BAB IV ANALISA PONDASI MESIN. Perencanaan pondasi mesin yang baik memerlukan data-data penunjang yang

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB IV ANALISA PONDASI MESIN. Perencanaan pondasi mesin yang baik memerlukan data-data penunjang yang"

Transkripsi

1 BAB IV ANALISA PONDASI MESIN 4.1 Data Peencanaan Peencanaan pondasi mesin yang baik memelukan data-data penunjang yang digunakan untuk mengetahui sifat-sifat pembebanan pada pondasi mesin. Datadata penunjang tesebut antaa lain adalah data mesin, data tanah, seta data-data lain yang menunjang untuk membantu penyelesaian pehitungan. Adapun data yang digunakan penyelesaian pehitungan pondasi mesin ini adalah sebagai beikut: 1. Data Mesin Blowe Data mesin blowe untuk pedoman peencanaan yang dipeoleh dai spesifikasi poduk yang dikeluakan oleh pabik asal mesin. Adapun datadatanya adalah sebagai beikut: Data Mesin Blowe a. Tipe Poduk : Centifugal Single Stage Tubocompesso b. Beat Mesin : 3940 kg c. Massa Roto : 300 kg d. h Rotasi (C.G) : 1,000 m e. Vibation Level :,8 mm/s f. Moto Speed : 3000 pm g. Panjang Mesin : 3,000 m h. Leba Mesin : 1,600 m i. Tinggi Mesin : 1,800 m IV - 1

2 . Paamete Tanah Paamete tanah dimana pondasi beada adalah sebagai beikut: Beat Isi Tanah, γ d 0 kn/m 3 Kepadatan tanah, d g ,039 kn.s /m 4 Modulus Gese Tanah, G V s,039 x kn/m Nilai Kecepatan Gelombang Gese Tanah, Vs didapat dai gamba 3. potongan hasil pengujian Multi-channel Analysis of Suface Wave (MASW) di lapangan. Poisson atio, μ 0,33 3. Data Rencana Konstuksi Pondasi Mesin Pondasi mesin diencanakan menggunakan konstuksi beton betulang. Adapun encana kekuatan konstuksi beton yang digunakan adalah sebagai beikut: a. Kekuatan Beton Kaakteistik (f c) : 3 MPa b. Kekuatan Leleh Baja (fy) : 400 MPa c. Beat Isi Beton (γ beton ) : 4 kn/m 3 4. Peencanaan Dimensi Pondasi Mesin Tipe Blok Beikut ini adalah encana awal bentuk pondasi mesin tipe blok yang akan digunakan untuk menopang mesin geneato set. IV -

3 Gamba 4.1 Rencana Bentuk Pondasi Mesin Tipe Blok Pada pehitungan ini akan dicai tebal pondasi mesin, kedalaman tanam pondasi mesin, besa amplitude maksimum yang tejadi pada pondasi mesin, seta cek keamanan. Pehitungan dilakukan dengan sistem tial & eo dengan dimensi awal pondasi ditetapkan panjang pondasi 4 mete dan leba pondasi,5 mete, adapun contoh pehitungan secaa manual disajikan sebagai beikut: Gamba 4. Sketsa Pondasi Mesin IV - 3

4 a) Beat dan Massa Pondasi Mesin Panjang Pondasi (B) Leba Pondasi (L) Tebal pondasi (t) h Tanam Beat Pondasi (Wc) Beat Mesin (Wm) Beat Total Massa Total (m) 4 m,5 m 0,6 m 0,6 m B x L x h x γ beton 144 kn 39,4 kn Beat Pondasi + Beat Mesin 183,4 kn Beat Total / 9,81m/sec 18,70 ton 187 kn Luas Dasa Pondasi 4 x,5 10 m b) Ratio Beat Pondasi R Wc / Wm > / 39,4 > 3 3,65 > 3 maka pebandingan beat pondasi masuk dalam pesyaatan IV - 4

5 4.3 Analisa Dinamis Gaya Dinamis (F o ) Roto pada mesin beputa tehadap sumbu y sehingga menghasilkan gaya dinamis aah sumbu x dan z sebesa Fo me Dimana m adalah massa oto. m 300 kg 3 kn e eksentisitas dai oto, didapat dai peumusan oleh Ameican Petoleum Institute Standad fo Centifugal Compesso (API Standad) e (mil) 1000 / pm 1.0 mil e / 3000 mil > 1 mil, maka diambil 1 mil 1 x 0,0054 x 0,01,54 x 10-5 m f ω 3000 pm x π x (f/60) x π x (3000/60) 314,16 ad/sec F o me 3 x,54 x 10-5 x 314,16 7,5 kn Gaya Dinamik Vetikal, F v 7,5 kn Gaya Dinamik Hoizontal, F h 7,5 kn Gaya hoizontal Fo bekeja tidak pada titik beat total melainkan diatasnya yaitu pada titik beat mesin setinggi h otasi 1 m. Sehingga timbul momen yang bekeja tehadap sumbu y sebesa : Momen Dinamik Rocking, M y F o (tebal pondasi + h otasi) 7,5 x (0,6 + 1) 1,03 knm IV - 5

6 4.3. Koefisien βv,βh,β L,5 m B 4,0 m L/B Koefisien Vetical (βv) Hoizontal (βh) Rocking (β) Gamba 4.3 Gafik Koefisien βv,βh,β IV - 6

7 4.3.3 Vetical Excitation Analysis a) Konstanta Pegas 1) Ekuivalen Radius untuk pondasi pesegi ov BL 4,5 1,784 ) Fakto Penanaman untuk Konstanta Pegas v 1 0,6 (1 ) ( h/ ov ) 1 0,6 (1 0,33) (0,6 /1,784) 1,135 3) Koefisien Konstanta Pegas v,190 4) Konstanta Pegas G K v v BL v (1 ) 36198, ,135 (1 0, 33) ,136 kn/m IV - 7

8 b) Damping Rasio 1) Fakto Damping Rasio Penanaman v 1 h 11,9(1 ) v ov 1 1 1,9(1 0,33) 0,6 1,135 1,784 1,340 ) Rasio Massa (1 ) m B v 3 4 sov (1 0,33) 18, 7 4, 0391, ,70 3) Damping Rasio D v 0,45 v B v 0,45 1,341 0,71 1,095 IV - 8

9 c) Cek Fekuensi 1) Fekuensi Natual F nv 60 K v m ,136 18,7 430,8 pm ) Fekuensi Resonansi F v F nv 1 ( Dv ) 430,8,09 1 ((1 5) ) Not Apply x D v x 1,095,398 > 1 3) Fekuensi Rasio fv v F nv ,8 0,694 < 0,8 (OK) IV - 9

10 4) Magnification Facto M v 1 (1 ) ( D ) v v v 1 (1 0, 694 ) ((1, 095) 0, 694) 0,63 < 1,5 (OK) 5) Tansmissibility Facto T v M 1 ( D ) v v v 0,63 1 ( (1,095) 0,69) 1,150 6) Vibation Amplitude M v Fv A v K 0, 63 7, ,136 1,41 x 10-6 m v IV - 10

11 4.3.4 Hoizontal Excitation Analysis a) Konstanta Pegas 1) Ekuivalen Radius untuk pondasi pesegi oh BL 4,5 1,784 ) Fakto Penanaman untuk Konstanta Pegas h 1 0,55 ( ) ( h/ oh ) 1 0,55 ( 0,33) (0, 6 /1, 784) 1,309 3) Koefisien Konstanta Pegas h 1 4) Konstanta Pegas K (1 ) G h BLh h (1 0,33) ( 36198) (1) 4.5 (1,309) ,90 kn/m IV - 11

12 b) Damping Rasio 1) Fakto Damping Rasio Penanaman h 1 h 11,9( ) h oh 1 0,6 11,9(0,33) 1,309 1,784 1,807 ) Rasio Massa (7 8 ) m 3(1 ) soh B h 3 7 8(0,33) 18,7 3(1 0,33), 0391, ,38 3) Damping Rasio D h 0,88 h B h 0,88 1,807 0,38 0,908 IV - 1

13 c) Cek Fekuensi 1) Fekuensi Natual F nh 60 K h m , 90 18,7 4185,4 pm ) Fekuensi Resonansi F h F nh 1 ( Dh ) 4185, ((0 8) ) Not Apply x D h x 0,908 1,653 > 1 3) Fekuensi Rasio fh h F nh , 4 0,717 < 0,8 (OK) IV - 13

14 4) Magnification Facto M h 1 (1 ) ( D ) h h h 1 (1 0, 717 ) ( (0,908) 0, 717) 0,83 < 1,5 (OK) 5) Tansmissibility Facto T h M 1 ( D ) h h h 0,84 1 ( (0,908) 0, 717) 1,366 6) Vibation Amplitude M h Fh A h K h 0, 84 7, , 90 1,74 x 10-6 m IV - 14

15 4.3.5 Rocking Oscillation Analysis a) Konstanta Pegas 1) Ekuivalen Radius untuk pondasi pesegi o 3 BL (4) (,5) 3 3 1,605 ) Fakto Penanaman untuk Konstanta Pegas h h 1 1,(1 ) 0,( ) o o 0,6 0,6 1 1,(10,33) 0,(0,33) 1,605 1,605 1, ) Koefisien Konstanta Pegas 0,46 4) Konstanta Pegas K G BL (1 ) (1 0, 33) (0, 46) (4) (,5) (1,318) ,173 kn/m IV - 15

16 b) Damping Rasio 1) Fakto Damping Rasio Penanaman 3 1 h h 10,7(1 ) 0,6( ) o o 3 1 0,6 0,6 10,7(10,33) 0,6(0,33) 1,318 1,605 1,605 1,069 ) Momen Inesia Massa I I mesin I pondasi mp m tcg. ( ab) m k 1 m p , 4 9, , 6 1 (,5 0, 6) 0,3 9,81 1 9, kn-m 3) Rasio Massa 3(1 ) B 5 8 s o I 3 (1 0,33) 3,358 8 (,039) (1,605) 5 0,71 IV - 16

17 4) Koefisien Damping Effektif n 1,547, Didapat dai intepolasi Gamba 4.4 beikut ini Gamba 4.4 Koefisien Damping Effektif 5) Damping Rasio D 0,15 (1 n B ) n B 0,15 1, 069 (1 (1,547) 0, 71) (1,547) 0, 71 0,175 c) Cek Fekuensi 1) Fekuensi Natual F n 60 K I o , ,508 pm IV - 17

18 ) Fekuensi Resonansi F F n 1 ( D ) 5367, 5 0,175) 08 1 (( ) 500,894 pm Resonance Could be Possible x D h x 0,175 0,0613 < 1 3) Fekuensi Rasio f F , < 0,8 (OK) 4) Magnification Facto M 1 (1 ) ( D ) 1 (1 0,577 ) ( (0,175) 0,577) 1,419 < 1,5 (OK) IV - 18

19 5) Tansmissibility Facto T M 1 ( D ) 1, ( (0,175) 0,577) 1,447 6) Vibation Amplitude R M M K 1,416 1, ,173 y,313 x 10-6 ad IV - 19

20 4.3.6 Amplitudo Cek 1) Vetikal Amplitudo V total Vetical Vibation Amplitude + Rocking Vibation Amplitude x (L/) 1,41 x (,313 x 10-6 x,5 / ) 4,13 x 10-6 m 0,00413 mm 0,00016 in ) Hoizontal Amplitudo H total Hoizontal Vibation Amplitude + Rocking Vibation Amplitude x (h + C.G) 1,74 x ,313 x 10-6 x (0,6 + 1) 5,443 x 10-6 m 0,00014 in 3) Maximum Velocity Dimana, Vibation level,8 mm/sec bedasakan ISO ,008 m/sec Fekuensi mesin 3000 pm A t 0, / 60 8,913 x 10-6 m 0, in Max (V total, H total ) < A t (OK) IV - 0

21 4.3.7 Tansmisiblity Foce 1) Tansmissibility Vetical Foce P V T v x F v 1,150 x 7,5 8,648 kn ) Tansmissibility Hoizontal Foce P H T H x F H 1,366 x 7,5 10,7 kn 3) Tansmissibility Moment P T x M y 1,447 x 1,03 17,41 kn-m Hasil Analisa Dinamis Pondasi Mesin Tabel 4.1 Rekap Hasil Pehitungan Analisa Pondasi Mesin No Paamate Vetical Excitation Hoizontal Excitation Rocking Oscilation 1 Dynamic Foce (F) kn Natual Fequency (F n ) pm Fequency Ratio Magnification Facto (M) Tansmissibility Facto (T) Vibation Amplitude (A) in Amplitudo Check (A total ) in Hoizontal Peak Velocity in/sec Foce Tansmitted (P) kn IV - 1

22 4.3.8 Analisa Keamanan Pondasi Mesin Pondasi mesin tipe blok digunakan untuk menopang mesin tipe otay dengan fekuensi (3000 pm). Eksentisitas yang tejadi menimbulkan gaya dinamis yang bekeja pada bidang putaan otonya (aah h dan v). Akibat gaya dinamis ini timbul amplitudo: Aah v sebesa : 0,00413 mm 0,00016 in Aah h sebesa : 0,00544 mm 0,00014 in Bila masing-masing amplitudo dicek pesyaatannya, maka akan didapat hasil sebagai beikut: 1. Untuk amplitudo aah vetikal Pengecekan dilakukan dengan menggunakan gafik pada gamba.14, hasilnya sepeti telihat pada gamba 4.5. Pada Gamba ini telihat amplitudo vetikalnya tenyata masuk dalam kategoi Easily Noticeable to Pesons yang beati sedikit teasa tehadap lingkungan sekita. Pesyaatan maksimal amplitudo vetikal pondasi mesin adalah Toublesome to Pesons, maka besa amplitude vetikal memenuhi pesyaatan keamanan.. Untuk amplitudo aah hoizontal Pengecekan dilakukan dengan menggunakan tabel.1, dimana kecepatan amplitudonya yaitu: v π x 3000 x (1/60) x 0, ,067 in/sec IV -

23 pada tabel 4.1 telihat amplitudo hoizontalnya masuk batasan good Pesyaatan maksimal kecepatan amplitudo hoizontal adalah batasan good, maka besa amplitudo hoizontal memenuhi pesyaatan keamanan. Gamba 4.5 Batasan Amplitudo Vetikal (Sumbe: Richat, 196) IV - 3

24 Tabel 4. Kiteia Kecepatan Amplitudo Hoizontal (Sumbe: Afte Baxte and Benhad, 1967) Hoizontal Peak Velocity (in./sec.) Machine Opeation < Extemly smooth Vey smooth Smooth Vey good Good Fai Slightly ough Rough Vey ough IV - 4

25 4.4. Pehitungan Daya Dukung Tanah Data-Data γ 1 0 kn/m 3, ϕ 35 o, c 1 5 kpa γ 0 kn/m 3, ϕ 35 o, c 5 kpa γ 19 kn/m 3, ϕ 33 o, c 5 kpa γ 5 kn/m 3, ϕ 35 o, c 10 kpa Gamba 4.6 Dimensi dan Paamete Tanah Dasa Bawah Pondasi Mesin a) Data Tanah (Timbunan) Beat jenis tanah (γ 1, ) 0 kn/m 3 Sudut Gese (ϕ) 35 o Cohesi (c 1, ) 5 kpa b) Data Pondasi Panjang Leba Tebal : 4 m :,5 m : 0,6 m IV - 5

26 c) Data Beban Statis Beat Mesin Total 39,4 kn Beat Pondasi Total 144 kn Beat Total 183,4 kn d) Data Beban Dinamis yang Disalukan P V P H P M 8,648 kn 10,7 kn 17,41 kn-m 4.4. Kontol Daya Dukung Tanah Daya dukung dinamis tanah tidak bisa dilakukan kaena ketebatasan data paamete tanah hasil pengujian baik dilapangan maupun dilabolatoium. Penggunaan paamete sudut gesek dalam ϕ dy pada umus.1 tidak digunakan dalam analisa ini dikaenakan ekomendasi J.E. Bowles dalam mengontol besanya daya dukung tanah ijin dibawah pondasi mesin yang dihitung bedasakan daya dukung statis lebih aman. a) Besa daya dukung tanah dibawah pondasi mesin (Q ult ) Besa ϕ 35 o, maka haga N c, N γ, N q adalah sebagai beikut N c 46,1, N q 33,30, N γ 37,15 (Tabel.6 Tezaghi s Beaing Capacity Factos) IV - 6

27 cn D N BN Q ult c f 1 q 0,5 (5)(46,1) + (0,6)(0)(33,3) + (0,5)(0)(.5)(37,15) 1558,95 kpa b) Besanya daya dukung tanah yang diijinkan (Q all ) Diambil SF Qult Q all SF 1558,95 779,48 kn/m 50 % Q all 389,74 kn/m 75% Q all 584,61 kn/m c) Besa tegangan tanah yang tejadi Akibat Beban Statis (σstatis) W B L total statis s htanam 183,4 0 0,6 4,5 6,34 kn/m IV - 7

28 Akibat Beban Statis + Beban Dinamis Wtotal Pv ( PH h) PM statis dinamis tan ah htan B L 1 B L 6 am 183,4 8,648 (10,70,6) 17,41 0 0,6 4,5 1 4,5 6 10,741 kn/m Bedasakan kiteia tegangan ijin tanah, pesyaatan daya dukung statis untuk keuntuhan gese tanah adalah lebih kecil dai 50% daya dukung tanah atau untuk daya dukung statis dinamis adalah lebih kecil dai 75% daya dukung ijin tanah (J.E Bowles, 1996). Maka cek gaya dukung adalah sebagai beikut : statis < 50% x Q all 6,34 kn/m < 389,74 kn/m (OK) statis dinamis < 75% x Q all 10,741 kn/m < 584,61 kn/m (OK) IV - 8

29 4.5 Pehitungan Penulangan Pondasi Tipe Blok Pehitungan elemen pondasi mesin tipe blok yang beupa stuktu beton betulang dilakukan bedasakan SNI Metode Altenatif (Pasal 5) dimana pehitungannya diencanakan bedasakan beban keja (tanpa facto beban), atau dengan kata lain, bahwa facto beban dan facto eduksi kekuatan haus diambil 1,0. Adapun pehitungan penulangan akan membahas dua tipe penulangan yang utama yaitu penulangan lentu dan penulangan gese Data Peencanaan Pondasi Mesin Tipe Blok Gamba 4.7 Pemodelan Pembebanan Pondasi Mesin IV - 9

30 Dai pehitungan diatas didapat nilai-nilai sebagai beikut: P V P H P M W total 8,648 kn 10, 7 kn 17,41 kn-m 183,4 kn q P Mx titik beat x My titik beat y A I I y x P Wtotal PV 183,4 + 8, ,048 kn A Luas Pondasi 10 m M y (P H x 0,6) + P M (10,7 x 0,6) + 17,41 3,57 kn-m Titik Beat Pondasi Aah Y,0 m I x (,5 x 4 3 )/1 13,33 m 4 q 191,047 3,57, ,33 19,105 3,537 +,64 kn/m + 15,568 kn/m IV - 30

31 Dai hasil pehitungan besa beban meata yang bekeja pada stuktu adalah,64 kn/m. w,64 x 4 90,568 kn/m Maka besa momen maksimum yang bekeja pada stuktu pondasi adalah w b 8 Mu 4 a 90,568 1, 6 4(0, 45) 8 19,81 knm Nmm Jadi besa momen yang dipakai untuk pehitungan penulangan adalah sebesa Nmm. Adapun data-data yang digunakan dalam meencanakan pondasi mesin tipe blok pada Tugas Akhi ini adalah sebagai beikut: Mutu Beton (f c) 3 Mpa Mutu Tulangan (fy) Panjang Pondasi 400 Mpa 4,0 m Leba Pondasi b,5 m Tebal Pondasi h 0,6 m IV - 31

32 Es Mpa (SNI Pasal 10.5.) Ec 4700 f ' c (SNI Pasal ) Mpa Tegangan Ijin Beton (fc) 0,45 f c (SNI Pasal 5.3.1) 0,45 x 3 Mpa 14,4 Mpa Tegangan Taik Tulangan fs 170 Mpa (SNI Pasal 5.3.) Selimut Beton 75 mm (SNI Pasal 9.7.1) Diamete Tulangan Sengkang Diamete Tualngan Pokok 10 mm (Polos) mm (Uli) Pehitungan Penulangan Lentu Pondasi Mesin Tipe Blok Adapun caa untuk menentukan jumlah dan luas tulangan yang dibutuhkan maka pelu diketahui telebih dahulu nilai dai ρ balance, ρ max, ρ min. Nilai-nilai tesebut dapat dipeoleh dengan umus sebagai beikut: d (1/ x ) 504 mm n Es Ec ,5 IV - 3

33 m fs 0,85 fc 170 0,85 14, 4 13,89 balance fs 600 fc600 fs , ,199 max 0,75 x balance 0,75 x 9,199 6,899 min 1, 4 fs 1, ,008 M Rn u b d ,031 IV - 33

34 pelu mrn m fs 1 13,890, , , Menuut SNI pasal untuk stuktu yang luas dan massif, nilai pelu minimal adalah 1,3 x pelu hasil pehitungan. Dan hasil pehitungan tenyata min > pelu minimal, maka dipakai min untuk pehitungan As pelu. As pelu min x b x d 0,008 x 500 x mm Maka tulangan diencankan tepasang D Pehitungan Penulangan Gese Pondasi Mesin Tipe Blok Nilai Gaya Lintang atau Gese Maksimum, Vu dapat dicai menggunkan caa beikut: Vu w (½ L-a) 90,568 ( ½ x,5 0,45) 7,454 kn 7454 N Untuk stuktu balok, pelat satu aah, maupun pondasi telapak, dimana gese hanya dipikul oleh beton saja, maka tegangan gese encana (v) haus dihitung dengan : IV - 34

35 V v u B d w (SNI Pasal 5.7.1) ,0575 Mpa Adapun besa gese ijin, 1 Vc ' 11 f c ,514 Mpa Vc 0,5 x Vc 0,5 x 0,514 0,57 Mpa Jadi : Vc 0,57 Mpa > v 0,0575 Mpa, maka tidak pelu dibeikan tulangan gese. IV - 35

PERENCANAAN PONDASI MESIN GENERATOR SET PADA PABRIK NPK SUPER PT. PUPUK KALTIM BONTANG DENGAN PERHATIAN KHUSUS PADA PENGARUH KARET PEREDAM GETARAN

PERENCANAAN PONDASI MESIN GENERATOR SET PADA PABRIK NPK SUPER PT. PUPUK KALTIM BONTANG DENGAN PERHATIAN KHUSUS PADA PENGARUH KARET PEREDAM GETARAN TUGAS AKHIR (RC-1380) PERENCANAAN PONDASI MESIN GENERATOR SET PADA PABRIK NPK SUPER PT. PUPUK KALTIM BONTANG DENGAN PERHATIAN KHUSUS PADA PENGARUH KARET PEREDAM GETARAN OLEH: AFDIAN EKO WIBOWO NRP: 3104

Lebih terperinci

BAB IV ANALISA PERENCANAAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV ANALISA PERENCANAAN DAN PEMBAHASAN BAB IV ANALISA PERENCANAAN DAN PEMBAHASAN 4.1. Analisa Gaya-Gaya Pada Poos Lengan Ayun Dai gamba 3.1 data dimensi untuk lengan ayun: - Mateial yang digunakan : S-45 C - Panjang poos : 0,5 m - Diamete poos

Lebih terperinci

Komponen Struktur Tekan

Komponen Struktur Tekan Mata Kuliah : Peancangan Stuktu Baja Kode : CIV 303 SKS : 3 SKS Komponen Stuktu Tekan Petemuan 4, 5 Sub Pokok Bahasan : Panjang Tekuk Tekuk Lokal Tekuk Batang Desain Batang Tekan Batang batang tekan yang

Lebih terperinci

BAB 3 ANALISIS PERHITUNGAN

BAB 3 ANALISIS PERHITUNGAN BAB 3 ANALISIS PERHITUNGAN 3.1 PERHITUNGAN RESERVOIR (ALT.I) Reservoir alternatif ke-i adalah reservoir yang terbuat dari struktur beton bertulang. Pada program SAP2000 reservoir yang dimodelkan sebagai

Lebih terperinci

BAB XI PERENCANAAN PONDASI TIANG PANCANG

BAB XI PERENCANAAN PONDASI TIANG PANCANG GROUP BAB XI PERENCANAAN PONDASI TIANG PANCANG 11. Perencanaan Pondasi Tiang Pancang Perencanaan pondasi tiang pancang meliputi daya dukung tanah, daya dukung pondasi, penentuan jumlah tiang pondasi, pile

Lebih terperinci

Integrity, Professionalism, & Entrepreneurship. Mata Kuliah : Perancangan Struktur Baja Kode : CIV 303. Tekuk Torsi Lateral. Pertemuan 13, 14, 15

Integrity, Professionalism, & Entrepreneurship. Mata Kuliah : Perancangan Struktur Baja Kode : CIV 303. Tekuk Torsi Lateral. Pertemuan 13, 14, 15 ata Kuliah : Peancangan Stuktu Baja Kode : CIV 303 SKS : 3 SKS Tekuk Tosi ateal Petemuan 13, 14, 15 TIU : ahasiswa dapat meencanakan kekuatan elemen stuktu baja beseta alat sambungna TIK : ahasiswa dapat

Lebih terperinci

BAB V PENULANGAN STRUKTUR

BAB V PENULANGAN STRUKTUR BAB V PENULANGAN STRUKTUR 5.1. PENULANGAN PELAT 5.1.. Penulangan Pelat Lantai 1-9 Untuk mendesain penulangan pelat, terlebih dahulu perlu diketahui data pembebanan yang bekerja pada pelat. Data Pembebanan

Lebih terperinci

LAPORAN TUGAS AKHIR (KL-40Z0) Perancangan Dermaga dan Trestle Tipe Deck On Pile di Pelabuhan Garongkong, Propinsi Sulawesi Selatan. Bab 6.

LAPORAN TUGAS AKHIR (KL-40Z0) Perancangan Dermaga dan Trestle Tipe Deck On Pile di Pelabuhan Garongkong, Propinsi Sulawesi Selatan. Bab 6. LAPORAN TUGAS AKHIR (KL-40Z0) Perancangan Dermaga dan Trestle Tipe Deck On Pile di Pelabuhan Garongkong, Propinsi Sulawesi Selatan Bab 6 Penulangan Bab 6 Penulangan Perancangan Dermaga dan Trestle Tipe

Lebih terperinci

Bab 6 DESAIN PENULANGAN

Bab 6 DESAIN PENULANGAN Bab 6 DESAIN PENULANGAN Laporan Tugas Akhir (KL-40Z0) Desain Dermaga General Cargo dan Trestle Tipe Deck On Pile di Pulau Kalukalukuang Provinsi Sulawesi Selatan 6.1 Teori Dasar Perhitungan Kapasitas Lentur

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN , kemudian membandingkan dengan tahanan lentur yang

III. METODE PENELITIAN , kemudian membandingkan dengan tahanan lentur yang III. METODE PENELITIAN 3.1. Jenis Penelitian dan Tahap Pelaksanaan Penelitian ini beupa studi kasus dan analisa, seta pembandingan yaitu dengan menyiapkan data beupa pofil penampang baja yang diasumsikan

Lebih terperinci

BAB PENERAPAN HUKUM-HUKUM NEWTON

BAB PENERAPAN HUKUM-HUKUM NEWTON 1 BAB PENERAPAN HUKUM-HUKUM NEWTON Sebelumnya telah dipelajai tentang hukum Newton: hukum I tentang kelembaban benda, yang dinyatakan oleh pesamaan F = 0; hukum II tentang hubungan gaya dan geak, yang

Lebih terperinci

BAB IV HASIL SIMULASI DAN ANALISA PENGUKURAN

BAB IV HASIL SIMULASI DAN ANALISA PENGUKURAN BAB IV Hasil Simulasi Dan Analisa Pengukuan BAB IV HASIL SIMULASI DAN ANALISA PENGUKURAN 4.1. Pehitungan Saluan Pencatu Saluan pencatu yang digunakan pada Tugas Akhi ini menggunakan mikostip feedline.

Lebih terperinci

KORELASI. menghitung korelasi antar variabel yang akan dicari hubungannya. Korelasi. kuatnya hubungan dinyatakan dalam besarnya koefisien korelasi.

KORELASI. menghitung korelasi antar variabel yang akan dicari hubungannya. Korelasi. kuatnya hubungan dinyatakan dalam besarnya koefisien korelasi. KORELASI Tedapat tiga macam bentuk hubungan anta vaiabel, yaitu hubungan simetis, hubungan sebab akibat (kausal) dan hubungan Inteaktif (saling mempengauhi). Untuk mencai hubungan antaa dua vaiabel atau

Lebih terperinci

Gambar 4.3. Gambar 44

Gambar 4.3. Gambar 44 1 BAB HUKUM NEWTON TENTANG GERAK Pada bab kita telah membahas sifat-sifat geak yang behubungan dengan kecepatan dan peceaptan benda. Pembahasan pada Bab tesesbut menjawab petanyaan Bagaimana sebuah benda

Lebih terperinci

DAFTAR ISI. Halaman Judul Pengesahan Persetujuan Surat Pernyataan Kata Pengantar DAFTAR TABEL DAFTAR GAMBAR DAFTAR NOTASI DAFTAR LAMPIRAN

DAFTAR ISI. Halaman Judul Pengesahan Persetujuan Surat Pernyataan Kata Pengantar DAFTAR TABEL DAFTAR GAMBAR DAFTAR NOTASI DAFTAR LAMPIRAN DAFTAR ISI Halaman Judul i Pengesahan ii Persetujuan iii Surat Pernyataan iv Kata Pengantar v DAFTAR ISI vii DAFTAR TABEL x DAFTAR GAMBAR xiv DAFTAR NOTASI xviii DAFTAR LAMPIRAN xxiii ABSTRAK xxiv ABSTRACT

Lebih terperinci

BAB III ESTIMASI DIMENSI ELEMEN STRUKTUR

BAB III ESTIMASI DIMENSI ELEMEN STRUKTUR BAB III ESTIMASI DIMENSI ELEMEN STRUKTUR 3.. Denah Bangunan Dalam tugas akhir ini penulis merancang suatu struktur bangunan dengan denah seperti berikut : Gambar 3.. Denah bangunan 33 34 Dilihat dari bentuk

Lebih terperinci

BAB V PERBANDINGAN DEFORMASI DAN PENULANGAN DESAIN. Pada bab V ini akan membahas tentang perbandingan deformasi dan

BAB V PERBANDINGAN DEFORMASI DAN PENULANGAN DESAIN. Pada bab V ini akan membahas tentang perbandingan deformasi dan BAB V PERBANDINGAN DEFORMASI DAN PENULANGAN DESAIN 5.1 Perbandingan Deformasi Pada bab V ini akan membahas tentang perbandingan deformasi dan perhitungan tulangan yang akan digunakan dalam perencaan struktur

Lebih terperinci

ANALISIS PONDASI PIER JEMBATAN

ANALISIS PONDASI PIER JEMBATAN 1. DAYA DUKUNG AKSIAL TIANG PANCANG 1.1. BERDASARKAN KEKUATAN BAHAN ANALISIS PONDASI PIER JEMBATAN Bentuk penampang tiang pancang : PIPA BAJA Diameter tiang pancang, D = 1000 mm D = 1 m Tabel pipa baja

Lebih terperinci

BAB V DESAIN TULANGAN STRUKTUR

BAB V DESAIN TULANGAN STRUKTUR BAB V DESAIN TULANGAN STRUKTUR 5.1 Output Penulangan Kolom Dari Program Etabs ( gedung A ) Setelah syarat syarat dalam pemodelan struktur sudah memenuhi syarat yang di tentukan dalam peraturan SNI, maka

Lebih terperinci

IV. STABILITAS LERENG. I. Umum Lereng alam Bukit Galian Basement Lereng buatan Timbunan tanggul jalan bendung. Dorong membuat tanah longsor

IV. STABILITAS LERENG. I. Umum Lereng alam Bukit Galian Basement Lereng buatan Timbunan tanggul jalan bendung. Dorong membuat tanah longsor IV. STABILITAS LERENG I. Umum Leeng alam Bukit Galian Basement Leeng buatan Timbunan tanggul jalan bendung Gaya-gaya d o o n g Doong membuat tanah longso Lawan kuat gese tanah - Beat sendii tanah (γ b,

Lebih terperinci

BAB II MEDAN LISTRIK DI SEKITAR KONDUKTOR SILINDER

BAB II MEDAN LISTRIK DI SEKITAR KONDUKTOR SILINDER BAB II MDAN ISTRIK DI SKITAR KONDUKTOR SIINDR II. 1 Hukum Coulomb Chales Augustin Coulomb (1736-1806), adalah oang yang petama kali yang melakukan pecobaan tentang muatan listik statis. Dai hasil pecobaannya,

Lebih terperinci

MAKALAH SABUK ELEMEN MESIN

MAKALAH SABUK ELEMEN MESIN MAKALAH SABUK ELEMEN MESIN Disusun Oleh : IWAN APRIYAN SYAM SEKOLAH TINGGI TEKNOLOGI NUSA PUTRA KATA PENGANTAR Puji syuku kami panjatkan kehadiat Tuhan yang Maha Esa atas limpahan ahmat dan kaunia-nya,sehingga

Lebih terperinci

BAB III LANDASAN TEORI

BAB III LANDASAN TEORI BAB III LANDASAN TEORI 3.1. Kuat Tekan Beton Sifat utama beton adalah memiliki kuat tekan yang lebih tinggi dibandingkan dengan kuat tariknya. Kekuatan tekan beton adalah kemampuan beton untuk menerima

Lebih terperinci

BAB V PENULANGAN ELEMEN VERTIKAL DAN HORIZONTAL

BAB V PENULANGAN ELEMEN VERTIKAL DAN HORIZONTAL BAB V PENULANGAN ELEMEN VERTIKAL DAN HORIZONTAL 5.1 Desain Penulangan Elemen Struktur Pada bab V ini akan membahas tentang perhitungan tulangan yang akan digunakan dalam perencaan struktur yang telah didesain.

Lebih terperinci

BAB IV POKOK PEMBAHASAN DESAIN. Perhitungan prarencana bertujuan untuk menghitung dimensi-dimensi

BAB IV POKOK PEMBAHASAN DESAIN. Perhitungan prarencana bertujuan untuk menghitung dimensi-dimensi BAB IV POKOK PEMBAHASAN DESAIN 4.1 Perencanaan Awal (Preliminary Design) Perhitungan prarencana bertujuan untuk menghitung dimensi-dimensi rencana struktur, yaitu pelat, balok dan kolom agar diperoleh

Lebih terperinci

ANALISA PELAT LANTAI DUA ARAH METODE KOEFISIEN MOMEN TABEL PBI-1971

ANALISA PELAT LANTAI DUA ARAH METODE KOEFISIEN MOMEN TABEL PBI-1971 ANALISA PELAT LANTAI DUA ARAH METODE KOEFISIEN MOMEN TABEL PBI-97 Modul-3 Sistem lantai yang memiliki perbandingan bentang panjang terhadap bentang pendek berkisar antara,0 s.d. 2,0 sering ditemui. Ada

Lebih terperinci

DAFTAR ISI KATA PENGANTAR DAFTAR TABEL DAFTAR GAMBAR DAFTAR LAMPIRAN DAFTAR NOTASI DAN SIMBOL

DAFTAR ISI KATA PENGANTAR DAFTAR TABEL DAFTAR GAMBAR DAFTAR LAMPIRAN DAFTAR NOTASI DAN SIMBOL DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL HALAMAN PERSETUJUAN DOSEN PEMBIMBING HALAMAN PENGESAHAN TIM PENGUJI LEMBAR PERYATAAN ORIGINALITAS LAPORAN LEMBAR PERSEMBAHAN INTISARI ABSTRACT KATA PENGANTAR DAFTAR ISI DAFTAR

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS HUBUNGAN UMPAN BALIK DENGAN MOTIVASI BELAJAR PENDIDIKAN AGAMA ISLAM SISWA SMP NEGERI 9 BATANG

BAB IV ANALISIS HUBUNGAN UMPAN BALIK DENGAN MOTIVASI BELAJAR PENDIDIKAN AGAMA ISLAM SISWA SMP NEGERI 9 BATANG BAB IV ANALISIS HUBUNGAN UMPAN BALIK DENGAN MOTIVASI BELAJAR PENDIDIKAN AGAMA ISLAM SISWA SMP NEGERI 9 BATANG Setelah data dai kedua vaiabel yaitu vaiabel X dan vaiabel Y tekumpul seta adanya teoi yang

Lebih terperinci

PERHITUNGAN PLAT LANTAI (SLAB )

PERHITUNGAN PLAT LANTAI (SLAB ) PERHITUNGAN PLAT LANTAI (SLAB ) [C]2010 : M. Noer Ilham A. DATA BAHAN STRUKTUR PLAT LENTUR DUA ARAH (TWO WAY SLAB ) Kuat tekan beton, f c ' = 20 MPa Tegangan leleh baja untuk tulangan lentur, f y = 240

Lebih terperinci

BAB I. Perencanaan Atap

BAB I. Perencanaan Atap BAB I Perencanaan Atap 1. Rencana Gording Data perencanaan atap : Penutup atap Kemiringan Rangka Tipe profil gording : Genteng metal : 40 o : Rangka Batang : Kanal C Mutu baja untuk Profil Siku L : BJ

Lebih terperinci

BAB III LANDASAN TEORI. A. Pembebanan

BAB III LANDASAN TEORI. A. Pembebanan BAB III LANDASAN TEORI A. Pembebanan Dalam perancangan suatu struktur bangunan harus memenuhi peraturanperaturan yang berlaku sehingga diperoleh suatu struktur bangunan yang aman secara konstruksi. Struktur

Lebih terperinci

TRANSFER MOMENTUM ALIRAN DALAM ANULUS

TRANSFER MOMENTUM ALIRAN DALAM ANULUS SEMESTER GENAP 008/009 TRANSFER MOMENTUM ALIRAN DALAM ANULUS Alian dalam anulus adalah alian di antaa dua pipa yang segais pusat. Jadi ada pipa besa dan ada pipa kecil. Pipa kecil beada dalam pipa besa.

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. adalah untuk mengetahui kontribusi motivasi dan minat bekerja di industri

BAB III METODE PENELITIAN. adalah untuk mengetahui kontribusi motivasi dan minat bekerja di industri BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Bedasakan pemasalahan, maka penelitian ini temasuk penelitian koelasional yang besifat deskiptif, kaena tujuan utama dai penelitian ini adalah untuk mengetahui

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA Tugas Akhi SI-40Z1 Modal Pushove Analysis BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Dasa Mekanisme Gempa Gempa bumi adalah getaan yang tejadi di pemukaan bumi. Gempa bumi biasa disebabkan oleh pegeakan keak bumi

Lebih terperinci

BAB VII PENUTUP 7.1 Kesimpulan

BAB VII PENUTUP 7.1 Kesimpulan BAB VII PENUTUP 7.1 Kesimpulan Dari keseluruhan pembahasan yang telah diuraikan merupakan hasil dari perhitungan perencanaan struktur gedung Fakultas Teknik Informatika ITS Surabaya dengan metode SRPMM.

Lebih terperinci

Modifikasi Struktur Jetty pada Dermaga PT. Petrokimia Gresik dengan Metode Beton Pracetak

Modifikasi Struktur Jetty pada Dermaga PT. Petrokimia Gresik dengan Metode Beton Pracetak TUGAS AKHIR RC-09 1380 Modifikasi Struktur Jetty pada Dermaga PT. Petrokimia Gresik dengan Metode Beton Pracetak Penyusun : Made Peri Suriawan 3109.100.094 Dosen Pembimbing : 1. Ir. Djoko Irawan MS, 2.

Lebih terperinci

TRANSFER MOMENTUM TINJAUAN MIKROSKOPIK GERAKAN FLUIDA

TRANSFER MOMENTUM TINJAUAN MIKROSKOPIK GERAKAN FLUIDA TRANSFER MOMENTUM TINJAUAN MIKROSKOPIK GERAKAN FLUIDA Hingga sejauh ini kita sudah mempelajai tentang momentum, gaya-gaya pada fluida statik, dan ihwal fluida begeak dalam hal neaca massa dan neaca enegi.

Lebih terperinci

1. Rencanakan Tulangan Lentur (D19) dan Geser (Ø =8 mm) balok dengan pembebanan sbb : A B C 6 m 6 m

1. Rencanakan Tulangan Lentur (D19) dan Geser (Ø =8 mm) balok dengan pembebanan sbb : A B C 6 m 6 m Ujian REMIDI Semester Ganjil 013/014 Mata Kuliah : Struktur Beton Bertulang Hari/Tgl/ Tahun : Jumat, 7 Pebruari 014 Waktu : 10 menit Sifat Ujian : Tutup Buku KODE : A 1. Rencanakan Tulangan Lentur (D19)

Lebih terperinci

BAB III LANDASAN TEORI. Dimensi, berat kendaraan, dan beban yang dimuat akan menimbulkan. dalam konfigurasi beban sumbu seperti gambar 3.

BAB III LANDASAN TEORI. Dimensi, berat kendaraan, dan beban yang dimuat akan menimbulkan. dalam konfigurasi beban sumbu seperti gambar 3. BAB III LANDASAN TEORI 3.1. Beban Lalu Lintas Dimensi, berat kendaraan, dan beban yang dimuat akan menimbulkan gaya tekan pada sumbu kendaraan. Gaya tekan sumbu selanjutnya disalurkan ke permukaan perkerasan

Lebih terperinci

BAB IV ANALISA PERHITUNGAN STUKTUR

BAB IV ANALISA PERHITUNGAN STUKTUR BAB IV ANALISA PERHITUNGAN STUKTUR 4.1 Perhitungan Struktur Atas Sebelum menghitung daya dukung dari tanah untuk menghitung berapa banyaknya pondasi yang akan digunakan serta berapa daya dukung yang didapat

Lebih terperinci

n ,06 mm > 25 mm sehingga tulangan dipasang 1 lapis

n ,06 mm > 25 mm sehingga tulangan dipasang 1 lapis Menghitung As perlu Dari perhitungan didapat nilai ρ = ρ min As = ρ b d perlu As = 0,0033x1700 x1625 perlu Asperlu = 9116, 25mm 2 Menghitung jumlah tulangan yang diperlukan Coba D25 sehingga As perlu 9116,

Lebih terperinci

Gambar Gambar Perencanaan Tangga Tampak Samping. Ukuran antrede = 2 optrede + 1antrede = 65 A = 65-2(17,5)

Gambar Gambar Perencanaan Tangga Tampak Samping. Ukuran antrede = 2 optrede + 1antrede = 65 A = 65-2(17,5) 66 3.3 Perhitungan Tangga 3.3.1 Perencanaan Ukuran Lantai Dasar ± 0,00 Lantai 1 ± 4,20 30 4200 17,5 3300 2150 Gambar 3.3.1 Gambar Perencanaan Tangga Tampak Samping Maka tinggi bordes = = 2,10 Ukuran optrede

Lebih terperinci

BAB III LANDASAN TEORI

BAB III LANDASAN TEORI BAB III LANDASAN TEORI 3.1. Kuat Tekan Beton Kekuatan tekan adalah kemampuan beton untuk menerima gaya tekan persatuan luas. Kuat tekan beton mengidentifikasikan mutu dari sebuah struktur. Semakin tinggi

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. rintangan yang berada lebih rendah. Rintangan ini biasanya jalan lain ( jalan

II. TINJAUAN PUSTAKA. rintangan yang berada lebih rendah. Rintangan ini biasanya jalan lain ( jalan 5 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Jembatan Jembatan adalah suatu konstruksi untuk meneruskan jalan melalui suatu rintangan yang berada lebih rendah. Rintangan ini biasanya jalan lain ( jalan air / lalu lintas

Lebih terperinci

PENGARUH MODULUS GESER TANAH TERHADAP KESTABILAN PONDASI MESIN JENIS BLOK STUDI KASUS: MESIN ID FAN PLTU 2 AMURANG SULUT

PENGARUH MODULUS GESER TANAH TERHADAP KESTABILAN PONDASI MESIN JENIS BLOK STUDI KASUS: MESIN ID FAN PLTU 2 AMURANG SULUT Jurnal Sipil Statik Vol.1 No.9, Agustus 213 (593-62) ISSN: 2337-6732 PENGARUH MODULUS GESER TANAH TERHADAP KESTABILAN PONDASI MESIN JENIS BLOK STUDI KASUS: MESIN ID FAN PLTU 2 AMURANG SULUT Almey Lolo

Lebih terperinci

Kata Kunci : beton, baja tulangan, panjang lewatan, Sikadur -31 CF Normal

Kata Kunci : beton, baja tulangan, panjang lewatan, Sikadur -31 CF Normal ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui beban yang mampu diterima serta pola kegagalan pengangkuran pada balok dengan beton menggunakan dan tanpa menggunakan bahan perekat Sikadur -31 CF Normal

Lebih terperinci

Yogyakarta, Juni Penyusun

Yogyakarta, Juni Penyusun KATA PENGANTAR Assalamu Alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh Alhamdulillah, dengan segala kerendahan hati serta puji syukur, kami panjatkan kehadirat Allah SWT, karena atas segala kasih sayang-nya sehingga

Lebih terperinci

fc ' = 2, MPa 2. Baja Tulangan diameter < 12 mm menggunakan BJTP (polos) fy = 240 MPa diameter > 12 mm menggunakan BJTD (deform) fy = 400 Mpa

fc ' = 2, MPa 2. Baja Tulangan diameter < 12 mm menggunakan BJTP (polos) fy = 240 MPa diameter > 12 mm menggunakan BJTD (deform) fy = 400 Mpa Peraturan dan Standar Perencanaan 1. Peraturan Perencanaan Tahan Gempa untuk Gedung SNI - PPTGIUG 2000 2. Tata Cara Perhitungan Struktur Beton Untuk Gedung SKSNI 02-2847-2002 3. Tata Cara Perencanaan Struktur

Lebih terperinci

Soal 2. b) Beban hidup : beban merata, w L = 45 kn/m beban terpusat, P L3 = 135 kn P1 P2 P3. B C D 3,8 m 3,8 m 3,8 m 3,8 m

Soal 2. b) Beban hidup : beban merata, w L = 45 kn/m beban terpusat, P L3 = 135 kn P1 P2 P3. B C D 3,8 m 3,8 m 3,8 m 3,8 m Soal 2 Suatu elemen struktur sebagai balok pelat berdinding penuh (pelat girder) dengan ukuran dan pembebanan seperti tampak pada gambar di bawah. Flens tekan akan diberi kekangan lateral di kedua ujung

Lebih terperinci

BAB 2 DASAR TEORI. on maka S 1. akan off. Hal yang sama terjadi pada S 2. dan S 2. Gambar 2.1 Topologi inverter full-bridge

BAB 2 DASAR TEORI. on maka S 1. akan off. Hal yang sama terjadi pada S 2. dan S 2. Gambar 2.1 Topologi inverter full-bridge BAB 2 DASAR EORI 2. Pendahuluan Konvete dc-ac atau biasa disebut invete adalah suatu alat elektonik yang befungsi untuk menghasilkan keluaan ac sinusoidal dai masukan dc dimana magnitudo dan fekuensinya

Lebih terperinci

DESAIN PERMODELAN DINDING BETON RINGAN PRECAST RUMAH TAHAN GEMPA BERBASIS KNOCKDOWN SYSTEM

DESAIN PERMODELAN DINDING BETON RINGAN PRECAST RUMAH TAHAN GEMPA BERBASIS KNOCKDOWN SYSTEM DESAIN PERMODELAN DINDING BETON RINGAN PRECAST RUMAH TAHAN GEMPA BERBASIS KNOCKDOWN SYSTEM MOH. YUSUF HASBI AVISSENA NRP. 3110100128 DOSEN PEMBIMBING: Prof. Tavio, ST., MT., Ph.D Prof. Dr. Ir. I Gusti

Lebih terperinci

Dan koefisien korelasi parsial antara Y, X 2 apabila X 1 dianggap tetap, dinyatakan sebagai r y 2.1 rumusnya sebagai berikut:

Dan koefisien korelasi parsial antara Y, X 2 apabila X 1 dianggap tetap, dinyatakan sebagai r y 2.1 rumusnya sebagai berikut: Koelasi Pasial Koelasi Pasial beupa koelasi antaa sebuah peubah tak bebas dengan sebuah peubah bebas sementaa sejumlah peubah bebas lainnya yang ada atau diduga ada petautan dengannya, sifatnya tetentu

Lebih terperinci

PERENCANAAN ULANG GEDUNG PERKULIAHAN POLITEKNIK ELEKTRONIKA NEGERI SURABAYA (PENS) DENGAN MENGGUNAKAN METODE PRACETAK

PERENCANAAN ULANG GEDUNG PERKULIAHAN POLITEKNIK ELEKTRONIKA NEGERI SURABAYA (PENS) DENGAN MENGGUNAKAN METODE PRACETAK JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 2, No. 1, (2014) 1-6 1 PERENCANAAN ULANG GEDUNG PERKULIAHAN POLITEKNIK ELEKTRONIKA NEGERI SURABAYA (PENS) DENGAN MENGGUNAKAN METODE PRACETAK Whisnu Dwi Wiranata, I Gusti Putu

Lebih terperinci

The Production Process and Cost (I)

The Production Process and Cost (I) The Poduction Pocess and Cost (I) Yang dimaksud dengan Input (Kobanan) misalnya Mesin sebagai Kapital (Capital) dan Tenaga Keja sebagai Labou (L), sedangkan Q = Tingkat Output (Poduksi) yang dihasilkan

Lebih terperinci

Mencari garis netral, yn. yn=1830x200x x900x x x900=372,73 mm

Mencari garis netral, yn. yn=1830x200x x900x x x900=372,73 mm B. Perhitungan Sifat Penampang Balok T Interior Menentukan lebar efektif balok T B ef = ¼. bentang balok = ¼ x 19,81 = 4,95 m B ef = 1.tebal pelat + b w = 1 x 200 + 400 = 00 mm =, m B ef = bentang bersih

Lebih terperinci

BAB IV PERHITUNGAN STRUKTUR

BAB IV PERHITUNGAN STRUKTUR BAB IV PERHITUNGAN STRUKTUR 4.1 SPESIFIKASI BEBAN DAN BAHAN Spesifikasi beban dan bahan yang dipergunakan pada perhitungan struktur Rumah Susun Sederhana Sewa Karanganyar dengan system JHS Column Beam

Lebih terperinci

BAB V ANALISIS PEMBEBANAN

BAB V ANALISIS PEMBEBANAN BAB V ANALISIS PEMBEBANAN Analisis pembebanan pada penelitian ini berupa beban mati, beban hidup, beban angin dan beban gempa. 3,5 m 3,5 m 3,5 m 3,5 m 3,5 m 3,5 m 4,5 m 3,25 m 4,4 m 4,45 m 4 m Gambar 5.1.

Lebih terperinci

DAFTAR NOTASI. = Luas efektif bidang geser dalam hubungan balok-kolom (mm²) = Luas penampang tiang pancang (mm²)

DAFTAR NOTASI. = Luas efektif bidang geser dalam hubungan balok-kolom (mm²) = Luas penampang tiang pancang (mm²) DAFTAR NOTASI A cp Acv Ag An Atp Al Ao Aoh As As At Av b = Luas yang dibatasi oleh keliling luar penampang beton, mm² = Luas efektif bidang geser dalam hubungan balok-kolom (mm²) = Luas bruto penampang

Lebih terperinci

Fisika Dasar I (FI-321)

Fisika Dasar I (FI-321) Fisika Dasa I (FI-321) Topik hai ini (minggu 7) Geak Rotasi Kinematika Rotasi Dinamika Rotasi Kekekalan Momentum Sudut Geak Menggelinding Kinematika Rotasi Pepindahan Sudut Riview geak linea: Pepindahan,

Lebih terperinci

PERHITUNGAN VOIDED SLAB JOMBOR FLY OVER YOGYAKARTA Oleh : Ir. M. Noer Ilham, MT. [C]2008 :MNI-EC

PERHITUNGAN VOIDED SLAB JOMBOR FLY OVER YOGYAKARTA Oleh : Ir. M. Noer Ilham, MT. [C]2008 :MNI-EC A. DATA VOIDED SLAB PERHITUNGAN VOIDED SLAB JOMBOR FLY OVER YOGYAKARTA Oleh : Ir. M. Noer Ilham, MT. [C]2008 :MNI-EC Lebar jalan (jalur lalu-lintas) B 1 = 7.00 m Lebar trotoar B 2 = 0.75 m Lebar total

Lebih terperinci

BAB II DASAR TEORI 2.1. Pengertian Umum

BAB II DASAR TEORI 2.1. Pengertian Umum BAB II DASAR TEORI.1. Pengetian Umum Gokat meupakan salah satu poduk yang saat dengan teknologi dan pekembangan. Ditinjau dai segi komponen, Gokat mempunyai beagam komponen didalamnya, namun secaa gais

Lebih terperinci

Perhitungan Penulangan Kolom Suatu kolom portal beton bertulang, yang juga berfungsi menahan beban lateral, dengan dimensi seperti gambar :

Perhitungan Penulangan Kolom Suatu kolom portal beton bertulang, yang juga berfungsi menahan beban lateral, dengan dimensi seperti gambar : 3 5 0 Perhitungan Penulangan Kolom 3 5 0 Suatu kolom portal beton bertulang, yang juga berfungsi menahan beban lateral, dengan dimensi seperti gambar : A A Direncanakan : Mutu beton fc 35 Mpa Mutu baja

Lebih terperinci

BAB IV PERENCANAAN AWAL (PRELIMINARY DESIGN)

BAB IV PERENCANAAN AWAL (PRELIMINARY DESIGN) BB IV PERENCNN WL (PRELIMINRY DESIGN). Prarencana Pelat Beton Perencanaan awal ini dimaksudkan untuk menentukan koefisien ketebalan pelat, α yang diambil pada s bentang -B, mengingat pada daerah sudut

Lebih terperinci

DAFTAR NOTASI. = Luas yang dibatasi oleh keliling luar penampang beton, mm² = Luas efektif bidang geser dalam hubungan balokkolom

DAFTAR NOTASI. = Luas yang dibatasi oleh keliling luar penampang beton, mm² = Luas efektif bidang geser dalam hubungan balokkolom A cp Acv Ag An Atp Al Ao Aoh As As At Av b bo bw C Cc Cs d DAFTAR NOTASI = Luas yang dibatasi oleh keliling luar penampang beton, mm² = Luas efektif bidang geser dalam hubungan balokkolom (mm²) = Luas

Lebih terperinci

3.6.4 Perhitungan Sambungan Balok dan Kolom

3.6.4 Perhitungan Sambungan Balok dan Kolom 64 3.6.4 Perhitungan Sambungan Balok dan Kolom A. Sambungan pada balok anak melintang ke balok anak memanjang Diketahui: Balok anak memanjang menggunakan profil WF 00.150.6.9, BJ 37 Balok anak melintang

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. identifikasi variabel penelitian, definisi operasional variabel penelitian, subjek

BAB III METODE PENELITIAN. identifikasi variabel penelitian, definisi operasional variabel penelitian, subjek 9 BAB III METODE PEELITIA A. Identifikasi Vaiabel Penelitian Pada bagian ini akan diuaikan segala hal yang bekaitan dengan identifikasi vaiabel penelitian, definisi opeasional vaiabel penelitian, subjek

Lebih terperinci

PRESENTASI TUGAS AKHIR PROGRAM STUDI D III TEKNIK SIPIL FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAAN INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER SURABAYA 2010

PRESENTASI TUGAS AKHIR PROGRAM STUDI D III TEKNIK SIPIL FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAAN INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER SURABAYA 2010 PRESENTASI TUGAS AKHIR oleh : PROGRAM STUDI D III TEKNIK SIPIL FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAAN INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER SURABAYA 2010 LATAR BELAKANG SMA Negeri 17 Surabaya merupakan salah

Lebih terperinci

5.2 Dasar Teori Perilaku pondasi dapat dilihat dari mekanisme keruntuhan yang terjadi seperti pada gambar :

5.2 Dasar Teori Perilaku pondasi dapat dilihat dari mekanisme keruntuhan yang terjadi seperti pada gambar : BAB V PONDASI 5.1 Pendahuluan Pondasi yang akan dibahas adalah pondasi dangkal yang merupakan kelanjutan mata kuliah Pondasi dengan pembahasan khusus adalah penulangan dari plat pondasi. Pondasi dangkal

Lebih terperinci

LAMPIRAN 1 PRELIMINARY DESAIN

LAMPIRAN 1 PRELIMINARY DESAIN LAMPIRAN 1 PRELIMINARY DESAIN L1.1 Preliminary Pelat Lantai. - Kombinasi Pembebanan - q ult1 = 1,4 q DL = 1,4 (104) = 145,6 kg/m 2 - q ult2 = 1,2 q DL + 1,6q LL = 1,2 (104) +1,6(400) = 764,8 kg/m 2 Digunakan

Lebih terperinci

BAB 2 DASAR TEORI Dasar Perencanaan Jenis Pembebanan

BAB 2 DASAR TEORI Dasar Perencanaan Jenis Pembebanan BAB 2 DASAR TEORI 2.1. Dasar Perencanaan 2.1.1 Jenis Pembebanan Dalam merencanakan struktur suatu bangunan bertingkat, digunakan struktur yang mampu mendukung berat sendiri, gaya angin, beban hidup maupun

Lebih terperinci

DAFTAR NOTASI. A cp. = Luas yang dibatasi oleh keliling luar penampang beton, mm² = Luas efektif bidang geser dalam hubungan balokkolom

DAFTAR NOTASI. A cp. = Luas yang dibatasi oleh keliling luar penampang beton, mm² = Luas efektif bidang geser dalam hubungan balokkolom DAFTAR NOTASI A cp Acv Ag An Atp Al Ao Aoh As As At Av b bo bw C Cc Cd = Luas yang dibatasi oleh keliling luar penampang beton, mm² = Luas efektif bidang geser dalam hubungan balokkolom (mm²) = Luas bruto

Lebih terperinci

DAFTAR NOTASI. xxvii. A cp

DAFTAR NOTASI. xxvii. A cp A cp Ag An Atp Al Ao Aoh As As At Av b bo bw C C m Cc Cs d DAFTAR NOTASI = Luas yang dibatasi oleh keliling luar penampang beton, mm² = Luas bruto penampang (mm²) = Luas bersih penampang (mm²) = Luas penampang

Lebih terperinci

BAB II Tinjauan Teoritis

BAB II Tinjauan Teoritis BAB II Tinjauan Teoitis BAB II Tinjauan Teoitis 2.1 Antena Mikostip 2.1.1 Kaakteistik Dasa Antena mikostip tedii dai suatu lapisan logam yang sangat tipis ( t

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Pada dasarnya fungsi pondasi adalah untuk menyalurkan beban-beban yang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Pada dasarnya fungsi pondasi adalah untuk menyalurkan beban-beban yang BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pondasi Mesin Pada dasarnya fungsi pondasi adalah untuk menyalurkan beban-beban yang bekerja pada struktur diatasnya kestruktur yang ada dibawahnya dalam hal ini adalah tanah

Lebih terperinci

Rancang Bangun Mesin Pemeras Kelapa Tua sebagai Bahan Baku VCO Skala Rumah Tangga

Rancang Bangun Mesin Pemeras Kelapa Tua sebagai Bahan Baku VCO Skala Rumah Tangga Rancang Bangun Mesin Pemeas Kelapa Tua sebagai Bahan Baku VCO Skala Rumah Tangga SEPTIAN ENGGAR PRATAMA PUTRA DAN ADI SUCIPTO Pogam Studi D III Juusan Mesin Poduksi Disnaketansduk Fakultas Teknologi Industi

Lebih terperinci

BAB III LANDASAN TEORI

BAB III LANDASAN TEORI BAB III LANDASAN TEORI 3.1 Kuat Tekan Beton SNI 03-1974-1990 memberikan pengertian kuat tekan beton adalah besarnya beban per satuan luas, yang menyebabkan benda uji beton hancur bila dibebani dengan gaya

Lebih terperinci

BAB III ANALISIS DAN PERANCANGAN

BAB III ANALISIS DAN PERANCANGAN BAB III ANALISIS DAN PERANCANGAN III.1 Pehitungan Pegeakan Robot Dai analisis geakan langkah manusia yang dibahas pada bab dua, maka dapat diambil bebeapa analisis untuk membuat ancangan geakan langkah

Lebih terperinci

GRAFITASI. F = G m m 1 2. F = Gaya grafitasi, satuan : NEWTON. G = Konstanta grafitasi, besarnya : G = 6,67 x 10-11

GRAFITASI. F = G m m 1 2. F = Gaya grafitasi, satuan : NEWTON. G = Konstanta grafitasi, besarnya : G = 6,67 x 10-11 GRAFITASI Si Isaac Newton yang tekenal dengan hukum-hukum Newton I, II dan III, juga tekenal dengan hukum Gafitasi Umum. Didasakan pada patikel-patikel bemassa senantiasa mengadakan gaya taik menaik sepanjang

Lebih terperinci

PENGUJIAN GESER BALOK BETON BERTULANG DENGAN MENGGUNAKAN SENGKANG KONVENSIONAL

PENGUJIAN GESER BALOK BETON BERTULANG DENGAN MENGGUNAKAN SENGKANG KONVENSIONAL PENGUJIAN GESER BALOK BETON BERTULANG DENGAN MENGGUNAKAN SENGKANG KONVENSIONAL Muhammad Igbal M.D.J. Sumajouw, Reky S. Windah, Sesty E.J. Imbar Fakultas Teknik, Jurusan Teknik Sipil, Universitas Sam Ratulangi

Lebih terperinci

BAB 2 DASAR TEORI. Bab 2 Dasar Teori. TUGAS AKHIR Perencanaan Struktur Show Room 2 Lantai Dasar Perencanaan

BAB 2 DASAR TEORI. Bab 2 Dasar Teori. TUGAS AKHIR Perencanaan Struktur Show Room 2 Lantai Dasar Perencanaan 3 BAB DASAR TEORI.1. Dasar Perencanaan.1.1. Jenis Pembebanan Dalam merencanakan struktur suatu bangunan bertingkat, digunakan struktur yang mampu mendukung berat sendiri, gaya angin, beban hidup maupun

Lebih terperinci

PERENCANAAN STRUKTUR GEDUNG SYARIAH TOWER UNIVERSITAS AIRLANGGA MENGGUNAKAN BETON BERTULANG DAN BAJA-BETON KOMPOSIT

PERENCANAAN STRUKTUR GEDUNG SYARIAH TOWER UNIVERSITAS AIRLANGGA MENGGUNAKAN BETON BERTULANG DAN BAJA-BETON KOMPOSIT PERENCANAAN STRUKTUR GEDUNG SYARIAH TOWER UNIVERSITAS AIRLANGGA MENGGUNAKAN BETON BERTULANG DAN BAJA-BETON KOMPOSIT Retno Palupi, I Gusti Putu Raka, Heppy Kristijanto Jurusan Teknik Sipil, Fakultas Teknik

Lebih terperinci

BAB V PENULANGAN BAB V PENULANGAN. 5.1 Tulangan Pada Pelat. Desain penulangan pelat dihitung berdasarkan beban yang dipikul oleh

BAB V PENULANGAN BAB V PENULANGAN. 5.1 Tulangan Pada Pelat. Desain penulangan pelat dihitung berdasarkan beban yang dipikul oleh BAB V PENULANGAN 5.1 Tulangan Pada Pelat Desain penulangan pelat dihitung berdasarkan beban yang dipikul oleh pelat itu sendiri. Setelah mendapat nilai luasan tulangan yang dibutuhkan maka jumlah tulangan

Lebih terperinci

DAFTAR NOTASI. = Luas yang dibatasi oleh keliling luar penampang beton, mm² = Luas efektif bidang geser dalam hubungan balokkolom

DAFTAR NOTASI. = Luas yang dibatasi oleh keliling luar penampang beton, mm² = Luas efektif bidang geser dalam hubungan balokkolom A cp Acv Ag An Atp Al Ao Aoh As As At Av b bo bw C Cc Cs d DAFTAR NOTASI = Luas yang dibatasi oleh keliling luar penampang beton, mm² = Luas efektif bidang geser dalam hubungan balokkolom (mm²) = Luas

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. banyaknya komponen listrik motor yang akan diganti berdasarkan Renewing Free

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. banyaknya komponen listrik motor yang akan diganti berdasarkan Renewing Free BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4. Pendahuluan Bedasakan tujuan penelitian ini, yaitu mendapatkan ekspektasi banyaknya komponen listik moto yang akan diganti bedasakan Renewing Fee Replacement Waanty dua dimensi,

Lebih terperinci

STRUKTUR BETON BERTULANG I DESAIN BALOK PERSEGI. Oleh Dr. Ir. Resmi Bestari Muin, MS

STRUKTUR BETON BERTULANG I DESAIN BALOK PERSEGI. Oleh Dr. Ir. Resmi Bestari Muin, MS MODUL KULIAH STRUKTUR BETON BERTULANG I Minggu ke : 3 DESAIN BALOK PERSEGI Oleh Dr. Ir. Resmi Bestari Muin, MS PRODI TEKNIK SIPIL FAKULTAS TEKNIK SIPIL dan PERENCANAAN UNIVERSITAS MERCU BUANA 2009 DAFTAR

Lebih terperinci

MODIFIKASI PERENCANAAN GEDUNG RUMAH SAKIT ROYAL SURABAYA MENGGUNAKAN STRUKTUR KOMPOSIT BAJA-BETON

MODIFIKASI PERENCANAAN GEDUNG RUMAH SAKIT ROYAL SURABAYA MENGGUNAKAN STRUKTUR KOMPOSIT BAJA-BETON TUGAS AKHIR RC09 1380 MODIFIKASI PERENCANAAN GEDUNG RUMAH SAKIT ROYAL SURABAYA MENGGUNAKAN STRUKTUR KOMPOSIT BAJA-BETON OLEH: RAKA STEVEN CHRISTIAN JUNIOR 3107100015 DOSEN PEMBIMBING: Ir. ISDARMANU, M.Sc

Lebih terperinci

Perencanaan Struktur Tangga

Perencanaan Struktur Tangga 4.1 PERENCANAAN STRUKTUR TANGGA Skema Perencanaaan Struktur Tangga Perencanaan Struktur Tangga 5Pembebanan Tangga START Dimensi Tangga Rencanakan fc, fy, Ø tulangan Penentuan Tebal Pelat Tangga dan Bordes

Lebih terperinci

PERENCANAAN STRUKTUR GEDUNG RUSUNAWA UNIMUS

PERENCANAAN STRUKTUR GEDUNG RUSUNAWA UNIMUS TUGAS AKHIR PERENCANAAN STRUKTUR GEDUNG RUSUNAWA UNIMUS Diajukan Sebagai Syarat Untuk Menyelesaikan Pendidikan Tingkat Sarjana Strata (S-1) Pada Program Studi Teknik Sipil Fakultas Teknik Universitas Katolik

Lebih terperinci

a home base to excellence Mata Kuliah : Perancangan Struktur Baja Kode : TSP 306 Tekuk Torsi Lateral Pertemuan 9, 10

a home base to excellence Mata Kuliah : Perancangan Struktur Baja Kode : TSP 306 Tekuk Torsi Lateral Pertemuan 9, 10 ata Kuliah : Peancangan Stuktu Baja Kode : TSP 306 SKS : 3 SKS Tekuk Tosi ateal Petemuan 9, 10 TIU : ahasiswa daat meencanakan kekuatan elemen stuktu baja beseta alat sambungna TIK : ahasiswa daat menjelaskan

Lebih terperinci

STUDI EKSPERIMENTAL KARAKTERISTIK GOVERNOR JENIS PROELL DAN HARTNELL HASIL DESAIN YANG DIGUNAKAN SEBAGAI MODUL PRAKTIKUM FENOMENA

STUDI EKSPERIMENTAL KARAKTERISTIK GOVERNOR JENIS PROELL DAN HARTNELL HASIL DESAIN YANG DIGUNAKAN SEBAGAI MODUL PRAKTIKUM FENOMENA Posidin Temu Ilmiah Nasional Dosen Teknik 007 FT-UNTAR ISBN : 978-979-9973--6 STUDI EKSPERIMENTAL KARAKTERISTIK GOVERNOR JENIS PROELL DAN HARTNELL HASIL DESAIN YANG DIGUNAKAN SEBAGAI MODUL PRAKTIKUM FENOMENA

Lebih terperinci

BAB IV ANALISA STRUKTUR

BAB IV ANALISA STRUKTUR BAB IV ANALISA STRUKTUR 4.1 Data-data Struktur Pada bab ini akan membahas tentang analisa struktur dari struktur bangunan yang direncanakan serta spesifikasi dan material yang digunakan. 1. Bangunan direncanakan

Lebih terperinci

8/21/2012 Client. Bunawan File : - Time : Ari, W. αs : 40. L : 1.00 m ht : 0.30 m

8/21/2012 Client. Bunawan File : - Time : Ari, W. αs : 40. L : 1.00 m ht : 0.30 m Job No. Sheet No 0/STR/RK/0 Program Hitung Pondasi Tapak Part : 0/RK Job Title Ref : 0/ref Villa Tretes Enginner : Lutfi, WS Date : 8//0 Client. Bunawan File : - Time : 7:4 AM GENERAL DATA : Project :

Lebih terperinci

Ronald Adi Saputro Dosen Pembimbing : Ir. Suwarno, Meng Musta in Arif, ST., MT.

Ronald Adi Saputro Dosen Pembimbing : Ir. Suwarno, Meng Musta in Arif, ST., MT. Ronald Adi Saputro 3110100027 Dosen Pembimbing : Ir. Suwarno, Meng Musta in Arif, ST., MT. 1.1 Latar Belakang Surabaya adalah kota dengan terbesar ke 2 di Indonesia. Besarnya jumlah penduduk membuat transportasi

Lebih terperinci

Analisis Numerik Ragam pada Pelat Utuh dan Retak: Studi Interaksi Dinamis Struktur dengan Udara ABSTRAK

Analisis Numerik Ragam pada Pelat Utuh dan Retak: Studi Interaksi Dinamis Struktur dengan Udara ABSTRAK Volume 6, Nomo 1, Pebuai 2009 Junal APLIKASI Analisis Numeik pada Pelat Utuh dan Retak: Studi Inteaksi Dinamis Stuktu dengan Udaa Agung Budipiyanto Pogam Diploma Teknik Sipil FTSP ITS email: agungbp@ce.its.ac.id

Lebih terperinci

DESAIN BALOK ELEMEN LENTUR SESUAI SNI

DESAIN BALOK ELEMEN LENTUR SESUAI SNI DESAIN BALOK ELEMEN LENTUR SESUAI SNI 03-2847-2002 2002 Analisis Lentur Balok Beton Bertulang Balok mengalami 3 tahap sebelum runtuh: Balok mengalami 3 tahap sebelum runtuh: Sebelum retak (uncracked concrete

Lebih terperinci

BAB III LANDASAN TEORI. dibebani gaya tekan tertentu oleh mesin tekan.

BAB III LANDASAN TEORI. dibebani gaya tekan tertentu oleh mesin tekan. BAB III LANDASAN TEORI 3.1 Kuat Tekan Beton Berdasarkan SNI 03 1974 1990 kuat tekan beton merupakan besarnya beban per satuan luas, yang menyebabkan benda uji beton hancur bila dibebani gaya tekan tertentu

Lebih terperinci

Perhitungan Struktur Bab IV

Perhitungan Struktur Bab IV Permodelan Struktur Bored pile Perhitungan bore pile dibuat dengan bantuan software SAP2000, dimensi yang diinput sesuai dengan rencana dimensi bore pile yaitu diameter 100 cm dan panjang 20 m. Beban yang

Lebih terperinci

PERHITUNGAN TUMPUAN (BEARING ) 1. DATA TUMPUAN. M u = Nmm BASE PLATE DAN ANGKUR ht a L J

PERHITUNGAN TUMPUAN (BEARING ) 1. DATA TUMPUAN. M u = Nmm BASE PLATE DAN ANGKUR ht a L J PERHITUNGAN TUMPUAN (BEARING ) BASE PLATE DAN ANGKUR ht h a 0.95 ht a Pu Mu B I Vu L J 1. DATA TUMPUAN BEBAN KOLOM DATA BEBAN KOLOM Gaya aksial akibat beban teraktor, P u = 206035 N Momen akibat beban

Lebih terperinci

PERHITUNGAN STRUKTUR GEDUNG SANTIKA HOTEL BEKASI DENGAN METODE SISTEM RANGKA PEMIKUL MOMEN MENENGAH (SRPMM)

PERHITUNGAN STRUKTUR GEDUNG SANTIKA HOTEL BEKASI DENGAN METODE SISTEM RANGKA PEMIKUL MOMEN MENENGAH (SRPMM) PERHITUNGAN STRUKTUR GEDUNG SANTIKA HOTEL BEKASI DENGAN METODE SISTEM RANGKA PEMIKUL MOMEN MENENGAH (SRPMM) DANANG KURNIAWAN 3111.030.039 WIDITA ARAWINDA 3111.030.129 Dosen Pembimbing: Dr. M. Muntaha,

Lebih terperinci

PERCOBAAN 14 RANGKAIAN BAND-PASS FILTER AKTIF

PERCOBAAN 14 RANGKAIAN BAND-PASS FILTER AKTIF EOBAAN 4 ANGKAIAN BAND-ASS FILTE AKTIF 4. Tujuan : ) Mendemonstasikan pinsip keja dan kaakteistik dai suatu angkaian akti band-pass ilte dengan menggunakan op-amp 74. ) Band-pass ilte melewatkan semua

Lebih terperinci