BAB 2 LANDASAN TEORI

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB 2 LANDASAN TEORI"

Transkripsi

1 BAB 2 LANDASAN TEORI Dalam bab ini akan diberikan beberapa materi yang akan diperlukan di dalam pembahasan, seperti: matriks secara umum; matriks yang dipartisi; matriks tereduksi dan taktereduksi; matriks primitif; nilai eigen, vektor eigen, dan diagonalisasi matriks; teorema Perron-Frobenius; serta model populasi Leslie. 2.1 Matriks Matriks adalah susunan bilangan atau fungsi yang diletakkan atas baris dan kolom serta diapit oleh dua kurung siku. Bilangan atau fungsi tersebut disebut entri atau elemen matriks. Lambang matriks dilambangkan dengan huruf besar, sedangkan entri (elemen) dilambangkan dengan huruf kecil. Definisi 2.1. Sebuah matriks adalah susunan segi empat siku-siku dari bilangan-bilangan. Bilangan-bilangan dalam susunan tersebut dinamakan entri dalam matriks. (Anton, 24) Dalam matriks dikenal ukuran matriks yang disebut ordo, yaitu banyak baris banyak kolom (tanda bukan menyatakan perkalian, tetapi hanya sebagai tanda pemisah). Secara umum sebuah matriks dapat ditulis: a 11 a 21 A = [ a m1 a 12 a 22 a m2 a 1n a 2n ] atau a mn 4

2 5 penulisan yang lebih singkat A = [a ij ] dengan i = 1, 2,, n dan j = 1, 2,, m. Indeks pertama (i) menyatakan baris ke-i dan indeks kedua (j) menyatakan kolom ke-j. Dua matriks disebut sama, jika ordonya sama dan entri yang seletak bernilai sama, matriks A dan B sama dapat ditulis A = B. Definisi 2.2. Misalkan V adalah suatu himpunan tak kosong dari objek-objek sebarang, dengan dua operasinya didefinisikan, yaitu penjumlahan dan perkalian dengan skalar (bilangan). Operasi penjumlahan dapat diartikan sebagai suatu aturan yang mengasosiasikan setiap pasang objek u dan v pada V dengan suatu objek u + v, yaitu disebut jumlah dari u dan v. Operasi perkalian skalar, dapat diartikan sebagai suatu aturan yang mengasosiasikan setiap skalar k dan setiap objek u pada V dengan suatu objek ku, yang disebut kelipatan skalar dari u oleh k. Jika aksioma-aksioma berikut dipenuhi oleh semua objek u, v, w pada V dan semua skalar k dan l, maka kita menyebut V sebagai ruang vektor dan objek-objek pada Vdisebut sebagai vektor. (Anton, 24) Definisi tersebut terdiri dari 1 aksioma. (1) Jika u dan v adalah objek-objek pada V, maka u + v berada pada V. (2) u + v = v + u (3) u + (v + w) = (u + v) + w (4) Di dalam V terdapat suatu objek, yang disebut vektor nol untuk V, sedemikian rupa sehingga + u = u + = u untuk semua u pada V.

3 6 (5) Untuk setiap u pada V, terdapat suatu objek u pada V, yang disebut sebagai negatif dari u, sedemikian rupa sehingga u + ( u) = ( u) + u = (6) Jika k adalah skalar sebarang dan u adalah objek sebarang pada V, maka ku terdapat pada V. (7) k(u + v) = ku + kv (8) (k + I)u = ku + lu (9) k(lu) = (kl)(u) (1) lu = u Skalar dapat berupa bilangan real atau bilangan kompleks, tergantung pada aplikasinya. Ruang vektor dengan skalar-skalarnya adalah bilangan kompleks disebut ruang vektor kompleks, dan ruang vektor dengan skalar-skalarnya merupakan bilangan real disebut ruang vektor real. Definisi dari suatu ruang vektor tidak menyebutkan sifat dari vektor maupun operasinya. Objek apa saja dapat menjadi suatu vektor dan operasi penjumlahan dan perkalian skalar kemungkinan tidak memiliki hubungan atau kemiripan apapun dengan operasi-operasi vektor standar pada R n. Satu-satunya syarat adalah terpenuhinya kesepuluh aksioma ruang vektor. Definisi 2.3. Subhimpunan W dari sebuah ruang vektor V dinamakan subruang V jika W itu sendiri adalah ruang vektor di bawah penambahan dan perkalian skalar yang didefinisikan pada V. (Anton, 24) Umumnya, dibuktikan kesepuluh aksioma ruang vektor untuk memperlihatkan bahwa himpunan W dengan penambahan dan perkalian skalar

4 7 membentuk sebuah vektor. Akan tetapi, jika W adalah bagian dari himpunan V yang lebih besar, yang dikenal sebagai ruang vektor, aksioma-aksioma tertentu tidak perlu dibuktikan untuk W karena aksioma-aksioma tersebut diwarisi dari V. Misalnya, tidak perlu untuk memeriksa bahwa u + v = v + u (Aksioma 2) untuk W karena ini berlaku untuk semua vektor pada V dan sebagai konsekuensinya akan berlaku juga untuk semua vektor pada W. Aksioma-aksioma lain yang diwarisi oleh W dan V adalah aksioma 3, 7, 8, 9, dan 1. Jadi, untuk memperlihatkan bahwa himpunan W adalah subruang dari ruang vektor V, hanya perlu dibuktikan Aksioma 1, 4, 5, dan 6. Definisi 2.4. Jika S = {v 1, v 2,, v n } adalah himpunan vektor, maka persamaan vektor k 1 v 1 + k 2 v k n v n = Mempunyai paling sedikit satu pemecahan, yakni k 1 =, k 2 =, k n = (Anton, 24) Jika ini adalah satu-satunya pemecahan, maka S dinamakan himpunan bebas linear. Jika ada pemecahan lain, maka S dinamakan himpunan tak-bebas linear Matriks yang Dipartisi Jika A = [a ij ] adalah matriks m n dan kemudian mencoret beberapa baris atau kolom, diperoleh submatriks dari A.

5 8 Misalkan: 1 A = [ ]. 3 Jika menghilangkan baris kedua dan kolom ketiga, diperoleh submatriks [ ]. Matriks dapat dibagi menjadi submatriks dengan menggambar garis horizontal antara baris dan garis vertikal antara kolom. Partisi dapat dilakukan dalam berbagai cara. Misalkan: dipartisi menjadi a 11 a 21 a 12 a 22 a 13 a 14 a 23 a 24 a 15 a 25 A = a 31 a 32 a 33 a 34 a 35 [ a 41 a 42 a 43 a 44 a 45 ] Dapat ditulis juga menjadi (Kollman dan Hill, 2) A = [ A 11 A 12 A 21 A 22 ]. a 11 a 21 a 12 a 13 a 22 a 23 a 14 a 15 a 24 a 25 A = a 31 [ a 41 a 32 a 33 a 42 a 43 a 34 a 35 a 44 a 45 ] = [ A 11 A 12 A 13 A 21 A 22 A 23 ].

6 Matriks Tereduksi dan Tak Tereduksi Definisi 2.5. Matriks A berukuran n n dikatakan tereduksi jika memenuhi: (a) n = 1 dan A = ; atau (b) n 2, terdapat matriks permutasi K M n, dan terdapat beberapa bilangan bulat r dengan 1 r n 1, sehingga K T AK = [ B C D ] dimana B M r, D M n r, C M r,n r, dan M n r, r matriks nol. (Horn dan Johnson, 1985) Suatu matriks dikatakan tak tereduksi jika matriks tersebut tidak tereduksi. Teorema 2.1. Misalkan matriks A berukuran n x n dan A. Maka A taktereduksi jika dan hanya jika (I + A) n 1 >. Bukti Teorema (2.1) dapat dilihat di (Horn dan Johnson, 1985) 2.2 Nilai Eigen dan Vektor Eigen Nilai Eigen (λ) adalah nilai karakteristik dari suatu matriks berukuran n n. Definisi 2.6. Jika A adalah sebuah matriks n n, maka sebuah vektor taknol x pada R n disebut vektor eigen dari A jika Ax adalah sebuah kelipatan skalar dari x; jelasnya, Ax = λx

7 1 Untuk skalar sebarang λ. Skalar λ disebut nilai eigen dari A, dan x disebut sebagai vektor eigen dari A yang terkait dengan λ. (Anton, 24) Nilai eigen dan vektor eigen mempunyai tafsiran geometrik yang bermanfaat dalam R 2 dan R 3. Jika λ adalah nilai eigen dari A yang bersesuaian dengan x, maka Ax = λx, sehingga perkalian oleh A akan memperbesar x, atau membalik arah x yang bergantung pada nilai λ (Gambar 1). (a) Dilatasi (Pembesaran) λ > 1. (b) Kontraksi < λ < 1. (c) Pembalikan arah λ <. Untuk mencari nilai eigen matriks A yang berukuran n x n maka dapat dituliskan kembali Ax = λx sebagai Ax = λx λx Ax = atau secara ekivalen (λi A)x = (2.2.1) Agar λ menjadi nilai eigen, maka harus ada pemecahan taknol dari persamaan ini. Persamaan (2.2.1) akan mempunyai pemecahan taknol jika dan hanya jika det(λi A) = (2.2.2)

8 11 Persamaan (2.2.2) dinamakan persamaan karakteristik A karena skalar nilai λ yang memenuhi persamaan ini adalah nilai eigen dari A. Bila diperluas maka determinan det (λi A) adalah polinom λ yang kita namakan polinom karakteristik dari A. Jika A adalah matriks n n, maka polinom karakteristik A = dan koefisien λ n adalah 1. Jadi, polinom karakteristik dari matriks n x n mempunyai bentuk det (λi A) = λ n + c 1 λ n c n. Untuk mencari vektor eigen A yang bersesuaian dengan nilai eigen λ adalah vektor taknol x yang memenuhi Ax = λx. Secara ekivalen, vektor eigen yang bersesuaian dengan λ adalah vektor taknol dalam ruang pemecahan dari (λi A)x =. Ruang pemecahan ini dinamakan sebagai ruang eigen dari A yang bersesuaian dengan λ. Definisi 2.7 (Nilai Eigen Dominan). Sebuah nilai eigen dari sebuah matriks A dinamakan nilai eigen dominan A jika nilai mutlaknya lebih besar dari nilainilai mutlak dari nilai-nilai eigen yang lainnya. (Anton, 24) Jika matriks A berukuran n n yang mempunyai nilai-nilai eigen yang berbeda didefinisikan nilai modulusnya dan dipilih yang terbesar, maka nilai eigen modulus yang terbesar disebut sebagai radius spektral dari A dan dinotasikan dengan ρ(a). Atau ditulis ρ(a) = max λεσ(a) { λ } Definisi 2.8 (Matriks Primitif). Matriks A taknegatif berukuran n n dikatakan primitif jika matriks tersebut taktereduksi dan hanya mempunyai satu nilai eigen modulus maksimum. (Horn dan Johnson, 1985)

9 12 Teorema 2.2. Jika matriks A berukuran n n adalah taknegatif, maka matriks A adalah primitif jika dan hanya jika A n2 2n+2 >. Bukti Teorema (2.3) dapat dilihat di (Horn dan Johnson, 1985) 2.3 Diagonalisasi Matriks Diagonalisasi matriks adalah mengenai penentuan matriks yang dapat dibalik sedemikian sehingga dapat membentuk matriks pendiagonal. Definisi 2.9. Sebuah matriks persegi A dikatakan dapat didiagonalisasi jika terdapat sebuah matriks P yang dapat dibalik sedemikian rupa sehingga P 1 AP adalah sebuah matriks diagonal maka matriks P dikatakan mendiagonalisasi A. (Anton, 24) Teorema 2.3. Jika A adalah sebuah matriks n n mempunyai n nilai eigen yang berbeda, maka kedua pernyataan berikut ini adalah ekuivalen. (a) A dapat didiagonalisasi. (b) A memiliki n vektor eigen yang bebas linier. Bukti (a) (b). Karena A diasumsikan dapat didiagonalisasi, maka terdapat sebuah matriks yang dapat dibalik P = [ p 11 p 21 p 12 p 22 p n1 p n2 p 1n p 2n ] p nn Sedemikian rupa sehingga P 1 AP adalah diagonal, katakanlah P 1 AP = D, dengan

10 13 λ 1 D = [ λ 2 ] λ n Berdasarkan rumus P 1 AP = D maka PP 1 AP = PD AP = PD sehingga. AP = [ p 11 p 21 p 12 p 22 p n1 p n2 p 1n p 2n ] [ p nn λ 1 λ 2 ] λ n λ 1 p 11 λ 2 p 12 λ n p 1n λ = [ 1 p 21 λ 2 p 22 λ n p 2n ] (2.2.3) λ 1 p n1 λ 2 p n2 λ n p nn Misalkan bahwa p 1, p 2,, p n dinotasikan sebagai vektor-vektor kolom dari matriks P, maka dari persamaan (2.2.3) urutan kolom-kolom AP adalah λ 1 p 1, λ 2 p 2,, λ n p n. Akan tetapi, dengan melakukan perkalian matriks dengan kolom dan dengan baris maka urutan kolom-kolom AP adalah Ap 1, Ap 2,, Ap n sehingga dapat diperoleh Ap 1 = λ 1 p 1, Ap 2 = λ 2 p 2,, Ap n = λ n p n (2.2.4) Karena P dapat dibalik, vektor-vektor kolomnya semua taknol sehingga berdasarkan persamaan (2.2.4), λ 1, λ 2,, λ n adalah nilai-nilai eigen dari A, dan p 1, p 2,, p n adalah vektor-vektor eigen yang bersesuaian dengan λ 1, λ 2,, λ n. Karena P dapat dibalik, maka p 1, p 2,, p n bebas linear. Dengan demikian, A memiliki n vektor eigen yang bebas linear.

11 14 (b) (a). Asumsikan bahwa A memiliki n vektor eigen p 1, p 2,, p n yang bebas linear, dengan nilai-nilai eigen λ 1, λ 2,, λ n yang terkait, dan misalkan P = [ p 11 p 21 p n1 p 12 p 22 p n2 p 1n p 2n p nn ] adalah sebuah matriks yang vektor-vektor kolomnya p 1, p 2,, p n. Vektor-vektor kolom dari matriks hasilkali AP adalah Namun Ap 1, Ap 2,, Ap n Sehingga Ap 1 = λ 1 p 1, Ap 2 = λ 2 p 2, Ap n = λ 2 p n λ 1 p 11 λ 2 p 12 λ n p 1n λ AP = [ 1 p 21 λ 2 p 22 λ n p 2n ] λ 1 p n1 λ 2 p n2 λ n p nn = [ p 11 p 21 p 12 p 22 p n1 p n2 p 1n p 2n ] [ p nn λ 1 λ 2 ] = PD (2.2.5) λ n D adalah matriks diagonal yang memiliki nilai-nilai eigen λ 1, λ 2,, λ n sebagai entri-entri diagonal utamanya. Karena vektor-vektor kolom matriks P bebas linear, P dapat dibalik sehingga, persamaan (2.2.5) dapat ditulis kembali sebagai P 1 AP = D. Jadi, A dapat didiagonalisasi. Berdasarkan bukti tersebut maka didapatkan prosedur untuk mendiagonalisasi matriks A yang berukuran n n dapat didiagonalisasi. Langkah 1. Carilah vektor-vektor eigen dari A yang bebas linier sebanyak n, yaitu p 1, p 2,, p n.

12 15 Langkah 2. Bentuklah matriks P yang mempunyai p 1, p 2,, p n sebagai vektorvektor kolomnya. Langkah 3. Matriks P 1 AP akan diagonal dengan λ 1, λ 2,, λ n sebagai entri-entri diagonalnya yang berurutan, dengan λ i adalah nilai eigen yang bersesuaian dengan p i, i = 1,2,, n. 2.4 Teorema Perron-Frobenius Teori Perron Frobenius, yaitu teori hasil kontribusi dari seorang matematikawan asal German, Oskar Perron dan Ferdinand Georg Frobenius. Teori ini pada dasarnya membahas sifat-sifat dari matriks positif dan negatif berdasarkan sifat spektralnya. Akibat 2.1. Misalkan matriks A berukuran n n dan n j=1 a ij > untuk semua i = 1, 2,, n maka ρ(a)>. Khususnya, ρ(a) > jika A > atau jika A taktereduksi dan nonnegatif. Teorema 2.4. Misalkan matriks A dan B berukuran n n. Jika A B, maka ρ( A ) ρ(b). Bukti. Untuk setiap m = 1, 2, didapatkan A m A m B m dengan A m A m dan jika A B, maka A m B m. Demikian jika A B, maka A 2 B 2 dan A 2 = A 2 didaptkan A m 2 A m 2 B m 2 dan A m 2 1/m A m 2 1/m B m 2 1/m untuk setiap m = 1, 2,. Jika dimisalkan m dapat disimpulkan bahwa ρ(a) ρ( A ) ρ(b).

13 16 Teorema 2.5. Jika matriks A berukuran n n dan A, maka ρ(a) adalah nilai-nilai eigen dari A dan terdapat vektor nonegatif x, x, sehingga Ax = ρ(a)x. Bukti. Untuk setiap ε >, menjelaskan A(ε) [a ij + ε] >. Dinotasikan dengan x(ε) vektor dari A(ε). Jadi x(ε) > dan x(ε) i = 1. Karena aturan dari vektor {x(ε): ε > } yang terkandung dalam aturan yang telah ditentukan x: x C n, x 1 1}, terdapat rangkaian monoton turun ε 1, ε 2, dengan lim k ε k = sedemikian sehingga lim k x(ε k ) x ada. Karena x(ε k ) > untuk semua k = n i=1 1, 2,, bahwa x = lim k x(ε k ) ; x = tidak mungkin karena n x 1 = lim x (ε k ) i 1 k i=1 n i=1 Dari Teorema (2.4), ρ(a(ε k )) ρ(a(ε k+1 )) ρ(a) untuk k = 1, 2,, jadi urutan bilangan real { ρ(a(ε k ))} k=1,2, adalah monoton turun. Demikian, ρ lim ρ(a(ε k )) ada dan ρ ρ(a). Tetapi kenyataannya bahwa k A x = lim k A(ε k ) x(ε k ) = lim k (A(ε k ))x(ε k ) = lim k ρ(a(ε k )) lim k x(ε k ) = ρx dan faktanya bahwa x, dapat disimpulkan bahwa ρ adalah nilai eigen dari A. Tetapi ρ ρ(a), jadi ρ = ρ(a). Lemma 2.1. Misalkan matriks A berukuran n n dan misalkan λ 1, λ 2,, λ n nilai eigen dari A. Kemudian λ 1 + 1, λ 2 + 1,, λ n + 1 adalah nilai eigen dari I + A dan ρ(i + A) 1 + ρ(a). Jika A >, maka ρ(i + A) = 1 + ρ(a).

14 17 Bukti. Jika λ σ(a) adalah sebarang k, maka λ adalah akar karakteristik p A (t) = det(ti A) = dari sebarang k. Tetapi λ + 1 adalah akar dari p A+1 (s) = det[si (A + I)] = dari sebarang k karena det(ti A) = det[(t + 1)I (A + I)]. Jadi λ 1 + 1, λ 2 + 1,, λ n + 1 adalah nilai eigen dari A + I. Oleh karena itu, ρ(i + A) = max λ i + 1 max λ i + 1 = 1 + ρ(a). Dari Teorema 2.3, i n 1 i n ρ(a) adalah nilai eigen dari I + A dimana A, jadi dalam kasus ini ρ(i + A) = 1 + ρ(a). Lemma 2.2. Jika matriks A berukuran n n, dimana A dan A k > untuk setiap k 1 maka ρ(a) adalah persamaan aljabar nilai eigen sederhana dari A. Bukti. Jika λ 1, λ 2,, λ n adalah nilai eigen dari A, maka λ 1 k, λ 2 k,, λ n k adalah nilai eigen dari A k. Menurut Teorema (2.5) diketahui bahwa ρ(a) adalah nilai eigen dari A, jadi jika ρ(a) adalah perkalian nilai eigen dari A, maka ρ(a) k = ρ(a k ) akan menjadi perkalian nilai eigen dari A k. Tetapi ini tidak mungkin karena ρ(a k ) nilai eigen dari A k. Teorema 2.6 (Perron-Frobenius). Misalkan matriks A berukuran n n dan jika A taktereduksi dan nonnegatif, maka (a) ρ(a) > ; (b) (c) ρ(a) adalah nilai eigen dari A; terdapat vektor positif x sehingga Ax = ρ(a)x; dan (d) ρ(a) adalah nilai eigen dari A yang multiplisitas dan aljabar geometrinya 1. (e) λ k < ρ(a) dimana λ k adalah nilai-nilai eigen dari matriks Leslie yang lain.

15 18 Bukti. Akibat (2.1) menunjukkan bahwa (a) mengikuti kondisi yang lebih kecil dari taktereduksi. Pernyataan (b) untuk semua matriks nonnegatif A dari Teorema (2.5), yang mana juga dijamin bahwa terdapat vektor nonnegatif x sehingga Ax = ρ(a)x. Tetapi kemudian (I + A) n 1 x = [I + ρ(a)] n 1 x, dan karena matriks (I + A) n 1 positif berdasarkanteorema (2.1) dapat dilihat bahwa vektor (I + A) n 1 x harus positif. Demikian, x = [1 + ρ(a)] 1 n (I + A) n 1 x >. Untuk membuktikan (d) dapat dilihat dari Lemma (2.1) untuk menunjukkan bahwa jika ρ(a) adalah nilai eigen dari A, kemudian 1 + ρ(a) = ρ(i + A) adalah perkalian nilai eigen dari I + A. Tetapi I + A dan (I + A) n 1 > dari Teorema (2.1), jadi 1 + ρ(a) nilai eigen sederhana dari I + A mengikuti Lemma (2.2). Pada matriks primitif, teorema Perron Frobenius berlaku karena matriks primitif tersebut merupakan matriks taktereduksi dan taknegatif. Namun, matriks primitif memiliki satu sifat tambahan yaitu, radius spektralnya (ρ(a)) juga merupakan nilai eigen dominan. (Horn dan Johnson, 1985) 2.5 Model Populasi Leslie Salah satu model pertumbuhan populasi yang digunakan adalah model Leslie. Model ini menggunakan suatu matriks yang disebut matriks Leslie. Populasi yang digunakan pada perhitungan dengan matriks Leslie adalah populasi betina dari populasi yang diamati. Matriks Leslie ini menggambarkan proyeksi suatu populasi

16 19 yang dibangun dari hasil pengamatan tingkat kesuburan betina dan tingkat ketahan hidup dari suatu jenis populasi pada daerah tertentu. Dalam matriks Leslie ini faktor perubahan jumlah suatu populasi yang digunakan adalah faktor internal dari populasi, yaitu kelahiran, kematian, dan ketahanan hidup. Matriks Leslie memiliki bentuk yang unik yaitu matriks Leslie berbentuk matriks persegi dengan entri baris pertama dari matriks Leslie terdiri dari tingkat kesuburan betina, sub diagonalnya berisi tingkat ketahanan hidup betina dan entri yang lain bernilai nol. Misalkan umur maksimum hidup dari betina pada suatu populasi adalah T tahun, dan populasi dibagi menjadi i kelas umur, maka masing-masing kelas umur memiliki rentang umur T/i tahun. (Pratama, 213) Seperti yang terlihat pada Tabel 1. Menunjukkan penentuan kelas umur dalam model populasi Leslie. Tabel 1. Penentuan Kelas Umur Kelas umur Rentang umur 1 t < T i 2 3 i 1 i T i t < 2T i 2T i (i 2)T i (i 1)T i t < 3T i t < (i 1)T i t < T

17 2 Misalkan diketahui jumlah populasi betina pada masing-masing dari i kelas tersebut pada saat t =, dan n i () adalah jumlah betina di kelas umur ke-i, maka jumlah keseluruhan populasi betina adalah N() = n 1 () + n 2 () + n 3 () + + n i (). Dengan n bilangan-bilangan ini dapat dibentuk sebuah vektor kolom n 1 () n 2 () N() = n 3 () [ n i ()] Vektor N() dinamakan vektor distribusi umur awal. Prediksi jumlah populasi tahun berikutnya dipengaruhi oleh batas hidup dari suatu betina, tingkat kesuburan betina, dan tingkat ketahanan hidup betina. Dimisalkan a k sebagai tingkat kesuburan betina yaitu rata-rata jumlah anak betina yang lahir dari tiap betina yang ada dalam kelas umur ke-k saat waktu ke-t. Dimisalkan b k sebagai tingkat ketahanan hidup betina yaitu peluang betina yang dapat bertahan hidup dari kelas umur ke k sampai k + 1 saat waktu ke t. a k, untuk k = 1,2,, i < b k 1, untuk k = 1,2,, i 1 Berdasarkan batasan-batasan diatas maka paling sedikit satu kelas umur dari a k >, karena jika a k = untuk setiap k, maka pada kelas tersebut tidak ada kelahiran yang terjadi. Kelas umur yang memiliki nilai a k >, disebut kelas usia subur. Kemudian untuk b k menunjukkan peluang betina yang bertahan hidup pada kelas umur berikutnya, sehingga untuk b k = 1 untuk setiap k, maka tidak ada kematian yang terjadi pada kelas tersebut.

18 21 Berikutnya untuk waktu t = 1 dan n k (t = 1) adalah jumlah betina di kelas umur ke-i, maka jumlah keseluruhan populasi betina pada waktu t = 1 adalah N(1) = n 1 (1) + n 2 (1) + n 3 (1) + + n i (1). Vektor distribusi umur N saat waktu t = 1 dapat ditulis n 1 (1) n 2 (1) N(1) = n 3 (1) [ n i (1)] Jumlah betina pada kelas umur ke-1 adalah banyaknya betina yang lahir antara waktu t = dan t = 1 sehingga populasi pada kelas umur ke-1 adalah N 1 (1) = a 1 n 1 (t) + a 2 n 2 (t) + + a i n i (t). Populasi betina pada kelas umur ke-k + 1 saat t = 1 adalah jumlah betina yang berada pada kelas umur ke-k pada saat t yang dapat bertahan hidup saat t = 1 dengan kata lain n k+1 (1) = b k n k (). Jadi dapat dituliskan dalam bentuk matriks sebagai berikut, n 1 (1) a 1 n 2 (1) b 1 n 3 (1) = [ n i (1)] [ a 2 b 2 a i 1 b i 1 a i ] [ n 1 () n 2 () n 3 () n i ()] Jadi, model pertumbuhan populasi dapat dituliskan sebagai berikut: N(1) = LN() (2.2.7)

19 22 dengan L = a 1 b 1 [ a 2 b 2 a i 1 b i 1 Matriks L yang demikian dinamakan Matriks Leslie. Model pertumbuhan populasi pada Persamaan (2.2.7) digunakan untuk memprediksi jumlah populasi 1 tahun berikutnya. Untuk mengetahui prediksi jumlah pertumbuhan populasi hingga t tahun berikutnya dilakukan beberapa pengembangan. Dari Persamaan (2.2.7) diperoleh N(1) = LN() a i ] N(2) = LN(1) = LLN() = L 2 N() N(3) = LN(2) = LL 2 N() = L 3 N() N(t) = LN(t 1) = LL t 1 N() = L t N() Sehingga untuk t tahun berikutnya, model pertumbuhan populasi menjadi N(t) = L t N() (2.2.8)

NILAI EIGEN DAN VEKTOR EIGEN disebut vektor eigen dari matriks A =

NILAI EIGEN DAN VEKTOR EIGEN disebut vektor eigen dari matriks A = NILAI EIGEN DAN VEKTOR EIGEN >> DEFINISI NILAI EIGEN DAN VEKTOR EIGEN Jika A adalah sebuah matriks n n, maka sebuah vektor taknol x pada R n disebut vektor eigen (vektor karakteristik) dari A jika Ax adalah

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 5 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A Matriks 1 Pengertian Matriks Definisi 21 Matriks adalah kumpulan bilangan bilangan yang disusun secara khusus dalam bentuk baris kolom sehingga membentuk empat persegi panjang

Lebih terperinci

BAB II MATRIKS POSITIF. Pada bab ini akan dibahas mengenai Teorema Perron, yaitu teori hasil kontribusi

BAB II MATRIKS POSITIF. Pada bab ini akan dibahas mengenai Teorema Perron, yaitu teori hasil kontribusi BAB II MATRIKS POSITIF Pada bab ini akan dibahas mengenai Teorema Perron, yaitu teori hasil kontribusi dari seorang matematikawan German, Oskar Perron. Perron menerbitkan tulisannya tentang sifat-sifat

Lebih terperinci

METODE PANGKAT DAN METODE DEFLASI DALAM MENENTUKAN NILAI EIGEN DAN VEKTOR EIGEN DARI MATRIKS

METODE PANGKAT DAN METODE DEFLASI DALAM MENENTUKAN NILAI EIGEN DAN VEKTOR EIGEN DARI MATRIKS METODE PANGKAT DAN METODE DEFLASI DALAM MENENTUKAN NILAI EIGEN DAN VEKTOR EIGEN DARI MATRIKS Arif Prodi Matematika, FST- UINAM Wahyuni Prodi Matematika, FST-UINAM Try Azisah Prodi Matematika, FST-UINAM

Lebih terperinci

uiopasdfghjklzxcvbnmqwertyuiopasd fghjklzxcvbnmqwertyuiopasdfghjklzx wertyuiopasdfghjklzxcvbnmqwertyui opasdfghjklzxcvbnmqwertyuiopasdfg

uiopasdfghjklzxcvbnmqwertyuiopasd fghjklzxcvbnmqwertyuiopasdfghjklzx wertyuiopasdfghjklzxcvbnmqwertyui opasdfghjklzxcvbnmqwertyuiopasdfg uiopasdfghjklzxcvbnmqwertyuiopasd Qwertyuiopasdfghjklzxcvbnmqwerty cvbnmqwertyuiopasdfghjklzxcvbnmq fghjklzxcvbnmqwertyuiopasdfghjklzx wertyuiopasdfghjklzxcvbnmqwertyui opasdfghjklzxcvbnmqwertyuiopasdfg

Lebih terperinci

7. NILAI-NILAI VEKTOR EIGEN. Nilai Eigen dan Vektor Eigen Diagonalisasi Diagonalisasi Ortogonal

7. NILAI-NILAI VEKTOR EIGEN. Nilai Eigen dan Vektor Eigen Diagonalisasi Diagonalisasi Ortogonal 7. NILAI-NILAI VEKTOR EIGEN Nilai Eigen dan Vektor Eigen Diagonalisasi Diagonalisasi Ortogonal Nilai Eigen, Vektor Eigen Diketahui A matriks nxn dan x adalah suatu vektor pada R n, maka biasanya tdk ada

Lebih terperinci

BAB III MATRIKS HERMITIAN. dan konsep-konsep lainnya yang berkaitan dengan matriks Hermitian. Matriks

BAB III MATRIKS HERMITIAN. dan konsep-konsep lainnya yang berkaitan dengan matriks Hermitian. Matriks BAB III MATRIKS HERMITIAN Pada bab ini, akan dibahas beberapa konsep penting dari matriks Hermitian dan konsep-konsep lainnya yang berkaitan dengan matriks Hermitian. Matriks Hermitian merupakan kelas

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI A. Matriks 1. Pengertian Matriks Definisi II. A. 1 Matriks didefinisikan sebagai susunan segi empat siku- siku dari bilangan- bilangan yang diatur dalam baris dan kolom (Anton, 1987:22).

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI A. Matriks 1. Pengertian Matriks Definisi II.A.1 Matriks didefinisikan sebagai susunan persegi panjang dari bilangan-bilangan yang diatur dalam baris dan kolom. Contoh II.A.1: 9 5

Lebih terperinci

ALJABAR LINIER MAYDA WARUNI K, ST, MT ALJABAR LINIER (I)

ALJABAR LINIER MAYDA WARUNI K, ST, MT ALJABAR LINIER (I) ALJABAR LINIER MAYDA WARUNI K, ST, MT ALJABAR LINIER (I) 1 MATERI ALJABAR LINIER VEKTOR DALAM R1, R2 DAN R3 ALJABAR VEKTOR SISTEM PERSAMAAN LINIER MATRIKS, DETERMINAN DAN ALJABAR MATRIKS, INVERS MATRIKS

Lebih terperinci

APLIKASI MATRIKS LESLIE UNTUK MEMPREDIKSI JUMLAH DAN LAJU PERTUMBUHAN SUATU POPULASI

APLIKASI MATRIKS LESLIE UNTUK MEMPREDIKSI JUMLAH DAN LAJU PERTUMBUHAN SUATU POPULASI Buletin Ilmiah Math Stat Dan Terapannya (Bimaster) Volume 02, No 3 (2013), hal 163-172 APLIKASI MATRIKS LESLIE UNTUK MEMPREDIKSI JUMLAH DAN LAJU PERTUMBUHAN SUATU POPULASI Yudha Pratama, Bayu Prihandono,

Lebih terperinci

Aljabar Linear Elementer

Aljabar Linear Elementer BAB I RUANG VEKTOR Pada kuliah Aljabar Matriks kita telah mendiskusikan struktur ruang R 2 dan R 3 beserta semua konsep yang terkait. Pada bab ini kita akan membicarakan struktur yang merupakan bentuk

Lebih terperinci

Aljabar Linier Elementer. Kuliah 1 dan 2

Aljabar Linier Elementer. Kuliah 1 dan 2 Aljabar Linier Elementer Kuliah 1 dan 2 1.3 Matriks dan Operasi-operasi pada Matriks Definisi: Matriks adalah susunan bilangan dalam empat persegi panjang. Bilangan-bilangan dalam susunan tersebut disebut

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. operasi matriks, determinan dan invers matriks), aljabar max-plus, matriks atas

BAB II KAJIAN PUSTAKA. operasi matriks, determinan dan invers matriks), aljabar max-plus, matriks atas BAB II KAJIAN PUSTAKA Pada bab ini akan diuraikan mengenai matriks (meliputi definisi matriks, operasi matriks, determinan dan invers matriks), aljabar max-plus, matriks atas aljabar max-plus, dan penyelesaian

Lebih terperinci

MODUL ALJABAR LINEAR 1 Disusun oleh, ASTRI FITRIA NUR ANI

MODUL ALJABAR LINEAR 1 Disusun oleh, ASTRI FITRIA NUR ANI 214 MODUL ALJABAR LINEAR 1 Disusun oleh, ASTRI FITRIA NUR ANI Astri Fitria Nur ani Aljabar Linear 1 1/1/214 1 DAFTAR ISI DAFTAR ISI... i BAB I MATRIKS DAN SISTEM PERSAMAAN A. Pendahuluan... 1 B. Aljabar

Lebih terperinci

Menentukan Nilai Eigen Tak Dominan Suatu Matriks Definit Negatif Menggunakan Metode Kuasa Invers dengan Shift

Menentukan Nilai Eigen Tak Dominan Suatu Matriks Definit Negatif Menggunakan Metode Kuasa Invers dengan Shift Jurnal Penelitian Sains Volume 14 Nomer 1(A) 14103 Menentukan Nilai Eigen Tak Dominan Suatu Matriks Definit Negatif Menggunakan Metode Kuasa Invers dengan Shift Yuli Andriani Jurusan Matematika FMIPA,

Lebih terperinci

Eigen value & Eigen vektor

Eigen value & Eigen vektor Eigen value & Eigen vektor Hubungan antara vektor x (bukan nol) dengan vektor Ax yang berada di R n pada proses transformasi dapat terjadi dua kemungkinan : 1) 2) Tidak mudah untuk dibayangkan hubungan

Lebih terperinci

PENGHITUNGAN VEKTOR-KHARAKTERISTIK SECARA ITERATIF MENGGUNAKAN TITIK TETAP BROUWER

PENGHITUNGAN VEKTOR-KHARAKTERISTIK SECARA ITERATIF MENGGUNAKAN TITIK TETAP BROUWER J. Math. and Its Appl. ISSN: 829-65X Vol. 8, No. 2, November 2, 8 PENGHITUNGAN VEKTOR-KHARAKTERISTIK SECARA ITERATIF MENGGUNAKAN TITIK TETAP BROUWER Subiono Jurusan Matematika FMIPA Institut Teknologi

Lebih terperinci

Yang dipelajari. 1. Masalah Nilai Eigen dan Penyelesaiannya 2. Masalah Pendiagonalan. Referensi : Kolman & Howard Anton. Ilustrasi

Yang dipelajari. 1. Masalah Nilai Eigen dan Penyelesaiannya 2. Masalah Pendiagonalan. Referensi : Kolman & Howard Anton. Ilustrasi 7// NILAI EIGEN dan VEKTOR EIGEN Yang dipelajari.. Masalah Nilai Eigen dan Penyelesaiannya. Masalah Pendiagonalan Referensi : Kolman & Howard Anton. Ilustrasi Misalkan t : R n R n dengan definisi t(x)

Lebih terperinci

Matriks Leslie dan Aplikasinya dalam Memprediksi Jumlah dan Laju pertumbuhan Penduduk di Kota Makassar

Matriks Leslie dan Aplikasinya dalam Memprediksi Jumlah dan Laju pertumbuhan Penduduk di Kota Makassar Matriks Leslie dan Aplikasinya dalam Memprediksi Jumlah dan Laju pertumbuhan Penduduk di Kota Makassar Wahidah Sanusi 1, Sukarna 1 dan Nur Ridiawati 1, a) 1 Jurusan Matematika, Fakultas Matematika dan

Lebih terperinci

DIAGONALISASI MATRIKS ATAS RING KOMUTATIF DENGAN ELEMEN SATUAN INTISARI

DIAGONALISASI MATRIKS ATAS RING KOMUTATIF DENGAN ELEMEN SATUAN INTISARI Buletin Ilmiah Mat. Stat. dan Terapannya (Bimaster) Volume 02, No. 3 (2013), hal. 183-190 DIAGONALISASI MATRIKS ATAS RING KOMUTATIF DENGAN ELEMEN SATUAN Fidiah Kinanti, Nilamsari Kusumastuti, Evi Noviani

Lebih terperinci

BAB 5 RUANG VEKTOR A. PENDAHULUAN

BAB 5 RUANG VEKTOR A. PENDAHULUAN BAB 5 RUANG VEKTOR A. PENDAHULUAN 1. Definisi-1. Suatu ruang vektor adalah suatu himpunan objek yang dapat dijumlahkan satu sama lain dan dikalikan dengan suatu bilangan, yang masing-masing menghasilkan

Lebih terperinci

SUMMARY ALJABAR LINEAR

SUMMARY ALJABAR LINEAR SUMMARY ALJABAR LINEAR SUMANANG MUHTAR GOZALI KBK ANALISIS UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA BANDUNG 2010 2 KATA PENGANTAR Bismillahirrahmanirrahim Segala puji bagi Allah Rabb semesta alam. Shalawat serta

Lebih terperinci

Operasi perkalian skalar merupakan suatu aturan yang mengasosiasikan setiap skalar k dan setiap objek u pada v dengan suatu objek ku, yang disebut

Operasi perkalian skalar merupakan suatu aturan yang mengasosiasikan setiap skalar k dan setiap objek u pada v dengan suatu objek ku, yang disebut RUANG VEKTOR REAL Aksioma ruang vektor, dinyatakan dlam definisi beikut, dimana aksiona merupakan aturan permainan dalam ruang vektor. Definisi : Jika V merupakan suatu himpunan tidak kosong dari objek

Lebih terperinci

BAB V DIAGONALISASI DAN DEKOMPOSISI MATRIKS. Sub bab ini membahas tentang faktorisasi matriks A berorde nxn ke dalam hasil

BAB V DIAGONALISASI DAN DEKOMPOSISI MATRIKS. Sub bab ini membahas tentang faktorisasi matriks A berorde nxn ke dalam hasil BAB V DIAGONALISASI DAN DEKOMPOSISI MATRIKS. Diagonalisasi Sub bab ini membahas tentang faktorisasi matriks A berorde nn ke dalam hasil kali berbentuk PDP, di mana D adalah matriks diagonal. Jika diperoleh

Lebih terperinci

Matriks - 1: Beberapa Definisi Dasar Latihan Aljabar Matriks

Matriks - 1: Beberapa Definisi Dasar Latihan Aljabar Matriks Matriks - 1: Beberapa Definisi Dasar Latihan Aljabar Matriks Kuliah Aljabar Linier Semester Ganjil 2015-2016 MZI Fakultas Informatika Telkom University FIF Tel-U Agustus 2015 MZI (FIF Tel-U) Matriks -

Lebih terperinci

MATRIKS UNITER, SIMILARITAS UNITER DAN MATRIKS NORMAL. Anis Fitri Lestari. Mahasiswa Universitas Muhammadiyah Ponorogo ABSTRAK

MATRIKS UNITER, SIMILARITAS UNITER DAN MATRIKS NORMAL. Anis Fitri Lestari. Mahasiswa Universitas Muhammadiyah Ponorogo ABSTRAK MATRIKS UNITER, SIMILARITAS UNITER DAN MATRIKS NORMAL Anis Fitri Lestari Mahasiswa Universitas Muhammadiyah Ponorogo ABSTRAK Matriks normal merupakan matriks persegi yang entri-entrinya bilangan kompleks

Lebih terperinci

Matriks. Baris ke 2 Baris ke 3

Matriks. Baris ke 2 Baris ke 3 Matriks A. Matriks Matriks adalah susunan bilangan yang diatur menurut aturan baris dan kolom dalam suatu jajaran berbentuk persegi atau persegi panjang. Susunan bilangan itu diletakkan di dalam kurung

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI 5 BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Matriks Matriks (matrix) adalah jajaran empat persegi panjang dan bilanganbilangan. Bilangan-bilangan dalam jajaran tersebut disebut entri dari matriks. Berikut ini beberapa

Lebih terperinci

(MS.3) SUBRUANG CONINVARIAN DARI MATRIKS KUADRAT KOMPLEKS

(MS.3) SUBRUANG CONINVARIAN DARI MATRIKS KUADRAT KOMPLEKS Seminar Nasional Statistika 2 November 20 Vol 2, November 20 (MS.3) SUBRUANG CONINVARIAN DARI MATRIKS KUADRAT KOMPLEKS Euis Hartini Jurusan Matematika, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas

Lebih terperinci

Sebuah garis dalam bidang xy bisa disajikan secara aljabar dengan sebuah persamaan berbentuk :

Sebuah garis dalam bidang xy bisa disajikan secara aljabar dengan sebuah persamaan berbentuk : Persamaan Linear Sebuah garis dalam bidang xy bisa disajikan secara aljabar dengan sebuah persamaan berbentuk : a x + a y = b Persamaan jenis ini disebut sebuah persamaan linear dalam peubah x dan y. Definisi

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. nyata (fenomena-fenomena alam) ke dalam bagian-bagian matematika yang. disebut dunia matematika (mathematical world).

II. TINJAUAN PUSTAKA. nyata (fenomena-fenomena alam) ke dalam bagian-bagian matematika yang. disebut dunia matematika (mathematical world). 5 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pemodelan Matematika Definisi pemodelan matematika : Pemodelan matematika adalah suatu deskripsi dari beberapa perilaku dunia nyata (fenomena-fenomena alam) ke dalam bagian-bagian

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN II LANDASAN TEORI

I PENDAHULUAN II LANDASAN TEORI I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Matriks merupakan istilah yang digunakan untuk menunjukkan jajaran persegi panjang dari bilangan-bilangan dan setiap matriks akan mempunyai baris dan kolom. Salah satu

Lebih terperinci

MUH1G3/ MATRIKS DAN RUANG VEKTOR

MUH1G3/ MATRIKS DAN RUANG VEKTOR MUH1G3/ MATRIKS DAN RUANG VEKTOR TIM DOSEN 5 Ruang Vektor Ruang Vektor Sub Pokok Bahasan Ruang Vektor Umum Subruang Basis dan Dimensi Beberapa Aplikasi Ruang Vektor Beberapa metode optimasi Sistem Kontrol

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI. Analisis Komponen Utama (AKU, Principal Componen Analysis) bermula dari

BAB 2 LANDASAN TEORI. Analisis Komponen Utama (AKU, Principal Componen Analysis) bermula dari BAB 2 LANDASAN TEORI 21 Analisis Komponen Utama 211 Pengantar Analisis Komponen Utama (AKU, Principal Componen Analysis) bermula dari tulisan Karl Pearson pada tahun 1901 untuk peubah non-stokastik Analisis

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI. yang dibicarakan yang akan digunakan pada bab selanjutnya. Bentuk umum dari matriks bujur sangkar adalah sebagai berikut:

BAB 2 LANDASAN TEORI. yang dibicarakan yang akan digunakan pada bab selanjutnya. Bentuk umum dari matriks bujur sangkar adalah sebagai berikut: BAB 2 LANDASAN TEORI Pada bab ini dibicarakan mengenai matriks yang berbentuk bujur sangkar dengan beberapa definisi, teorema, sifat-sifat dan contoh sesuai dengan matriks tertentu yang dibicarakan yang

Lebih terperinci

BAB 3 FUNGSI MONOTON MATRIKS

BAB 3 FUNGSI MONOTON MATRIKS BAB 3 FUNGSI MONOTON MATRIKS Pada bab ini akan dibahas fungsi monoton matriks. Dalam mengkontruksi fungsi monoton matriks banyak istilah yang harus kita ketahui sebelumnya. Beberapa konsep yang akan dibahas

Lebih terperinci

KAJIAN MATRIKS JORDAN DAN APLIKASINYA PADA SISTEM LINEAR WAKTU DISKRIT

KAJIAN MATRIKS JORDAN DAN APLIKASINYA PADA SISTEM LINEAR WAKTU DISKRIT KAJIAN MATRIKS JORDAN DAN APLIKASINYA PADA SISTEM LINEAR WAKTU DISKRIT Nama Mahasiswa : Aprilliantiwi NRP : 1207100064 Jurusan : Matematika Dosen Pembimbing : 1 Soleha, SSi, MSi 2 Dian Winda Setyawati,

Lebih terperinci

Tujuan. Mhs dapat mendemonstrasikan operasi matriks: penjumlahan, perkalian, dsb. serta menentukan matriks inverse

Tujuan. Mhs dapat mendemonstrasikan operasi matriks: penjumlahan, perkalian, dsb. serta menentukan matriks inverse Matriks Tujuan Mhs dapat mendemonstrasikan operasi matriks: penjumlahan, perkalian, dsb. serta menentukan matriks inverse Pengertian Matriks Adalah kumpulan bilangan yang disajikan secara teratur dalam

Lebih terperinci

6 Sistem Persamaan Linear

6 Sistem Persamaan Linear 6 Sistem Persamaan Linear Pada bab, kita diminta untuk mencari suatu nilai x yang memenuhi persamaan f(x) = 0. Pada bab ini, masalah tersebut diperumum dengan mencari x = (x, x,..., x n ) yang secara sekaligus

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. yang biasanya dinyatakan dalam bentuk sebagai berikut: =

BAB II LANDASAN TEORI. yang biasanya dinyatakan dalam bentuk sebagai berikut: = BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Matriks Definisi 2.1 (Lipschutz, 2006): Matriks adalah susunan segiempat dari skalarskalar yang biasanya dinyatakan dalam bentuk sebagai berikut: Setiap skalar yang terdapat dalam

Lebih terperinci

DIAGONALISASI MATRIKS HILBERT

DIAGONALISASI MATRIKS HILBERT Jurnal UJMC, Volume 3, Nomor 2, Hal 7-24 pissn : 2460-3333 eissn : 2579-907X DIAGONALISASI MATRIKS HILBERT Randhi N Darmawan Universitas PGRI Banyuwangi, randhinumeric@gmailcom Abstract The Hilbert matrix

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Sistem Persamaan Diferensial Definisi 2.1.1 Persamaan Diferensial Persamaan diferensial adalah persamaan yang memuat variabel bebas, variabel tak bebas dan derivative-derivatif

Lebih terperinci

Analisis Matriks. Ahmad Muchlis

Analisis Matriks. Ahmad Muchlis Analisis Matriks Ahmad Muchlis January 22, 2014 2 Notasi Pada umumnya matriks yang kita bicarakan dalam naskah ini adalah matriks kompleks. Himpunan semua matriks kompleks [real] berukuran m n dinyatakan

Lebih terperinci

Ruang Vektor. Kartika Firdausy UAD blog.uad.ac.id/kartikaf. Ruang Vektor. Syarat agar V disebut sebagai ruang vektor. Aljabar Linear dan Matriks 1

Ruang Vektor. Kartika Firdausy UAD blog.uad.ac.id/kartikaf. Ruang Vektor. Syarat agar V disebut sebagai ruang vektor. Aljabar Linear dan Matriks 1 Ruang Vektor Kartika Firdausy UAD blog.uad.ac.id/kartikaf Syarat agar V disebut sebagai ruang vektor 1. Jika vektor vektor u, v V, maka vektor u + v V 2. u + v = v + u 3. u + ( v + w ) = ( u + v ) + w

Lebih terperinci

Lampiran 1 Pembuktian Teorema 2.3

Lampiran 1 Pembuktian Teorema 2.3 LAMPIRAN 16 Lampiran 1 Pembuktian Teorema 2.3 Sebelum membuktikan Teorema 2.3, terlebih dahulu diberikan beberapa definisi yang berhubungan dengan pembuktian Teorema 2.3. Definisi 1 (Matriks Eselon Baris)

Lebih terperinci

KS KALKULUS DAN ALJABAR LINEAR Eigen Value Eigen Vector TIM KALIN

KS KALKULUS DAN ALJABAR LINEAR Eigen Value Eigen Vector TIM KALIN KS091206 KALKULUS DAN ALJABAR LINEAR Eigen Value Eigen Vector TIM KALIN TUJUAN INSTRUKSIONAL KHUSUS Setelah menyelesaikan pertemuan ini mahasiswa diharapkan: Dapat menghitung eigen value dan eigen vector

Lebih terperinci

Aljabar Linear. & Matriks. Evangs Mailoa. Pert. 5

Aljabar Linear. & Matriks. Evangs Mailoa. Pert. 5 Aljabar Linear & Matriks Pert. 5 Evangs Mailoa Pengantar Determinan Menurut teorema 1.4.3, matriks 2 x 2 dapat dibalik jika ad bc 0. Pernyataan ad bc disebut sebagai determinan (determinant) dari matriks

Lebih terperinci

Pengantar Vektor. Besaran. Vektor (Mempunyai Arah) Skalar (Tidak mempunyai arah)

Pengantar Vektor. Besaran. Vektor (Mempunyai Arah) Skalar (Tidak mempunyai arah) Pengantar Vektor Besaran Skalar (Tidak mempunyai arah) Vektor (Mempunyai Arah) Vektor Geometris Skalar (Luas, Panjang, Massa, Waktu dan lain - lain), merupakan suatu besaran yang mempunyai nilai mutlak

Lebih terperinci

Trihastuti Agustinah

Trihastuti Agustinah TE 467 Teknik Numerik Sistem Linear Trihastuti Agustinah Bidang Studi Teknik Sistem Pengaturan Jurusan Teknik Elektro - FTI Institut Teknologi Sepuluh Nopember O U T L I N E OBJEKTIF 2 3 CONTOH 4 SIMPULAN

Lebih terperinci

MULTIMEDIA PEMBELAJARAN DIAGONALISASI MATRIKS

MULTIMEDIA PEMBELAJARAN DIAGONALISASI MATRIKS MULTIMEDIA PEMBELAJARAN DIAGONALISASI MATRIKS 1 Kirana Permata Putri, 2 Ardi Pujiyanta(0529056601) 1,2 Program Studi Teknik Informatika Universitas Ahmad Dahlan Prof. Dr. Soepomo, S.H., Janturan, Umbulharjo,

Lebih terperinci

Aljabar Linier Elementer. Kuliah 7

Aljabar Linier Elementer. Kuliah 7 Aljabar Linier Elementer Kuliah 7 Materi Kuliah Ekspansi kofaktor Aturan Cramer 2 2.4 Espansi Kofaktor; Aturan Cramer Definisi: Jika A adalah matriks bujur sangkar, maka minor dari entri a ij dinyatakan

Lebih terperinci

KAJIAN MATRIKS JORDAN DAN APLIKASINYA PADA SISTEM LINEAR WAKTU DISKRIT

KAJIAN MATRIKS JORDAN DAN APLIKASINYA PADA SISTEM LINEAR WAKTU DISKRIT KAJIAN MATRIKS JORDAN DAN APLIKASINYA PADA SISTEM LINEAR WAKTU DISKRIT Oleh: APRILLIANTIWI NRP. 1207100064 Dosen Pembimbing: 1. Soleha, S.Si, M.Si 2. Dian Winda S., S.Si, M.Si LATAR BELAKANG Matriks dan

Lebih terperinci

A 10 Diagonalisasi Matriks Atas Ring Komutatif

A 10 Diagonalisasi Matriks Atas Ring Komutatif A 10 Diagonalisasi Matriks Atas Ring Komutatif Joko Harianto 1, Puguh Wahyu Prasetyo 2, Vika Yugi Kurniawan 3, Sri Wahyuni 4 1 Mahasiswa S2 Matematika FMIPA UGM, 2 Mahasiswa S2 Matematika FMIPA UGM, 3

Lebih terperinci

DIKTAT ALJABAR LINIER DAN MATRIKS VEKTOR. Penyusun Ir. S. Waniwatining Astuti, M.T.I.

DIKTAT ALJABAR LINIER DAN MATRIKS VEKTOR. Penyusun Ir. S. Waniwatining Astuti, M.T.I. DIKTAT ALJABAR LINIER DAN MATRIKS VEKTOR Penyusun Ir. S. Waniwatining Astuti, M.T.I. SEKOLAH TINGGI MANAJEMEN INFORMATIKA DAN KOMPUTER GLOBAL INFORMATIKA MDP 24 KATA PENGANTAR Pertama-tama penulis mengucapkan

Lebih terperinci

Perluasan Teorema Cayley-Hamilton pada Matriks

Perluasan Teorema Cayley-Hamilton pada Matriks Vol. 8, No.1, 1-11, Juli 2011 Perluasan Teorema Cayley-Hamilton pada Matriks Nur Erawati, Azmimy Basis Panrita Abstrak Teorema Cayley-Hamilton menyatakan bahwa setiap matriks bujur sangkar memenuhi persamaan

Lebih terperinci

RUANG VEKTOR. Nurdinintya Athari (NDT)

RUANG VEKTOR. Nurdinintya Athari (NDT) 1 RUANG VEKTOR Nurdinintya Athari (NDT) RUANG VEKTOR Sub Pokok Bahasan Ruang Vektor Umum Subruang Basis dan Dimensi Basis Subruang Beberapa Aplikasi Ruang Vektor Beberapa metode optimasi Sistem kontrol

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI 7 BAB 2 LANDASAN TEORI 2 Analisis Korelasi Analisis korelasi adalah alat statistik yang dapat digunakan untuk mengetahui deraat hubungan linear antara satu variabel dengan variabel lain (Algifari, 997)

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembahasan mendasar mengenai matriks terutama yang berkaitan dengan matriks yang dapat didiagonalisasi telah jelas disajikan dalam referensi yang biasanya digunakan

Lebih terperinci

MATRIKS BENTUK KANONIK RASIONAL DENGAN MENGGUNAKAN PEMBAGI ELEMENTER INTISARI

MATRIKS BENTUK KANONIK RASIONAL DENGAN MENGGUNAKAN PEMBAGI ELEMENTER INTISARI Buletin Ilmiah Math. Stat. dan Terapannya (Bimaster) Volume 6, No. (17), hal 7 34. MATRIKS BENTUK KANONIK RASIONAL DENGAN MENGGUNAKAN PEMBAGI ELEMENTER Ardiansyah, Helmi, Fransiskus Fran INTISARI Pada

Lebih terperinci

DIAGONALISASI MATRIKS HERMITE A UNTUK MENGHITUNG MATRIKS HERMITE A n, n Z + DAN APLIKASINYA PADA PENGAMANAN PESAN RAHASIA

DIAGONALISASI MATRIKS HERMITE A UNTUK MENGHITUNG MATRIKS HERMITE A n, n Z + DAN APLIKASINYA PADA PENGAMANAN PESAN RAHASIA DIAGONALISASI MATRIKS HERMITE A UNTUK MENGHITUNG MATRIKS HERMITE A n, n Z + DAN APLIKASINYA PADA PENGAMANAN PESAN RAHASIA Skripsi Disajikan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Sains

Lebih terperinci

& & # = atau )!"* ( & ( ( (&

& & # = atau )!* ( & ( ( (& MATRIKS ======PENGERTIAN====== Matriks merupakan Susunan bilangan-bilangan yang membentuk segi empat siku-siku. Susunan bilangan-bilangan tersebut dinamakan entri dalam matriks. Matriks dinotasikan dengan

Lebih terperinci

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS VETERAN BANGUN NUSANTARA SUKOHARJO

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS VETERAN BANGUN NUSANTARA SUKOHARJO PERANGKAT PEMBELAJARAN MATA KULIAH : ALJABAR LINIER 2 KODE : MKK414515 DOSEN PENGAMPU : Annisa Prima Exacta, M.Pd. PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS

Lebih terperinci

BAB II TEORI KODING DAN TEORI INVARIAN

BAB II TEORI KODING DAN TEORI INVARIAN BAB II TEORI KODING DAN TEORI INVARIAN Pada bab 1 ini akan dibahas definisi kode, khususnya kode linier atas dan pencacah bobot Hammingnya. Di samping itu, akan dijelaskanan invarian, ring invarian dan

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 5 BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Matriks 2.1.1 Definisi Matriks Matriks adalah suatu kumpulan angka-angka yang juga sering disebut elemenelemen yang disusun secara teratur menurut baris dan kolom berbentuk

Lebih terperinci

Suatu himpunan tak kosong F dengan operasi penjumlahan dan perkalian, dikatakan sebagai field jika untuk setiap,, memenuhi sifat-sifat berikut:

Suatu himpunan tak kosong F dengan operasi penjumlahan dan perkalian, dikatakan sebagai field jika untuk setiap,, memenuhi sifat-sifat berikut: Bagian 5. RUANG VEKTOR 5.1 Lapangan (Field) Suatu himpunan tak kosong F dengan operasi penjumlahan dan perkalian, dikatakan sebagai field jika untuk setiap,, memenuhi sifat-sifat berikut: 1. dan 2., 3.,

Lebih terperinci

Bab 4 RUANG VEKTOR. 4.1 Ruang Vektor

Bab 4 RUANG VEKTOR. 4.1 Ruang Vektor Bab RUANG VEKTOR. Ruang Vektor DEFINISI.. Suatu ruang vektor (V, +,, F) atas field (F, +), ditulis singkat V(F), adalah suatu himpunan tak kosong V dengan elemenelemennya disebut vektor, yang dilengkapi

Lebih terperinci

DIAGONALISASI MATRIKS KOMPLEKS

DIAGONALISASI MATRIKS KOMPLEKS Buletin Ilmiah Mat Stat dan Terapannya (Bimaster) Volume 04, No 3 (2015), hal 337-346 DIAGONALISASI MATRIKS KOMPLEKS Heronimus Hengki, Helmi, Mariatul Kiftiah INTISARI Matriks kompleks merupakan matriks

Lebih terperinci

MODUL V EIGENVALUE DAN EIGENVEKTOR

MODUL V EIGENVALUE DAN EIGENVEKTOR MODUL V EIGENVALUE DAN EIGENVEKTOR 5.. Pendahuluan Biasanya jika suatu matriks A berukuran mm dan suatu vektor pada R m, tidak ada hubungan antara vektor dan vektor A. Tetapi seringkali kita menemukan

Lebih terperinci

MATRIKS. Notasi yang digunakan NOTASI MATRIKS

MATRIKS. Notasi yang digunakan NOTASI MATRIKS MATRIKS Beberapa pengertian tentang matriks : 1. Matriks adalah himpunan skalar (bilangan riil atau kompleks) yang disusun atau dijajarkan secara empat persegi panjang menurut baris-baris dan kolom-kolom.

Lebih terperinci

SOLUSI PENDEKATAN TERBAIK SISTEM PERSAMAAN LINEAR TAK KONSISTEN MENGGUNAKAN DEKOMPOSISI NILAI SINGULAR

SOLUSI PENDEKATAN TERBAIK SISTEM PERSAMAAN LINEAR TAK KONSISTEN MENGGUNAKAN DEKOMPOSISI NILAI SINGULAR Buletin Ilmiah Math. Stat. dan Terapannya (Bimaster) Volume 03, No. 1 (2014), hal 91 98. SOLUSI PENDEKATAN TERBAIK SISTEM PERSAMAAN LINEAR TAK KONSISTEN MENGGUNAKAN DEKOMPOSISI NILAI SINGULAR Febrianti,

Lebih terperinci

Bab 2 LANDASAN TEORI

Bab 2 LANDASAN TEORI 17 Bab 2 LANDASAN TEORI 2.1 Aljabar Matriks 2.1.1 Definisi Matriks Matriks adalah suatu kumpulan angka-angka yang juga sering disebut elemen-elemen yang disusun secara teratur menurut baris dan kolom sehingga

Lebih terperinci

Matriks adalah susunan segi empat siku-siku dari objek yang diatur berdasarkan baris (row) dan kolom (column). Objek-objek dalam susunan tersebut

Matriks adalah susunan segi empat siku-siku dari objek yang diatur berdasarkan baris (row) dan kolom (column). Objek-objek dalam susunan tersebut Matriks adalah susunan segi empat siku-siku dari objek yang diatur berdasarkan baris (row) dan kolom (column). Objek-objek dalam susunan tersebut dinamakan entri dalam matriks atau disebut juga elemen

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI Pada bab ini akan dibahas beberapa definisi dan teorema dengan atau tanpa bukti yang akan digunakan untuk menentukan regularisasi sistem singular linier. Untuk itu akan diberikan terlebih

Lebih terperinci

Matriks Jawab:

Matriks Jawab: Matriks A. Operasi Matriks 1) Penjumlahan Matriks Jika A dan B adalah sembarang Matriks yang berordo sama, maka penjumlahan Matriks A dengan Matriks B adalah Matriks yang diperoleh dengan cara menjumlahkan

Lebih terperinci

Aljabar Linier Elementer

Aljabar Linier Elementer Aljabar Linier Elementer Kuliah 15 dan 16 11/11/2014 1 Materi Kuliah Kebebasan Linier Basis dan Dimensi 11/11/2014 Yanita, Matematika Unand 2 5.3 Kebebasan Linier Definisi Jika S = v 1, v 2,, v r adalah

Lebih terperinci

Ruang Baris, Ruang Kolom, dan Ruang Null (Kernel)

Ruang Baris, Ruang Kolom, dan Ruang Null (Kernel) Ruang Baris, Ruang Kolom, dan Ruang Null (Kernel) Kuliah Aljabar Linier Semester Ganjil 2015-2016 MZI Fakultas Informatika Telkom University FIF Tel-U November 2015 MZI (FIF Tel-U) Ruang Baris, Kolom,

Lebih terperinci

MATEMATIKA INFORMATIKA 2 TEKNIK INFORMATIKA UNIVERSITAS GUNADARMA FENI ANDRIANI

MATEMATIKA INFORMATIKA 2 TEKNIK INFORMATIKA UNIVERSITAS GUNADARMA FENI ANDRIANI MATEMATIKA INFORMATIKA 2 TEKNIK INFORMATIKA UNIVERSITAS GUNADARMA FENI ANDRIANI SAP (1) Buku : Suryadi H.S. 1991, Pengantar Aljabar dan Geometri analitik Vektor Definisi, Notasi, dan Operasi Vektor Susunan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI Pada bab ini dibahas penelitian-penelitian tentang aljabar maks-plus yang telah dilakukan dan teori-teori yang menunjang penelitian masalah nilai eigen dan vektor eigen yang diperumum

Lebih terperinci

untuk setiap x sehingga f g

untuk setiap x sehingga f g Jadi ( f ( f ) bernilai nol untuk setiap x, sehingga ( f ( f ) fungsi nol atau ( f ( f ) Aksioma 5 Ambil f, g F, R, ( f g )( f g ( g( g( ( f g)( Karena ( f g )( ( f g)( untuk setiap x sehingga f g Aksioma

Lebih terperinci

Chapter 5 GENERAL VECTOR SPACE 5.1. REAL VECTOR SPACES 5.2. SUB SPACES

Chapter 5 GENERAL VECTOR SPACE 5.1. REAL VECTOR SPACES 5.2. SUB SPACES Chapter 5 GENERAL VECTOR SPACE 5.1. REAL VECTOR SPACES 5.2. SUB SPACES Definisi : VECTOR SPACE Jika V adalah ruang vektor dimana u,v,w merupakan objek dalam V sebagai vektor, dan terdapat skalar k dan

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Aljabar Matriks 2.1.1 Definisi Matriks Matriks adalah suatu kumpulan angka-angka yang juga sering disebut elemen-elemen yang disusun secara teratur menurut baris dan kolom sehingga

Lebih terperinci

II. LANDASAN TEORI. Pada bab ini akan dijelaskan mengenai teori-teori yang berhubungan dengan

II. LANDASAN TEORI. Pada bab ini akan dijelaskan mengenai teori-teori yang berhubungan dengan II. LANDASAN TEORI Pada bab ini akan dijelaskan mengenai teori-teori yang berhubungan dengan penelitian ini sehingga dapat dijadikan sebagai landasan berfikir dalam melakukan penelitian dan akan mempermudah

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI. representasi pemodelan matematika disebut sebagai model matematika. Interpretasi Solusi. Bandingkan Data

BAB II KAJIAN TEORI. representasi pemodelan matematika disebut sebagai model matematika. Interpretasi Solusi. Bandingkan Data A. Model Matematika BAB II KAJIAN TEORI Pemodelan matematika adalah proses representasi dan penjelasan dari permasalahan dunia real yang dinyatakan dalam pernyataan matematika (Widowati dan Sutimin, 2007:

Lebih terperinci

Pelabelan matriks menggunakan huruf kapital. kolom ke-n. kolom ke-3

Pelabelan matriks menggunakan huruf kapital. kolom ke-n. kolom ke-3 MATRIKS a. Konsep Matriks Matriks adalah susunan bilangan yang diatur menurut aturan baris dan kolom dalam suatu jajaran berbentuk persegi atau persegipanjang dan diletakkan di dalam kurung biasa ( ) atau

Lebih terperinci

DIKTAT PERKULIAHAN. EDISI 1 Aljabar Linear dan Matriks

DIKTAT PERKULIAHAN. EDISI 1 Aljabar Linear dan Matriks DIKTAT PERKULIAHAN EDISI 1 Aljabar Linear dan Matriks Penulis : Ednawati Rainarli, M.Si. Kania Evita Dewi, M.Si. JURUSAN TEKNIK INFORMATIKA UNIVERSITAS KOMPUTER INDONESIA BANDUNG 011 IF/011 1 DAFTAR ISI

Lebih terperinci

RANK MATRIKS ATAS RING KOMUTATIF

RANK MATRIKS ATAS RING KOMUTATIF Buletin Ilmiah Mat. Stat. dan Terapannya (Bimaster) Volume 02, No. 1 (2013), hal. 63 70. RANK MATRIKS ATAS RING KOMUTATIF Eka Wulan Ramadhani, Nilamsari Kusumastuti, Evi Noviani INTISARI Rank dari matriks

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Analytic Hierarchy Process (AHP) Sumber kerumitan masalah keputusan bukan hanya dikarenakan faktor ketidakpasatian atau ketidaksempurnaan informasi saja. Namun masih terdapat penyebab

Lebih terperinci

Banyaknya baris dan kolom suatu matriks menentukan ukuran dari matriks tersebut, disebut ordo matriks

Banyaknya baris dan kolom suatu matriks menentukan ukuran dari matriks tersebut, disebut ordo matriks MATRIKS DEFINISI Matriks adalah susunan bilangan real atau bilangan kompleks (atau elemen-elemen) yang disusun dalam baris dan kolom sehinggga membentuk jajaran persegi panjang. Matriks memiliki m baris

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 7 BAB II TINJAUAN PUSTAKA Dalam bab ini akan dibahas beberapa poin tentang sistem dinamik, kestabilan sistem dinamik, serta konsep bifurkasi. A. Sistem Dinamik Secara umum Sistem dinamik didefinisikan

Lebih terperinci

MENENTUKAN INVERS MOORE PENROSE DARI MATRIKS KOMPLEKS

MENENTUKAN INVERS MOORE PENROSE DARI MATRIKS KOMPLEKS MENENTUKAN INVERS MOORE PENROSE DARI MATRIKS KOMPLEKS skripsi disajikan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Sains Program Studi Matematika oleh Astin Wita Yunihapsari 4150407021 JURUSAN

Lebih terperinci

KETERCAPAIAN DARI RUANG EIGEN MATRIKS ATAS ALJABAR MAKS-PLUS. 1. Pendahuluan

KETERCAPAIAN DARI RUANG EIGEN MATRIKS ATAS ALJABAR MAKS-PLUS. 1. Pendahuluan KETERCAPAIAN DARI RUANG EIGEN MATRIKS ATAS ALJABAR MAKS-PLUS Tri Anggoro Putro, Siswanto, Supriyadi Wibowo Program Studi Matematika FMIPA UNS Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Sebelas

Lebih terperinci

8 MATRIKS DAN DETERMINAN

8 MATRIKS DAN DETERMINAN 8 MATRIKS DAN DETERMINAN Matriks merupakan pengembangan lebih lanjut dari sistem persamaan linear. Oleh karenanya aljabar matriks sering juga disebut dengan aljabar linear. Matriks dapat digunakan untuk

Lebih terperinci

KS KALKULUS DAN ALJABAR LINEAR Ruang Vektor TIM KALIN

KS KALKULUS DAN ALJABAR LINEAR Ruang Vektor TIM KALIN KS091206 KALKULUS DAN ALJABAR LINEAR Ruang Vektor TIM KALIN TUJUAN INSTRUKSIONAL KHUSUS Setelah menyelesaikan pertemuan ini mahasiswa diharapkan: Dapat mengetahui definisi dan sifat-sifat dari ruang vektor

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI. linier, varian dan simpangan baku, standarisasi data, koefisien korelasi, matriks

BAB II KAJIAN TEORI. linier, varian dan simpangan baku, standarisasi data, koefisien korelasi, matriks BAB II KAJIAN TEORI Pada bab II akan dibahas tentang materi-materi dasar yang digunakan untuk mendukung pembahasan pada bab selanjutnya, yaitu matriks, kombinasi linier, varian dan simpangan baku, standarisasi

Lebih terperinci

Definisi Jumlah Vektor Jumlah dua buah vektor u dan v diperoleh dari aturan jajaran genjang atau aturan segitiga;

Definisi Jumlah Vektor Jumlah dua buah vektor u dan v diperoleh dari aturan jajaran genjang atau aturan segitiga; BAB I VEKTOR A. DEFINISI VEKTOR 1). Pada mulanya vektor adalah objek telaah dalam ilmu fisika. Dalam ilmu fisika vektor didefinisikan sebagai sebuah besaran yang mempunyai besar dan arah seperti gaya,

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI. dinamik, sistem linear, sistem nonlinear, titik ekuilibrium, analisis kestabilan

BAB II KAJIAN TEORI. dinamik, sistem linear, sistem nonlinear, titik ekuilibrium, analisis kestabilan BAB II KAJIAN TEORI Pada bab ini akan dibahas mengenai nilai eigen dan vektor eigen, sistem dinamik, sistem linear, sistem nonlinear, titik ekuilibrium, analisis kestabilan sistem dinamik, kriteria Routh-Hurwitz,

Lebih terperinci

MATRIKS A = ; B = ; C = ; D = ( 5 )

MATRIKS A = ; B = ; C = ; D = ( 5 ) MATRIKS A. DEFINISI MATRIKS Matriks adalah suatu susunan bilangan berbentuk segi empat dari suatu unsur-unsur pada beberapa sistem aljabar. Unsur-unsur tersebut bisa berupa bilangan dan juga suatu peubah.

Lebih terperinci

G a a = e = a a. b. Berdasarkan Contoh 1.2 bagian b diperoleh himpunan semua bilangan bulat Z. merupakan grup terhadap penjumlahan bilangan.

G a a = e = a a. b. Berdasarkan Contoh 1.2 bagian b diperoleh himpunan semua bilangan bulat Z. merupakan grup terhadap penjumlahan bilangan. 2. Grup Definisi 1.3 Suatu grup < G, > adalah himpunan tak-kosong G bersama-sama dengan operasi biner pada G sehingga memenuhi aksioma- aksioma berikut: a. operasi biner bersifat asosiatif, yaitu a, b,

Lebih terperinci

(Departemen Matematika FMIPA-IPB) Matriks Bogor, / 66

(Departemen Matematika FMIPA-IPB) Matriks Bogor, / 66 MATRIKS Departemen Matematika FMIPA-IPB Bogor, 2012 (Departemen Matematika FMIPA-IPB) Matriks Bogor, 2012 1 / 66 Topik Bahasan 1 Matriks 2 Operasi Matriks 3 Determinan matriks 4 Matriks Invers 5 Operasi

Lebih terperinci