20 Peneliian ini berujuan merumuskan sraegi pada model pengelolaan yang cocok unuk keberlanjuan perikanan angkap di daerah ersebu. Daa yang diambil be

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "20 Peneliian ini berujuan merumuskan sraegi pada model pengelolaan yang cocok unuk keberlanjuan perikanan angkap di daerah ersebu. Daa yang diambil be"

Transkripsi

1 19 3 METODOLOGI 3.1 Tempa dan Waku Peneliian Peneliian berjudul Model Pengelolaan Perikanan Pelagis secara Berkelanjuan di PPN Prigi, Trenggalek, Jawa Timur ini dilakukan di PPN Prigi, Kabupaen Trenggalek, Jawa Timur. Pengumpulan daa di lapangan dilakukan selama lebih kurang 1,5 bulan yaiu pada bulan Februari-Mare Lokasi peneliian dapa diliha pada Gambar 6. Gambar 6 Lokasi peneliian. 3.2 Meode Peneliian Meode peneliian yang digunakan adalah meode sudi lapangan. Teknik peneliian lapangan yang sisemais melipui wawancara pribadi, observasi, pengarsipan daa dan survei melalui kuesioner. Penulis idak sepenuhnya mengacu pada hasil yang disampaikan responden, namun menggabungkan dengan eknik lain sehingga diperoleh pandangan yang luas sebelum membua kesimpulan. Teknik sudi lapangan yang paling spopuler melibakan penggunaan kuesioner. Penggunaan kuesioner berguna unuk mengurangi penyimpangan dan dan memperluas cakupan responden yang erliba (Ivancevich e al 2005).

2 20 Peneliian ini berujuan merumuskan sraegi pada model pengelolaan yang cocok unuk keberlanjuan perikanan angkap di daerah ersebu. Daa yang diambil berupa daa primer dan daa sekunder. Daa primer dikumpulkan dengan wawancara sakeholder perikanan di Prigi menggunakan kuesioner. Daa yang dikumpulkan dapa diliha pada Tabel 1. Tabel 1 Jenis dan pengumpulan daa Tujuan Penenuan ikan unggulan Menghiung poensi ikan unggulan Menghiung kelayakan usaha uni penangkapan ikan Memeakan persepsi sakeholder Menyusun model pengelolaan Jenis Daa Daa Sekunder Daa Sekunder Daa Primer Daa Primer Daa Primer Daa Sekunder Sumber Daa Laporan Saisik PPN Prigi Laporan Saisik PPN Prigi Nelayan pemilik kapal sakeholder (nelayan, bakul/pedagang, pengelola) sakeholder (nelayan, bakul/pedagang, pengelola) Laporan Saisik PPN Prigi, execuive summary PPN Prigi Cara Pengumpulan Daa Daa 5 ahun eakhir mengenai jenis dan produksi ikan, raa-raa musim ikan dalam sau ahun dan ujuan uama pemasaran Daa 5 ahun erakhir mengenai jenis dan jumlah ikan yang didarakan dan daa jenis dan jumlah ala angkap yang beroperasi Wawancara dengan nelayan mengenai invesasi, pendapaan, pengeluaran pada iap uni penangkap ikan yang dominan menanngkap ikan unggulan Pengisisan kuesioner mengenai opini sakeholder erhadap kehidupan sosial perikanan angkap di PPN Prigi sera hubungan anar sakeholder (peranyaan selengkapnya dapa diliha pada sub sub bab 3.3.4). Wawancara mengenai keadaan perikanan angkap dari segi ekologi, ekonomi maupun sosial Daa penunjang mengenai perkembangan erbaru pada perikanan angkap di PPN Prigi Pengumpulan daa unuk menganalisis keberlanjuan ekonomi dilakukan dengan meode purposive sampling, responden merupakan orang yang disarankan oleh pihak pelabuhan. Penggunaan meode ini dianggap lebih mudah unuk mewakili daa karena raa-raa ukuran iap uni ala angkap hampir sama selain iu idak semua pemilik kapal mudah dan mau unuk diwawancarai. Jumlah responden masing-masing 3 orang pemilik kapal dari iap uni ala angkap purse seine, pancing onda, gillne dan payang. Daa primer juga dikumpulkan unuk analisis keberlanjuan sosial yang diambil dengan wawancara menggunakan kuesioner. Pengambilan daa dilakukan dengan meode random. Penggunaan meode ini adalah agar dapa meliha sebaran persepsi dari iap sakeholder.

3 21 Jumlah responden adalah 69 orang (10% dari iap sakeholder) yang erdiri dari nelayan (ala angkap purse seine, pancing onda, gillne dan payang), bakul/pedagang sera pengelola (pihak PPN Prigi, TPI, saker PSDKP, Perum PPS cabang Prigi dan Pol-Air). Khusus unuk nelayan, 10% dihiung dari jumlah kapal dengan asumsi persepsi nelayan dalam sau armada adalah sama. Daa sekunder yang dikumpulkan berupa laporan saisik perikanan PPN Prigi yang digunakan unuk menganalisis keberlanjuan ekologi dan penenuan ikan unggulan. Selain iu daa sekunder lain yang dikumpulkan adalah daa BPS (2010) dan laporan-laporan mengenai kondisi PPN Prigi unuk mendukung penulisan. 3.3 Meode Analisis Daa Analisis daa yang digunakan pada peneliian ini adalah analisis skoring unuk menenukan ikan unggulan, priorias kelayakan usaha ala penangkap ikan sera penenuan fokus model pengelolaan yang digunakan, analisis poensi sumberdaya ikan unggulan menggunakan surplus producion model (SPM), analisis kelayakan usaha menggunakan cashflow dan invesmen crieria, analisis persepsi sakeholder menggunakan percepual map dengan diskriminan ganda sera analisis perumusan sraegi menggunakan srengh weaknesses opporuniies hreas (SWOT) dan balanced scorecard. Tujuan akhir dari peneliian ini adalah analisis perumusan sraegi menggunakan srengh weaknesses opporuniies hreas (SWOT), dilanjukan dengan penenuan kebijakan jangka pendek unuk mendukung kebijakan jangka panjang menggunakan balanced scorecard. Analisis lainnya merupakan analisis pendukung unuk membua perumusan sraegi Analisis penenuan jenis ikan unggulan Ikan unggulan adalah spesies arge yang lebih diinginkan oleh sakeholder karena memiliki beberapa kelebihan. Ikan unggulan yang dianalisis pada peneliian ini didasarkan pada kondisi yang ada saa ini. Suau jenis ikan idak selamanya menjadi unggulan yang uamanya dipengaruhi oleh perminaan pasar. Ikan yang dipilih menjadi unggulan dalam peneliian ini adalah yang memiliki produksi > 100 on/ahun dan selalu ersedia dalam 5 ahun erakhir.

4 22 Asumsi awal ini digunakan karena produksi dan koninuias produk sanga diperlukan unuk memenuhi kebuuhan pasar. Terdapa enam jenis ikan yang masuk dalam kaegori ersebu, yaiu: ongkol, layang, una, layur, lemuru dan cakalang. Penenuan uruan priorias ikan unggulan di PPN Prigi dihiung dengan menggunakan analisis skoring. Meode ini dapa digunakan unuk menilai beberapa aspek yang dianalisis dengan sauan yang berbeda. Penilaian beberapa krieria (variabel) secara bersama menggunakan sandardisasi nilai. Krieria yang digunakan anara lain adalah produksi ikan, koninuias, nilai produksi dan ujuan uama pemasaran, keempanya dianggap paling berpengaruh erhadap keunggulan jenis ikan. Seiap krieria diberikan nilai dari yang eringgi hingga erendah. Hal ini menunjukkan ingka kualias dari suau sauan krieria, selain iu dilakukan sandardisasi nilai menggunakan fungsi nilai (Haluan & Nurani 1988). Sandardisasi dengan fungsi nilai dapa dilakukan dengan rumus: V (x) = dimana: V (x) = fungsi nilai dari variabel x X 0 X 1 = nilai erendah dari krieria x = nilai eringgi dari krieria x Fungsi V menunjukkan uruan priorias. Alernaif ikan unggulan yang memiliki nilai V eringgi merupakan ikan unggulan erpilih dari PPN Prigi Keberlanjuan ekologi: poensi ikan unggulan Keberlanjuan ekologi merupakan hal dasar yang harus dilakukan dalam suau konsep pembangunan keberlanjuan. Ekologi dalam perikanan angkap merupakan hubungan imbal balik anara sumberdaya yang ersedia dengan pemanfaaan sumberdaya yang dilakukan oleh manusia. Kajian sok sumberdaya perikanan menjadi pening unuk mengeahui berapa poensi ikan yang dapa dimanfaakan oleh manusia. Tujuan penggunaan model produksi surplus adalah unuk menenukan ingka upaya opimum, yaiu suau upaya yang dapa menghasilkan hasil angkapan maksimum yang lesari anpa mempengaruhi produkivias sok secara

5 23 jangka panjang (MSY). Model produksi surplus yang lebih sering digunakan adalah model Schaefer (Sparre dan Venema 1999). Model Schaefer menghubungkan anara hasil angkapan per-upaya penangkapan dengan upaya penangkapan sebagai beriku : CPUE = a be (1) Hubungan anara upaya penangkapan dengan hasil angkapan adalah : 2 C = ae be...(2) Nilai inersep (a) dan slope (b) diduga dengan model-model penduga parameer biologi dari persamaan produksi Schaefer yaiu: (1) Equilibrium Schaefer h 2 q k = qke E (3) r (2) Disequilibrium Schaefer U (3) Schnue U r = r U qe. (4) 2U kq U Ln U (4) Waler-Hilborn r U + U = r kq 2 E + E q 2...(5) U + 1 r 1 = r U qe...(6) U kq (5) Clark, Yoshimoo, dan Pooley (CYP) 2r 2 + r 2 r 2 + r q (2 + r) ( ) ln( qk) + ln( U ) ( E E ) LnU Keerangan : + 1 = + +1 h = hasil angkapan pada periode, U = CPUE pada waku, U +1 = CPUE pada waku +1, E = upaya penangkapan (effor) pada waku, E +1 = upaya penangkapan (effor) pada waku +1, k q r = konsana daya dukung perairan, = konsana kemampuan ala angkap, = konsana perumbuhan alami (inrinsik)....(7)

6 24 Kelima model yang dikemukakan diaas, dipilih yang erbaik (bes fi). Penilaian ini berdasarkan kesesuaian anda dalam persamaan, pendekaan dengan koefisien deerminasi (R 2 ) erbesar dan model yang memiliki nilai validasi mendekai nol. (1) nilai a dan b didapa melalui persamaan : a = qk (8) 2 q k b =.(9) r (2) jumlah upaya penangkapan opimum yang diperlukan unuk mendapakan hasil angkapan lesari diperoleh dengan menurunkan persamaan dari hubungan anara upaya penangkapan dengan hasil angkapan, yaiu : dc de = ae 2bE... (10) Sehingga diperoleh persamaan a E op =. (11) 2b (3) Hasil angkapan maksimum lesari (MSY) diperoleh: 2 a C MSY =....(12) 4b Keberlanjuan ekonomi: kelayakan uni penangkapan ikan Manusia idak erlepas dari masalah ekonomi yaiu unuk memenuhi kebuuhan hidup. Perikanan angkap membuuhkan keberlanjuan ekonomi agar dapa memenuhi kebuuhan hidup sakeholder dan konsumen. Keberlanjuan ekonomi perikanan angkap di PPN Prigi pada peneliian ini dikaji dengan menghiung kelayakan usaha uni penangkapan ikan yang dominan menangkap ikan unggulan. Kelayakan usaha akan dihiung dengan analisis finansial cashflow dan analisis invesmen crieria. 1) Analisis finansial cashflow Perhiungan cashflow menggambarkan semua penerimaan dan pengeluaran perusahaan selama jangka waku erenu, biasanya sau ahun. Ala analisis cashflow yang digunakan, anara lain (Hernano 1989):

7 25 (1) Analisis keunungan digunakan unuk menghiung jumlah keunungan yang diperoleh dalam suau usaha. Jika π bernilai negaif arinya usaha mengalami kerugian. dimana: π TR TC = keunungan/laba = oal pendapaan = oal biaya π = TR TC (2) Revenue cos raio (R/C) merupakan perbandingan pendapaan yang diperoleh dengan biaya yang dikeluarkan unuk menenukan layak aau idaknya usaha yang dijalankan pada saa ini. krieria: R/C raio < 1 usaha idak layak R/C raio = 1 usaha impas R/C raio > 1 usaha layak R/C = pendapaan/biaya (3) Payback period (PP) adalah adalah perhiungan unuk mengeahui dalam kurun waku berapa lama nilai invesasi akan kembali, sehingga penghiungannya menggunakan rumus: 2) Analisis invesmen crieria PP = ( ) Menuru Kadariah e al (1999) profiabilias dapa dihiung dengan meode discouned cash flow. Meode ini memperhaikan nilai waku uang (ime value of money) karena uang memiliki ime preference (skala waku). (1) Fuure value (FV) aau nilai dimasa akan daang Rumus: FV = PV x (1+i) n Compounding Facor : (1+i) n Compounding facor adalah suau bilangan yang dapa digunakan unuk mengalikan suau jumlah pada waku sekarang (PV) sehingga dapa dikeahui jumlah di waku yang akan daang (FV).

8 26 (2) Presen value (PV): Rumus: PV= FV / (1+i) n Discoun Facor : 1/ (1+i) n Discoun Facor ialah bilangan yang dapa digunakan unuk mengalikan suau jumlah di waku yang akan daang (FV) supaya menjadi nilai sekarang (PV). Krieria penilaian invesasi yang digunakan dalam peneliian ini melipui 3 hal, yaiu (Kadariah e al 1999 dan Gray e al 2005): (1) Ne presen value (NPV) berujuan unuk mengeahui ingka keunungan yang diperoleh selama umur ekonomis proyek. NPV merupakan selisih anara nilai sekarang dari penerimaan dengan nilai sekarang dari pengeluaran pada ingka bunga erenu, yang dinyaakan dengan rumus: =1 (1 ) dimana : B = manfaa (penerimaan) bruo pada ahun ke- (Rp) C = biaya bruo pada ahun ke- (Rp) i = ingka suku bunga (%) = periode invesasi (i = 1, 2, 3,..., n) krieria: NPV > 0, berari usaha layak/mengunungkan NPV = 0, berari usaha mengembalikan biaya yang dikeluarkan/impas NPV < 0, berari usaha idak layak/rugi. (2) Inernal rae of reurn (IRR) adalah ingka suku bunga dari suau usaha dalam jangka waku erenu yang membua NPV dari usaha sama dengan nol, dinyaakan dengan rumus: IRR = i (i 2 -i 1 ) krieria: IRR > i, berari usaha layak IRR < i, berari usaha idak layak/rugi. (3) Ne benefi cos raio (Ne B/C) adalah unuk mengeahui berapa besarnya penerimaan dibandingkan dengan pengeluaran selama umur ekonomis

9 27 proyek. Ne B/C merupakan perbandingan anara oal nilai sekarang dari penerimaan bersih yang bersifa posiif (B C > 0) dengan oal nilai sekarang dari penerimaan yang bersifa negaif (B C < 0), dengan rumus: Ne B/C = =1 (1+ ) =1 (1+ ) dimana: krieria: (1+ ) (1+ ) =1 > 0 dan =1 > 0 Ne B/C > 1, berari usaha layak/mengunungkan Ne B/C = 1, berari usaha pulang pokok/impas Ne B/C < 1, berari usaha idak layak/rugi Keberlanjuan sosial: persepsi sakeholder Keberlanjuan secara sosial diarikan sebagai sisem yang mampu mencapai kesearaan, menyediakan layanan sosial ermasuk kesehaan, pendidikan, gender, dan akunabilias poliik (Fauzi 2004). Keberlanjuan dalam perikanan angkap perlu memperhaikan kesearaan pencapaian ujuan yang diharapkan oleh sakeholder maupun pihak pemerinah sebagai pengelola. Keberlanjuan sosial dalam peneliian ini dikaji dengan mendeskripsikan persepsi sakeholder. Percepual map diperlukan unuk mengelompokkan dan mengeahui kecenderungan responden berada pada kelompok yang sama aau idak. Analisis diskriminan ganda digunakan unuk memprediksi keanggoaan dari iap responden yang dikaegorikan berdasarkan usia, pendidikan dan pekerjaan dengan hasil akhir percepual map. Percepual map dihiung dengan sofware SPSS. Langkah-langkah pembuaan analisis diskriminan menuru Simamora (2005) adalah 1) merumuskan masalah; 2) mengesimasi koefisien fungsi diskriminan; 3) memasikan signifikansi deerminan; 4) menginerpreasi hasil; dan 5) menguji signifikansi analisis diskriminan. Model analisis diskriminan ganda adalah persamaan yang menunjukkan kombinasi linier dari berbagai variabel independen. Peranyaan yang digunakan unuk meliha persepsi sakeholder dalam aribu sosial berjumlah 7. Peranyaan yang diajukan yaiu mengenai: kejelasan penangkapan (x1), konflik anar nelayan (x2), keberadaan organisasi (x3), hubungan anar sakeholder (x4), kemudahan

10 28 akses pelabuhan (x5), peningkaan pelayanan pelabuhan (x6) dan peningkaan pengeahuan dan kerampilan (x7). Jumlah persamaan sama dengan jumlah variabel dependen dikurangi 1, dengan persamaan sebagai beriku: dimana: D 1 b X = skor diskriminan D 1 = b 0 + b 1 X 1 + b 2 X 2 + b 3 X b k X k = koefisien diskriminan aau bobo = predikor aau variabel independen Model fungsi-fungsi yang digunakan dapa dipercaya akura jika nilai hi raio > proporional chance crierion. Hi raio adalah persenase responden yang kelompoknya dapa diprediksi secara epa, sedangkan proporional chance crierion adalah kesempaan klasifikasi dari seiap grup yang memiliki grup berukuran idak sama (Simamora 2005). Rumus perhiungan nilai proporional chance crierion adalah sebagai beriku: dimana: C PRO p 1 2, p 2 2, p n 2 C PRO = p p p n 2 = proporional chance crierion = proporsi responden pada iap grup Pada persepsi berdasarkan usia, jumlah grup dibagi berdasarkan disribusi frekuensi dari daa usia responden. Tiga hal yang perlu diperhaikan dalam disribusi frekuensi unuk daa kuaniaif yaiu jumlah kelas, lebar kelas dan baas kelas (Suprano 2000). Jumlah kelas dienukan dengan rumus: dimana: k n = banyak kelas = jumlah observasi k = 1+3,322 log n Sedangkan rumus unuk menenukan inerval/lebar kelas adalah: dimana: c k X n X 1 = perkiraan lebar kelas = jumlah kelas = nilai observasi erbesar = nilai observasi erkecil c = 1

11 Model pengelolaan berkelanjuan Pembangunan berkelanjuan harus didukung pengelolaan yang baik. Salah sau cara pengelolan perikanan angkap adalah perumusan sraegi yang epa dan sesuai unuk suau daerah. Perumusan model pengelolaan perikanan berkelanjuan yang dilakukan pada peneliian ini erdiri dari perumusan sraegi menggunakan SWOT. Selanjunya perumusan sraegi jangka panjang dan jangka pendek sebagai olok ukur keberhasilan menggunakan analisis balanced scorecard. 1) Fokus model pengelolaan Sebelum membua perumusan sraegi, perama dienukan model pengelolaan yang paling cocok menjadi fokus di Prigi. Model yang diperhiungkan merupakan mariks kombinasi dari ikan unggulan dengan ala penangkap ikan dominan di PPN Prigi, sehingga erdapa 20 kombinasi model (hasil dari kombinasi 5 jenis ikan dan 4 jenis uni ala penangkap ikan). Analisis yang digunakan unuk membua alernaif kebijakan diawali dengan membua mariks kombinasi anara ikan unggulan dengan uni penangkapan ikan. Mariks kombinasi dapa diliha pada Tabel 2. Tabel 2 Mariks kombinasi model yang akan dikembangkan Jenis ikan API A B C ds 1 A1 B1 C1 2 A2 B2 C2 ds Keerangan: A, B, C, ds = jenis ala penangkap ikan 1,2, ds = jenis ikan unggulan Analisis skoring merupakan analisis selanjunya unuk menenukan priorias model pengelolaan. Skoring didasarkan pada skor ikan unggulan, skor poensi dan pemanfaaan ikan (ekologi) dan skor kelayakan usaha iap ala angkap (ekonomi). Keberlanjuan sosial idak diperhiungkan karena diasumsikan memiliki nilai yang sama unuk semua kombinasi model.

12 30 2) Perumusan sraegi pengelolaan Analisis yang digunakan unuk membua perumusan sraegi adalah analisis SWOT. Dasar pembuaan SWOT adalah hasil pengamaan dan wawancara yang kemudian dibagi menjadi dua analisis, yaiu analisis inernal yang erdiri dari fakor kekuaan dan kelemahan sera analisis eksernal yang erdiri dari fakor peluang dan ancaman. Dari fakor-fakor ersebu dibua mariks Inernal Facors Analysis Summary (IFAS) dan Exernal Facors Analysis Summary (EFAS) seperi Tabel 3. Tabel 3 Pembuaan mariks IFAS Fakor Inernal Bobo Raing Bobo*Raing 1. Kekuaan Kelemahan Toal 1,0 Langkah-langkah pembuaan mariks IFAS dan EFAS adalah sebagai beriku: (1) pengisian fakor-fakor yang menjadi kekuaan dan kelemahan pada IFAS sera peluang dan ancaman pada EFAS; (2) pemboboan pada kolom 2 anara 0-1, nilai 1,0 unuk fakor yang dianggap sanga pening dan 0,0 unuk fakor yang dianggap idak pening; (3) pemberian nilai raing pada kolom 3. Raing adalah pengaruh yang diberikan fakor, nilai 1 unuk pengaruh yang sanga kecil dan nilai 4 unuk pengaruh yang sanga besar; (4) kolom 4 adalah hasil perkalian bobo dan raing; (5) menjumlah oal skor yang didapakan dari kolom 4. Nilai oal menunjukkan reaksi organisasi erhadap fakor inernal dan eksernal. Nilai 1,00-1,99 menunjukkan posisi inernal aau eksernalnya rendah, nilai 2,00-2,99 menunjukkan posisi inernal aau eksernalnya raa-raa, sedangkan nilai 3,00-4,00 menunjukkan posisi inernal aau eksernalnya kua (Rangkui, 2005). Seelah membua mariks IFAS dan EFAS dilanjukan dengan pembuaan mariks SWOT. Tabel 4 menggambarkan mariks SWOT. Langkah-langkah

13 31 pembuaan mariks SWOT adalah sebagai beriku: (1) merinci kekuaan, kelemahan, peluang dan ancaman pada kolom yang elah ada; dan (2) mencocokkan iap pasang fakor sehingga erbenuk sraegi SO, WO, ST dan WT dan mencaa semua sraegi yang memungkinkan unuk dilaksanakan. Tabel 4 Mariks SWOT IFAS EFAS Opporuniies (O) Threahs (T) Srenghs (S) Sraegi SO Sraegi ST Weaknesses (W) Sraegi WO Sraegi WT 3) Tolok ukur keberhasilan sraegi Tolok ukur keberhasilan sraegi dianalisis dengan balanced scorecard. Balanced scorecard merupakan suau sisem manajemen, pengukuran dan pengendalian yang secara epa dan komprehensif dapa memberikan pemahaman kepada manajer enang performa bisnis. Sisem balanced scorecard erdiri aas empa perspekif diliha dari sisi inernal dan eksernal. Sisi inernal erdiri dari segi (1) finansial dan (2) bisnis inernal, sedangkan sisi eksernal erdiri dari (3) pelanggan sera (4) pembelajaran dan perumbuhan. Pengendalian perusahaan dapa dilakukan pada keempa perspekif ersebu dengan memfokuskan pada rasio-rasio kunci yang kriis dan sraegis melalui arge yang dapa dijangkau (Yuwono e al 2006 dalam Nurani 2011). Balanced scorecard berujuan unuk mengukur kebijakan sraegis yang diperoleh dari analisis SWOT, dimana dibua olok ukur operasional jangka pendek unuk mengukur keberhasilan jangka panjang. Langkah awal yang dilakukan dalam analisis balanced scorecard adalah menerjemahkan visi dan sraegi, kemudian mengkomunikasikan dan mengaikan berbagai ujuan dan ukuran sraegis; merencanakan, meneapkan sasaran dan menyelaraskan berbagai inisiaif sraegis; meningkakan umpan balik dan pembelajaran sraegis. Visi yang diemban dalam kasus ini adalah keberlanjuan perikanan angkap di PPN

14 32 Prigi dengan menekankan pada model yang cocok dikembangkan, dengan misi mensejaherakan sakeholder dan rakya dengan hasil perikanan. Berdasarkan sraegi yang elah disusun, dibua menjadi olok ukur jangka pendek unuk mencapai olok ukur jangka panjang sehingga dapa meraih sraegi yang yang diharapkan. Tahap dalam penyusunan balanced scorecard (Nurani 2008), yaiu: (1) merinci visi berdasarkan masing-masing perspekif dan merumuskan saegi; (2) idenifikasi fakor-fakor pening keberhasilan kinerja sisem; (3) mengembangkan olok ukur, idenifikasi sebab akiba dan menyusun keseimbangan sisem; (4) merinci scorecard dan olok ukur uni sisem; (5) merumuskan ujuan-ujuan; dan (6) implemenasi.

III. KERANGKA PEMIKIRAN

III. KERANGKA PEMIKIRAN III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Teoriis 3.1.1 Daya Dukung Lingkungan Carrying capaciy aau daya dukung lingkungan mengandung pengerian kemampuan suau empa dalam menunjang kehidupan mahluk hidup secara

Lebih terperinci

III METODE PENELITIAN

III METODE PENELITIAN III METODE PENELITIAN 3.1 Waku dan Tempa Peneliian Peneliian mengenai konribusi pengelolaan huan rakya erhadap pendapaan rumah angga dilaksanakan di Desa Babakanreuma, Kecamaan Sindangagung, Kabupaen Kuningan,

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Usahatani belimbing karangsari adalah kegiatan menanam dan mengelola. utama penerimaan usaha yang dilakukan oleh petani.

III. METODE PENELITIAN. Usahatani belimbing karangsari adalah kegiatan menanam dan mengelola. utama penerimaan usaha yang dilakukan oleh petani. III. METODE PENELITIAN A. Konsep Dasar dan Definisi Operasional Usahaani belimbing karangsari adalah kegiaan menanam dan mengelola anaman belimbing karangsari unuk menghasilkan produksi, sebagai sumber

Lebih terperinci

IV. METODE PENELITIAN

IV. METODE PENELITIAN IV. METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waku Peneliian Peneliian ini dilaksanakan pada kasus pengolahan ikan asap IACHI Peikan Cia Halus (PCH) yang erleak di Desa Raga Jaya Kecamaan Ciayam, Kabupaen Bogor,

Lebih terperinci

3 METODE PENELITIAN. Gambar 5 Peta lokasi penelitian. PETA PENELITIAN DI KABUPATEN ACEH JAYA. Lokasi sampel. Lokasi Penelitian

3 METODE PENELITIAN. Gambar 5 Peta lokasi penelitian. PETA PENELITIAN DI KABUPATEN ACEH JAYA. Lokasi sampel. Lokasi Penelitian 3 METODE PENELITIAN 3.1 Tempa dan Waku Peneliian Peneliian ini dilaksanakan di pesisir Kabupaen Aceh Jaya di Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam. Peneliian ini dilaksanakan pada bulan Agusus 2008 sampai

Lebih terperinci

III METODOLOGI 3.1 Waktu dan Tempat 3.2 Metode Penelitian 3.3 Metode Pengumpulan Data

III METODOLOGI 3.1 Waktu dan Tempat 3.2 Metode Penelitian 3.3 Metode Pengumpulan Data III METODOLOGI 3. Waku dan Tempa Peneliian dilakukan pada Bulan Mare sampai dengan Bulan April 007. Lokasi peneliian berada di Pelabuhan Perikanan Nusanara Pemangka Kabupaen Sambas, Provinsi Kalimanan

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN III. METODE PENELITIAN 3.1. Kerangka Pemikiran Poensi sumberdaya perikanan, salah saunya dapa dimanfaakan melalui usaha budidaya ikan mas. Budidaya ikan mas yang erus berkembang di masyaraka, kegiaan budidaya

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. yang digunakan untuk mengetahui dan pembahasannya mengenai biaya - biaya

METODE PENELITIAN. yang digunakan untuk mengetahui dan pembahasannya mengenai biaya - biaya III. METODE PENELITIAN A. Meode Dasar Peneliian Meode yang digunakan dalam peneliian ini adalah meode kuaniaif, yang digunakan unuk mengeahui dan pembahasannya mengenai biaya - biaya usaha melipui biaya

Lebih terperinci

IV. METODE PENELITIAN

IV. METODE PENELITIAN IV. METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waku Peneliian Peneliian ini dilaksanakan di PT Panafil Essenial Oil. Lokasi dipilih dengan perimbangan bahwa perusahaan ini berencana unuk melakukan usaha dibidang

Lebih terperinci

IV. METODE PENELITIAN

IV. METODE PENELITIAN IV. METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waku Peneliian Peneliian ini dilakukan di Dafarm, yaiu uni usaha peernakan Darul Fallah yang erleak di Kecamaan Ciampea, Kabupaen Bogor, Jawa Bara. Pemilihan lokasi

Lebih terperinci

3 METODOLOGI. 3.1 Waktu dan Tempat

3 METODOLOGI. 3.1 Waktu dan Tempat 23 3 METODOLOGI 3. Waku dan Tempa Peneliian dilakukan pada bulan Mei 200 sampai Mei 20. Pengambilan daa dilakukan di Perairan Selaan Prigi dan Pelabuhan Perikanan Nusanara (PPN) Prigi, Trenggalek, Jawa

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Konsep dasar dan definisi operasional merupakan pengertian dan petunjuk yang

III. METODE PENELITIAN. Konsep dasar dan definisi operasional merupakan pengertian dan petunjuk yang III. METODE PENELITIAN A. Konsep Dasar dan Definisi Operasional Konsep dasar dan definisi operasional merupakan pengerian dan peunjuk yang digunakan unuk menggambarkan kejadian, keadaan, kelompok, aau

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN

III. METODOLOGI PENELITIAN III. METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Kerangka Pemikiran Peneliian Keinginan Kelompok Tani Duma Lori yang erdapa di Desa Konda Maloba dan masyaraka sekiar akan berdirinya penggilingan gabah di daerahnya, elah

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN 19 BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Waku dan Lokasi Peneliian Peneliian ini dilakukan pada bulan Juni hingga Juli 2011 yang berlokasi di areal kerja IUPHHK-HA PT. Mamberamo Alas Mandiri, Kabupaen Mamberamo

Lebih terperinci

Bab II Dasar Teori Kelayakan Investasi

Bab II Dasar Teori Kelayakan Investasi Bab II Dasar Teori Kelayakan Invesasi 2.1 Prinsip Analisis Biaya dan Manfaa (os and Benefi Analysis) Invesasi adalah penanaman modal yang digunakan dalam proses produksi unuk keunungan suau perusahaan.

Lebih terperinci

IV. METODE PENELITIAN

IV. METODE PENELITIAN IV. METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waku Peneliian mengenai kelayakan pengusahaan pupuk kompos dilaksanakan pada uni usaha Koperasi Kelompok Tani (KKT) Lisung Kiwari yang menjalin mira dengan Lembaga

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI. Produksi padi merupakan suatu hasil bercocok tanam yang dilakukan dengan

BAB 2 LANDASAN TEORI. Produksi padi merupakan suatu hasil bercocok tanam yang dilakukan dengan BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1. Produksi Produksi padi merupakan suau hasil bercocok anam yang dilakukan dengan penanaman bibi padi dan perawaan sera pemupukan secara eraur sehingga menghasilkan suau produksi

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Industri pengolahan adalah suatu kegiatan ekonomi yang melakukan kegiatan

III. METODE PENELITIAN. Industri pengolahan adalah suatu kegiatan ekonomi yang melakukan kegiatan 40 III. METODE PENELITIAN A. Konsep Dasar dan Baasan Operasional Konsep dasar dan baasan operasional pada peneliian ini adalah sebagai beriku: Indusri pengolahan adalah suau kegiaan ekonomi yang melakukan

Lebih terperinci

IV METODE PENELITIAN

IV METODE PENELITIAN IV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waku Peneliian Peneliian ini dilaksanakan di Tempa Pelayanan Koperasi (TPK) Cibedug, Kecamaan Lembang, Kabupaen Bandung, Jawa Bara. Pemilihan lokasi dilakukan secara

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. Kawasan Pesisir Kabupaten Kulon Progo. Pemanfaatan/Penggunaan Lahan Saat Ini

METODE PENELITIAN. Kawasan Pesisir Kabupaten Kulon Progo. Pemanfaatan/Penggunaan Lahan Saat Ini METODE PENELITIAN Kerangka Pendekaan Sudi Penaagunaan lahan kawasan pesisir di Kabupaen Kulon Progo didasarkan pada karakerisik fisik, finansial usaha ani dan pemanfaaan saa ini. Karakerisik fisik adalah

Lebih terperinci

post facto digunakan untuk melihat kondisi pengelolaan saat ini berdasarkan

post facto digunakan untuk melihat kondisi pengelolaan saat ini berdasarkan 3. METODE PENELITIAN 3.1. Pendekaan dan Meode Peneliian Jenis peneliian yang digunakan adalah jenis peneliian kualiaif dengan menggunakan daa kuaniaif. Daa kualiaif adalah mengeahui Gambaran pengelolaan

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS. Kegiatan untuk memperkirakan apa yang akan terjadi pada masa yang akan datang

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS. Kegiatan untuk memperkirakan apa yang akan terjadi pada masa yang akan datang BAB 2 TINJAUAN TEORITIS 2.1 Pengerian dan Manfaa Peramalan Kegiaan unuk mempeirakan apa yang akan erjadi pada masa yang akan daang disebu peramalan (forecasing). Sedangkan ramalan adalah suau kondisi yang

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LADASA TEORI 2.1 Pengerian Peramalan Peramalan (forecasing) adalah suau kegiaan yang memperkirakan apa yang akan erjadi pada masa yang akan daang. Meode peramalan merupakan cara unuk memperkirakan

Lebih terperinci

APLIKASI MODEL ANALISIS KELAYAKAN EKONOMI

APLIKASI MODEL ANALISIS KELAYAKAN EKONOMI APLIKASI MODEL ANALISIS KELAYAKAN EKONOMI Oleh: YUDI WAHYUDIN, S.Pi., M.Si. Pelaihan Analisis Kelayakan Ekonomi Kegiaan Capaciy Building Program Pendanaan Kompeisi-Indeks Pembangunan Manusia (PPK-IPM)

Lebih terperinci

BAB 2 URAIAN TEORI. waktu yang akan datang, sedangkan rencana merupakan penentuan apa yang akan

BAB 2 URAIAN TEORI. waktu yang akan datang, sedangkan rencana merupakan penentuan apa yang akan BAB 2 URAIAN EORI 2.1 Pengerian Peramalan Peramalan adalah kegiaan memperkirakan aau memprediksi apa yang erjadi pada waku yang akan daang, sedangkan rencana merupakan penenuan apa yang akan dilakukan

Lebih terperinci

3 METODE PENELITIAN 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian 3.2 Pengumpulan Data 3.3 Pengolahan dan Analisis Data Analisis catch per unit effort

3 METODE PENELITIAN 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian 3.2 Pengumpulan Data 3.3 Pengolahan dan Analisis Data Analisis catch per unit effort 3 METODE PENELITIAN 3. Waku dan Tempa Peneliian Peneliian dilaksanakan selama dua bulan dari bulan Agusus sampai Sepember 2008. Tempa yang dadikan obyek peneliian adalah Pelabuhan Perikanan Nusanara (PPN)

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN 26 III. METODE PENELITIAN 3.1. Kerangka Pemikiran Penilaian perkembangan kinerja keuangan PT. Goodyear Indonesia Tbk dilakukan dengan maksud unuk mengeahui sejauh mana perkembangan usaha perusahan yang

Lebih terperinci

MODUL III ANALISIS KELAYAKAN INVESTASI

MODUL III ANALISIS KELAYAKAN INVESTASI ANALISIS KELAYAKAN INVESTASI 3.. Tujuan Ö Prakikan dapa memahami perhiungan alokasi biaya. Ö Prakikan dapa memahami analisis kelayakan invesasi dalam pendirian usaha. Ö Prakikan dapa menyusun proyeksi/proforma

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Laar Belakang Masalah Dalam sisem perekonomian suau perusahaan, ingka perumbuhan ekonomi sanga mempengaruhi kemajuan perusahaan pada masa yang akan daang. Pendapaan dan invesasi merupakan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. tahun 1990-an, jumlah produksi pangan terutama beras, cenderung mengalami

BAB 1 PENDAHULUAN. tahun 1990-an, jumlah produksi pangan terutama beras, cenderung mengalami 11 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Laar Belakang Keahanan pangan (food securiy) di negara kia ampaknya cukup rapuh. Sejak awal ahun 1990-an, jumlah produksi pangan eruama beras, cenderung mengalami penurunan sehingga

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. Peramalan (Forecasting) adalah suatu kegiatan yang mengestimasi apa yang akan

BAB II LANDASAN TEORI. Peramalan (Forecasting) adalah suatu kegiatan yang mengestimasi apa yang akan BAB II LADASA TEORI 2.1 Pengerian peramalan (Forecasing) Peramalan (Forecasing) adalah suau kegiaan yang mengesimasi apa yang akan erjadi pada masa yang akan daang dengan waku yang relaif lama (Assauri,

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Kerangka Pemikiran Teoriis Pengerian proyek menuru Arifin yang dikuip dari Mariyanne (2006) adalah suau akivias di mana dikeluarkannya uang dengan harapan unuk mendapakan hasil

Lebih terperinci

ANALISIS DIRECT SELLING COST DALAM MENINGKATKAN VOLUME PENJUALAN Studi kasus pada CV Cita Nasional.

ANALISIS DIRECT SELLING COST DALAM MENINGKATKAN VOLUME PENJUALAN Studi kasus pada CV Cita Nasional. JURNAL ILMIAH RANGGAGADING Volume 7 No. 1, April 7 : 3-9 ANALISIS DIRECT SELLING COST DALAM MENINGKATKAN VOLUME PENJUALAN Sudi kasus pada CV Cia Nasional. Oleh Emmy Supariyani* dan M. Adi Nugroho *Dosen

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN 23 III. METODE PENELITIAN 3.1 Waku dan Lokasi Peneliian dilaksanakan di iga empa berbeda. Unuk mengeahui ingka parisipasi masyaraka penelii mengambil sampel di RT 03/RW 04 Kelurahan Susukan dan RT 05/RW

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI. Metode Peramalan merupakan bagian dari ilmu Statistika. Salah satu metode

BAB 2 LANDASAN TEORI. Metode Peramalan merupakan bagian dari ilmu Statistika. Salah satu metode 20 BAB 2 LADASA TEORI 2.1. Pengerian Peramalan Meode Peramalan merupakan bagian dari ilmu Saisika. Salah sau meode peramalan adalah dere waku. Meode ini disebu sebagai meode peramalan dere waku karena

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Pertumbuhan ekonomi merupakan salah satu ukuran dari hasil pembangunan yang

BAB 1 PENDAHULUAN. Pertumbuhan ekonomi merupakan salah satu ukuran dari hasil pembangunan yang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Laar Belakang Perumbuhan ekonomi merupakan salah sau ukuran dari hasil pembangunan yang dilaksanakan khususnya dalam bidang ekonomi. Perumbuhan ersebu merupakan rangkuman laju perumbuhan

Lebih terperinci

BAB III METODE PEMULUSAN EKSPONENSIAL TRIPEL DARI WINTER. Metode pemulusan eksponensial telah digunakan selama beberapa tahun

BAB III METODE PEMULUSAN EKSPONENSIAL TRIPEL DARI WINTER. Metode pemulusan eksponensial telah digunakan selama beberapa tahun 43 BAB METODE PEMUUAN EKPONENA TRPE DAR WNTER Meode pemulusan eksponensial elah digunakan selama beberapa ahun sebagai suau meode yang sanga berguna pada begiu banyak siuasi peramalan Pada ahun 957 C C

Lebih terperinci

BAB 2 DASAR TEORI. Studi mengenai aspek teknis dan produksi ini sifatnya sangat strategis, sebab

BAB 2 DASAR TEORI. Studi mengenai aspek teknis dan produksi ini sifatnya sangat strategis, sebab 13 BAB 2 DASAR TEORI 2.1 Aspek Teknis Sudi mengenai aspek eknis dan produksi ini sifanya sanga sraegis, sebab berkaian dengan kapasias proyek, lokasi, aa leak ala produksi, kajian aas bahan dan sumbernya,

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Laar Belakang Masalah persediaan merupakan masalah yang sanga pening dalam perusahaan. Persediaan mempunyai pengaruh besar erhadap kegiaan produksi. Masalah persediaan dapa diaasi

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Capial Expendiure (Belanja Modal) Capial Expendiure aau juga dikenal dengan nama belanja modal adalah pengeluaran yang dilakukan perusahaan unuk mendapakan aau memperbarui ase

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI. Peramalan adalah kegiatan untuk memperkirakan apa yang akan terjadi di masa yang

BAB 2 LANDASAN TEORI. Peramalan adalah kegiatan untuk memperkirakan apa yang akan terjadi di masa yang BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Pengerian Peramalan Peramalan adalah kegiaan unuk memperkirakan apa yang akan erjadi di masa yang akan daang. Sedangkan ramalan adalah suau aau kondisi yang diperkirakan akan erjadi

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS. dari bahasa Yunani yang berarti Demos adalah rakyat atau penduduk,dan Grafein

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS. dari bahasa Yunani yang berarti Demos adalah rakyat atau penduduk,dan Grafein BAB 2 TINJAUAN TEORITIS 2.1 Pengerian Demografi Keadaan penduduk sanga era kaiannya dengan demografi. Kaa demografi berasal dari bahasa Yunani yang berari Demos adalah rakya aau penduduk,dan Grafein adalah

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Laar Belakang Perumbuhan ekonomi merupakan salah sau ukuran dari hasil pembangunan yang dilaksanakan khususnya dalam bidang ekonomi. Perumbuhan ersebu merupakan rangkuman laju-laju

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN TEORITIS

BAB II TINJAUAN TEORITIS BAB II TIJAUA TEORITIS 2.1 Peramalan (Forecasing) 2.1.1 Pengerian Peramalan Peramalan dapa diarikan sebagai beriku: a. Perkiraan aau dugaan mengenai erjadinya suau kejadian aau perisiwa di waku yang akan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tepat rencana pembangunan itu dibuat. Untuk dapat memahami keadaan

BAB I PENDAHULUAN. tepat rencana pembangunan itu dibuat. Untuk dapat memahami keadaan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Laar Belakang Dalam perencanaan pembangunan, daa kependudukan memegang peran yang pening. Makin lengkap dan akura daa kependudukan yang esedia makin mudah dan epa rencana pembangunan

Lebih terperinci

III. KERANGKA PEMIKIRAN

III. KERANGKA PEMIKIRAN 29 III. KERANGKA PEMIKIRAN Dalam usaha unuk memenuhi kebuuhan hidupnya manusia berupaya mengeksploiasi sumberdaya alam yang ada di sekiarnya. Keerganungan manusia erhadap sumberdaya alam elah erjadi sejak

Lebih terperinci

ANALISI KELAYAKAN FINANSIAL USAHA AGROINDUSTRI TAHU STUDI KASUS DI KELURAHAN LABUH BARU BARAT KECAMATAN PAYUNG SEKAKI KOTA PEKANBARU

ANALISI KELAYAKAN FINANSIAL USAHA AGROINDUSTRI TAHU STUDI KASUS DI KELURAHAN LABUH BARU BARAT KECAMATAN PAYUNG SEKAKI KOTA PEKANBARU ANALISI KELAYAKAN FINANSIAL USAHA AGROINDUSTRI TAHU STUDI KASUS DI KELURAHAN LABUH BARU BARAT KECAMATAN PAYUNG SEKAKI KOTA PEKANBARU Muhammad Irfan Asrori, Yusmini, dan Shorea Khaswarina Fakulas Peranian

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Laar Belakang Air merupakan kebuuhan pokok bagi seiap makhluk hidup di dunia ini ermasuk manusia. Air juga merupakan komponen lingkungan hidup yang pening bagi kelangsungan hidup

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Sumber Daya Alam (SDA) yang tersedia merupakan salah satu pelengkap alat

BAB 1 PENDAHULUAN. Sumber Daya Alam (SDA) yang tersedia merupakan salah satu pelengkap alat BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Laar Belakang Sumber Daya Alam (SDA) yang ersedia merupakan salah sau pelengkap ala kebuuhan manusia, misalnya anah, air, energi lisrik, energi panas. Energi Lisrik merupakan Sumber

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. yang akan datang. Peramalan menjadi sangat penting karena penyusunan suatu

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. yang akan datang. Peramalan menjadi sangat penting karena penyusunan suatu BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengerian Peramalan Peramalan adalah kegiaan memperkirakan apa yang erjadi pada waku yang akan daang sedangkan rencana merupakan penenuan apa yang akan dilakukan pada waku yang

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Peneliian Jenis peneliian kuaniaif ini dengan pendekaan eksperimen, yaiu peneliian yang dilakukan dengan mengadakan manipulasi erhadap objek peneliian sera adanya konrol.

Lebih terperinci

3 METODE UMUM PENELITIAN

3 METODE UMUM PENELITIAN 3 METODE UMUM PENELITIAN 3. Lokasi dan Waku Peneliian Peneliian ini dilakukan di Kabupaen Cirebon dan Kabupaen Indramayu, Provinsi Jawa Bara (Lampiran dan 2). Pemilihan lokasi didasari oleh: ) bahwa kedua

Lebih terperinci

IV METODE PENELITIAN

IV METODE PENELITIAN IV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waku Peneliian Peneliian yang dilakukan mengenai analisis perencanaan pengadaan una berdasarkan ramalan ime series volume ekspor una loin beku di PT Tridaya Eramina

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Pengembangan Usaha Agribisnis Perdesaan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Pengembangan Usaha Agribisnis Perdesaan BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pengembangan Usaha Agribisnis Perdesaan Pengembangan Usaha Agribisnis Perdesaan (PUAP) merupakan program sraegis Kemenerian Peranian dalam rangka mengurangi ingka kemiskinan,

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Laar Belakang Pada dasarnya peramalan adalah merupakan suau dugaan aau perkiraan enang erjadinya suau keadaan di masa depan. Akan eapi dengan menggunakan meodemeode erenu peramalan

Lebih terperinci

HUMAN CAPITAL. Minggu 16

HUMAN CAPITAL. Minggu 16 HUMAN CAPITAL Minggu 16 Pendahuluan Invesasi berujuan unuk meningkakan pendapaan di masa yang akan daang. Keika sebuah perusahaan melakukan invesasi barang-barang modal, perusahaan ini akan mengeluarkan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Kabupaten Labuhan Batu merupakan pusat perkebunan kelapa sawit di Sumatera

BAB 1 PENDAHULUAN. Kabupaten Labuhan Batu merupakan pusat perkebunan kelapa sawit di Sumatera BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Laar Belakang Kabupaen Labuhan Bau merupakan pusa perkebunan kelapa sawi di Sumaera Uara, baik yang dikelola oleh perusahaan negara / swasa maupun perkebunan rakya. Kabupaen Labuhan

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI 35 BAB LANDASAN TEORI Meode Dekomposisi biasanya mencoba memisahkan iga komponen erpisah dari pola dasar yang cenderung mencirikan dere daa ekonomi dan bisnis. Komponen ersebu adalah fakor rend (kecendrungan),

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Suatu negara yang memutuskan untuk menempuh kebijakan hutang

BAB I PENDAHULUAN. Suatu negara yang memutuskan untuk menempuh kebijakan hutang BAB I PENDAHULUAN A. Laar Belakang Masalah Suau negara yang memuuskan unuk menempuh kebijakan huang luar negeri biasanya didasari oleh alasan-alasan yang dianggap rasional dan pening. Huang luar negeri

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Kerangka Pemikiran Salah sau ujuan didirikannya perusahaan adalah dalam rangka memaksimalkan firm of value. Salah sau cara unuk mengukur seberapa besar perusahaan mencipakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. universal, disemua negara tanpa memandang ukuran dan tingkat. kompleks karena pendekatan pembangunan sangat menekankan pada

BAB I PENDAHULUAN. universal, disemua negara tanpa memandang ukuran dan tingkat. kompleks karena pendekatan pembangunan sangat menekankan pada BAB I PENDAHULUAN A. Laar Belakang Disparias pembangunan ekonomi anar daerah merupakan fenomena universal, disemua negara anpa memandang ukuran dan ingka pembangunannya. Disparias pembangunan merupakan

Lebih terperinci

BAB 4 ANALISIS DAN PEMBAHASAN

BAB 4 ANALISIS DAN PEMBAHASAN BAB 4 ANALISIS DAN EMBAHASAN 4.1 Karakerisik dan Obyek eneliian Secara garis besar profil daa merupakan daa sekunder di peroleh dari pusa daa saisik bursa efek Indonesia yang elah di publikasi, daa di

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Dalam pelaksanaan pembangunan saat ini, ilmu statistik memegang peranan penting

BAB 1 PENDAHULUAN. Dalam pelaksanaan pembangunan saat ini, ilmu statistik memegang peranan penting BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Laar Belakang Dalam pelaksanaan pembangunan saa ini, ilmu saisik memegang peranan pening baik iu di dalam pekerjaan maupun pada kehidupan sehari-hari. Ilmu saisik sekarang elah melaju

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. yang akan datang. Peramalan menjadi sangat penting karena penyusunan suatu

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. yang akan datang. Peramalan menjadi sangat penting karena penyusunan suatu BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengerian Peramalan Peramalan adalah kegiaan memperkirakan apa yang erjadi pada waku yang akan daang sedangkan rencana merupakan penenuan apa yang akan dilakukan pada waku yang

Lebih terperinci

Kelayakan Finansial Budidaya Jamur Tiram di Desa Sugihan, Kecamatan Tengaran, Kabupaten Semarang

Kelayakan Finansial Budidaya Jamur Tiram di Desa Sugihan, Kecamatan Tengaran, Kabupaten Semarang Kelayakan Finansial Budidaya Jamur Tiram di Desa Sugihan, Kecamaan Tengaran, Kabupaen Semarang Nugraheni Renaningsih Fakulas Peranian Universias Veeran Bangun Nusanara Sukoharjo, Jl. Lejen S. Humardani

Lebih terperinci

ANALISIS KELAYAKAN FINANSIAL BUDIDAYA IKAN NILA WANAYASA PADA KELOMPOK PEMBUDIDAYA MEKARSARI

ANALISIS KELAYAKAN FINANSIAL BUDIDAYA IKAN NILA WANAYASA PADA KELOMPOK PEMBUDIDAYA MEKARSARI Analisis Jurnal Akuakulur Kelayakan Finansial Indonesia, Budidaya 6(1): 97 102 Ikan Nila (2007) Wanayasa Available : hp://journal.ipb.ac.id/index.php/jai 97 hp://jurnalakuakulurindonesia.ipb.ac.id Bulan

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN

III. METODOLOGI PENELITIAN III. METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Kerangka Pemikiran Ekosisem lau memiliki banyak manfaa ekonomi, baik yang selama ini elah erkuanifikasikan maupun manfaa-manfaa yang belum erhiung, dikarenakan nilainya

Lebih terperinci

BAB III METODE DEKOMPOSISI CENSUS II. Data deret waktu adalah data yang dikumpulkan dari waktu ke waktu

BAB III METODE DEKOMPOSISI CENSUS II. Data deret waktu adalah data yang dikumpulkan dari waktu ke waktu BAB III METODE DEKOMPOSISI CENSUS II 3.1 Pendahuluan Daa dere waku adalah daa yang dikumpulkan dari waku ke waku unuk menggambarkan perkembangan suau kegiaan (perkembangan produksi, harga, hasil penjualan,

Lebih terperinci

ANALISIS FINANSIAL PENGOLAHAN SURIMI DENGAN SKALA MODERN DAN SEMI MODERN. Financial Analysis of Surimi Processing by Modern and Semi-Modern Scale

ANALISIS FINANSIAL PENGOLAHAN SURIMI DENGAN SKALA MODERN DAN SEMI MODERN. Financial Analysis of Surimi Processing by Modern and Semi-Modern Scale ANALISIS FINANSIAL PENGOLAHAN SURIMI DENGAN SKALA MODERN DAN SEMI MODERN Financial Analysis of Surimi Processing by Modern and Semi-Modern Scale Nazori Djazuli 1*, Mia Wahyuni, Daniel Moninja, Ari Purbayano

Lebih terperinci

KELAYAKAN FINANSIAL INVESTASI PABRIK KELAPA SAWIT DI KABUPATEN ACEH UTARA. Asrida Dosen Program Studi Ekonomi Pembangunan Universitas Almuslim ABSTRAK

KELAYAKAN FINANSIAL INVESTASI PABRIK KELAPA SAWIT DI KABUPATEN ACEH UTARA. Asrida Dosen Program Studi Ekonomi Pembangunan Universitas Almuslim ABSTRAK KELAYAKAN FINANSIAL INVESTASI PABRIK KELAPA SAWIT DI KABUPATEN ACEH UTARA Asrida Dosen Program Sudi Ekonomi Pembangunan Universias Almuslim ABSTRAK Kelapa sawi merupakan salah sau primadona anaman perkebunan

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini adalah penelitian Quasi Eksperimental Design dengan

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini adalah penelitian Quasi Eksperimental Design dengan BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Jenis dan Desain Peneliian Peneliian ini adalah peneliian Quasi Eksperimenal Design dengan kelas eksperimen dan kelas conrol dengan desain Prees -Poses Conrol Group Design

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Defenisi Persediaan Persediaan adalah barang yang disimpan unuk pemakaian lebih lanju aau dijual. Persediaan dapa berupa bahan baku, barang seengah jadi aau barang jadi maupun

Lebih terperinci

Analisis kelayakan finansial perluasan tambak budidaya udang vaname di Cantigi Indramayu

Analisis kelayakan finansial perluasan tambak budidaya udang vaname di Cantigi Indramayu Jurnal Akuakulur Indonesia 9 (1), 77 83 (2010) Available : hp://journal.ipb.ac.id/index.php/jai hp://jurnalakuakulurindonesia.ipb.ac.id Analisis kelayakan finansial perluasan ambak budidaya udang vaname

Lebih terperinci

III KERANGKA PEMIKIRAN

III KERANGKA PEMIKIRAN III KERANGKA PEMIKIRAN 3.1 Teori Risiko Produksi Dalam eori risiko produksi erlebih dahulu dijelaskan mengenai dasar eori produksi. Menuru Lipsey e al. (1995) produksi adalah suau kegiaan yang mengubah

Lebih terperinci

KLASIFIKASI DATA PRODUKSI PADI PULAU JAWA MENGGUNAKAN ALGORITMECLASSIFICATION VERSION 4.5 (C4.5)

KLASIFIKASI DATA PRODUKSI PADI PULAU JAWA MENGGUNAKAN ALGORITMECLASSIFICATION VERSION 4.5 (C4.5) KLASIFIKASI DATA PRODUKSI PADI PULAU JAWA MENGGUNAKAN ALGORITMECLASSIFICATION VERSION 4.5 (C4.5) Dwi Seyowai, Yuliana Susani, Supriyadi Wibowo Program Sudi Maemaika Fakulas Maemaika dan Ilmu Pengeahuan

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN Agustus, September 2014 dan dilanjutkan di Laboratorium

III. METODE PENELITIAN Agustus, September 2014 dan dilanjutkan di Laboratorium III. METODE PENELITIAN 3.1. Waku dan Tempa Peneliian ini dilakukan lebih kurang 1 bulan di lapangan yaiu anggal 01 15 Agusus, 01 15 Sepember 2014 dan dilanjukan di Laboraorium Pembangunan Ekonomi Perikanan

Lebih terperinci

JIIA, VOLUME 4 No. 1, JANUARI 2016

JIIA, VOLUME 4 No. 1, JANUARI 2016 ANALISIS FINANSIAL USAHA TERNAK AYAM PROBIOTIK : STUDI KASUS: KPA BERKAT USAHA BERSAMA, KOTA METRO (Financial Analysis Of Probioic Chickens Farming : Case Sudy: KPA Berka Usaha Bersama, Mero Ciy) Bayu

Lebih terperinci

KAJIAN KELAYAKAN FINANSIAL PENGEMBANGAN ANGKUTAN WISATA DI KOTA DENPASAR

KAJIAN KELAYAKAN FINANSIAL PENGEMBANGAN ANGKUTAN WISATA DI KOTA DENPASAR Konferensi Nasional Teknik Sipil 10 Universias Ama Jaya Yogyakara, 26-27 Okober 2016 KAJIAN KELAYAKAN FINANSIAL PENGEMBANGAN ANGKUTAN WISATA DI KOTA DENPASAR Puu Ali Suhanaya 1, Dyah Ayu Lesari 1, 1 Jurusan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Propinsi Sumatera Utara merupakan salah satu propinsi yang mempunyai

BAB 1 PENDAHULUAN. Propinsi Sumatera Utara merupakan salah satu propinsi yang mempunyai BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Laar Belakang Propinsi Sumaera Uara merupakan salah sau propinsi yang mempunyai perkembangan yang pesa di bidang ransporasi, khususnya perkembangan kendaraan bermoor. Hal ini dapa

Lebih terperinci

Bab IV Pengembangan Model

Bab IV Pengembangan Model Bab IV engembangan Model IV. Sisem Obyek Kajian IV.. Komodias Obyek Kajian Komodias dalam peneliian ini adalah gula pasir yang siap konsumsi dan merupakan salah sau kebuuhan pokok masyaraka. Komodias ini

Lebih terperinci

BAB 3 METODOLOGI PEMECAHAN MASALAH

BAB 3 METODOLOGI PEMECAHAN MASALAH BAB 3 METODOLOGI PEMECAHAN MASALAH 3.1 Tahapan Pemecahan Masalah Tahapan pemecahan masalah berfungsi unuk memudahkan dalam mencari jawaban dalam proses peneliian yang dilakukan agar sesuai dengan arah

Lebih terperinci

Muhammad Firdaus, Ph.D

Muhammad Firdaus, Ph.D Muhammad Firdaus, Ph.D DEPARTEMEN ILMU EKONOMI FEM-IPB 010 PENGERTIAN GARIS REGRESI Garis regresi adalah garis yang memplokan hubungan variabel dependen (respon, idak bebas, yang dipengaruhi) dengan variabel

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN TEORI

BAB 2 TINJAUAN TEORI 7 BAB 2 TINJAUAN TEORI 2.1 Pengerian Peramalan Peramalan adalah kegiaan unuk memperkirakan apa yang akan erjadi di masa yang akan daang. Sedangkan ramalan adalah suau siuasi aau kondisi yang diperkirakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Perekonomian dunia telah menjadi semakin saling tergantung pada

BAB I PENDAHULUAN. Perekonomian dunia telah menjadi semakin saling tergantung pada BAB I PENDAHULUAN A. Laar Belakang Masalah Perekonomian dunia elah menjadi semakin saling erganung pada dua dasawarsa erakhir. Perdagangan inernasional merupakan bagian uama dari perekonomian dunia dewasa

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN A III METODE PEELITIA Salah sau komponen peneliian yang mempunyai ari pening dalam kaiannya dengan proses sudi secara komprehensif adalah komponen meode peneliian. Meode peneliian menjelaskan bagaimana

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS. bahasa Yunani yang berarti Demos adalah rakyat atau penduduk, dan Grafein adalah

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS. bahasa Yunani yang berarti Demos adalah rakyat atau penduduk, dan Grafein adalah 37 BAB 2 TINJAUAN TEORITIS 2.1 Pengerian-pengerian Kependudukan sanga era kaiannya dengan demgrafi. Kaa demgrafi berasal dari bahasa Yunani yang berari Dems adalah rakya aau penduduk, dan Grafein adalah

Lebih terperinci

BAB 3 LANDASAN TEORI

BAB 3 LANDASAN TEORI BAB 3 LANDASAN TEORI 3.1. Deskripsi Teori 3.1.1. Pengerian Peramalan Unuk membanu ercapainya suau kepuusan yang efisien unuk penjualan produknya, perusahaan memerlukan suau cara yang epa, sisemais dan

Lebih terperinci

Analisis Model dan Contoh Numerik

Analisis Model dan Contoh Numerik Bab V Analisis Model dan Conoh Numerik Bab V ini membahas analisis model dan conoh numerik. Sub bab V.1 menyajikan analisis model yang erdiri dari analisis model kerusakan produk dan model ongkos garansi.

Lebih terperinci

LATIHAN SOAL KWU XII

LATIHAN SOAL KWU XII LATIHAN SOAL KWU XII A. Pilihan Ganda Pilihlah jawaban yang paling epa dengan memilih huruf a, b, c, d aau e dalam lembar jawab online. 1. Seorang wirausahawan bersedia menyerahkan pengelolaan bisnisnya

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis dan Pendekaan Peneliian Jenis peneliian yang digunakan dalam peneliian ini adalah peneliian evaluasi dan pendekaannya menggunakan pendekaan kualiaif non inerakif (non

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN 39 III. METODE PENELITIAN 3.1 Waku dan Meode Peneliian Pada bab sebelumnya elah dibahas bahwa cadangan adalah sejumlah uang yang harus disediakan oleh pihak perusahaan asuransi dalam waku peranggungan

Lebih terperinci

Bab 5 Penaksiran Fungsi Permintaan. Ekonomi Manajerial Manajemen

Bab 5 Penaksiran Fungsi Permintaan. Ekonomi Manajerial Manajemen Bab 5 Penaksiran Fungsi Perminaan 1 Ekonomi Manajerial Manajemen Peranyaan Umum Tenang Perminaan Seberapa besar penerimaan perusahaan akan berubah seelah adanya peningkaan harga? Berapa banyak produk yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dalam pembicaraan sehari-hari, bank dikenal sebagai lembaga keuangan yang

BAB I PENDAHULUAN. Dalam pembicaraan sehari-hari, bank dikenal sebagai lembaga keuangan yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Laar Belakang Dalam pembicaraan sehari-hari, bank dikenal sebagai lembaga keuangan yang kegiaan uamanya menerima simpanan giro, abungan dan deposio. Kemudian bank juga dikenal sebagai

Lebih terperinci

Pemodelan Data Runtun Waktu : Kasus Data Tingkat Pengangguran di Amerika Serikat pada Tahun

Pemodelan Data Runtun Waktu : Kasus Data Tingkat Pengangguran di Amerika Serikat pada Tahun Pemodelan Daa Runun Waku : Kasus Daa Tingka Pengangguran di Amerika Serika pada Tahun 948 978. Adi Seiawan Program Sudi Maemaika, Fakulas Sains dan Maemaika Universias Krisen Saya Wacana, Jl. Diponegoro

Lebih terperinci

Jurusan Teknik Informatika Fakultas Teknik Universitas Muhammadiyah Jember ABSTRAK

Jurusan Teknik Informatika Fakultas Teknik Universitas Muhammadiyah Jember ABSTRAK PERBANDINGAN METODE DES (DOUBLE EXPONENTIAL SMOOTHING) DENGAN TES (TRIPLE EXPONENTIAL SMOOTHING) PADA PERAMALAN PENJUALAN ROKOK (STUDI KASUS TOKO UTAMA LUMAJANG) 1 Fajar Riska Perdana (1110651142) 2 Daryano,

Lebih terperinci

Analisis Finansial Usaha Penggemukan Sapi Peranakan Friesian Holstein (PFH) Jantan di Kecamatan Selo Kabupaten Boyolali

Analisis Finansial Usaha Penggemukan Sapi Peranakan Friesian Holstein (PFH) Jantan di Kecamatan Selo Kabupaten Boyolali Tropical Animal Husbandry Vol. 1 (1), Okober 2012:43-51 ISSN 2301-9921 Analisis Finansial Usaha Penggemukan Sapi Peranakan Friesian Holsein (PFH) Janan di Kecamaan Selo Kabupaen Boyolali N. Diamojo, S.

Lebih terperinci

BAB 4 METODOLOGI PENELITIAN

BAB 4 METODOLOGI PENELITIAN BAB 4 METODOLOGI PENELITIAN 4.1. Model Rumusan Masalah dan Pengambilan Kepuusan Model rumusan masalah dan pengambilan kepuusan yang digunakan dalam menyelesaikan skripsi ini dimulai dari observasi lapangan

Lebih terperinci

PERANCANGAN SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN DENGAN METODE BOBOT UNTUK MENILAI KENAIKAN GOLONGAN PEGAWAI

PERANCANGAN SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN DENGAN METODE BOBOT UNTUK MENILAI KENAIKAN GOLONGAN PEGAWAI Seminar Nasional Informaika PERANCANGAN SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN DENGAN METODE BOBOT UNTUK MENILAI KENAIKAN GOLONGAN PEGAWAI Evri Ekadiansyah Program Sudi D Manajemen Informaika, STMIK Poensi Uama evrie9@gmail.com

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI. Pengangguran atau tuna karya merupakan istilah untuk orang yang tidak mau bekerja

BAB 2 LANDASAN TEORI. Pengangguran atau tuna karya merupakan istilah untuk orang yang tidak mau bekerja BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Pengerian Pengangguran Pengangguran aau una karya merupakan isilah unuk orang yang idak mau bekerja sama sekali, sedang mencari kerja, bekerja kurang dari dua hari selama seminggu,

Lebih terperinci

PERANCANGAN SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN DENGAN METODE BOBOT UNTUK MENILAI KENAIKAN GOLONGAN PEGAWAI

PERANCANGAN SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN DENGAN METODE BOBOT UNTUK MENILAI KENAIKAN GOLONGAN PEGAWAI Seminar Nasional Informaika 24 PERANCANGAN SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN DENGAN METODE BOBOT UNTUK MENILAI KENAIKAN GOLONGAN PEGAWAI Evri Ekadiansyah Program Sudi D3 Manajemen Informaika, STMIK Poensi Uama

Lebih terperinci