PENDAHULUAN. Di dalam modul ini Anda akan mempelajari aplikasi Fisika Kuantum dalam fisika atom

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "PENDAHULUAN. Di dalam modul ini Anda akan mempelajari aplikasi Fisika Kuantum dalam fisika atom"

Transkripsi

1 PENDAHULUAN Di dalam modul ini Anda akan mempelaai aplikasi Fisika Kuantum dalam fisika atom dan fisika molekul yang mencakup: Fisika atom dan Fisika Molekul. Oleh kaena itu, sebelum mempelaai modul ini Anda telebih dahulu haus mempelaai modul nomo 5 dan sebelumnya. Matei kuliah dalam modul ini meupakan dasa dai matei yang akan Anda pelaai pada modul-modul selanutnya, teutama modul nomo 7 dai matakuliah Fisika Kuantum. Pengetahuan yang akan Anda peoleh dai modul ini akan bamanfaat untuk mempelaai matei kuliah Fisika Zat Padat, Fisika Inti, Fisika Atom, Fisika Patikel, dan ilmu-ilmu Fisika lanut lainnya. Setelah mempelaai modul ini Anda dihaapakan dapat mencapai bebeapa tuuan instuksional khusus, sebagai beikut: Anda haus dapat 1. menumlahkan momentum sudut obit dengan spin. menghitung pebedaan enegi antaa dua keadaan sebagai fungsi bilangan kuantum utama dan bilangan kuantum obit. 3. menentukan keadaan yang mungkin untuk konfiguasi dasa. 4. menenutkan simeti dai suatu keadaan (state). 5. menentukan fungsi gelombang keadaan dasa untuk atom He. Matei kuliah dalam modul ini akan disaikan dalam uutan sebagai beikut: 1. KB. 1 Fisika Atom. Di dalam KB. 1 ini Anda akan mempelaai sub-pokok bahasan : momentum sudut total dan atom-atom beelekton satu. Fisika Kuantum, Modul 6 Kadiawaman 1

2 . KB. Fisika Molekul. Dalam KB. ini Anda akan mempelaai sub-pokok bahasan: Pinsip Pauli, dan Tabel Peiodik. Aga Anda dapat mempelaai modul ini dengan baik, ikutilah petunuk belaa beikut ini. 1. Bacalah tuuan instuksional khusus untuk modul ini.. Baca dan pelaai dengan seksama uaian setiap kegiatan belaa. 3. Salinlah konsep dasa dan pesamaan-pesamaan penting ke dalam buku latihan Anda. 4. Pehatikan dan pelaai dengan baik contoh-contoh soal/masalah dalam setiap kegiatan belaa. 5. Keakan semua soal latihan dan usahakan tanpa melihat kunci awaban telebih dahulu. Fisika Kuantum, Modul 6 Kadiawaman

3 KB 1. Fisika Atom Setelah Anda mempelaai metoda penumlahan momentum sudut spin di dalam modul nomo 5 dan sifat-sifat Hamilton 3 dimensi di dalam modul nomo 3 dai Fisika kuantum, Anda sekaang akan diaak untuk mengaflikasikan kedua hal tesebut pada salah satu pokok bahasan dai Fisika Atom. Disamping kedua hal tesebut di atas, pinsif Pauli uga akan diaplikasikan. J 1.1 Momentum sudut total ( ) Sebelum memulai pasal ini, cobalah anda ingat kembali pinsip penumlahan momentum sudut spin dan obit untuk sebuah sistem Fisika sepeti yang telah diuaikan d alam modul 4 dai Fisika Kuantum. Sepeti anda ketahui, bahwa momentum sudut total dai sebuah sistem Fisika, sebuah atom atau sebuah elekton, yang mempunyai momentum sudut spin L dibei simbul dengan huuf J, dimana J = L + S ( S) dan momentum sudut obit ( ) Jika J di dot-poduct kan (pekalian antaa dua vekto yang menghasilkan skala), maka Anda akan mempeoleh hasil sebagai beikut : J J = J = L + S J = J J = L L + S S + L S + S L, Kaena L L = L, S S = S, dan L besifat komutataif dengan S, maka : J = L + S + L. S...(1) Komponen momentum sudut total J di dalam koodinat Catesius adalah adalah : J x = Lx + Sx, J y = Ly + Sy, dan J z = Lz + Sz. Dai matakuliah Fisika moden, anda ketahui bahwa sebuah elekton tunggal akan S. Kedua vekto momentum sudut ini memiliki momentum sudut obit ( L ) dan spin ( ) begabung untuk menghasilkan sebuah momentum sudut total J. Poses penggabungan kedua vekto ini kita sebut Kopling L-S, atau Kopling Saundes-Russell. Sebagai contoh, pehatikan gamba 1 di bawah ini. lalu Gamba 1 Tampilan vekto dai kopling L S. (a) menunukan sebuah elekton ( e ) dengan S. (b) Kopling L S dalam tampilan vekto. momentum sudut obit ( L ) dan ( ) Fisika Kuantum, Modul 6 Kadiawaman 3

4 Dai modul nomo Anda mengetahui bahwa : eigenstate (keadaan yang cocok) dai J adalah uga eigenstate dai opeato-opeato komutatif : J z, L, S, dan J itu sendii. Dai keempat opeato tesebut, kita dapat menyusun 6 buah Komutato, yaitu sebagai beikut : [ J, J z ] = [ L S L S J z ] [ J, L ] = [ L S L S L ] + +.,... () + +.,... (3) [ J,, S ] = [ L S LS S ] [ L J z, ] = [ L Lz Sz] [ S, J z ] = [ S L S ] z z [ L S ] + +,... (4),,... (5), +... (6),... (7) Kaena L komutatif dengan semua komponen L ( L x, L y, L z ) dan S uga komutatif dengan semua komponen S ( S x,s y, S z ), seta LdanS uga komutatif (sebab LdanS beada pada uang yang bebeda, yaitu uang obit dan uang spin), maka pesaman (komutato) () sampai (7) memiliki nilai sama dengan nol. Jadi [ J J z ], = 0 [ J L ], = 0 [ J S ] [ L, J z ] = 0 [ S, J z ] = 0 [ L S ], =0, = 0 Hal ini dapat anda buktikan dengan menggunakan kaidah komutato di dalam Fisika kuantum. L, J z. Sebagai contoh mailah kita hitung komutato [ ] [ L, J z ] = [ L, Lz, Sz] [ L, J z ] = [ L, L z ] +[ L, S z ] [ ] L L z, = 0 (kaena L komutatif dengan L z. Atinya L L z = L z L, atau L L z -L z L =0 Fisika Kuantum, Modul 6 Kadiawaman 4

5 Contoh lain : [ L, S z ] = 0 (kaena opeato LdanS bekea pada uang yng bebeda) Jadi [ L, J z ] = = 0 [ J, L ] = [ L S L S L ]., = [ L, L ] +[ S, L ] + [ L S L ] + +.,. Dengan menggunakan hubungan komutato : [ AB, C] = A[ B, C] + [ A, C] B, kita dapatkan [ J, L ] = [ L, L ] +[ S L, ] +L[ S, L ] + [ L, L ] S [ J L ], = 0 Dengan demikian keempat opeato tesebut meupakan sebuah himpunan (set) lengkap dai besaan-besaan fisika yang komutatif. Dalam bahasa inggis keempat opeato tesebut disebut sebuah complete set of Commuting obsevable atau disingkat CSCO Latihan : 1. Buktikanlah bahwa : J, L = 0 a. [ ] b. [ S J z ] c. [ L S ], =0, = 0 Catatan untuk menawab soal latihan ini Anda haus menggunakan sifat komutato sebagai beikut : A B C A C B, C dan [ +, ] = [, ] + [ ] [ A. B, C] = A [ B, C] + [ A C], B Sepeti telah dielaskan dalam modul nomo dai Fisika kuantum bentuk eigenstate dai opeato-opeato J, J z,, L, dan S biasa ditulis dalam notasi Diac sebagai sebuah ket yaitu sebagai beikut :, m, l,s, sehingga pesamaan eigenvalue untuk keempat opeato tstb dapat ditulis sebagai beikut: J, m, l,s =h ( + 1), m, l,s (Catatan: huuf l = l). z, m, l,s =,hm, m, l, s L m l,s,, = h l( l + 1),, = h s( s + 1) S m l,s, m, l,s, m, l,s Fisika Kuantum, Modul 6 Kadiawaman 5

6 Dengan demikian eigenvalue-eigenvalue: J adalah h (+1) J z adalah h m L adalah h l(l + 1) S adalah h s (s + 1) Apakah Anda masih ingat hubungan antaa nilai dengan nilai m? Bagaimanakah bentuk hubungan di antaa kedua nilai tesebut? Jika Anda lupa lagi coba pelaai kembali modul nomo dai Fisika Kuantum. Disana dielaskan bahwa untuk sebuah nilai, nilai m memiliki entang dai sampai + dengan langkah sebesa +1. Jadi nilai m dapat ditulis sebagai beikut: - < m < +, (8) atau m = -, - +1, - +, - +3,.., 0, 1,, 3, 4,, (-), (-1), (9) Untuk sebuah kopling L-S, nilai-nilai l dan s biasanya sudah diketahui. Selanutnya ika nilai-nilai l dan s telah diketahui, petanyaan beikutnya adalah beapakah nilai-nilai yang mungkin dipeoleh? Di dalam modul nomo untuk Fisika Kuantum Anda sudah mempelaai pinsip penumlahan momentum sudut. Coba Anda ingat-ingat kembali atuan penumlahan tesebut! Dengan menggunakan atuan penumlahan ini Anda tentu masih ingat bahwa nilai maksimum ( mak ) adalah l + s dan nilai minimum adalah haga mutlak dai l s. Jadi l s < < (l + s), (10) atau secaa inci nilai-nilai tesebut dapat ditulis sebagai beikut: = (l + s), (l + s)-1, (l + s)-, (l + s)-3,, l s. (11) Contoh: Tentukanlah nilai-nilai dan m yang mungkin dipeoleh dai sebuah kopling L-S dengan nilai l = dan s = ½! Jawab : (a) dengan menggunakan pesamaan (9) di atas kita peoleh nilai sebagai beikut: = ( + ½), ( + ½)-1, ( + ½)-,.., 1. (1) Kaena nilai minimum adalah +3/, maka nilai yang mungkin dipeoleh adalah hanya = 5/ dan = 3/. Jadi Anda tidak mungkin mempeoleh nilai = ½, meskipun dalam pesamaan (1) nilai ini masih dicantumkan. (b) Selanutnya mailah kita tentukan nilai m. Kaena dai awaban (a) di atas Anda mempeoleh dua enis nilai, yaitu 5/ dan 3/ maka dalam hal ini Anda akan mempeoleh dua set nilai m yaitu : untuk = 5/, m = -5/, -3/, -1/, +1/, +3/, dan + 5/. untuk = 3/, m = -3/, -1/, +1/ dan +3/. Latihan Tentukan nilai-nilai dan m dai sebuah kopling L-S dengan nilai l = 3, dan s = ½. Petunuk untuk menawab soal latihan: Gunakanlah pesamaan (8) atau (9) dan pesamaan (10) atau (11). Fisika Kuantum, Modul 6 Kadiawaman 6

7 Dai awaban (a) di atas Anda lihat bahwa untuk s = ½ nilai adalah 5/ dan 3/. Jadi hanya ada dua nilai. Kaena itu untuk s < l banyaknya nilai yang mungkin dipeoleh dapat ditentukan oleh nilai s, yaitu dengan menggunakan umus: s + 1. (13) Kemudian, dai awaban (b) pada contoh soal di atas Anda lihat bahwa banyaknya nilai m untuk = 5/ adalah 6 buah, dan banyaknya nilai m untuk = 3/ adalah 4 buah. Dai kenyataan ini Anda dapat menyimpulkan bahwa nilai m dapat ditentukan dengan menggunakan umus: +1. (14) Rumus-umus s + 1 dan +1 disebut kelipatan. Banyaknya nilai-nilai tesebut di atas adalah bekaitan dengan nilai-nilai enegi yang bebeda untuk sebuah atom. Jadi untuk atom yang beelekton satu buah dengan s = ½, misalnya, tingkat eneginya akan pecah menadi dua tingkat yang masing-masing sesuai dengan nilai = l + ½ dan - ½. Hal ini kaena kelipatannya adalah sama dengan. (Kaena (½ ) + 1). Dalam fisika kuantum, kita biasa membei nama untuk deet tingkat enegi yang sesuai dengan nilai s. Nama-nama tesebut adalah sebagai beikut: s = 0 disebut deet singlet ( kaena kelipatannya = 1) s = ½ disebut deet doublet ( kaena kelipatannya = ) (15) s = 1 disebut deet tiplet (kaena kelipatannya =3), dan seteusnya. Keadaan untuk setiap tingkat biasa dibei notasi sebagai beikut: s + 1 L, (16) diman L menyatakan huuf yang sesuai dengan nilai momentum sudut obit (l). Huuf-huuf tesebut ditentuan oleh nilai-nilai l sebagai beikut: l L S P D F G H I K L M N Contoh : untuk l = 1 dan s = ½ Anda akan mempeoleh keadaan doublet sbb: Nilai-nilai yang mungkin didapat adalah = 3/ dan = ½, sehingga Anda dapatkan doublet P (kaena l = 1) sebagai beikut : P 3/ dan P 1/. Demikian uga untuk doblet G (untuk l = 4) Anda akan mempeoleh: G 9/ dan G 7/. Fisika Kuantum, Modul 6 Kadiawaman 7

8 eleton valensi 1. Atom-atom yang beelekton satu. ε Anda bau saa mempelaai pinsip penumlahan momentum usdut obit dengan spin. Di dalam bagian ini Anda akan ε mempelaai caa inteaksi spin sebuah ε elekton valensi dengan medan listik statis yang ditimbulkan oleh inti atom dan elekton-elekton lainnya di dalam atom Aah medan tesebut. Semua elekton di dalam atom (kecuali elekton valensi) menempati kulit-kulit elekton listik ε K, L, M, N,..., dst. sampai penuh. Untuk memudahkan penamaan, elekton-elekton yang memenuhi kulit-kulit elekton tesebut akan disebut elekton pusat. Jumlah muatan listik antaa inti atom dengan elekton pusat adalah +e, dimana e = muatan listik elekton. Jadi muatan listik total tesebut adalah + 1,6 x coulomb. Muatan listik inilah yang akan menimbulkan medan ε ε listik bagi elekton valensi. Aah medan listik ini adalah adial, lihat Gamba 1. di bawah. Selanutnya, momentum sudut total (baik obit maupun spin) untuk elekton pusat adalah nol, sehingga momentum inti sudut atom dai atom yang besangkutan ditentukan hanya elekton oleh pusat momentum sudut obit dan spin dai elekton valensinya saa. L = 0; S = 0 Apakah Anda masih ingat nama unsu (atom) yang beelekton valensi satu? Ya tentu! Kaena unsu-unsu yang eblekton valensi satu mudah diingat. Meeka dikelompokkan ke dalam unsu golongan IA di dalam tabel peiodik unsu-unsu kimia. Coba sebutkan tiga nama ε ε unsu tesebut! (Petunuk : lihat golongan IA dalam tabel peiodik). Inteaksi antaa spin sebuah elekton dengan medan listik coulomb timbul akibat adanya ε geak elekton mengelilingi inti (geak obit) di dalam medan listik teebut. Hal ini dapat dielaskan sebagai beikut: ika seoang pengamat begeak dengan kecepatan v dan memotong gais gaya medan listik ε, maka teoi elativitas khusus menyatakan bahwa di dalam medan magnet (β )di dalam keangka pengamat dapat dinyatakan sebagai beikut : v β = -γ c ε, (17) dimana γ didefinisikan oleh : 1 γ 1 v c. Jika kita menggunakan γ hanya sampai ode Fisika Kuantum, Modul 6 Kadiawaman 8

9 Gamba 1. Elekton valensi, elekton pusat, inti atom dan aah adial medan listik ε. petama, maka kita akan mempeoleh γ = 1, atau γ = 1. Sehingga pesamaan (17) dapat kita tulis sebagai beikut: β = - v c ε. (18) Jika pesamaan (18) kita kalikan dengan m/m dan mengingat mv = momentum (p), maka hasilnya adalah: p β = - mc ε. (19) Hal yang sama akan teadi ika pengamat diganti oleh sebuah elekton. Jadi ika sebuah elekton begeak dengan momentum p dan memotong gais gaya medan listik ε, maka elekton itu akan measakan adanya medan magnet (β ) sebesa : p β = - mc ε, (0) dimana m = massa diam sebuah elekton. Aah medan magnet ini ditunukan oleh Gamba 1.3. β medan listik (ε) yang aahnya kelua dai bidang gamba ini. v Fisika Kuantum, Modul 6 Kadiawaman 9

10 Gamba 1.3 Aah medan magnet β yang dialami elekton akibat geakan obitnya di dalam medan listik ε. Dalam modul nomo 5 Fisika kuantum Anda sudah mempelaai enegi inteaksi antaa momen dipole magnet µ dengan medan magnet β. Dalam modul tesebut, besanya enegi inteaksi ini adalah H = - 1 µ β. (1) Kaena µ dapat dihubungkan dengan spin (S) melalui pesamaan µ = e mc S, maka enegi inteaksi antaa spin elekton yang mengobit inti atom dan medan magnet dapat dinyatakan dalam bentuk pesamaan H = e mc S β () Jika kita substitusikan pesamaan (0) ke dalam pesamaan () kita peoleh H = e mc S p ε mc = e S ( ε p) (3) m c Di dalam koodinat bola, medan listik ε hanya memiliki komponen adial saa (ε ). Nilai ε dinyatakan oleh ε = - d Φ( ), d dimana Φ( ) adalah potensial listik statis. Kaena vekto satuan dalam aah adial adalah maka ε dapat dinyatakan dalam bentuk vekto sebagai beikut, Fisika Kuantum, Modul 6 Kadiawaman 10

11 ε = 1 d Φ( ). (4) d Dengan mensubstitusikan pesamaan (4) ke dalam pesamaan (3) kita peoleh nilai enegi inteaksi H sebagai beikut: H = e m c 1 d p S Φ( ) ( ) d (5) Kaena bentuk p sama dengan momentum sudut obit ( L ), maka pesamaan (5) dapat ditulis dalam H = e m c 1 d L S Φ( ) (6). d Pesamaan Hamilton untuk atom yang belekton satu buah biasa dituliskan sebagai (lihat kembali modul nomo 5 Fisika Kuantum): H 0 = p + m V ( ) = p L + + V( ), (7) m m dimana L adalah momentum sudut obit elekton valensi, p adalah momentum linie dalam aah adial, dan V = eφ. Fungsi eigen (fungsi yang cocok/tepat) untuk H 0 adalah sepeti fungsi eigen untuk atom hidogen yang sudah dibahas dalam modul nomo 5. Jika kita memasukan pesamaan Hamilton untuk inteaksi spin-obit (pesamaan 6) dengan H 0 maka kita akan mempeoleh pesamaan Hamilton total (H) sebagai beikut: H = H + H 0 = Untuk penyedehanaan penulisan, pesamaan (8) menadi H = p L + + V( ) + m m e m c e m c 1 d L S Φ( ) (8) d 1 d Φ( ) akan ditulis sama dengan f() sehingga d p L + + V( ) + f( ) L S. (9) m m Dai pesamaan 1 di atas kita tahu bahwa J = L + S + L. S. Sehingga L. S = J - L - S (30) Fisika Kuantum, Modul 6 Kadiawaman 11

12 Coba Anda subsitusikan pesamaan (30) ke dalam pesamaan (9)! Bagaimana hasilnya? Pasti sama sepeti pesamaan di bawah ini: H = p L + + V( ) + f( ) m m ( J - L - S ) (31) Kaena J, J z, L, S besifat komutatif dengan H 0 dan J, J z, L, S meupakan himpunan lengkap dai besaan-besaan fisika yang komutatif (CSCO = complete set of commuting obsevable), maka fungsi eigen dai pesamaan hamilton total H dapat ditulis dalam bentuk: ϕ = nl,m,,s l, (3) dimana nl meupakan komponen adial dai fungsi eigen H 0, sehingga H 0 nl = E n nl, (33) dimana H 0 = p L + + V( ). m m Nah! sekaang coba Anda tuliskan pesamaan Schodinge untuk opeato H dan fungsi eigen ϕ! Gunakan pesamaan (31) dan (3)! Bagaimanakah hasilnya? Ya! Pasti sama dengan pesamaan di bawah ini: H ϕ = E n l ϕ Dengan menggunakan pesamaan (31) dan (3) Anda haus mempeoleh hasil sebagai beikut: ( J L S ) f( ) H 0 + nl,m,,s l = E nl nl,m,,s l (34) p L dimana H 0 = + + V( ). Sekaang coba Anda selesaikan (34) di atas dengan m m menggunakan eigenvalue (nilai eigen) untuk J, L, dan S, seta eigenvalue untuk H 0. Tentu Anda masih ingat eigenvalue-eigenvalue untuk semua opeato tesebut (J, L, dan S, seta H 0 ). Meeka adalah : eigenvalue untuk J adalah h (+1), eigenvalue untuk L adalah h l (l + 1), eigenvalue untuk S adalah h s (s + 1), Fisika Kuantum, Modul 6 Kadiawaman 1

13 eigenvalue untuk H 0 adalah E n, sehingga pesamaan (34) dapat kita selesaikan sebagai beikut: E + f( ) [ ( + n ) ( + ) s( s + h 1 l l 1 1) ] nl,m, l,s = E n l nl,m, l,s. (35) Khusus untuk atom yang beelekton satu, maka nilai spin (s) adalah ½, sehingga pesamaan (35) menadi: E + f( ) n ( + ) ( + ) 3 h 1 l l 1 nl,m, l,s = E n l nl,m, l,s. (36) 4 Meskipun nl,m, l,s bukanlah meupakan fungsi eigen dai opeato Hamilton (H), tetapi kaena pengauh dai inteaksi spin-obit tehadap enegi E adalah sangat kecil dibandingkan dengan E itu sendii, maka nl,m, l,s boleh dianggap sebagai fungsi eigen dai H. Dengan demikian, nilai eigen dai Hamilton H dapat dihitung dengan caa menentukan nilai haap (expectation value) dalam fungsi eigen tesebut, yaitu sebagai beikut: nilai haap untuk H biasa ditulis dalam notasi Diac sebagai beikut ϕ H ϕ = E n l atau, m, l, s nl H nl,m, l,s = E n l. (37) Jadi eigenvalue H (yaitu E nl ) adalah E n l =, m,, s f( ) l nl H 0 + ( J L S ) nl,m, l,s =, m, l, s nl H 0 nl,m, l,s +, m,, s dimana ( ) h l nl ( 1) l( l 1), m, l, s nl f() nl,m, l,s. = E ( 1) l( l 1) s( s 1) nl,m,,s l + h n + [ ], m, l, s nl f() nl,m, l,s. h En + [ + 1 l l + 1 s s + 1 ] f( ), (38) = ( ) ( ) ( ) f =, m, l, s nl f() nl,m, l,s. Sepeti Anda ketahui bahwa nilai kelipatan dinyatakan oleh umus (s + 1). Jadi untuk s = ½, nilai kelipatannya adalah. Atinya untuk setiap nilai l, nilai yang mungkin dipeoleh ada Fisika Kuantum, Modul 6 Kadiawaman 13

14 enis, yaitu : = (l + ½ ) dan = (l - ½ ). Hal ini beati bahwa ika inteaksi spin obit disetakan dalam hitungan, maka tingkat enegi untuk nilai l tetentu akan pecah menadi dua tingkat (deet doublet). Kedua tingkat (doublet) enegi tesebut adalah: (subsitusikan = (l + 1/) dan = (l - 1/) ke dalam pesamaan (38)) + h En l E = l+1/ = En + l + l 1 l( l 1) f 4 nl dan h En l E = l-1/ = En + l l 1 l( l 1) + + f 4 nl. Jika kedua pesamaan itu diselesaikan maka Anda akan mempeoleh hasil sebagai beikut: + h En l = En + l f nl (39.a) E nl h = En ( l + 1) f nl (39.b) Tugas kita selanutnya adalah menentukan nilai f nl. Nilai ini dapat dipeoleh dengan menggunakan fungsi gelombang hidogen dan dengan menganggap bahwa enegi potensial adalah sama dengan Φ() = Ze, dimana Z = nomo atom. Selanutnya kita substitusikan Φ() ini ke dalam f(), sehingga Anda akan memepeoleh: 1 1 d Φ = m c d f() = ( ) 1 m c Ze d 1 d = Ze 1 3. m c Ze 1 Jadi : f nl = 3. m c 1 Untuk atom-atom yang miip atom hidogen, = 3 ( 1)( l 1) Apabila f nl kita kalikan dengan h n dan kita substitusikan nilai 1 3 ke dalamnya, maka hasilnya adalah sebagai beikut: Fisika Kuantum, Modul 6 Kadiawaman 14 3 a0 n 3 l l + + Z.

15 4 me Z h ( ) n f = h n nl mc l l ( + )( l + 1) 1 (40) mz e Enegi untuk atom hidogen biasa dinyatakan dalam bentukpesamaan En = h n menggunakan pesamaan ini kita dapat menuliskan pesamaan (40) dalam bentuk 4. Dengan h n E n f = nl 1 mc l( l + )( l + 1). (41) Konstanta stuktu halus (fine-stuctue constant) biasa dinyatakan oleh pesamaan: α = e h c = 1 ; α = e = 5,33 x , 037 hc Dengan menggunakan konstanta stuktu halus (α) pesamaan (41) di atas dapat kita tulis sebagai beikut: h E n f nl = ( zα ) n 1 1 (4) l l + ( l + 1) Akhinya dengan menggunakan pesamaan (4), pesamaan (39.a) dan pesamaan (39.b) dapat ditulis dalam bentuk: E + = E n l n + ( ) zα n ( 1 )( n l + l + 1 ) E (43.a) E E = E n l n - ( ) zα ( n n l + 1 )( l ) (43.b) Jadi ika inteaksi spin-obit dipehitungkan, maka enegi keadaan untuk nilai l tetentu akan pecah menadi dua bagian (doublet). Kedua enegi keadaan tesebut ditunukkan oleh pesamaan (43.a) dan pesamaan(43.b) di atas. Fisika Kuantum, Modul 6 Kadiawaman 15

16 Rangkuman 1. J = L + S. J = L + S + L. S J x = Lx + Sx, J y = Ly + Sy, dan 3. J z = Lz + Sz [ J J ] 4. z, = 0 [ J L ], = 0 [ J S ], = 0 [ L, J z ] = 0 [ S, J z ] = 0 [ L S ], =0 5. eigenvalue-eigenvalue: J adalah h (+1) J z adalah h m L adalah h l(l + 1) S adalah h s (s + 1) 6. Rentang nilai m adalah : - < m < + atau m = -, - +1, - +, - +3,.., 0, 1,, 3, 4,, (-), (-1), 7. Rumus-umus s + 1 dan +1 disebut kelipatan untuk s< l 8. s = 0 disebut deet singlet ( kaena kelipatannya = 1) s = ½ disebut deet doublet ( kaena kelipatannya = ) s = 1 disebut deet tiplet (kaena kelipatannya =3). 9. Keadaan untuk setiap tingkat biasa dibei notasi sebagai beikut: s + 1 L, Fisika Kuantum, Modul 6 Kadiawaman 16

17 dimana L menyatakan huuf yang sesuai dengan nilai momentum sudut obit (l). Huuf-huuf tesebut ditentuan oleh nilai-nilai l sebagai beikut: l L S P D F G H I K L M N 10. enegi inteaksi antaa spin elekton yang mengobit inti atom dan medan magnet dapat dinyatakan dalam bentuk pesamaan H = e mc S β 11. ika inteaksi spin-obit dipehitungkan, maka enegi keadaan untuk nilai l tetentu akan pecah menadi dua bagian (doublet). Kedua enegi keadaan tesebut ditunukkan oleh pesamaan - pesamaan + zα E n n n l + 1 l + 1 E l = E n + ( ) ( )( ) E E = E n l n - ( ) zα ( n n l + 1 )( l ) Fisika Kuantum, Modul 6 Kadiawaman 17

18 Tes Fomatif Petunuk : Jawablah semua soal di bawah ini! 1. Pesamaan komutato beikut di bawah ini adalah bena, kecuali: a. [ J S ], = 0 b. [ L, J z ] = 0 c. [ S, J z ] = 0 d. [J x, J y ] = 0. Sebuah kopling L-S teadi untuk l = dan s = ½.Beapakah nilai-nilai yang mungkin dipeoleh? a. 5/ dan 3/. b. -5/ dan +5/ c. 5/, 3/, dan ½. d. 5/. 3. Beapakah nilai-nilai m untuk nilai = 5/. a. m = -5/, -3/, - ½, 0 b. m = -5/ dan +5/. c. m = -5/, -3/, - ½, ½, 3/, 5/. d. m = 5/ dan 3/. 4. Notasi keadaan untuk l =, s = ½ dan = 3/ adalah: a. ½ P 3/ b. 5/ D 3/ c. 5/ P 1/ d. ½ D 1/. 5. Beapakan nilai-nilai tingkat enegi doublet untuk elekton yang beada sub kulit l = 1 pada kulit L dai sebuah atom hidogen! Diketahui α = 5,33 x a. E + nl = E n (1 - α ) dan E - nl = - E n (1 + α ). Fisika Kuantum, Modul 6 Kadiawaman 18

19 b. E + nl = E n (1 - α ) dan E - nl = - E n (1 + α ). c. E + nl = E n (1 + α /1 ) dan E - nl = E n (1 - α /1). d. E + nl = - E n (1 - α /6 ) dan E - nl = - E n (1 + α /6). Fisika Kuantum, Modul 6 Kadiawaman 19

20 Tindak Lanut (Balikan): Cocokanlah awaban Anda dengan kunci awaban tes fomatif 1 pada akhi modul ini, dan beilah sko (nilai) sesuai dengan bobot nilai setiap soal yang diawab dengan bena. Kemudian umlahkan sko yang Anda peoleh lalu gunakan umus di bawah ini untuk mengetahui tingkat penguasaan (TP) Anda tehadap matei KB-1 ini. Rumus (TP) = (umlah sko/umlah soal) x 100 % Ati TP yang Anda peoleh adalah sebagai beikut : 90 % % = baik sekali. 80 % - 89 % = baik 70 % - 79 % = cukup < 70 % = endah. Apabila TP Anda > 80 %, maka Anda boleh melanutkan pada matei KB, dan Selamat!!, Tetapi ika TP Anda < 80 %, Anda haus mengulang matei KB-1 di atas teutama bagian-bagian yang belum Anda kuasai. Fisika Kuantum, Modul 6 Kadiawaman 0

BAB II MEDAN LISTRIK DI SEKITAR KONDUKTOR SILINDER

BAB II MEDAN LISTRIK DI SEKITAR KONDUKTOR SILINDER BAB II MDAN ISTRIK DI SKITAR KONDUKTOR SIINDR II. 1 Hukum Coulomb Chales Augustin Coulomb (1736-1806), adalah oang yang petama kali yang melakukan pecobaan tentang muatan listik statis. Dai hasil pecobaannya,

Lebih terperinci

GRAFITASI. F = G m m 1 2. F = Gaya grafitasi, satuan : NEWTON. G = Konstanta grafitasi, besarnya : G = 6,67 x 10-11

GRAFITASI. F = G m m 1 2. F = Gaya grafitasi, satuan : NEWTON. G = Konstanta grafitasi, besarnya : G = 6,67 x 10-11 GRAFITASI Si Isaac Newton yang tekenal dengan hukum-hukum Newton I, II dan III, juga tekenal dengan hukum Gafitasi Umum. Didasakan pada patikel-patikel bemassa senantiasa mengadakan gaya taik menaik sepanjang

Lebih terperinci

TRANSFER MOMENTUM TINJAUAN MIKROSKOPIK GERAKAN FLUIDA

TRANSFER MOMENTUM TINJAUAN MIKROSKOPIK GERAKAN FLUIDA TRANSFER MOMENTUM TINJAUAN MIKROSKOPIK GERAKAN FLUIDA Hingga sejauh ini kita sudah mempelajai tentang momentum, gaya-gaya pada fluida statik, dan ihwal fluida begeak dalam hal neaca massa dan neaca enegi.

Lebih terperinci

dengan dimana adalah vektor satuan arah radial keluar. F r q q

dengan dimana adalah vektor satuan arah radial keluar. F r q q MEDAN LISTRIK 1 2.1 Medan Listik Gaya Coulomb di sekita suatu muatan listik akan membentuk medan listik. Dalam membahas medan listik, digunakan pengetian kuat medan. Untuk medan gaya Coulomb, kuat medan

Lebih terperinci

BAB 11 GRAVITASI. FISIKA 1/ Asnal Effendi, M.T. 11.1

BAB 11 GRAVITASI. FISIKA 1/ Asnal Effendi, M.T. 11.1 BAB 11 GRAVITASI Hukum gavitasi univesal yang diumuskan oleh Newton, diawali dengan bebeapa pemahaman dan pengamatan empiis yang telah dilakukan oleh ilmuwan-ilmuwan sebelumnya. Mula-mula Copenicus membeikan

Lebih terperinci

FISIKA. Sesi LISTRIK STATIK A. GAYA COULOMB

FISIKA. Sesi LISTRIK STATIK A. GAYA COULOMB ISIKA KELAS XII IPA - KURIKULUM GABUNGAN 04 Sesi NGAN LISTRIK STATIK A. GAYA COULOMB Jika tedapat dua atau lebih patikel bemuatan, maka antaa patikel tesebut akan tejadi gaya taik-menaik atau tolak-menolak

Lebih terperinci

HUKUM COULOMB Muatan Listrik Gaya Coulomb untuk 2 Muatan Gaya Coulomb untuk > 2 Muatan Medan Listrik untuk Muatan Titik

HUKUM COULOMB Muatan Listrik Gaya Coulomb untuk 2 Muatan Gaya Coulomb untuk > 2 Muatan Medan Listrik untuk Muatan Titik HKM CMB Muatan istik Gaya Coulomb untuk Muatan Gaya Coulomb untuk > Muatan Medan istik untuk Muatan Titik FISIKA A Semeste Genap 6/7 Pogam Studi S Teknik Telekomunikasi nivesitas Telkom M A T A N Pengamatan

Lebih terperinci

BAB 17. POTENSIAL LISTRIK

BAB 17. POTENSIAL LISTRIK DFTR ISI DFTR ISI... 7. POTENSIL LISTRIK... 7. Potensial dan eda Potensial... 7. Dipole Listik...6 7.3 Kapasitansi Listik...9 7.4 Dielektikum... 7.5 Penyimpanan Enegi Listik...5 7.6 Pealatan : Tabung Sina

Lebih terperinci

FISIKA DASAR II. Kode MK : FI SKS : 3 Program Studi : Fisika Instrumentasi (S-1) Kelas : Reguler MATERI 1

FISIKA DASAR II. Kode MK : FI SKS : 3 Program Studi : Fisika Instrumentasi (S-1) Kelas : Reguler MATERI 1 FISIKA DASAR II Kode MK : FI 0 SKS : 3 Pogam Studi : Fisika Instumentasi (S-) Kelas : Regule MATERI TA 00/0 KRITERIA PENILAIAN Jika kehadian melampaui 75 %, Nilai Akhi mahasiswa ditentukan dai komponen

Lebih terperinci

Hand Out Fisika 6 (lihat di Kuat Medan Listrik atau Intensitas Listrik (Electric Intensity).

Hand Out Fisika 6 (lihat di Kuat Medan Listrik atau Intensitas Listrik (Electric Intensity). Hand Out Fisika 6 (lihat di http:).1. Pengetian Medan Listik. Medan Listik meupakan daeah atau uang disekita benda yang bemuatan listik dimana jika sebuah benda bemuatan lainnya diletakkan pada daeah itu

Lebih terperinci

Gerak Melingkar. Gravitasi. hogasaragih.wordpress.com

Gerak Melingkar. Gravitasi. hogasaragih.wordpress.com Geak Melingka Gavitasi Kinematika Geak Melingka Beatuan Sebuah benda yang begeak membentuk suatu lingkaan dengan laju konstan v dikatakan mengalami geak melingka beatuan. Besa kecapatan dalam hal ini tetap

Lebih terperinci

BAB MEDAN DAN POTENSIAL LISTRIK

BAB MEDAN DAN POTENSIAL LISTRIK BAB MEDAN DAN POTENSIAL LISTRIK Contoh. Soal pemahaman konsep Anda mungkin mempehatikan bahwa pemukaan vetikal laya televisi anda sangat bedebu? Pengumpulan debu pada pemukaan vetikal televisi mungkin

Lebih terperinci

KB.2 Fisika Molekul. Hal ini berarti bahwa rapat peluang untuk menemukan kedua konfigurasi tersebut di atas adalah sama, yaitu:

KB.2 Fisika Molekul. Hal ini berarti bahwa rapat peluang untuk menemukan kedua konfigurasi tersebut di atas adalah sama, yaitu: KB.2 Fisika Molekul 2.1 Prinsip Pauli. Konsep fungsi gelombang-fungsi gelombang simetri dan antisimetri berlaku untuk sistem yang mengandung partikel-partikel identik. Ada perbedaan yang fundamental antara

Lebih terperinci

Bahan Ajar Fisika Teori Kinetik Gas Iqro Nuriman, S.Si, M.Pd TEORI KINETIK GAS

Bahan Ajar Fisika Teori Kinetik Gas Iqro Nuriman, S.Si, M.Pd TEORI KINETIK GAS Bahan ja Fisika eoi Kinetik Gas Iqo uian, S.Si,.Pd EORI KIEIK GS Pendahuluan Gas eupakan zat dengan sifat sifatnya yang khas diana olekul atau patikelnya begeak bebas. Banyak gajala ala yang bekaitan dengan

Lebih terperinci

MOMENTUM LINEAR DAN TUMBUKAN

MOMENTUM LINEAR DAN TUMBUKAN MOMENTUM LINEAR DAN TUMBUKAN 1. MOMENTUM LINEAR Momentum sebuah patikel adalah sebuah vekto P yang didefinisikan sebagai pekalian antaa massa patikel m dengan kecepatannya, v, yaitu: P = mv (1) Isac Newton

Lebih terperinci

: Dr. Budi Mulyanti, MSi. Pertemuan ke-2 CAKUPAN MATERI 1. MEDAN LISTRIK 2. INTENSITAS/ KUAT MEDAN LISTRIK 3. GARIS GAYA DAN FLUKS LISTRIK

: Dr. Budi Mulyanti, MSi. Pertemuan ke-2 CAKUPAN MATERI 1. MEDAN LISTRIK 2. INTENSITAS/ KUAT MEDAN LISTRIK 3. GARIS GAYA DAN FLUKS LISTRIK MATA KULIAH KOD MK Dosen : FISIKA DASAR II : L-1 : D. Budi Mulyanti, MSi Petemuan ke- CAKUPAN MATRI 1. MDAN LISTRIK. INTNSITAS/ KUAT MDAN LISTRIK 3. GARIS GAYA DAN FLUKS LISTRIK SUMBR-SUMBR: 1. Fedeick

Lebih terperinci

INDUKSI ELEKTROMAGNETIK

INDUKSI ELEKTROMAGNETIK INDUKSI ELEKTROMAGNETIK Oleh : Saba Nuohman,M.Pd Ke Menu Utama Pehatikan Tampilan eikut agaimana Listik dipoduksi dalam skala besa? Apakah batu bateai atau Aki saja bisa memenuhi kebutuhan listik manusia?

Lebih terperinci

BAB MEDAN DAN POTENSIAL LISTRIK

BAB MEDAN DAN POTENSIAL LISTRIK 1 BAB MEDAN DAN POTENSIAL LISTRIK 4.1 Hukum Coulomb Dua muatan listik yang sejenis tolak-menolak dan tidak sejenis taik menaik. Ini beati bahwa antaa dua muatan tejadi gaya listik. Bagaimanakah pengauh

Lebih terperinci

1 Sistem Koordinat Polar

1 Sistem Koordinat Polar 1 Sistem Koodinat ola ada kuliah sebelumna, kita selalu menggunakan sistem koodinat Katesius untuk menggambakan lintasan patikel ang begeak. Koodinat Katesius mudah digunakan saat menggambakan geak linea

Lebih terperinci

Gambar 4.3. Gambar 44

Gambar 4.3. Gambar 44 1 BAB HUKUM NEWTON TENTANG GERAK Pada bab kita telah membahas sifat-sifat geak yang behubungan dengan kecepatan dan peceaptan benda. Pembahasan pada Bab tesesbut menjawab petanyaan Bagaimana sebuah benda

Lebih terperinci

Hand Out Fisika II MEDAN LISTRIK. Medan listrik akibat muatan titik Medan listrik akibat muatan kontinu Sistem Dipol Listrik

Hand Out Fisika II MEDAN LISTRIK. Medan listrik akibat muatan titik Medan listrik akibat muatan kontinu Sistem Dipol Listrik MDAN LISTRIK Medan listik akibat muatan titik Medan listik akibat muatan kontinu Sistem Dipol Listik Mach 7 Definisi Medan Listik () Medan listik pada muatan uji q didefinisikan sebagai gaya listik pada

Lebih terperinci

BAB VI ATOM HIDROGEN 6.1 Persamaan Schrodinger Untuk Kasus Gaya Pusat

BAB VI ATOM HIDROGEN 6.1 Persamaan Schrodinger Untuk Kasus Gaya Pusat Ba VI Atom Hidogen/ 86 BAB VI ATOM HIDROGEN 6. Pesamaan Schodinge Untuk Kasus Gaya Pusat Kasus elekton dalam atom hidogen adalah kasus gaya pusat yang esifat spheically symetic. Kasus gaya pusat adalah

Lebih terperinci

Gerak melingkar beraturan

Gerak melingkar beraturan 13/10/01 Geak melingka beatuan geak melingka beatuan adalah geak dimensi dengan laju tetap, Aahnya beubah kecepatan beubah v i = vekto kecepatan awal v f = vekto kecepatan akhi θ = pepindahan sudut Gamba

Lebih terperinci

ENERGI SIMETRI DAN ANTI-SIMETRI PADA ION MOLEKUL HIDROGEN H

ENERGI SIMETRI DAN ANTI-SIMETRI PADA ION MOLEKUL HIDROGEN H ENERGI SIMETRI DAN ANTI-SIMETRI PADA ION MOLEKUL IDROGEN abib Mustofa, Bambang Supiadi, Rif ati Dina andayani Pogam Studi Pendidikan Fisika FKIP Univesitas Jembe email: abib.mustofa.7@gmail.com Abstact:

Lebih terperinci

LISTRIK STATIS. F k q q 1. k 9.10 Nm C 4. 0 = permitivitas udara atau ruang hampa. Handout Listrik Statis

LISTRIK STATIS. F k q q 1. k 9.10 Nm C 4. 0 = permitivitas udara atau ruang hampa. Handout Listrik Statis LISTIK STATIS * HUKUM COULOM. ila dua buah muatan listik dengan haga q dan q, saling didekatkan, dengan jaak pisah, maka keduanya akan taik-menaik atau tolak-menolak menuut hukum Coulomb adalah: ebanding

Lebih terperinci

FISIKA DASAR 2 PERTEMUAN 2 MATERI : POTENSIAL LISTRIK

FISIKA DASAR 2 PERTEMUAN 2 MATERI : POTENSIAL LISTRIK UNIVERSITAS BUANA PERJUANGAN KARAWANG Teknik Industi FISIKA DASAR PERTEMUAN MATERI : POTENSIAL LISTRIK SILABI FISIKA DASAR Muatan dan Medan Listik Potensial Listik Kapasito dan Dielektik Aus dan Resistansi

Lebih terperinci

Untuk mempermudah memahami materi ini, perhatikan peta konsep berikut ini. Listrik Statis. membahas. Muatan Listrik. ditinjau menurut.

Untuk mempermudah memahami materi ini, perhatikan peta konsep berikut ini. Listrik Statis. membahas. Muatan Listrik. ditinjau menurut. Bab 7 Listik Statis Pada minggu yang ceah, Icha menyetika baju seagamnya. Sambil menunggu panasnya setika, ia menggosok-gosokkan setika pada bajunya yang tipis. Tenyata Icha melihat dan measakan seakan-akan

Lebih terperinci

LISTRIK STATIS. Nm 2 /C 2. permitivitas ruang hampa atau udara 8,85 x C 2 /Nm 2

LISTRIK STATIS. Nm 2 /C 2. permitivitas ruang hampa atau udara 8,85 x C 2 /Nm 2 LISTIK STATIS A. Hukum Coulomb Jika tedapat dua muatan listik atau lebih, maka muatan-muatan listik tesebut akan mengalami gaya. Muatan yang sejenis akan tolak menolak sedangkan muatan yang tidak sejenis

Lebih terperinci

II. KINEMATIKA PARTIKEL

II. KINEMATIKA PARTIKEL II. KINEMATIKA PARTIKEL Kinematika adalah bagian dai mekanika ang mempelajai tentang geak tanpa mempehatikan apa/siapa ang menggeakkan benda tesebut. Bila gaa penggeak ikut dipehatikan, maka apa ang dipelajai

Lebih terperinci

Sudaryatno Sudirham ing Utari. Mengenal. 4-2 Sudaryatno S & Ning Utari, Mengenal Sifat-Sifat Material (1)

Sudaryatno Sudirham ing Utari. Mengenal. 4-2 Sudaryatno S & Ning Utari, Mengenal Sifat-Sifat Material (1) Sudayatno Sudiam ing Utai Mengenal Sifat-Sifat Mateial () 4- Sudayatno S & Ning Utai, Mengenal Sifat-Sifat Mateial () BAB 4 Aplikasi Pesamaan Scödinge Pada Atom Dengan Satu Elekton Dalam bab ini kita akan

Lebih terperinci

Kata. Kunci. E ureka. A Gerak Melingkar Beraturan

Kata. Kunci. E ureka. A Gerak Melingkar Beraturan Kata Kunci Geak melingka GM (Geak Melingka eatuan) GM (Geak Melingka eubah eatuan) Hubungan oda-oda Pada bab sebelumnya, kita sudah mempelajai geak luus. Di bab ini, kita akan mempelajai geak dengan lintasan

Lebih terperinci

BAB - X SIFAT KEMAGNETAN BAHAN

BAB - X SIFAT KEMAGNETAN BAHAN A - X SIFA KEAGNEAN AHAN ujuan: enghitung momen dipol dan suseptibilitas magnet untuk logam diamagnetik. engklasifikasikan logam paamagnetik. A. OEN DIPOL DAN SUSEPIILIAS AGNE Kemagnetan tidak dapat dipisahkan

Lebih terperinci

IDENTITAS TRIGONOMETRI. Tujuan Pembelajaran

IDENTITAS TRIGONOMETRI. Tujuan Pembelajaran Kuikulum 03 Kelas X matematika WAJIB IDENTITAS TRIGONOMETRI Tujuan Pembelajaan Setelah mempelajai matei ini, kamu dihaapkan memiliki kemampuan beikut.. Memahami jenis-jenis identitas tigonometi.. Dapat

Lebih terperinci

Chap 6 Model-Gas Real dan Ekspansi Virial. 1. Ekspansi Virial 2. Gugus Mayer

Chap 6 Model-Gas Real dan Ekspansi Virial. 1. Ekspansi Virial 2. Gugus Mayer Chap 6 Model-Gas Real dan Ekspansi Viial. Ekspansi Viial. Gugus Maye Fungsi Patisi Kanonik Untuk Gas Dengan Inteaksi Lemah Misalkan tedapat inteaksi (potensial) anta patikel : u ij, sehingga Hamiltonian

Lebih terperinci

TRANSFER MOMENTUM ALIRAN DALAM ANULUS

TRANSFER MOMENTUM ALIRAN DALAM ANULUS SEMESTER GENAP 008/009 TRANSFER MOMENTUM ALIRAN DALAM ANULUS Alian dalam anulus adalah alian di antaa dua pipa yang segais pusat. Jadi ada pipa besa dan ada pipa kecil. Pipa kecil beada dalam pipa besa.

Lebih terperinci

MEDAN LIST S RIK O eh : S b a a b r a Nu N r u oh o m h an a, n M. M Pd

MEDAN LIST S RIK O eh : S b a a b r a Nu N r u oh o m h an a, n M. M Pd MEDAN LISTRIK Oleh : Saba Nuohman, M.Pd Ke Menu Utama Pehatikan Video Beikut: Mengapa itu bisa tejadi? Muatan Listik Penjelasan seputa atom : Diamete inti atom Massa potonmassa neton Massa elekton Muatan

Lebih terperinci

FISIKA. Kelas X HUKUM NEWTON TENTANG GRAVITASI K-13. A. Hukum Gravitasi Newton

FISIKA. Kelas X HUKUM NEWTON TENTANG GRAVITASI K-13. A. Hukum Gravitasi Newton K- Kelas X ISIKA HUKUM NEWON ENANG GAVIASI UJUAN PEMELAJAAN Setelah mempelajai matei ini, kamu dihaapkan memiliki kemampuan beikut.. Menjelaskan hukum gavitasi Newton.. Memahami konsep gaya gavitasi dan

Lebih terperinci

Teori Dasar Medan Gravitasi

Teori Dasar Medan Gravitasi Modul Teoi Dasa Medan Gavitasi Teoi medan gavitasi didasakan pada hukum Newton tentang medan gavitasi jagat aya. Hukum medan gavitasi Newton ini menyatakan bahwa gaya taik antaa dua titik massa m dan m

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3. Jenis dan Lokasi Penelitian 3.. Jenis Penelitian Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian ekspeimen semu (quasi ekspeimental eseach, kaena penelitian yang akan dilakukan

Lebih terperinci

Fisika Dasar I (FI-321)

Fisika Dasar I (FI-321) Fisika Dasa I (FI-31) Topik hai ini (minggu ) Geak dalam Satu Dimensi (Kinematika) Keangka Acuan & Sistem Koodinat Posisi dan Pepindahan Kecepatan Pecepatan GLB dan GLBB Geak Jatuh Bebas Mekanika Bagian

Lebih terperinci

Fisika Dasar II Listrik, Magnet, Gelombang dan Fisika Modern

Fisika Dasar II Listrik, Magnet, Gelombang dan Fisika Modern Fisika Dasa II Listik, Magnet, Gelombang dan Fisika Moden Pokok Bahasan Medan listik & Hukum Gauss Abdul Wais Rizal Kuniadi Novitian Spaisoma Viidi 1 Repesentasi dai medan listik Gais-gais medan listik

Lebih terperinci

BAB PENERAPAN HUKUM-HUKUM NEWTON

BAB PENERAPAN HUKUM-HUKUM NEWTON 1 BAB PENERAPAN HUKUM-HUKUM NEWTON Sebelumnya telah dipelajai tentang hukum Newton: hukum I tentang kelembaban benda, yang dinyatakan oleh pesamaan F = 0; hukum II tentang hubungan gaya dan geak, yang

Lebih terperinci

MEDAN LISTRIK STATIS

MEDAN LISTRIK STATIS Listik Statis 1 * MUATAN LISTRIK. MEDAN LISTRIK STATIS Suatu pengamatan dapat mempelihatkan bahwa bila sebatang gelas digosok dengan kain wool atau bulu domba; batang gelas tesebut mampu menaik sobekan-sobekan

Lebih terperinci

Xpedia Fisika. Mekanika 03

Xpedia Fisika. Mekanika 03 Xpedia Fisika Mekanika 03 halaan 1 01. Manakah diaga dai dua planet di bawah ini yang ewakili gaya gavitasi yang paling besa diantaa dua benda beassa? 0. Sebuah satelit beada pada obit engelilingi bui.

Lebih terperinci

MODIFIKASI DISTRIBUSI MASSA PADA SUATU OBJEK SIMETRI BOLA

MODIFIKASI DISTRIBUSI MASSA PADA SUATU OBJEK SIMETRI BOLA p-issn: 2337-5973 e-issn: 2442-4838 MODIFIKASI DISTIBUSI MASSA PADA SUATU OBJEK SIMETI BOLA Yuant Tiandho Juusan Fisika, Univesitas Bangka Belitung Email: yuanttiandho@gmail.com Abstak Umumnya, untuk menggambakan

Lebih terperinci

LISTRIK STATIS. F k q q 1. Gambar. Saling tarik menarik. Saling tolak-menolak. Listrik Statis * MUATAN LISTRIK.

LISTRIK STATIS. F k q q 1. Gambar. Saling tarik menarik. Saling tolak-menolak. Listrik Statis * MUATAN LISTRIK. * MUATAN LISTRIK. LISTRIK STATIS Suatu pengamatan dapat mempelihatkan bahwa bila sebatang gelas digosok dengan kain wool atau bulu domba; batang gelas tesebut mampu menaik sobekan-sobekan ketas. Ini menunjukkan

Lebih terperinci

Setelah Anda mempelajari KB-1 di atas, simaklah dan hafalkan beberapa hal penting di. dapat dihitung sebagai beriktut: h δl l'

Setelah Anda mempelajari KB-1 di atas, simaklah dan hafalkan beberapa hal penting di. dapat dihitung sebagai beriktut: h δl l' Rangkuman: bawah ini! Setelah Anda mempelajari KB-1 di atas, simaklah dan hafalkan beberapa hal penting di 1. Elemen-elemen matrik L lm,l'm' = h l ( l +1) δ ll' L l m, l 'm' dapat dihitung sebagai beriktut:

Lebih terperinci

SUMBER MEDAN MAGNET. Oleh : Sabar Nurohman,M.Pd. Ke Menu Utama

SUMBER MEDAN MAGNET. Oleh : Sabar Nurohman,M.Pd. Ke Menu Utama SUMER MEDAN MAGNET Oleh : Saba Nuohman,M.Pd Ke Menu Utama Medan Magnetik Sebuah Muatan yang egeak Hasil-hasil ekspeimen menunjukan bahwa besanya medan magnet () akibat adanya patikel bemuatan yang begeak

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar belakang BAB PENDAHULUAN. Lata belakang Pekembangan suatu teknologi sangat dipengauhi dengan pekembangan suatu ilmu pengetahuan. Tanpa peanan ilmu pengetahuan, bisa dipastikan teknologi akan sulit untuk bekembang

Lebih terperinci

ELEMEN RANGKAIAN LISTRIK

ELEMEN RANGKAIAN LISTRIK MATA KULIAH KODE MK Dosen : FISIKA DASA II : EL-22 : D. Budi Mulyanti, MSi Petemuan ke-5 CAKUPAN MATEI. ESISTANSI DAN HUKUM OHM 2. ANGKAIAN LISTIK SEDEHANA 3. DAYA LISTIK DAN EFISIENSI JAINGAN SUMBE-SUMBE:.

Lebih terperinci

Gerak Melingkar. B a b 4. A. Kecepatan Linear dan Kecepatan Anguler B. Percepatan Sentripetal C. Gerak Melingkar Beraturan

Gerak Melingkar. B a b 4. A. Kecepatan Linear dan Kecepatan Anguler B. Percepatan Sentripetal C. Gerak Melingkar Beraturan B a b 4 Geak Melingka Sumbe: www.ealcoastes.com Pada bab ini, Anda akan diajak untuk dapat meneapkan konsep dan pinsip kinematika dan dinamika benda titik dengan caa menganalisis besaan Fisika pada geak

Lebih terperinci

r, sistem (gas) telah melakukan usaha dw, yang menurut ilmu mekanika adalah : r r

r, sistem (gas) telah melakukan usaha dw, yang menurut ilmu mekanika adalah : r r 4. USH 4.1 System yang beada dalam keadaan setimbang akan tetap mempetahanan keadan itu. Untuk mengubah keadaan seimbang ini dipelukan pengauh-pengauh dai lua; sistem haus beinteaksi dengan lingkungannya.

Lebih terperinci

FISIKA 2 (PHYSICS 2) 2 SKS

FISIKA 2 (PHYSICS 2) 2 SKS Lab Elektonika Industi isika SILABI a. Konsep Listik b. Sumbe Daya Listik c. Resistansi dan Resisto d. Kapasistansi dan Kapasito e. Rangkaian Listik Seaah f. Konsep Elekto-Magnetik g. Induktansi dan Indukto

Lebih terperinci

PENGARUH KEPEMIMPINAN DOSEN DAN KEMAMPUAN PRAKTIKUM TERHADAP PRESTASI BELAJAR MAHASISWA DALAM MATAKULIAH FISIKA MODERN

PENGARUH KEPEMIMPINAN DOSEN DAN KEMAMPUAN PRAKTIKUM TERHADAP PRESTASI BELAJAR MAHASISWA DALAM MATAKULIAH FISIKA MODERN Seambi Akademica, Vol. IV, No. 1, Mei 016 ISSN : 337-8085 PENGARUH KEPEMIMPINAN DOSEN DAN KEMAMPUAN PRAKTIKUM TERHADAP PRESTASI BELAJAR MAHASISWA DALAM MATAKULIAH FISIKA MODERN Tamizi Pendidikan Fisika

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. identifikasi variabel penelitian, definisi operasional variabel penelitian, subjek

BAB III METODE PENELITIAN. identifikasi variabel penelitian, definisi operasional variabel penelitian, subjek 9 BAB III METODE PEELITIA A. Identifikasi Vaiabel Penelitian Pada bagian ini akan diuaikan segala hal yang bekaitan dengan identifikasi vaiabel penelitian, definisi opeasional vaiabel penelitian, subjek

Lebih terperinci

6. Soal Ujian Nasional Fisika 2015/2016 UJIAN NASIONAL

6. Soal Ujian Nasional Fisika 2015/2016 UJIAN NASIONAL 6. Soal Ujian Nasional Fisika 015/016 UJIAN NASIONAL Mata Pelajaan : Fisika Jenjang : SMA/MA Pogam Studi : IPA Hai/Tanggal : Rabu, 6 Apil 016 Jam : 10.30 1.30 PETUNJUK UMUM 1. Isikan nomo ujian, nama peseta,

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN III. METODE PENELITIAN 3.1. Keangka Pemikian Konseptual Setiap oganisasi apapun jenisnya baik oganisasi non pofit maupun oganisasi yang mencai keuntungan memiliki visi dan misi yang menjadi uh dalam setiap

Lebih terperinci

ELEKTROSTATIKA. : Dr. Budi Mulyanti, MSi. Pertemuan ke-1 CAKUPAN MATERI 1. MUATAN LISTRIK 2. HUKUM COULOMB

ELEKTROSTATIKA. : Dr. Budi Mulyanti, MSi. Pertemuan ke-1 CAKUPAN MATERI 1. MUATAN LISTRIK 2. HUKUM COULOMB MATA KULIAH KODE MK Dosen : FISIKA DASAR II : EL-1 : D. Budi Mulyanti, MSi Petemuan ke-1 CAKUPAN MATERI 1. MUATAN LISTRIK. HUKUM COULOMB SUMBER-SUMBER: 1. Fedeick Bueche & David L. Wallach, Technical Physics,

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.. Pesamaan Diac Pesamaan Schödinge meupakan pesamaan gelombang yang digunakan pada medan nonelativistik, pesamaan ini hanya dapat digunakan untuk patikel yang memiliki kecepatan

Lebih terperinci

Bahan Ajar Listrik Statis Iqro Nuriman, S.Si, M.Pd SMA Negeri 1 Maja LISTRIK STATIS

Bahan Ajar Listrik Statis Iqro Nuriman, S.Si, M.Pd SMA Negeri 1 Maja LISTRIK STATIS SMA Negei Maja LISTRIK STATIS KLISTRIKAN Fisikawan Du Fay menunjukkan adanya dua macam pelistikan (eletifikasi). Bebeapa isolato tetentu, bila digosok dalam keadaan tetentu, menyebabkan gaya tolak. Hasil

Lebih terperinci

Medan Listrik. Medan : Besaran yang terdefinisi di dalam ruang dan waktu, dengan sifat-sifat tertentu.

Medan Listrik. Medan : Besaran yang terdefinisi di dalam ruang dan waktu, dengan sifat-sifat tertentu. Medan Listik Pev. Medan : Besaan yang tedefinisi di dalam uang dan waktu, dengan sifat-sifat tetentu. Medan ada macam : Medan skala Cnthnya : - tempeatu dai sebuah waktu - apat massa Medan vekt Cnthnya

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. mengenai Identifikasi Variabel Penelitian, Definisi Variabel Penelitian,

BAB III METODE PENELITIAN. mengenai Identifikasi Variabel Penelitian, Definisi Variabel Penelitian, BAB III METODE PENELITIAN Pembahasan pada bagian metode penelitian ini akan menguaikan mengenai Identifikasi Vaiabel Penelitian, Definisi Vaiabel Penelitian, Populasi, Sampel dan Teknik Pengambilan Sampel,

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA Bab II : Kajian Pustaka 3 BAB II KAJIAN PUSTAKA Mateial bedasakan sifat popetinya dibagi menjadi bebeapa jenis, yaitu:. Isotopik : mateial yang sifat popetinya sama ke segala aah, misalnya baja.. Othotopik

Lebih terperinci

Perkuliahan Fisika Dasar II FI-331. Oleh Endi Suhendi 1

Perkuliahan Fisika Dasar II FI-331. Oleh Endi Suhendi 1 Pekuliahan Fisika Dasa II FI-331 Oleh Endi Suhendi 1 Menu hai ini (1 minggu): Muatan Listik Gaya Listik Medan Listik Dipol Distibusi Muatan Kontinu Oleh Endi Suhendi Muatan Listik Dua jenis muatan listik:

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif,

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif, 30 BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Metode Penelitian Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskiptif, suatu metode penelitian yang ditujukan untuk untuk menggambakan fenomenafenomena

Lebih terperinci

Kegiatan Belajar 2. Identitas Trigonometri

Kegiatan Belajar 2. Identitas Trigonometri Kegiatan Belaja A. Tujuan Pembelajaan Setelah mempelajai kegiatan belaja, dihaapkan siswa dapat a. Menggunakan identitas tigonometi dalam penelesaian b. Membuktikan identitas tigonometi sedehana dengan

Lebih terperinci

UNIVERSITAS GADJAH MADA PROGRAM STUDI FISIKA FMIPA. Bahan Ajar 1: Kelistrikan (Minggu ke 1 dan 2)

UNIVERSITAS GADJAH MADA PROGRAM STUDI FISIKA FMIPA. Bahan Ajar 1: Kelistrikan (Minggu ke 1 dan 2) UNIVRSITAS GADJAH MADA PROGRAM STUDI FISIKA FMIPA Bahan Aja 1: Kelistikan (Minggu ke 1 dan 2) FISIKA DASAR II Semeste 2/3 sks/mff 1012 Oleh Muhammad Fachani Rosyid Dengan dana BOPTN P3-UGM tahun anggaan

Lebih terperinci

BAB II METODE PENELITIAN. penelitian korelasional dengan menggunakan pendekatan kuantitatif dan

BAB II METODE PENELITIAN. penelitian korelasional dengan menggunakan pendekatan kuantitatif dan BAB II METODE PENELITIAN A. Metode Penelitian Bentuk penelitian yang dipegunakan dalam penelitian ini adalah bentuk penelitian koelasional dengan menggunakan pendekatan kuantitatif dan menggunakan umus

Lebih terperinci

BAB II Tinjauan Teoritis

BAB II Tinjauan Teoritis BAB II Tinjauan Teoitis BAB II Tinjauan Teoitis 2.1 Antena Mikostip 2.1.1 Kaakteistik Dasa Antena mikostip tedii dai suatu lapisan logam yang sangat tipis ( t

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI. Gambar 2.1. Proses fluoresensi dan fosforesensi [14].

BAB 2 LANDASAN TEORI. Gambar 2.1. Proses fluoresensi dan fosforesensi [14]. BAB 2 LANDAAN TORI 2.1 Pinsip luoesensi luoesensi adalah poses pemancaan adiasi cahaya oleh suatu matei setelah teeksitasi oleh bekas cahaya beenegi tinggi. misi cahaya tejadi kaena poses absobsi cahaya

Lebih terperinci

HUKUM NEWTON TENTANG GRAVITASI DAN GERAK PLANET

HUKUM NEWTON TENTANG GRAVITASI DAN GERAK PLANET HUKUM NEWTON TENTANG GAVITASI DAN GEAK PLANET Kompetensi Dasa 3. Mengevaluasi pemikian diinya tehadap keteatuan geak planet dalam tatasuya bedasakan hukum-hukum Newton Penahkah Anda mempehatikan dan memikikan

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN III. METODE PENELITIAN A. Metode Penelitian Metode meupakan caa keja yang digunakan untuk memahami, mengeti, segala sesuatu yang behubungan dengan penelitian aga tujuan yang dihaapkan dapat tecapai. Sesuai

Lebih terperinci

Geometri Analitik Bidang (Lingkaran)

Geometri Analitik Bidang (Lingkaran) 9 Geometi nalitik idang Lingkaan) li Mahmudi Juusan Pendidikan Matematika FMIP UNY) KOMPETENSI Kompetensi ang dihaapkan dikuasai mahasiswa setelah mempelajai ab ini adalah sebagai beikut. Menjelaskan pengetian

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang BAB PENDAHULUAN Lata Belakang Pada zaman moden sepeti saat sekaang ini, enegi listik meupakan kebutuhan pime bagi manusia, baik masyaakat yang tinggal di pekotaan maupun masyaakat yang tinggal di pedesaan

Lebih terperinci

METODOLOGI PENELITIAN. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode Deskriptif. Karena

METODOLOGI PENELITIAN. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode Deskriptif. Karena 35 III. METODOLOGI PENELITIAN 1.1 Metode Penelitian Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode Deskiptif. Kaena penelitian ini mengkaji tentang Pengauh Kontol Dii dan Lingkungan Keluaga Tehadap

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Jenis dan Lokasi Penelitian Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian ekspeimental. Pada penelitian ini akan ada kelompok ekspeimen dan kelompok

Lebih terperinci

LISTRIK MAGNET. potensil listrik dan energi potensial listrik

LISTRIK MAGNET. potensil listrik dan energi potensial listrik LISTRIK MGNET potensil listik dan enegi potensial listik OLEH NM : 1.Feli Mikael asablolon(101057034).salveius Jagom(10105709) 3. Vinsensius Y Sengko (101057045) PROGRM STUDI PENDIDIKN FISIK JURUSN PENDIDIKN

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian 1. Tempat Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di SMP Negei 10 Salatiga yaitu pada kelas VII D dan kelas VII E semeste genap tahun ajaan 2011/2012.

Lebih terperinci

BAB III ANALISIS DAN PERANCANGAN

BAB III ANALISIS DAN PERANCANGAN BAB III ANALISIS DAN PERANCANGAN III.1 Pehitungan Pegeakan Robot Dai analisis geakan langkah manusia yang dibahas pada bab dua, maka dapat diambil bebeapa analisis untuk membuat ancangan geakan langkah

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB LANDASAN TEORI. Pengetian Pestasi Belaja Pestasi belaja meupakan kegiatan mental yang tidak dapat disaksikan dai lua dii seseoang mahasiswa yang sedang belaja, pestasi belaja tidak dapat diketahui

Lebih terperinci

UNIVERSITAS SWADAYA GUNUNG JATI CIREBON

UNIVERSITAS SWADAYA GUNUNG JATI CIREBON TRIGONOMETRI disusun untuk memenuhi salah satu tugas akhi Semeste Pendek mata kuliah Tigonometi Dosen : Fey Fedianto, S.T., M.Pd. Oleh Nia Apiyanti (207022) F PRODI PENDIDIKAN MATEMATIKA FAKULTAS KEGURUAN

Lebih terperinci

Hand Out Fisika Interaksi Elekstrostatik. XII IPA SMAN 8 Pekanbaru

Hand Out Fisika Interaksi Elekstrostatik. XII IPA SMAN 8 Pekanbaru Hand Out isika Setelah membahas matei ini dengan tuntas dihaapkan siswa dapat:. Menjelaskan konsep muatan listik. Menghubungkan benda banda netal dan bemuatan listik dengan poton poton dan elekton elekton

Lebih terperinci

Fisika Dasar I (FI-321)

Fisika Dasar I (FI-321) Fisika Dasa I (FI-321) Topik hai ini (minggu 7) Geak Rotasi Kinematika Rotasi Dinamika Rotasi Kekekalan Momentum Sudut Geak Menggelinding Kinematika Rotasi Pepindahan Sudut Riview geak linea: Pepindahan,

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. banyaknya komponen listrik motor yang akan diganti berdasarkan Renewing Free

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. banyaknya komponen listrik motor yang akan diganti berdasarkan Renewing Free BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4. Pendahuluan Bedasakan tujuan penelitian ini, yaitu mendapatkan ekspektasi banyaknya komponen listik moto yang akan diganti bedasakan Renewing Fee Replacement Waanty dua dimensi,

Lebih terperinci

Listrik statis (electrostatic) mempelajari muatan listrik yang berada dalam keadaan diam.

Listrik statis (electrostatic) mempelajari muatan listrik yang berada dalam keadaan diam. LISTRIK STATIS Listik statis (electostatic) mempelajai muatan listik yang beada dalam keadaan diam. A. Hukum Coulomb Hukum Coulomb menyatakan bahwa, Gaya taik atau tolak antaa dua muatan listik sebanding

Lebih terperinci

Komponen Struktur Tekan

Komponen Struktur Tekan Mata Kuliah : Peancangan Stuktu Baja Kode : CIV 303 SKS : 3 SKS Komponen Stuktu Tekan Petemuan 4, 5 Sub Pokok Bahasan : Panjang Tekuk Tekuk Lokal Tekuk Batang Desain Batang Tekan Batang batang tekan yang

Lebih terperinci

Fisika Dasar I (FI-321)

Fisika Dasar I (FI-321) Fisika Dasa I (FI-321) Topik hai ini (minggu 7) Geak Rotasi Kinematika Rotasi Dinamika Rotasi Kekekalan Momentum Sudut Geak Menggelinding Kinematika Rotasi RIVIEW Riview geak linea: Pepindahan, kecepatan,

Lebih terperinci

Talk less... do more...!!!!!

Talk less... do more...!!!!! Talk less... do moe...!!!!! CLCULUS VEKTOR Difeensiasi fungsi VEKTOR Integasi fungsi Vekto Difeensiasi fungsi VEKTOR Difeensiasi Biasa dai fungsi vekto Jika i j zk Dan ( u); ( u); dan z z( u) Dimana u

Lebih terperinci

Gelombang Elektromagnetik

Gelombang Elektromagnetik Gelombang Miko 5 Gelombang Miko 6 Gelombang lektomagnetik Gelombang elektomagnetik (em) tedii dai gelombang medan listik dan medan magnit ang menjala besama dengan kecepatan sama dengan kecepatan cahaa.

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS HUBUNGAN UMPAN BALIK DENGAN MOTIVASI BELAJAR PENDIDIKAN AGAMA ISLAM SISWA SMP NEGERI 9 BATANG

BAB IV ANALISIS HUBUNGAN UMPAN BALIK DENGAN MOTIVASI BELAJAR PENDIDIKAN AGAMA ISLAM SISWA SMP NEGERI 9 BATANG BAB IV ANALISIS HUBUNGAN UMPAN BALIK DENGAN MOTIVASI BELAJAR PENDIDIKAN AGAMA ISLAM SISWA SMP NEGERI 9 BATANG Setelah data dai kedua vaiabel yaitu vaiabel X dan vaiabel Y tekumpul seta adanya teoi yang

Lebih terperinci

Bab 2 Gravitasi Planet dalam Sistem Tata Surya

Bab 2 Gravitasi Planet dalam Sistem Tata Surya PEA KONSEP Bab Gavitasi Planet dalam Sistem ata Suya Gavitasi Gavitasi planet Hukum Gavitasi Newton Hukum Keple Menentukan massa bumi Obit satelit bumi Hukum I Keple Hukum II Keple Hukum III Keple 0 Fisika

Lebih terperinci

trigonometri 4.1 Perbandingan Trigonometri

trigonometri 4.1 Perbandingan Trigonometri tigonometi 4.1 Pebandingan Tigonometi 0 Y x P(x,y) y X x disebut absis y disebut odinat jai-jai sudut positif diuku dai sumbu X belawanan aah putaan jaum jam Definisi : = x + y sin = y cos = x tan = y

Lebih terperinci

TRIGONOMETRI. Untuk SMA dan Sederajat. Penerbit. Husein Tampomas

TRIGONOMETRI. Untuk SMA dan Sederajat. Penerbit. Husein Tampomas TRIGONOMETRI Untuk SM dan Sedeajat Husein Tampomas Penebit 0 Husein Tampomas, Tigonometi, Unntuk SM dan Sedeajat, 018 PENGERTIN 1 PENGNTR KE FUNGSI TRIGONOMETRI Dalam bahasa Yunani, tigonometi tedii dai

Lebih terperinci

Hukum Coulomb Dan Medan Listrik

Hukum Coulomb Dan Medan Listrik BAB Hukum Coulomb Dan Medan Listik Pendahuluan Istilah kelistikan sudah seing di gunakan dalam kehidupan sehai-hai. Akan tetapi oang tidak banyak yang memikikan tentang hal itu. Pengamatan tentang gaya

Lebih terperinci

Analisis Pengaruh Marketing Mix Terhadap Kepuasan Konsumen Sepeda Motor

Analisis Pengaruh Marketing Mix Terhadap Kepuasan Konsumen Sepeda Motor 34 Analisis Pengauh Maketing Mix Tehadap Kepuasan Konsumen Sepeda Moto Ti Wahyudi 1), Yopa Eka Pawatya 2) 1,2) Pogam Studi Teknik Industi Juusan Teknik Elekto Fakultas Teknik Univesitas Tanjungpua. e-mail

Lebih terperinci

KORELASI. menghitung korelasi antar variabel yang akan dicari hubungannya. Korelasi. kuatnya hubungan dinyatakan dalam besarnya koefisien korelasi.

KORELASI. menghitung korelasi antar variabel yang akan dicari hubungannya. Korelasi. kuatnya hubungan dinyatakan dalam besarnya koefisien korelasi. KORELASI Tedapat tiga macam bentuk hubungan anta vaiabel, yaitu hubungan simetis, hubungan sebab akibat (kausal) dan hubungan Inteaktif (saling mempengauhi). Untuk mencai hubungan antaa dua vaiabel atau

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Adapun lokasi penelitian ini adalah Madrasah Hifzhil. Yayasan Islamic Centre Medan yang terletak di Jl.

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Adapun lokasi penelitian ini adalah Madrasah Hifzhil. Yayasan Islamic Centre Medan yang terletak di Jl. BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Lokasi Penelitian Adapun lokasi penelitian ini adalah Madasah Hifzhil Yayasan Islamic Cente Medan yang teletak di Jl. Pancing Quan Medan. Secaa geogafis dapat dikatakan

Lebih terperinci

Perbandingan dan Fungsi Trigonometri

Perbandingan dan Fungsi Trigonometri Pebandingan dan Fungsi Tignmeti Standa Kmpetensi Memahami knsep pebandingan, fungsi, pesamaan dan identitas tignmeti, atuan sinus dan ksinus seta menggunakan dalam pemecahan masalah Kmpetensi Dasa. Melakukan

Lebih terperinci

Fisika I. Gerak Dalam 2D/3D. Koefisien x, y dan z merupakan lokasi parikel dalam koordinat. Posisi partikel dalam koordinat kartesian diungkapkan sbb:

Fisika I. Gerak Dalam 2D/3D. Koefisien x, y dan z merupakan lokasi parikel dalam koordinat. Posisi partikel dalam koordinat kartesian diungkapkan sbb: Posisi dan Pepindahan Geak Dalam D/3D Posisi patikel dalam koodinat katesian diungkapkan sbb: xi ˆ + yj ˆ + zk ˆ :57:35 Koefisien x, y dan z meupakan lokasi paikel dalam koodinat katesian elatif tehadap

Lebih terperinci

Dari gerakan kumbang dan piringan akan kita dapatkan hubungan

Dari gerakan kumbang dan piringan akan kita dapatkan hubungan Contact Peson : OSN Fisika 2017 Numbe 1 GERAKAN KUMBANG DI PINGGIR PIRINGAN Sebuah piingan lingkaan (massa M, jai-jai a) digantung pada engsel/sumbu simeti mendata tanpa gesekan yang melalui titik pusat

Lebih terperinci