Frekuensi Getar Alami Balok Kantilever Timoshenko. Resmi Bestari 1) Amrinsyah Nasution 2)

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "Frekuensi Getar Alami Balok Kantilever Timoshenko. Resmi Bestari 1) Amrinsyah Nasution 2)"

Transkripsi

1 Bestai, Vo. 11 Nasution. No. Oktobe una TEKNIK SIPIL Fekuensi Geta Aami Baok Kantieve Timoshenko Resmi Bestai 1) Aminsyah Nasution ) Abstak Teoi geak dinamis sistem dengan sifat beban tebagi ata pada baok umumnya menggunakan teoi Eue- Benoui, ha mana anggapan bidang penampang tegak uus sumbu baok akan tetap tegak uus seteah tejadi defomasi akibat beban. Didaam mempehitungkan pengauh defomasi akibat gaya gese, ketetapan ini tidak agi beaku, bahwa bidang penampang tidak tegak uus agi tehadap sumbu baok seteah tejadi defomasi [Wang, 1995]. Efek defomasi gese ini mempunyai pengauh yang beati tehadap fekuensi geta aami stuktu, bia ukuan penampang eatif besa dibandingkan dengan panjang stuktu/baok, disamping momen inesia akibat pecepatan otasi dai penampang baok juga tak dapat diabaikan. Anaisis sistem sepeti ini diseesaikan bedasakan teoi dai Timoshenko yang mempehitungkan pengauh defomasi gese dan inesia otasi pada baok. Makaah ini membahas penyeesaian eksak fekuensi geta aami baok dengan mempehitungkan pengauh defomasi gese dan inesia otasi pada baok. Jumah agam geta yang tejadi menjadi tetentu, jika kedua pengauh tesebut dipehitungkan. Kata-kata kunci : Baok Thimoshenko, defomasi gese & inesia otasi, sousi eksaks, jumah agam geta dan fekuensi geta aami. Abstact Eact soution fo dynamic system with distibuted mass in eastic state is commony anayzed by Eue- Benoui theoy, that is pane coss sections pependicua to the ais of the beam emains pane and pependicua to the ais afte defomation [Wang, 1995]. Due to effect of tansvese shea defomation, the pane coss sections emain pane but not necessaiy noma to the ongitudina ais afte defomation. This effect may have significant infuence on the natua fequency of the age and deep beam. Aso, the inetia esistance to otationa acceeation of the beam coud not be ignoed fo the age and deep beam. Investigation is made fo these two conditions by the use of Timoshenko s beam theoy. This pape pesents eact soution of natua fequency, of which shea defomation and otay inetia effects ae incuded in the anaysis. Numbes of mode-shapes become definite if which shea defomation and otay inetia effects ae incuded in the anaysis Keywod : Timoshenko s beam theoy, shea defomation and otay inetia, mode-shapes. 1. Pendahuuan Banyak masaah nyata mempunyai peiaku dinamik yang kompeks. Ha ini mengakibatkan mode matematika yang mempesentasikan peiaku dinamik tesebut juga besifat kompeks kaena meibatkan banyak vaiabe dan paamete. Anaisis dinamik stuktu baok menjadi kompeks, bia dipehitungkan pengauh gaya inesia yang dihasikan akibat adanya pepindahan stuktu yang dipengauhi besaan massa. Anaisis yang paing sesuai dan mendekati kondisi sesungguhnya pada kasus ini, kaena massa baok tedistibusi sepanjang bentang, pepindahan dan pecepatan yang haus 1. - Mahasiwa S3, Depatemen Teknik Sipi, Institut Teknoogi Bandung. - Staf Pengaja Juusan Teknik Sipi, Univesitas Mecu Buana, Jakata.. Staf Pengaja & Guu Besa Depatemen Teknik Sipi, Institut Teknoogi Bandung. Catatan : Usuan makaah dikiimkan pada 13 Desembe dan diniai oeh pee eviewe pada tangga 6 Desembe - 7 Januai 5. Revisi penuisan diakukan antaa tangga 13 Januai 5 hingga 16 Pebuai 5. Vo. 11 No. Oktobe 171

2 Fekuensi Geta Aami Baok Kantieve Timoshenko tedefinisi untuk setiap titik sepanjang bentang, adaah pesamaan diffeensia [Paz, 199]. Kadangkaa diakukan penyedehanaan masaah. Massa baok dianggap tekonsentasi pada sejumah titik tetentu. Demikian juga pepindahan dan pecepatan hanya ditinjau pada titik tetentu itu pua (koodinat diskit). Caa ini menguntungkan jika bentuk stuktunya cukup umit, namun hasi yang dipeoeh tentuah kuang mendekati kondisi sesungguhnya. Pemodean geak dinamik baok daam bentuk pesamaan diffeensia dimana posisi setiap titik pada baok meupakan vaiabe yang tepisah, biasa dikena juga dengan sistim dengan paamete/sifat-sifat tebagi ata. Caa ini meupakan usaha mempesentasikan kondisi nyata baok yang paing mendekati kondisi sesungguhnya. Sehingga metoda ini meupakan teoi eksak daam penyeesaian geak dinamik stuktu baok.. Geak Dinamik Baok Geak dinamik baok dapat dimodekan daam bentuk :.1 Sistim bekoodinat diskit dan paamete tekeompok Pada sistim ini masa baok dianggap tekeompok pada tempat-tempat yang ditentukan guna penyedehanaan masaah. Sistem ini cukup paktis dan mudah diseesaikan pada geak dinamik sembaang stuktu. Namun hasi yang dipeoeh hanyaah meupakan pendekatan dai sifat geak dinamik yang sebenanya, kaena pegeakan sistim diwakii oeh bebeapa tempat yang ditentukan. Pengauh inesia pada stuktu dengan sistim ini dapat bebentuk :.1.1 Massa tekeompok (umped-mass) Caa ini adaah caa temudah daam meninjuau sifat inesia sebuah sistim dinamis. Massa stuktu dianggap tekeompok/tekonsentasi pada tempat / titik tetentu (koodinat moda) dimana tejadi pepindahan tansasi..1. Massa sepadan (consistent-mass) Dengan menggunakan massa sepadan, sistim pegeakan dinamis stuktu ebih asiona dibanding massa tekeompok, dimana pengauh inesia otasi pada keompok massa ikut dipehitungkan.. Sistim dengan paamete yang tebagi ata (distibuted - paamete systems) Ada teoi yang azim digunakan pada sistim ini, yakni :..1 Teoi Eue-Benoui Teoi Eue-Benoui mengasumsikan bahwa bidang penampang yang tegak uus sumbu baok akan tetap tegak seteah tejadi defomasi pada baok (ihat Gamba.1). Bedasakan keseimbangan gaya dan momen pada feebody Gamba.1 (b), seta mempehatikan hubungan gaya gese dengan momen dan hubungan momen dengan y EI + m = p(, t) (.1) t keengkungan, dipeoeh pesamaan geak baok Eue Benoui sebagai beikut [Cough and Penzien, 1975],.. Teoi Timoshenko Teoi Timoshenko meupakan pengembangan dai teoi Eue-Benoui. Penampang yang tegak uus tehadap sumbu baok / stuktu sebeum bedefomasi, tidak tegak uus agi tehadap sumbu tehadap sumbu baok seteah tejadi defomasi. (ihat Gamba.). Ada dua fakto tambahan yang ikut dipehitungkan pada teoi Timoshenko ini, yaitu defomasi sudut akibat gaya gese dan inesia otasi akibat pecepatan y M V d p(,t) m, EI, a. Baok dengan beban meata f 1 p(,t) M + M V + V f 1 = (m d) b. Badan bebas seteah defomasi Gamba.1 Baok Eue-Benoui dengan massa dan beban tebagi ata [Cough and Penzien, 1975] 17 Juna Teknik Sipi

3 Bestai, Nasution. y d peputaan sudut. δ dy d gais tegak uus pemukaan potongan gais sumbu baok δ =sudut gese a. Defomasi badan bebas baok p(,t) M + M M f 1 V + V m I θ m I = V b. Gaya-gaya yang bekeja pada badan bebas baok Gamba.. Effek defomasi gese dan inesia otasi pada baok Timoshenko [Cough and Penzien, 1975] EI + ρa E ρ = p EI p p + D e n g a n E (.) mempehatikan keseimbangan gaya vetika & momen, hubungan gaya gese dengan momen dan hubungan momen dengan keengkungan, seta hubungan gaya gese V dengan sudut gese δ (V = k A G δ [Cough and Penzien, 1975]) pada badan bebas Gamba.b, dipeoeh pesamaan geta baok Timoshenko [Cough and Penzien, 1975] Pesamaan (.1) dengan mudah dapat diseesaikan secaa anaitik & numeik yang sedehana [Cough EI + ρa E (3.1) and Penzien, 1975], [Paz, 199], namun tidak demikian hanya untuk pesamaan (.), dipeoeh y(, t) ρ I + ρ I + = ( Bcos( ωt) + C sin( ωt) ) = φ() f (t) = φ() (3.) pesamaan yang cukup umit, sehingga penyeesaian bentuk ini seing diakukan secaa diskit dengan { a s b ω s + ω ( cω 1) } EI a = ; b = ( ) I pada E + 1 ; c = A sub bab s 1 = ( h) massa sepadan Getaan Bebas Baok ; Timoshenko h = E EA 1 + Getaan bebas baok ω Timoshenko dipeoeh dengan membei niai sesudah tanda sama dengan pada pesamaan (.), jakni Misakan sousi pesamaan (3.1) di atas adaah : Akan dipeoeh pesamaan kaakteistik yang behubungan dengan pesamaan (3.1) di atas sbb : dipeoeh, dimana + =, dimana : ρa ω & 1 c 1 + ω 1 = ω ; E c 1 = +1 E ω = ρ s = ( h) 1 c 1 (3.3) ω (3.) 1. φ() a = cosβ + D sin + ; ω D1 3 β3 D 3 (3.5). φ ) = D cosβ + D sin β + D cosβ + D sin β ; ( b (3.6) 3. φ ) = D cosh β + D sinh β + D cos β + D sinβ ; ( c (3.7) ρ E E EA β 1 = ω (3.8) E ω ρ E EA E β = ω (3.9) E ω ρ E E EA β + 3 = ω (3.1) E ω Vo. 11 No. Oktobe 173

4 Fekuensi Geta Aami Baok Kantieve Timoshenko { } s a ω = (.1) Ada tiga kemungkinan yang tejadi pada niai S 1, yaitu : c 1 = h, c 1 ) h atau c 1 (h, φ ) = D cos β + D sinβ + D coshβ+ D sinh, dimana ( 1 3 β β = ω a baok, yakni y sehingga dipeoeh 3 kemungkinan bentuk pesamaan poa geta φ() ρ, A, E, I Gamba 5.1. Baok kantieve (.) Pada ujung tejepit ( = ) dai baok, simpangan dan peputaan sudut haus sama dengan no dan pada 3 3 ψ dan ψ 1 (5.) ψ ujung bebas ( = ) momen entu dan gaya intang haus sama dengan no. Sehingga dipeoeh syaat batas = { } ω ω ρ I tidak mungkin 3 3 cos β β + β β ψ 1 cos 3 sin 1 sin 3 a) Substitusi syaat batas (5.1) ke pesamaan (3.), dipeoeh β + β3 + β β3 cosh β cosβ3 + (5.5) Dengan demikian kondisi tidak tejadi. b) Substitusi syaat batas (5.1) ke pesamaan (3.5), didapat pesamaan kaakteistik Dimana D 1, D, D 3, dan D, meupakan konstanta yang dipeoeh dai syaat batas, dan φ ( ) = φ ( ) = φ () = φ ( ) = (5.1). Getaan tg β3 = 1 Bebas Baok Eue- Benoui ω = Untuk baok Eue-Benoui, dimana pengauh gaya gese dan peputaan sudut diabaikan maka suku ke 3 dan ke dai pesamaan (3.1) tidak ada, atau pengauh koefisien b dan c pada pesamaan 3 bentuk pesamaan poa geta φ() baok β1β3 cosβ1 cosβ3 + sin β1 sin β3( β3 + β1β3 ) β3 = ( β1 + β3 ) (3.3) tidak ada, sehingga (5.) β1 bentuk pesamaan kaakteistik dai baok Eue-Benoui ebih sedehana, yakni ω = ψ ω 5. Ragam Geta d a n Fekuensi G e t a Aami Baok Kantieve ω Dipeoeh satu pesamanaan dengan vaiabe yang beum diketahui yaitu β 1 dan β 3. Namun jika dipehatikan pesamaan (3.18) dan (3.19), teihat cosh β cos β = 1 bahwa kedua vaiabe (5.6) tesebut saing behubungan. Untuk itu dipekenakan suatu fakto/vaiabe bau Ψ, dimana : π β, dimana n =,5,. dst. (5.7) n ( n 1) Ψ beniai > 1, untuk kondisi, dan beniai < 1 untuk kondisi Untuk penampang empat pesegi, maka ( [Cough and Penzien, 1975] ha 319), sehingga pesamaan (5.) menjadi Akan dipeoeh bahwa tidak ada niai yang dapat memenuhi pesamaan (5.), sehingga kondisi juga tidak mungkin tejadi c) Akhinya kondisi yang memungkinkan adaah jika f ( ψ ) = A + B cosh β cosβ3 + Substitusi C sinhβ syaat sinβ 3 = batas (5.1) ke (5.8) A = β + β3 β β 3 ; B = ; C = β β (β β ) 3 3 (5.9) 17 Juna Teknik Sipi

5 Bestai, Nasution. 1 ψ β = ψ ; β3 = αβ ;. β.15 β ma Pasangan niai Ψ, β & β 3 yang membeikan f(ψ) = meupakan sousi pesamaan (5.8). Dan niai Ψ yang membeikan = petama kai, ke, ke 3 dst meupakan agam (mode) ke 1, ke, ke 3 dst dai getaan bebas baok kantieve. Niai tesebut dapat ditentukan secaa numeik dengan metoda Newton-Raphson menuut pesamaan Iteasi diakukan sampai dengan niai Ψ bau mendekati niai Ψ, atau Ψ bau - Ψ < toeansi yang ditentukan. Mengingat Ψ yang haus ditentukan ebih dai satu, yaitu untuk agam 1,, 3 dst, maka Ψ awa untuk masing-masing agam didekati dengan dimana Ψ n adaah Ψ awa untuk agam ke n Ψ n = fekuensi geta aami stuktu kantieve tanpa pengauh inesia otasi dan defomasi gese Niai β n dipeoeh dai penyeesaian secaa numeik pesamaan (5.7) Untuk masing-masing Ψ n yang dipeoeh dapat dihitung pua fekuensi geta aami agam getanya menuut pesamaan, 1 ψ n ωn = (5.1) ρ Jika dipehatikan pesamaan (5.1), β meupakan fungsi aka dai sepeti Gamba 1 α = ψ ψ (5.1) f( ψ ) ψ bau = ψ ; f ( ψ ) adaah tuunan f ( ψ ) petama f(ψ) pada titik Ψ ωn ω n ρ ψ ; n = = (5.11) = ( β n ) EI m.1.5 ψ Gamba 5.. Gafik hubungan dengan pada =. Hanya ada satu pasangan niai Ψ dan β untuk setiap agam geta pada penyeesaian pesamaan (5.8) diatas. Untuk itu yang memenuhi syaat hanyaah < β < β ma. Untuk penampang empat pesegi β ma =.3661/, dimana = jai-jai giasi penampang. Dengan tebatasnya niai β, maka tebatas jugaah jumah agam geta baok Timoshenko. 6. Studi Kasus Studi kasus diakukan pada baok kantieve dengan bentuk penampang empat pesegi peja ukuan 33 ft dan empat pesegi beubang (hoow) dengan ukuan ua 55 ft dan ukuan daam ft.panjang baok bekisa dai ft s/d 7 ft, atau keangsingan baok (pebandingan antaa jai-jai giasi penampang dengan panjang baok - / ) bekisa antaa.13 s/d.1. Moduus Eastisitas bahan b/ft, Poisson s atio.15 dan apat massa bahan =.658 b-det /ft. Dengan caa yang teah disebutkan di atas dipeoeh besaan fekuensi geta aami baok sepeti Tabe 6.1 untuk penampang peja dan Tabe 6. untuk penampang beubang. Bedasakan kedua tabe tesebut dipeoeh gafik hubungan antaa fekuensi geta aami stuktu dengan / pada Gamba 6.1 dan 6.. Pasangan haga dan / dipiih sedemikian upa sehingga dapat teihat dengan jeas bentuk peubahan Gafik hubungan fekwensi geta aami baok tehadap peubahan /. Disamping itu juga dapat diihat pebandingan antaa fekwensi geta aami baok Timoshenko bepenampang beubang dengan penampang peja pada Tabe 6.3. Vo. 11 No. Oktobe 175

6 Fekuensi Geta Aami Baok Kantieve Timoshenko Tabe 6.1 Fekuensi geta aami stuktu (penampang pesegi peja) mode 1 mode mode 3 mode L(ft) /L ω ω (%) ω ω (%) ω ω (%) ω ω (%) Keteangan : ω = fekuensi geta baok Timoshenko ω = fekuensi geta aami baok Eue-Benoui = 9.38 ft = pesentase pebedan fekuensi fekw ensi ( ad/det ) 6 MODE 1..1 fekw ensi ( ad/det ) 3 1 MODE.1.11 fekw ensi ( ad/det ) MODE = ω = ω Gamba 6.1. Gafik hubungan fekuensi geta aami baok dengan penamang empat pesegi peja fekw ensi ( ad/det ) MODE pada mode 1,,3 dan untuk Tabe 6.. Fekuensi geta aami baok penampang pesegi beubang (hoow) mode 1 mode mode 3 mode L(ft) /L ω ω (%) ω ω (%) ω ω (%) ω ω (%) Keteangan : ω = fekuensi geta aami aami baok ω = fekuensi geta aami baok Eue- Benoui = 9.38 ft = pesentase pebedaan fekuensi 176 Juna Teknik Sipi

7 Bestai, Nasution. fekwensi ( ad/det ) 8 6 MODE fekw ensi ( ad/det ) 3 1 MODE..1 fekw ensi ( ad/det ) MODE = ω = ω fekw ensi ( ad/det ) MODE Gamba 6.. Gafik hubungan fekuensi geta aami baok dengan pada mode 1,,3 dan untuk penamang empat pesegi beubang Tabe 6.3. Pebandingan fekwensi geta aami penampang beubang (hoow) dengan penampang peja pada baok Timoshenko Fekwensi geta aami ( ω ) mode 1 mode mode 3 mode L(ft) /L hoow peja (%) hoow peja (%) hoow peja (%) hoow peja (%) Keteangan : : pesentase pebedaan fekuensi geta aami antaa penampang beubang dengan penampang peja pada baok Timoshenko Vo. 11 No. Oktobe 177

8 Fekuensi Geta Aami Baok Kantieve Timoshenko 7. Kesimpuan Dai hasi studi kasus yang diakukan teihat bahwa : 7.1. Dengan menggunakan teoi Timoshenko yang mempehitungkan pengauh inesia otasi dan defomasi gese, keangsingan baok (/) menentukan jumah agam geta (mode) baok. Ini teihat dai Tabe 6.1, dan 6. maupun Gamba 6.1 dan 6.. Makin besa /, makin sedikit jumah agam geta baok. Untuk penampang empat pesegi dengan / >.1 jumah agam geta yang tejadi hanya satu macam yaitu agam ke satu saja. Sedangkan jika digunakan teoi Eue-Benoui jumah agam geta baok yang tejadi tak tehingga untuk semua ukuan baok. 7.. Pada / yang keci, pengauh inesia otasi dan defomasi gese sangat keci. Dai Gamba 6.1 s/ d 6., makin besa / makin beati juga pengauh inesia otasi dan defomasi gese, teutama pada mode yang endah Pengauh inesia otasi dan defomasi gese agak kuang beatuan pada agam geta Dai Tabe 6.3 teihat bahwa pebedaan fekuensi geta aami antaa baok Timoshenko bepenampang peja dengan baok bepenampang beubang (hoow) untuk / yang sama, sangat keci yaitu dibawah 6 %. Dengan kata Fekuensi Geta baok Timoshenko hanya dipengauhi oeh niai / penampang. Dafta Pustaka Cough, R. W., Penzien, J., 1975, Dynamics of Stuctues, McGaw-Hi Intenationa Editions. Paz M., 199, Dinamika Stuktu, Teoi dan Pehitungan, Eangga, Edisi kedua. Wang, C. M., 1995, Timoshenko Beam-Bending Soutions in Tems of Eue-Benoui Soutions, Jouna of Engineeing Mechanics, Vo 11 No. 6. June, ASCE. Nasution, A., Mekanika Benda Peja, Penebit ITB. 178 Juna Teknik Sipi

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA Bab II : Kajian Pustaka 3 BAB II KAJIAN PUSTAKA Mateial bedasakan sifat popetinya dibagi menjadi bebeapa jenis, yaitu:. Isotopik : mateial yang sifat popetinya sama ke segala aah, misalnya baja.. Othotopik

Lebih terperinci

Komponen Struktur Tekan

Komponen Struktur Tekan Mata Kuliah : Peancangan Stuktu Baja Kode : CIV 303 SKS : 3 SKS Komponen Stuktu Tekan Petemuan 4, 5 Sub Pokok Bahasan : Panjang Tekuk Tekuk Lokal Tekuk Batang Desain Batang Tekan Batang batang tekan yang

Lebih terperinci

GRAFITASI. F = G m m 1 2. F = Gaya grafitasi, satuan : NEWTON. G = Konstanta grafitasi, besarnya : G = 6,67 x 10-11

GRAFITASI. F = G m m 1 2. F = Gaya grafitasi, satuan : NEWTON. G = Konstanta grafitasi, besarnya : G = 6,67 x 10-11 GRAFITASI Si Isaac Newton yang tekenal dengan hukum-hukum Newton I, II dan III, juga tekenal dengan hukum Gafitasi Umum. Didasakan pada patikel-patikel bemassa senantiasa mengadakan gaya taik menaik sepanjang

Lebih terperinci

Momentum Sudut (Bagian 2)

Momentum Sudut (Bagian 2) Momentum Suut Bagian Pengenaan Konsep otasi aam Mekanika Kuantum:. Sistem Kooinat Boa. Hamonia Sfeis Spheica Hamonics 3. Momentum Suut Obita 4. Momentum Suut Intinsik Spin Pesamaan Schöinge aam tiga -

Lebih terperinci

Gambar 4.3. Gambar 44

Gambar 4.3. Gambar 44 1 BAB HUKUM NEWTON TENTANG GERAK Pada bab kita telah membahas sifat-sifat geak yang behubungan dengan kecepatan dan peceaptan benda. Pembahasan pada Bab tesesbut menjawab petanyaan Bagaimana sebuah benda

Lebih terperinci

BAB II MEDAN LISTRIK DI SEKITAR KONDUKTOR SILINDER

BAB II MEDAN LISTRIK DI SEKITAR KONDUKTOR SILINDER BAB II MDAN ISTRIK DI SKITAR KONDUKTOR SIINDR II. 1 Hukum Coulomb Chales Augustin Coulomb (1736-1806), adalah oang yang petama kali yang melakukan pecobaan tentang muatan listik statis. Dai hasil pecobaannya,

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. adalah untuk mengetahui kontribusi motivasi dan minat bekerja di industri

BAB III METODE PENELITIAN. adalah untuk mengetahui kontribusi motivasi dan minat bekerja di industri BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Bedasakan pemasalahan, maka penelitian ini temasuk penelitian koelasional yang besifat deskiptif, kaena tujuan utama dai penelitian ini adalah untuk mengetahui

Lebih terperinci

BAB II DASAR TEORI 2.1. Pengertian Umum

BAB II DASAR TEORI 2.1. Pengertian Umum BAB II DASAR TEORI.1. Pengetian Umum Gokat meupakan salah satu poduk yang saat dengan teknologi dan pekembangan. Ditinjau dai segi komponen, Gokat mempunyai beagam komponen didalamnya, namun secaa gais

Lebih terperinci

BAB IV ANALISA PERENCANAAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV ANALISA PERENCANAAN DAN PEMBAHASAN BAB IV ANALISA PERENCANAAN DAN PEMBAHASAN 4.1. Analisa Gaya-Gaya Pada Poos Lengan Ayun Dai gamba 3.1 data dimensi untuk lengan ayun: - Mateial yang digunakan : S-45 C - Panjang poos : 0,5 m - Diamete poos

Lebih terperinci

II. KINEMATIKA PARTIKEL

II. KINEMATIKA PARTIKEL II. KINEMATIKA PARTIKEL Kinematika adalah bagian dai mekanika ang mempelajai tentang geak tanpa mempehatikan apa/siapa ang menggeakkan benda tesebut. Bila gaa penggeak ikut dipehatikan, maka apa ang dipelajai

Lebih terperinci

BAB 11 GRAVITASI. FISIKA 1/ Asnal Effendi, M.T. 11.1

BAB 11 GRAVITASI. FISIKA 1/ Asnal Effendi, M.T. 11.1 BAB 11 GRAVITASI Hukum gavitasi univesal yang diumuskan oleh Newton, diawali dengan bebeapa pemahaman dan pengamatan empiis yang telah dilakukan oleh ilmuwan-ilmuwan sebelumnya. Mula-mula Copenicus membeikan

Lebih terperinci

TRANSFER MOMENTUM TINJAUAN MIKROSKOPIK GERAKAN FLUIDA

TRANSFER MOMENTUM TINJAUAN MIKROSKOPIK GERAKAN FLUIDA TRANSFER MOMENTUM TINJAUAN MIKROSKOPIK GERAKAN FLUIDA Hingga sejauh ini kita sudah mempelajai tentang momentum, gaya-gaya pada fluida statik, dan ihwal fluida begeak dalam hal neaca massa dan neaca enegi.

Lebih terperinci

BAB PENERAPAN HUKUM-HUKUM NEWTON

BAB PENERAPAN HUKUM-HUKUM NEWTON 1 BAB PENERAPAN HUKUM-HUKUM NEWTON Sebelumnya telah dipelajai tentang hukum Newton: hukum I tentang kelembaban benda, yang dinyatakan oleh pesamaan F = 0; hukum II tentang hubungan gaya dan geak, yang

Lebih terperinci

Frekuensi Alami Rangka Batang Semi-Kaku dengan Efek Gaya Aksial Ruly Irawan 1,a*

Frekuensi Alami Rangka Batang Semi-Kaku dengan Efek Gaya Aksial Ruly Irawan 1,a* Frekuensi Aami Rangka Batang Semi-Kaku dengan Efek Gaya Aksia Ruy Irawan 1,a* 1 Program Studi Teknik Sipi,Fakutas Teknik, Universitas Sarjanawiyata Tamansiswa a nawari007@yahoo.com Abstrak Artike ini menyajikan

Lebih terperinci

Analisis Numerik Ragam pada Pelat Utuh dan Retak: Studi Interaksi Dinamis Struktur dengan Udara ABSTRAK

Analisis Numerik Ragam pada Pelat Utuh dan Retak: Studi Interaksi Dinamis Struktur dengan Udara ABSTRAK Volume 6, Nomo 1, Pebuai 2009 Junal APLIKASI Analisis Numeik pada Pelat Utuh dan Retak: Studi Inteaksi Dinamis Stuktu dengan Udaa Agung Budipiyanto Pogam Diploma Teknik Sipil FTSP ITS email: agungbp@ce.its.ac.id

Lebih terperinci

Liston Hasiholan 1) dan Sudradjat 2)

Liston Hasiholan 1) dan Sudradjat 2) EVALUASI KINERJA KARYAWAN MENGGUNAKAN METODE PEMROGRAMAN LINEAR FUY *) Liston Hasiholan 1) dan Sudadjat 2) ABSTRAK Pengukuan kineja kayawan meupakan satu hal yang mutlak dilakukan secaa peiodik oleh suatu

Lebih terperinci

BAB IV ANALISA PONDASI MESIN. Perencanaan pondasi mesin yang baik memerlukan data-data penunjang yang

BAB IV ANALISA PONDASI MESIN. Perencanaan pondasi mesin yang baik memerlukan data-data penunjang yang BAB IV ANALISA PONDASI MESIN 4.1 Data Peencanaan Peencanaan pondasi mesin yang baik memelukan data-data penunjang yang digunakan untuk mengetahui sifat-sifat pembebanan pada pondasi mesin. Datadata penunjang

Lebih terperinci

BAB. 6 DINAMIKA ROTASI DAN KESETIMBAGAN BENDA TEGAR A. MOMEN GAYA DAN MOMEN INERSIA

BAB. 6 DINAMIKA ROTASI DAN KESETIMBAGAN BENDA TEGAR A. MOMEN GAYA DAN MOMEN INERSIA BAB. 6 DINAMIKA OTASI DAN KESETIMBAGAN BENDA TEGA A. MOMEN GAYA DAN MOMEN INESIA 1. Momen Gaya Benda hanya dapat mengaami perubahan gerak rotasi jika pada benda tersebut diberi momen gaya, dengan adanya

Lebih terperinci

IV. STABILITAS LERENG. I. Umum Lereng alam Bukit Galian Basement Lereng buatan Timbunan tanggul jalan bendung. Dorong membuat tanah longsor

IV. STABILITAS LERENG. I. Umum Lereng alam Bukit Galian Basement Lereng buatan Timbunan tanggul jalan bendung. Dorong membuat tanah longsor IV. STABILITAS LERENG I. Umum Leeng alam Bukit Galian Basement Leeng buatan Timbunan tanggul jalan bendung Gaya-gaya d o o n g Doong membuat tanah longso Lawan kuat gese tanah - Beat sendii tanah (γ b,

Lebih terperinci

T E K U K A N. Gambar 7.1. Pembebanan Normal Negatif

T E K U K A N. Gambar 7.1. Pembebanan Normal Negatif 1/5/016 T E K U K N 7.1. Terjadinya Tekukan Tekukan terjadi apabia batang tekan memiiki panjang tertentu yang yang jauh ebih besar dibandingkan dengan penampang intangnya. Perhatikan Gambar 7.1 di bawah,

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA Tugas Akhi SI-40Z1 Modal Pushove Analysis BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Dasa Mekanisme Gempa Gempa bumi adalah getaan yang tejadi di pemukaan bumi. Gempa bumi biasa disebabkan oleh pegeakan keak bumi

Lebih terperinci

ANALISIS DINAMIK ANTARA KONSUMSI DAN TABUNGAN DALAM WAKTU KONTINU

ANALISIS DINAMIK ANTARA KONSUMSI DAN TABUNGAN DALAM WAKTU KONTINU Posiding SNaPP2011 Sains, Teknologi, dan Kesehatan ISSN:2089-3582 ANALISIS DINAMIK ANTARA KONSUMSI DAN TABUNGAN DALAM WAKTU KONTINU 1 Lian Apianna, 2 Sudawanto, dan 3 Vea Maya Santi Juusan Matematika,

Lebih terperinci

ANALISIS TAHAN HIDUP DATA TERSENSOR TIPE II MENGGUNAKAN MODEL DISTRIBUSI WEIBULL PADA PENDERITA HEPATITIS C

ANALISIS TAHAN HIDUP DATA TERSENSOR TIPE II MENGGUNAKAN MODEL DISTRIBUSI WEIBULL PADA PENDERITA HEPATITIS C pepustakaan.uns.ac.id ANALISIS TAHAN HIDUP DATA TERSENSOR TIPE II MENGGUNAKAN MODEL DISTRIBUSI WEIBULL PADA PENDERITA HEPATITIS C Budi Santoso, Respatiwulan, dan Ti Atmojo Kusmayadi Pogam Studi Matematika,

Lebih terperinci

Fungsi dan Grafik Diferensial dan Integral

Fungsi dan Grafik Diferensial dan Integral Sudaatno Sudiham Studi Mandii Fungsi dan Gafik Difeensial dan Integal ii Dapublic BAB 7 Koodinat Pola Sampai dengan bahasan sebelumna kita membicaakan fungsi dengan kuva-kuva ang digambakan dalam koodinat

Lebih terperinci

BAB III PUNTIRAN. Gambar 3.1. Batang Silindris dengan Beban Puntiran

BAB III PUNTIRAN. Gambar 3.1. Batang Silindris dengan Beban Puntiran BAB III PUNIRAN Ba sebatang matea mendapat beban puntan, maka seat-seat antaa suatu penampang ntang penampang ntang yang an akan mengaam pegesean, sepet dtunjukkan pada Gamba 3.1(a). Gamba 3.1. Batang

Lebih terperinci

1 Sistem Koordinat Polar

1 Sistem Koordinat Polar 1 Sistem Koodinat ola ada kuliah sebelumna, kita selalu menggunakan sistem koodinat Katesius untuk menggambakan lintasan patikel ang begeak. Koodinat Katesius mudah digunakan saat menggambakan geak linea

Lebih terperinci

Gerak Melingkar. Gravitasi. hogasaragih.wordpress.com

Gerak Melingkar. Gravitasi. hogasaragih.wordpress.com Geak Melingka Gavitasi Kinematika Geak Melingka Beatuan Sebuah benda yang begeak membentuk suatu lingkaan dengan laju konstan v dikatakan mengalami geak melingka beatuan. Besa kecapatan dalam hal ini tetap

Lebih terperinci

III. TEORI DASAR. Metoda gayaberat menggunakan hukum dasar, yaitu Hukum Newton tentang

III. TEORI DASAR. Metoda gayaberat menggunakan hukum dasar, yaitu Hukum Newton tentang 14 III. TEORI DASAR A. Hukum Newton Metoda gayabeat menggunakan hukum dasa, yaitu Hukum Newton tentang gavitasi dan teoi medan potensial. Newton menyatakan bahwa besa gaya taik menaik antaa dua buah patikel

Lebih terperinci

PEMODELAN GELOMBANG BUNYI DALAM AIR DAN SOLUSINYA DWI PUSPA ANGGRAINI G

PEMODELAN GELOMBANG BUNYI DALAM AIR DAN SOLUSINYA DWI PUSPA ANGGRAINI G PEMODELAN GELOMBANG BUNYI DALAM AIR DAN SOLUSINYA DWI PUSPA ANGGRAINI G533 DEPARTEMEN MATEMATIKA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR ABSTRACT DWI PUSPA ANGGRAINI

Lebih terperinci

Sifat Ideal Prima Dalam Kaitannya dengan Notasi Order Kiri dan Kanan dalam Gelanggang Polinom Miring

Sifat Ideal Prima Dalam Kaitannya dengan Notasi Order Kiri dan Kanan dalam Gelanggang Polinom Miring Sifat Idea Pima Daam Kaitannya dengan Notasi Ode Kii dan Kanan daam Geanggang Poinom Miing Ami Kama Ami 1 1 Depatment Mathematics, Facuty of Mathematics and Natua Sciences, Hasanuddin Univesity, J. Peintis

Lebih terperinci

Fisika Dasar I (FI-321)

Fisika Dasar I (FI-321) Fisika Dasa I (FI-31) Topik hai ini (minggu ) Geak dalam Satu Dimensi (Kinematika) Keangka Acuan & Sistem Koodinat Posisi dan Pepindahan Kecepatan Pecepatan GLB dan GLBB Geak Jatuh Bebas Mekanika Bagian

Lebih terperinci

(b) Tekuk Gambar 7.1. Pembebanan Normal Negatif

(b) Tekuk Gambar 7.1. Pembebanan Normal Negatif BB VII T E K U K N 7.1. Terjadinya Tekukan Tekukan terjadi apabia batang tekan memiiki panjang tertentu yang yang jauh ebih besar dibandingkan dengan penampang intangnya. Perhatikan Gambar 7.1 di bawah,

Lebih terperinci

BAB MEDAN DAN POTENSIAL LISTRIK

BAB MEDAN DAN POTENSIAL LISTRIK 1 BAB MEDAN DAN POTENSIAL LISTRIK 4.1 Hukum Coulomb Dua muatan listik yang sejenis tolak-menolak dan tidak sejenis taik menaik. Ini beati bahwa antaa dua muatan tejadi gaya listik. Bagaimanakah pengauh

Lebih terperinci

BAB III ANALISIS DAN PERANCANGAN

BAB III ANALISIS DAN PERANCANGAN BAB III ANALISIS DAN PERANCANGAN III.1 Pehitungan Pegeakan Robot Dai analisis geakan langkah manusia yang dibahas pada bab dua, maka dapat diambil bebeapa analisis untuk membuat ancangan geakan langkah

Lebih terperinci

MODIFIKASI DISTRIBUSI MASSA PADA SUATU OBJEK SIMETRI BOLA

MODIFIKASI DISTRIBUSI MASSA PADA SUATU OBJEK SIMETRI BOLA p-issn: 2337-5973 e-issn: 2442-4838 MODIFIKASI DISTIBUSI MASSA PADA SUATU OBJEK SIMETI BOLA Yuant Tiandho Juusan Fisika, Univesitas Bangka Belitung Email: yuanttiandho@gmail.com Abstak Umumnya, untuk menggambakan

Lebih terperinci

STUDI PERANCANGAN ANTENA MIKROSTRIP DIPOLE DUAL-BAND FREKUENSI 2,3 GHz DAN 3,3 GHz UNTUK APLIKASI BROADBAND WIRELESS ACCESS

STUDI PERANCANGAN ANTENA MIKROSTRIP DIPOLE DUAL-BAND FREKUENSI 2,3 GHz DAN 3,3 GHz UNTUK APLIKASI BROADBAND WIRELESS ACCESS STUDI PERANCANGAN ANTENA MIKROSTRIP DIPOLE DUAL-BAND FREKUENSI 2,3 GHz DAN 3,3 GHz UNTUK APLIKASI BROADBAND WIRELESS ACCESS Yahya Ahmadi Bata, Ali Hanafiah Rambe Konsentasi Teknik Telekomunikasi, Depatemen

Lebih terperinci

Fisika Dasar I (FI-321)

Fisika Dasar I (FI-321) Fisika Dasa I (FI-321) Topik hai ini (minggu 7) Geak Rotasi Kinematika Rotasi Dinamika Rotasi Kekekalan Momentum Sudut Geak Menggelinding Kinematika Rotasi Pepindahan Sudut Riview geak linea: Pepindahan,

Lebih terperinci

Penggunaan Hukum Newton

Penggunaan Hukum Newton Penggunaan Hukum Newton Asumsi Benda dipandang sebagai patikel Dapat mengabaikan geak otasi (untuk sekaang) Massa tali diabaikan Hanya ditinjau gaya yang bekeja pada benda Dapat mengabaikan gaya eaksi

Lebih terperinci

Hand Out Fisika 6 (lihat di Kuat Medan Listrik atau Intensitas Listrik (Electric Intensity).

Hand Out Fisika 6 (lihat di Kuat Medan Listrik atau Intensitas Listrik (Electric Intensity). Hand Out Fisika 6 (lihat di http:).1. Pengetian Medan Listik. Medan Listik meupakan daeah atau uang disekita benda yang bemuatan listik dimana jika sebuah benda bemuatan lainnya diletakkan pada daeah itu

Lebih terperinci

Teori Dasar Medan Gravitasi

Teori Dasar Medan Gravitasi Modul Teoi Dasa Medan Gavitasi Teoi medan gavitasi didasakan pada hukum Newton tentang medan gavitasi jagat aya. Hukum medan gavitasi Newton ini menyatakan bahwa gaya taik antaa dua titik massa m dan m

Lebih terperinci

Fungsi dan Grafik Diferensial dan Integral

Fungsi dan Grafik Diferensial dan Integral Sudaatno Sudiham Studi Mandii Fungsi dan Gafik Difeensial dan Integal oleh Sudaatno Sudiham i Dapublic Hak cipta pada penulis, 010 SUDIRHAM, SUDARYATNO Fungsi dan Gafik, Difeensial dan Integal Oleh: Sudaatmo

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar belakang BAB PENDAHULUAN. Lata belakang Pekembangan suatu teknologi sangat dipengauhi dengan pekembangan suatu ilmu pengetahuan. Tanpa peanan ilmu pengetahuan, bisa dipastikan teknologi akan sulit untuk bekembang

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. identifikasi variabel penelitian, definisi operasional variabel penelitian, subjek

BAB III METODE PENELITIAN. identifikasi variabel penelitian, definisi operasional variabel penelitian, subjek 9 BAB III METODE PEELITIA A. Identifikasi Vaiabel Penelitian Pada bagian ini akan diuaikan segala hal yang bekaitan dengan identifikasi vaiabel penelitian, definisi opeasional vaiabel penelitian, subjek

Lebih terperinci

Ini merupakan tekanan suara p(p) pada sembarang titik P dalam wilayah V seperti yang. (periode kedua integran itu).

Ini merupakan tekanan suara p(p) pada sembarang titik P dalam wilayah V seperti yang. (periode kedua integran itu). 7.3. Tansmisi Suaa Melalui Celah 7.3.1. Integal Kichhoff Cukup akses yang bebeda untuk tik-tik difaksi disediakan oleh difaksi yang tepisahkan dapat dituunkan dai teoema Geen dalam analisis vekto. Hal

Lebih terperinci

Gerak Melingkar. Edisi Kedua. Untuk SMA kelas XI. (Telah disesuaikan dengan KTSP)

Gerak Melingkar. Edisi Kedua. Untuk SMA kelas XI. (Telah disesuaikan dengan KTSP) Geak Melingka Edisi Kedua Untuk SMA kelas XI (Telah disesuaikan dengan KTSP) Lisensi Dokumen : Copyight 008 009 GuuMuda.Com Seluuh dokumen di GuuMuda.Com dapat digunakan dan disebakan secaa bebas untuk

Lebih terperinci

TRANSFER MOMENTUM ALIRAN DALAM ANULUS

TRANSFER MOMENTUM ALIRAN DALAM ANULUS SEMESTER GENAP 008/009 TRANSFER MOMENTUM ALIRAN DALAM ANULUS Alian dalam anulus adalah alian di antaa dua pipa yang segais pusat. Jadi ada pipa besa dan ada pipa kecil. Pipa kecil beada dalam pipa besa.

Lebih terperinci

Gerak Melingkar. B a b 4. A. Kecepatan Linear dan Kecepatan Anguler B. Percepatan Sentripetal C. Gerak Melingkar Beraturan

Gerak Melingkar. B a b 4. A. Kecepatan Linear dan Kecepatan Anguler B. Percepatan Sentripetal C. Gerak Melingkar Beraturan B a b 4 Geak Melingka Sumbe: www.ealcoastes.com Pada bab ini, Anda akan diajak untuk dapat meneapkan konsep dan pinsip kinematika dan dinamika benda titik dengan caa menganalisis besaan Fisika pada geak

Lebih terperinci

Fisika Dasar I (FI-321)

Fisika Dasar I (FI-321) Fisika Dasa I (FI-321) Topik hai ini (minggu 7) Geak Rotasi Kinematika Rotasi Dinamika Rotasi Kekekalan Momentum Sudut Geak Menggelinding Kinematika Rotasi RIVIEW Riview geak linea: Pepindahan, kecepatan,

Lebih terperinci

PENENTUAN CADANGAN PREMI MENGGUNAKAN METODE FACKLER PADA ASURANSI JIWA DWI GUNA

PENENTUAN CADANGAN PREMI MENGGUNAKAN METODE FACKLER PADA ASURANSI JIWA DWI GUNA Buetin Imiah Mat. Stat. dan Terapannya (Bimaster) Voume 02, No. 2 (203), ha 5 20. PENENTUAN CAANGAN PREMI MENGGUNAKAN METOE FACKLER PAA ASURANSI JIWA WI GUNA Indri Mashitah, Neva Satyahadewi, Muhasah Novitasari

Lebih terperinci

Analisis Pengaruh Penempatan Dan Perubahan Kapasitor Terhadap Unjuk Kerja Motor Induksi 3-Fasa Bercatu 1-Fasa

Analisis Pengaruh Penempatan Dan Perubahan Kapasitor Terhadap Unjuk Kerja Motor Induksi 3-Fasa Bercatu 1-Fasa 27 Analisis Pengauh Penempatan Dan Peubahan Kapasito Tehadap Unjuk Keja Moto Induksi 3-Fasa Becatu 1-Fasa Hey Punomo Abstak Moto induksi 3 fasa dalam beopeasi secaa nomal mendapat catu daya 3 fasa yang

Lebih terperinci

LAMPIRAN A. (Beberapa Besaran Fisika, Faktor konversi dan Alfabet Yunani)

LAMPIRAN A. (Beberapa Besaran Fisika, Faktor konversi dan Alfabet Yunani) LAMPIRAN A (Bebeapa Besaan Fisika, Fakto konvesi dan Alfabet Yunani) Bebeapa Tetapan dan Besaan Fisika Massa matahai Jai-jai matahai Massa bumi Kecepatan cahaya Konstanta gavitasi = 1,99 10 30 kg = 6,9599

Lebih terperinci

KERETAKAN KRISTAL TUNGGAL LITHIUM NIOBATE YANG DITUMBUHKAN DENGAN METODE CZOCHRALSKI

KERETAKAN KRISTAL TUNGGAL LITHIUM NIOBATE YANG DITUMBUHKAN DENGAN METODE CZOCHRALSKI POSIDING SEMINA NASIONAL EKAYASA KIMIA DAN POSES 004 ISSN : 4-46 KEETAKAN KISTAL TUNGGAL LITHIUM NIOBATE YANG DITUMBUHKAN DENGAN METODE COCHALSKI Nguah Made D.P.*, M.. Saha**, Md. adzi Sudin**, and Hamdan

Lebih terperinci

PENGEMBANGAN ANALISIS STATIK PROTOTYPE KNUCKLE MOBIL KANCIL

PENGEMBANGAN ANALISIS STATIK PROTOTYPE KNUCKLE MOBIL KANCIL MAKARA, TEKNOLOGI, VOL. 8, NO. 1, APRIL 004: 1-8 PENGEMBANGAN ANALISIS STATIK PROTOTYPE KNUCKLE MOBIL KANCIL Tesna P. Soemadi dan Aida Mahmudah Depatemen Teknik Mesin, Fakutas Teknik, Univesitas Indonesia,

Lebih terperinci

ESTIMASI VARIANSI PADA PENARIKAN SAMPEL DUA TAHAP UNTUK DATA TIDAK LENGKAP. Sri Subanti Jurusan Matematika F.MIPA Universitas Sebelas Maret Surakarta.

ESTIMASI VARIANSI PADA PENARIKAN SAMPEL DUA TAHAP UNTUK DATA TIDAK LENGKAP. Sri Subanti Jurusan Matematika F.MIPA Universitas Sebelas Maret Surakarta. Vol. 6. No., 0 6, Apil 003, ISSN : 40-858 ESTIMASI VARIANSI PADA PENARIKAN SAMPEL DUA TAHAP UNTUK DATA TIDAK LENGKAP Si Subanti Juusan Matematika F.MIPA Univesitas Sebelas Maet Suakata. Abstact Rasio estimation

Lebih terperinci

Contoh Proposal Skripsi Makalahmudah.blogspot.com

Contoh Proposal Skripsi Makalahmudah.blogspot.com BAB I PENDAHULUAN.. Lata Belakang Masalah Peanan pemasaan dalam kebehasilan peusahaan telah diakui di kalangan pengusaha untuk mempetahankan kebeadaanya dalam mengembangkan usaha dan mendapatkan keuntungan.

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. pendekatan asosiatif simetris, yaitu hubungan yang bersifat sebab-akibat yang

BAB III METODE PENELITIAN. pendekatan asosiatif simetris, yaitu hubungan yang bersifat sebab-akibat yang 40 BAB III METODE PENELITIAN A. Rancangan Penelitian 1. Jenis Penelitian Adapun jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian kuantitatif pendekatan asosiatif simetis, yaitu hubungan yang besifat sebab-akibat

Lebih terperinci

I Wayan Teresna 1, Djoko Suhantono 1. Bali,Phone : , Fax: Abstrak

I Wayan Teresna 1, Djoko Suhantono 1. Bali,Phone : , Fax: Abstrak Pengauh Kualitas Tingkat Peneangan Lampu (I Wayan Teesna dkk.) PENGARUH KUALITAS TINGKAT PENERANGAN LAMPU, LINGKUNGAN KERJA DAN PERALATAN TERHADAP PRODUKTIVITAS KERJA TEKNISI REPARASI ELEKTRONIK DI WILAYAH

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN III. METODE PENELITIAN A. Metode Penelitian Metode meupakan caa keja yang digunakan untuk memahami, mengeti, segala sesuatu yang behubungan dengan penelitian aga tujuan yang dihaapkan dapat tecapai. Sesuai

Lebih terperinci

PENYELESAIAN SOAL SOAL INSTALASI CAHAYA

PENYELESAIAN SOAL SOAL INSTALASI CAHAYA PENYELESAAN SOAL SOAL NSTALAS CAHAYA 1. Sebuah lampu pija dai W dengan flux Cahaya spesifik 16 lm/w ditempatkan dalam sebuah bola kaca putih susu. Kacanya meneuskan 75% dai flux Cahaya lampu. Kalau luminansi

Lebih terperinci

trigonometri 4.1 Perbandingan Trigonometri

trigonometri 4.1 Perbandingan Trigonometri tigonometi 4.1 Pebandingan Tigonometi 0 Y x P(x,y) y X x disebut absis y disebut odinat jai-jai sudut positif diuku dai sumbu X belawanan aah putaan jaum jam Definisi : = x + y sin = y cos = x tan = y

Lebih terperinci

Model Matematika Sistem Persediaan (Q, R) Yang Terkait Dengan Mutu Barang Dan Informasi Permintaan Lengkap

Model Matematika Sistem Persediaan (Q, R) Yang Terkait Dengan Mutu Barang Dan Informasi Permintaan Lengkap Vol. 3, No., 7-79, Januai 7 Model Matematika Sistem Pesediaan (Q, R) Yang Tekait Dengan Mutu Baang Dan Infomasi Pemintaan Lengkap Agus Sukmana Abstact This pape deals with an inventoy model fo continuous

Lebih terperinci

BAB III OBJEK DAN METODE PENELITIAN

BAB III OBJEK DAN METODE PENELITIAN BAB III OBJEK DAN METODE PENELITIAN 3.1 Objek Penelitian Objek penelitian meupakan sesuatu yang menjadi pehatian dalam suatu penelitian, objek penelitian ini menjadi sasaan dalam penelitian untuk mendapatkan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Desain penelitian merupakan rencana atau metode yang akan ditempuh

BAB III METODE PENELITIAN. Desain penelitian merupakan rencana atau metode yang akan ditempuh BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Desain Penelitian Desain penelitian meupakan encana atau metode yang akan ditempuh dalam penelitian, sehingga umusan masalah dan hipotesis yang akan diajukan dapat dijawab

Lebih terperinci

: Dr. Budi Mulyanti, MSi. Pertemuan ke-2 CAKUPAN MATERI 1. MEDAN LISTRIK 2. INTENSITAS/ KUAT MEDAN LISTRIK 3. GARIS GAYA DAN FLUKS LISTRIK

: Dr. Budi Mulyanti, MSi. Pertemuan ke-2 CAKUPAN MATERI 1. MEDAN LISTRIK 2. INTENSITAS/ KUAT MEDAN LISTRIK 3. GARIS GAYA DAN FLUKS LISTRIK MATA KULIAH KOD MK Dosen : FISIKA DASAR II : L-1 : D. Budi Mulyanti, MSi Petemuan ke- CAKUPAN MATRI 1. MDAN LISTRIK. INTNSITAS/ KUAT MDAN LISTRIK 3. GARIS GAYA DAN FLUKS LISTRIK SUMBR-SUMBR: 1. Fedeick

Lebih terperinci

FISIKA. Kelas X HUKUM NEWTON TENTANG GRAVITASI K-13. A. Hukum Gravitasi Newton

FISIKA. Kelas X HUKUM NEWTON TENTANG GRAVITASI K-13. A. Hukum Gravitasi Newton K- Kelas X ISIKA HUKUM NEWON ENANG GAVIASI UJUAN PEMELAJAAN Setelah mempelajai matei ini, kamu dihaapkan memiliki kemampuan beikut.. Menjelaskan hukum gavitasi Newton.. Memahami konsep gaya gavitasi dan

Lebih terperinci

BAB II Tinjauan Teoritis

BAB II Tinjauan Teoritis BAB II Tinjauan Teoitis BAB II Tinjauan Teoitis 2.1 Antena Mikostip 2.1.1 Kaakteistik Dasa Antena mikostip tedii dai suatu lapisan logam yang sangat tipis ( t

Lebih terperinci

METODOLOGI PENELITIAN. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode Deskriptif. Karena

METODOLOGI PENELITIAN. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode Deskriptif. Karena 35 III. METODOLOGI PENELITIAN 1.1 Metode Penelitian Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode Deskiptif. Kaena penelitian ini mengkaji tentang Pengauh Kontol Dii dan Lingkungan Keluaga Tehadap

Lebih terperinci

IDENTITAS TRIGONOMETRI. Tujuan Pembelajaran

IDENTITAS TRIGONOMETRI. Tujuan Pembelajaran Kuikulum 03 Kelas X matematika WAJIB IDENTITAS TRIGONOMETRI Tujuan Pembelajaan Setelah mempelajai matei ini, kamu dihaapkan memiliki kemampuan beikut.. Memahami jenis-jenis identitas tigonometi.. Dapat

Lebih terperinci

Geometri Analitik Bidang (Lingkaran)

Geometri Analitik Bidang (Lingkaran) 9 Geometi nalitik idang Lingkaan) li Mahmudi Juusan Pendidikan Matematika FMIP UNY) KOMPETENSI Kompetensi ang dihaapkan dikuasai mahasiswa setelah mempelajai ab ini adalah sebagai beikut. Menjelaskan pengetian

Lebih terperinci

KORELASI. menghitung korelasi antar variabel yang akan dicari hubungannya. Korelasi. kuatnya hubungan dinyatakan dalam besarnya koefisien korelasi.

KORELASI. menghitung korelasi antar variabel yang akan dicari hubungannya. Korelasi. kuatnya hubungan dinyatakan dalam besarnya koefisien korelasi. KORELASI Tedapat tiga macam bentuk hubungan anta vaiabel, yaitu hubungan simetis, hubungan sebab akibat (kausal) dan hubungan Inteaktif (saling mempengauhi). Untuk mencai hubungan antaa dua vaiabel atau

Lebih terperinci

BAB 7 Difraksi dan Hamburan

BAB 7 Difraksi dan Hamburan BAB 7 Difaksi dan Hambuan Bedasakan bab sebelumnya yang menjelaskan tentang sebuah gelombang yang datang di pantulkan oleh suatu bidang pembatas meupakan gelombang data dan tidak behingga. Jika sebuah

Lebih terperinci

ALGORITMA CART DALAM PENENTUAN POHON KEPUTUSAN SERTIFIKASI GURU

ALGORITMA CART DALAM PENENTUAN POHON KEPUTUSAN SERTIFIKASI GURU ALGORITMA CART DALAM PENENTUAN POHON KEPUTUSAN SERTIFIKASI GURU Nu Nafi iyah Teknik Infomatika Univesitas Isam Lamongan emai: nafik_unisa26@yahoo.co.id Abstact: Mengingat pentingnya kemudahan daam meakukan

Lebih terperinci

HUBUNGAN PENGGUNAAN SUMBER BELAJAR DAN MINAT BELAJAR DENGAN HASIL BELAJAR PENGUKURAN DASAR SURVEY

HUBUNGAN PENGGUNAAN SUMBER BELAJAR DAN MINAT BELAJAR DENGAN HASIL BELAJAR PENGUKURAN DASAR SURVEY ISSN 085-05 Junal Penelitian Bidang Pendidikan Volume 0(): 6 -, 04 HUBUNGAN PENGGUNAAN SUMBER BELAJAR DAN MINAT BELAJAR DENGAN HASIL BELAJAR PENGUKURAN DASAR SURVEY Dedek Suhendo dan Kistian Juusan Pendidikan

Lebih terperinci

ANALISIS SEKTOR BASIS DAN NON BASIS DI PROVINSI NANGGROE ACEH DARUSSALAM

ANALISIS SEKTOR BASIS DAN NON BASIS DI PROVINSI NANGGROE ACEH DARUSSALAM ANALISIS SEKTOR BASIS DAN NON BASIS DI PROVINSI NANGGROE ACEH DARUSSALAM AZHAR, SYARIFAH LIES FUAIDAH DAN M. NASIR ABDUSSAMAD Juusan Sosial Ekonomi Petanian, Fakultas Petanian Univesitas Syiah Kuala -

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pengauh Hujan Tehadap Stabilitas Leeng Infiltasi ai hujan ke dalam lapisan tanah pada leeng akan menambah beban pada leeng sebagai akibat peningkatan kandungan ai dalam tanah,

Lebih terperinci

UNIVERSITAS SWADAYA GUNUNG JATI CIREBON

UNIVERSITAS SWADAYA GUNUNG JATI CIREBON TRIGONOMETRI disusun untuk memenuhi salah satu tugas akhi Semeste Pendek mata kuliah Tigonometi Dosen : Fey Fedianto, S.T., M.Pd. Oleh Nia Apiyanti (207022) F PRODI PENDIDIKAN MATEMATIKA FAKULTAS KEGURUAN

Lebih terperinci

Jawaban Tugas 02 Program Pendidikan Fisika. [Setiya Utari]

Jawaban Tugas 02 Program Pendidikan Fisika. [Setiya Utari] Jawaban Tugas 0 Program Pendidikan Fisika [Setiya Utari] Program Pendidikan Fisika Tujuan Mata peajaran Fisik Membentuk sikap positif terhadap fisika Keteraturan aam semesta, Kebesaran TYME. Memupuk sikap

Lebih terperinci

APLIKASI PENGELOLAAN DATA KERJA PRAKTEK MAHASISWA (STUDI KASUS: FAKULTAS TEKNOLOGI INFORMASI DAN KOMUNIKASI UNIVERSITAS SEMARANG)

APLIKASI PENGELOLAAN DATA KERJA PRAKTEK MAHASISWA (STUDI KASUS: FAKULTAS TEKNOLOGI INFORMASI DAN KOMUNIKASI UNIVERSITAS SEMARANG) APLIKASI PENGELOLAAN DATA KERJA PRAKTEK MAHASISWA (STUDI KASUS: FAKULTAS TEKNOLOGI INFORMASI DAN KOMUNIKASI UNIVERSITAS SEMARANG) B. Vey Chistioko 1,, Dian Ti Wiyanti 2 Pogam Studi Teknik Infomatika Juusan

Lebih terperinci

BAB II METODE PENELITIAN. penelitian korelasional dengan menggunakan pendekatan kuantitatif dan

BAB II METODE PENELITIAN. penelitian korelasional dengan menggunakan pendekatan kuantitatif dan BAB II METODE PENELITIAN A. Metode Penelitian Bentuk penelitian yang dipegunakan dalam penelitian ini adalah bentuk penelitian koelasional dengan menggunakan pendekatan kuantitatif dan menggunakan umus

Lebih terperinci

BAB 5 (Minggu ke 7) SISTEM REFERENSI TAK INERSIA

BAB 5 (Minggu ke 7) SISTEM REFERENSI TAK INERSIA 7 BAB 5 (Minggu ke 7) SISTEM REFERENSI TAK INERSIA PENDAHULUAN Leaning Outcome: Setelah mengikuti kuliah ini, mahasiswa dihaapkan : Mampu menjelaskan konsep Sistem Koodinat Dipecepat dan Gaya Inesial Mampu

Lebih terperinci

STUDI PERANCANGAN ANTENA MIKROSTRIP PATCH ARRAY SEGITIGA TRIPLE BAND ( 2,3 GHz, 3,3 GHz DAN 5,8 GHz )

STUDI PERANCANGAN ANTENA MIKROSTRIP PATCH ARRAY SEGITIGA TRIPLE BAND ( 2,3 GHz, 3,3 GHz DAN 5,8 GHz ) STUDI PERANCANGAN ANTENA MIKROSTRIP PATCH ARRAY SEGITIGA TRIPLE BAND (,3 GHz, 3,3 GHz DAN 5, GHz ) Ibahim Sinaa, Ali Hanafiah Rambe Depatemen Teknik Elekto Fakultas Teknik Univesitas Sumatea Utaa Jl. Almamate,

Lebih terperinci

BAB IV HASIL SIMULASI DAN ANALISA PENGUKURAN

BAB IV HASIL SIMULASI DAN ANALISA PENGUKURAN BAB IV Hasil Simulasi Dan Analisa Pengukuan BAB IV HASIL SIMULASI DAN ANALISA PENGUKURAN 4.1. Pehitungan Saluan Pencatu Saluan pencatu yang digunakan pada Tugas Akhi ini menggunakan mikostip feedline.

Lebih terperinci

TES UNIT II MEKANIKA SABTU, 08 DESEMBER 2007 JAM

TES UNIT II MEKANIKA SABTU, 08 DESEMBER 2007 JAM TES UNIT II MEKANIKA SABTU, 08 DESEMBER 007 JAM 09.00-.30 PILIHAN GANDA Pilihlah jawab yang bena dan nyatakan keyakinanmu dengan mengisi () jika tidak yakin () kuang yakin (3) Agak yakin dan (4) Yakin

Lebih terperinci

Medan Listrik. Medan : Besaran yang terdefinisi di dalam ruang dan waktu, dengan sifat-sifat tertentu.

Medan Listrik. Medan : Besaran yang terdefinisi di dalam ruang dan waktu, dengan sifat-sifat tertentu. Medan Listik Pev. Medan : Besaan yang tedefinisi di dalam uang dan waktu, dengan sifat-sifat tetentu. Medan ada macam : Medan skala Cnthnya : - tempeatu dai sebuah waktu - apat massa Medan vekt Cnthnya

Lebih terperinci

BAB VII KESIMPULAN DAN SARAN

BAB VII KESIMPULAN DAN SARAN BAB VII KESIMPULAN DAN SARAN 7.1 Kesimpuan 7.1.1. Kondisi Pabik Daam Aspek K3 Saat Ini Aspek K3 di pabik saat ini masih banyak yang peu dibenahi. Kaena kondisi pabik saat ini banyak ha yang dapat menyebabkan

Lebih terperinci

PERCOBAAN 14 RANGKAIAN BAND-PASS FILTER AKTIF

PERCOBAAN 14 RANGKAIAN BAND-PASS FILTER AKTIF EOBAAN 4 ANGKAIAN BAND-ASS FILTE AKTIF 4. Tujuan : ) Mendemonstasikan pinsip keja dan kaakteistik dai suatu angkaian akti band-pass ilte dengan menggunakan op-amp 74. ) Band-pass ilte melewatkan semua

Lebih terperinci

Konstruksi Fungsi Lyapunov untuk Menentukan Kestabilan

Konstruksi Fungsi Lyapunov untuk Menentukan Kestabilan JURNAL SAINS DAN SENI ITS Vol. 6, No., (27) 2337-352 (23-928X Pint) A 28 Konstuksi Fungsi Lyapunov untuk Menentukan Kestabilan Reni Sundai dan Ena Apiliani Juusan Matematika, Fakultas Matematika dan Ilmu

Lebih terperinci

MOMENTUM LINEAR DAN TUMBUKAN

MOMENTUM LINEAR DAN TUMBUKAN MOMENTUM LINEAR DAN TUMBUKAN 1. MOMENTUM LINEAR Momentum sebuah patikel adalah sebuah vekto P yang didefinisikan sebagai pekalian antaa massa patikel m dengan kecepatannya, v, yaitu: P = mv (1) Isac Newton

Lebih terperinci

Hand Out Fisika II MEDAN LISTRIK. Medan listrik akibat muatan titik Medan listrik akibat muatan kontinu Sistem Dipol Listrik

Hand Out Fisika II MEDAN LISTRIK. Medan listrik akibat muatan titik Medan listrik akibat muatan kontinu Sistem Dipol Listrik MDAN LISTRIK Medan listik akibat muatan titik Medan listik akibat muatan kontinu Sistem Dipol Listik Mach 7 Definisi Medan Listik () Medan listik pada muatan uji q didefinisikan sebagai gaya listik pada

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif,

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif, 30 BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Metode Penelitian Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskiptif, suatu metode penelitian yang ditujukan untuk untuk menggambakan fenomenafenomena

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan dan menganalisis pengaruh

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan dan menganalisis pengaruh BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Pendekatan dan Metode Penelitian Penelitian ini betujuan untuk mendeskipsikan dan menganalisis pengauh evaluasi dii dan pengembangan pofesi tehadap kompetensi pedadogik

Lebih terperinci

Fisika I. Gerak Dalam 2D/3D. Koefisien x, y dan z merupakan lokasi parikel dalam koordinat. Posisi partikel dalam koordinat kartesian diungkapkan sbb:

Fisika I. Gerak Dalam 2D/3D. Koefisien x, y dan z merupakan lokasi parikel dalam koordinat. Posisi partikel dalam koordinat kartesian diungkapkan sbb: Posisi dan Pepindahan Geak Dalam D/3D Posisi patikel dalam koodinat katesian diungkapkan sbb: xi ˆ + yj ˆ + zk ˆ :57:35 Koefisien x, y dan z meupakan lokasi paikel dalam koodinat katesian elatif tehadap

Lebih terperinci

Muhammad Zidny Naf an, M.Kom. Gasal 2015/2016

Muhammad Zidny Naf an, M.Kom. Gasal 2015/2016 MKB3383 - Teknik Pengolahan Cita Opeasi Piksel dan Histogam Muhammad Zidny Naf an, M.Kom. Gasal 215/216 Outline Opeasi Piksel Histogam Cita Meningkatkan Keceahan Meegangkan Kontas Ekualisasi Histogam Outline

Lebih terperinci

DISTRIBUSI BERKAS CAHAYA LASER DISTRIBUSI GAUSS, HERMITE-GAUSS, LAGUERRE-GAUSS, BESSEL

DISTRIBUSI BERKAS CAHAYA LASER DISTRIBUSI GAUSS, HERMITE-GAUSS, LAGUERRE-GAUSS, BESSEL DISTRIBUSI BERKAS CAHAYA LASER DISTRIBUSI GAUSS, HERMITE-GAUSS, LAGUERRE-GAUSS, BESSEL GELOMBANG HARMONIK Bentuk gelombang hamonik begantung waktu : ψ Re (, t) A( ) exp[ iϕ( )] exp( iπνt ) [ ] { ψ (, t)

Lebih terperinci

Muhammad Zidny Naf an, M.Kom. Gasal 2016/2017

Muhammad Zidny Naf an, M.Kom. Gasal 2016/2017 MKB3383 - Teknik Pengolahan Cita Opeasi Piksel dan Histogam Muhammad Zidny Naf an, M.Kom. Gasal 216/217 Outline Opeasi Piksel Histogam Cita Meningkatkan Keceahan Meegangkan Kontas Ekualisasi Histogam Outline

Lebih terperinci

STUDI EKSPERIMENTAL KARAKTERISTIK GOVERNOR JENIS PROELL DAN HARTNELL HASIL DESAIN YANG DIGUNAKAN SEBAGAI MODUL PRAKTIKUM FENOMENA

STUDI EKSPERIMENTAL KARAKTERISTIK GOVERNOR JENIS PROELL DAN HARTNELL HASIL DESAIN YANG DIGUNAKAN SEBAGAI MODUL PRAKTIKUM FENOMENA Posidin Temu Ilmiah Nasional Dosen Teknik 007 FT-UNTAR ISBN : 978-979-9973--6 STUDI EKSPERIMENTAL KARAKTERISTIK GOVERNOR JENIS PROELL DAN HARTNELL HASIL DESAIN YANG DIGUNAKAN SEBAGAI MODUL PRAKTIKUM FENOMENA

Lebih terperinci

Pengembangan instrumen penilaian kemampuan berfikir kritis pada pembelajaran fisika SMA

Pengembangan instrumen penilaian kemampuan berfikir kritis pada pembelajaran fisika SMA Papes semina.uad.ac.id/index.php/quantum Semina Nasional Quantum #5 (018) 477-1511 (7pp) Pengembangan instumen penilaian kemampuan befiki kitis pada pembelajaan fisika SMA Suji Adianti, dan Ishafit Pogam

Lebih terperinci

ANALISIS DANA TABARRU ASURANSI JIWA SYARIAH MENGGUNAKAN PERHITUNGAN COST OF INSURANCE

ANALISIS DANA TABARRU ASURANSI JIWA SYARIAH MENGGUNAKAN PERHITUNGAN COST OF INSURANCE Buetin Imiah Math. Stat. dan Terapannya (Bimaster) Voume 05, No. (206), ha 53-60. ANALISIS DANA TABARRU ASURANSI JIWA SYARIAH MENGGUNAKAN PERHITUNGAN COST OF INSURANCE Amanah Fitria, Neva Satyahadewi,

Lebih terperinci

Bab. Garis Singgung Lingkaran. A. Pengertian Garis Singgung Lingkaran B. Garis Singgung Dua Lingkaran C. Lingkaran Luar dan Lingkaran Dalam Segitiga

Bab. Garis Singgung Lingkaran. A. Pengertian Garis Singgung Lingkaran B. Garis Singgung Dua Lingkaran C. Lingkaran Luar dan Lingkaran Dalam Segitiga ab 7 Sumbe: www.homepages.tesco Gais Singgung Lingkaan Lingkaan mungkin meupakan salah satu bentuk bangun data yang paling tekenal. Konsep lingkaan yang meliputi unsu-unsu lingkaan, luas lingkaan, dan

Lebih terperinci

HAND OUT STATISTIK NON PARAMETRIK

HAND OUT STATISTIK NON PARAMETRIK HAND OUT STATISTIK NON PARAMETRIK KASUS (k) SAMPEL BERHUBUNGAN Oleh : Aief Sudajat, S. Ant, M.Si PRODI SOSIOLOGI FAKULTAS ILMU SOSIAL UNIVERSITAS NEGERI SURABAYA 006 KASUS (k) SAMPEL BERHUBUNGAN Pada bagian

Lebih terperinci