LAPORAN PENELITIAN BIDANG ILMU TAHUN ANGGARAN 2010 DINAMIKA KUANTUM INTERAKSI DUA PARTIKEL; TELAAH INTERAKSI KUAT GAYA INTI

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "LAPORAN PENELITIAN BIDANG ILMU TAHUN ANGGARAN 2010 DINAMIKA KUANTUM INTERAKSI DUA PARTIKEL; TELAAH INTERAKSI KUAT GAYA INTI"

Transkripsi

1 LAPORAN PENELITIAN BIDANG ILMU TAHUN ANGGARAN DINAMIKA KUANTUM INTERAKSI DUA PARTIKEL; TELAAH INTERAKSI KUAT GAYA INTI Diajukan oleh: R Yosi Apian Sai, MSi

2 FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA TAHUN

3 HALAMAN PENGESAHAN LAPORAN PENELITIAN Judul Penelitian : Dinamika Kuantum Inteaksi Dua Patikel; Telaah Inteaksi Kuat Gaya Inti Bidang Penelitian : Fisika Komputasi 3 Ketua Peneliti a Nama Lengkap dan Gela b NIP c Pangkat dan Golongan d Jabatan e Fakultas / Juusan / Podi f Bidang Keahlian g Alamat Kanto & Telpon : : : : : : : R Yosi Apian Sai, MSi Penata Muda Tk I / III b Asisten Ahli FMIPA / Pendidikan Fisika / Fisika Fisika Komputasi Juusan Pendidikan Fisika, FMIPA UNY Kaang Malang, Yogyakata 558, (74) pswt 7 4 Nama Anggota Peneliti : 5 Lama Penelitian : 6 (enam) bulan 6 Lokasi Penelitian : FMIPA UNY 7 Biaya yang Dipelukan : Rp4, (Empat Juta Rupiah) 8 Penilaian a Pelaksanaan kegiatan penelitian telah / belum sesuai dengan ancangan dalam poposal penelitian b Sistematika lapoan sudah dapat / belum sesuai dengan ketentuan yang belaku c Hal-hal lain sudah / belum memenuhi pesyaatan d Lapoan dapat / belum diteima Peneliti Yogyakata, 6 Desembe Mengetahui, BPP FMIPA UNY R Yosi Apian Sai, MSi NIP Sukiya, MSi NIP Mengetahui, Dekan Fakultas MIPA UNY D Aiswan NIP

4 BAB I PENDAHULUAN Lata Belakang Masalah Dalam inti, tejadi inteaksi nukleon-nukleon (dua nukleon atau lebih) yang dapat beupa inteaksi kuat, inteaksi elektomagnetik dan inteaksi lemah yang menentukan sifat-sifat atau peilaku inti meliputi fungsi keadaan, aas enegi dan bebeapa besaan mendasa lain Besaan-besaan tesebut dapat beupa besaan statis sepeti paitas, momentum sudut total, momen dwikutub magnet, momen catukutub listik dan lainlain, maupun besaan dinamis (yang tekait dengan waktu) sepeti poses peluuhan, eksitasi dan lain-lain Ketiga inteaksi ini besama-sama dengan inteaksi gavitasi dikenal sebagai inteaksi fundamental (Walet, 999; Muldes & Ubachs, 3; Basdevant, et al, 5) (( π π +, π ) ) Inteaksi dua nukleon dapat bewujud inteaksi poton-poton, neuton-neuton dan poton-neuton Pada inteaksi poton-neuton pada keadaan teikat dihasilkan inti bau yang disebut deuteon Deuteon meupakan sistem yang hanya memiliki satu keadaan teikat Deuteon tak memiliki keadaan teeksitasi Dalam inteaksinya, poton dan neuton mengalami poses yang disebut petukaan meson di antaa meeka Petukaan meson diusulkan oleh Yukawa pada tahun 935 yang dikenal sebagai Teoi Medan Meson Yukawa menyatakan bahwa tedapat patikel dengan paamete massa antaa massa elekton dan massa nukleon yang betanggung jawab atas adanya gaya inti Patikel tesebut dikenal sebagai pion (Webe & Ligteink, 5; Hanhat, 7, & Lingzhi, et al, 7) Pion dapat bemuatan atau netal, ketiganya membentuk tiplet isospin dengan T = Pion ini meupakan anggota kelompok patikel elemente beinteaksi kuat (hadon) yang mempunyai massa menengah dan secaa kolektif disebut meson; pion adalah singkatan dai π-meson (Wong, 99; Valdeama, & Aiola, 5; Basdevant, et al, 5) Dalam inti tejadi inteaksi nukleon-nukleon (dua nukleon atau lebih) yang dapat beupa inteaksi kuat, inteaksi elektomagnetik dan inteaksi lemah yang menentukan sifat-sifat atau peilaku inti meliputi fungsi keadaan, tingkat enegi dan bebeapa vaiabel lainnya Ketiga inteaksi tesebut besama-sama dengan inteaksi gavitasi

5 dikenal sebagai empat inteaksi fundamental Empat jenis inteaksi tesebut, ditemukan tejalin antaa patikel elemente dan dapat meneangkan poses yang dikenal dalam alam semesta dalam segala skala dan ukuan Inteaksi tesebut besama dengan patikel yang dipengauhinya, jangkauan aksinya, kekuatan elatifnya dalam situasi yang dapat dipebandingkan dalam Tabel Tabel Empat Inteaksi Pokok [Beise, 987] Inteaksi Patikel Yang Dipengauhi Jangkauan Petukaan Patikel Atuan Univesum Kuat Quak Gluon Quak mengikat menjadi bentuk 5 m nukleon Hadon Meson Nukleon mengikat menjadi Elektomagnetik bentuk atomik inti Patikel Foton Penentuan stuktu atom, bemuatan molekul, zat padat dan zat cai; adalah fakto yang penting dalam jagat aya Lemah Quak dan Boson Tansfomasi menengah dai Lepton 7 m Madya quak dan lepton; menolong dalam menentukan komposisi inti atom Gavitasional Semua Gaviton Penemuan matei menjadi planet, bintang dan patikel Menuut teoi Yukawa, setiap nukleon teus meneus memancakan dan menyeap pion yang menyebabkan inti atom tetap utuh meski ada gaya tolak-menolak nukleon yang membangun inti itu Inteaksinya haus cukup kuat namun jangkauannya sangat pendek dan tebatas Pion yang dipetukakan adalah beupa patikel vitual kaena tejadi dalam waktu yang sangat singkat sehingga massa nukleon tidak penah beubah Gaya taik-menaik nukleon yang membangun inti tejadi pada jaak yang agak jauh kaena jika tidak demikian, nukleon dalam inti akan menyatu dan Yukawa mendapatkan bahwa hal itu dapat dijelaskan menuut petukaan patikel (meson) antaa nukleon, dengan massa patikel yang dipetukakan sekita kali massa elekton α e V ( ) =λαλα λ Pemasalahan yang dikaji dai penelitian ini adalah bentuk potensial dan kuadat fungsi gelombang seta keteikatan paamete potensial Yukawa pada keadaan dasa Adapun bentuk potensial Yukawa adalah dengan dan adalah suatu paamete meupakan konstanta kopling yang menyatakan kekuatan elatif gaya elektomagnetik dai inteaksi nukleon-nukleon, dan meupakan jangkauan tependek

6 nukleon-nukleon dalam beinteaksi Adapun fenomena kitis yang dapat tejadi pada potensial Yukawa yaitu tekait dengan paamete konstantanya (Qian Luo, Yao Li and Koge, 5:) A Identifikasi Masalah Bedasakan lata belakang masalah dapat diidentifikasi pemasalahan yaitu: Adanya inteaksi dua nukleon, yaitu tanpa mengetahui jenis patikelnya Adanya kaitan paamete fisis dalam inteaksinya dalam potensial tetentu B Batasan Masalah Dalam penelitan ini, pemasalahan dibatasi pada pemecahan pesamaan Schödinge satu dimensi yang meupakan pesamaan difeensial ode dua pada keadaan dasa, L= C Rumusan Masalah Rumusan masalah pada penelitian ini adalah sebagai beikut: Bagaimana memahami inteaksi dua nukleon tanpa mengetahui jenis patikelnya? Bagaimana kaitan paamete fisis dalam inteaksinya dalam potensial tetentu? D Tujuan Penelitian Tujuan dai penelitian ini adalah : Dapat memahami inteaksi dua nukleon tanpa mengetahui jenis patikelnya Dapat mempeoleh kaitan paamete fisis dalam inteaksi dalam potensial tetentu

7 + + + χ = Obj7 Obj8 Obj9 Obj BAB II KAJIAN PUSTAKA V( L L ( + ) ) Teoi stuktu inti bebeda dengan teoi stuktu atom, mengingat secaa pinsip tedapat pebedaan antaa gaya-gaya yang tejalin di antaa patikel-patikel penyusunnya Untuk menyelidiki gaya inteaksi pada patikel tetentu yang besifat sental dan bebas tehadap spin dan dapat dituunkan dai suatu enegi potensial yang besimeti bola sehingga keadaan stasione memiliki kuadat momentum sudut sebesa dengan L adalah bilangan bulat tak negatif (,,, ) tehadap pusat gaya, baik untuk sistem atom maupun inti, digunakan pesamaan gelombang Schödinge adial untuk keadaan stasione beenegi E yang belaku untuk sistem mikoskopis tanpa spin, L( L ) V ( ) χ ( ) = E ( ) () dengan adalah massa teeduksi pasangan patikel m dan M; dan meupakan bagian adial fungsi gelombang patikel yang begeak dengan nomalisasi d m d m m χ mm ( ( m + ) M ) χ ( ) d = yang dalam fungsi gelombang geak m elatif tehadap M beikut yang menghasilkan penyelesaian dengan, dan ()

8 Obj Obj Obj3 Obj4 Obj5 (3) dan yang memenuhi pes () Fungsi sudut memenuhi pes (3) meupakan fungsi hamonik bola Dalam potensial besimeti bola yang ditimbulkan oleh patikel M yang bejaak dai m; L dinamakan bilangan kuantum geak obital m tehadap M yang nilainya beupa bilangan bulat positif atau nol; E meupakan enegi elatif intenal sistem Dalam inti tejadi inteaksi anta nukleon-nukleon penyusunnya Jika nukleon-nukleon tesebut adalah poton-poton yang didekatkan, secaa elektostatis poton-poton dalam inti atom akan beusaha saling menjauhkan dii kaena adanya pengauh gaya tolak menolak Coulomb (gaya elektostatis) yang akan makin besa jika jaak poton-poton makin dekat Fakta lain menunjukkan bahwa poton-poton seolah-olah menyatu dan teikat besama dengan sangat kuat pada jaak yang sangat dekat (sekita,4 fm), yang mana secaa elektostatis poton-poton tidak mungkin menyatu Apapun yang mengikat poton-poton tesebut menjadi sebuah inti, menuut paa fisikawan ada gaya yang sangat kuat dan jauh lebih besa dibanding gaya tolak elektostatik yang menentangnya Gaya tesebut dinamakan gaya inti (gaya kuat) [Yusman Wiyatmo, 6] Gaya inti dinamakan gaya kuat (stong foce) kaena gaya ini meupakan gaya paling kuat dai semua gaya yang diketahui Gaya inti (stong foce) memiliki jangkauan sangat pendek, yaitu hanya sejauh ukuan inti (sekita,4 fm) Pada jaak lebih dai,4 fm gaya ini akan melemah dan akhinya menjadi nol Sehingga ketika kedua poton tepisah agak jauh, yang ada hanya gaya tolakan elektostatik Coulomb, sementaa gaya nuklinya benilai nol Untuk itu paa ahli fisika mengusulkan teoi tentang gaya inti, yaitu gaya taik menaik antaa patikel penyusun inti dengan sifat-sifat : Gaya inti tidak disebabkan oleh muatan patikel atau bukan meupakan gaya listik Gaya haus sangat kuat atau haus jauh lebih besa dai pada gaya elektostatis 3 Gaya inti meupakan gaya dekat atinya gaya ini hanya bekeja jika kedua patikel dalam inti cukup dekat (beada pada jaak tetentu sekita -5 m) Jika gaya

9 inti bekeja juga sampai jaak yang jauh, maka seluuh patikel di jagad aya akan bekumpul menjadi satu, sesuatu yang belum penah tejadi 4 Gaya inti tidak bekeja pada jaak yang sangat dekat sekali, kaena pada keadaan ini akan beubah menjadi gaya tolak Jika gaya inti bekeja juga pada jaak yang sangat dekat, maka semua neuton akan menjadi satu 5 Gaya inti antaa dua patikel tidak tegantung pada jenis patikelnya Atinya gaya inti tejadi pada poton-poton, poton-neuton, dan neuton-neuton [Yusman Wiyatmo, 6] Model yang behasil menjelaskan asal usul gaya bejangkauan pendek ini adalah model gaya tuka (exchange foce) atau dalam inteaksinya poton dan neuton mengalami poses petukaan meson (π-meson) di antaa meeka Petukaan meson diusulkan oleh Yukawa pada tahun 935 yang dikenal sebagai Teoi Medan Meson Menuut model ini, neuton memancakan sebuah patikel dan sekaligus menaiknya dengan gaya yang sangat kuat Jika patikel tadi menghampii poton, ia akan tetaik pula oleh poton dengan suatu gaya taik yang sangat kuat Poton kemudian memancakan sebuah patikel yang dapat diseap oleh neuton Kaena poton dan neuton masing-masing menaik patikel yang dipetukakan tesebut dengan gaya taik yang kuat, maka meeka seakan saling taik menaik Yukawa menyatakan bahwa tedapat patikel dengan paamete massa antaa massa elekton dan massa nukleon yang betanggung jawab atas inteaksi nukleonnukleon penyusun inti atau adanya gaya inti (a) Gaya Tolak Yang Timbul Kaena Petukaan Patikel

10 Obj6 (b) Gaya Taik Yang Timbul Kaena Petukaan Patikel Gamba Gaya Taik Dan Tolak Keduanya Dapat Timbul Kaena Petukaan Patikel [Beise, 987] Secaa umum, bentuk potensial Yukawa dapat ditulis secaa sedehana sebagai αα α = Obj7 dengan λ dan masing-masing menunjukkan kuat dan jaak gaya inti Adapun fenomena kitis yang dapat tejadi pada potensial Yukawa yaitu tekait dengan paamete konstantanya Untuk, potensial Yukawa dapat teeduksi menjadi potensial Coulomb dan mempunyai jumlah enegi ikat tak tehingga Pada, tidak ada inteaksi pada sistem atau sistem beada pada keadaan bebas Sedangkan, potensial Yukawa dalam kedaan yang sangat bebeda dengan potensial Coulomb, kaena mempunyai jumlah enegi ikat yang tebatas Ketika sangat besa enegi ikat hilang [Xiang Qian Luo etal, 5] (3)

11 BAB III METODE PENELITIAN Dengan menggunakan analisa dimensi yang betujuan menyedehanakan poses pehitungan secaa numeik, maka pelu dibuat vaiabel-vaiabel tak bedimensi Pesamaan Schodinge adial untuk keadaan stasione beenegi E yaitu, (4) dengan dan Langkah petama yang haus dilakukan adalah dengan penskalaan, yaitu dengan menganggap pesamaan Schödinge dalam bentuk tak bedimensi, (5) dalam komputasi, besaan yang akan dicai adalah dan yang meupakan besaan tidak bedimensi dalam inteval Selanjutnya, pesamaan difeensial ode dua dai pesamaan Schödinge satu dimensi ode dua diubah menjadi pesamaan aljaba simultan, yaitu, (6) dengan i =,, 3,, (N-) dan pesamaan aljaba simultan tesebut juga dapat dibuat dalam bentuk matik tidiagonal dengan mengingat syaat batas awal dan akhi sama dengan (7) ( ) ) ( ) ( ) ( = + U E m d d ( ) ( ) ( ) m V U + + = e V α λ = ) ( ( ~ ) * ~ ) ( ~ ~ * ~ ( ~ ) = + + m E V E m E d d E ~ ) ~ ( [ ] [ ] =,, a b a ( ) i i i i i i A λ = ( ) ( ) ( ) ( ) ( ) ( ) = N N N B A A A

12

13 Obj4 Obj4 Obj43 BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A Hasil Penelitian Pada penelitian ini dipeoleh bebeapa hasil sebagai beikut : Kaakteistik dan kuadat fungsi gelombang potensial Yukawa pada keadaan dasa Hasil penelitian penggambaan kaakteistik dan kuadat fungsi gelombang potensial Yukawa pada keadaan dasa dengan pogam kompute padagamba3 Gamba 3 Pola gafik kaakteistik dan kuadat fungsi gelombang potensial Yukawa pada keadaan dasa Hubungan paamete-paamete potensial Yukawa Dai penelitian dipeoleh hubungan paamete-paamete potensial Yukawa pada keadaan dasa yaitu λ dan, sepeti ditunjukkan dalam Gamba 4 Gamba 4 Hubungan paamete potensial Yukawa pada keadaan dasa Dai gamba 4 dipeoleh hubungan paamete potensial Yukawa (λ dan ) pada keadaan dasa () menggunakan fitting cuve logaitmik dengan nilai elevansi R =,999 yaitu: αl==466 ln(λ)+346

14 Obj44 Obj45 Obj47 Obj48 dengan λ adalah konstanta kopling yang menunjukkan kekuatan gaya elektomagnetik inteaksi nukleon-nukleon dan adalah jangkauan dai inteaksi antaa nukleon-nukleon B Pembahasan Pada pemasalahan kaakteistik, kuadat fungsi gelombang dan hubungan paamete-paamete potensial Yukawa pada keadaan dasa dai inteaksi nukleon-nukleon dapat didekati dengan metode numeik dan dipeoleh hasil sepeti yang ditunjukkan dengan Gamba 3 dan Gamba 4 Untuk potensial Yukawa pada keadaan dasa dengan vaiasi paametenya (λ dan ) dengan nilai beapapun akan didapatkan pola gafik sepeti Gamba 3 Pada Gamba 3 menunjukkan potensial Yukawa pada keadaan dasa akan benilai negatif seiing dengan betambah (semakin besa) jaak anta nukleon, pada jaak tetentu (besa) potensial akan melemah dan akhinya menjadi nol Hal ini menunjukkan bahwa nukleonnukleon akan saling mengikat dan membentuk sebuah inti dengan kekuatan ikatan tetentu pada potensial yang benilai negatif tesebut Sedangkan potensial yang benilai nol atau positif tidak tejadi ikatan, nukleon-nukleon beada dalam keadaan bebas dan tidak tejadi ikatan untuk membentuk sebuah inti Pada Gamba 3 juga menunjukkan gafik kuadat fungsi gelombang dengan puncak yang akan menuju konvegen untuk kuadat fungsi gelombang keadaan dasa dengan, dan kebolehjadian tebesa (nilai pobabilitas) nukleon-nukleon beinteaksi dan saling mengikat teletak pada jaak tetentu yang ditunjukkan dengan adanya puncak pada gafik kuadat fungsi gelombang tesebut Potensial Yukawa dikemukakan oleh Hideki Yukawa ditunjukkan sebagai V=-λe-α Dai gamba 4 dipeoleh gafik hubungan paamete potensial Yukawa (λ dan ) pada keadaan dasa () yaitu: αl==466 ln(λ)+346

15 Obj49 Dengan λ adalah kekuatan gaya elektomagnetik inteaksi nukleon-nukleon dan adalah jangkauan dai inteaksi antaa nukleon-nukleon Sehingga dalam hal ini dapat dilihat juga bahwa pada kekuatan gaya elektomagnetik yang semakin besa, jaak inteaksi semakin kecil, maka nukleon-nukleon akan teikat kuat dengan swanilai tekecil tetentu yang semakin besa pula Dai teoema Yukawa yang mengatakan bahwa nukleon-nukleon dalam inti saling beinteaksi pada jaak yang sangat dekat dan tidak mungkin menyatu, pada jaak yang sangat dekat tesebut nukleon-nukleon akan saling mengikat Pada jaak yang lebik besa nukleon-nukleon akan saling tolak menolak

16 BAB V SIMPULAN DAN SARAN A SIMPULAN Bedasakan hasil penelitian dan pembahasan maka dapat disimpulkan sebagai beikut: Inteaksi dua patikel dapat dilihat dai kaakteistik dan kuadat fungsi gelombang potensial Yukawa a Bentuk potensial Yukawa pada keadaan dasa menunjukkan potensial akan benilai negatif seiing dengan betambah jaak anta nukleon, pada jaak tetentu (besa) potensial akan melemah dan akhinya menjadi nol Hal ini menunjukkan bahwa nukleon-nukleon akan saling mengikat dengan kekuatan ikatan tetentu pada potensial yang benilai negatif tesebut Sedangkan potensial yang benilai nol atau positif tidak tejadi ikatan anta nukleon b Gafik kuadat fungsi gelombang potensial Yukawa pada keadaan dasa menunjukkan kuadat fungsi gelombang dengan puncak yang akan menuju konvegen untuk kuadat fungsi gelombang keadaan dasa dengan, dan kebolehjadian tebesa (nilai pobabilitas) nukleon-nukleon beinteaksi teletak pada jaak tetentu yang ditunjukkan dengan adanya puncak pada gafik kuadat fungsi gelombang tesebut λα = Obj54 Hubungan paamete-paamete potensial Yukawa ( dan ) pada keadaan dasa () ditunjukkan dengan elasi :

17 DAFTAR PUSTAKA ~ λ Ballentine, LE (998) Quantum Mechanics: A Moden Development Singapoe: Wold Scientific Publising Basdevant, JL, Rich, J, & Spio, M (5) Fundamentals In Nuclea Physics: Fom Nuclea Stuctue to Cosmology New Yok: Spinge Science Beise, A (987) Konsep Fisika Moden (Tej The Houw Liong) Jakata: Elangga Eisenbeg, JM & Geine, W (986) Nucle Theoy; Micoscopic Theoy Of The Nucleus Amstedam: Noth-Holland Publishing Company Geine, W & Mauhn, J A (995) Nuclea Models Belin: Spinge-Velag Hanhat, C, (7), Pion Reactions on Two-Nucleon Systems axiv:nuclth/738v Kutov, A F & V E Toitsky, (), Relativistic Instant-Fom Appoach To The Stuctue Of Two Body Composite Systems, PhysRev C Lingzhi, C, Houong, P, Hongxia, H, Jialun, P, & F Wang, (7), An Altenative appoach to the σ-meson-exchange in nucleon-nucleon inteaction axiv:nuclth/733 Negele, JW & Vogt, E () Advances in Nuclea Physics vol 3 New Yok: Kluwe Academic Publishe Schiffe, J P et al (999) Nuclea Physics: The Coe Of Matte, The Fuel Of Stas Washington, DC: National Academy Pess Tannoudji, CC, B Diu, and F Laloë, (977), Quantum Mechanics I and II, nd ed, Hemann and John Wiley and Sons, Inc, Pais: Fance Valdeama, M P, & E R Aiola, (5), Renomalization of the Deuteon with One Pion Exchange, PhysRev C 7 54 Walet, N (999) Nuclea and Paticle Physics Mancheste: UMIST Webe, A, & N E Ligteink (9) Bound states in Yukawa theoy Few Body Syst46: 5 38 Wong, SSM (99) Intoductoy Nuclea Physics New Jesey: Pentice Hall Yusman Wiyatmo (6) Fisika Nukli dalam Telaah Semi-Klasik dan Kuantum Yogyakata : Pustaka Pelaja Xiang-Qian Luo, Yong-Yao Li, Helmut K oge (5) Bound States and Citical Behavio of the Yukawa Potential SciChina G35 (5) 63-64

Dinamika Pertukaran Partikel Pada Interaksi Nukleon-Nukleon Dalam Potensial Lokal

Dinamika Pertukaran Partikel Pada Interaksi Nukleon-Nukleon Dalam Potensial Lokal ISSN:89 133 Indonesian Jounal of Applied Physics (1) Vol. No.1 halaman 15 Apil 1 Dinamika Petukaan Patikel Pada Inteaksi Nukleon-Nukleon Dalam Potensial Lokal R. Yosi Apian Sai 1, Supadi 1, Agung BSU,

Lebih terperinci

STUDI INTERAKSI DUA NUKLEON DAN FENOMENA KRITIS POTENSIAL YUKAWA INTERACTION STUDY OF TWO NUCLEONS AND CRITICAL PHENOMENON OF THE POTENTIAL YUKAWA

STUDI INTERAKSI DUA NUKLEON DAN FENOMENA KRITIS POTENSIAL YUKAWA INTERACTION STUDY OF TWO NUCLEONS AND CRITICAL PHENOMENON OF THE POTENTIAL YUKAWA Studi Inteaksi Dua (Bima Anang Dwijaya)247 STUDI INTERAKSI DUA NUKLEON DAN FENOMENA KRITIS POTENSIAL YUKAWA INTERACTION STUDY OF TWO NUCLEONS AND CRITICAL PHENOMENON OF THE POTENTIAL YUKAWA Oleh : Bima

Lebih terperinci

ENERGI SIMETRI DAN ANTI-SIMETRI PADA ION MOLEKUL HIDROGEN H

ENERGI SIMETRI DAN ANTI-SIMETRI PADA ION MOLEKUL HIDROGEN H ENERGI SIMETRI DAN ANTI-SIMETRI PADA ION MOLEKUL IDROGEN abib Mustofa, Bambang Supiadi, Rif ati Dina andayani Pogam Studi Pendidikan Fisika FKIP Univesitas Jembe email: abib.mustofa.7@gmail.com Abstact:

Lebih terperinci

MODIFIKASI DISTRIBUSI MASSA PADA SUATU OBJEK SIMETRI BOLA

MODIFIKASI DISTRIBUSI MASSA PADA SUATU OBJEK SIMETRI BOLA p-issn: 2337-5973 e-issn: 2442-4838 MODIFIKASI DISTIBUSI MASSA PADA SUATU OBJEK SIMETI BOLA Yuant Tiandho Juusan Fisika, Univesitas Bangka Belitung Email: yuanttiandho@gmail.com Abstak Umumnya, untuk menggambakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. akibat dari interaksi di antara penyusun inti tersebut. Penyusun inti meliputi

BAB I PENDAHULUAN. akibat dari interaksi di antara penyusun inti tersebut. Penyusun inti meliputi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sistem inti dapat dipelajari melalui kesatuan sistem penyusun inti sebagai akibat dari interaksi di antara penyusun inti tersebut. Penyusun inti meliputi proton

Lebih terperinci

HUKUM COULOMB Muatan Listrik Gaya Coulomb untuk 2 Muatan Gaya Coulomb untuk > 2 Muatan Medan Listrik untuk Muatan Titik

HUKUM COULOMB Muatan Listrik Gaya Coulomb untuk 2 Muatan Gaya Coulomb untuk > 2 Muatan Medan Listrik untuk Muatan Titik HKM CMB Muatan istik Gaya Coulomb untuk Muatan Gaya Coulomb untuk > Muatan Medan istik untuk Muatan Titik FISIKA A Semeste Genap 6/7 Pogam Studi S Teknik Telekomunikasi nivesitas Telkom M A T A N Pengamatan

Lebih terperinci

ELEKTROSTATIKA. : Dr. Budi Mulyanti, MSi. Pertemuan ke-1 CAKUPAN MATERI 1. MUATAN LISTRIK 2. HUKUM COULOMB

ELEKTROSTATIKA. : Dr. Budi Mulyanti, MSi. Pertemuan ke-1 CAKUPAN MATERI 1. MUATAN LISTRIK 2. HUKUM COULOMB MATA KULIAH KODE MK Dosen : FISIKA DASAR II : EL-1 : D. Budi Mulyanti, MSi Petemuan ke-1 CAKUPAN MATERI 1. MUATAN LISTRIK. HUKUM COULOMB SUMBER-SUMBER: 1. Fedeick Bueche & David L. Wallach, Technical Physics,

Lebih terperinci

FISIKA DASAR II. Kode MK : FI SKS : 3 Program Studi : Fisika Instrumentasi (S-1) Kelas : Reguler MATERI 1

FISIKA DASAR II. Kode MK : FI SKS : 3 Program Studi : Fisika Instrumentasi (S-1) Kelas : Reguler MATERI 1 FISIKA DASAR II Kode MK : FI 0 SKS : 3 Pogam Studi : Fisika Instumentasi (S-) Kelas : Regule MATERI TA 00/0 KRITERIA PENILAIAN Jika kehadian melampaui 75 %, Nilai Akhi mahasiswa ditentukan dai komponen

Lebih terperinci

FISIKA. Sesi LISTRIK STATIK A. GAYA COULOMB

FISIKA. Sesi LISTRIK STATIK A. GAYA COULOMB ISIKA KELAS XII IPA - KURIKULUM GABUNGAN 04 Sesi NGAN LISTRIK STATIK A. GAYA COULOMB Jika tedapat dua atau lebih patikel bemuatan, maka antaa patikel tesebut akan tejadi gaya taik-menaik atau tolak-menolak

Lebih terperinci

Hand Out Fisika 6 (lihat di Kuat Medan Listrik atau Intensitas Listrik (Electric Intensity).

Hand Out Fisika 6 (lihat di Kuat Medan Listrik atau Intensitas Listrik (Electric Intensity). Hand Out Fisika 6 (lihat di http:).1. Pengetian Medan Listik. Medan Listik meupakan daeah atau uang disekita benda yang bemuatan listik dimana jika sebuah benda bemuatan lainnya diletakkan pada daeah itu

Lebih terperinci

BAB 11 GRAVITASI. FISIKA 1/ Asnal Effendi, M.T. 11.1

BAB 11 GRAVITASI. FISIKA 1/ Asnal Effendi, M.T. 11.1 BAB 11 GRAVITASI Hukum gavitasi univesal yang diumuskan oleh Newton, diawali dengan bebeapa pemahaman dan pengamatan empiis yang telah dilakukan oleh ilmuwan-ilmuwan sebelumnya. Mula-mula Copenicus membeikan

Lebih terperinci

GRAFITASI. F = G m m 1 2. F = Gaya grafitasi, satuan : NEWTON. G = Konstanta grafitasi, besarnya : G = 6,67 x 10-11

GRAFITASI. F = G m m 1 2. F = Gaya grafitasi, satuan : NEWTON. G = Konstanta grafitasi, besarnya : G = 6,67 x 10-11 GRAFITASI Si Isaac Newton yang tekenal dengan hukum-hukum Newton I, II dan III, juga tekenal dengan hukum Gafitasi Umum. Didasakan pada patikel-patikel bemassa senantiasa mengadakan gaya taik menaik sepanjang

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI. Gambar 2.1. Proses fluoresensi dan fosforesensi [14].

BAB 2 LANDASAN TEORI. Gambar 2.1. Proses fluoresensi dan fosforesensi [14]. BAB 2 LANDAAN TORI 2.1 Pinsip luoesensi luoesensi adalah poses pemancaan adiasi cahaya oleh suatu matei setelah teeksitasi oleh bekas cahaya beenegi tinggi. misi cahaya tejadi kaena poses absobsi cahaya

Lebih terperinci

BAB 17. POTENSIAL LISTRIK

BAB 17. POTENSIAL LISTRIK DFTR ISI DFTR ISI... 7. POTENSIL LISTRIK... 7. Potensial dan eda Potensial... 7. Dipole Listik...6 7.3 Kapasitansi Listik...9 7.4 Dielektikum... 7.5 Penyimpanan Enegi Listik...5 7.6 Pealatan : Tabung Sina

Lebih terperinci

HUKUM NEWTON TENTANG GRAVITASI DAN GERAK PLANET

HUKUM NEWTON TENTANG GRAVITASI DAN GERAK PLANET HUKUM NEWTON TENTANG GAVITASI DAN GEAK PLANET Kompetensi Dasa 3. Mengevaluasi pemikian diinya tehadap keteatuan geak planet dalam tatasuya bedasakan hukum-hukum Newton Penahkah Anda mempehatikan dan memikikan

Lebih terperinci

FISIKA 2 (PHYSICS 2) 2 SKS

FISIKA 2 (PHYSICS 2) 2 SKS Lab Elektonika Industi isika SILABI a. Konsep Listik b. Sumbe Daya Listik c. Resistansi dan Resisto d. Kapasistansi dan Kapasito e. Rangkaian Listik Seaah f. Konsep Elekto-Magnetik g. Induktansi dan Indukto

Lebih terperinci

LISTRIK STATIS. F k q q 1. k 9.10 Nm C 4. 0 = permitivitas udara atau ruang hampa. Handout Listrik Statis

LISTRIK STATIS. F k q q 1. k 9.10 Nm C 4. 0 = permitivitas udara atau ruang hampa. Handout Listrik Statis LISTIK STATIS * HUKUM COULOM. ila dua buah muatan listik dengan haga q dan q, saling didekatkan, dengan jaak pisah, maka keduanya akan taik-menaik atau tolak-menolak menuut hukum Coulomb adalah: ebanding

Lebih terperinci

BAB MEDAN DAN POTENSIAL LISTRIK

BAB MEDAN DAN POTENSIAL LISTRIK 1 BAB MEDAN DAN POTENSIAL LISTRIK 4.1 Hukum Coulomb Dua muatan listik yang sejenis tolak-menolak dan tidak sejenis taik menaik. Ini beati bahwa antaa dua muatan tejadi gaya listik. Bagaimanakah pengauh

Lebih terperinci

BAB II MEDAN LISTRIK DI SEKITAR KONDUKTOR SILINDER

BAB II MEDAN LISTRIK DI SEKITAR KONDUKTOR SILINDER BAB II MDAN ISTRIK DI SKITAR KONDUKTOR SIINDR II. 1 Hukum Coulomb Chales Augustin Coulomb (1736-1806), adalah oang yang petama kali yang melakukan pecobaan tentang muatan listik statis. Dai hasil pecobaannya,

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. Di dalam modul ini Anda akan mempelajari aplikasi Fisika Kuantum dalam fisika atom

PENDAHULUAN. Di dalam modul ini Anda akan mempelajari aplikasi Fisika Kuantum dalam fisika atom PENDAHULUAN Di dalam modul ini Anda akan mempelaai aplikasi Fisika Kuantum dalam fisika atom dan fisika molekul yang mencakup: Fisika atom dan Fisika Molekul. Oleh kaena itu, sebelum mempelaai modul ini

Lebih terperinci

FISIKA. Kelas X HUKUM NEWTON TENTANG GRAVITASI K-13. A. Hukum Gravitasi Newton

FISIKA. Kelas X HUKUM NEWTON TENTANG GRAVITASI K-13. A. Hukum Gravitasi Newton K- Kelas X ISIKA HUKUM NEWON ENANG GAVIASI UJUAN PEMELAJAAN Setelah mempelajai matei ini, kamu dihaapkan memiliki kemampuan beikut.. Menjelaskan hukum gavitasi Newton.. Memahami konsep gaya gavitasi dan

Lebih terperinci

dengan dimana adalah vektor satuan arah radial keluar. F r q q

dengan dimana adalah vektor satuan arah radial keluar. F r q q MEDAN LISTRIK 1 2.1 Medan Listik Gaya Coulomb di sekita suatu muatan listik akan membentuk medan listik. Dalam membahas medan listik, digunakan pengetian kuat medan. Untuk medan gaya Coulomb, kuat medan

Lebih terperinci

LISTRIK STATIS. Nm 2 /C 2. permitivitas ruang hampa atau udara 8,85 x C 2 /Nm 2

LISTRIK STATIS. Nm 2 /C 2. permitivitas ruang hampa atau udara 8,85 x C 2 /Nm 2 LISTIK STATIS A. Hukum Coulomb Jika tedapat dua muatan listik atau lebih, maka muatan-muatan listik tesebut akan mengalami gaya. Muatan yang sejenis akan tolak menolak sedangkan muatan yang tidak sejenis

Lebih terperinci

Gambar 4.3. Gambar 44

Gambar 4.3. Gambar 44 1 BAB HUKUM NEWTON TENTANG GERAK Pada bab kita telah membahas sifat-sifat geak yang behubungan dengan kecepatan dan peceaptan benda. Pembahasan pada Bab tesesbut menjawab petanyaan Bagaimana sebuah benda

Lebih terperinci

MEDAN LIST S RIK O eh : S b a a b r a Nu N r u oh o m h an a, n M. M Pd

MEDAN LIST S RIK O eh : S b a a b r a Nu N r u oh o m h an a, n M. M Pd MEDAN LISTRIK Oleh : Saba Nuohman, M.Pd Ke Menu Utama Pehatikan Video Beikut: Mengapa itu bisa tejadi? Muatan Listik Penjelasan seputa atom : Diamete inti atom Massa potonmassa neton Massa elekton Muatan

Lebih terperinci

Teori Dasar Medan Gravitasi

Teori Dasar Medan Gravitasi Modul Teoi Dasa Medan Gavitasi Teoi medan gavitasi didasakan pada hukum Newton tentang medan gavitasi jagat aya. Hukum medan gavitasi Newton ini menyatakan bahwa gaya taik antaa dua titik massa m dan m

Lebih terperinci

BAB II Tinjauan Teoritis

BAB II Tinjauan Teoritis BAB II Tinjauan Teoitis BAB II Tinjauan Teoitis 2.1 Antena Mikostip 2.1.1 Kaakteistik Dasa Antena mikostip tedii dai suatu lapisan logam yang sangat tipis ( t

Lebih terperinci

Untuk mempermudah memahami materi ini, perhatikan peta konsep berikut ini. Listrik Statis. membahas. Muatan Listrik. ditinjau menurut.

Untuk mempermudah memahami materi ini, perhatikan peta konsep berikut ini. Listrik Statis. membahas. Muatan Listrik. ditinjau menurut. Bab 7 Listik Statis Pada minggu yang ceah, Icha menyetika baju seagamnya. Sambil menunggu panasnya setika, ia menggosok-gosokkan setika pada bajunya yang tipis. Tenyata Icha melihat dan measakan seakan-akan

Lebih terperinci

BAB MEDAN DAN POTENSIAL LISTRIK

BAB MEDAN DAN POTENSIAL LISTRIK BAB MEDAN DAN POTENSIAL LISTRIK Contoh. Soal pemahaman konsep Anda mungkin mempehatikan bahwa pemukaan vetikal laya televisi anda sangat bedebu? Pengumpulan debu pada pemukaan vetikal televisi mungkin

Lebih terperinci

TRANSFER MOMENTUM TINJAUAN MIKROSKOPIK GERAKAN FLUIDA

TRANSFER MOMENTUM TINJAUAN MIKROSKOPIK GERAKAN FLUIDA TRANSFER MOMENTUM TINJAUAN MIKROSKOPIK GERAKAN FLUIDA Hingga sejauh ini kita sudah mempelajai tentang momentum, gaya-gaya pada fluida statik, dan ihwal fluida begeak dalam hal neaca massa dan neaca enegi.

Lebih terperinci

LISTRIK MAGNET. potensil listrik dan energi potensial listrik

LISTRIK MAGNET. potensil listrik dan energi potensial listrik LISTRIK MGNET potensil listik dan enegi potensial listik OLEH NM : 1.Feli Mikael asablolon(101057034).salveius Jagom(10105709) 3. Vinsensius Y Sengko (101057045) PROGRM STUDI PENDIDIKN FISIK JURUSN PENDIDIKN

Lebih terperinci

Bahan Ajar Listrik Statis Iqro Nuriman, S.Si, M.Pd SMA Negeri 1 Maja LISTRIK STATIS

Bahan Ajar Listrik Statis Iqro Nuriman, S.Si, M.Pd SMA Negeri 1 Maja LISTRIK STATIS SMA Negei Maja LISTRIK STATIS KLISTRIKAN Fisikawan Du Fay menunjukkan adanya dua macam pelistikan (eletifikasi). Bebeapa isolato tetentu, bila digosok dalam keadaan tetentu, menyebabkan gaya tolak. Hasil

Lebih terperinci

Gerak Melingkar. Gravitasi. hogasaragih.wordpress.com

Gerak Melingkar. Gravitasi. hogasaragih.wordpress.com Geak Melingka Gavitasi Kinematika Geak Melingka Beatuan Sebuah benda yang begeak membentuk suatu lingkaan dengan laju konstan v dikatakan mengalami geak melingka beatuan. Besa kecapatan dalam hal ini tetap

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar belakang BAB PENDAHULUAN. Lata belakang Pekembangan suatu teknologi sangat dipengauhi dengan pekembangan suatu ilmu pengetahuan. Tanpa peanan ilmu pengetahuan, bisa dipastikan teknologi akan sulit untuk bekembang

Lebih terperinci

HUBUNGAN PENGGUNAAN SUMBER BELAJAR DAN MINAT BELAJAR DENGAN HASIL BELAJAR PENGUKURAN DASAR SURVEY

HUBUNGAN PENGGUNAAN SUMBER BELAJAR DAN MINAT BELAJAR DENGAN HASIL BELAJAR PENGUKURAN DASAR SURVEY ISSN 085-05 Junal Penelitian Bidang Pendidikan Volume 0(): 6 -, 04 HUBUNGAN PENGGUNAAN SUMBER BELAJAR DAN MINAT BELAJAR DENGAN HASIL BELAJAR PENGUKURAN DASAR SURVEY Dedek Suhendo dan Kistian Juusan Pendidikan

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN III. METODE PENELITIAN 3.1. Keangka Pemikian Konseptual Setiap oganisasi apapun jenisnya baik oganisasi non pofit maupun oganisasi yang mencai keuntungan memiliki visi dan misi yang menjadi uh dalam setiap

Lebih terperinci

Hand Out Fisika Interaksi Elekstrostatik. XII IPA SMAN 8 Pekanbaru

Hand Out Fisika Interaksi Elekstrostatik. XII IPA SMAN 8 Pekanbaru Hand Out isika Setelah membahas matei ini dengan tuntas dihaapkan siswa dapat:. Menjelaskan konsep muatan listik. Menghubungkan benda banda netal dan bemuatan listik dengan poton poton dan elekton elekton

Lebih terperinci

Analisis Numerik Ragam pada Pelat Utuh dan Retak: Studi Interaksi Dinamis Struktur dengan Udara ABSTRAK

Analisis Numerik Ragam pada Pelat Utuh dan Retak: Studi Interaksi Dinamis Struktur dengan Udara ABSTRAK Volume 6, Nomo 1, Pebuai 2009 Junal APLIKASI Analisis Numeik pada Pelat Utuh dan Retak: Studi Inteaksi Dinamis Stuktu dengan Udaa Agung Budipiyanto Pogam Diploma Teknik Sipil FTSP ITS email: agungbp@ce.its.ac.id

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. adalah untuk mengetahui kontribusi motivasi dan minat bekerja di industri

BAB III METODE PENELITIAN. adalah untuk mengetahui kontribusi motivasi dan minat bekerja di industri BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Bedasakan pemasalahan, maka penelitian ini temasuk penelitian koelasional yang besifat deskiptif, kaena tujuan utama dai penelitian ini adalah untuk mengetahui

Lebih terperinci

BAB - X SIFAT KEMAGNETAN BAHAN

BAB - X SIFAT KEMAGNETAN BAHAN A - X SIFA KEAGNEAN AHAN ujuan: enghitung momen dipol dan suseptibilitas magnet untuk logam diamagnetik. engklasifikasikan logam paamagnetik. A. OEN DIPOL DAN SUSEPIILIAS AGNE Kemagnetan tidak dapat dipisahkan

Lebih terperinci

: Dr. Budi Mulyanti, MSi. Pertemuan ke-2 CAKUPAN MATERI 1. MEDAN LISTRIK 2. INTENSITAS/ KUAT MEDAN LISTRIK 3. GARIS GAYA DAN FLUKS LISTRIK

: Dr. Budi Mulyanti, MSi. Pertemuan ke-2 CAKUPAN MATERI 1. MEDAN LISTRIK 2. INTENSITAS/ KUAT MEDAN LISTRIK 3. GARIS GAYA DAN FLUKS LISTRIK MATA KULIAH KOD MK Dosen : FISIKA DASAR II : L-1 : D. Budi Mulyanti, MSi Petemuan ke- CAKUPAN MATRI 1. MDAN LISTRIK. INTNSITAS/ KUAT MDAN LISTRIK 3. GARIS GAYA DAN FLUKS LISTRIK SUMBR-SUMBR: 1. Fedeick

Lebih terperinci

Listrik statis (electrostatic) mempelajari muatan listrik yang berada dalam keadaan diam.

Listrik statis (electrostatic) mempelajari muatan listrik yang berada dalam keadaan diam. LISTRIK STATIS Listik statis (electostatic) mempelajai muatan listik yang beada dalam keadaan diam. A. Hukum Coulomb Hukum Coulomb menyatakan bahwa, Gaya taik atau tolak antaa dua muatan listik sebanding

Lebih terperinci

Gerak Melingkar. B a b 4. A. Kecepatan Linear dan Kecepatan Anguler B. Percepatan Sentripetal C. Gerak Melingkar Beraturan

Gerak Melingkar. B a b 4. A. Kecepatan Linear dan Kecepatan Anguler B. Percepatan Sentripetal C. Gerak Melingkar Beraturan B a b 4 Geak Melingka Sumbe: www.ealcoastes.com Pada bab ini, Anda akan diajak untuk dapat meneapkan konsep dan pinsip kinematika dan dinamika benda titik dengan caa menganalisis besaan Fisika pada geak

Lebih terperinci

KORELASI. menghitung korelasi antar variabel yang akan dicari hubungannya. Korelasi. kuatnya hubungan dinyatakan dalam besarnya koefisien korelasi.

KORELASI. menghitung korelasi antar variabel yang akan dicari hubungannya. Korelasi. kuatnya hubungan dinyatakan dalam besarnya koefisien korelasi. KORELASI Tedapat tiga macam bentuk hubungan anta vaiabel, yaitu hubungan simetis, hubungan sebab akibat (kausal) dan hubungan Inteaktif (saling mempengauhi). Untuk mencai hubungan antaa dua vaiabel atau

Lebih terperinci

BAB XII ANALISIS JALUR (PATH ANALYSIS) APA SIH?

BAB XII ANALISIS JALUR (PATH ANALYSIS) APA SIH? BAB XII ANALISIS JALUR (PATH ANALYSIS) APA SIH? KONSEP DASAR Path analysis meupakan salah satu alat analisis yang dikembangkan oleh Sewall Wight (Dillon and Goldstein, 1984 1 ). Wight mengembangkan metode

Lebih terperinci

UNIVERSITAS GADJAH MADA PROGRAM STUDI FISIKA FMIPA. Bahan Ajar 1: Kelistrikan (Minggu ke 1 dan 2)

UNIVERSITAS GADJAH MADA PROGRAM STUDI FISIKA FMIPA. Bahan Ajar 1: Kelistrikan (Minggu ke 1 dan 2) UNIVRSITAS GADJAH MADA PROGRAM STUDI FISIKA FMIPA Bahan Aja 1: Kelistikan (Minggu ke 1 dan 2) FISIKA DASAR II Semeste 2/3 sks/mff 1012 Oleh Muhammad Fachani Rosyid Dengan dana BOPTN P3-UGM tahun anggaan

Lebih terperinci

Hand Out Fisika II MEDAN LISTRIK. Medan listrik akibat muatan titik Medan listrik akibat muatan kontinu Sistem Dipol Listrik

Hand Out Fisika II MEDAN LISTRIK. Medan listrik akibat muatan titik Medan listrik akibat muatan kontinu Sistem Dipol Listrik MDAN LISTRIK Medan listik akibat muatan titik Medan listik akibat muatan kontinu Sistem Dipol Listik Mach 7 Definisi Medan Listik () Medan listik pada muatan uji q didefinisikan sebagai gaya listik pada

Lebih terperinci

Pengembangan instrumen penilaian kemampuan berfikir kritis pada pembelajaran fisika SMA

Pengembangan instrumen penilaian kemampuan berfikir kritis pada pembelajaran fisika SMA Papes semina.uad.ac.id/index.php/quantum Semina Nasional Quantum #5 (018) 477-1511 (7pp) Pengembangan instumen penilaian kemampuan befiki kitis pada pembelajaan fisika SMA Suji Adianti, dan Ishafit Pogam

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3. Jenis dan Lokasi Penelitian 3.. Jenis Penelitian Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian ekspeimen semu (quasi ekspeimental eseach, kaena penelitian yang akan dilakukan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. identifikasi variabel penelitian, definisi operasional variabel penelitian, subjek

BAB III METODE PENELITIAN. identifikasi variabel penelitian, definisi operasional variabel penelitian, subjek 9 BAB III METODE PEELITIA A. Identifikasi Vaiabel Penelitian Pada bagian ini akan diuaikan segala hal yang bekaitan dengan identifikasi vaiabel penelitian, definisi opeasional vaiabel penelitian, subjek

Lebih terperinci

Liston Hasiholan 1) dan Sudradjat 2)

Liston Hasiholan 1) dan Sudradjat 2) EVALUASI KINERJA KARYAWAN MENGGUNAKAN METODE PEMROGRAMAN LINEAR FUY *) Liston Hasiholan 1) dan Sudadjat 2) ABSTRAK Pengukuan kineja kayawan meupakan satu hal yang mutlak dilakukan secaa peiodik oleh suatu

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. mengenai Identifikasi Variabel Penelitian, Definisi Variabel Penelitian,

BAB III METODE PENELITIAN. mengenai Identifikasi Variabel Penelitian, Definisi Variabel Penelitian, BAB III METODE PENELITIAN Pembahasan pada bagian metode penelitian ini akan menguaikan mengenai Identifikasi Vaiabel Penelitian, Definisi Vaiabel Penelitian, Populasi, Sampel dan Teknik Pengambilan Sampel,

Lebih terperinci

BAB II METODE PENELITIAN. penelitian korelasional dengan menggunakan pendekatan kuantitatif dan

BAB II METODE PENELITIAN. penelitian korelasional dengan menggunakan pendekatan kuantitatif dan BAB II METODE PENELITIAN A. Metode Penelitian Bentuk penelitian yang dipegunakan dalam penelitian ini adalah bentuk penelitian koelasional dengan menggunakan pendekatan kuantitatif dan menggunakan umus

Lebih terperinci

METODOLOGI PENELITIAN. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode Deskriptif. Karena

METODOLOGI PENELITIAN. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode Deskriptif. Karena 35 III. METODOLOGI PENELITIAN 1.1 Metode Penelitian Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode Deskiptif. Kaena penelitian ini mengkaji tentang Pengauh Kontol Dii dan Lingkungan Keluaga Tehadap

Lebih terperinci

Analisis Pengaruh Marketing Mix Terhadap Kepuasan Konsumen Sepeda Motor

Analisis Pengaruh Marketing Mix Terhadap Kepuasan Konsumen Sepeda Motor 34 Analisis Pengauh Maketing Mix Tehadap Kepuasan Konsumen Sepeda Moto Ti Wahyudi 1), Yopa Eka Pawatya 2) 1,2) Pogam Studi Teknik Industi Juusan Teknik Elekto Fakultas Teknik Univesitas Tanjungpua. e-mail

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA A. Perambatan Bunyi di Luar Ruangan

TINJAUAN PUSTAKA A. Perambatan Bunyi di Luar Ruangan Kebisingan yang belebihan akan sangat bepengauh tehadap indea pendengaan. Seseoang yang telalu seing beada pada kawasan dengan kebisingan yang tinggi setiap hainya dapat mengalami gangguan pendengaan sementaa

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang BAB PENDAHULUAN Lata Belakang Pada zaman moden sepeti saat sekaang ini, enegi listik meupakan kebutuhan pime bagi manusia, baik masyaakat yang tinggal di pekotaan maupun masyaakat yang tinggal di pedesaan

Lebih terperinci

MUATAN LISTRIK DAN HUKUM COULOMB. ' r F -F

MUATAN LISTRIK DAN HUKUM COULOMB. ' r F -F MUATAN LISTRIK AN HUKUM COULOMB q k ' qq' ˆ - - Matei Kuliah isika asa II (Pokok Bahasan 1) MUATAN LISTRIK AN HUKUM COULOMB s. Ishafit, M.Si. Pogam Stui Peniikan isika Univesitas Ahma ahlan, 5 Muatan Listik

Lebih terperinci

MEDAN LISTRIK STATIS

MEDAN LISTRIK STATIS Listik Statis 1 * MUATAN LISTRIK. MEDAN LISTRIK STATIS Suatu pengamatan dapat mempelihatkan bahwa bila sebatang gelas digosok dengan kain wool atau bulu domba; batang gelas tesebut mampu menaik sobekan-sobekan

Lebih terperinci

ANALISIS TAHAN HIDUP DATA TERSENSOR TIPE II MENGGUNAKAN MODEL DISTRIBUSI WEIBULL PADA PENDERITA HEPATITIS C

ANALISIS TAHAN HIDUP DATA TERSENSOR TIPE II MENGGUNAKAN MODEL DISTRIBUSI WEIBULL PADA PENDERITA HEPATITIS C pepustakaan.uns.ac.id ANALISIS TAHAN HIDUP DATA TERSENSOR TIPE II MENGGUNAKAN MODEL DISTRIBUSI WEIBULL PADA PENDERITA HEPATITIS C Budi Santoso, Respatiwulan, dan Ti Atmojo Kusmayadi Pogam Studi Matematika,

Lebih terperinci

Ini merupakan tekanan suara p(p) pada sembarang titik P dalam wilayah V seperti yang. (periode kedua integran itu).

Ini merupakan tekanan suara p(p) pada sembarang titik P dalam wilayah V seperti yang. (periode kedua integran itu). 7.3. Tansmisi Suaa Melalui Celah 7.3.1. Integal Kichhoff Cukup akses yang bebeda untuk tik-tik difaksi disediakan oleh difaksi yang tepisahkan dapat dituunkan dai teoema Geen dalam analisis vekto. Hal

Lebih terperinci

Sudaryatno Sudirham ing Utari. Mengenal. 4-2 Sudaryatno S & Ning Utari, Mengenal Sifat-Sifat Material (1)

Sudaryatno Sudirham ing Utari. Mengenal. 4-2 Sudaryatno S & Ning Utari, Mengenal Sifat-Sifat Material (1) Sudayatno Sudiam ing Utai Mengenal Sifat-Sifat Mateial () 4- Sudayatno S & Ning Utai, Mengenal Sifat-Sifat Mateial () BAB 4 Aplikasi Pesamaan Scödinge Pada Atom Dengan Satu Elekton Dalam bab ini kita akan

Lebih terperinci

Konstruksi Fungsi Lyapunov untuk Menentukan Kestabilan

Konstruksi Fungsi Lyapunov untuk Menentukan Kestabilan JURNAL SAINS DAN SENI ITS Vol. 6, No., (27) 2337-352 (23-928X Pint) A 28 Konstuksi Fungsi Lyapunov untuk Menentukan Kestabilan Reni Sundai dan Ena Apiliani Juusan Matematika, Fakultas Matematika dan Ilmu

Lebih terperinci

LISTRIK STATIS. F k q q 1. Gambar. Saling tarik menarik. Saling tolak-menolak. Listrik Statis * MUATAN LISTRIK.

LISTRIK STATIS. F k q q 1. Gambar. Saling tarik menarik. Saling tolak-menolak. Listrik Statis * MUATAN LISTRIK. * MUATAN LISTRIK. LISTRIK STATIS Suatu pengamatan dapat mempelihatkan bahwa bila sebatang gelas digosok dengan kain wool atau bulu domba; batang gelas tesebut mampu menaik sobekan-sobekan ketas. Ini menunjukkan

Lebih terperinci

ANALISIS DINAMIK ANTARA KONSUMSI DAN TABUNGAN DALAM WAKTU KONTINU

ANALISIS DINAMIK ANTARA KONSUMSI DAN TABUNGAN DALAM WAKTU KONTINU Posiding SNaPP2011 Sains, Teknologi, dan Kesehatan ISSN:2089-3582 ANALISIS DINAMIK ANTARA KONSUMSI DAN TABUNGAN DALAM WAKTU KONTINU 1 Lian Apianna, 2 Sudawanto, dan 3 Vea Maya Santi Juusan Matematika,

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Desain penelitian merupakan rencana atau metode yang akan ditempuh

BAB III METODE PENELITIAN. Desain penelitian merupakan rencana atau metode yang akan ditempuh BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Desain Penelitian Desain penelitian meupakan encana atau metode yang akan ditempuh dalam penelitian, sehingga umusan masalah dan hipotesis yang akan diajukan dapat dijawab

Lebih terperinci

INDUKSI ELEKTROMAGNETIK

INDUKSI ELEKTROMAGNETIK INDUKSI ELEKTROMAGNETIK Oleh : Saba Nuohman,M.Pd Ke Menu Utama Pehatikan Tampilan eikut agaimana Listik dipoduksi dalam skala besa? Apakah batu bateai atau Aki saja bisa memenuhi kebutuhan listik manusia?

Lebih terperinci

6. Soal Ujian Nasional Fisika 2015/2016 UJIAN NASIONAL

6. Soal Ujian Nasional Fisika 2015/2016 UJIAN NASIONAL 6. Soal Ujian Nasional Fisika 015/016 UJIAN NASIONAL Mata Pelajaan : Fisika Jenjang : SMA/MA Pogam Studi : IPA Hai/Tanggal : Rabu, 6 Apil 016 Jam : 10.30 1.30 PETUNJUK UMUM 1. Isikan nomo ujian, nama peseta,

Lebih terperinci

Fisika Dasar I (FI-321)

Fisika Dasar I (FI-321) Fisika Dasa I (FI-31) Topik hai ini (minggu ) Geak dalam Satu Dimensi (Kinematika) Keangka Acuan & Sistem Koodinat Posisi dan Pepindahan Kecepatan Pecepatan GLB dan GLBB Geak Jatuh Bebas Mekanika Bagian

Lebih terperinci

Geometri Analitik Bidang (Lingkaran)

Geometri Analitik Bidang (Lingkaran) 9 Geometi nalitik idang Lingkaan) li Mahmudi Juusan Pendidikan Matematika FMIP UNY) KOMPETENSI Kompetensi ang dihaapkan dikuasai mahasiswa setelah mempelajai ab ini adalah sebagai beikut. Menjelaskan pengetian

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan dan menganalisis pengaruh

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan dan menganalisis pengaruh BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Pendekatan dan Metode Penelitian Penelitian ini betujuan untuk mendeskipsikan dan menganalisis pengauh evaluasi dii dan pengembangan pofesi tehadap kompetensi pedadogik

Lebih terperinci

MOMENTUM LINEAR DAN TUMBUKAN

MOMENTUM LINEAR DAN TUMBUKAN MOMENTUM LINEAR DAN TUMBUKAN 1. MOMENTUM LINEAR Momentum sebuah patikel adalah sebuah vekto P yang didefinisikan sebagai pekalian antaa massa patikel m dengan kecepatannya, v, yaitu: P = mv (1) Isac Newton

Lebih terperinci

BAB III ANALISIS DAN PERANCANGAN

BAB III ANALISIS DAN PERANCANGAN BAB III ANALISIS DAN PERANCANGAN III.1 Pehitungan Pegeakan Robot Dai analisis geakan langkah manusia yang dibahas pada bab dua, maka dapat diambil bebeapa analisis untuk membuat ancangan geakan langkah

Lebih terperinci

Hukum Coulomb Dan Medan Listrik

Hukum Coulomb Dan Medan Listrik BAB Hukum Coulomb Dan Medan Listik Pendahuluan Istilah kelistikan sudah seing di gunakan dalam kehidupan sehai-hai. Akan tetapi oang tidak banyak yang memikikan tentang hal itu. Pengamatan tentang gaya

Lebih terperinci

I Wayan Teresna 1, Djoko Suhantono 1. Bali,Phone : , Fax: Abstrak

I Wayan Teresna 1, Djoko Suhantono 1. Bali,Phone : , Fax: Abstrak Pengauh Kualitas Tingkat Peneangan Lampu (I Wayan Teesna dkk.) PENGARUH KUALITAS TINGKAT PENERANGAN LAMPU, LINGKUNGAN KERJA DAN PERALATAN TERHADAP PRODUKTIVITAS KERJA TEKNISI REPARASI ELEKTRONIK DI WILAYAH

Lebih terperinci

Medan Listrik. Medan : Besaran yang terdefinisi di dalam ruang dan waktu, dengan sifat-sifat tertentu.

Medan Listrik. Medan : Besaran yang terdefinisi di dalam ruang dan waktu, dengan sifat-sifat tertentu. Medan Listik Pev. Medan : Besaan yang tedefinisi di dalam uang dan waktu, dengan sifat-sifat tetentu. Medan ada macam : Medan skala Cnthnya : - tempeatu dai sebuah waktu - apat massa Medan vekt Cnthnya

Lebih terperinci

Gerak melingkar beraturan

Gerak melingkar beraturan 13/10/01 Geak melingka beatuan geak melingka beatuan adalah geak dimensi dengan laju tetap, Aahnya beubah kecepatan beubah v i = vekto kecepatan awal v f = vekto kecepatan akhi θ = pepindahan sudut Gamba

Lebih terperinci

APLIKASI SISTEM INFERENSI FUZZY METODE SUGENO DALAM MEMPERKIRAKAN PRODUKSI AIR MINERAL DALAM KEMASAN

APLIKASI SISTEM INFERENSI FUZZY METODE SUGENO DALAM MEMPERKIRAKAN PRODUKSI AIR MINERAL DALAM KEMASAN Posiding Semina Nasional Penelitian, Pendidikan dan Peneapan MIPA, Fakultas MIPA, Univesitas Negei Yogyakata, 14 Mei 011 APLIKASI SISTEM INFERENSI FUZZY METODE SUGENO DALAM MEMPERKIRAKAN PRODUKSI AIR MINERAL

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN III. METODE PENELITIAN A. Metode Penelitian Metode meupakan caa keja yang digunakan untuk memahami, mengeti, segala sesuatu yang behubungan dengan penelitian aga tujuan yang dihaapkan dapat tecapai. Sesuai

Lebih terperinci

BAB III RANCANGAN PENELITIAN. tujuan utama yang ingin dicapai melalui penelitian ini adalah untuk memperoleh

BAB III RANCANGAN PENELITIAN. tujuan utama yang ingin dicapai melalui penelitian ini adalah untuk memperoleh 44 BAB III RACAGA PEELITIA.. Tujuan Penelitian Bedasakan pokok pemasalahan yang telah diuaikan dalam Bab I, maka tujuan utama yang ingin dicapai melalui penelitian ini adalah untuk mempeoleh jawaban atas

Lebih terperinci

Pengaturan Footprint Antena Ground Penetrating Radar Dengan Menggunakan Susunan Antena Modified Dipole

Pengaturan Footprint Antena Ground Penetrating Radar Dengan Menggunakan Susunan Antena Modified Dipole Pengatuan Footpint Antena Gound Penetating Rada Dengan Menggunakan Susunan Antena Modified Dipole Ande Eka Saputa (1324243) Jalu Pilihan Teknik Telekomunikasi Sekolah Teknik Elekto dan Infomatika Institut

Lebih terperinci

BAB PENERAPAN HUKUM-HUKUM NEWTON

BAB PENERAPAN HUKUM-HUKUM NEWTON 1 BAB PENERAPAN HUKUM-HUKUM NEWTON Sebelumnya telah dipelajai tentang hukum Newton: hukum I tentang kelembaban benda, yang dinyatakan oleh pesamaan F = 0; hukum II tentang hubungan gaya dan geak, yang

Lebih terperinci

Bab 2 Gravitasi Planet dalam Sistem Tata Surya

Bab 2 Gravitasi Planet dalam Sistem Tata Surya PEA KONSEP Bab Gavitasi Planet dalam Sistem ata Suya Gavitasi Gavitasi planet Hukum Gavitasi Newton Hukum Keple Menentukan massa bumi Obit satelit bumi Hukum I Keple Hukum II Keple Hukum III Keple 0 Fisika

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB LANDASAN TEORI. Pengetian Pestasi Belaja Pestasi belaja meupakan kegiatan mental yang tidak dapat disaksikan dai lua dii seseoang mahasiswa yang sedang belaja, pestasi belaja tidak dapat diketahui

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. ilmiah, apabila penelitian tersebut menggunakan metode atau alat yang tepat. dan menguji kebenaran suatu pengetahuan.

III. METODE PENELITIAN. ilmiah, apabila penelitian tersebut menggunakan metode atau alat yang tepat. dan menguji kebenaran suatu pengetahuan. 8 III. METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Suatu penelitian dapat behasil dengan baik dan sesuai dengan posedu ilmiah, apabila penelitian tesebut menggunakan metode atau alat yang tepat. Dengan menggunakan

Lebih terperinci

Bab. Garis Singgung Lingkaran. A. Pengertian Garis Singgung Lingkaran B. Garis Singgung Dua Lingkaran C. Lingkaran Luar dan Lingkaran Dalam Segitiga

Bab. Garis Singgung Lingkaran. A. Pengertian Garis Singgung Lingkaran B. Garis Singgung Dua Lingkaran C. Lingkaran Luar dan Lingkaran Dalam Segitiga ab 7 Sumbe: www.homepages.tesco Gais Singgung Lingkaan Lingkaan mungkin meupakan salah satu bentuk bangun data yang paling tekenal. Konsep lingkaan yang meliputi unsu-unsu lingkaan, luas lingkaan, dan

Lebih terperinci

HAND OUT STATISTIK NON PARAMETRIK

HAND OUT STATISTIK NON PARAMETRIK HAND OUT STATISTIK NON PARAMETRIK KASUS (k) SAMPEL BERHUBUNGAN Oleh : Aief Sudajat, S. Ant, M.Si PRODI SOSIOLOGI FAKULTAS ILMU SOSIAL UNIVERSITAS NEGERI SURABAYA 006 KASUS (k) SAMPEL BERHUBUNGAN Pada bagian

Lebih terperinci

FISIKA DASAR 2 PERTEMUAN 2 MATERI : POTENSIAL LISTRIK

FISIKA DASAR 2 PERTEMUAN 2 MATERI : POTENSIAL LISTRIK UNIVERSITAS BUANA PERJUANGAN KARAWANG Teknik Industi FISIKA DASAR PERTEMUAN MATERI : POTENSIAL LISTRIK SILABI FISIKA DASAR Muatan dan Medan Listik Potensial Listik Kapasito dan Dielektik Aus dan Resistansi

Lebih terperinci

BAB III. METODOLOGI PENELITIAN. hasil. Sedangkan menurut Suharsimi Arikunto (2002:136) metode penelitian

BAB III. METODOLOGI PENELITIAN. hasil. Sedangkan menurut Suharsimi Arikunto (2002:136) metode penelitian 7 BAB III. METODOLOGI PENELITIAN A. Metode Penelitian Metode adalah suatu caa atau jalan yang ditempuh untuk mencapai suatu hasil. Sedangkan menuut Suhasimi Aikunto (00:36) metode penelitian adalah caa

Lebih terperinci

BAB III OBJEK DAN METODE PENELITIAN

BAB III OBJEK DAN METODE PENELITIAN BAB III OBJEK DAN METODE PENELITIAN 3.1 Objek Penelitian Objek penelitian meupakan sesuatu yang menjadi pehatian dalam suatu penelitian, objek penelitian ini menjadi sasaan dalam penelitian untuk mendapatkan

Lebih terperinci

Hubungan Layanan Informasi Dengan Kreativitas Belajar Siswa

Hubungan Layanan Informasi Dengan Kreativitas Belajar Siswa Hubungan Layanan Infomasi Dengan Keativitas Belaja Siswa Si Rahayu (090154) Mahasiswa Pendidikan Bimbingan dan Konseling IKIP Vetean Semaang ABSTRAK Keativitas meupakan bakat yang secaa potensial dimiliki

Lebih terperinci

BAB IV HASIL SIMULASI DAN ANALISA PENGUKURAN

BAB IV HASIL SIMULASI DAN ANALISA PENGUKURAN BAB IV Hasil Simulasi Dan Analisa Pengukuan BAB IV HASIL SIMULASI DAN ANALISA PENGUKURAN 4.1. Pehitungan Saluan Pencatu Saluan pencatu yang digunakan pada Tugas Akhi ini menggunakan mikostip feedline.

Lebih terperinci

II. KINEMATIKA PARTIKEL

II. KINEMATIKA PARTIKEL II. KINEMATIKA PARTIKEL Kinematika adalah bagian dai mekanika ang mempelajai tentang geak tanpa mempehatikan apa/siapa ang menggeakkan benda tesebut. Bila gaa penggeak ikut dipehatikan, maka apa ang dipelajai

Lebih terperinci

Dimensi Partisi pada Graf Kincir

Dimensi Partisi pada Graf Kincir Dimensi Patisi pada Gaf Kinci Disusun Oleh : Chanda Iawan NRP.00 09 0 Abstak Misalkan G(VE) adalah gaf tehubung dan S adalah sebuah subset dai V(G) jaak antaa v dan S adalah dv S min d v x x S.Suatu gaf

Lebih terperinci

Kata. Kunci. E ureka. A Gerak Melingkar Beraturan

Kata. Kunci. E ureka. A Gerak Melingkar Beraturan Kata Kunci Geak melingka GM (Geak Melingka eatuan) GM (Geak Melingka eubah eatuan) Hubungan oda-oda Pada bab sebelumnya, kita sudah mempelajai geak luus. Di bab ini, kita akan mempelajai geak dengan lintasan

Lebih terperinci

Rancang Bangun Antena Mikrostrip 900 MHz

Rancang Bangun Antena Mikrostrip 900 MHz Rancang Bangun Antena Mikostip 900 MHz Siska Novita Posma 1, M. Yanua Haiyawan 2, Adiyan Khabzli 3 1,2,3 Juusan Teknik Elekto Politeknik Caltex Riau Tel : (0761-53939) Fax : (0761-554224) siska@pc.ac.id

Lebih terperinci

Contoh Proposal Skripsi Makalahmudah.blogspot.com

Contoh Proposal Skripsi Makalahmudah.blogspot.com BAB I PENDAHULUAN.. Lata Belakang Masalah Peanan pemasaan dalam kebehasilan peusahaan telah diakui di kalangan pengusaha untuk mempetahankan kebeadaanya dalam mengembangkan usaha dan mendapatkan keuntungan.

Lebih terperinci

BAB 13 LISTRIK STATIS DAN DINAMIS

BAB 13 LISTRIK STATIS DAN DINAMIS 397 BAB 3 LISTRIK STATIS DAN DINAMIS Penahkah anda melihat peti? atau penahkah anda tekejut kaena sengatan pada tangan anda ketika tangan menyentuh laya TV atau monito kompute? Peti meupakan peistiwa alam

Lebih terperinci

HUKUM GRAVITASI NEWTON

HUKUM GRAVITASI NEWTON HUKU GVITSI NEWTON. Pesamaan Hukum Gavitasi Umum Newton Pehatikan kejadian beikut :. Kelapa yan sudah tua bisa jatuh ke tanah tanpa dipetik.. Penejun payun akan jatuh ke bawah setelah meloncat dai pesawat..

Lebih terperinci

SEMINAR NASIONAL MATEMATIKA DAN PENDIDIKAN MATEMATIKA UNY 2016

SEMINAR NASIONAL MATEMATIKA DAN PENDIDIKAN MATEMATIKA UNY 2016 SEMINAR NASIONAL MATEMATIKA DAN PENDIDIKAN MATEMATIKA UNY 016 PM -7 Hubungan Fasilitas, Kemandiian, dan Kecemasan Belaja tehadap Pestasi Belaja Matematika pada Siswa Kelas VIII SMP di Kecamatan Puing Tahun

Lebih terperinci