BAB 3 LANDASAN TEORI

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB 3 LANDASAN TEORI"

Transkripsi

1 BAB 3 LANDASAN TEORI 3.1. Deskripsi Teori Pengerian Peramalan Unuk membanu ercapainya suau kepuusan yang efisien unuk penjualan produknya, perusahaan memerlukan suau cara yang epa, sisemais dan dapa dihiung ingka kesalahannya. Salah sau jawabannya adalah dengan menggunakan meode peramalan sebagai acuan yang pau diperhaikan dalam pengambilan kepuusan. Peramalan merupakan perpaduan anara seni dan ilmu dalam memperkirakan keadaan di masa yang akan daang, dengan cara memproyeksikan daa-daa masa lampau ke masa yang akan daang dengan menggunakan model maemaika maupun perkiraan subjekif (Heizer, J. dan, Render, B., 1996, p147). Peramalan merupakan ingka perkiraan yang diharapkan unuk suau produk/beberapa produk dalam periode waku erenu di masa yang akan daang dan dapa diarikan sebagai suau aksiran yang ilmiah walaupun akan erdapa sediki kesalahan (Biegel, J.E., 1992, p19). Peramalan adalah prediksi nilai-nilai sebuah peubah berdasarkan pada nilai yang dikeahui dari peubah ersebu aau produk yang berhubungan. Meramal yang dapa didasarkan pada keahlian judgemen, yang pada gilirannya didasarkan pada daa hisoris dan pengalaman (Makridakis, S., 1991, p519). Peramalan merupakan kegiaan unuk memperkirakan apa yang akan erjadi pada masa yang akan daang (Sofjan Assauri, 1984, p1). 9

2 10 Peramalan merupakan bagian erpadu dari proses pengambilan kepuusan yang berujuan memperkecil resiko akiba suau kepuusan yang diambil (Maman A. Djauhari, 1986, p1.4) Jenis-jenis Peramalan Menuru Sofjan Assauri (1984, p3-4), pada umumnya peramalan dibedakan dari beberapa segi erganung dari cara melihanya. Peramalan dapa kia liha dari segi sifa penyusunan, jangka waku peramalan dan sifa ramalannya. Apabila diliha dari sifa penyusunannya, maka peramalan dapa dibedakan aas dua macam, yaiu: 1. Peramalan yang subjekif, yaiu peramalan yang didasarkan aas perasaan aau inuisi dari orang yang menyusunnya. Dalam hal ini, pandangan dari orang yang menyusunnya sana menenukan baik idaknya hasil ramalan ersebu. 2. Peramalan yang objekif, yaiu peramalan yang didasarkan aas daa yang relevan pada masa lalu, dengan menggunakan ehnik-ehnik dan meode dalam penganalisaan daa ersebu. Jika diliha dari jangka waku ramalan yang disusun, maka peramalan dapa dibedakan menjadi: 1. Peramalan jangka panjang, yaiu peramalan yang dilakukan unuk penyusunan hasil ramalan yang jangka wakunya lebih dari sau seengah ahun aau iga semeser. Peramalan seperi ini diperlukan dalam penyusunan rencana pembangunan suau daerah aau negara, rencana invesasi, aau rencana kerja sama suau perusahaan. 2. Peramalan jangka pendek, yaiu peramalan yang dilakukan unuk penyusunan hasil ramalan dengan jangka waku yang kurang dari sau seengah ahun. Peramalan seperi ini diperlukan dalam penyusunan rencana ahunan, rencana kerja operasional

3 11 yang mencakup rencana persediaan, rencana penjualan, anggaran produksi, dan lainnya. Sedangkan menuru Heizer dan Render (1996, p142), peramalan yang berdasarkan renang waku dibagi menjadi iga kaegori, yaiu: 1. Peramalan jangka pendek, peramalan unuk jangka waku kurang dari 3 bulan. Kaegori ini digunakan unuk perencanaan pembelian maerial, penjadwalan kerja, penugasan kerja, perencanaan ingka produksi dan jumlah enaga kerja. 2. Peramalan jangka menengah, peramalan unuk jangka waku anara 3 bulan sampai 3 ahun. Kaegori ini digunakan unuk perencanaan penjualan, perencanaan anggaran dan produksi. 3. Peramalan jangka panjang, peramalan unuk jangka waku lebih dari 3 ahun. Kaegori ini digunakan unuk perencanaan dan pengembangan fasilias, perencanaan peneliian dan pengembangan (libang). Berdasarkan sifa ramalan yang disusun, peramalan dibedakan menjadi dua macam, yaiu: 1. Peramalan kualiaif, yaiu peramalan yang didasarkan aas daa kualiaif pada masa lalu. Hasil dari peramalan yang dibua, sanga berganung pada orang yang menyusunnya, karena peramalan ersebu dienukan berdasarkan pemikiran yang bersifa inuisi, pendapa, pengalaman, sera pengeahuan yang dimiliki oleh orang yang menyusun ramalan iu. 2. Peramalan kuaniaif, yaiu peramalan yang didasarkan aas daa kuaniaif pada masa lalu. Hasil dari peramalan yang dibua, sanga berganung pada meode yang digunakan, sebab dengan meode yang berbeda akan didapa hasil yang berbeda

4 12 pula. Peramalan kuaniaif hanya dapa digunakan jika erdapa iga kondisi sebagai beriku (makridakis, 1998, p9): Adanya informasi enang keadaan yang lain. Informasi ersebu dapa dikuanifikasikan dalam benuk daa. Dapa diasumsikan pola yang lalu akan berkelanjuan pada masa yang akan daang Tipe-ipe Peramalan Menuru Heizer dan Render (1996, p160), ada iga ipe peramalan yang digunakan unuk merencanakan operasional suau perusahaan pada masa yang akan daang, yaiu: Economic forecas, berhubungan dengan siklus bisnis dimana melalui prediksi nilai inflasi, money supplies, dan indikaor perencanaan lainnya. Technological forecas, mengenai kemajuan eknologi dimana dapa menghasilkan produk baru. Demand forecas, rencana perminaan produk aau jasa pada suau perusahaan. Disebu juga sebagai ramalan penjualan (sales forecasing) Langkah-langkah Peramalan Kualias aau muu dari hasil peramalan yang disusun sanga dienukan oleh proses pelaksanaan penyusunannya. Menuru Sofjan Assauri (1984, p5), peramalan yang baik adalah peramalan yang dilakukan dengan mengikui langkah-langkah aau prosedur penyusunan yang baik. Pada dasarnya ada iga langkah peramalan yang pening, yaiu: 1. Mengumpulkan dan menganalisia daa yang lalu, ahap ini berguna unuk mencari pola dari daa pada masa lalu. Daa yang dikumpulkan haruslah daa yang akura

5 13 sebab daa yang idak akura aau kurang memadai, akan menyebabkan hasil ramalan kurang epa. Analisa ini dilakukan dengan membua abulasi dari daa yang lalu sehingga dapa dikeahui pola dari daa ersebu. 2. Menenukan meode yang dipergunakan. Meode peramalan yang baik adalah meode yang memberikan hasil ramalan yang idak jauh berbeda dengan kenyaaan yang erjadi. 3. Memproyeksikan daa yang lalu dengan menggunakan meode yang dipergunakan, dan memperimbangkan adanya beberapa fakor perubahan. Fakor-fakor perubahan ersebu bisa erdiri dari perubahan-perubahan kebijakan yang erjadi, perkembangan poensi, perkembangan eknologi dan penemuan-penemuan baru, dan perbedaan anara hasil ramalan yang ada dengan kenyaaan. Menuru Makridakis (1998, p13), dalam peramalan ada lima langkah dasar yang harus dipenuhi, yaiu: 1. Definisi masalah. Diperlukan unuk mengeahui secara pasi bagaimana peramalan akan dilaksanakan, siapa yang membuuhkan peramalan ersebu, dan bagaimana fungsi dari peramalan ersebu sesuai dengan permasalahan yang dihadapi. 2. Mengumpulkan informasi. Sanga pening unuk mengumpulkan daa-daa yang lalu dari objek yang diinginkan yang mana akan digunakan unuk membua sebuah model yang akan digunakan dalam peramalan. 3. Analisis/ Penyelidikan awal. Berujuan unuk menyelidiki apakah daa memiliki suau pola erenu yang konsisen, apakah ada rend yang signifikan, apakah ada pola musiman yang pening, seberapa kua hubungan anar variabel yang ada dalam analisis, yang semuanya berguna dalam membanu menenukan model peramalan yang epa.

6 14 4. Memilih model yang sesuai. Seiap model peramalan merupakan suau perangka arifisial yang didasarkan pada seperangka asumsi (eksplisi dan implisi) dan umumnya melibakan sau aau lebih parameer yang harus sesuai dengan daa-daa yang digunakan. 5. Memproyeksikan dan mengevaluasi model peramalan. Seelah sebuah model elah dipilih dengan cerma dan parameer-parameernya elah diduga secara epa, model ersebu digunakan unuk membua ramalan, dan pemakai ramalan akan mengevaluasi pro dan konra dari hasil peramalan ersebu sesuai dengan waku yang berjalan Meode Peramalan Meode adalah cara berpikir yang sisemais dan pragmais aas pemecahan suau masalah. Meode peramalan merupakan suau cara unuk memperkirakan secara kuaniaif mengenai apa yang akan erjadi di masa depan berdasarkan daa yang relevan pada masa lalu melalui ahapan-ahapan pengerjaan yang eraur, sisemais, dan erarah. Berdasarkan hal diaas maka meode peramalan merupakan ipe peramalan yang objekif dan bersifa kuaiaif. Menuru Dr.Maman A. Djauhari Meode peramalan yang bersifa kuaniaif dibedakan menjadi dua yaiu, meode dere waku (ime series) dan meode sebab-akiba (korelasi). Meode dere waku penggunaanya dipakai unuk menganalisa hubungan anara variabel waku dengan variable lainnya. Meode korelasi dipakai unuk menganalisa hubungan anar variabel yang bukan waku. Menuru Sofjan Assauri (1984, p9), meode-meode peramalan dengan menggunakan analisa pola hubungan anar variabel yang akan diperkirakan dengan variabel waku, aau analisa dere waku, erdiri dari:

7 15 Meode Smoohing, digunakan unuk mengurangi keidak erauran musiman dari daa yang lalu maupun kedua-duanya dengan membua raa erimbang dari dari sederean daa yang lalu. Keepaan dari peramalan dengan meode ini akan erdapa pada peramalan jangka pendek, sedangkan unuk peramalan jangka panjang sanga kurang keepaannya. Yang ermasuk meode ini adalah meode daa lewa, meode raa-raa kumulaif, raa-raa bergerak, dan meode pemulusan eksponensial. Meode Box-Jenkins, menggunakan dasar dere waku dengan model maemais, agar kesalahan yang erjadi dapa sekecil mungkin. Meode ini sanga baik unuk peramalan jangka pendek, sedangkan unuk peramalan jangka panjang keepaannya kurang baik. Meode proyeksi rend dengan regresi, merupakan dasar garis rend unuk sau persamaan maemais, sehingga dengan dasar persamaan ersebu dapa diproyeksikan hal yang dielii unuk masa depan. Unuk peramalan jangka pendek maupun peramalan jangka panjang, keepaan peramalan dengan meode ini sanga baik Kegunaan Meode Peramalan Menuru Sofjan Assauri(1984,p8), meode yang dipergunakan sanga besar manfaanya, apabila dikaikan dengan keadaan informasi aau daa yang dipunyai. Sebagaimana dikeahui bahwa meode merupakan cara berpikir yang sisemais dan pragmais aas dasar daa yang relevan pada masa lalu. Meode peramalan memberikan ahapan-ahapan pengerjaan yang eraur dan erarah dan pemecahan aas pendekaan suau masalah yang ingin diobservasi. Dengan

8 16 penggunaan meode ersebu, diharapkan dapa membanu penyelesaian masalah dengan ingka kepercayaan yang lebih besar yang mana ingka penyimpangan aau deviasi yang erjadi dapa diuji secara ilmiah. Dengan banyaknya meode peramalan yang ada, maka masalah yang imbul adalah bagaimana memilih meode peramalan yang mempunyai karakerisik yang cocok dengan masalah dan siuasi yang dihadapi oleh perusahaan. Hal ini dapa diaasi, salah saunya dengan meliha keadaan aau pola daa yang dimiliki. Apabila dari daa yang lalu dikeahui memiliki pola musiman, maka unuk peramalan sau ahun ke depan yang lebih epa digunakan adalah meode variasi musim. Sedangkan apabila dikeahui bahwa daa memiliki pola hubungan anar variabel-variabel yang saling mempengaruhi, maka lebih baik meode yang digunakan adalah meode sebab-akiba aau korelasi. Meode peramalan dapa disimpulkan sanga berguna dalam membanu melakukan pendekaan analisis erhadap karakerisik aau pola dari daa yang lalu, sehingga dapa memberikan cara berpikir, ahapan pengerjaan, dan pemecahan yang didasarkan aas pendekaan erhadap masalah yang keseluruhannya ersusun secara sisemais dan pragmais dan dapa memberikan ingka kepercayaan yang lebih besar aas keepaan hasil yang diperoleh dalam mendukung pembuaan kepuusan unuk pemecahan masalah Pola Daa Menuru Maman A. Djauhari (1986, p1.8), ada beberapa jenis daa yang khas yang dapa diramalkan pada peramalan daa yang akan daang, yaiu: 1. Pola daa sasioner Bila daa berflukuasi di sekiar mean yang konsan.

9 17 y waku Gambar 3.1. Pola daa sasioner 2. Pola daa musiman Terjadi jika daa dipengaruhi oleh fakor musim. Musim disini dapa berupa waku seengah-ahunan, seperempa-ahunan, mingguan, aau bahkan harian. y waku Gambar 3.2. Pola daa musiman 3. Pola daa siklik (periodik) Terjadi bilamana daanya dipengaruhi oleh flukuasi ekonomi jangka panjang. y waku Gambar 3.3. Pola daa siklik 4. Pola daa rend Variasi daa dari suau waku ke waku lainnya memiliki kecenderungan (rend) naik aau urun.

10 18 y waku Gambar 3.4. Pola daa rend Meode Dekomposisi Pengerian meode dekomposisi Meode dekomposisi ermasuk dalam meode dere waku yang mendasarkan penganalisaan unuk mengidenifikasikan iga fakor uama yang erdapa dalam suau dere waku. Tiga fakor uama iu adalah fakor rend, musiman, dan siklus. Fakor rend menggambarkan perilaku daa dalam jangka panjang, dapa meningka, menurun, aau idak berubah. Fakor musiman berkaian dengan flukuasi periodik dengan panjang konsan yang disebabkan oleh hal-hal seperi emperaur, curah hujan, bulan pada suau ahun, saa liburan, maupun kebijaksanaan perusahaan. Sedangkan fakor siklus merupakan pola berkala yang erjadi dan berulang kembali seelah suau masa dalam beberapa ahun (jika fakor musiman berulang dalam inerval yang eap seperi minggu, bulan, aau ahun; fakor siklus mempunyai jangka waku yang lebih lama dan lamanya berbeda dari sau siklus ke siklus lainnya). Dengan menggunakan daa yang ada, makan model dekomposisi diasumsikan sebagai gabungan dari komponen: daa = pola + kesalahan (error) = f (rend, siklus, musim) + error

11 19 Error yang erdapa diaas merupakan perbedaan yang diasumsikan diperoleh dari kombinasi hasil anara komponen rend, siklus, dan musim dari dere waku dengan daa yang sebenarnya. Model dekomposisi merupakan pendekaan peramalan erua yang mulai dikenal dan digunakan pada awal abad ke-20 oleh para ahli ekonomi unuk menganalisa dan mengendalikan siklus ekonomi. Benuk radisional dari meode dekomposisi yang klasik dinyaakan sebagai beriku: ( T, S, C I ) X = f,...(3.1) Dimana: X = nilai dere waku (acual daa) pada periode. T = komponen rend pada periode. I = komponen musiman pada periode. C = komponen siklus pada periode. E = komponen irregular aau error pada periode. Model ini dapa dilakukan dengan benuk perkalian aau penjumlahan. Teapi model penjumlahan dalam pengerjaannya lebih suli, hal ini disebabkan karena masingmasing komponen berdiri sendiri, sehingga rend idak mempunyai pengaruh aas fakor musim, benuknya yaiu: X = I + T + C + E...(3.2) Oleh karena iu model penjumlahan, kecuali unuk waku yang sanga pendek, idak banyak digunakan dibanding dengan model perkalian. Dalam benuk perkalian, model ersebu berbenuk: X = I T C E...(3.3)

12 Meode Dekomposisi dengan Rasio Raa-raa bergerak (Raio-o-Moving- Average) Meode dekomposisi raa-raa sederhana dan rasio-rend pada masa lalu elah digunakan eruama karena perhiungannya yang mudah. Teapi meode ersebu kehilangan daya ariknya dengan dikenalnya kompuer secara meluas. Sejak dikembangkan pada ahun 1920-an, meode rasio raa-raa bergerak merupakan prosedur dekomposisi yang elah banyak digunakan dalam beberapa puluh ahun lamanya. Meode ini berasumsi pada model muliplikaif dalam benuk: X = I T C E...(3.4) Meode rasio raa-raa bergerak mula-mula memisahkan unsur rend-siklus dari daa dengan menghiung raa-raa bergerak yang jumlah unsurnya sama dengan panjang musiman. Raa-raa dengan panjang seperi ini idak mengandung pengaruh musiman dan anpa aau sediki sekali unsur acak. Raa-raa bergerak yang dihasilkan, M, adalah M = T C...(3.5) Dari persamaan diaas dapa diperoleh persamaan: X M I T C E = = I E...(3.6) T C Persamaan diaas merupakan rasio dari daa yang sebenarnya dengan raa-raa bergerak dan mengisolasi dua komponen dere berkala lainnya. Nilai rasio ersebu berkisar di anara 100, menunjukkan pengaruh musiman pada nilai raa-raa daa yang elah dihilangkan fakor musimannya (deseasionalized). Langkah selanjunya dalam meode ini adalah menghilangkan keacakan dari nilai-nilai yang diperoleh dari persamaan diaas dengan menggunakan suau benuk raa-

13 21 raa pada bulan yang sama. Dekomposisi rasio pada raa-raa bergerak menggunakan pendekaan yang disebu dengan meode raa-raa medial. Langkah erakhir dalam meode ini adalah memisahkan fakor rend dari siklus. Hal ini dilakukan dengan membagi persamaan diaas dengan garis rend linear unuk daa yang dikeahui. Persamaan ersebu diambil dari persamaan regresi linear yang menggambarkan hubungan anara variabel bebas dan idak bebas, yaiu: Y = a + bx dimana a menyaakan inersep dan b kemiringan garis dari suau grafik. Kemudian unuk memperoleh rumus menghiung a dan b dapa dicari melalui penurunan rumus dibawah ini: Y = na + i bx i X iyi a X i + = b X i Sehingga diperoleh: Yi X i a = b aau a = Y bx n n X i n X i X n Yi X i Yi b = aau 2 X i X iyi X b = 2 X X i Y X i i Sehingga bila dierapkan dalam persamaan unuk mencari garis rend linear maka diperoleh rumus: T () = X = a b...(3.7) + dimana n ( ) 2 n X X b =...(3.8) 2 X a = b...(3.9) n n

14 22 sehingga hasilnya adalah: M T T C = = C...(3.10) a + b () Unuk menyiapkan ramalan, nilai kecenderungan unuk periode yang akan diramalkan dikalikan dengan indeks musiman dan fakor siklus yang sesuai Meode Dekomposisi Census II Meode Census II dikembangkan oleh Biro Sensus Deparemen AS. Julius Shiskin dianggap sebagai konribuor uama dalam pengembangan meode ini. Meode Census II melipui 4 fase yang berbeda. Fase-fase ersebu adalah: 1. Penyesuaian Hari Perdagangan (Trading Day). Penyesuaian hari perdagangan diperlukan karena suau bulan erenu mungkin idak mempunyai jumlah hari perdagangan yang sama dalam ahun yang berbeda. Hal ini pening karena dapa mempengaruhi fakor penjualan. Langkah perama adalah menenukan jumlah hari perdagangan unuk seiap bulan dari ahun yang dibicarakan. Kemudian, dihiung jumlah hari kerja raa-raa unuk seiap bulan. Raa-raa yang sesuai ersebu lalu dipakai unuk membagi nilainilai yang sebenarnya dari bulan yang bersangkuan. 2. Penyesuaian Musiman Awal Fase ini unuk membua pemisahan awal dari musiman erhadap unsur rend siklus dan kemudian memisahkan keacakannya. Langkah-langkahnya yaiu: Perhiungan raa-raa Bergerak Terpusa 12-bulanan. Raa-raa bergerak 12-bulanan yang dierapkan pada daa asli akan menghilangkan sebagian besar unsur musiman dan unsur acak yang erdapa di dalam dere daa. Secara maemais perhiungan ini melipui:

15 23 X = I T C E...(3.11) M = T C...(3.12) X M I T C E = R = = I E...(3.13) TC Pengganian Nilai-nilai Eksrim Tugas selanjunya adalah pengeluaran nilai eksrim ersebu sebelum unsur random dihilangkan. Proses ini melipui: i. Hiung raa-raa bergerak 3 x 3 bulan. ii. Hiung deviasi sandar. Fakor Musiman Awal Langkah erakhir ini adalah membagi daa asli dengan fakor musiman yang memperoleh dere daa yang elah disesuaikan menuru musim pendahuluan. Dere daa ini membenuk dasar unuk menyempurnakan aksiran selanjunya dari unsur musiman, unsur rend-siklus, dan unsur acak yang diperlihakan sebagai ahap keiga dari Census II. Nilai daa ersebu dapa diulis secara maemais sebagai: X I T C E = T C E...(3.14) PI = = I I dimana PI adalah nilai yang elah disesuaikan menuru musim pendahuluan. 3. Penyesuaian Musiman Akhir Dalam ahap Census II ini dere daa musiman awal yang elah disesuaikan ersebu diproses lebih lanju dengan menggunakan raa-raa bergerak unuk

16 24 menghilangkan seiap pengaruh musiman dan unsur acak yang ak erdeeksi sebelumnya. Langkahnya, yaiu: Mengisolasi Trend-Siklus Dengan menggunakan daa yang elah disesuaikan menuru musim sebagai iik awal, unsur acak dihilangkan dengan menggunakan raa-raa bergerak berbobo 15-bulanan dari Spencer. Bila daa asli dibagi oleh raa-raa bergerak 15-daa Spencer, maka yang inggal hanya fakor musiman random akhir dan secara maemais diunjukkan dengan persamaan: X I T C E FIE = = = M ' TC I E...(3.15) dimana M ' adalah MA 15-daa dari Spencer dan FIE adalah rasio musiman random akhir. Rasio Musiman-Acak Akhir Rasio musiman-acak akhir dihiung dengan membagi daa asli dengan nilai yang diperoleh dari rumus 15-bulanan dari Spencer. Nilai ini digunakan sebagai iik awal unuk menggani nilai eksrim dan menyesuaikan rasio sehingga jumlahnya Fakor Musiman Akhir Secara maemais, langkah ini sama dengan menghiung nilai yang diharapkan unuk menghilangkan adanya unsur acak yang masih ada, dirumuskan sebagai: ( I E ) I FA ' = ε =...(3.16)

17 25 dimana FA' adalah fakor penyesuaian musiman akhir unuk periode dan ε menunjukkan nilai yang diharapkan. Dere Daa Akhir yang Disesuaikan Menuru Musim Dere daa akhir yang elah disesuaikan menuru musim diperoleh dengan membagi daa asli dengan fakor penyesuaian musiman akhir. Karena penyesuaian musiman cenderung memperhalus dere daa, maka hasilnya lebih nyaa dan aksiran yang elah dihaluskan dari pola rend-siklus lebih banyak ercampur dengan unsur random. X I T C E = T C E...(3.17) ε FA = = ( I E ) I Sebelum dilanjukan dengan fase akhir dari census II, diperlukan dua himpunan nilai ambahan unuk dere berkala ersebu, yaiu nilai akhir aksiran rend-siklus dan aksiran akhir dari komponen acak. Secara maemais, persamaan ersebu dapa dinyaakan sebagai: FA T C E RC = = = FA' TC E...(3.18) Meode Census II ampaknya sanga rumi karena banyaknya langkah yang harus dilakukan. Walaupun demikian, ide dasarnya adalah memisahkan unsur musiman, unsur rend-siklus, dan komponen acak sau per sau. 4. Pengujian dan Saisik ringkas Seelah fase 3 selesai dilakukan dan komponen dasar dari dere berkala ersebu diaksir, dalam fase 4 dilakukan pengujian dere daa unuk menenukan apakah

18 26 dekomposisi ersebu sukses aau idak. Dibawah ini erdapa empa jenis pengujian yang paling sering dipakai: Uji Bulan yang Berdekaan (Adjacen Monh Tes) Menghiung rasio bulan erenu erhadap nilai raa-raa dari bulan yang sebelumnya dan sesudahnya memberikan indikasi bagaimana bulan erenu ersebu berbeda dari bulan yang sebelumnya dan yang sesudahnya. Uji Januari Membagi dere daa akhir yang elah disesuaikan menuru musim dengan nilai yang bersangkuan dari seiap bulan Januari yang sebelumnya menghasilkan himpunan nilai yang elah disandarkan dengan bulan Januari sebagai dasar. Uji Ekualias Uji ini unuk menenukan apakah erjadi penyesuaian yang berlebihan dengan membagi raa-raa bergerak 12-bulan dari daa yang elah disesuaikan menuru musim dengan raa-raa bergerak 12-bulan dari daa asli. Uji Perubahan Persenase Terdapa beberapa uji perubahan persenase yang masing-masing melipui penenuan persenase dari perubahan unuk seiap bulan yang lalu. Ada empa uji perubahan persenase yang sering digunakan, yang

19 27 sau unuk daa asli dan yang lain masing-masing unuk komponen uama dere berkala (musiman, rend, siklus, dan unsur acak) Ukuran Akurasi Peramalan Salah sau hal yang menjadi perhaian uama dalam peramalan adalah bagaimana caranya unuk mengukur kesesuaian suau meode peramalan dalam hal penerapannya pada kumpulan daa yang elah ersedia. Menuru Lerbin R, Arionang R (2002, p35), selain berdasarkan daa, pemilihan ehnik peramalan juga didasarkan pada ukuran lainnya, yaiu error(e) aau kesalahan yang merupakan selisih nilai dari daa yang ada dengan nilai proyeksinya unuk iap periode. Hal ersebu dapa diulis sebagai: e = Y F Jika erdapa beberapa observasi dan peramalan unuk n periode, maka akan ada kesalahan aau error sebanyak n, dan ukuran sandard saisik yang berlaku menuru Makridakis( 1998, p43) adalah: 1. Nilai engah gala (Mean Error): ME = 1 n n e = 1...(3.19) 2. Nilai engah gala absolu (Mean Absolu Error): MAE = 1 n n = 1 e...(3.20) 3. Nilai engah gala kuadra (Mean Squared Error): MSE = 1 n n 2 e = 1...(3.21)

20 28 Menuru Makridakis (1999, p59), unuk model gala diaas mempunyai 2 kelemahan, yaiu: Ukuran ini menunjukkan pencocokan suau model erhadap daa hisoris. Pencocokan ini idak perlu mengimplikasikan peramalan yang baik. Suau model yang erlalu cocok dengan dere daanya berari model iu idak berhasil mengenali pola non acak dalam daa. Berhubungan dengan kenyaaan bahwa meode yang berbeda akan menggunakan prosedur yang bebeda pula dalam fase pencocokannya, maka perlu diperhaikan meode apa yang dipakai. Karena kelemahan diaas, maka diperlukan penggunaan ukuran alernaif yang menyangku gala persenase, yaiu: Gala persenase (Percenage Error): Y F PE = (3.22) Y Nilai engah gala persenase (Mean Percenage Error): MPE = 1 n n = 1 PE...(3.23) Nilai engah absolu gala persenase (Mean Absolu Percenage Error): MAPE = 1 n n = 1 PE...(3.24) 3.2. Model Rekayasa Pirani Lunak Model rekayasa pirani lunak yang dipakai oleh penulis adalah model sequenial linear. Model ini disebu juga model waerfall. Model waerfall merupakan model perancangan sofware yang menyarankan pendekaan secara sisemaik unuk

21 29 pengembangan sofware yang dimulai pada level sysem dan perkembangan melalui analisis, desain, coding dan suppor. Analisis kebuuhan Desain Coding Impelemenasi dan pengujian Pemeliharaan Gambar 3.5. Waerfall model Analisis kebuuhan Proses pengumpulan kebuuhan diinensifkan dan difokuskan spesifik pada perangka lunak. Tahap ini berujuan unuk mengeahui kebuuhan pirani lunak, sumber informasi pirani lunak, fungsi yang dibuuhkan, kemampuan pirani lunak, dan ampilan anar muka pirani lunak ersebu. Desain Desain pirani lunak merupakan proses yang fokus pada 4 aribu pada program, yaiu: srukur daa, arsiekur pirani lunak, represenasi user inerface dan deail prosedural proses desain menranslasikan pengumpulan kebuuhan menjadi represenasi pirani lunak yang dapa menilai kualias sebelum coding dimulai. Coding

22 30 Desain harus diranslasikan ke dalam benuk bahasa pemrograman. Langkah coding melakukan ugas ini dan dapa dikerjakan secara mekanis. Implemenasi dan pengujian Keika coding elah selesai dilaksanakan, pengujian program dimulai. Proses pengujian difokuskan pada logika inernal pirani lunak, memasikan bahwa semua saemen elah diuji coba, dan pada fungsional eksernal, melakukan es unuk mengaasi kesalahan dan memasikan bahwa inpu erdefinisi akan menghasilkan hasil sebenarnya yang sesuai dengan hasil yang dibuuhkan. Pemeliharaan Pirani lunak pasi mengalami perubahan seelah diberikan kepada user lain. Dukungan pemeliharaan pirani lunak menerapkan kembali seiap fase sebelumnya ke dalam program yang sudah ada.

BAB III METODE DEKOMPOSISI CENSUS II. Data deret waktu adalah data yang dikumpulkan dari waktu ke waktu

BAB III METODE DEKOMPOSISI CENSUS II. Data deret waktu adalah data yang dikumpulkan dari waktu ke waktu BAB III METODE DEKOMPOSISI CENSUS II 3.1 Pendahuluan Daa dere waku adalah daa yang dikumpulkan dari waku ke waku unuk menggambarkan perkembangan suau kegiaan (perkembangan produksi, harga, hasil penjualan,

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI. Peramalan adalah kegiatan untuk memperkirakan apa yang akan terjadi di masa yang

BAB 2 LANDASAN TEORI. Peramalan adalah kegiatan untuk memperkirakan apa yang akan terjadi di masa yang BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Pengerian Peramalan Peramalan adalah kegiaan unuk memperkirakan apa yang akan erjadi di masa yang akan daang. Sedangkan ramalan adalah suau aau kondisi yang diperkirakan akan erjadi

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI. Produksi padi merupakan suatu hasil bercocok tanam yang dilakukan dengan

BAB 2 LANDASAN TEORI. Produksi padi merupakan suatu hasil bercocok tanam yang dilakukan dengan BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1. Produksi Produksi padi merupakan suau hasil bercocok anam yang dilakukan dengan penanaman bibi padi dan perawaan sera pemupukan secara eraur sehingga menghasilkan suau produksi

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LADASA TEORI 2.1 Pengerian Peramalan Peramalan (forecasing) adalah suau kegiaan yang memperkirakan apa yang akan erjadi pada masa yang akan daang. Meode peramalan merupakan cara unuk memperkirakan

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI. Metode Peramalan merupakan bagian dari ilmu Statistika. Salah satu metode

BAB 2 LANDASAN TEORI. Metode Peramalan merupakan bagian dari ilmu Statistika. Salah satu metode 20 BAB 2 LADASA TEORI 2.1. Pengerian Peramalan Meode Peramalan merupakan bagian dari ilmu Saisika. Salah sau meode peramalan adalah dere waku. Meode ini disebu sebagai meode peramalan dere waku karena

Lebih terperinci

BAB 2 URAIAN TEORI. waktu yang akan datang, sedangkan rencana merupakan penentuan apa yang akan

BAB 2 URAIAN TEORI. waktu yang akan datang, sedangkan rencana merupakan penentuan apa yang akan BAB 2 URAIAN EORI 2.1 Pengerian Peramalan Peramalan adalah kegiaan memperkirakan aau memprediksi apa yang erjadi pada waku yang akan daang, sedangkan rencana merupakan penenuan apa yang akan dilakukan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. Peramalan (Forecasting) adalah suatu kegiatan yang mengestimasi apa yang akan

BAB II LANDASAN TEORI. Peramalan (Forecasting) adalah suatu kegiatan yang mengestimasi apa yang akan BAB II LADASA TEORI 2.1 Pengerian peramalan (Forecasing) Peramalan (Forecasing) adalah suau kegiaan yang mengesimasi apa yang akan erjadi pada masa yang akan daang dengan waku yang relaif lama (Assauri,

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN TEORITIS

BAB II TINJAUAN TEORITIS BAB II TIJAUA TEORITIS 2.1 Peramalan (Forecasing) 2.1.1 Pengerian Peramalan Peramalan dapa diarikan sebagai beriku: a. Perkiraan aau dugaan mengenai erjadinya suau kejadian aau perisiwa di waku yang akan

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI 35 BAB LANDASAN TEORI Meode Dekomposisi biasanya mencoba memisahkan iga komponen erpisah dari pola dasar yang cenderung mencirikan dere daa ekonomi dan bisnis. Komponen ersebu adalah fakor rend (kecendrungan),

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS. Kegiatan untuk memperkirakan apa yang akan terjadi pada masa yang akan datang

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS. Kegiatan untuk memperkirakan apa yang akan terjadi pada masa yang akan datang BAB 2 TINJAUAN TEORITIS 2.1 Pengerian dan Manfaa Peramalan Kegiaan unuk mempeirakan apa yang akan erjadi pada masa yang akan daang disebu peramalan (forecasing). Sedangkan ramalan adalah suau kondisi yang

Lebih terperinci

BAB III METODE PEMULUSAN EKSPONENSIAL TRIPEL DARI WINTER. Metode pemulusan eksponensial telah digunakan selama beberapa tahun

BAB III METODE PEMULUSAN EKSPONENSIAL TRIPEL DARI WINTER. Metode pemulusan eksponensial telah digunakan selama beberapa tahun 43 BAB METODE PEMUUAN EKPONENA TRPE DAR WNTER Meode pemulusan eksponensial elah digunakan selama beberapa ahun sebagai suau meode yang sanga berguna pada begiu banyak siuasi peramalan Pada ahun 957 C C

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Laar Belakang Pada dasarnya peramalan adalah merupakan suau dugaan aau perkiraan enang erjadinya suau keadaan di masa depan. Akan eapi dengan menggunakan meodemeode erenu peramalan

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. yang akan datang. Peramalan menjadi sangat penting karena penyusunan suatu

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. yang akan datang. Peramalan menjadi sangat penting karena penyusunan suatu BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengerian Peramalan Peramalan adalah kegiaan memperkirakan apa yang erjadi pada waku yang akan daang sedangkan rencana merupakan penenuan apa yang akan dilakukan pada waku yang

Lebih terperinci

(T.6) PENDEKATAN INDEKS SIKLUS PADA METODE DEKOMPOSISI MULTIPLIKATIF

(T.6) PENDEKATAN INDEKS SIKLUS PADA METODE DEKOMPOSISI MULTIPLIKATIF Seminar Nasional Saisika 12 November 2011 Vol 2, November 2011 (T.6) PENDEKATAN INDEKS SIKLUS PADA METODE DEKOMPOSISI MULTIPLIKATIF Gumgum Darmawan, Sri Mulyani S Saf Pengajar Jurusan Saisika FMIPA UNPAD

Lebih terperinci

APLIKASI PEMULUSAN EKSPONENSIAL DARI BROWN DAN DARI HOLT UNTUK DATA YANG MEMUAT TREND

APLIKASI PEMULUSAN EKSPONENSIAL DARI BROWN DAN DARI HOLT UNTUK DATA YANG MEMUAT TREND APLIKASI PEMULUSAN EKSPONENSIAL DARI BROWN DAN DARI HOLT UNTUK DATA YANG MEMUAT TREND Noeryani 1, Ely Okafiani 2, Fera Andriyani 3 1,2,3) Jurusan maemaika, Fakulas Sains Terapan, Insiu Sains & Teknologi

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN TEORI

BAB 2 TINJAUAN TEORI 7 BAB 2 TINJAUAN TEORI 2.1 Pengerian Peramalan Peramalan adalah kegiaan unuk memperkirakan apa yang akan erjadi di masa yang akan daang. Sedangkan ramalan adalah suau siuasi aau kondisi yang diperkirakan

Lebih terperinci

LANDASAN TEORI. Untuk membantu tercapainya suatu keputusan yang efisien, diperlukan adanya

LANDASAN TEORI. Untuk membantu tercapainya suatu keputusan yang efisien, diperlukan adanya BAB 3 LANDASAN TEORI 3.1 Pengerian Peramalan Unuk membanu ercapainya suau kepuusan yang efisien, diperlukan adanya suau cara yang epa, sisemais dan dapa diperanggungjawabkan. Salah sau ala yang diperlukan

Lebih terperinci

PENERAPAN METODE TRIPLE EXPONENTIAL SMOOTHING UNTUK MENGETAHUI JUMLAH PEMBELI BARANG PADA PERUSAHAAN MEBEL SINAR JEPARA TANJUNGANOM NGANJUK.

PENERAPAN METODE TRIPLE EXPONENTIAL SMOOTHING UNTUK MENGETAHUI JUMLAH PEMBELI BARANG PADA PERUSAHAAN MEBEL SINAR JEPARA TANJUNGANOM NGANJUK. PENERAPAN METODE TRIPLE EXPONENTIAL MOOTHING UNTUK MENGETAHUI JUMLAH PEMBELI BARANG PADA PERUAHAAN MEBEL INAR JEPARA TANJUNGANOM NGANJUK. ii Rukayah*), Achmad yaichu**) ABTRAK Peneliian ini berujuan unuk

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. yang akan datang. Peramalan menjadi sangat penting karena penyusunan suatu

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. yang akan datang. Peramalan menjadi sangat penting karena penyusunan suatu BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengerian Peramalan Peramalan adalah kegiaan memperkirakan apa yang erjadi pada waku yang akan daang sedangkan rencana merupakan penenuan apa yang akan dilakukan pada waku yang

Lebih terperinci

Perbandingan Metode Winter Eksponensial Smoothing dan Metode Event Based untuk Menentukan Penjualan Produk Terbaik di Perusahaan X

Perbandingan Metode Winter Eksponensial Smoothing dan Metode Event Based untuk Menentukan Penjualan Produk Terbaik di Perusahaan X JURAL SAIS DA SEI ITS Vol. 6, o.1, (2017) 2337-3520 (2301-928X Prin) A 1 Perbandingan Meode Winer Eksponensial Smoohing dan Meode Even Based unuk Menenukan Penjualan Produk Terbaik di Perusahaan X Elisa

Lebih terperinci

SISTEM PREDIKSI PENJUALAN GAMIS TOKO QITAZ MENGGUNAKAN METODE SINGLE EXPONENTIAL SMOOTHING. Oleh: Salman Alfarisi

SISTEM PREDIKSI PENJUALAN GAMIS TOKO QITAZ MENGGUNAKAN METODE SINGLE EXPONENTIAL SMOOTHING. Oleh: Salman Alfarisi S. Alfarisi / Journal of Applied Business and Economics Vol. 4 No. 1 (Sep 2017) 80-95 SISTEM PREDIKSI PENJUALAN GAMIS TOKO QITAZ MENGGUNAKAN METODE SINGLE EXPONENTIAL SMOOTHING Oleh: Salman Alfarisi Program

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS. Peramalan adalah kegiatan untuk memperkirakan apa yang akan terjadi di masa

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS. Peramalan adalah kegiatan untuk memperkirakan apa yang akan terjadi di masa BAB 2 TINJAUAN TEORITI 2.1. Pengerian-pengerian Peramalan adalah kegiaan unuk memperkirakan apa yang akan erjadi di masa yang akan daang. edangkan ramalan adalah suau siuasi aau kondisi yang diperkirakan

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN 26 III. METODE PENELITIAN 3.1. Kerangka Pemikiran Penilaian perkembangan kinerja keuangan PT. Goodyear Indonesia Tbk dilakukan dengan maksud unuk mengeahui sejauh mana perkembangan usaha perusahan yang

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. mempunyai efek menekan atau menghentikan suatu proses biokimia di dalam

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. mempunyai efek menekan atau menghentikan suatu proses biokimia di dalam BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Anibioik 2.1.1 Defenisi Anibioik adalah segolongan senyawa, baik alami maupun sineik, yang mempunyai efek menekan aau menghenikan suau proses biokimia di dalam organisme, khususnya

Lebih terperinci

BAB 3 LANDASAN TEORI. 3.1 Pengertian dan Kegunaan Peramalan (Forecasting)

BAB 3 LANDASAN TEORI. 3.1 Pengertian dan Kegunaan Peramalan (Forecasting) BAB 3 LANDAAN TEORI 3.1 Pengerian dan Kegunaan Peramalan (Forecasing) Dalam melakukan analisis dibidang ekonomi, sosial dan sebagainya, kia memerlukan suau perkiraan apa yang akan erjadi aau gambaran enang

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Defenisi Persediaan Persediaan adalah barang yang disimpan unuk pemakaian lebih lanju aau dijual. Persediaan dapa berupa bahan baku, barang seengah jadi aau barang jadi maupun

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Laar Belakang Perumbuhan ekonomi merupakan salah sau ukuran dari hasil pembangunan yang dilaksanakan khususnya dalam bidang ekonomi. Perumbuhan ersebu merupakan rangkuman laju-laju

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Pengerian Supply Chain Managemen Supply chain managemen merupakan pendekaan aau meode dalam memanajemen hubungan perusahaan dengan supplier dan konsumen yang erjadi pada pengendalian

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI. Pengangguran atau tuna karya merupakan istilah untuk orang yang tidak mau bekerja

BAB 2 LANDASAN TEORI. Pengangguran atau tuna karya merupakan istilah untuk orang yang tidak mau bekerja BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Pengerian Pengangguran Pengangguran aau una karya merupakan isilah unuk orang yang idak mau bekerja sama sekali, sedang mencari kerja, bekerja kurang dari dua hari selama seminggu,

Lebih terperinci

Jurusan Teknik Informatika Fakultas Teknik Universitas Muhammadiyah Jember ABSTRAK

Jurusan Teknik Informatika Fakultas Teknik Universitas Muhammadiyah Jember ABSTRAK PERBANDINGAN METODE DES (DOUBLE EXPONENTIAL SMOOTHING) DENGAN TES (TRIPLE EXPONENTIAL SMOOTHING) PADA PERAMALAN PENJUALAN ROKOK (STUDI KASUS TOKO UTAMA LUMAJANG) 1 Fajar Riska Perdana (1110651142) 2 Daryano,

Lebih terperinci

Bab II LANDASAN TEORI

Bab II LANDASAN TEORI 5 Bab II LANDASAN TEORI 2.1 Pengerian Peramalan Menuru Sofjan Assauri (1984, p1), kegiaan unuk memperkirakan apa yang akan erjadi pada masa yang akan daang, kia kenal dengan apa yang disebu peramalan (forecasing).

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Laar Belakang Air merupakan kebuuhan pokok bagi seiap makhluk hidup di dunia ini ermasuk manusia. Air juga merupakan komponen lingkungan hidup yang pening bagi kelangsungan hidup

Lebih terperinci

BAB 2 DASAR TEORI. Studi mengenai aspek teknis dan produksi ini sifatnya sangat strategis, sebab

BAB 2 DASAR TEORI. Studi mengenai aspek teknis dan produksi ini sifatnya sangat strategis, sebab 13 BAB 2 DASAR TEORI 2.1 Aspek Teknis Sudi mengenai aspek eknis dan produksi ini sifanya sanga sraegis, sebab berkaian dengan kapasias proyek, lokasi, aa leak ala produksi, kajian aas bahan dan sumbernya,

Lebih terperinci

Bab 2 Landasan Teori

Bab 2 Landasan Teori Bab 2 Landasan Teori 2.1 Keseimbangan Lini 2.1.1 Definisi Keseimbangan Lini Penjadwalan dari pekerjaan lini produksi yang menyeimbangkan kerja yang dilakukan pada seiap sasiun kerja. Keseimbangan lini

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Peramalan Peramalan adalah kegiaan memperkirakan apa yang akan erjadi pada masa yang akan daang. Ramalan adalah sesuau kegiaan siuasi aau kondisi yang diperkirakan akan erjadi

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Manajemen Perminaan 2.1.1. Konsep Dasar Manajemen Perminaan Pada dasarnya manajemen perminaan (demand managemen) didefinisikan sebagai suau fungsi pengelolaan dari semua perminaan

Lebih terperinci

BAB III RUNTUN WAKTU MUSIMAN MULTIPLIKATIF

BAB III RUNTUN WAKTU MUSIMAN MULTIPLIKATIF BAB III RUNTUN WAKTU MUSIMAN MULTIPLIKATIF Pada bab ini akan dibahas mengenai sifa-sifa dari model runun waku musiman muliplikaif dan pemakaian model ersebu menggunakan meode Box- Jenkins beberapa ahap

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Pertumbuhan ekonomi merupakan salah satu ukuran dari hasil pembangunan yang

BAB 1 PENDAHULUAN. Pertumbuhan ekonomi merupakan salah satu ukuran dari hasil pembangunan yang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Laar Belakang Perumbuhan ekonomi merupakan salah sau ukuran dari hasil pembangunan yang dilaksanakan khususnya dalam bidang ekonomi. Perumbuhan ersebu merupakan rangkuman laju perumbuhan

Lebih terperinci

IV METODE PENELITIAN

IV METODE PENELITIAN IV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waku Peneliian Peneliian yang dilakukan mengenai analisis perencanaan pengadaan una berdasarkan ramalan ime series volume ekspor una loin beku di PT Tridaya Eramina

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. tahun 1990-an, jumlah produksi pangan terutama beras, cenderung mengalami

BAB 1 PENDAHULUAN. tahun 1990-an, jumlah produksi pangan terutama beras, cenderung mengalami 11 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Laar Belakang Keahanan pangan (food securiy) di negara kia ampaknya cukup rapuh. Sejak awal ahun 1990-an, jumlah produksi pangan eruama beras, cenderung mengalami penurunan sehingga

Lebih terperinci

BAB 3 LANDASAN TEORI. peramalan, jenis-jenis peramalan, langkah-langkah peramalan, pemilihan teknik dan

BAB 3 LANDASAN TEORI. peramalan, jenis-jenis peramalan, langkah-langkah peramalan, pemilihan teknik dan BAB 3 LANDASAN TEORI 3. Peramalan Pada sub bab ini akan dibahas mengenai pengerian peramalan, kegunaan meode peramalan, jenis-jenis peramalan, langkah-langkah peramalan, pemilihan eknik dan meode peramalan,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tepat rencana pembangunan itu dibuat. Untuk dapat memahami keadaan

BAB I PENDAHULUAN. tepat rencana pembangunan itu dibuat. Untuk dapat memahami keadaan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Laar Belakang Dalam perencanaan pembangunan, daa kependudukan memegang peran yang pening. Makin lengkap dan akura daa kependudukan yang esedia makin mudah dan epa rencana pembangunan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Laar Belakang Masalah persediaan merupakan masalah yang sanga pening dalam perusahaan. Persediaan mempunyai pengaruh besar erhadap kegiaan produksi. Masalah persediaan dapa diaasi

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Sumber Daya Alam (SDA) yang tersedia merupakan salah satu pelengkap alat

BAB 1 PENDAHULUAN. Sumber Daya Alam (SDA) yang tersedia merupakan salah satu pelengkap alat BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Laar Belakang Sumber Daya Alam (SDA) yang ersedia merupakan salah sau pelengkap ala kebuuhan manusia, misalnya anah, air, energi lisrik, energi panas. Energi Lisrik merupakan Sumber

Lebih terperinci

BAB 3 METODOLOGI PEMECAHAN MASALAH

BAB 3 METODOLOGI PEMECAHAN MASALAH BAB 3 METODOLOGI PEMECAHAN MASALAH 3.1 Tahapan Pemecahan Masalah Tahapan pemecahan masalah berfungsi unuk memudahkan dalam mencari jawaban dalam proses peneliian yang dilakukan agar sesuai dengan arah

Lebih terperinci

Perancangan Sistem Peramalan Penjualan Barang Pada UD Achmad Jaya Dengan Metode Triple Exponential Smoothing

Perancangan Sistem Peramalan Penjualan Barang Pada UD Achmad Jaya Dengan Metode Triple Exponential Smoothing Jurnal Ilmiah Teknologi dan Informaika ASIA (JITIKA) Vol.10, No.2, Agusus 2016 ISSN: 0852-730X Perancangan Sisem Peramalan Penjualan Barang Pada UD Achmad Jaya Dengan Meode Triple Exponenial Smoohing Tria

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Laar Belakang Masalah Dalam sisem perekonomian suau perusahaan, ingka perumbuhan ekonomi sanga mempengaruhi kemajuan perusahaan pada masa yang akan daang. Pendapaan dan invesasi merupakan

Lebih terperinci

Sekilas Pandang. Modul 1 PENDAHULUAN

Sekilas Pandang. Modul 1 PENDAHULUAN Modul 1 Sekilas Pandang Drs. Irlan Soelaeman, M.Ed. S PENDAHULUAN uau hari, saya dan keluarga berencana membawa mobil pergi ke Surabaya unuk mengunjungi salah seorang saudara. Sau hari sebelum keberangkaan,

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. bahasa Yunani Sustema yang berarti satu kesatuan yang atas komponen atau

BAB II LANDASAN TEORI. bahasa Yunani Sustema yang berarti satu kesatuan yang atas komponen atau BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Sisem Aplikasi Menuru Jogiano (2004), sisem berasal dari bahasa lain Sysema dan bahasa Yunani Susema yang berari sau kesauan yang aas komponen aau elemen-elemen yang dihubungkan

Lebih terperinci

IV. METODE PENELITIAN

IV. METODE PENELITIAN IV. METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waku Peneliian Peneliian ini dilakukan di Dafarm, yaiu uni usaha peernakan Darul Fallah yang erleak di Kecamaan Ciampea, Kabupaen Bogor, Jawa Bara. Pemilihan lokasi

Lebih terperinci

BAB III ANALISIS INTERVENSI. Analisis intervensi dimaksudkan untuk penentuan jenis respons variabel

BAB III ANALISIS INTERVENSI. Analisis intervensi dimaksudkan untuk penentuan jenis respons variabel BAB III ANALISIS INTERVENSI 3.1. Pendahuluan Analisis inervensi dimaksudkan unuk penenuan jenis respons variabel ak bebas yang akan muncul akiba perubahan pada variabel bebas. Box dan Tiao (1975) elah

Lebih terperinci

Jurnal EKSPONENSIAL Volume 5, Nomor 2, Nopember 2014 ISSN

Jurnal EKSPONENSIAL Volume 5, Nomor 2, Nopember 2014 ISSN Peramalan Dengan Meode Smoohing dan Verifikasi Meode Peramalan Dengan Grafik Pengendali Moving Range () (Sudi Kasus: Produksi Air Bersih di PDAM Tira Kencana Samarinda) Forecasing wih Smoohing and Verificaion

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Produksi Akivias produksi sebagai suau bagian dari fungsi organisasi perusahaan yang beranggung jawab erhadap pengolahan bahan baku menjadi produksi jadi yang dapa dijual. Terdapa

Lebih terperinci

SISTEM PERAMALAN MENGGUNAKAN METODE TRIPLE EXPONENTIAL SMOTHING UNTUK STOK BAHAN SPARE PART MOTOR DI GARUDA MOTOR JAJAG

SISTEM PERAMALAN MENGGUNAKAN METODE TRIPLE EXPONENTIAL SMOTHING UNTUK STOK BAHAN SPARE PART MOTOR DI GARUDA MOTOR JAJAG ITEM PERAMALAN MENGGUNAKAN METODE TRIPLE EXPONENTIAL MOTHING UNTUK TOK BAHAN PARE PART MOTOR DI GARUDA MOTOR JAJAG 1 Muhammad Iqbal (1110651220) 2 Bagus eya R,.Kom M.Kom, 3 Heny Wahyu,.Kom Jurusan Teknik

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Kapasias Produksi Kapasias adalah kemampuan pembaas dari uni produksi (enaga kerja, mesin, uni sasiun kerja, proses produksi, perencanaan produksi, dan organisasi produksi) unuk

Lebih terperinci

IDENTIFIKASI POLA DATA TIME SERIES

IDENTIFIKASI POLA DATA TIME SERIES IDENTIFIKASI POLA DATA TIME SERIES Daa merupakan bagian pening dalam peramalan. Beriku adalah empa krieria yang dapa digunakan sebagai acuan agar daa dapa digunakan dalam peramalan.. Daa harus dapa dipercaya

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Peneliian Jenis peneliian kuaniaif ini dengan pendekaan eksperimen, yaiu peneliian yang dilakukan dengan mengadakan manipulasi erhadap objek peneliian sera adanya konrol.

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN A III METODE PEELITIA Salah sau komponen peneliian yang mempunyai ari pening dalam kaiannya dengan proses sudi secara komprehensif adalah komponen meode peneliian. Meode peneliian menjelaskan bagaimana

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN

III. METODOLOGI PENELITIAN III. METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Kerangka Pemikiran Peneliian Keinginan Kelompok Tani Duma Lori yang erdapa di Desa Konda Maloba dan masyaraka sekiar akan berdirinya penggilingan gabah di daerahnya, elah

Lebih terperinci

Jurnal Edik Informatika. Peramalan Kebutuhan Manajemen Logistik Pada Usaha Depot Air Minum Isi Ulang Al-Fitrah

Jurnal Edik Informatika. Peramalan Kebutuhan Manajemen Logistik Pada Usaha Depot Air Minum Isi Ulang Al-Fitrah Jurnal Edik Informaika Peneliian Bidang Kompuer Sains dan Pendidikan Informaika V.i(5-4) Peramalan Kebuuhan Manajemen Logisik Pada Usaha Depo Air Minum Isi Ulang Al-Firah Henny Yulius, Islami Yei Universias

Lebih terperinci

Pemodelan Data Runtun Waktu : Kasus Data Tingkat Pengangguran di Amerika Serikat pada Tahun

Pemodelan Data Runtun Waktu : Kasus Data Tingkat Pengangguran di Amerika Serikat pada Tahun Pemodelan Daa Runun Waku : Kasus Daa Tingka Pengangguran di Amerika Serika pada Tahun 948 978. Adi Seiawan Program Sudi Maemaika, Fakulas Sains dan Maemaika Universias Krisen Saya Wacana, Jl. Diponegoro

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Dalam pelaksanaan pembangunan saat ini, ilmu statistik memegang peranan penting

BAB 1 PENDAHULUAN. Dalam pelaksanaan pembangunan saat ini, ilmu statistik memegang peranan penting BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Laar Belakang Dalam pelaksanaan pembangunan saa ini, ilmu saisik memegang peranan pening baik iu di dalam pekerjaan maupun pada kehidupan sehari-hari. Ilmu saisik sekarang elah melaju

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN III. METODE PENELITIAN 3.1. Kerangka Pemikiran Poensi sumberdaya perikanan, salah saunya dapa dimanfaakan melalui usaha budidaya ikan mas. Budidaya ikan mas yang erus berkembang di masyaraka, kegiaan budidaya

Lebih terperinci

IV. METODE PENELITIAN

IV. METODE PENELITIAN IV. METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waku Peneliian Peneliian ini dilaksanakan pada kasus pengolahan ikan asap IACHI Peikan Cia Halus (PCH) yang erleak di Desa Raga Jaya Kecamaan Ciayam, Kabupaen Bogor,

Lebih terperinci

post facto digunakan untuk melihat kondisi pengelolaan saat ini berdasarkan

post facto digunakan untuk melihat kondisi pengelolaan saat ini berdasarkan 3. METODE PENELITIAN 3.1. Pendekaan dan Meode Peneliian Jenis peneliian yang digunakan adalah jenis peneliian kualiaif dengan menggunakan daa kuaniaif. Daa kualiaif adalah mengeahui Gambaran pengelolaan

Lebih terperinci

Analisis Model dan Contoh Numerik

Analisis Model dan Contoh Numerik Bab V Analisis Model dan Conoh Numerik Bab V ini membahas analisis model dan conoh numerik. Sub bab V.1 menyajikan analisis model yang erdiri dari analisis model kerusakan produk dan model ongkos garansi.

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Tinjauan Pusaka 2.1.1 Teknik Indusri Teknik indusri adalah suau rekayasa yang berkaian dengan desain, pembaruan, dan insalasi dari sisem erinegrasi yang melipui manusia, maerial,

Lebih terperinci

III. KERANGKA PEMIKIRAN

III. KERANGKA PEMIKIRAN III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Teoriis 3.1.1 Daya Dukung Lingkungan Carrying capaciy aau daya dukung lingkungan mengandung pengerian kemampuan suau empa dalam menunjang kehidupan mahluk hidup secara

Lebih terperinci

Bab 2 Tinjauan Pustaka 2.1 Penelitian Sebelumnya

Bab 2 Tinjauan Pustaka 2.1 Penelitian Sebelumnya 5 Bab 2 Tinjauan Pusaka 2.1 Peneliian Sebelumnya Dalam skripsi peneliian yang berjudul Pemodelan dinamis pola anam berbasis meode LVQ (Learning Vecor Quanizaion) (Bursa, 2010), menghasilkan sisem informasi

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. Persediaan dapat diartikan sebagai barang-barang yang disimpan untuk digunakan atau

BAB II LANDASAN TEORI. Persediaan dapat diartikan sebagai barang-barang yang disimpan untuk digunakan atau BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Pengerian Persediaan Persediaan dapa diarikan sebagai barang-barang yang disimpan unuk digunakan aau dijual pada masa aau periode yang akan daang. Persediaan erdiri dari bahan

Lebih terperinci

BAB 5 HASIL DAN PEMBAHASAN. Disini tujuan akhir yang ingin dicapai penulis adalah pembuatan suatu aplikasi

BAB 5 HASIL DAN PEMBAHASAN. Disini tujuan akhir yang ingin dicapai penulis adalah pembuatan suatu aplikasi BAB 5 HASIL DAN PEMBAHASAN Disini ujuan akhir yang ingin dicapai penulis adalah pembuaan suau aplikasi program yang digunakan unuk membanu perusahaan dalam menenukan jumlah produksi demand. Disini ada

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis dan Pendekaan Peneliian Jenis peneliian yang digunakan dalam peneliian ini adalah peneliian evaluasi dan pendekaannya menggunakan pendekaan kualiaif non inerakif (non

Lebih terperinci

PROYEKSI BISNIS. Dadad Zainal, S.E., M.Kom Fakultas Ekonomi Universitas Wiyana Mukti

PROYEKSI BISNIS. Dadad Zainal, S.E., M.Kom Fakultas Ekonomi Universitas Wiyana Mukti PROYEKSI BISNIS Dadad Zainal, S.E., M.Kom Fakulas Ekonomi Universias Wiyana Muki PENDAHULUAN Teknik Proyeksi Bisnis merupakan suau cara/pendekaan u menenukan ramalan (perkiraan) mengenai sesuau di masa

Lebih terperinci

APLIKASI PERAMALAN PENENTUAN JUMLAH PERMINTAAN KONSUMEN TERHADAP PRODUK BORDIR PADA KOTA TASIKMALAYA

APLIKASI PERAMALAN PENENTUAN JUMLAH PERMINTAAN KONSUMEN TERHADAP PRODUK BORDIR PADA KOTA TASIKMALAYA APLIKASI PERAMALAN PENENTUAN JUMLAH PERMINTAAN KONSUMEN TERHADAP PRODUK BORDIR PADA KOTA TASIKMALAYA Lies Sunarminyasui 1, Salman Alfarisi 2, Firia Sari Hasanusi 3 1,2,3 Program Sudi Teknik Informaika,

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI. 2.1 Pengertian dan Kegunaan Peramalan (Forecasting)

BAB 2 LANDASAN TEORI. 2.1 Pengertian dan Kegunaan Peramalan (Forecasting) BAB 2 LANDASAN TEORI 2. Pengerian dan Kegunaan Peramalan (Forecasing) Dalam melakukan analisis di bidang ekonomi, sosial dan sebagainya, diperlukan suau perkiraan apa yang akan erjadi aau gambaran enang

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LADASA TEORI 2. Pengerian Peramalan Di dalam melakukan suau kegiaan dan analisis usaha aau produksi di bidang manufakur aau perekonomian, suau peramalan aau yang lebih kia kenal dengan forecasing

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI. Bab ini berisi teori dasar yang dipakai dalam melakukan perancangan program

BAB 2 LANDASAN TEORI. Bab ini berisi teori dasar yang dipakai dalam melakukan perancangan program 8 BAB 2 LANDASAN TEORI Bab ini berisi eori dasar yang dipakai dalam melakukan perancangan program sera unuk membua aplikasi peramalan persediaan barang dengan Hol-Winers guna opimasi pendisribusian barang

Lebih terperinci

BAB 4 METODOLOGI PENELITIAN

BAB 4 METODOLOGI PENELITIAN BAB 4 METODOLOGI PENELITIAN 4.1. Model Rumusan Masalah dan Pengambilan Kepuusan Model rumusan masalah dan pengambilan kepuusan yang digunakan dalam menyelesaikan skripsi ini dimulai dari observasi lapangan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dalam pembicaraan sehari-hari, bank dikenal sebagai lembaga keuangan yang

BAB I PENDAHULUAN. Dalam pembicaraan sehari-hari, bank dikenal sebagai lembaga keuangan yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Laar Belakang Dalam pembicaraan sehari-hari, bank dikenal sebagai lembaga keuangan yang kegiaan uamanya menerima simpanan giro, abungan dan deposio. Kemudian bank juga dikenal sebagai

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN 19 BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Waku dan Lokasi Peneliian Peneliian ini dilakukan pada bulan Juni hingga Juli 2011 yang berlokasi di areal kerja IUPHHK-HA PT. Mamberamo Alas Mandiri, Kabupaen Mamberamo

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Pea Proses Operasi Pea Proses Operasi merupakan suau diagram yang menggambarkan langkahlangkah proses yang akan dialami bahan baku mengenai uru-uruan operasi dam pemeriksaan. Sejak

Lebih terperinci

SISTEM INFORMASI PERAMALAN STOK BARANG DI CV. ANNORA ASIA MENGGUNAKAN METODE DOUBLE EXPONENTIAL SMOOTHING

SISTEM INFORMASI PERAMALAN STOK BARANG DI CV. ANNORA ASIA MENGGUNAKAN METODE DOUBLE EXPONENTIAL SMOOTHING Jurnal Informaika Polinema ISSN: 2407-070X SISTEM INFORMASI PERAMALAN STOK BARANG DI CV. ANNORA ASIA MENGGUNAKAN METODE DOUBLE EXPONENTIAL SMOOTHING Mansyur, Erfan Rohadi Program Sudi Teknik Informaika,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang 11 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Laar Belakang Salah sau masalah analisis persediaan adalah kesulian dalam menenukan reorder poin (iik pemesanan kembali). Reorder poin diperlukan unuk mencegah erjadinya kehabisan

Lebih terperinci

3 METODE PENELITIAN 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian 3.2 Pengumpulan Data 3.3 Pengolahan dan Analisis Data Analisis catch per unit effort

3 METODE PENELITIAN 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian 3.2 Pengumpulan Data 3.3 Pengolahan dan Analisis Data Analisis catch per unit effort 3 METODE PENELITIAN 3. Waku dan Tempa Peneliian Peneliian dilaksanakan selama dua bulan dari bulan Agusus sampai Sepember 2008. Tempa yang dadikan obyek peneliian adalah Pelabuhan Perikanan Nusanara (PPN)

Lebih terperinci

BAB IX TEKNIK PERAMALAN

BAB IX TEKNIK PERAMALAN Peramalan 93 BAB IX TEKNIK PERAMALAN Kepuusan persediaan yang dihasilkan dari pembelian cenderung bersifa jangka pendek dan hanya unuk produk yang khas. Peramalan yang mengarah pada kepuusan ini harus

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI. yang dapat memuaskan keinginan atau kebutuhan. Produk mencakup objek fisik, jasa,

BAB 2 LANDASAN TEORI. yang dapat memuaskan keinginan atau kebutuhan. Produk mencakup objek fisik, jasa, 29 BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Produk Menuru Koler dan Amsrong (2001, p346), produk adalah segala sesuau yang dapa diawarkan ke pasar unuk diperhaikan, dimiliki, digunakan, aau dikonsumsi yang dapa memuaskan

Lebih terperinci

Kombinasi Fitting Sinusoids dan Metode Dekomposisi dalam Memprediksi Besar Permintaan Kredit

Kombinasi Fitting Sinusoids dan Metode Dekomposisi dalam Memprediksi Besar Permintaan Kredit Kombinasi Fiing Sinusoids dan Meode Dekomposisi dalam Memprediksi Besar Perminaan Kredi (Sudi Kasus: Koperasi Simpan Pinjam X Salaiga, Jawa Tengah) Rahayu Prihanini Fakulas Teknologi Informasi Universias

Lebih terperinci

PERAMALAN PENDAPATAN KECAMATAN BERASTAGI DARI SEKTOR PAJAK HOTEL UNTUK TAHUN 2009 TUGAS AKHIR RILPI BISMA GINTING SUKA

PERAMALAN PENDAPATAN KECAMATAN BERASTAGI DARI SEKTOR PAJAK HOTEL UNTUK TAHUN 2009 TUGAS AKHIR RILPI BISMA GINTING SUKA PERAMALAN PENDAPATAN KECAMATAN BERASTAGI DARI SEKTOR PAJAK HOTEL UNTUK TAHUN 2009 TUGAS AKHIR RILPI BISMA GINTING SUKA 062407095 DEPARTEMEN MATEMATIKA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS

Lebih terperinci

PEMODELAN NILAI TUKAR RUPIAH TERHADAP $US MENGGUNAKAN DERET WAKTU HIDDEN MARKOV SATU WAKTU SEBELUMNYA 1. PENDAHULUAN

PEMODELAN NILAI TUKAR RUPIAH TERHADAP $US MENGGUNAKAN DERET WAKTU HIDDEN MARKOV SATU WAKTU SEBELUMNYA 1. PENDAHULUAN PEMODELAN NILAI UKAR RUPIAH ERHADAP $US MENGGUNAKAN DERE WAKU HIDDEN MARKOV SAU WAKU SEBELUMNYA BERLIAN SEIAWAY, DIMAS HARI SANOSO, N. K. KUHA ARDANA Deparemen Maemaika Fakulas Maemaika dan Ilmu Pengeahuan

Lebih terperinci

Minggu 4 RATA-RATA BERGERAK DAN EXPONENTIAL SMOOTHING. Peramalan Data Time Series

Minggu 4 RATA-RATA BERGERAK DAN EXPONENTIAL SMOOTHING. Peramalan Data Time Series Minggu 4 RATA-RATA BERGERAK DAN EXPONENTIAL SMOOTHING Bab ini memperkenalkan model berlaku unuk daa ime series dengan musiman, ren, aau keduana komponen musiman dan ren dan daa sasioner. Meode peramalan

Lebih terperinci

Jurnal Edik Informatika Penelitian Bidang Komputer Sains dan Pendidikan Informatika V1.i1(64-69)

Jurnal Edik Informatika Penelitian Bidang Komputer Sains dan Pendidikan Informatika V1.i1(64-69) Jurnal Edik Informaika Peneliian Bidang Kompuer Sains dan Pendidikan Informaika Peramalan Penjualan Pada Usaha Kecil Menengah (UKM) Roi Sania Dengan Menggunakan Program POM QM Henny Yulius 1, Yadi Prawinaa

Lebih terperinci

IV. METODE PENELITIAN

IV. METODE PENELITIAN IV. METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waku Peneliian Peneliian ini dilaksanakan di PT Panafil Essenial Oil. Lokasi dipilih dengan perimbangan bahwa perusahaan ini berencana unuk melakukan usaha dibidang

Lebih terperinci

APLIKASI METODE DOUBLE EXPONENTIAL SMOOTHING BROWN DAN HOLT UNTUK MERAMALKAN TOTAL PENDAPATAN BEA DAN CUKAI

APLIKASI METODE DOUBLE EXPONENTIAL SMOOTHING BROWN DAN HOLT UNTUK MERAMALKAN TOTAL PENDAPATAN BEA DAN CUKAI Prosiding Seminar Nasional Maemaika dan Terapannya 2016 p-issn : 2550-0384; e-issn : 2550-0392 APLIKASI METODE DOUBLE EXPONENTIAL SMOOTHING BROWN DAN HOLT UNTUK MERAMALKAN TOTAL PENDAPATAN BEA DAN CUKAI

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Konsep dasar dan definisi operasional merupakan pengertian dan petunjuk yang

III. METODE PENELITIAN. Konsep dasar dan definisi operasional merupakan pengertian dan petunjuk yang III. METODE PENELITIAN A. Konsep Dasar dan Definisi Operasional Konsep dasar dan definisi operasional merupakan pengerian dan peunjuk yang digunakan unuk menggambarkan kejadian, keadaan, kelompok, aau

Lebih terperinci

IV. METODE PENELITIAN

IV. METODE PENELITIAN IV. METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waku Peneliian mengenai kelayakan pengusahaan pupuk kompos dilaksanakan pada uni usaha Koperasi Kelompok Tani (KKT) Lisung Kiwari yang menjalin mira dengan Lembaga

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB LANDASAN TEORI. Manajemen Operasi Manajemen operasi adalah serangkaian kegiaan yang membua barang dan jasa melalui perubahan dari masukan menjadi keluaran. Kegiaan membua barang dan jasa erjadi di

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Propinsi Sumatera Utara merupakan salah satu propinsi yang mempunyai

BAB 1 PENDAHULUAN. Propinsi Sumatera Utara merupakan salah satu propinsi yang mempunyai BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Laar Belakang Propinsi Sumaera Uara merupakan salah sau propinsi yang mempunyai perkembangan yang pesa di bidang ransporasi, khususnya perkembangan kendaraan bermoor. Hal ini dapa

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB LANDASAN TEORI.1 Definisi Peramalan Peramalan adalah suau kegiaan dalam memperkirakan aau kegiaan ang melipui pembuaan perencanaan di masa ang akan daang dengan menggunakan daa masa lalu dan daa masa

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN EORI 2. injauan Pusaka 2.. Peramalan Peramalan (forecasing) merupakan ala banu yang pening dalam perencanaan yang efekif dan efisien khususnya dalam bidang ekonomi. Dalam organisasi modern

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN 39 III. METODE PENELITIAN 3.1 Waku dan Meode Peneliian Pada bab sebelumnya elah dibahas bahwa cadangan adalah sejumlah uang yang harus disediakan oleh pihak perusahaan asuransi dalam waku peranggungan

Lebih terperinci