BAB II LANDASAN TEORI

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB II LANDASAN TEORI"

Transkripsi

1 BAB II LANDASAN EORI.1. eori Waku Dengung Jika suau sumber suara dimaikan secara iba-iba di dalam ruangan dimana idak ada lagi energi suara yang dipancarkan pada suau iik pengamaan di dalam ruangan yang perama kali dirasakan adala ilangnya medan suara langsung. Keilangan ersebu idak erdeeksi pada saa yang bersamaan dengan sumber dimaikan, eapi erjadi seela selang waku r, yaiu waku yang diperlukan ole suara yang diradiasikan erakir unuk meramba dari sumber ke iik pengamaan. Refleksi-refleksi suara sebagai komponen dari medan dengung daang secara beruruan sebagai suau rangkaian energi suara yang semakin mengecil. Perisiwa diaas ersebu dinamakan sebagai perisiwa peluruan suara. Perisiwa peluruan suara cenderung unuk menuupi penerimaan suara baru secara iba-iba ole penerima sampai waku erenu dimana energi suara dengung ela urun beberapa decibel (db) dari level semula. Karena peluruan suara merupakan karakerisik dari suau ruangan erenu maka diperlukan suau besaran erenu unuk menyaakannya. Besaran ersebu adala waku dengung ( 60 ). Dimana 60 didefinisikan sebagai waku yang diperlukan ingka energi suara unuk meluru sebesar 60 db sejak sumber suara dimaikan [Reynolds, 1981]. Unuk memperole parameer waku dengung dalam suau ruangan bisa digunakan dua meode periungan, yaiu meode energi suara manap dan meode energi impuls erinegrasi... Energi Suara Manap Keika sebua sumber suara dioperasikan di dalam ruangan secara erus menerus, absorpsi suara ole medium dan permukaan-permukaan penyerap suara yang ada di dalam ruangan mencega energi suara menjadi sanga besar. Keadaan energi yang manap akan dicapai bila energi suara yang dipancarkan ole sumber suara sama dengan energi yang diserap ole medium dan permukaan-permukaan 4

2 iu. Keikan sumber suara dimaikan, maka akan erjadi perisiwa peluruan suara yang menggambarkan karakerisik dari ruangan. Adanya kekomplekan medan suara yang erjadi di dalam ruangan, membua peluruan suara suli sekali di rumuskan secara maemais anpa melakukan asumsi erenu. Sala sau pendekaan yang dilakukan adala dengan menganggap baanbaan absorpsi yang mempunyai koefisien absorpsi (α) yang ada berbeda-beda erdisribusi secara meraa diseluru permukaan-permukaan ruangan ( α ). Jika kepadaan enegi suara mula D 0 wa-sec/m 3 seela waku n akan mengalami n refleksi, dimana adala waku yang diperlukan unuk menempu jarak bebas raa-raa : d 4V ' = =...1 c cs d = Jarak bebas raa-raa (m) c = Kecepaan ramba suara (m/sec) V = Volume ruangan (m 3 ) S = Luas permukaan ruangan (m ) Perisiwa peluruan suara bisa digambarkan sebagai beriku: Gambar.1 Perisiwa peluruan suara Kepadaan energi suara seela erjadi n refleksi : Karena n = /, maka : D(n') = D n 0 (1 α) D( ) = D α D( ) ( cs / 4V ) 0 (1 ) ( cs / 4V )( ln(1 α )) = D0 (1 α ) e Beberapa persamaan yang mengiung waku dengung dari koefisien absorpsi yang ada di dalam ruangan, ela di formulasikan W.C. Sabine (197), 5

3 menurunkan persamaannya dengan mengasumsikan bawa gelombang suara di dalam ruangan daang pada suau permukaan yang mempunyai koefisien absorpsi suara erenu, sau permukaan seela permukaan yang lain beruru-uru V = A V = Volume ruangan (m 3 ) A = Penyerapan suara ruangan oal (m sabine) Eyring (1930), memformulasikan persamaan alernaif dengan mengasumsikan bawa baan penyerap erdisribusi meraa pada seluru permukaan dan gelombang suara daang pada permukaan-permukaan ersebu pada saa yang bersamaan, gelombang suara yang daang beruruan selanjunya karena refleksi-refleksi, diselangi dengan waku yang diperlukan ole gelombang suara unuk meramba dengan jarak sama dengan jarak bebas raa-raa ruangan V =...4 S In(1 α) V = Volume ruangan (m 3 ) S = Luas oal permukaan ruangan (m ) A = Penyerapan suara ruangan oal (m sabine) α = Koefisiensi absorbsi suara raa-raa ruangan Unuk mendapakan arga 60 anpa mengeaui arga-arga koefisien absorbsi suara dari ruangan adala dengan melakukan pegukuran langsung di dalam ruangan ersebu. Pengukuran yang biasa dilakukan dalam mengiung waku dengung dengan meode energi suara manap adala menggunakan grapic level recorder. Ruangan di eksiasi dengan sumber suara wie noise aau band pass filered noise. Seela ingka ekanan suara dalam keadaan cukup manap, sumber suara dimaikan. Logarima dari ekanan suara rms (roo mean squere) 6

4 yang erukur di plo eradap waku pada grapic level recorder, maka akan didapakan kurva peluruan dari ingka ekanan suara z 70 db Wriing speed : 00 mm/sec Paper speed : 30 mm/sec α 60 = 60 Y V an α were : Y = verical scale, mm/db V = paper speed, mm/sec Gambar. Meode unuk mengiung waku dengung dari kurva perluruan asil grapic level recorder Periungan waku dengung dari kurva diaas digunakan persamaan 60Y 60 =...5 V an α Y = Skala verikal (mm/db) V = Skala orizonal (mm/sec) α = Sudu kurva peluruan eradap sumbu waku.3. Energi Impuls erinegrasi Pengukuran waku dengung dengan menggunakan kurva peluruan diaas mempunyai repeaabiliy cukup renda, diunjukan dengan adanya flukuasi yang cukup besar dan pola kurva peluruan suara yang berbeda-beda dari sau pengukuran eradap pengukuran yang lain. Variasi ersebu diakibakan adanya perbedaan ampliudo dan fasa sinyal eksiasi. Meode yang sering dilakukan unuk mengurangi efek ersebu biasanya dengan melakukan beberapa kali pengukuran unuk posisi sumber suara dan penerima yang sama, kemudian meraa-raakan waku dengung yang diperole iap pengukuran. M.R. Scroeder (1965), menggembangkan prosedur unuk mengilangkan kesulian ersebu, dimana akan didapa raa-raa ensembel anya 7

5 dengan melakukan sau kali pengukuran unuk posisi sumber dan penerima yang sama Meode Scroeder Pada pengukuran waku dengung dengan meode energi suara manap, peluruan sinyal suara yang dierima pada suau iik pengukuran di dalam ruangan dapa dinyaakan dengan persamaan : 0 s () = n( τ).r( τ)dτ...6 merupakan konvolusi dari sinyal eksiasi wie noise n() dan anggapan impuls di dalam ruangan r(). Baas aas waku inegrasi menyaakan waku saa sumber eksiasi dimaikan (τ = 0), dan baas bawa inegrasi (τ = - ) mengidikasikan bawa sinyal wie noise ela dieksiasikan relaif cukup lama seingga medan suara di dalam ruangan mencapai keadaan manap. Kuadra sinyal yang dierima bisa dinyaakan dengan persamaan : 0 0 s () = n( τ).n( θ).r( τ).r( θ)dθ.dτ...7 Jika n() sinyal wie noise sasioner, fungsi auokovariansi <n( 1 ).n( )> erganung pada perbedaan waku - 1 dan berarga nol kecuali pada = 1, maka bisa diuliskan: <n( 1 ).n( )> = M.δ( - 1 )...8 M = Daya sinyal peruni bandwid δ() = Fungsi Dirac Dela Dengan mengambil peraa-raaan ensembel persamaan.7 dan mensubiusikan persamaan.8 akan di dapa : 8

6 0 0 < S () >= M. δ( θ τ)dθ. r( θ)r( τ)dτ...9 karena δ(θ - τ) berarga nol kecuali pada θ = τ, inegrasi eradap variabel θ akan di dapa persamaan : 0 r < S () >= M. ( τ)dτ.10 dengan mensubiusikan x = - τ maka didapa persamaan : ( ) < S () >= M. r (x)dx.11 ( ) < S () >= M.( r (x)dx r (x)dx).1 0 Persamaan.11 menyaakan raa-raa ensembel kuadra peluruan sinyal diperole dengan penginegrasian kuadra anggapan impuls dari ruangan. Dalam prakeknya, proses penginegrasian dilakukan unuk selang waku erenu, seingga persamaan.11 menjadi : Τ < S () >= M. r (x)dx.13 Jika menggunakan meode energi suara manap arga esebu diperole dengan melakukan banyak sekali pengukuran, sedangkan dengan meode impuls erinegrasi Scroeder anya diperole dengan sau pengukuran unuk sau posisi sumber suara dan penerima yang sama. 9

7 Persamaan.1 memberikan suau alernaif inerpreasi, ensembel kuadra peluruan sinyal pada saa merupakan perbedaan energi oal inegrasi dengan energi inegrasi yang ela meluru pada inerval nol sampai. Pada pengukuran dalam ruangan yang sebenarnya, dimana selalu adir bising laar belakang, maka persamaan.13 menjadi : Τ < S () >= M. (r(x) + n(x)) dx.14 dimana, n(x) = bising laar belakang al ersebu cenderung memperbesar asil pengukuran waku dengung dengan menggunakan meode Scroeder. Meode yang dikembangkan Scroeder berasil mengeliminasi flukuasi yang diakibakan ole acaknya sumber eksiasi. eapi meode ini idak bisa mengelakan variasi <S ()> yang diakibakan perbedaan iik pengukuran. Seingga diperlukan peraa-raaan arimeika dari waku dengung yang didapakan dari seiap iik pengukuran..3.. Meode Kawakami dan Yamaguci Kawakami dan Yamaguci mengembangkan meode unuk mengambil raa-raa ensembel ({<S ()>}) dan memperkecil pengaru dari kaadiran bising laar belakang dengan cara eknik peraa-raaan bising laar belakang.{<s ()>} erdiri dari dua fungsi {S ()} yang merupakan peraa-raaan kurva peluruan eradap ruangan dan <S ()> merupakan raa-raa ensembel yang didapakan dari meode Scroeder Definisi Raa-Raa Ruang {S ()} dan Raa-Raa Ensembel Ruang {<S ()>} Didalam ruangan biasa dimana kondisi ruangan idak cukup difus, benuk anggapan impuls berbeda dari sau iik pengukuran eradap pengukuran yang lain. anggapan impuls mempunyai perbedaan dalam besarnya ampliudo suara 10

8 r() A 0 N D langsung relaif eradap ampliudo-ampliudo refleksi awal aau ampliudoampliudo saa erjadinya dengung, jumla refleksi awal sebelum erjadinya dengung, jarak anara refleksi-refleksi awal, difus idaknya medan suara, seperi diilusrasikan pada gambar ini. S R Gambar.3 Ilusrasi anggapan impuls ruangan, A 0 = Suara langsung N = Jumla refleksi awal, R = Jarak anara refleksi awal, D = Dengung, S = Selubung yang dienukan ole deraja difus medan suara Karena waku dengung merupakan karakerisik suau ruangan bukan karakerisik iik-iik erenu di dalam ruangan, maka diperlukan peraa-raaan ruang unuk mendapakan arga waku dengung. R ua ng an be rvo lu m e V R 1 r 1 () r () R S r 3 () R 3 r 5 () r 4 () R 4 R 5 Gambar.4 Deskripsi dari sau sumber suara (S), sejumla iik penerimaan (R), anggapan impuls r() akan berbeda dari sau penerima ke penerima yang lain di dalam ruangan bervolume V (m 3 ) Raa-raa ruang {S ()} didefinisikan sebagai peraa-raaan kurva peluruan diseluru iik dalam ruangan, bisa diuliskan dengan persamaan : 11

9 1 { S ()} = dv s v s ()dv r.15 V v s = posisi sumber suara konsan, posisi penerima beruba-ruba. r = posisi sumber suara beruba-ruba, posisi penerima konsan. Subsiusi persamaan.7 ke persamaan.15 diasilkan : { S ()} = dv s dv rx n( τ).n( θ)r( τ)r( θ)dτdθ.16 V v v Jika diambil raa-raa ensembel dari persamaan di aas, dan mensubiusikan persamaan.11 akan diperole : M { < S () > } = r (x)dx.17 V v v dvs dv r Dalam prakeknya, unuk pengukuran dengan menggunakan persamaan.17, dimana diperlukan inegrasi koninyu, dapa diuliskan seperi pada persamaan.18 dengan melakukan peraa-raaan secara diskri dari banyak iik pengukuran : M { < S () > } = rj.k (x)dx.18 JK j k J,K = Jumla peraa-raaan sampel unuk pengukuran ke-j dari s dan ke-k dari r Unuk mempersingka penulisan persamaan diaas diuliskan sebagai : M { < S () > } = r (x)dx.19 1

10 = JXK, Jumla pengukuran = Pengukuran ke-.3...eknik Peraa-Raaan Bising Laar Belakang Pada periungan dengan menggunakan meode Scroeder, diperlukan pemilian baas waku inegrasi aas pada seiap periungan unuk mengurangi kesalaan karena kaadiran bising laar belakang. Adanya bising laar belakang dan baas inegrasi yang ak erindarkan, kurva peluruan <S ()> (kurva peluruan yang didapa dari inegrasi kuadra anggapan impuls) idak bisa diukur, yang erukur adala <S ()> n (kurva peluruan yang didapa dari inegrasi kuadra anggapan impuls dan bising laar belakang). Unuk sau posisi s dan r : < S () > n = Τ (r(x) + n(x)) dx Τ < S () > n = (r (x) + n (x) + n(x)r(x))dx.0 unuk banyak posisi s dan r dan melakukan peraa-raaan : Τ M < S () > N = (r (x) + n (x) + n (x)r (x))dx n = Menyangku kurva peluruan unuk posisi s dan r sebelum proses pengurangan bising laar belakang N = Menyangku kurva peluruan dengan banyak posisi s dan r sebelum proses pengurangan bising laar belakang Dengan proses penginegrasian diaas, asil dari kurva peluruan akan lebi panjang sebagai akiba pengaru dari pengikuseraan penginegrasian bising laar belakang. 13

11 Dengan mengasumsikan bawa n (x) proses ergodik dan bebas dari sinyal impuls r (x), dan jika menuju ak ingga ( ), maka komponen keiga dari persamaan.1 1 r(x)n (x)dx = ( 1 r(x)n (x)) dx. akan menuju nol dan komponen kedua 1 n (x)dx = ( 1 n (x)) dx menuju, ( ) < n >= ( )n.3 Dari persamaan.1 sampai dengan.3, bisa disimpulakan unuk memperkecil pengaru dari bising laar belakang, bisa diperole dengan memperbanyak pengukuran dan mengurangkan komponen erakir persamaan.3 eradap persaman.1 < S () > N0 =< S () > N M( )n.4 dimana n 0 1 n = n (x)dx.5 n inerval [- n,0] diiung sebelum ibanya anggapan impuls. Unuk sau pengukuran didapa < S () > no =< S () > n M( )n.6 14

12 dimana 0 1 n = n (x)dx.7 n n NO = Menyangku kurva peluruan unuk banyak posisi s dan r seela proses pengurangan bising laar belakang no = Menyangku kurva peluruan unuk sau posisi s dan r seela proses pengurangan bising laar belakang Bising laar belakang yang inggal ( N()) seela proses pengurangan adala : 1 N () = n (x)dx ( ) n.8 maka sandar deviasi dari bising laar belakang yang inggal ( N()) bisa diuliskan sebagai beriku : [ ]. f.n 1/ σ =.9 dengan f adala bandwid dari sinyal..4. Pemrograman VisualBasic 6.0 VisualBasic 6.0 (VB6) merupakan sala sau aplikasi pemrograman visual yang dibua ole Microsof. VisualBasic 6.0 berjalan dalam sisem operasi Windows dan ergabung dalam suie aplikasi Microsof Visual Sudio 6.0 yang dikeluarkan pada akir aun VisualBasic 6.0 juga merupakan sala sau develomen ools unuk membangun aplikasi dalam lingkungan Windows. Dalam pengembangan aplikasi, VisualBasic 6.0 menggunakan pendekaan visual unuk merancang user inerface dalam benuk form, sedangkan unuk kodingnya menggunakan dialek baasa BASIC (Beginners All-Purpose Symbolic Insrucion Code) yang cenderung muda dipelajari. VisualBasic 6.0 ela 15

13 menjadi ools yang erkenal bagi para pemula maupun para developer dalam pengembangan aplikasi skala kecil sampai ke skala besar. IDE (Inegraed Developmen Environmen) VisualBasic 6.0 yang merupakan Lingkungan Pengembangan erpadu bagi programmer dalam mengembangkan aplikasinya. Jendela IDE VisualBasic 6.0 menggunakan model MDI (Muliple Documen Inerface). Beriku ini adala gambar.6 yang menunjukan bagian-bagian dan nama-nama jendela yang dapa ampil pada IDE VisualBasic 6.0. Gambar.5 IDE (Inegraed Developmen Environmen) VisualBasic 6.0 Fungsi dari elemen elemen diaas : Menu Bar, berisi menu-menu uama yang dimiliki VisualBasic 6.0. Menumenu ersebu anara lain menu File, Edi, View, Projec, Run dan lainlain. Pada masing-masing menu erdapa beberapa sub-menu yang spesifik. Main oolbar, merupakan oolbar uama, dimana berisi ikon-ikon yang dapa digunakan unuk melakukan ugas-ugas erenu dengan cepa. 16

14 Jendela Projec, jendela ini berisi gambaran dari semua modul yang erdapa dalam aplikasi anda. Anda dapa menggunakan icon oggle Folders unuk menampilkan modul-modul dalam jendela ersebu secara di group aau beruru berdasarkan nama. Anda dapa menggunakan Crl+R unuk menampilkan jendela projec, aaupun menggunakan icon Projec Explorer. Jendela Form Designer, jendela ini merupakan lembar kerja kia. Di formla semua komponen seperi ombol dan komponen lainnya disimpan. Jendela oolbox, jendela ini berisi komponen-komponen yang dapa kia gunakan unuk mengembangkan user inerface. Jendela Code, merupakan empa bagi kia unuk menulis koding. Jendela Properies, merupakan dafar properi-properi objec yang sedang erpili. Sebagai cono kia dapa menguba warna ulisan (foreground) dan warna laar belakang (background). Jendela Color Palee, adala fasilias cepa unuk menguba warna suau objec. Jendela Form Layou, akan menunjukan bagaimana form bersangkuan diampilkan keika runime Pemrograman Grafik dengan VisualBasic 6.0 Seperi alnya baasa pemrograman lain, VisualBasic memiliki kemampuan unuk mengasilkan aplikasi grafik yang variaif. Dalam al ini, kia bisa memanfaakan fiur buli-in, fiur eksernal, aau mengkombinasikan keduanya. Grafik-grafik pada perancangan ugas akir ini dibua menggunakan objek PicureBox, karena erkai dengan fungsionaliasnya yang beragam dan mampu menyediakan berbagai fiur unuk menangani pembuaan grafik. Sala sau meoda unuk pembuaan grafik yaiu: Line (x1,y1)- (x,y),warna Cono poongan programanya sebagi beriku: Privae Sub Grafik().. For i = 1 o N 17

15 YNilai(i) = 0 Nex i For i = 1 o Maks YNilai(i) = (IsiBuffer(i) / NoFIle) fgrafik.picure1.line (Ylama, Xlama)-(Mulai, _ Y1 - YNilai(i)), vbyellow fgrafik.picure1.line (Ylama, Xlama)-(Mulai, _ Y1 - YNilai(i)), vbyellow Ylama = Mulai Xlama = Y1 - YNilai(i) Mulai = Mulai + 1 Nex i End Sub 18

Integral dan Persamaan Diferensial

Integral dan Persamaan Diferensial Sudaryano Sudirham Sudi Mandiri Inegral dan Persamaan Diferensial ii Darpublic 4.1. Pengerian BAB 4 Persamaan Diferensial (Orde Sau) Persamaan diferensial adalah suau persamaan di mana erdapa sau aau lebih

Lebih terperinci

BAB 2 KINEMATIKA. A. Posisi, Jarak, dan Perpindahan

BAB 2 KINEMATIKA. A. Posisi, Jarak, dan Perpindahan BAB 2 KINEMATIKA Tujuan Pembelajaran 1. Menjelaskan perbedaan jarak dengan perpindahan, dan kelajuan dengan kecepaan 2. Menyelidiki hubungan posisi, kecepaan, dan percepaan erhadap waku pada gerak lurus

Lebih terperinci

Faradina GERAK LURUS BERATURAN

Faradina GERAK LURUS BERATURAN GERAK LURUS BERATURAN Dalam kehidupan sehari-hari, sering kia jumpai perisiwa yang berkaian dengan gerak lurus berauran, misalnya orang yang berjalan kaki dengan langkah yang relaif konsan, mobil yang

Lebih terperinci

BAB KINEMATIKA DENGAN ANALISIS VEKTOR

BAB KINEMATIKA DENGAN ANALISIS VEKTOR BAB KINEMATIKA DENGAN ANALISIS VEKTOR Karakerisik gerak pada bidang melibakan analisis vekor dua dimensi, dimana vekor posisi, perpindahan, kecepaan, dan percepaan dinyaakan dalam suau vekor sauan i (sumbu

Lebih terperinci

PERSAMAAN GERAK VEKTOR SATUAN. / i / = / j / = / k / = 1

PERSAMAAN GERAK VEKTOR SATUAN. / i / = / j / = / k / = 1 PERSAMAAN GERAK Posisi iik maeri dapa dinyaakan dengan sebuah VEKTOR, baik pada suau bidang daar maupun dalam bidang ruang. Vekor yang dipergunakan unuk menenukan posisi disebu VEKTOR POSISI yang diulis

Lebih terperinci

BAB III METODE DEKOMPOSISI CENSUS II. Data deret waktu adalah data yang dikumpulkan dari waktu ke waktu

BAB III METODE DEKOMPOSISI CENSUS II. Data deret waktu adalah data yang dikumpulkan dari waktu ke waktu BAB III METODE DEKOMPOSISI CENSUS II 3.1 Pendahuluan Daa dere waku adalah daa yang dikumpulkan dari waku ke waku unuk menggambarkan perkembangan suau kegiaan (perkembangan produksi, harga, hasil penjualan,

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI. Metode Peramalan merupakan bagian dari ilmu Statistika. Salah satu metode

BAB 2 LANDASAN TEORI. Metode Peramalan merupakan bagian dari ilmu Statistika. Salah satu metode 20 BAB 2 LADASA TEORI 2.1. Pengerian Peramalan Meode Peramalan merupakan bagian dari ilmu Saisika. Salah sau meode peramalan adalah dere waku. Meode ini disebu sebagai meode peramalan dere waku karena

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI 35 BAB LANDASAN TEORI Meode Dekomposisi biasanya mencoba memisahkan iga komponen erpisah dari pola dasar yang cenderung mencirikan dere daa ekonomi dan bisnis. Komponen ersebu adalah fakor rend (kecendrungan),

Lebih terperinci

Darpublic Nopember 2013

Darpublic Nopember 2013 Darpublic Nopember 01 www.darpublic.com 4.1. Pengerian 4. Persamaan Diferensial (Orde Sau) Sudarano Sudirham Persamaan diferensial adalah suau persamaan di mana erdapa sau aau lebih urunan fungsi. Persamaan

Lebih terperinci

PELATIHAN STOCK ASSESSMENT

PELATIHAN STOCK ASSESSMENT PELATIHA STOCK ASSESSMET Modul 5 PERTUMBUHA Mennofaria Boer Kiagus Abdul Aziz Maeri Pelaihan Sock Assessmen Donggala, 1-14 Sepember 27 DIAS PERIKAA DA KELAUTA KABUPATE DOGGALA bekerjasama dengan PKSPL

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN TEORITIS

BAB II TINJAUAN TEORITIS BAB II TIJAUA TEORITIS 2.1 Peramalan (Forecasing) 2.1.1 Pengerian Peramalan Peramalan dapa diarikan sebagai beriku: a. Perkiraan aau dugaan mengenai erjadinya suau kejadian aau perisiwa di waku yang akan

Lebih terperinci

FIsika KTSP & K-13 KINEMATIKA. K e l a s A. VEKTOR POSISI

FIsika KTSP & K-13 KINEMATIKA. K e l a s A. VEKTOR POSISI KTSP & K-13 FIsika K e l a s XI KINEMATIKA Tujuan Pembelajaran Seelah mempelajari maeri ini, kamu diharapkan mampu menjelaskan hubungan anara vekor posisi, vekor kecepaan, dan vekor percepaan unuk gerak

Lebih terperinci

x 4 x 3 x 2 x 5 O x 1 1 Posisi, perpindahan, jarak x 1 t 5 t 4 t 3 t 2 t 1 FI1101 Fisika Dasar IA Pekan #1: Kinematika Satu Dimensi Dr.

x 4 x 3 x 2 x 5 O x 1 1 Posisi, perpindahan, jarak x 1 t 5 t 4 t 3 t 2 t 1 FI1101 Fisika Dasar IA Pekan #1: Kinematika Satu Dimensi Dr. Pekan #1: Kinemaika Sau Dimensi 1 Posisi, perpindahan, jarak Tinjau suau benda yang bergerak lurus pada suau arah erenu. Misalnya, ada sebuah mobil yang dapa bergerak maju aau mundur pada suau jalan lurus.

Lebih terperinci

BAB III METODE PEMULUSAN EKSPONENSIAL TRIPEL DARI WINTER. Metode pemulusan eksponensial telah digunakan selama beberapa tahun

BAB III METODE PEMULUSAN EKSPONENSIAL TRIPEL DARI WINTER. Metode pemulusan eksponensial telah digunakan selama beberapa tahun 43 BAB METODE PEMUUAN EKPONENA TRPE DAR WNTER Meode pemulusan eksponensial elah digunakan selama beberapa ahun sebagai suau meode yang sanga berguna pada begiu banyak siuasi peramalan Pada ahun 957 C C

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LADASA TEORI 2.1 Pengerian Peramalan Peramalan (forecasing) adalah suau kegiaan yang memperkirakan apa yang akan erjadi pada masa yang akan daang. Meode peramalan merupakan cara unuk memperkirakan

Lebih terperinci

1.4 Persamaan Schrodinger Bergantung Waktu

1.4 Persamaan Schrodinger Bergantung Waktu .4 Persamaan Schrodinger Berganung Waku Mekanika klasik aau mekanika Newon sanga sukses dalam mendeskripsi gerak makroskopis, eapi gagal dalam mendeskripsi gerak mikroskopis. Gerak mikroskopis membuuhkan

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS. Kegiatan untuk memperkirakan apa yang akan terjadi pada masa yang akan datang

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS. Kegiatan untuk memperkirakan apa yang akan terjadi pada masa yang akan datang BAB 2 TINJAUAN TEORITIS 2.1 Pengerian dan Manfaa Peramalan Kegiaan unuk mempeirakan apa yang akan erjadi pada masa yang akan daang disebu peramalan (forecasing). Sedangkan ramalan adalah suau kondisi yang

Lebih terperinci

Relasi LOGIK FUNGSI AND, FUNGSI OR, DAN FUNGSI NOT

Relasi LOGIK FUNGSI AND, FUNGSI OR, DAN FUNGSI NOT 2 Relasi LOGIK FUNGSI ND, FUNGSI OR, DN FUNGSI NOT Tujuan : Seelah mempelajari Relasi Logik diharapkan dapa,. Memahami auran-auran relasi logik unuk fungsi-fungsi dasar ND, OR dan fungsi dasar NOT 2. Memahami

Lebih terperinci

MODUL PERTEMUAN KE 3. MATA KULIAH : FISIKA TERAPAN (2 sks)

MODUL PERTEMUAN KE 3. MATA KULIAH : FISIKA TERAPAN (2 sks) Polieknik Negeri Banjarmasin 4 MODUL PERTEMUAN KE 3 MATA KULIAH : ( sks) MATERI KULIAH: Jarak, Kecepaan dan Percepaan; Gerak Lurus Berauran, Percepaan; Gerak Lurus Berauran, Gerak Lurus Berubah Berauran

Lebih terperinci

PERHITUNGAN PARAMETER DYNAMIC ABSORBER

PERHITUNGAN PARAMETER DYNAMIC ABSORBER PERHITUNGAN PARAMETER DYNAMIC ABSORBER BERBASIS RESPON AMPLITUDO SEBAGAI KONTROL VIBRASI ARAH HORIZONTAL PADA GEDUNG AKIBAT PENGARUH GERAKAN TANAH Oleh (Asrie Ivo, Ir. Yerri Susaio, M.T) Jurusan Teknik

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Defenisi Persediaan Persediaan adalah barang yang disimpan unuk pemakaian lebih lanju aau dijual. Persediaan dapa berupa bahan baku, barang seengah jadi aau barang jadi maupun

Lebih terperinci

BAB III RUNTUN WAKTU MUSIMAN MULTIPLIKATIF

BAB III RUNTUN WAKTU MUSIMAN MULTIPLIKATIF BAB III RUNTUN WAKTU MUSIMAN MULTIPLIKATIF Pada bab ini akan dibahas mengenai sifa-sifa dari model runun waku musiman muliplikaif dan pemakaian model ersebu menggunakan meode Box- Jenkins beberapa ahap

Lebih terperinci

BAB III HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Permasalahan Nyata Penyebaran Penyakit Tuberculosis

BAB III HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Permasalahan Nyata Penyebaran Penyakit Tuberculosis BAB III HASIL DAN PEMBAHASAN A. Permasalahan Nyaa Penyebaran Penyaki Tuberculosis Tuberculosis merupakan salah sau penyaki menular yang disebabkan oleh bakeri Mycobacerium Tuberculosis. Penularan penyaki

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tepat rencana pembangunan itu dibuat. Untuk dapat memahami keadaan

BAB I PENDAHULUAN. tepat rencana pembangunan itu dibuat. Untuk dapat memahami keadaan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Laar Belakang Dalam perencanaan pembangunan, daa kependudukan memegang peran yang pening. Makin lengkap dan akura daa kependudukan yang esedia makin mudah dan epa rencana pembangunan

Lebih terperinci

BAB 4 PENGANALISAAN RANGKAIAN DENGAN PERSAMAAN DIFERENSIAL ORDE DUA ATAU LEBIH TINGGI

BAB 4 PENGANALISAAN RANGKAIAN DENGAN PERSAMAAN DIFERENSIAL ORDE DUA ATAU LEBIH TINGGI BAB 4 PENANAISAAN RANKAIAN DENAN PERSAMAAN DIFERENSIA ORDE DUA ATAU EBIH TINI 4. Pendahuluan Persamaan-persamaan ferensial yang pergunakan pada penganalisaan yang lalu hanya erbaas pada persamaan-persamaan

Lebih terperinci

BAB IV PERHITUNGAN NUMERIK

BAB IV PERHITUNGAN NUMERIK BAB IV PERHITUNGAN NUMERIK Dengan memperhaikan fungsi sebaran peluang berahan dari masingmasing sebaran klaim, sebagai mana diulis pada persamaan (3.45), (3.70) dan (3.90), perhiungan numerik idak mudah

Lebih terperinci

MODUL 1 RANGKAIAN THEVENIN, PEMBEBANAN DAN ARUS TRANSIEN

MODUL 1 RANGKAIAN THEVENIN, PEMBEBANAN DAN ARUS TRANSIEN MODUL 1 FI 2104 ELEKTRONIKA 1 MODUL 1 RANGKAIAN THEVENIN, PEMBEBANAN DAN ARUS TRANSIEN 1. TUJUAN PRAKTIKUM Seelah melakukan prakikum, prakikan diharapkan elah memiliki kemampuan sebagai beriku : 1.1. Mampu

Lebih terperinci

BAB 2 URAIAN TEORI. waktu yang akan datang, sedangkan rencana merupakan penentuan apa yang akan

BAB 2 URAIAN TEORI. waktu yang akan datang, sedangkan rencana merupakan penentuan apa yang akan BAB 2 URAIAN EORI 2.1 Pengerian Peramalan Peramalan adalah kegiaan memperkirakan aau memprediksi apa yang erjadi pada waku yang akan daang, sedangkan rencana merupakan penenuan apa yang akan dilakukan

Lebih terperinci

Bab. Limit. Anda telah mempelajari nilai fungsi f di a pada Bab 5. Sebagai contoh, diketahui f(x( ) = x 2

Bab. Limit. Anda telah mempelajari nilai fungsi f di a pada Bab 5. Sebagai contoh, diketahui f(x( ) = x 2 Bab Limi 7 Sumber: davelicence.zenfolio.com Seela mempelajari bab ini, Anda arus mampu menjelaskan i fungsi di sau iik dan di ak ingga besera eknis periungannya; menggunakan sifa i fungsi unuk mengiung

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI. Produksi padi merupakan suatu hasil bercocok tanam yang dilakukan dengan

BAB 2 LANDASAN TEORI. Produksi padi merupakan suatu hasil bercocok tanam yang dilakukan dengan BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1. Produksi Produksi padi merupakan suau hasil bercocok anam yang dilakukan dengan penanaman bibi padi dan perawaan sera pemupukan secara eraur sehingga menghasilkan suau produksi

Lebih terperinci

FISIKA. Kelas X GLB DAN GLBB K13 A. GERAK LURUS BERATURAN (GLB)

FISIKA. Kelas X GLB DAN GLBB K13 A. GERAK LURUS BERATURAN (GLB) K3 Kelas X FISIKA GLB DAN GLBB TUJUAN PEMBELAJARAN Seelah mempelajari maeri ini, kamu diharapkan memiliki kemampuan beriku.. Memahami konsep gerak lurus berauran dan gerak lurus berubah berauran.. Menganalisis

Lebih terperinci

JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 2, No. 2, (2013) ISSN: ( Print) D-108

JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 2, No. 2, (2013) ISSN: ( Print) D-108 JURNAL TEKNIK POMITS Vol., No., (013) ISSN: 337-3539 (301-971 Prin) D-108 Simulasi Peredaman Gearan Mesin Roasi Menggunakan Dynamic Vibraion Absorber () Yudhkarisma Firi, dan Yerri Susaio Jurusan Teknik

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN 39 III. METODE PENELITIAN 3.1 Waku dan Meode Peneliian Pada bab sebelumnya elah dibahas bahwa cadangan adalah sejumlah uang yang harus disediakan oleh pihak perusahaan asuransi dalam waku peranggungan

Lebih terperinci

BAB III ANALISIS INTERVENSI. Analisis intervensi dimaksudkan untuk penentuan jenis respons variabel

BAB III ANALISIS INTERVENSI. Analisis intervensi dimaksudkan untuk penentuan jenis respons variabel BAB III ANALISIS INTERVENSI 3.1. Pendahuluan Analisis inervensi dimaksudkan unuk penenuan jenis respons variabel ak bebas yang akan muncul akiba perubahan pada variabel bebas. Box dan Tiao (1975) elah

Lebih terperinci

III KERANGKA PEMIKIRAN

III KERANGKA PEMIKIRAN III KERANGKA PEMIKIRAN 3.1 Teori Risiko Produksi Dalam eori risiko produksi erlebih dahulu dijelaskan mengenai dasar eori produksi. Menuru Lipsey e al. (1995) produksi adalah suau kegiaan yang mengubah

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. Persediaan dapat diartikan sebagai barang-barang yang disimpan untuk digunakan atau

BAB II LANDASAN TEORI. Persediaan dapat diartikan sebagai barang-barang yang disimpan untuk digunakan atau BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Pengerian Persediaan Persediaan dapa diarikan sebagai barang-barang yang disimpan unuk digunakan aau dijual pada masa aau periode yang akan daang. Persediaan erdiri dari bahan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. Peramalan (Forecasting) adalah suatu kegiatan yang mengestimasi apa yang akan

BAB II LANDASAN TEORI. Peramalan (Forecasting) adalah suatu kegiatan yang mengestimasi apa yang akan BAB II LADASA TEORI 2.1 Pengerian peramalan (Forecasing) Peramalan (Forecasing) adalah suau kegiaan yang mengesimasi apa yang akan erjadi pada masa yang akan daang dengan waku yang relaif lama (Assauri,

Lebih terperinci

Jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan Universitas Mercu Buana MODUL PERTEMUAN KE 3. MATA KULIAH : FISIKA DASAR (4 sks)

Jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan Universitas Mercu Buana MODUL PERTEMUAN KE 3. MATA KULIAH : FISIKA DASAR (4 sks) MODUL PERTEMUAN KE 3 MATA KULIAH : (4 sks) MATERI KULIAH: Jarak, Kecepaan dan Percepaan; Gerak Lurus Berauran, Percepaan; Gerak Lurus Berauran, Gerak Lurus Berubah Berauran POKOK BAHASAN: GERAK LURUS 3-1

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI. Peramalan adalah kegiatan untuk memperkirakan apa yang akan terjadi di masa yang

BAB 2 LANDASAN TEORI. Peramalan adalah kegiatan untuk memperkirakan apa yang akan terjadi di masa yang BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Pengerian Peramalan Peramalan adalah kegiaan unuk memperkirakan apa yang akan erjadi di masa yang akan daang. Sedangkan ramalan adalah suau aau kondisi yang diperkirakan akan erjadi

Lebih terperinci

1 dz =... Materi XII. Tinjaulah integral

1 dz =... Materi XII. Tinjaulah integral Maeri XII Tujuan :. Mahasiswa dapa memahami menyelesiakan persamaan inegral yang lebih kompleks. Mahasiswa mampunyelesiakan persamaan yang lebih rumi 3. Mahasiswa mengimplemenasikan konsep inegral pada

Lebih terperinci

B a b 1 I s y a r a t

B a b 1 I s y a r a t TKE 305 ISYARAT DAN SISTEM B a b I s y a r a Indah Susilawai, S.T., M.Eng. Program Sudi Teknik Elekro Fakulas Teknik dan Ilmu Kompuer Universias Mercu Buana Yogyakara 009 BAB I I S Y A R A T Tujuan Insruksional.

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis dan Pendekaan Peneliian Jenis peneliian yang digunakan dalam peneliian ini adalah peneliian evaluasi dan pendekaannya menggunakan pendekaan kualiaif non inerakif (non

Lebih terperinci

GERAK LURUS BESARAN-BESARAN FISIKA PADA GERAK KECEPATAN DAN KELAJUAN PERCEPATAN GLB DAN GLBB GERAK VERTIKAL

GERAK LURUS BESARAN-BESARAN FISIKA PADA GERAK KECEPATAN DAN KELAJUAN PERCEPATAN GLB DAN GLBB GERAK VERTIKAL Suau benda dikaakan bergerak manakalah kedudukan benda iu berubah erhadap benda lain yang dijadikan sebagai iik acuan. Benda dikaakan diam (idak bergerak) manakalah kedudukan benda iu idak berubah erhadap

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN III.1 Model Peneliian Dalam menganalisa efekifias kebijakan pemerinah, maka model yang digunakan dalam skripsi ini adalah model yang diurunkan dari eori kekuaan monopoli,

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Pengerian Supply Chain Managemen Supply chain managemen merupakan pendekaan aau meode dalam memanajemen hubungan perusahaan dengan supplier dan konsumen yang erjadi pada pengendalian

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Laar Belakang Pada dasarnya peramalan adalah merupakan suau dugaan aau perkiraan enang erjadinya suau keadaan di masa depan. Akan eapi dengan menggunakan meodemeode erenu peramalan

Lebih terperinci

IDENTIFIKASI POLA DATA TIME SERIES

IDENTIFIKASI POLA DATA TIME SERIES IDENTIFIKASI POLA DATA TIME SERIES Daa merupakan bagian pening dalam peramalan. Beriku adalah empa krieria yang dapa digunakan sebagai acuan agar daa dapa digunakan dalam peramalan.. Daa harus dapa dipercaya

Lebih terperinci

BAB IV METODOLOGI PENELITIAN

BAB IV METODOLOGI PENELITIAN BAB IV METODOLOGI PENELITIAN Dalam peneliian ini, penulis akan menggunakan life cycle model (LCM) yang dikembangkan oleh Modigliani (1986). Model ini merupakan eori sandar unuk menjelaskan perubahan dari

Lebih terperinci

KINEMATIKA. gerak lurus berubah beraturan(glbb) gerak lurus berubah tidak beraturan

KINEMATIKA. gerak lurus berubah beraturan(glbb) gerak lurus berubah tidak beraturan KINEMATIKA Kinemaika adalah mempelajari mengenai gerak benda anpa memperhiungkan penyebab erjadi gerakan iu. Benda diasumsikan sebagai benda iik yaiu ukuran, benuk, roasi dan gearannya diabaikan eapi massanya

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Laar Belakang Masalah persediaan merupakan masalah yang sanga pening dalam perusahaan. Persediaan mempunyai pengaruh besar erhadap kegiaan produksi. Masalah persediaan dapa diaasi

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI 15 BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Ruang Sampel dan Kejadian 2.1.1 Definisi Ruang Sampel Himpunan semua hasil semua hasil (oucome) yang mungkin muncul pada suau percobaan disebu ruang sampel dan dinoasikan dengan

Lebih terperinci

Pemodelan Data Runtun Waktu : Kasus Data Tingkat Pengangguran di Amerika Serikat pada Tahun

Pemodelan Data Runtun Waktu : Kasus Data Tingkat Pengangguran di Amerika Serikat pada Tahun Pemodelan Daa Runun Waku : Kasus Daa Tingka Pengangguran di Amerika Serika pada Tahun 948 978. Adi Seiawan Program Sudi Maemaika, Fakulas Sains dan Maemaika Universias Krisen Saya Wacana, Jl. Diponegoro

Lebih terperinci

Analisis Rangkaian Listrik Di Kawasan s

Analisis Rangkaian Listrik Di Kawasan s Sudaryano Sudirham Analisis angkaian Lisrik Di Kawasan s Sudaryano Sudirham, Analisis angkaian Lisrik () BAB 3 Fungsi Jargan Pembahasan fungsi jargan akan membua kia memahami makna fungsi jargan, fungsi

Lebih terperinci

Hitung penurunan pada akhir konsolidasi

Hitung penurunan pada akhir konsolidasi Konsolidasi Tangkiair diameer 30 m Bera, Q 60.000 kn 30 m Hiung penurunan pada akhir konsolidasi Δσ 7 m r 15 m x0 /r 7/15 0,467 x/r0 I90% Δσ q n I 48.74 x 0,9 43,86 KPa Perlu diperhiungkan ekanan fondasi

Lebih terperinci

Oleh : Danny Kurnianto; Risa Farrid Christianti Sekolah Tinggi Teknologi Telematika Telkom Purwokerto

Oleh : Danny Kurnianto; Risa Farrid Christianti Sekolah Tinggi Teknologi Telematika Telkom Purwokerto Oleh : Danny Kurniano; Risa Farrid Chrisiani Sekolah Tinggi Teknologi Telemaika Telkom Purwokero Pendahuluan Seelah kia mempelajari anggapan alamiah dari suau rangkaian RL aau RC, yaiu anggapan saa sumber

Lebih terperinci

3. Kinematika satu dimensi. x 2. x 1. t 1 t 2. Gambar 3.1 : Kurva posisi terhadap waktu

3. Kinematika satu dimensi. x 2. x 1. t 1 t 2. Gambar 3.1 : Kurva posisi terhadap waktu daisipayung.com 3. Kinemaika sau dimensi Gerak benda sepanjang garis lurus disebu gerak sau dimensi. Kinemaika sau dimensi memiliki asumsi benda dipandang sebagai parikel aau benda iik arinya benuk dan

Lebih terperinci

Analisis Model dan Contoh Numerik

Analisis Model dan Contoh Numerik Bab V Analisis Model dan Conoh Numerik Bab V ini membahas analisis model dan conoh numerik. Sub bab V.1 menyajikan analisis model yang erdiri dari analisis model kerusakan produk dan model ongkos garansi.

Lebih terperinci

KINEMATIKA GERAK DALAM SATU DIMENSI

KINEMATIKA GERAK DALAM SATU DIMENSI KINEMATIKA GERAK DALAM SATU DIMENSI PENDAHULUAN Kinemaika adalah bagian dari mekanika ang membahas enang gerak anpa memperhaikan penebab benda iu bergerak. Arina pembahasanna idak meninjau aau idak menghubungkan

Lebih terperinci

Sekilas Pandang. Modul 1 PENDAHULUAN

Sekilas Pandang. Modul 1 PENDAHULUAN Modul 1 Sekilas Pandang Drs. Irlan Soelaeman, M.Ed. S PENDAHULUAN uau hari, saya dan keluarga berencana membawa mobil pergi ke Surabaya unuk mengunjungi salah seorang saudara. Sau hari sebelum keberangkaan,

Lebih terperinci

=====O0O===== Gerak Vertikal Gerak vertikal dibagi menjadi 2 : 1. GJB 2. GVA. A. GERAK Gerak Lurus

=====O0O===== Gerak Vertikal Gerak vertikal dibagi menjadi 2 : 1. GJB 2. GVA. A. GERAK Gerak Lurus A. GERAK Gerak Lurus o a Secara umum gerak lurus dibagi menjadi 2 : 1. GLB 2. GLBB o 0 a < 0 a = konsan 1. GLB (Gerak Lurus Berauran) S a > 0 a < 0 Teori Singka : Perumusan gerak lurus berauran (GLB) Grafik

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Pertumbuhan ekonomi merupakan salah satu ukuran dari hasil pembangunan yang

BAB 1 PENDAHULUAN. Pertumbuhan ekonomi merupakan salah satu ukuran dari hasil pembangunan yang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Laar Belakang Perumbuhan ekonomi merupakan salah sau ukuran dari hasil pembangunan yang dilaksanakan khususnya dalam bidang ekonomi. Perumbuhan ersebu merupakan rangkuman laju perumbuhan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN A III METODE PEELITIA Salah sau komponen peneliian yang mempunyai ari pening dalam kaiannya dengan proses sudi secara komprehensif adalah komponen meode peneliian. Meode peneliian menjelaskan bagaimana

Lebih terperinci

BAB II PERTIDAKSAMAAN CHERNOFF

BAB II PERTIDAKSAMAAN CHERNOFF BAB II PERTIDAKSAMAAN CHERNOFF.1 Pendahuluan Di lapangan, yang menjadi perhaian umumnya adalah besar peluang dari peubah acak pada beberapa nilai aau suau selang, misalkan P(a

Lebih terperinci

PENGUJIAN HIPOTESIS. pernyataan atau dugaan mengenai satu atau lebih populasi.

PENGUJIAN HIPOTESIS. pernyataan atau dugaan mengenai satu atau lebih populasi. PENGUJIAN HIPOTESIS 1. PENDAHULUAN Hipoesis Saisik : pernyaaan aau dugaan mengenai sau aau lebih populasi. Pengujian hipoesis berhubungan dengan penerimaan aau penolakan suau hipoesis. Kebenaran (benar

Lebih terperinci

Analisis Rangkaian Listrik Di Kawasan Waktu

Analisis Rangkaian Listrik Di Kawasan Waktu Sudaryano Sudirham Analisis Rangkaian Lisrik Di Kawasan Waku 2-2 Sudaryano Sudirham, Analisis Rangkaian Lisrik (1) BAB 2 Besaran Lisrik Dan Model Sinyal Dengan mempelajari besaran lisrik dan model sinyal,

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN 26 III. METODE PENELITIAN 3.1. Kerangka Pemikiran Penilaian perkembangan kinerja keuangan PT. Goodyear Indonesia Tbk dilakukan dengan maksud unuk mengeahui sejauh mana perkembangan usaha perusahan yang

Lebih terperinci

BAB II MATERI PENUNJANG. 2.1 Keuangan Opsi

BAB II MATERI PENUNJANG. 2.1 Keuangan Opsi Bab II Maeri Penunjang BAB II MATERI PENUNJANG.1 Keuangan.1.1 Opsi Sebuah opsi keuangan memberikan hak (bukan kewajiban) unuk membeli aau menjual sebuah asse di waku yang akan daang dengan harga yang disepakai.

Lebih terperinci

Jurusan Teknik Informatika Fakultas Teknik Universitas Muhammadiyah Jember ABSTRAK

Jurusan Teknik Informatika Fakultas Teknik Universitas Muhammadiyah Jember ABSTRAK PERBANDINGAN METODE DES (DOUBLE EXPONENTIAL SMOOTHING) DENGAN TES (TRIPLE EXPONENTIAL SMOOTHING) PADA PERAMALAN PENJUALAN ROKOK (STUDI KASUS TOKO UTAMA LUMAJANG) 1 Fajar Riska Perdana (1110651142) 2 Daryano,

Lebih terperinci

( ) r( t) 0 : tingkat pertumbuhan populasi x

( ) r( t) 0 : tingkat pertumbuhan populasi x III PEMODELAN Model Perumbuan Koninu Terbaasnya sumber-sumber penyoong (ruang, air, maanan, dll) menyebaban populasi dibaasi ole suau daya duung lingungan Perumbuan populasi lamba laun aan menurun dan

Lebih terperinci

RINGKASAN MATERI KALOR, PERUBAHN WUJUD DAN PERPINDAHAN KALOR

RINGKASAN MATERI KALOR, PERUBAHN WUJUD DAN PERPINDAHAN KALOR RINGKASAN MATERI KALOR, PERUBAHN WUJUD DAN PERPINDAHAN KALOR A. KALOR (PANAS) Tanpa disadari, konsep kalor sering kia alami dalam kehidupan sehari-hari. Misalnya kia mencampur yang erlalu panas dengan

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Peramalan Peramalan adalah kegiaan memperkirakan apa yang akan erjadi pada masa yang akan daang. Ramalan adalah sesuau kegiaan siuasi aau kondisi yang diperkirakan akan erjadi

Lebih terperinci

III. KERANGKA PEMIKIRAN

III. KERANGKA PEMIKIRAN III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Teoriis 3.1.1 Daya Dukung Lingkungan Carrying capaciy aau daya dukung lingkungan mengandung pengerian kemampuan suau empa dalam menunjang kehidupan mahluk hidup secara

Lebih terperinci

BAB 2 RESPONS FUNGSI STEP PADA RANGKAIAN RL DAN RC. Adapun bentuk yang sederhana dari suatu persamaan diferensial orde satu adalah: di dt

BAB 2 RESPONS FUNGSI STEP PADA RANGKAIAN RL DAN RC. Adapun bentuk yang sederhana dari suatu persamaan diferensial orde satu adalah: di dt BAB ESPONS FUNGSI STEP PADA ANGKAIAN DAN C. Persamaan Diferensial Orde Sau Adapun benuk yang sederhana dari suau persamaan ferensial orde sau adalah: 0 a.i a 0 (.) mana a o dan a konsana. Persamaan (.)

Lebih terperinci

SINYAL TEAM DOSEN. Signal&System Prodi Telekomunikasi Polsri 1

SINYAL TEAM DOSEN. Signal&System Prodi Telekomunikasi Polsri 1 SINYAL TEAM DOSEN Prodi Telekomunikasi Polsri Ouline Definisi Sinyal & Sinyal dalam kehidupan kia Klasifikasi Sinyal Sinyal waku koninyu & Sinyal waku Diskre Sinyal Periodik & Aperiodik Sinyal Genap &

Lebih terperinci

BAB 3 LANDASAN TEORI

BAB 3 LANDASAN TEORI BAB 3 LANDASAN TEORI 3.1. Deskripsi Teori 3.1.1. Pengerian Peramalan Unuk membanu ercapainya suau kepuusan yang efisien unuk penjualan produknya, perusahaan memerlukan suau cara yang epa, sisemais dan

Lebih terperinci

BAB II TEORI DASAR ANTENA

BAB II TEORI DASAR ANTENA BAB II TEORI DASAR ANTENA.1. endahuluan Anena didefinisikan oleh kamus Webser sebagai ala yang biasanya erbua dari meal (sebagai iang aau kabel) unuk meradiasikan aau menerima gelombang radio. Definisi

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Peneliian Jenis peneliian kuaniaif ini dengan pendekaan eksperimen, yaiu peneliian yang dilakukan dengan mengadakan manipulasi erhadap objek peneliian sera adanya konrol.

Lebih terperinci

B a b 1 I s y a r a t

B a b 1 I s y a r a t 9 TKE 35 ISYARAT DAN SISTEM B a b I s y a r a (bagian 2) Indah Susilawai, S.T., M.Eng. Program Sudi Teknik Elekro Fakulas Teknik dan Ilmu Kompuer Universias Mercu Buana Yogyakara 29 2.4. Isyara Periodik

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Laar Belakang Masalah Dalam sisem perekonomian suau perusahaan, ingka perumbuhan ekonomi sanga mempengaruhi kemajuan perusahaan pada masa yang akan daang. Pendapaan dan invesasi merupakan

Lebih terperinci

1.1 Konsep Distribusi

1.1 Konsep Distribusi BAB DISTRIBUSI PELUANG DALAM EVALUASI KEANDALAN SISTEM. Konsep Disribusi P ada bab sebelumnya elah beberapa konsep enang disribusi peluang (probabiliy disribuion) seperi probabiliy mass funcion, probabiliy

Lebih terperinci

BAB 4 ANALISIS DAN PEMBAHASAN

BAB 4 ANALISIS DAN PEMBAHASAN BAB 4 ANALISIS DAN EMBAHASAN 4.1 Karakerisik dan Obyek eneliian Secara garis besar profil daa merupakan daa sekunder di peroleh dari pusa daa saisik bursa efek Indonesia yang elah di publikasi, daa di

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN II. LANDASAN TEORI

I. PENDAHULUAN II. LANDASAN TEORI I. PENDAHULUAN. Laar Belakang Menuru Sharpe e al (993), invesasi adalah mengorbankan ase yang dimiliki sekarang guna mendapakan ase pada masa mendaang yang enu saja dengan jumlah yang lebih besar. Invesasi

Lebih terperinci

Soal-Jawab Fisika OSN 2015

Soal-Jawab Fisika OSN 2015 Soal-Jawab Fisika OSN 5. ( poin) Tinjau sebuah bola salju yang sedang menggelinding. Seperi kia ahu, fenomena menggelindingnya bola salju diikui oleh perambahan massa bola ersebu. Biarpun massa berambah,

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN TEORI

BAB 2 TINJAUAN TEORI 7 BAB 2 TINJAUAN TEORI 2.1 Pengerian Peramalan Peramalan adalah kegiaan unuk memperkirakan apa yang akan erjadi di masa yang akan daang. Sedangkan ramalan adalah suau siuasi aau kondisi yang diperkirakan

Lebih terperinci

III. PEMODELAN HARGA PENGGUNAAN INTERNET

III. PEMODELAN HARGA PENGGUNAAN INTERNET 8 III EMODELAN HARGA ENGGUNAAN INTERNET 3 Asumsi dan Model ada peneliian ini diperhaikan beberapa asumsi yaiu sebagai beriku: Waku anarkedaangan menyebar eksponensial dengan raaan λ - (laju kedaangan adalah

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Dalam pelaksanaan pembangunan saat ini, ilmu statistik memegang peranan penting

BAB 1 PENDAHULUAN. Dalam pelaksanaan pembangunan saat ini, ilmu statistik memegang peranan penting BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Laar Belakang Dalam pelaksanaan pembangunan saa ini, ilmu saisik memegang peranan pening baik iu di dalam pekerjaan maupun pada kehidupan sehari-hari. Ilmu saisik sekarang elah melaju

Lebih terperinci

ARUS,HAMBATAN DAN TEGANGAN GERAK ELEKTRIK

ARUS,HAMBATAN DAN TEGANGAN GERAK ELEKTRIK AUS,HAMBATAN DAN TEGANGAN GEAK ELEKTK Oleh : Sar Nurohman,M.Pd Ke Menu Uama Liha Tampilan Beriku: AUS Arus lisrik didefinisikan sebagai banyaknya muaan yang mengalir melalui suau luas penampang iap sauan

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI 6 BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Pengerian Mobil Robo Mobil robo adalah robo yang memiliki kemampuan unuk berpindah empa mobiliy, mobil robo yang bergerak dari posisi awal ke posisi yang diinginkan, suau sisem

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. yang akan datang. Peramalan menjadi sangat penting karena penyusunan suatu

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. yang akan datang. Peramalan menjadi sangat penting karena penyusunan suatu BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengerian Peramalan Peramalan adalah kegiaan memperkirakan apa yang erjadi pada waku yang akan daang sedangkan rencana merupakan penenuan apa yang akan dilakukan pada waku yang

Lebih terperinci

RANK DARI MATRIKS ATAS RING

RANK DARI MATRIKS ATAS RING Dela-Pi: Jurnal Maemaika dan Pendidikan Maemaika ISSN 089-855X ANK DAI MATIKS ATAS ING Ida Kurnia Waliyani Program Sudi Pendidikan Maemaika Jurusan Pendidikan Maemaika dan Ilmu Pengeahuan Alam FKIP Universias

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang 11 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Laar Belakang Salah sau masalah analisis persediaan adalah kesulian dalam menenukan reorder poin (iik pemesanan kembali). Reorder poin diperlukan unuk mencegah erjadinya kehabisan

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS. Peramalan adalah kegiatan untuk memperkirakan apa yang akan terjadi di masa

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS. Peramalan adalah kegiatan untuk memperkirakan apa yang akan terjadi di masa BAB 2 TINJAUAN TEORITI 2.1. Pengerian-pengerian Peramalan adalah kegiaan unuk memperkirakan apa yang akan erjadi di masa yang akan daang. edangkan ramalan adalah suau siuasi aau kondisi yang diperkirakan

Lebih terperinci

B a b. Aplikasi Dioda

B a b. Aplikasi Dioda Aplikasi ioda B a b 2 Aplikasi ioda Seelah mengeahui konsruksi, karakerisik dan model dari dioda semikondukor, diharapkan mahasiswa dapa memahami pula berbagai konfigurasi dioda dengan menggunkan model

Lebih terperinci

BAB X GERAK LURUS. Gerak dan Gaya. Buku Pelajaran IPA SMP Kelas VII 131

BAB X GERAK LURUS. Gerak dan Gaya. Buku Pelajaran IPA SMP Kelas VII 131 BAB X GERAK LURUS. Apa perbedaan anara jarak dan perpindahan? 2. Apa perbedaan anara laju dan kecepaan? 3. Apa yang dimaksud dengan percepaan? 4. Apa perbedaan anara gerak lurus berauran dan gerak lurus

Lebih terperinci

v dan persamaan di C menjadi : L x L x

v dan persamaan di C menjadi : L x L x PERSMN GELOMBNG SSIONER. Pada proses panulan gelombang, erjadi gelombang panul ang mempunai ampliudo dan frekwensi ang sama dengan gelombang daangna, hana saja arah rambaanna ang berlawanan. hasil inerferensi

Lebih terperinci

MODUL III ANALISIS KELAYAKAN INVESTASI

MODUL III ANALISIS KELAYAKAN INVESTASI ANALISIS KELAYAKAN INVESTASI 3.. Tujuan Ö Prakikan dapa memahami perhiungan alokasi biaya. Ö Prakikan dapa memahami analisis kelayakan invesasi dalam pendirian usaha. Ö Prakikan dapa menyusun proyeksi/proforma

Lebih terperinci

PEMODELAN NILAI TUKAR RUPIAH TERHADAP $US MENGGUNAKAN DERET WAKTU HIDDEN MARKOV SATU WAKTU SEBELUMNYA 1. PENDAHULUAN

PEMODELAN NILAI TUKAR RUPIAH TERHADAP $US MENGGUNAKAN DERET WAKTU HIDDEN MARKOV SATU WAKTU SEBELUMNYA 1. PENDAHULUAN PEMODELAN NILAI UKAR RUPIAH ERHADAP $US MENGGUNAKAN DERE WAKU HIDDEN MARKOV SAU WAKU SEBELUMNYA BERLIAN SEIAWAY, DIMAS HARI SANOSO, N. K. KUHA ARDANA Deparemen Maemaika Fakulas Maemaika dan Ilmu Pengeahuan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. tahun 1990-an, jumlah produksi pangan terutama beras, cenderung mengalami

BAB 1 PENDAHULUAN. tahun 1990-an, jumlah produksi pangan terutama beras, cenderung mengalami 11 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Laar Belakang Keahanan pangan (food securiy) di negara kia ampaknya cukup rapuh. Sejak awal ahun 1990-an, jumlah produksi pangan eruama beras, cenderung mengalami penurunan sehingga

Lebih terperinci

Transpor Polutan. Persamaan Konveksi Difusi Penyelesaian Analitik

Transpor Polutan. Persamaan Konveksi Difusi Penyelesaian Analitik Transpor Poluan Persamaan Konveksi Difusi Penelesaian Analiik Referensi Graf and Alinakar, 1998, Fluvial Hdraulis: Chaper 8, pp. 517-609, J. Wile and Sons, Ld., Susse, England. Teknik Sungai Transpor Poluan

Lebih terperinci

APLIKASI PEMULUSAN EKSPONENSIAL DARI BROWN DAN DARI HOLT UNTUK DATA YANG MEMUAT TREND

APLIKASI PEMULUSAN EKSPONENSIAL DARI BROWN DAN DARI HOLT UNTUK DATA YANG MEMUAT TREND APLIKASI PEMULUSAN EKSPONENSIAL DARI BROWN DAN DARI HOLT UNTUK DATA YANG MEMUAT TREND Noeryani 1, Ely Okafiani 2, Fera Andriyani 3 1,2,3) Jurusan maemaika, Fakulas Sains Terapan, Insiu Sains & Teknologi

Lebih terperinci