BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB II TINJAUAN PUSTAKA"

Transkripsi

1 Tugas Akhi SI-40Z1 Modal Pushove Analysis BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Dasa Mekanisme Gempa Gempa bumi adalah getaan yang tejadi di pemukaan bumi. Gempa bumi biasa disebabkan oleh pegeakan keak bumi (lempeng bumi). Kata gempa bumi juga digunakan untuk menunjukkan daeah asal tejadinya kejadian gempa bumi tesebut. Bumi kita walaupun padat, selalu begeak, dan gempa bumi tejadi apabila tekanan yang tejadi kaena pegeakan itu sudah telalu besa untuk dapat ditahan. Gempa bumi tejadi setiap hai di bumi, namun kebanyakan kecil dan tidak menyebabkan keusakan apa-apa. Gempa bumi kecil juga dapat mengiingi gempa bumi besa, dan dapat tejadi sebelum atau sesudah gempa bumi besa tesebut. Adapun tipe-tipe gempa bumi yaitu: Gempa bumi untuhan yang disebabkan oleh keuntuhan yang tejadi baik di atas maupun di bawah pemukaan tanah. Gempa bumi vulkanik yang tejadi bedekatan dengan gunung beapi dan mempunyai bentuk keetakan memanjang. Gempa bumi ini disebabkan oleh pegeakan magma ke atas dalam gunung beapi, di mana gesean pada batu-batuan menghasilkan gempa bumi. Gempa bumi tektonik disebabkan oleh pelepasan tenaga yang tejadi kaena pegesean lempengan pelat tektonik. Tenaga yang dihasilkan oleh tekanan antaa batuan dikenal sebagai kecacatan tektonik. Teoi dai pelat tektonik (tektonik plate) menjelaskan bahwa bumi tedii dai bebeapa lapisan batuan, sebagian besa aea dai lapisan keak itu akan hanyut dan mengapung sebagai lapisan. Lapisan tesebut begeak pelahan sehingga bepisah dan betabakan satu sama lainnya. Hal inilah yang menyebabkan Hendo Lie II-1

2 Tugas Akhi SI-40Z1 Modal Pushove Analysis tejadinya gempa tektonik. Contoh gempa tektonik ialah sepeti yang tejadi di Yogyakata, Indonesia pada Mei Kebanyakan gempa bumi yang bebahaya adalah gempa bumi tektonik. Hal ini disebabkan dai pelepasan enegi yang dihasilkan oleh tekanan yang dilakukan oleh lempengan yang begeak. Semakin lama tekanan itu kian membesa dan akhinya mencapai pada keadaan dimana tekanan tesebut tidak dapat ditahan lagi oleh pinggian lempengan. Pada saat itulah gempa bumi akan tejadi. 2.2 Konsep Peencanaan Stuktu Bangunan Tahan Gempa Stuktu bangunan tahan gempa haus memiliki kekuatan yang cukup untuk mencegah tejadinya keuntuhan atau kegagalan stuktu. Oleh kaena itu dalam peencanaannya haus memenuhi bebeapa kondisi batas, yaitu: Stuktu bangunan yang diencanakan haus memiliki kekakuan dan kekuatan yang cukup sehingga bila tejadi gempa yang bekekuatan kecil stuktu besifat elastik. Bila tejadi gempa bekekuatan sedang, stuktu bangunan tidak boleh mengalami keusakan stuktual namun dapat mengalami keusakan nonstuktual ingan. Pada saat tejadi gempa kuat, stuktu bangunan dapat mengalami keusakan stuktual namun haus tetap bedii sehingga koban jiwa dapat dihindakan. Oleh kaena itu, maka dalam peencanaan bangunan stuktu tahan gempa haus dipehitungkan dampak dai gaya lateal, dalam hal ini gaya yang diakibatkan oleh gempa bumi yang besifat siklis (bolak-balik) yang dialami oleh stuktu. Adapun dalam peencanaan tesebut, stuktu haus dapat memiliki daktilitas yang memadai di daeah joint atau elemen stuktu tahan gempa sepeti dinding gese atau yang biasa disebut sheawall. Hendo Lie II-2

3 Tugas Akhi SI-40Z1 Modal Pushove Analysis Aga stuktu-stuktu bangunan dapat bedefomasi maksimum, maka pelu peancangan sendi-sendi plastis yang akan tejadi pada daeah-daeah yang dapat menunjang tujuan desain bangunan tahan gempa. Dalam peencanannya, sendisendi plastis tejadi pada kedua ujung balok-balok dan kaki kolom lantai dasa. Konsep stuktu yang memiliki kaakteistik sepeti ini adalah konsep kolom kuatbalok lemah atau yang seing disebut sebagai stong column weak beam. Melalui konsep stuktu ini, maka pada saat mekanisme keuntuhan, sendi plastis akan tejadi pada balok telebih dahulu bau pada tahap-tahap akhi plastis tejadi pada ujung-ujung bawah kolom. Hal ini dilakukan aga sejumlah besa sendi plastis tebentuk pada stuktu secaa daktail yang dapat memencakan enegi melalui poses pelelehan stuktu dan dihaapkan dapat menyeap beban gempa. Dalam melakukan peencanaan suatu stuktu bangunan tedapat bebagai metode dalam memodelkan gaya lateal teutama gaya gempa. Respon suatu bangunan akibat beban gempa yang tejadi adalah sangat kompleks, sehingga metodemetode bau teus bekembang untuk mengetahui peilaku stuktu akibat gempa yang tejadi. Salah satu peencanaan tahan gempa yang penah dilakukan adalah peencanaan bebasis kekuatan (foce based) yang telah behasil menguangi koban jiwa, tetapi tidak befungsinya gedung dan fasilitas umum kaena keusakan yang tejadi, telah menyebabkan keugian ekonomi yang cukup besa. Pada peencanaan bebasis kekuatan, kineja stuktu hanya tejamin pada dua level yaitu pada gempa nominal (gempa kecil) bangunan beada dalam keadaan siap pakai (sevicebility limit state) sedangkan pada gempa encana (gempa besa) bangunan beada dalam keadaan tidak hancu (safety limit state). Oleh kaena itu munculah ide untuk melakukan peencanaan dengan bebagai tingkat kineja (multiple pefomance levels) yang dihaapkan dipenuhi pada saat stuktu meneima beban gempa dengan bebagai tingkat intensitas. Dengan demikian pemilik gedung dapat menentukan tujuan peencanaan beseta isiko/konsekuensi Hendo Lie II-3

4 Tugas Akhi SI-40Z1 Modal Pushove Analysis yang haus dihadapi. Peencanaan sepeti ini dinamakan peencanaan bebasis kineja (pefomance based design). 2.3 Mekanisme Keuntuhan Ketika tejadi defomasi tak tebatas pada bagian stuktu tanpa diiingi peningkatan beban yang bekeja pada stuktu tesebut, maka dapat dikatakan stuktu dalam keadaan untuh. Salah satu hal yang pelu dipehatikan pada saat stuktu mengalami untuh adalah jumlah sendi yang cukup telah tebentuk untuk mengubah stuktu atau bagian dai stuktu tesebut menjadi suatu bentuk mekanisme keuntuhan. Jumlah sendi plastis yang telah tebentuk dapat dijadikan suatu patokan apakah stuktu telah mengalami keuntuhan atau belum. Hal ini dapat dikaitkan dengan besanya edundan pada saat stuktu statis tak tentu. Setiap tebentuknya sendi plastis maka akan diikuti dengan bekuangnya jumlah edundan sampai stuktu menjadi statis tak tentu. Jika jumlah sendi plastis melebihi jumlah edundan maka kondisi ini menyebabkan keuntuhan pada stuktu. Pada kenyataannya kondisi sepeti ini jaang tejadi kaena ada bebeapa hal saat jumlah sendi plastis yang tejadi tidak melebihi edundan namun dapat menyebabkan keuntuhan stuktu. Hal ini dapat tejadi pada potal betingkat dua atau lebih. Keuntuhan suatu stuktu dapat dibagi menjadi dua, yaitu sebagai beikut : Keuntuhan Lokal adalah keuntuhan yang diakibatkan oleh kegagalan pada elemen stuktu yang mengalami sendi plastis. Kegagalan ini tejadi kaena kapasitas penampang dai suatu elemen telah telampaui. Paamete yang digunakan untuk mengidentifikasi keuntuhan lokal adalah kelengkungan dan sudut otasi plastis. Keuntuhan Global umumnya diasosiasikan dengan simpangan anta tingkat (intestoy dift) pada saat tejadi defomasi in-elastis yang dibatasi Hendo Lie II-4

5 Tugas Akhi SI-40Z1 Modal Pushove Analysis pada nilai tetentu begantung pada peiode stuktu. Keuntuhan ini tejadi jika defomasi lateal suatu stuktu telah melebihi batas maksimum yang telah ditentukan oleh peatuan yang belaku. Intestoy dift adalah selisih defomasi lateal suatu lantai dengan lantai yang teletak di bawahnya. Rumus yang digunakan adalah: x i ( xi xi 1) h h i (2.1) x i - x i-1 h i = Defomasi lateal lantai yang ditinjau = Tinggi lantai yang ditinjau Ada dua tipe mekanisme keuntuhan yang biasa tejadi pada analisis statik inelastik sebagai batas analisis, yaitu beam sway mechanism dan column sway mechanism. Beam sway mechanism yaitu pembentukan sendi plastis pada ujungujung balok, sedangkan column sway mechanism meupakan pembentukan sendi plastis pada kedua ujung baik atas maupun bawah dai elemen stuktu vetikal. Dalam peencanaannya, mekanisme keuntuhan yang dihaapkan adalah beam sway mechanism, hal ini disebabkan bebeapa alasan yaitu : Pada beam sway mechanism, jumlah sendi plastis tebentuk dalam banyak elemen sehingga enegi yang dipancakan akan semakin banyak pula. Pada column sway mechanism, sendi plastis hanya akan tebentuk pada ujung-ujung kolom pada suatu lantai saja, sehingga pemencaan enegi hanya tejadi pada sejumlah kecil elemen. Daktilitas kuvatu yang haus dipenuhi oleh balok pada umumnya jauh lebih mudah dipenuhi daipada kolom yang seing kali memiliki daktilitas yang tebatas akibat besanya gaya aksial tekan yang bekeja. Mekanisme keuntuhan beam sway mechanism dan column sway mechanism dapat dilihat pada kedua ilustasi di bawah ini: Hendo Lie II-5

6 Tugas Akhi SI-40Z1 Modal Pushove Analysis Gamba 2.1 Mekanisme Keuntuhan Beam Sidesway Mechanism (Pak and Paulay, 1974) Gamba 2.2 Mekanisme Keuntuhan Column Sidesway Mechanism (Pak and Paulay, 1974) Hendo Lie II-6

7 Tugas Akhi SI-40Z1 Modal Pushove Analysis 2.4 Paamete Dinamika Stuktu Pada saat melakukan peencanaan tehadap suatu stuktu, maka pelu diketahui bebeapa paamete penting, yaitu massa (m), kekakuan (k), edaman (c), dan waktu geta alami stuktu (T) Kekakuan Stuktu ( k ) Kekakuan stuktu meupakan gaya yang dipelukan oleh suatu stuktu bila mengalami defomasi. Adapun penilaian kekakuan ini bedasakan bahan-bahan mateial yang digunakan, dimensi elemen stuktu, penulangan, modulus elastisitas, momen inesia, momen inesia pola, dan modulus elastisitas gese. Bila suatu stuktu memiliki deajat kebebasan banyak (MDOF Multi Degee of Feedom) maka nilai kekakuan stuktu tesebut didapat dengan penjumlahan kekakuan masing-masing elemen stuktu dalam bentuk matiks kekakuan ukuan a x a dimana a adalah jumlah deajat kebebasan dai suatu stuktu Redaman ( c ) Suatu stuktu bila dikenai beban tidak selalu begeta. Hal ini disebabkan adanya edaman. Redaman pada suatu stuktu yang begeta menyatakan adanya fenomena disipasi enegi atau penyeapan enegi. Untuk menyatakan besanya edaman (c) biasanya dinyatakan sebagai pesentase dai edaman kitis (c c ) yang mungkin tejadi. c c c (2.2) Sedangkan edaman kitis (cc) suatu stuktu didefinisikan sebagai edaman yang dibutuhkan bangunan untuk mencegah tejadinya esonansi. c c 2k 2m n 2 mk (2.3) n Hendo Lie II-7

8 dengan: m k ω n ξ = Massa = Kekakuan = Fekuensi alami (adian/detik) = Koefisien pesentase edaman Tugas Akhi SI-40Z1 Modal Pushove Analysis Untuk gedung, nilai ξ tidak lebih dai 20%, sehingga pengauh edaman pada gedung tidak telalu dominan Waktu Geta Alami Stuktu (T) Waktu geta alami adalah waktu yang dibutuhkan oleh stuktu untuk begeta satu kali bolak-balik tanpa adanya gaya lua. Waktu geta alami stuktu ini dinyatakan dalam detik. Besanya waktu geta alami stuktu pelu diketahui aga peistiwa esonansi pada stuktu dapat dihindai. Peistiwa esonansi stuktu adalah suatu keadaan saat fekuensi alami pada stuktu sama dengan fekuensi beban lua yang bekeja sehingga dapat menyebabkan keuntuhan pada stuktu. Adapun hubungan antaa waktu geta dengan fekuensi dapat dinyatakan sebagai beikut: 2 T (detik) (2.4) f 1 T 2 (Hz) (2.5) 2.5 Sifat Elastoplastis Stuktu Apabila suatu stuktu dengan model sistem bedeajat kebebasan tunggal dapat mencapai keadaan plastis, maka penggunaan gaya pemulihan mempunyai bentuk sepeti gamba 2.3 (a). Ada satu bagian dai lengkungan ketika dicapai sifat elastis, maka defomasi selanjutnya meupakan daeah tejadinya leleh plastis (plastic yielding). Jika beban dihilangkan dai stuktu maka sifatnya menjadi Hendo Lie II-8

9 Tugas Akhi SI-40Z1 Modal Pushove Analysis elastis kembali hingga mencapai leleh plastis tetekan pada pembebanan yang belawanan tandanya dengan beban sebelumnya. Dengan caa ini, stuktu dapat dibebani secaa beulang menuut siklus pembebanan. Enegi yang hilang pada setiap siklus sama dengan luas dalam lengkungan sepeti pada gamba 2.3 (a). Sifat ini dapat disedehanakan dengan menganggap suatu titik leleh (yield point) tetentu, sehingga bila melampaui titik ini pepindahan menjadi konstan tanpa ada penambahan beban. Sifat ini disebut sifat elastoplastis. Gamba 2.3 Model Stuktu Plastis (Paz, 1985) (a) Sifat Plastis Umum. (b) Sifat Elastoplastis 2.6 Fakto Kuat Lebih ( Ovestength Facto ) Dalam mendesain suatu bangunan, stuktu yang memenuhi sifat kuat lebih (f 1 ) dan edundancy (f 2 ), maka umumnya dengan sifat tesebut stuktu tidak akan beespon sepenuhnya elastoplastis. Sifat kuat lebih (f 1 ) umumnya disebabkan kekuatan aktual mateial yang dilaksanakan lebih besa dai kekuatan mateial yang diencanakan sedangkan edundancy (f 2 ) disebabkan dai mekanisme jumlah sendi plastis yang diencanakan pada bangunan lebih besa dai satu. Beban lebih pada elemen non-daktail dapat dipehitungkan hanya apabila efek kuat lebih tidak dipehitungkan dalam desain sebelumnya. Fakto amplifikasi gaya Hendo Lie II-9

10 Tugas Akhi SI-40Z1 Modal Pushove Analysis gempa menyatakan fakto kuat lebih total yang selanjutnya disebut sebagai ovestength facto dengan lambang f. 2.7 Daktilitas Stuktu ( µ ) Daktalitas meupakan suatu sifat bahan yang memungkinkan tejadinya suatu defomasi pada suatu mateial. Saat mendesain suatu stuktu bangunan, bila bangunan diencanakan beespon elastis pada saat gempa kuat, maka stuktu akan menjadi tidak ekonomis dan membutuhkan biaya yang sangat besa kaena gempa kuat jaang tejadi. Oleh kaena itu maka stuktu bangunan diencanakan beespon inelastis dengan tingkat daktilitas tetentu. Dengan adanya sifat daktilitas tesebut, maka suatu stuktu memungkinkan tejadinya sendi plastis secaa betahap pada elemen-elemen stuktu yang telah ditentukan pada saat tejadi beban gempa maksimum. Hal ini tejadi akibat geakan tanah dasa yang diteima akan didistibusikan pada sendi plastis tesebut. Semakin banyak tebentuk sendi plastis pada elemen stuktu, semakin besa pula enegi gempa yang didistibusikan. Setelah tejadi sendi plastis pada suatu elemen, defleksi stuktu seta otasi plastis masih teus betambah. Selanjutnya daktalitas dikenal dengan lambang µ. Daktilitas bangunan yang didesain haus dibatasi bedasakan kiteia peencanaan sebagai beikut: Kekuatan dan kekakuan stuktu diencanakan untuk memenuhi kondisi di atas yang diencanakan supaya membeikan kemampuan kepada stuktu bangunan mengalami defomasi besifat elastoplastik tanpa tejadi keuntuhan saat mengalami gempa encana maksimum. Sendi-sendi plastis yang tejadi akibat beban gempa maksimum diencanakan tedapat di dalam balok-balok dan tidak tejadi dalam kolomkolom, kecuali pada kaki kolom yang paling bawah. Hal ini dapat tecapai bila kapasitas (momen leleh) kolom lebih tinggi daipada kapasitas (momen Hendo Lie II-10

11 Tugas Akhi SI-40Z1 Modal Pushove Analysis leleh) balok yang betemu pada kolom tesebut (konsep stong column weak beam). Besanya displacement yang tejadi haus dibatasi untuk menjaga integitas bangunan dan menghindai jatuhnya koban jiwa. Rasio antaa simpangan maksimum stuktu (Xmax) tehadap simpangan stuktu pada saat tejadinya sendi plastis yang petama (Xy) dinyatakan sebagai fakto daktilitas (µ): X max X y (2.6) Bedasakan fakto daktilitas dan fakto kuat lebih maka desain stuktu bangunan akan menjadi sebagai beikut : Gamba 2.4 Mekanisme Desain Bangunan Bedasakan Fakto Daktilitas dan Kuat Lebih (SNI ) Maka dai gamba tesebut ditaik kesimpulan bahwa bangunan tidak akan sepenuhnya beespon secaa elastoplastis kaena tedapat fakto daktilitas dan kuat lebih pada stuktu. Hendo Lie II-11

12 Tugas Akhi SI-40Z1 Modal Pushove Analysis 2.8 Sistem dengan Deajat Kebebasan Banyak Banyaknya jumlah koodinat bebas yang dibutuhkan untuk menyatakan pegeakan suatu sistem disebut dengan deajat kebebasan (DOF degees of feedom). Dalam dinamika stuktu, jumlah koodinat bebas ini dipelukan untuk menetapkan susunan atau posisi sistem pada setiap saat. Pada umumnya stuktu bekesinambungan (continuous stuctue) mempunyai tak hingga deajat kebebasan. Walaupun demikian, pada analisis getaan akan selalu dipakai deajat kebebasan hingga dengan caa penyedehanaan sistem. Saat suatu stuktu yang memiliki deajat kebebasan tunggal, maka dapat dimodelkan sebagai sistem dengan koodinat pepindahan tunggal. Sistem bedeajat kebebasan tunggal ini dapat dijelaskan secaa tepat dengan model matematis sepeti kedua ilustasi di bawah ini. Gamba 2.5 Sistem Stuktu Bedeajat Kebebasan Satu (Setio, 2006) Gamba 2.6 Model Matematis untuk Sistem Bedeajat Kebebasan Satu (Setio, 2006) Hendo Lie II-12

13 dimana: Tugas Akhi SI-40Z1 Modal Pushove Analysis m sebagai elemen massa, menyatakan massa dan sifat inesia dai stuktu. k sebagai elemen pegas, menyatakan gaya balik elastis dan kapasitas enegi potensial dai stuktu. c sebagai elemen edaman, menyatakan sifat gesean dan kehilangan enegi stuktu. F(t) sebagai gaya pengauh, menyatakan gaya lua yang bekeja pada sistem stuktu. Adapun pesamaan geak dai keseimbangan gaya yang ada pada sistem tesebut dapat ditulis sebagai beikut : m y cy ky( t) F( t) (2.7) dengan: y(t) = Pecepatan y (t) = Kecepatan y (t) = Pepindahan Dai pesamaan (2.7) tesebut dapat dipeoleh gaya inesia, edaman, dan kekakuan elastik dai pesamaan beikut : m y( t) (2.8) F I cy (2.9) F D ky (2.10) F S sehingga dapat dipeoleh pesamaan : F I F F F(t) (2.11) D S Di mana F I, F D, dan F S betuut-tuut adalah gaya inesia, edaman, dan elastik, dan F(t) adalah beban dinamik. Untuk sistem dengan banyak deajat kebebasan (multiple degee of feedom system), sebagaimana sistem satu deajat kebebasan, pesamaan geaknya dapat Hendo Lie II-13

14 Tugas Akhi SI-40Z1 Modal Pushove Analysis dipeoleh dai pinsip keseimbangan gaya-gaya yang bekeja pada sistem tesebut, yaitu gaya inesia, elastis, dan gaya edaman. Gamba 2.7 Sistem Stuktu Bedeajat Kebebasan Banyak (Setio, 2006) Gamba 2.8 Model Matematis untuk Sistem Bedeajat Kebebasan Banyak untuk Lantai Kaku (Setio, 2006) 2.9 Respon Spektum Respon spektum meupakan suatu plot diagam yang menunjukkan espon maksimum, baik beupa simpangan elatif maksimum, kecepatan elatif maksimum, ataupun pecepatan total maksimum dai suatu sistem satu deajat kebebasan. Adapun absis dai diagam espon spektum tesebut adalah fekuensi natual (atau peiode) dai sistem dan odinat adalah espon maksimum. Kuva espon spektum akan mempelihatkan simpangan elatif maksimum, kecepatan elatif Hendo Lie II-14

15 Tugas Akhi SI-40Z1 Modal Pushove Analysis maksimum, dan pecepatan total maksimum, biasanya dinyatakan betuut-tuut dengan S d, S v, dan S a. Hubungan antaa simpangan maksimum (S d ), kecepatan maksimum (S v ), dan pecepatan total maksimum (S a ) adalah sepeti dalam pesamaan beikut: S v S a S d (2.12) 2.10 Metoda Modal Respon Spektum Untuk Sistem Dengan Banyak Deajat Kebebasan Gaya lateal (beban gempa) yang mengenai suatu stuktu dengan banyak deajat kebebasan akan menimbul espon dinamik yang meupakan fungsi dai paametepaamete dinamik yang dimiliki oleh suatu stuktu. Apabila sebuah stuktu memiliki n deajat kebebasan, dengan n adalah jumlah lantai tingkatnya, maka stuktu gedung tesebut mempunyai buah agam dengan nilai = n, yang dinyatakan dengan vekto agam atau agam geta atau eigenvekto dengan lambang [Ø]. Setiap komponen dai vekto bentuk agam menunjukkan pebandingan antaa simpangan suatu lantai tehadap simpangan pada lantai tetentu yang ditetapkan sebagai acuan (biasanya lantai atap). Simpangan atap dianggap benilai satu selama stuktu bevibasi bebas dalam suatu bentuk agam vibasi tetentu. Bentuk agam vibasi ini dapat dijelaskan dengan dalil Clough-Penzien yang menyatakan bahwa bentuk agam vibasi bebas adalah sedemikian upa sehingga jumlah titik simpul (titik dengan simpangan nol) adalah sama dengan nomo agamnya. Hendo Lie II-15

16 Tugas Akhi SI-40Z1 Modal Pushove Analysis Gamba 2. 9 Contoh Bentuk Ragam Vibasi Bebas Stuktu dengan n Deajat Kebebasan untuk 3 Ragam Petama (Clough and Penzien, 1975) Ragam geta [Ø] dan fekuensi sudutnya ω untuk masing-masing agam atau mode dapat dipeoleh dai pesamaan geak bebas tanpa edaman sistem dengan n deajat kebebasan sebagai beikut: M { y } [ K]{ y} 0 (2.13) dimana : [M] [K] = Matiks massa = Matiks kekakuan intenal stuktu { y } = Vekto simpangan stuktu { y } = Pecepatan geak dalam aah simpangan Setelah mengalami penjabaan lebih lanjut, maka pesamaan (2.13) menjadi suatu pesamaan sebagai beikut : 2 Y 1 2 ( ) ( ) 0 (2.14) Y2 dimana: ( 2 2 ) [ K M ] Maka pesamaan (2.14) menjadi sebagai beikut: 2 Y 1 2 [ K M ] ( ) 0 (2.15) Y2 Hendo Lie II-16

17 dimana: Δ K M [Ø] = Matiks dinamik dai suatu sistem = Matiks kekakuan = Matiks massa Tugas Akhi SI-40Z1 Modal Pushove Analysis = Ragam geta ke- yang meupakan eigenvecto ke- yang besangkutan (mode stuktu) Pesamaan di atas diselesaikan dengan menggunakan solusi non tivial, yaitu dengan mencai nilai ω (fekuensi natual) yang menghilangkan haga deteminan matiks. 2 det[ K M ] 0 2 K M 0 (2.16) Setelah didapatkan solusi bedasakan pesamaan di atas, nilai ω (fekuensi natual) yang didapatkan kemudian di substitusikan pada pesamaan (2.15) maka didapatkan nilai hubungan haga Y 1 dan Y 2, nilai tesebut meupakan haga-haga tidak unik dan hanya meupakan pebandingan saja. Bedasakan nilai haga Y 1 dan Y 2, kita dapat menggunakannya untuk mendapatkan nilai mode atau agam geta [Ø] dai sistem dengan sebelumnya kita nomalisasikan telebih dahulu. Respon stuktu gedung tinggi di bawah beban gempa dengan akseleogam y o (t) yang diketahui, dapat dipecahkan dai pesamaan geaknya sebagai beikut : M { y } [ C]{ y } [ K]{ y} [ M ]{ } y (2.17) dimana: [M] = Matiks massa [C] = Matiks edaman [K] = Matiks kekakuan intenal stuktu {} = Matiks satuan { y } = Vekto simpangan stuktu { y } = Kecepatan geak o { y } = Pecepatan geak dalam aah simpangan Hendo Lie II-17

18 Tugas Akhi SI-40Z1 Modal Pushove Analysis Maka didapatkan hubungan antaa displacement stuktu, kecepatan stuktu seta pecepatan stuktu dengan agam geta untuk masing-masing agam atau mode sebagai beikut: { y } { } x { y } { } x (2.18) { y } { } x Dengan x (t), (t), dan (t) meupakan nilai besaan skala dai agam geta x x dan {Ø } adalah matiks eigenvecto atau matiks vekto bentuk agam ke-, dimana: {Ø } = [{Ø 1 },{ Ø 2 },...] (2.19) Substitusikan dengan pesamaan (2.17) sehingga: M { } x [ C]{ } x [ K ]{ } x [ M ]{ } y (2.20) o Pesamaan tesebut dilakukan pe multiple degee dengan {Ø } T sehingga dapat ditulis dengan: M x C x K x y (2.21) o dimana: {Ø } T [M] {Ø } (t) = M x (t) x {Ø } T [C] {Ø } x (t) = C x (t) (2.22) {Ø } T [K] {Ø } x (t) = K x (t) keteangan: M = Massa genealisasi C = Redaman genealisasi ( 2 ξ M ω ) K = Kekakuan genealisasi ( M ω 2 ) λ = Fakto modal eksitasi Hendo Lie II-18

19 Tugas Akhi SI-40Z1 Modal Pushove Analysis Pesamaan (2.21) dibagi dengan M sehingga: 2 x 2 x x yo (2.23) M Dimana M meupakan Modal Paticipation Facto (MPF ). Nilai MPF ini digunakan untuk bebagai mode atau agam geta sekaligus sebagai indikato untuk pesamaan MDOF. Adapun nilai MPF dapat dituunkan sebagai: M MPF i1 i1 M M 2 (2.24) Nilai dai MPF menyatakan indikato dai dominasi modal yang besangkutan tehadap total espon yang tejadi pada stuktu. Untuk mengetahui agam atau mode dominan pada stuktu digunakan hubungan dengan nilai ξ, dimana hubungan antaa ξ dengan MPF meupakan pebandingan antaa MPF untuk mode atau agam yang ditinjau dengan MPF untuk mode atau agam total yang bekeja pada stuktu. Hubungan antaa ξ dengan MPF adalah sebagai beikut: ( i) MPF n (2.25) ( j) MPF j 1 dimana: (i) MPF = MPF mode yang ditinjau n j1 MPF ( j) = MPF total dai mode yang tejadi pada stuktu Bedasakan hubungan antaa ξ dengan MPF, jika nilai ξ lebih besa dai 80 % untuk MPF dai mode yang ditinjau, maka modal yang besangkutan adalah mode dominan yang tejadi pada stuktu. Dalam pemecahan masalah espon sistem dengan n deajat kebebasan tehadap gempa telah beubah menjadi pemecahan espon sistem dengan satu deajat Hendo Lie II-19

20 Tugas Akhi SI-40Z1 Modal Pushove Analysis kebebasan tehadap gempa. Pada umumnya dalam desain bangunan semakin tinggi nomo agamnya, maka fakto patisipasi agamnya semakin kecil. Sehingga umumnya agam suatu stuktu dapat ditentukan oleh bebeapa agam petama saja kaena pada agam beikutnya nilai MPF sudah sangat kecil sehingga tidak begitu dominan. Pada sebuah bangunan umumnya diusahakan aga agam yang tejadi adalah agam ke-1 dominan, sehingga dalam meencanakan sebuah bangunan kita hanya mempetimbangkan agam ke-1 tesebut untuk pehitungan. Respon agam yang petama adalah sangat dominan untuk gedung yang tingginya kuang dai 240 ft, sehingga patisipasi agam-agam lainnya dapat diabaikan. Selanjutnya dengan hanya meninjau espon agam yang petama ini, bentuk agam dapat disedehanakan menjadi gais luus dengan simpangan nol pada dasa dan satu pada puncak, sepeti telihat pada gamba Gamba 2.10 Bentuk Ragam Petama yang Disedehanakan untuk Stuktu Gedung dengan Ketinggian 240 ft (Lindebug and Baada, 2001) Dalam keadaan yang sesungguhnya untuk setiap agam, espon maksimum sistem dengan satu deajat kebebasan pada umumnya tecapai pada saat yang belainan. Salah satu caa mensupeposisi yang paling baik adalah dengan mengkuadatkan dulu masing-masing komponen dai espon maksimum agam, Hendo Lie II-20

21 Tugas Akhi SI-40Z1 Modal Pushove Analysis menjumlahkan dan kemudian menaik akanya. Caa ini disebut Squae Root of The Sum of Squaes (SRSS). Untuk suatu lantai tingkat atau titik massa ke-n, espon maksimum menuut kiteia ini dapat ditulis sebagai beikut: ( y ) n, max p 1 p 1 2 { } MPF S (, T ) (2.26) n 2 { } MPF S (, T ) d ( y ) n, max n v (2.27) p 1 2 { } MPF S (, T ) ( y ) n, max n a (2.28) dengan p adalah jumlah agam yang dominan yang ditinjau. Bedasakan gamba didapat gaya gese yaitu gaya inesia untuk setiap modal () untuk suatu lantai tingkat atau titik massa ke-n adalah sebagai beikut : { Fs n a, n} [ m ]{ } MPF S (, T ) (2.29) Bila V b adalah jumlah total dai gaya-gaya yang bekeja pada tiap nodal, maka dapat dihasilkan pesamaan: { Vb} MPF n i1 [ m n ]{ } S a (, T ) (2.30) 2.11 Dinding Gese (Sheawall) Dalam pemodelan tugas akhi ini, elemen stuktu yang digunakan untuk penahan gaya lateal yaitu elemen dinding gese (sheawall). Dinding gese atau sheawall meupakan elemen stuktu beupa dinding dan digunakan sebagai penahan gaya lateal. Elemen stuktu dinding gese memiliki kaakteistik dalam menahan gaya lateal yang tejadi yaitu lebih dominan tehadap momen lentu dai gaya lateal yang tejadi. Dinding gese sangat efektif sebagai penahan gaya lateal untuk Hendo Lie II-21

22 Tugas Akhi SI-40Z1 Modal Pushove Analysis menambah kekakuan stuktu kaena kekakuan lateal yang sangat tinggi dan menyeap gaya gese yang besa seiing dengan semakin tingginya stuktu tesebut. Pemasangan dinding gese pada stuktu diusahakan selalu simetis untuk menghindai tejadinya mode otasi pada mode-mode awal stuktu, yang sangat bebahaya bagi keamanan stuktu maupun kenyamanan pengguna stuktu tesebut. Bedasakan kaakteistiknya, keuntuhan yang akan tejadi pada dinding gese disebabkan oleh momen lentu dengan tejadinya sendi plastis pada kakinya. Dinding gese yang umumnya digunakan tedapat dua tipe, yaitu dinding gese biasa (wall pie), atau dinding gese dengan menggunakan komponen batas (wall pie with bounday elements). Dinding gese biasa akan memikul beban vetikal dan gaya gese pada panel dinding, sedangkan pada dinding gese dengan komponen batas, semua beban vetikal dipikul oleh komponen batas (bounday element), sedangkan gaya gesenya dipikul oleh bagian dindingnya. Dalam pengejaan tugas akhi ini, model dinding gese yang digunakan dalam model stuktu adalah dinding gese dengan menggunakan komponen batas. Sendi plastis akan tebentuk pada bagian bawah kaki-kaki dinding gese saat tejadi mekanisme keuntuhan akibat dai momen lentu, dan bukan oleh gaya gese. Demikian pula dengan dinding gese menggunakan komponen batas, di mana momen lentu yang tejadi pada dinding gese ditansfomasi menjadi gaya aksial tekan dan taik pada komponen-komponen batasnya. Hendo Lie II-22

23 Tugas Akhi SI-40Z1 Modal Pushove Analysis Gamba 2.11 Gaya-gaya yang Bekeja pada Dinding Gese Biasa (Budiono, 2006) Gamba 2.12 Gaya-gaya yang Bekeja pada Dinding Gese dengan Bounday Element dan Mekanisme Plastis yang Tejadi (Budiono, 2006) Hendo Lie II-23

TRANSFER MOMENTUM TINJAUAN MIKROSKOPIK GERAKAN FLUIDA

TRANSFER MOMENTUM TINJAUAN MIKROSKOPIK GERAKAN FLUIDA TRANSFER MOMENTUM TINJAUAN MIKROSKOPIK GERAKAN FLUIDA Hingga sejauh ini kita sudah mempelajai tentang momentum, gaya-gaya pada fluida statik, dan ihwal fluida begeak dalam hal neaca massa dan neaca enegi.

Lebih terperinci

Komponen Struktur Tekan

Komponen Struktur Tekan Mata Kuliah : Peancangan Stuktu Baja Kode : CIV 303 SKS : 3 SKS Komponen Stuktu Tekan Petemuan 4, 5 Sub Pokok Bahasan : Panjang Tekuk Tekuk Lokal Tekuk Batang Desain Batang Tekan Batang batang tekan yang

Lebih terperinci

BAB II MEDAN LISTRIK DI SEKITAR KONDUKTOR SILINDER

BAB II MEDAN LISTRIK DI SEKITAR KONDUKTOR SILINDER BAB II MDAN ISTRIK DI SKITAR KONDUKTOR SIINDR II. 1 Hukum Coulomb Chales Augustin Coulomb (1736-1806), adalah oang yang petama kali yang melakukan pecobaan tentang muatan listik statis. Dai hasil pecobaannya,

Lebih terperinci

GRAFITASI. F = G m m 1 2. F = Gaya grafitasi, satuan : NEWTON. G = Konstanta grafitasi, besarnya : G = 6,67 x 10-11

GRAFITASI. F = G m m 1 2. F = Gaya grafitasi, satuan : NEWTON. G = Konstanta grafitasi, besarnya : G = 6,67 x 10-11 GRAFITASI Si Isaac Newton yang tekenal dengan hukum-hukum Newton I, II dan III, juga tekenal dengan hukum Gafitasi Umum. Didasakan pada patikel-patikel bemassa senantiasa mengadakan gaya taik menaik sepanjang

Lebih terperinci

Gambar 4.3. Gambar 44

Gambar 4.3. Gambar 44 1 BAB HUKUM NEWTON TENTANG GERAK Pada bab kita telah membahas sifat-sifat geak yang behubungan dengan kecepatan dan peceaptan benda. Pembahasan pada Bab tesesbut menjawab petanyaan Bagaimana sebuah benda

Lebih terperinci

BAB PENERAPAN HUKUM-HUKUM NEWTON

BAB PENERAPAN HUKUM-HUKUM NEWTON 1 BAB PENERAPAN HUKUM-HUKUM NEWTON Sebelumnya telah dipelajai tentang hukum Newton: hukum I tentang kelembaban benda, yang dinyatakan oleh pesamaan F = 0; hukum II tentang hubungan gaya dan geak, yang

Lebih terperinci

Fisika Dasar I (FI-321)

Fisika Dasar I (FI-321) Fisika Dasa I (FI-31) Topik hai ini (minggu ) Geak dalam Satu Dimensi (Kinematika) Keangka Acuan & Sistem Koodinat Posisi dan Pepindahan Kecepatan Pecepatan GLB dan GLBB Geak Jatuh Bebas Mekanika Bagian

Lebih terperinci

T I N J A U A N P U S T A K A

T I N J A U A N P U S T A K A B A B II T I N J A U A N P U S T A K A 2.1. Pembebanan Struktur Besarnya beban rencana struktur mengikuti ketentuan mengenai perencanaan dalam tata cara yang didasarkan pada asumsi bahwa struktur direncanakan

Lebih terperinci

Analisis Numerik Ragam pada Pelat Utuh dan Retak: Studi Interaksi Dinamis Struktur dengan Udara ABSTRAK

Analisis Numerik Ragam pada Pelat Utuh dan Retak: Studi Interaksi Dinamis Struktur dengan Udara ABSTRAK Volume 6, Nomo 1, Pebuai 2009 Junal APLIKASI Analisis Numeik pada Pelat Utuh dan Retak: Studi Inteaksi Dinamis Stuktu dengan Udaa Agung Budipiyanto Pogam Diploma Teknik Sipil FTSP ITS email: agungbp@ce.its.ac.id

Lebih terperinci

Hand Out Fisika 6 (lihat di Kuat Medan Listrik atau Intensitas Listrik (Electric Intensity).

Hand Out Fisika 6 (lihat di Kuat Medan Listrik atau Intensitas Listrik (Electric Intensity). Hand Out Fisika 6 (lihat di http:).1. Pengetian Medan Listik. Medan Listik meupakan daeah atau uang disekita benda yang bemuatan listik dimana jika sebuah benda bemuatan lainnya diletakkan pada daeah itu

Lebih terperinci

MOMENTUM LINEAR DAN TUMBUKAN

MOMENTUM LINEAR DAN TUMBUKAN MOMENTUM LINEAR DAN TUMBUKAN 1. MOMENTUM LINEAR Momentum sebuah patikel adalah sebuah vekto P yang didefinisikan sebagai pekalian antaa massa patikel m dengan kecepatannya, v, yaitu: P = mv (1) Isac Newton

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA Bab II : Kajian Pustaka 3 BAB II KAJIAN PUSTAKA Mateial bedasakan sifat popetinya dibagi menjadi bebeapa jenis, yaitu:. Isotopik : mateial yang sifat popetinya sama ke segala aah, misalnya baja.. Othotopik

Lebih terperinci

Gerak Melingkar. Gravitasi. hogasaragih.wordpress.com

Gerak Melingkar. Gravitasi. hogasaragih.wordpress.com Geak Melingka Gavitasi Kinematika Geak Melingka Beatuan Sebuah benda yang begeak membentuk suatu lingkaan dengan laju konstan v dikatakan mengalami geak melingka beatuan. Besa kecapatan dalam hal ini tetap

Lebih terperinci

Integrity, Professionalism, & Entrepreneurship. Mata Kuliah : Perancangan Struktur Baja Kode : CIV 303. Tekuk Torsi Lateral. Pertemuan 13, 14, 15

Integrity, Professionalism, & Entrepreneurship. Mata Kuliah : Perancangan Struktur Baja Kode : CIV 303. Tekuk Torsi Lateral. Pertemuan 13, 14, 15 ata Kuliah : Peancangan Stuktu Baja Kode : CIV 303 SKS : 3 SKS Tekuk Tosi ateal Petemuan 13, 14, 15 TIU : ahasiswa dapat meencanakan kekuatan elemen stuktu baja beseta alat sambungna TIK : ahasiswa dapat

Lebih terperinci

BAB IV ANALISA PERENCANAAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV ANALISA PERENCANAAN DAN PEMBAHASAN BAB IV ANALISA PERENCANAAN DAN PEMBAHASAN 4.1. Analisa Gaya-Gaya Pada Poos Lengan Ayun Dai gamba 3.1 data dimensi untuk lengan ayun: - Mateial yang digunakan : S-45 C - Panjang poos : 0,5 m - Diamete poos

Lebih terperinci

BAB 11 GRAVITASI. FISIKA 1/ Asnal Effendi, M.T. 11.1

BAB 11 GRAVITASI. FISIKA 1/ Asnal Effendi, M.T. 11.1 BAB 11 GRAVITASI Hukum gavitasi univesal yang diumuskan oleh Newton, diawali dengan bebeapa pemahaman dan pengamatan empiis yang telah dilakukan oleh ilmuwan-ilmuwan sebelumnya. Mula-mula Copenicus membeikan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. adalah untuk mengetahui kontribusi motivasi dan minat bekerja di industri

BAB III METODE PENELITIAN. adalah untuk mengetahui kontribusi motivasi dan minat bekerja di industri BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Bedasakan pemasalahan, maka penelitian ini temasuk penelitian koelasional yang besifat deskiptif, kaena tujuan utama dai penelitian ini adalah untuk mengetahui

Lebih terperinci

II. KINEMATIKA PARTIKEL

II. KINEMATIKA PARTIKEL II. KINEMATIKA PARTIKEL Kinematika adalah bagian dai mekanika ang mempelajai tentang geak tanpa mempehatikan apa/siapa ang menggeakkan benda tesebut. Bila gaa penggeak ikut dipehatikan, maka apa ang dipelajai

Lebih terperinci

BAB II Tinjauan Teoritis

BAB II Tinjauan Teoritis BAB II Tinjauan Teoitis BAB II Tinjauan Teoitis 2.1 Antena Mikostip 2.1.1 Kaakteistik Dasa Antena mikostip tedii dai suatu lapisan logam yang sangat tipis ( t

Lebih terperinci

BAB 17. POTENSIAL LISTRIK

BAB 17. POTENSIAL LISTRIK DFTR ISI DFTR ISI... 7. POTENSIL LISTRIK... 7. Potensial dan eda Potensial... 7. Dipole Listik...6 7.3 Kapasitansi Listik...9 7.4 Dielektikum... 7.5 Penyimpanan Enegi Listik...5 7.6 Pealatan : Tabung Sina

Lebih terperinci

BAB XII ANALISIS JALUR (PATH ANALYSIS) APA SIH?

BAB XII ANALISIS JALUR (PATH ANALYSIS) APA SIH? BAB XII ANALISIS JALUR (PATH ANALYSIS) APA SIH? KONSEP DASAR Path analysis meupakan salah satu alat analisis yang dikembangkan oleh Sewall Wight (Dillon and Goldstein, 1984 1 ). Wight mengembangkan metode

Lebih terperinci

FISIKA. Sesi LISTRIK STATIK A. GAYA COULOMB

FISIKA. Sesi LISTRIK STATIK A. GAYA COULOMB ISIKA KELAS XII IPA - KURIKULUM GABUNGAN 04 Sesi NGAN LISTRIK STATIK A. GAYA COULOMB Jika tedapat dua atau lebih patikel bemuatan, maka antaa patikel tesebut akan tejadi gaya taik-menaik atau tolak-menolak

Lebih terperinci

Pengaturan Footprint Antena Ground Penetrating Radar Dengan Menggunakan Susunan Antena Modified Dipole

Pengaturan Footprint Antena Ground Penetrating Radar Dengan Menggunakan Susunan Antena Modified Dipole Pengatuan Footpint Antena Gound Penetating Rada Dengan Menggunakan Susunan Antena Modified Dipole Ande Eka Saputa (1324243) Jalu Pilihan Teknik Telekomunikasi Sekolah Teknik Elekto dan Infomatika Institut

Lebih terperinci

Liston Hasiholan 1) dan Sudradjat 2)

Liston Hasiholan 1) dan Sudradjat 2) EVALUASI KINERJA KARYAWAN MENGGUNAKAN METODE PEMROGRAMAN LINEAR FUY *) Liston Hasiholan 1) dan Sudadjat 2) ABSTRAK Pengukuan kineja kayawan meupakan satu hal yang mutlak dilakukan secaa peiodik oleh suatu

Lebih terperinci

LISTRIK STATIS. F k q q 1. k 9.10 Nm C 4. 0 = permitivitas udara atau ruang hampa. Handout Listrik Statis

LISTRIK STATIS. F k q q 1. k 9.10 Nm C 4. 0 = permitivitas udara atau ruang hampa. Handout Listrik Statis LISTIK STATIS * HUKUM COULOM. ila dua buah muatan listik dengan haga q dan q, saling didekatkan, dengan jaak pisah, maka keduanya akan taik-menaik atau tolak-menolak menuut hukum Coulomb adalah: ebanding

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN III. METODE PENELITIAN 3.1. Keangka Pemikian Konseptual Setiap oganisasi apapun jenisnya baik oganisasi non pofit maupun oganisasi yang mencai keuntungan memiliki visi dan misi yang menjadi uh dalam setiap

Lebih terperinci

BAB IV HASIL SIMULASI DAN ANALISA PENGUKURAN

BAB IV HASIL SIMULASI DAN ANALISA PENGUKURAN BAB IV Hasil Simulasi Dan Analisa Pengukuan BAB IV HASIL SIMULASI DAN ANALISA PENGUKURAN 4.1. Pehitungan Saluan Pencatu Saluan pencatu yang digunakan pada Tugas Akhi ini menggunakan mikostip feedline.

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. identifikasi variabel penelitian, definisi operasional variabel penelitian, subjek

BAB III METODE PENELITIAN. identifikasi variabel penelitian, definisi operasional variabel penelitian, subjek 9 BAB III METODE PEELITIA A. Identifikasi Vaiabel Penelitian Pada bagian ini akan diuaikan segala hal yang bekaitan dengan identifikasi vaiabel penelitian, definisi opeasional vaiabel penelitian, subjek

Lebih terperinci

BAB V ANALISIS DAN PEMBAHASAN

BAB V ANALISIS DAN PEMBAHASAN BAB V ANALISIS DAN PEMBAHASAN 5.1 Periode Alami dan Modal Mass Participation Mass Ratio Periode alami struktur mencerminkan tingkat kefleksibelan sruktur tersebut. Untuk mencegah penggunaan struktur gedung

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. yang aman. Pengertian beban di sini adalah beban-beban baik secara langsung

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. yang aman. Pengertian beban di sini adalah beban-beban baik secara langsung BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pembebanan Struktur Dalam perencanaan struktur bangunan harus mengikuti peraturanperaturan pembebanan yang berlaku untuk mendapatkan suatu struktur bangunan yang aman. Pengertian

Lebih terperinci

6. Soal Ujian Nasional Fisika 2015/2016 UJIAN NASIONAL

6. Soal Ujian Nasional Fisika 2015/2016 UJIAN NASIONAL 6. Soal Ujian Nasional Fisika 015/016 UJIAN NASIONAL Mata Pelajaan : Fisika Jenjang : SMA/MA Pogam Studi : IPA Hai/Tanggal : Rabu, 6 Apil 016 Jam : 10.30 1.30 PETUNJUK UMUM 1. Isikan nomo ujian, nama peseta,

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA A. Perambatan Bunyi di Luar Ruangan

TINJAUAN PUSTAKA A. Perambatan Bunyi di Luar Ruangan Kebisingan yang belebihan akan sangat bepengauh tehadap indea pendengaan. Seseoang yang telalu seing beada pada kawasan dengan kebisingan yang tinggi setiap hainya dapat mengalami gangguan pendengaan sementaa

Lebih terperinci

BAB MEDAN DAN POTENSIAL LISTRIK

BAB MEDAN DAN POTENSIAL LISTRIK 1 BAB MEDAN DAN POTENSIAL LISTRIK 4.1 Hukum Coulomb Dua muatan listik yang sejenis tolak-menolak dan tidak sejenis taik menaik. Ini beati bahwa antaa dua muatan tejadi gaya listik. Bagaimanakah pengauh

Lebih terperinci

BAB II DASAR TEORI 2.1. Pengertian Umum

BAB II DASAR TEORI 2.1. Pengertian Umum BAB II DASAR TEORI.1. Pengetian Umum Gokat meupakan salah satu poduk yang saat dengan teknologi dan pekembangan. Ditinjau dai segi komponen, Gokat mempunyai beagam komponen didalamnya, namun secaa gais

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. gedung dalam menahan beban-beban yang bekerja pada struktur tersebut. Dalam. harus diperhitungkan adalah sebagai berikut :

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. gedung dalam menahan beban-beban yang bekerja pada struktur tersebut. Dalam. harus diperhitungkan adalah sebagai berikut : 4 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1.Pembebanan Struktur Perencanaan struktur bangunan gedung harus didasarkan pada kemampuan gedung dalam menahan beban-beban yang bekerja pada struktur tersebut. Dalam Peraturan

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. banyaknya komponen listrik motor yang akan diganti berdasarkan Renewing Free

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. banyaknya komponen listrik motor yang akan diganti berdasarkan Renewing Free BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4. Pendahuluan Bedasakan tujuan penelitian ini, yaitu mendapatkan ekspektasi banyaknya komponen listik moto yang akan diganti bedasakan Renewing Fee Replacement Waanty dua dimensi,

Lebih terperinci

dengan dimana adalah vektor satuan arah radial keluar. F r q q

dengan dimana adalah vektor satuan arah radial keluar. F r q q MEDAN LISTRIK 1 2.1 Medan Listik Gaya Coulomb di sekita suatu muatan listik akan membentuk medan listik. Dalam membahas medan listik, digunakan pengetian kuat medan. Untuk medan gaya Coulomb, kuat medan

Lebih terperinci

BAB III. METODOLOGI PENELITIAN. hasil. Sedangkan menurut Suharsimi Arikunto (2002:136) metode penelitian

BAB III. METODOLOGI PENELITIAN. hasil. Sedangkan menurut Suharsimi Arikunto (2002:136) metode penelitian 7 BAB III. METODOLOGI PENELITIAN A. Metode Penelitian Metode adalah suatu caa atau jalan yang ditempuh untuk mencapai suatu hasil. Sedangkan menuut Suhasimi Aikunto (00:36) metode penelitian adalah caa

Lebih terperinci

Gerak Melingkar. B a b 4. A. Kecepatan Linear dan Kecepatan Anguler B. Percepatan Sentripetal C. Gerak Melingkar Beraturan

Gerak Melingkar. B a b 4. A. Kecepatan Linear dan Kecepatan Anguler B. Percepatan Sentripetal C. Gerak Melingkar Beraturan B a b 4 Geak Melingka Sumbe: www.ealcoastes.com Pada bab ini, Anda akan diajak untuk dapat meneapkan konsep dan pinsip kinematika dan dinamika benda titik dengan caa menganalisis besaan Fisika pada geak

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. gedung dalam menahan beban-beban yang bekerja pada struktur tersebut.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. gedung dalam menahan beban-beban yang bekerja pada struktur tersebut. 5 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pembebanan Komponen Struktur Perencanaan suatu struktur bangunan gedung didasarkan pada kemampuan gedung dalam menahan beban-beban yang bekerja pada struktur tersebut. Pengertian

Lebih terperinci

BAB 2 DASAR TEORI. on maka S 1. akan off. Hal yang sama terjadi pada S 2. dan S 2. Gambar 2.1 Topologi inverter full-bridge

BAB 2 DASAR TEORI. on maka S 1. akan off. Hal yang sama terjadi pada S 2. dan S 2. Gambar 2.1 Topologi inverter full-bridge BAB 2 DASAR EORI 2. Pendahuluan Konvete dc-ac atau biasa disebut invete adalah suatu alat elektonik yang befungsi untuk menghasilkan keluaan ac sinusoidal dai masukan dc dimana magnitudo dan fekuensinya

Lebih terperinci

Listrik statis (electrostatic) mempelajari muatan listrik yang berada dalam keadaan diam.

Listrik statis (electrostatic) mempelajari muatan listrik yang berada dalam keadaan diam. LISTRIK STATIS Listik statis (electostatic) mempelajai muatan listik yang beada dalam keadaan diam. A. Hukum Coulomb Hukum Coulomb menyatakan bahwa, Gaya taik atau tolak antaa dua muatan listik sebanding

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN III. METODE PENELITIAN A. Metode Penelitian Metode meupakan caa keja yang digunakan untuk memahami, mengeti, segala sesuatu yang behubungan dengan penelitian aga tujuan yang dihaapkan dapat tecapai. Sesuai

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. pembebanan yang berlaku untuk mendapatkan suatu struktur bangunan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. pembebanan yang berlaku untuk mendapatkan suatu struktur bangunan BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1.Pembebanan Struktur Dalam perencanaan struktur bangunan harus mengikuti peraturanperaturan pembebanan yang berlaku untuk mendapatkan suatu struktur bangunan yang aman. Pengertian

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB LANDASAN TEORI. Pengetian Pestasi Belaja Pestasi belaja meupakan kegiatan mental yang tidak dapat disaksikan dai lua dii seseoang mahasiswa yang sedang belaja, pestasi belaja tidak dapat diketahui

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. mengenai Identifikasi Variabel Penelitian, Definisi Variabel Penelitian,

BAB III METODE PENELITIAN. mengenai Identifikasi Variabel Penelitian, Definisi Variabel Penelitian, BAB III METODE PENELITIAN Pembahasan pada bagian metode penelitian ini akan menguaikan mengenai Identifikasi Vaiabel Penelitian, Definisi Vaiabel Penelitian, Populasi, Sampel dan Teknik Pengambilan Sampel,

Lebih terperinci

Teori Dasar Medan Gravitasi

Teori Dasar Medan Gravitasi Modul Teoi Dasa Medan Gavitasi Teoi medan gavitasi didasakan pada hukum Newton tentang medan gavitasi jagat aya. Hukum medan gavitasi Newton ini menyatakan bahwa gaya taik antaa dua titik massa m dan m

Lebih terperinci

Fisika Dasar I (FI-321)

Fisika Dasar I (FI-321) Fisika Dasa I (FI-321) Topik hai ini (minggu 7) Geak Rotasi Kinematika Rotasi Dinamika Rotasi Kekekalan Momentum Sudut Geak Menggelinding Kinematika Rotasi Pepindahan Sudut Riview geak linea: Pepindahan,

Lebih terperinci

BAB III ANALISIS DAN PERANCANGAN

BAB III ANALISIS DAN PERANCANGAN BAB III ANALISIS DAN PERANCANGAN III.1 Pehitungan Pegeakan Robot Dai analisis geakan langkah manusia yang dibahas pada bab dua, maka dapat diambil bebeapa analisis untuk membuat ancangan geakan langkah

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Analisis Statik Beban Dorong (Static Pushover Analysis) Menurut SNI Gempa 03-1726-2002, analisis statik beban dorong (pushover) adalah suatu analisis nonlinier statik, yang

Lebih terperinci

LISTRIK STATIS. Nm 2 /C 2. permitivitas ruang hampa atau udara 8,85 x C 2 /Nm 2

LISTRIK STATIS. Nm 2 /C 2. permitivitas ruang hampa atau udara 8,85 x C 2 /Nm 2 LISTIK STATIS A. Hukum Coulomb Jika tedapat dua muatan listik atau lebih, maka muatan-muatan listik tesebut akan mengalami gaya. Muatan yang sejenis akan tolak menolak sedangkan muatan yang tidak sejenis

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Pada perencanaan bangunan bertingkat tinggi, komponen struktur

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Pada perencanaan bangunan bertingkat tinggi, komponen struktur BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pembebanan Struktur Pada perencanaan bangunan bertingkat tinggi, komponen struktur direncanakan cukup kuat untuk memikul semua beban kerjanya. Pengertian beban itu sendiri

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pembebanan Struktur Dalam perencaaan struktur bangunan harus mengikuti peraturan pembebanan yang berlaku untuk mendapatkan struktur bangunan yang aman. Pengertian beban adalah

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA

II. TINJAUAN PUSTAKA II. TINJAUAN PUSTAKA 2. Haga Tahanan Jenis Teoi yang mendasai metode tahanan jenis atau metode geolistik adalah hukum Ohm [7] yang mempunyai pesamaan : V I = (2.) R Dengan V menyatakan tegangan (volt),

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. harus dilakukan berdasarkan ketentuan yang tercantum dalam Tata Cara

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. harus dilakukan berdasarkan ketentuan yang tercantum dalam Tata Cara 4 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pembebanan Struktur Dalam perencanaan komponen struktur terutama struktur beton bertulang harus dilakukan berdasarkan ketentuan yang tercantum dalam Tata Cara Perhitungan

Lebih terperinci

METODOLOGI PENELITIAN. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode Deskriptif. Karena

METODOLOGI PENELITIAN. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode Deskriptif. Karena 35 III. METODOLOGI PENELITIAN 1.1 Metode Penelitian Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode Deskiptif. Kaena penelitian ini mengkaji tentang Pengauh Kontol Dii dan Lingkungan Keluaga Tehadap

Lebih terperinci

1 ANGKET PERSEPSI SISWA TERH

1 ANGKET PERSEPSI SISWA TERH 48 Lampian ANGKET PERSEPSI SISWA TERHADAP PERANAN ORANG TUA DAN MINAT BELAJAR DALAM PENINGKATAN HASIL BELAJAR BIOLOGI SISWA KELAS XI IPA SMA NEGERI 8 MEDAN Nama : Kelas : A. Petunjuk Pengisian. Bacalah

Lebih terperinci

BAB V ANALISIS DAN PEMBAHASAN

BAB V ANALISIS DAN PEMBAHASAN BAB V ANALISIS DAN PEMBAHASAN Pada bagian ini akan dianalisis periode struktur, displacement, interstory drift, momen kurvatur, parameter aktual non linear, gaya geser lantai, dan distribusi sendi plastis

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pembebanan Komponen Struktur Pada perencanaan bangunan bertingkat tinggi, komponen struktur direncanakan cukup kuat untuk memikul semua beban kerjanya. Pengertian beban itu

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pengauh Hujan Tehadap Stabilitas Leeng Infiltasi ai hujan ke dalam lapisan tanah pada leeng akan menambah beban pada leeng sebagai akibat peningkatan kandungan ai dalam tanah,

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS & PEMBAHASAN

BAB IV ANALISIS & PEMBAHASAN BAB IV ANALISIS & PEMBAHASAN 4.1 EKSENTRISITAS STRUKTUR Pada Tugas Akhir ini, semua model mempunyai bentuk yang simetris sehingga pusat kekakuan dan pusat massa yang ada berhimpit pada satu titik. Akan

Lebih terperinci

PROGRAM STUDI TEKNIK SIPIL ITB FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN LINGKUNGAN INSTITUT TEKNOLOGI BANDUNG 2008

PROGRAM STUDI TEKNIK SIPIL ITB FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN LINGKUNGAN INSTITUT TEKNOLOGI BANDUNG 2008 STUDI BANDING EFEKTIFITAS SISTEM STRUKTUR TUBE DENGAN SISTEM STRUKTUR SHEARWALL DI BAWAH BEBAN GEMPA TUGAS AKHIR SEBAGAI SALAH SATU SYARAT UNTUK MENYELESAIKAN PENDIDIKAN SARJANA TEKNIK DI PROGRAM STUDI

Lebih terperinci

1 Sistem Koordinat Polar

1 Sistem Koordinat Polar 1 Sistem Koodinat ola ada kuliah sebelumna, kita selalu menggunakan sistem koodinat Katesius untuk menggambakan lintasan patikel ang begeak. Koodinat Katesius mudah digunakan saat menggambakan geak linea

Lebih terperinci

Dan koefisien korelasi parsial antara Y, X 2 apabila X 1 dianggap tetap, dinyatakan sebagai r y 2.1 rumusnya sebagai berikut:

Dan koefisien korelasi parsial antara Y, X 2 apabila X 1 dianggap tetap, dinyatakan sebagai r y 2.1 rumusnya sebagai berikut: Koelasi Pasial Koelasi Pasial beupa koelasi antaa sebuah peubah tak bebas dengan sebuah peubah bebas sementaa sejumlah peubah bebas lainnya yang ada atau diduga ada petautan dengannya, sifatnya tetentu

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan dan menganalisis pengaruh

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan dan menganalisis pengaruh BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Pendekatan dan Metode Penelitian Penelitian ini betujuan untuk mendeskipsikan dan menganalisis pengauh evaluasi dii dan pengembangan pofesi tehadap kompetensi pedadogik

Lebih terperinci

Bahan Ajar Fisika Teori Kinetik Gas Iqro Nuriman, S.Si, M.Pd TEORI KINETIK GAS

Bahan Ajar Fisika Teori Kinetik Gas Iqro Nuriman, S.Si, M.Pd TEORI KINETIK GAS Bahan ja Fisika eoi Kinetik Gas Iqo uian, S.Si,.Pd EORI KIEIK GS Pendahuluan Gas eupakan zat dengan sifat sifatnya yang khas diana olekul atau patikelnya begeak bebas. Banyak gajala ala yang bekaitan dengan

Lebih terperinci

MAKALAH SABUK ELEMEN MESIN

MAKALAH SABUK ELEMEN MESIN MAKALAH SABUK ELEMEN MESIN Disusun Oleh : IWAN APRIYAN SYAM SEKOLAH TINGGI TEKNOLOGI NUSA PUTRA KATA PENGANTAR Puji syuku kami panjatkan kehadiat Tuhan yang Maha Esa atas limpahan ahmat dan kaunia-nya,sehingga

Lebih terperinci

INDUKSI ELEKTROMAGNETIK

INDUKSI ELEKTROMAGNETIK INDUKSI ELEKTROMAGNETIK Oleh : Saba Nuohman,M.Pd Ke Menu Utama Pehatikan Tampilan eikut agaimana Listik dipoduksi dalam skala besa? Apakah batu bateai atau Aki saja bisa memenuhi kebutuhan listik manusia?

Lebih terperinci

KORELASI. menghitung korelasi antar variabel yang akan dicari hubungannya. Korelasi. kuatnya hubungan dinyatakan dalam besarnya koefisien korelasi.

KORELASI. menghitung korelasi antar variabel yang akan dicari hubungannya. Korelasi. kuatnya hubungan dinyatakan dalam besarnya koefisien korelasi. KORELASI Tedapat tiga macam bentuk hubungan anta vaiabel, yaitu hubungan simetis, hubungan sebab akibat (kausal) dan hubungan Inteaktif (saling mempengauhi). Untuk mencai hubungan antaa dua vaiabel atau

Lebih terperinci

HUKUM COULOMB Muatan Listrik Gaya Coulomb untuk 2 Muatan Gaya Coulomb untuk > 2 Muatan Medan Listrik untuk Muatan Titik

HUKUM COULOMB Muatan Listrik Gaya Coulomb untuk 2 Muatan Gaya Coulomb untuk > 2 Muatan Medan Listrik untuk Muatan Titik HKM CMB Muatan istik Gaya Coulomb untuk Muatan Gaya Coulomb untuk > Muatan Medan istik untuk Muatan Titik FISIKA A Semeste Genap 6/7 Pogam Studi S Teknik Telekomunikasi nivesitas Telkom M A T A N Pengamatan

Lebih terperinci

PENGGUNAAN SENSOR DHT11 SEBAGAI INDIKATOR SUHU DAN KELEMBABAN PADA BABY INCUBATOR

PENGGUNAAN SENSOR DHT11 SEBAGAI INDIKATOR SUHU DAN KELEMBABAN PADA BABY INCUBATOR PENGGUNAAN SENSOR DHT11 SEBAGAI INDIKATOR SUHU DAN KELEMBABAN PADA BABY INCUBATOR Lenty Mawani, Nico Demus Rive Fiman Hutabaat Juusan Teknik Elektomedik, Univesitas Sai mutiaa Indonesia Fakultas Sain Teknologi

Lebih terperinci

III. TEORI DASAR. Metoda gayaberat menggunakan hukum dasar, yaitu Hukum Newton tentang

III. TEORI DASAR. Metoda gayaberat menggunakan hukum dasar, yaitu Hukum Newton tentang 14 III. TEORI DASAR A. Hukum Newton Metoda gayabeat menggunakan hukum dasa, yaitu Hukum Newton tentang gavitasi dan teoi medan potensial. Newton menyatakan bahwa besa gaya taik menaik antaa dua buah patikel

Lebih terperinci

Ini merupakan tekanan suara p(p) pada sembarang titik P dalam wilayah V seperti yang. (periode kedua integran itu).

Ini merupakan tekanan suara p(p) pada sembarang titik P dalam wilayah V seperti yang. (periode kedua integran itu). 7.3. Tansmisi Suaa Melalui Celah 7.3.1. Integal Kichhoff Cukup akses yang bebeda untuk tik-tik difaksi disediakan oleh difaksi yang tepisahkan dapat dituunkan dai teoema Geen dalam analisis vekto. Hal

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Dasar Metode Dalam perancangan struktur bangunan gedung dilakukan analisa 2D mengetahui karakteristik dinamik gedung dan mendapatkan jumlah luas tulangan nominal untuk disain.

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. Di dalam modul ini Anda akan mempelajari aplikasi Fisika Kuantum dalam fisika atom

PENDAHULUAN. Di dalam modul ini Anda akan mempelajari aplikasi Fisika Kuantum dalam fisika atom PENDAHULUAN Di dalam modul ini Anda akan mempelaai aplikasi Fisika Kuantum dalam fisika atom dan fisika molekul yang mencakup: Fisika atom dan Fisika Molekul. Oleh kaena itu, sebelum mempelaai modul ini

Lebih terperinci

BAB IV ANALISA PONDASI MESIN. Perencanaan pondasi mesin yang baik memerlukan data-data penunjang yang

BAB IV ANALISA PONDASI MESIN. Perencanaan pondasi mesin yang baik memerlukan data-data penunjang yang BAB IV ANALISA PONDASI MESIN 4.1 Data Peencanaan Peencanaan pondasi mesin yang baik memelukan data-data penunjang yang digunakan untuk mengetahui sifat-sifat pembebanan pada pondasi mesin. Datadata penunjang

Lebih terperinci

LISTRIK STATIS. F k q q 1. Gambar. Saling tarik menarik. Saling tolak-menolak. Listrik Statis * MUATAN LISTRIK.

LISTRIK STATIS. F k q q 1. Gambar. Saling tarik menarik. Saling tolak-menolak. Listrik Statis * MUATAN LISTRIK. * MUATAN LISTRIK. LISTRIK STATIS Suatu pengamatan dapat mempelihatkan bahwa bila sebatang gelas digosok dengan kain wool atau bulu domba; batang gelas tesebut mampu menaik sobekan-sobekan ketas. Ini menunjukkan

Lebih terperinci

Medan Listrik. Medan : Besaran yang terdefinisi di dalam ruang dan waktu, dengan sifat-sifat tertentu.

Medan Listrik. Medan : Besaran yang terdefinisi di dalam ruang dan waktu, dengan sifat-sifat tertentu. Medan Listik Pev. Medan : Besaan yang tedefinisi di dalam uang dan waktu, dengan sifat-sifat tetentu. Medan ada macam : Medan skala Cnthnya : - tempeatu dai sebuah waktu - apat massa Medan vekt Cnthnya

Lebih terperinci

Hand Out Fisika II MEDAN LISTRIK. Medan listrik akibat muatan titik Medan listrik akibat muatan kontinu Sistem Dipol Listrik

Hand Out Fisika II MEDAN LISTRIK. Medan listrik akibat muatan titik Medan listrik akibat muatan kontinu Sistem Dipol Listrik MDAN LISTRIK Medan listik akibat muatan titik Medan listik akibat muatan kontinu Sistem Dipol Listik Mach 7 Definisi Medan Listik () Medan listik pada muatan uji q didefinisikan sebagai gaya listik pada

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. pokok yang harus diperhatikan yaitu dilaksanakan secara sistematis,

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. pokok yang harus diperhatikan yaitu dilaksanakan secara sistematis, 8 BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Metode Penelitian Suatu penelitian yang dilakukan dengan baik pada dasanya ada tiga hal pokok yang haus dipehatikan yaitu dilaksanakan secaa sistematis, beencana dan

Lebih terperinci

Fisika Dasar I (FI-321)

Fisika Dasar I (FI-321) Fisika Dasa I (FI-321) Topik hai ini (minggu 7) Geak Rotasi Kinematika Rotasi Dinamika Rotasi Kekekalan Momentum Sudut Geak Menggelinding Kinematika Rotasi RIVIEW Riview geak linea: Pepindahan, kecepatan,

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. pergesekan lempeng tektonik (plate tectonic) bumi yang terjadi di daerah patahan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. pergesekan lempeng tektonik (plate tectonic) bumi yang terjadi di daerah patahan BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Umum Gempa adalah fenomena getaran yang diakibatkan oleh benturan atau pergesekan lempeng tektonik (plate tectonic) bumi yang terjadi di daerah patahan (fault zone). Besarnya

Lebih terperinci

Peraturan Gempa Indonesia SNI

Peraturan Gempa Indonesia SNI Mata Kuliah : Dinamika Struktur & Pengantar Rekayasa Kegempaan Kode : CIV - 308 SKS : 3 SKS Peraturan Gempa Indonesia SNI 1726-2012 Pertemuan 12 TIU : Mahasiswa dapat menjelaskan fenomena-fenomena dinamik

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI. Gambar 2.1. Proses fluoresensi dan fosforesensi [14].

BAB 2 LANDASAN TEORI. Gambar 2.1. Proses fluoresensi dan fosforesensi [14]. BAB 2 LANDAAN TORI 2.1 Pinsip luoesensi luoesensi adalah poses pemancaan adiasi cahaya oleh suatu matei setelah teeksitasi oleh bekas cahaya beenegi tinggi. misi cahaya tejadi kaena poses absobsi cahaya

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN. Metode penelitian merupakan strategi umum yang dianut dalam

III. METODOLOGI PENELITIAN. Metode penelitian merupakan strategi umum yang dianut dalam III. METODOLOGI PENELITIAN A. Metode Penelitian Metode penelitian meupakan stategi umum yang dianut dalam pengumpulan data dan analisis data yang dipelukan, guna menjawab pesoalan yang dihadapi. Metode

Lebih terperinci

ANALISIS SEKTOR BASIS DAN NON BASIS DI PROVINSI NANGGROE ACEH DARUSSALAM

ANALISIS SEKTOR BASIS DAN NON BASIS DI PROVINSI NANGGROE ACEH DARUSSALAM ANALISIS SEKTOR BASIS DAN NON BASIS DI PROVINSI NANGGROE ACEH DARUSSALAM AZHAR, SYARIFAH LIES FUAIDAH DAN M. NASIR ABDUSSAMAD Juusan Sosial Ekonomi Petanian, Fakultas Petanian Univesitas Syiah Kuala -

Lebih terperinci

ANALISIS DINAMIK ANTARA KONSUMSI DAN TABUNGAN DALAM WAKTU KONTINU

ANALISIS DINAMIK ANTARA KONSUMSI DAN TABUNGAN DALAM WAKTU KONTINU Posiding SNaPP2011 Sains, Teknologi, dan Kesehatan ISSN:2089-3582 ANALISIS DINAMIK ANTARA KONSUMSI DAN TABUNGAN DALAM WAKTU KONTINU 1 Lian Apianna, 2 Sudawanto, dan 3 Vea Maya Santi Juusan Matematika,

Lebih terperinci

IDENTITAS TRIGONOMETRI. Tujuan Pembelajaran

IDENTITAS TRIGONOMETRI. Tujuan Pembelajaran Kuikulum 03 Kelas X matematika WAJIB IDENTITAS TRIGONOMETRI Tujuan Pembelajaan Setelah mempelajai matei ini, kamu dihaapkan memiliki kemampuan beikut.. Memahami jenis-jenis identitas tigonometi.. Dapat

Lebih terperinci

Stabilisasi Pada Sistem Pendulum-Kereta dengan Menggunakan Metode Fuzzy-Sliding Mode Control

Stabilisasi Pada Sistem Pendulum-Kereta dengan Menggunakan Metode Fuzzy-Sliding Mode Control JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 3, No. 1, (214) ISSN: 2337-3539 (231-9271 Pint) B-53 Stabilisasi Pada Sistem Pendulum-Keeta Menggunakan Metode Fuzzy-Sliding Mode Contol Nioa Fatimah Tanzania, Tihastuti Agustinah

Lebih terperinci

TRANSFER MOMENTUM ALIRAN DALAM ANULUS

TRANSFER MOMENTUM ALIRAN DALAM ANULUS SEMESTER GENAP 008/009 TRANSFER MOMENTUM ALIRAN DALAM ANULUS Alian dalam anulus adalah alian di antaa dua pipa yang segais pusat. Jadi ada pipa besa dan ada pipa kecil. Pipa kecil beada dalam pipa besa.

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 33 BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Obyek dan Lokasi Penelitian Dalam penelitian ini peneliti memilih obyek penelitian UD. Usaha Mandii Semaang, yang betempat di Jalan Semaang Indah C-VI No 20. UD. Usaha

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. metoda desain elastis. Perencana menghitung beban kerja atau beban yang akan

BAB 1 PENDAHULUAN. metoda desain elastis. Perencana menghitung beban kerja atau beban yang akan BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG PENULISAN Umumnya, pada masa lalu semua perencanaan struktur direncanakan dengan metoda desain elastis. Perencana menghitung beban kerja atau beban yang akan dipikul

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II A. Konsep Pemilihan Jenis Struktur Pemilihan jenis struktur atas (upper structure) mempunyai hubungan yang erat dengan sistem fungsional gedung. Dalam proses desain struktur perlu dicari kedekatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia adalah daerah rawan gempa, untuk mengurangi resiko korban

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia adalah daerah rawan gempa, untuk mengurangi resiko korban BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia adalah daerah rawan gempa, untuk mengurangi resiko korban jiwa akibat bencana gempa perlu suatu konstruksi bangunan yang tahan terhadap gempa. Perencanaan

Lebih terperinci

BAB II DASAR-DASAR PERENCANAAN STRUKTUR GEDUNG BERTINGKAT

BAB II DASAR-DASAR PERENCANAAN STRUKTUR GEDUNG BERTINGKAT BAB II DASAR-DASAR PERENCANAAN STRUKTUR GEDUNG BERTINGKAT 2.1 KONSEP PERENCANAAN STRUKTUR GEDUNG RAWAN GEMPA Pada umumnya struktur gedung berlantai banyak harus kuat dan stabil terhadap berbagai macam

Lebih terperinci

Penggunaan Hukum Newton

Penggunaan Hukum Newton Penggunaan Hukum Newton Asumsi Benda dipandang sebagai patikel Dapat mengabaikan geak otasi (untuk sekaang) Massa tali diabaikan Hanya ditinjau gaya yang bekeja pada benda Dapat mengabaikan gaya eaksi

Lebih terperinci

BAB - X SIFAT KEMAGNETAN BAHAN

BAB - X SIFAT KEMAGNETAN BAHAN A - X SIFA KEAGNEAN AHAN ujuan: enghitung momen dipol dan suseptibilitas magnet untuk logam diamagnetik. engklasifikasikan logam paamagnetik. A. OEN DIPOL DAN SUSEPIILIAS AGNE Kemagnetan tidak dapat dipisahkan

Lebih terperinci

Bahan Ajar Listrik Statis Iqro Nuriman, S.Si, M.Pd SMA Negeri 1 Maja LISTRIK STATIS

Bahan Ajar Listrik Statis Iqro Nuriman, S.Si, M.Pd SMA Negeri 1 Maja LISTRIK STATIS SMA Negei Maja LISTRIK STATIS KLISTRIKAN Fisikawan Du Fay menunjukkan adanya dua macam pelistikan (eletifikasi). Bebeapa isolato tetentu, bila digosok dalam keadaan tetentu, menyebabkan gaya tolak. Hasil

Lebih terperinci

BAB II METODE PENELITIAN. penelitian korelasional dengan menggunakan pendekatan kuantitatif dan

BAB II METODE PENELITIAN. penelitian korelasional dengan menggunakan pendekatan kuantitatif dan BAB II METODE PENELITIAN A. Metode Penelitian Bentuk penelitian yang dipegunakan dalam penelitian ini adalah bentuk penelitian koelasional dengan menggunakan pendekatan kuantitatif dan menggunakan umus

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. menggunakan kuesioner sebagai teknik pokok. Penelitian yang bersifat

III. METODE PENELITIAN. menggunakan kuesioner sebagai teknik pokok. Penelitian yang bersifat III. METODE PENELITIAN A. Metode Penelitian Penelitian ini menggunakan metode penelitian kuantitatif, kaena dalam pengumpulan data, penulis menghimpun infomasi dai paa esponden menggunakan kuesione sebagai

Lebih terperinci