STUDI INTERAKSI DUA NUKLEON DAN FENOMENA KRITIS POTENSIAL YUKAWA INTERACTION STUDY OF TWO NUCLEONS AND CRITICAL PHENOMENON OF THE POTENTIAL YUKAWA

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "STUDI INTERAKSI DUA NUKLEON DAN FENOMENA KRITIS POTENSIAL YUKAWA INTERACTION STUDY OF TWO NUCLEONS AND CRITICAL PHENOMENON OF THE POTENTIAL YUKAWA"

Transkripsi

1 Studi Inteaksi Dua (Bima Anang Dwijaya)247 STUDI INTERAKSI DUA NUKLEON DAN FENOMENA KRITIS POTENSIAL YUKAWA INTERACTION STUDY OF TWO NUCLEONS AND CRITICAL PHENOMENON OF THE POTENTIAL YUKAWA Oleh : Bima Anang Dwijaya dan R. Yosi Apian Sai, M.Si bimaadwijaya@gmail.com Abstak Penelitian ini betujuan untuk mengetahui nilai enegi ikat inti pada inteaksi dua nukleon dalam besaan komputasi (tak besatuan), mengetahui hubungan antaa jangkauan inteaksi nukleon (1/α)tehadap nilai konstanta kopling (λ) dan mengetahui hubungan antaa (α c ) sebagai fungsi (l). Penelitian ini menggunakan pesamaan Schodinge yang mengandung potensial efektif (potensial Yukawa dan potensial sentifugal). Metode yang digunakan untuk penyelesaian pesamaan Schodinge di penelitian ini adalah metode beda hingga (finite diffeence method) dan metode bagi dua (bisection method) untuk menentukan swanilai sebagai nilai enegi ikat inti. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa semakin besa nilai konstanta kopling (λ) pada bilangan kuantum l=, maka semakin besa pula jangkauan inteaksi anta nukleon (1/α). Pada l = untuk λ = 1, 2, 3, 4, 5 secaa beuutan adalah , , , , Pada l = 1 untuk nilai λ= 2, 3, 4, 5 secaa beuutan adalah , , , Pada l = 2 untuk λ = 3, 4, 5 secaa beuutan adalah , , Pada l = 3 untuk λ = 4, 5 secaa beuutan adalah , Pada l = 4 untuk λ =5 adalah Pada konstanta kopling (λ) tetap, nilai kitis (α c ) menuun secaa eksponensial tehadap bebagai nilai bilangan kuantum momentum sudut (l) dengan fungsi αc(l) = λ[a1 exp(-l/b1)+ A2 exp (-l/b2)] dengan A1=.83227, B1=.41485, A2=.954 dan B2= Kata kunci: potensial Yukawa, enegi ikat, nukleon Abstact This study aims to detemine the value of the nucleus binding enegy on the inteaction of two nucleons in the unit of computing (non dimensionless). The second aim is to detemine the elation between the ange of inteaction of nucleons (1 / α) to the value of coupling constants (λ). The last is to detemine the elation between (αc) as a function of (l).this study uses the Schodinge equation containing effective potential (Yukawa potential and centifugal potential). The method used to solve the Schodinge equation in this study the finite diffeence method and bisection method to detemine eigenvalue as a nucleus binding enegy.the esults of this study showed that the geate the value of the coupling constants (λ) on the quantum numbe l =, the geate the ange of inteactions between nucleons (1 / α). At l = fo λ = 1, 2, 3, 4, 5 the ange of inteactions ae: , , , , espectively, at l = 1 to the value λ = 2, 3, 4, 5 the ange of inteactions ae: , , , espectively, at l = 2 fo λ = 3, 4, 5 the ange of inteactions ae: , , espectively, at l = 3 fo λ = 4, 5 the ange of inteactions ae , espectively, at l = 4 fo λ = 5 is With a constant the

2 248 Junal Fisika Volum 6 Nomo 4. Tahun 217 coupling constants (λ), the citical value (αc) deceases exponentially with espect to vaious values of the angula momentum quantum numbe (l) with the function αc (l) = λ [A1 exp (-l / B1) + A2 exp (-l / B2)] whee A1=.83227, B1=.41485, A2=.954 and B2= Keywods: Yukawa potential,binding enegy, nucleons. PENDAHULUAN Setiap atom tedii dai sebuah inti kecil yang tedii dai poton dan neuton dan sejumlah elekton pada jaak yang agak jauh. Poton dan neuton juga dikenal sebagai nukleon. Nukleon-nukleon di dalam inti atom saling beinteaksi. Inteaksi dua nukleon dapat bewujud inteaksi poton-poton, neuton-neuton, dan poton-neuton. (Yosi, 21). Dalam inteaksinya, poton dan neuton mengalami poses petukaan meson. Petukaan meson diusulkan oleh Yukawa pada tahun 1935 yang dikenal sebagai Teoi Medan Meson.Inteaksi nukleon-nukleon (dua nukleon atau lebih) dapat beupa inteaksi kuat, inteaksi elektomagnetik dan inteaksi lemah yang dapat menentukan sifatsifat atau peilaku inti meliputi fungsi keadaan, tingkat enegi dan bebeapa vaiabel lainnya. Ketiga inteaksi tesebut besama-sama dengan inteaksi gavitasi dikenal sebagai empat inteaksi fundamental. (Yosi, 21). Penelitian tentang inteaksi patikel di dalam inti atom teus dikembangkan dalam upaya memahami peilaku dai patikel tesebut. Bebagai macam pendekatan dengan bebeapa pemodelan patikel di dalam inti atom dilakukan dengan bantuan kompute. Pemasalahan yang dikaji pada penelitian ini adalah mencai nilai enegi ikat pada keadaan kitis dan hubungan pada nilai kitis (α_c) tehadap nilai bilangan kuantum momentum sudut (l) pada bebagai nilai konstanta kopling (λ). Fomulasi matematis yang digunakan adalah pesamaan Schödinge satu dimensi dalam kajian bagian adialnya, dengan metode finite diffeence (beda hingga) dan bisection (bagi dua) sehingga dihaapkan dapat mengetahui nilai enegi ikat nukleon-nukleon saat dalam beinteaksi dan hubungan paametepaamete potensial Yukawa pada bebagai keadaan bilangan kuantum momentum sudut (l).

3 Studi Inteaksi Dua (Bima Anang Dwijaya)249 METODE PENELITIAN Penelitian ini dilakukan di Laboatoium Komputasi Fisika Juusan Pendidikan Fisika Univesitas Negei Yogyakata. Penelitian ini dilakukan pada bulan Agustus 216 sampai dengan bulan Maet 217. Peangkat keas yang dibutukan dalam penelitian ini adalah sebuah kompute dengan spesifikasi posesso intel coe i5, RAM 4 GB, haddisk 1 TB. Pogam yang digunakan dalam penelitian ini yaitu Matlab vesi 7.6. (R28a) poduk dai Mathwok,Inc. U() meupakan potensial efektif, penjumlahan antaa potensial sental dengan potensial sentifugal ditunjukkan pada pesamaan 23. V() meupakan potensial sental, dalam inteaksi nukleon didalam inti atom pada penelitian ini dipilih potensial Yukawa yang ditunjukkan pada pesamaan 25.Fungsi Schodinge pada koodinat bola ditunjukkan dalam bentuk ( ) ( ) ( ) ( ) (4) dan bagian adial ( )adalah sebuah solusi untuk ( ) * ( ) ( ) + ( ) Teknik pengambilan data Untuk menyelidiki inteaksi nukleon dalam inti pada bebagai nilai bilangan kuantum momentum sudut menggunakan penyelesaian yang memuat pesamaan pusat massa yang bebas dan penyelesaian geak elatif yang memenuhi Schodinge adial yang belaku untuk sistem mikoskopik tanpa spin yaitu: ( ) ( ) ( ) ( )(1) atau * ( )+ ( ) ( )(2) ( ) ( ) ( ) (3) ( ) (5) ( ) meupakan potensial sental, dalam inteaksi nukleon didalam inti atom maka dipilih potensial Yukawa. Dimana gabungan antaa potensial Yukawa dan potensial sentifugal dikenal sebagai potensial efektif ( ).Dalam sistem Hamiltonian pesamaan Schodinge dapat dibentuk sebagai beikut ( ) (6) Jika dipetimbangkan dalam bentuk matik maka pesamaan diatas menjadi ( ) (7)

4 25 Junal Fisika Volum 6 Nomo 4. Tahun 217 penyelesaian bentuk diatas jika dijabakan ke dalam pesamaan polynomial maka bentuknya menjadi (8) Dimana koeffisien begantung pada elemen dai matik T. pesamaan di atas dikenal dengan pesamaan kaakteistik dai matik untuk solusi eigenvalue. Sehingga meupakan nilai eigen dai suatu fungsi eigen ( ) (Giffiths,1995:88). Pesamaan Schodinge untuk inteaksi dua nukleon dalam keadaan Radialnya * ( )+ ( ) ( )(9) Dengan fungsi Polynomial matik Tidiagonal maka dipeoleh: ( ) [ ] ( ) ( )(1) diteapkan ke dalam algoitma pogam menggunakan bahasa pemogaman Matlab. Peneapan hasil disketasi pesamaan scodinge ke dalam algoitma pogam, dengan menentukan besaan masukan dan besaan keluaan pogam. Masukan beupa besaan fisis yaitu nilai konstanta kopling ( ), jangkuan gaya inti( ), bilangan kuantum obital( ), batas atas, batas bawah, banyaknya inteval.keluaan pogam beupa enegi dai inteaksi anta nukleon dan gafik pesamaan gelombang. Diagam Ali (Flowchat) pogam penentuan nilai kitis pada inteaksi dua nukleon. Untuk ( ), dengan menggunakan Metode bagi dua (bisection method) sehingga dipeoleh E (Enegi). Teknik Analisis Data Penelitian ini diawali dengan penyelesaian alu pogam dengan menggunakan metode numeik, dengan melakukan disketasi tehadap pesamaan Schödinge menggunakan metode matik beda hingga dan metode bagi dua. Hasil dai disketasi

5 U() U() Studi Inteaksi Dua (Bima Anang Dwijaya)251 HASIL DAN PEMBAHASAN Pada awal pogam sudah ditentukan bebeapa masukkan beupa nilai dai kontanta kopling (λ) adalah 1 dan nilai jangkauan inteaksi inti (α) adalah,1. Keluaan pogam beupa gafik fungsi gelombang dan nilai enegi ikat inti. Dibawah ini adalah hasil dai keluaan pogam yang menunjukkan keadaan dasa dan eksitasi petama sampai penelitian ini jaak tedekat anta nukleon yaitu,3869 fm. Dai gamba 1 dapat diamati bahwa ada pebedaan skala yang dihasilkan, hal ini kemungkinan tejadi kaena pebedaan input yang digunakan dan metode yang digunakan. Gafik kii menggunakan metode unge kutta, sedangkan gafik kanan menggunakan metode beda hingga ketiga. Gamba 1. Fungsi gelombang u() untuk keadaan dasa ( l = ) Pada gamba 1 Bedasakan fungsi gelombang keadaan dasa didapatkan bentuk gafik asimtotik sehingga tedapat enegi ikat teendah yang menunjukkan nukleon-nukleon dalam keadaan teikat. Jaak anta nukleon dimulai dai, hal ini dikaenakan jika maka enegi potensialnya menjadi tidak tebatas. Dalam Gamba 2. Fungsi gelombang u() untuk keadaan eksitasi petama ( l = 1) Gamba 3. Fungsi gelombang u() untuk keadaan eksitasi kedua ( l = 2 )

6 u() u() 252 Junal Fisika Volum 6 Nomo 4. Tahun Gamba 4. Fungsi gelombang u() untuk keadaan eksitasi ketiga ( l = 3 ) Gamba 2 sampai gamba 4 menunjukkan semakin besa nilai bilangan kuantum momentum sudut maka jangkauan inteaksinya semakin besa sehingga enegi ikatnya beubah menuju ke nol atau positif yang beati enegi ikatnya semakin lemah. Gamba 2 sampai gamba 4 menunjukkan ikatan nukleon semakin lemah kaena jangkauan inteaksinya semakin besa. Enegi ikat sebagai vaiabel kontol untuk mengetahui nilai kitis jangkauan gaya inti ( α c ) pada bebagai nilai konstanta kopling ( λ ) dan bilang kuantum momentum sudut ( l ). Enegi ikat adalah besa enegi yang dipelukan untuk mengikat dua nukleon aga tebentuk inti atom, sehingga enegi ikat ditampilkan pada keluaan pogam. Tabel 1 menunjukkan peubahan enegi ikat dipengauhi oleh peubahan nilai α, sehingga semakin besa nilai α, menyebabkan nilai enegi ikat teendah nukleon (E) keadaan dasa semakin besa, ditandai nilai enegi mendekati nol. Selanjutnya mempelihatkan gafik fungsi gelombang pada eksitasi ketiga ( l = 3 ) dimana semakin jauh jaak inteaksi nukleon ( ) dapat mempengauhi nilai enegi ikatnya, dapat dilihat pada gamba 5 dan gamba 6. Tabel 1. Enegi ikat nukleon untuk bilangan kuantum momentu sudut ( l = ) pada konstanta kopling ( λ = 1) α Jumlah Enegi ikat.1 2 Enegi ikat Gamba 5. Gafik fungsi gelombang u() pada = 2 ( l = 3 )

7 u() Studi Inteaksi Dua (Bima Anang Dwijaya) Gamba 6. Gafik fungsi gelombang u() pada = 3 ( l = 3 ) Bedasakan gamba 4 dan gamba 5 menunjukkan gafik gelombang tehadap jaak inteaksi nukleon. Gamba 3 pada jaak maksimal 2 enegi ikat sebesa sedangkan pada gamba 4 pada jaak maksimal 3 mempunyai enegi ikat sebesa sehingga semakin jauh jaak inteaksi nukleon ( ) yang ditentukan, nilai enegi akan menuju nol atau positif, hal ini menunjukkan nukleon-nukleon inti saling beinteaksi pada jaak yang sangat dekat sehingga nukleon nukleon akan saling mengikat. Enegi ikat mendekati nol menunjukkan nukleon nukleon beada dalam kondisi ikatan yang lemah sedangkan enegi ikat positif pada jaak yang jauh menunjukkan nukleon-nukleon beada dalam kondisi bebas dan tidak tejadi ikatan untuk membuat sebuah inti. Gamba7. Gafik potensial efektif U() pada l = Patikel dalam keadaan teikat juga dapat diamati menggunakan gafik potensial efektif sepeti yang ditunjukkan gamba 6. Keadaan bilangan kuantum momentum sudut benilai nol jika ( )<, maka enegi ikat benilai negatif. Hal ini menunjukkan bahwa nukleon-nukleon akan saling mengikat dan membentuk sebuah inti dengan kekuatan tetentu pada potensial yang benilai negatif. Potensial yang benilai nol atau positif tidak tejadi ikatan, nukleon-nukleon beada dalam keadaan bebas dan tidak tejadi ikatan untuk membentuk sebuah inti. Pada keadaan nilai momentum lebih besa dai nol ( ) untuk bebagai nilai, dapat dilihat pada Gamba 7, Gamba 8 dan Gamba 9.

8 U() U() U() 254 Junal Fisika Volum 6 Nomo 4. Tahun Gamba 8. Gafik potensial efektif U()pada l saat α << α c Gamba 9. Gafik potensial efektif U()pada l saat α α c Gamba 1. Gafik potensial efektif U()pada l saat α >> α c. Gamba 8 menunjukkan α << α c pada jaak tetentu mempunyai nilai enegi ikat kuang dai nol atau benilai negatif (E<), hal ini menunjukkan bahwa nukleon tesebut saling beikatan. Pada jaak maksimum nilai enegi ikat lebih dai nol (E ) bisa tejadi tetapi kemungkinannya sangat kecil, kaena patikel dapat begeak bebas dengan jaak yang tak tebatas. Gamba 9 ketika α α c menunjukkan patikel dalam keadaan teikat yang dibatasi pada jaak tetentu, sedangkan pada jaak () yang jauh nilai enegi ikat benilai nol atau positif menunjukkan patikel tesebut pada keadaan tidak teikat. Gamba 1 ketika α >> α c menunjukkan tidak ada enegi ikat yang muncul disebabkan potensialnya benilai positif. Penelitian selanjutnya yaitu mengetahui nilai kitis jangkauan gaya inti (α c ) pada bebagai nilai konstanta kopling (λ) dan bilangan kuantum momentum sudut ( ). Mengetahui nilai kitis jangkauan gaya inti (α c ) sebagai indikasinya adalah jumlah enegi ikat. Jumlah enegi ikat saat beubah mendekati nol menunjukkan akan tejadinya keadaan kitis, dapat dilihat pada Tabel 2 lalu memmilih nilai α maksimum untuk menghasilkan nilai kitisnya ( ) ditunjukkan pada Tabel 3 beikut.

9 Studi Inteaksi Dua (Bima Anang Dwijaya)255 Tabel 2. Jumlah enegi ikat untuk bilangan kuantum momentum sudut l = α λ Tabel 4. Nilai kitis (α c ) pada bebagai nilai bilangan kuantum momentum sudut (l) dan nilai konstanta kopling (λ) l α c λ=1 λ=2 λ=3 λ=4 λ= Penelitian selanjutnya yaitu mencai hubungan nilai kitis ( ) tehadap bilangan kuantum momentum sudut ( ). Nilai kitis untuk bebagai nilai momentum sudut ( ) dan nilai konstanta kopling (λ) menunjukan hubungan bebanding tebalik bedasakan Tabel 5, pada saat nilai bilangan kuantum momentum sudut benilai besa nilai kitis semakin menuun pada konstanta kopling besa juga. Dipeoleh bentuk hubungan antaa nilai kitis (a c ) tehadap bilangan kuantum momentum sudut pesamaan 49. ( ) ( ) pada (11) Hasil penelitian untuk nilai kitis tehadap nilai bilangan kuantum momentum sudut pada bebagai nilai konstanta kopling ditunjukkan pada Tabel 5. Tabel 5. Nilai tehadap bilangan kuantum momentum sudut (l =,1, 2, 3, 4) l k l λ=1 λ=2 λ=3 λ=4 λ=

10 256 Junal Fisika Volum 6 Nomo 4. Tahun Hasil nilai kitis ( ) untuk nilai bilangan kuantum momentum sudut =, 1, 2, 3, 4 pada λ = 5 pada tabel 4 dibuat bentuk gafik lalu diolah pada pogam OiginLab dengan menggunakan fitting kuva yang mendekati bentuk gafik yang dicai. Dapat dilihat pada Gamba 16 sebagai beikut Hubungan nilai kitis (a c ) tehadap bilangan kuantum momentum sudut ( ) menggunakan fitting exponential second ode dipeoleh pesamaan elasi sebagai beikut: ( ) * ( ) ( )+ (13) Enegi Ikat pada Keadaan Kitis Penelitian selanjutnya mencai nilai enegi ikat pada keadaan kitis. Setelah mendapatkan nilai kitis yang ditunjukkan Tabel 4, nilai tesebut dimasukkan ke dalam pogam sehingga akan dipeoleh enegi ikat pada keadaan kitis yang ditunjukkan oleh Tabel 6. Gamba 11. Hubungan k l tehadap bilangan kuantum momentum sudut ( ) untuk bebagai nilai konstanta kopling. Gafik hubungan nilai kitis tehadap bilangan kuantum momentum sudut ( =, 1, 2, 3, 4) pada bebagai konstanta kopling (λ), lalu dianalisis dengan mengunakan fitting exponential second ode ditunjukkan pesamaan 12. ( ) ( )(12) l Tabel 6. Enegi kitis pada bebagai bilangan kuantum momentum sudut ( ) λ=1 λ=2 λ=3 λ=4 λ= Hasil pada Tabel 6 menunjukkan nilai enegi ikat semakinmeningkat dengan semakin besanya nilai bilangan kuantum momentum sudut ( ). E k

11 Studi Inteaksi Dua (Bima Anang Dwijaya)257 Bedasakan Tabel 6 dapat diketahui bahwa enegi ikat tebesa beada pada nilai konstanta kopling, ini membuktikan bahwa semakin besa kekuatan elatif dai gaya kuat inti akan menyebabkan jangkauannya semakin luas sampai ke bebeapa kulit telua dai inti atom. KESIMPULAN Bedasakan hasil dan penelitian dan pembahasan dapat disimpulkan bahwa hubungan antaa jangkauan inteaksi nukleon (α) dan nilai konstanta kopling (λ) pada l = bebanding luus, semakin besa nilai konstanta kopling (λ) maka semakin besa pula jangkauan inteaksi nukleon (1/α).Nilai enegi ikat keadaan kitis pada bebagai bilangan kuantum sudut (l) dan konstanta kopling (λ) yaitu , , , , Semakin besa nilai l dan semakin besa nilai λ, nilai enegi ikat pada keadaan kitis akan semakin besa.pada konstanta kopling (λ) tetap nilai kitis (αc) menuun secaa eksponensial tehadap bebagai nilai bilangan kuantum momentum sudut (l) dengan fungsi Saan ( ) [ ( ) ( )] Penelitian ini pelu dikembangkan ke penelitian yang bekelanjutan aga membeikan sumbangan tehadap pekembangan ilmu pengetahuan tentang inti atom. Pelu dipelajai dengan jenis inteaksi patikel spesifik.pelu metode pembanding, misal metode Monte Calo atau Runge Kutta. DAFTAR PUSTAKA Bahauddin, (1988). Fisika Kuantum. Jakata: LPTK. Beise, Atu. (1987). Konsep Fisika Moden. Jakata:Elangga. Dyah, Agustina S. (21). Hubungan Paamete-paamete Potensial Yukawa pada Keadaan Dasa dai Inteaksi Nukleon-nukleon dalam Inti.Skipsi. Yogyakata: Juusan Fisika, FMIPA, Univesitas Negei Yogyakata.

12 258 Junal Fisika Volum 6 Nomo 4. Tahun 217 Eisenbeg, J.M. and Geine, W. (1986). Nuclea Theoy; Micoscopic Theoy of The Nucleus. Amstedam: Noth- Holland Publishing Company. Gauteau, Ronald and Savin, William.(1984). Teoi dan Soal- Soal Fisika Moden. Jakata:Elangga. Giffiths, David J. (1995). Intoduction to Quantum Mechanics second edition. Pentice Hall. Hidayanto, Eko. (29). Enegi Ikat dan Gaya Inti. Semaang: Depatemen of Physics- Diponegoo Univesity. Shanda T.K. (213).Vaiasi Paamete-paamete Fisis Konstanta Kopling (λ) dan Jangkauan Inteaksi (α) Pada Inteaksi Dua Patikel Pada Keadaan Dasa (l = ). Skipsi. Yogyakata: Juusan Fisika, FMIPA, Univesitas Negei Yogyakata. Luknanto, Djoko. (21). Metoda Numeik. Yogyakata: FT UGM. Li, Y.Y.,Luo, X.Q.,Koge, H. (25). Bound State and Citical Behavio of The Yukawa Potential. Science in China Jounal (Vol 49, numbe 1,januai,26). Hlm 6-71 Nandakuma, Si. (211). Numeical Methods. Malappuam Keala: Calicut Univesity. Yuniyanto, Joko Ti. (211). Nilai Kitis Pada Bebagai Nilai Momentum Sudut Pada Inteaksi Dua Nukleon. Skipsi. Yogyakata: Juusan Fisika, FMIPA, Univesitas Negei Yogyakata. Pal, M.K. (1982). Theoy of Nuclea Stuctue. New Dehli: East-West Pess pivate Limited. Pucell, E.J. dan Vabeg, D. (21). Kalkulus Jilid 1. Batam: Inteaksa. R. Yosi Apian Sai, Supadi, Agung BSU, Aief Hemanto. (212). Dinamika Petukaan Patikel Pada Inteaksi Nukleon-Nukleon dalam Potensial Lokal. Jounal Indonesian Jounal of Applied Physics (IJAP) Vol 2 / No 1 / Apil 212, ISSN: , R. Yosi Apiansai. (2). Swafungsi dan Obsevable Deuton Aspek Teoitis dan Komputasi. Skipsi.

13 Studi Inteaksi Dua (Bima Anang Dwijaya)259 Yogyakata: Juusan Fisika, FMIPA, Univesitas Gajah Mada. Sutopo. (25). Penganta fisika kuantum.malang: UM PRESS. Ugalde, J.M, Saasola, C. and Lopes, X. (1997). Atomic and Molecula Bound Gound States of The Yukawa Potential. Physical Review A. (Vol. 56. No. 2, Febuai 1997) Wiyatmo, Yusman. (26). Fisika Nukli dalam Telaah Semi-Klasik dan Kuantum. Yogyakata:Pustaka Pelaja.

MODIFIKASI DISTRIBUSI MASSA PADA SUATU OBJEK SIMETRI BOLA

MODIFIKASI DISTRIBUSI MASSA PADA SUATU OBJEK SIMETRI BOLA p-issn: 2337-5973 e-issn: 2442-4838 MODIFIKASI DISTIBUSI MASSA PADA SUATU OBJEK SIMETI BOLA Yuant Tiandho Juusan Fisika, Univesitas Bangka Belitung Email: yuanttiandho@gmail.com Abstak Umumnya, untuk menggambakan

Lebih terperinci

Dinamika Pertukaran Partikel Pada Interaksi Nukleon-Nukleon Dalam Potensial Lokal

Dinamika Pertukaran Partikel Pada Interaksi Nukleon-Nukleon Dalam Potensial Lokal ISSN:89 133 Indonesian Jounal of Applied Physics (1) Vol. No.1 halaman 15 Apil 1 Dinamika Petukaan Patikel Pada Inteaksi Nukleon-Nukleon Dalam Potensial Lokal R. Yosi Apian Sai 1, Supadi 1, Agung BSU,

Lebih terperinci

ENERGI SIMETRI DAN ANTI-SIMETRI PADA ION MOLEKUL HIDROGEN H

ENERGI SIMETRI DAN ANTI-SIMETRI PADA ION MOLEKUL HIDROGEN H ENERGI SIMETRI DAN ANTI-SIMETRI PADA ION MOLEKUL IDROGEN abib Mustofa, Bambang Supiadi, Rif ati Dina andayani Pogam Studi Pendidikan Fisika FKIP Univesitas Jembe email: abib.mustofa.7@gmail.com Abstact:

Lebih terperinci

LAPORAN PENELITIAN BIDANG ILMU TAHUN ANGGARAN 2010 DINAMIKA KUANTUM INTERAKSI DUA PARTIKEL; TELAAH INTERAKSI KUAT GAYA INTI

LAPORAN PENELITIAN BIDANG ILMU TAHUN ANGGARAN 2010 DINAMIKA KUANTUM INTERAKSI DUA PARTIKEL; TELAAH INTERAKSI KUAT GAYA INTI LAPORAN PENELITIAN BIDANG ILMU TAHUN ANGGARAN DINAMIKA KUANTUM INTERAKSI DUA PARTIKEL; TELAAH INTERAKSI KUAT GAYA INTI Diajukan oleh: R Yosi Apian Sai, MSi FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. akibat dari interaksi di antara penyusun inti tersebut. Penyusun inti meliputi

BAB I PENDAHULUAN. akibat dari interaksi di antara penyusun inti tersebut. Penyusun inti meliputi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sistem inti dapat dipelajari melalui kesatuan sistem penyusun inti sebagai akibat dari interaksi di antara penyusun inti tersebut. Penyusun inti meliputi proton

Lebih terperinci

HUKUM COULOMB Muatan Listrik Gaya Coulomb untuk 2 Muatan Gaya Coulomb untuk > 2 Muatan Medan Listrik untuk Muatan Titik

HUKUM COULOMB Muatan Listrik Gaya Coulomb untuk 2 Muatan Gaya Coulomb untuk > 2 Muatan Medan Listrik untuk Muatan Titik HKM CMB Muatan istik Gaya Coulomb untuk Muatan Gaya Coulomb untuk > Muatan Medan istik untuk Muatan Titik FISIKA A Semeste Genap 6/7 Pogam Studi S Teknik Telekomunikasi nivesitas Telkom M A T A N Pengamatan

Lebih terperinci

TRANSFER MOMENTUM TINJAUAN MIKROSKOPIK GERAKAN FLUIDA

TRANSFER MOMENTUM TINJAUAN MIKROSKOPIK GERAKAN FLUIDA TRANSFER MOMENTUM TINJAUAN MIKROSKOPIK GERAKAN FLUIDA Hingga sejauh ini kita sudah mempelajai tentang momentum, gaya-gaya pada fluida statik, dan ihwal fluida begeak dalam hal neaca massa dan neaca enegi.

Lebih terperinci

Konstruksi Fungsi Lyapunov untuk Menentukan Kestabilan

Konstruksi Fungsi Lyapunov untuk Menentukan Kestabilan JURNAL SAINS DAN SENI ITS Vol. 6, No., (27) 2337-352 (23-928X Pint) A 28 Konstuksi Fungsi Lyapunov untuk Menentukan Kestabilan Reni Sundai dan Ena Apiliani Juusan Matematika, Fakultas Matematika dan Ilmu

Lebih terperinci

Model Matematika Sistem Persediaan (Q, R) Yang Terkait Dengan Mutu Barang Dan Informasi Permintaan Lengkap

Model Matematika Sistem Persediaan (Q, R) Yang Terkait Dengan Mutu Barang Dan Informasi Permintaan Lengkap Vol. 3, No., 7-79, Januai 7 Model Matematika Sistem Pesediaan (Q, R) Yang Tekait Dengan Mutu Baang Dan Infomasi Pemintaan Lengkap Agus Sukmana Abstact This pape deals with an inventoy model fo continuous

Lebih terperinci

FISIKA DASAR II. Kode MK : FI SKS : 3 Program Studi : Fisika Instrumentasi (S-1) Kelas : Reguler MATERI 1

FISIKA DASAR II. Kode MK : FI SKS : 3 Program Studi : Fisika Instrumentasi (S-1) Kelas : Reguler MATERI 1 FISIKA DASAR II Kode MK : FI 0 SKS : 3 Pogam Studi : Fisika Instumentasi (S-) Kelas : Regule MATERI TA 00/0 KRITERIA PENILAIAN Jika kehadian melampaui 75 %, Nilai Akhi mahasiswa ditentukan dai komponen

Lebih terperinci

BAB II MEDAN LISTRIK DI SEKITAR KONDUKTOR SILINDER

BAB II MEDAN LISTRIK DI SEKITAR KONDUKTOR SILINDER BAB II MDAN ISTRIK DI SKITAR KONDUKTOR SIINDR II. 1 Hukum Coulomb Chales Augustin Coulomb (1736-1806), adalah oang yang petama kali yang melakukan pecobaan tentang muatan listik statis. Dai hasil pecobaannya,

Lebih terperinci

BAB III ANALISIS DAN PERANCANGAN

BAB III ANALISIS DAN PERANCANGAN BAB III ANALISIS DAN PERANCANGAN III.1 Pehitungan Pegeakan Robot Dai analisis geakan langkah manusia yang dibahas pada bab dua, maka dapat diambil bebeapa analisis untuk membuat ancangan geakan langkah

Lebih terperinci

PENGARUH KEPEMIMPINAN DOSEN DAN KEMAMPUAN PRAKTIKUM TERHADAP PRESTASI BELAJAR MAHASISWA DALAM MATAKULIAH FISIKA MODERN

PENGARUH KEPEMIMPINAN DOSEN DAN KEMAMPUAN PRAKTIKUM TERHADAP PRESTASI BELAJAR MAHASISWA DALAM MATAKULIAH FISIKA MODERN Seambi Akademica, Vol. IV, No. 1, Mei 016 ISSN : 337-8085 PENGARUH KEPEMIMPINAN DOSEN DAN KEMAMPUAN PRAKTIKUM TERHADAP PRESTASI BELAJAR MAHASISWA DALAM MATAKULIAH FISIKA MODERN Tamizi Pendidikan Fisika

Lebih terperinci

ANALISIS DINAMIK ANTARA KONSUMSI DAN TABUNGAN DALAM WAKTU KONTINU

ANALISIS DINAMIK ANTARA KONSUMSI DAN TABUNGAN DALAM WAKTU KONTINU Posiding SNaPP2011 Sains, Teknologi, dan Kesehatan ISSN:2089-3582 ANALISIS DINAMIK ANTARA KONSUMSI DAN TABUNGAN DALAM WAKTU KONTINU 1 Lian Apianna, 2 Sudawanto, dan 3 Vea Maya Santi Juusan Matematika,

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. Di dalam modul ini Anda akan mempelajari aplikasi Fisika Kuantum dalam fisika atom

PENDAHULUAN. Di dalam modul ini Anda akan mempelajari aplikasi Fisika Kuantum dalam fisika atom PENDAHULUAN Di dalam modul ini Anda akan mempelaai aplikasi Fisika Kuantum dalam fisika atom dan fisika molekul yang mencakup: Fisika atom dan Fisika Molekul. Oleh kaena itu, sebelum mempelaai modul ini

Lebih terperinci

Pengaturan Footprint Antena Ground Penetrating Radar Dengan Menggunakan Susunan Antena Modified Dipole

Pengaturan Footprint Antena Ground Penetrating Radar Dengan Menggunakan Susunan Antena Modified Dipole Pengatuan Footpint Antena Gound Penetating Rada Dengan Menggunakan Susunan Antena Modified Dipole Ande Eka Saputa (1324243) Jalu Pilihan Teknik Telekomunikasi Sekolah Teknik Elekto dan Infomatika Institut

Lebih terperinci

Teori Dasar Medan Gravitasi

Teori Dasar Medan Gravitasi Modul Teoi Dasa Medan Gavitasi Teoi medan gavitasi didasakan pada hukum Newton tentang medan gavitasi jagat aya. Hukum medan gavitasi Newton ini menyatakan bahwa gaya taik antaa dua titik massa m dan m

Lebih terperinci

GRAFITASI. F = G m m 1 2. F = Gaya grafitasi, satuan : NEWTON. G = Konstanta grafitasi, besarnya : G = 6,67 x 10-11

GRAFITASI. F = G m m 1 2. F = Gaya grafitasi, satuan : NEWTON. G = Konstanta grafitasi, besarnya : G = 6,67 x 10-11 GRAFITASI Si Isaac Newton yang tekenal dengan hukum-hukum Newton I, II dan III, juga tekenal dengan hukum Gafitasi Umum. Didasakan pada patikel-patikel bemassa senantiasa mengadakan gaya taik menaik sepanjang

Lebih terperinci

BAB 11 GRAVITASI. FISIKA 1/ Asnal Effendi, M.T. 11.1

BAB 11 GRAVITASI. FISIKA 1/ Asnal Effendi, M.T. 11.1 BAB 11 GRAVITASI Hukum gavitasi univesal yang diumuskan oleh Newton, diawali dengan bebeapa pemahaman dan pengamatan empiis yang telah dilakukan oleh ilmuwan-ilmuwan sebelumnya. Mula-mula Copenicus membeikan

Lebih terperinci

HUBUNGAN PENGGUNAAN SUMBER BELAJAR DAN MINAT BELAJAR DENGAN HASIL BELAJAR PENGUKURAN DASAR SURVEY

HUBUNGAN PENGGUNAAN SUMBER BELAJAR DAN MINAT BELAJAR DENGAN HASIL BELAJAR PENGUKURAN DASAR SURVEY ISSN 085-05 Junal Penelitian Bidang Pendidikan Volume 0(): 6 -, 04 HUBUNGAN PENGGUNAAN SUMBER BELAJAR DAN MINAT BELAJAR DENGAN HASIL BELAJAR PENGUKURAN DASAR SURVEY Dedek Suhendo dan Kistian Juusan Pendidikan

Lebih terperinci

Liston Hasiholan 1) dan Sudradjat 2)

Liston Hasiholan 1) dan Sudradjat 2) EVALUASI KINERJA KARYAWAN MENGGUNAKAN METODE PEMROGRAMAN LINEAR FUY *) Liston Hasiholan 1) dan Sudadjat 2) ABSTRAK Pengukuan kineja kayawan meupakan satu hal yang mutlak dilakukan secaa peiodik oleh suatu

Lebih terperinci

Peningkatan Kinerja Pemodelan Resistivitas DC 3D dengan GPU Berkemampuan CUDA

Peningkatan Kinerja Pemodelan Resistivitas DC 3D dengan GPU Berkemampuan CUDA Peningkatan Kineja Pemodelan Resistivitas DC 3D dengan GPU Bekemampuan CUDA Haiil Anwa 1,a), Achmad Imam Kistijantoo 1,b) dan Wahyu Sigutomo 2,c) 1 Laboatoium Sistem edistibusi, Kelompok Keilmuan Infomatika,

Lebih terperinci

Gerak Melingkar. B a b 4. A. Kecepatan Linear dan Kecepatan Anguler B. Percepatan Sentripetal C. Gerak Melingkar Beraturan

Gerak Melingkar. B a b 4. A. Kecepatan Linear dan Kecepatan Anguler B. Percepatan Sentripetal C. Gerak Melingkar Beraturan B a b 4 Geak Melingka Sumbe: www.ealcoastes.com Pada bab ini, Anda akan diajak untuk dapat meneapkan konsep dan pinsip kinematika dan dinamika benda titik dengan caa menganalisis besaan Fisika pada geak

Lebih terperinci

dengan dimana adalah vektor satuan arah radial keluar. F r q q

dengan dimana adalah vektor satuan arah radial keluar. F r q q MEDAN LISTRIK 1 2.1 Medan Listik Gaya Coulomb di sekita suatu muatan listik akan membentuk medan listik. Dalam membahas medan listik, digunakan pengetian kuat medan. Untuk medan gaya Coulomb, kuat medan

Lebih terperinci

METODOLOGI PENELITIAN. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode Deskriptif. Karena

METODOLOGI PENELITIAN. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode Deskriptif. Karena 35 III. METODOLOGI PENELITIAN 1.1 Metode Penelitian Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode Deskiptif. Kaena penelitian ini mengkaji tentang Pengauh Kontol Dii dan Lingkungan Keluaga Tehadap

Lebih terperinci

PENERAPAN ALGORITMA ELECTRE DALAM MENENTUKAN LOKASI SHETLER TRANS JOGJA

PENERAPAN ALGORITMA ELECTRE DALAM MENENTUKAN LOKASI SHETLER TRANS JOGJA PENERAPAN ALGORITMA ELECTRE ALAM MENENTUKAN LOKASI SHETLER TRANS JOGJA Supiatin Sistem Infomasi STMIK AMIKOM Yogyakata supiatin@amikom.ac.id Abstak Tans Jogja meupakan salah satu altenatif tanspotasi massa

Lebih terperinci

BAB MEDAN DAN POTENSIAL LISTRIK

BAB MEDAN DAN POTENSIAL LISTRIK 1 BAB MEDAN DAN POTENSIAL LISTRIK 4.1 Hukum Coulomb Dua muatan listik yang sejenis tolak-menolak dan tidak sejenis taik menaik. Ini beati bahwa antaa dua muatan tejadi gaya listik. Bagaimanakah pengauh

Lebih terperinci

Analisis Pengaruh Marketing Mix Terhadap Kepuasan Konsumen Sepeda Motor

Analisis Pengaruh Marketing Mix Terhadap Kepuasan Konsumen Sepeda Motor 34 Analisis Pengauh Maketing Mix Tehadap Kepuasan Konsumen Sepeda Moto Ti Wahyudi 1), Yopa Eka Pawatya 2) 1,2) Pogam Studi Teknik Industi Juusan Teknik Elekto Fakultas Teknik Univesitas Tanjungpua. e-mail

Lebih terperinci

TRANSFER MOMENTUM ALIRAN DALAM ANULUS

TRANSFER MOMENTUM ALIRAN DALAM ANULUS SEMESTER GENAP 008/009 TRANSFER MOMENTUM ALIRAN DALAM ANULUS Alian dalam anulus adalah alian di antaa dua pipa yang segais pusat. Jadi ada pipa besa dan ada pipa kecil. Pipa kecil beada dalam pipa besa.

Lebih terperinci

Gerak Melingkar. Gravitasi. hogasaragih.wordpress.com

Gerak Melingkar. Gravitasi. hogasaragih.wordpress.com Geak Melingka Gavitasi Kinematika Geak Melingka Beatuan Sebuah benda yang begeak membentuk suatu lingkaan dengan laju konstan v dikatakan mengalami geak melingka beatuan. Besa kecapatan dalam hal ini tetap

Lebih terperinci

II. KINEMATIKA PARTIKEL

II. KINEMATIKA PARTIKEL II. KINEMATIKA PARTIKEL Kinematika adalah bagian dai mekanika ang mempelajai tentang geak tanpa mempehatikan apa/siapa ang menggeakkan benda tesebut. Bila gaa penggeak ikut dipehatikan, maka apa ang dipelajai

Lebih terperinci

LISTRIK STATIS. Nm 2 /C 2. permitivitas ruang hampa atau udara 8,85 x C 2 /Nm 2

LISTRIK STATIS. Nm 2 /C 2. permitivitas ruang hampa atau udara 8,85 x C 2 /Nm 2 LISTIK STATIS A. Hukum Coulomb Jika tedapat dua muatan listik atau lebih, maka muatan-muatan listik tesebut akan mengalami gaya. Muatan yang sejenis akan tolak menolak sedangkan muatan yang tidak sejenis

Lebih terperinci

ELEKTROSTATIKA. : Dr. Budi Mulyanti, MSi. Pertemuan ke-1 CAKUPAN MATERI 1. MUATAN LISTRIK 2. HUKUM COULOMB

ELEKTROSTATIKA. : Dr. Budi Mulyanti, MSi. Pertemuan ke-1 CAKUPAN MATERI 1. MUATAN LISTRIK 2. HUKUM COULOMB MATA KULIAH KODE MK Dosen : FISIKA DASAR II : EL-1 : D. Budi Mulyanti, MSi Petemuan ke-1 CAKUPAN MATERI 1. MUATAN LISTRIK. HUKUM COULOMB SUMBER-SUMBER: 1. Fedeick Bueche & David L. Wallach, Technical Physics,

Lebih terperinci

APLIKASI PENGELOLAAN DATA KERJA PRAKTEK MAHASISWA (STUDI KASUS: FAKULTAS TEKNOLOGI INFORMASI DAN KOMUNIKASI UNIVERSITAS SEMARANG)

APLIKASI PENGELOLAAN DATA KERJA PRAKTEK MAHASISWA (STUDI KASUS: FAKULTAS TEKNOLOGI INFORMASI DAN KOMUNIKASI UNIVERSITAS SEMARANG) APLIKASI PENGELOLAAN DATA KERJA PRAKTEK MAHASISWA (STUDI KASUS: FAKULTAS TEKNOLOGI INFORMASI DAN KOMUNIKASI UNIVERSITAS SEMARANG) B. Vey Chistioko 1,, Dian Ti Wiyanti 2 Pogam Studi Teknik Infomatika Juusan

Lebih terperinci

Pengembangan instrumen penilaian kemampuan berfikir kritis pada pembelajaran fisika SMA

Pengembangan instrumen penilaian kemampuan berfikir kritis pada pembelajaran fisika SMA Papes semina.uad.ac.id/index.php/quantum Semina Nasional Quantum #5 (018) 477-1511 (7pp) Pengembangan instumen penilaian kemampuan befiki kitis pada pembelajaan fisika SMA Suji Adianti, dan Ishafit Pogam

Lebih terperinci

FISIKA. Sesi LISTRIK STATIK A. GAYA COULOMB

FISIKA. Sesi LISTRIK STATIK A. GAYA COULOMB ISIKA KELAS XII IPA - KURIKULUM GABUNGAN 04 Sesi NGAN LISTRIK STATIK A. GAYA COULOMB Jika tedapat dua atau lebih patikel bemuatan, maka antaa patikel tesebut akan tejadi gaya taik-menaik atau tolak-menolak

Lebih terperinci

ANALISIS TAHAN HIDUP DATA TERSENSOR TIPE II MENGGUNAKAN MODEL DISTRIBUSI WEIBULL PADA PENDERITA HEPATITIS C

ANALISIS TAHAN HIDUP DATA TERSENSOR TIPE II MENGGUNAKAN MODEL DISTRIBUSI WEIBULL PADA PENDERITA HEPATITIS C pepustakaan.uns.ac.id ANALISIS TAHAN HIDUP DATA TERSENSOR TIPE II MENGGUNAKAN MODEL DISTRIBUSI WEIBULL PADA PENDERITA HEPATITIS C Budi Santoso, Respatiwulan, dan Ti Atmojo Kusmayadi Pogam Studi Matematika,

Lebih terperinci

APLIKASI SISTEM INFERENSI FUZZY METODE SUGENO DALAM MEMPERKIRAKAN PRODUKSI AIR MINERAL DALAM KEMASAN

APLIKASI SISTEM INFERENSI FUZZY METODE SUGENO DALAM MEMPERKIRAKAN PRODUKSI AIR MINERAL DALAM KEMASAN Posiding Semina Nasional Penelitian, Pendidikan dan Peneapan MIPA, Fakultas MIPA, Univesitas Negei Yogyakata, 14 Mei 011 APLIKASI SISTEM INFERENSI FUZZY METODE SUGENO DALAM MEMPERKIRAKAN PRODUKSI AIR MINERAL

Lebih terperinci

FISIKA. Kelas X HUKUM NEWTON TENTANG GRAVITASI K-13. A. Hukum Gravitasi Newton

FISIKA. Kelas X HUKUM NEWTON TENTANG GRAVITASI K-13. A. Hukum Gravitasi Newton K- Kelas X ISIKA HUKUM NEWON ENANG GAVIASI UJUAN PEMELAJAAN Setelah mempelajai matei ini, kamu dihaapkan memiliki kemampuan beikut.. Menjelaskan hukum gavitasi Newton.. Memahami konsep gaya gavitasi dan

Lebih terperinci

BAB II Tinjauan Teoritis

BAB II Tinjauan Teoritis BAB II Tinjauan Teoitis BAB II Tinjauan Teoitis 2.1 Antena Mikostip 2.1.1 Kaakteistik Dasa Antena mikostip tedii dai suatu lapisan logam yang sangat tipis ( t

Lebih terperinci

BAB - X SIFAT KEMAGNETAN BAHAN

BAB - X SIFAT KEMAGNETAN BAHAN A - X SIFA KEAGNEAN AHAN ujuan: enghitung momen dipol dan suseptibilitas magnet untuk logam diamagnetik. engklasifikasikan logam paamagnetik. A. OEN DIPOL DAN SUSEPIILIAS AGNE Kemagnetan tidak dapat dipisahkan

Lebih terperinci

PENERAPAN METODE SIMPLE ADDITIVE WEIGHTING (SAW) DALAM MENENTUKAN PENDIRIAN LOKASI GRAMEDIA DI SUMATERA UTARA

PENERAPAN METODE SIMPLE ADDITIVE WEIGHTING (SAW) DALAM MENENTUKAN PENDIRIAN LOKASI GRAMEDIA DI SUMATERA UTARA Semina Nasional Teknologi Infomasi dan Multimedia 0 STMIK AMIKOM Yogyakata, 6-8 Febuai 0 ISSN : 0-80 PENERAPAN METODE SIMPLE ADDITIVE WEIGHTING (SAW) DALAM MENENTUKAN PENDIRIAN LOKASI GRAMEDIA DI SUMATERA

Lebih terperinci

BAB II METODE PENELITIAN. penelitian korelasional dengan menggunakan pendekatan kuantitatif dan

BAB II METODE PENELITIAN. penelitian korelasional dengan menggunakan pendekatan kuantitatif dan BAB II METODE PENELITIAN A. Metode Penelitian Bentuk penelitian yang dipegunakan dalam penelitian ini adalah bentuk penelitian koelasional dengan menggunakan pendekatan kuantitatif dan menggunakan umus

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3. Jenis dan Lokasi Penelitian 3.. Jenis Penelitian Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian ekspeimen semu (quasi ekspeimental eseach, kaena penelitian yang akan dilakukan

Lebih terperinci

PENGGUNAAN SENSOR DHT11 SEBAGAI INDIKATOR SUHU DAN KELEMBABAN PADA BABY INCUBATOR

PENGGUNAAN SENSOR DHT11 SEBAGAI INDIKATOR SUHU DAN KELEMBABAN PADA BABY INCUBATOR PENGGUNAAN SENSOR DHT11 SEBAGAI INDIKATOR SUHU DAN KELEMBABAN PADA BABY INCUBATOR Lenty Mawani, Nico Demus Rive Fiman Hutabaat Juusan Teknik Elektomedik, Univesitas Sai mutiaa Indonesia Fakultas Sain Teknologi

Lebih terperinci

Listrik statis (electrostatic) mempelajari muatan listrik yang berada dalam keadaan diam.

Listrik statis (electrostatic) mempelajari muatan listrik yang berada dalam keadaan diam. LISTRIK STATIS Listik statis (electostatic) mempelajai muatan listik yang beada dalam keadaan diam. A. Hukum Coulomb Hukum Coulomb menyatakan bahwa, Gaya taik atau tolak antaa dua muatan listik sebanding

Lebih terperinci

Adapun manfaat dari penelitian ini adalah: 1. Dapat menambah informasi dan referensi mengenai interaksi nukleon-nukleon

Adapun manfaat dari penelitian ini adalah: 1. Dapat menambah informasi dan referensi mengenai interaksi nukleon-nukleon F. Manfaat Penelitian Adapun manfaat dari penelitian ini adalah: 1. Dapat menambah informasi dan referensi mengenai interaksi nukleon-nukleon di dalam inti atom yang menggunakan potensial Yukawa. 2. Dapat

Lebih terperinci

HUKUM NEWTON TENTANG GRAVITASI DAN GERAK PLANET

HUKUM NEWTON TENTANG GRAVITASI DAN GERAK PLANET HUKUM NEWTON TENTANG GAVITASI DAN GEAK PLANET Kompetensi Dasa 3. Mengevaluasi pemikian diinya tehadap keteatuan geak planet dalam tatasuya bedasakan hukum-hukum Newton Penahkah Anda mempehatikan dan memikikan

Lebih terperinci

BAB XII ANALISIS JALUR (PATH ANALYSIS) APA SIH?

BAB XII ANALISIS JALUR (PATH ANALYSIS) APA SIH? BAB XII ANALISIS JALUR (PATH ANALYSIS) APA SIH? KONSEP DASAR Path analysis meupakan salah satu alat analisis yang dikembangkan oleh Sewall Wight (Dillon and Goldstein, 1984 1 ). Wight mengembangkan metode

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA A. Perambatan Bunyi di Luar Ruangan

TINJAUAN PUSTAKA A. Perambatan Bunyi di Luar Ruangan Kebisingan yang belebihan akan sangat bepengauh tehadap indea pendengaan. Seseoang yang telalu seing beada pada kawasan dengan kebisingan yang tinggi setiap hainya dapat mengalami gangguan pendengaan sementaa

Lebih terperinci

Gambar 4.3. Gambar 44

Gambar 4.3. Gambar 44 1 BAB HUKUM NEWTON TENTANG GERAK Pada bab kita telah membahas sifat-sifat geak yang behubungan dengan kecepatan dan peceaptan benda. Pembahasan pada Bab tesesbut menjawab petanyaan Bagaimana sebuah benda

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. banyaknya komponen listrik motor yang akan diganti berdasarkan Renewing Free

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. banyaknya komponen listrik motor yang akan diganti berdasarkan Renewing Free BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4. Pendahuluan Bedasakan tujuan penelitian ini, yaitu mendapatkan ekspektasi banyaknya komponen listik moto yang akan diganti bedasakan Renewing Fee Replacement Waanty dua dimensi,

Lebih terperinci

MOMENTUM LINEAR DAN TUMBUKAN

MOMENTUM LINEAR DAN TUMBUKAN MOMENTUM LINEAR DAN TUMBUKAN 1. MOMENTUM LINEAR Momentum sebuah patikel adalah sebuah vekto P yang didefinisikan sebagai pekalian antaa massa patikel m dengan kecepatannya, v, yaitu: P = mv (1) Isac Newton

Lebih terperinci

Chap 6 Model-Gas Real dan Ekspansi Virial. 1. Ekspansi Virial 2. Gugus Mayer

Chap 6 Model-Gas Real dan Ekspansi Virial. 1. Ekspansi Virial 2. Gugus Mayer Chap 6 Model-Gas Real dan Ekspansi Viial. Ekspansi Viial. Gugus Maye Fungsi Patisi Kanonik Untuk Gas Dengan Inteaksi Lemah Misalkan tedapat inteaksi (potensial) anta patikel : u ij, sehingga Hamiltonian

Lebih terperinci

Fisika Dasar I (FI-321)

Fisika Dasar I (FI-321) Fisika Dasa I (FI-31) Topik hai ini (minggu ) Geak dalam Satu Dimensi (Kinematika) Keangka Acuan & Sistem Koodinat Posisi dan Pepindahan Kecepatan Pecepatan GLB dan GLBB Geak Jatuh Bebas Mekanika Bagian

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS DATA. analisis paired sample T-test yaitu Ada atau tidaknya Pengaruh Terapi Rational

BAB IV ANALISIS DATA. analisis paired sample T-test yaitu Ada atau tidaknya Pengaruh Terapi Rational BAB IV ANALISIS DATA Analisis data meupakan hasil kegiatan setelah data dai seluuh esponden atau sumbe data lainnya tekumpul. Hal ini betujuan untuk mengetahui tingkat kebenaan hipotesis-hipotesis penelitian

Lebih terperinci

BAB PENERAPAN HUKUM-HUKUM NEWTON

BAB PENERAPAN HUKUM-HUKUM NEWTON 1 BAB PENERAPAN HUKUM-HUKUM NEWTON Sebelumnya telah dipelajai tentang hukum Newton: hukum I tentang kelembaban benda, yang dinyatakan oleh pesamaan F = 0; hukum II tentang hubungan gaya dan geak, yang

Lebih terperinci

ALGORITMA SIMPLIFIKASI PERAMBATAN PANAS KONDUKSI PADA BENDA DENGAN BENTUK BOLA

ALGORITMA SIMPLIFIKASI PERAMBATAN PANAS KONDUKSI PADA BENDA DENGAN BENTUK BOLA ALGORITMA SIMPLIFIKASI PERAMBATAN PANAS KONDUKSI PADA BENDA DENGAN BENTUK BOLA Tomi Tistono Fakultas Teknik Univesitas Medeka Madiun tomitistono@unme-madiun.ac.id Abstak Peambatan panas konduksi pada katagoi

Lebih terperinci

Hand Out Fisika 6 (lihat di Kuat Medan Listrik atau Intensitas Listrik (Electric Intensity).

Hand Out Fisika 6 (lihat di Kuat Medan Listrik atau Intensitas Listrik (Electric Intensity). Hand Out Fisika 6 (lihat di http:).1. Pengetian Medan Listik. Medan Listik meupakan daeah atau uang disekita benda yang bemuatan listik dimana jika sebuah benda bemuatan lainnya diletakkan pada daeah itu

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar belakang BAB PENDAHULUAN. Lata belakang Pekembangan suatu teknologi sangat dipengauhi dengan pekembangan suatu ilmu pengetahuan. Tanpa peanan ilmu pengetahuan, bisa dipastikan teknologi akan sulit untuk bekembang

Lebih terperinci

ANALISIS PENGARUH HARGA JUAL DAN SALURAN DISTRIBUSI TERHADAP VOLUME PENJUALAN AYAM POTONG DI UD. SUPPLIER DAGING AYAM KOTA TANGERANG

ANALISIS PENGARUH HARGA JUAL DAN SALURAN DISTRIBUSI TERHADAP VOLUME PENJUALAN AYAM POTONG DI UD. SUPPLIER DAGING AYAM KOTA TANGERANG Junal Agibisnis, Vol. 9, No. 2, Desembe 2015, [ 137-148 ] ISSN : 1979-0058 ANALISIS PENGARUH HARGA JUAL DAN SALURAN DISTRIBUSI TERHADAP VOLUME PENJUALAN AYAM POTONG DI UD. SUPPLIER DAGING AYAM KOTA TANGERANG

Lebih terperinci

1 Sistem Koordinat Polar

1 Sistem Koordinat Polar 1 Sistem Koodinat ola ada kuliah sebelumna, kita selalu menggunakan sistem koodinat Katesius untuk menggambakan lintasan patikel ang begeak. Koodinat Katesius mudah digunakan saat menggambakan geak linea

Lebih terperinci

BAB III. METODOLOGI PENELITIAN. hasil. Sedangkan menurut Suharsimi Arikunto (2002:136) metode penelitian

BAB III. METODOLOGI PENELITIAN. hasil. Sedangkan menurut Suharsimi Arikunto (2002:136) metode penelitian 7 BAB III. METODOLOGI PENELITIAN A. Metode Penelitian Metode adalah suatu caa atau jalan yang ditempuh untuk mencapai suatu hasil. Sedangkan menuut Suhasimi Aikunto (00:36) metode penelitian adalah caa

Lebih terperinci

Dimensi Partisi pada Graf Kincir

Dimensi Partisi pada Graf Kincir Dimensi Patisi pada Gaf Kinci Disusun Oleh : Chanda Iawan NRP.00 09 0 Abstak Misalkan G(VE) adalah gaf tehubung dan S adalah sebuah subset dai V(G) jaak antaa v dan S adalah dv S min d v x x S.Suatu gaf

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. mengenai Identifikasi Variabel Penelitian, Definisi Variabel Penelitian,

BAB III METODE PENELITIAN. mengenai Identifikasi Variabel Penelitian, Definisi Variabel Penelitian, BAB III METODE PENELITIAN Pembahasan pada bagian metode penelitian ini akan menguaikan mengenai Identifikasi Vaiabel Penelitian, Definisi Vaiabel Penelitian, Populasi, Sampel dan Teknik Pengambilan Sampel,

Lebih terperinci

Medan Listrik. Medan : Besaran yang terdefinisi di dalam ruang dan waktu, dengan sifat-sifat tertentu.

Medan Listrik. Medan : Besaran yang terdefinisi di dalam ruang dan waktu, dengan sifat-sifat tertentu. Medan Listik Pev. Medan : Besaan yang tedefinisi di dalam uang dan waktu, dengan sifat-sifat tetentu. Medan ada macam : Medan skala Cnthnya : - tempeatu dai sebuah waktu - apat massa Medan vekt Cnthnya

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI. Gambar 2.1. Proses fluoresensi dan fosforesensi [14].

BAB 2 LANDASAN TEORI. Gambar 2.1. Proses fluoresensi dan fosforesensi [14]. BAB 2 LANDAAN TORI 2.1 Pinsip luoesensi luoesensi adalah poses pemancaan adiasi cahaya oleh suatu matei setelah teeksitasi oleh bekas cahaya beenegi tinggi. misi cahaya tejadi kaena poses absobsi cahaya

Lebih terperinci

Sudaryatno Sudirham ing Utari. Mengenal. 4-2 Sudaryatno S & Ning Utari, Mengenal Sifat-Sifat Material (1)

Sudaryatno Sudirham ing Utari. Mengenal. 4-2 Sudaryatno S & Ning Utari, Mengenal Sifat-Sifat Material (1) Sudayatno Sudiam ing Utai Mengenal Sifat-Sifat Mateial () 4- Sudayatno S & Ning Utai, Mengenal Sifat-Sifat Mateial () BAB 4 Aplikasi Pesamaan Scödinge Pada Atom Dengan Satu Elekton Dalam bab ini kita akan

Lebih terperinci

PASANG SURUT AIR LAUT DI PANTAI KOTA TEGAL Soebyakto, Hj. Zulfah dan Mustaqim ABSTRAK

PASANG SURUT AIR LAUT DI PANTAI KOTA TEGAL Soebyakto, Hj. Zulfah dan Mustaqim ABSTRAK PASANG SURUT AIR LAUT DI PANTAI KOTA TEGAL Soebyakto, Hj. Zulah dan Mustaqim ABSTRAK Penelitian dilakukan untuk menjawab keingintahuan peneliti untuk mengungkapkan suatu gejala alam atau enomena alam yaitu

Lebih terperinci

6. Soal Ujian Nasional Fisika 2015/2016 UJIAN NASIONAL

6. Soal Ujian Nasional Fisika 2015/2016 UJIAN NASIONAL 6. Soal Ujian Nasional Fisika 015/016 UJIAN NASIONAL Mata Pelajaan : Fisika Jenjang : SMA/MA Pogam Studi : IPA Hai/Tanggal : Rabu, 6 Apil 016 Jam : 10.30 1.30 PETUNJUK UMUM 1. Isikan nomo ujian, nama peseta,

Lebih terperinci

Komponen Struktur Tekan

Komponen Struktur Tekan Mata Kuliah : Peancangan Stuktu Baja Kode : CIV 303 SKS : 3 SKS Komponen Stuktu Tekan Petemuan 4, 5 Sub Pokok Bahasan : Panjang Tekuk Tekuk Lokal Tekuk Batang Desain Batang Tekan Batang batang tekan yang

Lebih terperinci

PENGARUH CONTRACTING CONTINYU SEBUAH PENDEKATAN BEHAVIORISTIK DALAM MENINGKATKAN SELF AWARNES

PENGARUH CONTRACTING CONTINYU SEBUAH PENDEKATAN BEHAVIORISTIK DALAM MENINGKATKAN SELF AWARNES Posiding Konfeda dan Semina Nasional BK PD ABKIN Sulawesi Selatan Optimalisasi Pean Pendidik Dalam Membangun Kaakte Bangsa Di Ea MEA 30 Makassa, 4-5 Maet 017 PENGARUH CONTRACTING CONTINU SEBUAH PENDEKATAN

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. adalah untuk mengetahui kontribusi motivasi dan minat bekerja di industri

BAB III METODE PENELITIAN. adalah untuk mengetahui kontribusi motivasi dan minat bekerja di industri BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Bedasakan pemasalahan, maka penelitian ini temasuk penelitian koelasional yang besifat deskiptif, kaena tujuan utama dai penelitian ini adalah untuk mengetahui

Lebih terperinci

I Wayan Teresna 1, Djoko Suhantono 1. Bali,Phone : , Fax: Abstrak

I Wayan Teresna 1, Djoko Suhantono 1. Bali,Phone : , Fax: Abstrak Pengauh Kualitas Tingkat Peneangan Lampu (I Wayan Teesna dkk.) PENGARUH KUALITAS TINGKAT PENERANGAN LAMPU, LINGKUNGAN KERJA DAN PERALATAN TERHADAP PRODUKTIVITAS KERJA TEKNISI REPARASI ELEKTRONIK DI WILAYAH

Lebih terperinci

MEDAN LIST S RIK O eh : S b a a b r a Nu N r u oh o m h an a, n M. M Pd

MEDAN LIST S RIK O eh : S b a a b r a Nu N r u oh o m h an a, n M. M Pd MEDAN LISTRIK Oleh : Saba Nuohman, M.Pd Ke Menu Utama Pehatikan Video Beikut: Mengapa itu bisa tejadi? Muatan Listik Penjelasan seputa atom : Diamete inti atom Massa potonmassa neton Massa elekton Muatan

Lebih terperinci

Analisis Numerik Ragam pada Pelat Utuh dan Retak: Studi Interaksi Dinamis Struktur dengan Udara ABSTRAK

Analisis Numerik Ragam pada Pelat Utuh dan Retak: Studi Interaksi Dinamis Struktur dengan Udara ABSTRAK Volume 6, Nomo 1, Pebuai 2009 Junal APLIKASI Analisis Numeik pada Pelat Utuh dan Retak: Studi Inteaksi Dinamis Stuktu dengan Udaa Agung Budipiyanto Pogam Diploma Teknik Sipil FTSP ITS email: agungbp@ce.its.ac.id

Lebih terperinci

BAB III EKSPEKTASI BANYAKNYA PENGGANTIAN KOMPONEN LISTRIK MOTOR BERDASARKAN FREE REPLACEMENT WARRANTY DUA DIMENSI

BAB III EKSPEKTASI BANYAKNYA PENGGANTIAN KOMPONEN LISTRIK MOTOR BERDASARKAN FREE REPLACEMENT WARRANTY DUA DIMENSI BAB III EKSPEKTASI BANYAKNYA PENGGANTIAN KOMPONEN LISTRIK MOTOR BERDASARKAN FREE REPLACEMENT WARRANTY DUA DIMENSI 3. Pendahuluan Tujuan penelitian ini adalah untuk mendapatkan ekspektasi banyaknya komponen

Lebih terperinci

98 Jurnal Fisika Edukasi (JFE) Vol.2 No.2 Oktober 2015

98 Jurnal Fisika Edukasi (JFE) Vol.2 No.2 Oktober 2015 98 Junal Fisika Edukasi (JFE) Vol. No. Oktobe 015 PENGARUH KEPEMIMPINAN DOSEN DAN KEMAMPUAN PRAKTIKUM FISIKA DASAR TERHADAP PRESTASI BELAJAR MAHASISWA DALAM MATAKULIAH FISIKA DASAR (STUDI KASUS MAHASISWA

Lebih terperinci

Geometri Analitik Bidang (Lingkaran)

Geometri Analitik Bidang (Lingkaran) 9 Geometi nalitik idang Lingkaan) li Mahmudi Juusan Pendidikan Matematika FMIP UNY) KOMPETENSI Kompetensi ang dihaapkan dikuasai mahasiswa setelah mempelajai ab ini adalah sebagai beikut. Menjelaskan pengetian

Lebih terperinci

STUDI EKSPERIMENTAL KARAKTERISTIK GOVERNOR JENIS PROELL DAN HARTNELL HASIL DESAIN YANG DIGUNAKAN SEBAGAI MODUL PRAKTIKUM FENOMENA

STUDI EKSPERIMENTAL KARAKTERISTIK GOVERNOR JENIS PROELL DAN HARTNELL HASIL DESAIN YANG DIGUNAKAN SEBAGAI MODUL PRAKTIKUM FENOMENA Posidin Temu Ilmiah Nasional Dosen Teknik 007 FT-UNTAR ISBN : 978-979-9973--6 STUDI EKSPERIMENTAL KARAKTERISTIK GOVERNOR JENIS PROELL DAN HARTNELL HASIL DESAIN YANG DIGUNAKAN SEBAGAI MODUL PRAKTIKUM FENOMENA

Lebih terperinci

BAB 17. POTENSIAL LISTRIK

BAB 17. POTENSIAL LISTRIK DFTR ISI DFTR ISI... 7. POTENSIL LISTRIK... 7. Potensial dan eda Potensial... 7. Dipole Listik...6 7.3 Kapasitansi Listik...9 7.4 Dielektikum... 7.5 Penyimpanan Enegi Listik...5 7.6 Pealatan : Tabung Sina

Lebih terperinci

KERETAKAN KRISTAL TUNGGAL LITHIUM NIOBATE YANG DITUMBUHKAN DENGAN METODE CZOCHRALSKI

KERETAKAN KRISTAL TUNGGAL LITHIUM NIOBATE YANG DITUMBUHKAN DENGAN METODE CZOCHRALSKI POSIDING SEMINA NASIONAL EKAYASA KIMIA DAN POSES 004 ISSN : 4-46 KEETAKAN KISTAL TUNGGAL LITHIUM NIOBATE YANG DITUMBUHKAN DENGAN METODE COCHALSKI Nguah Made D.P.*, M.. Saha**, Md. adzi Sudin**, and Hamdan

Lebih terperinci

: Dr. Budi Mulyanti, MSi. Pertemuan ke-2 CAKUPAN MATERI 1. MEDAN LISTRIK 2. INTENSITAS/ KUAT MEDAN LISTRIK 3. GARIS GAYA DAN FLUKS LISTRIK

: Dr. Budi Mulyanti, MSi. Pertemuan ke-2 CAKUPAN MATERI 1. MEDAN LISTRIK 2. INTENSITAS/ KUAT MEDAN LISTRIK 3. GARIS GAYA DAN FLUKS LISTRIK MATA KULIAH KOD MK Dosen : FISIKA DASAR II : L-1 : D. Budi Mulyanti, MSi Petemuan ke- CAKUPAN MATRI 1. MDAN LISTRIK. INTNSITAS/ KUAT MDAN LISTRIK 3. GARIS GAYA DAN FLUKS LISTRIK SUMBR-SUMBR: 1. Fedeick

Lebih terperinci

IDENTITAS TRIGONOMETRI. Tujuan Pembelajaran

IDENTITAS TRIGONOMETRI. Tujuan Pembelajaran Kuikulum 03 Kelas X matematika WAJIB IDENTITAS TRIGONOMETRI Tujuan Pembelajaan Setelah mempelajai matei ini, kamu dihaapkan memiliki kemampuan beikut.. Memahami jenis-jenis identitas tigonometi.. Dapat

Lebih terperinci

Konsep energi potensial elektrostatika muatan titik : Muatan q dipindahkan dari r = ke r = r A Seperti digambarkan sbb :

Konsep energi potensial elektrostatika muatan titik : Muatan q dipindahkan dari r = ke r = r A Seperti digambarkan sbb : Knsep enegi ptensial elektstatika muatan titik : Muatan q dipindahkan dai = ke = A Sepeti digambakan sbb : q + Enegi ptensial muatan q yang tepisah pada jaak A dai Q U( A ) = - A Fc d Fc = 4 Q q ˆ = -

Lebih terperinci

Ini merupakan tekanan suara p(p) pada sembarang titik P dalam wilayah V seperti yang. (periode kedua integran itu).

Ini merupakan tekanan suara p(p) pada sembarang titik P dalam wilayah V seperti yang. (periode kedua integran itu). 7.3. Tansmisi Suaa Melalui Celah 7.3.1. Integal Kichhoff Cukup akses yang bebeda untuk tik-tik difaksi disediakan oleh difaksi yang tepisahkan dapat dituunkan dai teoema Geen dalam analisis vekto. Hal

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN III. METODE PENELITIAN A. Metode Penelitian Metode meupakan caa keja yang digunakan untuk memahami, mengeti, segala sesuatu yang behubungan dengan penelitian aga tujuan yang dihaapkan dapat tecapai. Sesuai

Lebih terperinci

PERKIRAAN WAKTU PELAKSANAAN PROYEK PENINGKATAN JARINGAN DAERAH RAWA BERDASARKAN PERKIRAAN BIAYA DAN LUAS AREAL LAYANAN IRIGASI

PERKIRAAN WAKTU PELAKSANAAN PROYEK PENINGKATAN JARINGAN DAERAH RAWA BERDASARKAN PERKIRAAN BIAYA DAN LUAS AREAL LAYANAN IRIGASI Junal Teknik Sipil ISSN 30-053 Pogam Pascasajana Univesitas Syiah Kuala Pages pp. 4-35 PERKIRAAN WAKTU PELAKSANAAN PROYEK PENINGKATAN JARINGAN DAERAH RAWA BERDASARKAN PERKIRAAN BIAYA DAN LUAS AREAL LAYANAN

Lebih terperinci

r, sistem (gas) telah melakukan usaha dw, yang menurut ilmu mekanika adalah : r r

r, sistem (gas) telah melakukan usaha dw, yang menurut ilmu mekanika adalah : r r 4. USH 4.1 System yang beada dalam keadaan setimbang akan tetap mempetahanan keadan itu. Untuk mengubah keadaan seimbang ini dipelukan pengauh-pengauh dai lua; sistem haus beinteaksi dengan lingkungannya.

Lebih terperinci

Kata. Kunci. E ureka. A Gerak Melingkar Beraturan

Kata. Kunci. E ureka. A Gerak Melingkar Beraturan Kata Kunci Geak melingka GM (Geak Melingka eatuan) GM (Geak Melingka eubah eatuan) Hubungan oda-oda Pada bab sebelumnya, kita sudah mempelajai geak luus. Di bab ini, kita akan mempelajai geak dengan lintasan

Lebih terperinci

Pemodelan Sistem Interaksi Obat dengan Menggunakan Fuzzy Inference System dan Pareto Optimality

Pemodelan Sistem Interaksi Obat dengan Menggunakan Fuzzy Inference System dan Pareto Optimality IJCCS, Vol.6, No.1, Januay 2012, pp. 23~32 ISSN: 1978-1520 23 Pemodelan Sistem Inteaksi Obat dengan Menggunakan Fuzzy Infeence System dan Paeto Optimality Elena Yustina* 1, Subana 2 1 Pogam Studi S2/S3

Lebih terperinci

LISTRIK STATIS. F k q q 1. k 9.10 Nm C 4. 0 = permitivitas udara atau ruang hampa. Handout Listrik Statis

LISTRIK STATIS. F k q q 1. k 9.10 Nm C 4. 0 = permitivitas udara atau ruang hampa. Handout Listrik Statis LISTIK STATIS * HUKUM COULOM. ila dua buah muatan listik dengan haga q dan q, saling didekatkan, dengan jaak pisah, maka keduanya akan taik-menaik atau tolak-menolak menuut hukum Coulomb adalah: ebanding

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pengauh Hujan Tehadap Stabilitas Leeng Infiltasi ai hujan ke dalam lapisan tanah pada leeng akan menambah beban pada leeng sebagai akibat peningkatan kandungan ai dalam tanah,

Lebih terperinci

BAB III REGERSI COX PROPORTIONAL HAZARD. hidup salahsatunyaadalah Regresi Proportional Hazard. Analisis

BAB III REGERSI COX PROPORTIONAL HAZARD. hidup salahsatunyaadalah Regresi Proportional Hazard. Analisis 13 BAB III REGERSI COX PROPORTIONAL HAZARD 3.1 Pendahuluan Analisisegesi yang seingkali digunakan dalam menganalisis data uji hidup salahsatunyaadalah Regesi Popotional Hazad. Analisis egesiinimengasumsikanbahwaasio

Lebih terperinci

ANALISIS SEKTOR BASIS DAN NON BASIS DI PROVINSI NANGGROE ACEH DARUSSALAM

ANALISIS SEKTOR BASIS DAN NON BASIS DI PROVINSI NANGGROE ACEH DARUSSALAM ANALISIS SEKTOR BASIS DAN NON BASIS DI PROVINSI NANGGROE ACEH DARUSSALAM AZHAR, SYARIFAH LIES FUAIDAH DAN M. NASIR ABDUSSAMAD Juusan Sosial Ekonomi Petanian, Fakultas Petanian Univesitas Syiah Kuala -

Lebih terperinci

SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN PEMILIHAN PENERIMA BEASISWA MAHASISWA KURANG MAMPU PADA STMIK BUDIDARMA MEDAN MENERAPKAN METODE PROFILE MATCHING

SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN PEMILIHAN PENERIMA BEASISWA MAHASISWA KURANG MAMPU PADA STMIK BUDIDARMA MEDAN MENERAPKAN METODE PROFILE MATCHING SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN PEMILIHAN PENERIMA BEASISWA MAHASISWA KURANG MAMPU PADA STMIK BUDIDARMA MEDAN MENERAPKAN METODE PROFILE MATCHING T.M Syahu Ichsan (1111667 ) Mahasiswa Pogam Studi Teknik Infomatika

Lebih terperinci

DINAMIKA NONGRAVITASIONAL ORBIT KOMET

DINAMIKA NONGRAVITASIONAL ORBIT KOMET Posiding Semina Nasional Penelitian, Pendidikan, dan Peneapan MIPA Fakultas MIPA, Univesitas Negei Yogyakata, 16 Mei 009 DINAMIKA NONGRAVITASIONAL ORBIT KOMET Muhammad Fachani Rosyid E-mail : fachani@ugm.ac.id

Lebih terperinci

PERHITUNGAN DANA PENSIUN DENGAN METODE PROJECTED UNIT CREDIT DAN INDIVIDUAL LEVEL PREMIUM

PERHITUNGAN DANA PENSIUN DENGAN METODE PROJECTED UNIT CREDIT DAN INDIVIDUAL LEVEL PREMIUM E-Junal Matematika Vol. 3, No.2 Mei 2014, 64-74 ISSN: 2303-175 PERHITUNGAN DA PENSIUN DENGAN METODE PROJECTED UNIT CREDIT DAN INDIVIDUAL LEVEL PREMIUM I GUSTI AYU KOMANG KUSUMA WARDHANI 1, I NYOMAN WIDA

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. menggunakan kuesioner sebagai teknik pokok. Penelitian yang bersifat

III. METODE PENELITIAN. menggunakan kuesioner sebagai teknik pokok. Penelitian yang bersifat III. METODE PENELITIAN A. Metode Penelitian Penelitian ini menggunakan metode penelitian kuantitatif, kaena dalam pengumpulan data, penulis menghimpun infomasi dai paa esponden menggunakan kuesione sebagai

Lebih terperinci

1 ANGKET PERSEPSI SISWA TERH

1 ANGKET PERSEPSI SISWA TERH 48 Lampian ANGKET PERSEPSI SISWA TERHADAP PERANAN ORANG TUA DAN MINAT BELAJAR DALAM PENINGKATAN HASIL BELAJAR BIOLOGI SISWA KELAS XI IPA SMA NEGERI 8 MEDAN Nama : Kelas : A. Petunjuk Pengisian. Bacalah

Lebih terperinci