syarat agar V disebut sebagai ruang vektor. Aljabar Linear dan Matriks 1

Ruang Vektor. Kartika Firdausy UAD blog.uad.ac.id/kartikaf. Ruang Vektor. Syarat agar V disebut sebagai ruang vektor. Aljabar Linear dan Matriks 1 Ruang Vektor Kartika Firdausy UAD blog.uad.ac.id/kartikaf Syarat agar V disebut sebagai ruang vektor 1. Jika vektor vektor u, v V, maka vektor u + v V 2. u + v = v + u 3. u + ( v + w ) = ( u + v ) + w

Lebih terperinci

MODUL PEMBELAJARAN KALKULUS II. ALFIANI ATHMA PUTRI ROSYADI, M.Pd

MODUL PEMBELAJARAN KALKULUS II. ALFIANI ATHMA PUTRI ROSYADI, M.Pd MODUL PEMBELAJARAN KALKULUS II ALFIANI ATHMA PUTRI ROSYADI, M.Pd IDENTITAS MAHASISWA NAMA : KLS/NIM :. KELOMPOK:. Daftar Isi Kata Pengantar Peta Konsep Materi. BAB I Analisis Vektor a. Vektor Pada Bidang.6

Lebih terperinci

Geometri pada Bidang, Vektor

Geometri pada Bidang, Vektor Prodi Matematika FMIPA Unsyiah September 9, 2011 Melalui pendekatan aljabar, vektor u dinyatakan oleh pasangan berurutan u 1, u 2. Disini digunakan notasi u 1, u 2 bukan (u 1, u 2 ) karena notasi (u 1,

Lebih terperinci

Komposisi Transformasi

Komposisi Transformasi Komposisi Transformasi Setelah menyaksikan tayangan ini anda dapat Menentukan peta atau bayangan suatu kurva hasil dari suatu komposisi transformasi Transformasi Untuk memindahkan suatu titik atau bangun

Lebih terperinci

DIKTAT MATA KULIAH ALJABAR LINEAR ELEMENTER (BAGIAN II) DISUSUN OLEH ABDUL JABAR, M.Pd

DIKTAT MATA KULIAH ALJABAR LINEAR ELEMENTER (BAGIAN II) DISUSUN OLEH ABDUL JABAR, M.Pd DIKTAT MATA KULIAH ALJABAR LINEAR ELEMENTER (BAGIAN II) DISUSUN OLEH ABDUL JABAR, M.Pd JURUSAN/PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA STKIP PGRI BANJARMASIN MARET MUQADIMAH Alhamdulillah penyusun ucapkan

Lebih terperinci

MODUL ALJABAR LINEAR 1 Disusun oleh, ASTRI FITRIA NUR ANI

MODUL ALJABAR LINEAR 1 Disusun oleh, ASTRI FITRIA NUR ANI 214 MODUL ALJABAR LINEAR 1 Disusun oleh, ASTRI FITRIA NUR ANI Astri Fitria Nur ani Aljabar Linear 1 1/1/214 1 DAFTAR ISI DAFTAR ISI... i BAB I MATRIKS DAN SISTEM PERSAMAAN A. Pendahuluan... 1 B. Aljabar

Lebih terperinci

Ruang Vektor Euclid R 2 dan R 3

Ruang Vektor Euclid R 2 dan R 3 Ruang Vektor Euclid R 2 dan R 3 Kuliah Aljabar Linier Semester Ganjil 2015-2016 MZI Fakultas Informatika Telkom University FIF Tel-U September 2015 MZI (FIF Tel-U) Ruang Vektor R 2 dan R 3 September 2015

Lebih terperinci

Operasi perkalian skalar merupakan suatu aturan yang mengasosiasikan setiap skalar k dan setiap objek u pada v dengan suatu objek ku, yang disebut

Operasi perkalian skalar merupakan suatu aturan yang mengasosiasikan setiap skalar k dan setiap objek u pada v dengan suatu objek ku, yang disebut RUANG VEKTOR REAL Aksioma ruang vektor, dinyatakan dlam definisi beikut, dimana aksiona merupakan aturan permainan dalam ruang vektor. Definisi : Jika V merupakan suatu himpunan tidak kosong dari objek

Lebih terperinci

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS VETERAN BANGUN NUSANTARA SUKOHARJO

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS VETERAN BANGUN NUSANTARA SUKOHARJO PERANGKAT PEMBELAJARAN MATA KULIAH : ALJABAR LINIER 2 KODE : MKK414515 DOSEN PENGAMPU : Annisa Prima Exacta, M.Pd. PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS

Lebih terperinci

Analisis Fungsional. Oleh: Dr. Rizky Rosjanuardi, M.Si Jurusan Pendidikan Matematika UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA

Analisis Fungsional. Oleh: Dr. Rizky Rosjanuardi, M.Si Jurusan Pendidikan Matematika UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA Analisis Fungsional Oleh: Dr. Rizky Rosjanuardi, M.Si Jurusan Pendidikan Matematika UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA Lingkup Materi Ruang Metrik dan Ruang Topologi Kelengkapan Ruang Banach Ruang Hilbert

Lebih terperinci

MODUL IV SISTEM PERSAMAAN LINEAR

MODUL IV SISTEM PERSAMAAN LINEAR MODUL IV SISTEM PERSAMAAN LINEAR 4.. Pendahuluan. Sistem Persamaan Linear merupakan salah satu topik penting dalam Aljabar Linear. Sistem Persamaan Linear sering dijumpai dalam semua bidang penyelidikan

Lebih terperinci

8.3 Inverse Linear Transformations

8.3 Inverse Linear Transformations 8.3 Inverse Linear Transformations Definition One to One Transformasi linear T:V W dikatakan one-to-one jika T memetakan vektor-vektor berbeda pada V ke vektorvektor berbeda pada W. Jika A adalah suatu

Lebih terperinci

dari ruang vektor berdimensi hingga V (dimana I adalah suatu himpunan indeks) disebut basis bagi V jika V = span(ψ) dan vektorvektor

dari ruang vektor berdimensi hingga V (dimana I adalah suatu himpunan indeks) disebut basis bagi V jika V = span(ψ) dan vektorvektor BAB 3 FRAME Sinyal kontinu dapat kita diskritisasi dengan menggunakan ekspansi vektor. Sifat yang paling esensial untuk melakukan hal tersebut adalah adanya operator yang menjamin bahwa ekspansi vektor

Lebih terperinci

MATEMATIKA INFORMATIKA 2 TEKNIK INFORMATIKA UNIVERSITAS GUNADARMA FENI ANDRIANI

MATEMATIKA INFORMATIKA 2 TEKNIK INFORMATIKA UNIVERSITAS GUNADARMA FENI ANDRIANI MATEMATIKA INFORMATIKA 2 TEKNIK INFORMATIKA UNIVERSITAS GUNADARMA FENI ANDRIANI SAP (1) Buku : Suryadi H.S. 1991, Pengantar Aljabar dan Geometri analitik Vektor Definisi, Notasi, dan Operasi Vektor Susunan

Lebih terperinci

Matriks biasanya dituliskan menggunakan kurung dan terdiri dari baris dan kolom: A =

Matriks biasanya dituliskan menggunakan kurung dan terdiri dari baris dan kolom: A = Bab 2 cakul fi080 by khbasar; sem1 2010-2011 Matriks Dalam BAB ini akan dibahas mengenai matriks, sifat-sifatnya serta penggunaannya dalam penyelesaian persamaan linier. Matriks merupakan representasi

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. yang biasanya dinyatakan dalam bentuk sebagai berikut: =

BAB II LANDASAN TEORI. yang biasanya dinyatakan dalam bentuk sebagai berikut: = BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Matriks Definisi 2.1 (Lipschutz, 2006): Matriks adalah susunan segiempat dari skalarskalar yang biasanya dinyatakan dalam bentuk sebagai berikut: Setiap skalar yang terdapat dalam

Lebih terperinci

BAB III OPERATOR LINEAR TERBATAS PADA RUANG HILBERT. Operator merupakan salah satu materi yang akan dibahas dalam fungsi

BAB III OPERATOR LINEAR TERBATAS PADA RUANG HILBERT. Operator merupakan salah satu materi yang akan dibahas dalam fungsi BAB III OPERATOR LINEAR TERBATAS PADA RUANG HILBERT 3.1 Operator linear Operator merupakan salah satu materi yang akan dibahas dalam fungsi real yaitu suatu fungsi dari ruang vektor ke ruang vektor. Ruang

Lebih terperinci

5. PERSAMAAN LINIER. 1. Berikut adalah contoh SPL yang terdiri dari 4 persamaan linier dan 3 variabel.

5. PERSAMAAN LINIER. 1. Berikut adalah contoh SPL yang terdiri dari 4 persamaan linier dan 3 variabel. 1. Persamaan Linier 5. PERSAMAAN LINIER Persamaan linier adalah suatu persamaan yang variabel-variabelnya berpangkat satu. Disamping persamaan linier ada juga persamaan non linier. Contoh : a) 2x + 3y

Lebih terperinci

MUH1G3/ MATRIKS DAN RUANG VEKTOR

MUH1G3/ MATRIKS DAN RUANG VEKTOR MUH1G3/ MATRIKS DAN RUANG VEKTOR TIM DOSEN 5 Ruang Vektor Ruang Vektor Sub Pokok Bahasan Ruang Vektor Umum Subruang Basis dan Dimensi Beberapa Aplikasi Ruang Vektor Beberapa metode optimasi Sistem Kontrol

Lebih terperinci

Transformasi Linear dari R n ke R m

Transformasi Linear dari R n ke R m TE0967 Teknik Numerik Sistem Linear Transformasi Linear dari R n ke R m Trihastuti gustinah Bidang Studi Teknik Sistem Pengaturan Jurusan Teknik Elektro - FTI Institut Teknologi Sepuluh Nopember OUTLINE

Lebih terperinci

BAB 6 RUANG HASIL KALI DALAM. Dr. Ir. Abdul Wahid Surhim, MT.

BAB 6 RUANG HASIL KALI DALAM. Dr. Ir. Abdul Wahid Surhim, MT. BAB 6 RUANG HASIL KALI DALAM Dr. Ir. Abdul Wahid Surhim, MT. KERANGKA PEMBAHASAN 1. Hasil Kali Dalam 2. Sudut dan Keortogonalan pada Ruang Hasil Kali Dalam 3.Basis Ortogonal, Proses Gram-Schmidt 4.Perubahan

Lebih terperinci

SATUAN ACARA PERKULIAHAN MATA KULIAH : ALJABAR LINIER JURUSAN : TEKNIK KOMPUTER JUMLAH SKS : Definisi, Notasi, dan Operasi Vektor 2.

SATUAN ACARA PERKULIAHAN MATA KULIAH : ALJABAR LINIER JURUSAN : TEKNIK KOMPUTER JUMLAH SKS : Definisi, Notasi, dan Operasi Vektor 2. SATUAN ACARA PERKULIAHAN MATA KULIAH : ALJABAR LINIER JURUSAN : TEKNIK KOMPUTER JUMLAH SKS : 3 Minggu Ke Pokok Bahasan dan TIU Sub Pokok Bahasan Sasaran Belajar Cara Pengajaran Media Tugas Referens i 1

Lebih terperinci

Matematika II : Vektor. Dadang Amir Hamzah

Matematika II : Vektor. Dadang Amir Hamzah Matematika II : Vektor Dadang Amir Hamzah sumber : http://www.whsd.org/uploaded/faculty/tmm/calc front image.jpg 2016 Dadang Amir Hamzah Matematika II Semester II 2016 1 / 24 Outline 1 Pendahuluan Dadang

Lebih terperinci

MATRIKS & TRANSFORMASI LINIER

MATRIKS & TRANSFORMASI LINIER MATRIKS & TRANSFORMASI LINIER Oleh : SRI ESTI TRISNO SAMI, ST, MMSI 082334051324 Daftar Referensi : 1. Kreyzig Erwin, Advance Engineering Mathematic, Edisi ke-7, John wiley,1993 2. Spiegel, Murray R, Advanced

Lebih terperinci

RUANG VEKTOR. Nurdinintya Athari (NDT)

RUANG VEKTOR. Nurdinintya Athari (NDT) 1 RUANG VEKTOR Nurdinintya Athari (NDT) RUANG VEKTOR Sub Pokok Bahasan Ruang Vektor Umum Subruang Basis dan Dimensi Basis Subruang Beberapa Aplikasi Ruang Vektor Beberapa metode optimasi Sistem kontrol

Lebih terperinci

BAB II TEORI KODING DAN TEORI INVARIAN

BAB II TEORI KODING DAN TEORI INVARIAN BAB II TEORI KODING DAN TEORI INVARIAN Pada bab 1 ini akan dibahas definisi kode, khususnya kode linier atas dan pencacah bobot Hammingnya. Di samping itu, akan dijelaskanan invarian, ring invarian dan

Lebih terperinci

RUANG VEKTOR UMUM AKSIOMA RUANG VEKTOR

RUANG VEKTOR UMUM AKSIOMA RUANG VEKTOR 7//5 RUANG VEKTOR UMUM Yang dibahas.. Ruang vektor umum. Subruang. Hubungan dependensi linier 4. Basis dan dimensi 5. Ruang baris, ruang kolom, ruang nul, rank dan nulitas AKSIOMA RUANG VEKTOR V disebut

Lebih terperinci

Pertemuan Ke 2 SISTEM PERSAMAAN LINEAR (SPL) By SUTOYO,ST.,MT

Pertemuan Ke 2 SISTEM PERSAMAAN LINEAR (SPL) By SUTOYO,ST.,MT Pertemuan Ke SISTEM PERSAMAAN LINEAR (SPL) By SUTOYO,ST,MT Pendahuluan Suatu sistem persamaan linier (atau himpunan persaman linier simultan) adalah satu set persamaan dari sejumlah unsur yang tak diketahui

Lebih terperinci

BAB 4 : SISTEM PERSAMAAN LINIER

BAB 4 : SISTEM PERSAMAAN LINIER BAB 4 : SISTEM PERSAMAAN LINIER 4.1 PERSAMAAN LINIER Misalnya x 2 Matematika analitik membicarakan ilmu ukur secara aljabar. Garis lurus pada bidang x 1 dan x 2 dapat dinyatakan sebagai persamaan a 1 x

Lebih terperinci

Hand-Out Geometri Transformasi. Bab I. Pendahuluan

Hand-Out Geometri Transformasi. Bab I. Pendahuluan Hand-Out Geometri Transformasi Bab I. Pendahuluan 1.1 Vektor dalam R 2 Misalkan u = (x 1,y 1 ), v = (x 2,y 2 ) dan w = (x 3,y 3 ) serta k skalar (bilangan real) Definisi 1. : Penjumlahan vektor u + v =

Lebih terperinci

BAB 2 RUANG HILBERT. 2.1 Definisi Ruang Hilbert

BAB 2 RUANG HILBERT. 2.1 Definisi Ruang Hilbert BAB 2 RUANG HILBERT Pokok pembicaraan kita dalam tugas akhir ini berpangkal pada teori ruang Hilbert. Untuk itu di bab ini akan diberikan definisi ruang Hilbert dan ciri-cirinya, separabilitas ruang Hilbert,

Lebih terperinci

Definisi Jumlah Vektor Jumlah dua buah vektor u dan v diperoleh dari aturan jajaran genjang atau aturan segitiga;

Definisi Jumlah Vektor Jumlah dua buah vektor u dan v diperoleh dari aturan jajaran genjang atau aturan segitiga; BAB I VEKTOR A. DEFINISI VEKTOR 1). Pada mulanya vektor adalah objek telaah dalam ilmu fisika. Dalam ilmu fisika vektor didefinisikan sebagai sebuah besaran yang mempunyai besar dan arah seperti gaya,

Lebih terperinci

Pertemuan 6 Transformasi Linier

Pertemuan 6 Transformasi Linier Pertemuan 6 Transformasi Linier Objektif: 1. Praktikan memahami definisi transformasi linier umum. 2. Praktikan memahami definisi dari transformasi linier dari R n ke R m. 3. Praktikan memahami invers

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI Sebagai acuan penulisan penelitian ini diperlukan beberapa pengertian dan teori yang berkaitan dengan pembahasan. Dalam sub bab ini akan diberikan beberapa landasan teori berupa pengertian,

Lebih terperinci

Aljabar Linier Elementer. Kuliah 27

Aljabar Linier Elementer. Kuliah 27 Aljabar Linier Elementer Kuliah 27 Materi Kuliah Transformasi Linier Invers Matriks Transformasi Linier Umum //24 Yanita, Matematika FMIPA Unand 2 Transformasi Linier Satu ke satu dan Sifat-sifatnya Definisi

Lebih terperinci

Vektor di Bidang dan di Ruang

Vektor di Bidang dan di Ruang Vektor di Bidang dan di Ruang 4.1. Pengertian, notasi,dan operasi pada ektor Vektor merupakan istilah untuk menyatakan besaran yang mempunyai arah. Secara geometris, ektor dinyakan dengan segmen-segmen

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI Bab II ini menjelaskan tentang teori-teori pendukung yang digunakan untuk pembahasan selanjutnya yaitu sistem persamaan linear sistem persamaan linear kompleks dekomposisi Doolittle

Lebih terperinci

BAB 1 BESARAN VEKTOR. A. Representasi Besaran Vektor

BAB 1 BESARAN VEKTOR. A. Representasi Besaran Vektor BAB 1 BESARAN VEKTOR TUJUAN PEMBELAJARAN 1. Menjelaskan definisi vektor, dan representasinya dalam sistem koordinat cartesius 2. Menjumlahan vektor secara grafis dan matematis 3. Melakukan perkalian vektor

Lebih terperinci

MUH1G3/ MATRIKS DAN RUANG VEKTOR

MUH1G3/ MATRIKS DAN RUANG VEKTOR MUHG3/ MATRIKS DAN RUANG VEKTOR TIM DOSEN 7 Transformasi Linear Sub Pokok Bahasan Definisi Transformasi Linear Matriks Transformasi Kernel dan Jangkauan Aplikasi Transformasi Linear Grafika Komputer Penyederhanaan

Lebih terperinci

Matematika Semester IV

Matematika Semester IV F U N G S I KOMPETENSI DASAR Mendeskripsikan perbedaan konsep relasi dan fungsi Menerapkan konsep fungsi linear Menggambar fungsi kuadrat Menerapkan konsep fungsi kuadrat Menerapkan konsep fungsi trigonometri

Lebih terperinci

1 Mengapa Perlu Belajar Geometri Daftar Pustaka... 1

1 Mengapa Perlu Belajar Geometri Daftar Pustaka... 1 Daftar Isi 1 Mengapa Perlu Belajar Geometri 1 1.1 Daftar Pustaka.................................... 1 2 Ruang Euclid 3 2.1 Geometri Euclid.................................... 8 2.2 Pencerminan dan Transformasi

Lebih terperinci

SILABUS MATA KULIAH : ALJABAR MATRIKS (2 SKS) KODE: MT304. (1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) 1 Matriks dan Operasinya. 1. Pengertian Matriks

SILABUS MATA KULIAH : ALJABAR MATRIKS (2 SKS) KODE: MT304. (1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) 1 Matriks dan Operasinya. 1. Pengertian Matriks JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA FPMIPA UNIVERSITAS PENDIDIKAN MATEMATIKA MINGGU KE SILABUS MATA KULIAH : ALJABAR MATRIKS (2 SKS) KODE: MT304 POKOK & SUB POKOK TUJUAN INSTRUKSIONAL TUJUAN INSTRUKSIONAL KHUSUS

Lebih terperinci

BAB II SISTEM PERSAMAAN LINEAR. Sistem persamaan linear ditemukan hampir di semua cabang ilmu

BAB II SISTEM PERSAMAAN LINEAR. Sistem persamaan linear ditemukan hampir di semua cabang ilmu BAB II SISTEM PERSAMAAN LINEAR Sistem persamaan linear ditemukan hampir di semua cabang ilmu pengetahuan. Di bidang ilmu ukur, diperlukan untuk mencari titik potong dua garis dalam satu bidang. Di bidang

Lebih terperinci

1.1. Definisi, Notasi, dan Operasi Vektor 1.2. Susunan Koordinat Ruang R n 1.3. Vektor di dalam R n 1.4. Persamaan garis lurus dan bidang rata

1.1. Definisi, Notasi, dan Operasi Vektor 1.2. Susunan Koordinat Ruang R n 1.3. Vektor di dalam R n 1.4. Persamaan garis lurus dan bidang rata SATUAN ACARA PERKULIAHAN (SAP) MATA KULIAH : MATEMATIKA INFORMATIKA 2 JURUSAN : S1-TEKNIK INFORMATIKA KODE MATA KULIAH : IT-045214 Referensi : [1]. Yusuf Yahya, D. Suryadi. H.S., Agus S., Matematika untuk

Lebih terperinci

BESARAN VEKTOR. Gb. 1.1 Vektor dan vektor

BESARAN VEKTOR. Gb. 1.1 Vektor dan vektor BAB 1 BESARAN VEKTOR Tujuan Pembelajaran 1. Menjelaskan definisi vektor, dan representasinya dalam sistem koordinat cartesius 2. Menjumlahkan vektor secara grafis dan dengan vektor komponen 3. Melakukan

Lebih terperinci

BAB 5 RUANG VEKTOR A. PENDAHULUAN

BAB 5 RUANG VEKTOR A. PENDAHULUAN BAB 5 RUANG VEKTOR A. PENDAHULUAN 1. Definisi-1. Suatu ruang vektor adalah suatu himpunan objek yang dapat dijumlahkan satu sama lain dan dikalikan dengan suatu bilangan, yang masing-masing menghasilkan

Lebih terperinci

MAKALAH ALJABAR LINEAR TRANSFORMASI LINEAR ATAU PEMETAAN LINEAR

MAKALAH ALJABAR LINEAR TRANSFORMASI LINEAR ATAU PEMETAAN LINEAR MAKALAH ALJABAR LINEAR TRANSFORMASI LINEAR ATAU PEMETAAN LINEAR Disusun oleh : 1. Supriyani (0903040095) 2. Sri Hartati (0903040113) 3. Anisatul M. (0903040065) TEKNIK INFORMATIKA FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS

Lebih terperinci

Matriks adalah susunan segi empat siku-siku dari objek yang diatur berdasarkan baris (row) dan kolom (column). Objek-objek dalam susunan tersebut

Matriks adalah susunan segi empat siku-siku dari objek yang diatur berdasarkan baris (row) dan kolom (column). Objek-objek dalam susunan tersebut Matriks adalah susunan segi empat siku-siku dari objek yang diatur berdasarkan baris (row) dan kolom (column). Objek-objek dalam susunan tersebut dinamakan entri dalam matriks atau disebut juga elemen

Lebih terperinci

IKIP BUDI UTOMO MALANG. Analytic Geometry TEXT BOOK. Alfiani Athma Putri Rosyadi, M.Pd

IKIP BUDI UTOMO MALANG. Analytic Geometry TEXT BOOK. Alfiani Athma Putri Rosyadi, M.Pd IKIP BUDI UTOMO MALANG Analytic Geometry TEXT BOOK Alfiani Athma Putri Rosyadi, M.Pd 2012 DAFTAR ISI 1 VEKTOR 1.1 Vektor Pada Bidang... 4 1.2 Vektor Pada Ruang... 6 1.3 Operasi Vektor.. 8 1.4 Perkalian

Lebih terperinci

Pertama, daftarkan kedua himpunan vektor: himpunan yang merentang diikuti dengan himpunan yang bergantung linear, perhatikan:

Pertama, daftarkan kedua himpunan vektor: himpunan yang merentang diikuti dengan himpunan yang bergantung linear, perhatikan: Dimensi dari Suatu Ruang Vektor Jika suatu ruang vektor V memiliki suatu himpunan S yang merentang V, maka ukuran dari sembarang himpunan di V yang bebas linier tidak akan melebihi ukuran dari S. Teorema

Lebih terperinci

BAB III PEMBAHASAN. Bab III terbagi menjadi tiga sub-bab, yaitu sub-bab A, sub-bab B, dan subbab

BAB III PEMBAHASAN. Bab III terbagi menjadi tiga sub-bab, yaitu sub-bab A, sub-bab B, dan subbab BAB III PEMBAHASAN Bab III terbagi menjadi tiga sub-bab, yaitu sub-bab A, sub-bab B, dan subbab C. Sub-bab A menjelaskan mengenai konsep dasar C[a, b] sebagai ruang vektor beserta contohnya. Sub-bab B

Lebih terperinci

Suatu himpunan tak kosong F dengan operasi penjumlahan dan perkalian, dikatakan sebagai field jika untuk setiap,, memenuhi sifat-sifat berikut:

Suatu himpunan tak kosong F dengan operasi penjumlahan dan perkalian, dikatakan sebagai field jika untuk setiap,, memenuhi sifat-sifat berikut: Bagian 5. RUANG VEKTOR 5.1 Lapangan (Field) Suatu himpunan tak kosong F dengan operasi penjumlahan dan perkalian, dikatakan sebagai field jika untuk setiap,, memenuhi sifat-sifat berikut: 1. dan 2., 3.,

Lebih terperinci

DIKTAT ALJABAR LINIER DAN MATRIKS VEKTOR. Penyusun Ir. S. Waniwatining Astuti, M.T.I.

DIKTAT ALJABAR LINIER DAN MATRIKS VEKTOR. Penyusun Ir. S. Waniwatining Astuti, M.T.I. DIKTAT ALJABAR LINIER DAN MATRIKS VEKTOR Penyusun Ir. S. Waniwatining Astuti, M.T.I. SEKOLAH TINGGI MANAJEMEN INFORMATIKA DAN KOMPUTER GLOBAL INFORMATIKA MDP 24 KATA PENGANTAR Pertama-tama penulis mengucapkan

Lebih terperinci

Program Studi Pendidikan Matematika STKIP PGRI SUMBAR

Program Studi Pendidikan Matematika STKIP PGRI SUMBAR VEKTOR DAN SKALAR Materi pokok pertemuan ke I: 1. Vektor dan skalar 2. Komponen vektor 3. Operasi dasar aljabar vektor URAIAN MATERI Masih ingatkah Anda tentang vektor? Apa beda vektor dengan skalar? Ya,

Lebih terperinci

Aljabar Linier & Matriks

Aljabar Linier & Matriks Aljabar Linier & Matriks 1 Vektor Orthogonal Vektor-vektor yang saling tegak lurus juga sering disebut vektor orthogonal. Dua vektor disebut saling tegak lurus jika dan hanya jika hasil perkalian titik-nya

Lebih terperinci

BAB II DASAR DASAR TEORI

BAB II DASAR DASAR TEORI BAB II DASA DASA TEOI.. uang ruang Vektor.. uang Vektor Umum Defenisi dan sifat sifat sederhana Defenisi : Misalkan V adalah sebarang himpunan benda yang didefenisikan dua operasi, yakni penambahan perkalian

Lebih terperinci

SILABUS. Mengenal matriks persegi. Melakukan operasi aljabar atas dua matriks. Mengenal invers matriks persegi.

SILABUS. Mengenal matriks persegi. Melakukan operasi aljabar atas dua matriks. Mengenal invers matriks persegi. SILABUS Nama Sekolah Mata Pelajaran Kelas / Program Semester : SMA NEGERI 2 LAHAT : MATEMATIKA : XII / IPA : GANJIL STANDAR KOMPETENSI: 3. Menggunakan konsep matriks, vektor, dan transformasi dalam pemecahan

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. nyata (fenomena-fenomena alam) ke dalam bagian-bagian matematika yang. disebut dunia matematika (mathematical world).

II. TINJAUAN PUSTAKA. nyata (fenomena-fenomena alam) ke dalam bagian-bagian matematika yang. disebut dunia matematika (mathematical world). 5 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pemodelan Matematika Definisi pemodelan matematika : Pemodelan matematika adalah suatu deskripsi dari beberapa perilaku dunia nyata (fenomena-fenomena alam) ke dalam bagian-bagian

Lebih terperinci

Operasi Eliminasi Gauss. Eliminasi Gauss adalah suatu cara mengoperasikan nilai-nilai di dalam

Operasi Eliminasi Gauss. Eliminasi Gauss adalah suatu cara mengoperasikan nilai-nilai di dalam Operasi Eliminasi Gauss Eliminasi Gauss adalah suatu cara mengoperasikan nilai-nilai di dalam matriks sehingga menjadi matriks yang lebih sederhana (ditemukan oleh Carl Friedrich Gauss). Caranya adalah

Lebih terperinci

STANDAR KOMPETENSI. 5. Menggunakan konsep matriks, vektor, dan transformasi dalam pemecahan masalah KOMPETENSI DASAR

STANDAR KOMPETENSI. 5. Menggunakan konsep matriks, vektor, dan transformasi dalam pemecahan masalah KOMPETENSI DASAR STANDAR KOMPETENSI 5. Menggunakan konsep matriks, vektor, dan transformasi dalam pemecahan masalah KOMPETENSI DASAR 5.1 Menggunakan sifat-sifat dan operasi matriks untuk menunjukkan bahwa suatu matriks

Lebih terperinci

Yang dibahas : Ortogonal Basis ortogonal Ortonormal Matrik ortogonal Komplemen ortogonal Proyeksi ortogonal Faktorisasi QR

Yang dibahas : Ortogonal Basis ortogonal Ortonormal Matrik ortogonal Komplemen ortogonal Proyeksi ortogonal Faktorisasi QR Ortogonal Yang dibahas : Ortogonal Basis ortogonal Ortonormal Matrik ortogonal Komplemen ortogonal Proyeksi ortogonal Faktorisasi QR Ortogonal Himpunan vektor {v, v,.., v k } dalam R n disebut himpunan

Lebih terperinci